BAB I PENDAHULUAN. I.1. Sistem Air Traffic Control (ATC)
|
|
- Hendra Tedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Sistem Air Traffic Control (ATC) Sistem Air Traffic Control (ATC) merupakan sistem kompleks yang melibatkan sumber daya manusia, lembaga otoritas, manajemen, prosedur operasi dan peralatan penunjang. Semua faktor di atas secara bersama memiliki tujuan untuk mewujudkan lalu lintas udara yang aman, teratur dan mengalir cepat. Dengan kata lain sistem ATC bertujuan untuk meningkatkan penggunaan lalu lintas udara beserta level safety-nya, mengurangi tingkat keterlambatan dan waktu holding, serta untuk penghematan bahan bakar dengan memberikan rute yang sesuai, sehingga akan mengurangi biaya dan meningkatkan kualitas suatu operasi penerbangan. [3] Salah satu komponen utama pada peralatan sistem ATC yang disebutkan di atas adalah sistem Radar. Pada saat ini pengawasan lalu lintas udara di ATC dilakukan dengan menggunakan Radar & Display Processing System (RDPS) dan Flight Data Processing System (FDPS). RDPS memproses hasil liputan (coverage) Radar dalam bentuk plot. Data plot ini kemudian diolah oleh subsistem Radar Tracking untuk menghasilkan track atau lintasan terbang yang pada prinsipnya terdiri dari posisi dan kecepatan, untuk ditampilkan oleh subsistem Graphical Unit Interface pada monitor kerja operator ATC. Track yang dihasilkan juga diproses oleh sub-sistem peringatan tanda bahaya (Alerts and Warning) untuk menolong operator ATC dalam mengantisipasi risiko bahaya, seperti tabrakan antar pesawat, pesawat menabrak rintangan vertikal seperti gunung, dan lain-lain.[11] Pada umumnya bandara-bandara utama yang ada di Indonesia telah dilengkapi dengan sistem ATC yang mempunyai sistem RDPS standar. Tetapi perlu 1
2 diketahui pula bahwa sistem yang dipakai adalah completely built-up system (dibeli langsung dari luar negeri) yang selain berharga mahal juga mempunyai tingkat ketergantungan tinggi terhadap perusahaan yang memproduksi sistem tersebut yang notabene adalah perusahaan asing. Hal ini menyebabkan biaya pemeliharaan dan pengembangan sistem ATC yang dimiliki menjadi mahal dan hampir tidak terjangkau. Hal-hal di atas menyebabkan P.T. Angkasa Pura II sebagai pihak penyelenggara ATM (Air Traffic Management) dan pengelola bandara di Indonesia, bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung sebagai institusi pendidikan dan penelitian mulai mengembangkan suatu sistem ATC buatan dalam negeri dengan dimulainya Proyek Pengembangan RDPS untuk wilayah operasi bandara Polonia Medan dan sekitarnya. Diharapkan setelah proyek ini berhasil dilaksanakan maka bandara-bandara lain yang ada di Indonesia akan dapat memanfaatkan sistem ATC ini untuk mengembangkan sistem ATC nya masing-masing. Hal ini sangat penting artinya bagi perkembangan teknologi sistem Lalu Lintas Udara di Indonesia. I.2. Sistem Radar Tracking Pengawasan ruang udara sangat bergantung pada Radar yang tersedia. Radar ini menghasilkan informasi berupa plot dari pesawat udara yang melintas di wilayah coverage Radar tersebut. Untuk mengasosiasikan / memasangkan plot-plot yang berkorespondensi dengan satu pesawat terbang yang sama pada setiap putaran antenna diperlukan suatu proses tracking. Hasil dari proses tracking tersebut adalah track atau lintasan terbang yang pada prinsipnya terdiri dari posisi, ketinggian dan vector kecepatan dari plot tersebut. Selanjutnya track atau lintasan terbang yang dihasilkan oleh proses tracking itu akan diteruskan pada suatu tampilan sistem (display system) sehingga para 2
3 operator yang menggunakan sistem ATC dapat memonitor dan mengatur lalulintas udara yang ada dalam wilayah panduan mereka. Proses ini digambarkan secara sederhana pada Gambar I.1. TX R RADAR PROCESSING SYSTEM (Tracking Process) Display System (GUI) Gambar I.1 : Prinsip operasi sebuah sistem Radar Secara singkat prinsip operasi pada Gambar I.1 dapat dijelaskan sebagai berikut : pertama-tama Sistem Radar yang terdiri dari berbagai peralatan elektronik (salah satunya adalah transceiver / TX ) mengirimkan suatu sinyal kepada target atau obyek (pesawat terbang) yang berada di udara. Sinyal tersebut kemudian akan dipantulkan dan/atau dikirim kembali oleh obyek tadi kepada sistem Radar. Radar Head (antenna Radar) yang merupakan peralatan receiver (RX) akan menangkap sinyal pantulan atau sinyal jawaban dari obyek. Hasil tangkapan sinyal tersebut akan diproses dan diolah oleh Radar Processing System untuk akhirnya ditampilkan pada suatu sistem tampilan (GUI, Graphical User Interface) yang dapat dibaca dan dimanfaatkan oleh operator Lalu Lintas Udara yang bertugas. Sistem Radar Tracking yang sekarang digunakan pada Proyek Pengembangan RDPS di bandara Polonia Medan saat ini masih merupakan pra-sistem yang 3
4 sebenarnya merupakan sistem awal yang dulu digunakan pada awal-awal perkembangan sistem RDPS modern di dunia. Sistem yang sekarang dikembangkan ini telah dapat mengubah format data yang dikeluarkan oleh Radar Head menjadi format data yang dapat dibaca oleh sistem operasi dan konfigurasi hardware komputer yang telah umum digunakan oleh masyarakat sehingga dapat dilakukan pengembangan selanjutnya dengan lebih mudah. Proyek RDPS dinilai telah berhasil menerapkan beberapa prinsip dasar yang penting dalam suatu sistem Radar sehingga sistem tersebut dianggap dapat menggantikan sistem yang lama. Akan tetapi, bila dilihat dari kebutuhan akan kemampuan dan kehandalan yang umumnya harus dipunyai oleh sistem Radar modern saat ini, sistem RDPS dirasa masih belum mencukupi. Hal ini disebabkan karena masih ada beberapa kekurangan yang terdapat pada Sistem RDPS di Medan. Antara lain adalah : 1. Akurasi sistem RDPS dalam hal tracking belum tinggi karena adanya gangguan yang disebabkan oleh noise gangguan sinyal maupun noise peralatan sistem RDPS sendiri.. Penanganan gangguan (noise) yang dihasilkan oleh peralatan Radar masih dilakukan dengan cara manual, yaitu dengan mengkalibrasi peralatan Radar secara terus menerus bila terjadi kesalahan. 2. Sistem RDPS masih memakai metode mozaic dan pembobotan dalam hal Multi Radar Tracking yang menimbulkan masalah-masalah seperti ambiguitas dan konsistensi track (akan dijelaskan pada sub bab berikutnya yaitu sub bab I.3). Tesis ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari sub-sistem Radar Tracking yang ada di dalam Proyek tersebut di atas. Di dalam tesis ini akan coba diaplikasikan suatu algoritma sistem yang nantinya dapat menunjang dan memperbaiki proses pengolahan dan perhitungan data-data yang diperlukan dalam suatu sistem pengawasan lalu lintas udara baik sipil maupun militer. 4
5 I.3. Sistem Multi Radar Tracking Pada prinsipnya Multi Radar Tracking dipakai untuk suatu tujuan yaitu untuk mendapatkan daerah coverage (cakupan) operasi ATC yang lebih luas. Hal ini dilakukan dengan mengambil dan menampilkan data dari beberapa Radar di wilayah lain sehingga didapatkan suatu tambahan wilayah cakupan operasi. Sistem Radar di Indonesia yang ada saat ini sebenarnya telah menggunakan sistem Multi Radar Tracking. Akan tetapi metode yang diterapkan pada sistem tersebut mempunyai beberapa kekurangan. Metode yang banyak dipakai dalam sistem Multi Radar Tracking yang lama adalah metode mozaic dan pembobotan. Berikut ini adalah penjelasan dari metode tersebut. Cara kerja metode ini adalah sebagai berikut : pertama-tama ditentukan suatu wilayah-wilayah (mozaic) yang disesuaikan dengan daerah cakupan terbaik suatu Radar. Data track yang keluar dari sebuah Radar dimana suatu target berada di wilayah cakupan terbaik Radar tersebut akan mempunyai nilai bobot yang lebih tinggi dari data track suatu target yang sama dari Radar yang lain. Kemudian data dari banyak Radar tersebut dikumpulkan dalam suatu sistem Radar dengan suatu sistem koordinat yang telah disamakan. Setelah itu, sistem akan memilih data dari Radar mana yang mempunyai bobot yang lebih tinggi untuk ditampilkan ke sistem display Radar. Namun perlu diketahui bahwa karakteristik sistem setiap Radar adalah berbeda-beda. Hal ini menyebabkan data yang dikeluarkan oleh setiap Radar terhadap suatu target tertentu yang sama akan berbeda hasilnya. Ilustrasi metode tersebut adalah sebagai berikut (lihat Gambar I.2): misal ada suatu target pesawat udara (gambar pesawat udara) yang ditangkap oleh dua Radar yang berbeda yaitu Radar M dan Radar N. Pesawat udara sebelumnya sedang berada di wilayah cakupan terbaik Radar M, sehingga data track pesawat udara yang keluar dari Radar M akan diberi nilai bobot yang paling tinggi. Sedangkan data track pesawat udara dari Radar N akan diberi nilai bobot yang lebih kecil. Berdasarkan nilai bobot tersebut maka sistem Display 5
6 akan menampilkan data track hanya yang berasal dari Radar M saja. Sebaliknya, jika pesawat udara berada pada wilayah dimana data track dari Radar N mempunyai nilai bobot yang paling tinggi maka data track yang akan ditampilkan oleh sistem Display adalah data track dar Radar N saja. Radar Radar N Mozaic Radar M Gambar I.2 : Ilustrasi metode mozaic pada Sistem Multi Radar Jadi kelemahan dari sistem multi Radar tracking dengan metode ini adalah ketika suatu target bergerak dari suatu wilayah liputan Radar dimana Radar tersebut mempunyai nilai bobot yang lebih tinggi ke suatu wilayah liputan dimana Radar tersebut mempunyai nilai bobot yang lebih rendah, maka posisi dari target yang ditampilkan oleh sistem display akan berubah secara tiba-tiba (tidak konsisten) karena pada hakikatnya data target yang ditampilkan dari dua Radar yang berbeda mempunyai error yang berbeda pula. 6
7 Selain itu, pada sistem Radar yang menggunakan metode ini sering dijumpai kejadian dimana ada beberapa track yang muncul bersamaan di posisi yang berdekatan walaupun sebenarnya track-track itu adalah target yang sama (masalah ambiguitas). Oleh sebab itu di dalam tesis ini, selain meneliti tentang pengurangan noise (filtering), akan dibahas juga bagaimana caranya untuk menggabungkan data dari Radar yang berbeda dan bukan memilih salah satu data dari Radar tertentu untuk ditampilkan pada GUI. I.4. Perumusan Masalah dan Ruang Lingkup Sistem Radar yang dipakai di banyak bandara di Indonesia saat ini sudah tergolong tua. Pada sistem Radar tersebut timbul berbagai macam masalah yang ingin diatasi melalui penelitian pada tesis ini. Masalah tersebut adalah 1) Penanganan gangguan (error noise) hasil pengukuran Radar (masalah filtering). Bila pada suatu sistem Radar diterapkan filter yang baik maka akan lebih mudah menangani noise yang ditimbulkan oleh peralatan Radar. Pokok bahasan yang paling utama pada tesis ini adalah mengenai aplikasi metode filtering yang merupakan penurunan Filter Kalman pada algoritma sistem Radar tracking yang lama. Filter Kalman adalah sebuah metode yang dapat mengurangi efek dari noise. Dalam hal ini noise yang dimaksud adalah kesalahan hasil pengukuran yang sering timbul akibat ketidak-akuratan suatu alat yang disebabkan oleh beberapa macam hal seperti ketidak-akuratan dari sistem Radar atau ketidakpastian dari gerak suatu target. Jadi masalah yang utama adalah membuat suatu program komputasi yang dapat mengaplikasikan algoritma Filter Kalman di dalam suatu skenario keadaan yang akhirnya dapat diperoleh posisi dan kecepatan sebuah target dengan akurasi yang lebih baik dalam waktu nyata. 7
8 2) Masalah penggabungan data dari beberapa Radar yang berbeda (masalah multi Radar tracking). Pada tesis ini juga akan dianalisa dan disimulasikan algoritma proses dari Multi Radar Tracking untuk keperluan navigasi udara yang lebih baik. Suatu sistem tracking dapat memberikan hasil yang lebih baik bila menggunakan data dari beberapa sensor (beberapa radar). Suatu pendekatan di dalam target tracking dengan multi radar adalah melakukan tracking single sensor lebih dulu dan kemudian menggabungkannya (fuse) dengan track dari sensor (radar) yang lain sehingga dihasilkan suatu track system. Metode ini disebut dengan Track Fusion. Cara kerja metode tersebut dapat dilihat pada Gambar I.3 di bawah yang menggambarkan proses penggabungan track yang terdiri dari proses asosiasi dan korelasi track yang telah diproses terlebih dahulu pada masing-masing Radar. Radar M Estimated track Radar M Radar N Estimated track Radar N Gambar I.3 : Metode Track Fusion Pada Gambar di atas, pertama kali masing-masing Radar (Radar M dan Radar N) meng-estimasi hasil tangkapan mereka sehingga menghasilkan track hasil estimasi yang berbedaa sesuai dengan karakteristik sistem masing-masing (blok tracking ). Setelah itu kedua 8
9 track hasil estimasi itu dikorelasikan dan digabungkan pada suatu sistem Multi Radar yang akhirnya menghasilkan satu track yang disebut track sistem. Singkatnya, Multi Radar Tracking berfungsi untuk meng-update tracks yang selalu diinisiasi di lingkungan single Radar. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pemilihan metode yang tepat dalam hal penentuan track secara cepat dan efisien serta memiliki ketelitian dan kehandalan yang tinggi. Bila metode penggabungan track di atas diterapkan, maka diharapkan masalah konsistensi dan ambiguitas track yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya dapat teratasi dan sistem Radar dapat menampilkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Akhirnya metode-metode yang telah disebutkan di atas (Filter Kalman dan Track Fusion) akan diimplementasikan pada sebuah sistem yang menyerupai keadaan nyata (terdapat batasan-batasan yang ditetapkan) dengan cara mensimulasi-kan proses Single Radar Tracking dan Multi Radar Tracking pada program Simulink dari Matlab versi 7. Performance simulasi tersebut selanjutnya akan diuji coba dengan memakai data yang disimulasikan sendiri. I.5. Tujuan Tujuan utama dari penelitian dan tesis ini adalah 1) Mempelajari, menganalisa dan mendesain algoritma filtering yang disebut Filter Kalman. Diharapkan setelah memakai algoritma ini, sistem Radar dapat menghasilkan estimasi track yang mempunyai noise lebih kecil. 9
10 2) Mempelajari, menganalisa dan mendesain algoritma penggabungan track hasil estimasi di dalam sistem Multi Radar Tracking. Diharapkan setelah algoritma ini diimplementasikan maka masalah ketidakkonsisten-an dan ambiguitas track dapat dihilangkan. 3) Mensimulasikan algoritma filtering dan Multi Radar Tracking pada skenario target tracking yang secara hipotesis dapat menggambarkan situasi yang nyata. Sehingga hasil tesis ini dapat dipelajari dan dikembangkan lebih lanjut untuk nantinya diterapkan secara nyata pada sistem RDPS di bandar-bandara di Indonesia. I.6. Sistematika Tesis Tesis ini terdiri dari lima bab utama. Bab I yang berjudul Pendahuluan, sebagian besar berisi penjelasan mengenai penggunaan Sistem ATC dan Radar Tracking di bandara-bandara Indonesia pada umumnya. Di dalam Bab I ini juga menjelaskan Latar Belakang, Perumusan Masalah, dan Tujuan dari pembuatan Tesis ini. Bab II berisi penjelasan singkat mengenai dasar matematika dan teori yang mendasari proses tracking, filtering dan fusion (penggabungan) dari data Radar. Diawali dengan sedikit pemaparan tentang proses Radar tracking dan dilanjutkan dengan penjelasan metode estimasi. Pada awal penjelasan metode estimasi (II.3) akan disajikan tentang bagaimana metode estimasi berperan penting dalam proses tracking target. Selanjutnya akan dijelaskan secara singkat tentang sejarah Filter Kalman dan bagaimana cara kerja algoritma Filter Kalman. Akhir bab ini diisi dengan pembahasan dasar algoritma dan arsitektur penggabungan data (fusion). Bab ini ditutup dengan ringkasan yang merangkum keseluruhan isi Bab II. 10
11 Bab III berisi penjelasan mengenai bagaimana desain Filter Kalman dan algoritma penggabungan data dari beberapa Radar yang akan dipakai agar mampu memberikan hasil yang lebih baik sesuai dengan yang diharapkan. Bab ini juga diakhiri dengan ringkasan yang merangkum keseluruhan isi Bab III. Pada Bab IV metode yang telah didesain sebelumnya akan diuji dengan beberapa kasus lintasan track. Masing-masing kasus akan dilengkapi dengan gambar-gambar hasil simulasi kasus yang bersangkutan. Hasil simulasi juga dilengkapi beberapa analisa yang berkaitan dengan kinerja model yang dibuat. Ringkasan bab ini menutup keseluruhan Bab IV. Akhirnya pada Bab V akan dijelaskan kesimpulan dari hasil penelitian ini dan saran untuk kerja penelitian selanjutnya. 11
BAB IV PENGUJIAN ALGORITMA TRACKING
BAB IV PENGUJIAN ALGORITMA TRACKING Pada Bab III sebelumnya telah dijelaskan mengenai pemodelan dalam Simulink yang dibuat untuk menguji algoritma Filter Kalman dalam sistem Radar Tracking dan juga algoritma
Lebih terperinciPADA. Oleh Ferryanto Chandra Program Studi Magister dan Doktor Teknik Penerbangan Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung
APLIKASI ALGORITMA FILTERING PADA SISTEM MULTI RADAR TRACKING Oleh Ferryanto Chandra 23604004 Program Studi Magister dan Doktor Teknik Penerbangan Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung
Lebih terperinciDibuat Oleh : Sinta Suciana Rahayu P / Dosen Pembimbing : Ir. Fitri Sjafrina, MM
ANALISA RADAR ULTRASONIK MENDETEKSI PESAWAT TERBANG LANDING MENGGUNAKAN MATLAB DAN ARDUINO SEBAGAI SISTEM PENGENDALI Dibuat Oleh : Sinta Suciana Rahayu P / 28110177 Dosen Pembimbing : Ir. Fitri Sjafrina,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anggota International Civil Aviation Organization (ICAO) terikat dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai bagian dari jalur penerbangan sipil internasional dan anggota International Civil Aviation Organization (ICAO) terikat dengan peraturan internasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini BTS (Base Transceiver Station) hampir dapat dijumpai di setiap daerah seperti pada bangunan permanen, perumahan, atau bahkan perkampungan. Perkembangan teknologi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tersebut. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya blind spot pada lokasi. pesawat dengan pengawas lalu lintas udara di darat.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin banyaknya pesawat udara yang melintas di wilayah udara Indonesia, membuat beberapa rute perjalanan pesawat udara bisa saling berdekatan atau berada di atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerbangan dengan pesawat terdiri dari 3 (tiga) fasa, yaitu lepas landas (take-off), menempuh perjalanan ke tujuan (cruise to destination), dan melakukan pendaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penerbangan merupakan sarana transportasi yang sudah dalam kondisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerbangan merupakan sarana transportasi yang sudah dalam kondisi tidak aman (unsafe condition). Keselamatan merupakan hal yang harus diutamakan dalam dunia penerbangan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada setiap bandar udara terutama yang jalur penerbangannya padat, pendeteksian posisi pesawat baik yang sedang menuju maupun yang meninggalkan bandara sangat penting.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengendalian. Perkembangan teknologi MEMS (Micro Electro Mechanical System)
BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Sensor adalah jenis tranduser yang digunakan untuk mengubah besaran mekanis, magnetis, panas, sinar, dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik. Sensor sering digunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unmanned aerial vehicles (UAVs) atau wahana tanpa awak merupakan wahana terbang tanpa ada yang mengendalikan penerbangan wahana tersebut. Sebuah UAV dapat berupa pesawat
Lebih terperinci1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Website merupakan salah satu media penyedia informasi yang efektif dan efisien. Media ini didukung oleh teknologi jaringan yang menyebabkan salah satu sisi penggunanya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Prinsip Kerja GPS (Sumber :
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi GPS GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat dengan bantuan penyelarasan
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 077 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI (MANUAL OF STANDARD CASR PART
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 077 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI (MANUAL OF STANDARD CASR PART 170-04)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah UAV (Unmanned Aerial Vehicle) adalah sebuah sistem pesawat udara yang tidak memiliki awak yang berada di dalam pesawat (onboard). Keberadaan awak pesawat digantikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tekanan udara didefenisikan sebagai berat dari suatu kolom udara. Tekanan udara sangat mempengaruhi cuaca karena perubahan tekanan udara akan menyebabkan perubahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang penelitian dibuat, rumusan masalah, batasan masalah yang akan dibahas, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 113 Tahun 2010 memuat aturan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 113 Tahun 2010 memuat aturan perubahan mengenai tata naskah dinas yang bersifat manual menjadi eletronik. Peraturan ini didasari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Sebagai Unit Pelaksana Teknis dari PT. Angkasa Pura II (Persero), maka
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Sebagai Unit Pelaksana Teknis dari PT. Angkasa Pura II (Persero), maka Bandara Soekarno-Hatta harus mengikuti dan memenuhi standar yang telah ditetapkan
Lebih terperinciBAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING
Bab III Desain Dan Apliasi Metode Filtering Dalam Sistem Multi Radar Tracing BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bagian pertama dari bab ini aan memberian pemaparan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Khusus bagi Indonesia sebagai negara kepulauan angkutan udara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angkutan udara baik internasional maupun domestik mempunyai peranan dan fungsi yang makin lama makin penting dalam kehidupan umat manusia. Khusus bagi Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari Palang Merah Indonesia berada di Jakarta, unit pusat ini mengkoordinir unit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Palang Merah Indonesia (PMI) adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan. Unit pusat dari Palang
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. pada fungsi fisiologis dan psikologis seseorang. Sekitar tahun 1920, Walter
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Penelitian Stres dapat digambarkan sebagai suatu keadaan yang mengganggu pada fungsi fisiologis dan psikologis seseorang. Sekitar tahun 1920, Walter Canon untuk pertama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. UAV (Unnmaned Aerial Vehicle) secara umum dapat diartikan sebuah wahana udara
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang UAV (Unnmaned Aerial Vehicle) secara umum dapat diartikan sebuah wahana udara jenis fixed-wing, rotary-wing, ataupun pesawat yang mampu mengudara pada jalur yang ditentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri penerbangan di Indonesia berkembang dengan cepat setelah adanya deregulasi mengenai pasar domestik melalui Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang. Semakin banyak penemuan-penemuan baru dan juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan mengikuti perkembangan zaman, tentunya teknologi juga semakin berkembang. Semakin banyak penemuan-penemuan baru dan juga pengembangan dari teknologi yang sudah
Lebih terperinciImplementasi Sensor Fusion untuk Peningkatan Akurasi Sensor GPS
Implementasi Sensor Fusion untuk Peningkatan Akurasi Sensor GPS T. A. Nugroho, M. Hutagalung, M.A. Susantio, V. Jeremias, Y. Yonata Institut Teknologi Harapan Bangsa tunggul@gmail.com Abstract. Pada sektor
Lebih terperinciPEMANFAATAN KAMERA CCTV SEBAGAI ALAT BANTU TRAFFIC SURVEY BIDANG : TRAFFIC ENGINEERING. Ressi Dyah Adriani NPP
PEMANFAATAN KAMERA CCTV SEBAGAI ALAT BANTU TRAFFIC SURVEY BIDANG : TRAFFIC ENGINEERING Ressi Dyah Adriani NPP 10529 ressi.adriani@jasamarga.co.id ABSTRAK Data kepadatan lalu-lintas merupakan kebutuhan
Lebih terperinciSinkronisasi Sinyal RADAR Sekunder Untuk Multi Stasiun Penerima Pada Sistem Tracking 3 Dimensi Roket
Sinkronisasi Sinyal RADAR Sekunder Untuk Multi Stasiun Penerima Pada Sistem Tracking 3 Dimensi Roket Wahyu Widada dan Sri Kliwati Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Jln. Raya LAPAN Rumpin Bogor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. PSTA memiliki banyak bidang dimana terdapat beberapa sub bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pusat Sains dan Teknologi Akselerator (PSTA) adalah salah satu institusi litbang dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) yang berlokasi di Yogyakarta. PSTA memiliki
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dunia industri diperhadapkan pada suatu persaingan (kompetisi). Kompetisi dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk dapat meraih suatu tujuan yang dikehendaki, akhir akhir ini dunia industri diperhadapkan pada suatu persaingan (kompetisi). Kompetisi dapat meliputi kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam mendisain sebuah sistem kontrol untuk sebuah plant yang parameterparameternya tidak berubah, metode pendekatan standar dengan sebuah pengontrol yang parameter-parameternya
Lebih terperinciALGORITMA TDOA UNTUK PENGUKUR JARAK ROKET MENGGUNAKAN TEKNOLOGI UHF
ALGORITMA TDOA UNTUK PENGUKUR JARAK ROKET MENGGUNAKAN TEKNOLOGI UHF Haris Setyawan 1*, Wahyu Widada 2 1 Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar Selatan Tamantirto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat merupakan salah komoditas di pertanian Indonesia saat ini, tomat sudah menjadi kebutuhan pokok penunjang pangan di indonesia akan tetapi cara mengidentifikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang menyerupai otak manusia yang dikenal dengan jaringan syaraf tiruan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi saat ini dapat dimanfaatkan untuk membantu dan menggantikan kelemahan-kelemahan manusia, salah satu bentuk dari kecanggihan teknologi tersebut adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Wahana udara tanpa awak (WUT) merupakan alternatif dari pesawat berawak
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wahana udara tanpa awak (WUT) merupakan alternatif dari pesawat berawak untuk banyak keperluan penerbangan baik dibidang militer maupun sipil. Dibandingkan dengan wahana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah Unmanned Aerial Vehicle (UAV) merupakan pesawat tanpa awak yang dikendalikan dari jarak jauh atau diterbangkan secara mandiri yang dilakukan pemrograman terlebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandar Udara Depati Amir adalah Bandar Udara yang terletak di Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Bandara ini dikelola oleh PT. Angkasa Pura II
Lebih terperinciSTUDY TENTANG SECONDARY SURVEILLANCE RADAR (SSR) UNTUK MENENTUKAN BERBAGAI INFORMASI PESAWAT TERBANG DI PT. ANGKASA PURA II POLONIA MEDAN SKRIPSI
STUDY TENTANG SECONDARY SURVEILLANCE RADAR (SSR) UNTUK MENENTUKAN BERBAGAI INFORMASI PESAWAT TERBANG DI PT. ANGKASA PURA II POLONIA MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas dan untuk memenuhi syarat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan bandara sebagai transportasi udara memberikan kontribusi yang sangat berpengaruh bagi pertumbuhan ekonomi karena setiap waktu terjadi pergerakan lalu-lintas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, inovasi teknologi yang terus berkembang khususnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, inovasi teknologi yang terus berkembang khususnya pada bidang navigasi memberikan dampak yang positif bagi kehidupan manusia. Munculnya teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Upaya pengembangan teknik-teknik baru untuk memanfaatkan sumber daya spektrum frekuensi yang terbatas terus dilakukan. CDMA dan antena adaptif adalah dua pendekatan
Lebih terperinciBAB 1 KONSEP KENDALI DAN TERMINOLOGI
BAB 1 KONSEP KENDALI DAN TERMINOLOGI Bab 1 ini berisi tentang konsep kendali dan terminologi yang dipakai dalam pembahasan tentang sistem kendali. Uraiannya meliputi pengertian kendali, sistem kendali,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini berkembang sangat pesat. Seluruh perusahaan dan instansi di seluruh dunia telah memanfaatkan teknologi jaringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang RADAR (selanjutnya ditulis sebagai radar) ialah singkatan dari Radio Detection and Ranging dimana merupakan sistem elektromagnetik untuk mendeteksi & memberi informasi
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kemacetan Kemacetan adalah situasi atau keadaan terhentinya arus lalu lintas yang disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan melebihi kapasitas jalan. Kemacetan banyak terjadi
Lebih terperinciEVALUASI ON TIME PERFORMANCE PESAWAT UDARA DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA MENGGUNAKAN APLIKASI FLIGHTRADAR24
EVALUASI ON TIME PERFORMANCE PESAWAT UDARA DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA MENGGUNAKAN APLIKASI FLIGHTRADAR24 Ganayu Girasyitia Jurusan Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan Jln. Ciumbuleuit
Lebih terperinci5/12/2014. Plant PLANT
Matakuliah : Teknik Kendali Tahun : 2014 Versi : Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : menjelaskan gambaran umum dan aplikasi sistem pengaturan di industri menunjukkan kegunaan dasar-dasar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebakaran hutan dan lahan gambut di Kalimantan pada awal November 2006,
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebakaran hutan merupakan suatu bencana yang sangat merugikan banyak orang. Di Indonesia sering kali terjadi kebakaran hutan yang membawa dampak yang buruk bagi masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. natural user interface (NUI). Agar komputer mampu memahami masukan berbasis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi mempengaruhi gaya hidup manusia dalam melakukan aktivitas seperti berkomunikasi, bekerja, mencari hiburan, dan edukasi. Piranti seperti
Lebih terperinciUKDW BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pada sektor transportasi di Indonesia semakin meningkat seperti transportasi udara, laut, dan darat. Hal itu disebabkan oleh kebutuhan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bandar udara atau bandara yang juga populer disebut dengan istilah airport
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandar udara atau bandara yang juga populer disebut dengan istilah airport dari bahasa Inggris merupakan sebuah fasilitas di mana pesawat terbang dapat lepas landas
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PERHITUNGAN KECEPATAN OBJEK BERGERAK BERBASIS WEBCAM DAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Tugas Akhir - 2009 IMPLEMENTASI PERHITUNGAN KECEPATAN OBJEK BERGERAK BERBASIS WEBCAM DAN PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Bambang Hermanto¹, Koredianto Usman², Iwan Iwut Tirtoasmoro³
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Penelitian ini dimulai dengan studi literatur dari teori-teori yang
BAB III METODOLOGI 3.1 Kerangka Penelitian Penelitian ini dimulai dengan studi literatur dari teori-teori yang berhubungan dengan CNS/ATM khususnya bagian ADS-B Flight Monitoring. Observasi dan wawancara
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP 247 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR BAGIAN (MANUAL OF STANDARD
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : KP 247 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR BAGIAN 175-04 (MANUAL OF STANDARD PART
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. itu keselamatan menjadi prioritas utama dalam operasi penerbangan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan penerbangan selalu menjadi hal serius selama bertahun-tahun hal ini dikarenakan resiko kematian yang di akibatkan oleh suatu kecelakaan pesawat terbang
Lebih terperinciKriteria penempatan fasilitas komunikasi darat - udara berfrekuensi amat tinggi (VHF Air-Ground/ VHF A/G)
Standar Nasional Indonesia Kriteria penempatan fasilitas komunikasi darat - udara berfrekuensi amat tinggi (VHF Air-Ground/ VHF A/G) ICS 93.120 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Prakata...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada sebuah citra, sangat dimungkinkan terdapat berbagai macam objek. Objek yang ada pun bisa terdiri dari berbagai bentuk dan ukuran. Salah satu objek yang mungkin
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. PT (Persero) Angkasa Pura I Kantor Cabang Bandara Juanda merupakan operator
BAB I. PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH PT (Persero) Angkasa Pura I Kantor Cabang Bandara Juanda merupakan operator bandar udara yang memiliki beban kerja yang cukup tinggi, mengingat keberadaan
Lebih terperinciBAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN MODEL SIMULASI (NS-3) yang dibutuhkan kedalam database MySQL. Data informasi client (NAVAID)
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN MODEL SIMULASI (NS-3) 3.1 Perancangan Perangkat Lunak (Software) Untuk melihat informasi yang akan dikirimkan dari client (Navigation Aid, NAVAID) ke server (FIR Jakarta
Lebih terperinciSISTEM MONITORING LEVEL TANGKI SPBU DAN MENGUKUR KADAR AIR DALAM TANGKI. Rizky Mahardhika ; Dedi Dermawan,ST, MT
SISTEM MONITORING LEVEL TANGKI SPBU DAN MENGUKUR KADAR AIR DALAM TANGKI Rizky Mahardhika ; Dedi Dermawan,ST, MT 1 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Riau Jl. Tuanku Tambusai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan perkembangan yang begitu pesat khususnya di bidang teknologi informasi. Dibutuhkan suatu teknologi yang berfungsi untuk monitoring,controling,dan tracking. Yang
Lebih terperinciRizky Ichsan Parama Putra Dosen Pembimbing: Waskitho Wibisono, S.Kom., M.Eng., Ph.D. Hudan Studiawan, S.Kom, M.Kom
Rancang Bangun Sistem Pendeteksi Posisi dalam Ruangan Menggunakan Kekuatan Sinyal Wi-Fi dengan Penerapan Algoritma Cluster Filtered KNN Rizky Ichsan Parama Putra 5109100026 Dosen Pembimbing: Waskitho Wibisono,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN UAV yang merupakan kepanjangan dari Unmanned Aerial Vehicles, atau dalam kata lain DRONE adalah tipe pesawat terbang yang beroperasi dengan sendirinya tanpa seorang
Lebih terperinciCOMMAND CENTER DAN DATA WAREHOUSE KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2010
COMMAND CENTER DAN DATA WAREHOUSE KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2010 RAPAT KOORDINASI DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN PERHUBUNGAN YOGYAKARTA, 20-23 OKTOBER 2010 PENDAHULUAN Kementerian Perhubungan sebagai
Lebih terperinciBab VIII. Penggunaan GPS
Bab VIII. Penggunaan GPS Pengenalan GPS Global Positioning System atau disingkat GPS adalah sistem navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit yang dikembangkan dan dikelola oleh Departemen Pertahanan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. misalnya teknologi elektronik dengan keluarnya smartphone ataupun gadget
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi, merupakan sebuah era dimana perkembangan taraf hidup manusia mengalami perkembangan yang semakin hari semakin pesat. Hal ini ditandai dengan semakin
Lebih terperinciTRAFFIC ALERT AND COLLISION AVOIDANCE SYSTEM CAS) SEBAGAI ALAT NAVIGASI PADA CN-235
Makalah Seminar Kerja Praktek TRAFFIC ALERT AND COLLISION AVOIDANCE SYSTEM (TCAS) SEBAGAI ALAT NAVIGASI PADA CN-235 Bramono Hanindito (L2F 008 019) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yakni yang berasal dari darat (ground base) dan berasal dari satelit (satellite base).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Navigasi merupakan hal yang sangat penting dalam lalu lintas udara untuk mengarahkan pesawat dari satu tempat ke tempat yang lain. Dalam prakteknya pesawat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Api merupakan suatu elemen yang sangat bermanfaat bagi manusia jika dapat mengendalikan dalam pemanfaatannya, akan tetapi juga sangat penting untuk menghindarinya jika
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di abad ke- 21 ini, khususnya dalam bidang penerbangan. Pada dekade terakhir dunia penerbangan mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya sistem komunikasi bergerak seluler, yang terwujud seiring dengan munculnya berbagai metode akses jamak (FDMA, TDMA, serta CDMA dan turunan-turunannya)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak lima tahun terakhir angkutan udara di Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan. Data angkutan udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kementrian Perhubungan
Lebih terperinciGambaran Arsitektur Pemanfaatan Teknologi Informasi terkait dengan SIMOPEL
Gambaran Arsitektur Pemanfaatan Teknologi Informasi terkait dengan SIMOPEL Salah satu bentuk pelaporan kinerja PT. Pelindo II Persero terhadap stakeholdernya dalam hal ini Departemen perhubungan adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengukuran ph makin dibutuhkan, bukan hanya oleh perusahaan berskala besar tetapi juga perusahaan berskala kecil misalnya tambak ikan dan udang milik warga perseorangan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern sekarang ini teknologi informasi terus berkembang seiring dengan kebutuhan manusia yang menginginkan kemudahan, kecepatan, dan keakuratan dalam memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Avtran Conres Serindo merupakan perusahaan swasta nasional yang bergerak dalam bidang Penyelenggara Pelatihan Radio Operator Komunikasi Penerbangan (Air-Ground
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi adalah sarana bagi manusia untuk memindahkan sesuatu, baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah sarana bagi manusia untuk memindahkan sesuatu, baik manusia atau benda dari satu tempat ke tempat lain, dengan ataupun tanpa mempergunakan alat bantu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas garis besar penelitian yang ini meliputi latar belakang,
BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas garis besar penelitian yang ini meliputi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan, manfaat dan sistematika penulisan penelitian. 1.1 Latar Belakang Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terjangkau, hal yang terpenting adalah keselamatan, keamanan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia penerbangan tidak hanya bertumpu untuk melayani para penumpang pesawat agar dapat tiba di tempat tujuan dengan cepat dan efisien dengan harga yang terjangkau,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah embedded system berbasis mikrokontroller umumnya memiliki
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah embedded system berbasis mikrokontroller umumnya memiliki pilihan tampilan keluaran yang terbatas. Jenis tampilan yang biasa digunakan adalah LCD dot-matrix
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern ini, laju perkembangan teknologi semakin hari semakin bertambah maju, dengan mengedepankan digitalisasi suatu perangkat, maka akan berdampak pada kemudahan
Lebih terperinciSimulasi Pelacakan Target Tunggal Untuk Mengetahui Jarak, Sudut Azimuth, Sudut elevasi dan kecepatan target ABSTRAK
Simulasi Pelacakan Target Tunggal Untuk Mengetahui Jarak, Sudut Azimuth, Sudut elevasi dan kecepatan target Willy Sukardi / 0322041 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi yang cenderung memerlukan data rate tinggi, hal ini terlihat dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan trafik dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring trend berkomunikasi yang cenderung memerlukan data rate tinggi, hal ini terlihat dari kepuasan pelanggan
Lebih terperinciBAB 3 PERANCANGAN SISTEM
BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Sistem vision yang akan diimplementasikan terdiri dari 2 bagian, yaitu sistem perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat lunak yang digunakan dalam sistem vision ini adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komunikasi data telah menjadi layanan utama pada sistem telekomunikasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perkembangan teknologi saat ini kebutuhan manusia untuk informasi data semakin berkembang. Perkembangan teknologi ini mengganti komunikasi suara yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sepeda merupakan salah satu alat transportasi yang mudah dipakai dan harganya terjangkau bagi kalangan menengah ke bawah. Sebagai alat transportasi, sepeda sering digunakan
Lebih terperinciBAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN
BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Sistem yang Berjalan Sesuai dengan rekomendasi ICAO (International Civil Aviation Organization) pada tahun 2002 untuk memilih teknologi ADS-B sebagai prioritas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi perangkat lunak dewasa ini tidak terlepas dari berkembangnya studi mengenai kecerdasan buatan. Ada dua hal yang termasuk dari kecerdasan buatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi robot sudah berkembang dengan pesat pada saat ini, mulai dari robot sederhana untuk aplikasi yang mudah sampai dengan robot canggih dan kompleks yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang SLAM (Simultaneous Localization and Mapping) adalah sebuah permasalahan di bidang robotika dan kecerdasan buatan yang membahas tentang pergerakan mobile robot di sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kedaulatan yang ditetapkan oleh Undang-Undang. Berdasarkan letak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan berciri nusantara yang disatukan oleh perairan, darat dan udara dengan batas-batas, hak-hak dan kedaulatan yang ditetapkan oleh
Lebih terperinciMENENTUKAN KEPADATAN LALU LINTAS DENGAN PENGHITUNGAN JUMLAH KENDARAAN BERBASIS VIDEO PROCESSING
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Tugas Akhir - 2009 MENENTUKAN KEPADATAN LALU LINTAS DENGAN PENGHITUNGAN JUMLAH KENDARAAN BERBASIS VIDEO PROCESSING Muahamd Syukur¹, Iwan Iwut Tritoasmoro², Koredianto Usman³
Lebih terperinciMemantau apa saja dengan GPS
Memantau apa saja dengan GPS (Global Positioning System) Dalam film Enemy of The State, tokoh pengacara Robert Clayton Dean (diperankan oleh Will Smith) tiba-tiba saja hidupnya jadi kacau-balau. Ke mana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberlakuan era pangsa pasar bebas AFTA 2006 dan APEC 2020, yang menandai terjadinya era globalisasi dunia dan pemberlakuan Undang-undang tentang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir dilaksanakan mulai Agustus 2015 sampai November 2015, bertempat di Laboratorium Teknik Digital, Laboratorium Terpadu Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ramalan masa yang akan datang. Anggaran yang disusun secara teliti dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap perusahaan pada umumnya mencari laba, karena dengan adanya laba perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus mengadakan perluasan atau pengembangan
Lebih terperinciMengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang
KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST 001 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN KEWASPADAAN DALAM MENGHADAPI MUSIM HUJAN DAN
Lebih terperinciStandar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011
Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011 Posted by jjwidiasta in Airport Planning and Engineering. Standar dan regulasi terkait dengan
Lebih terperinci