BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Data data yang nantinya digunakan pada tahap pengolahan data yaitu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Data data yang nantinya digunakan pada tahap pengolahan data yaitu"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Data data yang nantinya digunakan pada tahap pengolahan data yaitu data yang didapat dari hasil pengamatan langsung pada proses assembly printer model Aria dan hasil brainstorming dengan perusahaan Pengumpulan Data Dalam melakukan analisa kegagalan, data data yang akan digunakan berhubungan proses produksi assembly printer yaitu data output produksi, data cacat produk, sistem pengendali yang digunakan oleh perusahaan saat penelitian dilakukan. Dimana data tersebut diperoleh melalui pengamatan secara langsung pada lantai produksi, dan wawancara dan hasil diskusi / meeting dengan pihak perusahaan yang terkait dengan proyek Sejarah Umum Perusahaan PT X adalah sebuah perusahaan penanaman modal asing yang berlokasi di EJIP Industrial Park, Cikarang Jawa Barat. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1942 di nagano Jepang dengan nama X Corporation. Dengan produk awal jam tangan. Dengan berkembangnya teknologi, berbagai macam produksi pun berhasil diproduksi. Pabrik di Jakarta mulai beroperasi pada tahun 1994, dan bergerak di bidang manufakturing produkproduk pencetak digital atau lebih seringnya disebut dengan printer. Ada beberapa 44

2 jenis model printer yang sudah dibuat pada perusahaan ini yaitu CIJ (Customer Ink Jet printer) dan SIDM (Serial Impact Dot Matric). Produk jenis CIJ sendiri terbagi menjadi dua jenis yaitu SFP (Single Function Printer) dan MFP (Multy Function Printer). Pada tahun 2010 ini perusahaan mulai menggembangkan bisnisnya dengan memproduksi model baru yang disebut dengan BIJ (Business Ink Jet) printer yaitu produk dengan sasaran marketnya adalah untuk keperluan bisnis seperti perkantoran dan institusi. Produk jenis ini merupakan penggabungan dari produk desain baru dan beberapa hasil dari produk transfer dari group dari SEC diluar indonesia Struktur Organisasi Perusahaan ini pimpin oleh satu orang Presiden Direktur yang dibantu oleh seorang Wakil Presiden Direktur, Secara operasional pabrik dipimpin oleh beberapa General Manager yang membawahi beberapa divisi yaitu General Affair, Production System and Procurement, Part and Product Engineering, PCB Engineering, Quality Assurance, Design Engineering, dan Manufacturing. Dimana pada setiap divisi terbagi lagi menjadi beberapa departement yang dipimpin oleh seorang Manager yang dibantu oleh Supervisor untuk kelancaran proses bisnis perusahaan. 45

3 Gambar 4.1 Susunan Organisasi PT.X 46

4 Hasil Produksi PT. X adalah sebuah perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang elektronik yang menghasilkan produk-produk pencetak digital atau lebih sering disebut dengan printer. Pada tugas akhir ini penulis menganalisa produk printer model ARIA. ARIA merupakan satu satu model baru yang mulai diproduksi pada pertengahan tahun 2010 dan merupakan model pertama untuk printer dengan spesifikasi mencetak dengan ukuran kertas A3. Selain itu model ini merupakan perintis untuk printer dengan spesifikasi A3 yang nantinya akan disusul oleh model model A3 yang lainya pada awal tahun Gambar 4.2 Produk Printer Model ARIA Tahapan Proses Assembly Printer Model Aria Pada tahapan analisa dilakukan dengan melakukan penilaian Potential Failure Mode and Effect Analysis (PFMEA) terhadap main assembly, dikarenakan main assembly merupakan penyebab potensi defect terbesar yang terjadi selama ini di outgoing quality control hal ini dapat dilihat dari grafik defect rate yang terjadi di YS model selama masa awal produksinya yaitu pada bulan Juli sampai Desember 2009 dibawah ini : 47

5 Pareto Defect Rate Production "YS" Model by Scope PPM Assy Defect Mecha Defect Part Defect PCB Defect ADF Defect Scanner Defect Scope 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% % Comulatif Gambar 4.3 Defect Kategori YS Model Berdasarkan grafik diatas maka analisa akan difokuskan pada proses assembly printer pada stage main assembly. Proses pembuatan produk printer model aria di main assembly memiliki 17 stasiun kerja yang bekerja secara berurutan. Setiap tahapan memiliki proses yang berbeda yaitu: 1. Ink System Ink system adalah suatu alat atau sistem yang digunakan untuk menjaga print head agar dapat menyemprotkan tinta secara normal. Fungsi funsi ink system antara lain : 1. Membersihkan print head untuk mengembalikan ke kondisi normal 2. Mencegah pengeringan tinta pada print head (penambahan viscositas) 3. Menyerap dan menahan tinta terbuang Urutan proses pemasangan ink system adalah sebagai berikut : 1. Ambil [INK SYSTEM ASSY], pastikan selang [INK SYSTEM ASSY] tidak rusak. 48

6 2. Pasang [CAM RELEASE LOCK PAPER EJ] ke tangkai [INK SYSTEM ASSY]. 3. Tempatkan Cover Tube Jig ke [TUBE PUMP] kemudian letakkan menempel pada [INK SYSTEM UNIT]. 4. Pasang [INK SYSTEM UNIT] ke [FRAME ASSY MAIN]. 5. Pasang [FRAME IS RIGHT] ke [FRAME ASSY MAIN], kemudian tahan [FRAME IS RIGHT] menggunakan I/S Unit, Frame Main Assembled Jig. 6. Masukkan [LEVER LOCK PAPER EJ] yang sudah terpasang pada [BASE RELEASE CD-R RIGHT SUB ASSY] ke [LEVER LOCK TRANSMISSION PAPER EJ]. 7. Pasang [TRAY CD-R BASE ASSY] ke 2 tangkai [FRAME PAPER EJ ASSY] dan 1 tangkai [LEVER RELEASE CD-R SUB ASSY]. 8. Kunci [TRAY CD-R BASE ASSY] dengan 1 buah [E-RING,4,F/UC-3C] menggunakan E-RING,4 Holder. 9. Pasang [COVER CDR RIGHT] ke [FRAME FRONT]. 10. Pasang Tube Protect Jig ke [FRAME ASSY MAIN] kemudian kencangkan [INK SYSTEM ASSY] ke [FRAME ASSY MAIN] dengan 4 buah [C.B.S-TITE SCREW 3X6,F/ZN-3C]. 11. Kencangkan [BASE RELEASE CD-R RIGHT SUB ASSY] dengan [C.B.S-TITE SCREW 3X6 8,F/ZN-3C]. 12. Kencangkan [COVER CDR RIGHT] ke [FRAME FRONT] dengan [C.B.S-TITE SCREW 3X6, F/ZN-3C]. 13. Pasang [LEVER RELEASE CD-R RIGHT] ke tangkai [BASE RELEASE CD-R RIGHT SUB ASSY] dan [TRAY CD-R BASE]. 49

7 14. Pasang Frame EJ Support Jig ke [FRAME FRONT]. 15. Pasang [SUPPORT PLATE IS] ke [FRAME ASSY MAIN] dan [BASE RELEASE CD-R RIGHT]. Kemudian kencangkan dengan 2 buah [C.B.S- TITE SCREW,3X4,F/ZN-3C]. 16. Pasang [FRAME GUIDE CD-R] ke [FRAME FRONT LEFT ASSY] kemudian kencangkan dengan 1 buah [C.B.S-TITE SCREW,3X4,F/ZN- 3C ]. 2. PF Belt tension Pada stage ini dilakukan proses pengukuran dan penyetingan ketegangan PF Belt untuk mendapatkan hasil yang tepat yaitu tidak terlalu kencang dan terlalu kendor (Standar Tension : 11±2 N.m). PF belt adalah salah satu part printer yang berfungsi untuk menggerakkan dan menghubungkan PF unit ke motor assembly PF. Urutan proses pengukuran PF belt ini adalah sebagai berikut : 1. Kendurkan (putar ke arah CCW sebesar o) screw 1 lalu screw 2 menggunakan manual torque A, lalu kencangkan lagi screw Sambungkan shaft motor dengan spanner dari jig, Tarik handle jig, Putar motor PF ke arah CCW dan CW dengan menekan tombol CCW dan CW,Kencangkan (putar ke arah CW) screw 2 lalu screw 1 menggunakan torque A. 3. Ukur nilai PF BELT tension. 4. Masukkan 8 kait [COVER SCALE CR] ke 8 lubang [FRAME ASSY MAIN] dari sebelah kanan ke kiri. 5. Pasang SCALE CR] hook MOUNTING PLATE SHAFT CR. 50

8 3. Mainboard and bushing centre support Mainboard adalah part yang sangat penting bagi sebuah printer, karena part ini berfungsi sebagai Pusat pengendali yang mengatur kerja dari semua komponen yang terpasang padanya. Semua pergerakan yang dilakuakan printer dikontrol dari part ini. sedangkan bushing centre support adalah part yang berfungsi untuk mengatur/ menyeting ketinggian dari roller PE (paper eject) Urutan proses pemasangan mainboard pada stage ini adalah sebagai berikut : 1. Letakkan Protective Sheet di tengah [ROLLER PF], kemudian pasang Frame Under Adjustment Jig pada [FRAME FRONT] and [ROLLER PF]. 2. Dorong [BUSHING CENTER SUPPORT CAM], kemudian kencangkan di depan [BUSHING CENTER SUPPORT CAM] menggunakan 1 buah [C.B.S-TITE SCREW (P4), 3X8, F/ZN-3C]. 3. Letakkan MECHA ke Board Assemble and Frame Under Adjust Support Jig, kemudian pasang [BOARD UNIT] ke [FRAME ASSY MAIN] dengan memasukkan dowel [BOARD UNIT] ke hole [FRAME ASSY MAIN]. 4. Kencangkan [BOARD UNIT] ke [FRAME ASSY MAIN], dengan 3 buah [C,B,S-TITE SCREW, 3X6, F/ZN-3C]. 5. Usap [FRAME ASSY MAIN] menggunakan Cotton Cloth dan Alkohol. Lalu Tempel [HARNESS] ke sisi kiri [FRAME ASSY MAIN]. 6. Pasangkan pin HARNESS MOTOR ke mainboard. Pasang [REUSE LOCK MINI CLAMP] ke [FRAME ASSY MAIN]. 51

9 7. Set [HARNESS MOTOR] kedalam slot [MAIN BOARD]. Kencangkan 2buah pipa hitam pada [MAIN BOARD] dengan 2 buah [CLAMP HARNESS]. 8. Pasang [PAPER GUIDE, MANUAL] ke [MAIN BOARD]. 4. ASF Unit and insertion cable ASF unit (Auto Sheet Feeder ) adalah komponen printer yang berfungsi sebagai pemisah kertas untuk diprinting. Proses pemisahan yang bagus akan menghindari dari terjadinya penumpukan kertas pada saat proses printing, penumpukan ini bisa terjadi antara dua kertas (Double feeding ) atau lebih dari dua kertas (Multy feeding). Persyaratan ASF unit yang harus terpenuhi adalah : 1. Mampu memisahkan lembaran kertas 2. Mampu meluruskan kertas 3. Mampu membebaskan lembaran kertas setelah diloading. Urutan proses pemasngan ASF unit adalah sebagai berikut : 1. Pasang [ASF UNIT] ke [FRAME MAIN]. 2. Kencangkan [ASF UNIT] ke MECHA menggunakan [C.B.S-TITE(P4) SCREW 3X8,F/ZN-3C] 3 Pcs. 3. Sambungkan [CONNECTOR, BU04P-TR-P-H (LF)] dengan konektor [HARNESS MOTOR]. 4. Masukkan Harness Motor ASF ke dalam [MINI CLAMP, UAMS-07-0], dan [HARNESS MOTOR] ke dalam [MINI CLAMP, UAMS-05-0 V0]. 52

10 5. Atur Harness Motor I/S satu lingkaran ke Grounding Motor I/S, kemudian sambungkan [CONNECTOR, BU04P-TR-P-H (LF)](abu-abu) dengan konektor hitam Motor I/S. 6. Masukkan [FERRITE CORE,28RO ] ke dalam [HARNESS ENCODER PF] kemudian lekatkan pada ASF, Hubungkan [HARNESS ENCODER PF] ke [BOARD ASSY RELAY]. 7. Masukkan [HARNESS DETECTOR PE] ke slit ASF, kemudian pasang 1 [HARNESS DETECTOR PE] dan 2 [HARNESS AUTO PG] ke [BOARD ASSY RELAY] sesuai tiap warna. 8. Hubungkan 6 [CABLE] ke [MAIN BOARD] dimulai dari jarak terjauh ke terdekat (belakang printer). 9. Hubungkan satu sisi dari [HARNESS BOARD ASSY RELAY] ke [BOARD ASSY RELAY], kemudian hubungkan sisi yang lain ke [MAIN BOARD]. 10. Cek 7 sambungan [CABLE] ke [MAIN BOARD]. 11. Pasang [HARNESS MOTOR dari CR] pada Mainboard. 12. Pasang [HARNESS DETECTOR CD-R] ke [DETECTOR LEAF], kemudian pasang ke slot [FRAME MAIN]. 5. Print Head Print Head adalah salah satu part pada printer yang mempunyai fungsi untuk mengkontrol proses printing seperti suplay tinta dan penyemprotan pada kertas melalui nozzle yang ada pada PH itu sendiri. Urutan proses pemasangan Print Head adalah sebagai berikut : 1. Tempelkan [POROUS PAD CABLE HEAD] ke [CABLE HEAD]. 53

11 2. Masukkan [CABLE HEAD] ke [PRINT HEAD]. 3. Masukkan [PRINT HEAD] ke [CARRIAGE UNIT], kemudian tempatkan [CABLE] ke slot [CARRIAGE UNIT]. 4. Masukkan Printer Head Assemble Support Jig ke [CARRIAGE UNIT] kemudian kencangkan [PRINT HEAD] dengan [C.B.P-TITE SCREW 2.6X8,F/ZN-3C]. 5. Masukkan [GUIDE IC OVERSEA] ke alur [CARRIAGE UNIT]. 6. Masukkan [CABLE CSIC] ke [HOLDER CSIC UNIT] kemudian masukkan [HOLDER CSIC UNIT] ke alur [CARRIAGE UNIT]. 7. Masukkan [HOLDER CABLE] ke [CARRIAGE UNIT]. 8. Masukkan [COVER IC ASSY] pada sisi kiri [CR UNIT]. 9. Bersihkan area Label (pada sisi kanan [GUIDE PLATE CR]) menggunakan alcohol,kemudian, tempel [LABEL,INK POSITION] ke [GUIDE PLATE CR]. 6. PG Adjustment PG (Paper Gap) adalah jarak antara permukaan print head (PH) dengan PGF s Rib, tujuan dilakukan pengukuran adalah agar pada saat proses printing didapatkan jarak yang pas dan akurat sehingga hasil printing maksimal dalam berbagai macam variasi ukuran kertas yang berbeda. Masalah yang mungkin timbul apabila salah adjustment adalah : PG Aktual > PG Standard (NG PG High): printing tidak akurat PG Aktual < PG Standard (NG PG Small) : Smear Print, Head Stain Urutan proses PG adjustment adalah sebagai berikut : 1. Pasang PG Dummy Cartridge Jig ke dalam [CARRIAGE]. 54

12 2. Jepit Grounding Clamp ke sisi kanan Frame Main. 3. Hubungkan [HARNESS MOTOR APG] dengan PG Adjustment Box. 4. Lakukan PG Adjusment pada sisi kiri dan kanan. 5. Konfirmasi dengan mengatur [SHAFT CR GUIDE] pada PG ++ untuk menggerakkan kembali CR ke sisi kiri, kemudian tekan tombol PG Adjustment Box tuntuk mengatur [SHAFT CR GUIDE] ke (PG --). 6. Kencangkan [BUSHING PARALEL ADJUST LEFT] dan [BUSHING PARALEL ADJUST RIGHT] menggunakan [C.B.S-TITE (P4)SCREW 3 X 8 F/ZN-3C]. 7. Kencangkan [LEVER RELEASE CD-R RIGHT] dengan 1 buah [C,B,P- TITE SCREW 3x8 F/ZN-3C]. 8. Kencangkan sisi kiri [LEVER RELEASE CD-R LEFT] menggunakan 1 buah [C.B.P-TITE SCREW, 3X8, F/ZN-3C]. 9. Pasang [HARNESS MOTOR APG], pada main board. 7. Joint Mecha Pada stage joint mecha ini dilakukan proses penggabungan atau pemasangan mechanisme printer dengan housing lower. Housing lower adalah part printer yang terbuat dari material plastic injection yang berfungsi sebagai dudukan mechanisme printer dan part pendukung lainya bagian bawah. Urutan proses penggabunganya adalah sebagai berikut : 1. Letakkan [HOUSING LOWER] ke Housing Lower and Board Assemble Jig. Cek [POROUS PAD] pada[housing LOWER] pastikan tidak kurang dan tidak rusak. 55

13 2. Pasang dan posisikan [PICT UNIT] pada bagian depan printer menggunakan Pict Unit Assembled Holding Jig. 3. Pasang MECHA ke [HOUSING LOWER]. Masukkan [HOLDER TUBE] dari [INK SYSTEM ASSY] melalui [SUPPORT PLATE IS]. 4. Posisikan [TRAY CDR] dengan CD-R Holding Jig. Pasang [HOLDER, CDR, L] dan [HOLDER, CDR, R] ke [HOUSING LOWER], lalu kencangkan menggunakan 2 buah [C,B,P-TITE SCREW,3X10, F/ZN- 3C]. 5. Pasang dan kencangkan MECHA ke [HOUSING LOWER] menggunakan 3 buah [C, B, P-TITE SCREW, 3X10, F/ZN-3C]. 6. Posisikan dan kencangkan grounding plate [PICT UNIT] ke MECHA menggunakan 1buah [C, B, P-TITE SCREW, 3X10, F/ZN-3C]. 7. Kencangkan [MAIN BOARD] ke [HOUSING LOWER] dengan 2 buah [C, B, S-TITE SCREW (P2), 3X10, F/ZN-3C]. 8. ASF Adjusment dan Paper support ASF (Auto Sheet Feeder) setelah dipasang pada stage 4 untuk selanjutnya pada stage ini dilakukan penyetingan (adjusment) guna mendapat sesuaian yang pas pada produk. Selain itu pada stage ini juga dilakukan proses pemasangan paper support pada ASF Unit. Paper support adalah part /komponen yang berfungsi sebagai penopang kertas pada saat disetting ke printer. Urutan proses pemasanganya adalah sebagai berikut : 56

14 1. Setting SHAFT ROLLER LD, Kencangkan [GUIDE,ROLLER,LD] kiri dan kanan menggunakan [C.B.SCREW 3X6,F/ZN-3C] 1 buah untuk mengencangkan [GUIDE ROLLER LD]. 2. Sambungkan tepi yang pendek [CONNECTOR, BU04P-TR-P-H (LF)] dengan [HARNESS MOTOR]. 3. Sambung ujung yang jauh dengan dua dowel [CONNECTOR, ](putih) dengan [HARNESS MOTOR]. Kemudian lilitkan dua lingkaran mengelilingi Grounding Motor I/S.Terakhir sambungkan ujung yang dekat dengan dua dowel [CONNECTOR, ] dengan Harness Motor. 4. Kencangkan grounding connectors [ASF UNIT] dan I/S ke [FRAME MAIN] menggunakan [C.B.S-TITE SCREW 3X8,F/ZN-3C] 1 buah.grounding ASF di atas. 5. Pasang [PAPER SUPPORT SUB ASSY] pada ASF unit dengan memasukkan shaft sebelah kiri [PAPER SUPPORT SUB ASSY] pada lubang ASF Unit terlebih dahulu, kemudian masukkan shaft sebelah kanan. 9. Internal inspection Internal inspection check merupakan proses pengecekan terhadap komponen komponen printer yang sudah di pasang sebelumnya dengan methode visual (dengan mata). Tujuan dari pengechekan ini adalah untuk memastikan bahwa semua komponen dan part yang seharusnya dipasang sudah dipasang dan dengan benar baik kelengkapan ataupun posisi pemasanganya. Part atau komponen yang harus dicheck adalah : 57

15 1. Check kelengkapan part dan posisi pemasangan Area CR (CARRIAGE,PRINT HEAD,LABEL ) 2. Check kelengkapan part dan posisi pemasangan Sisi Kanan produk (INK SYSTEM ASSY,TORSION SPRING PG RIGHT,CAM PG RIGHT,MOUNTING PLATE RIGHT, FIXED SPRING MOUNTING PLATE SCALE CR RIGHT,BUSHING PARALEL ADJUST RIGHT,FRAME IS RIGHT) 3. Check kelengkapan part dan posisi pemasangan Sisi Depan produk (GUIDE PLATE CR,CABLE HEAD,SCALE CR,COVER SCALE CR,TIMING BELT CR,ACETATE TAPE DI FRAME MAIN,HOOK HOLDER DETECTOR PE,SHAFT CR GUIDE,GROUNDING SPRING EJ/PF,PAPER GUIDE UPPER,PAPER GUIDE FRONT,HOLDER STAR WHEEL,Item-item CD-R (EAL&EHC),MOUNTING PLATE LEFT ) 4. Check kelengkapan part dan posisi pemasangan Sisi Kiri produk (TORSION SPRING PG LEFT,PF ENCODER,GEARS,SCALE PF,TIMING BELT PF,BUSHING PARALEL ADJUST LEFT,CAM PG LEFT) 5. Check kelengkapan part dan posisi pemasangan Sisi Kanan Belakang produk (AUTO PG,MOTOR PF,Harness Connection to MAIN BOARD,MAIN BOARD,ACETATE TAPE,PAPER GUIDE MANUAL,MOTOR CR,Harness Connection ASF,INK SYSTEM ) 6. Check kelengkapan part dan posisi pemasangan Area ASF (ASF UNIT,EDGE GUIDE,HOLDER CABLE HEAD) 58

16 10. Leakage current dan QR code Leakage current adalah proses untuk mengechek apakah ada kebocoran arus listrik yang dihasilkan oleh bagian bagian elektronik printer dan mengalir kebagian metal pada produk saat dioperasikan, standard untuk produk ini tidak boleh melebihi dari 0.25 ma. sedangkan QR code adalah proses penulisan head id sesuai dengan customer yang sedang dibuat pada produk. Urutan proses pada stage ini adalah sebagai berikut : 1. Hubungkan [HARNESS PANEL] ke Panel Jig. 2. Jepit Grounding Clamp ke sisi kiri [FRAME MAIN]. 3. Hubungkan kabel printer ke Leak Check. 4. Hubungkan kabel USB (2.0) ke Printer. Kemudian hubungkan AC power cable ke Stop Kontak 5. Leakage current check proses. 6. POWER OFF, cabut kabel power, kabel USB, kabel Panel jig, QR dummy cartridge dan CDR Holding Jig. 7. POWER ON pilih menu QR code pada printing program tekan enter (OK) kemudian lakukan penulisan head id dengan QR reader sampai muncul tulisan complete tampak pada monitor. 11. Printing Pada stage printing ini dilakukan beberapa pengechekan printing dengan mencetak beberapa pola sesuai dengan printing program terhadap produk yang telah dibuat untuk mengetahui apakah produk sudah bisa digunakan 59

17 dengan baik atau masih ada hal hal yang tidak sesuai dengan spesifikasi printing yang nantinya digunakan oleh customer. Urutan proses printing ini adalah sebagai berikut : 1. Pemasangan kertas yang dibutuhkan ke PAPER SUPPORT 2. Setting edge guide 3. Pilih printing program 4. Ink charge/ Cleaning 5. Head Adjusment 6. Bi-D Adjusment PG Typical 7. PF adjusment 8. PW adjusment 9. EJ adjusment 10. Print ESF A Print Matte A4 12. Print Matte A4 (BOF) 13. Print Matte A3+/Check scale CR 14. Print Post Card 15. Print CDR 16. Print Envelope 17. Input printing adjusment & value 18. Check printing result 19. Ink Discharge 60

18 12. Housing upper 1 Setelah proses printing selesai dan semua pola yang ditetapkan sesuai dengan spesifikasi proses selanjutnya adalah pemasangan housing upper, housing upper adalah part pada printer yang berfungsi sebagai penutup bagian atas dari komponen dan mechanisme sebuah produk printer. Urutan pemasangan housing upper ini adalah sebagai berikut : 1. Cek kondisi selang Ink System dan [CLAMP TUBE]. Ambil gambar [TUBE] dengan camera. 2. Pasang [HOUSING UPPER] ke [HOUSING LOWER]. 3. Hubungkan [HARNESS] ke [PANEL SUB ASSY], kemudian tempatkan sesuai lekukannya ke [HOUSING UPPER]. 4. Kencangkan [HOUSING UPPER] ke [HOUSING LOWER] dengan 4 buah [C.B.P-TITE SCREW,3X10,F/ZN-3C] dan 2 buah [C.B.P-TITE SCREW,3X10,F/ZB-3C]. 5. Kencangkan [HOUSING UPPER] ke [FRAME FRONT] dengan 2 buah [C.B.S-TITE SCREW, 3X6, F/ZN-3C]. 6. Kencangkan [PANEL SUB ASSY] dengan [C.B.S-TITE SCREW, 3X6, F/ZN-3C ]. 7. Kencangkan [HOUSING CD-R ASSY] ke [HOUSING UPPER SUB ASSY] dengan 2 buah [C.B.S-TITE SCREW, 3X6, F/ZN-3C]. 8. Tekan [HOUSING CD-R] sekali untuk mengkonfirmasi pemasangannya. 61

19 13. Housing upper 2 Pada stage ini dilakukan proses pemasangan cover printer bagian samping kanan dan kiri serta proses pemasangan housing printer bagian belakang sehingga selesai proses ini semua komponen printer benar benap tertutup. Selain itu ada proses penempelan label dan pengecekan sambungan kabel yang terlihat pada mainboard. Urutan proses detail prosesnya adalah sebagai berikut : 1. Tempelkan [LABEL CAUTION LATCH] pada [HOUSING UPPER SUPPORT]. 2. Tempelkan [LABEL ENERGY STAR, BK] ke [COVER CD-R] menggunakan Label Energy Star BK Position Fix Tool. 3. Tempelkan [LABEL ACCESSORY D] pada [HOUSING UPPER]. 4. Cek tegangan [TIMING BELT PF]. 5. Cek 7 sambungan [CABLE] ke [MAIN BOARD] 6. Pasang [COVER LEFT] ke [HOUSING LOWER] dengan memasukkan 2 lubang [COVER LEFT] ke 2 kait [HOUSING LOWER]. 7. Pasang [COVER RIGHT] ke [HOUSING LOWER] dan [HOUSING UPPER] 8. Pasang [HOUSING REAR] dengan menyesuaikan 4 lubangnya ke 2 lubang [HOUSING UPPER] dan 2 lubang [HOUSING LOWER] kemudian kencangkan dengan 4 buah [C.B.P-TITE SCREW, 3X10, F/ZN- 3C] 9. Pasang [COVER IEEE] pada lubang [HOUSING REAR] di samping USB Plug 62

20 14. Safety Test & Dummy Produk safety merupakan salah satu persyaratan mutu produk kepada pelanggan, yang berupa jaminan bahwa suatu produk aman bagi pemakainya ketika digunakan atau terlibat langsung dengan produk tersebut Pada stage ini dilakukan proses pengecekan kekuatan insulation/ perlindungan produk terhadap adanya tegangan puncture sesuai dengan kelas produk yaitu kelas 1 (1,52-1,55 KV) dan untuk kelas 2 (3,02-3,05 KV) terhadap bagian grounding dan bagian bagian yang tersentuh. Sedangkan dummy check adalah proses untuk mengetahui apakah printer masih bisa mendeteksi ink cartridge dengan menggunakan alat bantu ink cartridge dan juga dilakukan proses pendeteksian USB. Urutan proses pengecekanya adalah sebagai berikut : 1. Hubungkan Grounding Clamp ke [SHIELD PLATE SENSOR INK]. 2. Hubungkan Power Cable ke Stop Kontak Safety. 3. Cek current pada tampilan, harus 3,02-3,05 KV (Class 2). 4. Masukkan Dummy Cartridge ke dalam [CARRIAGE] Kemudian tutup [COVER IC], Tekan Paper SW 3, ink LED 2 menjadi mati, [CARRIAGE] bergerak ke home position kemudian berhenti. 5. Masukkan USB drive lubang USB pada printer bagian depan, 3 paper LED dan 2 ink LED akan berkedip bergantian, jika tidak, maka produk harus dibawa ke reparasi, Lepas USB drive,lampu 3 Paper LED& 2 Ink LED menjadi mati. 63

21 15. External Pada stage external ini dilakukan proses pengecekan terhadap penampilan (appearance) produk sesuai dengan pandangan konsumen, meliputi penampilan luar printer (cosmetic side) dan ukuran step ataupun gap pada bagian sambungan antar part printer, adapaun bagian bagian yang dicheck adalah : 1. Check Appearance product 2. Check kelengkapan dan posisi part produk 3. Check Product safety (sharp edge) 4. Check Gap& Step product 5. Tempelkan tessa tape [PAPER SUPPORT,CD-R BASE,HOUSING CD-R &HOUSING UPPER,COVER STACKER,STACKER & HOUSING] 6. Tempelkan [SERIAL NO.LABEL A] pada [SERIAL NUMBER LABEL]. 7. Tempelkan [SERIAL NUMBER LABEL] ke [HOUSING REAR] 8. Tempelkan [CODE LABEL B] ke [HOUSING REAR] 16. ACC Inspection Setelah pengecekan penampilan dari level produk selesai selanjutnya dilakukan proses pengecekan terhadap asesoories /kelengkapannya sebelum dijual atau dipasarkan ke konsumen, adapun poin pengecekan yang dilakukan meliputi : 1. Insert [Pad Lower]. 2. Insert [Pad Upper]. 3. Insert [Ink Cartridge] to [Pad]. 64

22 4. Insert [Acc] Document Pack, Interface Cable, Tray CDR, to [Individual Carton Box]. 5. Letakkan [POWER CABLE] kedalam carton box. 17. Packing Packing merupakan tahap terakhir dalam proses assembly printer, pada tahap ini produk yang sudah jadi dan siap untuk dipasarkan dimasukkan kedalam karton box dengan identitasnya. Adapun detail prosesnya adalah sebagai berikut : 1. Tempel [S/N LABEL] di bawah [PRODUCT CODE LABEL B]. 2. Ambil [LDPE BAG,920X615X0.06T],tempatkan pada [PAD PRINTER LB] dan [PAD PRINTER RB], bentangkan 3. Check foot (6 buah) pada [HOUSING LOWER] tidak lepas (menggunakan Foot Check Jig) 4. Masukkan printer. 5. Tutup 4 lipatan [INDIVIDUAL CARTON BOX] kemudian tutup dan rekatkan dengan OPP Tape 6. Tutup 4 lipatan [INDIVIDUAL CARTON BOX] kemudian tutup dan rekatkan dengan OPP Tape Implementasi Program Quick Quality Stabilisation Quick Quality Stabilization adalah suatu program atau methode yang dibuat oleh management quality perusahaan pada PT. X dengan tujuan menstabilkan kualitas produk dengan cepat terutama pada masa awal awal 65

23 produksi, secara umum metode atau alat alat perbaikan kualitas yang digunakan ialah PFMEA, dan Proses/ Operasional Audit. Dalam mengimplementasikan program ini analisa dan penelitian dilakukan dalam 2 (dua) tahapan proses produksi yaitu pada saat sebelum produksi massal (Pre MP) dan pada saat produksi massal dikerjakan (MP) seperti gambar berikut : Gambar 4.4 Tahapan proses implementasi program Quick Quality Stabilisation Tahapan proses dalam implementasi program Quick Quality Stabilisation pada proses produksi adalah sebagai berikut : 3. Tahap sebelum produksi massal (Pre-MP) Tahapan Pre-MP adalah tahapan dimana semua alat alat dan kelengkapan produksi dicoba dan digunakan atau dengan kata lain sebagai simulasi proses untuk membuat sebuah produk printer pada kondisi yang sebenarnya. Pada tahapan ini dilakukan proses pembuatan printer dengan jumlah tertentu dan akan dievaluasi apakah secara teknis produk tersebut sudah memenuhi persyaratan kualitas yang ditetapkan. Selain evaluasi produk dengan program ini juga dilakukan evaluasi proses apakah ada ada 66

24 proses yang mempunyai potensi kegagalan dengan metode Potential Failure mode and Effect Analysis (PFMEA). PFMEA digunakan untuk mengevaluasi potensi - potensi masalah yang bisa menyebabkan produk defect pada saat sebelum produksi produk printer secara massa ( pre mass production). 4. Tahap Produksi massal/ Mass production (MP) Setelah evaluasi dari tahapan Pre-MP dinyatakan OK maka tahapan selanjutnya adalah produksi massa/ mass production (MP) pada tahapan ini departemen produksi sudah mulai membuat produk yang siap untuk dipasarkan ke konsumen. Implementsai program Quick Quality Stabilisation pada proses ini dijalankan dengan melakukan proses audit sebagai methode deteksi terhadap potensi masalah yang memungkinkan terjadi yang belum ataupun tidak terdeteksi sebelumnyaa pada proses Potential Failure mode and Effect Analysis (PFMEA) Pengolahan Data Struktur dan Metode Pencatatan Dalam Lembar PFMEA Tabel 4.1 Struktur PFMEA form Stage produksi. Merupakan urutan penomoran suatu proses yang dikerjakan dilini 67

25 Description Merupakan penjelasan mengenai nama suatu proses atau operasi dalam proses -proses produksi. Team FMEA Merupakan penjelasan mengenai semua pihak yang terlibat dalam pembuatan FMEA. Squence Merupakan penjelasan dari urutan suatu stasiun kerja berdasarkan urutan prosesnya. Process Menggambarkan item dari aktifitas atau operasi yang dilakukan untuk menghasilkan suatu produk dan kegiatan yang akan dianalisa. Potential Failure mode Potential failure mode adalah proses yang potensial akan menimbulkan kegagalan pada proses produksi.tim FMEA melakukan brainstorming terhadap segala kemungkinan produk / proses mengakibatkan kegagalan; Potensi kegagalan dapat diperkirakan berdasarkan: 1. Komplain dari market, proses yang buruk, dan potensi kegagalan lainnya yang terjadi sebelumnya pada proses yang mirip. 2. Berasumsi bahwa part/ material yang terlibat dalam proses tidak bermasalah. 68

26 Effects Failure Mode Efek adalah akibat dari mode kegagalan pada pelanggan (internal dan eksternal), safety, isu kualitas, dan lingkungan. Pada pengguna akhir adalah kinerja, fungsi produk, ketidaksempurnaan appearance. Untuk proses line adalah ditunjukkan dengan ketidakmampuan untuk diproses/dikerjakan, membahayakan operator, dan lain sebagainya. Severity (Customer Effect) Severity Adalah rangking yang menunjukan efek yang serius yang berasal dari modus kegagalan. Pada tahap evaluasi severity dilakukan penilaian dari hal yang paling berpengaruh yang diberikan oleh mode kegagalan (menilai keseriusan dari efek yang ditimbulkan). Ini merupakan penilaian komparatif. Untuk mengurangi ranking severity, diperlukan perubahan desain atau proses. Severity (Score) Merupakan penilaian berdasarkan seberapa besar efek yang ditimbulkan apabila suatu kegagalan terjadi berdsarkan urutan angka mulai dari yang terkecil atau tidak mempunyai efek terhadap customer sampai angka yang paling tinggi yaitu bisa membahayakan baik karyawan ataupun customer. Ranking Severity mengacu pada Tabel 2. 2 Modifikasi severity rating. 69

27 Occurrence (Occurrence rate) Occurrence rate menggambarkan seberapa sering suatu kegagalan itu terjadi dengan mengacu pada sebuah kemungkinan untuk suatu kasus kegagalan terjadi. Dengan mengetahui sebab dari kegagalan akan membimbing kita untuk mengetahui bagaimana kegagalan dapat sering terjadi. Occurrence (Occurrence score) Merupakan penilaian berdasarkan seberapa sering suatu kegagalan terjadi berdasarkan urutan angka mulai dari yang terkecil yaitu kegagalan sangat jarang terjadi atau hampoir tidak pernah terjadi sampai angka yang paling tinggi yaitu kegagalan sangat sering terjadi. Ranking Occurrence rate mengacu Tabel 2.4 Modifikasi occurance rating. Detection (detection range) Detection Range adalah kemampuan dalam mendeteksi kegagalan. Semakin tinggi kemampuan deteksi semakin rendah angka detection rankingnya. Keefektifan pencegahan / deteksi ditunjukkan dengan ranking detection. Detection (detection score) Merupakan penilaian berdasarkan seberapa bagus suatu proses mendeteksi suatu kegagalan berdasarkan urutan angka mulai dari yang terkecil yaitu kegagalan dapat langsung dideteksi oleh proses itu sendiri sampai angka yang paling tinggi yaitu kegagalan tidak dapat terdeteksi.kita tidak dapat menganggap bahwa jika tingkat kejadian rendah detection rank juga rendah. Deteksi rank mengacu pada Tabel 2.6 Modifikasi detection rating. 70

28 Risk Level ( RPN ) Nilai RPN menunjukkan keseriusan dari potential failure, semakin tinggi nilai RPN maka menunjukkan semakin bermasalah. Segera lakukan perbaikan terhadap potential cause, alat kontrol dan efek yang diakibatkan. RPN ( Risk Priority Number) memiliki range dari Perhitungan RPN untuk masing-masing mode kegagalan (failure mode) akan membuat anda mampu memprioritaskan action plan. [RPN] = [Severity] x [Occurrence] x [Detection] atau [RPN] = [ 9 ] x [ 11 ] x [ 13 ] Contoh pengisian FMEA form Suatu proses assembly yaitu pemasangan ink sistem ke frame main pada stage M 11 pada Ink system Unit, squence pertama dengan proses ambil ink system assy dengan point pengecekan memastikan selang ink system assy tidak rusak, potensi failure modenya adalah lupa mengecek (missing check), effect failure mode adalah selang ink sistem tidak tergaransi, severity (customer effect) Make produk or servise (Main Function Problem) berdasarkan Tabel 2. 2 Modifikasi severity rating severity scorenya adalah 8. Occurance (occurance rate) 1 in berdasarkan Tabel 2.4 Modifikasi occurance rating occurance scorenya adalah 2, detection (range detection) adalah Detection of error in berdasarkan Tabel 2.6 Modifikasi detection rating occurance scorenya adalah 4. Perhitungan RPN adalah [RPN] = [Severity] x [Occurrence] x [Detection] secara perhitungan [RPN] = [8] x [2] x [4] sehingga nilai RPN adalah 64. Berdasarkan nilai RPN tersebut berarti proses ini 71

29 tidak perlu dikhawatirkan karena nilai RPN < 80 sehingga kita bisa focus pada proses yang lain yang mempunyai nilai RPN > 80. Sehinnga apabila proses tersebut kita masukkan dalam FMEA form adalah sebagai berikut : Tabel 4.2 Contoh pengisian PFMEA form Pengolahan Data PFMEA Pada tahap pengolahan data ini, dilakukan penilaian terhadap potensi bentuk kegagalan secara kualitatif untuk mendapatkan nilai severity, serta melakukan pengolahan data untuk mendapatkan nilai occurrence, detection dan menentukan nilai risk priority number (RPN). Nilai severity diperoleh melalui penilaian dari pihak perusahaan terhadap dampak dan gangguan yang ditimbulkan dari potensi kegagalan bila terjadi pada proses produksi berdasarkan penilaian yang diberikan oleh pihak perusahaan. Nilai occurrence merupakan perbandingan antara jumlah cacat dengan total output pada masing masing fungsi proses. Penilaian tersebut bersifat kuantitatif berdasar pada data pengamatan langsung ke perusahaan. Hasil perbandingan tersebut merupakan perhitungan dari possible failure rate. Nilai dari possible failure rate dijadikan acuan untuk menentukan nilai occurance. Nilai detection merupakan kemampuan untuk mendeteksi potensi dari kegagalan yang dapat terjadi pada proses produksi dimana pengolahan tersebut dilakukan untuk mengetahui kemampuan dari sistem pengukuran pada 72

30 proses produksi. Berdasarkan hasil pengolahan yang dilakukan untuk mencari nilai severity, occurrence dan detection maka dapat digunakan untuk menentukan nilai risk priority number (RPN). Nilai risk priority number (RPN) merupakan hasil perkalian dari severity, occurrence dan detection. Proses penentuan severity, occurrence detection dan RPN (Risk priority Number ) pada setiap proses assembly printer disetiap stage kerja adalah sebagai berikut : 73

31 Tabel 4.3 PFMEA Ink System Stage POTENTIAL FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (Process FMEA) Process FMEA Sheet Team FMEA : 1. Beni Santoso / Product Eng. Stage : M Agil Jatmiko / Production Eng. Description : Ink System Unit 3. Imam Solikhin / QA Eng. Squence Process Potential Failure Mode Effect Failre Mode Ambil [INK SYSTEM ASSY], pastikan selang [INK Missing check SYSTEM ASSY] tidak rusak Pasang [CAM RELEASE LOCK PAPER EJ] ke tangkai [INK SYSTEM ASSY] Tempatkan Cover Tube Jig ke [TUBE PUMP] kemudian letakkan menempel pada [INK SYSTEM UNIT] Pasang [INK SYSTEM UNIT] ke [FRAME ASSY MAIN] Pasang [FRAME IS RIGHT] ke [FRAME ASSY MAIN], kemudian tahan [FRAME IS RIGHT] menggunakan I/S Unit, Frame Main Assembled Jig Masukkan [LEVER LOCK PAPER EJ] yang sudah terpasang pada [BASE RELEASE CD-R RIGHT SUB ASSY] ke [LEVER LOCK TRANSMISSION PAPER EJ] Pasang [TRAY CD-R BASE ASSY] ke 2 tangkai [FRAME PAPER EJ ASSY] dan 1 tangkai [LEVER RELEASE CD-R SUB ASSY]. Kunci [TRAY CD-R BASE ASSY] dengan 1 buah [E-RING,4,F/UC-3C] menggunakan E-RING,4 Holder. Pasang [COVER CDR RIGHT] ke [FRAME FRONT] Pasang Tube Protect Jig ke [FRAME ASSY MAIN] kemudian kencangkan [INK SYSTEM ASSY] ke [FRAME ASSY MAIN] dengan 4 buah [C.B.S-TITE SCREW 3X6,F/ZN-3C] Kencangkan [BASE RELEASE CD-R RIGHT SUB ASSY] dengan [C.B.S-TITE SCREW 3X6 8,F/ZN-3C]. Kencangkan [COVER CDR RIGHT] ke [FRAME Pemasangan terbalik Lupa pasang Dowel tidak masuk penuh Dowel tidak masuk ke frame Hook tidak terpasang penuh TRAY CD-R BASE terpasang unposition Lupa pasang Pemasangan tidak centre Screw terlalu kencang/ kurang kencang, missing, salah screw Screw terlalu kencang/ kurang kencang, missing, salah screw Screw terlalu kencang/ kurang FRONT] dengan [C.B.S-TITE SCREW 3X6, F/ZNkencang, missing, salah screw 3C]. Pasang [LEVER RELEASE CD-R RIGHT] ke Lubang [LEVER RELEASE CD-R tangkai [BASE RELEASE CD-R RIGHT SUB RIGHT] tidak terpasang penuh ASSY] dan [TRAY CD-R BASE]. Pasang Frame EJ Support Jig ke [FRAME FRONT], - CAM RELEASE CD-R tidak terpasang penuh - TRAY CD-R BASE] tidak dapat bergerak lancar Pasang [SUPPORT PLATE IS] ke [FRAME ASSY MAIN] dan [BASE RELEASE CD-R RIGHT]. Screw terlalu kencang/ kurang Kemudian kencangkan dengan 2 buah [C.B.S- kencang, missing, salah screw TITE SCREW,3X4,F/ZN-3C] Pasang [FRAME GUIDE CD-R] ke [FRAME FRONT LEFT ASSY] kemudian kencangkan dengan 1 buah [C.B.S-TITE SCREW,3X4,F/ZN- 3C ]. Screw terlalu kencang/ kurang kencang, missing, salah screw Selang ink sistem tergaransi Fatal Error Selang tergores Pergerakan ink system stuck (fatal error) Screwing sulit dilakukan Cover CDR tidak fleksible Cover CDR tidak fleksible Cover CDR tidak release Cover CDR tidak fleksible Assembly Ink sistem lepas Assembly BASE RELEASE CD-R RIGHT SUB ASSY lepas Assembly COVER CD-R RIGHT lepas Cover CDR tidak fleksible Cover CDR tidak fleksible Ink system unposition/stuck,ink leakage, Cant suction FRAME GUIDE CD-R lepas, CDR tidak fleksible Severity Customer Effect Score Occurance Rate Score Range Detection Score Cause slight degradation in performance Cause slight degradation in performance Occurance 8 1 in 150, in 150, in 15, in 150, in 150, in 150, in 150, in 150, in 15, in 15, in 150, in 15, in 15, in 15,000 3 Detection 100% automatic Inspection/measure 100% automatic Inspection/measure RPN

32 Tabel 4.4 PFMEA PF Belt Tension Stage POTENTIAL FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (Process FMEA) Process FMEA Sheet Team FMEA : 1. Beni Santoso / Product Eng. Stage : M Agil Jatmiko / Production Eng. Description : PF Belt tension 3. Imam Solikhin / QA Eng. Squence Process Potential Failure Mode Effect Failre Mode Severity Occurance Detection Customer Effect Score Occurance Rate Score Range Detection Score RPN 1 kendurkan (putar ke arah CCW sebesar 180- Screw terlalu kendor dan terlalu 200o) screw 1 lalu screw 2 menggunakan manual kencang, salah screw torque A, lalu kencangkan lagi screw 1 Posisi PF belt tidak stabil 7 1 in 15, Sambungkan shaft motor dengan spanner dari jig, Tarik handle jig, Putar motor PF ke arah CCW Screw terlalu kencang/kurang dan CW dengan menekan tombol CCW dan kencang, salah screw CW,Kencangkan (putar ke arah CW) screw 2 lalu screw 1 menggunakan torque A Posisi PF belt tidak stabil 3 Ukur nilai PF BELT tension Salah pengukuran Printing quality NG 4 5 Masukkan 8 kait [COVER SCALE CR] ke 8 Kait [COVER SCALE CR] tidak lubang [FRAME ASSY MAIN] dari sebelah kanan terpasang penuh ke kiri Pasang SCALE CR] hook MOUNTING PLATE SHAFT CR - Scale CR ada goresan, - Scale Cr tidak terpasang dengan Fatal Error benar pada hook COVER SCALE CR mengenai scale CR (Fatal error) 7 1 in 15, in

33 Tabel 4.5 PFMEA Mainboard and Bushing Centre Stage POTENTIAL FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (Process FMEA) Process FMEA Sheet Team FMEA : 1. Beni Santoso / Product Eng. Stage : M Agil Jatmiko / Production Eng. Description : Mainboard and bushing centre support 3. Imam Solikhin / QA Eng. Squence Process Potential Failure Mode Effect Failre Mode Severity Occurance Detection Customer Effect Score Occurance Rate Score Range Detection Score RPN 1 Letakkan Protective Sheet di tengah [ROLLER PF], kemudian pasang Frame Under Adjustment Jig pada [FRAME FRONT] and [ROLLER PF] Salah peletakan Protective Sheet Frame Scratch (Appearance NG) Escape noticed : small effect in performance 2 1 in 1,500, Dorong [BUSHING CENTER SUPPORT CAM], kemudian kencangkan di depan [BUSHING CENTER SUPPORT CAM] menggunakan 1 buah [C.B.S-TITE SCREW (P4), 3X8, F/ZN-3C] Screw terlalu kencang/ kurang kencang, missing, salah screw BUSHING CENTER SUPPORT CAM mudah lepas/ terlalu kencang Letakkan MECHA ke Board Assemble and Frame Under Adjust Support Jig, kemudian Hook [BOARD UNIT] tidak masuk pasang [BOARD UNIT] ke [FRAME ASSY MAIN] ke lubang [FRAME ASSY MAIN] dengan memasukkan dowel [BOARD UNIT] ke dengan benar hole [FRAME ASSY MAIN]. Kencangkan [BOARD UNIT] ke [FRAME ASSY MAIN], dengan 3 buah [C,B,S-TITE SCREW, 3X6, F/ZN-3C]. Usap [FRAME ASSY MAIN] menggunakan Cotton Cloth dan Alkohol. Lalu Tempel [HARNESS] ke sisi kiri [FRAME ASSY MAIN]. Pasangkan pin HARNESS MOTOR ke mainboard. Pasang [REUSE LOCK MINI CLAMP] ke [FRAME ASSY MAIN] Set [HARNESS MOTOR] kedalam slot [MAIN BOARD]. Kencangkan 2buah pipa hitam pada [MAIN BOARD] dengan 2 buah [CLAMP HARNESS]. Screw terlalu kencang/ kurang kencang, missing, salah squence, salah screw - penempelan HARNESS terbalik. - penempelan HARNESS] tidak rata - Hook [REUSE LOCK MINI CLAMP] tidak masuk dan tidak terkunci ke [FRAME ASSY MAIN] - Harnes terpasang tidak sesuai dengan warna konektor. -H arness tidak terpasang penuh. -Hook [CLAMP HARNESS] kurang masuk ke lubang [MAIN BOARD] -pipa hitam tidak melingdungi Board unit unposition Board unit tidak stabil, lepas Harness arrangement tidak benar Function error 5S product Generate partial dysfunction Escape noticed : small effect in performance 6 1 in 150, in 150, Pasang [PAPER GUIDE, MANUAL] ke [MAIN BOARD] Pemasangan hook PAPER GUIDE MANUAL unposition Printing quality NG 8 1 in 150, % automatic Inspection/measure

34 Tabel 4.6 PFMEA ASF Unit and Insertion Cable Stage POTENTIAL FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (Process FMEA) Process FMEA Sheet Team FMEA : 1. Beni Santoso / Product Eng. Stage : M Agil Jatmiko / Production Eng. Description : ASF Unit and insertion cable 3. Imam Solikhin / QA Eng. Squence Process Potential Failure Mode Effect Failre Mode 1 Pasang [ASF UNIT] ke [FRAME MAIN] Kencangkan [ASF UNIT] ke MECHA menggunakan [C.B.S-TITE(P4) SCREW 3X8,F/ZN-3C] 3 Pcs Sambungkan [CONNECTOR, BU04P-TR-P-H (LF)] dengan konektor [HARNESS MOTOR] Masukkan Harness Motor ASF ke dalam [MINI CLAMP, UAMS-07-0], dan [HARNESS MOTOR] ke dalam [MINI CLAMP, UAMS-05-0 V0]. Atur Harness Motor I/S satu lingkaran ke Grounding Motor I/S, kemudian sambungkan [CONNECTOR, BU04P-TR-P-H (LF)](abu-abu) dengan konektor hitam Motor I/S Masukkan [FERRITE CORE,28RO ] ke dalam [HARNESS ENCODER PF] kemudian lekatkan pada ASF, Hubungkan [HARNESS ENCODER PF] ke [BOARD ASSY RELAY] Masukkan [HARNESS DETECTOR PE] ke slit ASF, kemudian pasang 1 [HARNESS DETECTOR PE] dan 2 [HARNESS AUTO PG] ke [BOARD ASSY RELAY] sesuai tiap warna, - Hook tidak terkunci - Harness terjepit ASF unit Screw terlalu kencang/ kurang kencang, missing, salah squence, salah screw Sambungan tidak terpasang penuh, terbalik HARNESS tidak terpasang penuh ke dalam CLAMP Sambungan tidak terpasang penuh, terbalik - FERRITE CORE,28RO tidak melekat dengan baik pada ASF Unit. - HARNESS ENCODER PF tidak masuk dengan penuh - HARNESS AUTO PG tidak terpasang penuh ke [BOARD ASSY RELAY] - Warna harness connection salah - HARNESS DETECTOR PE tidak masuk kedalam slit ASF dengan benar Printing quality NG ASF UNIT Unposition Printing squence NG 5S product 5S product Error function Error function Customer Effect Score Occurance Rate Score Range Detection Score Cause slight degradation in performance Cause slight degradation in performance Severity Occurance Detection 8 1 in 150, in 150, in 1,500, in 1,500, in 150, in 150,000 2 RPN Hubungkan 6 [CABLE] ke [MAIN BOARD] dimulai - Salah sambungan dari jarak terjauh ke terdekat (belakang printer), - missing Error function 8 1 in Hubungkan satu sisi dari [HARNESS BOARD ASSY RELAY] ke [BOARD ASSY RELAY], kemudian hubungkan sisi yang lain ke [MAIN BOARD] - HARNESS BOARD ASSY RELAY tidak terpasang penuh, miring, terbalik dan pin connector rusak Error function 10 Cek 7 sambungan [CABLE] ke [MAIN BOARD] Missing check Fungsi tidak tergaransi Pasang [HARNESS MOTOR dari CR] pada Mainboard Pasang [HARNESS DETECTOR CD-R] ke [DETECTOR LEAF], kemudian pasang ke slot [FRAME MAIN]. Salah/lupa Pasang Salah/lupa Pasang Error function Error function Generate partial dysfunction 8 1 in in 150, in 1,500, in 1,500,

35 Tabel 4.7 PFMEA Print Head Stage POTENTIAL FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (Process FMEA) Process FMEA Sheet Team FMEA : 1. Beni Santoso / Product Eng. Stage : M Agil Jatmiko / Production Eng. Description : Print Head 3. Imam Solikhin / QA Eng. Squence Process Potential Failure Mode Effect Failre Mode 1 Tempelkan [POROUS PAD CABLE HEAD] ke [CABLE HEAD] 2 Masukkan [CABLE HEAD] ke [PRINT HEAD], Masukkan [PRINT HEAD] ke [CARRIAGE UNIT], kemudian tempatkan [CABLE] ke slot [CARRIAGE UNIT] Masukkan Printer Head Assemble Support Jig ke [CARRIAGE UNIT] kemudian kencangkan [PRINT HEAD] dengan [C.B.P-TITE SCREW 2.6X8,F/ZN-3C]. Masukkan [GUIDE IC OVERSEA] ke alur [CARRIAGE UNIT] Masukkan [CABLE CSIC] ke [HOLDER CSIC UNIT] kemudian masukkan [HOLDER CSIC UNIT] ke alur [CARRIAGE UNIT] Masukkan [HOLDER CABLE] ke [CARRIAGE UNIT] Salah tempel koneksi [CABLE HEAD] tidak terpasang dengan benar, miring, terbalik, Grounding plate bengkok Screw terlalu kencang/ kurang kencang, missing, salah screw [GUIDE IC OVERSEA] tidak terpasang penuh/tidak terkunci - [CABLE CSIC] tidak terpasang penuh, miring, terbalik, dan pin rusak - [CONNECTOR CSIC E] bengkok, terbalik, & rusak [HOLDER CABLE] tidak terpasang penuh ke [CARRIAGE UNIT] Cable head kotor (terkena tinta) Connection Failed PH tidak terdeteksi Posisi Ph tidak stabil, Printing Ng Ink cartridge tidak terbaca Ink cartridge tidak terbaca 5S product Customer Effect Score Occurance Rate Score Range Detection Score Escape noticed : small effect in performance Generate partial dysfunction Severity Occurance Detection 2 1 in 150, in in 1,500, in 150, in in % automatic Inspection/measure RPN Masukkan [COVER IC ASSY] pada sisi kiri [CR UNIT] Hook tidak masuk COVER IC ASSY mudah lepas 7 1 in 150, % automatic Inspection/measure Bersihkan area Label (pada sisi kanan [GUIDE PLATE CR]) menggunakan alcohol,kemudian, tempel [LABEL,INK POSITION] ke [GUIDE PLATE CR] - Salah tempel [LABEL,INK POSITION] ke [GUIDE PLATE CR], terbalik, tidak rata Ink Cartridge tidak terbaca Cause slight degradation in performance 4 1 in 1,500, % automatic Inspection/measure

36 Tabel 4.8 PFMEA PG Adjustment Stage POTENTIAL FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (Process FMEA) Process FMEA Sheet Team FMEA : 1. Beni Santoso / Product Eng. Stage : M Agil Jatmiko / Production Eng. Description : PG Adjustment 3. Imam Solikhin / QA Eng. Squence Process Potential Failure Mode Effect Failre Mode Pasang PG Dummy Cartridge Jig ke dalam [CARRIAGE]. Jepit Grounding Clamp ke sisi kanan Frame Main. Hubungkan [HARNESS MOTOR APG] dengan PG Adjustment Box Customer Effect Score Occurance Rate Score Range Detection Score Salah penempatan posisi warna Dummy ink cartridge tidak masuk Cause small trouble 3 1 in salah jepit - Lupa jepit - Lupa menyambung - salah sambung Coneksi error Error function 4 Lakukan PG Adjusment pada sisi kiri dan kanan Salah adjusment Error function Konfirmasi dengan mengatur [SHAFT CR GUIDE] pada PG ++ untuk menggerakkan kembali CR ke sisi kiri, kemudian tekan tombol Salah konfirmasi PG Adjustment Box tuntuk mengatur [SHAFT CR GUIDE] ke PG --. Kencangkan [BUSHING PARALEL ADJUST LEFT] dan [BUSHING PARALEL ADJUST Screw terlalu kencang/ kurang RIGHT] menggunakan [C.B.S-TITE (P4)SCREW kencang, missing, salah screw 3 X 8 F/ZN-3C] Kencangkan [LEVER RELEASE CD-R RIGHT] dengan 1 buah [C,B,P-TITE SCREW 3x8 F/ZN- 3C] Kencangkan sisi kiri [LEVER RELEASE CD-R LEFT] menggunakan 1 buah [C.B.P-TITE SCREW, 3X8, F/ZN-3C]. Pasang [HARNESS MOTOR APG], pada main board Screw terlalu kencang/ kurang kencang, missing, salah screw Screw terlalu kencang/ kurang kencang, missing, salah screw - Harness Connector tidak terpasang penuh - Lupa pasang Error function - Proses printing tidak stabil - printing NG CDR movement tidak fleksible CDR movement tidak fleksible Error function Severity Occurance Detection 8 1 in 150, in 150, in in in 15, in 15,000 3 Failure is evident and prevented through /product design Failure is evident and prevented through /product design Failure is evident and prevented through /product design Failure is evident and prevented through /product design Failure is evident and prevented through /product design RPN

37 Tabel 4.9 PFMEA Joint Mecha Stage POTENTIAL FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (Process FMEA) Process FMEA Sheet Team FMEA : 1. Beni Santoso / Product Eng. Stage : M Agil Jatmiko / Production Eng. Description : Joint Mecha 3. Imam Solikhin / QA Eng. Squence Process Potential Failure Mode Effect Failre Mode Letakkan [HOUSING LOWER] ke Housing Lower and Board Assemble Jig. Cek [POROUS PAD] pada[housing LOWER] pastikan tidak kurang dan tidak rusak. - Missing & Additional Remain tinta tidak terserap Pasang dan posisikan [PICT UNIT] pada bagian - Unposition depan printer menggunakan Pict Unit Assembled - Lupa pasang Holding Jig. Error function (USB) Pasang MECHA ke [HOUSING LOWER]. Masukkan [HOLDER TUBE] dari [INK SYSTEM ASSY] melalui [SUPPORT PLATE IS]. Posisikan [TRAY CDR] dengan CD-R Holding Jig. Pasang [HOLDER, CDR, L] dan [HOLDER, CDR, R] ke [HOUSING LOWER], lalu kencangkan menggunakan 2 buah [C,B,P-TITE SCREW,3X10, F/ZN-3C]. - Holder tube rusak - Mechanism unposition Screw terlalu kencang/ kurang kencang, missing, salah screw - Kemampuan vacum rendah - komponen dan part tidak bisa dipasang - HOLDER, CDR lepas - Printing CDR Ng Customer Effect Score Occurance Rate Score Range Detection Score Severity Occurance Detection 7 1 in 1,500, in 150, in 150, in 15, % automatic Inspection/measure 100% automatic Inspection/measure RPN Pasang dan kencangkan MECHA ke [HOUSING LOWER] menggunakan 3 buah [C, B, P-TITE SCREW, 3X10, F/ZN-3C] Screw terlalu kencang/ kurang kencang, missing, salah screw Posisikan dan kencangkan grounding plate [PICT Screw terlalu kencang/ kurang UNIT] ke MECHA menggunakan 1buah [C, B, P- kencang, missing, salah screw TITE SCREW, 3X10, F/ZN-3C]. Kencangkan [MAIN BOARD] ke [HOUSING LOWER] dengan 2 buah [C, B, S-TITE SCREW (P2), 3X10, F/ZN-3C] Screw terlalu kencang/ kurang kencang, missing - Mechanism unposition - Komponen dan part tidak bisa dipasang - Grounding plate [PICT UNIT] tidak terkoneksi dengan benar - Error function Posisi Main board tidak fix ( Error function) 7 1 in 15,

38 Tabel 4.10 PFMEA ASF Adjusment and Paper Support Stage POTENTIAL FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (Process FMEA) Process FMEA Sheet Team FMEA : 1. Beni Santoso / Product Eng. Stage : M18 2. Agil Jatmiko / Production Eng. Description : ASF Adjusment and Paper support 3. Imam Solikhin / QA Eng. Squence Process Potential Failure Mode Effect Failre Mode Setting SHAFT ROLLER LD, Kencangkan [GUIDE,ROLLER,LD] kiri dan kanan menggunakan [C.B.SCREW 3X6,F/ZN-3C] 1 buah untuk mengencangkan [GUIDE ROLLER LD]. Sambungkan tepi yang pendek [CONNECTOR, BU04P-TR-P-H (LF)] dengan [HARNESS MOTOR] Sambung ujung yang jauh dengan dua dowel [CONNECTOR, ](putih) dengan [HARNESS MOTOR]. Kemudian lilitkan dua lingkaran mengelilingi Grounding Motor I/S.Terakhir sambungkan ujung yang dekat dengan dua dowel [CONNECTOR, ] dengan Harness Motor - Salah seeting - Screw terlalu kencang/ kendur, salah screw Sambungan tidak terpasang penuh, lupa pasang Sambungan tidak terpasang penuh,lupa pasang Kencangkan grounding connectors [ASF UNIT] dan I/S ke [FRAME MAIN] menggunakan [C.B.S- Screw terlalu kencang/ kurang TITE SCREW 3X8,F/ZN-3C] 1 buah.grounding kencang, missing, salah screw ASF di atas Pasang [PAPER SUPPORT SUB ASSY] pada ASF unit dengan memasukkan shaft sebelah kiri [PAPER SUPPORT SUB ASSY] pada lubang ASF tidak masuk tepat pada shaft ASF Unit terlebih dahulu, kemudian masukkan shaft sebelah kanan Paper feeding NG Paper feeding NG Paper feeding NG Paper feeding NG ASF mudah lepas, Customer Effect Score Occurance Rate Score Range Detection Score Cause decreasing performance on items related to convenience/comfort Severity Occurance Detection 7 1 in 150, in 150, in 150,000 2 Detection by Double visual inspection RPN

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengamatan dilakukan pada printer jenis SIDM (Single Impact Dot Matrix), periode November 2006 April 2007, untuk menentukan part (komponen) mana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tahap penelitian merupakan sebuah kerangka penelitian yang memuat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tahap penelitian merupakan sebuah kerangka penelitian yang memuat BAB III METODOLOGI PENELITIAN Tahap penelitian merupakan sebuah kerangka penelitian yang memuat langkah-langkah yang akan ditempuh dalam memecahkan permasalahan yang dicapai. Bab ini merupakan tahap tahap

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH 74 BAB V ANALISA DAN PEMECAHAN MASALAH 5.1 Tahap Analisa (Analyze Phase) Pada tahap atau fase ini akan dilakukan proses analisa lebih lanjut untuk 10 potensial X yang ditemukan pada fase Measure. metode

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di awal yang kemudian diolah dan diproses menjadi informasi yang berguna. Sebelum dilakukan pengumpulan data langkah pertama yang

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 4.1. Menentukan Nilai Severity, Occurrence, Detection dan RPN 4.1.1 Oli dan Filter Hidrolik Kotor Kerusakan pada oli dan filter hidrolik dapat menyebabkan kenaikan temperature

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN:

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS TINGKAT RESIKO KEGAGALAN PROSES PRODUKSI PASTED BAG KEMASAN SEMEN DENGAN METODE FMEA (Studi Kasus: Pabrik Kantong PT. Semen Padang) Rizki Alfi, M. Harif Sistem Produksi Industri, Akademi Teknologi

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan data dengan menggunakan Metode FMEA dilakukan dengan melalui beberapa tahap, yaitu: 1. Mengidentifikasi moda kegagalan potensial

Lebih terperinci

A. Receipt printer thermal ND9C

A. Receipt printer thermal ND9C Receipt Printer untuk mesin Wincor ada beberapa Type, yang biasa kita kenal antara lain : 1. Receipt Printer Thermal untuk Wincor Procash 2000 yaitu ND9C 2. Receipt Printer Thermal untuk Wincor Procash

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN 79 BAB V ANALISA PEMBAHASAN Setelah melakukan tahap pengumpulan dan pengolahan data, maka tahap selanjutnya adalah analisa pembahasan. Pada tahap ini akan dilakukan pengurutan terhadap Risk Priority Number

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PERAKITAN CHASIS 1 PADA MOBIL DAIHATSU DI PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR

BAB IV PROSES PERAKITAN CHASIS 1 PADA MOBIL DAIHATSU DI PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR BAB IV PROSES PERAKITAN CHASIS 1 PADA MOBIL DAIHATSU DI PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR Setelah mobil/unit melakukan pemasangan Trimming, kemudian mobil/unit mulai masuk kedalam pemasangan Chasis 1 melalui Hummer/Lifter

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut :

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : BAB V ANALISA HASIL 5.1 Jenis Cacat Dari pengolahan data yang telah dilakukan, maka diambil 3 jenis cacat terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : a. Bocor (35,8%) Jenis cacat bocor

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN PROSEDUR PENGOPERASIAN PENGOPERASIAN MANUAL 1. Hubungkan control panel pada tegangan listrik 380V / 50Hz / 3 Phase.

BAB IV PEMBAHASAN PROSEDUR PENGOPERASIAN PENGOPERASIAN MANUAL 1. Hubungkan control panel pada tegangan listrik 380V / 50Hz / 3 Phase. BAB IV PEMBAHASAN 4.1 PROSES PADA MESIN FILLER Proses kerja pada mesin filler ini, mula mula Botol di bawa oleh Conveyor masuk ke Infeed Starwheel yang disesuaikan oleh Timing Screw,untuk ditempatkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri atau perindustrian merupakan sebuah kegiatan ekonomi yang tidak hanya melakukan pengolahan bahan baku menjadi produk yang memiliki nilai lebih dalam penggunaannya

Lebih terperinci

Didistribusikan Melalui : Disusun oleh : joe adie dot com

Didistribusikan Melalui :  Disusun oleh : joe adie dot com Didistribusikan Melalui : Http://pingugoblog.blogspot.com Disusun oleh : joe adie dot com Http://pingugoblog.blogspot.com Terima Kasih Sudah MenDownload Program Canon Resetter dari kami. Kami Pastikan

Lebih terperinci

AUDIT LAPORAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) PRODUK GA REAR MOTOR WIPER BERDASARKAN OBJEKTIF KUALITAS PADA PT. XYZ

AUDIT LAPORAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) PRODUK GA REAR MOTOR WIPER BERDASARKAN OBJEKTIF KUALITAS PADA PT. XYZ AUDIT LAPORAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) PRODUK GA REAR MOTOR WIPER BERDASARKAN OBJEKTIF KUALITAS PADA PT. XYZ Amelia Kumala 1, Rani Rumita 2 1,2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik,Universitas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penggunaan tablet sudah seperti trend yang semakin lama semakin banyak

BAB IV PEMBAHASAN. penggunaan tablet sudah seperti trend yang semakin lama semakin banyak BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Identifikasi Masalah Semakin meningkatnya kemajuan teknologi saat ini mendorong manusia akan kebutuhannya terhadap teknologi, salah satu kebutuhan tersebut adalah kebutuhan akan suatu

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN 5.1 Analisa Berdasarkan diagram pareto, diketahui bahwa cacat sealing lubang menempati urutan teratas dan menjadi permasalahan utama di mesin sealing setelah dilakukannya pengurangan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL 49 BAB V ANALISIS HASIL 5.1. Pembahasan Pengolahan data dilakukan berdasarkan record non-conformance/defective yang disusun dalam tabel potensi dan efek kegagalan sebagai berikut : Tabel 5.1 Potential

Lebih terperinci

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN Pembahasan pada bab ini menanalisa hasil pendefinisian permasalahan pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah ditetapkan. 5.1 Analyze Dengan

Lebih terperinci

LAPORAN PRODUKSI BULAN JANUARI - APRIL 2008

LAPORAN PRODUKSI BULAN JANUARI - APRIL 2008 LAPORAN PRODUKSI BULAN JANUARI - APRIL 2008 PROSES No JENIS DEFECT JAN FEB MAR APR 1 Tidak Sempurna 5,614 5,582 5,839 6,397 2 Coating NG 1,903 2,141 1,943 2,538 3 Pinhole 892 901 289 3,548 4 Misrun (Bolong)

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 1.1 PERAWATAN MESIN DOUBLE FACER 1.1.1 Tahapan-Tahapan Perawatan Pada perawatan mesin double facer kali ini hanya akan dijelaskan perawatan terhadap mesin double facer

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 37 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES Tujuan Untuk menjelaskan standar operasional umum di Mold Maintenance Group. Ruang Lingkup Mencakup mold issuing, mold returning, penerimaan mold problem,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Pada bab ini akan dilakukan pembahasan data yang sudah diperoleh untuk menganalisa pembuatan Value Stream Mapping di line Fr. Frame X. Pembahasan dan hasil analisa berdasarkan data

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 51 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Bab ini berisi mengenai hasil pengujian mesin Auto Loading menggunakan Robo Cylinder pada mesin Power Press PP 60. Pengujian ini dilakukan untuk membuktikan bahwa pembuatan

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KECACATAN PADA SAAT PROSES ASSEMBLY PEMASANGAN KOMPONEN MESIN MOTOR BERJENIS K15 DENGAN METODE FMEA PADA PT XYZ

ANALISIS PENYEBAB KECACATAN PADA SAAT PROSES ASSEMBLY PEMASANGAN KOMPONEN MESIN MOTOR BERJENIS K15 DENGAN METODE FMEA PADA PT XYZ Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS PENYEBAB KECACATAN PADA SAAT PROSES ASSEMBLY PEMASANGAN KOMPONEN MESIN MOTOR BERJENIS K15 DENGAN METODE FMEA PADA PT XYZ CAUSES OF DEFECT ANALYSIS IN THE ASSEMBLY

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dijabarkan tentang tinjauan pustaka yang digunakan sebagai acuan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. II.1 Sejarah FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) Didalam

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha

Universitas Kristen Maranatha Tujuan : Untuk mempermudah dalam melakukan setting mesin. Dan memastikan setting mesin tepat, sehinggan tidak menyebabkan cacat. Ruang Lingkup : Lantai Produksi PT Aswi Perkasa Standar-standarnya : 1.

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Dimulai pada tahun 2001 sebagai perusahaan assembly, PT Pro Tec Indonesia

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Dimulai pada tahun 2001 sebagai perusahaan assembly, PT Pro Tec Indonesia BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Latar Belakang Perusahaan Dimulai pada tahun 2001 sebagai perusahaan assembly, PT Pro Tec Indonesia (Pro Tec) merupakan perusahaan perakit komponen-komponen untuk perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009 ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan

Lebih terperinci

OVH SUSPENSION I.STRUCTURE & FUNCTION. 1.Rear suspension cylinder

OVH SUSPENSION I.STRUCTURE & FUNCTION. 1.Rear suspension cylinder OVH SUSPENSION I.STRUCTURE & FUNCTION 1.Rear suspension cylinder Hydro-pneumatic cylinder yang dipasang tegak pada bagian belakang unit, dimana bagian bawah cylinder dipasang dengan pin dan spherical bearing

Lebih terperinci

LAMPIRAN SOP Setting Mesin 2. SOP Langkah Kerja 3. SOP Pemeriksaan 4. Flowchart Prosedur Usulan di Lantai Produksi

LAMPIRAN SOP Setting Mesin 2. SOP Langkah Kerja 3. SOP Pemeriksaan 4. Flowchart Prosedur Usulan di Lantai Produksi DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 1. SOP Setting Mesin 2. SOP Langkah Kerja 3. SOP Pemeriksaan 4. Flowchart Prosedur Usulan di Lantai Produksi Tujuan : Untuk mempermudah dalam melakukan setting mesin. Dan memastikan

Lebih terperinci

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis 4 BAB V ANALISIS 4.1 Analisa Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis melakukan analisa dan hasil dari laporan skripsi, dan menguraikan tentang data-data yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis 4 BAB V ANALISIS 4.1 Analisa Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis melakukan analisa dan hasil dari laporan skripsi, dan menguraikan tentang data-data yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 Herdyan Widarmanto 0600664894 ABSTRAK Sebagai penyedia komponen-komponen

Lebih terperinci

ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS

ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS ) DI PT. GAJAH TUNGGAL, Tbk TANGERANG PROPOSAL SKRIPSI Diajukan Oleh : AGUNG

Lebih terperinci

Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA)

Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Weta Hary Wahyunugraha 2209100037 Teknik Sistem Pengaturan Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Kerja Perancangan kerja merupakan disiplin ilmu yang dirancang untuk memberikan pengetahuan mengenai prinsip dan prosedur yang harus dilaksanakan dalam upaya memahami

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. permukaan material terlihat bercak atau noda keputih-putihan. Bercak atau

BAB V ANALISA HASIL. permukaan material terlihat bercak atau noda keputih-putihan. Bercak atau BAB V ANALISA HASIL 5.1 Definisi Cacat a. Belang Dari hasil pengolahan data sebelumnya terlihat bahwa jenis cacat belang merupakan jenis cacat terbanyak. Jenis cacat belang merupakan jenis cacat dimana

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP. mesin dan metode. Sistem manufaktur terbagi menjadi 2, yaitu :

BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP. mesin dan metode. Sistem manufaktur terbagi menjadi 2, yaitu : BAB III PROSES PERAKITAN KOMPRESOR SHARK L.1/2 HP 3.1. SISTEM MANUFAKTUR 3.1.1. JENIS SISTEM MANUFAKTUR Proses manufaktur merupakan suatu proses perubahan bentuk dari bahan baku atau bahan setengah jadi

Lebih terperinci

BAB III. FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS

BAB III. FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS FMEA Pada Sepeda Motor Honda Absolute Revo Produksi Tahun 2009 39 BAB III FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS 3.1 Pengertian FMEA Adalah sebuah proses analisa untuk mengetahui penyebab terjadinya kegagalan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart Mulai Survey Perusahaan Identifikasi Maslah Rumuskan Masalah Menetapkan Tujuan Pengumpulan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu 48 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut : Data jumlah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Definisi Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Definisi Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) 2.1.1 Definisi Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Teknik engineering yang digunakan untuk menetapkan, mengidentifikasikan, dan menghilangkan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords : Process improvement, Failure Modes & Effect Analysis, Vehicle Lights FMEA.

ABSTRACT. Keywords : Process improvement, Failure Modes & Effect Analysis, Vehicle Lights FMEA. ABSTRACT PT. X is an automotive indutsry produces front and back lamps for motorcycles and cars. Production processes are divided into injection, aluminizing, and assembling. In the production process,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN HASIL DATA. Flight controls hydraulic modular package adalah suatu komponen yang

BAB IV ANALISA DAN HASIL DATA. Flight controls hydraulic modular package adalah suatu komponen yang BAB IV ANALISA DAN HASIL DATA 4.1. Analisa Data 4.1.1. Umum Flight controls hydraulic modular package adalah suatu komponen yang berfungsi sebagai pengontrol dari tenaga hydraulic untuk aileron, rudder,

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES Alur proses biasa digunakan untuk sebagai acuan dari tindakan dari mulai menganalisa, perencanaan dan tindakan pada produksi. Pada proses dibawah ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih dahulu, agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 55 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 56 3.2 Langkah-langkah Penelitian Dalam melakukan penelitian, terdapat beberapa kegiatan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dengan berdasar pada konsep marketing mix, atribut kuesioner

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dengan berdasar pada konsep marketing mix, atribut kuesioner BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Penyusunan dan Penyebaran Kuesioner 3.1.1 Atribut Kuesioner Dengan berdasar pada konsep marketing mix, atribut kuesioner digolongkan menjadi produk, tinta, kualitas, perawatan

Lebih terperinci

REDUCING DEFECTS AND COSTS OF POOR QUALITY OF WW GRAY ROYAL ROOF USING DMAIC AND FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS)

REDUCING DEFECTS AND COSTS OF POOR QUALITY OF WW GRAY ROYAL ROOF USING DMAIC AND FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS) TUGAS AKHIR RI 1592 MENGURANGI JUMLAH CACAT DAN BIAYA KERUGIAN PADA PRODUK GENTENG WW ROYAL ABU-ABU DENGAN PENDEKATAN DMAIC DAN FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS) NOVEMIA PRANING H NRP 2502

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan mempermudah proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Pengujian Kinerja Damper Position Blower Persiapan Pencatatan data awal Pengujian Kinerja Blower: -Ampere Actual - Tekanan Pencatatan hasil pengujian performance

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian yang satu hampir sama dengan definisi atau pengertian yang lain. Pengertian

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian yang satu hampir sama dengan definisi atau pengertian yang lain. Pengertian BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas Ada banyak sekali definisi dan pengertian kualitas, yang sebenarnya definisi atau pengertian yang satu hampir sama dengan definisi atau pengertian yang lain.

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian. Dengan metodologi penelitian, dapat dijelaskan tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian

Lebih terperinci

8. Parts location. page Part number (assy) : A802S of 1. Product name : COVER SET; WINK, MIRROR, AGYA 13. Figure or Photo Part on Location

8. Parts location. page Part number (assy) : A802S of 1. Product name : COVER SET; WINK, MIRROR, AGYA 13. Figure or Photo Part on Location 8. Parts location Part number (assy) : A80S07800 of No Part Name Figure or Photo Part on Location COVER ASSY; CHROME, RH, MIRROR, AGYA COVER ASSY; CHROME, LH, MIRROR, AGYA 9. Electrical Wiring Diargam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PROSES PEMBUATAN JIG & FIXTURE KAKI TOWER PIPA. Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bentuk jig dan fixture yang

BAB IV ANALISA PROSES PEMBUATAN JIG & FIXTURE KAKI TOWER PIPA. Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bentuk jig dan fixture yang BAB IV ANALISA PROSES PEMBUATAN JIG & FIXTURE KAKI TOWER PIPA Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bentuk jig dan fixture yang diharapkan berdasarkan metode VDI 2221. Maka pada bab ini akan dijelaskan

Lebih terperinci

ANALISIS KEGAGALAN PRODUK INTEGRATED CIRCUIT (IC) DENGAN MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DI PT X BANDUNG

ANALISIS KEGAGALAN PRODUK INTEGRATED CIRCUIT (IC) DENGAN MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DI PT X BANDUNG ANALISIS KEGAGALAN PRODUK INTEGRATED CIRCUIT (IC) DENGAN MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DI PT X BANDUNG Yani Iriani Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Widyatama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah proses produksi di PT. XY, sedangkan objek penelitian ini adalah perbaikan dan meminimalisir masalah pada proses produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perindustrian juga turut mengalami kemajuan pesat. Kemajuan ini mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. perindustrian juga turut mengalami kemajuan pesat. Kemajuan ini mendorong BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 latar Belakang Dalam era globalisasi dan perkembangan teknologi yang sangat pesat ini, perindustrian juga turut mengalami kemajuan pesat. Kemajuan ini mendorong munculnya banyak persaingan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan suatu tahap - tahap yang harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan suatu masalah yang akan dilakukan dalam melakukan suatu

Lebih terperinci

USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA)

USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA) Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas.02 Vol.4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Aprili 2016 USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

ANALISIS HAMBATAN DAN REKOMENDASI SOLUSI PADA PROSES OUTBOUND LOGISTIC PT XYZ DENGAN SEVEN TOOLS DAN FMEA

ANALISIS HAMBATAN DAN REKOMENDASI SOLUSI PADA PROSES OUTBOUND LOGISTIC PT XYZ DENGAN SEVEN TOOLS DAN FMEA ANALISIS HAMBATAN DAN REKOMENDASI SOLUSI PADA PROSES OUTBOUND LOGISTIC PT DENGAN SEVEN TOOLS DAN FMEA Faisal Waisul Kurni Rusmana 1), Syarif Hidayat. 2), 1),2) Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. orang yang berumur tahun menempati peringkat paling tinggi yaitu sebesar

BAB 4 PEMBAHASAN. orang yang berumur tahun menempati peringkat paling tinggi yaitu sebesar BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Analisa Data Kuesioner 4.1.1 Data Kuesioner Bagian I Data usia responden yang menggunakan printer menunjukkan bahwa orang yang berumur 15-25 tahun menempati peringkat paling tinggi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Manajemen Operasi 2.1.1 Konsep Manajemen Operasi Manajemen operasi merupakan salah satu fungsi bisnis yang sangat berperan penting dalam perusahaan

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS DI PT DENSO INDONESIA

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS DI PT DENSO INDONESIA MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS DI PT DENSO INDONESIA Disusun Oleh: Dadang Pujo Prastyawan 38412352 LATAR BELAKANG Teknologi yang canggih untuk memproduksi barang secara massal Pengendalian kualitas

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN SIMULASI MESIN PRES SIL OLI

BAB IV PEMBUATAN SIMULASI MESIN PRES SIL OLI BAB IV PEMBUATAN SIMULASI MESIN PRES SIL OLI 4.1 Identifikasi dan Perumusan Masalah Telah dirumuskan di Bab 1.2 yaitu : Dengan melihat keadan line produksi sekarang dan data waktu (kosu) produksi saat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar. 4.1 Blok Diagram sistem counting bottle. Unit Power. Primus CMP-72T. Keypad.

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar. 4.1 Blok Diagram sistem counting bottle.  Unit Power. Primus CMP-72T. Keypad. BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Sistem Counting Bottle Pada prinsipnya sistem ini digunakan untuk menghitung botol tranparan pada conveyor yang sedang beroperasi dengan kecepatan 400-500 botol permenit. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 28 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES INJEKSI PLASTIK Gambar 4.1 Proses pencetakan pada mesin injeksi 29 Pada Proses Injeksi Plastik (Plastic Injection Molding Process) terdapat 2 bagian

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini memuat sejarah singkat PT. Surya Plastindo Utama, pengumpulan data dan pengolahan data dengan menggunakan QFD (Quality Function Deployment) dan DFMEA (Design

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 1.1 Gambaran Umum Perusahaan 1.1.1 Lokasi Perusahaan Nama Perusahaan : PT. Omron Manufacturing of Indonesia Tahun Berdiri : 27 Februari, 1992 Alamat : East Jakarta

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Jenis Cacat Berdasarkan hasil dari diagram pareto yang telah dibuat, dapat dilihat persentase masing-masing jenis cacat, yaitu cacat Haze dengan persentase sebesar

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang BAB V ANALISA DATA 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang digunakan

Lebih terperinci

Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d.

Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d. Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d. Langkah Tindakan Persamaan Hasil 1 Proses apa yang ingin diketahui? Produk kacang garing 2 Berapa jumlah Standart inventory (safety stock )?

Lebih terperinci

TIP MENYELAMATKAN CATRIDGE

TIP MENYELAMATKAN CATRIDGE Persyaratan : TIP MENYELAMATKAN Print head tidak cacat. Catridge tetap dingin saat printer dihidupkan 15 menit. Ada respon dari catridge saat tombol panel atau tutup printer dibuka. CATRIDGE Solusi : Membersihkan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ ABSTRACT - Farid Juliyanto 1, Evi Yuliawati Teknik Industri, e-mail 1 : farid.juliyanto@gmail.com

Lebih terperinci

AFD ( ADVANCE FUNCTION DISPENSER )

AFD ( ADVANCE FUNCTION DISPENSER ) AFD ( ADVANCE FUNCTION DISPENSER ) Dispenser mesin Diebold terdiri atas : 1. Presenter 2. Staker 3. Picker / pick module 4. CCA Board PRESENTER STAKER CCA BOARD A. STAKER PICKER Untuk Posisi Default adalah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI Bab ini menjelaskan perancangan dan realisasi seluruh sistem dalam skripsi ini. Perancangan dan realisasi meliputi perangkat keras dan perangkat lunak. Penjelasan tentang

Lebih terperinci

Metode Training ISO/TS Sentral Sistem TAPI MENJELASKAN

Metode Training ISO/TS Sentral Sistem TAPI MENJELASKAN Metode Training ISO/TS 16949 Sentral Sistem TIDAK SEKEDAR MENJELASKAN APA ISI PERSYARATAN ISO/TS 16949 TAPI MENJELASKAN KONSEP/MAKSUD DARI TIAP PERSYARATAN ISO/TS 16949, HUBUNGAN ANTARA PERSYARATAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kualitas 1.1.1 Pengertian Kualitas Kualitas menurut Gaspersz (2001) memiliki dua definisi yaitu definisi konvensional dan definisi strategik. Kualitas yang menggambarkan karakteristik

Lebih terperinci

MANUAL BOOK BUKU PETUNJUK PEMAKAIAN

MANUAL BOOK BUKU PETUNJUK PEMAKAIAN MANUAL BOOK BUKU PETUNJUK PEMAKAIAN Edisi 2011 Kata Pengantar Terima kasih telah menggunakan produk kami, demi kenyamanan anda dalam mengoperasikan silahkan membaca buku panduan sebelum menggunakan mesin

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN MASALAH

BAB III PEMBAHASAN MASALAH BAB III PEMBAHASAN MASALAH 3.1. PRINTER LASER 3.1.1. PRINTER Printer adalah pralatan output atau keluaran yang tergolong prangkat keras. Printer adalah alat yang menampilkan data dalam bentuk cetakan,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pada tugas akhir ini yaitu berupa hardware dan software. Table 3.1. merupakan alat dan bahan yang digunakan. Tabel 3.1. Alat dan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data Untuk mencari akar penyebab masalah maka data harus dianalisa untuk menghasilkan perbaikan yang tepat. Hasil pengolahan data pada bab IV dijadikan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 TAHAP ANALISIS (ANALYSE) Setelah di lakukan pengukuran maka dilakukan analisis permasalahan. Aktivitas utama tahap analisis adalah menentukan faktor penyebab cacat dengan

Lebih terperinci

Solar PV System Users Maintenance Guide

Solar PV System Users Maintenance Guide Solar PV System Users Maintenance Guide Solar Surya Indonesia Komplek Ruko GreenVile Blok A No 1-2 Jl. Green Vile Raya, Duri Kepa Jakarta Barat 11510 Telp: 021-566.2831 Pedoman Pemilik Solar PV System

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA ALAT ANALYTICAL BALANCE ABS/ABJ Laboratorium Sains Program Studi Teknik Kimia Universitas Brawijaya Malang

INSTRUKSI KERJA ALAT ANALYTICAL BALANCE ABS/ABJ Laboratorium Sains Program Studi Teknik Kimia Universitas Brawijaya Malang INSTRUKSI KERJA ALAT ANALYTICAL BALANCE ABS/ABJ 220-4 Laboratorium Sains Program Studi Teknik Kimia Universitas Brawijaya Malang 2015 Instruksi Kerja Analytical Balance ABS/ABJ 220-4 Laboratorium Sains

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Bagian Bagian Mesin Sigma CE. Di dalam dunia industri minuman mesin packaging sangat dibutuhkan.

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Bagian Bagian Mesin Sigma CE. Di dalam dunia industri minuman mesin packaging sangat dibutuhkan. BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Bagian Bagian Mesin Sigma CE Di dalam dunia industri minuman mesin packaging sangat dibutuhkan. Mesin Sigma adalah mesin pembuat karton yang masih berupa lipatan menjadi kotak. Mesin

Lebih terperinci

BAB III PENGUKURAN UNJUK KERJA ELT RESCUE 99 DAN ELT ADT 406 AF/AP

BAB III PENGUKURAN UNJUK KERJA ELT RESCUE 99 DAN ELT ADT 406 AF/AP BAB III PENGUKURAN UNJUK KERJA ELT RESCUE 99 DAN ELT ADT 406 AF/AP Pada BAB 2 telah dijelaskan terdapat dua tipe ELT yaitu Portable ELT dan Fixed ELT dan juga ELT yang hanya bekerja pada dua frekuensi

Lebih terperinci

Printer Produksi Designjet Z6600 Printer Produksi Foto Designjet Z6800. Informasi Pendahuluan

Printer Produksi Designjet Z6600 Printer Produksi Foto Designjet Z6800. Informasi Pendahuluan Printer Produksi Designjet Z6600 Printer Produksi Foto Designjet Z6800 Jenis printer Printer ini adalah printer inkjet warna yang dirancang untuk pencetakan cepat berkualitas tinggi dengan resolusi hingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Maksud Penelitian Penelitian yang dimaksud yaitu melakukan pengamatan, observasi dan pengambilan data dilokasi kerja dan melihat kondisi lapangan panel tegangan rendah PT.

Lebih terperinci

SUMMARY OF TRAINING ATM DIEBOLD 510 FL. Card Reader Motorized Sankyo ( 24 Volt DC )

SUMMARY OF TRAINING ATM DIEBOLD 510 FL. Card Reader Motorized Sankyo ( 24 Volt DC ) Card Reader Motorized Sankyo ( 24 Volt DC ) IC CONTACT MOTOR DC ANTIFISH ( MOTOR JITER ) BEZEL ASSY / SHUTER Bagian bagian module Card Reader adalah : 1. Dc Motor 2. 2 Buah CCA controller yaitu CCA Side

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Terhadap Rancangan Sistem Pokayoke. pihak akan sangat berpengaruh terhadap hasil penerapan, karena pokayoke disini

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Terhadap Rancangan Sistem Pokayoke. pihak akan sangat berpengaruh terhadap hasil penerapan, karena pokayoke disini Tugas Akhir 90 BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Terhadap Rancangan Sistem Pokayoke Dalam perancangan sistem pokayoke di tempat kerja, peran serta dari semua pihak akan sangat berpengaruh terhadap hasil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah FMEA (Falilure Mode and Effect Analysis) FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) pada awalnya dibuat oleh Aerospace Industry pada tahun 1960-an. FMEA mulai digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS. Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa

BAB V HASIL DAN ANALISIS. Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Pembahasan FTA (Fault Tree Analysis) Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa dinyalakan. Dari beberapa penyebab yaitu: Test cell power lost

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif menunjukkan penelitian melalui penelitian lapangan yang

Lebih terperinci