BAB V ANALISIS HASIL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V ANALISIS HASIL"

Transkripsi

1 49 BAB V ANALISIS HASIL 5.1. Pembahasan Pengolahan data dilakukan berdasarkan record non-conformance/defective yang disusun dalam tabel potensi dan efek kegagalan sebagai berikut : Tabel 5.1 Potential Failure Mode Process Function Requirement Insulation: - Diameter sesuai - Ketebalan insulation (nom./sembarang titik) sesuai - Kuat tarik & pemulusan insulation sesuai - Warna insulation sesuai - Penandaan/marking kabel sesuai - Surface halus dan bebas dari defect lainnya - Gulungan/kemasan kabel baik; rapi sesuai Potential Failure Mode Diameter > atau < Ketebalan insulation (ratarata./sembarang titik) < Kuat tarik/tensile Strength & Pemuluran/Elongation< Warna terlalu muda / terlalu tua daripada Marking tercetak tidak jelas Salah cetak marking Insulation mengkerut Permukaan insulation kasar Lump pada surface insulation Gulungan/kemasan kabel tidak rapi Potential Effect(s) of Failure Kabel tidak dapat dicrimping Tahanan insulation; TS & EL rendah Penurunan life cycle kabel Membingungkan pada saat aplikasi/ instalasi Kesulitan pada saat identifikasi; kesalahan aplikasi/ instalasi Kesalahan aplikasi/ instalasi & miss function Konduktor kabel terbuka Ditolak Customer pada saat incoming produk Bermasalah pada proses crimping Ditolak Customer pada saat incoming produk 49

2 50 Dari Tabel 5.1 di atas nampak, bahwa ada 7 Process Function Requirement pada proses insulation Automotive Wires yang menjadi target pemenuhan kualitas. Dan dalam tabel tersebut terdapat 10 item Potensial Failure Mode dan Potensial Effect(s) of Failure yang menjadi bahan kajian dalam PFMEA. Dari tabel potensi dan efek kegagalan proses insulation pada Automotive Wires, kemudian ditentukan nilai severity dari masing-masing kegagalan. Nilai severity tersebut, diperoleh dari tabel severity pada Tabel 5.2 yang penentuan nilainya bersumber dari kesepakatan semua anggota tim. Nilai tersebut sebagai nilai hasil keputusan dari pengalaman dan pengetahuan teknis dari masing-masing bagian terkait yang berfokus pada masalah kegagalan proses insulation yang dalam hal ini koordinasinya dipegang oleh Process Engineer. Process Function Requirement Insulation: - Diameter sesuai - Ketebalan insulation (nom./sembarang titik) sesuai - Kuat tarik & pemulusan insulation sesuai - Warna insulation sesuai - Penandaan/marking kabel sesuai - Surface halus dan bebas dari defect lainnya - Gulungan/kemasan kabel baik; rapi sesuai Tabel 5.2 Potential Failure Mode dengan Severity Potential Failure Mode Diameter > atau < Ketebalan insulation (ratarata./sembarang titik) < Kuat tarik/tensile Strength & Pemuluran/Elongation< Warna terlalu muda / terlalu tua daripada Marking tercetak tidak jelas Salah cetak marking Potential Effect(s) of Failure Kabel tidak dapat dicrimping Tahanan insulation; TS & EL rendah Severity Penurunan life cycle kabel 6 Membingungkan pada saat aplikasi/ instalasi Kesulitan pada saat identifikasi; kesalahan aplikasi/ instalasi Kesalahan aplikasi/ instalasi & miss function Insulation mengkerut Konduktor kabel terbuka 6 Permukaan insulation kasar Lump pada surface insulation Ditolak Customer pada saat incoming produk Bermasalah pada proses crimping Gulungan/kemasan kabel tidak rapi Ditolak Customer pada saat incoming produk 4

3 51 Nilai severity untuk masing-masing kegagalan pada Tabel 5.2 di atas adalah ada yang bernilai 8 sebanyak 5 item; bernilai 6 sebanyak 3 item dan bernilai 5 dan 4 sebanyak 1 item. Untuk membuat tabel FMEA dibutuhkan nilai-nilai severity, Occurrence dan detection. Nilai severity dan detection akan didapat dengan mengasumsikan langsung jenis kegagalan dengan tingkatan masing-masing kegagalan dalam tabel severity dan detection yang telah ditetapkan. Tabel 5.3 Potential Failure Mode dengan Occurrence Process Function Requirement Insulation: - Diameter sesuai - Ketebalan insulation (nom./sembarang titik) sesuai - Kuat tarik & pemulusan insulation sesuai - Warna insulation sesuai - Penandaan/marking kabel sesuai - Surface halus dan bebas dari defect lainnya - Gulungan/kemasan kabel baik; rapi sesuai Potential Failure Mode Diameter > atau < Ketebalan insulation (rata-rata./sembarang titik) < Kuat tarik/tensile Strength & Pemuluran/Elongation< Warna terlalu muda / terlalu tua daripada Marking tercetak tidak jelas Salah cetak marking Insulation mengkerut Permukaan insulation kasar Lump pada surface insulation Gulungan/kemasan kabel tidak rapi Potential Effect(s) of Failure Kabel tidak dapat dicrimping Tahanan insulation; TS & EL rendah Penurunan life cycle kabel Membingungkan pada saat aplikasi/ instalasi Kesulitan pada saat identifikasi; kesalahan aplikasi/ instalasi Kesalahan aplikasi/ instalasi & miss function Konduktor kabel terbuka Ditolak Customer pada saat incoming produk Bermasalah pada proses crimping Ditolak Customer pada saat incoming produk Occurrence Memperkirakan kemungkinan Occurrence penyebab kegagalan potensial /mekanisme pada skala 1 sampai 10. Sebuah sistem peringkat occurrence yang konsisten harus digunakan untuk menjamin kelangsungan analisis. Jumlah peringkat Occurrence adalah peringkat relatif dalam lingkup FMEA dan mungkin tidak mencerminkan kemungkinan sebenarnya Occurrence. Dari Tabel 5.3 di atas, nampak pemberian nilai peringkat penyebab kegagalan potensial dan efek kegagalan potensial

4 52 yang ditimbukannya berada pada range 2 sampai dengan 5. Langkah selanjutnya adalah memberikan nilai peringkat Detection dengan mengacu pada tabel yang telah ditetapkan. Tabel 5.4 Potential Failure Mode dengan Detection Process Function Requirement Insulation: - Diameter sesuai - Ketebalan insulation (nom./sembarang titik) sesuai - Kuat tarik & pemulusan insulation sesuai - Warna insulation sesuai - Penandaan/marking kabel sesuai - Surface halus dan bebas dari defect lainnya - Gulungan/kemasan kabel baik; rapi sesuai Potential Failure Mode Diameter > atau < Ketebalan insulation (rata-rata./sembarang titik) < Kuat tarik/tensile Strength & Pemuluran/Elongation< Warna terlalu muda / terlalu tua daripada Marking tercetak tidak jelas Salah cetak marking Potential Effect(s) of Failure Kabel tidak dapat dicrimping Tahanan insulation; TS & EL rendah Penurunan life cycle kabel Membingungkan pada saat aplikasi/ instalasi Kesulitan pada saat identifikasi; kesalahan aplikasi/ instalasi Kesalahan aplikasi/ instalasi & miss function Detection Insulation mengkerut Konduktor kabel terbuka 6 Permukaan insulation kasar Lump pada surface insulation Gulungan/kemasan kabel tidak rapi Ditolak Customer pada saat incoming produk Bermasalah pada proses crimping Ditolak Customer pada saat incoming produk Tabel 5.5 Potential Failure Mode dengan Severity, Occurrence dan Detection Process Function Requirement Potential Failure Mode Potential Effect(s) of Failure Severity Occurre nce Detectio n Insulation: - Diameter sesuai Diameter > atau < Kabel tidak dapat dicrimping 8 3 4

5 53 - Ketebalan insulation (nom./sembarang titik) sesuai - Kuat tarik & pemulusan insulation sesuai - Warna insulation sesuai - Penandaan/marking kabel sesuai - Surface halus dan bebas dari defect lainnya - Gulungan/kemasan kabel baik; rapi sesuai Ketebalan insulation (rata-rata./sembarang titik) < Kuat tarik/tensile Strength & Pemuluran/Elongation< Warna terlalu muda / terlalu tua daripada Marking tercetak tidak jelas Salah cetak marking Tahanan insulation; TS & EL rendah Penurunan life cycle kabel Membingungkan pada saat aplikasi/ instalasi Kesulitan pada saat identifikasi; kesalahan aplikasi/ instalasi Kesalahan aplikasi/ instalasi & miss function Insulation mengkerut Konduktor kabel terbuka Permukaan insulation Ditolak Customer pada kasar saat incoming produk Lump pada surface Bermasalah pada proses insulation crimping Gulungan/kemasan kabel tidak rapi Ditolak Customer pada saat incoming produk Tabel 5.6 List RPN Potential Failure Mode Sev. Occ. Det. RPN Warna terlalu muda / terlalu tua daripada Marking tercetak tidak jelas Permukaan insulation kasar Lump pada surface insulation Kuat tarik/tensile Strength & Pemuluran/Elongation < Diameter < / > Salah cetak marking Insulation mengkerut Ketebalan insulation (rata-rata)/(sembarang titik) < Gulungan/kemasan kabel tidak rapi Tabel 5.7 List RPN Kumulatif No. Potential Failure Mode RPN RPN Kumulatif % RPN Total % RPN Kumul atif 1. Warna terlalu muda / terlalu tua daripada % 20% 2. Marking tercetak tidak jelas % 35% 3. Permukaan insulation kasar % 47% 4. Lump pada surface insulation % 58% 5. Kuat tarik/tensile Strength & Pemuluran/Elongation < % 67% 6. Diameter < / > % 77%

6 7. Salah cetak marking % 84% 8. Insulation mengkerut % 91% 9. Ketebalan insulation (ratarata)/(sembarang titik) < % 98% 10. Gulungan/kemasan kabel tidak rapi % 100% Total % Adapun salah satu tools yang dapat membantu dalam proses analisis di FMEA yang diterapkan adalah dengan Ishikawa Fishbone Diagram. Agar jalannya proses investigasi terhadap penyebab potensial kegagalan proses, maka diperlukan penentuan prioritas penanganan kegagalannya. Dalam menganalisis hal itu, yang semata-mata bertujuan untuk mengetahui secara menyeluruh hubungan antara kecacatan dengan penyebabnya, maka digunakan Diagram CE/CNX (Cause and Effect Diagram/ Constant-Noise-Experiment Diagram). Diagram CE/CNX ini juga dikenal sebagai Diagram sebab akibat atau Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram). 54 Diagram sebab akibat adalah suatu diagram yang menunjukan hubungan antara sebab dan akibat. Diagram ini dipergunakan untuk menunjukan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karekteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu. Dalam diagram tersebut Efek, atau Failure Mode, akan ditampilkan di sisi kanan tulang ikan yang grafik, dan penyebab utama terdaftar ke kiri. Seringkali, penyebab utama (penyebab tingkat pertama) akan ditampilkan sebagai "tulang besar " dan dapat diringkas di bawah salah satu dari lima kategori : Bahan, Lingkungan,Orang, Mesin (peralatan ) dan Metode ( MEPEM ). Sedangkan untuk pengambilan keputusan, digunakan Pareto Principle; The Pareto Law; The 80/20 rule; The Principle of Least Effort; atau The principle of Imbalance, yaitu suatu sistem cara berfikir melakukan tindakan minimal yang mencakup / mencover masalah secara maksimal. Hukum Pareto menyatakan bahwa sebuah grup selalu memiliki persentase terkecil (20%) yang bernilai atau memiliki dampak terbesar (80%) Berdasarkan prinsip Pareto, maka analisis penyebab kegagalan potensial akan diprioritaskan pada item yang memiliki nilai RPN tertinggi dahulau, kemudian diikuti dengan item-item, seperti tertuang pada Gambar 5.1 Pareto Chart Potential Failure Mode di bawah.

7 55 Gambar 5.1 Pareto Chart Potential Failure Mode Kemudian dari Pareto tersebut, dilakukan analisis sebab akibat terkait kegagalan potensial yang diprioritaskan terlebih dahulu pada yang memiliki RPN tertinggi dan seterusnya sesuai urutan dalam Pareto.

8 56 Adapun Fishbone Diagram tersebut sebagai berikut. 1. Warna terlalu muda / terlalu tua daripada RPN : 200 Gambar 5.2 Fishbone Diagram Warna Terlalu Muda / Terlalu Tua daripada Standar Diagram di atas digambarkan bahwa penyebabnya adalah karena kualitas material untuk insulation, yaitu PVC Compound yang jelek, yaitu tidak stabil, sehingga pada saat proses exstrusi kabel, warna cenderung berubah-ubah (kadang terlalu muda atau tua dari yang telah ditetapkan), walaupun parameter setting telah sesuai dengan yang ada. Recommended Action: Dilakukan penggantian PVC Compound baru yang memiliki tingkat kestabilan tinggi atau mencari sumber alternative supplier lain yang kualitas PVC Compoundnya jauh lebih tinggi lagi. Potensial Cause/ Mechanism of Failure: Kualitas PVC Compound yang tidak stabil.

9 57 2. Marking tercetak tidak jelas RPN : 160 Gambar 5.3 Fishbone Diagram Marking Tercetak tidak Jelas Marking tercetak tidak jelas, pada Fishbone Diagram di atas digambarkan bahwa penyebabnya adalah karena kondisi roller marking yang jelek, yaitu permukaannya telah cacat yang mengakibatkan marking tercetak pada insulation kabel menjadi tidak jelas. Recommended Action: Dilakukan penggantian roller marking baru yang lebih bagus kualitas bahannya. Potensial Cause/ Mechanism of Failure: Roller marking jelek/permukaannya telah mengalami kecacatan/aus.

10 58 3. Permukaan insulation kasar RPN : 125 Gambar 5.4 Fishbone Diagram Permukaan Insulation Kasar Permukaan insulation kasar, pada Fishbone Diagram di atas digambarkan bahwa penyebabnya adalah kualitas PVC Compound untuk bahan insulation yang memiliki tingkat kelembaban tinggi, sehingga mengakibatkan pada saat proses extrusi, insulation menjadi kasar. Recommended Action: Penggantian PVC Compound yang baru yang memilki kadar kelembaban tidak berlebihan atau sebelum proses extrusi, sebaiknya dikeringkan dahulu dengan alat penghilang/pengurang kelembaban. Potensial Cause/ Mechanism of Failure: PVC Compound lembab.

11 59 4. Lump pada surface insulation RPN : 108 Gambar 5.5 Fishbone Diagram Lump pada Surface Insulation Lump/gumpalan pada surface insulation, pada Fishbone Diagram di atas digambarkan bahwa penyebabnya adalah karena faktor material yang digunakan sebagai input proses insulation, yaitu pilinan konduktor (Copper stranded) yang tidak rapi, sehingga flow proses extrusi tidak lancar yang berakibat di beberapa titik sepanjang insulation mengalami lump/gumpalan atau terjadi pembengkakan diameter. Recommended Action: Penggantian bahan Copper stranded yang bebas dari pilinan yang tidak rapi. Potensial Cause/ Mechanism of Failure: Pilinan konduktor (Copper stranded) tidak rapi.

12 60 5. Kuat tarik/tensile Strength & Pemuluran/Elongation < RPN : 96 Gambar 5.6 Kuat tarik/tensile Strength & Pemuluran/Elongation < Standar Kuat tarik/tensile Strength & Pemuluran/Elongation <, pada Fishbone Diagram di atas digambarkan bahwa penyebabnya adalah karena penyetelan RPM Mesin Extruder yang terlalu rendah, sehingga melting PVC dalam barrel mesin tersebut tidak ter-extrude merata/homogeny yang berakibat pada mechanical properties insulation rendah, di mana hal tersebut terjadi karena tidak adanya guidance proses, dalam hal ini Prosedur Operasi Standar. Recommended Action: Buatkan Prosedur Operasi Standar proses insulation untuk tiap-tiap mesin terkait type/size produk yang akan dibuat. Potensial Cause/ Mechanism of Failure: Prosedur Operasi Standar tidak tersedia.

13 61 6. Diameter < / > RPN : 96 Gambar 5.7 Fishbone Diagram Diameter < / > Standar Diameter < / >, pada Fishbone Diagram di atas digambarkan bahwa penyebabnya adalah karena faktor human error, di mana telah terjadi kesalahan membaca/menggunakan spec terkait proses yang sedang dilakukan oleh si operator. Recommended Action: Penggantian spec yang salah, dan berikan informasi selengkapnya kepada operator terkait atau training on job terkait penggunaan spec lebih ditekankan. Potensial Cause/ Mechanism of Failure: Kesalahan membaca/menggunakan spec.

14 62 7. Salah cetak marking RPN : 72 Gambar 5.8 Fisbone Diagram Salah Cetak Marking Salah cetak marking, pada Fishbone Diagram di atas digambarkan bahwa penyebabnya adalah karena human error, di mana telah terjadi salah pengambilan roller marking sesuai peruntukannya. Recommended Action: Buatkan Instruksi Kerja penggunaan roller marking dan sistem penyimpanannya serta berika training on job yang cukup kepada operator terkait. Potensial Cause/ Mechanism of Failure: Salah pengambilan roller marking.

15 63 8. Insulation mengkerut RPN : 72 Gambar 5.9 Fishbone Diagram Insulation Mengkerut Insulation mengkerut/shrinkage, pada Fishbone Diagram di atas digambarkan bahwa penyebabnya adalah karena faktor metode penyetelan parameter yang tidak tepat, di mana berakibat pada terlalu rendahnya temperature pada mesin extruder, khususnya di Zona barrel dan screw serta cross head. Recommended Action: Trial proses dengan setting parameter baru harus segera dilakukan, dan tetapakan bila telah ditemukan parameter yang pas. Potensial Cause/ Mechanism of Failure: Penyetelan parameter/parameter setting tidak tepat.

16 64 9. Ketebalan insulation (rata-rata)/(sembarang titik) < RPN : 72 Gambar 5.10 Fishbone Diagram Ketebalan Insulation (rata-rata)/(sembarang titik) < Standar Ketebalan insulation (rata-rata)/(sembarang titik) <, pada Fishbone Diagram di atas digambarkan bahwa penyebabnya adalah karena faktor metode penyetelan parameter nipple dan dies yang tidak tepat, di mana berakibat pada konsentrisitas konduktor terhadap insulation kabel menjadi rendah serta tidak stabilnya ketebalan dinding insulation. Recommended Action: Buatkan IK atau Prosedur Operasi Standar untuk setting nipple & dies, dan sosialisasikan ke operator terkait. Potensial Cause/ Mechanism of Failure: Penyetelan nipple & dies yang tidak tepat.

17 Gulungan/kemasan kabel tidak rapi RPN : 24 Gambar 5.11 Fishbone Diagram Gulungan/Kemasan Kabel tidak Rapi Gulungan/kemasan kabel tidak rapi, pada Fishbone Diagram di atas digambarkan bahwa penyebabnya adalah karena faktor metode penyetelan parameter pengatur traverse pada take off mesin yang tidak tepat, di mana berakibat pada tension strapping band menjadi tidak stabil & terlalu rendah. Recommended Action: Buatkan IK atau Prosedur Operasi Standar untuk setting tension traverse/strapping band coiller pada take off mesin. Potensial Cause/ Mechanism of Failure: Penyetelan tension traverse/strapping band coiller yang tidak tepat.

18 Tabel 5.8 Ringkasan Recommended Action Berdasarkan Rangking RPN Tertinggi hingga Terendah 66 Rangking RPN Potential Failure Mode RPN Recommended Action 1. Warna terlalu muda / terlalu tua daripada 200 Penggantian roller marking baru yang lebih bagus kualitas bahannya. 2. Marking tercetak tidak jelas 160 Penggantian roller marking baru yang lebih bagus kualitas bahannya 3. Permukaan insulation kasar 125 Penggantian PVC Compound yang baru yang memilki kadar kelembaban tidak berlebihan atau sebelum proses extrusi, sebaiknya dikeringkan dahulu dengan alat penghilang/pengurang kelembaban Lump pada surface insulation Kuat tarik/tensile Strength & Pemuluran/Elongati on < Diameter < / > Salah cetak marking Insulation mengkerut Ketebalan insulation (ratarata)/(sembarang titik) < Gulungan/kemasan kabel tidak rapi Penggantian bahan Copper stranded yang bebas dari pilinan yang tidak rapi Buatkan Prosedur Operasi Standar proses insulation untuk tiap-tiap mesin terkait type/size produk yang akan dibuat. Penggantian spec yang salah, dan berikan informasi selengkapnya kepada operator terkait atau training on job terkait penggunaan spec lebih ditekankan. Buatkan Instruksi Kerja penggunaan roller marking dan sistem penyimpanannya serta berika training on job yang cukup kepada operator terkait. Trial proses dengan setting parameter baru harus segera dilakukan, dan tetapakan bila telah ditemukan parameter yang pas. Buatkan IK atau Prosedur Operasi Standar untuk setting nipple & dies, dan sosialisasikan ke operator terkait. Buatkan IK atau Prosedur Operasi Standar untuk setting tension traverse/strapping band coiller pada take off mesin.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah proses produksi di PT. XY, sedangkan objek penelitian ini adalah perbaikan dan meminimalisir masalah pada proses produksi

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

ANALISIS KEGAGALAN PROSES INSULASI PADA PRODUKSI AUTOMOTIVE WIRES (AW) DENGAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) PADA PT JLC

ANALISIS KEGAGALAN PROSES INSULASI PADA PRODUKSI AUTOMOTIVE WIRES (AW) DENGAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) PADA PT JLC SINERGI Vol. 21, No., Oktober 2017:19-20 DOAJ:doaj.org/toc/20-1217 DOI:doi.org/10.221/sinergi.2017..00 ANALISIS KEGAGALAN PROSES INSULASI PADA PRODUKSI AUTOMOTIVE WIRES (AW) DENGAN METODE FAILURE MODE

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Kerja Perancangan kerja merupakan disiplin ilmu yang dirancang untuk memberikan pengetahuan mengenai prinsip dan prosedur yang harus dilaksanakan dalam upaya memahami

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahap Pendahuluan Tahap pendahuluan terdiri dari empat langkah utama yaitu pengamatan awal, perumusan masalah, menentukan tujuan penelitan dan menentukan batasan masalah.

Lebih terperinci

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009 ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 55 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 56 3.2 Langkah-langkah Penelitian Dalam melakukan penelitian, terdapat beberapa kegiatan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri atau perindustrian merupakan sebuah kegiatan ekonomi yang tidak hanya melakukan pengolahan bahan baku menjadi produk yang memiliki nilai lebih dalam penggunaannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dijabarkan tentang tinjauan pustaka yang digunakan sebagai acuan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. II.1 Sejarah FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) Didalam

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan proses pengumpulan data dan pengolahannya diperoleh data dalam bentuk diagram pareto, dari diagram pareto tersebut dapat diketahui bahwa orhanisasi/perusahaan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS KATA PENGANTAR...

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS KATA PENGANTAR... ABSTRAK.. ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv viii ix x xv

Lebih terperinci

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN Pembahasan pada bab ini menanalisa hasil pendefinisian permasalahan pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah ditetapkan. 5.1 Analyze Dengan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu 48 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut : Data jumlah

Lebih terperinci

Tabel dan Grafik Pengukuran Sigma

Tabel dan Grafik Pengukuran Sigma Tabel dan Grafik Pengukuran Sigma 3 2.6771 2.5 2.2074 2.3429 2.4171 2 No. Jenis Komponen %Defect DPO DPMO Nilai Sigma 1 Plate 0.48 0.24 240000 2.2074 2 Bracket 0.40 0.2 200000 2.3429 3 Stiffener 0.24 0.12

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Jenis Cacat Berdasarkan hasil dari diagram pareto yang telah dibuat, dapat dilihat persentase masing-masing jenis cacat, yaitu cacat Haze dengan persentase sebesar

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016 7 Basic Quality Tools 14 Oktober 2016 Dr. Kaoru Ishikawa (1915 1989) Adalah seorang ahli pengendalian kualitas statistik dari Jepang. As much as 95% of quality related problems in the factory can be solved

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA. Dari hasil pengamatan langsung dan dokumen maintenance didapat datadata

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA. Dari hasil pengamatan langsung dan dokumen maintenance didapat datadata BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA 4.1 Data dan Analisa Hasil Pengamatan Dari hasil pengamatan langsung dan dokumen maintenance didapat datadata sebagai berikut: Tabel 4.1 Data Hasil

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan yang dilalui, mulai dari identifikasi masalah sampai pada tahap penyelesaian masalah dalam penyelesaian tugas akhir. Metodologi bertujuan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart Mulai Survey Perusahaan Identifikasi Maslah Rumuskan Masalah Menetapkan Tujuan Pengumpulan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi pemecahan masalah (flow diagram) merupakan diagram yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian. Dengan metodologi penelitian, dapat dijelaskan tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang BAB V ANALISA DATA 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 89 BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Tahapan Pengolahan Data Tahapan penerapan Define, Measure, Analyze, Improve dan Control (DMAIC). dilakukan secara berulang dan membentuk peningkatan dan pengendalian

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK CV. Kembar Jaya merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pengecoran dan menghasilkan berbagai jenis produk berbahan logam (jenis produk yang diproduksi sesuai dengan pesanan). Pengecoran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian yang satu hampir sama dengan definisi atau pengertian yang lain. Pengertian

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian yang satu hampir sama dengan definisi atau pengertian yang lain. Pengertian BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas Ada banyak sekali definisi dan pengertian kualitas, yang sebenarnya definisi atau pengertian yang satu hampir sama dengan definisi atau pengertian yang lain.

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 52 BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah adalah langkah-langkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Dengan berdasarkan pada metodologi ini, penelitian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Semester Genap tahun 2007/2008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Semester Genap tahun 2007/2008 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Semester Genap tahun 2007/2008 Peningkatan kualitas untuk produk keranjang baju menggunakan SPC di PT. Surya Millinia Abadi Vicky 0800735993

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut :

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : BAB V ANALISA HASIL 5.1 Jenis Cacat Dari pengolahan data yang telah dilakukan, maka diambil 3 jenis cacat terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : a. Bocor (35,8%) Jenis cacat bocor

Lebih terperinci

USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA)

USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA) Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas.02 Vol.4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Aprili 2016 USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Definisi Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Definisi Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) 2.1.1 Definisi Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Teknik engineering yang digunakan untuk menetapkan, mengidentifikasikan, dan menghilangkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih dahulu, agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan

Lebih terperinci

KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC

KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC KUALITAS PRODUK BEDAK TWO-WAY CAKE DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DAN FMEA PADA PT UNIVERSAL SCIENCE COSMETIC Edy Susanto Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya kemajuan suatu negara dapat ditinjau dari peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya kemajuan suatu negara dapat ditinjau dari peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya kemajuan suatu negara dapat ditinjau dari peningkatan kemajuan industri. Seiring berjalannya era globalisasi dan kemajuan teknologi seperti saat ini,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian ini menggambarkan langkah-langkah atau kerangka pikir yang akan dijalankan pada penelitian ini. Tujuan dari pembuatan metodologi penelitian ini adalah

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ ABSTRACT - Farid Juliyanto 1, Evi Yuliawati Teknik Industri, e-mail 1 : farid.juliyanto@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN MULAI STUDI PENDAHULUAN STUDI PUSTAKA IDENTIFIKASI MASALAH PENGUMPULAN DATA Data Primer Data Sekunder PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA Diagram Paretto Diagram Fishbone FMEA Merancang

Lebih terperinci

BAB III. FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS

BAB III. FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS FMEA Pada Sepeda Motor Honda Absolute Revo Produksi Tahun 2009 39 BAB III FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS 3.1 Pengertian FMEA Adalah sebuah proses analisa untuk mengetahui penyebab terjadinya kegagalan

Lebih terperinci

ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS

ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS ) DI PT. GAJAH TUNGGAL, Tbk TANGERANG PROPOSAL SKRIPSI Diajukan Oleh : AGUNG

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan mempermudah proses

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KECACATAN PADA SAAT PROSES ASSEMBLY PEMASANGAN KOMPONEN MESIN MOTOR BERJENIS K15 DENGAN METODE FMEA PADA PT XYZ

ANALISIS PENYEBAB KECACATAN PADA SAAT PROSES ASSEMBLY PEMASANGAN KOMPONEN MESIN MOTOR BERJENIS K15 DENGAN METODE FMEA PADA PT XYZ Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS PENYEBAB KECACATAN PADA SAAT PROSES ASSEMBLY PEMASANGAN KOMPONEN MESIN MOTOR BERJENIS K15 DENGAN METODE FMEA PADA PT XYZ CAUSES OF DEFECT ANALYSIS IN THE ASSEMBLY

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Data yang diambil dari hasil produksi proyek C pada Trial Production

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Data yang diambil dari hasil produksi proyek C pada Trial Production BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengolahan Data Awal tahun 2015. Data yang diambil dari hasil produksi proyek C pada Trial Production Tabel 5.1 Detail produksi ban C pada Trial Production Tahun 2015

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Penyebab Kegagalan Produk Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan metode Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) didapatkan hasil

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 TAHAP ANALISIS (ANALYSE) Setelah di lakukan pengukuran maka dilakukan analisis permasalahan. Aktivitas utama tahap analisis adalah menentukan faktor penyebab cacat dengan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di awal yang kemudian diolah dan diproses menjadi informasi yang berguna. Sebelum dilakukan pengumpulan data langkah pertama yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN METODE PENELITIAN BAB II LANDASAN TEORI DAN METODE PENELITIAN 2.1 Gambaran Umum Keramik Lantai Gambaran umum keramik lantai seperti uraian proses produksi secara umum dan menjelaskan parameter pengecekan kualitas. 2.1.1

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007

Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK ROTI TAWAR DI PT. ICC DENGAN METODE FMEA DAN FUZZY LOGIC Dwi

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN:

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS TINGKAT RESIKO KEGAGALAN PROSES PRODUKSI PASTED BAG KEMASAN SEMEN DENGAN METODE FMEA (Studi Kasus: Pabrik Kantong PT. Semen Padang) Rizki Alfi, M. Harif Sistem Produksi Industri, Akademi Teknologi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TAGUCHI ANALYSIS DAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DALAM PERBAIKAN KUALITAS CRUMB RUBBER SIR 20

PENERAPAN METODE TAGUCHI ANALYSIS DAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DALAM PERBAIKAN KUALITAS CRUMB RUBBER SIR 20 PENERAPAN METODE TAGUCHI ANALYSIS DAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DALAM PERBAIKAN KUALITAS CRUMB RUBBER SIR 20 DI PT ASAHAN CRUMB RUBBER DRAFT TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK...i. KATA PENGANTAR ii. DAFTAR ISI..iv. DAFTAR TABEL viii. DAFTAR GAMBAR.ix. DAFTAR LAMPIRAN..x. 1.1 Latar Belakang Masalah..

DAFTAR ISI. ABSTRAK...i. KATA PENGANTAR ii. DAFTAR ISI..iv. DAFTAR TABEL viii. DAFTAR GAMBAR.ix. DAFTAR LAMPIRAN..x. 1.1 Latar Belakang Masalah.. ABSTRAK Usaha untuk tetap menjaga kualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan merupakan salah satu hal yang penting yang harus diperhatikan oleh pihak CV.X agar produknya dapat bersaing di pasaran.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

Erry Rimawan Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana. Abstrak

Erry Rimawan Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana. Abstrak Analisa Penentuan Faktor Dominan Kegagalan Desain Komponen Seat Ass`y Oil Filter Dengan Metode FMEA (Failure Mode And Effects Analysis) Di PT. Selamat Sempurna Tbk. Erry Rimawan Program Studi Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian start Studi Pendahuluan - Survey ke Perusahaan Konsultasi Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka - Literatur - Jurnal - Buku - Website - dll Tujuan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian menggambarkan proses atau tahap tahap penelitian yang harus ditetapkan dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas sehingga

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN PENJADWALAN PERAWATAN MESIN DIVISI PIPA (STUDY KASUS DI PT. X)

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN PENJADWALAN PERAWATAN MESIN DIVISI PIPA (STUDY KASUS DI PT. X) PENJADWALAN PERAWATAN MESIN DIVISI PIPA (STUDY KASUS DI PT. X) Robert Triatmaja 1*, LM.Hadi Santosa 2, Ig.Joko Mulyono 3 1,2,3 Program Studi Teknik Industri,Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandala

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. permukaan material terlihat bercak atau noda keputih-putihan. Bercak atau

BAB V ANALISA HASIL. permukaan material terlihat bercak atau noda keputih-putihan. Bercak atau BAB V ANALISA HASIL 5.1 Definisi Cacat a. Belang Dari hasil pengolahan data sebelumnya terlihat bahwa jenis cacat belang merupakan jenis cacat terbanyak. Jenis cacat belang merupakan jenis cacat dimana

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pengumpulan data dilakukan di perusahaan manufaktur piston selama bulan Desember 2009 sampai Januari 2010. Piston Federal Izumi khusus diciptakan sebagai suku cadang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec,

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec, BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define Aktivitas proses produksi di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Semarang Plant Central java ini dianalisis menggunakan diagram SIPOC (Supplier-Input-Proccess-Output- Customer).

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian PT. Abdi Juang Investama bergerak di bidang pembuatan Trolly Shopping Cart berdiri pada tahun 2014. PT Abdi Juang Investama ini sudah mengembangkan bisnisnya

Lebih terperinci

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010

Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2010 ANALISIS TINGKAT KECACATAN (DEFECT) PADA PRODUK BENANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA DI PT SEGORO ECOMULYO TEXTIL, DRIYOREJO GERSIK SKRIPSI Oleh : ERLANGGA PUTRANDIE W 0432010174 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Pada bab ini, penulis akan membahas mengenai tinjauan pustaka dan dasar teori yang digunakan sebagai pendekatan metode yang terkait dalam penelitian. 2.1. Pengertian

Lebih terperinci

Jl. Prof. H. Soedarto, SH. Semarang Telp. (024) , 2

Jl. Prof. H. Soedarto, SH. Semarang Telp. (024) , 2 ANALISIS PROSES PENANGANAN KELUHAN PELANGGAN PT TELKOM INDONESIA REGIONAL IV UNIT REGIONAL OPERATION CENTER (ROC) MENGGUNAKAN METODE PROCESS FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS DAN CAUSE EFFECT DIAGRAM Veronica

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN 79 BAB V ANALISA PEMBAHASAN Setelah melakukan tahap pengumpulan dan pengolahan data, maka tahap selanjutnya adalah analisa pembahasan. Pada tahap ini akan dilakukan pengurutan terhadap Risk Priority Number

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan suatu tahap - tahap yang harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan suatu masalah yang akan dilakukan dalam melakukan suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan disajikan kerangka toritis yang dipakai dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini. Landasan teori ini sangat penting sebagai acuan dasar

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Multi Strada Arah Sarana (MSA) adalah perusahaan ban penumpang (Passenger Car) radial dan truk ringan (Light Truck) radial yang memiliki tiga merek yaitu Achilles, Corsa dan Strada. Namun dalam

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Hasil Pengumpulan Data Sebelum dilakukan pengolahan data, dalam melakukan penelitian ini data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian pada PT. FEDERAL KARYATAMA dalam periode

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 4.1. Menentukan Nilai Severity, Occurrence, Detection dan RPN 4.1.1 Oli dan Filter Hidrolik Kotor Kerusakan pada oli dan filter hidrolik dapat menyebabkan kenaikan temperature

Lebih terperinci

MATERI VI DIAGRAM SEBAB AKIBAT DIAGRAM PARETO. By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab.

MATERI VI DIAGRAM SEBAB AKIBAT DIAGRAM PARETO. By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab. MATERI VI DIAGRAM SEBAB AKIBAT DIAGRAM PARETO By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab. DIAGRAM SEBAB AKIBAT DIAGRAM SEBAB AKIBAT/TULANG IKAN / FISHBONE / ISHIKAWA Adalah satu alat dalam menganalisa

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan langkah-langkah sistematis yang berperan penting sebagai pedoman dalam menyelesaikan dan memberikan solusi dari masalah yang timbul

Lebih terperinci

Penurunan Tingkat Kecacatan Produk di CV. Omega Plastics

Penurunan Tingkat Kecacatan Produk di CV. Omega Plastics Penurunan Tingkat Kecacatan Produk di CV. Omega Plastics Robby Hadi Wijaya 1, Jani Rahardjo 2 Abstrak: CV Omega Plastics is one of the companies which produced various plastic products for household. Reject

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL OLAH DATA

BAB V ANALISIS HASIL OLAH DATA BAB V ANALISIS HASIL OLAH DATA 5.1 Analisis hasil Current State Value Stream Mapping Dari Current State Value Stream Mapping yang telah dibuat diketahui bahwa ada setidaknya 10 gate yang didalamnya masing-masing

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan data Observasi dilakukan pada lantai Produksi dan dikhususkan pada proses pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan buku,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kualitas produk textile merupakan suatu hal yang sangat penting yang mampu membuat perusahaan semakin berkembang dan unggul di pasar komoditi textile ini. Perusahaan yang memiliki kualitas produk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Informasi. Skripsi Sarjana Komputer. Semester Ganjil 2005/2006 PENERAPAN METODE SIX SIGMA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Sistem Informasi. Skripsi Sarjana Komputer. Semester Ganjil 2005/2006 PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Sistem Informasi Program Studi Komputerisasi Akuntansi Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil 2005/2006 PENERAPAN METODE SIX SIGMA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS IT SERVICE

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: analisa moda dan efek kegagalan, pakan ternak, pengendalian kualitas, mix up

ABSTRAK. Kata kunci: analisa moda dan efek kegagalan, pakan ternak, pengendalian kualitas, mix up 1 ANALISA MODA DAN EFEK KEGAGALAN UNTUK MENGURANGI RISIKO TERJADINYA CACAT MIX UP PADA PAKAN TERNAK (Studi Kasus di PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA - semarang) Noor Charif Rachman; Dyah Ika Rinawati; Rani

Lebih terperinci

PENULISAN ILMIAH RAHMAT RIYANTO TEKNIK INDUSTRI

PENULISAN ILMIAH RAHMAT RIYANTO TEKNIK INDUSTRI PENULISAN ILMIAH MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS DAN PROSES PRODUKSI PADA PRODUK TABLET DI BAGIAN PRODUKSI I (TABLET NON- BETALACTAM DEPARTMENT) PT KIMIA FARMA (PERSERO) TBK. PLANT JAKARTA RAHMAT RIYANTO

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control.

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control. ABSTRAK Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin signifikan, membuat banyak bermunculan industri-industri baru yang sejenis dengan industri yang sudah ada sebelumnya. Hal ini tentunya merupakan

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan data dengan menggunakan Metode FMEA dilakukan dengan melalui beberapa tahap, yaitu: 1. Mengidentifikasi moda kegagalan potensial

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KECELAKAAN KERJA DI TERMINAL PETIKEMAS KOJA BERDASARKAN METODE FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS)

USULAN PERBAIKAN KECELAKAAN KERJA DI TERMINAL PETIKEMAS KOJA BERDASARKAN METODE FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS) USULAN PERBAIKAN KECELAKAAN KERJA DI TERMINAL PETIKEMAS KOJA BERDASARKAN METODE FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS) Disusun Oleh: Annisa Alfani Biyanni 30411950 Pembimbing: I. Dr. Ir. Budi Hermana,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif menunjukkan penelitian melalui penelitian lapangan yang

Lebih terperinci

Reduksi Cacat pada Produk Kaca Lembaran dengan Metode Six Sigma

Reduksi Cacat pada Produk Kaca Lembaran dengan Metode Six Sigma F289 Reduksi Cacat pada Produk Kaca Lembaran dengan Metode Six Sigma Milatul Afiah dan Moses Laksono Singgih Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian dilakukan pada PT Tirta Agung Wijaya yang merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi air minum dalam kemasan di area Jawa Tengah. Pengamatan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 54 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam melakukan penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya masalah, data untuk mengukur kinerja saat ini (saat pengamatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Setiap produk diharapkan dapat memenuhi kebutuhankebutuhan konsumen. Salah satu hal yang menjadi kebutuhan konsumen yaitu kualitas produk yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Manajemen Operasi 2.1.1 Konsep Manajemen Operasi Manajemen operasi merupakan salah satu fungsi bisnis yang sangat berperan penting dalam perusahaan

Lebih terperinci

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 57 BAB3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Penelitian Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Terdapat empat kata

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas merupakan ukuran yang tidak dapat didefinisikan secara umum, karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi perspektif yang

Lebih terperinci

ANALISA DEFECT TIRE DARI CLAIM CUSTOMER ORIGINAL EQUIPMENT MANUFACTURING (OEM) PADA PT. GAJAH TUNGGAL Tbk.

ANALISA DEFECT TIRE DARI CLAIM CUSTOMER ORIGINAL EQUIPMENT MANUFACTURING (OEM) PADA PT. GAJAH TUNGGAL Tbk. ANALISA DEFECT TIRE DARI CLAIM CUSTOMER ORIGINAL EQUIPMENT MANUFACTURING (OEM) PADA PT. GAJAH TUNGGAL Tbk. Atep Afia Hidayat (1), Muhammad Kholil (2), Dedhy Windhiarto (3) 1,2,3 Program Studi Teknik Industri,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... SURAT PERNYATAAN... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... HALAMAN PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR..... ABSTRAK..... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

Bab III. Metodologi Penelitian. digunakan dalam penyelesaian masalah pada PT. Calvin Metal Products.

Bab III. Metodologi Penelitian. digunakan dalam penyelesaian masalah pada PT. Calvin Metal Products. 40 Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka berpikir adalah rangkaian urutan-urutan langkah yang disusun secara sistematis dan dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian, berikut

Lebih terperinci

Metode Training ISO/TS Sentral Sistem TAPI MENJELASKAN

Metode Training ISO/TS Sentral Sistem TAPI MENJELASKAN Metode Training ISO/TS 16949 Sentral Sistem TIDAK SEKEDAR MENJELASKAN APA ISI PERSYARATAN ISO/TS 16949 TAPI MENJELASKAN KONSEP/MAKSUD DARI TIAP PERSYARATAN ISO/TS 16949, HUBUNGAN ANTARA PERSYARATAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 50 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data-data yang nantinya akan digunakan pada tahap pengolahan data yaitu data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung dari

Lebih terperinci

REDUCING DEFECTS AND COSTS OF POOR QUALITY OF WW GRAY ROYAL ROOF USING DMAIC AND FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS)

REDUCING DEFECTS AND COSTS OF POOR QUALITY OF WW GRAY ROYAL ROOF USING DMAIC AND FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS) TUGAS AKHIR RI 1592 MENGURANGI JUMLAH CACAT DAN BIAYA KERUGIAN PADA PRODUK GENTENG WW ROYAL ABU-ABU DENGAN PENDEKATAN DMAIC DAN FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS) NOVEMIA PRANING H NRP 2502

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti dan data yang diperoleh. Penelitian

Lebih terperinci