Kendari, 8 Mei 2013 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA. Dian Nugraha Deputi Direktur

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kendari, 8 Mei 2013 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA. Dian Nugraha Deputi Direktur"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL ( Tw I-2013 KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah, perkembangan perbankan dan sistem pembayaran, informasi tentang keuangan daerah serta prospek perekonomian daerah Sulawesi Tenggara. Kajian ini disusun secara triwulanan oleh Kantor Bank Indonesia Kendari baik dengan menggunakan data internal maupun data yang diperoleh dari instansi terkait di luar Bank Indonesia. Untuk itu, tanggung jawab penulisan laporan ini sepenuhnya berada pada Bank Indonesia KPw Sulawesi Tenggara. Kami berharap kajian ini dapat terus ditingkatkan mutu, isi dan cara penyajiannya sehingga dapat bermanfaat bagi para pihak yang membutuhkannya. Untuk itu, saran dan masukan guna perbaikan dan penyempurnaan buku kajian ini sungguh akan kami hargai. Akhirnya, kami menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang memungkinkan tersusunnya buku kajian ini dan kiranya kerja sama, saling tukar menukar informasi dan data dapat terus berkelanjutan. Kendari, 8 Mei 2013 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Dian Nugraha Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL ( Tw I-2013 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

3 KAJIAN EKONOMI REGIONAL ( Tw I-2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.. DAFTAR ISI.. DAFTAR GRAFIK.. DAFTAR TABEL. RINGKASAN EKSEKUTIF 1 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO 1.1 KONDISI UMUM PDRB MENURUT PENGGUNAAN KONSUMSI INVESTASI EKPOR & IMPOR PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA Sektor Pertanian Sektor Pertambangan Sektor Industri Pengolahan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PH) Sektor Bangunan Sektor Angkutan dan Komunikasi Sektor Keuangan Sektor Lainnya 21 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI 2.1 KONDISI UMUM TAHUN INFLASI TRIWULAN I INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DISAGREGASI INFLASI UPAYA PENGENDALIAN INFLASI 31 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1 PERKEMBANGAN PERBANKAN Bank Umum Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Perbankan Syariah PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Pembayaran Tunai Perkembangan Pembayaran Non Tunai 48 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 4.1 KONDISI UMUM REALISASI ANGGARAN BELANJA PADA APBD TRIWULAN I REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN PADA APBD TRIWULAN I REALISASI ANGGARAN KABUPATEN/KOTA 52 V PERKEMBANGAN TENAGA KERJA & INDIKATOR KESEJAHTERAAN 5.1 KONDISI UMUM KETENAGAKERJAAN KESEJAHTERAAN Nilai Tukar Petani (NTP) Jumlah Penduduk Miskin 57 BAB VI PROSPEK EKONOMI 6.1 PROSPEK EKONOMI MAKRO PROSPEK INFLASI.. 60 LAMPIRAN DATA.. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL ( Tw I-2013 DAFTAR GRAFIK DAFTAR GRAFIK Nama Grafik No Halaman Grafik 1.1 Nominal dan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara (yoy) 5 Grafik 1.2 Pangsa PDRB Penggunaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara (yoy) 7 Grafik 1.3 Indeks Keyakinan Konsumen 8 Grafik 1.4 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini 8 Grafik 1.5 Penerimaan Pajak. 9 Grafik 1.6 Konsumsi Air. 9 Grafik 1.7 Pertumbuhan Kendaraan Bermotor 9 Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Konsumsi 9 Grafik 1.9 Kredit Investasi.. 11 Grafik 1.10 Penjualan Semen.. 11 Grafik 1.11 Nilai dan Volume Ekspor. 12 Grafik 1.12 Arus Muat Pelabuhan. 13 Grafik 1.13 Arus Bongkar Pelabuhan 14 Grafik 1.14 Pangsa Sektoral 15 Grafik 1.15 Produksi Padi Sulawesi Tenggara 16 Grafik 1.16 Produksi Bijih Nikel PT. Antam, Tbk 17 Grafik 1.17 Produksi Ferronikel PT. Antam, Tbk 18 Grafik 1.18 Tingkat Hunian Hotel. 19 Grafik 1.19 Arus Bongkar Muat. 19 Grafik 1.20 Jumlah Arus Penumpang Di Bandara Haluoleo Kendari 20 Grafik 1.21 Aset Perbankan Di Sulawesi Tenggara (Juta, %) 21 Grafik 2.1 Inflas Kawasan Timur Indonesia 24 Grafik 2.2 Inflasi Bulanan Kota Kendari 24 Grafik 2.3 Inflasi Historis Kota Kendari 24 Grafik 2.4 Perbandingan Inflasi Kendari Dengan Inflasi Daerah Asal Barang 25 Grafik 2.5 Inflasi Bahan Makanan 26 Grafik 2.6 Inflasi Makanan Jadi. 27 Grafik 2.7 Inflasi Perumahan. 28 Grafik 2.8 Inflasi Kesehatan 28 Grafik 2.9 Disagregasi Inflasi. 30 Grafik 2.10 Disagregasi Inflasi Historis 31 Grafik 3.1 Pertumbuhan DPK 39 Grafik 3.2 Pangsa dan Nominal DPK Trw (%, Milyar) 39 Grafik 3.3 Pangsa dan Nominal Kredit Penggunaan Trw. I (%, Milyar) 39 Grafik 3.4 Pertumbuhan (g) dan Nominal Kredit Penggunaan (%, Triliun) 40 Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit Sektoral 41 Grafik 3.6 Pangsa Kredit Sektoral.. 41 Grafik 3.7 Perkembangan BOPO Bank Umum.. 42 Grafik 3.8 Pangsa dan Nominal DPK Trw (%, Milyar) 46 Grafik 3.9 Pangsa dan Nominal Pembiayaan Jenis PenggunaanTrw (%, Juta) 46 Grafik 4.1 Persentase Realisasi Pendapatan Hingga Triw I Grafik 4.2 Persentase Realisasi Belanja Hingga Triw I Grafik 5.1 Angkatan Kerja dan Penduduk Bekerja di Sulawesi Tenggara 55 Grafik 5.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Tenggara dan Nasional 55 Grafik 5.3 NTP Sulawesi Tenggara 56 Grafik 5.4 NTP Sulawesi Tenggara, Sulampua, Nasional 56 Grafik 5.5 Jumlah Penduduk Miskin Sulawesi Tenggara 57 Grafik 6.1 Indeks Keyakinan Konsumen 59 Grafik 6.2 Inflasi Bulanan dan Ekseptasi Inflasi Kota Kendari 61 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

5 KAJIAN EKONOMI REGIONAL ( Tw I-2013 DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL Nama Tabel No Halaman Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Penggunaan Sulawesi Tenggara (yoy).. 7 Tabel 1.2 Kontribusi PDRB Penggunaan Sulawesi Tenggara (yoy).. 7 Tabel 1.3 Pertumbuhan Tiap Sektor Y-O-Y (dalam persen).. 14 Tabel 1.4 Kontribusi Pertumbuhan Sektoral (yoy).. 15 Tabel 1.5 Perkembangan Kredit Perumahan/Ruko.. 20 Tabel 2.1 Inflasi Kelompok Komoditas (%).. 25 Tabel 2.2 Komoditas Penyumbang Inflasi di Bulan Januari, Februari, dan Maret 29 Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Bank Umum dan BPR 37 Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum 38 Tabel 3.3 Perkembangan Rasio NIM Bank Umum 43 Tabel 3.4 Perkembangan Indikator BPR 44 Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (Juta Rupiah, %) 46 Tabel 3.6 Data Indikator Sistem Pembayaran Provinsi Sulawesi Tenggara 48 Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara s.d Tw I (Rupiah) 49 Tabel 4.2 Realisasi Belanja Hingga Triwulan I-2013 (Rupiah) 50 Tabel 4.3 Realisasi Pendapatan Hingga Triw I Tabel 5.1 Pekerja Menurut Lapangan Kerja Utama 55 Tabel 5.2 NTP Provinsi Sulawesi Tenggara 57 Tabel 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara 59 Tabel 6.2 Proyeksi Inflasi.. 60 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

6 Ringkasan Eksekutif Tw I-2013 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I-2013 Perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara menunjukkan pertumbuhan tinggi di awal tahun 2013 pada level 9,72% (yoy). Namun, angka tersebut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2012 yang sebesar 10,10% (yoy). Dibandingkan dengan nasional, pertumbuhan ekonomi Sultra melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 6,02%, meski pangsa sumbangan Sultra masih relatif kecil yaitu sebesar 0,54%. Pada sisi penggunaan, sama dengan triwulan sebelumnya, pertumbuhan tinggi ekonomi Sulawesi Tenggara kembali ditopang oleh pertumbuhan tinggi pada konsumsi rumah tangga dan diikuti oleh investasi. Peningkatan konsumsi rumah tangga ditopang oleh adanya kenaikan upah minimum provinsi sebesar 10%.Selain itu, meningkatnya penapatan masyarakat dari sektor pertambangan juga turut mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga. Lebih lanjut, peningkatan investasi ditopang oleh investasi pada sektor pertambangan, industri pengolahan dan bangunan. Kemudian, sama dengan triwulan sebelumnya, ekspor pada periode laporan juga mengalami penurunan pertumbuhan dibandingkan periode yang sama tahun 2012 yang disebabkan oleh larangan ekspor barang komoditas tambang ore sejak Mei Selanjutnya, kondisi penurunan pertumbuhan juga terjadi pada komponen impor, yang disebabkan oleh tidak terdapatnya aktivitas impor luar negeri pada periode laporan, yang berbeda dengan kondisi pada periode tahun sebelumnya masih terdapat aktivitas impor luar negeri. Perlambatan pada ekspor dan impor juga mendorong terjadinya perlambatan ekonomi Sulawesi Tenggara dibandingkan dengan periode triwulan I Pada sisi sektoral, sama dengan triwulan sektor utama yang menopang pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara adalah sektor sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan-hotel-restauran (PHR) dan sektor bangunan. Sektor pertambangan dan penggalian kembali tumbuh tinggi pada periode laporan, yang ditopang oleh pertambangan nikel dan aspal yang kandungannya cukup besar di bumi Sulawesi Tenggara. Pertumbuhan sektor pertambangan tersebut relatif melambat dibandingkan pertumbuhan pada periode triwulan I Kemudian, perlambatan ekonomi juga ditopang oleh perlambatan yang terjadi pada sekktor PHR dan bangunan. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 1

7 Ringkasan Eksekutif Tw I-2013 Perlambatan juga terjadi pada sektor pertanian sebagai sektor utama yang memiliki pangsa terbesar di Sulawesi Tenggara. PERKEMBANGAN INFLASI Perkembangan harga pada tingkat nasional pada triwulan I-2013 tercatat mengalami inflasi sebesar 5,90% (yoy) yang didorong oleh inflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan (12,95%, yoy) dan makanan jadi-minuman-rokok-tembakau (5,98%, yoy). Kondisi inflasi tersebut mengalami peningkatan dibanding dengan inflasi di triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 3,97% (yoy). Peningkatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya tekanan pada kelompok bahan makanan dan makanan jadi yang disebabkan oleh peningkatan ekspektasi kenaikan harga akibat tarik ulur kenaikan bahan bakar minyak bersubsidi. Meski meningkat, namun angka inflasi nasional tersebut masih berada dalam kisaran sasarannya yaitu 4,5 ± 1 persen. Berbeda dengan tren peningkatan inflasi pada level nasional, di Sulawesi Tenggara yang diwakili oleh Kota Kendari mengalami inflasi yang lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi nasional. Perkembangan harga di triwulan I-2013 tercatat mengalami inflasi sebesar 3,02% (yoy) yang didorong oleh inflasi tinggi pada kelompok bahan makanan (5,75%, yoy) dan makanan jadi-minuman-rokok-tembakau (3,74%, yoy). Angka inflasi tersebut menurun signifikan dibandingkan dengan angka inflasi pada periode yang sama tahun 2012 yang sebesar 5,10% (yoy). Penurunan inflasi di Kota Kendari disebabkan oleh menurunnya tekanan pada inflasi kelompok bahan makanan dan makanan jadi. Hal ini didorong oleh kondisi cuaca yang relatif stabil dengan curah hujan dan gelombang laut tinggi hanya terjadi dibulan Januari, berbeda dengan tahun 2012, periode curah hujan dan gelombang laut tinggi terjadi sejak Januari hingga April. Kondisi ini mampu menurunkan tekanan inflasi yang berasal dari kenaikan harga ikan tangkap. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Pada triwulan I-2013, aset perbankan menunjukkan perkembangan yang cukup tinggi dengan parameter pertumbuhan sebesar 25,07% (y.o.y), sehingga total aset perbankan pada triwulan I-2013 menjadi Rp16,45 Triliun. Ekspansi kredit yang tumbuh sebesar 29,44% dan perkembangan DPK (Dana Pihak Ketiga) yang tumbuh sebesar 14,28% merupakan kondisi yang mendorong pertumbuhan aset perbankan pada Triwulan I-2013, disparitas antara DPK dan kredit dimaksud mendorong angka LDR (Loan to Deposit Ratio) menjadi sebesar 105,39%. Sementara itu, indikator kesehatan penyaluran kredit juga masih berada pada level cukup aman dengan parameter angka NPL (Non Performing Loan) yang relatif kecil sebesar 1,81%. Efisiensi perbankan tergolong Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 2

8 Ringkasan Eksekutif Tw I-2013 cukup baik, terlihat dari rasio BOPO yang tercatat sebesar 54,09%, kinerja positif perbankan juga terlihat dari NIM yang sebesar 9,74% atau berada di atas standar 6% yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Perbankan syariah menunjukkan perkembangan yang sangat tinggi dengan indikator pertumbuhan aset sebesar 130,09%. Peningkatan aset tersebut didorong oleh penyaluran kredit/pembiayaan dan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang cukup agresif, dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 40,20% dan 58,96% (Tabel 3.5). Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dari pertumbuhan DPK menyebabkan angka FDR perbankan syariah cukup besar yaitu 109,97% Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang kartal 1 khususnya untuk keperluan transaksi (transaction motive) Bank Indonesia telah mengedarkan uang kartal baik melalui perbankan maupun langsung kepada masyarakat yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara. Uang kartal yang telah diedarkan di Sulawesi Tenggara pada triwulan I-2013 adalah sebesar Rp100,49 Milyar, lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp214,19 Milyar. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Kinerja penyerapan anggaran belanja APBD Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara pada triwulan I-2013 relatif belum optimal. Dari total anggaran belanja daerah sebesar Rp1.898,24 miliar, baru sekitar 16,48% yang telah direalisasikan dengan nominal sebesar Rp301,72 milyar. Persentase realisasi anggaran terbesar berada pada belanja transfer dan belanja operasi, masing-masing sebesar 408,60% dan 14,05% dari total plafond anggaran. Dari sisi pendapatan, realisasi pendapatan daerah hingga triwulan I-2013 tercapai cukup baik, secara nominal sebesar Rp564,94 milyar atau sekitar 27,76% dari total target pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara. Pencapaian ini berasal dari transfer dana perimbangan dan pendapatan asli daerah yang meliputi pajak, restribusi dan laba perusahaan daerah. Sumbangan terbesar pendapatan daerah bersumber dari PAD pemerintah yang tercatat sebesar Rp327,01 miliar atau 33,33% dari plafond yang dianggarkan sebesar Rp981,03 miliar. Sejalan dengan level provinsi, pada level Kabupaten/Kota kinerja penyerapan APBD komponen pendapatan hingga triwulan I-2013 tergolong baik dengan rata-rata realisasi sebesar 25,80%. Dari 11 Kabupaten/Kota yang sudah melaporkan angka realisasi anggaran, hanya 4 Kabupaten/Kota yang angka realisasi pendapatannya berada dibawah 25% yaitu Bau-Bau, Muna, Kolaka dan Konawe Utara yang disebabkan oleh rendahnya 1 Uang kartal terdiri dari uang kertas dan uang logam. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 3

9 Ringkasan Eksekutif Tw I-2013 penghimpunan pendapatan dari PAD, dan dana perimbangan. Berbeda dengan persentase penghimpunan pendapatan yang cukup besar di Kabupaten/Kota, persentase realisasi belanja hingga triwulan I-2013 justru relatif kecil dengan rata-rata rata-rata penyerapan sebesar 11,67%. Diantara 11 Kabupaten/Kota yang sudah melaporkan angka realisasi belanjanya, 4 Kabupaten/Kota memiliki tingkat penyerapan belanja dibawah 10% sedangkan 7 lainnya berada di kisaran 10% sampai dengan 17%. PERKEMBANGAN TENAGA KERJA DAN KESEJAHTERAAN Pada triwulan I-2013 kinerja indikator kesejahteraan Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan dibanding dengan tahun sebelumnya sebelumnya. Hal ini tercermin dari indeks Nilai Tukar Petani (NTP) yang berada di level positif sebesar 105,72. Sedangkan jumlah pengangguran periode data Februari 2013 mengalami penurunan sebesar 10,44% dari periode yang Agustus tahun Kemudian, angka kemiskinan juga mengalami penurunan dari 14,61% dari jumlah penduduk menjadi 13,06%, dimana jumlah penduduk miskin pedesaan turun sebanyak jiwa. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 4

10 KAJIAN EKONOMI REGIONAL ( Tw I-2013 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

11 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw I KONDISI UMUM Perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara menunjukkan pertumbuhan tinggi di awal tahun 2013 pada level 9,72% (yoy). Namun, angka tersebut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2012 yang sebesar 10,10% (yoy) (Grafik 1.1). Dibandingkan dengan nasional, pertumbuhan ekonomi Sultra melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 6,02%, meski pangsa sumbangan Sultra masih relatif kecil yaitu sebesar 0,54%. Dari sisi sektoral, pertanian masih menjadi sektor yang memiliki pangsa terbesar, yang diikuti oleh sektor perdagangan, jasa-jasa dan pengangkutan. Kemudian, dari sisi penggunaan, pengeluaran konsumsi dan investasi memegang peranan terbesar dalam pembentukan perekonomian Sulawesi Tenggara. Dibandingkan dengan periode triwulan IV-2012 yang tumbuh sebesar 9,59%, pertumbuhan di awal tahun 2013 tercatat lebih tinggi. Kondisi tersebut lebih baik disbanding tahun tahun sebelumnya, yang pada awal tahun pertumbuhan selalu lebih rendah. Berdasarkan harga berlaku, nominal PDRB triwulan I-2013 tercatat sebesar Rp9,56 Triliun, sementara atas dasar harga konstan nominal PDRB tercatat sebesar Rp3,62 Triliun. Nominal PDRB tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp3,64 Triliun. Grafik 1.1 Nominal dan Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara (yoy) 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% 11.21% 11.58% 10.10% 8.98%8.32% 7.43% 9.59%9.72% 8.94%8.47%8.17%7.84% 8.73% 8.23% 7.40%7.47% 6.65% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q Billions PDRB (Skala Kanan) Pertumbuhan (Skala Kiri) Sumber : BPS Prov. SUltra Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 5

12 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw I-2013 Pada sisi penggunaan, sama dengan triwulan sebelumnya, pertumbuhan tinggi ekonomi Sulawesi Tenggara kembali ditopang oleh pertumbuhan tinggi pada konsumsi rumah tangga dan diikuti oleh investasi. Peningkatan konsumsi rumah tangga ditopang oleh adanya kenaikan upah minimum provinsi sebesar 10%.Selain itu, meningkatnya penapatan masyarakat dari sektor pertambangan juga turut mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga. Lebih lanjut, peningkatan investasi ditopang oleh investasi pada sektor pertambangan, industri pengolahan dan bangunan. Kemudian, sama dengan triwulan sebelumnya, ekspor pada periode laporan juga mengalami penurunan pertumbuhan dibandingkan periode yang sama tahun 2012 yang disebabkan oleh larangan ekspor barang komoditas tambang ore sejak Mei Selanjutnya, kondisi penurunan pertumbuhan juga terjadi pada komponen impor, yang disebabkan oleh tidak terdapatnya aktivitas impor luar negeri pada periode laporan, yang berbeda dengan kondisi pada periode tahun sebelumnya masih terdapat aktivitas impor luar negeri. Perlambatan pada ekspor dan impor juga mendorong terjadinya perlambatan ekonomi Sulawesi Tenggara dibandingkan dengan periode triwulan I Pada sisi sektoral, sama dengan triwulan sektor utama yang menopang pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara adalah sektor sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan-hotel-restauran (PHR) dan sektor bangunan. Sektor pertambangan dan penggalian kembali tumbuh tinggi pada periode laporan, yang ditopang oleh pertambangan nikel dan aspal yang kandungannya cukup besar di bumi Sulawesi Tenggara. Pertumbuhan sektor pertambangan tersebut relatif melambat dibandingkan pertumbuhan pada periode triwulan I Kemudian, perlambatan ekonomi juga ditopang oleh perlambatan yang terjadi pada sekktor PHR dan bangunan. Perlambatan juga terjadi pada sektor pertanian sebagai sektor utama yang memiliki pangsa terbesar di Sulawesi Tenggara. 1.2 PDRB MENURUT PENGGUNAAN Pada sisi penggunaan berbeda dengan periode sebelumnya, posisi komponen konsumsi menjadi dominator utama perekonomian Sulawesi Tenggara dengan kontribusi tertinggi diantara komponen lainnya yaitu sebesar 4,11%. Kontribusi tersebut meningkat dibandingkan tahun 2012 yang disebabkan oleh peningkatan konsumsi rumah tangga sebagai efek dari peningkatan pendapatan. Kemudian, komponen investasi yang pada tahun 2012 memiliki kontribusi terbesar, pada periode laporan mengalami penurunan, hal ini diperkirakan disebabkan oleh melambatnya invesasi di triwulan pertama yang merupakan awal tahun yang merupakan periode perencanaan investasi. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 6

13 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw I-2013 Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Penggunaan Sulawesi Tenggara (yoy) PENGGUNAAN Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Rumah Tangga 5.20% 10.11% 4.94% 8.03% 8.02% 8.11% 8.30% Pemerintah 6.52% 17.73% 7.78% 10.71% 9.41% 6.78% 4.22% Investasi 13.00% 6.92% 7.25% 14.34% 15.31% 13.86% 10.81% Ekspor barang dan jasa 8.45% 6.41% 17.23% 9.52% 5.80% 3.53% 1.68% Dikurangi impor barang dan jasa 6.89% 16.27% 4.89% 7.95% 3.92% 4.82% 0.99% PRODUK DOMESTIK BRUTO 8.21% 8.68% 10.10% 11.21% 11.58% 9.59% 9.72% Sumber : BPS Sultra Tabel 1.2 Kontribusi PDRB Penggunaan Sulawesi Tenggara (yoy) Penggunaan Kontribusi 2011 Kontribusi 2012 Kontribusi Q Rumah Tangga 4.43% 3.82% 4.11% Konsumsi Pemerintah 3.54% 1.62% 0.81% Investasi 3.98% 4.95% 3.34% Ekspor 1.91% 2.14% 0.53% Impor -5.18% 2.12% 0.34% Sumber : BPS Sultra Berdasarkan pangsanya, konsumsi rumah tangga masih merupakan komponen dengan pangsa terbesar yaitu 52,74%, kemudian diikuti oleh komponen investasi dan konsumsi pemerintah yang masing-masing sebesar 31,04% dan 20,50%. Besarnya peranan konsumsi rumah tangga tersebut didorong oleh karakteristik masyarakat Sulawesi Tenggara yang konsumtif. Namun, secara historis, pola penurunan pangsa konsumsi rumah tangga mulai beralih di awal tahun dengan peningkatan pangsa meski relatif kecil. Diperkirakan, pangsa konsumsi akan bergeser pada periode-periode berikutnya seiring dengan besarnya pangsa investasi. Grafik 1.2 Pangsa PDRB Penggunaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara (yoy) 90% 70% 50% 6.78% 30.29% 31.63% 32.77% 33.77% 31.04% 19.93% 19.62% 21.31% 21.15% 20.50% 30% 53.61% 52.12% 52.03% 51.86% 52.74% 10% -10% -3.84% -3.37% -6.11% -6.39% Q Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Pemerintah Investasi Net Ekspor Sumber : BPS Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 7

14 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw I KONSUMSI Kegiatan konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2013 mengalami perkembangan yang positif tercermin dari pertumbuhan tahunan sebesar 8,30% (Tabel 1.1). Pertumbuhan tersebut meningkat pada signifikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 4,94% (Tabel 1.1). Hasil survei Bank Indonesia terhadap 100 responden konsumen di Kota Kendari juga mengkonfirmasi peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga tersebut yang terukur dari angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang berada pada level optimis sebesar 146 pada Maret 2013 (Grafik 1.3). Optimisme tersebut didorong oleh adanya optimisme kenaikan panghasilan saat ini dibandingkan dengan penghasilan pada tahun sebelumnya dengan angka indeks sebesar 161 (Grafik 1.4) Selain itu, peningkatan konsumsi juga terkonfirmasi dari meningkatnya indikator keyakinan masyarakat akan kondusifnya kondisi ekonomi saat ini untuk melakukan aktivitas konsumsi pada Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) yang berada pada level optimis sebesar 124 (Grafik 1.4). Lebih lanjut, optimisme akan kenaikan penghasilan saat ini juga tercermin dari peningkatan penerimaan pajak pada KPP Pratama Kendari sebesar 19.86% 1 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Adapun besaran penerimaan pajak didominasi oleh penerimaan pajak penghasilan yang mencerminkan peningkatan pendapatan masyarakat yang dikenai pajak. Grafik 1.3 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 1.4 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Jan Feb Mar A pr M ei Jun Jul A gu st Sept Okt No v Des Jan Feb Mar Jan Feb Ma r A p r Mei Jun Jul A gus t Sep t O kt No v Des Jan Feb Ma r A p r Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi saat ini Indeks Ekspektasi Konsumen Indeks Penghasilan Konsumen Indeks Ketersediaan lapangan kerja Indeks Kegiatan Usaha Indeks Kondisi Ekonomi saat ini Sumber : LBU Sumber : LBU Selain indikator indeks keyakinan tersebut, beberapa indikator lainnya juga mencerminkan pertumbuhan komponen konsumsi rumah tangga dengan pertumbuhan cukup tinggi antara lain konsumsi air, dan pertumbuhan kendaraan bermotor di Sulawesi Tenggara. Konsumsi air di Kota Kendari pada triwulan I Proyeksi penerimaan pajak Provinsi Sulawesi Tenggara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 8

15 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw I-2013 tumbuh 5,10% secara tahunan (Grafik 1.6) dengan rata-rata pemakaian air sebesar 46 M3. Pertumbuhan tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan pemasangan air di Kota Kendari, selain itu rata-rata pemakaian air juga mengalami peningkatan, dibanding tahun 2012 yang sebesar 37 M3. Selanjutnya, jumlah kendaraan bermotor roda empat juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi yaitu sebesar 73,66% (Grafik 1.7) yang mencerminkan peningkatan pembelian kendaraan bermotor roda empat. Tren peningkatan akses pembiayaan oleh perbankan melalui kredit konsumsi terhadap masyarakat juga turut mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga yang pada periode laporan mengalami pertumbuhan sebesar 30,22% (y.o.y) (Grafik 1.8). Alokasi kredit konsumsi merupakan yang terbesar pada alokasi total kredit perbankan. Penggunaan kredit konsumsi oleh masyarakat umumnya adalah untuk pembelian kendaraan bermotor, barang elektronikserta kebutuhan dasar lainnya. Grafik 1.5 Penerimaan Pajak Grafik 1.6 Konsumsi Air % % 800 5% M il yar 20% 5.10% 0% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q Q3 Q4 Q % -10% 200 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q Pajak Penghasilan PPN & PPnBM Pendapatan atas Pl dan PIB 600 Tho usan ds Konsumsi Air Rumah Tangga (M3) (Skala kiri) Growth Konsumsi Air Rumah Tangga (skala kanan) Sumber : PDAM Kendari Grafik 1.7 Pertumbuhan Kendaraan Bermotor Grafik 1.8 Perkembangan Kredit Konsumsi % 80% Q2 Q Q4 Q1 Q2 Q Q4 Q1 Q2 Q3 Q Jumlah Roda 2 (Skala Kiri) Jumlah Roda 4 (Skala Kiri) gjumlah Roda 2 (Skala kanan) gjumlah Roda 4 (Skala kanan) Q Sumber : Polda Sulawesi Tenggara % % % % 60% % -20% Q1 Trili un Sumber : KPP Kendari 50% 40% 30% 20% 10% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q Konsumsi (Skala Kiri) Growth Konsumsi (Skala Kanan) Sumber : LBU Berbagai indikator peningkatan konsumsi tersebut mencerminkan adanya kenaikan daya beli masyarakat sebagai pendorong konsumsi. Pada periode laporan, peningkatan pendapatan masyarakat terutama berasal dari tambahan pendapatan melalui kenaikan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 9 0%

16 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw I-2013 upah minimum provinsi yang sebesar 10%, peningkatan pendapatan dari dampak lanjutan sektor pertambangan yang sedang tumbuh pesat di Sulawesi Tenggara. Selain itu, peningkatan konsumsi masyarakat juga didorong oleh peningkatan kebutuhan seiring dengan faktor suplai yang meningkat, dalam hal ini pertambahan jumlah pusat perbelanjaan juga menopang peningkatan konsumsi masyarakat. Beberapa pusat perbelanjaan yang bertambah yaitu Lippo Mall Kendari, Mall Bau Bau dan Grosis Sutan Raja Kolaka. Pada sisi lain, peningkatan konsumsi rumah tangga tidak dibarengi dengan peningkatan konsumsi pemerintah. Pada periode laporan, konsumsi pemerintah tumbuh 4,22% lebi rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun 2012 sebesar 7,78% (Tabel 1.1). Beberapa faktor yang diperkirakan menyebabkan penurunan pertumbuhan tersebut yaitu realisasi pada periode berjalan yang relatif kecil dibandingkan yaitu pada kisaran 7% - 10%, dan relatif kecilnya alokasi realisasi belanja pemerintah karena program yang difokuskan untuk bantuan masyarakat secara langsung I NVESTASI Perkembangan investasi Sulawesi Tenggara pada triwulan I-2013 masih menunjukkan tren peningkatan dengan pertumbuhan sebesar 10,81% (y.o.y) (Tabel 1.1). Salah satu indikator pertumbuhan investasi adalah pertumbuhan kredit investasi pada triwulan I-2013 yang tumbuh sebesar 41,20% (y-o-y) (Grafik 1.9). Penyaluran kredit investasi sebagian besar direalisasikan terhadap sektor konstruksi yang juga dikonfirmasi oleh peningkatan pertumbuhan konsumsi semen di Sulawesi Tenggara dari ton semen pada triwulan I-2012 menjadi ton atau tumbuh 7,26% (Grafik 1.10). Beberapa investasi konstruksi besar yang saat ini sedang dikembangkan di Sulawesi Tenggara adalah pembangunan super blok Damai Jaya Lestari di Kolaka yang terdiri dari hotel, mall, pusat grosir serta masjid, pembangunan Favehotel Kendari, pembangunan hotel Clarion, pembangunan perumahan mewah Citra Land Kendari, pembangunan perumahan mewah Kemaraya, pembangunan pusat rekreasi Teluk Kendari, pembangunan pelabuhan kontainer Bungkutoko, pembangunan pabrik pengolahan Nikel di Konawe Utara oleh PT.Jilin Ferrous dari Cina, pembangunan power plan di Konawe Utara serta berbagai pembangunan lainnya. Selain investasi pada sektor konstruksi, penanaman modal di Sulawesi Tenggara juga disalurkan untuk sektor industri pengolahan dan pertambangan. Investasi pada sektor pertambangan dan industri pengolahan berdasarkan data BPMD mencapai Rp10,95 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 10

17 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw I-2013 Triliun di tahun 2012 dan diperkirakan akan meningkat menjadi Rp12,00 Triliun di tahun Triliun Grafik 1.9 Kredit Investasi % % % % % % Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q Investasi (Skala Kiri) % 2013 Growth Investasi (Skala Kanan) Sumber : LBU Lebih lanjut, tingginya investasi pada sektor pertambangan juga terindikasi dari tingginya arus kunjungan ke Sulawesi Tenggara yang tujuan utamanya adalah untuk survei investasi.2. Komoditas utama sektor pertambangan saat ini yaitu Nikel dan Aspal, merupakan tujuan penyaluran investasi yang banyak diminati oleh investor dalam dan luar negeri. Pemerintah provinsi Sulawesi Tenggara juga sudah menjalin kerja sama dengan Pemerintah Provinsi Cina untuk investasi pertambangan dan industri pengolahan. Grafik 1.10 Penjualan Semen 180,000 80% 160,000 60% 140, ,000 40% 100,000 20% 80,000 60,000 0% 40,000-20% 20, % q1 q q1 q Penjualan Semen q1 q q1* q3 Q1* 2,012 2,013 gpenjualan Semen (q-t-q) Sumber : LBU Untuk semakin meningkatkan aliran investasi ke Sulawesi Tenggara berbagai pembenahan masih dinantikan oleh investor agar mempermudah investasi yang dilaksanakan di Sulawesi Tenggara. Beberapa kendala yang dihadapi investor dalam realisasi investasi 2 Hasil survei BI Kendari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 11

18 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw I-2013 antara lain birokrasi pengurusan izin yang relatif sulit dan dengan jangka waktu relatif lama, infrastruktur listrik, pelabuhan, pergudangan dan jalan yang masih minim, tidak adanya kejelasan batas kuasa pertambangan antar pemilik kuasa pertambangan serta aksesbilitas yang masih terbatas EKSPOR & IMPOR Ekspor Sulawesi Tenggara pada triwulan I-2013 menunjukkan pertumbuhan yang relatif rendah yaitu sebesar 1,68% (y.o.y), mengalami perlambatan dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode yang sama tahun 2012 sebesar 17,23% (Tabel 1.1). Pencatatan ekspor pada PDRB Sulawesi Tenggara merupakan gabungan dari ekspor luar negeri dan perdagangan antar pulau. Rendahnya pertumbuhan ekspor tersebut terindikasi dari perlambatan pertumbuhan ekspor luar negeri dari 16,52% menjadi 1,44% (Grafik 1.11) yang disebabkan oleh penurunan ekspor hasil tambang khususnya komoditas nikel, sebagai dampak penetapan larangan ekspor bahan mentah yang berlaku sejak Mei 2012 melalui Peraturan Menteri ESDM No.7 Tahun M il lions Grafik 1.11 Nilai dan Volume Ekspor 10, % 9, % 8,000 7, % 6,000 5, % 4, % 3,000 2,000 1,000-0% Q1 Q2 Q3 Q4 Q Q2 Q3 Q4 Q1 Q Q Q4 Q1-100% 2013 nilai (USD) Volume (Kg) gnilai (Q3-2012, -48,62%) gvolume (Q3-2012, -53,06%) Sumber : Bank Indonesia Lebih lanjut, dari sisi perdagangan antar pulau, penurunan ekspor yang lebih dalam mampu ditahan dengan perkembangan yang tinggi perdagangan antar pulau. Hal ini tercermin dari pertumbuhan tinggi arus muat pelabuhan sebagai indikator perdagangan antar pulau sebesar 39,62% (Grafik 1.12). Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 12

19 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw I-2013 Grafik 1.12 Arus Muat Pelabuhan 70, % 60, , , , , , Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1* Muat gmuat Sumber : Pelindo Kendari Impor Sulawesi Tenggara pada periode berjalan secara tahunan menunjukkan pertumbuhan yang melambat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu dari 4,89 menjadi 0,99% (Tabel 1.1). Impor Sulawesi Tenggara dihitung dari dua kegiatan yaitu impor antar pulau dan impor luar negeri. Perlambatan impor yang terjadi disebabkan oleh tidak terdapatnya impor luar negeri pada periode pengamatan, berbeda dengan periode tahun sebelumnya yang masih terdapat kegiatan impor luar negeri. Meski melambat, namun perkembangan impor masih tumbuh positif yang ditopang oleh adanya peningkatan impor luar negeri dari 221 Ton pada triwulan I-2012 menjadi 329 Ton pada triwulan I Lebih lanjut, meski mengalami penurunan namun penurunan tersebut mampu ditahan dengan tingginya pertumbuhan perdagangan antar pulau. Hal ini terkonfirmasi oleh data arus bongkar pada pelabuhan Kendari sebagai indikator perdagangan antar pulau atau impor. Arus bongkar pada periode laporan mencatatkan pertumbuhan yang sangat tinggi mencapai 141,72% (yoy). Pertumbuhan tinggi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu tingginya arus masuk barang konsumsi ke Sulawesi Tenggara akibat permintaan konsumsi yang tinggi, hal ini juga tercermin dari pertumbuhan tinggi konsumsi mencapai 8,30% (yoy) yang 85% didatangkan dari luar Sulawesi Tenggara. Kemudian, bertambahnya perusahaan kontainer baru di awal tahun 2012 yaitu PT.Tanto di pelabuhan Kendari turut membantu meningkatkan arus masuk barang ke Sulawesi Tenggara. Karena pertumbuhan impor lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekspor menyebabkan Net Balance arus perdagangan memiliki arah negatif. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 13

20 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw I-2013 Grafik 1.13 Arus Bongkar Pelabuhan 500, % 450, , , , , , , ,000 50, Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1* Bongkar gbongkar Sumber : Pelindo Kendari 1.3 PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA Perkembangan perekonomian Sulawesi Tenggara secara sektoral pada triwulan I-2013 menunjukkan pertumbuhan yang positif pada seluruh sektor (Tabel 1.3). Namun tiga sektor utama antara lain pertanian, pertambangan, dan perdagangan-hotel-restairan mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan periode triwulan I Tabel 1.3 Pertumbuhan Tiap Sektor Y-O-Y (dalam persen) Sektor 2011 Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas dan Air Bangunan Perdagangan Angkutan Keuangan Jasa-jasa PDRB 1.59% 35.12% 6.72% 11.10% 12.76% 11.12% 9.63% 18.23% 3.59% 8.68% 2012 Q1 Q2 Q3 Q4 5.11% 52.72% -6.61% 20.22% 10.61% 11.89% 8.78% 8.28% 6.46% 7.39% 40.79% -0.46% 20.94% 13.19% 12.11% 10.42% 8.52% 8.76% 4.41% 42.58% 6.67% 20.88% 12.73% 12.59% 11.97% 13.31% 8.69% 1.55% 43.14% 8.30% 19.56% 18.48% 11.14% 6.49% 11.82% 5.91% 10.10% 11.21% 11.58% 9.59% % 43.03% 2.35% 20.37% 12.63% 11.92% 9.83% 10.98% 7.44% 10.41% 2013 Q1 4.94% 25.50% 19.32% 17.08% 9.88% 11.18% 4.23% 11.68% 2.19% 9.72% Sumber: BPS Sulawesi Tenggara Sektor yang memiliki kontribusi tertinggi yaitu sektor pertambangan, sektor perdagangan-hotel-restauran dan sektor pertanian. Sementara sektor yang memiliki kontribusi terendah terhadap pertumbuhan ekonomi adalah sektor listrik-gas-air dan jasa-jasa (Tabel 1.4). Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 14

21 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw I-2013 Tabel 1.4 Kontribusi Pertumbuhan Sektoral (yoy) Sektor Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas dan Air Bangunan Perdagangan Angkutan Keuangan Jasa-jasa % 1.18% 1.50% 0.06% 1.35% 2.03% 0.79% 0.72% 0.18% % 2.04% 0.59% 0.08% 1.13% 1.91% 0.85% 1.08% 0.45% % 2.78% 0.69% 0.16% 1.42% 2.02% 0.59% 0.78% 0.69% 2013 Q1 1.39% 2.50% 1.43% 0.14% 0.90% 1.98% 0.38% 0.74% 0.25% Sumber : BPS Prov. Sultra Pada periode ini, sumbangan sektor pertanian mengalami peningkatan pangsa yaitu dari 27,90% pada tahun 2012 menjadi 30,12%. Pada sisi lain, sektor pertambangan mengalami peningkatan pangsa dari 9,37% pada tahun 2012 menjadi 9,39% (Grafik 1.14). Peningkatan pangsa tersebut disebabkan oleh peningkatan eksplorasi pertambangan komoditas nikel dan aspal. Grafik 1.14 Pangsa Sektoral 100% 13.05% 13.2% 12.4% 12.03% 11.47% 10.91% 5.7% 8.8% 6.0% 8.8% 5.93% 9.21% 6.49% 8.86% 8.59% 80% 5.76% 7.89% 70% 15.75% 16.8% 17.4% 18.62% 18.01% 60% 8.15% 50% 8.5% 9.1% 8.86% 8.56% 9.66% 8.0% 90% 40% 8.8% 6.93% 5.19% 5.1% 5.8% 6.08% 34.66% 33.1% 31.0% 31.71% 7.99% 9.37% 30% 20% 27.50% 19.23% 8.36% 6.44% 9.39% 30.12% 10% 0% Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas dan Air Perdagangan Angkutan Keuangan Jasa-jasa 2013 Q1 Bangunan Sumber : BPS Prov. Sultra Perkembangan tiap sektor ekonomi yang memiliki kontribusi terhadap pembentukan PDRB akan dianalisis lebih lanjut dalam sub bab berikut ini. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 15

22 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw I Sektor Pertanian Grafik 1.15 Produksi Padi Sulawesi Tenggara 250, % 250% 200, % 150% 150, % 100,000 50% 0% 50,000-50% % Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1* Produksi Padi (Ton) Luas Lahan (Ha) Luas Panen (Ha) gproduksi gluas Lahan gluas Panen 2013 Sumber : Dinas Pertanian Prov. Sultra Pada periode laporan, perkembangan sektor pertanian menunjukkan pertumbuhan sebesar 4,94% (y.o.y) yang mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,11% (yoy) (Tabel 1.3). Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan pertumbuhan sektor pertanian yaitu penurunan produksi padi sebesar 2,45% (Grafik 1.15), penurunan produksi Kakao yang diperkirakan mencapai 10% karena masa panen yang sudah lewat dan penurunan hasil ikan tangkap karena cuaca dengan curah hujan dan gelombang laut tinggi di bulan Januari Sektor Pertambangan Meski telah diterapkannya Peraturan Menteri ESDM No.7 Tahun 2012, namun tren pertumbuhan tinggi sektor pertambangan masih berlanjut pada periode laporan dengan angka pertumbuhan sebesar 25,50% (y.o.y) meksi melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 52,72% (Tabel 1.3). Peningkatan pertumbuhan sektor pertambangan juga terkonfirmasi dari peningkatan hasil pertambangan komoditas bijih nikel dari PT.Antam, Tbk yang tumbuh sebesar 30,79% (y.o.y) (Grafik 1.16). Peningkatan produksi bijih nikel tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan yang datang dari Eropa, Korea dan Cina. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 16

23 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw I-2013 Diperkirakan peningkatan pertambangan tersebut selain dari masih tingginya permintaan luar negeri, juga ditopang oleh beroperasinya mesin FENi 3 PT. Antam, yang mengolah bijih nikel menjadi ferronikel sehingga mendorong peningkatan permintaan hasil tambang bijih nikel untuk diolah. Grafik 1.16 Produksi Bijih Nikel PT.Antam, Tbk 900, % 800, % 700, , % 500, % 400, , % 200,000 0% Bijih Nikel (WMT) Q1 Q4 Q3 Q2 Q1 Q4 Q3 Q2 Q1 Q4 Q3 Q2 Q1 Q4 Q3 Q2 - Q1 100, % 2013 gbijih nikel Sumber : PT.Antam Selain pertambangan bijih nikel, pertambangan aspal juga turut mendorong pertumbuhan tinggi sektor pertambangan. Sepanjang tahun 2013 target produksi PT.Sarana Karya mengalami peningkatan sebesar 185% dibandingkan tahun Selain itu, maraknya perkembangan perusahaan pertambangan kecil juga turut mendorong peningkatan aktivitas sektor pertambangan di Sulawesi Tenggara. Saat ini terdapat ±20 perusahaan pertambangan kecil di Sulawesi Tenggara. Namun peran pemerintah daerah dalam menjaga sustainibilitas pengolahan pertambangan sangat diperlukan khususnya agar eksplorasi hasil pertambangan memiliki nilai tambah baik nilai tambah industri juga teknologi dan sumber daya manusia dalam pengolahan hasil pertambangan Sektor Industri Pengolahan Tren pertumbuhan positif sektor industri pengolahan kembali berlanjut, pada periode laporan perkembangan sektor industri pengolahan tercatat tumbuh positif sebesar 19,32% (y.o.y) (Tabel 1.3) yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2012 sebesar -6,61% (yoy). Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 17

24 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw I-2013 Pertumbuhan positif sektor industri pengolahan dikonfirmasi oleh produksi ferronikel PT.Antam sebagai perusahaan industri pengolahan terbesar, yang pada periode laporan tumbuh 26,74% dibandingkan periode yang sama tahun 2012 (Grafik 1.17). Saat ini, hanya PT.Antam, Tbk yang memiliki pabrik pengolahan bijih nikel menjadi ferronikel, sehingga pertumbuhan sektor industri pengolahan masih belum optimal. Namun, rencana jangka panjang pemerintah daerah dan PT.Antam, Tbk merencanakan pembangunan pabrik pengolahan ferronikel di Konawe Utara yang diharapkan dapat beroperasi mulai tahun Penurunan ini juga diduga disebabkan oleh sentralisasi produksi hasil pertambangan menjelang penetapan UU Minerba yang melarang ekspor bahan baku mentah. Grafik 1.17 Produksi Ferronikel PT.Antam, Tbk 7, % 6, % 5, % 4,000 50% 3,000 0% 2,000-50% Ferronikel (Ton Ni) 2011 gferronikel 2012 Q1 Q4 Q3 Q2 Q1 Q4 Q3 Q2 Q1 Q4 Q3 Q2 Q1 Q4 Q3 Q2 - Q1 1, % 2013 gferronikel Sumber : PT.Antam Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PH) Kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada periode laporan masih tumbuh positif sebesar 11,18% (yoy) (Tabel 1.3) yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun 2012 sebesar 11,89% (yoy). Meski melambat, namun pertumbuhan sektor PHR masih tumbuh positif dan relatif tinggi. Perlambatan pertumbuhan tersebut antara lain ditandai dengan menurunnya tingkat penghunian kamar hotel (TPK) di Sulawesi Tenggara dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dari 50,87% menjadi 45,56% (Grafik 1.18). Lebih lanjut, pertumbuhan tinggi sektor PHR didorong oleh peningkatan aktivitas perdagangan di Sulawesi Tenggara yang tumbuh positif tercermin dari tingginya pertumbuhan aktivitas arus bongkar muat di pelabuhan Kendari yaitu sebesar 141,72% (y.o.y) (Grafik 1.19). Beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan sektor PHR antara lain pelaksanaan rapat oleh instansi pemerintahan dan swasta, serta bertambahnya satu buah pusat perbelanjaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 18

25 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw I-2013 Lippo Mall Kendari yang cukup mewah dan berbagai restauran yang menjamur seiring tingginya arus kunjungan ke Sulawesi Tenggara. Selain itu juga didorong oleh peningkatan kebutuhan masyarakat seiring dengan peningkatan konsumsi yang tumbuh diatas 8%. Grafik 1.18 Tingkat Hunian Hotel M ar Fe b Jan Dec Nov Okt Sep t Agust Jul Jun Mei Ap r M ar Jan 0 Fe b Sumber : BPS Sultra Grafik 1.19 Arus Bongkar Muat 600, % 500, % 250% 400, % 300, % 100% 200,000 50% 100, % 0% Q1 Q Q1 Q3 Q Q Bongkar&Muat Q1 Q3 Q1 Q Q1* -50% 2013 gbongkar&muat Sumber : Pelindo Kendari Sektor Bangunan Perkembangan sektor pertumbuhan sebesar bangunan pada triwulan 9,88% (y.o.y) (Tabel 1.3) I-2013 menunjukkan mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun 2012 yang sebesar 10,61% (yoy). Meski melambat, namun pertumbuhan tersebut masih relatif tinggi yang didorong oleh pertumbuhan sektor bangunan perumahan dan ruko. Hal ini juga juga sesuai dengan tingginya pertumbuhan kredit perumahan/ruko pada perbankan yaitu 30,50% (y.o.y) menjadi sebesar Rp875,39 Milyar (Tabel 1.5). Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 19

26 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw I-2013 Tabel 1.5 Perkembangan Kredit Perumahan/Ruko Penggunaan 2011 KPR s/d Type 70 KPR Di atas Type 70 Total 530, , ,430 Pangsa % 15.92% 100% Q1 549, , , Q2 Q3 772, , , , , , Q1 671, , ,391 Q4 585, , ,210 Pangsa % 23.27% 100% yoy Q % 68.42% 30.50% Sumber: Laporan Bank Umum Tingginya pertumbuhan sektor bangunan juga tercermin dari tingginya konsumsi semen di Sulawesi Tenggara yang tumbuh 7,26% (yoy) (Grafik 1.10). Aktivitas pembangunan oleh swasta diperkirakan menjadi pendorong pertumbuhan sektor bangunan yang relatif tinggi antara lain pembangunan perumahan mewah di Kota Kendari, pembangunan dua hotel berbintang di Kota Kendari, serta pembangunan ruko yang saat ini sedang berkembang pesat di tiga kota terpadat di Sulawesi Tenggara yaitu Kota Kendari, Bau-Bau dan Kolaka Sektor Angkutan dan Komunikasi Grafik 1.20 Jumlah Arus Penumpang Di Bandara Haluoleo Kendari Kinerja sektor angkutan dan 250, % komunikasi pada triwulan I- 200, % % perkembangan yang cukup baik 150, % 100, % 50,000 Q1 Q Q1 Q Jumlah Penumpang (skala kanan) Q1 Q Q1 Q Q1* 2013 growth Kunjungan (skala kiri) Sumber : Bandara Haluoleo menunjukkan dengan pertumbuhan yaitu sebesar yang 10.0% positif 4,23% 0.0% (Tabel 1.3). Pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar melambat 8,78% namun (yoy). Meski pertumbuhan tersebut masih relatif tinggi. Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah arus penumpang yang menggunakan alat transportasi udara di bandara Haluoleo. Pada periode berjalan jumlah penumpang yang tiba di bandara Haluoleo tercatat sebanyak orang, dan jumlah penumpang yang berangkat tercatat sebanyak orang (Grafik 1.20) yang masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 10,79% dan 8,37% (y.o.y). Peningkatan pertumbuhan sektor angkutan diperkirakan didorong oleh meningkatnya aktivitas bisnis di Sulawesi Tenggara khususnya pada sektor pertambangan yang mengundang minat investor dalam negeri dan luar negeri. Peningkatan tersebut juga didukung oleh semakin tingginya aksesbilitas daerah-daerah di Sulawesi Tenggara melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 20

27 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw I-2013 penambahan penerbangan ke daerah Wangi-Wangi, Bau-Bau dan Kolaka. Selain itu dukungan penambahan armada ke Kota Kendari yaitu penerbangan Lion Air dari 2x penerbangan menjadi 7x penerbangan serta Garuda Indonesia dari 1x penerbangan menjadi 2x penerbangan juga menambah pertumbuhan sektor angkutan. Sementara pada sektor komunikasi, telekomunikasi yang berkembang pesat khususnya dalam hal akses internet tanpa kabel menjadi pendorong utama pertumbuhan sektor komunikasi Sektor Keuangan Sektor keuangan pada triwulan I-2013 tumbuh sebesar 11,68% (y.o.y) (Tabel 1.3). Pertumbuhan tersebut mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 8,28% dengan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara sebesar 0,74% (Tabel 1.4). Grafik 1.21 Aset Perbankan Di Sulawesi Tenggara (Juta,%) 18,000 40% 16,000 35% 14,000 30% 12,000 25% 10,000 20% 8,000 15% 6,000 10% 4,000 5% 2,000 0% Q Aset Perbankan Sumber : LBU Q gaset juga Juta 45% Pertumbuhan tinggi tersebut tercermin pada peningkatan aset perbankan Sulawesi tercatat Tenggara sebesar Rp yang 16,34 Triliun atau tumbuh 25,39% dibandingkan periode yang sama tahun 2012 (grafik 1.21). Selain sektor itu, perkembangan keuangan tercermin dari pertumbuhan penyaluran kredit yang pada triwulan I-2013 juga tumbuh sebesar 25,44% (y.o.y) atau menjadi sebesar Rp 11,21 Triliun (Tabel Indikator Perbankan) Sektor Lainnya Perkembangan sektor listrik, gas & air bersih (LGA) serta sektor jasa-jasa pada triwulan I-2013 menunjukkan pertumbuhan yang positif masing masing sebesar 17,08% (y.o.y) dan 2,19% (y.o.y). Pertumbuhan agresif sektor LGA didorong oleh peningkatan penggunaan gas rumah tangga seiring dengan beroperasinya stasiun gas di Kota Kendari. Sementara itu, peningkatan pertumbuhan sektor jasa-jasa antara lain didorong oleh peningkatan aktivitas jasa pendidikan, jasa pemerintahan serta jasa sosial Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 21

28 BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Tw I-2013 khususnya dengan semakin tingginya arus kunjungan ke Sulawesi Tenggara baik untuk investasi maupun urusan pemerintahan. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 22

29 KAJIAN EKONOMI REGIONAL ( Tw I BAB II PERKEMBANGAN INFLASI Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

30 BAB II Perkembangan Inflasi Tw I KONDISI UMUM TAHUN 2013 Perkembangan harga di tingkat nasional pada triwulan I-2013 tercatat mengalami inflasi sebesar 5,90% (yoy) yang didorong oleh inflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan (12,95%, yoy) dan makanan jadi-minuman-rokok-tembakau (5,98%, yoy) 1. Kondisi inflasi tersebut mengalami peningkatan dibanding dengan inflasi di triwulan I-2012 yang tercatat sebesar 3,97% (yoy). Peningkatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya tekanan pada kelompok bahan makanan dan makanan jadi yang disebabkan oleh peningkatan ekspektasi kenaikan harga akibat tarik ulur kenaikan bahan bakar minyak bersubsidi. Meski meningkat, namun angka inflasi nasional tersebut masih berada dalam kisaran sasarannya yaitu 4,5 ± 1 persen. Berbeda dengan tren peningkatan inflasi pada level nasional, di Sulawesi Tenggara yang diwakili oleh Kota Kendari mengalami inflasi yang lebih rendah dibandingkan tingkat inflasi nasional. Perkembangan harga di triwulan I-2013 tercatat mengalami inflasi sebesar 3,02% (yoy) yang didorong oleh inflasi tinggi pada kelompok bahan makanan (5,75%, yoy) dan makanan jadi-minuman-rokok-tembakau (3,74%, yoy). Angka inflasi tersebut menurun signifikan dibandingkan dengan angka inflasi pada periode yang sama tahun 2012 yang sebesar 5,10% (yoy). Penurunan inflasi di Kota Kendari disebabkan oleh menurunnya tekanan pada inflasi kelompok bahan makanan dan makanan jadi. Hal ini didorong oleh kondisi cuaca yang relatif stabil dengan curah hujan dan gelombang laut tinggi hanya terjadi dibulan Januari, berbeda dengan tahun 2012, periode curah hujan dan gelombang laut tinggi terjadi sejak Januari hingga April. Kondisi ini mampu menurunkan tekanan inflasi yang berasal dari kenaikan harga ikan tangkap. Lebih lanjut, angka inflasi Sulawesi Tenggara tersebut diantara 17 provinsi di Kawasan Timur Indonesia, menempati urutan ke-16 inflasi tertinggi atau pada posisi dua terendah (Grafik 2.1). Posisi tersebut mengalami perubahan dibanding kondisi di tahun 2012, Sulawesi Tenggara menempati urutan ke Sumber : Rilis Inflasi Maret 2013 oleh BPS Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 23

31 BAB II Perkembangan Inflasi Tw I-2013 Grafik 2.1 Inflasi Kawasan Timur Indonesia Papua Barat Maluku Utara Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Tengah Nusa Tenggara Timur Bali Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara 2.2 INFLASI TRIWULAN I-2013 Pada periode laporan, pergerakan harga di Kota Kendari mengalami inflasi sebesar 0,18% (qtq), kemudian berdasarkan data bulanan, inflasi periode laporan terkonsentrasi pada bulan Januari dan Maret dengan inflasi sebesar 0,06% (mtm) dan 0,22% (mtm), sementara pada bulan Februari terjadi deflasi sebesar 0,10% (Grafik 2.2). Inflasi pada bulan Januari, Februari dan Maret tersebut lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2012 yang sebesar 0,79%, 1,34% dan 0,21%. Kondisi tersebut juga menjadi penyebab menurunnya inflasi pada periode laporan dibandingkan periode yang sama tahun Lebih rendahnya inflasi bulanan pada bulan Januari -- Maret menyebabkan inflasi tahunan juga menjadi relatif rendah yaitu sebesa 3,02%, dan lebih rendah dibandingkan inflasi tahunan pada periode yang sama tahun 2012 sebesar 5,10% (Grafik 2.2). Grafik 2.2 Inflasi Bulanan Kota Kendari Grafik 2.3 Inflasi Historis Kota Kendari %, YTD %, MTM Tw I-13 Jan'3 Feb'13 Mar' (0.04) (0.10) (0.92) (0.21) Triwulan-I (q-t-q,%) Rata-rata Inflasi Tw I Jan'13 (mtm,%) Rata-rata Inflasi Jan (0.10) Feb'13 (mtm,%) 0.3 Rata-rata Inflasi Feb Mar'13 (mtm,%) Rata-rata Inflasi Mar Sumber : BPS Sultra Sumber : BPS Sultra Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 24

32 BAB II Perkembangan Inflasi Tw I-2013 Grafik 2.4 Perbandingan Inflasi Kendari Dengan Inflasi Daerah Asal Barang 18% 16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% 15.28% 12.40% 9.51% 7.11% 6.57% 5.09% 6.75% 2.87% 4.60% 3.87% 5.23% 4.61% 1.87% 3.40% 4.41% 3.02% 3.38% 4.50% Q1 Sulsel Jatim Sultra Sumber : BPS Sultra Jika dibandingkan dengan inflasi di daerah asal barang atau sentra produksi barang konsumsi di Sulawesi Tenggara yaitu Sulawesi Selatan dan Jawa Timur yang masing-masing sebesar 4,61% dan 6,75% (yoy), inflasi Kendari masih lebih rendah. Hal ini menggambarkan bahwa faktor struktur pasar pada triwulan I-2013 tidak memberikan kontribusi signifikan dalam peningkatan inflasi di Kota Kendari. Peningkatan inflasi tahunan pada periode laporan dipengaruhi oleh meningkatnya inflasi administered price (harga yang diatur pemerintah), inflasi volatile food (bahan makanan bergejolak), dan juga pada inflasi inti yang akan dibahas pada sub bab disagregasi inflasi. 2.3 INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK BARANG Tabel 2.1 Inflasi Kelompok Komoditas (%) KELOMPOK Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 25

33 BAB II Perkembangan Inflasi Tw I-2013 Apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, inflasi pada triwulan I-2013 mengalami penurunan yaitu dari 5,25% menjadi 3,02% (yoy). Penurunan inflasi tersebut bersumber dari menurunnya tekanan pada kelompok bahan makanan, makanan jadi, sandang, dan perumahan. Inflasi masing-masing kelompok tersebut sebesar 5,75%, 3,74%, 1,14% dan 4,20% (Tabel 2.1). Pada sisi lain, kelompok kesehatan mengalami kenaikan inflasi yaitu dari 3.85% pada triwulan sebelumnya menjadi 4,48%. Pada sub bahasan ini akan dibahas beberapa kelompok yang memberikan dampak signifikan yaitu bahan makanan, makanan jadi, perumahan dan transportasi. Pada angka triwulanan inflasi di triwulan I-2013 tercatat mengalami sebesar 3,02% lebih tinggi dibanding triwulan IV-2012 yang mengalami deflasi sebesar -0,001%. Peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan inflasi triwulanan pada kelompok bahan makanan, makanan jadi, perumahan, kesehatan dan pendidikan. Inflasi pada kelompok bahan makanan mengalami peningkatan dari -0,25% menjadi - 0,24% (qtq) yang didorong oleh inflasi pada sub kelompok sayur-sayuran, dari -8,48% menjadi 5,91%, buah-buahan dari -1,73% menjadi 2,78% dan bumbu-bumbuan dari 12,54% menjadi 23,29% (qtq). Kemudian, pada sub kelompok daging & hasilnya dan ikan segar mengalami penurunan inflasi masing-masing dari 2,30% dan -0,75% menjadi -2,71% dan -5,87% (Grafik 2.5). Grafik 2.5 Inflasi Bahan Makanan BAHAN MAKANAN (0,24%, QTQ) SAYUR-SAYURAN (5.91%, QTQ) BUAH-BUAHAN (2.78%, QTQ) BUMBU-BUMBUAN (23.29%, QTQ) DAGING & HASILNYA (2,71%, QTQ) KACANG-KACANGAN (-0.81%, QTQ) IKAN SEGAR (-5.87%, QTQ) Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 26

34 BAB II Perkembangan Inflasi Tw I-2013 Berdasarkan komoditasnya, peningkatan harga terbesar terjadi pada komoditas bawang merah, bawang putih dan cabe rawit (sub kelompok bumbu-bumbuan), dan yang mengalami penurunan harga terbesar adalah layang, cakalang, kembung dan ayam hidup (Tabel 2.2). Kemudian, pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, tembakau terjadi peningkatan inflasi dari 0,20% menjadi 0,65% (qtq) yang didorong oleh peningkatan inflasi pada sub kelompok makanan jadi dari 0,64% menjadi 0,87% (qtq) dan rokok, tembakau dan minuman beralkohol lainnya dari 1,23% menjadi 1,66% (Grafik 2.6). Meski terjadi peningkatan, namun inflasi yang terjadi di periode laporan menunjukkan adanya penurunan harga pada sub kelompok minuman yang tidak beralkohol. Berdasarkan komoditasnya, kenaikan harga terbesar terjadi pada komoditas ikan bakar, roti tawar dan teh (Tabel 2.2). Grafik 2.6 Inflasi Makanan Jadi MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU (0,2%,QTQ) MAKANAN JADI (0,65%,QTQ) MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL (0.87%,QTQ) KACANG-KACANGAN (-0.81%, QTQ) Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara Selanjutnya pada kelompok perumahan terjadi peningkatan inflasi dari 0,29% menjadi 0,88% (qtq) yang bersumber dari peningkatan inflasi pada sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air dari -0,18% menjadi 2,00%, perlengkapan rumah tangga dari -0,08% menjadi 0,60% dan penyelenggaraan rumah tangga dari 0,43% menjadi 2,32% (qtq) (Grafik 2.7). Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga terbesar adalah sewa rumah, upah asisten rumah tangga dan tarif listrik (Tabel 2.2). Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 27

35 BAB II Perkembangan Inflasi Tw I-2013 Grafik 2.7 Inflasi Perumahan PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB Biaya Tempat Tinggal Bahan Bakar, Penerangan dan Air Perlengkapan Rumahtangga Penyelenggaraan Rumahtangga Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara Pada kelompok kesehatan terjadi peningkatan inflasi dari 0,62% menjadi 1,58% (qtq) yang didorong oleh peningkatan inflasi pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetik dari - 0,09% menjadi 3,17% (qtq), (Grafik 2.8). Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga terbesar adalah obat-obat flu, batuk dan minyak rambut, lipstik dan shampo (Tabel 2.2). Grafik 2.8 Inflasi Kesehatan KESEHATAN (1.58%, QTQ) OBAT-OBATAN (0,66%, QTQ) PERAWATAN JASMANI & KOSMETIKA (3.17%, QTQ) JASA KESEHATAN & OBAT-OBATAN (0.00%, QTQ) JASA PERAWATAN JASMANI (0,09%, QTQ) Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 28

36 BAB II Perkembangan Inflasi Tw I-2013 Tabel 2.2 Komoditas Penyumbang Inflasi di Bulan Januari, Februari, dan Maret Komoditas Inflasi/Deflasi (%,mtm) Andil Inflasi/Deflasi Inflasi BERAS KATAMBA TELUR AYAM RAS BAWANG MERAH UDANG BASAH BAWAL RAMBE EKOR KUNING BAWANG PUTIH BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA Deflasi LAYANG CAKALANG KEMBUNG/GEMBUNG AYAM HIDUP BANDENG GULA PASIR PISANG KACANG PANJANG JERUK NIPIS/LIMAU ANGKUTAN UDARA Komoditas Inflasi/Deflasi (%,mtm) Andil Inflasi/Deflasi Deflasi CAKALANG ANGKUTAN UDARA UDANG BASAH KEMBUNG/GEMBUNG EKOR KUNING EMAS PERHIASAN BANDENG LAYANG CABE RAWIT KATAMBA Inflasi TARIF LISTRIK BAWAL BAWANG MERAH TEMBANG AYAM HIDUP PEPAYA BAYAM TELUR AYAM RAS BAWANG PUTIH Komoditas Inflasi/Deflasi (%,mtm) Inflasi BAWANG PUTIH BAWANG MERAH CABE MERAH CAKALANG ROKOK KRETEK FILTER WORTEL PASIR JERUK UPAH PEMBANTU RT MINYAK GORENG Deflasi ANGKUTAN UDARA TELUR AYAM RAS KEMBUNG/GEMBUNG EMAS PERHIASAN BANDENG KAYU BALOKAN BAWAL LAYANG AYAM HIDUP CUMI-CUMI Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara Andil Inflasi/Deflasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 29

37 BAB II Perkembangan Inflasi Tw I DISAGREGASI INFLASI Berdasarkan disagregasinya, peningkatan inflasi pada periode laporan terutama dipengaruhi oleh meningkatnya inflasi volatile food (bahan makanan bergejolak) dan kelompok core, meski terjadi penurunan inflasi pada kelompok administered price. Grafik 2.9 Disagregasi Inflasi 14% 9% 4% -1% -6% Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q % Inflasi (0,18%, QTQ) volatile (0,14%, QTQ) Core (0,36%, QTQ) administered (-0,19%, QTQ) Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara Pada periode laporan, inflasi volatile food meningkat dari 0,09% (qtq) pada akhir triwulan-iv 2012 menjadi 0,18% (qtq) pada akhir triwulan-i 2013 (Grafik 2.9). Kelompok volatile food terutama didominasi oleh bahan makanan utama konsumsi masyarakat. Meski mengalami peningkatan, namun inflasi volatile food tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata historis yang sebesar 5,43% (qtq) (Grafik 2.10). Kondisi ini disebabkan karena pada tahun-tahun sebelumnya dampak faktor musiman lebih tinggi didorong oleh permasalahan cuaca yang pada periode laporan mengalami peningkatan signifikan (Grafik 2.11). Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 30

38 BAB II Perkembangan Inflasi Tw I-2013 Grafik 2.10 Disagregasi Inflasi Historis IHK Core Volatile 5.43 Adm. Prices Tw-I'13 (qtq,%) Rata-rata Inflasi Tw-I Tw-I'13 (qtq,%) Rata-rata Inflasi Tw-I Tw-I'13 (qtq,%) Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Tenggara diolah Rata-rata Inflasi Tw-I Tw-I'13 (qtq,%) (1.53) Rata-rata Inflasi Tw-I Kelompok core pada periode berjalan mengalami peningkatan inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 0,12% menjadi 0,36% (qtq) (Grafik 2.9). Kelompok core tersebut terdiri dari kelompok sandang, makanan jadi, perumahan dan kesehatan. Meski relatif kecil, namun peningkatan inflasi pada periode laporan mampu mendorong kenaikan inflasi umum. Angka inflasi core tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata historis tahun yang sebesar 3,15% (qtq) (Grafik 2.10). Peningkatan inflasi core pada periode laporan didorong oleh terdapat peningkatan demand yang cukup tinggi seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat. Inflasi administered price Kota Kendari yang terdiri dari kelompok komoditas yang diatur oleh pemerintah mengalami deflasi pada level moderat yaitu sebesar 0,19% (qtq) (Grafik 2.10).. Namun dibandingkan dengan inflasi historis tahun yang sebesar -1,53% (qtq) (Grafik 2.10), inflasi tersebut masih lebih tinggi. Beberapa faktor yang mendorong deflasi tersebut antara lain penurunan tarif pesawat udara akibat suplai yang tinggi dengan bertambahnya jadwal penerbangan Lion dan Garuda masing-masing dari 4x dan 1x menjadi 7x dan 2x. 2.5 UPAYA PENGENDALIAN INFLASI Dalam rangka mengendalikan inflasi di tahun 2013, TPID telah melakukan penyusunan isu strategis serta rekomendasi kebijakan sebagai berikut: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 31

39 BAB II Perkembangan Inflasi Tw I-2013 No Identifikasi Permasalahan/Isu Strategis (1) 1. Penguatan Ketahanan Pangan Daerah dalam konteks UU No.18 Tahun 2012 ttg Pangan Permasalahan (2) 1. Produksi a. Sebagian komoditas pangan berasal dari luar wilayah Sulawesi Tenggara, antara lain dari Sulawesi Selatan, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat b. Konversi lahan pertanian subur beririgasi teknis masih terus berlanjut, adapun kondisi irigasi teknis yang masih tersisa sebagian sudah tidak memadai. c. Terbatasnya fasilitas permodalan di pedesaan d. Lambatnya penerapan teknologi akibat kurangnya insentif ekonomi e. Masih berlanjutnya pemotongan hewan ternak betina produktif f. Adanya gangguan hama dan penyakit pada tanaman dan ternak g. Teknologi pertanian dan peternakan (khususnya ternak ayam potong dan petelur) yang masih rendah menyebabkan sulitnya kenaikan produksi h. Keterbatasan cadangan pangan pemerintah dan masyarakat i. Sulitnya peningkatan Rekomendasi Kebijakan kepada Kementerian/Lembaga Terkait/Kerjasama dengan Daerah Lain (3) 1. Untuk mengatasi masalah produksi dan ketersediaan maka diperlukan upaya peningkatan hasil produksi dan ketersediaan antara lain dengan : a. Optimalisasi program pemerintah dalam meningkatkan produksi komoditas pangan dan membangun kerja sama antara SKPD pelaksana dengan pihak-pihak terkait, misalnya dengan sinergi antara Bank Indonesia melalui PSBI dengan Dinas Pertanian Sulawesi Tenggara untuk memanfaatkan lahan kosong bagi pengembangan bahan makanan. (Kementerian Pertanian) b. Meningkatkan rasio landman dengan mengeluarkan peraturan yang mengatur penyediaan lahan beririgasi abadi, serta peningkatan anggaran baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk maintain irigasi teknsi yang ada. c. Memberikan kemudahan untuk memperoleh fasilitas kredit untuk permodalan bagi masyarakat pedesaan, namun tetap dengan kontrol dan pengawasan yang memadai untuk mencegah kredit macet. d. Pengembangan dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 32

40 BAB II Perkembangan Inflasi Tw I-2013 produksi komoditas sayuran dan buahbuahan karena pemasaran yang belum terjamin. 2. Distribusi a. Keterbatasan infrastruktur pelabuhan di Kendari yang mengakibatkan kapal lama berlabuh di pelabuhan b. Keterbatasan infrastruktur jalan khususnya dari perbatasan Sulawesi Tenggara dengan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah. c. Cuaca dengan curah hujan dan gelombang laut tinggi menghambat kelancaran distribusi baik dari sisi waktu maupun kualitas barang yang rentan rusak. d. Keterbatasan sarana dan kelembagaan pasar 3. Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan a. Konsumsi beras masih cukup tinggi karena belum optimalnya pemanfaatan pangan lokal b. Belum berkembangnya industri berbasis pangan lokal untuk mendukung penganekaragaman konsumsi pangan. pengenalan teknologi tepat guna dan peningkatan anggaran untuk keperluan riset dan pengembangan teknologi produksi serta pengolahan produk pangan. e. Menyediakan insentif bagi para pemilik ternak betina produktif agar tidak memotong ternaknya tersebut. f. Penerapan teknologi budidaya tanaman dan ternak yang baik mulai dari pembibitan, pemeliharaan, sampai dengan masa panen. Serta pembasmian hama penyakit tanaman dan ternak menggunakan predator alaminya g. Pengembangan dan pengenalan teknologi tepat guna dalam hal ternak ayam potong dan petelur h. Penyediaan anggaran dari pemerintah daerah untuk cadangan pangan pemerintah dan masyarakat. i. Pengembangan industri turunan hasil pertanian agar dapat menyerap produksi pertanian saat pasokan melimpah 2. Untuk mengatasi masalah distribusi, beberapa langkah yang diusulkan adalah sebagai berikut: a. Percepatan penyelesaian Pelabuhan Bungkutoko dari seharusnya di tahun 2014 menjadi di awal (Kementerian Perhubungan) b. Peningkatan anggaran baik dari pemerintah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 33

41 BAB II Perkembangan Inflasi Tw I-2013 pusat maupun pemerintah daerah untuk perbaikan jalan rusak pada masing-masing jalan negara, provinsi dan kabupaten. (Kementerian Pekerjaan Umum) c. Peningkatan produksi dalam daerah sehingga mengurangi ketergantungan pasokan dari luar yang sangat rentan terhadap cuaca. (Kementerian Pertanian) d. Peningkatan anggaran baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk penyediaan sarana dan kelembagaan pasar yang memadai. 3. Untuk mengatasi permasalahan konsumsi dan penganeka ragaman pangan, beberapa langkah yang diusulkan adalah : a. Menurunkan tingkat konsumsi beras melalui promosi, sosialisasi dan advokasi pemanfaatan pangan lokal pada masyarakat. b. Mendorong penerapan teknologi pengolahan pangan lokal pada skala home industry, sebagai trigger effect pada industri berskala lebih besar 2. Implementasi Kenaikan UMP 2013 dan implikasinya bagi ekonomi daerah 3. Arah Kebijakan Energi Kemungkinan terjadinya gejolak pekerja pada sektor usaha yang tidak mampu memenuhi UMP. 1. Belum adanya jaminan kuota yang mencukupi kebutuhan konsumsi 1. Untuk mengantisipasi gejolak akibat kenaikan UMP perlu pertemuan yang intensif antara pengusaha dengan pekerja. (Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian Perindustrian) 1. Dalam mengatasi permasalahan kekurangan kuota maka Pemerintah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 34

42 BAB II Perkembangan Inflasi Tw I (Kebijakan Pengendalian Konsumsi BBM atau Kenaikan Harga BBM) dan implikasinya bagi ekonomi daerah Penguatan Kerja Sama Antar Daerah BBM bersubsidi khususnya solar. 2. Kenaikan harga BBM bersubsidi diperkirakan akan mendorong kenaikan harga kebutuhan konsumsi masyarakat yang tinggi. 3. Distribusi BBM bersubsidi untuk memenuhi kebutuan petani dan nelayan belum optimal. 4. Jaminan pasokan listrik yang belum optimal 5. Sebagian besar komoditas konsumsi Daerah dan Pertamina akan mengajukan permintaan kenaikan kuota yang disesuaikan dengan perkembangan aktivitas ekonomi terkini. (Kementerian ESDM) 2. Dampak kenaikan harga yang lebih tinggi akan ditekan dengan beberapa langkah: a. Operasi pasar murah, dengan kerja sama antara pemerintah daerah, perbankan dan Bank Indonesia. b. Sidak pasar, berfungsi untuk mencegah kenaikan harga lebih tinggi akibat ulah oknum pelaku pasar yang memanfaatkan keadaan. c. Bekerja sama dengan Dinas Pendapatan Daerah dan Dinas Pekerjaan Umum dalam mengurangi hambatan distribusi lainnya yang berpotensi menambah margin harga, yaitu retribusi, dan kerusakan jalan. 3. Perlunya memperluas Supply Point (Penyalur) pada wilayahwilayah sentra produktif (usaha pertanian dan perikanan) serta pengendalian penyaluran BBM bersubsidi dari penyalahgunaan (Polri, Kementerian ESDM, Kementerian Perdagangan) 4. Perlu dilakukan percepatan pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan, perluasan jaringan distribusi serta mempercepat rencana pembangunan PLTA dengan memanfaatkan potensi yang tersedia (Kementerian PU, Kementerian ESDM, Kementerian BUMN) 7. Perlu dilakukan kerja sama koordinasi rutin melalui forum Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 35

43 BAB II Perkembangan Inflasi Tw I-2013 didatangkan dari Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan, sehingga diperlukan kerja sama antar daerah untuk menjamin kelancaran pasokan ke Sulawesi Tenggara. 6. Interkoneksi antar wilayah yang belum optimal sehingga menghambat kelancaran arus barang dan jasa. TPID Wilayah dan Nasional namun dengan pembahasan bilateral. 8. Meningkatkan kualitas dan kelengkapan infrastruktur jaringan transportasi darat, laut dan udara (Kementerian PU, Kementerian Perhubungan) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 36

44 KAJIAN EKONOMI REGIONAL ( Tw I-2013 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

45 BAB III Perkembangan Perbankan Tw I PERKEMBANGAN PERBANKAN Perbankan pada triwulan I-2013 menunjukkan perkembangan yang cukup tinggi dengan parameter pertumbuhan positif aset sebesar 25,07% (y.o.y). Sehingga secara total, aset perbankan pada triwulan I-2013 menjadi Rp16,45 Triliun. Perkembangan aset tersebut didorong oleh ekspansi kredit yang tumbuh sebesar 29,44%. Pertumbuhan kredit tersebut lebih tinggi dari perkembangan DPK (Dana Pihak Ketiga) yang tumbuh sebesar 14,28% sehingga mendorong angka LDR (Loan to Deposit Ratio) menjadi sebesar 105,39%. Sementara itu, tingkat kesehatan penyaluran kredit juga masih berada pada level cukup aman yang terukur dari angka NPL (Non Performing Loan) yang relatif kecil sebesar 1,81% (Tabel 3.1). Kinerja dan efisiensi perbankan juga tercermin dari Rasio BOPO dan NIM yang masing-masing sebesar 54,09% dan 9,74% Perbankan syariah menunjukkan perkembangan yang tinggi dengan indikator pertumbuhan aset sebesar 130,69%. Peningkatan aset tersebut didorong oleh penyaluran kredit dan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang cukup agresif, dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 58,96% dan 40,20% (Tabel 3.5). Disparitas pertumbuhan kredit dengan DPK tersebut menyebabkan angka FDR perbankan syariah cukup besar yaitu 109,97% (Tabel 3.5). Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Bank Umum dan BPR Indikator Pangsa Growth (y-o-y) Q1 Q1 Q1 Q1 Q1 Q Q Q Q Aset (Juta) Total Aset ,49% 25,07% Bank Umum ,41% 99,37% 46,81% 25,02% BPR ,59% 0,63% 7,77% 32,86% DPK (Juta) Total DPK ,36% 14,28% Bank Umum ,44% 99,42% 40,63% 14,26% BPR ,56% 0,58% 4,15% 16,65% Kredit Yang Disalurkan (Juta) Total Kredit ,82% 29,44% Bank Umum ,27% 99,25% 31,86% 29,41% BPR ,73% 0,75% 27,40% 34,14% Loan To Deposit Ratio (LDR) Total LDR 81,23% 94,06% 99,06% 93,04% 105,39% -6,08% 13,27% Bank Umum 81,07% 94,02% 99,07% 92,89% 105,20% -6,24% 13,26% BPR 97,35% 98,06% 97,88% 119,73% 137,68% 22,32% 14,99% Non Performing Loan (NPL) Total NPL (Juta) ,08% 27,52% Bank Umum (Juta) ,16% 94,71% 2,61% 28,26% BPR (Juta) ,84% 5,29% 35,31% 15,55% Total NPL (%) 3,33% 2,48% 2,32% 1,83% 1,81% -21,05% -1,48% Bank Umum (%) 3,29% 2,43% 2,24% 1,74% 1,72% -22,18% -0,88% BPR (%) 6,44% 7,83% 13,91% 14,78% 12,73% 6,21% -13,85% Sumber : LBU dan LBBPR Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 37

46 BAB III Perkembangan Perbankan Tw I Bank Umum Aset Bank Umum triwulan I-2013 tercatat sebesar Rp16,35 Triliun, tumbuh 25,02% dibanding triwulan I-2012 yang tercatat sebesar Rp13,07 Triliun. Pertumbunan aset dimaksud didorong oleh penghimpunan dana dan penyaluran kredit yang masing-masing tumbuh sebesar 14,26% dan 29,41% (y.o.y). Meskipun cukup tinggi, namun pertumbuhan aset tersebut mengalami pelambatan dibandingkan posisi yang sama tahun 2012 yang mencapai 46,81%. Melambatnya pertumbuhan aset didorong oleh pelambatan pertumbuhan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang merupakan pembentuk aset perbankan. Penghimpunan DPK pada triwulan I-2013 tercatat sebesar Rp10,58 Triliun atau tumbuh sebesar 14,26%. Pertumbuhan DPK dimaksud mengalami perlambatan dari Triwulan I-2012 yang mencapai pertumbuhan sebesar 40,63%. Perlambatan pertumbuhan DPK tersebut disebabkan oleh kontraksi penghimpunan deposito yang pada triwulan I-2013 tercatat menurun sebesar -2,11% jauh lebih rendah dari triwulan I-2012 yang tercatat tumbuh 39,55%, hal ini mengindikasikan terjadinya perubahan preferensi investasi nasabah. Perlambatan pertumbuhan DPK juga ditopang oleh perlambatan pertumbuhan giro dan tabungan masing-masing dari 61,10% dan 32,56% di triwulan I menjadi 27,00% dan 14,09% pada triwulan I Namun, meski mengalami penurunan, pertumbuhan DPK pada triwulan I-2013 masih pada kategori cukup tinggi serta akses perbankan yang semakin meningkat di Sulawesi Tenggara. Tabel 3.2 Perkembangan Indikator Bank Umum Indikator Pangsa Growth (y-o-y) Q1 Q1 Q1 Q1 Q1 Q Q Q Q Aset (Juta) Bank Umum ,41% 99,37% 46,81% 25,02% DPK BU (Juta) ,63% 14,26% Giro ,79% 29,78% 61,10% 27,00% Tabungan ,37% 53,29% 32,56% 14,09% Deposito ,84% 16,93% 39,55% -2,48% Kredit BU (Juta) ,86% 29,41% Modal Kerja ,75% 31,50% 30,97% 24,45% Investasi ,84% 10,73% 46,73% 41,19% Konsumsi ,41% 57,77% 30,10% 30,22% Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum 81,07% 94,02% 99,07% 92,89% 105,20% -6,24% 13,26% Non Performing Loan (NPL) NPL BU (Juta) ,16% 94,71% 2,61% 28,26% NPL BU (%) 3,29% 2,43% 2,24% 1,74% 1,72% -22,18% -0,88% Sumber : LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 38

47 BAB III Perkembangan Perbankan Tw I-2013 Berdasarkan pangsanya, dominasi DPK masih terdapat pada tabungan dengan pangsa 53,27% atau sebesar Rp5,67 Triliun. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat lebih cenderung menyimpan dananya dalam bentuk current account yang dapat ditarik setiap saat untuk memenuhi kebutuhannya. Grafik 3.1 Pertumbuhan DPK Sumber : LBU Melambatnya pertumbuhan DPK mengakibatkan pertumbuhan kredit yang disalurkan turut melambat, yaitu dari 31,82% di triwulan I-2012 menjadi 29,44% pada triwulan I Berdasarkan nominalnya, angka penyaluran kredit bank umum Sulawesi Tenggara pada triwulan I-2013 mencapai Rp11,21 Triliun dengan dengan peningkatan sebesar Rp2,55 Triliun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Grafik 3.2 Pangsa dan Nominal DPK Triwulan I 2013 (%, Milyar) Grafik 3.3 Pangsa dan Nominal Kredit Penggunaan Triwulan I 2013 (%, Milyar) Sumber : LBU Sumber : LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 39

48 BAB III Perkembangan Perbankan Tw I-2013 Dari sisi penggunaan, perlambatan pertumbuhan kredit didorong oleh perlambatan pertumbuhan kredit modal kerja dan investasi, yaitu dari masing-masing sebesar 30,97% dan 46,73% di triwulan I-2012 menjadi 24,45% dan 41,19% pada triwulan I Pada sisi lain, kredit konsumsi tercatat tumbuh lebih tinggi dari 30,10% di triwulan I-2012 menjadi 30,22% pada triwulan I-2013 (Grafik 3.2). Dari sisi jenis penggunaan, pangsa kredit terbesar masih terkonsentrasi pada kredit konsumsi dengan nominal Rp6,45 Triliun atau 57,77% dari total kredit. Sementara kredit modal kerja dan investasi tercatat sebesar Rp3,57 Triliun dan Rp1,19 Triliun dengan pangsa masing-masing sebesar 31,50% dan 10,73% dari total kredit (Grafik 3.3). Grafik 3.4 Pertumbuhan (g) dan Nominal Kredit Penggunaan (%, Triliun) Sumber : LBU Dari sisi sektoral, beberapa sektor mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor listrik, gas dan air yaitu sebesar 247,27% triwulan I-2013 dari periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 8,56%, namun dikarenakan sumbangannya yang sangat kecil terhadap total kredit (0,03%) maka pertumbuhan dimaksud tidak mencerminkan pertumbuhan yang signifikan. Sektor yang juga mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu sektor perindustrian, jasa dunia usaha, PHR, konstruksi dan sektor lainnya masingmasing dari 27,30%, 53,62%, 35,52%, 10,02% dan 30,10% di triwulan I-2012 menjadi 76,73%, 79,02%, 44,53%, 18,98% dan 34,23% pada triwulan I Dilain pihak, terjadi perlambatan pertumbuhan di sektor pertanian, pertambangan dan transportasi, masing-masing dari 102,72%, 55,41% dan 36,82% di triwulan I-2012 menjadi 28,22%, 32,55 dan 12,98% pada triwulan I Sektor jasa sosial merupakan satu-satunya sektor yang mengalami penurunan, yaitu dari 25,47% di triwulan I-2012 menjadi -96,96% pada triwulan I-2013 (Grafik 3.5). Peningkatan pertumbuhan kredit dibeberapa Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 40

49 BAB III Perkembangan Perbankan Tw I-2013 sektor diperkirakan disebabkan oleh aktivitas perbankan yang meningkat yang didorong oleh peningkatan aktivitas perekonomian di Sulawesi Tenggara. Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit Sektoral Sumber: LBU Berdasarkan pangsanya, dominasi penyaluran kredit sektoral masih pada sektor lainnya (non usaha) dan PHR dengan pangsa masing-masing sebesar 59,55% dan 27,64%. Sementara itu, sektor usaha yang memberikan sumbangan cukup tinggi terhadap perekonomian Sulawesi Tenggara yaitu sektor pertanian, pertambangan, industri dan konstruksi memiliki pangsa kredit relatif kecil masing-masing sebesar 2,71%, 0,47%, 1,13% dan 2,86%. Penyebab relatif kecilnya pangsa pada sektor-sektor tersebut disebabkan oleh tingginya tingkat risiko khususnya pada sektor pertanian, serta dominasi pembiayaan dari luar wilayah Sulawesi Tenggara di sektor pertambangan, industri dan konstruksi yang juga merupakan sektor padat modal. Grafik 3. 6 Pangsa Kredit Sektoral Sumber: LBU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 41

50 BAB III Perkembangan Perbankan Tw I-2013 Meskipun penyaluran kredit mengalami perlambatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya, angka pertumbuhan kredit bank umum pada triwulan I-2013 masih berada pada level yang cukup tinggi sebesar 29,41% (yoy). Tingginya penyaluran kredit tersebut disebabkan oleh kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara yang sedang berkembang pesat dengan pertumbuhan ekonomi triwulan I-2013 yang mencapai 9,72% atau lebih tinggi dari pertumbuhan nasional yang hanya mencapai 6,02%. Optimisme atas kondisi perekonomian Sulawesi Tenggara juga tercermin dari pembukaan kantor cabang beberapa bank baru dan ekspansi beberapa bank existing di wilayah Sulawesi Tenggara. Pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dari pertumbuhan DPK mengakibatkan angka Loan to Deposit Ratio (LDR) bank umum berada pada angka yang cukup tinggi yaitu 105,20%. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan LDR pada posisi yang sama tahun 2012 yang tercatat sebesar 92,89%. Kondisi ini menunjukkan bahwa DPK yang dihimpun telah digunakan secara optimal untuk pembiayaan kegiatan perekonomian Sulawesi Tenggara. LDR diatas 100% juga didorong oleh optimalisasi penyaluran kredit beberapa bank yang baru melakukan kegiatan operasional di Sulawesi Tenggara. Penyaluran kredit dan penghimpunan dana yang tumbuh relatif tinggi juga dibarengi efisiensi kegiatan usaha perbankan yang tercermin dari angka rasio biaya operasional dengan pendapatan operasional (BOPO) yang relatif rendah. Rasio BOPO pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 54,09%, meskipun sedikit lebih tinggi dari triwulan I yang sebesar 52,72% namun masih dalam kategori yang relatif rendah (Grafik 3.7). Grafik 3.7 Perkembangan BOPO Bank Umum Sumber : LBU Selain rasio BOPO yang mencerminkan efisiensi perbankan, salah satu ukuran peningkatan kinerja perbankan adalah rasio Net Interest Margin (NIM). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 42

51 BAB III Perkembangan Perbankan Tw I-2013 produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin tinggi NIM menunjukkan semakin efektif bank dalam penempatan aktiva produktif dalam bentuk kredit. Standar yang ditetapkan Bank Indonesia untuk rasio NIM adalah 6% keatas. Semakin besar rasio ini maka pendapatan bunga dari aktiva produktif yang dikelola bank meningkat sehingga kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Rasio NIM bank umum di Sulawesi Tenggara, pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 9,74%, yang menunjukkan bahwa perbankan Sulawesi Tenggara sudah cukup efektif menempatkan aktiva produktifnya. Akan tetapi rasio tersebut mengalami penurunan dibanding posisi yang sama tahun 2012 yang tercatat sebesar 11,13%, penurunan ini seiring dengan peningkatan pertumbuhan DPK yang merupakan beban biaya bunga serta bertambahnya jumlah kantor bank yang berdampak pada penetapan bunga pinjaman yang semakin kompetitif, yang berpengaruh terhadap pendapatan bank. Tabel 3.3 Perkembangan Rasio NIM Bank Umum URAIAN Q Q Q Q Q Q Q Penempatan pada BI 4) Penempatan pada Bank lain 5) Tagihan Spot dan Derivatif 6) SURAT BERHARGA 7) Reverse Repo 9) Tagihan Akseptasi 10) KREDIT YG DIBERIKAN 11) Penyertaan 12) Aktiva Produktif Akumulasi Aktiva Prod. (dr awal thn) Rata-Rata Aktiva Produktif Pendapatan Bunga Beban Bunga Pendapatan Bunga Beban Bunga Pendapatan Bunga Bersih Pend. Bunga Bersih Disetahunkan Net Interest Margin (NIM) 12,16% 12,25% 12,67% 12,72% 10,55% 11,13% 9,74% Sumber : LBU Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Perkembangan positif pada bank umum juga diikuti oleh perkembangan positif BPR di Sulawesi Tenggara yang tercermin dari pertumbuhan tinggi aset dan kredit pada periode laporan. Saat ini, terdapat 12 BPR di Sulawesi Tenggara, yang terdiri dari 4 BPR milik swasta dan 8 BPR milik pemerintah daerah. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 43

52 BAB III Perkembangan Perbankan Tw I-2013 Indikator Tabel 3.4 Perkembangan Indikator BPR Pangsa Growth Q1 Q1 Q1 Q1 Q1 Q Q Q Q Aset ,77% 32,86% Dana Pihak Ketiga (DPK) (Juta) Total DPK ,15% 16,65% - Deposito ,70% 49,52% -2,91% 26,40% - Tabungan ,30% 50,48% 10,95% 8,44% Kredit Yang Disalurkan (Juta) Total Kredit ,40% 34,14% - Modal Kerja ,61% 77,90% 43,26% 36,40% - Investasi ,54% 0,52% -41,75% 28,32% - Konsumsi ,84% 21,57% -5,14% 26,69% Kredit Sektoral (Juta) -Pertanian ,17% 16,78% 238,54% 39,20% -Pertambangan ,06% 0,68% 36958,00% 1447,08% -Industri ,31% 2,51% 148,71% 1,80% -Listrik, Gas dan Air ,04% 0,05% 59,72% 69,97% -Konstruksi ,33% 1,53% 93,19% 518,11% -PHR ,24% 50,59% 21,55% 32,43% -Transportasi ,08% 0,32% 51279,00% 426,23% -Jasa-Jasa ,83% 5,87% -1,67% 35,11% -Lainnya ,94% 21,67% -4,84% 26,69% Loan To Deposit Ratio (LDR) Rasio LDR 97,35% 101,97% 102,16% 83,52% 137,68% -18,24% 64,84% Non Performing Loan (NPL) Rasio NPL 6,44% 7,83% 13,91% 14,78% 12,73% 6,21% -13,85% Pada triwulan I-2013, aset 12 BPR dimaksud sudah mencapai Rp103,70 Milyar, tumbuh 32,86% dibandingkan pertumbuhan aset pada posisi yang sama tahun 2012 yang tercatat sebesar 7,77%. Meningkatnya pertumbuhan aset didorong oleh peningkatan penyaluran kredit yang tumbuh sebesar 32,86%, jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada posisi yang sama tahun 2012 yang sebesar 7,77% (yoy). Penyaluran kredit BPR didominasi oleh kredit modal kerja yaitu sebesar Rp65,64 Milyar atau 77,90% dari total kredit, yang disusul oleh kredit konsumsi sebesar Rp18,18 Milyar atau 21,57% dari total kredit (Tabel 3.4). Secara sektoral, penyaluran kredit BPR sama halnya dengan perbankan umum, masih terkonsentrasi di sektor PHR dengan nilai sebesar Rp42,63 Milyar atau 50,59% dari total kredit, yang diikuti oleh sektor pertanian sebesar Rp14,13 Milyar atau 16,78% dari total kredit. Kemudian, dari sisi kategori debitur, penyaluran kredit BPR seluruhnya disalurkan kepada pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Disisi lain, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) BPR di Sulawesi Tenggara juga mengalami peningkatan yaitu sebesar 16,65% lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada posisi yang sama tahun 2012 yang sebesar 4,15% (yoy). Berdasarkan sumbernya, DPK berasal dari tabungan dengan pangsa 50,48% dan deposito sebesar 49,52% (Tabel 3.3 Indikator BPR). Kinerja BPR pada triwulan I-2013 tergolong baik jika dilihat dari pertumbuhan aset, kredit dan DPK. Namun demikian BPR masih perlu menurunkan rasio NPL nya yang Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 44

53 BAB III Perkembangan Perbankan Tw I-2013 pada triwulan I-2013 mencapai 12,73% meskipun telah lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 14,78%, namun rasio NPL tersebut masih melebihi batas normal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 5%. BPR juga masih perlu meningkatkan fungsi intermediasinya mengingat LDR pada triwulan I-2013 tercatat mencapai 137,68% Perbankan Syariah Perbankan syariah telah menjadi primadona sektor keuangan sejak krisis keuangan global di tahun Hal ini disebabkan karakteristik keuangan syariah yang relatif aman dari goncangan pasar keuangan modern saat ini yang penuh dengan spekulasi. Bank Indonesia dalam mengamankan sektor keuangan juga mendorong perkembangan perbankan syariah sebagai alternatif bagi masyarakat yang memiliki preferensi tingkat keamanan yang juga mendorong pengamalan nilai-nilai keagamaan. Perbankan syariah di Sulawesi Tenggara sudah berdiri sejak tahun 2004, yang kemudian terus berkembang dengan semakin meningkatnya minat masyarakat Sulawesi Tenggara terhadap kegiatan berbasis syariah. Pada triwulan I-2013, perbankan syariah mengalami perkembangan yang sangat pesat yang tercermin dari pertumbuhan aset yang cukup tinggi yaitu sebesar 130,09% jauh lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 58,26%. Peningkatan aset tersebut didorong oleh penghimpunan DPK yang tercatat sebesar Rp471,76 Miliar dengan pertumbuhan sebesar 40,20% (yoy), atau lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 36,89% (Tabel 3.5). Penghimpunan DPK yang tumbuh cukup tinggi juga mendorong pertumbuhan pembiayaan syariah yang relatif cukup tinggi. Pada triwulan I-2013, pembiayaan perbankan syariah mencapai Rp518,77 Miliar, dengan pertumbuhan sebesar 58,96% yang meskipun sedikit melambat dari pertumbuhan pada triwulan I-2012 yang mencapai 61,92% namun masih tergolong tinggi. Berdasarkan pangsanya, penyaluran pembiayaan perbankan syariah terbesar dialokasikan pada pembiayaan konsumsi, yang tercatat sebesar 85,03% dari total pembiayaan, diikuti oleh pembiayan investasi dan modal kerja masing-masing sebesar 51,63% dan 47,19% dari total pembiayaan (Grafik 3.5). Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 45

54 BAB III Perkembangan Perbankan Tw I-2013 Grafik 3.8 Pangsa dan Nominal DPK Triwulan I 2013 (%, Juta) Grafik 3.9 Pangsa dan Nominal Pembiayaan Jenis Penggunaan Triwulan I 2013 (%, Juta) Sumber : LBU Sumber : LBU Disparitas pertumbuhan pembiayaan dan pertumbuhan DPK tersebut menyebabkan FDR (Finance To Deposit Ratio) perbankan syariah sangat tinggi yaitu sebesar 109, 97% (Tabel 3.5). Kondisi ini mencerminkan bahwa animo masyarakat terhadap pembiayaan perbankan syariah sangat tinggi. Selain pertumbuhan aset, pembiayan dan DPK yang sangat tinggi, kinerja positif perbankan syariah juga ditopang oleh tingkat kesehatan penyaluran pembiayaan syariah cukup baik dengan rasio NPF yang pada triwulan I-2013 tercatat sebesar 1,17% atau berada dibawah ketentuan Bank Indonesia yang sebesar 5%. NPF pada triwulan I-2013 jauh lebih rencah dibancingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 4,59%. Hal ini menunjukkan bahwa peluang pengembangan perbankan syariah di Sulawesi Tenggara sangat baik dengan dukungan kelancaran pembayaran oleh debitur yang tercermin dari angka NPF rendah. Indikator Tabel 3.5 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (Juta Rupiah, %) Periode Growth (y.o.y) Q Q Q Q Q Q Q Q Q ASSET ,26% 130,09% DPK ,89% 40,20% Giro ,13% 48,58% 7,45% 7,89% Tabungan ,53% 44,25% 57,01% 58,65% Deposito ,31% 31,96% 35,55% 33,45% KREDIT ,92% 58,96% Modal Kerja ,22% 47,19% 43,18% 39,99% Investasi ,36% 51,63% 29,13% 27,79% Konsumsi ,19% 85,03% 27,68% 32,22% FDR 99,05% 76,75% 82,00% 96,99% 109,97% 18,29% 13,38% NPF ,31% -59,45% NPF Ratio 5,63% 1,85% 2,12% 4,59% 1,17% 116,96% -74,49% LABA ,58% 11,37% Sumber: LBU Pangsa Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 46

55 BAB III Perkembangan Perbankan Tw I PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Pembayaran Tunai A. Aliran Uang Keluar/Outflow Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang kartal 1 khususnya untuk keperluan transaksi (transaction motive), pada triwulan I-2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara telah mengedarkan uang kartal baik melalui perbankan maupun langsung kepada masyarakat yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara sebesar Rp100,49 Milyar, lebih rendah dari posisi yang sama tahun 2012 yang tercatat sebesar Rp214,19 Milyar. Jumlah uang keluar yang cukup rendah pada triwulan I-2013 memiliki pola yang sama dengan periode yang sama selama 6 (enam) tahun terakhir berada di kisaran Rp100 sampai Rp200 Miliar. Mengacu pada pola periodikal triwulanan, jumlah uang keluar diperkirakan akan mengalami peningkatan signifikan pada triwulan II-2013, yang didorong oleh peningkatan pencairan termin awal proyek-proyek pemerintah, tahun ajaran baru, serta kegiatan musiman menjelang bulan puasa yang jatuh pada awal triwulan ke III B. Aliran Uang Masuk/Inflow Jumlah aliran uang kartal yang masuk dari perbankan dan masyarakat ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara pada triwulan I-2013 sebesar Rp111,60 Milyar, mengalami penurunan dibandingkan posisi yang sama tahun 2012 yang tercatat sebesar Rp348,93 Miliar. Penurunan ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: 1. Masih tingginya penggunaan uang tunai untuk transaksi ekonomi sehingga uang tunai yang beredar tidak segera disetorkan ke bank. Hal ini disebabkan para pelaku ekonomi masih berpendapat bahwa transaksi tunai lebih fleksibel dan cepat dibandingkan dengan non tunai seperti cek dan transfer atau alat pembayaran non tunai lainnya, meskipun dari sisi keamanan relatif lebih aman. 2. Masih banyaknya masyarakat yang belum memiliki rekening di bank karena masih terbatasnya jaringan kantor bank. Oleh sebab itu, akses perbankan yang menjangkau seluruh masyarakat sangat diperlukan khususnya melalui pengembangan jaringan perbankan pada daerah dengan transaksi ekonomi yang cukup tinggi. 3. Ketentuan perputaran uang melalui Focus Group Perbankan sehingga hanya uang yang benar-benar tidak layak edar yang disetorkan ke Bank Indonesia. 1 Uang kartal terdiri dari uang kertas dan uang logam. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 47

56 BAB III Perkembangan Perbankan Tw I-2013 Selanjutnya, Jika dilihat dari pola triwulanan selama 6 tahun terakhir, aliran uang masuk tidak akan mengalami peningkatan yang signifikan di triwulan II Hal ini disebabkan oleh faktor musiman yang mendorong penggunaan uang kartal yang relatif tinggi Perkembangan Pembayaran Non Tunai. Sejalan dengan penurunan transaksi uang kartal inflow maupun otfflow, aktivitas pembayaran non tunai baik melalui Kliring maupun BI-Real Time Gross Settlement (BI- RTGS) pada triwulan I-2013 juga mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Kegiatan transaksi non tunai melalui sarana Bank Indonesia Real Time Gross Settlement/BI-RTGS menunjukkan penurunan baik pada nominal maupun jumlah transaksi. Jumlah transaksi melalui BI-RTGS pada triwulan I-2013 tercatat sebanyak transaksi, menurun dibandingkan posisi yang sama tahun 2012 yang tercatat sebanyak transaksi, sementara jumlah nominal transaksi triwulan I-2013 tercatat sebesar Rp12,07 Miliar menurun dari Posisi yang sama tahun 2012 yang tercatat sebesar Rp20,21 Miliar (Tabel 3.5). Pada sisi lain, aktivitas kliring juga mengalami penurunan dari transaksi pada triwulan I-2012 menjadi transaksi pada triwulan I-2013, sementara itu jumlah nominal transaksi triwulan I-2013 tercatat sebesar Rp599,49 Miliar menurun dari posisi yang sama tahun 2012 yang tercatat sebesar Rp831,31 Miliar (Tabel 3.5). Penurunan transaksi dengan menggunakan BI-RTGS dan kliring selain disebabkan oleh belum direalisasikannya anggaran pemerintah yang merupakan penggerak utama perekonomian daerah juga penurunan aktivitas perekonomian musiman dimana pada tahun 2012 terdapat kegiatan pemilihan Walikota dan Gubernur yang mengakibatkan peningkatan penggunaan uang tunai maupun non tunai pada tahun 2012, sehingga dengan tidak adanya kegiatan serupa di awal tahun 2013 maka terjadi penurunan transaksi uang. Tabel 3.6 Data Indikator Sistem Pembayaran Provinsi Sulawesi Tenggara Kegiatan Q Q Q Q Q Sistem Pembayaran Non Tunai Growth (y.o.y) Q Q SKNBI - Jumlah Warkat Kliring (lembar) ,85% -17,93% - Nominal Trans.Kliring (juta) ,67% -27,89% RTGS - Jumlah Warkat RTGS (lembar) ,31% -4,13% - Nominal Trans.RTGS (juta) ,33% -40,24% Sistem Pembayaran Tunai - Aliran Uang Masuk (Inflow) ,65% -68,02% - Aliran Uang Keluar (Outflow) ,15% -53,08% - Net (Inflow - Outflow) ,54% -91,75% - PTTB ,69% -31,83% Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 48

57 KAJIAN EKONOMI REGIONAL ( Tw I-2013 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

58 BAB IV Keuangan Pemerintah Tw I KONDISI UMUM Kinerja penyerapan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara pada Triwulan I-2013 relatif belum optimal. Dari total anggaran belanja daerah sebesar Rp1.898,24 miliar, baru sekitar 16,48% yang telah direalisasikan dengan nominal sebesar Rp301,72 milyar. Persentase realisasi anggaran terbesar ada pada belanja transfer dan belanja operasi, masing-masing sebesar 408,60% dan 14,05% dari anggaran. Adapun belanja modal yang dialokasikan sebesar Rp371,27 milyar, pada triwulan I-2013 realisasinya hanya sebesar Rp12,14 miliar atau 6,13% dari nominal yang dianggarkan. Dari sisi pendapatan, realisasi pendapatan APBD pada triwulan I-2013 mengalami pencapaian yang baik. Realisasi pendapatan APBD secara nominal sebesar Rp564,94 milyar atau sekitar 29,76% dari total anggaran pendapatan. Pencapaian ini berasal dari pendapatan asli daerah (PAD) yang meliputi pajak, retribusi dan laba perusahaan daerah, dan transfer dana perimbangan. PAD pemerintah daerah Sulawesi Tenggara pada triwulan I terealisasi sebesar Rp128,77 miliar atau 30,87% dari total PAD yang dianggarkan untuk tahun Penyumbang PAD terbesar adalah hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan yang mencapai Rp23,82 miliar atau 95,29% dari anggaran PAD yang direncanakan untuk tahun Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara s.d.triwulan I-2013 (Rupiah) No URAIAN APBD 2013 Realisasi Tw % Thd.APBD 1 Pendapatan Daerah 1,898,244,089, ,942,987, % a PAD 417,111,453, ,771,361, % b Dana Perimbangan 1,426,132,636, ,512,955, % c Lain2 55,000,000,000 1,658,669, % 2 Belanja Daerah 1,830,587,112, ,728,763, % a Belanja Operasi 1,406,382,948, ,592,428, % b Belanja Modal 371,271,480,696 12,145,167, % c Belanja Tidak Terduga 30,418,767, % d Belanja Bagi Hasil (Transfer) 22,513,915,619 91,991,167, % Surplus (defisit) (135,343,022,835) 263,214,224, % Sumber : Biro Keuangan Pemprov. Sulawesi Tenggara 4.2 REALISASI ANGGARAN BELANJA PADA APBD TRIWULAN I-2013 Pada Tiwulan I-2013, realisasi anggaran belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara tercatat sebesar Rp301,72 miliar atau 16,48% dari total APBD tahun Belanja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 49

59 BAB IV Keuangan Pemerintah Tw I-2013 operasional yang dianggarkan sebesar Rp1.406,38 milyar dalam setahun telah terealisasi sebesar 14,05%, dimana serapan tertinggi secara nominal pada belanja bunga dan belanja hibah masing-masing sebesar Rp8,11 miliar dan Rp74,42 miliar atau 25,96% dan 24,29% dari total anggaran. Adapun belanja operasi yang realisasinya belum optimal yaitu belanja pegawai, belanja barang dan belanja bantuan keuangan. Belanja pegawai baru terealisasi sebesar 16,94%, belanja barang terealisasi 6,05% dan belanja bantuan keuangan terealisasi 1,40%. Tabel 4.2 Realisasi Belanja Hingga Triwulan I-2013 (Rupiah) URAIAN APBD TA-2013 Realisasi Trw % THD APBD (1) (1) (3) BELANJA 2,033,587,112, ,728,763, % BELANJA OPERASI 1,406,382,948, ,592,428, % Belanja Pegawai 571,702,124,464 96,830,619, % Belanja Barang 242,421,585,156 14,671,561, % Belanja Bunga 31,250,100,000 8,112,069, % Belanja Hibah 306,341,500,000 74,422,610, % Belanja Bantuan Keuangan 254,667,739,200 3,555,567, % BELANJA MODAL 371,271,480,696 12,145,167, % Belanja Tanah 29,400,000, % Belanja Peralatan & Mesin 22,635,739, ,726, % Belanja Bangunan & Gedung 43,224,508, ,744, % Belanja Irigasi, Jalan, Jaringan 275,396,195,890 11,558,583, % Belanja Aset Tetap Lainnya 615,036, , % BELANJA TIDAK TERDUGA 30,418,767, % Belanja Tidak Terduga 30,418,767, % BELANJA TRANSFER 22,513,915,619 91,991,167, % Belanja Transfer ke Kab/Kota/Desa 22,513,915,619 91,991,167, % Bagi Hasil Pajak 22,513,915,619 91,991,167, % Sumber : Biro Keuangan Pemprov. Sulawesi Tenggara Sementara itu, kinerja belanja modal hingga Triwulan I-2013 masih sangat rendah dengan realisasi sebesar Rp12,14 miliar atau 3,27% dari anggaran yang dialokasikan. Apabila dilihat strukturnya, kecilnya realisasi belanja modal dikarenakan belum adanya realisasi belanja tanah dan minimnya realisasi belanja peralatan dan mesin, belanja bangunan dan gedung, belanja irigasi jalan dan jaringan serta belanja aset tetap berjalan dengan kisaran realisasi 0,02% sampai 4,2%. Pola serapan anggaran belanja modal yang relatif lambat dikhawatirkan berpotensi menghambat upaya untuk penyediaan sarana infrastruktur yang memadai dimana kondisi tersebut pada akhirnya dapat menjadi disinsetif bagi iklim investasi di Sulawesi Tenggara. Dilain pihak, alokasi anggaran belanja modal pada total anggaran belanja Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami penurunan sebesar 6,48% dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 50

60 BAB IV Keuangan Pemerintah Tw I-2013 Rp397 miliar pada TA.2012 menjadi Rp 371,27 milyar pada TA Sementara itu, realisasi belanja dari dana transfer bagi hasil hingga Triwulan I-2013 tercatat sangat tinggi mencapai Rp91,99 milyar atau 408,60% dari anggaran belanja transfer yang dianggarkan untuk tahun REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN PADA APBD TRIWULAN I-2013 Realisasi pendapatan daerah hingga Triwulan I-2013 tercapai cukup baik, secara nominal sebesar Rp564,94 milyar atau sekitar 27,76% dari total target pendapatan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara. Pencapaian ini berasal dari transfer dana perimbangan dan pendapatan asli daerah yang meliputi pajak, restribusi dan laba perusahaan daerah. Sumbangan terbesar pendapatan daerah bersumber dari PAD pemerintah yang tercatat sebesar Rp327,01 miliar atau 33,33% dari plafond yang dianggarkan sebesar Rp981,03 miliar. Penyumbang terbesar lainnya adalah dana perimbangan yang telah ditransfer sebesar Rp362,13 milyar ke APBD Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, realisasi dana perimbangan dimaksud mencapai 32,22% dari plafond yang untuk tahun 2013 dianggarkan sebesar Rp1.123,89 miliar. Optimalnya realisasi PAD terutama didorong oleh hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yang terealisasi sebesar Rp23,82 miliar atau sebesar 95,29% dari plafond anggaran yang dialokasikan untuk tahun Selain itu, pendapatan dengan realisasi yang cukup baik juga dari hasil retribusi daerah dan pendapatan pajak daerah, masing-masing terealisai sebesar 30,16% dan 29,40% dari target anggaran. Tabel 4.3 Realisasi Pendapatan Hingga Triwulan I-2013 URAIAN APBD TA-2013 Realisasi Trw % THD APBD (1) (1) (3) PENDAPATAN 1,898,244,089, ,942,987, % PENDAPATAN ASLI DAERAH 417,111,453, ,771,361, % Pendapatan Pajak Daerah 327,808,482,814 96,382,433, % Hasil Retribusi Daerah 17,860,309,600 5,386,145, % Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahka 25,000,000,000 23,821,679, % Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 46,442,660,623 3,181,102, % PENDAPATAN TRANSFER 1,426,132,636, ,512,955, % Transfer Pemerintah Pusat/Dana Perimbangan 1,123,896,136, ,134,258, % Dana Bagi Hasil Pajak 70,504,625, ,330, % Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) 19,089,000,000 18,634,996, % Dana Alokasi Umum 981,035,741, ,011,900, % Dana Alokasi Khusus 53,266,770,000 15,980,031, % Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 302,236,500,000 72,378,697, % Dana Penyesuaian 302,236,500,000 72,378,697, % LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 55,000,000,000 1,658,669, % Pendapatan Hibah 55,000,000,000 1,658,669, % Sumber : Biro Keuangan provinsi Sulawesi Tenggara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 51

61 BAB IV Keuangan Pemerintah Tw I REALISASI ANGGARAN KABUPATEN/KOTA Grafik 4.1 Persentase Realisasi Pendapatan Hingga Triwulan I-2013 Sumber : Biro Keuangan provinsi Sulawesi Tenggara Sejalan dengan level provinsi, pada level Kabupaten/Kota kinerja penyerapan APBD komponen pendapatan hingga triwulan I-2013 tergolong baik dengan rata-rata realisasi sebesar 25,80% (Grafik 4.1). Dari 11 Kabupaten/Kota yang sudah melaporkan angka realisasi anggaran, hanya 4 Kabupaten/Kota yang angka realisasi pendapatannya berada dibawah 25% yaitu Bau Bau, Muna, Kolaka dan Konawe Utara yang disebabkan oleh rendahnya penghimpunan pendapatan dari PAD, dan dana perimbangan. Kabupaten/Kota yang memiliki tingkat penghimpunan pendapatan tertinggi adalah Konawe Selatan dan Bombana, masing-masing dengan persentase penghimpunan sebesar 32,31%, 31,73% dan 30,86% (Grafik 4.1). Tingginya tingkat penghimpunan pendapatan pada ketiga Kabupaten/Kota tersebut selain disebabkan oleh aset kekayaan alam yang terolah juga karena tingginya tingkat realisasi dana perimbangan dari pemerintah pusat. Berbeda dengan persentase penghimpunan pendapatan yang cukup besar di Kabupaten/Kota, persentase realisasi belanja hingga triwulan I-2013 justru relatif kecil dengan rata-rata penyerapan sebesar 11,67%. Diantara 11 Kabupaten/Kota yang sudah melaporkan angka realisasi belanjanya, 4 Kabupaten/Kota memiliki tingkat penyerapan belanja dibawah 10% sedangkan 7 lainnya berada di kisaran 10% sampai dengan 17% (Grafik 4.2). Beberapa faktor yang menyebabkan sulitnya realisasi belanja daerah yaitu sulitnya pembebasan lahan untuk pengembangan infrastruktur, proses lelang dan tender proyek pembangunan yang Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 52

62 BAB IV Keuangan Pemerintah Tw I-2013 relatif sulit, kualitas sumber daya manusia pemerintah daerah yang belum terlengkapi dengan sertifikasi tender proyek serta pencairan anggaran dari pemerintah pusat yang baru dilakukan pada bulan April -- Mei sehingga memperlambat pelaksanaan kegiatan. Grafik 4.2 Persentase Realisasi Belanja Hingga Triwulan I-2013 Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Tenggara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 53

63 KAJIAN EKONOMI REGIONAL ( Tw I-2013 BAB V PERKEMBANGAN TENAGA KERJA & INDIKATOR KESEJAHTERAAN Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara

64 BAB V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Tw I KONDISI UMUM Pada triwulan I-2013 kinerja indikator kesejahteraan Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan dibanding dengan tahun sebelumnya sebelumnya. Hal ini tercermin dari indeks Nilai Tukar Petani (NTP) yang berada di level positif sebesar 105,72. Sedangkan jumlah pengangguran periode data Februari 2013 mengalami penurunan sebesar 10,44% dari periode yang Agustus tahun Kemudian, angka kemiskinan juga mengalami penurunan dari 14,61% dari jumlah penduduk menjadi 13,06%, dimana jumlah penduduk miskin pedesaan turun sebanyak jiwa. 5.2 KETENAGAKERJAAN Berdasarkan data BPS posisi Februari 2013, persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sulawesi Tenggara mengalami penurunan dari 4,04% pada Agustus 2012 menjadi 3,47% atau jumlah pengangguran menurun dari orang menjadi orang. Kinerja indikator ketenagakerjaan ini searah dibandingkan data pengangguran nasional yang menunjukkan penurunan atau membaik dari 6,14% pada menjadi 5.12%. (Grafik 5.2) Dari sisi lapangan pekerjaan utama, menurunnya tingkat pengangguran di Sulawesi Tenggara terutama dipengaruhi oleh peningkatan penyerapan tenaga kerja pada sektor Pertanian, industri, perdagangan dan jasa masing-masing sebesar 8,29%, 15,79%, 3,20% dan 12,51%. Meski demikian, terdapat penurunan penyerapan tenaga kerja di sektor lainnya sebesar 15,01% (Tabel 5.1 dan Grafik 5.3) Berdasarkan pangsanya, sektor pertanian masih merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja paling besar dengan pangsa 42,26% meningkat dibandingkan tahun 2012 yang tercatat 40,93%. Selain itu, sektor lain yang memiliki pangsa dominan dalam penyerapan tenaga kerja adalah sektor perdagangan dan sektor jasa masing-masing sebesar 18,25% dan 18,40%, disusul sektor industri dan sektor lainnya (Bangunan, Angkutan, Listrik, Gas & Air Minum, Pertambangan dan Keuangan) masing-masing memiliki pangsa 7,18% dan 12,91%. (Tabel 5.1 dan Grafik 5.4). Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 54

65 BAB V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Tw I-2013 Grafik 5.1 Angkatan Kerja dan Penduduk Bekerja di Sulawesi Tenggara o r a n g 1,100,000 60,000 50,000 1,050,000 40,000 1,000,000 30,000 20, ,000 10, ,000 Feb 2012 Agt 2012 Feb Angkatan Kerja 1,058,999 1,016,957 1,016,957 Bekerja 1,026, , ,879 Pengangguran Terbuka 32,451 41,078 41,078 Grafik 5.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sulawesi Tenggara dan Nasional Aug 12-Aug 13-Feb Tingkat Pengangguran Sulawei Tenggara Tingkat Pengangguran Nasional Sumber : BPS Tabel 5.1 Pekerja Menurut Lapangan Kerja Utama Sumber : BPS 5.3 KESEJAHTERAAN Nilai Tukar Petani (NTP) Pada akhir triwulan I-2012, NTP Sulawesi Tenggara tercatat sebesar 105,72 atau mengalami penurunan 0,55% dibandingkan NTP pada periode yang sama tahun 2012 yang tercatat sebesar 106,31 (Grafik 5.5). Namun, Indeks NTP Sulawesi Tenggara tersebut masih lebih tinggi dibandingkan NTP Nasional yang tercatat sebesar 104,55 (Grafik 5.6) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 55

66 BAB V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Tw I-2013 Penurunan NTP pada akhir triwulan I-2012 tersebut dipengaruhi oleh penurunan indeks pada seluruh subsektor utama yakni subsektor tanaman pangan turun -0,35%, subsektor hortikultura turun -1,15%, subsektor peternakan turun -0,45%. Pada sisi lain, subsektor perikanan dan dan perkebunan mengalami peningkatan indeks masing-masing sebesar 0,63% dan 0,94%.(Tabel 5.2) Terjadinya penurunan NTP diseluruh subsektor tersebut disebabkan meningkatnya nilai Indeks yang Dibayar (Ib) petani dibanding nilai Indeks yang Diterima (It) oleh petani pada semua subsektor. Selain itu, pada sub sektor tanaman pangan, terjadi penurunan indeks yang diterima karena adanya kegagalan panen akibat cuaca dengan curah hujan tinggi. Peningkatan Indeks yang dibayar petani dibandingkan dengan indeks yang dibayar pada akhir periode triwulan sebelumnya adalah sebesar 0,10%. Peningkatan ini terjadi pada subsektor tanaman pangan 0,12%, subsektor hortikultura 0,39%, subsektor tanaman perkebunan rakyat 0,14%, subsektor peternakan 0,14%, dan subsektor perikanan 0,40%. Selain itu, terjadi penurunan pada indeks yang diterima dari subsektor tanaman pangan sebesar - 0,69%. (Tabel 5.2) Grafik 5.3 NTP Sulawesi Tenggara Grafik 5.4 NTP Sulawesi Tenggara, Sulampua, Nasional Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Tenggar Sumber: data BPS diolah Sumber: data BPS diolah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Tenggara 56

KATA PENGANTAR. Kendari, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA KANTOR PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA. FEERY TUMPAL D SARIBU Asisten Direktur

KATA PENGANTAR. Kendari, 8 Agustus 2012 BANK INDONESIA KANTOR PERWAKILAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA. FEERY TUMPAL D SARIBU Asisten Direktur KAJIAN EKONOMI REGIONAL (www.bi.go.id) Tw-II 2012 KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 8 Februari 2012 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M Siagian Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 8 Februari 2012 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 November 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 November 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, Oktober 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, Oktober 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

Kendari, Mei 2010 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KAA PENGANAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi enggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi enggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah, perkembangan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, Agustus 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, Agustus 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

UMKM & Prospek Ekonomi 2006 UMKM & Prospek Ekonomi 2006 Oleh : B.S. Kusmuljono Ketua Komite Nasional Pemberdayaan Keuangan Mikro Indonesia (Komnas PKMI) Komisaris BRI Disampaikan pada : Dialog Ekonomi 2005 & Prospek Ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN IV 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan IV-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i BAB I 2011 2012 2013 2014 1 10.00 8.00

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG TON PERSEN BAB 1 160,000 140,000 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 - PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2009 2010 2011 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00-10.00-20.00-30.00 VOLUME

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th. X, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2012 (c-to-c) mencapai 7,19 persen Ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG TON PERSEN BAB 1 Sementara itu tumbuhnya kegiatan impor luar negeri sedikit diredam oleh melambatnya kinerja impor antar pulau. Indikator dimaksud ditunjukkan oleh volume bongkar di beberapa pelabuhan

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 5 Mei 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 5 Mei 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo sampai dengan akhir tahun 2012 mengalami pertumbuhan yang cukup baik. Secara triwulanan, ekonomi tumbuh 7,57% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Agustus 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 53/08/35/Th. X, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Semester I Tahun 2012 mencapai 7,20 persen Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

Triwulan IV iii

Triwulan IV iii ii Triwulan IV 2012 iii iv Triwulan IV 2012 v vi Triwulan IV 2012 vii viii Triwulan IV 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total I II III IV Total I II III IV Total Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH

PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH Mei 2015 PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH Survei Konsumen Mei 2015 (hal. 1) Survei Penjualan Eceran April 2015 (hal. 13) PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH Mei 2015 Alamat Redaksi :

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas tercatat sebesar 5,11% (yoy), atau meningkat dibanding triwulan lalu yang sebesar 4,4% (yoy). Seluruh sektor ekonomi pada triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Halaman ini sengaja dikosongkan This

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2010 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 28/05/35/Th. VIII, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2010 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2010 sebesar 5,82 persen Perekonomian Jawa Timur pada

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 48/08/34/Th.XVI, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN Kinerja pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci