BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Kerja Perancangan kerja merupakan disiplin ilmu yang dirancang untuk memberikan pengetahuan mengenai prinsip dan prosedur yang harus dilaksanakan dalam upaya memahami hal-hal yang berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi. (Sritomo, 2006, p.103). Salah satu upaya perbaikan dalam perancangan kerja adalah penyederhanaan kerja yang merupakan landasan yang penting saat melakukan analisis desain kerja. Penyederhanaan kerja bertujuan mencari cara kerja yang lebih mudah, lebih cepat, lebih efisien dan menghindari pemborosan-pemborosan material, waktu, tenaga dan lain-lain. (Sritomo, 2006, p.104) menjelaskan pelaksanaan penyederhanaan kerja dalam lima langkah sebagai berikut : 1. Pemilihan kegiatan kerja yang diperbaiki. 2. Pengumpulan dan pencatatan data atau fakta. 3. Analisa terhadap langkah-langkah kerja. 4. Usulan dan pengujian alternatif metoda kerja yang lebih baik. 5. Aplikasi dan evaluasi metode kerja baru. 2.2 Perencanaan Kerja Untuk mencapai target dan tujuan yang telah ditetapkan maka perlu dibuat perencanaan dalam melakukan kerja. (Sritomo, 2006, p.334) mendefinisikan perencanaan yaitu Perencanaan adalah proses untuk menetapkan kearah mana kegiatan harus ditujukan dengan mengidentifikasikan segala prasyarat dan kondisi agar bisa sampai ketempat tujuan tersebut dengan cara dan usaha yang paling efektif dan efisien. Agar perencanaan dapat efektif dan efisien, maka segala aktivitas kerja harus dikoordinasikan dalam sebuah manajemen yaitu proses pengorganisasian. Proses pengorganisasian ini setiap aktivitas akan diatur dan dilaksanakan berdasarkan pada fungsi-fungsi kerja yang diformulasikan dari deskripsi kerja (job description). Tahap selanjutnya apabila pengorganisasian telah selesai adalah tahap pelaksanaan kegiatan dan pengarahan. Tahapan ini berkaitan erat dengan masalah-masalah komunikasi, koordinasi, motivasi dan sebagainya. Namun dalam pelaksanaan kegiatan harus tetap terarah pada target sasaran yang akan direncanakan walaupun selama pelaksanaan akan selalu ada hambatan-hambatan yang mengarah kepada penyimpangan dari target sasaran yang ingin dicapai sehingga fungsi pengawasan dan pengendalian penting untuk dilakukan secara rutin sebagai langkah evaluasi apabila terjadi penyimpangan dari target yang telah ditetapkan selama kegiatan kerja berlangsung. 5

2 6 2.3 Diagram Sebab Akibat (Cause Effect Diagram atau Fisbone Diagram) Diagram sebab akibat adalah suatu diagram yang menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat. Diagram ini digunakan untuk menganalisa persoalan dan faktor yang menimbulkan persoalan tersebut. Dengan demikian diagram tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan sebab-sebab persoalan. Berkaitan dengan proses secara statistik, diagram sebab akibat dipergunakan untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakter kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab itu. (Iskandar, 2008) Diagram sebab akibat sering juga disebut Ishikawa Diagram karena pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Kaoru Ishikawa dari Universitas Tokyo pada tahun 1943 di pabrik Kawasaki Steel Works. Diagram sebab akibat sering juga disebut sebagai diagram tulang ikan (fishbone diagram) karena bentuknya seperti kerangka ikan. Pada dasarnya (Iskandar, 2008) juga menjelaskan diagram sebab akibat dapat dipergunakan untuk kebutuhan-kebutuhan berikut: Untuk menyimpulkan sebab-sebab variasi dalam proses. Membantu mengidentifikasi akar penyebab dari suatu masalah. Membantu membangkitkan ide-ide untuk solusi suatu masalah. Untuk memberikan petunjuk mengenai macam-macam data yang perlu dikumpulkan. Membantu dalam penyelidikan atau pencarian fakta lebih lanjut. Diagram sebab akibat terutama berguna dalam tahap perencanaan (plan) dari siklus PDCA karena dapat membantu mengidentifikasi sebab-sebab proses yang mempunyai peranan bagi timbulnya efek yang dikehendaki oleh pelanggan. Diagram sebab akibat ini juga dapat diterapkan pada organisasi, baik manufaktur maupun jasa. Sumber: Sritomo, 2006, p.269 Gambar 2.1 Diagram Fishbone

3 Langkah-Langkah Pembuatan Diagram Sebab Akibat (Iskandar, 2008) menerangkan langkah-langkah pembuatan diagram sebab akibat antara lain: Menentukan dahulu apa yang menjadi masalah atau penyimpangan yang penting dan mendesak untuk diselesaikan. Tuliskan pernyataan masalah itu pada kepala ikan, yang merupakan akibat. Tuliskan pada sisi sebelah kanan dari kertas, kemudian gambarkan tulang belakang (anak panah dari kiri ke kanan) dan tempatkan pernyataan masalah itu dalam kotak. Tuliskan faktor-faktor penyebab utama yang menimbulkan masalah sebagai tulang besar (yang ditulis hanyalah kemungkinan yang bersifat garis besar atau kelompok suatu sumber daya tertentu), juga tempatkan dalam kotak. Faktor-faktor penyebab utama dapat dikembangkan melalui stratifikasi ke dalam pengelompokan dari faktor-faktor yaitu: manusia, mesin atau alat, material, metode dan lingkungan. Dari penggolongan kemungkinan sebab secara garis besar, kemudian dijabarkan secara lebih rinci (penyebab sekunder) dinyatakan, dinyatakan sebagai tulang-tulang berukuran sedang. Lalu penyebab-penyebab tersier yang dinyatakan sebagai tulang-tulang berukuran kecil. Tentukan item-item yang penting dari setiap faktor dan tandailah faktorfaktor penting tertentu yang kelihatannya memiliki pengaruh nyata terhadap masalah utama. Langkah terakhir adalah memeriksa apakah setiap item dalam diagram mempunyai hubungan sebab akibat secara signifikan Manfaat Diagram Sebab Akibat (Iskandar, 2008) juga menerangkan manfaat diagram sebab akibat yaitu: Membuat diagram sebab akibat merupakan suatu pendidikan dimana seseorang akan berlatih dan berpikir apa hubungan sebab dan akibat terhadap kualitas suatu proses atau kegiatan. Diagram ini adalah sebagai pembantu (guide) dari diskusi secara sistematik. Dan kesimpulan dari diskusi dengan cepat dapat ditarik. Diperolehnya suatu inventarisasi kemungkinan sebab yang menimbulkan suatu akibat. Diagram ini juga akan menunjukkan tingkat teknologi dari suatu organisasi atau pabrik. Hal ini terlihat dari sebab-sebab yang mungkin, misalnya tingkat presisi alat, tingkat keterampilan dan sebagainya. Diagram ini juga bisa dipakai untuk berbagai keperluan yang tidak hanya untuk kualitas, namun juga kuantitas dan sebagainya.

4 8 2.4 Diagram Pareto Diagram ini diperkenalkan pertama kali oleh seorang ahli ekonomi dari Italia bernama VILPREDO PARETO ( ). Diagram pareto dibuat untuk menemukan masalah atau penyebab yang merupakan kunci dalam penyelesaian masalah dan perbandingan terhadap keseluruhan. Dengan mengetahui penyebabpenyebab yang dominan atau yang seharusnya pertama kali diatasi, maka kita akan bisa menetapkan prioritas perbaikan. Perbaikan atau tindakan koreksi pada faktor penyebab yang dominan ini akan membawa akibat atau pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan penyelesaian penyebab yang tidak berarti. Kegunaan dari diagram pareto adalah: Menunjukkan persoalan utama yang dominan dan perlu segera diatasi. Menyatakan perbandingan masing-masing persoalan yang ada dan kumulatif secara keseluruhan. Menunjukkan tingkat perbaikan setelah tindakan koreksi dilakukan pada daerah yang terbatas. Menunjukkan perbaikan masing-masing persoalan sebelum dan sesudah perbaikan. (Sritomo, 2006, p.272) Sesuai dengan konsep Pareto (pembagian 80 : 20), berlaku hal-hal sebagai berikut: 80% dari sales dihasilkan oleh 20% jumlah salesman. 80% income RI dihasilkan oleh 20% jumlah jenis mata pencaharian produk. 80% dari kesalahan yang terjadi di organsasi dilakukan oleh 20% dari seluruh karyawan. Dalam kehidupan sehari-hari, analisis dan diagram pareto atau yang biasa disebut dengan diagram prioritas, digunakan dalam memilih prioritas masalah yang dampaknya paling besar, yaitu lebih kurang 80%, yang disebabkan oleh lebih kurang 20% faktor penyebab, sesuai dengan hukum pareto. (Iskandar, 2008) Sumber: Iskandar, 2008 Gambar 2.2 Contoh Diagram Pareto

5 Tipe-Tipe Diagram Pareto 1. Diagram Pareto yang menunjukkan akibat suatu masalah atau fenomena, diagram ini berkaitan dengan hasil-hasil berikut yang tidak diinginkan dan digunakan untuk mengetahui apa masalah utama yang ada. Contoh fenomena antara lain: Kualitas; jumlah kerusakan, cacat, kesalahan, keluhan,produk yang dikembangkan dan perbaikan. Biaya; jumlah kerugian,pemborosan biaya, biaya stock, biaya bunga. Penyerahan (delivery); Keterlambatan pengiriman, keterlambatan pembayaran. Keamanan; jumlah kecelakaan, kekeliruan kerja, gangguan dan lainlain. 2. Diagram Pareto yang menunjukkan penyebab-penyebab suatu masalah, diagram ini berkaitan dengan penyebab dalam proses yang dipergunakan untuk mengetahui apa penyebab utama dari masalah yang ada. Contoh penyebab, antara lain: Operator; giliran kerja (shift), kelompok kerja, umur karyawan, pengalaman, keterampilan, dan sifat individual. Mesin; perlengkapan, peralatan, organisasi, instrument, dan mesinmesin. Bahan baku; jenis bahan baku, pembuatan bahan baku, dan pabrik bahan baku. Metode kerja; kondisi kerja, order kerja, metode operasi, sistem pengaturan. (Iskandar, 2008) Langkah-Langkah Pembuatan Diagram Pareto Proses penyusunan diagram pareto menurut (Sritomo, 2006, p.272) yaitu: 1. Kelompokkan masalah yang ada dan nyatakan hal tesebut dalam angka yang bisa terukur secara kuantitatif. 2. Atur masing-masing penyebab atau masalah yang ada sesuai dengan pengelompokan yang dibuat. Pengaturan dilaksanakan berurutan sesuai dengan besarnya nilai kuantitatif masing-masing. 3. Buatlah grafik garis secara kumulatif atau berdasarkan persentase penyimpangan terbesar sampai terkecil diatas kolom grafik. 2.5 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Pengertian Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) FMEA (failure mode and effect analysis) adalah metode sistematik untuk mengidentifikasi dan mencegah terjadinya masalah pada produk dan proses. FMEA fokus pada pencegahan defects atau masalah, peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja atau safety dan meningkatkan kepuasan pelanggan (customer satisfaction). (McDermott, Mikulak, & Beauregard, 2009)

6 Sejarah Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) FMEA pertama kali digunakan pada industri penerbangan pada pertengahan tahun 1960 dan fokus secara spesifik pada aspek keselamatan atau safety. Kemudian setelah itu FMEA berkembang menjadi alat atau metode untuk meningkatkan aspek safety, khususnya pada proses kimia di industri. Tujuan dari peningkatan safety di industri adalah untuk mencegah terjadinya kecelakaan (accidents) dan kejadian atau peristiwa (incidents). Pada industri otomotif, FMEA digunakan sebagai metode untuk meningkatkan kualitas (quality improvement tool). (McDermott, Mikulak, & Beauregard, 2009) Tujuan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Tujuan FMEA adalah untuk mencegah terjadinya masalah pada pada produk dan proses. Dengan menggunakan desain dan proses manufaktur, maka hal tersebut akan mengurangi biaya dengan cara mengidentifikasi terutama pada peningkatan produk dan proses yang tidak membutuhkan banyak biaya dan mudah untuk dilakukan. (McDermott, Mikulak, & Beauregard, 2009) Tipe FMEA (McDermott, Mikulak, & Beauregard, 2009) Tipe FMEA ada dua jenis yaitu product atau design FMEA dan process FMEA. Kedua tipe ini sama-sama menggunakan skala severity, occurrence dan detection. Definisi dari skala tersebut masing-masing dari ketiganya dapat berbeda. Banyak perusahaan yang menggunakan definisi yang dibuat sendiri yang dibuat perusahaan tersebut untuk kegiatan proses FMEA maupun desain FMEA. Penjelasan desain FMEA dan proses FMEA yaitu: Product atau Design FMEA Produk atau desain FMEA digunakan untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan kegagalan dari produk (product malfunctions), faktor safety atau safety hazards atau umur pemakaian produk yang pendek. Contoh dari desain FMEA misalnya air bag pada sebuah mobil tidak mengembang sesuai fungsinya ( ketika terjadi tabrakan) atau cat pada mobil yang terjadi masalah yang tidak semestinya saat pemakaian mobil baru di tahun ketiga atau keempat. Desain FMEA fokus kepada identifikasi bagaimana kegagalan dapat terjadi. (McDermott, Mikulak, & Beauregard, 2009) Process FMEA Proses FMEA digunakan untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan produk dan proses manufaktur. Contoh dari proses FMEA yaitu terjadi salah pasang pada proses perakitan komponen kendaraan, dan pada industri kimia yaitu sumber potensi kegagalan ada pada suhu atau temperatur dan waktu saat dip roses atau mixing time sehingga produk yang dihasilkan tidak bisa digunakan. Untuk membantu proses FMEA dapat digunakan lima elemen dari proses yaitu: manusia, material, alat, metode dan lingkungan. Proses FMEA fokus kepada bagaimana kegagalan dapat berdampak kepada produk, efisiensi proses atau aspek safety. (McDermott, Mikulak, & Beauregard, 2009)

7 2.5.5 Langkah Dasar Pengerjaan Proses FMEA. Menurut McDermott, Mikulak, & Beauregard (2009) menerangkan langkah-langkah dasar pengerjaan failure mode and effect analysis (FMEA) yaitu: 1. Mengidentifikasi proses atau produk. Tim yang akan mengidentifikasi proses yang akan dianalisa, dapat mempertimbangkan diagram proses (flowchart) untuk memudahkan identifikasi proses FMEA.. 2. Menganalisis kemungkinan setiap potensi mode kegagalan (potential failure mode) yang berpotensi dapat terjadi. 3. Menganalisis efek yang ditimbulkan dari terjadinya setiap potensi kegagalan (potential failure mode). 4. Menentukan peringkat atau ranking dari severity, occurrence, dan detection dengan skala penilaian dari 1 sampai Menghitung nilai Risk Priority Number atau RPN pada setiap potensi mode kegagalan (potential failure mode) dengan cara sebagai berikut : Risk Priority Number = Severity x Occurrence x Detection 6. Membuat daftar prioritas perbaikan untuk memperbaiki atau mencegah terjadinya potensi mode kegagalan (potential failure mode). (McDermott, Mikulak, & Beauregard, 2009) 7. Membuat analisis usulan perbaikan (recommended action). 11

8 12 Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Severity Ranking Kriteria Penilaian Severity 1 Efek serius tidak ada atau dapat diabaikan Efek serius yang ditimbulkan berpotensi ringan. Efek serius yang ditimbulkan berpotensi sedang. Efek serius yang ditimbulkan berpotensi tinggi. Efek serius yang ditimbulkan berpotensi sangat tinggi Tabel 2.2 Kriteria Penilaian Occurrence Ranking Kriteria Penilaian Occurence 1 Kemungkinan potensi mode kegagalan sangat jarang terjadi Kemungkinan potensi mode kegagalan cukup jarang terjadi Kemungkinan potensi mode kegagalan biasa terjadi Kemungkinan potensi mode kegagalan sering terjadi Kemungkinan potensi mode kegagalan sangat sering terjadi Tabel 2.3 Kriteria Penilaian Detection Ranking Kriteria Penilaian Detection 1 Metode kontrol deteksi sangat efektif untuk mendeteksi Metode kontrol deteksi efektif untuk mendeteksi. Metode kontrol deteksi cukup efektif untuk mendeteksi. Metode kontrol deteksi tidak efektif untuk mendeteksi. Metode kontrol deteksi sangat tidak efektif untuk mendeteksi.

9 2.5.6 Deskripsi Pengisian Tabel FMEA Chrysler LLC, Ford Motor Company, & General Motors Corporation, (2008) menerangkan deskripsi pengisian pada tabel proses failure mode and effect analysis (FMEA) yaitu sebagai berikut: 1. FMEA Number : Digunakan sebagai cara untuk mengontrol dokumen FMEA dan terdapat angka dan huruf sebagai identitas dokumen FMEA. 2. Item : terdiri dari nama dan nomor, dengan memasukkan data nama dan nomor maka akan diproses oleh sistem. 3. Process Responsibilty : terdiri dari OEM (Original Equipment Manufacturer), perusahaan atau organisasi dan departemen atau grup. Dan juga organisasi supply atau supplier jika ada. 4. Model Year(s) atau Program(s) : terdiri dari tahun model dan program atau yang lainnya jika ada. 5. Key Date : yaitu batas akhir pengerjaan proses FMEA dimana tidak boleh melewati batas pengerjaan dari jadwal produksi karena proses FMEA berhubungan dengan pelanggan (customer). 6. FMEA Date : yaitu tanggal resmi dari proses FMEA yang telah selesai dikerjakan dan yang paling update atau yang paling baru. 7. Core Team : terdiri dari beberapa anggota dari tim yang bertanggungjawab dalam pengerjaan proses FMEA. Dan terdiri dari nama anggota tim, perusahaan, nomor telepon dan Prepared By : yaitu terdiri dari nama, perusahaan, dan nomor telepon dari pemimpin tim atau ketua tim yang bertanggungjawab mempersiapkan proses FMEA. 9. Process Step atau Process Function : Process step merupakan identifikasi dari proses yang akan dianalisa dan diurutkan dengan nomor proses. Proses ini juga dapat diperoleh dari diagram aliran proses (flow process diagram) untuk memudahkan dalam hubungan dengan yang lain seperti control plan dan lain-lain. Process function merupakan tujuan dari setiap proses pengerjaan yang kan dianalisa. Analisis resiko berupa tujuan proses yang jelas dan lengkap diperlukan agar tujuan proses dapat lebih spesifik (requirement) untuk diketahui. Requirement merupakan kolom khusus (optional) untuk deskripsi tujuan proses yang lebih jelas dan lengkap. 10. Potential Failure Mode : yaitu potensi kegagalan yang dapat terjadi pada proses requirement, dengan asumsi incoming material sudah tepat atau tidak dipengaruhi kualitas dari incoming material. Potensi kegagalan ini diasumsikan mungkin dapat terjadi dengan analisa dari teknis. 11. Potential Effect(s) of Failure : merupakan efek yang didapatkan dari kegagalan yang terjadi. Efek yang ditimbulkan ini dari hasil analisa teknis berdasarkan pengalaman dan juga dapat diperoleh dari keterangan pejelasan dari pelanggan (customer). Ada beberapa analisa yang perlu dianalisis apakah potensi kegagalan ini berpengaruh terhadap: 13

10 14 Pada operator atau equipment : apakah dengan adanya penyebab kegagalan ini adalah merupakan penyebab utama yang dapat membahayakan kerja dari operator, misalnya operator tidak dapat menjalankan fungsi kerjanya dengan baik dan benar. Dan juga pada equipment misalnya pada penggunaan tool yang menjadi cepat rusak atau aus. Pada end user atau customer (efek tidak langsung): merupakan efek dari potensi kegagalan yang dapat timbul dan berpengaruh terhadap end user namun efek belum langsung sampai ke end user atau customer atau masih dapat dicegah sebelum sampai ke customer dengan analisis dari teknis dan pengalaman ataupun keterangan spesifikasi dari end user. Misalnya terjadinya kebocoran (water leak) pada product dan lain-lain. Pada end user atau customer (efek langsung) : yaitu efek dari potensi kegagalan yang terjadi dan berpengaruh langsung terhadap end user atau customer misalnya produk cacat dapat ditemukan atau diterima oleh end user sehingga hal ini dapat mengakibatkan line shutdown, product 100% scrapped dan lain lain. 12. Severity : yaitu nilai keseriusan dari efek yang ditimbulkan dari potensi mode kegagalan yang terjadi. 13. Classification : kolom classification berfungsi untuk menampilkan priortitas tertinggi dari potensi atau penyebab kegagalan yang dapat terjadi dan dibutuhkan sebagai informasi tambahan saat pelaksanaan oleh engineering. Kolom ini juga berguna untuk proses kontrol yang terdapat informasi tentang produk khusus atau karakteristik proses seperti nilai kristis dan sebagainya. Informasi ini juga dapat diperoleh dari customer specific requirement. 14. Potential Cause(s) of Failure Mode : yaitu penyebab potensi kegagalan yang menjelaskan bagaimana kegagalan dapat terjadi dan merupakan sesuatu yang dapat dikontrol atau dicegah. Setiap penyebab potensi kegagalan harus digambarkan dengan jelas dan lengkap. Hanya spesifik kesalahan yang dapat ditulis misalnya seal axle housing bocor akibat landasan pallet yang digunakan dan sebagainya. Bila karena dari kesalahan terdapat pada operator misalnya operator salah memasang tooling, maka penyebab kegagalan tersebut tidak perlu ditulis. 15. Occurrence : yaitu kemungkinan potensi mode kegagalan yang dapat terjadi. Estimasi kemungkinan yang terjadi berupa skala ranking dari 1 sampai 10. Occurrence didasarkan pada frekuensi kejadian kegagalan yang terjadi berupa angka kejadian atau berapa banyak kejadian dari potensi mode kegagalan yang terjadi. Jika tidak ada data statistik atau data berupa angka maka dapat digunakan data subjektif menggunakan data huruf atau kata yang berupa gambaran atau deskripsi untuk menentukan ranking atau peringkat dari occurrence. 16. Current Process Control : merupakan gambaran atau deskripsi dari proses kontrol saat ini. Ada dua tipe proses kontrol yaitu prevention dan detection. Prevention berarti mengeliminasi atau mencegah terjadinya penyebab dari kegagalan atau mengurangi frekuensi kejadian dari occurrence. Detection berarti mengidentifikasi atau mendeteksi penyebab

11 15 kegagalan dan dapat dijadikan acuan untuk tindakan penanggulangan atau corrective action. Tipe prevention lebih baik digunakan dalam current process control karena berpengaruh pada ranking occurrence. Oleh karena itu kolom pada current process control ada dua yaitu kolom prevention dan kolom detection. Jika hanya satu kolom yang digunakan maka kolom tersebut maka dapat ditandai dengan P jika kolom diisi dengan tipe prevention atau D jika kolom diisi dengan tipe detection. 17. Detection : yaitu metode atau sistem untuk mendeteksi kegagalan (detection control). Jika kegagalan terjadi, maka prioritaskan proses kontrol yang ada supaya dapat mencegah efek langsung kepada customer yaitu dengan cara mengubah proses kontrol atau yang lainnya. Random quality checks tidak dapat mendeteksi kemungkinan dari potensi penyebab kegagalan dan tidak berpengaruh terhadap peringkat detection. 18. Determining Action Priorities : setelah proses identifikasi dari kegagalan dan efek dari mode kegagalan yang terjadi, mengetahui penyebab dan menganalisa proses kontrol yang ada dan menentukan peringkat skala untuk severity, occurrence dan detection, maka selanjutnya akan ditindaklanjuti dengan mengambil tindakan yang akan dilakukan untuk mengurangi resiko. Karena terbatasnya sumber daya manusia, waktu, biaya, teknologi dan faktor lainnya, maka akan akan ditentukan prioritas terbaik untuk tindakan selanjutnya dengan pertimbangan dari faktor-faktor tersebut. Fokus utama dari tindakan selanjutnya yaitu berupa tindakan rekomendasi (recommended action) berdasarkan orientasi peringkat dari potensi mode kegagalan (potential failure mode) dengan ranking severity tertinggi. Jika severity pada failure mode berada di ranking 9 dan 10 maka akan diutamakan untuk mengurangi resiko dengan fokus pada perubahan design proses kontrol (current process control) selanjutnya yang akan menjadi recommended action. Untuk severity pada failure mode yang berada di ranking 8 ke bawah dan mempunyai ranking tertinggi pada skala occurrence atau detection, maka akan dipertimbangkan untuk menjadi prioritas tindakan selanjutnya. Ini semua merupakan tanggung jawab dari seluruh anggota tim untuk menentukan mengambil keputusan yang terbaik dalam prioritas tindakan yang akan dilakukan yang berpengaruh kepada eliminasi resiko untuk memberikan hasil terbaik kepada perusahaan maupun pelanggan (customer). 19. Risk Priority Number (RPN) : yaitu cara untuk mengetahui prioritas utama dalam melakukan tindakan selanjutnya adalah dengan menggunakan risk priority number yaitu RPN = Severity x Occurrence x Detection. Nilai RPN berada di rentang nilai 1 sampai Prioritas utama tetap ada pada nilai severity tertinggi dibandingkan dengan nilai RPN tertinggi. Item Severity Occurence Detection RPN A B Pada contoh diatas nilai RPN pada item B lebih tinggi dibandingkan nilai RPN pada item A. Namun prioritas utama tetap akan diberikan kepada item A karena mempunyai nilai severity 9 atau lebih tinggi dari nilai severity item B, meskipun nilai RPN item A lebih rendah dari nilai RPN item B.

12 Recommended Action : secara umum tindakan rekomendasi bertujuan untuk mencegah kegagalan terulang kembali. Karena itu tindakan rekomendasi lebih penting daripada tindakan untuk mendeteksi. Untuk mencegah kegagalan terulang kembali dengan cara tindakan rekomendasi adalah dengan menurunkan ranking atau peringkat dari severity, occurrence dan detection seperti penjelasan berikut ini: Untuk menurunkan peringkat severity : hanya dengan perubahan design atau revisi proses untuk mengurangi peringkat severity. Contohnya perubahan dari teknologi proses dapat dipertimbangkan untuk mengeliminasi severity. Untuk menurunkan peringkat occurrence : yaitu dengan perubahan atau revisi dari design dan proses. Seperti pada design perubahan dari proses kontrol sehingga dapat mengurangi peringkat occurrence. Untuk menurunkan peringkat detection : metode yang tepat untuk menurunkan peringkat detection adalah dengan menggunakan pembuktian kesalahan (error atau mistake proofing). Dengan mengetahui metode pembuktian kesalahan, maka akan lebih mudah selanjutnya untuk merancang ulang atau design ulang dari metode deteksi sebelumnya sehingga dapat mengurangi peringkat detection. 21. Responsibility and Target Competion Date : berisi informasi setiap nama anggota tim dan perusahaan yang bertugas melakukan atau menyelesaikan tindakan rekomendasi dan informasi tanggal selesai dilakukan. Pemimpin tim memastikan setiap rekomendasi tindakan telah tepat dilakukan. 22. Action Results : yaitu tindakan untuk mengidentifikasi hasil dari tindakan rekomendasi yang telah dilakukan dan pengaruhnya pada peringkat severity, ocuurence, detection dan RPN. 23. Action Taken and Competion Date : setelah tindakan rekomendasi dilakukan maka, berikan informasi pelaksanaan yang telah dilakukan dan informasi aktual tanggal selesai. 24. Severity, Occurrence, Detection and RPN : setelah tindakan rekomendasi telah selesai dilakukan maka akan ada perubahan dari peringkat severity, occurrence, detection dan RPN. Hasil dari tindakan rekomendasi yang dilakukan kemudian akan dihitung ulang untuk mendapatkan nilai RPN yang baru. Setiap perubahan peringkat pada severity, occurrence dan detection akan dievaluasi. Dan tindakan lebih lanjut dengan menganalisis ulang bila diperlukan dapat dipertimbangkan karena perbaikan harus dilakukan terus menerus.

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah proses produksi di PT. XY, sedangkan objek penelitian ini adalah perbaikan dan meminimalisir masalah pada proses produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri atau perindustrian merupakan sebuah kegiatan ekonomi yang tidak hanya melakukan pengolahan bahan baku menjadi produk yang memiliki nilai lebih dalam penggunaannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Definisi Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Definisi Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) 2.1.1 Definisi Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Teknik engineering yang digunakan untuk menetapkan, mengidentifikasikan, dan menghilangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dijabarkan tentang tinjauan pustaka yang digunakan sebagai acuan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. II.1 Sejarah FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) Didalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 55 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 56 3.2 Langkah-langkah Penelitian Dalam melakukan penelitian, terdapat beberapa kegiatan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian ini menggambarkan langkah-langkah atau kerangka pikir yang akan dijalankan pada penelitian ini. Tujuan dari pembuatan metodologi penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas merupakan ukuran yang tidak dapat didefinisikan secara umum, karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi perspektif yang

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009 ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan

Lebih terperinci

BAB III. FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS

BAB III. FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS FMEA Pada Sepeda Motor Honda Absolute Revo Produksi Tahun 2009 39 BAB III FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS 3.1 Pengertian FMEA Adalah sebuah proses analisa untuk mengetahui penyebab terjadinya kegagalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN KUALITAS Kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini. Kualitas secara langsung

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: analisa moda dan efek kegagalan, pakan ternak, pengendalian kualitas, mix up

ABSTRAK. Kata kunci: analisa moda dan efek kegagalan, pakan ternak, pengendalian kualitas, mix up 1 ANALISA MODA DAN EFEK KEGAGALAN UNTUK MENGURANGI RISIKO TERJADINYA CACAT MIX UP PADA PAKAN TERNAK (Studi Kasus di PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA - semarang) Noor Charif Rachman; Dyah Ika Rinawati; Rani

Lebih terperinci

MODEL ALAT BANTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS SPREADSHEET UNTUK ANALISIS RESIKO RANTAI PASOK BAHAN BAKU (Studi kasus PTEI)

MODEL ALAT BANTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS SPREADSHEET UNTUK ANALISIS RESIKO RANTAI PASOK BAHAN BAKU (Studi kasus PTEI) MODEL ALAT BANTU PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS SPREADSHEET UNTUK ANALISIS RESIKO RANTAI PASOK BAHAN BAKU (Studi kasus PTEI) Sutrisna Hariyati, Ahmad Rusdiansyah Program Studi Magister Manajemen Teknologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kualitas 1.1.1 Pengertian Kualitas Kualitas menurut Gaspersz (2001) memiliki dua definisi yaitu definisi konvensional dan definisi strategik. Kualitas yang menggambarkan karakteristik

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN MULAI STUDI PENDAHULUAN STUDI PUSTAKA IDENTIFIKASI MASALAH PENGUMPULAN DATA Data Primer Data Sekunder PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA Diagram Paretto Diagram Fishbone FMEA Merancang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih dahulu, agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS KATA PENGANTAR...

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS KATA PENGANTAR... ABSTRAK.. ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv viii ix x xv

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart Mulai Survey Perusahaan Identifikasi Maslah Rumuskan Masalah Menetapkan Tujuan Pengumpulan

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ ABSTRACT - Farid Juliyanto 1, Evi Yuliawati Teknik Industri, e-mail 1 : farid.juliyanto@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah FMEA (Falilure Mode and Effect Analysis) FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) pada awalnya dibuat oleh Aerospace Industry pada tahun 1960-an. FMEA mulai digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 4.1. Menentukan Nilai Severity, Occurrence, Detection dan RPN 4.1.1 Oli dan Filter Hidrolik Kotor Kerusakan pada oli dan filter hidrolik dapat menyebabkan kenaikan temperature

Lebih terperinci

USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA)

USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA) Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas.02 Vol.4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Aprili 2016 USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahap Pendahuluan Tahap pendahuluan terdiri dari empat langkah utama yaitu pengamatan awal, perumusan masalah, menentukan tujuan penelitan dan menentukan batasan masalah.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan suatu tahap - tahap yang harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan suatu masalah yang akan dilakukan dalam melakukan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Manajemen Operasi 2.1.1 Konsep Manajemen Operasi Manajemen operasi merupakan salah satu fungsi bisnis yang sangat berperan penting dalam perusahaan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 52 BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah adalah langkah-langkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Dengan berdasarkan pada metodologi ini, penelitian

Lebih terperinci

MATERI VI DIAGRAM SEBAB AKIBAT DIAGRAM PARETO. By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab.

MATERI VI DIAGRAM SEBAB AKIBAT DIAGRAM PARETO. By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab. MATERI VI DIAGRAM SEBAB AKIBAT DIAGRAM PARETO By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab. DIAGRAM SEBAB AKIBAT DIAGRAM SEBAB AKIBAT/TULANG IKAN / FISHBONE / ISHIKAWA Adalah satu alat dalam menganalisa

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL 49 BAB V ANALISIS HASIL 5.1. Pembahasan Pengolahan data dilakukan berdasarkan record non-conformance/defective yang disusun dalam tabel potensi dan efek kegagalan sebagai berikut : Tabel 5.1 Potential

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Jenis Cacat Berdasarkan hasil dari diagram pareto yang telah dibuat, dapat dilihat persentase masing-masing jenis cacat, yaitu cacat Haze dengan persentase sebesar

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DALAM UPAYA MENURUNKAN TINGKAT KEGAGALAN PRODUK JADI Ni Luh Putu Hariastuti putu_hrs@yahoo.com Jurusan Teknik industri, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Adhitama

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI ABSTRAK PT Kandakawana Sakti bergerak pada bidang pengecatan yang berspesialisasi pada pengecatan body motor Honda. Penelitian ini diawali dengan masalah tingginya produk cacat yang dihasilkan dan kegagalan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Penyebab Kegagalan Produk Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan metode Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) didapatkan hasil

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini diawali dengan permasalahan tingginya tingkat NPL (Non Performing Loan) di PT BPR SIP yang telah beroperasi sejak tahun 1993. Masalah di atas diidentifikasi disebabkan oleh tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian PT. Abdi Juang Investama bergerak di bidang pembuatan Trolly Shopping Cart berdiri pada tahun 2014. PT Abdi Juang Investama ini sudah mengembangkan bisnisnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan mempermudah proses

Lebih terperinci

ANALISA KERUSAKAN KOMPONEN ENGINE ARROWVRG TYPE 330 TA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA

ANALISA KERUSAKAN KOMPONEN ENGINE ARROWVRG TYPE 330 TA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA ANALISA KERUSAKAN KOMPONEN ENGINE ARROWVRG TYPE 330 TA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA Faisal 1, Jenne Syarif 2, Darmein 2 1 Mahasiswa Prodi D-IV Teknik Mesin Produksi dan Perawatan 2 Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif menunjukkan penelitian melalui penelitian lapangan yang

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Statistical Process Control Sachbudi Abbas Ras abbasras@yahoo.com Lembar 1 Flow Chart (dengan Stratifikasi): Grafik dari tahapan proses yang membedakan data berdasarkan sumbernya. Lembar Pengumpulan Data:

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KECACATAN PADA SAAT PROSES ASSEMBLY PEMASANGAN KOMPONEN MESIN MOTOR BERJENIS K15 DENGAN METODE FMEA PADA PT XYZ

ANALISIS PENYEBAB KECACATAN PADA SAAT PROSES ASSEMBLY PEMASANGAN KOMPONEN MESIN MOTOR BERJENIS K15 DENGAN METODE FMEA PADA PT XYZ Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS PENYEBAB KECACATAN PADA SAAT PROSES ASSEMBLY PEMASANGAN KOMPONEN MESIN MOTOR BERJENIS K15 DENGAN METODE FMEA PADA PT XYZ CAUSES OF DEFECT ANALYSIS IN THE ASSEMBLY

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian yang satu hampir sama dengan definisi atau pengertian yang lain. Pengertian

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian yang satu hampir sama dengan definisi atau pengertian yang lain. Pengertian BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas Ada banyak sekali definisi dan pengertian kualitas, yang sebenarnya definisi atau pengertian yang satu hampir sama dengan definisi atau pengertian yang lain.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Persaingan global di bidang manufacturing otomotif yang sarat dengan tuntutan kualitas, lead time singkat dan on time delivery maka diperlukan perbaikan terus menerus dan rencana produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Keselamatan Kerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan

Lebih terperinci

ANALISIS HAMBATAN DAN REKOMENDASI SOLUSI PADA PROSES OUTBOUND LOGISTIC PT XYZ DENGAN SEVEN TOOLS DAN FMEA

ANALISIS HAMBATAN DAN REKOMENDASI SOLUSI PADA PROSES OUTBOUND LOGISTIC PT XYZ DENGAN SEVEN TOOLS DAN FMEA ANALISIS HAMBATAN DAN REKOMENDASI SOLUSI PADA PROSES OUTBOUND LOGISTIC PT DENGAN SEVEN TOOLS DAN FMEA Faisal Waisul Kurni Rusmana 1), Syarif Hidayat. 2), 1),2) Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN Pembahasan pada bab ini menanalisa hasil pendefinisian permasalahan pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah ditetapkan. 5.1 Analyze Dengan

Lebih terperinci

ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS

ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS ) DI PT. GAJAH TUNGGAL, Tbk TANGERANG PROPOSAL SKRIPSI Diajukan Oleh : AGUNG

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang BAB V ANALISA DATA 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. faktor-faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif karena dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti dan data yang diperoleh. Penelitian

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords : Process improvement, Failure Modes & Effect Analysis, Vehicle Lights FMEA.

ABSTRACT. Keywords : Process improvement, Failure Modes & Effect Analysis, Vehicle Lights FMEA. ABSTRACT PT. X is an automotive indutsry produces front and back lamps for motorcycles and cars. Production processes are divided into injection, aluminizing, and assembling. In the production process,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Semester Genap tahun 2007/2008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Semester Genap tahun 2007/2008 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Semester Genap tahun 2007/2008 Peningkatan kualitas untuk produk keranjang baju menggunakan SPC di PT. Surya Millinia Abadi Vicky 0800735993

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan topik yang sama dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi pemecahan masalah adalah serangkaian urutan langkah-langkah yang disusun secara sistematis untuk digunakan sebagai pedoman

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM.

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN DI PT. XYZ TUGAS SARJANA DEA DARA DAFIKA SIAGIAN NIM. PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA RANTAI PASOKAN DENGAN PENDEKATAN SCOR (SUPPLY CHAIN OPERATIONS REFERENCE) DAN LEAN SIX SIGMA DI PT. XYZ TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK...i. KATA PENGANTAR ii. DAFTAR ISI..iv. DAFTAR TABEL viii. DAFTAR GAMBAR.ix. DAFTAR LAMPIRAN..x. 1.1 Latar Belakang Masalah..

DAFTAR ISI. ABSTRAK...i. KATA PENGANTAR ii. DAFTAR ISI..iv. DAFTAR TABEL viii. DAFTAR GAMBAR.ix. DAFTAR LAMPIRAN..x. 1.1 Latar Belakang Masalah.. ABSTRAK Usaha untuk tetap menjaga kualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan merupakan salah satu hal yang penting yang harus diperhatikan oleh pihak CV.X agar produknya dapat bersaing di pasaran.

Lebih terperinci

Bab III. Metodologi Penelitian. digunakan dalam penyelesaian masalah pada PT. Calvin Metal Products.

Bab III. Metodologi Penelitian. digunakan dalam penyelesaian masalah pada PT. Calvin Metal Products. 40 Bab III Metodologi Penelitian 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka berpikir adalah rangkaian urutan-urutan langkah yang disusun secara sistematis dan dijadikan pedoman dalam melakukan penelitian, berikut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Setiap produk diharapkan dapat memenuhi kebutuhankebutuhan konsumen. Salah satu hal yang menjadi kebutuhan konsumen yaitu kualitas produk yang digunakan.

Lebih terperinci

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016 7 Basic Quality Tools 14 Oktober 2016 Dr. Kaoru Ishikawa (1915 1989) Adalah seorang ahli pengendalian kualitas statistik dari Jepang. As much as 95% of quality related problems in the factory can be solved

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah 3.1. Flow Chart Pemecahan Masalah Dalam flow chart pemecahan masalah dalam penelitian ini menggambarkan langkah-langkah yang akan ditempuh dalam melakukan penelitian.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PADA MESIN PRODUKSI NONWOVEN SPUNBOND DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FMEA

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PADA MESIN PRODUKSI NONWOVEN SPUNBOND DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FMEA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PADA MESIN PRODUKSI NONWOVEN SPUNBOND DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FMEA Mochammad Damaindra, Atikha Sidhi Cahyana Program studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PROSES PRODUKSI 2.1.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Berikut ini adalah metode yang digunakan dalam melakukan penelitian dan pengolahan data: Mula i Observasilapangan / studi awal Studipusta ka Identifikasi dan perumusan

Lebih terperinci

PT. Automatic Carwash TITLE : SUPERVISOR DOCUMENT NO. : REV.: 00 DATE : GRADE : Page 1 of 10

PT. Automatic Carwash TITLE : SUPERVISOR DOCUMENT NO. : REV.: 00 DATE : GRADE : Page 1 of 10 REV.: 00 DATE : 14-04-04 GRADE : Page 1 of 10 I. JOB DESCRIPTION A. IKHTISAR PEKERJAAN Mendistribusikan, membimbing, merekomendasikan kelayakan hasil pekerjaan bawahan dan melaporkan progress dalam proses

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian. Dengan metodologi penelitian, dapat dijelaskan tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian

Lebih terperinci

Perancangan Analisa Risiko pada Sistem ISO 9001:2015 di PT. X

Perancangan Analisa Risiko pada Sistem ISO 9001:2015 di PT. X Mattotoran, et al. / Perancangan Analisa Risiko pada Sistem ISO 9001:2015 di PT. X / Jurnal Titra, Vol 5, No. 2, Juli 2017, pp. 181-188 Perancangan Analisa Risiko pada Sistem ISO 9001:2015 di PT. X Aryaputra

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam menyelesaikan kajian risiko pada Proyek Pembangunan Transmisi Saluran udara tegangan Tinggi (SUTT) 150 kv Malingping Bayah ini terdapat beberapa langkah

Lebih terperinci

ANALISA RESIKO DALAM USAHA MENGELOLA FAKTOR RESIKO SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS PRODUK JADI

ANALISA RESIKO DALAM USAHA MENGELOLA FAKTOR RESIKO SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS PRODUK JADI ANALISA RESIKO DALAM USAHA MENGELOLA FAKTOR RESIKO SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS PRODUK JADI Ni Luh Putu Hariastuti Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Jurusan Teknik Industri Jl.

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN:

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS TINGKAT RESIKO KEGAGALAN PROSES PRODUKSI PASTED BAG KEMASAN SEMEN DENGAN METODE FMEA (Studi Kasus: Pabrik Kantong PT. Semen Padang) Rizki Alfi, M. Harif Sistem Produksi Industri, Akademi Teknologi

Lebih terperinci

Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA)

Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Weta Hary Wahyunugraha 2209100037 Teknik Sistem Pengaturan Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 12 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Six sigma Sekitar tahun 1980 dan awal 1990, Motorola merupakan salah satu perusahaan Amerika Serikat dan Eropa yang bersaingan ketat dengan perusahaan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Collection Shoes merupakan perusahaan sepatu yang sudah berdiri cukup lama. Dalam penelitian saat ini pengamatan dilakukan pada produksi sepatu pantofel. Masalah utama dari bagian produksi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. permukaan material terlihat bercak atau noda keputih-putihan. Bercak atau

BAB V ANALISA HASIL. permukaan material terlihat bercak atau noda keputih-putihan. Bercak atau BAB V ANALISA HASIL 5.1 Definisi Cacat a. Belang Dari hasil pengolahan data sebelumnya terlihat bahwa jenis cacat belang merupakan jenis cacat terbanyak. Jenis cacat belang merupakan jenis cacat dimana

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management Total Quality Management (TQM) adalah suatu filosofi manajemen untuk meningkatkan kinerja bisnis perusahaan secara keseluruhan dimana pendekatan manajemen

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS (FTA) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DI PABRIK ROTI BARITON 1

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS (FTA) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DI PABRIK ROTI BARITON 1 Anugrah, dkk USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS (FTA) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DI PABRIK ROTI BARITON 1 Ninda Restu Anugrah, Lisye Fitria, Arie Desrianty

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan yang dilalui, mulai dari identifikasi masalah sampai pada tahap penyelesaian masalah dalam penyelesaian tugas akhir. Metodologi bertujuan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang penyediaan permesinan dan sparepart untuk industri farmasi. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI 4.1 Tahap Perancangan Sistem Terintegrasi Setelah dilakukan brainstorming dan studi pustaka, maka langkah selanjutnya adalah membuat sistem terintegrasi dari metode

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Ogbo (2014, p.5), jenis-jenis inventori terbagi menjadi 3, yaitu Raw Material, Work In Process dan Finished Goods.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Ogbo (2014, p.5), jenis-jenis inventori terbagi menjadi 3, yaitu Raw Material, Work In Process dan Finished Goods. 1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan (Inventory) 2.1.1 Pengertian Inventory Menurut Margaretha (2006, p.145-146) Inventory adalah sejumlah barang atau bahan yang disediakan oleh perusahaan, baik berupa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING

KATA PENGANTAR. berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat ANALISA PENERAPAN KONSEP LEAN THINKING KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah berkenan memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul : ANALISA

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL OLAH DATA

BAB V ANALISIS HASIL OLAH DATA BAB V ANALISIS HASIL OLAH DATA 5.1 Analisis hasil Current State Value Stream Mapping Dari Current State Value Stream Mapping yang telah dibuat diketahui bahwa ada setidaknya 10 gate yang didalamnya masing-masing

Lebih terperinci

REDUCING DEFECTS AND COSTS OF POOR QUALITY OF WW GRAY ROYAL ROOF USING DMAIC AND FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS)

REDUCING DEFECTS AND COSTS OF POOR QUALITY OF WW GRAY ROYAL ROOF USING DMAIC AND FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS) TUGAS AKHIR RI 1592 MENGURANGI JUMLAH CACAT DAN BIAYA KERUGIAN PADA PRODUK GENTENG WW ROYAL ABU-ABU DENGAN PENDEKATAN DMAIC DAN FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS) NOVEMIA PRANING H NRP 2502

Lebih terperinci

PENENTUAN PRIORITAS MODE KEGAGALAN PENYEBAB KECACATAN PRODUK DENGAN ANOVA (STUDI KASUS: CV. PUTRA NUGRAHA TRIYAGAN)

PENENTUAN PRIORITAS MODE KEGAGALAN PENYEBAB KECACATAN PRODUK DENGAN ANOVA (STUDI KASUS: CV. PUTRA NUGRAHA TRIYAGAN) PENENTUAN PRIORITAS MODE KEGAGALAN PENYEBAB KECACATAN PRODUK DENGAN ANOVA (STUDI KASUS: CV. PUTRA NUGRAHA TRIYAGAN) Ida Nursanti 1*, Dimas Wisnu AJi 2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kualitas produk textile merupakan suatu hal yang sangat penting yang mampu membuat perusahaan semakin berkembang dan unggul di pasar komoditi textile ini. Perusahaan yang memiliki kualitas produk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan disajikan kerangka toritis yang dipakai dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini. Landasan teori ini sangat penting sebagai acuan dasar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Penelitian ini secara garis besar mencoba menjelaskan langkah-langkah dalam mengevaluasi tingkat kecelakaan kerja yang bersumber dari bahaya unsafe condition

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK CV. Kembar Jaya merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pengecoran dan menghasilkan berbagai jenis produk berbahan logam (jenis produk yang diproduksi sesuai dengan pesanan). Pengecoran

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan data dengan menggunakan Metode FMEA dilakukan dengan melalui beberapa tahap, yaitu: 1. Mengidentifikasi moda kegagalan potensial

Lebih terperinci

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma...

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma... ABSTRAK Persaingan dunia industri semakin ketat, mendorong para pelaku industri untuk makin giat melakukan berbagai hal untuk tetap bertahan. Salah satu yang terpenting adalah kualitas produk yang merupakan

Lebih terperinci

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang 27 2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Studi Pendahuluan Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, dilakukan studi pendahuluaan terlebih dahulu. Studi pendahuluan dilakukan dengan maksud dan tujuan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses manufaktur berdampak terhadap pembangunan ekonomi banyak negara di seluruh dunia. Agar produktivitas menjadi lebih baik dan berkualitas tinggi dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Globalisasi dan kemudahan untuk mengakses informasi dari seluruh dunia, membawa perubahan yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Perubahan itu juga Mempengaruhi dunia

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut :

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : BAB V ANALISA HASIL 5.1 Jenis Cacat Dari pengolahan data yang telah dilakukan, maka diambil 3 jenis cacat terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : a. Bocor (35,8%) Jenis cacat bocor

Lebih terperinci