BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan di awal yang kemudian diolah dan diproses menjadi informasi yang berguna. Sebelum dilakukan pengumpulan data langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan pembuatan sampling plan karena data yang diambil merupakan data yang harus dapat mewakili proses yang akan dianalisa, untuk itu pengambilan data tidak dapat dilakukan secara sembarangan maka harus dilakukan pembuatan sampling plan untuk merencanakan berapa banyak data yang harus diambil dan bagaimana cara pengambilannya Pembuatan Rencana Sampel Rencana sampel harus dapat mewakili populasi dari pengukuran secara adil, jadi harus dapat dipastikan bahwa sampel yang diambil adalah merupakan sampel yang acak. Jumlah sampel yang akan diambil adalah sebanyak 5 setiap harinya, 5 data tersebut diambil dari 1 unit dari sekitar 12 unit produksi setiap harinya, untuk data akurasi data diambil dari alat yang digunakan untuk melakukan pengencangan bolt yang bernama torque click, setiap paginya alat ini dicek akurasinya dengan menggunakan alat yang bernama torque analyzer, pengambilan data akurasi dilakukan pada pagi hari sebelum alat alat tersebut digunakan dalam proses perakitan, pengambilan data dilakukan sebanyak 5 kali secara berurutan. Untuk data yang kedua adalah data hasil pengukuran dari bolt

2 71 yang telah dikencangkan pada part yang telah dilakukan pemasangan bolt dengan menggunakan torque click tersebut, ketentuan dari pengambilan data ini adalah diambil pada jam jam tertentu yaitu : , jumlah data yang diambil juga sebanyak 5 kali pengambilan data, apabila hasil cek Not Good ( NG ), tindakan yang langsung dilakukan adalah pengecekan pada unit unit yang sudah lewat sampai pada unit cek jam sebelumnya, pengecekan dilakukan dengan menggunakan alat yang bernama torque meter. Tujuan dari pengambilan data dengan menggunakan torque meter ini adalah untuk mengecek apakah alat torque click dapat bekerja dengan baik sesuai dengan hasil pengecekan yang dilakukan pada pagi hari, data yang ketiga adalah data yang diambil pada pos finish unit dimana pos yang terakhir melakukan pemeriksaan sebelum unit sampai ketangan konsumen. Sesuai dengan ruang lingkup yang telah ditentukan maka pengambilan data dilakukan di jalur perakitan : sub assy dan finish unit, untuk data pada jalur perakitan finish unit data yang diambil hanya data yang menggunakan torque meter Data Akurasi Torque Click Untuk data akurasi dari torque click dapat dilihat pada form peta kendali x dan R untuk akurasi pada bagian bawah, data diambil sebanyak 20 subgroup, dan 1 subgroupnya diambil sebanyak 5x pengambilan data sehingga jika dijumlahkan semua data berjumlah 100 untuk pembuatan 1 peta kendali.

3 Data Sampling Torque Meter Untuk data sampling dengan torque meter dapat dilihat pada form peta kendali x dan R untuk torque meter pada bagian bawah, data diambil sebanyak 20 subgroup, dan 1 subgroupnya diambil sebanyak 5 x pengambilan data sehingga jika dijumlahkan semua data berjumlah 100 untuk pembuatan 1 peta kendali. 5.2 Hasil Analisis Data dan Pembahasan Grafik X dan R Dari data yang sudah didapat diatas kemudian dimasukkan kedalam form peta kendali untuk dilakukan perhitungan, berikut akan ditunjukkan perhitungan untuk peta kendali untuk Part Nut Bearing Outer untuk Torque Accuracy, sebagai berikut : Menghitung rata rata ( X ) dan range ( R ) Tabel 5.1 Contoh Perhitungan SPC Sumber : Hasil Perhitungan SPC ( 2004 )

4 73 1. Jumlah data pada masing masing subgroup dan masukkan nilainya pada kolom SUM SUM = = Isilah kolom X ( rata rata ), dengan menggunakan rumus SUM 8.78 X = = = No of reading 5 3. Isi kolom R ( range ), dengan menggunakan rumus : R = nilai maksimum nilai minimum = = Plot nilai R ke grafik R dan nilai X ke grafik X Menghitung rata rata, UCL dan LCL Penentuan nilai konstanta Tabel 5.2 Tabel Konstant Sumber : Prosedur PT.Panjta Motor ( 2000 ) Nilai konstanta yang dipakai tergantung dari jumlah pengambilan data dalam satu hari ( sub group ), karena jumlah data dalam satu sub group adalah 5 data maka konstanta yang dipakai adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar diatas.

5 74 Peta Kendali R 1. Hitung nilai R, dengan rumus R = jumlah total R jumlah sub group 0.48 = = Hitung nilai UCL ( Upper Control Limit ) dan LCL ( Lower Control Limit ) Hitung UCL dengan rumus UCL = D 4 x R = 2.11 x 0.02 = Hitung LCL dengan rumus LCL = D 3 x R = 0 x 0.02 = 0 3. Plot garis R, UCL, dan LCL Peta Kendali X 1. Hitung nilai X, dengan rumus X = jumlah total X jumlah sub group = = Hitung nilai UCL ( Upper Control Limit ) dan LCL ( Lower Control Limit ) Hitung UCL dengan rumus UCL = X + A 2 R = x 0.02 = 1.77 Hitung LCL dengan rumus LCL = X - A 2 R = x 0.02 = Plot garis X, UCL, dan LCL

6 Sub Assy Accuracy Nut Bearing Outer Grafik 5.1 Peta Kendali X dan R Sub Assy Accuracy Nut Bearing Outer Sumber : Hasil Perhitungan SPC (2004)

7 5.2.3 Analisa Peta Kendali Dan Perbaikan Berikut akan ditunjukkan grafik grafik peta kendali yang memiliki data yang berada diluar kontrol dan memiliki pola, baik data untuk accuracy dan torque meter dan dianalisa penyebab data tersebut berada diluar kendali.

8 Sub Assy Accuracy Bolt Cover King Pin Grafik 5.2 Peta Kendali X dan R Sub Assy Accuracy Bolt Cover King Pin Sumber : Hasil Perhitungan SPC (2004)

9 78 Sub Assy Accuracy Nut Rod End Sumber : Hasil Perhitungan SPC (2004) Grafik 5.3 Peta Kendali X dan R Sub Assy Accuracy Nut Rod End

10 Analisa peta kendali torque accuracy Bolt Cover King Pin Pada peta kendali ini dapat dilihat bahwa untuk peta kendali R semua data berada didalam batas kendali, untuk itu kita melihat ke peta kendali X, pada peta kendali X, pada subgroup yang ke-9 ada data yang keluar dari batas bawah, setelah diperiksa ternyata pada subgroup ke-9 operator yang bertanggung jawab atas accuracy tidak melakukan setting pada torque click yang digunakan pada part bolt cover king pin. Tabel 5.3 Tabel Setting Torque Click Bolt Cover King Pin Jenis Tanggal Setting Nilai Torsi ( X bar ) Setting Bolt Cover King Pin July 1, Ya Standard July 2, Ya 2.8 Kgfm July 6, Ya July 7, Ya USL = 2.94 July 13, Ya LSL = 2.66 July 14, Ya July 15, Ya UCL = 2.82 July 16, Ya LCL = 2.77 July 20, Tidak July 21, Ya July 22, Ya July 27, Ya July 28, Ya July 29, Ya July 30, Ya August 4, Ya August 5, Ya August 6, Ya August 9, Ya August 10, Ya Sumber : PT Panjta Motor (2004) tidak dilakukannya setting ini terjadi karena operator yang bertanggung jawab menganggap torque click tersebut masih bagus maka ia tidak melakukan setting

11 80 terhadap torque click tersebut, karena tidak dilakukan setting maka data yang diambil pada satu subgroup yang bersangkutan nilainya lebih kecil semuanya bila dibandingkan dengan yang lainnya sehingga bila dirata rata data tersebut akan berada dibawah batas kendali bawah. Nut Rod End Pada peta kendali ini dapat dilihat bahwa pada peta kendali R tidak ada data yang berada diluar batas kendali akan tetapi ada pola yang terbentuk pada peta kendali X, yaitu merupakan pola instability dimana pola ini memiliki tingkat flukstuasi yang tinggi. Ada beberapa hal yang menyebabkan terbentuknya pola ini, dan setelah diperiksa ke lapangan hal ini bisa terjadi karena operator yang bersangkutan terlalu sering melakukan setting terhadap torque click yang bersangkutan sehingga bisa terbentuk pola seperti yang demikian, kenyataan yang terjadi di lapangan, alat tersebut selalu di setting tiap hari karena sering berubah nilai setting nya karena sering dipakai.

12 81 Tabel 5.4 Tabel Setting Torque Click Bolt Nut Rod End Jenis Tanggal Setting Nilai Torsi ( X bar ) Setting Nut Rod End July 1, Ya Standard July 2, Ya 11.5 Kgfm July 6, Ya July 7, Ya USL = July 13, Ya LSL = July 14, Ya July 15, Ya UCL = July 16, Ya LCL = July 20, Ya July 21, Ya July 22, Ya July 27, Ya July 28, Ya July 29, Ya July 30, Ya August 4, Ya August 5, Ya August 6, Ya August 9, Ya August 10, Ya Sumber : PT Panjta Motor (2004)

13 Sub Assy Torque Meter Bolt Cover King Pin Grafik 5.4 Peta Kendali X dan R Sub Assy Torque Meter Bolt Cover King Pin Sumber : Hasil Perhitungan SPC (2004)

14 83 Sub Assy Torque Meter Nut Knuckle Arm Sumber : Hasil Perhitungan SPC (2004) Grafik 5.5 Peta Kendali X dan R Sub Assy Torque Meter Nut Knuckle Arm

15 Analisa peta kendali torque meter Bolt Cover King Pin Pada peta kendali ini dapat dilihat bahwa pada peta kendali R tidak ada data yang berada diluar kontrol, untuk itu kita memperhatikan peta kendali X, pada peta kendali X juga dapat dilihat tidak ada data yang berada diluar batas kontrol, data yang diambil pada peta kendali ini merupakan data dari bolt yang telah terpasang, dari peta kendali X pada bolt cover king pin ini terlihat pada data subgroup ke-9 yang ditandai dengan lingkaran merah bahwa data tersebut nilainya lebih rendah dibandingkan dengan yang lainnya, hal ini bisa terjadi karena sesuai dengan peta kendali bolt cover king pin pada data akurasi juga terlihat dimana pada subgroup yang ke -9 terjadi penurunan data hingga keluar dari batas LCL, jadi data yang didapat dari bolt yang telah terpasang bisa menurun karena pada waktu itu alat tersebut tidak di setting sesuai dengan analisa pada peta kendali pada data akurasi. Nut Knuckle Arm Peta kendali ini mewakili beberapa peta kendali torque meter yang lainnya yang bisa dilihat pada lampiran, baik peta kendali R maupun peta kendali X semua data berada didalam batas kendali, ini bisa terjadi karena operator yang melakukan pengecekan pada torque click selalu melakukan setting terhadap alat tersebut. Hal ini bila dilihat dari peta kendali memang merupakan hal yang baik tapi bila dilihat batas USL dan LSL nya nilainya masih sangat jauh dari batas dan karena torque click tersebut di setting tiap hari maka ini bukan merupakan hal yang baik karena akan membuang buang waktu operator yang melakukan

16 85 setting dimana untuk melakukan hal ini pada semua torque click yang dibawanya menghabiskan waktu sekitar ± 20 menit, dan juga torque click tersebut akan terlalu sering dilakukan setting sehingga lama kelamaan bisa menjadi kurang akurat. Tabel 5.5 Tabel Setting Nilai Torsi Nut Knuckle Arm Jenis SubGroup Nilai Torsi ( X bar ) Nut Knuckle Arm Standard ± USL = LSL = Sumber : Hasil Perhitungan SPC (2004)

17 Finish Unit Torque Meter U Bolt Front Grafik 5.6 Peta Kendali X dan R Finish Unit Torque Meter U Bolt Front Sumber : Hasil Perhitungan SPC (2004)

18 Analisa peta kendali torque meter finish unit U Bolt Front Peta kendali ini merupakan peta kendali yang melakukan pengawasan pada bagian terakhir, pada grafik R dapat dilihat bahwa tidak ada data yang keluar pada semua subgroup dari batas kontrol, karena itu kita dapat menganalisa selanjutnya yaitu untuk grafik X, pada grafik X ada data yang keluar pada subgroup ke-12, berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan,ini disebabkan karena kendaraan tersebut telah mengalami running test setelah keluar dari pos yang sebelumnya, pada waktu dilakukan running test kendaraan dijalankan sejauh ± 1 km dan dilakukan pengetesan rem, karena hal ini bolt yang sudah terpasang akan mengalami pergeseran karena dicoba untuk dijalankan untuk yang pertama kalinya maka bolt akan menyesuaikan dengan tempatnya terpasang dan ada kemungkinan kekuatannya akan menurun biasanya, ada kemungkinan pada waktu di rem kendaraan yang ditest cenderung untuk kearah kiri atau kanan sehingga bolt yang terpasang pada kendaraan akan menerima gaya yang berbeda, maka dari itu setelah kendaraan dibawa masuk ke pos finish unit, bolt tersebut yang tadinya dikencangkan dengan kekuatan yang kurang lebih sama akan menjadi berbeda, sehingga variasi yang ditemukan akan lebih banyak, dan mungkin saja cukup jauh selisihnya. Berikut contoh data yang didapat setelah melakukan pengamatan pada kendaraan sebelum dilakukan running test dan sesudah kendaraan masuk ke finish unit

19 88 Tabel 5.6 Tabel Nilai Torsi Sebelum dan Sesudah Running Posisi Sebelum Sesudah ( kgfm ) ( kgfm ) L L R R Sumber : PT.Panjta Motor (2004) L1 L2 R1 R Usulan Perbaikan Untuk usulan perbaikan adalah ditentukannya kapan batas untuk melakukan setting dan kapan tidak harus dilakukan setting, operator yang melakukan pengecekan tidak mengetahui hal ini dengan baik sehingga ia selalu melakukan setting terhadap torque click jika alat tersebut mengalami perubahan mesipun tidak terlalu jauh, sebagai akibatnya torque click bisa kurang keakuratannya dan waktu akan terbuang sia sia dan ini dapat terlihat dari pola yang terbentuk pada peta kendali yaitu membentuk pola instability. Sebagai batas untuk kapan melakukan setting sesuai dengan kebijakan engineer dari bagian quality control adalah diberikan toleransi sebesar 5% dari standard, nilai 5% cukup besar karena bila dibawah itu maka setting akan terlalu sering dilakukan, untuk menjalankan ini maka diusulkan juga untuk dibuat instruksi kerja mengenai cara untuk mengakurasi torque click, instruksi kerja ini dibuat dengan memperhatikan prinsip kerja dari torque click yang merupakan alat yang sangat tergantung dengan jarak. Pembuatan instruksi kerja diawali dengan mengamati cara kerja operator yang bertugas melakukan akurasi. Setelah itu dianalisa elemen kerja yang salah yang

20 89 dipraktekkan oleh operator, berikut merupakan elemen kerja yang dilakukan oleh operator Tabel 5.7 Tabel Elemen Kerja Akurasi Torque Click No Elemen Kerja Analisa 1 siapkan torque analyzer 2 siapkan torque click 3 siapkan form pengambilan data 4 pasang torque click pada analyzer pemasangan torque click sering terlalu miring 5 tekan searah dengan jarum jam penekanan kadang dengan 2 tangan, dan tidak pada pegangan yang disediakan 6 setting alat bila tidak sesuai setting berdasarkan kira-kira 7 ambil data hingga 5 kali pengambilan Sumber : PT. Pantja Motor (2004) Torque = T Force = F Torque = Force by Turning or Twisting. Tension = Power by Creating of Straight-Pull. Torque = Force x Distance T = F x L so that: T1 = F1 x L1 = 10 lbs x 2 ft = 20 ft lbs T2 = F2 x L2 = 20 lbs x 1 ft = 20 ft lbs T1 = T2 Gambar 5.1 Torque dan Cara Pegang Torque Click Sumber : s torque.htm

21 90 Berdasarkan pada gambar diatas kita dapat melihat bahwa torque merupakan usaha yang dilakukan dengan memutar dan akan menghasilkan tension, dan untuk menghitung torque caranya adalah dengan mengalikan usaha dengan jarak ( Torque = Force x Distance ), dari penjelasan diatas sangatlah jelas posisi dimana kita melakukan usaha sangat berpengaruh dengan nilai torque yang dihasilkan. Karena itulah dikatakan torque click merupakan alat yang sangat tergantung dengan jarak. Untuk menambah keyakinan dari hasil analisa diatas maka dilakukan pengambilan data dengan beberapa cara dalam mengakurasi torque click. Tabel 5.8 Tabel Nilai Hasil Percobaan Akurasi Torque Click Part Bolt bracket Standard = 9,0 Kgfm Cara 1 Mendatar secara horizontal Hasil Torque Cara 2 Lebih maju ke kiri 5 cm Hasil Torque Cara 3 Dengan 1 tangan Hasil Torque Cara 4 Dengan 2 tangan Hasil Torque Sumber : PT. Panjta Motor (2004) Dari hasil data diatas bisa diketahui bahwa data yang didapat mendukung penjelasan yang sebelumnya bahwa torque click merupakan alat yang tergantung dengan jarak dan gaya yang diberikan. Berdasarkan hasil analisa diatas lalu dibuat instruksi kerja untuk akurasi torque click, dan diinstruksikan ke operator yang bersangkutan lalu dilakukan pengambilan data lagi.

22 91 Gambar 5.2 IK Cara Mengakurasi Torque Click (1) Sumber : Hasil Analisa (2004)

23 92 Gambar 5.3 IK Cara Mengakurasi Torque Click (2) Sumber : Hasil Analisa (2004)

24 Sub Assy Torque Accuracy Bolt Cover King Pin setelah perbaikan Grafik 5.7 Peta Kendali X dan R Sub Assy Torque Accuracy Bolt Cover King Pin setelah perbaikan Sumber : Hasil Perhitungan SPC (2004)

25 94 Sub Assy Torque Meter Bolt Cover King Pin setelah perbaikan Grafik 5.8 Peta Kendali X dan R Sub Assy Torque Meter Bolt Cover King Pin setelah perbaikan Sumber : Hasil Perhitungan SPC (2004)

26 Analisa peta kendali hasil perbaikan Torqe Accuracy Bolt Cover King Pin Berdasarkan hasil peta kendali diatas setelah diberitahu kepada operator apa yang harus dilakukan, pada peta kendali R untuk torque accuracy terlihat bahwa nilai data pada subgroup yang ke-10 berada diluar batas UCL, sama halnya dengan peta kendali X pada subgroup yang ke-10 nilai datanya berada diluar batas LCL, hal ini bisa terjadi karena operator baru melakukan setting pada saat itu sehingga nilai data yang tidak bagus yaitu data yang pertama yang nilainya 2.13 ikut dicatat sehingga rata rata pada subgroup itu menjadi rendah dan nilainya dibawah batas LCL pada grafik X, sama halnya pada grafik R karena data yang nilainya tidak bagus tersebut maka variasi yang timbul akan semakin besar sehingga nilai R pada subgroup tersebut berada diluar batas UCL. Tabel 5.9 Tabel Contoh Data SPC Sumber : Hasil Perhitungan SPC (2004) Torqe Meter Bolt Cover King Pin Untuk peta kendali hasil torque meter dapat dilihat hasilnya pada peta kendali R semua data berada didalam batas kontrol, untuk peta kendali X ada satu data yang diluar batas kontrol yaitu untuk subgroup yang ke-1, data pada subgroup ini bisa keluar, setelah diperiksa dengan operator yang bersangkutan ini bisa terjadi karena sebelum bolt dikencangkan, operator yang bertugas akan menggunakan

27 96 alat yang bernama impact wrench untuk melakukan pengencangan bolt untuk penggunaan impact wrench ini tidak ada ketentuan untuk berapa lama dilakukan impact setelah dipasang dengan menggunakan impact wrench, bolt akan dikencangkan lagi agar sesuai dengan standarnya dengan menggunakan torque click, bila bolt sudah terlalu kencang karena penggunaan impact yang terlalu lama maka pada waktu dikencangkan dengan menggunakan torque click alat tersebut akan langsung berbunyi klik menandakan kalau bolt tersebut sudah kencang, karena itu dapat terjadi bolt terlalu kencang terpasang, bila ditemukan hal seperti ini maka tindakan yang langsung dilakukan adalah mengendorkan baut tersebut dan mengencangkannya kembali agar sesuai dengan standar. Dari hasil perbaikan ini hal yang sangat jelas terlihat adalah operator tidak melakukan setting terhadap torque click setiap harinya, dari yang tadinya dalam waktu 1 bulan bisa melakukan setting hingga ± 20 kali, sekarang hanya dilakukan sebanyak 3 kali Tabel 5.10 Tabel Setting Torque Click Bolt Cover King Pin sesudah perbaikan Jenis Tanggal Setting Nilai Torsi ( X bar ) Setting Bolt Cover King Pin October 1, Tidak Standard October 4, Tidak 2.8 Kgfm October 5, Ya October 6, Tidak USL = 2.94 October 7, Ya LSL = 2.66 October 8, Tidak October 9, Tidak UCL = 2.85 October 11, Tidak LCL = 2.75 October 12, Tidak October 18, Tidak October 19, Tidak October 20, Ya October 21, Tidak October 22, Tidak October 25, Tidak October 26, Tidak Sumber : Hasil Perhitungan SPC (2004)

28 97 Tabel 5.11 Tabel Waktu Setting Torque Click Sub Assy Part Jumlah Setting Waktu Total Bulan Juli 1 kali setting Waktu Setting / bulan Nut Bearing Outer 18 2 menit 36 menit Nut Tie Rod To Arm 18 2 menit 36 menit Nut Black Plate 20 2 menit 40 menit Nut Key Bolt 18 2 menit 36 menit Bolt Cover King Pin 18 2 menit 36 menit Nut Knuckle Arm 16 2 menit 32 menit Brake Drum 16 2 menit 32 menit Nut Knuckle Arm 16 2 menit 32 menit Nut Rod End 20 2 menit 40 menit Sumber : PT Pantja Motor (2004) Total 320 menit Tabel 5.12 Tabel Waktu Setting Torque Click Sub Assy sesudah perbaikan Part Jumlah Setting Waktu Total Bulan Oktober 1 kali setting Waktu Setting / bulan Nut Bearing Outer 2 2 menit 4 menit Nut Tie Rod To Arm 0 2 menit 0 menit Nut Black Plate 1 2 menit 2 menit Nut Key Bolt 2 2 menit 4 menit Bolt Cover King Pin 3 2 menit 6 menit Nut Knuckle Arm 0 2 menit 0 menit Brake Drum 0 2 menit 0 menit Nut Knuckle Arm 0 2 menit 0 menit Nut Rod End 0 2 menit 0 menit Sumber : PT Pantja Motor (2004) Total Efisiensi yang dilakukan = 160 menit - 16 menit x 100% 160 menit = 95% ( 1 bulan ) = 7.92% ( 1 hari ) 16 menit Efisiensi sebesar 95 % ini merupakan penghematan yang dapat dilakukan pada jalur sub assy dalam hal melakukan setting torque click dalam kurun waktu 1 bulan, bila dihitung perharinya yaitu sebesar 7,92 %

29 Menghitung Capability Hitung Range Of Specification ( ROS ) Isi kolom USL ( Upper Standard Limit ) dan, LSL ( Lower Standard Limit ) dengan rumus : 1. Untuk Torque Accuracy USL = ( Standard * 5% ) + standard = ( 1.75 * 5% ) = 1.84 LSL = standard - ( Standard * 5% ) = ( 1.75 * 5% ) = Untuk Torque Meter USL = ( Standard + toleransi ) x 120% LSL = standard - toleransi Hitung ROS dengan rumus : ROS = USL LSL = = 0.18 Hitung δ ( standar deviasi ) dengan R dengan menggunakan persamaan : R 0.02 δ = = = D 2 Hitung capability process ( Cp ) dengan rumus : ROS 0.18 Cp = = = δ

30 99 Hitung Cpk dengan rumus : CpkL = X LSL 3δ CpkU USL X = 3δ = = = 2.88 = 2.78 Setelah dihitung nilai capability nya maka diurutkan dan dibuat grafiknya untuk diurutkan dari nilai dari Cp nya mulai dari yang terbesar hingga terkecil.

31 Grafik Cp Sub Assy Torque Accuracy Grafik 5.9 Grafik Cp Sub Assy Torque Accuracy Sumber : Hasil Perhitungan Cp (2004)

32 101 Grafik Cp Sub Assy Torque Meter Grafik 5.10 Grafik Cp Sub Assy Torque Meter Sumber : Hasil Perhitungan Cp (2004)

33 102 Grafik Cp Finish Unit Torque Meter Grafik 5.11 Grafik Cp Finish Unit Torque Meter Sumber : Hasil Perhitungan Cp (2004)

34 Analisa grafik Cp sub assy torque accuracy Dari grafik Cp dapat dilihat untuk grafik Cp torque accuracy semua nilai Cp berada diatas batas minimalnya yaitu 1.33 ini berarti menunjukkan indikator yang bagus dimana proses masih mampu untuk memproduksi sesuai dengan spesifikasi. Pada grafik Cp ada satu nilainya yang sangat tinggi sekali, bila dilihat dari grafik terletak di paling kiri, ini bisa terjadi karena standar dari torque click tersebut sangat tinggi yaitu 45 kgfm, dimana dengan nilai variasi yang tidak jauh berbeda dengan yang lainnya maka nilai Cp nya akan menjadi lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang lainnya, nilai variasi akan semakin besar dengan semakin besarnya standar, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.13 Tabel Nilai Cp Sub Assy Torque Accuracy Jenis Standard R Cp Nut Tie Rod To Arm Kgfm Nut Black Plate 9.00 Kgfm Nut Rod End Kgfm Nut Knuckle Arm Kgfm Nut Key Bolt 3.30 Kgfm Bolt Cover King Pin 2.80 Kgfm Brake Drum Kgfm Nut Bearing Outer 1.75 Kgfm Nut Knuckle Arm Kgfm Sumber : Hasil Perhitungan Cp (2004) Bila dilihat dari tabel diatas kita dapat mengambil kesimpulan jadi yang sangat berpengaruh terhadap nilai Cp adalah nilai standard dan nilai variasi masing masing part. Semakin besar nilai standard dan semakin kecil nilai variasi maka nilai Cp akan semakin besar.

35 Analisa grafik Cp sub assy torque meter Untuk grafik Cp torque meter nilainya tidak terlalu bagus karena banyak yang nilai Cp nya berada dibawah 1.33, hal ini bisa terjadi karena untuk memasang bolt melibatkan lebih banyak proses, diantaranya yaitu : penggunaan torque wrench untuk memasang bolt dan mengencangkannya untuk memudahkan sebelum dikencangkan dengan menggunakan torque click, dan kemudian baru torque click digunakan untuk mengencangkan baut agar sesuai dengan standar spesifikasinya, berbeda dengan data dari accuracy yang hanya dilakukan pada pagi hari, pemasangan bolt dilakukan sepanjang hari oleh operator jadi operator yang memasang bolt juga sangat berpengaruh dalam hal ini. Karena lebih banyak faktor yang berpengaruh maka nilai variasi yang ditimbulkan akan semakin besar Tabel 5.14 Tabel Nilai Cp Sub Assy Torque Meter Jenis Standard R Cp Nut Knuckle Arm Kgfm ± Bolt Cover King Pin 2.80 Kgfm ± Nut Key Bolt 3.30 Kgfm ± Nut Knuckle Arm Kgfm ± Nut Bearing Outer 1.75 Kgfm ± Nut Key Bolt 9.00 Kgfm Sumber : Hasil Perhitungan Cp (2004) ± Analisa grafik Cp finish unit torque meter Pada grafik Cp untuk finish unit nilai yang didapat tidak bagus karena masih berada dibawah nilai batas yaitu 1.33, ini menunjukkan bahwa proses pengencangan bolt ini memerlukan perbaikan, untuk itu akan dilakukan analisa lebih jauh untuk melakukan perbaikan dengan menggunakan failure mode and effect analysis process ( FMEA process ).

36 Grafik Cp Sub Assy Torque Accuracy Perbaikan Grafik 5.12 Grafik Cp Sub Assy Torque Accuracy Perbaikan Sumber : Hasil Perhitungan Cp (2004)

37 106 Grafik Cp Sub Assy Torque Meter Perbaikan Grafik 5.13 Grafik Cp Sub Assy Torque Meter Perbaikan Sumber : Hasil Perhitungan Cp (2004)

38 Analisa grafik Cp sub assy torque accuracy setelah perbaikan Tabel 5.15 Nilai Cp Sub Assy Torque Accuracy sesudah perbaikan Jenis Standard R Cp Brake Drum Kgfm Bolt Cover King Pin 2.80 Kgfm Nut Key Bolt 3.30 Kgfm Nut Tie Rod To Arm Kgfm Nut Bearing Outer 1.75 Kgfm Nut Black Plate 9.00 Kgfm Nut Rod End Kgfm Nut Knuckle Arm Kgfm Nut Knuckle Arm Kgfm Sumber : Hasil Perhitungan Cp (2004) Bila dilihat setelah dilakukan perbaikan nilai Cp malah menurun pada beberapa alat dan bahkan ada yang turun dibawah nilai batas yaitu 1.33, ini jelas terjadi karena dari yang tadinya alat tersebut di setting tiap hari dan sekarang hanya kurang lebih 2 kali dalam sebulan atau bahkan ada alat yang tidak di setting sama sekali dalam kurun waktu satu bulan, dengan mengurangi frekuensi dari setting ada yang harus dikorbankan yaitu nilai Cp yang menurun, tapi ini dapat diatasi dengan lebih memperhatikan torque click yang berada dibawah 1.33 nilai Cp nya untuk lebih ditingkatkan frekuensi untuk melakukan setting, karena pada waktu dilakukan pengambilan data ini alat tersebut sama sekali tidak di setting. Pada grafik ini dapat dilihat ada satu yang nilai Cp nya paling besar yaitu nut knuckle arm sama seperti sebelum dilakukan perbaikan nilai Cp nya merupakan yang terbesar karena nilai standarnya sangat besar dimana ini merupakan salah satu dari faktor yang mempengaruhi nilai Cp, menurunnya nilai Cp pada data accuracy memang bukan merupakan hal yang baaik akan tetapi nilai Cp pada data torque meter menunjukkan adanya peningkatan.

39 Analisa grafik Cp sub assy torque meter setelah perbaikan Tabel 5.16 Nilai Cp Sub Assy Torque Meter sesudah perbaikan Jenis Standard R Cp Nut Key Bolt 3.30 Kgfm ± Bolt Cover King Pin 2.80 Kgfm ± Nut Bearing Outer 1.75 Kgfm ± Nut Key Bolt 9.00 Kgfm ± Sumber : Hasil Perhitungan Cp (2004) Ditampilkan grafik Cp setelah perbaikan ini tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa setelah dibuat instruksi kerja dan diminta kepada operator untuk tidak melakukan setting tiap hari, ternyata hasilnya sampai bolt telah terpasang pada pada part nilai Cp nya masih tetap baik bahkan ada peningkatan, peningkatan ini bisa terjadi dengan dipraktekkannya instruksi kerja yang baru dimana disana ditunjukkan cara yang benar untuk melakukan akurasi sehingga bila cara yang dipraktekkan dalam melakukan setting sudah benar maka alat tersebut dapat bekerja dengan baik Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) Process Review Proses yang akan dibahas disini merupakan salah satu bagian dari proses perakitan yaitu proses pengencangan bolt, berikut akan ditunjukkan diagram alir dari proses pengendalian pengencangan bolt.

40 109 Mulai Accuracy dan Sampling Accuracy Pengencangan Bolt Sampling Torque Meter Inline Inspection Finish Unit Inspection dan Sampling Torque Meter Selesai Diagram 5.1 Flowchart Process Bolt Tightening Sumber : PT Pantja Motor (2004) Proses dimulai dari dengan melakukan accuracy pada pagi hari pada pos torque analyzer, torque click dicek pada saat ini, bila tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan oleh engineer maka torque click akan di setting agar sesuai kembali, dan diambil data untuk sampling accuracy sebanyak 5 kali pengambilan data untuk pembuatan SPC. Proses yang berikutnya adalah torque click yang telah dicek akan digunakan untuk melakukan pengencangan bolt, pada proses ini

41 110 diawali dengan pemasangan bolt dengan menggunakan impact wrench, tujuan dari penggunaan impact wrench ini adalah untuk mempercepat proses pengencangan bolt, setelah bolt terpasang lalu dilakukan pengencangan dengan menggunakan torque click untuk mengencangkan bolt agar sesuai dengan standarnya. Setelah dikencangkan pada jam jam tertentu yaitu : akan dilakukan sampling dengan menggunakan torque meter, bila hasilnya tidak sesuai standar maka bolt akan dikencangkan bila terlalu kendor dan di kencangkan ulang bila terlalu kencang, dan dilakukan pengecekan ke unit sebelum dan sesudah sampling ini. Data hasil dari sampling ini akan dicatat untuk pembuatan SPC, setelah ini ada proses inline inspection yang merupakan proses pengecekan apakah semua part telah terpasang dengan benar dan baik, untuk pengecekan bolt hanya diperiksa apakah sudah terpasang dan untuk beberapa bolt yang penting akan diperiksa kekencangannya apakah sudah kencang atau belum, jika kendor maka akan dikencangkan. Sebelum melalui finish unit inspection unit akan mengalami running test, setelah itu akan memasuki pos finish unit untuk diperiksa secara keseluruhan termasuk beberapa bolt yang dianggap penting sebelum sampai ke tangan konsumen Identifikasi Failure Mode Untuk mengidentifikasi failure mode maka digunakan diagram tulang ikan atau diagram fish bone, pada diagram ini yang menjadi topik permasalahan adalah proses pengendalian pengencangan bolt yang masih banyak menimbulkan variasi, dengan kata lain masih banyak ditemukan adanya bolt dengan kekuatan torsi yang berada diluar standar sehingga nilai variasinya semakin besar, untuk

42 111 itu yang menjadi permasalahan yang akan dibahas didalam grafik fish bone ini adalah torsi pada bolt yang berada diluar standar. MATERIAL MANUSIA Kurang pengalaman, kurang konsentrasi Lupa untuk mengencangkan Dimensi bolt dari vendor tidak sesuai standar Perubahan dimensi Pengambilan data untuk SPC tidak dilakukan dengan baik Proses SPC kurang baik Rasio material bolt dari vendor tidak sesuai standar Material tidak sesuai standar Sudah mau istirahat / pulang Kerjanya tergesa-gesa Tidak memahami prinsip kerja torque click Tidak mengikuti instruksi kerja penggunaan torque click Tingkat accuracy torque click berkurang Karena bekerja menggantikan operator yang tidak masuk Pengecekan akurasi tidak dilakukan setiap hari Umurnya sudah lama Tidak memahami prinsip kerja torque click Tidak mengikuti instruksi kerja untuk accuracy Torsi pada bolt diluar standard Tidak ada standard waktu penggunaan impact wrench Penggunaan Impact wrench terlalu lama Belum dikalibrasi Belum dikalibrasi Tingkat accuracy torque analyzer berkurang Umurnya sudah lama METODE MESIN Diagram 5.2 Diagram Fishbone Nilai Torsi diluar Standar Sumber : Hasil Analisa (2004) Identifikasi Efek Kegagalan dan Penyebab Failure Mode Setelah semua failure mode dimasukkan kedalam kertas kerja FMEA, lalu untuk setiap failure mode diidentifikasi semua efek dari kegagalan yang mungkin dan juga dicari penyebab dari failure mode tersebut

43 Penentuan Tingkat Severity, Probability, dan Detection Dari masing masing efek kegagalan ditentukan tingkat severity nya dengan menggunakan acuan dari tabel FMEA ranking criteria, lalu ditentukan probability dari masing masing efek yang dapat menyebabkan failure mode, dan yang terakhir adalah menentukan tingkat detection yaitu kemampuan untuk mendeteksi failure mode yang disebabkan oleh masing masing penyebabnya Hitung Nilai RPN ( Risk Priority Number ) Pada tahap ini dilakukan penghitungan nilai RPN dengan menggunakan rumus : RPN = Sev x Prob x Det Setelah nilai RPN didapatkan lalu dibuat grafik dari nilai RPN dan diurutkan dari yang terbesar hingga yang terkecil, tujuannya adalah untuk menentukan masalah mana yang perlu untuk diprioritaskan untuk dilakukan perbaikan Recommended Action Setelah memprioritaskan masalah mana yang perlu diperbaiki yang selanjutnya dilakukan adalah menentukan recommended action yang bertujuan untuk mengurangi nilai RPN dengan setelah dilakukannya recommended action ini, pembuatan recommended action juga difokuskan pada nilai RPN yang paling besar sehingga bisa cepat ditangani terlebih dahulu

44 Dokumentasi FMEA Setelah semuanya selesai dikerjakan yang terakhir harus dilakukan adalah membuat dokumentasi FMEA, dengan memasukkan data data yang telah didapat kedalam form FMEA untuk tujuan dokumentasi dan kelengkapan bila diperlukan dalam audit.

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda TEKNIK INDUSTRI SISTEM INFORMASI Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2004/2005 PENINGKATAN KUALITAS PROSES PENGENCANGAN BOLT UNTUK LIGHT TRUCK N-SERIES

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 55 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 56 3.2 Langkah-langkah Penelitian Dalam melakukan penelitian, terdapat beberapa kegiatan untuk dapat

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi penelitian merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian. Dengan metodologi penelitian, dapat dijelaskan tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian

Lebih terperinci

Sumber : Hasil Analisa (2004) Tabel 5.17 Tabel FMEA Process Pengencangan Bolt (1)

Sumber : Hasil Analisa (2004) Tabel 5.17 Tabel FMEA Process Pengencangan Bolt (1) Sumber : Hasil Analisa (2004) Tabel 5.17 Tabel FMEA Process Pengencangan Bolt (1) 115 Sumber : Hasil Analisa (2004) Tabel 5.18 Tabel FMEA Process Pengencangan Bolt (2) Grafik RPN Terhadap Potential Cause

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT SEI Bogor pada Bulan September 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016. PT SEI Bogor merupakan perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

Metode Training SPC TIDAK FOKUS PADA CARA MELAKUKAN PERHITUNGAN STATISTIK TAPI

Metode Training SPC TIDAK FOKUS PADA CARA MELAKUKAN PERHITUNGAN STATISTIK TAPI Metode Training SPC TIDAK FOKUS PADA CAA MELAKUKAN PEHITUNGAN STATISTIK TAPI MENGAJAKAN KONSEP STATISTIK SECAA MENDALAM, APLIKASI STATISTIK, TEMASUK TEKNIK SAMPLING DISETAI VIDEO SIMULASI, STUDI KASUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel.

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengendalian Kualitas Statistik (Statistical Quality Control) secara garis besar digolongkan menjadi dua, yakni pengendalian proses statistik (statistical process control)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar belakang

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa peta kendali dan kapabilitas proses. Dari gambar 4.7 peta kendali X-bar dan R-bar bulan Januari 2013, dapat

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa peta kendali dan kapabilitas proses. Dari gambar 4.7 peta kendali X-bar dan R-bar bulan Januari 2013, dapat BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa peta kendali dan kapabilitas proses Dari gambar 4.7 peta kendali X-bar dan R-bar bulan Januari 2013, dapat dijelaskan sebagai berikut: Garis berwarna hijau adalah Mean (rata-rata

Lebih terperinci

Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur. SPC,I/Rev.03 Copyright Sentral Sistem Mei 08

Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur. SPC,I/Rev.03 Copyright Sentral Sistem Mei 08 Aplikasi Statistik Pada Industri Manufaktur 1 Why Statistik Kecepatan Produksi sangat cepat, pengecekan 100% sulit dilakukan karena tidak efisien Cycle time produksi motor di AHM : 1,7 menit Cycle time

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. selama proses analisa perbaikan, antara lain adalah : penyelesaian masalah terhadap semua kasus klaim yang masuk.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. selama proses analisa perbaikan, antara lain adalah : penyelesaian masalah terhadap semua kasus klaim yang masuk. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data Untuk mempermudah identifikasi masalah, langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan pengumpulan data. Data yang dikumpulkan dan digunakan sebagai latar

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian kualitas dalam pembuatan produk. standar (Montgomery, 1990). Statistical Quality Control (SQC) merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian kualitas dalam pembuatan produk. standar (Montgomery, 1990). Statistical Quality Control (SQC) merupakan salah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalian kualitas merupakan taktik dan strategi perusahaan global dengan produk perusahaan lain. Kualitas menjadi faktor dasar keputusan konsumen dalam memilih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah proses produksi di PT. XY, sedangkan objek penelitian ini adalah perbaikan dan meminimalisir masalah pada proses produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas merupakan ukuran yang tidak dapat didefinisikan secara umum, karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi perspektif yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. PT. XYZ selama ini belum pernah menerapkan metode Statistical Process

BAB V ANALISA HASIL. PT. XYZ selama ini belum pernah menerapkan metode Statistical Process 70 BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil control chart PT. XYZ selama ini belum pernah menerapkan metode Statistical Process Control. Sebagai langkah awal penulis mencoba menganalisa data volume produk

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan data 4.1.1 Produk Gutter Complete R/L Perusahaan PT. Inti Pantja Press Industri dipercayakan untuk memproduksi sebagian produk kendaraan

Lebih terperinci

STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL

STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL Mila Faila Sufa * 1, Dina Ariningsih 2 1,2 Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.A. Yani Tromol Pos 1 Kartasura

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN KUALITAS Kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini. Kualitas secara langsung

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahap Pendahuluan Tahap pendahuluan terdiri dari empat langkah utama yaitu pengamatan awal, perumusan masalah, menentukan tujuan penelitan dan menentukan batasan masalah.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers) (Gasperz, 2006). Pengendalian kualitas secara statistik dengan

Lebih terperinci

V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. TAHAP-TAHAP PENELITIAN. 1. Observasi Lapang. 2. Pengumpulan Data Kuantitatif

V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. TAHAP-TAHAP PENELITIAN. 1. Observasi Lapang. 2. Pengumpulan Data Kuantitatif V. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Kegiatan magang yang dilakukan di PT Kemang Food Industries dimaksudkan untuk mengevaluasi bobot bersih dan membandingkan kesesuaian antara data bobot bersih yang didapat

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan berikut : Metodologi pemecahan masalah yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4.1 Mulai Studi Pendahuluan Studi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama Temuan utama dari Penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB V PEMBAHASAN Tujuan dari penelitian dengan judul Analisis Pengendalian Dan Perbaikan Kualitas Proses Produksi Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) di PT. Surya Toto Indonesia, Tbk. adalah

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Sugiyono (2009, hlm.38), menyatakan bahwa objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Statistical Process Control Sachbudi Abbas Ras abbasras@yahoo.com Lembar 1 Flow Chart (dengan Stratifikasi): Grafik dari tahapan proses yang membedakan data berdasarkan sumbernya. Lembar Pengumpulan Data:

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan data dengan menggunakan Metode FMEA dilakukan dengan melalui beberapa tahap, yaitu: 1. Mengidentifikasi moda kegagalan potensial

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Penyebab Kegagalan Produk Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan metode Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) didapatkan hasil

Lebih terperinci

SPC Copyright Sentral Sistem March09 - For Trisakti University. Aplikasi Statistik pada Industri Manufaktur

SPC Copyright Sentral Sistem March09 - For Trisakti University. Aplikasi Statistik pada Industri Manufaktur Aplikasi Statistik pada Industri Manufaktur Why Statistic? Kecepatan Produksi sangat cepat, pengecekan 00% sulit dilakukan karena tidak efisien Cycle time produksi motor di AHM : 9 detik Cycle time produksi

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data 21 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ikan Tuna (Thunnus sp.) merupakan salah satu komoditas perikanan Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan mampu menembus pasar internasional. Salah satu

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS KATA PENGANTAR...

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. HALAMAN PENGESAHAN. HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS KATA PENGANTAR... ABSTRAK.. ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv viii ix x xv

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data 30 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Tunamerupakan komoditas komersial tinggi dalam perdagangan internasional. Salah satu bentuk olahan tuna adalah tuna loin, tuna steak, dan tuna saku. Tuna loin merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Hasil Pengumpulan Data Sebelum dilakukan pengolahan data, dalam melakukan penelitian ini data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian pada PT. FEDERAL KARYATAMA dalam periode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang memuat berbagai cara kerja di dalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir. Metode penelitian juga merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN 79 BAB V ANALISA PEMBAHASAN Setelah melakukan tahap pengumpulan dan pengolahan data, maka tahap selanjutnya adalah analisa pembahasan. Pada tahap ini akan dilakukan pengurutan terhadap Risk Priority Number

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK CV. Kembar Jaya merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pengecoran dan menghasilkan berbagai jenis produk berbahan logam (jenis produk yang diproduksi sesuai dengan pesanan). Pengecoran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Mutu Dalam dunia industri baik industri jasa maupun manufaktur mutu adalah faktor kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi bersaing.

Lebih terperinci

BAB III. FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS

BAB III. FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS FMEA Pada Sepeda Motor Honda Absolute Revo Produksi Tahun 2009 39 BAB III FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS 3.1 Pengertian FMEA Adalah sebuah proses analisa untuk mengetahui penyebab terjadinya kegagalan

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN PROSES

ANALISIS KEMAMPUAN PROSES ANALISIS KEMAMPUAN PROSES ì 11 Pengendalian Kualitas Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e- Mail : debrina@ub.ac.id Blog : hcp://debrina.lecture.ub.ac.id/ 2 Outline ì ANALISIS

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses BAB III METODE CONTROL CHART 3.1 Control Chart Peta kendali atau Control Chart merupakan suatu teknik yang dikenal sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses berada dalam

Lebih terperinci

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan di PT United Can Company Ltd. yang berlokasi di Jalan Daan Mogot Km. 17, Kalideres Jakarta Barat,

Lebih terperinci

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI I. URAIAN Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda depan. Bila steering wheel diputar, steering column akan meneruskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dijabarkan tentang tinjauan pustaka yang digunakan sebagai acuan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. II.1 Sejarah FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) Didalam

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu 48 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut : Data jumlah

Lebih terperinci

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang 27 2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas,

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas, BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan tahap-tahap yang harus dilalui terlebih dahulu sebelum melakukan pemecahan masalah yang sedang dibahas, sehingga pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL 49 BAB V ANALISIS HASIL 5.1. Pembahasan Pengolahan data dilakukan berdasarkan record non-conformance/defective yang disusun dalam tabel potensi dan efek kegagalan sebagai berikut : Tabel 5.1 Potential

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANCE MESIN PENGUPAS KAYU (ROTARY) PT. HENRISON IRIANA SORONG MENGGUNAKAN METODE INDEKS KAPABILITAS

ANALISA PERFORMANCE MESIN PENGUPAS KAYU (ROTARY) PT. HENRISON IRIANA SORONG MENGGUNAKAN METODE INDEKS KAPABILITAS ANALISA PERFORMANCE MESIN PENGUPAS KAYU (ROTARY) PT. HENRISON IRIANA SORONG MENGGUNAKAN METODE INDEKS KAPABILITAS Ashar 1, Irman Amri 2*, Usran 3 1 Dosen Program Studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PROSES WELDING FRONT CHASSIS NISSAN X-TRAIL DI PT. NISSAN MOTOR INDONESIA. Nama : Bernie Fauzan Mochamad Npm : Kelas : 4 IC 04

PROSES WELDING FRONT CHASSIS NISSAN X-TRAIL DI PT. NISSAN MOTOR INDONESIA. Nama : Bernie Fauzan Mochamad Npm : Kelas : 4 IC 04 PROSES WELDING FRONT CHASSIS NISSAN X-TRAIL DI PT. NISSAN MOTOR INDONESIA Nama : Bernie Fauzan Mochamad Npm : 21410394 Kelas : 4 IC 04 ABSTRAKSI Front chassis merupakan salah satu komponen utama pada sebuah

Lebih terperinci

STATISTICAL PROCESS CONTROL

STATISTICAL PROCESS CONTROL STATISTICAL PROCESS CONTROL Sejarah Statistical Process Control Sebelum tahun 1900-an, industri AS umumnya memiliki karakteristik dengan banyaknya toko kecil menghasilkan produk-produk sederhana, seperti

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 28 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi masalah Pada bagian produksi di Stamping Plant PT. Astra Daihatsu Motor, banyak masalah yang muncul berkaitan dengan kualitas yang dihasilkan

Lebih terperinci

Peta Kendali (Control Chart)

Peta Kendali (Control Chart) Peta Kendali (Control Chart) Pengendalian Kualitas Statistika Ayundyah Kesumawati Prodi Statistika FMIPA-UII October 29, 2015 Ayundyah (UII) Peta Kendali (Control Chart) October 29, 2015 1 / 22 Control

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Sampel Penelitian Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan suatu prosedur tertentu dan diharapkan dapat mewakili suatu populasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK SOLAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL QUALITY CONTROL (SQC) (Studi Kasus : DI UNIT KILANG PUSDIKLAT MIGAS CEPU) Siti Nandiroh 1*,Eko Winardi 2 1,2 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri atau perindustrian merupakan sebuah kegiatan ekonomi yang tidak hanya melakukan pengolahan bahan baku menjadi produk yang memiliki nilai lebih dalam penggunaannya

Lebih terperinci

ANALISIS REJECT PART TYPE KYL PADA PROSES ASSEMBLY UNIT SEPEDA MOTOR DENGAN METODE FAULT TREE ANALYSIS DAN SIX SIGMA (Study Kasus Pada PT.

ANALISIS REJECT PART TYPE KYL PADA PROSES ASSEMBLY UNIT SEPEDA MOTOR DENGAN METODE FAULT TREE ANALYSIS DAN SIX SIGMA (Study Kasus Pada PT. ANALISIS REJECT PART TYPE KYL PADA PROSES ASSEMBLY UNIT SEPEDA MOTOR DENGAN METODE FAULT TREE ANALYSIS DAN SIX SIGMA (Study Kasus Pada PT.XYZ) Priyanto Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Mulai 1. Identifikasidan Perumusan Masalah 2. Pengumpulan Data 3. Pembuatan Sketsa Gambar Alat Pemindah Bahan 4. Perancangan Sistem Kerja Alat dan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA DAN INTERPRETASI HASIL. menjelaskan arti dari hasil pengolahan yang telah dilakukan dan melakukan

BAB V ANALISA DATA DAN INTERPRETASI HASIL. menjelaskan arti dari hasil pengolahan yang telah dilakukan dan melakukan BAB V ANALISA DATA DAN INTERPRETASI HASIL 5.1 Analisa Data Bab ini akan menganalisa hasil pengolahan data dengan menguraikan serta menjelaskan arti dari hasil pengolahan yang telah dilakukan dan melakukan

Lebih terperinci

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN Pembahasan pada bab ini menanalisa hasil pendefinisian permasalahan pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah ditetapkan. 5.1 Analyze Dengan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PADA MESIN PRODUKSI NONWOVEN SPUNBOND DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FMEA

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PADA MESIN PRODUKSI NONWOVEN SPUNBOND DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FMEA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PADA MESIN PRODUKSI NONWOVEN SPUNBOND DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FMEA Mochammad Damaindra, Atikha Sidhi Cahyana Program studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PETA KENDALI VARIABEL

PETA KENDALI VARIABEL PETA KENDALI VARIABEL 9 Pengendalian Kualitas Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e- Mail : debrina@ub.ac.id Blog : hcp://debrina.lecture.ub.ac.id/ 2 Outline Peta Kendali Variabel

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 4.1. Menentukan Nilai Severity, Occurrence, Detection dan RPN 4.1.1 Oli dan Filter Hidrolik Kotor Kerusakan pada oli dan filter hidrolik dapat menyebabkan kenaikan temperature

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI ABSTRAK PT Kandakawana Sakti bergerak pada bidang pengecatan yang berspesialisasi pada pengecatan body motor Honda. Penelitian ini diawali dengan masalah tingginya produk cacat yang dihasilkan dan kegagalan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK

PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIK Pendahuluan Kualitas / Mutu : Ukuran tingkat kesesuaian barang/ jasa dg standar/spesifikasi yang telah ditentukan/ ditetapkan. Pengendalian

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan data Observasi dilakukan pada lantai Produksi dan dikhususkan pada proses pembuatan buku, observasi dilakukan agar dapat lebih memahami proses pembuatan buku,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan pada proses bahan baku, proses produksi, dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. permukaan material terlihat bercak atau noda keputih-putihan. Bercak atau

BAB V ANALISA HASIL. permukaan material terlihat bercak atau noda keputih-putihan. Bercak atau BAB V ANALISA HASIL 5.1 Definisi Cacat a. Belang Dari hasil pengolahan data sebelumnya terlihat bahwa jenis cacat belang merupakan jenis cacat terbanyak. Jenis cacat belang merupakan jenis cacat dimana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Pembuatan Diagram Sebab Akibat. Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Pembuatan Diagram Sebab Akibat. Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa 5.1.1 Pembuatan Diagram Sebab Akibat Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan yang dihadapi dengan kemungkinan penyebabnya serta faktor-faktor yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah penelitian yang dilakukan. 3.1 Flow Chart Mulai Survey Perusahaan Identifikasi Maslah Rumuskan Masalah Menetapkan Tujuan Pengumpulan

Lebih terperinci

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016 7 Basic Quality Tools 14 Oktober 2016 Dr. Kaoru Ishikawa (1915 1989) Adalah seorang ahli pengendalian kualitas statistik dari Jepang. As much as 95% of quality related problems in the factory can be solved

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu yang

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI MESIN POMPA PADA RUMAH POMPA PDAM SURABAYA UNIT X DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) Oleh: Resty Dwi S.

ANALISIS EFISIENSI MESIN POMPA PADA RUMAH POMPA PDAM SURABAYA UNIT X DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) Oleh: Resty Dwi S. ANALISIS EFISIENSI MESIN POMPA PADA RUMAH POMPA PDAM SURABAYA UNIT X DENGAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) Oleh: Resty Dwi S. 240905022 Ir.Ya umar,mt Dosen Pembimbing: Ir.Ali Musyafa, MSc Diperlukan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas

ABSTRAK. Kata Kunci: Slide Bracket, Kualitas, Six Sigma, DMAIC, DPMO, Usulan Peningkatan Kualitas ABSTRAK Peningkatan kualitas produk ataupun jasa yang dihasilkan merupakan sesuatu yang mutlak perlu dilakukan oleh setiap perusahaan untuk dapat bertahan di era yang semakin kompetitif ini. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 30 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Studi Pendahuluan Identifikasi & Perumusan Masalah Pengumpulan Data M enentukan CTQ M enghitung Proporsi Kesalahan M enghitung Kapabilitas Sigma M embuat Peta Kendali

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN BAB V ANALISA PEMBAHASAN 5.1. Analisa Prioritas perbaikan proses Dyno dengan metode FMEA Setelah diketahui berbagai kendala dan hambatan dalam pencapaian target WIP diproses Dyno, maka perlu dibuatkan

Lebih terperinci

BAB III MENGUKUR KERENGGANGAN METAL DUDUK ENGINE DIESEL CATERPILLAR D 3208

BAB III MENGUKUR KERENGGANGAN METAL DUDUK ENGINE DIESEL CATERPILLAR D 3208 BAB III MENGUKUR KERENGGANGAN METAL DUDUK ENGINE DIESEL CATERPILLAR D 3208 Keseimbanagn putaran pada mesin sangat berpengaruh besar terhadap kerusakan mesin tersebut, semakin tinggi nilai keseimbangan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Ganjil Tahun 2007/2008

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Ganjil Tahun 2007/2008 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Ganjil Tahun 2007/2008 ANALISA SIX SIGMA UNTUK PENGENDALIAN KUALITAS FRONT SPRING ASSY DALAM MENGATASI MASALAH NOISE PADA

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah 3.1. Flowchart Pemecahan Masalah Agar penelitian ini berjalan dengan sistematis, maka sebelumnya penulis membuat perencanaan tentang langkah-langkah pemecahan masalah

Lebih terperinci

PENGURANGAN JUMLAH CACAT PRODUK DENGAN METODE FMEA PADA SECTION FORMING PT. XYZ

PENGURANGAN JUMLAH CACAT PRODUK DENGAN METODE FMEA PADA SECTION FORMING PT. XYZ PENGURANGAN JUMLAH CACAT PRODUK DENGAN METODE FMEA PADA SECTION FORMING PT. XYZ M. Derajat A Teknik Industri Universitas Esa Unggul Jalan Arjuna Utara No. 9, Kebon Jeruk, Jakarta derajat.amperajaya@esaunggul.ac.id

Lebih terperinci

ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS

ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS ANALISA DAMPAK KEGAGALAN PROSES PRODUKSI TERHADAP KERUSAKAN PRODUK BAN DENGAN METODE FMEA ( FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS ) DI PT. GAJAH TUNGGAL, Tbk TANGERANG PROPOSAL SKRIPSI Diajukan Oleh : AGUNG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas merupakan aspek utama yang diperhatikan oleh para konsumen dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Flow Chart Perakitan Roda Proses perakitan roda depan tipe spoke dapat digambarkan dalam flow chart berikut ini: Press Bearing Press Dust Seal Spooking

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dewasa ini tuntutan pelanggan terhadap kualitas produk semakin meningkat, sehingga perusahaan perlu memperhatikan kualitas produk yang dihasilkannya agar mampu bersaing di pasar dan mempertahankan

Lebih terperinci

PETA KENDALI VARIABEL

PETA KENDALI VARIABEL PETA KENDALI VARIABEL 9 Pengendalian Kualitas Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya e- Mail : debrina@ub.ac.id Blog : hcp://debrina.lecture.ub.ac.id/ 2 Outline Peta Kendali Variabel

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PE ELITIA

IV. METODOLOGI PE ELITIA IV. METODOLOGI PE ELITIA 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan, mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Mei 2012 di laboratorium kimia departemen Quality Control (QC)

Lebih terperinci

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis

4 BAB V ANALISIS. Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis 4 BAB V ANALISIS 4.1 Analisa Bagian kelima dari dari laporan skripsi ini menjelaskan tentang penulis melakukan analisa dan hasil dari laporan skripsi, dan menguraikan tentang data-data yang telah dikumpulkan

Lebih terperinci