Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017

Transkripsi

1 Seminar Nasional Inovasi Dan Alikasi Teknologi Di Industri 207 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 207 ANALISA PEMILIHAN ALTERNATIF EKSEKUSI PROYEK PENINGKATAN KINERJA FASILTAS PENGUJIAN SUMUR MINYAK PT XYZ DENGAN METODE DELPHI DAN PREFERENCE RANKING ORGANIZATION METHOD FOR ENRICHMENT EVALUATION (PROMETHEE) Ali Ghufron Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Seuluh Noember Jl. Cokroaminoto 2A Surabaya gufronguf@gmail.com Abstrak. Dalam roses erencanaan eksekusi sebuah royek di PT XYZ selalu didahului dengan emunculan alternatif-alternatif yang memungkinkan untuk eksekusi sebuah royek. Proses analisa alternatif terbaik di PT XYZ dilakukan dengan menentukan kriteria dan bobot kriteria untuk menilai dan membandingkan antar alternatif. Permasalahan yang ada di PT XYZ adalah roses enentuan alternatif eksekusi royek cenderung diengaruhi emikiran awal atas keuntungan erusahaan. Sehingga kriteria yang sering digunakan dalam memilih alternatif sering kali memfokuskan ada sisi keekonomisan. Penelilitian ini bertujuan memerluas emakaian kriteriakriteria dalam roses enentuan alternatif eksekusi royek. Kriteria yang ingin ditambahkan dalam roses enentuan alternatif eksekusi royek di PT XYZ adalah kriteria kemudahan dalam eksekusi royek, kemudahan engoerasian fasilitas yang dibangun dan kemudahan dalam emeliharaan. Penelitian ini menggunakan metode Delhi yang digabungkan dengan metode Preference Ranking Organization Method for Enrichment Evaluation (PROMETHEE). Dengan enggunaan dua metode tersebut dan memerluas kriteria yang digunakan dalam enentuan alternatif eksekusi royek, eneliti berhara mendaatkan alternatif yang aling otimum dalam eksekusi royek di PT XYZ dan mendaatkan kriteria-kriteria baru yang berengaruh terhada emilihan alternatif terbaik untuk eksekusi royek di PT XYZ. Kata kunci: Pengambilan keutusan, alternatif, kriteria, Delhi, PROMETHEE Pendahuluan Dalam rangka engelolaan royek di PT XYZ, ada lima tahaan yang biasa dilalui. Taha ke- adalah enentuan eluang dari sebuah royek yang meruakan cikal bakal terbentuknya sebuah royek. Taha ke-2 adalah emilihan alternatif eksekusi royek. Taha ke-3 adalah mengembangkan alternatif yang diilih di Taha ke-2 menjadi desain engineering. Taha ke-4 adalah eksekusi royek sesuai dengan alternatif eksekusi yang sudah diilih. Taha ke-5 adalah engoerasian hasil royek dan melakukan evaluasi kinerja hasil royek tersebut. Taha ke-2 engelolaan royek yaitu emilihan alternatif eksekusi royek sangat enting engaruhnya terhada keberhasilan royek. Dari hasil evaluasi yang dilakukan PT XYZ terhada royek-royek yang sudah diselesaikan, ditemukan bahwa alternatif royek yang diilih untuk dieksekusi dengan keekonomikan tinggi (Discounted Profitability Inde tinggi), erkiraan waktu enyelesaian royek yang endek, mudah dalam instalasi, ternyata tidak selalu menghasilkan sebuah fasilitas yang bisa memenuhi haraan kesuksesan dari sisi kehandalan, kemudahan engoerasian dan erawatan, umur atau lifetime dari fasilitas. Sehingga dierlukan erluasan kriteria yang akan digunakan dalam roses analisa emilihan alternatif royek terbaik. Penelitian ini berusaha untuk mengidentifikasi dan memerluas kriteria yang akan digunakan dalam roses emilihan alternatif eksekusi royek selain kriteria financial, schedule dan safety, dengan melibatkan semua deartemen dalam erusahaan yang akan terlibat baik dari sisi erencanaan royek, elaksanaan royek dan engoerasian hasil royek. Pada enelitian ini, ermasalahan multi criteria decision making (MCDM) akan diselesaikan dengan menggunakan metode PROMETHEE. Sebagai masukan metode PROMETHEE dalam menemukan alternatif aling otimum dari beberaa alternatif yang diberikan dierlukan kriteria untuk mengukur erbandingan antara alternatif satu dengan alternatif lainnya. Kriteria yang dimaksud ini akan dieroleh melalui metode Delhi dengan bantuan ara ahli dari PT. XYZ di Balikaan. C6.

2 Seminar Nasional Inovasi Dan Alikasi Teknologi Di Industri 207 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 207 Metode Delhi dikembangkan oleh Dalkey dan Helmer di Rand Cororation ada 950-an, adalah metode untuk menggabungkan endaat dari ara ahli untuk mendaatkan konsensus melalui kuesioner terhada informasi yang ingin didaatkan. Menurut Rowe dan Wright 999 []. Metode PROMETHEE dicitakan oleh Professor Jean-Pierre Brans ada tahun 982. PROMETHEE meruakan salah satu metode yang digunakan untuk menentukan urutan atau rioritas dari beberaa alternatif dalam ermasalahan yang menggunakan multi kriteria. PROMETHEE memunyai kemamuan untuk menangani banyak erbandingan dan memudahkan engguna dengan menggunakan data secara langsung dalam bentuk tabel multikriteria sederhana. Metode PROMETHEE menghasilkan interrestasi langsung terhada arameter dan analisa sensitivitas atas hasil yang didaat [2]. Tujuan dari enelitian ini adalah sebagai berikut:. Diketahuinya kriteria-kriteria yang berengaruh dalam emilihan alternatif eksekusi royek eningkatan kinerja fasilitas engujian sumur minyak PT XYZ di Balikaan. 2. Didaatkan alternatif eksekusi royek yang terbaik untuk royek eningkatan kinerja fasilitas engujian sumur minyak PT XYZ di Balikaan. 2 Pembahasan Terdaat 3 (tiga) alternatif eksekusi royek yang akan dianalisa untuk mendaatkan alternatif aling otimum. Ke-3 alternatif tersebut daat dijelaskan sebagai berikut:. Perbaikan fasilitas engujian sumur yang ada (eisting). Ruang lingku alternatif ini adalah: menggunakan fasilitas yang ada sekarang (eisting), enggantian sebagian kecil eralatan (minor relacement), melakukan kalibrasi ulang fasilitas engujian sumur. 2. Penggantian fasilitas engujian sumur dengan eralatan baru dan sejenis dengan eralatan yang ada sekarang. Ruang lingku alternatif ini adalah: mengganti fasilitas engujian sumur dengan jenis yang sama namun berbeda model dengan enggantian keseluruhan eralatan (major relacement). 3. Pembangunan fasilitas baru yang berbeda jenis dengan eralatan yang ada sekarang. Ruang lingku alternatif ini adalah membangun fasilitas baru dengan komonen eralatan berbeda dengan yang ada sekarang (beda jenis dan beda model) dengan erubahan menyeluruh (major relacement). Dalam enelitian ini dierlukan data rimer dan sekunder, dimana data rimer didaatkan dari ara ahli melalui kuesioner dengan menggunakan metode Delhi, sedangkan data sekunder didaatkan dari tim royek PT XYZ. Terdaat (sebelas) ahli yang diilih untuk mengisi kuesioner metode Delhi yang berengalaman ada bidang manajemen royek, oerasi, erawatan, dan fasilitas engujian sumur minyak. Kuesioner metode Delhi dilakukan dengan 5 (lima) utaran, dengan target masing-masing utaran adalah sebagai berikut:. Putaran : mendaatkan kriteria enting yang akan digunakan dalam memilih alternatif royek yang akan dieksekusi. 2. Putaran 2: mendaatkan bobot dari kriteria enting. 3. Putaran 3: mendaatkan subkriteria yang akan digunakan dalam memilih alternatif royek yang akan dieksekusi. 4. Putaran 4: mendaatkan bobot dari subkriteria 5. Putaran 5: mendaatkan enilaian subkriteria terhada alternatif royek yang akan diilih a. Metode Delhi Putaran Terdaat 7 (tujuh) kriteria dalam analisa alternatif eksekusi royek yang diusulkan keada ara ahli/ resonden, yaitu: cost, schedule, constructability, oerability, maintainability, fleibility dan reliability. Dengan skala Likert, ara resonden diminta memberikan endaat atas usulan kriteria, dan didaatkan hasil sebagai berikut: C6. 2

3 Seminar Nasional Inovasi Dan Alikasi Teknologi Di Industri 207 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 207 Tabel. Hasil Kuesioner Pemilihan Kriteria Resonden Kriteria Cost SS SS S SS TS SS N S SS S SS Schedule S SS TS TS TS N N S SS S SS Constructability S S S S S S N SS N SS TS Oerability S SS SS SS TS S N SS S SS TS Maintainability S S SS S SS S S S N S S Fleksibilitas S S TS S SS N S N SS SS SS Kehandalan SS S SS SS SS S SS S S S S Tabel 2. Hasil Perhitungan Pemilihan Kriteria Tabel 3. Prosentase Nilai 0% % Sangat Tidak Setuju 20% % Tidak Setuju 40% % Cuku atau Netral 60% % Setuju, Baik atau Suka 80% - 00% Sangat Setuju Dimana: SS : Sangat Setuju (bobot 5) S : Setuju (bobot 4) N : Ragu-ragu (bobot 3) TS : Tidak Setuju (bobot 2) STS : Sangat Tidak Setuju (bobot ) Kriteria SS S N TS STS Total Y Skor Kesimulan Cost % Setuju Schedule % Setuju Constructability % Setuju Oerability % Setuju Maintainability % Setuju Fleksibilitas % Setuju Kehandalan % Setuju Contoh erhitungan kriteria Cost samai dengan kesimulan: Total = (65)+(34)+(3)+(2)+(0) = 47 Y = maksimum skor Sangat Setuju untuk total jumlah resonden = 5 = 55 Skor = (47/55) 00% = 85.5%. Karena 85.5% > 59.99% maka termasuk Setuju b. Metode Delhi Putaran 2 Hasil dari Putaran disamaikan ke semua resonden dan kemudian resonden diminta memberikan bobot untuk 7 (tujuh) kriteria dengan hasil sebagai berikut: Tabel 4. Hasil Kuesioner Pembobotan Kriteria Resonden Kriteria Mean Cost 5% 20% 5% 20% 0% 30% 5% 5% 25% 0% 20% 7% Schedule 0% 5% 5% 5% 5% 5% 5% 0% 5% 0% 5% 9% Constructability 0% 0% 0% 0% 0% 0% 5% 5% 5% 5% 5% 0% Oerability 0% 5% 20% 0% 5% 0% 5% 20% 0% 20% 5% 2% Maintainability 5% 5% 20% 5% 20% 5% 5% 5% 0% 5% 5% 5% Fleksibilitas 5% 5% 5% 5% 5% 0% 5% 5% 20% 20% 20% 4% Kehandalan 25% 0% 25% 25% 35% 20% 50% 20% 5% 0% 20% 23% Total = 00% 00% 00% 00% 00% 00% 00% 00% 00% 00% 00% 00% Jawaban dari ara resonden diambil rata-ratanya untuk mendaatkan bobot dari ke-7 kriteria. c. Metode Delhi Putaran 3 Hasil dari Putaran 2 berua bobot dari kriteria disamaikan ke semua resonden dan kemudian eneliti mengajukan kuesioner berisi usulan subkriteria. Masih sama dengan metode engusulan kriteria dengan menggunakan skala Likert dengan reson deskritif. Berikut adalah hasil engolahan jawaban dari kuesioner untuk subkriteria yang diusulkan: C6. 3

4 Seminar Nasional Inovasi Dan Alikasi Teknologi Di Industri 207 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 207 Tabel 5. Hasil Perhitungan Pemilihan Subkriteria Subkriteria Skor Kesimulan Biaya Kaital 89.% Setuju DPI (discounted rofitability inde ) 90.9% Setuju Durasi engadaan material 85.5% Setuju Durasi fabrikasi & emasangan 87.3% Setuju Kemudahan erakitan di temat instalasi 69.% Setuju Minimnya koneksi dengan fasilitas eisting 78.2% Setuju Minimnya modifikasi terhada fasilitas eisting 78.2% Setuju Rendahnya ketergantungan suort dari vendor 58.2% Tidak Setuju Pemahaman engoerasian fasilitas baru (familiarity ) 56.4% Tidak Setuju Sedikit manower dierlukan untuk engoerasian 56.4% Tidak Setuju Keceatan waktu ersiaan engoerasian 67.3% Setuju Keceatan waktu untuk mendaatkan hasil engukuran 65.5% Setuju Kemudahan engaturan sebelum oerasi 56.4% Tidak Setuju Kemudahan engontrolan oerasi 76.4% Setuju Pemahaman cara emeliharaan (familiarity ) 54.5% Tidak Setuju Rendahnya ketergantungan terhada Vendor 83.6% Setuju Sedikit manower dierlukan untuk emeliharaan 56.4% Tidak Setuju Rendahnya frequensi emeliharaan 8.8% Setuju Kemudahan/ketersediaan sare art 76.4% Setuju Kemamuan dioerasikan di semua kondisi fluida 74.5% Setuju Kemamuan dioerasikan di semua range engukuran 80.0% Setuju Kemudahan diindahkan ke temat lain (ortability ) 58.2% Tidak Setuju Kesesuaian fungsi yang diharakan 74.5% Setuju Akurasi engukuran 89.% Setuju ketahanan/umur eralatan 78.2% Setuju Kehandalan oerasi di semua kondisi cuaca 58.2% Tidak Setuju d. Metode Delhi Putaran 4 Hasil dari Putaran 3 disamaikan ke semua resonden dan kemudian resonden diminta memberikan bobot untuk 8 (delaan belas) subkriteria dengan hasil sebagai berikut: Tabel 6. Hasil Kuesioner Pembobotan Subkriteria Resonden Subkriteria Mean Biaya Kaital 45% 40% 50% 45% 50% 40% 40% 55% 45% 40% 45% 45% DPI (discounted rofitability inde ) 55% 60% 50% 55% 50% 60% 60% 45% 55% 60% 55% 55% Durasi engadaan material 60% 55% 50% 55% 60% 60% 55% 50% 50% 55% 50% 55% Durasi fabrikasi & emasangan 40% 45% 50% 45% 40% 40% 45% 50% 50% 45% 50% 45% Kemudahan erakitan di temat instalasi 30% 40% 35% 25% 0% 40% 20% 25% 40% 40% 40% 3% Minimnya koneksi dengan fasilitas eisting 30% 30% 35% 50% 45% 30% 40% 35% 20% 20% 30% 33% Minimnya modifikasi terhada fasilitas eisting 40% 30% 30% 25% 45% 30% 40% 40% 40% 40% 30% 35% Keceatan waktu ersiaan engoerasian 20% 34% 30% 30% 25% 35% 25% 30% 35% 40% 30% 30% Keceatan waktu untuk mendaatkan hasil engukuran 40% 32% 30% 30% 35% 25% 25% 40% 25% 40% 25% 32% Kemudahan engontrolan oerasi 40% 34% 40% 40% 40% 40% 50% 30% 40% 20% 45% 38% Rendahnya ketergantungan terhada Vendor 40% 40% 25% 30% 30% 40% 25% 30% 25% 20% 35% 3% Rendahnya frequensi emeliharaan 25% 30% 40% 35% 20% 20% 35% 35% 45% 35% 30% 32% Kemudahan/ketersediaan sare art 35% 30% 35% 35% 50% 40% 40% 35% 30% 45% 35% 37% Kemamuan dioerasikan di semua kondisi fluida 50% 50% 40% 45% 50% 55% 55% 50% 50% 60% 50% 50% Kemamuan dioerasikan di semua range engukuran 50% 50% 60% 55% 50% 45% 45% 50% 50% 40% 50% 50% Kesesuaian fungsi yang diharakan 20% 20% 25% 30% 0% 20% 20% 25% 25% 30% 30% 23% Akurasi engukuran 50% 55% 50% 40% 60% 50% 70% 50% 50% 40% 50% 5% ketahanan/umur eralatan 30% 25% 25% 30% 30% 30% 0% 25% 25% 30% 20% 25% e. Metode Delhi Putaran 5 Para resonden diminta memberikan nilai subkriteria terhada ke-3 alternatif eksekusi royek. Dari 8 (delaan belas) subkriteria, hanya subkriteria kualitatif yang akan diminta nilai keada ara resonden, sedangkan 4 (emat) subkriteria kuantitatif datanya didaatkan dari tim royek. Penilaian subkriteria menggunakan skala Likert samai 5 (skala interval). C6. 4

5 Seminar Nasional Inovasi Dan Alikasi Teknologi Di Industri 207 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 207 Tabel 7. Skala Penilaian Subkriteria Skala Keterangan Sangat lambat, sangat susah, sangat tidak mamu, sangat tidak akurat, sangat tidak mamu, sangat ceat rusak 2 Lambat, susah, tidak mamu, tidak akurat, tidak mamu, ceat rusak 3 Biasa saja, standar 4 Ceat, minim, mudah, rendah, akurat, mamu, sesuai, tahan lama Sangat ceat, sangat minim, sangat mudah, sangat rendah, aling akurat, sangat mamu, 5 sangat sesuai, sangat tahan lama Berikut adalah ringkasan enilaian ara resonden beserta data dari tim royek (item no s/d 4): Tabel 8. Rekaitulasi Nilai Subkriteria Terhada Semua Alternatif No Subkriteria Unit Alt- Alt-2 Alt-3 Biaya Kaital $ MM DPI (discounted rofitability inde) Durasi engadaan material bulan Durasi fabrikasi & emasangan bulan Kemudahan erakitan di temat instalasi Minimumnya koneksi dengan fasilitas eisting Minimumnya modifikasi terhada fasilitas eisting Keceatan waktu ersiaan engoerasian Keceatan waktu untuk mendaatkan hasil engukuran Kemudahan engontrolan oerasi Rendahnya ketergantungan terhada Vendor Rendahnya frequensi emeliharaan Kemudahan/ketersediaan sare art Kemamuan dioerasikan di semua kondisi fluida Kemamuan dioerasikan di semua range engukuran Kesesuaian fungsi yang diharakan Akurasi engukuran ketahanan/umur eralatan f. Pengolahan Data Metode PROMETHEE Setalah data-data yang dierlukan untuk engolahan di metode PROMETHEE sudah didaatkan melalui metode Delhi, langkah ertama dari PROMETHEE adalah menentukan tie referensi dan arameter yang akan digunakan. Ada 6 (enam) tie referensi yang bisa digunakan: Tabel 9. Tie Preferensi Kriteria dan Parameter No. Tie Kriteria Parameter Kriteria Biasa (usual criterion) - P() 0 2 Kriteria Quasi (quasi criterion) q P() -q 0 q P() 3 Kriteria Linear (criterion with linear reference) - 0 P() 4 Kriteria Level (level criterion) q, /2 - -q 0 q C6. 5

6 Seminar Nasional Inovasi Dan Alikasi Teknologi Di Industri 207 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 207 No. Tie Kriteria Parameter 5 Kriteria dengan referensi linear dan area yang tidak berbeda (Criterion with Linear Preference and Indifference Area) P() - -q 0 q q, P() 6 Kriteria Gaussian (Gaussian Criterion) s σ 0 σ Berikut adalah tie referensi beserta arameter yang akan digunakan: Tabel 0. Tie dan Parameter Fungsi Preferensi No Subkriteria Perhitungan Indeks Prefrensi Tabel. Prioritas Kriteria dan Subkriteria Tie Preferensi Kaidah (ma/min) Parameter Biaya Kaital III Min DPI (discounted rofitability inde) III Ma Durasi engadaan material III Min Durasi fabrikasi & emasangan III MIn Kemudahan erakitan di temat instalasi IV Ma Minimumnya koneksi dengan fasilitas eisting IV Ma Minimumnya modifikasi terhada fasilitas eisting IV Ma Keceatan waktu ersiaan engoerasian IV Ma Keceatan waktu untuk mendaatkan hasil engukuran IV Ma Kemudahan engontrolan oerasi IV Ma 0.5 Rendahnya ketergantungan terhada Vendor IV Ma Rendahnya frequensi emeliharaan IV Ma Kemudahan/ketersediaan sare art IV Ma Kemamuan dioerasikan di semua kondisi fluida IV Ma Kemamuan dioerasikan di semua range engukuran IV Ma Kesesuaian fungsi yang diharakan IV Ma Akurasi engukuran IV Ma ketahanan/umur eralatan IV Ma 0.5 Kriteria Bobot Parsial No Subkriteria Cost Schedule 7% 9% 3 Biaya Kaital Durasi engadaan material 45% 55% DPI (discounted rofitability inde) Durasi fabrikasi & emasangan 55% 45% Kemudahan erakitan di temat instalasi 3% 0.03 Constructability 0% 6 Minimumnya koneksi dengan fasilitas eisting 33% Minimumnya modifikasi terhada fasilitas eisting 35% Keceatan waktu ersiaan engoerasian 30% Oerability 2% 9 Keceatan waktu untuk mendaatkan hasil engukuran 32% Kemudahan engontrolan oerasi 38% Rendahnya ketergantungan terhada Vendor 3% Maintainability 5% 2 Rendahnya frequensi emeliharaan 32% Kemudahan/ketersediaan sare art 37% Fleksibilitas 4% 4 Kemamuan dioerasikan di semua kondisi fluida 50% Kemamuan dioerasikan di semua range engukuran 50% Kesesuaian fungsi yang diharakan 23% Kehandalan 23% 7 Akurasi engukuran 5% ketahanan/umur eralatan 25% Total 00% q Bobot Parsial Bobot Global C6. 6

7 Seminar Nasional Inovasi Dan Alikasi Teknologi Di Industri 207 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 207 Tabel 2. Hasil Perhitungan Derajat Preferensi dan Indeks Preferensi f(..,..) Contoh erhitungan derajat referensi subkriteria 5 terhada erbandingan Alternatif dan Alternatif 2: Tie IV q = 0.5 dan = (dari Tabel 0) P = 0 jika < 0.5 P = / jika 0.5 P = jika > = f(.) f2(.) = 5 3 = 2 (dari Tabel 8) = 2, dimana >, maka P = (lihat Tabel 2) Contoh erhitungan indeks referensi A terhada A2: Persamaan untuk erhitungan indeks referensi adalah sebagai berikut: π(a, b) = k = w. P(a, b) () π(a,a2) = (0.077*)+(0.094*)+(0.05*)+(0.04*0.5)+(0.03*)+(0.033*0)+(0.035*)+(0.036*0)+ (0.038*0)+(0.046*0)+(0.046*0)+ (0.048*0)+(0.056*0)+ (0.070*0)+(0.070*0)+(0.053*0)+ (0.8*0)+ (0.059*0) = (lihat Tabel 2). Perhitungan Leaving Flow dan Entering Flow Data untuk erhitungan didaatkan dari hasil erhitungan indeks referensi (Tabel 2). Berikut adalah hasil erhitungan Leaving Flow dan Entering Flow: Tabel 3. Perhitungan Leaving Flow dan Entering Flow Entering Flow Contoh erhitungan: + (A) = ( ) = 0.334, dimana 3 adalah jumlah alternatif. (A) = 3 3 f(.) f2(.) f3(.) f4(.) f5(.) f6(.) f7(.) f8(.) f9(.) f0(.) f(.) f2(.) f3(.) f4(.) f5(.) f6(.) f7(.) f8(.) Indeks III III III III IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV IV Preferensi π (A,A2) π (A2,A) π (A,A3) π (A3,A) π (A2,A3) π (A3,A2) Bobot Alternatif A A2 A3 Leaving Flow A A A ( ) = 0.599, dimana 3 adalah jumlah alternatif. Dari hasil erhitungan leaving flow dan entering flow, maka langkah selanjutnya adalah melakukan enyusunan ranking ada PROMETHEE I. Suatu alternatif dikatakan memunyai ranking (urutan) aling tinggi jika nilai leaving flow-nya lebih besar dibandingkan dengan alternatif lainnya dan nilai entering flow-nya lebih kecil dibandingkan dengan alternatif lainnya. Sebagai contoh leaving flow A3 = 0,606 adalah nilai leaving flow aling tinggi, dan entering flow = 0,297 adalah nilai entering flow aling rendah, sehingga A3 memunyai ranking aling tinggi. Urutan alternatif berdasarkan hasil erhitungan di Tabel 3 adalah sebagai berikut: Urutan berdasar leaving flow: Urutan berdasar entering flow: A A A A A A Gambar. Leaving Flow dan Entering Flow C6. 7

8 Seminar Nasional Inovasi Dan Alikasi Teknologi Di Industri 207 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 207 Kemudian dilakukan uji keterkaitan antar alternatif untuk membuktikan bahwa urutan rangking alternatif yang didaatkan dari leaving flow dan entering flow membuktikan bahwa benar antar alternatif bisa dibandingkan. Dua alternatif dikatakan bisa dibandingkan jika salah satu dari alternatif yang dibandingkan memunyai dominasi lebih tinggi baik dari leaving flow dan entering flow. Berikut adalah hasil uji hubungan antar alternatif. Tabel 4. Hubungan Antar Alternatif Alternatif A S + B A S - B A P B Keterangan A - A2 A - A3 A2 S + A A2 S - A 0.44 > < A3 S + A A3 S - A > < A2 P A A3 P A comarable comarable A2 - A3 A3 S + A2 A3 S - A2 A3 P A2 comarable > < Dari Tabel 4 terlihat bahwa:. Hubungan A A2 : terbukti bahwa A2 memiliki rangking lebih tinggi (dominan) dari A dari leaving flow dan entering flow, hal ini menunjukan bahwa antara A dan A2 bisa dibandingkan. 2. Hubungan A A3 : terbukti bahwa A3 memiliki rangking lebih tinggi (dominan) dari A dari leaving flow dan entering flow, hal ini menunjukan bahwa antara A dan A3 bisa dibandingkan. 3. Hubungan A2 A3 : terbukti bahwa A3 memiliki rangking lebih tinggi (dominan) dari A2 dari leaving flow dan entering flow, hal ini menunjukan bahwa antara A2 dan A3 bisa dibandingkan. 3 Simulan Berikut adalah kesimulan dari enelitian:. Kuesioner dengan metode Delhi bisa menghasillkan roses survei yang terstruktur dan menghilangkan dominasi endaat atau keutusan individual. Semua resonden memunyai kebebasan menyamaikan enilaian berdasar engalaman, engetahuan dan keahlian mereka tana khawatir akan ada tekanan dari resonden dengan otoritas lebih tinggi. Sehingga dibantu dengan analisa statistik yang disamaikan melalui uman balik bisa didaatkan konsensus dari semua resonden atau ara ahli. 2. Kriteria-kriteria yang berengaruh ada emilihan alternatif royek eningkatan kinerja fasilitas engujian sumur minyak PT XYZ adalah kriteria kehandalan dengan bobot 0,23, kemudian kriteria finansial dengan bobot 0,7 dan kriteria emeliharaan dengan bobot 0.5. Hal tersebut daat diartikan bahwa ada enentuan alternatif royek ini, kriteria kehandalan diangga aling enting dibanding kriteria-kriteria lain. 3. Alternatif yang aling dominan atau otimum berdasar metode PROMETHEE adalah Alternatif 3 (embangunan fasilitas baru yang berbeda jenis dengan eralatan yang ada sekarang) karena memunyai nilai leaving flow tertinggi dibanding alternatif lain, yaitu dan memunyai nilai entering flow terendah dibanding alternatif lain, yaitu Dengan PROMETHEE I Partial Ranking sudah bisa didaatkan urutan atau rangking alternatif dengan hasil yang sama antara leaving flow dan entering flow, sehingga tidak erlu dilakukan analisa dengan menggunakan PROMETHEE II Comlete Ranking Daftar Pustaka []. Rowe, G. dan Wright, G. (999), The Delhi technique as a forecasting tool: issues and analysis, International Journal of Forecasting, hal [2]. Goumas, M. dan Lygerou, V. (2000), An etension of the PROMETHEE method for decision making in fuzzy environment: ranking of alternative energy eloitation rojects, Eur. J. Oer. Res. 23, hal C6. 8