INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2014"

Transkripsi

1

2 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2014 No. ISBN ISBN Number : No. Publikasi Publication Number : Naskah Manuscript : Fredy Tjekden Penulis Author : Fredy Tjekden Penyunting Editor : Sunarto, S.Si, M.S.E Diterbitkan oleh Published by : Badan Pusat Statistik Kabupaten Gunungkidul BPS Statistics of Gunungkidul Regency Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya May be cited with reference to the source

3 SAMBUTAN Pembangunan nasional merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan atau kualitas hidup penduduk. Berbagai indikator kesejahteraan rakyat dapat digunakan untuk mengawasi, mengendalikan dan mengevaluasi keberhasilan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dari waktu ke waktu. Salah satu upaya untuk melengkapi indikator dalam bidang kesejahteraan rakyat yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Gunungkidul adalah melalui penyusunan Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul Data yang disajikan dalam publikasi ini meliputi informasi dalam bentuk tabel, grafik, dan publikasi ini juga menganalisis secara umum data yang tersedia sebagai suatu bentuk ulasan terhadap pencapaian pembangunan daerah. Akhir kata kami sampaikan selamat bekerja dan sukses, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberi petunjuk dan bimbingan kepada kita sekalian. Amin. Wonosari, Desember 2015 Bappeda Kabupaten Gunungkidul Kepala, Ir. Syarief Armunanto, M.M NIP iii

4 KATA PENGANTAR Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2014 merupakan publikasi tahunan yang menyajikan informasi berbagai indikator kesejahteraan rakyat di daerah ini. Publikasi ini sangat bermanfaat bagi birokrat, peneliti, pembuat kebijakan bahkan pihak swasta dalam rangka perencanaan, pengendalian dan evaluasi. Penerbitan publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2014 adalah hasil kerjasama antara Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Gunungkidul dengan Badan Perencanaan Daerah (Bappeda) Kabupaten Gunungkidul. Publikasi ini menyajikan statistik dan indikator kesejahteraan rakyat sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai dasar perencanaan maupun evaluasi terhadap upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat. Statistik yang dicakup meliputi aspek kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, konsumsi dan pengeluaran rumah tangga, perumahan dan lingkungan, serta sosial. Dalam publikasi ini juga dilengkapi konsep dan definisi, untuk mempermudah pemahaman para pembaca. Kepada semua pihak yang secara aktif membantu dalam penerbitan ini, kami sampaikan penghargaan dan terima kasih. Selanjutnya kami mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan penerbitan di masa yang akan datang. Wonosari, Desember 2015 Badan Pusat Statistik Kabupaten Gunungkidul Kepala, Agus Handriyanto, SE, M.Si NIP iv

5 ABSTRAKSI Tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Gunungkidul dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Peningkatan ini dapat ditunjukkan melalui beberapa indikator kesejahteraan rakyat. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk sejak tahun 2010 hingga 2014 rata-rata 0,86 persen per tahun. Jumlah penduduk pada 2014 sebanyak jiwa, dengan kepadatan 470 jiwa per km 2. Peningkatan taraf kesejahteraan rakyat Kabupaten Gunungkidul di bidang kesehatan antara lain terlihat dari kenaikan Angka Harapan Hidup. Angka Harapan Hidup penduduk Kabupaten Gunungkidul pada 2014 sebesar 73,39 tahun meningkat dari 73,38 pada tahun Dari aspek ketenagakerjaan, sektor pertanian (52,61 persen) masih merupakan lapangan usaha utama dalam menyerap tenaga kerja di Kabupaten Gunungkidul. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 2014 sebesar 77,65 persen dan Tingkat Pengangguran Terbuka yang turun ke level 1,61 persen akan memberikan kontribusi terhadap turunnya angka kemiskinan. Angka Partisipasi Sekolah (APS) tertinggi terdapat pada kelompok usia 7-12 tahun, yaitu sebesar 100,0 persen, sedang untuk kelompok umur sebesar 98,2 persen dan kelompok umur sebesar 80,8 persen. v

6 DAFTAR ISI Sambutan... iii Kata Pengantar... iv Abstraksi... v Daftar Isi... vi Daftar Tabel...vii Daftar Gambar... ix Daftar Tabel Lampiran... x Penjelasan Teknis... xv Pendahuluan... xix Bab I. Kependudukan... 1 Bab II. Pendidikan... 8 Bab III. Kesehatan dan Keluarga Berencana Bab IV. Ketenagakerjaan Bab V. Konsumsi dan Pengeluaran Rumah Tangga Bab VI. Perumahan dan Lingkungan Bab VII. Sosial Lampiran Tabel-Tabel vi

7 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Komposisi Penduduk dan Angka Beban Tanggungan di Kabupaten Gunungkidul, (Persen)... 4 Tabel 1.2 Persentase Perempuan Pernah Kawin Usia 10 Tahun ke Atas menurut Umur Perkawinan Pertama di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 1.3 Rata-rata Banyaknya Anggota Rumah Tangga per Rumah Tangga di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 2.1 Rasio Murid terhadap Sekolah, Kelas, dan Guru menurut Tingkat Sekolah di Kabupaten Gunung Kidul, 2014/ Tabel 2.2 Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Jenis Kelamin dan Usia Sekolah di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 2.3 Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Jenis Kelamin dan Usia Sekolah di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 2.4 Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Jenis Kelamin dan Usia Sekolah di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 3.1 Rasio Jumlah Puskesmas dan Dokter terhadap Jumlah Penduduk di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 3.2 Tabel 3.3 Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama Sebulan yang Lalu di Kabupaten Gunungkidul, Angka Harapan Hidup menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, (Tahun) Tabel 4.1 TPAK Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, (persen) Tabel 4.2 TPT Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, (persen) Tabel 4.3 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Sektor Utama di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 5.1 Perbandingan Pengeluaran 4 Kelompok Penting di Kabupaten Gunungkidul, vii

8 Tabel 6.1 Persentase Rumah Tangga menurut Rata-rata Luas Lantai Rumah di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 7.1 Jumlah Anak Cacat dan Penyandang Cacat di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 7.2 Tambahan Narapidana Berdasarkan Keputusan Pengadilan menurut Status Tahanan dalam Lembaga Permasyarakatan di Kabupaten Gunungkidul, viii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Kepadatan Penduduk Kabupaten Gunungkidul, Gambar 1.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Gunungkidul, Gambar 2.1 Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Gunungkidul, Gambar 3.1 Persentase Sepuluh Besar Penyakit di Kabupaten Gunungkidul, Gambar 3.2 Persentase Akseptor KB Aktif menurut Jenis Kontrasepsi yang Sedang Digunakan di Kabupaten Gunungkidul, Gambar 5.1 Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Gunungkidul, Gambar 5.2 Gambar 6.1 Gambar 6.2 Gambar 7.1 Distribusi Pendapatan menurut Kriteria Bank Dunia di Kabupaten Gunungkidul, Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air Minum di Kabupaten Gunungkidul, Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Kloset yang Digunakan di Kabupaten Gunungkidul, Banyaknya Korban Bencana Alam yang Terjadi menurut Jenis Bencana di Kabupaten Gunungkidul, ix

10 DAFTAR TABEL LAMPIRAN Tabel 1.1. Persebaran Penduduk menurut Kabupaten/Kota di D.I Yogyakarta, 2000 dan Tabel 1.2. Luas dan Kepadatan Penduduk menurut Kabupaten/Kota di D.I Yogyakarta, 1990, 2000 dan Tabel 1.3. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 1.4. Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun menurut Kabupaten/ Kota di D.I Yogyakarta, Tabel 1.5. Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk Pertahun menurut Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 1.6. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 1.7. Persentase Penduduk menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin dan Sex Ratio di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 1.8. Persentase Penduduk Perempuan Usia 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin menurut Kabupaten/Kota dan Umur Perkawinan Pertama di D.I Yogyakarta, Tabel 1.9. Rata-Rata Jumlah Anak Lahir Hidup, Anak Masih Hidup per Perempuan Usia Tahun Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Gunungkidul, Tabel Rata-rata Banyaknya Anggota Rumah Tangga per Rumah Tangga menurut Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Tabel Rata-rata Banyaknya Anggota Rumah Tangga per Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota di D.I Yogyakarta, Tabel 2.1. Rasio Murid terhadap Sekolah, Kelas, dan Guru menurut Tingkat Sekolah (Negeri dan Swasta) di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 2.2. Persentase Penduduk Usia 7-12 Tahun menurut Partisipasi Sekolah dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 2.3. Persentase Penduduk Usia Tahun menurut Partisipasi Sekolah dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 2.4. Persentase Penduduk Usia Tahun menurut Partisipasi Sekolah dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, x

11 Tabel 2.5. Persentase Penduduk Usia Tahun menurut Partisipasi Sekolah di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 2.6. Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 2.7. Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 2.8. Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamindi Kabupaten Gunungkidul, Tabel 2.9. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Gunungkidul, Tabel Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas menurut Partisipasi Sekolah dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, Tabel Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas menurut Status Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, Tabel Persentase Penduduk Tidak Buta Huruf Usia 15 Tahun ke Atas yang menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin D.I. Yogyakarta, Tabel 3.1. Rasio Puskesmas Terhadap Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 3.2. Rasio Banyaknya Dokter terhadap Penduduk di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 3.3. Jumlah dan Persentase Kasus Sepuluh Besar Penyakit menurut Jenis Penyakit di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 3.4. Persentase Penduduk menurut Jenis Keluhan Kesehatan Utama Selama Sebulan yang Lalu terhadap Seluruh Penduduk di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 3.5. Persentase Balita menurut Kabupaten/kota dan Penolong Kelahiran Terakhir di D.I. Yogyakarta, Tabel 3.6. Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Kabupaten/Kota Lamanya Disusui (Bulan) di D.I. Yogyakarta, Tabel 3.7. Angka Harapan Hidup Kabupaten Gunungkidul, Tabel 3.8. Perkiraan Permintaan Masyarakat (PPM) dan Persentase Realisasi Akseptor KB menurut Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, xi

12 Tabel 3.9. Angka Partisipasi Peserta KB Aktif per 1000 Pasangan Usia Subur (PUS) menurut Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Tabel Banyaknya Akseptor KB Aktif menurut Kecamatan dan Jenis Tempat Pelayanan di Kabupaten Gunungkidul, Tabel Persentase Wanita Berumur Tahun dan Berstatus Kawin menurut Alat/Cara KB yang Dipakai di Kabupaten Gunungkidul, Tabel Banyaknya Akseptor KB Aktif menurut Kecamatan dan Jenis Kontrasepsi Yang Sedang Digunakan di Kabupaten Gunungkidul, Tabel Banyaknya Akseptor KB yang Gagal menurut Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 4.1. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama Selama Seminggu yang Lalu dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 4.2. Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Kabupaten/Kota dan Sektor Utama di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 4.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin di D.I Yogyakarta, Tabel 4.4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin di D.I Yogyakarta, Tabel 4.5. Persentase Transmigran menurut Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 4.6. Realisasi Pemberangkatan Transmigran menurut Provinsi Penempatan dan Jenis Transmigrasi di Kabupaten Gunungkidul, 2014 (KK) Tabel 4.7. Realisasi Pemberangkatan Transmigran menurut Provinsi Penempatan dan Jenis Transmigrasi di Kabupaten Gunungkidul, 2014 (Jiwa) Tabel 4.8. Persentase Pemberangkatan Transmigran menurut Jenisnya di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 5.1. Persentase Pengeluaran Makanan yang Dikonsumsi Rumah Tangga Sebulan yang Lalu menurut Jenisnya di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 5.2. Persentase Pengeluaran Non Makanan yang Dikonsumsi Rumah Tangga Sebulan yang Lalu menurut Jenisnya di Kabupaten Gunungkidul, xii

13 Tabel 5.3. Produksi Padi per Kapita Setahun menurut Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 5.4. Produksi Ikan Konsumsi (Laut dan Air Tawar) per Kapita Setahun di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 5.5. PDRB Perkapita menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 5.6. Persentase Penduduk dan Pengeluaran Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 5.7. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin menurut Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta Tahun, Tabel 5.8. Distribusi Pendapatan Menurut Kriteria Bank Dunia di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 6.1. Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Lantai Terluas Tempat Tinggal di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 6.2. Persentase Rumahtangga menurut Rata-rata Luas lantai Rumah di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 6.3. Persentase Rumahtangga menurut Sumber Air Minum di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 6.4. Persentase Rumahtangga Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kloset Yang Digunakan di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 6.5. Persentase Rumahtangga Menurut Kabupaten/Kota dan Sumber Penerangan Utama di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 7.1. Banyaknya Penduduk Penyandang Cacat menurut Kecamatan dan Jenisnya di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 7.2. Banyaknya Korban Bencana Alam yang Terjadi menurut Jenis Bencana di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 7.3. Rata-rata Banyaknya Penduduk Pemeluk Agama terhadap Tempat Peribadatan menurut Jenis Tempat Peribadatan di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 7.4. Banyaknya Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk menurut Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Tabel 7.5. Tambahan Narapidana Berdasarkan Keputusan Pengadilan menurut Jenis Kejahatan/Pelanggaran dan Status dalam Lembaga, xiii

14 Penjelasan Teknis 1. Proyeksi Penduduk adalah suatu penghitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi mengenai tingkat dan perkembangan tingkat kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk. Proyeksi penduduk untuk setiap provinsi dilaksanakan di Pusat dengan menggunakan paket MCPDA. tahun dan 65 tahun ke atas) dengan banyaknya orang yang termasuk usia produktif (umur tahun). 6. Umur Perkawinan Pertama menunjukkan umur saat seseorang melangsungkan upacara perkawinan yang pertama. 2. Penduduk menurut kelompok umur adalah pengelompokan penduduk berdasarkan umur dan biasanya dikelompokkan ke dalam kelompok interval 5 tahunan yang dimulai dari usia 0 tahun. 3. Kepadatan Penduduk/Km 2 adalah rata-rata jumlah penduduk per km Laju Pertumbuhan Penduduk adalah ukuran rata-rata kecepatan pertambahan penduduk per tahun. 5. Angka Beban Tanggungan adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang pada usia yang tidak produktif (umur di bawah Rumah Sakit adalah tempat pemeriksaan dan perawatan kesehatan yang biasanya dibawah pengawasan dokter/tenaga medis. 8. Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. 9. Seseorang dikatakan dapat membaca dan menulis apabila ia dapat membaca dan menulis xv

15 surat/kalimat sederhana dengan suatu huruf. 10. Angka Melek Huruf (AMH) adalah persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis dengan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas. 11. Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah jumlah penduduk yang masih sekolah pada usia 7-12 tahun/13-15 tahun/16-18 tahun dibagi jumlah penduduk usia 7-12 tahun/13-15 tahun/16-18 tahun dikalikan Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah persentase antara jumlah murid SD/SLTP/SLTA dengan jumlah penduduk usia 7-12 tahun/13-15 tahun/16-18 tahun. 13. Angka Partisipasi Murni (APM) adalah perbandingan antara murid SD/SLTP/SLTA usia 7-12 tahun/13-15 tahun/16-18 tahun dengan penduduk usia 7-12 tahun/13-15 tahun/16-18 tahun (dalam persentase). 14. Angka Putus Sekolah adalah persentase antara jumlah penduduk usia 7 tahun/13 tahun/16 tahun ke atas yang putus sekolah di SD/SLTP/SLTA dengan jumlah penduduk usia 7 tahun/13 Tahun/16 Tahun ke atas. 15. Sekolah adalah sekolah formal mulai dari pendidikan dasar, menengah, dan tinggi. 16. Rasio murid terhadap guru SD/SLTP/ SLTA : Jumlah murid SD/SLTP/SLTA Jumlah guru SD/SLTP/SLTA 17. Rasio murid per kelas SD/SLTP/ SLTA : Jumlah murid SD/SLTP/SLTA Jumlah kelas SD/SLTP/SLTA 18. Angkatan Kerja adalah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran. 19. Bekerja adalah mereka yang selama seminggu yang lalu melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan dan bekerja paling sedikit 1 (satu) jam berturut-turut dalam seminggu yang lalu. xvi

16 20. Pengangguran adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan, atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (discouraged workers), atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja/mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja (future starts). 21. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT): Jumlah Pengangguran Jumlah Angkatan Kerja 22. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK): Jumlah Angkatan Kerja 23. Mencari pekerjaan adalah kegiatan seseorang yang tidak bekerja dan pada saat survei orang tersebut sedang mencari pekerjaan, baik mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan atau mereka yang sudah pernah bekerja, karena sesuatu hal berhenti atau diberhentikan dan sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan. X 100% Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas X 100% 24. Bukan Angkatan Kerja adalah bagian dari tenaga kerja (manpower) yang tidak bekerja ataupun bukan pengangguran, seperti sekolah, mengurus rumah tangga atau tua dan cacat. 25. Sekolah adalah kegiatan bersekolah di sekolah formal baik pendidikan dasar, pendidikan menengah atau pendidikan tinggi. Tidak termasuk yang sedang libur. 26. Mengurus Rumah Tangga adalah penduduk 15 tahun keatas yang selama seminggu yang lalu mengurus rumah tangga atau membantu mengurus rumah tangga tanpa mendapatkan upah/gaji. 27. Status Pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam pekerjaan. 28. Lapangan Usaha adalah bidang kegiatan dari pekerjaan/usaha/ perusahaan/kantor tempat seseorang bekerja, atau yang hasilkan oleh perusahaan/kantor tempat responden bekerja. xvii

17 29. Bagan Ketenagakerjaan: Penduduk Usia kerja Bukan usia kerja Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran Sekolah Mengurus Rumah tangga Lainnya Sedang bekerja Sementara tdk bekerja Mencari Pekerjaan Mempersiapkan Usaha Merasa tak mungkin mendapat Pekerjaan Sudah punya pekerjaan tapi belum mulai bekerja 30. Konsumsi Rumah Tangga adalah pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan makanan dan non makanan. Kelompok makanan mencakup pengeluaran konsumsi bahan makanan, makanan jadi, minuman, tembakau dan sirih. Sedangkan kelompok bukan makanan mencakup perumahan, sandang, biaya kesehatan, sekolah dsb. 31. Pengeluaran rata rata perkapita sebulan adalah rata rata biaya yang dikeluarkan rumah tangga untuk konsumsi semua anggota rumah tangga selama sebulan dibagi dengan banyaknya anggota rumah tangga. xviii

18 Pendahuluan Umum Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2013 berisikan data statistik tentang kesejahteraan rakyat. Data-data yang disajikan, disusun sedemikian rupa sehingga menggambarkan keadaan kesejahteraan rakyat Kabupaten Gunungkidul. Ruang Lingkup Dimensi kesejahteraan rakyat disadari sangat luas dan kompleks, sehingga suatu taraf kesejahteraan rakyat tidak hanya dapat dilihat dari suatu aspek tertentu. Dalam publikasi ini kesejahteraan rakyat diamati dari beberapa aspek yang spesifik, yaitu aspek Kependudukan, Kesehatan dan Keluarga Berencana, Pendidikan, Ketenagakerjaan, Konsumsi dan Pengeluaran Rumahtangga, Perumahan dan Lingkungan, serta Sosial lainnya. Sumber Data Sumber data utama Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2013 ini merupakan data primer, dalam arti dikumpulkan dan diolah sendiri oleh Badan Pusat Statistik, seperti Sensus Penduduk (SP), Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) dan lain-lain. Data primer tersebut mempunyai keterbatasan sebagai sumber informasi publikasi tahunan, sehingga selain menggunakan data primer, publikasi ini juga mengolah data sekunder yang berasal dari instansi-instansi pemerintah yang terkait seperti Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Kantor Kementrian Agama, dan sebagainya. xix

19 Bab 1 Kependudukan Pembangunan adalahsuatu proses berkelanjutan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan sumberdaya manusia dengan cara menyusun sinergi antara aktivitas manusianya dengan kemampuan sumber alam yang tersedia. Penduduk sebagai komponen utama sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat strategis dalam kerangka pembangunan nasional, selainsebagai subyek juga sebagai obyek pembangunan. Sebagai subyek pembangunan maka penduduk harus berkembang kemampuannya sehingga bisa menjadi penggerak pembangunan. Sebaliknya, pembangunan juga harus dapat dinikmati oleh penduduk yang bersangkutan. Dengan demikian jelas bahwa pembangunan harus dikembangkan dengan memperhitungkan kemampuan penduduk agar seluruh penduduk dapat berpartisipasi aktif dalam dinamika pembangunan tersebut. Sebaliknya, pembangunan tersebut baru dikatakan berhasil jika mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk dalam arti yang luas. Kondisi kependudukan yang ada sangat mempengaruhi dinamika pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan kualitas penduduk yang memadai akan merupakan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya jumlah penduduk yang besar dengan tingkat kualitas yang rendah, menjadikan penduduk tersebut sebagai beban bagi pembangunan Oleh karena itu dalam proses pembangunan masalah kependudukan merupakan masalah yang sangat penting untuk diperhatikan, diantaranya mengenai jumlah, komposisi, dan distribusinya.untuk menunjang keberhasilan pembangunan maka kebijakan dibidang kependudukan diarahkan kepada pengendalian jumlah penduduk, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan pengarahan mobilitas penduduk. Dengan demikian diharapkan tercipta penduduk yang berkualitas dan tersebar merata di seluruh wilayah sehingga hasil-hasil pembangunan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat secara adil dan merata. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

20 Kepadatan Penduduk 1.1. Kepadatan dan PenyebaranPenduduk Tingkat kepadatan penduduk dihitung berdasarkan jumlah penduduk suatu wilayah dibagi dengan luas wilayah. Kepadatan penduduk merupakan indikator kependudukan untuk mengukur tingkat kejenuhan suatu wilayah menampung sejumlah penduduk.kepadatan penduduk yang sudah mencapai titik jenuh dapat membawa dampak negatif karena tidak seimbangnya antara jumlah penduduk dengan sumber daya alam dan daya dukung lingkungan. Segi positif penduduk yang padat akan meningkatkan daya saing penduduk dalam menggerakan roda ekonomi sehingga akan menciptakan pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk2000 dan 2010menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kabupaten Gunungkidul menempati peringkat ketiga setelah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Hasil SP2000 dan SP2010 menunjukkan persentasependuduk yang bertempat tinggal di Kabupaten Gunungkidul, masing-masing mencapai sebesar 21,48 persen dan 19,53 persen dari jumlah penduduk D.I Yogyakarta (Lampiran Tabel 1.1.). Walaupun jumlah penduduknya besar, kepadatan penduduk Kabupaten Gunungkidul sejak 1990 sampai dengan 2014 selalulebih kecil di bandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di D.I Yogyakarta. Hal ini terjadi karena Kabupaten Gunungkidul merupakan kabupaten dengan wilayah terluas diantara kabupaten/kota did.i Yogyakarta dengan jumlah penduduk yang relatif tidak terlalu banyak. Padatahun 1990, kepadatan penduduk Gunungkidul tercatat sebesar 438 jiwa/km, meningkat menjadi 451 jiwa/km pada tahun 2000 dan 455 jiwa/km tahun Untuk tahun 2014, kepadatan penduduknya meningkat lagi menjadi 470jiwa/km (Lampiran Tabel 1.2.). Jika dilihat kepadatan penduduk per kecamatan, terlihat bahwa pada 2014Kecamatan Wonosari mempunyai kepadatan penduduk terbesar yaitu 1.079jiwa/km. Sedangkan tingkat kepadatan terkecil pada Kecamatan Girisubo yaitu hanya 243 jiwa/km (Lampiran Tabel 1.3). Gambar 1.1. Kepadatan Penduduk Kabupaten Gunungkidul, Sumber :SensuspendudukdanProyeksiPenduduk 1.2. Laju Pertumbuhan Penduduk Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

21 Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan jumlah penduduk dari waktu ke waktu. Pertumbuhan penduduk secara alami dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk. Pada umumnya lajupertumbuhan penduduk Kabupaten Gunungkidul dari 1961 sampai dengan2010 terus melambat dari 0,81 persen per tahun pada periode menjadi 0,68 persen per tahun pada periode Bahkan pada periode terjadi pertumbuhan sebesar 0,13 persen per tahun. Sedangkan pada periode pertumbuhan penduduk naik kembali menjadi 0,30 persen per tahun dan pada periode melambat Gambar 1.2. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Gunungkidul, menjadi 0,07 persen per tahun. (Lampiran Tabel 1.4) Sumber :SensuspendudukdanProyeksiPenduduk Penurunan laju pertumbuhan penduduk yang terjadi di Kabupaten Gunungkidul lebih dipengaruhi oleh migrasi keluar (out migration). Kondisi geografis dan sosial ekonomi yang tidak menguntungkan menjadi salah satu faktor Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2014 pendorongpenduduk untuk mencari nafkah keluar daerah. Pada periode , jika dilihat menurut kecamatan, maka sebagian besar kecamatan memiliki laju pertumbuhan negatif. Sedangkan kecamatan-kecamatan yang mengalami pertumbuhan positif ada di Kecamatan Panggang, Kecamatan Purwosari, Kecamatan Karangmojo, Kecamatan Wonosari, Kecamatan Playen, Kecamatan Patuk, Kecamatan Nglipar dan Kecamatan Ngawen. Pertumbuhan penduduk terbesar ada di Kecamatan Patuk, yaitu mencapai 0,73 persen dan pertumbuhan terkecil ada pada Kecamatan Rongkop, yaitu -0,50 persen Komposisi Umur dan Jenis Kelamin Penduduk menurut kelompok umur dapat menggambarkan komposisi penduduk pada suatu wilayah. Indikator komposisi umur merupakan indikator yang sangat berguna dalam perencanaan pembangunan. Dengan indikator ini akan diketahui kelompok penduduk usia produktif (usia tahun) dan kelompok penduduk usia tidak produktif (usia dibawah 14 tahun dan usia diatas 65 tahun). Selain itu juga dapat diketahui pula angka ketergantungan penduduk usia tidak produktif terhadap penduduk usia produktif. Komposisi umur penduduk Kabupaten Gunungkidul pada

22 berdasarkan hasilproyeksi pendudukdiketahui bahwa penduduk yang berada pada kelompok umur 65 tahun keatas telah mencapai 12,98 persen. Jika dibandingkan dengan angka hasil sensus-sensus penduduk sebelumnya, dapat dilihat adanya pergerakan struktur. Hasil SP1980 jumlah penduduk terbesar masih dalam kelompok umur 5-9 tahun, yaitu 13,97 persen. Seiring dengan gencarnya program KB waktu itu, hasil SP 1990 jumlah penduduk terbesar bergeser ke kelompok umur tahun sebesar 11,83 persen.hasil SP 2000, jumlah penduduk terbesar terdapat pada kelompok umur 60 tahun keatas yaitu sebesar 15,34 persen, demikian halnyapada 2010 (SP2010), jumlah penduduk terbesar berada pada kelompok umur 65 tahun ke atas yaitu 13,45 persen. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan taraf kesehatan masyarakat Kabupaten Gunungkidul. Tabel 1.1. Komposisi Penduduk dan Angka Beban Tanggungan di Kabupaten Gunungkidul, Tahun Persentase Kelompok Umur Angka Beban Tanggungan (1) (2) (3) (4) (5) ,77 65,17 13,06 53, ,72 64,33 12,96 55, ,62 65,40 12,98 52,91 Sumber : ProyeksiPenduduk Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2014 BerdasarkanTabel 1.1 terlihat bahwa pada 2014angka ketergantungan penduduk mencapai52,91 persen.angka ketergantungan sebesar itumengandung arti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 53 penduduk usia tidak produktif,dengan asumsi bahwa penduduk usia produktif benar-benar produktif.dapat dibayangkan ketika asumsi tersebut tidak terpenuhi, penduduk usia produktif akan lebih berat lagi dalam menanggung penduduk usia produktif yang tidak benarbenar produktif secara ekonomi (pengangguran).angka ini relatif stabil setiap tahunnya mengandung arti tidak adanya perubahan secara drastis dalam sosio demografi masyarakat. Berdasarkan proyeksi penduduk 2014, sex ratio di Kabupaten Gunungkidul tercatat sebesar 93,63yang berarti bahwa setiap 100 penduduk perempuan terdapat sekitar 94 penduduk laki-laki. Jika dilihat menurut kelompok umur, sex ratiotertinggi berada pada kelompok umur tahun yaitu sebesar 109,45 diikuti pada kelompok umur tahun sebesar 106,48 dankelompok umur 0-4 tahun sebesar 105,83 (Tabel 1.7). Yang menarik adalah kecilnya sex rasio untuk kelompok umur diatas 20 tahun. Hal ini kemungkinan disebabkan karena banyak penduduk laki-laki usia diatas 20 tahun atau usia angkatan 4

23 kerjaproduktif yang keluar daerah menuju pusat perekonomian untuk mencari nafkah Umur Perkawinan Pertama Umur perkawinan pertama penduduk perempuan berpengaruh terhadap tingkat fertilitas yang pada akhirnya akan mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Semakin muda umur perkawinan pertama penduduk perempuan maka semakin panjang masa reproduksi yang menyebabkan semakin tinggi tingkat kelahiran. Umur perkawinan pertama juga mempunyai pengaruh terhadap resiko medis pada masa kehamilan dan saat melahirkan. Usia yang terlalu muda dan terlalu tua tidak baik secara medis untuk perempuan untuk mengandung bayi. Kondisi tubuh pada waktu hamil dan melahirkan yang tidak ideal akan berakibat buruk pada ibu maupun bayi yang dilahirkannya. Berdasarkan hasil Susenas 2014, pada umumnya penduduk perempuan usia 10 tahun ke atas di Kabupaten Gunungkidul yang kawin pertama pada usia tahun mencapai 50,80 persen. Pola ini juga berlaku untuk kabupaten/kota lainnya di D.I Yogyakarta (Lampiran Tabel 1.8). Data tersebut menggambarkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maupun meningkatnya kesejahteraan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2014 masyarakat maka akan menunda keputusan penduduk perempuan usia 10 tahun ke atas untuk kawin pada usia muda. Tabel 1.2. Persentase Perempuan Pernah Kawin Usia 10 Tahun ke Atas menurut Umur Perkawinan Pertama di Kabupaten Gunungkidul, Tahun UmurPerkawinanPertama Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) ,62 26,78 49,28 10,32 100, ,30 30,00 46,70 8,90 100, ,29 28,05 50,80 9,86 100,00 Sumber :Susenas Jika dibandingkan dengankabupaten/kota lainnya did.i Yogyakartamaka penduduk perempuan usia 10 tahun keatas di Kabupaten Gunungkidul yang usia perkawinanpertamanya 16 tahun merupakan yang terbesar yaitu 11,29 persen,sedangkan pada tingkat provinsi hanya sekitar 7,61 persen.kemudian untuk penduduk perempuan usia 10 tahun keatas di Kabupaten Gunungkidul yang usia perkawinanpertamanya 25 tahun memiliki persentase terkecil, yaitu sebesar 9,86 persen,sedangkanpada tingkat provinsitelah mencapai 21,67 persen.hal ini kemungkinan disebabkan karena tingkat pendidikan dan tingkat kesejahteraan penduduk di Kabupaten Gunungkidul relatif masih tertinggal dibandingkan 5

24 dengan kabupaten/kota lain did.i Yogyakarta Anak Lahir Hidup dan Anak Masih Hidup Berbeda dengan indikator Angka Kelahiran (jumlah kelahiran, CBR, ASFR dan TFR), indikator Anak Lahir Hidup atau yang juga sering disebut Children Ever Born mengandung pengertian yang bersifat longitudinal atau mencerminkan semua anak yang telah lahir hidup, dari sejak menikah pertama kali sampai saat ini (bukan hanya anak yang lahir pada saat ini atau tahun ini). Sedangkan Anak Masih Hidup adalah jumlah anak kandung yang masih hidup yang dimiliki oleh seorang wanita saat wawancara dilakukan. Data jumlah anak masih hidup digunakan untuk mengetahui jumlah anak yang dimiliki seorang wanita secara riil karena dari seluruh anak lahir hidup tidak seluruhnya dapat terus hidup. Selain itu perbedaan Anak Lahir Hidup dan Anak Masih Hidup merupakan data yang menjadi dasar perhitungan Angka Kematian Bayi. Rata-rata anak lahir hidup yang dilahirkan perempuan usia tahun di Kabupaten Gunungkidulpada 2014 adalah Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2014 sebesar 1,75. Sedangkan rata-rata anak masih hidupnya sebesar 1,70 (Lampiran Tabel 1.9). Angka ini mengandung arti bahwa rata-rata jumlah anak yang yang dilahirkan hidup oleh sekelompok wanita mulai memasuki masa reproduksi hingga kini adalah sekitar 1 2 orang anak dan dari seluruh anak yang lahir hidup tidak seluruhnya dapat terus hidup hal ini terlihat dari jumlah Anak Masih Hidup yang lebih kecil dari jumlah Anak Lahir Hidup. Jika dilihat menurut kelompok umur, semakin tinggi kelompok umur semakin banyak jumlah anak lahir hidup dan anak masih hidup.pada kelompok perempuan usia tahun memiliki rata-rata anak lahir hidup dan anak masih hidup terbanyak, masingmasing sebesar 2,21anak lahir hidup dan 2,16 anak masih hidup. Anak Lahir Hidup pada usia ini disebut juga sebagai paritas lengkap (completed family size), yaitu jumlah anak yang sudah tidak bertambah lagi Banyaknya Anggota Rumah Tangga Rata-rata banyaknya anggota rumah tangga per rumah tangga dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan rumah tangga dan juga menunjukkan tingkat keberhasilan Program Keluarga 6

25 Berencana dalam rangka pengendalian jumlah penduduk. DariTabel 1.3 terlihat bahwa ada kecenderungan rata-rata jumlah anggota rumah tangga per rumah tangga mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Tabel 1.3. Rata-rata Banyaknya Anggota Rumah Tangga per Rumah Tangga dikabupatengunungkidul, Tahun Rata-rata Banyaknya Anggota Rumah Tangga per Rumah Tangga (1) (2) , , , , , ,5 Sumber :SensusPenduduk 1961, 1971, 1980, 1990, 2000 dan 2010 bagi tercapainya tujuan dari Program Keluarga Berencana yaitu menciptakan Catur Warga yang bahagia. Apabila dibandingkan menurut kecamatan, maka ada 3 kecamatan yang memiliki rata-rata jumlah anggota rumah tangga terkecil, yaitu : Kecamatan Patuk, Kecamatan Gedangsari, dan Kecamatan Semin yang masing-masing pada umumnya memiliki jumlah anggota rumah tangga sebesar 3,3 jiwa per rumah tangga.sedangkan kecamatan yang memiliki rata-rata jumlah anggota rumah tangga terbanyak adalah Kecamatan Purwosari yaitu sebesar 3,99jiwa per rumah tangga. BerdasarkanhasilSP 1961 di KabupatenGunungkidul rata-rata jumlahanggotarumahtanggasebesar 5,0jiwa per rumahtangga, selanjutnyanaikmenjadi 5,1 jiwaper rumahtanggapada Kemudian menurun menjadi 4,7 jiwa per rumah tangga pada 1980, menurun lagi pada 1990 menjadi 4,1 jiwa per rumah tangga dan pada 2000 menjadi 3,7 jiwa per rumah tangga. Begitu pula pada 2010, banyaknya anggota rumahtangga per rumahtangga ada sebanyak 3,5 orang.hal ini menggambarkan kondisi yang lebih baik Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

26 Bab 2 Pendidikan Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir, berencana dan berlangsung kontinu ke arah membina manusia menjadi insan paripurna, dewasa dan berbudaya (civilized). Setiap warga negara memiliki hak untuk mendapatkannya sesuai dengan minat, bakat, dan kemampuan yang diinginkannya tanpa memandang status murid terhadap kelas dan rasio murid terhadap guru. Sedangkan indikator output yang dapat menunjukkan kualitas pendidikan SDM antara lain tingkat pendidikan yang ditamatkan, Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). sosial, ekonomi, suku, agama, etnik, gender, dan lokasi geografis. Pemenuhan hak pendidikan bagi setiap warga negara mencerminkan ukuran keadilan dan pemerataan atas hasil pembangunan sekaligus sebagai investasi yang dibutuhkan dalam proses pembangunan. Menurut Mutrofin (1996) bahwa pentingnya pendidikan yang berkualitas semakin disadari, sebab terciptanya kualitas manusia dan kualitas masyarakat yang maju dan mandiri hanya dapat diwujudkan jika masyarakat berhasil ditingkatkan. Keberhasilan di bidang pendidikan dapat dilihat melalui beberapa indikator, baik indikator input maupun indikator output. Indikator input pendidikan salah satunya dilihat dari ketersediaan fasilitas pendidikan yang dalam hal ini diukur 2.1. Rasio Murid Terhadap Sekolah, Kelas dan Guru Rasio murid terhadap sekolah, rasio murid terhadap kelas dan rasio murid terhadap guru merupakan beberapa indikator input yang berguna untuk mengetahui apakah ketersediaan sekolah, kelas dan guru sudah mencukupi untuk memenuhi kebutuhan jumlah murid yang ada. Selain itu, indikator ini juga dapat digunakan sebagai tolok ukur peningkatan mutu pendidikan. Tingkat kualitas pendidikan masyarakat yang semakin tinggi diperlihatkan dengan rasio murid terhadap sekolah, kelas, dan guru yang semakin besar dengan asumsi jumlah sekolah, kelas, dan guru tetap. dengan rasio murid terhadap sekolah, rasio Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

27 Tabel 2.1. Rasio Murid terhadap Sekolah, Kelas, dan Guru menurut Tingkat Sekolah di Kabupaten Gunungkidul, 2014/2015 Jenjang Pendidikan Murid/ Sekolah Rasio Murid/ Kelas Murid/ Guru (1) (2) (3) (4) TK/RA/BA 26,9 15,6 8,1 SD/MI 100,8 15,5 10,0 SLTP/MTs 219, 2 26,1 10,7 SMU/MA 210,2 23,4 6,9 SMK 350,3 26,9 9, 4 Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Gunungkidul sekolah ini semakin menarik perhatian calon siswa dibanding sekolah umum yang peningkatannya tidak sebesar SMK. Namun untuk rasio murid terhadap kelas dan rasio murid terhadap guru, SMP memiliki angka tertinggi yaitu 26 dan 11. Peningkatan rasio ini juga menunjukkan bahwa program pendidikan dasar 9 tahun berjalan dengan baik dan tentunya menjadi tantangan bagi pemerintah untuk dapat mengimbangi peningkatan tersebut. Berdasarkan Tabel 2.1 terlihat bahwa ada kecenderungan rasio murid terhadap sekolah maupun terhadap kelas semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan. Sebaliknya rasio murid terhadap guru kecenderungannya menurun seiring dengan meningkatnya jenjang pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan maka ketersediaan jumlah sekolah dan jumlah kelas tidak seimbang dengan kebutuhan jumlah murid. Rasio murid terhadap sekolah tertinggi berada pada jenjang pendidikan SMK, yaitu mencapai angka 382, nilai ini mengandung pengertian bahwa rata-rata setiap satu sekolah SMK menampung 350 siswa. Terus meningkatnya angka rasio murid terhadap sekolah SMK ini menunjukkan adanya kecenderungan jenis 2.2. Partisipasi Sekolah Ada beberapa indikator yang berguna untuk menjelaskan situasi partisipasi sekolah penduduk. Beberapa indikator tersebut adalah Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). APS merupakan indikator daya serap lembaga pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Sebagai indikator dasar, APS dapat digunakan untuk melihat akses pada pendidikan khususnya bagi penduduk usia sekolah. Semakin tinggi APS, maka semakin besar jumlah penduduk yang berkesempatan mengenyam pendidikan. Akan tetapi meningkatnya APS tidak selalu dapat diartikan sebagai meningkatnya pemerataan kesempatan masyarakat untuk mengenyam pendidikan. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

28 Tabel 2.2. Angka Partisipasi Sekolah (APS) menurut Jenis Kelamin dan Usia Sekolah di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Kelompok Umur Laki-laki Perempuan L + P (1) (2) (3) (4) ,0 100,0 100, ,7 100,0 98, ,8 83,9 80,8 Sumber: Susenas 2014 Berdasarkan Tabel 2.2 terlihat bahwa Angka Partisipasi Sekolah (APS) tertinggi terdapat pada kelompok usia 7-12 tahun, yaitu sebesar 100,00 persen. Hal ini berarti sudah tidak ada penduduk berusia 7-12 tahun yang tidak bersekolah. Jika dilihat menurut jenis kelamin, terlihat APS penduduk usia di atas 12 tahun perempuan lebih besar daripada laki-laki. Perlu dikaji lebih jauh untuk melihat penyebab fenomena ini namun diduga berkaitan dengan kultur mencari kerja atau sekedar membantu orang tua mencari nafkah bagi kaum laki-laki di Gunungkidul. Tabel 2.3. Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut Jenis Kelamin dan Usia Sekolah di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Jenjang Pendidikan Laki-laki Perempuan L + P (1) (2) (3) (4) SD 108,4 105,6 107, 2 SLTP 80,5 76,0 78,5 SLTA 77,5 93,8 85,6 Sementara angka APK untuk tingkat SD mencapai lebih dari 100 persen, SMP 78,5 persen dan SLTA 85,6 persen. Perbedaan angka-angka di atas lebih disebabkan oleh banyaknya anak sekolah yang masuk suatu tingkatan sekolah namun diluar umur umumnya untuk tingkatan tersebut semisal anak yang berumur kurang dari tujuh tahun namun sudah masuk SD. Angka partisipasi yang lain adalah Angka Partisipasi Murni (APM). APM merupakan persentase jumlah anak pada kelompok usia sekolah tertentu yang sedang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan usianya terhadap jumlah seluruh anak pada kelompok usia sekolah yang bersangkutan. Bila APK digunakan untuk mengetahui seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan di suatu jenjang pendidikan tertentu tanpa melihat berapa usianya, maka APM mengukur proporsi anak yang bersekolah tepat waktu. Bila seluruh anak usia sekolah dapat bersekolah tepat waktu, maka APM akan mencapai nilai 100. Secara umum, nilai APM akan selalu lebih rendah dari APK karena nilai APK mencakup anak diluar usia sekolah pada jenjang pendidikan yang bersangkutan. Sumber: Susenas 2014 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

29 Tabel 2.4. Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Jenis Kelamin dan Usia Sekolah di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Jenjang Pendidikan Laki-laki Perempuan L + P (1) (2) (3) (4) SD 100,0 100,0 100,0 SLTP 73,5 75,0 74,2 SLTA 66,5 75,0 70,8 Sumber: Susenas 2014 Pada 2014 di Kabupaten Gunungkidul, APM pada jenjang SD sebesar 100,0 persen yang berarti bahwa semua anak umur 7 12 tahuh di Gunungkidul bersekolah di SD tepat waktu. Hal ini menunjukkan indikator yang baik yaitu masyarakat Gunungkidul tidak buruburu untuk menyekolahkan anaknya di SD melainkan mereka menyekolahkan anaknya di SD ketika sudah berumur 7 tahun sesuai anjuran dari pemerintah Pendidikan yang Ditamatkan Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka semakin tinggi kualitas SDM nya dan semakin tinggi tingkat kesejahteraannya. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2014 Gambar 2.1. Persentase Penduduk 10 Tahun ke Atas menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Gunungkidul, L Tidak/belum punya P SD sederajat L+P SLTP sederajat SLTA sederajat Perguruan Tinggi Berdasarkan Susenas 2014, jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk usia 10 tahun ke atas di Kabupaten Gunungkidul terbesar adalah tamatan SD sederajat, yaitu sebesar 37,1 persen. Jenjang pendidikan tertinggi berikutnya adalah tamat SLTP sederajat 23,9 persen, tidak/belum punya ijasah SD sederajat 18,9 persen, SLTA sederajat 16,2 persen dan paling sedikit tamatan perguruan tinggi yang hanya mencapai 3,9 persen (Lampiran Tabel 2.10). Jika dilihat menurut jenis kelamin, terlihat bahwa penduduk laki-laki usia 10 tahun ke atas yang tamat SD sederajat sebesar 40,3 persen, tamat SLTP sederajat sebesar 22,4 persen, tamat SLTA sederajat sebesar 17,7 persen dan tamat Perguruan Tinggi sebesar 3,1 persen. Fenomena yang terjadi di Gunungkidul terkait pendidikan dan gender 11

30 menujukkan bahwa persentase perempuan berumur 10 tahun ke atas sebagian besar berpendidikan SMP ke bawah, yang mencapai 80,7 persen. Angka ini lebih tinggi sedikit dibanding laki-laki yang mencapai 79,2 persen. Kesempatan untuk mengenyam pendidikan minimal SLTA lebih besar dirasakan penduduk laki-laki yang mencapai 20,8 persen, sedang perempuan hanya 19,3 persen. Akan tetapi perempuan yang berpendidikan level perguruan tinggi lebih besar dibanding laki-laki dengan perbandingan 4,6 berbanding 3,1 persen. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

31 Bab 3 Kesehatan & Keluarga Berencana Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat baik dalam bidang promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif agar setiap warga masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental dan sosial serta harapan berumur panjang. Pembangunan di bidang kesehatan diharapkan membuat semua lapisan masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang mudah, murah, dan merata. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat diharapkan pula dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan penduduk. Pelayanan kesehatan masyarakat diwujudkan oleh pemerintah dengan menambah fasilitas kesehatan maupun pelayanannya misalnya membangun sarana dan prasarana puskesmas dan menambah tenaga dokter maupun tenaga kesehatan lainnya. Di Kabupaten Gunungkidul pembangunan di bidang kesehatan juga terus ditingkatkan Rasio Jumlah Puskesmas dan Dokter Rasio jumlah Puskesmas dan rasio jumlah dokter terhadap penduduk merupakan salah satu indikator untuk Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2014 mengetahui keefektifan ketersediaan jumlah fasilitas kesehatan dalam melayani penduduk. Semakin besar nilai rasionya maka semakin efektif jumlah fasilitas kesehatan yang tersedia untuk melayani penduduk. Jumlah puskesmas termasuk pustu dam puskesmas keliling pada 2014 sebanyak 184 unit dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa, maka Rasio Puskesmas terhadap penduduk di Kabupaten Gunungkidul sebesar 3,80. Artinya bahwa setiap 1 Puskesmas di Gunungkidul melayani sekitar penduduk. Adapun rasio tertinggi tingkat kecamatan berada di Kecamatan Semanu, yaitu sebesar 4,87 dan terendah di Kecamatan Girisubo, yaitu sebesar 2,87. Jumlah dokter di Kabupaten Gunungkidul pada 2014 tercatat 144 orang dengan rincian 92 dokter umum, 38 dokter gigi dan 14 dokter spesialis, dan itu sudah termasuk dokter yang berdinas di Dinas Kesehatan dan juga RSUD. Dengan jumlah dokter sebanyak itu, maka rasio banyaknya dokter terhadap penduduk pada 2014 sebesar Angka sebesar ini mempunyai makna bahwa setiap 1 tenaga dokter melayani sekitar penduduk. 13

32 Tabel 3.1. Rasio Jumlah Penduduk terhadap Jumlah Puskesmas dan Dokter di Kabupaten Gunungkidul, Tahun Rasio Jumlah Penduduk per Puskesmas Rasio Jumlah Dokter per Penduduk (1) (2) (3) Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Gunungkidul dan Estimasi Penduduk 3.2. Keluhan Kesehatan dan Penyakit Terbanyak Indikator keluhaan kesehatan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat. Semakin besar persentase keluhan penduduk mengindikasikan jika derajat kesehatan penduduk masih rendah. Tabel 3.2. Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Selama Sebulan yang Lalu di Kabupaten Gunungkidul, Keluhan Kesehatan (1) (2) (3) (4) Panas 25,99 26,61 11,80 Batuk 48,52 44,09 19,64 Pilek 47,23 42,00 17,53 Asma, Sesak Nafas 3,47 5,48 2,02 Diare, Buang-buang Air 2,15 1,83 0,84 Sakit Kepala Berulang 14,02 13,04 6,59 Sakit Gigi 4,22 6,00 2,32 Lainnya 41,48 44,09 17,59 Sumber : Susenas Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional, pada 2014 penduduk Kabupaten Gunungkidul yang mengalami keluhan kesehatan selama sebulan yang lalu sebanyak 40,90 persen. Sedangkan jenis Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2014 keluhan kesehatan yang paling banyak dialami oleh penduduk yang mengalami keluhan kesehatan utama di Kabupaten Gunungkidul selama sebulan yang lalu adalah batuk, yaitu sebesar 19,64 persen, lainnya sebesar 17,59 persen, dan panas sebesar 11,80 persen. Sedangkan keluhan kesehatan seperti asma, diare, sakit kepala berulang, dan sakit gigi relatif sedikit dialami penduduk. Gambar 3.1. Persentase Sepuluh Besar Penyakit di Kabupaten Gunungkidul, Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, penyakit yang paling banyak menjangkiti masyarakat Gunungkidul pada 2014 adalah common cold dengan persentase penderita mencapai 10,67 persen dari seluruh penderita penyakit yang ada. Urutan kedua adalah penyakit ISPA sebesar 9,62 persen dan hipertensi primer sebesar 5,78 persen pada urutan ketiga Selain persentase keluhan kesehatan dan penyakit terbanyak yang dialami, derajat kesehatan penduduk juga dapat dilihat indikator Angka Harapan Hidup (AHH). Berdasarkan Tabel 3.3 dari tahun ke tahun Angka Harapan Hidup semakin Common Cold ISPA Hipertensi Primer Gastritis Dermatitis Asma Nyeri Kepala Reumatoid Batuk Gangguan Sendi 14

33 meningkat, artinya derajat kesehatan penduduk Kabupaten Gunungkidul memiliki kecenderungan terus meningkat. Peningkatan usia harapan hidup juga dapat dijadikan sebagai gambaran keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi. Pada 2010 Angka Harapan Hidup penduduk Kabupaten Gunungkidul mencapai 71,41 tahun dan pada 2014 angkanya sudah meningkat menjadi 71,45 tahun. Angka ini bermakna bahwa anak yang lahir pada tahun 2012 diperkirakan akan hidup ratarata sampai umur 71,45 tahun. Tabel 3.3. Angka Harapan Hidup menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, (Tahun) Tahun Laki-laki Perempuan Laki-laki+ Perempuan (1) (2) (3) (4) ,41 75,40 73, ,42 75,41 73, ,43 75,42 73, ,44 75,43 73, ,45 75,44 73,39 Sumber : Susenas Hal yang menarik adalah Angka Harapan Hidup penduduk perempuan ratarata jauh lebih tinggi dibandingkan lakilaki. Kenyataan ini dapat dimaklumi karena perempuan memiliki pola hidup yang lebih baik daripada laki-laki dan laki-laki memiliki perilaku yang lebih beresiko. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul Kesehatan Balita Balita merupakan generasi penerus masa depan. Balita yang sehat merupakan modal dasar tercapainya masyarakat yang sehat dan cerdas. Kesehatan balita tidak hanya dipengaruhi oleh kesehatan ibu semasa kehamilan, akan tetapi juga dipengaruhi oleh proses kelahiran/ persalinan dan asupan air susu ibu (ASI). Ditinjau dari penolong kelahiran terakhir di Kabupaten Gunungkidul, pada 2014 balita yang pada proses persalinannya yang ditolong oleh dokter, bidan, dan tenaga medis jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang ditolong oleh dukun dan lainnya. Persentase balita yang ditolong tenaga terdidik (dokter, bidan dan tenaga medis) sebesar 99,50 persen, sedangkan yang ditolong dukun dan lainnya hanya sebanyak 0,50 persen (Lampiran Tabel 3.5), Angka ini lebih baik dibandingkan Kabupaten Kulonprogo di DIY walaupun masih lebih kecil dibanding Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Untuk meningkatkan kesadaran tentang kesehatan Balita di Kabupaten Gunungkidul telah disosialisasikan kepada masyarakat tentang perlunya pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada balita. Di Kabupaten Gunungkidul pada 2014 balita yang pernah disusui ibunya mencapai 99,45 persen. Persentase Balita yang paling banyak disusui ibunya paling lama 24 bulan atau lebih, yaitu mencapai 73,78 persen 15

34 (Lampiran Tabel 3.6). Pemberian ASI pada Balita di Kabupaten Gunungkidul masih di bawah rata-rata provinsi walau masih ada kabupaten yang mempunyai angka yang lebih buruk dari Gunungkidul Keluarga Berencana Dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat di samping peningkatan derajat kesehatan masyarakat, pengendalian laju pertumbuhan penduduk melalui program Keluarga Berencana (KB) juga terus digalakkan. Program KB bertujuan untuk membina keluarga kecil yang sejahtera dan bahagia. Pada 2014 persentase realisasi Akseptor Keluarga Berencana (KB) terhadap Perkiraan Permintaan Masyarakat (PPM) mencapai angka 106,06 persen (Lampiran Tabel 3.9). Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak penduduk Kabupaten Gunungkidul yang sadar akan pentingnya pembinaan keluarga yang terencana. Jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Kabupaten Gunungkidul pada 2014 sebanyak pasangan dengan peserta KB aktif sebanyak pasangan. Sehingga angka partisipasi KB aktif pada 2014 sebesar 82,59 artinya ada sekitar 83 peserta KB aktif dari setiap 100 PUS (Pasangan Usia Subur). Angka partisipasi terbesar pada tingkat kecamatan terjadi di Kecamatan Rongkop yaitu sebesar 88 peserta KB aktif per 100 PUS dan angka partisipasi terkecil di Kecamatan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2014 Karangmojo, yaitu sebanyak 80 peserta KB aktif per 100 PUS (Lampiran Tabel 3.10). Gambar 3.2. Persentase Akseptor KB Aktif menurut Jenis Kontrasepsi yang Sedang Digunakan di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Implant MOP 10.53% 8.30% MOW MOW 0.45% dan MOP 4.03% 4.14% Sejalan dengan jumlah penduduknya, Kecamatan Wonosari mempunyai jumlah akseptor KB aktif terbesar yakni peserta, diikuti oleh Kecamatan Semanu sebanyak peserta dan Kecamatan Playen sebanyak peserta (Lampiran Tabel 3.13.). Secara keseluruhan alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan penduduk Kabupaten Gunungkidul adalah suntik KB sebesar 52,51 persen, disusul IUD 14,12 persen dan pil KB sebesar 13,08 persen. Pada 2014 di Kabupaten Gunungkidul ada sebanyak peserta KB aktif yang menggunakan alat kontrasepsi mantap (IUD, MOP, MOW dan Implant) atau sebesar 32,40 persen. (Lampiran Tabel 3.13). Suntik 52.51% 49.65% IUD 14.12% 18.96% Pil 15.81% 13.08% Kondom 1.85% 2.80% 16

35 Bab 4 Ketenagakerjaan Masalah serius dalam ketenagakerjaan meliputi pengangguran, setengah pengangguran dan rendahnya kualitas tingkat hidup pekerja. Masalah ini sudah lama menjadi masalah serius dan tidak pernah berkurang selama 40 tahun pembangunan ekonomi Indonesia. Bahkan ketika terjadi Keajaiban Ekonomi (ekonomi tumbuh cepat dalam tahun sembilan-puluhan) struktur ekonomi yang timpang cenderung kurang membaik. Oleh karena itu pemanfaatan SDM sebagai suatu manifestasi dari kualitas SDM lebih sering dilihat dalam dimensi tenaga kerja. Permasalahan ketenagakerjaan juga tidak bisa dilepaskan dari masalah kependudukan. Jumlah penduduk yang besar menimbulkan masalah yang serius terhadap kesempatan kerja. Sasaran utama pembangunan di bidang ketenagakerjaan adalah penciptaan lapangan kerja baru dengan jumlah dan kualitas yang memadai sehingga dapat menyerap angkatan kerja yang dapat memasuki pasar kerja. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan indikator atau gambaran keterlibatan penduduk dalam kegiatan ekonomi yang diukur dengan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas (penduduk usia kerja) yang masuk dalam pasar kerja, baik yang bekerja maupun masih menganggur. Dengan indikator ini dapat dilihat besarnya penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi pada suatu wilayah atau negara serta dapat menunjukkan besaran relatif dari pasokan tenaga kerja (labour supply) yang tersedia untuk produksi barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian. Tabel 4.1. TPAK Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, (persen) Tahun Laki-laki Perempuan Laki-laki+ Perempuan (1) (2) (3) (4) ,35 72,40 80, ,86 68,88 77, ,35 69,81 77,65 Sumber : Sakernas Berdasarkan Tabel 4.1, di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2014 memiliki 17

36 TPAK sebesar 77,65 persen. Artinya bahwa dari 100 penduduk usia 15 tahun ke atas ada sekitar 78 penduduk berstatus sebagai angkatan kerja. Jika dibanding tahun sebelumnya, TPAK tahun ini mengalami penurunan dari 77,87 persen. Jelasnya penurunan ataupun peningkatan TPAK belum dapat secara langsung menggambarkan kondisi baik buruknya ketenagakerjaan di Kabupaten Gunungkidul. Peningkatan TPAK perlu ditelusuri lebih jauh lagi, apakah lebih dipengaruhi oleh tingkat pengangguran ataukah tingkat penyerapan tenaga kerja (penduduk yang bekerja) pada kurun waktu tersebut. Jika dilihat menurut jenis kelamin, TPAK laki-laki menunjukkan angka yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Pada 2014, TPAK laki-laki sebesar 86,35 persen, sedangkan TPAK perempuan sebesar 69,81 persen. Tingkat partisipasi perempuan cenderung lebih rendah disebabkan karena peran ganda mereka dalam rumah tangga. Perempuan akan cenderung keluar dari dunia kerja ketika memasuki masa perkawinan, melahirkan, membesarkan anak dan kemudian kemungkinan mereka akan kembali ke dunia kerja ketika anak-anaknya sudah cukup besar Pengangguran Terbuka Menganggur merupakan suatu kondisi dimana seseorang yang tidak bekerja Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2014 tetapi sedang mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (discouraged workers), atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja/mempunyai pekerjaan tetapi belum mulai bekerja (future starts). Indikator yang biasa digunakan untuk mengukur pengangguran adalah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). TPT memberikan indikasi tentang penduduk usia kerja yang termasuk dalam kelompok pengangguran. TPT diukur sebagai persentase jumlah penganggur/pencari kerja terhadap jumlah angkatan kerja. Naiknya TPT dapat berarti adanya penurunan daya serap tenaga kerja atau dapat juga berarti bahwa kecepatan laju kesempatan kerja tidak dapat mengimbangi kecepatan laju pertumbuhan angkatan kerja. Kabupaten Gunungkidul pada Agustus 2014 memiliki TPT terendah dibandingkan dengan kabupaten/kota se- D.I Yogyakarta, yaitu sebesar 1,61 persen. Sedangkan TPT pada tingkat provinsi mencapai 3,33 persen (Lampiran Tabel 4.4.). Rendahnya TPT di Kabupaten Gunungkidul kemungkinan disebabkan karena kondisi geografis dan sosial ekonomi masyarakat yang kurang menguntungkan sehingga mereka terpaksa mengoptimalkan 18

37 pekerjaan mereka sehari-harinya dan tidak seselektif penduduk kabupaten/kota lain dalam menentukan pekerjaan. Jika mereka kalah bersaing dalam pasar tenaga kerja non pertanian, maka mereka akan lari ke sektor pertanian. Kenyataan ini dikarenakan sebagian besar perempuan di Gunungkidul menjadi pekerja keluarga untuk usaha pertaniannya, sedang laki-laki lebih cenderung mencari tambahan pekerjaan dan penghasilan dari sektor lainnya. Tabel 4.2. TPT Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, (persen) Tahun Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan (1) (2) (3) (4) ,14 0,53 1, ,19 1,11 1, ,81 1,38 1,61 Sumber : Sakernas Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat bahwa tahun 2014 TPT mengalami penurunan. Angka TPT ini setiap tahun mengalami perubahan yang cepat karena sebagian penduduk bekerja adalah pekerja keluarga di sektor pertanian yang setiap saat dapat berhenti ataupun beralih ke sektor lain yang dirasa lebih menguntungkan secara ekonomi. Penurunan TPT dapat diartikan bahwa daya serap tenaga kerja pada 2014 lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika dilihat menurut jenis kelamin, pada periode tersebut TPT laki-laki selalu lebih tinggi dari perempuan dan pada 2014 angkanya 1,81 persen untuk laki-laki dan 1,38 persen untuk perempuan. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul Lapangan Usaha Proporsi pekerja menurut lapangan usaha merupakan salah satu ukuran untuk melihat potensi perekonomian dalam menyerap tenaga kerja. Semakin besar proporsi pekerja di sektor primer (pertanian) maka semakin tinggi under utilitis pekerja, karena secara umum sektor pertanian masih merupakan sektor dengan produktivitas terendah. Tabel 4.3. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Sektor Utama di Kabupaten Gunungkidul, Tahun Pertanian Manufaktur Jasa Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) ,09 16,23 31,02 100, ,41 14,68 30,92 100, ,61 15,57 31,82 100,00 Sumber : Sakernas Agustus Berdasarkan Tabel 4.3 terlihat bahwa sektor pertanian masih merupakan sektor yang paling dominan dalam menyerap tenaga kerja dimana lebih dari setengah penduduk bekerja di sektor tersebut, diikuti sektor jasa dan terakhir sektor manufaktur. 19

38 Pada 2014 Sektor Pertanian mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 52,61 persen dan sektor jasa sebesar 31,82 persen. Sedangkan Sektor Manufaktur hanya mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 15,57 persen. Satu hal yang cukup menarik untuk dicermati persentase penduduk yang bekerja di sektor pertanian mengalami pola perubahan yang berkebalikan dengan sektor lainnya selama periode 2012 hingga Hal ini lebih disebabkan oleh faktor kuantitas hari hujan berbeda setiap tahunnya. Semakin banyak hari hujan yang terjadi akan mempengaruhi pemilihan sektor pertanian sebagai pekerjaan utama sebagian besar penduduknya. 43,18 persen dari total transmigrasi di Kabupaten Gunungkidul. Jika dilihat menurut jenisnya, transmigran dari Kabupaten Gunungkidul mengikuti Program Transmigrasi Umum dan Swakarsa Mandiri. Menurut daerah penempatan, Provinsi Kalimantan Barat merupakan pilihan terbanyak sebagai daerah tujuan transmigran yaitu sebanyak 18 kepala keluarga atau 42,86 persen dari transmigran dan sisanya diberangkatkan ke Provinsi Sumatera Selatan dan Bangka Belitung Transmigrasi Transmigrasi merupakan program perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain. Program ini dilakukan sebagai upaya pemeratan penyebaran penduduk antar wilayah di Indonesia. Selain itu, secara tidak langsung transmigrasi juga sebagai upaya alih teknologi di bidang ketenagakerjaan dari daerah asal ke daerah tujuan. Berdasarkan Lampiran Tabel 4.5 dan Tabel 4.6, jumlah transmigran dari Kabupaten Gunungkidul pada 2014 tercatat sebanyak 13 kepala keluarga dengan jumlah jiwa 44 orang. Transmigran terbanyak berasal dari Kecamatan Gedangsari, yaitu Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

39 Bab 5 Konsumsi & Pengeluaran Rumahtangga Tingkat kesejahteraan penduduk akan lebih terlihat jelas jika dilihat dari tingkat pendapatannya. Namun dalam operasionalnya di lapangan, untuk mendapatkan data pendapatan rumah tangga bukanlah hal yang mudah. Keterbukaan dan kesediaan rumah tangga untuk memberikan informasi yang sesungguhnya masih dirasa kurang kooperatif, sehingga informasi pendapatan rumahtangga akan cenderung under estimate. Maka dalam berbagai penelitian tingkat penghasilan rumah tangga sering dilakukan dengan pendekatan konsumsi (consumption approach). Ada banyak indikator kesejahteraan penduduk yang dihasilkan dari data konsumsi rumahtangga. Beberapa indikator kesejahteraan yang digunakan dalam publikasi ini antara lain jumlah dan persentase penduduk miskin, distribusi pengeluaran rumahtangga dan pola konsumsi rumahtangga Penduduk Miskin Secara umum penduduk miskin didefinisikan sebagai penduduk yang pendapatannya (proksi dengan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2014 pengeluaran) lebih kecil dari pendapatan yang dibutuhkan untuk hidup secara layak di wilayah tempat tinggalnya. Kebutuhan hidup layak tersebut diterjemahkan sebagai sejumlah nilai rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat memenuhi kebutuhan makan setara kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan nonmakanan yang paling esensial yang terdiri atas perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan aneka barang dan jasa lainnya. Gambar 5.1: Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Gunungkidul, Berdasarkan Gambar 5.1. terlihat bahwa persentase penduduk miskin di Kabupaten Gunungkidul cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Tahun 2009 jumlah penduduk miskin 21

40 mencapai 24,44 persen sedangkan tahun 2012 menjadi 22,72 persen dan turun kembali tahun 2013 menjadi 21,70 persen. Namun dalam periode diantara itu, persentasenya cenderung fluktuatif yang menandakan bahwa masih banyak penduduk dalam kondisi rentan miskin. Salah satu yang mempengaruhi fluktuasi ini adalah mata pencaharian penduduk Kabupaten Gunungkidul yang sebagian besar bekerja di sektor pertanian. Pertanian di Kabupaten Gunungkidul merupakan lahan pertanian tadah hujan. Curah hujan yang kurang akan dengan mudah menyebabkan berkurangnya produksi tanaman pangan di Kabupaten Gunugkidul dan berimbas pada berkurangnya penghasilan penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sector pertanian. juga menghasilkan pemerataan bagi masyarakat. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat tingkat ketimpangan pendapatan penduduk adalah kriteria ketimpangan dari Bank Dunia. Kriteria ini membagi penduduk menjadi 3 kelompok utama yaitu dengan melihat persentase pendapatan yang mampu dibelanjakan oleh kelompok 40 persen penduduk yang berpendapatan terendah, kelompok 40 persen penduduk berpendapatan menengah dan kelompok 20 persen penduduk berpendapatan tertinggi. Gambar 5.2: Distribusi Pendapatan menurut Kriteria Bank Dunia di Kabupaten Gunungkidul, Distribusi Pendapatan Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara tidak hanya mengejar peningkatan pendapatan secara makro, tetapi juga harus memperhatikan pemerataan pendapatannya. Distribusi pendapatan yang tidak merata tidak hanya akan menciptakan kemiskinan, tetapi juga dapat menimbulkan masalah kesenjangan sosial. Oleh karena itu pembangunan yang dilakukan diharapkan tidak hanya untuk mencapai target tingkat pertumbuhan, tetapi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul % terendah 40% menengah 20% tertinggi Berdasarkan Gambar 5.2 terlihat bahwa pengeluaran 40 persen penduduk berpendapatan terendah hanya sekitar 9,87 persen dari total pengeluaran penduduk di Kabupaten Gunungkidul. Sedangkan pengeluaran kelompok 20 persen penduduk berpendapatan teratas mencapai 61,23 persen. Ketimpangan pendapatan kelompok penduduk berpendapatan terendah juga terjadi dengan kelompok 40 persen 22

41 penduduk berpendapatan menengah (28,90 persen). Kenyataan ini menunjukkan bahwa adanya ketimpangan pendapatan yang cukup besar antara penduduk yang berpendapatan rendah dengan penduduk berpendapatan menengah dan tinggi Pola Konsumsi Rumahtangga Pola konsumsi rumah tangga merupakan salah satu indikator yang dapat memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Semakin tinggi pendapatan maka porsi pendapatan untuk pengeluaran akan bergeser dari pengeluaran untuk makanan ke pengeluaran bukan makanan. Namun pergeseran tersebut bukanlah hal yang bisa terjadi dengan cepat. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini pengeluaran konsumsi makanan dan non makanan per kapita penduduk Gunungkidul masih berada pada kisaran persen. Di suatu wilayah dengan jumlah penduduk yang bergantung pada sektor pertanian tinggi, sangat wajar jika tingkat konsumsi makanan masih cukup tinggi dibanding konsumsi non makanan. Hal ini karena secara umum penduduknya berpendapatan rendah dan dengan tingkat kemiskinan yang masih cukup tinggi, sehingga proporsi pengeluaran untuk makanan relatif lebih tinggi. Persentase pengeluaran bukan makanan selalu Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2014 mengalami perubahan turun naik di sekitar persen, pada 2012 tercatat 46,63 persen menurun menjadi 36,84 persen pada 2013 dan meningkat kembali ke 38,27 persen pada tahun Sebaliknya untuk pengeluaran makanan mengalami peningkatan dari 53,37 persen pada 2012 menjadi 63,16 persen pada 2013 dan menurun kembali menjadi 61,73 persen tahun Hal ini memberi indikasi bahwa dari tahun ke tahun kesejahteraan penduduk Kabupaten Gunungkidul relatif belum banyak perubahan. Dilihat menurut jenis kelompok komoditinya, pada 2014 pengeluaran makanan terbanyak yang dikonsumsi rumah tangga per bulan adalah untuk sub kelompok makanan dan minuman jadi/ olahan yaitu sebesar 25,00 persen, kemudian diikuti kelompok padi-padian sebesar 17,94 persen. Yang menarik adalah lebih kecilnya pengeluaran untuk sub kelompok sumber protein seperti ikan, daging, telur, dan buah-buahan dibanding pengeluaran tembakau dan sirih (3,29; 4,66; 5,40; 4,49 dibanding 9,04) Sedangkan persentase pengeluaran non makanan yang terbanyak dialokasikan untuk pemenuhan kebutuhan kelompok Aneka Barang dan Jasa yang diantaranya meliputi pengeluaran untuk biaya pendidikan dan kesehatan yaitu sebesar 23

42 39,96 persen, kemudian diikuti pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan Perumahan dan Fasilitas Rumah Tangga sebesar 38,04 persen (Lampiran Tabel 5.1. dan 5.2.). Tabel 5.1 Perbandingan Pengeluaran 4 Kelompok Penting di Kab. Gunungkidul, 2014 Kelompok Pengeluaran Persentase terhadap Total Pengeluaran (1) (2) Padi-padian 17,94 Ikan dan sebagainya 3,29 Telur, susu dsb 5,40 Tembakau dan sirih 9,04 Sumber: Susenas 2014, BPS, data diolah kembali Kajian menarik dapat dilihat pada tabel 5.1. Pengeluaran untuk Kelompok tembakau yang terdiri dari rokok (filter dan non filter), tembakau dan pelengkapnya, serta sirih pinang persentasenya mencapai 9,04 persen total pengeluaran makanan. Angka itu hampir setara setengah pengeluaran untuk kelompok padi-padian dan tiga kali pengeluaran untuk ikan. Perlu ditingkatkan adanya kesadaran untuk mengurangi bahkan menghentikan konsumsi rokok dan mengalihkannya ke investasi kehidupan yang lebih baik dalam bentuk kesehatan dan pendidikan. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

43 Bab 6 Perumahan & Lingkungan Hidup Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia selain pangan dan sandang. Setiap manusia pastinya ingin memiliki tempat tinggal yang layak serta lingkungan yang sehat dan nyaman. Pada dasarnya, rumah berfungsi sebagai tempat untuk berteduh dari panas dan hujan, berlindung dari berbagai gangguan, serta tempat beristirahat untuk melepaskan lelah sepulang dari bekerja. Lebih dari itu, idealnya rumah memiliki fungsi yang lebih kompleks. Sebaiknya rumah memiliki fungsi sebagai tempat berlangsungnya pendidikan agama dan spiritual, moral, akademis, serta psikologis bagi para penghuninya. Rumah yang diciptakan dengan suasana yang bersih, sehat, aman, nyaman, dan harmonis, diharapkan mampu berperan dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sekarang ini, rumah sebagai bangunan fisik sudah menjadi bagian dari gaya hidup dan bahkan dapat mencerminkan status sosial dari pemiliknya. Kita dapat membandingkan kondisi ekonomi dan kesehatan seseorang dilihat dari fisik rumahnya. Rumah merupakan salah satu determinan kesehatan masyarakat. Karena itu, rumah Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2014 yang sehat tentunya memiliki kriteria standar kelayakan sebuah rumah. Tidak dapat dipungkiri bahwa kelengkapan fasilitas pokok/standar sebuah rumah menjadi salah satu faktor penentu kenyamanan dan kesehatan bagi para penghuninya. Keberadaan fasilitasfasilitas tersebut pada gilirannya akan menentukan kualitas rumah, yang berarti akan mempengaruhi derajat kesehatan dari penghuninya. Tingkat kesehatan rumah dan lingkungan antara lain tercermin dari jenis lantai, luas lantai, sumber air minum, jenis kloset yang digunakan, serta sumber penerangan. Tabel 6.1 Persentase Rumah Tangga menurut Rata-rata Luas Lantai Rumah di Kabupaten Gunungkidul, Rata-rata Luas Lantai (m 2 ) (1) (2) (3) (4) <20 0,90 0,37 0, ,70 8,34 8, ,60 46,43 50, ,80 44,85 40,97 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber : Susenas Luas lantai tempat tinggal merupakan indikator untuk 25

44 Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air Minum menggambarkan kecukupan tempat tinggal. Luas lantai erat kaitannya dengan tingkat kepadatan hunian atau rata-rata luas ruang untuk setiap anggota keluarga. Diperkirakan sampai batas-batas tertentu, semakin luas lantai yang didiami, berarti semakin baik keadaan sosialnya, yang pada gilirannya diharapkan akan mendatangkan kesejahteraan bagi penghuninya. Berdasarkan indikator luas lantai terlihat bahwa persentase rumah tangga dengan rata-rata luas lantai terbanyak memiliki luas antara 50 m 2 sampai 99 m 2 yaitu sebesar 50,22 persen, kemudian diikuti rumah dengan luas lantai 100 m 2 sebanyak 40,97 persen. Hal ini bisa dimaklumi karena masih luasnya lahan di Gunungkidul. Selain dari luas lantai, jenis lantai juga dapat digunakan sebagai indikator untuk melihat kualitas perumahan. Semakin baik kualitas lantai perumahan dapat diasumsikan semakin baik tingkat kesejahteraan penduduknya. Selain itu, jenis lantai juga dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Semakin banyak rumah tangga yang mendiami rumah dengan lantai tanah akan berpengaruh pada derajat kesehatan masyarakat. Berbeda dengan indikator luas lantai, indikator perumahan lain di Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2014 Gunungkidul tampak masih memerlukan perbaikan. Pada 2014 tercatat masih ada penduduk yang tempat tinggalnya masih berlantai tanah sebesar 12,90 persen. Sedangkan lantai bukan tanah sebesar 87,10 persen. Sumber air minum merupakan faktor utama penentu kualitas air yang dikonsumsi dan sangat erat kaitannya dengan kesehatan. Pada 2014, sumur merupakan sumber air minum yang paling banyak digunakan oleh rumah tangga yaitu sebesar 38,78 persen. Sedangkan sebagian rumah tangga lainnya menggunakan air yang bersumber dari ledeng, dan air hujan masing-masing sebesar 25,63 persen, dan 18,37 persen. Gambar 6.1 : Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air Minum di Kabupaten Gunungkidul, Sumber Air Minum, Tahun 26 Air Kemasan Ledeng Pompa Sumur Mata Air Air Hujan Lainnya Jenis kloset leher angsa dianggap sebagai tempat pembuangan air besar yang paling sehat, karena di bawahnya terdapat saluran berbentuk huruf U untuk

45 menampung air sehingga bau tinja tidak bisa keluar. Sehingga, ketika semakin banyak rumah tangga yang menggunakan fasilitas tempat buang besar berupa kloset berjenis leher angsa mengindikasikan bahwa kesadaran masyarakat untuk menggunakan fasilitas tempat pembuangan air besar yang lebih sehat semakin meningkat Saat ini, listrik sudah menjadi fasilitas yang cukup vital bagi rumah tangga, salah satunya sebagai sumber penerangan di malam hari. Tingkat elektrifikasi di Gunungkidul telah mencapai 98,92 persen, sedangkan 0,94 persen rumah tangga lainnya masih menggunakan pelita/sentir/obor sebagai sumber penerangan utamanya. Gambar 6.2 : Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Kloset yang Digunakan di Kabupaten Gunungkidul, ,82 1, , Leher Angsa Cemplung/Cubluk 3, Plengsengan Tidak Ada Pada 2014, rumah tangga di Kabupaten Gunungkidul yang menggunakan kloset berjenis leher angsa hanya mencapai 75 persen. Walaupun angka ini adalah persentase terendah jika dibandingkan dengan kabupaten/kota se- Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta namun setidaknya sudah ada peningkatan dibanding tahun lalu yang hanya sebanyak 73,82 persen. Sementara itu rumah tangga yang masih menggunakan tempat pembuangan akhir cemplung/cubluk masih cukup banyak yaitu sebesar 21,08 persen. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

46 Bab 7 Sosial Tingkat kesejahteraan masyarakat selain dapat dilihat dari segi ekonomi juga dapat dilihat dari kegiatan non ekonomi. Beberapa segi non ekonomi yang dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat antara lain tentang keagamaan, penyandang masalah sosial, keamanan dan ketertiban, serta berbagai masalah sosial lainnya Agama Pembangunan kehidupan beragama bertujuan untuk meningkatkan kualitas umat beragama sehingga tercipta suasana kehidupan beragama yang penuh keimanan, ketaqwaan, dan kerukunan. Hubungan yang harmonis antar umat beragama merupakan hal yang selalu diusahakan pemerintah. Untuk menciptakan masyarakat yang taqwa maka kebebasan beribadah dilindungi undang-undang. Pembangunan sarana ibadah juga selalu ditingkatkan, karena semakin kecil rasio antara banyaknya umat beragama terhadap tempat ibadahnya maka akan semakin baik fasilitas yang diperoleh masyarakat pemeluk agama tersebut. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2014 Ketersediaan sarana peribadatan akan meningkatkan kekhusukan dalam beribadah. Sejalan dengan proporsi umatnya, tempat peribadatan yang tersebar di Kabupaten Gunungkidul didominasi oleh tempat ibadat Umat Islam (Masjid). Jika dilihat berdasarkan rasio banyaknya pemeluk agama terhadap tempat ibadahnya, maka rasionya cukup bervariasi. Rasio terbesar adalah tempat ibadah agama Kristen Katholik (Gereja) kemudian diikuti Agama Islam (Masjid) dan paling kecil tempat ibadah Agama Hindu (pura). Rata-rata satu masjid di Kabupaten Gunungkidul pada 2014 tersedia untuk 258 jama ah, sedangkan rasio jamaah per tempat ibadah paling besar adalah untuk agama Katholik sebesar 651 orang, dan terkecil untuk Umat Budha sebanayak 58 jamaah Penyandang Masalah Sosial Usaha pemerintah bersama pihak swasta di bidang sosial, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat meliputi; mendirikan panti asuhan bagi anak-anak telantar, memberikan santunan kepada korban bencana alam, dan memberikan kursus keterampilan bagi 28

47 penduduk usia produktif yang masih menganggur maupun kepada penduduk yang mengalami cacat fisik agar dapat meningkatkan kesejahteraannya. Tabel 7.1 Jumlah Anak Cacat dan Penyandang Cacat di Kabupaten Gunungkidul, Tahun Anak Cacat (orang) Penyandang Cacat (orang) (1) (2) (3) Sumber : Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Gunungkidul Jumlah penyandang cacat di Kabupaten Gunungkidul pada 2014 semakin meningkat sekitar 3,25 persen dari orang pada 2013 menjadi hanya orang. Sedangkan jumlah anak cacat tercatat orang atau meningkat sebanyak 8,33 persen dari tahun sebelumnya Keamanan dan Ketertiban Masyarakat Masalah keamanan dan ketertiban masyarakat seringkali menjadi topik yang paling menonjol dalam permasalahan sosial. Terciptanya situasi yang aman dan tertib akan banyak mendukung keberhasilan pembangunan baik di daerah maupun untuk skala nasional. Salah satu indikator untuk melihat tingkat keamanan dan ketertiban masyarakat adalah tingkat kriminalitas. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul 2014 Kriminalitas menggambarkan terjadinya ketimpangan kehidupan sosial di masyarakat, sekaligus merupakan fenomena sosial yang memerlukan penanganan yang serius. Tambahan jumlah narapidana pada 2014 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Tercatat sebanyak 153 orang narapidana tambahan menghuni Rutan Wonosari, dengan rincian 153 orang karena kasus kejahatan dan tidak ada yang akibat kasus pelanggaran. Jika dilihat menurut jenisnya, pada 2014 tambahan narapidana kejahatan terbanyak adalah dari kasus perjudian dan pencurian yang mencapai 69 kasus dan 33 kasus. Tabel 7.2 Tambahan Narapidana Berdasarkan Keputusan Pengadilan menurut Status Tahanan dalam Lembaga Permasyarakatan di Kabupaten Gunungkidul, Tahun Kejahatan (orang) Status Tahanan Pelanggaran (orang) (1) (2) (3) Sumber : Rumah Tahanan Negara Wonosari, Kabupaten Gunungkidul (Daftar LP2) 7.4. Bencana Alam Bencana alam merupakan konsekuensi dari kombinasi aktifitas alami dari suatu peristiwa fisik (seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor, 29

48 angin topan, banjir, kebakaran, dll) dan aktivitas ulah manusia (BPS, 2006). Besarnya dampak dan kerugian bencana itu sendiri sangat tergantung dari kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana serta daya tahan yang dimiliki. Berdasarkan Gambar 7.1 terlihat bahwa bencana alam terbanyak pada 2014 di Kabupaten Gunungkidul adalah bencana angin topan yaitu sebanyak 93 kasus, kemudian tanah longsor sebanyak 40 kasus, dan kebakaran sebanyak 26 kasus. Kecuali kasus tanah longsor, kasus bencana alam lain yang terjadi di Gunungkidul mengalami kenaikan jika dibanding tahun Gambar 7.1: Banyaknya Korban Bencana Alam yang Terjadi menurut Jenis Bencana di Kabupaten Gunungkidul, Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

49 Lampiran

50 Tabel 1.1. Persebaran Penduduk menurut Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2000 dan 2010 Kabupaten / Kota Banyaknya (jiwa) Persentase (%) Banyaknya (jiwa) Persentase (%) (1) (2) (3) (4) (5) 1. Kulonprogo , ,25 2. Bantul , ,36 3. Gunungkidul , ,53 4. Sleman , ,62 5. Kota Yogyakarta , ,24 D.I Yogyakarta , ,00 Sumber : Sensus Penduduk 2000 dan 2010 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

51 Tabel 1.2. Luas dan Kepadatan Penduduk menurut Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta, 1990, 2000 dan 2010 Kabupaten / Kota Luas (Km 2 ) Kepadatan Penduduk per Km (1) (2) (3) (4) (5) 1. Kulonprogo 586, Bantul 506, Gunungkidul 1 485, Sleman 574, Kota Yogyakarta 32, D.I Yogyakarta 3 185, Sumber : Sensus Penduduk 1990, 2000, 2010 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

52 Tabel 1.3. Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Kecamatan Luas Wilayah (Km 2 ) Penduduk (jiwa) Kepadatan Penduduk per Km 2 (1) (2) (3) (4) 1. Panggang 99, Purwosari 71, Paliyan 58, Saptosari 87, Tepus 104, Tanjungsari 71, Rongkop 83, Girisubo 94, Semanu 108, Ponjong 104, Karangmojo 80, Wonosari 75, Playen 105, Patuk 72, Gedangsari 68, Nglipar 73, Ngawen 46, Semin 78, Jumlah 1 485, Sumber : Proyeksi Penduduk Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

53 Tabel 1.4. Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun menurut Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten / Kota (1) (2) (3) (4) (5) 1. Kulonprogo 0,29 0,22 0,04 0,48 2. Bantul 1,21 0,94 1,19 1,57 3. Gunungkidul 0,68 0,13 0,30 0,07 4. Sleman 1,56 1,43 1,50 1,90 5. Kota Yogyakarta 1,72 0,34 0,39 0,21 D.I Yogyakarta 1,09 0,58 0,72 1,04 Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, 2000 dan 2010 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

54 Tabel 1.5. Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk Pertahun menurut Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Kecamatan (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Panggang 0,89 0,20-1,24 0,12 0,22 2. Purwosari 0,35-0,35-0,70 0,39 0,54 3. Paliyan 0,56 0,82-0,20 0,55-0,07 4. Saptosari 0,50 0,78 0,11 0,78-0,11 5. Tepus 1,01 0,63-0,59 0,17-0,34 6. Tanjungsari 0,69 1,37-0,01 0,28-0,05 7. Rongkop -0,02 0,24-0,32 0,57-0,50 8. Girisubo 1,63 0,23-1,47 0,67-0,47 9. Semanu 0,52 0,93 0,02 0,65-0, Ponjong 0,66 0,70-0,40 0,17-0, Karangmojo 0,71 0,52-0,31-0,38 0, Wonosari 1,58 1,61 0,78 0,45 0, Playen 0,83 0,68-0,19 0,19 0, Patuk 0,35 0,82-0,11 0,36 0, Gedangsari 0,90 0,85 0,08 0,23-0, Nglipar 0,94 0,69-0,03-0,36 0, Ngawen 0,97 0,37 0,47 0,65 0, Semin 1,02 0,13 0,16 0,29-0,24 Jumlah 0,81 0,68 0,13 0,31 0,07 Sumber : Sensus Penduduk 1961, 1971, 1980, 1990, 2000, dan 2010 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

55 Tabel 1.6. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan (1) (2) (3) (4) Jumlah Sumber : Proyeksi Penduduk 2014 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

56 Tabel 1.7. Persentase Penduduk menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin dan Sex Ratio di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Kelompok Umur Laki - Laki Perempuan Sex Ratio (1) (2) (3) (4) ,42 48,58 105, ,35 48,65 105, ,57 48,43 106, ,26 47,74 109, ,07 51,93 92, ,62 51,38 94, ,99 51,01 96, ,84 52,16 91, ,96 52,04 92, ,18 52,82 89, ,34 53,66 86, ,49 51,51 94, ,08 51,92 92, ,32 56,68 76,44 Jumlah 48,36 51,64 93,63 Sumber : Proyeksi Penduduk 2014 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

57 Tabel 1.8. Persentase Penduduk Perempuan Usia 10 Tahun ke Atas yang Pernah Kawin menurut Kabupaten/Kota dan Umur Perkawinan Pertama di Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014 Kabupaten / Kota Umur Perkawinan Pertama Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Kulonprogo 7,28 16,18 52,91 23,63 100,00 2. Bantul 7,30 14,46 56,19 22,05 100,00 3. Gunungkidul 11,29 28,05 50,80 9,86 100,00 4. Sleman 5,07 14,79 53,26 26,89 100,00 5. Kota Yogyakarta 7,79 12,65 49,32 30,24 100,00 D.I. Yogyakarta 7,61 17,66 53,06 21,67 100,00 Sumber : Susenas 2014 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

58 Tabel 1.9. Rata-Rata Jumlah Anak Lahir Hidup, Anak Masih Hidup per Perempuan Usia Tahun Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Kelompok Umur Rata-Rata Anak Lahir Hidup Rata-Rata Anak Masih Hidup (1) (2) (3) ,44 0, ,94 0, ,24 1, ,68 1, ,05 2, ,21 2, ,18 2,10 Rata-Rata 1,75 1,70 Sumber : Susenas 2014 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

59 Tabel Rata-Rata Banyaknya Anggota Rumah Tangga per Rumah Tangga menurut Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Kecamatan (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Panggang 5,6 5,1 4,3 4,0 3,9 2. Purwosari 5,1 4,8 4,2 4,0 4,0 3. Paliyan 5,0 4,6 4,0 3,7 3,5 4. Saptosari 5,1 4,7 4,1 3,9 3,7 5. Tepus 5,4 4,9 4,0 3,7 3,4 6. Tanjungsari 5,2 4,9 4,1 3,7 3,5 7. Rongkop 5,2 4,7 4,1 3,9 3,6 8. Girisubo 5,4 4,7 3,9 3,7 3,4 9. Semanu 4,8 4,7 4,0 3,7 3,4 10. Ponjong 5,2 4,9 4,2 3,8 3,5 11. Karangmojo 5,0 4,7 4,1 3,6 3,4 12. Wonosari 5,1 5,0 4,3 3,9 3,6 13. Playen 4,9 4,5 4,0 3,7 3,5 14. Patuk 4,7 4,0 4,0 3,6 3,3 15. Gedangsari 4,8 4,7 4,1 3,8 3,3 16. Nglipar 4,9 4,7 4,1 3,6 3,4 17. Ngawen 4,8 4,5 3,9 3,6 3,4 18. Semin 5,3 4,8 4,0 3,6 3,3 Jumlah 5,1 4,7 4,1 3,7 3,5 Sumber : Sensus Penduduk 1971, 1980, 1990, 2000 dan 2010 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

60 Tabel Rata-Rata Banyaknya Anggota Rumah Tangga per Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta, 2014 Kabupaten / Kota Penduduk Banyaknya Rumah Tangga Rata-Rata Banyaknya Anggota Rumah Tangga (1) (2) (3) (4) 1. Kulonprogo ,58 2. Bantul ,53 3. Gunungkidul ,49 4. Sleman ,10 5. Kota Yogyakarta ,93 D.I Yogyakarta ,36 Sumber : Proyeksi Penduduk dan SUSENAS 2014, diolah kembali Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

61 Tabel 2.1. Rasio Murid terhadap Sekolah, Kelas, dan Guru menurut Tingkat Sekolah (Negeri dan Swasta) di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Tingkat Sekolah Murid/Sekolah Murid/Kelas Murid/Guru (1) (2) (3) (4) TK/RA/BA 26,9 15,6 8,1 SD/MI 100,8 15,5 10,0 SLTP/MTs 219,2 26,1 10,7 SMU/MA 210,2 23,4 6,9 SMK 350,3 26,9 9,4 Sumber : Gunungkidul Dalam Angka 2014 Tabel 2.2. Persentase Penduduk Usia 7-12 Tahun menurut Partisipasi Sekolah dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Partisipasi Sekolah Laki - Laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) Tidak/ Belum Pernah Sekolah 0,0 0,0 0,0 Masih Sekolah 100,0 100,0 100,0 Tidak Bersekolah Lagi 0,0 0,0 0,0 Sumber : Susenas 2014 Jumlah 100,0 100,0 100,0 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

62 Tabel 2.3. Persentase Penduduk Usia Tahun menurut Partisipasi Sekolah dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Partisipasi Sekolah Laki - Laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) Tidak/ Belum Pernah Sekolah 0,0 0,0 0,0 Masih Sekolah 96,7 100,0 98,2 Tidak Bersekolah Lagi 3,3 0,0 1,8 Jumlah 100,0 100,0 100,0 Sumber : Susenas 2014 Tabel 2.4. Persentase Penduduk Usia Tahun menurut Partisipasi Sekolah dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Partisipasi Sekolah Laki - Laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) Tidak/ Belum Pernah Sekolah 0,0 0,0 0,0 Masih Sekolah 77,8 83,9 80,8 Tidak Bersekolah Lagi 22,2 16,1 19,2 Jumlah 100,0 100,0 100,0 Sumber : Susenas 2014 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

63 Tabel 2.5. Persentase Penduduk Usia Tahun menurut Partisipasi Sekolah di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Partisipasi Sekolah Laki - Laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) Tidak/ Belum Pernah Sekolah 1,6 1,0 1,3 Masih Sekolah 23,4 17,4 20,0 Tidak Bersekolah Lagi 75,1 81,6 78,8 Jumlah 100,0 100,0 100,0 Sumber : Susenas 2014 Tabel 2.6. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Kelompok Umur Laki Laki Perempuan Laki - Laki + Perempuan (1) (2) (3) (4) ,0 100,0 100, ,7 100,0 98, ,8 83,9 80,8 Sumber : Susenas 2014 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

64 Tabel 2.7. Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Tingkat Pendidikan Laki Laki Perempuan Laki - Laki + Perempuan (1) (2) (3) (4) SD 108,4 105,6 107,2 SLTP 80,5 76,0 78,5 SLTA 77,5 93,8 85,6 Sumber : Susenas 2014 Tabel 2.8. Angka Partisipasi Murni (APM) Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Tingkat Pendidikan Laki Laki Perempuan Laki - Laki + Perempuan (1) (2) (3) (4) SD 100,0 100,0 100,0 SLTP 73,5 75,0 74,2 SLTA 66,5 75,0 70,8 Sumber : Susenas 2014 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

65 Tabel 2.9. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas menurut Jenis Kelamin dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Laki - Laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) Tidak Punya 16,5 21,5 18,9 SD/Sederajat 40,3 33,8 37,1 SLTP/Sederajat 22,4 25,4 23,9 SLTA/Sederajat 17, 7 14,7 16,2 Diploma dan Perguruan Tinggi 3,1 4,6 3,9 Sumber : Susenas 2014 Jumlah 100,0 100,0 100,0 Tabel Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas menurut Partisipasi Sekolah dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Partisipasi Sekolah Laki - Laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) Tidak/ Belum Pernah Sekolah 5,7 18,0 12,1 Masih Sekolah 17,8 14,9 16,3 Tidak Bersekolah Lagi 76,5 67,1 71,6 Sumber : Susenas 2014 Jumlah 100,0 100,0 100,0 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

66 Tabel Persentase Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas menurut Status Pendidikan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Tingkat Pendidikan Laki - Laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) Tdk/ Blm pernah Sekolah 5,7 18,0 12,1 Sekolah Dasar 7,4 5,3 6,3 SLTP 5,1 3,6 4,3 SMU 4,4 4,1 4,3 Diploma/ Universitas 0,9 1,9 1,4 Tdk Sekolah Lagi 76,5 67,1 71,6 Jumlah 100,0 100,0 100,0 Sumber : Susenas 2014 Tabel Persentase Penduduk Tidak Buta Huruf Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/ Kota dan Jenis Kelamin di D.I. Yogyakarta, 2014 Kabupaten / Kota Laki-laki Perempuan Total (1) (2) (3) (4) 1. Kulonprogo 94,96 90,67 92,76 2. Bantul 97,97 93,80 95,87 3. Gunungkidul 94,72 88,29 91,31 4. Sleman 97,95 91,86 94,91 5. Kota Yogyakarta 97,60 95,76 96,65 D.I. Yogyakarta 96,99 91,98 94,44 Sumber : Susenas 2014 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul

67 Tabel 3.1. Rasio Penduduk Terhadap Puskesmas menurut Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Kecamatan Banyaknya Penduduk *) Banyaknya Puskesmas **) Rasio (1) (2) (3) (4) 1. Panggang Purwosari Paliyan Saptosari Tepus Tanjungsari Rongkop Girisubo Semanu Ponjong Karangmojo Wonosari Playen Patuk Gedangsari Nglipar Ngawen Semin Jumlah Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul Keterangan : 1. *) Proyeksi Penduduk **) Termasuk Puskesmas Pembantu & Keliling Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

68 Tabel 3.2. Rasio Banyaknya Dokter terhadap Penduduk di Kabupaten Gunungkidul, Tahun Banyaknya Penduduk *) Banyaknya Dokter **) Rasio (1) (2) (3) (4) Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul Keterangan : 1. *) Proyeksi SP2000 SUPAS 2005, SP2010 dan Proyeksi Penduduk 2. **) Dokter Umum, Gigi, Spesialis (Termasuk Dokter PTT dan Dokter di Dinas Kesehatan) Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

69 Tabel 3.3. Jumlah dan Persentase Kasus Sepuluh Besar Penyakit menurut Jenis Penyakit di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Jenis Penyakit Penderita Persentase (%) (1) (2) (3) 1. Common Cold/Nasopharingitis akut ,67 2. Infeksi akut lain pada saluran pernafasan bag. Atas ,62 3. Hipertensi Primer/Primary Hypertension ,78 4. Gastritis ,2 5. Dermatitis Kontak alergi ,59 6. Asma/Asthma ,17 7. Nyeri Kepala/Headache ,77 8. Rheumatoid Arthritis ,22 9. Batuk/Cough ,9 10. Gangguan Sendi, althralgia ,83 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

70 Tabel 3.4. Persentase Penduduk menurut Jenis Keluhan Kesehatan Utama Selama Sebulan yang Lalu terhadap Seluruh Penduduk di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Jenis Keluhan Laki - Laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) 1. Panas 13,03 10,66 11,80 2. Batuk 21,78 17,64 19,64 3. Pilek 18,36 16,75 17,53 4. Asma, Napas Sesak / Cepat 1,96 2,09 2,02 5. Diare / Buang-Buang Air 0,76 0,91 0,84 6. Sakit Kepala Berulang 5,83 7,30 6,59 7. Sakit Gigi 2,08 2,55 2,32 8. Lainnya 14,95 20,06 17,59 Sumber : Susenas 2014 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

71 Tabel 3.5. Persentase Balita menurut Kabupaten/ Kota dan Penolong Kelahiran Terakhir di D.I. Yogyakarta, 2014 Kabupaten / Kota Dokter, Bidan, dan Tenaga Medis Dukun dan Lainnya Jumlah (1) (2) (3) (4) 1. Kulonprogo 99,47 0,53 100,00 2. Bantul 100,00 0,00 100,00 3. Gunungkidul 99,50 0,50 100,00 4. Sleman 100,00 0,00 100,00 5. Kota Yogyakarta 100,00 0,00 100,00 D.I. Yogyakarta 99,84 0,16 100,00 Sumber : Susenas 2014 Tabel 3.6. Persentase Anak Usia 2-4 Tahun yang Pernah Disusui Menurut Kabupaten/Kota Lamanya Disusui (Bulan) di D.I. Yogyakarta, 2014 Lamanya Disusui (Bulan) Kabupaten / Kota Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Kulonprogo 6,29 2,95 7,41 14,77 68,58 100,00 2. Bantul 2,21 5,86 7,83 13,67 70,43 100,00 3. Gunungkidul 1,02 0,82 6,77 17,61 73,78 100,00 4. Sleman 9,05 2,78 8,17 14,79 65,21 100,00 5. Kota Yogyakarta 17,44 3,24 8,15 6,64 64,53 100,00 D.I. Yogyakarta 6,04 3,24 7,69 14,30 68,73 100,00 Sumber : Susenas 2014 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

72 Tabel 3.7. Angka Harapan Hidup Kabupaten Gunungkidul, Angka Harapan Hidup (Tahun) Tahun Laki-laki Perempuan Total (1) (2) (3) (4) ,41 75,40 73, ,42 75,41 73, ,43 75,42 73, ,44 75,43 73, ,45 75,44 73,39 Sumber : IPM , diolah kembali Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

73 Tabel 3.8. Perkiraan Permintaan Masyarakat (PPM) dan Persentase Realisasi Akseptor KB menurut Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Kecamatan Perkiraan Permintaan Masyarakat (PPM) Realisasi Persentase (1) (2) (3) (4) 1. Panggang ,14 2. Purwosari ,13 3. Paliyan ,29 4. Saptosari ,24 5. Tepus ,61 6. Tanjungsari ,42 7. Rongkop ,25 8. Girisubo ,90 9. Semanu , Ponjong , Karangmojo , Wonosari , Playen , Patuk , Gedangsari , Nglipar , Ngawen , Semin ,63 Jumlah ,06 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

74 Tabel 3.9. Angka Partisipasi Peserta KB Aktif per 1000 Pasangan Usia Subur (PUS) menurut Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Kecamatan Banyaknya PUS Peserta KB Aktif Angka Partisipasi (1) (2) (3) (4) 1. Panggang ,78 2. Purwosari ,90 3. Paliyan ,67 4. Saptosari ,16 5. Tepus ,90 6. Tanjungsari ,17 7. Rongkop ,09 8. Girisubo ,45 9. Semanu , Ponjong , Karangmojo , Wonosari , Playen , Patuk , Gedangsari , Nglipar , Ngawen , Semin ,70 Jumlah ,59 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

75 Tabel Banyaknya Akseptor KB Aktif menurut Kecamatan dan Jenis Tempat Pelayanan di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Kecamatan Pemerintah Swasta Jumlah (1) (2) (3) (4) 1. Panggang Purwasari Paliyan Saptosari Tepus Tanjungsari Rongkop Girisubo Semanu Ponjong Karangmojo Wonosari Playen Patuk Gedangsari Nglipar Ngawen Semin Jumlah Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

76 Tabel Persentase Wanita Berumur Tahun dan Berstatus Kawin menurut Alat/Cara KB yang Dipakai di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Cara KB Persentase (1) (2) 1. MOW/Tubektomi/MOP/Vasektomi 4,14 2. AKDR/IUD 14,12 3. Suntik 52,51 4. Susuk KB 10,53 5. Pil KB 13,08 6. Kondom / Karet KB 1,85 7. Cara Lainnya 3,77 Sumber : Susenas 2014 Jumlah 100,00 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

77 Tabel Banyaknya Akseptor KB Aktif menurut Kecamatan dan Jenis Kontrasepsi Yang Sedang Digunakan di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Jenis Kontrasepsi Kecamatan IUD MOP + MOW Implant Suntik Pil Kondom Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (9) 1. Panggang Purwosari Paliyan Saptosari Tepus Tanjungsari Rongkop Girisubo Semanu Ponjong Karangmojo Wonosari Playen Patuk Gedangsari Nglipar Ngawen Semin Jumlah Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

78 Tabel Banyaknya Akseptor KB yang Gagal menurut Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Kecamatan (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Panggang Purwosari Paliyan Saptosari Tepus Tanjungsari Rongkop Girisubo Semanu Ponjong Karangmojo Wonosari Playen Patuk Gedangsari Nglipar Ngawen Semin Jumlah Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

79 Tabel 4.1. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama Selama Seminggu yang Lalu dan Jenis Kelamin di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Kegiatan utama Laki-laki Perempuan Laki-laki+ Perempuan (1) (2) (3) (4) Bekerja 84,78 68,85 76,40 Pengangguran 1,57 0,96 1,25 Mengurus rumah tangga 7,47 6,72 7,08 Sekolah 3,08 18,17 11,01 Lainnya 3,10 5,30 4,26 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber : Sakernas 2014 Tabel 4.2. Persentase Penduduk 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Kabupaten/Kota dan Sektor Utama di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Kabupaten / Kota Sektor Utama Total Pertanian Manu faktur Jasa (1) (2) (3) (4) (5) 1. Kulonprogo 50,02 18,06 31,92 100,00 2. Bantul 14,41 31,94 53,65 100,00 3. Gunungkidul 52,61 15,57 31,82 100,00 4. Sleman 14,14 22,22 63,64 100,00 5. Kota Yogyakarta 0,61 18,75 80,64 100,00 D.I. Yogyakarta 25,41 22,32 52,27 100,00 Sumber : Sakernas 2014 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

80 Tabel 4.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin di D.I Yogyakarta, 2014 Kabupaten / Kota Laki-laki Perempuan Laki-laki+ Perempuan (1) (2) (3) (4) 1. Kulonprogo 87,32 67,97 77,34 2. Bantul 78,75 56,71 67,55 3. Gunungkidul 86,35 69,81 77,65 4. Sleman 78,64 57,42 68,05 5. Kota Yogyakarta 77,32 63,37 70,07 D.I. Yogyakarta 80,93 61,60 71,05 Sumber : Sakernas 2014 Tabel 4.4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin di D.I Yogyakarta, 2014 Kabupaten / Kota Laki-laki Perempuan Laki-laki+ Perempuan (1) (2) (3) (4) 1. Kulonprogo 3,17 2,52 2,88 2. Bantul 3,04 1,92 2,57 3. Gunungkidul 1,81 1,38 1,61 4. Sleman 4,88 3,29 4,21 5. Kota Yogyakarta 7,51 5,05 6,35 D.I. Yogyakarta 3,88 2,65 3,33 Sumber : Sakernas 2014 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

81 Tabel 4.5. Persentase Transmigran menurut Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Kecamatan Banyaknya Persentase KK Jiwa KK Jiwa (1) (2) (3) (4) (5) Panggang Purwosari Paliyan Saptosari Tepus Tanjungsari Rongkop Girisubo Semanu Ponjong Karangmojo Wonosari Playen Patuk Gedangsari Nglipar Ngawen Semin ,38 13, ,69 11, ,38 13, ,38 11, ,46 43, ,69 6, Jumlah ,00 100,00 Sumber : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gunungkidul Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

82 Tabel 4.6. Realisasi Pemberangkatan Transmigran menurut Propinsi Penempatan dan Jenis Transmigrasi di Kabupaten Gunungkidul, 2014 (KK) Jenis Transmigrasi Lokasi/ Daerah Tujuan Umum PIR HTI BANG DEP SWA. M PLG Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. N.A Darussalam Sumatera Utara Riau Sumatera Barat Bengkulu Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Gorontalo Maluku Maluku Utara Papua Jumlah Sumber : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gunungkidul Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

83 Tabel 4.7. Realisasi Pemberangkatan Transmigran menurut Provinsi Penempatan dan Jenis Transmigrasi di Kabupaten Gunungkidul, 2014 (Jiwa) Jenis Transmigrasi Lokasi/ Daerah Tujuan Umum PIR HTI BANG DEP SWA. M PLG Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. N.A Darussalam Sumatera Utara Riau Sumatera Barat Bengkulu Jambi Sumatera Selatan Bangka Belitung Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Gorontalo Maluku Maluku Utara Papua Jumlah Sumber : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gunungkidul Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

84 Tabel 4.8. Persentase Pemberangkatan Transmigran menurut Jenisnya di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Keluarga Jiwa Jenis Transmigrasi Banyaknya (KK) Persentase (%) Banyaknya (jiwa) Persentase (%) (1) (2) (3) (4) (5) 1. Transmigrasi Umum 12 92, ,00 2. Transmigrasi Swakarsa PIR 0 0,00 0 0,00 3. Transmigrasi HTI 0 0,00 0 0,00 4. Transmigrasi Bangdep 0 0,00 0 0,00 5. Transmigrasi Swakarsa Mandiri 1 7,69 0 0,00 6. Transmigrasi PLG 0 0,00 0 0,00 Jumlah , ,00 Sumber : Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gunungkidul Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

85 Tabel 5.1. Persentase Pengeluaran Makanan yang Dikonsumsi Rumah Tangga Selama Seminggu menurut Jenisnya di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Jenis Makanan Persentase (%) (1) (2) 1. Padi Padian 2. Umbi Umbian 3. Ikan Dan Sebagainya 4. Daging 5. Telur, Susu dan Sebagainya 6. Sayur Sayuran 7. Kacang Kacangan 8. Buah Buahan 9. Minyak Dan Lemak 10. Bahan Minuman 11. Bumbu Bumbuan 12. Konsumsi Lainnya 13. Makanan dan Minuman Jadi 14. Tembakau dan Sirih 17,94 0,89 3,29 4,66 5,40 9,93 5,12 4,49 4,45 5,65 1,73 2,39 25,00 9,04 Sumber : Susenas 2014 Jumlah 100,00 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

86 Tabel 5.2. Persentase Pengeluaran Non Makanan yang Dikonsumsi Rumah Tangga Selama Satu Bulan menurut Jenisnya di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Jenis Pengeluaran Persentase (%) (1) (2) 1. Perumahan dan Fasilitas Rumah Tangga 38,04 2. Aneka Barang dan Jasa 39,96 3. Pakaian, Alas Kaki dan Tutup Kepala 5,62 4. Barang - Barang Tahan Lama 8,59 5. Pajak, Pungutan dan Asuransi 3,01 6. Keperluan Pesta dan Upacara/ Kenduri 4,78 Jumlah 100,00 Sumber : Susenas 2014 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

87 Tabel 5.3. Produksi Padi per Kapita Setahun menurut Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Kecamatan Penduduk *) (jiwa) Padi **) (ton) Perkapita (kw) (1) (2) (3) (4) 1. Panggang ,61 4,19 2. Purwosari ,27 4,22 3. Paliyan ,70 2,96 4. Saptosari ,05 4,64 5. Tepus ,82 2,67 6. Tanjungsari ,20 3,35 7. Rongkop ,44 4,11 8. Girisubo ,74 4,65 9. Semanu ,83 3, Ponjong ,31 4, Karangmojo ,89 4, Wonosari ,49 2, Playen ,93 2, Patuk ,66 6, Gedangsari ,43 6, Nglipar ,11 3, Ngawen ,67 5, Semin ,46 6,46 Jumlah ,60 4,15 Sumber : *) Proyeksi Penduduk 2014 **) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Gunungkidul Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

88 Tabel 5.4. Produksi Ikan Konsumsi (Laut dan Air Tawar) per Kapita Setahun di Kabupaten Gunungkidul, Tahun Ikan (Kg) Penduduk *) (jiwa) per Kapita (Kg) (1) (2) (3) (4) , , , , , , , , , ,89 Sumber : Dinas Kelautan Perikanan Kabupaten Gunungkidul *) Proyeksi Penduduk 2014 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

89 Tabel 5.5. PDRB Perkapita menurut Harga Berlaku dan Harga Konstan di Kabupaten Gunungkidul, (Jutaan Rupiah) Tahun Harga Berlaku (Rp) PDRB Perkapita Setahun Indeks Berantai ADH Berlaku Harga Konstan (Rp) Indeks Berantai ADH Konstan (1) (2) (3) (4) (5) ,22 108,88 13,50 103, ,23 107,10 14,00 103, *) 16,47 108,14 14,54 103, **) 17,97 109,11 15,03 103,37 Keterangan : Tahun Dasar 2010 *) Angka Sementara **) Angka Sangat Sementara Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

90 Tabel 5.6. Pengeluaran Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Golongan Pengeluaran Per Kapita Sebulan Persentase Pengeluaran (%) (1) (2) < , < , < , < , < , < , < , < , < ,73 >= ,34 Sumber : Susenas 2014 JUMLAH 100,00 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

91 Tabel 5.7. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin menurut Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta Tahun, Kabupaten/Kota Penduduk Miskin Persentase (000 jiwa) (%) Penduduk Miskin Persentase (000 jiwa) (%) Penduduk Miskin Persentase (000 jiwa) (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Kulonprogo 92,76 23,62 93,2 23,31 86,5 21,39 2. Bantul 159,38 17,28 159,2 16,97 156,6 16,48 3. Gunungkidul 157,09 23,03 157,8 22,71 152,4 21,70 4. Sleman 117,32 10,61 118,2 10,44 110,8 9,68 5. Kota Yogyakarta 37,74 9,62 37,4 9,38 35,6 8,82 D.I. Yogyakarta 564,29 16,14 565,7 15,88 541,9 15,03 Sumber : Susenas Tabel 5.8. Distribusi Pendapatan Menurut Kriteria Bank Dunia di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Kelompok Penduduk Jumlah Penduduk (jiwa) Jumlah Pengeluaran (Juta Rupiah) Persentase Pengeluaran (%) (1) (2) (3) (4) 40% Dengan Pendapatan Terendah ,87 40% Dengan Pendapatan Menengah ,90 20% Dengan Pendapatan Atas ,23 Sumber : Susenas 2014 Jumlah ,00 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

92 Tabel 6.1. Persentase Rumah Tangga menurut Jenis Lantai Terluas Tempat Tinggal di Kabupaten Gunungkidul, Tahun Jenis Lantai Terluas Tanah Bukan Tanah Jumlah (1) (2) (3) (4) ,82 86,18 100, ,58 86,46 100, ,90 87,10 100,00 Sumber : Susenas Tabel 6.2. Persentase Rumah Tangga menurut Rata-rata Luas Lantai Rumah di Kabupaten Gunungkidul, Rata-rata Luas Lantai (m 2 ) (1) (2) (3) (4) (5) <20 0,27 0,90 0,37 0, ,63 6,70 8,64 8, ,61 52,60 46,43 50, ,49 39,80 44,85 40,97 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Susenas Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

93 Tabel 6.3. Persentase Rumah Tangga menurut Sumber Air Minum di Kabupaten Gunungkidul, Sumber Air Minum (1) (2) (3) (4) (5) Air Kemasan dan Air Isi Ulang 1,93 1,16 2,26 3,85 Ledeng 22,56 23,31 25,07 25,63 Sumur Bor/Pompa 2,35 3,92 6,14 3,82 Sumur 44,48 44,91 47,93 38,78 Mata Air 10,03 9,62 2,09 9,14 Air Hujan 18,33 17,08 16,33 18,37 Air Sungai 0,32 0,00 0,19 0,41 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Susenas Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

94 Tabel 6.4. Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kloset yang Digunakan, 2014 Jenis Kloset Kabupaten/Kota Leher Angsa Plengsengan Cemplung/ Cubluk Tidak Pakai Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) 1. Kulonprogo 89,23 0,78 9,99 0,00 100,00 2. Bantul 94,21 0,44 5,35 0,00 100,00 3. Gunungkidul 75,00 3,92 21,08 0,00 100,00 4. Sleman 99,47 0,31 0,09 0,13 100,00 5. Kota Yogyakarta 98,79 1,08 0,00 0,13 100,00 D.I Yogyakarta 92,47 1,16 6,31 0,06 100,00 Sumber : Susenas 2014 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

95 Tabel 6.5. Persentase Rumah Tangga menurut Kabupaten/Kota dan Sumber Penerangan Utama, 2014 Sumber Penerangan Utama Kabupaten/Kota Listrik PLN Petromak/ Aladin Pelita/ Sentir/Obor Lainnya Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Kulonprogo 99,58 0,00 0,25 0,17 100,00 2. Bantul 99,67 0,00 0,19 0,14 100,00 3. Gunungkidul 98,92 0,14 0,94 0,00 100,00 4. Sleman 99,74 0,16 0,10 0,00 100,00 5. Kota Yogyakarta 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00 D.I Yogyakarta 99,58 0,08 0,28 0,05 100,00 Sumber : Susenas 2014 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

96 Tabel 7.1. Banyaknya Penduduk Penyandang Cacat menurut Kecamatan dan Jenisnya di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Kecamatan Anak Cacat (orang) Penyandang Cacat (orang) (1) (2) (3) 1. Panggang Purwosari Paliyan Saptosari Tepus Tanjungsari Rongkop Girisubo Semanu Ponjong Karangmojo Wonosari Playen Patuk Gedangsari Nglipar Ngawen Semin Jumlah Sumber : Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kabupaten Gunungkidul Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

97 Tabel 7.2. Banyaknya Kejadian Bencana Alam yang Terjadi menurut Jenis Bencana di Kabupaten Gunungkidul, Jenis Bencana (1) (2) (3) (4) (5) (6) Angin Topan Kebakaran Tanah Longsor Banjir/Lainnya Sumber : Badan Kesatuan Bangsa, Politik, Perlindungan Masyarakat dan Penanggulangan Bencana Kabupaten Gunungkidul Tabel 7.3. Rata-rata Banyaknya Penduduk Pemeluk Agama terhadap Tempat Peribadatan menurut Jenis Tempat Peribadatan di Kabupaten Gunungkidul, Tahun (1) (2) (3) (4) (5) (6) Masjid (Islam) Gereja (Protestan) Gereja (Katholik) Pura (Hindu) Vihara (Budha) Sumber : Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gunungkidul Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

98 Tabel 7.4. Banyaknya Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk menurut Kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, 2014 Kecamatan Nikah Talak Cerai Rujuk (1) (2) (3) (4) (5) 1. Panggang Purwosari Paliyan Saptosari Tepus Tanjungsari Rongkop Girisubo Semanu Ponjong Karangmojo Wonosari Playen Patuk Gedangsari Nglipar Ngawen Semin Jumlah Sumber : Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gunungkidul Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

99 Tabel 7.5. Tambahan Narapidana Berdasarkan Keputusan Pengadilan menurut Jenis Kejahatan/Pelanggaran dan Status dalam Lembaga, Jenis Kejahatan / Pelanggaran (1) (2) (3) (4) (5) (6) Kejahatan 1. Politik Thd. Kepala Negara Terhadap Ketertiban Pembakaran Penyuapan Mata uang Pemalsuan surat/materai Kesusilaan Perjudian Penculikan Pembunuhan Penganiayaan Pencurian Perampokan Memeras/Mengancam Penggelapan Penipuan Merusak Barang Dalam Jabatan Penadahan Lain-lain, Narkoba Ekonomi Jumlah Kejahatan Pelanggaran 23. KUHP Ekonomi Korupsi Jumlah Pelanggaran Total Sumber Keterangan : Rumah Tahanan Negara Wonosari Kabupaten Gunungkidul (Daftar LP2) : Jumlah Narapidana tidak termasuk Residivist Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Gunungkidul,

100

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015 No. ISBN ISBN Number : 4102004.3403 No. Publikasi Publication Number : 3403.16.066 Naskah Manuscript

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G / Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA 1. Gambaran Umum Demografi DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA Kondisi demografi mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah karena faktor demografi ikut mempengaruhi pemerintah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN 2012 Ukuran buku : 21 cm x 29,7 cm Jumlah halaman : 60 + ix halaman Naskah : Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser Penyunting : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Katalog BPS : 4103.3375 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Kerjasama BAPPEDA KOTA PEKALONGAN Dengan BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 Nomor Publikasi: 16522.11.04 Katalog BPS: 3101017.16 Naskah: Seksi Statistik

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 INDIKATOR SOSIAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 Jumlah Halaman : ix + 77 halaman Naskah : BPS Kabupaten Pulau Morotai Diterbitkan Oleh : BAPPEDA Kabupaten Pulau

Lebih terperinci

INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan

INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan INIJIKATDR l~e~ejaht&raan RAKYAT ~~QI!i Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN 2015

Lebih terperinci

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

STATISTIK GENDER 2011

STATISTIK GENDER 2011 STATISTIK GENDER 211 STATISTIK GENDER 211 ISBN: 978-979 - 64-46 - 9 No. Publikasi: 421.111 Katalog BPS: 21412 Ukuran Buku: 19 cm x 11 cm Naskah: Sub Direktorat Statistik Rumah tangga Gambar Kulit: Sub

Lebih terperinci

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP

Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Penilaian Pencapaian MDGs di Provinsi DIY Oleh Dyna Herlina Suwarto, SE, SIP Sejak tahun 2000, Indonesia telah meratifikasi Millenium Development Goals (MDGs) di bawah naungan Persatuan Bangsa- Bangsa.

Lebih terperinci

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 Nomor ISBN : 979-599-884-6 Nomor Publikasi : 52085.11.08 Ukuran Buku : 18.2 x 25.7cm Jumlah Halaman : 50 Halaman Naskah : Dinas Komunikais

Lebih terperinci

ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013

ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 No. Publikasi : 62520.1404 Katalog BPS : 4102004.62 Ukuran Buku Jumlah Halaman :15 cm x 21 cm :

Lebih terperinci

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG KatalogBPS:4102004.18 Kerjasama BadanPerencanaanPembangunanDaerahLampung dan BadanPusatStatitistikProvinsiLampung BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI LAMPUNG 2012

Lebih terperinci

PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 i PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 ii KATA PENGANTAR Profil Kesejahteraan Rakyat Kota Palangka Raya Tahun 2013 ini adalah merupakan publikasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67 RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS 2015 Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, meningkatnya derajat kesehatan penduduk di suatu wilayah, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA BONTANG KOTA BONTANG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA BONTANG KOTA BONTANG KATALOG BPS : 4013.6474 2012 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA BONTANG KOTA BONTANG Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bontang Badan Pusat Statistik Kota Bontang INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT

Lebih terperinci

3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia

3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia 3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia Manusia pada hakekatnya merupakan mahluk Tuhan yang sangat kompleks, dimana secara hirarki penciptaan manusia dilatarbelakangi adanya asal usul manusia sebagai mahluk yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT i DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL i ii viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Dasar Hukum 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen 4 1.4 Sistimatika Dokumen

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Katalog BPS : 2301003.34 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Statistik BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA TANGERANG SELATAN 2 0 1 4 ISSN : 2089-4619 Katalog BPS : 4102004.3674 Ukuran Buku : 25 cm x 17,6 cm Jumlah Halaman : x + 76 Halaman / pages Naskah: Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan. Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan. Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan merupakan Kabupaten urutan ke-13 dari 14 Kabupaten/ Kota di Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

https://rotendaokab.bps.go.id

https://rotendaokab.bps.go.id KATA PENGANTAR Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 disusun guna memenuhi kebutuhan pengguna data statistik khususnya data statistik sosial. Oleh karena itu BPS Kabupaten

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN WANITA 2014 ISSN : No. Publikasi : 5314.1420 Katalog BPS : 2104003.5314 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah Halaman : xiv + 31 halaman Naskah : BPS Kabupaten Rote Ndao Penyunting :

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN KULON PROGO 2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT Kabupaten Kulon Progo 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kulon Progo INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 merupakan publikasi yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan Indeks Demokrasi Indonesia

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011 No. Publikasi : 5371.1012 Katalog BPS : 4103.5371 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman : 122 Halaman

Lebih terperinci

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010 ISSN 2087-7633 KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010 KERJASAMA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG 3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia Manusia adalah makhluk Tuhan yang terdiri dari ruh dan jasad yang dilengkapi dengan potensi dan kelebihan dibandingkan makhluk lainnya,

Lebih terperinci

Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat

Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat gambaran umum tentang keadaan kesejahteraan di Kabupaten

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008

PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008 PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008 Kerjasama Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2008 PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

Profile Perempuan Indonesia

Profile Perempuan Indonesia Profile Perempuan Indonesia PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebangkitan nasional sebagai awal perjuangan perempuan yang terorganisir, ditandai dengan diselenggarakannya Kongres Perempuan Indonesia tingkat

Lebih terperinci

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU INDIKATOR KETENAGAKERJAAN KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2012 No Publikasi : 76042.1202 Katalog BPS : 2302003.7604 Ukuran

Lebih terperinci

BAB III PROFIL SOSIAL BUDAYA

BAB III PROFIL SOSIAL BUDAYA BAB III PROFIL SOSIAL BUDAYA 3.1. Demografi Penduduk Kabupaten Sumba Barat pada Tahun 2014 berjumlah 119.907 jiwa, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 21.883. Jumlah penduduk tersebut jika diklasifikasikan

Lebih terperinci

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual Katalog BPS : 4102004.8172 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MALUKU TENGGARA Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual Tahun 2012 ISSN : 0216.4769 Katalog BPS

Lebih terperinci

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013 PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013 ISBN: 978-979 - 064-666 - 7 No. Publikasi: 04210.1310 Katalog BPS: 2104010 Ukuran Buku: 11 cm x 19 cm Jumlah Halaman: vii + 48 Naskah: Subdirektorat Statistik

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG 2 0 1 3 ISSN: 2085-6016 Katalog BPS : 4101002.3601 Ukuran Buku : 21 cm x 15 cm Jumlah Halaman : 86 + xiii Halaman Naskah: Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit:

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 WELFARE INDICATORS OF KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 WELFARE INDICATORS OF KALIMANTAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng

KATA PENGANTAR. Singaraja, Oktober Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Buleleng KATA PENGANTAR Puja Angayu bagia kami haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas waranugraha-nya maka penyusunan Profil Perkembangan Kependudukan Kabupaten Buleleng

Lebih terperinci

STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015

STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015 No. 16/07/33/16/Th.I, 16 Juli 2017 STATISTIK PEMUDA BLORA TAHUN 2015 Pemuda adalah bagian dari penduduk usia produktif yaitu berumur 16-30 tahun. Jumlah pemuda di Kabupaten Blora adalah 167.881 jiwa atau

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. iii. Alfatah Sibua, S.Ag, M.Hum. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015

KATA PENGANTAR. iii. Alfatah Sibua, S.Ag, M.Hum. Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas kehendaknya Publikasi tahunan Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2015 dapat diselesaikan dengan baik. Publikasi ini mencakup informasi

Lebih terperinci

Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Berdasarkan Data Susenas 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR Laporan Eksekutif Pendidikan Provinsi Jawa Timur 2013 Nomor Publikasi : 35522.1402

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG 3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia Manusia adalah makhluk Tuhan yang terdiri dari ruh dan jasad yang dilengkapi dengan potensi dan kelebihan dibandingkan makhluk lainnya,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Batu tahun 2015 merupakan pemfokusan rencana pembangunan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Batu pada tahun 2015. Pemfokusan berpedoman

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR 1. Penyebaran Penduduk Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat Propinsi Sulawesi Selatan dengan batas-batas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009 25 KATA PENGANTAR Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia. Meningkatnya jumlah penduduk lanjut

Lebih terperinci

K A T A P E N G A N T A R

K A T A P E N G A N T A R K A T A P E N G A N T A R Puji dan Syukur kita Panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga buku Profil Perkembangan Kependudukan Kota Serang Tahun 2017 ini

Lebih terperinci

Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah

Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah Erisman, M.Si, Kabid Statistik Sosial, BPS Provinsi Jawa Tengah Data Penduduk Yang Digunakan Mulai tahun 2014 angka penduduk yang digunakan adalah

Lebih terperinci

PARTISIPASI KASAR ( APK ) MENURUT JENJANG PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN

PARTISIPASI KASAR ( APK ) MENURUT JENJANG PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN DI KABUPATEN KULON PROGO TAHUN No III. BIDANG PENDIDIKAN TABEL 3.1.a ANGKA PARTISIPASI KASAR ( APK ) MENURUT JENJANG PENDIDIKAN, JENIS KELAMIN DAN KECAMATAN TAHUN 2015 KECAMATAN SD SLTP SLTA L P L + P L P L+P L P L+P 1.365 1.191 2.556

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2010 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2010 ISSN : 2089-1652 No. Publikasi/Publication Number : 91522.1105 Katalog BPS/BPS Catalogue : 4102004.9100

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semarang, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG K e p a l a, BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG.

KATA PENGANTAR. Semarang, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG K e p a l a, BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG. KATA PENGANTAR Disadari bahwa istilah kesejahteraan sebenarnya mencakup bidang - bidang kehidupan yang sangat luas yang tidak semua aspeknya dapat diukur. Isi dari publikasi ini hanya mencakup pada aspek-aspek

Lebih terperinci

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR Katalog BPS : 4103.7371 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR KATA PENGANTAR BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Makassar 2015 disusun sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2013 merupakan publikasi kedua yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan indikator keuangan

Lebih terperinci

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 merupakan publikasi perdana yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan indikator keuangan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada 4.1. Profil Wilayah BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 49 29 Lintang Selatan dan 6 0 50 44

Lebih terperinci

Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: 4103.1409 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA) KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2013 No. Katalog : 4103.1409 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah Gambar Kulit dan Setting Diterbitkan Oleh Kerjasama

Lebih terperinci

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2014

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2014 Kabupaten Pinrang 1 Kabupaten Pinrang 2 Kata Pengantar I ndikator Kesejahteraan Rakyat (Inkesra) Kabupaten Pinrang tahun 2013 memuat berbagai indikator antara lain: indikator Kependudukan, Keluarga Berencana,

Lebih terperinci

pareparekota.bps.go.id

pareparekota.bps.go.id INDIKATOR SOSIAL KOTA PAREPARE TAHUN 2015 ISSN : 2460-2450 Nomor Publikasi : 73720.1503 Katalog BPS : 4102004.7372 Ukuran Buku : 21 cm x 15 cm Jumlah Halaman : 87 Naskah : Seksi Statistik Sosial BPS Kota

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...

Lebih terperinci

madiunkota.bps.go.id

madiunkota.bps.go.id Statistik Kesejahteraan Rakyat Kota Madiun Tahun 2015 Nomor Publikasi : 35770.1610 Katalog BPS : 3101001.3577 Naskah oleh : Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit oleh : Seksi Statistik Sosial Diterbitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

Sambutan... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. iv Daftar Gambar.. iv

Sambutan... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. iv Daftar Gambar.. iv DAFTAR ISI halaman Sambutan... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. iv Daftar Gambar.. iv BAB I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang... 1 2. Pengertian Indikator... 2 3. Indikator Kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG 2 0 1 1 ISSN: 2085 6016 Katalog BPS : 4101002.3601 Ukuran Buku : 22 cm x 16,5 cm Jumlah Halaman : 96 + xiii Halaman Naskah: Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit:

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... Halaman PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi oleh pemerintah pusat dan daerah dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat saat ini adalah masih tingginya angka kemiskinan dan

Lebih terperinci

Agustina Bidarti, S.P., M.Si. Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

Agustina Bidarti, S.P., M.Si. Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Agustina Bidarti, S.P., M.Si. Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya PENDAHULUAN Studi demografi menekankan tiga fenomena perubahan penduduk, yakni: 1. Dinamika Penduduk (Population

Lebih terperinci

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIANN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahann yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

STATISTIK KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN BANYUMAS 2015 No. Publikasi : 33020.1658 Katalog BPS : 4101002.3302 Ukuran Buku : 14,8 cm x 21 cm Jumlah Halaman : xiii + 48 halaman Naskah : BPS Kabupaten Banyumas

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2011 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2011 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 91522.1205 Katalog BPS/BPS Catalogue : 4102004.9100 Ukuran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Padang, 01 November 2016 Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Provinsi Sumatera Barat Kepala

KATA PENGANTAR. Padang, 01 November 2016 Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Provinsi Sumatera Barat Kepala KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-nya kepada kita semua, sehingga Tim Penulis dapat menyelesaikan penyusunan buku Profil Gender dan

Lebih terperinci

STATISTIK KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI 2014 ISSN : 2355-2964 Katalog BPS : 2301104.51 Nomor Publikasi : 51521.1502 Ukuran Buku : 14,8 cm x 21 cm Jumlah Halaman : xi + 75 halaman Naskah : BPS Provinsi

Lebih terperinci

Keadaan Sosial Ekonomi dan Kependudukan Kota Balikpapan Tahun 2015

Keadaan Sosial Ekonomi dan Kependudukan Kota Balikpapan Tahun 2015 Keadaan Sosial Ekonomi dan Kependudukan Kota Balikpapan Tahun 2015 Nomor Katalog : 3101011.6471 Nomor Publikasi : Ukuran Buku Jumlah Halaman : 165 mm x 216 mm : 79 Halaman Penyunting : BPS Kota Balikpapan

Lebih terperinci

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 STATISTIK PENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 i STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 No. Publikasi : 62520.1401 Katalog BPS : 2101023.62 Ukuran Buku Jumlah Halaman :15 cm x 21 cm : ix + 57 halaman

Lebih terperinci

KESETARAAN GENDER PADA STRUKTUR APARAT PEMDA DAN PENDUDUK KABUPATEN SLEMAN

KESETARAAN GENDER PADA STRUKTUR APARAT PEMDA DAN PENDUDUK KABUPATEN SLEMAN LAPORAN PENELITIAN PENGEMBANGAN KEILMUAN GURU BESAR KESETARAAN GENDER PADA STRUKTUR APARAT PEMDA DAN PENDUDUK KABUPATEN SLEMAN Oleh: Prof. Dr. Farida Hanum, M.Si Lutfi Wibawa, M.Pd FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Kor merupakan salah satu kegiatan tahunan yang diselenggarakan BPS untuk memenuhi kebutuhan data sosial ekonomi. Data yang dihasilkan Susenas Kor

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 49 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis dan Administratif Pulau Jawa merupakan salah satu dari lima pulau besar di Indonesia, yang terletak di bagian Selatan Nusantara yang dikenal sebagai

Lebih terperinci

Profil LANSIA Jawa tengah 2014

Profil LANSIA Jawa tengah 2014 Katalog BPS : 4201003.33 Profil LANSIA Jawa tengah 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH PROFIL LANSIA JAWA TENGAH 2014 ISSN : 2407-3342 Nomor Publikasi : 33520.1511 Katalog BPS : 4104001.33

Lebih terperinci

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau

Lebih terperinci

BAB II ASPEK STRATEGIS

BAB II ASPEK STRATEGIS BAB II ASPEK STRATEGIS Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2013 II - 16 BAB II ASPEK STRATEGIS A. Sumber Daya Manusia 1. Kependudukan umlah Penduduk Kabupaten Luwu Utara pada

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

Katalog BPS : STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG

Katalog BPS : STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG Katalog BPS : 9213.3273.100 STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG STATISTIK DAERAH KECAMATAN RANCASARI 2015 ISSN : - No. Publikasi : 3273.1543 Katalog BPS : 9213.3273.100

Lebih terperinci

STATISTIK PENDUDUK LANJUT USIA 2011 ISSN. 2086 1036 No Publikasi : 04220.1202 Katalog BPS : 4104001 Ukuran Buku : 28 Cm x 21 Cm Jumlah Halaman : xviii + 148 Halaman Naskah : Subdirektorat Statistik Pendidikan

Lebih terperinci

A. Keadaan Geografis Dan Topografi

A. Keadaan Geografis Dan Topografi BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI GORONTALO Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Provinsi Gorontalo di bentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2000, maka secara administratif sudah terpisah dari Provinsi

Lebih terperinci