PERANCANGAN PREDIKTOR KETINGGIAN GELOMBANG DI PERAIRAN SUMATERA-JAWA BERBASIS ARTIFICIAL NEURAL NETWORK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANCANGAN PREDIKTOR KETINGGIAN GELOMBANG DI PERAIRAN SUMATERA-JAWA BERBASIS ARTIFICIAL NEURAL NETWORK"

Transkripsi

1 Yogakarta, 28 Maret 2015 PERANCANGAN PREDIKTOR KETINGGIAN GELOMBANG DI PERAIRAN SUMATERA-JAWA BERBASIS ARTIFICIAL NEURAL NETWORK Illa Rzanza 1, Aula St Asjah 2 1 Jurusan Teknk Fska, Fakultas Teknolog Industr, Insttut Teknolog Sepuluh Nopember Kampus ITS Keputh, Sukollo, Surabaa 60111, Jawa Tmur 2 Jurusan Teknk Fska, Fakultas Teknolog Industr, Insttut Teknolog Sepuluh Nopember Kampus ITS Keputh, Sukollo, Surabaa 60111, Jawa Tmur Emal: rzanza@ahoo.co.d, aulasa20@gmal.com ABSTRAKS Peraran Sumatera Jawa merupakan salah satu jalur padat pelaaran bak pelaaran domestk maupun nternasonal, sehngga menebabkan angka kecelakaan cukup tngg. Kecelakaan transportas laut sebesar 43.6% dsebabkan karena faktor alam sedangkan 56.4% dsebabkan karena faktor tekns dan manusa. Pada peneltan n dlakukan predks ketnggan gelombang d Peraran Sumatera Jawa pada tga ttk, dantarana ttk 1: 5 55'29.03"LS '42.88"BT; ttk 2: 3 13'51.03"LS 107 4'19.55"BT dan ttk 3: 0 37'32.06"LS '53.11"BT. Perancangan predktor ketnggan gelombang h+1 dlakukan dengan menggunakan Artfcal Neural Network algortma backpropagaton. Predktor n terdr dar tga masukan atu ketnggan gelombang pada saat h (m), kecepatan angn (m/s) dan arah angn (derajat). Hasl predks dperoleh nla RMSE terbak pada ttk 1 sebesar 0.070; ttk 2 sebesar dan ttk 3 sebesar dengan arstektur jarngan pada lapsan masukan, tersembun dan keluaran pada setap ttk masng-masng adalah ttk 1(3, 13, 1); ttk 2(3, 4, 1); ttk 3 (3, 6, 1). Kata Kunc: ketnggan gelombang, kecepatan angn, arah angn, backpropagaton ABSTRACT Sumatera Java Sea s one of the busest shp traffc, both of domestc and nternatonal shppng. Rate of shp accdent s hgh. 43.6% s caused b natural dsaster, 56.4% s caused b techncal and human error. Ths research predcts wave heght n Sumatera Java Sea. There are three ponts of observaton, pont 1 s 5 55'29.03"LS '42.88"BT; pont 2 s 3 13'51.03"LS 107 4'19.55"BT, and pont 3 s 0 37'32.06"LS '53.11"BT. Ths research uses Artfcal Neural Network methode wth backpropagaton algorthm. The predctor conssts of three nputs. The are wave heght, wnd speed, and wnd drecton. RMSE of ths predcton are pont ; pont ; and pont Ths network archtecture are consst of nput laer, hdden laer, output laer at each pont are pont 1 (3, 13, 1); pont 2(3, 4, 1); pont 3 (3, 6, 1). Kewords: wave heght, wnd speed, wnd drecton, backpropagaton 1. PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Indonesa merupakan negara kepulauan ang memlk ndustr pelaaran dan menjad salah satu nfrastruktur negara ang menggerakkan dan menngkatkan perekonoman. Peraran Sumatera Jawa merupakan salah satu jalur padat pelaaran bak pelaaran domestk maupun pelaaran nternasonal, sehngga potens terjadna kecelakaan cukup tngg. Menurut Drektorat KPLP Dtjen Hubla dalam kurun waktu 5 tahun mula tahun 2007 sampa 2011 sebanak 43,6% kecelakaan laut dsebabkan karena faktor alam; 28,9% dsebabkan karena faktor tekns dan 27,5% dsebabkan karena faktor manusa. Sehngga nformas tentang konds cuaca laut terkn sangatlah dperlukan, terutama nformas mengena ketnggan gelombang ang serng menjad penebab terjadna kecelakaan. Kajan tentang predks cuaca laut selalu dlakukan terus-menerus untuk mendapatkan model predktor ang sesua dengan konds d peraran Indonesa. Hal nlah ang mendorong kajan tentang predks cuaca laut perlu dkembangkan untuk mendapatkan hasl predks ang akurat. Sampa saat n telah banak dlakukan peneltan mengena peramalan cuaca laut dengan menggunakan metode kepakaran Artfcal Neural Network (Humng&Shengrong, 1992; Kamranzad et al, 2011; Km, 2012). Metode Artfcal Neural Network membutuhkan waktu komputasonal ang tdak terlalu lama dan merupakan metode komputas ang cocok untuk pemodelan gelombang (Deo&Nadu, 1999; Agrawal&Deo, 2002; Makarnsk, 2004; Eternad-Shahd&Mahjoob, 2009). Dsampng tu predks cuaca laut dengan menggunakan 315

2 Yogakarta, 28 Maret 2015 Artfcal Neural Network lebh akurat jka dbandngkan dengan Auto Regressve Model (Deo&Nadu, 1999; Jan&Deo, 2006). Peneltan n merancang predktor ketnggan gelombang laut h+1 d Peraran Sumatera-Jawa ang merupakan jalur padat pelaaran dengan menggunakan metode kepakaran Artfcal Neural Network. Peneltan n dharapkan dapat menghaslkan model predktor ang mampu mempredks ketnggan gelombang secara akurat dmana nformas ketnggan gelombang sangat dperlukan dalam pelaaran guna mengurang angka kecelakaan transportas laut. 1.2 Tnjauan Pustaka Gelombang Laut Gelombang laut dbedakan berdasarkan pembangktna menjad beberapa macam dantarana adalah gelombang ang dbangktkan oleh angn ang mengena permukaan ar laut; gelombang pasang surut ang dbangktkan oleh gaa tark benda langt terutama matahar terhadap bulan dan bum; dan gelombang tsunam ang dbangktkan oleh letusan gunung berap atau gempa d laut. Tetap dalam teknk panta, gelombang ang dakbatkan oleh angn adalah ang palng pentng dan serng terjad. Gelombang merupakan varabel laut ang kompleks dan memk karakterstk ang berbeda-beda sehngga memerlukan analss secara statstk (Tratmodjo, 1999; Castr, 2014). Gelombang ang palng berpengaruh dalam duna pelaaran adalah gelombang H 1/3 (Answorth, 2011). H 1/3 merupakan rata-rata 33.3% gelombang tertngg dar pencatatan gelombang. H 1/3 n dsebut juga ketnggan gelombang sgnfkan, dmana H 1/3 n adalah varabel ang sangat berpengaruh terhadap kelaakan pelaaran Angn Angn merupakan udara bergerak ang dsebabkan karena adana rotas bum dan perbedaan tekanan udara dsektarna. Perbedaan tekanan udara n dsebabkan oleh ketdaksembangan pemanasan cahaa matahar terhadap tempat-tempat d bum. Arah pergerakan angn n bergerak dar tempat ang bertekanan tngg menuju tempat ang bertekanan rendah. Dsampng memlk kecepatan, angn juga memlk arah ang dnatakan dalam satuan derajat. Sedangkan fetch merupakan daerah dmana kecepatan dan arah angn berada dalam keadaan konstan. Fetch n berpengaruh terhadap perode dan tngg gelombang ang dbangktkan. Fetch ang besar akan membangktkan gelombang dengan perode ang panjang. Arah angn mash bsa danggap konstan apabla perubahanna tdak lebh dar 15 0 dan kecepatan angn mash danggap konstan jka perubahanna tdak lebh dar 2,5 m/s (Tratmodjo, 1999). Laut Jawa merupakan laut ang memlk kedalaman kurang dar 200 m, dan termasuk dalam Daerah Ekman untuk dstrbus angnna, dmana d daerah tersebut kecepatan dan arah angn berubah sesua elevas karena adana gesekan dengan permukaan laut dan perbedaan temperatur antara ar dan udara Artfcal Neural Network Backpropagaton merupakan suatu algortma pada Artfcal Neural Network ang dapat dgunakan untuk melakukan predks angn dantarana untuk short-term wnd power karena mampu mengurang mean relatve error sektar 8% (Mao&Cao n.d.). Ddalam arstektur backpropagaton, setap unt ang berada dlapsan masukan terhubung dengan setap unt ang ada dlapsan tersembun. Begtu juga untuk lapsan tersembun. Setap unt ang ada dlapsan tersembun terhubung dengan setap unt ang ada dlapsan keluaran. Ouput pada jarngan awal dbandngkan dengan keluaran ang dharapkan dan parameter jarngan dsesuakan dengan error sehngga dapat memnmalkan error. Performans backpropagaton menngkat serng dengan ukuran data ang terseda (Nagahamulla et al, 2012). Gambar 1 Arstektur backpropagaton (Kusumadew, 2004) Gambar 1 menjelaskan tentang arstektur Artfcal Neural Network ang terdr dar 3 neuron pada lapsan masukan atu x1, x2, dan x3; 2 neuron pada lapsan tersembun atu z1 dan z2; dan 1 neuron pada lapsan keluaran atu. Bobot ang menghubungkan x1, x2, dan x3 dengan neuron pertama pada lapsan tersembun 316

3 Yogakarta, 28 Maret 2015 adalah v11, v21, dan v31 ang dnotaskan dengan vj, atu bobot ang menghubungkan neuron nput ke- ke neuron ke-j pada lapsan tersembun. Varabel b11 dan b12 adalah bobot bas ang menuju ke neuron pertama dan neuron kedua pada lapsan tersembun. Bobot ang menghubungkan z1 dan z2 dengan neuron pada lapsan keluaran adalah w1 dan w2. Varabel b2 adalah bobot bas ang menghubungkan lapsan tersembun dengan lapsan keluaran(kusumadew, 2004). Algortma backpropagaton dbag menjad bagan algortma atu algortma pelathan dan aplkas. Pada algortma pelathan dgunakan 3 tahap atu tahap umpan maju pola pelathan masukan, tahap propagas balk error dan tahap pengaturan bobot. Sedangkan pada algortma aplkas hana dgunakan tahap umpan maju. Artfcal Neural Network memlk beberapa keuntungan dantarana mampu dgunakan untuk meramalkan sstem ang nonlner; dapat mempermudah melakukan pemetaan keluaran sstem tanpa melalu proses ang rumt; mampu mempresentaskan nformas selama proses pelathan dan memlk kemampuan untuk mempelajar suatu proses berdasarkan data pelathan. (Nagahamulla et al, 2012) 1.3 Metodolog Peneltan Identfkas Masalah Tahap n dawal dengan proses dentfkas masalah ang melput stud lteratur dan stud lapangan tentang konds cuaca laut d Peraran Sumatera-Jawa. pengamatan n ddasarkan pada spektrum tngg gelombang ang data na dperoleh dar BMKG Martm Perak II Surabaa. Secara global wlaah Peraran Sumatera-Jawa sampa Selat Malaka n memlk perbedaan spektrum tngg gelombang ang tdak terlalu sgnfkan atu dantara 0 sampa 5 m. Sehngga dalam penentuan ttk-ttk pengamblan data pada peneltan n dbatas pada wlaah tersebut. Gambar 2 menjelaskan tentang pembagan ttkttk d Peraran Sumatera-Jawa sebanak 20 ttk. Ttk-ttk tersebut berada dalam koordnat derajat, ment, detk dan selanjutna dkonverskan ke dalam koordnat desmal untuk memudahkan dalam melakukan proses meshng. Penentuan ttk pengamatan dlakukan dengan Fnte Element 2D menggunakan bantuan software ANSYS vers 12.1 ang membag daerah peraran ang sudah dbatas oleh 20 ttk tersebut menjad beberapa elemen atau ang dkenal dengan proses meshng. Proses meshng atu proses pemodelan objek dengan membagna dalam elemen-elemen kecl ang terhubung oleh ttk-ttk (nodes) ang dgunakan oleh elemen-elemen tersebut dan sebaga batas dar objek. Faktor kedalaman laut dabakan dalam proses meshng, karena hana dtnjau dar geometr 2D saja. Metode meshng n menggunakan trangles best splt, tdak terdapat constran boundar Penentuan Koordnat Ttk Pengamatan Gambar 3 Hasl meshng Peraran Sumatera- Jawa Gambar 2 Peraran Sumatera-Jawa Peraran Sumatera-Jawa dtentukan sebanak 20 ttk, dmana ttk-ttk tersebut menjad batas peraran ang akan dtelt. Penentuan wlaah Gambar 3 menjelaskan tentang hasl dar proses meshng atu terdapat jumlah elemen sebanak 245; jumlah node sebanak 289 dan selanjutna akan dambl 3 ttk pengamatan, dmana dar ketga ttk tersebut akan dambl data cuaca laut. Tabel 1 menjelaskan tentang ttk koordnat pengamblan data. Penentuan ketga ttk tersebut berdasarkan pada spektrum tngg gelombang ang menunjukkan perwaklan dar spektrum 317

4 Yogakarta, 28 Maret 2015 tngg gelombang pada Peraran Sumatera-Jawa. Ketga ttk memlk karakter wlaah lautan ang berbeda-beda. Tabel 1 Ttk koordnat pengamblan data Ttk Koordnat '29.03"LS '42.88"BT 3 13'51.03"LS 107 4'19.55"BT 0 37'32.06"LS '53.11"BT Ttk 1 merupakan ttk ang dekat dengan daratan dengan jarak dar daratan Pulau Jawa sebesar 52,5 km. Ttk 1 memlk kedalaman laut sebesar 42 m. Ttk 2 merupakan ttk ang terletak dantara dua pulau atu Kepulauan Bangka Beltung dan Pulau Beltung tepatna 66 km dar Pulau Beltung dan 76.4 km dar Kepulauan Bangka Beltung. Ttk 2 memlk kedalaman laut sebesar 25 m. Ttk 3 merupakan ttk ang berada dlaut lepas dmana memlk jarak ang jauh dar pulau atu km dar Pulau Sumatera dan km dar Pulau Kalmantan. Ttk 3 memlk kedalaman laut sebesar 47 m Pengamblan Data Peneltan n dgunakan data ketnggan gelombang pada saat har h (m), kecepatan angn (m/s), dan arah angn (derajat) selama 2 tahun mula dar tahun 2013 sampa 2014 ang dperoleh dar BMKG Martm Perak II Perancangan Predktor Ketnggan Gelombang Perancangan predktor n dmula dengan tahap normalsas data untuk memudahkan dalam melakukan tranng pada dentfkas Artfcal Neural Network. Berkut merupakan Persamaan (1) normalsas data cuaca : mn (1) max mn dengan : = data setelah dnormalsas = data sebelum dnormalsas mn = data mnmum max = data maksmum Perancangan predktor dengan menggunakan Artfcal Neural Network sepert struktur jarngan pada Gambar 4. Dalam perancangan Artfcal Neural Network dtentukan pula parameter trannng melput penentuan jens fungs aktvas, bobot, neuron pada lapsan tersembun dan jumlah teras. Setelah dperoleh predktor ang memlk RMSE terbak, maka data hasl predks dubah lag ang bernla antara 0 dan 1 kemudan ddenormalsas agar menjad data dengan nla sebenarna dengan menggunakan Persamaan (2) : ( max mn ) mn (2) dengan : = data setelah dnormalsas = data sebelum dnormalsas mn = data mnm = data maksmum max Gambar 4 Struktur jarngan Artfcal Neural Network ketnggan gelombang Analss model Artfcal Neural Network Perancangan predktor ketnggan gelombang menggunakan Artfcal Neural Network algortma backpropagaton dengan masukan ketnggan gelombang pada saat har h (m), kecepatan angn (m/s), arah angn (derajat) (Jan et al, 2011). Keakuratan dar model predks adalah mengena seberapa dekat data hasl predks mendekat data real tme. Analss predktor dlakukan pada parameter Root Mean Square Error (RMSE) (Nagahamulla et al, 2012). RMSE dgunakan untuk menentukan ratarata kesalahan pada model ang telah drancang. Jka nla RMSE ang dhaslkan kecl, maka model ang telah drancang semakn vald dan sebalkna jka nla RMSE besar maka perlu dlakukan tnjau ulang pada model predktor dengan mengubah parameterna. Persamaan (3) merupakan persamaan untuk menentukan nla RMSE : RMSE n 1 ( n dengan : = data hasl observas 0 = data hasl smulas n = jumlah data 0 ) 2 (3) 318

5 Yogakarta, 28 Maret PEMBAHASAN 2.1 Analss Data d Lokas Ttk Pengamblan Data Peneltan n dgunakan data cuaca laut selama 2 tahun mula dar tahun 2013 sampa Data tersebut dgunakan sebaga masukan pada Artfcal Neural Network atu ketnggan gelombang pada h (m), kecepatan angn (m/s) dan arah angn (derajat). Sebelum dlakukan perancangan predktor ketnggan gelombang terlebh dahulu dlakukan uj kecukupan data pada ketga varabel cuaca laut. Uj dlakukan untuk mengetahu apakah data ang dgunakan telah mencukup untuk dproses pelathan pada Artfcal Neural Network ataukah belum mencukup. Data dkatakan telah mencukup apabla nla dar hasl uj kecukupan data lebh besar dar jumlah data hasl pengamatan. Hasl uj kecukupan data pada ketga varabel cuaca laut telah memenuh kecukupan data sehngga data telah sap untuk dproses ke tahap selanjutna untuk dlakukan proses uj korelas antar ketga varabel cuaca laut tersebut. Uj korelas dlakukan untuk mengetahu kuat hubungan antar varabel. 2.2 Analss Karakterstk Peraran Sumatera-Jawa Berdasarkan Data Peraran Sumatera-Jawa ang merupakan daerah Paparan Sunda ang terletak dbagan barat Indonesa. Peraran Sumatera-Jawa termasuk dalam kategor peraran dangkal ang memlk kedalaman dasar laut rata-rata sebesar 130 m. Karakterstk laut secara umum ddasarkan pada kedalaman dasar laut ang dapat damat dar nla gars kontur pada peta batmetr. Berdasarkan data ang dperoleh dar BMKG Martm Perak II Surabaa, ketga ttk pengamatan d Peraran Sumatera-Jawa memlk nla ketnggan gelombang ang berbeda-beda sepert tampak pada Gambar 5. Tabel 2 Uj korelas varabel cuaca laut (R 2 ) Ketnggan Gelombang h (m) Kecepatan angn (m/s) Arah angn ( 0 ) Gambar 5 Grafk ketnggan gelombang d ttk pengamatan Ketnggan Gelombang h+1 (m) Tabel 2 merupakan uj korelas antar varabel cuaca laut. R 2 dsebut juga koefsen determnas dmana koefsen n merepresentaskan tngkat kebakan dar kesesuaan (goodness of ft) persamaan regres. Nla n merupakan persentase varas total dalam varabel terkat ang djelaskan oleh varabel bebas. Nla R 2 berksar antara 0 sampa 1. Varabel ang memlk nla mendekat 1 maka termasuk memlk korelas ang bak dan jka mendekat 0 maka memlk korelas ang kecl. Dar uj korelas tersebut dapat dsmpulkan bahwa hubungan antara ketnggan gelombang dengan kecepatan angn sangatlah kuat karena mendekat nla 1. Sedangkan varabel ketnggan gelombang h dan arah angn memlk nla korelas ang lebh kecl dbandngkan dengan kecepatan angn. Pada peneltan n nla R 2 dgunakan sebaga acuan dalam menentukan varabel masukan pada perancangan predktor Artfcal Neural Network. Gambar 6 Grafk kecepatan angn d ttk pengamatan Gambar 5 menjelaskan tentang besarna ketnggan gelombang d ketga ttk pengamatan pada tahun 2012 sampa Ttk 1 memlk ketnggan gelombang maksmum terbesar dbandngkan dengan ttk 2 dan 3 atu sebesar m. Sedangkan d ttk 2 ketnggan gelombang maksmum na sebesar m dan ttk 3 sebesar m. Gambar 6 menjelaskan tentang kecepatan angn d ttk 1, 2 dan 3 ang memlk tren kecepatan angn ang hampr sama dengan nla kecepatan angn ang berbeda. 319

6 Yogakarta, 28 Maret 2015 Gambar 7 Grafk arah angn d ttk pengamatan Gambar 7 menjelaskan tentang arah angn dketga ttk dmana ttk 3 memlk perubahan arah angn ang sgnfkan dbandngkan dengan ttk 1 dan ttk 2 ang perbedaan arah angn setap har tdak berubah-ubah secara sgnfkan. Berdasarkan Gambar 5, Gambar 6 dan Gambar 7 dapat dsmpulkan bahwa semakn besar kecepatan angn d suatu ttk, maka ketnggan gelombang ang dbangktkan juga semakn tngg. Hal n dsebabkan karena angn ang berhembus datas permukaan ar laut akan memndahkan energna ke ar laut. Kecepatan angn akan menmbulkan tegangan pada permukaan ar laut, sehngga permukaan ar laut ang semula tenang akan terganggu dan tmbul rak gelombang kecl datas permukaan ar laut. Apabla kecepatan angn bertambah, rak akan semakn besar dan apabla berhembus terus akan terbentuk gelombang. Dalam tnjauan pembangktan gelombang d laut, fetch dbatas oleh daratan ang mengellng laut. Ddaerah pembentukan gelombang, gelombang tdak hana dbangktkan dalam arah ang sama dengan arah angn tetap juga dalam berbaga sudut terhadap arah angn. Jad apabla kecepatan angn tngg dan memlk arah angn ang sama dalam artan sudut angn tdak berubah-ubah maka gelombang ang dbangktkan juga akan tngg. Arah angn mash bsa danggap konstan apabla perubahanna tdak lebh dar 15 0 dan kecepatan angn mash danggap konstan jka perubahanna tdak lebh dar 2,5 m/s (Tratmodjo, 1999). D Peraran Sumatera-Jawa khususna Laut Jawa termasuk dalam Daerah Ekman untuk dstrbus angnna, dmana ddaerah tersebut kecepatan dan arah angn berubah sesua elevas karena adana gesekan dengan permukaan laut dan perbedaan temperatur antara ar dan udara. Tabel 3 menjelaskan bahwa pada ttk 3 memlk rata-rata ketnggan gelombang ang tngg dbandngkan dengan ttk 1 dan ttk 2. Hal n dkarenakan ttk 3 terletak d laut lepas ang berhubungan langsung dengan Laut Cna sehngga untuk ketnggan gelombang d ttk 3 n lebh tngg dbandngkan dengan ttk 2 ang berada dantara pulau dan ttk 1 ang berada dekat dengan gars panta. Pada ttk 1 dan ttk 2 besarna ketnggan gelombang n dpengaruh juga oleh faktor cuaca darat dantarana faktor angn dar daratan. Pada ttk 2 ang lokasna terletak dantara 2 pulau memlk ketnggan gelombang ang kecl, hal n dsebabkan karena pulau menghalang dan menebabkan perubahan alran angn, arus laut, dan ketnggan gelombang. Tabel 3 Deskrps statstk ketnggan gelombang d ttk pengamatan Deskrp No Ttk 1 Ttk 2 Ttk 3 Statstk 1 Mean Medan Mode Standard Devaton Kurtoss Skewness Range Mnmum Maxmum Tabel 4 Deskrps statstk kecepatan angn d ttk pengamatan No Deskrp Ttk 1 Ttk 2 Ttk 3 Statstk 1 Mean Medan Mode Standard Devaton Kurtoss Skewness Range Mnmum Maksmum Perbedaaan nla ketnggan gelombang d Peraran Indonesa n berkatan erat dengan pola angn musman ang terjad d Indonesa. Ketka terjad Muson Asa dan Australa, rata-rata ketnggan gelombang lebh tngg dbandng pada masa peralhan dan puncak rata-rata gelombang tertngg terjad pada bulan Januar dan Jul. Rata-rata ketnggan gelombang d wlaah peraran terbuka lebh tngg 320

7 Yogakarta, 28 Maret 2015 dbandngkan dengan peraran antar pulau. Hal n dkarenakan adana perbedaan panjang fetch ang terbentuk d wlaah peraran tersebut. Tabel 4 menjelaskan tentang kecepatan angn d ttk 1 lebh tngg dbandngkan dengan kecepatan angn d ttk 2 sehngga menebabkan ketnggan gelombang d ttk 1 juga lebh tngg dar ketnggan gelombang d ttk 2. Hal n dkarenakan ada daratan pulau dsektar ttk 1 dan 2 sehngga menebabkan kecepatan angn menjad berkurang karena terhalang oleh pulau. Hal n berpengaruh terhadap ketnggan gelombang ang dbangktkan oleh angn. Tabel 5 Deskrps statstk arah angn d ttk pengamatan No Deskrps Statstk Ttk 1 Ttk 2 Ttk 3 1 Mean Medan Mode Standart Devaton Kurtoss Skewness Range Mnmum Maxmum Tabel 5 menjelaskan tentang arah angn d ketga ttk rata-rata arah angn berada pada arah Tenggara sampa ke Selatan. Arah angn d ttk 3 berada pada arah utara karena ttk 3 berbatasan langsung dengan laut lepas tanpa kehalang daratan. 2.3 Analss Perancangan Predktor Ketnggan Gelombang Perancangan predktor ketnggan gelombang dlakukan dengan menggunakan Artfcal Neural Network dengan algortma backpropagaton dan fungs aktvas tangen hperbolk pada setap lapsan tersembun dan lner untuk lapsan keluaran. Penggunaan fungs aktvas n dkarenakan untuk memperoleh error ang kecl pada predks ketnggan gelombang. Penentuan bobot terbak untuk predks ketnggan gelombang dlakukan dsetap ttk 1, 2, dan 3, dmana pembobotan untuk setap ttk memlk nla ang berbeda-beda begtu pula dengan jumlah lapsan tersembun pada setap Artfcal Neural Network d setap ttk juga berbeda-beda sepert terlhat pada Tabel 6. Tabel 6 merupakan arstektur terbak predctor ketnggan gelombang ang menghaslkan nla RMSE ang kecl. Pada ttk 1, nla RMSE terbak ddapatkan pada teras ke 1000 dengan jumlah lapsan tersembun sebanak 13. Pada ttk 2, nla RMSE terbak dperoleh pada teras ke 2000 dengan jumlah lapsan tersembun sebanak 4 dan pada ttk 3 dperoleh nla RMSE terbak pada teras ke 1000 dengan jumlah lapsan tersembun sebanak 6. Penentuan jumlah teras n ddasarkan pada nla RMSE, apabla sudah dperoleh nla RMSE ang terbak, maka secara otomats jumlah teras akan berhent. Penentuan jumlah lapsan tersembun n juga mempengaruh nla RMSE. Semakn banak jumlah lapsan tersembun bukan berart semakn bak nla RMSE na. Untuk tu perlu dlakukan beberapa kal pelathan dalam memperoleh nla RMSE terbak. Berdasarkan Tabel 7 nla RMSE ang palng bak terdapat pada predktor d ttk 3 atu sebesar Tabel 6 Arstektur Artfcal Neural Network Parameter Ttk 1 Ttk 2 Ttk 3 Jumlah Iteras Jumlah lapsan masukan Jumlah lapsan keluaran Jumlah lapsan tersembun Jumlah bas Tabel 7 Perbandngan RMSE setap ttk Ttk RMSE Trannng RMSE Valdas Ttk Ttk Ttk Gambar 8 Valdas ketnggan gelombang d ttk 1 321

8 Yogakarta, 28 Maret 2015 Gambar 9 Valdas ketnggan gelombang d ttk 2 Gambar 10 Valdas ketnggan gelombang d ttk 3 Gambar 8, Gambar 9, Gambar 10 menjelaskan bahwa data valdas mengkut tren data dar BMKG Martm. In menunjukkan bahwa arstektur jarngan Artfcal Neural Network ang sudah drancang mampu melakukan predks dengan bak dlhat dar nla RMSE na. Pada ketnggan gelombang d ttk 1 data valdas ketnggan gelombang maksmum sebesar m dan data BMKG Martm ketnggan gelombang bernla m. Pada ttk 2 data valdas ketnggan gelombang maksmal sebesar m dan untuk data BMKG Martm ketnggan gelombang maksmal sebesar m. Pada ttk 3 data valdas ketnggan gelombang maksmal sebesar m dan untuk data BMKG Martm ketnggan gelombang sebesar m. Adana perbedaan n dpengaruh oleh pembobotan pada saat melakukan trannng dan valdas. Berdasarkan data valdas pada Gambar 8, Gambar 9, Gambar 10 dapat dsmpulkan bahwa ketnggan gelombang terbesar berada pada ttk 1 ang letakna berada 52.5 km dar daratan Pulau Jawa. Hal n dkarenakan kecepatan angn d ttk 1 palng besar dbandngkan dengan kecepatan angn d ttk 2 dan ttk 3. Selan tu faktor letak ttk 1 ang berada tdak jauh dar daratan atu sektar 52.5 km dar Pulau Jawa menebabkan angn ang bertup dar daratan ke laut mempengaruh pembangktkan gelombang, dsampng tu juga fetch dsektar panta juga relatf besar sehngga menebabkan ketnggan gelombang d ttk 1 n palng besar. Konds d ttk 1 n hampr sama dengan konds d ttk 2. Hana saja ttk 2 berada dantara dua pulau ang jarakna 66 km dar Pulau Beltung dan 76.4 km dar Kepulauan Bangka Beltung. Sedangkan ttk 3 berada d laut lepas dmana terletak jauh dr daratan pulau tepatna km dar Pulau Sumatera dan km dar Pulau Kalmantan. Konds n menebabkan angn ang bertup tdak terhalang oleh daratan sehngga mean ketnggan gelombang ang dbangktkan oleh angn lebh besar jka dbandngkan dengan ttk 1 dan ttk 2. Tetap untuk nla maksmal ketnggan gelombang pada ttk 3 n lebh rendah dbandngkan dengan ttk 1 dan ttk 2. Hal n dkarenakan frekuens dar kecepatan angn ang bertup d ttk 3 lebh kecl dar pada d ttk 1 dan KESIMPULAN Berdasarkan analss dan pembahasan, maka dapat dsmpulkan bahwa : 1. Ketnggan gelombang d Peraran Sumatera- Jawa memlk korelas sebesar dengan kecepatan angn dan korelas sebesar dengan arah angn 2. Hasl predks dperoleh nla RMSE terbak pada ttk 1 sebesar 0.070; ttk 2 sebesar dan ttk 3 sebesar dengan arstektur jarngan pada lapsan masukan, tersembun dan keluaran pada setap ttk masng-masng adalah ttk 1(3, 13, 1); ttk 2 (3, 4, 1); ttk 3 (3, 6, 1). PUSTAKA Agrawal, J.D., Deo, M.C., Onlne wave predcton. Marne Structures 15, Answorth, T Sgnfcant Wave Heght. A closer look at wave forecasts. Castro, A et al Performance of Artfcal Neural Networks n nearshore wave power predcton. Appled Soft Computng 23, pp Deo, M.C., Nadu, C.S., Real Tme Wave Forecastng Usng Neural Networks. Ocean Engneerng 26, Etemad-Shahd, A., Mahjoob, J., Comparson between M5 Model Tree and Neural Networks for predcton of sgnfcant 322

9 Yogakarta, 28 Maret 2015 wave heght In Lake Superor. Ocean Engneerng 36, pp Humng, T. & Shengrong, X., Detecton of drecton and wavelength of ocean wave b power spectrum of ocean wave. pp Jan, P., Deo, M.C., Neural networks n ocean engneerng. Internatonal Journal of Shps and Offshore Structures 1. Pp Jan, P. et al., Real tme wave forecastng usng wnd tme hstor and numercal model. Ocean Modellng, 36(1-2), pp Kamranzad, B., Etemad-shahd, A. & Kazemnezhad, M.H., Wave heght forecastng In Daer the Persan Gulf. Ocean Engneerng. 38(1). pp Km, S.Y., A stud of a real-tme storm surge forecast sstem usng a Neural Network At The Sann Coast. Japan. Kusumadew, S., Membangun Jarngan Saraf Truan, Penerbt Graha Ilmu. Yogakarta. Mahjoob, J., Etemad-Shahd, A., Kazemnezhad, M.H., Hndcastng of wave parameters usng dfferent soft computng methods. Appled Ocean Research 30, Makarnsk, O., Improvng Wave Predctons Wth Artfcal Neural Networks. Ocean Engneerng 31, Mao, M. & Cao, Y. Improved fast short-term wnd power predcton model based on superposton of predcted error. Nagahamulla, H.R.K., Ratnaake, U.R. & Ratnaweera, A., An Ensemble of Artfcal Neural Networks n ranfall forecastng. Internatonal Conference on Advances n ICT for Emergng Regons (ICTer2012). pp Tratmodjo, B Teknk Panta. Yogakarta 323

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

4 PRAKIRAAN SUHU MAKSIMUM DAN MINIMUM

4 PRAKIRAAN SUHU MAKSIMUM DAN MINIMUM 4 PRAKIRAAN SUHU MAKSIMUM DAN MINIMUM Pendahuluan Parameter cuaca suhu maksmum dan mnmum merupakan parameter utama yang dprakrakan oleh lembaga pelayanan cuaca dantaranya BMKG. Suhu maksmum adalah suhu

Lebih terperinci

MODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS

MODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS Semnar Nasonal Statstka IX Insttut Teknolog Sepuluh Nopember, 7 November 29 MODEL KLASIFIKASI RUMAHTANGGA MISKIN DENGAN PENDEKATAN METODE MARS Stud Kasus : Kota Surabaya Rokhana DB 1, Sutkno 2, Agnes Tut

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN METODE

BAB II DASAR TEORI DAN METODE BAB II DASAR TEORI DAN METODE 2.1 Teknk Pengukuran Teknolog yang dapat dgunakan untuk mengukur konsentras sedmen tersuspens yatu mekank (trap sampler, bottle sampler), optk (optcal beam transmssometer,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

Analitik Data Tingkat Lanjut (Regresi)

Analitik Data Tingkat Lanjut (Regresi) 0 Oktober 206 Analtk Data Tngkat Lanut (Regres) Imam Cholssodn mam.cholssodn@gmal.com Pokok Bahasan. Konsep Regres 2. Analss Teknkal dan Fundamental 3. Regres Lnear & Regres Logstc (Optonal) 4. Regres

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Meda Informatka, Vol. 2, No. 2, Desember 2004, 57-64 ISSN: 0854-4743 PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Sr Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS

EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS EVALUASI TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN FIRST ORDER CONFIGURAL FREQUENCY ANALYSIS Resa Septan Pontoh Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran resa.septan@unpad.ac.d ABSTRAK.

Lebih terperinci

PEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF

PEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF PEMILIHAN VARIABEL YANG RELEVAN PADA ATURAN FUZZY MENGGUNAKAN JARINGAN YARAF r Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas Teknolog Industr Unverstas Islam Indonesa Yogyakarya emal: cce@ft.u.ac.d Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

STATISTICAL STUDENT OF IST AKPRIND

STATISTICAL STUDENT OF IST AKPRIND E-mal : statstkasta@yahoo.com Blog : Analss Regres SederhanaMenggunakan MS Excel 2007 Lsens Dokumen: Copyrght 2010 sssta.wordpress.com Seluruh dokumen d sssta.wordpress.com dapat dgunakan dan dsebarkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Node. Edge. Gambar 1 Directed Acyclic Graph

TINJAUAN PUSTAKA. Node. Edge. Gambar 1 Directed Acyclic Graph TINJAUAN PUSTAKA Bayesan Networks BNs dapat memberkan nformas yang sederhana dan padat mengena nformas peluang. Berdasarkan komponennya BNs terdr dar Bayesan Structure (Bs) dan Bayesan Parameter (Bp) (Cooper

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut.

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut. BAB III LANDASAN TEORI 3. Kuat Tekan Beton Kuat tekan beban beton adalah besarna beban per satuan luas, ang menebabkan benda uj beton hanur bla dbeban dengan gaa tekan tertentu, ang dhaslkan oleh mesn

Lebih terperinci

PEMODELAN PASANG SURUT AIR LAUT DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK POLINOMIAL LOKAL KERNEL

PEMODELAN PASANG SURUT AIR LAUT DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK POLINOMIAL LOKAL KERNEL PEMODELAN PASANG SURUT AIR LAUT DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK POLINOMIAL LOKAL KERNEL Tan Wahyu Utam, Indah Manfaat Nur Unverstas Muhammadyah Semarang, emal : tan.utam88@gmal.com

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

ISSN: Kata kunci: pengenalan tulisan tangan, ekstraksi ciri, jaringan saraf tiruan.

ISSN: Kata kunci: pengenalan tulisan tangan, ekstraksi ciri, jaringan saraf tiruan. ISSN: 1693-6930 17 PENGARUH KOMPLEKSITAS EKSTRAKSI CIRI PADA SISTEM PENGENALAN TULISAN TANGAN DINAMIS (Influence of Feature Etracton Complet n Onlne Handwrtng Recognto Abdul Fadll Program Stud Teknk Elektro,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Perumusan Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Surabaya adalah bukota Provns Jawa Tmur yang merupakan kota terbesar kedua d Indonesa setelah Jakarta. Dengan jumlah penduduk metropolsnya yang mencapa

Lebih terperinci

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Confgural Frequency Analyss untuk Melhat Penympangan pada Model Log Lnear Resa Septan Pontoh 1, Def Y. Fadah 2 1,2 Departemen Statstka FMIPA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan analss statstk yang dgunakan untuk memodelkan hubungan antara varabel ndependen (x) dengan varabel ( x, y ) n dependen (y) untuk n pengamatan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI REGRESI NONLINEAR REGRESI LINEAR REGRESI KUADRATIK REGRESI LINEAR SEDERHANA REGRESI LINEAR BERGANDA REGRESI KUBIK

ANALISIS REGRESI REGRESI NONLINEAR REGRESI LINEAR REGRESI KUADRATIK REGRESI LINEAR SEDERHANA REGRESI LINEAR BERGANDA REGRESI KUBIK REGRESI NON LINIER ANALISIS REGRESI REGRESI LINEAR REGRESI NONLINEAR REGRESI LINEAR SEDERHANA REGRESI LINEAR BERGANDA REGRESI KUADRATIK REGRESI KUBIK Membentuk gars lurus Membentuk Gars Lengkung Regres

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

I. PENGANTAR STATISTIKA

I. PENGANTAR STATISTIKA 1 I. PENGANTAR STATISTIKA 1.1 Jens-jens Statstk Secara umum, lmu statstka dapat terbag menjad dua jens, yatu: 1. Statstka Deskrptf. Statstka Inferensal Dalam sub bab n akan djelaskan mengena pengertan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara atau langkah-langkah yang harus BAB III METODE PENELITIAN Metode peneltan merupakan cara atau langkah-langkah yang harus dtempuh dalam kegatan peneltan, sehngga peneltan yang dlakukan dapat mencapa sasaran yang dngnkan. Metodolog peneltan

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Bangktan perjalanan (Trp generaton model ) adalah suatu tahapan

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya

Lebih terperinci

TIM EJOURNAL. Ketua Penyunting: Penyunting: Mitra bestari: Penyunting Pelaksana: Redaksi: Jurusan Teknik Sipil (A4) FT UNESA Ketintang - Surabaya

TIM EJOURNAL. Ketua Penyunting: Penyunting: Mitra bestari: Penyunting Pelaksana: Redaksi: Jurusan Teknik Sipil (A4) FT UNESA Ketintang - Surabaya 0 0 24-32 208 㔀 ⴀ 㔀 㤀 TIM EJOURNAL Ketua Penyuntng: Prof.Dr.Ir.Kusnan, S.E,M.M,M.T Penyuntng:. Prof.Dr.E.Ttek Wnant, M.S. 2. Prof.Dr.Ir.Kusnan, S.E,M.M,M.T 3. Dr.Nurm Frda DBP, MPd 4. Dr.Suparj, M.Pd 5.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan strategi pembelajaran mind mapping dalam pendekatan 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jens dan Desan Peneltan Jens peneltan n adalah kuas ekspermen. Pada peneltan n terdapat dua kelompok subjek peneltan yatu kelompok ekspermen yang dberkan suatu perlakuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode statistika yang umum digunakan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis regresi adalah suatu metode statistika yang umum digunakan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Analss Regres Analss regres adalah suatu metode statstka yang umum dgunakan untuk melhat pengaruh antara varabel ndependen dengan varabel dependen. Hal n dapat dlakukan melalu

Lebih terperinci

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Preferensi untuk alternatif A i diberikan Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualtas daya lstrk sangat dpengaruh oleh penggunaan jens-jens beban tertentu sepert beban non lner dan beban nduktf. Akbat yang dtmbulkannya adalah turunnya

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci