KATA PENGANTAR. Kendari, 9 November 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Kendari, 9 November 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah, perkembangan perbankan dan sistem pembayaran, informasi tentang keuangan daerah serta prospek perekonomian daerah Sulawesi Tenggara. Kajian ini disusun secara triwulanan oleh Kantor Bank Indonesia Kendari baik dengan menggunakan data internal maupun data yang diperoleh dari instansi terkait di luar Bank Indonesia. Untuk itu, tanggung jawab penulisan laporan ini sepenuhnya berada pada Kantor Bank Indonesia Kendari. Kami berharap kajian ini dapat terus ditingkatkan mutu, isi dan cara penyajiannya sehingga dapat bermanfaat bagi para pihak yang membutuhkannya. Untuk itu, saran dan masukan guna perbaikan dan penyempurnaan buku kajian ini sungguh akan kami hargai. Akhirnya, kami menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang memungkinkan tersusunnya buku kajian ini dan kiranya kerja sama, saling tukar menukar informasi dan data dapat terus berkelanjutan. Kendari, 9 November 2011 Sabil Deputi Pemimpin

2 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan KANTOR ii

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR GRAFIK... v DAFTAR TABEL... vii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1 PERKEMBANGAN EKONOMI... 1 INFLASI... 1 PERBANKAN... 2 SISTEM PEMBAYARAN... 3 KEUANGAN DAERAH... 4 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN... 5 PROSPEK EKONOMI 5 BAB I. ASESMEN MAKROEKONOMI Kondisi Umum PDRB Menurut Penggunaan PDRB Menurut Lapangan Usaha BOKS 1 TANTANGAN PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN BOKS 2 PROGRAM KLASTER KAKAO KBI KENDARI BAB II. ASESMEN INFLASI Kondisi Umum Perkembangan Inflasi Triwulan III Komoditas Penyumbang Inflasi Disagregasi Inflasi Upaya Pengendalian Inflasi Kota Kendari.. 41 BAB III. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Umum Perkembangan Aktifitas bank Umum Perkembangan Aktifitas BPR Sistem Pembayaran.. 50 KANTOR iii

4 BAB IV. KEUANGAN DAERAH Realisasi Pendapatan Realisasi Belanja BAB V. TENAGA KERJA DAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN Ketenagakerjaan Daerah Kesejahteraan BAB VI. PROSPEK EKONOMI DAN INFLASI DAERAH Prospek Ekonomi Makro Perkiraan Inflasi LAMPIRAN DATA KANTOR iv

5 DAFTAR GRAFIK Nama Grafik... Nomor Halaman Grafik Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara... 6 Grafik Indeks Keyakinan Sulawesi Tenggara... 8 Grafik Indeks Kondisi Ekonomi saat ini... 8 Grafik Penerimaan Pajak... 9 Grafik Konsumsi Air... 9 Grafik Pertumbuhan Kendaraan Bermotor... 9 Grafik Perkembangan Kredit Konsumsi... 9 Grafik Kredit Investasi Grafik Nilai dan Volume Ekspor Luar Negeri Provinsi Sulawesi Tenggara Grafik Arus Bongkar dan Muat Pelabuhan Grafik Arus Muat Pelabuhan Kendari Grafik Kontribusi Tiap Sektor Terhadap Pertumbuhan PDRB (dalam persen) Grafik Share Tiap Sektor Grafik Produksi Padi Sulawesi Tenggara Grafik Produksi Bijih Nikel PT. Antam, Tbk Grafik Ekspor Ferronikel PT. Antam, Tbk Grafik Tingkat Penghunian Kamar Hotel Di Sulawesi Tenggara Grafik Arus Bongkar Muat Di Pelabuhan Kendari Grafik Arus Penumpang Grafik 1.20 Aset Perbankan Di Sulawesi Tenggara Grafik 1.21 Konsumsi Listrik Sulawesi Tenggara Grafik Perkembangan Inflasi Bulanan (y.o.y) Nasional dan Kendari Grafik Perkembangan Inflasi Kendari Perbandingan Secara Nasional Grafik Perkembangan Sumbangan Inflasi s.d. Triwulan III-2011 (y.t.d) Grafik Inflasi Kelompok Bahan Makanan Grafik Inflasi Kelompok Sandang Grafik Pergerakan Inflasi Kelompok Pendidikan Grafik Inflasi Kelompok Perumahan Grafik Sumbangan Disagregasi Inflasi Kota Kendari Grafik Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Bahan Makanan Hasil SPH KBI Kendari...39 KANTOR v

6 Grafik Perkembangan Harga Komoditas Sub Kelompok Tembakau...40 Grafik Perkembangan Harga Emas Dunia Triw-III Grafik Perkembangan Harga Komoditas Emas Perhiasan di Kendari...40 Grafik Perkembangan Aktifitas Perbankan Grafik Komposisi DPK Menurut Jenisnya Grafik Pangsa Kredit Menurut Penggunaan Grafik Pangsa Kredit Menurut Penggunaan...47 Grafik Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi...47 Grafik Perkembangan Kredit KUR Grafik Perkembangan Transaksi Kliring Grafik Perkembangan Transaksi RTGS Grafik Persentase Pekerja Menurut Lapangan Kerja Utama...60 Grafik 5.2. NTP Sulawesi tenggara Grafik 5.3. NTP Sulawesi Tenggara, Sulampua, Nasional Grafik 5.4. Perkembangan Transaksi RTGS.64 Grafik 6.1. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 6.2. Tren Harga Komoditas Nikel Grafik 6.3. Inflasi Bulanan dan Ekspektasi Inflasi Kota Kendari KANTOR vi

7 DAFTAR TABEL Nama Tabel... Nomor Halaman Tabel Pertumbuhan PDRB Penggunaan Sulawesi Tenggara (Y-O-Y)... 7 Tabel Kontribusi Komponen PDRB Penggunaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara (Y-O-Y)...7 Tabel Pertumbuhan Tiap Sektor Y-OY (dalam persen) Tabel Perkembangan Kredit Perumahan/Ruko Tabel Perkembangan Inflasi Kota Kendari (%) Tabel Perkembangan Inflasi Bulanan (m.t.m) Tabel Perkembangan Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Tw III-2010 dan Tw III Tabel Komoditas Penyumbang Inflasi Triwulan III Tabel Perkembangan Jumlah Kantor Bank di Sulawesi Tenggata Tabel Indikator Perkembangan Aktifitas BPR...50 Tabel Data Indikator Sistem Pembayaran Provinsi Sulawesi Tenggara...53 Tabel Realisasi Pendapatan dan Belanja Provinsi Sulawesi Tenggara Semester I-2011 (Rupiah) 54 Tabel Realisasi Pendapatan Semester I Tabel 4.3 Realisasi belanja Semester I Tabel 5.1 Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Jenis Kegiatan Utama Tabel 5.2 Pekerja Menurut Lapangan Kerja Utama...59 Tabel 5.3 Pekerja Berdasarkan Status Pekerjaannya...60 Tabel 5.4. Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Tenggara...62 Tabel Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara KANTOR vii

8 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan KANTOR viii

9 RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN III-2011 PERKEMBANGAN EKONOMI Perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan III-2110 sebesar 8,17% (y.o.y), Pada sisi penggunaan, investasi menjadi penyumbang utama pertumbuhan. Secara sektoral, yang memberikan kontribusi yang tinggi terhadap pertumbuhan adalah sektor pertambangan, perdagangan, hotel dan restauran (PHR), dan keuangan. Perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan III-2011 tercatat tumbuh sebesar 8,17% (y.o.y) dan 3,85% (q.t.q). Pertumbuhan tersebut mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya dan triwulan sebelumnya. Berdasarkan harga berlaku, nominal PDRB triwulan III-2011 tercatat sebesar Rp8.270 Milyar, sementara atas dasar harga konstan nominal PDRB tercatat sebesar Rp3.240 Milyar. Secara sektoral melambatnya pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan sektor Pertanian sebesar 0,01%, serta perlambatan pertumbuhan sektor industri pengolahan dan bangunan yang cukup signifikan masing-masing dari 20,38% dan 14,08% pada periode yang sama tahun sebelumnya, menjadi 7,92% dan 11,26% (y.o.y). Meskipun mengalami perlambatan, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara masih dalam kategori cukup tinggi. Berdasarkan penggunaannya, didominasi oleh komponen investasi dan konsumsi rumah tangga yang tumbuh 16,64% dan 5,62%. Dari sisi penawaran, pada triwulan III-2011 perekonomian Sulawesi Tenggara tumbuh positif terutama didorong oleh pertumbuhan pada sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan, hotel dan restauran (PHR) dan sektor keuangan. Ketiga sektor tersebut mengalami pertumbuhan tahunan yang cukup tinggi masing-masing sebesar 34,59%, 13,14% dan 16,12%.

10 RINGKASAN EKSEKUTIF Inflasi nasional triwulan III-2110 tercatat sebesar 4,61% (y.o.y) Inflasi Kendari triwulan III-2110 tercatat sebesar 7,88% (y.o.y). INFLASI Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Nasional pada bulan September 2011 mengalami inflasi sebesar 0,44% (m.t.m). Laju inflasi tahun kalender sampai dengan September 2011 sebesar 2,97% (y.t.d), sementara inflasi tahunan sebesar 4,61% (y.o.y). Laju inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2010 yang tercatat sebesar 5,80% (y.o.y) dan 5,28% (y.t.d). Inflasi tersebut terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,48%; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,26%; kelompok sandang 0,97%; kelompok kesehatan 0,22%; kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,54% dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,18%. Sedangkan kelompok bahan makanan mengalami deflasi 0,09%. Sejalan dengan kondisi nasional, perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kota Kendari pada triwulan III-2011 juga menunjukkan inflasi yaitu sebesar 7,88% (y.o.y). Tingkat inflasi tersebut secara tahunan lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional, demikian pula berdasarkan perhitungan tahun berjalan, inflasi Kota Kendari tercatat sebesar 8,31% (y.t.d) berada di atas inflasi nasional yang sebesar 2,97%. Berbeda dengan pencapaian inflasi Kota Kendari tahun 2010 yang tercatat sebagai inflasi terendah secara nasional, laju inflasi Kota Kendari tahun kalender 2011 merupakan inflasi tertinggi dari 66 Kota secara nasional. Aset perbankan tumbuh 24,20% secara tahunan. DPK perbankan tercatat sebesar Rp7.160,72. PERBANKAN Perkembangan perekonomian Sulawesi Tenggara yang cukup pesat yang tercatat sebesar 8,17% (y.o.y) berimplikasi kepada pertumbuhan sektor perbankan yang juga cukup tinggi yang tercermin dari pertumbuhan aset sebesar 37,76% (y.o.y) (Tabel 3.1). Pertumbuhan perbankan juga didorong oleh bertambahnya jumlah kantor bank di Sulawesi Tenggara. Beberapa bank yang baru beroperasi pada tahun 2010 yaitu Bank Pundi, Bank Mayapada, Bank Niaga dan Bank Syariah Mandiri. Dengan bertambahnya jumlah bank tersebut, diharapkan dapat memperluas akses masyarakat terhadap pembiayaan dan fasilitas produk 2

11 RINGKASAN EKSEKUTIF perbankan di Sulawesi Tenggara. LDR perbankan tercatat sebesar 97,20% dengan kredit yang tumbuh 28,91%. Volume usaha yang tercermin pada total aset, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), dan kredit/pembiayaan yang disalurkan menunjukkan trend yang meningkat. Fungsi intermediasi perbankan yang tercermin pada Loan to Deposit Ratio (LDR) masih tercatat pada level yang tinggi. Meskipun kredit/pembiayaan mengalami peningkatan, namun risiko kredit (credit risk) perbankan Sulawesi Tenggara masih relatif stabil dan terkendali (di bawah batas 5%) khususnya untuk kelompok Bank Umum. Sementara itu kinerja BPR pada periode berjalan mengalami perlambatan yang ditenggarai oleh penutupan operasional salah satu BPR di Sulawesi Tenggara. Pangsa kredit konsumtif masih mendominasi penyaluran kredit oleh perbankan yang didorong oleh berbagai kemudahan dalam persyaratan dan analisa kredit serta tingginya permintaan pasar dari masyarakat berpenghasilan tetap di Sulawesi Tenggara. Walaupun demikian, penyaluran kredit pada kelompok UMKM tetap menjadi segmen utama perbankan Sulawesi Tenggara dalam penyaluran kredit khususnya di sektor usaha produktif. SISTEM PEMBAYARAN Uang kartal yang diedarkan Bank Indonesia di Sulawesi Tenggara tercatat sebesar Rp927,76 Milyar. Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang kartal 1 khususnya untuk keperluan transaksi (transaction motive), pada triwulan III-2011 (Juli - September) Kantor Bank Indonesia Kendari telah mengedarkan uang kartal baik melalui perbankan maupun langsung kepada masyarakat yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara sebesar Rp927,76 Milyar, jumlah tersebut meningkat 21,23% dibandingkan periode yang sama tahun 2010 yang sebesar Rp765,26 Milyar. Perkembangan perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan III yang mengalami peningkatan juga tercermin dari meningkatnya aktivitas pembayaran non tunai baik yang dilakukan melalui sarana Sistim Kliring Nasional BI (SKNBI) maupun BI-Real Time Gross Settlement (BI- RTGS) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 1 Uang kartal terdiri dari uang kertas dan uang logam. 3

12 RINGKASAN EKSEKUTIF KEUANGAN DAERAH Realisasi anggaran belanja daerah Provinsi Sulawesi Tenggara Semester I mencapai 24,32% dari APBD TA Realisasi pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara semester I tahun 2011 tercatat sebesar Rp603,38 milyar atau 49,43% dari anggaran pendapatan dalam APBD tahun 2011 yang sebesar Rp1.220,58 milyar. Sementara itu, realisasi belanja daerah Provinsi Sulawesi Tenggara tercatat sebesar Rp345,30 milyar atau 24,32% dari pagu anggaran belanja Provinsi Sulawesi Tenggara tahun Berdasarkan kelompoknya, realisasi pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara didominasi oleh dana perimbangan sebesar Rp440,45 milyar atau 73% dari total realisasi pendapatan. Angka realisasi dana perimbangan tersebut sebesar 55,12% dari yang telah dianggarkan atau terdapat sekitar Rp358,63 milyar dana perimbangan yang diperkirakan menjadi pendapatan daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang belum terealisasi. Selain itu, realisasi pendapatan asli daerah Provinsi Sulawesi Tenggara tercatat sebesar Rp162,94 milyar atau 27% dari total realisasi pendapatan. Jumlah ini merupakan jumlah yang relatif sedikit yaitu 38.66% dari target yang sudah ditetapkan pada APBD TA 2011 yaitu sebesar Rp421,50 milyar Sementara itu, proporsi terbesar dari realisasi belanja daerah Provinsi Sulawesi Tenggara berasal dari belanja operasional dengan realisasi sebesar Rp315,49 milyar atau 91,37% dari total realisasi belanja daerah. Komponen belanja operasional yang paling besar berasal dari belanja pegawai dengan realisasi sebesar Rp171,63 milyar atau 54,40% dari total realisasi belanja daerah tahun 2011.Sementara, realisasi belanja modal tercatat hanya sebesar Rp9,04 milyar atau 2,12% dari pagu anggaran belanja modal tahun KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Jumlah Angkatan Kerja tercatat naik s ebesar 1,25% dibandingkan Perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara pada Agustus 2011 menunjukkan adanya perbaikan yang digambarkan dengan adanya peningkatan kelompok penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja, serta penurunan tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja tercatat naik sebesar 1,25% dari 1,04 juta 4

13 RINGKASAN EKSEKUTIF bulan Agustus Indikator kesejahteraan masyarakat petani meningkat 0,36% dibandingkan indikator pada bulan Agustus orang pada Agustus 2010 menjadi 1,06 juta orang pada bulan Februari Dengan pertumbuhan tersebut, Tingkat Partisipasi angkatan Kerja (TPAK) pada Agustus 2011 mencapai 71,42% sehingga daya serap pembangunan ekonomi Sulawesi Tenggara selama setahun terakhir terhadap angkatan kerja meningkat dari 95,39% pada Agustus 2010 menjadi 96,94% pada Agustus 2011, atau daya serapnya bertambah 2,89%. Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara mengalami fluktuasi selama periode tahun berjalan seiring dengan perkembangan musim panen pertanian dan kondisi iklim cuaca yang berpengaruh tinggi terhadap produktifitas di sektor pertanian. Pada bulan bulan September 2011, NTP Provinsi Sulawesi Tenggara tercatat sebesar 106,78 atau mengalami peningkatan 0,36% dibandingkan NTP bulan Agustus 2011 sebesar 106,40. Angka NTP Sulawesi Tenggara tersebut lebih tinggi dibandingkan NTP Sulampua (Sulawesi, Maluku, Papua) yang tercatat sebesar 105,11 dan NTP Nasional sebesar 105,17 Peningkatan NTP bulan September 2011 tersebut dipengaruhi oleh peningkatan indeks pada beberapa subsektor yakni subsektor hortikultura 0,80%, subsektor perkebunan 0,16%, subsektor perikanan 0,54%, subsektor tanaman pangan 0,29%. Namun, subsektor peternakan mengalami penurunan indeks sebesar 0,08%. PROSPEK EKONOMI Perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan IV-2011 diperkirakan tumbuh pada kisaran 8% ±0,5%. Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan IV-2011 diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi namun melambat dibandingkan periode triwulan III-2011 dan berada pada kisaran 8% + 0,5% (y.o.y). Diproyeksikan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada tahun 2011 akan mencapai 8,46% (y-o-y). Secara sektoral, kinerja sektor perdagangan-hotel-restoran (PHR), dan sektor pertambangan diperkirakan masih akan tumbuh cukup tinggi. 5

14 BAB I ASESMEN MAKROEKONOMI 1.1 KONDISI UMUM Perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan III-2011 tercatat tumbuh sebesar 8,17% (y.o.y) dan 3,85% (q.t.q). Pertumbuhan tersebut mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya dan triwulan sebelumnya. Berdasarkan harga berlaku, nominal PDRB triwulan III-2011 tercatat sebesar Rp8.270 Milyar, sementara atas dasar harga konstan nominal PDRB tercatat sebesar Rp3.240 Milyar. Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara 10.00% % % 7.00% % % 4.00% % % 1.00% % 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q Billions PDRB Growth Sumber: Data BPS diolah Secara sektoral melambatnya pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan sektor Pertanian sebesar 0,01%, serta perlambatan pertumbuhan sektor industri pengolahan dan bangunan yang cukup signifikan masing-masing dari 20,38% dan 14,08% pada periode yang sama tahun sebelumnya, menjadi 7,92% dan 11,26% (y.o.y). Meskipun mengalami perlambatan, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara masih dalam kategori cukup tinggi. Berdasarkan penggunaannya, didominasi oleh komponen investasi dan konsumsi rumah tangga yang tumbuh 16,64% dan 5,62%.

15 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Dari sisi penawaran, pada triwulan III-2011 perekonomian Sulawesi Tenggara tumbuh positif terutama didorong oleh pertumbuhan pada sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan, hotel dan restauran (PHR) dan sektor keuangan. Ketiga sektor tersebut mengalami pertumbuhan tahunan yang cukup tinggi masing-masing sebesar 34,59%, 13,14% dan 16,12%. 1.2 PDRB MENURUT PENGGUNAAN Pada sisi penggunaan, posisi komponen investasi masih mendominasi perekonomian Sulawesi Tenggara dengan kontribusi tertinggi diantara komponen lainnya yaitu sebesar 5,10%. Kontribusi tersebut mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010 yang sebesar 3,94%. Pada sisi lain, komponen konsumsi, meski memberikan kontribusi yang cukup tinggi terhadap perekonomian Sulawesi Tenggara, cenderung stagnan dibandingkan tahun 2010 (Tabel 1.2). Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Penggunaan Sulawesi Tenggara (Y-O-Y) P enggunaan Q3 Q1 Q2 Q3 Rumah Tangga 5,61% 5,20% 4,32% 6,44% 5,62% 6,01% Pemerintah 7,52% 6,52% 8,69% 0,19% 2,22% 4,51% Investasi 15,25% 13,00% 9,49% 17,94% 16,64% 15,27% Ekspor barang dan jasa 5,60% 8,45% 23,29% 8,96% 12,08% 15,54% Dikurangi impor barang dan jasa 9,15% 6,89% 15,90% 7,94% 11,47% 16,27% P RODUK DOMES TIK BRUTO 7,57% 8,21% 8,32% 8,94% 8,47% 8,17% Sumber : BPS Sultra Tabel 1.2 Kontribusi Komponen PDRB Penggunaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara (Y-O-Y) P enggunaan Kontribusi 2010 Kontribusi Tw Rumah Tangga 2,79% 3,10% Konsumsi Pemerintah 1,30% 0,87% Investasi 3,94% 5,10% Ekspor 2,43% 4,59% Impor 2,26% 5,49% Sumber : BPS Sultra KONSUMSI Aktivitas konsumsi rumah tangga pada triwulan III-2011 secara tahunan tumbuh 6,01% (Tabel 1.1). Pertumbuhan tersebut mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 4,32%. 7

16 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Meningkatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga tercermin dari meningkatnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia Kendari dari 129,75 pada triwulan III-2010 menjadi 135,57 (Grafik 1.2). 180,00 160,00 140,00 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 Grafik 1.2 Indeks Keyakinan Sulawesi Tenggara Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Ekspektasi Konsumen Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Kendari Selain itu peningkatan pertumbuhan konsumsi juga tercermin dari meningkatnya indikator keyakinan masyarakat akan kondusifnya kondisi ekonomi saat ini untuk melakukan aktivitas konsumsi yaitu Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat ini yang berada pada level optimis sebesar 125,22 (Grafik 1.3). Optimisme tersebut didorong oleh keyakinan masyarakat akan adanya kenaikan penghasilan saat ini dibanding enam bulan yang lalu yang juga terinformasi dari peningkatan penerimaan hasil pajak oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kendari yaitu sebesar 48,32% (yoy) (Grafik 1.4). Grafik 1.3 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Kendari 8

17 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Beberapa indikator lainnya yang tumbuh positif juga mencerminkan pertumbuhan sektor konsumsi rumah tangga antara lain konsumsi air, dan pertumbuhan kendaraan bermotor di Sulawesi Tenggara. Konsumsi air di Kota Kendari pada triwulan III-2011 tumbuh 0,26% secara tahunan (Grafik 1.5) dengan rata-rata pemakaian air sebesar 37 M 3. Jumlah kendaraan bermotor roda dua juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 24,35% (Grafik 1.6). Meningkatnya akses pembiayaan oleh perbankan melalui kredit konsumsi terhadap masyarakat juga turut mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga yang tercermin dari pertumbuhan kredit konsumsi sebesar 33,21% (y.o.y) (Grafik 1.7). Grafik 1.4 Penerimaan Pajak Grafik 1.5 Konsumsi Air Billions Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q % 15% 10% 5% 0% 5% 10% Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q3 Q1 Q Thousands Pajak Penghasilan PPN & PPnBM Pendapatan atas Pl dan PIB Konsumsi Air Rumah Tangga (M3) Growth Konsumsi Air Rumah Tangga Sumber : KPP Kendari Grafik 1.6 Pertumbuhan Kendaraan Bermotor Sumber : PDAM Kendari Grafik 1.7 Perkembangan Kredit Konsumsi Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q3Q4Q1Q2Q Jumlah Roda 2 Jumlah Roda ,000,000 4,500,000 4,000,000 3,500,000 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000, ,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q % 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% Pertumbuhan Jumlah Roda 2 Pertumbuhan Jumlah Roda 4 Konsumsi Growth Konsumsi Sumber : Polda Sulawesi Tenggara Sumber : LBU Beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan konsumsi adalah panen raya padi di daerah Konawe dan Kolaka, pelaksanaan ibadah puasa dan perayaan hari Raya Idul Fitri 1432 H. 9

18 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Komponen konsumsi pemerintah pada triwulan III-2011 juga mengalami pertumbuhan positif yaitu 4,51% (y-o-y). Namun mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 8,69%. Perlambatan tersebut diperkirakan disebabkan oleh relatif kecilnya realisasi pendapatan asli daerah (PAD) sebagai salah satu sumber anggaran pemerintah daerah selain dari dana transfer pemerintah pusat. Realisasi PAD Pemerintah Provinsi Sultra hingga Juni 2011 tercatat sebesar Rp162, 93 Milyar atau 38,66% dari target PAD TA Mengacu pada realisasi PAD yang relatif kecil tersebut, realisasi belanja operasi Pemerintah Provinsi Sultra hingga Juni 2011 juga relatif kecil tercatat sebesar Rp315,49 Milyar atau 33,69% dari total belanja operasi TA INVESTASI Pada triwulan III-2011 investasi Sulawesi Tenggara masih menunjukkan trend perkembangan positif tumbuh sebesar 15,27% (y.o.y) (Tabel 1.1). Pertumbuhan investasi yang cukup tinggi tersebut memberikan kontribusi terhadap PDRB Sulawesi Tenggara sebesar 5,10% (y.o.y) (Tabel 1.2). Salah satu indikator pertumbuhan investasi adalah pertumbuhan kredit investasi pada triwulan III-2011 yang tumbuh sebesar 51,90% (y-o-y) (Grafik 1.8). Grafik 1.8 Kredit Investasi 800, , , , , , , ,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q % 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% Investasi Growth Investasi Sumber : Laporan Bank Umum Badan Penanaman Modal Daerah Sulawesi Tenggara juga mencatat bahwa terjadi peningkatan investasi di Sulawesi Tenggara dengan total investasi asing yang masuk pada triwulan III-2011 sebesar USD 1,8 Juta dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 280 orang. 10

19 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Tujuan investasi utama Sulawesi Tenggara saat ini adalah sektor pertambangan. Perkembangan sektor pertambangan yang pesat didorong oleh promosi yang gencar oleh pemerintah daerah terhadap investor lokal dan asing. Sektor lainnya yang banyak dilirik oleh investor adalah sektor perhotelan, dengan perkembangan yang cukup pesat yang tercermin dari meningkatnya kunjungan ke Sulawesi Tenggara baik untuk tujuan bisnis maupun wisata. Oleh karena itu, peran pemerintah daerah sangat penting dalam menciptakan iklim investasi yang baik bagi investor melalui pembenahan birokrasi, infrastruktur, serta aksesibilitas wilayah yang memiliki potensi tinggi. Selain itu peran perbankan juga perlu dioptimalisasi untuk memberikan kemudahan akses bagi pelaku usaha dalam mendapatkan modal pengembangan usaha EKSPOR & IMPOR Ekspor Sulawesi Tenggara pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan yang tinggi yaitu sebesar 15,54% (y.o.y) (Tabel 1.1). Pencatatan ekspor pada PDRB Sulawesi Tenggara merupakan gabungan dari ekspor luar negeri dan perdagangan antar pulau. Ekspor luar negeri Sulawesi Tenggara tercatat mengalami peningkatan volume yaitu sebesar 29,30% (y.o.y) (grafik 1.9). Tingginya pertumbuhan ekspor tersebut didorong oleh peningkatan ekspor komoditas pertambangan dan industri pengolahan yaitu bijih nikel dan Ferronikel dengan volume ekspor kedua komoditas tersebut pada periode berjalan sebesar 6,21 Juta Ton 1. Grafik 1.9 Nilai dan Volume Ekspor Luar Negeri Provinsi Sulawesi Tenggara Sumber: Datawarehouse Bank Indonesia 1 Datawarehouse Bank Indonesia 11

20 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Peningkatan ekspor juga tergambar dari aktivitas perdagangan antar pulau yang juga menjadi bagian perhitungan ekspor pada PDRB Sulawesi Tenggara. Pada periode berjalan, perdagangan antar pulau mengalami peningkatan yang tercermin dari peningkatan arus muat barang di pelabuhan Kendari yaitu sebesar 3,66% (y.o.y) menjadi Ton pada triwulan III-2011 (Grafik 1.10). Grafik 1.10 Arus Muat Pelabuhan Kendari 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q T/M3 40 T/M3 gmuat Sumber: Pelabuhan Kendari Impor Sulawesi Tenggara pada periode berjalan secara tahunan menunjukkan pertumbuhan yang meningkat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu dari 15,90% menjadi 16,27% (Tabel 1.1) Impor Sulawesi Tenggara yang dicatat oleh BPS merupakan gabungan dari impor luar negeri dan perdagangan antar pulau. Pada triwulan III-2011, Sulawesi Tenggara tidak melakukan aktivitas impor luar negeri hal ini disebabkan impor yang didominasi oleh barang modal sehingga hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu. Namun, pertumbuhan positif impor tercermin dari pertumbuhan positif perdagangan antar pulau dengan indikator peningkatan aktivitas arus bongkar pada pelabuhan utama Sulawesi Tenggara yaitu pelabuhan Kendari yang tercatat mengalami pertumbuhan 12,79% (Grafik 1.11). Meningkatnya pertumbuhan arus bongkar tersebut diperkirakan disebabkan oleh kebutuhan barang konsumsi masyarakat yang meningkat yang tercermin dari pertumbuhan positif konsumsi rumah tangga sebesar 6,01% (y-o-y). 12

21 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Dengan pertumbuhan impor yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekspor, berimplikasi pada Net Balance arus perdagangan dengan arah negatif sebesar - 5,68%. Grafik 1.11 Arus Muat Pelabuhan Kendari 120, ,000 80,000 60,000 40,000 20,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q Total Bongkar gbongkar Sumber: Pelabuhan Kendari 1.3 PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA Perkembangan perekonomian Sulawesi Tenggara secara sektoral pada triwulan III menunjukkan pertumbuhan yang positif pada seluruh sektor. (Tabel 1.4). Tabel 1.3 Pertumbuhan Tiap Sektor Y-O-Y (dalam persen) Sektor Q3 Q1 Q2 Q3 Pertanian 2.73% 2.57% 1.20% 0.20% 0.12% 0.01% Pertambangan 6.05% 22.96% 22.99% 38.50% 37.73% 34.59% Industri 2.76% 20.38% 18.77% 9.71% 8.18% 7.92% Listrik, Gas dan Air 15.64% 8.73% 8.62% 13.32% 6.23% 7.25% Bangunan 12.70% 14.08% 15.83% 16.87% 15.07% 11.26% Perdagangan 14.63% 10.80% 12.09% 11.20% 10.42% 13.14% Angkutan 19.55% 8.60% 9.04% 11.67% 12.44% 6.98% Keuangan 7.28% 10.27% 12.61% 19.42% 13.51% 16.12% Jasa jasa 8.78% 1.02% 1.35% 1.72% 3.49% 3.43% PDRB 7.57% 8.32% 8.21% 8.94% 8.47% 8.17% Sumber: BPS Sulawesi Tenggara 13

22 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Sektor yang memiliki kontribusi tertinggi yaitu sektor pertambangan, sektor perdagangan dan sektor bangunan. Sementara sektor pertanian merupakan sektor dengan kontribusi terkecil (Grafik 1.12). Grafik 1.12 Kontribusi Tiap Sektor Terhadap Pertumbuhan PDRB (dalam persen) Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara Meski sektor Pertanian mengalami perlambatan pertumbuhan output namun sektor pertanian masih merupakan sektor dengan pangsa terbesar dalam perekonomian Sulawesi Tenggara yaitu sebesar 28,51% yang disusul oleh sektor Perdagangan sebesar 18,07% (grafik 1.13). Grafik 1.13 Share Tiap Sektor 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 13.2% 16.8% 33.1% 12.4% 17.4% 31.0% 11.58% 18.07% 28.51% Jasa jasa Keuangan Angkutan Perdagangan Bangunan Listrik, Gas dan Air Industri Pertambangan Pertanian Q3 Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Tenggara 14

23 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Perkembangan tiap sektor ekonomi yang memiliki kontribusi terhadap pembentukan PDRB akan dianalisis lebih lanjut dalam sub bab berikut ini Sektor Pertanian Perkembangan sektor pertanian pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan sebesar 0,01% (y.o.y) (Tabel 1.3) dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,00% (Grafik 1.12). Beberapa faktor yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan sektor pertanian yaitu pertumbuhan negatif produksi padi -9,39% (Grafik 1.14). Pertumbuhan negatif tersebut disebabkan oleh adanya gangguan cuaca yang cenderung kering pada triwulan III-2011 sehingga menyebabkan panen padi di daerah Konawe dan Kolaka tidak optimal 2. Grafik 1.14 Produksi Padi Provinsi Sulawesi Tenggara Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q Produksi Padi (Ton) Luas Lahan (Ha) Luas Panen (Ha) gproduksi gluas Lahan gluas Panen Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara Lebih lanjut, fenomena yang sama juga terjadi pada komoditas utama sektor perkebunan yaitu Kakao, yang pada triwulan III-2011 mengalami penurunan panen. Kondisi ini selain disebabkan karena distribusi panen yang mulai menyebar sepanjang tahun, juga karena belum berproduksinya sebagian besar lahan kakao yang ikut dalam program revitalisasi dan Gernas kakao sejak tahun 2007 dan Diperkirakan, perkebunan Kakao akan mengalami puncak panen pada tahun 2012 saat hasil revitalisasi dan Gernas kakao sudah memberikan produksi yang optimal. 2 Hasil Liaison Bank Indonesia Kendari 15

24 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Sektor Pertambangan Perkembangan sektor pertambangan Provinsi Sulawesi Tenggara pada triwulan III-2011 kembali mengalami tren pertumbuhan yang pesat sebesar 34,59% (y.o.y) meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 22,96% (Tabel 1.3). Pertumbuhan tersebut memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 2,10% (Grafik 1.12). Peningkatan pertumbuhan sektor pertambangan juga tercermin pada peningkatan hasil pertambangan komoditas bijih nikel PT.Antam, Tbk yang tumbuh sebesar 39,28% (y.o.y) (Grafik 1.15). Peningkatan produksi bijih nikel tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan yang datang dari Eropa, Korea dan Cina. Selain itu, peningkatan tersebut juga tercermin dari meningkatnya ekspor luar negeri Provinsi Sulawesi Tenggara yang tumbuh 29,30% (y.o.y) dengan pangsa komoditas pertambangan ±50% dari total ekspor WMT Grafik 1.15 Produksi Bijih Nikel PT.Antam, Tbk Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q Bijih Nikel (WMT) gbijih nikel Sumber: PT. Antam Tbk Peningkatan pesat sektor pertambangan didorong oleh semakin banyaknya investor asing dan dalam negeri yang melakukan investasi untuk eksplorasi bijih nikel di Sulawesi Tenggara. Penetapan kawasan ekonomi khusus pertambangan nikel juga turut menjadi daya tarik investasi bagi investor dalam melakukan eksploari nikel di Sulawesi Tenggara. 16

25 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Sektor Industri Pengolahan Perkembangan sektor industri pengolahan pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan sebesar 7,92% (y.o.y) (Tabel 1.3) dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,62% (Grafik 1.12). Salah satu indikator peningkatan pertumbuhan sektor industri adalah peningkatan ekspor produksi Ferronikel Sulawesi Tenggara yaitu sebesar 223,91% (y.o.y) (Grafik 1.16). Sama halnya dengan komoditas bijih nikel, peningkatan produksi Ferronikel juga didorong oleh meningkatnya permintaan dari negara Jepang, Korea dan Cina. Saat ini, hanya PT.Antam, Tbk yang memiliki pabrik pengolahan bijih nikel menjadi ferronikel, sehingga pertumbuhan sektor industri pengolahan masih belum optimal. Namun, rencana jangka panjang pemerintah daerah dan PT.Antam, Tbk merencanakan pembangunan pabrik pengolahan ferronikel di Konawe Utara yang diharapkan dapat beroperasi mulai tahun Grafik 1.16 Ekspor Ferronikel PT.Antam, Tbk Sumber: PT. Antam Tbk Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pada triwulan III-2011 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) masih tumbuh positif sebesar 13,14% (y.o.y) yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 2,27% (Grafik 1.12). Pertumbuhan sektor PHR antara lain ditandai dengan naiknya tingkat penghunian kamar hotel (TPK) di Sulawesi Tenggara dibandingkan dengan periode yang sama tahun 17

26 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO sebelumnya dari 32,84% menjadi 36,50% pada triwulan III-2011 (Grafik 1.17). Lebih lanjut, aktivitas perdagangan di Sulawesi Tenggara juga menunjukkan pertumbuhan yang positif yang tercermin dari pertumbuhan aktivitas arus bongkar muat di pelabuhan Kendari yang cukup tinggi yaitu sebesar 10,23% (y.o.y) (Grafik 1.18). Beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan sektor perdagangan antara lain peningkatan konsumsi sebagai dampak dari peningkatan pendapatan masyarakat, penyelenggaraan berbagai seminar skala nasional yang meningkatkan arus kunjungan ke Sulawesi Tenggara, penyelenggaraan event ulang tahun Provinsi Sulawesi Tenggara, serta masa liburan sekolah menjelang Hari Raya Idul Fitri. Grafik 1.17 Tingkat Penghunian Kamar Hotel Di Sulawesi Tenggara % Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sept Okt Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Agu Sept Sumber: BPS Prov. Sulawesi Tenggara Grafik 1.18 Arus Bongkar Muat Di Pelabuhan Kendari Sumber: BPS Prov. Sulawesi Tenggara 18

27 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Sektor Bangunan Perkembangan sektor bangunan pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan sebesar 11,26% (y.o.y) (Tabel 1.3) dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 1,05% (Grafik 1.12). Relatif tingginya pertumbuhan sektor bangunan juga sesuai dengan tingginya pertumbuhan kredit perumahan/ruko pada perbankan yaitu 45,37% (y.o.y) menjadi sebesar Rp725,68 Milyar (Tabel 1.4). Aktivitas pembangunan oleh swasta diperkirakan menjadi pendorong pertumbuhan sektor bangunan yang relatif tinggi antara lain pembangunan perumahan, pembangunan ruko yang saat ini sedang berkembang pesat di tiga kota terpadat di Sulawesi Tenggara yaitu Kota Kendari, Bau-Bau dan Kolaka. Tabel 1.4 Perkembangan Kredit Perumahan/Ruko Penggunaan Growth Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 q.t.q y.o.y KPR s/d Type ,12% 25,90% KPR Di atas Type ,88% 108,73% Ruko dan Rukan ,14% 104,98% Total ,78% 45,37% Sumber: Laporan Bank Umum Sektor Angkutan dan Komunikasi Perkembangan sektor angkutan dan komunikasi pada triwulan III-2011 mengalami pertumbuhan yang positif yaitu sebesar 6,98% (Tabel 1.3). Kontribusi sektor angkutan dan komunikasi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara tercatat sebesar 0,61% (Grafik 1.12). Peningkatan sektor angkutan ditandai dengan meningkatnya jumlah arus penumpang yang menggunakan alat transportasi udara di bandara Haluoleo. Pada periode berjalan jumlah penumpang yang tiba di bandara Haluoleo tercatat sebanyak orang, dan jumlah penumpang yang berangkat tercatat sebanyak orang (Grafik 1.19) yang masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 8,01% dan 4,57% (y.o.y). Peningkatan pertumbuhan sektor angkutan diperkirakan didorong oleh meningkatnya aktivitas bisnis di Sulawesi Tenggara khususnya pada sektor pertambangan yang mengundang minat investor dalam negeri dan luar negeri. Sementara pada sektor komunikasi, telekomunikasi yang berkembang pesat khususnya dalam hal akses internet tanpa kabel menjadi pendorong utama pertumbuhan sektor komunikasi. 19

28 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Grafik 1.19 Jumlah Arus Penumpang Di Bandara Haluoleo Kendari 180, , , , ,000 80,000 60,000 40,000 20,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q Kunjungan TIBA Sumber: Bandara Haluoleo Kendari Sektor Keuangan Sektor keuangan pada triwulan III-2011 tumbuh sebesar 16,12% (y.o.y). Pertumbuhan tersebut mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 10,27% dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara sebesar 0,98% (Grafik 1.12). Billions Grafik 1.20 Aset Perbankan Di Sulawesi Tenggara Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Sumber:Data LBU Bank Umum diolah 20

29 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Pertumbuhan sektor keuangan juga tercermin pada peningkatan aset perbankan Sulawesi Tenggara yang tercatat sebesar Rp11.308,41 Milyar atau meningkat dibandingkan triwulan III-2010 yang sebesar Rp7.806,46 Milyar (grafik 1.19). Selain itu, perkembangan sektor keuangan juga tercermin dari pertumbuhan penyaluran kredit yang pada triwulan III-2011 yang tumbuh sebesar 34,50% (y.o.y) atau menjadi sebesar Rp7.580,69 Milyar (Tabel Indikator Perbankan) Sektor Lainnya Perkembangan sektor listrik, gas & air bersih (LGA) serta sektor jasa-jasa pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan yang positif masing masing sebesar 7,25% (y.o.y) dan 3,43% (y.o.y) dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi masing-masing sebesar 0,05% dan 0,41% (Grafik 1.12). Pertumbuhan sektor listrik tercermin dari peningkatan konsumsi listrik Sulawesi Tenggara sebagai alat penerangan serta untuk penggunaan alat-alat kebutuhan masyarakat yang sarat teknologi yaitu sebesar 15,36% (Grafik 1.20). Sementara itu, peningkatan pertumbuhan sektor jasa-jasa antara lain didorong oleh peningkatan pembiayaan perbankan terhadap sektor jasa sosial yang mengalami pertumbuhan sebesar 154,70% (y.o.y) (Tabel Indikator Perbankan). Grafik 1.21 Konsumsi Listrik Sulawesi Tenggara Millions Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q % 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% KWH Growth Sumber:PLN (diolah) 21

30 BOKS I TANTANGAN PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN DI SULAWESI TENGGARA Provinsi Sulawesi Tenggara dengan luas tanah ribu hektar memiliki luas lahan sawah dan perkebunan sebesar hektar (19.80%) sangat potensial untuk pengusahaan berbagai komoditas pertanian. Hasil produksi dari lahan pertanian Sulawesi Tenggara telah memberikan kontribusi pada pembentukan PDRB sebesar 33,34% pada tahun Di samping itu, sektor pertanian merupakan penyedia kebutuhan pangan yang merupakan kebutuhan dasar (basic need) masyarakat. Potensi lahan pertanian juga menjadi sumber pendapatan masyarakat Sulawesi Tenggara dengan serapan tenaga kerja paling banyak yakni 49,7% dari angkatan kerja. Mengingat lebih dari separuh penduduk miskin tinggal di pedesaan dan bekerja di sektor pertanian, pertumbuhan sektor pertanian berperan signifikan dalam mengurangi persoalan kemiskinan dan pengangguran. Namun dibalik potensi dan perannya yang penting dalam perekonomian, perkembangan sektor pertanian menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan. Hasil pengamatan menunjukkan beberapa fakta yang relevan menjadi isu strategis perekonomian daerah guna memperoleh perhatian dan penanganan dari seluruh pemangku kepentingan daerah terkait, antara lain : Data menunjukkan perkembangan sektor pertanian dalam 5 tahun terakhir ( ) secara gradual mengalami trend penurunan baik dari sisi pangsa terhadap tenaga kerja maupun PDRB yang berdampak terhadap semakin menurunnya kontribusi pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara. Pangsa Sektor Pertanian Thd PDRB & Tenaga Kerja Pangsa Thdp PDRB Pangsa thdp Tenaga Kerja 60% 57% 58% 53% 49.7% 45.3% 40.73% 38.12% 36.53% 35.02% 33.34% 31.67% % 4.00% 2.00% 0.00% 2.00% Kontribusi Sektor Pertanian Thd Pertumbuhan 5.60% 4.57% 5.04% Growth Kontribusi Thdp Growth 2.73% 1.70% 2.03% 1.78% 1.28% 0.95% 0.43% 0.04% %

31 Di sisi lain, sektor pertanian juga sangat Pergerakan Inflasi Volitile Food Kota Kendari berperan dalam pembentukan inflasi dimana 40.00% 35.00% komoditas barang-barang sektor pertanian lebih 30.00% 25.00% 20.00% fluktuatif dibandingkan dengan barang-barang 15.00% 10.00% sektor non pertanian. Dilihat dari sisi disagregasi 5.00% inflasi, pergerakan harga kelompok bahan 0.00% % 10.00% makanan (volatile food) selama beberapa tahun terakhir menunjukkan fluktuasi yang cukup tinggi dengan laju inflasi selalu berada di atas 10%. Hal ini disebabkan oleh permasalahan struktural perekonomian yang belum terselesaikan, antara lain keterbatasan infrastruktur, kendala pasokan dan distribusi, struktur pasar dan mekanisme pembentukan harga serta ekspektasi inflasi. Potensi lahan pertanian yang tersedia cukup luas % Sumber Daerah Asal No Jenis Komoditas di Sulawesi Tenggara namun pengelolaannya Dalam Luar Sultra Luar belum optimal dapat tercermin dari hasil 1 Beras 60% 40% Konsel Makassar 2 Telur Ayam Ras 20% 80% Kendari Makassar 3 Daging Ayam Potong 30% 70% Kendari Makassar penelitian KBI Kendari yang menunjukkan 4 Wortel - 100% - Makassar sebagian besar komoditas pangan strategis yang 5 6 Minyak Goreng Kentang % 100% - - Makassar Makassar diperdagangkan di Kota Kendari baik barang 7 Kol Putih - 100% - Makassar yang langsung dijual ke konsumen maupun 8 Kacang hijau - 100% - Makassar 9 Bawang merah - 100% - Makassar sebagai input produksi seperti beras, telur, 10 Bawang putih - 100% - Makassar daging ayam, sayuran masih dipasok dari luar Sulawesi Tenggara yakni Sulawesi Selatan. Kondisi ketergantungan terhadap pasokan barang konsumsi dari luar daerah tersebut sangat rentan berpengaruh terhadap pembentukan harga di Kota Kendari sehingga kenaikan harga di tempat asal serta kelancaran distribusi untuk menjaga pasokan menjadi faktor penting dalam pembentukan harga di Kota Kendari. Kondisi diatas dapat dipandang sebagai peluang usaha untuk memproduksi sendiri komoditi di Sulawesi Tenggara. Ketergantungan terhadap sentra ekonomi dari daerah lain juga terefleksi dari data aliran uang kartal di wilayah Sulawesi Tenggara secara kumulatif menunjukkan net outflow, dimana jumlah aliran uang keluar dari Bank Indonesia ke masyarakat (outflow) lebih besar dibandingkan aliran uang masuk ke Bank Indonesia (inflow). Diperkirakan arus uang kartal banyak yang ke luar Sulawesi Tenggara (Makassar dan Surabaya) karena karakteristik perdagangan barang konsumsi di Sulawesi Tenggara banyak berasal dari luar daerah. Sektor pertanian juga memiliki produktifitas yang lebih rendah dibandingkan dengan sektor lain jika dikaitkan antara output dengan jumlah tenaga kerja. Produktifitas sektor pertanian hanya 23

32 sebesar Rp21,3 juta per kapita lebih rendah dibandingkan dengan sektor industri yang mencapai Rp42.3 juta per kapita dan sektor perdagangan sebesar Rp36.4 juta per kapita. Lainnya *) Produktifitas yang rendah tersebut juga Pertanian 21,306 tergambar dari masih minimnya tingkat 20,000 40,000 60,000 80, ,000 kesejahteraan petani sebagai produsen hasil Thousands pertanian, tercermin pada Nilai Tukar Petani (NTP) Sultra khususnya Sub Sektor Tanaman Pangan yang masih minus (<100%) dimana per bulan September 2011 masih tercatat sebesar 86,44. Daya beli petani di sektor tanaman pangan yang masih lemah ini tentunya menjadi pekerjaan rumah dan memperoleh penanganan secara terintegrasi oleh berbagai pihak terutama bagi pemerintah daerah. Di samping itu, berdasarkan pengamatan struktur usaha tani terlihat tidak simetris dan cenderung terdistorsi yang menimbulkan masalah transmisi harga. Penurunan harga di tingkat konsumen langsung ditransmisikan dengan cepat dan sempurna ke petani, namun kenaikan harga ditransmisikan secara lambat dan tidak sempurna ke petani. Meskipun peran sektor pertanian dalam perekonomian cukup penting, namun dengan berbagai permasalahan yang dihadapi menyebabkan sektor usaha ini kurang mendapat alokasi pembiayaan/kredit dari perbankan secara optimal. Peran kredit perbankan terhadap sektor pertanian masih relatif kecil, kurang dari 3% dari total kredit di Sulawesi Tenggara. Beberapa faktor utama yang menjadi kendala antara lain : - Kurang sesuainya karakteristik usaha sektor pertanian dengan nature usaha bank. Usaha pertanian masih bersifat musiman namun usaha dan transaksi perbankan tidak terkait musim selalu dilakukan secara reguler atau angsuran tiap bulan. - Pelaku usaha tani masih memiliki mind set hibah terhadap pinjaman yg diberikan oleh pemerintah/perbankan.sehingga menimbulkan moral hazard. - Nilai aset petani kerap dinilai under estimate oleh perbankan karena sering kurang memiliki alas hak yang jelas, kurang marketable karena berada di pedesaan dan sebagian besar tanah sawah sehingga pinjaman yg diberikan tidak dapat maksimal. - Status dan skala ekonomi petani yang umumnya rendah dan tidak mampu secara ekonomi, sehingga sulit untuk memenuhi syarat-syarat perbankan karena didominasi usaha mikro kecil yang memiliki kelemahan dalam kelembagaan, manajemen, pembukuan, distribusi pemasaran, permodalan dan agunan. Jasa Perdagangan, RM Industri Produktifitas Sektor Usaha 22,854 36,440 42,357 79,

33 Dilihat dari perkembangan kinerja sektor pertanian dalam perekonomian dan pembiayaan dari perbankan serta mempertimbangkan potensi ekonomi yang dapat dikembangkan, maka sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi yang masih memerlukan perhatian dari banyak pihak termasuk pemerintah dan pihak perbankan. Ketersediaan modal dalam pembiayaan suatu usaha termasuk usaha di bidang pertanian (baik usaha primer maupun olahan) memiliki peran yang sangat penting. Terdapat indikasi bahwa sektor pertanian saat ini masih banyak pembiayaannya diperoleh dari sektor informal ataupun pembiayaan sendiri (self-financing). Perlu diupayakan solusi agar pergerakan sektor pertanian ini dapat tumbuh lebih baik dan tidak menjadi anak tiri di kalangan perbankan. Untuk mengelola dan menangani berbagai permasalahan tersebut, diperlukan peningkatan perhatian pemerintah daerah dan pemangku kepentingan terkait lainnya dalam pengembangan sektor pertanian guna peningkatan ketahanan pangan, pengendalian harga dan kesejahteraan masyarakat melalui beberapa upaya sebagai solusi mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi antara lain : 1. Dalam upaya mendorong efesiensi distribusi barang konsumsi pangan yang masih banyak didatangkan dari luar Sulawesi Tenggara diperlukan perbaikan kualitas infrastruktur jalan dan pelabuhan, peningkatan jangkauan pelayanan ke sentra produksi lokal dan pengurangan berbagai bentuk gangguan dalam pengangkutan barang seperti antrian solar, beban retribusi. 2. Peningkatan produksi melalui pengembangan sentra produksi lokal yang ditunjang penataan pola tanam dan koordinasi antar daerah sentra produksi dan daerah konsumen perlu diupayakan untuk mengurangi ketergantungan dan menjamin kontiunitas pasokan bahan pangan yang terjangkau bagi kebutuhan masyarakat serta mengimbangi peningkatan laju konsumsi pangan masyarakat Sulawesi Tenggara. 3. Peningkatan alokasi pembiayaan jangka panjang (investasi) melalui APBD dan kerja sama pembiayaan dengan investor dalam rangka penyediaan dan perbaikan infrastruktur, perluasan lahan, dan penguatan kegiatan penelitian dan pengembangan di sektor pertanian. 4. Selain itu, peningkatan alokasi anggaran pemerintah juga diperlukan untuk insentif pembiayaan pelaku usaha sektor pertanian melalui subsidi suku bunga, penjaminan kredit, perizinan usaha, sertifikasi lahan. 5. Pengembangan perdagangan antar wilayah guna minimalisasi dominasi monopoli pedagang besar mengingat pasar perdagangan yang cenderung oligopolistik. 25

34 6. Meningkatkan akurasi database sektor pertanian guna ketersediaan data yang terintegrasi sebagai alat monitoring, evaluasi, riset dan pengembangan serta masukan perumusan kebijakan ekonomi daerah. 7. Peningkatan produktivitas dan kinerja sektor pertanian dari sisi lahan, proses produksi dan pemasaran melalui penyediaan pembiayaan, bantuan teknis dan penyuluhan produksi, alat mesin, sarana dan input produksi pertanian serta akses pemasaran. 8. Perlu disusun kebijakan untuk menghadapi dan meminimalisasi dampak anomali cuaca terhadap hasil produksi pertanian

35 HALAMAN INI SENGAJA DIBIARKAN KOSONG 27

36 BOKS II PROGRAM KLASTER KAKAO KBI KENDARI 1. Latar Belakang Provinsi Sulawesi Tenggara dalam merupakan daerah agraris dimana sektor pertanian menjadi leading sector. Indikatornya yakni pada tahun 2009 share sektor pertanian terhadap pembentukan PDRB sebesar 35,02% dan merupakan sumber mata pencaharian utama dari sekitar 52,89% tenaga kerja. Dengan demikian pengembangan sektor pertanian sangat strategis dalam rangka pembangunan ekonomi daerah. Lebih lanjut, sebagai salah satu komoditas sub sektor perkebunan, kakao memiliki peran dan kontribusi yang strategis terhadap perekonomian Sulawesi Tenggara dengan indikator antara lain jumlah produksi pada tahun 2009 sebesar ton yang merupakan mata pencaharian bagi KK. Namun dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, produktivitas tanaman kakao di Sultra mengalami penurunan yang sebagian besar disebabkan oleh hama penggerek batang, busuk buah dan tanaman yang sudah tua serta bentuk pengelolaan kebun sebagian besar bersifat sub. sistem dengan tanaman campuran, sehingga produktifitas tanaman kakao relatif rendah dengan kisaran Kg/Ha/Tahun. Selain itu, para petani cenderung menjual biji kakao non fermentasi dibandingkan fermentasi dengan. Untuk mengatasi hal tersebut, pada tahun 2006 pemerintah pusat telah menggulirkan program Kredit Pengembangan Energi Nabati-Revitalisasi Perkebunan (KPEN- RP) untuk percepatan pengembangan perkebunan rakyat berkerja sama dengan Perbankan. Selain itu pada 2009 juga digulirkan program Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional (Gernas Kakao) yang merupakan upaya percepatan peningkatan produktivitas tanaman dan mutu hasil kakao nasional dengan memberdayakan secara optimal seluruh potensi stakeholders serta sumber daya yang ada. Target Gernas kakao adalah perbaikan pertanaman kakao rakyat seluas ha di 9 provinsi termasuk Sulawesi Tenggara. Pada tahun 2009 Realisasi Gernas Kakao di Sultra melalui Dinas Perkebunan dan Hortikultura (Disbunhorti) Prov. Sultra sebesar ha mencakup Peremajaan ha, Rehabilitasi ha dan Intensifikasi ha. Sedangkan pada tahun 2010 realisasi sebesar ha mencakup peremajaan ha, rehabilitasi ha dan intensifikasi ha senilai. Sementara itu untuk tahun 2011, direncanakan target luas areal kegiatan Gernas Kakao di Sultra seluas ha terdiri dari peremajaan ha, rehabilitasi ha dan intensifikasi ha.

37 Target Gernas Kakao Sultra Tahun 2011 (ha) Kabupaten Peremajaan Rehabilitasi Intesifikasi Total Konawe 1,000 1, ,000 Konsel 1,000 1, ,000 Kolaka 1,150 2, ,800 Kolut 800 1, ,300 Muna 800 1, ,600 Bombana ,350 Jumlah 5,550 8,700 4,800 19, LEM Sejahtera Sultra Guna mendorong percepatan program pengembangan kakao di Sultra, Disbunhorti Prov. Sultra membentuk wadah kelompok tani yang diberi nama Lembaga Ekonomi Masyarakat (LEM) Sejahtera. Walaupun pembentukannya diinisiasi oleh Disbunhorti Prov. Sultra, namun setiap stakeholders dapat turut serta membina lembaga tersebut. Karakteristik LEM Sejahtera itu sendiri adalah sebagai berikut: Merupakan lembaga ekonomi tingkat desa yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat desa untuk meningkatkan kesejahteraan anggota. Bentuk kelembangaan LEM Sejahtera, merupakan kombinasi antara gabungan kelompok tani (Gapoktan) dan Koperasi dengan badan hukum akta notaris berpayung hukum UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dan PP No. 72 Tahun 2005 Tentang Desa. Visi organisasi adalah Mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan ekonomi berbasis komoditi lokal, yang mengedepankan prinsip kerjasama, keswadayaan, tranparansi dan keberlanjutan. Misi organisasi Turut berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan, membantu pemerintah, masyarakat dan pihak terkait lainnya dalam mensukseskan program pembangunan, peningkatan pendapatan masyarakat dan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan. Terdapat dana simpanan berupa simpanan pokok sebesar Rp ,- per anggota dan simpanan wajib sebesar Rp10.000,- per bulan per anggota. Sampai dengan bulan Oktober 2011, telah terbentuk sebanyak 25 unit LEM Sejahtera berbasis komoditas kakao yang tersebar di Kab. Kolaka, Konawe, Konawe Selatan dan Bombana.

38 Kegiatan lebih difokuskan pada pemberdayaan ekonomi seperti jual beli hasil kakao anggota dengan pihak lain. Selain itu, sebagai lembaga masyarakat desa, LEM Sejahtera juga menjadi koordinator bantuan dari berbagai pihak bagi anggotanya. 3. Program Klaster Kakao KBI Kendari Untuk mendorong pengembangan kakao di Sulawesi Tenggara, khususnya percepatan peningkatan jumlah, mutu, akses permodalan dan pemasaran hasil telah dibangun kerjasama pengembangan klaster kakao melalui penandatanganan MoU pada acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kakao tanggal 14 Juli 2011 di Bandung antara Pemprov Sultra, Puslitkoka, Bank Indonesia Kendari, PT BRI (Persero), PT Core Exhibit Indonesia, PT Bumitangerang Mesindotama dan LEM Sejahtera Sultra. Bentuk peran, perhatian dan komitmen para stakeholders yang terlibat dalam MoU, difokuskan pada upaya peningkatan produksi, mutu, dan efektifitas pengembangan kakao serta kelembagaan petani yakni melalui LEM Sejahtera melalui: a. Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten Mendukung dan berkomitmen mewujudkan peningkatan infrastruktur penunjang dasar seperti listrik, jalan dan jembatan pada lokasi sentra komoditas kakao. Secara spesifik Disbunhorti Prov. Sultra memiliki peran berperan: Bantuan peningkatan kapasitas petani pada aspek budidaya dan pasca panen. Bantuan sarana dan prasarana Fasilitasi akses pemasaran kakao permentasi Fasilitasi akses pembuatan sertifikasi lahan kebun b. Puslitkoka Indonesia Penyediaan bibit unggul dan berkualitas Pengembangan aspek teknis budidaya dan teknologi petani c. Bank Indonesia Kendari Bantuan teknis penguatan kapasitas pengurus LEM Sejahtera Bantuan sarana dan prasarana d. PT BRI (Persero) Tbk Penyaluran Kredit Program (KUR dan KPEN-RP) pada petani e. PT. Core Exibit Indonesia dan PT Bumitangerang Mesindotama Penjamin pasar kakao fermentasi produksi LEM Sejahtera dengan harga yang lebih tinggi dari harga lokal f. LEM Sejahtera Sultra Penyediaan kakao fermentasi dengan kualitas baik Sebagai lembaga yang mensejahterakan petani anggota

39 4. Implementasi Program Klaster Kakao Menurut konsep, Program Klaster harus dilaksanakan secara multiyears. KBI Kendari sendiri merencanakan Program Klaster Kakao berlangsung minimal 3 tahun dengan fase yakni: Tahun Pertama (2011): penggalangan kerja sama antara stakeholders. Pemimplementasiannya yakni dengan penandatanganan MoU. Lebih lanjut pada bulan September 2011, atas kerja sama BI Kendari dan Disbunhorti Sultra dilaksanakan acara Sarasehan Kakao yang melibatkan seluruh stakeholders termasuk dari Dirjen Perkebunan dan Dewan Kakao Nasional. Pada acara tersebut, digalang komitmen yakni agar Sultra melalui LEM Sejahtera dapat men-supply kakao fermentasi untuk industri nasional sebanyak ton pada tahun Sebagai informasi, saat ini walaupun merupakan ekportir biji kakao terbesar kedua di dunia setelah Pantai Gading, saat ini Indonesia masih mengimpor biji kakao fermentasi sebanyak ton per tahun akibat kecenderungan petani menjual biji kakao dalam bentuk non fermentasi daripada fermentasi. Tahun Kedua (2012): penguatan rantai produksi dan perdagangan Pelaksanaan penguatan rantai produksi yakni dengan memberikan berbagai bantuan baik itu teknis maupun sarana prasarana bagi LEM Sejahtera sehingga daya produksi terus meningkat. Sedangkan penguatan rantai perdangangan adalah dengan pengalangan kerjasama dengan antara pembeli kakao fermentasi dengan berbagai LEM Sejahtera baru. Berbagai kegiatan penguatan tersebut sebagian telah diinisiasi mulai tahun Misalnya ketika pada tahun 2010 baru ada 6 unit LEM Sejahtera, maka menjelang akhir 2011 Disbunhorti Prov. Sultra telah memfasilitasi pembentukan 19 unit LEM Sejahtera baru sehingga hingga saat ini telah terdapat 25 unit LEM Sejahtera di Sultra. KBI Kendari sendiri pada tahun 2011 telah melakukan beberapa kegiatan penguatan kapasitas bagi LEM Sejahtera antara lain pembuatan Profil LEM Sejahtera Sultra serta potensinya, pembuatan demplot pupuk organik, pelatihan manajemen keuangan dan kelembagaaan bagi pengurus LEM Sejahtera serta pemberian bantuan sarana dan prasarana pasca produksi. Tahun Ketiga (2013): stabilisasi harga dan peningkatan kesejahteraan masyarakat Harga komoditas kakao lokal sangat tergantung pada harga di tingkat internasional, oleh sebab itu perlu ada kesepakatan antara petani dan perusahaan pembeli kakao mengenai harga sehingga walupun harga jual berfluktuatif, petani tetap diuntungkan. Saat ini kesepakatan harga yang telah terjadi antara LEM Sejahtera dengan PT Core

40 Exhibit Indonesia yakni pembelian kakao fermentasi dengan selisih harga minimal Rp3.000/kg dari harga jual kakao non fermentasi di tingkat pedagang pengumpul lokal. Namun selisih tersebut dapat diperlebar apabila ada jaminan pasokan kakao dari LEM Sejahtera. Sehingga penguatan kapasitas yang dilakukan diharapkan dapat turut membantu peningkatan hasil produksi petani dan meningkatkan jaminan pasokan tersebut. Pada akhirnya, peningkatan harga jual kakao yang lebih tinggi akan turut meningkatkan kesejahteraan petani.

41 BAB II ASESMEN INFLASI 2.1 Kondisi Umum Perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Nasional pada bulan September 2011 mengalami inflasi sebesar 0,44% (m.t.m). Laju inflasi tahun kalender sampai dengan September 2011 sebesar 2,97% (y.t.d), sementara inflasi tahunan sebesar 4,61% (y.o.y). Laju inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2010 yang tercatat sebesar 5,80% (y.o.y) dan 5,28% (y.t.d). Inflasi tersebut terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,48%; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,26%; kelompok sandang 0,97%; kelompok kesehatan 0,22%; kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,54% dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,18%. Sedangkan kelompok bahan makanan mengalami deflasi 0,09%. Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Bulanan (y.o.y) Nasional & Kendari Jan 09 Mar 09 May 09 Jul 09 Sep 09 Nov 09 Jan 10 Mar 10 May 10 Jul 10 Sep 10 Nov 10 Jan 11 Mar 11 May 11 Jul 11 Sep 11 y.o.y (%) Inflasi Nasional Inflasi Kota Kendari Sumber: Data BPS diolah Sejalan dengan kondisi nasional, perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kota Kendari pada triwulan III-2011 juga menunjukkan inflasi yaitu sebesar 7,88% (y.o.y). Tingkat inflasi tersebut secara tahunan lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional, demikian pula berdasarkan perhitungan tahun berjalan, inflasi Kota Kendari tercatat sebesar 8,31% (y.t.d) berada di atas inflasi nasional yang sebesar 2,97%

42 ASESMEN INFLASI (Grafik 2.1). Berbeda dengan pencapaian inflasi Kota Kendari tahun 2010 yang tercatat sebagai inflasi terendah secara nasional, laju inflasi Kota Kendari tahun kalender 2011 merupakan inflasi tertinggi dari 66 Kota secara nasional (Grafik 2.2). Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Kendari Perbandingan Secara Nasional KENDARI BALIKPAPAN SAMARINDA PALANGKARAYA MATARAM MAMUJU MEDAN BIMA BANDAR LAMPUNG PAKANBARU TARAKAN PADANG SIDEMPUAN SUKABUMI PROBOLINGGO YOGYAKARTA TANGERANG PALEMBANG MALANG LHOKSEUMAWE TASIKMALAYA MADIUN KEDIRI PURWOKERTO TEGAL SEMARANG DEPOK BOGOR SIBOLGA CIREBON JEMBER PARE PARE SURAKARTA MANADO Nasional 2,97% (Y T D) 8.31% (Y T D) 8.31% (Y T D) 1.00% 0.00% 1.00% 2.00% 3.00% 4.00% 5.00% 6.00% 7.00% 8.00% 9.00% Sumber: Data BPS diolah 2.2 Perkembangan Inflasi Triwulan III-2011 Secara umum, perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Kota Kendari hingga triwulan III-2011 menunjukkan adanya tekanan inflasi sebesar 7,88% (y.o.y) dan 8,31% (y.t.d). Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi Kota Kendari (%) Inflasi Umum Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Bulanan (m.t.m) Thn Berjalan (y.t.d) Tahunan (y.o.y) Sumber: BPS Prov.Sultra diolah Berdasarkan sumbangannya, kelompok bahan makanan memberikan dorongan inflasi terbesar dengan sumbangan sebesar 4,00% terhadap inflasi Kota Kendari, yang diikuti oleh kelompok perumahan sebesar 1.43%, kelompok sandang sebesar 0.96%, dan kelompok pendidikan sebesar 0.76% (Grafik 2.3). 33

43 PERKEMBANGAN INFLASI Grafik 2.3 Perkembangan Sumbangan Inflasi s.d. Triwulan III-2011 (y.t.d) Tranportasi 0.60% Pendidikan 0.76% Kesehatan 0.18% Sandang 0.96% Perumahan 1.43% Makanan Jadi 0.39% Bahan Makanan 4.00% 0.00% 1.00% 2.00% 3.00% 4.00% 5.00% Sumber: BPS Prov.Sultra diolah Secara bulanan, perkembangan IHK di Kota Kendari pada periode Juli September 2011 ditandai dengan terjadinya deflasi pada bulan September 2011 sebesar 0,55 (m.t.m). Pada bulan tersebut, deflasi terjadi karena kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar 3,68% (m.t.m) seiring dengan kembali normalnya permintaan masyarakat pasca lebaran Idul Fitri serta kondisi pasokan yang lancar, meskipun kelompok pengeluaran lainnya mengalami peningkatan indeks, dimana kelompok sandang tercatat mengalami inflasi tertinggi sebesar 3,70% (m.t.m). Namun demikian, Kota Kendari tercatat mengalami inflasi yang cukup tinggi pada bulan Juli dan Agustus Inflasi Kota Kendari pada bulan Juli 2011 tercatat sebesar 1,64% (m.t.m). Berdasarkan kelompoknya, inflasi tersebut terutama didorong oleh inflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 4,89% (m.t.m). Laju inflasi Kota Kendari masih berlanjut pada bulan Agustus 2011 dimana inflasi tercatat sebesar 2,99% (m.t.m). Laju inflasi tersebut terutama didorong oleh inflasi kelompok bahan makanan dan sandang masing-masing sebesar 8,31% dan 4,22% (m.t.m). Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Bulanan (m.t.m) KELOMPOK Jul 11 Aug 11 Sep 11 Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olah Raga Transpor & Komunikasi U M U M Sumber: BPS Prov.Sultra 34

44 ASESMEN INFLASI Berdasarkan tahun kalender, tekanan inflasi Kota Kendari pada periode berjalan Januari September 2011 yang tercatat sebesar 8,31% (y.t.d) terbilang cukup tinggi jika dibandingkan dengan tingkat inflasi pada periode yang sama tahun 2010 yang tercatat hanya sebesar 4,29% (y.t.d). Relatif tingginya tingkat inflasi didorong oleh meningkatnya tekanan inflasi pada seluruh kelompok barang dimana kelompok bahan makanan, kelompok pendidikan, dan kelompok sandang mengalami peningkatan inflasi yang paling besar yaitu masing-masing dari 12,88%, 3,54%, dan 0.95% (y.t.d) menjadi 14,75%, 12,11% dan 11,71% (y.t.d). Tabel 2.3 Perkembangan Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Tw III-2010 dan Tw III-2011 KELOMPOK Y T D (%) Triw III 2010 Triw III 2011 Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor & Komunikasi U M U M Sumber: BPS Prov.Sultra Pada kelompok bahan makanan, naiknya tingkat inflasi terutama didorong oleh meningkatnya tekanan inflasi pada sub kelompok ikan segar, kacang-kacangan, dan ikan diawetkan masing-masing dari sebesar -3,11%, -0,46% dan % menjadi 37,44%, 39,42% dan 23,93% (y.o.y) (Grafik2.4). Sumbangan ketiga sub kelompok tersebut sebesar 4,30% terhadap total inflasi kelompok bahan makanan. Meningkatnya tekanan inflasi pada ketiga sub kelompok tersebut diperkirakan disebabkan peningkatan permintaan seiring dengan perayaan Lebaran Idul Fitri serta keterbatasan pasokan barang akibat faktor cuaca yang ditandai oleh curah hujan yang tinggi pada sebagian besar wilayah Sulawesi Tenggara sehingga berdampak pada terganggunya supplai beberapa komoditas bahan makanan yang sebagian besar juga masih didatangkan dari daerah lain. 35

45 PERKEMBANGAN INFLASI Grafik 2.4 Inflasi Kelompok Bahan Makanan 50% 40% 30% 20% 10% 0% 10% 20% y.o.y (%) Sep 10 Oct 10 Nov 10 Dec 10 Jan 11 Feb 11 Mar 11 Apr 11 May 11 Jun 11 Jul 11 Aug 11 Sep 11 BAHAN MAKANAN Ikan Diawetkan Ikan Segar Kacang kacangan Sumber: BPS Prov.Sultra diolah Pada kelompok sandang, meningkatnya tekanan inflasi terutama didorong oleh peningkatan inflasi pada sub kelompok barang pribadi/sandang lain dan sandang laki-laki. Kedua sub kelompok tersebut mengalami peningkatan inflasi terbesar yaitu masingmasing dari 7,84% dan 0,53% menjadi 28,09%, dan 8,87% (y.o.y) (grafik 2.5). Peningkatan tekanan inflasi pada kedua sub kelompok tersebut diperkirakan disebabkan oleh meningkatnya permintaan pada periode seasonal lebaran Idul Fitri serta terus berlanjutnya trend kenaikan harga komoditas emas. 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Grafik 2.5 Inflasi Kelompok Sandang PERUMAHAN Barang Pribadi dan Sandang Lain Sandang Laki laki Sumber: BPS Prov.Sultra diolah Pada kelompok pendidikan, meningkatnya tekanan inflasi terutama didorong oleh peningkatan inflasi pada sub kelompok biaya pendidikan dan kursuskursus/pelatihan. Kedua sub kelompok tersebut mengalami peningkatan inflasi terbesar yaitu masing-masing dari 7,94% dan 10,19% menjadi 32,23%, dan 21,86% (y.o.y) (Grafik 2.6). Peningkatan tekanan inflasi pada kedua sub kelompok tersebut diperkirakan 36

46 ASESMEN INFLASI disebabkan oleh meningkatnya biaya pendidikan sekolah, meningkatnya biaya les dan kursus yang disebabkan peningkatan permintaan menjelang tahun ajaran Grafik 2.6 Pergerakan Inflasi Kelompok Pendidikan 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% PENDIDIKAN Pendidikan Kursus kursus / Pelatihan Sumber: BPS Prov. Sultra diolah Pada kelompok perumahan, peningkatan inflasi didorong oleh peningkatan tekanan inflasi pada seluruh sub kelompok. Sub kelompok perlengkapan rumah tangga dan biaya tempat tinggal mengalami peningkatan inflasi yang cukup besar, masingmasing dari sebesar 0,98%, dan 0,34%, menjadi 9,17%, dan 7,95% (y.o.y) (Grafik 2.7). Kedua sub kelompok tersebut memberikan sumbangan sebesar 1,31% dari total inflasi kelompok perumahan. Secara umum, pergerakan inflasi pada kelompok perumahan diperkirakan disebabkan oleh peningkatan permintaan seiring peningkatan jumlah arus kunjungan ke Sulawesi Tenggara khususnya kunjungan investor pertambangan dan pelaksanaan event sail wakatobi 2011 serta semakin pesatnya perkembangan sektor bangunan oleh swasta maupun pemerintah. Grafik 2.7 Inflasi Kelompok Perumahan 10% 8% 6% 4% 2% 0% 2% PERUMAHAN Perlengkapan Rumahtangga Biaya Tempat Tinggal Sumber: BPS Prov. Sultra diolah 37

47 PERKEMBANGAN INFLASI 2.3 Komoditas Penyumbang Inflasi Laju inflasi pada periode berjalan terutama didorong oleh laju inflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan dan kelompok sandang. Beberapa komoditas yang memberikan sumbangan terhadap inflasi/deflasi Kota Kendari adalah sebagai berikut: Tabel 2.4. Komoditas Penyumbang Inflasi Triwulan III-2011 No Inflasi Juli 2011 Inflasi Agustus 2011 Deflasi September 2011 Komoditas Andil (%) Komoditas Andil (%) Komoditas Andil (%) 1 Asam 0.21 Cakalang 0.32 Layang Cakalang 0.20 Kembung/Gembung 0.30 Kembung/Gembung Telur Ayam Ras 0.09 Layang 0.30 Bayam Angkutan Udara 0.09 Tembang 0.27 Cakalang Ayam Hidup 0.08 Emas Perhiasan 0.21 Tembang Kembung/Gembung 0.08 Bayam 0.20 Telur Ayam Ras Ban Luar Mobil 0.08 Bandeng 0.17 Asam Tempe 0.08 Beras 0.14 Pisang Beras 0.08 Cumi cumi 0.12 Rambe Rambe 0.07 Pepaya 0.10 Cabe Rawit Emas Perhiasan 0.06 Rambe 0.06 Cumi cumi Jagung Manis 0.07 Tarip Telepon 0.07 Tomat Sayur Bandeng 0.06 Pemeliharaan/Service 0.06 Bawang Merah Layang 0.06 Jantung Pisang 0.06 Pepaya Tembang 0.06 Baronang 0.06 Kacang Panjang Cabe Rawit 0.06 Pisang 0.06 Angkutan Antar Kota Ekor Kuning 0.05 Ekor Kuning 0.05 Bawang Putih Tukang Bukan Mandor 0.04 Baju Kaos/T Shirt 0.05 Daging Ayam Kampung Mie Kering Instant 0.04 Kangkung 0.05 Katamba Bawang Merah 0.03 Celana Panjang Jeans 0.05 Sawi Hijau 0.02 Sumber: BPS Prov. Sultra diolah 2.4 Disagregasi Inflasi Hasil disagregasi inflasi tahunan pada triwulan III-2011 menunjukkan bahwa inflasi inti, administered price dan volatile foods mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun Kelompok volatile foods pada triwulan III-2011 mengalami laju inflasi terbesar tercatat sebesar 11,80% (y.o.y), diikuti inflasi inti dan administered price masing-masing tercatat sebesar 7,77% dan 3,44% (Grafik2.8). Grafik 2.8. Sumbangan Disagregasi Inflasi Kota Kendari 40% 30% y.o.y Inflasi Umum (Sept'11, 7,88%) Core (Sept'11, 7,77%) Volatile (Sept'11, 11,80%) Administered (Sept'11, 3,44%) 20% 10% 0% % Sumber: BPS Prov. Sultra diolah 38

48 ASESMEN INFLASI Pada kelompok inflasi volatile foods, tekanan inflasi pada triwulan III-2011 disebabkan oleh peningkatan harga pada kelompok bahan makanan yang cukup tinggi. Hasil Survei Pematauan Harga (SPH) Kota Kendari yang dilaksanakan Bank Indonesia Kendari secara mingguan menunjukkan adanya kenaikan harga pada beberapa komoditas yang memberikan sumbangan inflasi dalam kelompok bahan makanan terutama pada bulan Juli dan Agustus 2011 antara lain pada komoditas beras, dan ikan segar seperti cakalang, kembung, tembang, dan bandeng. Kenaikan harga pada periode tersebut disebabkan oleh meningkatnya permintaan seiring dengan bulan puasa Ramadhan dan perayaan lebaran Idul Fitri serta berkurangnya pasokan akibat kondisi cuaca dengan gelombang yang tinggi pada perairan Sulawesi Tenggara. Selain itu, adanya indikasi penjualan hasil perikanan dari perairan Kendari ke luar Kendari juga menjadi salah satu faktor pendorong kelangkaan pasokan. Demikian halnya komoditas beras dalam triwulan laporan juga mengalami kenaikan harga diperkirakan disebabkan oleh kendala produksi pada beberapa sentra produksi akibat kondisi cuaca hujan yang cukup tinggi. Namun seiring dengan meningkatnya pasokan komoditas akibat membaiknya kondisi cuaca disertai kembali normalnya permintaan masyarakat pasca periode perayaan lebaran Idul Fitri, maka pada bulan September 2011 kelompok bahan makanan mengalami penurunan harga terutama pada komoditas sayuran yakni tomat sayur, bayam dan pepaya serta komoditas ikan segar yakni layang, kembung dan cakalang. Grafik 2.9. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Bahan Makanan Hasil SPH KBI Kendari 39

49 PERKEMBANGAN INFLASI Pada kelompok administered price, tekanan inflasi pada triwulan III-2011 didorong peningkatan harga pada komoditas sub kelompok tembakau yakni komoditas rokok kretek filter dan rokok putih yang memberikan andil masing-masing sebesar 0,04% dan 0,02%. Kenaikan disebabkan meningkatnya permintaan masyarakat pasca periode puasa bulan Ramadhan. Secara umum, inflasi yang berasal dari administered price menunjukkan level yang cukup rendah dan stabil pada periode laporan. Minimnya kenaikan harga dari barang/ jasa yang penentuan tarifnya diatur oleh pemerintah di sepanjang triwulan ini menyebabkan inflasi pada kelompok ini tidak menunjukkan tekanan yang berarti bahkan mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi administered price tercatat pada triwulan III-2011 sebesar 3,44%, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai 7.51% (y.o.y). Grafik Perkembangan Harga Komoditas Sub Kelompok Tembakau Komoditas Tembakau Feb 11 Mar 11 Apr 11 May 11 Jun 11 Jul 11 Aug 11 Sep 11 ROKOK KRETEK FILTER ROKOK PUTIH Sumber: BPS Prov. Sultra diolah Pada kelompok inflasi inti, tekanan inflasi masih berasal dari komoditas sandang (non-food) khususnya emas. Kenaikan harga emas yang terjadi di Kota Kendari dipengaruhi oleh pergerakan harga emas di tingkat nasional yang juga mengacu pada pergerakan harga emas di tingkat dunia. Dalam periode laporan harga emas dunia beberapa kali mencatatkan rekor tertinggi mencapai USD1,900/oz. Grafik Perkembangan Harga Emas Dunia Triw-III 2011 Grafik Perkembangan Harga Komoditas Emas Perhiasan di Kendari USD/oz Emas Dunia Jul 11 Aug 11 Sep 11 Sumber: Wold Bank Sumber: Hasil SPH KBI Kendari 40

50 ASESMEN INFLASI 2.5 Upaya Pengendalian Inflasi Kota Kendari Dalam upaya mencapai dan memelihara kestabilan harga yang tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan stabil di daerah, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara membentuk Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Prov. Sultra melalui Keputusan Gubenur Sulawesi Tenggara Tahun Pembentukan TPID Prov. Sultra dimaksudkan untuk meningkatkan koordinasi dan sinergi antara pihak-pihak yang mampu mempengaruhi inflasi, terutama pemerintah daerah yang memegang kebijakan fiskal dan Bank Indonesia yang memegang kebijakan moneter. Dalam pelaksanaan tugasnya, TPID Prov. Sultra melakukan pertemuan secara rutin antar seluruh anggota yang terdiri dari instansi Pemerintah Daerah, Bank Indonesia, Perum Bulog, Pertamina dan Kepolisian Daerah. Dalam upaya mengantisipasi gejolak harga yang terjadi menjelang bulan Puasa dan Hari Raya Idul Fitri 1432 H, maka pada tanggal 28 Juli 2011 TPID Prov. Sultra telah melakukan temu koordinasi bertempat di Aula Bank Indonesia Kendari. Pertemuan tersebut dibuka oleh Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara dan dihadiri oleh instansi teknis anggota TPID, perbankan, pelaku usaha dan media pers. Berdasarkan evaluasi, tekanan inflasi terutama pada kelompok bahan makanan masih berpotensi meningkat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : a. Peningkatan permintaan menjelang bulan Puasa dan hari Raya Idul Fitri 1432 H. b. Terganggunya pasokan bahan makanan akibat gangguan cuaca khususnya pasokan ikan, dan sayur mayur. c. Aktifitas bongkar muat barang di pelabuhan juga mengalami peningkatan, namun disertai dengan antrian yang lama karena keterbatasan infrastuktur pelabuhan sehingga menghambat distribusi pasokan barang. d. Antrian BBM Solar Bersubsidi yang masih terjadi akibat realisasi penyalurannya yang telah melebihi kuota sebesar 9,5%. e. Kondisi infrastruktur jalan dengan kondisi yang kurang baik. Dengan berbagai permasalahan yang dikhawatirkan akan menjadi faktor yang mendorong terjadinya tekanan inflasi yang lebih tinggi, dalam rapat tersebut TPID merekomendasikan untuk mengimplementasikan beberapa alternatif solusi sebagai berikut: a. TPID melalui Bulog akan secara intensif memantau kecukupan pasokan bahan pangan strategis di Sulawesi Tenggara dan mendorong peningkatan ketahanan pangan melalui perluasan lahan, penggunaan bibit unggul, pengendalian hama, peningkatan sarana pertanian dan penerapan teknologi tepat guna yang mendorong produktifitas hasil pangan untuk mengantisipasi terjadinya gangguan pasokan sehingga stabilisasi harga tetap terjaga. 41

51 PERKEMBANGAN INFLASI b. TPID menyediakan informasi harga komoditas pangan secara periodik pada media massa di Sulawesi Tenggara melalui rubrik pojok sadar harga guna membentuk ekpektasi masyarakat terhadap harga dan membantu mempengaruhi perilaku pedagang dalam penetapan harga. c. Koordinasi antar distributor yang dimediasi oleh Dinas Perindustiran dan Perdagangan perlu dilakukan guna mencegah disparitas harga yang tinggi antar pedagang. d. Untuk persoalan kelangkaan BBM Solar Bersubsidi, diperlukan upaya preventif dan penindakan tegas secara terpadu antara Pemerintah Daerah dan aparat Kepolisian terhadap oknum-oknum yang melakukan penyelewengan BBM bersubsidi khususnya solar dengan berbagai modus. e. Untuk memperbaiki arus distribusi barang diperlukan perbaikan dan pengembangan infrastruktur daerah khususnya jalan dan pelabuhan untuk mendukung kelancaran distribusi barang konsumsi. f. Penyaluran kredit konsumtif khususnya keperluan multi guna pada bulan puasa agar disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sehingga tidak memicu peningkatan harga. g. Melibatkan Kanwil Agama untuk meningkatkan ceramah kepada umat muslim selama bulan puasa agar masyarakat dapat mengendalikan konsumsi sesuai makna dan tujuan puasa. h. Pemberian ijin terhadap pembelian BBM pengecer melalui media jirigen agar ditinjau kembali oleh instansi terkait di daerah sehingga tidak menimbulkan pemberian izin yang tumpang tindih antar berbagai instansi. i. Pembinaan terhadap pengecer melalui bantuan pemberdayaan usaha sehingga pada saatnya nanti dapat dilakukan pelarangan penuh dalam aktifitas penjualan BBM eceran. 42

52 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1 PERKEMBANGAN UMUM Perkembangan perekonomian Sulawesi Tenggara yang cukup pesat yang tercatat sebesar 8,17% (y.o.y) berimplikasi kepada pertumbuhan sektor perbankan yang juga cukup tinggi yang tercermin dari pertumbuhan aset sebesar 37,76% (y.o.y) (Tabel 3.1). Pertumbuhan perbankan juga didorong oleh bertambahnya jumlah kantor bank di Sulawesi Tenggara. Beberapa bank yang baru beroperasi pada tahun 2010 yaitu Bank Pundi, Bank Mayapada, Bank Niaga dan Bank Syariah Mandiri. Dengan bertambahnya jumlah bank tersebut, diharapkan dapat memperluas akses masyarakat terhadap pembiayaan dan fasilitas produk perbankan di Sulawesi Tenggara. Volume usaha yang tercermin pada total aset, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), dan kredit/pembiayaan yang disalurkan menunjukkan trend yang meningkat. Fungsi intermediasi perbankan yang tercermin pada Loan to Deposit Ratio (LDR) masih tercatat pada level yang tinggi. Meskipun kredit/pembiayaan mengalami peningkatan, namun risiko kredit (credit risk) perbankan Sulawesi Tenggara masih relatif stabil dan terkendali (di bawah batas 5%) khususnya untuk kelompok Bank Umum. Sementara itu kinerja BPR pada periode berjalan mengalami perlambatan yang ditenggarai oleh penutupan operasional salah satu BPR di Sulawesi Tenggara. Pangsa kredit konsumtif masih mendominasi penyaluran kredit oleh perbankan yang didorong oleh berbagai kemudahan dalam persyaratan dan analisa kredit serta tingginya permintaan pasar dari masyarakat berpenghasilan tetap di Sulawesi Tenggara. Walaupun demikian, penyaluran kredit pada kelompok UMKM tetap menjadi segmen utama perbankan Sulawesi Tenggara dalam penyaluran kredit khususnya di sektor usaha produktif.

53 PERKEMBANGAN PERBANKAN Tabel 3.1. Perkembangan Jumlah Kantor Bank di Sulawesi Tenggara WILAYAH BANK KP KC KCU KCP K. KAS K. UNIT ATM TOTAL KOTA KENDARI BANK UMUM BPR KAB. KONAWE BANK UMUM BPR KAB. KONAWE SELATAN BANK UMUM BPR KAB. KONAWE SELATAN BANK UMUM BPR KAB. KOLAKA BANK UMUM BPR KAB. KOLAKA UTARA BANK UMUM BPR KOTA BAUBAU BANK UMUM BPR KAB. BOMBANA BANK UMUM BPR KAB. WAKATOBI BANK UMUM BPR KAB. MUNA BANK UMUM BPR KAB. BUTON & BUTON UTARA BANK UMUM BPR TOTAL PERKEMBANGAN AKTIFITAS BANK UMUM % 60% 50% 40% 30% 20% 10% Grafik 3.1. Perkembangan Aktifitas Perbankan 12,000,000 10,000,000 8,000,000 6,000,000 4,000,000 2,000,000 0% Sep 11 Aset 4,665,363 5,095,575 5,855,031 7,115,034 8,345,530 11,308,412 Dana Pihak Ketiga 3,217,594 3,977,083 4,563,263 5,207,284 5,971,350 7,961,883 Kredit 1,992,566 2,783,387 3,787,686 4,725,364 6,084,763 7,580,693 gaset 50.16% 9.22% 14.90% 21.52% 17.29% 37.76% gdpk 43.43% 23.60% 14.74% 14.11% 14.67% 34.50% gkredit 25.61% 39.69% 36.08% 24.76% 28.77% 34.50% Sumber LBU Bank Umum dan BPR 0 Juta 44

54 PERKEMBANGAN PERBANKAN Perkembangan Aset Kinerja perbankan dari sisi aset pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar 15,58% dibandingkan periode yang sama tahun Total aset tercatat mencapai Rp11.308,41 Milyar. Pertumbuhan tinggi aset tersebut didorong oleh bertambahnya jumlah kantor cabang bank di Sulawesi Tenggara yaitu Bank Mayapada, Bank Pundi dan Bank CIMB Niaga. Selain itu, peningkatan aset tersebut juga didorong oleh meningkatnya dana pihak ketiga pada perbankan Sulawesi Tenggara yang tumbuh sebesar 34,50% Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Pada triwulan III-2011 perkembangan DPK menunjukkan pertumbuhan tinggi sebesar 37,76% (y-o-y). Nilai DPK pada periode berjalan tercatat sebesar Rp7.961,88 Milyar yang didominasi oleh penghimpunan tabungan dengan pangsa sebesar 55,33%. Tabungan di Sulawesi Tenggara mengalami pertumbuhan cukup tinggi sebesar 31,98% (y-o-y) yang didorong oleh pertumbuhan pesat pendapatan masyarakat yang tercermin dari meningkatnya PDRB Sulawesi Tenggara sebesar 8,17%. Sementara itu deposito dan giro juga mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi masing-masing sebesar 39,52% dan 53,29% (y-o-y). Pertumbuhan giro didominasi oleh pertumbuhan pesat dari penempatan dana oleh pemerintah daerah di provinsi Sulawesi Tenggara. Namun demikian, pangsa tabungan yang masih mendominasi struktur DPK mencerminkan motivasi masyarakat Sulawesi Tenggara dalam menempatkan dananya di bank pada umumnya untuk berjaga-jaga (precautionary motive) terhadap kebutuhan bertransaksi dibandingkan dengan motif Grafik 3.2 Komposisi DPK menurut Jenisnya investasi. Hal ini memberikan keuntungan Deposito sendiri bagi perbankan Sulawesi Tenggara Giro 20.94% 23.73% karena struktur dana tersebut merupakan dana murah. Akan tetapi, besarnya pangsa tabungan dan giro yang merupakan bentuk Tabungan dana berjangka waktu pendek, mendorong 55.33% perbankan untuk lebih banyak menempatkan dana pada penyaluran Sumber LBU kredit/pembiayaan berjangka waktu pendek pada kredit modal kerja dan kredit konsumtif. 45

55 PERKEMBANGAN PERBANKAN Penyaluran Kredit/Pembiayaan Penyaluran kredit perbankan pada triwulan III-2011 mengalami perkembangan yang cukup tinggi sebesar 34,50% (y-o-y). Pertumbuhan tinggi kinerja kredit di Sulawesi Tenggara tersebut juga turut didorong oleh Grafik 3.3 meningkatnya akses masyarakat terhadap Pangsa Kredit Menurut Penggunaan perbankan melalui penambahan kantor cabang perbankan baru di Sulawesi Tenggara. Modal Kerja 34.19% Berdasarkan penggunaannya, kinerja Konsumsi 56.91% kredit didominasi untuk konsumsi dengan Investasi pangsa sebesar 56,91%. Kondisi tersebut 8.90% juga sesuai dengan besarnya dominasi konsumsi terhadap pembentukan PDRB Sumber : LBU Bank Umum dan BPR Provinsi Sulawesi Tenggara yang mencapai 52,39%. Kredit konsumsi pada periode berjalan tercatat sebesar Rp4.314,33 Milyar tumbuh 33,21% (y-o-y). Sementara itu, kredit produktif yaitu kredit investasi dan modal kerja yang memiliki multiplier effect lebih besar terhadap perekonomian, memiliki pangsa yang relatif kecil yaitu sebesar 8,90% dan 34,19%. Beberapa faktor yang menyebabkan kondisi tersebut adalah belum teredukasinya masyarakat akan produk-produk serta mekanisme pengajuan kredit ke perbankan, masih banyaknya usaha masyarakat yang belum bankable sehingga menyulitkan perbankan dalam menyalurkan kredit modal kerja dan atau investasi serta keterbatasan dari perbankan dalam mencari sektor produktif untuk dikembangkan. Secara sektoral, tidak berbeda dibandingkan periode sebelumnya, sektor perdagangan-hotel-restauran (PHR) masih mendominasi penyaluran kredit di Sulawesi Tenggara dengan pangsa 26,67%. Nilai penyaluran tersebut tercatat sebesar Rp2.021,84 Milyar. Selanjutnya, sektor lain yang juga memiliki pangsa cukup besar adalah sektor konstruksi dan jasa dunia usaha dengan pangsa masing-masing sebesar 3,73% dan 2,95%. Besarnya pangsa sektor PHR sesuai dengan kondisi sektor PHR yang mendominasi pembentukan PDRB di Sulawesi Tenggara yaitu sebesar 18,95%. Berdasarkan lokasi proyek, total pembiayaan yang ada di Sulawesi Tenggara tercatat sebesar Rp8.681,80 Milyar. Pembiayaan tersebut terbagi dalam pembiayaan dari perbankan luar daerah dan pembiayaan dari perbankan di Sulawesi Tenggara. Dari total pembiayaan, 46

56 PERKEMBANGAN PERBANKAN perbankan Sulawesi Tenggara memiliki peran terbesar yaitu 86,30%, sementara 13,70% lainnya berasal dari perbankan luar Sulawesi Tenggara. Grafik 3.4 Pangsa Kredit Menurut Lokasi Proyek Pembiayaan Perbankan Luar Sultra 82,24% (Rp4,602,266.86) Pembiayaan Perbankan Sultra 86,30% (Rp7,492,035.09) 15,76% (Rp860,881.37) 13,70% (Rp1,189, Total Kredit Rp5,463, September 2011 Total Kredit Rp8,681, Lebih lanjut, fungsi intermediasi perbankan Sulawesi Tenggara pada periode triwulan III-2011 mengalami penurunan yang tercermin dari menurunnya indikator Loan to Deposit Ratio (LDR) dari 97,20% menjadi 95,21%. Penurunan tersebut disebabkan oleh meningkatnya DPK yang tidak dibarengi oleh peningkatan penyaluran kredit Risiko Kredit Perbankan Sampai dengan triwulan III-2011, risiko kredit perbankan masih relatif terjaga di bawah 5%. Posisi akhir September 2011, risiko kredit perbankan yang tercermin pada NPLs gross berada pada level 2,09%. Kondisi NPLs tersebut membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,11%. Terjaganya rasio NPLs tersebut tidak Grafik 3.5. Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi Komposisi Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi 60.55% 2.78% 0.18% 0.86% 0.03% 3.73% 26.67% 0.59% 2.85% 1.74% Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas & Air Konstruksi Perdagangan Angkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Sumber : LBU 47

57 PERKEMBANGAN PERBANKAN terlepas dari kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara yang semakin berkembang sehingga tingkat produktivitas dan perputaran uang semakin tinggi Perkembangan Kredit UMKM dan KUR Dengan tingkat dominasi sebanyak lebih dari 90% dari seluruh unit usaha di Sulawesi Tenggara, kelompok Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memegang peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, serapan tenaga kerja dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini memposisikan UMKM menjadi sektor primadona bagi industri perbankan di Sulawesi Tenggara dalam aktifitas penyaluran kredit/pembiayaan khususnya pada sektor usaha produktif. Dalam upaya meningkatkan penyerapan tenaga kerga dan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui penciptaan pelaku UMKM baru, pemerintah telah meluncurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR), yakni kredit yang disalurkan kepada pelaku UMKM yang telah feasible namun belum bankable berupa kredit modal kerja dan investasi dengan suku bunga maksimum saat ini sebesar 14% eff p.a (KUR Retail) dan 24% eff p.a (KUR Mikro). Adapun bank penyalur KUR di Sulawesi Tenggara adalah PT. Bank Rakyat Indonesia, PT. Bank BNI 46, PT. Bank Mandiri, PT. Bank Syariah Mandiri, PT. Bank Tabungan Negara, Grafik 3.6. Perkembangan Kredit KUR Rp, Juta 500, , , , , , , , ,000 50, Sep 11 Penyaluran KUR 103, , , ,121 Debitur 11,993 21,493 37,249 49,263 gpenyaluran 59.99% 65.90% 58.74% gdebitur 79.21% 73.30% 32.25% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Sumber : LBU Bank Umum 48

58 PERKEMBANGAN PERBANKAN Sejak dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia pada bulan November 2007, program KUR diakui oleh banyak pihak telah memberikan stimulus positif terhadap sektor produktif UMKM. Realisasi penyaluran KUR di Sulawesi Tenggara sampai dengan triwulan III telah mencapai Rp435,12 Milyar, tumbuh sebesar 58,74% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Sejalan dengan itu, pelaku UMKM yang menikmati KUR sampai dengan triwulan III-2011 telah mencapai UMKM, meningkat sebanyak 32,25% dari jumlah debitur pada akhir tahun 2010 yang tercatat sebanyak UMKM. 3.3 PERKEMBANGAN AKTIFITAS BPR Perkembangan aktifitas BPR pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif yang tercermin pada indikator Aset, DPK, dan Kredit. Meski terjadi penutupan salah satu BPR di Sulawesi Tenggara, namun mulai beroperasinya enam BPR milik pemerintah daerah mampu menutupi penurunan yang terjadi akibat penutupan tersebut. Saat ini terdapat 13 Kantor Pusat BPR yang beroperasi di Sulawesi Tenggara yang meningkat dibanding tahun 2010 dengan 6 BPR yang tercatat beroperasi. Dari sisi Aset, bertambahnya jumlah BPR di Sulawesi Tenggara juga tercermin dari pertumbuhan jumlah aset sebesar 11,50%. Nominal aset saat ini tercatat sebesar Rp73,44 Milyar. Peningkatan aset ini lebih ditenggarai oleh meningkatnya jumlah BPR yang beroperasi di Sulawesi Tenggara meski tidak diikuti oleh peningkatan DPK. DPK BPR tercatat mengalami penurunan sebesar 4,37% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Nominal DPK menurun dari Rp54,59 Milyar pada triwulan III-2011 menjadi Rp52,58 Milyar. Penurunan ini disebabkan oleh menurunannya deposito sebesar 9,13% meski dengan bunga tinggi yang ditetapkan oleh BPR. Penurunan ini diperkirakan masih merupakan imbas dari penutupan salah satu BPR di Sulawesi Tenggara. Pada sisi lain, tabungan masih tumbuh positif meski relatif kecil yaitu 0,49%. Meski DPK mengalami penurunan namun penyaluran kredit mengalami pertumbuhan positif sebesar 5,49% (y-o-y). Berdasarkan penggunaanya pertumbuhan positif tersebut didorong oleh pertumbuhan tinggi investasi sebesar 402,83% (y-o-y) dan pertumbuhan modal kerja 12,94% (y-o-y). Dari sisi sektoral, penyaluran kredit BPR didominasi untuk sektor perdagangan-hotelrestauran dengan pangsa sebesar 53,08% dan tumbuh positif pada peride triwulan III-2011 sebesar 9,81%. Sedikit berbeda dengan bank umum, concern BPR terhadap sektor pertanian sebagai tulang punggung perekonomian Sulawesi Tenggara cukup besar, hal ini tercermin 49

59 PERKEMBANGAN PERBANKAN dari pangsa kredit sektor pertanian BPR yaitu 11,23% yang lebih besar dibandingkan pangsa pada bank umum yang sebesar 2,78%. Tabel 3.2. Indikator Perkembangan Aktifitas BPR INDIKATOR Trw.I Trw.II Trw.III Trw.IV Trw.I Trw.II Trw.III Total Asset 64,311 66,192 65,872 67,846 72,423 73,412 73,444 Dana Pihak Ketiga (DPK) 53,274 54,910 54,995 55,612 50,376 52,569 52,589 - Deposito 27,956 28,814 27,820 28,568 24,697 23,674 25,281 - Tabungan 25,318 26,096 27,175 27,044 25,679 28,896 27,308 Kredit (Penggunaan) 52,242 51,511 51,415 50,605 49,310 53,472 54,237 Modal Kerja 35,231 34,926 35,229 35,924 33,596 38,382 39,786 Investasi Konsumsi 17,011 16,585 16,117 14,528 15,127 14,778 14,103 Kredit (Sektoral) Pertanian 3,617 4,503 4,810 5,416 3,000 4,205 6,093 Pertambangan 9 23 Industri ,015 1,274 Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan, Hotel dan restoran 26,722 26,065 26,218 26,413 26,482 29,840 28,789 Transportasi dan Komunikasi 9 6 Jasa-Jasa 3,747 3,647 3,296 3,395 3,722 3,536 3,573 Lainnya 17,401 16,601 16,262 14,586 15,146 14,858 14,214 Loan to Deposit Ratio (LDR) % % % % % 98.31% 96.96% Non Performing Loans (NPLs) Gross 4,089 3,846 4,356 5,948 6,861 7,675 8,579 Rasio NPLs Gross 7.83% 7.47% 8.47% 11.75% 13.91% 14.35% 15.82% Laba 1,103 2,179 3,067 3,078 (1,784) (3,211) (5,265) 3.4 SISTEM PEMBAYARAN Sesuai amanat undang-undang No.23 tahun 2009 sebagaimana telah diubah oleh undang-undang No.3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, salah satu tugas pokok Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga kelacaran sistem pembayaran, baik sistem pembayaran tunai maupun non tunai. Terkait dengan pelaksanaan tugas tersebut, terutama dalam mendukung aktivitas perekonomian di Sulawesi Tenggara, di bidang pembayaran tunai Kantor Bank Indonesia Kendari senantiasa berupaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang tunai dalam jumlah maupun nominal yang dibutuhkan khususnya untuk keperluan bertransaksi. Sementara di bidang pembayaran non tunai, KBI Kendari berupaya untuk menjaga kelancaran pelaksanaan transaksi kliring melalui sarana Sistim Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada triwulan III juga tercermin dari meningkatnya kegiatan transaksi pembayaran tunai maupun non tunai yang dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia Kendari. 50

60 PERKEMBANGAN PERBANKAN Peningkatan transaksi tunai tercermin pada meningkatnya aliran uang ke luar (out flow) sementara peningkatan aktivitas pembayaran non tunai tercermin pada kegiatan SKNBI maupun melalui BI-RTGS. Dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap uang Rupiah khususnya kepada masyarakat yang berdomisili jauh dari bank serta dalam upaya melindungi masyarakat dari kemungkinan kejahatan uang palsu, Bank Indonesia Kendari secara periodik melakukan kegiatan kas kelililing dan edukasi tentang memahami ciri-ciri keaslian uang Rupiah kepada seluruh stakeholder Perkembangan Pembayaran Tunai A. Aliran Uang Keluar/ Out Flow Grafik 3.7. Aliran Uang Keluar dan Uang Masuk (Out Flow dan Inflow) Triwulan III ,200,000 1,000, , , , ,000 (200,000) (400,000) (600,000) TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW Inflow (kumulatif) Outflow (kumulatif) Net Sumber: Bank Indonesia Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang kartal 1 khususnya untuk keperluan transaksi (transaction motive), pada triwulan III-2011 (Juli - September) Kantor Bank Indonesia Kendari telah mengedarkan uang kartal baik melalui perbankan maupun langsung kepada masyarakat yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara sebesar Rp927,76 Milyar, jumlah tersebut meningkat 21,23% dibandingkan periode yang sama tahun 2010 yang sebesar Rp765,26 Milyar. Peningkatan tersebut 1 Uang kartal terdiri dari uang kertas dan uang logam. 51

61 PERKEMBANGAN PERBANKAN sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara yang cukup tinggi pada triwulan III-2011 sebesar 8,17% (y.o.y). Namun pada sisi lain, peningkatan tersebut juga mencerminkan masih relatif rendahnya penggunaan alat pembayaran non tunai untuk transaksi ekonomi. Hal ini disebabkan para pelaku ekonomi masih berpendapat bahwa transaksi tunai lebih fleksibel dan cepat dibandingkan dengan non tunai seperti cek dan transfer atau alat pembayaran non tunai lainnya, meskipun dari sisi keamanan relatif lebih aman. Selain faktor tersebut, tingginya penggunaan alat pembayaran tunai disebabkan oleh masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki rekening di bank karena masih terbatasnya jaringan kantor bank. Oleh sebab itu, akses perbankan yang menjangkau seluruh masyarakat sangat diperlukan khususnya melalui pengembangan jaringan perbankan pada daerah dengan transaksi ekonomi yang cukup tinggi. B. Aliran Uang Masuk / In Flow Jumlah aliran uang kartal yang masuk dari perbankan dan masyarakat ke Kantor Bank Indonesia Kendari pada triwulan III-2011 (Juli - September) sebesar Rp276,20 Milyar atau meningkat 117,21% dibandingkan besarnya aliran uang masuk ke Kantor Bank Indonesia Kendari pada triwulan yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain meningkatnya posisi likuiditas dan jumlah Uang Tidak Layak Edar (UTLE) yang dimiliki perbankan di Sulawesi Tenggara, serta likuiditas bank yang berlebihan memungkinkan perbankan dapat menyetorkan ULE yang dimiliki kepada Bank Indonesia atas dasar diskresi yang diberikan oleh Bank Indonesia Perkembangan Pembayaran Non Tunai. Perkembangan perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan III-2011 yang mengalami peningkatan juga tercermin dari meningkatnya aktivitas pembayaran non tunai baik yang dilakukan melalui sarana Sistim Kliring Nasional BI (SKNBI) maupun BI- Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dibandingkan periode yang sama tahun 900, , , , , , , , ,000 Sumber : Bank Indonesia Grafik 3.8. Perkembangan Transaksi Kliring 3 W T T W 4 W 1 T T W 2 T W 3 W 4 T T W 1 T W 2 W 3 T T W 4 T W 1 W 2 T T W 3 T W 4 T W 1 W 2 T T W 3 W 4 T T W 1 T W 2 T W Kliring Kredit Kliring Debit penyerahan 52

62 PERKEMBANGAN PERBANKAN sebelumnya. Meningkatnya aktivitas kliring terlihat dari meningkatnya jumlah nominal kliring yaitu dari Rp635,37 Milyar menjadi sebesar Rp789,95 Milyar. Jumlah warkat juga mengalami peningkatan yaitu dari lembar menjadi lembar (Grafik 5.3). Demikian halnya dengan kegiatan transaksi non tunai melalui sarana Bank Indonesia Real Time Gross Settlement / BI-RTGS juga menunjukkan peningkatan, sebagaimana terlihat pada meningkatnya jumlah transaksi maupun nominal. Jumlah transaksi melalui BI-RTGS pada triwulan III-2011 tercatat Grafik 3.9. Perkembangan Transaksi RTGS % % sebanyak transaksi meningkat % 40.00% % dibandingkan triwulan III-2010 yang 20.00% tercatat sebanyak transaksi, % % sementara jumlah nominal transaksi 1 2 W T W T T W 3 T W 4 T W 1 W 2 T T W 3 T W 4 W 1 T T W 2 T W 3 W 4 T W 1 T T W 2 T W 3 tercatat sebesar Rp15.396,72 Milyar (Grafik ). RTGS Growth RTGS Sumber : Bank Indonesia Meningkatnya transaksi dengan menggunakan BI-RTGS selain disebabkan oleh meningkatnya perekonomian Sulawesi Tenggara pada periode berjalan, juga diperkirakan disebabkan oleh mulai meningkatnya awareness masyarakat menggunakan transaksi non tunai. Tabel 3.3 Data Indikator Sistem Pembayaran Provinsi Sulawesi Tenggara Kegiatan Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Pembayaran Non Tunai SKNBI Warkat Kliring 34,735 35,235 35,425 37,720 43,221 36,692 36,420 Nominal (juta) 547, , , ,287 1,158, , ,950 RTGS Jumlah Transaksi 13,849 15,581 17,195 12,605 14,741 16,769 19,552 Nominal (milliar) 22,568 18,525 12,138 9,220 11,843 10,376 15,396 Pembayaran Tunai (juta) Aliran uang masuk (inflow) 379,582 19, ,159 23, , , ,205 Aliran uang keluar (outflow) 82, , , , , , ,762 Net (296,784) 469, , ,864 (11,112) 404, ,811 PTTB 30,585 27,588 21,944 40,639 74, , ,493 53

63 BAB IV KEUANGAN DAERAH Pertumbuhan ekonomi yang optimal dapat dicapai dengan kerja sama sektor swasta dan sektor pemerintah yang berjalan baik. Kinerja pemerintah dapat diukur melalui pencapaian realisasi anggaran pendapatan dan belanja yang ditetapkan setiap tahun. Dengan telah berlangsungnya tiga triwulan di tahun 2011, maka evaluasi terhadap kinerja pemerintah menjadi sorotan dan ukuruan perkembangan ekonomi yang lebih baik. Kinerja pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara pada semester I-2011 relatif kurang maksimal yang tercermin dari realisasi pendapatan dan belanja yang relatif kecil yaitu masingmasing sebesar 49,43% dan 24,32% dari target APBD TA 2011 (Tabel 4.1). Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Provinsi Sulawesi Tenggara Semester I-2011 (Rupiah) No Uraian APBD TA 2011 Realisasi APBD TA 2011 Persentase 1 Pendapatan Daerah 1,220,580,518, ,387,775, % apendapatan Asli daerah 421,500,258, ,936,022, % bdana Perimbangan 799,080,259, ,451,753, % clain Lain Pendapatan Daerah Yang sah 0.00% 2 Belanja Daerah 1,419,830,202, ,304,184, % abelanja Operasi 936,262,802, ,491,085, % bbelanja Modal 427,588,825,390 9,046,929, % cbelanja Tidak Terduga 5,000,000,000 1,075,000, % dbelanja Bagi Hasil (Transfer) 50,978,574,000 19,691,169, % Surplus/(defisit) (199,249,684,094) Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Tenggara 4.1. Realisasi Pendapatan Pendapatan daerah merupakan hak daerah yang diakui sebagai penambahan nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Pendapatan daerah dibagi dalam tiga kelompok yaitu pendapatan asli daerah, pendapatan transfer/dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan yang sah. Realisasi pendapatan Provinsi Sulawesi Tenggara semester I tahun 2011 tercatat sebesar Rp603,38 milyar atau 49,43% dari anggaran pendapatan dalam APBD tahun 2011 yang sebesar Rp1.220,58 milyar. Berdasarkan kelompoknya, realisasi pendapatan tersebut didominasi oleh dana perimbangan sebesar

64 KEUANGAN DAERAH Rp440,45 milyar atau 73% dari total realisasi pendapatan. Selanjutnya, angka realisasi dana perimbangan tersebut sebesar 55,12% dari yang telah dianggarkan atau terdapat sekitar Rp358,63 milyar dana perimbangan yang diperkirakan menjadi pendapatan daerah Provinsi Sulawesi Tenggara yang belum terealisasi. Sementara itu, realisasi pendapatan asli daerah Provinsi Sulawesi Tenggara pada semester I tahun 2011 tercatat sebesar Rp162,94 milyar atau 27% dari total realisasi pendapatan. Jumlah ini merupakan jumlah yang relatif sedikit yaitu 38.66% dari target yang sudah ditetapkan pada APBD TA 2011 yaitu sebesar Rp421,50 milyar (tabel 4.1). Secara umum realisasi pendapatan asli daerah Provinsi Sulawesi Tenggara pada semester I tahun 2011 masih didorong oleh penerimaan pajak daerah sebesar Rp111,25 milyar atau 68,28% dari total realiasi PAD Provinsi Sulawesi Tenggara. Sementara itu, pendapatan asli daerah yang bersumber dari pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan tercatat sebesar Rp13,76 milyar atau 8,45% dari dari total realiasi PAD Provinsi Sulawesi Tenggara. Angka realisasi tersebut telah mencapai 97, 25% dari target yang telah ditetapkan yaitu sebesar Rp14,15 milyar untuk tahun anggaran Tabel 4.2 Realisasi Pendapatan Semester I-2011 URAIAN APBD TA 2011 Realisasi Sem I 2011 Persentase PENDAPATAN ASLI DAERAH 421,500,258, ,936,022, % Hasil Pajak Daerah 205,978,997, ,250,083, % Hasil Retribusi Daerah 41,101,722,270 26,492,555, % Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 14,150,009,655 13,761,546, % Lain Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 160,269,528,806 11,431,837, % DANA PERIMBANGAN 799,080,259, ,541,753, % Bagi Hasil Pajak 60,535,102,908 9,043,174, % Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) 3,904,000,000 3,344,461, % Dana alokasi Umum 700,836,557, ,821,322, % Dana Alokasi Khusus 33,804,600,000 10,332,796, % LAIN LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 8,910,000,000 Dana Penyesuaian 8,910,000,000 Realisasi dana perimbangan Provinsi Sulawesi Tenggara pada semester I tahun 2011 tercatat sebesar Rp431,54 milyar. Berdasarkan sub komponennya, penerimaan dana perimbangan terutama didominasi oleh dana alokasi umum (DAU) yang tercatat sebesar Rp408,82 milyar atau 58,33% dari total dana perimbangan sedangkan realisasi dana alokasi khusus (DAK) tercatat sebesar Rp10,33 milyar atau 1,29% dari total dana perimbangan (Tabel 4.2). Sementara itu, realisasi dana bagi hasil sumber daya alam pada semester I tahun 2011 tercatat sebesar Rp3,34 milyar atau 0,42% dari total dana perimbangan (Tabel 4.2). 55

65 KEUANGAN DAERAH 4.2. Realisasi Belanja Belanja Daerah didefinisikan sebagai semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Realisasi belanja daerah Provinsi Sulawesi Tenggara pada semester I tahun 2011 tercatat sebesar Rp345,30 milyar atau 24,32% dari pagu anggaran belanja Provinsi Sulawesi Tenggara tahun Proporsi terbesar atau 91,37% dari total realisasi belanja daerah adalah belanja operasional dengan realisasi sebesar Rp315,49 milyar (Tabel 4.3). Komponen belanja operasional yang paling besar berasal dari belanja pegawai dengan realisasi sebesar Rp171,63 milyar atau 54,40% dari total realisasi belanja daerah tahun Jika dibandingkan target anggaran belanja, realisasi belanja pegawai tersebut telah mencapai 41,08%. Belanja pegawai merupakan belanja kompensasi, baik dalam bentuk uang maupun barang yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang diberikan kepada pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan pembentukan modal. Sementara, realisasi belanja modal Provinsi Sulawesi Tenggara pada semester I tahun 2011 tercatat hanya sebesar Rp9,04 milyar atau hanya 2,12% dari pagu anggaran belanja modal tahun Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Relatif kecilnya realisasi belanja modal terhadap pagu anggaran belanja tersebut antara lain dipengaruhi oleh masih banyaknya proyek yang berada dalam proses pengadaan. Relatif kecilnya alokasi pendapatan untuk belanja modal yang hanya sebesar 30,12% dari total anggaran belanja daerah disertai pola realisasi anggaran yang relatif lambat dikhawatirkan berpotensi menghambat upaya untuk penyediaan sarana infrastruktur yang memadai dimana kondisi tersebut pada akhirnya dapat menjadi disinsetif bagi iklim investasi di Sulawesi Tenggara. Sementara itu, realisasi dana transfer pada semester I tahun 2011 tercatat sebesar Rp1,07 milyar atau 38,63% dari total target dana transfer pada TA

66 KEUANGAN DAERAH Tabel 4.3 Realisasi Belanja Semester I-2011 URAIAN APBD TA 2011 Realisasi Sem I 2011 Persentase BELANJA OPERASI 936,262,579, ,491,085, % Belanja Pegawai 417,763,802, ,633,696, % Belanja Barang 210,793,838,510 61,607,532, % Belanja Hibah 8,700,000,000 5,266,525, % Belanja Bantuan Sosial 17,890,725,000 7,254,225, % Belanja Bantuan Keuangan 281,114,213,000 69,729,106, % BELANJA MODAL 427,588,825,390 9,046,929, % Belanja Tanah 14,178,500, % Belanja Peralatan dan Mesin 52,070,189,500 1,511,750, % Belanja Gedung dan Bangunan 218,400,531, ,028, % Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 142,787,314,000 7,166,327, % Belanja Aset Tetap Lainnya 152,290,000 16,822, % BELANJA TIDAK TERDUGA 5,000,000,000 1,075,000, % Belanja Tidak Terduga 5,000,000,000 1,075,000, % TRANSFER 50,978,574,000 19,691,169, % Belanja Bagi Hasil 50,978,574,000 19,691,169, % 57

67 BAB V TENAGA KERJA DAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN 5.1 Ketenagakerjaan Daerah Keadaan ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara pada Agustus 2011 menunjukkan adanya perbaikan yang digambarkan dengan adanya peningkatan kelompok penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja, serta penurunan tingkat pengangguran. Secara keseluruhan struktur ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara pada Agustus 2011 memperlihatkan perubahan yang berarti dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah angkatan kerja tercatat naik sebesar 1,25% dari 1,04 juta orang pada Agustus 2010 menjadi 1,06 juta orang pada bulan Februari Dengan pertumbuhan tersebut, Tingkat Partisipasi angkatan Kerja (TPAK) pada Agustus 2011 mencapai 71,42% sehingga daya serap pembangunan ekonomi Sulawesi Tenggara selama setahun terakhir terhadap angkatan kerja meningkat dari 95,39% pada Agustus 2010 menjadi 96,94% pada Agustus 2011, atau daya serapnya bertambah 2,89%. Sementara itu, dari sisi Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Tenggara tercatat mengalami penurunan sebesar 1,55% yaitu dari 4,61% pada Agustus 2010 menjadi 3,06% pada Agustus Kondisi ini menunjukkan pengaruh pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara yang cukup tinggi pada tahun 2010 terhadap penyerapan tenaga kerja relatif masih kecil. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor pertanian yang selama ini memiliki tingkat daya serap tenaga kerja yang tinggi mengalami perlambatan selama beberapa periode terakhir. Sementara sektor pertambangan dan industri yang pada beberapa periode terakhir memegang andil dalam pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada tahun 2010 relatif kurang menyerap tenaga kerja yang signifikan.

68 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN Tabel 5.1. Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Jenis Kegiatan Utama Kegiatan Utama Agustus Pangsa Agustus Pangsa Growth (+/ ) Angkatan Kerja 1,045, % 1,058, % 1.25% Bekerja 997, % 1,026, % 2.89% Tidak Bekerja 48, % 32, % 32.70% Bukan Angkatan Kerja 409, , % Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 71.86% 71.42% 0.45% Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 4.61% 3.06% 1.55% Sumber: data BPS diolah Dari sisi lapangan pekerjaan utama, peningkatan jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2011 dibandingkan Agustus 2010 disumbang oleh pertumbuhan tenaga kerja pada sebagian besar lapangan kerja utama, terutama pada sektor lainnya (sektor pertambangan, angkutan, bangunan, listrik gas dan air, keuangan) meningkat sebesar 42,61%, diikuti sektor perdagangan tumbuh sebesar 7,26%. Adapun sektor yang mengalami penurunan adalah sektor pertanian, sektor industri dan sektor jasa masing-masing turun sebesar 5,82%, 3,51% dan 0,22%. Tabel 5.2 Pekerja Menurut Lapangan Kerja Utama Lapangan Kerja Utama Aug Aug Growth Pertanian 496, , % Industri 53,666 51, % Perdagangan, RM 158, , % Jasa 175, , % Lainnya *) 113, , % Sulawesi Tenggara 997,678 1,026, % *) sektor pertambangan, angkutan, bangunan, listrik gas dan air, keuangan Meskipun mengalami penurunan jumlah pekerja, sektor pertanian masih penyumbang dominan dalam penyerapan tenaga kerja di Sulawesi Tenggara dengan pangsa sebesar 45,51%, disusul sektor jasa dan sektor perdagangan masing-masing sebesar 17,08% dan 16,55%. Namun yang perlu mendapat perhatian, pangsa tenaga kerja di sektor pertanian mengalami penurunan dari 49,72% pada Agustus 2010 menjadi 45,51% pada Agustus Penurunan tersebut diperkirakan disebabkan oleh pergeseran tenaga kerja ke sektor perdagangan dan sektor pertambangan yang mengalami perkembangan pesat di Sulawesi Tenggara. Pergeseran tersebut diperkirakan terjadi karena pengaruh kondisi cuaca yang menekan produktifitas sektor pertanian sehingga mendorong perpindahan tenaga kerja ke sektor lain untuk mempertahankan tingkat pendapatan. 59

69 PE PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN Grafik 5.1 Persentase Pekerja Menurut Lapangan Kerja Utama % 90.00% 11.41% 15.81% 80.00% 70.00% 17.62% 17.08% 60.00% 50.00% 40.00% 15.88% 5.38% 16.55% 5.04% Lainnya *) Jasa Perdagangan, RM Industri 30.00% 20.00% 49.72% 45.51% Pertanian 10.00% 0.00% Aug 10 Aug 11 *) sektor pertambangan, angkutan, bangunan, listrik gas dan air, keuangan Sumber: data BPS diolah Berdasarkan status pekerjaannya, dari tujuh kategori status pekerjaan dapat diidentifikasi menjadi 2 kelompok utama yang terkait dengan kegiatan ekonomi yaitu formal dan informal. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan. Sementara kelompok kegiatan informal adalah selain dari kegiatan formal. Pada survei yang dilakukan oleh BPS periode Agustus 2011 tercatat bahwa proporsi jumlah penduduk yang bekerja pada sektor formal dan informal masing-masing sebesar orang (31,81%) dan orang (68,19%). Tabel 5.3 Pekerja Berdasarkan Status Pekerjaannya Status Pekerjaan Utama Agustus Agustus Growth Pangsa Pekerja Formal 278, , % 31.81% Berusaha dibantu buruh tetap 31,074 30, % 3.00% Buruh/Karyawan 247, , % 28.81% Pekerja Informal 719, , % 68.19% Berusaha Sendiri 163, , % 18.91% Berusaha dibantu buruh tidak tetap 244, , % 21.16% Pekerja bebas pertanian 12,845 17, % 1.69% Pekerja bebas non pertanian 18,572 31, % 3.05% Pekerja keluarga/tidak dibayar 279, , % 23.37% Sulawesi Tenggara 997,678 1,026, % % Sumber: data BPS diolah 60

70 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN Dalam satu tahun terakhir, terjadi pergeseran pekerja dari sektor informal ke sektor formal, tercermin pada peningkatan jumlah tenaga kerja pada sektor formal sebesar 17,27% atau sebanyak orang yang dipengaruhi oleh peningkatan pekerja pada status buruh/karyawan sebesar 28,81% atau sebanyak orang. Pada sisi lain, jumlah tenaga kerja yang bekerja pada sektor informal mengalami penurunan sebesar 2,67% atau sebanyak orang, dipengaruhi oleh penurunan jumlah pekerja pada status berusaha dibantu buruh tidak tetap sebanyak orang (11,23%), pekerja keluarga sebanyak orang (14,18%). Kondisi peningkatan tenaga kerja pada sektor formal ini mendorong peningkatan kepastian pendapatan yang diterima oleh tenaga kerja dibandingkan dengan pekerja di sektor informal yang relatif kurang memiliki kepastian pendapatan (Tabel 5.3). 5.2 Kesejahteraan Nilai Tukar Petani Salah satu indikator kesejahteraan adalah Nilai Tukar Petani (NTP) yang menggambarkan indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Nilai tukar petani diperoleh dengan cara membandingkan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani. NTP juga mengukur daya tukar produk pertanian terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Dengan demikian, semakin tinggi NTP maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan petani. Data NTP mulai bulan Agustus 2008 didasarkan pada penghitungan tahun dasar 2007 dengan cakupan 5 subsektor yaitu padi dan palawija, tanaman perkebunan rakyat, peternakan, serta perikanan. Perkembangan NTP Sulawesi Tenggara mengalami fluktuasi selama periode tahun berjalan seiring dengan perkembangan musim panen pertanian dan kondisi iklim cuaca yang berpengaruh tinggi terhadap produktifitas di sektor pertanian (Grafik 5.2). Pada bulan bulan September 2011, NTP Provinsi Sulawesi Tenggara tercatat sebesar 106,78 atau mengalami peningkatan 0,36% dibandingkan NTP bulan Agustus 2011 sebesar 106,40. Angka NTP Sulawesi Tenggara tersebut lebih tinggi dibandingkan NTP Sulampua (Sulawesi, Maluku, Papua) yang tercatat sebesar 105,11 dan NTP Nasional sebesar 105,17 (Grafik 5.3). Peningkatan NTP bulan September 2011 tersebut dipengaruhi oleh peningkatan indeks pada beberapa subsektor yakni subsektor hortikultura 0,80%, subsektor perkebunan 0,16%, subsektor perikanan 0,54%, subsektor tanaman pangan 0,29%. Namun subsektor peternakan mengalami penurunan indeks sebesar 0,08%. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan indeks harga yang diterima petani (It) sementara indeks harga yang dibayar petani (Ib) tidak mengalami perubahan 61

71 PE PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN (stabil). Penurunan indeks yang diterima petani disebabkan karena turunnya indeks harga subkelompok ternak besar 0,12% dan subkelompok hasil ternak 0,26% serta meningkatnya indeks biaya sarana produksi 0,05%. Grafik 5.2 NTP Sulawesi Tenggara Grafik 5.3 NTP Sulawesi Tenggara, Sulampua, Nasional PERKEMBANGAN NTP SULAWESI TENGGARA NTP Sulawesi Tenggara, Sulampua & Nasional (0.50) (1.00) (1.50) yoy % ,78 105,11 105, Index NTP (2.00) Sumber : BPS NTP gntp NTP Sulampua NTP Sulawesi Tenggara NTP Nasional Sumber: data BPS diolah Sumber: data BPS diolah Tabel 5.4 Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Tenggara Sub Sektor 2011 Agustus September Perubahan 1. Tanaman Pangan a. Indeks yang diterima (lt) % b. Indeks yang dibayar (lb) % c. Nilai Tukar Petani (NTP P) % 2. Hortikultura a. Indeks yang diterima (lt) % b. Indeks yang dibayar (lb) % c. Nilai Tukar Petani (NTP H) % 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks yang diterima (lt) % b. Indeks yang dibayar (lb) % c. Nilai Tukar Petani (NTP Pr) % 4. Peternakan a. Indeks yang diterima (lt) % b. Indeks yang dibayar (lb) % c. Nilai Tukar Petani (NTP Pt) % 5. Perikanan a. Indeks yang diterima (lt) % b. Indeks yang dibayar (lb) % c. Nilai Tukar Petani (NTP Pi) % Gabungan a. Indeks yang diterima (lt) % b. Indeks yang dibayar (lb) % c. Nilai Tukar Petani (NTPp) % Sumber: data BPS 62

72 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN NTP subsektor tanaman pangan (NTP-P) pada periode laporan mengalami kenaikan indeks sebesar 0,29%. Hal ini terutama disebabkan oleh meningkatnya indeks yang diterima petani diikuti dengan relatif tidak berubahnya indeks yang diterima oleh petani. Sementara itu, NTP subsektor hortikultura (NTP-H) pada September 2011 mengalami peningkatan sebesar 0,80%, disebabkan oleh peningkatan indeks yang diterima oleh petani sebesar 0,74% disertai dengan penurunan indeks yang dibayar petani sebesar -0,06%. Demikian pula pada NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTP-Pr) pada September 2011 mengalami peningkatan sebesar 0,10%, yang juga dipengaruhi oleh peningkatan indeks yang diterima oleh petani sebesar 0,10% disertai dengan penurunan indeks yang dibayar petani sebesar - 0,06%. Sementara itu, NTP Perikanan (NTP-Pi) September 2011 naik sebesar 0,54% disebabkan oleh indeks yang diterima petani mengalami kenaikan 0,59% yang lebih besar dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,05% Jumlah Penduduk Miskin Jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tenggara per Maret 2011 tercatat sebesar 14,56% dari jumlah penduduknya atau sebesar 330 ribu orang. Angka penduduk miskin ini mengalami penurunan sebanyak 70,7 juta dibandingkan angka penduduk miskin per Maret 2010 yang tercatat sebesar 17,05% atau 400,7 juta. Dari jumlah penduduk miskin tersebut, 90,96% atau 300,17 juta berada di daerah pedesaan sedangkan sisanya sebesar 9,04% atau 29,84 juta berada di daerah perkotaan. Persentase pangsa jumlah penduduk miskin di pedesaan pada Maret 2011 mengalami penurunan sebesar 3.50% dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 94.46%. Kondisi sebaliknya terjadi pada pangsa penduduk miskin di perkotaan yang mengalami peningkatan sebesar 3.50% dari tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 5.54%. Penurunan jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tenggara dipengaruhi oleh penurunan jumlah penduduk miskin di pedesaan, yakni sebanyak 78,35 juta dari 378,52 juta orang pada Maret 2010 menjadi 300,17 juta orang pada Maret Jumlah tersebut sekitar 18.24% dari jumlah penduduk Sulawesi Tenggara. Adapun penduduk miskin di perkotaan mengalami peningkatan sebanyak 7.66 juta dari 22,18 juta orang pada Maret 2010 menjadi 29,84 juta orang pada Maret Jumlah tersebut sekitar 4,8% dari total penduduk Sulawesi Tenggara. 63

73 PE PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN Walaupun mengalami trend penurunan, jumlah penduduk miskin yang terkonsentrasi di pedesaan perlu mendapatkan perhatian dan penanganan serius dari pemangku kepentingan terkait, mengingat sektor pertanian merupakan sektor unggulan ekonomi Sulawesi Tenggara yang sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Grafik 5.4 Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Tenggara % Jml Pendd. Miskin Kota Jml Pendd. Miskin Desa % Total Pendd. Miskin 17.05% 14.56% 20.0% 18.0% 16.0% 14.0% Juta Rp % 10.0% 8.0% 6.0% % % 0.0% Sumber: BPS Prov. Sulawesi Tenggara Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan per Maret 2011 tercatat sebesar Rp ,- per kapita atau mengalami peningkatan sebesar 9,91% dibandingkan dengan per Maret 2010 yang tercatat sebesar Rp ,- per kapita. 64

74 BAB VI PROSPEK EKONOMI DAN INFLASI DAERAH 6.1 PROSPEK EKONOMI MAKRO Kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara pada triwulan IV-2011 diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi namun melambat dibandingkan periode triwulan III-2011 dan berada pada kisaran 8% + 0,5% (y.o.y). Diproyeksikan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara pada tahun 2011 akan mencapai 8,46% (y-o-y). Tabel 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Sektor Q1 Q2 Q3 Q4* 2011* Pertanian 2,73% 1,20% 0,20% 0,12% 0,01% 0,42% 0,14% Pertambangan 6,05% 22,99% 38,50% 37,73% 34,59% 25,39% 31,71% Industri 2,76% 18,77% 9,71% 8,18% 7,92% 4,42% 8,06% Listrik, Gas dan Air 15,64% 8,62% 13,32% 6,23% 7,25% 4,17% 7,59% Bangunan 12,70% 15,83% 16,87% 15,07% 11,26% 13,69% 15,91% Perdagangan 14,63% 12,09% 11,20% 10,42% 13,14% 14,37% 11,92% Angkutan 19,55% 9,04% 11,67% 12,44% 6,98% 12,03% 12,40% Keuangan 7,28% 12,61% 19,42% 13,51% 16,12% 15,88% 16,18% Jasa jasa 8,78% 1,35% 1,72% 3,49% 3,43% 3,50% 2,64% P DRB 7,57% 8,21% 8,94% 8,47% 8,17% 8,27% 8,46% Perkiraan kinerja perekonomian tersebut sesuai dengan optimisme responden Survei Konsumen atas ekspektasi terhadap kondisi perekonomian yang akan datang pada Indeks Ekspektasi Konsumen dengan nilai SB sebesar 145,90 menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 147,90.

75 PROSPEK EKONOMI Grafik 6.1. Indeks Keyakinan Konsumen 180,00 160,00 140,00 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Ekspektasi Konsumen Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Optimisme pada Indeks Ekspektasi Konsumen tersebut menggambarkan ekspektasi masyarakat terhadap kondisi perekonomian masyarakat yang mendorong mereka dalam melakukan konsumsi. Komponen pembentuknya antara lain, optimisme akan kenaikan penghasilan pada enam bulan yang akan datang, optimisme akan tersedianya lapangan kerja tambahan pada enam bulan yang akan datang serta optimisme akan kondisi ekonomi yang membaik. Secara sektoral, kinerja sektor perdagangan-hotel-restoran (PHR), dan sektor pertambangan diperkirakan masih akan tumbuh cukup tinggi. Kinerja sektor PHR pada triwulan mendatang antara lain dipengaruhi oleh pelaksanaan kegiatan rapat koordinasi pemerintah daerah dan pusat di Sulawesi Tenggara, kunjungan investor dalam negeri dan luar negeri untuk pemantauan potensi sektor pertambangan yang sedang gencar dipromosikan oleh pemerintah daerah Sulawesi Tenggara, pelaksanaan event berskala nasional antara lain Teknolog Tepat Guna pada bulan Oktober serta Munas ICMI (Ikatan Cendikiawan Islam Indonesia) pada bulan Desember. Implikasi lain dari event tersebut adalah meningkatnya sektor angkutan. Lebih lanjut, sektor pertambangan juga diperkirakan masih akan tumbuh cukup tinggi seiring dengan semakin meningkatnya permintaan nikel sebagai komoditas pertambangan utama Sulawesi Tenggara. Selain itu, faktor tren harga yang terus meningkat juga turut meningkatkan kinerja sektor pertambangan pada triwulan mendatang (Grafik 7.2). 66

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 8 Februari 2012 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M Siagian Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 8 Februari 2012 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA KANTOR PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA. FEERY TUMPAL D SARIBU Asisten Direktur

KATA PENGANTAR. Kendari, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA KANTOR PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA. FEERY TUMPAL D SARIBU Asisten Direktur KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id) Tw-II 2012 KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, Oktober 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, Oktober 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Kendari, 8 Mei 2013 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA. Dian Nugraha Deputi Direktur

Kendari, 8 Mei 2013 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA. Dian Nugraha Deputi Direktur KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id) Tw I-2013 KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, Agustus 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, Agustus 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KAA PENGANAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi enggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi enggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah, perkembangan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan 01 02 03 Perkembangan Perekonomian Terkini Peluang Pengembangan Perekonomian Proyeksi Perekonomian Ke depan 2 Produk Domestik Regional Bruto Nasional Balikpapan Kaltim Industri Konstruksi Transportasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan IV-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i BAB I 2011 2012 2013 2014 1 10.00 8.00

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 5 Mei 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 5 Mei 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA 1.1. Pertumbuhan Ekonomi PDRB Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 atas dasar harga berlaku mencapai angka Rp 10,157 triliun, sementara pada tahun

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1 Penurunan Harga Pangan dan Komoditas Energi Dorong Deflasi IHK Bulan Februari Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Februari 2016 mengalami deflasi. Deflasi IHK pada bulan ini mencapai -0,09% (mtm). Realisasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm -1,52% yoy 0,35% ytd 0,35% avg yoy 1 7,11% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

Triwulan IV iii

Triwulan IV iii ii Triwulan IV 2012 iii iv Triwulan IV 2012 v vi Triwulan IV 2012 vii viii Triwulan IV 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total I II III IV Total I II III IV Total Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 2,86% yoy 3,67% ytd 1,90% avg yoy 1 6,51% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 2,86% yoy 3,67% ytd 1,90% avg yoy 1 6,51% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm 2,86% yoy 3,67% ytd 1,90% avg yoy 1 6,51% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm -0,68% yoy 2,28% ytd -0,94% avg yoy 1 6,41% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017 LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 11/02/73/Th. VIII, 5 Februari 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN IV 2013 BERKONTRAKSI SEBESAR 3,99 PERSEN Kinerja perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan IV tahun

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Visi, Misi Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung i Visi, Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara

Lebih terperinci

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka Kata pengantar Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun 2012 merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen data terhadap data-data yang sifatnya strategis, dalam

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH

PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH Mei 2015 PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH Survei Konsumen Mei 2015 (hal. 1) Survei Penjualan Eceran April 2015 (hal. 13) PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH Mei 2015 Alamat Redaksi :

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci