Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat"

Transkripsi

1 Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat gambaran umum tentang keadaan kesejahteraan di Kabupaten Mamuju pada tahun 2012.

2 Katalog BPS :

3 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2012 Nomor Publikasi : Nomor Katalog : Ukuran Jumlah Halaman Naskah Editor Gambar Kulit Diterbitkan Oleh : 21 cm x 28 cm : ix + 72 Halaman : Seksi Statistik Sosial BPS Kab. Mamuju : BPS Kabupaten Mamuju : Seksi IPDS BPS Kab. Mamuju : BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU Boleh Dikutip Dengan Menyebutkan Sumbernya May be cited with reference to sources

4 KATA PENGANTAR Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju Tahun 2012 disusun sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan konsumen data yang berkaitan dengan kesejahteraan rakyat di daerah ini. Selain itu, juga diharapkan sebagai bahan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan khususnya di bidang sosial. Publikasi ini memuat gambaran umum tentang keadaan kesejahteraan di Kabupaten Mamuju pada tahun Beberapa indikator disajikan, antara lain; Indikator Kependudukan, Fertilitas dan Keluarga Berencana, Pendidikan, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Perumahan dan indikator lainnya. Indikator-indikator tersebut, secara umum dapat menggambarkan tingkat Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju. Untuk memudahkan pemahaman dan pemanfaatan data, disertakan pula penjelasan teknis dari setiap jenis statistik yang disajikan. Disadari bahwa publikasi ini belum sepenuhnya memuaskan semua konsumen data. Saran yang konstruktif tetap diharapkan guna penyempurnaan publikasi berikutnya. Akhirnya kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi, kami sampaikan penghargaan dan terima kasih. Mudah-mudahan data yang kami sajikan memberi manfaat bagi banyak pihak. Mamuju, Oktober 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU K e p a l a, MARKUS UDA, SE NIP : iii

5 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR..... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Ruang Lingkup Sumber Data Sistematika Penyajian BAB II. BAB III. BAB IV. BAB V. BAB VI. KEPENDUDUKAN 2.1. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Sebaran dan Kepadatan Penduduk Komposisi Penduduk Status Perkawinan.. 12 FERTILITAS DAN KELUARGA BERENCANA 3.1. Usia Perkawinan Pertama Pemakaian Alat/Cara KB PENDIDIKAN 4.1. Partisipasi sekolah Tingkat Pendidikan Tertinggi Angka Melek Huruf 25 KESEHATAN 5.1. Derajat Kesehatan Masyarakat Status Kesehatan Masyarakat Lama hari Sakit Penolong Persalinan Pemberian ASI Pemberian Imunisasi Fasilitas Layanan Kesehatan Tenaga Kesehatan 39 KETENAGAKERJAAN 6.1. Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja.. 40 iv

6 6.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Tingkat Kesempatan Kerja/Employmen Rate Lapangan Pekerjaan Utama Status Pekerjaan Utama Pengangguran Terbuka (TPT) BAB VII. BAB VIII FASILITAS PERUMAHAN 7.1. Status Tempat Tinggal Jenis dan Luas Lantai Jenis Dinding dan Atap Terluas Fasilitas Penerangan Bahan Bakar/Energi Utama Untuk Memasak Sumber Air Minum Fasilitas Buang Air Besar PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA 8.1. Golongan Pengeluaran Pengeluaran Perkapita Penduduk BAB IX BAB X TEKNOLOGI INFORMASI 9.1. Telepon Selular dan Handphone Komputer dan Akses Internet.. 67 KEADAAN SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA LAINNYA Pelayanan Kesehatan Gratis Beras Murah / Raskin Kredit Usaha v

7 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Mamuju Tahun Tabel 2.2 Luas Wilayah, Distribusi Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Mamuju Tahun Tabel 2.3 Persentase Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Mamuju Tahun Tabel 2.4 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Mamuju Tahun Tabel 3.1 Persentase Wanita Pernah Kawin menurut Umur Perkawinan Pertama Menurut Tipe Daerah di Kabupaten Mamuju Tahun Tabel 3.2 Persentase Wanita Umur Tahun dan Berstatus Kawin Menurut Penggunaan Alat/ Cara KB dan Tipe Daerah di Kabupaten Mamuju Tahun Tabel 3.3 Persentase Wanita Umur Tahun dan Bertatus Kawin Menurut Alat/Cara KB yang Sedang digunakan Di Kabupaten Mamuju Tahun Tabel 4.1 Persentase Penduduk 10 ke Atas Menurut Status Pendidikan di Kabupaten Mamuju Tahun Tabel 4.2 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Ijazah Tertinggi yang Dimiliki di Kabupaten Mamuju Tahun Tabel 4.3 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Kemampuan Membaca Menulis dan Jenis Kelamin di Kabupaten Mamuju Tahun Tabel 5.1 Persentase Penduduk Menurut Lamanya Sakit Selama Sebulan yang Lalu di Kabupaten Mamuju Tahun Tabel 5.2 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Menurut Tempat Berobat di Kabupaten Mamuju Tahun Tabel 5.3 Persentase Balita Menurut Penolong Persalinan Terakhir di Kabupaten Mamuju Tahun Tabel 5.4 Persentase Balita Menurut Lamanya Disusui (bulan) di Kabupaten Mamuju Tahun Tabel 5.5 Persentase Pemberian Imunisasi Menurut Jenis Imunisasi di Kabupaten Mamuju Tahun Tabel 6.1 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Seminggu yang Lalu di Kabupaten Mamuju Tahun Tabel 6.2 Angkatan Kerja Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Mamuju Tahun Halaman vi

8 Tabel 6.3 Tabel 6.4 Tabel 7.1 Tabel 7.2 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Lapangan Usaha Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten Mamuju Tahun Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan di Kabupaten Mamuju Tahun Persentase Rumah Tangga menurut Penguasaan Bangunan Tempat Tinggal Di Kabupaten Mamuju Tahun Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai dan Tipe Daerah Di Kabupaten Mamuju Tahun Tabel 7.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Dinding di Kabupaten Mamuju Tahun Tabel 7.4 Tabel 7.5 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan di Kabupaten Mamuju Tahun Persentase Rumah Tangga menurut Penggunaan Bahan Bakar Utama di Kabupaten Mamuju Tahun Tabel 7.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum di Kabupaten Mamuju Tahun Tabel 7.7 Persentase Rumah Tangga Menurut Jarak Sumber Air Minum ke Tempat Penampungan Kotoran Tinja di Kabupaten Mamuju Tahun Tabel 7.8 Persentase Rumah Tangga Menurut Fasilitas Buang Air Besar di Kabupaten Mamuju Tahun Tabel 8.1 Persentase Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Perkapita Sebulan di Kabupaten Mamuju Tahun Tabel 8.2 Rata-rata Pengeluaran Perkapita Penduduk Berdasarkan Tipe Daerah di Kabupaten Mamuju Tahun Tabel 9.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Kepemilikan Pesawat Telepon dan Handphone di Kabupaten Mamuju Tahun Tabel 9.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Kepemilikan PC dan Notebook di Kabupaten Mamuju Tahun Tabel 10.1 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Kartu Untuk Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Mamuju Tahun Tabel 10.2 Persentase Rumah Tangga yang Mendapatkan Raskin dan Jumlah Kg Beras yang Dibeli di Kabupaten MamujuTahun vii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 3.1 Piramida Penduduk Kabupaten Mamuju Per Kelompok Umur Tahun Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Status Perkawinan di Kabupaten Mamuju Tahun Persentase Wanita Umur Tahun dan Berstatus Kawin menurut Cara/Alat KB yang sedang digunakan di Kabupaten Mamuju Tahun Halaman Gambar 4.1 Persenatase Penduduk berumur 10 tahun keatas yang memiliki ijasah tertinggi di Kabupaten Mamuju Tahun Gambar 5.1 Persentase Penduduk menurut Jenis Keluhan Kesehatan yang Dialami dan Tipe Daerah di Kabupaten Mamuju Tahun 2012 Gambar 6.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Mamuju Tahun Gambar 6.2 Tingkat Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Mamuju Tahun Gambar 6.3 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Mamuju Tahun Gambar 7.1 Gambar 7.2 Gambar 8.1 Gambar 10.1 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Lantai Terluas Di Kabupaten Mamuju Tahun Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Atap di Kabupaten Mamuju Tahun Persentase Pola Konsumsi Penduduk Kabupaten Mamuju Tahun Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Kredit Usaha Yang Diterima di Kabupaten Mamuju Tahun viii

10 BAB I PENDAHULUAN Tujuan utama pembangunan pada dasarnya adalah untuk mencapai kesejahteraan rakyat. Berbagai program pembangunan telah dilakukan mulai dari pemerintah pusat sampai dengan pemerintah daerah, baik di bidang kesehatan, pendidikan, ekonomi, perumahan, lingkungan hidup, keamanan, politik dan sebagainya. Hasil pembangunan ini diharapkan dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat. Oleh sebab itu diperlukan sistem monitoring terhadap hasil-hasil pembangunan untuk melihat sejauh mana pembangunan yang telah dilaksanakan bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan dapat digunakan untuk menentukan kebijakan perbaikan pembangunan di masa mendatang. Untuk memonitor pencapaian kesejahteraan rakyat, diperlukan gambaran tentang keadaan sosial ekonomi masyarakat. Salah satu sumber informasinya berasal dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang diselenggarakan BPS setiap tahun. Susenas merupakan survei rumahtangga yang menghimpun data sosial ekonomi masyarakat sebagai dasar untuk memperoleh berbagai indikator pencapaian kesejahteraan rakyat. Indikator kesejahteraan rakyat yang dapat dikumpulkan dari Susenas antara lain angka partiisipasi sekolah dan angka melek huruf di bidang pendidikan; angka morbiditas, pemanfaatan fasilitas kesehatan, pemberian ASI, imunisasi, dan penolong persalinan di bidang kesehatan; lapangan dan status pekerjaan penduduk di bidang ketenagakerjaan; umur perkawinan pertama, partisipasi KB, dan banyak anak yang dilahirkan di bidang fertilitas; konsumsi dan pengeluaran per kapita penduduk serta kondisi tempat tinggal. 1

11 Sejak pelaksanaan Susenas 2011, BPS menambahkan informasi yang berkaitan dengan monitoring kebijakan pemerintah dalam rangka pengentasan kemiskinan. Informasi ini meliputi pelayanan kesehatan gratis, pemberian beras murah/raskin, bantuan kredit usaha. Selain itu disertakan pula pula informasi mengenai perkembangan teknologi informasi yang digunakan masyarakat, antara lain mengenai pengguna telepon/hp, komputer dan internet. Informasi-informasi ini diharapkan dapat mendukung pemerintah sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan pembangunan, sehingga kebijakan yang diambil dapat tepat sasaran dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Ruang Lingkup Publikasi ini secara umum menjelaskan indikator kesejahteraan rakyat di Kabupaten Mamuju tahun 2012, namun demikian, untuk beberapa indikator tertentu disajikan menurut kecamatan Sumber Data Publikasi ini disusun dengan sumber data utama berasal dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) untuk data mengenai ketenagakerjaan Tahun 2012 serta publikasi Mamuju Dalam Angka Diantara survei-survei yang dilaksanakan oleh BPS, Susenas merupakan survei dengan cakupan data sosial kependudukan yang paling luas. Data statistik yang dikumpulkan melalui survei ini antara lain meliputi bidang pendidikan, partisipasi keluarga berencana (KB), kesehatan, perumahan dan lingkungan hidup, serta konsumsi rumah tangga. Sedangkan Sakernas fokus pada data tentang ketenagakerjaan. 2

12 Bersama sensus dan survei lainnya, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) mengemban tugas mengumpulkan data sosialekonomi penduduk di antaranya tentang pendidikan, kesehatan/gizi, lingkungan perumahan, kriminalitas, sosial-budaya, konsumsi/pengeluaran rumah tangga, perjalanan wisata serta pendapat masyarakat mengenai kesejahteraan rumah tangga, melalui pendekatan rumah tangga. Data yang dihasilkan Susenas tidak hanya data nasional tetapi juga untuk data kor (pokok) dapat disajikan sampai tingkat kabupaten/kota. Selain itu karena Susenas dilaksanakan setiap tahun, khususnya untuk data pokok, maka data Susenas dapat digunakan untuk melihat perkembangan/perubahan tingkat kesejahteraan rakyat dari tahun ke tahun. Untuk itu, data Susenas sangat potensial untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan rakyat. Ilustrasi mengenai keadaan berbagai komponen sosial dapat diketahui dengan menyusun data agregat berupa indikator seperti tingkat partisipasi sekolah, pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk yang termasuk angkatan kerja, persentase akseptor KB, persentase ibu melahirkan yang ditolong oleh tenaga medis, persentase rumah tangga yang menggunakan sumber air bersih atau telah menikmati listrik dan ratarata pengeluaran perkapita sebulan Sistematika Penyajian Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju Tahun 2012 disusun dalam sepuluh bab. Bab satu sebagai pendahuluan yang mencakup ruang lingkup penulisan, sumber data dan sistematika penyajian. Bab dua adalah tentang hal-hal kependudukan, yaitu mengenai jumlah, pertumbuhan, sebaran dan kepadatan penduduk, 3

13 komposisi umur dan jenis kelamin, status perkawinan. Pada bab tiga disajikan hal-hal tentang usia perkawinan pertama, fertilitas, pemakaian alat/cara KB. Pada bab keempat dibahas kondisi pendidikan yang mencakup rasio murid-guru, rasio murid-sekolah, partisipasi sekolah, angka melek huruf dan pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Selanjutnya kesehatan sebagai salah satu masalah sosial disajikan pada bab lima publikasi ini, yang meliputi status kesehatan masyarakat, penduduk yang mengalami keluhan kesehatan, lama hari sakit, riwayat pemberian ASI dan pemberian imunisasi. Selain itu bahasan kesehatan juga dilengkapi bahasan tentang penolong persalinan serta fasilitas layanan kesehatan dan tenaga kesehatan. Kemudian pada bab enam digambarkan kondisi ketenagakerjaan yang mencakup jumlah angkatan kerja, partisipasi angkatan kerja, pendidikan angkatan kerja, lapangan usaha, status pekerjaan utama, dan tingkat pengangguran. Selanjutnya pada bab ketujuh ditampilkan tingkat sosial yang berkaitan dengan perumahan dan lingkungan hidup. Pokok bahasan pada bagian ini antara lain mencakup kualitas perumahan, fasilitas perumahan dan status kepemilikan rumah. Gambaran yang menyangkut ekonomi rumah tangga disajikan pada bab delapan. Pada bab ini disajikan pengeluaran rumah tangga menurut golongan pengeluaran. Pada bab sembilan disajikan data mengenai teknologi komunikasi dan informasi. Kemudian pada bab terakhir, ditampilkan data mengenai keadaan sosial ekonomi rumah tangga lainnya. Pada bab sepuluh ini diulas mengenai implementasi kebijakan-kebijakan pemerintah selama setahun terakhir. Semua indikator di atas diulas serta dilengkapi dengan tabel dan gambar grafik sehingga memudahkan para konsumen data dalam memahami kondisi sosial yang ada. 4

14 BAB II KEPENDUDUKAN Salah satu masalah yang perlu diperhatikan dalam proses pembangunan adalah masalah kependudukan yang mencakup antara lain jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk. Dalam pelaksanaan pembangunan, penduduk merupakan faktor yang sangat dominan karena tidak saja menjadi sasaran tetapi juga menjadi pelaksana dari pembangunan. Keberhasilan suatu proses pembangunan selain tergantung pada banyak sedikitnya jumlah penduduk disuatu wilayah juga ditentukan oleh kualitas sumber daya itu sendiri dan ketersediaan sumber daya yang lain. Data jumlah penduduk dan karakteristiknya sangat diperlukan oleh pemerintah untuk merencanakan penyediaan sarana umum, perumahan, tempat ibadah, fasilitas kesehatan dan tempat rekreasi. Sementara para pelaku bisnis memerlukan data penduduk untuk keperluan rencana produksi, pemasaran, dan rekruitmen pekerja/karyawan. Dilain pihak, bagi lembaga swasta non profit data ini sangat dibutuhkan untuk bahan analisis suatu masalah tertentu. 2.1 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk tahun 2012 di Kabupaten Mamuju merupakan angka hasil Estimasi Penduduk Penduduk Kabupaten Mamuju selama kurun waktu terus bertambah yaitu dari jiwa pada tahun 2008 kemudian meningkat jiwa pada tahun 2009, mencapai jiwa pada pertengahan tahun 2010, dan pada tahun 2011 sebesar jiwa dan pada tahun 2012 menjadi jiwa. 5

15 Penduduk Kabupaten Mamuju pada tahun 2012 sebanyak jiwa terdiri dari jiwa laki-laki dan jiwa perempuan, sehingga menghasilkan rasio jenis kelamin sebesar 105, yang berarti bahwa diantara 100 orang perempuan terdapat sekitar 105 orang laki-laki. Jumlah penduduk yang terus bertambah setiap tahun tidak diimbangi dengan pemerataan penyebaran penduduk. Pada Tabel 2.1 jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Mamuju yang merupakan ibukota Kabupaten Mamuju yaitu sebesar , Kecamatan Kalukku menempati urutan kedua sebesar , sedangkan kecamatan yang mempunyai penduduk yang paling kecil adalah Kecamatan Kepulauan Balabalakang dengan jumlah penduduk jiwa. 6

16 Tabel 2.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan di Kabupaten Mamuju Tahun 2012 Kecamatan District Laki-Laki Male Perempuan Female Jumlah Total Sex Ratio (1) (2) (3) (4) (5) Tapalang Tapalang Barat Mamuju Simboro Balabalakang Kalukku Papalang Sampaga Tommo Kalumpang Bonehau Budong Budong Pangale Topoyo Karossa Tobadak Sumber : BPS, Proyeksi Penduduk 2012 Sementara itu, pada tahun 2012 secara keseluruhan kecamatan di Kabupaten Mamuju memiliki rasio jenis kelamin melebihi 100. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk di setiap kecamatan di Kabupaten Mamuju terdapat laki-laki lebih banyak dibanding perempuan. Kecamatan yang memiliki rasio jenis kelamin terbesar adalah Kecamatan Tobadak dengan rasio jenis kelamin sekitar 112 sedangkan rasio jenis kelamin terkecil yaitu sekitar 101 terdapat di Kecamatan Tapalang. 7

17 2.2 Sebaran dan Kepadatan Penduduk Persentase luas wilayah setiap kecamatan di Kabupaten Mamuju cukup bervariasi antara 0,28 persen di Kecamatan Balabalakang hingga 21,86 persen di Kecamatan Kalumpang dari total luas wilayah Kabupaten Mamuju. Tabel 2.2 Luas Wilayah, Distribusi Penduduk dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Mamuju Tahun 2012 No. Kecamatan Luas (km²) Pendu duk Distribusi Pendu duk (%) Kepa datan Pendu duk (1) (2) (3) (5) (6) (7) 1 Tapalang 283, , Tapalang Barat 131, , Mamuju 206, , Simboro 111, , Balabalakang 21, , Kalukku 470, , Papalang 197, , Sampaga 119, , Tommo 827, , Kalumpang 1 731, , Bonehau 962, , Budong-Budong 222, , Pangale 111, , Topoyo 869, , Karossa 1 138, , Tobadak 536, ,04 47 Jumlah , Sumber : BPS Kabupaten Mamuju 8

18 Perbedaan distribusi penduduk setiap kecamatan dengan persentase luas wilayah mengakibatkan kepadatan penduduk setiap kecamatan juga berbeda-beda. Secara keseluruhan kepadatan penduduk di Kabupaten Mamuju yaitu sekitar 45 jiwa/km2. Tampak pada Tabel 2.2, Kecamatan yang terpadat penduduknya adalah Kecamatan Mamuju dengan kepadatan yang cukup tinggi yakni 290 jiwa/km2, disusul oleh Kecamatan Simboro sebesar 221 jiwa/km2. Sementara Kecamatan Kalumpang dengan luas wilayah mencapai 1.731,99 Km 2 atau 21,86 % dari total luas Kabupaten Mamuju berada di urutan terahir dengan hanya dihuni 7 penduduk per-kilometer persegi. 2.3 Komposisi Penduduk Komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat digunakan untuk mengetahui struktur atau susunan penduduk di suatu daerah dan mengetahui gambaran tinggi rendahnya tingkat kelahiran. Berdasarkan piramida pada Gambar 2.1, struktur penduduk Kabupaten Mamuju masih tergolong penduduk muda. Hal ini ditandai dengan persentase penduduk umur muda relatif masih lebih banyak daripada penduduk usia tua. Penduduk pada kelompok umur dan agak masuk ke dalam, karena pada usia tersebut banyak penduduk yang merantau keluar Kabupaten Mamuju untuk melanjutkan pendidikan. 9

19 Gambar 2.1 Piramida Penduduk Kabupaten Mamuju Per Kelompok Umur Tahun 2012 Sumber: BPS Kabupaten Mamuju Pada tabel distribusi penduduk menurut kelompok umur (Tabel 2.3) menunjukkan bahwa pada tahun 2012 terdapat 35,77 persen penduduk berusia muda (umur 0 14 tahun) atau turun dibandingkan tahun 2011 yang mencapai 37,54 persen. Sedangkan penduduk berusia produktif ( umur tahun) mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelunmnya yaitu dari 59,89 persen menjadi 61,31 persen. Begitu juga dengan penduduk yang berusia 65 tahun ke atas pada tahun 2012 sedikit mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2011, yaitu dari 2,57 persen menjadi 2,92 persen. Berdasarkan tabel 2.3 diperoleh angka ketergantungan Kabupaten Mamuju pada tahun 2012 sebesar 63,11 persen. Hal tersebut berarti tiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 63 sampai 64 penduduk usia tidak produktif. Angka tersebut turun bila dibandingkan tahun 2011 yang mencapai 66,98 persen. Demikian juga halnya dengan angka ketergantungan anak, yang mengalami penurunan dari 62,69 persen pada tahun 2011 menjadi 58,35 persen 10

20 pada 2012, yang berarti setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 58 sampai 59 penduduk pada usia anak-anak (umur 0-14 tahun) pada tahun Sedangkan angka ketergantungan lanjut usia justru mengalami kenaikan dari 4,29 pada tahun 2011 menjadi 4,76 persen pada tahun Artinya, dari 100 penduduk usia produktif menanggung 4 sampai 5 penduduk lanjut usia (umur 65 tahun keatas) pada tahun Tabel 2.3 Persentase Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Mamuju Tahun Kelompok Umur (Tahun) L P L + P L P L + P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) ,69 37,39 37, ,00 59,77 59, ,31 2,84 2, Rasio I 62,82 62,56 62, Rasio II 3,85 4,74 4, Rasio III 66,67 67,30 66, Sumber: Sensus Penduduk 2010 dan Susenas 2011 Ket. : Rasio I, Rasio ketergantungan anak Rasio II, Rasio Ketergantungan lanjut usia Rasio III, Rasio Ketergantungan Selain itu komposisi penduduk juga mencerminkan angka beban tanggungan yaitu perbandingan antara jumlah penduduk usia produktif (umur tahun) dengan penduduk usia tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas). Penduduk Kabupaten Mamuju yang berusia 0 14 tahun pada tahun 2012 sekitar 35,77 persen, angka ini relatif besar sehingga menunjukkan bahwa tingkat kelahiran di daerah ini masih tinggi. 11

21 Apabila dilihat menurut jenis kelamin, nampak bahwa persentase penduduk usia muda laki-laki lebih tinggi yaitu sekitar 36,27 persen dibanding penduduk usia muda perempuan yang hanya 35,31 persen). Persentase penduduk usia tua laki-laki yaitu 2,92 persen dan penduduk usia tua perempuan 2,91 persen. Hal ini menunjukkan bahwa pada usia tua penduduk laki-laki sedikit lebih banyak dibandingkan penduduk perempuan. Hal ini berarti kemampuan bertahan hidup baik laki laki maupun relatif berimbang. 2.4 Status Perkawinan Penduduk menurut status perkawinan dapat dibedakan menurut dua kelompok yaitu belum kawin dan pernah kawin. Pernah kawin meliputi mereka yang kawin, cerai hidup dan cerai mati. Pada Tabel 2.4 ditampilkan persentase penduduk usia 10 tahun ke atas menurut status perkawinan dan jenis kelamin pada tahun Tabel 2.4 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Keatas menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Mamuju Tahun Status Perkawinan L P L + P L P L + P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Belum Kawin 42,03 30,96 36, Kawin 55,05 57,50 56, Cerai 2,92 11,54 7, Jumlah 100,00 100,00 100, Sumber: BPS Kabupaten Mamuju 12

22 Penduduk usia 10 tahun ke atas di Kabupaten Mamuju yang berstatus belum kawin dan kawin pada tahun 2012 masing-masing sekitar 36,84 persen dan 56,26 persen, sedangkan yang berstatus cerai sekitar 6,90 persen yang terdiri dari cerai hidup sekitar 2,67 persen dan cerai mati sekitar 4,23 persen. Sementara itu apabila dilihat menurut jenis kelamin terjadi perbedaan yang relatif besar, laki-laki yang berstatus belum kawin sebanyak 41,19 persen jauh lebih tinggi dibanding perempuan yang belum kawin yang hanya sebesar 32,24 persen, sebaliknya perempuan yang berstatus kawin lebih besar dibandingkan laki-laki, yaitu 57,67 persen dibanding 54,91 persen. Sementara itu, wanita berstatus cerai hidup dan cerai mati lebih tinggi dibanding penduduk laki-laki, yaitu sebesar 3,54 persen untuk perempuan berstatus cerai hidup dan hanya 1,85 persen untuk laki-laki. Penduduk perempuan berstatus cerai mati sebesar 6,55 persen dan penduduk laki-laki yang berstatus cerai mati sebesar 2,04 persen. Gambar 2.2 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Status Perkawinan di Kabupaten Mamuju Tahun Sumber: BPS Kabupaten Mamuju, Susenas 2011,

23 Sedangkan kalau dibandingkan dengan tahun sebelumnya, maka penduduk yang berstatus belum kawin pada tahun 2012 mengalami sedikit peningkatan, yaitu dari 36,62 persen menjadi 36,84 persen. Demikian juga untuk yang berstatus kawin pada tahun 2012 mengalami kenaikan dari 56,25 persen pada tahun 2011 menjadi 56,26 persen. 14

24 BAB III FERTILITAS DAN KELUAGA BERENCANA Sebagai negara yang mempunyai tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi, Indonesia telah lama mencanangkan programnya dalam rangka membentuk keluarga sejahtera. Program tersebut telah dikenal dengan sebutan program Keluarga Berencana dimana upaya tersebut telah diberikan kepada lembaga yang menangani Keluarga Berencana. Salah satu faktor yang cukup menentukan tingginya angka fertilitas di suatu daerah adalah usia perkawinan penduduk dimana dengan perkawinan pada usia muda, masa reproduksi bagi seorang wanita menjadi lebih panjang sehingga memperbesar peluang wanita tersebut untuk memiliki anak. Persalinan yang dilakukan pada ibu usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun atau pernah hamil empat kali atau lebih, atau jarak waktu kelahiran terakhir kurang dari dua tahun akan semakin memperbesar resiko persalinan. Himbauan untuk menunda usia perkawinan pertama dan membatasi jumlah kelahiran merupakan usaha nyata dalam merealisasikan tujuan tersebut. Perkawinan yang dilakukan pada usia matang (diatas 20 tahun) bagi perempuan akan membantu mereka menjadi lebih siap untuk menjadi ibu dan mengurangi resiko persalinan. Sementara jumlah kelahiran yang terbatas (cukup dua saja) membuat perhatian ibu terhadap anakanaknya semakin besar. Disamping itu juga pengetahuan para ibu rumah tangga tentang kesehatan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan keluarga. Kesempatan untuk memperoleh pengetahuan tersebut telah tersedia di berbagai tempat-tempat pemukiman penduduk, misalnya melalui Puskesmas, Posyandu, Polindes dan sarana-sarana kesehatan 15

25 lainnya. Dengan demikian diharapkan akan lahir generasi baru yang lebih handal dan berkualitas untuk kelanjutan pembangunan di masa yang akan datang. 3.1 Usia Perkawinan Pertama Usia perkawinan pertama merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingkat fertilitas, karena semakin tinggi umur perkawinan, khususnya wanita menyebabkan masa reproduksinya lebih pendek. Usia perkawinan pertama seorang wanita mempengaruhi risiko melahirkan; semakin rendah usia perkawinan pertama, semakin besar risiko yang dihadapi selama masa kehamilan/melahirkan, baik keselamatan ibu maupun anak, karena belum matangnya rahim wanita muda untuk proses berkembangnya janin, atau karena belum siapnya mental menghadapi masa kehamilan/melahirkan. Demikian pula sebaliknya, semakin tinggi usia perkawinan pertama dari usia yang dianjurkan dalam program KB, juga semakin tinggi risiko yang dihadapi dalam masa kehamilan/melahirkan. Hal ini berarti pula bahwa penundaan perkawinan mengakibatkan berkurangnya peluang wanita untuk melahirkan anak lebih banyak. Kesadaran masyarakat untuk berperan aktif dalam mengendalikan banyaknya kelahiran terlihat dari kecilnya proporsi wanita pernah kawin yang melangsungkan perkawinan pada usia muda (< 16 tahun) yaitu hanya sekitar 25,33 persen pada tahun 2010 dan naik menjadi 29,62 persen pada tahun Perkawinan pertama dibawah umur ini perlu disikapi karena menikah diumur terlampau muda mempunyai resiko ketika hamil dan melahirkan. Selanjutnya wanita yang pernah kawin melangsungkan pada umur tahun pada tahun 2011 naik dari sekitar 26,72 persen pada tahun 2010 menjadi 29,89 persen, Untuk wanita yang pernah kawin pada umur 16

26 19-24 tahun sekitar 35,80 persen (tahun 2010) menjadi 30,92 persen (tahun 2011). Sedangkan yang kawin pada umur 25 tahun ke atas pada tahun 2011 mengalami penurunan yaitu sekitar 12,14 persen pada tahun 2010 menjadi 9,57 persen. Tabel 3.1 Persentase Wanita Berumur 10 Tahun Keatas Pernah Kawin menurut Umur Perkawinan Pertama di Kabupaten Mamuju Tahun Umur Perkawinan Pertama 2011 (%) 2012 (%) (1) (2) (3) 16 29, , , , Jumlah 100, Sumber : BPS Mamuju, Susenas Ditinjau dari usia perkawinan pertama, berdasarkan Tabel 3.1 diatas bisa dilihat bahwa usia perkawinan pertama kurang dari 17 tahun masih cukup tinggi, yakni mencapai 27,1 persen pada tahun 2012, meskipun angka ini sudah mengalami penurunan dibanding tahun 2011 yang mencapai 29,62 persen. Demikian juga halnya untuk usia perkawinan tahun, yang mengalami penurunan yang cukup signifikan dari 29,89 persen pada tahun 2011 menjadi 22,8 persen pada tahun Kenaikan terjadi pada usia perkawinan pertama kelompok umur dan lebih dari 24 tahun. Untuk kelompok umur mengalami kenaikan dari 30,92 persen pada 17

27 tahun 2011 menjadi 39,60 persen pada tahun Begitu juga untuk umur lebih dari 24 tahun yang mengalami sedikit kenaikan dari 9,57 persen pada 2011 menjadi 10,5 persen pada Hal ini menunjukkan bahwa penduduk perempuan di Kabupaten Mamuju mulai sadar akan bahaya dan kerugian pernikahan di usia dini. 3.1 Pemakaian Alat/Cara KB Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Selain melalui penundaan usia perkawinan pertama, partisipasi masyarakat dalam membantu pemerintah menangani masalah kependudukan adalah berupa kesadaran masyarakat untuk mensukseskan program Keluarga Berencana. Salah satu tujuan program ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera melalui pembatasan dan pengaturan jarak kelahiran. Hal ini bisa ditempuh antara lain dengan cara pemakaian alat/cara kontrasepsi KB. Pada tabel 3.2 terlihat bahwa besarnya persentase wanita umur tahun dan berstatus kawin yang sedang menggunakan/memakai alat/cara KB pada tahun 2012 mengalami kenaikan jika dibandingkan tahun 2011, yaitu dari 47,58 persen menjadi 54,5 persen. 18

28 Tabel 3.2 Persentase Wanita Berstatus Kawin Umur Tahun Menurut Penggunaan Alat/Cara KB di Kabupaten Mamuju Tahun Penggunaan Alat / Cara KB 2011 (%) 2012 (%) (1) (2) (3) Sedang Menggunakan 47, Tidak Menggunakan Lagi 20, Tidak Pernah Menggunakan 28, Jumlah 100, Sumber : BPS Kabupaten Mamuju, Susenas Sementara itu, persentase wanita umur dan berstatus kawin yang tidak menggunakan lagi pada tahun 2012 sebesar 23,8 persen, mengalami kenaikan jika di bandingkan tahun 2011, yang tercatat hanya 20,08 persen. Di Kabupaten Mamuju wanita usia tahun yang berstatus kawin pada tahun 2012 yang tidak pernah menggunakan alat/cara KB sebesar 21,7 persen, turun dibandingkan tahun 2011 yang nilainya sebesar 28,19 persen. Jika dirinci menurut jenis alat/cara KB yang dipakai tampak bahwa akseptor yang menggunakan alat/cara modern masih lebih tinggi yaitu sekitar 96,84 persen, sedangkan sisanya sekitar 3,16 persen menggunakan cara tradisional. Namun, akseptor yang menggunakan cara modern pada tahun 2012 tersebut ternyata lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2011 yang mencapai sebesar 98,62 persen. 19

29 Tabel 3.3 Persentase Wanita Umur Tahun dan Bertatus Kawin Menurut Alat/Cara KB yang Sedang digunakan di Kabupaten Mamuju Tahun Alat / Cara KB yang Digunakan 2011 (%) 2012 (%) (1) (2) (3) MOW/tubektomi 0,29 1,38 MOP/vasektomi 0,56 AKDR/IUD/spiral 3,02 3,04 Suntikan KB 43,40 51,25 Susuk KB/Norplan/ Implanon/Alwalit 7,70 10,53 Pil KB 43,12 30,17 Kondom/Karet KB - 0,51 Intervag/Tisue - 0,50 Kondom wanita - - Cara Tradisional 1, Total 100, Sumber : BPS Kabupaten Mamuju, Susenas Alat kontrasepsi modern yang paling banyak digunakan oleh wanita kawin berumur tahun di Kabupaten Mamuju Tahun 2012 adalah suntikan KB, yaitu mencapai sekitar 51,25 persen. Pemilihan alat/cara kontrasepsi suntikan KB yang digunakan karena kemungkinan disebabkan oleh kesibukan para wanita, disamping 20

30 resiko terjadinya kelainan lebih kecil dibanding dengan alat pencegah kehamilan lainnya. Gambar 3.1 Persentase Wanita Umur Tahun dan Berstatus Kawin menurut Cara/Alat KB yang sedang digunakan di Kabupaten Mamuju Tahun 2012 Sumber: Susenas 2011 Pil KB menempati urutan kedua sebagai alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan yaitu sebesar 30,17 persen. Banyaknya akseptor yang menggunakan pil KB bisa disebabkan karena alat/cara ini relatif mudah pemakaiannya (tidak membuat akseptor malu/risih pada saat pemasangan seperti misalnya IUD), begitu juga dalam hal pemberhentian bisa dilakukan pada saat yang dikehendaki oleh akseptor. Disamping itu pula alat/cara ini relatif lebih aman bagi kebanyakan wanita dan relatif lebih murah dan gampang didapatkan. 21

31 BAB IV PENDIDIKAN Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia, sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Pentingnya pendidikan tercermin dalam UUD 1945, yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga Negara yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian program pendidikan mempunyai andil besar terhadap kemajuan sosial-ekonomi suatu bangsa. Sumber daya manusia sangat penting peranannya dalam proses pembangunan. Untuk itu, pembangunan yang dilakukan bermuara pada pembangunan manusia. Salah satu komponen dalam pembangunan manusia adalah peningkatan di bidang pendidikan, karena merupakan suatu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan ketrampilan manusia. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah Kabupaten Mamuju sangat konsisten dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan adanya Dana BOS yang dikucurkan pemerintah maka pemerintah Daerah Kabupaten Mamuju juga ikut mengucurkan Dana BOSDA yakni tambahan dana untuk meringankan beban orang tua siswa SLTA. Program pendidikan mempunyai andil yang sangat besar terhadap kemajuan bangsa, ekonomi dan sosial. Sehingga keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan merupakan salah satu parameter untuk mengetahui kesejahteraan masyarakat. Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana maupun prasarana akan sangat menunjang dalam meningkatkan mutu pendidikan. 22

32 4.1. Partisipasi Sekolah Perhatian pemerintah terhadap sumber daya manusia secara dini semakin meningkat, hal tersebut juga terkait dengan program wajib belajar sembilan tahun yang dicanangkan pemerintah dalam upaya meningkatkan partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan sekolah dasar (7 12 tahun) dan sekolah lanjutan tingkat pertama (13-15 tahun). Untuk mengetahui keberhasilan program tersebut, dapat dilihat dari angka partisipasi sekolah yang menggambarkan persentase penduduk umur tertentu yang masih sekolah terhadap total penduduk pada umur tersebut. Tabel 4.1 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Status Pendidikan di Kabupaten Mamuju Tahun Tahun Status Pendidikan (1) (2) (3) Tidak/belum Pernah Sekolah 6,83 5,39 Masih Bersekolah 22,65 22,34 Tidak Bersekolah Lagi 70,52 72,28 Jumlah 100,00 100,00 Sumber: Susenas Merujuk pada tabel 4.1 diketahui bahwa jumlah penduduk berusia 10 tahun keatas yang masih bersekolah mengalami penurunan dari 22,65 persen pada tahun 2011 menjadi 22,34 persen pada tahun Sedangkan persentase penduduk yang tidak bersekolah lagi mengalami kenaikan menjadi 72,28 persen pada tahun

33 4.2. Tingkat Pendidikan Tertinggi Tingkat pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu ukuran kualitas sumber daya manusia. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan, semakin baik kualitas sumber daya manusianya dan semakin tinggi taraf intelektualitas Negara tersebut. Sehingga potensi sumber daya manusia di suatu wilayah dapat dilihat dari jenjang pendidikan yang ditamatkan. Pendidikan tertinggi yang ditamatkan seseorang merupakan indikator pokok kualitas pendidikan formalnya. Tingkat pendidikan tertinggi (TPT) adalah persentase jumlah penduduk, baik yang masih bersekolah maupun yang tidak bersekolah lagi menurut pendidikan tertinggi yang telah ditamatkan. Disamping bermanfaat untuk menunjukkan pencapaian pembangunan pendidikan juga berguna untuk melakukan perencanaan penawaran tenaga kerja, terutama untuk melihat kualifikasi pendidikan angkatan kerja suatu wilayah. Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa persentase penduduk yang berumur 10 tahun ke atas di Kabupaten Mamuju pada tahun 2012 yang tidak/belum pernah sekolah/tidak tamat SD masih cukup tinggi yaitu sekitar 31,12 persen dari total penduduk berumur 10 tahun ke atas. Selanjutnya penduduk yang berpendidikan tamat SD yaitu sekitar 32,05 persen. Sedangkan yang tamat SLTP terdapat sekitar 13,72 persen, tamat pendidikan SMA dan sederajat sekitar 15,55 persen yang terdiri dari tamat SMA/MA sebesar 12,87 persen dan tamat SMK sekitar 2,68 persen. 24

34 Tabel 4.2 Persentase Penduduk 10 Tahun ke atas Menurut Ijazah Tertinggi Yang dimiliki di Kabupaten Mamuju Tahun Ijazah Tertinggi yang Dimiliki Tahun (1) (2) (3) Tdk Punya Ijazah SD 32, SD/MI 32, SMP Umum/Kejuruan/MTS 15, SMA/MA 11, SMK 2, Diploma I/II 0, Diploma III 1, D IV/ S1 3, Jumlah 100, Sumber: BPS Kabupaten Mamuju, Susenas Persentase penduduk yang tamat pendidikan perguruan tinggi termasuk diploma dan akademi hanya sekitar 7,55 persen. Apabila dilihat series tahun , nampak bahwa penduduk yang tidak punya ijazah SD pada tahun 2012 mengalami penurunan yakni dari 32,53 persen menjadi 31,12 persen. Akan tetapi angka tersebut masih cukup tinggi mencapai sepertiga dari jumlah penduduk berumur sepuluh tahun keatas Angka Melek Huruf (AMH) Kemampuan membaca dan menulis merupakan keterampilan minimum yang dibutuhkan oleh penduduk untuk dapat menuju hidup sejahtera. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat keberhasilan bidang pendidikan adalah tingkat buta huruf. Makin rendah persentase penduduk yang buta huruf menunjukkan keberhasilan program pendidikan, sebaliknya makin tinggi persentase 25

35 penduduk yang buta huruf mengindikasikan kurang berhasilnya program pendidikan. Melek huruf yang dimaksud adalah jika seseorang mempunyai kemampuan membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya. Yang dimaksud huruf lainnya misalnya huruf Arab, Bugis/Makassar, Jawa, Cina dan sebagainya. Seseorang yang hanya dapat membaca atau menulis saja belum dianggap sebagai melek huruf. Di Kabupaten Mamuju hasil Susenas tahun 2011 dan 2012 menunjukkan kenaikan kemampuan membaca dan menulis huruf latin dari 90,31 persen menjadi 91,03 persen. Sebaliknya angka buta huruf mengalami penurunan dari 9,69 persen menjadi 8,92 persen. Tabel 4.3 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas Menurut Kemampuan Membaca Menulis dan Jenis Kelamin di Kabupaten Mamuju Tahun Kemampuan Membaca dan Menulis L P L + P L P L + P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Huruf Latin 92,28 88,26 90,31 92,55 89,40 91,03 Huruf Arab 9,70 8,40 9,07 9,31 7,05 8,22 Huruf Lainnya 0,76 0,41 0,59 0,54 0,27 0,41 Buta Huruf 7,72 11,74 9,69 7,35 10,60 8,92 Sumber: BPS Kabupaten Mamuju, Susenas Apabila dilihat menurut jenis kelamin menujukkan bahwa persentase penduduk laki-laki yang dapat membaca dan menulis huruf latin lebih tinggi dibanding penduduk perempuan yaitu sebesar 92,55 26

36 berbanding dengan 89,40 persen, dari total penduduk berumur 10 tahun ke atas di Kabupaten Mamuju pada tahun Hal tersebut sebanding dengan angka buta huruf, yaitu angka buta huruf perempuan lebih tinggi daripada angka buta huruf laki-laki. 27

37 BAB V KESEHATAN Pembangunan di bidang kesehatan antara lain bertujuan agar semua lapisan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah, dan merata. Melalui upaya tersebut diharapkan akan tercapai derajat kesehatan masyarakat lebih baik. Perhatian pemerintah terhadap kesehatan semakin ditingkatkan terutama pada ibu hamil dan balita. Perhatian tersebut diwujudkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sudah banyak dilakukan oleh pemerintah selama ini, diantaranya dengan menyediakan berbagai fasilitas kesehatan umum seperti puskesmas/pustu, posyandu, pos obat desa, pondok bersalin desa serta penyediaan fasilitas air bersih. Upaya lain yang dilakukan adalah pengadaan dan pemanfaatan fasilitas kesehatan, penambahan dan peningkatan kualitas petugas dan pemberian penyuluhan tentang pentingnya hidup sehat. Pembangunan bidang kesehatan meliputi seluruh siklus atau tahapan kehidupan manusia. Bila pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka secara langsung atau tidak langsung akan terjadi peningkatan kesejahteraan rakyat. Mempertimbangkan bahwa pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian yang sangat penting dari ajang peningkatan SDM penduduk Indonesia, maka program-program kesehatan telah dimulai atau bahkan lebih diprioritaskan pada calon generasi penerus, khususnya calon bayi dan anak usia lima tahun (balita). Pelayanan kesehatan diharapkan semakin baik dengan adanya fasilitas kesehatan yang semakin dekat dengan masyarakat, sehingga 28

38 dapat secara langsung maupun tidak langsung menimbulkan terjadinya perubahan pola pikir tentang pola hidup sehat. Untuk itu, keberadaan pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) dan adanya bidan di desa akan mempengaruhi masyarakat sekitarnya untuk hidup sehat. Selain itu, semua lapisan masyarakat mempunyai akses yang sama terhadap pelayanan kesehatan yang relatif mudah, murah dan merata Derajat Kesehatan Masyarakat Salah satu indikator kesejahteraan rakyat di bidang kesehatan adalah angka kematian bayi (AKB). Angka tersebut menunjukkan banyaknya kematian bayi per seribu kelahiran hidup. AKB akan mempengaruhi Angka harapan hidup atau AHH. Besar kecilnya Angka Harapan Hidup dipengaruhi oleh banyak variabel baik yang bersifat endogen (kondisi bawaan) maupun eksogen (pengaruh dari luar). Khusus untuk variabel eksogen dapat dibuat daftar yang cukup panjang diantaranya mencakup input makanan, upaya kesehatan dan kondisi lingkungan yang juga dipengaruhi oleh variabel lainnya. Pengaruh variabel-variabel tersebut dapat bersifat langsung maupun tidak langsung, dapat seketika maupun dengan tenggang waktu (time lag) tertentu. Pengaruh variabel-variabel tersebut bekerja secara tersendiri maupun bersinergi dengan variabel lain. Sementara itu, masih terdapat beberapa variabel yang diperkirakan berpengaruh terhadap AHH/e 0. Secara umum diharapkan bahwa dengan semakin tingginya persentase balita yang ditolong kelahirannya oleh tenaga medis akan semakin tinggi kemungkinan kelangsungan hidupnya. Tetapi perkiraan hubungan tersebut dapat menyimpang jika pertolongan tenaga medis digunakan untuk proses kelahiran yang abnormal dan dengan penanganan yang sudah terlambat. Persalinan yang ditolong oleh tenaga medis di Kabupaten Mamuju pada tahun 2010 yaitu hanya sekitar 36,06 dan 42,19 persen 29

39 pada tahun 2011 yang ditolong oleh dokter, bidan dan tenaga medis lainnya Status Kesehatan Masyarakat Status kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh pola hidup masyarakat terutama dalam upaya preventif. Pola hidup tersebut juga sangat bergantung pada perilaku dan pendapatan masyarakat. Pola hidup mengalami perubahan jika pendapatan cenderung tetap atau mengalami penurunan, di sisi lain pemenuhan kebutuhan semakin sulit dengan kenaikan harga secara terus menerus. Sulitnya memenuhi kebutuhan sehari-hari dapat menyebabkan terjadi pergeseran pola makan yang secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap kesehatan. Gambar 5.1 Persentase Penduduk menurut Jenis Keluhan Kesehatan yang Dialami dan Tipe Daerah di Kabupaten Mamuju Tahun 2012 Sumber : BPS Kabupaten Mamuju, Susenas

40 Salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan penduduk adalah angka kesakitan (morbidity rate) yang bisa dilihat melalui angka besarnya penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan. Pada Gambar 5.1 nampak bahwa diantara penduduk yang mengalami keluhan kesehatan pada tahun 2012, 16,30 persen menderita keluhan batuk, keluhan pilek sekitar 16,92 persen dan panas sekitar 18,82 persen, kemudian keluhan sakit kepala, sakit gigi dan lainnya masing-masing sekitar 13,06; 3,59 dan14,51 persen. Jenis keluhan kesehatan lainnya antara lain penyakit akut ( kolesterol, gula dan lain-lain). Sementara jenis keluhan (panas, batuk, dan pilek) sering dijumpai dan tergolong ringan, relatif mudah diobati serta obatnya pun mudah didapatkan di pasaran, tetapi meskipun tergolong ringan tetap mengganggu aktivitas sehari-hari bila terkena keluhan kesehatan tersebut Lama Hari Sakit Lama hari sakit dihitung menurut lama mengalami keluhan kesehatan yang menyebabkan terganggunya kegiatan sehari-hari. Sedangkan yang dimaksud keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik karena penyakit akut, penyakit kronis, kecelakaan, kriminalitas atau hal lain. 31

41 Tabel 5.1 Persentase Penduduk Menurut Lamanya Sakit Selama Sebulan yang Lalu di Kabupaten Mamuju Tahun Lama Hari Sakit (1) (4) (3) <= 3 53,30 56, ,14 34, ,80 4, ,23 1, ,54 3,41 Jumlah 100, Sumber : Susenas Hasil Susenas di Kabupaten Mamuju menunjukkan bahwa dari penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan yang terganggu kegiatan sehari-harinya pada tahun 2011 dan 2012 yang paling banyak adalah mereka yang mengalami keluhan kurang dari atau sama dengan tiga hari yaitu sekitar 56,54 persen pada tahun 2011 dan 53,45 persen pada tahun 2011, kenudian yang mengalami keluhan sekitar 4 7 hari terdapat sekitar 34,24 persen pada tahun 2012 angka ini turun dari tahun 2011 yang nilainya mencapai 37,14 persen. Kemudian lama hari sakit antara 8 14 hari sekitar 5,80 persen penduduk pada tahun 2011 dan pada tahun 2012 turun menjadi 4,81 persen. Sedangkan yang mengalami keluhan lebih setengah bulan hanya sekitar 3,77 persen pada tahun 2011 dan turun menjadi 4,41 persen pada tahun Distribusi pemanfaatan pelayanan kesehatan disajikan pada Tabel 5.2. Fasilitas kesehatan yang relatif banyak dimanfaatkan penduduk untuk berobat jalan adalah Puskesmas dan Pustu yaitu 70,51 persen pada tahun 2010 dan 66,43 persen pada tahun 2011, kemudian praktek dokter atau poliklinik sebesar 10,96 persen pada tahun

42 dan pada tahun 2011 yaitu 8,71 persen. Sedangkan penduduk yang berobat di RS Pemerintah dan Swasta dengan persentase 4,01 persen pada tahun 2010 menjadi 3,39 persen pada tahun Tabel 5.2 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Menurut Tempat Berobat di Kabupaten Mamuju Tahun Tempat Berobat (1) (2) (3) RS Pemerintah/Swasta 3,39 7,55 Praktek Dokter/Poliklinik 8,71 22,12 Puskesmas/Pustu 66,43 62,29 Lainnya 21,48 11,19 Sumber: BPS Kabuaten Mamuju, Susenas Penolong Persalinan Penolong persalinan sangat berpengaruh terhadap keselamatan dan kesehatan bayi dan ibu pada saat proses persalinan. Penolong persalinan yang berkualitas tentunya lebih memungkinkan terwujudnya keselamatan/kesehatan bayi dan ibu pada saat persalinan. Tenaga medis sebagai penolong persalinan tentunya lebih baik dibanding tenaga non medis. Persalinan oleh dokter, bidan, atau tenaga medis lain relatif lebih aman dibandingkan oleh dukun atau tenaga non medis lainnya. Tabel 5.3 menunjukkan penolong kelahiran balita yang terakhir. Dari tabel 5.3 diketahui bahwa terjadi sedikit peningkatan yang tidak terlalu signifikan pada penolong persalinan dengan jasa tenaga medis, yaitu 42,18 persen pada tahun 2011 menjadi 42,26 persen pada tahun Seiring dengan hal tersebut berarti terjadi penurunan penolong 33

43 persalinan jasa tenaga non medis, yaitu 57,82 persen pada tahun 2011 menjadi 57,74 persen pada tahun Walaupun sudah ada peningkatan penolong persalinan dengan tenaga medis, namun lebih dari lima puluh persen penduduk Kabupaten Mamuju masih mempercayakan kepada tenaga non medis. Tabel 5.3 Persentase Balita Menurut Penolong Persalinan Terakhir di Kabupaten Mamuju Tahun Penolong Persalinan Tahun (1) (2) (3) Tenaga Medis 42, Dokter 2,94 3,58 Bidan 38,33 38,02 Tenaga Paramedis lain 0,92 0,66 Tenaga Non Medis 57, Dukun 53,40 53,82 Famili/Keluarga 4,42 3,92 Jumlah 100,00 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Mamuju, Susenas Sementara itu kalau dirinci, pada tahun 2012 terjadi peningkatan penolong persalinan yang di bantu oleh dokter jika dibandingkan tahun Sedangkan untuk tenaga non medis terjadi penurunan penolong kelahiran oleh famili/keluarga dan lainnya. Mengingat masih besarnya persentase yang ditolong oleh dukun yaitu sekitar 53,82 persen pada tahun 2012, sehingga perlu pemantauan pengetahuan akan pentingnya kesehatan bagi dukun bersalin. Hal ini karena dikhawatirkan terjadinya resiko terhadap keselamatan dan kesehatan ibu dan bayi baik pada saat melahirkan maupun pada pasca kelahiran. 34

44 Keberadaan bidan di desa, diharapkan menjadi penolong persalinan dan mentrasfer pengetahuan tentang kesehatan kepada tenaga dukun. Sehingga kualitas kesehatan anak sejak lahir semakin membaik yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia Indonesia dimasa yang akan datang Pemberian ASI Kesehatan balita selain dipengaruhi oleh kesehatan ibu, juga dipengaruhi faktor lain diantaranya adalah lamanya pemberian ASI. Sekarang ini pemerintah senantiasa mengaktualisasikan dan menyosialisasikan peningkatan penggunaan air susu ibu (ASI) bagi balita. Hal ini karena dalam pertumbuhan dan perkembangan balita sangat memerlukan air susu ibu (ASI), karena ASI merupakan zat makanan yang paling ideal untuk pertumbuhan bayi sebab selain bergizi juga mengandung zat pembentuk kekebalan tubuh. Tabel 5.4 Persentase Balita Menurut Lamanya Disusui (bulan) di Kabupaten Mamuju Tahun Lama Disusui (Bulan) Perdesaan 2012 Perkotaan L P L P (1) (2) (3) (4) (5) 5 3,55 9,20 5,61 4, ,39 4,39 7,36 7, ,84 22,13 17,46 5, ,14 13,55 12,96 9, ,08 50,73 56,61 72,63 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Mamuju, Susenas Pemberian ASI kepada bayi akan memenuhi kebutuhan gizi dan memberikan kekebalan terhadap beberapa penyakit. Di daerah 35

45 perdesaan Kabupaten Mamuju hampir sebanyak 50,08 persen balita laiki laki dan 50,73 persen balita perempuan diberi ASI selama lebih dari 24 bulan. Untuk daerah perkotaan, persentasenya lebih tinggi yakni mencapai 56,61 persen untuk bayi laki-laki, dan 72,63 persen untuk bayi perempuan. Persentase balita yang disusui di antara bulan juga cukup tinggi yakni mencapai 25,84 persen dan 22,13 persen untuk bayi laki-laki dan perempuan di daerah perdesaan, sedangkan di daerah perkotaan jumlahnya sedikit lebih rendah yakni hanya 12,96 persen untuk laki-laki dan 5,91 persen untuk bayi perempuan. Ini berarti bahwa kesadaran ibu akan arti pentingnya ASI bagi bayi sudah mulai baik, walaupun pemberian ASI kepada bayi lebih efisien jika dilihat dari segi ekonomi, sebab ASI jauh lebih murah jika dibandingkan dengan susu formula. Akan tetapi, bagi ibu yang tetap memberikan ASI pada bayinya, mungkin hal itu menjadi salah satu pertimbangan bagi ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya Pemberian Imunisasi Salah satu indikator kesehatan bagi balita adalah pemberian imunisasi. Selain melalui pemberian ASI, pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan cara melakukan imunisasi kepada balita. Pemberian kekebalan tubuh melalui imunisasi lengkap sebelum usia 1 tahun merupakan cara yang efektif untuk mencegah kesakitan dan kematian balita. Imunisasi atau vaksinasi adalah memasukkan kuman atau racun penyakit tertentu yang sudah dilemahkan (vaksin) ke dalam tubuh dengan cara diminum (diteteskan dalam mulut), dengan maksud agar terjadi kekebalan tubuh terhadap penyakit tersebut. Secara umum berdasarkan hasil Susenas, persentase balita yang mendapat imunisasi pada tahun 2011 mengalami kenaikan jika 36

46 dibandingkan pada tahun 2010, baik BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B. Tabel 5.5 Persentase Pemberian Imunisasi Menurut Jenis Imunisasi di Kabupaten Mamuju Tahun Jenis Imunisasi Tidak Dapat Imunisasi Dapat Imunisasi Tidak Dapat Imunisasi Dapat Imunisasi (1) (2) (3) (4) (5) BCG 20,98 79,02 14,75 85,25 DPT 22,79 77,21 17,28 82,72 Polio 21,47 78,53 18,31 81,69 Campak/Morbili 34,11 65,89 27,20 72,80 Hepatitis B 28,07 71,93 23,69 76,31 Sumber: BPS Mamuju, Susenas Pada tahun 2012 balita yang mendapat imunisasi BCG untuk mencegah penyakit TBC yang diberikan pada bayi baru lahir usia 0 bulan sebesar 85,25 persen. Sedangkan persentase balita yang mendapat imunisasi DPT yaitu sekitar 82,72 persen. Pemberian imunisasi jenis ini dimaksudkan untuk mencegah penyakit difteri, pertusis dan tetanus, diberikan pada bayi berumur 3 bulan atau lebih. Selanjutnya imunisasi yang berfungsi untuk mencegah penyakit polio, yang diberikan pada bayi berumur 3 bulan ke atas yaitu imunisasi polio dengan persentase balita yang mendapat imunisasi ini sekitar 81,69 persen. Imunisasi Hepatitis B sekitar 76,31 persen diberikan untuk pencegahan penyakit hepatitis B. Frekwensi pemberian imunisasi HB sebanyak 3 kali, suntikan pertama diberikan pada bayi berumur 0 bulan, satu bulan dan 6 bulan. Sementara itu, 72,80 persen balita sudah mendapat imunisasi Campak/morbili dimaksudkan untuk mencegah penyakit campak/morbili yang diberikan pada bayi berumur 9 sampai 12 bulan. 37

47 5.7. Fasilitas Layanan Kesehatan Keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan sampai daerah terpencil, sehingga mudah dijangkau oleh seluruh masyarakat termasuk yang tidak mampu tentunya sangat diperlukan dalam upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan berupa rumah sakit biasanya berada di ibukota kabupaten, sedangkan untuk melayani masyarakat di pedesaan biasanya tersedia fasilitas pelayanan kesehatan berupa Puskesmas. Rumah sakit Kabupaten Mamuju tahun 2012, hanya terdapat 3 unit dan terletak di ibukota kabupaten. Selain rumah sakit, keberadaan pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) sangat strategis dalam pelayanan kesehatan di pedesaan. Puskesmas adalah satu unit pelayanan fungsional yang fungsi utamanya adalah pelayanan kesehatan tingkat pertama. Wilayah kerjanya meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan, yang biasanya dibangun dengan melihat kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografis dan infrastruktur lainnya. Di Kabupaten Mamuju terdapat sebanyak 3 Rumah Sakit, 30 Puskesmas/Pustu, 173 Poskesdes, 30 praktek dokter dan 2 gedung farmasi. Dalam melaksanakan tugasnya tidak semua Puskesmas dapat menjangkau semua penduduk yang dibebankan dalam wilayahnya, oleh sebab itu harus ditunjang dengan fasilitas layanan kesehatan lainnya. Fasilitas layanan kesehatan lainnya yang dimaksud adalah Poskesdes. Keberadaan kedua fasilitas ini sangat membantu Puskesmas dalam rangka memberikan pelayanan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. 38

48 5.8. Tenaga Kesehatan Selain pengadaan fasilitas kesehatan, juga perlu ditunjang dengan kualitas pelayanan. Untuk itu, keberadaan tenaga kesehatan yang berkualitas sangat diperlukan. Kualitas tenaga kesehatan sangat ditentukan oleh spesifikasi pendidikan yang dimiliki yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang akan diberikan pada masyarakat. Tenaga kesehatan yang bisa ditampilkan sebatas tenaga dokter ahli, dokter umum dan dokter gigi. Di Kabupaten Mamuju pada tahun 2012 terdapat 33 orang dokter. Selain itu, ditunjang juga oleh tenaga medis yang lain seperti bidan sebanyak 100 orang, perawat sebanyak 212 orang. 39

49 BAB VI KETENAGAKERJAAN Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Sektor ketenagakerjaan merupakan salah satu sektor penting bagi pembangunan ekonomi, khususnya dalam upaya pemerintah untuk mengurangi penduduk miskin. Dengan menitikberatkan pada masalah perluasan kesempatan kerja bagi angkatan kerja yang terus bertambah. Dengan demikian pemerintah perlu strategi pembangunan yang berorientasi pada perluasan/pembukaan kesempatan kerja. Kemudian sejauh mana pemerintah mengambil strategi seperti itu dan menjalankannya seefektif mungkin, telah dianggap sebagai salah satu batu ujian yang penting artinya bagi keberhasilan pembangunan. Pentingnya peranan tenaga kerja dalam proses rutin dan pertumbuhan ekonomi tidak mungkin dan tidak pernah terlupakan. Karena tenaga kerja mempunyai dua sisi yang saling melekat satu sama lain. Sisi yang satu mengambil peranan fungsional dalam proses produksi yaitu bertindak sebagai faktor produksi. Sisi lain merupakan terminal dari semua kegiatan produksi yaitu sebagai konsumen penerima pendapatan yang bersumber dari proses produksi Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja Setiap pembicaraan mengenai angkatan kerja pasti menyangkut penduduk, karena angkatan kerja merupakan bagian daripada penduduk dan tenaga kerja yang terus menerus bertambah sejalan dengan perkembangan penduduk. Angkatan Kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas yang melakukan kegiatan bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran. Persentase angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas adalah sekitar 73,79 persen pada tahun 2012, 40

50 sisanya merupakan penduduk yang tergolong sebagai bukan angkatan kerja. Penduduk bukan angkatan kerja tersebut adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas yang melakukan kegiatan sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya, yang persentasenya sebanyak 27,85 persen pada tahun 2011 dan 26,21 persen pada tahun Selanjutnya angkatan kerja menurut jenis kelamin pada tahun 2011, menunjukkan bahwa persentase angkatan kerja laki-laki (86,05 persen) relatif lebih tinggi dibandingkan angkatan kerja perempuan yaitu sekitar 57,72 persen dari total angkatan kerja di Kabupaten Mamuju. Tabel 6.1 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Seminggu yang Lalu Di Kabupaten Mamuju Tahun Golongan Angkatan Kerja 2012 L P L+P (1) (5) (6) (7) Angkatan kerja 90,00 56,72 73,79 Bekerja 89,19 56,03 73,04 Pengangguran 0,81 0,69 0,75 Bukan Angkatan Kerja 10,00 43,28 26,21 Sekolah 0,34 0,21 0,28 Mengurus Rumah Tangga 4,00 41,41 22,22 Lainnya 5,66 1,66 3,71 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Mamuju Sakernas Sementara itu, pada tabel 6.2 nampak bahwa persentase angkatan kerja yang terbanyak kedua berada didalam kelompok umur tahun sebesar 13,45 persen dan kelompok umur tahun sebesar 16,54 persen merupakan nilai angkatan kerja tertinggi pada 41

51 tahun Demikian juga halnya bila dilihat menurut jenis kelamin, angkatan kerja perempuan maupun laki-laki terbanyak juga terdapat pada kelompok umur tahun yaitu masing masing sebesar 18,25 dan 15,52 persen. Tabel 6.2 Angkatan Kerja Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Mamuju Tahun 2012 Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) ,64 7,39 9, ,33 9,47 10, ,92 14,34 13, ,52 18,25 16, ,65 11,83 12, ,52 13,14 11, ,05 10,54 8, ,29 5,30 6, ,18 5,09 4, ,02 2,27 2, ,87 2,37 3,31 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber: BPS Mamuju, Sakernas Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah perbandingan jumlah angkatan kerja yaitu jumlah penduduk yang bekerja dan mencari pekerjaan terhadap jumlah seluruh penduduk usia kerja (15 42

52 tahun ke atas). TPAK merupakan suatu ukuran yang dapat menggambarkan partisipasi penduduk usia kerja dalam kegiatan ekonomi. TPAK dapat dinyatakan untuk seluruh penduduk dalam usia kerja dan dapat pula dinyatakan untuk kelompok tertentu, seperti TPAK menurut jenis kelamin, kelompok umur dan lain-lain. Sementara itu, terdapat penduduk bukan angkatan kerja yaitu penduduk yang tidak terlibat dalam kegiatan ekonomi, melainkan bersekolah, mengurus rumah tangga atau lainnya. Berdasarkan hasil Sakernas 2012, Tingkat Partisipasi Angkatan kerja (TPAK) di Kabupaten Mamuju sedikit mengalami kenaikan dari 72,15 pada tahun 2011 menjadi 73,79 pada tahun 2012, yang berarti pada setiap 100 orang penduduk usia kerja (15 tahun ke atas), sekitar 73 pada tahun 2011 dan 74 pada tahun 2012 diantaranya termasuk angkatan kerja. Gambar 6.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Mamuju Tahun Sumber : BPS Mamuju, Sakernas

53 Menurut jenis kelamin, TPAK di Kabupaten Mamuju menunjukkan perbedaan yang cukup mencolok antara laki-laki dan perempuan. TPAK laki-laki tercatat sekitar 86,05 persen pada tahun 2011 dan 90,00 persen pada tahun 2012, sedangkan TPAK perempuan hanya sebesar 57,72 pada tahun 2011 dan 56,72 pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa antara penduduk laki-laki dan perempuan di Kabupaten Mamuju belum mempunyai kesempatan yang sama terlibat dalam pasar kerja, hal ini kemungkinan dikarenakan kondisi pekerjaan di kabupaten Mamuju yang pada umumnya angkatan kerja bekerja di sektor pertanian, terutama di subsektor perkebunan Tingkat Kesempatan Kerja/Employment Rate Tingkat Kesempatan Kerja merupakan rasio jumlah penduduk yang bekerja terhadap jumlah penduduk angkatan kerja. Perlu dicatat bahwa kata kesempatan kerja disini jangan diartikan bahwa ada lowongan kerja karena yang diukur adalah penduduk yang bekerja. Indikator ini menunjukkan tingkat penyerapan angkatan kerja. Tingkat kesempatan kerja di Kabupaten Mamuju pada tahun 2012 sebesar 98,98 persen. Ini berarti bahwa sekitar 98 sampai 99 orang dari 100 orang angkatan kerja pada tahun 2012 sedang bekerja. Jika dilihat menurut jenis kelamin, tingkat kesempatan kerja perempuan sekitar 98,79 persen jauh lebih rendah dibanding laki-laki yang mencapaimencapai 99,10 persen. Dari gambar 6.2 juga menunjukkan bahwa Tingkat Kesempatan Kerja selama dua tahun terakhir tidak ada perubahan yang signifikan. 44

54 Gambar 6.2 Tingkat Kesempatan Kerja Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Mamuju Tahun Sumber : BPS Mamuju, Sakernas Lapangan Pekerjaan Utama Sektor pertanian merupakan sektor yang paling dominan dalam menyerap tenaga kerja di Kabupaten Mamuju. Pada tahun 2012, berdasarkan hasil Sakernas sektor pertanian menyerap tenaga kerja sekitar 63,97 persen. Sektor perdagangan berada di posisi kedua, yang mampu menyerap tenaga kerja sebesar 13,89 persen. Sedangkan posisi ketiga adalah sector jasa kemasyarakatan, yang menyerap tenaga kerja sebesar 11,22 persen. Walaupun salah satu tujuan pembangunan adalah adanya perubahan struktur penyerapan tenaga kerja sektor pertanian ke sektor industri, akan tetapi ternyata sector industri pengolahan belum mampu menyerap tenaga kerja sesuai yang diharapkan, hal ini terlihat bahwa hanya sebesar 2,29 persen saja 45

55 tenaga kerja yang mampu diserap oleh sektor industri pengolahan. Tabel 6.3 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Lapangan Usaha Utama dan Jenis Kelamin di Kabupaten Mamuju Tahun Lapangan Usaha Utama L P L+P (1) (2) (3) (4) Pertanian Industri Pengolahan Perdagangan Jasa Masyarakat Lainnya Total Sumber : BPS Mamuju, Sakernas Status Pekerjaan Utama Sebagian besar penduduk di Kabupaten Mamuju pada tahun 2012 bekerja di sektor informal. Pekerja informal ini mencapai 77,86 persen, nilai ini turun dibandingkan tahun 2011 yang sebesar 82,05 persen. Yang dimaksud penduduk yang bekerja di sektor informal terdiri dari berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain sebesar 14,57 persen, berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap mencapai sekitar 30,43 persen, pekerja bebas di pertanian sekitar 2,22 persen, pekerja bebas di non pertanian hanya sekitar 2,62 persen, dan yang bekerja sebagai pekerja keluarga atau pekerja tidak dibayar sekitar 28,02 persen. Selanjutnya penduduk yang bekerja sebagai buruh/karyawan hanya sekitar 21,22 persen. Sedangkan penduduk yang bekerja dibantu dengan buruh tetap lebih sedikit lagi hanya mencapai sekitar 0,92 46

56 persen. Rendahnya persentase status pekerjaan utama sebagai berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar ini bisa menggambarkan masih rendahnya wiraswasta yang mampu memberikan lapangan kerja bagi orang lain di kabupaten Mamuju pada tahun Tabel 6.4 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan di Kabupaten Mamuju Tahun Status Pekerjaan Utama (1) (2) (3) Berusaha sendiri 14,26 14,57 Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar 31,33 30,43 0,61 0,92 Buruh/karyawan/pegawai 17,18 21,22 Pekerja bebas di pertanian 2,76 2,22 Pekerja bebas di non pertanian 2,67 2,62 Pekerja tidak dibayar 31,03 28,02 Sumber : BPS Mamuju, Sakernas TOTAL 100,00 100, Pengangguran Terbuka (TPT) Pengangguran Terbuka adalah : (i) mereka yang sedang mencari pekerjaan, (ii) mereka yang sedang mempersiapkan usaha baru, (iii) mereka yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin dapat pekerjaan (putus asa), dan atau (iv) mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja. Sedangkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) merupakan perbandingan antara 47

57 pengangguran terbuka dengan angkatan kerja. Pada tahun 2012 TPT Kabupaten Mamuju sebesar 1,02 persen, sedikit mengalami penurunan dibandingkan tahun TPT tahun 2011 yang nilainya mencapai 2,63 persen. Gambar 6.3 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Mamuju Tahun Sumber : BPS Mamuju, Sakernas Kalau dilihat menurut jenis kelamin, TPT perempuan lebih tinggi dibanding dengan TPT laki-laki. Pada tahun 2012 TPT perempuan tercatat sekitar 1,21 persen dan TPT laki-laki sekitar 0,90 persen. Tingginya TPT perempuan diperkirakan karena tidak tersedianya lapangan pekerjaan yang cocok dengan kondisi fisik perempuan atau pencari kerja perempuan lebih selektif dalam hal memilih pekerjaan 48

58 BAB VII FASILITAS PERUMAHAN Tempat tinggal atau rumah merupakan sesuatu yang menjadi dambaan bagi pasangan keluarga dan merupakan kebutuhan mendasar dalam kehidupan manusia selain sandang dan pangan. Untuk itu, ketiga kebutuhan masyarakat tersebut dalam ilmu ekonomi disebut sebagai kebutuhan primer atau kebutuhan pokok. Keadaan tempat tinggal menggambarkan tingkat kesejahteraan penghuninya, serta berpengaruh terhadap penghuninya baik ditinjau dari aspek kesehatan maupun keamanan. Informasi mengenai kondisi perumahan maupun lingkungan yang dikumpulkan dari Survei Susenas tahun 2010 dan 2011 meliputi keadaan lantai, dinding dan atap rumah. Selain itu, kondisi rumah sering dikaitkan dengan keadaan lingkungan, karena fasilitas rumah maupun lingkungan yang tidak sehat, tentunya sangat berpengaruh terhadap penghuninya, terutama dalam hal kesehatan termasuk di dalamnya tingkat keamanan penghuninya. Fasilitas rumah tidak sepenuhnya diartikan dengan kelengkapan berdasarkan kemewahan isi rumah yang bersangkutan, tetapi keadaan itu lebih dititikberatkan pada standar kualitas, misalnya bagaimana keadaan fasilitas rumah seperti penerangan, sumber air minum maupun jamban. Seiring dengan adanya kecenderungan peningkatan jumlah penduduk, maka kebutuhan rumah juga meningkat. Disamping itu, kualitas perumahan yang memenuhi standar kesehatan/ kenyamanan sangat dibutuhkan bagi penghuninya. Kemudian yang tidak kalah pentingnya lagi adalah kualitas lingkungan rumah secara umum, karena rumah bukan saja berfungsi sebagai tempat tinggal, tetapi juga merupakan suatu unit sederhana yang di dalamnya terkandung unsur sosial ekonomi, kebudayaan dan 49

59 agama. Sedangkan dalam skala yang lebih besar perumahan merupakan kompleks masyarakat yang di dalamnya terdapat kondisi sosial yang lebih beragam lagi. Pada uraian bab ini, kita dapat melihat aspek yang berkaitan dengan fasilitas perumahan dan lingkungan yang telah dibangun masyarakat dalam meningkatkan kenyamanan keluarga. Perkembangan tersebut misalnya keadaan lantai, dinding, atap, air minum, listrik dan lain sebagainya Status Tempat Tinggal Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah tempat tinggal, kebutuhan rumah oleh masyarakat dipengaruhi terutama oleh bertambahnya rumah tangga yang terbentuk secara tidak langsung oleh meningkatnya jumlah penduduk. Setiap rumah tangga berusaha menguasai suatu tempat tinggal dengan berbagai cara seperti membeli, kontrak, sewa dan sebagainya. Status penguasaan tempat tinggal secara psikologis akan berpengaruh terhadap penghuninya. Rumah tangga yang tinggal di rumah sendiri akan berbeda tangga yang tinggal di rumah kontrakan dengan rumah 50

60 Tabel 7.1 Persentase Rumah Tangga menurut Penguasaan Bangunan Tempat Tinggal di Kabupaten Mamuju Tahun Tahun Bentuk Kepemilikan ( 1 ) ( 2 ) (3) Milik Sendiri 87,81 90,25 Kontrak/ Sewa 3,83 6,04 Dinas/ Bebas Sewa 1,97 0,93 Milik Ortu/ Sanak Saudara 6,40 2,77 Lainnya 0,00 0,00 Jumlah 100,00 100,00 Sumber : BPS Mamuju, Susenas Pada Tabel 7.1. terlihat bahwa rumah tangga yang tinggal di rumah milik sendiri pada tahun 2011 sebesar 87,81 persen naik menjadi 90,25 persen pada tahun Hal ini berarti setidaknya 90 persen rumah tangga di Kabupaten Mamuju pada tahun 2012 sudah tercukupi kebutuhan akan papan dengan lebih baik. Sementara itu sebanyak 2,77 persen tinggal dirumah milik orang tua/sanak saudara, 0,93 persen tinggal dirumah dinas/bebas sewa, sebesar 6,04 persen tinggal di rumah kontrakan. Jika diasumsikan bahwa rumah tangga yang tinggal dirumah bukan milik sendiri adalah rumah tangga yang membutuhkan rumah, maka hal ini berarti bahwa pada tahun 2012 sekitar 9,74 persen rumah tangga di Kabupaten Mamuju masih membutuhkan rumah. Status tempat tinggal bukan milik sendiri oleh rumah tangga dipengaruhi beberapa faktor antara lain; keadaan ekonomi masyarakat yaitu rendahnya pendapatan, alasan pendidikan dan lokasi tempat kerja. 51

61 7.2. Jenis dan Luas Lantai Kualitas rumah tempat tinggal dapat dilihat dari berbagai segi seperti jenis lantai, luas lantai, jenis atap dan jenis dinding yang digunakan. Kualitas rumah yang baik dihuni oleh suatu rumah tangga dapat dijadikan sebagai indikator tingkat kesejahteraannya. Manusia membutuhkan rumah sebagai tempat tinggal dan berinteraksi dengan manusia lainnya serta tempat berlindung dari segala macam gangguan. Rumah yang layak sebaiknya mempunyai luas lantai yang sesuai dengan banyaknya anggota rumah tangga yang menghuninya. Salah satu persyaratan atau kriteria rumah sehat yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan adalah luas lantai perkapita minimal 9 m 2, sedangkan menurut kriteria WHO minimal 10 m 2 tidak termasuk kamar mandi dan WC. Indikator ini mencerminkan kondisi kesehatan tempat tinggal penduduk. Tabel 7.2 Persentase Rumah Tangga Menurut Luas Lantai di Kabupaten Mamuju Tahun Luas Lantai (M 2 ) Tahun (1) (2) (3) ,98 5, ,38 32, ,88 44, ,80 12,09 < 20 5,96 5,65 Jumlah 100,00 100,00 Sumber : BPS Mamuju, Susenas Tabel 7.2 menggambarkan luas lantai rumah (dalam meter persegi) yang ditempati rumah tangga. di Kabupaten Mamuju, rumah 52

62 tangga yang menempati rumah dengan luas lantai m² mengalami penurunan yaitu masih sekitar 40,80 persen pada tahun 2011 menjadi 12,09 persen pada tahun Sedangkan 44,27 persen mempunyai luas lantai M² pada tahun Sedangkan rumah tangga yang menempati rumah dengan luas lantai 100 m² atau lebih mencapai 37,99 persen di tahun Persyaratan lain dari rumah sehat, oleh Depkes adalah lantai rumah harus kering/ tidak lembab. Oleh karena itu bahan penutup lantai harus terbuat dari teraso, ubin/tegel, batu-bata, atau plur/semen (untuk rumah bukan panggung/tingkat) dan terbuat dari kayu atau bambu (untuk rumah panggung/tingkat). Gambar 7.1 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Lantai Terluas Di Kabupaten Mamuju Tahun Sumber: BPS Mamuju, Susenas

63 Jika dilihat dari jenis lantai terluas yang ditempati oleh sebagian besar rumah tangga di Kabupaten Mamuju pada tahun 2012 persentase rumah tangga yang berlantai bukan tanah sebanyak 91,72 persen, sedangkan rumah tangga yang masih menghuni rumah dengan lantai tanah sebanyak 8,28 persen. Hal ini menunjukan bahwa hampir mayoritas rumah tangga di Kabupaten Mamuju menghuni rumah dengan lantai bukan tanah Jenis Dinding dan Atap Terluas Tingkat kesejahteraan masyarakat juga dapat dilihat menurut penggunaan jenis dinding. Dinding rumah merupakan salah satu komponen penting dari bangunan tempat tinggal. Jenis dinding yang digunakan semestinya terbuat dari bahan yang tidak tembus pandang serta dapat menahan dingin, sehingga bisa dikatakan kondisinya dapat memenuhi syarat kesehatan. Tabel 7.3 Persentase Rumah Tangga Menurut Jenis Dinding Kabupaten Mamuju Tahun di Jenis Dinding Tahun (1) (2) (3) Tembok 32,24 24,82 Kayu 65,70 73,48 Lainnya 2,06 1,70 Jumlah 100,00 100,00 Sumber: BPS Mamuju, Susenas Pada tahun 2011 dan 2012, separuh lebih rumah tangga di Kabupaten Mamuju menggunakan kayu sebagai bahan dinding rumah mereka. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya masyarakat pada 54

64 umumnya menempati rumah yang berbentuk panggung. Kemudian dinding terbanyak kedua digunakan adalah tembok yaitu sebesar 24,82 persen pada tahun Sementara itu, rumah tangga yang menggunakan dinding lainnya pada tahun 2012 berubah dari 2,06 persen pada tahun 2011 menjadi 1,70 persen pada Gambar 7.2 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Atap di Kabupaten Mamuju Tahun Sumber : BPS Mamuju, Susenas Komponen rumah lainnya yang cukup penting adalah atap, karena komponen ini secara langsung berfungsi menahan atau melindungi dari teriknya sinar matahari dan turunnya hujan. Oleh karena itu bahan yang digunakan sebaiknya yang kuat dan tahan lama seperti beton, genteng, sirap, seng, dan asbes. Berdasarkan pengunaan 55

65 jenis atap terluas, rumah tangga di Kabupaten Mamuju pada tahun 2011 dan 2012 umumnya lebih banyak menggunakan seng. Pada gambar 7.2. nampak bahwa rumah tangga yang menggunakan atap seng tempat tinggal pada tahun 2012 sebesar 66,96 persen. Sementara itu, jenis atap terbanyak kedua digunakan oleh rumah tangga di Kabupaten Mamuju adalah atap ijuk/rumbia yaitu sekitar 23,82 persen, sebanyak 9,22 persen beratapkan lainnya Fasilitas Penerangan Ketersediaan sumber penerangan yang cukup berhubungan dengan tingkat kesehatan, kemudahan akses informasi dan menunjukkan kemampuan ekonomi rumah tangga. Dan penerangan. listrik merupakan sumber penerangan yang mempunyai nilai paling tinggi dibandingkan dengan penerangan petromak, pelita, dan sumber penerangan lainnya. Hal ini disebabkan karena listrik lebih praktis dan modern, serta tidak menimbulkan polusi. Rumah tangga yang menggunakan listrik dianggap mempunyai tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Tabel 7.4 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan di Kabupaten Mamuju Tahun Tahun Sumber Penerangan (1) (2) (3) Listrik PLN 40,22 49,26 Listrik Non PLN 30,67 27,07 Pelita/Senter/Obor 27,91 23,51 Lainnya 1,20 0,16 Jumlah 100, Sumber: Susenas

66 Adanya fasilitas listrik pada suatu tempat tinggal adalah salah satu indikator rumah dikatakan layak, karena listrik merupakan sumber penerangan utama suatu tempat tinggal tanpa melihat apakah bersumber dari PLN atau listrik non PLN. Pada Tabel 7.4, hasil Susenas memperlihatkan bahwa pada tahun 2012, rumah tangga di Kabupaten Mamuju yang menikmati fasilitas listrik PLN sebagai sumber penerangan yaitu 49,26 persen, jumlah ini meningkat disbanding tahun 2011 yang mencapai 40,22 persen. Sedangkan listrik non PLN turun dari 30,67 persen pada tahun 2011 menjadi 27,07 persen pada tahun Namun demikian, masih ada sebanyak 23,51 persen rumah tangga di Kabupaten Mamuju pada tahun 2012 masih menggunakan penerangan pelita/senter/obor/petromax/aladin, danpenerangan lainnya sebesar 0,16 persen Bahan Bakar/Energi Utama Untuk Memasak Bahan bakar untuk memasak menggambarkan kondisi dan kualitas perumahan juga tingkat kesejahteraan rumah tangga tersebut. Berdasarkan hasil Susenas 2011 di Kabupaten Mamuju sebanyak 68,92 persen rumah tangga umumnya masih menggunakan kayu bakar untuk memasak, nilai ini turun dibandingkan tahun 2011 yang besarannya mencapai 73,92 persen. Masih ada juga rumah tangga yang memasak menggunakan minyak tanah sebanyak 2,01 persen pada tahun Tabel 7.5 Persentase Rumah Tangga menurut Penggunaan Bahan Bakar Utama di Kabupaten Mamuju Tahun Sumber Penerangan (1) (2) (3) Minyak Tanah 9,19 2,01 Kayu Bakar 73,92 68,92 Lainnya 16,89 29,07 Jumlah 100,00 100,00 Sumber : BPS Mamuju, Susenas

67 7.6. Sumber Air Minum Air merupakan kebutuhan vital dalam kehidupan manusia. Air sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme dalam tubuh manusia, selain itu air juga dibutuhkan untuk membersihkan, mandi, mencuci pakaian dan sebagainya. Oleh karena itu salah satu indikator penting untuk mengukur derajat kesehatan rumah tangga adalah keberadaan sumber air minum yang digunakan. Sumber air minum sangat mempengaruhi kualitas air minum. Sumber air minum yang sampai saat ini masih dianggap terbaik adalah air dalam kemasan, karena sifatnya yang sangat higienis. Air minum yang dianggap memenuhi syarat kesehatan adalah yang bersumber dari leding. Karena sebelum air distribusikan ke rumah penduduk terlebih dahulu dilakukan proses penjernihan. Selain itu yang termasuk kategori air bersih adalah air yang bersumber dari pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung. Tabel 7.6 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Air Minum di Kabupaten Mamuju Tahun Sumber/Cara Memperoleh/Fasilitas Air Minum (1) (3) (3) Air Bersih 59,97 59,16 Air Kemasan dan Isi Ulang 13,94 14,71 Leding 6,94 6,54 Pompa 2,77 4,56 Sumur/Mata air terlindung 36,32 33,35 Bukan Air Bersih 40,03 40,84 Sumur tak terlindung 22,57 18,61 Mata air tak terlindung 10,94 15,39 Lainnya 6,52 6,84 Jumlah 100,00 100,00 Sumber : BPS Mamuju, Susenas

68 Penggunaan air bersih oleh rumah tangga sebagai sumber air minum di Kabupaten Mamuju pada tahun 2011 dan tahun 2012 relatif tidak berubah signifikan, yaitu sebesar 59,97 persen pada tahun 2011 menjadi 59,16 persen pada Sumber air bersih pada umumnya diambil dari sumur/mata air terlindung yaitu sebesar 33,35 persen sedangkan sisanya berasal dari air kemasan dan air isi ulang, leding, dan pompa. Sementara itu, rumah tangga yang menggunakan sumber air minum yang tergolong tidak bersih juga tidak mengalami perubahan yang signifikan. Terlihat pada table bahwa pada tahun 2011 ada sebanyak 40,03 persen rumah tangga pada tahun 2011 dan 40,84 persen rumah tangga pada Hal ini disebabkan masih banyaknya rumah tangga di Kabupaten Mamuju masih mengkonsumsi air minum bersumber dari sumur tak terlindung dan mata air tak terlindung yaitu masing masing sebesar 18,61 dan 15,39 persenpada tahun Selanjutnya rumah tangga yang mengkonsumsi air minum lainnya hanya sekitar 6,84 persen dari total rumah tangga. Jarak dari sumber minum (yang berasal dari pompa, sumur, atau mata air) ke tempat penampungan kotoran juga mempengaruhi kualitas air minum. Jarak yang sehat antara sumber air minum tempat penampungan tinja adalah lebih dari 10 meter. Tabel 7.7 Persentase Rumah Tangga menurut Jarak sumber Air Minum ke Tempat Penampungan Kotoran Tinja di Kabupaten Mamuju Tahun Fasilitas Buang Air Besar (1) (3) (3) <= 10 m 4,21 3,92 >10 m 40,53 34,67 Tidak tahu 55,26 61,41 Jumlah 100,00 100,00 Sumber: BPS Mamuju, Susenas

69 Pada Tabel 7.7 terlihat bahwa pada tahun 2012 ada 34,67 persen rumah tangga yang jarak sumber air minumnya lebih dari 10 meter. Namun demikian, pada tahun 2011 masih terdapat sekitar 3,92 persen rumah tangga yang jarak sumber air minumnya ke tempat penampungan kotoran/tinja kurang atau sama dengan 10 meter padahal rumah tangga tersebut menggunakan sumber air minum pompa, sumur atau mata air Fasilitas Buang Air Besar Fasilitas buang air besar merupakan salah satu fasilitas tempat tinggal yang sangat penting, karena berhubungan erat dengan sanitasi lingkungan tempat tinggal, terutama berupa penggunaan jenis kloset dan tempat penampungan akhir kotoran/tinja. Fasilitas buang air besar yang dianggap memenuhi syarat kesehatan adalah kakus yang menggunakan kloset leher angsa atau plengsengan dengan penampungan akhir berupa tangki septik. Tangki septik dapat mencegah limbah untuk tidak mencemari lingkungan terutama air sumur yang dibuat/berada di sekitar tempat tersebut. Pada tahun 2012 di Kabupaten Mamuju, rumah tangga yang menggunakan kakus ada sekitar 55,86 persen rumah tangga. Persentase tersebut merupakan terdiri dari 50,56 persen menggunakan tepat buang air besar milik sendiri, 4,44 persen milik bersama, dan sebanyak 0,87 persen merupakan sarana umum. Dari table 7.8 juga terlihat bahwa masih banyak penduduk di kabupaten Mamuju yang buang air besar tanpa menggunakan kakus, yang nilainya mencapai 44,14 persen pada tahun

70 Tabel 7.8 Persentase Rumah Tangga Menurut Fasiltas Buang Air Besar di Kabupaten Mamuju Tahun Fasilitas Buang Air Besar (1) (3) (3) Menggunakan Kakus 58,60 55,86 Sendiri 48,30 50,56 Bersama 9,26 4,44 Umum 1,04 0,87 Tidak Menggunakan Kakus 41,40 44,14 Jumlah 100,00 100,00 Sumber : BPS Mamuju, Susenas Dari sebanyak 55,86 persen rumah tangga yang menggunakan kaskus di kabupaten Mamuju, sebanyak 82,96 persen rumah tangga menggunakan kloset jenis leher angsa, 1,83 persen menggunakan plengsengan, 13,87 menggunakan jenis cemplung, dan sebanyak 062 persen tanpa menggunakan kloset. Sementara itu, tempat penampungan tinja rumah tangga yang memenuhi syarat kesehatan di Kabupaten Mamuju yaitu tangki/spal sekitar 48,06 persen dan sekitar 21,86 persen rumah tangga membuang tinja mereka di sungai/danau/laut dari total rumah tangga. 61

71 BAB VIII PENGELUARAN KONSUMSI RUMAH TANGGA Dalam pembahasan pola pengeluaran konsumsi ini tentunya dilihat dari aspek kebutuhan konsumsi yang betul-betul digunakan, tidak untuk usaha atau yang diberikan kepada orang lain. Pengeluaran yang dikumpulkan melalui Survei Sosisl Ekonomi Nasional tahun 2011 dan 2012 dengan rincian khusus pada daftar tersedia menanyakan pola konsumsi dari penduduk. Konsumsi tersebut dapat berupa makanan atau non makanan, kedua jenis kebutuhan tersebut tentunya dalam penggunaannya mempunyai perbedaan satu dengan lainnya, hal itu tentu tergantung dari besar kecilnya pendapatan yang dimiliki. Namun biasanya bila seseorang mempunyai pendapatan yang lebih besar pola konsumsi terhadap makanan akan dikurangi yang selanjutnya mengarah pada pola konsumsi non makanan, begitu pula sebaliknya dimana apabila seseorang mempunyai pendapatan yang tetap atau berkurang maka, konsumsinya cenderung lebih besar untuk konsumsi makanan. Kondisi itu adalah merupakan hukum dari pola konsumsi dalam teori ekonomi. Keadaan tersebut merupakan gambaran umum yang sering terjadi, khususnya pada negara berkembang. Pada negaranegara maju, pola pengeluaran konsumsi bahan makanan total pengeluarannya rata-rata dibawah 50 persen yakni antara 20 sampai dengan 40 persen. Bila sesorang yang mempunyai pendapatan biasanya tidak mempengaruhi pola konsumsi makanan. 62

72 8.1. Golongan Pengeluaran Bila dikelompokkan menurut golongan pengeluarannya, penduduk di Kabupaten Mamuju pada tahun 2011 paling banyak berada pada posisi golongan perkapita antara Rp ,00 s.d Rp ,00 yaitu sebesar 35,04 persen, nilai ini naik dibandingkan tahun 2011 yang besaranya hanya 26,46 persen. Peningkatan rata-rata konsumsi terjadi di kelompok pengeluaran dan , masing-masing menjadi 27,24 persen dan 16,17 persen. Tabel 8.1 Persentase Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Perkapita Sebulan di Kabupaten Mamuju Tahun Gol. Pengeluaran Perkapita Sebulan (Rp) (1) (2) (3) Kurang dari , , , , , , , atau lebih 11, Jumlah 100, Sumber : BPS Mamuju, Susenas Seiring dengan peningkatan tadi, persentase golongan pengeluaran perkapita terbesar (lebih dari ) justru mengalami penurunan yang cukup signifikan, dari 11,18 pada tahun 2011 menjadi 4,44 persen pada tahun

73 8.2 Pengeluaran Perkapita Penduduk Selama dua tahun terakhir, tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Mamuju tampak mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Salah satu indikator yang menunjukkan hal tersebut adalah terjadinya peningkatan rata-rata pengeluaran per kapita selama periode Pada tahun 2011, rata-rata pengeluaran perkapita penduduk sebesar Rp per bulan pada tahun 2010 menjadi Rp per bulan pada tahun Tabel 8.2 Rata-Rata Pengeluaran Perkapita Penduduk berdasarkan Tipe Daerah di Kabupaten Mamuju Tahun Rata-rata Pengeluaran Perkapita/bulan (Rp.) (1) (2) (3) Kota+Desa Perkotaan Perdesaan Sumber: BPS Mamuju, Susenas Peningkatan pengeluaran tersebut terjadi baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Rata-rata pengeluaran perkapita daerah perkotaan relatif lebih besar bila dibandingkan dengan daerah perdesaan. Hal ini dapat disebabkan karena komoditi yang dikonsumsi oleh masyarakat perkotaan lebih beragam jenis dan harganya relatif lebih mahal dibanding di daerah perdesaan. Tingkat kesejahteraan penduduk dapat dilihat dari pola konsumsinya dan pengeluran perkapita. Menurut hukum Engel, apabila proporsi konsumsi makanan jauh lebih besar dibanding proporsi konsumsi non makanan menunjukkan bahwa taraf hidup penduduk tersebut tergolong masih rendah, karena mereka masih cenderung 64

74 memenuhi kebutuhan pangan terlebih dahulu dibanding kebutuhan sandang. Gambar 8.1 Persentase Pola Konsumsi Penduduk Kabupaten Mamuju 2012 Sumber: BPS Mamuju, Susenas 2012 Pada tahun 2012, di daerah perkotaan terlihat bahwa pengeluaran konsumsi untuk non makanan lebih tinggi disbanding dengan pengeluaran konsumsi untuk makanan. Hal sebaliknya terjadi di daerah perdesaan dimana pengeluaran untuk konsumsi makanan lebih tinggi jika dibandingkan pengeluaran untuk konsumsi non makanan. 65

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 i PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 ii KATA PENGANTAR Profil Kesejahteraan Rakyat Kota Palangka Raya Tahun 2013 ini adalah merupakan publikasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G / Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612

Lebih terperinci

madiunkota.bps.go.id

madiunkota.bps.go.id Statistik Kesejahteraan Rakyat Kota Madiun Tahun 2015 Nomor Publikasi : 35770.1610 Katalog BPS : 3101001.3577 Naskah oleh : Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit oleh : Seksi Statistik Sosial Diterbitkan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67 RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS 2015 Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, meningkatnya derajat kesehatan penduduk di suatu wilayah, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011 No. Publikasi : 5371.1012 Katalog BPS : 4103.5371 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman : 122 Halaman

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Katalog BPS : 4103.3375 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Kerjasama BAPPEDA KOTA PEKALONGAN Dengan BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

https://rotendaokab.bps.go.id

https://rotendaokab.bps.go.id KATA PENGANTAR Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 disusun guna memenuhi kebutuhan pengguna data statistik khususnya data statistik sosial. Oleh karena itu BPS Kabupaten

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN WANITA 2014 ISSN : No. Publikasi : 5314.1420 Katalog BPS : 2104003.5314 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah Halaman : xiv + 31 halaman Naskah : BPS Kabupaten Rote Ndao Penyunting :

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA TANGERANG SELATAN 2 0 1 4 ISSN : 2089-4619 Katalog BPS : 4102004.3674 Ukuran Buku : 25 cm x 17,6 cm Jumlah Halaman : x + 76 Halaman / pages Naskah: Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU INDIKATOR KETENAGAKERJAAN KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2012 No Publikasi : 76042.1202 Katalog BPS : 2302003.7604 Ukuran

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN 2012 Ukuran buku : 21 cm x 29,7 cm Jumlah halaman : 60 + ix halaman Naskah : Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser Penyunting : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan

INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan INIJIKATDR l~e~ejaht&raan RAKYAT ~~QI!i Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN 2015

Lebih terperinci

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 INDIKATOR SOSIAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 Jumlah Halaman : ix + 77 halaman Naskah : BPS Kabupaten Pulau Morotai Diterbitkan Oleh : BAPPEDA Kabupaten Pulau

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG 2 0 1 3 ISSN: 2085-6016 Katalog BPS : 4101002.3601 Ukuran Buku : 21 cm x 15 cm Jumlah Halaman : 86 + xiii Halaman Naskah: Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit:

Lebih terperinci

ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013

ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 No. Publikasi : 62520.1404 Katalog BPS : 4102004.62 Ukuran Buku Jumlah Halaman :15 cm x 21 cm :

Lebih terperinci

pareparekota.bps.go.id

pareparekota.bps.go.id INDIKATOR SOSIAL KOTA PAREPARE TAHUN 2015 ISSN : 2460-2450 Nomor Publikasi : 73720.1503 Katalog BPS : 4102004.7372 Ukuran Buku : 21 cm x 15 cm Jumlah Halaman : 87 Naskah : Seksi Statistik Sosial BPS Kota

Lebih terperinci

Profile Perempuan Indonesia

Profile Perempuan Indonesia Profile Perempuan Indonesia PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebangkitan nasional sebagai awal perjuangan perempuan yang terorganisir, ditandai dengan diselenggarakannya Kongres Perempuan Indonesia tingkat

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA BONTANG KOTA BONTANG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA BONTANG KOTA BONTANG KATALOG BPS : 4013.6474 2012 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA BONTANG KOTA BONTANG Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bontang Badan Pusat Statistik Kota Bontang INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT

Lebih terperinci

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR Katalog BPS : 4103.7371 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR KATA PENGANTAR BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Makassar 2015 disusun sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015 No. ISBN ISBN Number : 4102004.3403 No. Publikasi Publication Number : 3403.16.066 Naskah Manuscript

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008

PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008 PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008 Kerjasama Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2008 PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 Nomor Publikasi: 16522.11.04 Katalog BPS: 3101017.16 Naskah: Seksi Statistik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG 2 0 1 1 ISSN: 2085 6016 Katalog BPS : 4101002.3601 Ukuran Buku : 22 cm x 16,5 cm Jumlah Halaman : 96 + xiii Halaman Naskah: Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit:

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 merupakan publikasi yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan Indeks Demokrasi Indonesia

Lebih terperinci

STATISTIK GENDER 2011

STATISTIK GENDER 2011 STATISTIK GENDER 211 STATISTIK GENDER 211 ISBN: 978-979 - 64-46 - 9 No. Publikasi: 421.111 Katalog BPS: 21412 Ukuran Buku: 19 cm x 11 cm Naskah: Sub Direktorat Statistik Rumah tangga Gambar Kulit: Sub

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Kor merupakan salah satu kegiatan tahunan yang diselenggarakan BPS untuk memenuhi kebutuhan data sosial ekonomi. Data yang dihasilkan Susenas Kor

Lebih terperinci

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG KatalogBPS:4102004.18 Kerjasama BadanPerencanaanPembangunanDaerahLampung dan BadanPusatStatitistikProvinsiLampung BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI LAMPUNG 2012

Lebih terperinci

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual Katalog BPS : 4102004.8172 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MALUKU TENGGARA Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual Tahun 2012 ISSN : 0216.4769 Katalog BPS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR 1. Penyebaran Penduduk Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat Propinsi Sulawesi Selatan dengan batas-batas

Lebih terperinci

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 Nomor ISBN : 979-599-884-6 Nomor Publikasi : 52085.11.08 Ukuran Buku : 18.2 x 25.7cm Jumlah Halaman : 50 Halaman Naskah : Dinas Komunikais

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan. Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan. Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan merupakan Kabupaten urutan ke-13 dari 14 Kabupaten/ Kota di Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

Katalog :

Katalog : Katalog : 4102004.7372 KATA PENGANTAR Penyusunan buku Indikator Sosial Kota Parepare 2013 ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tingkat kesejahteraan yang telah dicapai di Kota Parepare, dan sebagai

Lebih terperinci

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2014

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2014 Kabupaten Pinrang 1 Kabupaten Pinrang 2 Kata Pengantar I ndikator Kesejahteraan Rakyat (Inkesra) Kabupaten Pinrang tahun 2013 memuat berbagai indikator antara lain: indikator Kependudukan, Keluarga Berencana,

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 WELFARE INDICATORS OF KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 WELFARE INDICATORS OF KALIMANTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi oleh pemerintah pusat dan daerah dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat saat ini adalah masih tingginya angka kemiskinan dan

Lebih terperinci

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013 PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013 ISBN: 978-979 - 064-666 - 7 No. Publikasi: 04210.1310 Katalog BPS: 2104010 Ukuran Buku: 11 cm x 19 cm Jumlah Halaman: vii + 48 Naskah: Subdirektorat Statistik

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN TOMMO 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU

STATISTIK DAERAH KECAMATAN TOMMO 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU STATISTIK DAERAH KECAMATAN TOMMO 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TOMMO 2012 ISSN : No. Publikasi : 76045.1204.033 Katalog BPS : 1202001.7604.033 Jumlah Halaman

Lebih terperinci

Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: 4103.1409 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA) KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2013 No. Katalog : 4103.1409 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah Gambar Kulit dan Setting Diterbitkan Oleh Kerjasama

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2013 merupakan publikasi kedua yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan indikator keuangan

Lebih terperinci

4203002 2 Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2012 PROFIL KESEHATAN ffiu DAN ANAK 2012 Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2012 ISSN: 2087-4480 No. Publikasi: 04230.1202 Katalog BPS: 4203002 Ukuran Buku: 18,2 cm x

Lebih terperinci

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 merupakan survey yang berskala Nasional, sehingga untuk menganalisa tingkat propinsi perlu dilakukan suatu

Lebih terperinci

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 merupakan publikasi perdana yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan indikator keuangan

Lebih terperinci

Katalog BPS : STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG

Katalog BPS : STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG Katalog BPS : 9213.3273.100 STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI 2015 ISSN : - No. Publikasi : 3273.1543 Katalog BPS : 9213.3273.100

Lebih terperinci

3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia

3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia 3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia Manusia pada hakekatnya merupakan mahluk Tuhan yang sangat kompleks, dimana secara hirarki penciptaan manusia dilatarbelakangi adanya asal usul manusia sebagai mahluk yang

Lebih terperinci

Keadaan Sosial Ekonomi dan Kependudukan Kota Balikpapan Tahun 2015

Keadaan Sosial Ekonomi dan Kependudukan Kota Balikpapan Tahun 2015 Keadaan Sosial Ekonomi dan Kependudukan Kota Balikpapan Tahun 2015 Nomor Katalog : 3101011.6471 Nomor Publikasi : Ukuran Buku Jumlah Halaman : 165 mm x 216 mm : 79 Halaman Penyunting : BPS Kota Balikpapan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. iii. Alfatah Sibua, S.Ag, M.Hum. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015

KATA PENGANTAR. iii. Alfatah Sibua, S.Ag, M.Hum. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas kehendaknya Publikasi tahunan Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 dapat diselesaikan dengan baik. Publikasi ini mencakup informasi

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA 1. Gambaran Umum Demografi DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA Kondisi demografi mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah karena faktor demografi ikut mempengaruhi pemerintah

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 4102004.8104 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BURU INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN BURU TAHUN 2015 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN BURU TAHUN 2014 ISBN : Nomor Publikasi

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Cirebon 2012 Kerjasama : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Cirebon Dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Cirebon

Lebih terperinci

Statistik Kesejahteraan Rakyat

Statistik Kesejahteraan Rakyat Katalog BPS : 3101001.3577.id Statistik Kesejahteraan Rakyat m ad iu nk ot a. bp s. go 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MADIUN Statistik Kesejahteraan Rakyat Madiun Tahun 2016 Nomor Publikasi : 35772.1701

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI 2016 ISSN : - No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman

STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI 2016 ISSN : - No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman Katalog BPS : 9312.3273.100 Statistik Daerah Kecamatan Rancasari 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI 2016 ISSN : - No. Publikasi : 3273.1642 Katalog BPS : 9213.3273.100

Lebih terperinci

STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015

STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015 No. 16/07/33/16/Th.I, 16 Juli 2017 STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015 Pemuda adalah bagian dari penduduk usia produktif yaitu berumur 16-30 tahun. Jumlah pemuda di Kabupaten Blora adalah 167.881 jiwa atau

Lebih terperinci

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN

Lebih terperinci

Sehat berarti kondisi fisik dan mental yang normal tanpa gangguan, baik gangguan dari luar maupun dari dalam tubuh sendiri

Sehat berarti kondisi fisik dan mental yang normal tanpa gangguan, baik gangguan dari luar maupun dari dalam tubuh sendiri INDIKATOR KESEHATAN Sehat berarti kondisi fisik dan mental yang normal tanpa gangguan, baik gangguan dari luar maupun dari dalam tubuh sendiri 3 RSUD Muaradua, Kabupaten OKU Selatan Salah satu aspek terpenting

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semarang, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG K e p a l a, BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG.

KATA PENGANTAR. Semarang, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG K e p a l a, BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG. KATA PENGANTAR Disadari bahwa istilah kesejahteraan sebenarnya mencakup bidang - bidang kehidupan yang sangat luas yang tidak semua aspeknya dapat diukur. Isi dari publikasi ini hanya mencakup pada aspek-aspek

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Padang, 01 November 2016 Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Provinsi Sumatera Barat Kepala

KATA PENGANTAR. Padang, 01 November 2016 Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Provinsi Sumatera Barat Kepala KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-nya kepada kita semua, sehingga Tim Penulis dapat menyelesaikan penyusunan buku Profil Gender dan

Lebih terperinci

Katalog BPS : Badan Pusat Statistik Kab. Tapanuli Tengah Jl. N. Daulay, Pandan Telp. (0631)

Katalog BPS : Badan Pusat Statistik Kab. Tapanuli Tengah Jl. N. Daulay, Pandan Telp. (0631) Katalog BPS : 4101014.1204 Badan Pusat Statistik Kab. Tapanuli Tengah Jl. N. Daulay, Pandan Telp. (0631) 371082 PERKEMBANGAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN TAHUN 2010-2011 PERKEMBANGAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

STATISTIK KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN BANYUMAS 2015 No. Publikasi : 33020.1658 Katalog BPS : 4101002.3302 Ukuran Buku : 14,8 cm x 21 cm Jumlah Halaman : xiii + 48 halaman Naskah : BPS Kabupaten Banyumas

Lebih terperinci

Sambutan... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. iv Daftar Gambar.. iv

Sambutan... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. iv Daftar Gambar.. iv DAFTAR ISI halaman Sambutan... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. iv Daftar Gambar.. iv BAB I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang... 1 2. Pengertian Indikator... 2 3. Indikator Kesejahteraan

Lebih terperinci

MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009

MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009 MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009 2.6 terhadap PUS umur terhadap PUS 40-49 Umur 40-49 1 Bengkulu Selatan 2,7 3,8 2 Rejang Lebong 3,6 4,7 3 Bengkulu Utara 3,6 5,3 4

Lebih terperinci

MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009

MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009 MATRIK LAPORAN MINI SURVEI PEMANTAUAN PUS PROVINSI BENGKULU TAHUN 2009 2.6 terhadap PUS umur terhadap PUS 40-49 Umur 40-49 1 Bengkulu Selatan 2,7 3,8 2 Rejang Lebong 3,6 4,7 3 Bengkulu Utara 3,6 5,3 4

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009 25 KATA PENGANTAR Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia. Meningkatnya jumlah penduduk lanjut

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

Profil LANSIA Jawa tengah 2014

Profil LANSIA Jawa tengah 2014 Katalog BPS : 4201003.33 Profil LANSIA Jawa tengah 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH PROFIL LANSIA JAWA TENGAH 2014 ISSN : 2407-3342 Nomor Publikasi : 33520.1511 Katalog BPS : 4104001.33

Lebih terperinci

KATALOG BPS BADANPUSATSTATISTIK KABUPATENACEHSELATAN

KATALOG BPS BADANPUSATSTATISTIK KABUPATENACEHSELATAN KATALOG BPS1101002.1103031 BADANPUSATSTATISTIK KABUPATENACEHSELATAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN KLUET TIMUR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN KLUET TIMUR 2015 ISSN : No. Publikasi : Katalog BPS : 1101002.1103031

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

I. KETERANGAN TEMPAT. 1 Provinsi. 2 Kabupaten/Kota *) 3 Kecamatan. 4 Desa/Kelurahan *) 5 Klasifikasi desa/kelurahan 1. Perkotaan 2.

I. KETERANGAN TEMPAT. 1 Provinsi. 2 Kabupaten/Kota *) 3 Kecamatan. 4 Desa/Kelurahan *) 5 Klasifikasi desa/kelurahan 1. Perkotaan 2. RAHASIA VSENP09.K Dibuat set untuk BPS Provinsi SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL 2009 KETERANGAN POKOK RUMAH TANGGA DAN ANGGOTA RUMAH TANGGA [ SUSENAS PANEL MARET 2009 ] BADAN PUSAT STATISTIK I. KETERANGAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN BURU 2016 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN BURU 2016 ISBN : Nomor Publikasi : 81040.1603 Katalog BPS : 4102004.8104 Ukuran Buku : 21,5 x 15,5 cm Jumlah

Lebih terperinci

Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia

Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia ==================================================================================== BAB I Pendahuluan Secara harfiah kata Demografi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak 237.641.326 juta jiwa penduduk (BPS, 2010). Di tingkat

Lebih terperinci

Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN PESISIR 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1421 Katalog BPS : 1101001.2102.063 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 12

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2011 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2011 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 91522.1205 Katalog BPS/BPS Catalogue : 4102004.9100 Ukuran

Lebih terperinci

LAMPIRAN DATA INDONESIA

LAMPIRAN DATA INDONESIA LAMPIRAN DATA LAPORAN NEGARA PIHAK SESUAI PASAL 44 KONVENSI LAPORAN PERIODIK KETIGA DAN KEEMPAT NEGARA PIHAK TAHUN 2007 INDONESIA - 1 - DAFTAR TABEL DAN GRAFIK TABEL Tabel 1. Jumlah Penduduk menurut Golongan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2010 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2010 ISSN : 2089-1652 No. Publikasi/Publication Number : 91522.1105 Katalog BPS/BPS Catalogue : 4102004.9100

Lebih terperinci

PENDAHULUAN SUMBER DATA

PENDAHULUAN SUMBER DATA PENDAHULUAN Masalah penduduk sangat mempengaruhi gerak pembangunan. KB merupakan salah satu program pembangunan di bidang kependudukan. Masalah kependudukan masih tetap mendapat perhatian yang besar dari

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG 3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia Manusia adalah makhluk Tuhan yang terdiri dari ruh dan jasad yang dilengkapi dengan potensi dan kelebihan dibandingkan makhluk lainnya,

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT Kabupaten Kulon Progo 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kulon Progo INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 Katalog BPS : 1101002.6271020 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKRO SOSIAL KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2012

INDIKATOR MAKRO SOSIAL KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2012 INDIKATOR MAKRO SOSIAL KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2012 Kerjasama BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO DAN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SITUBONDO TAHUN ANGGARAN 2013 INDIKATOR MAKRO

Lebih terperinci

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010 ISSN 2087-7633 KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010 KERJASAMA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

Lebih terperinci

ii DATA DAN INDIKATOR GENDER di INDONESIA

ii DATA DAN INDIKATOR GENDER di INDONESIA ii Kata Pengantar i DAFTAR ISI Kata Pengantar...i Daftar Isi... iii Daftar Tabel...v Daftar Gambar...xi Bab I KEPENDUDUKAN... 1 Bab II INDIKATOR GENDER... 9 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development

Lebih terperinci

BAB II ASPEK STRATEGIS

BAB II ASPEK STRATEGIS BAB II ASPEK STRATEGIS Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 II - 16 BAB II ASPEK STRATEGIS A. Sumber Daya Manusia 1. Kependudukan umlah Penduduk Kabupaten Luwu Utara pada

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG 3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia Manusia adalah makhluk Tuhan yang terdiri dari ruh dan jasad yang dilengkapi dengan potensi dan kelebihan dibandingkan makhluk lainnya,

Lebih terperinci

Katalog BPS

Katalog BPS Katalog BPS 1403.8271.012 Kecamatan Pulau Batang Dua Dalam Angka 2012 PULAU BATANG DUA DALAM ANGKA 2012 Nomor Katalog : 1403.8271.012 Nomor Publikasi : 8271.000 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI JAWA BARAT 2012

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI JAWA BARAT 2012 Katalog BPS : 4102004.32 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI JAWA BARAT 2012 Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat Indikator Kesejahteraan Rakyat Jawa Barat 2012 Nomor Publikasi : 32520.1201 Katalog

Lebih terperinci

Katalog : pareparekota.bps.go.id

Katalog : pareparekota.bps.go.id Katalog : 1101002.7372011 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BACUKIKI BARAT TAHUN 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BACUKIKI BARAT TAHUN 2014 ISSN : Katalog BPS : 1101002.7372011 Ukuran Buku : 21 cm x 14,8 cm Jumlah

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN UTARA 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUNGURAN UTARA 2015 ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.041 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah :

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN TOPOYO 2012

STATISTIK DAERAH KECAMATAN TOPOYO 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN TOPOYO 2012 ISSN : - No. Publikasi : 76045.1204.052 Katalog BPS : 1202001.7604.052 Jumlah Halaman : 16 Halaman Naskah : Koordinator Statistik Kecamatan Topoyo Gambar Kulit :

Lebih terperinci

ii KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, BPS Kabupaten Teluk Bintuni telah dapat menyelesaikan publikasi Distrik Weriagar Dalam Angka Tahun 203. Distrik Weriagar

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.3510071 STATISTIK DAERAH KECAMATANTEGALSARI 2015 Katalog BPS : 1101002.3510071 Ukuran Buku : 18,2 cm x 25,7 cm Jumlah Halaman : vi + 16 Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci