BAB 4 ANALISA SISTEM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 ANALISA SISTEM"

Transkripsi

1 52 BAB 4 ANALISA SISTEM 4.1 Analisa Input Seperti yang dijelaskan pada bab sebelumnya, variabel - variabel input yang digunakan dalam program disesuaikan dengan rumus yang sudah didapat. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pemahaman dan tidak menimbulkan salah pengertian. Secara umum ada beberapa variabel yang digunakan sebagai parameter input, dua buah untuk input posisi awal (x0,y0), enam buah untuk posisi akhir (x1,y1,x2,y2,x3,y3), dan masing - masing satu untuk orientasi robot ( θ ), sudut pada kemudi (α ) Posisi Awal dan Akhir Posisi awal (x0,y0) adalah posisi pada bidang cartesian dimana robot pertama kali akan bergerak, posisi ini diwakili oleh titk tengah di antara sumbu roda belakang robot besarnya posisi awal ini ditentukan oleh user dengan besar yang sembarang. Gambar 4.1 Posisi Robot

2 53 Posisi akhir (x1,y1) adalah posisi tujuan robot, sama seperti posisi awal, posisi akhir pun ditentukan oleh user dengan besar sembarang. Dari posisi awal dan akhir ini akan ditarik garis lurus sehingga didapatkan orientasi acuan untuk robot. Terhadap orientasi robot dan orientasi roda kemudi robot dilakukan perhitungan berdasarkan rumus yang telah ditetapkan sehingga mendekati orientasi acuan ini, dan pada akhirnya diharapkan akan mempunyai orientasi yang sama dengan oreientasi acuan. Bila sudah demikian robot hanya tinggal melakukan gerakan lurus kedepan saja. Batasan yang ditetapkan bagi input posisi awal dan akhir disesuaikan dengan panjang dan lebar ruangan tempat robot beroperasi, dalam hal ini ukuran ruangan diasumsikan sebesar 500 cm x 500 cm. Dengan demikian posisi awal dimulai dari 0 dan posisi akhir adalah sebesar 500 Gambar 4.2 Garis yang dibentuk antara posisi awal dan posisi akhir robot

3 54 Gambar 4.3 Pola Gerakan tricycle Kecepatan Robot Kecepatan robot (v), dalam hal ini kecepatan robot menggunakan kecepatan linier konstan, ditujukan untuk memudahkan perhitungan, selain itu dengan menggunakan kecepatan linier, besarnya roda depan robot dapat fleksibel, tentu saja perhitungan terhadap kecepatan angular yang diberikan pada roda tersebut disesuaikan dengan besar radius roda dan kecepatan linier.

4 55 Gambar 4.4 Kecepatan Mobil robot Arah Pergerakan robot dapat diketahui dengan memanfaatkan ICC (Instantaneous Center of Curvature), ICC merupakan titik perpotongan antara sumbu roda belakang dengan garis tegak lurus terhadap kemiringan roda depan. Jarak antara ICC dan roda depan ini merupakan jari-jari dari lingkaran yang akan dibentuk oleh gerakan tricycle, jadi sebenernya gerakan tricycle adalah gerakan berputar dengan ICC sebagai pusatnya. Semakin besar kemiringan roda depan (alpha) maka semakin kecil jarak ICC terhadap robot. Ini berarti semakin kecil gerakan melingkar tricycle tersebut. Demikian pula sebaliknya, jarak ICC paling kecil adalah saat kemiringan alpha sebesar 90 atau -90, pada keadaan ini ICC akan sama besar dengan jarak antara roda depan dengan roda belakang (d), jika robot bergerak, secara teori gerakannya akan membentuk lingkaran dengan jari-jari lingkaran sebesar d. Sebaliknya, jika kemiringan roda depan sama dengan nol maka jarak ICC menjadi tak terhingga, pada keadaan ini tricycle hanya akan bergerak lurus. Hal ini dapat dibuktikan dengan rumus perubahan theta,

5 56 Vs d θ = sinα karena alpha 0 maka, d = d Vs dθ = 0 sin 0 Karena tidak ada perubahan alpha berarti tricycle tidak berbelok kemana mana dan bergerak lurus. Gambar dibawah ini akan lebih menjelaskan uraian diatas. Gambar 4.5 ICC Robot dengan Alpha 30 O Gambar 4.6 ICC Robot dengan Alpha 90 O Icc = ~ Gambar 4.7 ICC Robot dengan Alpha 0 O

6 57 Gambar 4.8 Gerakan Melingkar dengan Alpha 30 O Panjang Robot Jarak antara roda depan dan roda belakang (d), variabel ini menentukan besarnya perubahan orientasi yang dialami oleh robot ketika sudah berjalan atau kita sebut dengan kecepatan angularnya, semakin panjang jarak antara roda depan dan belakang maka semakin kecil pula perubahan orientasi yang dialami robot demikian pula sebaliknya. Hal ini akan mempengaruhi berapa banyak waktu yang diperlukan oleh robot untuk menyesuaikan orientasi dirinya dengan orientasi acuan, semakin panjang jarak antara roda depan dan roda belakang maka akan semakin banyak waktu yang diperlukan oleh robot untuk menyesuaikan orientasinya dengan orientasi acuan. Perhatikan gambar berikut ini :

7 58 Gambar 4.9 Tricycle A dan Tricycle B Tricycle A mempunyai panjang 2 kali panjang tricycle B, kedua tricycle diatas diberikan kecepatan yang sama, besar theta yang sama, besar alpa yang sama dan dijalankan secara serentak. Pada saat tricycle berhenti, Dapat dilihat arah tricycle a belum mencapai arah yang diharapkan, sedangkan tricycle b sudah berbelok melewati arah yang sudah ditentukan. Untuk memudahkan perhitungan, pada program simulasi ini menggunakan panjang robot yang tetap. Panjang robot dapat dimodifikasi pada program dengan merubah nilai variabel Orientasi Robot Orientasi robot (θ), variabel ini merupakan besar sudut orientasi robot pada saat pertama kali dijalankan besar sudut ini mempengaruhi perjalanan tricycle kedepan nantinya, semakin besar perbedaan theta terhadap gamma maka semakin besar perubahaan yang harus dilakukan alpha untuk dapat mencapai orientasi gamma. Besarnya nilai theta yang diberikan pada saat gerakan awal ini adalah dari 0 sampai 89 derajat.

8 59 Orientasi roda kemudi (α), hampir sama dengan orientasi robot awal. Alpha merupakan besaran yang diberikan pada saat robot pertama kali akan bergerak, besarnya alpha yang diberikan pada saat gerakan awal ini adalah diantara -30 dan 30 derajat. Besarnya alpha ini sangat berpengaruh untuk perhitungan gerakan robot selanjutnya semakin besar alpha yang diberikan semakin besar perubahan yang harus diberikan pada roda kemudi agar dapat menyesuaikan orientasi tricycle terhadap gamma. Gambar 4.10 Nilai dari Sudut Kemudi 4.2 Analisa Proses Didalam simulasi sistem navigasi mobil robot ini, agar mobil robot sampai pada tujuan yang diinginkan melakukan beberapa proses terlebih dahulu seperti mencari sudut gamma dan menghitung peruhan nilai alpha agar dapat mobil robot dapat bejalan sesuai garis acuan mobil robot yang ada.

9 Garis acuan dan pengaruhnya terhadap perubahan posisi robot Pada modul proses, yang pertama kali dilakukan adalah mencari orientasi acuan robot dilambangkan dengan γ (Gamma). Gamma dihitung dengan cara : γ = tgn 1 Gambar 4.11 Sudut Gamma y0 y1 ( ) x0 x1 Misalkan (x0,y0) = (1,1) dan (x1,y1) = (100,100) maka γ adalah : γ = tgn = tgn = tgn = y0 y1 ( ) x0 x ( ) (1) Secara garis besar, gamma digunakan untuk mengetahui orientasi robot apakah sudah sesuai atau belum, sedangkan untuk mengetahui kesesuaian detail posisi robot, dibutuhkan juga persamaan garis lurus untuk membandingkan posisi robot terhadap acuan. Untuk mendapatkan persamaan garis digunakan rumus persamaan garis umum.

10 61 y = mx + c (4.1) m(gradien) didapat dengan cara membandingkan posisi awal dan akhir y0 y1 y1 y0 m = atau (4.2) x0 x1 x1 x0 berdasarkan contoh pada bab maka nilai m yang didapat adalah : y0 y1 m = x0 x = = 1 sedangkan konstanta c nya dapat diketahui dengan memasukkan persamaan terhadap salah satu titik, berdasarkan contoh diatas maka : y = mx + c y = 1x + c 1 masukkan salah satu titik (1,1) atau (100,100) = = 1 c = atau 100 = c c = = 0 + c jadi persamaan gari lurus untuk garis acuan berdasarkan contoh diatas adalah : y = x (4.3) Persamaan garis lurus dibutuhkan karena pada saat orientasi robot telah sesuai dengan orientasi acuan belum tentu posisinya sesuai dengan yang diharapakan. Perhatikan gambar dibawah ini :

11 62 Gambar 4.12 Posisi Robot terhadap Garis Acuan Pada gambar 4.12 dengan tricycle yang telah diperbesar, tampak bahwa orientasi tricycle telah searah dengan orientasi acuan. Jika hanya mengandalkan orientasi sebagai acuan perhitungan, maka pada saat ini tricycle hanya akan melakukan perubahan sedikit saja terhadap alpha untuk mempertahankan orientasi. Dan pada akhirnya akan terjadi salah perhitungan terhadap posisi tujuan yang akan dicapai. Gambar 4.13 Lintasan Robot yang terbentuk akibat salah perhitungan

12 63 Untuk mencegah terjadinya kesalahan perhitungan, maka posisi tricycle setiap saat diperiksa apakah sudah mendekati posisi garis acuan pada saat tersebut. Cara menghitung dilakukan dengan membandingkan posisi y tricycle terhadap koordinat garis acuan, nilai posisi y untuk garis acuan diperoleh dengan memasukkan posisi arah x dari tricycle yang sama dengan koordinat garis ke dalam persamaan garis, untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar Gambar 4.14 Posisi Nilai Y terhadap Garis Acuan Misalkan dalam perhitungan posisi robot yang ke 10 adalah (10,7) berarti pada posisi ini absis robot bernilai 7. Dengan memasukkan koordinat robot kedalam persamaan 4.3 di bab 4.2.1, didapat absis garis acuan bernilai 10. Perbandingan absis robot dengan absis garis acuan menunjukkan perbedaan yang cukup besar (diatas 0.01) dengan kata lain posisi robot masih jauh dari posisi yang seharusnya, perhitungan pun akan melakukan penyesuaian sesuai dengan aturan-aturan kondisi yang akan dijabarkan selanjutnya, terhadap orientasi roda kemudi.

13 64 Selain perbandingan absis robot dengan absis garis acuan, orientasi robot dan orientasi roda kemudi juga menentukan apakah robot sudah sesuai dengan posisi seharusnya atau belum Analisis Perubahan Posisi Robot Untuk dapat menghitung kemungkinan yang dapat terjadi maka diperlukan analisis tentang perubahan posisi. Perubahan-perubahan tersebut berupa perubahan variabel-variabel yang ada. Selanjutnya proses akan mempersiapkan varibel-variabel bertipe array yang akan digunakan untuk menampung perubahan-perubahan apa saja yang akan terjadi pada robot. Variabel-variabel itu antara lain digunakan untuk menampung - perubahan alpha roda setiap waktu nya (dα) - perubahan theta robot setiap waktunya (dθ) - perubahan posisi roda setiap waktunya (dx1,dy1) - perubahan posisi robot setiap waktunya(dx2,dy2) Dalam menentukan perubahan α agar dapat mengarahkan θ sesuai dengan γ, terdapat beberapa kondisi-kondisi (diasumsikan robot pada bidang cartesian kuadran I) : 1. θ = γ Gambar 4.15 θ = γ

14 65 2. θ < γ Gambar 4.16 θ < γ 3. θ > γ Gambar 4.17 θ > γ Besarnya perubahan sudut yang di terapkan pada α, didasarkan pada kondisi berikut ini : 1. Semakin besar nilai perbedaan γ dengan θ ( γ θ ), maka semakin besar perubahan sudut α yang diperlukan dan semakin kecil nilai ( γ θ ), maka semakin kecil perubahan sudut α yang di perlukan, dengan kata lain besarnya perubahan α (dα) sebanding lurus dengan nilai ( γ θ ). 2. Bedasarkan kondisi di atas dapat diterapkan persamaan dα = ( γ θ ), akan tetapi persamaan seperti ini menyebabkan perubahan α yang terlalu besar yang mengakibatkan belokan roda kemudi terlalu besar sehingga θ tidak akan sempat mencapai γ ketika posisi x atau posisi y robot melewati posisi x atau posisi y akhir yang telah ditetukan.

15 66 3. Kondisi diatas memerlukan suatu nilai pembagi untuk mengecilkan nilai ( γ θ ) pada saat nilai ( γ θ ) besar (dapat menyebabkan belokan yang extrim) dan nilainya cukup kecil pada saat ( γ θ ) bernilai kecil sehingga tidak mempengaruhi pembagian. 4. Berdasarkan analisa pertimbangan tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai pembagi tersebut berbanding lurus dengan α, maka digunakan α sebagai pembagi. Atau α berbanding terbalik dengan dα. Dengan demikan, persamaan umum untuk perubahan α adalah : γ θ d α = (4.4) α dikatakan persamaan umum karena persamaan tersebut dapat berubah berdasarkan kondisi-kondisi yang terjadi pada saat robot bergerak, Kondisi tersebut adalah : 1. θ < γ dan θ > 0 dan α > 3, kondisi ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 4.18 Kondisi θ < γ dan θ > 0 dan α > 3

16 67 Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat lengkungan lintasan yang harus dilewati oleh robot tidak terlalu besar dan untuk menuju arah γ, nilai α harus bertambah secara positif hingga suatu saat melewati gamma, dengan demikian perubahan alpha untuk kondisi ini dapat dinyatakan dengan persamaan : ( γ θ ) d α = (4.5) α 2. θ < γ dan θ > 0 dan α < -3, kondisi ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 4.19 Kondisi θ < γ dan θ > 0 dan α < -3 Pada kondisi ini robot harus mengalami lengkusan lintasan yang cukup besar, karena sudut antara roda kemudi, sudut roda berbeda jauh dengan arah lintasan yang ditentukan, dengan demikian penambahan α harus cukup besar selain itu karena alpha pada kondisi ini bernilai negatif, sehingga untuk menghasilkan nilai positif maka

17 68 pembilanganya dijadikan negatif, dengan menukarkan posisi theta dan alpha, dengan demikan perubahan alpha untuk kondisi ini dapat dinyatakan dengan : 2 ( θ γ ) d α = (4.6) α 3. θ < γ dan θ > 0 dan 0 < α < 3, kondisi ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 4.20 Kondisi θ < γ dan θ > 0 dan 0 < α < 3 Kondisi ini hampir sama dengan kondisi 1, perbedaannya adalah sudut alpha pada kondisi ini sangat kecil, sehingga untuk menuju arah absolut diperlukan perubahan alpha yang lebih besar dengan mengurangi koefisien pembagi. Ini dapat dinyatakan dengan persamaan : ( γ θ ) d α = (4.7) α

18 69 4. θ < γ dan θ > 0 dan -3 < α < 0, kondisi ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 4.21 Kondisi θ < γ dan θ > 0 dan -3 < α < 0 Kondisi ini hampir sama dengan kondisi 2, hanya saja sudut alpha sangat kecil, sehingga lengkungan yang lebih kecil diperlukan untuk menghasilkan lintasan, penambahan alpha yang diperlukan didapat dengan mengurangi koefisien pembilang, persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut : ( θ γ ) d α = (4.8) α

19 70 5. θ < γ dan θ < 0 dan α > 3, kondisi ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 4.22 Kondisi θ < γ dan θ < 0 dan α > 3 Pada kondisi diatas, tampak bahwa lengkungan yang diperlukan untuk mengarahkan theta searah dengan gamma cukup besar, selain itu theta juga bernilai negatif dengan demikian persamaan yang diperlukan adalah : ( γ θ ) / 2 d α = (4.9) α

20 71 6. θ < γ dan θ < 0 dan α < -3, kondisi ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 4.23 Kondisi θ < γ dan θ < 0 dan α < -3 Pada kondisi ini lengkungan yang harus dilalui adalah paling besar, dengan demikian penambahan alpha, juga harus besar, didapat dengan menggunakan persamaan berikut : 2( θ γ ) d α = (4.10) α perlu diingat bahwa theta bernilai negatif maka pengurangan dengan gamma akan menghasilkan nilai negatif yang lebih besar, kemudian hasil tersebut dibagi dengan alpha yang juga bernilai negatif, dengan demikian nilai perubahan alpha yang dihasilkan cukup besar untuk membelokkan robot sesuai dengan lintasan.

21 72 7. θ < γ dan θ < 0 dan 0 < α < 3, kondisi ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 4.24 Kondisi θ < γ dan θ < 0 dan 0 < α < 3 Pada kondisi ini dapat dilihat bahwa, lengkungan yang diperlukan cukup besar untuk mengarahkan searah dengan arah gamma, karena theta bernilai negatif dan alpha bernilai negatif maka untuk menghasilkan perubahan alpha yang positif theta harus dijadikan bilangan negatif, maka persamaan untuk perubahan alpha nya adalah sebagai berikut : ( θ ) d α = (4.11) α

22 73 8. θ < γ dan θ < 0 dan -3 < α < 0, kondisi ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 4.25 Kondisi θ < γ dan θ < 0 dan -3 < α < 0 Pada kondisi ini lengkungan juga cukup besar, karena theta bernilai negatif dan alpha bernilai negatif maka persamaan untuk perubahan alpha yang diperlukan adalah : ( θ ) d α = (4.12) α

23 74 9. θ > γ dan θ < 90 dan α > 3, kondisi ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 4.26 Kondisi θ > γ dan θ < 90 dan α > 3 Dari kondisi diatas dapat dilihat bahwa lengkungan yang dibutuhkan cukup besar, untuk menghasilkan lintasan agar theta searah dengan arah gamma, sedangkan perubahan alpha yang diperlukan adalah searah dengan arah negatif, sebenarnya kondisi ini mirip dengan kondisi 2, hanya saja penambahan alpha yang diperlukan harus bernilai negatif, dengan demikian persamaan yang deperlukan adalah sebagai berikut : 2 ( γ θ ) d α = (4.13) α

24 θ > γ dan θ < 90 dan α < -3, kondisi ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 4.27 Kondisi θ > γ dan θ < 90 dan α < -3 Kondisi ini mirip dengan kondisi 1, hanya saja perubahan alpha yang diperlukan bernilai negatif, sehingga persamaannya adalah sebagai berikut : γ θ d α = (4.14) α

25 θ > γ dan θ < 90 dan 0 < α < 3, kondisi ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.28 Kondisi θ > γ dan θ < 90 dan 0 < α < 3 Kondisi ini mirip dengan kondisi 4, seperti kondisi 10, perubahan alpha nya harus bernilai negatif, maka persamaan perubahan alpha nya adalah : ( γ θ ) d α = (4.15) α

26 θ > γ dan θ < 90 dan -3 < α < 0, kondisi ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 4.29 Kondisi θ > γ dan θ < 90 dan -3 < α < 0 kondisi ini mirip dengan kondisi 3, dengan penambahan alpha yang bernilai negatif, maka persamaan penambahan alphanya adalah sebagai berikut : γ θ d α = (4.16) α

27 θ > γ dan θ > 90 dan α > 3, kondisi ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 4.30 Kondisi θ > γ dan θ > 90 dan α > 3 Kondisi ini mirip dengan kondisi 6, untuk menghasilkan nilai perubahan alpha yang negatif, maka persamaan perubahan alphanya adalah sebagi berikut : 2 ( γ θ ) d α = (4.17) α

28 θ > γ dan θ > 90 dan α < -3 kondisi ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 4.31 Kondisi θ > γ dan θ > 90 dan α < -3 Kondisi ini mirip dengan kondisi 5, dengan demikian persamaan perubahan alphanya adalah sebagai berikut : γ θ / 2 d α = (4.18) α

29 θ > γ dan θ > 90 dan 0 < α < 3, kondisi ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 4.32 Kondisi θ > γ dan θ > 90 dan 0 < α < 3 Pada kondisi ini, lengkungan yang diperlukan tidak terlalu besar ke arah negatif dari alpha, dengan demikian pembilang untuk persamaan didapat dengan mengurangkan nilai theta terhadap 90, persamaannya adalah : ( 90 θ ) d α = (4.19) α Hasil dari pengurangan ini bernilai negatif, dimaksudkan agar pembagian dengan alpha yang bernilai positif akan menghasilkan perubahan alpha yang bernilai positif.

30 θ > γ dan θ > 90 dan -3 < α < 0 kondisi ini dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 4.33 Kondisi θ > γ dan θ > 90 dan -3 < α < 0 Kondisi terakhir ini adalah kondisi yang mirip dengan kondisi 7, tetapi berkebalikan, untuk menghasilkan perubahan alpah yang bernilai negatif, diperlukan persamaan : θ d α = 90 (4.20) α Demikianlah penjabaran kondisi kondisi yang mungkin terjadi, selanjutnya perhitungan dimulai pada kondisi posisi awal dari robot, pada setiap gerakannya robot pasti akan menghasilkan salah satu kondisi diatas. Dengan menerapkan perubahan alpha yang berbeda beda, maka robot dapat bergerak sesuai dengan yang diharapkan dimana orientasi robot semakin mendekati orientasi acuan dan orientasi kemudi robot semakin mendekati nol.

31 82 Penjabaran rumus dalpha diatas bertujuan untuk menyamakan orientasi triycyle sesuai dengan orientasi acuan, seperti telah dijelaskan pada bagian 4.2.1, orientasi yang searah belum tentu menempatkan tricycle pada posisi yang seharusnya, untuk menyempurnakan gerakan tricycle, dilakukan penggabungan aturan pada bagian dengan aturan pada bagian 4.2.2, hasil penggabungan ini dapat dilihat pada bagian listing program pada modul create_plot1, create_plot2 dan create_plot Analisa Output Seperti yang telah dibahas pada bagian 4.2, output yang diharapkan dengan perhitungan yang diterapkan adalah semakin lama alpha mendekati nol, theta mendekati gamma, dan tentu saja posisi akhir dari tricycle sesuai dengan posisi akhir yang diberikan pada input. Pada analisa output ini, beberapa kondisi input yang diberikan adalah sebagai berikut : Analisa output berdasarkan variabel-variabel pada input I Posisi Awal : (0, 30) Posisi Akhir : (250,300) Posisi Akhir 1 : (350,500) Posisi Akhir 2 : (500,250) Alpha : 10 Theta : 50 Jalannya program sesuai dengan urutannya yaitu menu input, grafik lintasan, lintasan robot, dan grafik alpha & theta

32 83 Menu input merupakan modul dimana user melakukan proses input data seperti posisi awal, posisi akhir, posisi akhir 1 dan posisi akhir 2, alpha dan theta. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini dilakukan input seperti kondisi pada contoh input I. Gambar 4.34 Menu Input

33 84 Input yang dilakukan oleh user pada modul input diambil nilainya dan dilakukan perhitungan untuk menentukan bentuk lintasan robot. Input yang diambil pada perhitungan ini hanya posisi awal, posisi akhir, posisi akhir1, posisi akhir2. setelah melakukan perhitungan maka terbentuklah lintasan yang diinginkan seperti terlihat pada gambar dibawah ini Grafik Acuan Robot

34 85 Gambar berikut merupakan gerakan sebenarnya yang dilakukan tricycle : Gambar 4.36 Grafik Lintasan Robot Untuk pergerakan robot yang pertama dimulai dari titik (0,30) dan robot akan berhenti dulu pada posisi akhir 1 pada titik (250,300).pada saat robot begerak, robot akan bergerak keatas dimana dapat dilihat pada posisi akhir dari y lebih besar dari y posisi awal. Pergerakan robot 1 ditandai dengan garis merah. Pergerakan kedua juga naik keatas menuju (350,500) yang ditandai dengan garis biru, sedangkan pergerakan ketiga menuju kebawah yang disebabkan posisi akhir ketiga nilai y lebih kecil dari nilai y posisi akhir 2 yaitu pada titik (500,250) dan pergerakannya ditandai dengan garis magenta.

35 86 Apabila gambar 4.36 diatas diperbesar maka akan tampak gerakan perlahan-lahan dari tricycle seperti gambar berikut, gambar tersebut diambil dengan posisi awal robot (0,30) hingga posisi (33,65). Gambar 4.37 Pergerakan Robot yang Diperbesar

36 87 Gambar 3.38 Grafik Alpha Gambar diatas merupakan grafik perubahan alpha setiap waktunya, dapat dilihat bahwa semakin lama alpha berubah semakin kecil dan mendekati nol.

37 88 Gambar 4.39 Grafik Theta Gambar diatas merupakan grafik perubahan theta tricycle setiap waktunya, sesuai dengan yang diharapkan, perubahan theta semakin lama semakin mendekati gamma atau sudut acuan mobil robot. Analisa output berdasarkan variabel-variabel pada input II Posisi Awal : (0, 0) Posisi Akhir : (100,300) Posisi Akhir 1 : (300,100) Posisi Akhir 2 : (500,400) Alpha : -10 Theta : 50

38 89 Menu input merupakan modul dimana user melakukan proses input data seperti posisi awal, posisi akhir, posisi akhir 1 dan posisi akhir 2, alpha dan theta. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini dilakukan input seperti kondisi seperti data pada contoh input II. Gambar 4.40 Menu Input

39 90 Input yang dilakukan oleh user pada modul input seperti terlihat diatas diambil nilainya dan dilakukan perhitungan untuk menentukan bentuk lintasan robot. Input yang diambil pada perhitungan ini hanya posisi awal, posisi akhir, posisi akhir1, posisi akhir2. disini juga dilakukan perhitungan untuk menentukan besarnya nilai dari sudut acuan atau disebut dengan gamma. setelah melakukan perhitungan maka terbentuklah lintasan yang diinginkan seperti terlihat pada gambar dibawah ini. Gambar 4.41 Grafik Acuan Robot

40 91 Gambar berikut merupakan gerakan sebenarnya yang dilakukan tricycle : Gambar 4.42 Grafik Lintasan Robot Untuk pergerakan robot yang pertama dimulai dari titik start yaitu (0,0) dan robot akan berhenti dulu pada posisi akhir 1 pada titik (100,300). Pada saat robot begerak, robot akan bergerak keatas dikarenakan pada posisi akhir y lebih besar dari y posisi awal. Pergerakan robot 1 ditandai dengan garis merah. Pergerakan kedua robot akab turun menuju (300,100) yang ditandai dengan garis biru. Disini dapat dilihat pergerakan mobil robot bisa turun disebabkan posisi akhir kedua nilai y lebih kecil dari posisi akhir pertama, sedangkan pergerakan ketiga menuju keatas lagi yang disebabkan posisi akhir ketiga nilai y lebih besar dari nilai y posisi akhir kedua yaitu pada titik (500,400) dan pergerakannya ditandai dengan garis magenta.

41 92 Gambar 4.43 Grafik Alpha Gambar diatas merupakan grafik perubahan alpha setiap waktunya, dapat dilihat bahwa semakin lama alpha berubah semakin kecil dan mendekati nol.

42 93 Gambar 4.44 Grafik Theta Gambar diatas merupakan grafik perubahan theta tricycle setiap waktunya, sesuai dengan yang diharapkan, perubahan theta semakin lama semakin mendekati gamma atau sudut acuan mobil robot. Analisa output berdasarkan variabel-variabel pada input III Posisi Awal : (0, 0) Posisi Akhir : (100,500) Posisi Akhir 1 : (350,200) Posisi Akhir 2 : (500,100) Alpha : -10 Theta 70

43 94 Menu input merupakan modul dimana user melakukan proses input data seperti posisi awal, posisi akhir, posisi akhir 1 dan posisi akhir 2, alpha dan theta. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini dilakukan input seperti kondisi seperti data pada contoh input III Gambar 4.45 Menu Input

44 95 Input yang dilakukan oleh user pada modul input seperti terlihat diatas diambil nilainya dan dilakukan perhitungan untuk menentukan bentuk lintasan robot. Input yang diambil pada perhitungan ini hanya posisi awal, posisi akhir, posisi akhir1, posisi akhir2. disini juga dilakukan perhitungan untuk menentukan besarnya nilai dari sudut acuan atau disebut dengan gamma. setelah melakukan perhitungan maka terbentuklah lintasan yang diinginkan seperti terlihat pada gambar dibawah ini. Gambar 4.46 Grafik Acuan Robot

45 96 Gambar berikut merupakan gerakan sebenarnya yang dilakukan tricycle : Gambar 4.47 Grafik Lintasan Robot Untuk pergerakan robot yang pertama dimulai dari titik start yaitu (0,0) dan robot akan berhenti dulu pada posisi akhir 1 pada titik (100,300). Pada saat robot begerak, robot akan bergerak keatas dikarenakan pada posisi akhir y lebih besar dari y posisi awal. Pergerakan robot 1 ditandai dengan garis merah. Pergerakan kedua robot akab turun menuju (300,100) yang ditandai dengan garis biru. Disini dapat dilihat pergerakan mobil robot bisa turun disebabkan posisi akhir kedua nilai y lebih kecil dari posisi akhir pertama, pergerakan mobil robot yang ketiga juga turun menuju (500,100)

46 97 Gambar 3.48 Grafik Alpha Gambar diatas merupakan grafik perubahan alpha setiap waktunya, dapat dilihat bahwa semakin lama alpha berubah semakin kecil dan mendekati nol.

47 98 Gambar 4.49 Grafik Theta Gambar diatas merupakan grafik perubahan theta tricycle setiap waktunya, sesuai dengan yang diharapkan, perubahan theta semakin lama semakin mendekati gamma atau sudut acuan mobil robot. Demikianlah contoh simulasi yang dijalankan, data-data yang lebih lengkap tentang perubahan posisi tricycle setiap waktunya dan perubahan alpha dan theta setiap waktunya dapat dilihat pada lampiran LT1, LT2, dan LT3. Berdasarkan tiga contoh input simulasi yang dilakukan, tampak bahwa pergerakan perubahan nilai alpha dan theta sesuai yang di harapkan, posisi akhir yang diharapkan pun sudah mendekati yang diinput. Untuk lebih jelasnya perhatikan tiga table dibawah ini, masing masing table mewakili tiga contoh yang dilakukan.

48 99 Tabel 4.1 Simulasi Input Ke 1 Hasil Simulasi Nilai Seharusnya Kesalahan alpha theta % % % xroda % % % yroda % % % Tabel 4.2 Simulasi Input Ke 2 Hasil Simulasi Nilai Seharusnya Kesalahan alpha theta % % % xroda % % % yroda % % %

49 100 Tabel 4.3 Simulasi Input Ke 3 Hasil Simulasi Nilai Seharusnya Kesalahan alpha theta % % % xroda % % % yroda % % % Dari table diatas tampak bahwa posisi akhir dari simulasi sudah mendekati nilai posisi akhir yang diinput, perlu diperhatikan kolom kesalahan pada tiga table diatas ditujukan hanya untuk menunjukkan perbedaan nilai antar hasil simulasi dengan nilai seharusnya, bukan untuk membuat rata-rata nilai kesalahan yang dilakukan oleh system. Hal ini disebabkan karena ketepatan nilai hasil simulasi tergantung jauhnya jarak antara posisi awal dan posisi akhir. Dengan sistem perhitungan yang diterapkan, semakin jauh posisi awal dan akhir yang harus ditempuh tricycle, semakin tepat posisi yang akan dicapai. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar 4.50 : Pada Tricycle A dibawah, tricycle di tempatkan disisi awal (200,200) kemudian dan posisi akhirnya (400,100) maka tampak perhitungan yang diterapkan pada tricycle berhasil mencapai titik yang diinginkan.

50 101 Gambar 4.50 Tricycle A dan Tricycle B Tricycle B berikutnya menggambarkan kesalahan yang mungkin terjadi, apabila nilai awal yang di terapkan pada tricycle dibawah sama dengan yang sebelumnya, dengan tujuan akhir (330,140), tricycle ini mempunyai garis acuan yang sama persis dengan tricycle A, tetapi karena jarak tempuh yang lebih dekat, tricycle tidak dapat mencapai posisi akhir dengan tepat.

Universitas Bina Nusantara SISTEM NAVIGASI MOBIL ROBOT TRICYCLE

Universitas Bina Nusantara SISTEM NAVIGASI MOBIL ROBOT TRICYCLE Universitas Bina Nusantara Jurusan Sistem Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2003/2004 SISTEM NAVIGASI MOBIL ROBOT TRICYCLE Hendy (0300445735) Ivandy Wijaya (0300464186) Hardiansen

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI DAN ANALISA DATA

BAB 4 EVALUASI DAN ANALISA DATA BAB 4 EVALUASI DAN ANALISA DATA Pada bab ini akan dibahas tentang evaluasi dan analisa data yang terdapat pada penelitian yang dilakukan. 4.1 Evaluasi inverse dan forward kinematik Pada bagian ini dilakukan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 FISIKA

Antiremed Kelas 10 FISIKA Antiremed Kelas 10 FISIKA Gerak Melingkar Beraturan PG Doc Name: AR10FIS098 Doc. Version: 01-09 halaman 1 01. Jika suatu benda sedang bergerak pada kelajuan tetap dalam suatu lingkaran, maka... Kecepatan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 FISIKA

Antiremed Kelas 10 FISIKA Antiremed Kelas 10 FISIKA Gerak Melingkar Beraturan Latihan Soal Doc Name: K1AR10FIS001 Doc. Version: 01-08 halaman 1 01. Jika suatu benda sedang bergerak pada kelajuan tetap dalam suatu lingkaran, maka...

Lebih terperinci

(A) 3 (B) 5 (B) 1 (C) 8

(A) 3 (B) 5 (B) 1 (C) 8 . Turunan dari f ( ) = + + (E) 7 + +. Turunan dari y = ( ) ( + ) ( ) ( + ) ( ) ( + ) ( + ) ( + ) ( ) ( + ) (E) ( ) ( + ) 7 5 (E) 9 5 9 7 0. Jika f ( ) = maka f () = 8 (E) 8. Jika f () = 5 maka f (0) +

Lebih terperinci

Integral lipat dua BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA. gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan

Integral lipat dua BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA. gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan BAB V INTEGRAL LIPAT 5.1. DEFINISI INTEGRAL LIPAT DUA gambar 5.1 Luasan di bawah permukaan 61 Pada Matematika Dasar I telah dipelajari integral tertentu b f ( x) dx yang dapat didefinisikan, apabila f

Lebih terperinci

Diferensial Vektor. (Pertemuan III) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Diferensial Vektor. (Pertemuan III) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya TKS 4007 Matematika III Diferensial Vektor (Pertemuan III) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Perkalian Titik Perkalian titik dari dua buah vektor A dan B pada bidang dinyatakan

Lebih terperinci

10 Grafik Sudut Deviasi Bangun Datar

10 Grafik Sudut Deviasi Bangun Datar 10 Grafik Sudut Deviasi Bangun Datar Kita telah mempelajari bagaimana menghitung besar sudut belok di setiap titik pada tepi suatu bangun datar. Satu hal yang menarik tentang lingkaran adalah bahwa besar

Lebih terperinci

Transformasi Geometri Sederhana

Transformasi Geometri Sederhana Transformasi Geometri Sederhana Transformasi Dasar Pada Aplikasi Grafika diperlukan perubahan bentuk, ukuran dan posisi suatu gambar yang disebut dengan manipulasi. Perubahan gambar dengan mengubah koordinat

Lebih terperinci

Transformasi Geometri Sederhana. Farah Zakiyah Rahmanti 2014

Transformasi Geometri Sederhana. Farah Zakiyah Rahmanti 2014 Transformasi Geometri Sederhana Farah Zakiyah Rahmanti 2014 Grafika Komputer TRANSFORMASI 2D Transformasi Dasar Pada Aplikasi Grafika diperlukan perubahan bentuk, ukuran dan posisi suatu gambar yang disebut

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER AERODINAMIKA ROKET POLYOT

PERHITUNGAN PARAMETER AERODINAMIKA ROKET POLYOT BAB 4 PERHITUNGAN PARAMETER AERODINAMIKA ROKET POLYOT 4. Perhitungan Parameter Aerodinamika Roket Polyot Menggunakan Digital Datcom dan Missile Datcom Roket Polyot dalam operasinya memiliki lintas terbang

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 3.1 Perencanaan Dalam sebuah robot terdapat dua sistem yaitu sistem elektronis dan sistem mekanis, dimana sistem mekanis dikendalikan oleh sistem elektronis bisa berupa

Lebih terperinci

(D) 2 x < 2 atau x > 2 (E) x > Kurva y = naik pada

(D) 2 x < 2 atau x > 2 (E) x > Kurva y = naik pada f =, maka fungsi f naik + 1 pada selang (A), 0 (D), 1. Jika ( ) (B) 0, (E) (C),,. Persamaan garis singgung kurva lurus + = 0 adalah (A) + = 0 (B) + = 0 (C) + + = 0 (D) + = 0 (E) + + = 0 = ang sejajar dengasn

Lebih terperinci

FUNGSI DAN PERSAMAAN LINEAR. EvanRamdan

FUNGSI DAN PERSAMAAN LINEAR. EvanRamdan FUNGSI DAN PERSAMAAN LINEAR TEORI FUNGSI Fungsi yaitu hubungan matematis antara suatu variabel dengan variabel lainnya. Unsur-unsur pembentukan fungsi yaitu variabel (terikat dan bebas), koefisien dan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pemodelan Robot Dengan Software Autocad Inventor. robot ular 3-DOF yang terdapat di paper [5].

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pemodelan Robot Dengan Software Autocad Inventor. robot ular 3-DOF yang terdapat di paper [5]. BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metodologi Penelitian Pada bab ini, dibahas mengenai tahapan perancangan robot dimulai dari perancangan model 3D robot menggunakan Autocad Inventor hingga simulasi dan pengambilan

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK 1 PERSAMAAN GERAK

KINEMATIKA GERAK 1 PERSAMAAN GERAK KINEMATIKA GERAK 1 PERSAMAAN GERAK Posisi titik materi dapat dinyatakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suatu bidang datar maupun dalam bidang ruang. Vektor yang dipergunakan untuk menentukan posisi disebut

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 FISIKA

K13 Revisi Antiremed Kelas 10 FISIKA K1 Revisi Antiremed Kelas 10 FISIKA Gerak Melingkar Beraturan Latihan Soal PG Doc Name: RK1AR10FIS0501 Doc. Version: 016-10 halaman 1 01. Jika suatu benda sedang bergerak pada kelajuan tetap dalam suatu

Lebih terperinci

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS Fungsi Dalam ilmu ekonomi, kita selalu berhadapan dengan variabel-variabel ekonomi seperti harga, pendapatan nasional, tingkat bunga, dan lainlain. Hubungan kait-mengkait

Lebih terperinci

Gerak Melingkar Pendahuluan

Gerak Melingkar Pendahuluan Gerak Melingkar Pendahuluan Gerak roda kendaraan, gerak CD, VCD dan DVD, gerak kendaraan di tikungan yang berbentuk irisan lingkaran, gerak jarum jam, gerak satelit mengitari bumi, dan sebagainya adalah

Lebih terperinci

KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom

KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom KINEMATIKA Fisika Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom Sasaran Pembelajaran Indikator: Mahasiswa mampu mencari besaran

Lebih terperinci

θ t = θ t Secara grafik θ-t : kecepatan sudut dapat ditentukan menggunakan tangen sudut kemiringan grafik terhadap sumbu t dθ dt d dt Gerak Melingkar

θ t = θ t Secara grafik θ-t : kecepatan sudut dapat ditentukan menggunakan tangen sudut kemiringan grafik terhadap sumbu t dθ dt d dt Gerak Melingkar Gerak Melingkar Posisi dari suatu titik yang mengalami gerak melingkar dinyatakan dengan θ yaitu besar sudut yang telah ditempuh dari awal perhitungan. Kecepatan sudut ω Adalah besar sudut yang ditempuh

Lebih terperinci

PERSAMAAN GARIS BAHAN BELAJAR MANDIRI 4

PERSAMAAN GARIS BAHAN BELAJAR MANDIRI 4 BAHAN BELAJAR MANDIRI 4 PERSAMAAN GARIS PENDAHULUAN Secara umum bahan belajar mandiri ini menjelaskan tentang konsep garis, dan persamaan garis lurus yang dinyatakan ke dalam bentuk implisit maupun bentuk

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik pada bidang yang berjarak

Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik pada bidang yang berjarak 4 Lingkaran 4.1. Persamaan Lingkaran Bentuk Baku. Lingkaran adalah tempat kedudukan titik-titik pada bidang yang berjarak tetap dari suatu titik tetap. Titik tetap dari lingkaran disebut pusat lingkaran,

Lebih terperinci

KALKULUS BAB I. PENDAHULUAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA

KALKULUS BAB I. PENDAHULUAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA KALKULUS BAB I. PENDAHULUAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA BAB I Bilangan Real dan Notasi Selang Pertaksamaan Nilai Mutlak Sistem Koordinat Cartesius dan Grafik Persamaan Bilangan Real dan Notasi Selang Bilangan

Lebih terperinci

yang tak terdefinisikan dalam arti keberadaannya tidak perlu didefinisikan. yang sejajar dengan garis yang diberikan tersebut.

yang tak terdefinisikan dalam arti keberadaannya tidak perlu didefinisikan. yang sejajar dengan garis yang diberikan tersebut. 3 Gariis Lurus Dalam geometri aksiomatik/euclide konsep garis merupakan salah satu unsur ang tak terdefinisikan dalam arti keberadaanna tidak perlu didefinisikan. Karakteristik suatu garis diberikan pada

Lebih terperinci

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber:

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber: Kinematika Gerak B a b B a b 1 KINEMATIKA GERAK Sumber: www.jatim.go.id Jika kalian belajar fisika maka kalian akan sering mempelajari tentang gerak. Fenomena tentang gerak memang sangat menarik. Coba

Lebih terperinci

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT MEKANIKA Pengukuran, Besaran & Vektor 1. Besaran yang dimensinya ML -1 T -2 adalah... A. Gaya B. Tekanan C. Energi D. Momentum E. Percepatan 2. Besar tetapan Planck adalah

Lebih terperinci

SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521

SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521 SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521 Sistem Koordinat Parameter SistemKoordinat Koordinat Kartesian Koordinat Polar Sistem Koordinat Geosentrik Sistem Koordinat Toposentrik Sistem Koordinat

Lebih terperinci

FUNGSI dan LIMIT. 1.1 Fungsi dan Grafiknya

FUNGSI dan LIMIT. 1.1 Fungsi dan Grafiknya FUNGSI dan LIMIT 1.1 Fungsi dan Grafiknya Fungsi : suatu aturan yang menghubungkan setiap elemen suatu himpunan pertama (daerah asal) tepat kepada satu elemen himpunan kedua (daerah hasil) fungsi Daerah

Lebih terperinci

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS. Nuryanto.ST.,MT MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS Fungsi Non Linear Fungsi non-linier merupakan bagian yang penting dalam matematika untuk ekonomi, karena pada umumnya fungsi-fungsi yang menghubungkan variabel-variabel ekonomi

Lebih terperinci

KINEMATIKA. A. Teori Dasar. Besaran besaran dalam kinematika

KINEMATIKA. A. Teori Dasar. Besaran besaran dalam kinematika KINEMATIKA A. Teori Dasar Besaran besaran dalam kinematika Vektor Posisi : adalah vektor yang menyatakan posisi suatu titik dalam koordinat. Pangkalnya di titik pusat koordinat, sedangkan ujungnya pada

Lebih terperinci

fungsi Dan Grafik fungsi

fungsi Dan Grafik fungsi fungsi Dan Grafik fungsi Suatu fungsi adalah pemadanan dua himpunan tidak kosong dengan pasangan terurut (x, y) dimana tidak terdapat elemen kedua yang berbeda. Fungsi (pemetaan) himpunan A ke himpunan

Lebih terperinci

PERSAMAAN GARIS LURUS

PERSAMAAN GARIS LURUS PERSAMAAN GARIS LURUS A. Menggambar grafik garis lurus Langkah langkah mengambar grafik persamaan garis lurus sama dengan langkahlangkah membuat grafik pada sistim koordinat. Gambarlah grafik persamaan

Lebih terperinci

GEOMETRI ANALITIK PERTEMUAN2: GARIS LURUS PADA BIDANG KOORDINAT. sofyan mahfudy-iain Mataram 1

GEOMETRI ANALITIK PERTEMUAN2: GARIS LURUS PADA BIDANG KOORDINAT. sofyan mahfudy-iain Mataram 1 GEOMETRI ANALITIK PERTEMUAN2: GARIS LURUS PADA BIDANG KOORDINAT sofyan mahfudy-iain Mataram 1 Sasaran kuliah hari ini 1. Mahasiwa dapat menjelaskan konsep kemiringan garis/gradien 2. Mahasiswa dapat menentukan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS SIMULASI KINEMATIKA ROBOT. Dengan telah dibangunnya model matematika robot dan robot sesungguhnya,

BAB 4 ANALISIS SIMULASI KINEMATIKA ROBOT. Dengan telah dibangunnya model matematika robot dan robot sesungguhnya, 92 BAB 4 ANALISIS SIMULASI KINEMATIKA ROBOT Dengan telah dibangunnya model matematika robot dan robot sesungguhnya, maka diperlukan analisis kinematika untuk mengetahui seberapa jauh model matematika itu

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALGORITMA TRACKING

BAB IV PENGUJIAN ALGORITMA TRACKING BAB IV PENGUJIAN ALGORITMA TRACKING Pada Bab III sebelumnya telah dijelaskan mengenai pemodelan dalam Simulink yang dibuat untuk menguji algoritma Filter Kalman dalam sistem Radar Tracking dan juga algoritma

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA SIMULASI KINEMATIKA LENGAN ROBOT INDUSTRI DENGAN 6 DERAJAT KEBEBASAN

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA SIMULASI KINEMATIKA LENGAN ROBOT INDUSTRI DENGAN 6 DERAJAT KEBEBASAN UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Sistem Komputer Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2003/2004 SIMULASI KINEMATIKA LENGAN ROBOT INDUSTRI DENGAN 6 DERAJAT KEBEBASAN Andy Rosady 0400530056 Riza

Lebih terperinci

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis BAB II RESULTAN (JUMLAH) DAN URAIAN GAYA A. Pendahuluan Pada bab ini, anda akan mempelajari bagaimana kita bekerja dengan besaran vektor. Kita dapat menjumlah dua vektor atau lebih dengan beberapa cara,

Lebih terperinci

PENERAPAN TURUNAN MAT 4 D. PERSAMAAN GARIS SINGGUNG KURVA A. PENDAHULUAN B. DALIL L HÔPITAL C. PERSAMAAN PADA KINEMATIKA GERAK TURUNAN. MATERI78.

PENERAPAN TURUNAN MAT 4 D. PERSAMAAN GARIS SINGGUNG KURVA A. PENDAHULUAN B. DALIL L HÔPITAL C. PERSAMAAN PADA KINEMATIKA GERAK TURUNAN. MATERI78. PENERAPAN TURUNAN MAT 4 D. PERSAMAAN GARIS SINGGUNG KURVA A. PENDAHULUAN B. DALIL L HÔPITAL C. PERSAMAAN PADA KINEMATIKA GERAK TURUNAN. MATERI78.CO MAT 4 materi78.co.nr Penerapan Turunan A. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

A. PERSAMAAN GARIS LURUS

A. PERSAMAAN GARIS LURUS A. PERSAMAAN GARIS LURUS Persamaan garis lurus adalah hubungan nilai x dan nilai y yang terletak pada garis lurus serta dapat di tulis px + qy = r dengan p, q, r bilangan real dan p, q 0. Persamaan dalam

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dijelaskan tentang pengujian dimensi robot, algoritma dari robot yang telah dibuat dan analisis mengenai kinerja dari algoritma tersebut. 4.1. Pengujian

Lebih terperinci

Peta Konsep. Standar Kompetensi. Kompetensi Dasar. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi. persamaan garis lurus

Peta Konsep. Standar Kompetensi. Kompetensi Dasar. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi. persamaan garis lurus PErSamaan GarIS lurus Untuk SMP Kelas VIII Peta Konsep Standar Kompetensi Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi dan persamaan garis lurus Kompetensi Dasar Menentukan gradien, persamaan dan grafik garis

Lebih terperinci

GERAK MELINGKAR BERATURAN

GERAK MELINGKAR BERATURAN Pengertian Gerak melingkar GERAK MELINGKAR BERATURAN Gerak melingkar beraturan adalah gerak yang lintasannya berbentuk lingkaran dengan laju konstan dan arah kecepatan tegak lurus terhadap arah percepatan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode ini digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode ini digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Metode Kendali Umpan Maju Metode ini digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada fenomena berkendara ketika berbelok, dimana dilakukan pemodelan matematika yang

Lebih terperinci

OUTLINE Pertaksamaan Nilai Mutlak Sistem Koordinat Cartesius dan Grafik Persamaan. Kalkulus. Dani Suandi, M.Si.

OUTLINE Pertaksamaan Nilai Mutlak Sistem Koordinat Cartesius dan Grafik Persamaan. Kalkulus. Dani Suandi, M.Si. Nilai Mutlak Kalkulus Dani Suandi, M.Si. Nilai Mutlak 1 Notasi Selang Menyelesaikan 2 Nilai Mutlak Definisi Nilai Mutlak Sifat Nilai Mutlak 3 Sistem Koordinat Cartesius Grafik Persamaan Notasi Selang Nilai

Lebih terperinci

GERAK MELINGKAR. = S R radian

GERAK MELINGKAR. = S R radian GERAK MELINGKAR. Jika sebuah benda bergerak dengan kelajuan konstan pada suatu lingkaran (disekeliling lingkaran ), maka dikatakan bahwa benda tersebut melakukan gerak melingkar beraturan. Kecepatan pada

Lebih terperinci

BAB I. SISTEM KOORDINAT, NOTASI & FUNGSI

BAB I. SISTEM KOORDINAT, NOTASI & FUNGSI BAB I. SISTEM KRDINAT, NTASI & FUNGSI (Pertemuan ke 1 & 2) PENDAHULUAN Diskripsi singkat Pada bab ini akan dijelaskan tentang bilangan riil, sistem koordinat Cartesius, notasi-notasi ang sering digunakan

Lebih terperinci

Koordinat Kartesius, Koordinat Tabung & Koordinat Bola. Tim Kalkulus II

Koordinat Kartesius, Koordinat Tabung & Koordinat Bola. Tim Kalkulus II Koordinat Kartesius, Koordinat Tabung & Koordinat Bola Tim Kalkulus II Koordinat Kartesius Sistem Koordinat 2 Dimensi Sistem koordinat kartesian dua dimensi merupakan sistem koordinat yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi di dunia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, terutama di bidang robotika. Saat ini robot telah banyak berperan dalam kehidupan manusia. Robot adalah

Lebih terperinci

BAB XI PERSAMAAN GARIS LURUS

BAB XI PERSAMAAN GARIS LURUS BAB XI PERSAMAAN GARIS LURUS A. Pengertian Pesamaan Garis Lurus Persamaan garis lurus adalah suatu fungsi yang apabila digambarkan ke dalam bidang Cartesius akan berbentuk garis lurus. Garis lurus ini

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2015 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2016

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2015 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2016 HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2015 CALON TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2016 Bidang Fisika Waktu : 180 menit KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521

SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521 SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521 SISTEM KOORDINAT SISTEM TRANSFORMASI KOORDINAT RG091521 Sistem Koordinat Parameter SistemKoordinat Koordinat Kartesian Koordinat Polar Sistem Koordinat

Lebih terperinci

MBS - DTA. Sucipto UNTUK KALANGAN SENDIRI. SMK Muhammadiyah 3 Singosari

MBS - DTA. Sucipto UNTUK KALANGAN SENDIRI. SMK Muhammadiyah 3 Singosari MBS - DTA Sucipto UNTUK KALANGAN SENDIRI SMK Muhammadiyah Singosari SERI : MBS-DTA FUNGSI STANDAR KOMPETENSI Siswa mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan fungsi, persamaan fungsi linear dan fungsi

Lebih terperinci

Penerapan Turunan MAT 4 D. PERSAMAAN GARIS SINGGUNG KURVA A. PENDAHULUAN B. DALIL L HÔPITAL C. PERSAMAAN PADA KINEMATIKA GERAK TURUNAN. materi78.co.

Penerapan Turunan MAT 4 D. PERSAMAAN GARIS SINGGUNG KURVA A. PENDAHULUAN B. DALIL L HÔPITAL C. PERSAMAAN PADA KINEMATIKA GERAK TURUNAN. materi78.co. Penerapan Turunan A. PENDAHULUAN Turunan dapat digunakan untuk: 1) Perhitungan nilai limit dengan dalil l Hôpital 2) Menentukan persamaan fungsi kecepatan dan percepatan dari persamaan fungsi posisi )

Lebih terperinci

BAB I VEKTOR DALAM BIDANG

BAB I VEKTOR DALAM BIDANG BAB I VEKTOR DALAM BIDANG I. KURVA BIDANG : Penyajian secara parameter Suatu kurva bidang ditentukan oleh sepasang persamaan parameter. ; dalam I dan kontinue pada selang I, yang pada umumnya sebuah selang

Lebih terperinci

GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik.

GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik. GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik. Kompetensi Dasar Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan konstan.

Lebih terperinci

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Fisika Kelas XI SCI Semester I Oleh: M. Kholid, M.Pd. 43 P a g e 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Kompetensi Inti : Memahami, menerapkan, dan

Lebih terperinci

yang tak terdefinisikan dalam arti keberadaannya tidak perlu didefinisikan.

yang tak terdefinisikan dalam arti keberadaannya tidak perlu didefinisikan. 3 Gariis Lurus Dalam geometri aksiomatik/euclide konsep garis merupakan salah satu unsur ang tak terdefinisikan dalam arti keberadaanna tidak perlu didefinisikan. Karakteristik suatu garis diberikan pada

Lebih terperinci

BAB 3 PENANGANAN JARINGAN KOMUNIKASI MULTIHOP TERKONFIGURASI SENDIRI UNTUK PAIRFORM-COMMUNICATION

BAB 3 PENANGANAN JARINGAN KOMUNIKASI MULTIHOP TERKONFIGURASI SENDIRI UNTUK PAIRFORM-COMMUNICATION BAB 3 PENANGANAN JARINGAN KOMUNIKASI MULTIHOP TERKONFIGURASI SENDIRI UNTUK PAIRFORM-COMMUNICATION Bab ini akan menjelaskan tentang penanganan jaringan untuk komunikasi antara dua sumber yang berpasangan.

Lebih terperinci

A. Menentukan Letak Titik

A. Menentukan Letak Titik Apa yang akan Anda Pelajari? Koordinat Cartesius Mengenal pengertian dan menentukan gradien garis lurus Menentukan persamaan garis lurus Menggambar grafik garis lurus Menentukan Gradien, Persamaan garis

Lebih terperinci

Path Tracking Pada Mobile Robot Dengan Umpan Balik Odometry

Path Tracking Pada Mobile Robot Dengan Umpan Balik Odometry The 13 th Industrial Electronics Seminar 2011 (IES 2011) Electronic Engineering Polytechnic Institute of Surabaya (EEPIS), Indonesia, October 26, 2011 Path Tracking Pada Mobile Robot Dengan Umpan Balik

Lebih terperinci

Matematika IPA (MATEMATIKA TKD SAINTEK)

Matematika IPA (MATEMATIKA TKD SAINTEK) Pembahasan Soal SBMPTN 2016 SELEKSI BERSAMA MASUK PERGURUAN TINGGI NEGERI Disertai TRIK SUPERKILAT dan LOGIKA PRAKTIS Matematika IPA (MATEMATIKA TKD SAINTEK) Kumpulan SMART SOLUTION dan TRIK SUPERKILAT

Lebih terperinci

MATEMATIKA DASAR TAHUN 1987

MATEMATIKA DASAR TAHUN 1987 MATEMATIKA DASAR TAHUN 987 MD-87-0 Garis singgung pada kurva y di titik potong nya dengan sumbu yang absisnya positif mempunyai gradien 0 MD-87-0 Titik potong garis y + dengan parabola y + ialah P (5,

Lebih terperinci

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13 Fakultas Perikanan - KESETIMBANGAN Kondisi benda setelah menerima gaya-gaya luar SEIMBANG : Bila memenuhi HUKUM NEWTON I Resultan Gaya yang bekerja pada benda besarnya sama dengan nol sehingga benda tersebut

Lebih terperinci

Sistem Koordinat dalam 2 Dimensi Ruang Mengingat kembali sebelum belajar kalkulus

Sistem Koordinat dalam 2 Dimensi Ruang Mengingat kembali sebelum belajar kalkulus Sistem Koordinat dalam 2 Dimensi Ruang Mengingat kembali sebelum belajar kalkulus Sistem Koordinat pada Bidang Datar Disusun dengan pasangan angka urut (ordered pair) (a,b) : a dan b berturut- turut adalah

Lebih terperinci

(2) Titik potong kurva dengan sumbu y, bila x = 0, diperoleh x = 0 y = mx + n y = m(0) + n y = n Jadi, titik potongnya dengan sumbu y, adalah (0, n) y

(2) Titik potong kurva dengan sumbu y, bila x = 0, diperoleh x = 0 y = mx + n y = m(0) + n y = n Jadi, titik potongnya dengan sumbu y, adalah (0, n) y BAB 3 FUNGSI LINIER DAN PERSAMAAN GARIS LURUS 3.1 Pengantar Fungsi linier adalah bentuk fungsi yang paling sederhana. Banyak hubungan antara variable ekonomi, dalam jangka pendek dianggap linier. Pengetahuan

Lebih terperinci

Fungsi Linier & Grafik Fungsi Aplikasi dalam Ekonomi

Fungsi Linier & Grafik Fungsi Aplikasi dalam Ekonomi Fungsi Linier & Grafik Fungsi Aplikasi dalam Ekonomi Diskripsi materi: -Bentuk umum dari fungsi linier dan menggambarkan grafik fungsi linier -Menentukan koefisien arah/ Kemiringan -Cara-cara pembentukan

Lebih terperinci

Fisika Dasar 9/1/2016

Fisika Dasar 9/1/2016 1 Sasaran Pembelajaran 2 Mahasiswa mampu mencari besaran posisi, kecepatan, dan percepatan sebuah partikel untuk kasus 1-dimensi dan 2-dimensi. Kinematika 3 Cabang ilmu Fisika yang membahas gerak benda

Lebih terperinci

Pertemuan 2 KOORDINAT CARTESIUS

Pertemuan 2 KOORDINAT CARTESIUS Kalkulus Pertemuan 2 KOORDINAT CARTESIUS Koordinat Cartesius 1 2 3 Jarak y Hitunglah jarak dari A(3,-5) ke B(4,2) A(3,-5) maka x 1 = 3 dan y 1 = -5 B(4,9) maka x 2 = 4 dan y 2 = 2 sehingga d(a, B) = (x

Lebih terperinci

III HASIL DAN PEMBAHASAN

III HASIL DAN PEMBAHASAN Fungsi periodizer kutub tersebut dapat dituliskan pula sebagai: p θ, N, θ 0 = π N N.0 n= n sin Nn θ θ 0. () f p θ, N, θ 0 = π N N j= j sin Nj θ θ 0 diperoleh dengan menyubstitusi variabel θ pada f θ =

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA KECEPATAN

BAB IV ANALISA KECEPATAN BAB IV ANALISA KECEPATAN PUSAT SESAAT Pusat sesaat adalah : - sebuah titik dalam suatu benda dimana benda lain berputar terhadapnya. - Sebuah titik sekutu yang terletak pada 2 buah benda yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini berisi tentang teori mengenai permasalahan yang akan dibahas

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini berisi tentang teori mengenai permasalahan yang akan dibahas BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini berisi tentang teori mengenai permasalahan yang akan dibahas dalam pembuatan tugas akhir ini. Secara garis besar teori penjelasan akan dimulai dari definisi logika fuzzy,

Lebih terperinci

Turunan Fungsi dan Aplikasinya

Turunan Fungsi dan Aplikasinya Bab 8 Sumber: www.duniacyber.com Turunan Fungsi dan Aplikasinya Setelah mempelajari bab ini, Anda harus mampu menggunakan konsep, sifat, dan aturan dalam perhitungan turunan fungsi; menggunakan turunan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari algoritma robot. 3.1. Gambaran Sistem Sistem yang dibuat untuk tugas akhir

Lebih terperinci

PATH TRACKING PADA MOBILE ROBOT DENGAN UMPAN BALIK ODOMETRY

PATH TRACKING PADA MOBILE ROBOT DENGAN UMPAN BALIK ODOMETRY PATH TRACKING PADA MOBILE ROBOT DENGAN UMPAN BALIK ODOMETRY Bayu Sandi Marta (1), Fernando Ardilla (2), A.R. Anom Besari (2) (1) Mahasiswa Program Studi Teknik Komputer, (2) Dosen Program Studi Teknik

Lebih terperinci

DEFFERNSIAL atau TURUNAN FUNGSI ALJABAR

DEFFERNSIAL atau TURUNAN FUNGSI ALJABAR DEFFERNSIAL atau TURUNAN FUNGSI ALJABAR A. Pengertian Turunan dari fungsi y f () Laju rata-rata perubahan fungsi dalam interval antara a dan a h adalah : y f( a h) f( a) f ( a h) f( a) = = (dengan syarat

Lebih terperinci

GLBB & GLB. Contoh 1 : Besar percepatan konstan (kelajuan benda. bertambah secara konstan)

GLBB & GLB. Contoh 1 : Besar percepatan konstan (kelajuan benda. bertambah secara konstan) GLBB & GLB Suatu benda dikatakan melakukan gerak lurus berubah beraturan (GLBB) jika percepatannya selalu konstan. Percepatan merupakan besaran vektor (besaran yang mempunyai besar dan arah). Percepatan

Lebih terperinci

2014 ACADEMY QU IDMATHCIREBON

2014 ACADEMY QU IDMATHCIREBON NASKAH UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Jenjang Sekolah : SMA/MA Hari/Tanggal : Selasa/15 April 2014 Program Studi : IPA Waktu : 07.30 09.30 Petunjuk: Pilihlah satu jawababan yang tepat! 1. Bentuk

Lebih terperinci

Analisa Kinematik Secara Spatial Untuk Rack and Pinion pada Kendaraan Hybrid Roda Tiga Sapujagad 2

Analisa Kinematik Secara Spatial Untuk Rack and Pinion pada Kendaraan Hybrid Roda Tiga Sapujagad 2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (214) ISSN: 231-9271 1 Analisa Kinematik Secara Spatial Untuk Rack and Pinion pada Kendaraan Hybrid Roda Tiga Sapujagad 2 Fachri Nugrahasyah Putra dan Unggul Wasiwitono

Lebih terperinci

Pengertian Persamaan Garis Lurus 1. Koordinat Cartesius a. Menggambar Titik pada Koordinat Cartesius b. Menggambar Garis pada Koordinat Cartesius

Pengertian Persamaan Garis Lurus 1. Koordinat Cartesius a. Menggambar Titik pada Koordinat Cartesius b. Menggambar Garis pada Koordinat Cartesius Pengertian Persamaan Garis Lurus Sebelum memahami pengertian persamaan garis lurus, ada baiknya kamu mengingat kembali materi tentang koordinat Cartesius persamaan garis lurus selalu digambarkan dalam

Lebih terperinci

MODUL 2 GARIS LURUS. Mesin Antrian Bank

MODUL 2 GARIS LURUS. Mesin Antrian Bank 1 MODUL 2 GARIS LURUS Gambar 4. 4 Mesin Antrian Bank Persamaan garis lurus sangat berperan penting terhadap kemajuan teknologi sekarang ini. Bagi programmer handal, banyak aplikasi yang membutuhkan persamaan

Lebih terperinci

Materi Fungsi Linear Fungsi Variabel, koefisien, dan konstanta Variabel variabel bebas Koefisien Konstanta 1). Pengertian fungsi linier

Materi Fungsi Linear Fungsi Variabel, koefisien, dan konstanta Variabel variabel bebas Koefisien Konstanta 1). Pengertian fungsi linier Materi Fungsi Linear Admin 8:32:00 PM Duhh akhirnya nongol lagi... kali ini saya akan bahas mengenai pelajaran yang paling disukai oleh hampir seluruh warga dunia :v... MATEMATIKA, ya itu namanya. materi

Lebih terperinci

Matematika Ekonomi KUADRAT DAN FUNGSI RASIONAL (FUNGSI PECAH) GRAFIK FUNGSI KUADRAT BERUPA PARABOLA GRAFIK FUNGSI RASIONAL BERUPA HIPERBOLA

Matematika Ekonomi KUADRAT DAN FUNGSI RASIONAL (FUNGSI PECAH) GRAFIK FUNGSI KUADRAT BERUPA PARABOLA GRAFIK FUNGSI RASIONAL BERUPA HIPERBOLA Fungsi Non Linier Diskripsi materi: -Harga ekstrim pada fungsi kuadrat 1 Fungsi non linier FUNGSI LINIER DAPT BERUPA FUNGSI KUADRAT DAN FUNGSI RASIONAL (FUNGSI PECAH) GRAFIK FUNGSI KUADRAT BERUPA PARABOLA

Lebih terperinci

Parabola didefinisikan sebagai tempat kedudukan titik-titik P(x, y) pada

Parabola didefinisikan sebagai tempat kedudukan titik-titik P(x, y) pada Parabola 6.1. Persamaan Parabola Bentuk Baku Parabola didefinisikan sebagai tempat kedudukan titik-titik P(x, y) pada bidang sedemikian hingga titik itu berjarak sama dari suatu titik tertentu yang disebut

Lebih terperinci

IRISAN DUA LINGKARAN. Tujuan Pembelajaran. ). Segmen garis dari P ke Q disebut sebagai tali busur. Tali busur ini memotong tegak lurus garis C 1

IRISAN DUA LINGKARAN. Tujuan Pembelajaran. ). Segmen garis dari P ke Q disebut sebagai tali busur. Tali busur ini memotong tegak lurus garis C 1 K- matematika K e l a s I IRISAN DUA LINGKARAN Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.. Dapat menentukan persamaan dan panjang tali busur dua lingkaran

Lebih terperinci

Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol

Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol HUKUM I NEWTON Jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol ΣF = 0 maka benda tersebut : - Jika dalam keadaan diam akan tetap diam, atau - Jika dalam keadaan bergerak lurus

Lebih terperinci

Matematika Dasar NILAI EKSTRIM

Matematika Dasar NILAI EKSTRIM NILAI EKSTRIM Misal diberikan kurva f( ) dan titik ( a,b ) merupakan titik puncak ( titik maksimum atau minimum ). Maka garis singgung kurva di titik ( a,b ) akan sejajar sumbu X atau [ ] mempunyai gradien

Lebih terperinci

KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN : BISNIS DAN MANAJEMEN & PARIWISATA SMK NEGERI 1 SURABAYA. BY : Drs. Abd. Salam, MM

KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN : BISNIS DAN MANAJEMEN & PARIWISATA SMK NEGERI 1 SURABAYA. BY : Drs. Abd. Salam, MM KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN : BISNIS DAN MANAJEMEN & PARIWISATA SMK NEGERI 1 SURABAYA BAHAN AJAR FUNGSI LINIER & KUADRAT SMK NEGERI 1 SURABAYA Halaman 1 BAB FUNGSI A. FUNGSI DAN RELASI Topik penting yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1. Prinsip Kerja Robot Prinsip kerja robot yang saya buat adalah robot lego mindstorm NXT yang menggunakan sensor ultrasonik yang berfungsi sebagai mata pada robot dengan tambahan

Lebih terperinci

Lingkaran. Lingkaran merupakan kumpulan titik yang berjarak sama terhadap titik pusat (x,y) Rumus dasar lingkaran: (X-Xc) 2 +(Y-Yc) 2 =r 2

Lingkaran. Lingkaran merupakan kumpulan titik yang berjarak sama terhadap titik pusat (x,y) Rumus dasar lingkaran: (X-Xc) 2 +(Y-Yc) 2 =r 2 Bentuk Geometri Lingkaran Lingkaran merupakan kumpulan titik yang berjarak sama terhadap titik pusat (x,y) Rumus dasar lingkaran: (X-Xc) 2 +(Y-Yc) 2 =r 2 Lingkaran Dari rumus lingkaran dapat dibentuk persamaan

Lebih terperinci

Pembahasan a. Kecepatan partikel saat t = 2 sekon (kecepatan sesaat) b. Kecepatan rata-rata partikel saat t = 0 sekon hingga t = 2 sekon

Pembahasan a. Kecepatan partikel saat t = 2 sekon (kecepatan sesaat) b. Kecepatan rata-rata partikel saat t = 0 sekon hingga t = 2 sekon Soal Kinematika Gerak dan Analisis Vektor Soal No. 1 Sebuah partikel bergerak dengan persamaan posisi terhadap waktu : r(t) = 3t 2 2t + 1 dengan t dalam sekon dan rdalam meter. Tentukan: a. Kecepatan partikel

Lebih terperinci

S M A 10 P A D A N G

S M A 10 P A D A N G Jln. Situjuh Telp : 071 71 Kode Pos : 19 Petuntuk : Silangilah option yang kamu anggap benar! 1. Grafik di samping menggabarkan posisi x sebagai fungsi dari waktu t. Benda mulai bergerak saat t = 0 s.

Lebih terperinci

OSK Matematika SMP (Olimpiade Sains Kabupaten Matematika SMP)

OSK Matematika SMP (Olimpiade Sains Kabupaten Matematika SMP) Pembahasan Soal OSK SMP 2017 OLIMPIADE SAINS KABUPATEN SMP 2017 OSK Matematika SMP (Olimpiade Sains Kabupaten Matematika SMP) Disusun oleh: Pak Anang Halaman 2 dari 20 PEMBAHASAN SOAL OLIMPIADE SAINS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika 25 BAB 3 DINAMIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya pada benda diam 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gaya dan percepatan benda 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

1. Diketahui fungsi : f mempunyai sifat f x 1 1 f x untuk setiap x. Jika f 2. 2, maka nilai fungsi f B. 2 C. 3 D E.

1. Diketahui fungsi : f mempunyai sifat f x 1 1 f x untuk setiap x. Jika f 2. 2, maka nilai fungsi f B. 2 C. 3 D E. f x f mempunyai sifat f x f x untuk setiap x. Jika f, maka nilai fungsi f 06. Diketahui fungsi : 06 06. Perhatikan gambar berikut ini! Berapakah ukuran luas daerah yang diarsir jika diketahui ukuran luas

Lebih terperinci

MODUL 3 BIDANG RATA. [Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat]

MODUL 3 BIDANG RATA. [Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat] 1 MODUL 3 BIDANG RATA Setelah mempelajari modul 1 dan 2 anda akan melanjutkan mempelajari modul 3 tentang bidang rata. Materi bidang rata ini berkaitan dengan materi pada modul sebelumnya. Pada modul 3

Lebih terperinci

Fisika Umum Suyoso Kinematika MEKANIKA

Fisika Umum Suyoso Kinematika MEKANIKA GERAK LURUS MEKANIKA A. Kecepatan rata-rata dan Kecepatan sesaat Suatu benda dikatan bergerak lurus jika lintasan gerak benda itu merupakan garis lurus. Perhatikan gambar di bawah: Δx A B O x x t t v v

Lebih terperinci