PENGGUNAAN TEOREMA HOMEOMORPHY 2-MANIFOLD DAN TEOREMA EULER POINCARE PADA TORUS T DAN SIMPLICIAL COMPLEX K QOWIYYUL AMIN SIREGAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGGUNAAN TEOREMA HOMEOMORPHY 2-MANIFOLD DAN TEOREMA EULER POINCARE PADA TORUS T DAN SIMPLICIAL COMPLEX K QOWIYYUL AMIN SIREGAR"

Transkripsi

1 PENGGUNAAN TEOREMA HOMEOMORPHY 2-MANIFOLD DAN TEOREMA EULER POINCARE PADA TORUS T DAN SIMPLICIAL COMPLEX K QOWIYYUL AMIN SIREGAR DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penggunaan Teorema Homeomorphy 2-Manifold dan Teorema Euler Poincare pada Torus TT dan Simplicial Complex KK adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi uang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2014 Qowiyyul Amin Siregar NIM G

4 ABSTRAK QOWIYYUL AMIN SIREGAR. Penggunaan Teorema Homeomorphy 2- Manifold dan Teorema Euler Poincare pada Torus T dan Simplicial Complex K. Dibimbing oleh SUGI GURITMAN dan NUR ALIATININGTYAS. Dua ruang topologi berdimensi dua dikatakan homeomorfik apabila memiliki invarian topologi yang sama, di mana salah satu invarian topologi yang digunakan adalah karakteristik Euler. Dasar teorema yang digunakan untuk membedakan ruang topologi berdimensi dua adalah Teorema Homeomorphy 2- Manifold dan Teorema Euler Poincare. Teorema Homeomorphy 2-Manifold melihat nilai karakteristik Euler dari ruang topologi untuk membedakan ruang topologi berdimensi dua. Lalu Teorema Euler Poincare untuk alternatif pencarian nilai karakteristik Euler dari nilai Betti number, yang juga merupakan invarian topologi. Tujuan karya ilmiah ini adalah untuk melihat kehomeomorfisan torus T dan Simplicial Complex K. Ruang topologi torus T dan simplicial complex K memiliki nilai karakteristik Euler yang sama, yaitu bernilai dua. Berdasarkan Teorema Homeomorphy 2-Manifold Torus T dan simplicial complex K dapat dikatakan homeomorfik. Kata kunci: topologi, homeomorfis, Euler, torus, simplicial ABSTRACT QOWIYYUL AMIN SIREGAR. The Use of Homeomorphy 2-Manifold s Theorem and Euler Poincare s Theorem on Torus T and Simplicial Complex K. Supervised by SUGI GURITMAN and NUR ALIATININGTYAS. Two dimensional topological spaces are said to be homeomorphic if they have the same topological invariant, where one of topological invariant used is an Euler characteristic. Homeomorphy 2-Manifold s Theorem and Euler Poincare s Theorem are used to distinguish two topological spaces. Homeomorphy 2- Manifold s Theorem uses Euler characteristic to identify two dimensional topological spaces. Euler Poincare s Theorem is an alternative way to find Euler characteristic with Betti number, which is topological invariant as well. The objective of this paper is to investigate the homeomorphism of torus T and simplicial complex K. Topological space torus and simplicial complex K have the same Euler characteristic, which is two. Based on Homeomorphy 2-Manifold s Theorem topological space torus T and simplicial complex K is homeomorphic. Keywords: topology, homeomorphism, Euler, torus, simplicial

5 PENGGUNAAN TEOREMA HOMEOMORPHY 2-MANIFOLD DAN TEOREMA EULER POINCARE PADA TORUS T DAN SIMPLICIAL COMPLEX K QOWIYYUL AMIN SIREGAR Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Matematika DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7 Judul Skripsi : Penggunaan Teorema Homeomorphy 2-Manifold dan Teorema Euler Poincare pada Torus T dan Simplicial Complex K Nama : Qowiyyul Amin Siregar NIM : G Disetujui oleh Dr Sugi Guritman Pembimbing I Dra Nur Aliatiningtyas, MS Pembimbing II Diketahui oleh Dr Toni Bakhtiar, MSc Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penilitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini adalah topologi, dengan judul Penggunaan Teorema Homeomorphy 2-Manifold dan Teorema Euler Poincare pada Torus T dan Simplicial Complex K. Terima Kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Sugi Guritman dan Ibu Dra Nur Aliatiningtyas selaku pembimbing, serta Bapak Muhammad Ilyas, MSi yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, Penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Regi Wahyu selaku Presiden PT. Mediatrac, Bapak Imron Zuhri selaku komisioner PT. Mediatrac, Bapak Tom Malik selaku CEO PT. Mediatrac dan Bapak HasanYusuf selaku Manajer Serta bapak Lurino Bertorani. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, teman-teman Departemen Matematika Angkatan 45, 46, dan 47 atas segala doanya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Mei 2014 Qowiyyul Amin Siregar

9 DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 HASIL DAN PEMBAHASAN 12 SIMPULAN DAN SARAN 18 Simpulan 18 Saran 18 DAFTAR PUSTAKA 18 LAMPIRAN 13 RIWAYAT HIDUP 15

10 DAFTAR GAMBAR Beberapa objek 2-manifold. 4 Torus T 13 Simplicial complex K 14 Basic 2-manifold torus. 14 Basic 2-manifold dengan tambahan edge c. 16 DAFTAR LAMPIRAN Koding bentukan simplicial complex K. 20

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Topologi adalah cabang ilmu matematika yang memelajari bentuk dan ruang. Secara formal topologi dapat dikatakan ilmu tentang sifat yang dilihat secara kualitatif terhadap objek-objek yang tidak berubah dalam beberapa macam transformasi. Untuk lebih sederhana topologi adalah ilmu tentang kekontinuan dan keterhubungan. Suatu permasalahan dasar pada ruang topologi ialah penentuan apakah dua ruang tersebut homeomorfik atau tidak (isomorfik dalam struktur ruang topologi atau tidak). Untuk memperlihatkan apakah dua ruang dalam ruang topologi tersebut homeomorfik dapat dilihat dengan mengkonstruksi sebuah fungsi bijektif, dengan fungsi invers yang kontinu yang memetakan suatu ruang ke ruang lainnya. Lalu untuk membuktikan bahwa dua ruang topologi tersebut tidak homeomorfik perlu memperlihatkan tidak ada fungsi seperti yang disebutkan sebelumnya. Namun cara seperti itu sangat sulit untuk dilakukan. Cara yang biasa dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang disebutkan sebelumnya (menunjukan dua ruang topologi tidak homeomorfik) ialah dengan menemukan suatu sifat atau ciri ruang topologi (contoh, suatu sifat invariant dalam fungsi homeomorfisma) yang hanya dimiliki satu ruang topologi tersebut dan tidak dimiliki ruang topogi lainnya (Munkres 1984). Suatu ciri atau sifat dasar suatu ruang topologi tidak selalu dapat menjadi acuan untuk menentukan apakah ada suatu homeomorfisma atau tidak. Untuk mengklasifikasikan permukaan kompak dengan dasar homeomorfisma membutuhkan suatu invariant topologi yang luar biasa dibandingkan yang lain. Sehingga dapat menyelesaikan masalah apakah dua ruang topologi tersebut homeomorfik (Munkres 1984). Aljabar topologi sendiri ditemukan oleh dua orang matematikawan yaitu Poincare dan Betti yang bertujuan untuk menemukan suatu invariant topologi. Poincare memperkenalkan suatu grup yang disebut Fundamental Group. Dan Betti memperkenalkan asosiasi dari setiap ruang dengan suatu sekuens dari grup abelian yang disebut grup homologi. Di mana grup homologi ini merupakan suatu invariant topologi juga. Jadi grup homologi dapat menjadi salah satu cara untuk menyelesaikan masalah homeomorfik dengan kelebihan grup homologi lebih mudah untuk dihitung dibandingkan dengan Fundamental Group (Munkres c984). Betti number adalah cara yang paling mudah untuk mendeskripsikan grup homologi. Simplicial complex adalah objek amatan yang berada pada ruang topologi. Pada karya ilmiah ini akan dibahas mengenai pemakaian Teorema homeomorphy 2-manifold dan Teorema Euler Poincare. Penggunana Teorema homeomorphy 2-manifold dipakai untuk melihat homeomorfisma pada torus T dan simplicial complex K. Dan penggunaan Teorema Euler Poincare untuk mencari karakteristik Euler di mana Betti number diperlukan di dalamnya.

12 2 Tujuan Penelitian Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk: 1. Mengkontruksi grup homologi dari sebuah 2-simplex yang berupa simplicial complex J. 2. Menggunakan Teorema homeomorphy 2-manifold untuk menunjukan kehomeomorfisan torus T dan simplicial complex K. 3. Mencari nilai karakteristik Euler torus T dan simplicial complex K menggunakan Teorema Euler Poincare. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan definisi-definisi mengenai teori himpunan dan fungsi, ruang topologi, teori grup, ruang vektor, simplicial complex, karakeristik Euler, free abelian group, grup homologi dan Betti number. Teori Himpunan dan Fungsi Definisi Koleksi Himpunan Koleksi adalah sebuah himpunan yang anggotanya berupa himpunan-himpunan (Munkres 2000). Definisi Produk Cartesian Diberikan himpunan A dan himpunan B. Didefinisikan A B merupakan produk kartesian di mana, A B = a, b a A dan b B. (Munkres 2000) Definisi Fungsi, Domain, Image Suatu fungsi f: A B adalah aturan yang memadankan setiap elemen x dalam himpunan A secara tepat ke satu elemen yang disebut f(x), dalam himpunan B. Himpunan A disebut daerah asal (domain) fungsi, daerah hasil (image) adalah himpunan semua nilai f(x) (Stewart 2001). Definisi Injektif Suatu fungsi f: A B dikatakan injektif (atau fungsi satu-satu) jika f a = f(a ) maka a = a (Munkres 2000). Definisi Surjektif Fungsi f: A B dikatakan surjektif jika b B maka adaa A, di mana b = f(a) (Munkres 2000).

13 Definisi Bijektif Jika f: A B keduanya surjektif dan injektif, maka dikatakan f bijektif (atau dikatakan korespondensi satu-satu) (Munkres 2000). 3 Ruang Topologi Definisi Topologi Sebuah topologi pada himpunan X adalah sebuah koleksi T dari koleksi himpunan bagian X yang mempunyai beberapa ciri: 1. dan X ada di dalam T. 2. Gabungan dari anggota-anggota dari semua bagian koleksi berhingga T ada di dalam T. 3. Irisan dari anggota-anggota dari semua bagian koleksi berhingga T ada di dalam T. Pasangan terurut ( X, T ) disebut ruang topologi. Selanjutnya Pasangan terurut (X, T) akan dinyatakan sebagai X saja. Himpunan bagian X yang dimuat dalam T disebut himpunan terbuka (Munkres 2000). Definisi Basis Jika X adalah sebuah himpunan, sebuah basis dari topologi pada X adalah koleksi B dari himpunan bagian X yang memenuhi pernyataan berikut: 1. Untuk setiap x X, terdapat paling sedikit satu elemen B yang memuat x. 2. Jika x berada pada irisan dari dua elemen B 1 dan B 2, maka ada sebuah elemen B3 yang mengandung x di mana B3 B1 B2. Jika B basis, maka topologi T dibangkitkan dari B (Munkres 2000). Definisi Produk Topologi Misal X dan Y menjadi ruang topologi. Produk X Y adalah ruang topologi (Munkres 2000). Teorema Basis Produk Topologi Produk topologi X Y mempunyai basis B dari koleksi himpunan U V, di mana U adalah himpunan bagian yang terbuka dari X dan V juga himpunan bagian terbuka dari Y (Munkres 2000). Definisi Himpunan Tertutup Sebuah himpunan bagian A dari ruang topologi X dikatakan tertutup jika himpunan X A terbuka (Munkres 2000). Definisi Neighborhood Himpunan U adalah neighborhood dari x jika U himpunan terbuka yang memuat x (Munkres 2000).

14 4 Definisi Kekontinuan dari Fungsi Misal X dan Y ruang topologi. Sebuah fungsi f: X Y dikatakan kontinu jika untuk setiap himpunan bagian terbuka V dari Y, maka himpunan f 1 (V) merupakan himpunan terbuka dari X (Munkres 2000). Definisi Terhubung Suatu ruang topologi X dikatakan terhubung jika dan hanya jika satu-satunya himpunan bagian dari X yang terbuka dan tertutup adalah himpunan kosong dan X itu sendiri (Munkres 2000). Definisi Open Covering Suatu koleksi A dari himpunan bagian ruang topologi X disebut open covering X jika gabungan elemen A sama dengan X. Definisi Compact Ruang topologi X dikatakan compact jika setiap open covering X (A) memuat subkoleksi berhingga yang juga open covering X. Definisi Basic 2-Manifold Gambar 1 Beberapa objek 2-manifold. Gambar 1 memberikan basic 2-manifold menggunakan diagram. Pada karya ilmiah ini fokus pada gambar kedua dari kiri yang berupa basic 2-manifold dari torus, suatu kotak dengan verteks v dan sisi a, b. Gambar paling kiri merupakan basic 2-manifold dari bola adalah lingkaran dengan sisi v. Kemudian gambar kedua dari kiri merupakan 2-manifold dari torus. Lalu gambar paling kanan merupakan basic 2-manifold dari klein bottle adalah kotak dengan verteks v dan sisi a, b. Yang terakhir adalah basic 2-manifold dari projective plane adalah kotak dengan verterks v,w dan sisi a, b. Dari basic 2 -manifold torus dapat dikonstruksi kembali menjadi torus berdimensi tiga dengan menyatukan edge yang sama. Pertama bila kita menyatukan edge a akan membuat tansformasi basic 2-manifold torus menjadi tabung lalu dengan menyatukan edge b maka akan menjadi torus berdimensi tiga (Zomorodian 2005). Definisi Metrik Suatu metrik pada himpunan X adalah fungsi dari d: X X R yang mempunyai sifat seperti berikut: (1) d x, y 0 untuk semua x, y X. (2) d x, y = d(x, y) untuk semua x, y X.

15 (3) (Pertaksamaan segitiga) d x, y + d y, z d(x, z), untuk semua x, y, z X. (Munkres 2000) Definisi Ruang Metrik Pasangan terurut (X, d) adalah ruang metrik di mana X adalah himpunan dan d adalah fungsi metrik (Munkres 2000). Definisi Separable Suatu ruang topologi X dikatakan separable jika ruang topologi tersebut memiliki basis yang terhitung (Zomorodian 2005). Definisi 2-Manifold Suatu 2-manifold atau permukaan adalah suatu separable, ruang metrik Σ 2 di mana untuk setiap p Σ 2, ada suatu neighborhood U dari p yang homeomorfik terhadap R 2 (Zomorodian 2005). Definisi Ruang Euclidean Produk Cartesian R n n dengan metrik Euclidean d x, y = i=1 (u i x u i y ) adalah ruang Euclidian R n (Zomorodian 2005). Definisi Homeomorfisma, Homeomorfik Misal X dan Y ruang topologi. Ada f: X Y merupakan fungsi bijektif. Jika kedua fungsi f dan f 1 itu kontinu maka f dikatakan sebuah homeomorfisma. Dan jika f fungsi hoemomorfisma maka X dan Y dapat dikatakan homeomorfik (Munkres 2000). 5 Teori Grup Definisi Operasi Biner Operasi biner pada suatu himpunan S adalah suatu fungsi dari S S ke S yang membawa setiap (a, b) S S ke a b S yang unik. Jadi a, b a b. Karena a b juga berada dalam S maka dikatakan S tertutup di bawah operasi (Fraleigh 1994). Definisi Grup Struktur aljabar G dengan operasi biner disebut grup jika memenuhi aksioma berikut ini, 1. Operasi bersifat asosiatif (x y) z = x y z, x, y, z G. 2. Ada unsur identitas e G untuk pada G sehingga berlaku e x = x e = x, x G. 3. Untuk setiap x G ada unsur x 1 G sehingga x x 1 = x 1 x = e (Fraleigh 1994).

16 6 Definisi Grup Abelian Grup G disebut Grup komutatif jika operasi biner bersifat komutatif yaitu: x, y G, x y = y x. Grup abelian adalah grup yang bersifat komutatif (Zomorodian 2005). Definisi Order Grup Banyak unsur dari grup hingga G disebut order dari G, dinotasikan o(g) atau G (Fraleigh 1994). Definisi Grup Siklik Dinotasikan a = {na n Z}. Jika G = a maka G disebut grup siklik yang dihasilkan oleh a (Fraleigh 1994). Selanjutnya operasi grup berada di bawah operasi tambah. Definisi Grup Hasil Jumlah Langsung Misalkan G 1, G 2,, G n grup dengan unsur identitas, e i, i = 1, 2, 3,, n dan invers dari (a 1, a 2,, a n ) adalah (a 1 1, a 1 2,, a 1 n n ). Untuk notasi aditif, i=1 G i n dinotasikan dengan i=1 G i = G 1 G 2 G n, dan disebut grup hasil jumlah langsung dari G i (Fraleigh 1994). Definisi Homomorfisma Misalkan G grup dengan operasi + dan G adalah grup di bawah operasi #. Fungsi θ: G G disebut homomorfisma grup jika θ x + y = θ x θ(y), x, y G (Fraleigh 1994). Definisi Monomorfisma, Epimorfisma, Isomorfisma, Automorfisma Ada fungsi homomorfisma θ: G G, jika θ injektif maka θ disebut monomorfisma. Jika θ surjektif maka θ disebut epimorfisma. Jika θ bijektif maka θ disebut isomorfisma. Jika G = G dan θ isomorfisma maka θ disebut authomorfisma (Fraleigh 1994). Definisi Kernel Misalkan θ: G G grup homomorfisma. Grup θ 1 ({e }) disebut kernel dari θ dan dinotasikan ker θ. Jadi ker θ = {x G θ x = e } (Fraleigh 1994). Teorema Isomorfik Grup Siklik Takhingga Setiap grup siklik takhingga G isomorfik dengan Z (Fraleigh 1994). Definisi Subgrup Normal Misalkan G grup dan N subgrup dari G. Maka N disebut subgrup normal dari G jika g G, n N, gng 1 N (Fraleigh 1994).

17 7 Teorema Grup Faktor Misalkan G grup, N subgrup normal dari G dan himpunan G N beserta operasi perkalian pada G N adalah sebagai berikut: G N = a N a G an bn = abn. maka G N adalah grup dan disebut grup faktor (Fraleigh 1994). Ruang Vektor Definisi Ruang Vektor Himpunan V bersama-sama dengan operasi penjumlahan dan perkalian dengan skalar dikatakan membentuk suatu ruang vektor jika aksioma-aksioma berikut terpenuhi. A1. x + y = y + x untuk setiap x dan y di V. A2. x + y + z = x + y + z untuk setiap x, y, z di V. A3. Terdapat elemen 0 di V sehingga x + 0 = x untuk setiap x V. A4. Untuk setiap x V terdapat elemen x di V sehingga x + x = 0. A5. α x + y = αx + αy untuk setiap skalar α dan setiap x dan y di V. A6. α + β x = αx + βx untuk setiap skalar α dan β dan setiap x V. A7. αβ x = α(βx ) untuk setiap skalar α dan β dan setiap x V. A8. 1 x = x. (Leon 2001) Definisi Bebas Linear Vektor-vektor v 1,, vn dalam ruang vektor V disebut bebas linear (linearly independent) jika c 1 v 1 + c 2 v c n vn = 0 mengakibatkan semua skalar-skalar c 1,, c n harus sama dengan 0 (Leon 2001). Definisi Merentang Himpunan {v 1,, vn} disebut himpunan perentang untuk V jika dan hanya jika setiap vektor dalam V dapat ditulis sebagai kombinasi linear dari v 1, v 2,, vn Definisi Basis Vektor-vektor v 1,, vn membentuk basis untuk ruang vektor V jika dan hanya jika (i) v 1,, vn bebas linear. (ii) v 1,, vn merentang V (Leon 2001).

18 8 Simplicial Complex Definisi Bebas Geometri Poin-poin v 0, v 1,, v q di ruang Euclidean R k dikatakan bebas geometri (atau affine independent) jika satu-satunya solusi dari sistem linear q j =0 q j =0 λ j v j = 0 λ j = 0 adalah solusi trivial λ 0 = λ 1 = = λ q = 0 (Wilkins 2008). (2.1) Dari definisi di atas dapat ditunjukan bahwa poin-poin v 0, v 1,, v j merupakan bebas geometri jika hanya jika vektor v 1 v 0, v 2 v 0,, vj v 0 merupakan bebas linear. Akibatnya suatu himpunan dari poin bebas geometri di R k mempunyai paling banyak k + 1 elemen. Perlu diketahui juga bahwa jika suatu himpunan terdiri dari poin yang bebas geometri di R k maka setiap himpunan bagian dari himpunan tersebut juga terdiri dari poin yang bebas geometri. Definisi q-simplex Sebuah q-simplex di R k dari S = {v 0, v 1,, v q } didefinisikan sebagai himpunan q j =0 t j vj ; 0 t j 1 untuk j = 0,1,, q dan t j q j =0 = 1 (2.2) di mana v 0, v 1,, v q merupakan poin bebas geometri dari R k. Poin v 0, v 1,, v q dapat dikatakan verteks dari simplex. Bilangan bulat taknegatif q menunjukan sebagai dimensi dari simplex (Wilkins 2008). Kumpulan dari q-simplex disebut simplices atau kumpulan simplicial. Sebuah q-simplex juga bisa dilihat sebagai selubung cembung (convex hull) dari q + 1 titik yang bebas goemetri S = {v 0, v 1,, v q }. Semua titik di dalam S adalah verteks-verteks dari simplex (Zomorodian 2005). Definisi Face, Coface Misal σ suatu q -simplex didefinisikan dari S = {v 0, v 1,, v q }. Simplex τ dari T S, disebut face dari σ dan σ disebut coface. Hubungan tersebut dinotasikan dengan σ τ dan σ τ. Definisi Simplicial Complex Sebuah koleksi berhingga K dari kumpulan simplicial di R k dikatakan simplicial complex jika memenuhi dua kondisi berikut: 1. jika σ adalah simplex yang dimiliki K maka setiap face (τ) dari σ juga dimiliki oleh K.

19 2. jika σ 1 dan σ 2 adalah kumpulan simplicial yang dimiliki K maka kedua σ 1 σ 2 = atau σ 1 σ 2 merupakan face umum dari kedua σ 1 dan σ 2 (Wilkins 2008). Dimensi dari simplicial complex K adalah bilangan bulat tak negatif terbesar n sedemikian sehingga K mengandung sebuah n-simplex. Definisi Underlying Space Underlying Space K dari simplicial complex K adalah K = σ K σ. Dapat dikatakan K adalah topologi (Zomorodian 2005). Gabungan dari semua simplicial dari K adalah sebuah himpunan bagian compact K dari R k dikenal sebagai polyhedron dari K. Contoh. Misal K σ terdiri dari beberapa n-simplex σ beserta dengan face σ. Maka K σ adalah simplicial complex dari dimensi n, dan K σ = σ. Definisi Interior Misal v 0, v 1,, v q verteks-verteks dari suatu q-simplex σ di ruang Euclidan R k. Didefinisikan interior dari suatu simplex σ adalah himpunan titik-titik dari σ, q j =0 t j vj ; t j > 0, j = 0,1,2,, q dan t j q j =0 9 = 1 (2.3) Dari bentuk di atas dapat dilihat bahwa interior dari simplex σ memuat semua titik di σ kecuali titik-titik yang berada di ujung σ (Wilkins 2008). Definisi Rentangan Verteks Suatu himpunan verteks K yang dinotasikan dengan vert K = {v 0, v 1, v 2 }, dikatakan merentang K jika elemen elemen vert K merentang suatu simplex di dalam K (Wilkins 2008). Karakteristik Euler Definisi invariant Invariant topologi adalah suatu fungsi yang memetakan objek yang dipandang sama menuju ruang dengan tipe topologi yang sama (Zomorodian 2005). Karakteristik Euler merupakan suatu invariant topologi, di mana dapat mendeskripsikan topologi. Karakteristik Euler dapat membedakan objek topologi berdimensi rendah (dimensi dua) namun gagal untuk membedakan dimensi yang lebih tinggi. Definisi Karakteristik Euler Misal L simplicial complex dan s i = {σ L dim σ = i}. Karakteristik Euler χ(k) adalah (Zomorodian 2005) dim K χ L = 1 i s i i=0

20 10 Karakteristik Euler adalah invariant integer untuk L, yang berada dalam ruang L. Free Abelian Group Misal G Merupakan grup abelian, {a α } index dari keluarga G, dan G α menjadi subgrup dari G yang dibangkitkan oleh {a α }. Jika setiap grup G α merupakan siklik takhingga dan jika G merupakan hasil jumlah langsung dari grup G α maka G merupakan free abelian group yang mempunyai basis a α (Munkres 2000). Himpunan Z merupakan suatu free abelian group karena Z dapat dikonstruksi dari 1 yang merupakan grup siklik takhingga. Lalu contoh lain akan dikonstruksi sebuah free abelian group dari himpunan X = {a, b}. FA X = m 1 a + m 2 b, m 1, m 2 Z, di mana FA(X) adalah suatu free abelian group yang merupakan suatu kombinasi linear dari elemen-elemen X. Operasi biner dari free abelian group FA(X) adalah +, Grup Homologi Definisi Chain Groups Chain group k dari suatu simplicial complex J C k J, + adalah free abelian group pada q-simplices yang berorientasi, di mana σ = [τ] jika σ = τ dan σ dan τ mempunyai orientasi yang berbeda. Elemen dari C k (K) adalah suatu k - chain, q n q [σ q ], n q Z, σ q J (Zomorodian 2005). Contoh. Misal v 0, v 1 dan v 2 menjadi verteks dari segitiga pada suatu ruang Euclidean. Misal K menjadi simplicial complex yang memiliki segitiga tersebut, bersama dengan himpunan verteks dan edge segitiga tersebut. Setiap 0-chain dari K dapat diekspresikan secara unik dalam bentuk n 0 v 0 + n 1 v 1 + n 2 v 2 untuk nilai n 0, n 1, n 2 Z. Hal ini merupakan suatu 1-chain dari K yang juga dapat diekspresikan secara unik dalam bentuk m 0 v 0, v 1 + m 1 v 1, v 2 + m 2 v 2, v 0 untuk m 0, m 1, m 2 Z. Suatu 2 -chain dari K dapat diekspresikan secara unik dalam bentuk n v 0, v 1, v 2 untuk n Z. Definisi Boundary Homomorphism Misal K menjadi suatu simplicial complex dan σ K, σ = v 0, v 1,, v k. Boundary homomorphism k : C k K C k 1 (K) didefinisikan dengan k σ = i ( 1) i v 0, v 1,, v i,, v n, di mana v i dihapus dari sekuens (Zomorodian 2005). Contoh. Misal diletakkan boundary dari simplices berorientasi di dalam gambar. 1 a, b = b a, 2 a, b, c = b, c a, c + a, b = b, c + c, a + [a, b], 3 a, b, c, d = b, c, d a, c, d + a, b, d [a, b, c]. Definisi Cycle, Boundary Grup cycle k adalah Z k = ker k. Grup boundary k adalah B k = im k+1 (Zomorodian 2005).

21 11 Teorema Dua Boundary k 1 k v 0, v 1,, v k = 0,untuk semua k. Bukti. k 1 k v 0, v 1,, v k = k 1 ( 1) i i v 0, v 1,, v i,, v k = 1 i 1 j j <i = 0. (Zomorodian 2005) v 0, v 1,, v i,, v i,, v k + 1 i 1 j >i j 1 v 0, v 1,, v i,, v i,, v k Chain Complex Dari n dimensional J dan boundary homomorfism dapat dikonstruksi suatu sekuens berikut ini, 0 n +1 C n J n C n 1 J n 1 C 1 J 1 C 0 (J) 0 0 Dengan n n 1 C k (J) = 0 untuk semua nilai k. Catatan bahwa jika dimensi n < 0 maka C n = 0 dan C n +1 = 0 karena tidak ada n + 1 -simplex di K. Sekuens tersebut disebut chain complex. Definisi Grup Homologi Grup homologi k adalah H k = Z k B k = ker k im k+1 (Zomorodian 2005). Betti Number Betti number ke- n yang dinotasikan dengan β n, dari suatu simplicial complex adalah suatu jumlah lubang berdimensi n di dalam complex. Secara intuitif Betti number dapat dijelaskan sebagai berikut: Lubang 0-dimensi menjadi sebuah unit yang terhubung (titik). Lubang 1-dimensi menjadi sebuah lingkaran atau independent tunnel. Lubang 2-dimensi menjadi sebuah ruang tak tertutup. Betti number juga merupakan invariant topologi, seperti juga karakteristik Euler dan grup homologi. Grup homologi merupakan salah satu cara untuk mendeskripsikan topologi dan cara termudah utuk mendeskripsikan grup homologi dengan Betti number. Grup homologi ini dapat mendeskripsikan suatu ruang topologi secara feasible yang artinya dapat dipakai secara komputasi. Lalu akan diberikan Betti number: β n = rank H n,n = 0,1,2, (2.4) β n = Betti number dimensi ke- n H n = grup homologi dimensi ke- n. (Zomorodian 2005)

22 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab pembahasan ini akan dikonstruksi grup homologi dari sebuah 2- simplex yang berupa simplicial complex J. Selanjutnya dibuktikan bahwa torus T dan simplicial complex K homeomorfik. Lalu akan diberikan alternatif pencarian karakteristik Euler dari Torus T dan simplicial complex K. Konstruksi Grup Homologi Simplicial Complex J Diketahui Sebuah 2 - simplex mempunyai himpunan simplicial complex J = {[v 0 ], [v 1 ], [v 2 ], [v 0, v 1 ], [v 1, v 2 ], [v 2, v 0 ], [v 0, v 1, v 2 ]}. Di mana v 0 = (0,3), v 1 = (4,0), v 2 = (4,3), v 0, v 1, v 2 Z Z.Akan dikonstruksi suatu k-chain group C k (J), + dari simplicial complex J. Pertama akan dikontruksi 0 - chain, dari himpunan σ 0 = {v 0, v 1, v 2 } lalu dibuat suatu free abelian group, n 1 v 0 + n 2 v 1 + n 3 v 2 yang merupakan anggota 0 - chain. Selanjutnya konstruksi 1 -chain dari himpunan σ 1 = {[v 0, v 1 ], [v 1, v 2 ], [v 2, v 0 ]} Lalu dibuat suatu free abelian group, m 1 [v 0, v 1 ] + m 2 [v 1, v 2 ] + m 3 [v 2, v 0 ] yang merupakan anggota 1 - chain. Dan terakhir konstruksi 2-chain dari himpunan σ 2 = {[v 0, v 1, v 2 ]} dibuat free abelian group, p 0 [v 0, v 1, v 2 ] yang merupakan anggota 2-chain. Selanjutnya akan dikonstruksi chain complex dari simplicial complex J. 0 C 2 J C 1 J C 0 J 0 Karena n 1 v 0 + n 2 v 1 + n 3 v 2 elemen 0-chain maka v 0, v 1, v 2 adalah grup C 0 (J). Begitu juga m 1 [v 0, v 1 ] + m 2 [v 1, v 2 ] + m 3 [v 2, v 0 ] yang merupakan elemen 1 - chain maka [v 0, v 1 ], [v 1, v 2 ], [v 2, v 0 ] adalah grup C 1 (J). Dan juga p 0 [v 0, v 1, v 2 ] yang merupakan elemen 2 - chain maka [v 0, v 1, v 2 ] adalah grup C 2 (J). Dapat dituliskan sebagai berikut, C 0 (J) = v 0, v 1, v 2 C 1 J = a, b, c C 2 J = A Di mana a = [v 0, v 1 ], b = [v 1, v 2 ], c = [v 2, v 0 ], dan A = [v 0, v 1, v 2 ]. Setelah itu akan dicari homologi dari simplicial complex J. Karena v 0 = v 0 = v 0 = 0 sehingga Z = v 0, v 1, v 2 = C 0 (J). Dengan B 0 (a) = [v 0, v 1 ] (c) = [v 2, v 0 ] = v 1 v 0 = v 0 v 2 (b) = d[v 1, v 2 ] = v 2 v 1 H 0 J = Z 0 /B 0 = v 0, v 1, v 1 / v 1 v 0, v 2 v 1, v 0 v 2 = v 0 v 1, v 1 v 2, v 2 / v 0 v 1, v 1 v 2, 0 = v 0 v 1, v 1 v 2, v 2 / v 0 v 1, v 1 v 2 = v 2 = Z grup Z 1 didapat dari,

23 13 C 1 J = m 1 a + m 2 b + m 3 c = (m 1 [v 0, v 1 ] + m 2 [v 1, v 2 ] + m 2 [v 2, v 0 ]) = m 1 ([v 1 ] [v 0 ]) + m 2 ([v 2 ] [v 1 ]) + m 3 ([v 0 ] [v 2 ]) = (m 1 m 2 )[v 1 ] + (m 2 m 3 )[v 2 ] + (m 3 m 1 )[v 0 ] lalu 0 = (m 1 m 2 )[v 1 ] + (m 2 m 3 )[v 2 ] + (m 3 m 1 )[v 0 ] Sehingga m 1 = m 2, m 2 = m 3, m 3 = m 1 m 1 = m 2 = m 3 didapatlah Z 1 = a + b + c H 1 (J) = Z 1 /B 1 B 1 = A = [v 0, v 1, v 2 ] = a + b + c / a + b + c = [v 0, v 1 ] + [v 1, v 2 ] + [v 2, v 0 ] = 0 = a + b + c Kemudian Z 2 didapatkan dari (p 0 A) = p 0 [v 0, v 1, v 2 ] = p 0 ([v 1 v 0 ] + [v 2 v 1 ] + [v 0 v 2 ]) Jika C 2 (J) = 0 maka, 0 = p 0 ([v 1 v 0 ] + [v 2 v 1 ] + [v 0 v 2 ]) p 0 = 0 Jadi Z 2 = 0, dilanjutkan dengan H 2 (J) = Z 2 /B 2 B 2 = 0 = 0/0 = 0 = 0 Penggunaan Teorema Homeomorphy 2-Manifold Didefinisikan S 1 adalah sebuah lingkaran pada R 2. Himpunan S 1 ini dinotasikan sebagai berikut: S 1 = {(x, y) x 2 + y 2 = 1} Ruang S 1 merupakan topologi dengan basis U di mana U merupakan himpunan dari busur-busur pada lingkaran. Didefinisikan bahwa suatu torus T di mana T S 1 S 1 adalah topologi dengan basis U V di mana U dan V merupakan basis dari S 1 (Munkres 2000). Gambar 2 Torus T Didefinisikan simplicial complex K dengan himpunan vertek-verteks vert K = {1,2,3,4,5,6,7,8,9} dan himpunan,

24 14 Gambar 3 Simplicial complex K K = { 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 1,2, 2,3, 3,1, 4,1, 5,2, 6,3, [4, 5], 5,6, 6,4, 7,4, 8,5, 9,5, 7,8, 8,9, 1,5, 2,6, 3,4, 4,8, 5,9, [6,7], 7,2, 8,3, 9,1, 9,7, 1,7, 2,8, 3,9, 1,5,2, 4,1,5, 2,6,3, 5,2,6, 3,4,1, 6,3,1, 4,8,5, 7,4,8, 5,9,6, 8,5,9, 6,7,4, 9,6,7, 7,2,8, [1,7,2] 8,3,9, [2,8,3] 9,1,7, [3,9,1]}. (2.1) Kemudian ada polyhedron K yang merupakan gabungan dari semua anggota K, dan polyhedron K merupakan topologi (Zomorodian 2005). Transformasi torus T dengan definisi basic 2 -manifold sehingga berupa manifold dimensi dua. Dapat dilihat pada Gambar 4, yang merubah himpunan torus tersebut menjadi T = { v, a, b, ab}. Gambar 4 Basic 2-manifold torus. Lalu akan dibuktikan bahwa torus T dan simplicial complex K adalah homeomorfik. Untuk membuktikan hal tersebut pada umumnya akan menggunakan definisi homeomorfisma. Namun itu terlalu sulit untuk dilakukan, maka digunakanlah teorema berikut: Teorema Homeomorphy 2-Manifold Permukaan kompak tertutup M 1 dan M 2 adalah homeomorfik jika hanya jika, a) χ M 1 = χ M 2 b) Kedua permukaannya orientable atau keduanya tidak orientable (Zomorodian 2005). Teorema ini dapat digunakan pada ruang topologi yang berupa manifold dimensi dua. Dalam kasus ini ruang topologi (K, K ) merupakan objek dua dimensi (lihat Gambar 5) dan juga torus yang sudah di transformasi dengan definisi basic 2-manifold. Selanjutnya ruang topologi (K, K ) akan disebutkan menjadi simplicial complex K.

25 Untuk menggunakan teorema tersebut pertama harus mencari karakteristik Euler dari torus T dan simplicial complex K. Nilai Karakteristik Euler didapatkan dengan menggunakan definisi karakteristik Euler, dimulai dengan mencari nilai karakteristik Euler torus T; 2 i=0 χ T 1 = 1 i s i = 1 0 s s s 2 = = 0 Setelah itu mencari nilai karakteristik Euler dari simplicial complex K, 2 i=0 χ K = 1 i s i = 1 0 s s s 2 = = 0 Poin a) terpenuhi karena kedua nilai karakteristik yang didapat bernilai sama. Bila melihat Gambar 3 dan Gambar 4 terlihat bahwa masing-masing torus T dan simplicial complex K mempunyai orientasi, poin b) terpenuhi. Sehingga dengan menggunakan Teorema homeomorphy 2-manifold dapat diyatakan bahwa torus T dan simplicial complex K itu homeomorfik. Selanjutnya akan diberikan alternatif pencarian karakteristik Euler dari simplicial complex K dan torus T. Penggunaan Teorema Euler Poincare Untuk dapat mencari karakteristik Euler di mana dibutuhkan suatu Betti number dari torus T dan simplicial complex K. Betti number didapatkan dari rank grup homologi. Sehingga langkah pertama yang dilakukan yaitu mencari Betti number dari torus T dengan mencari grup homologi torus T. Di mana teorema berikut ini yang akan digunakan: Teorema Euler Poincare Jika K adalah suatu simplicial complex hingga maka karakterisitik Euler K sama dengan alternatif penjumlahan Betti number dari setiap dimensi: χ K = k 15 1 k β k (K) (2.2) Bukti Diperlukan beberapa fakta dari aljabar linear. pertama. Jika Suatu M, L adalah ruang vektor dan A: M L operator linear maka M/ker A im A. Fakta kedua. Jika Y ruang bagian dari ruang vektor X maka dim X/Y = dim X dim Y. Ada empat Vektor yang terlibat dalam peritungan Betti number dari K: grup chain, grup cycle, grup boundary dan grup homologi. Ini merupakan notasi dimensi mereka: c k = dim C k (K), z k = dim Z k k, b k = dim B k K, β k = dim H k (K). Ada operator boundary k : C k K C k 1 (K), lalu definisikan Z k K = ker k, dan B k = Im k+1. Fakta satu dan fakta dua mengimplikasikan suatu,

26 16 dim M dim ker A = dim im A Kemudian mengaplikasikannya kepada operator boundary di atas, didapatkan: dim C k (K) dim ker k = dim im k. Atau, c k z k = b k 1 (2.3) Mengingat bahwa H k K = Z k (K)/B k (K). Maka dari fakta dua mengakibatkan. β k = z k b k (2.4) Langkah selanjutnya, misalkan n dimensi tertinggi dari K, maka: β 0 β 1 + β n β n subtitusikan persamaan (2.4) = z 0 b 0 z 1 b 1 + z 2 b n (z n b n ). = z 0 b 0 z 1 + b 1 + z 2 b n z n ( 1) n b n. = z 0 c 1 z 1 z 1 + c 2 z 2 + z 2 c 3 z 3 + ( 1) n z n 1 n (c n+1 z n +1 ). = z 0 c 1 + c 2 c ( 1) n c n+1 + ( 1) n z n+1. = c 0 c 1 + c 2 c = χ(k). Kelebihan bila mencari karakteristik Euler dengan menggunakan teorema ini adalah akan didapatkan gambaran geometri yang lebih rinci dari Betti number yang didapat bila dibandingkan dengan hanya mengetahui nilai karakteristik Euler saja dari definisi. Untuk mempermudah penggunaan grup homologi, ditambahkan satu edge c (Wieldberg 2012f). Sehingga terjadi perubahan pada torus T menjadi Gambar 5, Gambar 5 Basic 2-manifold dengan tambahan edge c. Lalu akan dimulai menghitung grup homologi torus T. Akan dibuat chain complex terlebih dahulu, 0 C 2 C 1 C 0 0 Di mana C 0 = x, C 1 = a, b, c, C 2 = U, L. Kemudian akan dicari H n, n Z. H 0 = Z 0 B0 x /0 Z (2.5) H 1 = Z 1 B1 a, b, c a + b + c a+b+c,b,c a+b+c b, c Z Z (2.6)

27 H 2 = Z 2 B2 U T 0 Z (2.7) H n = 0 untuk n 0. (2.8) Setelah mendapat grup homologi torus T dilanjutkan dengan mencari Betti number, β 0 = rank H 0 = 1. (2.9) β 1 = rank H 1 = 2. (2.10) β 2 = rank H 2 = 1. (2.11) β n = rank H n = 0, n 3. (2.12) Jadi Betti number dari torus T adalah Lalu setelah mengetahui Betti number dari torus maka akan digunakan Teorema Euler Poincare untuk mencari nilai karakteristik Euler dari torus tersebut. Berdasarkan Betti number yang didapat sebelumnya akan dicari karakteristik Euler dari torus tersebut (lihat Persamaan (2.9), (2.10). (2.11), (2.12)), χ T = β 0 β 1 + β 2 + ( 1) n β n. = ; β n = 0 Untuk n 2 = 0. Setelah itu langkah ketiga. Dengan menggunakan peranti lunak Matlab dapat dihitung Betti number dari simplicial complex K, pemakaian peranti lunak Matlab dikarenakan kesulitan yang dihadapi saat mencari Betti number dari simplicial complex K. Akan dimulai mengkonstruksi dengan menggunakan perangkat lunak Matlab. Kemudian diberikan kodingan dari pembuatan simplicial complex K (lampiran 1). Setelah memasukan koding sebelumnya lalu untuk menunjukan Betti number dari objek tersebut dengan menuliskan perintah berikut: % get persistence algorithm over Z/2Z >>persistence = api.plex4.getmodularsimplicialalgorithm(3, 2); % compute the intervals >>intervals = persistence.computeintervals(stream); % get the infinite barcodes >>infinite_barcodes = intervals.getinfiniteintervals(); % print out betti numbers array >>betti_numbers_array = infinite_barcodes.getbettisequence() 17 Sehingga output yang muncul ialah: betti_numbers_array = 1 2 1

28 18 Nilai Betti number simplicial complex K yang didapat akan dipakai dalam penggunaan Teorema Euler Poincare, χ T = β 0 β 1 + β 2 = = 0 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Didapat grup homologi simplicial complex J adalah H 0 = Z, dan H n = 0 untuk n 1. Lalu dalam subbab selanjutnya terlihat bahwa torus T dan simplicial complex K itu homeomorfik dengan menggunakan Teorema homeomorphy 2 - manifold. karena terlihat karakteristik Euler dari keduanya bernilai sama yaitu bernilai nol. Dan juga keduanya mempunyai orientasi. Dengan menggunakan Teorema homeomorphy 2-manifold didapat kesimpulan bahwa torus T dan simplicial complex K adalah homeomorfik sehingga ada f T K yang memetakan ruang topologi T menuju ruang topologi K. Dan fungsi tersebut berupa fungsi homeomorfisma. Didapatkan hasil pada pembahasan yaitu pertama nilai Betti number torus T adalah kemudian didapat juga karakteristik Euler torus T adalah 0 dengan penggunaan Teorema Euler Poincare. Dari langkah selanjutnya didapatkan karakteristik Euler simplicial complex K yang bernilai sama dengan karakteristik Euler dari torus T juga menggunakan Teorema Euler Poincare. Kemudian Betti number yang didapat menggambarkan bahwa bentuk geometri torus T dan simplicial complex K adalah suatu satu kesatuan yang utuh (β 0 = 1), disusun dari dua lingkaran ( β 1 = 2), dan mempunyai sebuah void (β 2 = 1). Saran Untuk mengembangkan karya ilmiah ini dapat dibuat komputasi persistent homology dari suatu objek topologi. Lalu ruang topologi yang menarik untuk dibahas yaitu klein bottle, bola, projevtive plane dan tetrahedron. DAFTAR PUSTAKA Fraleigh JB A First Course in Abstract Algebra. Ed ke-5. Michigan (US):Addison-Wesley. Leon SJ Aljabar Linear dan Aplikasinya. Bondan A, penerjemah. Hardani HW, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari:linera Algebra with Application. Ed ke-5.

29 Munkres JR Element of Algebreic Topology. Ed ke-1. Massachusetts (US):Addison-Wesley. Munkres JR Topology. Ed ke-2. New Jersey (US): Prentice Hall. Sexton H, Vedjemo-Johannson M. Jplex simplicial complex library. [diunduh 2013 July 20]. Tersedia pada: Steward J Calculus. Ed ke-4. Kalkulus. Susila IN, Gunawan H, penerjemah. Mahanani N, Hardani W, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari:calculus. Ed ke-4. Wilkins DR Algabreic Topology. Ed ke-1.[tempat tidak diketahui]: [penerbit tidak diketahui]. Wieldberg NJ. 2012a. Algabreic Topology 30. [diunduh 01 Desember 2013]. Tersedia pada: Wieldberg NJ. 2012b. Algabreic Topology 31. [diunduh 01 Desember 2013]. Tersedia pada: Wieldberg NJ. 2012c. Algabreic Topology 32. [diunduh 01 Desember 2013]. Tersedia pada: Wieldberg NJ. 2012d. Algabreic Topology 33. [diunduh 01 Desember 2013]. Tersedia pada: Wieldberg NJ. 2012e. Algabreic Topology 34. [diunduh 01 Desember 2013]. Tersedia pada: Wieldberg NJ. 2012f. Algabreic Topology 35. [diunduh 01 Desember 2013]. Tersedia pada: Zomorodian AJ Topology for Computing. Ciarlet PG, Iserles A, Kohn RV, Wright MH, editor. Cambridge (UK):Cambridge Pr. 19

30 20 Lampiran 1 Koding bentukan simplicial complex K. as a see % We use 9 vertices, which we think of as a 3x3 grid numbered % telephone keypad. We identify opposite sides. For a picture, % "javaplex_tutorial_solutions.pdf". clc; clear; close all; % get a new ExplicitSimplexStream stream = api.plex4.createexplicitsimplexstream(); % add simplices for i = 1:9 stream.addvertex(i); end stream.addelement([1, 2]); stream.addelement([2, 3]); stream.addelement([3, 1]); stream.addelement([7, 8]); stream.addelement([8, 9]); stream.addelement([9, 7]); stream.addelement([4, 5]); stream.addelement([5, 6]); stream.addelement([6, 4]); stream.addelement([1, 7]); stream.addelement([7, 4]); stream.addelement([4, 1]); stream.addelement([2, 8]); stream.addelement([8, 5]); stream.addelement([5, 2]); stream.addelement([3, 9]); stream.addelement([9, 6]); stream.addelement([6, 3]); stream.addelement([2, 7]); stream.addelement([3, 8]); stream.addelement([8, 4]); stream.addelement([1, 9]); stream.addelement([9, 5]); stream.addelement([5, 1]); stream.addelement([7, 6]); stream.addelement([6, 2]); stream.addelement([4, 3]); stream.addelement([1, 2, 7]); stream.addelement([2, 7, 8]); stream.addelement([2, 3, 8]); stream.addelement([3, 8, 9]); stream.addelement([1, 3, 9]); stream.addelement([1, 7, 9]); stream.addelement([4, 7, 8]); stream.addelement([4, 5, 8]); stream.addelement([5, 8, 9]); stream.addelement([5, 6, 9]); stream.addelement([6, 7, 9]); stream.addelement([4, 6, 7]);

31 21 stream.addelement([1, 4, 5]); stream.addelement([1, 2, 5]); stream.addelement([2, 5, 6]); stream.addelement([2, 3, 6]); stream.addelement([3, 6, 4]); stream.addelement([1, 3, 4]); stream.finalizestream();

32 22 RIWAYAT HIDUP Penulis yang bernama Qowiyyul Amin Siregar lahir di Medan pada tanggal 07 Oktober 1991, putra pertama dari Muslil siregar dan Enjuh Juhaeriah. Riwayat pendidikan Penulis SDN Pengadilan 2 (1997), SDIT Ummul Quro (1999), SMPN 2 Bogor (2003), SMAN 3 Bogor (2006), Institut Pertanian Bogor ( ). Penulis mempunyai pengalaman organisasi sebagai pengurus Gugus Mahasiswa Matematika (GUMATIKA) periode 2010/2011, dan anggota Badan Pengawas GUMATIKA periode 2011/2012. Penulis juga aktif mengikuti kepanitiaan seperti IPB Art Contest sebagai anggota. Serta menjadi asisten Kalkulus 2 pada tahun 2011/2012, asisten praktikum Algoritma dan Pemrograman pada tahun 2012/2013, asisten Persamaan Differensial Biasa pada tahun 2012/2013, dan aktif menjadi pengajar di Bimbingan Belajar Gugus Mahasiswa Matematika untuk mata kuliah Pengantar Matematika dan Kalkulus I program Tingkat Persiapan Bersama pada tahun 2010/2012. Penulis aktif mengikuti kompetisi olahraga tingkat fakultas. Beberapa prestasi yang diraih penulis antara lain Juara II Kompetisi Olahraga Cabang Basket Tingkat Fakultas MIPA pada tahun 2010/2011 dan 2012/2013, dan Juara III Kompetisi Olahraga Cabang Basket Tingkat Fakultas MIPA pada tahun 2013/2014.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan mengenai konsep teori grup, teorema lagrange dan autokomutator yang akan digunakan dalam penelitian. Pada bagian pertama ini akan dibahas tentang teori

Lebih terperinci

KAJIAN SIMPLICIAL COMPLEX DAN K TH BETTI NUMBER PADA CAKUPAN JARINGAN PENGUAT SINYAL GSM INDOOR FACHRI ADITYA

KAJIAN SIMPLICIAL COMPLEX DAN K TH BETTI NUMBER PADA CAKUPAN JARINGAN PENGUAT SINYAL GSM INDOOR FACHRI ADITYA KAJIAN SIMPLICIAL COMPLEX DAN K TH BETTI NUMBER PADA CAKUPAN JARINGAN PENGUAT SINYAL GSM INDOOR FACHRI ADITYA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Grup Pengkajian pertama, diulas tentang definisi grup yang merupakan bentuk dasar dari suatu ring dan modul. Definisi 2.1.1 Diberikan himpunan dan operasi biner disebut grup yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk mencapai tujuan penulisan penelitian diperlukan beberapa pengertian dan teori yang berkaitan dengan pembahasan. Dalam subbab ini akan diberikan beberapa teori berupa definisi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi

BAB I PENDAHULUAN. Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur aljabar merupakan suatu himpunan tidak kosong yang dilengkapi dengan aksioma dan suatu operasi biner. Teori grup dan ring merupakan konsep yang memegang

Lebih terperinci

Kriteria Struktur Aljabar Modul Noetherian dan Gelanggang Noetherian

Kriteria Struktur Aljabar Modul Noetherian dan Gelanggang Noetherian Kriteria Struktur Aljabar Modul Noetherian dan Gelanggang Noetherian Rio Yohanes 1, Nora Hariadi 2, Kiki Ariyanti Sugeng 3 Departemen Matematika, FMIPA UI, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia rio.yohanes@sci.ui.ac.id,

Lebih terperinci

ANTI -FUZZY - SUBGRUP KIRI DARI NEAR RING AHMAD SYAFI IH

ANTI -FUZZY - SUBGRUP KIRI DARI NEAR RING AHMAD SYAFI IH ANTI -FUZZY - SUBGRUP KIRI DARI NEAR RING AHMAD SYAFI IH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB III. Standard Kompetensi. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB III. Standard Kompetensi. 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring dan menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. BAB III Standard Kompetensi 3. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian homomorfisma ring menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi Dasar: Mahasiswa diharapkan dapat 3.1 Menyebutkan definisi

Lebih terperinci

Dari Algebraic Topology ke Aljabar

Dari Algebraic Topology ke Aljabar Motivasi Studi topologi diawali oleh studi terhadap graf dan platonic solid Motivasi Studi topologi diawali oleh studi terhadap graf dan platonic solid Motivasi Ada sebuah pola penting yang muncul pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Fungsi Definisi A.1 Diberikan A dan B adalah dua himpunan yang tidak kosong. Suatu cara atau aturan yang memasangkan atau mengaitkan setiap elemen dari himpunan A dengan tepat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dituliskan beberapa aspek teoritis berupa definisi teorema sifat-sifat yang berhubungan dengan teori bilangan integer modulo aljabar abstrak masalah logaritma diskret

Lebih terperinci

GRUP HOMOLOGI DARI RUANG TOPOLOGI. Denik Agustito 1, Sriwahyuni 2

GRUP HOMOLOGI DARI RUANG TOPOLOGI. Denik Agustito 1, Sriwahyuni 2 Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 GRUP HOMOLOGI DARI RUANG TOPOLOGI Denik Agustito 1, Sriwahyuni 2 Mahasiswa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Yogyakarta Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN I MODUL ATAS RING Direncanakan

Lebih terperinci

PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL

PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL PENGANTAR ANALISIS FUNGSIONAL SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan didiskusikan unsur tak terdefinisi, aksioma-aksioma, istilahistilah,

II. LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan didiskusikan unsur tak terdefinisi, aksioma-aksioma, istilahistilah, 3 II. LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan didiskusikan unsur tak terdefinisi, aksioma-aksioma, istilahistilah, definisi-definisi dan teorema-teorema yang berhubungan dengan penelitian ini. 2.1 Geometri Insidensi

Lebih terperinci

ORDER UNSUR DARI GRUP S 4

ORDER UNSUR DARI GRUP S 4 Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 142 147 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND ORDER UNSUR DARI GRUP S 4 FEBYOLA, YANITA, MONIKA RIANTI HELMI Program Studi Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dituliskan beberapa aspek teoritis sebagai landasan teori dalam penelitian ini yaitu teori bilangan, bilangan bulat modulo?, struktur aljabar dan masalah logaritma

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN... II HALAMAN PENGESAHAN... III KATA PENGANTAR... IV DAFTAR ISI... V BAB I PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG MASALAH... 1 B. PEMBATASAN MASALAH... 2 C.

Lebih terperinci

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi

BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT. Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi BAB III OPERATOR LINEAR TERBATAS PADA RUANG HILBERT 3.1 Operator linear Operator merupakan salah satu materi yang akan dibahas dalam fungsi real yaitu suatu fungsi dari ruang vektor ke ruang vektor. Ruang

Lebih terperinci

HOMOLOGI DARI HIMPUNAN KUBIK YANG DIREDUKSI (ELEMENTARY COLLAPSE)

HOMOLOGI DARI HIMPUNAN KUBIK YANG DIREDUKSI (ELEMENTARY COLLAPSE) Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 3 Hal. 98 102 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND HOMOLOGI DARI HIMPUNAN KUBIK YANG DIREDUKSI (ELEMENTARY COLLAPSE) RISCHA DEVITA Program Studi Matematika,

Lebih terperinci

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan.

G a a = e = a a. b. Berdasarkan Contoh 1.2 bagian b diperoleh himpunan semua bilangan bulat Z. merupakan grup terhadap penjumlahan bilangan. 2. Grup Definisi 1.3 Suatu grup < G, > adalah himpunan tak-kosong G bersama-sama dengan operasi biner pada G sehingga memenuhi aksioma- aksioma berikut: a. operasi biner bersifat asosiatif, yaitu a, b,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung. ke. Untuk setiap, dinotasikan sebagai di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung. ke. Untuk setiap, dinotasikan sebagai di II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini diberikan beberapa definisi mengenai teori grup yang mendukung proses penelitian. 2.1 Teori Grup Definisi 2.1.1 Operasi Biner Suatu operasi biner pada suatu himpunan adalah

Lebih terperinci

DERET KOMPOSISI DARI SUATU MODUL

DERET KOMPOSISI DARI SUATU MODUL DERET KOMPOSISI DARI SUATU MODUL SKRIPSI Oleh : ANI NURHAYATI J2A 006 001 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2010

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. S, torus, topologi adalah suatu himpunan yang mempunyai topologi, yaitu koleksi dari

BAB II TEORI DASAR. S, torus, topologi adalah suatu himpunan yang mempunyai topologi, yaitu koleksi dari BAB II TEORI DASAR Pada skripsi ini, akan dipelajari perbedaan sifat grup fundamental yang dimiliki beberapa ruang topologi, yaitu 2 S, torus, 2 P dan figure eight. Ruang topologi adalah suatu himpunan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. modul yang akan digunakan dalam pembahasan hasil penelitian.

II. TINJAUAN PUSTAKA. modul yang akan digunakan dalam pembahasan hasil penelitian. II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diberikan konsep dasar (pengertian) tentang grup, ring, dan modul yang akan digunakan dalam pembahasan hasil penelitian. 2.1 Ring Sebelum didefinisikan pengertian

Lebih terperinci

Aljabar Linier. Kuliah

Aljabar Linier. Kuliah Aljabar Linier Kuliah 10 11 12 Materi Kuliah Transformasi Linier Kernel dan Image dari Transformasi Linier isomorfisma Teorema Rank plus Nullity 1/11/2014 Yanita FMIPA Matematika Unand 2 Transformasi Linier

Lebih terperinci

TOPOLOGI RUANG LINEAR

TOPOLOGI RUANG LINEAR TOPOLOGI RUANG LINEAR Nila Kurniasih Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo Jalan KHA. Dahlan 3 Purworejo e-mail: kurniasih.nila@yahoo.co.id Abstrak Tulisan ini bertujuan

Lebih terperinci

GRUP SIKLIK, GRUP PERMUTASI, HOMOMORFISMA

GRUP SIKLIK, GRUP PERMUTASI, HOMOMORFISMA GRUP SIKLIK, GRUP PERMUTASI, HOMOMORFISMA Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat Grup Siklik, Grup Permutasi dan Homomorfisma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa materi yang terdapat pada aljabar abstrak, salah satu materi

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa materi yang terdapat pada aljabar abstrak, salah satu materi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ada beberapa materi yang terdapat pada aljabar abstrak, salah satu materi tersebut adalah modul. Untuk membahas pengertian tentang suatu modul harus dimengerti lebih

Lebih terperinci

IDEAL DIFERENSIAL DAN HOMOMORFISMA DIFERENSIAL. Na imah Hijriati, Saman Abdurrahman, Thresye

IDEAL DIFERENSIAL DAN HOMOMORFISMA DIFERENSIAL. Na imah Hijriati, Saman Abdurrahman, Thresye DEAL DFEENSAL DAN HOMOMOFSMA DFEENSAL Na imah Hijriati, Saman Abdurrahman, Thresye Program Studi Matematika Universitas Lambung Mangkurat l. end. A. Yani Km. 36 Kampus Unlam Banjarbaru Email : imah_math@yahoo.co.id

Lebih terperinci

1. GRUP. Definisi 1.1 (Operasi Biner) Diketahui G himpunan dan ab, G. Operasi biner pada G merupakan pengaitan

1. GRUP. Definisi 1.1 (Operasi Biner) Diketahui G himpunan dan ab, G. Operasi biner pada G merupakan pengaitan 1. GRUP Definisi 1.1 (Operasi Biner) Diketahui G himpunan dan ab, G. Operasi biner pada G merupakan pengaitan pasangan elemen ( ab, ) pada G, yang memenuhi dua kondisi berikut: 1. Setiap pasangan elemen

Lebih terperinci

Jurnal Matematika Murni dan Terapan Vol. 5 No.1 Juni 2011: TES FORMAL MODUL PROJEKTIF DAN MODUL BEBAS ATAS RING OPERATOR DIFERENSIAL

Jurnal Matematika Murni dan Terapan Vol. 5 No.1 Juni 2011: TES FORMAL MODUL PROJEKTIF DAN MODUL BEBAS ATAS RING OPERATOR DIFERENSIAL Jurnal Matematika Murni dan Terapan Vol 5 No Juni 0: 43-5 TES FORMAL MOUL PROJEKTIF AN MOUL BEBAS ATAS RING OPERATOR IFERENSIAL Na imah Hijriati Program Studi Matematika Universitas Lambung Mangkurat Jl

Lebih terperinci

PENGANTAR GRUP. Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang

PENGANTAR GRUP. Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang PENGANTAR GRUP Yus Mochamad Cholily Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Malang email:ymcholily@gmail.com March 18, 2013 1 Daftar Isi 1 Tujuan 3 2 Pengantar Grup 3 3 Sifat-sifat Grup

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu struktur aljabar yang harus dikuasai oleh seorang matematikawan adalah grup yaitu suatu himpunan tak kosong G yang dilengkapi dengan satu operasi

Lebih terperinci

UNNES Journal of Mathematics

UNNES Journal of Mathematics UJM 6 (1) 2017 UNNES Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm STRUKTUR DAN SIFAT-SIFAT K-ALJABAR Deni Nugroho, Rahayu Budhiati Veronica, dan Mashuri Jurusan Matematika, FMIPA,

Lebih terperinci

GRUP MONOTETIK TOPOLOGI DISKRIT BERHINGGA PADA DUALITAS PONTRYAGIN

GRUP MONOTETIK TOPOLOGI DISKRIT BERHINGGA PADA DUALITAS PONTRYAGIN Saintia Matematika Vol. 1, No. 6 (2013), pp. 591 602. GRUP MONOTETIK TOPOLOGI DISKRIT BERHINGGA PADA DUALITAS PONTRYAGIN L.F.D. Bali, Tulus, Mardiningsih Abstrak. Dalam teori grup topologi kompak lokal,

Lebih terperinci

GRUP DAN HOMOMORFISMA GRUP PADA RUBIK REVENGE DWI TANTY KURNIANINGTYAS

GRUP DAN HOMOMORFISMA GRUP PADA RUBIK REVENGE DWI TANTY KURNIANINGTYAS GRUP DAN HOMOMORFISMA GRUP PADA RUBIK REVENGE DWI TANTY KURNIANINGTYAS DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 ABSTRAK DWI TANTY KURNIANINGTYAS.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI. Latar Belakang Berawal dari definisi grup periodik yaitu misalkan grup, jika terdapat unsur (nonidentitas)

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI. Latar Belakang Berawal dari definisi grup periodik yaitu misalkan grup, jika terdapat unsur (nonidentitas) I PENDAHULUAN Latar Belakang Berawal dari definisi grup periodik yaitu misalkan grup, jika terdapat unsur (nonidentitas) di sehingga., maka disebut grup periodik dan disebut periode dari. Serta fakta bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Struktur aljabar merupakan salah satu bidang kajian dalam matematika yang dikembangkan untuk menunjang pemahaman mengenai struktur bilangan. Struktur atau sistem aljabar

Lebih terperinci

HIMPUNAN KUBIK ASIKLIK DAN KUBUS DASAR

HIMPUNAN KUBIK ASIKLIK DAN KUBUS DASAR Jurnal Matematika UNAND Vol. 2 No. 4 Hal. 43 49 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND HIMPUNAN KUBIK ASIKLIK DAN KUBUS DASAR WIWI ULMAYANI Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

Analisis Fungsional. Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Analisis Fungsional. Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Analisis Fungsional Oleh: Dr. Rizky Rosjanuardi, M.Si Jurusan Pendidikan Matematika UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Lingkup Materi Ruang Metrik dan Ruang Topologi Kelengkapan Ruang Banach Ruang Hilbert

Lebih terperinci

TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS

TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS TEORI GRUP SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ALJABAR & ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta

Lebih terperinci

Pengantar Topologi - MK : Prinsip Matematika

Pengantar Topologi - MK : Prinsip Matematika Pengantar Topologi - MK : Prinsip Matematika Topologi merupakan kajian pemetaan dari suatu obyek dalam ruang baik dalam struktur global maupun dalam struktur lokal yang lebih halus. Dapat dikatakan bahwa

Lebih terperinci

APROKSIMASI FUNGSI SINUS DAN KOSINUS SEBAGAI KOMBINASI LINEAR DARI FUNGSI EKSPONENSIAL MUHAMMAD ADAM AZHARI

APROKSIMASI FUNGSI SINUS DAN KOSINUS SEBAGAI KOMBINASI LINEAR DARI FUNGSI EKSPONENSIAL MUHAMMAD ADAM AZHARI APROKSIMASI FUNGSI SINUS DAN KOSINUS SEBAGAI KOMBINASI LINEAR DARI FUNGSI EKSPONENSIAL MUHAMMAD ADAM AZHARI DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ruang Metrik Ruang metrik merupakan ruang abstrak, yaitu ruang yang dibangun oleh aksioma-aksioma tertentu. Ruang metrik merupakan hal yang fundamental dalam analisis fungsional,

Lebih terperinci

II. KONSEP DASAR GRUP. abstrak (abstract algebra). Sistem aljabar (algebraic system) terdiri dari suatu

II. KONSEP DASAR GRUP. abstrak (abstract algebra). Sistem aljabar (algebraic system) terdiri dari suatu II KONSEP DASAR GRUP Suatu cabang matematika yang mempelajari struktur aljabar dinamakan aljabar abstrak abstract algebra Sistem aljabar algebraic system terdiri dari suatu himpunan obyek satu atau lebih

Lebih terperinci

Keberlakuan Teorema pada Beberapa Struktur Aljabar

Keberlakuan Teorema pada Beberapa Struktur Aljabar PRISMA 1 (2018) https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ Keberlakuan Teorema pada Beberapa Struktur Aljabar Mashuri, Kristina Wijayanti, Rahayu Budhiati Veronica, Isnarto Jurusan Matenmatika FMIPA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HIMPUNAN KUBIK ASIKLIK DENGAN RECTANGLE

HUBUNGAN ANTARA HIMPUNAN KUBIK ASIKLIK DENGAN RECTANGLE Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 1 Hal. 58 62 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND HUBUNGAN ANTARA HIMPUNAN KUBIK ASIKLIK DENGAN RECTANGLE SISKA NURMALA SARI Program Studi Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

PENGANTAR TOPOLOGI. Dosen Pengampu: Siti Julaeha, M.Si EDISI PERTAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2015

PENGANTAR TOPOLOGI. Dosen Pengampu: Siti Julaeha, M.Si EDISI PERTAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2015 PENGANTAR TOPOLOGI EDISI PERTAMA Dosen Pengampu: Siti Julaeha, M.Si UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2015 by Matematika Sains 2012 UIN SGD, Copyright 2015 BAB 0. HIMPUNAN, RELASI, FUNGSI,

Lebih terperinci

GRUP NON-ABELIAN YANG ABELIAN SECARA GRAFIS SKRIPSI

GRUP NON-ABELIAN YANG ABELIAN SECARA GRAFIS SKRIPSI GRUP NON-ABELIAN YANG ABELIAN SECARA GRAFIS SKRIPSI MICHELLE PURWAGANI PROGRAM STUDI S-1 MATEMATIKA DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2012 i GRUP NON-ABELIAN YANG

Lebih terperinci

MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 2 No.6 Tahun 2017 ISSN

MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 2 No.6 Tahun 2017 ISSN MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika Volume 2 No.6 Tahun 2017 ISSN 2301-9115 GRAF TOTAL SUATU MODUL BERDASARKAN SUBMODUL SINGULER Dian Ambarsari (S1 Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

RING FAKTOR DAN HOMOMORFISMA

RING FAKTOR DAN HOMOMORFISMA BAB 8 RING FAKTOR DAN HOMOMORFISMA Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat mengenal dan mengaplikasikan sifat-sifat Ring Faktor dan Homomorfisma Ring Tujuan Instruksional

Lebih terperinci

MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR

MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR MATERI ALJABAR LINEAR LANJUT RUANG VEKTOR Disusun oleh: Dwi Lestari, M.Sc email: dwilestari@uny.ac.id JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

TUGAS GEOMETRI TRANSFORMASI GRUP

TUGAS GEOMETRI TRANSFORMASI GRUP TUGAS GEOMETRI TRANSFORMASI GRUP KELOMPOK 8 1. I WAYAN AGUS PUTRAWAN (2008.V.1.0093) 2. I KADEK DWIJAYAPUTRA (2008.V.1.0094) 3. I KETUT DIARTA (2008.V.1.0123) 4. AGUS EKA SURYA KENCANA (2008.V.1.0043)

Lebih terperinci

Jurnal Matematika Murni dan Terapan Vol. 4 No. 2 Desember 2010: IDEAL MAKSIMAL DAN IDEAL PRIMA NEAR-RING

Jurnal Matematika Murni dan Terapan Vol. 4 No. 2 Desember 2010: IDEAL MAKSIMAL DAN IDEAL PRIMA NEAR-RING IDEAL MAKSIMAL DAN IDEAL PRIMA NEAR-RING Saman Abdurrahman Program Studi Matematika Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani km 35, 8 Banjarbaru ABSTRAK Penelitian ini membahas ideal near-ring yang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar: UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281 Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 2. METODE PENELITIAN 3. HASIL DAN PEMBAHASAN. Abstrak

1. PENDAHULUAN 2. METODE PENELITIAN 3. HASIL DAN PEMBAHASAN. Abstrak Kajian mengenai Konstruksi Aljabar Simetris Kiri Menggunakan Fungsi Linier Sofwah Ahmad Departemen Matematika FMIPA UI Kampus UI Depok 16424 sofwahahmad@sciuiacid Abstrak Aljabar merupakan suatu ruang

Lebih terperinci

BAB 1 OPERASI PADA HIMPUNAN BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI

BAB 1 OPERASI PADA HIMPUNAN BAHAN AJAR STRUKTUR ALJABAR, BY FADLI BAB 1 OPERASI PADA HIMPUNAN Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti pokok bahasan ini mahasiswa dapat menggunakan operasi pada himpunan untuk memecahkan masalah dan mengidentifikasi suatu himpunan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DAERAH DEDEKIND DENGAN GELANGGANG HNP

HUBUNGAN DAERAH DEDEKIND DENGAN GELANGGANG HNP HUBUNGAN DAERAH DEDEKIND DENGAN GELANGGANG HNP TEDUH WULANDARI Departemen Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680,

Lebih terperinci

Teorema Jacobson Density

Teorema Jacobson Density Teorema Jacobson Density Budi Santoso 1, Fitriani 2, Ahmad Faisol 3 Jurusan Matematika FMIPA, Unila, Bandar Lampung, Indonesia 1,2,3 E-mail: budi.klik@gmail.com Abstrak. Misalkan adalah ring (tidak harus

Lebih terperinci

Ruang Linear Metrik: Sifat Sifat Dasar Dan Struktur Ruang Dalam Ruang Linear Metrik

Ruang Linear Metrik: Sifat Sifat Dasar Dan Struktur Ruang Dalam Ruang Linear Metrik Ruang Linear Metrik: Sifat Sifat Dasar Dan Struktur Ruang Dalam Ruang Linear Metrik Oleh : Iswanti 1, Soeparna Darmawijaya 2 Iswanti, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Semarang, Semarang, Jawa

Lebih terperinci

PROYEKSI ORTOGONAL PADA RUANG HILBERT. Skripsi

PROYEKSI ORTOGONAL PADA RUANG HILBERT. Skripsi PROYEKSI ORTOGONAL PADA RUANG HILBERT Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memenuhi Gelar Sarjana

Lebih terperinci

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum

SEKILAS TENTANG KONSEP. dengan grup faktor, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya sebelum Bab I. Sekilas Tentang Konsep Dasar Grup antonius cp 2 1. Tertutup, yakni jika diambil sebarang dua elemen dalam G maka hasil operasinya juga akan merupakan elemen G dan hasil tersebut adalah tunggal.

Lebih terperinci

PENGANTAR PADA TEORI GRUP DAN RING

PENGANTAR PADA TEORI GRUP DAN RING Handout MK Aljabar Abstract PENGANTAR PADA TEORI GRUP DAN RING Disusun oleh : Drs. Antonius Cahya Prihandoko, M.App.Sc, Ph.D e-mail: antoniuscp.ilkom@unej.ac.id Staf Pengajar Pada Program Studi Sistem

Lebih terperinci

KONSTRUKSI HOMOMORFISMA PADA GRUP BERHINGGA

KONSTRUKSI HOMOMORFISMA PADA GRUP BERHINGGA KONSTRUKSI HOMOMORFISMA PADA GRUP BERHINGGA I Ketut Suastika Pend. Matematika Univ. Kanjuruhan Malang Suastika_cipi@yahoo.co.id Abstrak Pada tulisan ini, penulis mencoba mengkonstruksi homomorfisma grup

Lebih terperinci

EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A

EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A EKSPLORASI MASALAH LOGARITMA DISKRET PADA FINITE FIELD ( ) Y A N A SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL

PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL PERAN TRANSFORMASI TUSTIN PADA RUANG KONTINU DAN RUANG DISKRET SAMSURIZAL SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM. pengujian struktur aljabar, yaitu implementasi sistem tersebut dan juga evaluasi dari

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM. pengujian struktur aljabar, yaitu implementasi sistem tersebut dan juga evaluasi dari BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM Pada bab 4 ini akan dijelaskan mengenai hasil dari rancangan program aplikasi pengujian struktur aljabar, yaitu implementasi sistem tersebut dan juga evaluasi dari

Lebih terperinci

EKUIVALENSI TOPOLOGI PADA RUANG TOPOLOGI

EKUIVALENSI TOPOLOGI PADA RUANG TOPOLOGI EKUIVALENSI TOPOLOGI PADA RUANG TOPOLOGI SKRIPSI Diajukan kepada Program Studi Matematika UIN Sunan Kalijaga Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Diajukan Oleh DEWI FATIMAH

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT TOPOLOGI RUANG LINEAR. Nila Kurniasih Program Studi Pendidikan Matematika Jalan KHA Dahlan 3 Purworejo. Abstrak

SIFAT-SIFAT TOPOLOGI RUANG LINEAR. Nila Kurniasih Program Studi Pendidikan Matematika Jalan KHA Dahlan 3 Purworejo. Abstrak SIFAT-SIFAT TOPOLOGI RUANG LINEAR Nila Kurniasih Program Studi Pendidikan Matematika Jalan KHA Dahlan 3 Purworejo Abstrak Penulisan ini bertujuan menyelidiki sifat-sifat yang berlaku di dalam topologi

Lebih terperinci

Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian. grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep

Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian. grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep GRUP Bab ini merupakan awal dari bagian pertama materi utama perkuliahan Struktur Aljabar I. Pada bab ini disajikan tentang pengertian grup, sifat-sifat dasar grup, ordo grup dan elemennya, dan konsep

Lebih terperinci

Mengkarakterisasi Homomorfisma Lapangan dengan Persamaan Fungsional

Mengkarakterisasi Homomorfisma Lapangan dengan Persamaan Fungsional Jurnal Penelitian Sains Edisi Khusus Desember 009 (A) 09:-03 Mengkarakterisasi Homomorfisma Lapangan dengan Persamaan Fungsional Ning Eliyati, Novi Rustiana Dewi, dan Roni Simanjuntak Jurusan Matematika

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR 1. Kristiana Wijaya

STRUKTUR ALJABAR 1. Kristiana Wijaya STRUKTUR ALJABAR 1 Kristiana Wijaya i ii Daftar Isi Judul Daftar Isi i iii 1 Himpunan 1 2 Partisi dan Relasi Ekuivalen 3 3 Grup 6 4 Koset Dan Teorema Lagrange, Homomorphisma Grup Dan Grup Faktor 11 Indeks

Lebih terperinci

AUTOMORFISMA PARSIAL GRAF WARNA CAYLEY YANG DIBANGUN OLEH SUATU GRUPOID

AUTOMORFISMA PARSIAL GRAF WARNA CAYLEY YANG DIBANGUN OLEH SUATU GRUPOID AUTOMORFISMA PARSIAL GRAF WARNA CAYLEY YANG DIBANGUN OLEH SUATU GRUPOID SKRIPSI Oleh : Bety Dian Kristina Ningrum J2A 005 010 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara historis

I. PENDAHULUAN. Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara historis 1 I. PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang dan Masalah Aljabar dapat didefinisikan sebagai manipulasi dari simbol-simbol. Secara historis aljabar dibagi menjadi dua periode waktu, dengan batas waktu sekitar tahun

Lebih terperinci

ISOMORFISMA JUMLAH LANGSUNG DAN DARAP LANGSUNG DUA MODUL. (Skripsi) Oleh ALI ABDUL JABAR

ISOMORFISMA JUMLAH LANGSUNG DAN DARAP LANGSUNG DUA MODUL. (Skripsi) Oleh ALI ABDUL JABAR ISOMORFISMA JUMLAH LANGSUNG DAN DARAP LANGSUNG DUA MODUL Skripsi Oleh ALI ABDUL JABAR FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 ABSTRAK ISOMORFISMA JUMLAH LANGSUNG

Lebih terperinci

SISTEM SCHREIER PADA FREE GROUP. Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Matematika

SISTEM SCHREIER PADA FREE GROUP. Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Matematika SISTEM SCHREIER PADA FREE GROUP Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Matematika diajukan oleh Yulianita 05610008 Kepada PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

FUNGTOR KONTRAVARIAN DAN KATEGORI ABELIAN

FUNGTOR KONTRAVARIAN DAN KATEGORI ABELIAN FUNGTOR KONTRAVARIAN DAN KATEGORI ABELIAN Agus Suryanto, Nikken Prima Puspita, Robertus Heri S. U. Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro Jalan Prof. H. Soedarto, SH. Tembalang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. aljabar merupakan suatu himpunan beserta dengan operasi-operasi pada himpunan

BAB 2 LANDASAN TEORI. aljabar merupakan suatu himpunan beserta dengan operasi-operasi pada himpunan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem dan Struktur Aljabar Menurut Jong Jek Siang, 2002:436 (seperti dikutip Manik, 2011:2), sistem aljabar merupakan suatu himpunan beserta dengan operasi-operasi pada himpunan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar: UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281 Bahan Ajar: BAB POKOK BAHASAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Sebagai acuan penulisan penelitian ini diperlukan beberapa pengertian dan teori yang berkaitan dengan pembahasan. Dalam sub bab ini akan diberikan beberapa landasan teori berupa pengertian,

Lebih terperinci

Volume 9 Nomor 2 Desember 2015

Volume 9 Nomor 2 Desember 2015 Volume 9 Nomor 2 Desember 2015 Jurnal Ilmu Matematika dan Terapan Desember 2015 Volume 9 Nomor 2 Hal. 85 88 KARAKTERISTIK RUANG HAUSDORFF KOMPAK M. Tomasoa 1, H. Batkunde 2, M. W. Talakua 3, L. J. Sinay

Lebih terperinci

Karakteristik Koproduk Grup Hingga

Karakteristik Koproduk Grup Hingga Jurnal Matematika Integratif ISSN 1412-6184 Vol. 9 No. 2, Oktober 2013 pp. 31-37 Karakteristik Koproduk Grup Hingga Edi Kurniadi, Stanley P.Dewanto, Alit Kartiwa Jurusan Matematika FMIPA Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT HIMPUNAN PROXIMINAL

SIFAT-SIFAT HIMPUNAN PROXIMINAL Prima: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2, No. 1, Januari 2018, hal. 49-56 P-ISSN: 2579-9827, E-ISSN: 2580-2216 SIFAT-SIFAT HIMPUNAN PROXIMINAL Arta Ekayanti Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Jl. Budi

Lebih terperinci

EVALUASI DETERMINAN MATRIKS REKURSIF DENGAN FAKTORISASI LB RUDIANSYAH

EVALUASI DETERMINAN MATRIKS REKURSIF DENGAN FAKTORISASI LB RUDIANSYAH EVALUASI DETERMINAN MATRIKS REKURSIF DENGAN FAKTORISASI LB RUDIANSYAH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK RUDIANSYAH. Evaluasi

Lebih terperinci

1 Mengapa Perlu Belajar Geometri Daftar Pustaka... 1

1 Mengapa Perlu Belajar Geometri Daftar Pustaka... 1 Daftar Isi 1 Mengapa Perlu Belajar Geometri 1 1.1 Daftar Pustaka.................................... 1 2 Ruang Euclid 3 2.1 Geometri Euclid.................................... 8 2.2 Pencerminan dan Transformasi

Lebih terperinci

Volume 9 Nomor 1 Maret 2015

Volume 9 Nomor 1 Maret 2015 Volume 9 Nomor 1 Maret 015 Jurnal Ilmu Matematika dan Terapan Maret 015 Volume 9 Nomor 1 Hal. 1 10 KARAKTERISASI DAERAH DEDEKIND Elvinus R. Persulessy 1, Novita Dahoklory 1, Jurusan Matematika FMIPA Universitas

Lebih terperinci

Keterkaitan Grup Spesial Uniter dengan Grup Spesial Ortogonal

Keterkaitan Grup Spesial Uniter dengan Grup Spesial Ortogonal Jurnal Matematika Integratif Volume 12 No. 2, Oktober 2016, pp. 117-124 p-issn:1412-6184, e-issn:2549-903 doi:10.24198/jmi.v12.n2.11928.117-124 Keterkaitan Grup Spesial Uniter dengan Grup Spesial Ortogonal

Lebih terperinci

STRUKTUR ALJABAR. Sistem aljabar (S, ) merupakan semigrup, jika 1. Himpunan S tertutup terhadap operasi. 2. Operasi bersifat asosiatif.

STRUKTUR ALJABAR. Sistem aljabar (S, ) merupakan semigrup, jika 1. Himpunan S tertutup terhadap operasi. 2. Operasi bersifat asosiatif. STRUKTUR ALJABAR SEMIGRUP Sistem aljabar (S, ) merupakan semigrup, jika 1. Himpunan S tertutup terhadap operasi. 2. Operasi bersifat asosiatif. Contoh 1 (Z, +) merupakan sebuah semigrup. Contoh 2 Misalkan

Lebih terperinci

TEOREMA GOURSAT Konstruksi subgrup dari grup darab langsung. M.V.Any Herawati,S.Si.,M.Si. Program Studi Matematika Universitas Sanata Dharma.

TEOREMA GOURSAT Konstruksi subgrup dari grup darab langsung. M.V.Any Herawati,S.Si.,M.Si. Program Studi Matematika Universitas Sanata Dharma. PROSIDING ISBN : 978 979 65 TEOREMA GORSAT Konstruksi subgrup dari grup darab langsung A MVAny erawati,ssi,msi Program Studi Matematika niversitas Sanata Dharma Abstrak Darab langsung G dari grup G dan

Lebih terperinci

SEMIGRUP BEBAS DAN MONOID BEBAS PADA HIMPUNAN WORD. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univeritas Riau Kampus Bina Widya Indonesia

SEMIGRUP BEBAS DAN MONOID BEBAS PADA HIMPUNAN WORD. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univeritas Riau Kampus Bina Widya Indonesia SEMIGRUP BEBS DN MONOID BEBS PD HIMPUNN WORD Novia Yumitha Sarie, Sri Gemawati, Rolan Pane Mahasiswa Program S Matematika Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan lam Univeritas

Lebih terperinci

MODUL DAN KEUJUDAN BASIS PADA MODUL BEBAS

MODUL DAN KEUJUDAN BASIS PADA MODUL BEBAS MODUL DAN KEUJUDAN BASIS PADA MODUL BEBAS MODULES AND BASES OF FREE MODULES Dian Mardiani Pendidikan Matematika, STKIP Garut Garut, Indonesia Alfid51@yahoo.com Abstrak Penelitian ini membahas beberapa

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan II. LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini sehingga dapat dijadikan sebagai landasan berfikir dalam melakukan penelitian dan akan mempermudah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KOPRODUK GRUP HINGGA

KARAKTERISTIK KOPRODUK GRUP HINGGA KARAKTERISTIK KOPRODUK GRUP HINGGA Edi Kurniadi, Stanley P. Dewanto, Alit Kartiwa Jurusan Matematika FMIPA Universitas Padjadjaran Jalan Raya Bandung Sumedang Km 21 Jatinangor 45363 E-mail: edikrnd@gmail.com;

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar:

UNIVERSITAS GADJAH MADA. Bahan Ajar: UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI S1 MATEMATIKA Sekip Utara, Gedung Jurusan Matematika, Yogyakarta - 55281 Bahan Ajar: BAB / POKOK BAHASAN

Lebih terperinci

RING FUZZY DAN SIFAT-SIFATNYA FUZZY RING AND ITS PROPERTIES

RING FUZZY DAN SIFAT-SIFATNYA FUZZY RING AND ITS PROPERTIES J. Sains Dasar 2016 5(1) 28-39 RING FUZZY DAN SIFAT-SIFATNYA FUZZY RING AND ITS PROPERTIES Rifki Chandra Utama * dan Karyati Jurusan Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta *email:

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA F A K U L T A S M I P A Fakultas : FMIPA Program Studi : Pendidikan Matematika Mata Kuliah/Kode : Aljabar Abstrak I, MAT 309 Jumlah SKS : Teori=3 sks; Praktek= Semester : Genap Mata Kuliah Prasyarat/kode : Teori Bilangan, MAT

Lebih terperinci

Halaman Pengesahan. Lapangan Terurut dan Generalisasi Teorema Fundamental Aljabar

Halaman Pengesahan. Lapangan Terurut dan Generalisasi Teorema Fundamental Aljabar Halaman Pengesahan Skripsi Lapangan Terurut dan Generalisasi Teorema Fundamental Aljabar Nursatria Vidya Adikrisna 03/165344/PA/09352 Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui oleh tim penguji Dosen Penguji

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. komposisi biner atau lebih dan bersifat tertutup. A = {x / x bilangan asli} dengan operasi +

BAB II KERANGKA TEORITIS. komposisi biner atau lebih dan bersifat tertutup. A = {x / x bilangan asli} dengan operasi + 5 BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Struktur Aljabar Struktur aljabar adalah salah satu mata kuliah dalam jurusan matematika yang mempelajari tentang himpunan (sets), proposisi, kuantor, relasi, fungsi, bilangan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMETAAN LINEAR DAN BILINEAR

HUBUNGAN ANTARA PEMETAAN LINEAR DAN BILINEAR HUBUNGAN ANTARA PEMETAAN LINEAR DAN BILINEAR Mustafa A.H. Ruhama Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Unveristas Khairun ABSTRAK Let UU,

Lebih terperinci