IMPLEMENTASI METODE FUZZY RULE BASE PADA KASUS JOB-SHOP DENGAN PENJADWALAN ADAPTIF

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENTASI METODE FUZZY RULE BASE PADA KASUS JOB-SHOP DENGAN PENJADWALAN ADAPTIF"

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI METODE FUZZY RULE BASE PADA ASUS JOB-SHOP DENGAN PENJADWALAN ADAPTIF Husnul Hakim Ahmad Saikhu, S.Si, MT Jurusan Teknik Informatika ITS, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Seuluh Noember, Surabaya cnoeltc@cs.its.ac.id ABSTRA Penjadwalan job-sho meruakan ermasalahan yang komleks untuk diecahkan. Metode enjadwalan yang teat untuk suatu jobsho akan meningkatkan kinerja atau erforma jobsho tersebut. Ada banyak endekatan yang bisa digunakan untuk menyelesaikan enjadwalan jobsho, mulai dari endekatan analitis, heuristik, dan simulasi. Dalam tugas akhir ini, akan diimlementasikan fuzzy rule base untuk menyelesaikan enjadwalan job-sho. Logika fuzzy yang diimlementasikan, digunakan untuk memilih control vector yang teat dalam menjadwalkan jobsho. Control vector adalah vektor yang elemenelemennya meruakan bobot dari kriteria enjadwalan (disatching rules). Disatching rules yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah Normalized Urgency of Next Workstation (NUNQ) dan Normalized Processing Time (NPT). Fuzzy rule base akan menentukan kombinasi antara NPT dan NUNQ dengan bobot yang teat untuk dijadikan sebagai aturan enjadwalan ada jobsho, sesuai dengan keadaan atau state (direresentasikan dengan state vectors) ada jobsho. Dengan demikian, enjadwalan job-sho menjadi adatif, karena emilihan control vector tergantung ada state vectors. Hasil dari Tugas Akhir ini adalah rule berua emilihan control vector terbaik untuk setia fuzzy subsace. Pada tia fuzzy subsace terdaat nilai fuzzy dari state vectors. Nilai fuzzy yang diilih dalam Tugas Akhir ini adalah =3, yang berarti bahwa state vectors difuzzifikasi untuk tiga ukuran, yaitu kecil, sedang, dan besar. Rule yang terbentuk menunjukkan bentuk enjadwalan adatif berdasarkan nilai fuzzy dari 4 state vectors, aakah kecil, sedang, atau besar. ata unci : Job-sho roblem, Penjadwalan Adatif, Fuzzy Rule Base 1. Pendahuluan Penjadwalan job-sho meruakan bagian enting dalam mencaai roduktivitas yang baik. Masalah enjadwalan job-sho daat ditangani dengan berbagai macam endekatan yaitu dengan endekatan analisis, heuristik, dan simulasi. Pendekatan analitis berfokus ada ermodelan dan erumusan matematika untuk mengatur enjadwalan. Pendekatan secara analitis hanya terbatas untuk kasus atau ermasalahan yang berukuran kecil, sehingga tidak daat menyelesaikan kasus-kasus enjadwalan yang komleks. Pada endekatan heuristik, ermasalahan ada enjadwalan job-sho diselesaikan dengan berfokus keada emilihan job-job sesuai rioritas dengan menggunakan disatching rules. Melalui endekatan ini dieroleh hasil enjadwalan yang lebih baik aabila dibandingkan dengan endekatan analitis. Akan tetai, masih teta sulit untuk membuktikan kegunaan umum dari suatu rule disebabkan oleh karakteristik sistem yang berbedabeda. Pendekatan simulasi lebih digunakan dalam enentuan atau enilaian terhada rule-rule. Melalui roses simulasi, setia rule akan dinilai erformanya ada suatu eriode waktu tertentu. Setelah dieroleh erforma dari masing-masing rule, kemudian akan diambil keutusan untuk enjadwalan. Pendekatan simulasi memiliki kekurangan untuk engambilan keutusan secara real-time. Selain melalui endekatan-endekatan di atas, enjadwalan job-sho juga daat diselesaikan melalui logika fuzzy. Dengan menggunakan logika fuzzy, diharakan enjadwalan yang dilakukan daat lebih bersifat adatif. Penjadwalan dengan logika fuzzy yang digunakan dalam enyusunan tugas akhir ini digunakan untuk membangun rule yang teat untuk menjadwalkan job-sho. Rule yang dibangun menentukan control vector yang digunakan untuk menentukan rioritas job yang aling teat untuk digunakan di dalam sistem. 2. Job-Sho Problem onse enjadwalan job-sho adalah menentukan waktu suatu oerasi mulai dikerjakan dan mengalokasikan resource untuk mengerjakan oerasi tersebut. Pada saat menjadwalkan suatu oerasi selain menentukan kaan oerasi tersebut mulai dikerjakan juga ditentukan resource mana yang diakai oleh oerasi tersebut. Oleh karena itu, 1

2 ada saat menjadwalkan suatu oerasi harus dierhatikan dua batasan (constraint) berikut ini. 1. Presedence Constraint. Penjadwalan untuk setia oerasi dari job yang sama harus berurutan sesuai dengan recedence constraint job tersebut. 2. Resource Constraint. Penjadwalan setia oerasi membutuhkan sebuah resource untuk mengerjakan oerasi tersebut. Pada saat oerasi ini mulai diroses, resource tersebut harus sedang tidak diakai oleh oerasi ini. Resource ini juga menjadi tidak daat diakai oleh oerasi lain samai oerasi tersebut selesai. Jika enjadwalan suatu oerasi melanggar constraint maka enjadwalan oerasi tersebut harus dialihkan waktunya, dii mana engalihan waktu ini menyebabkan enyelesaian job berlangsung lebih kama dan menyebabkan keterlambatan onflik Suatu oerasi yang akan dijadwalkan ada waktu tertentu, harus memenuhi constraint yang telah disebutkan ada bagian sebelumnya. Jika enjadwalan melanggar salah satu constraint, maka akan terjadi konflik dan oerasi tersebut harus dialihkan ke alokasi waktu yang lain Disatching Rules Disatching rules meruakan algoritmaalgoritma untuk menantukan urutan job yang akan dikerjakan terlebih dahulu dalam suatu kasus jobsho. Berikut ini adalah beberaa contoh dari disatching rules. a. FIFO Meruakan keendekan dari First In First Out. Job yang mengantri terlebih dahulu, akan memiliki rioritas lebih tinggi untuk diroses. Dengan kata lain, ekerjaan diroses sesuai dengan urutan antrian. b. SPT Shortest Processing Time. Job yang akan diroses ada mesin akan diurutkan berdasarkan waktu rosesnya ada mesin tersebut. Job yang memiliki waktu roses aling singkat ada antrian, akann diroses lebih dahulu. Rule ini adalah salah satu yang aling banyak digunakan karena kesederhanaannya. SPT juga baik digunakan untuk meminimalisasi mean flow time. c. LPT LPT (Longest Processing Time) adalah kebalikan dari SPT. Job-job yang akan diroses akan diurutkan berdasarkan waktu rosesnya ada mesin tersebut. Job yang memiliki waktu roses aling tinggi ada antrian akan diutamakan. d. EDD EDD atau Earliest Due Date meruakan rule yang mendahulukan atau memrioritaskan lebih tinggi keada job yang memiliki due date aling dekat dengan saat ini. Rule ini efektif dalam meminimalisasi mean tardiness dari job. e. S/OPN S/OPN adalah slack er remaining oeration. Job yang diroses lebih dahulu, adalah job dengan rasio slack aling rendah dari oerasi yang selanjutnya akan dikerjakan. Rule ini efektif untuk mengontrol tardiness karena memrioritaskan job berdasarkan slack terendah dan sisa oerasi yang belum dikerjakan. f. COVERT COVERT (Cost Over Time). Pengurutan berbanding terbalik dengan rasio dari fungsi enalti seanjang waktu roses. COVERT baik dalam engotimalan tardiness. g. MWR MWR meruakan keanjangan dari Most Work Remaining. Pada rule ini, job diilih berdasarkan sisa oerasi yang belum dilakukan ada job tersebut. h. FCFS First Come First Serve (FCFS) mengurutkan job berdasarkan urutan kedatangannya ada antrian workcenter. Job yang lebih datang lebih awal akan diroses terlebih dahulu. i. FAFS Pada First Arrival First Serve (FAFS), job yang dikerjakan lebih dahulu adalah job yang lebih awal masuk ke dalam sistem. j. RANDOM Prioritas ekerjaan secara random. 3. Logika Fuzzy Himunan fuzzy lahir karena banyaknya fenomena yang bersifat samar atau serba tidak teat ditinjau dari cara berikir manusia. Pada kenyataannya, tidak ada suatu kondisi atau ernyataan yang teat 100% benar atau 100% salah. Menurut Prof. Lotfi. A. Zadeh, true atau false dalam logika boolean tidak daat mereresentasikan ernyataan abu-abu atau samar 2

3 di antara ernyataan true dan false seerti yang terjadi di dunia nyata. Untuk mengatasi masalah di atas, maka lahirlah logika fuzzy. Logika fuzzy memberikan nilai sesifik ada setia nilai di antara ernyataan true atau false dengan menentukan fungsi keanggotaan (membershi function) bagi tia nilai inut dari roses fuzzy dan derajat keanggotaaan (degree of membershi). Inut diberi milai derajat sesuai fungsi keanggotaan antara nilai 0 samai 1, sehingga memungkinkan bagi suatu ersamaan memiliki nilai true dan false secara bersamaan Fungsi eanggotaan Fungsi keanggotaan adalah suatu kurva yang menunjukkan emetaan titik-titk inut data ke dalam nilai keanggotaannya (derajat keanggotaannya) yang memiliki interval antara 0 dan 1. Salah satu cara yang daat digunakan untuk mendaatkan nilai keanggotaan adalah dengan melalui endekatan fungsi. Fungsi-fungsi keanggotaan yang daat digunakan dalam mereresentasikan logika fuzzy antara lain : a. Reresentasi Linear b. Reresentasi urva Segitiga c. Reresentasi urva Traesium d. Reresentasi urva Bentuk Bahu e. Reresentasi urva-s 3.2. Fuzzy Rule Base Fuzzy rule base meruakan inti dari logika fuzzy. Fuzzy rule base berisi ernyataan-ernyataan logika fuzzy yang berbentuk ernyataan-ernyataan IF-THEN. Bentuk umum dari fuzzy rule base adalah : B If x 1 isa 1 1 and x 2 isa and... A n 1 then y is A 1 1 dan B adalah himunan fuzzy, sedangkan x = (x 1, x 2,, x n ) adalah inut dari variabel fuzzy. Pad subbab akan dijelaskan lebih lanjut mengenai fuzzy rule base, terutama imlementasinya dalam menyelesaikan masalah enjadwalan ada job-sho. 4. Imlementasi Fuzzy Rule Base Pada Penjadwalan Job-Sho 4.1. Deskrisi Sistem Job-Sho Sistem job-sho yang digunakan ada tugas akhir ini adalah sistem job-sho yang terdiri dari emat workcenter (emotongan, embengkokan, ermesinan, dan engelasan). Tia workcenter memiliki tiga mesin untuk memroses job. Tia job akan diroses melalui urutan yang telah ditentukan, yaitu emotongan, embengkokan, ermesinan dan engelasan. Tugas akhir ini akan menyelesaikan ermasalahan job-sho dalam engurutan job ketika akan dikerjakan ada suatu workcenter dengan memertimbangkan waktu roses tia job di setia workcenter yang dilalui. Selain itu juga diertimbangkan jumlah antrian di tia workcenter. Setelah diketahui keadaan sistem yaitu waktu roses di setia workcenter dan jumlah antrian di setia workcenter daat ditentukan urutan engerjaan dari tia job di setia workcenter melalui enentuan rioritas Penjadwalan Performa yang dinilai ada job-sho dalam tugas akhir ini adalah flow-time. Untuk itulah erlu ditentukan decision criteria yang teat yang daat mengotimalkan nilai dari flow-time. Flow-time adalah total waktu dari suatu job selama berada di dalam sistem. Flow-time dirumuskan dalam ersamaan 1. flow time = total rocessing time + waiting time + total transortation time + set u and load/unload time. (1) Waktu roses oerasi dan waktu transortasi bersifat deterministik, sedangkan waktu set-u diabaikan dalam sistem ada tugas akhir ini. Oleh karena itu, untuk meminimaliasi flow-time maka waiting time dari job ada queue harus diminimaliasi. Untuk mencaai waiting time minimal ini, digunakan dua macam kriteria enjadwalan, yaitu Normalized Urgency of Next Workcenter (NUNQ), dan Normalized Processing Time (NPT). Normalized berarti nilai dari kriteria ditransformasi ke suatu range dari 0 samai 1. a. NUNQ mereresentasikan jumlah antrian dari workcenter. b. NPT mereresentasikan rocessing time dari job ada setia workcenter. Untuk melakukan normalisasi ada jumlah antrian dan rocessing time, digunakan ersamaan 2. New x i = Old x i Min (X) Max X Min (X) (2) Dengan : New x i : Nilai hasil normalisasi. Old x i : Nilai yang akan dinormalisasi 3

4 Max X : Nilai maksimum dari data. Min(X) : Nilai minimum dari data. riteria enjadwalan NUNQ dan NPT akan digunakan dalam menentukan rioritas dari jobsho dengan enggunaan control vector Priority Index Bobot dari kriteria yang digunakan, ditentukan melalui sebuah control vector (w 1,w 2 ) yang menunjukkan bobot dari NUNQ dan NPT. Control vector yang digunakan dalam tugas akhir ini ditunjukkan ada tabel 1. Tabel 1 Control Vector c c 1 c 2 c 3 c 4 w w Priority Index meruakan indeks yang menunjukkan nilai rioritas dari job untuk diroses ada suatu workcenter. Priority index suatu job k ada workcenter s dirumuskan dengan ersamaan 3. Priority k, s = i w i s xcriterion i (k, s) (3) Priority index menentukan urutan engerjaan job ada suatu workcenter. Job yang memiliki riority index lebih tinggi akan dikerjakan lebih dahulu, dan sebaliknya. Fuzzy rule yang akan dibangun ada tugas akhir ini adalah menentukan control vector mana yang aling teat untuk digunakan sesuai dengan keadaan dari sistem jobsho. eadaan sistem ini direresentasikan dalam sebuah state vector yang berisi nilai-nilai state variables nowledge Acquisition Phase dan Decision Making Phase dengan menghitung keteatan dari rule untuk setia state vectors. a. Memilih dan memfuzifikasi states variables Pada taha ini, states variables yang menggambarkan karakteristik dari sistem (dalam hal ini job-sho). States variables yang diilih dalam tugas akhir ini terdiri dari 4 variabel, yaitu : x 1 : NPT maksimum dari antrian x 2 : NUNQ maksimum dari antrian x 3 : NPT minimum dari antrian x 4 : anjang antrian yang dinormaliasasi. x 1 meruakan reresentasi dari NPT maksimum ada antrian job. Hal ini berarti dari -relikasi yang dilakukan, masing-masing total waktu roses di tia workcenter dinormalisasi. Setelah dilakukan normalisasi kemudian diilih nilai NPT yang aling tinggi dari keemat workcenter sebagai x 1. Hal ini berlaku ula untuk menentukan x 3, hanya saja ada x 3, bukan nilai yang aling tinggi ada NPT tia workcenter yang diilih, melainkan yang memiliki nilai aling rendah. Variabel x 2 menunjukkan keadaan maksimum ada antrian di tia workcenter. Jumlah antrian rata-rata dari tia workcenter ada setia relikasi terlebih dahulu dicatat. Setelah itu, lakukan normalisasi ada tia workcenter. Dari asil normalisasi ini kemudian diilih nilai yang aling maksimum sebagai x 2 dari tia relikasi. Variabel terakhir dalam state variables adalah x 4 yang meruakan anjang antrian yang dinormalisasi. Panjang antrian dieroleh dengan menjumlahkan banyaknya antrian dari tia workcenter kemudian dinormalisasi. States variables ini kemudian akan difuzzifikasi berdasarkan fungsi keanggotaan yang diilih. Nilai fuzifikasi dari state variables direresentasikan dengan bilangan fuzzy, A i k. Fungsi keanggotaan yang digunakan adalah fungsi keanggotaan yang digunakan dalam imlementasi tugas akhir ini adalah fungsi keanggotaan yang ditunjukkan ada gambar 1. Terdaat dua tahaan dalam eneraan logika fuzzy untuk enjadwalan job-sho yaitu : nowledge Acquisition Phase dan Decision Making Phase 1.) nowledge Acquisition Phase Taha engumulan data dan taha embangunan rule ada knowledge acquisition hase terdiri dari 3 langkah, yaitu : 1) Memilih dan memfuzifikasi states variables. 2) mengumulan data erforma dari tia state vector berdasarkan rule dan control vector. 3) Membangun rule base Gambar 1. Fungsi eanggotaan 4

5 Dengan fungsi keanggotaan ada gambar 1, maka state variables daat difuzifikasi ke dalam tiga kategori yaitu kecil, sedang dan besar. b. Mengumulkan data samel Data samel berisi nilai states variables dan erforma (dalam hal ini flow time). State vectors dinotasikan dengan x = { x 1, x 2,..., x m }, =1,2,...,n. Dimana m adalah banyaknya state variables dan n adalah banyaknya data samel. Nilai erforma dari control vector c ada state x, disimbolkan dengan PV c X, c = 1, 2,..., q, di mana q adalah jumlah dari kontrol vektor yang mungkin. Performa dieroleh dengan menghitung flow time berdasarkan rioritas yang dihitung berdasarkan control vector c. c. Membangun Rule Base Dari data samel yang terdiri dari state vectrors (yang elemen-elemennya meruakan state variables) dan nilai erforma, kemudian state vector x difuzifikasi menjadi jika x 1 = A i, x 2 = A j,..., x m = A v, maka x dikatakan memiliki nilai. Dengan demikian, rule base yang dibangun A i j v akan berua : Jika x = A i j v maka gunakan control vector c Prosedur embangunan rule base terdiri dari 3 langkah sebagai berikut. a. Ste 1. Performa yang diukur adalah meanflow time. Oleh karena itu, semakin kecil nilai erforma menunjukkan erforma itu semakin baik. Degree of Effectiveness DE c x untuk setia control vector c ada state x didefiniskan sebagai berikut : x DE c = PV x worst x PV c x PV worst PV best x, untuk c=1,2,...q. (4) Dengan : x PV worst = erforma aling buruk di antara semua control vector ada state x. x PV best = erforma aling buruk di antara semua control vector ada state x. x DE c memiliki nilai di antara 0 dan 1. Nilai 1 menunjukkan nilai efektivitas dari control vector aling baik sedangkan 0 aling buruk. b. Ste 2. Menghitung cumulative score yang meruakan nilai kumulatif dari semua control vector c ada setia fuzzy subsace A i j v dengan : β c A i j v = n μ i x 1 μ j x 2 μ x v (x m )DE =1 c c=1, 2,..., q; (5) c. Ste 3. Menghitung DS (Degree of Suitability) untuk menila kekuatan relatif dari suatu control vector c dibandingkan dengan control vector lainnya ada state x. Semakin besar nilai DS menggambarkan semakin cocok/teatnya enggunaan control vector c untuk state x. DS c A i j v = β c A i j v β i j..v (6) dengan : βi j..v = q t=1 (7) 2.) Decison Making Phase max t {β t A i j v } β t A i j v q Decision making hase adalah roses menilai rule untuk state vector yang diberikan dan menentukan rule mana yang aling teat untuk state tersebut. Prosedur dalam mengambil keutusan ada taha ini adalah sebagai berikut. a. Ste 1. Menghitung nilai Degree of Aroriateness (DA) yang mengindikasikan kecocokan dan efektivitas dari control vecto c, c= 1,2,...,q ada current state x. DA c = μ i x 1 μ j x 2 μ v x m i j v DS(c (8) b. Ste 2 menentukan control vector yang aling teat untuk. c = argmax t {DA t } (9) c. Ste 3. Jika DA c untuk c yang diilih nilainya kurang dari threshold T, gunakan control vector yang telah digunakan sesuai A i j v ) 5

6 dengan taha knowledge-acquisition hase. Jika tidak, maka control vector c* adalah control vector yang teat untuk current state. 5. Desain dan Imlementasi Sistem Dataset yang akan diroses untuk membangun rule base dieroleh melalui roses erhitungan terhada bilangan acak yang dibankitkan berdasarkan data rata-rata dari roses simulasi. Selanjutnya tia job diurutkan dengan menerakan rioritas untuk tia job menggunakan control vector sehingga dieroleh erforma dari tia control vector. scores dieroleh dengan mengalikan state variables yang difuzifikasi, dengan nilai degree of effectiveness untuk setia subsace. Diagram alir roses ini ditunjukkan ada gambar 3. Mulai Inut : Matriks deg_ef, statevect Fuzzifikasi State Vectors 5.1. Pembangunan Rule Ada tiga ste dalam membangun rule yaitu enghitungan degree of effecitveness dari erforma tia control vector, erhitungan cumulative score yang meruakan nilai dari tia control vektor untuk tia fuzzy subsace, dan menghitung degree of suitable untuk menentukan control vector yang teat untuk suatu state dan kemudian merumuskannya dalam rule. Mulai Hitung Cumulative Scores Outut : Matriks CT Selesai Inut : Dataset erforma control vector Gambar 3. Diagram Alir Cumulative Scores Ste terakhir dalam embangunan rule adalah menghitung degree of suitability, dengan diagram alir seerti ada gambar 4. Pilih Performa Terbaik dan Performa Terburuk Mulai Inut : Cumulative Scores Hitung Bii Hitung Degree of Effectiveness Hitung Nilai MaksimalCumulati ve Score untuk suatu state di antara semua control vector Outut : Matriks deg_ef Hitung Degree Of Suitable onstruksi Rule Berdasarkan Degree Of Suitable Selesai Outut : suit_score, rules Selesai Gambar 2. Diagram Alir Degree of Effectiveness Setelah menghitung degree of effectiveness, kemudian dihitung cumulative scores. Cumulative Gambar 4. Diagram Alir Perhitungan Degree of Suitability 6

7 5.2. Decision Making Taha decision making hase adalah taha engambilan keutusan untuk menentukan control vector aa yang aling teat untuk suatu current state. Diagram alir tahaan ini ditunjukkan ada gambar 5. Mulai x 1 : NPT maksimum dari antrian x 2 : NUNQ maksimum dari antrian x 3 : NPT minimum dari antrian x 4 : anjang antrian yang dinormaliasasi. Tabel 1. Dataset Skenario 1 x 1 x 2 x 3 x 4 PVC 1 PVC 2 PVC 3 PVC Inut : Degree of Suitable, Current State Hitung Degree Of Aroriateness : DA c Threshold? TIDA YA Gunakan control vector C* Tamilkan Pesan Outut Matriks DA, Decision Selesai Gambar 5. Diagram Alir Decision Making Phase 6. Uji Coba dan Evaluasi Uji coba dilakukan untuk menilai erforma (flow-time) ada job-sho. Uji coba dilakukan ada job-sho dengan distribusi waktu engerjaan ada mesin sesuai distribusi ada mesin emotong, embengkok, ermesinan, dan engelasan yaitu dengan distribusi : 1. Skenario 1 dengan TRIANGULAR (0.9, 1, 1.1) 2. Skenario 2 dengan distribusi NORMAL (1, 0.001). Data hasil embangkitan bilangan acak tersebut kemudian dinormalisasi, dan dihitung rioritas dari masing-masing job ada tia workcenter menggunakan control vector. Dataset yang dieroleh ditunjukkan ada Tabel 1. Pada skenario 1 ini, dilakukan 10 kali relikasi (direresentasikan dengan ). States variables yang menggambarkan keadaan waktu roses job di tia mesin dan jumlah antrian direresentasikan dalam variabel x 1, x 2, x 3,dan x 4. Dimana : Performa (flow-time) dari tia control vector disiman dalam kolom-kolom PVC 1,PVC 2, PVC 3 dan PVC 4. Dengan melakukan uji coba ada skenario 1dieroleh rule yang menunjukkan hasil yang sama untuk setia subsace, yaitu bahwa untuk setia subsace, control vector yang digunakan adalah control vector 1 (0,-1). Berikut ini rule yang dihasilkan ada skenario 1. Jika x1 kecil, x2 kecil, x3 sedang, x4 besar gunakan control vector ke-1... Jika Jika x1 kecil, x2 kecil, x3 sedang, x4 besar gunakan control vector ke-1 Untuk skenario uji coba kedua, distribusi yang digunakan adalah distribusi NORMAL (1,0.001). Tabel 2 meruakan dataset untuk inut ada skenario uji coba 2. Rule yang dihasilkan ada skenario uji coba kedua adalah sebagai berikut : Jika x1 sedang, x2 besar, x3 sedang, x4 besar gunakan control vector ke-2... Jika x1 besar, x2 besar, x3 besar, x4 besar gunakan control vector ke-1 7

8 Flow Time Tugas Akhir Periode Juli 2010 Tabel 2. Dataset Skenario 2 x 1 x 2 x 3 x 4 PVC1 PVC2 PVC3 PVC4 1 0,24 1,00 1,00 0,37 44,80 44,81 44,85 44,84 2 0,08 0,40 0,45 0,17 41,22 41,23 41,26 41,26 3 0,25 1,00 1,00 1,00 55,67 55,68 55,73 55,72 4 0,11 0,31 0,31 0,29 43,43 43,44 43,48 43,48 5 0,35 0,60 0,58 0,53 47,63 47,64 47,68 47,64 6 0,37 0,80 0,93 0,77 51,94 51,94 52,00 51,99 7 0,04 0,40 0,38 0,15 37,25 37,25 37,29 37,28 8 0,00 0,00 0,00 0,00 38,29 38,29 38,33 38,32 9 0,23 1,00 0,89 0,85 56,25 56,24 56,29 56,28 emudian setelah terbentuk rule base dilakukan erbandingan erforma terhada kedua skenario uji coba. Hasil erforma flow-time untuk kedua skenario ditunjukkan ada gambar 6. 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 Gambar 6. Perbandingan Flow Time Gambar 5.3 menunjukkan erbedaan flowtime ada job-sho ada skenario 1 dan skenario 2. Garis berwarna biru menunjukkan flow-time ada skenario 1 sedangkan garis berwarna biru menunjukkan flow-time ada skenario 2. Flow-time ada skenario 1 lebih rendah dariada skenario 2. Hal ini berarti, bahwa lamanya suatu job berada di dalam sistem, lebih sedikit atau lebih ceat jika dibandingkan dengan skenario 1. Atau dengan kata lain, imlementasi fuzzy rule base untuk job-sho menghasilkan erforma yang lebih baik ada distribusi TRIANGULAR(0.9,1,1.1) dibandingkan dengan ada distrubusi NORMAL (1,0.001). 7. esimulan Flow Time Triangula r Normal State Vectors e- Dari uji coba yang telah dilakukan dan setelah menganalisis hasil engujian terhada imlementasi fuzzy rule base ada kasus job-sho dengan enjadwalan adatif, daat diambil beberaa kesimulan antara lain: a. Fuzzy rule base daat diimlementasikan untuk kasus job-sho. b. Penggunaan distribusi yang berbeda, yaitu TRIANGULAR dan NORMAL untuk waktu roses suatu entitas ada workcenter memengaruhi flow-time dari job-sho. c. Pada saat dilakukan uji coba, rule yang menunjuk control vector 1 yaitu (0,-1) sebagai control vector untuk suatu subsace lebih dominan dibandingkan dengan control vector lainnya. Ini menunjukkan bahwa untuk jobsho dengan karakteristik seerti yang diujicobakan, NPT lebih banyak digunakan dibandingkan dengan enggunaan kombinasi antara NUNQ-NPT yang diwakilkan oleh control vector lainnya. 8. Saran Saran untuk engembangan lebih lanjut dari tugas akhir ini antara lain : a. Penggunaan simulasi bu1.kan hanya untuk dasar dalam embangkitan bilangan acak, tetai benar-benar dilakukan untuk menilai erforma dari control vector. Dengan demikian, enghitungan rioritas juga daat langsung dilakukan dengan simulasi tana harus dihitung berdasarkan bilangan acak yang dibangkitkan. b. Gunakan kombinasi control vector selain control vector yang digunakan ada tugas akhir ini. c. Untuk kriteria erforma selain flow-time daat digunakan disatching rules yang lain selain NUNQ dan NPT. 9. Daftar Pustaka [1] ey. Lee. Agustus, Fuzzy Rule Generation for Adative Scheduling in a Dynamic Manufacturing Environment. [2] Gamma. Algoritma Penjadwalan Produksi Pada Lingkungan Mesin Job Sho Dengan Minimalisasi Rataan Waktu Tunggu. [3] Eva Yustvita Rahmayani Sistem Inferensi Fuzzy Untuk Menentukan Tingkat Risiko Penyakit Geriatri. [4] Institut Teknologi Bandung Penjadwalan Produksi Flow-Sho dan Job- Sho. [5] htt:// Diakses ada 22 Maret

Husnul Hakim ( ) Pembimbing : Ahmad Saikhu, S.Si, MT

Husnul Hakim ( ) Pembimbing : Ahmad Saikhu, S.Si, MT Husnul Hakim (5106100101) Pembimbing : Ahmad Saikhu, S.Si, MT Penjadwalan job-shop merupakan masalah yang kompleks untuk diselesaikan. Pendekatan dalam menyelesaikan penjadwalan job-shop : - Analitis dengan

Lebih terperinci

APLIKASI DISCOUNTED CASH FLOW PADA KONTROL INVENTORY DENGAN BEBERAPA MACAM KREDIT PEMBAYARAN SUPPLIER

APLIKASI DISCOUNTED CASH FLOW PADA KONTROL INVENTORY DENGAN BEBERAPA MACAM KREDIT PEMBAYARAN SUPPLIER Program Studi MMT-ITS, Surabaya Agustus 9 APLIKASI ISOUNTE ASH FLOW PAA KONTROL INVENTORY ENGAN BEBERAPA MAAM KREIT PEMBAYARAN SUPPLIER Hansi Aditya, Rully Soelaiman Manajemen Teknologi Informasi MMT -

Lebih terperinci

hari sehingga menempatkan metode LPT sebagai metode paling tidak efektif untuk diterapkan di PT. XYZ.

hari sehingga menempatkan metode LPT sebagai metode paling tidak efektif untuk diterapkan di PT. XYZ. BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Perb bandingan Penjadwalan FCFS, EDD, SPT dan LPT Jika di ilakukan perbandingan antara ke 4 metode yang digunakan, maka akan did dapatkan hasil sebagai berikut : Dari tabel

Lebih terperinci

Kompleksitas Algoritma Quick Sort

Kompleksitas Algoritma Quick Sort Komleksitas Algoritma Quick Sort Fachrie Lantera NIM: 130099 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Jln. Ganesha 10, Bandung E-mail : if099@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan jalur terendek (Shortest Path) meruakan suatu jaringan engarahan erjalanan dimana seseorang engarah jalan ingin menentukan jalur terendek antara dua kota

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJUAN MODEL DAN ANALISIS. Untuk keperluan pengujian model dan program komputer yang telah

BAB 4 PENGUJUAN MODEL DAN ANALISIS. Untuk keperluan pengujian model dan program komputer yang telah 7 BAB PENGUJUAN MODEL DAN ANALISIS Untuk keperluan pengujian model dan program komputer yang telah dikembangkan dilakukan pengumpulan data sebagai berikut : 1. Pengujian model dalam masalah job shop dengan

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Penjadwalan Penjadwalan adalah aktivitas perencanaan untuk menentukan kapan dan di mana setiap operasi sebagai bagian dari pekerjaan secara keseluruhan harus dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem

BAB II LANDASAN TEORI. informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sebelumnya Rudyanto (2011) melakukan penelitian tentang rancang bangun sistem informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem infomasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam

BAB II LANDASAN TEORI. atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Optimasi Optimasi merupakan pendekatan normatif dengan mengidentifikasi penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan pada titik maksimum atau minimum suatu fungsi

Lebih terperinci

Scheduling Problems. Job Shop Scheduling (1) Job Shop Scheduling Problems. Job Shop Scheduling (2) 13/05/2014

Scheduling Problems. Job Shop Scheduling (1) Job Shop Scheduling Problems. Job Shop Scheduling (2) 13/05/2014 /0/0 Scheduling Problems Job Shop Scheduling Problems Mata Kuliah: Penjadwalan Produksi Teknik Industri Universitas Brawijaya Job Shop Scheduling () Job Shop Scheduling () Flow shop: aliran kerja unidirectional

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 22 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi penjadwalan Secara umum, penjadwalan merupakan proses dalam perencanaan dan pengendalian produksi yang digunakan untuk merencanakan produksi

Lebih terperinci

Dika Dwi Muharahman*, Nurul Gusriani, Elis Hertini. Departemen Matematika, Universitas Padjadjaran *E mail:

Dika Dwi Muharahman*, Nurul Gusriani, Elis Hertini. Departemen Matematika, Universitas Padjadjaran *E mail: Perubahan Perilaku Pengguna nstant Messenger dengan Menggunakan Analisis Koresondensi Bersama (Studi Kasus Mahasiswa di Program Studi S-1 Matematika FMPA Unad) Dika Dwi Muharahman*, Nurul Gusriani, Elis

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN HASIL

BAB V ANALISA DAN HASIL BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1 Analisa Jumlah Pekerjaan dalam Sistem Jika dilakukan perbandingan jumlah pekerjaan dalam sistem dari penjadwalan produksi Thermowell di PT. Rangga Olah Cipta Systems yang ditelah

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. job[0] <no_mesin1 waktu_operasi1> <no_mesin2 waktu_operasi2>.. job[1] <no_mesin1 waktu_operasi1> <no_mesin2 waktu_operasi2>..

BAB III ANALISIS. job[0] <no_mesin1 waktu_operasi1> <no_mesin2 waktu_operasi2>.. job[1] <no_mesin1 waktu_operasi1> <no_mesin2 waktu_operasi2>.. BAB III ANALISIS 3.1 Pendahuluan Dalam tugas akhir ini, permasalahan job shop scheduling diselesaikan dengan menerapkan sistem multiagent dengan kemampuan pembelajaran (learning) dan penalaran (reasoning)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk berkunjung ke suatu negara. Permintaan pariwisata biasanya diukur dari segi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk berkunjung ke suatu negara. Permintaan pariwisata biasanya diukur dari segi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permintaan Pariwisata Pariwisata mamu mencitakan ermintaan yang dilakukan oleh wisatawan untuk berkunjung ke suatu negara. Permintaan ariwisata biasanya diukur dari segi jumlah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TIJAUA PUSTAKA Portofolio Saham Portofolio berarti sekumulan investasi, untuk kasus saham, berarti sekumulan investasi dalam bentuk saham. Proses embentukan orfolio saham terdiri dari mengidentifikasi

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI KODYA SURABAYA BERDASARKAN VARIABEL-VARIABEL KEPENDUDUKAN, KESEHATAN DAN PENDIDIKAN

SKRIPSI ANALISIS PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI KODYA SURABAYA BERDASARKAN VARIABEL-VARIABEL KEPENDUDUKAN, KESEHATAN DAN PENDIDIKAN SKRIPSI ANALISIS PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI KODYA SURABAYA BERDASARKAN VARIABEL-VARIABEL KEPENDUDUKAN, KESEHATAN DAN PENDIDIKAN Oleh : Rengganis L. N. R 302 00 046 PENDAHULUAN Latar Belakang Penduduk

Lebih terperinci

BAB 3 PENGEMBANGAN TEOREMA DAN PERANCANGAN PROGRAM

BAB 3 PENGEMBANGAN TEOREMA DAN PERANCANGAN PROGRAM BAB 3 PENGEMBANGAN TEOREMA DAN PERANCANGAN PROGRAM 3.1. Pengembangan Teorema Dalam enelitian dan erancangan algoritma ini, akan dibahas mengenai beberaa teorema uji rimalitas yang terbaru. Teorema-teorema

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Aplikasi Menurut Kadir (2008:3) program aplikasi adalah program siap pakai atau program yang direka untuk melaksanakan suatu fungsi bagi pengguna atau aplikasi yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERBANDINGAN METODA

BAB III METODOLOGI DAN PERBANDINGAN METODA BAB III METODOLOGI DAN PERBANDINGAN METODA Melalui enjelasan konse jaringan grah, dalam menelusuri rute menuntut adanya enggunaan metoda yang teat. Merunut ada tinjauan ustaka, setidaknya akan digunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Sistem Produksi Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian sistem produksi dari beberapa teori yang sudah ada, serta ruang lingkup sistem produksi

Lebih terperinci

PETA KENDALI R ADAPTIF SEBAGAI ALTERNATIF PETA KENDALI R SHEWHART DALAM MENDETEKSI PERGESERAN KECIL PADA VARIANS

PETA KENDALI R ADAPTIF SEBAGAI ALTERNATIF PETA KENDALI R SHEWHART DALAM MENDETEKSI PERGESERAN KECIL PADA VARIANS PETA KENDALI R ADAPTIF SEBAGAI ALTERNATIF PETA KENDALI R SHEWHART DALAM MENDETEKSI PERGESERAN KECIL PADA VARIANS Adative R Control Chart as Alternative Shewhart R Control Chart in Detecting Small Shifts

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi 2.1.1 Definisi Sistem Produksi Menurut para ahli ada beberapa definisi mengenai sistem produksi, antara lain : 1. Asruri (1993) mendefinisikan sistem produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Peranan Penjadwalan dan Pengaruhnya Penjadwalan adalah proses pengambilan keputusan yang memainkan peranan penting dalam industri manufaktur maupun jasa.

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY

PENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY Penjadwalan Produksi Injection Moulding Pada PT. Duta Flow Plastic Machinery PENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY Roesfiansjah Rasjidin, Iman hidayat Dosen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Dasar Penjadwalan Produksi Secara umum, penjadwalan merupakan suatu proses dalam perencanaan dan pengendalian produksi yang merencanakan produksi

Lebih terperinci

Metode Penugasan. Penugasan & Pengurutan Job. Metode Penugasan. Supl 15. Langkah-langkah Metode Penugasan 31/10/2015

Metode Penugasan. Penugasan & Pengurutan Job. Metode Penugasan. Supl 15. Langkah-langkah Metode Penugasan 31/10/2015 Penugasan & Pengurutan MANAJEMEN OPERASI: Manajemen Keberlangsungan & Rantai Pasokan Operations Management: Sustainability & Supply Chain Management Supl 15 Metode Penugasan Kelas khusus dari model pemrograman

Lebih terperinci

Bab 4 PRINSIP PRINSIP PEMODELAN FISIS

Bab 4 PRINSIP PRINSIP PEMODELAN FISIS Bab 4 PRINSIP PRINSIP PEMODELAN FISIS 4. Fase-fase Pemodelan Dalam bab ini kita akan mendiskusikan bagaimana membangun model model matematika system dinamis. Kita akan memerhatikan masalah bagaimana mencaai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktuwaktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus. Teknik pengukuran waktu terbagi atas dua bagian

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan I. Latar Belakang Masalah Dalam beberaa tahun terakhir ini, roses emonitoran kestabilan barisan matriks korelasi mendaatkan erhatian yang amat serius dalam literatur, terutama dalam literatur

Lebih terperinci

PEMODELAN PENJADWALAN MATA PELAJARAN DENGAN INTEGER PROGRAMMING

PEMODELAN PENJADWALAN MATA PELAJARAN DENGAN INTEGER PROGRAMMING PEMODELAN PENJADWALAN MATA PELAJARAN DENGAN INTEGER PROGRAMMING Dian Permata Sari, Sri Setyaningsih, dan Fitria Virgantari. Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI Menurut Sumayang (2003), penjadwalan adalah mengatur pendayagunaan kapasitas dan sumber daya yang tersedia melalui aktivitas tugas. Perencanaan fasilitas dan

Lebih terperinci

OPTIMASI KOMBINASI FERRITE CORES DALAM IMPEDER CASE UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PADA TEKNOLOGI HIGH INDUCTION FREQUENCY WELDING

OPTIMASI KOMBINASI FERRITE CORES DALAM IMPEDER CASE UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PADA TEKNOLOGI HIGH INDUCTION FREQUENCY WELDING Program Studi MMT-ITS, Surabaya Agustus 2006 OPTIMASI KOMBINASI FERRITE CORES DALAM IMPEDER CASE UNTUK MEMINIMALKAN BIAYA PADA TEKNOLOGI HIGH INDUCTION FREQUENCY WELDING Nico Gunawan* dan Abdullah Shahab**

Lebih terperinci

Penerapan Multivariate Exponentially Weighted Moving Average Control Chart Pada Proses Pembuatan Boiler di PT. ALSTOM ESI Surabaya

Penerapan Multivariate Exponentially Weighted Moving Average Control Chart Pada Proses Pembuatan Boiler di PT. ALSTOM ESI Surabaya 1 Peneraan Multivariate Exonentially Weighted Moving Average Control Chart Pada Proses Pembuatan Boiler di PT. ALSTOM ESI Surabaya R. Candra Dewantara (1), Dr. Muhammad Mashuri, M.T. () Jurusan Statistika,

Lebih terperinci

Biaya Modal (Cost of Capital)

Biaya Modal (Cost of Capital) Bahan Ajar : Manajemen Keuangan II Digunakan untuk melengkai buku wajib Disusun oleh: Nila Firdausi Nuzula Biaya Modal (Cost of Caital) Caital Budgeting dan Cost of Caital (CoC) meruakan dua konse yang

Lebih terperinci

Tuning Parameter Kontrol Proporsional Integral Menggunakan Sugeno Fuzzy Inference System

Tuning Parameter Kontrol Proporsional Integral Menggunakan Sugeno Fuzzy Inference System uning Parameter ontrol Proorsional Integral Menggunakan Sugeno Fuzzy Inference System Wahyudi Iwan Setiawan Eduward igor Abstract PI (Proortional-Interal) controller is a control method that have been

Lebih terperinci

OPTIMISASI PENJADWALAN PERAWAT DENGAN GOAL PROGRAMMING: SEBUAH STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT UMUM PADANGSIDIMPUAN ABSTRAK

OPTIMISASI PENJADWALAN PERAWAT DENGAN GOAL PROGRAMMING: SEBUAH STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT UMUM PADANGSIDIMPUAN ABSTRAK Prosiding Semirata05 bidang MIPA BKS-PTN Barat Universitas Tanjungura Pontianak OPTIMISASI PENJADWALAN PERAWAT DENGAN GOAL PROGRAMMING: SEBUAH STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT UMUM PADANGSIDIMPUAN Pratiwi Siregar

Lebih terperinci

Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017

Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017 Seminar Nasional Inovasi Dan Alikasi Teknologi Di Industri 207 ISSN 2085-428 ITN Malang, 4 Pebruari 207 ANALISA PEMILIHAN ALTERNATIF EKSEKUSI PROYEK PENINGKATAN KINERJA FASILTAS PENGUJIAN SUMUR MINYAK

Lebih terperinci

Pemodelan Biaya Tak Langsung Proyek Konstruksi di PT Wijaya Karya (Studi Kasus: Proyek Konstruksi Di Provinsi Kalimantan Timur)

Pemodelan Biaya Tak Langsung Proyek Konstruksi di PT Wijaya Karya (Studi Kasus: Proyek Konstruksi Di Provinsi Kalimantan Timur) Pemodelan Biaya Tak Langsung Proyek Konstruksi di PT Wijaya Karya (Studi Kasus: Proyek Konstruksi Di Provinsi Kalimantan Timur) Odik Fajrin Jayadewa, Dr. Irhamah, S.Si, M.Si, dan 3 Dwi Endah Kusrini, S.Si,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. perencanaan dan pengendalian produksi dan juga merupakan rencana

BAB 2 LANDASAN TEORI. perencanaan dan pengendalian produksi dan juga merupakan rencana 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Penjadwalan Penjadwalan merupakan bagian yang strategis dari proses perencanaan dan pengendalian produksi dan juga merupakan rencana pengaturan urutan kerja serta pengalokasian

Lebih terperinci

Aliran Daya Optimal dengan Batas Keamanan Sistem Menggunakan Bender Decomposition

Aliran Daya Optimal dengan Batas Keamanan Sistem Menggunakan Bender Decomposition JURAL TEKIK POMITS Vol., o., (4) Aliran Daya Otimal dengan Batas Keamanan Sistem Menggunakan Bender Decomosition Tri Prasetya Fathurrodli, Rony Seto Wibowo, Ontoseno Penangsang Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penumpukan pekerjaan sehingga dapat mengurangi waktu menganggur (idle time) atau waktu menunggu untuk proses pengerjaan berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN. penumpukan pekerjaan sehingga dapat mengurangi waktu menganggur (idle time) atau waktu menunggu untuk proses pengerjaan berikutnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin berkembang, persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Perusahaan harus bisa melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. perusahaan percetakan yang mampu memenuhi permintaan pelanggan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. perusahaan percetakan yang mampu memenuhi permintaan pelanggan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan produksi merupakan salah satu tahap penting sebelum memulai suatu kegiatan produksi. Penjadwalan produksi ini sangat penting dilakukan pada proses produksi

Lebih terperinci

Perencanaan Short-Term Scheduling dan Production Scheduling Model

Perencanaan Short-Term Scheduling dan Production Scheduling Model Perencanaan Short-Term Scheduling dan Production Scheduling Model Rudini Mulya Daulay Program, Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana 2010 email: rudinimenteri@gmail.com Abstrak 1. SHORT-TERM SCHEDULING

Lebih terperinci

Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield

Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield 2.6. Jaringan Saraf Tiruan Hofield Jaringan syaraf Tiruan Hofield termasuk iterative autoassociative network yang dikembangkan oleh Hofield ada tahun 1982, 1984. Dalam aringan Hofield, semua neuron saling

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 Pertemuan 13 & 14 Outline: Scheduling Referensi: Tersine, Richard J., Principles of Inventory and Materials Management, Prentice-Hall, 1994. Wiratno, S. E.,

Lebih terperinci

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 4, Nomor 1, Mei 2013 ISSN

Jurnal EKSPONENSIAL Volume 4, Nomor 1, Mei 2013 ISSN Perbandingan Metode Klasifikasi Regresi Logistik Dengan Jaringan Saraf Tiruan (Studi Kasus: Pemilihan Jurusan Bahasa dan IPS ada SMAN 2 Samarinda Tahun Ajaran 2011/2012) Comarison of Classification Methods

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sistem kontrol persediaan dan produksi, dan MRP tipe 3 berhubungan dengan. sistem perencanaan manufaktur (Tersine, 1984).

BAB II LANDASAN TEORI. sistem kontrol persediaan dan produksi, dan MRP tipe 3 berhubungan dengan. sistem perencanaan manufaktur (Tersine, 1984). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) MRP dibagikan dan didefinisikan dalam 3 kategori, yaitu MRP tipe 1 berhubungan dengan sistem kontrol persediaan, MRP tipe 2 berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan industri saat ini. Setiap perusahaan yang bergerak di bidang industri

BAB I PENDAHULUAN. persaingan industri saat ini. Setiap perusahaan yang bergerak di bidang industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi yang pesat mengakibatkan persaingan dalam dunia industri semakin ketat. Teknologi menjadi elemen penting dalam persaingan industri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang CV. Greeng Inspiration merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang konveksi, yang menawarkan jasa pembuatan pakaian seperti, kaos oblong, kaos berkerah, polo,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Fuzzy Logic Fuzzy logic pertama kali dikembangkan oleh Lotfi A. Zadeh pada tahun 1965. Teori ini banyak diterapkan di berbagai bidang, antara lain representasi pikiran manusia

Lebih terperinci

Analisis Kepuasan Pengunjung Terhadap Pelayanan Perpustakaan ITS

Analisis Kepuasan Pengunjung Terhadap Pelayanan Perpustakaan ITS D7 JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (6) 75 (-98X Print) Analisis Keuasan Pengunjung Terhada Pelayanan Perustakaan ITS Sandra Yuni Wulandari dan Wahyu Wibowo Jurusan, Fakultas MIPA, Institut Teknologi

Lebih terperinci

OLEH : RULI ASTRI ANDRIANI ( ) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

OLEH : RULI ASTRI ANDRIANI ( ) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya PENJADWALAN FLOWSHOP UNTUK MEMINIMASI LOGOTOTAL TARDINESS DENGAN URUTAN JOB YANG SAMA DAN/ATAU BERBEDA DAN MEMPERHATIKAN KETIDAKTERSEDIAAN PADA MASING-MASING MESIN OLEH : RULI ASTRI ANDRIANI (2506 100

Lebih terperinci

TRY OUT UN MATEMATIKA SMA IPA 2014

TRY OUT UN MATEMATIKA SMA IPA 2014 TRY OUT UN MATEMATIKA SMA IPA 4 Berilah tanda silang () ada huruf a, b, c, d, atau e di dean jawaban yang benar!. Diketahui remis-remis berikut. Jika Yudi rajin belajar maka ia menjadi andai. Jika Yudi

Lebih terperinci

PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM

PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM 1 PENJADWALAN (SCHEDULING) Melaksanakan pekerjaan secara efektif dan efisien agar tujuan tercapai. Oleh karena itu pemahaman mengenai konsep penjadwalan sangat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan dari industri atau perusahaan adalah menciptakan laba yang maksimal. Salah satu bentuk usahanya adalah dengan memaksimumkan hasil produksi atau meminimumkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyelesaian tugas akhir ini digunakan landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada pada perusahaan. 2.1 Sistem Menurut

Lebih terperinci

TRANSFORMASI AFFIN PADA BIDANG

TRANSFORMASI AFFIN PADA BIDANG Jurnal Matematika Vol. No. November 03 [ : 8 ] TRANSFORMASI AFFIN PADA BIDANG Gani Gunawan dan Suwanda Program Studi Matematika, Fakultas MIPA, Universitas Islam Bandung Prgram Studi Statistika, Fakultas

Lebih terperinci

Tuning Parameter Proporsional Integral dengan Fuzzy Logic untuk Pengaturan Suhu Air pada Plant Heat Exchanger

Tuning Parameter Proporsional Integral dengan Fuzzy Logic untuk Pengaturan Suhu Air pada Plant Heat Exchanger Available online at RANSMISI Website htt://ejournal.undi.ac.id/index.h/transmisi RANSMISI, (3),, -6 uning Parameter Proorsional Integral dengan Fuzzy Logic untuk Pengaturan Suhu Air ada Plant Heat Exchanger

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dimulai dengan adanya ermasalahan yang ditemukan oleh enulis yakni mengenai validitas CAPM di dalam engalikasiannya terhada engukuran

Lebih terperinci

SOAL PREDIKSI UJIAN NASIONAL MATEMATIKA IPS TAHUN 2015

SOAL PREDIKSI UJIAN NASIONAL MATEMATIKA IPS TAHUN 2015 SOAL PREDIKSI UJIAN NASIONAL MATEMATIKA IPS TAHUN 0 PAKET Pilihan Ganda: Pilihlah satu jawaban yang aling teat.. Ingkaran dari ernyataan Jika emerintah menghauskan kebijakan subsidi bahan bakar minyak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian ini merupakan cara yang digunakan untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan. Metode penelitian ini dilakukan dengan analisa

Lebih terperinci

oleh seperangkat variabel X, maka persamaan di atas dinamakan persamaan struktural, dan modelnya disebut model struktural.

oleh seperangkat variabel X, maka persamaan di atas dinamakan persamaan struktural, dan modelnya disebut model struktural. ANALISIS JALUR A. PENGERTIAN ANALISIS JALUR Telaah statistika menyatakan bahwa untuk tujuan eramalan/ endugaan nilai Y atas dasar nilai-nilai X 1, X,., X i, ola hubungan yang sesuai adalah ola hubungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari hal data, permasalahan, pekerjaan itu sendiri (Jogiyanto, 2005).

BAB II LANDASAN TEORI. dari hal data, permasalahan, pekerjaan itu sendiri (Jogiyanto, 2005). 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aplikasi Aplikasi adalah penerapan, menyimpan sesuatu data, permasalahan, pekerjaan kedalam suatu sarana atau media yang dapat digunakan untuk menerapkan atau mengimplementasikan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PENGUKURAN KINERJA PEMASARAN DENGAN METODE BALANCED SCORECARD STUDI KASUS PT.

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PENGUKURAN KINERJA PEMASARAN DENGAN METODE BALANCED SCORECARD STUDI KASUS PT. PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM INFORMASI PENGUKURAN KINERJA PEMASARAN DENGAN METODE BALANCED SCORECARD STUDI KASUS PT. SEMEN GRESIK Yudi Hardiyanto -- Achmad Holil Noor Ali -- Her Arsa Pambudi Program

Lebih terperinci

Rahmat Hidayat SE., MM

Rahmat Hidayat SE., MM Rahmat Hidayat SE., MM Definisi Keputusan yang baik Adalah keputusan secara analitis, berdasarkan pada logika dan mempertimbangkan semua data dan alternatif yang tersedia. Enam langkah pengambilan keputusan:

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryatno Sudirham Studi Mandiri Integral dan Persamaan Diferensial ii Darublic BAB 3 Integral (3) (Integral Tentu) 3.. Luas Sebagai Suatu Integral. Integral Tentu Integral tentu meruakan integral yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan nomos. Oikos berarti rumah tangga, nomos berarti aturan. Sehingga

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir TUNING PARAMETER PROPORSIONAL INTEGRAL DENGAN FUZZY LOGIC UNTUK PENGATURAN SUHU AIR PADA PLANT HEAT EXCHANGER

Makalah Seminar Tugas Akhir TUNING PARAMETER PROPORSIONAL INTEGRAL DENGAN FUZZY LOGIC UNTUK PENGATURAN SUHU AIR PADA PLANT HEAT EXCHANGER Makalah Seminar ugas Akhir UNING PARAMEER PROPORSIONAL INEGRAL DENGAN FUZZY LOGIC UNU PENGAURAN SUHU AIR PADA PLAN HEA EXCHANGER Prestian Rindho S. [], Budi Setiyono, S., M. [], Iwan Setiawan, S., M. []

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menggunakan teori dan model antrian untuk menganalisa operasi 1. Penggunaan teori antrian 2. Struktur masalah antrian 3. Distribusi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Sejumlah penelitian yang berkaitan dengan penjadwalan produksi telah dilakukan, antara lain oleh Wigaswara (2013) di PT Bejana Mas Perkasa.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan 2.1.1 Pengertian Penjadwalan Penjadwalan dalam proses produksi merupakan sesuatu yang cukup penting, dalam proses penjadwalan dapat menentukan waktu yang dibutuhkan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KONTROLER PID PADA SIMULATOR KONTROL ALIRAN

IMPLEMENTASI KONTROLER PID PADA SIMULATOR KONTROL ALIRAN E- E-5 E-6 V- I- E-4 E- P IMPLEMENTASI KONTROLER PID PADA SIMULATOR KONTROL ALIRAN Asriyadi Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengimlementasikan kontroler PID ada sebuah simulator kontrol aliran

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. MEODOLOGI PENELIIAN A. WAKU DAN EMPA Penelitian dilakukan di UP F echnoark Fakultas eknologi Pertanian (FAEA), Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor. Penelitian ini dilakukan selama bulan Maret -

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS RANTAI MARKOV PADA PERAMALAN PANGSA PASAR

BAB III ANALISIS RANTAI MARKOV PADA PERAMALAN PANGSA PASAR BAB III ANALISIS RANTAI MARKOV PADA PERAMALAN PANGSA PASAR Berdasarkan ada bab sebelumnya, ada bab ini akan dijelaskan enetaan atribut-atribut (keseakatan istilah) yang akan digunakan, serta langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Logika Fuzzy Zadeh (1965) memperkenalkan konsep fuzzy sebagai sarana untuk menggambarkan sistem yang kompleks tanpa persyaratan untuk presisi. Dalam jurnalnya Hoseeinzadeh et

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sampling, (e) Validitas dan Reliabilitas, (f) Metode analisis data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sampling, (e) Validitas dan Reliabilitas, (f) Metode analisis data BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada embahasan dalam metode enelitian ini akan menguraikan mengenai (a) Identifikasi variabel enelitian, (b) Defenisi oerasional variabel enelitian, (c)metode engumulan data,

Lebih terperinci

Penerapan Kurva Eliptik Atas Zp Pada Skema Tanda Tangan Elgamal

Penerapan Kurva Eliptik Atas Zp Pada Skema Tanda Tangan Elgamal A7 : Peneraan Kurva Elitik Atas Z... Peneraan Kurva Elitik Atas Z Pada Skema Tanda Tangan Elgamal Oleh : Puguh Wahyu Prasetyo S Matematika, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Email : uguhw@gmail.com Muhamad

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Sistem Produksi Secara umum, sistem produksi dapat didefinisikan sebagai suatu proses mengubah masukan (input) sumber daya menjadi barang jadi atau barang setengah

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Proses pengumpulan data dilakukan untuk selanjutnya dianalisa dalam penjadwalan menggunakan pola kedatangan job secara statis dengan menggunakan

Lebih terperinci

270 o. 90 o. 180 o PENDAHULUAN

270 o. 90 o. 180 o PENDAHULUAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan analisis data saat ini masih bertumu ada analisis untuk data linear. Disisi lain, untuk kasus-kasus tertentu engukuran dilakukan secara sirkular. Beberaa ilustrasi

Lebih terperinci

Implementasi Evaluasi Performa Struktural Algoritma Deteksi Struktur Garis Lengkung

Implementasi Evaluasi Performa Struktural Algoritma Deteksi Struktur Garis Lengkung JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Imlementasi Evaluasi Performa Struktural Algoritma Deteksi Struktur Garis Lengkung Mujaahidah As Sayfullooh, Anny Yuniarti,

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI PADA PT HARAPAN WIDYATAMA PERTIWI UNTUK PRODUK PIPA PVC

PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI PADA PT HARAPAN WIDYATAMA PERTIWI UNTUK PRODUK PIPA PVC Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI PADA PT HARAPAN WIDYATAMA PERTIWI UNTUK PRODUK PIPA PVC (Planning Production Schedule of PVC Pipe Product in PT Harapan Widyatama Pertiwi)

Lebih terperinci

PEMBUKTIAN PERNYATAAN LOGIKA PROPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN RULES OF INFERENCE

PEMBUKTIAN PERNYATAAN LOGIKA PROPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN RULES OF INFERENCE Jurnal Comutech & Bisnis, Vol. 3, No. 2, Desember 2009, 100-104 ISSN Pembuktian 1978-9629 Pernyataan Logika Proosisi...(Dadi Rosadi, Praswidhianingsih) PEMBUKTIAN PERNYATAAN LOGIKA PROPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

Istilah yang harus dimengerti:

Istilah yang harus dimengerti: Istilah yang harus dimengerti: Processing Time: Waktu yang diestimasi untuk menentukan berapa lama yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan (Termasuk setup time) p j : WAKTU UNTUK MEMPROSES

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN ATURAN PRIORITAS PENJADWALAN PADA PENJADWALAN NON DELAY N JOB 5 MACHINE

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN ATURAN PRIORITAS PENJADWALAN PADA PENJADWALAN NON DELAY N JOB 5 MACHINE ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN ATURAN PRIORITAS PENJADWALAN PADA PENJADWALAN NON DELAY N JOB 5 MACHINE Dana Marsetiya Utama Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang Kontak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Menurut Badri (2007) Sistem terdiri dari subsistem yang berhubungan dengan prosedur yang membantu pancapain tujuan. Pada saat prosedur diperlukan untuk melengkapi beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pendukung Keputusan 2.1.1. Definisi Definisi dari Sistem Pendukung Keputusan (SPK) dapat dirumuskan dengan melihat beberapa pengertian SPK menurut beberapa ahli, misalnya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL OPTIMISASI PERENCANAAN PROSES BERBASIS FITUR PADA PRODUK ASSEMBLY. Nilda Tri Putri *) ABSTRACT

PENGEMBANGAN MODEL OPTIMISASI PERENCANAAN PROSES BERBASIS FITUR PADA PRODUK ASSEMBLY. Nilda Tri Putri *) ABSTRACT PENGEMBANGAN MODEL OPTIMISASI PERENCANAAN PROSES BERBASIS FITUR PADA PRODUK ASSEMBLY Nilda Tri Putri *) ABSTRACT Tolerance design affects the quality and the robustness of the roduct. Tolerance design

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Bab 2 Landasan Teori Perencanaan dan Pengendalian Produksi Bab 2 Landasan Teori 2.1. Perencanaan dan Pengendalian Produksi Perencanaan dan pengendalian produksi adalah suatu proses perencanaan dan pengorganisasian mengenai pekerjaan, bahan baku, mesin dan peralatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan BAB II LANDASAN TEORI 2.. Logika Fuzzy Fuzzy set pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Lotfi Zadeh, 965 orang Iran yang menjadi guru besar di University of California at Berkeley dalam papernya yang monumental

Lebih terperinci

OPTIMASI PENEMPATAN BANK CAPACITOR PADA PENYULANG H5 MENGGUNAKAN METODE GENETIC ALGORITHM (GA)

OPTIMASI PENEMPATAN BANK CAPACITOR PADA PENYULANG H5 MENGGUNAKAN METODE GENETIC ALGORITHM (GA) Jurnal Informatika Mulawarman ol. 10 No. 2 Setember 2015 13 OPTIMASI PENEMPATAN BANK CAPACITOR PADA PENYULANG H5 MENGGUNAKAN METODE GENETIC ALGORITHM (GA) Muslimin Program Studi Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 etode Perancangan etode erancangan adalah roses berikir sistematis untuk menyelesaikan suatu masalah, sehingga mendaatkan hasil enyelesaian yang maksimal untuk mencaai sesuatu yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALGORITMA PENJADUALAN PRODUKSI JOB SHOP UNTUK MEMINIMUMKAN TOTAL BIAYA EARLINESS DAN TARDINESS

PENGEMBANGAN ALGORITMA PENJADUALAN PRODUKSI JOB SHOP UNTUK MEMINIMUMKAN TOTAL BIAYA EARLINESS DAN TARDINESS PENGEMBANGAN ALGORITMA PENJADUALAN PRODUKSI JOB SHOP UNTUK MEMINIMUMKAN TOTAL BIAYA EARLINESS DAN TARDINESS Dian Retno Sari Dewi Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Jl.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Produksi Perusahaan selalu melakukan penjadwalan produksi dalam pemenuhan kapasitas permintaan konsumen atau order dari konsumen untuk jangka pendek dalam rentang periode

Lebih terperinci

ANALISIS RULE INFERENSI SUGENO DALAM SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN

ANALISIS RULE INFERENSI SUGENO DALAM SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN ANALISIS RULE INFERENSI SUGENO DALAM SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN Khairul Saleh Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi, Universitas Sumatera Utara Jalan Universitas

Lebih terperinci

FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING

FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING Media Informatika, Vol. 3 No. 1, Juni 2005, 25-38 ISSN: 0854-4743 FUZZY MULTI-CRITERIA DECISION MAKING Sri Kusumadewi, Idham Guswaludin Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK P.T. Indo Extrusions adalah perusahaan yang berskala internasional dan bergerak di bidang pengolahan logam nonferos terutama alumunium. Terletak di jalan Leuwi Gajah No. 134, Cimindi, Cimahi menerapkan

Lebih terperinci

UNJUKKERJA TURBIN AIR MIKRO ALIRAN SILANG TERHADAP VARIASI SUDUT SUDU JALAN (RUNNER) PADA DEBIT KONSTAN UNTUK PLTMH

UNJUKKERJA TURBIN AIR MIKRO ALIRAN SILANG TERHADAP VARIASI SUDUT SUDU JALAN (RUNNER) PADA DEBIT KONSTAN UNTUK PLTMH A.15. Unjukkerja Turbin Air Mikro Aliran Silang Terhada Variasi Sudut Sudu Jalan... (Yusuf Dewantara Herlambang) UNJUKKERJA TURBIN AIR MIKRO ALIRAN SILANG TERHADA VARIASI SUDUT SUDU JALAN (RUNNER) ADA

Lebih terperinci

JOB SHOP PANDUAN BIG PROJECT

JOB SHOP PANDUAN BIG PROJECT PANDUAN BIG PROJECT SIMULASI KOMPUTER - 2014 DAFTAR ISI 1. Pengertian... 1 2. Tujuan Penjadwalan Workcenter... 2 3. Pengurutan Tugas (Sequencing)... 2 4. Definisi dalam Penjadwalan... 3 5. Karakteristik

Lebih terperinci