Bab 4 PRINSIP PRINSIP PEMODELAN FISIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 4 PRINSIP PRINSIP PEMODELAN FISIS"

Transkripsi

1 Bab 4 PRINSIP PRINSIP PEMODELAN FISIS 4. Fase-fase Pemodelan Dalam bab ini kita akan mendiskusikan bagaimana membangun model model matematika system dinamis. Kita akan memerhatikan masalah bagaimana mencaai model dalam bentuk d dt ( t) f ( ( t), u( t)) y ( t) h( ( t), u( t)) (4.) Dimulai dari sistem fisis, rekayasa, biologis, ekonomi atau lainnya. Pemodelan adalah, sejalan dengan aktivitas keilmuan dan rekayasa yang lain, miri dengan seni dariada ilmu engetahuan. Pemodelan yang berhasil didasarkan ada erasaan terhada masalah dan nalar seerti ada asek formal yang daat diajarkan. Dalam bab ini kita akan mengambil sika nalar yang ragmatis terhada emodelan. Selanjutnya, dalam Bab 6, kita akan menunjukkan endekatan sistematis yang menyelesaikan sebagian besar tetai tidak semua masalan emodelan. Kita daat membedakan tiga fase berikut ini dalam mencaai model matematika:. Masalah disusun secara terstruktur. Persamaan ersamaan dasar diformulasikan 3. Model ruang-keadaan dibentuk Fase terdiri dari usaha untuk membagi sistem kedalam beberaa sub sistem, menentukan sebab dan akibat, variabel variabel aa yang enting dan bagaimana mereka berinteraksi. Ketika mengerjakan ekerjaan ini, enting untuk mengetahui enggunaan yang dimaksudkan dari model. Hasil dari fase adalah diagram blok atau deskrisi yang sejenis. Fase ini meletakkan kebutuhan terbesar ada embuat model dalam bentuk emahaman dan intuisi terhada sistem fisis. Dalam fase ini ula bahwa level komleksitas dan tingkat endekatan ditentukan. Fase melibatkan emeriksaan beberaa subsistem tersebut, blok blok, yang dihasilkan dari fase. Hubungan antara variabel dan konstanta dalam subsistem dibentuk. Dalam melakukannya, kita menggunakan hukum hukum alam dan ersamaan

2 fisis dasar yang diasumsikan berlaku. Ini sering berarti bahwa kita memerkenalkan beberaa endekatan dan idealisasi (massa titik, gas ideal, dan sejenisnya) dalam rangka mencegah ernyataan yang terlalu komleks. Untuk sistem non-teknis, dimana ersamaan dasar yang secara umum diterima sangat sedikit, fase ini memberikan kesematan untuk dugaan baru dan emikiran inovatif. Fase 3 kebalikan dari fase fase sebelumnya, adalah taha yang lebih formal yang bertujuan ada engorganisasian ersamaan-ersaman dan hubungan hubungan yang tertinggal ada fase. Meskiun jika model telah didefinisikan setelah taha, fase ini biasanya erlu untuk memberi model cocok untuk analisis dan simulasi. Selama fase 3 sebuah rogram aljabar komuter daat membantu (lihat Bab 7), dan tidak selalu erlu untuk melakukan seluruh ekerjaan untuk menghasilkan bentuk ekslisit (4.). Untuk tujuan simulasi mungkin cuku mencaai model ruang-keadaan untuk subsistem dilengkai dengan instruksi untuk koneksi antar subsistem. Tiga fase ini akan didiskusikan secara lebih detail dalam subbab berikut dalam bab ini, dimana kita akan juga menggambarkan enggunaannya dalam contoh fisis. Masalah enting dalam emodelan adalah menemukan model yang tidak terlalu komleks. Ini berarti bahwa kita harus selalu membuat enyederhanaan, idealisasi dan endekatan. Penyederhanaan model didiskusikan dalam subbab Contoh: Pemodelan Head Bo Mesin Kertas Untuk memberikan dimensi nyata ada diskusi kita mengenai fase fase emodelan, kita akan menggambarkan enggunaannya dalam contoh fisis, yaitu head bo sebuah mesin kertas. Pembuatan kertas dari bubur kertas ada dasarnya dilakukan dalam cara berikut. Bubur adalah adonan serat kayu dalam air. Bubur ini dituangkan diatas kabel, yang secara kontinyu menggerakkan mesh seanjang 0 0 meter. Pada kabel sebagian besar air dialirkan keluar, menghasilkan lembaran kertas, yang kemudian dikeringkan, diress dan digulung. Lihat diagram skematik ada gambar 4.. Bubur dialirkan ada kabel oleh sebuah head bo. Penting ini dilakukan dengan cara yang dikontrol baik agar memeroleh kualitas kertas yang seragam. Ini dicaai dengan mendorong bubur melalui

3 celah semit. Head bo modern menggunakan udara bertekanan untuk mencaai aliran seragam dan keceatan tinggi yang cuku (mendekati 0 m/detik). Sebuah head bo mesin kertas dierlihatkan ada gambar 4.. kita akan menggambarkan rinsi rinsi bab ini dengan emodelan head bo. Gambar 4. Mesin Kertas Gambar 4. Diagram head bo. ariabel didefinisikan dalam subbab Fase : Menstrukturkan Masalah Ketika mengerjakan ekerjaan emodelan, kesulitan utama adalah emahaman struktur umum: Sinyal sinyal aa yang diminati? (yaitu diangga sebagai outut?) Besaran yang mana yang enting untuk menggambarkan aa yang terjadi dalam sistem? Dari besaran tersebut, mana yang berubah terhada waktu dan mana yang harusnya diangga sebagai variabel variabel internal? Besaran aa yang kurang lebih invarian terhada waktu dan harus diangga sebagai konstanta?

4 ariabel aa yang memengaruhi beberaa variabel yang lain? Hubungan aa yang statis dan mana yang dinamis? (Bandingkan dengan gambar 3.6) Menjawab ertanyaan ertanyaan ini daat membutuhkan emahaman terhada sistem dan kerja lebih banyak, teta selalu erlu sebagai langkah awal dalam emodelan. Ketika memodelkan sistem yang sudah ada, kita sering menggunakan ercobaan sederhana untuk membantu langkah langkah awal ini, contohnya untuk menentukan konstanta waktu dan engaruh sinyal (lihat subbab 8.). Catat bahwa enggunaan yang dimaksudkan dari model harus diketahui ketika kita menjawab ertanyaan ertanyaan tadi. Model yang hanya akan digunakan untuk erhitungan sederhana (aa yang menjadi konstanta waktu yang mendominasi dan erkiraan hasil statis?) daat memerbolehkan endekatan kasar dan daat mengabaikan banyak efek dan variabel. Model yang akan digunakan dalam keutusan desain yang enting membutuhkan erhatian lebih besar ketikan menjawab ertanyaan ertanyaan tersebut. Penggunaaan yang dimaksudkan dari model menentukan komleksitasnya. Dalam ekerjaan emodelan selanjutnya, mungkin setelah awal simulasi, kita memeroleh emahaman lebih dalam mengenai sifat sifat sistem. Kemudian adalah biasa untuk kembali ke taha awal untuk mengubah beberaa keutusan. Dalam beberaa kasus, adalah natural untuk bekerja dengan beberaa model secara aralel. Model model ini daat memiliki komleksitas yang sangat berbeda dan daat digunakan untuk menjawab ertanyaan berbeda. Ketika memodelkan mesin jet, kita kadang kadang menggunakan model dengan ratusan keadaan untuk memelajari masalah termal dan model dengan sejumlah keadaan untuk mendesain regulator. Ketika kita telah memutuskan variabel aa dalam sistem yang diminati, taha selanjutnya adalah memerjelas bagaimana mereka berinteraksi. Pada tahaini yang utama adalah ertanyaan mengenai sebab dan akibat yang dierhatikan. Eksresi kuantitatif, formula dan ersamaan dierkenalkan dalam fase (lihat subbab 4.). Sering kali hasil dari analisis ini ditamilkan sebagai diagram blok (lihat subbab 3.), yang daat dilihat sebagai hasil dan tujuan fase. Merangkum fase dalam emodelan, kita telah menetakan berikut ini:

5 Tentukan outut dan sinyal eksternal untuk model. Putuskan variabel internal aa yang enting untuk menggambarkan sistem. Gambarkan interaksi antara sinyal eksternal, variabel internal dan outut dalam sebuah diagram blok. Kadang kadang, khususnya dalam sistem yang lebih komleks, adalah antas untuk ertama tama membagi sistem kedalam beberaa subsistem dan membagi subsistem lebih lanjut kedalam blok blok. Dalam kasus tersebut kita mengiterasi diantara dua taha tersebut. Contoh Fase : Head Bo Perhatikan head bo ada subbab 4. dan gambar 4.. Kita diberikan data berikut ini: A Inut inut sistem: M: laju aliran udara (aliran massa) (kg/s) Q: laju aliran bubur (aliran volume) (m 3 /s) B Outut sistem: Disini kita daat memilih aa yang kita minati. Outut laju aliran bubur q harus menjadi minat kita, karena ini menentukan aa yang dialirkan kedalam kabel. Dan sesuai ula untuk mengangga ketinggian bubur h sebagai outut, karena akan ada embatasan raktis adanya. Kita juga memilih tekanan lebih e dari landasan udara sebagai outut: q: laju aliran bubur keluaran (aliran volume) (m 3 /s) h: ketinggian bubur (m) e : tekanan lebih landasan udara (N/m ) C Pembagian kedalam subsistem: Adalah alami untuk mengangga bubur kertas dan landasan udara sebagai subsistem terisah. ariabel yang memengaruhi subsistem udara adalam M dan (voluma yang ada), sedangkan subsistem bubur memiliki inut Q dan e. Kita memiliki hubungan berikut ini antara variabel variabel tersebut: M: adalah inut kedalam keseluruhan sistem : tergantung ada ketinggiah bubur h Q: adalah inut kedalam keseluruhan sistem e: adalah outut dari subsistem udara

6 Ini menghasilkan diagram blok ada gambar 4.3. Untuk memeroleh diagram blok yang lebih detail, kita memerkenalkan variabel dan konstanta dari subsistem yang dicari. Gambar 4.3: Diagram blok dari head bo Subsistem Udara Inut: M: aliran masuk udara (kg/s) : volume udara (m 3 ) Outut: P e : tekanan lebih udara (N/m ) ariabel Internal: ρ: keraatan udara (kg/m 3 ) m: massa aliran keluaran udara (kg/s) : tekanan dalam landasan udara (N/m ) N: massa udara dalam landasan udaa (kg) Konstanta: T: temeratur absolut udara (K) (Kita mengangga roses fisis dalam landasan udara adalah isotermal) A : luas otong aliran keluaran udara (m ) R: konstanta gas untuk udara (m /K/s ) P 0 : tekanan atmosfer (N/m )

7 Gambar 4.4 Subsistem udara. III menandai sinyal dari blok III dari gambar 4.3 Subsistem Bubur Inut: Q: laju aliran inut (m 3 /s) P e : tekanan lebih landasan udara (N/m ) Outut: Q: laju aliran keluaran (m 3 /s) H: ketinggaian bubur (m) ariabel internal: H eff : ketinggian efektif bubur (m) (lihat subbab 4.4) : volume bubur (m 3 ) Konstanta: A: luas otong head bo (m ) A : luas otong celah (m ) C: koefisian luas celah (lihat subbab 4.4) : volume total head bo (m 3 ) ρ0: keraatan bubur (kg/m 3 ) (diasumsikan incomressible) g: erceatan gravitasi (m/s ) Beberaa anggaan sederhana sekarang membawa ada diagram blok ada gambar 4.4 dan 4.5.

8 Gambar 4.5. Subsistem Bubur 4.4 Fase : Menyusun Persamaan Persamaan Dasar Kita sekarang harus mentransformasi model diagram blok yang dieroleh dalam fase kedalam model matematis. Kita melakukannya dengan menformulasikan hubungan kuantitatif antara inut dan outut dari blok blok yang berbeda. Dalam fase ini, kita menggunakan engetahuan mengenai mekanika, fisika, ekonomi dan lainnya. Hubungan antara variable sistem daat berbeda jenis. Kadang kadang mereka kembali ada hukum alam yang telah maan seerti hukum Ohm yang mendeskrisikan hubungan antara arus dan tegangan untuk sebuah resistor. Dalam kasus lain hubungan itu mungkin diberikan oleh sebuah kurva hasil ekserimen yang memberikan, sebagai contoh, tekanan ada katu sebagai fungsi aliran. Situasi ketiga terjadi ketika kita menggunakan formula sederhana yang menggambarkan karakter umum dari hubungan tetai secara jelas meruakan endekatan kasar. Ini adalah situasi untuk model ekologis dan model ekonomis dalam subbab. dan.4. Pekerjaan dalam fase adalah sangat tergantung masalah. Bagaimanaun, untuk sistem dalam fisika dan rekayasa kita daat memberikan edoman tertentu untuk organisasi dari ekerjaan. Samai keadaan tersebut kita mencatat bahwa hubungan antara besaran fisis biasanya daat dibagi kedalam dua gru: hukum konservasi dan hubungan konstitutif.. Hukum konservasi menghubungkan besaran yang sejenis. Contoh umum adalah sebagai berikut: Daya masuk daya keluar energi yang disiman tia satuan waktu Laju aliran inut laju aliran outut volume yang disiman tia unit waktu Laju aliran massa inut laju aliran massa outut massa yang disiman tia unit waktu

9 Hukum Kirchhoff (jumlah arus ada sebuah titik ertemuan adalah nol, jumlah semua tegangan dalam sirkuit adalah nol) adalah juga contoh hukum konservasi. Hukum konservasi menyatakan konservasi sejumlah besaran fisis dasar: konservasi energi, massa, elektron (hukum Kirchhoff) dan sebagainya.. Hubungan konstitutif menghubungkan besaran yang berbeda jenis. Contohnya adalah hubungan antara tegangan dan arus ada resistor, kaasitor dan induktor, hubungan antara ketinggian dan arus keluaran dalam tangki dan hubungan antara enurunan tekanan dan aliran ada sebuah katu. Hubungan konstitutif sering menggambarkan sifat sifat bahan tertentu atau komonen tertentu atau blok didalam sistem. Ini digambarkan dalam gambar 4.6. Catat bahwa hubunganini adalah statis ada variabel yang diilih. Dari sudut andang engguna tidak ada erbedaan mendasar antara hukum alam ada gambar 4.6a dan kurva ekserimen (atau tabel) ada gambar 4.6b, yang adalah sesifik untuk katu tertentu. Dalam raktek tentu lebih mudah untuk menggunakan hubungan linier yang sederhana. Hubungan konstitutif, seerti yang ada gambar 4.6, selalu meruakan endekatan. Ketidakakuratan tergantung ada tie sistem dan ketelitian dalam menentukan kurvanya. Catatan: Untuk alasan raktis, kita akan juga mengangga hubungan yang mengikuti definisi sebagai hubungan konstitutif. Kurva dalam gambar 4.6c misalnya, daat dieroleh dari konservasi energi (a) (b)

10 (c) (d) Gambar 4.6 Hubungan Konstitutif. (a) arus sebagai fungsi tegangan ada resistor (b) aliran sebagai fungsi luas ada katu (c) aliran outut sebagai fungsi ketinggan ada tangki (d) tekanan sebagai fungsi volume gas ideal ada suhu konstan (Semua variabel dinormalisasi ada internal 0 ) Cara memformulasi yang baik ersamaan dasar dari sebuah blok adalah sebagai berikut: Tuliskan hukum konservasi yang relevan untuk blok/subsistem Gunakan hubungan konstitutif yang sesuai untuk menyatakan hukum konservasi dalam variabel model. Hitung dimensi besaran besaran yang berbeda sebagai engecekan. Kita menggambarkan rosedur tersebut menggunakan contoh head bo. Contoh Fase : Head Bo Kita melanjutkan contoh dari gambar 4.4 dan 4.5. Kita memeroleh hasil berikut untuk susbsistem yang berbeda. Sistem Udara I + II Hukum konservasi (konservasi massa) Hubungan konstitutif. N M m (4.) N ρ. (masa keraatan. volume) (4.3). ρ (tekanan) (4.4) R T. Aliran massa m ditentukan dengan hukum Bernoulli untuk gas: m a e ρ (4.5)

11 Tekanan total adalah jumlah tekanan atmosfer dan tekanan lebih: e + o (4.6) Subsistem Bubur Kertas II + I + Hukum konservasi (konservasi volume). Q q (4.7) Hubungan konstitutif Ah (volume luas. tinggi) (4.8) (4.9) Aliran q ditentukan oleh hukum Bernoulli, seerti ada subbab.3. Yang memerumit adalah tekanan lebih diatas bubur kertas. Mengkonversikan tekanan ini menjadi ketinggian bubur efektif, kita eroleh Aliran keluar head bo sekarang menjadi h eff e h + (4.0) ρg Koefisien C mengkomensasi fakta bahwa hukum Bernoulli valid hanya ada lubang dengan luas enamang kecil dan untuk aliran tana energi hilang. Kita definisikan luas enamang efektif Ca (m ), dimana a adalah luas geometris. q a C. h g (4.). eff 4.5 Fase 3: Membentuk Model Ruang-Keadaan Setelah fase kita memeroleh, singkat kata, sebuah model matematis untuk sistem. Persamaan ersamaan itu sering tak terstruktur, bagaimanaun, dan tidak mudah untuk lanjut dari fase ke simulasi. Dalam contoh kita bahas dalam sub bab terakhir, hasil dari fase adalah 0 ersamaan. Secara jelas ini daat diorganisasikan dengan lebih baik. Dalam subbab ini kita akan mendemonstrasikan bagaimana berangkat dari fase menuju model ruang-keadaan dalam bentuk (4.). Rese umum adalah jelas:. Pilih suatu set variabel keadaan. Nyatakan turunan waktu tia variabel keadaan dengan bantuan variabel keadaan dan inut

12 3. Nyatakan outut sebagai fungsi variabel keadaan dan inut. Jika taha dan 3 berhasil, kita memiliki deskrisi ruang-keadaan seerti ada (4.). Kesulitan kesulitan dalam rosedur ini secara jelas terletak ada taha. Bagaimana kita memilih variabel state? Sebagai edoman, berguna untuk mengingat interretasi keadaan (lihat subbab 3.4). ariabel keadaan mewakili memory aa yang telah terjadi sebelumnya. Semua variabel internal berkaitan dengan enyimanan besaran besaran yang berbeda adalah kandidat untuk eran sebagai variabel keadaan. Contoh 4.. Besaran Disiman Berikut ini adalah contoh contoh besaran yang disiman: Posisi massa titik (energi otensial tersiman) Keceatan massa titik (energi kinetic tersiman) Muatan Kaasitor (energi medan listrik tersiman) Arus melalui induktor (energi medan magnet tersiman) Temeratur (energi termal tersiman) Ketinggian tangki (volume tersiman) Aturan lain adalah bahwa variabel internal, yang turunan waktunya terjadi dalam ersamaan ada fase, adalah variabel keadaan yang cocok. Ketika membentuk model ruang-keadaan (4.), tidak erlu untuk mengumulkan semua formula dan ersamaan bersama-sama kedalam satu (bernilai vektor) ersamaan. Untuk sistem yang lebih besar sering lebih menguntungkan untuk membuat model ruangkeadaan terisah untuk beberaa subsistem dan kemudian menghubungkannya berdasarkan diagram blok. Model termodularkan seerti ini memungkinkan untuk memeriksa (dalam simulasi) aa yang terjadi ketika blok tertentu digantikan oleh blok lain. Contoh Fase 3: Head Bo Diandu dengan diskusi dalam subbab sebelumnya, kita membuat ilihan berikut ini sebagai variabel keadaan: (olume bubur kertas)

13 N (Masa udara) Kita sekarang harus mengeksresikan turunan waktu dan dengan hanya menggunakan,, M, Q, dan konstanta. ( ) o o e RT A g C a Q RT A g C a Q hg C a Q q Q ρ ρ ρ ρ (4.) Disini kita telah menggunakan taha taha berurutan (4.7), (4.0), (4.), (4.8) dan (4.4), (4.6) dan (4.9), (4.8). ( ).. RT a M N N RT a M a M m M N o o o ρ (4.3) Disini ersamaan ersamaan berikut ini digunakan: (4.), (4.5), (4.6) (4.3), (4.4) dan (4.8), (4.9). Outut dihitung dalam cara yang sama: / + o RT A g C a q ρ (4.4) e o RT (4.5) A h (4.6) Persamaan (4.), (4.3) dan (4.4)-(4.6) sekarang membentuk sebuah model ruangkeadaan untuk head bo,dan kita telah mencaai tujuan dari emodelan. Jumlah ariabel Keadaan Sangat mudah untuk memeriksa aakah kita telah memilih cuku variabel keadaan. Tesnya adalah turunan waktu daat dieksresikan dengan hanya menggunakan

14 variabel keadaan dan inut ada sistem, bersama sama dengan besaran konstan. Ini daat lebih sulit untuk daat menentukan jika ada variabel keadaan yang tidak dierlukan. Dalam contoh head bo kita, N,,, dan h adalah kandidat memungkinkan sebagai variabel keadaan. Kita lihat secara langsung dari (4.8) bahwa tidak erlu untuk menetakan dan h menjadi variabel keadaan. Disaming itu, tidak mudah, bagaimanaun, untuk melihat variabel mana yang redundan. Untuk model ruang-keadaan linier ada beberaa tes berdasarkan rangking matriks tertentu untuk menentukan jika kita memiliki jumlah keadaan minimal. Test berkaitan untuk sistem nonlinier lebih sulit untuk dilakukan, baik dari sudut andang metematis dan komutasi. Bagaimanaun, ketika model digunakan dalam simulasi, satu-satunya kerugian (secara rinsi) dari terlalu banyak variabel keadaa adalah bahwa komutasi yang tidak erlu telah dilakukan. Hasil simulasi adalah sama untuk keduanya.

BAB VI HUKUM KEKEKALAN ENERGI DAN PERSAMAAN BERNOULLI

BAB VI HUKUM KEKEKALAN ENERGI DAN PERSAMAAN BERNOULLI BAB VI HUKUM KEKEKALAN ENERGI DAN PERSAMAAN BERNOULLI Tujuan Intruksional Umum (TIU) Mahasiswa diharakan daat merencanakan suatu bangunan air berdasarkan konse mekanika luida, teori hidrostatika dan hidrodinamika.

Lebih terperinci

Pembicaraan fluida menjadi relatif sederhana, jika aliran dianggap tunak (streamline atau steady)

Pembicaraan fluida menjadi relatif sederhana, jika aliran dianggap tunak (streamline atau steady) DINAMIKA FLUIDA Hidrodinamika meruakan cabang mekanika yang memelajari fluida bergerak (gejala tentang fluida cuku komleks) Pembicaraan fluida terdaat bermacam-macam antara lain: - dari jenis fluida (kental

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryatno Sudirham Studi Mandiri Integral dan Persamaan Diferensial ii Darublic BAB 3 Integral (3) (Integral Tentu) 3.. Luas Sebagai Suatu Integral. Integral Tentu Integral tentu meruakan integral yang

Lebih terperinci

BAB III STATIKA FLUIDA

BAB III STATIKA FLUIDA A STATKA LUDA Tujuan ntruksional Umum (TU) Mahasiswa diharakan daat merencanakan suatu bangunan air berdasarkan konse mekanika fluida, teori hidrostatika dan hidrodinamika Tujuan ntruksional Khusus (TK)

Lebih terperinci

Acoustics An Introduction by Heinrich Kuttruff

Acoustics An Introduction by Heinrich Kuttruff Acoustics An Introduction by Heinrich Kuttruff Diterjemahkan oleh : Okta Binti Masfiatur Rohmah Fisika, FMIPA, Universitas Sebelas Maret, 1 Bab 4 4.1 Solusi dari ersamaan gelombang 48 4. Gelombang harmonik

Lebih terperinci

BAB 3 PENGEMBANGAN TEOREMA DAN PERANCANGAN PROGRAM

BAB 3 PENGEMBANGAN TEOREMA DAN PERANCANGAN PROGRAM BAB 3 PENGEMBANGAN TEOREMA DAN PERANCANGAN PROGRAM 3.1. Pengembangan Teorema Dalam enelitian dan erancangan algoritma ini, akan dibahas mengenai beberaa teorema uji rimalitas yang terbaru. Teorema-teorema

Lebih terperinci

PRINSIP PRINSIP PEMOD O ELA L N F I F S I IS

PRINSIP PRINSIP PEMOD O ELA L N F I F S I IS PRINSIP PRINSIP PEMODELAN FISIS Tig fse dlm menci model mtemtik Menyusun mslh secr terstruktur Meformulsikn ersmn ersmn dsr Membentuk model rung-kedn Pemodeln Hed Bo Mesin Kerts Mesin Kerts Digrm hed bo

Lebih terperinci

V L R = ρ. B. (1) dan (3) C. (2) dan (3) D. (1) E. (2) 1. Karena pengaruh panjang penghantar, pada

V L R = ρ. B. (1) dan (3) C. (2) dan (3) D. (1) E. (2) 1. Karena pengaruh panjang penghantar, pada . Karena engaruh anjang enghantar, ada i rangkaian listrik timbul arus sebesar 400 m. Uaya yang daat dilakukan agar kuat arusnya menjadi 800 m adalah.. anjang enghantar ditambah menjadi dua kalinya B.

Lebih terperinci

BAB III PROSES TERMODINAMIKA GAS SEMPURNA

BAB III PROSES TERMODINAMIKA GAS SEMPURNA BAB III PROSES ERMODINAMIKA GAS SEMPURNA Proses emanasan dan eksansi gas secara umum bisa didefinisikan sebagai roses termodinamika. Dari engamatan, sebagai hasil dari aliran energi, erubahan terjadi ada

Lebih terperinci

UNJUKKERJA TURBIN AIR MIKRO ALIRAN SILANG TERHADAP VARIASI SUDUT SUDU JALAN (RUNNER) PADA DEBIT KONSTAN UNTUK PLTMH

UNJUKKERJA TURBIN AIR MIKRO ALIRAN SILANG TERHADAP VARIASI SUDUT SUDU JALAN (RUNNER) PADA DEBIT KONSTAN UNTUK PLTMH A.15. Unjukkerja Turbin Air Mikro Aliran Silang Terhada Variasi Sudut Sudu Jalan... (Yusuf Dewantara Herlambang) UNJUKKERJA TURBIN AIR MIKRO ALIRAN SILANG TERHADA VARIASI SUDUT SUDU JALAN (RUNNER) ADA

Lebih terperinci

8. Rangkaian Arus Searah, Pemroses Energi

8. Rangkaian Arus Searah, Pemroses Energi ntroduction to ircuit nalysis Time Domain www.dirhamblora.com 8. angkaian rus Searah, Pemroses Energi Kita mengetahui bahwa salah satu bentuk gelombang dasar adalah bentuk gelombang anak tangga. Di bagian

Lebih terperinci

SOAL PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 Pekan X. Dosen Penguji : Dr. Rinto Anugraha

SOAL PEMBINAAN JARAK JAUH IPhO 2017 Pekan X. Dosen Penguji : Dr. Rinto Anugraha SOAL PEMBINAAN JAAK JAUH IPhO 017 Pekan X Dosen Penguji : Dr. into Anugraha Bagian A Efek Fotolistrik dan Emisi Termionik Dalam suatu ekserimen fotolistrik, ermukaan logam Natrium dikenai cahaya monokromatik

Lebih terperinci

BAB LISTRIK DINAMIS. (a) Rapat arus dapat dihitung dengan persamaan berikut : (c) Banyaknya elektron yang menghasilkan muatan 0,61 C adalah.

BAB LISTRIK DINAMIS. (a) Rapat arus dapat dihitung dengan persamaan berikut : (c) Banyaknya elektron yang menghasilkan muatan 0,61 C adalah. BB LSTK DNMS Contoh. Kuat arus listrik yamg mengalir ada suatu kabel yang luas enamang kawatnya 0, mm dalam suatu rangkaian elektronika adalah 0,7 m. Beraakah (a) raat arusnya? (b) Dalam satuan jam, beraakah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan jalur terendek (Shortest Path) meruakan suatu jaringan engarahan erjalanan dimana seseorang engarah jalan ingin menentukan jalur terendek antara dua kota

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Drs. C. Jacob, M.Pd

PENDAHULUAN Drs. C. Jacob, M.Pd PENDAHULUAN Drs. C. Jacob, M.Pd Email: cjacob@ui.edu. Pengantar Umum Untuk mengerti matematika tertulis, kita harus mengerti aa yang membuat suatu argumen matematis benar, yaitu, suatu bukti. Untuk elajaran

Lebih terperinci

PEMODELAN PENJADWALAN MATA PELAJARAN DENGAN INTEGER PROGRAMMING

PEMODELAN PENJADWALAN MATA PELAJARAN DENGAN INTEGER PROGRAMMING PEMODELAN PENJADWALAN MATA PELAJARAN DENGAN INTEGER PROGRAMMING Dian Permata Sari, Sri Setyaningsih, dan Fitria Virgantari. Program Studi Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

Siklus Carnot dan Hukum Termodinamika II

Siklus Carnot dan Hukum Termodinamika II Siklus Carnot dan Hukum Termodinamika II Siklus Carnot Siklus adalah suatu rangkaian roses sedemikian rua sehingga akhirnya kembali keada keadaan semula. Perhatikan Gambar 1! Gambar 1. Siklus termodinamika.

Lebih terperinci

Jawab: ε = bila kita substitusi v = 2v, dan l = l Bv = ½ ε A. 1 A B. 0,8 A C. 0,5 A. 1 ε D. 0,4 A E. 0,3 A. Jadi ε = Jawab: B.

Jawab: ε = bila kita substitusi v = 2v, dan l = l Bv = ½ ε A. 1 A B. 0,8 A C. 0,5 A. 1 ε D. 0,4 A E. 0,3 A. Jadi ε = Jawab: B. . Sebuah transformator menurunkan tegangan listrik bolak balik dari 0 menjadi 0. Efisiensi transformator 0%. Jika kuat arus yang mengalir ada kumaran sekunder, A maka kuat arus ada kumaran rimer adalah

Lebih terperinci

BAB 3. Perhitungan Perubahan Entalpi

BAB 3. Perhitungan Perubahan Entalpi BAB Perhitungan Perubahan Entali.1. ransisi Fasa ransisi Fasa terjadi dari fasa adat menjadi fasa air, dari fasa air menjadi fasa gas, dan sebaliknya. Pada roses transisi ini terjadi erubahan entali (dan

Lebih terperinci

Dika Dwi Muharahman*, Nurul Gusriani, Elis Hertini. Departemen Matematika, Universitas Padjadjaran *E mail:

Dika Dwi Muharahman*, Nurul Gusriani, Elis Hertini. Departemen Matematika, Universitas Padjadjaran *E mail: Perubahan Perilaku Pengguna nstant Messenger dengan Menggunakan Analisis Koresondensi Bersama (Studi Kasus Mahasiswa di Program Studi S-1 Matematika FMPA Unad) Dika Dwi Muharahman*, Nurul Gusriani, Elis

Lebih terperinci

Biaya Modal (Cost of Capital)

Biaya Modal (Cost of Capital) Bahan Ajar : Manajemen Keuangan II Digunakan untuk melengkai buku wajib Disusun oleh: Nila Firdausi Nuzula Biaya Modal (Cost of Caital) Caital Budgeting dan Cost of Caital (CoC) meruakan dua konse yang

Lebih terperinci

Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield

Algoritma Jaringan Syaraf Tiruan Hopfield 2.6. Jaringan Saraf Tiruan Hofield Jaringan syaraf Tiruan Hofield termasuk iterative autoassociative network yang dikembangkan oleh Hofield ada tahun 1982, 1984. Dalam aringan Hofield, semua neuron saling

Lebih terperinci

III. PEMBAHASAN. dimana, adalah proses Wiener. Kemudian, juga mengikuti proses Ito, dengan drift rate sebagai berikut: dan variance rate yaitu,

III. PEMBAHASAN. dimana, adalah proses Wiener. Kemudian, juga mengikuti proses Ito, dengan drift rate sebagai berikut: dan variance rate yaitu, 4 masing menyatakan drift rate dan variance rate dari. Untuk roses stokastik yang didefinisikan ada ruang robabilitas (Ω,, berlaku hal berikut: Misalkan adalah roses Wiener ada (Ω,,. Integral stokastik

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang Masalah Bab I Pendahuluan I. Latar Belakang Masalah Dalam beberaa tahun terakhir ini, roses emonitoran kestabilan barisan matriks korelasi mendaatkan erhatian yang amat serius dalam literatur, terutama dalam literatur

Lebih terperinci

GELOMBANG BUNYI. Cepat rambat bunyi di udara yang dipengaruhi oleh tekanan dinyatakan dengan persamaan : pada gas ideal ; M

GELOMBANG BUNYI. Cepat rambat bunyi di udara yang dipengaruhi oleh tekanan dinyatakan dengan persamaan : pada gas ideal ; M SMK Negeri Rangkasbitung GELOMBANG BUNYI Bunyi meruakan salah satu bentuk gelombang mekanik, yaitu gelombang yang memerlukan medium sebagai erambatannya. Bunyi yang merambat ada medium udara bentuknya

Lebih terperinci

DESAIN KOMPENSATOR KAWASAN FREKUENSI. Dalam bab terdahulu, telah dipelajari analisa TKA dan prosedur desain. Desain

DESAIN KOMPENSATOR KAWASAN FREKUENSI. Dalam bab terdahulu, telah dipelajari analisa TKA dan prosedur desain. Desain DESAIN KOMPENSATOR KAWASAN FREKUENSI Dalam bab terdahulu, telah dielajari analisa TKA dan rosedur desain. Desain TKA telah ditamilkan sebagai metode untuk menangani tanggaan eralihan (transien) sistem

Lebih terperinci

oleh seperangkat variabel X, maka persamaan di atas dinamakan persamaan struktural, dan modelnya disebut model struktural.

oleh seperangkat variabel X, maka persamaan di atas dinamakan persamaan struktural, dan modelnya disebut model struktural. ANALISIS JALUR A. PENGERTIAN ANALISIS JALUR Telaah statistika menyatakan bahwa untuk tujuan eramalan/ endugaan nilai Y atas dasar nilai-nilai X 1, X,., X i, ola hubungan yang sesuai adalah ola hubungan

Lebih terperinci

D I C. I d Arus Kontrol. Tegangan Kontrol

D I C. I d Arus Kontrol. Tegangan Kontrol B a b 5 Field Effect Transistor (FET) Jenis lain dari transistor adalah Field Effect Transistor (FET). Perbedaan utama antara BJT dan FET adalah engontrol kerja dari transistor tersebut. Jika BJT kerjanya

Lebih terperinci

APLIKASI DISCOUNTED CASH FLOW PADA KONTROL INVENTORY DENGAN BEBERAPA MACAM KREDIT PEMBAYARAN SUPPLIER

APLIKASI DISCOUNTED CASH FLOW PADA KONTROL INVENTORY DENGAN BEBERAPA MACAM KREDIT PEMBAYARAN SUPPLIER Program Studi MMT-ITS, Surabaya Agustus 9 APLIKASI ISOUNTE ASH FLOW PAA KONTROL INVENTORY ENGAN BEBERAPA MAAM KREIT PEMBAYARAN SUPPLIER Hansi Aditya, Rully Soelaiman Manajemen Teknologi Informasi MMT -

Lebih terperinci

BAB II MODEL EVAPORASI DALAM INTI MAJEMUK

BAB II MODEL EVAPORASI DALAM INTI MAJEMUK BAB II MODL VAPORASI DALAM INTI MAJMUK. Model Weiskof-wing Pada akhir dari taha re-equilibrium, recidual nucleus seharusnya tertinggal ada taha equilibrium., dimana energi eksitasi * terbagi oleh banyaknya

Lebih terperinci

Xpedia Fisika DP SNMPTN 07

Xpedia Fisika DP SNMPTN 07 Xpedia Fisika D SMT 07 Doc. ame: XFIS9912 Version: 2012-07 halaman 1 Untuk soal nomor 1 s.d. 3: ertanyaan merujuk pada gambar di bawah yang menunjukkan gelombang longitudinal bergerak melalui air dalam

Lebih terperinci

RADIASI BENDA HITAM DAN TEORI PLANCK

RADIASI BENDA HITAM DAN TEORI PLANCK RADIASI BENDA HITAM DAN TEORI PLANCK OLEH : STEVANUS ARIANTO RADIASI GEM HUKUM WIEN EFEEKFOTO LISTRIK HASIL PERCOBAAN EFFEK FOTO LISTRIK ENERGI KINETIK F O T O N SIFAT KEMBAR CAHAYA HIPOTESA DE BROGLIE

Lebih terperinci

Hasil Kali Dalam Berbobot pada Ruang L p (X)

Hasil Kali Dalam Berbobot pada Ruang L p (X) Hasil Kali Dalam Berbobot ada Ruang L () Muhammad Jakfar, Hendra Gunawan, Mochammad Idris 3 Universitas Negeri Surabaya, muhammadjakfar@unesa.ac.id Institut Teknologi Bandung, hgunawan@math.itb.ac.id 3

Lebih terperinci

II. Persamaan Keadaan

II. Persamaan Keadaan II. ersamaan Keadaan Bahasan entang:.1. ersamaan keadaan gas ideal dan diagram -v-.. endekatan persamaan keadaan gas real.3. Ekspansi dan Kompresibilitas.4. Konstanta kritis gas van der Waals.5. Hubungan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS RANTAI MARKOV PADA PERAMALAN PANGSA PASAR

BAB III ANALISIS RANTAI MARKOV PADA PERAMALAN PANGSA PASAR BAB III ANALISIS RANTAI MARKOV PADA PERAMALAN PANGSA PASAR Berdasarkan ada bab sebelumnya, ada bab ini akan dijelaskan enetaan atribut-atribut (keseakatan istilah) yang akan digunakan, serta langkah-langkah

Lebih terperinci

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral Studi Mandiri Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral oleh Sudaratno Sudirham i Hak cita ada enulis, SUDIRHAM, SUDARYATNO Fungsi dan Grafik, Diferensial dan Integral Oleh: Sudaratmo Sudirham Darublic,

Lebih terperinci

Inisiasi 2 (MATERI ENERGI GELOMBANG)

Inisiasi 2 (MATERI ENERGI GELOMBANG) Inisiasi 2 (MATEI ENEGI GELMBANG) Saudara mahasiswa, calon endidik bangsa, selamat bertemu dalam kegiatan tutorial online kedua. Untuk kegiatan kali ini, kita akan berdiskusi tentang gelombang, teatnya

Lebih terperinci

FLUIDA STATIK. Dengan demikian gaya-gaya yang bekerja hanya gayagaya normal yaitu gaya tekan yang bekerja tegak lurus pada permukaannya.

FLUIDA STATIK. Dengan demikian gaya-gaya yang bekerja hanya gayagaya normal yaitu gaya tekan yang bekerja tegak lurus pada permukaannya. FLUID STTIK Fluida statik meruakan bagian dari hidrolika yang memelajari gaya-gaya tekan cairan dalam keadaan diam. Karena cairan dalam keadaan diam maka tidak terdaat geseran baik antara laisan cairan

Lebih terperinci

MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA

MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA 13321070 4 Konsep Dasar Mekanika Fluida Fluida adalah zat yang berdeformasi terus menerus selama dipengaruhi oleh suatutegangan geser.mekanika fluida disiplin ilmu

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH (CIV -205)

MEKANIKA TANAH (CIV -205) MEKANIKA TANAH (CIV -205) OUTLINE Dasar-dasar konsolidasi tanah Proses konsolidasi Teori Terzaghi Uji konsolidasi dilaboratorium Intreetasi data hasil uji lab KOMPONEN PENURUNAN TANAH Penambahan beban

Lebih terperinci

PERBAIKAN TEGANGAN BUS AKIBAT GANGGUAN KONTINGENSI DENGAN MENGGUNAKAN INJEKSI SUMBER DAYA REAKTIF. Yasin Mohamad, ST.

PERBAIKAN TEGANGAN BUS AKIBAT GANGGUAN KONTINGENSI DENGAN MENGGUNAKAN INJEKSI SUMBER DAYA REAKTIF. Yasin Mohamad, ST. PERBAIKAN TEGANGAN BUS AKIBAT GANGGUAN KONTINGENSI DENGAN MENGGUNAKAN INJEKSI SUMBER DAYA REAKTIF Yasin Mohamad, ST., MT 1 INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui erubahan-erubahan tegangan

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM. Pemodelan & simulasi TM05

PEMODELAN SISTEM. Pemodelan & simulasi TM05 PEMODELAN SISTEM Pemodelan & simulasi TM5 Pemodelan Sistem isik Pemodelan matematis dari sebuah sistem diperoleh dengan mengaplikasikan hukum-hukum fisika yang secara natural mengatur komponen-komponen

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergeseran Kesetimbangan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pergeseran Kesetimbangan Standar Kometensi Kometensi Dasar Menjelaskan kinetika dan kesetimbangan reaksi kimia serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Menjelaskan engertian reaksi kesetimbangan. Menyelidiki faktor-faktor yang

Lebih terperinci

BAB 4 MODEL RUANG KEADAAN (STATE SPACE)

BAB 4 MODEL RUANG KEADAAN (STATE SPACE) BAB 4 MODEL RUANG KEADAAN (STATE SPACE) KOMPETENSI Kemampuan untuk menjelaskan pengertian tentang state space, menentukan nisbah alih hubungannya dengan persamaan ruang keadaan dan Mengembangkan analisis

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. MEODOLOGI PENELIIAN A. WAKU DAN EMPA Penelitian dilakukan di UP F echnoark Fakultas eknologi Pertanian (FAEA), Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor. Penelitian ini dilakukan selama bulan Maret -

Lebih terperinci

BAB 8 RANGKAIAN TIGA FASE

BAB 8 RANGKAIAN TIGA FASE BAB 8 RANGKAAN TGA FASE 8.1 Pendahuluan Dalam rangkaian-rangkaian sebelumnya yang diergunakan sebagai sumber tegangan adalah sumber tegangan satu fase, dimana sumber tegangan (generatr) dihubungkan kebeban

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk berkunjung ke suatu negara. Permintaan pariwisata biasanya diukur dari segi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk berkunjung ke suatu negara. Permintaan pariwisata biasanya diukur dari segi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permintaan Pariwisata Pariwisata mamu mencitakan ermintaan yang dilakukan oleh wisatawan untuk berkunjung ke suatu negara. Permintaan ariwisata biasanya diukur dari segi jumlah

Lebih terperinci

ANALISIS TRANSPORTASI DAN INSTALASI RIGID RISER PADA SISTEM FREE STANDING HYBRID RISER

ANALISIS TRANSPORTASI DAN INSTALASI RIGID RISER PADA SISTEM FREE STANDING HYBRID RISER ANALISIS TRANSPORTASI DAN INSTALASI RIGID RISER PADA SISTEM FREE STANDING HYBRID RISER Yonathan Mozes Mandagi 1, Paramashanti 2 1 Program Studi Teknik Kelautan, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganeca 10

Lebih terperinci

PETA KENDALI X DENGAN UKURAN SAMPEL DAN INTERVAL PENGAMBILAN SAMPEL YANG BERVARIASI

PETA KENDALI X DENGAN UKURAN SAMPEL DAN INTERVAL PENGAMBILAN SAMPEL YANG BERVARIASI JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 2, NO. 2, DESEMBER 2: 72-83 PETA KENDALI X DENGAN UKURAN SAMPEL DAN INTERVAL PENGAMBILAN SAMPEL YANG BERVARIASI Pauline Astari Singgih Dosen Fakultas Teknologi Industri, Jurusan

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB 1. Pendahuluan. 1. BAB 2. Sifat-sifat Gas Sempurna. 14. BAB 3. Proses Termodinamika Gas Sempurna. 26. BAB 4. Entropi Gas Sempurna.

DAFTAR ISI. BAB 1. Pendahuluan. 1. BAB 2. Sifat-sifat Gas Sempurna. 14. BAB 3. Proses Termodinamika Gas Sempurna. 26. BAB 4. Entropi Gas Sempurna. DAFAR ISI BAB. Pendahuluan. BAB. Sifat-sifat Gas Semurna. BAB. Proses ermodinamika Gas Semurna. 6 BAB. Entroi Gas Semurna. BAB 5. Sifat-sifat Zat Murni. 59 BAB 6. Siklus Udara ermodinamika. 66 Asyari-Daryus,

Lebih terperinci

TEORI BAHASA DAN AUTOMATA

TEORI BAHASA DAN AUTOMATA MODUL IV TEORI BAHASA DAN AUTOMATA Tujuan : Mahasiswa memahami teknik translasi NFA ke DFA dan daat menerakannya. Materi : Pengertian ekivalensi Langkah-langkah engubahan EKIVALENSI NON-DETERMINISTIC FINITE

Lebih terperinci

Nama : Mohammad Syaiful Lutfi NIM : D Kelas : Elektro A

Nama : Mohammad Syaiful Lutfi NIM : D Kelas : Elektro A Nama : Mohammad Saiful Lutfi NIM : D46 Kelas : Elektro A RANGKUMAN MATERI MOMENTUM SUDUT DAN BENDA TEGAR Hukum kekalan momentum linier meruakan salah satu dari beberaa hukum kekalan dalam fisika. Dalam

Lebih terperinci

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 5 NO. 1 MARET 2012

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 5 NO. 1 MARET 2012 PERANCANGAN KENDALI PID DIGITAL PADA KELUARAN BUCK KONVERTER BERDASARKAN PERUBAHAN BEBAN Irma Husnaini ABSTRACT This research about design of digital Proortional Integral Derivative (PID) controller to

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB TINJAUAN PUSTAKA.1. Pondasi Pondasi meruakan bagian aling dasar dari suatu struktur yang berfungsi untuk memikul beban dan kemudian meneruskannya ke tanah. Secara umum, berdasarkan kedalamannya ondasi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH BEBAN PANAS (Q) TERHADAP KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI NATURAL PELAT DATAR

ANALISIS PENGARUH BEBAN PANAS (Q) TERHADAP KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI NATURAL PELAT DATAR ANALISIS PENGARUH BEBAN PANAS (Q) TERHADAP KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI NATURAL PELAT DATAR Pieter W. Teteleta * Abstract Exerimental studies conducted to investigate the effect of a flat late

Lebih terperinci

SIMAK UI Fisika

SIMAK UI Fisika SIMAK UI 2016 - Fisika Soal Halaman 1 01. Fluida masuk melalui pipa berdiameter 20 mm yang memiliki cabang dua pipa berdiameter 10 mm dan 15 mm. Pipa 15 mm memiliki cabang lagi dua pipa berdiameter 8 mm.

Lebih terperinci

BAHAN AJAR DIKLAT GURU MATEMATIKA

BAHAN AJAR DIKLAT GURU MATEMATIKA BAHAN AJAR DIKLAT GURU MATEMATIKA DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN 005 Daftar Isi Kata Pengantar i Daftar Isi ii

Lebih terperinci

IV PEMBAHASAN. 4.1 Penentuan Titik Tetap Model Dinamika Virus HIV Titik tetap persamaan (3.1) diperoleh dengan menentukan dt 0, dt *

IV PEMBAHASAN. 4.1 Penentuan Titik Tetap Model Dinamika Virus HIV Titik tetap persamaan (3.1) diperoleh dengan menentukan dt 0, dt * 6 IV PEMBAHASAN 4. Penentuan Titik Teta Model Dinamika Titik teta ersamaan (3. dieroleh dengan menentukan dt, dt dan dv. Sehingga menurut ersamaan tersebut dieroleh titik teta s d N s dt T, T, V, T, kn

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika 25 BAB 3 DINAMIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya pada benda diam 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gaya dan percepatan benda 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 007/008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA F I S I K A PROGRAM STUDI IPA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan persiapan

Lebih terperinci

dan penggunaan angka penting ( pembacaan jangka sorong / mikrometer sekrup ) 2. Operasi vektor ( penjumlahan / pengurangan vektor )

dan penggunaan angka penting ( pembacaan jangka sorong / mikrometer sekrup ) 2. Operasi vektor ( penjumlahan / pengurangan vektor ) 1. 2. Memahami prinsipprinsip pengukuran dan melakukan pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak langsung secara cermat, teliti, dan obyektif Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam

Lebih terperinci

Pertanyaan berhubungan dengan gambar di bawah ini serta pilihan yang ada.

Pertanyaan berhubungan dengan gambar di bawah ini serta pilihan yang ada. Pertanyaan 01-03 berhubungan dengan gambar di bawah ini serta pilihan yang ada. 01. Sebuah proyektil diluncurkan pada sebuah sudut dari arah horizontal. Asumsikan hambatan udara bisa diabaikan. Mana yang

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Model Matematik Sistem Elektromekanik

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Model Matematik Sistem Elektromekanik Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Model Matematik Sistem Elektromekanik Elektro Plunger Motor DC 2 Pada bagian ini akan dibahas mengenai pembuatan model matematika dari sistem elektromekanika

Lebih terperinci

Tuning Parameter Kontrol Proporsional Integral Menggunakan Sugeno Fuzzy Inference System

Tuning Parameter Kontrol Proporsional Integral Menggunakan Sugeno Fuzzy Inference System uning Parameter ontrol Proorsional Integral Menggunakan Sugeno Fuzzy Inference System Wahyudi Iwan Setiawan Eduward igor Abstract PI (Proortional-Interal) controller is a control method that have been

Lebih terperinci

Input. Message. Input. Tranducer. Speech, Music Pressure etc FOUND DOG FOUND DOG FOUND DOG

Input. Message. Input. Tranducer. Speech, Music Pressure etc FOUND DOG FOUND DOG FOUND DOG ENGNTR TELEKOMUNIKSI ENGNTR TELEKOMUNIKSI 4 Blok Diagram Sistem Komunikasi Inut Message Gangguan Transmisi Message signal nalog Digital Inut Tranducer Transmitted Signal Transmitter Received Signal Channel

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Pemilahan Data

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Pemilahan Data BAB 3 PEMBAHASAN 3.1 Pemilahan Data Pemilahan data dilakukan untuk menentukan data mana saja yang akan diolah. Dalam enelitian ini, data yang diikutsertakan dalam engolahan ditentukan berdasarkan teori

Lebih terperinci

KERANGKA TEORITIS. pemasaran, stok, impor dan ekspor beras Indonesia saling terkait secara simultan

KERANGKA TEORITIS. pemasaran, stok, impor dan ekspor beras Indonesia saling terkait secara simultan III. KERANGKA TEORITIS Berdasarkan tinjauan ustaka yang telah dikemukakan maka disimulkan bahwa antara komonen enawaran, ermintaan, harga, endaatan etani, marjin emasaran, stok, imor dan eksor beras Indonesia

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN OLEH: NIKI WINDA RUKMINI NPM:

ARTIKEL PENELITIAN OLEH: NIKI WINDA RUKMINI NPM: ARTIKEL PENELITIAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS CERITA PENDEK DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK MELALUI METODE INKUIRI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 33 PADANG OLEH: NIKI WINDA RUKMINI NPM: 1110013111008

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

Sebaran Suhu pada Pengering Surya Efek Rumah Kaca (ERK) Tipe Kabinetdalam Proses Pengeringan Komoditi Pertanian

Sebaran Suhu pada Pengering Surya Efek Rumah Kaca (ERK) Tipe Kabinetdalam Proses Pengeringan Komoditi Pertanian Sebaran Suhu ada Pengering Surya Efek Rumah Kaca (ERK) Tie Kabinetdalam Proses Pengeringan Komoditi Pertanian Yayat Ruhiat Email: yruhiat@fki.untirta.ac.id Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan

Lebih terperinci

Dhiva Ryan Hardine 1), Aisyah Abdullah 2), Muhammad Ikbal 3), Nur Chamidah 4)

Dhiva Ryan Hardine 1), Aisyah Abdullah 2), Muhammad Ikbal 3), Nur Chamidah 4) PEMODELAN KADAR GULA DARAH DAN EKANAN DARAH PADA REMAJA PENDERIA DIABEES MELIUS IPE II DENGAN PENDEKAAN REGRESI NONPARAMERIK BIRESPON BERDASARKAN ESIMAOR SPLINE Dhiva Ryan Hardine 1), Aisyah Abdullah 2),

Lebih terperinci

Modifikasi Hydrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai Cisangkuy Dengan Metoda Optimasi

Modifikasi Hydrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai Cisangkuy Dengan Metoda Optimasi Modifikasi Hydrograf Satuan Sintetik Nakayasu Sungai Cisangkuy Dengan Metoda Otimasi Ariani Budi Safarina ABSTRAK Metoda hydrograf satuan sintetik dierlukan untuk menentukan arameter banjir di daerah aliran

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Kapita Selekta - Set 01 no Pertanyaan berhubungan dengan gambar di bawah ini serta pilihan yang ada.

Xpedia Fisika. Kapita Selekta - Set 01 no Pertanyaan berhubungan dengan gambar di bawah ini serta pilihan yang ada. Xpedia isika Kapita Selekta - Set 01 no 01-20 Doc. Name: XPIS9901 Doc. Version : 2012-07 halaman 1 Pertanyaan 01-03 berhubungan dengan gambar di bawah ini serta pilihan yang ada. 01. Sebuah proyektil diluncurkan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEPUTUSAN MEMBELI NETBOOK DENGAN KEPUTUSAN MEMBELI NOTEBOOK

PERBEDAAN KEPUTUSAN MEMBELI NETBOOK DENGAN KEPUTUSAN MEMBELI NOTEBOOK 1 PERBEDAAN KEPUTUSAN MEMBELI NETBOOK DENGAN KEPUTUSAN MEMBELI NOTEBOOK (Studi kasus ada Mahasiswa Program Studi Pendidikan EkonomiFKIP Universitas Jember angkatan tahun 2011, 2012, 2013) The Difference

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI KODYA SURABAYA BERDASARKAN VARIABEL-VARIABEL KEPENDUDUKAN, KESEHATAN DAN PENDIDIKAN

SKRIPSI ANALISIS PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI KODYA SURABAYA BERDASARKAN VARIABEL-VARIABEL KEPENDUDUKAN, KESEHATAN DAN PENDIDIKAN SKRIPSI ANALISIS PENGELOMPOKKAN KECAMATAN DI KODYA SURABAYA BERDASARKAN VARIABEL-VARIABEL KEPENDUDUKAN, KESEHATAN DAN PENDIDIKAN Oleh : Rengganis L. N. R 302 00 046 PENDAHULUAN Latar Belakang Penduduk

Lebih terperinci

MODIFIKASI FUNGSI DENSITY PADA ALGORITMA ANT CLUSTERING

MODIFIKASI FUNGSI DENSITY PADA ALGORITMA ANT CLUSTERING MODIFIKASI FUNGSI DENSITY PADA ALGORITMA ANT CLUSTERING Kurniawan Nur Ramadhani 1), Febryanti Sthevanie ) Fakultas Informatika Universitas Telkom Jln Telekomunikasi No. 1 Terusan Buah Batu Bandung 4057

Lebih terperinci

MODUL IV FISIKA MODERN EFEK COMPTON

MODUL IV FISIKA MODERN EFEK COMPTON MODUL IV FISIA MODERN EFE COMPTON Tujuan instruksional umum Agar mahasiswa daat memahami tentang Efek Comton Tujuan instruksional khusus: - Daat menerangkan tentang momentum foton - Daat menerangkan efek

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK CETAK BUKU DENGAN MENGGUNAKAN SEVEN TOOLS PADA PT..XYZ

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK CETAK BUKU DENGAN MENGGUNAKAN SEVEN TOOLS PADA PT..XYZ Yogyakarta, 27 Agustus 2008 ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK CETAK BUKU DENGAN MENGGUNAKAN SEVEN TOOLS PADA PT..XYZ Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Sultan Agung

Lebih terperinci

Kinematika Sebuah Partikel

Kinematika Sebuah Partikel Kinematika Sebuah Partikel oleh Delvi Yanti, S.TP, MP Bahan Kuliah PS TEP oleh Delvi Yanti Kinematika Garis Lurus : Gerakan Kontiniu Statika : Berhubungan dengan kesetimbangan benda dalam keadaan diam

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KONTROLER PID PADA SIMULATOR KONTROL ALIRAN

IMPLEMENTASI KONTROLER PID PADA SIMULATOR KONTROL ALIRAN E- E-5 E-6 V- I- E-4 E- P IMPLEMENTASI KONTROLER PID PADA SIMULATOR KONTROL ALIRAN Asriyadi Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mengimlementasikan kontroler PID ada sebuah simulator kontrol aliran

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Analisa Kestabilan Lyapunov

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Analisa Kestabilan Lyapunov Institut Teknologi Seuluh Noember Surabaya Analisa Kestabilan Lyaunov Contoh Soal Ringkasan Latihan Contoh Soal Ringkasan Latihan Sistem Keadaan Kesetimbangan Kestabilan dalam Arti Lyaunov Penyajian Diagram

Lebih terperinci

Redesign Sistem Peredam Sekunder dan Analisis Pengaruh Variasi Nilai Koefisien Redam Terhadap Respon Dinamis Kereta Api Penumpang Ekonomi (K3)

Redesign Sistem Peredam Sekunder dan Analisis Pengaruh Variasi Nilai Koefisien Redam Terhadap Respon Dinamis Kereta Api Penumpang Ekonomi (K3) E33 Redesign Sistem Peredam Sekunder dan Analisis Pengaruh Variasi Nilai Koefisien Redam Terhadap Respon Dinamis Kereta Api Penumpang Ekonomi (K3) Dewani Intan Asmarani Permana dan Harus Laksana Guntur

Lebih terperinci

D. 80,28 cm² E. 80,80cm²

D. 80,28 cm² E. 80,80cm² 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

Doc. Name: SBMPTN2016FIS999 Version:

Doc. Name: SBMPTN2016FIS999 Version: SBMPTN 2016 Fisika Latihan Soal Doc. Name: SBMPTN2016FIS999 Version: 2016-08 halaman 1 01. Sebuah bola ditembakkan dari tanah ke udara. Pada ketinggian 9,1 m komponen kecepatan bola dalam arah x adalah

Lebih terperinci

MODUL 1.12 Dinamika Proses

MODUL 1.12 Dinamika Proses MODUL 1.1 Dinamika Proses I. Pendahuluan Pabrik kimia meruakan susunan/rangkaian berbagai unit engolahan yang terintegrasi satu sama lain secara sistematik dan rasional. Tujuan engoerasian abrik secara

Lebih terperinci

Sifa f t a -sif i a f t a t F l F uida d 1 Sifa f t a -sif i a f t a t F l F uida d 1

Sifa f t a -sif i a f t a t F l F uida d 1 Sifa f t a -sif i a f t a t F l F uida d 1 Sifat-sifat Fluida Sifat-sifat Fluida MEKNIK FLUID DN HIDRULIK FISIK Mekanika Listrik tom Dsb Zat adat Mekanika Fluida (ir dan gas) Hidrolika (ir) Hidrostatika Hidrodinamika Mekanika Fluida dan Hidraulika

Lebih terperinci

Jenis Pekerjaan Utama Responden di Lokasi Studi.

Jenis Pekerjaan Utama Responden di Lokasi Studi. Deskrisi Rinci Rona Lingkungan Hidu Awal dengan nelayan juragan dan buruh nelayan (10,06%) juga termasuk ke dalam jenis mata encaharian yang akan terkena damak langsung dari adanya rencana usaha dan/atau

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran : F i s i k a Kelas / Semester : I /1 (Ganjil) Pertemuan Ke : 1 ; 2 Alokasi Waktu : 4 x 45 menit Standar Kompetensi : Mengukur Besaran Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE FUZZY RULE BASE PADA KASUS JOB-SHOP DENGAN PENJADWALAN ADAPTIF

IMPLEMENTASI METODE FUZZY RULE BASE PADA KASUS JOB-SHOP DENGAN PENJADWALAN ADAPTIF IMPLEMENTASI METODE FUZZY RULE BASE PADA ASUS JOB-SHOP DENGAN PENJADWALAN ADAPTIF Husnul Hakim Ahmad Saikhu, S.Si, MT Jurusan Teknik Informatika ITS, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Seuluh

Lebih terperinci

BAB GEJALA GELOMBANG

BAB GEJALA GELOMBANG BB GEJL GELOMBNG. PEMHMN ENNG GELOMBNG Gelombang adalah getaran dan energi yang merambat tana disertai erambatan artikel ertikel mediumnya. Macam macam gelombang adalah sebagai berikut :. Berdasarkan arah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fluida Fluida diartikan sebagai suatu zat yang dapat mengalir. Istilah fluida mencakup zat cair dan gas karena zat cair seperti air atau zat gas seperti udara dapat mengalir.

Lebih terperinci

KARTU SOAL DAN SPESIFIKASI SOAL UJIAN PRAKTIK SMA NEGERI 78 JAKARTA

KARTU SOAL DAN SPESIFIKASI SOAL UJIAN PRAKTIK SMA NEGERI 78 JAKARTA KARTU SOAL DAN SPESIFIKASI SOAL UJIAN PRAKTIK SMA NEGERI 78 JAKARTA Mata Pelajaran : Fisika Nomor Soal :1 Standar Komeptensi Lulusan: Memahami prisnsip pengukuran dan melakukan pengukuran besaran fisika

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

FIsika TEORI KINETIK GAS

FIsika TEORI KINETIK GAS KTSP & K-3 FIsika K e l a s XI TEORI KINETIK GAS Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.. Memahami definisi gas ideal dan sifat-sifatnya.. Memahami

Lebih terperinci

Penentuan Struktur Bawah Permukaan Daerah Pantai Panjang Kota Bengkulu Dengan Metode Seismik Refraksi

Penentuan Struktur Bawah Permukaan Daerah Pantai Panjang Kota Bengkulu Dengan Metode Seismik Refraksi Jurnal Gradien Vol.4 No.2 Juli 2008 : 337-34 Penentuan Struktur Bawah Permukaan Daerah Pantai Panjang Kota Bengkulu Dengan Metode Seismik Refraksi Refrizon, Suwarsono, Herno Yudiansyah Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN BAB I AALISA PERHITUGA Pada bab ini akan dilakukan ehitungan dan analisa dari erencanaan mesin engeress minyak jarak agar. Adaun Elemen mesin yanga akan dihitung meliuti, hoer, screw conveyor, belt, uli,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1 etode Perancangan etode erancangan adalah roses berikir sistematis untuk menyelesaikan suatu masalah, sehingga mendaatkan hasil enyelesaian yang maksimal untuk mencaai sesuatu yang

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN FISIKA

SILABUS MATA PELAJARAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN FISIKA SILABUS SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN FISIKA STANDAR KOMPETENSI : Mengukur besaran dan menerapkan satuannya KODE KOMPETENSI : 1 : 10 x 45 menit SILABUS KOMPETENSI DASAR KEGIATAN 1.1 Menguasai konsep besaran

Lebih terperinci