BAB 2 LANDASAN TEORI. perencanaan dan pengendalian produksi dan juga merupakan rencana

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI. perencanaan dan pengendalian produksi dan juga merupakan rencana"

Transkripsi

1 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Penjadwalan Penjadwalan merupakan bagian yang strategis dari proses perencanaan dan pengendalian produksi dan juga merupakan rencana pengaturan urutan kerja serta pengalokasian sumber baik waktu maupun fasilitas untuk setiap operasi yang harus diselesaikan. Menurut Thomas E. Morton dan David W. Pentico (2001, p12), penjadwalan merupakan proses pengorganisasian, pemilihan, dan penentuan waktu penggunaan sumber daya yang ada untuk menghasilkan output seperti yang diharapkan dalam waktu yang diharapkan pula. Sementara menurut Kennent R. Baker (2004, p132), penjadwalan didefinisikan sebagai proses pengalokasian sumber-sumber atau mesin-mesin yang ada untuk menjalankan sekumpulan tugas dalam jangka waktu tertentu. Definisi lain menurut Conway (2001, p56) mengatakan bahwa penjadwalan adalah proses pengurutan pembuatan produk secara menyeluruh pada sejumlah mesin tertentu dan pengurutan didefinisikan sebagai proses pembuatan produk pada satu mesin dalam jangka waktu tertentu. Input dari suatu penjadwalan mencakup urutan ketergantungan antar operasi (routing), waktu proses untuk masing-masing operasi, serta fasilitas yang dibutuhkan oleh setiap operasi. Menurut Bedworth (2002, p72), terdapat dua target yang ingin dicapai melalui penjadwalan mesin, yaitu jumlah output yang dihasilkan

2 9 (throughput), serta batas waktu penyelesaian yang telah ditetapkan (due date). Kedua target ini dinyatakan melalui kriteria penjadwalan (misalnya minimasi makespan, minimasi mean flow time, minimasi mean lateness, minimasi maksimum tardiness, minimasi mean tardiness, minimasi number of tardy dan sebagainya. 2.2 Tujuan Penjadwalan Tujuan penjadwalan secara umum adalah : 1. Meningkatkan produktivitas mesin, yaitu dengan mengurangi waktu mesin menganggur. 2. Mengurangi persediaan barang setengah jadi dengan jalan mengurangi jumlah rata-rata tugas yang menunggu dalam antrian suatu mesin karena mesin tersebut sibuk. 3. Mengurangi keterlambatan (hukuman) karena batas waku telah dilampaui, dengan cara : a. Mengurangi maksimum keterlambatan. b. Mengurangi jumlah pekerjaan yang terlambat. 2.3 Klasifikasi Penjadwalan Menurut Conway (2001, p56), masalah penjadwalan dapat diklasifikasikan berdasarkan faktor-faktor yaitu : 1. Jumlah mesin Dibagi menjadi dua bagian yaitu :

3 10 Penjadwalan pada mesin tunggal. Penjadwalan pada mesin ganda. 2. Pola kedatangan job Dibagi menjadi dua bagian yaitu : Statik Semua job datang secara bersamaan dan siap dikerjakan pada mesin- mesin yang tidak bekerja. Dinamik Job datang secara acak selama diadakan penjadwalan. 3. Sistem Informasi Dibagi menjadi dua bagian yaitu : Informasi bersifat deterministik. Informasi bersifat stokastik. Informasi ini meliputi informasi yang berhubungan dengan karakteristik job, yaitu saat kedatangan, batas waktu penyelesaian, perbedaan kepentingan di antara job-job yang dijadwalkan, banyaknya operasi, serta waktu proses tiap operasi. Disamping itu terdapat pula informasi yang menyangkut karakteristik mesin, seperti jumlah mesin, kapasitas, fleksibilitas serta efisiensi penggunaan yang berbeda untuk job yang berbeda.

4 11 4. Aliran proses Dibagi menjadi tiga bagian yaitu : Pure Flow Shop Pola aliran prosesnya identik. Input (pekerjaan-pekerjaan baru) M1 M2 M3 M4 output Gambar 2.1 Pola Aliran Pure Flow Shop General Flow Shop Pola aliran prosesnya tidak identik Input Input Input Input Input M1 M2 M3 M4 M5 output output output output output Gambar 2.2 Pola Aliran General Flow Shop

5 12 Job Shop Pada pola aliran proses job shop, masing-masing job memiliki urutan operasi yang unik. Setiap job bergerak dari satu mesin/stasiun kerja menuju mesin/stasiun kerja lainnya dengan pola yang random. Pekerjaan-pekerjaan baru Pekerjaan-pekerjaan dalam proses MESIN K Pekerjaan-pekerjaan dalam proses Pekerjaan-pekerjaan lengkap Gambar 2.3 Pola Aliran Job Shop Proses job shop mempunyai karakteristik dari pengaturan peralatan yang sama berdasarkan fungsi (seperti milling, drilling, turning, forging, dan perakitan); sebagaimana aliran job dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja lain, atau dari satu departemen-departemen lainnya. Menurut Fogarty (2003, p97), karakteristik proses job shop adalah sebagai berikut :

6 13 1. Peralatan penanganan material dan peralatan produksi multi-guna dapat diatur dan dimodifikasi untuk menangani berbagai produk yang berbeda. 2. Produk-produk yang berbeda diproses dalam lot-lot atau batch. 3. Pemrosesan order-order membutuhkan pengendalian dan perencanaan yang terperinci sehubungan dengan variasi pola-pola aliran dan pemisahan stasiun-stasiun kerja. 4. Pengendalian membutuhkan informasi tentang job dan shop floor yang terperinci meliputi urutan proses, prioritas order, waktu yang dibutuhkan oleh setiap job, status dari job in process, kapasitas stasiun kerja, dan kapasitas yang dibutuhkan dari stasiun kerja kritis pada suatu perioda. 5. Beban-beban stasiun kerja berbeda secara menyolok; masing-masing memiliki persentase utilitas yang berbeda. 6. Ketersediaan sumber-sumber, meliputi material, personal, dan peralatan, harus dikoordinasikan dengan perencanaan order.

7 14 7. Sejumlah material work in process cenderung meningkat. Hal ini dalam aliran proses menyebabkan antrian-antrian dan work in process yang panjang. 8. Menggunakan teknik-teknik penjadwalan tradisional, total waktu dari awal operasi pertama sampai selesai operasi terakhir, relatif panjang dibandingkan dengan total waktu operasi. 9. Para pekerja langsung biasanya memiliki skill yang lebih tinggi dan lebih terlatih daripada pekerja untuk operasi flow process. 2.4 Istilah dalam Penjadwalan Dalam pembahasan mengenai masalah penjadwalan akan dijumpai beberapa istilah yang cukup penting, diantaranya adalah sebagai berikut : Completion Time ( C i ) Menunjukkan rentang waktu sejak pekerjaan pertama mulai dikerjakan sampai proses tersebut selesai. Flow Time ( F j ) C j = F j + r j Waktu antara job ke-j siap dikerjakan sampai job tersebut diselesaikan. F i = C i - r i

8 15 Process Time ( t ij ) Merupakan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu operasi atau proses ke-i dari job ke-j. Waktu proses ini telah mencakup waktu untuk persiapan dan pengaturan proses. Due Date ( d j ) Adalah batas waktu penyelesaian yang ditentukan untuk job j. Lateness ( L j ) Adalah besarnya simpangan waktu penyelesaian job j terhadap due date yang telah ditentukan untuk job tersebut. L j = C j - d j 0, artinya saat penyelesaian memenuhi batas akhir. L j = C j - d j 0, artinya saat penyelesaian melewati batas akhir. Tardiness ( T j ) Adalah besarnya keterlambatan dari job j. Tardiness adalah lateness yang berharga positif. T j 0 jika L j 0 T j = 0 jika L j < 0 Earliness ( e j ) Adalah keterlambatan yang bernilai negatif. e j 0 jika L j < 0 e j = 0 jika L j 0

9 Variabel-variabel dalam Penjadwalan Dibagi menjadi dua yaitu : 1. Variabel Pembatas : Ready Time ( r j ) Menyatakan saat job j siap dijadwalkan Process Time ( t j ) Yaitu lamanya waktu proses yang dibutuhkan oleh job j. Due Date ( d j ) Adalah batas waktu penyelesaian yang ditentukan untuk job j. 2. Variabel hasil penjadwalan : Waiting Time ( w ij ) Adalah waktu tunggu seluruh operasi dari suatu job. Completion Time ( c j ) Lateness ( L j ) Flow Time ( F j ) Tardiness ( T j ) Earliness ( e j ) 2.6 Kriteria Evaluasi Jadwal Keberhasilan suatu penjadwalan dapat diukur dengan besaranbesaran yang melibatkan informasi dari job-job yang merupakan fungsi dari sekumpulan waktu penyelesaian. Jika terdapat n job yang akan dijadwalkan, maka tingkat keberhasilan dapt dinilai dari besaran-besaran berikut :

10 17 Completion Time Yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan seluruh job yang dijadwalkan, C max = max {C j } Mean Flow Time Yaitu rata-rata waktu yang dihabiskan oleh setiap job di lantai pabrik. Flow Time adalah selisih Completion Time dengan Ready Time. F = 1 n n j= 1 F j Mean Weight Flow Time Definisi Mean Weight Flow Time mirip dengan Mean Flow Time, tetapi mempertimbangkan prioritas pengerjaan setiap job dalam perhitungannya. F w n j= 1 = n w j= 1 j w F j j Maximum Lateness Yaitu besarnya simpangan maksimum, atau selisih waktu penyelesaian seluruh job yang dijadwalkan terhadap batas waktu penyelesaian job-job tersebut (due date). Lateness bernilai negatif jika waktu penyelesaian job lebih awal dari due date, dan bernilai positif jika job diselesaikan detelah due date yang ditentukan untuk job tersebut. L max = max {L j }

11 18 Mean Tardiness Yaitu rata-rata keterlambatan seluruh job yang dijadwalkan. Tardiness adalah lateness yang bernilai positif. Jika lateness bernilai negatif maka besarnya tardiness adalah nol. T = 1 n n T j j= 1 Mean Weight Tardiness Yaitu rata-rata keterlambata seluruh job yang dijadwalkan dengan memasukkan faktor prioritas pengerjaan masing-masing job ke dalam perhitungan fungsi obyektifnya. T w n j= 1 = n j= 1 w T j w j j Number of Tardy Job Menunjukkan kuantitas job yang mengalami keterlambatan. n N t = N j j= 1 Dimana N t = 1 jika C j d j N t = 0 jika C j d j

12 19 Utilitas Mesin Utilitas mesin adalah bagian dari kapasitas mesin yang dibebani untuk menjalankan proses-proses yang dibutuhkan terhadapt waktu yang tersedia. U = n j= 1 C t j max C max = maksimum completion time Beberapa kriteria optimalitas dalam proses penjadwalan adalah : 1. Berkaitan dengan waktu Kriteria optimalitas yang telah dikemukakan diatas merupakan kriteria optimalitas yang berkaitan denga waktu. Apabila penjadwalan yang dilakukan memperhatikan kriteria yang berkaitan dengan hal tersebut maka efisiensi waktu akan dapat tercapai. Kriteria optimalitas lain yang berkaitan dengan waktu adalah pemenuhan due date. Due-date merupakan batas waktu yang ditetapkan oleh konsumen agar seluruh produk yang dipesannya sudah siap (selesai). Pihak produsen selalu berusaha untuk memenuhi due-date tersebut, terutama untuk produ-produk yang kritis, misalnya produk yang akan diproduksi lagi oleh perusahaan lain dan produsen bertindak sebagai supplier bagi perusahaan lain, maka keterlambatan yang terjadi menyebabkan terjadinya waktu menungu bagi perusahaan lain

13 20 tersebut dan hal ini akan berdampak negatif yaitu hilagnnya kepercayaan perusahaan tersebut kepada produsen. 2. Berkatian dengan biaya Kriteria yang berkatian dengan biaya ini lebih ditujukan pada biaya produksi. Terdapat hubungan antara kriteria yang berkaitan dengan waktu dan kriteria yang berhubungan dengan waktu, misalnya biaya produksi akan bertambah jika terjadi keterlambatan karena harus membayar denda. Dengan demikian suatu penjadwalan produksi tertentu diharapkan mendapatkan ongkos yang minimal. 3. Kriteria gabungan Beberapa kriteria optimalitas tersebut dapat digabungkan dan dikombinasikan sehingga menjadi beberapa kriteria yang sesungguhnya adalah multikriteria. 2.7 Penjadwalan Job Shop Secara Umum Asumsi-asumsi Dalam Pemasalahan Penjadwalan Job Shop Berkenaan dengan pokok permasalahan pada tugas akhir ini maka diberlakukan beberapa asumsi yang menyangkut karakteristik job, mesin yang digunakan dan waktu pemrosesan. a. Asumsi Mengenai Job 1. Setiap job mempunyai jumlah operasi tertentu, dimana setiap operasi dapat dikerjakan hanya pada satu mesin.

14 21 2. Pada saat yang sama, setiap job tidak boleh diproses pada lebih dari satu mesin. 3. Setiap job yang telah mulai dikerjakan harus diselesaikan, dan tidak boleh ada penundaan. 4. Setiap job harus diselesaikan menurut tugas yang telah disusun dalam suatu routing, dan tidak berdasarkan routing yang lain. 5. Setiap tugas merupakan suatu kesatuan, walaupun mungkin terdiri dari beberapa unit. 6. Setiap job mungkin harus menunggu diantara dua mesin sampai waktu menunggu tersebut selesai. 7. Setiap job mempunyai waktu penyerahan yang pasti dan ditentukan bersama dengan konsumen. 8. Setiap tugas boleh diproses lebih dari satu kali di mesin yang sama. 9. Setiap tugas dapat diproses pada beberapa jenis mesin yang mampu melaksanakan tugas tersebut. b. Asumsi Mengenai Mesin 1. Setiap mesin dioperasikan secara independe. Oleh karena itu setiap mesin dapat beroperasi pada kecepatan output maksimum

15 22 2. Tingkat keandalan masing-masing mesin tidak berubah atau tingkat kerusakan mesin tetap selama pengerjaan suatu order tertentu. 3. Setiap mesin hanya memproses satu job pada saat tertentu. 4. Setiap mesin secara kontinyu siat untuk dibebani tugas selama proses penjadwalan apabila tidak mengalami interupsi akibat kerusakan atau perawatan. 5. Setiap mesin beroperasi sesuai dengan informasi waktu dan distribusi yang diketahui secara tepat. c. Asumsi Mengenai Waktu Proses 1. Waktu proses telah diketahui dan tertentu baik rata-rata maupun distribusinya 2. Waktu proses independent terhadap jadwal. Artinya urutan set up time bersifat independent dan move time antar mesin dapat diabaikan. 3. Setiap waktu proses secara implicit sudah mencakup waktu pemindahan benda kerja, set up, dan penghentian mesin Matriks Waktu Proses Dalam Persoalan Job Shop Dalam menggambarkan persoalan job shop diperlukan besaran waktu yang digunakan untuk memproses masing-masing operasi tiap-tiap job. Besaran waktu ini tersusun dalam sebuah

16 23 matriks yang disebut matriks waktu poses. Sebagai ilustrasi, matriks waktu proses diperlihatkan pada gambar 2.4 berikut. t t t : n1 t t t : n t1 m t 2m : tnm Gambar 2.4 Matriks waktu proses Elemen t ij dari matriks waktu proses menyatakan besarnya waktu yang diperlukan untuk memproses operasi ke-i pada job ke-j. Selanjutnya, dalam pembahasan masalah penjadwalan dalam tugas akhir ini, matriks waktu proses disajikan dalam bentuk tabel Matriks Routing Mesin Suatu karakteristik utama dari disiplin penugasan adalah tipe mesin yang diperlukan untuk mengerjakan suatu job yang disebut routing. Dalam permasalahan job shop, routing suatu job tidak harus sama dengan routing job yang lainnya dari sejumlah n-job yang akan dijadwalkan. Hal inilah yang membedakan permasalahan job shop dengan flow shop yang memiliki routing sama untuk setiap job dari sejumlah n-job yang akan diproses. Routing dari sejumlah job yang akan dijadwalkan ditabulasikan ke dalam bentuk matriks yang disebut matriks routing. Contoh matriks routing dapat dilihat pada gambar 2.5 berikut.

17 24 r r : rn r r r : n r 1m r 2m r : nm Gambar 2.5 Matriks Routing Mesin Elemen r ij dari matriks routing menyatakan tipe mesin yang diperlukan untuk melakukan operasi ke-i job ke-j. Dalam pembahasan persoalan penjadwalan job shop pada tugas akhir ini, routing mesin disajikan dalam bentuk tabel Ruang Jawab Penjadwalan Job Shop Dalam persoalan job shop, jadwal yang layak akan diperoleh jika hasil penjadwalan yang bersangkutan memenuhi kriteria berikut : 1. Seluruh operasi dari semua job telah dialokasikan/ditugaskan. 2. Tidak terdapat operasi yang tumpang tindih (overlap) diantara masing-masing operasi dari semua job dan ketentuan presedensi telah terpenuhi. Berdasarkan ketentuan tersebut, jumlah kombinasi penjadwalan yang layak yang mungkin dibuat adalah tak terbatas. Hal ini disebabkan waktu menganggur dapat disisipkan di antara operasi sebanyak mungkin tanpa melanggar ketentuan presedensi. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan suatu jadwal yang mendekati

18 25 ukuran performansi (performance) yang sesuai dengan kriteria optimalitas yang telah dipilih. Jadwal-jadwal yang layak (feasible) tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Set Jadwal Semi Aktif (SA) : Merupakan set jadwal dimana tidak satupun operasi dapat dikerjakan lebih awal tanpa mengubah susunan beberapa operasi pada mesin. 2. Set Jadwal Aktif (A) : Merupakan set jadwal dimana tidak satu operasi pun dapat dipindahkan lebih awal tanpa menunda operasi lain. 3. Set Jadwal Non Delay (ND) : Merupakan set jadwal dimana tidak satu pun mesin dibiarkan menganggur jika pada saat yang sama terdapat operasi yang membutuhkan mesin tersebut. 4. Set Jadwal Optimal (O) : Merupakan set jadawal dimana tidak terdapat jadwal lain yang memiliki tingkat preferensi yang lebih baik dari set jadwal optimal. Dalam suatu jadwal dapat dilakukan local left shift atau limited left shift yakni pergeseran operasi ke kiri (lebih awal) tanpa merubah susunan operasi-operasi pada mesin, serta global left shift yakni pergeseran lebih awal dengan merubah susunan operasi tanpa

19 26 menunda operasi lain, sehingga dapat diperoleh beberapa teorema yang menyatakan hubungan antar keempat jenis set jadwal tersebut. Berdasarkan klasifikasi jadwal diatas, dikenal adanya 3 teorema yang berhubungan dengan kedudukan set jadwal satu terhadap yang lainnya, yaitu : 1. Jadwal semi aktif mendominasi jadwal yang layak. Hal ini terjadi karena pada jadwal yang layak masih bisa dilakukan sejumlah local left shift. 2. Set jadwal aktif mendominasi set jadwal semi aktif. Hal ini disebabkan karena pada jadwal semi aktif masih mungkin dilakukan global left shift atau masih terdapat kemungkinan menggeserkan sejumlah operasi untuk dikerjakan lebih awal. 3. Set jadwal non delay merupakan sub set dari jadwal aktif. Berdasarkan definisi jadwal non delay, maka tidak mungkin dilakukan local left shift maupun global left shift pada set jadwal non delay. Dari ketiga teorema diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa jadwal optimal terdapat dalam set jadwal aktif, atau jadwal optimal merupakan jadwal dengan tingkat preferensi yang paling tinggi dari set jadwal aktif. Hubungan antara keempat jenis jadwal yang telah disebutkan diatas dapat dilihat dalam bentuk diagram Venn pada gambar 2.6 berikut ini.

20 27 F A Nd Op SA Gambar 2.6 diagram Venn Ruang Jadwal yang Layak Meskipun jadwal non delay merupakan sub set dari jadwal aktif, jadwal optimal belum tentu terdapat pada ruang jadwal non delay. 2.8 Teknik Priority Dispatching Penjadwalan dengan pendekatan heuristik menggunakan aturan pengurutan atau priority dispatching dalam menentukan job yang akan diproses selanjutnya. Terdapat beberapa aturan pengurutan job yaitu : 1. R (Random) Memilih job dalam antrian dengan kemungkinan yang sama bagi setiap job. 2. FCFS (First Come First Serve) Job dikerjakan sesuai dengan saat kedatangan. Job yang datang lebih dahulu dikerjakan lebih awal.

21 28 3. SPT (Shortest Processing Time) Urutan pengerjaan job berdasarkan waktu proses yang terpendek. Aturan ini cenderung mengurangi work-in-process, mean flow time serta mean lateness. 4. EDD (Earliest Due Date) Job dikerjakan berdasarkan due date yang lebih mendesak. 5. CR (Critical Ratio) Priority index dihitung berdasarkan ( due date saat ini ) / ( sisa lead time ). 6. LWR (Least Work Remaining) Aturan ini mempertimbangkan sisa waktu proses sampai job tersebut diselesaikan. Job dengan sisa waktu terkecil dipilih untuk diproses. 7. MWKR (Most Work Remaining) Aturan ini mempertimbangkan sisa waktu proses sampai job tersebut diselesaikan. Job dengan sisa waktu terkecil dipilih untuk diproses. 8. TWK (Total Work) Memilih operasi dengan job yang memiliki jumlah operasi terbanyak. 9. LWK (Least Total Work) Memilih operasi dengan job yang memiliki jumlah operasi terkecil.

22 FOR (Fewest Operation Remaining) Aturan ini mempertimbangkan successive operation yaitu semua operasi yang tergantung dari operasi yang bersangkutan. 11. ST (Slack Time) Merupakan variasi dari aturan EDD dengan cara mengurangkan waktu proses dari due date. Job yang memiliki nilai ST kecil dijadwalkan terlebih dahulu. 12. ST / O (Slack Time per Operation) atau S / ROP (Slack / Remaining Operations) Merupakan variasi dari ST yang membagi ST dengan jumlah operasi yang harus dijadwalkan. 13. WINQ (Work In Next Queue) Aturan ini berdasarkan utilitas mesin. Ide dasarnya dengan mempertimbangkan panjangnya antrian pada setiap stasiun yang akan dilalui oleh masing-masing job. Penjadwalan setiap job dilakukan pada stasiun yang memiliki antrian yang terpendek. 14. LSU (Least Setup) Memilih job yang memiliki waktu setup terkecil, dengan demikian meminimasi changeover time. 15. INDEX (By Least Index) Memilih job dengan index prioritas terkecil.

23 Algortima Lintasan Terpanjang Masalah (P ( k, M o )) adalah penjadwalan satu-mesin untuk mesin k yang belum dijadwalkan dengan M o adalah himpunan mesin-mesin yang telah dijadwalkan. Masalah ini ekivalen dengan mencari sebuah jadwal untuk mesin k yang menimimasi maksimum lateness, dengan : Setiap operasi i yang dikerjakan pada mesin k memiliki : Waktu proses d i, Release time r i dan Due date f i Pada jaringan uang terbentuk, r i = L ( 0, i ), dan f i = L ( 0, n ) L ( i, n ) + d i dengan L ( i, j ) adalah lintasan terpanjang dari simpul i ke j dalam D T, dan T : = ( S p : p M o ). Jadi L ( i, j ) adalah lintasan terpanjang dari simpul i ke j dalam suatu jaringan yang terbentuk dari busur-busur operasi dalam satu job untuk semua job dan busur-busur pembentuk operasi pada semua mesin yang telah dijadwalkan. Masalah ini dapat dipandang sebagai suatu masalah minimasi makespan dimana setiap job harus diproses pada tiga mesin dengan mesin pertama dan ketiga memiliki kapasitas tak terhingga dan mesin kedua ( mesin k pada model diatas) memproses satu job setiap waktu,

24 31 dan waktu proses dari job i adalah r i pada mesin pertama, d i pada mesin kedua, dan q i : = L(0, n) f pada mesin ketiga. Nilai dari r i i dan q i sering disebut sebagai head dan tail dari job i. Jadi masalah penjadwalan satu mesin [ Carlier, 1982 ] yang diselesaikan dalam algoritma adalah bentuk : Min t n t n - t i d + q, i i t i r i, i N *, t j - t i d i t i - t j d i (i,j) E k, ( P *( k, Mo)) dimana r i dan q i didefinisikan seperti diatas, dan N * adalah himpunan operasi-operasi yang akan diproses pada mesin k. Untuk keperluan penyelesaian problem penjadwalan satumesin ( P *( k, Mo)), kita harus menyelesaikan dua masalah lintasan terpanjang dalam D T untuk menghitung nilai r i dan q i. Perhitungan lintasan terpanjang membutuhkan waktu yang relatif besar dari keseluruhan pendekatan ini, walaupun begitu ide sentral dari pendekatan ini tidak terletak pada pencarian lintasan terpanjang. Penyelesaian problem lintasan terpanjang dengan cepat adalah penting untuk efisiensi prosedur secara keseluruhan.

25 Komputasi Algoritma Lintasan Terpanjang Untuk keperluan perhitungan lintasan terpanjang ini penulis mengembangkan suatu algoritma yang ide dasarnya didapat dari The Shortest Path Problem [ Lieberman, 1990 ]. Modifikasi dilakukan dengan memanfaatkan keuntungan panah berarah yang membentuk jaringan. Digunakan double link list untuk membentuk pohon biner yang memiliki cabang yang merupakan simpul sebelumnya ( prodeccessor ) dan simpul sesudahnya ( successor ) dari suatu simpul. Algoritma ini membuat pohon binuer yang terdiri dari simpul-simpul yang berpengaruh terhadap panjang lintasan simpul yang dicari. Pohon ini terus dibuat sampai cabang mencapai simpul akhir atau simpul yang lintasan terpanjangnya telah diketemukan. Begitu simpul tersebut menemukan kondisi tersebut dilakukan penelusuran rekursif dari suatu simpul ujung ke simpul sebelumnya. Nilai lintasan terpanjang dari suatu simpul adalah maksimum dari nilai lintasan terpanjang antara kedua cabang successor yang dimiliki ditambah dengan waktu proses ( besar busur ) simpul successor. Keuntungan dari algoritma yang dikembangkan ini adalah penghematan waktu ketika lintasan terpanjang simpul yang

26 33 lain akan dicari. Untuk mencari nilai lintasan terpanjang simpul yang akan dicari ini dibutuhkan lintasan terpanjang dari simpul successor-nya. Karena sebagian besar dari simpul sesudahnya telah diketahui nilainya, maka pencarian lintasan terpanjang simpul tersebut menjadi lebih cepat Algoritma Schrage Pada Algoritma Schrage operasi yang siap dengan dijadwalkan terlebih dahulu. Detailnya adalah sebagai berikut : q i terbesar Pada algoritma ini, U adalah himpunan operasi-operasi yang telah untuk dijadwalkan dan U adalah himpunan dari operasi-operasi lainnya, I adalah operasi-operasi yang akan dijadwalkan, dan t adalah waktu. 1. Set t = Min r i, untuk i I ; U = φ. 2. Pada waktu t, jadwalkan di antara operasi-operasi i yang siap ( r i t ) dari U, pilih operasi j adalah operasi dengan q i terbesar. 3. U U { j} i U = ; t j = t ; t = Max { t j + d i, Min r i dengan } ; jika U sama dengan I, algoritma selesai; jika tidak lakukan langkah 2.

27 34 Theorema : L adalah makespan dari jadwal algoritma Schrage. a. Jika jadwal ini tidak optimal, maka terdapat sebuh operasi kritis c dan sebuah himpunan J yang kritis sehingga : h( J ) = Min r i + d i + Min q i > L dc untuk i J. Konsekuensinya, jarak antara optimal dengan jadwal Schrage adalah kurang dari d c ; dan pada jadwal yang optimal, c akan diproses sebelum atau sesudah himpunan operasi-operasi J. b. Jika jadwal ini optimal, maka terdapat J sehingga h(j) = L. Keterangan : Pada jadwal yang tidak optimal, pada operasi-operasi yang dilalui oleh lintasan terpanjang (critical path) dari simpul nol (simpul mulai) ke simpul akhir yang disebut sebagai operasi-operasi kritis, dengan p adalah operasi terakhir yang dilalui lintasan kritis, jika terdapat i < p sehingga q i < q p, maka c adalah operasi kritis yang terdekat dengan operasi kritis p sehingga q c < q p ; dan himpunan J = { c + 1,, p }; jadi q c < q g untuk setiap g J. Pada jadwal yang optimal, operasi c ini yang akan diproses sebelum atau sesudah himpunan operasi-operasi J.

28 Metoda Branch and Bound Metoda ini didasarkan pada algoritma Schrage, critical set J dan operasi kritis c. Deskripsi dari pohon : Pohon adalah setiap konfigurasi jadwal dari one-machine problem, dengan lower bound f(s) dan upper bound f o adalah solusi terbaik yang telah diketahui. Branching ( Pencabangan ) : Cabang dari pohon yang diperhatikan adalah cabang yang memiliki lower bound yang terkecil dan kemudian menerapkan algoritma Schrage. Jika c tidak ada, maka jadwal tersebut optimal (sesuai dengan teorema); jika terdapat c maka operasi c akan diproses sebelum atau sesudah J. Dua masalah yang muncul adalah : masalah pertama, operasi c diproses sebelum semua operasi J dengan membuat q max{ q, d + q } dengan g J. c = c g p Pada masalah yang kedua, operasi c diproses setelah semua operasi J dengan membuat r c = max{ r c, min r d } dengan g J. g + g

29 36 Lower Bound dari simpul yang baru adalah : f ( S) = max{ f ( S), h( J ), h( J { c})} cabang baru akan ditambahkan pada pohon jika lower bound-nya lebih kecil dari upper bound f o. Upper Bound (Batas atas) Setiap kali algoritma Schrage diterapkan, dilakukan perbandingan makespan dengan f o. Jika makespan lebih kecil dari f o maka f o = makespan dari konfigurasi jadwal tersebut. S S1 c sebelum J S2 c sesudah J Gambar 2.7 Branching

30 Pengertian Technological Constraint dan Precedence Constraint Simon French memberikan definisi untuk kedua istilah itu sebagai berikut : Technological Constraint memberikan urutan proses pada setiap job, atau dengan kata lain memberikan routing untuk setiap job. Precedence Constraint membatasi urutan pengoperasian proses- proses antar job yang berbeda.

BAB 4 PENGUJUAN MODEL DAN ANALISIS. Untuk keperluan pengujian model dan program komputer yang telah

BAB 4 PENGUJUAN MODEL DAN ANALISIS. Untuk keperluan pengujian model dan program komputer yang telah 7 BAB PENGUJUAN MODEL DAN ANALISIS Untuk keperluan pengujian model dan program komputer yang telah dikembangkan dilakukan pengumpulan data sebagai berikut : 1. Pengujian model dalam masalah job shop dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Sistem Produksi Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian sistem produksi dari beberapa teori yang sudah ada, serta ruang lingkup sistem produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Dasar Penjadwalan Produksi Secara umum, penjadwalan merupakan suatu proses dalam perencanaan dan pengendalian produksi yang merencanakan produksi

Lebih terperinci

PENJADWALAN DENGAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara

PENJADWALAN DENGAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara PENJADWALAN DENGAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara. Konsep Penadwalan Penadwalan dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Penjadwalan Penjadwalan adalah aktivitas perencanaan untuk menentukan kapan dan di mana setiap operasi sebagai bagian dari pekerjaan secara keseluruhan harus dilakukan

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Bab 2 Landasan Teori Perencanaan dan Pengendalian Produksi Bab 2 Landasan Teori 2.1. Perencanaan dan Pengendalian Produksi Perencanaan dan pengendalian produksi adalah suatu proses perencanaan dan pengorganisasian mengenai pekerjaan, bahan baku, mesin dan peralatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktuwaktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus. Teknik pengukuran waktu terbagi atas dua bagian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 22 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi penjadwalan Secara umum, penjadwalan merupakan proses dalam perencanaan dan pengendalian produksi yang digunakan untuk merencanakan produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi 2.1.1 Definisi Sistem Produksi Menurut para ahli ada beberapa definisi mengenai sistem produksi, antara lain : 1. Asruri (1993) mendefinisikan sistem produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Umum Penjadwalan Produksi Untuk mengatur suatu sistem produksi agar dapat berjalan dengan baik, diperlukan adanya pengambilan keputusan yang tepat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Peranan Penjadwalan dan Pengaruhnya Penjadwalan adalah proses pengambilan keputusan yang memainkan peranan penting dalam industri manufaktur maupun jasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan diperlukan ketika beberapa pekerjaan harus diproses pada suatu mesin tertentu yang tidak bisa memproses lebih dari satu pekerjaan pada saat yang sama. Penjadwalan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Sejumlah penelitian yang berkaitan dengan penjadwalan produksi telah dilakukan, antara lain oleh Wigaswara (2013) di PT Bejana Mas Perkasa.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 26 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan 2.1.1 Definisi Penjadwalan Penjadwalan dapat didefinisikan sebagai penugasan dan penentuan waktu dari kegunaan sumber daya seperti tenaga kerja, peralatan, dan fasilitas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PENJADWALAN MENGGUNAKAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE)

PENGEMBANGAN MODEL PENJADWALAN MENGGUNAKAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) PENGEMBANGAN MODEL PENJADWALAN MENGGUNAKAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara 1. Latar Belakang Kecenderungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Produksi Perusahaan selalu melakukan penjadwalan produksi dalam pemenuhan kapasitas permintaan konsumen atau order dari konsumen untuk jangka pendek dalam rentang periode

Lebih terperinci

ABSTRAK Giffler dan Thompson

ABSTRAK Giffler dan Thompson ABSTRAK Untuk tetap dapat bersaing, maka setiap perusahaan perlu melakukan perbaikan secara terus menerus dalam berbagai faktor. PT. Sarana Wira Reksa merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di industri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Edward (1998) menjelaskan bahwa sebuah work center terdiri dari banyak jenis mesin, dan pada kenyataannya work center lebih sering diindikasikan sebagai mesin

Lebih terperinci

JOB SHOP PANDUAN BIG PROJECT

JOB SHOP PANDUAN BIG PROJECT PANDUAN BIG PROJECT SIMULASI KOMPUTER - 2014 DAFTAR ISI 1. Pengertian... 1 2. Tujuan Penjadwalan Workcenter... 2 3. Pengurutan Tugas (Sequencing)... 2 4. Definisi dalam Penjadwalan... 3 5. Karakteristik

Lebih terperinci

OPTIMASI PENJADWALAN MESIN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL DUDEK SMITH (CDS) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

OPTIMASI PENJADWALAN MESIN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL DUDEK SMITH (CDS) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR OPTIMASI PENJADWALAN MESIN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL DUDEK SMITH (CDS) PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Lebih terperinci

Scheduling Problems. Job Shop Scheduling (1) Job Shop Scheduling Problems. Job Shop Scheduling (2) 13/05/2014

Scheduling Problems. Job Shop Scheduling (1) Job Shop Scheduling Problems. Job Shop Scheduling (2) 13/05/2014 /0/0 Scheduling Problems Job Shop Scheduling Problems Mata Kuliah: Penjadwalan Produksi Teknik Industri Universitas Brawijaya Job Shop Scheduling () Job Shop Scheduling () Flow shop: aliran kerja unidirectional

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Penadwalan Penadwalan adalah aspek yang penting dalam pengendalian operasi baik dalam industri manufaktur maupun asa. Dengan meningkatkan titik berat kepada pasar dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI Menurut Sumayang (2003), penjadwalan adalah mengatur pendayagunaan kapasitas dan sumber daya yang tersedia melalui aktivitas tugas. Perencanaan fasilitas dan

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 Pertemuan 13 & 14 Outline: Scheduling Referensi: Tersine, Richard J., Principles of Inventory and Materials Management, Prentice-Hall, 1994. Wiratno, S. E.,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Aplikasi Menurut Kadir (2008:3) program aplikasi adalah program siap pakai atau program yang direka untuk melaksanakan suatu fungsi bagi pengguna atau aplikasi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam

BAB II LANDASAN TEORI. atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Optimasi Optimasi merupakan pendekatan normatif dengan mengidentifikasi penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan pada titik maksimum atau minimum suatu fungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyelesaian tugas akhir ini digunakan landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada pada perusahaan. 2.1 Sistem Menurut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem

BAB II LANDASAN TEORI. informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sebelumnya Rudyanto (2011) melakukan penelitian tentang rancang bangun sistem informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem infomasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penjadwalan Penjadwalan merupakan alat ukur yang baik bagi perencanaan agregat. Pesanan-pesanan aktual pada tahap ini akan ditugaskan pertama kalinya pada sumberdaya tertentu

Lebih terperinci

2.1.1 PERANAN PENJAD WALAN DAN PENGARUHNYA

2.1.1 PERANAN PENJAD WALAN DAN PENGARUHNYA BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini diuraikan tentang peranan penjadwalan dan pengaruhnya, definisi penjadwalan, tujuan penjadwalan, klasifikasi penjadwalan, istilah dan kriteria dalam penjadwalan, pendekatan

Lebih terperinci

Perencanaan Short-Term Scheduling dan Production Scheduling Model

Perencanaan Short-Term Scheduling dan Production Scheduling Model Perencanaan Short-Term Scheduling dan Production Scheduling Model Rudini Mulya Daulay Program, Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana 2010 email: rudinimenteri@gmail.com Abstrak 1. SHORT-TERM SCHEDULING

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan 2.1.1 Pengertian Penjadwalan Penjadwalan dalam proses produksi merupakan sesuatu yang cukup penting, dalam proses penjadwalan dapat menentukan waktu yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Penelitian Terdahulu Apriana (2009) melakukan penelitian mengenai penjadwalan produksi pada sistem flow shop dengan mesin parallel (flexible flow shop) sehingga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sistem kontrol persediaan dan produksi, dan MRP tipe 3 berhubungan dengan. sistem perencanaan manufaktur (Tersine, 1984).

BAB II LANDASAN TEORI. sistem kontrol persediaan dan produksi, dan MRP tipe 3 berhubungan dengan. sistem perencanaan manufaktur (Tersine, 1984). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) MRP dibagikan dan didefinisikan dalam 3 kategori, yaitu MRP tipe 1 berhubungan dengan sistem kontrol persediaan, MRP tipe 2 berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. ilmu yang terkait dalam penyelesaian dalam kerja praktek.

BAB III LANDASAN TEORI. ilmu yang terkait dalam penyelesaian dalam kerja praktek. BAB III LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Landasan teori digunakan untuk menyelesaikan masalah secara sistematis. Pada bab ini akan membahas landasan teori yang menjelaskan tentang ilmu yang terkait dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Produksi Organisasi industri merupakan salah satu mata rantai dari sistem perekonomian, karena ia memproduksi dan mendistribusikan produk (barang atau jasa)

Lebih terperinci

ANALISIS PENJADWALAN KEGIATAN PRODUKSI PADA PT.MULIAGLASS FLOAT DIVISION DENGAN METODE FORWARD DAN BACKWARD SCHEDULING

ANALISIS PENJADWALAN KEGIATAN PRODUKSI PADA PT.MULIAGLASS FLOAT DIVISION DENGAN METODE FORWARD DAN BACKWARD SCHEDULING ANALISIS PENJADWALAN KEGIATAN PRODUKSI PADA PT.MULIAGLASS FLOAT DIVISION DENGAN METODE FORWARD DAN BACKWARD SCHEDULING 1 Elika Patricia 2 Hadi Suryono alb_hd@yahoo.com Penulis Elika Patricia adalah alumni

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ Saiful Mangngenre 1, Amrin Rapi 2, Wendy Flannery 3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar, 90245

Lebih terperinci

MODEL PENJADWALAN FLOW SHOP n JOB m MESIN UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN TANPA TARDY JOB DENGAN KENDALA KETIDAKTERSEDIAAN MESIN

MODEL PENJADWALAN FLOW SHOP n JOB m MESIN UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN TANPA TARDY JOB DENGAN KENDALA KETIDAKTERSEDIAAN MESIN MODEL PENJADWALAN FLOW SHOP n JOB m MESIN UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN TANPA TARDY JOB DENGAN KENDALA KETIDAKTERSEDIAAN MESIN Jefikz Berhitu, Mokh. Suef, dan Nani Kurniati Jurusan Teknik Industri - Institut

Lebih terperinci

bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal dan informasi, sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut adalah hasil sampingannya sep

bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal dan informasi, sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut adalah hasil sampingannya sep BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Produksi Produksi adalah kegiatan mentranspormasikan masukan (input) menjadi keluaran (output), tercakup semua aktifitas atau kegiatan menghasilkan barang dan jasa, serta

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS)

PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS) 11 Dinamika Teknik Juli PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS) Antoni Yohanes Dosen Fakultas Teknik Universitas Stikubank Semarang DINAMIKA TEKNIK Vol. VII, No. 2

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan dari industri atau perusahaan adalah menciptakan laba yang maksimal. Salah satu bentuk usahanya adalah dengan memaksimumkan hasil produksi atau meminimumkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Perusahaan yang dapat. jumlah konsumennya. Salah satu usahanya adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Perusahaan yang dapat. jumlah konsumennya. Salah satu usahanya adalah dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan yang sangat cepat dalam bidang industri seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan munculnya persaingan antara perusahaan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar S-1 Jurusan Teknik Industri. Disusun Oleh: EKO WAHYU NUGROHO D

NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar S-1 Jurusan Teknik Industri. Disusun Oleh: EKO WAHYU NUGROHO D ANALISA PENJADWALAN MESIN PADA MESIN TIUP PE (PHOLYETILENE) DI PT. SEKARNUSA KREASI INDONESIA MENGGUNAKAN METODE HEURISTIK GUNA MENGURANGI BAHAN SISA (BS) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI JOB SHOP MENGGUNAKAN ALGORITMA GIFFLER THOMPSON

PENJADWALAN PRODUKSI JOB SHOP MENGGUNAKAN ALGORITMA GIFFLER THOMPSON PENJADWALAN PRODUKSI JOB SHOP MENGGUNAKAN ALGORITMA GIFFLER THOMPSON Diah Pramestari *) ABSTRAK Penjadwalan produksi merupakan tahapan yang penting dilakukan untuk melaksanakan jadwal induk produksi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang CV. Greeng Inspiration merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang konveksi, yang menawarkan jasa pembuatan pakaian seperti, kaos oblong, kaos berkerah, polo,

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY

PENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY Penjadwalan Produksi Injection Moulding Pada PT. Duta Flow Plastic Machinery PENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY Roesfiansjah Rasjidin, Iman hidayat Dosen

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN ATURAN PRIORITAS PENJADWALAN PADA PENJADWALAN NON DELAY N JOB 5 MACHINE

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN ATURAN PRIORITAS PENJADWALAN PADA PENJADWALAN NON DELAY N JOB 5 MACHINE ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN ATURAN PRIORITAS PENJADWALAN PADA PENJADWALAN NON DELAY N JOB 5 MACHINE Dana Marsetiya Utama Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang Kontak

Lebih terperinci

Metode Penugasan. Penugasan & Pengurutan Job. Metode Penugasan. Supl 15. Langkah-langkah Metode Penugasan 31/10/2015

Metode Penugasan. Penugasan & Pengurutan Job. Metode Penugasan. Supl 15. Langkah-langkah Metode Penugasan 31/10/2015 Penugasan & Pengurutan MANAJEMEN OPERASI: Manajemen Keberlangsungan & Rantai Pasokan Operations Management: Sustainability & Supply Chain Management Supl 15 Metode Penugasan Kelas khusus dari model pemrograman

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Manajemen Di setiap perusahaan yang didirikan tentunya disertai dengan harapan akan mengalami suatu perkembangan dan juga memperoleh keuntungan dikemudian hari. Harapan

Lebih terperinci

Lina Gozali, Lamto Widodo, Wendy Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara Jl. S Parman no.1, Jakarta

Lina Gozali, Lamto Widodo, Wendy Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara Jl. S Parman no.1, Jakarta 1 2 USULAN PENJADWALAN JOB DENGAN METODE CAMPBELL, DUDEK AND SMITH (CDS) DAN METODE NAWAZ, ENSCORE AND HAM (NEH) UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN PROSES STAMPING PART ISUZU DI LINE B PT. XYZ Lina Gozali, Lamto

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli Dzakiy Sulaiman, Emsosfi Zaini, Arnindya Driyar M.

Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli Dzakiy Sulaiman, Emsosfi Zaini, Arnindya Driyar M. Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2015 JADWAL PRODUKSI PRODUKCOMBINATION DOUBLE WINDLASS MENGGUNAKAN PENDEKATAN SHIFTING

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA JADWAL NON DELAY UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN STUDI KASUS DI CV. BIMA MEBEL

PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA JADWAL NON DELAY UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN STUDI KASUS DI CV. BIMA MEBEL PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA JADWAL NON DELAY UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN STUDI KASUS DI CV. BIMA MEBEL Setyo Harto, Annisa Kesy Garside, dan Dana Marsetya Utama Jurusan Teknik Industri Universitas

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PENJADWALAN PRODUKSI PAVING PADA CV. EKO JOYO

PENERAPAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PENJADWALAN PRODUKSI PAVING PADA CV. EKO JOYO Yogyakarta,19Juni2010 PENERAPAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PENJADWALAN PRODUKSI PAVING PADA CV. EKO JOYO Agus Rudyanto 1, Moch. Arifin 2 1 Jurusan Sistem Informasi, Sekolah Tinggi Majemen Informatika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR.. ix DAFTAR LAMPIRAN... x ABSTRAK.. xi BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN HASIL

BAB V ANALISA DAN HASIL BAB V ANALISA DAN HASIL 5.1 Analisa Jumlah Pekerjaan dalam Sistem Jika dilakukan perbandingan jumlah pekerjaan dalam sistem dari penjadwalan produksi Thermowell di PT. Rangga Olah Cipta Systems yang ditelah

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Kerta Laksana adalah perusahaan manufaktur yang membuat berbagai jenis mesin dan komponen mesin sesuai dengan permintaan konsumen atau yang lazim disebut job order. Pesanan yang diterima oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Dalam suatu kegiatan produksi dan operasi, seorang manajer produksi dan operasi harus mampu membina dan mengendalikan arus masukan (input) dan keluaran (output),

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Mitra Abadi Sejahtera adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang garmen yang mengolah kain menjadi pakaian. Perusahaan memproduksi barang sesuai pesanan konsumen (job order). Masalah

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI PADA PT HARAPAN WIDYATAMA PERTIWI UNTUK PRODUK PIPA PVC

PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI PADA PT HARAPAN WIDYATAMA PERTIWI UNTUK PRODUK PIPA PVC Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI PADA PT HARAPAN WIDYATAMA PERTIWI UNTUK PRODUK PIPA PVC (Planning Production Schedule of PVC Pipe Product in PT Harapan Widyatama Pertiwi)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Menurut Badri (2007) Sistem terdiri dari subsistem yang berhubungan dengan prosedur yang membantu pancapain tujuan. Pada saat prosedur diperlukan untuk melengkapi beberapa

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Agronesia INKABA merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur yang mempoduksi produk terknik berbahan baku karet. Sistem produksi di perusahaan ini adalah mass production dan job

Lebih terperinci

USULAN PENJADWALAN KENDARAANSHUTTLE PT. X DENGAN MODIFIKASI ALGORITMA N-JOBS M-MESIN PARALEL UNTUK MENGURANGI JUMLAH KENDARAAN *

USULAN PENJADWALAN KENDARAANSHUTTLE PT. X DENGAN MODIFIKASI ALGORITMA N-JOBS M-MESIN PARALEL UNTUK MENGURANGI JUMLAH KENDARAAN * Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 2014 USULAN PENJADWALAN KENDARAANSHUTTLE PT. X DENGAN MODIFIKASI ALGORITMA N-JOBS

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK P.T. Indo Extrusions adalah perusahaan yang berskala internasional dan bergerak di bidang pengolahan logam nonferos terutama alumunium. Terletak di jalan Leuwi Gajah No. 134, Cimindi, Cimahi menerapkan

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University 1

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University 1 PERANCANGAN SISTEM SCHEDULING JOB MENGGUNAKAN DRUM BUFFER ROPE UNTUK MEMINIMASI KETERLAMBATAN ORDER DAN MANUFACTURING LEAD TIME PADA BAGIAN MACHINING MPM DI PT. DIRGANTARA INDONESIA 1 Rinda Rieswien, 2

Lebih terperinci

hari sehingga menempatkan metode LPT sebagai metode paling tidak efektif untuk diterapkan di PT. XYZ.

hari sehingga menempatkan metode LPT sebagai metode paling tidak efektif untuk diterapkan di PT. XYZ. BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Perb bandingan Penjadwalan FCFS, EDD, SPT dan LPT Jika di ilakukan perbandingan antara ke 4 metode yang digunakan, maka akan did dapatkan hasil sebagai berikut : Dari tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikelolah, maka tidak sedikit instansi maupun badan usaha yang ada

BAB I PENDAHULUAN. yang dikelolah, maka tidak sedikit instansi maupun badan usaha yang ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dengan berkembangnya dunia teknologi khususnya komputer yang semakin baik halam hal perangkat lunak maupun perangkat keras dan pentingnya informasi yang dikelolah,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Penjadwalan dan Penjadwalan Flow shop Menurut Kumar (2011), jadwal merupakan rencana sistematis yang umumnya menceritakan hal-hal yang akan dikerjakan. Menurut Pinedo (2005),

Lebih terperinci

PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM

PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM 1 PENJADWALAN (SCHEDULING) Melaksanakan pekerjaan secara efektif dan efisien agar tujuan tercapai. Oleh karena itu pemahaman mengenai konsep penjadwalan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem manufaktur adalah kumpulan dari equipment yang terintegrasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem manufaktur adalah kumpulan dari equipment yang terintegrasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem manufaktur adalah kumpulan dari equipment yang terintegrasi dan human resource, yang mempunyai fungsi untuk melakukan satu atau beberapa proses operasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penjadwalan produksi merupakan ketepatan suatu perusahaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penjadwalan produksi merupakan ketepatan suatu perusahaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penjadwalan produksi merupakan ketepatan suatu perusahaan dalam mengasilkan produk yang telah disepakati sesuai dengan kesepakatan. Penjadwalan produksi sangat erat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pendukung Keputusan 2.1.1. Definisi Definisi dari Sistem Pendukung Keputusan (SPK) dapat dirumuskan dengan melihat beberapa pengertian SPK menurut beberapa ahli, misalnya

Lebih terperinci

pekerjaan pada mesin dan penugasan tenaga kerja pada mesin. Sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan perencanaan yang tepat pada saat menerima

pekerjaan pada mesin dan penugasan tenaga kerja pada mesin. Sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan perencanaan yang tepat pada saat menerima BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dunia industri yang semakin pesat, perusahaan dituntut untuk dapat bersaing dengan para kompetitor dengan menciptakan kredibilitas yang

Lebih terperinci

Istilah yang harus dimengerti:

Istilah yang harus dimengerti: Istilah yang harus dimengerti: Processing Time: Waktu yang diestimasi untuk menentukan berapa lama yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan (Termasuk setup time) p j : WAKTU UNTUK MEMPROSES

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Sistem Produksi Secara umum, sistem produksi dapat didefinisikan sebagai suatu proses mengubah masukan (input) sumber daya menjadi barang jadi atau barang setengah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk membandingkan metode, dasar penelitian dan sasaran tujuan penelitian baik yang terdahulu maupun yang akan peneliti

Lebih terperinci

4.6 Data Waktu Siap Setiap Mesin Pengerjaan Komponenkomponen Screw Conveyor Penentuan Due Date BAB 5 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

4.6 Data Waktu Siap Setiap Mesin Pengerjaan Komponenkomponen Screw Conveyor Penentuan Due Date BAB 5 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS ABSTRAK PT Kerta Laksana merupakan perusahaan manufaktur berskala internasional yang membuat berbagai jenis mesin, dimana setiap pesanan dikerjakan sesuai dengan permintaan dan keinginan konsumen (job

Lebih terperinci

PERBAIKAN PENJADWALAN AKTIVASI STARTER PACK UNTUK MEMINIMASI KETERLAMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PT XYZ

PERBAIKAN PENJADWALAN AKTIVASI STARTER PACK UNTUK MEMINIMASI KETERLAMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PT XYZ PERBAIKAN PENJADWALAN AKTIVASI STARTER PACK UNTUK MEMINIMASI KETERLAMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PT XYZ Riska Retno Widyaningsih 1, Budi Sulistyo 2, Murni Dwi Astuti 3 1 Program

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENJADUALAN JOB SHOP INSERTED IDLE TIME DENGAN SCHEDULLING GRAPH UNTUK MEMINIMASI BIAYA TARDINESS & EARLINESS

PENGEMBANGAN PENJADUALAN JOB SHOP INSERTED IDLE TIME DENGAN SCHEDULLING GRAPH UNTUK MEMINIMASI BIAYA TARDINESS & EARLINESS PENGEMBANGAN PENJADUALAN JOB SHOP INSERTED IDLE TIME DENGAN SCHEDULLING GRAPH UNTUK MEMINIMASI BIAYA TARDINESS & EARLINESS Dian Retno S.D, Anastasia Lidya Maukar Staf Pengajar Jurusan Teknik Industri,

Lebih terperinci

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm Jurnal Telematika, vol.9 no.1, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung ISSN: 1858-251 Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Lebih terperinci

Sistem Penjadwalan di PT. XYZ

Sistem Penjadwalan di PT. XYZ Sistem di PT. XYZ Fernaldi Darmasaputra Leksono 1, I Gede Agus Widyadana 2 Abstract: Production scheduling in a manufacturing company is an important point to control the production process movements.

Lebih terperinci

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. X adalah perusahaan yang bergerak dalam industri tekstil yang memproduksi kain rajut. Permasalahan yang ada di perusahaan saat ini adalah adanya beberapa order yang mengalami keterlambatan

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD 1 Vita Ardiana Sari, 2 Dida Diah Damayanti, 3 Widia Juliani Program Studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selesai sesuai dengan kontrak. Disamping itu sumber-sumber daya yang tersedia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selesai sesuai dengan kontrak. Disamping itu sumber-sumber daya yang tersedia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Penjadwalan Salah satu masalah yang cukup penting dalam system produksi adalah bagaimana melakukan pengaturan dan penjadwalan pekerjaan, agar pesanan dapat selesai sesuai

Lebih terperinci

2.2.2 Penjadwalan Flow Shop 8

2.2.2 Penjadwalan Flow Shop 8 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR ABSTRAKSI u iii iv v ix xi xiv BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci : penjadwalan kerja, active schedule, heuristic schedule

Abstrak. Kata Kunci : penjadwalan kerja, active schedule, heuristic schedule PENJADWALAN KERJA DENGAN METODE ALGORITMA ACTIVE SCHEDULE DAN HEURISTIC SCHEDULE UNTUK MINIMISASI WAKTU PENYELESAIAN (Studi Kasus di PT. InTAC Brass Indonesia) Wiwiek Fatmawati, Irwan Sukendar, Priswanto

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Tahapan-tahapan yang dilalui pada kegiatan penelitian digambarkan pada Gambar 3.1. Untuk mencapai tujuan penelitian maka dilakukan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

P E N J A D W A L A N. Pertemuan 10

P E N J A D W A L A N. Pertemuan 10 P E N J A D W A L A N Pertemuan 10 Definisi Penjadwalan Pengaturan waktu dari suatu kegiatan operasi, yang mencakup kegiatan mengalokasikan fasilitas, peralatan maupun tenaga kerja, dan menentukan urutan

Lebih terperinci

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi Sistem Produksi Sistem Produksi 84 Produksi Produksi disebut juga dengan istilah manufaktur merupakan salah satu fungsi dalam perusahaan (fungsi lainnya a.l pemasaran, personalia, dan finansial). Produksi

Lebih terperinci

Perencanaan Produksi SAP ERP

Perencanaan Produksi SAP ERP Materi #8 Perencanaan Produksi SAP ERP 2 6623 - Taufiqur Rachman 1 Sales Forecasting 3 Peramalan Penjualan dapat menggunakan data tahun lalu dikombinasikan dengan target keuangan dan inisiatif marketing

Lebih terperinci

PENJADWALAN JOB SHOP STATIK DENGAN METODE SIMULATED ANNEALING UNTUK MEMINIMASI WAKTU MAKESPAN

PENJADWALAN JOB SHOP STATIK DENGAN METODE SIMULATED ANNEALING UNTUK MEMINIMASI WAKTU MAKESPAN PENJADWALAN JOB SHOP STATIK DENGAN METODE SIMULATED ANNEALING UNTUK MEMINIMASI WAKTU MAKESPAN Moh.Husen, Ilyas Masudin, Dana Marsetiya Utama Jurusan Teknik Industri - Universitas Muhammadiyah Malang Muhammad.husen12@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi dewasa ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan bagian yang sangat berpengaruh dalam perkembangan suatu perusahaan, dimana

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA HORISON WAKTU DISKRET HEURISTIK UNTUK PENJADWALAN PRODUKSI OPERASI TUNGGAL PADA MESIN ALTERNATIF

MODEL MATEMATIKA HORISON WAKTU DISKRET HEURISTIK UNTUK PENJADWALAN PRODUKSI OPERASI TUNGGAL PADA MESIN ALTERNATIF MODEL MATEMATIKA HORISON WAKTU DISKRET HEURISTIK UNTUK PENJADWALAN PRODUKSI OPERASI TUNGGAL PADA MESIN ALTERNATIF Irwan Sukendar, ST, MT Jurusan Teknik Industri FTI Universitas Islam Sultan Agung Email:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Sistem Produksi Organisasi industri merupakan salah satu mata rantai dari sistem perekonomian, karena ia memproduksi dan mendistribusikan produk (barang dan jasa).

Lebih terperinci

PENJADWALAN FLOW SHOP N JOB M MESIN DENGAN METODE FIRST COME FIRST SERVED (FCFS), EARLIEST DUE DATE (EDD) DAN ALGORITMA HEURISTIK POUR

PENJADWALAN FLOW SHOP N JOB M MESIN DENGAN METODE FIRST COME FIRST SERVED (FCFS), EARLIEST DUE DATE (EDD) DAN ALGORITMA HEURISTIK POUR PENJADWALAN FLOW SHOP N JOB M MESIN DENGAN METODE FIRST COME FIRST SERVED (FCFS), EARLIEST DUE DATE (EDD) DAN ALGORITMA HEURISTIK POUR Dwi Agustina Kurniawati, Abdul Latief Irsyad Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari hal data, permasalahan, pekerjaan itu sendiri (Jogiyanto, 2005).

BAB II LANDASAN TEORI. dari hal data, permasalahan, pekerjaan itu sendiri (Jogiyanto, 2005). 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aplikasi Aplikasi adalah penerapan, menyimpan sesuatu data, permasalahan, pekerjaan kedalam suatu sarana atau media yang dapat digunakan untuk menerapkan atau mengimplementasikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka akan memberitahukan bahwa terdapat sejumlah penelitian dengan topik permasalahan yang sama, namun memiliki obyek, metode, dan lokasi penelitian yang berbeda. Melalui

Lebih terperinci

Model Penjadwalan Pekerjaan pada Flowshop dengan Kriteria Minimasi Total Waktu Tinggal Aktual

Model Penjadwalan Pekerjaan pada Flowshop dengan Kriteria Minimasi Total Waktu Tinggal Aktual Performa (00) Vol. 1, No.1: 0-5 Model Penjadwalan Pekerjaan pada Flowshop dengan Kriteria Minimasi Total Waktu Tinggal Aktual Yuniaristanto Jurusan Teknik Industri, Universitas Sebelas Maret, Surakarta

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PRODUKSI PAVING BLOCK PADA CV. EKO JOYO

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PRODUKSI PAVING BLOCK PADA CV. EKO JOYO Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2 (SNATI 2) ISSN: 197-522 Yogyakarta, 19 Juni 2 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJADWALAN PRODUKSI PAVING BLOCK PADA CV. EKO JOYO Moch. Arifin 1, Agus Rudyanto

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALGORITMA PENJADUALAN PRODUKSI JOB SHOP UNTUK MEMINIMUMKAN TOTAL BIAYA EARLINESS DAN TARDINESS

PENGEMBANGAN ALGORITMA PENJADUALAN PRODUKSI JOB SHOP UNTUK MEMINIMUMKAN TOTAL BIAYA EARLINESS DAN TARDINESS PENGEMBANGAN ALGORITMA PENJADUALAN PRODUKSI JOB SHOP UNTUK MEMINIMUMKAN TOTAL BIAYA EARLINESS DAN TARDINESS Dian Retno Sari Dewi Jurusan Teknik Industri, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Jl.

Lebih terperinci