INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015"

Transkripsi

1

2 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015 No. ISBN ISBN Number : No. Publikasi Publication Number : Naskah Manuscript : Andi Ismoro Penulis Author : Andi Ismoro Penyunting Editor : Sunarto, S.Si, M.S.E Diterbitkan oleh Published by : Badan Pusat Statistik Kabupaten Gunungkidul BPS Statistics of Gunungkidul Regency Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya May be cited with reference to the source

3 SAMBUTAN Pembangunan Daerah merupakan suatu usaha yang sistematik dari berbagai pelaku, baik umum, pemerintah, swasta, maupun kelompok masyarakat lainnya pada tingkatan yang berbeda untuk menghadapi saling ketergantungan dan keterkaitan aspek fisik, sosial ekonomi dan aspek lingkungan lainnya sehingga peluang baru untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara berkelanjutan. Berbagai indikator kesejahteraan rakyat dapat digunakan untuk mengawasi, mengendalikan dan mengevaluasi keberhasilan pembangunan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satu upaya untuk melengkapi indikator dalam bidang kesejahteraan rakyat yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Gunungkidul adalah melalui penyusunan Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul Data yang disajikan dalam publikasi ini meliputi informasi dalam bentuk tabel, grafik, dan publikasi ini juga menganalisis secara sederhana data yang tersedia sebagai suatu bentuk ulasan terhadap pencapaian pembangunan daerah. Akhir kata kami sampaikan selamat bekerja dan sukses, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberi petunjuk dan bimbingan kepada kita sekalian. Amin. Wonosari, November 2016 Bappeda Kabupaten Gunungkidul Kepala, Ir. Syarief Armunanto, M.M NIP i

4 KATA PENGANTAR Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2015 merupakan publikasi tahunan yang menyajikan informasi berbagai indikator kesejahteraan rakyat di daerah ini. Publikasi ini sangat bermanfaat bagi birokrat, peneliti, pembuat kebijakan bahkan pihak swasta dalam rangka perencanaan, pengendalian dan evaluasi. Penerbitan publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2015 adalah hasil kerjasama antara Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Gunungkidul dengan Badan Perencanaan Daerah (Bappeda) Kabupaten Gunungkidul. Publikasi ini menyajikan statistik dan indikator kesejahteraan rakyat sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai dasar perencanaan maupun evaluasi terhadap upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat. Statistik yang dicakup meliputi aspek kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, konsumsi dan pengeluaran rumah tangga, perumahan dan lingkungan, serta sosial. Dalam publikasi ini juga dilengkapi konsep dan definisi, untuk mempermudah pemahaman para pembaca. Kepada semua pihak yang telah turut membantu sampai terbitnya publikasi ini, kami sampaikan penghargaan dan terima kasih. Selanjutnya kami mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan penerbitan di masa yang akan datang. Wonosari, November 2015 Badan Pusat Statistik Kabupaten Gunungkidul Kepala, Drs. Sumarwiyanto NIP ii

5 ABSTRAKSI Beberapa indikator kesejahteraan rakyat menunjukkan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Gunungkidul dari tahun ke tahun. Peningkatan taraf kesejahteraan rakyat Kabupaten Gunungkidul di bidang kesehatan antara lain terlihat dari kenaikan Angka Harapan Hidup. Angka Harapan Hidup penduduk Kabupaten Gunungkidul pada 2015 sebesar 73,69 tahun meningkat dari 73,39 pada tahun Dari aspek ketenagakerjaan, sektor pertanian (52,40 persen) masih merupakan lapangan usaha utama dalam menyerap tenaga kerja di Kabupaten Gunungkidul sedangkan sektor Industri Pengolahan merupakan lapangan usaha dengan penyerapan tenaga kerja paling kecil yaitu (7,80 persen). Angka Partisipasi Sekolah (APS) tertinggi terdapat pada kelompok usia 7-12 tahun, yaitu sebesar 100,0 persen, sedang untuk kelompok umur sebesar 98,2 persen dan kelompok umur sebesar 77,18 persen. iii

6 DAFTAR ISI Sambutan... i Kata Pengantar... ii Abstraksi... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel Lampiran... v Penjelasan Teknis... viii Pendahuluan ix Bab I. Kependudukan... 1 Bab II. Pendidikan... 8 Bab III. Kesehatan dan Keluarga Berencana Bab IV. Ketenagakerjaan Bab V. Konsumsi dan Pengeluaran Rumah Tangga Bab VI. Perumahan dan Lingkungan Lampiran Tabel-Tabel iv

7 DAFTAR TABEL LAMPIRAN Tabel 1.1. Distibusi Penduduk menurut Kabupaten/Kota di D.I Yogyakarta, 2000 dan Tabel 1.2. Luas dan Kepadatan Penduduk menurut Kabupaten/Kota di D.I Yogyakarta, 1990, 2000 dan Tabel 1.3. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 1.4. Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun menurut Kabupaten/ Kota di D.I Yogyakarta, Tabel 1.5. Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk Pertahun menurut Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 1.6. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 1.7. Persentase Penduduk menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin dan Sex Ratio di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 1.8. Persentase Penduduk Perempuan Usia 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin menurut Umur Perkawinan Pertama di D.I Yogyakarta, Tabel 1.9. Rata-Rata Jumlah Anak Lahir Hidup dan Anak Masih Hidup per Perempuan Usia Tahun Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Gunungkidul, Tabel Rata-rata Banyaknya Anggota Rumah Tangga per Rumah Tangga menurut Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 2.1. Rasio Murid terhadap Sekolah, Kelas, dan Guru menurut Tingkat Sekolah (Negeri dan Swasta) di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 2.2. Persentase Penduduk Usia 7-12 Tahun menurut Partisipasi Sekolah dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 2.3. Persentase Penduduk Usia Tahun menurut Partisipasi Sekolah dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 2.4. Persentase Penduduk Usia Tahun menurut Partisipasi Sekolah dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 2.5. Persentase Penduduk Usia Tahun menurut Partisipasi Sekolah di Kabupaten Gunungkidul, v

8 Tabel 2.6. Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 2.7. Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 2.8. Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamindi Kabupaten Gunungkidul, Tabel 2.9. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, Tabel Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas menurut Partisipasi Sekolah dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 3.1. Rasio Penduduk Terhadap Puskesmas menurut Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 3.2. Rasio Dokter terhadap Penduduk di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 3.3 Angka Harapan Hidup Kabupaten Gunungkidul, Tabel 3.4. Persentase Wanita Berumur Tahun dan Berstatus Kawin menurut Alat/Cara KB yang digunakan di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 3.5. Banyaknya Akseptor KB Aktif menurut Kecamatan dan Jenis Kontrasepsi Yang Sedang Digunakan di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 4.1. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama Selama Seminggu yang Lalu dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 4.2. Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Sektor Utama di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 4.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin di D.I Yogyakarta, Tabel 4.4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin di D.I Yogyakarta, Tabel 5.1. Persentase Pengeluaran Makanan yang Dikonsumsi Rumah Tangga Selama seminggu yang Lalu menurut Jenisnya di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 5.2. Persentase Pengeluaran Non Makanan yang Dikonsumsi Rumah Tangga Sebulan yang Lalu menurut Jenisnya di Kabupaten Gunungkidul, vi

9 Tabel 5.3. PDRB Perkapita menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 5.4. Pengeluaran Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 5.5. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin menurut Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta Tahun, Tabel 5.6. Distribusi Pendapatan Menurut Kriteria Bank Dunia di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 6.1. Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Lantai Terluas Tempat Tinggal di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 6.2. Persentase Rumah Tangga menurut Luas lantai Rumah di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 6.3. Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air Minum di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 6.4. Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Kloset Yang Digunakan di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 6.5. Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan Utama di Kabupaten Gunungkidul, vii

10 Penjelasan Teknis 1. Proyeksi Penduduk adalah suatu penghitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi mengenai tingkat dan perkembangan tingkat kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk. Proyeksi penduduk untuk setiap provinsi dilaksanakan di BPS Pusat banyaknya orang yang termasuk usia produktif (umur tahun). 6. Umur Perkawinan Pertama menunjukkan umur saat seseorang melangsungkan upacara perkawinan yang pertama. 2. Penduduk menurut kelompok umur adalah pengelompokan penduduk berdasarkan umur dan biasanya dikelompokkan ke dalam kelompok interval 5 tahunan yang dimulai dari usia 0 tahun. 3. Kepadatan Penduduk/Km 2 adalah rata-rata jumlah penduduk per km Laju Pertumbuhan Penduduk adalah ukuran rata-rata kecepatan pertambahan penduduk per tahun. 5. Angka Beban Tanggungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang pada usia yang tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dengan 7. Rumah Sakit adalah tempat pemeriksaan dan perawatan kesehatan yang biasanya di bawah pengawasan dokter/tenaga medis. 8. Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. 9. Seseorang dikatakan dapat membaca dan menulis apabila ia dapat membaca dan menulis viii

11 surat/kalimat sederhana dengan suatu huruf. 10. Angka Melek Huruf (AMH) adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dengan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas. 11. Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah jumlah penduduk yang masih sekolah pada usia 7-12 tahun/13-15 tahun atau tahun dibagi jumlah penduduk usia 7-12 tahun/13-15 tahun atau tahun dikalikan Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah persentase antara jumlah murid SD atau SLTP atau SLTA dengan jumlah penduduk usia 7-12 tahun atau tahun atau tahun. 13. Angka Partisipasi Murni (APM) adalah perbandingan antara murid SD atau SLTP atau SLTA usia 7-12 tahun atau tahun atau tahun dengan penduduk usia 7-12 tahun atau tahun atau tahun (dalam persentase). 14. Angka Putus Sekolah adalah persentase antara jumlah penduduk usia 7 tahun atau 13 tahun atau 16 tahun ke atas yang putus sekolah di SD atau SLTP atau SLTA dengan jumlah penduduk usia 7 tahun atau 13 Tahun atau 16 Tahun ke atas. 15. Sekolah adalah sekolah formal mulai dari pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. 16. Rasio murid terhadap guru SD/SLTP/ SLTA : Jumlah murid SD/SLTP/SLTA Jumlah guru SD/SLTP/SLTA 17. Rasio murid per kelas SD/SLTP/ SLTA : Jumlah murid SD/SLTP/SLTA Jumlah kelas SD/SLTP/SLTA 18. Angkatan Kerja adalah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran. 19. Bekerja adalah mereka yang selama seminggu yang lalu melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan paling ix

12 sedikit selama 1 (satu) jam berturutturut dalam seminggu yang lalu. 20. Pengangguran adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan, atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (discouraged workers), atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja/mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja (future starts). 21. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT): Jumlah Pengangguran Jumlah Angkatan Kerja 22. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK): Jumlah Angkatan Kerja X 100% Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas X 100% 23. Mencari pekerjaan adalah kegiatan seseorang yang tidak bekerja dan pada saat survei orang tersebut sedang mencari pekerjaan, baik mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan atau mereka yang sudah pernah bekerja, karena sesuatu hal berhenti atau diberhentikan dan sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan. 24. Bukan Angkatan Kerja adalah bagian dari tenaga kerja (manpower) yang tidak bekerja ataupun bukan pengangguran, seperti sekolah, mengurus rumah tangga atau tua dan cacat. 25. Sekolah adalah kegiatan bersekolah di sekolah formal baik pendidikan dasar, pendidikan menengah atau pendidikan tinggi. Tidak termasuk yang sedang libur. 26. Mengurus Rumah Tangga adalah penduduk 15 tahun ke atas yang selama seminggu yang lalu mengurus rumah tangga atau membantu mengurus rumah tangga tanpa mendapatkan upah/gaji. 27. Status Pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam pekerjaan. 28. Lapangan Usaha adalah bidang kegiatan dari pekerjaan/usaha/ perusahaan/kantor tempat seseorang bekerja, atau yang hasilkan oleh perusahaan/kantor tempat responden bekerja. x

13 29. Bagan Ketenagakerjaan: Penduduk Usia kerja Bukan usia kerja Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran Sekolah Mengurus Rumah tangga Lainnya Sedang bekerja Sementara tdk bekerja Mencari Pekerjaan Mempersiapkan Usaha Merasa tak mungkin mendapat Pekerjaan Sudah punya pekerjaan tapi belum mulai bekerja 30. Konsumsi Rumah Tangga adalah pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan makanan dan non makanan. Kelompok makanan mencakup pengeluaran konsumsi bahan makanan, makanan jadi, minuman, tembakau dan sirih. Sedangkan kelompok bukan makanan mencakup perumahan, sandang, biaya kesehatan, sekolah dsb. 31. Pengeluaran rata rata perkapita sebulan adalah rata rata biaya yang dikeluarkan rumah tangga untuk konsumsi semua anggota rumah tangga selama sebulan dibagi dengan banyaknya anggota rumah tangga. xi

14 Pendahuluan Umum Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2015 berisikan data statistik tentang kesejahteraan rakyat. Data-data yang disajikan, disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan keadaan kesejahteraan rakyat Kabupaten Gunungkidul. Ruang Lingkup Dimensi kesejahteraan rakyat disadari sangat luas dan kompleks, sehingga suatu taraf kesejahteraan rakyat tidak hanya dapat dilihat dari suatu aspek tertentu. Dalam publikasi ini kesejahteraan rakyat diamati dari beberapa aspek yang spesifik, yaitu aspek Kependudukan, Pendidikan Kesehatan dan Keluarga Berencana, Ketenagakerjaan, Konsumsi dan Pengeluaran Rumahtangga, Perumahan dan Lingkungan. Sumber Data Sumber data utama Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2015 ini merupakan data primer, dalam arti dikumpulkan dan diolah sendiri oleh Badan Pusat Statistik, seperti Sensus Penduduk (SP), Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) dan lain-lain. Data primer tersebut mempunyai keterbatasan sebagai sumber informasi publikasi tahunan, sehingga selain menggunakan data primer, publikasi ini juga mengolah data sekunder yang berasal dari instansi-instansi pemerintah yang terkait seperti Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Kantor Kementrian Agama kabupaten Gunungkidul, dan sebagainya. xii

15 Bab 1 Kependudukan Penduduk merupakan salah satu elemen terpenting bagi sebuah negara. Selain memberikan keuntungan, jumlah penduduk Indonesia yang banyak tersebut menimbulkan permasalahan tersendiri dan berdampak terhadap jalannya pembangunan nasional. Penduduk memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Melalui berbagai aspek seperti besarnya jumlah penduduk, penyebaran geografis, kepadatan penduduk, komposisi dalam usia, jenis kelamin, pendidikan dan kesehatan, serta tingkat pertumbuhannya, maka jelaslah bahwa penduduk dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, baik dalam makna buruk maupun baik. Masalah kependudukan erat kaitannya dengan pembangunan ekonomi. Selain menyangkut produk nasional riel dan produk per kapita riel, juga terjadi perubahan- perubahan institutional dan perubahan- perubahan struktural ekonomi masyarakat. Hal ini tercermin dari perubahan atau pergeseran peranan sumbangan sektor- sektor ekonomi dalam produk dan pendapatan nasional. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2015 Pertumbuhan penduduk yang meningkat berkaitan dengan kemiskinan dan kesejahteraan masyarakat. Pengetahuan tentang aspek-aspek dan komponen demografi seperti fertilitas, mortalitas, morbiditas, migrasi, ketenagakerjaan, perkawinan, dan aspek keluarga dan rumah tangga akan membantu para penentu kebijakan dan perencana program untuk dapat mengembangkan program pembangunan kependudukan dan peningkatan ksesejahteraan masyarakat yang tepat pada sasarannya. Dengan jumlah penduduk yang sangat tinggi tersebut akan melahirkan beragam masalah dalam kehidupan. Masalah utama yang dihadapi di bidang kependudukan di Indonesia adalah masih tingginya pertumbuhan penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran dan struktur umur penduduk. Program kependudukan dan keluarga berencana bertujuan turut serta menciptakan kesejahteraan ekonomi dan sosial bagi seluruh masyarakat melalui usaha-usaha perencanaan dan pengendalian penduduk. Dengan demikian diharapkan tercapai keseimbangan yang baik antara jumlah dan 1

16 kecepatan pertambahan penduduk dengan perkembangan produksi dan jasa. kecepatan Masalah kepadatan penduduk, perkembangannya, penyebarannya yang tidak merata, produktivitas rata- rata yang relatif rendah, pengangguran dan masalah underitilized dari angkatan kerja tersebut, telah lama menjadi pusat perhatian dan merupakan bagian dari sasaran perbaikan dalam strategi pembangunan Indonesia. Dengan demikian perlu disadari, bahwa pemecahan untuk masalah- masalah tersebut meliputi aspek- aspek perluasan pendidikan dan peningkatan keterampilan, pembinaan dan pengembangan kewiraswastaan yang memungkinkan tumbuhnya self creating jobs ataupun self employment, di samping peningkatan dan perluasan investasi yang lebih berorientasi kepada kegiatan- kegiatan yang padat karya dan program- program konvensional lain seperti keluarga berencana dan transmigrasi Kepadatan dan Penyebaran Penduduk Kepadatan penduduk merupakan perbandingan jumlah penduduk terhadap luas wilayah yang dihuni. Ukuran yang digunakan biasanya adalah jumlah penduduk setiap satu km 2. Permasalahan dalam kepadatan penduduk adalah persebarannya yang tidak merata. Kondisi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2015 demikian menimbulkan banyak permasalahan, misalnya pengangguran, kemiskinan, kriminalitas dsb. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2000 dan 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Gunungkidul menempati peringkat ketiga setelah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Hasil SP2000 dan SP2010 menunjukkan persentase penduduk yang bertempat tinggal di Kabupaten Gunungkidul, masingmasing mencapai sebesar 21,48 persen dan 19,53 persen dari jumlah penduduk D.I Yogyakarta (Lampiran Tabel 1.1.). Walaupun jumlah penduduknya besar, kepadatan penduduk Kabupaten Gunungkidul sejak 1990 sampai dengan 2015 selalu lebih kecil dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di D.I Yogyakarta. Hal ini terjadi karena Kabupaten Gunungkidul merupakan kabupaten dengan wilayah terluas diantara kabupaten/kota di D.I Yogyakarta dengan jumlah penduduk yang relatif tidak terlalu banyak. Pada tahun 2000, kepadatan penduduk Gunungkidul tercatat sebesar 451 jiwa/km, meningkat menjadi 455 jiwa/km pada tahun Untuk tahun 2014, kepadatan penduduknya meningkat lagi menjadi 470 jiwa/km, sedangkan untuk tahun 2015, kepadatan penduduk menurut data proyeksi meningkat lagi menjadi 474 jiwa/km (Lampiran Tabel 1.3.). 2

17 Kepadatan Penduduk Jika dilihat kepadatan penduduk per kecamatan, terlihat bahwa pada 2015 Kecamatan Wonosari mempunyai kepadatan penduduk tertinggi yaitu jiwa/km. Sedangkan tingkat kepadatan terkecil pada Kecamatan Girisubo yaitu hanya 244 jiwa/km (Lampiran Tabel 1.3). Gambar 1.1. Kepadatan Penduduk Kabupaten Gunungkidul, Sumber : Sensus penduduk dan Proyeksi Penduduk 1.2. Laju Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan jumlah penduduk dari waktu ke waktu. Pertumbuhan penduduk secara alami dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk. Pada umumnya laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Gunungkidul dari 1961 sampai dengan 2010 terus melambat dari 0,81 persen per tahun pada periode menjadi 0,68 persen per tahun pada periode Bahkan pada periode terjadi pertumbuhan sebesar 0,13 persen per tahun. Sedangkan pada periode pertumbuhan penduduk naik kembali menjadi 0,30 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2015 persen per tahun dan pada periode melambat menjadi 0,07 persen per tahun. (Lampiran Tabel 1.4). Gambar 1.2. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Gunungkidul, Sumber : Sensus penduduk dan Proyeksi Penurunan laju pertumbuhan penduduk yang terjadi di Kabupaten Gunungkidul lebih dipengaruhi oleh migrasi keluar (out migration). Kondisi geografis dan sosial ekonomi yang tidak menguntungkan menjadi salah satu faktor pendorong penduduk untuk mencari nafkah keluar daerah. Pada periode , jika dilihat menurut kecamatan, maka sebagian besar kecamatan memiliki laju pertumbuhan negatif. Sedangkan kecamatan-kecamatan yang mengalami pertumbuhan positif ada di Kecamatan Panggang, Kecamatan Purwosari, Kecamatan Karangmojo, Kecamatan Wonosari, Kecamatan Playen, Kecamatan Patuk, Kecamatan Nglipar dan Kecamatan Ngawen. Pertumbuhan penduduk terbesar ada di Kecamatan Patuk, yaitu mencapai 0,73 persen dan pertumbuhan terkecil ada pada Kecamatan 3

18 Karangmojo sebesar 0,01 persen, Kecamatan Rongkopmempunyai pertmbuhan penduduk negatif terbesar yaitu -0,50 persen Komposisi Umur dan Jenis Kelamin Penduduk menurut kelompok umur dapat menggambarkan komposisi penduduk pada suatu wilayah. Indikator komposisi umur merupakan indikator yang sangat berguna dalam perencanaan pembangunan. Dengan indikator ini akan diketahui kelompok penduduk usia produktif (usia tahun) dan kelompok penduduk usia tidak produktif (usia dibawah 14 tahun dan usia diatas 65 tahun). Selain itu juga dapat diketahui pula angka ketergantungan penduduk usia tidak produktif terhadap penduduk usia produktif. Komposisi umur penduduk Kabupaten Gunungkidul pada 2015 berdasarkan hasil proyeksi penduduk diketahui bahwa penduduk yang berada pada kelompok umur 65 tahun ke atas telah mencapai 12,99 persen. Jika dibandingkan dengan angka hasil sensus-sensus penduduk sebelumnya, dapat dilihat adanya pergerakan struktur. Hasil SP 1980 jumlah penduduk terbesar masih dalam kelompok umur 5-9 tahun, yaitu 13,97 persen. Seiring dengan gencarnya program KB waktu itu, hasil SP 1990 jumlah penduduk terbesar bergeser ke kelompok umur tahun sebesar 11,83 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2015 persen. Hasil SP 2000, jumlah penduduk terbesar terdapat pada kelompok umur 60 tahun ke atas yaitu sebesar 15,34 persen, demikian halnya pada 2010 (SP2010), jumlah penduduk terbesar berada pada kelompok umur 65 tahun ke atas yaitu 13,45 persen. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan taraf kesehatan masyarakat Kabupaten Gunungkidul. Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa pada 2015 angka ketergantungan penduduk mencapai 52,77 persen. Angka ketergantungan sebesar itu mengandung arti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 53 penduduk usia tidak produktif, dengan asumsi bahwa penduduk usia produktif benar-benar produktif. Dapat dibayangkan ketika asumsi tersebut tidak terpenuhi, penduduk usia produktif akan lebih berat lagi dalam menanggung penduduk usia produktif yang tidak benarbenar produktif secara ekonomi (pengangguran). Angka ini relatif stabil setiap tahunnya mengandung arti tidak adanya perubahan secara drastis dalam sosio demografi masyarakat. 4

19 Tabel 1.1. Komposisi Penduduk dan Angka Ketergantungan di Kabupaten Gunungkidul, Tahun Persentase Kelompok Umur Angka Ketergantungan (%) (1) (2) (3) (4) (5) ,77 65,17 13,06 53, ,72 64,33 12,96 55, ,62 65,40 12,98 52, ,77 Sumber : Proyeksi Penduduk Berdasarkan proyeksi penduduk 2015, sex ratio di Kabupaten Gunungkidul tercatat sebesar 93,68 yang berarti bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat sekitar 94 penduduk laki-laki. Jika dilihat menurut kelompok umur, sex ratio tertinggi berada pada kelompok umur tahun yaitu sebesar 109,79 diikuti pada kelompok umur tahun sebesar 106,79 dan kelompok umur 0-4 tahun sebesar 105,53 (Lampiran Tabel 1.7). Yang menarik adalah kecilnya sex rasio untuk kelompok umur diatas 20 tahun. Hal ini kemungkinan disebabkan karena banyak penduduk laki-laki usia diatas 20 tahun atau usia angkatan kerja produktif yang keluar daerah menuju pusat perekonomian untuk mencari nafkah. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul Umur Perkawinan Pertama Umur perkawinan pertama penduduk perempuan berpengaruh terhadap tingkat fertilitas yang pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Semakin muda umur perkawinan pertama penduduk perempuan maka semakin panjang masa reproduksi yang menyebabkan semakin tinggi tingkat kelahiran. Umur perkawinan pertama juga mempunyai pengaruh terhadap resiko medis pada masa kehamilan dan saat melahirkan. Usia yang terlalu muda dan terlalu tua tidak baik secara medis untuk perempuan untuk mengandung bayi. Kondisi tubuh pada waktu hamil dan melahirkan yang tidak ideal akan berakibat buruk pada ibu maupun bayi yang dilahirkannya. Berdasarkan hasil Susenas 2015, pada umumnya penduduk perempuan usia 10 tahun ke atas di Kabupaten Gunungkidul yang kawin pertama pada usia tahun mencapai 79,01 persen. Pola ini juga berlaku untuk kabupaten/kota lainnya di D.I Yogyakarta (Lampiran Tabel 1.8). Data tersebut menggambarkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maupun meningkatnya kesejahteraan masyarakat maka akan menunda keputusan penduduk perempuan usia 10 tahun ke atas untuk kawin pada usia muda. 5

20 Tabel 1.2. Persentase Perempuan Usia 10 Tahun ke Atas Pernah Kawin menurut Umur Perkawinan Pertama di Kabupaten Gunungkidul, Tahun Umur Perkawinan Pertama Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) ,62 26,78 49,28 10,32 100, ,30 30,00 46,70 8,90 100, ,29 28,05 50,80 9,86 100, ,91 10,58 79,01 6,50 100,00 Sumber : Susenas Anak Lahir Hidup dan Anak Masih Hidup Berbeda dengan indikator Angka Kelahiran (jumlah kelahiran, CBR, ASFR dan TFR), indikator Anak Lahir Hidup atau yang juga sering disebut Children Ever Born mengandung pengertian yang bersifat longitudinal atau mencerminkan semua anak yang telah lahir hidup, dari sejak menikah pertama kali sampai saat ini (bukan hanya anak yang lahir pada saat ini atau tahun ini). Sedangkan Anak Masih Hidup adalah jumlah anak kandung yang masih hidup yang dimiliki oleh seorang wanita saat wawancara dilakukan. Data jumlah anak masih hidup digunakan untuk mengetahui jumlah anak yang dimiliki seorang wanita secara riil karena dari seluruh anak lahir Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2015 hidup tidak seluruhnya dapat terus hidup. Selain itu perbedaan Anak Lahir Hidup dan Anak Masih Hidup merupakan data yang menjadi dasar perhitungan Angka Kematian Bayi. Rata-rata anak lahir hidup yang dilahirkan perempuan usia tahun di Kabupaten Gunungkidul pada 2015 adalah sebesar 1,21. Sedangkan rata-rata anak masih hidupnya sebesar 1,20 (Lampiran Tabel 1.9). Angka ini mengandung arti bahwa rata-rata jumlah anak yang yang dilahirkan hidup oleh sekelompok wanita mulai memasuki masa reproduksi hingga kini adalah sekitar 1 orang anak dan dari seluruh anak yang lahir hidup tidak seluruhnya dapat terus hidup hal ini terlihat dari jumlah Anak Masih Hidup yang lebih kecil dari jumlah Anak Lahir Hidup. Jika dilihat menurut kelompok umur, semakin tinggi kelompok umur semakin banyak jumlah anak lahir hidup dan anak masih hidup. Pada kelompok perempuan usia tahun memiliki rata-rata anak lahir hidup dan anak masih hidup terbanyak, masingmasing sebesar 2,12 anak lahir hidup dan 2,09 anak masih hidup. Anak Lahir Hidup pada usia ini disebut juga sebagai paritas lengkap (completed family size), yaitu 6

21 jumlah anak yang sudah tidak bertambah lagi Banyaknya Anggota Rumah Tangga Rata-rata banyaknya anggota rumah tangga per rumah tangga dapat menunjukkan tingkat keberhasilan Program Keluarga Berencana dalam rangka pengendalian jumlah penduduk. Dari Tabel 1.3 terlihat bahwa ada kecenderungan ratarata jumlah anggota rumah tangga per rumah tangga mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Tabel 1.3. Rata-rata Banyaknya Anggota Rumah Tangga per Rumah Tangga di Kabupaten Gunungkidul, Tahun Rata-rata Banyaknya Anggota Rumah Tangga per Rumah Tangga (1) (2) , , , , , ,5 Sumber : Sensus Penduduk 1961, 1971, 1980, 1990, 2000 dan 2010 pada 1990 menjadi 4,1 jiwa per rumah tangga dan pada 2000 menjadi 3,7 jiwa per rumah tangga. Begitu pula pada 2010, banyaknya anggota rumah tangga per rumah tangga ada sebanyak 3,5 orang. Hal ini menggambarkan kondisi yang lebih baik bagi tercapainya tujuan dari Program Keluarga Berencana yaitu menciptakan Catur Warga yang bahagia. Apabila dibandingkan menurut kecamatan, maka ada 3 kecamatan yang memiliki rata-rata jumlah anggota rumah tangga terkecil, yaitu : Kecamatan Patuk, Kecamatan Gedangsari, dan Kecamatan Semin yang masing-masing pada umumnya memiliki jumlah anggota rumah tangga sebanyak 3,3 jiwa per rumah tangga. Sedangkan kecamatan yang memiliki ratarata jumlah anggota rumah tangga terbanyak adalah Kecamatan Purwosari yaitu sebanyak 3,99 jiwa per rumah tangga. Berdasarkan hasil SP 1961 di Kabupaten Gunungkidul rata-rata jumlah anggota rumah tangga sebesar 5,0 jiwa per rumah tangga, selanjutnya naik menjadi 5,1 jiwa per rumah tangga pada Kemudian menurun menjadi 4,7 jiwa per rumah tangga pada 1980, menurun lagi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

22 Bab 2 Pendidikan Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Hal ini bukan saja pendidikan akan berpengaruh terhadap produktivitas tetapi juga berpengaruh terhadap pola kehidupan sosial masyarakat. Pendidikan menjadikan sumber daya manusia lebih bisa cepat mengikuti dan siap akan menghadapi perubahan. Pendidikan diartikan secara luas merupakan suatu proses pembelajaran yang dapat dilakukan dimana saja. Pendidikan merupakan suatu proses pemberdayaan untuk mengungkapkan potensi yang ada pada manusia sebagai individu, yang selanjutnya dapat memberikan sumbangan kepada masayarakat lokal, kepada masayarakat bangsanya, dan kemudian kepada masayarakat global. Dengan demikian, fungsi pendidikan bukan hanya menggali potensi-potensi yang ada di dalam diri manusia, tetapi juga bagaimana manusia ini dapat mengontrol potensi yang telah dikembangkannya itu agar dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidup manusia itu sendiri. Keberhasilan di bidang pendidikan dapat dilihat melalui beberapa indikator, baik indikator input maupun indikator output. Indikator input pendidikan salah satunya dilihat dari ketersediaan fasilitas pendidikan yang dalam hal ini diukur dengan rasio murid terhadap sekolah, rasio murid terhadap kelas dan rasio murid terhadap guru. Sedangkan indikator output yang dapat menunjukkan kualitas pendidikan SDM antara lain tingkat pendidikan yang ditamatkan, Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) Rasio Murid Terhadap Sekolah, Kelas dan Guru Rasio murid terhadap sekolah, rasio murid terhadap kelas dan rasio murid terhadap guru merupakan beberapa indikator input yang berguna untuk mengetahui apakah ketersediaan sekolah, kelas dan guru sudah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan jumlah murid yang ada. Selain itu, indikator ini juga dapat Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

23 digunakan sebagai tolok ukur peningkatan mutu pendidikan. Tingkat kualitas pendidikan masyarakat yang semakin tinggi diperlihatkan dengan rasio murid terhadap sekolah, kelas, dan guru yang mendekati angka ideal. Tabel 2.1. Rasio Murid terhadap Sekolah, Kelas, dan Guru menurut jenjang pendidikan di Kabupaten Gunungkidul, 2015/2016 Jenjang Pendidikan Murid/ Sekolah Rasio Murid/ Kelas Murid/ Guru (1) (2) (3) (4) TK/RA/BA 27,90 15,68 10,22 SD/MI 102,7 16,43 11,68 SLTP/MTs 215,57 25,55 10,94 SMU/MA 239,67 23,34 7,46 SMK 375,98 33,13 9, 95 Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Gunungkidul Berdasarkan Tabel 2.1 terlihat bahwa ada kecenderungan rasio murid terhadap sekolah maupun terhadap kelas semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan. Sebaliknya rasio murid terhadap guru kecenderungannya menurun seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan maka ketersediaan jumlah sekolah dan jumlah kelas tidak seimbang dengan kebutuhan jumlah murid. Rasio murid terhadap sekolah tertinggi berada pada jenjang pendidikan SMK, yaitu mencapai angka 375,98 nilai ini mengandung pengertian bahwa rata-rata Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2015 setiap satu sekolah SMK menampung 376 siswa. Terus meningkatnya angka rasio murid terhadap sekolah SMK ini menunjukkan adanya kecenderungan jenis sekolah ini semakin menarik perhatian calon siswa dibanding sekolah umum yang peningkatannya tidak sebesar SMK. Namun untuk rasio murid terhadap kelas SMP memiliki angka tertinggi yaitu 25,55. Peningkatan rasio ini juga menunjukkan bahwa program pendidikan dasar 9 tahun berjalan dengan baik dan tentunya menjadi tantangan bagi pemerintah untuk dapat mengimbangi peningkatan tersebut Partisipasi Sekolah Ada beberapa indikator yang berguna untuk menjelaskan situasi partisipasi sekolah penduduk. Beberapa indikator tersebut adalah Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). APS merupakan indikator daya serap lembaga pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Sebagai indikator dasar, APS dapat digunakan untuk melihat akses pada pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah. Semakin tinggi APS, maka semakin besar jumlah penduduk yang berkesempatan mengenyam pendidikan. Akan tetapi meningkatnya APS tidak selalu dapat diartikan sebagai meningkatnya 9

24 pemerataan kesempatan masyarakat untuk mengenyam pendidikan. Tabel 2.2. Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Usia Sekolah dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, 2015 Usia Sekolah Laki-laki Perempuan L + P (1) (2) (3) (4) ,0 100,0 100, ,00 100,0 98,2 Tabel 2.3. Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, 2015 Jenjang Pendidikan Laki-laki Perempuan L + P (1) (2) (3) (4) SD 107,45 105,80 106,67 SLTP 108,09 113,78 110,96 SLTA 80,77 71,31 76,20 Sumber: Susenas ,44 80,40 77,18 Sumber: Susenas 2015 Berdasarkan Tabel 2.2 terlihat bahwa Angka Partisipasi Sekolah (APS) tertinggi terdapat pada kelompok usia 7-12 tahun, yaitu sebesar 100,00 persen. Hal ini berarti sudah tidak ada penduduk berusia 7-12 tahun yang tidak bersekolah. Demikian juga untuk APS penduduk berusia tahun baik laki laki maupun perempuan mempunyai angka APS absolut yaitu 100 persen, hal ini juga menunjukkan bahwa sudah tidak ada lagi penduduk berusia tahun yang tidak bersekolah, angka APS penduduk usia terlihat penduduk dengan jenis kelamin perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Perlu dikaji lebih jauh untuk melihat penyebab fenomena ini namun dapat diduga berkaitan dengan kultur mencari kerja atau sekedar membantu orang tua mencari nafkah bagi kaum laki-laki di kabupaten Gunungkidul. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2015 Angka APK untuk tingkat SD mencapai lebih dari 106,67 persen, SMP 110,96 persen, hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa penduduk usia sekolah pada tingkatan sekolah tersebut yang menempati tingkatan sekolah diluar umur umumnya untuk tingkatan tersebut, misalnya usia 13 tahun masih di SD atau belum umur 7 tahun sudah masuk SD, demukian juga misalnya umur 16 tahun masih di SMP atau belum umur 13 tahun sudah masuk SMP,dan APK untuk tingkat SLTA sebesar 76,20 persen. Artinya dari 100 orang penduduk usia tahun hanya 76 orang yang bersekolah di SMA atau setingkatnya. Selain APK juga ada Angka Partisipasi Murni (APM). APM merupakan persentase jumlah anak pada kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya terhadap jumlah seluruh anak pada kelompok usia sekolah yang bersangkutan. Bila APK digunakan untuk mengetahui seberapa banyak penduduk usia 10

25 sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan di suatu jenjang pendidikan tertentu tanpa melihat berapa usianya, maka APM mengukur proporsi anak yang bersekolah sesuai antara umur dan jenjng WAKTUNYA. Bila seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah tepat PADA UMUR DAN JENJANGNYA, maka APM akan mencapai nilai 100. Secara umum, nilai APM akan selalu lebih rendah dari APK karena nilai APK mencakup anak diluar usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan. Tabel 2.4. Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, 2015 Jenjang Pendidikan Laki-laki Perempuan L + P melainkan mereka menyekolahkan anaknya di SD ketika sudah berumur 7 tahun sesuai anjuran dari pemerintah Pendidikan yang Ditamatkan Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka semakin tinggi kualitas SDM nya dan semakin tinggi tingkat kesejahteraannya. Gambar 2.1. Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Gunungkidul, ,00 30,00 20,00 (1) (2) (3) (4) SD 100,0 100,0 100,0 SLTP 80,34 86,76 83,59 10,00 0,00 L P L+P SLTA 70,09 64,56 67,42 Sumber: Susenas 2015 Pada 2015 di Kabupaten Gunungkidul, APM pada jenjang SD sebesar 100,0 persen yang berarti bahwa semua anak umur 7 12 tahun di Gunungkidul bersekolah di SD tepat waktu. Hal ini menunjukkan indikator yang baik yaitu masyarakat Gunungkidul tidak buruburu untuk menyekolahkan anaknya di SD Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2015 Tidak/belum punya SD sederajat SLTP sederajat SLTA sederajat Perguruan Tinggi Berdasarkan Susenas 2015, jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk usia 10 tahun ke atas di Kabupaten Gunungkidul terbesar adalah tamatan SD sederajat, yaitu sebesar 33,08 persen. Jenjang pendidikan tertinggi berikutnya adalah tamat SLTP sederajat 25,13 persen, tidak/belum punya ijasah SD 11

26 sederajat 21,94 persen, SLTA sederajat 16,21 persen dan paling sedikit tamatan perguruan tinggi yang hanya mencapai 3,65 persen (Lampiran Tabel 2.10). Jika dilihat menurut jenis kelamin, terlihat bahwa penduduk laki-laki usia 10 tahun ke atas yang tamat SD sederajat sebesar 33,47 persen, tamat SLTP sederajat sebesar 24,40 persen, tamat SLTA sederajat sebesar 18,07 persen dan tamat Perguruan Tinggi sebesar 3,45 persen. Fenomena yang terjadi di Gunungkidul terkait pendidikan dan gender menujukkan bahwa persentase perempuan berumur 10 tahun ke atas sebagian besar berpendidikan SMP ke bawah, yang mencapai 81,89 persen. Angka ini sedikit lebih tinggi dibanding laki-laki yang mencapai 78,47 persen. Kesempatan untuk mengenyam pendidikan minimal SLTA lebih besar dirasakan penduduk laki-laki yang mencapai 21,25 persen, sedang perempuan hanya 18,11 persen. Akan tetapi perempuan yang berpendidikan level perguruan tinggi lebih besar dibanding laki-laki yaitu 3,85 persen untuk perempuan dan 3,45 persen untuk laki laki. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

27 Bab 3 Kesehatan & Keluarga Berencana Pembangunan di bidang kesehatan mencakup peningkatan penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Tujuan penyediaan fasilitas kesehatan adalah tersedianya fasilitas kesehatan yang mudah dan murah bagi semua lapisan masyarakat. Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) dan puskesmas pembantu selama ini menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan penduduk karena mudah terjangkau dan murah, terutama bagi penduduk di daerah pedesaan, serta meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat baik dalam bidang promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif agar setiap warga masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental dan sosial serta harapan berumur panjang. Pembangunan di bidang kesehatan diharapkan membuat semua lapisan masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang mudah, murah, dan merata. Pelayanan kesehatan masyarakat diwujudkan oleh pemerintah dengan menambah fasilitas kesehatan maupun pelayanannya misalnya membangun sarana dan prasarana puskesmas dan menambah tenaga dokter maupun tenaga kesehatan lainnya. Di Kabupaten Gunungkidul Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2015 pembangunan di bidang kesehatan juga terus ditingkatkan Rasio Jumlah Puskesmas dan Dokter Rasio jumlah Puskesmas dan rasio jumlah dokter terhadap penduduk merupakan salah satu indikator untuk mengetahui keefektifan ketersediaan jumlah fasilitas kesehatan dalam melayani penduduk. Semakin besar nilai rasionya maka semakin efektif jumlah fasilitas kesehatan yang tersedia untuk melayani penduduk. Jumlah puskesmas termasuk pustu dan puskesmas keliling pada 2015 sebanyak 184 unit dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa, maka Rasio Puskesmas terhadap penduduk di Kabupaten Gunungkidul sebesar 3,82 Artinya bahwa setiap 1 Puskesmas di Gunungkidul melayani sekitar penduduk. Adapun rasio tertinggi tingkat kecamatan berada di Kecamatan Semanu, yaitu sebesar 4.90 dan terendah di Kecamatan Girisubo, yaitu sebesar 2,81. Jumlah dokter di Kabupaten Gunungkidul pada 2015 tercatat 131 orang dengan rincian 77 dokter umum, 39 dokter gigi dan 15 dokter spesialis, dan itu sudah termasuk dokter yang berdinas di Dinas 13

28 Kesehatan dan juga RSUD. Dengan jumlah dokter sebanyak itu, maka rasio banyaknya dokter terhadap penduduk pada 2015 sebesar Angka sebesar ini mempunyai makna bahwa setiap 1 tenaga dokter melayani sekitar penduduk. Tabel 3.1. Rasio Jumlah Penduduk terhadap Jumlah Puskesmas dan Dokter di Kabupaten Gunungkidul, Tahun Rasio Jumlah Penduduk per Puskesmas Rasio Jumlah Penduduk per Dokter (1) (2) (3) Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Gunungkidul dan Estimasi Penduduk 3.2. Keluhan Kesehatan dan Penyakit Terbanyak Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu wilayah. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya. Indikator angka harapan hidup merupakan salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat. Semakin besar persentase angka harapan hidup mengindikasikan jika derajat kesehatan penduduk masih rendah. Indikator Angka Harapan Hidup (AHH). Berdasarkan Tabel 3.2 dari tahun ke tahun Angka Harapan Hidup semakin meningkat, artinya derajat kesehatan penduduk Kabupaten Gunungkidul memiliki kecenderungan terus meningkat. Peningkatan usia harapan hidup juga dapat dijadikan sebagai gambaran keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi. Pada 2010 Angka Harapan Hidup penduduk Kabupaten Gunungkidul mencapai 73,35 tahun dan pada 2015 angkanya sudah meningkat menjadi 73,69 tahun. Angka ini bermakna bahwa anak yang lahir pada tahun 2015 diperkirakan akan hidup ratarata sampai umur 73,69 tahun. Tabel 3.2. Angka Harapan Hidup (AHH) di Kabupaten Gunungkidul, (Tahun) Tahun AHH (1) (4) , , , , , ,69 Sumber : Susenas Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

29 3.3. Kesehatan Balita Kesehatan merupakan salah satu aspek dari kehidupan masyarakat mutu hidup, produktifitas tenaga kerja, angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada bayi dan anak-anak, menurunnya daya kerja fisik serta terganggunya perkembangan mental adalah akibat langsung atau tidak langsung dari masalah gizi kurang. Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai sedini mungkin yaitu sejak dini yaitu sejak masih bayi, salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di masa depan. Akhir-akhir ini sering dibicarakan tentang peningkatan penggunaan ASI. Terjadinya kerawanan gizi pada bayi disebabkan karena selain makanan yang kurang juga karena Air Susu Ibu (ASI) banyak diganti dengan susu botol dengan cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. Hal ini pertanda adanya perubahan sosial dan budaya yang negatif dipandang dari segi gizi Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2015 sampai usia sekitar empat bulan. Setelah itu ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras. Balita merupakan generasi penerus masa depan. Balita yang sehat merupakan modal dasar tercapainya masyarakat yang sehat dan cerdas. Kesehatan balita tidak hanya dipengaruhi oleh kesehatan ibu semasa kehamilan, akan tetapi juga dipengaruhi oleh proses kelahiran/ persalinan dan asupan air susu ibu (ASI) Keluarga Berencana Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk. Program keluarga berencana oleh pemerintah adalah agar keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada pertumbuhan yang seimbang. Gerakan Keluarga Berencana Nasional Indonesia telah berumur sangat lama yaitu pada tahun 70-an dan masyarakat dunia menganggap berhasil menurunkan angka kelahiran yang signifikan. Perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya. Keluarga berencana merupakan salah satu pelayanan kesehatan prenvetif 15

30 yang paling dasar dan utama bagai wanita meskipun tidak selalu diakui demikian, peningkatan dan perluasan KB merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematiaan ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita yang harus menentukan pemilihan alat kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia tetapi juga metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional. Kesehatan individual, dan seksualitas wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi. Dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat di samping peningkatan derajat kesehatan masyarakat, pengendalian laju pertumbuhan penduduk melalui program Keluarga Berencana (KB) juga terus digalakkan. Program KB bertujuan untuk membina keluarga kecil yang sejahtera dan bahagia. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak penduduk Kabupaten Gunungkidul yang sadar akan pentingnya pembinaan keluarga yang terencana. Jumlah Akseptor KB Aktif di Kabupaten Gunungkidul pada 2015 sebanyak peserta. Gambar 3.1. Persentase Akseptor KB Aktif menurut Jenis Kontrasepsi yang Sedang Digunakan di Kabupaten Gunungkidul, 2015 Suntik 55,88% Implant 9,98% MOW+MOP 3,51% IUD 14,22% Secara keseluruhan alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan penduduk Kabupaten Gunungkidul adalah suntik KB sebesar 55,88 persen, disusul IUD 14,22 persen dan pil KB sebesar 13,58 persen. Kondom 2,84% Pil 13,58% Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

31 Bab 4 Ketenagakerjaan Meningkatnya jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi oleh perluasan sangat banyak dan memiliki keterampilan ini merupakan potensi yang berharga. lapangan kerja akan membawa beban Jumlah penduduk yang besar dan tidak tersendiri bagi perekonomian. Angkatan kerja yang tidak tertampung dalam lapangan kerja akan menyebabkan pengangguran. Padahal harapan pemerintah, semakin banyaknya jumlah angkatan kerja bisa menjadi pendorong pembangunan ekonomi. Kualitas tenaga kerja dalam suatu negara dapat ditentukan dengan melihat tingkat pendidikan negara tersebut. Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia, tingkat pendidikannya masih rendah. Hal ini menyebabkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi rendah. Minimnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan rendahnya produktivitas tenaga kerja, sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap rendahnya kualitas hasil produksi barang dan jasa. Jumlah penduduk pada dasarnya merupakan potensi yang sangat berharga ditinjau dari segi tenaga kerja, jika dapat didayagunakan dengan baik, penduduk yang Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2015 memiliki keterampilan ini adalah kerugiannya yang dapat menyebabkan pengangguran di mana-mana 4.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Persediaan tenaga kerja yaitu jumlah penduduk yang sedang dan siap untuk bekerja. Persediaan tenaga kerja dihitung dari jumlah angkatan kerja (labor force). Ada dua tahap kegiatan untuk menghitung persediaan angkatan kerja, yaitu pembuatan proyeksi penduduk ini dilakukan karena total angkatan kerja selalu merupakan bagian dari penduduk dan kedua pembuatan proyeksi angkatan kerja. Persediaan tenaga kerja atau labor supply adalah sejumlah orang yang mau bekerja pada tingkat upah tertentu. Biasanya jumlah persediaan tenaga kerja diketahui dari penduduk usia kerja yang kegiatan utamanya seminggu yang lalu adalah bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Persediaan tenaga kerja adalah jumlah 17

32 penduduk yang sudah siap untuk bekerja, disebut angkatan kerja (labour force) yang dapat dilihat dari segi kualitas dan kuantitas. Persediaan tenaga kerja adalah penjumlahan angkatan kerja yang terdiri dari penduduk yang bekerja dan mencari pekerjaan. Sementara penduduk yang bekerja disebut sebagai kebutuhan tenaga kerja (labor demand). Selisih antara persediaan dikurangi dengan kebutuhan disebut sebagai pengangguran (pencari kerja) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan indikator atau gambaran keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi yang diukur dengan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas (penduduk usia kerja) yang masuk dalam pasar kerja, baik yang bekerja maupun masih menganggur. Dengan indikator ini dapat dilihat besarnya penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi pada suatu wilayah atau negara serta dapat menunjukkan besaran relatif dari pasokan tenaga kerja (labour supply) yang tersedia untuk produksi barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2015 Tabel 4.1. TPAK Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, (%) Tahun Laki-laki Perempuan Laki-laki+ Perempuan (1) (2) (3) (4) ,35 72,40 80, ,86 68,88 77, ,35 69,81 77, ,81 57,19 70,77 Sumber : Sakernas Berdasarkan Tabel 4.1, di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2015 memiliki TPAK sebesar 70,77 persen. Artinya bahwa dari 100 penduduk usia 15 tahun ke atas ada sekitar 71 penduduk berstatus sebagai angkatan kerja. Jika dibanding tahun sebelumnya, TPAK tahun ini mengalami penurunan dari 77,65 persen. Jelasnya penurunan ataupun peningkatan TPAK belum dapat secara langsung menggambarkan kondisi baik buruknya ketenagakerjaan di Kabupaten Gunungkidul. Peningkatan TPAK perlu ditelusuri lebih jauh lagi, apakah lebih dipengaruhi oleh tingkat pengangguran ataukah tingkat penyerapan tenaga kerja (penduduk yang bekerja) pada kurun waktu tersebut. Jika dilihat menurut jenis kelamin, TPAK laki-laki menunjukkan angka yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Pada 2015, TPAK laki-laki sebesar 85,81 persen, sedangkan TPAK perempuan sebesar 57,19 18

33 persen. Tingkat partisipasi perempuan cenderung lebih rendah disebabkan karena peran ganda mereka dalam rumah tangga. Perempuan akan cenderung keluar dari dunia kerja ketika memasuki masa perkawinan, melahirkan, membesarkan anak dan kemudian kemungkinan mereka akan kembali ke dunia kerja ketika anak-anaknya sudah cukup besar Pengangguran Terbuka Jumlah penduduk yang besar tanpa diikuti dengan kualitas rata-rata yang baik maka dapat menimbulkan banyak permasalahan. Salah satu permasalahan kependudukan terbesar yang dihadapi Indonesia saat ini adalah tingginya angka Pengangguran Terbuka. Pengangguran Terbuka adalah angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan. Angkatan Kerja diartikan sebagai jumlah penduduk usia kerja (15 tahun keatas) yang sedang bekerja atau sedang mencari pekerjaan Indikator yang biasa digunakan untuk mengukur pengangguran adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). TPT memberikan indikasi tentang penduduk usia kerja yang termasuk dalam kelompok pengangguran. TPT diukur sebagai persentase jumlah penganggur/pencari kerja terhadap jumlah angkatan kerja. Naiknya TPT dapat berarti adanya penurunan daya serap tenaga kerja atau dapat juga berarti Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2015 bahwa kecepatan laju kesempatan kerja tidak dapat mengimbangi kecepatan laju pertumbuhan angkatan kerja. Kabupaten Gunungkidul pada Agustus 2015 memiliki TPT terendah dibandingkan dengan kabupaten/kota se- D.I Yogyakarta, yaitu sebesar 2,78 persen. Sedangkan TPT pada tingkat provinsi mencapai 3,02 persen (Lampiran Tabel 4.4.). Rendahnya TPT di Kabupaten Gunungkidul kemungkinan disebabkan karena kondisi geografis dan sosial ekonomi masyarakat yang kurang menguntungkan sehingga mereka terpaksa mengoptimalkan pekerjaan mereka sehari-harinya dan tidak seselektif penduduk kabupaten/kota lain dalam menentukan pekerjaan. Jika mereka kalah bersaing dalam pasar tenaga kerja non pertanian, maka mereka akan lari ke sektor pertanian. Tabel 4.2. TPT Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, (%) Tahun Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan (1) (2) (3) (4) ,14 0,53 1, ,19 1,11 1, ,81 1,38 1, ,65 3,32 2,78 Sumber : Sakernas

34 Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat bahwa tahun 2015 TPT mengalami kenaikan. Angka TPT ini setiap tahun mengalami perubahan yang cepat karena sebagian penduduk bekerja adalah pekerja keluarga di sektor pertanian yang setiap saat dapat berhenti ataupun beralih ke sektor lain yang dirasa lebih menguntungkan secara ekonomi. Kenaikan TPT dapat diartikan bahwa daya serap tenaga kerja pada 2015 lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika dilihat menurut jenis kelamin, pada periode tersebut TPT laki-laki selalu lebih rendah dari perempuan dan pada 2015 angkanya 2,65 persen untuk laki-laki dan 3,32 persen untuk perempuan. Kenyataan ini dikarenakan sebagian besar perempuan di Gunungkidul menjadi pekerja keluarga untuk usaha pertaniannya, sedang laki-laki lebih cenderung mencari tambahan pekerjaan dan penghasilan dari sektor lainnya Lapangan Usaha Proporsi pekerja menurut lapangan usaha merupakan salah satu ukuran untuk melihat potensi perekonomian dalam menyerap tenaga kerja. Semakin besar proporsi pekerja di sektor primer (pertanian) maka semakin tinggi under utilitis pekerja, karena secara umum sektor pertanian masih merupakan sektor dengan produktivitas terendah. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2015 Tabel 4.3. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Sektor Utama di Kabupaten Gunungkidul 2015(%) Sektor Utama Prosentase (%) (1) (2) Pertanian 52,40 Industri Pengolahan 7,80 Perdagangan 13,17 Jasa 11,58 Lainnya 15,05 Sumber : Sakernas 2015 Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat bahwa sektor pertanian masih merupakan sektor yang paling dominan dalam menyerap tenaga kerja dimana lebih dari setengah penduduk bekerja di sektor tersebut, diikuti sektor jasa dan terakhir sektor manufaktur. Pada 2015 Sektor Pertanian mampu menyerap tenaga kerja terbanyak yaitu 52,40, sektor perdagangan menempati urutan terbesar kedua yaitu 13,17 persen, dan sektor jasa sebesar 11,58 persen. Sedangkan Sektor Industri pengolahan hanya mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 7,80 persen.. Hal ini lebih disebabkan karena lahan pertanian yang masih tersedia cukup luas sehingga sektor pertanian sebagai pekerjaan utama sebagian besar penduduknya. 20

35 Bab 5 Konsumsi & Pengeluaran Rumahtangga Masalah gizi tidak terlepas dari masalah makanan karena masalah gizi timbul sebagai akibat kekurangan atau kelebihan kandungan zat gizi dalam makanan. Salah satu masalah gizi yang sering dijumpai khususnya di perdesaan adalah kurang energi protein. Oleh karena itu tingkat konsumsi/ kecukupan energi dan protein digunakan juga sebagai indikator tingkat kesejahteraan penduduk. Kesejahteraan dapat dikatakan makin baik apabila energi dan protein yang dikonsumsi penduduk semakin meningkat sampai akhirnya melewati kecukupan kalori/protein per kapita per hari. Kebutuhan rumah tangga dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori besar, yaitu kebutuhan akan pangan dan bukan pangan. Dengan demikian, pada tingkat penda patan tertentu, rumah tangga akan mengalokasikan pendapatannya untuk memenuhi kedua kebutuhan tersebut. Secara alamiah kuantitas pangan yang dibutuhkan seseorang akan mencapai titik jenuh sementara kebutuhan bukan pangan, termasuk kualitas pangan tidak terbatasi dengan cara yang sama. Oleh karena itu, besaran pendapatan (yang diproksi dengan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2015 pengeluaran total) yang dibelanjakan untuk pangan dari suatu rumah tangga dapat digunakan sebagai petunjuk tingkat kesejahteraan rumah tangga tersebut. Makin tinggi pangsa pengeluaran pangan dibanding pengeluaran non pangan, berarti makin berkurang kesejahteraan rumah tangga yang bersangkutan. Sebaliknya, makin kecil pangsa pengeluaran pangan dibanding pengeluaran non pangan maka rumah tangga tersebut makin sejahtera. Ada banyak indikator kesejahteraan penduduk yang dihasilkan dari data konsumsi rumahtangga. Beberapa indikator kesejahteraan yang digunakan dalam publikasi ini antara lain jumlah dan persentase penduduk miskin, distribusi pengeluaran rumahtangga dan pola konsumsi rumahtangga Penduduk Miskin Secara umum penduduk miskin didefinisikan sebagai penduduk yang pendapatannya (proksi dengan pengeluaran) lebih kecil dari pendapatan yang dibutuhkan untuk hidup secara layak di wilayah tempat tinggalnya. Kebutuhan 21

36 Tahun hidup layak tersebut diterjemahkan sebagai sejumlah nilai rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat memenuhi kebutuhan makan setara kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan nonmakanan yang paling esensial yang terdiri atas perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan aneka barang dan jasa lainnya. Gambar 5.1: Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Gunungkidul, ,83 21, Persentase Penduduk Miskin 21,73 Berdasarkan Gambar 5.1. terlihat bahwa persentase penduduk miskin di Kabupaten Gunungkidul cenderung mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Tahun 2013 jumlah penduduk miskin mencapai 21,70 persen sedangkan tahun 2014 menjadi 20,83 persen dan naik kembali pada tahun 2015 menjadi 21,73 persen. Namun dalam periode diantara itu, persentasenya cenderung fluktuatif yang menandakan bahwa masih banyak penduduk dalam kondisi rentan miskin. Salah satu yang mempengaruhi fluktuasi ini Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2015 adalah mata pencaharian penduduk Kabupaten Gunungkidul yang sebagian besar bekerja di sektor pertanian. Pertanian di Kabupaten Gunungkidul merupakan lahan pertanian tadah hujan. Curah hujan yang kurang bisa menyebabkan berkurangnya produksi tanaman pangan di Kabupaten Gunugkidul dan berimbas pada berkurangnya penghasilan penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian Distribusi Pendapatan Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara tidak hanya mengejar peningkatan pendapatan secara makro, tetapi juga harus memperhatikan pemerataan pendapatannya. Distribusi pendapatan yang tidak merata tidak hanya akan menciptakan kemiskinan, tetapi juga dapat menimbulkan masalah kesenjangan sosial. Oleh karena itu pembangunan yang dilakukan diharapkan tidak hanya untuk mencapai target tingkat pertumbuhan, tetapi juga menghasilkan pemerataan bagi masyarakat. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat tingkat ketimpangan pendapatan penduduk adalah kriteria ketimpangan dari Bank Dunia. Kriteria ini membagi penduduk menjadi 3 kelompok utama yaitu dengan melihat persentase pendapatan yang mampu 22

37 dibelanjakan oleh kelompok 40 persen penduduk yang berpendapatan terendah, kelompok 40 persen penduduk berpendapatan menengah dan kelompok 20 persen penduduk berpendapatan tertinggi. Gambar 5.2: Distribusi Pendapatan menurut Kriteria Bank Dunia di Kabupaten Gunungkidul, 2015 Berdasarkan Gambar 5.2 terlihat bahwa pengeluaran 40 persen penduduk berpendapatan terendah sekitar 21,20 persen dari total pengeluaran penduduk di Kabupaten Gunungkidul. Sedangkan pengeluaran kelompok 20 persen penduduk berpendapatan teratas mencapai 41,01 persen. Sedangkan pendapatan kelompok penduduk berpendapatan menengah (21,20 persen). Kenyataan ini menunjukkan bahwa adanya pemerataan penduduk yang berpendapatan rendah dengan penduduk berpendapatan menengah dan tinggi Pola Konsumsi Rumahtangga Pola konsumsi rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2015 kesejahteraan penduduk. Semakin tinggi pendapatan maka porsi pendapatan untuk pengeluaran akan bergeser dari pengeluaran untuk makanan ke pengeluaran bukan makanan. Namun pergeseran tersebut bukanlah hal yang bisa terjadi dengan cepat. Suatu wilayah dengan jumlah penduduk yang bergantung pada sektor pertanian, sangat wajar jika tingkat konsumsi makanan masih cukup tinggi dibanding konsumsi non makanan. Hal ini karena secara umum penduduknya berpendapatan rendah dan dengan tingkat kemiskinan yang masih cukup tinggi, sehingga proporsi pengeluaran untuk makanan relatif lebih tinggi. Dilihat menurut jenis kelompok komoditinya, pada 2015 pengeluaran makanan terbanyak yang dikonsumsi rumah tangga per bulan adalah untuk sub kelompok makanan dan minuman jadi/ olahan yaitu sebesar 21,32 persen, kemudian diikuti kelompok padi-padian sebesar 14,29 persen. Persentase pengeluaran non makanan dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan kelompok Aneka Barang dan Jasa yang diantaranya meliputi pengeluaran untuk biaya pendidikan dan kesehatan yaitu sebesar 12,37 persen, Sedangkan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan Perumahan dan Fasilitas Rumah Tangga 23

38 sebesar 26,98 persen,sedangkan Persentase pengeluaran non makanan dialokasikan paling banyak adalah Barang - Barang Tahan Lama yaitu 35,34 persen (Lampiran Tabel 5.1. dan 5.2.). Tabel 5.1 Perbandingan Pengeluaran 4 Kelompok Penting di Kabupaten Gunungkidul, 2015 Kelompok Pengeluaran Persentase terhadap Total Pengeluaran (1) (2) Padi-padian 14,29 Ikan dan sebagainya 5,13 Telur, susu dsb 5,59 Tembakau dan sirih 16,06 Sumber: Susenas 2015, BPS, data diolah kembali Yang menarik adalah pada tabel 5.1. yaitu pengeluaran untuk Kelompok tembakau yang terdiri dari rokok (filter dan non filter), tembakau dan pelengkapnya, serta sirih pinang persentasenya mencapai 16,06 persen total pengeluaran makanan. Angka itu lebih tinggi dari pengeluaran untuk kelompok padi-padian dan tiga kali lebih pengeluaran untuk ikan. Perlu ditingkatkan adanya kesadaran untuk mengurangi bahkan menghentikan konsumsi rokok dan mengalihkannya ke investasi kehidupan yang lebih baik dalam bentuk kesehatan dan pendidikan. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

39 Bab 6 Perumahan & Lingkungan Hidup Rumah merupakan sebuah bangunan, tempat manusia tinggal dan melangsungkan kehidupannya. Disamping itu rumah juga merupakan tempat berlangsungnya proses sosialisasi pada saat seorang individu diperkenalkan kepada norma dan adat kebiasaan yang berlaku di dalam suatu masyarakat.jadi setiap perumahan memiliki sistem nilai yang berlaku bagi warganya.sistem nilai tersebut berbeda antara satu perumahan dengan perumahan yang lain, tergantung pada daerah ataupun keadaan masyarakat setempat. Rumah yang diciptakan dengan suasana yang bersih, sehat, aman, nyaman, dan harmonis, diharapkan mampu berperan dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sekarang ini, rumah sebagai bangunan fisik sudah menjadi bagian dari gaya hidup dan bahkan dapat mencerminkan status sosial dari pemiliknya. Kita dapat membandingkan kondisi ekonomi dan kesehatan seseorang dilihat dari fisik rumahnya. Rumah merupakan salah satu determinan kesehatan masyarakat. Karena itu, rumah yang sehat tentunya memiliki kriteria standar kelayakan sebuah rumah. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2015 Rumah sebagai penunjang identitas keluarga (identity) yang diwujudkan pada kualitas hunian atau perlindungan yang diberikan oleh rumah. Kebutuhan akan tempat tinggal dimaksudkan agar penghuni dapat memiliki tempat berteduh guna melindungi diri dari iklim setempat. Rumah sebagai penunjang kesempatan (opportunity) keluarga untuk berkembang dalam kehidupan sosial budaya dan ekonomi atau fungsi pengemban keluarga. Kebutuhan berupa akses ini diterjemahkan dalam pemenuhan kebutuhan sosial dan kemudahan ke tempat kerja guna mendapatkan sumber penghasilan. Rumah sebagai penunjang rasa aman (security) dalam arti terjaminnya. keadaan keluarga di masa depan setelah mendapatkan rumah. Jaminan keamanan atas lingkungan perumahan yang ditempati serta jaminan keamanan berupa kepemilikan rumah dan lahan. Rumah merupakan tempat berkumpul bagi semua anggota keluarga sebagai tempat untuk menghabiskan sebagian besar waktunya, sehingga kondisi kesehatan perumahan sangat berperan sebagai media penularan penyakit di antara anggota keluarga atau tetangga sekitarnya. Salah satu ukuran yang digunakan untuk 25

40 menilai kesehatan perumahan diantaranya adalah luas lantai rumah/tempat tinggal. Luas lantai rumah tempat tinggal selain digunakan sebagai indikator untuk menilai kemampuan sosial masyarakat, secara tidak langsung juga dikaitan dengan sistem kesehatan lingkungan keluarga atau tempat tinggal (perumahan). Luas lantai erat kaitannya dengan tingkat kepadatan hunian atau rata-rata luas ruang untuk setiap anggota keluarga. Tidak dapat dipungkiri bahwa kelengkapan fasilitas pokok/standar sebuah rumah menjadi salah satu faktor penentu kenyamanan dan kesehatan bagi para penghuninya. Keberadaan fasilitasfasilitas tersebut pada gilirannya akan menentukan kualitas rumah, yang berarti akan mempengaruhi derajat kesehatan dari penghuninya. Tingkat kesehatan rumah dan lingkungan antara lain tercermin dari jenis lantai, luas lantai, sumber air minum, jenis kloset yang digunakan, serta sumber penerangan. Tabel 6.1 Persentase Rumah Tangga menurut Luas Lantai Rumah di Kabupaten Gunungkidul, Rata-rata Luas Lantai (m 2 ) (1) (2) (3) (4) <20 0,37 0,67 0, ,34 8,14 8, ,43 50,22 51, ,85 40,97 40,00 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber : Susenas Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2015 Luas lantai tempat tinggal merupakan indikator untuk menggambarkan kecukupan tempat tinggal. Luas lantai erat kaitannya dengan tingkat kepadatan hunian atau rata-rata luas ruang untuk setiap anggota keluarga. Diperkirakan sampai batas-batas tertentu, semakin luas lantai yang didiami, berarti semakin baik keadaan sosialnya, yang pada gilirannya diharapkan akan mendatangkan kesejahteraan bagi penghuninya. Berdasarkan indikator luas lantai terlihat bahwa persentase rumah tangga dengan rata-rata luas lantai terbanyak memiliki luas antara 50 m 2 sampai 99 m 2 yaitu sebesar 51,50 persen, kemudian diikuti rumah dengan luas lantai 100 m 2 sebanyak 40,00 persen. Hal ini bisa dimaklumi karena masih luasnya lahan di wilayah Gunungkidul. Selain dari luas lantai, jenis lantai juga dapat digunakan sebagai indikator untuk melihat kualitas perumahan. Semakin baik kualitas lantai perumahan dapat diasumsikan semakin baik tingkat kesejahteraan penduduknya. Selain itu, jenis lantai juga dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Semakin banyak rumah tangga yang mendiami rumah dengan lantai tanah akan berpengaruh pada derajat kesehatan masyarakat. 26

41 Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air Minum Berbeda dengan indikator luas lantai, indikator perumahan lain di Gunungkidul pada tahun 2015 tercatat masih ada penduduk yang tempat tinggalnya masih berlantai tanah sebesar 12,07 persen. Sedangkan lantai bukan tanah sebesar 87,93 persen. Sumber air minum merupakan faktor utama penentu kualitas air yang dikonsumsi dan sangat erat kaitannya dengan kesehatan. Pada 2015, air ledeng merupakan sumber air minum yang paling banyak digunakan oleh rumah tangga yaitu sebesar 30,74 persen. Sedangkan sebagian besar rumah tangga lainnya menggunakan air yang bersumber dari sumur, dan air hujan masing-masing sebesar 27,81 persen, dan 23,60 persen. Gambar 6.1 : Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air Minum di Kabupaten Gunungkidul, 2015 manusia. Jamban terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya Jenis kloset leher angsa dianggap sebagai tempat pembuangan air besar yang paling sehat, karena di bawahnya terdapat saluran berbentuk huruf U untuk menampung air sehingga bau tinja tidak bisa keluar. Sehingga, ketika semakin banyak rumah tangga yang menggunakan fasilitas tempat buang besar berupa kloset berjenis leher angsa mengindikasikan bahwa kesadaran masyarakat untuk menggunakan fasilitas tempat pembuangan air besar yang lebih sehat semakin meningkat Gambar 6.2 : Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Kloset yang Digunakan, Air Kemasan Ledeng Pompa Sumur Mata Air Air Hujan Lainnya Sumber Air Minum, Tahun Tempat pembuangan air besar (jamban) adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan tinja Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2015 Pada 2015, rumah tangga di Kabupaten Gunungkidul yang menggunakan kloset berjenis leher angsa hanya mencapai 79,79 persen hal ini menunjukkan bahwa keterbatasan ekonomi yang dialami tidak menghambat 27

42 masyarakat untuk membuat suatu jamban sehat dan juga karena pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya jamban sehat dan akibat apa yang akan ditimbulkan bila membuang hajat secara sembarangan sudah mereka pahami. Itu karena adanya penyuluhan dari pihak terkait tentang hal ini, sementara itu rumah tangga yang masih menggunakan tempat pembuangan akhir cemplung/cubluk masih cukup banyak yaitu sebesar 18,41 persen. Gambar 6.3 : Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Penerangan Utama, 2015 penduduk sama artinya dengan membiarkan sebagian penduduk untuk hidup di masa lalu dan melupakan masa depan. Oleh sebab itu, mestinya ada upaya besar untuk menyediakan listrik bagi seluruh penduduk yang sampai saat ini belum terjangkau pelayanannya. Tingkat elektrifikasi di Gunungkidul telah mencapai 99,40 persen, sedangkan 0,60 persen rumah tangga lainnya masih menggunakan pelita/sentir/obor sebagai sumber penerangan utamanya Listrik PLN Listrik non PLN Bukan listrik Sudah umum dipahami bahwa listrik adalah kebutuhan pokok dalam kehidupan saat ini. Sangat jauh perbedaan kehidupan mereka yang mendapat pelayanan listrik dengan yang tidak, ibarat malam dengan siang. Maka sudah menjadi keharusan bagi pemerintah untuk menyediakan pelayanan listrik bagi seluruh penduduknya, jika masyarakat yang aman, adil, dan sejahtera menjadi cita-cita bersama. Ketidakmampuan menyediakan listrik kepada semua Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

43 Lampiran

44 Tabel 1.1. Distribusi Penduduk menurut Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2000 dan 2010 Kabupaten / Kota Banyaknya (jiwa) Persentase (%) Banyaknya (jiwa) Persentase (%) (1) (2) (3) (4) (5) 1. Kulonprogo , ,25 2. Bantul , ,36 3. Gunungkidul , ,53 4. Sleman , ,62 5. Kota Yogyakarta , ,24 D.I Yogyakarta , ,00 Sumber : Sensus Penduduk 2000 dan 2010 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

45 Tabel 1.2. Luas dan Kepadatan Penduduk menurut Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta, 1990, 2000 dan 2010 Kabupaten / Kota Luas (Km 2 ) Kepadatan Penduduk per Km (1) (2) (3) (4) (5) 1. Kulonprogo 586, Bantul 506, Gunungkidul 1 485, Sleman 574, Kota Yogyakarta 32, D.I Yogyakarta 3 185, Sumber : Sensus Penduduk 1990, 2000, 2010 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

46 Tabel 1.3. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, 2015 Kecamatan Luas Wilayah (Km 2 ) Penduduk (jiwa) Kepadatan Penduduk (Jiwa per Km 2 ) (1) (2) (3) (4) 1. Panggang 99, Purwosari 71, Paliyan 58, Saptosari 87, Tepus 104, Tanjungsari 71, Rongkop 83, Girisubo 94, Semanu 108, Ponjong 104, Karangmojo 80, Wonosari 75, Playen 105, Patuk 72, Gedangsari 68, Nglipar 73, Ngawen 46, Semin 78, Jumlah 1 485, Sumber : Proyeksi Penduduk Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

47 Tabel 1.4. Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun menurut Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten / Kota (1) (2) (3) (4) (5) 1. Kulonprogo 0,29 0,22 0,04 0,48 2. Bantul 1,21 0,94 1,19 1,57 3. Gunungkidul 0,68 0,13 0,30 0,07 4. Sleman 1,56 1,43 1,50 1,90 5. Kota Yogyakarta 1,72 0,34 0,39 0,21 D.I Yogyakarta 1,09 0,58 0,72 1,04 Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, 2000 dan 2010 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

48 Tabel 1.5. Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk Pertahun menurut Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Kecamatan (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Panggang 0,89 0,20-1,24 0,12 0,22 2. Purwosari 0,35-0,35-0,70 0,39 0,54 3. Paliyan 0,56 0,82-0,20 0,55-0,07 4. Saptosari 0,50 0,78 0,11 0,78-0,11 5. Tepus 1,01 0,63-0,59 0,17-0,34 6. Tanjungsari 0,69 1,37-0,01 0,28-0,05 7. Rongkop -0,02 0,24-0,32 0,57-0,50 8. Girisubo 1,63 0,23-1,47 0,67-0,47 9. Semanu 0,52 0,93 0,02 0,65-0, Ponjong 0,66 0,70-0,40 0,17-0, Karangmojo 0,71 0,52-0,31-0,38 0, Wonosari 1,58 1,61 0,78 0,45 0, Playen 0,83 0,68-0,19 0,19 0, Patuk 0,35 0,82-0,11 0,36 0, Gedangsari 0,90 0,85 0,08 0,23-0, Nglipar 0,94 0,69-0,03-0,36 0, Ngawen 0,97 0,37 0,47 0,65 0, Semin 1,02 0,13 0,16 0,29-0,24 Jumlah 0,81 0,68 0,13 0,31 0,07 Sumber : Sensus Penduduk 1961, 1971, 1980, 1990, 2000, dan 2010 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

49 Tabel 1.6. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, 2015 Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan (1) (2) (3) (4) Jumlah Sumber : Proyeksi Penduduk 2015 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

50 Tabel 1.7. Persentase Penduduk menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin dan Sex Ratio di Kabupaten Gunungkidul, 2015 Kelompok Umur Laki - Laki Perempuan Sex Ratio (1) (2) (3) (4) ,36 48,64 105, ,35 48,65 105, ,64 48,36 106, ,33 47,67 109, ,95 52,05 92, ,64 51,36 94, ,12 50,88 96, ,84 52,16 91, ,04 51,96 92, ,27 52,73 89, ,29 53,71 86, ,30 51,70 93, ,08 51,92 92, ,45 56,55 76,84 Jumlah 48,37 51,63 93,68 Sumber : Proyeksi Penduduk 2015 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

51 Tabel 1.8. Persentase Penduduk Perempuan Usia 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin menurut Umur Perkawinan Pertama di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2015 Kelompok Umur Perkawinan Pertama Proporsi (%) (1) (2) 16 3, Jumlah Sumber : Susenas ,6 79,0 6,5 100,0 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

52 Tabel 1.9. Rata-Rata Jumlah Anak Lahir Hidup,dan Anak Masih Hidup per Perempuan Usia Tahun Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Gunungkidul, 2015 Kelompok Umur Rata-Rata Anak Lahir Hidup Rata-Rata Anak Masih Hidup (1) (2) (3) ,02 0, ,29 0, ,74 0, ,47 1, ,83 1, ,02 1, ,12 2,09 Rata-Rata 1,21 1,20 Sumber : Susenas 2015 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

53 Tabel Rata-Rata Banyaknya Anggota Rumah Tangga per Rumah Tangga menurut Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Kecamatan (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Panggang 5,6 5,1 4,3 4,0 3,9 2. Purwosari 5,1 4,8 4,2 4,0 4,0 3. Paliyan 5,0 4,6 4,0 3,7 3,5 4. Saptosari 5,1 4,7 4,1 3,9 3,7 5. Tepus 5,4 4,9 4,0 3,7 3,4 6. Tanjungsari 5,2 4,9 4,1 3,7 3,5 7. Rongkop 5,2 4,7 4,1 3,9 3,6 8. Girisubo 5,4 4,7 3,9 3,7 3,4 9. Semanu 4,8 4,7 4,0 3,7 3,4 10. Ponjong 5,2 4,9 4,2 3,8 3,5 11. Karangmojo 5,0 4,7 4,1 3,6 3,4 12. Wonosari 5,1 5,0 4,3 3,9 3,6 13. Playen 4,9 4,5 4,0 3,7 3,5 14. Patuk 4,7 4,0 4,0 3,6 3,3 15. Gedangsari 4,8 4,7 4,1 3,8 3,3 16. Nglipar 4,9 4,7 4,1 3,6 3,4 17. Ngawen 4,8 4,5 3,9 3,6 3,4 18. Semin 5,3 4,8 4,0 3,6 3,3 Jumlah 5,1 4,7 4,1 3,7 3,5 Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, 2000 dan 2010 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

54 Tabel 2.1. Rasio Murid terhadap Sekolah, Kelas, dan Guru menurut Tingkat Sekolah (Negeri dan Swasta) di Kabupaten Gunungkidul, 2015 Tingkat Sekolah Murid/Sekolah Murid/Kelas Murid/Guru (1) (2) (3) (4) TK/RA/BA 27,90 15,68 10,22 SD/MI 102,7 16,43 11,68 SLTP/MTs 215,57 25,55 10,94 SMU/MA 239,67 23,34 7,46 SMK 375,98 33,13 9, 95 Sumber : Gunungkidul Dalam Angka 2015 Tabel 2.2. Persentase Penduduk Usia 7-12 Tahun menurut Partisipasi Sekolah dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, 2015 Partisipasi Sekolah Laki - Laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) Tidak/ Belum Pernah Sekolah 0,0 0,0 0,0 Masih Sekolah 100,0 100,0 100,0 Tidak Bersekolah Lagi 0,0 0,0 0,0 Sumber : Susenas 2015 Jumlah 100,0 100,0 100,0 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

55 Tabel 2.3. Persentase Penduduk Usia Tahun menurut Partisipasi Sekolah dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, 2015 Partisipasi Sekolah Laki - Laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) Tidak/ Belum Pernah Sekolah 0,0 0,0 0,0 Masih Sekolah 100,0 100,0 100,0 Tidak Bersekolah Lagi 0,0 0,0 0,0 Jumlah 100,0 100,0 100,0 Sumber : Susenas 2015 Tabel 2.4. Persentase Penduduk Usia Tahun menurut Partisipasi Sekolah dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, 2015 Partisipasi Sekolah Laki - Laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) Tidak/ Belum Pernah Sekolah 0,0 0,0 0,0 Masih Sekolah 74,4 80,1 77,2 Tidak Bersekolah Lagi 25,6 19,9 22,8 Jumlah 100,0 100,0 100,0 Sumber : Susenas 2015 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

56 Tabel 2.5. Persentase Penduduk Usia Tahun menurut Partisipasi Sekolah di Kabupaten Gunungkidul, 2015 Partisipasi Sekolah Laki - Laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) Tidak/ Belum Pernah Sekolah 0,0 0,0 0,0 Masih Sekolah 23,8 16,2 20,0 Tidak Bersekolah Lagi 76,2 83,8 80,0 Jumlah 100,0 100,0 100,0 Sumber : Susenas 2015 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

57 Tabel 2.6. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, 2015 Kelompok Umur Laki Laki Perempuan Laki - Laki + Perempuan (1) (2) (3) (4) ,0 100,0 100, ,00 100,0 98, ,44 80,40 77,18 Sumber : Susenas 2015 Tabel 2.7. Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, 2015 Tingkat Pendidikan Laki Laki Perempuan Laki - Laki + Perempuan (1) (2) (3) (4) SD 107,45 105,80 106,67 SLTP 108,09 113,78 110,96 SLTA 80,77 71,31 76,20 Sumber : Susenas 2014 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

58 Tabel 2.8. Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, 2015 Tingkat Pendidikan Laki Laki Perempuan Laki - Laki + Perempuan (1) (2) (3) (4) SD 100,0 100,0 100,0 SLTP 80,34 86,76 83,59 SLTA 70,09 64,56 67,42 Sumber : Susenas 2015 Tabel 2.9. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, 2015 Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Laki - Laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) Tidak Punya 16,4 18,3 17,4 SD/Sederajat 35,6 37,5 36,6 SLTP/Sederajat 27,2 24,3 25,7 SLTA/Sederajat 17,1 15,6 16,4 Diploma dan Perguruan Tinggi 3,7 4,3 4,1 Sumber : Susenas 2015 Jumlah 100,0 100,0 100,0 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

59 Tabel Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas menurut Partisipasi Sekolah dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, 2015 Partisipasi Sekolah Laki - Laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) Tidak/ Belum Pernah Sekolah 9,7 22,0 15,8 Masih Sekolah 16,5 14,2 15,4 Tidak Bersekolah Lagi 73,8 63,8 68,8 Sumber : Susenas 2015 Jumlah 100,0 100,0 100,0 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

60 Tabel 3.1. Rasio Penduduk Terhadap Puskesmas menurut Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, 2015 Kecamatan Jumlah Penduduk *) Jumlah Puskesmas **) Rasio (1) (2) (3) (4) 1. Panggang Purwosari Paliyan Saptosari Tepus Tanjungsari Rongkop Girisubo Semanu Ponjong Karangmojo Wonosari Playen Patuk Gedangsari Nglipar Ngawen Semin Jumlah Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul Keterangan : 1. *) Proyeksi Penduduk **) Termasuk Puskesmas Pembantu & Keliling Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

61 Tabel 3.2. Rasio Banyaknya Dokter terhadap Penduduk di Kabupaten Gunungkidul, Tahun Jumlah Penduduk *) Jumlah Dokter **) Rasio (1) (2) (3) (4) Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul Keterangan : 1. *) Proyeksi SP2000 SUPAS 2005, SP2010 dan Proyeksi Penduduk 2. **) Dokter Umum, Gigi, Spesialis (Termasuk Dokter PTT dan Dokter di Dinas Kesehatan) Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

62 Tabel 3.3 Angka Harapan Hidup Kabupaten Gunungkidul, Tahun Angka Harapan Hidup (Tahun) (1) (4) , , , , ,69 Sumber : IPM , diolah kembali Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

63 Tabel 3.4 Persentase Wanita Berumur Tahun dan Berstatus Kawin menurut Alat/Cara KB yang digunakan di Kabupaten Gunungkidul, 2015 Cara KB Proporsi (%) (1) (2) 1. AKDR/IUD 13,18 2. Suntik 56,84 3. Susuk KB 16,03 4. Pil KB 10,85 5. Kondom / Karet KB 1,67 6. Cara Lainnya 1,43 Sumber : Susenas 2015 Jumlah 100,00 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

64 Tabel 3.5 Banyaknya Akseptor KB Aktif menurut Kecamatan dan Jenis Kontrasepsi Yang Sedang Digunakan di Kabupaten Gunungkidul, 2015 Jenis Kontrasepsi Kecamatan IUD MOP + MOW Implant Suntik Pil Kondom Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (9) 1. Panggang Purwosari Paliyan Saptosari Tepus Tanjungsari Rongkop Girisubo Semanu Ponjong Karangmojo Wonosari Playen Patuk Gedangsari Nglipar Ngawen Semin Jumlah Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

65 Tabel 4.1. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama Selama Seminggu yang Lalu dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, 2015 Kegiatan utama Laki-laki Perempuan Laki-laki+ Perempuan (1) (2) (3) (4) Bekerja 83,54 55,34 68,72 Pengangguran 2,27 1,85 2,05 Mengurus rumah tangga 6,49 6,03 6,25 Sekolah 0,92 31,29 16,88 Lainnya 6,78 5,50 6,11 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber : Sakernas 2015 Tabel 4.2. Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Sektor Utama di Kabupaten Gunungkidul, 2015 Sektor Utama Prosentase (%) (1) (5) Pertanian 52,40 Industri Pengolahan 7,80 Perdagangan 13,17 Jasa 11,58 Lainnya 15,05 Jumlah 100,00 Sumber : Sakernas 2015 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

66 Tabel 4.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin di D.I Yogyakarta, 2015 Kabupaten / Kota Laki-laki Perempuan Laki-laki+ Perempuan (1) (2) (3) (4) Kulonprogo 86,14 65,74 75,62 Bantul 78,45 57,58 67,84 Gunungkidul 85,81 57,19 70,77 Sleman 77,24 53,63 65,45 Kota Yogyakarta 75,50 58,55 66,70 D.I. Yogyakarta 80,93 57,30 68,38 Sumber : Sakernas 2015 Tabel 4.4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin di D.I Yogyakarta, 2015 Kabupaten / Kota Laki-laki Perempuan Laki-laki+ Perempuan (1) (2) (3) (4) 1. Kulonprogo 3,62 3,84 3,30 2. Bantul 2,10 4,18 2,81 3. Gunungkidul 2,65 3,32 2,78 4. Sleman 5,31 5,45 4,80 D.I. Yogyakarta 3,72 4,54 3,02 Sumber : Sakernas 2015 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

67 Tabel 5.1. Persentase Pengeluaran Makanan yang Dikonsumsi Rumah Tangga Selama Seminggu menurut Jenisnya di Kabupaten Gunungkidul, 2015 Jenis Makanan Persentase (%) (1) (2) 1. Padi Padian 2. Umbi Umbian 3. Ikan Dan Sebagainya 4. Daging 5. Telur, Susu dan Sebagainya 6. Sayur Sayuran 7. Kacang Kacangan 8. Buah Buahan 9. Minyak Dan Lemak 10. Bahan Minuman 11. Bumbu Bumbuan 12. Konsumsi Lainnya 13. Makanan dan Minuman Jadi 14. Tembakau dan Sirih 14,29 1,47 5,13 6,38 5,59 7,34 4,21 4,63 4,23 4,96 1,73 2,66 21,32 16,06 Sumber : Susenas 2015 Jumlah 100,00 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

68 Tabel 5.2. Persentase Pengeluaran Non Makanan yang Dikonsumsi Rumah Tangga Selama sebulan yang lalu menurut Jenisnya di Kabupaten Gunungkidul, 2015 Jenis Pengeluaran Persentase (1) (2) 1. Perumahan dan Fasilitas Rumah Tangga 26,98 2. Aneka Barang dan Jasa 12,37 3. Pakaian, Alas Kaki dan Tutup Kepala 8,72 4. Barang - Barang Tahan Lama 35,34 5. Pajak, Pungutan dan Asuransi 2,42 6. Keperluan Pesta dan Upacara/ Kenduri 8,54 Jumlah 100,00 Sumber : Susenas 2015 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

69 Tabel 5.3. PDRB Perkapita menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan di Kabupaten Gunungkidul, (Triliun Rupiah) Tahun Harga Berlaku (Rp) PDRB Perkapita Setahun Indeks Berantai ADH Berlaku Harga Konstan (Rp) Indeks Berantai ADH Konstan (1) (2) (3) (4) (5) 2012*) 15,23 107,10 14,00 103, **) 16,47 108,14 14,54 103, **) 17,97 109,11 15,03 103, **) 19,34 107,62 15,59 103,73 Keterangan : Tahun Dasar 2010 *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

70 Tabel 5.4. Pengeluaran Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan di Kabupaten Gunungkidul, 2015 Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan Makanan Kelompok Barang/Commodity Group Bukan Makanan Persentase Pengeluaran (1) (2) (3) (4) < > JUMLAH Sumber : Susenas 2015 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

71 Tabel 5.5. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin menurut Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta Tahun, Kabupaten/Kota Penduduk Miskin Persentase (000 jiwa) (%) Penduduk Miskin Persentase (000 jiwa) (%) Penduduk Miskin Persentase (000 jiwa) (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Kulonprogo 86,5 21,39 84,67 20,64 88,13 21,40 2. Bantul 156,6 16,48 153,49 15,89 160,15 16,33 3. Gunungkidul 152,4 21,70 148,39 20, ,73 4. Sleman 110,8 9,68 110,44 9,5 110,96 9,46 5. Kota Yogyakarta 35,6 8,82 35,6 8,67 35,98 8,75 D.I. Yogyakarta 541,9 15,03 544,9 15,00 550,2 14,91 Sumber : Susenas Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

72 Tabel 5.6. Distribusi Pendapatan Menurut Kriteria Bank Dunia di Kabupaten Gunungkidul, 2015 Kelompok Penduduk Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah Pengeluaran (Juta Rupiah) Persentase Pengeluaran (%) (1) (2) (3) (4) 40 Dengan Pendapatan Terendah ,20 40 Dengan Pendapatan Menengah ,78 20 Dengan Pendapatan Atas ,01 Sumber : Susenas 2015 Jumlah ,00 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

73 Tabel 6.1. Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Lantai Terluas Tempat Tinggal di Kabupaten Gunungkidul, Tahun Jenis Lantai Terluas Tanah (%) Bukan Tanah (%) Jumlah (%) (1) (2) (3) (4) ,82 86,18 100, ,58 86,46 100, ,90 87,10 100, ,07 87,93 100,00 Sumber : Susenas Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

74 Tabel 6.2. Persentase Rumah Tangga menurut Luas Lantai Rumah di Kabupaten Gunungkidul, Luas Lantai (m 2 ) (1) (2) (3) (4) (5) <20 0,90 0,37 0,67 0, ,70 8,64 8,14 8, ,60 46,43 50,22 51, ,80 44,85 40,97 40,00 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Susenas Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

75 Tabel 6.3. Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air Minum di Kabupaten Gunungkidul, Sumber Air Minum (1) (2) (3) (4) (5) Air Kemasan dan Air Isi Ulang 1,16 2,26 3,85 2,57 Ledeng 23,31 25,07 25,63 30,74 Sumur Bor/Pompa 3,92 6,14 3, Sumur 44,91 47,93 38,78 27,81 Mata Air 9,62 2,09 9,14 6,93 Air Hujan 17,08 16,33 18,37 23,60 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Susenas Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

76 Tabel 6.3. Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Kloset yang Digunakan, 2015 Jenis Kloset Persentase (%) (1) (2) Leher Angsa 79,79 Plengse-ngan 0,60 Cemplung/Cubluk 18,41 Tidak Pakai 1,20 Sumber : Susenas 2015 Jumlah 100,00 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

77 Tabel 6.5. Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Penerangan Utama, 2015 Sumber penerangan Persentase (%) (1) (2) Listrik PLN 99,40 Listrik non PLN 0,14 Bukan listrik 0,46 Jumlah 100,00 Sumber : Susenas 2015 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

78

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2014 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2014 No. ISBN ISBN Number : 4102004.3403 No. Publikasi Publication Number : 34032.14.12 Naskah Manuscript

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G / Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Katalog BPS : 4103.3375 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Kerjasama BAPPEDA KOTA PEKALONGAN Dengan BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN 2012 Ukuran buku : 21 cm x 29,7 cm Jumlah halaman : 60 + ix halaman Naskah : Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser Penyunting : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 INDIKATOR SOSIAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 Jumlah Halaman : ix + 77 halaman Naskah : BPS Kabupaten Pulau Morotai Diterbitkan Oleh : BAPPEDA Kabupaten Pulau

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA 1. Gambaran Umum Demografi DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA Kondisi demografi mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah karena faktor demografi ikut mempengaruhi pemerintah

Lebih terperinci

INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan

INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan INIJIKATDR l~e~ejaht&raan RAKYAT ~~QI!i Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN 2015

Lebih terperinci

ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013

ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 No. Publikasi : 62520.1404 Katalog BPS : 4102004.62 Ukuran Buku Jumlah Halaman :15 cm x 21 cm :

Lebih terperinci

PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 i PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 ii KATA PENGANTAR Profil Kesejahteraan Rakyat Kota Palangka Raya Tahun 2013 ini adalah merupakan publikasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat

Lebih terperinci

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67 RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS 2015 Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, meningkatnya derajat kesehatan penduduk di suatu wilayah, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN WANITA 2014 ISSN : No. Publikasi : 5314.1420 Katalog BPS : 2104003.5314 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah Halaman : xiv + 31 halaman Naskah : BPS Kabupaten Rote Ndao Penyunting :

Lebih terperinci

STATISTIK GENDER 2011

STATISTIK GENDER 2011 STATISTIK GENDER 211 STATISTIK GENDER 211 ISBN: 978-979 - 64-46 - 9 No. Publikasi: 421.111 Katalog BPS: 21412 Ukuran Buku: 19 cm x 11 cm Naskah: Sub Direktorat Statistik Rumah tangga Gambar Kulit: Sub

Lebih terperinci

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 Nomor Publikasi: 16522.11.04 Katalog BPS: 3101017.16 Naskah: Seksi Statistik

Lebih terperinci

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Katalog BPS : 2301003.34 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Statistik BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG KatalogBPS:4102004.18 Kerjasama BadanPerencanaanPembangunanDaerahLampung dan BadanPusatStatitistikProvinsiLampung BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI LAMPUNG 2012

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 merupakan publikasi yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan Indeks Demokrasi Indonesia

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA BONTANG KOTA BONTANG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA BONTANG KOTA BONTANG KATALOG BPS : 4013.6474 2012 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA BONTANG KOTA BONTANG Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bontang Badan Pusat Statistik Kota Bontang INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA TANGERANG SELATAN 2 0 1 4 ISSN : 2089-4619 Katalog BPS : 4102004.3674 Ukuran Buku : 25 cm x 17,6 cm Jumlah Halaman : x + 76 Halaman / pages Naskah: Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG 2 0 1 3 ISSN: 2085-6016 Katalog BPS : 4101002.3601 Ukuran Buku : 21 cm x 15 cm Jumlah Halaman : 86 + xiii Halaman Naskah: Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit:

Lebih terperinci

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 Nomor ISBN : 979-599-884-6 Nomor Publikasi : 52085.11.08 Ukuran Buku : 18.2 x 25.7cm Jumlah Halaman : 50 Halaman Naskah : Dinas Komunikais

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

https://rotendaokab.bps.go.id

https://rotendaokab.bps.go.id KATA PENGANTAR Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 disusun guna memenuhi kebutuhan pengguna data statistik khususnya data statistik sosial. Oleh karena itu BPS Kabupaten

Lebih terperinci

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU INDIKATOR KETENAGAKERJAAN KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2012 No Publikasi : 76042.1202 Katalog BPS : 2302003.7604 Ukuran

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011 No. Publikasi : 5371.1012 Katalog BPS : 4103.5371 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman : 122 Halaman

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. iii. Alfatah Sibua, S.Ag, M.Hum. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015

KATA PENGANTAR. iii. Alfatah Sibua, S.Ag, M.Hum. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas kehendaknya Publikasi tahunan Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 dapat diselesaikan dengan baik. Publikasi ini mencakup informasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR 1. Penyebaran Penduduk Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat Propinsi Sulawesi Selatan dengan batas-batas

Lebih terperinci

Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat

Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat gambaran umum tentang keadaan kesejahteraan di Kabupaten

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 WELFARE INDICATORS OF KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 WELFARE INDICATORS OF KALIMANTAN

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN PEGANDON 2016

STATISTIK DAERAH KECAMATAN PEGANDON 2016 Katalog BPS 1101002.2324100 STATISTIK DAERAH KECAMATAN PEGANDON 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KENDAL STATISTIK KECAMATAN PEGANDON TAHUN 2016 NO. Publikasi/ Publikasi Number : 33.24.100.13.02 No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan. Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan. Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan merupakan Kabupaten urutan ke-13 dari 14 Kabupaten/ Kota di Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013 PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013 ISBN: 978-979 - 064-666 - 7 No. Publikasi: 04210.1310 Katalog BPS: 2104010 Ukuran Buku: 11 cm x 19 cm Jumlah Halaman: vii + 48 Naskah: Subdirektorat Statistik

Lebih terperinci

STATISTIK KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI 2014 ISSN : 2355-2964 Katalog BPS : 2301104.51 Nomor Publikasi : 51521.1502 Ukuran Buku : 14,8 cm x 21 cm Jumlah Halaman : xi + 75 halaman Naskah : BPS Provinsi

Lebih terperinci

Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi oleh pemerintah pusat dan daerah dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat saat ini adalah masih tingginya angka kemiskinan dan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG 2 0 1 1 ISSN: 2085 6016 Katalog BPS : 4101002.3601 Ukuran Buku : 22 cm x 16,5 cm Jumlah Halaman : 96 + xiii Halaman Naskah: Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit:

Lebih terperinci

3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia

3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia 3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia Manusia pada hakekatnya merupakan mahluk Tuhan yang sangat kompleks, dimana secara hirarki penciptaan manusia dilatarbelakangi adanya asal usul manusia sebagai mahluk yang

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT i DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL i ii viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Dasar Hukum 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen 4 1.4 Sistimatika Dokumen

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2013 merupakan publikasi kedua yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan indikator keuangan

Lebih terperinci

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 merupakan publikasi perdana yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan indikator keuangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak 237.641.326 juta jiwa penduduk (BPS, 2010). Di tingkat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semarang, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG K e p a l a, BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG.

KATA PENGANTAR. Semarang, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG K e p a l a, BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG. KATA PENGANTAR Disadari bahwa istilah kesejahteraan sebenarnya mencakup bidang - bidang kehidupan yang sangat luas yang tidak semua aspeknya dapat diukur. Isi dari publikasi ini hanya mencakup pada aspek-aspek

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

madiunkota.bps.go.id

madiunkota.bps.go.id Statistik Kesejahteraan Rakyat Kota Madiun Tahun 2015 Nomor Publikasi : 35770.1610 Katalog BPS : 3101001.3577 Naskah oleh : Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit oleh : Seksi Statistik Sosial Diterbitkan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009 25 KATA PENGANTAR Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia. Meningkatnya jumlah penduduk lanjut

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 4102004.8104 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BURU INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN BURU TAHUN 2015 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN BURU TAHUN 2014 ISBN : Nomor Publikasi

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2010 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2010 ISSN : 2089-1652 No. Publikasi/Publication Number : 91522.1105 Katalog BPS/BPS Catalogue : 4102004.9100

Lebih terperinci

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2014

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2014 Kabupaten Pinrang 1 Kabupaten Pinrang 2 Kata Pengantar I ndikator Kesejahteraan Rakyat (Inkesra) Kabupaten Pinrang tahun 2013 memuat berbagai indikator antara lain: indikator Kependudukan, Keluarga Berencana,

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT Kabupaten Kulon Progo 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kulon Progo INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT

Lebih terperinci

Profile Perempuan Indonesia

Profile Perempuan Indonesia Profile Perempuan Indonesia PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebangkitan nasional sebagai awal perjuangan perempuan yang terorganisir, ditandai dengan diselenggarakannya Kongres Perempuan Indonesia tingkat

Lebih terperinci

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR Katalog BPS : 4103.7371 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR KATA PENGANTAR BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Makassar 2015 disusun sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Padang, 01 November 2016 Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Provinsi Sumatera Barat Kepala

KATA PENGANTAR. Padang, 01 November 2016 Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Provinsi Sumatera Barat Kepala KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-nya kepada kita semua, sehingga Tim Penulis dapat menyelesaikan penyusunan buku Profil Gender dan

Lebih terperinci

BAB III PROFIL SOSIAL BUDAYA

BAB III PROFIL SOSIAL BUDAYA BAB III PROFIL SOSIAL BUDAYA 3.1. Demografi Penduduk Kabupaten Sumba Barat pada Tahun 2014 berjumlah 119.907 jiwa, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 21.883. Jumlah penduduk tersebut jika diklasifikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang dinamis dalam mengubah dan meningkatkan kesehjateraan masyarakat. Ada tiga indikator keberhasilan suatu pembangunan dalam

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Sejak tahun 2000, Indonesia telah meratifikasi Millenium Development Goals (MDGs) di bawah naungan Persatuan Bangsa- Bangsa.

Lebih terperinci

Sambutan... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. iv Daftar Gambar.. iv

Sambutan... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. iv Daftar Gambar.. iv DAFTAR ISI halaman Sambutan... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. iv Daftar Gambar.. iv BAB I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang... 1 2. Pengertian Indikator... 2 3. Indikator Kesejahteraan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008

PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008 PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008 Kerjasama Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2008 PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Batu tahun 2015 merupakan pemfokusan rencana pembangunan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Batu pada tahun 2015. Pemfokusan berpedoman

Lebih terperinci

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual Katalog BPS : 4102004.8172 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MALUKU TENGGARA Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual Tahun 2012 ISSN : 0216.4769 Katalog BPS

Lebih terperinci

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di

Lebih terperinci

Gambar Perkembangan Kemiskinan di Indonesia,

Gambar Perkembangan Kemiskinan di Indonesia, Kemiskinan Termasuk bagian penting dari aspek analisis ketenagakerjaan adalah melihat kondisi taraf kehidupan penduduk, yang diyakini merupakan dampak langsung dari dinamika ketenagakerjaan. Kemiskinan

Lebih terperinci

Indikator Ketenagakerjaan KABUPATEN WAROPEN TAHUN Oleh : Muhammad Fajar

Indikator Ketenagakerjaan KABUPATEN WAROPEN TAHUN Oleh : Muhammad Fajar KABUPATEN WAROPEN TAHUN 2014 Oleh : Muhammad Fajar KATA PENGANTAR Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik mengamanatkan Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab atas perstatistikan di

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG 3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia Manusia adalah makhluk Tuhan yang terdiri dari ruh dan jasad yang dilengkapi dengan potensi dan kelebihan dibandingkan makhluk lainnya,

Lebih terperinci

MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009

MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009 MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009 2.6 terhadap PUS umur terhadap PUS 40-49 Umur 40-49 1 Bengkulu Selatan 2,7 3,8 2 Rejang Lebong 3,6 4,7 3 Bengkulu Utara 3,6 5,3 4

Lebih terperinci

pareparekota.bps.go.id

pareparekota.bps.go.id INDIKATOR SOSIAL KOTA PAREPARE TAHUN 2015 ISSN : 2460-2450 Nomor Publikasi : 73720.1503 Katalog BPS : 4102004.7372 Ukuran Buku : 21 cm x 15 cm Jumlah Halaman : 87 Naskah : Seksi Statistik Sosial BPS Kota

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2011 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2011 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 91522.1205 Katalog BPS/BPS Catalogue : 4102004.9100 Ukuran

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG 3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia Manusia adalah makhluk Tuhan yang terdiri dari ruh dan jasad yang dilengkapi dengan potensi dan kelebihan dibandingkan makhluk lainnya,

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.3510071 STATISTIK DAERAH KECAMATANTEGALSARI 2015 Katalog BPS : 1101002.3510071 Ukuran Buku : 18,2 cm x 25,7 cm Jumlah Halaman : vi + 16 Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik

Lebih terperinci

Katalog BPS : STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG

Katalog BPS : STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG Katalog BPS : 9213.3273.100 STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI 2015 ISSN : - No. Publikasi : 3273.1543 Katalog BPS : 9213.3273.100

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng KATA PENGANTAR Puja Angayu bagia kami haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas waranugraha-nya maka penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah

Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah Erisman, M.Si, Kabid Statistik Sosial, BPS Provinsi Jawa Tengah Data Penduduk Yang Digunakan Mulai tahun 2014 angka penduduk yang digunakan adalah

Lebih terperinci

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010 ISSN 2087-7633 KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010 KERJASAMA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada 4.1. Profil Wilayah BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 49 29 Lintang Selatan dan 6 0 50 44

Lebih terperinci

TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU

TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU TANTANGAN MEWUJUDKAN BONUS DEMOGRAFI DI PROVINSI BENGKULU irdsall, Kelley dan Sinding eds (2001), tokoh aliran Revisionis dalam masalah demografi membawa pemikiran adanya hubungan antara perkembangan penduduk

Lebih terperinci

BAB II ASPEK STRATEGIS

BAB II ASPEK STRATEGIS BAB II ASPEK STRATEGIS Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 II - 16 BAB II ASPEK STRATEGIS A. Sumber Daya Manusia 1. Kependudukan umlah Penduduk Kabupaten Luwu Utara pada

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI 2016 ISSN : - No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman

STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI 2016 ISSN : - No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman Katalog BPS : 9312.3273.100 Statistik Daerah Kecamatan Rancasari 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI 2016 ISSN : - No. Publikasi : 3273.1642 Katalog BPS : 9213.3273.100

Lebih terperinci

STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015

STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015 No. 16/07/33/16/Th.I, 16 Juli 2017 STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015 Pemuda adalah bagian dari penduduk usia produktif yaitu berumur 16-30 tahun. Jumlah pemuda di Kabupaten Blora adalah 167.881 jiwa atau

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 No Publikasi : 2171.15.31 Katalog BPS : 1102001.2171.081 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 11 hal. Naskah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI Kota Bandung merupakan Ibu kota Propinsi Jawa Barat yang terletak diantara 107 36 Bujur Timur, 6 55 Lintang Selatan. Ketinggian tanah 791m di atas permukaan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH

BAB II DESKRIPSI WILAYAH BAB II DESKRIPSI WILAYAH 1.1 Kondisi Geografis 2.1.1 Kota Magelang a. Letak Wilayah Berdasarkan letak astronomis, Kota Magelang terletak pada posisi 110 0 12 30 110 0 12 52 Bujur Timur dan 7 0 26 28 7

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKRO SOSIAL KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2012

INDIKATOR MAKRO SOSIAL KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2012 INDIKATOR MAKRO SOSIAL KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2012 Kerjasama BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO DAN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SITUBONDO TAHUN ANGGARAN 2013 INDIKATOR MAKRO

Lebih terperinci

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau

Lebih terperinci

A. Keadaan Geografis Dan Topografi

A. Keadaan Geografis Dan Topografi BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI GORONTALO Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Provinsi Gorontalo di bentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2000, maka secara administratif sudah terpisah dari Provinsi

Lebih terperinci