BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Artifiial Intelligene Definisi Artifiial Intelligene merpakan salah sat bagian dari ilm kompter yang mempelajari bagaimana membat mesin (kompter) dapat melakkan pekerjaan seperti dan sebaik apa yang dilakkan mansia. apabila dilakkan oleh mansia disebt keerdasan ata intelligene (Efraim Trban, 1992). Sebagian kalangan menerjemahkan Artifiial Intelligene sebagai keerdasan batan, keerdasan artifisial, intelijensia artifisial, ata intelijensia batan. Para ahli mendefinisikan AI seara berbeda-beda tergantng pada sdt pandang masing-masing. Ada yang foks pada logika berpikir mansia saja, tetapi ada jga yang mendefinisikan AI seara lebih las pada tingkah lak mansia. Definisi lain tentang Artifiial Intelligene merpakan ilm yang mempelajari bagaimana ara membat kompter dapat melakkan pekerjaanpekerjaan yang ntk saat ini mansia dapat mengerjakannya dengan baik (E.Rih, 1983). Tiga tjan dari Artifiial Intelligene yait membat mesin menjadi lebih pintar, memahami apa it keerdasan (intelligene) dan membat mesin lebih bergna (Dahria Mhamad, 2008 ) Logika Fzzy Logika fzzy adalah salah sat komponen pembentk soft ompting. Logika fzzy pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Lotfi A. Zadeh pada tahn Dasar logika fzzy adalah teori himpnan fzzy. Pada teori himpnan fzzy, peranan derajat keanggotaan sebagai penent keberadaan elemen dalam sat himpnan sangatlah penting. Nilai keanggotaan ata derajat keanggotaan ata membership fntion menjadi iri tama dalam penalaran dengan logika fzzy tersebt. Logika fzzy dapat dianggap sebagai kotak hitam yang berhbngan antara rang inpt menj rang otpt. Kotak hitam tersebt berisi ara ata metode yang dapat dignakan ntk mengolah data inpt menjadi otpt dalam bentk informasi yang baik. (Ksma Dewi S, 2003). 4

2 Himpnan dan Fngsi Keanggotaan Logika Fzzy Pada himpnan tegas (Crisp), nilai keanggotaan sat variabel x dalam sat himpnan A, yang sering ditlis dengan µ A [x], memiliki da kemngkinan, (Ksmadewi S, Prnomo H, 2010) yait 1. Sat (1), yang berarti bahwa sat item menjadi anggota dalam sat himpnan ata 2. Nol (0), yang berarti bahwa sat item tidak menjadi anggota dalam sat himpnan. Kala pada himpnan tegas (risp), nilai keanggotaan hanya ada da kemngkinan yait 0 ata 1, maka pada himpnan fzzy nilai keanggotaan terletak pada rentang 0 sampai 1. Apabila x memiliki nilai keanggotaan fzzy µ A [x]=0 berarti x tidak menjadi anggota himpnan A, demikian pla apabila x memiliki nilai keanggotaan fzzy µ A [x]=1 berarti x menjadi anggota penh pada himpnan A. Himpnan fzzy memiliki da atribt, yait : 1. Lingistik, yait penamaan sat grp yang mewakili sat keadaan ata kondisi tertent dengan menggnakan bahasa alami seperti : Dekat, Sedang, Jah. 2. Nmeris, yait sat nilai (angka) yang mennjkkan kran dari sat variabel seperti : 25, 35, 40 dan sebagainya. Ada beberapa hal yang perl diketahi dalam memahami sistem fzzy (Aplikasi logika fzzy ntk pendkng keptsan, Sri Ksmadewi,Hari Prnomo, Edisi keda, Graha Ilm, 2010), yait: a. Variabel fzzy Variabel fzzy merpakan variabel yang hendak dibahas dalam sat sistem fzzy, ontoh : keepatan dan jarak.

3 6 b. Himpnan fzzy Himpnan fzzy merpakan sat grp yang mewakili sat kondisi ata keadaan tertent dalam sat variabel fzzy. Contohnya adalah variabel jarak terbagi menjadi tiga himpnan fzzy, yait : Dekat, Sedang, Jah.. Semesta Pembiaraan Semesta pembiaraan adalah keselrhan nilai yang diperbolehkan ntk dioperasikan dalam sat variabel fzzy. Semesta pembiaraan merpakan himpnan bilangan real yang senantiasa naik (bertambah) seara monoton dari kiri ke kanan. Nilai semesta pembiaraan dapat berpa bilangan positif mapn negatif. Pada sat kondisi tertent nilai semesta pembiaraan ini tidak dibatasi batas atasnya. Contoh : 1. Semesta pembiaraan ntk variabel keepatan [0 100] 2. Semesta pembiaraan ntk variabel jarak [0 20] d. Domain Domain himpnan fzzy adalah keselrhan nilai yang diijinkan dalam semesta pembiaraan dan boleh dioperasikan dalam sat himpnan fzzy. Seperti halnya semesta pembiaraan, domain merpakan himpnan bilangan real yang senantiasa naik (bertambah) seara monoton dari kiri ke kanan. Nilai domain dapat berpa bilangan positif mapn negatif. Contoh domain himpnan fzzy : 1. DEKAT = [0, 5] 2. SEDANG = [7, 10] 3. JAUH = [15, 20] Fngsi keanggotaan adalah sat krva yang mennjkkan pemetaan titiktitik inpt data kedalam nilai keanggotaannya (sering jga disebt dengan derajat keanggotaan) yang memiliki interval antara 0 sampai 1. Salah sat ara yang dapat

4 7 dignakan ntk mendapatkan nilai keanggotaan adalah dengan melali pendekatan fngsi. Apabila U menyatakan himpnan niversal dan A adalah himpnan fngsi fzzy dalam U, maka A dapat dinyatakan sebagai pasangan terrt (Wang, 1997 dari Wlandari, F., 2005). Ada beberapa fngsi yang bisa dignakan. 1. fngsi keanggotaan segitiga Gambar 2.1. Himpnan fngsi keanggotaan segitiga S ; a, b, 0 0 a/ b a / b ntk a ntk a b ntk b ntk 2. fngsi keanggotaan trapezim Gambar 2.2. Himpnan Keanggotaan trapesim

5 8 3. fngsi keanggotaan sigmoid 4. fngsi keanggotaan gasian 0 / 1 / 0,,, : d d a b a d b a S d ntk d ntk b ntk b a ntk a ntk 1 / 2 1 / 2 0,, ; 2 2 a a b a S ntk b ntk b a ntk a ntk Gambar 2.3. Himpnan keanggotaan sigmoid Gambar 2.4. Himpnan keanggotaan gassian

6 9 ; b, S ; b, b / 2, 1 S;, b / 2, b Untk mengerti sistem fzzy, kita hars mengenal konsep dasar yang berhbngan dengan logika fzzy. 1. Derajat keanggotaan adalah derajat dimana nilai risp ompatible dengan fngsi keanggotaan (dari 0 sampai 1), jga menga sebagai tingkat keanggotaan, nilai kebenaran, ata maskan fzzy. 2. Label adalah nama deskriptif yang dignakan ntk mengidentifikasikan sebah fngsi keanggotaan. 3. Fngsi keanggotaan adalah mendefinisikan fzzy set dengan memetakan maskan risp dari domainnya ke derajat keanggotaan. 4. Maskan risp adalah maskan yang tegas dan tertent. 5. Lingkp / domain adalah fngsi keanggotaan. Jangkaan konsep, biasanya bilangan tempat dimana fngsi keanggotaan dipetakkan. 6. Daerah batasan risp adalah jangkaan selrh nilai yang mngkin dapat diaplikasikan pada variabel sistem. menggnakan logika fzzy ntk menapai penyelesaian risp pada masalah khss biasanya melibatkan tiga langkah : fzzyfikasi, evalasi rle, dan defzzyfikasi Cara Kerja Kontrol Logika Fzzy Dalam system ontrol logika fzzy terdapat beberapa tahapan operasional yang melipti : 1. Fzzyfikasi 2. Penalaran (Inferene Mahine) 3. Atran Dasar (Rle Baseed) 4. Defzzyfikas.

7 10 1. Fzzyfikasi Fzzifikasi yait sat proses ntk mengbah sat maskan dari bentk tegas (risp) menjadi fzzy (variabel lingistik) yang biasanya disajikan dalam bentk himpnan-himpnan fzzy dengan sat fngsi kenggotaannya masingmasing. Maskan risp ditransformasikan kedalam maskan fzzy. misalkan maskan risp 9 m akan ditransformasikan sebagai dekat dalam bentk fzzy. Untk mengbah bentk maskan risp kedalam maskan fzzy, hal yang perl dilakkan menentkan fngsi keanggotaan ntk tiap maskan. Sekali fngsi keanggotaan ditentkan, fzzifikasi mengambil nilai maskan seara realtime, seperti jarak, dan membandingkannya dengan informasi fngsi keanggotaan yang tersimpan ntk menghasilkan nilai maskan fzzy. Langkah pertama dalam fzzyfikasi adalah menentkan label-label fzzy pada daerah batasan risp dari setiap maskan risp. Maskan fngsi keanggotaan dihasilkan dengan menliskan sat demi sat bilangan, yait derajat keanggotaan, ntk setiap maskan yang mngkin dari label yang diberikan. 2. Evalasi Rle Sistem fzzy menggnakan atran lingistik ntk menentkan aksi kontrol apa yang hars dilakkan dalam merespon nilai maskan yang diberikan. Evalasi rle terdiri dari sejmlah atran yang biasanya dinyatakan seara lingisti. Evalasi rle jga menga pada fzzy interfae, mengaplikasikan atran pada maskan fzzy yang dihasilkan dalam proses fzzyfikasi, kemdian mengevalasi tiap atran dengan maskan yang dihasilkan dari proses fzzyfikasi. Atran fzzy seringkali dinyatakan dengan IF THEN.. Pada sistem fzzy alat ini menggnakan atran-atran dalam bentk bahasa alami yangn dibatasi oleh istilah lingistik, serta sintaksis yang bak. Sintaksi tersebt adalah : If anteedent 1 And anteedent 2... Then onseqent 1 And onseqent 2...

8 11 Dimana : And Anteedent Conseqent adalah salah sat operator logika fzzy yang diizinkan adalah bentk dari : Variabel maskan = Label (ontohnya : jarak sensor kiri = dekat, dimana jarak sensor kiri adalah variabel maskan dan dekat adalah salah sat label fngsi keanggotaan yang berhbngan dengan jarak sensor kiri). adalah bentk : variabel kelaran = label (ontohnya : keepatan motor = epat) Mesin Penalaran Kontrol Logika Fzzy Mesin Penalaran adalah proses implikasi dalam menalar nilai maskan gna penentan nilai kelaran sebagai bentk pengambilan keptsan. Pada mmnya tiap-tiap atran (proposisi) fzzy dinyatakan dalam bentk IF..THEN.. dan menyatakan sat hbngan tertent. Hbngan fzzy ini sering disebt implikasi. Hbngan fzzy dalam knowledge base dapat didefinisikan sebagai himpnan implikasi fzzy. Ada 2 jenis proposisi fzzy yait ondition fzzy proposition dan nondition fzzy proposition. 1) Condotion Fzzy Proposition Jenis ini diirikan dengan penggnaan IF. IF x is A THEN y is B 2) Unondition Fzzy Proposition. Jenis nondition ditandai dengan tidak adanya pernyataan IF. x is A proposisi nondition selal diaplikasi dengan model AND. Jika dalam system fzzy terdapat beberapa atran, maka ada 3 metode yang dipakai dalam menentkan inferensi yait : max-min, additive dan probabilisti OR (probor) A. Metode Max-Min Max dapat dianalogikan dengan operasi logika OR sedangkan Min dianalogikan dengan operasi logika AND.

9 12 B. Metode additive metode additive dilakkan dengan melakkan bonded-sm terhadap sema otpt daerah fzzy. Seara mm dapat ditliskan dengan L: µ sf [x i ] min (1, µ sf [x i ] +µ kf [x i ] ) µ sf [x i ] = nilai keanggotaan solsi fzzy sampai atran ke-i µ kf [x i ] = nilai keanggotaan konseken (otpt) fzzy sampai atran ke-i C. Metode Probor Metode probor diperoleh dengan melakkan prodt (perkalian) terhadap sema otpt daerah fzzy. Seara mm ditlikan dengan : µ sf [x i ] ( µ sf [x i ] +µ kf [x i ] ) - ( µ sf [x i ] *µ kf [x i ] ) µ sf [x i ] = nilai keanggotaan solsi fzzy sampai atran ke-i µ kf [x i ] = nilai keanggotaan konseken (otpt) fzzy sampai atran ke-i Salah sat model yang banyak dipakai adalah penlalaran Max-Min. Dalam penalaran max-min proses pertama yang dilakkan adalah melakkan operasi min sinyal kelaran lapisan fzzyfikasi, yang diterskan dengan operasi max ntk menari nilai kelaran yang selanjtnya akan difzzyfikasikan sebagai bentk kelaran pengontrol Defzzifikasi. 3. Defzzifikasi Merpakan proses pemetaan himpnan fzzy ke himpnan tegas (rips). Proses ini merpakan kebalikan dari proses fzzyfikasi. Proses defzzifikasi diekspresikan sebagai berikt : Z* = defzzifier (Z) Dimana : Z = Hasil penalaran fzzy Z* = Kelaran Kontrol Logika Fzzy Defzzifier = Operasi defzzier

10 13 Ada beberapa metode defzzifikasi antara lain : a. Metode entroid metode entroid dilakkan dengan mengambil titik psat daerah fzzy. Seara mm dirmskan dengan : z z z z dz dz ata z n j1 n j1 z ( z ) j j j ( z ) b. Metode bisetor metode bisetor dilakkan dengan mengambil nilai dari domain fzzy yang memiliki nilai keanggotaan separo dari nilai keanggotaan fzzy. Seara dirmskan dengan : z p _ sedemikian _ hingga p R1 ( z) dz Rn p ( z) dz. Metode Mean of Maximm (MOM) metode MOM dilakkan dengan mengambil nilai rata-rata domain yang memiliki nilai keanggotaan maksimm d. Metode Largest of Minimm (LOM) metode LOM dilakkan dengan mengambil nilai terbesar dari domain yang memiliki nilai keanggotaan maksimm. e. Metode Smallest of Maximm (SOM)] metode LOM dilakkan dengan mengambil nilai terkeil dari domain yang memiliki nilai keanggotaan maksimm. Contoh : Pembentkan himpnan fzzy, dimana baik variabel inpt mapn variabel otpt masing-masing dibagi 3 himpnan fzzy. Ada 3 variabel fzzy yang dignakan, yait:

11 14 1. Jarak kendaraan adalah jarak antara mobil dengan target, yang terdiri dari 3 himpnan fzzy, yait: DEKAT, SEDANG dan JAUH. 2. Jarak tikngan adalah jarak antara mobil dan tikngan, yang terdiri dari 3 himpnan fzzy, yait: DEKAT, SEDANG dan JAUH. 3. Otpt yang berpa keepatan ideal sat mobil, yang terdiri dari 3 himpnan fzzy, yait: LAMBAT, SEDANG dan CEPAT. Data yang akan dignakan ntk membant penelitian ini adalah data jarak dan keepatan rata-rata dari sat mobil yait : a. Untk x berpa jarak kendaraan, datanya adalah sebagai berikt: Dekat : x 5m Jah : 15 m x 20m b. Untk y berpa jarak tikngan, datanya adalah sebagai berikt: Dekat : y 5m Jah : 10m y 15m. Untk z berpa keepatan, datanya adalah sebagai berikt: Lambat : z 40 km/jam Cepat : 80 km/jam z 100 km/jam Berdasarkan data jarak dan keepatan, maka dibatlah sebah fngsi keanggotaan dari masing-masing variabel yang akan dignakan. Fngsi keanggotaan merpakan sat krva yang mennjkkan pemetaan titik-titik inpt data ke dalam nilai keanggotaannya ata derajat keanggotaan. Adapn fngsi keanggotaan dari masing-masing variabel adalah sebagai berikt. a. Variabel Jarak Kendaraan

12 15 DEKAT SEDANG JAUH 1 0,5 0 1 domain Gambar 2.5 Fngsi Keanggotaan Variabel Jarak Fngsi keanggotaannya adalah sebagai berikt: { { {

13 16 b. Variabel Jarak Tikngan 1 0,5 DEKAT SEDANG JAUH domain 0 5 7, Gambar 2.6 Fngsi Keanggotaan Variabel Jarak terhadap Tikngan Fngsi keanggotaannya adalah sebagai berikt: { { {. Variabel Keepatan LAMBAT SEDANG CEPAT 1 0,5 domain Gambar 2.7 Fngsi Keanggotaan Variabel

14 17 Keepatan Fngsi keanggotaannya adalah sebagai berikt: { ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) { ( ) { ( ) ( ) Aplikasi fngsi implikasi, dimana pada metode Mamdani menggnakan fngsi implikasi min. Untk mendapatkan daerah hasil implikasi diperlkan sejmlah atran/rles. Jmlah atran yang terbentk berdasarkan 3 himpnan fzzy adalah sebanyak 27 atran. Dari 27 atran hanya 9 atran yang mask akal dan layak dignakan, karena jika sema atran dignakan maka hasilnya jah dari yang diharapkan. 9 atran yang dignakan diantaranya adalah sebagai berikt. a. Jika (Jarak kendaraan adalah DEKAT) dan (Jarak tikngan adalah DEKAT) maka (Keepatan adalah LAMBAT). b. Jika (Jarak kendaraan adalah DEKAT) dan (Jarak tikngan adalah SEDANG) maka (Keepatan adalah LAMBAT)..Jika (Jarak kendaraan adalah DEKAT) dan (Jarak tikngan adalah JAUH) maka (Keepatan adalah LAMBAT).Jika (Jarak kendaraan adalah SEDANG) dan (Jarak tikngan adalah DEKAT) maka (Keepatan adalah LAMBAT

15 18 d. Jika (Jarak kendaraan adalah SEDANG) dan (Jarak tikngan adalah SEDANG) maka (Keepatan adalah SEDANG) e. Jika (Jarak kendaraan adalah SEDANG) dan (Jarak tikngan adalah JAUH) maka (Keepatan adalah SEDANG) f. Jika (Jarak kendaraan adalah JAUH) dan (Jarak tikngan adalah DEKAT) maka (Keepatan adalah SEDANG g. Jika (Jarak kendaraan adalah JAUH) dan (Jarak tikngan adalah SEDANG) maka (Keepatan adalah SEDANG) h. Jika (Jarak kendaraan adalah JAUH) dan (Jarak tikngan adalah JAUH) maka (Keepatan adalah CEPAT) Komposisi antar atran yang diperoleh dengan ara mengambil nilai maksimm atran, kemdian mengaplikasikannya ke otpt dengan menggnakan operator OR. Proses defzzifikasi adalah sat proses dimana inpt nya adalah sat himpnan fzzy yang diperoleh dari komposisi atran-atran fzzy, sedangkan otpt yang dihasilkan merpakan sat bilangan pada domain himpnan himpnan fzzy tersebt. Sehingga jika diberikan sat himpnan fzzy dalam range tertent, maka hars dapat diambil sat nilai risp tertent sebagai otpt. Pada penelitian ini, proses defzzifikasi menggnakan metode entroid dimana nilai tegas diperoleh dengan ara mengambil titik psat daerah fzzy Mobile Robot Robot mobil ata mobile robot adalah konstrksi robot yang iri khasnya adalah mempnyai aktator berpa roda ntk menggerakkan keselrhan badan robot tersebt, sehingga robot tersebt dapat melakkan perpindahan posisi dari sat titik ke titik lain. Mobile robot adalah tipe robot yang paling popler dalam dnia penelitian robot. Sebtan ini biasa dignakan sebagai kata kni tama ntk menari rjkan ata referensi yang berkaitan dengan robotik di internet. Pblikasi dengan jdl yang berkaitan mobile robot sering menjadi daya tarik, tidak hanya bagi kalangan peneliti, tapi jga bagi kalangan awam. Dari segi manfaat, penelitian tentang berbagai tipe mobile robot diharapkan dapat

16 19 membant mansia dalam melakkan otomasi dalam transportasi, platform bergerak ntk robot indstri, eksplorasi tanpa awak, dan masih banyak lagi. Gambar 2.8 Mobile Robot (smber : http// diakses 3 Maret 2016 pkl WIB) 2.4. Komponen Penysn Mobile Robot Ardino Mega 2560 Ardino mega 2560 merpakan sebah board mikrokontroler berbasis ATMega2560. Modl ini memiliki 54 digital inpt/otpt dmana 14 dignakan ntk PWM otpt dan 16 dignakan sebagai analog inpt, 4 port serial, 16 MHz osilator Kristal, koneksi USB, power jak, ICISP Header, dan tombol reset. Memiliki flash memory sebesar 256KB sangat kp ntk menampng program yang banyak. Ardino mega 2560 tidak memerlkan flash program external karena didalam hip mikrokontroler Ardino telah diisi dengan bootloader yang membat proses pload program yang kita bat menjadi lebih sederhana dan epat. Untk koneksi dengan kompter sdah tersedia RS232 to TTL onverter ata menggnakan hip USB ke serial onverter. Gambar 2.9 Ardino Mega 2560

17 Software Ardino Software ardino yang dignakan adalah driver dan IDE, walapn masih ada beberapa software lain yang sangat bergna selama pengembangan ardino. IDE ata Integrated Development Environment merpaka sat program khss ntk sat kompter agar dapat membat sat ranangan ata sketsa program ntk papan Ardino. IDE ardino merpakan software yang sangat anggih ditlis dengan menggnakan java. IDE ardino terdiri dari : Verify New Uploader Open Save Serial Monitor Editor Program Gambar 2.6 Tampilan Toolbar Ardino Gambar 2.10 Tampilan Utama Pada Softwere Ardino (Syahwil,2013:42) Keterangan : 1. Editor Program Sebah window yang memngkinkan penggna menlis dan mengedit program dalam bahasa proessing. 2. Verify Mengeek kode sketh yang error sebelm mengpload ke board ardino.

18 21 3. Uploader Sebah modl yang memat kode biner dari kompter ke dalam memori di dalam papan ardino. 4. New Membat sebah sketh bar. 5. Open Membka daftar sketh pada skethbook ardino. 6. Save Menyimpan kode sketh pada skethbook. 7. Serial Monitor Menampilkan data serial yang dikirimkan dari board ardino LCD (Liqid Crystal Display) Display LCD sebah liqid rystal ata perangkat elektronik yang dapat dignakan ntk menampilkan angka ata teks. Ada da jenis tama layar LCD yang dapat menampilkan merik (dignakan dalam jam tangan, kalklator dll) dan menampilkan teks alfanmerik (sering dignakan pada mesin foto kopi dan telepon genggam). Dalam menampilkan nmerik ini kristal yang dibentk menjadi bar, dan dalam menampilkan alfanmerik kristal hanya diatr kedalam pola titik. Setiap kristal memiliki sambngan listrik individ sehingga dapat dikontrol seara independen. Ketika kristal off' (yakni tidak ada ars yang melali kristal) ahaya kristal terlihat sama dengan bahan latar belakangnya, sehingga kristal tidak dapat terlihat. Namn ketika ars listrik melewati kristal, it akan merbah bentk dan enyerap lebih banyak ahaya. Hal ini membat kristal terlihat lebih gelap dari englihatan mata mansia sehingga bentk titik ata bar dapat dilihat dari perbedaan latar belakang. Sangat penting ntk menyadari perbedaan antara layar LCD dan layar LED. Sebah LED display (sering dignakan dalam radio jam) terdiri dari sejmlah LED yang benar-benar mengelarkan ahaya (dan dapat dilihat dalam gelap). Sebah layar LCD hanya menerminkan ahaya, sehingga tidak dapat dilihat dalam gelap. LMB162A adalah modl LCD matrix

19 22 dengan konfigrasi 16 karakter dan 2 baris dengan setiap karakternya dibentk oleh 8 baris pixel dan 5 kolom pixel (1 baris terakhir adalah krsor). Memori LCD terdiri dari bir CGROM, 64 byte CGRAM dan 80x8 bit DDRAM yang diatr pengalamatannya oleh Address Conter dan akses datanya (pembaaan mapn penlisan datanya) dilakkan melali register data. Pada LMB162A terdapat register data dan register perintah. Proses akses data ke ata dari register data akan mengakses ke CGRAM, DDRAM ata CGROM bergantng pada ondisi Address Conter, sedangkan proses akses data ke ata dari Register perintah akan mengakses Instrtion Deoder (dekoder instrksi) yang akan menentkan perintah perintah yang akan dilakkan oleh LCD. Klasifikasi LED Display 16x2 Charater : a. 16 karakter x 2 baris b. 5x7 titik Matrix karakter + krsor. HD44780 Eqivalent LCD ontroller/driver Bilt-In d. 4-bit ata 8-bit MPU Interfae e. Tipe standar f. Bekerja hampir dengan sema Mikrokontroler. Gambar 2.11 LCD (Liqid Crystal Display) Sensor Ultrasonik HC-SR04 Sensor HC-SR04 adalah sensor pengkr jarak berbasis gelombang ltrasonik. Prinsip kerja sensor ini mirip dengan radar ltrasonik. Gelombang ltrasonik dipanarkan kemdian diterima balik oleh reeiver ltrasonik. Jarak antara wakt panar dan wakt terima adalah representasi dari jarak objek. Sensor HC-SR04 adalah versi low ost dari sensor ltrasonik PING batan parallax. Pada Sensor HC-SR04 pin trigger dan otpt diletakkan terpisah. Sensor ini mempnyai kisaran jangkaan maksimal m. Selain it sensor HC-SR04

20 23 memiliki sdt deteksi terbaik pada 15 derajat, dengan tegangan kerja 5V DC (Lilik Gnarta 2011 : 2). Gambar 2.12 Sensor Ultrasonik HC-SR04 (smber : fjb.kasks.o.id diakses 20 Maret 2016 pkl WIB) Baterai Lithim Polymer (LiPo) Baterai LiPo tidak menggnakan airan sebagai elektrolit melainkan menggnakan elektrolit polimer kering yang berbentk seperti lapisan plastik film tipis. Lapisan film ini dissn berlapis-lapis diantara anoda dan katoda yang mengakibatkan pertkaran ion. Dengan metode ini baterai LiPo dapat dibat dalam berbagai bentk dan kran. Dilar dari kelebihan arsitektr baterai LiPo, terdapat jga kekrangan yait lemahnya aliran pertkaran ion yang terjadi melali elektrolit polimer kering. Gambar 2.13 Baterai LiPo Motor DC Motor DC memerlkan splai tegangan yang searah pada kmparan medan ntk dibah menjadi energi mekanik. Kmparan medan pada motor d disebt stator (bagian yang tidak berptar) dan kmparan jangkar disebt rotor (bagian yang berptar). Jika terjadi ptaran pada kmparan jangkar dalam pada medan magnet, maka akan timbl tegangan (GGL) yang berbah-bah arah pada

21 24 setiap setengah ptaran, sehingga merpakan tegangan bolak-balik. Prinsip kerja dari ars searah adalah membalik phasa tegangan dari gelombang yang mempnyai nilai positif dengan menggnakan komtator, dengan demikian ars yang berbalik arah dengan kmparan jangkar yang berptar dalam medan magnet. Bentk motor paling sederhana memiliki kmparan sat lilitan yang bisa berptar bebas di antara ktb-ktb magnet permanen. Jika ars lewat pada sat kondktor, timbl medan magnet di sekitar kondktor. Arah medan magnet ditentkan oleh arah aliran ars pada kondktor. Gambar 2.14 Motor DC IC Motor Driver L298 L298 adalah IC yang dapat dignakan sebagai driver motor DC. IC ini menggnakan prinsip kerja H-Bridge. Tiap H-Bridge dikontrol menggnakan level tegangan TTL yang berasal dari otpt mikrokontroler. L298 dapat mengontrol 2 bah motor DC. Tegangan yang dapat dignakan ntk mengendalikan robot bisa menapai tegangan 46 V dan ars 2 A ntk setiap kanalnya. Berikt ini bentk IC L298 yang dignakan sebagai motor driver. Pengatran keepatan keda motor dilakkan dengan ara pengontrolan lama plsa aktif (mode PWM Plse width Modlation) yang dikirimkan ke rangkaian driver motor oleh pengendali (mikrokontroler basi stamp). Dty yle PWM yang dikirimkan menentkan keepatan ptar motor DC. Gambar 2.15 IC Motor Driver L298

22 DC-DC Step Down Modle DC to DC Converter ada 2 jenis, yait Step down DC Converter dan boost (step p) DC Converter. Pada step down DC Converter berfngsi seperti reglator biasa, menrnkan tegangan menjadi level tertent dengan kesetabilan tinggi, biasanya ripple maximm 1%. Dan inpt tegangan dengan range yg lebar. Pada 12A Adjstable DC-DC Step Down Modle inpt voltage 4,5-30 VDC, otpt voltage VDC 12A. Dan sebaliknya boost (Step p) DC Converter, berfngsi ntk menaikkan ata menstabilkan tegangan pada level tertent dengan otpt yg bisa lebih tinggi dari pada inpt, dan tetap stabil dengan ripple max 1%. Misalnya DC- DC Converter Inpt 10VDC sd 60VDC otpt 24VDC 10A ata Inpt 3VDC sd 15VDC otpt dal 15VDC 500mA. Gambar 2.16 DC to DC Converter Modle (smber : diakses 20 jni 2016)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Logika Fzzy Pada awalnya sistem logika fzzy diperkenalkan oleh Profesor Lotfi A. Zadeh pada tahn 1965. Konsep fzzy bermla dari himpnan klasik (crisp) yang bersifat tegas ata

Lebih terperinci

PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN

PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN Bletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volme xx, No. x (tahn), hal xx xx. PENYELESAIAN LUAS BANGUN DATAR DAN VOLUME BANGUN RUANG DENGAN KONSEP DETERMINAN Doni Saptra, Helmi, Shantika Martha

Lebih terperinci

BAB RELATIVITAS Semua Gerak adalah Relatif

BAB RELATIVITAS Semua Gerak adalah Relatif BAB RELATIVITAS. Sema Gerak adalah Relatif Sat benda dikatakan bergerak bila keddkan benda it berbah terhadap sat titik aan ata kerangka aan. Seorang penmpang kereta api yang sedang ddk di dalam kereta

Lebih terperinci

Penerapan Masalah Transportasi

Penerapan Masalah Transportasi KA4 RESEARCH OPERATIONAL Penerapan Masalah Transportasi DISUSUN OLEH : HERAWATI 008959 JAKA HUSEN 08055 HAPPY GEMELI QUANUARI 00890 INDRA MOCHAMMAD YUSUF 0800 BAB I PENDAHULUAN.. Pengertian Riset Operasi

Lebih terperinci

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN BAB III 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. PROSEDUR ANALISA Penelitian ini merpakan sebah penelitian simlasi yang menggnakan bantan program MATLAB. Adapn tahapan yang hars dilakkan pada saat menjalankan penlisan

Lebih terperinci

HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI

HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI HASIL KALI TITIK DAN PROYEKSI ORTOGONAL SUATU VEKTOR (Aljabar Linear) Oleh: H. Karso FPMIPA UPI A. Hasil Kali Titik (Hasil Kali Skalar) Da Vektor. Hasil Kali Skalar Da Vektor di R Perkalian diantara da

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem alarm kebakaran menggunakan Arduino Uno dengan mikrokontroller ATmega 328. yang meliputi perancangan perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU

BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU BAB III LIMIT DAN FUNGSI KONTINU Konsep it mempnyai peranan yang sangat penting di dalam kalkls dan berbagai bidang matematika. Oleh karena it, konsep ini sangat perl ntk dipahami. Meskipn pada awalnya

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Seminar asional Aplikasi Teknologi Informasi 004 Yogyakarta 9 Jni 004 Analisis Efisiensi dengan Bantan Sistem Pendkng Keptsan (SPK) Carles Sitompl Jrsan Teknik Indstri Uniersitas Katolik Parahyangan Jl.

Lebih terperinci

FEEDFORWARD FEEDBACK CONTROL SEBAGAI PENGONTROL SUHU MENGGUNAKAN PROPORSIONAL - INTEGRAL BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535

FEEDFORWARD FEEDBACK CONTROL SEBAGAI PENGONTROL SUHU MENGGUNAKAN PROPORSIONAL - INTEGRAL BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 FEEDFORWARD FEEDBACK CONTROL SEBAGAI PENGONTROL SUHU MENGGUNAKAN PROPORSIONAL - INTEGRAL BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA 8535 Makalah Seminar Tgas Akhir Jnanto Prihantoro 1, Trias Andromeda. 2, Iwan Setiawan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB LANDASAN TEORI. Pasar.. Pengertian Pasar Pasar adalah sebah tempat mm yang melayani transaksi jal - beli. Di dalam Peratran Daerah Khss Ibkota Jakarta Nomor 6 Tahn 99 tentang pengrsan pasar di Daerah

Lebih terperinci

PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN

PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN Bab 4 PENELUSURAN LINTASAN DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN Tgas mendasar dari robot berjalan ialah dapat bergerak secara akrat pada sat lintasan (trajectory) yang diberikan Ata dengan kata lain galat antara

Lebih terperinci

Solusi Sistem Persamaan Linear Fuzzy

Solusi Sistem Persamaan Linear Fuzzy Jrnal Matematika Vol. 16, No. 2, November 2017 ISSN: 1412-5056 / 2598-8980 http://ejornal.nisba.ac.id Diterima: 14/08/2017 Disetji: 20/10/2017 Pblikasi Online: 28/11/2017 Solsi Sistem Persamaan Linear

Lebih terperinci

Fisika Ebtanas

Fisika Ebtanas isika Ebtanas 1996 1 1. Di bawah ini yang merpakan kelompok besaran trnan adalah A. momentm, wakt, kat ars B. kecepatan, saha, massa C. energi, saha, wakt ptar D. wakt ptar, panjang, massa E. momen gaya,

Lebih terperinci

EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN

EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN EKONOMETRIKA PERSAMAAN SIMULTAN OLEH KELOMPOK 5 DEKI D. TAPATAB JUMASNI K. TANEO MERSY C. PELT DELFIANA N. ERO GERARDUS V. META ARMY A. MBATU SILVESTER LANGKAMANG FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. software arduino memiliki bahasa pemrograman C.

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. software arduino memiliki bahasa pemrograman C. BAB II DASAR TEORI 2.1 ARDUINO Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai bidang.

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 5 BILANGAN REYNOLD LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA BILANGAN REYNOLD

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Arduino Mega 2560

BAB II DASAR TEORI Arduino Mega 2560 BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori penunjang yang diperlukan dalam merancang dan merealisasikan skripsi ini. Bab ini dimulai dari pengenalan singkat dari komponen elektronik utama

Lebih terperinci

OPTIMALISASI FITUR-FITUR PADA APLIKASI PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENYAMPAIAN PESAN BERBASIS HCI

OPTIMALISASI FITUR-FITUR PADA APLIKASI PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENYAMPAIAN PESAN BERBASIS HCI OPTIMALISASI FITUR-FITUR PADA APLIKASI PRESENTASI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENYAMPAIAN PESAN BERBASIS HCI Mokhamad Fatoni, Indri Sdanawati Rozas, S.Kom., M.Kom., Latifah Rifani, S.T., MIT. Jrsan Sistem

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Himpunan Himpunan adalah setiap daftar, kumpulan atau kelas objek-objek yang didefenisikan secara jelas, objek-objek dalam himpunan-himpunan yang dapat berupa apa saja: bilangan, orang,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 37 BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Tujuan Pengukuran dan Pengujian Pengukuran dan pengujian alat bertujuan agar dapat diketahui sifat dan karakteristik tiap blok rangkaian dan fungsi serta cara kerja

Lebih terperinci

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM 5 Hasil Kali Dalam Untk memotiasi konsep hasil kali dalam diambil ektor di R dan R sebagai anak panah dengan titik awal di titik asal O = ( ) Panjang sat ektor x di R dan R

Lebih terperinci

Session 18 Heat Transfer in Steam Turbine. PT. Dian Swastatika Sentosa

Session 18 Heat Transfer in Steam Turbine. PT. Dian Swastatika Sentosa Session 8 Heat Transfer in Steam Trbine PT. Dian Sastatika Sentosa DSS Head Offie, 3 Oktober 008 Otline. Pendahlan. Skema keepatan, gaya tangensial. 3. Daya yang dihasilkan trbin, panas jath. 4. Trbin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Small Area Estimation Small Area Estimation (SAE) adalah sat teknik statistika ntk mendga parameter-parameter sb poplasi yang kran sampelnya kecil. Sedangkan, area kecil didefinisikan

Lebih terperinci

Hasil Kali Titik. Dua Operasi Vektor. Sifat-sifat Hasil Kali Titik. oki neswan (fmipa-itb)

Hasil Kali Titik. Dua Operasi Vektor. Sifat-sifat Hasil Kali Titik. oki neswan (fmipa-itb) oki neswan (fmipa-itb) Da Operasi Vektor Hasil Kali Titik Misalkan OAB adalah sebah segitiga, O (0; 0) ; A (a 1 ; a ) ; dan B (b 1 ; b ) : Maka panjang sisi OA; OB; dan AB maing-masing adalah q joaj =

Lebih terperinci

NAMA : KELAS : theresiaveni.wordpress.com

NAMA : KELAS : theresiaveni.wordpress.com 1 NAMA : KELAS : teresiaeni.wordpress.com TURUNAN/DIFERENSIAL Deinisi : Laj perbaan nilai teradap ariabelnya adala : y dy d ' = = d d merpakan ngsi bar disebt trnan ngsi ata perbandingan dierensial, proses

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN / WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN2013 TENTANG PEDOMAN STANDAR KINERJA INDIVIDU PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II DASR TEORI 2.1 Komunikasi Data Metode Transmisi

BAB II DASR TEORI 2.1 Komunikasi Data Metode Transmisi BAB II DASR TEORI 2.1 Komunikasi Data 2.1.1 Metode Transmisi Berdasarkan aliran datanya komunikasi data terbagi menjadi tiga kategori, yaitu: 1. Sistem Simplex. Sistem simplex merupakan salah satu jenis

Lebih terperinci

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas

Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas Penerapan Metode Fuzzy Mamdani Pada Rem Otomatis Mobil Cerdas Zulfikar Sembiring Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Medan Area zoelsembiring@gmail.com Abstrak Logika Fuzzy telah banyak

Lebih terperinci

lim 0 h Jadi f (x) = k maka f (x)= 0 lim lim lim TURUNAN/DIFERENSIAL Definisi : Laju perubahan nilai f terhadap variabelnya adalah :

lim 0 h Jadi f (x) = k maka f (x)= 0 lim lim lim TURUNAN/DIFERENSIAL Definisi : Laju perubahan nilai f terhadap variabelnya adalah : TURUNAN/DIFERENSIAL Deinisi : Laj perbaan nilai teradap ariabelnya adala : y dy d lim = lim = 0 0 d d merpakan ngsi bar disebt trnan ngsi ata perbandingan dierensial, proses mencarinya disebt menrnkan

Lebih terperinci

Untuk pondasi tiang tipe floating, kekuatan ujung tiang diabaikan. Pp = kekuatan ujung tiang yang bekerja secara bersamaan dengan P

Untuk pondasi tiang tipe floating, kekuatan ujung tiang diabaikan. Pp = kekuatan ujung tiang yang bekerja secara bersamaan dengan P BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Mekanisme Pondasi Tiang Konvensional Pondasi tiang merpakan strktr yang berfngsi ntk mentransfer beban di atas permkaan tanah ke lapisan bawah di dalam massa tanah. Bentk transfer

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pembahasan pada bab ini, merpakan pembahasan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Teori-teori tersebt melipti mata ang, pelak yang berperan, faktor-faktor yang mempengarhi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai landasan teori yang digunakan pada penelitian ini. Penjabaran ini bertujuan untuk memberikan pemahaman lebih mendalam kepada penulis

Lebih terperinci

BUKU AJAR METODE ELEMEN HINGGA

BUKU AJAR METODE ELEMEN HINGGA BUKU AJA ETODE EEEN HINGGA Diringkas oleh : JUUSAN TEKNIK ESIN FAKUTAS TEKNIK STUKTU TUSS.. Deinisi Umm Trss adalah strktr yang terdiri atas batang-batang lrs yang disambng pada titik perpotongan dengan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O,

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O, BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino Uno R3 adalah papan pengembangan mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O,

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT JARAK ROTASI PADA POHON BINER TERURUT DAN TERORIENTASI

BEBERAPA SIFAT JARAK ROTASI PADA POHON BINER TERURUT DAN TERORIENTASI JRISE, Vol.1, No.1, Febrari 2014, pp. 28~40 ISSN: 2355-3677 BEBERAPA SIFA JARAK ROASI PADA POHON BINER ERURU DAN ERORIENASI Oleh: Hasniati SMIK KHARISMA Makassar hasniati@kharisma.ac.id Abstrak Andaikan

Lebih terperinci

1. Perhatikan gambar percobaan vektor gaya resultan dengan menggunakan 3 neraca pegas berikut ini

1. Perhatikan gambar percobaan vektor gaya resultan dengan menggunakan 3 neraca pegas berikut ini 1 1. Perhatikan gambar percobaan vektor gaya resltan dengan menggnakan 3 neraca pegas berikt ini Yang sesai dengan rms vektor gaya resltan secara analitis adalah gambar A. (1), (2) dan (3) D. (1), dan

Lebih terperinci

Analisis Peluruhan Flourine-18 menggunakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 71742

Analisis Peluruhan Flourine-18 menggunakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 71742 Prosiding Perteman Ilmiah XXV HFI Jateng & DIY 63 Analisis Pelrhan Florine-18 menggnakan Sistem Pencacah Kamar Pengion Capintec CRC-7BT S/N 717 Wijono dan Pjadi Psat Teknologi Keselamatan dan Metrologi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Sensor Ultrasonik HCSR04. Gambar 2.2 Cara Kerja Sensor Ultrasonik.

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Sensor Ultrasonik HCSR04. Gambar 2.2 Cara Kerja Sensor Ultrasonik. BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari sensor

Lebih terperinci

III PEMODELAN SISTEM PENDULUM

III PEMODELAN SISTEM PENDULUM 14 III PEMODELAN SISTEM PENDULUM Penelitian ini membahas keterkontrolan sistem pendlm, dengan menentkan model matematika dari beberapa sistem pendlm, dan dilakkan analisis dan menyederhanakan permasalahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahun 1920-an oleh

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis jalur yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahun 1920-an oleh BAB LANDASAN TEORI. Sejarah Analisis Jalr (Path Analysis) Analisis jalr yang dikenal dengan path analysis dikembangkan pertama pada tahn 90-an oleh seorang ahli genetika yait Sewall Wright. Teknik analisis

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan diuraikan tentang proses pengujian sistem yang meliputi pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun secara keseluruhan, dan

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS DAN PERANCANGAN. Untuk mendapatkan tujuan sebuah sistem, dibutuhkan suatu

BAB II ANALISIS DAN PERANCANGAN. Untuk mendapatkan tujuan sebuah sistem, dibutuhkan suatu BAB II ANALISIS DAN PERANCANGAN 2.1 Analisa Kebutuhan Sistem Untuk mendapatkan tujuan sebuah sistem, dibutuhkan suatu kesatuan sistem yang berupa perangkat lunak, perangkat keras, dan manusianya itu sendiri.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Permasalahan Dalam Perancangan dan Implementasi Pemotong Rumput Lapangan Sepakbola Otomatis dengan Sensor Garis dan Dinding ini, terdapat beberapa masalah

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL

KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL Jrnal Dinamis Vol. II, No. 6, Janari 00 ISSN 06-749 KAJIAN PENGGUNAAN KOMPRESOR AKSIAL Tekad Sitep Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin Fakltas Teknik Universitas Smatera Utara Abstrak Tlisan ini mencoba

Lebih terperinci

3. RUANG VEKTOR. dan jika k adalah sembarang skalar, maka perkalian skalar ku didefinisikan oleh

3. RUANG VEKTOR. dan jika k adalah sembarang skalar, maka perkalian skalar ku didefinisikan oleh . RUANG VEKTOR. VEKTOR (GEOMETRIK) PENGANTAR Jika n adalah sebah bilangan blat positif maka tpel-terorde (ordered-n-tple) adalah sebah rtan n bilangan riil (a a... a n ). Himpnan sema tpel-terorde dinamakan

Lebih terperinci

Pengenalan Pola. Ekstraksi dan Seleksi Fitur

Pengenalan Pola. Ekstraksi dan Seleksi Fitur Pengenalan Pola Ekstraksi dan Seleksi Fitr PTIIK - 4 Corse Contents Collet Data Objet to Dataset 3 Ekstraksi Fitr 4 Seleksi Fitr Design Cyle Collet data Choose featres Choose model Train system Evalate

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Logika Fuzzy Fuzzy secara bahasa diartikan sebagai kabur atau samar yang artinya suatu nilai dapat bernilai benar atau salah secara bersamaan. Dalam fuzzy dikenal derajat keanggotan

Lebih terperinci

Mata Kuliah: Aljabar Linier Dosen Pengampu: Darmadi, S. Si, M. Pd

Mata Kuliah: Aljabar Linier Dosen Pengampu: Darmadi, S. Si, M. Pd . RUANG BERDIMENSI n EUCLIDIS Mata Kliah: Aljabar Linier Dosen Pengamp: Darmadi S. Si M. Pd Dissn oleh: Kelompok Pendidikan Matematika VA. Abdl Fajar Sidiq (8.). Lilies Prwanti (8.76). Ristinawati (8.)

Lebih terperinci

1. Pada ganbar di bawah, komponen vektor gaya F menurut sumbu x adalah A. ½ 3 F B. ½ 2 F C. ½ F D. ½ F E. ½ 3 F

1. Pada ganbar di bawah, komponen vektor gaya F menurut sumbu x adalah A. ½ 3 F B. ½ 2 F C. ½ F D. ½ F E. ½ 3 F 1 1. Pada ganbar di bawah, komponen vektor gaya F menrt smb x adalah A. ½ 3 F B. ½ F C. ½ F D. ½ F E. ½ 3 F. Benda jath bebas adalah benda yang memiliki: (1) Kecepatan awal nol () Percepatan = percepatan

Lebih terperinci

1. Perhatikan tabel berikut ini! No Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg m s -1 MLT -1 2 Gaya kg m s -2 MLT -2 3 Daya kg m s -3 MLT -3

1. Perhatikan tabel berikut ini! No Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg m s -1 MLT -1 2 Gaya kg m s -2 MLT -2 3 Daya kg m s -3 MLT -3 1 1. Perhatikan tabel berikt ini! No Besaran Satan Dimensi 1 Momentm kg m s -1 MLT -1 2 Gaya kg m s -2 MLT -2 3 Daya kg m s -3 MLT -3 Dari tabel di atas yang mempnyai satan dan dimensi yang benar adalah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT

BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT BAB III PERANCANGAN PERANGKAT KERAS MOBILE-ROBOT 3.1. Perancangan Sistem Secara Umum bawah ini. Diagram blok dari sistem yang dibuat ditunjukan pada Gambar 3.1 di u(t) + e(t) c(t) r(t) Pengontrol Plant

Lebih terperinci

CHAPTER 6. INNER PRODUCT SPACE

CHAPTER 6. INNER PRODUCT SPACE CHAPTER 6. INNER PRODUCT SPACE Inner Prodcts Angle and Orthogonality in Inner Prodct Spaces Orthonormal Bases; Gram-Schmidt Process; QR-Decomposition Best Approximation; Least Sqares Orthogonal Matrices;

Lebih terperinci

Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika

Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika Korelasi Pasar Modal dalam Ekonofisika Yn Hariadi Dept. Dynamical System Bandng Fe Institte yh@dynsys.bandngfe.net Pendahlan Fenomena ekonomi sebagai kondisi makro yang merpakan hasil interaksi pada level

Lebih terperinci

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM

Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM Bab 5 RUANG HASIL KALI DALAM 5 Hasil Kali Dalam Untk memotiasi konsep hasil kali dalam diambil ektor di R dan R sebagai anak panah dengan titik awal di titik asal O ( ) Panjang sat ektor x di R dan R dinamakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan dioda biasa, komponen elektronika ini akan mengubah cahaya menjadi arus listrik. Cahaya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA Pada bab ini, akan dibahas pengujian alat mulai dari pengujian alat permodul sampai pengujian alat secara keseluruhan. Pengujian tersebut akan dilakukan secara bertahap dengan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Dalam bab ini akan dibahas mengenai proses perancangan mekanik pembersih lantai otomatis serta penyusunan rangkaian untuk merealisasikan sistem alat. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori dasar yang digunakan untuk pembuatan pintu gerbang otomatis berbasis Arduino yang dapat dikontrol melalui komunikasi Transifer dan Receiver

Lebih terperinci

IT CONSULTANT UNIVERSITAS MURIA KUDUS (ITC - UMK)

IT CONSULTANT UNIVERSITAS MURIA KUDUS (ITC - UMK) IT CONSULTANT UNIVERSITAS MURIA KUDUS (ITC - UMK) Arif Setiawan 1*, Pratomo Setiaji 1 1 Program Stdi Sistem Informasi, Fakltas Teknik, Universitas Mria Kds Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kds 59352 * Email:

Lebih terperinci

KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M.

KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M. KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) MANAJEMEN KEUANGAN 2 ANDRI HELMI M, S.E., M.M. Penganggaran Modal (Capital Bdgeting) Modal (Capital) mennjkkan aktiva tetap yang dignakan ntk prodksi Anggaran (bdget)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori dan konsep dasar yang mendukung pembahasan dari sistem yang akan dibuat.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori dan konsep dasar yang mendukung pembahasan dari sistem yang akan dibuat. BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang teori-teori dan konsep dasar yang mendkng pembahasan dari sistem yang akan dibat. 2.1. Katalog Perpstakaan Katalog perpstakaan adalah sat media yang

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG _ WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI Dalam bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan pembuatan aplikasi dengan menggunakan metodologi perancangan prototyping, prinsip kerja rangkaian berdasarkan

Lebih terperinci

Integrasi 2. Metode Integral Kuadratur Gauss 2 Titik Metode Integral Kuadratur Gauss 3 Titik Contoh Kasus Permasalahan Integrasi.

Integrasi 2. Metode Integral Kuadratur Gauss 2 Titik Metode Integral Kuadratur Gauss 3 Titik Contoh Kasus Permasalahan Integrasi. Interasi Metode Interal Kadratr Gass Titik Metode Interal Kadratr Gass Titik Contoh Kass Permasalahan Interasi Interasi Metode Interasi Gass Metode interasi Gass merpakan metode yan tidak mennakan pembaian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Dalam bab ini penulis akan membahas prinsip kerja rangkaian yang disusun untuk merealisasikan sistem alat, dalam hal ini potensiometer sebagai kontroler dari motor servo, dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Dalam bab ini akan dibahas mengenai prinsip kerja rangkaian yang disusun untuk merealisasikan sistem alat, dalam hal ini Bluetooth sebagai alat komunikasi penghubung

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG. PENGELOLAAN PINJAMAN JANGKA PENDEK PADA BADAN LA YANAN UMUM DAERAH

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG. PENGELOLAAN PINJAMAN JANGKA PENDEK PADA BADAN LA YANAN UMUM DAERAH ;' I. ~ tr'. T I BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG. PENGELOLAAN PINJAMAN JANGKA PENDEK PADA BADAN LA YANAN UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

(a) (b) Gambar 1. garis singgung

(a) (b) Gambar 1. garis singgung BAB. TURUNAN Sebelm membahas trnan, terlebih dahl ditinja tentang garis singgng pada sat krva. A. Garis singgng Garis singgng adalah garis yang menyinggng sat titik tertent pada sat krva. Pengertian garis

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak ( Software). Pembahasan perangkat keras meliputi perancangan mekanik

Lebih terperinci

KAJIAN PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI UNGGAS

KAJIAN PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI UNGGAS KAJIAN PEMODELAN MATEMATIKA TERHADAP PENYEBARAN VIRUS AVIAN INFLUENZA TIPE-H5N1 PADA POPULASI UNGGAS Dian Permana Ptri 1, Herri Slaiman FKIP, Pendidikan Matematika, Universitas Swadaya Gnng Jati Cirebon

Lebih terperinci

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Logika Fuzzy

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Logika Fuzzy Logika Fuzzy Pendahuluan Alasan digunakannya Logika Fuzzy Aplikasi Himpunan Fuzzy Fungsi keanggotaan Operator Dasar Zadeh Penalaran Monoton Fungsi Impilkasi Sistem Inferensi Fuzzy Basis Data Fuzzy Referensi

Lebih terperinci

METODE SIMPLEKS PRIMAL-DUAL PADA PROGRAM LINIER FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN TRAPEZOIDAL

METODE SIMPLEKS PRIMAL-DUAL PADA PROGRAM LINIER FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN TRAPEZOIDAL METODE SIMPLEKS PRIMAL-DUAL PADA PROGRAM LINIER FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN TRAPEZOIDAL Bambang Irawanto 1,Djwandi 2, Sryoto 3, Rizky Handayani 41,2,3 Departemen Matematika Faktas Sains dan Matematika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Permintaan, Persediaan dan Produksi 2.1.1 Permintaan Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

Trihastuti Agustinah

Trihastuti Agustinah TE 9467 Teknik Nmerik Sistem Linear Trihastti Agstinah Bidang Stdi Teknik Sistem Pengatran Jrsan Teknik Elektro - FTI Institt Teknologi Seplh Nopember O U T L I N E OBJEKTIF TEORI CONTOH 4 SIMPULAN 5 LATIHAN

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas perencanaan dan pembuatan dari alat yang akan dibuat yaitu Perencanaan dan Pembuatan Pengendali Suhu Ruangan Berdasarkan Jumlah Orang ini memiliki 4 tahapan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berinteraksi dengan mudah dan interaksi dengan masyarakat umum juga menjadi

BAB II LANDASAN TEORI. berinteraksi dengan mudah dan interaksi dengan masyarakat umum juga menjadi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Bahasa Isyarat Abjad Bahasa isyarat adalah media komunikasi bagi para penderita tuna-rungu agar dapat berinteraksi dengan para penderita tuna-rungu lainnya dan manusia normal,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Umum Robot merupakan kesatuan kerja dari semua kerja perangkat penyusunnya. Perancangan robot dimulai dengan menggali informasi dari berbagai referensi, temukan ide,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Dalam bab ini akan dibahas mengenai proses perancangan mekanik pintu gerbang otomatis serta penyusunan rangkaian untuk merealisasikan sistem alat. Dalam hal ini sensor

Lebih terperinci

PROTOTIPE PENJEMUR PAKAIAN OTOMATIS BERBASIS ARDUINO UNO

PROTOTIPE PENJEMUR PAKAIAN OTOMATIS BERBASIS ARDUINO UNO PROTOTIPE PENJEMUR PAKAIAN OTOMATIS BERBASIS ARDUINO UNO Ahmad Rofiq Hakim 1), Siti Lailiyah 2), Fachrul Arland Suntoro 3) Teknologi Informasi, Politeknik Negeri Samarinda 1) Teknik Informatika, STMIK

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK

BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK 4.1 Rangkaian Pengontrol Bagian pengontrol sistem kontrol daya listrik, menggunakan mikrokontroler PIC18F4520 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 30. Dengan osilator

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK 4.1 Pengukuran Alat Pengukuran dilakukan untuk melihat apakah rangkaian dalam sistem yang diukur sesuai dengan spesifikasi

Lebih terperinci

Antarmuka LCD pada DST-AVR

Antarmuka LCD pada DST-AVR Antarmuka LCD pada DST-AVR M1632 adalah merupakan modul LCD dengan tampilan 16 x 2 baris dengan konsumsi daya yang rendah. Modul ini dilengkapi dengan mikrokontroler yang didisain khusus untuk mengendalikan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560 Oleh : Andreas Hamonangan S NPM : 10411790 Pembimbing 1 : Dr. Erma Triawati Ch, ST., MT. Pembimbing 2 : Desy Kristyawati,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 BLOCK DIAGRAM Dalam bab ini akan dibahas perancangan perangkat keras dan perangkat lunak dari sistem kendali kecepatan robot troli menggunakan fuzzy logic. Serta latar belakang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Sejarah Analisis Jalr Teknik analisis jalr yang dikembangkan oleh Sewal Wright di tahn 1934, sebenarnya merpakan pengembangan korelasi yang dirai menjadi beberapa interpretasi akibat

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN TEORI

BAB III PENDEKATAN TEORI 9 BAB III PENDEKAAN EORI 3.1. eknik Simlasi CFD Comptational Flid Dnamics (CFD) adalah ilm ang mempelajari cara memprediksi aliran flida, perpindahan panas, rekasi kimia, dan fenomena lainna dengan menelesaikan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 31 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Air ditampung pada wadah yang nantinya akan dialirkan dengan menggunakan pompa. Pompa akan menglirkan air melalui saluran penghubung yang dibuat sedemikian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat. Perancangan tersebut mulai dari: blok diagram sampai dengan perancangan rangkaian elektronik, sebagai penunjang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Sistem Kontrol Robot. Gambar 3.1. Blok Diagram Sistem

BAB III PERANCANGAN Sistem Kontrol Robot. Gambar 3.1. Blok Diagram Sistem BAB III PERANCANGAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan sistem yang meliputi sistem kontrol logika fuzzy, perancangan perangkat keras robot, dan perancangan perangkat lunak dalam pengimplementasian

Lebih terperinci

Model Hidrodinamika Pasang Surut Di Perairan Pulau Baai Bengkulu

Model Hidrodinamika Pasang Surut Di Perairan Pulau Baai Bengkulu Jrnal Gradien Vol. No.2 Jli 2005 : 5-55 Model Hidrodinamika Pasang Srt Di Perairan Pla Baai Bengkl Spiyati Jrsan Fisika, Fakltas Matematika dan Ilm Pengetahan Alam, Universitas Bengkl, Indonesia Diterima

Lebih terperinci

URUNAN PARSIAL. Definisi Jika f fungsi dua variable (x dan y) maka: atau f x (x,y), didefinisikan sebagai

URUNAN PARSIAL. Definisi Jika f fungsi dua variable (x dan y) maka: atau f x (x,y), didefinisikan sebagai 6 URUNAN PARSIAL Deinisi Jika ngsi da ariable maka: i Trnan parsial terhadap dinotasikan dengan ata dideinisikan sebagai ii Trnan parsial terhadap dinotasikan dengan ata dideinisikan sebagai Tentkan trnan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Sistem berikut: Secara umum sistem yang dibangun dijelaskan dalam diagram blok sistem 6 1 Baterai Sensor: - GPS 2 Sensor Suhu dan Kelembapan 4 Mikrokontroler

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAK PADA PLATFORM ROBOT PENGANGKUT

PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAK PADA PLATFORM ROBOT PENGANGKUT PERANCANGAN SISTEM KENDALI GERAK PADA PLATFORM ROBOT PENGANGKUT Ripki Hamdi 1, Taufiq Nuzwir Nizar 2 1,2 Jurusan Teknik Komputer Unikom, Bandung 1 qie.hamdi@gmail.com, 2 taufiq.nizar@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada blok diagram tersebut antara lain adalah webcam, PC, microcontroller dan. Gambar 3.1 Blok Diagram

BAB III METODE PENELITIAN. pada blok diagram tersebut antara lain adalah webcam, PC, microcontroller dan. Gambar 3.1 Blok Diagram BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Penelitian Pengerjaan Tugas Akhir ini dapat terlihat jelas dari blok diagram yang tampak pada gambar 3.1. Blok diagram tersebut menggambarkan proses dari capture gambar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISEM 3.1. Perancangan Perangkat Keras Blok diagram yang dibuat pada perancangan tugas akhir ini secara keseluruhan dapat dilihat pada gambar 3.1. Keypad Sensor 1 Sensor 2 Sensor 3

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENGUJIAN AN ANALISA ATA Pada bab ini akan dibahas tentang pengujian dan pengoperasian Sistem Pendeteksi Kebocoran Gas pada Rumah Berbasis Layanan Pesan Singkat yang telah selesai dirancang. Pengujian

Lebih terperinci