BAB IV SIMULASI NUMERIK
|
|
- Budi Iskandar
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV SIMULASI NUMERIK Pada bab ini kita bandingkan perilaku solusi KdV yang telah dibahas dengan hasil numerik serta solusi numerik untuk persamaan fkdv. Solusi persamaan KdV yang disimulasikan pada bab ini adalah solusi sekan hiperbolik untuk menunjukkan bahwa skema numerik yang disusun, menghampiri solusi analitiknya. Kemudian kita menghitung ulang persamaan fkdv dengan gaya luar berupa persamaan (2.15) dengan skema numerik FTCS yang telah diturunkan pada bab sebelumnya untuk membandingkan hasil yang diperoleh dengan [4]. Setelah itu mensimulasikan gaya luar berupa fungsi sekan hiperbolik. Hasil-hasil yang diperoleh pada bab ini adalah perhitungan numerik yang telah dinormalkan kembali kedalam variabel semula, yaitu uxt (, ) = a. yξ (, τ ). m 4.1. Nilai Masukan. Ada beberapa nilai yang menjadi masukan dalam perhitungan numerik untuk simulasi solusi persamaan (3.16). Skala (3.1) yang digunakan untuk simulasi numerik ini adalah α = γ = a dan β = am m, dimana a m adalah besaran yang tak berdimensi. Penskalaan ini dilakukan agar suku nonlinier dan suku turunan ketiga pada persamaan fkdv bernilai lebih kecil dari suku-suku lainnya. Masukan yang pertama berupa lebar selang Δ x dan lebar selang Δ t. Gelombang dibuat panjang
2 untuk menghindari pengaruh batas pada perhitungan di dalam daerah pengamatan, kemudian diberikan selisih kecepatan ω = 0.2;0 dan 0.2. Masukan nilai yang digunakan untuk simulasi ini adalah a = 0.05, a = 19, F = 0.1, γ = 0.25, L = 50, Δ x = 0.05, dan Δ t = Simulasi numerik dengan m menggunakan nilai a m kecil tidak memberikan hasil yang baik, dengab mubculnya pola gelombang yang tak terkendali. Akan tetapi, simulasi numerik tersebut dapat diatasi dengan memperbesar nilai a m. Hal ini bertentangan dengan makna semula, untuk melihat pengaruh suku tak linier dan turunan ketiganya. Diperkirakan adanya kesalahan penerapan pada suku gaya luar terhadap skala yang ada. Simulasi ini dibagi menjadi dua kasus. Pertama, simulasi numerik untuk persamaan KdV dengan kondisi awal berupa fungsi sekan hiperbolik dari (2.10) dengan meberikan nilai nol pada ruas kanan dari persamaan fkdv. Kemudian simulasi kedua dengan menggunakan persamaan fkdv dengan gaya luar (2.15). m 4.2. Solusi Numerik KdV. Untuk penjalaran gelombang satu arah, diberikan syarat awal u x,0 = A. sech 2 A. x ( ) (4.1) Simulasi penjalaran gelombang datu arah untuk ω = 0 ditunjukkan pada gambar (4.1). Gelombang permukaan ini bergerak ke arah kiri, dikarenakan adanya nilai negatif yang ada pada suku ketiga dan keempat dari persmaan fkdv yang
3 diberikan. Gambar (4.1) menampilkan beberapa hasil perhitungan yang diperoleh dengan menggunakan skema numerik yang diberikan pada bab sebelumnya.. Dengan beberapa nilai t yang diberikan dimulai dari detik ketiga dan kelipatannya dengan menggeserkannya ke atas (a) Solusi numerik uxt (, ). (b) Regresi linier dengan data berupa titik puncak. Gambar 4.1 Simulasi numerik persamaan KdV dengan ω = 0. Untuk memperjelas perilaku gelombang, pada setiap waktu iterasi diberikan nilai time-step tertentu. Oleh karena itu, gelombang permukaan yang disimulasikan dengan kondisi awal yang diberikan, menunjukkan bahwa gelombang permukaan bergerak ke arah kiri dengan bentuk yang tetap seperti yang diperlihatkan pada gambar (4.1a). Sedangkan gambar (4.1b) memperjelaskan bahwa data-data x dan t diambil dari nilai maksimum suatu fungsi sekan hiperbolik dari simulasi numerik yang bersesuaian dengan domain x - t yang diberikan. Hasil numerik ini menunjukkan bahwa gelombang bergerak dengan kecepatan rambat yang konstan sebesar , sedangkan perhitungan kecepatan rambat dari hasil analitik analitiknya adalah
4 Simulasi numerik untuk penjalaran gelombang satu arah dengan ω = 0.2 ditunjukkan pada gambar (4.2). Simulasi kedua ini diambil dengan beberapa nilai t yang diberikan pada detik ketiga dan kelipatannya dengan menggeserkannya keatas (a) Solusi numerik uxt (, ). (b) Regresi linier dengan data berupa titik puncak. Gambar 4.2 Simulasi numerik persamaan KdV untuk ω = 0.2 Untuk hasil simulasi numerik diatas menjelaskan bahwa dengan perbedaan kecepatan aliran (v) yang lebih besar daripada kecepatan rambat (c), memperlihatkan bahwa pergeseran fungsi sekan hiperbolik bergerak lebih lambat dibandingkan dengan kecepatan aliran dan kecepatan rambat yang sama seperti yang diperlihatkan pada gambar (4.1) dengan ketelitian sebesar , sedangkan c analitiknya adalah Simulasi numerik untuk penjalaran gelombang satu arah dengan ω = 0.2 ditunjukkan pada gambar (4.2). Simulasi kedua ini diambil dengan beberapa nilai t yang diberikan pada detik ketiga dan kelipatannya dengan menggeserkannya keatas
5 (a) Solusi numerik uxt (, ). (b) Regresi linier dengan data berupa titik puncak. Gambar 4.3. Simulasi numerik persamaan KdV untuk ω = 0.2 Untuk hasil simulasi numerik diatas menjelaskan bahwa dengan perbedaan kecepatan aliran (v) yang lebih kecil daripada kecepatan rambat (c), memperlihatkan bahwa pergeseran fungsi sekan hiperbolik bergerak lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan aliran dan rambat yang sama seperti yang diperlihatkan pada gambar (4.1) dengan nilai numerik untuk kecepatan rambat sebesar , sedangkan kecepatan rambat dari perhitungan analitiknya adalah Simulasi Numerik fkdv. Untuk pembentukan gelombang dua arah akibat gaya luar dengan persamaan fkdv yang dikaji adalah dengan syarat awal adalah ( ) u + ωu 6uu u = F x, (4.2) t x x xxx x u( x,0) = 0 (4.3) Simulasi untuk persamaan (4.3) akan debagi menjadi dua kasus. Pertama, untuk gaya luar (2.15) dengan bentuk fisis berupa gundukan di dasar perairan dengan puncak datar selebar 50 dan tinggi gundukan sebesar 0.1. Kedua, untuk gaya luar berupa sekan
6 hiperbolik dengan tinggi gundukan yang sama. Berikut adalah simulasi numerik untuk gaya yang diberikan Gaya luar berupa ( ) ( ( )) Simulasi pembentukan gelombang permukaan dua arah dengan ω = 0, ω = 0.2 dan ω = 0.2, ditunjukkan pada gambar (4.4). Gambar (4.4) menunjukkan perilaku gelombang pada saat t = 3, t = 6, t = 9, t = 12, t = 15, t = 18, t = 21, t = 24, t = 27 dan t = 30 (a) Untuk ω = 0 (b) Untuk ω = 0.2
7 (c) Untuk ω = 0.2 Gambar 4.4 Simulasi Numerik untuk gaya (2.15) Hasil yang diperoleh dari gaya yang diberikan, menunjukkan bahwa gelombang terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok gelombang yang bergerak kearah kanan memberikan amplitudo yang semakin teredam, sedangkan kelompok gelombang yang bergerak kearah kiri menghasilkan empat soliton yang sempurna dengan amplitudo yang sama. Disini nilai ω menentukan cepat-lambatnya pergerakan gelombang dan pembentukan kelompok gelombang pada bagian kiri. Pada ω yang bernilai negatif hampir membentuk soliton yang kelima dari ω yang bernilai nol, sedangkan ω yang bernilai positif pembentukan soliton kelima lebih lambat dari ω yang bernilai positif maupun nol. Pada Gambar 4.4 (b), kelompok gelombang permukaan bagian kanan bergerak lebih cepat dengan amplitudo yang lebih besar dibandingkan dengan (a), sedangkan (c) memperlihatkan bahwa gelombang bergerak lebih lambat dengan amplitudo yang sedikit lebih rendah dari (a).
8 Gaya luar berupa ( ). Pengamatan simulasi numerik untuk gaya luar berupa sekan hiperbolik, dipecah menjadi dua kasus yaitu untuk kondisi awal yang bernilai nol sepanjang sumbu x dan kondisi awal berupa fungsi soliter Syarat Awal ( ) Simulasi pembentukan gelombang permukaan dua arah untuk ω = 0, ω = 0.2 dan ω = 0.2, ditunjukkan pada gambar (4.5). Gambar (4.5) menunjukkan perilaku gelombang pada saat t = 3 dan kelipatannya. (a) Untuk ω = 0 (b) Untuk ω = 0.2
9 (c) Untuk ω = 0.2 u x,0 = 0 Gambar 4.5 Simulasi Numerik untuk gaya sekan hiperbolik dengan ( ) Hasil yang diperoleh dari gaya yang diberikan dengan tinggi gangguan yang sama dengan gaya yang diberikan pada (2.15), menunjukkan bahwa gelombang yang terbagi menjadi dua kelompok. Simulasi untuk gaya tersebut relatif lebih lambat pembentukan soliton yang bergerak ke arah kiri dibandingkan dengan kelompok gelombang yang diberikan oleh (2.15). Hasil ini dapat dilihat pada gambar (4.5) dari (a) sampai (c), bahwa gelombang yang dihasilkan akibat gangguan tersebut hanya memberikan tiga soliton yang sempurna yang bergerak kearah kiri, sedangkan kelompok gelombang yang bergerak ke arah kanan semakin meredam. Sedangkan kecepatan rambat gelombang permukaan tetap dipengaruhi oleh nilai ω yang diberikan Syarat Awal ( ) Simulasi pembentukan gelombang permukaan dua arah untuk ω = 0, ω = 0.2 dan ω = 0.2, ditunjukkan pada gambar (4.6) untuk δ 0 = 4000dan (4.7) untuk δ 0 = Tujuannya adalah mengamati perilaku kelompok gelombang yang dipengaruhi oleh gaya
10 luar yang diberikan. Gambar (4.6) dan (4.7) menunjukkan perilaku gelombang pada saat t = 3 dan kelipatannya. a. Posisi 4000 (a) Untuk ω = 0 (b) Untuk ω = 0.2
11 (c) Untuk ω = 0.2 Gambar 4.6. Simulasi Numerik untuk gaya sekan hiperbolik dengan kondisi awal berupa soliter pada posisi 4000 Hasil perhitungan numerik yang diberikan, mengakibatkan pembentukan soliton urutan keempat dari kiri lebih cepat dibandingkan dengan kondisi awal yang bernilai nol. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh kondisi awal berupa soliter, pengamatan dapat dilihat pada gambar (4.6) dari (a) hingga (c) dengan selisih kecepatan yang berbeda. Pengamatan dimulai pada posisi 4000 dimana soliter bergerak ke arah kiri hingga bertemu dengan kelompok soliton bagian kiri. Akibatnya, amplitudo soliton ke empat membesar dari t=9 sampai t=18. Pada t=21 kelompok soliton bagian kiri pada ujung kanan terpecah menjadi dua, sehingga jumlah anggota soliton yang sempurna di sebelah kiri menjadi empat. Sedangkan soliter yang setelah bertemu kelompok soliton bagian kiri akan memantul kembali kearah kanan.
12 b. Posisi 8000 (a) Untuk ω = 0 (b) Untuk ω = 0.2 (b) Untuk ω = 0.2 Gambar 4.7. Simulasi Numerik untuk gaya sekan hiperbolik dengan kondisi awal berupa soliter pada posisi 8000 Hasil perhitungan numerik untuk posisi tersebut, tidak memberikan perubahan untuk kelompok soliton bagian kanan. Hasil ini dapat dilihat dari gambar (4.7) dari (a)
13 sampai (c), menunjukkan bahawa kelombang gelombang yang teredam tidak mengalami perubahan. Sedangkan soliter yang bergerak melewatinya tetap dalam amplitudo dan kecepatan yang konstan Masalah Solusi Numerik Untuk pembentukan gelombang permukaan dua arah dengan kondisi awal berupa penjumlahan langsung solusi analitik (u h ) dari persamaan KdV dan solusi numerik (u p ) untuk sembarang x dan t dari persamaan fkdv, dimana uxt (, ) = u( xt, ) + u( xt, ) (4.4) Dengan tujuan untuk memeriksa solusi yang didapat, apakah hasil perhitungan numerik di atas dengan kondisi awal berupa solusi analitik akan memberikan hasil yang serupa dengan perhitungan numeric pada (4.4)? Simulasi untuk pembentukan gelombang dua arah pada masalah solusi numerik ini, hanya untuk ω = 0. Gambar 4.8 menunjukkan perilaku gelombang permukaan akibat penjumlahan langsung pada waktu t = 3 dan kelipatannya h p Gambar 4.8 Simulasi numerik dari penjumlahan langsung
14 Kita bisa mengamati pada gambar 4.8 berbeda dengan yang diberikan pada simulasi gambar 4.6. Gelombang permukaan yang diberikan solusi analitik bergerak dengan kecepatan rambat yang konstan ke arah kiri dengan simpangan soliton yang semakin membesar pada bagian soliton sempurna. Kita bisa membandingkannya dengan mengambil detik ke 15 pada gambar 4.6(a) dengan gambar 4.8 pada gambar berikut ini Gambar 4.9. Gelombang permukaan numerik dengan gelombang dari hasil penjumlahan solusi numerik partikular dan analitik Hasil ini menunjukkan bahwa gelombang permukaan (berwarna merah) bagian kanan yang dibangkitkan oleh gaya luar tidak terganggu oleh solusi analitik yang melaluinya dan kecepatan rambat gelombangnya lebih rambat dari perhitungan numerik secara langsung dengan kondisi awal yang analitik. Hasil ini berbeda dengan hasil perhitungan numerik yang diperoleh pada solusi numerik dengan kondisi awal yang berupa solusi analitik yang beraskala dari persamaan KdV. Dengan kata lain, penjumlahan langsung diatas tidak memberikan hasil yang sama dengan perhitungan numerik dengan kondisi awal berupa solusi analitik.
15 Analisa Gaya Luar Dari hasil yang didapatkan dari simulasi diatas, dapat disimpulkan bahwa cepat atau tidaknya pembentukan gelombang permukaan dua arah (khususnya pada bagian kiri) ditentukan oleh jenis gaya luar yang diberikan. Pada gaya luar yang diberikan pada subbab memperlihatkan pembentukan gelombang lebih banyak dibandingkan dengan gaya luar yang diberikan pada subbab Hal ini disebabkan adanya bagian yang datar pada bagian gundukan (2.15), sehingga proses pembentukan soliton lebih cepat dibandingkan dengan gundukan berupa sekan hiperbolik dengan puncak yang tidak datar. Untuk membuktikannya, kita dapat melihat hasil perubahan tersebut secara kualitatif pada gambar (4.10) dari L=1,3,5,7 dan L=10. (a) L=1 (b) L=3 (c) L=5 (d) L=7
16 (e) L=9 Gambar 4.10 Simulasi fkdv dari L=1,3,5,7 dan L=9 Gelombang yang diperoleh dari hasil perhitungan dari (a) sampai (c) memberikan jumlah soliton pada bagian kiri lebih kecil dibandingkan dengan (d) sampai (e). Pada gelombang (e) memberikan jumlah anggota soliton yang maksimal serta pembentukan soliton yang lebih cepat dibandingkan L<9.
BAB II KAJIAN TEORI. homogen yang dikenal sebagai persamaan forced Korteweg de Vries (fkdv). Persamaan fkdv yang dikaji dalam makalah ini adalah
BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas suatu jenis persamaan differensial parsial tak homogen yang dikenal sebagai persamaan forced Korteweg de Vries (fkdv). Persamaan fkdv yang dikaji dalam makalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbagi dalam berberapa tingkatan, gelombang pada atmosfir yang berotasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Fenomena gelombang Korteweg de Vries (KdV) merupakan suatu gejala yang penting untuk dipelajari, karena mempunyai pengaruh terhadap studi rekayasa yang terkait dengan
Lebih terperinciSOLUSI NUMERIK PADA PERSAMAAN FORCED KORTEWEG DE VRIES
SOLUSI NUMERIK PADA PERSAMAAN FORCED KORTEWEG DE VRIES Tugas Akhir Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Sidang Sarjana Program Studi Matematika Penyusun : Achirul Akbar (10102046) Pembimbing : Dr. Leo H.
Lebih terperinciBab 4 DINDING SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG
Bab 4 DINDING SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG Pada bab sebelumnya telah dibahas mengenai dasar laut sinusoidal sebagai reflektor gelombang. Persamaan yang digunakan untuk memodelkan masalah dasar
Lebih terperinciDASAR SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG
h Bab 3 DASAR SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG 3.1 Persamaan Gelombang untuk Dasar Sinusoidal Dasar laut berbentuk sinusoidal adalah salah satu bentuk dasar laut tak rata yang berupa fungsi sinus
Lebih terperinciPersamaan SWE Linier untuk Dasar Sinusoidal
Bab 3 Persamaan SWE Linier untuk Dasar Sinusoidal Pada bab ini akan dijelaskan mengenai penggunaan persamaan SWE linier untuk masalah gelombang air dengan dasar sinusoidal. Dalam menyelesaikan masalah
Lebih terperinciReflektor Gelombang 1 balok
Bab 3 Reflektor Gelombang 1 balok Setelah diperoleh persamaan yang menggambarkan gerak gelombang air setiap saat yaitu SWE, maka pada bab ini akan dielaskan mengenai pengaruh 1 balok terendam sebagai reflektor
Lebih terperinciPEMECAH GELOMBANG BERUPA SERANGKAIAN BALOK
Bab 4 PEMECAH GELOMBANG BERUPA SERANGKAIAN BALOK 4.1 Kasus 2 buah Balok Dalam bahasan ini akan dipelajari proses transmisi dan refleksi yang terjadi untuk kasus 2 buah balok dengan bentuk geometri yang
Lebih terperinci1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN
1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Pada bab ini akan dibahas pengaruh dasar laut tak rata terhadap perambatan gelombang permukaan secara analitik. Pengaruh dasar tak rata ini akan ditinjau melalui simpangan
Lebih terperinciPEMBAHASAN. (29) Dalam (Grosen 1992), kondisi kinematik (19) dan kondisi dinamik (20) dapat dinyatakan dalam sistem Hamiltonian berikut : = (30)
5 η = η di z = η (9) z x x z x x Dalam (Grosen 99) kondisi kinematik (9) kondisi dinamik () dapat dinyatakan dalam sistem Hamiltonian : δ H t = () δη δ H ηt = δ Dengan mengenalkan variabel baru u = x maka
Lebih terperinciReflektor Gelombang Berupa Serangkaian Balok
Bab 4 Reflektor Gelombang Berupa Serangkaian Balok Setelah kita mengetahui bagaimana pengaruh dan dimensi optimum dari 1 balok terendam sebagai reflektor gelombang maka pada bab ini akan dibahas bagaimana
Lebih terperinciBAB IV PEMODELAN DAN ANALISIS
BAB IV PEMODELAN DAN ANALISIS Pemodelan dilakukan dengan menggunakan kontur eksperimen yang sudah ada, artificial dan studi kasus Aceh. Skenario dan persamaan pengatur yang digunakan adalah: Eksperimental
Lebih terperinci= = =
= + + + = + + + = + +.. + + + + + + + + = + + + + ( ) + ( ) + + = + + + = + = 1,2,, = + + + + = + + + =, + + = 1,, ; = 1,, =, + = 1,, ; = 1,, = 0 0 0 0 0 0 0...... 0 0 0, =, + + + = 0 0 0 0 0 0 0 0 0....
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Gelombang dan klasifikasinya. Gelombang adalah suatu gangguan menjalar dalam suatu medium ataupun tanpa medium. Dalam klasifikasinya gelombang terbagi menjadi yaitu :. Gelombang
Lebih terperinciBAB V PERAMBATAN GELOMBANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR
A V PERAMATAN GELOMANG OPTIK PADA MEDIUM NONLINIER KERR 5.. Pendahuluan erkas (beam) optik yang merambat pada medium linier mempunyai kecenderungan untuk menyebar karena adanya efek difraksi; lihat Gambar
Lebih terperinciBab 4 Diskretisasi Numerik dan Simulasi Berbagai Kasus Pantai
Bab 4 Diskretisasi Numerik dan Simulasi Berbagai Kasus Pantai Pada bab ini sistem persamaan (3.3.9-10) akan diselesaikan secara numerik dengan menggunakan metoda beda hingga. Kemudian simulasi numerik
Lebih terperinciGelombang Stasioner Gelombang Stasioner Atau Gelombang Diam. gelombang stasioner. (
Gelombang Stasioner 16:33 Segala ada No comments Apa yang terjadi jika ada dua gelombang berjalan dengan frekuensi dan amplitudo sama tetapi arah berbeda bergabung menjadi satu? Hasil gabungan itulah yang
Lebih terperinciGETARAN DAN GELOMBANG
GEARAN DAN GELOMBANG Getaran dapat diartikan sebagai gerak bolak balik sebuah benda terhadap titik kesetimbangan dalam selang waktu yang periodik. Dua besaran yang penting dalam getaran yaitu periode getaran
Lebih terperinci1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu.
1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu. 2. Sebuah gelombang transversal frekuensinya 400 Hz. Berapa jumlah
Lebih terperinciKuliah 07 Persamaan Diferensial Ordinari Problem Kondisi Batas (PDOPKB)
Kuliah 07 Persamaan Diferensial Ordinari Problem Kondisi Batas (PDOPKB) Persamaan diferensial satu variabel bebas (ordinari) orde dua disebut juga sebagai Problem Kondisi Batas. Hal ini disebabkan persamaan
Lebih terperinciCatatan Kuliah FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #8: Osilasi
Catatan Kuliah FI111 Fisika Dasar IA Pekan #8: Osilasi Agus Suroso update: 4 November 17 Osilasi atau getaran adalah gerak bolak-balik suatu benda melalui titik kesetimbangan. Gerak bolak-balik tersebut
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. dengan menggunakan penyelesaian analitik dan penyelesaian numerikdengan. motode beda hingga. Berikut ini penjelasan lebih lanjut.
BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas tentang penurunan model persamaan gelombang satu dimensi. Setelah itu akan ditentukan persamaan gelombang satu dimensi dengan menggunakan penyelesaian analitik
Lebih terperinci01. Panjang gelombang dari gambar di atas adalah. (A) 0,5 m (B) 1,0 m (C) 2,0 m (D) 4,0 m (E) 6,0 m 02.
01. t = 0.4s Panjang gelombang dari gambar di atas adalah. (A) 0,5 m (B) 1,0 m (C) 2,0 m (D) 4,0 m (E) 6,0 m 02. t = 0.4s Amplituda dari gelombang pada gambar di atas adalah. (A) 0,5 m (B) 1,0 m (C) 2,0
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Gelombang di Dalam Domain Komputasi Teknis penelitian yang dilakukan dalam menguji disain sensor ini adalah dengan cara menembakkan struktur sensor yang telah
Lebih terperinciBab 4. Analisis Hasil Simulasi
Bab 4 Analisis Hasil Simulasi Pada bab ini, akan dilakukan analisis terhadap hasil simulasi skema numerik Lax-Wendroff dua langkah. Selain itu hasil simulasi juga akan divalidasi dengan menggunakan data
Lebih terperinciSimulasi Persamaan Gelombang
December 15, 213 Soal 1 Perhatikan persamaan gelombang u tt = u xx, untuk x 1, dengan syarat batas u x (,t) = dan u (1,t) =, dan syarat awal u t (x,) = dan { 2 u (x,) = 16 (x 3) 2 (x 7) 2, 3 x 7, untuk
Lebih terperinciModul Praktikum Analisis Numerik
Modul Praktikum Analisis Numerik (Versi Beta 1.2) Mohammad Jamhuri UIN Malang December 2, 2013 Mohammad Jamhuri (UIN Malang) Modul Praktikum Analisis Numerik December 2, 2013 1 / 18 Praktikum 1: Deret
Lebih terperinci3. Gabungan Fungsi Linier
3. Gabungan Fungsi Linier Sudaratno Sudirham Fungsi-fungsi linier banak digunakan untuk membuat model dari perubahanperubahan besaran fisis. Perubahan besaran fisis mungkin merupakan fungsi waktu, temperatur,
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Melalui penerapan metode bedahingga dengan interpolasi Lagrange sebagai syarat batas terkait, maka solusi numerik dari dinamika dan interaksi soliton DNA model PBD dapat dicari
Lebih terperinciAntiremed Kelas 12 Fisika
Antiremed Kelas 12 Fisika Gelombang Mekanik - Latihan Soal Doc. Name: AR12FIS0198 Version: 2012-09 halaman 1 01. t = 0.4s Panjang gelombang dari gambar di atas adalah. (A) 0,5 m (B) 1,0 m (C) 2,0 m (D)
Lebih terperinciPersamaan Difusi. Penurunan, Solusi Analitik, Solusi Numerik (Beda Hingga, RBF) M. Jamhuri. April 7, UIN Malang. M. Jamhuri Persamaan Difusi
Persamaan Difusi Penurunan, Solusi Analitik, Solusi Numerik (Beda Hingga, RBF) M Jamhuri UIN Malang April 7, 2013 Penurunan Persamaan Difusi Misalkan u(x, t) menyatakan konsentrasi dari zat pada posisi
Lebih terperinciMetode Beda Hingga pada Persamaan Gelombang
Metode Beda Hingga pada Persamaan Gelombang Tulisan ini diadaptasi dari buku PDP yang disusun oleh Dr. Sri Redeki Pudaprasetia M. Jamhuri UIN Malang July 2, 2013 M. Jamhuri UIN Malang Metode Beda Hingga
Lebih terperinciBAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK
BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menjelaskan cara penyelesaian soal dengan
Lebih terperinciBab III Metodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Pendahuluan Analisis pengaruh interaksi tanah-struktur terhadap faktor amplifikasi respons permukaan dilakukan dengan memperhitungkan parameter-parameter yang berkaitan
Lebih terperinciModul Praktikum Analisis Numerik
Modul Praktikum Analisis Numerik (Versi Beta 1.2) Mohammad Jamhuri UIN Malang September 27, 2013 Mohammad Jamhuri (UIN Malang) Modul Praktikum Analisis Numerik September 27, 2013 1 / 12 Praktikum 1: Deret
Lebih terperinciBab 3 MODEL DAN ANALISIS MATEMATIKA
Bab 3 MODEL DAN ANALISIS MATEMATIKA Pada bab ini akan dimodelkan permasalahan penyebaran virus flu burung yang bergantung pada ruang dan waktu. Pada bab ini akan dibahas pula analisis dari model hingga
Lebih terperinciREFORMULASI DARI SOLUSI 3-SOLITON UNTUK PERSAMAAN KORTEWEG-de VRIES. Dian Mustikaningsih dan Sutimin Jurusan Matematika FMIPA Universitas Diponegoro
REFORMULASI DARI SOLUSI 3-SOLITON UNTUK PERSAMAAN KORTEWEG-de VRIES Dian Mustikaningsih dan Sutimin Jurusan Matematika FMIPA Universitas Diponegoro Abstract The solution of 3-soliton for Korteweg-de Vries
Lebih terperinciSimulasi Perambatan Ultra-Short Pulse Pada Nonlinear Fiber-Optik
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Fotonika (SNAF-8) Surabaya, 4 5 April 8 ISBN: 978-979-9754-4-8 Simulasi Perambatan Ultra-Short Pulse Pada Nonlinear Fiber-Optik Endra Jurusan Sistem Komputer, Universitas
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.. Respon Impuls Akustik Ruangan. Respon impuls akustik suatu ruangan didefinisikan sebagai sinyal suara yang diterima oleh suatu titik (titik penerima, B) dalam ruangan akibat suatu
Lebih terperinci(2) dengan adalah komponen normal dari suatu kecepatan partikel yang berhubungan langsung dengan tekanan yang diakibatkan oleh suara dengan persamaan
Getaran Teredam Dalam Rongga Tertutup pada Sembarang Bentuk Dari hasil beberapa uji peredaman getaran pada pipa tertutup membuktikan bahwa getaran teredam di dalam rongga tertutup dapat dianalisa tidak
Lebih terperinciGERAK HARMONIK. Pembahasan Persamaan Gerak. untuk Osilator Harmonik Sederhana
GERAK HARMONIK Pembahasan Persamaan Gerak untuk Osilator Harmonik Sederhana Ilustrasi Pegas posisi setimbang, F = 0 Pegas teregang, F = - k.x Pegas tertekan, F = k.x Persamaan tsb mengandung turunan terhadap
Lebih terperinciBAB GEJALA GELOMBANG I. SOAL PILIHAN GANDA. C. 7,5 m D. 15 m E. 30 m. 01. Persamaan antara getaran dan gelombang
1 BAB GEJALA GELOMBANG I. SOAL PILIHAN GANDA 01. Persamaan antara getaran dan gelombang adalah (1) keduanya memiliki frekuensi (2) keduanya memiliki amplitude (3) keduanya memiliki panjang gelombang A.
Lebih terperinciPENENTUAN GELOMBANG SOLITON PADA FIBER BRAGG GRATING DENGAN MENGGUNAKAN METODE STEP-SPLIT. Theresa Febrina Siahaan*, Saktioto, Muhammad Edisar
PENENTUAN GELOMBANG SOLITON PADA FIBER BRAGG GRATING DENGAN MENGGUNAKAN METODE STEP-SPLIT Theresa Febrina Siahaan*, Saktioto, Muhammad Edisar Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Lebih terperinciBab 4 HASIL SIMULASI. 4.1 Pengontrol Suboptimal H
Bab 4 HASIL SIMULASI Persamaan ruang keadaan untuk manipulator fleksibel telah diturunkan pada Bab 3. Selanjutnya adalah melihat perilaku dari keluaran setelah ditambahkannya pengontrol pada sistem. Untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam kehidupan, polusi yang ada di sungai disebabkan oleh limbah dari pabrikpabrik dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk
Lebih terperinciMATERI PERKULIAHAN. Gambar 1. Potensial tangga
MATERI PERKULIAHAN 3. Potensial Tangga Tinjau suatu partikel bermassa m, bergerak dari kiri ke kanan pada suatu daerah dengan potensial berbentuk tangga, seperti pada Gambar 1. Pada daerah < potensialnya
Lebih terperinciFisika I. Gelombang Mekanik 01:26:19. Mampu menentukan besaran-besaran gelombang yaitu amplitudo,
Kompetensiyang diharapkan Mampu mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang secara umum Mampu menentukan besaran-besaran gelombang yaitu amplitudo, frekuensi, kecepatan, fasa dan konstanta penjalaran.
Lebih terperinciFungsi dan Grafik Diferensial dan Integral
Sudaratno Sudirham Studi Mandiri Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral Darpublic ii BAB 3 Gabungan Fungsi Linier Fungsi-fungsi linier banak digunakan untuk membuat model dari perubahan-perubahan besaran
Lebih terperinciAnalisis Kestabilan Linear dan Simulasi
Bab 4 Analisis Kestabilan Linear dan Simulasi Pada Bab ini kita akan membahas mengenai ketidakstabilan dari lapisan kondensat. Analisis kestabilan linier kita gunakan untuk melihat kondisi serta parameterparameter
Lebih terperinciMetode Split Step Fourier Untuk Menyelesaikan Nonlinear Schrödinger Equation Pada Nonlinear Fiber Optik
Metode Split Step Fourier Untuk Menyelesaikan Nonlinear Schrödinger Equation Pada Nonlinear Fiber Optik Endra Fakultas Ilmu Komputer, Jurusan Sistem Komputer, Universitas Bina Nusantara Jl K.H. Syahdan
Lebih terperinciPENDEKATAN TEORITIK. Elastisitas Medium
PENDEKATAN TEORITIK Elastisitas Medium Untuk mengetahui secara sempurna kelakuan atau sifat dari suatu medium adalah dengan mengetahui hubungan antara tegangan yang bekerja () dan regangan yang diakibatkan
Lebih terperinciAnalisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s
Sudaryatno Sudirham Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s Sudaryatno Sudirham, Analisis Rangkaian Listrik () BAB 4 Tanggapan Frekuensi Rangkaian Orde Pertama Sebagaimana kita ketahui, kondisi operasi
Lebih terperinciHusna Arifah,M.Sc : Persamaan Bessel: Fungsi-fungsi Besel jenis Pertama
Bentuk umum PD Bessel : x 2 y"+xy' +(x 2 υ 2 )y =...() Kita asumsikan bahwa parameter υ dalam () adalah bilangan riil dan tak negatif. Penyelesaian PD mempunyai bentuk : y(x) = x r m = a m x m = a m xm
Lebih terperinciI. PETUNJUK: Untuk soal nomor 1 sampai dengan nomor, pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
I. PETUNJUK: Untuk soal nomor sampai dengan nomor, pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!. Persamaan ( p + ) x ( p + ) x + ( p ) = 0, p, merupakan persamaan kuadrat dalam x untuk nilai p... p c.
Lebih terperinciBAB II PEMBAHASAN. Gambar 2.1 Lenturan Gelombang yang Melalui Celah Sempit
BAB II PEMBAHASAN A. Difraksi Sesuai dengan teori Huygens, difraksi dapat dipandang sebagai interferensi gelombang cahaya yang berasal dari bagian-bagian suatu medan gelombang. Medan gelombang boleh jadi
Lebih terperinciIII PEMBAHASAN. Berdasarkan persamaan (2.15) dan persamaan (2.16), fungsi kontinu dan masing-masing sebagai berikut : dan = 3
8 III PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas penggunaan metode iterasi variasi untuk menyelesaikan suatu persamaan diferensial integral Volterra orde satu yang terdapat pada masalah osilasi berpasangan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai gejala alam menampilkan perilaku yang rumit, tidak dapat diramalkan dan tampak acak (random). Keacakan ini merupakan suatu yang mendasar, dan tidak akan hilang
Lebih terperinciIII PEMBAHASAN. 3.1 Analisis Metode. dan (2.52) masing-masing merupakan penyelesaian dari persamaan
6, 1 (2.52) Berdasarkan persamaan (2.52), maka untuk 0 1 masing-masing memberikan persamaan berikut:, 0,0, 0, 1,1, 1. Sehingga menurut persamaan (2.51) persamaan (2.52) diperoleh bahwa fungsi, 0, 1 masing-masing
Lebih terperinciBab III Solusi Dasar Persamaan Lapisan Fluida Viskos Tipis
Bab III Solusi Dasar Persamaan Lapisan Fluida Viskos Tipis III.1 III.1.1 Solusi Dasar dari Model Prekursor Persamaan Fluida Tipis Dimensi Satu Sebagai langkah pertama untuk memahami karakteristik aliran
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Gelombang air laut merupakan salah satu fenomena alam yang terjadi akibat adanya perbedaan tekanan. Panjang gelombang air laut dapat mencapai ratusan meter
Lebih terperinciPowered By Upload By - Vj Afive -
Gelombang TRANSVERSAL Ber dasar kan Ar ah Get ar = Gelombang yang arah getarnya tegak lurus terhadap arah rambatnya Gelombang LONGI TUDI NAL = Gelombang yang arah getarnya sejajar dengan arah rambatnya
Lebih terperinci( t) TINJAUAN PUSTAKA. x dengan nilai fungsi dari: x
Berawal dari apa yang telah disampaikan sebelumnya, pada skripsi kali ini akan dipelajari bagaimana perilaku trayektori solusi soliton sistem optik periodik melalui pendekatan analisis sistem dinamik yang
Lebih terperinciKumpulan Soal Fisika Dasar II. Universitas Pertamina ( , 2 jam)
Kumpulan Soal Fisika Dasar II Universitas Pertamina (16-04-2017, 2 jam) Materi Hukum Biot-Savart Hukum Ampere GGL imbas Rangkaian AC 16-04-2017 Tutorial FiDas II [Agus Suroso] 2 Hukum Biot-Savart Hukum
Lebih terperinciBAB II TEORI TERKAIT
II. TEORI TERKAIT BAB II TEORI TERKAIT 2.1 Pemodelan Penjalaran dan Transformasi Gelombang 2.1.1 Persamaan Pengatur Berkenaan dengan persamaan dasar yang digunakan model MIKE, baik deskripsi dari suku-suku
Lebih terperinciGelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr
Gelombang A. PENDAHULUAN Gelombang adalah getaran yang merambat. Gelombang merambat getaran tanpa memindahkan partikel. Partikel hanya bergerak di sekitar titik kesetimbangan. Gelombang berdasarkan medium
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN
BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Model LWR Pada skripsi ini, model yang akan digunakan untuk memodelkan kepadatan lalu lintas secara makroskopik adalah model LWR yang dikembangkan oleh Lighthill dan William
Lebih terperinciBAB 3 PERAMBATAN GELOMBANG MONOKROMATIK
BAB 3 PERAMBATAN GELOMBANG MONOKROMATIK Dalam bab ini, kita akan mengamati perambatan gelombang pada fluida ideal dengan dasar rata. Perhatikan gambar di bawah ini. Gambar 3.1 Aliran Fluida pada Dasar
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan ditampilkan dan dijelaskan mengenai pengujian sistem dan dokumuentasi data-data percobaan yang telah direalisasikan sesuai dengan spesifikasi yang telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan kecepatan dan bandwidth untuk komunikasi semakin meningkat secara signifikan. Salah satu teknologi yang menjadi solusi adalah sistem transmisi berbasis cahaya
Lebih terperinciPENENTUAN SOLUSI GELOMBANG NONLINIER KORTEWEG DE VRIES MENGGUNAKAN METODE HIROTA
PENENTUAN SOLUSI GELOMBANG NONLINIER KORTEWEG DE VRIES MENGGUNAKAN METODE HIROTA Dra. HIDAYATI,.M.Si, Disampaikun pada Seminar Nasional, Mubes Ikutan Alumni FPMIPA-FMIPA UhP musan FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciBAB 4 BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN METODE PENELITIAN. 3.2 Peralatan
4 3.2 Peralatan..(9) dimana,, dan.(10) substitusi persamaan (10) ke persamaan (9) maka diperoleh persamaan gelombang soliton DNA model PBD...(11) agar persamaan (11) dapat dipecahkan sehingga harus diterapkan
Lebih terperinciKINEMATIKA. A. Teori Dasar. Besaran besaran dalam kinematika
KINEMATIKA A. Teori Dasar Besaran besaran dalam kinematika Vektor Posisi : adalah vektor yang menyatakan posisi suatu titik dalam koordinat. Pangkalnya di titik pusat koordinat, sedangkan ujungnya pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diskrit nonlinier yang paling fundamental karena persamaan ini mendeskripsikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persamaan Schrödinger nonlinier diskrit (SNLD) merupakan model diskrit nonlinier yang paling fundamental karena persamaan ini mendeskripsikan banyak fenomena penting
Lebih terperinciPDP linear orde 2 Agus Yodi Gunawan
PDP linear orde 2 Agus Yodi Gunawan Pada bagian ini akan dipelajari tiga jenis persamaan diferensial parsial (PDP) linear orde dua yang biasa dijumpai pada masalah-masalah dunia nyata, yaitu persamaan
Lebih terperinciDASAR LAUT SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG
DASAR LAUT SINUSOIDAL SEBAGAI REFLEKTOR GELOMBANG Viska Noviantri Jurusan Matematika dan Statistik, Fakultas Sains dan Teknologi, Binus University Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480
Lebih terperinciSidang Tugas Akhir - Juli 2013
Sidang Tugas Akhir - Juli 2013 STUDI PERBANDINGAN PERPINDAHAN PANAS MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA DAN CRANK-NICHOLSON COMPARATIVE STUDY OF HEAT TRANSFER USING FINITE DIFFERENCE AND CRANK-NICHOLSON METHOD
Lebih terperinciKestabilan Aliran Fluida Viskos Tipis pada Bidang Inklinasi
1 Jurnal Matematika, Statistika, & Komputasi Vol 5 No 1, 1-9, Juli 2008 Kestabilan Aliran Fluida Viskos Tipis pada Bidang Inklinasi Sri Sulasteri Jurusan Pend. Matematika UIN Alauddin Makassar Jalan Sultan
Lebih terperinciMAT 602 DASAR MATEMATIKA II
MAT 60 DASAR MATEMATIKA II Disusun Oleh: Dr. St. Budi Waluya, M. Sc Jurusan Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Unnes 1 HIMPUNAN 1. Notasi Himpunan. Relasi Himpunan 3. Operasi Himpunan A B : A B
Lebih terperinciKarena hanya mempelajari gerak saja dan pergerakannya hanya dalam satu koordinat (sumbu x saja atau sumbu y saja), maka disebut sebagai gerak
BAB I. GERAK Benda dikatakan melakukan gerak lurus jika lintasan yang ditempuhnya membentuk garis lurus. Ilmu Fisika yang mempelajari tentang gerak tanpa mempelajari penyebab gerak tersebut adalah KINEMATIKA.
Lebih terperinciBAB 4 LOGICAL VALIDATION MELALUI PEMBANDINGAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI
BAB 4 LOGICAL VALIDATION MELALUI PEMBANDINGAN DAN ANALISA HASIL SIMULASI 4.1 TINJAUAN UMUM Tahapan simulasi pada pengembangan solusi numerik dari model adveksidispersi dilakukan untuk tujuan mempelajari
Lebih terperinciPembahasan soal latihan dari buku fisika 3A Bab 1 untuk SMA, karangan Mikrajuddin Abdullah. 1. perhatikan gambar gelombang pada disamping.
Pembahasan soal latihan dari buku fisika 3A Bab 1 untuk SMA, karangan Mikrajuddin Abdullah Bagian A 1. perhatikan gambar gelombang pada disamping. a. Berapakah panjang gelombang? b. Berapakah amplitudo
Lebih terperinciSOLUSI. m θ T 1. atau T =1,25 mg. c) Gunakan persaman pertama didapat. 1,25 mg 0,75mg =0,6 m 2 l. atau. 10 g 3l. atau
SOLUSI. a) Gambar diaram aya diberikan pada ambar di sampin. b) Anap teanan tali yan membentuk sudut θ adalah terhadap horizontal adalah T. Anap teanan tali yan mendatar adalah T. Gaya yan bekerja pada
Lebih terperinci2). Besaran Dasar Gelombang Y arah rambat ( v) A P T 0 Q S U. * Hubungan freakuensi (f) dengan pereode (T).f = n/t n = f.t dan T = t/n n = t/t
Modul Pembelajaran Fisika XII-IPA 1 BAB 1 GEJALA GELOMBANG A. Persamaan Dasar Gelombang 1). Pengertian Gelombang Gelombang adalah usikan yang merambat secara terus menerus. Medium yang dilalui gelombang
Lebih terperinciSimulasi Peredaman Getaran Bangunan dengan Model Empat Tumpuan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 Simulasi Peredaman Getaran Bangunan dengan Model Empat Tumpuan Fitriana Ariesta Dewi dan Ir. Yerri Susatio, MT Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri,
Lebih terperinciMODUL 4 IMPULS DAN MOMENTUM
MODUL 4 IMPULS DAN MOMENTUM A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menjelaskan definisi impuls dan momentum dan memformulasikan impuls dan momentum 2. Memformulasikan hukum kekekalan momentum 3. Menerapkan konsep kekekalan
Lebih terperinciAntiremed Kelas 12 Fisika
Antiremed Kelas 12 Fisika UTS Fisika Latihan 1 Doc. Name: AR12FIS0UTS Version: 2014-10 halaman 1 01. erujuk pada gambar di bawah yang menunjukkan gelombang menjalar pada tali dengan kelajuan 320 cm/s Frekuensi
Lebih terperinciGELOMBANG BERJALAN DAN GELOMBANG STATIONER
GELOMBANG BERJALAN DAN GELOMBANG STATIONER Bahan Ajar Fisika SMA Kelas XI Semester II Nama : Kelas : Gelombang Berjalan dan Gelombang Stationer Page 1 Satuan Pendidikan : SMA N 9 PADANG Kelas : XI MIA
Lebih terperinciSOLUSI EKSAK GELOMBANG SOLITON: PERSAMAAN SCHRODINGER NONLINEAR NONLOKAL (NNLS)
Solusi Eksak Gelombang Soliton: Persamaan Schrodinger Nonlinier Nonlokal SOLUSI EKSAK GELOMBANG SOLITON: PERSAMAAN SCHRODINGER NONLINEAR NONLOKAL (NNLS) Riski Nur Istiqomah Dinnullah Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciFUNGSI. Berdasarkan hubungan antara variabel bebas dan terikat, fungsi dibedakan dua: fungsi eksplisit dan fungsi implisit.
FUNGSI Fungsi merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Variabel dibedakan :. Variabel bebas yaitu variabel yang besarannya dpt ditentukan sembarang, mis:,, 6, 0 dll.. Variabel terikat yaitu variabel
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gelombang Gelombang adalah gangguan yang terjadi secara terus menerus pada suatu medium dan merambat dengan kecepatan konstan (Griffiths D.J, 1999). Pada gambar 2.1. adalah
Lebih terperinciRINGKASAN MATERI TEGANGAN DAN TAHANAN LISTRIK
RINGKASAN MATERI TEGANGAN DAN TAHANAN LISTRIK Ano/ppl/2012 RINGKASAN MATERI TEGANGAN DAN TAHANAN LISTRIK Mata Pelajaran Bahan Kajian Kelas/semester Potensi Dasar : Dasardasar listrik dan elektronika :
Lebih terperinciPERBANDINGAN SOLUSI MODEL GERAK ROKET DENGAN METODE RUNGE-KUTTA DAN ADAM- BASHFORD
Prosiding Seminar Nasional Matematika, Universitas Jember, 19 November 2014 376 PERBANDINGAN SOLUSI MODEL GERAK ROKET DENGAN METODE RUNGE-KUTTA DAN ADAM- BASHFORD KUSBUDIONO 1, KOSALA DWIDJA PURNOMO 2,
Lebih terperinciANALISIS SIMULASI GEJALA CHAOS PADA GERAK PENDULUM NONLINIER. Oleh: Supardi. Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta
ANALISIS SIMULASI GEJALA CHAOS PADA GERAK PENDULUM NONLINIER Oleh: Supardi Jurusan Pendidikan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta Penelitian tentang gejala chaos pada pendulum nonlinier telah dilakukan.
Lebih terperinciEKSISTENSI SOLITON PADA PERSAMAAN KORTEWEG-DE VRIES
Jurnal Matematika UNND Vol. 3 No. 1 Hal. 9 16 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIP UNND EKSISTENSI SOLITON PD PERSMN KORTEWEG-DE VRIES ULI OKTVI, MHDHIVN SYFWN Program Studi Matematika, Fakultas
Lebih terperinciOsilasi Harmonis Sederhana: Beban Massa pada Pegas
OSILASI Osilasi Osilasi terjadi bila sebuah sistem diganggu dari posisi kesetimbangannya. Karakteristik gerak osilasi yang paling dikenal adalah gerak tersebut bersifat periodik, yaitu berulang-ulang.
Lebih terperinciFisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi
Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini: Getaran dan Gelombang Bunyi Getaran dan Gelombang Hukum Hooke F s = - k x F s adalah gaya pegas k adalah konstanta pegas Konstanta pegas adalah ukuran kekakuan dari
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. syarat batas, deret fourier, metode separasi variabel, deret taylor dan metode beda
BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang beberapa teori dasar yang digunakan sebagai landasan pembahasan pada bab III. Beberapa teori dasar yang dibahas, diantaranya teori umum tentang persamaan
Lebih terperinciFisika Umum (MA-301) Topik hari ini Getaran, Gelombang dan Bunyi
Fisika Umum (MA-301) Topik hari ini Getaran, Gelombang dan Bunyi Getaran dan Gelombang Getaran/Osilasi Gerak Harmonik Sederhana Gelombang Gelombang : Gangguan yang merambat Jika seutas tali yang diregangkan
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. 2.1 Persamaan Air Dangkal (SWE)
Bab 2 Landasan Teori Dalam bab ini akan dibahas mengenai Persamaan Air Dangkal dan dasar-dasar teori mengenai metode beda hingga untuk menghampiri solusi dari persamaan diferensial parsial. 2.1 Persamaan
Lebih terperinciFisika Dasar. Gelombang Mekanik 08:36:22. Mampu menentukan besaran-besaran gelombang yaitu amplitudo,
Kompetensiyang diharapkan Gelombang Mekanik Mampu mendeskripsikan gejala dan ciri-ciri gelombang secara umum Mampu menentukan besaran-besaran gelombang yaitu amplitudo, frekuensi, kecepatan, fasa dan konstanta
Lebih terperinci