PERENCANAAN LINTASAN PESAWAT UDARA NIR AWAK ( PUNA ) DENGAN MENGGUNAKAN PYTHAGOREAN HODOGRAPH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENCANAAN LINTASAN PESAWAT UDARA NIR AWAK ( PUNA ) DENGAN MENGGUNAKAN PYTHAGOREAN HODOGRAPH"

Transkripsi

1 PERENCANAAN LINTASAN PESAWAT UDARA NIR AWAK ( PUNA ) DENGAN MENGGUNAKAN PYTHAGOREAN HODOGRAPH Nama Mahasiswa : Rusdi Arif Darmawan NRP : Jurusan : Matematika FMIPA-ITS Dosen Pembimbing : Subchan, Ph.D. rusdi_arif@live.com Abstrak : Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) yang terbang secara mandiri membutuhkan suatu sistem navigasi, pemandu, dan kendali (NPK) yang mampu memandu PUNA tersebut untuk terbang sampai ke tujuan. Salah satu komponen pemandu yang harus dimiliki oleh PUNA adalah perencanaan lintasan (path planning). Perencana lintasan merupakan suatu alat yang terdiri dari himpunan titik-titik lintasan yang akan dilalui oleh PUNA. Lintasan tersebut dipilih berdasarkan lintasan yang secara fisik dapat dilalui dan diikuti oleh PUNA dari titik awal ke titik tujuan. Dalam penelitian ini akan digunakan metode Pythagorean Hodograph (PH) untuk menentukan lintasan yang akan dilalui dengan energi kelenturan yang minimum. Metode ini menggunakan elemen dari Pythagorean atau Pythagoras yang kemudian digunakan untuk membentuk suatu algoritma perencanaan lintasan. Kata kunci : Pesawat Udara Nir Awak (PUNA), perencanaan lintasan, Pythagorean Hodograph (PH) 1. Pendahuluan Saat ini Pesawat Udara Nir Awak (PUNA) atau dalam bahasa Inggris biasa disebut Unmanned Aerial Vehicle (UAV), sudah banyak digunakan baik untuk kepentingan militer maupun sipil, seperti pada misi pengintaian, pemetaan, pemantauan, pengawasan atau observasi dari udara. PUNA juga sesuai digunakan untuk kondisi geografi yang "berat", pengamanan hutan dari pencurian dan laut dari pencurian pasir laut. Kemampuannya yang bisa dikendalikan dari jarak jauh atau bahkan bisa diprogram untuk terbang sendiri dengan lintasan tertentu, tentunya sangat menguntungkan bagi manusia. Keuntungan yang bisa didapat antara lain biaya akan lebih efisien, meminimalisasi resiko bagi manusia, dan lain sebagainya [10]. PUNA umumnya didesain dengan ukuran yang tidak besar dan ringan. Selain menghemat bahan bakar penggerak PUNA, juga memudahkan manuver dan praktis digunakan untuk berbagai tugas. Dalam perkembangannya, sistem navigasi yang berbasis GPS telah digunakan pada PUNA. Namun untuk ke depannya, PUNA akan lebih otonom dari pada PUNA saat ini yang masih dikendalikan dari dari jarak jauh. PUNA dapat dilengkapi dengan sistem navigasi dan kendali terbang jarak jauh yang akurat, sistem komunikasi yang harus mampu secara terus menerus mengirimkan data status pesawat, target dan informasi penginderaan dengan format gambar digital secara real-time. Salah satu isu teknologi yang mulai dikembangkan saat ini adalah perencanaan lintasan. Sebuah algoritma dari perencanaan lintasan akan menghasilkan satu atau lebih lintasan yang aman untuk PUNA. Lintasan tersebut harus dapat dilalui oleh pesawat tersebut. Karena PUNA memiliki kemampuan yang terbatas, maka waktu yang dibutuhkan untuk melakukan terbang juga harus dikurangi, sehingga panjang lintasan sangat mempengaruhi dalam pembuatan algoritma. Selain itu, lintasan harus bisa diikuti oleh pesawat. Ada banyak metode yang digunakan untuk membuat perencanaan lintasan, salah satunya adalah dengan menggunakan Pythagorean Hodograph (PH) [4,5]. Seperti namanya, Hodograph pada lintasan PH harus memenuhi syarat Pythagoras, dengan Hodograph adalah turunan pertama dari kurva PH. Syarat Pythagoras yaitu jumlah kuadrat sisi tegak segitiga adalah sama dengan kuadrat sisi miringnya. Dalam domain waktu, Hodograph disebut sebagai vektor kecepatan yang selalu sejajar dengan kemiringan lintasan. Jadi, inti dari Pythagorean Hodograph 1

2 ini adalah dengan menggunaan elemen Pythagoras yang kemudian digunakan untuk membentuk suatu algoritma perencanaan lintasan. Dalam Tugas Akhir ini diambil studi kasus penggunaan Pythagorean Hodograph untuk merancang sebuah algoritma pada perencanaan lintasan Pesawat Udara Nir Awak. 2. Kurva Pythagorean Hodograph (PH) Kurva Pythagorean Hodograph (PH) pertama kali dikenalkan oleh Farouki dan Sakkalis [4,7]. Kurva PH ini mempunyai sifat sebagai berikut [1,10] : 1. Terdistribusi seragam di setiap titik di dalam kurvanya. 2. Menggunakan eliminasi kuadratur numerik untuk menghitung panjang lintasan. 3. Kecepatan parametrik adalah fungsi polinomial dari parameternya. 4. Lengkungan dan kurva offset dalam bentuk rasional. Sebuah kurva PH adalah sebuah kurva polinomial dengan garis singgung, dan memenuhi [4,7] : (2.1) untuk beberapa polinomial dan. Dari prinsip differensial geometri, panjang lintasan dan kecepatan parametrik dari kurva parametrik diberikan : dan (2.2) Dimana dan adalah hodograph dari kurva, dan adalah sebuah parameter. Namun demikian, persamaan-persamaan tersebut harus memenuhi syarat Pythagoras sebagai berikut : (2.3) tercukupi oleh polinomial jika dan hanya jika persamaan tersebut dapat diubah kedalam bentuk polinomial dengan [7], (2.4) dan merupakan polinomial utama yang relatif. Berdasarkan pada turunan dari polinomial,, dan, kurva PH dapat berupa cubic, quartic, atau quintic. Ekspresi untuk unit sudut, unit normal, dan kurvatur adalah sebagai berikut [4,11] : (2.5.1) (2.5.2) (2.5.3),,,, dan. Kurva offset dari kurva pada saat adalah : (2.5.4) dengan semua dalam bentuk rasional. 3. Perencanaan Lintasan 3.1 Pembentukan Kurvatur Lintasan Dalam pembentukan kurvatur lintasan ini, hal pertama yang harus dilakukan adalah inisialisasi posisi dan sudut di awal dan di akhir dari PUNA tersebut, yaitu [9] : (3.1) : posisi awal pesawat : titik awal pesawat : sudut awal pesawat : posisi akhir / tujuan pesawat : titik akhir / tujuan pesawat : sudut akhir / tujuan pesawat Kemudian dibentuk suatu batasan lintasan lintasan tersebut berada di dalam atau tidak melebihi batas maksimum kurvatur. Hal ini bisa ditulis sebagai berikut : (3.2) : kurvatur pada lintasan ke- : batas maksimum kurvatur pada lintasan 2

3 Bila kurvatur melebihi batas maksimum kurvatur, maka perlu dicari lagi nilai kurvatur dengan interpolasi Hermite pada kurva Quintic PH. Algoritma Algoritma yang diberikan di bawah ini adalah algoritma untuk membentuk suatu batasan kurvatur rencana lintasan PUNA akan dibuat. Step 0 Input posisi dan sudut di awal dan di akhir Step 1 Bila kondisi STOP belum terpenuhi, kerjakan step 2-6 Step 2 Untuk setiap vektor input, kerjakan step 3-4 Step 3 Menghitung kurva Quintic PH Step 4 Dapatkan nilai kappa Step 5 Update nilai max kurva dan min kurva Step 6 Update titik - titik kurva, dengan Jika max kurvatur < kmax && min kurvatur > -kmax, maka titik (baru) = titik (lama) Jika max kurvatur > kmax min kurva < - kmax, maka hitung kurva Quintic PH Step 7 Test kondisi STOP Step 8 Plot kurva rencana lintasan dengan PH Mulai Input posisi dan sudut di awal dan di akhir Update nilai kappa Update max dan min kurva Max kurva < kmax && Min kurva > -kmax Ya Plot kurva Selesai Tidak Gambar 2.1 Flow Chart Perencanaan Lintasan 3.2 Penghitungan Kurva Quintic PH Interpolasi Hermite pada Kurva Quintic PH Interpolasi Hermite merupakan metode interpolasi titik data sebagai fungsional. Interpolasi ini membandingkan kedua nilai dari titik data dan turunan pertamanya. Ini berarti bahwa nilai turunan harus diberikan titik data. Maksimum hasil polinomial akan berderajat [6,8] Solusi Menggunakan Representasi Kompleks Untuk mempermudah mencari kurva Quintic PH, akan digunakan representasi kompleks dengan lemma berikut [3] : Lemma 1 Dalam representasi kompleks, kurva PH biasa yang sesuai dengan kurvanya hodograph merupakan kuadrat sempurna dari polinomial kompleks yang mempunyai bagian real dan imajiner. Sehingga, hodograph dari kurva Quintic PH dapat diekspresikan sebagai berikut : (3.3) untuk bilangan kompleks,, dan tertentu. Utnuk menjamin bahwa pada semua, nilai dan harus mempunyai bagian imajiner tidak nol. Kemudian dengan menggunakan definisi Interpolasi Hermite untuk representasi kompleks berikut [3] : Definisi 1 Data Hermite kompleks dan direduksi ke dalam bentuk kompleks standar : dengan cara 1. Mengurangi dari titik akhir 2. Membagi titik akhir dan turunan akhir dengan Dengan demikian, bentuk interpolant Hermite hanya tergantung pada besaran relatif dan berorientasi pada turunan terakhir dan dengan dan adalah komposisi kompleks dari sudutdi setiap titik inputnya. Karena merupakan pengubahan dari sistem koordinat asli ke dalam operasi aritmatika kompleks, maka diambil 3

4 pertimbangan hanya untuk interpolasi data Hermite dalam bentuk standar. Dengan proses pengintegralan, bentuk quintic PH dapat diekspresikan sebagai berikut : (3.4), dan konstanta integrasi c adalah (3.5) Jadi, dalam bentuk standar masalah interpolasi Hermite oleh kurva quintic PH jumlah penghitungan konstanta kompleks dan yang seperti yang didefinisikan oleh persaman di atas, maka akan didapatkan solusi yang memberikan kurva terbaik. Setelah itu digunakan proposisi bilangan kompleks sebagai berikut untuk menentukan nilai dari dan [3] : Proposisi 1 Diberikan didefinisikan sebagai akar dari pembagian 2 bilangan kompleks sebagai berikut dan diberikan kuadratik (3.6) sebagai 2 solusi persamaan (3.7) Jika dan adalah dua akar dari (3.7) kemudian, untuk nilai dan diberikan sebagai berikut : (3.8) dan yang berkorespondensi dengan nilai k, maka (3.9) dan diberikan dalam bentuk,, dan k pada persamaan di atasnya Energi dari Kurva Quintic PH Lintasan yang dibentuk diidentifikasi dengan menghitung energi kelenturan dari kurva dan memilih lintasan yang memiliki energi minimum. Energi kelenturan dari lintasan adalah : (3.10) Lintasan yang memiliki energi kelenturan yang minimumlah yang dijadikan lintasan. Lintasan dengan energi minimum adalah : (3.11) Kurva quintic merupakan kurva PH orde terendah yang cocok dengan desain umum. Kurva ini dibangkitkan dengan memilih polinomial kompleks kuadratik yaitu : ke dalam persamaan kurva PH berikut (3.12) (3.13) bagian real dan imajinernya adalah elemen dari tiga pythagoras polinomial dan kecepatan parametriknya adalah : (3.14) dari kurva PH. Untuk kurva dapat diekspresikan ke dalam bentuk kompleks, kurvaturnya adalah. Sehingga didapat persamaan berikut : (3.15) untuk kurva PH yang didefinisikan persamaan (3.4). Karena, maka fungsi rasional untuk setiap pada kurva. Kemudian dimisalkan bahwa : (3.16) (3.17) untuk polinomial pada pembilang persamaan (3.15). Sebagai pengganti representasi Bernstein, maka dicari bentuk berikut : (3.18) dan yang dinotasikan ke dalam persamaan akar (3.19) dengan catatan, untuk kurva umum, diberikan dan. Kecepatan parametrik persamaan (3.14) menjadi : 4

5 dan (3.20) (3.21) Pada persamaan (3.17) dimisalkan menjadi 2 real polinomial kuadratik sebagai berikut : (3.22) sehingga persamaan energinya menjadi : (3.23) (3.25) Secara eksplisit, bentuk logaritmik dirumuskan dengan menggabungkan bentuk rasional konjugat dan menulisnya ke dalam bentuk :, kuadran yang tepat ditentukan dengan memeriksa tanda-tanda dan. Sehingga : dengan mengambil pendekaan integran sebagai berikut : (3.26) Untuk mencari nilai dan, kedua sisi dari persamaan (3.24) dikalikan dengan, sehingga : (3.24) Pengintegralan persamaan (3.23) akan memberikan rumusan energi sebagai berikut : (3.27) Kemudian dari persamaan (3.27) dimasukkan nilai dan untuk mencari 5

6 nilai dan sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut : (3.30) Setelah dan diketahui, energi total dihitung dengan persamaan untuk. Dengan demikian energi tersebut dapat diekspresikan sebagai berikut : (3.28) Perlu diketahui bahwa koefisien harus ditentukan dalam urutan yang ditunjukkan. Nilai dari dan turunannya pada dan, dibutuhkan untuk mengevaluasi ekspresi di atas, dapat ditulis sebagai berikut : (3.29) Kemudian persamaan (3.29) disubtitusikan ke dalam persamaan (3.28) sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut : (3.31) Algoritma Algoritma yang diberikan di bawah ini adalah algoritma untuk menghitung energi dan nilai kappa pada kurva Quintic PH. Step 0 Input posisi dan sudut di awal dan di akhir Step 1 Bila kondisi STOP belum terpenuhi, kerjakan step 2-5 Step 2 Untuk setiap vektor input, kerjakan step 3-4 Step 3 Ubah vektor input ke dalam bentuk kompleks Step 4 Hitung panjang dan energi kurva Step 5 Ubah hasil ke dalam bentuk asli/awal Step 6 Tes kondisi STOP Step 7 Update nilai kappa 6

7 Mulai Input posisi dan sudut di awal dan di akhir Ubah input ke dalam bentuk kompleks Hitung energi kurva Ubah kembali hasil ke dalam bentuk asli Gambar 4.1 Grafik Simulasi Lintasan 1 dengan Kondisi Simulasi Lintasan 2 Pada simulasi lintasan 2 ini akan diberikan sudut awalnya = 30 derajat, sedangkan sudut akhir berada di kuadran 2 yaitu = 150 derajat. Update nilai kappa Selesai Gambar 3.1 Flow Chart Penghitungan Quintic PH 4. Analisis dan Pembahasan Dari algoritma yang telah dibentuk pada bab 4.1 dan 4.2, bada sub bab ini akan beberapa simulasi lintasan. Simulasi ini akan diberikan 4 kondisi, setiap kondisi akan diberikan sudut yang berbeda pada titik awal dari lintasan. 4.1 Kondisi 1 Pada kondisi 1, simulasi akan dilakukan dengan sudut awal berada di kuadran 1, sedangkan sudut akhir saling bergantian di 4 kuadran. Pada simulasi ini akan diberikan nilai titik awal : = 0, = 0 dan titik akhir : = 10, = 10. Dengan asumsi radius minimum dari pesawat saat manuver = 10 satuan panjang. Dari data tersebut diperoleh hasil simulasi sebagai berikut : Simulasi Lintasan 1 Pada simulasi lintasan 1 ini akan diberikan sudut awalnya = 30 derajat, sedangkan sudut akhir berada di kuadran 1 yaitu = 60 derajat. Gambar 4.2 Grafik Simulasi Lintasan 2 dengan Kondisi Simulasi Lintasan 3 Pada simulasi lintasan 3 ini akan diberikan sudut awalnya = 30 derajat,sedangkan sudut akhir berada di kuadran 3 yaitu = 240 derajat. Gambar 4.3 Grafik Simulasi Lintasan 3 dengan Kondisi 1 7

8 4.1.4 Simulasi Lintasan 4 Pada simulasi lintasan 4 ini akan diberikan sudut awalnya = 30 derajat,sedangkan sudut akhir berada di kuadran 4 yaitu = 330 derajat Simulasi Lintasan 2 Pada simulasi lintasan 2 ini akan diberikan sudut awalnya = 120 derajat, sedangkan sudut akhir berada di kuadran 2 yaitu = 150 derajat. Gambar 4.4 Grafik Simulasi Lintasan 4 dengan Kondisi 1 Dari hasil simulasi tersebut, lintasan mengarah ke arah yang sama kecuali simulasi 4 yang berbelok ke arah lain. Hal ini dikarenakan untuk menyesuaikan sudut yang akan dibentuk pada titik akhir. 4.2 Kondisi 2 Pada kondisi 2 ini, simulasi akan dilakukan dengan sudut awal berada di kuadran 2, sedangkan sudut akhir saling bergantian di 4 kuadran. Pada simulasi ini akan diberikan nilai titik awal : = 0, = 0 dan titik akhir : = 10, = 10. Dengan asumsi radius minimum dari pesawat saat manuver = 10 satuan panjang. Dari data tersebut diperoleh hasil simulasi sebagai berikut : Simulasi Lintasan 1 Pada simulasi lintasan 1 ini akan diberikan sudut awalnya = 120 derajat, sedangkan sudut akhir berada di kuadran 1 yaitu = 60 derajat. Gambar 4.6 Grafik Simulasi Lintasan 2 dengan Kondisi Simulasi Lintasan 3 Pada simulasi lintasan 3 ini akan diberikan sudut awalnya = 120 derajat, sedangkan sudut akhir berada di kuadran 3 yaitu = 240 derajat. Gambar 4.7 Grafik Simulasi Lintasan 3 dengan Kondisi Simulasi Lintasan 4 Pada simulasi lintasan 4 ini akan diberikan sudut awalnya = 120 derajat, sedangkan sudut akhir berada di kuadran 4 yaitu = 330 derajat. Gambar 4.5 Grafik Simulasi Lintasan 1 dengan Kondisi 2 8

9 akhir berada di kuadran 2 yaitu = 150 derajat. Gambar 4.8 Grafik Simulasi Lintasan 4 dengan Kondisi 2 Dari hasil simulasi tersebut, lintasan berputar ke arah yang sama kecuali simulasi 1 yang pada titik tertentu berbelok berbelok ke arah lain. Hal ini dikarenakan untuk menyesuaikan sudut yang akan dibentuk pada titik akhir. 4.3 Kondisi 3 Pada kondisi 3 ini, simulasi akan dilakukan dengan sudut awal berada di kuadran 3, sedangkan sudut akhir saling bergantian di 4 kuadran. Pada simulasi ini akan diberikan nilai titik awal : = 0, = 0 dan titik akhir : = 10, = 10. Dengan asumsi radius minimum dari pesawat saat manuver = 10 satuan panjang. Dari data tersebut diperoleh hasil simulasi sebagai berikut : Simulasi Lintasan 1 Pada simulasi lintasan 1 ini akan diberikan sudut awalnya = 210 derajat, sedangkan sudut akhir berada di kuadran 1 yaitu = 60 derajat. Dari data tersebut diperoleh : Gambar 4.10 Grafik Simulasi Lintasan 2 dengan Kondisi Simulasi Lintasan 3 Pada simulasi lintasan 3 ini akan diberikan sudut awalnya = 210 derajat, sedangkan sudut akhir berada di kuadran 3 yaitu = 240 derajat. Gambar 4.11 Grafik Simulasi Lintasan 3 dengan Kondisi Simulasi Lintasan 4 Pada simulasi lintasan 4 ini akan diberikan sudut awalnya = 210 derajat, sedangkan sudut akhir berada di kuadran 4 yaitu = 330 derajat. Gambar 4.9 Grafik Simulasi Lintasan 1 dengan Kondisi Simulasi Lintasan 2 Pada simulasi lintasan 2 ini akan diberikan sudut awalnya = 210 derajat, sedangkan sudut Gambar 4.12 Grafik Simulasi Lintasan 4 dengan Kondisi 3 9

10 Dari hasil simulasi tersebut, 2 lintasan berputar ke arah yang sama dan 2 lintasan lainnya memutar ke arah lain. Hal ini dikarenakan untuk menyesuaikan sudut yang akan dibentuk pada titik akhir. 4.4 Kondisi 4 Pada kondisi 4 ini, simulasi akan dilakukan dengan sudut awal berada di kuadran 4, sedangkan sudut akhir saling bergantian di 4 kuadran. Pada simulasi ini akan diberikan nilai titik awal : = 0, = 0 dan titik akhir : = 10, = 10. Dengan asumsi radius minimum dari pesawat saat manuver = 10 satuan panjang. Dari data tersebut diperoleh hasil simulasi sebagai berikut : Simulasi Lintasan 1 Pada simulasi lintasan 1 ini akan diberikan sudut awalnya = 300 derajat, sedangkan sudut akhir berada di kuadran 1 yaitu = 60 derajat Simulasi Lintasan 3 Pada simulasi lintasan 3 ini akan diberikan sudut awalnya = 300 derajat, sedangkan sudut akhir berada di kuadran 3 yaitu = 240 derajat. Gambar 4.15 Grafik Simulasi Lintasan 3 dengan Kondisi Simulasi Lintasan 4 Pada simulasi lintasan 4 ini akan diberikan sudut awalnya = 300 derajat, sedangkan sudut akhir berada di kuadran 4 yaitu = 330 derajat. Gambar 4.13 Grafik Simulasi Lintasan 1 dengan Kondisi Simulasi Lintasan 2 Pada simulasi lintasan 2 ini akan diberikan sudut awalnya = 300 derajat, sedangkan sudut akhir berada di kuadran 2 yaitu = 150 derajat. Gambar 4.16 Grafik Simulasi Lintasan 4 dengan Kondisi 4 Dari hasil simulasi tersebut, lintasan berputar ke arah yang sama kecuali simulasi 1 yang pada titik tertentu berbelok ke arah lain. Hal ini dikarenakan untuk menyesuaikan sudut yang akan dibentuk pada titik akhir. 5. Kesimpulan dan Saran Pada bab ini diberikan kesimpulan dari analisis dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap perencana lintasan PUNA. Selain itu, diberikan pula saran yang dapat dilakukan sebagai kelanjutan dari Tugas Akhir ini. Gambar 4.14 Grafik Simulasi Lintasan 2 dengan Kondisi 4 10

11 5.1 Kesimpulan Dari analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada perencanaan lintasan PUNA dengan menggunakan Pythagorean Hodograph diperoleh kesimpulan bahwa : 1. Rancangan ini dapat digunakan untuk semua sudut di semua kuadran baik di titik awal maupun di titik akhir. 2. Untuk merancang lintasan Pythagorean Hodograph harus memenuhi kondisi. 3. Lintasan yang dihasilkan dari penggunaan Pythagorean Hodograph terlihat halus pada saat pengubahan arah / berbelok, sehingga kemungkinan besar lintasan dapat diikuti oleh PUNA. Selain itu rancangan menggunakan Pythagorean Hodograph ini masih memiliki kekurangan yaitu : 1. Terdapat kesalahan saat menghitung panjang lintasan dengan kondisi sudut tertentu. 2. Simulasi Tugas Akhir masih belum bisa digunakan untuk multi PUNA yang bergerak bersamaan Saran Saran yang diajukan dari Tugas Akhir ini untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut : 1. Simulasi pada Tugas Akhir ini masih berupa 2 dimensi. Bisa dikembangkan lagi dengan menambahnya menjadi 3 dimensi. 2. Penggunaan Pythagorean Hodograph pada perencana lintasan untuk penelitian selanjutnya agar lebih dikembangkan dengan multi PUNA dan bila memungkinkan benar-benar diaplikasikan untuk PUNA sungguhan. DAFTAR PUSTAKA [1] Fahimi, F Autonomous Robots : Modeling, Path Planning, and Control. Canada : Mechanical Engineering Department University of Alberta. [2] Farouki, R.T The Elastic Bending Energy of Pythagorean Hodograph Curves. USA : Department of Mechanical and Aeronautical Engineering University of California. [3] Farouki, R.T. dan Neff, C.A Hermite Interpolation by Pythagorean Hodograph Quintics. Mathematics of Computation Volume 64, Number 212. [4] Farouki, R.T Pythagorean- Hodograph Curves : Algebra and Geometry Inseparable. USA : Department of Mechanical and Aeronautical Engineering University of California. [5] Farouki, R.T., dan Han, C.Y Algorithms for Spatial Pythgorean- Hodograph Curves. USA : Department of Mechanical and Aeronautical Engineering University of California. [6] Hermite Interpolation. <URL> _interpolation. Diakses pada tanggal 2 Juni [7] Kwon, S Clifford Algebra, Pythagorean Hodograph, and Rational Parametrization of Curves and Surfaces. Seoul : Department of Mathematical Sciences Seoul National University. [8] Pipenbrinck, Nils Hermite Curve Interpolation. <URL> tm. Diakses pada tanggal 3 Juni [9] Shanmugavel, M Path Planning of Multiple Autonomous Vehicles. Shrivenham : Department of Aerospace, Power, and Sensor Cranfield University. [10] Subchan, S., dkk Pythagorean Hodograph Path Planning for Tracking Airborne Contaminant using Sensor Swarn. IEEE International Instrumentation and Measurement Technology Conference Victoria, Vancouver Island, Canada, May [11] Thread Subject: "Slow-Motion" Plotting, Anyone? <URL> ntral/newsreader/view_thread/1047. Diakses pada tanggal 8 Juni

Latar belakang : Pesawat Udara Nir Awak lebih efektif dan efisien. Masalah navigasi, pemandu, dan kontrol. Pemandu. Pythagorean Hodograph

Latar belakang : Pesawat Udara Nir Awak lebih efektif dan efisien. Masalah navigasi, pemandu, dan kontrol. Pemandu. Pythagorean Hodograph Latar belakang : Pesawat Udara Nir Awak lebih efektif dan efisien Masalah navigasi, pemandu, dan kontrol Pemandu Pythagorean Hodograph Lintasan pesawat Perumusan Masalah : Bagaimana merancang algoritma

Lebih terperinci

PERENCANAAN LINTASAN MENGGUNAKAN DUBINS GEOMETRY PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK ( PUNA )

PERENCANAAN LINTASAN MENGGUNAKAN DUBINS GEOMETRY PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK ( PUNA ) PERENCANAAN LINTASAN MENGGUNAKAN DUBINS GEOMETRY PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK ( PUNA ) Nama Mahasiswa : Norma Kumala Dewi NRP : 1206 100 006 Jurusan : Matematika FMIPA-ITS Dosen Pembimbing : Subchan, Ph.D

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing : Subchan, M. Sc., Ph.D Drs. Iis Herisman, M. Si

Dosen Pembimbing : Subchan, M. Sc., Ph.D Drs. Iis Herisman, M. Si Perencanaan Lintasan Dubins-Geometri pada Kapal Tanpa Awak untuk Menghindari Halangan Statis Oleh : Nur Mu alifah 1209 100 706 Dosen Pembimbing : Subchan, M. Sc., Ph.D Drs. Iis Herisman, M. Si Jurusan

Lebih terperinci

WAKTU OPTIMUM PADA PELURU KENDALI DENGAN MANUVER AKHIR MENGHUNJAM VERTIKAL. Sari Cahyaningtias Dosen Pembimbing: Subchan, Ph.

WAKTU OPTIMUM PADA PELURU KENDALI DENGAN MANUVER AKHIR MENGHUNJAM VERTIKAL. Sari Cahyaningtias Dosen Pembimbing: Subchan, Ph. WAKTU OPTIMUM PADA PELURU KENDALI DENGAN MANUVER AKHIR MENGHUNJAM VERTIKAL Sari Cahyaningtias 1207 100 046 Dosen Pembimbing: Subchan, Ph.D Abstrak Peluru kendali adalah senjata berpanduan dan didesain

Lebih terperinci

NAVIGASI DAN KENDALI PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) UNTUK MENGHINDARI HALANGAN

NAVIGASI DAN KENDALI PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) UNTUK MENGHINDARI HALANGAN Limits J. Math. and Its Appl. E-ISSN: 2579-8936 P-ISSN: 1829-605X Vol. 14, No. 1, Mei 2017, 73 87 NAVIGASI DAN KENDALI PADA PESAWAT UDARA NIR AWAK (PUNA) UNTUK MENGHINDARI HALANGAN Ahmad Zaenal Arifin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah Unmanned Aerial Vehicle (UAV) merupakan pesawat tanpa awak yang dikendalikan dari jarak jauh atau diterbangkan secara mandiri yang dilakukan pemrograman terlebih

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PREDICTIVE CONTROL (MPC) PADA DESAIN PENGENDALIAN ROBOT MOBIL BERODA EMPAT

PENERAPAN MODEL PREDICTIVE CONTROL (MPC) PADA DESAIN PENGENDALIAN ROBOT MOBIL BERODA EMPAT PENERAPAN MODEL PREDICTIVE CONTROL (MPC) PADA DESAIN PENGENDALIAN ROBOT MOBIL BERODA EMPAT oleh: Dimas Avian Maulana 1207 100 045 Dosen Pembimbing: Subchan, M.Sc., Ph.D Abstrak Robot mobil adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Unmanned Aerial Vehicle (UAV) banyak dikembangkan dan digunakan di bidang sipil maupun militer seperti pemetaan wilayah, pengambilan foto udara, pemantauan pada lahan

Lebih terperinci

Perencanaan Lintasan Dubins-Geometri pada Kapal Tanpa Awak untuk Menghindari Halangan Statis

Perencanaan Lintasan Dubins-Geometri pada Kapal Tanpa Awak untuk Menghindari Halangan Statis JURNAL SAINS DAN SENI Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Perencanaan Lintasan Dubins-Geometri pada Kapal Tanpa Awak untuk Menghindari Halangan Statis Nur Mu alifah, Iis Herisman, dan Subchan Matematika, FMIPA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesawat udara tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) adalah sebuah pesawat terbang yang dapat dikendalikan secara jarak jauh oleh pilot atau dengan mengendalikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab II ini dibahas teori-teori pendukung yang digunakan untuk pembahasan selanjutnya yaitu tentang Persamaan Nonlinier, Metode Newton, Aturan Trapesium, Rata-rata Aritmatik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan raya adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas,

Lebih terperinci

BAB II PERSAMAAN KUADRAT DAN FUNGSI KUADRAT

BAB II PERSAMAAN KUADRAT DAN FUNGSI KUADRAT BAB II PERSAMAAN KUADRAT DAN FUNGSI KUADRAT 1. Menentukan koefisien persamaan kuadrat 2. Jenis-jenis akar persamaan kuadrat 3. Menyusun persamaan kuadrat yang akarnya diketahui 4. Fungsi kuadrat dan grafiknya

Lebih terperinci

KONSEP DASAR FUNGSI DAN GRAFIK. Oleh : Agus Arwani, SE, M.Ag

KONSEP DASAR FUNGSI DAN GRAFIK. Oleh : Agus Arwani, SE, M.Ag KONSEP DASAR FUNGSI DAN GRAFIK Oleh : Agus Arwani, SE, M.Ag KONSEP DASAR FUNGSI DAN GRAFIK Definisi : Fungsi f : A B adalah suatu aturan yang mengaitkan (memadankan) setiap dengan tepat satu A y B Notasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fotografi merupakan suatu kegiatan yang hampir dilakukukan oleh semua orang. Kegiatan fotografi ini dilakukan baik dengan kamera untuk professional maupun menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parrot AR. Drone

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parrot AR. Drone BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Quadrotor merupakan salah satu jenis Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau pesawat tanpa awak yang memiliki empat buah baling-baling (rotor) yang biasa juga disebut quadcopter.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi pesawat tanpa awak (english : Unmanned Aerial Vehicle disingkat UAV) sangat pesat. Diperkirakan UAV akan berkembang secara signifikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah daratan Indonesia lebih dari 2.012.402 km 2 dan luas perairannya lebih dari 5.877.879 km 2 yang menjadikan

Lebih terperinci

Pertemuan 9 : Interpolasi 1 (P9) Interpolasi. Metode Newton Metode Spline

Pertemuan 9 : Interpolasi 1 (P9) Interpolasi. Metode Newton Metode Spline Pertemuan 9 : Interpolasi 1 (P9) Interpolasi Metode Newton Metode Spline Pertemuan 9 : Interpolasi 2 Interpolasi Newton Polinomial Maclaurin dan polinomial Taylor menggunakan satu titik pusat, x 0 untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Grafika komputer tengah menjadi teknologi masa kini. Segala proses perancangan model-model objek saat ini telah banyak menggunakan bantuan komputer. Industri automotive

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UAS (unmanned aircraft systems) atau UAV (unmanned aerial vehicle) adalah sebuah sistem pesawat udara yang tidak memiliki awak yang berada di dalam pesawat (onboard).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau biasa disebut pesawat tanpa awak saat ini sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat di dunia. Penggunaan UAV dikategorikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di abad ke- 21 ini, khususnya dalam bidang penerbangan. Pada dekade terakhir dunia penerbangan mengalami

Lebih terperinci

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas Zulfikar Sembiring Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Medan Area zoelsembiring@gmail.com Abstrak Logika Fuzzy telah banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unmanned aerial vehicles (UAVs) atau wahana tanpa awak merupakan wahana terbang tanpa ada yang mengendalikan penerbangan wahana tersebut. Sebuah UAV dapat berupa pesawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang UAV (Unmanned Aireal Vehicle) adalah pesawat tanpa awak yang dapat berotasi secara mandiri atau dikendalikan dari jarak jauh oleh seorang pilot (Bone, 2003). Pada

Lebih terperinci

Materi Fungsi Linear Fungsi Variabel, koefisien, dan konstanta Variabel variabel bebas Koefisien Konstanta 1). Pengertian fungsi linier

Materi Fungsi Linear Fungsi Variabel, koefisien, dan konstanta Variabel variabel bebas Koefisien Konstanta 1). Pengertian fungsi linier Materi Fungsi Linear Admin 8:32:00 PM Duhh akhirnya nongol lagi... kali ini saya akan bahas mengenai pelajaran yang paling disukai oleh hampir seluruh warga dunia :v... MATEMATIKA, ya itu namanya. materi

Lebih terperinci

Mata Pelajaran MATEMATIKA Kelas X

Mata Pelajaran MATEMATIKA Kelas X Mata Pelajaran MATEMATIKA Kelas X SEKOLAH MENENGAH ATAS dan MADRASAH ALIYAH PG Matematika Kelas X 37 Bab 1 Bentuk Pangkat, Akar, dan Logaritma Nama Sekolah : SMA dan MA Mata Pelajaran : Matematika Kelas

Lebih terperinci

6 FUNGSI LINEAR DAN FUNGSI

6 FUNGSI LINEAR DAN FUNGSI 6 FUNGSI LINEAR DAN FUNGSI KUADRAT 5.1. Fungsi Linear Pada Bab 5 telah dijelaskan bahwa fungsi linear merupakan fungsi yang variabel bebasnya paling tinggi berpangkat satu. Bentuk umum fungsi linear adalah

Lebih terperinci

EKO TRI WASISTO Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

EKO TRI WASISTO Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2 RANCANG BANGUN SISTEM KONTROL ATTITUDE PADA UAV (UNMANNED AERIAL VEHICLE) QUADROTOR DF- UAV01 DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER 3-AXIS DENGAN METODE FUZZY LOGIC EKO TRI WASISTO 2407.100.065 Dosen

Lebih terperinci

BEBERAPA MACAM FUNGSI DALAM ALJABAR

BEBERAPA MACAM FUNGSI DALAM ALJABAR BEBEAA MACAM FUNGI DALAM ALJABA 1. Fungsi Komposisi Dari dua jenis fungsi f dan g kita dapat membentuk sebuah fungsi baru dengan menggunakan sistem operasi komposisi. operasi komposisi biasa dilambangkan

Lebih terperinci

Oleh: Dimas Avian Maulana Dosen Pembimbing: Subchan, Ph.D

Oleh: Dimas Avian Maulana Dosen Pembimbing: Subchan, Ph.D Oleh: Dimas Avian Maulana-1207100045 Dosen Pembimbing: Subchan, Ph.D Robot mobil adalah salah satu contoh dari wahana nir awak (WaNA) yang dapat dikendalikan dari jauh atau memiliki sistem pengendali otomatis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab II ini menjelaskan tentang teori-teori pendukung yang digunakan untuk pembahasan selanjutnya yaitu sistem persamaan linear sistem persamaan linear kompleks dekomposisi Doolittle

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero), disingkat PTPN VIII merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan. Perusahaan ini mengelolah perkebunan yang berada

Lebih terperinci

Penerapan Model Predictive Control (MPC) pada Desain Pengendalian Robot Mobil Beroda Empat

Penerapan Model Predictive Control (MPC) pada Desain Pengendalian Robot Mobil Beroda Empat Penerapan Model Predictive Control (MPC) pada Desain Pengendalian Robot Mobil Beroda Empat Dimas Avian Maulana 1 1 Universitas Negeri Surabaya email: dimasmaulana@unesa.ac.id ABSTRAK Robot mobil adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sebelum pembahasan mengenai irisan bidang datar dengan tabung lingkaran tegak, perlu diketahui tentang materi-materi sebagai berikut. A. Matriks Matriks adalah himpunan skalar (bilangan

Lebih terperinci

Estimasi Posisi Mobile Robot Menggunakan Metode Akar Kuadrat Unscented Kalman Filter (AK-UKF)

Estimasi Posisi Mobile Robot Menggunakan Metode Akar Kuadrat Unscented Kalman Filter (AK-UKF) Estimasi Posisi Mobile Robot Menggunakan Metode Akar Kuadrat Unscented Kalman Filter (AK-UKF) Teguh Herlambang 1), Reizano Amri Rasyid 2), Sri Hartatik 3), Dinita Rahmalia 4) 1) Program Studi Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB 1. 1.1 Latar Belakang Gerak terbang pada pesawat tanpa awak atau yang sering disebut Unmanned Aerial Vehicle (UAV) ada berbagais macam, seperti melayang (hovering), gerak terbang

Lebih terperinci

TIME CYCLE YANG OPTIMAL PADA SIMULASI PERILAKU TERBANG BURUNG ALBATROSS Disusun oleh: Nama : Herry Lukas NRP : ABSTRAK

TIME CYCLE YANG OPTIMAL PADA SIMULASI PERILAKU TERBANG BURUNG ALBATROSS Disusun oleh: Nama : Herry Lukas NRP : ABSTRAK TIME CYCLE YANG OPTIMAL PADA SIMULASI PERILAKU TERBANG BURUNG ALBATROSS Disusun oleh: Nama : Herry Lukas NRP : 0522114 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,, Jl.Prof.Drg.Suria Sumantri, MPH No.65, Bandung,

Lebih terperinci

Perancangan dan Implementasi Kontroler PID Optimal Untuk Tracking Lintasan Gerakan Lateral Pada UAV(Unmanned Aerial Vehicle)

Perancangan dan Implementasi Kontroler PID Optimal Untuk Tracking Lintasan Gerakan Lateral Pada UAV(Unmanned Aerial Vehicle) Perancangan dan Implementasi Kontroler PID Optimal Untuk Tracking Lintasan Gerakan Lateral Pada UAV(Unmanned Aerial Vehicle) Rahmat Fauzi 2209106077 Pembimbing : Surabaya, 26 Januari 2012 Ir. Rusdhianto

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Himpunan Fuzzy Tidak semua himpunan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari terdefinisi secara jelas, misalnya himpunan orang miskin, himpunan orang pandai, himpunan orang tinggi,

Lebih terperinci

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS PREVIEW KALKULUS TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Mahasiswa mampu: menyebutkan konsep-konsep utama dalam kalkulus dan contoh masalah-masalah yang memotivasi konsep tersebut; menjelaskan menyebutkan konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan berkembangnya permintaan akan pemetaan suatu wilayah dalam berbagai bidang, maka semakin berkembang pula berbagai macam metode pemetaan. Dengan memanfaatkan

Lebih terperinci

Metode Elemen Batas (MEB) untuk Model Konduksi-Konveksi dalam Media Anisotropik

Metode Elemen Batas (MEB) untuk Model Konduksi-Konveksi dalam Media Anisotropik Metode Elemen Batas (MEB) untuk Model Konduksi-Konveksi dalam Media Anisotropik Moh. Ivan Azis September 13, 2011 Daftar Isi 1 Pendahuluan 1 2 Masalah nilai batas 1 3 Persamaan integral batas 2 4 Hasil

Lebih terperinci

Matematika Ekonomi KUADRAT DAN FUNGSI RASIONAL (FUNGSI PECAH) GRAFIK FUNGSI KUADRAT BERUPA PARABOLA GRAFIK FUNGSI RASIONAL BERUPA HIPERBOLA

Matematika Ekonomi KUADRAT DAN FUNGSI RASIONAL (FUNGSI PECAH) GRAFIK FUNGSI KUADRAT BERUPA PARABOLA GRAFIK FUNGSI RASIONAL BERUPA HIPERBOLA Fungsi Non Linier Diskripsi materi: -Harga ekstrim pada fungsi kuadrat 1 Fungsi non linier FUNGSI LINIER DAPT BERUPA FUNGSI KUADRAT DAN FUNGSI RASIONAL (FUNGSI PECAH) GRAFIK FUNGSI KUADRAT BERUPA PARABOLA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tujuan. Merancang dan merealisasikan pesawat terbang mandiri tanpa awak dengan empat. baling-baling penggerak.

BAB I PENDAHULUAN Tujuan. Merancang dan merealisasikan pesawat terbang mandiri tanpa awak dengan empat. baling-baling penggerak. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Merancang dan merealisasikan pesawat terbang mandiri tanpa awak dengan empat baling-baling penggerak. 1.2. Latar Belakang Pesawat terbang tanpa awak atau UAV (Unmanned Aerial

Lebih terperinci

Interpolasi dan Ekstrapolasi

Interpolasi dan Ekstrapolasi Interpolasi dan Ekstrapolasi JURNAL 01 Didalam pengertian matematika dasar, interpolasi adalah perkiran suatu nilai tengah dari satu set nilai yang diketahui. Interpoloasi dalam arti luas merupakan upaya

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL KINEMATIK PELURU KENDALI PADA PENEMBAKAN TARGET MENGGUNAKAN METODE KENDALI OPTIMAL

ANALISIS MODEL KINEMATIK PELURU KENDALI PADA PENEMBAKAN TARGET MENGGUNAKAN METODE KENDALI OPTIMAL ANALISIS MODEL KINEMATIK PELURU KENDALI PADA PENEMBAKAN TARGET MENGGUNAKAN METODE KENDALI OPTIMAL Pembimbing : Subchan, M.Sc. Ph.D. Drs. Kamiran, M.Si. RESTU TRI ASTUTI-1208 100 033 Jurusan Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ini merupakan penelitian di bidang pemrosesan citra. Bidang pemrosesan citra sendiri terdapat tiga tingkatan yaitu operasi pemrosesan citra tingkat rendah,

Lebih terperinci

Fungsi Linear dan Fungsi Kuadrat

Fungsi Linear dan Fungsi Kuadrat Modul 1 Fungsi Linear dan Fungsi Kuadrat Drs. Susiswo, M.Si. K PENDAHULUAN ompetensi umum yang diharapkan, setelah mempelajari modul ini, adalah Anda dapat memahami konsep tentang persamaan linear dan

Lebih terperinci

Metode Elemen Batas (MEB) untuk Model Perambatan Gelombang

Metode Elemen Batas (MEB) untuk Model Perambatan Gelombang Metode Elemen Batas (MEB) untuk Model Perambatan Gelombang Moh. Ivan Azis September 13, 2011 Abstrak Metode Elemen Batas untuk masalah perambatan gelombang akustik (harmonis) berhasil diturunkan pada tulisan

Lebih terperinci

Macam-macam fungsi. Fungsi Polinomial. Fungsi Linier. Grafik Fungsi Linier. Fungsi

Macam-macam fungsi. Fungsi Polinomial. Fungsi Linier. Grafik Fungsi Linier. Fungsi Fungsi Macam-macam fungsi Polinomial (sampai dengan derajat 2) Akar kuadrat Rasional Ekponensial Logaritma Fungsi Polinomial Bentuk Umum: f (x) = a 0 + a 1 x + a 2 x 2 + + a n x n, dengan a 0, a 1, a 2,

Lebih terperinci

fungsi rasional adalah rasio dari dua polinomial. Secara umum,

fungsi rasional adalah rasio dari dua polinomial. Secara umum, fungsi rasional adalah rasio dari dua polinomial. Secara umum, Fungsi Rasional Fungsi rasional adalah fungsi yang memiliki bentuk Dengan p dan d merupakan polinomial dan d(x) 0. Domain dari V(x) adalah

Lebih terperinci

Modul Matematika 2012

Modul Matematika 2012 Modul Matematika MINGGU V Pokok Bahasan : Fungsi Non Linier Sub Pokok Bahasan :. Pendahuluan. Fungsi kuadrat 3. Fungsi pangkat tiga. Fungsi Rasional 5. Lingkaran 6. Ellips Tujuan Instruksional Umum : Agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi telekomunikasi dan dirgantara dapat menghasilkan suatu teknologi yang menggabungkan antara informasi suatu keadaan lokal tertentu dengan

Lebih terperinci

PELATIHAN PENULISAN J-PTIIK BAGI MAHASISWA SKRIPSI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA DAN SISTEM INFORMASI

PELATIHAN PENULISAN J-PTIIK BAGI MAHASISWA SKRIPSI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA DAN SISTEM INFORMASI PELATIHAN PENULISAN J-PTIIK BAGI MAHASISWA SKRIPSI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA DAN SISTEM INFORMASI Gembong Edhi Setyawan, S.T.,M.T. Disampaikan tgl 18 Mei 2018 Judul Abstrak Kata Kunci I. Pendahuluan

Lebih terperinci

Matematika Semester IV

Matematika Semester IV F U N G S I KOMPETENSI DASAR Mendeskripsikan perbedaan konsep relasi dan fungsi Menerapkan konsep fungsi linear Menggambar fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi kuadrat Menerapkan konsep fungsi trigonometri

Lebih terperinci

Modifikasi Kontrol untuk Sistem Tak Linier Input Tunggal-Output Tunggal

Modifikasi Kontrol untuk Sistem Tak Linier Input Tunggal-Output Tunggal Vol 7, No2, 118-123, Januari 2011 Modifikasi Kontrol untuk Sistem Tak Linier Input Tunggal-Output Tunggal Abstrak Dalam tulisan ini diuraikan sebuah kontrol umpan balik dinamik Dari kontrol yang diperoleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Parrot AR.Drone

PENDAHULUAN Latar Belakang Parrot AR.Drone PENDAHULUAN Latar Belakang UAV (Unmanned Aerial Vehicle) atau pesawat tanpa awak atau drone adalah sebuah mesin yang mampu terbang dan dikendalikan oleh pilot dari jarak jauh. Pergerakan UAV sendiri dipengaruhi

Lebih terperinci

SRI REDJEKI KALKULUS I

SRI REDJEKI KALKULUS I SRI REDJEKI KALKULUS I KLASIFIKASI BILANGAN RIIL n Bilangan yang paling sederhana adalah bilangan asli : n 1, 2, 3, 4, 5,. n n Bilangan asli membentuk himpunan bagian dari klas himpunan bilangan yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. UAV Shadow 200B (Thuvesson, Petersson, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. UAV Shadow 200B (Thuvesson, Petersson, 2013) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi dalam beberapa tahun belakangan ini berkembang sangat pesat. Salah satu lini yang turut mengalami efek perkembangan yang pesat ini adalah pada lini kedirgantaraan.

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA KONTROL GERAK SIRIP ELEVATOR

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA KONTROL GERAK SIRIP ELEVATOR 33 BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA KONTROL GERAK SIRIP ELEVATOR 4.1 Pengujian Rangkaian Untuk dapat melakukan pengontrolan gerakan sirip elevator pada pesawat tanpa awak, terlebih dahulu dilakukan uji rangkaian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bagian ini diberikan beberapa konsep dasar yang menjadi landasan berpikir dalam penelitian ini, seperti fungsi nonlinier, fungsi smooth, fungsi nonsmooth, turunan fungsi smooth,

Lebih terperinci

ESTIMASI POSISI ROBOT MOBIL MENGGUNAKAN UNSCENTED KALMAN FILTER. Oleh: Miftahuddin ( )

ESTIMASI POSISI ROBOT MOBIL MENGGUNAKAN UNSCENTED KALMAN FILTER. Oleh: Miftahuddin ( ) ESTIMASI POSISI ROBOT MOBIL MENGGUNAKAN UNSCENTED KALMAN FILTER Oleh: Miftahuddin (1206 100 707) Dosen Pembimbing: Subchan, Ph.D Dr. Erna Apriliani, M.Si Abstrak Robot Mobil atau Mobile Robot adalah konstruksi

Lebih terperinci

MATA KULIAH ANALISIS NUMERIK

MATA KULIAH ANALISIS NUMERIK BAHAN AJAR MATA KULIAH ANALISIS NUMERIK Oleh: M. Muhaemin Muhammad Saukat JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2009 Bahan Ajar Analisis

Lebih terperinci

ALGORITMA ADAPTIVE COVARIANCE RANK UNSCENTED KALMAN FILTER UNTUK ESTIMASI KEADAAN PADA PERSAMAAN AIR DANGKAL

ALGORITMA ADAPTIVE COVARIANCE RANK UNSCENTED KALMAN FILTER UNTUK ESTIMASI KEADAAN PADA PERSAMAAN AIR DANGKAL ALGORITMA ADAPTIVE COVARIANCE RANK UNSCENTED KALMAN FILTER UNTUK ESTIMASI KEADAAN PADA PERSAMAAN AIR DANGKAL Habib Hasbullah 1, Erna Apriliani 2 1 Mahasiswa Program Studi S2, Jurusan Matematika, F-MIPA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah UAV (Unmanned Aerial Vehicle) adalah sebuah sistem pesawat udara yang tidak memiliki awak yang berada di dalam pesawat (onboard). Keberadaan awak pesawat digantikan

Lebih terperinci

Course Note Numerical Method : Interpolation

Course Note Numerical Method : Interpolation Course Note Numerical Method : Interpolation Pengantar Interpolasi. Kalimat y = f(x), xo x xn adalah kalimat yang mengkorespondensikan setiap nilai x di dalam interval x0 x xn dengan satu atau lebih nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN UAV yang merupakan kepanjangan dari Unmanned Aerial Vehicles, atau dalam kata lain DRONE adalah tipe pesawat terbang yang beroperasi dengan sendirinya tanpa seorang

Lebih terperinci

Minggu 11. MA2151 Simulasi dan Komputasi Matematika

Minggu 11. MA2151 Simulasi dan Komputasi Matematika Minggu 11 MA2151 Simulasi dan Komputasi Matematika Model Berdasarkan Data Model Berdasarkan Data Kadangkala kita dituntut untuk membangun suatu model berdasarkan data (yang terbatas). Untuk melakukan ini,

Lebih terperinci

VI. FUNGSI EKSPONEN DAN FUNGSI LOGARITMA

VI. FUNGSI EKSPONEN DAN FUNGSI LOGARITMA VI. FUNGSI EKSPONEN DAN FUNGSI LOGARITMA 6. Pendahuluan A. Tujuan Setelah mempelajari bagian ini diharapkan mahasiswa dapat:. menuliskan bentuk umum fungsi eksponen; 2. menggambar grafik fungsi eksponen;

Lebih terperinci

MATERI PELAJARAN MATEMATIKA SMA KELAS X BAB I: BENTUK PANGKAT, AKAR, DAN LOGARITMA. 1.1 Pangkat Bulat. A. Pangkat Bulat Positif

MATERI PELAJARAN MATEMATIKA SMA KELAS X BAB I: BENTUK PANGKAT, AKAR, DAN LOGARITMA. 1.1 Pangkat Bulat. A. Pangkat Bulat Positif MATERI PELAJARAN MATEMATIKA SMA KELAS X BAB I: BENTUK PANGKAT, AKAR, DAN LOGARITMA 1.1 Pangkat Bulat A. Pangkat Bulat Positif B. Pangkat Bulat Negatif dan Nol C. Notasi Ilmiah D. Sifat-Sifat Bilangan Berpangkat

Lebih terperinci

terhadap gravitasi, sehingga vektor gravitasi dapat diestimasi dan didapatkan dari pengukuran. Hasil akselerasi lalu diintregasikan untuk mendapatkan

terhadap gravitasi, sehingga vektor gravitasi dapat diestimasi dan didapatkan dari pengukuran. Hasil akselerasi lalu diintregasikan untuk mendapatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada kurun waktu yang singkat, Unmanned Aerial Vehicle (UAV) telah menarik banyak perhatian warga sipil, karena keunggulan mesin ini yang dapat berfungsi

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

1.1 Latar Belakang dan Identifikasi Masalah BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan pertumbuhan kebutuhan dan intensifikasi penggunaan air, masalah kualitas air menjadi faktor yang penting dalam pengembangan sumberdaya air di berbagai belahan bumi. Walaupun

Lebih terperinci

PERSAMAAN, FUNGSI DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT

PERSAMAAN, FUNGSI DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT LA - WB (Lembar Aktivitas Warga Belajar) PERSAMAAN, FUNGSI DAN PERTIDAKSAMAAN KUADRAT Oleh: Hj. ITA YULIANA, S.Pd, M.Pd MATEMATIKA PAKET C TINGKAT V DERAJAT MAHIR 1 SETARA KELAS X Created By Ita Yuliana

Lebih terperinci

JENIS JENIS FUNGSI 2. Gambar. Jenis Fungsi. mengandung banyak suku (polinom) dalam variabel bebas y = a 0 + a 1 x + a 2 x a n x n

JENIS JENIS FUNGSI 2. Gambar. Jenis Fungsi. mengandung banyak suku (polinom) dalam variabel bebas y = a 0 + a 1 x + a 2 x a n x n Telkom University Alamanda JENIS JENIS FUNGSI1 JENIS JENIS FUNGSI 2 Jenis Fungsi Gambar 1. FUNGSI POLINOM mengandung banyak suku (polinom) dalam variabel bebas y = a 0 + a 1 x + a 2 x 2 + + a n x n 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Internasional Batam

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Internasional Batam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesawat terbang model UAV (Unmanned Aerial Vehicle) telah berkembang dengan sangat pesat dan menjadi salah satu area penelitian yang diprioritaskan. Beberapa jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesawat tanpa awak atau pesawat nirawak (Unmanned Aerial Vehicle atau disingkat UAV), adalah sebuah mesin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesawat tanpa awak atau pesawat nirawak (Unmanned Aerial Vehicle atau disingkat UAV), adalah sebuah mesin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesawat tanpa awak atau pesawat nirawak (Unmanned Aerial Vehicle atau disingkat UAV), adalah sebuah mesin terbang yang berfungsi dengan kendali jarak jauh oleh pilot

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi

BAB II LANDASAN TEORI. selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang landasan teori yang digunakan pada bab selanjutnya sebagai bahan acuan yang mendukung tujuan penulisan. Materi-materi yang diuraikan berupa definisi-definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Sistem Air Traffic Control (ATC)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Sistem Air Traffic Control (ATC) BAB I PENDAHULUAN I.1. Sistem Air Traffic Control (ATC) Sistem Air Traffic Control (ATC) merupakan sistem kompleks yang melibatkan sumber daya manusia, lembaga otoritas, manajemen, prosedur operasi dan

Lebih terperinci

Lima metode defuzzifikasi ini dibandingkan dengan mengimplementasikan pada pengaturan kecepatan motor DC.

Lima metode defuzzifikasi ini dibandingkan dengan mengimplementasikan pada pengaturan kecepatan motor DC. Sutikno, Indra Waspada PERBANDINGAN METODE DEFUZZIFIKASI SISTEM KENDALI LOGIKA FUZZY MODEL MAMDANI PADA MOTOR DC Sutikno, Indra Waspada Program Studi Teknik Informatika Universitas Diponegoro tik@undip.ac.id,

Lebih terperinci

y

y Menyelesaikan Persamaan Kuadrat dengan Grafik Menyesaikan persamaan ax 2 +bx+c=0. Berarti menentukan nilai-nilai x bila f(x) = 0, dimana f(x) = ax 2 +bx+c. apabila grafik fungsi f(x) telah dilukis, maka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai.

I. PENDAHULUAN. dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk. ke dalam sungai dan langsung tercampur dengan air sungai. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam kehidupan, polusi yang ada di sungai disebabkan oleh limbah dari pabrikpabrik dan kotoran manusia atau kotoran binatang. Semua polutan tersebut masuk

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA SISTEM

BAB 4 ANALISA SISTEM 52 BAB 4 ANALISA SISTEM 4.1 Analisa Input Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya, variabel - variabel input yang digunakan dalam program disesuaikan dengan rumus yang sudah didapat. Hal ini dimaksudkan

Lebih terperinci

Rencana Pembelajaran

Rencana Pembelajaran Learning Outcome Rencana Pembelajaran Setelah mengikuti proses pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa dapat ) Menentukan nilai turunan suatu fungsi di suatu titik ) Menentukan nilai koefisien fungsi sehingga

Lebih terperinci

PERANCANGAN KONTROL NON-LINIER UNTUK KESTABILAN HOVER PADA UAV TRICOPTER DENGAN SLIDING MODE CONTROL

PERANCANGAN KONTROL NON-LINIER UNTUK KESTABILAN HOVER PADA UAV TRICOPTER DENGAN SLIDING MODE CONTROL Presentasi Tesis PERANCANGAN KONTROL NON-LNER UNTUK KESTABLAN HOVER PADA UAV TRCOPTER DENGAN SLDNG MODE CONTROL RUDY KURNAWAN 2211202009 Dosen Pembimbing: DR. r. Mochammad Rameli r. Rusdhianto Effendie

Lebih terperinci

PREDIKSI UN 2015 MATEMATIKA IPA Soal D:

PREDIKSI UN 2015 MATEMATIKA IPA Soal D: NAMA : KELAS : Indikator 1: (Soal Nomor 1) PREDIKSI UN 2015 MATEMATIKA IPA 1. Logika Matematika Diketahui 2 atau 3 Premis, Premis Menggunakan kesetaraan, dan penarikan MP atau MT 1 P r e d i k s i M a

Lebih terperinci

BAB I. SISTEM KOORDINAT, NOTASI & FUNGSI

BAB I. SISTEM KOORDINAT, NOTASI & FUNGSI BAB I. SISTEM KRDINAT, NTASI & FUNGSI (Pertemuan ke 1 & 2) PENDAHULUAN Diskripsi singkat Pada bab ini akan dijelaskan tentang bilangan riil, sistem koordinat Cartesius, notasi-notasi ang sering digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. UAV (Unnmaned Aerial Vehicle) secara umum dapat diartikan sebuah wahana udara

I. PENDAHULUAN. UAV (Unnmaned Aerial Vehicle) secara umum dapat diartikan sebuah wahana udara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang UAV (Unnmaned Aerial Vehicle) secara umum dapat diartikan sebuah wahana udara jenis fixed-wing, rotary-wing, ataupun pesawat yang mampu mengudara pada jalur yang ditentukan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN SOLUSI MODEL GERAK ROKET DENGAN METODE RUNGE-KUTTA DAN ADAM- BASHFORD

PERBANDINGAN SOLUSI MODEL GERAK ROKET DENGAN METODE RUNGE-KUTTA DAN ADAM- BASHFORD Prosiding Seminar Nasional Matematika, Universitas Jember, 19 November 2014 376 PERBANDINGAN SOLUSI MODEL GERAK ROKET DENGAN METODE RUNGE-KUTTA DAN ADAM- BASHFORD KUSBUDIONO 1, KOSALA DWIDJA PURNOMO 2,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR - TE

TUGAS AKHIR - TE TUGAS AKHIR - TE 091399 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI KONTROLER PID UNTUK PENGATURAN ARAH DAN PENGATURAN HEADING PADA FIXED-WING UAV (UNMANNED AERIAL VEHICLE) Hery Setyo Widodo NRP. 2208100176 Laboratorium

Lebih terperinci

KOMPETISI MATEMATIKA 2017 Tingkat SMA SE-SULAWESI UTARA dan Tingkat SMP Se-kota Manado

KOMPETISI MATEMATIKA 2017 Tingkat SMA SE-SULAWESI UTARA dan Tingkat SMP Se-kota Manado KOMPETISI MATEMATIKA 2017 Tingkat SMA SE-SULAWESI UTARA dan Tingkat SMP Se-kota Manado Himpunan Mahasiswa Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi Kompetisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam matematika ada beberapa persamaan yang dipelajari, diantaranya adalah persamaan polinomial tingkat tinggi, persamaan sinusioda, persamaan eksponensial atau persamaan

Lebih terperinci

A. DEFINISI DAN BENTUK UMUM SISTEM PERSAMAAN LINEAR KUADRAT

A. DEFINISI DAN BENTUK UMUM SISTEM PERSAMAAN LINEAR KUADRAT K-13 Kelas X matematika PEMINATAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR KUADRAT TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi dan bentuk umum sistem

Lebih terperinci

PERTIDAKSAMAAN PECAHAN

PERTIDAKSAMAAN PECAHAN PERTIDAKSAMAAN PECAHAN LESSON Pada topik sebelumnya, kalian telah mempelajari topik tentang konsep pertidaksamaan dan nilai mutlak. Dalam topik ini, kalian akan belajar tentang masalah pertidaksamaan pecahan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI. Sistem Pendulum Terbalik Dalam penelitian ini diperhatikan sistem pendulum terbalik seperti pada Gambar di mana sebuah pendulum terbalik dimuat dalam motor yang bisa digerakkan.

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM FISIKA KOMPUTASI. Disusun Oleh:

MODUL PRAKTIKUM FISIKA KOMPUTASI. Disusun Oleh: MODUL PRAKTIKUM FISIKA KOMPUTASI Disusun Oleh: JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG 2017 i PRAKATA Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MODEL PADA QUADROTOR DENGAN METODE ESTIMASI PARAMETER RELS

IDENTIFIKASI MODEL PADA QUADROTOR DENGAN METODE ESTIMASI PARAMETER RELS IDENTIFIKASI MODEL PADA QUADROTOR DENGAN METODE ESTIMASI PARAMETER RELS Bayu Gigih Prasetyo *), Aris Triwiyatno, and Budi Setiyono Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Semarang Jl. Prof. Sudharto,

Lebih terperinci

GERAKAN KURVA PARAMETERISASI PADA RUANG EUCLIDEAN 1. PENDAHULUAN

GERAKAN KURVA PARAMETERISASI PADA RUANG EUCLIDEAN 1. PENDAHULUAN GERAKAN KURVA PARAMETERISASI PADA RUANG EUCLIDEAN Iis Herisman dan Komar Baihaqi Jurusan Matematika,Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya iis@matematika.its.ac.id, komar@matematika.its.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

(A) 3 (B) 5 (B) 1 (C) 8

(A) 3 (B) 5 (B) 1 (C) 8 . Turunan dari f ( ) = + + (E) 7 + +. Turunan dari y = ( ) ( + ) ( ) ( + ) ( ) ( + ) ( + ) ( + ) ( ) ( + ) (E) ( ) ( + ) 7 5 (E) 9 5 9 7 0. Jika f ( ) = maka f () = 8 (E) 8. Jika f () = 5 maka f (0) +

Lebih terperinci