Implementasi Metode Particle Swarm Optimization-Dempster Shafer untuk Diagnosa Indikasi Penyakit pada Budidaya Ikan Gurami

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Implementasi Metode Particle Swarm Optimization-Dempster Shafer untuk Diagnosa Indikasi Penyakit pada Budidaya Ikan Gurami"

Transkripsi

1 Jurnal Pengembangan Teknolog Informas dan Ilmu Komputer e-issn: X Vol. 2, No. 2, Februar 2018, hlm Implementas Metode Partcle Swarm Optmzaton-Dempster Shafer untuk Dagnosa Indkas Penyakt pada Buddaya Ikan Guram Fars Dnar Wahyu Gunawan 1, Edy Santoso 2, Lall Muflkhah 3 Program Stud Teknk Informatka, Fakultas Ilmu Komputer, Unverstas Brawjaya Emal: 1 farsdnar61@gmal.com, 2 3 lall@ub.ac.d Abstrak Pengetahuan pembuddaya akan jens penyakt yang dapat menyerang pada kan guram pada saat buddaya sangat kecl. Predks ndkas penyakt pada buddaya kan guram adalah suatu hal yang pentng terhadap keberhaslan buddaya. Dempster shafer adalah salah satu teknk dar kecerdasan buatan yang dgunakan untuk mempredks berdasarkan fakta-fakta yang salng berkatan. Dempster shafer metode yang serng dgunakan karena tergolong algortma yang mudah untuk dmplementaskan. Namun, knerja dempster shafer sangat tergentung pada pakar yang mempunya katan dengan permasalahan. Sehngga, jka terdapat fakta baru harus konsultas dahulu kepada pakar. Selan tu, Dempster shafer tdak menjamn hasl predks yang spesfk karena fakta yang salng berkatan serng kal bersfat umum. Salah satu pendekatan yang dapat dgunakan untuk mengatas masalah n adalah dengan menerapkan metode Partcle Swarm Optmzaton. Partcle Swarm Optmzaton mengeksploras ruang pencaran untuk menemukan nla denstas awal berdasarkan nla cost partkel. Nla cost drancang untuk memnnmalkan jarak nla random dengan nla bobot sehngga semakn kecl mendekat 0 nla cost semakn besar peluang partkel sebaga solus. Dmana metode Partcle Swarm Optmzaton dgunakan untuk membangktkan nla denstas dan Dempster Shafer sebaga pengambl kesmpulan ndkas penyakt. Pada peneltan n menggunakan hybrd Partcle Swarm Optmzaton- Dempster Shafer untuk dagnosa ndkas penyakt pada buddaya kan guram. Hasl yang ddapat dar hasl keluaran sstem dengan pakar mencapa hasl 86,5%. Kata Kunc : Dagnosa, Optmas, Partcle Swarm Optmzaton, Dempster Shafer, Penyakt Ikan Guram Abstract Knowledge of fsh breeders of the type of dsease that can attack on gouramy fsh at the tme of cultvaton s very small. Predcton ndcaton of dsease on gouram fsh s an mportant thng to the succes of cultvaton. Predcton of dsease obtaned from the facts that exst n the cultvaton process. Dempster shafer s one of the technques of artfcal ntellgence used to predct based on nterrelated facts. Dempster shafer method s often used because t s qute easy to mplement algorthm. However, the performance of dempster shafer s very dependent on the grlfrend who has a connecton wth the problem. So, f there s a new fact must frst consult to experts. In addton, Dempster shafer does not guarantee specfc predcton results because nterrelated facts are often general. One approach that can be used to overcome ths problem s to apply Partcle Swarm Optmzaton method. Partcle Swarm Optmzaton explores the search space to fnd ntal densty values based on partcle cost values.. Where the Partcle Swarm Optmzaton method s used to generate densty values, and Dempster Shafer as a concluson of dsease ndcaton. In ths study usng hybrd Partcle Swarm Optmzaton-Dempster Shafer for dagnoss of dsease ndcaton on gouramy fsh culture. The results obtaned from the output of the system wth experts acheve 86,5% results. Keyword : Dagnoss, Optmaton, Partcle Swarm Optmzaton, Dempster Shafer, Gouram Fsh Dsease 1. PENDAHULUAN Buddaya kan guram adalah proses awal yang dlakukan oleh pembuddaya yang d awal mula proses pembenhan sampa pembesaran kan hngga kan sap dpanen (Ruslana & Ryana, 2009). Dalam proses buddaya sendr mengalam beberapa kendala, salah satunya yang dmaksud adalah terjangktnya penyakt pada kan guram yang dbuddayakan. Mnmnya pengetahuan pembuddaya kan Fakultas Ilmu Komputer Unverstas Brawjaya 503

2 Jurnal Pengembangan Teknolog Informas dan Ilmu Komputer 504 untuk mengenal dan menanggulang penyakt kan, konsep kolam, seleks benh, kualtas ar dan lebh-lebh pengetahuan tentang peyakt kan guram(elfan, 2013). Peneltan tentang metode Dempster-shafer telah banyak dlakukan dengan objek yang berbeda-beda. Pada peneltan berjudul Skn Dseases Expert System usng Dempster-Shafer Theory, teor Dempster-shafer dgunakan untuk mendeteks penyakt kult. Pada peneltan tersebut menghaslkan hasl deteks penyakt pada kulat manusa lebh akurat dbandngkan dengan metode yang lannya(andno & hasan, 2013). Selanjutnya Pada peneltan berjudul Mult-stream speech recognton based on Dempster Shafer combnaton rule, Dempstershafer dgunakan untuk mendeteks pengenalan suara(fabo Valente, 2010). Pada peneltan tersebut menghaslkan pengenalan suara lebh akurat dbandngkan metode sejens lanya Metode Dempster-Shafer dplh karena algortma n sangat senstf terhadap nsalsas nla denstas. Nla denstas adalah ukuran untuk suatu tngkat kepercayaan terhadap suatu perstwa. Nla denstas ddapat dar seorang ahl (pakar) dbdangnya msalkan dokter penyakt jantung, ahl hukum dsb. Sehngga jka ada penambahan fakta baru harus konsultas ke ahl untuk mendapatkan nla denstas baru. Tentu hal n akan membutuhkan waktu yang tdak sedkt. Dalam lmu komputer ada metode yang mampu menutup kelemahan metode Dempster Shafer dengan membangktkan nla secara acak dengan nla evaluas sebaga acuannya yatu metode Partcle Swarm Optmzaton. Dengan nla Dempster Shafer yang dperoleh dar perhtungan Partcle Swarm Optmzaton mampu memberkan nla denstas yang sebelumnya tergantung kepada ahl dapat doptmas mendekat nla maksmum atau mungkn lebh bak sehngga ketergantungan terhadap para ahl dapat dmnmalkan. Kajan dar beberapa peneltan datas menunjukan bahwa algortma Partcle Swarm Optmzaton dapat mengoptmas nla denstas awal pada algortma Dempster Shafer. Selan tu penggabungan dua metode dapat menngkatkan knerja algortma untuk menemukan hasl optmum dalam penambahan fakta baru dan memnmalkan ketergantungan metode Dempster Shafer terhadap seorang ahl. Berdasarkan latar belakang yang telah djabarkan sebelumnya, penuls mengajukan peneltan dengan judul Implementas Metode Partcle Swarm Optmzaton-Dempster Shafer Untuk Dagnosa Indkas Penyakt Pada Buddaya Ikan Guram. Dalam peneltan n dharapkan dapat memberkan pengetahuan lebh bag pemula tentang buddaya kan guram dan mengetahu jens penyakt dar kan guram melalu gejala atau fakta dalam proses buddaya sendr. 1.Berdasarkan permasalahan datas ddapatkan rumusan masalah yatu bagamana mengmplementaskan Hybrd Partcle Swarm Optmzaton dan Dempster Shafer Untuk Dagnosa Indkas Penyakt Pada Buddaya Ikan Guram dan bagaamana tngkat akuras metode Partcle Swarm Optmzaton dan Dempster Shafer Untuk Dagnosa Indkas Penyakt Pada Buddaya Ikan Guram 2. LANDASAN PUSTAKA 2.1 Dempster Shafer Metode Dempster-Shafer adalah teor matematka untuk pembuktan berdasarkan suatu fungs kepercayaan dan pemkran yang masuk akal. Teor n dapat menggabungkan potongan nformas yang terpsah atau bukt dengan tngkat keyaknan untuk mengkalkulaskan kemungknan dar suatu perstwa-perstwa (Wahyun dan Prjodprojo, 2013). Belef (Bel) adalah ukuran kekuatan evdence (fakta) dalam mendukung suatu hmpunan bagan. Nla evdence basa dsebut nla denstas yang menunjukan seberapa besar kepercayaan terhadap suatu perstwa yang nlanya 0 sampa dengan 1. Belef jka bernla 0 (nol) maka mengndkaskan bahwa tdak ada evdence, dan jka bernla 1 maka menunjukkan adanya kepastan. Menurut (Latfa Oukhellou, 2010), persamaan 2.1 merupakan fungs Belef. Bel ( X ) m( Y X (1) sedangkan Plausblty (Pls) adalah suatu tngkat ketdakpercayaan dar evdence dnotaskan pada persamaan 2.2 Pls( X ) 1 Bel( X ') 1 d mana: Bel(X) Pls(X) m(x) m(y) Y X ' m( X ') = Belef (X) = Plausblty (X) = mass functon dar (X) = mass functon dar (Y) (2) Plausblty juga bernla 0 sampa 1, jka kta yakn akan X maka dapat dkatakan Belef (X ) = 1 sehngga dar rumus d atas nla Pls (X) Fakultas Ilmu Komputer, Unverstas Brawjaya

3 Jurnal Pengembangan Teknolog Informas dan Ilmu Komputer 505 = 0 (Latfa Oukhellou, 2010). Plausblty akan mengurang tngkat kepercayaan dar evdence. Pada teor Dempster-Shafer juga dkenal adanya frame of dscernment yang dnotaskan dengan. FOD n merupakan semesta pembcaraan dar sekumpulan hpotess sehngga serng dsebut dengan envronment (Latfa Oukhellou, 2010), dmana: { 1, 2,... n} (3) d mana: FOD atau envronment elemen/unsur bagan dalam envronment n Envronment mengandung elemen-elemen yang menggambarkan kemungknan sebaga jawaban dan hanya ada satu yang akan sesua dengan jawaban yang dbutuhkan namun tdak menutup kemungknan semuanya atau ada 2 elemen sebaga jawaban. Msalkan : A = Ikan sehat B = Terserang Bercak merah C = Terserang Srp Puth D = Terserang Mata Belo E = Terserang Cacng nsang {A,B,C,D,E} dengan Kemungknan n dalam teor Dempster- Shafer dsebut dengan power set dan dnotaskan dengan P ( ), setap elemen dalam power set n memlk nla nterval antara 0 sampa 1 (Sahaan, 2015). sehngga dapat persamaan 2.4. m( X ) 1 XP( ) XP( ) m( X ) 1 dengan P( ) = power set m(x) = mass functon dar (X). sebaga contoh: P(ar keruh) = 0,7 P(non-ar keruh) = 1 07 = 0,3 (4) Pada contoh d atas Belef dar ar keruh adalah 0,7 sedangkan dsbelef ar keruh adalah 0,3. dalam teor Dempster-Shafer, dsbelef dalam envronment basanya dnotaskan m( ). Sedangkan mass functon (m) dalam teor Dempster-Shafer adalah tngkat kepercayaan dar suatu evdence, serng dsebut dengan evdence measure sehngga dnotaskan dengan (m). Sebaga contoh pada aplkas sstem pakar dalam satu penyakt terdapat sejumlah evdence yang akan dgunakan pada faktor ketdakpastan dalam pengamblan keputusan untuk dagnosa suatu penyakt. Untuk mengatas sejumlah evdence tersebut pada teor Dempster-Shafer menggunakan aturan yang lebh dkenal dengan Dempster s Rule of Combnaton dengan persamaan 5 (Latfa Oukhellou, 2010) m 1 m2( d mana: X Y Z m1 m2( = mass functon dar evdence = mass functon dar evdence (X) = mass functon dar evdence (Y) = operator drect sum X ) m2( (5) secara umum formulas untuk Dempster s Rule of Combnaton X Y Z m1 m2( (6) 1 k dmana: k = Jumlah evdental conflct. Menurut (Latfa Oukhellou, 2010) besarnya jumlah evdental conflct (k) drumuskan pada persamaan 7: k Y) X Y (7) sehngga bla persamaan (2.6) dsubsttuskan ke persamaan (2.7) akan menjad X m1 m2( 1 d mana: Y Z X Y (8) m1 m2( = mass functon dar evdence m 1( X ) = mass functon dar evdence (X) m 2( = mass functon dar evdence (Y) K = jumlah evdental conflct 2.2 Partcle Swarm Optmzaton Langkah pertama adalah pembangktan partkel, dmana pada tahap n dbangktkan nla random sesua dengan permasalahan masng-masng. Nla random n yang nantnya akan menjad kanddat solus dar algortma n serng pembaruan teras. Langkah kedua adalah poss x k, dan kecepatan v k dar kumpulan partkel dbangktkan secara random (rand) menggunakan batas atas (x max) dan batas bawah (x mn) sepert yang dtunjukkan pada persamaan 9 dan 10. x 0 = x mn + rand(x max x mn ) (9) Fakultas Ilmu Komputer, Unverstas Brawjaya

4 Jurnal Pengembangan Teknolog Informas dan Ilmu Komputer 506 v 0 = x mn + rand(x max x mn ) (10) Langkah selanjutnya adalah Update velocty (kecepatan) untuk semua partkel pada waktu k+1 menggunakan nla cost poss partkel saat n pada saat waktu ke k. Dalam peneltan n, nla cost dgunakan untuk memnmalkan jarak solus dengan bobot. Bobot merupakan nla palng optmum yang d dapat dar hasl wawancara terhadap pakar. Jarak yang palng optmum adalah jumlah partkel yang mendekat 0(nol) namun tdak menutup kemungknan hasl yang ddapat bernla 0(nol) serng dengan Update kecepatan dan poss. Solus yang d maksud adalah nla partkel atau kanddat solus yang d bangktkan secara acak 0(nol) sampa 1. Persamaan 11 mencar nla cost sebaga berkut: NlaCost= n ( j=1 Nla bobot x Nla Tap Partkel) Nla Bobot (11) Dar nla cost dapat dtentukan partkel yang memlk nla global terbak (global best) pada swarm saat n, dan juga poss terbak dar tap partkel pada semua waktu yang sekarang dan sebelumnya. Perumusan Update velocty juga menggunakan beberapa parameter random. Perumusan Update velocty dapat dlhat pada persamaan 12 sebaga berkut (Valle, 2008). v k+1 = ω v k + c 1 rand p best x k + c 2 rand g best x k (12) D mana : v k = kecepatan patkel pada teras k ω = nerta (fungs pemberat) c 1 = self confdence c 2 = swarm confdence rand = nla acak antara 0 dan 1 x k = poss partkel pada teras k p best = poss terbak dar partkel = nla p best terbak dar swarm. g best Pada setap teras, nla fungs pemberat (nerta) d-update melalu persamaan 13 (Omzegba & Adebayo, 2009). ω = ω max ω max ω mn ter max x ter (13) d mana : ω max = nla pemberat (nerta) awal. ω mn = nla pemberat (nerta) akhr. ter max = jumlah teras maksmum. ter = jumlah teras terakhr. Langkah terakhr adalah Update poss tap partkel. Dengan adanya perubahan kecepatan, maka poss partkel juga akan berubah pada tap teras yang dapat dcar melalu persamaan 3.4 (Omzegba & Adebayo, 2009) x k+1 = x k + v k+1 (14) d mana : x k+1 = poss partkel saat n x k = poss partkel sebelumnya = kecepatan partkel saat n. v k+1 Tga langkah yang telah dpaparkan tersebut akan dulang sampa krtera kekonvergenan terpenuh. Krtera kekonvergenan sangat pentng dalam menghndar penambahan nla evaluas setelah solus optmum ddapatkan. Namun krtera kekonvergenan tdak selalu mutlak dperlukan. Penetapan jumlah teras maksmal juga dapat dgunakan sebaga stoppng condton dar sebuah algortma (Omzegba & Adebayo, 2009). Dalam peneltan n stoppng condton yang dgunakan adalah jumlah teras maksmal sehngga algortma tdak akan berhent sebelum jumlah teras selesa. 2.3 Hybrd Partcle Swarm Optmzaton Dempster Shafer Algortme Partcle swarm optmzaton sendr dgunakan untuk membangktkan nla denstas yang akan dgunakan oleh Dempster Shafer. Berkut tahadapan algortme Partcle Swarm Optmzaton dan Dempster Shafer. Langkah Partcle swarm optmzaton- Dempster Shafer dtunjukkan pada Gambar 1. Dmana pada langkah awal pada metode Partcle swarm optmzaton dawal dengan proses nsalsas partkel dmana nla partkel dbangktkan secara acak, selanjutnya dlakukan perhtungan nla cost, nterval, personal best, global best hngga teras terakhr. Setelah ddapatkan nla global best pada teras terakhr selanjutnya dlakukan perhtungan menggunakan metode Dempster Shafer dengan menghtung nla belefe dan nla pluasablty yang selanjutnya akan ddapatkan kesmpulan sstem berupa ndkas penyakt. Fakultas Ilmu Komputer, Unverstas Brawjaya

5 Jurnal Pengembangan Teknolog Informas dan Ilmu Komputer 507 perhtungan setelah pemlhan fakta. 3.2 Implementas Tambah Fakta Implementas tambah fakta dapat dlhat pada Gambar 3. Gambar 3. Tambah Fakta Ikan Guram Gambar 1. Dagram alr Sklus Algortme Partcle Swarm Optmzaton dan Dempster-Shafer. 3. IMPLEMENTASI Implementas bers tamplan user nterface yang terdapat pada menu dalam sstem dagnosa ndkas penyakt pada buddaya kan guram. 3.1 Implementas Plh Fakta Proses pemlhan fakta dapat dlhat pada Gambar 2. Pada Menu Tambah Fakta admn dapat menambahkan fakta dan parameter sesua dengan data yang ddapatkan. Admn dapat melakukan pengsan nla denstas yang ddapatkan dar pakar atau expert yang selanjutnya akan dlakukan perhtungan oleh metode Partcle Swarm Optmzaton dan Dempster Shafer. 3.3 Implementas Hasl Indkas Proses mplementas hasl ndkas dapat dlhat pada Gambar 4. Gambar 4. Hasl Indkas Gambar 2. Plh Fakta Ikan Guram Pada menu plh fakta user dapat mengnputkan atau memlh fakta berdasarkan gejala dan konds kan selama proses buddaya. Pada menu plh fakta terdapat 6 parameter dan 40 fakta. Yang selanjutnya dlakukan proses Pada menu hasl ndkas merupakan hasl kesmpulan sstem berupa ndkas penyakt yang terdapat pada kan guram berdasarkan pemlhan fakta yang telah d nputkan. Pada menu Hasl Indkas juga bers perhtungan dempster shafer berdasarkan fakta yang telah d nputkan sehngga membentuk rule. Fakultas Ilmu Komputer, Unverstas Brawjaya

6 Jurnal Pengembangan Teknolog Informas dan Ilmu Komputer PENGUJIAN 4.1 Pengujan Interval Kecepatan Pengujan nterval kecepatan partkel bertujuan untuk mengetahu nterval kecepatan partkel yang sesua sehngga dapat menghaslkan solus penyelesaan yang optmum. Interval kecepatan devaluas berdasarkan nla cost terbak dalam swarm. PSO merupakan algortma stokasts sehngga akan menghaslkan hasl berbeda setap kal program djalankan (Mahmudy 2015), karenanya untuk memperoleh rata-rata nla keseluruhan, dlakukan percobaan sebanyak 10 kal untuk setap nterval kecepatan partkel. Pada percobaan n evaluas pertama (evaluas 1) adalah nla cost yang dnyatakan bak dalam satu partkel mendekat 0 (nol) dan nla partkel melebh 1 (satu). Jka semakn mendekat 0 (nol) dan tdak melebh 1 maka besar nterval kecepatan akan dnyatakan bak. Presentas pada pengujan n lebh banyak pada nla partkel yang tdak melebh 1. Besar nterval kecepatan adalah 50% sampa dengan 0.05% dar nterval poss partkel. 4.2 Pengujan Bobot Inersa bobot nersa bertujuan untuk mengetahu kombnas bobot nersa maksmal (W_max) dan bobot nersa mnmal (W_mn) yang tepat guna memperoleh nla cost yang optmal. Nla bobot nersa maksmal yang dgunakan adalah 0.9, 0.8, dan 0.4 sedangkan nla bobot nersa mnmal yang dgunakan adalah 0.2, 0.3, 0.4. kombnas bobot nersa maksmal dan mnmal devaluas berdasarkan rata rata nla cost terbak. Untuk memperoleh rata-rata nla secara keseluruhan, dlakukan percobaan sebanyak 10 kal untuk tap kombnas bobot nersa. 4.3 Pengujan Ukuran Swarm Pengujan swarm dlakukan untuk mengetahu jumlah populas yang dbutuhkan untuk memperoleh nla cost terbak. Jumlah partkel dalam swarm yang dgunakan adalah kelpatan 5. Ukuran swarm optmum devaluas berdasarkan nla rata-rata cost terbak. Partcle Swarm Optmzaton merupakan algortma stokasts sehngga akan menghaslkan hasl berbeda setap kal program djalankan (Mahmudy, 2015) karenanya dalam percobaan dlakukan sebanyak 10 kal untuk setap ukuran swarm. 4.4 Pengujan Jumlah Iteras Pengujan jumlah teras dlakukan untuk mengetahu jumlah teras yang tepat untuk memperoleh nla cost terbak yatu mendekat nla 0 (nol). Jumlah teras yang dgunakan adalah kelpatan 10. PSO merupakan algortma skokats sehngga akan menghaslkan hasl yang berbeda setap kal program djalankan (Mahmudy, 2015), karenanya untuk memperoleh rata-rata nla keseluruhan, dlakukan percobaan sebanyak 10 kal setap jumlah teras. 4.5 Pengujan Koefsen Akseleras Pengujan koefsen akseleras dlakukan untuk mengetahu kombnas koefsen akseleras 1 dan koefsen akseleras 2 terbak guna memperoleh nla cost terbak yang mendekat 0 (nol). Karena partcle swarm optmzaton akan menghaslkan hasl yang berbeda setap djalankan maka dbutuhkan percobaan 10 kal untuk setap kombnas koefsen akseleras. 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasl pengujan dan pembahasann dar Implementas Algortma Partcle Swarm Optmzaton-Demster Shafer Untuk Dagnosa Indkas Penyakt Pada Buddaya Ikan Guram maka dperoleh kesmpulan : 1. Algortma Partcle Swarm Optmzaton- Demster Shafer dapat dmplementaskan pada dagnosa ndkas penyakt kan guram yang memberkan pengetahuan berdasarkan pengalaman pemlhan kombnas fakta pada buddaya kan guram yang menghaslkan dampak ndkas percobaan. Partcle Swarm Optmzaton-Demster Shafer bekerja untuk mempredks ndkas berdasarkan fakta yang dpllh pada buddaya kan guram. Hal tersebut dlakukan dengan mendefnskan partkel sebaga representas penyelesaan. Panjang partkel adalah banyaknya fakta yang dplh sehngga jka fakta yang dplh berjumlah 2 maka panjang nsalsas partkel pertama merepresentaskan fakta 1 dan seterusnya sejumlah fakta yang dplh. Setap nsalsas partkel, pembangktan nla awal ds berdasarkan nla bobot yang dterma dar pakar. Sehngga jka pada nla bobot bernla 0 maka tdak ada pengaruh terhadap ndkas sehngga nla tdak Fakultas Ilmu Komputer, Unverstas Brawjaya

7 Jurnal Pengembangan Teknolog Informas dan Ilmu Komputer 509 dbangktkan atau nla tetap 0. Selama proses optmas kecepatan partkel dan poss partkel selalu dperbaru. Solus penyelesaan berupa nla denstas optmum yang merupakan poss terbak yang pernah dcapa partkel pada teras tertentu. Poss terbak yang pernah dcapa tersebut yang djadkan sebaga nsalsas awal pada algortma Dempster Shafer untuk proses lebh lanjut sehngga menghaslkan keluaran berupa ndkas penyakt pada kan guram. 2. Berdasarkan uj coba sstem yang haslnya dbandngkan dar pakar maka ddapat hasl rata-rata akuras sstem sebesar 86,5% yang dlakukan sebanyak 10 kal dengan pemlhan kombnas fakta sebanyak 20. DAFTAR PUSTAKA Eka, M Hybrd Partcle Swarm Optmzaton dan K-Means untuk Clusterng Data Penentuan UKT. Maselano, A Dempster Shafer untuk dagnosa penyakt pada serangga. Mula, DS Isolas, karaktersas, dan Mentfkas Bakter Aeromons sp. Penyakt Mofle Aeromonas Septcema(&IAS) Pada Guram. Muzakr, I Penngkatan algortme Backpropagaton dengan seleks ftur Partcle Swarm Optmzaton dalam predks pelanggan telekomunkas yang hlang. Rosdah, Potens Ekstrak daun jambu bj sebaga antbakteral untuk menanggulang penyakt kan guram. Wahyun, EG Prototype sstem pakar untuk mendeteks penderta jantung koroner dengan menggunakan metode ftur Partcle Swarm Optmzaton dalam predks pelanggan telekomunkas yang hlang. Fakultas Ilmu Komputer, Unverstas Brawjaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DAN DARWINIAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK FUNGSI MULTIMODAL

PENGEMBANGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DAN DARWINIAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK FUNGSI MULTIMODAL Arad Retno TH, Pengembangan Metode Algortma Gen, Hal 93-0 PENGEMBANGAN METODE ALGORITMA GENETIKA DAN DARWINIAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION UNTUK FUNGSI MULTIMODAL Arad Retno Tr Hayat Abstrak Metode optmas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

APLIKASI PENJADWALAN MATA KULIAH MENGGUNAKAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO)

APLIKASI PENJADWALAN MATA KULIAH MENGGUNAKAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO) APLIKASI PENJADWALAN MATA KULIAH MENGGUNAKAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO) Irfrans Kusmarna, Luh Kesuma Wardhan 2, Muhammad Safrzal 3,3 Jurusan Teknk Informatka, Fakultas Sans dan Teknolog,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Tnjauan Pustaka Kegatan pemberan beasswa dlakukan oleh nstans penddkan maupun non penddkan. Secara khusus nstans penddkan memberkan beberapa jens beasswa setap tahunnya. Persyaratan

Lebih terperinci

Analisa dan Penerapan Metode Particle Swarm Optimization Pada Optimasi Penjadwalan Kuliah

Analisa dan Penerapan Metode Particle Swarm Optimization Pada Optimasi Penjadwalan Kuliah Jurnal Teknk Informatka, Vol 1 September 2012 Analsa dan Penerapan Metode Partcle Swarm Optmzaton Pada Optmas Penjadwalan Kulah Rasha Ashla Rachman 1), Dadang Syarf 2), Rka Perdana Sar 3) 1) Program Stud

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n membahas tentang prosedur pengembangan pembelajaran dan mplementas model Problem Based Learnng dalam pembelajaran Konsep Dasar Matematka, Subjek Peneltan, Teknk dan Instrumen

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB Putr Har Ikhtarn ), Bety Nurltasar 2), Hafdz Alda

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

Roy Madi Mahasiswa Teknik Informatika, FT UMRAH

Roy Madi Mahasiswa Teknik Informatika, FT UMRAH OPTIMASI WAKTU KEBERANGKATAN FERRY TANJUNGPINANG BATAM DENGAN METODE PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (Stud Kasus : Pelabuhan Sr Bntan Pura, Kota Tanjungpnang) Roy Mad Mahasswa Teknk Informatka, FT UMRAH (roymad0@gmal.com)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Meda Informatka, Vol. 2, No. 2, Desember 2004, 57-64 ISSN: 0854-4743 PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Sr Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

IMAGE CLUSTER BERDASARKAN WARNA UNTUK IDENTIFIKASI KEMATANGAN BUAH TOMAT DENGAN METODE VALLEY TRACING

IMAGE CLUSTER BERDASARKAN WARNA UNTUK IDENTIFIKASI KEMATANGAN BUAH TOMAT DENGAN METODE VALLEY TRACING IMAGE CLUSTER BERDASARKAN WARNA UNTUK IDENTIFIKASI KEMATANGAN BUAH TOMAT DENGAN METODE VALLEY TRACING M. Helmy Noor 1, Moh. Harad 2 Program Pasasarjana, Jurusan Teknk Elektro, Program Stud Jarngan Cerdas

Lebih terperinci

Prediksi Jumlah Follower Official Account Line Menggunakan Regresi dan Algoritma Genetika

Prediksi Jumlah Follower Official Account Line Menggunakan Regresi dan Algoritma Genetika Jurnal Pengembangan Teknolog Informas dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 1, No. 11, November 217, hlm. 1312-132 http://j-ptk.ub.ac.d Predks Jumlah Follower Offcal Account Lne Menggunakan Regres dan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan

Lebih terperinci

METODE KLASTERISASI DATA BERBASIS ARTIFICIAL BEE COLONY DAN K-HARMONIC MEANS

METODE KLASTERISASI DATA BERBASIS ARTIFICIAL BEE COLONY DAN K-HARMONIC MEANS TESIS METODE KLASTERISASI DATA BERBASIS ARTIFICIAL BEE COLONY DAN K-HARMONIC MEANS Oleh : I Made Wdartha NRP. 5109201009 Dosen Pembmbng : Dr. Agus Zanal Arfn, S.Kom, M.Kom Anny Yunart, S.Kom, M.Comp.Sc

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Node. Edge. Gambar 1 Directed Acyclic Graph

TINJAUAN PUSTAKA. Node. Edge. Gambar 1 Directed Acyclic Graph TINJAUAN PUSTAKA Bayesan Networks BNs dapat memberkan nformas yang sederhana dan padat mengena nformas peluang. Berdasarkan komponennya BNs terdr dar Bayesan Structure (Bs) dan Bayesan Parameter (Bp) (Cooper

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

Optimasi Fungsi Keanggotaan Fuzzy

Optimasi Fungsi Keanggotaan Fuzzy Optmas Fungs Keanggotaan Fuzzy Tsukamoto Dua Tahap Menggunakan Algortma Genetka Pada Pemlhan Calon Penerma Beasswa dan BBP-PPA (Stud Kasus: PTIIK Unverstas Brawjaya Malang) Bunga Amela Restuputr 1, Wayan

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

PEMAHAMAN METODE NUMERIK MENGGUNAKAN PEMPROGRMAN MATLAB (Studi Kasus : Metode Secant)

PEMAHAMAN METODE NUMERIK MENGGUNAKAN PEMPROGRMAN MATLAB (Studi Kasus : Metode Secant) PEMAHAMAN METODE NUMERIK MENGGUNAKAN PEMPROGRMAN MATLAB (Stud Kasus : Metode Secant) Melda panjatan STMIK Bud Darma, Jln.SM.Raja No.338 Sp.Lmun, Medan Sumatera Utara Jurusan Teknk Informatka e-mal : meldapjt.78@gmal.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan. 0. Uji fungsi distribusi empiris yang populer, yaitu uji. distribusi nol

BAB I PENDAHULUAN. dan. 0. Uji fungsi distribusi empiris yang populer, yaitu uji. distribusi nol BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagan besar peneltan-peneltan bdang statstka berhubungan dengan pengujan asums dstrbus, bak secara teor maupun praktk d lapangan. Salah satu uj yang serng dgunakan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE SAW DAN TOPSIS PADA KASUS UMKM

PERBANDINGAN METODE SAW DAN TOPSIS PADA KASUS UMKM PERBANINGAN METOE SAW AN TOPSIS PAA KASUS UMKM Muh. Alyazd Mude al.mude@yahoo.com Teknk Informatka Unverstas Muslm Indonesa Abstrak alam pengamblan keputusan terhadap masalah berdasarkan sebuah analsa

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

Sistem Pakar Berbasis Web Untuk Menentukan Pembagian Harta Waris Menurut Hukum Islam Menggunakan Metode Forward Chaining dan Dempster-Shafer

Sistem Pakar Berbasis Web Untuk Menentukan Pembagian Harta Waris Menurut Hukum Islam Menggunakan Metode Forward Chaining dan Dempster-Shafer Jurnal Pengembangan Teknolog Informas dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 2, Februar 2018, hlm. 510-514 http://j-ptk.ub.ac.d Sstem Pakar Berbass Web Untuk Menentukan Pembagan Harta Wars Menurut

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SHORTEST PATH PROBLEM DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN HOPFIELD

PENYELESAIAN SHORTEST PATH PROBLEM DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN HOPFIELD Semnar Nasonal Sstem dan Informatka 2007; Bal, 6 November 2007 PENYELESAIAN SHORTEST PATH PROBLEM DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN HOPFIELD Nur Hasanah ) Istkhomah 2) Taufq Hdayat 3) Sr Kusumadew 4) Jurusan

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory BAB II DASAR TEORI Perkembangan zaman telah membuat hubungan manusa semakn kompleks. Interaks antar kelompok-kelompok yang mempunya kepentngan berbeda kemudan melahrkan konflk untuk mempertahankan kepentngan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

Peramalan Jumlah Pemakaian Air di PT. Pembangkitan Jawa Bali Unit Pembangkit Gresik Menggunakan Support Vector Regression

Peramalan Jumlah Pemakaian Air di PT. Pembangkitan Jawa Bali Unit Pembangkit Gresik Menggunakan Support Vector Regression Jurnal Pengembangan Teknolog Informas dan Ilmu Komputer e-issn: 548-964X Vol., No. 10, Oktober 018, hlm. 3788-3795 http://j-ptk.ub.ac.d Peramalan Jumlah Pemakaan Ar d PT. Pembangktan Jawa Bal Unt Pembangkt

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN Pada bab n akan durakan kerangka pemkran hpotess, teknk pengumpulan data, dan teknk analss data. Kerangka pemkran hpotess membahas hpotess pengujan pada peneltan, teknk pengumpulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996).

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996). 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stud Yang Terkat Peneltan n mengacu pada jurnal yang dtuls oleh Khang, dkk.(1995). Dalam peneltannya, Khang, dkk membandngkan arus lalu lntas yang datur menggunakan sstem stats dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tnjauan Pustaka 2.1.1 Tmetable Tmetable merupakan alokas subjek yang memlk kendala untuk dtempatkan pada ruang waktu (Gan dkk, 2004). Permasalahan Tmetable cukup luas. Masalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERMASALAHAN OPTIMASI CONSTRAINED NONLINEAR DENGAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION

PENYELESAIAN PERMASALAHAN OPTIMASI CONSTRAINED NONLINEAR DENGAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION PENYELESAIAN PERMASALAHAN OPTIMASI CONSTRAINED NONLINEAR DENGAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION Yudh Purwananto Rully Soelaman dan Bambang Santoso. Fakultas Teknolog Informas Insttut Teknolog Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 65 BAB IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Penyaan Data Hasl Peneltan Data-ata hasl peneltan yang gunakan alam pengolahan ata aalah sebaga berkut: a. ata waktu kera karyawan b. ata umlah permntaan konsumen c. ata

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tnjauan Pustaka Dar peneltan yang dlakukan Her Sulstyo (2010) telah dbuat suatu sstem perangkat lunak untuk mendukung dalam pengamblan keputusan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI I PENDAHULUAN Latar elakang Sekolah merupakan salah satu bagan pentng dalam penddkan Oleh karena tu sekolah harus memperhatkan bagan-bagan yang ada d dalamnya Salah satu bagan pentng yang tdak dapat dpsahkan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA Dstrbus Bnomal Msalkan dalam melakukan percobaan Bernoull (Bernoull trals) berulang-ulang sebanyak n kal, dengan kebolehjadan sukses p pada tap percobaan,

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN BIBIT UBI KAYU MENGGUNAKAN METODE TOPSIS (Studi Kasus : PT. Hutahaean)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN BIBIT UBI KAYU MENGGUNAKAN METODE TOPSIS (Studi Kasus : PT. Hutahaean) Majalah Ilmah Informas dan Teknolog Ilmah (INTI ISSN : 3390X SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN BIBIT UBI KAYU MENGGUNAKAN METODE TOPSIS (Stud Kasus : PT. Hutahaean Relska Elfrda Capah (086 Mahasswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci