KATA PENGANTAR. iii. Alfatah Sibua, S.Ag, M.Hum. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015
|
|
- Vera Kusnadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2
3 KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas kehendaknya Publikasi tahunan Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 dapat diselesaikan dengan baik. Publikasi ini mencakup informasi mengenai kondisi sosial masyarakat pulau morotai yang dapat diukur dan tersedia datanya. Ada tujuh bab Utama, yaitu: kependudukan, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan dan gizi, perumahan dan lingkungan, pola konsumsi, dan sosial lainnya. Dengan analisis ringkas dan sederhana, semoga publikasi ini dapat membantu pengguna data baik oleh instansi/dinas pemerintah, swasta, kalangan akademisi, maupun masyarakat luas. Kritik dan saran konstruktif berbagai pihak kami harapkan untuk penyempurnaan penerbitan mendatang. Morotai, September 2016 Kapala BAPPEDA Kabupaten Pulau Morotai Alfatah Sibua, S.Ag, M.Hum Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 iii
4 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Hal iii iv v 1. Kependudukan 2 2. Ketenagakerjaan Pendidikan Kesehatan dan Gizi Perumahan & Lingkungan Pola Konsumsi Sosial Lainnya 69 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 iv
5 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Piramida Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Gambar 1.2 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin (RJK) Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pulau Morotai, Gambar 1.3 Persentase Persebaran Penduduk dan Wilayah daratan dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Gambar 1.4 Jumlah Penduduk berdasarkan kecamatan di Kabupaten Pulau Morotai, Gambar 1.5 Persentase Perempuan yang Pernah Kawin dan/atau hamil Berumur 10 Tahun Ke Atas menurut umur perkawaninan dan umur kehamilan pertama di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Gambar 1.6 Persentase Penduduk Berumur Tahun menurut Jenis Kelamin dan Status Perkawinan di Kabupaten Pulau Morotai, Gambar 1.7 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Pulau Morotai, Gambar 2.1 Persentase Jumlah Penduduk berdasarkan Usia Kerja dan Angkatan kerja di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Gambar 2.2 Persentase Jumlah Penduduk usia 15 tahun keatas menurut Jenis Kelamin dan Kegiatan Utama di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Gambar 2.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pulau Morotai, Gambar 2.4 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pulau Morotai, Hal Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 v
6 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.5 Jumlah Penduduk Usia 15 tahun Keatas yang bekerja berdasarkan lapangan usaha Utama di Kabupaten Pulau Morotai, Gambar 2.6 Jumlah Penduduk Usia 15 tahun Keatas yang bekerja berdasarkan Status Pekerjaan Utama di Kabupaten Pulau Morotai, Gambar 2.7 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja menurut Tingkat Pendidikan Terakhir yang Ditamatkan di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Gambar 2.8 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja menurut Tingkat Pendidikan Terakhir yang Ditamatkan di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Gambar 2.9 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja menurut Jenis Kelamin dan Lama Jam kerja seminggu terakhir di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Gambar 3.1 Angka Melek Huruf (AMH) Penduduk usia 15 tahun keatas menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pulau Morotai, Gambar 3.2 Persentase Penduduk Usia 7-24 tahun Menurut Status Pendidikan dan Jenjang Pendidikan yang Ditempati di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Gambar 3.3 Rata-Rata Lama Sekolah di Kabupaten Pulau Morotai, Gambar 3.4 Persentase Penduduk Usia 15 tahun menurut Ijazah tertinggi yang dimiliki di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Gambar 3.5 Persentase Perbandingan Jumlah Murid dan Guru berdasarkan Jenjang Pendidikan di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Hal Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 vi
7 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.6 Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) di Kabupaten Pulau Morotai, Gambar 4.1 Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan selama sebulan terakhir di Kabupaten Pulau Morotai, Gambar 4.2 Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan menurut status sakit selama sebulan terakhir di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Gambar 4.3 Rata-rata Lama Sakit Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan selama sebulan terakhir di Kabupaten Pulau Morotai, Gambar 4.4 Persentase Penduduk Menurut Status Kesehatan dan Jenis Kelamin penderita sakit Selama Sebulan terakhir di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Gambar 4.5 Persentase Penduduk yang mengalami keluhan kesehatan Tetapi Tidak berobat Jalan selama Sebulan Terakhir dan alasan utama tidak Berobat Jalan di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Gambar 4.6 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan selama Sebulan Terakhir berdasarkan Tempat Berobat Jalan di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Gambar 4.7 Persentase Balita berumur 0-23 bulan menurut status pemberian ASI di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Gambar 4.8 Persentase Balita yang Pernah Mendapat Imunisasi berdasarkan Jenis Imunisasi di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Hal Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 vii
8 DAFTAR GAMBAR Gambar 4.9 Persentase Penduduk usia 5 tahun Keatas Menurut Jenis kelamin dan Status Merokok Tembakau Sebulan Terakhir di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Gambar 4.10 Persentase Perempuan Berumur Tahun yang Pernah Kawin menurut Status Penggunaan Alat/Cara KB dan Alasan Utama Tidak Menggunakan Alat/Cara KB di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Gambar 5.1 Persentase Rumah Tangga berdasarkan Status Kepemilikan Bangunan Tempat Tinggal yang Ditempati di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Gambar 5.2 Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air Utama yang digunakan dan Jenis Penggunaannya di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Gambar 5.3 Persentase Rumah Tangga Berdasarkan Sumber Penerangan di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Gambar 5.4 Persentase Rumah Tangga berdasarkan Bahan Bangunan Utama Atap Rumah Terluas di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Gambar 5.5 Persentase Rumah Tangga berdasarkan Bahan Bangunan Utama dinding Terluas di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Gambar 5.6 Persentase Rumah Tangga berdasarkan Bahan Bangunan Utama Lantai Terluas di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Gambar 5.7 Persentase Rumah Tangga berdasarkan Fasilitas Tempat Buang Air Besar di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Hal Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 viii
9 Gambar 6.1 Gambar 7.1 Gambar 7.2 Gambar 7.3 DAFTAR GAMBAR Persentase Pengeluaran per kapita per bulan menurut jenis pengeluaran dan Jumlah dalam rupiah di Kabupaten Pulau Morotai, Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Memiliki Akses Teknologi Informasi dan Komunkasi Dalam 3 bulan Terakhir di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Persentase Perbandingan Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Memiliki Akses Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam 3 Bulan Terakhir Menurut jenis kelamin di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Persentase Penduduk Berumur 5 Tahun ke Atas yang Mengakses Internet dalam 3 Bulan Terakhir menurut Tujuan Mengakses Internet di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Hal Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 ix
10 BAB 1 Kependudukan
11 Kependudukan 1 Penduduk merupakan salah satu faktor dominan dalam proses pembangunan perekonomian. Jumlah penduduk yang besar berpotensi untuk mempercepat tercapainya tujuan. Akan tetapi jika penambahan kuantitas tidak dibarengi dengan peningkat kualitas sumber daya manusia, penduduk justru akan menjadi beban yang menghambat pergerakan roda perekonomian. Jadi, Penduduk tidak hanya berperan sebagai pelaksana pembangunan, tetapi juga sebagai sasaran dalam pembangunan itu sendiri. Beberapa masalah kependudukan seperti ketimpangan distribusi penduduk, ketimpangan komposisi penduduk, atau pertumbuhan penduduk yang terlalu tinggi, perlu diberikan perhatian khusus agar tidak merambat kepada masalah masalah sosial lain seperti meningkatnya jumlah pengangguran dan penduduk miskin. Dengan demikian diharapkan gambaran kondisi kependudukan masyarakat kabupaten murotai berikut dapat menjadi dasar dalam menentukan arah kebijakan untuk mencaoai masyarakat yang adil dan makmur. Piramida Penduduk Piramida penduduk digunakan untuk melihat struktur kependudukan sebuah wilayah berdasarkan rentang umur dan Jenis kelamin. Bentuk piramida penduduk Kab. Pulau Morotai pada tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 1.1 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
12 Usia Gambar 1.1 Piramida Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Pulau Morotai, ,000 4,000 2,000 2,000 4,000 6,000 Jumlah Penduduk Laki-laki Perempuan Sumber: BPS, Proyeksi Penduduk 2015 Bentuk Piramida diatas menunjukkan gambar piramida penduduk muda yaitu berbentuk seperti segitiga. Hal ini mengindikasikan bahwa Pulau Morotai memiliki kecenderungan angka kelahiran lebih tinggi daripada angka kematian. Dilihat dari jenis kelamin, penduduk laki-laki lebih dominan pada sebagian besar kelompok umur dibandingkan penduduk perempuan. Namun laki-laki juga memiliki kecenderungan kematian yang lebih besar. Ini dapat dilihat dari garis warna hijau (sebelah kiri) yang cenderung lebih miring dari bawah ke atas dibandingkan garis berwarna biru. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
13 Ribu Jiwa Rasio Jenis Kelamin Rasio Jenis Kelamin (RJK) merupakan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan per seratus jumlah penduduk perempuan di suatu wilayah pada suatu waktu tertentu. Jika diperoleh RJK = 102, maka bisa dikatakan bahwa dalam 100 penduduk perempuan terdapat 102 penduduk lakilaki. Data RJK berguna untuk pengembangan perencanaan pembangunan yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan dengan perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil. Gambar 1.2 Jumlah Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin (RJK) Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pulau Morotai, Perempuan Laki RJK Sumber: BPS, Proyeksi Penduduk 2015 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
14 Dari Gambar 1.2, Jumlah penduduk Pulau Morotai terus meningkat dari tahun ke tahun. Pertumbuhan penduduk tertinggi terjadi pada tahun 2012 yang mencapai 2,94% dan melambat hingga 2,75% pada tahun Penduduk Pulau Morotai masih didominasi oleh penduduk laki-laki dengan jumlah setiap 100 orang perempuan terdapat sekitar 106 orang laki-laki. Namun, dilihat dari nilai pertumbuhannya, sejak tahun 2013 pertumbuhan penduduk perempuan cenderung lebih meningkat sedangkan penduduk Laki-laki tampak cenderung lebih landai. Kepadatan Penduduk Kepadatan Penduduk merupakan Jumlah penduduk yang tinggal di suatu wilayah atau daerah tertentu dengan satuan satu kilometer persegi. Merupakan hasil perbandingan dari jumlah penduduk (jiwa) dengan luas wilayahnya (km 2 ). Dengan mengetahui kepadatan penduduk di tiap-tiap wilayah, perencanaan pembangunan yang tepat sasaran akan menjadi lebih terarah, seperti ketika akan mendirikan sekolah, pasar, atau sarana dan prasarana lainnya. Kepadatan penduduk dipengaruhi oleh tiga faktor utama, angka kematian, kelahiran, dan migrasi. Dari ketiga faktor ini, angka migrasi umumnya memiliki peran yang besar dalam menentukan kepadatan penduduk karena dapat dilakukan oleh siapa saja, setiap saat, kapanpun dan dimanapun. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
15 Gambar 1.3 Persentase Persebaran Penduduk dan Wilayah daratan dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Pulau Morotai, % 32% 16% 16% 14% 20% 13% 19% 17% 18% Morotai Selatan Morotai Timur Morotai Selatan Barat Morotai Jaya Morotai Utara Sebaran Penduduk 36% 14% 20% 13% 17% Wilayah Daratan 16% 16% 32% 19% 18% Kepadatan Penduduk Sumber: BPS, Proyeksi Penduduk Kecamatan di Pulau Morotai dengan kepadatan penduduk terbesar adalah Kec. Morsel, yaitu mencapai 59 jiwa/km 2. Selanjutnya, Kecamatan dengan Kepadatan penduduk terkecil adalah Kec. Morselbar, dengan kepadatan sekitar 17 jiwa/km 2. Kec. Morselbar menempati urutan ke 2 dilihat dari jumlah penduduk, yaitu 20 persen dari jumlah penduduk Pulau Morotai, namun karena wilayahnya yang paling luas, mencapai 31 persen luas wilayah, sehingga kepadatan penduduknya pun semakin kecil. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
16 Jiwa Gambar 1.4 Jumlah Penduduk berdasarkan kecamatan di Kabupaten Pulau Morotai, ,000 20,000 15,000 10,000 5,000 0 Morotai Selatan Morotai Timur Sumber: BPS, Proyeksi Penduduk 2015 Morotai Selatan Barat Morotai Jaya Morotai Utara Dilihat dari pertumbuhan jumlah penduduknya, Kec. Morsel memiliki tingkat pertumbuhan yang sangat pesat mencapai 4 persen lebih setiap tahunnya. Selanjutnya diikuti Kec. Morut dan morsel yang pertumbuhannya cukup pesat, yaitu berkisar diatas 2 persen setiap tahunnya. Kec Mortim dan Morjay memiliki pertumbuhan penduduk yang cenderung landai, dibawah 2 persen per tahun. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
17 Usia Perkawinan pertama dan Kelahiran pertama Umur perkawinan pertama disini adalah usia pertama kali menikah atau saat dimulai masa reproduksi pembuahan. Hubungan antara Usia perkawinan pertama dengan angka fertilitas adalah negatif. Semakin muda usia perkawinan maka akan semakin panjang masa reproduksinya atau semakin banyak anak yang dilahirkan sehingga fertilitas tinggi, begitu juga sebaliknya. Angka ini sangat berguna sebagai dasar pengambilan kebijakan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Gambar 1.5 Persentase Perempuan yang Pernah Kawin dan/atau hamil Berumur 10 Tahun Ke Atas menurut umur perkawaninan dan umur kehamilan pertama di Kabupaten Pulau Morotai, % 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 16 th th th 21+ th Kawin Pertama 8.36% 17.69% 30.18% 43.78% Hamil Pertama 11.44% 24.73% 35.75% 28.08% Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah) Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
18 Dari Gambar 1.5 dapat diketahui bahwa penduduk perempuan di pulau morotai cenderung menikah ketika mereka berumur 21 tahun ke atas. Perlu diingat bahwa, peluang untuk hamil menjadi berkurang, karena masa reproduksinya menjadi semakin singkat. Dengan jumlah usia kawin pertama sebesar 43,78 persen, artinya apabila ada 100 orang wanita usia 10 tahun keatas yang menikah untuk pertama kali, maka akan terdapat 44 wanita yang berusia 21 tahun keatas. Tingkat fertilitas paling tinggi adalah ketika berumur tahun. Pada usia tersebut terdapat sekitar 35,75 persen wanita yang hamil pertama dari total wanita yang pernah hamil pertama. Dengan kata lain, apabila ada 100 orang wanita berusia 10 tahun keatas yang hamil untuk pertama kali, maka akan terdapat 36 wanita yang berusia tahun. Untuk membentuk keluarga yang berkualitas, maka usia perkawinan perlu diperhatikan. Untuk usia perkawinan 19 tahun kebawah kebanyakan dianggap masih belum mampu menghadapi kehidupan rumah tangga dengan baik. Diantaranya karena usia mereka masih sebagai usia sekolah. Jika pada usia tersebut sudah harus berkeluarga, sekolah, bekerja, tentu akan memberatkan, kecuali jika mampu. Apabila tidak disikapi dengan bijak, maka hal ini justru akan menurunkan kualitas SDM itu sendiri. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
19 Status Perkawinan Gambar 1.6 Persentase Penduduk Berumur Tahun menurut Jenis Kelamin dan Status Perkawinan di Kabupaten Pulau Morotai, Laki-Laki Perempuan 80% 70% 64.37% 74.94% 60% 50% 40% 30% 34.00% 23.43% 20% 10% 0% 0.74% 0.89% 1.14% 0.49% Belum Kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati Sumber: BPS, Proyeksi Penduduk 2015 Dari Gambar 1.6, penduduk pada rentang usia tahun, sebebagian besar penduduknya telah berstatus kawin. Kemudian belum kawin dan hanya sedikit yang berstatus cerai mati dan cerai hidup. Penduduk perempuan memiliki kecenderungan lebih besar untuk kawin pada usia ini dibandingkan penduduk Pria. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
20 Indeks Pembangunan Manusia IPM diperkenalkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan. IPM dibentuk oleh 3 (tiga) dimensi dasar; 1. Umur panjang dan hidup sehat, 2. Pengetahuan, 3. Standar hidup layak. IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara. Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja Pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan Dana Alokasi Umum (DAU). Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
21 Gambar 1.7 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Pulau Morotai, IPM Sumber: BPS, Maluku Utara Dalam Angka Dari Gambar 1.7, angka IPM memiliki kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan paling tinggi terjadi pada tahun 2015, sebesar 0,93 poin dari tahun sebelumnya. Secara umum kualitas penduduk masih rendah, namun perlahan tapi pasti, selama pemerintah terus menerus memperbaiki kualitas penduduknya maka IPM pulau morotai juga akan meningkat. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
22 BAB 2 Ketenagakerjaan
23 Ketenagakerjaan 2 Salah satu penyebab utama masalah ekonomi adalah faktor tenaga kerja yang masih kurang berdaya guna dan berhasil guna. Pemerintah perlu mengambil sikap dalam masalah ini seperti membantu menciptakan atau mendorong terciptanya lapangan kerja baru bagi angkatan kerja yang belum bekerja, serta meningkatkan atau mendorong peningkatan produktivitas, keterampilan, dan perlindungan kerja bagi mereka yang sudah bekerja. Bab ini menjelaskan beberapa indikator yang digunakan untuk menggambarkan kondisi ketenagakerjaaan di Kabupaten Pulau Morotai. Data yang gunakan berdasarkan hasil pengolahan Survei Angatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2015 dan tahuntahun sebelumnya sesuai kebutuhan. Angkatan Kerja Konsep angkatan kerja yang digunakan BPS dalam Sakernas adalah The Labor Force Consept yang disarankan oleh International Labor Organization (ILO). Konsep ini membagi penduduk menjadi dua kelompok, yaitu penduduk usia kerja (penduduk usia diatas 15 tahun) dan penduduk bukan usia kerja. Selanjutnya, penduduk usia kerja dibagi berdasarkan kegiatan utama yang dilakukan yaitu menjadi, angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
24 Penduduk yang termasuk ke dalam angkatan kerja adalah mereka yang bekerja atau sudah punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran, sedangkan penduduk yang termasuk ke dalam bukan angkatan kerja adalah mereka yang aktif sekolah, mengurus rumah tangga, dan melakukan kegiatan lainnya. Gambar 2.1 Persentase Jumlah Penduduk berdasarkan Usia Kerja dan Angkatan kerja di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Bukan Usia Kerja 36.84% Usia Kerja 63.16% Bukan Angkatan Kerja 27.56% Angkatan Kerja 35.60% Bukan Usia Kerja Bukan Angkatan Kerja Angkatan Kerja Sumber: BPS, Ketenagakerjaan 2015 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
25 Dari Gambar 2.1, penduduk usia kerja di Pulau Morotai pada tahun 2015 adalah sebesar 63,16 persen dari total penduduk atau sebesar jiwa. Dari angka ini, jumlah penduduk yang termasuk angkatan kerja menyumbang sebesar 35,60 persen dari total penduduk atau sebesar jiwa. Dengan membandingkan jumlah angkatan kerja dengan penduduk usia kerja tersebut, maka nilai Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 2015 adalah sebesar persen. Gambar 2.2 Persentase Jumlah Penduduk usia 15 tahun keatas menurut Jenis Kelamin dan Kegiatan Utama di Kabupaten Pulau Morotai, % 90% 80% 23% 42% 31% 70% 60% 50% 84% 96% 40% 30% 77% 58% 69% 20% 10% 0% Bekerja 16% Pengangguran Terbuka Sekolah 4% Mengurus Rumah Tangga Lainnya Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja Laki-Laki Perempuan Sumber: BPS, Ketenagakerjaan 2015 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
26 Dari Gambar 2.2, diperoleh data bahwa angkatan kerja yang ada pada tahun 2015 di dominasi oleh penduduk Laki-laki, sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja yang ada, cenderung di dominasi oleh penduduk perempuan. Angka pengangguran terbuka pada tahun 2015 di dominasi oleh penduduk Perempuan yang mencapai total 84 persen dari jumlah seluruh angkatan kerja yang menganggur. Disisi lain, terdapat penduduk laki-laki yang kegiatan utamanya adalah mengurus rumah tangga yaitu dengan jumlah sebesar 4 persen dari penduduk bukan angkatan kerja yang mengurus rumah tangga Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah angka yang menunjukkan Mengindikasikan besarnya persentase penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi disuatu wilayah. Semakin tinggi TPAK menunjukkan bahwa semakin tinggi pula pasokan tenaga kerja (labour supply) yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Contoh : Jika TPAK 66% artinya dari 100 penduduk usia 15 tahun keatas, sebanyak 66 orang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa pada periode tertentu. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
27 Gambar Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pulau Morotai, Laki-laki Perempuan Sumber: BPS, Ketenagakerjaan 2015 Dari gambar 2.3, angka TPAK penduduk Laki-laki cenderung menurun dari tahun ke tahun yang mana nilai penurunan tersebut selalu diatas 2,7 persen dari tahun Sedangkan TPAK perempuan memiliki kecenderungan meningkat, namun terdapat penurunan yang tinggi pada th 2014 yaitu sebesar 33 persen dari jumlah yang ada. Nilai TPAK Laki-Laki pada tahun 2015 sebesar 77,23 artinya dari 100 penduduk laki-laki usia 15 tahun keatas, sebanyak 77 orang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa pada periode Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
28 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah angka Mengindikasikan besarnya persentase angkatan kerja yang termasuk dalam pengangguran. TPT yang tinggi menunjukkan bahwa terdapat banyak angkatan kerja yang tidak terserap pada pasar kerja. Angka ini diperoleh dari perbandingan jumlah penggangguran yang ada dengan perseratus jumlah angkatan kerja yang tersedia. Misalkan TPT 6%, artinya dari 100 penduduk usia 15 tahun keatas yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa sebanyak 6 orang merupakan pengangguran. Gambar Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pulau Morotai, Laki-laki Perempuan Total Sumber: BPS, Ketenagakerjaan 2015 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
29 Dari gambar 2.4, secara umum pengangguran masih cenderung berfluktuatif pada tahun namun terjadi peningkatan yang tinggi pada tahun 2015, yaitu dengan nilai TPT sebesar 9,98 persen. Dengan kata lain, dari 100 penduduk Pulau Morotai usia 15 tahun keatas yang tersedia untuk memproduksi barang dan jasa, sebanyak 10 orang merupakan pengangguran. Jika dipisah berdasarkan Jenis Kelaminnya, peningkatan angka TPT Total dipengaruhi oleh peningkatan TPT Perempuan yang meningkat hingga 151 persen. Angka TPT laki-laki tahun 2015 sudah cukup baik, mengalami penurunan sebesar 52 persen. Lapangan Usaha dan Status Pekerjaan Utama Secara umum, pada tahun 2015 sektor utama yang menyerap tenaga kerja terbesar di Pulau Morotai adalah sektor pertanian dengan jumlah mencapai 54,32%. Kemudian diikuti sektor Jasa sebesar 33,98%, dan yang terakhir adalah sektor Industri sebesar 11,71% dari seluruh angkatan kerja yang bekerja. Selanjutnya, dilihat dari status pekerjaan utama yang dilakukan, Penduduk yang bekerja kebanyakan berasal dari berusaha sendiri. Namun jika di telaah lebih jauh, pekerjaan menjadi buruh/karyawan/pegawai cenderung memiliki peminat yang tinggi. Dapat dilihat dari nilainya yang terus meningkat. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
30 RIBU JIWA Gambar 2.5 Jumlah Penduduk Usia 15 tahun Keatas yang bekerja berdasarkan lapangan usaha Utama di Kabupaten Pulau Morotai, Pertanian Industri Jasa Sumber: BPS, Ketenagakerjaan 2015 Dari gambar 2.5 sektor pertanian memiliki daya serap yang paling besar, namun memiliki kecenderungan menurun semenjak tahun Penurunan paling besar terjadi pada tahun 2015 yatu sebesar 30,88 persen dari tahun sebelumnya. Sektor Industri memiliki daya serap yang kecil, namun memiliki kecenderungan yang meningkat semenjak tahun Untuk sektor jasa masih berfluktiatif tetapi memiliki kecenderungan meningkat. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
31 RIBU JIWA Gambar 2.6 Jumlah Penduduk Usia 15 tahun Keatas yang bekerja berdasarkan Status Pekerjaan Utama di Kabupaten Pulau Morotai, Berusaha sendiri 2. Berusaha dibantu buruh tidak tetap/ tak dibayar 3. Berusaha dibantu buruh tetap/ dibayar 4. Buruh/ karyawan/ pegawai 5. Pekerja bebas di pertanian 6. Pekerja bebas di non pertanian 7. Pekerja keluarga/ tak dibayar Sumber: BPS, Ketenagakerjaan 2015 Dari tebel 2.6, pada tahun 2015, Jumlah pekerja yang berasal dari pekerja keluarga/tak dibayar dan pekerja yang berusaha dibantu buruh tidak tetap/ tak dibayar menunjukkan nilai penurunan yang sangat signifikan, yaitu masing-masing sebesar 78,36 persen dan 47,24 persen. Untuk Pekerja dengan status usaha lainnya masih cenderung berfluktuatif dari tahun ke tahun kecuali sektor buruh/karyawan/pegawai yang mana terjadi kecenderungan meningkat pesat hingga 52,19 persen pada th Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
32 Kualitas Angkatan Kerja yang Bekerja Sebagian besar tenaga kerja di Pulau Morotai masih berpendidikan rendah dengan keterampilan dan keahlian yang kurang memadai (minim), sehingga belum maksimal untuk memasuki dunia kerja. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah pekerja yang berasal dari lulusan SD atau kebawah sebesar 52,56 persen dan lulusan SMP sebesar 16,99 persen. Pendidikan yang terbatas tentu akan membatasi keterampilan dan kemampuan yang dimiliki. Oleh karena itu, sangat erat kaitannya antara peningkatan kualitas tenaga kerja dengan meningkatan kualitas pendidikan yang diterima. Perlu diingat bahwa poin utama diselenggarakan pendidikan bukan untuk mempermudah mencari pekerjaan, melainkan untuk menjadikan para penduduk semakin terdidik sehingga dapat melakukan kreasi dan inovasi di berbagai bidang. Data angkatan kerja Pulau Morotai tahun 2015 menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat kelulusan seseorang justru cenderung memberikan peluang lebih besar bagi seseorang untuk menjadi penganggur. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
33 Gambar 2.7 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja menurut Tingkat Pendidikan Terakhir yang Ditamatkan di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Pengangguran Terbuka 9.98% Tidak/Belum Tamat SD dan SD 47.31% Bekerja 90.02% Universitas 7.56% SMA 16.59% SMP 15.29% DI/II/III 2.57% SMAK 0.69% Sumber: BPS, Ketenagakerjaan 2015 Dari Gambar 2.7, total angkatan kerja yang bekerja mencapai 90,02 persen atau sekitar jiwa, sedangkan jumlah yang menganggur sebesar 9,98 persen atau sekitar Jiwa. Dari angka 90,02 persen tersebut, jumlah angkatan kerja yang berasal dari tamatan SD/tidak tamat SD/belum tamat SD merupakan jumlah yang terbesar, yaitu menyumbang sebesar 47,31 persen dari total angkatan kerja atau dengan porsi sebesar 52,56 persen dari total angkatan kerja yang bekerja. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
34 Gambar 2.8 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja menurut Tingkat Pendidikan Terakhir yang Ditamatkan di Kabupaten Pulau Morotai, % 8% Bekerja 20% Pengangguran Terbuka 0% 11% 22% 96% 92% 80% 100% 89% 78% T I D A K / B E L U M T A M A T S D D A N S D S M P S M A S M A K D I / I I / I I I U N I V E R S I T A S Sumber: BPS, Ketenagakerjaan 2015 Dari Gambar 2.8, pada tahun 2015 jumlah pengangguran paling besar menurut jenjang pendidikan terakhir yang ditamatkan berasal dari lulusan Universitas dan Lulusan SMA yaitu masing-masing sebesar 22 persen dan 20 persen. Lulusan SMK merupakan lulusan yang masih dibutuhkan dalam dunia kerja yang mana angka pengangguran mencapai 0 persen. Dari kondisi yang ada, semakin tinggi tingkat pendidikan, peluang untuk menjadi pengangguran juga cenderung lebih besar. Tentu hal ini bertolak belakang dengan apa yang seharusnya terjadi. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
35 Gambar 2.9 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja menurut Jenis Kelamin dan Lama Jam kerja seminggu terakhir di Kabupaten Pulau Morotai, % 60.00% 57.28% 56.32% 50.00% 40.00% 30.00% 29.41% 35.29% 20.00% 10.00% 13.31% 11.09% 0.00% Setengah Penganggur Pekerja Paruh Waktu Pekerja Penuh < 35 Jam/Minggu 35 Jam/Minggu Laki-Laki Perempuan Sumber: BPS, Ketenagakerjaan 2015 Dari gambar 2.8, jumlah pekerja yang setengah menganggur masih cukup signifikan yaitu diatas 10 persen dari masing-masing Jenis kelamin. Penduduk yang setengah menganggur biasanya cenderung memiliki produktivitas rendah karena sebenarnya masih memungkinkan untuk melakukan pekerjaan lain. Hal ini perlu mendapatkan perhatian khusus agar produktivitas penduduk dapat terus ditingkatkan. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
36 BAB 3 Pendidikan
37 Pendidikan 3 Pendidikan memegang peran penting dalam membangun peradaban suatu bangsa. Pendidikan juga digunakan sebagai tolak ukur untuk menentukan maju tidaknya suatu negara. Semakin tinggi kualitas pendidikan suatu bangsa maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan penduduknya. Dalam pengertian sehari-hari pendidikan adalah upaya sadar seseorang untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta memperluas wawasan sehingga dapat berdaya guna dan berhasil guna. Dari sini kita mengetahui bahwa sangat erat kaitannya antara peningkatan pendidikan seseorang dengan meningkatnya kualitas hidup. kebijakan pembangunan di bidang pendidikan perlu menjadi prioritas bagi pemerintah. Seperti halnya pemerataan pendidikan, pemerintah perlu menyediakan kesempatan pendidikan bagi setiap penduduk usia sekolah dengan kualitas yang bermutu, relevan dengan arah pembangunan, serta dikelola secara efisien agar semua kalangan masyarakat dapat menikmati pendidikan tersebut. Untuk melihat sejauh mana program pembangunan pendidikan telah dicapai, maka diperlukan suatu ukuran atau indikator yang representatif sehingga pembangunanpembangunan selanjutnya dapat ditingkatkan ke arah yang lebih baik. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
38 Angka Melek Huruf (AMH) Angka Melek Huruf merupakan perbandingan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang mempunyai kemampuan membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya (tanpa harus mengerti apa yang di baca/ditulisnya) dengan perseratus jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas. Angka ini sangat penting untuk melihat pencapaian indikator dasar yang telah dicapai oleh suatu daerah, karena membaca merupakan dasar utama dalam memperluas ilmu pengetahuan. AMH merupakan indikator penting untuk melihat sejauh mana penduduk suatu daerah terbuka terhadap pengetahuan. Tingkat melek huruf yang tinggi (atau tingkat buta huruf rendah) menunjukkan adanya sebuah sistem pendidikan dasar yang efektif dan/atau program keaksaraan yang memungkinkan sebagian besar penduduk untuk memperoleh kemampuan menggunakan kata-kata tertulis dalam kehidupan sehari-hari dan melanjutkan pembelajarannya. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
39 Gambar 3.1 Angka Melek Huruf (AMH) Penduduk usia 15 tahun keatas menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pulau Morotai, Laki-Laki Perempuan Sumber: BPS, Indikator Sosial 2015 Dari Gambar 3.1 secara umum, AMH kab Pulau Morotai sudah sangat baik, hanya saja angka AMH terus meningakat kecuali pada tahun Terjadi penurunan sekitar 2 persen untuk masing-masing jenis kelamin. Penurunan nilai AMH ini dapat diakibatkan dari adanya pergeseran kelompok umur yang memasuki usia kerja namun masih memiliki kemampuan yang kurang memadai yaitu belum mampu baca dan tulis dengan benar. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
40 Status Pendidikan Usia yang dianggap ideal bagi setiap individu untuk memulai Sekolah Dasar (SD) hingga lulus Perguruan Tinggi (PT) adalah ketika berumur 7 hingga 24 tahun. Oleh karena itu, pada rentang usia ini diharapkan semua penduduk telah menempuh jalur pendidikan. Gambar 3.2 Persentase Penduduk Usia 7-24 tahun Menurut Status Pendidikan dan Jenjang Pendidikan yang Ditempati di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Tidak Bersekolah Lagi 24.80% Masih Sekolah 73.78% SD/MI/Paket A 42.35% SMP/MTs/ Paket B 18.00% Tidak/Belum Pernah Sekolah 1.42% Sumber: BPS, Indikator Sosial 2015 Diploma I s.d. Universitas 4.44% SMA/SMK/MA/Paket C 8.98% Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
41 Dari Gambar 3.2 pada usia sekolah ini, masih terdapat 1,42 persen penduduk berusia 7-24 tahun yang tidak/belum pernah mendapatkan pendidikan di sekolah. Meskipun nilainya kecil, nilai ini tidak bisa dikesampingkan karena akan memberikan dampak yang luas kedepannya seperti masalah pengangguran, kemiskinan, dan lain sebagainya. Jumlah penduduk usia sekolah yang masih bersekolah sebesar 73,78 persen. Jika dilihat berdasarkan jenjang pendidikan penyusunnya, penduduk yang masih sekolah SD/sederajat merupakan penyumbang nilai terbesar yaitu mencapai jumlah 42,35 persen dari total penduduk usia sekolah, atau dengan porsi sebesar 57,4 persen dari total penduduk usia sekolah yang sekolah. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh, maka nilai persentase peserta didiknya pun semakin berkurang secara drastis. Bahkan tiap jenjang hampir turun separuh dari jenjang pendidikan sebelumya. Jumlah ketimpangan jenjang pendidikan ini secara tidak langsung juga menggambarkan kekuatan penyelenggara pendidikan untuk menampung peserta didik yang ada. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa akan ada peserta didik yang tidak bisa melanjutkan pendidikan dikarenakan jenjang pendidikan tersebut tidak mampu menampung lagi. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
42 Rata-rata Lama Sekolah Rata-rata Lama Sekolah merupakan Jumlah tahun belajar penduduk usia 15 tahun ke atas yang telah diselesaikan dalam pendidikan formal (tidak termasuk tahun yang mengulang). Nilai ini berguna untuk melihat kualitas penduduk dalam hal mengenyam pendidikan formal yang pernah dijalani atau diikuti. Program pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan salah satunya dengan menjalankan program Wajib belajar (Wajar) 9 tahun, bahkan sudah dicanangkan untuk wajib belajar 12 tahun. Keberhasilan program ini dapat diukur dengan Indikator rata-rata lama sekolah. Gambar 3.3 Rata-Rata Lama Sekolah di Kabupaten Pulau Morotai, Rata-rata lama Sekolah (tahun) Sumber: BPS, Indikator Sosial 2015 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
43 Dari Gambar 3.3, pada tahun 2015, rata-rata lama sekolah belum menunjukkan perubahan yang berarti dari tahun sebelumnya. Rata-rata lama sekolah pada tahun 2015 sebesar 6,84 tahun atau dengan kata lain, kebanyakan penduduk yang sekolah hanya menamatkan hingga bangku SD. Dari sini dapat dketahui bahwa untuk mencapai program pendidikan wajib belajar 9 tahun masih perlu perjuangan yang utama. Pendidikan yang Ditamatkan Pendidikan yang ditamatkan merupakan indikator pokok kualitas pendidikan, karena kualitas sumber daya manusia secara spesifik dapat dilihat dari tingkat pendidikannya. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan dapat memberi gambaran tentang jenjang pendidikan tertinggi yang dapat ditamatkan dan keadaan kualitas manusianya. Usia yang dianggap matang untuk bekerja adalah 15 tahun ke atas, sehingga penggunaan dasar usia 15 tahun ke atas akan sangat perlu ketika disandingkan dengan indikator sosial lainnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan maka kualitas penduduk usia kerja juga semakin baik. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
44 Gambar 3.4 Persentase Penduduk Usia 15 tahun keatas menurut Ijazah tertinggi yang dimiliki di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Memiliki Ijazah, 70.71% SD/MI 27.14% SMP/MTs 21.60% Tidak Mempunyai Ijazah 29.29% Diploma IV/S1/S2/S3 2.64% Akademi/ Diploma III 0.73% Diploma I dan Diploma II 0.94% SMA/MA 16.47% SMK/MAK 1.20% Sumber: BPS, Indikator Sosial 2015 Dari Gambar 3.4, penduduk usia 15 tahun keatas yang tidak mempunyai ijazah memiliki porsi yang cukup besar yaitu sebesar 29,29 persen. Angka ini tentu akan memberikan dampak yang sangat signifikan pada kualitas penduduk usia kerja. Penduduk yang memiliki ijazah lulusan SD/MI, SMP/MI, dan SMA/MA memberikan porsi yang sangat besar, yaitu masingmasing sebesar 38,39%, 30,54%, 23,29% dari 70,71 persen penduduk yang memiliki ijazah. Sedangkan untuk Lulusan Diploma dan Perguruan tinggi total meraka hanya menyumbang porsi 6,08% dari 70,71 persen penduduk yang memiliki ijazah Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
45 Perbandingan rasio Murid-Guru Rasio guru murid diperoleh dengan membandingkan jumlah murid dengan jumlah guru yang mengajar. Nilai ini untuk menunjukkan seberapa besar kemampuan bagi satu orang guru untuk mengajar kepada muridnya. Semakin besar angka rasio menunjukkan proses belajar mengajar menjadi kurang efektif, sebaliknya, semakin kecil angka rasio ini maka kegiatan pendidikan menjadi tidak efisien. Idealnya, seorang guru mengajar 32 orang murid dan maksimal 39 orang murid. Gambar 3.5 Persentase Perbandingan Jumlah Murid dan Guru berdasarkan Jenjang Pendidikan di Kabupaten Pulau Morotai, % 90% 5.52% 5.90% 13.27% 80% 70% 60% 50% 40% 94.48% 94.10% 86.73% 30% 20% 10% 0% SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat Guru 6% 6% 13% Murid 94% 94% 87% Rasio Sumber: BPS, Pulau Morotai Dalam Angka 2015 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
46 Dari Gambar 3.5, Secara umum, kualitas pendidikan di Pulau Maluku Utara masih dapat dikatakan efektif, karena memiliki rasio yang termasuk kecil. kecilnya rasio ini tentu akan memberikan harapan bahwa proses kegiatan belajar mengajar dapat tersampaikan dengan baik. Rasio murid-guru yang paling kecil terdapat pada jenjang pendidikan SMA, yaitu sebesar 6,54 yang artinya satu guru SMA memiliki kewajiban untuk mengajar kepada sekitar 7 orang murid. Angka Partisipasi Kasar (APK) & Angka Partisipasi Murni (APM) Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan proporsi anak sekolah pada suatu jenjang tertentu terhadap penduduk pada kelompok usia tertentu. Sedangkan Angka Partisipasi Murni (APM) menunjukkan Proporsi penduduk pada kelompok umur jenjang pendidikan tertentu yang masih bersekolah terhadap penduduk pada kelompok umur tersebut. APK yang tinggi menunjukkan tingginya tingkat partisipasi sekolah, tanpa memperhatikan ketepatan usia sekolah pada jenjang pendidikannya. Jika nilai APK mendekati atau lebih dari 100 persen menunjukkan bahwa ada penduduk yang sekolah belum mencukupi umur dan atau melebihi umur yang seharusnya. Hal ini juga dapat menunjukkan bahwa wilayah tersebut mampu menampung penduduk usia sekolah lebih dari target yang sesungguhnya. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
47 APM menunjukkan seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan sesuai pada jenjang pendidikannya. Jika APM mencapai 100 persen, berarti seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah tepat waktu. Kriteria pengelompokan umur yang digunakan antara lain; SD 7-12 tahun, SMP tahun, SMA tahun, Perguruan tinggi, tahun Gambar 3.6 Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) di Kabupaten Pulau Morotai, SD SMP SMA SD SMP SMA APK Sumber: BPS, Indikator Sosial 2015 APM Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
48 Dari Gambar 3.6, secara umum, nilai APM selalu lebih kecil dari APK. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat anak usia sekolah yang sekolah pada jenjang tertentu namun usianya masih belum cukup umur atau sudah lewat umur. Peningkatan peserta didik yang paling tinggi terjadi pada jenjang pendidikan SD, yang mana dapat dilihat dari nilai APK yang lebih dari 100 persen. hal ini juga menunjukkan bahwa wilayah kabupaten pulau Morotai dapat menampung seswa SD/sederajat lebih banyak dari target yang sesungguhnya Untuk 3 tahun terakhir, jenjang pendidikan SD dan SMP memiliki kecenderungan tingkat partisipasi yang meningkat. sebaliknya, pada jenjang pendidikan SMA angka partisipasi kasar dan murni mengalami penurunan pada tahun Penurunan ini perlu mandapatkan perhatian khusus mengingat pada jenjang ini para guru pendidik sudah mencukupi dalam hal belajar mengajar. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
49 BAB 4 Kesehatan & Gizi
50 Kesehatan & Gizi 4 Salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya kualitas penduduk adalah tingkat kesehatan penduduk secara keseluruhan. Beragam upaya peningkatan kesehatan masyarakat telah dilakukan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Beberapa program seperti penyuluhan kesehatan, penyediaan fasilitas kesehatan, serta penyediaan fasilitas air bersih telah dilakukan sebagai upaya dalam melayanani masyarakat agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah, dan merata. Melalui upaya tersebut diharapkan akan tercapai kesehatan masyarakat yang lebih baik. Keluhanan Kesehatan Keluhan kesehatan didefinisikan sebagai keadaan seseorang yang mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik karena penyakit akut, penyakit kronis (meskipun selama sebulan terakhir tidak mempunyai keluhan), kecelakaan, kriminal atau hal lain dalam rentang waktu sebulan terakhir. Dalam hal ini, seseorang yang mengalami keluhan kesehatan dan mengakibatkan terganggunya kegiatan sehari-hari seperti sekolah atau bekerja maka mereka dikategorikan seorang yang sakit. Indikator ini dapat dimanfaatkan untuk mengukur tingkat kesehatan masyarakat secara umum yang dilihat dari adanya keluhan yang mengindikasikan terkena suatu penyakit tertentu. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
51 Gambar 4.1 Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan selama sebulan terakhir di Kabupaten Pulau Morotai, Penduduk Yang Mengalami Keluhan Kesehatan (persen) Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah) Dari tabel 4.1, Secara umum penduduk yang mengeluhkan kesehatan masih tergolong cukup rendah. Artinya kondisi kesehatan masyarakat di pulau Morotai masih dapat dikatakan baik. Keluhan kesehatan yang paling tinggi terjadi pada tahun 2014, yaitu sebesar 24,05 persen dari total penduduk. Kemudian terjadi penurunan yang cukup besar yaitu sekitar 7,48 persen dari tahun sebelumnya. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
52 Gambar 4.2 Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan menurut status sakit selama sebulan terakhir di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Tidak ada keluhan Kesehatan 83.43% ada keluhan kesehatan 16.57% Sakit 10.80% tidak mengganggu kegiatan 5.77% Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah) Dari tabel 4.2, Dari 16,67 persen penduduk yang mengalami keluhan kesehatan, sekitar 10,80 persen berasal dari penduduk yang sakit dengan porsi sekitar sebesar 65,18 persen. Sisanya disumbang dari penduduk yang mengalami keluhan kesehatan namun tidak mengganggu kegiatan sehari-harinya yaitu sebesar 5,77 persen atau dengan porsi sebesar 34,82 persen. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
53 Rata-rata Lama Sakit Nilai rata-rata lama sakit merupakan nilai yang menunjukkan berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi penderita sakit dari kondisi yang mengganggu kesehatan dan kegiatan sehari-harinya hingga ia mampu beraktivitas kembali seperti biasanya. Indikator ini dapat menggambarkan tingkat intensitas penyakit yang diderita oleh penduduk, menggambarkan besarnya kerugian materiil yang dialami penduduk karena penyakit yang diderita, serta untuk mengukur tingkat kesehatan masyarakat secara umum dan menunjukkan seberapa serius keluhan yang diderita. Semakin besar nilai indikator ini, makin buruk tingkat kesehatan daerah. Gambar 4.3 Rata-rata Lama Sakit Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan selama sebulan terakhir di Kabupaten Pulau Morotai, rata-rata lama sakit (Hari) Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah) Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
54 Dari Gambar 4.3, pada tehun 2015 terjadi peningkatan rata-rata lama sakit yang cukup signifikan. Dari yang sebelumnya sekitar 5,24 hari pada tahun 2014, kemudian meningkat hingga menjadi 8,94 hari pada tahun Kenaikan ini juga mengindikasikan bahwa tingkat keseriusan penyakit yang diderita bagi para penderita sakit semakin perlu diwaspadai. Selain itu, kerugian materi yang diperoleh dari penderita juga semakin meningkat karena tidak dapat bekerja dan harus mengeluarkan biaya untuk berobat. Gambar 4.4 Persentase Penduduk Menurut Status Kesehatan dan Jenis Kelamin penderita sakit Selama Sebulan terakhir di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 tidak menderita sakit Sakit Perempuan 6.04% 10.80% 89.20% Laki-laki 4.77% Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah) Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
55 Dari Gambar 4.4, 10,80 persen penduduk yang menderita sakit pada tahun 2015, sebesar 6,04 persen berasal dari jenis kelamin perempuan dengan porsi sebesar 55,93 persen. sedangkan untuk laki-laki adalah sebesar 4,77 persen dengan porsi sebesar 44,17 persen. Dari sini dapat dilihat bahwa penduduk perempuan memiliki kecenderungan untuk lebih rentan mengalami sakit. Penduduk tidak berobat jalan Salah satu indikator untuk mengukur kepedulian masyarakat terhadap masalah kesehatan dapat dilihat dari kemauan untuk berobat di fasilitas pelayanan kesehatan baik dengan berobat jalan ataupun yang rawat inap. Hal ini perlu dibangun dengan kesehatan yang baik, produktivitas akan maksimal. Berobat jalan sendiri didefinisikan sebagai upaya anggota ruta yang mempunyai keluhan kesehatan untuk memeriksakan diri dan mendapatkan pengobatan dengan mendatangi tempattempat pelayanan kesehatan modern atau tradisional tanpa menginap, termasuk mendatangkan petugas kesehatan ke rumah anggota ruta. Tidak termasuk dalam berobat jalan adalah konsultasi, check-up, kir kesehatan, skrining, pemeriksaan kehamilan normal, dan imunisasi, karena hal ini merupakan upaya pencegahan. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
56 Gambar 4.5 Persentase Penduduk yang mengalami keluhan kesehatan Tetapi Tidak berobat Jalan selama Sebulan Terakhir dan alasan utama tidak Berobat Jalan di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Berobat Jalan 25.51% Tidak Berobat Jalan 74.49% Tidak Ada Biaya Transport 0.20% Mengobati Sendiri 50.35% Tidak Punya Biaya Berobat 6.72% Merasa Tidak Perlu 16.02% Tidak Ada yang Mendampingi 1.21% Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah) Dari tabel 4.5, Penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan tidak berobat jalan adalah sebesar 74,49 persen. Jika dilihat dari alasan utama untuk tidak beribat jalan, sekitar 50,33 persen berasal dari mengobati sendiri atau dengan porsi sebesar 67,59 persen. Terdapat kelompok masyarakat yang tidak bisa berobat karena alasan biaya, baik untuk transportasi maupun berobat. meskipun nilainya kecil, sebesar 6,92 persen atau dengan porsi 9,29 persen, pemerintah tetap perlu memberikan perhatian. Disisi lain masih terdapat penduduk yang kurang peduli akan kesehatannya, dengan porsi sebesar 21,51 persen Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
57 Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Ketersediaan serta keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan merupakan salah satu faktor penentu terwujudnya peningkatan derajat dan status kesehatan penduduk. Puskesmas, puskesmas pembantu, dan polindes merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan karena dapat menjangkau penduduk sampai di pelosok. Gambar 4.6 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan selama Sebulan Terakhir berdasarkan Tempat Berobat Jalan di Kabupaten Pulau Morotai, % 50% 40% 30% 20% 10% 0% Berobat Jalan Rumah Sakit Pemerintah Rumah Sakit Swasta Praktik Dokter/ Bidan Puskesmas/ Pustu UKBM* Praktek Pengobatan Tradisional Lainnya 27.78% 1.04% 19.14% 60.21% 3.29% 1.04% 1.14% Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah) *UKBM terdiri dari Poskesdes, Polindes, Posyandu, Balai Pengobatan Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
58 Dari tabel 4.6, Penduduk yang berobat jalan paling banyak melakukan pengobatan di puskesmas yaitu sebesar 60,21 persen dari total penduduk yang melakukan berobat jalan. Hal ini diantaranya dikarenakan saat ini puskesmas telah tersebar di masing-masing kecamatan, sehingga untuk penangan awal biasanya mereka yang memiliki keluhan kesehatan akan menuju ke puskesmas terlebih dahulu. Selanjutnya, rumah sakit pemerintah dan praktik dokter/bidan juga cenderung menjadi tempat tujuan utama bagi para penderita penyakit Pemberian Air Susu Ibu dan Imunisasi Air Susu Ibu (ASI) merupakan zat makanan yang paling ideal terutama bagi pertumbuhan bayi dan dapat mempercepat perkembangan berat badan bayi. ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi dalam jumlah yang cukup, zat pembentukan, dan kekebalan terhadap penyakit. Oleh karena itu, semakin lama anak disusui akan semakin baik tingkat pertumbuhan dan kesehatannya. ASI juga dapat memberikan kepuasan dan mendekatkan hati ibu dan anak sebagai sarana menjalin hubungan kasih sayang. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
59 Gambar 4.7 Persentase Balita berumur 0-23 bulan menurut status pemberian ASI di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Tidak Diketahui 4.67% Masih diberi Asi 80.76% Pernah diberi Asi 95.33% Tidak Diberi ASI lagi 14.56% Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah) Dari tabel 4.7, Balita berumur dibawah 2 tahun yang pernah diberikan asi adalah sekitar 95, 33 persen. Jika dilihat dari statu pemberian asi yang masih dilakukan, sebesar 80,76 persen atau dengan porsi sebesar 84,72 persen baduta masih diberikan ASI. Sedangkan sisanya sudah tidak diberi ASI lagi. Ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran Ibu untuk memberikan asupan ASI kepada bayinya cukup besar. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
60 Imunisasi Imunisasi atau vaksinasi adalah memasukkan kuman atau racun penyakit tertentu yang sudah dilemahkan (vaksin) ke dalam tubuh dengan cara disuntik atau diminum (diteteskan dalam mulut), dengan maksud untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakit tersebut. Dengan adanya imunisasi tersebut diharapkan resiko untuk terkena penyakit serupa di masa yang akan datang akan semakin kecil. Dari Gambar 4.8, partisipasi balita yang pernah mendapatkan imunisasi di pulau Morotai sudah cukup baik. Keragaman jumlah balita yang mendapatkan imunisasi menunjukkan bahwa terdapat balita yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap. Gambar 4.8 Persentase Balita yang Pernah Mendapat Imunisasi berdasarkan Jenis Imunisasi di Kabupaten Pulau Morotai, % 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 96.28% 82.27% 77.18% 77.01% 71.05% BCG DPT Polio Campak/Morbili Hepatitis B Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah) Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
61 Status Perokok Salah satu kebiasaan penduduk yang merugikan namun tetap dilakukan adalah merokok. Merokok dalam jangka panjang akan memberikan dampak buruk bagi kesehatan. Bahkan penjual rokok telah memperingatkan dalam bungkus rokok yang dibuatnya. Akan tetapi karena rokok memiliki sifat candu, tentu akan sulit untuk menyelesaikan masalah ini. Gambar 4.9 Persentase Penduduk usia 5 tahun Keatas Menurut Jenis kelamin dan Status Merokok Tembakau Sebulan Terakhir di Kabupaten Pulau Morotai, % 90% 91.24% 80% 70% 60% 50% 53.06% 40% 30% 20% 10% 0% 29.85% 12.57% 6.94% 4.52% 1.14% 0.68% Setiap Hari Tidak Setiap Hari Tidak Tidak Tahu Laki-Laki Perempuan Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah) Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
62 Dari Gambar 4.9 diatas, Penduduk laki-laki memiliki kecenderungan yang besar untuk merokok dibandingkan penduduk berjenis kelamin perempuan. Apabila ada 100 orang laki laki yang berkumpul, maka akan diperoleh 30 orang adalah perokok aktif setiap hari, 13 orang perokok aktif tidak setiap hari, 53 orang tidak merokok, 4 orang tidak diketahui statusnya.] Penduduk perempuan lebih cenderung untuk tidak merokok, namun masih terdapat sejumlah penduduk perempuan yang merupakan perokok aktif. Persentasenya adalah sekitar 2 orang perempuan dari 100 orang perempuan yang ada. Penggunaan Alat KB Laju pertumbuhan penduduk di Negara berkembang seperti Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat, jika peningkatan kuantitas tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas makan akan menjadi masalah soaial. Melihat permasalahan tersebut maka pemerintah berusaha untuk mengurangi laju pertumbuhan penduduk melalui program keluarga berencana. Program tersebut diantaranya adalah upaya pencegahan kehamilan menggunakan alat kontrasepsi sehingga menghambat proses normal dari proses ovulasi, pembuahan atau implantasi. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
63 Gambar 4.10 Persentase Perempuan Berumur Tahun yang Pernah Kawin menurut Status Penggunaan Alat/Cara KB dan Alasan Utama Tidak Menggunakan Alat/Cara KB di Kabupaten Pulau Morotai, 2015 Pernah 20.97% Lainnya 19.23% Sedang 45.00% Tidak Pernah 34.03% Takut Efek Samping 3.58% Tidak Setuju KB 0.61% Alasan Fertilitas 6.40% Tidak Tahu 4.21% Sumber: BPS, SUSENAS 2015 (diolah) Dari Gambar 4.10, pada tahun 2015, dari total perempuan berumur tahun yang pernah kawin, terdapat sekitar 34,05 persen perempuan yang tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi. Dari jumlah tersebut, yang menarik adalah terdapat sebesar 4,21 persen atau dengan porsi sebesar 12,37 persen wanita menyatakan bahwa ia tidak memakai KB karena tidak tahu. Kemudian terdapat sejumlah kecil penduduk yang tidak setuju dengan KB, yaitu sebesar 0,61 persen atau dengan porsi sebesar 1.7 persen. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai
Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013
Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 INDIKATOR SOSIAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 Jumlah Halaman : ix + 77 halaman Naskah : BPS Kabupaten Pulau Morotai Diterbitkan Oleh : BAPPEDA Kabupaten Pulau
Lebih terperinciINDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014
12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a
Lebih terperinciINDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /
Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612
Lebih terperinciBoleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya
INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan
Lebih terperinci(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber
I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan
Lebih terperinciINDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA TANGERANG SELATAN 2 0 1 4 ISSN : 2089-4619 Katalog BPS : 4102004.3674 Ukuran Buku : 25 cm x 17,6 cm Jumlah Halaman : x + 76 Halaman / pages Naskah: Badan Pusat Statistik
Lebih terperinciDAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67
RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS 2015 Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, meningkatnya derajat kesehatan penduduk di suatu wilayah, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas
Lebih terperinciDEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA
1. Gambaran Umum Demografi DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA Kondisi demografi mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah karena faktor demografi ikut mempengaruhi pemerintah
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR
44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa
Lebih terperinciKata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau
Kata pengantar Publikasi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 merupakan publikasi yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan Indeks Demokrasi Indonesia
Lebih terperinciINDIKATOR KESEJAHTERAAN WANITA 2014 ISSN : No. Publikasi : 5314.1420 Katalog BPS : 2104003.5314 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah Halaman : xiv + 31 halaman Naskah : BPS Kabupaten Rote Ndao Penyunting :
Lebih terperinciKeadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat
Keadaan Ketenagakerjaan No. 69/11/76/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Di Provinsi Sulawesi Barat : Tingkat Pengangguran Terbuka di Sulawesi Barat
Lebih terperinciKABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK
Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT
Lebih terperinciData Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012
Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 merupakan publikasi perdana yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan indikator keuangan
Lebih terperinciKATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017
KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 Nomor ISBN : 979-599-884-6 Nomor Publikasi : 52085.11.08 Ukuran Buku : 18.2 x 25.7cm Jumlah Halaman : 50 Halaman Naskah : Dinas Komunikais
Lebih terperinciBAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT
BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu
Lebih terperinciINDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN 2012 Ukuran buku : 21 cm x 29,7 cm Jumlah halaman : 60 + ix halaman Naskah : Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser Penyunting : Badan Pusat Statistik
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 29/05/32/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 Angkatan kerja pada Februari 2017 sebanyak 22,64 juta orang, naik sekitar 0,46 juta orang
Lebih terperinciProfile Perempuan Indonesia
Profile Perempuan Indonesia PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebangkitan nasional sebagai awal perjuangan perempuan yang terorganisir, ditandai dengan diselenggarakannya Kongres Perempuan Indonesia tingkat
Lebih terperinciKata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau
Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2013 merupakan publikasi kedua yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan indikator keuangan
Lebih terperinciKERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG
KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN
Lebih terperinciSTATISTIK GENDER 2011
STATISTIK GENDER 211 STATISTIK GENDER 211 ISBN: 978-979 - 64-46 - 9 No. Publikasi: 421.111 Katalog BPS: 21412 Ukuran Buku: 19 cm x 11 cm Naskah: Sub Direktorat Statistik Rumah tangga Gambar Kulit: Sub
Lebih terperinciPROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013
i PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 ii KATA PENGANTAR Profil Kesejahteraan Rakyat Kota Palangka Raya Tahun 2013 ini adalah merupakan publikasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat
Lebih terperinciBUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN
BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 Nomor Publikasi: 16522.11.04 Katalog BPS: 3101017.16 Naskah: Seksi Statistik
Lebih terperinciKeadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Maluku Utara sebesar 5,33 persen. Angkatan kerja pada Agustus
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016
No. 06/05/53/Th. XVI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,59% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Februari 2016 mencapai 3,59
Lebih terperincihttps://rotendaokab.bps.go.id
KATA PENGANTAR Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 disusun guna memenuhi kebutuhan pengguna data statistik khususnya data statistik sosial. Oleh karena itu BPS Kabupaten
Lebih terperinciNo. 03/05/81/Th.XVIII, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU 2017 Jumlah Angkatan Kerja di Provinsi Maluku pada Februari 2017 mencapai 769.108 orang, bertambah sebanyak 35.771 orang dibanding angkatan
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 No. 103/11/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 A. KEADAAN KETENAGAKERJAAN Agustus 2017: Tingkat
Lebih terperinciPEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013
PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013 ISBN: 978-979 - 064-666 - 7 No. Publikasi: 04210.1310 Katalog BPS: 2104010 Ukuran Buku: 11 cm x 19 cm Jumlah Halaman: vii + 48 Naskah: Subdirektorat Statistik
Lebih terperinciIndikator Kesejahteraan Rakyat 2014
Kabupaten Pinrang 1 Kabupaten Pinrang 2 Kata Pengantar I ndikator Kesejahteraan Rakyat (Inkesra) Kabupaten Pinrang tahun 2013 memuat berbagai indikator antara lain: indikator Kependudukan, Keluarga Berencana,
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 31/05/32/Th. XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,40 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. xxx/05/21/th. V, 10 Mei 2010 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2010 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI TERENDAH DALAM EMPAT TAHUN
Lebih terperinciINDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015 No. ISBN ISBN Number : 4102004.3403 No. Publikasi Publication Number : 3403.16.066 Naskah Manuscript
Lebih terperinciANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013
ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 No. Publikasi : 62520.1404 Katalog BPS : 4102004.62 Ukuran Buku Jumlah Halaman :15 cm x 21 cm :
Lebih terperinciINDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI 2015
INDIKATOR PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PULAU MOROTAI Kata Pengantar merupakan publikasi yang menyajikan data terkait indikator ekonomi, sosial, infrastruktur dan pelayanan publik, lingkungan, dan teknologi
Lebih terperinciINDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011 No. Publikasi : 5371.1012 Katalog BPS : 4103.5371 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman : 122 Halaman
Lebih terperinciSTATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015
No. 16/07/33/16/Th.I, 16 Juli 2017 STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015 Pemuda adalah bagian dari penduduk usia produktif yaitu berumur 16-30 tahun. Jumlah pemuda di Kabupaten Blora adalah 167.881 jiwa atau
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014
No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 1,97% Angkatan kerja NTT pada Februari 2014 mencapai 2.383.116 orang, bertambah
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016
No.75/11/52/Th. X, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,94 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Barat pada Agustus 2016 mencapai
Lebih terperinciLaporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016
No. 06/11/53/Th. XIX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,25 % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2016 mencapai
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 No. 62/11/13/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2017
No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei 2014 30/05/82/Th XVI, 05 Mei KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI Jumlah angkatan kerja di Maluku Utara pada mencapai 557,1 ribu orang bertambah 32,6 ribu orang dibanding
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009
25 KATA PENGANTAR Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia. Meningkatnya jumlah penduduk lanjut
Lebih terperinciINDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008
Katalog BPS : 4103.3375 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Kerjasama BAPPEDA KOTA PEKALONGAN Dengan BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN
Lebih terperinciPenambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah
Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah Erisman, M.Si, Kabid Statistik Sosial, BPS Provinsi Jawa Tengah Data Penduduk Yang Digunakan Mulai tahun 2014 angka penduduk yang digunakan adalah
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017 AGUSTUS 2017 TINGKAT PENGANGGUR- AN TERBUKA SEBESAR 4,33 PERSEN Penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 berkurang
Lebih terperinciINIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan
INIJIKATDR l~e~ejaht&raan RAKYAT ~~QI!i Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN 2015
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 No. 63/11/Th. XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Provinsi Sulawesi Tenggara Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 Agustus
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
No. 53/11/14/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Badan Pusat Statistik Provinsi Riau Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Riau Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar
Lebih terperinciBADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG
KatalogBPS:4102004.18 Kerjasama BadanPerencanaanPembangunanDaerahLampung dan BadanPusatStatitistikProvinsiLampung BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI LAMPUNG 2012
Lebih terperinciIPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014
IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS No. 69/11/76/Th.X, 7 November AGUSTUS : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SULAWESI BARAT SEBESAR 3,33 PERSEN Penduduk usia kerja di Sulawesi Barat
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017
Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi DKI Jakarta No. 55/11/31/Th. XIX, 6 November 2017 PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Tingkat P Terbuka (TPT) sebesar 7,14
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016
No.62/11/ 63/Th XX/07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2016 Jumlah angkatan kerja mencapai 2,08 juta orang atau terjadi penambahan sebesar 91,13 ribu orang dibanding Agustus
Lebih terperinciINDIKATOR KETENAGAKERJAAN PROVINSI MALUKU UTARA FEBRUARI 2016 ISBN : No. Publikasi : 82520.1609 Katalog BPS : 2302003.82 Ukuran Buku : B5 (17,6 x 25 cm) Jumlah Halaman : 27 Naskah : Bidang Statistik Sosial
Lebih terperinciBAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD
BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD 5.1. Evaluasi APBD Pendapatan Daerah yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di Kota Solok diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya berasal
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012
RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...
Lebih terperinciINDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG
INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG 2 0 1 3 ISSN: 2085-6016 Katalog BPS : 4101002.3601 Ukuran Buku : 21 cm x 15 cm Jumlah Halaman : 86 + xiii Halaman Naskah: Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit:
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016
BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 28/05/32/Th. XVIII,4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,57 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan
Lebih terperinciPublikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat
Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat gambaran umum tentang keadaan kesejahteraan di Kabupaten
Lebih terperinciINDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2011 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2011 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 91522.1205 Katalog BPS/BPS Catalogue : 4102004.9100 Ukuran
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016
BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 74/11/35/Th. XIV, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,21 PERSEN Jumlah angkatan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015
No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,12% Angkatan kerja NTT pada Februari 2015 mencapai 2.405.644 orang, bertambah
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2017
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 01/05/18/Th.X, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,43 PERSEN Penduduk yang bekerja pada Februari
Lebih terperinciIndikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual
Katalog BPS : 4102004.8172 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MALUKU TENGGARA Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual Tahun 2012 ISSN : 0216.4769 Katalog BPS
Lebih terperinciBAB III PROFIL SOSIAL BUDAYA
BAB III PROFIL SOSIAL BUDAYA 3.1. Demografi Penduduk Kabupaten Sumba Barat pada Tahun 2014 berjumlah 119.907 jiwa, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 21.883. Jumlah penduduk tersebut jika diklasifikasikan
Lebih terperinciIndikator Ketenagakerjaan KABUPATEN WAROPEN TAHUN Oleh : Muhammad Fajar
KABUPATEN WAROPEN TAHUN 2014 Oleh : Muhammad Fajar KATA PENGANTAR Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik mengamanatkan Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab atas perstatistikan di
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015
No. 06/11/53/Th. XV, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,83 % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2015 mencapai
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -
IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13
Lebih terperinciKONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010
ISSN 2087-7633 KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010 KERJASAMA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 42/05/21/Th. X, 4 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 9,05 PERSEN Jumlah angkatan
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2014
BPS PROVINSI LAMPUNG No. 06/05/18/Th.VII, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,05 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. 31/05/21/Th. VI, 5 Mei 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2011 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI SEBESAR 7,04 PERSEN Jumlah
Lebih terperinciBAB II ASPEK STRATEGIS
BAB II ASPEK STRATEGIS Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 II - 16 BAB II ASPEK STRATEGIS A. Sumber Daya Manusia 1. Kependudukan umlah Penduduk Kabupaten Luwu Utara pada
Lebih terperinciData Pokok Pembangunan 2014 PEMBANGUNAN MANUSIA
PEMBANGUNAN MANUSIA Proses pembangunan yang sedang dilaksanakan terutama pada Negara berkembang hakikatnya adalah pembangunan terhadap manusianya. Taraf kualitas kehidupan manusia merupakan tujuan utama
Lebih terperinciSTATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA
STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog
Lebih terperinciKONDISI KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2015
BPS KABUPATEN SEKADAU No.06/11/6109/Th. II, 17 November 2016 KONDISI KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2015 SEBESAR 2,97 PERSEN Persentase angkatan
Lebih terperinciterdapat di tingkat SD/Sederajat. lebih tinggi di luar Temanggung. 1) Angka Kematian Bayi waktu satu tahun per kelahiran hidup.
Selama enam tahun terakhir APM yang tertinggi terdapat di tingkat SD/Sederajat dan yang terendah di tingkat SMA/Sederajat. Hal ini menunjukkan partisipasi penduduk untuk menempuh pendidikan paling tinggi
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat. provinsi NTB mencapai ,15 km 2.
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat 1. Georgrafis Secara astronomis Provinsi Nusa Tenggara Barat terletak antara 8 o 10-9 o 5 Lintang Selatan dan 115 o 46-119 o 5 Bujur Timur.
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 No. 64/11/32/Th. XIX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Agustus 2017 : Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015
No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei No. 67/11/82/Th XIV, 05 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS : Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas (penduduk usia kerja) mencapai 773,18 ribu orang. Naik
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017
BPS PROVINSI JAWA TIMUR KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No. 33/05/35/Th.XV, 5 Mei 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,10 PERSEN Penduduk usia 15 tahun ke atas di Jawa Timur
Lebih terperinciPeraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau
Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 40/05/21/Th. XI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 9,03 PERSEN
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI GORONTALO FEBRUARI 2017
KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI GORONTALO FEBRUARI 2017 No. 28/05/75/Th. XI, 5 Mei 2017 - Jumlah angkatan kerja pada Februari 2017 mencapai 590.063 orang, bertambah 27.867 orang dari keadaan Agustus 2016
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017
No.33/05/52/Th. XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,86 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Nusa Tenggara Barat pada Februari 2017 mencapai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan pembangunan daerah Kota Yogyakarta maka dibuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). RPJMD
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang dinamis dalam mengubah dan meningkatkan kesehjateraan masyarakat. Ada tiga indikator keberhasilan suatu pembangunan dalam
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017
No. 08/05/Th. XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,14 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tenggara pada Februari 2017 mencapai
Lebih terperincigizi buruk. Ketenagakerjaan meliputi rasio penduduk yang bekerja. Secara jelas digambarkan dalam uraian berikut ini.
gizi buruk. Ketenagakerjaan meliputi rasio penduduk yang bekerja. Secara jelas digambarkan dalam uraian berikut ini. a. Urusan Pendidikan 1) Angka Melek Huruf Angka melek huruf merupakan tolok ukur capaian
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
No. 74/11/35/Th.XV, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Keadaan Ketenagakerjaan Jawa Timur Agustus 2017 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Timur sebesar
Lebih terperinciKEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA AGUSTUS 2016
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 65/11/12/Th. XIX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,84 PERSEN angkatan kerja di Sumatera
Lebih terperinciMengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya.
INDIKATOR PENDIDIKAN Mengeluarkan uang dalam rangka membiayai proses pendidikan adalah investasi yang sangat menguntungkan dan dapat dinikmati selama-lamanya. 4 Lokasi: Kantor Bupati OKU Selatan Pemerintah
Lebih terperinci