UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA KONSEP MIGRASI DATA SEISMIK DENGAN ALGORITMA PHASE SHIFT, KIRCHHOFF, FINITE DIFFERENCE SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA KONSEP MIGRASI DATA SEISMIK DENGAN ALGORITMA PHASE SHIFT, KIRCHHOFF, FINITE DIFFERENCE SKRIPSI"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA ANALISA KONSEP MIGRASI DATA SEISMIK DENGAN ALGORITMA PHASE SHIFT, KIRCHHOFF, FINITE DIFFERENCE SKRIPSI Diajukan sebagai salah sau syara unuk memperoleh gelar Sarjana Sains Bidang Geofisika ROBBI PRAYUDHA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA KEKHUSUSAN GEOFISIKA DEPOK JUNI 009 Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

2 HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini diajukan oleh : Nama : Robbi Prayudha NPM : Program Sudi : Fisika Judul Skripsi :Analisa Konsep Migrasi Daa seismik dengan Algorima Phase Shif, Kirchhoff, Finie Difference Telah berhasil di perahankan di hadapan Dewan Penguji dan dierima sebagai bagian persyaraan yang diperlukan unuk memperoleh gelar sarjana science pada Program Sudi Fisika Peminaan Geofisika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam, DEWAN PENGUJI Pembimbing : Dr. rer. na Abdul Haris ( ) Penguji : Dr. Syamsu Rosid ( ) Penguji : Ir. Anggoro. MT. SE ( ) Dieapkan di : Depok. Tanggal : 13 Juni 009 Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

3 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur penulis haurkan kepada Allah SWT aas segala kasih dan perolongannya yang elah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapa menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul: ANALISIS KONSEP MIGRASI DATA SEISMIK DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA PHASE SHIFT, KIRCHHOFF. FINITE DIFFERENCE elah penulis selesaikan. Selama proses sudi dan penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini, ada banyak hal yang penulis dapakan dan pelajari. Oleh karena iu pada kesempaan ini, penulis menyampaikan rasa erima kasih dan penghargaan yang sebesarbesarnya kepada : 1. Bapak Dr. rer. na. Abdul Haris, selaku Pembimbing Tugas Akhir yang diengah kesibukkannya masih dapa meluangkan waku unuk mengarahkan dan mengajarkan banyak hal yang sanga berharga bagi penulis.. Bapak Dr. Syamsu Rosid dan Ir. Anggoro. MT. SE, selaku penguji I dan II aas wakunya unuk berdisuksi dan segala masukan sera pemaklumannya. 3. Bapak Dr. Yunus Daud, selaku Keua Program peminaan Geofisika FMIPA UI, yang elah banyak memberikan saran dan masukan yang sanga bermanfaa. 4. Kedua orang ua ku, Papa dan Mama sera kakak yang baik hai aas doa dan moivasinya sehingga penulis dapa menyelesaikan Tugas Akhir ini. 5. Teman dalam sau bimbingan bang bei dan kang krismansya yang elah menemani penulis dan memberikan semanga sehingga Tugas Akhir ini dapa di selesaikan. Dan eman-eman geofisika yang selalu mendukung penulis dalam segala hal. Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

4 6. Teman eman kosan pondok asri yang selalu memberi semanga keika penulis sedang galau. Unuk anak CCIT ( Aji, Dodo, Engkong, Ajis) elah membanu penulis dalam penulisan 7. Mbak sio, Amar, Majid, Pak Eko, maaf sudah merepokan. 8. Semua pihak yang idak dapa penulis sebukan sau persau, erimaksih banyak aas dukungannya. Penulis sadar bahwa keerbaasan dan kekurangan dalam ulisan ini jauh dari sempurna Maka dari iu dengan segenap kerendahan hai penulis bersedia menerima kriik dan saran membangun demi kebaikan laporan penulis selanjunya. Akhir kaa, semoga Laporan Tugas Akhir ini dapa memberikan manfaa bagi penulis pribadi dan pembaca pada umumnya. Depok, 13 Juni 009 Robbi Prayudha Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

5 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivias akademik, saya yang beranda angan di bawah ini: Nama : Robbi Prayudha NPM : Program Sudi : Geofisika Deparemen : Fisika Fakulas : Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Jenis Karya : Skripsi demi pengembangan ilmu pengeahuan, menyeujui unuk memberikan kepada Hak Bebas Noneksklusif (NON-exclusif Royaly-Free Righ) aas karya ilmiah saya yang berjudul: Analisa Konsep Migrasi Daa Seismik Dengan Algorima Phase Shif, Kirchhoff, Finie Difference Besera perangka yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royali Noneksklusif ini berhak menyimpan, mengalihmedia/forma-kan, mengelola dalam benuk pangkalan daa (daabase), merawa, dan memublikasikan ugas akhir saya selama eap mencanumkan nama saya sebagai penulis/pencipa dan sebagai pemilik Hak Cipa. Demikian pernyaaan ini saya bua dengan sebenarnya. Dibua di : Depok Pada Tanggal : 13 Juni 009 Yang menyaakan ( Robbi Prayudha ) Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

6 ABSTRAK Nama : Robbi Prayudha Program Sudi : Fisika Judul :Analisa Konsep Migrasi Daa Seismik dengan Algorima Pergeseran Fase, Kirchhoff, Finie Difference Disorsi dari penjalaran gelombang seismik menghasilkan penampang seismik yang kurang mewakili srukur geologi bawah permukaan. Migrasi, salah sau langkah dalam pengolahan daa seismik, dapa memperbaiki masalah ersebu dengan mengurangi efek penjalaran gelombang (depropagasi). Pergeseran Fase, Kirchhoff, dan Finie Difference merupakan meode-meode migrasi yang dibahas pada peniliian ini. Masing-masing dari iga meode ersebu diaplikasikan kepada dua ipe model srukur geologi yang berbeda, Marmausi dan Sal Dome. Model Marmausi memiliki srukur geologi yang kompleks dan perubahan kecepaan laeral dan verikal yang signifikan. Semenara Model Sal Dome memiliki variasi kecepaan yang rumi dan dapa menyebabkan banyak difraksi gelombang seismik. Hasil-hasil migrasi dari dua model ersebu menunjukkan bahwa seiap meode migrasi memiliki keunggulan-keunggulan dan kelemahan-kelemahan masing-masing. Meode Kirchhoff memunculkan hasil yang relaif bagus pada area berkemiringan curam dibandingkan dengan meode lainnya. Semenara Meode Finie Difference dapa mengaasi perubahan velociy yang relaif rumi baik secara laeral aaupun verikal. Kaa kunci : Disrosi, Migrasi, Pergeseran Fase, Kirchhoff, Finie Difference, Model Marmousi, Model Sal dome, Srukur geologi kompleks Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

7 ABSTRACT Name : Robbbi Prayudha Sudy Program: Fisika Tile : Analysis of Seismic Migraion concep: Phase Shif, Kirchhoff, and Finie Difference The Disorion Of seismic wave propagaion creae a less represenaive seismic secion o he subsurface geological srucure. Migraion, one sep in seismic daa basic processing, can fix ha problem by diminishing he effec of seimic wave propagaion (depropagaion). Phase Shif, Kirchhoff, and Finie Difference are migraion mehods sudied in his research. Each of hose hree mehods are applied o wo differen ypes of geological srucure model, Marmausi and Sal Dome. Marmausi Model has complex geological srucure and significan change on boh laeral and verical velociy. While Sal Dome Model has complex velociy variaion and can cause a lo of seismic wave diffracions. The migraion resuls produced from hose wo models show ha each migraion mehod has superioriies and also weaknesses. Kirchhoff Mehod produces relaively good resul on seep slope area compare o ohers. While Finie Difference Mehod can handle he relaively complex change of velociy boh on laeral or verical. Keywords : Disorion, Migraion, Phase Shif, Kirchhoff, Finie Difference, Marmousi Model, Sal Dome Model, Complex geological srukur Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

8 DAFTAR ISI hlm HALAMAN ORIGINALITAS... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii KATA PENGANTAR... iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... vi ABSTRAK... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Tujuan Peneliian Pembaasan Masalah Sisemaika Penulisan Meodologi Peneliian... 3 BAB II. TEORI DASAR.1. Prinsip Dasar Seismik Tahap Preprossesing True Ampliudo Recovery Dekonvolusi Tahap Prossesing Analisa Kecepaan Koreksi NMO (Normal Move Ou) Tahap Migrasi Daa Seismik Prinsip dasar migrasi Dowdward Coninuaion Exploding Reflecor Model Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

9 .4.4. Meode Pergeseran Fase ( Phase Shif Migraion) Meode Kirchhoff Meode Beda Hingga (Finie Diffrence)... 3 BAB III. PENGOLAHAN DATA SEISMIK 3.1. Model Marmousi Tahap Prepossesing Loading Daa dan geomeri Daa True Ampliude Recovery Dekonvolusi Tahap Prossesing Analisa Kecepaan Sacking Migrasi Meode Pergeseran Fase Meode Kirchhoff Meode Finie Difference Model Sal Dome ( Kubah Garam) Model Kecepaan Sal Dome (Kubah Garam) Meode Pergeseran Fase Meode Kirchhoff Meode Finie Difference BAB IV. ANALISIS 4.1. Model Marmousi Meode Pergeseran Fase Meode Kirchhoff Meode Finie Difference Model Sal Dome ( Kubah Garam) Meode Pergeseran Fase Meode Kirchhoff Meode Finie Difference Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

10 4.3. Keunungan dan Kerugiaan dalam Menggunakan Meode Tersebu BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Saran DAFTAR REFERENSI Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

11 DAFTAR GAMBAR hlm. Gambar 1.1. Flow dari prossesing seismik... 4 Gambar.1. hubungan anara AI(),RC(),W() dan S()... 6 Gambar.. Penjalaran energi gelombang dari sumber ke penerima... 6 Gambar.3. Deconvolusi Spiking... 8 Gambar.4. Kecepaan Samblance... 9 Gambar.5. Consan Velociy Gaher Gambar.6. Consan Velociy Sack Gambar.7. Koreksi NMO Gambar.8. Prinsip Migrasi (a) Penampang Rekaman Seismik; (b) Konsruksi Migrasi Gambar.9. Rekaman Daa Seismik dari Suau Model Geologi dan Rekaman Daa Seismik Seelah Melakukan Migrasi Gambar.10. Dua Buah Sinar Gelombang yang Direkam pada Daum Yang berbeda D1 dan D Gambar.11. Model Zero Offse. Dimana Sumber dan Reciver Berada pada Tiik yang sama Gambar.1. Model Reflekor yang Meledak Gambar.13. Prinsip Migrasi dengan Penjumlahan Sepanjang Kurva Difraksi... 0 Gambar.14. Migrasi pada Suau Tiik dengan Model Kecepaan yang Terlalu Besar... 1 Gambar.15. Migrasi Pada Suau Tiik dengan Model Kecepaan yang Terlalu Kecil Gambar.16. Elemen pada Migrasi finie Difference Gambar 3.1. Kondisi Srukur dari Model Marmousi Gambar 3.. Display Hasil dari TAR Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

12 Gambar 3.3. Display Sesudah Melakukan Dekonvolusi spiking Gambar 3.4. Piking Analisa Kecepaan Gambar 3.5. Qualii Konrol Analisa Kecepaan Gambar 3.6. Konfigurasi common Deph Poin Gambar 3.7. Display Scking dan NMO Gambar 3.8. Hasil dari Migrasi Pergeseran phase dalam Domain Waku Gambar 3.9. Hasil Migrasi Waku Sack dengan Meode Kirchhoff Gambar Hasil Migrasi Waku Seelah Sack dengan Meode Finie Difference Gambar Model Sal Dome yang Sudah Di Sacking Gambar 3.1. Model Kecepaan Daa Seismik Sal dome Gambar Hasil Migrasi Pergeseran Phase Gambar Hasil Migrasi Kirchhoff dalam Domain Waku Gambar Hasil Migrasi finie Difference dalam Domain waku Gambar 4.1. Hasil Migrasi Pergeseran Phase dalam Domain Waku dengan adanya Perbedaan Kecepaan a. 50 %,b.80%,c.100%, dan d.130% Gambar 4.. Hasil Migrasi Kirchhoff dalam domain Waku dengan menggunakan adanya Perbedaan Migrasi Aperure a. 500 b, 1000, c d Gambar 4.3. Hasil Migrasi Finie Difference dalam domain Waku dengan Perbedaan Time Sep a. 4ms, b. 10ms, c. 0ms, d. 40ms Gambar 4.4. Hasil Migrasi Pergeseran Phase dalam Domain Waku dengan adanya Perbedaan Kecepaan a. 30 %,b.60%,c.90%, Gambar 4.5. Hasil Migrasi Kirchhoff dalam domain Waku dengan menggunakan adanya Perbedaan Migrasi Aperure a. 0 b, 500, c d Gambar 4.6. Hasil Migrasi Finie Difference dalam domain Waku Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

13 dengan Perbedaan Time Sep a. 4ms, b. 10ms, c. 0ms, d. 40ms Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

14 LAMPIRAN Lampiran A : Penurunan Persamaan Gelombang scalar...65 Lampiran B : Transformasi Fourier...66 Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada permulaan perkembangan eknologi seismik, waku daang gelombang merupakan salah sau parameer yang diandalkan penggunaannya dan parameer ini digunakan dalam selang waku berahun-ahun. Aspek pening dalam meode seismik adalah bahwa anpa adanya proses lanju yang memadai, daa seismik idak mendapakan penggambaran keadaan bawah permukaan bumi yang sebenarnya. Seiap refleksi gelombang mengalami disorsi selama penjalarannya. Dalam banyak hal disorsi-disrosi ersebu membawa informasi yang pening dan selanjunya harus diemilasi unuk mendapakan gambaran bawah permukaan yang akura. Peran meode seismik dalam karekerisik reservoir perlu diingkakan dalam usaha meningkakan perolehan minyak dan gas bumi. Berdasarkan hasil peneliian eoriis dan pengukuran laboraorium yang elah dimulai sejak dekade-dekade yang lalu menunjukan bahwa parameer seperi kecepaan penjalaran, aenuasi, baik gelombang P maupun gelombang S dan konsana elasis yang diurunkannya memberikan konribusi besar dalam usaha mengenal sifa fisis bauan, seperi porosias, poriflude, dan permebilias. Meode pergeseran fase adalah salah sau meode yang digunakan unuk proses migrasi. Meode ini perama kali diperkenalkan oleh Gasdag (1978). Pergeseran phase dapa digunakan dengan mengasumsikan idak adanya perubahan kecepaan secara laeral sehingga meode ini sanga baik unuk perubahan kecepaan secara verikal, eapi meode ini mempunyai kelemahan dimana efek dari difraksi masih muncul dengan jelas. Kemudian pada ahun yang sama (1978) dikembangkan lagi suau eknik oleh Schneider yang biasa dikenal dengan meode Kirchhoff. Meode ini banyak digunakan oleh para penelii unuk mengelolah daa seismik. Keunggulan dari meode ini adalah migrasi dapa dilakukan dalam domain waku dan domain kedalaman. Sehingga meode ini sanga baik unuk menggambarkan Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

16 penampang seismik. Kemudian dikembangkan lagi suau meode yang biasa disebu Finie Difference ( beda hingga ), meode ini sanga akura dalam menggambarkan perubahan secara verikal maupun laeral, finie diffrerence dapa digunakan dalam domain waku dan kedalaman. 1. Tujuan Adapun ujuan dalam menulis ugas akhir ini adalah 1. Mengkonruksi gambar permukaan bawah bumi melalui proses migrasi. Mempelajari konsep analisa kecepaan unuk proses migrasi 3. Membandingkan hasil migrasi yang diperoleh dari meode phase shif (pergeseran fase), meode kirchhoff dan meode Finie Diffrence ( beda hingga) 1.3 Pembaasan Masalah Proses migrasi seismik dalam ugas akhir ini dibaasi dengan menggunakan migrasi dalam domain waku. Pada migrasi kirchhoff penulis ingin meliha pengaruh dari parameer yang digunakan yaiu migrasi aperure. Begiu juga dengan migrasi beda hingga dengan menggunakan Time sep yang berbeda, dan perubahan yang imbul apabila menggunakan persenasi kecepaan yang berbeda pada pergeseran fase. 1.4 Sisemais Penulisan Sisemaika penulisan ugas akhir ini adalah sebagai beriku: BAB 1 ini berisi enang pendahuluan yang di dalamnya dijelaskan enang laar belakang masalah, ujuan, pembaasan masalah, meodologi peneliian, sisemaika penulisan, dan gambaran secara umum daerah peneliian yang dijadikan objek peneliian. Sedangkan pada BAB dibahas enang konsep dasar dari pengolahan daa seismik yang melipui True ampliude recorvery, Dekonvolusi Analisa, Kecepaan, sampai dengan migrasi dengan menggunakan 3 buah meode yaiu Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

17 pergeseran fase (phase shiff), meode kirchhoff, dan menggunakan meode Finie Difference dan juga membahas enang prinsip dasar dari seismik. Pada BAB 3 ini berisi enang pembahasan yang mengarah kepada pemprosesan dan pengolahan daa. Sedangkan BAB 4 berisikan enang analisa yang elah dilakukan dengan menggunakan iga meode dalam melakukan migrasi seismik yaiu meode pergeseran fase, meode kirchhoff, dan meode beda hingga. Sedangkan pada BAB 5 berisikan enang kesimpulan sera saran-saran yang mungkin dilakukan dalam rangka perbaikan unuk sudi lebih lanju. 1.5 Meodologi Peneliian Secara garis besar, meodologi yang digambarkan pada ugas akhir ini adalah seperi diperlihakan pada gambar 1.1. Tahapan prepossesing yang melipui loading daa seismik dengan geomerinya. Proses selanjunya adalah TAR yang berujuan unuk meningkakan ampliudo, kemudian melakukan dekonvolusi yang berujuan meningkakan daa. Tahapan prosessing melipui analisa kecepaan yang sanga berpengaruh pada proses migrasi. Proses selanjunya melakukan koreksi NMO dan sacking, kemudian melakukan migrasi dengan menggunakan 3 buah meode yaiu pergeseran phase, kirchhoff, dan beda hingga. Beriku adalah flownya. Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

18 Daa True Ampliude Recovery Dekonvoluion Analisa kecepaan NMO/sacking Migrasi Meode pergeseran phase Meode Kirchhoff Meode beda hingga Hasil Migrasi Gambar1.1 : Flow dari prossesing seismik Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

19 Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

20 BAB II TEORI DASAR.1 Prinsip Dasar Seismik Meode seismik yang digunakan kali ini adalah meode seismik refleksi dimana informasi yang diambil hanyalah informasi dari gelombang panul saja. Gelombang seismik yang diimbulkan oleh sumber gear menjalar kebawah permukaan bumi, kemudian seiap gelombang iu menemui konras impedansi akusik aau dengan kaa lain baas lapisan anar srukur bauan, gelombang iu akan memanul kembali ke permukaan. Sesampainya di permukaan gelombang panul direkam oleh receiver (geophone) yang elah disusun sedemikian rupa. Nilai impedansi akusik (Z) suau lapisan bauan berganung pada densias lapisan (ρ) dan cepa ramba gelombang (V) yang menjalar di lapisan iu. Z = ρ V (.1) ( i) ( i) ( i) Saa gelombang menemui perbedaan impedansi akusik, gelombang ersebu akan erpanul. Maka iu, koefisien refleksi merupakan fungsi impedansi akusik dari dua lapisan. RC ( i) Z = Z Z ( i+ 1) ( i) + Z ( i+ 1) ( i) (.) Dimana Z(i) dan Z(i+1) adalah nilai impedansi akusik lapisan aas dan lapisan seelahnya. Gelombang panul yang direkam oleh penerima (geophone) hasilnya dapa erliha dalam benuk kumpulan race seismik. Benuk dasar pemodelan konvolusi race seismik dapa dinyaakan seperi beriku : s ( ) = w( ) RC( ) + n( ) (.3) dimana, s() = race seismik = konvolusi RC() = koefisien refleksi w() = wavele seismik n() = noise Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

21 AI() RC() W() S() Gambar.1 hubungan anara AI(), RC(), W(), dan S() Pada model penjalaran gelombang di bawah, erliha bahwa yang erekam oleh receiver bukanlah gelombang panul semaa, api juga gelombang langsung, gelombang refraksi, sinyal noise-noise koheren, dsb. Pengolahan daa seismik berujuan unuk menghasilkan penampang seismik yang menggambarkan kondisi geologi bawah permukaan yang sebenarnya, enunya dengan menghilangkan semua noise di aas dan fakor-fakor pengganggu lainnya. Superimposed noise Geophone Insrumen balance Source Inerference Array direciviy Spherical divergenc e Peg-leg muliples Reflecion coefficien Absorpion Reflecor curvaure and rugosiy Gambar. Penjalaran energi gelombang dari sumber ke penerima ( Praama, 007) Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

22 . Tahap Preprossesing..1 True Ampliude recovery True ampliude recovery pada ininya berujuan unuk memunculkan ampliudoampliudo gelombang seismik yang lemah seelah fakor penguaan oleh Amplifier diangka dari dalamnya (gain removal). Pengangkaan fakor penguaan ini diperlukan dalam upaya mendapakan ampliudo yang lebih represenaif di daerah penyelidikan. Gain removal adalah proses membuang penguaan yang dilakukan oleh amplifier karena seelah penguaan dibuang sinyal-sinyal refleksi akan menjadi semakin melemah, maka penguaan amplifier ini diganikan oleh penguaan lain yag nilai-nilainya didapa dari experimenal gain curve yang dianggap lebih cocok unuk daerah yang diselidiki... Dekonvolusi Dekonvolusi adalah suau proses unuk meningkakan resolusi emporal (verikal) dengan cara mengkompres wavele sehingga menjadi benuk paku. Tujuan dilakukannya proses dekonvolusi adalah unuk meningkakan daa ( resolusi emporal ). Seperi banyak dikeahui bahwa fenomena perambaan gelombang seismik yang dipakai dalam seismik eksplorasi dapa di dekai dengan model konvolusi. Trace seismik dapa dianggap sebagai hasil konvolusi anara dere koefisien refleksi dengan sinyal seismik S = W R (.4) Dimana : S adalah convolusi dari W dan R R adalah refleciviy series W adalah source wavele Aau dapa diliha seperi gambar dibawah ini. Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

23 Model Vel re source oci fl. y c 0. 00o in e rf a Model Refleksi ampliud 1 wak u (se konvolus i Wavele ampliud w a k Konkribusi Lapisan refleksi ampliud 0 1 wak u (se kombinasi Spiking Deconvoluion Gambar.3 Dekonvolusi Spiking ( cgg Verias,006) Dekonvolusi dapa dibagi menjadi dua macam, yang perama Spiking dekonvolusi prinsipnya diujukan unuk membenuk sinyal dan meningkakan resolusi daa seismik. Kemudian dekonvolusi seelah sack dimaksudkan unuk merekam noise yang koheren. Noise yang koheren adalah sinyal seismik juga, akan eapi nilai penjalarannya melalui jalan yang idak kia inginkan. Beberapa conoh dari noise koheren adalah muliple (panul berulang) baik yang periode panjang maupun periode pendek dan lain-lain sebagainya..3 Tahap Prosessing.3.1 Analisa Kecepaan Kecepaan adalah variabel yang sanga pening dalam pengolahan daa seismik, karena kecepaan sanga diperlukan unuk menghiung kedalaman dari reflekor bawah permukaan dari daa seismik yang direkam dalam domain ime (waku). Salah sau cara dalam esimasi fungsi kecepaan adalah dengan Velociy Specrum (Taner and Kochler). Perhiungan akan dilakukan dari CDP gaher dengan Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

24 melakukan scaning dari berbagai rayekor hyperbolik unuk mendapakan koherensi refleksi maksimum. Specrum dihasilkan sebagai fungsi dari waku 0. Spekrum ini dapa dipresenasikan dalam benuk garis konur. Inerperasi specra kecepaan memerlukan keahlihan dan pengalaman, karena refleksi mulipel dan sinyal-sinyal pengganggu lain akan memberikan konribusi sepanjang rayekori hiperbolik. Dalam inerpreasi dimaksudkan unuk melekolisasi dari puncak permukaan koherensi yang berhubungan dengan refleksi primer. puncak-puncak ini kemudian digabungkan dengan mendapakan kecepaan sacking. X T x = T0 + (.5) V NMO Gambar.4. kecepaan samblance Meode lain yang digunakan unuk analisa kecepaan adalah Consan Velociy Gaher. Pemilihan kecepaan dengan meoda ini dilakukan dengan cara memberikan harga kecepaan yang konsan pada salah sau ampilan CDP gaher. Beberapa harga kecepaan konsan yang dierapkan unuk CDP ersebu diambil Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

25 mulai dari kecepaan yang erendah sampai dengan kecepaan eringgi yang diperkirakan muncul unuk even-even seismik yang erdalam. Penenuan kecepaan yang erbaik adalah kecepaan yang menghasilkan even yang paling daar (fla) unuk seiap ampilan race-race dalam sau CDP ersebu. Gambar.5 Consan Velociy Gaher Meode yang juga digunakan dalam melakukan analisa kecepaan adalah Consan Velociy Sack. Prinsip dari meode ini adalah dengan cara memberikan harga kecepaan konsan pada suau ampilan sack. Meoda ini dapa dilakukan secara diskri. Unuk diskri adalah ampilan dengan beberapa CDP saja dari suau linasan. CDP ersebu akan dikenai kecepaan konsan dan harga ersebu merupakan harga yang memberikan koreksi NMO yang ebaik aau dengan kaa lain memberikan sack yang opimum unuk masing-maing CDP ersebu, sehingga dapa menggambarkan kondisi bawah permukaan yang sebenarnya. Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

26 Gambar.6. Consan Velociy Sack.3. Koreksi NMO (Normal Move Ou) Gambar.7 Koreksi NMO Koreksi Normal Move Ou merupakan koreksi yang berujuan menghilangkan efek jarak offse anara sho poin dan geophone pada race yang berasal dari sau Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

27 CDP gaher. Jarak offse ini mengakibakan waku daang gelombang seismik bergeser dari yang sebenarnya, semakin besar offse semakin besar waku daangnya. Jadi dengan kaa lain koreksi NMO ( T x ) membawa gelombang refleksi dari panulan miring ke panulan egak lurus. T x = T x - T o (.6) Waku daang gelombang refleksi adalah : T x = X T 0 + ; V h T 0 = (.7) v dimana, T x = waku empuh sinyal pada jarak x T o = waku empuh sinyal pada zero offse X=Jarak dari zero offse ke offse x h= keebalan lapisan Koreksi NMO dilakukan seelah kia melakukan analisa kecepaan. Dari gambar di aas erliha bahwa seelah kia melakukan analisa kecepaan dan menerapkan koreksi NMO, lengkung hiperbola yang muncul akiba pengaruh offse elah berubah menjadi daar. Di sini erliha peningnya proses analisa kecepaan, pemilihan kecepaan yang salah menyebabkan koreksi NMO yang salah pula (over correced), kemudian kesalahan ini akan berlanju ke proses sacking dan akhirnya ercipa penampang seismik yang buruk..4 Tahap Migrasi Daa Seismik.4.1. Prinsip Dasar Migrasi Penampang seismik adalah hasil penciraan reflekivias bawah bumi yang erekam di permukaan. Karena banyak fakor yang mempengaruhi penjalaran gelombang seismik dari reflekor sampai ke permukaan akibanya kadang-kadang benuk ciranya jauh berbeda dengan benuk aslinya (srukur) dari benda penyebabnya. Migrasi daa seismik pada hakekanya berusaha menghilangkan Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

28 pengaruh penjalaran ersebu (de-propagasi) sehingga seolah-olah kia berada di iik reflekor. Gambar.8. Prinsip Migrasi. (a) Penampang Rekaman Seismik; (b) Konsruksi Migrasi. (Chun and Jacewiz, 1981) Dari konsruksi geomeri yang sederhana ini dapa disimpulkan: Sudu kemiringan reflekor pada keadaan yang sebenarnya (α a ) lebih besar daripada kemiringan reflekor yang erdapa di penampang seismik (α b ). Dengan hubungan sebagai beriku : AC ' AC sinαa = = = anαb (.8) 0A 0A Panjang reflekor pada keadaan yang sebenarnya (C D ) lebih pendek jika dibandingkan dengan panjang reflekor pada penampang seismik (CD). Kedalaman reflekor pada keadaan yang sebenarnya (kondisi geologi) lebih dangkal jika dibandingkan dengan kedalaman reflekor pada penampang seismik. Jadi sebelum dilakukan migrasi penampang seismik akan memiliki gambaran permukaan yang sanga berbeda (mengalami perubahan posisi secara verikal dan laeral) dengan kondisi geologi yang sebenarnya khususnya unuk reflekor yang memiliki kemiringan yang cukup signifikan, sehingga migrasi menjadi salah sau ahap yang paling pening di dalam pengolahan daa seismik. Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

29 Gambar.9. Rekaman daa seismik dari suau model gelogi dan rekaman daa seismik seelah melakukan migrasi..4.. Dondward Coninuaion Rekaman daa seismik menunjukan respon gelombang seismik dipermukaan (x,z=0,) seelah menjalar melewai bawah permukaan. Respon gelombang seismik dipermukaan ini akan diransformasi menjadi (x,z,=0), benuk seperi ini adalah benuk seelah dilakukan migrasi. Unuk mendapakan benuk yang diinginkan yaiu pada saa =0 dapa digunakan eksrapolasi ke bawah aau sering disebu juga downward coninuaion. Proses yang dilakukan adalah mengasumsikan seiap iik pada reflekor merupakan sumber gelombang seismik baru, kemudian dilakukan perekaman dengan cara menempakan geophone pada suau daum erenu dan secara berahap dipindahkan semakin kedalam mendekai reflekor. Gambar.10: dua buah sinar gelombang yang direkam pada daum yang berbeda D 1 dan D (Triyono, 007) Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

30 Dengan memindahkan geophone secara berahap mendekai reflekor akan didapakan pemisahan gelombang yang erekam oleh geophone. Sebagai conoh gambar diaas, dua buah sinar gelombang yang berasal dari iik reflekor yang direkam pada daum yang berbeda. Pada saa daa direkam di daum D 1 maka akan didapakan dua buah sinar gelombang direkam oleh geophone yang sama pada iik (b). Sedangkan pada saa daum dipindahkan menjadi di D maka sinar gelombang ini dapa dipisahkan dimana sinar gelombang yang berasal dari bidang miring akan direkam pada iik (c) sedangkan sinar gelombang yang berasal dari bidang horizonal akan direkam pada iik (d). Unuk mendapakan hasil yang akura dalam memindahkan daum maka diperlukan sensiivias inggi erhadap sudu kemiringan reflekor dan harus dienukan secara akura seberapa jauh harus menggeser waku empuh sera posisi geophone secara laeral Exploding Reflecor Model Kia beranggapan bahwa daa penampang seismik yang elah disack (akan di migrasi) merupakan daa yang erekam berdasarkan zero offse yaiu gelombang yang daang ke receiver merupakan gelombang yang mengalami pemanulan egak lurus erhadap bidang reflekor aau sejajar dengan garis normal bidang reflekor. Terdapa dua ipe skema unuk mengembangkan eori zero offse agar dapa digunakan dalam proses migrasi. Perama adalah zero offse berari daa direkam dengan cara memindahkan sebuah sumber dan sebuah receiver sepanjang garis anpa ada jarak dianara keduanya (gambar.11). Energi yang erekam mengikui linasan gelombang yang pemanulan normal erhadap bidang baas reflekor. Namun geomeri perekaman dengan menggunakan model seperi ini kurang aplikaif unuk digunakan dalam proses migrasi. Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

31 Gambar.11. Model Zero Offse. Dimana sumber dan receiver berada pada iik yang sama. (Yilmaz, 001) Kemudian yang kedua adalah seiap sau receiver berada pada permukaan di seiap iik lokasi CMP sepanjang garis dan sumber berada pada sepanjang perbaasan reflekor (Loewenhal e al., 1976). Sumber meledak secara bersamaan dengan arah gerak gelombang ke aas normal erhadap bidang. Gelombang direkam oleh receiver yang berada di permukaan (gambar.1). Model perekaman yang digambarkan oleh eksperimen ini dikenal dengan isilah exploding reflecor model. Gambar.1. Model Reflekor Yang Meledak. (Yilmaz, 001) Perbedaan uama dari kedua ipe ersebu adalah bahwa ipe perama, waku yang direkamnya adalah waku dua kali jalan (wo way ime), yaiu gelombang bergerak dari sumber menuju reflekor dan kembali ke receiver. Sedangkan pada ipe yang kedua, waku yang direkam adalah waku sau kali jalan (one way ime), yaiu dari sumber yang berada di reflekor langsung menuju receiver. Unuk menghasilkan waku aau penampang seismik yang sama jika menggunakan kedua ipe ersebu, maka dapa dilakukan dengan beranggapan bahwa kecepaan perambaan gelombang pada exploding reflecor model adalah seengah dari kecepaan gelombang yang sebenarnya. Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

32 .4.4. Meode Pergeseran Fase (Phase Shiff Migraion) Perama kia membua sumbu-x sebagai posisi horizonal pada permukaan bumi dan sumbu-τ sebagai waku empuh bolak-balik arah verikal dari permukaan bumi (Two Way Time) dan penampang ini kia beri nama penampang (x,τ). Lalu sebuah gelombang ekanan menjalar kebawah dalam penampang (x,τ) dan seelah mengalami refleksi dinyaakan sebagai penampang (x,τ,), dimana adalah waku empuh anara sumber dan penerima (ravel ime). Penampang (x,τ,) dienukan dengan menggunakan persamaan gelombang skalar dengan c = v/ (Claerbou, 1985) v = + 4 x τ (.9) dimana v adalah kecepaan gelombang yang dianggap konsan unuk semenara. Dengan noasi ini penampang seismik zero-offse dapa dinyaakan sebagai (x,τ=0,). Penampang ini didapa dengan cara menempakan sumber dan penerima pada posisi yang sama (sau iik) pada permukaan bumi (τ=0). Sedangkan pada proses migrasi adalah merekonsruksi sinyal-sinyal yang menjalar dari reflekor ke permukaan bumi. Hal ini berari kia menghiung (x,τ,=0). Harga ini dapa diperoleh dengan menyelesaikan persamaan.9 dengan harga awal seperi persamaan (x,τ=0,) (Gazdag, 1978). Dari dere Fourier (x,τ,) dapa dinyaakan sebagai beriku : = ( k, τ, ω)exp( ik x + ( x, τ, ) iω).10 k x ω x dengan k x adalah bilangan gelombang berhubungan dengan x dan ω adalah frekuensi yang berhubungan dengan. Maka dapa diurunkan bahwa : x = k x x dan v ω = ( k x ) + 4 τ aau = ω, sehingga persamaan.9 menjadi.11 Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

33 v k = ω 1 x τ 4ω Persamaan umum diaas adalah.1 ( k x, τ, ω) = Aexp( iθτ ).13 dengan memasukkan syara baas unuk τ=0 dipermukaan maka konsana A dapa dicari yaiu A = ( k x,τ=0,ω) dan penyelesaian umum persamaan menjadi ( k x, τ, ω) = ( k x, τ = 0, ω) exp( iθτ ).14 v k Dimana θ adalah 1 x ω 4 ω 1/ Persamaan.11 inilah solusi dari persamaan gelombang migrasi pergeseran fase dengan menggunakan dere Fourier Meode Kirchhoff Migrasi dengan menggunakan meode kirchhoff aau sering disebu dengan Migrasi Penjumlahan Kirchhoff, juga disebu Migrasi Tipe Difraksi, merupakan suau pendekaan secara saisik dimana posisi suau iik di bawah permukaan dapa saja berasal dari berbagai kemungkinan lokasi dengan ingka probabilias yang sama. Dalam melakukan depropagasi yang dipakai adalah muka difraksi dan muka difraksi ini diubah menjadi iik difraksi, dimana iik-iik yang berada sepanjang muka difraksi ampliudonya dikoreksi erlebih dahulu dan posisinya dipindahkan ke suau iik dimana merupakan puncak dari hiperbola ersebu (iik apex). Sehingga meode migrasi ini disebu juga sebagai diffracion summaion migraion aau kirchhoff difrracion sack. Akiba dari penjumlahan ini maka sinyal-sinyal yang erdifraksi adi difokuskan kembali pada iik apex dari hiperbolanya. Suau hal yang perlu diekankan dalam pemakaian migrasi Kirchhoff ini adalah bahwa kualias dari signal o noise raio Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

34 pada daa yang akan di migrasi baik, bila signal o noise raio pada daa rendah, maka hasil dari migrasi Kirchhoff ini idak akan opimum. Meode Kirchhoff diffracion sack aau Kirchhoff summaion mampu menangani perubahan kecepaan secara laeral. Dalam meode ini medium dianggap homogen sebaas panjang operaor sehingga ekspansi dere yang menyaakan eskrapolasi medan gelombang. Jadi ini berari bahwa inegral Kirchhoff idak lain adalah menambahkan ampliudo di sepanjang kurva dengan memakai fakor pembobo yang sesuai. Oleh karena iu model velociy yang digunakan akan sanga mempengaruhi hasil dari migrasi Kirchhoff. Secara prakis migrasi Kirchhoff dilakukan dengan cara menjumlahkan ampliudo dari suau iik reflekor sepanjang suau empa kedudukan yang merupakan kemungkinan lokasi yang sesungguhnya, berupa kurva difraksi yang diperoleh dari persamaan : (.15) dimana, 0 adalah waku pada offse 0, yang merupakan posisi sesungguhnya erhadap kedalaman, sedangkan x adalah waku yang merepresenasikan kedalaman, unuk posisi offse x di permukaan. Posisi iik reflekor sesungguhnya adalah iik puncak (apex) dari kurva difraksi. Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

35 Gambar.13. Prinsip migrasi pada penjumlahan sepanjang kurva difraksi. (Yilmaz, 001) Di dalam aplikasi migrasi Kirchhoff, hal-hal yang sanga menenukan berhasil aau idaknya migrasi, dipengaruhi oleh beberapa fakor, dianaranya model kecepaan, lebar aperure, maximum dip yang akan dimigrasi, sera frekuensi maksimum yang akan dimigrasi, yang akan kia gunakan di dalam migrasi kirchhoff. Model kecepaan yang digunakan pada migrasi kirchhoff dapa diperoleh dari salah sau ahap di dalam pengolahan daa seismik, yaiu velociy analysis. Salah sau bagian dari velociy analysis adalah melakukan picking velociy. Sehingga kia dapa memperoleh kecepaan bawah permukaan pada daerah ersebu yang selanjunya akan digunakan unuk mengkoreksi iik pada hiperbola unuk dikembalikan ke iik apexnya. Jika model kecepaan yang digunakan unuk migrasi erlalu besar maka daa akan yang seharusnya berupa iik akan menjadi benuk seperi seengah lingkaran (smile) sehingga idak merepresenasikan keadaan bawah permukaan yang sebenarnya dan dapa disebu dengan isilah Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

36 over-migraed. Dapa diliha pengaruhnya seperi pada gambar dibawah ini (Gambar.14). Gambar.14. Migrasi pada suau iik dengan model kecepaan yang erlalu besar. (Yilmaz, 001) Dari Gambar.14 erliha unuk kecepaan yang epa dimana velociy nya 100%, pola difraksi berhasil dikembalikan ke iik. Teapi dengan seiring berambahnya kecepaan yang dipakai maka akan menghasilkan pola smile yang semakin besar, dapa diliha pada saa kecepaan 105% efek dari pola smile idak selebar dan sebesar pada saa kecepaan 10%. Teapi bila model kecepaan yang digunakan erlalu kecil maka migrasi idak akan opimal karena suau pola difraksi yang seharusnya seelah dimigrasi menjadi suau iik eap akan berbenuk hiperbola walaupun ukuran dari hiperbola ersebu sudah lebih kecil dari sebelum dimigrasi. Jika demikian migrasi belum opimal karena model velociy yang erlalu kecil aau dapa disebu dengan isilah undermigraed. Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

37 Gambar.15. Migrasi pada suau iik dengan model kecepaan yang erlalu kecil. (Yilmaz, 001) Dari Gambar.15. erliha unuk kecepaan yang epa dimana velociy-nya 100%, pola difraksi berhasil dikembalikan ke iik. Teapi dengan seiiring berkurangnya kecepaan yang digunakan maka akan eap menghasilkan benuk hiperbola yang semakin besar, dapa diliha pada saa kecepaan 95% efek dari benuk hiperbola yang ada idak selebar dan sebesar pada saa kecepaan 80%. Aperure adalah lebar daa kearah laeral yang akan iku digunakan didalam penjumlahan iik-iik yang berada pada linasan hiperbola akiba difraksi yang akan dijumlahkan ke iik puncak dari hiperbola ersebu. Unuk suau reflekor dengan kemiringan yang curam maka unuk melakukan migrasi dibuuhkan lebar aperure yang relaif lebih besar dibandingkan dengan reflekor yang memiliki kemiringan yang lebih landai. Parameer maksimum dip o migrae adalah pembaasan penjumlahan di dalam migrasi Kirchhoff berdasarkan kemiringan pada suau hiperbola yang erbenuk karena difraksi. Jadi hiperbola dengan kemiringan diaas sudu yang elah Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

38 dienukan idak akan iku dimigrasi. Dan parameer maksimum frequency o migrae adalah pembaasan daa yang akan dilibakan di dalam migrasi berdasarkan frekuensi, frekuensi dengan nilai diaas baas yang dienukan idak akan iku dimigrasi Meode beda hingga (finie difference) Meode ini merupakan salah sau Meode yang banyak digunakan pada eksplorasi seismik dan pemodelan pergerakan bumi/gempa bumi (Moczo e al., 004). Meode ini memiliki kelebihan relaif akura, dapa menyelesaikan model yang komplek, mudah dalam koding dan effisien dalam waku kompuasi. Permasalahan migrasi erkai dengan pemecahan persamaan gelombang skalar 1 + = 0 (.16) x z v Salah sau meode yang dapa digunakan unuk memecahkan persamaan gelombang skalar ini adalah meode finie difference. Meode finie difference dapa digunakan unuk persamaan gelombang D maupun gelombang 3D. Pada prinsipnya meode ini erkai dengan ransformasi koordina penjalaran gelombnag dibawah permukaan bumi. Transformasi koordina dapa digunakan unuk mengamai penjalaran gelombang seismik pada arah erenu. Jika suau gelombang bidang mendekai permukaan dengan sudu θ maka persamaan dapa diuliskan dengan ( x, z, ) = Aexp[ jω{ ( x / v)sinθ ( z / v)cosθ}] (.17) Jika sudu gelombang sanga kecil maka persamaan ini dapa diuliskan dalam benuk ( x, z, ) = Aexp[ jω{ xθ / v z / v + zθ / v}] (.18) Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

39 Dan dengan mendefinisikan skala koordina baru = z/v yang merupakan sisem koordina gelombang yang mengarah keaas aau upcoming wave, persamaan diaas dapa diulis dengan benuk }} / / { exp{ ),, ( v z v x j A z x θ θ ω + = (.19) Dan ransformasi persamaan gelombangnya adalah 1 1 ; ; V z V z z V z z z z x x x x + = = + = = = = = (.0) Berdasarkan ransformasi ini maka akan didapakan persamaan gelombang upcoming 0 = + z V z x (.1) Dengan menggunakan aproksimasi 15 0 dimana digunakan asumsi bahwa gelombang menjalar hampir verikal, perubahan dimana digunakan asumsi bahwa gelombang menjalar hampir verikal, perubahan erhadap z sanga kecil sehingga unuk sisem koordina seperi ini dapa diuliskan persamaan aproksimasi 15 0 dalam benuk 0 ) ( = z v x (.) Persamaan dalam benuk ini memiliki keerbaasan dimana idak mampu digunakan unuk melakukan migrasi erhadap kemiringan reflekor yang cukup ajam. Unuk menyelesaika n persamaan (.19) digunakan finie difference dimana disusun dalam benuk array 3 dimensi dengan selang inerval adalah x, z, ),, ( ),, ( ),, ( ),, ( ),, ( ),, ( ),, ( z z z x z x z z x z x z x z x x z x x z x x + + (.3) Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

40 Sehingga persamaan (.19) dapa diuliskan solusinya sebagai beriku (.3) Persamaan ini menunjukan hubungan anara enam elemen pada aaray erliha pada gambar beriku..16. Elemen pada migrasi finie difference (afer sherif, 1985) + + = ),, ( ),, ( ),, ( ),, ( ),, ( ),, ( x z x x V z z z x x z x x V z z x z z z x z V z x z z x Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

41 BAB III PENGOLAHAN DATA SEISMIK Pengolahan Daa Pengolahan daa pada ugas akhir ini dilakukan dengan menggunakan sofware ProMax. Tujuan dilakukan pengolahan daa seismik yaiu agar daa hasil akuisisi yang masih berupa daa sho-gaher dapa diubah menjadi benuk penampang seismik sehingga lebih mudah diliha reflekornya aau dengan kaa lain agar daa ersebu dapa lebih mudah diinerpreasi. Secara mendasar proses pengolahan daa seismik dibagi menjadi iga hal yang mendasar : 1. Preprocessing. Processing 3. Migrasi Dalam melakukan pengolahan daa seismik penulis menggunakan model daa seismik syneik yaiu model marmousi dan model Sal Dome (Kubah Garam), dalam pengolahan daa penulis menggunakan iga macam meode yang ada pada proses migrasi yaiu : meode pergeseran fase (Phase Shiff), meode Kirchhoff, meode beda hingga (Finie Difference). 3.1 Model Daa Marmousi. Model marmousi perama kali dibua konsorsium yang digelar oleh Insiu Francis du Pe role (IFP) pada ahun 1988 (gambar 3.1 ). Daa syneik ini banyak digunakan oleh para penelii di seluruh dunia dengan banyak ujuan oleh geophysical. Model ini merupakan model D akusik didaerah Angola. Pada peneliian kali ini penulis akan menghilangkan lapisan airnya sehingga dapa diasumsikan sebagai model yang dileakan di dara. Model ini merupakan model akusik yang mempunyai srukur geologi yang kompleks sehingga model ini banyak mempunyai reflekor, dan mempunyai perubahan ( gradien ) kecepaan yang sanga kua baik secara laeral maupun verikal. Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

42 Parameer akuisisi yang digunakan dalam survey ini sebagia beriku : Area : Marmousi Sampling rae : 4 ms Jumlah cdp : 40 Firs cdp : 1899 Las cdp : 47 Fold coverage : 96 fol Min offse : 00 m Max offse : 575 m Inerval receiver : 5 m Tahap Preprosesing Tahap preprosesing berujuan unuk mengoreksi race, sehingga race yang kia miliki erbebas dari noise, Beberapa ahapan preposesing adalah : Loading daa dan geomeri daa Daa yang dimasukan dalam sofware ProMax harus dalam benuk SEG-Y. Daa yang elah dimasukan dalam sofware ini kemudian disimpan pada daase sebagai oupu rawdaa. Oupu daa akan digunakan sebagai inpu daa pada proses selanjunya. Unuk mendefinisikan geomeri survei yang kia lakukan, menggunakan D Land geomery Spreadshee yang berujuan unuk mengeahui informasi lapangan, yang kemudian disesuaikan dengan informasi rawdaa yang elah kia masukan sebelumnya, sehinnga mempunyai daa yang elah erdefinisi geomerinya dan akan disimpan dalam oupu geomery. Dalam geomeri ini edapa banyak sekali informasi yang perlu kia keahui seperi cdp, source, channel, FFDI, dan lain-lain. Unuk menyesuaikan daa yang ada pada geomeri dapa kia gunakan perinah inline header geom load. Disini informasi geomeri yang elah kia masukan sebelumnya akan disesuaikan dengan rawdaa sehingga kia akan mendapakan kumpulan daa yang sudah mempunyai informasi geomeri. Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

43 Gambar3.1: kondisi sruukur dari model marmousi ( Leading Egde,seember 1994). Berdasarkan gambar 3.1 memperlihakan bahwa daa model marmousi mempunyai srukur yang sanga kompleks. Dimana banyak sekali even even paahan yang muncul. Dari akuisisi daa erdapa 96 fol dan kedalamnya mencapai 3000 m, dengan minimum offse 00 m dan maksimum offse 575 m. Jarak inerval dari resever sekiar 5.m True Ampliude Recovery True ampliude recovery pada ininya berujuan unuk memunculkan amliudoampliudo gelombang seismik yang lemah seelah fakor penguaan oleh Amplifier diangka dari dalamnya (gain removal). Pengangkaan fakor penguaan ini diperlukan dalam upaya mendapakan ampliudo yang lebih represenaif di daerah penyelidikan. Gain removal adalah proses membuang penguaan yang dilakukan oleh amplifier karena seelah penguaan dibuang sinyal-sinyal refleksi akan menjadi demikian lemah, maka penguaan amplifier ini diganikan oleh penguaan lain yag nilai-nilainya didapa dari experimenal gain curve yang dianggap lebih cocok unuk daerah yang diselidiki. Beriku ini hasil yang diperoleh pada proses TAR: Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

44 Gambar3.: display hasil dari TAR Dekonvolusi Dekonvolusi merupakan salah sau cara unuk merekonruksi fungsi refleksi dengan mengesraksi wavele dari gelombang seimik hasil rekaman. Sinyal seimik yang direkam dapa dianggap sebagai konvolusi dari sinyal sumber dengan inrumen-insrumen, geophone dan respon bumi. Respon bumi melipui beberapa efek yang idak diinginkan, seperi gaung, aenuasi dan ghosing. Tujuan dari proses dekonvolusi adalah unuk mengembalikan benuk oupu ideal seismogram, yang menyerupai dere koefisien refleksi bawah permukaan. Dekonvolusi yang biasa digunakan adalah dekonvolusi spiking. Selain iu dekonvolusi dapa digunakan unuk menghilangkan muliple periode pendek. Spiking dekonvolusi prinsipnya diujukan unuk membenuk sinyal. Dalam keadaan khusus bila sinyal yang dibuuhkan berupa paku (spick) maka dekonvolusinya disebu spiking dekonvolusi. Unuk melakukan proses dekonvolusi masukan daa dapa diperoleh dari oupu proses sebelumnya yaiu TAR. Pada proses ini penulis menggunakan dekonvolusi spiking karena dekonvolusi ini biasa digunakan sebelum melakukan sacking. unuk melakukan dekon gae maka kia erlebih dahulu melakukan piking pada display TAR. Unuk picking-nya pilih menu picking kemudian Pick Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

45 Miscellaneous Time Gae, kemudian bua nama file-nya. Lalu kembali kia pick op gae dan boom gae, sinyal yang berada di anara op dan boom gae adalah sinyal yang akan mengalami dekonvolusi. Beriku adalah hasil yang diperoleh : Gambar 3.3 : Display sesudah melakukan dekonvolusi spiking 3.1. Tahap Prosesing Proses yang paling diekankan pada ahap prosessing adalah menggunakan analisa kecepaan dengan baik. Tahapan yang uama pada ahap ini adalah: Analisa Kecepaan Analisa kecepaan berguna unuk QC(qualiy conrol) aau cheking oupu hasil pengolahan daa. Dalam melakukan analisa kecepaan, ada iga krieria yang harus dipegang dalam melakukan analisa kecepaan yaiu sebagai beriku : Kecepaan RMS (Vrms) akan berambah besar dengan berambahnya waku verikal pada penampang seismik. Kecepaan akan berambah besar dengan berambahnya kedalaman Kecepaan berambah dengan berambahnya kekompakan bauan Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

46 Meode yang dipakai unuk melakukan analisa kecepaan adalah meode semblance. Dimana warna warna (merah, hijau, biru, kuning) meninerpreasikan nilai dari semblace. Dimana semakin kekanan semakin kecil nilai semblance-nya. Selain iu juga menggunakan CDP gaher. Dimana CDP gaher erleak di sebelah semblance. CDP gaher ini digunakan unuk meliha hasil pikingan yang kia lakukan. Apabila kia piking pada velociy yang inggi maka akan CDP gaher akan naik keaas (Upper Correced, aau sebaliknya jika kia pilih kecepan yang rendah maka CDP gaher akan urun kebawah (under Correced). Selain menggunakan warna semblance dan CDP gaher, kia juga menggunakan velociy horizonal (Consan Velociy Sack) yang berfungsi sebagai fungsi kecepaan. Dimana pada proses ini kia akan mempiking yang mempunyai garis horizonal, supaya menghasilkan daa yang bagus. Gambar3.4 : piking analisa kecepaan Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

47 Gambar3.5 : qualiy conrol analisa kecepaan Saking Sacking merupakan penjumlahan arce-arce dari suau CDP gaher yang menghasilkan suau komposi race. Posisi ini dipermukaan adalah sama dengan iik engah bersama anara sumber dan receiver Gambar3.6 : konfugirasi common deph pon Penjumlahan race-arce dari CDP akan memperbaiki S/N rasio. Panambahan sinyal akan manaikkan S/N rasio dengan fakor fold dari race-race dalam CDP gaher. N, dimana N adalah jumlah Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

48 Sebelum melakukan sacking, race-race pada CDP harus melakukan koreksi erlebih dahulu erhadap perbedaan waku yang disebabkan karena adanya perbedaan jarak sumber receiver. Koreksi ini disebu dengan NMO corecion (normal move ou), yang besarnya selain erganung dengan jarak sumber receiver, eapi erganung juga erhadap kedalaman. Beriku hasil yang diperoleh : Gambar3.7 : Display sacking dan NMO Migrasi Migrasi dilakukan unuk memindahkan posisi reflekor yang erliha pada rekaman daa seismik menjadi posisi yang sebenarnya sesuai dengan posisi di bawah permukaan. Unuk srukur geologi yang memiliki kemiringan dan benuk yang kompleks maka penampang yang erliha pada daa seismik idaklah menggambarkan posisi penampang yang sebernarnya di bawah permukaan. Terlebih dengan kemampuan erenu yang mampu menghasilkan efek difraksi maupun efek bowie pada rekaman daa seismik. Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

49 Meode Pergeseran Fase Migrasi pergeseran fase adalah sau meode migrasi yang diperkenalkan oleh Gazdag (1978). Migrasi ini akan lebih akura jika menggunakan kemiringan diaas 90 0 dengan asumsi pendekaan idak adanya perubahan (gradien) kecepaan secara laeral. Sehingga meode ini sanga baik digunakan unuk perubahan secara verikal. Beriku parameer yang digunakan dalam melakukan proses ini - CDP minimum : 1899 m - CDP maksimum : 47 m - CDP inerval : 0 m - frekuensi minimum : 0 Hz - frekuensi maksimum : 80 Hz - Migarsi dip : diaas 90 0 Hasil dari migrasi Gambar3.8 : hasil dari migrasi pergeseran fase dalam domain waku Meode Kirchhoff Meode migrasi kirchoff sanga populer digunakan dalam melakukan penciraan seismik. Hal ini dikarenakan kemampuan meode ini dalam memproses suau arge erenu yang erdapa di dalam suau daa. Keunungan lainnya dari meode ini adalah meode ini dapa mengaasi jarak race yang idak eap pada daa Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

50 seismik. Namun demikian meode ini juga mempunyai kelamahan berupa keidakmampuan unuk mencirakan secara akura keika erdapa sukur kecepaan yang kompleks, namun lebih disebabkan oleh approksimasi yang kerap digunakan dalam mempreasikan. Migrasi ini dilakukan seelah kia melakukan NMO sack. Dalam melakukan migrasi kia memerluakan suau model kecepaan yang digunakan unuk proses lebih lanju. Model Kecepaan yang digunakan pada migarsi ini adalah model kecepaan Vrms. Model kecepaan yang digunakan pada migrasi kirchhoff dapa diperoleh dari salah sau ahap di dalam pengolahan daa seismik, yaiu velociy analysis. Salah sau bagian dari velociy analysis adalah melakukan picking velociy. Sehingga kia dapa memperoleh kecepaan bawah permukaan pada daerah ersebu yang selanjunya akan digunakan unuk mengkoreksi iik pada hiperbola Parameer yang digunakan adalah : - CDP Inerval : 0 m - Migraion aperure : Maximum dip o migrae :180 0 (kemiringan maksimum yang akan dimigrasi) Kemudian kia jalan kan programnya : Gambar 3.9: hasil migrasi waku seelah sack dengan meode kirchhoff Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

51 Migrasi Finie Difference Meode ini merupakan salah sau Meode yang banyak digunakan pada eksplorasi seismik dan pemodelan pergerakan bumi/gempa bumi (Moczo e al., 004). Meode ini memiliki kelebihan relaif akura, dapa menyelesaikan model yang komplek. Pada saa melakukan proses finie diffrence diperlukan suau model kecepaan inerval. Hal ini diperlukan karena moode ini menggunakan model kecepaan secara verikal, sehingga moede finie diffrence sanga bagus dalam menggambarkan model penciraan seismik secara verikal dan laeral. Parameer yang digunakan : - CDP minimum : 1899 m - CDP maksimum : 47 m - CDP inerval : 0 m - frekuensi maksimum : 70 Hz - ime sep : 10 ms Gambar3.10 : hasil migrasi waku seelah sack dengan meode Finie Diffrence Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

52 3. Model Daa Seismik Sal Dome ( kubah garam ) Model sal dome (kubah garam) merupakan model yang mempunyai srukur geologi kompleks dan model kecepaan yang lebih bervariasi baik secara laeral dan verikal. Model kecepaan dan daa seismik zero-offse diambil dari SEG/EAGE Sal Model. Hasil rekaman seismik unuk model sal dome (kubah garam) diunjukkan oleh gambar Daa seismik yang didapa memiliki parameer sebagai beriku: Time sampling yang digunakan 8 ms, jumlah ime sampling 66, sehingga lama rekaman seismik 5 deik. Jumlah race aau midpoin 190 dengan jarak anar race 40 m, sehingga panjang penampang seismik m. Daa seismik yang didapa idak memperlihakan srukur geologi sal dome secara langsung, hanya erliha puncak dari aniklin pada sekiar race ke 71 yang diduga merupakan puncak dari sal dome. Daa seismik juga memperlihakan difraksi yang sanga banyak dan rumi eruama erdapa pada sisi sebelah kanan sal dome yaiu pada race dengan kedalaman waku 1- deik. Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

53 Gambar3.11 : Model sal dome yang sudah di sacking 3..1 Model Kecepaan Sal Dome Model kecepaan sal dome diunjukan oleh gambar 3.1, erliha bahwa model daa seismik sal dome mempunyai variasi model kecepaan yang sanga kompleks. Pada gambar saking memperlihakan bahwa diperkirakan bahwa iik puncaknya erleak pada cdp 71 dimana kedalaman pada model ini sekiar 5 deik ( 5000 ms). Kecepaan yang erkecil sekiar 5000 m/s dan kecepaan yang erbesar sekiar m/s lebih. Sedangkan pada daerah sal dome diunjukan pada kecepann m/s lebih inggi dibandingkan dengan daerah sekiarnya. Model kecepaan ini akan digunakan unuk melakukan migrasi unuk meode kirchhoff, moode finie diffrence dan meode pergeseram phase. Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

54 Gambar 3.1: model kecepaan daa seismik sal dome 3.. Meode Pergeseran Fase. Migrasi ini menggunakan model kecepaan inerval. Meode ini sanga baik unuk menangi perubahan kecepaan secara verikal, berbeda dengan migrasi meode kirchhoff yang hanya bisa menangani perubahan kecepaan secara laeral. Pada saa kemiringan yang digunakan diaas 90 0 meode ini mengggambarkan penciran penampang seismik dengan baik. - Minimum CDP o migraion : 1 ( CDP awal ) m - Maxsimum CDP o migraion : 190 ( CDP maksimal ) m - CDP inerval : 110 m - Frekuennsi minimim unuk mingrasi: 0 Hz - Frekuensi maksimum unuk migrasi :80 ( baas maksimal unuk melakukan migrasi) - kemiringan unuk migrasi : diaas Persenasi Kecepaan : 60 % Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

55 Gambar3.13 : Hasil migrasi pergeseran fase Migrasi Meode Kirchhoff Karena model yang diunjukan pada gambar 3.1 adalah model kecepaan RMS, sehingga dari model kecepaan ini dapa kia gunakan dalam melakukan migrasi dengan meode kirchhof. Paremeer yang digunakan pada meode ini adalah : - CDP minimum : 1 m - CDP maksimum : 190 m - CDP Inerval : 110 m - frekuensi maksimum : 80 Hz - maksimum dip : Migrasi aperure : 1000 Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

56 Gambar3.14 : hasil migrasi kirchhoff dalam domain waku 3..4 Migrasi Meode Finie Difference Dalam meode ini model kecepaan yang diperlukan dalam benuk kecepaan inerval. Kecepan inerval ini didapakan dari hasil konversi dari kecepaan RMS. Keunggulan meode beda hingga ialah dapa menangani perubahan kecepaan baik secara laeral maupun verikal. Parameer yang digunakan adalah : - CDP inerval : 110 m - Maksimum Frequensi : 50 Hz - Time sep for migraion : 0 m Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

57 Gambar3.15 : hasil migrasi Finie Difference dalam domain waku Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

58 BAB IV ANALISIS 4.1 Model Marmousi Migrasi Meode Pergeseran Fase Migrasi Pergeseran Fase sanga akura dilakukan dengan kemiringan diaas 90 0 dengan asumsi idaknya perubahan kecepaan secara laeral. Teknik yang digunakan dalam melakukan migrasi pergeseran waku adalah dalam domain waku dengan menggunakan kecepaan RMS unggal (Vrms ()) aau kecepaan inerval (Vin()), sehingga meode ini sanga baik dalam mencirakan seismik secara verikal. Paremeer yang digunakan adalah sebagi beriku - CDP minimum : 1899 m - CDP maksimum : 47 m - CDP inerval : 0 m - frekuensi minimum : 0 Hz - frekuensi maksimum : 80 Hz - Migarsi dip : diaas 90 0 Pada peneliian ini penulis ingin menganalisa pengaruh persenasi kecepaan yang digunakan pada saa melakukan migrasi pergeseran fase. Persenasi yang digunakan adalah 50%, 80%, 100%, dan 130%. Beriku adalah hasil yang diperoleh dalam melakukan migrasi karena adanya perbedaan persenasi kecepaan: Universias indonesia Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

59 (a) (b) Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

60 (c) (d) Gambar 4.1: hasil migarsi pergeseran fase dalam domain waku dengan adanya perbedaan persenasi kecepaan.a. 50% b. 80%, c. 100% dan d. 130% Pada gambar diaas (gambar 4.1) memperlihakan hasil dari migrasi yang menggunakan meode pergeseran phase dengan memperhaikan perbedaan persenasi kecepaan. Pada ime ms dan pada cdp menunjukan bahwa pada saa menggunkan persenasi kecepaan yang besar gambar 4.1d yang menunjukan even ( pada persenasi kecil) akan mengalami pemudaran sehingga gambar menunjukan lebih raa (smoo). Begiu juga jika Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

61 diperhaikan pada cdp , dimana even berupa puncak yang bersambung dengan puncak yang lain mulai kelihaan dengan menggunakan persenasi yang opimal. Hal ini menunjukan bahwa pada puncak ersebu erdapa even berupa paahan. Unuk cdp menunjukan bahwa pada cdp ersebu erdapa sebuah paahan, hal ini diandai dengan adanya urunan dari sebuah puncak yang sanga curam (gambar 4.1d). sehingga dapa diambil kesimpulan bahwa dengan menggunakan persenasi kecepaan yang opimal maka penciraan yang menunjukan suau even erenu akan mulai bermunculan Migrasi Meode Kirchhoff Meode migrasi kirchoff sanga populer digunakan dalam melakukan penciraan seismik. Hal ini dikarenakan kemampuan meode ini dalam memproses suau arge erenu yang erdapa di dalam suau daa. Meode ini diemukan oleh schneide (1978), unuk menyelesaikan persamaan gelombang skalar. Meode ini biasanya digunakan dalam domain waku dan domain kedalaman, eapi pada peneliian kali ini penulis baaskan dalam domain waku saja. Migrasi kirchhoff digunakan unuk menganalissi kecepaan secara laeral dan kecepaan RMS (Vrms) semenara, biasanya diasumsikan sebagai medium yang homogen. Paremeer yang digunakan dalam proses ini adalah : - CDP minimum : 1899 m - CDP maksimum : 47 m - CDP Inerval : 0 m - frekuensi maksimum : 80 Hz - maksimum dip : 90 Pada peneliian beriku ingin memperlihakan pengaruh dari migrasi aperure yang mempengaruhi dari hasil migrasi. Sacara eori apabila mengunakan aperure secara opimal, maka mendapakan hasil yang lebih bagus. Pada peneliian kali ini menggunakan aperure sebesar 500, 1000, 1500, dan beriku hasil yang diperoleh : Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

62 (a) (b) Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

63 (c) (d) Gambar 4. : hasil migrasi kirchhoff dalam domain waku dengan menggunakan adanya perbedaan migarsi aperure a. 500, b. 1000, c d Gambar 4. menunjukan bahwa migrasi aperure sanga pening dalam melakukan migrasi kirchhof dalam domain ime. Migrasi apeure menunjukan hubungannya dengan noise yang diimbulkan. Jika diamai bahwa dengan menggunakan migrasi aperure sebesar 1500 (gambar 4.c), menggambarkan penciraan yang cukup jelas dibandingkan dengan yang lain (gambar 4. a,b,d). Pada gambar ersebu ( cdp ) memperlihakan adanya lekukan yang sanga jelas yang menghubungkan dari puncak ke puncak. Hal ini menunjukan bahwa migrasi Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

64 aperure yang opimal erdapa pada aperure karena migrasi aperure menghubungkan dengan noise yang diimbulkan, sehingga semakin kia menggunkan aperure yang opimal maka akan menghasilkan penciraan yang lebih jelas Migrasi Meode Finie Difference (beda hingga) Meode ini biasanya digunakan dalam domain waku dan domain kedalaman, api pada peneliian ini dibaasi pada domain waku. Penyelesain persamaan gelombang pada finie difference dapa diselesaikan dengan exsplici. Pada skema exsplici, fungsi ruang dan waku dapa dihiung hanya dari fungsi ruang dan waku sebelumnya. Beriku adalah parameer yang digunakan : - CDP minimum : 1899 m - CDP maksimum : 47 m - CDP inerval : 0 m - frekuensi maksimum : 70 Hz : Parameer yang akan penulis analisis adalah Time sep unuk melakukan migrasi. Time sep yang digunakan adalah 4ms. 10ms, 0 ms, 40 ms. Beriku adalah hasil yang diperoleh dari migrasi : (a) Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

65 (b) (c) Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

66 (d) Gambar 4.3 : hasil migrasi finie difference dalam waku dengan perbedaan ime sep a. 4 ms b. 10ms, c. 0ms, d. 40 ms Time sep digunakan unuk memusakan energy difraksi hyperbola. pada saa menggunakan ime sep anara 0-40 ms menggambarkan dengan penciraan yang sudah mulai memudar pada evennya, mungkin hal ini di sebabkan dengan energi difraksi hyperbola sudah mulai melemah. Jadi unuk proses migrasi lebih baik menggunakan dengan migrasi yang kurang dari 0 ms. 4. Model sal Dome ( Kubah Garam ) 4..1 Migrasi Meode Pergeseran Fase Sama dengan model sebelumnya (model marmousi) dimana penulis ingin meliha pengaruh persenasi kecepaan pada model ini. Parameer yang digunakan adalah sebagai beriku : - CDP minimum : 1 m - CDP maksimum : 190 m - CDP inerval : 150 m - frekuensi minimum : 0 Hz - frekuensi maksimum : 80 Hz - Migarsi dip : diaas 90 0 Beriku hasil dari hasil migrasinya Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

67 (a) (b) Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

68 (c) Gambar 4.4: hasil migrasi pergeseran fase dengan persenasi kecepaan a. 30%, b. 60% dan c. 90% Pada gambar 4.4 merupakan hasil dari migrasi dengan membedakan persenasi kecepaan.gambar 4.4a memperlihakan bahwa keika kia melakukan migrasi dengan persenasi sebesar 30%, penciraan dari penampang seismik erliha idak erlalu bagus dikarenakan masih erdapa efek dari difraksi yang begiu jelas. Keika melakukan migrasi lebih lanju dengan persenasi kecepaan sebesar 60% (gambar4.4b), erliha bahwa migrasi yang dihasilkan memperlihakan efek difraksi yang mulai memudar, begiu juga apabila kia melakukan migrasi dengan persenasi kecepaan sebesar 90% efek dari difraksi mulai menghilang. Sehingga dapa diambil kesimpulan keika kia menggunakan persenasi yang opimal maka efek difraksi yang imbul sudah mulai mengalami smooing (raa). 4.. Migrasi Meode Kirchhoff Pada Moode ini akan menganalisis dengan membedakan migrasi apeurenya. Beriku adalah parameer yang digunakan : - CDP minimum : 1 - CDP maksimum : 190 Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

69 - CDP Inerval : frekuensi maksimum : 80 - maksimum dip : 90 Hasil migrasi (a) (b) Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

70 (c) (d) Gambar4.5 : hasil migrasi kirchoff dengan migrasi aperure a. 0, b. 500, c. 1000, d. 000 Gambar 4.5a merupakan hasil yang diperoleh dari migrasi kirchhoff yang idak menggunakan migrasi apeure. Pada gambar ersebu erliha bahwa penciraan yang diperoleh hampir sama pada saa kia melakukan sacking aau bahkan lebih jelek dari pada saa melakukan saking. Gambar4.5b adalah migrasi dengan menggunkan migrasi aperure sebesar 500, disini penciraan yang dihasilkan Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

71 memperlihakan bahwa efek dari difraksi mulai memudar dibandingkan dengan melakukan migrasi yang idak menggunakan migrasi aperure. Pada saa kia menggunakan aperure 1000 (gambar 4.5c) erjadi penguaan gambar. Hal ini diandai dengan adanya proses yang lebih halus pada ime ms. Dan even yang idak erlalu kelihaan (gambar 4.5b) akan mulai mengalami penguaan ( anda panah yang berwarna hiam). Gambar 4.5d adalah migrasi dengan menggunakan migrasi aperure 000. disini akan menceriakan bahwa efek difraksi yang idak kelihaan (gambar 4.5c) akan kelihaan kembali pada saa melakukan migrasi (gambar 4.5d). Sehingga berdasarkan gambar diaas dapa diambil kesimpulan, jika menggunakan migrasi aperure yang opimal maka efek dari difraksi sudah mengalami pemudaran. Jadi migrasi aperure sanga berhubungan dengn noise yang diimbulkan Migrasi Meode Finie Diffrence Migrasi ini hampir sama dengan apa yang dihasilkan dengan migrasi kirchhoff hanya saja dalam algorima kirchoff menggunakan inergral sedangkan meode ini menggunkan urunan. Beriku adalah parameer yang dipakai : - CDP minimum : 1 - CDP maksimum : CDP inerval : frekuensi maksimum : 80 Analisa yang dilakukan berujuan meliha bagaimana pengaruh ime sep pada model sal dome. Beriku adalah ampilan dari hasil migrasi : Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

72 (a) (b) Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

73 (c) (d) Gambar 4.6: hasil migrasi beda hingga dengan membedakan dari paramere ime sep a. 4, b. 10, c. 0, dan d. 40 ms Gambar 4.6 merupakan hasil migrasi beda hingga dangan menggunakan perbedaan ime sep-nya. Terliha bahwa pada cdp dengan mengunakan ime sep sebesar 4 ms efek dari difraksi masih kelihaan, begiu juga pada anda panah menunjukan penciraan penampang seismik yang belum kelihaan halus. Kemudian pada ime sep 0-40 ms bahwa hasil migrasi yang dihasilkan memperlihakan penciraan yang sudah mengalami proses smooing. Analisis konsep..., Robbi Prayudha, FMIPA UI, 009

Bab 3. Migrasi Data Seismik. Migrasi dilakukan untuk memindahkan posisi reflektor yang terlihat pada

Bab 3. Migrasi Data Seismik. Migrasi dilakukan untuk memindahkan posisi reflektor yang terlihat pada Bab 3 Migrasi Daa Seismik Migrasi ilakukan unuk meminahkan posisi reflekor yang erliha paa rekaman aa seismik menjai posisi yang sebenarnya sesuai engan posisi i bawah permukaan. Unuk srukur geologi yang

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

Structure Modelling of Subsurface by using Kirchhoff Migration Method and Finite Difference Anisotropy Method

Structure Modelling of Subsurface by using Kirchhoff Migration Method and Finite Difference Anisotropy Method ISSN:089-0133 Indonesian Journal of Applied Physics 016 Vol. 6 No. 0 Halaman 79 Okober 016 Srucure Modelling of Subsurface by using Kirchhoff Migraion Mehod and Finie Difference Anisoropy Mehod Husni Cahyadi

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

B a b. Aplikasi Dioda

B a b. Aplikasi Dioda Aplikasi ioda B a b 2 Aplikasi ioda Seelah mengeahui konsruksi, karakerisik dan model dari dioda semikondukor, diharapkan mahasiswa dapa memahami pula berbagai konfigurasi dioda dengan menggunkan model

Lebih terperinci

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun

Pemodelan Data Runtun Waktu : Kasus Data Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat pada Tahun Pemodelan Daa Runun Waku : Kasus Daa Tingka Pengangguran di Amerika Serika pada Tahun 948 978. Adi Seiawan Program Sudi Maemaika, Fakulas Sains dan Maemaika Universias Krisen Saya Wacana, Jl. Diponegoro

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel

BAB III ANALISIS INTERVENSI. Analisis intervensi dimaksudkan untuk penentuan jenis respons variabel BAB III ANALISIS INTERVENSI 3.1. Pendahuluan Analisis inervensi dimaksudkan unuk penenuan jenis respons variabel ak bebas yang akan muncul akiba perubahan pada variabel bebas. Box dan Tiao (1975) elah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR ANTENA

BAB II TEORI DASAR ANTENA BAB II TEORI DASAR ANTENA.1. endahuluan Anena didefinisikan oleh kamus Webser sebagai ala yang biasanya erbua dari meal (sebagai iang aau kabel) unuk meradiasikan aau menerima gelombang radio. Definisi

Lebih terperinci

*Corresponding Author:

*Corresponding Author: Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 5 Periode Mare 6, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-7658--3 Penerapan Model Neuro-Garch Pada Peramalan (Sudi Kasus: Reurn Indeks Harga Saham Gabungan) Applicaion

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN

KAJIAN PEMODELAN DERET WAKTU: METODE VARIASI KALENDER YANG DIPENGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURAN JMP : Volume 4 omor, Juni 22, hal. 35-46 KAJIA PEMODELA DERET WAKTU: METODE VARIASI KALEDER YAG DIPEGARUHI OLEH EFEK VARIASI LIBURA Winda Triyani Universias Jenderal Soedirman winda.riyani@gmail.com Rina

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

IR. STEVANUS ARIANTO 1

IR. STEVANUS ARIANTO 1 GERAK TRANSLASI GERAK PELURU GERAK ROTASI DEFINISI POSISI PERPINDAHAN MEMADU GERAK D E F I N I S I PANJANG LINTASAN KECEPATAN RATA-RATA KELAJUAN RATA-RATA KECEPATAN SESAAT KELAJUAN SESAAT PERCEPATAN RATA-RATA

Lebih terperinci

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN

MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN MODUL 1 FI 2104 ELEKTRONIKA 1 MODUL 1 RANGKAIAN THEVENIN, PEMBEBANAN DAN ARUS TRANSIEN 1. TUJUAN PRAKTIKUM Seelah melakukan prakikum, prakikan diharapkan elah memiliki kemampuan sebagai beriku : 1.1. Mampu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawaan (Mainenance) Mainenance adalah akivias agar komponen aau sisem yang rusak akan dikembalikan aau diperbaiki dalam suau kondisi erenu pada periode waku erenu (Ebeling,

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Mobil Robo Mobil robo adalah robo yang memiliki kemampuan unuk berpindah empa mobiliy, mobil robo yang bergerak dari posisi awal ke posisi yang diinginkan, suau sisem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Analisis Gerak Osilator Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Metode Elemen Hingga Dewi Sartika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1

Analisis Gerak Osilator Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Metode Elemen Hingga Dewi Sartika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1 Analisis Gerak Osilaor Harmonik Dengan Gaya pemaksa Bebas Menggunakan Meode Elemen Hingga Dewi Sarika junaid 1,*, Tasrief Surungan 1, Eko Juarlin 1 1 Jurusan Fisika FMIPA Universias Hasanuddin, Makassar

Lebih terperinci

PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC TMP C CILACAP

PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC TMP C CILACAP Prosiding Seminar Nasional Maemaika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-0384; e-issn : 2550-0392 PENENTUAN KONSTANTA PEMULUSAN YANG MEMINIMALKAN MAPE DAN MAD MENGGUNAKAN DATA SEKUNDER BEA DAN CUKAI KPPBC

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Pendekaan Peneliiaan Peneliian sudi kasus ini menggunakan peneliian pendekaan kualiaif. menuru (Sugiono, 2009:15), meode peneliian kualiaif adalah meode peneliian ang berlandaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY DAN DIMAS HARI SANOSO Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham Analisis angkaian Lisrik Di Kawasan s Sudaryano Sudirham, Analisis angkaian Lisrik () BAB 3 Fungsi Jargan Pembahasan fungsi jargan akan membua kia memahami makna fungsi jargan, fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama evrie9@gmail.com

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF.1 Pendahuluan Di lapangan, yang menjadi perhaian umumnya adalah besar peluang dari peubah acak pada beberapa nilai aau suau selang, misalkan P(a

Lebih terperinci

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2) FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya

Lebih terperinci

Jurnal Bidang Teknik ENGINEERING, ISSN , Vol. 6 No. 1 April 2013 Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal

Jurnal Bidang Teknik ENGINEERING, ISSN , Vol. 6 No. 1 April 2013 Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA OMBAK LATERAL DAN TENAGA ANGIN PUTARAN RENDAH Soebyako, Ahmad Farid Dosen soebyako@yahoo.com, farield_s@yahoo.com Absrak Sisem pembangki lisrik enaga ombak laeral dan enaga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK LURUS

KINEMATIKA GERAK LURUS Kinemaika Gerak Lurus 45 B A B B A B 3 KINEMATIKA GERAK LURUS Sumber : penerbi cv adi perkasa Maeri fisika sanga kenal sekali dengan gerak benda. Pada pokok bahasan enang gerak dapa imbul dua peranyaan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI

PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Seminar Nasional Informaika 24 PERANCANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DENGAN METODE BOBOT UNTUK MENILAI KENAIKAN GOLONGAN PEGAWAI Evri Ekadiansyah Program Sudi D3 Manajemen Informaika, STMIK Poensi Uama

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku,

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam kehidupan sehari hari kia biasa menjumpai produk makanan yang sifanya kenal. Sebagai conoh produk mayonaisse yang diambahkan pada salad. Viskosias (kekenalan)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya

LANDASAN TEORI. Untuk membantu tercapainya suatu keputusan yang efisien, diperlukan adanya BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Pengerian Peramalan Unuk membanu ercapainya suau kepuusan yang efisien, diperlukan adanya suau cara yang epa, sisemais dan dapa diperanggungjawabkan. Salah sau ala yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

Hitung penurunan pada akhir konsolidasi

Hitung penurunan pada akhir konsolidasi Konsolidasi Tangkiair diameer 30 m Bera, Q 60.000 kn 30 m Hiung penurunan pada akhir konsolidasi Δσ 7 m r 15 m x0 /r 7/15 0,467 x/r0 I90% Δσ q n I 48.74 x 0,9 43,86 KPa Perlu diperhiungkan ekanan fondasi

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci