PENYELESAIAN NUMERIS MASALAH NILAI BATAS MENGGUNAKAN METODE TEMBAKAN ( Linear Shooting Method ) Skripsi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYELESAIAN NUMERIS MASALAH NILAI BATAS MENGGUNAKAN METODE TEMBAKAN ( Linear Shooting Method ) Skripsi"

Transkripsi

1 PENYELESAIAN NUMERIS MASALAH NILAI BATAS MENGGUNAKAN METODE TEMBAKAN ( Linear Shooting Method ) Sripsi Diajuan untu Memenuhi Salah Satu Sarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Matematia Disusun Oleh : Yuli Purwandari NIM : 49 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 8 i

2 NUMERICAL SOLUTION OF BOUNDARY VALUE PROBLEM USING LINEAR SHOOTING METHOD THESIS Presented as Partial Fulfillment of the Requirements to Obtain the Sarjana Sains Degree in Mathematics B : Yuli Purwandari Student Number : 49 MATHEMATICS STUDY PROGRAM MATHEMATICS DEPARTMENT FACULTY OF SCIENCE AND TECNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY 8 ii

3 iii

4 iv

5 HALAMAN PERSEMBAHAN Sesungguhna sesudah esulitan itu ada emudahan, maa apabila telah selesai (dari suatu urusan) maa erjaanlah dengan sungguh sungguh (urusan ang lain) ( QS. Alam Nasrah 6-7) Dengan mengucap puji suur ehadirat Allah SWT ang telah melimpahan rahmat dan hidaah-na sripsi ini upersembahan epada : Bapa dan Ibu ang uhormati ang senantiasa mendoaan serta memberian dorongan moril maupun materiil Mas Novi, Suamiu tercinta,ang selalu sabar memberi duungan Calon anau tersaang. v

6 vi

7 ABSTRAK Masalah menelesaian suatu Persamaan diferensial dapat dibedaan menjadi dua, aitu masalah nilai awal dan masalah nilai batas. Dalam masalah nilai awal, penelesaian husus persamaan diferensial diperoleh dari satu titi awal dan pada masalah nilai batas, penelesaian husus persamaan diferensial diperoleh dari dua nilai ang berbeda atau dari dua titi. Dalam sripsi ini aan dipaparan penelesaian dari masalah nilai batas secara numeri dengan metode tembaan. Metode tembaan meredusi masalah nilai batas menjadi dua masalah nilai awal. Selanjutna edua masalah nilai awal tersebut aan diselesaiaan dengan Metode Runge-Kutta. Penelesaian dari dua masalah nilai awal tersebut aan ditambahan sehingga diperoleh penelesaian masalah nilai batas. Metode tembaan sangat sederhana dan mudah untu digunaan dalam menelesaian masalah nilai batas. Masalah nilai batas ang diredusi menjadi dua masalah nilai awal aan mudah diselesaian satu per satu. vii

8 ABSTRACT The problem to solve a differential equation can be divided into two different problems, which are initial value problem and boundar value problem. The special solution of a differential equation in initial value problem is given b one point and in boundar value problem given b two different values or from two points. This thesis discusses the solution of boundar value problem using shooting method. Linear shooting method reduce the boundar value problem into two initial value problems, then the fourth order Runge-Kutta used to solved the two initial value problems. The both solutions will be added to find the solution of boundar value problem. Shooting method is ver simple and eas to solve boundar value problem. Boundar value problem that reduce into two initial value problems will be eas to solve one b one. viii

9 KATA PENGANTAR Puji suur penusun panjatan ehadirat Allah SWT arena atas rahmat dan Karunia-Na penulisan sripsi ini dapat diselesaian dengan bai. Sripsi ini berjudul PENYELESAIAN NUMERIS MASALAH NILAI BATAS MENGGUNAKAN METODE TEMBAKAN, ang disusun untu memenuhi persaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains pada Faultas Sains dan Tenologi Universitas Sanata Darma Yogaarta. Penulisan sripsi ini tida lepas dari bantuan dan bimbingan berbagai piha, untu itu pada esempatan ini penulis mengucapan bana terima asih epada :. Allah SWT ang selalu menertai hidupu dan Al Qur an ang menjadi pedoman hidupu.. Bapa Y.G Hartono, S.Si, M.Sc dan Ibu Lusia Krismiati Budiasih, S.Si, M.Si, selau Dosen Pembimbing ang telah meluangan watu, tenaga dan piiran untu memberian bimbinganna dengan penuh esabaran epada penusun untu menelesaian sipsi ini.. Bapa Herr Pribawanto, S.Si, M.Sc. sebagai dosen penguji 4. Bapa St. Eo Hari Parmadi, S.Si, M.Kom. sebagai dosen penguji 5. Ir. Greg. Heliaro, S.J., S.S., B.S.T., M.Sc., M.A., selau Dean FST-USD 6. Segenap dosen dan arawan seretariat FST ang telah mendidi dan menediaan fasilitas ang sangat bermanfaat bagi penulis. 7. Aah, Ibu dan adiu ang senantiasa memberian semangat dan doa serta segala bantuan ang telah diberian sehingga penusun dapat menelesaian sripsi ini. 8. Mas Novi ang telah menduung setiap saat, menemaniu dan mendengaran eluh esahu serta cinta ang begitu besar ang au berian. 9. Teman-teman seperjuangan angatan, Rita, Fana, Daniel, Tedd, Indah, Eria, Ra, Alam, Maria, Deta, Ver, Ajeng dan ang tida dapat penulis sebutan satu per satu, terima asih atas bantuan dan erjasamana. i

10

11 i

12 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN HAK CIPTA... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... Halaman i iii iv v vi vii viii i i ii iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belaang Masalah... B. Rumusan Masalah... C. Pembatasan Masalah... D. Tujuan Penulisan... E. Manfaat Penulisan... F. Metode Penulisan... 4 G. Sistematia Penulisan... 4 BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL A. Pengantar Persamaan Diferensial Klasifiasi Persamaan Diferensial.... Penelesaian Persamaan Diferensial... B. Persamaan Diferensial Orde Dua.... Penelesaian Fundamental Persamaan Diferensial Linear Homogen.... Bebas Linear dan Wronsian Persamaan Diferensial Orde Dua Homogen... ii

13 C. Redusi Order... 9 D. Masalah Nilai Batas Persamaan Diferensial Orde-... BAB III METODE RUNGE-KUTTA A. Metode Simpson... 7 B. Metode Runge-Kutta Orde Empat... 9 C. Analisis Galat... 5 BAB IV PENYELESAIAN NUMERIS MASALAH NILAI BATAS MENGGUNAKAN METODE TEMBAKAN A. Metode Tembaan Linear... 5 B. Penerapan dengan Program Matlab BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iii

14 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar.... Gambar.... Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar Gambar iv

15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belaang Masalah Persamaan diferensial diperenalan oleh Gottfried Leibniz (646 76). Definisi dari persamaan diferensial biasa adalah persamaan ang memuat satu variabel bebas dan satu fungsi ang tida dietahui dan satu atau lebih derivatif dari fungsi ang tida dietahui tersebut. Selanjutna persamaan diferensial dapat dilasifiasian sesuai dengan tingatan atau orde, ani tingat tertinggi dari derivatif ang muncul dalam Persamaan Diferensial tersebut. Persamaan diferensial mempunai dua macam penelesaian, ani penelesaian umum dan penelesaian husus. Penelesaian umum adalah penelesaian ang masih memuat onstanta dan penelesaian husus adalah penelesaian ang tida lagi memuat onstanta. Untu menentuan penelesaian husus digunaan sarat sarat bantu, aitu sarat awal dan sarat batas. Persamaan diferensial dengan sarat awal disebut masalah nilai awal dan persamaan diferensial dengan sarat batas disebut masalah nilai batas. Perbedaan masalah nilai awal dan masalah nilai batas adalah masalah nilai awal merupaan persamaan diferensial ang penelesaian hususna diperoleh dari satu titi sedangan masalah nilai batas adalah persamaan diferensial ang penelesaian hususna diperoleh pada dua nilai ang berbeda atau dari dua titi, titi titi tersebut membatasi satu interval.

16 Masalah Nilai Batas dapat tida mempunai penelesaian atau jia ada penelesaianna tida tunggal. Masalah Nilai Batas bila mempunai penelesaian tunggal sulit untu diselesaian, arena tida ada teori sederhana untu menjamin penelesaian tunggal pada Masalah Nilai Batas. Untu memperoleh penelesaian Masalah Nilai Batas ang tida tunggal adalah dengan pendeatan secara numeri. Prosedur numeri ang aan digunaan dalam sripsi ini adalah Metode Tembaan (Linear Shooting Methods). Metode Tembaan adalah metode numeri ang digunaan untu menghitung nilai ang dihasilan dari penelesaian husus. Dengan menggunaan pendeatan secara numeri dengan Metode Tembaan, maa penelesaian ang diperolah tida hana penelesaian tunggal, tetapi aan menghasilan beberapa nilai Penelesaian. Prosedur dari metode tembaan aitu dengan memperiraan nilai awal untu turunan fungsi di titi awal dan menghasilan suatu penelesaian, emudian menesuaian penelesaian tersebut sehingga sesuai untu nilai fungsi di titi batas. Salah satu cara untu menelesaian Masalah Nilai Batas dengan Metode Tembaan adalah dengan meredusi persamaan menjadi dua Masalah Nilai Awal dan membentu ombinasi linear dari penelesaian tersebut sehingga diperolah penelesaian Masalah Nilai Batas. Dalam metode ini juga aan digunaan metode Runge-Kutta. Metode Runge-Kutta adalah metode perhitungan ang pratis

17 arena tida memerluan penghitungan turunan dari fungsi, tetapi hana memerluan fungsi itu sendiri. B. Rumusan Masalah Poo permasalahan ang aan dibahas dalam sripsi ini dapat ditulisan dengan beberapa pertanaan sebagai beriut. Bagaimana untu memperoleh penelesaian Masalah Nilai Batas dengan Metode Tembaan?. Bagaimana apliasina dengan menggunaan MATLAB? C. Pembatasan Masalah Dalam sripsi ini hana aan dibahas tentang Persamaan Diferensial Biasa Linear Orde- dengan Masalah Nilai Batas. Sedangan Persamaan Diferensial Linear Orde-n tida aan dibahas. D. Tujuan Penulisan Penulisan ini bertujuan untu memperdalam pengetahuan tentang Persamaan Diferensial Linear Orde- serta metode penelesaianna. E. Manfaat Penulisan Manfaat ang diharapan dalam sripsi ini adalah penulis dapat mengetahui dan memahami Persamaan Diferensial Linear Orde- metode penelesaianna secara numeri.

18 4 F. Metode Penulisan Metode penulisan ang digunaan dalam penulisan sripsi ini adalah metode studi pustaa, aitu dengan membaca dan mempelajari materi dari buubuu acuan ang telah tersedia. Jadi dalam sripsi ini tida ada penemuan baru. G. Sistematia Penulisan BAB I Pendahuluan A. Latar Belaang Masalah B. Rumusan Masalah C. Batasan Masalah D. Tujuan Penulisan E. Manfaat Penulisan F. Metode Penulisan G. Sistematia Penulisan BAB II Persamaan Diferensial Biasa A. Pengantar Persamaan Diferensial B. Persamaan Diferensial Orde Dua D. Redusi Order C. Masalah Nilai Batas Persamaan Diferensial Orde- BAB III Metode Runge-Kutta Orde Empat BAB IV Penelesaian Masalah Nilai Batas Dengan Metode Tembaan

19 5 BAB V Penutup A. Kesimpulan B. Saran

20 6 BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL A. Pengantar Persamaan Diferensial Definisi.. Persamaan diferensial adalah persamaan ang memuat derivatif derivatif atau turunan dari satu fungsi. Contoh : a. d e d b. d ( )d c. " 4 ( ). Klasifiasi Persamaan Diferensial Persamaan diferensial dielompoan dalam beberapa cara. Jia fungsi ang tida dietahui hana bergantung pada satu variabel bebas, persamaan tersebut disebut Persamaan Diferensial Biasa. Contoh Persamaan diferensial biasa : a. d ( )d b. " 4 ( ) c. d d 5d Persamaan di atas merupaan persamaan diferensial biasa dengan mewaili fungsi ang belum dietahui atau variabel ta bebas (dependent variable) dan mewaili variabel bebas (independent variable).

21 7 Jia fungsi ang tida dietahui bergantung pada dua atau lebih variabel bebas, maa persamaan tersebut disebut persamaan diferensial parsial. Contoh Persamaan diferensial parsial : u u a. u u b. t t Persamaan tersebut merupaan persamaan diferensial parsial, dengan u mewaili satu fungsi ang belum dietahui atau variabel ta bebas dan,, t mewaili variabel variabel bebas Selanjutna persamaan diferensial dilasifiasian berdasaran orde derivatif tertinggi ang muncul pada persamaan diferensial tersebut atau sering disebut sebagai orde atau derajat. Definisi.. Orde dari persamaan diferensial adalah derajat / orde tertinggi ang muncul pada persamaan diferensial. Klasifiasi persamaan diferensial menurut orde atau derajatna : ) Persamaan Diferensial Orde- Bentu umum persamaan diferensial Orde- F (,, ' )

22 8 Contoh : d a. t dt b. '( t) t ) Persamaan Diferensial Orde- Bentu umum dari persamaan diferensial Orde- F (,, ', " ) Contoh : d a. t dt d d b. 4 dt dt ) Persamaan Diferensial Orde e-n Bentu umum persamaan diferensial Orde e-n F ( n) (,, ',..., ) Definisi.. : Persamaan diferensial orde e-n disebut linear dalam jia persamaan tersebut dapat ditulis dalam bentu : n ( n ) a ( ) a ( ) a( ) ' a( ) f ( ) n n K dimana a,, a, K a n dan f adalah fungsi ontinu dalam interval dan a n ( ) dalam interval tersebut. Fungsi () disebut oefisien fungsi. a

23 9 Definisi di atas menebutan bahwa persamaan diferensial biasa linear jia ondisi beriut dipenuhi : a. Fungsi ang belum dietahui dan derivatif derivatifna secara aljabar berderajat satu. b. Tida ada hasil ali ang beraitan dengan fungsi ang belum dietahui dan derivatif derivatifna atau dua atau lebih derivatif. c. Tida ada fungsi transendental dari,,, misalna e, cos dan seterusna. Persamaan diferensial ang tida linear disebut nonlinear. Contoh.. : a. Persamaan beriut ini adalah linear : " ' " e 5 Perhatian bahwa pergantian variabel bebas dalam persamaan diferensial tida mempengaruhi lasifiasi linear. b. Persamaan Diferensial Biasa Orde- : ( ) nonlinear arena derivatif pertama dari fungsi ang belum dietahui berderajat tiga. c. Persamaan Diferensial Orde- : 5 cos nonlinear arena cos adalah fungsi transendental dari fungsi ang belum dietahui.

24 . Penelesaian Persamaan Diferensial Definisi..4 : Suatu eluarga berparameter-n dari penelesaian persamaan diferensial orde-n disebut penelesaian umum dari persamaan diferensial jia semua penelesaian Persamaan Diferensial dapat diperoleh dari eluarga berparameter-n. Definisi..5 : Suatu penelesaian persamaan diferensial orde-n ang diperoleh dari penelesaian umum dengan menentuan nilai n parameter disebut penelesaian husus. Contoh.. : a. Penelesaian umum dari 9 adalah eluarga berparameterdua c cos c sin Suatu penelesaian husus dapat diperoleh dengan mengambil dua nilai parameter, misal c dan c, diperoleh penelesaian : cos sin b. Dietahui c e c e adalah penelesaian umum dari persamaan diferensial orde-dua, carilah penelesaian husus ang memenuhi () dan () -. Penelesaian :

25 Diberian nilai untu dan, untu menentuan, penelesaian ang dietahui diturunan terhadap, diperoleh : ce c e untu menghitung c dan c, dengan mensubstitusian, dan, - e persamaan ang sesuai, diperoleh : c c - c c dengan menelesaian persamaan untu c dan c diperoleh 5 c ; c, sehingga penelesaian husus menjadi : e 5 e Penelesaian umum persamaan diferensial orde-n memuat n onstanta sembarang untu menentuan penelesaian husus ditentuan n persamaan pada fungsi penelesaian dan derivatif derivatifna dan emudian menelesaian n onstanta sembarang. Ada dua metode menetapan Sarat sarat bantu. Definisi..6 : ) Jia sarat bantu pada persamaan diferensial ang dietahui berhubungan dengan sebuah nilai, sarat itu disebut sarat awal. Persamaan diferensial dengan sarat awalna disebut Masalah Nilai Awal ( M N A ).

26 ) Jia sarat bantu pada persamaan diferensial ang dietahui berhubungan dengan dua atau lebih nilai, sarat itu disebut sarat batas atau nilai batas. Persamaan diferensial dengan sarat batasna disebut Masalah Nilai Batas ( M N B ). Contoh.. : a., () adalah masalah nilai awal b., (), () adalah masalah nilai awal c. -, (), () - adalah masalah nilai batas Orde-. B. Persamaan Diferensial Orde Dua Persamaan diferensial orde- mempunai Bentu umum : d d d f,, d (.. ) dengan f adalah fungsi ang dietahui. Biasana variabel bebas dinotasian dengan t, arena dalam masalah masalah fisia watu dilambangan dengan t ang merupaan variabel bebas, tapi seringali variabel bebas juga dinotasian dengan dan variabel ta bebas dilambangan dengan. persamaan (.. ) diataan linear jia fungsi f mempunai bentu d d f,, g( t) p( t) q( t) d d (.. ) jia f linear dalam dan. g, p, q adalah fungsi dari variabel bebas tapi tida bergantung pada, maa persamaan ditulis : p() q() g() (.. )

27 atau P() Q() R() G() (..4 ) Jia P( ), maa persamaan (..4 ) dapat dibagi dengan P() Q( ) R( ) G( ) " ' (..5 ) P( ) P( ) P( ) Persamaan (.. ) disebut non linear jia tida dalam bentu (.. ) atau (..4 ). Persamaan diferensial orde- disebut homogen jia pada persamaan (..), g() untu semua dan disebut nonhomogen jia g( ).. Penelesaian Fundamental Persamaan Diferensial Linear Homogen Contoh.. : Carilah penelesaian tunggal dari masalah nilai awal p() q() ; ( ) ; ( ) (..7 ) dengan p dan q ontinu pada interval terbua I dan pada interval tersebut fungsi maa Φ() untu semua di I, memenuhi Persamaan Diferensial dengan etunggalan dari Teorema.. maa Φ() merupaan penelesaian tunggal persamaan diferensial. Teorema.. Jia dan adalah penelesaian persamaan diferensial p() q() maa c c (..8)

28 4 juga merupaan penelesaian persamaan diferensial diatas untu sebarang onstanta c dan c. Buti : Dietahui dan adalah penelesaian persamaan diferensial orde-, maa : p() q() ( arena penelesaian ) p() q() ( arena penelesaian ) Aan dibutian c c juga penelesaian (c c ) p() (c c ) q() (c c ) c c c p() c p() c q() c q() c ( p() q() ) c ( p() q() ) c. c. Jadi terbuti c c juga penelesaian dari persamaan diferensial orde-. Contoh.. Selesaianlah persamaan (..9) Penelesaian : Persamaan (..9) menunjuan bahwa aan dicari suatu fungsi ang turunan edua dari fungsi tersebut sama dengan fungsi itu sendiri atau. Suatu fungsi ang sesuai dengan persamaan tersebut misalna fungsi esponensial () e dan () e -, arena: () e sehingga () e dan () e - sehingga () e -

29 5 Jadi edua fungsi tersebut merupaan penelesaian. Contoh.. Butian apaah fungsi e dan 5e - juga penelesaian persamaan pada contoh..! Penelesaian : () e sehingga () e dan () 5e - sehingga () 5e - dengan cara ang sama fungsi c () c e dan c () c e - juga memenuhi persamaan (..9) untu semua nilai onstanta c dan c, emudian penjumlahan dari penelesaian penelesaian tersebut juga merupaan penelesaian. Misalan dengan fungsi e dan 5e - jia dijumlahan mea juga merupaan penelesaian, arena : e - 5e - e 5e - e - 5e - Selanjutna arena c () dan c () adalah penelesaian, maa demiian juga dengan fungsi c () c () c e c e - (..) untu semua nilai c dan c. Dengan mencari diperoleh : c e c e - c e c e - Jadi dapat dilihat bahwa fungsi () e dan () e - adalah penelesaian dari persamaan (..9) demiian juga ombinasi linear dari persamaan (..).

30 6 Koefisien c dan c pada persamaan (..8) adalah sebarang. Persamaan tersebut merupaan eluarga penelesaian ang tida terbatas dari persamaan (..8). Hal ini memunginan untu mengambil contoh dari eluarga penelesaian ang memenuhi masalah nilai awal. Contoh..4: dengan () ; () (.. ) Penelesaian dari persamaan (..) adalah melalui titi (,) dan pada titi tersebut mempunai gradien m -. Pertama pada dan dan, dengan mensubstitusian pada persamaan (..), diperoleh : c c emudian persamaan (..) diturunan menjadi c e - c e - substitusian nilai dan, diperoleh c - c - dengan menelesaian edua persamaan di atas, dipeoleh c dan c masuan nilai c dan c e persamaan (..), maa diperoleh penelesaian husus dari persamaan (..) aitu : e e

31 7 Teorema.. Jia dan adalah penelesaian dari persamaan diferensial dan dengan p() q() w ( ) ; ( ) dengan sarat awal maa dapat ditemuan onstanta c dan c sedemiian hingga c () c () memenuhi persamaan diferensial dan nilai awal. Buti : Persamaan Diferensial : p() q() (*) ( ) ; ( ) (**) dan penelesaian P. D (*) dan menurut teorema.. c () c () juga penelesaian P.D (*) maa dengan mensubstitusian ( ) dan ( ) diperoleh c ( ) c ( ) c ( ) c ( ) (i) (ii) Dengan aturan Cramer diperoleh : ' ' ( ) c dan ( ) ( ) ' ( ) ( ) ' ( ) Supaa c dan c ada maa c ( ' ' ( ) ( ) ( ) ' ( ) ) ' ( )

32 8 ( ) ( ) ' ' w ( ) ( ) ( ) ( ),, ( ) ( ) Jadi teorema terbuti. Teorema.. : Jia dan adalah penelesaian persamaan diferensial p() q() dan jia pada titi, nilai wronsian dari dan tida sama dengan nol, maa eluarga penelesaian c () c () dengan sebarang oefisien c dan c memuat setiap solusi Persamaan Diferensial Buti : Misalan Φ() penelesaian lain dari persamaan diferensial p() q() ( ) ; ( ) maa Φ p()φ q()φ Φ( ) Φ ( ) Dari Teorema.. dietahui bahwa c () c () juga penelesaian dari persamaan diferensial. Menurut Teorema.. penelesaian persamaan diferensial tunggal, maa Φ() c () c (). Jadi teorema terbuti.

33 9 Contoh..5 : Butian bahwa dan adalah penelesaian persamaan diferensial dan tentuan apaah merupaan penelesaian fundamental dari persamaan : 4 ; cos ; sin penelesaian : (i) cos (ii) sin - sin cos -4 cos -4 sin substitusian e persamaan (i) -4 cos 4 cos (ii) -4 sin 4 sin jadi dan adalah penelesaian Wronsian : cos sin (, )( ) w (cos sin ). sin cos jadi dan merupaan penelesaian fundamental. Penelesaian umum dari 4 adalah c () c () c cos c sin. Bebas Linear dan Wronsian Dua buah fungsi f() dan g() diataan bebas linear pada interval I bila persamaan ombinasi linear dari dua fungsi tersebut, m f() n g() untu setiap I hana dipenuhi oleh m n. Bila tida demiian maa diataan f() dan g() bergantung linear.

34 Penelesaian umum persamaan diferensial sebagai ombinasi linear dengan Wronsian tida sama dengan nol, berhubungan dengan onseb bebas linear dari dua fungsi. Aan dilihat sistem persamaan aljabar linear homogen beriut : a a a a (.. ) dan misal Δ aa a a adalah determinan dari oefisien oefisienna. Kemudian, adalah penelesaian tunggal dari sistem (..) jia dan hana jia Δ, selanjutna sistem (..) mempunai ta nol penelesaian jia dan hana jia Δ. Dua fungsi f dan g diataan bebas linear pada interval I jia ada dua onstanata dan, edunna ta nol, sehingga : f() g() (.. ) Untu semua pada interval I. Fungsi f dan g diataan bebas linear pada interval I jia tida ta bebas linear, sehingga persamaan (..) berlau untu semua di I hana jia. Contoh..6 : Tunjuan bahwa fungsi e dan e bebas linear pada setiap interval Penelesaian : Misal : e e (..4 ) Untu semua pada interval, harus ditunjuan bahwa. pilih dua titi dan dimana, dengan mensubstitusian titi titi tersebut pada persamaan (..4), diperoleh :

35 e e e e (..5 ) Determinan dari oefisien oefisienna : e e e e e e (e e ) Karena determinan tida nol, maa penelesaian tunggal dari persamaan (..5) adalah. jadi e dan e bebas linear.. Persamaan Diferensial Orde- Homogen Persamaan Diferensial Homogen mempunai bentu umum : P() q() R() Persamaan diferensial linear orde- homogen dengan oefisien onstan mempunai bentu umum : a" b' c (..6 ) dengan a, b, c sembarang bilangan real. Misalan penelesaian persamaan diatas berbentu e r, dengan r suatu parameter ang harus ditentuan, maa : re r r e r dengan mensubstitusian, dan e persamaan (..6), sehingga diperoleh : r r a( r e ) b( re ) r ( ar br c) e ce r arena r e maa

36 ar br c (..7 ) adalah persamaan arateristi untu persamaan (..6). Parameter r merupaan aar persamaan arateristi dan e r penelesaian dari persamaan (..6). Karena persamaan (..7) adalah persamaan uadrat dengan oefisien - oefisien real, maa persamaan tersebut mempunai dua aar ang aar aarna bisa real dan berbeda, real dan sama atau aar aar omples. a. Aar aar Persamaan Real dan Berbeda Aar aar persamaan real dan berbeda jia b 4ac positif. Andaian aar aar persamaan dinotasian dengan r dan r dimana r r, emudian e r dan e r adalah penelesaian dari persamaan (..6), maa r r c ( ) c ( ) ce ce (..8 ) juga merupaan penelesaian. Untu memerisa bahwa persamaan di atas juga penelesaian, maa dapat diturunan menjadi : r r ' cre cre (..9 ) dan r r ' cr e cr e (..) dengan mensubstitusian edua persamaan di atas e persamaan (..6) diperoleh : r r r r r r a " b' c a( c re c r e ) b( c re c r e ) c( c e c e ) r r c ( ar br c) e c( ar br c) e

37 jumlah dari setiap sisipan pada ruas anan pada persamaan di atas adalah nol, arena r dan r adalah aar aar dari persamaan (..7). Jadi penelesaian umum dari persamaan (..6) adalah persamaan (..8). Andaian diberian suatu nilai awal ( ) dan ( ) dengan mensubstitusian dan pada persamaan (..8), diperoleh : c e r r c e (..) emudian dan pada persamaan (..9), diperoleh c re r r c r e ' dengan menelesaian edua persamaan di atas, diperoleh c ' r r ' r r e dan e r r r r c Jadi dengan nilai dari c dan c pada persamaan di atas, maa persamaan (..8) merupaan suatu penelesaian dari masalah nilai awal a b c dengan ( ) ; ( ) Contoh..7 : Selesaian 5 6 dengan () dan ()! Penelesaian : Misal : e r re r r e r substitusian e Persamaan : " 5' 6

38 4 r e r 5re r 6e r diperoleh persamaan arateristi : r 5r 6 (r ) (r ) r - atau r - Jadi e - dan e - adalah penelesaian fundamental sehingga penelesaian umum : c c c e c e substitusian dan, didapat c c dengan menurunan penelesaian umun dan mensubstitusian dan, diperoleh -c - c dengan menelesaian persamaan (4 dan (5), diperoleh c 9 dan c -7. Jadi penelesaian hususna adalah : 9e - 7e - b. Aar aar Persamaan Karateristi Bilangan Komples Suatu persamaan diferensial homogen a b c (..) dimana a, b dan c adalah bilangan real, telah dietahui bahwa jia dicari penelesaian dari e r maa r adalah aar persamaan arateristi dari ar br c (.. ) andaian disriminan b 4ac negatif, maa aar aar persamaan (..) adalah bilangan omples dan dinotasian dengan dimana r λ iμ dan r λ iμ λ, μ real, dengan nilai

39 5 b λ dan a μ 4ac b a ( λ iμ ) ( λ iμ ) sehingga ( e dan ( e (..4) ) ) persamaan (..4) diubah menjadi rumus Euler s dengan menggunaan deret Talor untu e diseitar : n e dengan - < < n! n jia diasumsian bahwa dapat disubstitusian i untu mengganti pada persamaan di atas e i ( i) n! n n n ( ) (n)! n i n n n ( ) (n )! n arena cos n n ( ) (n)! n dan sin n n ( ) (n )! n maa e i cos i sin (..5) persamaan (..5) disebut sebagai rumus Euler s. Variasi dari rumus Euler s adalah sebagai beriut. Jia diganti dengan, maa : e -i cos - i sin jia diganti dengan μ maa : e i μ cos μ isin μ (..6) jia diganti dengan ( λ i μ), maa : e ( λ μi) e e λ iμ emudian substitusian e persamaan (..6), diperoleh e ( λ iμ ) e λ (cosμ isin μ)

40 6 λ λ e cos μ ie sin μ (..7 ) fungsi () dan () pada persamaan (..4) dan persamaan (..7) adalah penelesaian dari persamaan (..) dengan mensubstitusian ( ) ( ) λ e cos μ u( ) ( ) ( ) λ e sin μ v( ) i denngan menghitung Wronsian dari u dan v λ w( u, v)( ) μe jia μ jadi u() dan v() merupaan penelesaian fundamental dari Persamaan Diferensial. Penelesaian Umum Persamaan Diferensial adalah : e λ ( c cos μ c sin μ ) Contoh..8 : Selesaian! Penelesaian : Substitusian e r ; Persamaan areteristi : r r Aar aar persamaan arateristi : r, ± 4... ± ± ( ) ± ± i

41 7 diperoleh λ dan μ penelesaian umum : e ( c cos c sin ) c. Aar aar Persamaan Karateristi Real dan Sama Suatu persamaan diferensial homogen dengan oefisien onstan dengan persamaan arateristi ar br c (..8 ) dimana a, b dan c adalah bilangan real, diataan mempunai aar sama dan real jia b 4ac. Sehingga aar aarna r r b a Jadi hana diperoleh satu penelesaian aitu b a ( ) e sehingga harus dicari penelesaian edua aitu () ang bebas linear. Untu mencari digunaan metode d Alembert. Karena () adalah penelesaian persamaan (..) dan demiian juga dengan c () untu semua c onstan, maa hal tersebut digunaan untu mencari (), denngan mengganti c dengan v(). Sehingga hasil dari v() () adalah penelesaian dari persamaan (..). Andaian : () v() () b a ( ) v( ) e b b b a a '( ) v'( ) e v( ). e a

42 8 a b a b a b e v a b e v a b e v ) ( 4 ) '( ) "( ) '( substitusian e persamaan (..), diperoleh : ' 4 ' " a b e cv v a b v b v a b v a b v a jadi 4 ) 4 ( ' ) ( " a ac b a ac b v c a b a b v b b av sehingga av v a b e d v v d v v ) ( ' " ' diperisa apaah dan bebas linear dengan wronsian ) )(, ( a b a b a b a b a b e e a b e a b e e w jadi diperoleh penelesaian umum : a b a b e c c e ) ( Contoh..9 : Selesaian 4 4 ; (-) ; (-) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43 9 Penelesaian : Penelesaian umum : 4 4 a ce ce c e ' c e c e c e c e substitusian - dan, diperoleh c e c e substitusian - dan pada, diperoleh -c e c e dengan menelesaian edua persamaan di atas, diperoleh c 7e - dan c 5e - Jadi penelesaian husus : 7e e 5e e C. Redusi Order Persamaan Diferensial Linear Orde- p() q() (.. ) Jia () adalah penelesaian dari persamaan (..), maa dengan menggunaan metode d Alembert dapat dicari (). Karena () penelesaian maa : v() () v () () v() () v () () v () () v() () Dengan mensubstitusian, dan e persamaan (..), diperoleh v ( p )v ( p q )v

44 Karena adalah penelesaian dari persamaan (..) maa oefisien v, sehingga : v ( p )v Dengan mengandaian u v maa u v, sehingga u ( p )u Merupaan persamaan diferensial orde satu sehingga dapat diselesaian sebagai persamaan diferensial t-atau dengan variabel terpisah. Prosedur ini disebut dengan redusi order, arena langah penelesaianna dengan menggunaan persamaan diferensial orde satu. Contoh.. : Misal () - penelesaian dari, carilah ()! Penelesaian : Misal : v() -, maa v -.-v - ; v - v - v - dengan mensubstitusian, dan, diperoleh (v - v - v - ) (v - v - ) v - v v persamaan di atas diredusi menjadi persamaan diferensial orde satu sehingga diperoleh penelesaian : v () c / v() / c / penelesaian umum : / c /

45 D. Masalah Nilai Batas Persamaan Diferensial Orde- Definisi.4. : Persamaan diferensial dengan bentu : f (,, ) untu a b (.4.) dengan nilai batas (a) α dan (b) β (.4.) disebut Masalah Nilai Batas Masalah nilai batas adalah persamaan diferensial dengan Penelesaian husus ang diperoleh pada dua nilai ang berbeda dari variabel bebas. Berbeda dengan masalah nilai awal ang penelesaian hususna diperoleh dari satu titi, masalah nilai batas diperoleh dari dua titi. Titi titi tersebut membatasi satu interval dimana masalah nilai batas tersebut harus diselesaian. Definisi.4. : Suatu penelesaian masalah nilai batas adalah penelesaian dari Persamaan Diferensial ang memenuhi nilai batas ang didefinisian sepanjang interval ang diberian. Untu menelesaiaan suatu masalah nilai batas, ada dua langah : a. Mencari penelesaian umum dari persamaan diferensial tersebut b. Menentuan suatu nilai onstan pada penelesaian umum sehingga memenuhi masalah nilai batas.

46 Contoh.4.: Selesaian masalah nilai batas - dengan nilai batas () dan ()! Penelesaian : Misalan : e r re r r e r persamaan arateristi : r aar aar : r v r - Penelesaian Umum : c e c e - Untu : c c (*) Untu : c e c e - (**) Selesaian persamaan (*) dan (**) dengan mengalian persamaan (*) dengan e, diperoleh e e diperoleh penelesaian husus : c dan c e e e e e e e e e e e e Contoh.4. ( Model Difusi ) : Difusi merupaan proses penghamburan atau penebaran suatu zat ang dapat terpisah dalam zat cair pada suatu tempat. Penebaran tersebut dipengaruhi oleh perubahan onsentrasi dan menebar dari onsentrasi tinggi

47 e onsentrasi rendah. Proses tersebut berhenti jia onsentrasina sudah seimbang. Perubahan onsentrasi dari titi e titi merupaan turunan dari onsentrasi tersebut terhadap posisi dan disebut dengan gradien onsentrasi. Jia () adalah onsentrasi di titi, maa gradien onsentrasina di titi adalah () dan aliran zat arena difusi adalah D (). area onsentrasi onsentrasi tinggi -Dc () rendah c c ()< Gambar. Misalan aliran air laut ang mengandung garam dengan onsentrasi tinggi melalui sebuah anal e air ang onsentrasi garamna lebih rendah L. Andaian bagian anal tersebut berada pada oordinat dan Δ. A() V() V( Δ ) Δ Gambar.

48 4 Volume air ang mengalir per satuan watu melalui edua tembo adalah hasil ali antara dari luas permuaan tembo dan ecepatan aliran air pada anan, aitu AV. Dan ecepatan total dimana garam masu arena aliran air adalah hasil ali volume air dengan onsentrasi, aitu AV. Jadi aliran garam ang masu dari ruas iri adalah : A()V()() Dan eluar dari ruas anan A( Δ ) V( Δ ) ( Δ ) Aliran garam melalui suatu area arena difusi adalah D, maa rata rata difusi ang masu melalui ruas iri adalah : -A()-D () dan eluar dari ruas anan : -A( Δ )-D ( Δ ) Jadi total garam ang eluar dari ruas anan -A( Δ )-D ( Δ ) A( Δ ) V( Δ ) ( Δ ) arena massa garam tida dapat berubah menurut watu, dan menurut huum eseimbangan, rata rata masu sama dengan rata rata eluar (rate in rate out), maa -A()-D () -A( Δ )-D ( Δ ) -A( Δ )-D ( Δ ) A( Δ ) V( Δ ) ( Δ ) dengan mengumpulan e ruas anan dan membagi dengan Δ, diperoleh : A( Δ) '( Δ) A( ) '( ) D Δ A( Δ) V ( Δ) ( Δ) A( ) V ( ) ( ) Δ

49 5 arena limit Δ menjadi nol, maa diperoleh persamaan diferensial orde- dengan nilai batas : -D (A () ()) (A () V() ()) dengan nilai batas c() c, c(l) c L Contoh.4. : Selesaian Model difusi D " V' ; () 8 dan (L) dengan D m /s ; V.778 m/s ; L 4, m penelesaian : Misal : e r D V re r r e r persamaan arateristi : r D rv r ( rd V ) r r V D penelesaian umum : c ce V D untu : c c 8 (*) VL D untu L : c c e (**) selesaiaan (*) dan (**) untu memperoleh c dan c, diperoleh

50 6 c 8 e 8 VL D 8e e VL D VL D c e 8 VL D diperoleh penelesaian husus : ( ) 8e e VL D VL D 8e e VL D V D

51 7 BAB III METODE RUNGE - KUTTA A. Metode Simpson Prinsip dasar metode Simpson aitu membagi interval (batas integral) e dalam n subinterval. Selanjutna untu setiap subinterval dibuat urva uadrati ang menginterpolasi titi-titi di dalam subinterval tersebut. Nilai pendeatan integral diperoleh dengan menjumlahan semua luas bidang ang dibatasi sumbu dan urva uadrati tersebut pada semua subinterval. Metode integrasi Simpson merupaan pengembangan metode integrasi trapezoida, hana saja daerah pembagina buan berupa trapesium tetapi berupa dua buah trapesium dengan menggunaan pembobot berat di titi tengahna seperti telihat pada gambar beriut ini. Atau dengan ata lain metode ini adalah metode rata-rata dengan pembobot uadrat. Gambar. Pembagian urva setiap dua buah trapezium dengan pembobot berat.

52 8 Bila menggunaan trapesium luas bangun di atas adalah : ( ) ( ) ( i i i i i i i f f f h f f h f f h L ) (..) Pemaaian aturan simpson dimana bobot fi sebagai titi tengah dialian dengan untu menghitung luas bangun diatas dapat ditulisan dengan: ( ) ( ) ( 4 i i i i i i i f f f h f f h f f h L ) (..) perhatian gambar beriut : Gambar. Pembagian urva dengan metode Simpson Dengan menggunaan aturan Simpson, luas dari daerah ang dibatasi fungsi f() dan sumbu X dapat dihitung sebagai beriut : ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) n n n n f f h f f h f f h f f h f f h f f h L 4 _ (..) atau dapat ditulisan dengan : n igenap i iganjil i f f f f h L 4 (..4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53 9 Algoritma Metode Integrasi Simpson adalah : a. Definisian f() b. Tentuan batas bawah (a) dan batas atas integrasi (b) c. Tentuan jumlah pembagi n d. Hitung h (b-a)/n e. Hitung : h L f 4 fi fi iganjil igenap f n B. Metode Runge Kutta Orde Empat Peninjauan metode perhitungan ang pratis dimulai dengan suatu elas metode ang luas, ang dienal dengan metode Runge-Kutta. Metode Runge-Kutta mempunai tiga sifat ang utama :. Metodena satu langah: untu mencapai n hana diperluan eterangan ang tersedia pada titi sebelumna aitu n, n.. Mendeati etelitian metode deret Talor sampai suu dalam h p, dimana nilai p berbeda, dan p ini disebut derajat dari metode.. Tida memerluan penghitungan turunan f(, ) tetapi hana memerluan fungsi itu sendiri. Sifat etiga tersebut ang menebaban metode Runge-Kutta lebih pratis. Metode Runge-Kutta ang aan dibahas dalam Bab ini adalah Metode Runge-Kutta Orde-4. Metode Runge-Kutta Orde-4 mempunai dua versi ang sering digunaan. Bentu pertama aitu berdasaran aturan Simpson s / dan ditulis sebagai beriut : hf( n, n )

54 4, h hf n n (..), h hf n n 4 hf( n, n h) [ ] 4 6 n n bentu edua berdasaran pada aturan Simpson s /8, dan ditulis : hf( n, n ), h hf n n (..), h hf n n 4 hf( n, n h) [ ] 4 8 n n dengan nilai n dimulai dari n dan iterasi berhenti jia nilai sudah terpenuhi. Contoh.. : Hitunglah () dengan menelesaian (), ' dengan metode Runge-Kutta orde-4 dengan h! Penelesaian : Persamaan ditulis sebagai : PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55 4 f (, ) dengan dan. Karena hana diminta untu satu interval maa penghitungan seluruhna adalah : n : hf (, ), h ( (.75) ) hf hf,.64 h ( (.68) ) hf(, h) ( (.6) ) 6 [ ] 6 4 [.5 (.64) (.688).99]. 8 Contoh.. : Selesaianlah ; (), dengan metode Runge-Kutta orde-4 dengan h. pada! Penelesaian : Persamaan ditulis sebagai : f(, ) dengan dan t untu n dan. : hf(, t ). ( ). h hf,. [(.)(.) ].

56 4 h hf,. ( [.)(.) ]. 4 hf( n, n h).[(.)(.) ] [ ] 4 [. (.) (.).8]. 6 untu n dan.4 : hf(, ). [(.6)(.) ].8 hf, h.[(.6.45)(..) ].84 hf, h.[(.6.9)(..) ] hf(, h).[(.6.87)(..) ].7 6 [ ] [.8 (.84) (.87).7]. 49 untu n dan.6 : hf(, ). [(.49)(.4) ].7 hf, h.[(.49.69)(.4.) ].59

57 4 hf, h.[(.49.69)(.4.) ] hf(, h).[( )(.4.) ].8 6 [ ] [.7 (.59) (.549).8]. 677 untu n dan 4.8 : hf(, ). [(.677)(.6) ].8 hf, h.[( )(.6.) ].45 hf, h.[( )(.6.) ].68 4 hf(, h).[( )(.6.) ] [ ] [.8 (.45) (.68).59] untu n 4 dan 5 : hf( 4, 4 ). [(.9945)(.8) ].59

58 44 hf 4, 4 h.[( )(.8.) ].4 hf 4, 4 h.[( )(.8.) ].46 4 hf( 4, 4 h).[( )(.8.) ] [ ] [.59 (.4) (.46).48]. 467 diperoleh penelesaian untu pada () n 5 Pen.hampiran Pen. esa P.esa-P.hamp Kesalahan relatif >>

59 45 Gambar. Grafi metode Runge utta orde 4 Untu h. maa hasilna n Pen.hampiran Pen. Esa P.esa-P.hamp Kesalahan rel

60 >> Gambar.4 Grafi metode Runge utta orde 4 Dari gambar. dan.4 dapat dilihat bahwa jia langah h diperecil n menjadi lebih bana dan selisih antara penelesaian hampiran dan penelesaian esana atau esalahan relatifna semain besar. Jadi penelesaianna tida aurat.

61 47 Apliasi dari metode Runge-Kutta untu Persamaan Diferensial Orde Dua untu Masalah Nilai Awal adalah sebagai beriut. Misalan suatu Persamaan Differensial orde- : () a () b() q(), (), () (..) dimana a dan b adalah oefisien dan q() adalah fungsi ang dietahui dan diberian nilai awal. Dengan mendifinisian : z(t) () (..4) persamaan diatas dapat diredusi menjadi dua Persamaan Diferensial Orde- f(, z,) z, () z g(, z,) -a b q, z() (..5) Metode Runge-Kutta orde 4 untu persamaan diatas tersebut menjadi hf( n, z n, n ) hz n l hg( n, z n, n ), h l z hf n n n, h l z hg l n n n (..6), h l z hf n n n, h l z hg l n n n 4 hf( n, z n l, n h) l 4 hg( n, z n l, n h) [ ] 4 6 n n PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62 48 [ ] 4 6 l l l l z z n n nilai n dimulai dengan n dan iterasi berhenti jia t terpenuhi. Contoh.. : Hitunglah () untu dengan (), () dan h,5! Penelesaian : Dengan mendifinisian : z(t) (t) f(, z, t) z, () z g(, z, t) -z, z() aan diselesaian dengan h.5, dan n dan n h,5,5 hf(, z, ) hz.5 ( ) l hg(, z, ),5 [ ()], h l z hf,5 (6), h l z hg l,5 [ -6 ( )] 9, h l z hf PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63 49 l,5 (4,5),5 hg, z l h,5 [-4,5 (,5)] 8,75 4 hf(, z l, h),5(8,75) 9,75 l 4 hg(, z l, h),5[-8,75 (4,5)] 6,5 6 [ ] 6 [ () (,5) 9,75] 5, 5 z z 6 [ l l l l ] 6 untu n dan,5,5 [ 8 7,5 6,5], hf(, z, ) hz.5 (,94 ) 6,97 l hg(, z, ),5 [ -,94 (5,5)] 4,9 hf, z l h,5 [,94,45],95 l hg, z l h,5 [ -6,9 (5,5,5 )] 9,68

64 5 hf, z l h,5 (,78) 6,89 l hg, z l h,5 [-,78 (,9)] 54,57 4 hf(, z l, h),5(68,5) 4,55 l 4 hg(, z l, h),5[-68,5 (,)] 98,95 6 [ ] 5,5 6 4 [ 6,97 6,9,7 4,55], 7 z z 6 [ l l l l ], [ 4,9 79,6 9,4 98,95] Jadi (),7 penghitungan atau iterasi berhenti jia sudah terpenuhi, pertambahan sesuai dengan h ang dietahui, dimana n n h. Metode Runge Kutta Orde Empat ini aan digunaan dalam Metode Tembaan untu menelesaian dua masalah nilai awal ang diperoleh dari meredusi masalah nilai batas.

65 5 C. Analisis Galat Galat pada pemotongan dari metode Runge-Kutta untu orde e p adalah Kh p dimana K adalah onstan. Penurunan batas K buanlah hal ang sederhana, dan selain itu perhitunganna memerluan besaran ang tida tampa. Salah satu esuaran dari metode Runge-Kutta adalah urang sederhanana cara penafsiran galatna. Tasiran galat merupaan hasil tambahan dari perhitungan titi ang baru. Tanpa tasiran galat pemotongan, suar untu memilih nilai h ang pantas. Suatu patoan dasar adalah demiian: menjadi lebih besar ( lebih besar dari ratusan ) maa h harus diperecil. Ambil n harga ang benar pada jawab nh. Maa dari metode lasi orde eempat : n (h) n Kh 5 dimana supersrip (h) pada n menunjuan bahwa n dihitung dengan uuran selang h. Bila selanjutna digunaan selang h/, didapat : n h n h 5 jia edua persamaan diurangan : ( h) n h n 5 Kh 6 5 dan galat pemotongan adalah : E T Kh 5 6 h ( h) n n 5

66 5 BAB IV PENYELESAIAN NUMERIK MASALAH NILAI BATAS MENGGUNAKAN METODE TEMBAKAN Untu menelesaian masalah nilai batas persamaan diferensial biasa orde dua ada beberapa metode ang dapat dilauan antara lain metode selisih berhingga, metode elemen hingga, dan metode tembaan (shooting method). Metode tembaan merupaan metode ang sederhana dan mudah digunaan. Metode ini beerja dengan cara mcrcdusi masalah nilai batas menjadi masalah nilai awal. Metode Tembaan sangat bergantung pada pemilihan nilai slope awal ang tida dietahui nilaina. Metode Tembaan aan berhasil pemaaianna bila pemilihan slope awal ang dipilih mendeati slope ang sebenarna. Disebut Metode Tembaan arena pada dasarna metode ini dilauan dengan menemba satu nilai awal sebagai penelesaian, apabila nilai tersebut urang sesuai maa aan ditemba satu nilai di atas nilai tersebut atau dibawah nilai tersebut sampai pada ahirna onvergen e penelesaian. Pada Bab ini aan dibahas Penelesaian Numeri Masalah Nilai Batas menggunaan Metode Tembaan ( Linear Shooting Method ). A. Metode Tembaan Linear Andaian suatu persamaan diferensial linear adalah suatu masalah nilai batas ang berbentu : f (,, ) dengan (a) A dan (b) B (4..)

67 5 mempunai penelesaian tunggal (). Misalan '( a) α. Nilai α belum dietahui. Metode tembaan adalah menafsiran nilai untu '( a) α sehingga menghasilan suatu penelesaian ang sesuai dengan nilai untu (b). Dengan ata lain, misal penelesaian Masalah Nilai Awal dengan '( a) α adalah (, α), aan dicari nilai α sehingga (b, α) B. Untu mendeati penelesaian persamaan (4..) dengan metode tembaan adalah dengan meredusi persamaan (4..) e dalam dua masalah nilai awal. Misal () dan () adalh penelesaian dari masalah nilai awal "( ) p '( ) q ( ) ( a) A; '( a) (4..) dan "( ) ( a) ; p '( ) q ( a) ( ) (4..) misalan () c () c () adalah penelesaian dari () p () q() dilihat dari penelesaian beriut : () c () c () c (p () q ()) c (p () q ()) c p () c q () c p () c q () p(c () c ()) q(c () c ()) p () q() masuan nilai awal untu a dalam penelesaian () c () c () (a) c (a) c (a) c A A (4..4)

68 54 (a) c (a) c (a) c (4..5) sehingga diperoleh c A A maa nilai c dan c masuan nilai batas untu b edalam penelesaian () c () c () (b) c (b) c (b) B (4..6) masuan nilai c dan c edalam persamaan di atas jia c, maa c (b) (b) B (4..7) sehingga c B ( b) ( b) diperoleh penelesaian B ( b) ( ) ( ) ( ) (4..8) ( b) atau jia c, maa (b) c (b) B (4..9) sehingga c ( b) B ( b) diperoleh penelesaian B ( b) ) ( ) ( ) (4..) ( b) ( untu menelesaian () secara numeri dan memperoleh nilai dari () dari persamaan (4..), digunaan metode Runge-Kutta orde empat. Kemudian nilai tersebut digunaan untu mencari nilai dari w n, dengan : w n B ( b) ( ) ( b) dan penelesaian untu () () w n.

69 55 Secara umum langah langah Metode Tembaan sebagai beriut :. Langah : Masuan nilai ang dietahui, a,b, h, B. Tentuan nilai n dengan n [b-a]/h. Hitung penelesaian dengan menggunaan metode Runge-Kutta orde empat dari masalah nilai awal pertama: "( ) p '( ) q ( ) ( a) A; '( a) 4. Hitung penelesaian dengan menggunaan metode Runge-Kutta orde empat dari masalah nilai awal edua "( ) ( a) ; ( a) p '( ) q ( ) B ( b) 5. Hitung nilai Wn dengan w n ( ) ( b) 6. Hitung penelesaian dengan () () wn. Contoh 4.. : Selesaian " ', ().5; (.) -.95, pada interval [,.]! Penelesaian : Fungsi dari p, q dan r adalah p( ), q( ) dan r( ) Langah pertama, persamaan tersebut diredusi menjadi dua persamaan masalah Nilai awal. Misalan () u dan () v, maa persamaan menjadi :

70 56 t u " u' u, u().5 ; u () t " v' v, v() ; v () v Langah edua, untu menelesaian u dan v, digunaan metode Runge-Kutta orde-4. t a. u " u' u, u().5 ; u () persamaan tersebut diredusi menjadi dua persamaan diferensial orde satu u f(u, z, ) z, u().5 t z g(u, z, ) z u, z() b a. diselesaian dengan h. N untu n dan. : hf(u, z, ) hz. () l hg(u, z, ) (). () (.5). () hf u, z l h.(-.5) -. l hg u, z l h (.). (.5) (.5). 98 (.) (.)

71 57 hf u, z l h. (-.549) -.98 l hg u, z l h (.). (.549) (.5). 956 (.) (.) 4 hf(u, z l, t h). (-.956) -.59 l 4 hg(u, z l, t h) (.). (.956) (.99) (.) (.) u u 6 [ ] [ (.) (.98) (.59) ]. 4 z z 6 6 [ l l l l ] 4 [. (.98) (.956) ( 45944) ] diperoleh nilai u(.) u.4 peghitungan atau iterasi berhenti jia nilai sudah terpenuhi, aitu b. t b. v" v' v, v() ; v () diredusi menjadi dua persamaan diferensial orde-

72 58 v f(u, z, ) z, v() t z g(u, z, ) z v, z() diselesaian dengan h. untu n dan. : hf(v, z, ) hz. (). l hg(v, z, ) (). () () () hf v, z l h.(). l hg v, z l h (.). () (.) (.) (.) l hf v, z. (). hg v, z l l h h (.). () (.) (.) (.) 4 hf(v, z l, h). ().

73 59 l 4 hg(v, z l, h) (.). () (.) (.) (.) v v 6 [ ] 6 [. (.) (.) (.)]. z z 6 [ l l l l ] 4 4 () 6 arena b maa diperoleh v v(.). dan penghitungan atau iterasi berhenti. emudian u dan v digunaan untu menghitung w B u( b) B u(.) w v( t) v(.) v( b) v(.).95.4 w (.). jadi () u() w B. Penerapan dengan Program Matlab Penelesaian Contoh 4.. menggunaan Program Matlab dengan masuan nilai B, a, b, h, u, p, v, q maa hasilna sebagai beriut :

74 6 a. Pada Interval [,.] Gambar 4. Metode Tembaan

75 6 b. Pada Interval [,4]

76 6 Gambar 4. Metode Tembaan

77 6 c. Pada interval [,]

78 64 Gambar 4.

79 65 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Masalah menelesaian suatu persamaan diferensial dapat dibedaan menjadi dua, aitu masalah nilai awal dan masalah nilai batas. masalah nilai awal adalah persamaan diferensial ang penelesaian hususna diperoleh dari satu titi dan masalah nilai batas adalah persamaan diferensial dengan penelesaian husus ang diperoleh pada dua nilai ang berbeda atau dari dua titi. Masalah nilai batas dapat tida mempunai penelesaian atau jia ada penelesaianna tida tunggal. Masalah nilai batas bila mempunai penelesaian tunggal sulit untu diselesaian, arena tida ada teori sederhana untu menjamin penelesaian tunggal pada masalah nilai batas. Penelesaian masalah nilai batas ang tida tunggal dapat diperoleh dengan pendeatan secara numeris. Prosedur numeris ang aan digunaan dalam sripsi ini adalah Metode Tembaan (Linear Shooting Methods). Untu mendeati penelesaian persamaan masalah nilai batas tersebut dengan metode tembaan adalah dengan meredusi persamaan masalah nilai batas e dalam dua masalah nilai awal, emudian menelesaian masalah nilai awal tersebut menggunaan metode Runge Kutta Orde Empat.

80 66 Keuntungan dari metode Tembaan ini adalah pratis arena masalah nilai batas dapat diredusi menjadi dua masalah nilai awal ang lebih mudah diselesaian dengan metode Runge-Kutta. sedangan eurangan dari metode tembaan ini adalah pada pemilihan slope awalna, jia pemilihan slope awalna tida atau urang mendeati, maa penggunaan Metode Tembaan tida aan berhasil. B. Saran Mesipun ada euntungan dalam menggunaan metode tembaan untu menelesaian masalah nilai batas, aitu pratis dan mudah, tetapi masih ada eurangan aitu dalam etelitian memilih slope awal. Jia pemilihan slope awalna tida atau urang mendeati, maa penggunaan Metode Tembaan tida aan berhasil. Jadi disaranan agar pembaca dapat menggunaan metode lain untu menelesaian masalah nilai batas, misalna dengan Metode Beda Hingga (Finite-Difference Method).

81 67 DAFTAR PUSTAKA Diprima, B., Elementar Diferential Equations, seventh edition, John Wile and Sons, Inc. Djojodihardjo, H,, Metode Numeri, PT Gramedia Pustaa Utama, Jaarta. Davis, P.W., Differential Equation For Mathematics, Science and Engineering, Prentice Hall International Inc. Fausett, R. L. And D.J, Faires, 987, Applied Numerical Analiss, Fifth Edition, PWS Publishing Compan Boston, Boston, Mathews, J.H., Numerical Methods for Mathematics, Science, And Engineering,second Edition, Naamura, S.,, Numerical Analsis and Graphic Vizualization with MATLAB, Second Edition, Prentice Hall PTR, New Jerse, Plbon, B.F., 99, An Introduction To Apllied,PWS Publishing Compan Boston, Boston, Rice, Bernard J. And J.D, Strange, 986, Ordinar Differential Equations With Applications, Broos / Cole Publishing Compan, Montere, California. Tutoo, A, 99, Ditat Persamaan Diferensial Biasa, Universitas Sanata Dharma, Yogaarta.

82 68 LAMPIRAN Program Metode Runge Kutta Orde 4 function[]frunge_orde4(a,b,h,) % Fungsimetode Runge Kutta Orde 4 % input : f fungsi ang digunaan ' * % a adalah titi awal interval % b adalah titi ahir interval % h adalah uuran langah untu maghitung nilai pada interval % n adalah banana langah % w dan untu menimpan nilai dan clc n[b-a]/h zeros(,n); wzeros(,n); zzeros(,n); ; fprintf('\n \n') fprintf(' Pen.hampiran Pen. esa P.esa-P.hamp Kesalahan rel \n') fprintf('\n \n') for j:n h*feval('pers',,); h*feval('pers',h/,/); h*feval('pers',h/,/); 4h*feval('pers',h,); (j)[**4]/6;

83 69 (j)ah*j; w(,j)(j); (j); (j); z(j)(j)/(-(*(j)*(j)/)); err(j)abs((j)-z(j)); rel(j)(err(j)/z(j))*; %membuat tabel fprintf('\n %.f %9.6f %.6f %.6f %.6f ',(j),w(j),z(j),err(j),rel(j)) end %grafi plot(,w,'') hold on plot(,z,'o') legend('pen hampiran','pen esa',4); title('grafi Metode Runge Kutta Orde 4') label('nilai ') label('nilai ')

84 7 LAMPIRAN Fungsi Metode Tembaan. Fungsi untu persamaan function UShooting(a,b,h,u,p) % Fungsi metode tembaan (shooting Method) % input : f fungsi ang digunaan u' z dan p' (/*)p(/*) % a adalah titi awal interval % b adalah titi ahir interval % h adalah uuran langah untu maghitung nilai pada interval % n adalah banana langah n(b-a)/h; ; for j:n h*feval('pers',p); lh*feval('pers',u,p,); h*feval('pers',pl/); lh*feval('pers',u/,pl/,h/); h*feval('pers',pl/); lh*feval('pers',u/,pl/,h/); 4h*feval('pers',pl); l4h*feval('pers',u,pl,h); u(j)u[**4]/6; p(j)p[l*l*ll4]/6; (j)ah*j;

85 7 c(j)u(j); (j); uu(j); pp(j); nn; end Uu; plot(,c,'') title('grafi Metode Tembaan') label('nilai ') label('nilai u'). Fungsi untu persamaan function VShooting(a,b,h,v,q) % Fungsi metode tembaan (shooting Method) % a adalah titi awal interval % b adalah titi ahir interval % h adalah uuran langah untu maghitung nilai pada interval % n adalah banana langah n(b-a)/h; ; for j:n h*feval('pers4',q); lh*feval('pers5',v,q,); h*feval('pers4',ql/); lh*feval('pers5',v/,ql/,h/); h*feval('pers4',ql/);

86 7 lh*feval('pers5',v/,ql/,h/); 4h*feval('pers4',ql); l4h*feval('pers5',v,ql,h); v(j)v[**4]/6; q(j)q[l*l*ll4]/6; (j)ah*j; c(j)v(j); %fprintf('\n%.f %9.4f ',(j),v(j)); (j); vv(j); qq(j); end Vv; %grafi plot(,c,'') title('grafi Metode Tembaan') label('nilai ') label('nilai v')

MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL BILANGAN BULAT DAN BILANGAN RASIONAL

MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL BILANGAN BULAT DAN BILANGAN RASIONAL MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL BILANGAN BULAT DAN BILANGAN RASIONAL Sarta Meliana 1, Mashadi 2, Sri Gemawati 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematia 2 Dosen Jurusan Matematia Faultas Matematia dan

Lebih terperinci

INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON. Makalah. Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numerik. yang dibimbing oleh

INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON. Makalah. Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numerik. yang dibimbing oleh INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON Maalah Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numeri yang dibimbing oleh Dr. Nur Shofianah Disusun oleh: M. Adib Jauhari Dwi Putra 146090400111001

Lebih terperinci

Deret Pangkat. Ayundyah Kesumawati. June 23, Prodi Statistika FMIPA-UII

Deret Pangkat. Ayundyah Kesumawati. June 23, Prodi Statistika FMIPA-UII Keonvergenan Kesumawati Prodi Statistia FMIPA-UII June 23, 2015 Keonvergenan Pendahuluan Kalau sebelumnya, suu suu pada deret ta berujung berupa bilangan real maa ali ini ita embangan suu suunya dalam

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Negeri Maassar Email: nanni.cliq@gmail.com Abstra. Pada artiel ini dibahas

Lebih terperinci

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA Pada penelitian ini, suatu portfolio memilii seumlah elas risio. Tiap elas terdiri dari n, =,, peserta dengan umlah besar, dan

Lebih terperinci

GENERALISASI METODE TALI BUSUR UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN TAK LINEAR SUNARSIH

GENERALISASI METODE TALI BUSUR UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN TAK LINEAR SUNARSIH GENERALISASI METODE TALI BUSUR UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN TAK LINEAR SUNARSIH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ABSTRACT SUNARSIH.

Lebih terperinci

- Persoalan nilai perbatasan (PNP/PNB)

- Persoalan nilai perbatasan (PNP/PNB) PENYELESAIAN NUMERIK PERSAMAAN DIFERENSIAL Persamaan diferensial biasanya digunaan untu pemodelan matematia dalam sains dan reayasa. Seringali tida terdapat selesaian analiti seingga diperluan ampiran

Lebih terperinci

BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.

BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. KERANGKA PEMBAHASAN. Ruang Vetor Nyata. Subruang. Kebebasan Linier 4. Basis dan Dimensi 5. Ruang Baris, Ruang Kolom dan Ruang Nul 6. Ran dan Nulitas

Lebih terperinci

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris Optimasi Non-inier Metode Numeris Pendahuluan Pembahasan optimasi non-linier sebelumnya analitis: Pertama-tama mencari titi-titi nilai optimal Kemudian, mencari nilai optimal dari fungsi tujuan berdasaran

Lebih terperinci

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov J. Sains Dasar 2014 3(1) 20-24 Apliasi diagonalisasi matris pada rantai Marov (Application of matrix diagonalization on Marov chain) Bidayatul hidayah, Rahayu Budhiyati V., dan Putriaji Hendiawati Jurusan

Lebih terperinci

VARIASI NILAI BATAS AWAL PADA HASIL ITERASI PERPINDAHAN PANAS METODE GAUSS-SEIDEL

VARIASI NILAI BATAS AWAL PADA HASIL ITERASI PERPINDAHAN PANAS METODE GAUSS-SEIDEL SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Peningatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-1 Suraarta, Otober 016 VARIASI NILAI BATAS

Lebih terperinci

Danang Mursita Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Bandung 2002

Danang Mursita Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Bandung 2002 Bandung DAFTAR ISI Judul Kata Pengantar Daftar Isi i ii iv Bab Fungsi Real. Sistem Bilangan Real. Fungsi dan Grafi 6. Limit dan eontinuan.4 Limit ta Hingga dan Limit di Ta Hingga 7 Bab Turunan dan Penggunaan.

Lebih terperinci

U J I A N A K H I R S E M E S T E R M A T E M A T I K A T E K N I K

U J I A N A K H I R S E M E S T E R M A T E M A T I K A T E K N I K U J I A N A K H I R S E M E S T E R M A T E M A T I K A T E K N I K SE NIN, 9 JANUAR I OPEN BOO K W AKT U MENIT KLAS B D AN KL AS C PETUNJUK ) Saudara bole menggunaan omputer untu mengerjaan soal-soal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini disampaian beberapa pengertian dasar yang diperluan pada bab selanutnya. Selain definisi, diberian pula lemma dan teorema dengan atau tanpa buti. Untu beberapa teorema

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL. Sutriani Hidri. Ja faruddin. Syafruddin Side, ABSTRAK

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL. Sutriani Hidri. Ja faruddin. Syafruddin Side, ABSTRAK PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL Syafruddin Side, Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Negeri Maassar email:syafruddinside@yahoo.com Info: Jurnal MSA Vol. 3

Lebih terperinci

BAB 2 TEORI PENUNJANG

BAB 2 TEORI PENUNJANG BAB EORI PENUNJANG.1 Konsep Dasar odel Predictive ontrol odel Predictive ontrol P atau sistem endali preditif termasu dalam onsep perancangan pengendali berbasis model proses, dimana model proses digunaan

Lebih terperinci

ANALISA PERSAMAAN PANAS PADA PROSES STERILISASI MAKANAN KALENG. Heat Equation Analize of Canned Food Sterilization Process

ANALISA PERSAMAAN PANAS PADA PROSES STERILISASI MAKANAN KALENG. Heat Equation Analize of Canned Food Sterilization Process ANALISA PERSAMAAN PANAS PADA PROSES SERILISASI MAKANAN KALENG Heat Equation Analie of Canned Food Steriliation Process Oleh: DEDIK ARDIAN NRP 10 109 06 Dosen Pembimbing Drs. Luman Hanafi M.Sc Dra. Mardlijah

Lebih terperinci

KENNETH CHRISTIAN NATHANAEL

KENNETH CHRISTIAN NATHANAEL KENNETH CHRISTIAN NATHANAEL. Sistem Bilang Real. Fungsi dan Grafi. Limit dan Keontinuan 4. Limit Ta Hingga 5. Turunan Fungsi 6. Turunan Fungsi Trigonometri 7. Teorema Rantai 8. Turunan Tingat Tinggi 9.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Keadaan dunia usaha yang selalu berubah membutuhan langah-langah untu mengendalian egiatan usaha di suatu perusahaan. Perencanaan adalah salah satu langah yang diperluan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN

BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN Berdasaran asumsi batasan interval pada bab III, untu simulasi perhitungan harga premi pada titi esetimbangan, maa

Lebih terperinci

BEBERAPA MODIFIKASI METODE NEWTON RAPHSON UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH AKAR GANDA. Supriadi Putra, M,Si

BEBERAPA MODIFIKASI METODE NEWTON RAPHSON UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH AKAR GANDA. Supriadi Putra, M,Si BEBERAPA ODIFIKASI ETODE NEWTON RAPHSON UNTUK ENYELESAIKAN ASALAH AKAR GANDA Suriadi Putra,,Si Laboratorium Komutasi Numeri Jurusan atematia Faultas atematia & Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kamus

Lebih terperinci

KAJIAN TEOREMA TITIK TETAP PEMETAAN KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK CONE LENGKAP DENGAN JARAK-W

KAJIAN TEOREMA TITIK TETAP PEMETAAN KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK CONE LENGKAP DENGAN JARAK-W J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-605X Vol. 8, No. 2, November 2011, 43 49 KAJIAN TEOREMA TITIK TETAP PEMETAAN KONTRAKTIF PADA RUANG METRIK CONE LENGKAP DENGAN JARAK-W Sunarsini. 1, Sadjidon 2 Jurusan

Lebih terperinci

Bahan Minggu II, III dan IV Tema : Kerangka acuan inersial dan Transformasi Lorentz Materi :

Bahan Minggu II, III dan IV Tema : Kerangka acuan inersial dan Transformasi Lorentz Materi : Bahan Minggu II, III dan IV Tema : Keranga auan inersial dan Transformasi Lorent Materi : Terdaat dua endeatan ang digunaan untu menelusuri aedah transformasi antara besaran besaran fisis (transformasi

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Gambar 3.1 Bagan Penetapan Kriteria Optimasi Sumber: Peneliti Determinasi Kinerja Operasional BLU Transjaarta Busway Di tahap ini, peneliti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaa Untu menacapai tujuan penulisan sripsi, diperluan beberapa pengertian dan teori yang relevan dengan pembahasan. Karena itu, dalam subbab ini aan diberian beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Model Loglinier adalah salah satu asus husus dari general linier model untu data yang berdistribusi poisson. Model loglinier juga disebut sebagai suatu model statisti

Lebih terperinci

RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN

RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN SAMSUL ARIFIN 04/177414/PA/09899 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM YOGYAKARTA 2008 HALAMAN PENGESAHAN

Lebih terperinci

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika hazanah informatia Jurnal Ilmu Komputer dan Informatia Sistem Klasifiasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Bacpropagation Yusuf Dwi Santoso *, Suhartono Departemen

Lebih terperinci

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika hazanah informatia Jurnal Ilmu Komputer dan Informatia Sistem Klasifiasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Bacpropagation Yusuf Dwi Santoso *, Suhartono Program

Lebih terperinci

KOMPUTASI DISTRIBUSI SUHU MENGGUNAKAN METODE LINE SUCCESSIVE OVERRELAXATION (LSOR) MELALUI PENDEKATAN BEDA HINGGA DALAM BAHASA PEMROGRAMAN MATLAB

KOMPUTASI DISTRIBUSI SUHU MENGGUNAKAN METODE LINE SUCCESSIVE OVERRELAXATION (LSOR) MELALUI PENDEKATAN BEDA HINGGA DALAM BAHASA PEMROGRAMAN MATLAB QUANUM, Jurnal Inovasi Pendidian Sains, Vol., No., April 0, hlm. 53-60 53 KOMPUASI DISRIBUSI SUHU MENGGUNAKAN MEODE LINE SUCCESSIVE OVERRELAXAION (LSOR) MELALUI PENDEKAAN BEDA HINGGA DALAM BAHASA PEMROGRAMAN

Lebih terperinci

SUATU KLAS BILANGAN BULAT DAN PERANNYA DALAM MENGKONSTRUKSI BILANGAN PRIMA

SUATU KLAS BILANGAN BULAT DAN PERANNYA DALAM MENGKONSTRUKSI BILANGAN PRIMA SUATU KLAS BILANGAN BULAT DAN PERANNYA DALAM MENGKONSTRUKSI BILANGAN PRIMA I Nengah Suparta dan I. B. Wiasa Jurusan Pendidian MatematiaUniversitas Pendidian Ganesha E-mail: isuparta@yahoo.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK Proses pengenalan dilauan dengan beberapa metode. Pertama

Lebih terperinci

ALGORITMA PENYELESAIAN PERSAMAAN DINAMIKA LIQUID CRYSTAL ELASTOMER

ALGORITMA PENYELESAIAN PERSAMAAN DINAMIKA LIQUID CRYSTAL ELASTOMER ALGORITMA PENYELESAIAN PERSAMAAN DINAMIKA LIQUID CRYSTAL ELASTOMER Oleh: Supardi SEKOLAH PASCA SARJANA JURUSAN ILMU FISIKA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012 1 PENDAHULUAN Liquid Crystal elastomer (LCE

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK POHON FUZZY

KARAKTERISTIK POHON FUZZY KARAKTERISTIK POHON FUZZY Yuli Stiawati 1, Dwi Juniati 2, 1 Jurusan Matematia, Faultas Matematia dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya, 60231 2 Jurusan Matematia, Faultas Matematia dan

Lebih terperinci

Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: Solusi: a a k

Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: Solusi: a a k Kumpulan soal-soal level selesi Kabupaten: 1. Sebuah heliopter berusaha menolong seorang orban banjir. Dari suatu etinggian L, heliopter ini menurunan tangga tali bagi sang orban banjir. Karena etautan,

Lebih terperinci

METODE FUNGSI PENALTI EKSTERIOR. Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika

METODE FUNGSI PENALTI EKSTERIOR. Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika METODE FUNGSI PENALTI EKSTERIOR Sripsi Diajuan untu Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Matematia Disusun Oleh : Maria Martini Leto Kurniawan NIM : 03409 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA 1 Latar Belaang PENDAHULUAN Sistem biometri adalah suatu sistem pengenalan pola yang melauan identifiasi personal dengan menentuan eotentian dari arateristi fisiologis dari perilau tertentu yang dimilii

Lebih terperinci

MATA KULIAH MATEMATIKA TEKNIK 2 [KODE/SKS : KD / 2 SKS] Ruang Vektor

MATA KULIAH MATEMATIKA TEKNIK 2 [KODE/SKS : KD / 2 SKS] Ruang Vektor MATA KULIAH MATEMATIKA TEKNIK [KODE/SKS : KD4 / SKS] Ruang Vetor FIELD: Ruang vetor V atas field salar K adalah himpunan ta osong dengan operasi penjumlahan vetor dan peralian salar. Himpunan ta osong

Lebih terperinci

Penggunaan Induksi Matematika untuk Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Ekspresi Reguler

Penggunaan Induksi Matematika untuk Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Ekspresi Reguler Penggunaan Indusi Matematia untu Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Espresi Reguler Husni Munaya - 353022 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Statisti Inferensia Tujuan statisti pada dasarnya adalah melauan desripsi terhadap data sampel, emudian melauan inferensi terhadap data populasi berdasaran pada informasi yang

Lebih terperinci

Ruang Barisan Orlicz Selisih Dengan Fungsional Aditif Dan Kontinunya

Ruang Barisan Orlicz Selisih Dengan Fungsional Aditif Dan Kontinunya J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-605X Vol. 2, No. 1, May. 2005, 37 45 Ruang Barisan Orlicz Selisih Dengan Fungsional Aditif Dan Kontinunya Sadjidon Jurusan Matematia Institut Tenologi Sepuluh Nopember,

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT HIMPUNAN KRITIS PADA PELABELAN AJAIB GRAF BANANA TREE. Triyani dan Irham Taufiq Universitas Jenderal Soedirman

BEBERAPA SIFAT HIMPUNAN KRITIS PADA PELABELAN AJAIB GRAF BANANA TREE. Triyani dan Irham Taufiq Universitas Jenderal Soedirman JMP : Volume 4 Nomor 2, Desember 2012, hal. 271-278 BEBERAPA SIFAT HIMPUNAN KRITIS PADA PELABELAN AJAIB GRAF BANANA TREE Triyani dan Irham Taufiq Universitas Jenderal Soedirman trianisr@yahoo.com.au ABSTRACT.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Fuzzy 2.1.1 Dasar-Dasar Teori Fuzzy Secara prinsip, di dalam teori fuzzy set dapat dianggap sebagai estension dari teori onvensional atau crisp set. Di dalam teori crisp

Lebih terperinci

MAT. 12. Barisan dan Deret

MAT. 12. Barisan dan Deret MAT.. Barisan dan Deret i Kode MAT. Barisan dan Deret U, U, U3,..., Un,... Un a + (n-)b U + U +..., Un +... n?? Sn? BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

Persamaan Diferensial Orde Satu

Persamaan Diferensial Orde Satu Modul Persamaan Diferensial Orde Satu P PENDAHULUAN Prof. SM. Nababan, Ph. ersamaan Diferensial (PD) adalah salah satu cabang matematika ang banak digunakan untuk menjelaskan masalah-masalah fisis. Masalahmasalah

Lebih terperinci

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Jurnal Sipil Stati Vol. No. Agustus (-) ISSN: - ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI - DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Revie Orchidentus Francies Wantalangie Jorry

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1Relasi Dispersi Pada bagian ini aan dibahas relasi dispersi untu gelombang internal pada fluida dua-lapisan.tinjau lapisan fluida dengan ρ a dan ρ b berturut-turut merupaan

Lebih terperinci

Penyelesaian Masalah Syarat Batas dalam Persamaan Diferensial Biasa Orde Dua dengan Menggunakan Algoritma Shooting Neural Networks

Penyelesaian Masalah Syarat Batas dalam Persamaan Diferensial Biasa Orde Dua dengan Menggunakan Algoritma Shooting Neural Networks Penyelesaian Masalah Syarat Batas dalam Persamaan Diferensial Biasa Orde Dua dengan Menggunakan Algoritma Shooting Neural Networks Dewi Erla Mahmudah 1, Ratna Dwi Christyanti 2, Moh. Khoridatul Huda 3,

Lebih terperinci

Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunakan Metode Reduksi Kalman Filter dengan Pendekatan Elemen Hingga

Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunakan Metode Reduksi Kalman Filter dengan Pendekatan Elemen Hingga JURNAL SAINS DAN SENI POMITS ol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunaan Metode Redusi Kalman Filter dengan Pendeatan Elemen Hingga Muyasaroh, Kamiran,

Lebih terperinci

Tanggapan Waktu Alih Orde Tinggi

Tanggapan Waktu Alih Orde Tinggi Tanggapan Watu Alih Orde Tinggi Sistem Orde-3 : C(s) R(s) ω P ( < ζ (s + ζω s + ω )(s + p) Respons unit stepnya: c(t) βζ n n < n ζωn t e ( β ) + βζ [ ζ + { βζ ( β ) cos ( β ) + ] sin ζ ) ζ ζ ω ω n n t

Lebih terperinci

4. 1 Spesifikasi Keadaan dari Sebuah Sistem

4. 1 Spesifikasi Keadaan dari Sebuah Sistem Dalam pembahasan terdahulu ita telah mempelajari penerapan onsep dasar probabilitas untu menggambaran sistem dengan jumlah partiel ang cuup besar (N). Pada bab ini, ita aan menggabungan antara statisti

Lebih terperinci

METODE PANGKAT BALIK TERGESER UNTUK MENCARI NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN

METODE PANGKAT BALIK TERGESER UNTUK MENCARI NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN MEODE PNGK BLIK ERGESER UNUK MENCRI NILI EIGEN DN VEKOR EIGEN Sangadi BSRC rtile disusses the shifted power method as the extension of the power method he shifted power method also requires a good starting

Lebih terperinci

( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang Latar Belaang Terdapat banya permasalahan atau ejadian dalam ehidupan sehari hari yang dapat dimodelan dengan suatu proses stoasti Proses stoasti merupaan permasalahan yang beraitan dengan suatu aturan-aturan

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bab III Desain Dan Apliasi Metode Filtering Dalam Sistem Multi Radar Tracing BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bagian pertama dari bab ini aan memberian pemaparan

Lebih terperinci

REDUKSI MODEL ALIRAN AIR SUNGAI SATU DIMENSI DENGAN METODE SINGULAR PERTURBATION APPROXIMATION

REDUKSI MODEL ALIRAN AIR SUNGAI SATU DIMENSI DENGAN METODE SINGULAR PERTURBATION APPROXIMATION TUGAS AKHIR SM141501 REDUKSI MODEL ALIRAN AIR SUNGAI SATU DIMENSI DENGAN METODE SINGULAR PERTURBATION APPROXIMATION AIRIN NUR HIDAYATI NRP 113 100 095 Dosen Pembimbing Dr. Didi Khusnul Arif, S.Si, M.Si.

Lebih terperinci

BAB IV Solusi Numerik

BAB IV Solusi Numerik BAB IV Solusi Numeri 4. Algoritma Genetia Algoritma Genetia (AG) [2] merupaan teni pencarian stoasti yang berdasaran pada meanisme selesi alam dan prinsip penurunan genetia. Algoritma genetia ditemuan

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika OSN x dan = min. Abaikan gesekan udara. v R Tentukan: a) besar kelajuan pelemparan v sebagai fungsi h. b) besar h maks.

Soal-Jawab Fisika OSN x dan = min. Abaikan gesekan udara. v R Tentukan: a) besar kelajuan pelemparan v sebagai fungsi h. b) besar h maks. Soal-Jawab Fisia OSN - ( poin) Sebuah pipa silinder yang sangat besar (dengan penampang lintang berbentu lingaran berjarijari R) terleta di atas tanah. Seorang ana ingin melempar sebuah bola tenis dari

Lebih terperinci

MENENTUKAN TURUNAN DAN SIFAT-SIFAT TURUNAN DARI FUNGSI 1/f(x) DAN h(x)/f(x) ABSTRACT

MENENTUKAN TURUNAN DAN SIFAT-SIFAT TURUNAN DARI FUNGSI 1/f(x) DAN h(x)/f(x) ABSTRACT MENENTUKAN TURUNAN DAN SIFAT-SIFAT TURUNAN DARI FUNGSI 1/(x DAN h(x/(x Yuliana Saitri 1, Sri Gemawati 2, Musraini 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematia 2 Dosen Jurusan Matematia Faultas Matematia dan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN TELEGRAF DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL. (Skripsi) Oleh JEFERY HANDOKO

PENYELESAIAN PERSAMAAN TELEGRAF DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL. (Skripsi) Oleh JEFERY HANDOKO PENYELESAIAN PERSAMAAN TELEGRAF DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL (Sripsi) Oleh JEFERY HANDOKO JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG 017 ABSTRAK PENYELESAIAN

Lebih terperinci

PELABELAN FUZZY PADA GRAF. Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman.

PELABELAN FUZZY PADA GRAF. Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman. JMP : Volume 6 Nomor, Juni 04, hal. - PELABELAN FUZZY PADA GRAF Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman email : oeytea0@gmail.com ABSTRACT. This paper discusses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa konsep dasar ang akan digunakan sebagai landasan berpikir seperti beberapa teorema dan definisi ang berkaitan dengan penelitian ini. Dengan begitu

Lebih terperinci

METODE ITERASI BARU BERTIPE SECANT DENGAN KEKONVERGENAN SUPER-LINEAR. Rino Martino 1 ABSTRACT

METODE ITERASI BARU BERTIPE SECANT DENGAN KEKONVERGENAN SUPER-LINEAR. Rino Martino 1 ABSTRACT METODE ITERASI BARU BERTIPE SECANT DENGAN KEKONVERGENAN SUPER-LINEAR Rino Martino 1 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya

Lebih terperinci

Penggunaan Metode Bagi Dua Terboboti untuk Mencari Akar-akar Suatu Persamaan

Penggunaan Metode Bagi Dua Terboboti untuk Mencari Akar-akar Suatu Persamaan Jurnal Penelitian Sains Volume 16 Nomor 1(A) Januari 013 Penggunaan Metode Bagi Dua Terboboti untu Menari Aar-aar Suatu Persamaan Evi Yuliza Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Sriwijaya, Indonesia Intisari:

Lebih terperinci

OSN 2014 Matematika SMA/MA

OSN 2014 Matematika SMA/MA Soal 5. Suatu barisan bilangan asli a 1, a 2, a 3,... memenuhi a + a l = a m + a n untu setiap bilangan asli, l, m, n dengan l = mn. Jia m membagi n, butian bahwa a m a n. Solusi. Andaian terdapat bilangan

Lebih terperinci

SOLUSI KESTABILAN PADA MASALAH MULTIPLIKATIF PARAMETRIK (STABILITY SOLUTION OF PARAMETRIC MULTIPLICATIVE PROBLEMS)

SOLUSI KESTABILAN PADA MASALAH MULTIPLIKATIF PARAMETRIK (STABILITY SOLUTION OF PARAMETRIC MULTIPLICATIVE PROBLEMS) Prosiding Semirata15 bidang MIPA BKS-PTN Barat Hal 357-36 SOLUSI KESTABILAN PADA MASALAH MULTIPLIKATIF PARAMETRIK STABILITY SOLUTION OF PARAMETRIC MULTIPLICATIVE PROBLEMS) Budi Rudianto 1, Narwen Jurusan

Lebih terperinci

Variasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D

Variasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D Variasi Spline Kubi untu Animasi Model Wajah 3D Rachmansyah Budi Setiawan (13507014 1 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

Studi Perbandingan Perpindahan Panas Menggunakan Metode Beda Hingga dan Crank-Nicholson

Studi Perbandingan Perpindahan Panas Menggunakan Metode Beda Hingga dan Crank-Nicholson 1 Studi Perbandingan Perpindahan Panas Menggunaan Metode Beda Hingga dan Cran-Nicholson Durmin, Drs. Luman Hanafi, M.Sc Jurusan Matematia, Faultas Matematia dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Tenologi

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB 2012

KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB 2012 KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB Konsep Kinetia/ Laju Reasi Laju reasi menyataan laju perubahan onsentrasi zat-zat omponen reasi setiap satuan watu: V [ M ] t Laju pengurangan onsentrasi

Lebih terperinci

Solusi Analitis Persamaan-persamaan Diferensial Orde-1 dengan Metode Analitis Persamaan Diferensial dengan konfigurasi VARIABEL TERPISAH

Solusi Analitis Persamaan-persamaan Diferensial Orde-1 dengan Metode Analitis Persamaan Diferensial dengan konfigurasi VARIABEL TERPISAH Solusi Analitis Persamaan-persamaan Diferensial Orde- dengan Metode Analitis.. Persamaan Diferensial dengan konfigurasi VARIABEL TERPISAH a. Bentuk Umum: f ( ) g( ), f dan g fungsi sembarang. b. Metode

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DISKRIMINAN. analisis multivariat dengan metode dependensi (dimana hubungan antar variabel

BAB III ANALISIS DISKRIMINAN. analisis multivariat dengan metode dependensi (dimana hubungan antar variabel BAB III ANALISIS DISKRIMINAN 3.1 Pengertian Analisis Disriminan Analisis disriminan merupaan sala satu metode yang digunaan dalam analisis multivariat dengan metode dependensi (dimana ubungan antar variabel

Lebih terperinci

KENDALI OPTIMAL PADA MASALAH INVENTORI YANG MENGALAMI PENINGKATAN

KENDALI OPTIMAL PADA MASALAH INVENTORI YANG MENGALAMI PENINGKATAN KENDALI OPTIMAL PADA MASALAH INVENTORI YANG MENGALAMI PENINGKATAN Pardi Affandi, Faisal, Yuni Yulida Abstra: Banya permasalahan yang melibatan teori sistem dan teori ontrol serta apliasinya. Beberapa referensi

Lebih terperinci

Dalam setiap sub daerah, pilih suatu titik P k (x k, y k ) dan bentuklah jumlah :

Dalam setiap sub daerah, pilih suatu titik P k (x k, y k ) dan bentuklah jumlah : INTEGAL GANDA Integral untu ungsi satu variable ita membentu suatu partisi dari interval [ab] menjadi interval-interval ang panjangna Δ = 3.n b a d lim n n Dengan cara ang sama Kita deinisian integral

Lebih terperinci

Fungsi Peubah Banyak. Modul 1 PENDAHULUAN

Fungsi Peubah Banyak. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Fungsi Peubah Banak Prof. Dr. Bambang Soedijono PENDAHULUAN D alam modul ini dibahas masalah Fungsi Peubah Banak. Dengan sendirina para pengguna modul ini dituntut telah menguasai pengertian mengenai

Lebih terperinci

001 Persamaan diferensial persamaan diferensial biasa persamaan diferensial parsial Ilustrasi (1) (2) (3) (1) (2)

001 Persamaan diferensial persamaan diferensial biasa persamaan diferensial parsial Ilustrasi (1) (2) (3) (1) (2) 00 Persamaan diferensial Persamaan diferensial adala suatu persamaan yang mengaitan fungsi dan turunan atau diferensialnya Untu fungsi satu peuba pada persamaannya terlibat turunan biasa, seingga disebut

Lebih terperinci

Kumpulan soal-soal level seleksi provinsi: solusi:

Kumpulan soal-soal level seleksi provinsi: solusi: Kumpulan soal-soal level selesi provinsi: 1. Sebuah bola A berjari-jari r menggelinding tanpa slip e bawah dari punca sebuah bola B berjarijari R. Anggap bola bawah tida bergera sama seali. Hitung ecepatan

Lebih terperinci

VISUALISASI GERAK PELURU MENGGUNAKAN MATLAB

VISUALISASI GERAK PELURU MENGGUNAKAN MATLAB KARYA TULIS ILMIAH VISUALISASI GERAK PELURU MENGGUNAKAN MATLAB Oleh: Drs. Ida Bagus Alit Paramarta, M.Si. Dra. I.G.A. Ratnawati, M.Si. JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

METODE RUNGE-KUTTA DAN BLOK RASIONAL UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH NILAI AWAL

METODE RUNGE-KUTTA DAN BLOK RASIONAL UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH NILAI AWAL METODE RUNGE-KUTTA DAN BLOK RASIONAL UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH NILAI AWAL Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika Oleh : Agung Christian

Lebih terperinci

METODE ITERASI ORDE EMPAT DAN ORDE LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR. Imaddudin ABSTRACT

METODE ITERASI ORDE EMPAT DAN ORDE LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR. Imaddudin ABSTRACT METODE ITERASI ORDE EMPAT DAN ORDE LIMA UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN NONLINEAR Imaddudin Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kendali Lup [1] Sistem endali dapat diataan sebagai hubungan antara omponen yang membentu sebuah onfigurasi sistem, yang aan menghasilan tanggapan sistem yang diharapan.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB TINJAUAN PUSTAKA.. Teori Chaos Penemuan chaos dimulai etia para matematisi dan fisiawan melauan analisis dari suatu sistem dinamis ang berbentu persamaan differensial dan menemuan eganjilan dalam perilauna.

Lebih terperinci

Y = + x + x x + e, e N(0, ), Residual e=y -Yˆ

Y = + x + x x + e, e N(0, ), Residual e=y -Yˆ Yogyaarta, 26 Noember 206 ISSN : 979 9X eissn : 25 528X ANALISIS PSEUDOINVERS DAN APLIKASINYA PADA REGRESI LINEAR BERGANDA Kris Suryowati Program Studi Statistia, Faultas Sains erapan, Institut Sains dan

Lebih terperinci

MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM

MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM 1,2 Faultas MIPA, Universitas Tanjungpura e-mail: csuhery@sisom.untan.ac.id, email: dedi.triyanto@sisom.untan.ac.id Abstract

Lebih terperinci

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK BAB IV : ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK 56 BAB IV ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK Salah satu apliasi dari eori erron-frobenius yang paling terenal adalah penurunan secara alabar untu beberapa sifat yang dimilii

Lebih terperinci

FORMULA PENGGANTI METODE KOEFISIEN TAK TENTU ABSTRACT

FORMULA PENGGANTI METODE KOEFISIEN TAK TENTU ABSTRACT FORMULA PENGGANTI METODE KOEFISIEN TAK TENTU Syofia Deswita 1, Syamsudhuha 2, Agusni 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

( x) LANDASAN TEORI. ω Ω ke satu dan hanya satu bilangan real X( ω ) disebut peubah acak. Ρ = Ρ. Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

( x) LANDASAN TEORI. ω Ω ke satu dan hanya satu bilangan real X( ω ) disebut peubah acak. Ρ = Ρ. Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang LANDASAN TEORI Ruang Contoh Kejadian dan Peluang Suatu percobaan yang dapat diulang dalam ondisi yang sama yang hasilnya tida dapat dipredisi secara tepat tetapi ita dapat mengetahui semua emunginan hasil

Lebih terperinci

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Oleh : Pandapotan Siagia, ST, M.Eng (Dosen tetap STIKOM Dinamia Bangsa Jambi) Abstra Sistem pengenal pola suara atau yang lebih dienal dengan

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL A. PENGERTIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Dalam pelajaran kalkulus, kita telah berkenalan dan mengkaji berbagai macam metode untuk mendiferensialkan suatu fungsi (dasar). Sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN NILAI PARAMETER TERHADAP NILAI ERROR PADA METODE RUNGE-KUTTA ORDE 3

PENGARUH PERUBAHAN NILAI PARAMETER TERHADAP NILAI ERROR PADA METODE RUNGE-KUTTA ORDE 3 PENGARUH PERUBAHAN NILAI PARAMETER TERHADAP NILAI ERROR PADA METODE RUNGE-KUTTA ORDE 3 Tornados P. Silaban 1, Faiz Ahyaningsih 2 1) FMIPA, UNIMED, Medan, Indonesia email: tornados.p_silaban@yahoo.com 2)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teori graf merupakan salah satu bagian ilmu dari matematika dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Teori graf merupakan salah satu bagian ilmu dari matematika dan merupakan I. PENDAHULUAN. Latar Belaang Teori graf merupaan salah satu bagian ilmu dari matematia dan merupaan poo bahasan yang relatif muda jia dibandingan dengan cabang ilmu matematia yang lain seperti aljabar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series) III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunaan data seunder bersifat runtun watu (time series) dalam periode tahunan dan data antar ruang (cross section). Data seunder tersebut

Lebih terperinci

MODIFIKASI METODE CAUCHY DENGAN ORDE KONVERGENSI EMPAT. Masnida Esra Elisabet ABSTRACT

MODIFIKASI METODE CAUCHY DENGAN ORDE KONVERGENSI EMPAT. Masnida Esra Elisabet ABSTRACT MODIFIKASI METODE CAUCHY DENGAN ORDE KONVERGENSI EMPAT Masnida Esra Elisabet Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau Kampus

Lebih terperinci

METODE TRANSFORMASI ELZAKI DALAM MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA LINEAR ORDE DUA DENGAN KOEFISIEN VARIABEL ABSTRACT

METODE TRANSFORMASI ELZAKI DALAM MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA LINEAR ORDE DUA DENGAN KOEFISIEN VARIABEL ABSTRACT METODE TRANSFORMASI ELZAKI DALAM MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA LINEAR ORDE DUA DENGAN KOEFISIEN VARIABEL Marpipon Haryandi 1, Asmara Karma 2, Musraini M 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODE SCHNABEL

BAB III METODE SCHNABEL BAB III METODE SCHNABEL Uuran populasi tertutup dapat diperiraan dengan teni Capture Mar Release Recapture (CMRR) yaitu menangap dan menandai individu yang diambil pada pengambilan sampel pertama, melepasan

Lebih terperinci

Koko Martono FMIPA - ITB

Koko Martono FMIPA - ITB Koo Martono FMIPA - ITB 7 Persamaan diferensial Persamaan diferensial adala suatu persamaan yang mengaitan fungsi dan turunan atau diferensialnya Untu fungsi satu peuba pada persamaannya terlibat turunan

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA KONSENTRASI OKSIGEN TERLARUT PADA EKOSISTEM PERAIRAN DANAU

MODEL MATEMATIKA KONSENTRASI OKSIGEN TERLARUT PADA EKOSISTEM PERAIRAN DANAU MDEL MATEMATIKA KNSENTRASI KSIGEN TERLARUT PADA EKSISTEM PERAIRAN DANAU Sutimin Jurusan Matematia, FMIPA Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto SH Tembalang, Semarang 5075 E-mail: su_timin@yanoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB PENDAHULUAN. Latar belaang Metode analisis yang telah dibicaraan hingga searang adalah analisis terhadap data mengenai sebuah arateristi atau atribut (jia data itu ualitatif) dan mengenai sebuah variabel,

Lebih terperinci

ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoko Sumaryono ABSTRACT

ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoko Sumaryono ABSTRACT Jurnal Teni Eletro Vol. 3 No.1 Januari - Juni 1 6 ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoo Sumaryono ABSTRACT Noise is inevitable in communication

Lebih terperinci

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Pandapotan Siagian, ST, M.Eng Dosen Tetap STIKOM Dinamia Bangsa - Jambi Jalan Sudirman Theoo Jambi Abstra Sistem pengenal pola suara atau

Lebih terperinci

MODUL MATEMATIKA II. Oleh: Dr. Eng. LILYA SUSANTI

MODUL MATEMATIKA II. Oleh: Dr. Eng. LILYA SUSANTI MODUL MATEMATIKA II Oleh: Dr. Eng. LILYA SUSANTI DEPARTEMEN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL KATA PENGANTAR Puji sukur kehadirat Allah SWT

Lebih terperinci

PENGENALAN SIDIK JARI MENGGUNAKAN RESILIENT BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DENGAN PRAPROSES TRANSFORMASI WAVELET INEZA NUR OKTABRONI

PENGENALAN SIDIK JARI MENGGUNAKAN RESILIENT BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DENGAN PRAPROSES TRANSFORMASI WAVELET INEZA NUR OKTABRONI PENGENALAN SIDIK JARI MENGGUNAKAN RESILIENT BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DENGAN PRAPROSES TRANSFORMASI WAVELET INEZA NUR OKTABRONI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci