ANALISIS STRUKTUR SEKTOR PERTANIAN INDONESIA: ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS STRUKTUR SEKTOR PERTANIAN INDONESIA: ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT"

Transkripsi

1 ANALISIS STRUKTUR SEKTOR PERTANIAN INDONESIA: ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT Euphrasa Susy Suhendra Unverstas Gundarma Jl. Margonda Raya 100, Depok Emal : susys@staff.gunadarma.ac.d ABSTRAK Dalam tga dekade terakhr, pembangunan nasonal mentkberatkan pada sektor manufaktur, sementara sektor pertanan yang sampa saat n mash merupakan tumpuan hdup masyarakat pada umumnya hanya dposskan sebaga sektor pendukug. Sebaga sektor yang mash dapat menunukkan pertumbuhan yang postf pada masa krss yang menmpa Indonesa, maka perlu dpertmbangkan untuk lebh mentkberatakn kebakan pembangunan nasonalnya pada sektor pertanan. Artkel n mengu struktur dar sektor pertanan Indonesa, yang dapat menggambarkan keterkatan antara subsektor-subsektor yang ada d sektor pertanan Indonesa secara lebh mendetal, bak keterkatan kedepan/forward lnkage (deraat kepekaan) maupun keterkatan ke belakang/backward lnkage (daya penyebaran). Hasl yang ddapatkan menunukkan dengan memperhatkan analss keterkatan maka dapat terlhat adanya subsektor-subsektor yang dapat menad subsektor-subsektor andalan karena menmbulkan dampak yang cukup nyata bag keterkatan antara subsektor-subsektor pertanan, sehngga kebakan pembangunan khususnya d sektor pertanan dapat lebh terarah. Kata Kunc : nput-output,deraat kepekaan, daya penyebaran. PENDAHULUAN D banyak negara, sektor pertanan yang berhasl merupakan prasyarat bag pembangunan sektor ndustr dan asa. Para perancang pembangunan Indonesa pada awal Orde Baru menyadar benar hal tersebut, sehngga pembangunan angka panang drancang secara bertahap. Pada tahap pertama pembangunan dttkberatkan pada pembangunan sektor pertanan dan ndustr penghasl sarana produks pertanan. Pada tahap kedua, pembangunan dttkberatkan pada ndustr pengolahan penunang sektor pertanan (agrondustr) yang selanutnya secara bertahap dalhkan pada pembangunan ndustr mesn dan logam. Rancangan pembangunan sepert demkan, dha- SUHENDRA, ANALISIS STRUKTUR 55

2 rapkan dapat membentuk struktur perekonoman Indonesa yang seras dan sembang, tangguh menghadap geolak nternal dan ekternal. Era globalsas yang akan datang memberkan peluang bag sektor pertanan untuk berkembang lebh cepat, tetap sekalgus memberkan tantangan baru karena komodtas pertanan harus mempunya keunggulan daya sang dan kemandran produk pertanan sedemkan rupa sehngga produk pertanan mampu bersang d pasar domestk maupun nternasonal. Berdasarkan kenyataan tersebut, banyak ahl ekonom pertanan Indonesa, mendesak agar sektor pertanan berperan kembal sebaga motor penggerak pembangunan. Hal n terlhat bahwa sektor pertanan mash memperlhatkan pertumbuhan yang postf pada saat Indonesa sedang dlanda krss moneter Agar pertanan dapat berkontrbus dalam perekonoman nasonal, menghadap dnamka globalsas dan perdagangan bebas dperlukan suatu perencanaan nasonal dengan pemlhan atas dasar prortas dan sasaran dar program pembangunan pertanan. Salah satu aspek yang cukup menentukan keberhaslan pembangunan adalah penyebaran nvestas yang sesua dengan lokas dan konds masyarakat. Investas yang dtanamkan pada sektor pertanan dharapkan mampu mendorong kenakan output dan permntaan nput sehngga berpengaruh terhadap kenakan pendapatan dan perluasan kesempatan kera yang selanutnya dapat mendorong pertumbuhan ekonom dan mempercepat pemulhan ekonom. KERANGKA KONSEPTUAL Pada umumnya memang negara berkembang yang mempunya sumber daya alam yang cukup berlmpah, sepert Indonesa, mengngnkan pertumbuhan ekonom yang tngg tampa memperhatkan konds geografs dan sosal yang ada. Sepert dungkapkan pada teor Fe dan Rans, yang merupakan penyempurnaan dar teor Lews mengena tenaga buruh. Mereka memberkan penelasan memuaskan tentang pertumbuhan sektor pertanan yang dapat merupakan sektor unggulan untuk beranak dar keadaan stagnas ke arah pertumbuhan swadaya (Jhngan, 2003). Untuk tu Adelman (1984) menawarkan konsep Agrcultural Demand Led Industralzaton, sebaga alternatve untuk menggantkan strateg ELI dan SI d negara berkembang. Konsep ADLI yang dtawarkan Adelman perlunya sektor pertanan dadkan bass dalam pembangunan nasonal. Investas d sektor pertanan perlu mendapatkan prortas utama untuk membantu menngkatkan produktvtas petan kecl dan menengah. Investas n dapat dalam bentuk perbakan dan pembangunan sstem rgas, kemudahan dalam mendapatkan kredt usaha tan, pengenalan teknolog baru khususnya bbt unggul dan pupuk. Pembangunan sarana transportas untuk mendekatkan petan dengan pasar dan kontrol terhadap mekansme pasar agar petan dapat 56 JURNAL EKONOMI & BISNIS NO. 2, Jld 9, Tahun 2004

3 memperoleh harga yang waar(el- Sad M, 2001). Kesemuanya tu tdak hanya akan memberkan dampak yang postf terhadap sektor pertanan tu sendr tetap uga terhadap proses menuu ndustralsas. Penngkatan pendapatan masyarakat pedesaan pada akhrnya akan sangat efektf untuk mendorong penngkatan permntaan barang manufaktur yang dproduks d dalam neger. Dengan demkan keterbatasan devsa yang seharsnya dgunakan untuk mengmpor bahan makanan dapat dgunakan untuk menngkatkan kapastas produks pertanan d dalam neger. Selanutnya, penngkatan produktvtas sektor pertanan akan mendorong penngkatan permntaan nput pertanan sepert pupuk, pestsda, dan alat-alat pertanan. Namun yang lebh pentng adalah dampak terhadap sektor ndustr lannya. Katan yang sangat fleksbel bak ke belakang (nput) maupun ke depan (output) dar sektor pertanan nlah yang menyebabkan sektor pertanan dtetapkan sebaga leadng sektor dalam proses ndustralsas oleh Adelman dalam konsep ADLI. Oleh karena tu, mengngat sumbangan sektor pertanan terhadap kesempatan kera dan pendapatn bag sebagan besar penduduk d negara berkembang sangat besar, maka untuk mengatas tga permasalahan structural ekonom negara berkembang sepert Indonesa yatu kesenangan produktftas pertanan dan non pertanan, pengangguran dan defst neraca pembayaran, haruslah dmula dengan mengakseleras pembangunan sektor pertanan. Secara lebh rnc beberapa pertmbangan tentang pentngnya mengakseleras sektor pertanan d Indonesa dkemukakan oleh Smatupang (1997) a. Sektor pertanan mash tetap sebaga penyerap tenaga kera, sehngga akseleras pembangunan sektor pertanan akan membantu mengatas masalah penggangguran. b. Sektor pertanan merupakan penopang utama perekonoman desa dmana sebagan besar penduduk berada. Oleh karena tu, akseleras pembangunan pertanan palng tepat untuk mendorong perekonoman desa dalam rangka menngkatkan pendapatan sebagan besar penduduk Indonesa dan sekalgus pengentasan kemsknan. c. Sektor pertanan sebaga penghasl makanan pokok penduduk, sehngga dengan akseleras pembangunan pertanan maka penyedaan pangan dapat teramn. Langkah n pentng untuk mengurang ketergantungan pangan pada pasar duna. d. Harga produk pertanan memlk bobot yang besar dalam ndeks harga konsumen sehngga dnamkanya amat berpengaruh terhadap lau nflas. Oleh karena tu, ekseleras pembangunan pertanan akan membantu menaga stabltas perekonoman Indonesa. SUHENDRA, ANALISIS STRUKTUR 57

4 e. Akseleras pembangunan pertanan sangatlah pentng dalam rangka mendorong ekspor dan mengurang mpor produk pertanan, sehngga dalam hal n dapat membantu menaga kesembangan neraca pembayaran. f. Akseleras pembangunan pertanan mampu menngkatkan knera sektor ndustr. Hal n karena terdapat keterkatan yang erat antara sektor pertanan dengan sektor ndustr yang melput keterkatan produk, konsums dan nvestas. Peneltan yang telah dlakukan oleh Roberts (1998), dan El-Sad (2001) menunukkan bahwa keterkatan antara sektor pertanan dengan sektor ndustr tdak hanya keterkatan produk, tetap ada meda keterkatan lannya yatu keterkatan konsums, nvestas dan tenaga kera yang mampu menelaskan secara lebh menyeluruh mengena keterkatan kedua sektor tersebut. Oleh karena tu, maka krtera yang dcptakan Hrschman untuk menentukan sektor kunc tdak mampu mengartkulaskan potens keterkatan sektor pertanan dengan ndustr. Hasl peneltan Roberts (1998) menunukkan bawa (a) semakn tngg output sektor pertanan maka semakn tngg pula pengeluaran untuk komodtas bukan pangan (nonfood) dan pengeluaran untuk pakaan; (b) semakn tngg pendapatan rumah tangga maka semakn tngg pula smpangan (savngs) rumah tangga. Fakta tersebut menunukkan bahwa potens keterkatan sektor pertanan berada pada keterkatan konsums dan nvestas dmana kedua keterkatan tersebut tdak dpunya oleh sektor ndustr. Oleh karena tu, krtera penentuan sektor kunc perlu dtambah dengan keterkatan konsums dan nvestas. Dengan keterkatan produk, konsums dan nvestas pastlah sektor pertanan akan terplh sebaga sektor kunc dalam akseleras pembangunan ekonom nasonal. Keterkatan konsums berasal dar nla tambah yang dperoleh dar suatu sektor dgunakan untuk membel produk ndustr lan dalam rangka memenuh kebutuhan konsums rumah tangga. Dengan kata lan, keterkatan konsums merupakan pencptaan permntaan produk yang dhaslkan oleh berbaga ndustr. Adanya permntaan tersebut merupakan faktor utama penngkatan permntaan nvestas. Oleh karena tu, keterkatan konsums uga merupakan pencpta artkulas antar sektor. METODE ANALISIS Peneltan n menggunakan pendekatan Input Output, dengan menggunakan analss keterkatan bak kedepan maupun ke belakang yang dgunakan untuk mengetahu sturktur dalam subsektor pertanan Indonesa berdasarkan data Input-Output tahun Backward Lnkages (katan ke belakang) dan Forward Lnkages (katan ke depan) adalah alat analss yang dgunakan untuk mengetahu tngkat keterkatan suatu sektor terhadap sektor/sub-sub sektor lan- 58 JURNAL EKONOMI & BISNIS NO. 2, Jld 9, Tahun 2004

5 nya dalam suatu perekonoman. Katan ke belakang merupakan alat analss untuk mengetahu deraat keterkatan suatu sektor terhadap sektor-sektor lan yang menyumbangkan nput kepadanya. Katan ke depan merupakan alat analss untuk mengetahu deraat keterkatan antara suatu sektor yang menghaslkan output, untuk dgunakan sebaga nput bag sektor-sektor yang lan. Pendekatan Input-Output menggunakan analss antar sektor. Model n dbangun berdasarkan neraca komodtas sebaga berkut: Q = n = 1 Z + F (1) dmana : Q = Nla output sektor Z = Nla output sektor yang F dgu-nakan dalam proses produks sector = Nla permntaan akhr terhadap sector n = Banyaknya sektor dalam perekonoman. Z tak lan alah permntaan nput langsung sektor yang merupakan output dar sektor. Dengan demkan Z = Z adalah permntaan total antar sektor terhadap output sektor. Oleh karena tu persamaan 3.1. tak lan alah dekomposs permntaan terhadap output sektor ( Q ) menad dua komponen yatu permntaan antar sektor ( Z = Z ) dan permntaan akhr ( F ). Asums selanutnya adalah, koefsen nput-output adalah tetap: a = Z / (2) Q a = nla output sector yang dgu-nakan untuk menghaslkan se-tap satu rupah nla produks sector. Apabla persamaan (2) dmasukkan ke dalam persamaan (1) maka akan dperoleh : Q = a Q + F (3) Persamaan 3. adalah sstem persamaan yang terdr dar n persamaan, d mana n adalah umlah sektor dalam perekonoman. Sepert yang telah dsebutkan, Z adalah permntaan nput langsung sektor yang merupakan output dar sektor. Dengan demkan Z merupakan smpul pengkat langsung sektor dengan sektor. Oleh karena tu a tak lan alah pengganda langsung sector terhadap sector. Oleh karena tu Z = Z = aq adalah total permntaan nput langsung sector dar seluruh sector-sektor lannya. Oleh karena katan antar sector tersebut muncul melalu kebutuhan nput sector dar sectorsektor lannya, maka Z dsebut pula katan antar sector langsung ke belakang (Panchamukh, 1975). Dalam bentuk ndeks katan langsung ke belakang (drect backward SUHENDRA, ANALISIS STRUKTUR 59

6 lngkage) tersebut dapat dtuls sebaga berkut: U = U = Q Z = = 1 a katan langsung ke belakang. Dengan cara yang sama, ddapat bahwa Z = Z adalah total produk I yang langsung dgunakan sebaga nput bag seluruh sector dalam perekonoman. Oleh karena tu, Z serngkal dsebut sebaga katan langsung ke depan. Dalam ukuran ndeks, katan langsung ke depan sector I (drect forward lngkage) dhtung sebaga berkut. Z W = = a Q = 1 W = katan langsung ke depan ANALISIS STRUKTUR SEKTOR PERTANIAN Keterkatan ke depan serng dsebut uga sebaga deraat kepekaan dan keterkatan ke belakang sebaga daya penyebaran. Sektor yang mempunya deraat kepekaan tngg memberkan ndkas bahwa sektor tersebut mempunya keterkatan ke depan atau daya dorong yang cukup kuat dbandngkan terhadap sektor lannya, sedangkan sektor yang mempunya daya penyebaran tngg berart sektor tersebut mempunya ketergantungan yang tngg terhadap sektor lannya. Indeks daya penyebaran memberkan ndkas bahwa sektor-sektor yang mempunya ndeks daya penyebaran lebh besar dar 1, menunukkan daya penyebarannya d atas rata-rata daya penyebaran secara keseluruhan. Pengertan yang sama uga berlaku untuk ndeks deraat kepekaan. Berdasarkan Tabel 1. Terlhat sektor pemotongan hewan mempunya daya penyebaran tertngg d Indonesa dengan nla 1,9420, sedangkan sektor tanaman ub-uban mempunya daya penyebaran terrendah dengan nla 1,0789. Angka tersebut mempunya art bahwa kenakan satu unt output sektor pemotongan hewan dan tanaman ububan akan membutuhkan output sektor lannya sebaga nput sebesar 1,9420 unt dan 1,0789 unt masngmasng untuk sektor pemotongan hewan dan tanaman ub-uban. 60 JURNAL EKONOMI & BISNIS NO. 2, Jld 9, Tahun 2004

7 Tabel 1. Indeks Daya Penyebaran Sektor Pertanan d Indonesa, Daya Penyebaran Kode Sektor Jumlah Indeks 19 Pemotongan hewan 1,9420 1, Unggas dan hasl-haslnya 1,8904 1, Tembakau 1,5891 1, Peternakan 1,4654 1, Kop 1,4442 1, Kelapa sawt 1,4342 1, Karet 1,3477 1, Tan lannya 1,3437 1, Tebu 1,3352 1, Tan.Perkebunan lannya 1,3322 1, Perkanan 1,3031 0, Kayu 1,2742 0, Kelapa 1,2382 0, Hasl hutan lannya 1,2235 0, Pad 1,2053 0, Jagung 1,1935 0, Teh 1,1920 0, Tanaman bahan makanan lan 1,1899 0, Cengkeh 1,1855 0, Tan.Kacang2an 1,1847 0, Hasl tanam. serat 1,1167 0, Sayuran dan Buahan 1,1155 0, Tanaman ub-uban 1,0789 0, Sumber : Tabel Input-Output 2000 (dolah) Selanutnya, dar tabel 2. terlhat bahwa sektor tanaman lannya ternyata mempunya deraat kepekaan tertngg dengan nla 2,8280, sedangkan sektor sayuran dan buahan mempunya deraat kepekaan yang terendah dengan nla 1,1337. Sektor lan yang mempunya deraat kepekaan d atas rata-rata deraat kepekaan secara keseluruhan adalah sektor kelapa sawt, kop, karet, tebu,teh dengan nla masng-masng 2,6673; 2,6664 ; 2,6496; 2,5670. Interpretas dar angka tersebut adalah kenakan satu unt output sektor n akan menngkatkan output sektor-sektor lannya (termasuk sektornya sendr) yang menggunakan output sektor n sebaga nputnya sebesar 2,8280; 2,6673; 2,6664; 2,6496; 2,5670 unt masng-masng untuk sektor tanaman lannya, kelapa sawt, kop, karet, tebu dan teh. Dengan kata lan, satu unt sektor tanaman lan dgunakan sebaga nput sektor lan sebesar 2,8280 unt, kemudan secara smultan penngkatan sektor pengguna tersebut memcu penggunaan output sektor pengguna sebaga nput sektor lan sebesar 2,8280 unt. SUHENDRA, ANALISIS STRUKTUR 61

8 Tabel 2. Indeks Deraat Kepekaan Sektor Pertanan d Indonesa, Deraat Kepekaan Kode SEKTOR Jumlah Indeks 17 Tan lannya 2,8280 1, Kelapa sawt 2,6673 1, Kop 2,6664 1, Karet 2,6496 1, Tebu 2,5670 1, Teh 2,4247 1, Tanaman bahan makanan lan 2,4116 1, Pad 2,1825 1, Kayu 2,1803 1, Peternakan 2,1679 1, Cengkeh 2,0554 1, Tembakau 1,9921 0, Kelapa 1,9071 0, Hasl tanam. serat 1,9040 0, Jagung 1,8848 0, Tan.Kacang2an 1,7859 0, Hasl hutan lannya 1,7245 0, Tan.Perkebunan lannya 1,5607 0, Unggas dan hasl-haslnya 1,5104 0, Perkanan 1,3687 0, Pemotongan hewan 1,3662 0, Tanaman ub-uban 1,2931 0, Sayuran dan Buahan 1,1337 0, Sumber : Tabel Input-Output 2000 (dolah) Berdasarkan hasl pengolahan data I-O tahun 2000, dapat dsusun suatu matrks 4 dmens, dengan klasfkas sebaga berkut: (1) mempunya daya penyebaran dan deraat kepekaan yang tngg: (2) mempunya daya penyebaran tngg dan deraat kepekaan yang rendah; (3) mempunya daya penyebaran rendah dan deraat kepekaan yang tngg; (4) mempunya daya penyebaran dan deraat kepekaan yang rendah. Klasfkas tngg berdasarkan angka sektoralnya melebh angka rata-rata keseluruhan sub sektor keseluruhan dalam perekonoman. Klasfkas rendah apabla angka katan sektoralnya lebh rendah dbandng angka ratarata keseluruhan subsektor dalam perekonoman. Matrks tersebut dsakan pada tabel 3. Dar tabel tersebut dapat dtark suatu pola keterkatan sebaga berkut : 1. Sektor pertanan yang mempunya deraat kepekaan dan daya penyebaran yang tngg adalah Peternakan, kop, kelapa sawt, karet, tebu, tanaman lannya. Penngkatan nvestas d subsektorsubsektor n akan memberkan dampak yang luas tdak hanya terhadap sektor nput namun uga sektor outputnya. Tnggnya daya penyebaran menunukkan tnggnya penyebaran dampak perubahan dar subsektor tersebut terhadap subsektor lannya, yang berada dalam ndustr yang 62 JURNAL EKONOMI & BISNIS NO. 2, Jld 9, Tahun 2004

9 lebh hulu (subsektor nput). Output dar subsektor-subsektor n akan menad nput bag subsektor lan yang lebh hlr. 2. Sektor pertanan yang mempunya deraat kepekaan tngg namun daya penyebaran yang rendah adalah pad, kayu, teh, cengkeh, tanaman bahan makanan. Terbukt bahwa yang termasuk klasfkas n adalah sektor pertanan prmer, yang umumnya mash dolah lebh lanut oleh sektor ndustr manufaktur, khususnya ndustr pengolah hasl pertanan. Dengan demkan, subsektor-subsektor n peka terhadap perubahan subsektor lannya sebaga akbat perubahan permntaan akhr terhadap masng-masng subsektor tersebut. Sementara tu perubahan permntaan akhr terhadap subsektor-subsektor n tdak banyak dampaknya terhadap subsektor lannya karena daya penyebaran yang rendah. 3. Sub sektor pertanan yang mempunya daya penyebaran yang tngg dan deraat kepekaan yang rendah adalah pemotongan hewan, unggas dan haslnya, tembakau dan hasl tanaman perkebunan lannya. Dengan nla daya penyebaran yang tngg, subsektor pertanan n dharapkan dapat dadkan prortas dalam pembangunan pertanan dan pertumbuhan ekonom d pedesaan. Investas d sektor n akan menumbuhkan subsektor hulu, khususnya sektor pertanan. 4. Sub sektor pertanan yang mempunya daya penyebaran yang rendah dan deraat kepekaan yang rendah adalah agung, tanaman kacang-kacangan, hasl tanaman serat, sayuran dan buahan, tanaman ub-uban, perkanan, kelapa. Subsektor-subsektor n tdak peka terhadap perubahan subsektor lannya sehngga sult dandalkan untuk menumbuhkan subsektor lannya ka nvestas dtanamkan d subsektor-subsektor n. Tabel 3. Matrks sektor berdasarkan Daya Penyebaran dan Deraat Kepekaan d Indonesa, 2000 Daya Penyebaran Tngg Rendah Deraat Kepekaan Tngg Peternakan Kop Kelapa sawt Karet Tanaman lannya Tebu Kayu Pad Teh Tanaman Bahan Makanan Cengkeh Rendah Pemotongan hewan Unggas dan haslnya Tembakau Tanaman perkebunan lan Perkanan Kelapa Hasl hutan Jagung Tanaman kacang-kacangan Hasl tanaman serat Sayuran dan buahan SUHENDRA, ANALISIS STRUKTUR 63

10 Sumber : Tabel Input-Output 2000 (dolah) PENUTUP Dar hasl analss struktur sektor pertanan dapat dtark penemuan utama dar peneltan n sebaga berkut: 1. Dlhat dar katan ke belakangnya atau daya penyebarannya yang tngg sekalgus katan ke depannya atau deraat kepekaan yang tngg, maka subsektor-subsektor peternakan, kop, kelapa sawt, karet, tebu dan tanaman lannya merupakan subsektor-subsektor yang menempat poss tersebut berdasarkan data tahun Apabla dngkan keterkatan antar sektor yang semakn kuat, maka pengembangan subsektorsubsektor d atas merupakan plhan yang palng tepat. 2. Subsektor-subsektor pertanan yang mempunya daya penyebaran dan deraat kepekaan yang rendah adalah subsektor perkanan, kelapa, hasl hutan, agung, kacang-kacangan, tanaman serat, ub-uban, sayuran dan buahan. Subsektor-subsektor tersebut secara data emprs menunukkan ketdakpekaan terhadap perubahan subsektor lannya dan uga tdak dapat dandalkan untuk menumbuhkan subsektor-subsektor lannya bla nvestas dtngkatkan. Dengan hasl tersebut, maka perlu uga dtelaah lebh lanut, kesenangan dan masalah yang terad pada subsektor-subsektor pertanan yang mempunya daya penyebaran dan deraat kepekaan yang Tanaman ub-uban rendah, sehngga optmalsas tetap dapat dlakukan. Dar hasl stud n dapatlah dtark suatu mplkas kebakan sebaga berkut : 1. Walaupun proses transformas struktural telah terad d Indonesa, d mana kontrbus sektor pertanan telah dgantkan oleh sektor ndustr, namun sebagan besar penduduk Indonesa mash menggantungkan hdupnya dengan bekera d sektor pertanan dan sektor pertanan mash memberkan pertumbuhan yang postf dkala krss moneter melanda negr n, pengembangan ndustr mash perlu memperhatkan strateg pengembangan keterkatan antara subsektorsubsektor pertanan, sehngga sektor pertanan dapat menad penopang yang tangguh untuk dapat menad landasan bag sektor ndustr yang lebh berkembang. 2. Dengan dperolehnya subsektorsubsektor unggulan yang mempunya keterkatan yang tngg, maka perlu uga dkut dengan dentfkas penentuan prortas daerah dan komodtas pertanan yang hendak dkembangkan lebh lanut. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statstk Kerangka Teor dan Analss Tabel Input-Output. Badan Pusat Statstka. Jakarta. 64 JURNAL EKONOMI & BISNIS NO. 2, Jld 9, Tahun 2004

11 Bulmer, T Input Output Analyss n Developng Countres: Sources, Methods and Applcatons. John Wesley & Sons Ltd. New York. NY. USA. El-Sad, M., H. Lofgren, Sherman Robnson The Impact of Alternatve Development Strateges on Growth and Dstrbuton Smulatons wth a Dynamc Model for Egypt. Workng Paper. Trade and Macroeconomcs Dvson Research Insttute. Washngton DC. USA. Jhngan, M. L Ekonom Pembangunan dan Perencanaan. PT. Raa Grafndo Persada. Jakarta. Indonesa. Roberts Bran. and Robert J. Stmson Mult Sectoral Qualtatve Analyss: a Tool for Assessng The Compettveness of regons and Formulatng Strateges for Economc Development. The Annals of Regonal Scence 1998, Vol. 32. pp Smatupang, P Akseleras Pembangunan Pertanan dan Pedesaan Melalu Strateg Keterkatan Berspektrum Luas. Pusat Peneltan Sosal Ekonom. Bogor. Indonesa. Smatupang, P Reposs Sektor Pertanan sebaga Andalan Pembangunan Ekonom Indonesa: Konsep Dasar dan Argumen Teorts. Pusat Peneltan Sosal Ekonom Bogor. Indonesa. SUHENDRA, ANALISIS STRUKTUR 65

Peranan Sektor Pariwisata dalam Pertumbuhan Ekonomi Makro Propinsi Bali dengan Pendekatan Input-Output

Peranan Sektor Pariwisata dalam Pertumbuhan Ekonomi Makro Propinsi Bali dengan Pendekatan Input-Output Peranan Sektor Parwsata dalam Pertumbuhan Ekonom Makro Propns Bal dengan Pendekatan Input-Output E. Susy Suhendra 1 Toto Sugharto 2 Teddy Oswar 3 Fakultas Ekonom, Unverstas Gunadarma, Jakarta 1 (susys@staff.gunadarma.ac.d),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian 33 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokas dan Waktu Peneltan Lokas peneltan adalah Kabupaten Maalengka, Provns Jawa Barat yang secara geografs terletak pada koordnat 6 0 36-7 0 03 Lntang Selatan dan 108 0 03-108

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

DINAMIKA KETERKAITAN SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA, : Pendekatan Rasmussen's Dual Criterion ABSTRAK

DINAMIKA KETERKAITAN SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA, : Pendekatan Rasmussen's Dual Criterion ABSTRAK J. Bak dan Rset Sosek KP. Vol.5 No.1, 2010 97 DINAMIKA KETERKAITAN SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA, 1995-2005: Pendekatan Rasmussen's Dual Crteron 1 Taern, Manadyanto dan Sastrawdaa

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL EXPORT COMPETITIVENESS ANALYSIS OF NATURAL RUBBER INDONESIA IN THE INTERNATIONAL MARKET Yog Rahmad Syahputra 1, Suard

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI EKSPOR SEKTOR PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL: ANALISIS INPUT OUTPUT. Oleh: Risna Yusuf dan Tajerin *

KONTRIBUSI EKSPOR SEKTOR PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL: ANALISIS INPUT OUTPUT. Oleh: Risna Yusuf dan Tajerin * J. Bjak dan Rset Sosek KP. Vol.2 No.1, 2007 35 KONTRIBUSI EKSPOR SEKTOR PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL: ANALISIS INPUT OUTPUT Oleh: Rsna Yusuf dan Tajern * ABSTRACT Kajan n bertujuan mengetahu sejauhmana

Lebih terperinci

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a Lecture 2: Pure Strategy A. Strategy Optmum Hal pokok yang sesungguhnya menad nt dar teor permanan adalah menentukan solus optmum bag kedua phak yang salng bersang tersebut yang bersesuaan dengan strateg

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

PEMILIHAN LAHAN TERBAIK UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING

PEMILIHAN LAHAN TERBAIK UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING Semnar Nasonal Inovas Dan Aplkas Teknolog D Industr 2017 ISSN 2085-4218 ITN Malang, 4 Pebruar 2017 PEMILIHAN LAHAN TERBAIK UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING Helza

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. pendapatan (factorial distribution dan income distribution), dan pengaruh dari

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. pendapatan (factorial distribution dan income distribution), dan pengaruh dari BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kerangka Sederhana SNSE Matrks SNSE dapat menggambarkan keterkatan antar sektor, dstrbus pendapatan (factoral dstrbuton dan ncome dstrbuton), dan pengaruh dar konsums,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya Vol. 8, No., 9-101, Januar 01 Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsums Rumah Tangga d Provns Sulawes Selatan dengan Elaststasnya Adawayat Rangkut Abstrak Seleks kurva pengeluaran konsums masyarakat Sulawes

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 42 III METODE PENELITIAN 31 Kerangka Pemkran Wlayah perbatasan merupakan wlayah yang unk karena aktvtas masyarakatnya selalu dpengaruh oleh negara lannya sebagamana dkemukakan Bappenas (2005) bahwa permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR Margaretha Ohyver Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, Bnus Unversty Jl. Kh.Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta 480 ethaohyver@bnus.ac.d,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

PENELUSURAN KERAGAMAN DALAM BLOK PADA RANCANGAN ACAK KELOMPOK DENGAN INTERGRADIEN. Rita Rahmawati Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

PENELUSURAN KERAGAMAN DALAM BLOK PADA RANCANGAN ACAK KELOMPOK DENGAN INTERGRADIEN. Rita Rahmawati Program Studi Statistika FMIPA UNDIP PENELUSURAN KERAGAMAN DALAM BLOK PADA RANCANGAN ACAK KELOMPOK DENGAN INTERGRADIEN Rta Rahmawat Program Stud Statstka FMIPA UNDIP Abstrak Dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL), asums terpentng adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

PENGURUTAN DATA. A. Tujuan

PENGURUTAN DATA. A. Tujuan PENGURUTAN DATA A. Tuuan Pembahasan dalam bab n adalah mengena pengurutan data pada sekumpulan data. Terdapat beberapa metode untuk melakukan pengurutan data yang secara detl akan dbahas ddalam bab n.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Masalah Transportas Jong Jek Sang (20) menelaskan bahwa masalah transportas merupakan masalah yang serng dhadap dalam pendstrbusan barang Msalkan ada m buah gudang (sumber) yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

III. KERANGKA TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 46 III. KERANGKA TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTEI 3.. Kerangka Teor 3... Tabel Input-Output, Perekonoman Wlayah dan Industr Tabel Input-Output (Tabel I-O) telah dkenal sejak pertengahan abad ke-8,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN NILAI TAMBAH KELAPA RAKYAT (Studi kasus di 3 kecamatan di Kabupaten Halmahera Utara)

ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN NILAI TAMBAH KELAPA RAKYAT (Studi kasus di 3 kecamatan di Kabupaten Halmahera Utara) ANALISIS PRODUKTIVITAS DAN NILAI TAMBAH KELAPA RAKYAT (Stud kasus d 3 kecamatan d Kabupaten Halmahera Utara) Polteknk Perdamaan Halmahera ABSTRACT ISSN : 1907-7556 The research amed to determne (1) coconut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Prosdng Semnar Nasonal Manajemen Teknolog III Program Stud MMTITS, Surabaya 4 Pebruar 2006 PENJADWALAN PRODUKSI d PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Mohammad Khusnu Mlad, Bobby Oedy P. Soepangkat, Nurhad Sswanto

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN (THE ANALYSIS OF ADDED VALUE AND INCOME OF HOME INDUSTRY KEMPLANG BY USING FISH AND TAPIOCA AS

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi LAPORAN PENELITIAN Pola Kecenderungan Penempatan Kunc Jawaban Pada Soal Tpe-D Melengkap Berganda Oleh: Drs. Pramono Sd Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Me 1990 RINGKASAN Populas yang dambl

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMASTER PERTAMA DENGAN MOTODE REGRESI LOGISTIK BINER

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMASTER PERTAMA DENGAN MOTODE REGRESI LOGISTIK BINER UNIVERSITAS DIPONEGORO 013 ISBN: 978-60-14387-0-1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMASTER PERTAMA DENGAN MOTODE REGRESI LOGISTIK BINER Saftr Daruyan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya arus reaktif. Harmonisa telah terbukti memiliki dampak kerusakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualtas daya lstrk sangat dpengaruh oleh penggunaan jens-jens beban tertentu sepert beban non lner dan beban nduktf. Akbat yang dtmbulkannya adalah turunnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Bangktan perjalanan (Trp generaton model ) adalah suatu tahapan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI Model Pembangunan Dua Sektor. Industrialisasi pertanian merupakan media transmisi yang tepat bagi proses

III. KERANGKA TEORI Model Pembangunan Dua Sektor. Industrialisasi pertanian merupakan media transmisi yang tepat bagi proses III. KERANGKA TEORI 3.1. Model Pembangunan Dua Sektor Industralsas pertanan merupakan meda transms yang tepat bag proses transformas struktural suatu perekonoman subssten ke perekonoman modern. Hal n tdak

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES 1 ABSTRAK

SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES 1 ABSTRAK SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES Harm Sugart Jurusan Statstka FMIPA Unverstas Terbuka emal: harm@ut.ac.d ABSTRAK Adanya penympangan terhadap asums

Lebih terperinci

PowerPoint Slides by Yana Rohmana Education University of Indonesian

PowerPoint Slides by Yana Rohmana Education University of Indonesian SIFAT-SIFAT ANALISIS REGRESI PowerPont Sldes by Yana Rohmana Educaton Unversty of Indonesan 2007 Laboratorum Ekonom & Koperas Publshng Jl. Dr. Setabud 229 Bandung, Telp. 022 2013163-2523 Hal-hal yang akan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR MINYAK SAWIT INDONESIA DAN MALAYSIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR MINYAK SAWIT INDONESIA DAN MALAYSIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING EKSPOR MINYAK SAWIT INDONESIA DAN MALAYSIA DI PASAR INTERNASIONAL Hag, Syaful Had, dan Erm Tety hagcasper@gmal.com / 085265459684 Fakultas Pertanan Unverstas Rau ABSTRACT The purpose

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. data, dan teknik analisis data. Kerangka pemikiran hipotesis membahas hipotesis BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN Pada bab n akan durakan kerangka pemkran hpotess, teknk pengumpulan data, dan teknk analss data. Kerangka pemkran hpotess membahas hpotess pengujan pada peneltan, teknk pengumpulan

Lebih terperinci

Oleh : Enny Supartini Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran

Oleh : Enny Supartini Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran Abstrak MENGESTIMASI BEBERAPA DATA HILANG (MISSING DATA) DAN ANALISIS VARIANS UNTUK RANCANGAN BLOK ACAK SEMPURNA Oleh : Enny Supartn Departemen Statstka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam, Unverstas

Lebih terperinci

Seemingly Unrelated Regression (SUR) Penderita Penyakit DBD RS. Wahidin Sudirohusodo Dan RS. Stella Maris Makassar

Seemingly Unrelated Regression (SUR) Penderita Penyakit DBD RS. Wahidin Sudirohusodo Dan RS. Stella Maris Makassar Vol. 3, o., -5, Jul 6 Seemngl Unrelated Regresson Penderta Penakt DBD RS. Wahdn Sudrohusodo Dan RS. Stella ars akassar A n s a Abstrak Hubungan antar varabel adalah salah satu hal ang selalu menark dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n akan menjelaskan latar belakang pemlhan metode yang dgunakan untuk mengestmas partspas sekolah. Propns Sumatera Barat dplh sebaga daerah stud peneltan. Setap varabel yang

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci