BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Definisi Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Definisi Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Definisi Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Teknik engineering yang digunakan untuk menetapkan, mengidentifikasikan, dan menghilangkan kegagalan dan/atau potensi kegagalan yang diketahui dari sistem/design/proses/servis sebelum kegagalan tersebut sampai ketangan pelanggan (omdahl 1998; ASQC 1983). Analisa / evaluasi dapat dilakukan berdasarkan : 1. Menggunakan historical data. Hasil analisa dari part yang sejenis, dari data warranty, internal defect, customer complain, pengalaman engineer. 2. Kesimpulan statistik, model matematik, simulasi, reliability engineering, yang dapat digunakan untuk mengidentifikasikan dan menetapkan kegagalan Tujuan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) Tujuan dari FMEA adalah meminimalkan resiko terjadinya kegagalan dan efek dari kegagalan itu sendiri, yaitu sebagai berikut: 1. Menilai keseriusan potensi kegagalan (Severity). 2. Identifikasi tindakan untuk menurunkan frekuensi kegagalan (Occurance). 8

2 9 3. Mengecek kecukupan sistem kontrol (Detection). 4. Menentukan prioritas potensi problem untuk dilakukan tindakan perbaikan Jenis Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) 1. System FMEA,fokus meminimalkan efek kegagalan pada sistem. 1) Kegagalan : Battery gagal memberikan power yang cukup. 2) Effect : Sistem gagal untuk beroperasi. System FMEA dibuat pada tahap awal / konsep design, untuk mengetahui potensi kegagalan dari sustu sistem. Hasil dari System FMEA dapat dijadikan input untuk design FMEA yang selanjutnya diteruskan ke Proses FMEA. 2. Design FMEA,fokus meminimalkan efek kegagalan dari desain. 1) Kegagalan : pengunci kap mobil tidak berfungsi dengan baik pada kondisi beban kejutan. 2) Effect : Pandangan pengemudi terhalang. Design FMEA (DFMEA) dibuat pada saat pembuatan design produk, yang ditindaklanjuti dengan perubahan sesuai informasi yang diperoleh selama product development. DFMEA harus sudah selesai sebelum production drawing dikeluarkan/ direlease. 3. Process FMEA,fokus meminimalkan efek kegagalan pada proses. 1) Kegagalan : Operator memasang komponen terbalik. 2) Effect : Part tidak berfungsi. Process FMEA (PFMEA) dibuat pada saat awal merancang sistem produksi (sebelum proses control plan dan instruksi kerja dibuat). Informasi

3 10 yang diperoleh harus ditindak lanjuti dan harus sudah selesai sebelum proses produksi dimulai (termasuk proses pembuatan tooling dan equipment). 4. Service FMEA, fokus meminimalkan kegagalan pada servis. 1) Kegagalan : Gagal dalam memperbaiki gejala kerusakan mesin. 2) Efek : Customer tidak puas. Service FMEA dibuat sebelum pelaksanaan servis dilakukan. Tujuan dari servis FMEA adalah mendeteksi kegagalan pada saat aktivitas servise dilakukan. Untuk mengidentifikasi kebutuhan akan skill dari operator, kebutuhan alat penunjang untuk aktivitas servis dll. Gambar 2.1 Tahapan & jenis FMEA Ruang Lingkup Design Failure Mode and Effect Analysis (DFMEA) Adapun ruang lingkup dari design failure mode and effect analysis (DFMEA) adalah sebagai berikut: 1. Potensi kegagalan pada design produk dapat berupa; 1) Produk tidak berfungsi maksimal.

4 11 2) Produk tidak dapat bekerja pada kondisi tertentu. 3) Produk sulit untuk dibuat / disassembly. 2. Design FMEA selain mempertimbangkan kegagalan pada produk, juga mempertimbangkan; 1) Keterbatasan / kemampuan manufacturing dan assembling, misalnya: keterbatasan ruang untuk melakukan assembly, keterbatasan / kemampuan mesin. 2) Keterbatasan / kemudahan servise dan recycle produk, misalnya: ruang untuk akses tooling untuk perbaikan,kemampuan diagnotic, klasifikasi material (untuk keperluan recycle) Tahapan Design Failure Mode and Effect Analysis (DFMEA) Berikut ini adalah beberapa tahapan dalam menyusun metode Design Failure Mode and Effect Analysis (DFMEA): 1. Memperoleh informasi mengenai produk 1) Apa yang diharapkan dari design, misalnya mempunyai kemampuan menahan beban kejut, tidak mudah patah, dll. 2) Keinginan dan harapan customer, misalnya : mempunyai umur pakai minimal 5 tahun. 3) Peraturan pemerintah yang berhubungan dengan produk. 4) Persyaratan produk yang telah diketahui (berdasarkan pengalaman), misalnya produk tidak mudah berkarat pada daerah yang humadity dan kadar garamnya tinggi.

5 12 5) Persyaratan manufacturing, assembly, servise, recycle, misalnya; produk mudah dibuat, diassembly, mudah dibongkar pasang (untuk keperluan servise). 2. Membuat block diagram: Gambar 2.2 Contoh block diagram 3. Menentukan item/produk dan fungsi yang dituntut dari item produk tersebut. Item Produk Front Cover HP Fungsi dari item produk Melindungi bagian dalam HP dari kerusakan akibat benturan. Tempat pemasangan hardware termasuk display dan keypad. Memberikan aspek penampilan,hasil cat dan assesoris lain. Gambar 2.3 Contoh tabel item produk 4. Menentukan potensi kegagalan (Potential Failure). Pontensi kegagalan merupakan kegagalan produk memenuhi fungsinya. Contoh : Potential Failure Front Cover mudah retak. 5. Menentukan efek dari potensi kegagalan.

6 13 Contoh : Efek dari retak pada bagian lubang keypad adalah menurunkan umur pakai Front Cover yang mengakibatkan : 1) Ketidak puasan customer pada penampilan produk. 2) Tidak berfungsinya bagian dalam produk akibat gangguan luar. 6. Menentukan tingkat keseriusan dari efek (lihat table severity untuk DFMEA). Gambar 2.4 Tabel DFMEA Severity (tingkat keseriusan) 7. Menentukan penyebab kegagalan. Penentuan penyebab kegagalan harus difokuskan pada kegagalan dari design, misalnya : 1) Ketebalab yang telah ditentukan masih kurang. 2) Campuran material kurang sesuai. 8. Menentukan tingkat kejadian atau seberapa sering penyebab kegagalan tersebut terjadi (lihat tabel occurance DFMEA). Sumber: (FMEA Manual : QS 9000).

7 14 Gambar 2.5 Tabel DFMEA Occurance (tingkat kejadian) 9. Tentukan sistem yang dilakukan untuk mendeteksi atau mencegah penyebab kegagalan (current design control : Preventive dan Detection), misalnya: 1) Test ketahanan. 2) Uji material. 10. Tentukan nilai kemampuan sistem design dalam mendeteksi penyebab kegagalan (kemampuan sistem / detection, lihat tabel detection DFMEA).

8 15 Gambar 2.6 Tabel DFMEA Detection (tingkat deteksi) 11. Hitung Nilai RPN: RPN = Severity x Occurance x Detection 12. Tentukan usulan untuk memperbaiki /mengurangi resiko kegagalan. 1) Usulan dapat lebih dari satu tergantung dari ide usulan yang masuk. 2) Usulan fokus pada item yang mempunyai nilai RPN paling tinggi atau nilai severity tinggi. 3) Jika nilai RPN kecil atau dibawah nilai standar yang ditentukan customer/perusahaan maka tidak perlu dibuat usulan perbaikan. 4) Tentukan penanggung jawab dan target waktunya. 13. Evaluasi usulan perbaikan: 1) Tulis tindakan yang diambil berdasarkan usulan perbaikan yang direncanakan.

9 16 2) Hitung kembali nilai Severity, Occurance, Detection dan nilai RPN yang baru setelah perbaikan. 3) Jika nilai RPN masih tinggi dibuat kembali usulan perbaikan, jika nilai RPN sudah dibawah nilai standar analisa DFMEA selesai Ruang Lingkup Process Failure Mode and Effect Analysis (PFMEA) Adapun ruang lingkup dari process failure mode and effect analysis (PFMEA) adalah sebagai berikut: 1. PFMEA adalah suatu analisa teknik untuk memahami potensi kegagalan pada proses produksi. Asumsi dibuat bahwa design produk sudah baik akan tetapi proses produksi gagal memenuhi tuntutan/persyaratn pada design, misalnya: 1) Diameter lubang kebesaran. 2) Pelapisan yang kurang. 3) Kekerasan material kurang, dll. 2. Defenisi custommer pada PFMEA pada umumnya adalah Pengguna akhir/end user. Customer dapat juga berarti proses selanjutnya atau proses assembly atau servis Tahapan Process Failure Mode and Effect Analysis (PFMEA) Berikut ini adalah beberapa tahapan dalam menyusun metode Process Failure Mode and Effect Analysis (PFMEA): 1. Memperoleh informasi mengenai produk dari spesifikasi produk, produk similar, DFMEA, dll. 2. Tentukan Flow Proses Produksi.

10 17 Flow proses adalah urutan pengerjaan suatu produk dari awal sampai menjadi produk jadi, contoh : Flow prose pembuatan Ayam Goreng. Gambar 2.7 Contoh flow proses pembuatan Ayam Goreng 3. Tentukan Persyaratn Produk pada tiap tahapan proses. Persyaratan produk adalah karakteristik atau tuntutan yang harus dipenuhi oleh produk pada setiap tahapan proses untuk memenuhi fungsi dari produk tersebut. Contoh: Persyaratan produk padasetiap tahapan proses pembuatan ayam goreng. Gambar 2.8 Contoh tabel persyaratan tahapan proses produk 4. Menentukan potensi kegagalan. Potensi kegagalan merupakan kegagalan dalam memenuhi persyaratan / tuntutan produk (potential failure><requirement), contoh tabel: Gambar 2.9 Contoh tabel potensi kegagalan 5. Menentukan efek kegagalannya. Efek kegagalan dari bumbu tidak meresap Rasa ayam goreng tidak gurih. 6. Menilai keseriusan dari efek yang ditimbulkan (lihat tabel severity).

11 18 Gambar 2.10 Tabel PFMEA Severity (tingkat keseriusan) 7. Tentukan penyebab potensi kegagalan. Gambar 2.11 Contoh Diagram potensi penyebab kegagalan

12 19 8. Hitung seberapa sering kegagalan tersebut terjadi (lihat table occurance) Gambar 2.12 Tabel PFMEA Occurance (tingkat kejadian) 9. Tulis methode kontrol yang dilakukan sekarang. Metode kontrol dibagi menjadi 2 jenis: 1) Sistem kontrol yang bersifat pencegahan (prevention). 2) Sistem kontrol yang bersifat deteksi (detection). Gambar 2.13 Contoh Diagram metode kontrol 10. Nilai kemampuan metode kontrol dalam mendeteksi kegagalan (lihat tabel detection):

13 20 Gambar 2.14 Tabel PFMEA Detection (tingkat deteksi) 11. Hitung total Resiko kegagalan (RPN = Risk Priority Number). RPN = Severity x Occurance x Detection 12. Identifikasi usulan tindakan perbaikan untuk mengurangi resiko kegagalan (recommended action): 1) Mengurangi efek dari kegagalan (severity). 2) Menurunkan tingkat kejadian penyebab kegagalan (Occurrence). 3) Meningkatkan kemampuan sistem kontrol dalam mendeteksi kegagalan (Detection). 4) Fokus pada area dengan nilai RPN paling tinggi atau nilai severity tinggi (efek kegagalan besar).

14 Evaluasi usulan perbaikan. 1) Tulis tindakan yang diambil berdasarkan usulan perbaikan yang direncanakan. 2) Hitung kembali nilai Severity, Occurance, Detection dan nilai RPN yang baru setelah perbaikan. 3) Jika nilai RPN masih tinggi dibuat kembali usulan perbaikan, jika nilai RPN sudah dibawah nilai standard analisa PFMEA selesai Format Dokumen FMEA Dalam pembuatan format dokumen FMEA harus memenuhi beberapa kriteria yang telah menjadi standar baku, diantaranya: 1. FMEA Number. Nomor FMEA, berguna untuk tracking sistem. 2. Item Name, nomor dari sistem, sub-sistem, atau komponen dari proses yang sedang dianalisa. 3. Process Responsibility. Nama perusahaan, departemen dan group. Juga termasuk nama supplier (jika ada). 4. Prepared By. Nama, telepon dan perusahaan dari engineer yang bertanggung jawab dalam mempersiapkan FMEA. 5. Model Year(s)/Vehicle (s). Tahun model mobil dan jenis mobil yang akan menggunakan dan/atau terkena efek dari design/proses yang sedang dianalisa (jika diketahui).

15 22 Contoh: GMT 330, model tahun Key Date. Batas akhir FMEA harus selesai. Tidak boleh melebihi schedule awal produksi Catatan: Untuk beberapa kasus, FMEA yang pertama tidak boleh melebihi tanggal penyerahan PPAP. 7. FMEA Date. Tanggal original FMEA dibuat and revisi terakhir. 8. Team Inti. Semua orang yang terlibat, termasuk dengan alamat dan nomor telepon.bila perlu dibuat dalam distribution list terpisah. 9. Process Function/requirement (PFMEA). 1) Gambaran singkat dari proses yang sedang dianalisa, (contoh : Bubut, bor, welding, assembling). 2) Team harus mereview semua persyaratan performance, material, proses, lingkungan dan safety. 3) Jelaskan secara singkat tujuan (requirement) dari proses yang sedang dianalisa. 4) Bila proses terdiri dari beberapa proses operasi (Misalnya assembly proses) dengan potensi kegagalan yang berbeda, maka dipertimbangkan untuk memecah proses tersebut kedalam beberapa proses yang terpisah. 5) Apabila kesulitan dalam menentukan requirement dari suatu proses, dapat menggunakan peunjuk pertanyaan : Apa yang diharapkan dari proses tersebut oleh customer/ design /proses sesudahnya?.

16 Potential Failure Mode. 1) Potensi kegagalan dari proses, kegagalan dalam memenuhirequirement dari proses. 2) Dalam pembuatan FMEA diasumsikan bahwa incoming material sudah baik. 3) Contoh kegagalan: bent, binding, burred, handling demage, craked, deformed, dirty,improver set up, short circuited, dst. 4) Porensi kegagalan harus didefenisikan dalam bentuk FISIK atau dalam terminologi teknis bukan digambarkan seerti gejala atau sesuatu yang menjadi perhatian customer. 11. Efek dari potensi kegagalan. 1) Efek harus dilihat dari 2 sisi : a. Efek terhadap customer akhir maupun. b. Efek terhadap proses selanjutnya. 2) Efek kegagalan bagi customer akhir harus digambarkan dalam bentuk performance produk/sistem, seperti misalnya : kasar, scrap, rework/repair. 3) Efek kegagalan bagi proses selanjutnya harus digambarkan dalam bentuk performance proses/pengoperasian, seperti misalnya: tidak dapat dipasang, menyebabkan keausan tools. 12. Severity (Nilai keseriusan dari efek yang ditimbulkan). 1) Nilai keseriusan dari efek yang ditimbulkan. 2) Pengurangan nilai severity hanya dapat dilakukan dengan merubah design baik pada sistem, subsistem atau komponen atau merancang ulang proses produksi.

17 24 3) Jika customer yang terkena efek dari kegagalan adalah organisasi diluar team FMEA dan team yang kurang memahami efek dari kegagalan tersebut, team harus melakukan konsultasi ke design FMEA engineer atau organisasi diluar team FMEA tersebut. 4) Apabila efek kegagalan lebih dari 1 : a. Efek terhadap proses sesudahnya. b. Efek terhadap end user. c. Rangking severity yang tertinggi yang diambil. 13. Classification. 1) Digunakan untuk mengelompokkan special proses characteristic (fitfunction, safety, dll) untuk komponen, subsistem, atau sistem yang mana mungkin memerlukan tambahan proses control. 2) Jika klasifikasi pada produk, ditambahkan selama proses pembuatan FMEA, hal tersebut harus diinformasikan kepada penanggung jawab design, karena hal ini dapat berakibat pada penandaan charactetistic product pada dokumen engineering/ drawing. 14. Penyebab dari potensi kegagalan. 1) Tulis semua jenis penyebab dari kegagalan. 2) Jika penyebab mempunyai hubungan langsung terhadap kegagalan, misalnya memperbaiki penyebabnya mempunyai efek langsung terhadap kegagalan tersebut, maka proses berfikir FMEA sudah benar. 3) Banyak kasus, penyebabnya tidak mempunyai hubungan langsung, atau belum diketahui apakah mempunyai hubungan langsung terhadap kegagalan, misalnya: diperkirakan ada 6 faktor penyebab, tetapi belum

18 25 diketahui yang mana penyebab yang dominan/ penyebab sebenarnya. Dalam hal ini suatu design of experiment (DOE) dapat dilakukan untuk mengetahui penyebab yang dominan.contoh penyebab kegagalan : a. Torsi tidak tepat-kelelahan/kurang. b. Ketidakakuratan alat bantu assembly. c. Part tidak terpasang. 4) Penyebab kegagalan harus ditulis secara spesifik (misalnya operator salah pada saat memasang seal). Kata-kata terlalu general tidak boleh digunkan (misalnya operator error, mesin tidak berfungsi). 15. Occurrence (Penyebab Kegagalan). 1) Nilai kemungkinan kemungkinan kegagalan yang spesific terjadi. 2) Pengurangan nilai occurrence hanya dapat dilakukan dengan melakukan pencegahan atau mengontrol penyebab kegagalan melalui perubahan design atau proses. 3) Jika statistical data untuk proses yang similar tersedia, maka angka tersebut dapat digunakan untuk menentukan nilai occurance. Jika statistical data tidak tersedia, maka penentuan nilai occurrence dapat diambil secara subyektif berdasarkan defenisi yang ada pada penilaian occurrence. 16. Sistem Kontrol yang dilakukan sekarang (Current Process Control). 1) Gambaran mengenai kontrol yang dilakukan baik untuk mencegah kegagalan maupun mendeteksi kegagalan sewaktu kegagalan tersebut terjadi. 2) Kontrol dapat berupa proses kontrol, seperti : a. Mistake proofing / Poka Yoke.

19 26 b. SPC. 3) Evaluasi / pengontrolan dapat dilakukan pada proses yang bersangkutan atau proses sesudahnya. 4) Pada FMEA 3 rd edition kolom current proses control mempunyai 2 kolom metode kontrol yaitu : a. Preventive: Mencegah penyebab kegagalan atau kegagalan terjadi atau mengurangi angka kegagalan. b. Detection: Mendeteksi kegagalan dan mengarahkan kepada tindakan perbaikan. 5) Metode yang lebih diutamakan adalah preventive. 6) Ada 2 cara untuk membedakan penggunaan metode kontrol: metode kontrol yang sifatnya prevention dan yang sifatnya detection. a. Cara 1 : Kolom pada current proses kontrol dibagi 2, yaitu: Prevention dan Detection. b. Cara 2 : Kolom tetap 1, akan tetapi diberi nilai (P) didepan metode kontrol yang sifatnya prevention dan initial (D) didepan metode kontrol yang sifatnya detection. Lebih diancurkan untuk menggunakan cara 1 membuat 2 kolom pada current proses control. 7) Ketika proses kontrol telah ditentukan, review ulang semua metode control yang menggunakan prevention, untuk melihat apakahnilai occurrence perlu direvisi. 17. Detection 1) Nilai kemampuan sistem kontrol mendeteksi kegagalan.

20 27 2) Untuk menentukan nilai detection; buat asumsi bahwa kegagalan telah terjadi dan nilai kemampuan dari gabungan Sistem kontrol yang dilakukan sekarang untuk mencegah pengiriman part yang defect. 3) Jangan berasumsi bahwa detection rendah bila occurrence rendah, tetapi nilai kemampuan dari proses kontrol untuk mendeteksi kegagalan yang frekwensinya kecil tersebut atau mencegah dikirimnya produk tersebut ke proses selanjutnya. 4) Random quality check kemungkinan besar tidak dapat mendeteksi keberadaan dari defect dan seharusnya tidak dapat digunakan untuk menilai kemampuan deteksi. Sampling yang digunakan berdasarkan dasar statistik adalah sistem deteksi valid. 18. Risk Priority Number (RPN). 1) Perkalian Severity x Occurrence x Detection. Team harus melakukan corrective action untuk item dengan RPN yang tinggi. 2) Secara umum perhatian khusus harus dilakukan pada item dengan nilai severity tinggi. 19. Recommended Action. 1) Tindakan pencegahan dan perbaikan pertama kali harus dilakukan terhadap proses dengan nilai severity tinggi, nilai RPN tinggi. 2) Tujuan dari setiap usulan perbaikan (recommended action) adalah untuk menurunkan nilai severity, occurrence dan detection. 3) Secara umum bila nilai severity 9 atau 10, perhatian khusus harus diberikan untuk menjamin bahwa resiko yang timbul sudah dipertimbangkan melalui kontrol design yang ada atau pencegahan /perbaikan pada proses.

21 28 4) Dalam semua kasus dimana efek dari kegagalan dapat membahayakan operator, pencegahan/perbaikan harus diambil untuk mencegah kegagalan dengan menghilangkan atau mengontrol penyebabnya atau membuat sistem perlindungan terhadap operator. 5) Pengaruh tindakan/usulan perbaikan terhadap nilai severity, occurrence dan detection: a. Untuk menurunkan tingkat kejadian (occurrence), dibutuhkan revisi design atau proses. b. Hanya perubahan design atau proses yang dapat menurunkan rangking severity c. Metode yang sebaiknya diterapkan untuk menurunkan rangking dari detection adalah penggunaan mistake proofing / Poka yoke. Pada umumnyameningkatkan tingkat deteksi adalah mahal dan tidak efektif. Meningkatkan frekwensi pengecekan quality tidak efektif dan hanya dapat digunakan untuk sementara. Tindakan pencegahan dan perbaikan yang permanen tetap dibutuhkan. 20. Responsibility. Penanggung jawab dari recommended action, dan target penyelesaiannya. 21. Action Taken. Setelah perbaikan telah dilaksanakan, jelaskan secara singkat langkah yang diambil. 22. Resulting RPN.

22 29 Setelah perbaikan dilaksanakan, kalkulasi kembali nilai severity, occurrence dan detection dan hitung hasil RPN-nya.Semua hasil RPN baru harus direview dan jika aksi lebih lanjut diperlukan ulangi step 19 sampai 22. Gambar 2.15 Contoh format dokumen FMEA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Kerja Perancangan kerja merupakan disiplin ilmu yang dirancang untuk memberikan pengetahuan mengenai prinsip dan prosedur yang harus dilaksanakan dalam upaya memahami

Lebih terperinci

Metode Training ISO/TS Sentral Sistem TAPI MENJELASKAN

Metode Training ISO/TS Sentral Sistem TAPI MENJELASKAN Metode Training ISO/TS 16949 Sentral Sistem TIDAK SEKEDAR MENJELASKAN APA ISI PERSYARATAN ISO/TS 16949 TAPI MENJELASKAN KONSEP/MAKSUD DARI TIAP PERSYARATAN ISO/TS 16949, HUBUNGAN ANTARA PERSYARATAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian yang satu hampir sama dengan definisi atau pengertian yang lain. Pengertian

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian yang satu hampir sama dengan definisi atau pengertian yang lain. Pengertian BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas Ada banyak sekali definisi dan pengertian kualitas, yang sebenarnya definisi atau pengertian yang satu hampir sama dengan definisi atau pengertian yang lain.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah proses produksi di PT. XY, sedangkan objek penelitian ini adalah perbaikan dan meminimalisir masalah pada proses produksi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 55 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 56 3.2 Langkah-langkah Penelitian Dalam melakukan penelitian, terdapat beberapa kegiatan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dijabarkan tentang tinjauan pustaka yang digunakan sebagai acuan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. II.1 Sejarah FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) Didalam

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Penyebab Kegagalan Produk Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan metode Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) didapatkan hasil

Lebih terperinci

BAB III. FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS

BAB III. FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS FMEA Pada Sepeda Motor Honda Absolute Revo Produksi Tahun 2009 39 BAB III FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS 3.1 Pengertian FMEA Adalah sebuah proses analisa untuk mengetahui penyebab terjadinya kegagalan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart Mulai Survey Perusahaan Identifikasi Maslah Rumuskan Masalah Menetapkan Tujuan Pengumpulan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah FMEA (Falilure Mode and Effect Analysis) FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) pada awalnya dibuat oleh Aerospace Industry pada tahun 1960-an. FMEA mulai digunakan oleh

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Keselamatan Kerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui upaya pencegahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri atau perindustrian merupakan sebuah kegiatan ekonomi yang tidak hanya melakukan pengolahan bahan baku menjadi produk yang memiliki nilai lebih dalam penggunaannya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan mempermudah proses

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KECACATAN PADA SAAT PROSES ASSEMBLY PEMASANGAN KOMPONEN MESIN MOTOR BERJENIS K15 DENGAN METODE FMEA PADA PT XYZ

ANALISIS PENYEBAB KECACATAN PADA SAAT PROSES ASSEMBLY PEMASANGAN KOMPONEN MESIN MOTOR BERJENIS K15 DENGAN METODE FMEA PADA PT XYZ Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS PENYEBAB KECACATAN PADA SAAT PROSES ASSEMBLY PEMASANGAN KOMPONEN MESIN MOTOR BERJENIS K15 DENGAN METODE FMEA PADA PT XYZ CAUSES OF DEFECT ANALYSIS IN THE ASSEMBLY

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan suatu tahap - tahap yang harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan suatu masalah yang akan dilakukan dalam melakukan suatu

Lebih terperinci

Analisa Kegagalan Pada Proses. dan

Analisa Kegagalan Pada Proses. dan Analisa Kegagalan Pada Proses dan Sistem Kontrol Metode Pencegahan Defect 1 Produksi Zero Defect? Mungkinkah Produksi Zero Defect? Jika tidak mungkin Mungkinkah Customer complain Zero Defect? 2 99.99%

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih dahulu, agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan disajikan kerangka toritis yang dipakai dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini. Landasan teori ini sangat penting sebagai acuan dasar

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL 49 BAB V ANALISIS HASIL 5.1. Pembahasan Pengolahan data dilakukan berdasarkan record non-conformance/defective yang disusun dalam tabel potensi dan efek kegagalan sebagai berikut : Tabel 5.1 Potential

Lebih terperinci

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009 ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 4.1. Menentukan Nilai Severity, Occurrence, Detection dan RPN 4.1.1 Oli dan Filter Hidrolik Kotor Kerusakan pada oli dan filter hidrolik dapat menyebabkan kenaikan temperature

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ ABSTRACT - Farid Juliyanto 1, Evi Yuliawati Teknik Industri, e-mail 1 : farid.juliyanto@gmail.com

Lebih terperinci

V-6. Struktur Organisasi PT JAYA METAL GEMILANG. Lampiran 1.

V-6. Struktur Organisasi PT JAYA METAL GEMILANG. Lampiran 1. V-6 Struktur Organisasi PT JAYA METAL GEMILANG Lampiran 1. V-7 Lampiran 2. Kuesioner Penentuan Nilai Severity, Occurrence dan Detection dari Modus Potensi Kegagalan pada FMEA KUESIONER Nama Responden :

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d.

Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d. Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d. Langkah Tindakan Persamaan Hasil 1 Proses apa yang ingin diketahui? Produk kacang garing 2 Berapa jumlah Standart inventory (safety stock )?

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 52 BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah adalah langkah-langkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Dengan berdasarkan pada metodologi ini, penelitian

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut :

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : BAB V ANALISA HASIL 5.1 Jenis Cacat Dari pengolahan data yang telah dilakukan, maka diambil 3 jenis cacat terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : a. Bocor (35,8%) Jenis cacat bocor

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS. Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa

BAB V HASIL DAN ANALISIS. Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Pembahasan FTA (Fault Tree Analysis) Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa dinyalakan. Dari beberapa penyebab yaitu: Test cell power lost

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Berikut ini adalah metode yang digunakan dalam melakukan penelitian dan pengolahan data: Mula i Observasilapangan / studi awal Studipusta ka Identifikasi dan perumusan

Lebih terperinci

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN Pembahasan pada bab ini menanalisa hasil pendefinisian permasalahan pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah ditetapkan. 5.1 Analyze Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan bersaing untuk menghasilkan produk yang terbaik guna

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan bersaing untuk menghasilkan produk yang terbaik guna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi, persaingan dalam dunia industri semakin ketat. Setiap perusahaan bersaing untuk menghasilkan produk yang terbaik guna merebut pangsa

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahap Pendahuluan Tahap pendahuluan terdiri dari empat langkah utama yaitu pengamatan awal, perumusan masalah, menentukan tujuan penelitan dan menentukan batasan masalah.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Pada subbab ini akan dijelaskan mengenai penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dengan topik yang sama dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini memuat sejarah singkat PT. Surya Plastindo Utama, pengumpulan data dan pengolahan data dengan menggunakan QFD (Quality Function Deployment) dan DFMEA (Design

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Dalam menyelesaikan kajian risiko pada Proyek Pembangunan Transmisi Saluran udara tegangan Tinggi (SUTT) 150 kv Malingping Bayah ini terdapat beberapa langkah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian ini menggambarkan langkah-langkah atau kerangka pikir yang akan dijalankan pada penelitian ini. Tujuan dari pembuatan metodologi penelitian ini adalah

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS KATA PENGANTAR...

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS KATA PENGANTAR... ABSTRAK.. ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv viii ix x xv

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas merupakan ukuran yang tidak dapat didefinisikan secara umum, karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi perspektif yang

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di awal yang kemudian diolah dan diproses menjadi informasi yang berguna. Sebelum dilakukan pengumpulan data langkah pertama yang

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN PRODUK Produk merupakan sesuatu yang dapat dirasakan manfaatnya oleh konsumen untuk memenuhi kebutuhannya. Perusahaan dituntut untuk menciptakan suatu produk yang sesuai

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan data dengan menggunakan Metode FMEA dilakukan dengan melalui beberapa tahap, yaitu: 1. Mengidentifikasi moda kegagalan potensial

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian. Dengan metodologi penelitian, dapat dijelaskan tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS HAMBATAN DAN REKOMENDASI SOLUSI PADA PROSES OUTBOUND LOGISTIC PT XYZ DENGAN SEVEN TOOLS DAN FMEA

ANALISIS HAMBATAN DAN REKOMENDASI SOLUSI PADA PROSES OUTBOUND LOGISTIC PT XYZ DENGAN SEVEN TOOLS DAN FMEA ANALISIS HAMBATAN DAN REKOMENDASI SOLUSI PADA PROSES OUTBOUND LOGISTIC PT DENGAN SEVEN TOOLS DAN FMEA Faisal Waisul Kurni Rusmana 1), Syarif Hidayat. 2), 1),2) Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK CV. Kembar Jaya merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pengecoran dan menghasilkan berbagai jenis produk berbahan logam (jenis produk yang diproduksi sesuai dengan pesanan). Pengecoran

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang BAB V ANALISA DATA 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB V PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian dengan judul Analisis Pengendalian Dan Perbaikan Kualitas Proses Produksi Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) di PT. Surya Toto Indonesia, Tbk. adalah

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Jenis Cacat Berdasarkan hasil dari diagram pareto yang telah dibuat, dapat dilihat persentase masing-masing jenis cacat, yaitu cacat Haze dengan persentase sebesar

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: analisa moda dan efek kegagalan, pakan ternak, pengendalian kualitas, mix up

ABSTRAK. Kata kunci: analisa moda dan efek kegagalan, pakan ternak, pengendalian kualitas, mix up 1 ANALISA MODA DAN EFEK KEGAGALAN UNTUK MENGURANGI RISIKO TERJADINYA CACAT MIX UP PADA PAKAN TERNAK (Studi Kasus di PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA - semarang) Noor Charif Rachman; Dyah Ika Rinawati; Rani

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 LANDASAN TEORI 2.1.1 Pengertian Perawatan Perawatan merupakan aktivitas untuk memastikan bahwa aset fisik dapat terus melakukan apa yang diinginkan si pengguna terhadap aset tersebut

Lebih terperinci

PENGURANGAN JUMLAH CACAT PRODUK DENGAN METODE FMEA PADA SECTION FORMING PT. XYZ

PENGURANGAN JUMLAH CACAT PRODUK DENGAN METODE FMEA PADA SECTION FORMING PT. XYZ PENGURANGAN JUMLAH CACAT PRODUK DENGAN METODE FMEA PADA SECTION FORMING PT. XYZ M. Derajat A Teknik Industri Universitas Esa Unggul Jalan Arjuna Utara No. 9, Kebon Jeruk, Jakarta derajat.amperajaya@esaunggul.ac.id

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita mendengar orang membicarakan masalah kualitas, misalnya mengenai kualitas sebagian besar produk buatan luar negeri

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA)

USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA) Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas.02 Vol.4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Aprili 2016 USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KECELAKAAN KERJA DI TERMINAL PETIKEMAS KOJA BERDASARKAN METODE FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS)

USULAN PERBAIKAN KECELAKAAN KERJA DI TERMINAL PETIKEMAS KOJA BERDASARKAN METODE FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS) USULAN PERBAIKAN KECELAKAAN KERJA DI TERMINAL PETIKEMAS KOJA BERDASARKAN METODE FMEA (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS) Disusun Oleh: Annisa Alfani Biyanni 30411950 Pembimbing: I. Dr. Ir. Budi Hermana,

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif menunjukkan penelitian melalui penelitian lapangan yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian start Studi Pendahuluan - Survey ke Perusahaan Konsultasi Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka - Literatur - Jurnal - Buku - Website - dll Tujuan

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS (FTA) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DI PABRIK ROTI BARITON 1

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS (FTA) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DI PABRIK ROTI BARITON 1 Anugrah, dkk USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK MENGGUNAKAN METODE FAULT TREE ANALYSIS (FTA) DAN FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS (FMEA) DI PABRIK ROTI BARITON 1 Ninda Restu Anugrah, Lisye Fitria, Arie Desrianty

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. permukaan material terlihat bercak atau noda keputih-putihan. Bercak atau

BAB V ANALISA HASIL. permukaan material terlihat bercak atau noda keputih-putihan. Bercak atau BAB V ANALISA HASIL 5.1 Definisi Cacat a. Belang Dari hasil pengolahan data sebelumnya terlihat bahwa jenis cacat belang merupakan jenis cacat terbanyak. Jenis cacat belang merupakan jenis cacat dimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Kualitas 1.1.1 Pengertian Kualitas Kualitas menurut Gaspersz (2001) memiliki dua definisi yaitu definisi konvensional dan definisi strategik. Kualitas yang menggambarkan karakteristik

Lebih terperinci

Fungsi Internal Quality Audit yang baik! Bukan sekedar Memastikan sistem dijalankan sesuai aturan (prosedur/ persyaratan ISO 9001)

Fungsi Internal Quality Audit yang baik! Bukan sekedar Memastikan sistem dijalankan sesuai aturan (prosedur/ persyaratan ISO 9001) Fungsi Internal Quality Audit yang baik! Bukan sekedar Memastikan sistem dijalankan sesuai aturan (prosedur/ persyaratan ISO 9001) Tetapi dapat membantu melihat kelemahan dari sistem manajemen mutu 1 Perbandingan

Lebih terperinci

WAKTU. Problem. Potensi Problem. Berpindah dari tindakan setelah kejadian ke tindakan sebelum kejadian. 1. FMEA (Failure Mode Effect Analysis)

WAKTU. Problem. Potensi Problem. Berpindah dari tindakan setelah kejadian ke tindakan sebelum kejadian. 1. FMEA (Failure Mode Effect Analysis) 1. FMEA (Failure Mde Effect Analysis) 1.1. Kenapa FMEA Mengacu pada sistem evlusi mutu yang terfkus pada sistem pencegahan (mengatasi masalah sebelum masalah tersebut terjadi), maka Teknlgi mutu yang berkembang

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati 1 Pengendalian Kualitas Statistik Lely Riawati 2 SQC DAN SPC SPC dan SQC bagian penting dari TQM (Total Quality Management) Ada beberapa pendapat : SPC merupakan bagian dari SQC Mayelett (1994) cakupan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... ii SURAT PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii ABSTRAK... iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH... v DAFTAR ISI... ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha, Bandung adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan Parts Manufacturing. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini adalah Dies mesin tablet untuk pharmaceutical

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Setiap produk diharapkan dapat memenuhi kebutuhankebutuhan konsumen. Salah satu hal yang menjadi kebutuhan konsumen yaitu kualitas produk yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk merumuskan suatu penelitian agar di dapat hasil yang sistematis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk merumuskan suatu penelitian agar di dapat hasil yang sistematis Tugas Akhir 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk merumuskan suatu penelitian agar di dapat hasil yang sistematis dan maksimal diperlukan motodologi penelitian. Metodologi penelitian merupakan suatu proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian PT. Abdi Juang Investama bergerak di bidang pembuatan Trolly Shopping Cart berdiri pada tahun 2014. PT Abdi Juang Investama ini sudah mengembangkan bisnisnya

Lebih terperinci

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis 4 BAB V ANALISIS 4.1 Analisa Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis melakukan analisa dan hasil dari laporan skripsi, dan menguraikan tentang data-data yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci

ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS

ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS ) DI PT. GAJAH TUNGGAL, Tbk TANGERANG PROPOSAL SKRIPSI Diajukan Oleh : AGUNG

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN MULAI STUDI PENDAHULUAN STUDI PUSTAKA IDENTIFIKASI MASALAH PENGUMPULAN DATA Data Primer Data Sekunder PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA Diagram Paretto Diagram Fishbone FMEA Merancang

Lebih terperinci

REDUCING DEFECTS AND COSTS OF POOR QUALITY OF WW GRAY ROYAL ROOF USING DMAIC AND FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS)

REDUCING DEFECTS AND COSTS OF POOR QUALITY OF WW GRAY ROYAL ROOF USING DMAIC AND FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS) TUGAS AKHIR RI 1592 MENGURANGI JUMLAH CACAT DAN BIAYA KERUGIAN PADA PRODUK GENTENG WW ROYAL ABU-ABU DENGAN PENDEKATAN DMAIC DAN FMEAP (FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS PROCESS) NOVEMIA PRANING H NRP 2502

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Manajemen Operasi 2.1.1 Konsep Manajemen Operasi Manajemen operasi merupakan salah satu fungsi bisnis yang sangat berperan penting dalam perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini diawali dengan permasalahan tingginya tingkat NPL (Non Performing Loan) di PT BPR SIP yang telah beroperasi sejak tahun 1993. Masalah di atas diidentifikasi disebabkan oleh tidak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Ogbo (2014, p.5), jenis-jenis inventori terbagi menjadi 3, yaitu Raw Material, Work In Process dan Finished Goods.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Ogbo (2014, p.5), jenis-jenis inventori terbagi menjadi 3, yaitu Raw Material, Work In Process dan Finished Goods. 1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan (Inventory) 2.1.1 Pengertian Inventory Menurut Margaretha (2006, p.145-146) Inventory adalah sejumlah barang atau bahan yang disediakan oleh perusahaan, baik berupa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dunia automotive di Indonesia menunjukkan perkembangan yang signifikan. Menurut harian Bisnis Indonesia pada 29 Maret 2012, peningkatan penjualan kendaraan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN:

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS TINGKAT RESIKO KEGAGALAN PROSES PRODUKSI PASTED BAG KEMASAN SEMEN DENGAN METODE FMEA (Studi Kasus: Pabrik Kantong PT. Semen Padang) Rizki Alfi, M. Harif Sistem Produksi Industri, Akademi Teknologi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk

ABSTRAK. Kata Kunci: Punch, Kualitas, DMAIC, Upaya Menekan Variasi Kualitas Produk ABSTRAK PT Wahana Pancha Nugraha merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang penyediaan permesinan dan sparepart untuk industri farmasi. Salah satu produk yang dihasilkan dari perusahaan ini

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. perbaikan. Usulan perbaikan terhadap proses produksi JK-6050 dapat dilihat pada. Tabel 5. 1 Urutan Risk Priority Number

BAB V ANALISA HASIL. perbaikan. Usulan perbaikan terhadap proses produksi JK-6050 dapat dilihat pada. Tabel 5. 1 Urutan Risk Priority Number BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Berdasarkan penilaian RPN yang telah didapat, perbaikan yang akan dilakukan berdasarkan penyebab kegagalan yang telah dianalisis berdasarkan FMEA sehingga diketahui permasalahan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI 4.1 Tahap Perancangan Sistem Terintegrasi Setelah dilakukan brainstorming dan studi pustaka, maka langkah selanjutnya adalah membuat sistem terintegrasi dari metode

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN 5.1. Analisa Prioritas perbaikan proses Dyno dengan metode FMEA Setelah diketahui berbagai kendala dan hambatan dalam pencapaian target WIP diproses Dyno, maka perlu dibuatkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan dan perkembangan jaman merubah cara pandang konsumen dalam memilih sebuah produk yang diinginkan. Kualitas menjadi sangat penting dalam memilih produk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi pemecahan masalah adalah serangkaian urutan langkah-langkah yang disusun secara sistematis untuk digunakan sebagai pedoman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Penelitian ini secara garis besar mencoba menjelaskan langkah-langkah dalam mengevaluasi tingkat kecelakaan kerja yang bersumber dari bahaya unsafe condition

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 TAHAP ANALISIS (ANALYSE) Setelah di lakukan pengukuran maka dilakukan analisis permasalahan. Aktivitas utama tahap analisis adalah menentukan faktor penyebab cacat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu perusahaan atau industri pasti menggunakan suatu peralatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu perusahaan atau industri pasti menggunakan suatu peralatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam suatu perusahaan atau industri pasti menggunakan suatu peralatan untuk mencapai suatu tujuan. Peralatan tersebut dapat berupa mesin yang bekerja sendiri

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 USULAN PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BUSHING FUTURA PADA PT. NUSA INDOMETAL MANDIRI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah 3.1. Flowchart Pemecahan Masalah Agar penelitian ini berjalan dengan sistematis, maka sebelumnya penulis membuat perencanaan tentang langkah-langkah pemecahan masalah

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PABRIK

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PABRIK L1 LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PABRIK L2 LAMPIRAN 2 Struktur Organisasi L3 LAMPIRAN 3 FOTO PROSES PRODUKSI DAN INSPEKSI 1. First process pemotongan awal material 2. Second process pengeboran diameter luar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Gambar 3.1 Diagram alir 37 3.2 Langkah Langkah Penelitian Dalam metode penelitian ini merupakan tahapan tahapan yang dibuat untuk memudahkan dan mengarahkan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords : Process improvement, Failure Modes & Effect Analysis, Vehicle Lights FMEA.

ABSTRACT. Keywords : Process improvement, Failure Modes & Effect Analysis, Vehicle Lights FMEA. ABSTRACT PT. X is an automotive indutsry produces front and back lamps for motorcycles and cars. Production processes are divided into injection, aluminizing, and assembling. In the production process,

Lebih terperinci

Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur. SPC,I/Rev.03 Copyright Sentral Sistem Mei 08

Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur. SPC,I/Rev.03 Copyright Sentral Sistem Mei 08 Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur 1 Why Statistik Kecepatan Produksi sangat cepat, pengecekan 100% sulit dilakukan karena tidak efisien Cycle time produksi motor di AHM : 1,7 menit Cycle time

Lebih terperinci

PENENTUAN PRIORITAS MODE KEGAGALAN PENYEBAB KECACATAN PRODUK DENGAN ANOVA (STUDI KASUS: CV. PUTRA NUGRAHA TRIYAGAN)

PENENTUAN PRIORITAS MODE KEGAGALAN PENYEBAB KECACATAN PRODUK DENGAN ANOVA (STUDI KASUS: CV. PUTRA NUGRAHA TRIYAGAN) PENENTUAN PRIORITAS MODE KEGAGALAN PENYEBAB KECACATAN PRODUK DENGAN ANOVA (STUDI KASUS: CV. PUTRA NUGRAHA TRIYAGAN) Ida Nursanti 1*, Dimas Wisnu AJi 2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL OLAH DATA

BAB V ANALISIS HASIL OLAH DATA BAB V ANALISIS HASIL OLAH DATA 5.1 Analisis hasil Current State Value Stream Mapping Dari Current State Value Stream Mapping yang telah dibuat diketahui bahwa ada setidaknya 10 gate yang didalamnya masing-masing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kualitas Berikut adalah definisi kualitas menurt para ahli yaitu sebagai berikut : 1. Definisi kualitas menurut Garvin dan Davis dalam Nasution (2005) adalah suatu

Lebih terperinci