BAB 4 PENGUJUAN MODEL DAN ANALISIS. Untuk keperluan pengujian model dan program komputer yang telah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PENGUJUAN MODEL DAN ANALISIS. Untuk keperluan pengujian model dan program komputer yang telah"

Transkripsi

1 7 BAB PENGUJUAN MODEL DAN ANALISIS Untuk keperluan pengujian model dan program komputer yang telah dikembangkan dilakukan pengumpulan data sebagai berikut : 1. Pengujian model dalam masalah job shop dengan berbagai variabel jumlah mesin, job, dan operasi tiap job.. Karakteristik optimasi lokal yang dilakukan oleh model. Data hasil dari re-optimasi lokal yang dilakukan, model diplot untuk mengetahui perilaku pencarian lokal optimal.. Perbandingan antara model dasar dengan pendekatan heuristik priority dispatching yang dalam hal ini dilakukan oleh program aplikasi Quant System.. Pengujian model dengan waktu siap job / operasi tidak sama dengan nol. Pada bagian ini diberikan contojh kasus dimana terdapat job dan operasi yang memiliki waktu siap tidak sama dengan nol. 5. Pengujian model dengan waktu siap mesin tidak sama dengan nol. Pada bagian ini dibahas kasus yang didalamnya terdapat mesin dengan waktu siap tidak sama dengan nol. 6. Pembahasan masalah job berprioritas.

2 75.1 Pengujian Model Dengan Berbagai Variabel Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan model dan performansinya dalam menyelesaikan masalah-masalah job shop dengan N job dan M Mesin. Pada pengujian ini, model akan diuji dalam berbagai kondisi. Kondisi yang berbeda tersebut dibedakan dalam beberapa variabel, yaitu : Jumlah job atau part Jumlah operasi pada setiap job Waktu proses setiap operasi Jumlah mesin yang terlibat dalam penjadwalan Variabel-variabel tersebut yang akan menjadi input bagi model penjadwalan algoritma Shifting Bottleneck. Penetapan variabel waktu proses diperoleh dari data dengan membangkitkan bilangan random berdistribusi seragam yang bervariasi dari 1 sampai 1. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah Dev C++. Pada pengujian ini juga diberikan solusi salah satu kasus dalam bentuk tabel dan Gantt Chart untuk mengetahui kebenaran jadwal yang sudah terbentuk.

3 76 Tabel.1 Data pengujian model dasar Problem Mesin Job Operasi Makespan Waktu Proses LB (detik) (detik) 1 5 1* 1 1* * 1615* * *

4 77 Kasus 1 : Contoh kasus yang akan diberikan adalah solusi dari problem 1 pada tabel pengujian diatas. Problem ini terdiri dari mesin, 5 job, dengan operasi maksimum tiap job adalah. Tabel. Data Penjadwalan Kasus 1 No Job No Operasi Waktu Proses No Mesin (detik)

5 Gambar.1 Graph Kasus 1. Tabel. Hasil Penjadwalan Kasus 1 No Job No Operasi Waktu Mulai Waktu Selesai (detik) (detik)

6 79 M 1 11 M M 7 5 M Job 1 Job Job Job 5 Job Gambar. Gantt Chart Kasus 1. Analisis Pengujian Model Dengan Berbagai Variabel Pengujian yang dilakukan dengan bantuan program komputer menghasilkan data pengujian seperti yang dapat dilihat pada tabel.1. Pada data pengujian tampak bahwa algoritma Shifting Bottleneck diuji dengan variabel job, mesin dan operasi yang berbeda-beda dengan minimum empat mesin, lima job dan tiga operasi dan maksimum 15 mesin, job dan operasi. Pengujian terhadap bermacam-macam kondisi ini bertujuan untuk mengetahui solusi dan waktu yang di butuhkan untuk menghasilkan solusi serta mengetahui kemampuan program untuk menyelesaikan bermacammacam masalah.

7 8 Pada tabel.1 tersebut tampak LB atau Lower Bound yang merupakan nilai makespan maksimum yang diperoleh penjadwalan satu mesin, saat belum ada mesin yang telah dijadwalkan atau M o = φ. Bila terdapat solusi akhir yang sama dengan Lower Bound maka solusi tersebut adalah solusi optimal sedangkan solusi yang lebih besar dari Lower Bound adalah solusi yang dihasilkan oleh algortima Shifting Bottleneck yang mungkin saja merupakan solusi optimal. Pada pengujian tersebut terdapat dua masalah yang solusinya sama dengan Lower Bound ( problem 1 dan ), maka masalah tersebut terpecahkan dengan optimal dengan algoritma Shitfting Bottleneck. Waktu proses pada tabel tersebut merupakan waktu komputasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah. Tampak bahwa semakin besar masalah semakin besar pula waktu komputasi yang dibutuhkan. Pada algoritma ini, jumlah job dan jumlah operasi mencerminkan banyaknya simpul dalam graph yang mempengaruhi berapa kali algortima pencarian lintasan terpanjang dilakukan, sedangkan banyaknya mesin membuat prosedur reoptimasi lokal dan pencarian mesin yang bottleneck melakukan penjadwalan satu mesin dengan jumlah yang tergantung dari banyaknya mesin. Faktor-faktor ini mempengaruhi lamanya waktu komputasi. Pada tabel.1 diatas tampak bahwa waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan solusi, relatif kecil sehingga dapat secara praktis digunakan dalam kondisi nyata, maupun untuk rescheduling atau dibandingkan dengan

8 81 algoritma lain untuk mencari algoritma penjadwalan yang terbaik dalam modul sistem pakar. Contoh solusi dari problem 1 merupakan gambaran mengenai hasil penjadwalan yang dilakukan dengan algortima ini. Problem tersebut, dengan algoritma ini diselesaikan dengan bantuan graph seperti pada gambar.1. Tabel hasil penjadwalan berdasarkan job dan berdasarkan mesin menunjukkan waktu dan urutan pengerjaan operasi dalam tiap job dan waktu dan urutan operasi pada tiap mesin. Dengan tabel ini maka kesalahan dapat dideteksi dengan mudah. Selama pengujian dilakukan tidak ada kesalahan yang terjadi dalam jadwal, jadi solusi pada tabel.1 merupakan solusi yang benar.. Karakteristik Optimasi Lokal Model dasar yang dikembangkan melakukan re-optimasi lokal dari mesin-mesin yang telah dijadwalkan satu persatu dengan cara melakukan penjadwalan satu mesin terhadap operasi-operasi yang diproses dalam suatu mesin. Bagian ini akan menggambarkan proses optimasi lokal yang dilakukan model. Untuk keperluan tersebut diambil contoh reoptimasi lokal dari salah satu problem yang diuji.

9 8 Gambar. Grafik Reoptimasi Lokal. Analisis Reoptimasi Lokal Reoptimasi lokal merupakan suatu prosedur bagian dari algortima Shifting Bottleneck yang dilakukan pada M o, yaitu himpunan mesin-mesin yang telah terjadwal. Reoptimasi lokal dilakukan setiap kali suatu mesin yang bottleneck masuk dalam anggota M o. Reoptimasi lokal ini menjadwalkan kembali semua mesin-mesin yang telah terjadwal dengan masuknya anggota baru mesin yang bottleneck tersebut. Penjadwalan kembali ini dilakukan terhadap mesin satu persatu dengan penjadwalan satu mesin yang optimal. Setelah semua mesin terjadwal kembali, reoptimasi ini diulang sampai tidak ada lagi perbaikan atau berhenti setelah beberapa putaran yang dapat ditentukan sebelumnya. Reoptimasi lokal ini akan memperbaiki solusi makespan sampai titik dimana tidak ada lagi perubahan. Hal ini dapat ditunjukan pada gambar.

10 8 dimana nilai makespan cenderung terus menurun sampai tidak ada lagi perubahan. Pada gambar. tersebut sumbu vertikal menunjukkan nilai makespan sedangkan sumbu horizontal menunjukkan putaran reoptimasi. Angka 1,, dan seterusnya pada reoptimasi menunjukkan putaran 1, putaran, dan seterusnya. Pada gambar. tersebut, nilai makespan tampak tidak mengalami perubahan lagi pada putaran tiga dan empat. Reoptimasi lokal ini pada dasarnya merupakan usaha untuk memperoleh solusi optimal dilihat dari masing-masing mesin dengan melihat keterkaitannya dengan mesin dan operasi lain. Teknik ini walaupun tidak menjamin penyelesaian optimal secara keseluruhan, tetapi mampu memberikan solusi yang baik dengan waktu yang relatif cepat. Hal ini akan diperlihatkan pada bagian perbandingan dengan teknik yang lain..5 Perbandingan Model Dengan Pendekatan Heuristik Priority Dispatching. Pada bagian ini akan dilakukan perbandingan antara model Shifting Bottleneck dengan pendekatan heuristik lain yang sering digunakan yaitu priority dispatching. Untuk keperluan perbandingan ini, solusi dari model dasar akan dibandingkan dengan solusi dari program Quant System dengan option semua aturan untuk menyelesaikan problem ( Option ). Aturan yang digunakan dalam Quant System adalah SPT ( Shortest Processing Time ), LPT ( Longest Processing Time ), RANDOM, FCFS

11 8 ( First Come First Serve ), LCFS ( Last Come First Serve ), LWKR ( Least Work Remaining ), MWKR ( Most Work Remaining ), TWK ( Total Work ), LWK ( Least Total Work ), FOR ( Fewest Operation Remaining ), EDD ( Earliest Due Date ), SLACK, S/ROP ( Slack / Remaining Operation ), WINQ ( Work In Next Queue ) dan INDEX. Tabel. Perbandingan Shifting Bottleneck dengan Algoritma Priority Dispatching Shifting Bottleneck Priority Dispatching Problem M J O Quant System Makespan LB Waktu Makespan Waktu Catatan : M J O LB : Jumlah Mesin : Jumlah Job : Jumlah maksimum operasi dalam tiap job : Lower Bound

12 85.6 Analisis Perbandingan Model Perbandingan terhadap beberapa algortima teknik Priority Dispatching dilakukan dengan maksud untuk mengetahui kualitas solusi yang diberikan dan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh solusi. Dari tabel. di atas tampak bahwa 8 dari 1 perbandingan yang dilakukan algoritma Shifting Bottleneck menghasilkan jadwal yang lebih baik dari teknik Priority Dispatching dalam program aplikasi Quant System. Dua dari 1 perbandingan yang dilakukan menghasilkan solusi yang sama dan solusi tersebut optimal dan tidak ada solusi yang lebih buruk yang dihasilkan oleh algortima Shifting Bottleneck selama perbandingan dilakukan. Dari tabel. di atas tampak bahwa waktu komputasi dengan algoritma Shifting Bottleneck lebih cepat dari teknik Priority Dispatching, kecuali untuk problem dengan jumlah mesin, job dan maksimum operasi per job 1. Kelemahan yang tampak untuk algoritma Shifting Bottleneck adalah waktu yang lebih lama dari teknik Priority Dispatching pada problem yang semakin besar, tetapi ini dapat diimbangi dengan waktu yang lebih baik pada masalah-masalah yang kecil dan solusi yang diberikan algoritma Shifting Bottleneck lebih baik. Kenyataan ini menunjukkan bahwa algoritma Shifting Bottleneck sangat baik digunakan untuk menyelesaikan masalah N job M mesin dengan kriteria minimasi makespan.

13 86.7 Pengujian Model Dengan Waktu Siap Job Bervariasi Pada kondisi nyata seringkali job datang secara dinamis selama dilakukan penjadwalan. Oleh karena itu harus terdapat sistem yang dapat mengantisipasi masalah tersebut sehingga sasaran yang ingin dicapai dalam penjadwalan dapat terpenuhi. Pengembangan model dilakukan untuk menyelesaikan masalah ini sehingga model dasar dapat digunakan dalam kondisi seperti ini. Pengujian ini dilakukan terhadap lima problem dan diberikan salah satu solusi dalam bentuk tabel dan Gantt Chart. Kasus : Pada contoh berikut diberikan kasus yang menggambarkan solusi yang dihasilkan pemgembangan model yang telah dilakukan untuk menyelesaikan masalah dengan waktu siap job dan operasi tidak sama dengan nol. Kasus ini merupakan masalah dengan mesin, 5 job dan maksimum operasi dalam tiap job. Job 5 siap pada t = dan operasi siap pada t = 11.

14 87 Tabel.5 Data Penjadwalan Kasus No Job No Operasi Waktu Proses No Mesin Waktu Siap (detik) Gambar. Graph Kasus

15 88 Tabel.6 Hasil Penjadwalan Kasus No Job No Operasi Waktu Mulai Waktu Selesai (detik) (detik) M 1 11 M M 7 5 M Job 1 Job Job Job 5 Job Gambar.5 Gantt Chart Kasus

16 89.8 Analisis Model Dengan Waktu Siap Job Bervariasi Pengujian terhadap model terhadap waktu siap job atau operasi yang tidak sama dengan nol telah dilakukan pada bagian.7 diatas. Masalah yang diselesaikan adalah masalah dengan mesin, 5 job dan maksimum operasi per job. Job 5 pada problem tersebut siap pada t = dan operasi siap pada t = 11. Solusi dari masalah ini dapat dilihat lebih jelas pada Gantt Chart di gambar.5. Pada gambar tersebut, operasi pertama pada job 5 yaitu operasi dengan nomor 1 dilakukan pada t =. Job 5 ( operasi 1 ) sebenarnya dapat lebih dahulu dikerjakan pada mesin dengan t = karena mesin menganggur pada saat itu, tetapi karena job 5 baru siap pada t = maka operasi 1 baru dapat dikerjakan pada t =. Begitu pula dengan operasi yang baru siap pada t = 1, operasi 1 yang harus mendahului operasi telah selesai dikerjakan pada t = 1 dan mesin siap pada t = 1, tetapi karena operasi baru siap pada t = 11 maka operasi dikerjakan pada t = 11 di mesin. Kedua masalah tersebut di atas membuktikan pengembangan model telah dapat mengatasi masalah waktu job tidak sama dengan nol. Pengembangan model yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah waktu siap job atau waktu siap operasi yang tidak nol dilakukan dengan cara menambahkan busur pada simpul yang waktu siapnya tidak nol. Busur yang ditambahkan ini memiliki nilai sebesar waktu kesiapan job atau operasi. Penambahan busur ini akan mempengaruhi masalah perhitungan lintasan

17 9 terpanjang yang merupakan masukan bagi penjadwalan satu mesin. Jadi maksimal pemilihan lintasan terpanjang dari suatu simpul yaitu (1). busur dari simpul dengan hubungan dalam satu job, (). busur dari simpul yang berhubungan karena urutan pengerjaan pada satu mesin yang sama, dan () busur yang menunjukkan kesiapan simpul tersebut. Penambahan busur tersebut dapat menyelesaikan masalah waktu siap yang tidak nol. Akan tetapi terdapat kelemahan dari penambahan busur tersebut, yaitu waktu yang diperlukan untuk perhitungan lintasan terpanjang menjadi lebih lama dari waktu tanpa penambahan busur. Penambahan waktu ini menurut pengamatan tidak terlalu besar sehingga tidak mengganggu performansi algoritma secara keseluruhan..9 Pengujian Model Dengan Waktu Siap Mesin Bervariasi Pada kondisi nyata sering mesin tidak siap saat penjadwalan dilakukan. Ketidaksiapan mesin ini dapat saja disebabkan mesin mengalami kerusakan atau operator tidak siap pada titik nol. Pengembangan model dilakukan untuk menghadap permasalahan seperti ini. Pengujian ini dilakukan terhadap lima problem dan diberikan salah satu solusi dalam bentuk tabel dan Gantt Chart.

18 91 Kasus : Kasus ini merupakan contoh solusi dari pengembangan model dimana waktu siap mesin tidak sama dengan nol. Kasus ini merupakan masalah penjadwalan dengan mesin, 5 job dan maksimum operasi dalam tiap job. Mesin 1 siap pada t = dan mesin siap pada t =. Tabel.7 Data Penjadwalan Kasus No Job No Operasi Waktu Mulai No Mesin Waktu Siap (detik) Mesin

19 Gambar.6 Graph Kasus

20 9 Tabel.8 Hasil Penjadwalan Kasus No Job No Operasi Waktu Mulai Waktu Selesai (detik) (detik) M 1 11 M M 7 5 M Job 1 Job Job Job 5 Job Mesin tak siap Gambar.7 Gantt Chart Kasus

21 9.1 Analisis Model Dengan Waktu Siap Mesin Bervariasi Pengembangan yang dilakukan terhadap model untuk menyelesaikan masalah dengan waktu siap mesin tidak sama dengan nol pada prinsipnya tidak berbeda dengan pengembangan yang dilakukan pada masalah waktu siap job / operasi tidak sama dengan nol. Pengembangan ini dilakukan dengan bantuakn graph yaitu melakukan tambahan busur pada semua simpul yang harus diproses pada suatu mesin. Penambahan busur iin sebesar waktu kesiapan mesin tersebut. Pengujian terhadap model terhadap waktu siap mesin yang tidak sama dengan nol telah dilakukan pada bagian.9 diatas. Masalah yang diselesaikan adalah masalah dengan mesin, 5 job dan maksimum operasi per job. Mesin yang tidak siap pada t = adalah mesin 1 dan mesin. Mesin 1 siap pada t = dan mesin siap pada t =. Solusi masalah ini dapat dilihat lebih jelas pada Gantt Chart di gambar.7. Pada gambar tersebut, operasi pertama yang dikerjakan pada mesin 1 yaitu operasi dengan nomor dilakukan pada t =. Operasi sebenarnya dapat lebih dahulu dikerjakan pada mesin 1 dengan t = karena mesin menganggur pada saat itu, tetapi karena mesin 1 baru siap pada t = maka operasi baru dapat dikerjakan pada t =. Begitu pula dengan mesin yang baru siap pada t =, operasi 1 yang merupakan operasi pertama yang dikerjakan pada mesin baru dikerjakan pada t = karena mesin siap pada t =.

22 95 Jadi pengujian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pengembangan yang dilakukan telah dapat menyelesaikan masalah dengan waktu siap mesin yang tidak sama dengan nol..11 Kasus Job Berprioritas Pengembangan terhadap job berprioritas telah dilakukan sepertu yang telah diberikan pada Bab diatas. Pada bagian ini akan diberikan suatu kasus penjadwalan satu mesin untuk job berprioritas : Tabel.9 Data Penjadwalan Kasus Job Berprioritas Operasi r i d i q i Prioritas 1 1 Dengan menggunakan pengembangan algoritma Schrage maka urutan operasi solusi algoritma Schrage adalah sebagai berikut :

23 * Gambar.8 Hasil Pengembangan Algoritma Schrage Pada Kasus Job Berprioritas Dari graph tersebut diperoleh lintasan terpanjang dibentuk oleh simpul-simpul 1--- dengan makespan 5. Operasi terakhir dalam lintasan terpanjang adalah p = dengan q p = 1. Operasi yang dapat disebut sebagai c adalah operasi 1 karena q 7 < dari q 1.

24 97 Operasi tersebut pada teknik Branch and Bound diperiksa apakah dapat dikerjakan sesudah operasi-operasi himpunan J, yaitu operasi,, dan. Karena prioritas operasi 1 lebih kecil atau sama dengan operasi anggota himpunan J maka operasi 1 dapat dikerjakan setelah operasi-operasi J. Solusi jadwal jika operasi 1 dikerjakan sesudah operasi-operasi J memberikan solusi yang lebih baik yaitu lintasan kritis - dengan makespan 5. Solusinya dapat dilihat pada gambar berikut : * Gambar.9 Solusi Penjadwalan Satu Mesin Kasus Job Berprioritas

25 98 Pada lintasan kritis sebenarnya dijumpai operasi c yaitu operasi yang memiliki q i = < q p = 6 ( p = ), tetapi karena operasi memiliki prioritas yang lebih tinggi maka operasi tetap dikerjakan sebelum operasi. Solusi tersebut pada gambar.15 merupakan solusi akhir dari penjadwalan satu mesin..1 Analisis Kasus Job Berprioritas Job berprioritas mengubah penjadwalan satu mesin sehingga job yang siap dengan prioritas tertinggi dijadwalkan terlebih dahulu. Hal ini sesuai dengan kepentingan dari job tersebut. Pengembangan ini dimaksudkan untuk memberikan alternatif penjadwalan terhadap job berprioritas. Perubahan yang dilakukan untuk masalah ini adalah pengembangan pada penjadwalan satu mesin. Kriteria yang digunakan masih minimasi makespan dengan pemilihan job berprioritas diutamakan. Kriteria ini mungkin kurang tepat digunakan untuk job-job berprioritas, jadi masih perlu penyesuaian-penyesuaian untuk memnuhi kriteria yang lebih cocok. Kriteria yang mungkin lebih baik untuk masalah ini adalah minimasi weighted mean completion time. Pengujian perlu dilakukan untuk melihat performansi solusi dari pengembangan ini.

26 99.1 Analisis Algoritma Shifting Bottleneck Pada bagian ini akan dianalisis Algoritma Shifting Bottleneck dengan memperhatikan teknik-teknik yang digunakan pada algoritma tersebut dan kemungkinan pengembangan lebih lanjut..1.1 Analisis Penggunaan Teori Graph Masalah N job M mesin yang akan diselesaikan dengan algoritma ini pada dasarnya dibentuk dari graph yang terdiri dari simpul-simpul yang merupakan operasi, busur conjunctive yang menghubungkan operasi dalam satu job, dan busur disjunctive yang menghubungkan operasi-operasi yang dikerjakan pada mesin tertentu. Dengan bantuan graph ini masalah N job M mesin dapat digambarkan dan diselesaikan. Pada algoritma ini masalah penjadwalan dengan kriteria minimasi makespan diselesaikan, dan dengan bantuan graph ini, makespan dari sebuah jadwal dapat dihitung dengan mencari lintasan terpanjang dari simpul nol ( mulai ) ke simpul akhir ( selesai ). Dengan mencari jadwal yang memiliki lintasan terpanjang yang lebih pendek maka diperoleh solusi yang lebih baik sesuai dengan kriteria minimasi makespan. Hal ini yang dilakukan oleh algoritma penjadwalan satu-mesin untuk menentukan mesin yang paling kritis yang akan dijadwalkan terlebih dahulu.

27 1 Pemanfaatan graph dalam masalah ini membuat penjadwalan selalu melihat keterkaitan mesin yang akan dijadwalkan dengan jadwal mesin-mesin yang lain yang sudah terbentuk. Keterkaitan yang dimaksudkan adalah nilai-nilai input yang dibutuhkan pada penjadwalan satu mesin, merupakan nilai lintasan terpanjang operasi dari titik nol, yang merupakan gambaran kesiapan operasi tersebut untuk diproses dan lintasan terpanjang dari operasi tersebut selesai dikerjakan ke titik akhir, yang merupakan gambaran lamanya operasi tersebut berada dalam sistem setelah diproses. Input-input ini, bersama dengan input waktu operasi, merupakan input penjadwalan satu mesin yang menentukan urutan operasi-operasi dalam suatu mesin yang optimal dilihat dari mesin tersebut. Pengembangan algoritma yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah waktu siap job, operasi maupun waktu siap mesin yang tidak nol, memanfaatkan teori graph ini, yaitu dengan menambahkan busur dengan nilai waktu siap terhadap simpul-simpul yang berhubungan dengan kesiapan mesin, job dan operasi tersebut. Dari kegunaan graph dalam penyelesaian masalah penjadwalan di atas, maka tampak bahwa teori graph ternyata sangat membantu penyelesaian penjadwalan dan penelitian lebih lanjut dilakukan dengan memperhatikan teori graph sebagai alternatif alat bantu penyelesaian masalah.

28 11.1. Analisis Penjadwalan Satu Mesin Penjadwalan satu mesi merupakan teknik yang menjadi dasar dari algoritma Shifting Bottleneck. Pencarian mesin yang bottleneck, penjadwalan mesin, dan lokal reoptimasi semuanya menggunakan penjadwalan satu mesin yang optimal ini. Penjadwalan satu mesin ini membutuhkan input lintasan terpanjang dari operasi-operasi yang terlibat dalam penjadwalan satu mesin, sedangkan perhitungan lintasan terpanjang merupakan perhitungan yang paling banyak memerlukan waktu komputasi. Kondisi seperti ini menyebabkan diperlukannya prosedur perhitungan lintasan terpanjang yang cepat. Dengan terpenuhinya suatu prosedur perhitungan lintasan terpanjang yang baik maka waktu komputasi secara keseluruhan akan baik. Perbaikan terhadap program komputer yang telah dibuat khususnya dalam prosedur perhitungan lintasan terpanjang jika ada metoda yang lebih baik untuk lintasan terpanjang sangat disarankan untuk memperbaiki waktu komputasi. Karena penjadwalan satu mesin merupakan dasar dilakukannya penjadwalan operasi dalam mesin yang akhirnya akan membentuk jadwal untuk semua mesin maka pengembangan terhadap penjadwalan satu mesin untuk masalah-masalah yang lebih kompleks menjadi penting. Hampir semua pengembangan yang dilakukan oleh penulis sesungguhnya adalah pengembangan dari penjadwalan satu

29 1 mesin ini. Pengembangan untuk masalah perawatan mesin dan job berprioritas merupakan pengembangan dari penjadwalan satu mesin. Pengembangan lebih lanjut untuk kriteria yang lain kemungkinan besar dapat dilakukan dengan mengembangkan penjadwalan satu mesin ini dengan tujuan yang lain. Kriteria lain seperti pemenuhan due date atau minimasi flow time akan merubah penjadwalan satu mesin yang kemudian dimasukkan dalam algoritma Shifting Bottleneck diharapkan memperoleh hasil yang baik pula. Perubahan mungkin terjadi pada cara pemilihan mesin mana yang terlebih dahulu dijadwalkan, yang mungkin kriteria bottleneck harus digantikan dengan kriteria pemilihan yang lain.

BAB 2 LANDASAN TEORI. perencanaan dan pengendalian produksi dan juga merupakan rencana

BAB 2 LANDASAN TEORI. perencanaan dan pengendalian produksi dan juga merupakan rencana 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Penjadwalan Penjadwalan merupakan bagian yang strategis dari proses perencanaan dan pengendalian produksi dan juga merupakan rencana pengaturan urutan kerja serta pengalokasian

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Penjadwalan Penjadwalan adalah aktivitas perencanaan untuk menentukan kapan dan di mana setiap operasi sebagai bagian dari pekerjaan secara keseluruhan harus dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mesin, manusia serta bahan-bahan baku produk merupakan salah satu faktor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mesin, manusia serta bahan-bahan baku produk merupakan salah satu faktor yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perencanaan penggunaan sumber daya untuk produksi berupa peralatan, mesin, manusia serta bahan-bahan baku produk merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR.. ix DAFTAR LAMPIRAN... x ABSTRAK.. xi BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

hari sehingga menempatkan metode LPT sebagai metode paling tidak efektif untuk diterapkan di PT. XYZ.

hari sehingga menempatkan metode LPT sebagai metode paling tidak efektif untuk diterapkan di PT. XYZ. BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Perb bandingan Penjadwalan FCFS, EDD, SPT dan LPT Jika di ilakukan perbandingan antara ke 4 metode yang digunakan, maka akan did dapatkan hasil sebagai berikut : Dari tabel

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Sistem Produksi Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian sistem produksi dari beberapa teori yang sudah ada, serta ruang lingkup sistem produksi

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK P.T. Indo Extrusions adalah perusahaan yang berskala internasional dan bergerak di bidang pengolahan logam nonferos terutama alumunium. Terletak di jalan Leuwi Gajah No. 134, Cimindi, Cimahi menerapkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN HASIL

BAB V ANALISA DAN HASIL BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1 Analisa Jumlah Pekerjaan dalam Sistem Jika dilakukan perbandingan jumlah pekerjaan dalam sistem dari penjadwalan produksi Thermowell di PT. Rangga Olah Cipta Systems yang ditelah

Lebih terperinci

Metode Penugasan. Penugasan & Pengurutan Job. Metode Penugasan. Supl 15. Langkah-langkah Metode Penugasan 31/10/2015

Metode Penugasan. Penugasan & Pengurutan Job. Metode Penugasan. Supl 15. Langkah-langkah Metode Penugasan 31/10/2015 Penugasan & Pengurutan MANAJEMEN OPERASI: Manajemen Keberlangsungan & Rantai Pasokan Operations Management: Sustainability & Supply Chain Management Supl 15 Metode Penugasan Kelas khusus dari model pemrograman

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktuwaktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus. Teknik pengukuran waktu terbagi atas dua bagian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 22 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi penjadwalan Secara umum, penjadwalan merupakan proses dalam perencanaan dan pengendalian produksi yang digunakan untuk merencanakan produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi 2.1.1 Definisi Sistem Produksi Menurut para ahli ada beberapa definisi mengenai sistem produksi, antara lain : 1. Asruri (1993) mendefinisikan sistem produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam

BAB II LANDASAN TEORI. atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Optimasi Optimasi merupakan pendekatan normatif dengan mengidentifikasi penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan pada titik maksimum atau minimum suatu fungsi

Lebih terperinci

ABSTRAK Giffler dan Thompson

ABSTRAK Giffler dan Thompson ABSTRAK Untuk tetap dapat bersaing, maka setiap perusahaan perlu melakukan perbaikan secara terus menerus dalam berbagai faktor. PT. Sarana Wira Reksa merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di industri

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Proses pengumpulan data dilakukan untuk selanjutnya dianalisa dalam penjadwalan menggunakan pola kedatangan job secara statis dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan 2.1.1 Pengertian Penjadwalan Penjadwalan dalam proses produksi merupakan sesuatu yang cukup penting, dalam proses penjadwalan dapat menentukan waktu yang dibutuhkan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 PENJADWALAN PRODUKSI JOB SHOP DENGAN METODE HEURISTIK PADA PT. BINA KARYA LOGAM MANDIRI TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Oleh LEONARDO SILALAHI

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Agronesia INKABA merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur yang mempoduksi produk terknik berbahan baku karet. Sistem produksi di perusahaan ini adalah mass production dan job

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 Pertemuan 13 & 14 Outline: Scheduling Referensi: Tersine, Richard J., Principles of Inventory and Materials Management, Prentice-Hall, 1994. Wiratno, S. E.,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Sejumlah penelitian yang berkaitan dengan penjadwalan produksi telah dilakukan, antara lain oleh Wigaswara (2013) di PT Bejana Mas Perkasa.

Lebih terperinci

USULAN PENJADWALAN PRODUKSI YANG TERINTEGRASI DENGAN PENJADWALAN MAINTENANCE (STUDI KASUS PT. XYZ)

USULAN PENJADWALAN PRODUKSI YANG TERINTEGRASI DENGAN PENJADWALAN MAINTENANCE (STUDI KASUS PT. XYZ) USULAN PENJADWALAN PRODUKSI YANG TERINTEGRASI DENGAN PENJADWALAN MAINTENANCE (STUDI KASUS PT. XYZ) Trifenaus Prabu Hidayat; Felix Eddy Sutoto Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Katolik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian ini merupakan cara yang digunakan untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan. Metode penelitian ini dilakukan dengan analisa

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Bab 2 Landasan Teori Perencanaan dan Pengendalian Produksi Bab 2 Landasan Teori 2.1. Perencanaan dan Pengendalian Produksi Perencanaan dan pengendalian produksi adalah suatu proses perencanaan dan pengorganisasian mengenai pekerjaan, bahan baku, mesin dan peralatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 26 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan 2.1.1 Definisi Penjadwalan Penjadwalan dapat didefinisikan sebagai penugasan dan penentuan waktu dari kegunaan sumber daya seperti tenaga kerja, peralatan, dan fasilitas

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. X adalah perusahaan yang bergerak dalam industri tekstil yang memproduksi kain rajut. Permasalahan yang ada di perusahaan saat ini adalah adanya beberapa order yang mengalami keterlambatan

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ Saiful Mangngenre 1, Amrin Rapi 2, Wendy Flannery 3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar, 90245

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Mitra Abadi Sejahtera adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang garmen yang mengolah kain menjadi pakaian. Perusahaan memproduksi barang sesuai pesanan konsumen (job order). Masalah

Lebih terperinci

Scheduling Problems. Job Shop Scheduling (1) Job Shop Scheduling Problems. Job Shop Scheduling (2) 13/05/2014

Scheduling Problems. Job Shop Scheduling (1) Job Shop Scheduling Problems. Job Shop Scheduling (2) 13/05/2014 /0/0 Scheduling Problems Job Shop Scheduling Problems Mata Kuliah: Penjadwalan Produksi Teknik Industri Universitas Brawijaya Job Shop Scheduling () Job Shop Scheduling () Flow shop: aliran kerja unidirectional

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem

BAB II LANDASAN TEORI. informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sebelumnya Rudyanto (2011) melakukan penelitian tentang rancang bangun sistem informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem infomasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Peranan Penjadwalan dan Pengaruhnya Penjadwalan adalah proses pengambilan keputusan yang memainkan peranan penting dalam industri manufaktur maupun jasa.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 42 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah dan Penjelasannya 3.1.1 Studi Pendahuluan Untuk mengidentifikasi masalah yang akan diteliti di PT. Furin Jaya, maka penulis melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Edward (1998) menjelaskan bahwa sebuah work center terdiri dari banyak jenis mesin, dan pada kenyataannya work center lebih sering diindikasikan sebagai mesin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Aplikasi Menurut Kadir (2008:3) program aplikasi adalah program siap pakai atau program yang direka untuk melaksanakan suatu fungsi bagi pengguna atau aplikasi yang

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Sistem Produksi Secara umum, sistem produksi dapat didefinisikan sebagai suatu proses mengubah masukan (input) sumber daya menjadi barang jadi atau barang setengah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Produksi Organisasi industri merupakan salah satu mata rantai dari sistem perekonomian, karena ia memproduksi dan mendistribusikan produk (barang atau jasa)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan industri saat ini. Setiap perusahaan yang bergerak di bidang industri

BAB I PENDAHULUAN. persaingan industri saat ini. Setiap perusahaan yang bergerak di bidang industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi yang pesat mengakibatkan persaingan dalam dunia industri semakin ketat. Teknologi menjadi elemen penting dalam persaingan industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini merupakan tugas akhir yang berdasarkan kepada hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Cepi Dea Iskandar pada tahun 2013 dengan judul

Lebih terperinci

PENJADWALAN FLOW SHOP N JOB M MESIN DENGAN METODE FIRST COME FIRST SERVED (FCFS), EARLIEST DUE DATE (EDD) DAN ALGORITMA HEURISTIK POUR

PENJADWALAN FLOW SHOP N JOB M MESIN DENGAN METODE FIRST COME FIRST SERVED (FCFS), EARLIEST DUE DATE (EDD) DAN ALGORITMA HEURISTIK POUR PENJADWALAN FLOW SHOP N JOB M MESIN DENGAN METODE FIRST COME FIRST SERVED (FCFS), EARLIEST DUE DATE (EDD) DAN ALGORITMA HEURISTIK POUR Dwi Agustina Kurniawati, Abdul Latief Irsyad Program Studi Teknik

Lebih terperinci

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2017

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2017 PENJADWALAN FLOWSHOP BERDASARKAN ALGORITMA NAWAZ, ENSCORE DAN HAM (NEH) DENGAN PENDEKATAN SHORTEST PROCESSING TIME (SPT) DAN LONGEST PROCESSING TIME (LPT) DI PT GROWTH SUMATRA INDUSTRY, LTD TUGAS SARJANA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penyelesaian permasalahan dalam penjadwalan dapat dilakukan dengan mengkaji kompleksitas penjadwalan. Menurut Pinedo (2002), kompleksitas dalam penjadwalan terbagi menjadi mesin

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Produksi Perusahaan selalu melakukan penjadwalan produksi dalam pemenuhan kapasitas permintaan konsumen atau order dari konsumen untuk jangka pendek dalam rentang periode

Lebih terperinci

PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM

PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM 1 PENJADWALAN (SCHEDULING) Melaksanakan pekerjaan secara efektif dan efisien agar tujuan tercapai. Oleh karena itu pemahaman mengenai konsep penjadwalan sangat

Lebih terperinci

Perencanaan Short-Term Scheduling dan Production Scheduling Model

Perencanaan Short-Term Scheduling dan Production Scheduling Model Perencanaan Short-Term Scheduling dan Production Scheduling Model Rudini Mulya Daulay Program, Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana 2010 email: rudinimenteri@gmail.com Abstrak 1. SHORT-TERM SCHEDULING

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA TABU SEARCH DALAM PENJADWALAN JOB SHOP

PENERAPAN ALGORITMA TABU SEARCH DALAM PENJADWALAN JOB SHOP MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 7, NO. 3, DESEMBER 2003 PENERAPAN ALGORITMA TABU SEARCH DALAM PENJADWALAN JOB SHOP Betrianis dan Putu Teguh Aryawan Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang CV. Greeng Inspiration merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang konveksi, yang menawarkan jasa pembuatan pakaian seperti, kaos oblong, kaos berkerah, polo,

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY

PENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY Penjadwalan Produksi Injection Moulding Pada PT. Duta Flow Plastic Machinery PENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY Roesfiansjah Rasjidin, Iman hidayat Dosen

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli Dzakiy Sulaiman, Emsosfi Zaini, Arnindya Driyar M.

Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli Dzakiy Sulaiman, Emsosfi Zaini, Arnindya Driyar M. Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2015 JADWAL PRODUKSI PRODUKCOMBINATION DOUBLE WINDLASS MENGGUNAKAN PENDEKATAN SHIFTING

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Kerta Laksana adalah perusahaan manufaktur yang membuat berbagai jenis mesin dan komponen mesin sesuai dengan permintaan konsumen atau yang lazim disebut job order. Pesanan yang diterima oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan diperlukan ketika beberapa pekerjaan harus diproses pada suatu mesin tertentu yang tidak bisa memproses lebih dari satu pekerjaan pada saat yang sama. Penjadwalan

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University 1

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University 1 PERANCANGAN SISTEM SCHEDULING JOB MENGGUNAKAN DRUM BUFFER ROPE UNTUK MEMINIMASI KETERLAMBATAN ORDER DAN MANUFACTURING LEAD TIME PADA BAGIAN MACHINING MPM DI PT. DIRGANTARA INDONESIA 1 Rinda Rieswien, 2

Lebih terperinci

OLEH : RULI ASTRI ANDRIANI ( ) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

OLEH : RULI ASTRI ANDRIANI ( ) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya PENJADWALAN FLOWSHOP UNTUK MEMINIMASI LOGOTOTAL TARDINESS DENGAN URUTAN JOB YANG SAMA DAN/ATAU BERBEDA DAN MEMPERHATIKAN KETIDAKTERSEDIAAN PADA MASING-MASING MESIN OLEH : RULI ASTRI ANDRIANI (2506 100

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI JOB SHOP MENGGUNAKAN ALGORITMA GIFFLER THOMPSON

PENJADWALAN PRODUKSI JOB SHOP MENGGUNAKAN ALGORITMA GIFFLER THOMPSON PENJADWALAN PRODUKSI JOB SHOP MENGGUNAKAN ALGORITMA GIFFLER THOMPSON Diah Pramestari *) ABSTRAK Penjadwalan produksi merupakan tahapan yang penting dilakukan untuk melaksanakan jadwal induk produksi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyelesaian tugas akhir ini digunakan landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada pada perusahaan. 2.1 Sistem Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penjadwalan produksi merupakan ketepatan suatu perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penjadwalan produksi merupakan ketepatan suatu perusahaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penjadwalan produksi merupakan ketepatan suatu perusahaan dalam mengasilkan produk yang telah disepakati sesuai dengan kesepakatan. Penjadwalan produksi sangat erat

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. ~pemrosesan)

BABI PENDAHULUAN. ~pemrosesan) BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penentuan jadwal produksi merupakan salah satu aktivitas pada proses perencanaan dan pengendalian produksi. Masalah penjadwalan produksi muncul ketika

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penjadwalan Penjadwalan merupakan alat ukur yang baik bagi perencanaan agregat. Pesanan-pesanan aktual pada tahap ini akan ditugaskan pertama kalinya pada sumberdaya tertentu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI Menurut Sumayang (2003), penjadwalan adalah mengatur pendayagunaan kapasitas dan sumber daya yang tersedia melalui aktivitas tugas. Perencanaan fasilitas dan

Lebih terperinci

bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal dan informasi, sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut adalah hasil sampingannya sep

bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal dan informasi, sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut adalah hasil sampingannya sep BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Produksi Produksi adalah kegiatan mentranspormasikan masukan (input) menjadi keluaran (output), tercakup semua aktifitas atau kegiatan menghasilkan barang dan jasa, serta

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Manajemen Di setiap perusahaan yang didirikan tentunya disertai dengan harapan akan mengalami suatu perkembangan dan juga memperoleh keuntungan dikemudian hari. Harapan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Dalam suatu kegiatan produksi dan operasi, seorang manajer produksi dan operasi harus mampu membina dan mengendalikan arus masukan (input) dan keluaran (output),

Lebih terperinci

Perencanaan Produksi SAP ERP

Perencanaan Produksi SAP ERP Materi #8 Perencanaan Produksi SAP ERP 2 6623 - Taufiqur Rachman 1 Sales Forecasting 3 Peramalan Penjualan dapat menggunakan data tahun lalu dikombinasikan dengan target keuangan dan inisiatif marketing

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN ATURAN PRIORITAS PENJADWALAN PADA PENJADWALAN NON DELAY N JOB 5 MACHINE

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN ATURAN PRIORITAS PENJADWALAN PADA PENJADWALAN NON DELAY N JOB 5 MACHINE ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN ATURAN PRIORITAS PENJADWALAN PADA PENJADWALAN NON DELAY N JOB 5 MACHINE Dana Marsetiya Utama Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang Kontak

Lebih terperinci

PENJADWALAN JOB SHOP STATIK DENGAN METODE SIMULATED ANNEALING UNTUK MEMINIMASI WAKTU MAKESPAN

PENJADWALAN JOB SHOP STATIK DENGAN METODE SIMULATED ANNEALING UNTUK MEMINIMASI WAKTU MAKESPAN PENJADWALAN JOB SHOP STATIK DENGAN METODE SIMULATED ANNEALING UNTUK MEMINIMASI WAKTU MAKESPAN Moh.Husen, Ilyas Masudin, Dana Marsetiya Utama Jurusan Teknik Industri - Universitas Muhammadiyah Malang Muhammad.husen12@yahoo.com

Lebih terperinci

Istilah yang harus dimengerti:

Istilah yang harus dimengerti: Istilah yang harus dimengerti: Processing Time: Waktu yang diestimasi untuk menentukan berapa lama yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan (Termasuk setup time) p j : WAKTU UNTUK MEMPROSES

Lebih terperinci

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm Jurnal Telematika, vol.9 no.1, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung ISSN: 1858-251 Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Lebih terperinci

P E N J A D W A L A N. Pertemuan 10

P E N J A D W A L A N. Pertemuan 10 P E N J A D W A L A N Pertemuan 10 Definisi Penjadwalan Pengaturan waktu dari suatu kegiatan operasi, yang mencakup kegiatan mengalokasikan fasilitas, peralatan maupun tenaga kerja, dan menentukan urutan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Analisa Penjadwalan Produksi Kusen, Pintu, Daun Jendela Di Ud. Sinar Kamper Dengan Metode EDD, SPT, LPT DAN FCFS

TUGAS AKHIR. Analisa Penjadwalan Produksi Kusen, Pintu, Daun Jendela Di Ud. Sinar Kamper Dengan Metode EDD, SPT, LPT DAN FCFS TUGAS AKHIR Analisa Penjadwalan Produksi Kusen, Pintu, Daun Jendela Di Ud. Sinar Kamper Dengan Metode EDD, SPT, LPT DAN FCFS Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang jasa maupun industri yang belum siap dan bangkit dari

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang jasa maupun industri yang belum siap dan bangkit dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini meskipun kondisi perekonomian sudah mengalami kemajuan, namun hal tersebut belumlah cukup untuk negara ini bisa bersaing pada era pasar bebas. Hal ini tercemin

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Hegar Sumber Kreasi merupakan perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur pembuatan produk-produk yang terbuat dari carbon steel maupun stainless steal, dimana pesanan pada perusahaan ini

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 42 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Start Observasi Lingkungan Produksi Studi Literatur Identifikasi Masalah Pengumpulan Data (dalam satu periode produksi) Menentukan Waktu Proses Tiap Pesanan Penjadwalan

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA JADWAL NON DELAY UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN STUDI KASUS DI CV. BIMA MEBEL

PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA JADWAL NON DELAY UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN STUDI KASUS DI CV. BIMA MEBEL PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA JADWAL NON DELAY UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN STUDI KASUS DI CV. BIMA MEBEL Setyo Harto, Annisa Kesy Garside, dan Dana Marsetya Utama Jurusan Teknik Industri Universitas

Lebih terperinci

JOB SHOP PANDUAN BIG PROJECT

JOB SHOP PANDUAN BIG PROJECT PANDUAN BIG PROJECT SIMULASI KOMPUTER - 2014 DAFTAR ISI 1. Pengertian... 1 2. Tujuan Penjadwalan Workcenter... 2 3. Pengurutan Tugas (Sequencing)... 2 4. Definisi dalam Penjadwalan... 3 5. Karakteristik

Lebih terperinci

2.1.1 PERANAN PENJAD WALAN DAN PENGARUHNYA

2.1.1 PERANAN PENJAD WALAN DAN PENGARUHNYA BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini diuraikan tentang peranan penjadwalan dan pengaruhnya, definisi penjadwalan, tujuan penjadwalan, klasifikasi penjadwalan, istilah dan kriteria dalam penjadwalan, pendekatan

Lebih terperinci

Husnul Hakim ( ) Pembimbing : Ahmad Saikhu, S.Si, MT

Husnul Hakim ( ) Pembimbing : Ahmad Saikhu, S.Si, MT Husnul Hakim (5106100101) Pembimbing : Ahmad Saikhu, S.Si, MT Penjadwalan job-shop merupakan masalah yang kompleks untuk diselesaikan. Pendekatan dalam menyelesaikan penjadwalan job-shop : - Analitis dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penumpukan pekerjaan sehingga dapat mengurangi waktu menganggur (idle time) atau waktu menunggu untuk proses pengerjaan berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN. penumpukan pekerjaan sehingga dapat mengurangi waktu menganggur (idle time) atau waktu menunggu untuk proses pengerjaan berikutnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin berkembang, persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat. Perusahaan harus bisa melakukan

Lebih terperinci

2.2.2 Penjadwalan Flow Shop 8

2.2.2 Penjadwalan Flow Shop 8 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR ABSTRAKSI u iii iv v ix xi xiv BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan data Pengumpulan data merupakan kegiatan mengolah data yang telah dikumpulkan setelah mempelajari cara pengolahan data yang bener pada saat tinjauan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi yang dipakai dalam pemecahan masalah merupakan penerapan dari metode perbaikan proses berkesinambungan (Continuous Prosess Improvement)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. perusahaan percetakan yang mampu memenuhi permintaan pelanggan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. perusahaan percetakan yang mampu memenuhi permintaan pelanggan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan produksi merupakan salah satu tahap penting sebelum memulai suatu kegiatan produksi. Penjadwalan produksi ini sangat penting dilakukan pada proses produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Dasar Penjadwalan Produksi Secara umum, penjadwalan merupakan suatu proses dalam perencanaan dan pengendalian produksi yang merencanakan produksi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PENJADWALAN PRODUKSI PAVING PADA CV. EKO JOYO

PENERAPAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PENJADWALAN PRODUKSI PAVING PADA CV. EKO JOYO Yogyakarta,19Juni2010 PENERAPAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PENJADWALAN PRODUKSI PAVING PADA CV. EKO JOYO Agus Rudyanto 1, Moch. Arifin 2 1 Jurusan Sistem Informasi, Sekolah Tinggi Majemen Informatika

Lebih terperinci

Deskripsi Penjadwalan Proses

Deskripsi Penjadwalan Proses PENJADWALAN PROSES Deskripsi Penjadwalan Proses Penjadwalan Proses merupakan basis sistem informasi multiprograming. Multiprogramming bertujuan untuk memaksimalkan penggunaan CPU dengan cara mengatur alokasi

Lebih terperinci

Penjadwalan Job Shop Fleksibel dengan Mempertimbangkan Saat Siap dan Saat Tenggat

Penjadwalan Job Shop Fleksibel dengan Mempertimbangkan Saat Siap dan Saat Tenggat Petunjuk Sitasi: Putawara, R., Aribowo, W., & Ma'ruf, A. (2017). Penjadwalan Job Shop Fleksibel dengan Mempertimbangkan Saat Siap dan Saat Tenggat. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. E41-47). Malang:

Lebih terperinci

PENJADWALAN DENGAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara

PENJADWALAN DENGAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara PENJADWALAN DENGAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara. Konsep Penadwalan Penadwalan dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK ANALISA PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE FCFS DAN EDD PADA PT. XYZ Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Kerja Praktek Pada Program Sarjana Strata Satu

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 8 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu instansi atau industri maupun perusahaan, adanya penentuan jumlah produksi yang tepat merupakan suatu hal yang sangat penting. Sistem penentuan jumlah

Lebih terperinci

Penjadwalan Produksi Job Shop dengan Menggunakan Metode Shifting Bottleneck Heuristic (SHB)

Penjadwalan Produksi Job Shop dengan Menggunakan Metode Shifting Bottleneck Heuristic (SHB) doi: https://doi.org/10.581/zenodo.106337 JURITI PRIMA (Junal Ilmiah Teknik Industri Prima) Vol. 1, No. 1, Juni 017 e-issn: 581-057X Penjadwalan Produksi Job Shop dengan Menggunakan Metode Shifting Bottleneck

Lebih terperinci

MODEL PENJADWALAN FLOW SHOP n JOB m MESIN UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN TANPA TARDY JOB DENGAN KENDALA KETIDAKTERSEDIAAN MESIN

MODEL PENJADWALAN FLOW SHOP n JOB m MESIN UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN TANPA TARDY JOB DENGAN KENDALA KETIDAKTERSEDIAAN MESIN MODEL PENJADWALAN FLOW SHOP n JOB m MESIN UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN TANPA TARDY JOB DENGAN KENDALA KETIDAKTERSEDIAAN MESIN Jefikz Berhitu, Mokh. Suef, dan Nani Kurniati Jurusan Teknik Industri - Institut

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK P.T. Gistex Textile Division adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang textile yang mengolah polyester (bahan baku) menjadi kain. Perusahaan memproduksi barang sesuai dengan pesanan konsumen

Lebih terperinci

PENJADWALAN 20 JOB 8 MESIN DENGAN METODE GENETIC ALGORITHM (GA)

PENJADWALAN 20 JOB 8 MESIN DENGAN METODE GENETIC ALGORITHM (GA) PENJADWALAN 20 JOB 8 MESIN DENGAN METODE GENETIC ALGORITHM (GA) Didit Damur Rochman 1, Rendiyatna Ferdian 2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Widyatama Jl Cikutra No 204A Bandung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Penelitian Terdahulu Apriana (2009) melakukan penelitian mengenai penjadwalan produksi pada sistem flow shop dengan mesin parallel (flexible flow shop) sehingga

Lebih terperinci

SIDANG TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE INTEGER PROGRAMMING PADA PENJADWALAN PRODUKSI MAKE TO ORDER DENGAN MESIN PARALEL

SIDANG TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE INTEGER PROGRAMMING PADA PENJADWALAN PRODUKSI MAKE TO ORDER DENGAN MESIN PARALEL SIDANG TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE INTEGER PROGRAMMING PADA PENJADWALAN PRODUKSI MAKE TO ORDER DENGAN MESIN PARALEL (Studi Kasus: Bengkel Umum Unit III, PT. Gudang Garam,Tbk.) Dosen Pembimbing: Prof.

Lebih terperinci

Indeks Produksi Industri Sedang Besar

Indeks Produksi Industri Sedang Besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk yang semakin banyak mengakibatkan semakin banyaknya peluang usaha. Semakin banyaknya penduduk semakin banyak pula kebutuhan yang perlu dipenuhi. Industri-industri

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Model Perumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Berikut ini merupakan diagram alir yang menggambarkan langkah-langkah dalam melakukan penelitian di PT United Tractor.

Lebih terperinci

Production Planning and Control

Production Planning and Control Production Planning and Control Achmad Zaini, SE Musthofa Hadi, SE PENGERTIAN PPC,- adalah kegiatan pabrik yang meliputi perencanaan dan pengendalian segala sesuatu yang berhubungan dengan produksi barang/jasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu yang bervariasi akan menemui banyak hambatan bila tidak ada metode

BAB I PENDAHULUAN. waktu yang bervariasi akan menemui banyak hambatan bila tidak ada metode BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pada sebuah sistem produksi yang kompleks dapat terjadi penumpukan barang atau pekerjaan yang membentuk antrian panjang yang belum tentu dapat diselesaikan

Lebih terperinci

Rahmat Hidayat SE., MM

Rahmat Hidayat SE., MM Rahmat Hidayat SE., MM Definisi Keputusan yang baik Adalah keputusan secara analitis, berdasarkan pada logika dan mempertimbangkan semua data dan alternatif yang tersedia. Enam langkah pengambilan keputusan:

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan dari industri atau perusahaan adalah menciptakan laba yang maksimal. Salah satu bentuk usahanya adalah dengan memaksimumkan hasil produksi atau meminimumkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sistem kontrol persediaan dan produksi, dan MRP tipe 3 berhubungan dengan. sistem perencanaan manufaktur (Tersine, 1984).

BAB II LANDASAN TEORI. sistem kontrol persediaan dan produksi, dan MRP tipe 3 berhubungan dengan. sistem perencanaan manufaktur (Tersine, 1984). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) MRP dibagikan dan didefinisikan dalam 3 kategori, yaitu MRP tipe 1 berhubungan dengan sistem kontrol persediaan, MRP tipe 2 berhubungan dengan

Lebih terperinci

Sistem Penjadwalan di PT. XYZ

Sistem Penjadwalan di PT. XYZ Sistem di PT. XYZ Fernaldi Darmasaputra Leksono 1, I Gede Agus Widyadana 2 Abstract: Production scheduling in a manufacturing company is an important point to control the production process movements.

Lebih terperinci