Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP"

Transkripsi

1 Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Sejak tahun 2000, Indonesia telah meratifikasi Millenium Development Goals (MDGs) di bawah naungan Persatuan Bangsa- Bangsa. Kesepakatan ini merupakan merupakan sebuah rencana untuk mencapai tujuan pembangunan bersama bangsa- bangsa dunia menuju kehidupan yang lebih baik bagi semua. MDGs terdiri dari 8 (tujuh) tujuan, yaitu (1) memberantas kemiskinan dan kelaparan; (2) mencapai pendidikan dasar untuk semua; (3) mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; (4) menurunkan kematian anak; (5) meningkatkan kesehatan ibu; (6) mengendalikan HIV dan AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya; (7) menjamin kelestarian lingkungan hidup; (8) mengembangkan kemitraan global. Dalam kertas posisi ini, MDGs secara khusus berfokus pada tujuan 1 (satu) hingga tujuan 5 (lima), tujuannya agar dapat lebih terfokus pada masalah kemiskinan, pendidikan, pemberdayaan perempuan dan pengurangan kematian ibu dan anak serta inisiatif dan kebijakan yang telah diambil pemerintah lokal. Setelah 10 tahun berjalan, bagaimana pencapaian MDGs di Provinsi DIY? Kajian ini sangat penting untuk melihat potret di tingkat lokal, serta menakar pengaruh dari kebijakan tingkat lokal dan nasional yang memiliki dampak besar pada pencapain MDGs. Tinjauan dan evaluasi semacam itu sangatlah penting agar tahun 2011 ini dapat menjadi titik pijak bagi upaya percepatan pencapaian tujuan MDGs dalam lima tahun kedepan. I. Pendapatan dan Kemiskinan Kemiskinan masih menjadi masalah utama di DIY. Beberapa kabupaten mengalami kemiskinan lebih buruk daripada kabupaten lain. Pada tahun 2009, kedalaman kemiskinan di DIY bertambah (baik di perkotaan maupun di perdesaan). Perlu menjadi perhatian bahwa sementara terjadi kenaikan garis kemiskinan, persentase penduduk miskin pada tahun mengalami penurunan. Ini berarti indeks kedalaman kemiskinan belum stabil, terkait dengan target MDGs. Masih terdapat kesenjangan distribusi pendapatan penduduk di kota dan di desa.

2 Tabel 3.1 Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Garis Kemiskinan (Rp) Penduduk Miskin Jumlah (000) % Garis Kemiskinan (Rp) Penduduk Miskin Jumlah (000) Kulonprogo 197, , Bantul 196, , Gunungkidul 157,071 17, , Sleman 212, , Yogyakarta 263, , DIY 202, , Sumber: DIY dalam angka % Indikator garis kemiskinan yang digunakan di setiap kabupaten/kota berbeda- beda namun nilainya lebih dari US$1/orang/hari. Jika target MDGs ditingkatkan menjadi US$2/orang/hari maka dapat dipastikan angka kemiskinan akan membengkak. Artinya, kemiskinan masih menjadi masalah serius di Provinsi DIY (setidaknya 18% penduduknya masih tergolong sebagai penduduk miskin). Angka ini masih jauh dari target nasional 2015 yang hendak menekan jumlah penduduk miskin hingga 10,3% saja. Merujuk data tersebut, kabupaten paling miskin adalah Gunung Kidul. Jika dibandingkan dengan kabupaten lain, kondisi kemiskinan di Gunung Kidul memang sangat mencolok. Kelompok penduduk yang mempunyai pendapatan terkecil ada 24,7% dari keseluruhan total penduduk. Presentase penduduk dengan tingkat konsumsi di bawah garis kemiskinan nasional ada 21,15% atau sekitar dari jumlah rumah tangga sebesar Kemiskinan ini disebabkan antara lain oleh faktor geografis yang cukup sulit jika dibandingkan dengan kabupaten lain. Sehingga pertanian, notabene pekerjaan utama masyarakat Gunung Kidul, tidak berjalan dengan baik. Kabupaten yang juga mengalami kemiskinan cukup parah adalah kabupaten Kulon Progo. Berdasarkan data tahun 2008, di Kulon Progo terdapat warga yang masuk kategori sangat miskin, dinyatakan hampir miskin, sedangkan warga dinyatakan miskin. Sederhananya, dari statistik tersebut terdapat penduduk yang hidup di bawah dan tepat pada garis kemiskinan dari total penduduk.

3 Kabupaten Bantul nampaknya paling progresif dalam mengatasi kemiskinan. Hal ini dibuktikan dengan angka kemiskinan yang terus bergerak turun. Salah satu program pemerintah daerah adalah mengharuskan semua pejabat publik di Bantul mengangkat anak asuh di wilayahnya masing- masing. Program lintas sektor yang diinisiasi oleh dinas kesehatan terkait dengan isu kemiskinan mendapatkan MDGs award. Selain kemiskinan secara absolut tinggi, indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan juga cukup tinggi. Berdasarkan data berikut, dapat diketahui bahwa terjadi ketimpangan antara kota dan desa. Penduduk desa mengalami kemiskinan yang lebih buruk dibandingkan penduduk kota. Tabel 2 Garis Kemiskinan Indonesia, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Provinsi DIY Garis Kemiskinan Indonesia P1 (%) P2 (%) P2(%) Desa + Desa Kota Kota Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa , , , , , , , , , Sumber: Statistik Indonesia Dari seluruh data yang terkumpul mengenai kemiskinan, hanya kabupaten Sleman yang melaporkan data pilah kemiskinan. Jumlah penduduk miskin pada tahun 2010 yaitu sebesar (19,13%). Jumlah KK perempuan miskin ada (29.65%). KK perempuan tersebut umumnya berstatus tidak memiliki suami atau janda, sehingga kemiskinan yang diderita lebih berat karena ditanggung sendiri. Diduga kabupaten lain juga mengalami persoalan yang sama. Salah satu penyebab kemiskinan adalah para perempuan kepala rumah tangga tidak mampu mendapatkan penghasilan yang memadai untuk keluarganya. Indikator kemiskinan lain adalah gizi buruk, secara umum kasus gizi buruk di DIY tidak menonjol. Namun perlu diketahui, catatan mengenai kasus gizi buruk hanya berdasarkan kasus yang dilaporkan di Puskesmas. Sehingga angka sebenarnya bisa jadi lebih besar daripada angka yang dilaporkan. Data yang tidak cukup akurat ini ditunjukan oleh anomali. Tingkat kemiskinan di kabupaten Sleman rendah namun ternyata kasus gizi buruknya lebih tinggi dari kabupaten lain.

4 Berdasarkan data resmi, jumlah penderita gizi buruk di DIY sebenarnya sudah di bawah rata- rata nasional. Bahkan sudah melampaui target nasional 2015 yang ingin menekan kasus gizi buruk menjadi 3,6% dan gizi kurang 11,9%. Tabel 3 Persentase Balita yang Mengalami Gizi Buruk Provinsi DIY % Gizi Buruk , ,81 Sumber: Dinas Kesehatan Hingga saat ini pemerintah daerah belum membuat program khusus untuk mengatasi masalah kemiskinan. Program- program yang dijalankan mengikuti program nasional, seperti: Program KUBE (Kelompok Usaha Bersama) dan Pemberdayaan Ekonomi Keluarga Miskin (PEKM). II. Pendidikan Dasar Sejumlah indikator dasar menunjukkan bahwa layanan pendidikan dasar di kota Yogyakarta cukup memadai. Nampaknya predikat sebagai kota pendidikan dibuktikan dengan ketersediaan layanan pendidikan yang memadai dari tingkat SD- Universitas. Angka Partisipasi Murni (APM) DIY sangat tinggi meski belum sampai 100% seperti yang ditargetkan MDGs. Jika ketersediaan dan partisipasi pendidikan dasar tinggi, dapat dipastikan tingkat melek huruf usia produktif (15-44 tahun) juga tinggi. Namun masih ada ketimpangan antara laki- laki dan perempuan, seperti ditunjukkan dalam tabel berikut ini.

5 Tabel 4 Angka Melek Huruf Usia Menurut Jenis Kelamin Provinsi DIY L P L + P Sumber: Statistik Kesejahteraan Rakyat, BPS Angka melek huruf untuk usia di atas 45 tahun cukup rendah. Hal ini disebabkan oleh banyak lansia yang sudah tidak mungkin lagi dituntut untuk belajar baca tulis. Pemerintah juga tidak dapat berharap banyak dari kelompok ini. Sebagian besar penduduk yang buta huruf merupakan kelompok penduduk usia tua (55 tahun ke atas), yang memang banyak yang belum pernah mengenyam pendidikan sama sekali. Secara alamiah jumlahnya akan semakin menurun sedikit demi sedikit akibat proses kematian. Upaya pemerintah untuk meningkatkan angka melek huruf penduduk diutamakan dengan meningkatkan angka partisipasi anak usia sekolah. Upaya pemerintah daerah untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan dengan mengoptimalkan program pemerintah pusat, seperti: Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Pemerintah daerah belum merancang program yang komprehensif untuk mencapai tingkat partisipasi sekolah 100% seperti yang ditargetkan pemerintah pada tahun Tabel 5 Angka Partisipasi Murni SD/MI dan SMP/MTs Provinsi DIY SD/MI SMP/MTs Kabupaten/Kota Bantul 90,56 77,58 91,71 82,43 82,66 71,71 Sleman 99,54 95,35 100,87 82,10 82,66 81,77 Gunungkidul 88,79 89,00 88,72 80,64 78,66 78,22 Kulon Progo 79,53 89,01 91,46 90,70 81,69 87,93 Yogyakarta 122,42 112,84 121,59 92,25 108,58 95,70 Rata- rata 94,73 88,75 97,15 84,37 84,70 81,05 Sumber: Dinas Pendidikan Keterangan: Data tersebut sudah termasuk Kejar Paket A dan B

6 III. Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Ada beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Di Provinsi DIY, tidak ditemukan data yang akurat mengenai kontribusi perempuan dalam pekerjaan upahan dan tingkat daya beli pada kelompok perempuan. Pada indikator pertama, definisi yang digunakan beberapa kabupaten berbeda- beda. Sehingga data yang tersedia tidak dapat digunakan. Sedangkan indikator kedua tidak pernah diukur oleh pemerintah. Target angka partisipasi murni yang ditetapkan pemerintah mencapai 100% pada tahun Saat ini APM tingkat SD 97,15% dan SMP 81,05%. Pemerintah DIY dapat mencapai target tersebut jika program yang telah ada dipertahankan dan sedikit ditingkatkan. Bila itu dilakukan, maka bukan tidak mungkin APM yang ditargetkan dapat dicapai. a. Perbandingan Angka Partisipasi Murni (APM) perempuan dan laki- laki Dilihat secara rasio anak laki- laki dan perempuan, laki- laki masih memiliki APM yang lebih tinggi dari perempuan. Kecenderungan ini terjadi terutama di Bantul dan Gunung Kidul. Selain itu, semakin tinggi jenjang pendidikan maka partisipasi perempuan semakin rendah. Angka yang sangat ekstrim ditunjukkan oleh kabupaten Gunung Kidul, dimana partisipasi perempuan di tingkat universitas sangat rendah. Kegagalan berpartisipasi dalam tingkat pendidikan yang lebih tinggi (baik menengah, lanjutan, maupun tinggi) membuat perempuan memiliki kemampuan yang lemah mencari nafkah. Hal ini ditunjukan dengan tingkat partisipasi kerja perempuan yang lebih rendah dibandingkan dengan laki- laki. b. Indeks paritas melek huruf gender Rasio angka melek huruf usia tahun antara laki- laki dan perempuan menunjukkan bahwa buta huruf pada perempuan lebih besar daripada laki- laki. c. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan Berdasarkan data tahun 2010, terdapat kesenjangan yang cukup besar pada rasio laki- laki dan perempuan yang bekerja (jumlah perempuan yang bekerja jauh lebih

7 sedikit daripada laki- laki). Kecenderungan ini terutama terjadi di kabupaten Kulon Progo dan Sleman (Data Sakernas Agustus 2010). Tabel 6 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi DIY ( ) No Kabupaten/Kota L P Jumlah L P Jumlah 1 Kulonprogo Bantul Gunung Kidul Sleman Kota Jumlah Sumber: BPS Provinsi DIY (Sakernas Agustus 2010) Tabel 7 Pekerja Menurut Lapangan Usaha Provinsi DIY ( 2010) No. Kab/Kota JK Pertanian Industri Perdagangan Jasa Kemasyarakatan Lainnya Jumlah L , , , , , P , , , , , Kota Yogyakarta Kab. Bantul Kab. Kulon Progo L+P , , , , , L , , , , , P , , , , , L+P , , , , , L , , , , , P , , , , , L+P , , , , , L , , , , , P , , , , , Kab. Gunung Kidul L+P 239, , , , , , Kab. Sleman Provinsi DIY L 63, , , , , , P 55, , , , , , L+P 118, , , , , , L 277, , , , , , P 262, , , , , ,775, L+P 539, , , , , Sumber : BPS Provinsi DIY (Sakernas Agustus 2010 )

8 Data mengenai partisipasi angkatan kerja ini hanya mencatat pekerjaan formal. Berdasarkan data dari Kodya dan Kabupaten, perempuan banyak berpartisipasi dalam sektor pertanian dan perdagangan. Sedangkan angka terrendah partisipasi perempuan di sektor industri. Perempuan banyak berpartisipasi dalam pekerjaan informal. Hal ini sejalan dengan angka partisipasi murni pendidikan yang lebih rendah dibandingkan laki- laki. Sektor formal memerlukan prasyarat pendidikan formal sedangkan sektor informal tidak. Padahal secara hukum, sektor informal lebih rentan mendapat tekanan dan ketidakpastian kerja. d. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Perempuan Pengangguran, sejalan dengan persoalan kemiskinan, menjadi masalah yang penting. Secara keseluruhan TPT ini masih tinggi. Namun, bila dicermati, TPT pada perempuan lebih rendah daripada laki- laki yang menunjukkan bahwa penyerapan tenaga kerja perempuan lebih banyak. Data ini mendukung fakta bahwa meski tidak tercatat dalam pekerjaan formal, perempuan tidak menganggur, akan tetapi mereka mengisi sektor informal. Tabel 8 Tingkat pengangguran terbuka Provinsi DIY (%) No Kabupaten/Kota L P Jumlah L P Jumlah 1 Kulonprogo Bantul Gunung Kidul Sleman Kota Jumlah Sumber : BPS Provinsi DIY (Sakernas Agustus 2010) e. Proporsi perempuan dalam lembaga- lembaga publik (legislatif, eksekutif, dan yudikatif) Dalam lembaga legislatif (DPD, DPR, DPRD), keterwakilan perempuan yang seharusnya 30 % (sesuai UU), masih sangat jauh dari angka tersebut. Namun begitu, keterwakilan perempuan dalam lembaga legislatif mengalami peningkatan di 4

9 kabupaten, sementara terjadi penurunan di kota Yogyakarta. Jumlah tersebut belum tentu mencerminkan kontribusi perempuan untuk mengatasi masalah perempuan di DIY. Berdasarkan hasil Pilkada, terpilih 3 pemimpin perempuan. Dua orang bupati (di kabupaten Bantul dan Gunung Kidul) dan satu orang wakil bupati (di kabupaten Sleman). Tabel 9 Keterwakilan Perempuan Dalam Lembaga Legislatif Provinsi DIY (Hasil PEMILU 2009) No Anggota Laki- laki Perempuan Jumlah % 1 DPR DAPIL DIY ,5 2 DPD DAPIL DIY DPRD PROVINSI DIY ,82 4 DPRD KOTA YOGYAKARTA ,5 5 DPRD KABUPATEN BANTUL ,33 6 DPRD KABUPATEN KULON PROGO ,5 7 DPRD KABUPATEN SLEMAN DPRD KABUPATEN GUNUNGKIDUL ,56 Sumber: KPU Provinsi DIY Perkembangan yang menggembirakan terjadi pada keterwakilan perempuan dalam lembaga eksekutif. Semakin banyak perempuan berpartisipasi di lembaga itu. Namun tidak ada catatan yang memadai untuk menjelaskan posisi mereka di lembaga- lembaga tersebut. Satu- satunya catatan didapatkan dari kabupaten Gunung Kidul. Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah perempuan yang menempati posisi manajerial hanya 25% saja. Dengan proporsi terbesar menduduki eselon IV.

10 Tabel 10 Jumlah PNS Provinsi DIY ( ) Daerah Penempatan Laki- laki Perempuan Jumlah % Kulonprogo % % Bantul % % Gunung Kidul % % Sleman % % Yogyakarta % % Kulonprogo % % Bantul % % Gunung Kidul % % Sleman % % Yogyakarta % % Sumber: DIY dalam Angka Dibandingkan dengan dua masalah sebelumnya, yaitu kemiskinan dan pendidikan dasar, pemerintah nampaknya tidak terlalu memberikan perhatian khusus untuk peningkatan partisipasi perempuan. Hal ini dibuktikan dengan ketiadaan program pemerintah pusat dan daerah yang dikerjakan untuk mengatasi masalah ini secara komprehensif. IV. Menurunkan Angka Kematian Anak Angka kematian bayi (AKB) dan balita (AKBA) di provinsi DIY sangat rendah. Pada tahun 2015, pemerintah menargetkan angka kematian balita 32 dari kelahiran bayi. Data di DIY menunjukkan bahwa pada tahun 2008 dan 2009 AKB hanya 17, sedangkan AKBA (tahun 2008) yaitu 19 per kelahiran. Namun, AKBA pada tahun 2009 melonjak menjadi 36 per kelahiran. Berdasarkan data tersebut, meski tergolong rendah namun pemerintah harus melakukan upaya untuk mempertahankan kondisi saat ini. Secara absolut jumlah kematian bayi di kabupaten Kulon Progo dan Gunung Kidul cukup besar. V. Meningkatkan Kesehatan Ibu Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) per kelahiran hidup di provinsi DIY pada tahun 2008 dan 2009 masing- masing sebesar 105 dan 104. Angka tersebut sangat kecil jika

11 dibandingkan rata- rata nasional tahun 2009 yaitu 226, namun masih di atas angka yang ditargetkan pemerintah pada tahun 2015 yaitu 105. Dengan intensifikasi program penyuluhan dan pemberian makanan tambahan pada ibu hamil seperti yang dilakukan saat ini nampaknya dapat menekan AKI. Angka kematian ibu yang rendah itu ternyata seiring dengan tingginya proporsi kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan. Peran dukun tradisional semakin berkurang. AKI terbesar terjadi di Gunung Kidul karena kabupaten ini tidak memiliki tenaga medis yang mampu melakukan operasi Caesar. Sehingga ketika terjadi masalah kelahiran yang membutuhkan tindakan operasi tidak dapat dilakukan di rumah sakit setempat. Jumlah pasangan usia subur (PUS) yang menggunakan alat KB dari tahun untuk kabupaten/kota mengalami kenaikan. Namun, sangat perlu diperhatikan bahwa angka ibu yang tidak menggunakan alat kontrasepsi sangat tinggi. Jumlahnya hampir sama dengan dengan ibu yang menggunakan alat kontrasepsi. REKOMENDASI 1. Untuk mengatasi kemiskinan dan meningkatkan pendapatan, perlu dibuat terobosan untuk menanggulangi kemiskinan yang diinisiasi oleh pemerintah daerah. 2. Advokasi perempuan di bidang ekonomi harus diarahkan di sektor informal dan perdagangan. 3. Membuka akses pendidikan bagi perempuan melalui pendidikan informal untuk perempuan dewasa dan mendorong beasiswa untuk anak perempuan khususnya untuk pendidikan menengah dan tinggi. 4. Perlu memberikan upaya untuk meningkatkan keterwakilan perempuan di lembaga legislatif baik dari segi jumlah maupun kualitas. 5. Meningkatkan partisipasi KB bagi pasangan usia subur, terlebih peran laki- laki dalam program ini. POSISI PEREMPUAN Berdasarkan data, pembahasan, dan rekomendasi yang telah dipaparkan sebelumnya, konsorsium menyimpulkan ada beberapa hal yang perlu dikerjakan untuk menanggapi persoalan MDGs di DIY.

12 1. Memfasilitasi pendidikan kepada calon pemimpin perempuan mengenai isu- isu dan pencapaian MDGs di DIY. Melalui pendidikan ini diharapkan para calon pemimpin tersebut memiliki pengetahuan terhadap masalah- masalah yang berkaitan dengan MDGs khususnya bidang- bidang yang terkait langsung dengan perempuan. Pengetahuan tersebut dapat digunakan sebagai modal dasar untuk mengembangkan kebijakan pemerintah untuk mempercepat pencapaian MDGs. Tujuan ini akan diwujudkan melalui kursus pemimpin perempuan. 2. Menjalin kerjasama dengan pemimpin perempuan di tingkat legislatif dan eksekutif untuk segera melaksanakan program- program percepatan dalam rangka mencapai target- target MDGs melalui inisiatif DPRD. Tujuan ini akan dicapai melalui advokasi kebijakan pro MDGs.

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator

Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Indikator Page 1 Ikhtisar Pencapaian MDGs Provinsi Kepulauan Riau Menurut Jumlah Uraian Jumlah Jumlah Akan Perlu Perhatian Khusus Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan 12 9 1 2 Mencapai Pendidikan Dasar Untuk Semua

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

PENCAPAIAN TARGET MDGs DALAM RPJMN

PENCAPAIAN TARGET MDGs DALAM RPJMN PENCAPAIAN TARGET MDGs DALAM RPJMN 2010-2014 NINA SARDJUNANI Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bidang SDM dan Kebudayaan Disampaikan dalam Rakornas

Lebih terperinci

PEREMPUAN &PEMBANGUNAN DIAN KARTIKASARI KOALISI PEREMPUAN INDONESIA

PEREMPUAN &PEMBANGUNAN DIAN KARTIKASARI KOALISI PEREMPUAN INDONESIA PEREMPUAN &PEMBANGUNAN DIAN KARTIKASARI KOALISI PEREMPUAN INDONESIA SITUASI PEREMPUAN, KINI Data BPS per 2013, Rata-rata Lama Sekolah Anak Laki-laki 8 Th dan Perempuan 7 Th (tidak tamat SMP) Prosentase

Lebih terperinci

MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003

MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003 MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Diterjemahkan dari: Population and Development Strategies Series Number 10, UNFPA, 2003 MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (TUJUAN PEMBANGUNAN MILENIUM) 1. Menanggulangi Kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir seluruh Negara di dunia, terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs).

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. RAD MDGs Jawa Tengah

DAFTAR ISI. RAD MDGs Jawa Tengah DAFTAR ISI Hal Daftar Isi... ii Daftar Tabel dan Gambar... xii Daftar Singkatan... xvi Bab I Pendahuluan... 1 1.1. Kondisi Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Jawa Tengah... 3 Tujuan 1. Menanggulangi

Lebih terperinci

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan Dr. Hefrizal Handra Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang 2014 Deklarasi MDGs merupakan tantangan bagi negara miskin dan negara berkembang untuk mempraktekkan good governance dan komitmen penghapusan

Lebih terperinci

PARTISIPASI KASAR ( APK ) MENURUT JENJANG PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

PARTISIPASI KASAR ( APK ) MENURUT JENJANG PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN No III. BIDANG PENDIDIKAN TABEL 3.1.a ANGKA PARTISIPASI KASAR ( APK ) MENURUT JENJANG PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN TAHUN 2015 KECAMATAN SD SLTP SLTA L P L + P L P L+P L P L+P 1.365 1.191 2.556

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional,

Lebih terperinci

STATISTIK DAN ANALISIS: GENDER, ANAK, DAN PEREMPUAN

STATISTIK DAN ANALISIS: GENDER, ANAK, DAN PEREMPUAN STATISTIK DAN ANALISIS: GENDER, ANAK, DAN PEREMPUAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2009 Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat Provinsi DIY Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Republik

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 56 TAHUN 2011

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 56 TAHUN 2011 SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PERCEPATAN PENCAPAIAN TARGET MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS DENGAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER

LAPORAN AKHIR EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER LAPORAN AKHIR PENYUSUNAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH EVALUASI KINERJA DAN STRATEGI PERCEPATAN PENCAPAIAN INDIKATOR-INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS DI KABUPATEN JEMBER Kerjasama Penelitian : BADAN

Lebih terperinci

LAMPUNG LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG

LAMPUNG LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG RAD MDGs PROVINSI LAMPUNG LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR : 45 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 Desember 2011 BAB I PENDAHULUAN Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals/MDGs) merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu proses prioritas pembangunan nasional sebagaimana dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) 2005-2009 yakni di bidang sumber daya

Lebih terperinci

KESETARAAN GENDER PADA STRUKTUR APARAT PEMDA DAN PENDUDUK KABUPATEN SLEMAN

KESETARAAN GENDER PADA STRUKTUR APARAT PEMDA DAN PENDUDUK KABUPATEN SLEMAN LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN KEILMUAN GURU BESAR KESETARAAN GENDER PADA STRUKTUR APARAT PEMDA DAN PENDUDUK KABUPATEN SLEMAN Oleh: Prof. Dr. Farida Hanum, M.Si Lutfi Wibawa, M.Pd FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS-DATA MEMPERTAJAM INTERVENSI KEBIJAKAN

PERENCANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS-DATA MEMPERTAJAM INTERVENSI KEBIJAKAN PERENCANAAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN BERBASIS-DATA MEMPERTAJAM INTERVENSI KEBIJAKAN RAPAT KERJA TEKNIS TKPK TAHUN 2015 KERANGKA ANALISIS SITUASI KEMISKINAN KOMPONEN ANALISIS Perubahan akibat intervensi

Lebih terperinci

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK Millennium Development Goals (MDGs) Komitmen Negara terhadap rakyat Indonesia dan global Komitmen Indonesia kepada masyarakat Suatu kesepakatan dan kemitraan global

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penulisan Sumber Data... 3 DAFTAR ISI SAMBUTAN BUPATI POLEWALI MANDAR....... i DAFTAR ISI............ iii DAFTAR TABEL............ vi DAFTAR GRAFIK............ ix DAFTAR GAMBAR............ xiii DAFTAR SINGKATAN............ xiv PETA

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA 1. Gambaran Umum Demografi DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA Kondisi demografi mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah karena faktor demografi ikut mempengaruhi pemerintah

Lebih terperinci

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun

3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat Kecamatan di Kabupaten Polewali Mandar Tahun 3.2 Pencapaian Millenium Development Goals Berdasarkan Data Sektor Tingkat di Mandar 2007-2009 Indikator 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 3 4 5 6 7 8 9 20 Tujuan Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan Menurunkan Proporsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) adalah sebuah komitmen bersama masyarakat internasional untuk mempercepat pembangunan manusia dan pengentasan kemiskinan. MDGs ini

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG DAN KONDISI UMUM

LATAR BELAKANG DAN KONDISI UMUM 1. Latar Belakang dan Kondisi Umum 2. Dasar Hukum 3. Proses Penyusunan RAD 4. Capaian RAD MDGS Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011 2015 5. Permasalahan Pelaksanaan Aksi MDGS 6. Penghargaan yang Diperoleh

Lebih terperinci

STATISTIK GENDER 2011

STATISTIK GENDER 2011 STATISTIK GENDER 211 STATISTIK GENDER 211 ISBN: 978-979 - 64-46 - 9 No. Publikasi: 421.111 Katalog BPS: 21412 Ukuran Buku: 19 cm x 11 cm Naskah: Sub Direktorat Statistik Rumah tangga Gambar Kulit: Sub

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY PADA AGUSTUS 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,97 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY PADA AGUSTUS 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,97 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 No. 52/11/34/Th.XIV, 5 November 2012 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI DIY PADA AGUSTUS 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,97

Lebih terperinci

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut :

Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut : 4. Sistem Informasi pelaporan dari fasilitas pelayanan kesehatan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kota Provinsi yang belum tepat waktu Strategi Pemecahan Masalah pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai

Lebih terperinci

MDGs. Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan. dalam. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007

MDGs. Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan. dalam. Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007 MDGs dalam Kebijakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional September 2007 1 Cakupan Paparan I. MDGs sebagai suatu Kerangka untuk

Lebih terperinci

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan TUJUAN 3 Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan 43 Tujuan 3: Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat kompleks. Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu dari 34 provinsi di Indonesia yang terletak di pulau jawa bagian selatan tengah.

Lebih terperinci

BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA

BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA (Disampaikan dalam Diplomat Briefing, Jakarta 11 Maret 2013) Kata Pengantar Refleksi tentang Pencapaian MDG ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan pokok yang dialami oleh semua negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah kehilangan kesejahteraan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

Press Release Rapat Koordinasi Nasional Pembangunan Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Tahun 2010

Press Release Rapat Koordinasi Nasional Pembangunan Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Tahun 2010 RAKORNAS PP DAN PA 2010 Jakarta, 29 Juni 2010 Jakarta, KLA.Org - Press Release Rapat Koordinasi Nasional Pembangunan Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Tahun 2010 Rakornas PP dan PA Tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014, bangsa Indonesia telah melaksanakan Pemilihan Umum

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014, bangsa Indonesia telah melaksanakan Pemilihan Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2014, bangsa Indonesia telah melaksanakan Pemilihan Umum Legislatif atau Pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD dan Pemilu Eksekutif atau Pemilu Presiden dan

Lebih terperinci

CAPAIAN MDGs. provinsi KALIMANTAN TENGAH

CAPAIAN MDGs. provinsi KALIMANTAN TENGAH CAPAIAN MDGs provinsi KALIMANTAN TENGAH BAPPEDA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Palangka Raya, 16 Desember 2015 CAPAIAN INDIKATOR MDGS 2 JUMLAH INDIKATOR 23% 20% 1 Menanggulangi kemiskinan dan Kelaparan 2 Mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam usaha menyejahterakan rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB IV P E N U T U P

BAB IV P E N U T U P BAB IV P E N U T U P 4.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari Analisa Data Secara Integratif Untuk Menghasilkan Database Kecamatan dan Atlas adalah sebagai berikut: 1. Gambaran umum sejauh mana pencapain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah

I. PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat kesejahteraan masyarakat secara rata-rata di suatu daerah dicerminkan oleh besar kecilnya angka PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan PDRB Per Kapita. Kesehatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Padang, 01 November 2016 Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Provinsi Sumatera Barat Kepala

KATA PENGANTAR. Padang, 01 November 2016 Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Provinsi Sumatera Barat Kepala KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-nya kepada kita semua, sehingga Tim Penulis dapat menyelesaikan penyusunan buku Profil Gender dan

Lebih terperinci

SERIAL PEDOMAN TEKNIS

SERIAL PEDOMAN TEKNIS SERIAL PEDOMAN TEKNIS PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF BAGI DAERAH UNTUK MENDUKUNG PERCEPATAN PENCAPAIAN TUJUAN MDGs DI PROVINSI KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL / BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang terintegrasi dan komprehensif dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang tidak terpisahkan. Di samping mengandalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kemajuan suatu negara tercermin pada kemajuan bidang pendidikan. Peningkatan pendidikan yang bermutu di Indonesia termaktub dalam amanah konstitusi

Lebih terperinci

Sulit menciptakan keadilan dan kesetaraan gender jika negara terus menerus memproduksi kebijakan yang bias gender. Genderisasi kebijakan publik telah

Sulit menciptakan keadilan dan kesetaraan gender jika negara terus menerus memproduksi kebijakan yang bias gender. Genderisasi kebijakan publik telah KATA PENGANTAR Pengarusutamaan Gender telah menjadi garis kebijakan pemerintah sejak keluarnya Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000. Instruksi tersebut menggariskan: seluruh departemen maupun lembaga

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. 4.1 Kesimpulan BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari Analisa Data Secara Integratif Untuk Menghasilkan Database Kecamatan dan Atlas adalah sebagai berikut: 1. Gambaran umum sejauh mana pencapain dari 7

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. telah memberlakukan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan permasalahan yang dihadapi oleh seluruh Negara, terutama di Negara berkembang seperti Indonesia. Pemerintah Indonesia telah memberlakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN , , ,793

BAB I PENDAHULUAN , , ,793 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV dan AIDS pada saat ini merupakan salah satu permasalahan sosial yang ada di kalangan masyarakat luas. Peningkatan penyebaran HIV dan AIDS saat ini semakin mengkuatirkan.

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 No. 47/12/34/Th.XI, 01 Desember 2009 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN (Di

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes.

KATA PENGANTAR. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes. KATA PENGANTAR Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bulan September 2000, sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia sepakat untuk mengadopsi Deklarasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals) adalah Deklarasi Millennium hasil kesepakatan yang ditandatangani oleh kepala negara dan perwakilan dari

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA BAB IX PENETAPAN INDIKATOR Pada akhir tahun kedua pelaksanaan Tahun 2011-2015, terjadi dinamika dalam pencapaian target kinerja daerah, antara lain beberapa indikator telah tercapai jauh melampaui target

Lebih terperinci

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013 PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013 ISBN: 978-979 - 064-666 - 7 No. Publikasi: 04210.1310 Katalog BPS: 2104010 Ukuran Buku: 11 cm x 19 cm Jumlah Halaman: vii + 48 Naskah: Subdirektorat Statistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penanganan yang tepat agar dapat segera teratasi. Indonesia merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. penanganan yang tepat agar dapat segera teratasi. Indonesia merupakan salah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemiskinan menjadi permasalahan sosial yang sangat komplek, dimana kemiskinan sering menjadi isu Global maupun Nasional yang menimbulkan keprihatinan oleh banyak pihak,

Lebih terperinci

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan BUKU 4e SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

Profil Gender dan Anak Sumbar 2016 KATA PENGANTAR

Profil Gender dan Anak Sumbar 2016 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-nya kepada kita semua, sehingga Tim Penulis dapat menyelesaikan penyusunan buku Profil Gender dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan merupakan makhluk yang diciptakan dengan berbagai kelebihan, sehingga banyak topik yang diangkat dengan latar belakang perempuan. Kelebihan-kelebihan

Lebih terperinci

BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD

BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD BAB V RELEVANSI DAN EFEKTIVITAS APBD 5.1. Evaluasi APBD Pendapatan Daerah yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di Kota Solok diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya berasal

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67 RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS 2015 Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, meningkatnya derajat kesehatan penduduk di suatu wilayah, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER RISKESDAS

Lampiran 1 KUESIONER RISKESDAS LAMPIRAN 39 40 Lampiran 1 KUESIONER RISKESDAS 41 42 43 Lampiran 2 TUJUAN, TARGET, DAN INDIKATOR MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS INDONESIA No Tujuan Target Indikator 1 Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan

Lebih terperinci

Perempuan di Ranah Politik Pengambilan Kebijakan Publik

Perempuan di Ranah Politik Pengambilan Kebijakan Publik Perempuan di Ranah Politik Pengambilan Kebijakan Publik Sri Budi Eko Wardani PUSKAPOL - Departemen Ilmu Politik FISIP UI Lembaga Administrasi Negara, 21 Desember 2016 2 Partisipasi Perempuan di Ranah Politik

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Wonogiri di bagian tenggara, Kabupaten Klaten di bagian timur laut,

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Kabupaten Wonogiri di bagian tenggara, Kabupaten Klaten di bagian timur laut, BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu dari 34 provinsi di Indonesia yang terletak di pulau jawa bagian selatan tengah.

Lebih terperinci

terdapat di tingkat SD/Sederajat. lebih tinggi di luar Temanggung. 1) Angka Kematian Bayi waktu satu tahun per kelahiran hidup.

terdapat di tingkat SD/Sederajat. lebih tinggi di luar Temanggung. 1) Angka Kematian Bayi waktu satu tahun per kelahiran hidup. Selama enam tahun terakhir APM yang tertinggi terdapat di tingkat SD/Sederajat dan yang terendah di tingkat SMA/Sederajat. Hal ini menunjukkan partisipasi penduduk untuk menempuh pendidikan paling tinggi

Lebih terperinci

PERAN DAN FUNGSI LEGISLATIF DALAM MENDORONG PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN ABAD MILENIUN/MDGs. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

PERAN DAN FUNGSI LEGISLATIF DALAM MENDORONG PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN ABAD MILENIUN/MDGs. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI PERAN DAN FUNGSI LEGISLATIF DALAM MENDORONG PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN ABAD MILENIUN/MDGs Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan dalam Seminar Pembangunan Abad Milenium/Millenium Development Goals

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan keluarga Indonesia yang sejahtera. Sesuai dengan

Lebih terperinci

Position Paper Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan

Position Paper Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan Position Paper Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan Wagiran Pokja Gender Bidang Pendidikan DIY Disampaikan dalam FGD Pengarusutamaan Gender Bidang Pendidikan Kabupaten Sleman Tanggal 8 Januari 2008

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Kelompok

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Kelompok BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Kelompok tersebut mengalami siklus pertumbuhan dan perkembangan yang membutuhkan zat-zat gizi yang

Lebih terperinci

Pengalaman MDGS: PROSES INTEGRASI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Pengalaman MDGS: PROSES INTEGRASI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN Pengalaman MDGS: PROSES INTEGRASI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN MDGs dirumuskan pada tahun 2000, Instruksi Presiden 10 tahun kemudian (Inpres No.3 tahun 2010 tentang Pencapaian Tujuan MDGs) Lesson Learnt:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah kebutuhan utama dan mendasar bagi kehidupan manusia. Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak, inflasi juga naik dan pertumbuhan ekonomi melambat. Kemiskinan yang terjadi dalam suatu

Lebih terperinci

Latar Belakang. Tujuan setiap warga negara terhadap kehidupannya adalah

Latar Belakang. Tujuan setiap warga negara terhadap kehidupannya adalah STRATEGI DAN INOVASI PENCAPAIAN MDGs 2015 DI INDONESIA Oleh Dr. Afrina Sari. M.Si Dosen Universitas Islam 45 Bekasi Email: afrina.sari@yahoo.co.id ABSTRACT Indonesia telah berhasil mengurangi kemiskinan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surakarta, Desember KEPALA BAPPEDA KOTA SURAKARTA Selaku SEKRETARIS TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN KOTA SURAKARTA

KATA PENGANTAR. Surakarta, Desember KEPALA BAPPEDA KOTA SURAKARTA Selaku SEKRETARIS TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN KOTA SURAKARTA KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD)

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS INDONESIA 2010

LAPORAN SINGKAT PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS INDONESIA 2010 LAPORAN SINGKAT PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS INDONESIA 21 DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Tujuan dan Target Millennium Development Goals (MDGs)

Lebih terperinci

STUDI EMPIRIS CAPAIAN MDGS DI PROVINSI RIAU

STUDI EMPIRIS CAPAIAN MDGS DI PROVINSI RIAU STUDI EMPIRIS CAPAIAN MDGS DI PROVINSI RIAU Riski Robi Juhardi, Wahyu Hamidi dan Syapsan Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK Millenium Development Goals (MDGs) merupakan paradigma

Lebih terperinci

MENGGAPAI TARGET MDGs DALAM PROGRAM KB NASIONAL. Oleh : Drs. Andang Muryanta

MENGGAPAI TARGET MDGs DALAM PROGRAM KB NASIONAL. Oleh : Drs. Andang Muryanta MENGGAPAI TARGET MDGs DALAM PROGRAM KB NASIONAL Oleh : Drs. Andang Muryanta PENDAHULUAN Banyak negara diberbagai belahan dunia telah berkomitmen secara serius dalam menggapai target MDGs (Millenium Development

Lebih terperinci

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010 ISSN 2087-7633 KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010 KERJASAMA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KB DALAM PENINGKATAN HDI PROVINSI DIY. Oleh ASISTEN PEMERINTAHAN DAN KESRA

KONTRIBUSI KB DALAM PENINGKATAN HDI PROVINSI DIY. Oleh ASISTEN PEMERINTAHAN DAN KESRA KONTRIBUSI KB DALAM PENINGKATAN HDI PROVINSI DIY Oleh ASISTEN PEMERINTAHAN DAN KESRA UU 17/2007: RPJPN Program Pembangunan Nasional periode 2005 2025 dilaksanakan sesuai dengan RPJP Nasional. Arah pembangunan

Lebih terperinci

EKSPOSE PENGENDALIAN PEMBANGUNAN TRIWULAN III TAHUN Yogyakarta, 29 Oktober 2015

EKSPOSE PENGENDALIAN PEMBANGUNAN TRIWULAN III TAHUN Yogyakarta, 29 Oktober 2015 EKSPOSE PENGENDALIAN PEMBANGUNAN TRIWULAN III TAHUN 2015 Yogyakarta, 29 Oktober 2015 Outline paparan 1 Evaluasi Kemen. PAN dan RB Capaian MDGs 2 3 Kinerja APBD Kinerja anggaran keistimewaan 4 5 Kinerja

Lebih terperinci

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Katalog BPS : 2301003.34 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Statistik BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tantangan Indonesia saat ini adalah menghadapi bonus demografi tahun 2025 yang diikuti dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Badan Perencanaan

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

Target 2A : Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar

Target 2A : Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar Target 2A : Menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan dimanapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar 2.1 2.2 2.3 Target MDGs Status Sumber 2015 Angka Partisipasi 90,0202 95,74 100%

Lebih terperinci

Paparan Kepala Bappeda Provinsi Kalimantan Tengah

Paparan Kepala Bappeda Provinsi Kalimantan Tengah Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jl. Diponegoro No. 60 Telepon (0536) 3221715, 3221645, Fax (0536) 3222217 PALANGKA RAYA 73111 Paparan Kepala Bappeda Provinsi

Lebih terperinci

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G / Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.A TARGET KINERJA PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG PERLINDUNGAN ANAK TAHUN 2011

MATRIKS 2.2.A TARGET KINERJA PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG PERLINDUNGAN ANAK TAHUN 2011 MATRIKS 2.2.A TARGET KINERJA PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG PERLINDUNGAN ANAK TAHUN 2011 No Fokus / Kegiatan Plk (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 1 Peningkatan kualitas tumbuh 1. APK PAUD (persentase)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB V PENUTUP Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Laporan Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Daerah (LP2KD) disusun sebagai bahan informasi tentang pelaksanaan penanggulangan kemiskinan di Kota Surakarta pada tahun 2016.

Lebih terperinci

DISPARITAS SPASIAL INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN Gita Arfiani

DISPARITAS SPASIAL INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN Gita Arfiani DISPARITAS SPASIAL INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2010 Gita Arfiani gita.arfiani@gmail.com Umi Lisyaningsih listyaningsih_umi@yahoo.com Abstract In 1996 and 1999 Daerah Istimewa

Lebih terperinci

PELAKSANAAN SPF DI PROVINSI MALUKU. Bappeda Provinsi Maluku

PELAKSANAAN SPF DI PROVINSI MALUKU. Bappeda Provinsi Maluku PELAKSANAAN SPF DI PROVINSI MALUKU Bappeda Provinsi Maluku MALUKU ADALAH PROVINSI KEPULAUAN Jumlah dan Tingkat Pertumbuhan Penduduk di Provinsi Maluku, Tahun 1961-2010 Tahun Total Tingkat Pertumbuhan Per

Lebih terperinci

Berbincang Kesehatan Reproduksi PKBI DIY

Berbincang Kesehatan Reproduksi PKBI DIY Berbincang Kesehatan Reproduksi PKBI DIY Kesehatan-sehat Kondisi yang bebas dari segala macam penyakit Sehat secara fisik, psikis/mental, seksual, sosial dan ekonomi dalam satu kesatuan utuh. Reproduksi

Lebih terperinci

BAB VI P E N U T U P

BAB VI P E N U T U P BAB VI P E N U T U P 6.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan dari hasil Analisis Situasi Ibu dan Anak di Kabupaten Polewali Mandar tahun 2009 ini adalah sebagai berikut: 1. Bidang Kesehatan a. Angka Kematian

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK SAMBUTAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PADA PELUNCURAN SURAT EDARAN BERSAMA PERCEPATAN PELAKSANAAN PUG MELALUI PPRG Jakarta, 5 Maret 2013 Yth. Menteri Bappenas Yth. Menteri

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERTINGGI DI KOTA YOGYAKARTA, NAMUN JUMLAH PENGANGGUR TERBANYAK

TINGKAT PENGANGGURAN TERTINGGI DI KOTA YOGYAKARTA, NAMUN JUMLAH PENGANGGUR TERBANYAK BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 03/01/34/Th.X, 02 Januari 2008 SAKERNAS AGUSTUS 2007 MENGHASILKAN ANGKA PENGANGGURAN PERBANDINGAN ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI DIY : TINGKAT PENGANGGURAN TERTINGGI

Lebih terperinci

Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global

Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global PENGUKURAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2015 VISI : Menuju Sidoarjo Sejahtera, Mandiri, dan Berkeadilan No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Target 2015 Realiasasi 2015 % Capaian

Lebih terperinci