KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010"

Transkripsi

1 ISSN KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010 KERJASAMA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK

2 KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010 ISSN : Ukuran Buku: 17 Cm x 24 Cm Naskah: Badan Pusat Statistik (BPS) Gambar Kulit: Badan Pusat Statistik (BPS) Diterbitkan oleh: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP dan PA) Dicetak oleh: CV. Asprindo Pelangi Nusa Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia, iii

3 SAMBUTAN Perkembangan yang terjadi selama beberapa dasawarsa ini, ditandai dengan semakin pentingnya informasi dan pengelolaan data di dalam banyak aspek kehidupan manusia. Tuntutan publik terhadap peningkatan kinerja pemerintah juga semakin tinggi, sehingga pada akhirnya pengelolaan data dan informasi yang baik menjadi suatu keharusan bagi pemerintah. Para pengambil keputusan atau perencana memerlukan data dan informasi dalam menyusun perencanaan untuk pencapaian tujuan organisasi. Minimnya data baik secara kuantitas maupun kualitas, tidak akan menghasilkan analisa yang mendalam tentang suatu masalah dan tidak akan cukup kuat bila dijadikan sebagai bahan pengambilan keputusan atau perencanaan. Dalam upaya penyediaan informasi gender dan anak, maka disusunlah publikasi ini, yang merupakan hasil kerjasama antara KPP dan PA dengan BPS. Melalui publikasi ini dapat diketahui kondisi perempuan dan anak di berbagai bidang pembangunan. Publikasi ini sangat bermanfaat sebagai bahan perencanaan dan penyusunan kebijakan, program dan kegiatan yang responsif gender dan peduli anak. Dengan tersusunnya publikasi ini, disampaikan apresiasi dan penghargaan kepada tim penyusun atas upaya dan kerjasamanya. Diharapkan publikasi ini dapat diterbitkan secara rutin untuk mengetahui perkembangan atau perubahan yang terjadi pada perempuan dan anak di Indonesia. Jakarta, 3 Desember 2010 Menteri Negara PP dan PA Republik Indonesia Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia, 2010 iv

4 KATA PENGANTAR Publikasi Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia, 2010 menyajikan informasi tentang berbagai indikator sosial di Indonesia tahun 2010 yang telah terpilah antara perempuan dan laki-laki. Sebagian besar data yang digunakan dalam publikasi ini adalah bersumber dari sensus atau survei yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, yaitu antara lain hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2009, hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2009, dan dari Proyeksi Penduduk hasil Sensus Penduduk tahun Upaya penyediaan informasi ini merupakan kerja sama antara Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Data yang disajikan mencakup beberapa aspek kehidupan perempuan dan anak di Indonesia pada tahun 2009, diharapkan dapat digunakan sebagai dasar evaluasi keberhasilan pelaksanaan pembangunan sumber daya manusia yang dibedakan antara perempuan dan laki-laki, utamanya yang berkaitan dengan masalah kependudukan, kerumah tanggaan, pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, sektor publik, perumahan dan lingkungan, serta anak terlantar dan anak cacat. Penghargaan yang tinggi disampaikan kepada tim yang telah menyelesaikan publikasi ini dan diharapkan tanggapan, kritik, dan saran dari semua pihak untuk lebih mendayagunakan publikasi ini. Jakarta, 3 Desember 2010 KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK REPUBLIK INDONESIA Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia, v

5 Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia, 2010 vi

6 ORGANISASI PENULISAN Penanggung Jawab: S Happy Hardjo, M Ec Ir. Lies Rosdianty, M.Si Editor: Gantjang Amannullah, MA Ir. FB. Didiek Santosa Ida Eridawaty H, S.Si Nona Iriana, S.Si, M.Si Penulis: Nona Iriana, S.Si, M.Si Ida Eridawaty H, S.Si Yaya Setiadi, SST, MM Gaib Hakiki, SE Tini Suhartini, S.Si Koriatun, M.Stat Pengolah Data: Ahmad Azhari, S.Si Dhani Arief Hartanto, SST Setting: Maria Ulfa, SST Gaib Hakiki, SE Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia, vii

7 Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia, 2010 viii

8 Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia, ix

9 DAFTAR ISI SAMBUTAN KATA PENGANTAR ORGANISASI PENULISAN DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL iv v vii ix xi xv BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Sistematika Penyajian 3 BAB II. KEPENDUDUKAN Penduduk Indonesia Penduduk Golongan Muda (0-17 Tahun) Penduduk Golongan Dewasa Penduduk Pra Lansia (45-59 Tahun) Penduduk Lansia (60+ Tahun) Penduduk Produktif Rasio Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah 14 BAB III. RUMAH TANGGA Kepala Rumah Tangga Anggota Rumah Tangga Status Perkawinan Status Pekerjaan 24 BAB IV. PENDIDIKAN Angka Melek Huruf Penduduk yang Tidak/Belum Pernah Sekolah Angka Partisipasi Sekolah (APS) Angka Partisipasi Murni (APM) Angka Partisipasi Kasar (APK) Putus Sekolah Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia, 2010 x

10 4.8 Pendidikan bagi Anak-Anak Usia 0-6 Tahun (PAUD) Akte Kelahiran 46 BAB V. KESEHATAN Derajat Kesehatan Penduduk Fertilitas (Tingkat Kelahiran) Pemberian ASI dan Imunisasi Status Kesehatan Penduduk Pelayanan Kesehatan 62 BAB VI. KETENAGAKERJAAN Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Pengangguran Penduduk yang Bekerja Lapangan Pekerjaan Status Pekerjaan Tingkat Pendidikan Penduduk yang Bekerja Pekerja Anak 75 BAB VII. SEKTOR PUBLIK Politik dan Legislatif Eksekutif Yudikatif Pegawai Negeri Sipil (PNS) 83 BAB VIII. PERUMAHAN DAN LINGKUNGAN Kualitas Rumah Tinggal Kelengkapan Fasilitas Pokok Rumah Akses pada Informasi 91 BAB IX. ANAK PENYANDANG CACAT DAN ANAK TELANTAR Anak Penyandang Cacat Anak Telantar 99 LAMPIRAN TABEL 109 Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia, xi

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Piramida Penduduk Indonesia, 2009 (Perkotaan) 9 Gambar 2.2 Piramida Penduduk Indonesia, 2009 (Perdesaan) 10 Gambar 2.3 Piramida Penduduk Indonesia, 2009 (Perkotaan + Perdesaan) 10 Gambar 2.4 Persentase Luas Wilayah dan Penduduk menurut Pulau/ 15 Kepulauan, 2009 Gambar 3.1 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Kelamin Kepala 18 Rumah Tangga dan Daerah Tempat Tinggal, 2009 Gambar 3.2 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Kelamin 20 Kepala Rumah Tangga dan Rata-Rata Jumlah, Anggota RumahTangga 2009 Gambar 3.3 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Kelamin Kepala 22 Rumah Tangga dan Status Perkawinan, 2009 Gambar 3.4 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Kelamin Kepala 25 Rumah Tangga yang Bekerja dan Daerah Tempat Tinggal, 2009 Gambar 3.5 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Kelamin Kepala 26 Rumah Tangga yang Bekerja dan Status Pekerjaan, 2009 Gambar 4.1 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas dan Tahun ke Atas yang Melek Huruf menurut Jenis Kelamin, 2009 Gambar 4.2 Persentase Penduduk Berumur 7-17 Tahun yang Melek Huruf 33 menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2009 Gambar 4.3 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun Ke Atas yang 35 Belum/Tidak Pernah Sekolah menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2009 Gambar 4.4 Angka Partisipasi Sekolah (APS) 7-12 Tahun, Tahun 37 dan Tahun menurut Jenis Kelamin, 2009 Gambar 4.5 Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A, SMP/MTs/ 38 Paket B dan SM/MA/Paket C menurut Jenis Kelamin, Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia, 2010 xii

12 Gambar 4.6 Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI/Paket A, SMP/MTs/ 40 Paket B dan SM/MA/Paket C menurut Jenis Kelamin, 2009 Gambar 5.1 Angka Kematian Bayi dan Angka Harapan Hidup menurut 50 Jenis Kelamin, 2009 Gambar 5.2 Rata-rata Anak Lahir Hidup menurut Daerah Tempat Tinggal 53 dan Kelompok Umur, 2009 Gambar 5.3 Persentase Balita Berumur 2-4 Tahun yang Pernah Diberi ASI 54 menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2009 Gambar 5.4 Rata-rata Lama Pemberian ASI tanpa Makanan Tambahan 56 dan ASI dengan Makanan Tambahan menurut Daerah Tempat Tinggal, 2009 Gambar 5.5 Persentase Balita yang Pernah Diimunisasi menurut 57 Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2009 Gambar 5.6 Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan 60 dan Mengobati Sendiri menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, 2009 Gambar 5.7 Persentase Penduduk yang Mengobati Sendiri menurut 61 Jenis Kelamin dan Jenis Obat yang Digunakan, 2009 Gambar 6.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Penduduk 66 Berumur 15+ menurut Jenis Kelamin, 2009 Gambar 6.2 TPT Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas menurut 69 Jenis Kelamin dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009 Gambar 6.3 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja 72 Seminggu yang Lalu menurut Jenis Kelamin dan Lapangan Pekerjaan Utama, 2009 Gambar 6.4 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja 73 Seminggu yang Lalu menurut Status Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, 2009 Gambar 6.5 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja 75 Selama Seminggu yang Lalu menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009 Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia, xiii

13 Gambar 7.1 Persentase Anggota MPR, DPR, dan DPD menurut 80 Jenis Kelamin, 2009 Gambar 7.2 Banyaknya Menteri pada Kementerian di Kabinet Indonesia 81 Bersatu Jilid II menurut Jenis Kelamin, Gambar 7.3 Banyaknya Pimpinan pada Mahkamah Agung menurut 82 Jenis Kelamin, 2009 Gambar 7.4 Banyaknya Pimpinan KPK menurut Jenis Kelamin, Gambar 7.5 Banyaknya Pimpinan Mahkamah Konstitusi menurut 82 Jenis Kelamin, 2009 Gambar 7.6 Banyaknya Pimpinan Komisi Yudisial menurut 83 Jenis Kelamin, 2009 Gambar 7.7 Jumlah PNS yang Menduduki Jabatan Eselon menurut Jenis Kelamin, 2010 Gambar 8.1 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Kelamin 88 Kepala Rumah Tangga dan Beberapa Indikator Kualitas Perumahan,2009 Gambar 8.2 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Kelamin Kepala 91 Rumah Tangga dan Beberapa Fasilitas Perumahan, 2009 Gambar 8.3 Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Fasilitas 92 Teknologi Informasi menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Jenis Fasilitas, 2009 Gambar 8.4 Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Fasilitas 93 Internet menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Lokasi/Media Akses Internet, 2009 Gambar 9.1 Persentase Penyandang Cacat Berumur 5 Tahun ke Atas 99 menurut Partisipasi Sekolah dan Kelompok Umur, 2009 Gambar 9.2 Persentase Anak Berumur 5-17 Tahun menurut 103 Kategori Ketelantaran, 2009 Gambar 9.3 Persentase Anak Telantar Berumur Tahun menurut 105 Kegiatan Seminggu yang Lalu, Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia, 2010 xiv

14 Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia, xv

15 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Distribusi Persentase Penduduk menurut Kelompok Umur, 11 Daerah Tempat Tinggal, dan Jenis Kelamin, 2009 Tabel 2.2 Persentase Penduduk menurut Kelompok Umur Sekolah, 16 Daerah Tempat Tinggal, dan Jenis Kelamin, 2009 Tabel 3.1 Persentase Rumah Tangga menurut Daerah Tempat Tinggal, 23 Kelompok Umur, Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Status Perkawinan, 2009 Tabel 4.1 Angka Putus Sekolah Tingkat SD, SMP dan SM menurut Daerah 42 Tempat Tinggal, Jenis Kelamin, dan Kelompok Umur, 2009 Tabel 4.2 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas menurut 44 Daerah Tempat Tinggal, Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2009 Tabel 4.3 Persentase Anak Berumur 0-6 Tahun yang Mengikuti Pendidikan 45 Pra Sekolah menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, 2009 Tabel 4.4 Persentase Anak Berumur 0-6 Tahun menurut Daerah Tempat 47 Tinggal, Jenis Kelamin, dan Apakah Mempunyai Akte Kelahiran, 2009 Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Perempuan dan Anak Lahir Hidup menurut 52 Kelompok Umur dan Daerah Tempat Tinggal, 2009 Tabel 5.2 Persentase Balita Bulan yang Pernah Mendapat ASI Saja 55 6 Bulan atau Lebih menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, 2009 Tabel 5.3 Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan 58 Terganggu Aktivitasnya Sehari-hari menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, 2009 Tabel 5.4 Persentase Anak Berumur 17 Tahun ke Bawah yang Mempunyai 59 Keluhan Kesehatan dan Terganggu Aktifitas Sehari-hari menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia, 2010 xvi

16 Tabel 5.5 Persentase Penduduk yang Berobat Jalan di Fasilitas Kesehatan 62 menurut Daerah Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, 2009 Tabel 5.6 Persentase Balita menurut Penolong Kelahiran Terakhir, Daerah 63 Tempat Tinggal dan Jenis Kelamin, 2009 Tabel 6.1 Tingkat Pengangguran Terbuka Penduduk Berumur 15 Tahun 68 Ke Atas menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2009 Tabel 6.2 Persentase Penduduk Berumur 15+ menurut Jenis Kegiatan 71 Seminggu yang Lalu dan Jenis Kelamin, 2009 Tabel 6.3 Persentase Penduduk Berumur Tahun yang Bekerja 77 Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2009 Tabel 9.1 Perkiraan Jumlah (ribuan) dan Persentase Penyandang 97 Cacat menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal, 2009 Tabel 9.2 Perkiraan Jumlah (ribuan) dan Persentase Penyandang 98 Cacat menurut Kelompok Umur dan Daerah Tempat Tinggal, 2009 Tabel 9.3 Variabel-variabel untuk Menentukan Derajat Ketelantaran 101 Tabel 9.4 Perkiraan Jumlah dalam (ribuan) dan Persentase Anak 101 menurut Daerah Tempat Tinggal, Jenis Kelamin dan Kategori Ketelantaran, 2009 Tabel 9.5 Persentase Anak Berumur 7-17 Tahun menurut Kategori 104 Ketelantaran,Daerah Tempat Tinggal dan Partisipasi Sekolah, 2009 Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia, xvii

17 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya harus memberikan keadilan dan kemakmuran kepada semua masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan, kepada yang kaya maupun yang miskin. Namun disadari bahwa keterlibatan perempuan dalam proses pembangunan, sebagian masih belum maksimal, sebagai contoh dari 30 orang menteri yang memimpin kementerian pada periode , sebanyak 26 orang adalah lakilaki dan hanya 4 orang perempuan. Kemudian dari setiap 100 orang kepala desa, sebanyak 96 orang adalah laki-laki dan hanya 4 orang perempuan (Statistik Podes, 2008). Padahal dari sebanyak 231,4 juta penduduk Indonesia pada tahun 2009, sekitar 50 persennya adalah perempuan atau sex ratio-nya 100,2 (Statistik Indonesia, 2009). Gambaran di atas mengindikasikan masih adanya pembedaan peran antara laki-laki dan perempuan. Pembedaan peran, status tanggung jawab, dan pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan seperti ini sering menciptakan ketidakadilan, misalnya rata-rata upah pekerja perempuan di sektor industri pengolahan dengan pendidikan lulusan universitas hanya 2,56 juta rupiah, jauh lebih rendah dibandingkan laki-laki, 3,99 juta rupiah (BPS, Sakernas Februari 2009). Sehingga hal ini dapat dikatakan terdapat ketidakadilan gender. Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia,

18 Istilah Gender digunakan untuk menjelaskan perbedaan peran perempuan dan laki-laki yang bersifat bawaan sebagai ciptaan Tuhan. Gender adalah pembedaan peran, kedudukan, tanggung jawab, dan pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan sifat perempuan dan laki-laki yang dianggap pantas menurut norma, adat istiadat, kepercayaan atau kebiasaan masyarakat. Contoh laki-laki lebih pantas menjadi pemimpin masyarakat, sementara perempuan lebih pas melakukan pekerjaan rumah tangga. Namun Gender tidak sama dengan kodrat. Kodrat adalah sesuatu yang ditetapkan oleh Tuhan YME, sehingga manusia tidak mampu untuk merubah atau menolak. Sementara itu, kodrat bersifat universal, misalnya melahirkan, menstruasi dan menyusui adalah kodrat bagi perempuan, sementara mempunyai sperma adalah kodrat bagi laki-laki. Ketidakadilan gender merupakan kondisi tidak adil akibat dari sistem dan struktur sosial, sehingga perempuan maupun laki-laki menjadi korban dari pada sistem tersebut. Laki-laki dan perempuan berbeda hanya karena kodrat antara laki-laki dan perempuan berbeda. Keadilan gender akan dapat terjadi jika tercipta suatu kondisi di mana porsi dan siklus sosial perempuan dan laki-laki setara, serasi, seimbang dan harmonis. Pengarus Utamaan Gender (PUG) adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional. PUG ditujukan untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender yang merupakan upaya untuk menegakkan hak-hak perempuan dan laki-laki atas kesempatan yang sama, pengakuan yang sama dan penghargaan yang sama di masyarakat. Karenanya perlu dibentuk mekanisme untuk formulasi kebijakan dan program yang responsif gender, yaitu program yang dilakukan untuk mengakomodir Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia, 2010

19 kebutuhan laki-laki dan perempuan dengan ketersediaan DATA TERPILAH sehingga intervensi yang dilakukan dapat tepat sasaran. 1.2 Tujuan Menyimak latar belakang penyusunan publikasi ini, maka tujuan disusunnya publikasi ini adalah untuk menyajikan data terpilah yang dapat menginformasikan lebih jelas kondisi perempuan dibanding laki-laki yang terkait dengan masalah kependudukan, masalah kerumahtanggaan, pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, sektor publik, serta perumahan dan lingkungan. Data tentang anak yang berkaitan dengan hak anak seperti pendidikan, kesehatan dan dilengkapi dengan anak terlantar dan penyandang cacat. 1.3 Sistematika Penyajian Secara sistematis publikasi ini disajikan dalam sembilan bab, pada masingmasing bab menerangkan bahasan yang berbeda. Bab pertama disajikan pendahuluan, yang berisi latar belakang penyusunan publikasi, maksud dan tujuan, serta sistematika penyajiannya. Delapan bab berikutnya secara berturut-turut menyajikan gambaran mengenai kondisi perempuan dibandingkan laki-laki, dan anakanak umur 0-17 tahun di Indonesia, pada beberapa bab dapat disajikan sampai dengan level provinsi. Bab kedua menerangkan hal-hal yang berkaitan dengan masalah kependudukan, yang terdiri dari potret kependudukan Indonesia hasil proyeksi penduduk berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2000, yang dirinci menurut provinsi dan jenis kelamin. Pada bab ini juga diterangkan struktur umur penduduk menurut jenis Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia,

20 kelamin yang disajikan dalam bentuk piramida penduduk dan dibedakan menurut daerah perkotaan maupun pedesaan. Dalam bab ini juga diterangkan secara khusus penduduk golongan muda, yaitu umur 0-17 tahun yang juga dibedakan menurut kelompok umur, diantaranya umur 0-4 tahun, 5-6 tahun, 7-12 tahun, tahun, dan tahun, serta menurut jenis kelamin dan daerah tempat tinggal. Pada bab ini, bahasan khusus untuk penduduk golongan dewasa juga disajikan menurut kelompok umur lima tahunan dan jenis kelamin. Penyajian lainnya adalah penduduk laki-laki maupun perempuan yang dibedakan menurut kelompok umur produktif (15-64 tahun), kelompok umur anak-anak (0-14 tahun), dan kelompok umur lansia (65 tahun atau lebih). Secara umum juga dijelaskan bahwa Pulau Jawa, yang luas wilayahnya terdiri dari 6,8 persen atas keseluruhan luas wilayah Indonesia, namun ternyata mempunyai jumlah penduduk sebanyak 57,7 persen dari keseluruhan jumlah penduduk Indonesia. Bab ketiga membahas karakteristik kepala rumah tangga berdasarkan jenis kelamin perempuan dan laki-laki. Berdasarkan hasil Susenas 2009, secara nasional persentase kepala rumah tangga perempuan ada sebanyak 14,17 persen. Pada umumnya jumlah anggota rumah tangga dengan kepala rumah tangga laki-laki lebih banyak daripada kepala rumah tangga perempuan dengan perbandingan 4 berbanding 3. Dilihat dari status perkawinan kepala rumah tangga, sebagian besar kepala rumah tangga perempuan berstatus cerai, baik cerai hidup (14,08 persen) ataupun cerai mati (69,70 persen). Sedangkan kepala rumah tangga laki-laki sebagian besar berstatus kawin (94,64 persen). Ada sebanyak 60,54 persen kepala rumah tangga perempuan yang bekerja, lebih rendah dari persentase kepala rumah tangga laki-laki yang bekerja (lebih dari 90 persen) Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia, 2010

21 Pada bab keempat diterangkan masalah pendidikan penduduk Indonesia, yang meliputi angka melek huruf penduduk laki-laki dibandingkan penduduk perempuan, untuk kelompok umur 10 tahun ke atas maupun 15 tahun ke atas. Selanjutnya diterangkan tentang penduduk umur 10 tahun ke atas yang tidak atau pernah bersekolah, dimana untuk laki-laki hanya 3,84 persen sementara untuk perempuan mencapai 9,41 persen. Bahasan berikutnya adalah menerangkan tentang angka partisipasi sekolah untuk umur 7-12 tahun, tahun, dan tahun. Untuk kelompok umur 7-12 tahun dan tahun menunjukkan partisipasi sekolah perempuan yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki, sementara untuk kelompok umur tahun menunjukkan hal yang sebaliknya. Pada bab ini juga dibahas angka partisipasi murni dan angka partisipasi kasar, serta angka putus sekolah, di mana diterangkan bahwa angka putus sekolah menunjukkan angka yang makin tinggi sejalan dengan tingginya jenjang pendidikan. Salah satu hal penting ditunjukkan pada bahasan pada bab ini adalah bahwa angka putus sekolah penduduk umur tahun adalah lebih tinggi laki-laki dibandingkan perempuan, sedangkan untuk mereka yang tinggal di daerah pedesaan menunjukkan angka yang lebih tinggi dibandingkan di daerah perkotaan. Selain itu, ditunjukkan pula pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk umur 15 tahun ke atas dan pendidikan usia dini untuk anak umur 0-6 tahun. Bab kelima membahas masalah kesehatan penduduk Indonesia, meliputi angka kematian bayi, angka harapan hidup, tingkat kelahiran, pemberian ASI dan imunisasi, serta status kesehatan penduduk yang diukur dengan ada tidaknya keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu meliputi beberapa jenis penyakit, seperti panas, batuk, pilek, asma/napas sesak, diare, sakit kepala, sakit gigi, dan keluhan kesehatan lainnya. Bahasan juga meliputi tingkat kesakitan, yaitu bagi mereka yang mengalami keluhan kesehatan dan terganggu kegiatan sehari-harinya, yang secara umum diterangkan bahwa persentase penduduk yang sakit lebih banyak laki-laki Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia,

22 dibandingkan perempuan. Bahasan pada bab ini diakhiri dengan menerangkan tentang persentase balita menurut penolong kelahiran terakhir, di mana untuk daerah pedesaan masih cukup marak kejadian balita yang kelahirannya ditolong oleh dukun, yaitu mencapai lebih dari 31 persen. Bab keenam membahas masalah ketenagakerjaan, di mana sumber data utamanya adalah dari hasil Survei Angkatan Kerja Nasional. Pada bab ini diterangkan tentang tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), di mana secara umum TPAK laki-laki (83,65 persen) jauh lebih tinggi dibandingkan TPAK perempuan (hanya 50,99 persen), hal ini karena adanya peran ganda perempuan, selain bekerja juga harus mengasuh dan membesarkan anak-anak. Bahasan dilanjutkan dengan menerangkan tentang penduduk umur 15 tahun ke atas yang bekerja, lapangan pekerjaan serta status pekerjaannya. Selain itu, diterangkan pula tentang tingkat pendidikan penduduk umur 15 tahun ke atas yang bekerja dan juga tentang tingkat pengangguran. Pada bab ketujuh dibahas tentang sektor publik, yaitu menerangkan peranan perempuan dibandingkan laki-laki berkaitan dengan masalah politik, legislatif, dan eksekutif, serta yudikatif. Juga diterangkan tentang keterlibatan mereka sebagai pegawai negeri sipil. Pada bab delapan diterangkan tentang perumahan dan lingkungan, yang meliputi kualitas rumah tinggal dan kelengkapan fasilitas pokok rumah yang ditempati oleh rumah tangga yang dikepalai oleh laki-laki maupun rumah tangga yang dikepalai oleh perempuan. Pada bab terakhir diuraikan tentang anak penyandang cacat dan anak telantar, yang meliputi jumlah penyandang cacat menurut kelompok umur dan partisipasi sekolah juga jumlah anak telantar menurut kelompok umur dan partisipasi sekolah Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia, 2010

23 KEPENDUDUKAN Dalam setiap pelaksanaan kegiatan pembangunan, penduduk merupakan faktor penentu, karena tidak hanya berperan sebagai perilaku tetapi juga sebagai sasaran pembangunan. Oleh karena itu, pengelolaan penduduk perlu diarahkan pada pengendalian kuantitas, peningkatan kualitas, serta pengarahan mobilitas sehingga mempunyai ciri-ciri dan karakteristik yang menunjang kegiatan pembangunan. Permasalahan kependudukan seperti jumlah, komposisi, dan distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin harus selalu dipantau perkembangannya. Informasi yang dipilah berdasarkan jenis kelamin dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai seberapa besar jumlah penduduk perempuan dan laki-laki. Di sisi lain, informasi mengenai jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dapat memberikan gambaran berapa jumlah penduduk yang termasuk dalam penduduk golongan muda atau golongan tua. Perkiraan jumlah penduduk Indonesia tahun 2009 yang digunakan sebagai dasar untuk penyusunan tabulasi hasil Susenas 2009 adalah sebesar 230,87 juta jiwa. Perkiraan jumlah penduduk ini dihitung berdasarkan Proyeksi Penduduk hasil Sensus Penduduk (SP) Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia,

24 2.1 Penduduk Indonesia Salah satu cara yang biasa digunakan untuk menggambarkan komposisi penduduk menurut jenis kelamin dan golongan umur adalah dengan piramida penduduk, Piramida penduduk menunjukkan dengan jelas distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, nampak pada Gambar bahwa penduduk Indonesia selain dipengaruhi oleh kelahiran dan kematian juga dipengaruhi oleh adanya migrasi masuk dan keluar. Secara umum penduduk perempuan lebih banyak dibanding laki-laki, hal yang sama terjadi baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Namun untuk kelompok umur 0-19 tahun dan kelompok umur tahun jumlah penduduk laki-laki sedikit lebih banyak dibandingkan dengan penduduk perempuan. Secara nasional sex ratio penduduk Indonesia adalah 98,15. Ini berarti bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 98 penduduk laki-laki. Bagi sebagian penduduk utamanya penduduk usia produktif, masih beranggapan bahwa daerah perkotaan jauh lebih menarik dibandingkan daerah perdesaan, terbukti dari Gambar 2.1 dan 2.2 yang memperlihatkan bahwa penduduk umur dan tahun lebih banyak berada di daerah perkotaan baik penduduk laki-laki (17,41 persen) maupun perempuan (17,71 persen) dibandingkan di daerah perdesaan yang hanya 14,56 persen penduduk laki-laki dan 15,22 persen penduduk perempuan. Hal ini sejalan dengan anggapan bahwa kesempatan kerja di daerah perkotaan jauh lebih banyak dibandingkan dengan kesempatan kerja di daerah perdesaan sehingga penduduk usia kerja lebih banyak berada di daerah perkotaan. Sementara itu komposisi penduduk Indonesia berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin, yang digambarkan dalam bentuk piramida penduduk menunjukkan bahwa frekuensi terbesar untuk penduduk laki-laki maupun perempuan berada pada Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia, 2010

25 Kelompok Umur kelompok umur 5-9 dan tahun (Gambar 2.3). Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat kelahiran pada periode 5 dan 10 tahun yang lalu cukup tinggi. Berdasarkan angka mutlaknya diperoleh angka ketergantungan (dependency ratio) penduduk Indonesia sebesar 52,92. Artinya, setiap 100 penduduk usia produktif (15-64 tahun) menanggung sekitar 53 orang penduduk usia tidak produktif (0-14 tahun dan 65 tahun ke atas). Semakin besar angka ketergantungan, maka semakin besar pula beban yang ditanggung oleh penduduk usia produktif, hal ini dapat menjadi hambatan dalam upaya perkembangan daerah. Gambar 2.1 Piramida Penduduk Indonesia, 2009 (Perkotaan) +75 1,34 1, ,28 1, ,80 2, Laki-laki 2,52 2,63 Perempuan ,93 3, ,31 5, ,09 6, ,90 7, ,80 7,89 8,22 8, ,01 8,40 9,06 9,49 9,81 9,38 9,12 8,59 8,76 8,71 9,15 8, Persentase/Percentage Sumber : BPS RI - Susenas, 2009 Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia,

26 Kelompok Umur Kelompok Umur Gambar 2.2 Piramida Penduduk Indonesia, 2009 (Perdesaan) +75 1,84 2, ,62 1, ,15 2, Laki-laki 2,93 3,15 Perempuan ,91 3, ,16 5, ,53 5,97 6,40 6, ,39 6,98 7,61 6,95 7,96 7,67 8,17 7, ,11 8, ,16 9, ,96 10, ,74 9, Persentase/Percentage Sumber : BPS RI - Susenas, 2009 Gambar 2.3 Piramida Penduduk Indonesia, 2009 (Perkotaan + Perdesaan) +75 1,60 2, ,46 1, ,98 2, Laki-laki 2,73 2,90 Perempuan ,92 3, ,23 5, ,71 6,03 6,39 7, ,59 7,42 8,28 7,65 8,08 7,95 8,63 7, ,09 8, ,35 10,40 9,32 9, ,56 8, Persentase/Percentage Sumber : BPS RI - Susenas, Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia,

27 2.2 Penduduk Golongan Muda (0-17 Tahun) Penduduk golongan usia muda, yaitu penduduk yang berumur 17 tahun ke bawah. Di Indonesia jumlahnya mencapai 34,53 persen atau sepertiga lebih dari total penduduk Indonesia. Jika dirinci menurut jenis kelamin, nampak bahwa penduduk usia muda laki-laki lebih banyak dibandingkan penduduk usia muda perempuan yaitu persen untuk laki-laki dan 33,09 persen untuk perempuan, atau sex ratio-nya adalah 106,85 yaitu dari setiap 100 penduduk usia muda perempuan terdapat 107 penduduk usia muda laki-laki. Tabel 2.1 Distribusi Persentase Penduduk menurut Kelompok Umur, Daerah Tempat Tinggal, dan Jenis Kelamin, 2009 Kelompok Perkotaan Perdesaan Perkotaan+Perdesaan umur (tahun) L P L+P L P L+P L P L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) Jumlah (0-17 tahun) 9,38 3,64 11,77 5,66 3,79 8,60 3,42 10,84 5,35 3,61 8,99 3,53 11,30 5,51 3,70 9,74 4,03 13,66 6,43 3,81 9,03 3,79 12,32 5,71 3,41 9,38 3,91 12,99 6,07 3,61 9,56 3,84 12,74 6,06 3,80 8,82 3,61 11,61 5,54 3,51 9,19 3,73 12,17 5,80 3,65 34,24 31,82 33,03 37,67 34,26 35,95 36,00 33,09 34, Jumlah (18+ tahun) 43,47 15,34 6,94 44,77 15,37 8,03 44,13 15,35 7,49 38,75 15,05 8,53 40,66 15,26 9,83 39,71 15,15 9,19 41,04 15,19 7,76 42,65 15,31 8,96 41,85 15,25 8,37 65,76 68,18 66,97 62,33 65,74 64,05 64,00 66,91 65,47 Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Jumlah Sumber : BPS RI - Susenas, 2009 Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia,

28 2.3 Penduduk Golongan Dewasa Penduduk golongan dewasa adalah penduduk yang berumur 18 tahun ke atas. Di Indonesia persentasenya mencapai 65,47 persen dari total seluruh penduduk Indonesia. Sedangkan jika dirinci menurut jenis kelamin penduduk dewasa perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki yaitu 66,91 persen berbanding 64,00 persen. Penduduk dewasa perempuan di perkotaan persentasenya mencapai 68,18 persen sedangkan laki-laki hanya 65,76 persen, sementara jumlah penduduk dewasa perempuan di perdesaan jumlahnya mencapai 65,74 persen sedangkan laki-laki hanya 62,33 persen Penduduk Pra Lansia (45-59 Tahun) Penduduk pra lansia adalah penduduk yang berumur tahun. Pada kelompok ini tidak ada perbedaan yang berarti antara laki-laki dan perempuan baik di daerah perkotaan maupun di perdesaan, semuanya berkisar di angka 15 persen Penduduk Lansia (60+ Tahun) Penduduk Lansia adalah penduduk yang berumur 60 tahun ke atas. Pada golongan umur ini jumlahnya tidak lagi sebanyak golongan umur di bawahnya. Hal menarik yang dapat dilihat dari penduduk golongan ini adalah bahwa semua penduduk lansia baik di perkotaan maupun di perdesaan, jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki. Penduduk perempuan di perkotaan ada sebanyak 8,03 persen sedangkan penduduk laki-laki hanya 6,94 persen, demikian pula dengan keadaan di perdesaan dimana penduduk perempuan ada sebanyak 9,83 persen dan laki-laki hanya 8,53 persen Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia,

29 2.3.3 Penduduk Produktif Komposisi penduduk yang dipilah menurut golongan usia produktif (15-64 tahun) dan tidak produktif (0-14 tahun dan 65 tahun ke atas), terlihat bahwa 29,06 persen penduduk Indonesia berusia muda (umur 0-14 tahun), 65,39 persen yang termasuk usia produktif (umur tahun), dan hanya 5,55 persen yang berumur 65 tahun lebih. Proporsi penduduk usia produktif tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta (71,47 persen) dan terendah di Nusa Tenggara Timur (57,38 persen). Hal ini menunjukkan bahwa angka ketergantungan di DKI Jakarta lebih rendah dibandingkan di Nusa Tenggara Timur. Proporsi penduduk usia muda tidak produktif tertinggi berada di Nusa Tenggara Timur (37,25 persen) dan terendah di DI Yogyakarta (21,64 persen). Sebaliknya penduduk usia tua tidak produktif tertinggi di Provinsi DI Yogyakarta (10,50 persen) dan terendah di Papua (1,09 persen). Tingginya persentase penduduk usia muda tidak produktif di Nusa Tenggara Timur menunjukkan bahwa provinsi tersebut didominasi penduduk usia muda, sehingga kebijakan dan programprogram pembangunan seyogyanya difokuskan pada aspek-aspek yang berkaitan bagi penduduk usia muda. Sebaliknya sedikit penduduk usia tua di Provinsi Papua mengindikasikan program-program kesehatan dan pendidikan di provinsi ini masih harus lebih ditingkatkan lagi. Dilihat menurut jenis kelamin, komposisi penduduk produktif ternyata lebih banyak penduduk perempuannya dibandingkan penduduk laki-laki yaitu 66,12 persen berbanding 64,55 persen. Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia,

30 2.4 Rasio Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Salah satu indikator (petunjuk) pertumbuhan suatu bangsa tercermin dari peningkatan persentase penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Di negara maju sebagian besar penduduknya tinggal di daerah perkotaan. Keadaan di Indonesia merupakan kebalikannya, yaitu sebagian besar penduduknya tinggal di perdesaan. Namun demikian, penduduk yang tinggal di daerah perkotaan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1980 penduduk perkotaan sebesar 22,4 persen meningkat menjadi 30,9 persen pada tahun 1990 dan 48,3 persen pada tahun Jumlah penduduk Indonesia menurut Susenas 2009 adalah orang. Dengan luas wilayah sekitar 1,9 juta kilometer persegi maka untuk setiap luas wilayah 1 kilometer persegi rata-rata dihuni oleh 121 orang penduduk. Pada tahun 1999, rata-rata banyaknya (kepadatan) penduduk per kilometer persegi masih 108 orang, sedangkan tahun 1980 dan 1990 (Sensus Penduduk), kepadatannya masih sebesar 77 dan 93 orang. Persebaran penduduk pada tahun 2009, baik antar pulau maupun antar daerah tampaknya masih timpang walaupun program transmigrasi masih terus berlangsung. Pulau Jawa yang luas wilayahnya hanya 129,4 ribu kilometer persegi dihuni oleh 133,1 juta penduduk. Sebaliknya Maluku dan Papua yang luasnya 495,0 ribu kilometer persegi hanya dihuni oleh 5,1 juta penduduk. Namun demikian, tingkat ketimpangannya sudah jauh menurun dibandingkan keadaan pada periode Dilihat dari kepadatan penduduknya (Gambar 2.4), ada indikasi bahwa kawasan Indonesia bagian timur pertumbuhannya relatif lamban dibandingkan kawasan Indonesia bagian barat, terutama bila dibandingkan dengan pulau Jawa Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia,

31 Persen Lain lagi halnya dengan komposisi penduduk dilihat menurut luas wilayah (pulau), maka terlihat suatu ketimpangan yang sangat besar antara penduduk yang mendiami pulau Jawa dengan penduduk yang mendiami pulau Papua. Pulau Jawa yang luasnya hanya 6,9 persen dari keseluruhan luas Indonesia didiami oleh 58,9 persen dari seluruh penduduk Indonesia, hal ini terjadi karena sejak dahulu Pulau Jawa terkenal karena kesuburannya, selain itu semua fasilitas (pendidikan, kesehatan, industri, dan lainnya) ada di Pulau Jawa sehingga menarik banyak penduduk dari manapun untuk datang ke Pulau Jawa. Gambar Persentase Luas Wilayah dan Penduduk menurut Pulau/Kepulauan, , ,2 21,4 28,5 25, ,8 3,8 5,4 Sumatera Jawa Nusa Tenggara Sumber : BPS RI - Susenas, 2009 Wilayah 5,9 9,9 7,3 2,2 Kalimantan Sulawesi Maluku & Papua Penduduk Jika dilihat menurut banyaknya penduduk yang mendiami provinsi-provinsi di Indonesia, maka akan terlihat bahwa provinsi yang paling banyak penduduknya adalah Provinsi Jawa Barat (18,15 persen) kemudian Jawa Timur (15,65 persen) dan Jawa Tengah (14,01 persen) sementara provinsi yang penduduknya paling sedikit adalah Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia,

32 Papua Barat (0,31 persen), Gorontalo (0,39 persen), dan Maluku Utara (0,42 persen), Banyaknya penduduk yang mendiami provinsi Jawa barat kemungkinan besar disebabkan Jawa Barat adalah daerah penyangga ibukota DKI Jakarta dimana banyak sekali penduduk yang bekerja di DKI Jakarta berdomisili di sekitar Jakarta yaitu Jawa Barat dan Banten. Jika dilihat menurut kelompok umur pada jenjang pendidikan SD (7-12 tahun), SMP (13-15 tahun), dan SMA (16-18 tahun) tidak terlihat adanya perbedaan yang cukup berarti antara laki-laki dan perempuan dimana laki-laki lebih banyak sekitar 1 persen dibandingkan perempuan. Demikian pula halnya jika dilihat menurut daerah tempat tinggal, dimana di daerah perkotaan penduduk laki-laki lebih banyak dibanding perempuan walaupun bedanya hanya 1 persen untuk masing-masing kelompok umur. Namun, tidak demikian halnya dengan di daerah perdesaan dimana perbedaannya cukup banyak antara laki-laki dan perempuan yaitu di atas 2 persen untuk semua kelompok umur. Tabel 2.2 Persentase Penduduk menurut Kelompok Umur Sekolah, Daerah Tempat Tinggal, dan Jenis Kelamin, 2009 Kelompok Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan Umur Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) ,58 48,42 52,11 47,89 51,87 48, ,95 49,05 52,51 47,49 51,79 48, ,63 49,37 52,13 47,87 51,39 48,61 Sumber : BPS RI Susenas, Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia,

33 RUMAH TANGGA Dalam bab ini akan dibahas mengenai karakteristik kepala rumah tangga lakilaki dan perempuan, mulai dari persentase kepala rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, status perkawinan dan status pekerjaan. Definisi rumah tangga yang biasa digunakan adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan tempat tinggal dan biasa tinggal bersama serta pengelolaan kebutuhan sehari-hari menjadi satu. Definisi rumah tangga berbeda dengan definisi keluarga, dalam masyarakat umum keluarga identik dengan kartu keluarga dan dalam satu keluarga biasanya terdiri dari bapak, ibu dan anak. Dalam satu rumah tangga bisa terdiri dari lebih satu keluarga. 3.1 Kepala Rumah Tangga Di dalam rumah tangga biasanya ditunjuk seorang yang bertanggungjawab sebagai kepala rumah tangga. Umumnya di masyarakat kepala rumah tangga atau keluarga adalah laki-laki, namun ada juga kepala rumah tangga perempuan. Kepala rumah tangga adalah seseorang/penduduk berumur 10 tahun ke atas dari sekelompok anggota rumah tangga yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari dari rumah tangga tersebut atau orang yang dianggap/ditunjuk sebagai kepala rumah tangga. Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia,

34 Persen Berdasarkan data Susenas 2009 kepala rumah tangga laki-laki sebanyak 85,83 persen dan perempuan yang menjadi kepala rumah tangga hanya 14,17 persen. Gambar 4.1 menunjukkan bahwa kepala rumah tangga laki-laki jauh lebih tinggi persentasenya dibandingkan dengan kepala rumah tangga perempuan. Hal ini terjadi baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Jika kita bandingkan antara daerah perkotaan dan perdesaan persentase kepala rumah tangga perempuan, di daerah perkotaan lebih tinggi satu persen dibandingkan daerah perdesaan. Gambar 3.1 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Daerah Tempat Tinggal, ,11 86,51 85, ,89 13,49 14,17 0 Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan Laki-laki Perempuan Sumber : BPS RI - Susenas, Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia,

35 Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan provinsi dengan persentase kepala rumah tangga perempuan yang paling tertinggi yaitu 21,59 persen dibandingkan dengan provinsi lainnya. Sedangkan perempuan yang menjadi kepala rumah tangga di Provinsi Riau hanya 9,79 persen, merupakan persentase paling rendah dibandingkan provinsi lainnya. (Lampiran Tabel 3.1) Untuk daerah perdesaan, persentase kepala rumah tangga perempuan dengan persentase tertinggi yaitu 21,51 persen adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat, sedangkan daerah perkotaan adalah Provinsi DI Yogyakarta sebesar 22,09 persen Anggota Rumah Tangga Pada umumnya dalam satu rumah tangga akan mempunyai kepala rumah tangga dan anggota rumah tangga bila anggota rumah tangga terdiri lebih dari satu orang. Jika dalam satu rumah tangga hanya ada satu orang anggota rumah tangga maka anggota rumah tangga tersebut merangkap sebagai kepala rumah tangga. Hasil Susenas 2009 menunjukkan bahwa rata-rata banyaknya anggota rumah tangga adalah 3,92 atau 4 orang. Jumlah anggota rumah tangga dengan kepala rumah tangga laki-laki lebih banyak dibandingkan kepala rumah tangga perempuan. Rata-rata anggota rumah tangga kepala rumah tangga laki-laki adalah 4 orang, sedangkan kepala rumah tangga perempuan adalah 3 orang. Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia,

36 Persen Gambar 3.2 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Rata-Rata Jumlah Anggota Rumah Tangga, ,71 45,03 41, ,86 37, , ,29 15,50 14, ,58 6,40 2, Sumber : BPS RI - Susenas, 2009 Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan Rumah tangga dengan kepala rumah tangga laki-laki yang anggota rumah tangganya sebanyak 4-5 orang ada sebanyak 46,00 persen, sedangkan kepala rumah tangga perempuan sebanyak 20,28 persen. Pada rumah tangga dengan anggota rumah tangga sebanyak 2-3 orang terlihat bahwa rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan lebih tinggi persentasenya dibandingkan laki-laki. Pada gambar tersebut juga terlihat bahwa kepala rumah tangga laki-laki dengan anggota rumah tangganya lebih dari 5 orang persentasenya jauh lebih tinggi dibandingkan kepala rumah tangga perempuan yaitu 15,50 persen berbanding 6,40 persen. Pola yang berbeda terjadi pada rumah tangga yang anggotanya hanya satu, yaitu dirinya sendiri. Pada rumah tangga tersebut, persentase kepala rumah tangga perempuan jauh lebih tinggi dibanding kepala rumah tangga laki-laki. Kepala rumah tangga perempuan yang tinggal sendiri 30,59 persen, sedankan kepala rumah tangga laki-laki hanya 2,61 persen Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia,

37 Tingginya persentase perempuan yang menjadi kepala rumah tangga kemungkinan karena kemandiriannya. Di daerah perkotaan terdapat 28,55 persen kepala rumah tangga perempuan yang tinggal sendiri, hal ini kemungkinan karena mereka adalah perempuan muda yang bekerja atau sekolah. Sementara itu di daerah perdesaan, kepala rumah tangga perempuan yang tinggal sendiri ada sebanyak 32,71 persen yang kemungkinan mereka adalah perempuan tua Status Perkawinan Status perkawinan untuk penduduk berumur 10 tahun ke atas yang menjadi kepala rumah tangga menunjukkan 2,87 persen berstatus belum kawin, 82,41 persen berstatus kawin, 2,65 persen berstatus cerai hidup dan 12,07 persen berstatus cerai mati. Dari hasil Susenas 2009, persentase tertinggi status perkawinan kepala rumah tangga adalah berstatus kawin. Persentase tertinggi kepala rumah tangga dengan status kawin sebagian besar adalah kepala rumah tangga laki-laki yang mencapai 94,64 persen. Perempuan yang menjadi kepala rumah tangga bila dilihat menurut status perkawinan sebagian besar adalah berstatus cerai, baik cerai hidup (14,08 persen) maupun cerai mati (69,70 persen). Fenomena ini menunjukkan bahwa perempuan menjadi kepala rumah tangga jika sudah tidak mempunyai suami atau berstatus cerai. Hal ini menunjukkan, bila perempuan masih bersuami, sangat kecil kemungkinannya menjadi kepala rumah tangga. Keadaan ini berhubungan erat dengan budaya patrialisme yang ada di negeri ini, yaitu suami merupakan kepala rumah tangga, meskipun yang menopang biaya hidup sehari-hari rumah tangga adalah isteri. Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia,

38 Persen Gambar Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Status Perkawinan, ,64 82, , ,08 12,07 7,90 8,32 2,04 2,87 2,65 0,76 2,56 Belum kawin Kawin Cerai Hidup Cerai Mati Sumber : BPS RI - Susenas, 2009 Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan Perbandingan menurut kelompok umur memperlihatkan bahwa kepala rumah tangga laki-laki pada semua kelompok umur umumnya berstatus kawin, sedangkan kepala rumah tangga perempuan terdapat perbedaan status perkawinan per kelompok umur. Pada kepala rumah tangga yang berumur tahun terdapat 45,69 berstatus belum kawin. Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan yang berstatus kawin (52,44 persen). Pada kelompok ini, perempuan yang menjadi kepala rumah tangga jauh lebih tinggi persentasenya dibandingkan kepala rumah tangga laki-laki, 83,53 persen berbanding 33,79 persen. Pada kelompok umur tahun, perempuan yang menjadi kepala rumah tangga paling banyak berstatus cerai mati (31,73 persen). Persentase kepala rumah tangga perempuan yang berstatus cerai hidup sedikit lebih rendah dari cerai mati, yaitu 29,69 persen. Pada kelompok umur yang lebih tua, yaitu tahun dan 60 tahun ke atas, persentase kepala rumah tangga perempuan yang Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia,

39 berstatus cerai mati semakin tinggi, yaitu 73,59 persen dan 91,47 persen. Pola ini sama pada daerah perkotaan dan perdesaan. Tabel 3.1 Persentase Rumah Tangga menurut Daerah Tempat Tinggal, Kelompok Umur, Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga dan Status Perkawinan, 2009 Daerah Kelompok Laki-laki Total Perempuan Total Tempat Tinggal Umur Belum kawin Kawin Cerai hidup Cerai mati Belum kawin Kawin Cerai hidup Cerai mati (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) Perkotaan ,43 47,39 0,08 0,10 100,00 91,63 4,11 3,30 0,97 100, ,03 95,89 0,72 0,36 100,00 21,24 20,57 30,22 27,97 100, ,63 96,22 0,91 2,23 100,00 3,23 6,52 17,38 72,88 100, ,31 88,37 0,84 10,48 100,00 1,35 2,08 5,04 91,52 100,00 Total 3,15 93,62 0,79 2,45 100,00 12,58 7,45 14,25 65,72 100,00 Perdesaan ,15 88,38 0,29 0,18 100,00 42,37 37,71 15,46 4,46 100, ,28 97,49 0,69 0,54 100,00 5,73 29,32 29,11 35,83 100, ,40 96,47 0,78 2,36 100,00 2,30 6,72 16,62 74,36 100, ,28 89,56 0,82 9,34 100,00 1,18 1,85 5,55 91,43 100,00 Total 1,02 95,59 0,73 2,66 100,00 3,03 9,23 13,91 73,83 100,00 Perkotaan ,79 65,89 0,18 0,14 100,00 83,53 9,63 5,29 1,55 100,00 Perdesaan ,13 96,71 0,70 0,45 100,00 13,82 24,75 29,69 31,73 100, ,51 96,35 0,84 2,30 100,00 2,78 6,62 17,01 73,59 100, ,29 89,04 0,83 9,84 100,00 1,26 1,96 5,32 91,47 100,00 Total 2,04 94,64 0,76 2,56 100,00 7,90 8,32 14,08 69,70 100,00 Sumber : BPS RI - Susenas, 2009 Hal yang menarik untuk dilihat adalah perbandingan kepala rumah tangga perempuan antar daerah pada kelompok umur Di daerah perkotaan, mayoritas (91,63 persen) mereka berstatus belum kawin, sedangkan di daerah perdesaan hanya setengahnya (42,37 persen) berstatus belum kawin. Sebaliknya, mereka yang berstatus kawin, cerai hidup ataupun cerai mati di perdesaan jauh lebih banyak dibandingkan di daerah perkotaan. Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia,

40 Persen 3.3 Status Pekerjaan Pada umumnya dalam sebuah rumah tangga yang bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga adalah kepala rumah tangga. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut kepala rumah tangga harus mempunyai pendapatan, yang diperoleh dengan bekerja. Dari hasil Susenas 2009, kepala rumah tangga yang bekerja ada sebanyak 87,74 persen. Lebih dari 90 persen kepala rumah tangga lakilaki bekerja, sedangkan kepala rumah tangga perempuan yang bekerja hanya 60,54 persen. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga kepala rumah tangga perempuan yang tidak bekerja menggantungkan hidupnya kepada orang lain (39,46 persen). Gambar 3.4 Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga yang Bekerja dan Daerah Tempat Tinggal, ,46 84,36 94,80 90,92 92,23 87, ,24 66,03 60, Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan Sumber : BPS RI - Susenas, Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia,

41 Persentase kepala rumah tangga perempuan yang tidak bekerja di daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan. Keadaan ini dapat disebabkan karena kepala rumah tangga perempuan yang bekerja di daerah perkotaan dengan status belum kawin persentasenya lebih tinggi (12,58 persen) dibandingkan dengan yang di perdesaan (3,03 persen). Pada umumnya sebagian besar perempuan tersebut masih sekolah dan tinggal sendiri. Pada sebagian besar provinsi, kepala rumah tangga perempuan yang bekerja berkisar antara 40 sampai dengan 70 persen. Provinsi Papua Barat dan Papua merupakan provinsi dengan persentase paling tinggi yaitu 78,61 persen dan 78,27 persen untuk kepala rumah tangga perempuan yang bekerja. Persentase yang terendah diantara provinsi lainnya untuk kepala rumah tangga perempuan yang bekerja adalah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu 48,19 persen. Kepala rumah tangga perempuan yang bekerja di daerah perdesaan mencapai 80 persen, Provinsi Papua Barat (86,79 persen) dan Papua (87,95 persen) merupakan provinsi dengan persentase paling tinggi dibandingkan provinsi lainnya, sedangkan provinsi dengan persentase paling rendah adalah Provinsi Kepulauan Riau (28,29 persen). Untuk daerah perkotaan, Provinsi Bali merupakan provinsi dengan persentase paling tinggi kepala rumah tangga perempuan yang bekerja dibandingkan dengan provinsi lainnya yaitu 73,93 persen, dan yang paling rendah adalah Provinsi Kalimantan Barat (44,42 persen). Status pekerjaan menunjukkan kedudukan dalam bekerja. Status pekerjaan secara umum terbagi menjadi dua, yaitu pengusaha dan pekerja. Pengusaha dibagi menjadi 3 kategori, yaitu berusaha sendiri, berusaha dibantu pekerja tidak dibayar, dan berusaha dibantu pekerja dibayar. Sementara itu pekerja dibagi menjadi 3 kategori, pekerja tidak dibayar, pekerja bebas, dan buruh/karyawan. Status pekerjaan dapat juga memperlihatkan tingkat pendapatan. Pekerja yang berusaha dengan dibantu oleh pekerja/buruh dibayar umumnya adalah pengusaha yang pendapatannya lebih stabil Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia,

42 Persen dibandingkan dengan status pekerjaan berusaha sendiri dan berusaha dengan dibantu oleh pekerja/buruh tidak dibayar. Sementara itu, buruh/karyawan pendapatannya lebih baik dibanding pekerja bebas. Kepala rumah tangga perempuan yang bekerja paling banyak berstatus berusaha sendiri (38,14 persen), sedangkan kepala rumah tangga laki-laki paling banyak bekerja berstatus sebagai buruh/karyawan (32,45 persen). Artinya kepala rumah tangga perempuan ini bekerja sendiri tanpa dibantu orang lain, baik anggota rumah tangga ataupun orang lain. Biasanya pendapatan yang diperoleh tidak tetap dan hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari saja. Gambar Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga yang Bekerja dan Status Pekerjaan, Sumber : BPS RI - Susenas, 2009 Laki-laki Perempuan Kondisi Perempuan dan Anak di Indonesia,

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

PROFIL PEREMPUAN INDONESIA 2012

PROFIL PEREMPUAN INDONESIA 2012 PROFIL PEREMPUAN INDONESIA 2012 ISSN: 2089-3515 Ukuran Buku: 17 Cm x 24 Cm Naskah: Badan Pusat Statistik Gambar Kulit: Badan Pusat Statistik Diterbitkan oleh: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

Lebih terperinci

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013 PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013 ISBN: 978-979 - 064-666 - 7 No. Publikasi: 04210.1310 Katalog BPS: 2104010 Ukuran Buku: 11 cm x 19 cm Jumlah Halaman: vii + 48 Naskah: Subdirektorat Statistik

Lebih terperinci

PROFIL PEREMPUAN INDONESIA 2013

PROFIL PEREMPUAN INDONESIA 2013 i PROFIL PEREMPUAN INDONESIA 2013 ISSN: 2089-3515 Ukuran Buku: 17 Cm x 24 Cm Naskah: Badan Pusat Statistik Gambar Kulit: Badan Pusat Statistik Diterbitkan oleh: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

Lebih terperinci

STATISTIK GENDER 2011

STATISTIK GENDER 2011 STATISTIK GENDER 211 STATISTIK GENDER 211 ISBN: 978-979 - 64-46 - 9 No. Publikasi: 421.111 Katalog BPS: 21412 Ukuran Buku: 19 cm x 11 cm Naskah: Sub Direktorat Statistik Rumah tangga Gambar Kulit: Sub

Lebih terperinci

Profile Perempuan Indonesia

Profile Perempuan Indonesia Profile Perempuan Indonesia PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebangkitan nasional sebagai awal perjuangan perempuan yang terorganisir, ditandai dengan diselenggarakannya Kongres Perempuan Indonesia tingkat

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA 2011 ISSN. 2086 1036 No Publikasi : 04220.1202 Katalog BPS : 4104001 Ukuran Buku : 28 Cm x 21 Cm Jumlah Halaman : xviii + 148 Halaman Naskah : Subdirektorat Statistik Pendidikan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009 25 KATA PENGANTAR Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia. Meningkatnya jumlah penduduk lanjut

Lebih terperinci

PENDUDUK LANJUT USIA

PENDUDUK LANJUT USIA PENDUDUK LANJUT USIA Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Dengan semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 merupakan publikasi yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan Indeks Demokrasi Indonesia

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Padang, 01 November 2016 Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Provinsi Sumatera Barat Kepala

KATA PENGANTAR. Padang, 01 November 2016 Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Provinsi Sumatera Barat Kepala KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-nya kepada kita semua, sehingga Tim Penulis dapat menyelesaikan penyusunan buku Profil Gender dan

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN

Lebih terperinci

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 INDIKATOR SOSIAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 Jumlah Halaman : ix + 77 halaman Naskah : BPS Kabupaten Pulau Morotai Diterbitkan Oleh : BAPPEDA Kabupaten Pulau

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w.id s. go ii Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Indonesia Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Indonesia HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 ISBN : 978-979-064-314-7 No. Publikasi: 04000.1109 Katalog

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G / Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612

Lebih terperinci

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 merupakan publikasi perdana yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan indikator keuangan

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2013 merupakan publikasi kedua yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan indikator keuangan

Lebih terperinci

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Katalog BPS : 2301003.34 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Statistik BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN WANITA 2014 ISSN : No. Publikasi : 5314.1420 Katalog BPS : 2104003.5314 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah Halaman : xiv + 31 halaman Naskah : BPS Kabupaten Rote Ndao Penyunting :

Lebih terperinci

Profil Gender dan Anak Sumbar 2016 KATA PENGANTAR

Profil Gender dan Anak Sumbar 2016 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-nya kepada kita semua, sehingga Tim Penulis dapat menyelesaikan penyusunan buku Profil Gender dan

Lebih terperinci

Katalog : 3201023 Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2014 BADAN PUSAT STATISTIK Katalog : 3201023 Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2014 POLA PENGELUARAN DAN KONSUMSI PENDUDUK

Lebih terperinci

DATA TERPILAH DALAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

DATA TERPILAH DALAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DATA TERPILAH DALAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN DISAMPAIKAN OLEH: ASISTEN DEPUTI INFORMASI GENDER DALAM PERTEMUAN KOORDINASI DAN

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 No. 103/11/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 A. KEADAAN KETENAGAKERJAAN Agustus 2017: Tingkat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng KATA PENGANTAR Puja Angayu bagia kami haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas waranugraha-nya maka penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

ii DATA DAN INDIKATOR GENDER di INDONESIA

ii DATA DAN INDIKATOR GENDER di INDONESIA ii Kata Pengantar i DAFTAR ISI Kata Pengantar...i Daftar Isi... iii Daftar Tabel...v Daftar Gambar...xi Bab I KEPENDUDUKAN... 1 Bab II INDIKATOR GENDER... 9 1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development

Lebih terperinci

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 Nomor ISBN : 979-599-884-6 Nomor Publikasi : 52085.11.08 Ukuran Buku : 18.2 x 25.7cm Jumlah Halaman : 50 Halaman Naskah : Dinas Komunikais

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Kor merupakan salah satu kegiatan tahunan yang diselenggarakan BPS untuk memenuhi kebutuhan data sosial ekonomi. Data yang dihasilkan Susenas Kor

Lebih terperinci

LAMPIRAN DATA INDONESIA

LAMPIRAN DATA INDONESIA LAMPIRAN DATA LAPORAN NEGARA PIHAK SESUAI PASAL 44 KONVENSI LAPORAN PERIODIK KETIGA DAN KEEMPAT NEGARA PIHAK TAHUN 2007 INDONESIA - 1 - DAFTAR TABEL DAN GRAFIK TABEL Tabel 1. Jumlah Penduduk menurut Golongan

Lebih terperinci

TUJUAN 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua

TUJUAN 2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua TUJUAN 2 Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua 35 Tujuan 2: Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Target 3: Memastikan pada 2015 semua anak-anak di mana pun, laki-laki maupun perempuan, dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan. S ensus Penduduk, merupakan bagian terpadu dari upaya kita bersama untuk mewujudkan visi besar pembangunan 2010-2014 yakni, Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Keberhasilan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA TANGERANG SELATAN 2 0 1 4 ISSN : 2089-4619 Katalog BPS : 4102004.3674 Ukuran Buku : 25 cm x 17,6 cm Jumlah Halaman : x + 76 Halaman / pages Naskah: Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Sejak tahun 2000, Indonesia telah meratifikasi Millenium Development Goals (MDGs) di bawah naungan Persatuan Bangsa- Bangsa.

Lebih terperinci

K A T A P E N G A N T A R

K A T A P E N G A N T A R K A T A P E N G A N T A R Puji dan Syukur kita Panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga buku Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017 ini

Lebih terperinci

STATISTIK PENDUDUK PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

STATISTIK PENDUDUK PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 STATISTIK PENDUDUK 1971-2015 PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 Statistik Penduduk 1971-2015 Ukuran Buku : 27 Cm x 19 Cm (A4) Jumlah Halaman : 257 halaman Naskah : Pusat

Lebih terperinci

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA Drs. Razali Ritonga, MA (Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS RI) Disampaikan di Lokakarya

Lebih terperinci

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA Drs. Razali Ritonga, MA (Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS RI) Disampaikan di Lokakarya Perkawinan Anak, Moralitas Seksual, dan Politik

Lebih terperinci

Penyajian Data Informasi Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Tahun 2008

Penyajian Data Informasi Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Tahun 2008 Penyajian Data Informasi Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Tahun 008 Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Penyajian Data Informasi Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Tahun 008 Kementerian Negara

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU Secara umum, rumahtangga miskin di Desa Banjarwaru dapat dikatakan homogen. Hal ini terlihat dari karakteristik individu dan rumahtangganya. Hasil tersebut

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. iii. Alfatah Sibua, S.Ag, M.Hum. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015

KATA PENGANTAR. iii. Alfatah Sibua, S.Ag, M.Hum. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas kehendaknya Publikasi tahunan Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 dapat diselesaikan dengan baik. Publikasi ini mencakup informasi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1 juta pada

Lebih terperinci

INDIKATOR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA FEBRUARI 2015 ISSN: 2088-5679 No. Publikasi: 04120.1501 Katalog BPS: 2032004 Ukuran Buku: 21 cm x 29 cm Jumlah Halaman: 20 + 98 halaman Naskah: Subdirektorat Statistik

Lebih terperinci

Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah

Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah Erisman, M.Si, Kabid Statistik Sosial, BPS Provinsi Jawa Tengah Data Penduduk Yang Digunakan Mulai tahun 2014 angka penduduk yang digunakan adalah

Lebih terperinci

4203002 2 Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2012 PROFIL KESEHATAN ffiu DAN ANAK 2012 Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2012 ISSN: 2087-4480 No. Publikasi: 04230.1202 Katalog BPS: 4203002 Ukuran Buku: 18,2 cm x

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005 Dari hasil Susenas 2005, sebanyak 7,7 juta dari 58,8 juta rumahtangga

Lebih terperinci

Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: 4103.1409 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA) KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2013 No. Katalog : 4103.1409 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah Gambar Kulit dan Setting Diterbitkan Oleh Kerjasama

Lebih terperinci

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual Katalog BPS : 4102004.8172 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MALUKU TENGGARA Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual Tahun 2012 ISSN : 0216.4769 Katalog BPS

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA 1. Gambaran Umum Demografi DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA Kondisi demografi mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah karena faktor demografi ikut mempengaruhi pemerintah

Lebih terperinci

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun, yang sudah bekerja. Jakarta, 2010 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi baik untuk jajaran manajemen kesehatan maupun untuk masyarakat umum perlu disediakan suatu paket data/informasi kesehatan yang ringkas

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 49 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis dan Administratif Pulau Jawa merupakan salah satu dari lima pulau besar di Indonesia, yang terletak di bagian Selatan Nusantara yang dikenal sebagai

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN 2012 Ukuran buku : 21 cm x 29,7 cm Jumlah halaman : 60 + ix halaman Naskah : Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser Penyunting : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

STATISTIK KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN BANYUMAS 2015 No. Publikasi : 33020.1658 Katalog BPS : 4101002.3302 Ukuran Buku : 14,8 cm x 21 cm Jumlah Halaman : xiii + 48 halaman Naskah : BPS Kabupaten Banyumas

Lebih terperinci

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan TUJUAN 3 Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan 43 Tujuan 3: Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar

Lebih terperinci

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 Nomor Publikasi: 16522.11.04 Katalog BPS: 3101017.16 Naskah: Seksi Statistik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

STATISTIK PEMUDA INDONESIA 2011 ISSN: 2086-1028 No. Publikasi/Publication Number: 04220.1201 Katalog BPS/BPS Catalogue: 4103008 Ukuran Buku/Book Size: 28 cm x 21 cm Jumlah Halaman/Pages: xxv + 190 halaman/pages

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil berupa suatu karya yang berupa ide maupun tenaga (jasa). Menurut Dinas. kualitas kerja yang baik dan mampu memajukan negara.

BAB I PENDAHULUAN. hasil berupa suatu karya yang berupa ide maupun tenaga (jasa). Menurut Dinas. kualitas kerja yang baik dan mampu memajukan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketenagakerjaan merupakan hal yang sangat penting dalam pembangunan di setiap wilayah maupun negara. Ini adalah tentang bagaimana negara membangun sumber daya manusianya.

Lebih terperinci

Profil LANSIA Jawa tengah 2014

Profil LANSIA Jawa tengah 2014 Katalog BPS : 4201003.33 Profil LANSIA Jawa tengah 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH PROFIL LANSIA JAWA TENGAH 2014 ISSN : 2407-3342 Nomor Publikasi : 33520.1511 Katalog BPS : 4104001.33

Lebih terperinci

PROFIL ANAK PROVINSI BANTEN TAHUN 2014 (DATA TERPILAH GENDER)

PROFIL ANAK PROVINSI BANTEN TAHUN 2014 (DATA TERPILAH GENDER) PROFIL ANAK PROVINSI BANTEN TAHUN 2014 (DATA TERPILAH GENDER) BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN PROFIL ANAK PROVINSI BANTEN TAHUN 2014 ISBN : 978-602-0932-44-6 No Publikasi : 36000.1562 Katalog BPS

Lebih terperinci

INDIKATOR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA AGUSTUS 2016 ISSN: 2088-5679 Nomor Publikasi: 04120.1604 Katalog: 2302004 Ukuran Buku: 18,2 cm x 25,7 cm Jumlah Halaman: xxiv + 146 halaman Naskah: Subdirektorat

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Provinsi DKI Jakarta No. 55/11/31/Th. XIX, 6 November 2017 PROVINSI DKI JAKARTA KEADAAN KETENAGAKERJAAN DKI JAKARTA AGUSTUS 2017 Tingkat P Terbuka (TPT) sebesar 7,14

Lebih terperinci

PENYUSUNAN STATISTIK GENDER

PENYUSUNAN STATISTIK GENDER PENYUSUNAN STATISTIK GENDER KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK JAKARTA KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, dengan selesainya Petunjuk Teknis

Lebih terperinci

tp :// w ht.g o ps.b w w.id INDIKATOR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA FEBRUARI 2016 ISSN: 2088-5679 No. Publikasi: 04120.1601 Katalog BPS: 2302004 Ukuran Buku: 21 cm x 29 cm Jumlah Halaman: xviii + 98 halaman

Lebih terperinci

STATISTIK KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI 2014 ISSN : 2355-2964 Katalog BPS : 2301104.51 Nomor Publikasi : 51521.1502 Ukuran Buku : 14,8 cm x 21 cm Jumlah Halaman : xi + 75 halaman Naskah : BPS Provinsi

Lebih terperinci

EVALUASI KONDISI DEMOGRAFI SECARA TEMPORAL DI PROVINSI BENGKULU: Rasio Jenis Kelamin, Rasio Ketergantungan, Kepadatan Peduduk

EVALUASI KONDISI DEMOGRAFI SECARA TEMPORAL DI PROVINSI BENGKULU: Rasio Jenis Kelamin, Rasio Ketergantungan, Kepadatan Peduduk EVALUASI KONDISI DEMOGRAFI SECARA TEMPORAL DI PROVINSI BENGKULU: Rasio Jenis Kelamin, Rasio Ketergantungan, Kepadatan Peduduk Afid Nurkholis Email: afidnurkholis@gmail.com ABSTRAK Pengukuran terhadap karakteristik

Lebih terperinci

KEMISKINAN KEMISKINAN DAN KESEHATAN MELIMPAHNYA PENDUDUK USIA PRODUKTIF TAHUN DAN LANSIA DI INDONESIA

KEMISKINAN KEMISKINAN DAN KESEHATAN MELIMPAHNYA PENDUDUK USIA PRODUKTIF TAHUN DAN LANSIA DI INDONESIA KEMISKINAN DAN KESEHATAN MELIMPAHNYA PENDUDUK USIA PRODUKTIF 15-60 TAHUN DAN LANSIA DI INDONESIA Pengantar : Prof. Dr. Haryono Suyono, MA., PhD. YAYASAN ANUGERAH KENCANA BUANA, JAKARTA APAKAH ERA BONUS

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN No.54/09/17/I, 1 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,357 Daerah Perkotaan 0,385 dan Perdesaan 0,302 Pada

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Katalog BPS : 4103.3375 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Kerjasama BAPPEDA KOTA PEKALONGAN Dengan BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN

Lebih terperinci

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 STATISTIK PENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 i STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 No. Publikasi : 62520.1401 Katalog BPS : 2101023.62 Ukuran Buku Jumlah Halaman :15 cm x 21 cm : ix + 57 halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan. Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan. Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan merupakan Kabupaten urutan ke-13 dari 14 Kabupaten/ Kota di Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017 No. 41/07/36/Th.XI, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017 GINI RATIO PROVINSI BANTEN MARET 2017 MENURUN Pada 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Banten yang diukur

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2011 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2011 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 91522.1205 Katalog BPS/BPS Catalogue : 4102004.9100 Ukuran

Lebih terperinci

STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA SUMATERA SELATAN

STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA SUMATERA SELATAN Katalog : 4104001.16 STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA SUMATERA SELATAN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA SUMATERA SELATAN 2015 STATISTIK PENDUDUK LANJUT

Lebih terperinci

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG KatalogBPS:4102004.18 Kerjasama BadanPerencanaanPembangunanDaerahLampung dan BadanPusatStatitistikProvinsiLampung BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI LAMPUNG 2012

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

No. Katalog :

No. Katalog : No. Katalog : 23303003.3375 No. Katalog: 2303003.3375 PROFIL KETENAGAKERJAAN KOTA PEKALONGAN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN PROFIL KETENAGAKERJAAN KOTA PEKALONGAN 2014 ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2010 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2010 ISSN : 2089-1652 No. Publikasi/Publication Number : 91522.1105 Katalog BPS/BPS Catalogue : 4102004.9100

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 65 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROFIL PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

Identifikasi dan Pengukuran Variabel Sosial Ekonomi

Identifikasi dan Pengukuran Variabel Sosial Ekonomi Identifikasi dan Pengukuran Variabel Sosial Ekonomi Agus Joko Pitoyo, S.Si., M.A. Fakultas Geografi, UGM 1 Data Sosial Ekonomi a) Kondisi Fisik Wilayah b) Kondisi Kependudukan c) Kondisi Ketenagakerjaan

Lebih terperinci

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU INDIKATOR KETENAGAKERJAAN KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2012 No Publikasi : 76042.1202 Katalog BPS : 2302003.7604 Ukuran

Lebih terperinci

https://rotendaokab.bps.go.id

https://rotendaokab.bps.go.id KATA PENGANTAR Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 disusun guna memenuhi kebutuhan pengguna data statistik khususnya data statistik sosial. Oleh karena itu BPS Kabupaten

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Lanjut Usia (lansia) merupakan tahap akhir siklus perkembangan manusia. Masa di mana semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun

Lebih terperinci

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN 2011-2014 PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI JAKARTA 2011 KATA PENGANTAR Dalam rangka pemantauan rencana aksi percepatan pelaksanaan

Lebih terperinci

Katalog BPS: Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: Katalog BPS: 2204009 Katalog BPS: 2204009 PROFIL MIGRAN HASIL SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL 2011 2012 ISBN : 978-979-064-620-9 Katalog BPS : 2204009 No. Publikasi : 04140.1301 Ukuran Buku : 17,6 cm

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga semua bantuan dan dukungan yang diberikan menjadi amal soleh dan mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

KATA PENGANTAR. Semoga semua bantuan dan dukungan yang diberikan menjadi amal soleh dan mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Allah SWT. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga Tim Penulis dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

KONDISI KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2015

KONDISI KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2015 BPS KABUPATEN SEKADAU No.06/11/6109/Th. II, 17 November 2016 KONDISI KETENAGAKERJAAN SEKADAU TAHUN 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) KABUPATEN SEKADAU TAHUN 2015 SEBESAR 2,97 PERSEN Persentase angkatan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan

INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan INIJIKATDR l~e~ejaht&raan RAKYAT ~~QI!i Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN 2015

Lebih terperinci

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2014

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2014 Kabupaten Pinrang 1 Kabupaten Pinrang 2 Kata Pengantar I ndikator Kesejahteraan Rakyat (Inkesra) Kabupaten Pinrang tahun 2013 memuat berbagai indikator antara lain: indikator Kependudukan, Keluarga Berencana,

Lebih terperinci

INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI UTARA TAHUN 2017

INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI UTARA TAHUN 2017 No. 77/08/71/Th. XI, 15 Agustus 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI UTARA TAHUN 2017 INDEKS KEBAHAGIAAN SULAWESI UTARA TAHUN 2017 SEBESAR 73,69 PADA SKALA 0-100 Kebahagiaan Sulawesi Utara tahun 2017 berdasarkan

Lebih terperinci

Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402

Lebih terperinci

w :// w tp ht w.id go.b ps. STATISTIK PEMUDA INDONESIA (Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional) 2015 ISSN: 2086-1028 Nomor Publikasi: 04220.1603 Katalog: 4103008 Ukuran Buku: 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman:

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 31/05/32/Th. XVII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 8,40 PERSEN Berdasarkan hasil Sakernas bulan

Lebih terperinci

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR Katalog BPS : 4103.7371 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR KATA PENGANTAR BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Makassar 2015 disusun sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci