2.2. SISTEM KLASIFIKASI TANAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "2.2. SISTEM KLASIFIKASI TANAH"

Transkripsi

1 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Tanah selalu mempunya peranan yang pentng pada suatu lokas pekerjaan konstruks. Tanah adalah pondas pendukung suatu bangunan, atau bahan konstruks dar bangunan tu sepert tanggul atau waduk, atau terkadang sebaga penyebab gaya luar pada bangunan sepert tembok / dndng penahan tanah. Tanah yang ada d permukaan bum mempunya karakterstk dan sfat yang berbeda. Hal n merupakan suatu tantangan bag tenaga-tenaga teknk spl yang berkecmpung dalam perencanaan atau pelaksanaan bangunan untuk memaham perlaku tanah yang dhadap dalam perencanaan konstruks dengan jalan melakukan penyeldkan dan peneltan terhadap sfat-sfat yang dmlk tanah, yang tentunya haslnya tdak mutlak tepat dan benar akan tetap palng tdak kta dapat melakukan pendekatan secara tekns. Dalam pengertan teknk secara umum tanah ddefnskan sebaga materal yang terdr dar butran-butran mneral padat yang tdak tersegmentas (terkat secara kma) antara satu dengan yang lannya dan merupakan partkel padat hasl penguraan bahan organk yang telah lapuk yang berangka dengan zat car dan gas sebaga pengs ruang-ruang kosong antar partkel. Untuk melakukan analsa stabltas waduk, maka perlu dlakuakan uj lapangan yatu pengamblan contoh bahan tmbunan waduk dan melakukan beberapa uj laboratorum untuk mengetahu parameter geoteknk yang akan menjad data masukan dalam melaksanakan analsa stabltas waduk Cacaban SISTEM KLASIFIKASI TANAH Sstem klasfkas tanah adalah suatu sstem pengaturan beberapa jens tanah yang berbeda beda tetap memlk sfat yang serupa kedalam kelompok kelompok dan subkelompok - subkelompok berdasarkan pemakaannya. Sebagan besar sstem klasfkas tanah yang telah dkembangkan untuk tujuan rekayasa 5

2 ddasarkan pada sfat sfat ndeks tanah yang sederhana sepert dstrbus ukuran butr dan plaststas. Walaupun saat n terdapat berbaga sstem klasfkas tetap tdak ada satupun dar sstem sstem tersebut yang benar benar memberkan penjelasan yang tegas mengena segala kemungknan pemakaannya. Hal n dsebabkan karena sfat sfat tanah yang bervaras. Klasfkas tanah dperlukan antara lan untuk hal hal berkut n : Perkraan hasl eksploras tanah ( persapan log-bor tanah dan peta tanah ) Perkraan standart kemrngan lereng dar penggalan tanah atau tebng Perkraan pemlhan bahan Perkraan persentas mua dan susut Pemlhan jens konstruks dan peralatan untuk konstruks ( pemlhan cara penggalan dan rancangan penggalan ) Perkraan kemampuan peralatan untuk konstruks Rencana pekerjaan / pembuatan lereng dan tembok penahan tanah. Adapun beberapa metode klasfkas tanah yang ada antara lan : 1. Klasfkas Tanah Berdasar Tekstur 2. Klasfkas Tanah Sstem AASHTO 3. Klasfkas Tanah Sstem UNIFIED Klasfkas Tanah Berdasar Tekstur Tekstur tanah merupakan keadaan permukaan tanah yang bersangkutan. Pengaruh darpada tap tap butr tanah yang ada ddalam tanah tersebut merupakan pembentuk tekstur tanah. Ukuran butr merupakan suatu metode yang jelas untuk mengklasfkaskan tanah dan kebanyakan dar sstem sstem klasfkas terdahulu banyak menggunakan ukuran butr sebaga dasar pembuatan sstem klasfkas. Tanah dbag dalam beberapa kelompok : kerkl (gravel), pasr (sand), lanau (slt), dan lempung (clay), atas dasar ukuran butr butrnya. Dkarenakan 6

3 depost tanah alam pada umumnya terdr atas berbaga ukuran ukuran partkel, maka perlu sekal untuk membuat suatu aturan berdasarkan dstrbus ukuran butr yang kemudan menentukan prosentase tanah bag setap batasan ukuran. Departemen Pertanan Amerka Serkat telah mengembangkan suatu stem klasfkas ukuran butr yang menamakan tanah secara spesfk bergantung dar prosentase pasr, lanau dan lempung sepert terlhat pada Gambar 2.1 : Gambar 2.1 Klasfkas berdasarkan tekstur oleh Departemen Pertanan Amerka Serkat (USDA) Klasfkas Tanah Sstem AASHTO Sstem klasfkas tanah sstem AASHTO pada mulanya dkembangkan pada tahun 1929 sebaga Publc Road Admnstraton Classfcaton System guna mengklasfkaskan tanah untuk pemakaan lapsan dasar jalan raya. Sstem n mengklasfkaskan tanah kedalam delapan kelompok, A-1 sampa A-7. Kelompok A-1 danggap yang palng bak yang sesua untuk lapsan dasar jalan 7

4 raya. Setelah dadakan beberapa kal perbakan, sstem n dpaka oleh The Amercan Assocaton of State Hghway Offcals (AASHTO) dalam tahun Bagan pengklasfkasan sepert n dapat dlhat sepert pada Tabel 2.1. Klasfkas umum Klasfkas kelompok Analsa sarngan (% lolos) No.10 No.40 No.200 Sfat fraks yang lolos ayakan No.40 Batas car (LL) Indeks plaststas (PI) Tpe materal yang palng domnan Penlaan sebaga bahan tanah dasar Klasfkas umum Tabel 2.1 Klasfkas Tanah Sstem AASHTO Tanah berbutr (35% atau kurang dar seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200) A-1 A-2 A-3 A-1-a A-1-b A-2-4 A-2-5 A-2-6 A-2-7 Maks 50 Maks 30 Maks 15 Maks 6 Maks 50 Maks 25 Batu pecah, kerkl dan pasr Maks 51 Maks 10 NP Pasr halus Maks 35 Maks 35 Maks 35 Maks 35 Maks Maks Maks Mn Maks Maks Mn 11 Mn Kerkl dan pasr yang berlanau atau berlempung Bak sekal sampa bak Tanah lanau lempung (Lebh dar 35% dar seluruh contoh tanah lolos ayakan No.200) Klasfkas kelompok A-4 A-5 A-6 A-7 A-7-5 A-7-6 ℵ Analsa sarngan (% lolos) No.10 No.40 No.200 Mn 36 Mn 36 Mn 36 Mn 36 Sfat fraks yang lolos No.4 Batas car (LL) Maks 40 Mn 41 Maks 40 Mn 41 Indeks plaststas (IP) Maks 10 Maks 10 Mn 11 Mn 11 Tpe materal yang palng domnan Penlaan sebaga bahan tanah dasar Sumber : Bowles, 1991 PI LL 30 ℵ PI > LL 30 Tanah berlanau Basa sampa jelek Tanah berlempung 8

5 2.2.3 Klasfkas Tanah Sstem UNIFIED Sstem klasfkas tanah n yang palng banyak dpaka untuk pekerjaan Teknk Pondas sepert untuk bendungan, bangunan dan konstruks yang sejens. Sstem n basa dgunakan untuk desan lapangan udara dan untuk spesfkas pekerjaan tanah untuk jalan. Klasfkas berdasarkan Unfed System (Das. Braja. M, 1988), tanah dkelompokkan menjad : 1 Tanah butr kasar (coarse-graned-sol) yatu tanah kerkl dan pasr dmana kurang dar 50% berat total contoh tanah lolos ayakan no.200. Smbol dar kelompok n dmula dengan huruf awal G atau S. G adalah untuk kerkl (gravel) atau tanah berkerkl, dan S adalah untuk pasr (sand) atau tanah berpasr. 2 Tanah berbutr halus (fne-graned-sol) yatu tanah dmana lebh dar 50 % berat total contoh tanah lolos ayakan no.200. Smbol dar kelompok n dmula dengan huruf awal M untuk lanau (slt) anorgank, C untuk lempung (clay) anorgank, dan O untuk lanau organk dan lempung organk. Smbol PT dgunakan untuk tanah gambut (peat), muck, dan tanah-tanah lan dengan kadar organk yang tngg. Tanah berbutr kasar dtanda dengan smbol kelompok sepert : GW, GP, GM, GC, SW, SP, SM dan SC. Untuk klasfkas yang benar, perlu memperhatkan faktor-faktor berkut n : 1. Prosentase butran yang lolos ayakan no.200 (fraks halus). 2. Prosentase fraks kasar yang lolos ayakan no Koefsen keseragaman (Unformty coeffcent, Cu) dan koefsen gradas (gradaton coeffcent, Cc) untuk tanah dmana 0-12% lolos ayakan no Batas car (LL) dan Indeks Plaststas (PI) bagan tanah yang lolos ayakan no.40 (untuk tanah dmana 5% atau lebh lolos ayakan no.200). 9

6 Selanjutnya tanah dklasfkaskan dalam sejumlah kelompok dan sub kelompok sepert terlhat dalam Tabel 2.2 berkut n : Tabel 2.2 Smbol klasfkas tanah berdasarkan Unfed System Jens Tanah Smbol Sub kelompok Smbol Kerkl Pasr G S Gradas bak Gradas buruk Berlanau Berlempung W P M C Lanau Lempung Organk Gambut Sumber : Bowles, 1991 M C O PT LL < 50% LL > 50% L H 2.3 PENYELIDIKAN TANAH Borng Pengeboran merupakan cara yang palng awal dan mudah dalam penyeldkan tanah. Borng dlaksanakan untuk mendapatkan struktur lapsan tanah (sample) dengan cara mengebor dan memperhatkan jens dan warna serta kedalaman masng masng tanah yang dkeluarkan dar mata bor. Juga perlu dcatat kedalaman ar tanah pada waktu pelaksanaan pengeboran. Pada penyeldkan lapangan dlakukan beberapa borng untuk uj lapangan sepert : 1. SPT ( Sol Penetrometer Test ) yang dlaksanakan pada nterval tertentu dalam lubang bor 2. Uj permeabltas masa tanah maupun batuan 3. Pengamblan undsturbed sample dengan metode thn wall core barrel pada nterval tertentu untuk uj laboratorum. SPT dgunakan untuk menentukan konsstens atau densty tanah d lapangan. Tes tersebut dlakukan dengan memancangkan alat splt spoon sampler, yatu berupa baja dengan ujung ujung yang terbuka. Splt spoon dpancangkan 45 cm ke dalam tanah pada kedalaman tertentu dalam tanah. 10

7 SPT dapat dkorelaskan dengan : Konsstensnya Kuat geser tanah Parameter konsoldas Relatf densty Daya dukung pondas Penurunan 2.4 PARAMETER TANAH Modulus Young Dengan menggunakan data sondr, borng dan grafk traksal dapat dgunakan untuk mencar besarnya nla elaststas tanah. Nla yang dbutuhkan adalah nla qc atau cone resstance. Yatu dengan menggunakan rumus : E = 2.qc kg/cm² E = 3.qc ( untuk pasr ) E = 2. sampa 8. qc ( untuk lempung ) Nla yang dbutuhkan adalah nla N. Modulus elaststas ddekat dengan menggunakan rumus : E = 6 ( N 5 ) k/ft² ( untuk pasr berlempung ) E = 10 ( N 15 ) k/ft² ( untuk pasr ) Nla perkraan modulus elaststas tanah menurut Bowles dapat dlhat pada Tabel 2.3 : 11

8 Tabel 2.3. Nla Perkraan Modulus Elaststas Tanah (Bowles, 1997) Macam Tanah E ( Kg/cm 2 ) LEMPUNG Sangat Lunak Lunak Sedang Berpasr PASIR Berlanau Tdak Padat Padat PASIR DAN KERIKIL Padat Tdak Padat LANAU LOSES CADAS Possons Rato Possons rato serng danggap sebesar 0,2 0,4 dalam pekerjaan pekerjaan mekanka tanah. Nla sebesar 0,5 basanya dpaka untuk tanah jenuh dan nla 0 serng dpaka untuk tanah kerng dan tanah lannya untuk kemudahaan dalam perhtungan. In dsebabkan nla Possons rato sukar untuk dperoleh untuk tanah. Nla perkraaan angka Posson tanah menurut Bowles dapat lhat pada Tabel 2.4: Tabel 2.4. Nla Perkraan Angka Possons Tanah ( Bowles,1997 ) Macam Tanah Lempung Jenuh Lempung Tak Jenuh Lempung Berpasr υ (angka posson tanah) 0,40 0,50 0,10 0,30 0,20 0,30 12

9 Lanau Pasr Padat Pasr Kasar Pasr Halus Batu Loses 0,30 0,35 0,20 0,40 0,15 0,25 0,10 0,40 0,10 0, Sudut Geser Dalam Sudut geser dalam dan kohes merupakan faktor dar kuat geser tanah yang menentukan ketahanan tanah terhadap deformas akbat tegangan yang bekerja pada tanah. Deformas dapat terjad akbat adanya kombnas keadaan krts dar tegangan normal dan tegangan geser. Nla dar sudut geser dalam ddapat dar engneerng propertes tanah, yatu dengan traxal test dan drect shear test Kohes Kohes merupakan gaya tark menark antar partkel tanah. Bersama dengan sudut geser tanah, kohes merupakan parameter kuat geser tanah yang menentukan ketahanan tanah terhadap deformas akbat tegangan yang bekerja pada tanah. Deformas dapat terjad akbat adanya kombnas keadaan krts dar tegangan normal dan tegangan geser. Nla dar kohes ddapat dar engneerng propertes, yatu dengan traxal test dan drect shear test. 2.5 KEKUATAN GESER TANAH Kekuatan geser tanah dperlukan untuk menghtung daya dukung tanah (bearng capacty), tegangan tanah terhadap dndng penahan (earth pressure) dan kestablan lereng. Ada bermacam-macam pengujan yang dapat dlakukan untuk menentukan kekuatan geser tanah, dantaranya adalah uj geser langsung (drect shear test), uj traxal (traxal test), dan uj tekan bebas (unconfned compresson test). 13

10 Kekuatan geser tanah terdr dar dua parameter yatu : 1. Bagan yang bersfat kohes c yang tergantung dar jens tanah. 2. Bagan yang mempunya sfat gesekan / frctonal yang sebandng dengan tegangan efektf (σ) yang bekerja pada bdang geser. Menurut Wesley (1977), hubungan antar kekuatan geser tanah dengan kemantapan lereng dapat dnyatakan dengan rumus sebaga berkut : S = c ( σ - µ ) tan θ Sedangkan hubungan persamaan n dapat dbuat secara grafs sepert terlhat dalam Gambar 2.2: Kekuatan geser ( S ) θ S = c ( σ - µ ) tan θ c σ' = σ - µ Gambar 2.2 Gambar Hubungan Kuat Geser Tanah dengan Kemantapan Lereng Dmana : S = kekuatan geser efektf c = kohes tanah efektf σ = tegangan normal efektf σ = tegangan total pada bdang geser µ = tegangan ar por = γ w. h θ = sudut geser dalam efektf Nla Cu ( Undraned shear strength /Kuat Geser Tanah Tak Terdranase ) dapat dcar dengan menggunakan nla qc dar sondr. qc σv Cu = Nk 14

11 Dmana : qc = tekanan konus σv = total overburden pressure Nk = faktor konus 2.6 DAYA DUKUNG TANAH Dalam perencanaan konstruks bangunan spl, daya dukung tanah mempunya peranan yang sangat pentng, daya dukung tanah merupakan kemampuan tanah untuk menahan beban pondas tanpa mengalam keruntuhan akbat geser yang juga dtentukan oleh kekuatan geser tanah. Tanah mempunya sfat untuk menngkatkan kepadatan dan kekuatan gesernya apabla menerma tekanan. Apabla beban yang bekerja pada tanah pondas telah melampau daya dukung batasnya, tegangan geser yang dtmbulkan dalam tanah pondas melampau kekuatan geser tanah maka akan mengakbatkan keruntuhan geser tanah tersebut. Perhtungan daya dukung tanah dapat dhtung berdasarkan teor Terzagh : Daya dukung tanah untuk pondas lajur 1 q ult = c Nc γ D Nq γ B Nγ 2 Daya dukung tanah untuk pondas bujur sangkar q ult = 1.3 c Nc γ D Nq Dmana : D = Kedalaman pondas B = Lebar pondas γ = Berat s tanah Nc, Nq, Nγ = Faktor daya dukung yang tergantung pada sudut geser 2.7 TEORI KELONGSORAN Gerakan tanah merupakan proses perpndahan massa tanah atau batuan dengan arah tegak, mendatar atau mrng terhadap kedudukan semula karena pengaruh ar, gravtas, dan beban luar. Untuk mempermudah pengenalan tpe 15

12 gerakan tanah dan membantu dalam menentukan penyebab serta cara penanggulanganya maka perlu adanya pengklasfkasan tanah berdasar materal yang bergerak, jens gerakan dan mekansmenya. Adapun macam-macam gerakan tanah yatu : 1. Alran Cepat (Rapd Flowage) Gerakan tanah jens alran pada umumnya materal yang bergerak terlhat cepat dan dapat dkut dengan kecepatan mata melhat. Umumnya terjad pada materal lunak yang jenuh ar dan terdapat pada daerah berlereng. Jka dtnjau dar jens materal yang bergerak dapat dbedakan menjad : a. Alran tanah (earth flow), jka materal yang bergerak berupa tanah. b. Alran lumpur (mud flow), jka materal yang bergerak berupa lumpur. 2. Amblesan (subsdence) Merupakan jens gerakan tanah yang berupa turunnya permukaan tanah secara bersama-sama secara cepat atau lambat tergantung konds geolog maupun topograf daerah tersebut. Umumnya terjad pada daerah yang lunak serta terdapat beban datasnya atau pada daerah yang dbawahnya terdapat goa atau akbat struktur geolog, mungkn juga terjad akbat aktvtas manusa sepert penambangan bawah tanah, penyedotan ar tanah yang berlebhan, proses pemadatan tanah, dan sebaganya. 3. Runtuhan Gerakan tanah n dsebabkan oleh keruntuhan tark yang dkut dengan tpe gerakan jatuh bebas akbat gravtas yang bergerak cepat. Materal tanah atau batuan lepas dar tebng curam dengan sedkt pergeseran atau tanpa terjad pergeseran kemudan meluncur sebagan besar dudara sepert jatuh bebas, loncat atau menggelundung. Runtuhan basanya terjad pada penggalan batu, tebng panta yang curam, tebng jalan. 16

13 . 4. Longsoran (sldng) Gerakan tanah n terjad akbat regangan geser dan perpndahan dar sepanjang bdang longsoran dmana massa berpndah dar tempat semula dan berpsah dar massa yang mantap, materal yang bergerak kadang terlhat sangat cepat dan tba tba atau dapat juga bergerak lambat. Jens gerakan n dapat dbedakan menjad : a. Rotatonal slde, jka bdang longsoran mempunya bentuk sepert busur derajat, log spral, dan bentuk lengkung yang tdak teratur. Pada umumnya kelongsoran n berhubungan dengan konds tanah yang homogen sepert terlhat pada Gambar 2.3 dbawah n. Gambar 2.3 Rotatonal Slde b. Translaton slde, jka bdang longsor cenderung datar atau sedkt bergelombang. Kelongsoran n terjad bla bentuk permukaan runtuh dpengaruh adanya kekuatan geser yang berbeda pada lapsan tanah yang berbatasan sepert terlhat pada Gambar 2.4 dbawah n. Gambar 2.4 Translaton Slde 17

14 c. Surface slde, terjad jka bdang gelncrnya terletak dekat dengan permukaan tanah sepert terlhat pada Gambar 2.5 dbawah n. de Gambar 2.5 Surface Slde d. Deep slde, terjad jka bdang gelncrnya terletak jauh dbawah permukaan tanah sepert terlhat pada Gambar 2.6 dbawah n. Gambar 2.6 Deep Slde Kelongsoran ( land slde ) khususnya untuk tanah merupakan perpndahan massa tanah dar kedudukan semula akbat pengaruh gravtas sehngga terpsah dar massa yang mantap, dmana perpndahan n bsa dakbatkan oleh lkuefaks sebaga pengaruh gempa bum. Penyebab lan adalah sfat tanah yang mengandung mneral yang mampu kembang susut sepert lempung dan lanau yang serng kal dalam keadaan retak-retak atau bercelah, sehngga tekanan ar por dapat membahayakan stabltasnya. Selan tu bsa dakbatkan oleh pengaruh tpe perlapsan khusus msalnya antara pasr dan lempung, tekanan beban berlebhan pada kepala lereng atau pemotongan kak lereng, dan dalam beberapa kasus struktur tanah umumnya dperlemah oleh proses fska dan kma. Pada permukaan tanah yang tdak horsontal, komponen gravtas cenderung untuk menggerakan tanah ke bawah. Jka komponen gravtas 18

15 sedemkan besar sehngga perlawanan terhadap geseran yang dapat dkerahkan oleh tanah pada bdang longsornya terlampau, maka akan terjad kelongsoran lereng. Analss stabltas pada lereng yang mrng n dsebut analss stabltas lereng. Analss n serng dgunakan dalam perancangan bangunan sepert, jalan raya, jembatan, urugan tanah, saluran dan lan-lan. Umumnya analss n serng dgunakan dalam pengecekan keamanan dar lereng alam, lereng galan dan lereng urugan tanah. Analss stabltas lereng tdaklah mudah karena terdapat banyak faktor yang mempengaruh hasl htungan. Faktor-faktor tersebut msalnya, konds tanah yang berlaps-laps, kuat geser tanah yang ansotrops, alran rembesan ar dalam tanah dan lan-lan. Terzagh (1987) membag penyebab longsoran terdr dar akbat pengaruh dar dalam (nternal effect) dan pengaruh luar (external effect). Pengaruh luar yatu pengaruh yang menyebabkan bertambahnya gaya geser dengan tanpa adanya perubahan kuat geser tanah. Contohnya, akbat perbuatan manusa mempertajam kemrngan tebng atau memperdalam galan tanah dan eros sunga. Pengaruh dalam, yatu longsoran yang terjad dengan tanpa adanya perubahan konds luar atau gempa bum. Contoh yang umum untuk konds n adalah pengaruh bertambahnya tekanan ar por d dalam lereng. 2.8 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KELONGSORAN Faktor penyebab dar dalam Faktor penyebab terjad longsoran yang berasal dar dalam adalah pengaruh dar karakterstk tanah tu sendr yang dapat menyebabkan terjadnya longsoran. Faktor faktor tu antara lan adalah: 1. Penambahan kadar ar dalam tanah. Pada saat musm penghujan maka kadar ar ddalam tanah akan bertambah sehngga bobot massa tanah juga akan menngkat akbat tersnya rongga antar butr dalam tanah. Hal n akan memcu gerak tanah terutama pada lokas rawan longsor. 2. Pelarutan bahan perekat. Ar yang masuk ke dalam tanah (ar hujan, rembesan bendung, bocoran saluran pada lereng, dsb) akan dapat melarutkan bahan perekat pada 19

16 batuan sedmen. Hal n mampu melongsorkan materal terutama pada daerah rawan gerak tanah. 3. Konds batuan. Kods fsk batuan sepert tnggnya tngkat kelulusan ar / porostas akan semakn mempercepat terjadnya longsoran, demkan juga dengan konds plaststas tanah karena semakn tngg tngkat plaststas maka tanah akan cepat mengembang sehngga mampu memcu gerak tanah. 4. Konds struktur geolog. Konds geolog sepert retakan batuan, adanya patahan, perlapsan mrng batuan atau pada batas lapsan batuan yang lolos ar ( tdak kedap ar ) Faktor Penyebab dar luar Faktor penyebab terjadnya longsoran yang berasal dar luar adalah faktor faktor yang berasal dar luar struktur tanah tersebut namun secara langsung dapat mempengaruh stabltas tanah sehngga dapat menmbulkan terjadnya longsor. 1. Adanya getaran Sumber getaran dapat berasal dar gempa bum, kendaraan berat, mesnmesn yang bekerja, ledakan dnamt, dsb yang mampu menyebabkan terjadnya gerakan tanah. Hal n dapat terjad pada daerah berlereng atau daerah yang labl. 2. Curah hujan Curah hujan yang melput ntenstas dan lamanya hujan. Hujan dengan ntenstas kecl tetap berlangsung dalam kurun waktu yang lama mampu memcu gerakan tanah. 3. Adanya pembebanan tambahan Aktvtas manusa sepert pembuatan bangunan pada sektar tebng dapat menyebabkan terjadnya gerakan tanah. 4. Hlangnya penguat lereng Kejadan n terjad sepert lereng-lereng yang menjad curam akbat pengksan sunga, penambangan materal tanah / batuan, dll. 20

17 5. Hlangnya tumbuhan penutup Akbat penebangan dan kebakaran hutan, tumbuhan penutup akan berkurang sehngga akan terbentuk alur-alur ar dpermukaan tanah. Hal n mampu memcu terjadnya gerakan tanah. 6. Penataan lahan yang kurang tepat Penataan lahan yang kurang tepat sepert pembukaan areal pemukman tanpa memperhtungkan konds struktur tanah dan kurang memperhatkan lngkungan. Hal n jka berlangsung dalam kurun waktu yang lama dapat menyebabkan terjadnya gerakan tanah terutama pada daerah yang mempunya kemrngan tngg Pengaruh Iklm D dekat permukaan tanah, kuat geser tanah berubah dar waktu ke waktu bergantung pada klm. Beberapa jens tanah mengembang pada saat musm hujan dan menyusut pada musm kemarau. Pada musm hujan kuat geser tanah n menjad sangat rendah dbandngkan dengan pada musm kemarau. Oleh karena tu kuat geser yang dpaka dalam analsss stabltas lereng harus ddasarkan pada kuat geser tanah dmusm hujan atau kuat geser tanah pada saat tanah jenuh ar Pengaruh Ar Pengaruh alran atau rembesan ar menjad faktor sangat pentng dalam stabltas lereng, namun pengaruh n sult dndentfkaskan dengan bak. Telah dpelajar bahwa rembesan ar yang terjad d dalam tanah menyebabkan gaya rembesan yang sangat berpengaruh terhadap stabltas lereng. Eros permukaan lereng dapat menyebabkan terkksnya tanah permukaan yang mengurang tngg lereng, sehngga menambah stabltas lereng. Sebalknya, eros yang mengks kak lereng dapat menambah tngg lereng sehngga mengurang stabltas lereng. Sebagan besar terjadnya keruntuhan bangunan bendungan tpe urugan dakbatkan oleh rembesan ar melalu pondas maupun tubuh bendungan. Rembesan merupakan hal yang basa terjad pada bendungan tanah dan pada umumnya tdak masalah. Akan tetap, rembesan yang tdak terkontrol dapat 21

18 menyebabkan eros pada tmbunan atau pada pondas yang dapat menmbulkan sufos, yang merupakan eros yang berkembang pada bendungan. Dawal dar ttk pusat rembesan yang mempunya beda tngg tekanan yang cukup besar sehngga mampu menmbulkan kecepatan pengalran yang menmbulkan eros. Apabla gaya gaya yang menahan rembesan sepert kohes, gaya pengaruh yang salng mengunc, berat partkel tanah, pengaruh flter d hlr dan gaya lannya, lebh kecl darpada gaya eros, maka partkel tanah dapat hanyut dan menmbulkan alran sufos Pengaruh rangkak (Creep) Terdapat ddekat permukaan tanah yang mrng, tanah dpengaruh sklus kembang susut. Sklus n dapat terjad akbat perubahan temperatur, perubahan dar musm kemarau ke musm penghujan dan ddaerah dngn dapat dpengaruh oleh pengaruh pembekuan ar. Saat tanah mengembang, tanah nak sehngga melawan gaya-gaya gravtas. Saat tanah menyusut, tanah turun dbantu oleh gravtas. Hasl dar gerakan keduanya adalah gerakan perlahan lereng turun kearah bawah. Kedalaman zona rangkak bervaras dar beberapa sentmeter sampa beberapa meter tegantung pada sfat tanah dan konds klm. Menurut Taylor (1948), rangkak dapat menyebabkan: 1. Blok batuan bergerak 2. Pohon-pohon melengkung ke atas 3. Bagan lereng melengkung dan menark batuan 4. Bangunan yang menjulang keatas menjad mrng 5. Dndng penahan tanah dan pondas bergerak dan retak 6. Jalan raya dan jalan rel keluar dar alurnya 7. Batu-batu besar menggelndng dan sebaganya 2.9 PEKERJAAN PENANGGULANGAN KELONGSORAN Pekerjaan penanggulangan longsoran melput pekerjaan pengendalan (control works) dan pekerjaan penambatan (restrant works). Adapun pekerjaan pengendalan n dmaksudkan untuk mengurang resko terjadnya longsoran 22

19 dengan cara mengubah konds alam, topograf, atau keadaan ar d bawah permukaan, sepert : 1. Pengendalan ar permukaan (surface water dranage) dengan cara perencanaan tata saluran permukaan, penanaman vegetas, perbakan permukaan lereng dan menutup rekahan. 2. Pengendalan ar rembesan (ground water dranage) dengan saluran terbuka, pengalr tegak (vertcal dran), pengalr datar (horzontal dran), pengalr part pencegat (nterceptor dran). 3. Pekerjaan penngkatan counter weght. Sedangkan pekerjaan penambatan dlaksanakan dengan membangun konstruks yang mampu menjaga kestablan massa tanah/batuan, sepert : 1. Penambatan tanah dengan membangun dndng penahan tanah (retanng wall), bronjong ( gabon ), sumuran, tang pancang, dsb. 2. Penambatan batuan dengan tumpuan beton, baut batuan (rock bolt), pengkat beton, jangkar kabel (rock anchor) jala kawat dan beton semprot (shortcrete). Jka konds penanggulangan datas tdak efektf dan efsen untuk dlaksanakan maka dapat dambl alternatf lanya yang lebh bak sepert penggunaan bahan rngan, penggantan materal, maupun relokas STABILITAS LERENG Pada tempat dmana terdapat dua permukaan tanah yang berbeda ketnggannya, maka akan ada gaya-gaya yang bekerja mendorong sehngga tanah yang lebh tngg kedudukanya cenderung bergerak kebawah. Dsampng gaya yang mendorong kebawah terdapat pula gaya-gaya dalam tanah yang bekerja melawan sehngga kedudukan tanah tetap stabl. Gaya pendorong berupa gaya berat, gaya trs/muatan dan gaya-gaya nlah penyebab terjadnya kelongsoran. Gaya penahan berupa gaya gesekan/geseran, lekatan (dar kohes), kekuatan geser tanah. Antara permukaan dar tanah yang lebh tngg ke permukaan yang lebh rendah dhubungkan suatu permukaan yang dsebut lereng. Dalam bdang teknk spl, kta mengenal 3 jens lereng yang perlu dperhatkan : 23

20 1. Lereng alam, yatu lereng yang terbentuk oleh proses alamah sepert lereng perbuktan. 2. Lereng yang dbuat dalam tanah asl, msalnya pengeprasan tanah untuk keperluan pembuatan jalan maupun saluran untuk rgas. 3. Lereng yang dbuat dar tanah yang dpadatkan msalnya pembuatan tanggul untuk jalan atau waduk urugan. Kelongsoran pada lereng umumnya terjad dalam suatu bdang lengkung. Dalam perhtungan stabltas, lengkungan yang rl n danggap sebaga lngkaran spral logartms. Bdang n dsebut bdang gelncr. Ada tga jens dasar kelongsoran yang terjad pada lereng semacam n yatu : a. Kelongsoran muka, bla kelongsoran terjad sepanjang bdang gelncr yang mash terletak dalam batas lereng D f < 1 Bdang gelncr b. Kelongsoran dasar, bla bdang gelncr longsoran melewat ujung bawah lereng D f = 1 c. Kelongsoran ujung kak, bla bdang gelncr longsoran terletak pada ujung bawah lereng h D f. h D D f > 1 24

21 Kemantapan lereng (slope stablty) sangat dpengaruh oleh kekuatan geser tanah untuk menentukan kemampuan tanah menahan tekanan tanpa mengalam keruntuhan. Dalam praktek, analss stabltas lereng ddasarkan pada konsep kesembangan batas plasts ( lmt plastc equlbrum ). Adapun maksud analss stabltas adalah untuk menentukan faktor aman dar bdang longsor yang potensal. Dalam laporan tugas akhr n, dasar-dasar teor yang dpaka untuk menyelesakan masalah tentang stabltas longsor dan daya dukung tanah menggunakan teor metode rsan (Method of Slce), metode Bshop s (Bshop s Method) dan metode Fellenus. Dalam menganalss stabltas lereng dgunakan beberapa anggapan yatu: 1. Kelongsoran lereng terjad d sepanjang permukaan bdang longsor tertentu dan danggap sebaga masalah bdang dua dmens. 2. Masa tanah yang longsor danggap sebaga benda massf 3. Tahanan geser tanah pada setap ttk sepanjang bdang longsor tdak tergantung dar orentas permukaan longsor atau dengan kata lan kuat geser tanah danggap sotrops 4. Faktor aman ddefnskan dengan memperhatkan tegangan geser rata-rata sepanjang bdang longsor potensal dan kuat geser tanah sepanjang permukaan longsoran. Jad kuat geser tanah mungkn terlampau d ttk-ttk tertentu pada bdang longsornya, padahal faktor aman hasl htungan lebh besar dar Hukum Coulomb berlaku untuk konds runtuh τ r = C r σ r tan φ r 6. Bentuk tegangan adalah lurus 7. Semua gaya yang bekerja telah dketahu 8. Berlaku hukum tegangan total dan tegangan efektf σ = σ u, Dmana: σ = Tegangan total σ = Tegangan efektf u = Tekanan ar por 25

22 Bentuk umum untuk perhtungan stabltas lereng adalah mencar angka keamanan ( FK ) dengan membandngkan momen-momen yang terjad akbat gaya yang bekerja (lhat Gambar 2.7). FK = GayaPenahan GayaPenggerak Rc. L = W. y AC Dmana : FK = Faktor keamanan W = Berat tanah yang akan longsor (kn) L AC = Panjang lengkungan (m) C = Kohes (kn/m 2 ) R = Jar-jar lngkaran bdang longsor yang dtnjau (m) y = Jarak pusat berat W terhadap O (m) Untuk memperoleh nla angka keamanan (FK) suatu lereng, maka perlu dlakukan tral and error terhadap beberapa bdang longsor yang umumnya berupa busur lngkaran dan kemudan dambl nla η mnmum sebaga ndkas bdang longsor krts. Analss stabltas lereng dapat dlhat pada Gambar 2.7. O y R B C W A c Gambar 2.7 Analss Stabltas Lereng Metode Irsan (Method of Slce) Metode rsan merupakan cara-cara analsa stabltas yang telah dbahas sebelumnya hanya dapat dgunakan bla tanah homogen. Bla tanah tdak 26

23 homogen dan alran rembesan terjad ddalam tanahnya memberkan bentuk alran dan berat volume tanah yang tdak menentu, cara yang lebh cocok adalah dengan metode rsan (method of slce) Gaya normal yang bekerja pada suatu ttk dlngkaran bdang longsor, terutama dpengaruh oleh berat tanah d atas ttk tersebut. Dalam metode rsan n, massa tanah yang longsor dpecah-pecah menjad beberapa rsan (pas) vertkal. Kemudan, kesembangan dar tap-tap rsan dperhatkan. Gaya-gaya n terdr dar gaya geser ( Xr dan X ) dan gaya normal efektf (E r dan E ) dsepanjang ss rsannya, dan juga resultan gaya geser efektf (T1) dan resultan gaya normal efektf (N1) yang bekerja dsepanjang dasar rsannya. Pada rsannya, tekanan ar por U dan Ur bekerja d kedua ssnya, dan tekanan ar por U bekerja pada dasarnya. Danggap tekanan ar por sudah dketahu sebelumnya. Sepert yang terdapat pada Gambar 2.8: o x b R X X H R 1 θ τ = c N tgθ U θ W T U θ Gambar 2.8 Gaya-gaya yang Bekerja Pada Irsan Bdang Longsor Metode Bshop s (Bshop s Method) Metode Bshop s n merupakan dasar metode bag aplkas program Mra Slope dan merupakan penyederhanaan dar metode rsan Sldng Metode Bshop s menganggap bahwa gaya-gaya yang bekerja pada ss rsan mempunya resultan nol pada arah vertkal. 27

24 Persamaan kuat geser dalam tnjauan tegangan efektf yang dapat dkerahkan, sehngga tercapanya konds kesembangan batas dengan memperhatkan faktor keamanan. ' c τ = F ( σ u) tgφ' P Dmana : σ = Tegangan normal total pada bdang longsor u = Tekanan ar por Untuk rsan (pas) yang ke-, nla T = τ a, yatu nla geser yang berkembang pada bdang longsor untuk kesembangan batas, karena tu : c' a T = F ( N tg φ' ua ) F Konds kesembangan momen terhadap pusat rotas O antara berat massa tanah yang akan longsor dengan gaya geser total pada dasar bdang longsornya dapat dnyatakan dengan : F = n [ c' b ( W u b ) tgθ '] = 1 = = n = n 1 cosθ (1 tgθ tgφ' / F) W snθ Dmana : F = Faktor Keamanan C = Kohes efektf tanah Ø = Sudut geser dalam efektf tanah b W = Lebar rsan ke = Berat rsan tanah ke θ = Sudut yang dasumskan (ddefnskan) dalam Gambar 2.9 U = Tekanan ar por pada rsan ke 28

25 Nla bandng tekanan por (pore pressure rato) ddefnskan sebaga : r u = ub W = u γ h Dmana : r u = Nla bandng tekanan por u = Tekanan ar por b = Lebar rsan γ = Berat volume tanah h = Tngg rsan rata-rata Adapun bentuk persamaan Faktor Keamanan untuk analss stabltas lereng cara Bshop, adalah F = n [ c' b W (1 ru ) tgθ '] = 1 = = n = n 1 cosθ (1 tgθ tg φ' / F) W snθ Persamaan faktor aman Bshop n lebh sult pemakaannya dbandngkan dengan metode lanya sepert metode Fellenus. Lag pula membutuhkan cara coba-coba (tral and error), karena nla faktor aman (FK) nampak d kedua ss persamaanya. Akan tetap, cara n telah terbukt memberkan nla faktor aman yang mendekat nla faktor aman dar perhtungan yang dlakukan dengan cara lan yang mendekat (lebh telt). Untuk mempermudah perhtungan dapat dgunakan untuk menentukan nla fungs M, dengan rumus : M = cos θ (1 tgθ tgφ' / F) Lokas lngkaran sldng (longsor) krts pada metode Bshop s (1955), basanya mendekat dengan hasl pengamatan d lapangan. Karena tu, walaupun metode Fellenus lebh mudah, metode Bshop s lebh dsuka karena menghaslkan penyelesaan yang lebh telt. Dalam praktek, dperlukan untuk melakukan cara coba-coba dalam menemukan bdang longsor dengan nla faktor aman yang terkecl. Jka bdang longsor danggap lngkaran, maka lebh bak kalau dbuat kotak-kotak dmana tap ttk potong gars-garsnya merupakan tempat kedudukan pusat lngkaran longsornya. Pada ttk-ttk potongan gars yang merupakan pusat lngkaran 29

26 longsornya dtulskan nla faktor aman terkecl pada ttk tersebut. Kemudan, setelah faktor aman terkecl pada tap-tap ttk pada kotaknya dperoleh, dgambarkan gars kontur yang menunjukkan tempat kedudukanya dar ttk-ttk pusat lngkaran yang mempunya faktor aman yang sama. Dar faktor aman pada setap kontur tentukan letak kra-kra dar pusat lngkaran yang menghaslkan faktor aman yang palng kecl Metode Fellenus Analss stabltas lereng cara Fellenus (1927) menganggap gaya-gaya yang bekerja pada ss kanan-kr dar sembarang rsan mempunya resultan nol pada arah tegak lurus bdang longsornya. Faktor keamanan ddefnskan sebaga : Jumlah Momen dar Tahanan Geser Sepanjang Bdang Longsor F = Jumlah Momen dar Berat Massa Tanah yang Longsor F Mr = Md Lengan momen dar berat massa tanah tap rsan adalah R sn θ, maka : Dmana : = Md = R = n 1 Wsnθ R = Jar-jar bdang longsor n = Jumlah rsan W = Berat massa tanah rsan ke- θ I = Sudut yang ddefnskan pada gambar datas Dengan cara yang sama, momen yang menahan tanah yang akan longsor, adalah : = Mr = R = n 1 ( ca N tg φ ) 30

27 karena tu, faktor keamanannya menjad : F = n ( ca N tgφ) = 1 = = n = 1 Wsnθ Gaya-gaya dan asums bdang pada tap pas bdang longsor sepert terdapat pada Gambar 2.9 berkut : o x b R X X θ U U H R τ = c N tgθ θ W T θ Gambar 2.9 Gaya-gaya dan Asums Bdang Pada Tap Pas Bdang Longsor Bla terdapat ar pada lerengnya, tekanan ar por pada bdang longsor tdak berpengaruh pada Md, karena resultante gaya akbat tekanan ar por lewat ttk pusat lngkaran. Substtus antara persamaan yang sudah ada. F = n ca ( W cosθ u a ) tg φ = 1 = = n = 1 W snθ Dmana : F = Faktor keamanan C = Kohes tanah 31

28 φ = sudut geser dalam tanah a = panjang bagan lngkaran pada rsan ke- W = berat rsan tanah ke- u = tekanan ar por pada rsan ke- θi = sudut yang ddefnsakan dalam gambar. Jka terdapat gaya-gaya selan berat lereng tanahnya sendr, sepert beban bangunan d atas lereng, maka momen akbat beban n dperhtungkan sebaga Md. Metode Fellenus memberkan faktor aman yang relatf lebh rendah dar cara htungan yang lebh telt. Batas-batas nla kesalahan dapat mencapa krakra 5 sampa 40% tergantung dar faktor aman, sudut pusat lngkaran yang dplh, dan besarnya tekanan ar por, walaupun analssnya dtnjau dalam tnjauan tegangan total, kesalahannya mash merupakan fungs dar faktor aman dan sudut pusat dar lngkarannya. Cara n telah banyak dgunakan prakteknya. Karena cara htungannya yang sederhana dan kesalahan yang terjad pada ss yang aman. Menentukan Lokas Ttk Pusat Bdang Longsor Untuk mengurang banyaknya percobaan dalam menemukan pusat busur longsor krts, Fellenus member suatu metoda penempatan d atas pusat yang djnkan. Untuk tanah homogen, pusat busur longsor krts berada sejajar PQ. D mana ttk Q mempunya koordnat H vertkal dan 4.5 H horsontal (Gambar 2.10). Ttk P terletak pada sudut geser α dan β sepert pada Tabel

29 Pusat Krts Ttk Pusat Busur Longsor Krts P Grafk Angka Keamanan β α H H 4,5 H Q Gambar 2.10 Poss Ttk Pusat Busur Longsor Pada Gars PQ Tabel 2.5 Sudut sudut petunjuk menurut Fellenus Lereng Sudut Lereng () Sudut sudut petunjuk α β 3 : 1 60 o ~ 29 o ~ 40 o 1 : 1 45 o ~ 28 o ~ 38 o 1 : 1,5 33 o 41 ~ 26 o ~ 35 o 1 : 2 25 o 34 ~ 25 o ~ 35 o 1 : 3 18 o 26 ~ 25 o ~ 35 o 1 : 5 11 o 19 ~ 25 o ~ 37 o Pada tanah φ - c untuk menentukan letak ttk pusat busur lngkaran sebaga bdang longsor yang melalu tumt lereng dlakukan secara coba-coba dmula dengan bantuan sudut-sudut petunjuk dar Fellenus untuk tanah kohesf ( φ = 0 ) 33

30 2.11 METODE ELEMEN HINGGA Uraan Umum Metode elemen hngga adalah prosedur perhtungan yang dpaka untuk mendapatkan pendekatan dar permasalahan matemats yang serng muncul pada rekayasa teknk nt dar metode tersebut adalah membuat persamaan matemats dengan berbaga pendekatan dan rangkaan persamaan aljabar yang melbatkan nla nla pada ttk ttk dskrt pada bagan yang devaluas. Persamaan metode elemen hngga dbuat dan dcar solusnya dengan sebak mungkn untuk menghndarkan kesalahan pada hasl akhrnya. Jarng ( mesh ) terdr dar elemen elemen yang dhubungkan oleh node (Gambar 2.11). Node merupakan ttk- ttk pada jarng d mana nla dar varabel prmernya dhtung. Msalkan untuk analsa dsplacement, nla varabel prmernya adalah nla dar dsplacement. Nla nla node dsplacement dnterpolaskan pada elemen agar ddapatkan persamaan aljabar untuk dsplacement, dan regangan, melalu jarng jarng yang terbentuk. Gambar 2.11 Contoh jarng jarng dar elemen hngga Elemen Untuk Analsa Dua Dmens Analsa dua dmens pada umumnya merupakan analsa yang menggunakan elemen trangular atau quadrlatelar (Gambar 2.12). Bentuk umum 34

31 dar elemen elemen tersebut berdasarkan pada pendekatan Iso Parametrc dmana fungs nterpolas polynomal dpaka untuk menunjukkan dsplacement pada elemen. Gambar 2.12 Elemen elemen Trangular dan Lagrage Interpolas Dsplacement Nla nla node dsplacement pada solus elemen hngga danggap sebaga prmary unknown. Nla n merupakan nla dsplacement pada nodes. Untuk mendapatkan nla nla tersebut harus mengnterpolaskan fungs fungs yang basanya merupakan polymal. Gambar 2.13 Elemen dan Sx Nodded Trangular Anggap sebuah elemen sepert pada Gambar 2.13, U dan V adalah dsplacement pada ttk d elemen pada arah x dan y. Dsplacement n ddapatkan dengan mengnterpolaskan dsplacement pada nodes dengan menggunakan persamaan polynomal : 35

32 36 y a xy a x a y a x a a y x U ), ( = y b xy b x b y b x b b y x U ), ( = Konstanta 5 2 1,...,, a a a dan 5 2 1,...,, b b b tergantung pada nla node dsplacement. Jka jumlah nodes yang menjabarkan elemen bertambah maka fungs nterpolas untuk polymonal yang juga akan bertambah Regangan Regangan pada elemen dapat dturunkan dengan memaka defns standar. Sebaga contoh untuk Sx- node trangle : y b x a x b a a b x v y u b x b b y a a a x u xy y y v yy xx ) (2 ) 2 ( ) ( ) ( ) / ( 2 2 / / = = = = = = ε ε ε Persamaan yang menghubungkan regangan dengan node dsplacement dtuls dalam bentuk persamaan matrx : e = Β.U ε Vektor rengangan ε dan vector node dsplacement masng masng dhubungkan dengan e U : = = V U U V U U e xy yy xx ε ε ε ε Hukum Konsttutf ( Consttutve Law ) Consttutve law dformulaskan untuk membuat matrk hubungan antara tegangan (vektor σ) dengan regangan (vektor ε) : σ = D. ε D mana : D = Matrk kekakuan materal

33 Untuk kasus elaststas sotropc regangan bdang lnear, matrxnya : D mana : 1 v v 0 E D = v 1 v 0 ( 1 2v)(1 v) 1 2v E = Modulus Young v = Possons rato Matrx kekakuan Elemen Gaya pada tanah yang daplkaskan pada elemen danggap sebaga gaya yang bekerja pada nodes. Vektor nodal forces P e Dtuls : P e = P1 P1 P2 P P6 P6 x y x y x y Nodal forces yang bekerja pada ttk I d arah x dan y adalah P x dan dan dhubungkan dengan nodal dsplacement dengan matrk : Sedangkan e e K U = P e e K Merupakan Matrk kekakuan Elemen yang dtuls : P y, K e t = B. D. B. dv Dmana : D = Matrk kekakuan materal B = Matrk penghubung nodal dsplacement dengan regangan dv = Elemen dar volume 37

34 Matrk Kekakuan Global Matrks kekakuan K untuk jarng ( mesh ) elemen hngga dhtung dengan menggabungkan matrk matrk kekakuan elemen d atas. K.U = P Dmana U merupakan vector yang mempunya unsur dsplacement pada semua ttk pada jarng elemen hngga Analsa Elasts Dua Dmens Dalam mencar solus numerk dua dmens konds model yang danalsa tersebut harus sepert pada konds tga dmens. Pendekatan yang dgunakan adalah tegangan bdang atau plane stran (Gambar 2.14). Pendekatan yang serng dgunakan dalam analsa tanah adalah konds tegangan bdang. Gambar 2.14 Analsa tegangan bdang Pada analsa tegangan bdang, nla tegangan yang terletak d luar bdang ( out of plane ), dalam hal n bdang z, adalah nol. 38

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Sesua dengan tuntutan perkembangan jaman, maka pekerjaan konstruks yang ada semakn kompleks. Adanya komplekstas nlah maka tdak jarang dtemu berbaga masalah dalam

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Sesua dengan tuntutan perkembangan jaman, maka pekerjaan konstruks yang ada semakn kompleks. Adanya komplekstas nlah maka tdak jarang dtemu berbaga masalah dalam

Lebih terperinci

BAB VII STABILITAS TEBING

BAB VII STABILITAS TEBING BAB VII STABILITAS TEBING VII - BAB VII STABILITAS TEBING 7. TINJAUAN UMUM Perhtungan stabltas lereng/tebng dgunakan untuk perhtungan keamanan tebng dss-ss sunga yang terganggu kestablannya akbat adanya

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG ROTASI. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG ROTASI. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG ROTASI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MODEL KERUNTUHAN ROTASI ANALISIS CARA KESEIMBANGAN BATAS Cara n

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Sesua dengan tuntutan perkembangan jaman, maka pekerjaan konstruks yang ada semakn kompleks. Adanya komplekstas nlah maka tdak jarang dtemu berbaga masalah dalam

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ditembus dengan peralatan pengambilan contoh pada saat pengeboran.

II. TINJAUAN PUSTAKA. ditembus dengan peralatan pengambilan contoh pada saat pengeboran. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Tanah ddefnskan sebaga ssa atau produk yang dbawa dar pelapukan batuan dalam proses geolog yang dapat dgal tanpa peledakan dan dapat dtembus dengan peralatan pengamblan contoh

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA Bab II Stud Pustaka BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Umum Pada permukaan tanah yang tdak horzontal, komponen gravtas cenderung untuk menggerakkan tanah ke bawah. Jka komponen gratvas sedemkan besar sehngga perlawanan

Lebih terperinci

Rangkuman hasil penelitian disampaikan dalam bentuk tabel dan grafik,

Rangkuman hasil penelitian disampaikan dalam bentuk tabel dan grafik, BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab n durakan mengena hasl peneltan serta analssnya. Rangkuman hasl peneltan dsampakan dalam bentuk tabel dan grafk, sedangkan data detal hasl peneltan dan perhtungan Laboratorum

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN STUDI PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI DAN STUDI PUSTAKA II-1 BAB II DASAR TEORI DAN STUDI PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Tanah merupakan materal yang terdr dar agregrat ( butran), beberapa mneral - mneral padat yang tdak tersedmentas terkat secara kma ) satu sama

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha dan Energ Energ Knetk Teorema Usaha Energ Knetk Energ Potensal Gravtas Usaha dan Energ Potensal Gravtas Gaya Konservatf dan Non-Konservatf

Lebih terperinci

STUDI KASUS KELONGSORAN DAN PENANGANAN DINDING PENAHAN TANAH DI TELUK LERONG SUNGAI MAHAKAM SAMARINDA ULU KALIMANTAN TIMUR

STUDI KASUS KELONGSORAN DAN PENANGANAN DINDING PENAHAN TANAH DI TELUK LERONG SUNGAI MAHAKAM SAMARINDA ULU KALIMANTAN TIMUR STUDI KASUS KELONGSORAN DAN PENANGANAN DINDING PENAHAN TANAH DI TELUK LERONG SUNGAI MAHAKAM SAMARINDA ULU KALIMANTAN TIMUR Supraytno ABSTRAK Sehubungan dengan rencana perbakan dndng penahan tanah turap/sheetple

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha Menyatakan hubungan antara gaya dan energ Energ menyatakan kemampuan melakukan usaha Usaha,,, yang dlakukan oleh gaya konstan pada sebuah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

KORELASI PARAMETER KUAT GESER TANAH HASIL PENGUJIAN TRIAKSIAL DAN UNCONFINED COMPRESSION STRENGTH (UCS)

KORELASI PARAMETER KUAT GESER TANAH HASIL PENGUJIAN TRIAKSIAL DAN UNCONFINED COMPRESSION STRENGTH (UCS) Jurnal Sans dan Teknolog (), Maret 0: -0 ISSN 4- KORELASI PARAMETER KUAT GESER TANAH HASIL PENGUJIAN TRIAKSIAL DAN UNCONFINED COMPRESSION STRENGTH (UCS) Soewgnjo Agus Nugroho, Agus Ika Putra, Rugun Ermna

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

EVALUASI KELONGSORAN PADA RUAS JALAN WELERI SUKOREJO KM. 55 KAB. KENDAL

EVALUASI KELONGSORAN PADA RUAS JALAN WELERI SUKOREJO KM. 55 KAB. KENDAL EVALUASI KELONGSORAN PADA RUAS JALAN WELERI SUKOREJO KM. 55 KAB. KENDAL Avalanches Evaluatons On Weler Sukorejo Road Secton Km. 55 Kendal Regency GALIEH ALFANTO, USNI APRIATMOKO, INDRASTONO DWI ATMANTO,

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN MUKA AIR TANAH DAN TERASERING TERHADAP PERUBAHAN KESTABILAN LERENG

PENGARUH PERUBAHAN MUKA AIR TANAH DAN TERASERING TERHADAP PERUBAHAN KESTABILAN LERENG Jurnal Ilmah Teknk Spl Vol. 15, No. 1, Januar 2011 PENGARUH PERUBAHAN MUKA AIR TANAH DAN TERASERING TERHADAP PERUBAHAN KESTABILAN LERENG I G. N. Wardana Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut.

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut. BAB III LANDASAN TEORI 3. Kuat Tekan Beton Kuat tekan beban beton adalah besarna beban per satuan luas, ang menebabkan benda uj beton hanur bla dbeban dengan gaa tekan tertentu, ang dhaslkan oleh mesn

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank ISSN 907-0500 Analss Kecepatan Dan Percepatan Mekansme Empat Batang (Four Bar ngkage Fungs Sudut Crank Nazaruddn Fak. Teknk Unverstas Rau nazaruddn.unr@yahoo.com Abstrak Pada umumnya analss knematka dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

Interpretasi data gravitasi

Interpretasi data gravitasi Modul 7 Interpretas data gravtas Interpretas data yang dgunakan dalam metode gravtas adalah secara kualtatf dan kuanttatf. Dalam hal n nterpretas secara kuanttatf adalah pemodelan, yatu dengan pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

Perancangan Perkuatan Longsoran Badan Jalan Pada Ruas Jalan Sumedang-Cijelag KM Menggunakan Tiang Bor Anna Apriliana

Perancangan Perkuatan Longsoran Badan Jalan Pada Ruas Jalan Sumedang-Cijelag KM Menggunakan Tiang Bor Anna Apriliana BAB II DASAR TEORI.1. Teor Lereng Keruntuhan geser pada tanah/batuan terjad akbat gerak relatf antar butrnya. Oleh sebab tu kekuatannya tergantung pada gaya yang bekerja antar butrnya. Dengan demkan dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 4) Faktor ekonomi dan kemudahan pelaksanaan. 5) Faktor kemampuan struktur mengakomodasi sistem layan gedung

2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 4) Faktor ekonomi dan kemudahan pelaksanaan. 5) Faktor kemampuan struktur mengakomodasi sistem layan gedung 2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Perencanaan Pada perencanaan struktur, perlu dlakukan stud lteratur untuk mengetahu hubungan antara fungsonal gedung dengan sstem struktural yang akan dgunakan,

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR)

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) 5.1 Umum Pada bab V n dbahas mengena hasl perhtungan faktor-faktor beban (load) atau serng dsebut dengan faktor pengal beban,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH BEBAN GEMPA DAN PONDASI TIANG BOR TERHADAP KEAMANAN LERENG DI TEGALALANG, GIANYAR-BALI

ANALISIS PENGARUH BEBAN GEMPA DAN PONDASI TIANG BOR TERHADAP KEAMANAN LERENG DI TEGALALANG, GIANYAR-BALI Konferens Nasonal Teknk Spl 11 Unverstas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 ANALISIS PENGARUH BEBAN GEMPA DAN PONDASI TIANG BOR TERHADAP KEAMANAN LERENG DI TEGALALANG, GIANYAR-BALI I Gust Ngurah Putu Dharmayasa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Menurut Arkunto (00:3) peneltan ekspermen adalah suatu peneltan yang selalu dlakukan dengan maksud untuk melhat akbat dar suatu perlakuan. Metode yang penuls

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN METODE

BAB II DASAR TEORI DAN METODE BAB II DASAR TEORI DAN METODE 2.1 Teknk Pengukuran Teknolog yang dapat dgunakan untuk mengukur konsentras sedmen tersuspens yatu mekank (trap sampler, bottle sampler), optk (optcal beam transmssometer,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

ANALISIS DEFORMASI DUA DIMENSI PADA RAFT FOOTING DI ATAS TANAH LUNAK AKIBAT BEBAN BANGUNAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISIS DEFORMASI DUA DIMENSI PADA RAFT FOOTING DI ATAS TANAH LUNAK AKIBAT BEBAN BANGUNAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISIS DEFORMASI DUA DIMENSI PADA RAFT FOOTING DI ATAS TANAH LUNAK AKIBAT BEBAN BANGUNAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Irdhan Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Tadulako e-mal: rdhan@yahoo.co.d

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Node. Edge. Gambar 1 Directed Acyclic Graph

TINJAUAN PUSTAKA. Node. Edge. Gambar 1 Directed Acyclic Graph TINJAUAN PUSTAKA Bayesan Networks BNs dapat memberkan nformas yang sederhana dan padat mengena nformas peluang. Berdasarkan komponennya BNs terdr dar Bayesan Structure (Bs) dan Bayesan Parameter (Bp) (Cooper

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA FT UNS Sperisa Distantina

PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA FT UNS Sperisa Distantina PENANGANAN BAHAN PAAT S1 TEKNIK KIMIA FT UNS Spersa stantna. SCREENING: MENENTUKAN UKURAN PARTIKEL Mater: Cara-cara menentukan ukuran partkel. Analss data ukuran partkel menggunakan screen shaker. Evaluas

Lebih terperinci

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD

UJI NORMALITAS X 2. Z p i O i E i (p i x N) Interval SD UJI F DAN UJI T Uj F dkenal dengan Uj serentak atau uj Model/Uj Anova, yatu uj untuk melhat bagamanakah pengaruh semua varabel bebasnya secara bersama-sama terhadap varabel terkatnya. Atau untuk menguj

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat 10 KARAKTRISTIK TRANSISTOR 10.1 Dasar Pengoperasan JT Pada bab sebelumnya telah dbahas dasar pengoperasan JT, utamannya untuk kasus saat sambungan kolektor-bass berpanjar mundur dan sambungan emtor-bass

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

.. Kekakuan Rangka batang Bdang (Plane Truss) BAB ANAISIS STRUKTUR RANGKA BATANG BIANG Struktur plane truss merupakan suatu sstem struktur ang merupakan gabungan dar seumlah elemen (batang) d mana pada

Lebih terperinci