BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan nomos. Oikos berarti rumah tangga, nomos berarti aturan. Sehingga ekonomi adalah aturan untuk mengelola rumah tangga baik dalam kehidupan keluarga, perusahaan, negara maupun hubungan internasional (Muchtolifah, 200). Kondisi ekonomi yang terjadi di suatu daerah dapat diketahui melalui Produk Domestik Regional Bruto. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di suatu daerah pada periode tertentu. Penghitungan nilai PDRB dilakukan atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku dihitung dengan dasar harga yang berlaku pada tahun tersebut dan berfungsi untuk melihat perkembangan ekonomi pada tahun tersebut. PDRB atas dasar harga konstan dihitung dengan dasar harga yang berlaku pada tahun tertentu dan berfungsi untuk melihat pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun (BPS Provinsi Bali, 204). Penghitungan PDRB oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dilakukan dengan menggunakan tiga macam pendekatan yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran. 5

2 6 2.. Pendekatan Produksi (Production Approach) Pada pendekatan produksi, PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu daerah pada periode tertentu. Adapun unit-unit produksi dikelompokkan menjadi sembilan sektor dan terdiri dari beberapa subsektor. Pengelompokan sektor dan subsektor disajikan pada Tabel 2.. Tabel 2. Pengelompokan Sektor Menurut Pendekatan Produksi No Sektor Subsektor Pertanian, Peternakan, Tanaman bahan makanan Kehutanan dan Perikanan Tanaman perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan 2 Pertambangan dan Pertambangan minyak dan gas bumi Penggalian Pertambangan bukan migas Penggalian 3 Industri pengolahan Industri migas Industri bukan migas 4 Listrik, gas dan air bersih Listrik Gas Air bersih 5 Konstruksi 6 Perdagangan, Hotel dan Perdagangan besar dan eceran Restoran Hotel Restoran 7 Pengangkutan dan Pengangkutan komunikasi Komunikasi 8 Keuangan, persewaan dan Bank jasa perusahaan Lembaga keuangan tanpa bank Jasa penunjang keuangan Persewaan Jasa perusahaan 9 Jasa-jasa Pemerintahan umum Swasta Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Bali (204)

3 7 Selain itu, menurut aktivitas sektor perekonomian dikelompokkan menjadi tiga yaitu sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier (Jones & Pendlebury, 200).. Sektor Primer Sektor primer adalah sektor ekonomi yang memanfaatkan sumber daya alam secara langsung. Sektor ini terdiri atas sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan dan sektor pertambangan. 2. Sektor Sekunder Sektor sekunder adalah sektor ekonomi yang mengolah hasil sektor primer menjadi barang jadi atau setengah jadi, seperti konstruksi. 3. Sektor Tersier Sektor tersier adalah sektor ekonomi yang menghasilkan suatu jasa. Pengelompokan sektor ekonomi menurut aktivitasnya ditunjukkan oleh Tabel 2.2. Tabel 2.2 Pengelompokan Sektor Berdasarkan Aktivitas Sektor Primer Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Sekunder Sektor Industri Pengolahan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Sektor Konstruksi Sektor Tersier Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Sumber: Jones & Pendlebury (200)

4 Pendekatan Pendapatan (Income Approach) Pada pendekatan pendapatan, PDRB merupakan nilai balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu daerah pada periode tertentu. Balas jasa faktor produksi tersebut berupa upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan. Selain itu, komponen lainnya adalah penyusutan, pajak tidak langsung dan subsidi Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach) Pada pendekatan pengeluaran, PDRB merupakan jumlah seluruh pengeluaran dari konsumsi rumah tangga dan lembaga nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor neto. 2.2 Logika Fuzzy Logika fuzzy pertama kali diperkenalkan oleh Lotfi A. Zadeh pada tahun 965. Penggunaan logika fuzzy adalah untuk menyatakan suatu keadaan yang samar, tak pasti dan kekaburan dari suatu objek. Karakteristik dari logika fuzzy terletak pada himpunan fuzzy dan fungsi keanggotaan. Himpunan fuzzy (fuzzy set) merupakan grup yang mewakili suatu kondisi dalam variabel fuzzy, sedangkan fungsi keanggotaan (membership function) adalah fungsi yang memetakan input ke dalam nilai keanggotaannya. Keanggotaan suatu objek dapat diukur dengan menghitung derajat keanggotaan. Pada teori himpunan tegas (crisp) suatu objek memiliki nilai (satu) bila menjadi anggota dan 0 (nol) bila tidak menjadi anggota dalam suatu himpunan. Dengan dikembangkannya teori logika fuzzy, maka derajat keanggotaan dari suatu objek terletak pada interval [0,]. Selain itu, penggunaan

5 9 logika fuzzy membuat suatu objek masuk ke dalam dua himpunan fuzzy. Hal ini disesuaikan dengan eksistensi objek tersebut terhadap masing-masing himpunan fuzzy. Derajat keanggotaan suatu objek dihitung melalui fungsi keanggotaan yang didefinisikan. Derajat keanggotaan suatu objek x pada himpunan A dinotasikan dengan μ A (x) (Kusumadewi & Purnomo, 200). Untuk memperjelas perbedaan antara himpunan tegas (crisp) dan himpunan fuzzy (fuzzy set) akan diilustrasikan melalui contoh berikut. Contoh : Misalkan variabel umur dibagi menjadi 3 kategori (Kusumadewi & Purnomo, 200), yaitu: Muda Parobaya Tua umur < 35 tahun 35 umur 55 tahun umur > 55 tahun Nilai keanggotaan secara grafis, himpunan Muda, Parobaya dan Tua dapat dilihat pada Gambar 2.. Muda Parobaya Tua μ(x) μ(x) μ(x) 0 35 x 0 Umur (thn) Umur (thn) x 0 55 Umur (thn) x Gambar 2. Himpunan Tegas (Crisp) Muda, Parobaya, Tua Berdasarkan Gambar 2., sehubungan dengan nilai keanggotaan dapat dijelaskan sebagai berikut:

6 0 Apabila seseorang berusia 34 tahun, maka ia dikatakan Muda (μ Muda (34) = ). Apabila seseorang berusia 35 tahun, maka ia dikatakan Tidak Muda (μ Muda (35) = 0). Apabila seseorang berusia 35 tahun kurang hari, maka ia dikatakan Tidak Muda (μ Muda (35 tahun hari) = 0). Apabila seseorang berusia 35 tahun, maka ia dikatakan Parobaya (μ Parobaya (35) = ) Apabila seseorang berusia 34 tahun, maka ia dikatakan Tidak Parobaya (μ Parobaya (34) = 0) Apabila seseorang berusia 35 tahun kurang hari, maka ia dikatakan Tidak Parobaya (μ Parobaya (35 tahun hari) = 0). Dari keterangan yang ada pada Gambar 2. dapat disimpulkan bahwa penggunaan himpunan tegas (crisp) untuk menyatakan umur sangat tidak adil. Hal ini disebabkan oleh apabila terjadi perubahan kecil pada suatu nilai mengakibatkan perbedaan kategori yang cukup signifikan. Apabila Contoh dibentuk ke dalam logika fuzzy, maka himpunan Muda, Parobaya dan Tua didefinisikan terlebih dahulu fungsi keanggotaannya. Kurvanya ditunjukkan oleh Gambar 2.2.

7 μ(x) Muda Parobaya Tua Umur (thn) Gambar 2.2 Himpunan Fuzzy untuk Variabel Umur x Fungsi keanggotaan masing-masing himpunan Muda, Parobaya dan Tua diberikan sebagai berikut:, x x μ Muda (x) = {, x 45 0, x , x 35 atau x 55 μ Parobaya (x) = x 35 0, 35 x x { 0, 45 x 55 0, x 45 x 45 μ Tua (x) = {, x 65, x 65 Berdasarkan Gambar 2.2 dapat dijelaskan sebagai berikut: Seseorang yang berusia 40 tahun, termasuk dalam himpunan Muda dengan μ Muda (40) = 0.25, dan termasuk ke dalam himpunan Parobaya dengan μ Parobaya (40) = 0.5. Seseorang yang berusia 50 tahun, termasuk dalam himpunan Parobaya dengan μ Parobaya (50) = 0.5, dan termasuk ke dalam himpunan Tua dengan μ Tua (50) = 0.25.

8 2 Dalam menggunakan logika fuzzy, adapun tahapan yang harus dilakukan adalah:. Fuzzifikasi Fuzzifikasi adalah tahap mengubah seluruh variabel input ke bentuk himpunan fuzzy. 2. Inferensi Inferensi adalah tahap menentukan aturan dari sistem logika fuzzy. 3. Defuzzifikasi Defuzzifikasi adalah tahap mengubah hasil pengolahan logika fuzzy menjadi suatu nilai tunggal. 2.3 Analytic Hierarchy Process (AHP) Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu metode pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Metode pendukung keputusan ini menguraikan permasalahan dan menyelesaikannya dengan membentuk suatu struktur hirarki. Struktur hirarki disusun membentuk pohon yang terdiri atas tujuan (goal), kriteria, subkriteria dan alternatif (Saaty & Vargas, 200). Tahapan-tahapan proses dalam metode AHP (Darmanto, et al., 204) adalah:. Mendefinisikan dan menguraikan permasalahan serta menetapkan solusi. 2. Membuat struktur hirarki. 3. Menyusun matriks perbandingan berpasangan. 4. Menormalkan data dan menghitung vektor eigen. 5. Menghitung nilai eigen maksimum.

9 3 6. Menguji konsistensi setiap matriks (CR < 0.) 2.3. Prinsip Dasar AHP Dalam menyelesaikan persoalan dengan metode AHP, terdapat beberapa prinsip dasar (Saaty & Kearns, 985) yang harus dipahami, yaitu:. Dekomposisi (Decomposition) Dekomposisi adalah langkah memecah atau membagi masalah membentuk suatu struktur hirarki. Struktur tersebut terdiri dari tiga tingkat yaitu tingkat pertama (tujuan), tingkat kedua (kriteria) dan tingkat ketiga (alternatif). Bentuk struktur hirarki ditunjukkan oleh Gambar 2.3. Tujuan Kriteria Kriteria Kriteria Kriteria Alternatif Alternatif Alternatif Gambar 2.3 Struktur Hirarki 2. Perbandingan Penilaian (Comparative Judgement) Perbandingan penilaian dilakukan dengan memberikan penilaian tentang kepentingan relatif antar kriteria. Penilaian diukur berdasarkan skala perbandingan, yang dimulai dari skala paling rendah sampai skala paling tinggi. Tabel 2.3 adalah skala yang telah ditetapkan oleh Saaty.

10 4 Tabel 2.3 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Tingkat Kepentingan Definisi Sama penting 3 Sedikit lebih penting 5 Lebih penting 7 Sangat penting 9 Mutlak lebih penting 2,4,6,8 Nilai diantara dua pilihan yang berdekatan Sumber : Thomas L. Saaty and Luis G. Vargas (200) Perbandingan kriteria yang diperoleh kemudian disusun kedalam matriks yang dinamakan matriks perbandingan berpasangan (pairwise comparison). Bentuk matriks ditunjukkan oleh Tabel 2.4. Tabel 2.4 Matriks Perbandingan Berpasangan A A 2 A A 2 A n w w w w 2 w 2 w 2 w w 2 w n w n A n w w 2 Sumber: Thomas L.Saaty and Kevin P. Kearns (985) 3. Sintesis Prioritas (Synthesis of Priority) Dari matriks keputusan yang terbentuk dapat ditentukan nilai bobot untuk masing-masing kriteria, sehingga diperoleh prioritas antar kriteria Nilai Eigen dan Vektor Eigen Definisi: Jika A adalah sebuah matriks n n, maka sebuah vektor tak nol x pada R n disebut vektor eigen (eigen vector) dari A, jika Ax adalah sebuah kelipatan skalar dari x, yaitu: Ax = λx w w n w 2 w n w n w n

11 5 untuk sebarang skalar λ. Skalar λ disebut nilai eigen (eigen value) dari A, dan x disebut sebagai vektor eigen dari A yang terkait dengan λ. Jadi, untuk mencari eigen value dari matriks A yang berukuran n n dapat dituliskan pada persamaan berikut: Ax = λx Atau secara ekivalen (λi A)x = 0 Pada penyelesaian masalah menggunakan metode AHP, vektor eigen dan nilai eigen dapat dihitung dengan normalisasi penjumlahan (Parapat, 2009). Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: Diberikan matriks berukuran n n, ditunjukkan oleh Tabel 2.5 Tabel 2.5 Matriks Berukuran n n A A 2 A n A a a 2 a n A 2 a 2 a 22 a 2n A n a n a n2 a nn Sumber: Thomas L.Saaty and Kevin P. Kearns (985). Menjumlahkan nilai setiap elemen dalam satu kolom pada matriks perbandingan berpasangan. n a ij i= untuk i, j =,2,, n (2.) 2. Membagi nilai a ij pada setiap kolom dengan jumlah nilai pada kolom. = a ij n a ij i= a ij untuk i, j =,2,, n (2.2)

12 6 3. Menjumlahkan semua elemen pada satu baris dari matriks yang telah dinormalisasi dan membaginya dengan banyak elemen. Hasil ini merupakan vektor prioritas (vektor eigen) dari matriks perbandingan berpasangan. 4. Nilai eigen maksimum diperoleh dari mengalikan matriks perbandingan dengan vektor prioritas. Hasil tersebut kemudian dibagi dengan vektor prioritas. Jumlahkan hasil tersebut dan bagi dengan banyak elemen Uji Konsistensi dan Indeks Rasio Metode AHP menggunakan persepsi dan pendapat dari pakar sebagai inputnya. Hal ini memungkinkan terjadi ketidakkonsistenan pada data yang diperoleh. Pengukuran konsistensi suatu matriks didasarkan atas nilai eigen maksimum (λ max ). Pengujian konsistensi matriks berordo n dapat diperoleh dengan persamaan berikut (Saaty & Vargas, 200): CI = (λ max n) (n ) (2.3) dengan, CI = Rasio penyimpangan (deviasi) konsistensi (consistency index) λ max = Nilai eigen terbesar dari matriks berordo n n = Ordo matriks Apabila CI bernilai nol, maka pairwise comparison matriks tersebut konsisten. Batas ketidakkonsistenan (inconsistency) yang telah ditetapkan oleh Saaty ditentukan dengan menggunakan Rasio Konsistensi (CR), yaitu perbandingan indeks konsistensi (CI) dengan nilai random index (RI) yang diperlihatkan pada

13 7 Tabel 2.6. Nilai ini bergantung pada ordo matriks n. Dengan demikian, Rasio Konsistensi dirumuskan sebagai berikut: CR = CI RI (2.4) CR = Consistency Ratio RI = Random Index Tabel 2.6 Nilai Random Index (RI) N RI Sumber: Thomas L. Saaty and Luis G. Vargas (200) Bila matriks pairwise comparison mempunyai nilai CR < 0.00 maka ketidakkonsistenan pendapat dari pengambil keputusan dapat diterima, dan apabila nilai tidak terpenuhi maka penilaian harus diulang. 2.4 Fuzzy Analytic Hierarchy Process Untuk beberapa kasus tertentu dalam pengambilan keputusan yang banyak melibatkan unsur subyektifitas, metode AHP kurang tepat diterapkan. Untuk menangani kelemahan AHP ini, diperlukan suatu metode yang lebih memperhatikan kriteria-kriteria yang bersifat subyektifitas. Adapun metode tersebut adalah Fuzzy Analytic Hierarchy Process. Metode fuzzy AHP merupakan penggabungan antara metode AHP dengan pendekatan fuzzy khususnya triangular fuzzy number (Chang, 996) Triangular Fuzzy Number Kurva triangular fuzzy pada dasarnya merupakan gabungan antara dua garis (linear), ditunjukkan oleh Gambar 2.4 (Kusumadewi & Purnomo, 200).

14 8 μ(x) 0 l m u x Gambar 2.4 Kurva Triangular Fuzzy Berdasarkan Gambar 2.4, didefinisikan fungsi keanggotaan sebagai berikut: 0, x l atau x u x l μ(x) = m l, l x m u x { u m, m x u Penulisan triangular fuzzy number dinotasikan (l, m, u), dengan l adalah batas bawah, m adalah titik tengah dan u adalah batas atas. Bila terdapat dua triangular fuzzy number M = (l, m, u ) dan M 2 = (l 2, m 2, u 2 ), diberikan operasi penjumlahan, perkalian dan invers diperoleh:. M M 2 = (l + l 2, m + m 2, u + u 2 ) (2.5) 2. M M 2 (l l 2, m m 2, u u 2 ) (2.6) 3. λ M = (λl, λm, λu ) (2.7) 4. M (,, ) (2.8) u m l Pada metode Fuzzy AHP, skala AHP yang diperoleh harus diubah terlebih dahulu ke dalam skala fuzzy triangular number. Adapun skala yang terdefinisi ditunjukkan oleh Tabel 2.7.

15 9 Tabel 2.7 Skala AHP dan Skala Triangular Fuzzy Number Skala AHP Skala Fuzzy Invers Skala Fuzzy Definisi (,,) (,,) Sama Penting 2 (,2,3) ( 3, 2, ) Pertengahan 3 (2,3,4) ( 4, 3, ) Sedikit lebih penting 2 4 (3,4,5) ( 5, 4, 3 ) Pertengahan 5 (4,5,6) ( 6, 5, 4 ) Lebih penting 6 (5,6,7) ( 7, 6, 5 ) Pertengahan 7 (6,7,8) ( 8, 7, ) Sangat penting 6 8 (7,8,9) ( 9, 8, 7 ) Pertengahan 9 (8,9,9) ( 9, 9, 8 ) Mutlak lebih penting Sumber: Hsu, et al (200) Langkah-langkah Fuzzy AHP Langkah-langkah model extent analysis dari Chang (996) adalah:. Menghitung nilai fuzzy synthetic extent Nilai fuzzy synthetic extent dipakai untuk memperoleh perluasan suatu objek. Apabila diberikan sebanyak m triangular fuzzy number (M gi, M 2 m gi,, M gi dengan i =,2,, n), maka nilai fuzzy synthetic extent didefinisikan sebagai berikut: m j S i = M gi j= n m [ M gi ] i= j= j (2.9) dengan

16 20 m j M gi j= m m m = ( l j, m j, u j ) j= j= j= n i= m j= Sedangkan untuk memperoleh nilai [ M gi ] dilakukan operasi j j penjumlahan untuk keseluruhan bilangan triangular fuzzy M gi (j =,2,, m) yaitu: n m j M gi i= j= n m n m n m = ( l ij, m ij, u ij ) i= j= i= j= i= j= Jadi n m j [ M gi ] i= j= ( n m, u ij n m, m ij n m ) l j i= j= 2. Menghitung perbandingan tingkat kemungkinan antara bilangan fuzzy. Perbandingan tingkat kemungkinan ini digunakan untuk memberi nilai bobot pada masing-masing kriteria. Untuk dua bilangan triangular fuzzy M = (l, m, u ) dan M 2 = (l 2, m 2, u 2 ) dengan tingkat kemungkinan (M M 2 ) dapat didefinisikan sebagai berikut: V(M M 2 ) = sup [min (μ M (x), μ M2 (x))] M dan M 2 merupakan bilangan fuzzy konveks maka dinyatakan bahwa: i= j= i= j= V(M M 2 ) = jika m m 2 V(M 2 M ) = hgt(m M 2 ) = μ M (d) Dengan d adalah titik perpotongan tertinggi dari D diantara μ M dan μ M2. Ketika M = (l, m, u ) dan M 2 = (l 2, m 2, u 2 ) di ordinat D, maka: V(M 2 M ) = hgt(m M 2 )

17 2 = l u 2 (m 2 u 2 ) (m l ) M 2 M V(M 2 M ) D 0 l 2 m 2 l d u 2 m u Gambar 2.5 Perpotongan antara M dan M 2 (Chang, 996) Perbandingan nilai synthetic dapat dituliskan sebagai berikut, jika m 2 m V(M 2 M ) = { , jika l u 2 (2.0) l u 2, lainnya (m 2 u 2 ) (m l ) 3. Menghitung tingkat kemungkinan untuk bilangan fuzzy konveks M lebih baik dibandingkan sejumlah k bilangan fuzzy konveks M i (i =,2,, k) didefinisikan dengan: V(M M, M 2,, M k ) Jika diasumsikan bahwa = V[(M M ) and (M M 2 ) and and (M M k )] = min V(M M i ), i =,2,, k d (A i ) = min V(S i S k ), k =,2,, n; k i (2.) Maka vektor bobot didefinisikan sebagai: W = (d (A ), d (A 2 ),, d (A n )) T (2.2) W menggambarkan pilihan relatif dari masing-masing atribut keputusan.

18 22 4. Menormalisasikan vektor bobot Untuk menormalisasikan vektor bobot adalah sebagai berikut d(a i ) = d (A i ) n i= d (A i ) untuk i =,2,, n (2.3) Sehingga diperoleh vektor bobot W = (d(a ), d(a 2 ),, d(a n )) T,dengan W bukan merupakan bilangan fuzzy.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytical Hierarchy Process (AHP) Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah salah satu metode dari Multi Criteria Decision Making (MCDM) yang dikembangkan oleh Prof. Thomas Lorie

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE FUZZY AHP DALAM PENENTUAN SEKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI BALI

PENERAPAN METODE FUZZY AHP DALAM PENENTUAN SEKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI BALI E-Jurnal Matematika Vol. 5 (2), Mei 2016, pp. 59-66 ISSN: 2303-1751 PENERAPAN METODE FUZZY AHP DALAM PENENTUAN SEKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI BALI Tjokorda Gde Agung Friska Adnyana

Lebih terperinci

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK 3.1 Pengertian Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) pertama kali dikembangkan oleh Thomas Lorie Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional Pariwisata merupakan kegiatan perjalanan untuk rekreasi dengan mengunjungi tempat-tempat wisata seperti gunung, pantai, perkotaan, dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya dikarenakan faktor ketidakpasatian atau ketidaksempurnaan informasi saja. Namun masih terdapat penyebab

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 70 an ketika di Warston school. Metode AHP merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB 2 LANDASAN TEORI 2 1 Analytial Hierarchy Process (AHP) 2 1 1 Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota Malang. Fokus penelitian ini meliputi Sub sektor apa saja yang dapat menjadi

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT Multi-Attribute Decision Making (MADM) Permasalahan untuk pencarian terhadap solusi terbaik dari sejumlah alternatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik,

Lebih terperinci

PENERAPAN FUZZY ANALYTICAL NETWORK PROCESS DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN

PENERAPAN FUZZY ANALYTICAL NETWORK PROCESS DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN PENERAPAN FUZZY ANALYTICAL NETWORK PROCESS DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN Oleh : Manis Oktavia 1209 100 024 Dosen Pembimbing : Drs. I Gusti Ngurah Rai Usadha, M.Si Sidang Tugas Akhir - 2013

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. MCDM (Multiple Criteria Decision Making) Multi-Criteria Decision Making (MCDM) adalah suatu metode pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif

Lebih terperinci

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process) Mata Kuliah :: Riset Operasi Kode MK : TKS 4019 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process) e-mail : zacoeb@ub.ac.id www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Hp. 081233978339 Pendahuluan AHP

Lebih terperinci

BAB III MENENTUKAN PRIORITAS DALAM AHP. Wharton School of Business University of Pennsylvania pada sekitar tahun 1970-an

BAB III MENENTUKAN PRIORITAS DALAM AHP. Wharton School of Business University of Pennsylvania pada sekitar tahun 1970-an BAB III MENENTUKAN PRIORITAS DALAM AHP Pada bab ini dibahas mengenai AHP yang dikembangkan oleh Thomas L Saaty di Wharton School of Business University of Pennsylvania pada sekitar tahun 970-an dan baru

Lebih terperinci

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menjelaskan mengenai metode Analytic Hierarchy Process (AHP) sebagai metode yang digunakan untuk memilih obat terbaik dalam penelitian ini. Disini juga dijelaskan prosedur

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP)

ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) Jurnal DINAMIKA TEKNIK, Vol 8 No 2 Juli 2014, h.1 10 ISSN: 1412-3339 ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) Antoni Yohanes Program Studi Teknik Industri Universitas Stikubank Semarang, Jawa Tengah, Indonesia antonijohanes@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Pemilihan Supplier dan Alokasi Order Pemilihan supplier berpotensi memiliki dampak signifikan terhadap kinerja berlangsungnya perusahaan (Herbon dkk, 2012).

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE FUZZY ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN SEKTOR-SEKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI BALI

PENERAPAN METODE FUZZY ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN SEKTOR-SEKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI BALI PENERAPAN METODE FUZZY ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN SEKTOR-SEKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI BALI KOMPETENSI KOMPUTASI SKRIPSI TJOKORDA GDE AGUNG FRISKA ADNYANA 1108405003

Lebih terperinci

Aplikasi Fuzzy Analytical Hierarchy Process Dalam Seleksi Karyawan (Studi Kasus: Pemilihan Staf Administrasi Di PT. XYZ)

Aplikasi Fuzzy Analytical Hierarchy Process Dalam Seleksi Karyawan (Studi Kasus: Pemilihan Staf Administrasi Di PT. XYZ) J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-605X Vol. 2, No. 1, May. 2005, 17 26 Aplikasi Fuzzy Analytical Hierarchy Process Dalam Seleksi Karyawan (Studi Kasus: Pemilihan Staf Administrasi Di PT. XYZ) Mardlijah,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Analytic Hierarchy Process (AHP) adalah salah satu metode khusus dari Multi Criteria Decision Making (MCDM) yang diperkenalkan oleh Thomas L. Saaty.

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN RATING RISIKO PROYEK PT. XYZ METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROSES (AHP)

ANALISIS PENENTUAN RATING RISIKO PROYEK PT. XYZ METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROSES (AHP) ANALISIS PENENTUAN RATING RISIKO PROYEK PT. XYZ METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROSES (AHP) Hadi Setiawan 1, Shanti Kirana Anggraeni 2, dan Fitri Purnamasari 3 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. perumahan yang terletak di jalan Kedungwringin Patikraja, Griya Satria Bukit

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. perumahan yang terletak di jalan Kedungwringin Patikraja, Griya Satria Bukit BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. PERUMAHAN Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan(basri,

Lebih terperinci

Fasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096

Fasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096 PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERUSAHAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) SEBAGAI TEMPAT KERJA MAHASISWA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (USU) 1. Permasalahan Pemilihan Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Studi Menurut penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti terdahulu, hasil menunjukkan berbagai pandangan tentang metode Fuzzy Analytical Hierarchy

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN PRIORITAS PELANGGAN BERKUNJUNG KE GALERI (Studi Kasus di Secondhand Semarang)

APLIKASI FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN PRIORITAS PELANGGAN BERKUNJUNG KE GALERI (Studi Kasus di Secondhand Semarang) ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, Halaman 239-248 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian APLIKASI FUZZY ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN NASABAH KARTU KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DENGAN METODE FUZZY ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN NASABAH KARTU KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DENGAN METODE FUZZY ANALYTIC HIERARCHY PROCESS PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN NASABAH KARTU KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DENGAN METODE FUZZY ANALYTIC HIERARCHY PROCESS Fratika Aprilia Purisabara, Titin Sri Martini, dan Mania Roswitha Program

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manusia dan Pengambilan Keputusan Setiap detik, setiap saat, manusia selalu dihadapkan dengan masalah pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele. Bagaimanapun

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk menyajikan

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR PRIORITAS MAHASISWA DALAM MEMILIH TELEPON SELULER MERK BLACKBERRY DENGAN FUZZY AHP ABSTRAK

PENENTUAN FAKTOR PRIORITAS MAHASISWA DALAM MEMILIH TELEPON SELULER MERK BLACKBERRY DENGAN FUZZY AHP ABSTRAK JURNAL GAUSSIAN, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 73-82 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENENTUAN FAKTOR PRIORITAS MAHASISWA DALAM MEMILIH TELEPON SELULER MERK BLACKBERRY

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

BAB III METODE FUZZY ANP DAN TOPSIS

BAB III METODE FUZZY ANP DAN TOPSIS BAB III METODE FUZZY ANP DAN TOPSIS 3.1 Penggunaan Konsep Fuzzy Apabila skala penilaian menggunakan variabel linguistik maka harus dilakukan proses pengubahan variabel linguistik ke dalam bilangan fuzzy.

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto Tabel 9.1 : PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2007 2010 (Rp. 000) 1. PERTANIAN 193.934.273 226.878.977 250.222.051 272176842 a. Tanaman bahan makanan 104.047.799 121.733.346 134.387.261

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Tampilan Hasil Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari sistem pendukung keputusan penentuan kenaikan kelas pada SMA Ar Rahman dengan sistem yang dibangun dapat

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S

Lebih terperinci

2.3.1 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Penetapan Kriteria dan Sub Kriteria Pemilihan Pemasok Analytic Hierarchy Process

2.3.1 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Penetapan Kriteria dan Sub Kriteria Pemilihan Pemasok Analytic Hierarchy Process ABSTRAK UD Bandung Textile adalah merupakan unit dagang untuk penjualan kain yang menjual kain di kota Bandung. UD Bandung Textile didirikan pada tahun 1995 dengan menjual beberapa jenis kain yaitu bahan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENENTUAN PEMBOBOTAN EVALUASI TEKNIS JASA KONSULTANSI MENGGUNAKAN METODE AHP DAN FUZZY

PERBANDINGAN PENENTUAN PEMBOBOTAN EVALUASI TEKNIS JASA KONSULTANSI MENGGUNAKAN METODE AHP DAN FUZZY PERBANDINGAN PENENTUAN PEMBOBOTAN EVALUASI TEKNIS JASA KONSULTANSI MENGGUNAKAN METODE AHP DAN FUZZY M. Adhitya Verdian 1 Mahasiswa Magister Teknik Sipil Konsentrasi Manajemen Proyek Konstruksi Program

Lebih terperinci

PENDEKATAN TRIANGULAR FUZZY NUMBER DALAM METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

PENDEKATAN TRIANGULAR FUZZY NUMBER DALAM METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS PENDEKATAN TRIANGULAR FUZZY NUMBER DALAM METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS Yusuf Anshori Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Tadulako email : iyus.jr@gmail.com Abstract - The study

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk 17 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap kegiatan/lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh lapangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Sugiyono (008 : 3) mengemukakan secara umum penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode yang

Lebih terperinci

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 02, No. 03 (2014), pp. 213-224. PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi penelitian.

III. METODOLOGI. Gambar 1 Lokasi penelitian. III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilaksanakan di kota Sibolga yang terletak di tepi pantai barat pulau Sumatera bagian Utara di Teluk Tapian Nauli, + 350 km Selatan kota

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pendukung Keputusan Menurut Turban, sistem pendukung keputusan (Decision Support System) merupakan suatu pendekatan untuk mendukung pengambilan keputusan. Sistem pendukung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah Kabupaten Sleman, yang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan 22 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan 2.1.1. Definisi Sistem Sistem adalah kumpulan objek seperti orang, sumber daya, konsep dan prosedur yang dimaksudkan

Lebih terperinci

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK Siti Komsiyah Mathematics Department, School of Computer Science, Binus University Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah,

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP ANALISIS DATA Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan konsumen dan pakar serta tinjauan langsung ke lapangan, dianalisa menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kepentingannya.

Lebih terperinci

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 TABEL-TABEL POKOK Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 Tabel 1. Tabel-Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lamandau Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB II METODOLOGI Dalam penyusunan publikasi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau dipakai konsep dan definisi yang selama ini digunakan oleh BPS di seluruh Indonesia. Konsep dan definisi tersebut

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 19/05/14/Th.XI, 10 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas y-on-y Triwulan I Tahun sebesar 5,93 persen Ekonomi Riau dengan migas pada triwulan I tahun mengalami kontraksi sebesar 1,19

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Definisi Model. Representasi sistem atau masalah berdasarkan model dapat dilakukan dengan berbagai macam tingkat abstraksi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Definisi Model. Representasi sistem atau masalah berdasarkan model dapat dilakukan dengan berbagai macam tingkat abstraksi. BAB 2 LANDASAN TEORI Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga berfungsi sebagai dasar untuk memberi jawaban

Lebih terperinci

ANALISA TRIANGULAR FUZZY NUMBER DALAM PERANCANGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)

ANALISA TRIANGULAR FUZZY NUMBER DALAM PERANCANGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) ANALISA TRIANGULAR FUZZY NUMBER DALAM PERANCANGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Krisnadhi Hariyanto 6 Abstract: The study aims to design decision support system using triangular fuzzy number

Lebih terperinci

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN)

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN) PEDEKT LITYCL HIERRCHY PROCESS (HP) DLM PEETU URUT PEGERJ PES PELGG (STUDI KSUS: PT TEMBG MULI SEM) urlailah Badariah, Iveline nne Marie, Linda Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas

Lebih terperinci

9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali

9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali 9.1. Analisis LQ Sektor Jembrana Terhadap Sektor Propinsi Bali A nalisis LQ menunjukkan potensi dari tempat terkait dengan kondisi kekayaan yang ada di wilayah tersebut. LQ berguna untuk melihat spesialisasi

Lebih terperinci

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 ISSN 1412-6869 ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Pendahuluan Ngatawi 1 dan Ira Setyaningsih 2 Abstrak:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Sebelum melakukan pembahasan mengenai permasalahan dari skripsi ini, pada bab ini akan diuraikan beberapa teori penunjang yang dapat membantu dalam penulisan skripsi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 21/05/14/Th.XII, 5 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas Triwulan I Tahun mencapai 7,51 persen Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan I tahun, yang diukur dari kenaikan Produk Domestik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 No.43/08/33/Th.V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011 PDRB Jawa Tengah pada triwulan II tahun 2011 meningkat sebesar 1,8 persen dibandingkan triwulan I tahun 2011 (q-to-q).

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode Analytical Hierarchy Process Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analytical Hierarchy Process (AHP) Analytial Hierarchy Process (AHP) adalah salah satu metode khusus dari Multi Criteria Decision Making (MCDM) yang diperkenalkan oleh Thomas

Lebih terperinci

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN Indriyati APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN Indriyati Program Studi Teknik Informatika Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Abstrak Dalam era globalisasi dunia pendidikan memegang peranan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Suatu sistem pada dasarnya adalah sekolompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU No. 24/05/14/Th.XV, 5 Mei 2014 PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau termasuk migas pada triwulan I tahun 2014, yang diukur dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000, mengalami

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR PRIORITAS MAHASISWA DALAM MEMILIH TELEPON SELULER MERK BLACKBERRY DENGAN FUZZY AHP. Hanien Nia H Shega, Rita Rahmawati, Hasbi Yasin 3

PENENTUAN FAKTOR PRIORITAS MAHASISWA DALAM MEMILIH TELEPON SELULER MERK BLACKBERRY DENGAN FUZZY AHP. Hanien Nia H Shega, Rita Rahmawati, Hasbi Yasin 3 PENENTUAN FAKTOR PRIORITAS MAHASISWA DALAM MEMILIH TELEPON SELULER MERK BLACKBERRY DENGAN FUZZY AHP Hanien Nia H Shega, Rita Rahmawati, Hasbi Yasin 3 Mahasiswa Jurusan Statistika FSM Universitas Diponegoro,3

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan

BAB II LANDASAN TEORI. papernya yang monumental Fuzzy Set (Nasution, 2012). Dengan BAB II LANDASAN TEORI 2.. Logika Fuzzy Fuzzy set pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Lotfi Zadeh, 965 orang Iran yang menjadi guru besar di University of California at Berkeley dalam papernya yang monumental

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 No.51/08/33/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan II tahun

Lebih terperinci

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Dahriani Hakim Tanjung Sistem Informasi, Teknik dan Ilmu Kompuer, Universitas Potensi Utama JL. KL. Yos Sudarso

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Penyusunan Hirarki Dari identifikasi dan subatribut yang dominan, dapat disusun struktur hirarki sebagai berikut: Gambar 4.1 Struktur Hirarki Penerima Beasiswa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 22 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Sektor pertanian memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Sayuran adalah salah satu komoditas pertanian yang memiliki potensi pengembangan pasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. AHP dan Promethee. Bahasa pemrograman yang digunakan Microsoft Visual

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. AHP dan Promethee. Bahasa pemrograman yang digunakan Microsoft Visual 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Sebagai pembanding dan bahan acuan dalam pengembangan sistem pakar ini penulis mengkaji mengenai sistem pendukung yang pernah dibuat oleh

Lebih terperinci

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016 1 Kuliah 11 Metode Analytical Hierarchy Process Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi METODE AHP 2 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Analytical Network Process (ANP) dapat digunakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian, Tahun 2013-2014 Triwulan I...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia, Tahun 2013-2014 Triwulan I...8

Lebih terperinci

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process ) Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process ) A. Pengertian AHP ( Analitycal Hierarchy Process ) AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Sistem Pendukung Keputusan Pada dasarnya sistem pendukung keputusan merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi. Sistem

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Simplikasi. Asumsi. Validasi model. Verifikasi, pengujian yang diusulkan. Implementasi solusi Gagal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Simplikasi. Asumsi. Validasi model. Verifikasi, pengujian yang diusulkan. Implementasi solusi Gagal 21 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan adalah sebuah proses memilih tindakan (diantara berbagai alternatif) untuk mencapai suatu tujuan atau beberapa tujuan (Turban,

Lebih terperinci

Bab II Analytic Hierarchy Process

Bab II Analytic Hierarchy Process Bab II Analytic Hierarchy Process 2.1. Pengertian Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode AHP merupakan salah satu metode pengambilan keputusan yang menggunakan faktor-faktor logika, intuisi, pengalaman,

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

BPS PROVINSI JAWA TENGAH BPS PROVINSI JAWA TENGAH No.24/05/33/Th.IV, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2010 PDRB Jawa Tengah pada triwulan I tahun 2010 meningkat sebesar 6,5 persen dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM Oleh : Yuniva Eka Nugroho 4209106015 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan

Lebih terperinci

ANALISIS SENSITIVITAS DAN PENGARUHNYA TERHADAP URUTAN PRIORITAS DALAM METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) SKRIPSI MINDO MORA

ANALISIS SENSITIVITAS DAN PENGARUHNYA TERHADAP URUTAN PRIORITAS DALAM METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) SKRIPSI MINDO MORA ANALISIS SENSITIVITAS DAN PENGARUHNYA TERHADAP URUTAN PRIORITAS DALAM METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) SKRIPSI MINDO MORA 05080307 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN Yosep Agus Pranoto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan di Dapur Geulis yang merupakan salah satu restoran di Kota Bogor. Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi bauran pemasaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) ini dilaksanakan di PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Pada dasarnya Sistem Pendukung Keputusan ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem informasi manajemen terkomputerisasi yang dirancang sedemikian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan 7 BAB 2 2.1. Tinjauan Pustaka TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Tinjauan pustaka yang dipakai dalam penelitian ini didapat dari penelitian yang di lakukan oleh Agus Settiyono (2016) dalam penelitiannya menggunakan

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP).

Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP). Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP). Pengembangan Pendekatan SPK Pengembangan SPK membutuhkan pendekatan yg unik. Pengembangan SPK Terdapat 3 (tiga) pendekatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2.

DAFTAR ISI. : 1. Metha Herwulan Ningrum 2. Ir. Wieta B. Komalasari, Msi 3. Ir. Rumonang Gultom 4. Rinawati, SE 5. Yani Supriyati, SE. 2. DAFTAR ISI Halaman Penjelasan Umum...1 Perkembangan PDB Indonesia dan PDB Sektor Pertanian Triwulan II Tahun 2014...5 Kontribusi Setiap Lapangan Usaha Terhadap PDB Indonesia Triwulan II Tahun 2014...6

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI Dwi Nurul Izzhati Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang 50131 E-mail : dwinurul@dosen.dinus.ac.id

Lebih terperinci