Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013"

Transkripsi

1

2 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

3 INDIKATOR SOSIAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 Jumlah Halaman : ix + 77 halaman Naskah : BPS Kabupaten Pulau Morotai Diterbitkan Oleh : BAPPEDA Kabupaten Pulau Morotai Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

4 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terbitnya buku Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai Tahun Buku ini merupakan hasil kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Pulau Morotai dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pulau Morotai. Dimensi sosial masyarakat mencakup aspek-aspek kehidupan yang sangat luas dan tidak semua dapat diukur. Menyadari hal tersebut, publikasi ini hanya mencakup pada aspek-aspek yang dapat diukur dan tersedia datanya. Indikator sosial yang dikaji dalam publikasi ini meliputi bidang kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, pola konsumsi, serta perumahan dan lingkungan. Kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangsih hingga terbitnya publikasi ini, kami sampaikan penghargaan dan terima kasih. Semoga publikasi ini bermanfaat bagi kita semua. Morotai, Agustus 2014 Kepala BAPPEDA Kabupaten Pulau Morotai Ir. Welhelmus Sahuleka, M.Si iii

5 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Singkatan dan Akronim... Halaman iii iv v viii ix 1 Kependudukan Kesehatan Pendidikan Ketenagakerjaan Pola Konsumsi Perumahan dan Lingkungan Lampiran Daftar Pustaka Istilah Teknis Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 iv

6 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1.1 Komposisi Penduduk (%) dan Angka Beban Ketergantungan menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pulau Morotai, Persentase Wanita menurut Usia pada Perkawinan Pertama di Kabupaten Pulau Morotai, Persentase Penduduk menurut Jenis Keluhan (%) dan Rata-Rata Lamanya Sakit (Hari) di Kabupaten Pulau Morotai, Persentase Balita Umur 2-4 Tahun yang Pernah Diberi Asi menurut Lama Pemberian ASI di Kabupaten Pulau Morotai, Persentase Balita yang Pernah Mendapat Imunisasi di Kabupaten Pulau Morotai, Persentase Balita menurut Penolong Persalinan Terakhir di Kabupaten Pulau Morotai, Persentase Penduduk yang Berobat Sendiri menurut Jenis/Cara Pengobatan di Kabupaten Pulau Morotai, Persentase Penduduk yang Berobat Jalan menurut Tempat Berobat di Kabupaten Pulau Morotai, Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pulau Morotai, Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pulau Morotai, Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 v

7 4.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama selama Seminggu yang Lalu di Kabupaten Pulau Morotai, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pulau Morotai, Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin dan Klasifikasi Lapangan Usaha Pekerjaan Utama di Kabupaten Pulau Morotai, Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu menurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pulau Morotai, Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Jumlah Jam Kerja Selama Seminggu dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pulau Morotai, Angka Kemiskinan di Kabupaten Pulau Morotai, Pengeluaran per Kapita Sebulan di Kabupaten Pulau Morotai, Rata-Rata Pengeluaran per Kapita Sebulan menurut Jenis Pengeluaran di Kabupaten Pulau Morotai, Konsumsi Kalori dan Protein per Kapita per Hari di Kabupaten Pulau Morotai, Persentase Rumah Tangga menurut Beberapa Indikator Kualitas Perumahan di Kabupaten Pulau Morotai, Persentase Rumah Tangga menurut Beberapa Indikator Fasilitas Perumahan di Kabupaten Pulau Morotai, Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Penerangan di Kabupaten Pulau Morotai, Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 vi

8 DAFTAR GRAFIK Grafik Halaman 1.1 Jumlah Penduduk Pulau Morotai (Ribuan), Persentase Wilayah Daratan dan Persebaran Penduduk di Kabupaten Pulau Morotai, Persentase Penduduk yang Berobat Sendiri menurut Jenis Kelamin, Angka Melek Huruf Penduduk 15 Tahun ke Atas di Kabupaten Pulau Morotai, Persentase Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Pendidikan yang Ditamatkan di Kabupaten Pulau Morotai, TPAK menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pulau Morotai, Persentase Pengeluaran per Kapita Sebulan menurut Jenis Pengeluaran di Kabupaten Pulau Morotai, Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 vii

9 SINGKATAN DAN AKRONIM APK/GER APM/NER ASI BPS D1/D2/D3 Lk Lk + Pr Pr Puskesmas Pustu MI Sakernas SD SMA SMK SMP SP Susenas TPAK TPT Wajar Angka Partisipasi Kasar/Gross Enrollment Ratio Angka Partisipasi Murni/Net Enrollment Ratio Air Susu Ibu Badan Pusat Statistik Diploma 1/ Diploma 2 / Diploma3 Laki-laki Laki-laki + Perempuan Perempuan Pusat Kesehatan Masyarakat Puskesmas Pembantu Madrasah Ibtidaiyah Survey Angkatan Kerja Nasional Sekolah Dasar Sekolah Menengah Atas Sekolah Menengah Kejuruan Sekolah Menengah Pertama Sensus Penduduk Survey Sosial Ekonomi Nasional Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Pengangguran Terbuka Wajib Belajar Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 viii

10 Kependudukan

11 1 Kependudukan Penduduk merupakan salah satu faktor yang dominan dalam proses pembangunan, karena dengan kemampuannya mereka dapat mengelola sumber daya alam sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup bagi diri dan keluarganya secara berkelanjutan. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi tetapi dapat pula menjadi beban dalam proses pembangunan jika berkualitas rendah. Oleh sebab itu, dalam menangani masalah kependudukan untuk menunjang keberhasilan pembangunan nasional, pemerintah tidak saja mengarahkan pada upaya pengendalian jumlah penduduk, tetapi juga menitikberatkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Selain itu, program perencanaan pembangunan sosial di segala bidang harus mendapat prioritas utama untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk di Pulau Morotai dari tahun ke tahun terus meningkat. Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, jumlah penduduk Pulau Morotai pada 2010 mencapai 52,9 ribu jiwa. Sementara pada 2011 dan 2012 menunjukkan peningkatan jumlah penduduk menjadi 54,4 ribu jiwa dan 56,0 ribu jiwa. Sedangkan pada 2013, jumlah penduduk Pulau Morotai diperkirakan sebesar 57,6 ribu jiwa. Peningkatan jumlah penduduk Pulau Morotai dapat dilihat pada Grafik 1.1. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

12 Grafik 1.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Pulau Morotai (Ribuan), Sumber: BPS, Proyeksi Penduduk Peningkatan jumlah penduduk yang tidak terkendali dapat menimbulkan masalah kependudukan yang serius. Oleh karena itu, upaya pengendalian pertumbuhan penduduk yang disertai dengan peningkatan kesejahteraan penduduk harus dilakukan secara berkesinambungan dengan program pembangunan. Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Maluku Utara, Pulau Morotai menduduki peringkat ke-3 dengan penduduk terendah di Maluku Utara. Perbandingan jumlah penduduk antar kabupaten/kota di Maluku Utara semala empat tahun terakhir, selengkapnya disajikan di Tabel A1. Persebaran dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Pulau Morotai merupakan daerah dengan persebaran penduduk antar kecamatan yang masih timpang. Pola persebaran penduduk di Pulau Morotai disajikan pada Grafik 1.2. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

13 Grafik 1.2 Persentase Wilayah Daratan dan Persebaran Penduduk di Kabupaten Pulau Morotai, % 90% % 70% Morotai Selatan 60% 50% 40% Morotai Timur Morotai Selatan Barat 30% 20% Morotai Jaya 10% 0% Persentase Wilayah Daratan Persebaran Penduduk Morotai Utara Sumber: BPS, diolah dari Pulau Morotai Dalam Angka 2014 Persebaran penduduk yang masih timpang di Pulau Morotai menyebabkan kepadatan penduduk di masing-masing kecamatan tidak merata. Kepadatan penduduk di Morotai Selatan yang luasnya hanyab15,69 persen dari seluruh wilayah daratan Pulau Morotai, mencapai 52,79 jiwa per km 2 pada Sebaliknya, kepadatan penduduk di empat kecamatan lain yang lebih luas dari Morotai Selatan, kepadatan penduduknya kurang dari 50 jiwa per km 2. Gambaran pola persebaran dan kepadatan penduduk di Pulau Morotai ini mengindikasikan bahwa penduduk Pulau Morotai lebih memilih untuk tinggal di Morotai Selatan. Sebagai ibukota kabupaten, tentunya semua kegiatan dari pemerintahan Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

14 sampai ekonomi terpusat di Morotai Selatan dan tentunya penduduk jauh lebih mudah mengakses fasilitas-fasilitas publik dibandingkan jika mereka tinggal di kecamatan lainnya. Hal ini juga didukung dengan pembangunan infrastruktur yang lebih maju di Morotai Selatan dibanding kecamatan lain. Oleh karena itu, pemerintah daerah diharapkan lebih proaktif untuk meningkatkan infrastrukturnya sehingga bisa meningkatkan daya tarik daerah masing-masing dan dapat mewujudkan persebaran dan kepadatan penduduk yang merata. Angka Beban Ketergantungan Keberhasilan pembangunan bidang kependudukan diantaranya dapat tercermin dengan semakin rendahnya proporsi penduduk usia tidak produktif, khususnya kelompok usia 0-14 tahun, yang berarti pula semakin rendahnya angka beban ketergantungan. Semakin kecil angka beban ketergantungan akan memberikan kesempatan bagi penduduk usia produktif (15-64 tahun) untuk meningkatkan kualitas dirinya karena semakin kecil beban yang harus ditanggung terhadap penduduk usia tidak produktif. Pada 2013, angka beban ketergantungan di Pulau Morotai sebesar 66,87 artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung sekitar 67 penduduk usia tidak produktif. Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa pada 2013 angka beban ketergantungan perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Angka beban ketergantungan laki-laki sebesar 66,59, sedangkan angka beban ketergantungan perempuan sebesar 67,16. Hal ini juga dapat dilihat dari proporsi penduduk produktif Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

15 perempuan yang lebih rendah daripada laki-laki. Sedangkan untuk wilayah Provinsi Maluku Utara, angka beban ketergantungan paling tinggi terjadi di Kabupaten Pulau Taliabu (sebesar 71,18) dan terendah terjadi di Kota Ternate (sebesar 44,48). Angka beban ketergantungan untuk kabupaten/kota yang lain dapat dilihat pada Tabel A3. Tabel 1.1 Komposisi Penduduk (%) dan Angka BebanKetergantungan menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pulau Morotai, 2013 Komposisi Penduduk (%) Angka Beban Tahun Ketergantungan (Jiwa) Tahun Tahun Tahun (1) (2) (3) (4) (5) Lk Pr Lk + Pr Sumber : BPS, Proyeksi Penduduk 2013 Umur Perkawinan Pertama Umur perkawinan pertama merupakan salah satu variabel antara yang berpengaruh langsung terhadap fertilitas. Ini dikarenakan pada saat perkawinan pertama, secara formal seorang wanita diasumsikan akan memasuki kehidupan seksual, yang berarti pula dimulainya masa menghadapi resiko melahirkan. Seorang wanita yang berusia kurang dari 16 tahun dianggap belum siap untuk menghadapi kehidupan berumah tangga dan seksual. Pada 2013, wanita yang menikah pada usia kurang dari 16 tahun di Pulau Morotai sebanyak 2,29 persen. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

16 Angka ini turun cukup signifikan disbanding dua tahun sebelumnya yaitu 4,36 persen pada 2011 dan 4,95 persen pada Diduga bahwa wanita dan orang tua di Pulau Morotai mulai menyadari pentingnya tidak menikah di usia dini. Usia yang dianggap sudah cukup matang untuk memasuki kehidupan berumahtangga dan seksual adalah tahun. Di Pulau Morotai, wanita yang melakukan perkawinan pertama di usia tahun selama periode terus meningkat dan sejak 2012 sudah lebih dari 50 persen. Pada tahun 2012, wanita yang melakukan perkawinan pada usia tahun sebesar 50,40 persen. Sementara pada 2013, persentase wanita yang melakukan perkawinan pada usia mencapai 53,74 persen. Tabel 1.2 Persentase Wanita menurut Usia pada Perkawinan Pertama di Kabupaten Pulau Morotai, Umur (Tahun) Tahun < (1) (2) (3) (4) (5) Sumber : BPS, Susenas Bila dilihat menurut kabupaten/kota seperti pada Tabel A4, pada 2013, kasus wanita yang melakukan perkawinan pertama di usia kurang dari 16 tahun banyak terjadi di Kepulauan Sula (7,62 persen). Sedangkan untuk umur perkawinan pertama tahun, paling banyak terjadi di Tidore (57,25 persen). Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

17 Kesehatan

18 2 Kesehatan Kesehatan merupakan bagian dari indikator sosial penduduk dalam hal kualitas fisik dimana angka harapan hidup dan kematian bayi sebagai indikator utamanya. Sementara untuk melihat gambaran tentang kemajuan upaya peningkatan dan status kesehatan masyarakat dapat dilihat dari penolong persalinan bayi, ketersediaan sarana kesehatan dan jenis pengobatan yang dilakukan. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memelihara mutu pelayanan kesehatan. Diantaranya dengan memberikan penyuluhan kesehatan agar semua anggota keluarga berperilaku sehat, penyediaan berbagai fasilitas umum, seperti puskesmas, posyandu, pondok bersalin desa serta penyediaan fasilitas air minum bersih. Status Kesehatan Penduduk Status kesehatan memberikan gambaran mengenai kondisi kesehatan penduduk pada waktu tertentu. Referensi waktu yang digunakan dalam Susenas adalah sebulan yang lalu. Tabel 2.1 menyajikan persetase penduduk menurut jenis keluhan kesehatan dan rata-rata lamanya sakit. Selama dua tahun terakhir persentase penduduk Pulau Morotai yang mengalami keluhan kesehatan mengalami penurunan. Pada 2012, penduduk yang mengalami keluhan kesehatan sebanyak 18,08 persen, namun pada 2013 turun menjadi 16,58 persen. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

19 Tabel 2.1 Persentase Penduduk menurut Jenis Keluhan (%) dan Rata-Rata Lamanya Sakit (Hari) di Kabupaten Pulau Morotai, Jenis Kelamin (1) (2) (3) Panas Batuk Pilek Asma/Napas Sesak/Cepat Diare/Buang Air Sakit Kepala Berulang Sakit Gigi Lainnya Penduduk yang mengalami keluhan kesehatan Rata-rata lama sakit (hari) Sumber : BPS, Susenas Jika dilihat menurut jenis keluhan yang dialami, pada 2012 keluahan kesehatan yang paling banyak dialami penduduk Pulau Morotai adalah Batuk yaitu sebanyak 72,75 persen. Sedangkan pada 2013 terjadi perubahan, dimana keluhan kesehatan yang paling banyak dialami penduduk adalah panas yaitu sebanyak 71,91 persen. Secara umum, memang terlihat bahwa panas dan batuk adalah keluhan kesehatan yang paling sering dialami penduduk selama dua tahun terakhir. Namun demikian, selama rata-rata lama sakit penduduk yang mengalami peningkatan, dari 5,28 hari pada 2012 menjadi 6,07 hari pada Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

20 Pemberian ASI dan Imunisasi Air Susu Ibu (ASI) merupakan zat makanan yang paling ideal terutama bagi pertumbuhan bayi dan dapat mempercepat perkembangan berat badan bayi. ASI juga mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi dalam jumlah yang cukup, zat pembentukan, dan kekebalan terhadap penyakit. Oleh karena itu, semakin lama anak disusui akan semakin baik tingkat pertumbuhan dan kesehatannya. Penyajian data ASI hanya untuk balita berumur 2-4 tahun dimaksudkan agar gambaran yang diperoleh tentang praktek pemberian ASI tidak bias atau underestimate. Distribusi anak berumur 2-4 tahun menurut lamanya disusui dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Persentase Balita Umur 2-4 Tahun yang Pernah Diberi Asi menurut Lama Pemberian ASI di Kabupaten Pulau Morotai, Lama Pemberian ASI (Bulan) (1) (2) (3) (4) <= Sumber : BPS, Susenas Rata-rata lama pemberian ASI anak-anak Pulau Morotai dari populasi anak berumur 2-4 tahun pada 2013 terlihat bahwa Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

21 yang diberi ASI selama 24 bulan sebesar 9,38 persen dan kurang dari 12 bulan sebesar 10,35 persen. Lamanya pemberian ASI yang ideal adalah bulan. Selama dua tahun terakhir persentase anak berusia 2-4 tahun yang disusui selama bulan mengalami peningkatan, yaitu dari 0,53 persen pada 2012, meningkat menjadi 6,20 persen pada Namun secara umum, dapat dilihat bahwa para ibu di Pulau Morotai lebih banyak yang menyusui anaknya selama bulan. Tabel 2.3 Persentase Balita yang Pernah Mendapat Imunisasi di Kabupaten Pulau Morotai, Tahun BCG DPT Polio Campak Hepatitis B (1) (2) (3) (4) (5) (6) Sumber: BPS, Susenas Selain kekebalan yang dimiliki sejak dalam kandungan, bayi juga memerlukan kekebalan buatan yang diperoleh melalui imunisasi. Imunisasi bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan sistem kekebalan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit. Pada umur satu tahun, bayi semestinya telah diimunisasi secara lengkap, yaitu satu kali BCG dan campak, tiga kali DPT dan polio. Di samping itu masih terdapat imunisasi lain yang tidak wajib namun sebaiknya juga diberikan kepada bayi seperti HiB dan PRP-OMP untuk usia 2 bulan atau Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

22 lebih, serta imunisasi yang lainnya. Namun yang dibahas pada bab ini adalah balita yang pernah mendapat minimal satu kali imunisasi. Secara umum selama kurun waktu tiga tahun ( ), jumlah balita yang pernah mendapatkan minimal satu kali imunisasi BCG, DPT, polio, campak, dan hepatits B, Nampak fluktuatif. Hanya imunisasi campak yang mengalami peningkatan secara terus-menerus pada Pada 2011, balita yang pernah diimunisasi campak sebanyak 78,86 persen, sedangkan pada 2012 sebanyak 80,41 persen, dan kemudian meningkat menjadi 83,30 persen pada Namun demikian, persentase balita yang pernah mendapat imunisasi pada sudah di atas 75 persen. Hal ini merupakan capaian yang cukup bagus di bidang kesehatan anak dan seharusnya kondisi ini dapat memotivasi pemerintah dan masyarakat Pulau Morotai untuk terus meningkatkan kualitas kesehatan. Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Ketersediaan serta keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan merupakan salah satu faktor penentu terwujudnya peningkatan derajat dan status kesehatan penduduk. Puskesmas dan puskesmas pembantu merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan karena dapat menjangkau penduduk sampai di pelosok. Selain peningkatan fasilitas kesehatan, yang tidak kalah pentingnya adalah tersedianya tenaga medis khususnya tenaga penolong persalinan yang memadai baik jumlah, keahlian, maupun keterjangkauannya. Hal ini berkaitan dengan upaya menurunkan angka kematian bayi dan kematian ibu saat Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

23 melahirkan, dimana pemerintah mengupayakan agar para ibu hamil dapat melahirkan dengan selamat, demikian pula bayi yang dilahirkannya. Tabel 2.4 Persentase Balita menurut Penolong Persalinan Terakhir di Kabupaten Pulau Morotai, Penolong Persalinan (1) (2) (3) (4) Tenaga Kesehatan Dokter Bidan Tenaga Medis Lainnya Bukan Tenaga Kesehatan Dukun Bersalin Famili & Lainnya Sumber: BPS, Susenas Selama terlihat bahwa proses kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan di Pulau Morotai, secara total meningkat cukup signifikan. Pada 2011, sebanyak 29,95 persen persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, pada 2012 meningkat menjadi 34,06 persen dan kembali meningkat menjadi 34,91 persen pada Terlihat pada Tabel 2.4 menunjukkan adanya kecenderungan penduduk Pulau Morotai untuk memilih bidan dibanding dokter atau tenaga kesehatan lainnya untuk menolong persalinannya. Pada 2013, 32,66 persen persalinan ditolong oleh tenaga bidan, hanya 2,08 persen diantaranya ditolong oleh dokter serta 0,17 persen lainnya ditolong oleh tenaga medis lainnya. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

24 Berdasarkan potret penolong persalinan pada Tabel 2.4, dapat dilihat bahwa meskipun persalinan yang ditolong oleh bukan tenaga kesehatan mengalami penurunan selama , tetapi penolong persalinan yang dilakukan oleh dukun di Pulau Morotai masih tinggi yaitu sebesar 65,48 persen pada 2011, 65,94 persen pada 2012, dan 61,38 persen pada Tingginya penolong persalinan yang dilakukan oleh tenaga non medis khususnya dukun bersalin bisa disebabkan oleh belum meratanya persebaran tenaga medis sampai pelosok perdesaan, sulitnya wilayah geografis untuk menjangkau puskesmas/pustu, dan faktor ekonomi masyarakat. Selain itu, faktor budaya yang melekat pada masyarakat tertentu dapat menimbulkan dan membangun pola pikir yang salah tentang tenaga medis sehingga mereka kurang percaya pada tenaga medis. Untuk melihat potret penolong persalinan di kabupaten/kota lain, data selengkapnya disajikan pada Tabel B1. Peningkatan status kesehatan masyarakat juga dapat dilihat dari jenis pengobatan yang dilakukan. Penduduk yang mengalami keluhan kesehatan pada umumnya melakukan upaya pengobatan, baik dengan berobat sendiri maupun berobat jalan. Selama , persentase penduduk laki-laki yang mengobati sakitnya sendiri lebih sedikit dibanding penduduk perempuan. Pada Tabel 2.1 terlihat bahwa perempuan di Pulau Morotai lebih senang mengobati sendiri sakitnya dibanding lakilaki. Misalnya pada 2013, ada sebanyak 91,83 persen laki-laki yang berobat sendiri, sementara perempuan yang berobat sendiri mencapai 96,50 persen. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

25 Grafik 2.1 Persentase Penduduk yang Berobat Sendiri menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pulau Morotai, ,50 94,34 91,83 87,07 86,10 88, Laki-laki Perempuan Sumber: BPS, Susenas Penduduk yang berobat sendiri biasanya menggunakan obat/cara pengobatan tradisional, modern, dan lainnya (bahan makanan suplemen/pelengkap alami). Penggunaan obat modern pada mengalami penurunan, yaitu dari 93,60 persen pada 2011, turun menjadi 87,72 persen pada 2012 dan turun kembali menjadi 87,51 persen pada Demikian halnya dengan penduduk yang menggunakan jenis/cara tradisional dan lainnya, juga mengalami penurunan pada Namun yang perlu dicermati dari Tabel 2.6 adalah penggunaan jenis/cara pengobatan modern oleh penduduk Pulau Morotai. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa penduduk Pulau Morotai pada umumnya lebih memilih jenis/cara pengobatan modern dibanding jenis/cara pengobatan tradisional ataupun lainnya. Kondisi ini juga terjadi pada delapan kabupaten/kota yang lain di Maluku Utara seperti yang tersaji pada Tabel B2. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

26 Tabel 2.5 Persentase Penduduk yang Berobat Sendiri menurut Jenis/Cara Pengobatan di Kabupaten Pulau Morotai, Jenis/Cara Pengobatan (1) (2) (3) (4) Tradisional Modern Lainnya Sumber: BPS, Susenas Selain berobat sendiri, berobat jalan adalah salah satu alternatif sebagai upaya pengobatan dari sakit yang dialami seseorang. Tempat rujukan penduduk untuk berobat jalan dapat menggambarkan akses penduduk untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan. Persentase penduduk di Pulau Morotai yang berobat jalan dapat dilihat pada Tabel 2.6. Tabel 2.6 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan menurut Tempat Berobat di Kabupaten Pulau Morotai, Tempat Berobat Jalan (1) (2) (3) (4) Rumah Sakit Pemerintah Rumah Sakit Swasta Praktek Dokter/Klinik Puskesmas/Pustu Pratek Nakes Lainnya*) % Penduduk yang berobat jalan *) Lainnya : Praktek Batra, Dukun Bersalin, dan lainnya. Sumber: BPS, Susenas Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

27 Tabel 2.6 menunjukkan masih rendahnya kesadaran penduduk untuk melakukan pengobatan ke fasilitas-fasilitas kesehatan. Hal ini ditunjukkan oleh rendahnya persentase penduduk yang memilih berobat jalan ketika sakit yaitu hanya mencapai 20,20 persen dari orang yang mengalami keluhan kesehatan pada Berdasarkan tempat untuk berobat jalan, fasilitas kesehatan yang sering digunakan penduduk Pulau Morotai pada 2013 adalah puskesmas/pustu (82,26 persen), praktek lainnya (6,56 persen), praktek dokter/klinik (4,54 persen), dan rumah sakit pemerintah (4,25 persen). Puskesmas/pustu di merupakan fasilitas kesehatan yang paling banyak dijumpai hampir di setiap kecamatan dibandingkan fasilitas kesehatan modern lainnya. Sehingga sangat wajar jika persentase penduduk Pulau Morotai yang berobat jalan di puskesmas/pustu lebih tinggi dibandingkan fasilitas kesehatan yang lain. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

28 Pendidikan

29 3 Pendidikan Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia, sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kebijakan di bidang pendidikan. Salah satu contoh kebijakan dibidang pendidikan ialah pemerataan pendidikan, yang dimaksudkan untuk menyediakan kesempatan pendidikan bagi setiap penduduk usia sekolah dengan kualitas bermutu dan relevan dengan pembangunan yang dikelola secara efisien. Pemerataan pendidikan diupayakan melalui penyediaan sarana dan prasarana belajar seperti pembangunan gedung sekolah, gedung laboratorium, gedung perpustakaan dan tambahan tenaga pengajar mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi.relevansi pendidikan merupakan konsep link and match, yaitu pendekatan atau strategi meningkatkan relevansi sistem pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja. Kualitas pendidikan adalah menghasilkan manusia terdidik yang bermutu dan handal sesuai dengan tuntutan zaman. Sedangkan efisiensi pengelolaan pendidikan dimaksudkan bahwa pendidikan diselenggarakan secara berdaya guna dan berhasil guna. Tingkat pencapaian program pembangunan pendidikan dalam meningkatkan taraf pendidikan masyarakat secara umum biasa diukur melalui perubahan dan perkembangan tingkat pendidikan masyarakat yang berhasil dicapai masyarakat pada periode waktu tertentu. Hasil pembangunan pendidikan masyarakat dapat dilihat melalui beberapa indikator output pendidikan, antara lain Angka Melek Huruf (AMH), Angka Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

30 Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), tingkat/jenjang pendidikan yang ditamatkan, angka putus sekolah, dan rata-rata lama sekolah. Angka Melek Huruf Angka melek huruf merupakan salah satu indikator sederhana yang dapat digunakan untuk mendapatkan gambaran tentang kemajuan pendidikan suatu bangsa, serta adanya pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan. Semakin besar angka melek huruf orang dewasa, berarti semakin banyak penduduk yang mampu dan mengerti baca tulis. Angka melek huruf yang dibahas dalam Bab ini adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya. Grafik 3.1 Angka Melek Huruf Penduduk 15 Tahun ke Atas di Kabupaten Pulau Morotai, Laki-laki Perempuan Sumber: BPS, Susenas Berdasarkan Grafik 3.1, angka melek huruf di Pulau Morotai menunjukkan adanya peningkatan selama tiga tahun terakhir baik pada penduduk laki-laki maupun perempuan. Angka melek huruf di Pulau Morotai pada 2011 mencapai 88,23 persen, Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

31 menunjukkan adanya kemajuan pada 2012 dan 2013 dimana angka melek huruf mencapai 94,08 persen pada 2012 dan 97,30 persen pada Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, terlihat jelas bahwa angka melek huruf penduduk lak-laki di Pulau Morotai lebih baik dibanding perempuan. Pada 2011, angka melek huruf laki-laki sebesar 93 persen, sedangkan perempuan hanya 82,85 persen. Sementara pada 2012 angka melek huruf penduduk laki-laki dan perempuan Pulau Morotai adalah 95,59 persen berbanding 92,53 persen. Pada 2013 angka melek huruf laki-laki dan perempuan tipis perbedaannya dimana angka melek huruf laki-laki sebesar 97,53 persen dan perempuan sebesar 97,05 persen. Rata-Rata Lama Sekolah dan Tingkat Pendidikan Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah dengan pencanangan program Wajib Belajar (Wajar) Sembilan Tahun. Keberhasilan program Wajar Sembilan Tahun dapat diketahui melalui indikator rata-rata lama sekolah. Indikator tersebut digunakan untuk mengetahui lama tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas di bangku sekolah formal yang pernah dijalani atau diikuti. Secara umum rata-rata lama sekolah penduduk pada 2013 sebesar 7,41 tahun. Hal ini berarti rata-rata pendidikan penduduk hanya sampai kelas 2 SMP. Pencapaian angka ini lebih baik daripada rata-rata lama sekolah penduduk pada dua tahun sebelumnya yang mencapai 6,25 tahun pada 2011 dan 6,96 tahun pada Meskin selama tiga tahun terakhir rata-rata lama sekolah terus menunjukkan peningkatan, namun dengan pencapaian Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

32 sampai pada 2013 maka dapat dikatakan bahwa program wajar sembilan tahun atau target pendidikan dasar minimal 9 tahun belum tercapai di Pulau Morotai. Sementara untuk kabupaten/kota lain di Maluku Utara, baru Ternate dan Tidore Kepulauan yang telah mencapai program wajar sembilan tahun. Data selengkapnya disajikan pada Tabel C2. Selain rata-rata lama sekolah, data pendidikan tertinggi yang ditamatkan dapat digunakan sebagai indikator pencapaian program wajar sembilan tahun. Program wajar sembilan tahun yang dicanangkan oleh pemerintah mengharapkan semua penduduk Indonesia yang berusia di atas 15 tahun telah mengenyam pendidikan dasar (minimal menamatkan SMP). Dalam publikasi ini indikator tersebut dilihat dari persentase penduduk yang minimal menamatkan SMP (pendidikan tertinggi yang dimiliki minimal SMP yang ditulis dengan SMP+. Grafik 3.2 menunjukkan adanya perbedaan ketercapaian wajar sembilan tahun pada penduduk laki-laki dan perempuan. Dari segi pendidikan yang ditamatkan, terlihat bahwa tingkat pendidikan penduduk laki-laki di Pulau Morotai lebih baik dibanding penduduk perempuan. Hal ini terbukti dengan lebih banyaknya penduduk laki-laki dibanding perempuan yang menamatkan pendidikannya minimal pada tingkat SMP dibandingkan perempuan. Pada 2013, penduduk laki-laki berumur 15 tahun ke atas yang memiliki ijazah minimal SMP mencapai 49,48 persen, sementara hanya 32,92 persen perempuan yang memiliki tingkat pendidikan yang sama. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

33 Sumber: BPS, Susenas 2013 Secara keseluruhan, dapat dilihat bahwa pencapaian program wajar sembilan tahun di Pulau Morotai masih rendah. Dimana pada 2013, baru 41,44 persen penduduk berumur 15 tahun ke atas di Pulau Morotai yang memiliki ijazah minimal SMP atau dengan kata lain baru 41,44 persen penduduk berumur 15 tahun ke atas yang telah mencapai target program wajar sembilan tahun. Angka Partisipasi Kasar (APK) Indikator ini menunjukkan partisipasi penduduk yang sedang mengenyam pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya. APK mengukur proporsi anak sekolah pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tertentu. APK merupakan indikator paling sederhana untuk mengukur daya serap Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

34 penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan. APK juga bisa digunakan untuk mengukur keberhasilan program pembangunan pendidikan yang diselenggarakan dalam rangka memperluas kesempatan bagi penduduk untuk mengenyam pendidikan. Nilai APK bisa lebih dari 100%. Hal ini disebabkan karena populasi murid yang bersekolah pada suatu jenjang pendidikan mencakup anak berusia di luar batas usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan. Pada 2013, APK di Pulau Morotai untuk jenjang pendidikan SD sebesar 108,01 persen (Tabel 3.1). Kondisi ini menunjukkan bahwa murid SD selain mencakup anak usia 7-12 tahun, juga mencakup anak yang berusia kurang dari 7 tahun dan ada juga anak yang berusia lebih dari 12 tahun. Kenyataan ini menunjukkan bahwa terdapat anak yang tinggal kelas, terlambat masuk SD atau sebaliknya terlalu dini bersekolah di SD. Sedangkan APK untuk SMP sebesar 90,04 persen dan 80,61 persen untuk anak yang berusia tahun (usia ideal di jenjang pendidikan SMA). Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, menunjukkan bahwa APK SD anak laki-laki pada 2013 lebih tinggi dibanding perempuan (113,02 persen berbanding 102,81 persen). Sedangkan pada jenjang pendidikan SMP dan SMA, APK lakilaki lebih rendah dibanding perempuan. Sementara pada 2011 dan 2012 menunjukkan kondisi yang sedikit berbeda, dimana APK SD dan SMA anak laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan. Sebaliknya pada jenjang SMP, APK anak perempuan lebih tinggi dibanding anak laki-laki. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

35 Tabel 3.1 Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pulau Morotai, Jenis Kelamin/ Jenjang Pendidikan (1) (2) (3) (4) Laki-Laki SD SMP SMA Perempuan SD SMP SMA Laki-Laki + Perempuan SD SMP SMA Sumber: BPS, Susenas Angka Partisipasi Murni (APM) APM adalah proporsi jumlah anak pada kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya terhadap jumlah seluruh anak pada kelompok usia sekolah yang bersangkutan. Sebagai gambaran dalam hal ini adalah APM untuk tingkat SD merupakan proporsi jumlah murid SD yang berusia 7-12 tahun terhadap jumlah seluruh anak yang berusia 7-12 tahun. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

36 Tabel 3.2 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pulau Morotai, Jenis Kelamin/ Jenjang Pendidikan (1) (2) (3) (4) Laki-Laki SD SMP SMA Perempuan SD SMP SMA Laki-Laki + Perempuan SD SMP SMA Sumber: BPS, Susenas APM umumnya digunakan untuk melihat proporsi penduduk usia sekolah yang dapat bersekolah tepat waktu. Jika APM mencapai 100 persen artinya semua anak usia sekolah telah bersekolah tepat waktu. Sebaliknya, jika hanya sebagian anak usia sekolah yang dapat bersekolah tepat waktu, maka nilai APM akan lebih kecil dari 100 persen. Selama tiga tahun terakhir, perkembangan APM di Pulau Morotai pada semua jenjang pendidikan cukup fluktuatif. APK SD pada terus mengalami peningkatan, jika pada 2011 APK SD di Pulau Morotai mencapai 88,83 persen, pada 2013 sudah mencapai 96,14 persen. Dengan kata lain pada 2013 terdapat 96,14 persen anak SD yang sekolah sesuai dengan Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

37 usianya (sekolah tepat waktu). Sementara pada jenjang pendidikan SMP dan SMA, nilai APK fluktuatif selama APK SMP pada 2011 sebesar 51,26 persen, naik menjadi 74,01 persen pada 2012, dan kembali turun menjadi 51,71 pada Sedangkan pada jenjang pendidikan SMA, APK mencapai 38,61 persen pada 2011, naik menjadi 55,22 persen dan kembali turun menjadi 47,30 persen. Selain itu, jika dilihat menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa APK perempuan lebih tinggi bila dibandingkan dengan laki-laki pada jenjang pendidikan SMP. Sementara pada jenjang pendidikan SD dan SMA, APK perempuan lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

38 Ketenagakerjaan

39 4 Ketenagakerjaan Salah satu permasalahan yang perlu mendapat perhatian pemerintah daerah adalah menciptakan lapangan kerja atau usaha yang layak. Tantangan ini mencakup dua aspek sekaligus. Penciptaan lapangan kerja yang baru bagi angkatan kerja yang belum bekerja, dan peningkatan produktivitas kerja bagi mereka yang sudah bekerja sehingga memperoleh imbalan kerja yang memadai untuk dapat hidup secara layak. Bab ini menjelaskan beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan kondisi ketenagakerjaan. Sumber data penghitungan indikator ini diperoleh dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2011 sampai dengan Secara Umum, keadaan ketenagakerjaan di Pulau Morotai selama disajikan pada Tabel 4.1. Penduduk yang bekerja pada 2011 tercatat sebanyak orang, meningkat menjadi orang pada Sedangkan penduduk yang menganggur turun dari orang pada 2010 menjadi 903 orang pada 2012, dan kembali naik menjadi pada Sedangkan pada kelompok penduduk bukan angkatan kerja, peningkatan hanya terjadi pada penduduk yang bersekolah, yaitu dari orang pada 2011 menjadi orang pada 2012 dan naik lagi menjadi orang pada Secara umum, jumlah penduduk angkatan kerja pada , lebih 60 persen dari penduduk usia kerja. Pada kelompok penduduk angkatan kerja di Pulau Morotai, penduduk yang bekerja jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang menganggur. Sedangkan pada kelompok bukan angkatan kerja, lebih didominasi oleh penduduk yang mengurus rumah tangga. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

40 Tabel 4.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama selama Seminggu yang Lalu di Kabupaten Pulau Morotai, Kegiatan (1) (2) (3) (4) Angkatan Kerja 22,333 23,413 24,084 Bekerja 20,568 22,510 23,067 Pengangguran 1, ,017 Bukan Angkatan Kerja 12,210 12,064 12,446 Sekolah 1,899 2,452 3,642 Mengurus Rumah Tangga 8,875 8,025 7,735 Lainnya 1,436 1,587 1,069 Usia Kerja 34,543 35,477 36,530 Sumber : BPS, Sakernas Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Tenaga kerja adalah modal bagi bergeraknya roda pembangunan. Keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi diukur dengan proporsi penduduk yang masuk kedalam pasar kerja (bekerja atau mencari pekerjaan) disebut sebagai Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK pada 2013 tercatat sebesar 65,93 persen, artinya dari setiap 100 penduduk, sekitar 66 orang termasuk dalam angkatan kerja. Angka ini lebih tinggi dibanding 2011 dan 2012 yang mencapai 64,65 persen dan 65,99 persen. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

41 Grafik 4.1 TPAK menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pulau Morotai, Laki-laki Perempuan Sumber: BPS, Sakernas Jika dilihat menurut jenis kelamin, TPAK laki-laki di Pulau Morotai selama tiga tahun terakhir cenderung lebih tinggi daripada TPAK perempuan. Pada 2013 misalnya, sekitar 81,74 persen laki-laki termasuk dalam kelompok angkatan kerja, sementara perempuan hanya sebesar 49,11 persen. Hal ini sangat wajar, karena perempuan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk mengurus rumah tangga dibanding untuk bekerja, mencari kerja ataupun menyiapkan usaha. Sementara itu, TPAK tertinggi di Maluku Utara terjadi di Halmahera Selatan yaitu sebesar 72,44 persen dan yang terendah terjadi Ternate yaitu sebesar 55,50 persen. Data selengkapnya disajikan pada Tabel D1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Potret TPT di Pulau Morotai selama tiga tahun terakhir sedikit berbeda dengan potret TPAK. TPT selama mengalami perubahan yang cukup fluktuatif. TPT mengalami penurunan yang drastis pada , yaitu dari 7,90 persen Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

42 pada 2011 menjadi 3,86 persen pada 2012, namun TPT kembali naik menjadi 4,22 persen pada Tabel 4.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pulau Morotai, Jenis Kelamin (1) (2) (3) (4) Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan Sumber: BPS, Sakernas Jika dilihat menurut jenis kelamin, Tabel 4.2 menunjukkan bahwa TPT perempuan cenderung lebih tinggi dibandingkan lakilaki. Kondisi ini mengindikasikan masih berkembangnya pola pikir yang konservatif di masyarakat, bahwa yang harus mencari nafkah adalah laki-laki. Pada 2013, dari 100 angkatan kerja perempuan di Pulau Morotai, sekitar 7 orang diantaranya adalah pengangguran. Sementara untuk laki-laki, dari 100 orang angkatan kerja, hanya sekitar 3 orang diantaranya adalah pengangguran. Tingkat pengangguran sangat berkorelasi dengan kesempatan kerja yang tersedia di daerah. Jika kesempatan kerja mengalami peningkatan, maka tenaga kerja yang terserap juga akan semakin banyak, tentunya hal ini dapat menekan tingkat pengangguran. Oleh karena itu, meningkatkan kesempatan kerja dengan memperluas lapangan kerja dan mempermudah akses untuk mendapatkan pekerjaan bagi masyarakat dapat mengurangi angka pengangguran dan dapat Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

43 meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan bekerja, masyarakat dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dari pendapatan yang diperoleh. Lapangan Kerja dan Status Pekerjaan Salah satu ukuran untuk melihat potensi sektor perekonomian dalam menyerap tenaga kerja adalah komposisi penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan. Selain itu, indikator tersebut juga mencerminkan struktur perekonomian suatu wilayah. Pada , sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian. Secara umum persentase penduduk yang bekerja pada lapangan usaha pertanian pada 2013 sebesar 70,97 persen. Namun angka ini mengalami penurunan bila dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya yang mencapai 75,02 persen pada 2011 dan 73,48 persen pada Kondisi yang sama terjadi pada sektor industri, dimana mengalami penurunan dari 3,41 persen pada 2011 menjadi 0,74 persen pada Peningkatan justru dialami oleh sektor jasa. Sektor jasa mampu menyerap tenaga kerja sebesar 28,29 persen pada 2013, yang awalnya hanya sebanyak 21,57 persen pada Sementara jika ditinjau dari jenis kelamin, tidak ada perbedaan yang signifikan pada jenis lapangan usaha pekerja laki-laki dan perempuan. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

44 Tabel 4.3 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin dan Klasifikasi Lapangan Usaha Pekerjaan Utama di Kabupaten Pulau Morotai, Laki-laki Jenis Kelamin/ Lapangan Usaha (1) (2) (3) (4) Pertanian Industri Jasa Perempuan Pertanian Industri Jasa Laki-laki + Perempuan Pertanian Industri Jasa Sumber: BPS, Sakernas Catatan : Pertanian : 1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan Manufaktur : 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Minum 5. Konstruksi Jasa : 6. Perdagangan, Rumah Makan, dan Hotel 7. Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi 8. Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan, & Jasa Perusahaan 9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Tabel 4.4 menyajikan Profil pekerja menurut status pekerjaan utamanya. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa secara umum pekerja di Pulau Morotai lebih dominan untuk berusaha sendiri dalam pekerjaanya. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

45 Tabel 4.4 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Selama Seminggu yang Lalu menurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pulau Morotai, 2013 Status Pekerjaan Laki-Laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan (1) (2) (3) (4) Berusaha sendiri Berusaha dibantu buruh Buruh/karyawan/pegawai Pekerja bebas Pekerja keluarga/tak dibayar Sumber: BPS, Sakernas 2013 Catatan: Berusaha dibantu buruh : Berusaha dibantu buruh baik buruh tetap, tidak tetap, dibayar, dan tidak dibayar Pekerja bebas : Pekerja bebas baik di pertanian ataupun non pertanian Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, diketahui bahwa pekerja laki-laki lebih banyak yang berusaha sendiri. Sementara pekerja perempuan lebih banyak yang memilih sebagai pekerja yang berusaha dibantu buruh. Pada 2013, pekerja perempuan juga banyak yang bekerja di bidang pertanian. Pekerja tersebut tentunya tidak akan bisa mengerjakan pertaniaannya seorang diri, sehingga perlu bantuan tenaga orang lain. Jumlah Jam Kerja Idealnya seorang pekerja dapat bekerja sesuai dengan jam kerja yang telah disepakati, yaitu minimal 35 jam selama seminggu. Presentase penduduk Pulau Morotai yang bekerja kurang dari jam kerja normal (jam kerja kurang dari 35 jam per Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

46 minggu dan termasuk yang mempunyai pekerjaan/usaha tetapi selama seminggu yang lalu tidak bekerja karena sesuatu sebab seperti sakit, cuti, menunggu panen, dll) tercatat sebesar 48,29 persen pada Jika dilihat dari jenis kelamin, hanya 36,19 persen pekerja laki-laki yang bekerja kurang dari jam kerja normal, sedangkan pada perempuan mencapai 70,73 persen. Tabel 4.5 Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Jumlah Jam Kerja Selama Seminggu dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pulau Morotai, 2013 Jumlah Jam Kerja Laki-Laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan (1) (2) (3) (4) 0*) Sumber: BPS, Sakernas 2013 Catatan: *) Sementara tidak bekerja Berdasarkan Tabel 4.6 juga terlihat adanya perbedaan jumlah jam kerja antara laki-laki dan perempuan. Pekerja laki-laki lebih banyak yang bekerja selama 35 jam atau lebih, yaitu sebanyak 63,81 persen. Sedangkan pada perempuan, lebih banyak yang bekerja selama 15 jam sampai dengan 24 jam (38,30 persen). Keadaan ini dapat disebabkan karena perempuan lebih disibukkan dengan pekerjaan domestik (mengurus rumah tangga) sehingga waktu yang dibutuhkan untuk bekerja lebih sedikit. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

47 Pola Konsumsi

48 5 Pola Konsumsi Pola pengeluaran dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk menilai tingkat kesejahteraan (ekonomi) penduduk, dimana semakin rendah persentase pengeluaran untuk makanan terhadap total pengeluaran maka semakin baik tingkat perekonomian penduduk. Seperti hukum yang dikemukakan oleh Ernst Engel (1857) bahwa bila selera tidak berbeda maka persentase pengeluaran untuk makanan menurun seiring dengan meningkatnya pendapatan, hukum ini ditemukan Engel dari perangkat data survei pendapatan dan pengeluaran. Perkembangan Kemiskinan Kemiskinan adalah masalah nasional yang harus segera ditanggulangi. Penanggulangan kemiskinan diarahkan untuk mengurangi penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan dan mencegah terjadinya kemiskinan baru. Potret kemiskinan di Maluku Utara selama tiga tahun terakhir disajikan pada Tabel 5.1. Dalam analisis kemiskinan dikenal beberapa indikator penting, diantaranya Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), Indeks Keparahan Kemiskinan (P2), dan Garis Kemiskinan. Indeks Kedalaman Kemiskinan menjelaskan rata-rata jarak taraf hidup penduduk miskin dengan garis kemiskinan, yang dinyatakan sebagai suatu rasio dari kemiskinan. Namun demikian, indeks ini tidak sensitif terhadap distribusi pendapatan di antara penduduk miskin, sehingga dibutuhkan indikator lain guna mengukur tingkat keparahan kemiskinan (P2). Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

49 Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan. Secara umum, garis kemiskinan di Pulau Morotai pada 2012 mengalami kenaikan dibandingkan 2011 yaitu sebesar 10,07 persen atau naik dari Rp pada 2011 menjadi Rp pada Tabel 5.1 Angka Kemiskinan di Kabupaten Pulau Morotai, Indikator Kemiskinan (1) (2) (3) (4) Penduduk Miskin (Ribuan Jiwa) Penduduk Miskin (Persen) Indeks Kedalaman Kemiskinan (P₁) Indeks Keparahan Kemiskinan (P₂) Garis Kemiskinan (Rp) 166, , ,723 Indeks Gini Sumber: BPS, Susenas Jumlah penduduk miskin selama tiga tahun terakhir mengalami perkembangan yang fluktuatif. Pada 2010 penduduk miskin mencapai 5,6 ribu jiwa, naik menjadi 6,32 ribu jiwa pada 2011 dan turun sekitar 17,76 persen sehingga menjadi 5,20 ribu jiwa pada Persoalan kemiskinan tidak hanya mengurangi jumlah dan persentase penduduk miskin, namun juga perlu memperhatikan tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

50 mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Pada periode , Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) juga menunjukkan perubahan yang fluktuatif. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) turun dari 2,22 pada 2010 menjadi 1,20 pada 2011, dan naik menjadi 1,30 pada Sementara untuk Indeks Keparahan Kemiskinan (P2), pada 2010 tercatat sebesar 0,61 turun menjadi 0,20 pada 2011 persen dan naik menjadi 0,32 pada Penurunan kedua indeks ini pada mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit. Kondisi sebaliknya terjadi pada , dimanan indeks P1 dan P2 mengalami kenaikan, yang berarti bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin menjauhi (melebar) dari garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin melebar. Salah satu indikator ekonomi makro untuk menilai tingkat ketidakmerataan (ketimpangan) pendapatan penduduk adalah Indeks Gini (G). Nilai dari Indeks Gini berkisar dari 0 sampai 1. Semakin mendekati 0 dikatakan bahwa tingkat ketimpangan pengeluaran antar kelompok pengeluaran semakin rendah. Sebaliknya, semakin mendekati angka 1 dikatakan bahwa tingkat ketimpangan pengeluaran antar kelompok pengeluaran semakin tinggi. Penghitungan Indeks Gini pada ulasan ini menggunakan data pengeluaran, hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa data pengeluaran lebih teliti daripada data pendapatan dan pengeluaran dapat digunakan sebagai pendekatan dari pendapatan. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

51 Berdasarkan indeks gini pada Tabel 5.1 tampak bahwa distribusi pengeluaran penduduk mengalami peningkatan pada , yaitu dari 0,25 pada 2010, meningkat menjadi 0,28 dan mencapai 0,31 pada Peningkatan ini mendukung dugaan awal adanya kecenderungan peningkatan ketimpangan distribusi pengeluaran penduduk Pulau Morotai pada Pengeluaran Rumah Tangga Secara umum data konsumsi/pengeluaran Susenas dibagi menjadi dua kelompok, yaitu konsumsi/pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan. Tingkat kebutuhan permintaan (demand) terhadap kedua kelompok pengeluaran tersebut pada dasarnya berbeda. Dalam kondisi pendapatan terbatas, kita akan mendahulukan pemenuhan kebutuhan makanan, sehingga pada kelompok masyarakat berpendapatan rendah akan terlihat bahwa sebagian besar pendapatannya digunakan untuk membeli makanan. Seiring dengan peningkatan pendapatan maka lambat laun akan terjadi pergeseran pola pengeluaran, yaitu penurunan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan dan peningkatan porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk bukan makanan. Dengan demikian, pola pengeluaran dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk, dimana perubahan komposisinya digunakan sebagai petunjuk perubahan tingkat kesejahteraan. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

52 Tabel 5.2 Pengeluaran per Kapita Sebulan di Kabupaten Pulau Morotai, Tahun Pengeluaran per Kapita per Bulan (Rp) Kenaikan Nominal Setahun (%) (1) (2) (3) , , ,422 Sumber: BPS, Susenas Determinan dari kesejahteraan ekonomi adalah kemampuan daya beli penduduk. Bila kemampuan daya beli penduduk mengalami penurunan akan mengurangi kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Berdasarkan hasil Susenas Panel pada Tabel 5.2, pengeluaran per kapita sebulan pada 2012 mengalami peningkatan sebesar 37,73 persen dibanding Pada , pengeluaran per kapita sebulan mengalami kenaikan pula namun tidak sebesar pada , yaitu hanya sebesar 4,32 persen. Hal ini mengindikasikan juga adanya peningkatan kemampuan daya beli penduduk selama Grafik 5.1 menyajikan komposisi pengeluaran yang dilakukan penduduk Pulau Morotai. Selama , lebih dari separuh pengeluaran per kapita digunakan untuk konsumsi makanan. Pengeluaran untuk makanan terus penurunan selama tiga tahun terakhir. Komposisi pengeluaran per kapita sebulan di Pulau Morotai ada 2011 menunjukkan konsumsi makanan lebih besar dibanding non makanan, yaitu 65,29 persen untuk makanan dan 34,71 persen untuk non makanan. Pada 2013, Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

53 komposisi pengeluaran per kapita untuk makanan dan non makanan yaitu 58,9 persen berbanding 41,14 persen. Hal ini menunjukkan ada kecenderungan bahwa penduduk Pulau Morotai lebih memprioritaskan konsumsi makanan dalam membelanjakan uangnya. Namun demikian, sedikit demi sedikit pola konsumsi ini berubah dari tahun ke tahun, dengan ditunjukkan dengan semakin naiknya konsumsi non makanan selama Grafik 5.1 Persentase Pengeluaran per Kapita Sebulan menurut Jenis Pengeluaran di Kabupaten Pulau Morotai % 80% % Bukan Makanan 40% 20% Makanan 0% Sumber: BPS, Susenas Berdasarkan Tabel 5.3 terlihat bahwa pada 2013 sebanyak 41,14 persen pendapatan penduduk dibelanjakan untuk kebutuhan non makanan. Pengeluaran non makanan paling banyak dikeluarkan untuk biaya perumahan yaitu 30,61 persen dari total pengeluaran per kapita sebulan. Sedangkan pengeluaran non makanan paling sedikit dikeluarkan untuk biaya lainnya seperti pajak, asuransi serta keperluan pesta dan upacara. Kondisi ini sama dengan tahun sebelumnya. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

54 Tabel 5.3 Rata-Rata Pengeluaran per Kapita Sebulan menurut Jenis Pengeluaran di Kabupaten Pulau Morotai, Pengeluaran per Kapita Sebulan Jenis Pengeluaran Nominal Persentase (1) (3) (4) (3) (4) Makanan 262, , Non Makanan 162, , Perumahan 113, , Barang dan Jasa 28,025 32, Pakaian 13,314 9, Barang Tahan Lama 5,887 3, Lainnya 1,750 1, Jumlah 424, , Sumber: BPS, Susenas Konsumsi Kalori dan Protein Salah satu indikator untuk menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk adalah tingkat kecukupan gizi yang disajikan dalam unit kalori dan protein. Jumlah konsumsi kalori dan protein dihitung berdasarkan jumlah dari hasil kali antara kuantitas setiap makanan yang dikonsumsi dengan besarnya kandungan kalori dan protein dalam setiap makanan tersebut. Kecukupan kalori dan protein untuk tingkat konsumsi sehari-hari berdasarkan Widyakarya Pangan dan Gizi VIII tahun 2004, masing-masing sebesar 2000 kkal dan 52 gram. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

55 Tabel 5.4 Konsumsi Kalori dan Protein per Kapita per Hari di Kabupaten Pulau Morotai, Rincian (1) (2) (3) (4) Kalori (kkal) Protein (gram) Sumber: BPS, Susenas Pada konsumsi kalori maupun protein mengalami peningkatan, namun sebaliknya pada konsumsi kalori maupun protein mengalami penurunan. Hasil Susenas 2013 menunjukkan rata-rata konsumsi kalori per kapita adalah 1569,87 kkal, padahal pada 2011 dan 2012 mencapai 1717,57 kkal dan 1756,92 kkal. Sementara untuk konsumsi protein per kapita per hari pada 2011 tercatat sebesar 36,97 gram, mencapai 41,86 gram pada 2012, dan turun menjadi 37,99 gram pada Jika didasarkan pada batas standar kecukupan konsumsi kalori dan protein per kapita sehari, maka rata-rata konsumsi kalori dan protein penduduk Pulau Morotai pada masih di bawah angka kecukupan konsumsi kalori dan protein. Selama tiga tahun terakhir, konsumsi kalori dan protein penduduk dari segi standar kecukupan gizi belum menunjukkan kondisi yang lebih baik karena masih di bawah standar kecukupan gizi. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

56 Perumahan & Lingkungan

57 6 Perumahan & Lingkungan Manusia dan alam lingkungannya baik lingkungan fisik maupun sosial merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Lingkungan fisik bisa berupa alam sekitar yang alamiah dan yang buatan manusia. Untuk mempertahankan diri dari keganasan alam, maka manusia berusaha membuat tempat perlindungan, yang pada akhirnya disebut rumah atau tempat tinggal. Manusia sebagai makhluk sosial selalu ingin hidup bersama dengan orang lain dan berinteraksi antara satu dengan lainnya, sehingga satu persatu bangunan rumah tinggal bermunculan sampai terbentuk suatu pemukiman rumah penduduk. Sepanjang kehidupannya, manusia selalu membutuhkan rumah yang merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup selain sandang dan pangan. Dengan kata lain, rumah merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi untuk dapat terus bertahan hidup. Hal ini juga sejalan dengan UU No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman pasal 5 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati dan/atau menikmati dan/atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur. Secara umum, kualitas rumah tinggal menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga, dimana kualitas tersebut ditentukan oleh fisik rumah yang dapat terlihat dari fasilitas yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai fasilitas yang mencerminkan kesejahteraan rumah tangga tersebut dapat dilihat dari jenis lantai terluas, jenis atap, jenis dinding, sumber air minum dan fasilitas buang air besar. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

58 Rumah dikatakan layak sebagai bangunan tempat tinggal apabila rumah tersebut telah memiliki atap, lantai dan dinding. Di samping itu kualitas ketiga unsur tersebut juga dapat menunjukkan tingkat kesejahteraan penghuninya. Tabel 6.1 Persentase Rumah Tangga menurut Beberapa Indikator Kualitas Perumahan di Kabupaten Pulau Morotai, Indikator Kualitas Perumahan (1) (2) (3) (4) Lantai Bukan Tanah Atap Layak¹) Dinding Permanen²) Rata-Rata Luas Lantai per Kapita Sumber : BPS, Susenas Catatan : ¹) Atap beton, genteng, sirap, seng, dan asbes ²) Dinding Permanen : Tembok dan kayu Berdasarkan indikator-indikator kualitas perumahan seperti pada Tabel 6.1, tampak bahwa di Pulau Morotai pada terjadi sedikit penurunan rumah tangga yang berlantaikan bukan tanah. Pada 2011 tercatat ada 90,47 persen rumah yang berlantaikan bukan tanah, namun pada 2013 hanya mencapai 69,27 persen. Indikator lain yang digunakan untuk melihat kualitas perumahan untuk rumah tinggal adalah penggunaan atap dan dinding. Secara umum dari hasil Susenas 2011, rumah tinggal dengan atap layak mencapai 88,04 persen, turun drastis pada 2012 menjadi 80,39 persen dan kembali naik menjadi 87,90 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

59 persen pada Sementara rumah tinggal yang berdinding permanen juga menunjukkan perubahan yang fluktuatif dari tahun ke tahun, yaitu dari 90,54 persen pada `2011, menjadi 95,70 persen pada 2012 dan mencapai 93,19 persen pada Kualitas rumah di kabupaten/kota di Maluku Utara dilihat dari jenis lantai, atap dan dinding terluasnya disajikan di Tabel F. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) salah satu kriteria rumah sehat adalah rumah tinggal yang memiliki luas lantai per orang minimal 10 m 2. Sedangkan menurut Kementerian Kesehatan, rumah dapat dikatakan memenuhi salah satu persyaratan sehat adalah jika penguasaan luas lantai per kapitanya minimal 8 m 2. Pada 2013 rata-rata luas lantai per kapita penduduk Pulau Morotai tercatat sebesar 15,71 m 2. Angka ini turun jika dibandingkan 2011 dan 2012 yang mencapai 17,76 m 2 dan 13,26 m 2. Dengan demikian, berdasarkan rata-rata luas lantai per kapita, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar rumah di Pulau Morotai sudah memenuhi salah satu persyaratan rumah sehat. Selain dilihat dari kondisi fisik bangunannya, kualitas perumahan juga ditentukan oleh fasilitas yang ada di dalamnya. Fasilitas pokok yang penting agar suatu rumah menjadi nyaman dan sehat untuk ditinggali adalah tersedianya air minum bersih serta jamban yang dimiliki sendiri. Secara umum, kualitas perumahan di Maluku Utara selama menunjukkan perkembangan ke arah yang lebih baik. Hal ini terlihat dengan terus meningkatnya rumah tangga yang menggunakan air minum leding, kemasan dan isi ulang, air minum bersih, dan kepemilikan jamban sendiri. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

60 Tabel 6.2 Persentase Rumah Tangga menurut Beberapa Indikator Fasilitas Perumahan di Kabupaten Pulau Morotai, Indikator Fasilitas Perumahan (1) (2) (3) (4) Air minum ledeng, Kemasan dan Isi Ulang Air minum bersih¹) Jamban Sendiri Sumber : BPS, Susenas Catatan : ¹) Air yang bersumber dari Leding, air kemasan, isi ulang, serta pompa, sumur terlindung, dan mata air terlindung yang jarak ke tempat pembuangan limbah (tangki septik) 10 m. Air minum bersih merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari. Ketersediaan dalam jumlah yang cukup terutama untuk keperluan minum dan masak merupakan tujuan dari program penyediaan air minum bersih yang terus menerus diupayakan pemerintah. Pada 2013, 17,17 persen rumah tangga di Pulau Morotai telah menggunakan air minum leding, kemasan dan isi ulang. Padahal pada 2011 baru mencapai 14,08 persen. Sementara rumah tangga pengguna air minum bersih di Pulau Morotai mengalami peningkatan pada Pada 2012, ada 32,49 persen rumah tangga di Pulau Morotai yang mengkonsumsi air bersih, dan meningkat pada 2013 menjadi 46,01 persen. Namun angka ini menurun jika dibandingkan 2011, dimana pengguna air minum bersih mencapai 48,95 persen. Karena penggunaan air minum bersih yang tidak sampai separuh rumah tangga di Pulau Morotai, maka dapat ditarik kesimpulan Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

61 bahwa mayoritas rumah tangga di Pulau Morotai masih menggunakan air minum tidak bersih. Sistem pembuangan kotoran manusia sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan dan resiko penularan suatu penyakit, khususnya penyakit saluran pencernaan. Masalah kondisi lingkungan tempat pembuangan kotoran manusia tidak terlepas dari aspek kepemilikan terhadap sarana yang digunakan terutama dikaitkan dengan tanggung jawab dalam pemeliharaan dan kebersihan sarana. Fasilitas rumah tinggal yang berkaitan dengan hal tersebut adalah ketersediaan jamban sendiri. Dari Tabel 6.2 terlihat bahwa rumah tangga di Pulau Morotai yang mempunyai fasilitas jamban sendiri pada 2013 mencapai 41,02 persen. Jumlah ini lebih tinggi bila dibandingkan dua tahun sebelumnya, dimana pada 2011 terdapat 40,11 persen rumah tangga yang memiliki jamban sendiri dan tercatat 34,61 pada Tabel 6.3 Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Penerangan di Kabupaten Pulau Morotai, Sumber Penerangan (1) (2) (3) (4) Listrik PLN Listrik non PLN Lainnya ¹) Sumber : BPS, Susenas Catatan: ¹) Meliputi petromak, aladin, pelita, sentir, obor, dan lainnya Fasilitas lainnya yang tidak kalah penting adalah penerangan. Sumber penerangan yang ideal berasal dari listrik, Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

62 karena cahaya listrik lebih terang dibandingkan sumber penerangan lainnya. Tabel 6.3 menunjukkan bahwa pada 2013, mayoritas rumah tangga di Pulau Morotai telah menggunakan listrik PLN sebagai sumber penerangan, yaitu sebanyak 71,01 persen. Sementara pada dua tahun sebelumnya, rumah tangga yang menggunakan listrik PLN sebanyak 61,83 persen pada 2011 dan 72,29 persen pada Jika dilihat dengan seksama, ada hal menarik pada Tabel 6.3. Rumah tangga pengguna listrik non PLN (seperti genset, pemanfaatan tenaga surya dan lainnya) selama terus mengalami penurunan, dari 19,04 persen pada 2011, menurun hingga menjadi 7,73 persen. Sebaliknya untuk rumah tangga tanpa listrik (rumah tangga yang menggunakan petromak, aladin, pelita, dan lainnya) menunjukkan angka yang cukup tinggi pada 2013 yang mencapai 21,26 persen. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

63 LAMPIRAN Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

64 Tabel A1. Jumlah Penduduk menurut Kabupaten/Kota (Ribuan), Kecamatan (1) (2) (3) (4) (5) Halmahera Barat Halmahera Tengah Kepulauan Sula Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Timur Pulau Morotai Pulau Taliabu Ternate Tidore Kepulauan Maluku Utara 1, , , , Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

65 Tabel A2. Persebaran dan Kepadatan Penduduk Pulau Morotai, 2013 Kecamatan Luas Wilayah (Km²) Jumlah Penduduk (dlm Ribuan) Persebaran Penduduk Kepadatan Penduduk per Km 2 (1) (2) (3) (4) (5) Morotai Selatan Morotai Timur Morotai Selatan Barat Morotai Jaya Morotai Utara Pulau Morotai 2, Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

66 Tabel A3. Komposisi Penduduk (%) dan Angka Beban Ketergantungan menurut Kabupaten/Kota, 2013 Kabupaten/Kota Komposisi Penduduk (%) 0-14 Tahun Tahun 65+ Tahun Angka Beban Ketergantungan (Jiwa) (1) (2) (3) (4) (5) Halmahera Barat Halmahera Tengah Kepulauan Sula Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Timur Pulau Morotai Pulau Taliabu Ternate Tidore Kepulauan Maluku Utara Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

67 Tabel A4. Persentase Wanita menurut Usia pada PerkawinanPertama menurut Kabupaten/Kota, 2013 Kabupaten/Kota Umur pada Perkawinan Pertama (Tahun) (1) (2) (3) (4) (5) Halmahera Barat Halmahera Tengah Kepulauan Sula Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Timur Pulau Morotai Ternate Tidore Kepulauan Provinsi Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

68 Tabel B1. Persentase Balita menurut Kabupaten/Kota dan Penolong Kelahiran Terakhir, 2013 Kabupaten/Kota Dokter Bidan Tenaga Medis Lain Dukun Bersalin Famili & Lainnya (1) (2) (3) (4) (5) (6) Halmahera Barat Halmahera Tengah Kepulauan Sula Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Timur Pulau Morotai Ternate Tidore Kepulauan Maluku Utara Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

69 Tabel B2. Persentase Penduduk yang Berobat Sendiri Sebulan yang Lalu menurut Kabupaten/Kota dan Jenis/Cara Pengobatan yang Digunakan, 2013 Kabupaten/Kota Tradisional Modern Lainnya (1) (2) (3) (4) Halmahera Barat Halmahera Tengah Kepulauan Sula Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Timur Pulau Morotai Ternate Tidore Kepulauan Maluku Utara Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

70 Tabel B3. Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Selama Sebulan yang Lalu menurut Kabupaten/Kota dan Tempat/Cara Berobat, 2013 Kabupaten/Kota RS Pemerintah RS Swasta Praktek Dokter/ Poliklinik (1) (2) (3) (4) Halmahera Barat Halmahera Tengah Kepulauan Sula Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Timur Pulau Morotai Ternate Tidore Kepulauan Maluku Utara *) Lainnya : Praktek Batra, Dukun Bersalin, dan lainnya. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

71 Tabel B3. (Lanjutan) Kabupaten/Kota Puskesmas/ Pustu Praktek Nakes Lainnya*) (1) (5) (6) (7) Halmahera Barat Halmahera Tengah Kepulauan Sula Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Timur Pulau Morotai Ternate Tidore Kepulauan Maluku Utara *) Lainnya : Praktek Batra, Dukun Bersalin, dan lainnya. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

72 Tabel C1. Angka Melek Huruf Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin, 2013 Kabupaten/Kota Laki-Laki Perempuan Laki-Laki + Perempuan (1) (2) (3) (4) Halmahera Barat Halmahera Tengah Kepulauan Sula Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Timur Pulau Morotai Ternate Tidore Kepulauan Maluku Utara Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

73 Tabel C2. Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun) Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin, Kabupaten/Kota (1) (2) (3) (4) Halmahera Barat 7, Halmahera Tengah 8, Kepulauan Sula 8, Halmahera Selatan 7, Halmahera Utara 7, Halmahera Timur 7, Pulau Morotai 6, Ternate 10, Tidore Kepulauan 8, Maluku Utara 8, Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

74 Tabel C3. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2013 Kabupaten/Kota Tidak Punya Ijazah SD SMP SMA Perguruan Tinggi (1) (2) (3) (4) (5) (6) Halmahera Barat Halmahera Tengah Kepulauan Sula Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Timur Pulau Morotai Ternate Tidore Kepulauan Maluku Utara Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

75 Tabel D1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menurut Kabupaten/Kota, Kabupaten/Kota (1) (2) (3) (4) Halmahera Barat Halmahera Tengah Kepulauan Sula Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Timur Pulau Morotai Ternate Tidore Kepulauan Maluku Utara Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

76 Tabel D2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurut Kabupaten/Kota, Kabupaten/Kota (1) (2) (3) (4) Halmahera Barat Halmahera Tengah Kepulauan Sula Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Timur Pulau Morotai Ternate Tidore Kepulauan Maluku Utara Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

77 Tabel F1. Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota, dan Jenis Lantai Terluas, 2013 Kabupaten/Kota Marmer/ Keramik/ Granit Jenis Lantai Terluas Tegel/ teraso Semen (1) (2) (3) (4) Halmahera Barat Halmahera Tengah Kepulauan Sula Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Timur Pulau Morotai Ternate Tidore Kepulauan Maluku Utara Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

78 Tabel F1. (Lajutan) Jenis Lantai Terluas Kabupaten/Kota Kayu Tanah Lainnya (1) (5) (6) (7) Halmahera Barat Halmahera Tengah Kepulauan Sula Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Timur Pulau Morotai Ternate Tidore Kepulauan Maluku Utara Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

79 Tabel F2. Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Atap Terluas, 2013 Jenis Atap Terluas Kabupaten/Kota Beton/ Genteng Sirap/ Asbes Seng Ijuk/ Rumbia Lainnya (1) (2) (3) (4) (5) (6) Halmahera Barat Halmahera Tengah Kepulauan Sula Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Timur Pulau Morotai Ternate Tidore Kepulauan Maluku Utara Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

80 Tabel F3. Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Dinding Terluas, 2013 Kabupaten/Kota Jenis Dinding Terluas Tembok Kayu Bambu Lainnya (1) (2) (3) (4) (5) Halmahera Barat Halmahera Tengah Kepulauan Sula Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Timur Pulau Morotai Ternate Tidore Kepulauan Maluku Utara Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

81 Tabel F4. Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Penggunaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar, 2013 Kabupaten/Kota Penggunaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar Sendiri Bersama Umum Tidak ada (1) (2) (3) (4) (5) Halmahera Barat Halmahera Tengah Kepulauan Sula Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Timur Pulau Morotai Ternate Tidore Kepulauan Maluku Utara Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

82 Tabel F5. Persentase Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota dan Sumber Penerangan, 2013 Sumber Penerangan Kabupaten/Kota Listrik PLN Listrik non PLN Lainnya ¹) (1) (2) (3) (4) Halmahera Barat Halmahera Tengah Kepulauan Sula Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Timur Pulau Morotai Ternate Tidore Kepulauan Maluku Utara Catatan: ¹) Meliputi petromak, aladin, pelita, sentir, obor, dan lainnya Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

83 DAFTAR PUSTAKA 2012, Indikator Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara Ternate: Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara 2012, Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Maluku Utara Ternate: Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara 2012, Pulau Morotai dalam Angka Tobelo: Badan Pusat Statistik Kabupaten Halmahera Utara 2012, Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara Ternate: Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara 2013, Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Maluku Utara Ternate: Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara 2013, Pulau Morotai dalam Angka Tobelo: Badan Pusat Statistik Kabupaten Halmahera Utara 2013, Statistik Kesejahteraan Rakyat Provinsi Maluku Utara Ternate: Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku Utara Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

84 ISTILAH TEKNIS Air Minum Bersih Air yang bersumber dari leding, air kemasan, serta pompa, sumur terlindung dan mata air terlindung yang jarak ke tempat pembuangan limbah (septic tank) 10 meter. Angka Beban Ketergantungan Angka yang menyatakan perbandingan antara penduduk usia tidak produktif (di bawah 5 tahun dan 66 tahun ke atas) dengan penduduk usia produktif (antara 15 sampai 64 tahun) dikalikan 100. Angka Melek huruf Proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. Angka Partisipasi Kasar Rasio anak yang sekolah terhadap jumlah penduduk pada kelompok umur yang sama. Angka Partisipasi Murni Proporsi anak usia sekolah pada satu kelompok umur tertentu yang bersekolah tepat pada tingkat yang sesuai dengan kelompok umurnya. Angkatan Kerja Penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan yang mencari pekerjaan. Bekerja Melakukan kegiatan/pekerjaan dengan maksud untuk memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, minimal selama satu jam terus-menerus dalam seminggu yang lalu (termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi). Mereka yang mempunyai pekerjaan tetap tetapi sementara tidak bekerja dianggap sebagai pekerja. bekerja dianggap sebagai pekerja. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

85 Indeks Gini Ukuran kemerataan pendapatan yang dihitung berdasarkan kelas pendapatan. Nilai Koefisien Gini terletak antara nol yang mencerminkan kemerataan sempurna dan satu yang menggambarkan ketidakmerataan sempurna. Jumlah Jam Kerja Jumlah jam kerja yang digunakan untuk bekerja (tidak termasuk jam kerja istirahat resmi dan jam kerja yang digunakan untuk hal-hal diluar pekerjaan). Kepadatan Penduduk Rata-rata banyaknya penduduk per km 2. Lapangan Usaha Bidang kegiatan dari pekerjaan/tempat bekerja dimana seseorang bekerja. Penduduk Usia Kerja Penduduk yang berumur 15 tahun ke atas. Penggangguran Mereka yang termasuk dalam angkatan kerja dan tidak bekerja tetapi mencari pekerjaan. Penggangguran Terbuka Mereka yang termasuk pengganguran terbuka adalah mereka yang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, serta mereka yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Pekerja tidak dibayar Seseorang yang bekerja membantu usaha untuk memperoleh penghasilan/keuntungan yang dilakukan oleh salah satu anggota keluarga rumah tangga atau bahkan anggota rumah tangga tanpa mendapat gaji. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

86 Rata-rata lama Sekolah Rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Status Pekerjaan Kedudukan seseorang dalam unit usaha/kegiatan dalam melakukan pekerjaan. Tamat Sekolah Menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang sekolah di sekolah negeri maupun swasta dengan mendapat tanda tamat ijazah. Tidak/Belum Pernah Sekolah Tidak atau belum pernah bersekolah disekolah formal, misalnya tamat/belum tamat Taman Kanak-Kanak tetapi tidak melanjutkan sekolah. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai

87

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Maluku Utara sebesar 5,33 persen. Angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 29/05/32/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 Angkatan kerja pada Februari 2017 sebanyak 22,64 juta orang, naik sekitar 0,46 juta orang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. iii. Alfatah Sibua, S.Ag, M.Hum. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015

KATA PENGANTAR. iii. Alfatah Sibua, S.Ag, M.Hum. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas kehendaknya Publikasi tahunan Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 dapat diselesaikan dengan baik. Publikasi ini mencakup informasi

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 merupakan publikasi yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan Indeks Demokrasi Indonesia

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67 RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS 2015 Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, meningkatnya derajat kesehatan penduduk di suatu wilayah, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 No. 06/05/53/Th. XVI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,59% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Februari 2016 mencapai 3,59

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA TANGERANG SELATAN 2 0 1 4 ISSN : 2089-4619 Katalog BPS : 4102004.3674 Ukuran Buku : 25 cm x 17,6 cm Jumlah Halaman : x + 76 Halaman / pages Naskah: Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG KatalogBPS:4102004.18 Kerjasama BadanPerencanaanPembangunanDaerahLampung dan BadanPusatStatitistikProvinsiLampung BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI LAMPUNG 2012

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 1,97% Angkatan kerja NTT pada Februari 2014 mencapai 2.383.116 orang, bertambah

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK No. 74/11/35/Th.XV, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Keadaan Ketenagakerjaan Jawa Timur Agustus 2017 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Timur sebesar

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. xxx/05/21/th. V, 10 Mei 2010 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2010 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI TERENDAH DALAM EMPAT TAHUN

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G / Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612

Lebih terperinci

No. 03/05/81/Th.XVIII, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU 2017 Jumlah Angkatan Kerja di Provinsi Maluku pada Februari 2017 mencapai 769.108 orang, bertambah sebanyak 35.771 orang dibanding angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016 No. 06/11/53/Th. XIX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,25 % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2016 mencapai

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 31/05/32/Th. XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,40 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *)

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *) BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.32/05/64/Th.XVIII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *) Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada 2015 mencapai 1,65 juta orang yang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015 No. 60/11/14/Th. XVI, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,83 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2015 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015 No. 06/11/53/Th. XV, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,83 % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2015 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 66/11/16/Th. XVIII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN Jumlah angkatan kerja di

Lebih terperinci

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 Nomor ISBN : 979-599-884-6 Nomor Publikasi : 52085.11.08 Ukuran Buku : 18.2 x 25.7cm Jumlah Halaman : 50 Halaman Naskah : Dinas Komunikais

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 25/05/32/Th. XVI, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,66 PERSEN Tingkat partisipasi angkatan kerja

Lebih terperinci

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 merupakan publikasi perdana yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan indikator keuangan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. 31/05/21/Th. VI, 5 Mei 2011 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2011 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI SEBESAR 7,04 PERSEN Jumlah

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 67/11/34/Th.XVII, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN Hasil Survei Angkatan Kerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 No. 33/05/35/Th.XIV, 4 Mei 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,14 PERSEN Penduduk usia 15 tahun ke atas di Jawa Timur

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,12% Angkatan kerja NTT pada Februari 2015 mencapai 2.405.644 orang, bertambah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016 No. 056/11/14/Th. XVII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,43 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2016

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2011 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2011 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 91522.1205 Katalog BPS/BPS Catalogue : 4102004.9100 Ukuran

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 28/05/32/Th. XVIII,4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,57 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No. 33/05/35/Th.XV, 5 Mei 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,10 PERSEN Penduduk usia 15 tahun ke atas di Jawa Timur

Lebih terperinci

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN PROVINSI MALUKU UTARA FEBRUARI 2016 ISBN : No. Publikasi : 82520.1609 Katalog BPS : 2302003.82 Ukuran Buku : B5 (17,6 x 25 cm) Jumlah Halaman : 27 Naskah : Bidang Statistik Sosial

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN 2012 Ukuran buku : 21 cm x 29,7 cm Jumlah halaman : 60 + ix halaman Naskah : Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser Penyunting : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017 AGUSTUS 2017 TINGKAT PENGANGGUR- AN TERBUKA SEBESAR 4,33 PERSEN Penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 berkurang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015 No.08/11/62/Th.IX, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH AGUSTUS 2015 Agustus 2015 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 4,54 persen angkatan kerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015 No.08/05/62/Th.IX, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015 Februari 2015 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 3,14 persen Jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS 2016 No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei 2014 No. 65/11/82/Th XV, 07 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS Jumlah angkatan kerja di Maluku Utara pada mencapai 524,5 ribu orang bertambah 10,9 ribu orang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 28/05/16/Th. XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 3,80 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2017 No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei 2014 30/05/82/Th XVI, 05 Mei KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI Jumlah angkatan kerja di Maluku Utara pada mencapai 557,1 ribu orang bertambah 32,6 ribu orang dibanding

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 67/11/32/Th. XVII, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015 Agustus 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,72 PERSEN Jawa Barat mengalami penurunan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015 No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei No. 67/11/82/Th XIV, 05 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS : Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas (penduduk usia kerja) mencapai 773,18 ribu orang. Naik

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 No. 64/11/32/Th. XIX, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Agustus 2017 : Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.37/05/64/Th.XIX, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2016 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada Februari 2016 mencapai 1.650.377 orang,

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. 220/12/21/Th. V, 1 Desember 20 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN AGUSTUS 20 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI SEMAKIN TURUN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 64/11/32/Th.XVIII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,89 PERSEN Provinsi Jawa Barat mengalami kenaikan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN WANITA 2014 ISSN : No. Publikasi : 5314.1420 Katalog BPS : 2104003.5314 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah Halaman : xiv + 31 halaman Naskah : BPS Kabupaten Rote Ndao Penyunting :

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Katalog BPS : 4103.3375 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Kerjasama BAPPEDA KOTA PEKALONGAN Dengan BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2017 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,84 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2017 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,84 PERSEN q BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No.29/05/34/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2017 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,84 PERSEN Pada Februari 2017, Penduduk

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi DKI Jakarta No. 55/11/31/Th. XIX, 6 November 2017 PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Tingkat P Terbuka (TPT) sebesar 7,14

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2015*)

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2015*) BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.33/05/64/Th.XVIII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2015*) Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Utara pada 2015 mencapai 287 ribu orang yang

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 40/05/21/Th. XI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 9,03 PERSEN

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK No. 53/11/14/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Badan Pusat Statistik Provinsi Riau Keadaan Ketenagakerjaan Provinsi Riau Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2016 No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei 2014 No. 27/05/82/Th XV, 04 Mei KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI : Jumlah angkatan kerja di Maluku Utara pada mencapai 530,7 ribu orang, bertambah 11,7 ribu orang

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Yogyakarta Agustus 2017 No. 65/11/34/Thn.XIX, 6 Nopember 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI D.I YOGYAKARTA Keadaan Ketenagakerjaan Yogyakarta Agustus 2017

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016 No. 29 /05/17/Th X, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,84

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2013 merupakan publikasi kedua yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan indikator keuangan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 No.66/11/72/Th. XIX, 07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,29 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tengah pada Agustus 2016 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2013 No. 26/05/14/Th. XIV, 6 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2013 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Riau pada Februari 2013 sebesar 4,13 persen Jumlah angkatan kerja di Riau pada Februari 2013

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2010 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2010 ISSN : 2089-1652 No. Publikasi/Publication Number : 91522.1105 Katalog BPS/BPS Catalogue : 4102004.9100

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 No. 62/11/13/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016 No. 29 /05/17/Th X, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,84 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bengkulu pada Februari

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR *) FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR *) FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.22/05/64/Th.XVII, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR *) FEBRUARI 2014 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada 2014 mencapai 1.923.968 orang, bertambah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2012 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No.51/11/31/Th. XIV, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS Jumlah angkatan kerja di Provinsi DKI Jakarta pada mencapai 5,37 juta orang, bertambah 224,74 ribu

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015 No.67//72/Th. XVIII, 05 November 205 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 205 AGUSTUS 205: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,0 PERSEN Angkatan kerja di Sulawesi Tengah Agustus 205 mencapai.384.235 orang,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2012 No.63/11/72/Th. XV, 5 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2012 AGUSTUS 2012: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,93 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tengah Agustus 2012 mencapai 1.213.063

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.43/05/64/Th.XX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2017 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada Februari 2017 mencapai 1.678.913 orang,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 29/05/12/Th. XIX, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA UTARA FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,49 PERSEN angkatan kerja di Sumatera

Lebih terperinci

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 Nomor Publikasi: 16522.11.04 Katalog BPS: 3101017.16 Naskah: Seksi Statistik

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No.26/05/72/Th. XX, 05 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,97 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tengah pada Februari 2017 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2014 No. 06/11/53/Th. XV, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2014 AGUSTUS 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,26% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2014 mencapai 3,26

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN AGUSTUS 2016 No. 66/11/36/Th.X, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN AGUSTUS 2016 Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2016 mencapai 5,6 juta orang, naik sekitar 253 ribu orang jika dibandingkan dengan keadaan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Timur Agustus 2017 No.92/11/64/Th.XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur Keadaan Ketenagakerjaan Kalimantan Timur

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT AGUSTUS 2014 No. 54/11/91/Th. XIV, 5 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT AGUSTUS 2014 Jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua Barat pada Agustus 2014 mencapai 398.424 orang, mengalami peningkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2017 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.44/05/64/Th.XX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2017 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Utara pada Februari 2017 mencapai 324.586 orang, bertambah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.37/05/33/Th.IX, 05 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH FEBRUARI2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,31 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Jawa Tengah Februari 2015 yang sebesar 18,29 juta

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI LAMPUNG No. 06/05/18/Th.VII, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,05 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 29/05/61/Th. XIX, 04 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,58 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Kalimantan

Lebih terperinci

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011 Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011 Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai No. Katalog BPS :12182.12.008 Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2011 Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdang Bedagai 1 Kabupaten Serdang Bedagai 2011 Nomor Publikasi : 12182.12.008 Katalog BPS : 4102004.1218

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 28/05/34/Th.XVIII, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI D.I. YOGYAKARTA PADA FEBRUARI 2016 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN Jumlah penduduk yang bekerja

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Februari 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Februari 2017 No.08/05/62/Th. XI, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Februari 2017 Februari 2017 : Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Kalimantan Tengah Sebesar 3,13 persen angkatan kerja

Lebih terperinci

https://rotendaokab.bps.go.id

https://rotendaokab.bps.go.id KATA PENGANTAR Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 disusun guna memenuhi kebutuhan pengguna data statistik khususnya data statistik sosial. Oleh karena itu BPS Kabupaten

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 No. 103/11/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 A. KEADAAN KETENAGAKERJAAN Agustus 2017: Tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 65/11/61/Th. XIX, 07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,23 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Kalimantan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2015 No. 31 /05/17/Th IX, 5 Mei 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,21 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bengkulu pada Februari 2015 mencapai

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 No. 63/11/Th. XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Provinsi Sulawesi Tenggara Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 Agustus

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 84 meter diatas permukaan laut. Lokasi Kabupaten Kubu Raya terletak pada posisi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 42/05/21/Th. X, 4 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 9,05 PERSEN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Banten Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Banten Agustus 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN Keadaan Ketenagakerjaan Banten Agustus 2017 Tingkat Pengangguran Banten Agustus 2017 sebesar 9,28 persen Jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 sebesar 5,08

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No.29 /05/17/XI, 5 Mei 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bengkulu pada Februari 2017 sebanyak

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PENANGGULANGAN KEMISKINAN I N A N T A INOVASI KETAHANAN KOMUNITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN KABUPATEN TANA TORAJA Penanggulangan Kemiskinan APA ITU adalah kebijakan dan program pemerintah pusat serta pemerintah daerah yang dilakukan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH No.79 /11/33/Th.X, 07 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TENGAH AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,63 PERSEN Angkatan kerja di Jawa Tengah Agustus 2016 sebanyak 17,31 juta orang,

Lebih terperinci