BAB II STUDI PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II STUDI PUSTAKA"

Transkripsi

1 Bab II Stud Pustaka BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Umum Pada permukaan tanah yang tdak horzontal, komponen gravtas cenderung untuk menggerakkan tanah ke bawah. Jka komponen gratvas sedemkan besar sehngga perlawanan terhadap geseran yang dapat kerahkan oleh tanah pada bdang longsornya terlampau, maka akan terjad kelongsoran lereng. Analss stabltas pada permukaan tanah yang mrng n, dsebut analss stabltas lereng. Analss n serng dgunakan dalam perancangan-perancangan bangunan sepert: jalan kereta ap, jembatan kereta ap, jalan raya, bandara, bendungan urugan tanah, saluran dan lanlannya. Umumnya, analss stabltas dlakukan untuk mengecek keamanan dar lereng alam, lereng galan dan lereng urugan tanah. Analss stabltas lereng tdak mudah, karena terdapat banyak faktor yang sangat mempengaruh hasl htungan. aktor-faktor tersebut msalnya, konds tanah yang berlaps-laps, kuat geser tanah yang ansotrops, alran rembesan ar dalam tanah dan lan-lannya. Terzagh (1950) membag penyebab longsoran lereng terdr dar dar pengaruh dalam (nternal effect) dan pengaruh luar (external effect). Pengaruh luar yatu pengaruh yang bertambahnya gaya geser dengan tanpa adanya perubahan kuat geser tanah. Contohnya, akbat perbuatan manusa mempertajam kemrngan tebng atau memperdalam galan tanah dan eros sunga. Pengaruh dalam, yatu longsoran yang terjad dengan tanpa adanya perubahan konds luar atau gempa bum. Contoh yang umum untuk konds n adalah bertambahnya tekanan ar por d dalam lereng. Kelongsoran lereng alam dapat terjad karena hal-hal sebaga berkut: II-1

2 Bab II Stud Pustaka 1. Penambahan beban pada lereng. Tambahan lereng dapat berupa bangunan baru, tambahan beban oleh ar yang masuk ke por-por tanah maupun yang menggenang d permukaan tanah dan beban dnams oleh tumbuh-tumbuhan yang tertup angn dan lan-lan. 2. Penggalan atau pemotongan tanah pada kak lereng. 3. Penggalan yang mempertajam kemrngan lereng. 4. Perubahan poss muka ar secara cepat (rapd drawdown) pada bendungan, sunga dan lan-lan. 5. Kenakan tekanan lateral oleh ar (ar yang mengs retakan akan mendorong tanah ke arah lateral). 6. Gempa Bum. 7. Penurunan tahanan geser tanah pembentuk lereng oleh akbat kenakan kadar ar, kenakan tekanan ar por, tekanan rembesan oleh genangan ar d dalam tanah, tanah pada lereng mengandung lempung yang mudah kembang susut dan lan-lan. 2.2 Teor Analss Stabltas Lereng Perhtungan stabltas lereng pada dasarnya adalah menentukan besarnya faktor keamanan (S). Dalam menghtung faktor keamanan, umumnya dkenal dua macam perhtungan yang ddasarkan pada: a. Metode kesetmbangan batas (lmt equlbrum method), dan b. Metode elemen hngga (fnte element method) Metode kesetmbangan batas dsebut juga metode konvensonal karena metode n sudah sangat lama dgunakan dan hngga sekarangpun mash banyak dgunakan. Dalam praktek, analss stabltas lereng ddasarkan pada konsep kesembangan plasts batas (lmt plastc equlbrum). Adapun maksud analss stabltas adalah untuk menentukan faktor aman dar bdang II-2

3 Bab II Stud Pustaka longsor yang potensal. Dalam analss stabltas lereng beberapa anggapan dbuat, antara lan: 1. Kelongsoran lereng terjad d sepanjang permukaan bdang longsoran tertentu dan dapat danggap sebaga masalah bdang 2 dmens. 2. Massa tanah yang longsor danggap sebaga benda massf. 3. Tahanan geser dar massa tanah pada setap ttk sepanjang bdang longsor tdak tergantung dar orentas permukaan longsor atau dengan kata lan kuat geser tanah danggap sotrops. 4. aktor aman ddefnskan dengan memperhatkan tegangan geser rata-rata sepanjang bdang longsor potensal dan kuat geser tanah. aktor aman mnmum dalam analss stabltas lereng yang dsarankan oleh Lambed an Wtman (1969) dan Sherard et. Al. (1963) untuk perancangan bendungan urugan tanah dan batuan umumnya dambl lebh besar atau sama dengan 1,2-1, Analss Stabltas Lereng dengan Bdang Longsor Datar Lereng Tak Terhngga (Infnte Slope) Gambar 2.1 memperlhatkan suatu konds d mana tanah dengan tebal H yang mempunya permukaan mrng, terletek d atas lapsan batu dengan kemrngan permukaan yang sama. Lereng semacam n dsebut lereng tak terhngga karena mempunya panjang yang sangat lebh \besar dbandng dengan kedalamannya (H). Jka dambl elemen tanah selebar b. gaya-gaya yang bekerja pada dua bdang vertkalnya mendekat sama, karena pada lereng tak terhngga gaya-gaya yang bekerja d setap ss bdangnya dapat danggap sama. II-3

4 Bab II Stud Pustaka Gambar 2.1 Analss Stabltas Lereng Tak Terhngga Lereng Terbatas (nte Slope) Gambar 2.2 memperlhatkan tmbunan yang terletak d atas tanah asl yang mrng. Akbat permukaan tanah asl mrng, tmbunan akan longsor sepanjang bdang AB. Contoh sepert n terjad jka tanah tmbunan II-4

5 Bab II Stud Pustaka dletakkan pada tanah asl yang mrng, dmana pada lapsan tanah asl mash terdapat lapsan lemah yang berada d dasar tmbunan. Gambar 2.2 Analss Stabltas Tmbunan D Atas Tanah Mrng 2.4 Analss Stabltas Lereng dengan Bdang Longsor Berbentuk Lngkaran Pengamatan longsoran lereng oleh Colln (1846) menunjukkan bahwa kebanyakan perstwa longsoran tanah terjad dengan bentuk bdang longsor yang berupa lengkungan. Keruntuhan lereng dar jens tanah kohesf banyak tejad karena bertambahnya kadar ar tanah. Sebab terjadnya longsoran adalah karena tdak tersedanya kuat geser tanah yang cukup untuk menahan gerakan tanah longsor ke bawah pada bdang longsornya. Gambar 2.3 Bentuk-Bentuk Bdang Longsor II-5

6 Bab II Stud Pustaka Lengkung bdang longsor dapat berbentuk lngkaran (slnder), spral logartms ataupun kmbnas dar keduanya. Kadang-kadang djumpa pula suatu bdang longsor yang tdak berupa kurva menerus akbat perpotongan dar bdang longsor tersebut dengan lapsan tanah keras (sepert: lempung sangat kaku, pasr padat, permukaan batu) atau lapsan yang sangat lunak. Contoh bentuk-bentuk bdang longsor n dperlhatkan dalam Gambar 2.3. Bentuk anggapan bdang longsor berupa lngkaran dmaksudkan untuk mempermudah htungan analss stabltasnya secara matematk dan mempertmbangkan mendekat bentuk sebenarnya dar bdang longsor yang terjad d alam. Kesalahan analss stabltas lereng tdak banyak dsebabkan oleh bentuk anggapan bdang longsor, akan tetap kesalahan dalam penentuan sfat-sfat dan penentuan lokas bdang longsor krtsnya. (Bowles, 1984) 2.5. Metode Irsan (Method Of Slce) Bla tanah tdak homogen dan alran rembesan terjad d dalam tanahnya memberkan bentuk alran dan berat volume tanah yang tdak menentu, cara yang lebh cocok adalah dengan metode rsan (method of slce). Gaya normal yang bekerja pada suatu ttk d lngkaran bdang longsor, terutama dpengaruh oleh berat tanah d atas ttk tersebut. Dengan metode rsan, massa tanah yang longsor dpecah pecah menjad beberapa rsan vertkal. Kemudan, kesembangan dar tap tap rsan dperhatkan. Gambar 2.4 memperlhatkan satu rsan dengan gaya gaya yang bekerja padanya. Gaya gaya n terdr dar gaya geser ( X r dan X 1 ) dan gaya normal efektf ( E r dan E 1 ) d sepanjang ss rsannya, dan juga resultan gaya geser efektf ( T ) dan resultan gaya normal efektf ( N ) yang bekerja d sepanjang dasar rsannya. Pada rsannya, tekanan ar por U 1 dan U r bekerja d kedua ssnya, dan tekanan ar por U bekerja pada dasarnya. Danggap tekana ar por sudah dketahu sebelumnya. II-6

7 Bab II Stud Pustaka Gambar 2.4 Gaya Gaya Yang Bekerja Pada Irsan Metode ellnus Analss stabltas lereng cara llnus (1927) mengganggap gaya gaya yang bekerja pada ss kanan kr dar sembarang rsan mempunya resultan nol pada arah tegak lurus bdang longsornya. Dengan anggapan n, kesembangan arah vertcal dar gaya gaya yang bekerja dengan memperhatkan tekanan ar por adalah : atau, aktor aman ddefnskan sebaga, (2.1) M M r d Lengan momen dar berat massa tanah tap rsan adalah R sn θ, maka M n d R W sn (2.2) 1 II-7

8 Bab II Stud Pustaka Dmana : R = jar jar lngkaran bdang longsor n W θ = jumlah rsan = berat massa tanah rsan ke = sudut yang ddefnskan pada Gambar 2.4 (a) Dengan cara yang sama, momen yang menahan tanah yang akan longsor n adalah : M r R ( Ca N tan ) (2.3) 1 Karena tu, persamaan untuk faktor amannya menjad, n ( Ca 1 n 1 N W sn tan ) (2.4) Bla terdapat ar pada lerengnya, tekana ar por pada bdang longsor tdak berpengaruh pada Md, karena resultan gaya akbat tekanan ar por lewat ttk pusat lngkaran. Substtus Persamaan (2.1) ke Persamaan (2.4), dperoleh : n 1 Ca ( W cos n 1 W sn ua ) tan (2.5) Dmana : = faktor aman c θ α W u θ = kohes tanah = sudut gesek dalam tanah = panjang bagan lngkaran pada rsan ke = berat rsan tanah ke = tekanan ar por pada rsan ke = sudut dalam Gambar 2.4 (derajat) II-8

9 Bab II Stud Pustaka Jka terdapat gaya gaya selan berat lereng tanahnya sendr, sepert beban bangunan d atas lereng, maka momen akbat beban n dperhtungkan sebaga Md. Metode ellnus memberkan faktor aman yang relatf lebh rendah dar cara htungan yang lebh telt. Batas batas nla kesalahan dapat mencapa kra kra 5 sampa 40 % tergantung dar faktor aman, sudut pusat lngkaran yang dplh, dan besarnya tekanan ar por. Walaupun analssnya dtnjau dalam tnjauan tegangan total, kesalahan mash merupakan fungs dar faktor aman dan sudut pusata dar lngkarannya (Whtman dan Baly, 1967). Cara n telah banyak dgunakan dalam prakteknya. Karena cara htungannya yang sederhana dan kesalahan yang terjad pada ss yang aman Metode Bshop Dsederhanakan (Smplfed Bshop method) Metode rsan yang dsederhanakan dberkan oleh Bshop (1955). Metode n menganggap bahwa gaya gaya yang bekerja pada ss ss rsan mempunya resultan nol pada arah vertkal. Persamaan kuat geser dalam tnjauan tegangan efektf yang dapat dkerahkan tanah, hngga tercapanya konds kesembangan batas dengan mamperhatkan faktor aman, adalah : c ' ( tan u) ' (2.6) Dmana : σ = tegangan normal total pada bdang longsor U = tekanan ar por Untuk rsan ke, nla T = τ α, yatu nla gaya geser yang berkembang pada bdang longsor untuk kesembangan batas. Karena tu T c' ( N u tan ) ' (2.7) II-9

10 Bab II Stud Pustaka Konds kesembangan momen terhadap pusat rotas O antara berat massa tanah yang akan longsor dengan gaya geser total pada dasar bdang longsornya dapat dnyatakan oleh (Gambar 2.4) W x TR (2.8) Dmana : x = jarak W ke pusat rotas O Dar persamaan (2.6) dan (2.8) dapat dperoleh : n 1 C' a ( N u n 1 Wx ) tan ' (2.9) Dar konds kesembangan vertkal, jka X 1 =X dan X r = X +1 : N cos Ø + T sn Ø = W + X X +1 N W X X cos 1 T sn (2.10) Dengan N = N u α, substtus Persamaan (2.7) ke Persamaan (2.10) dapat dperoleh persamaan : N' W X X cos 1 u cos sn tan c' '/ sn / (2.11) Substtus Persaman (2.7) ke Persamaan (2.11) dperoleh : R n 1 c' a tan W ' X X cos n 1 1 Wx ua cos sn tan c' a sn ' / / (2.12) Untuk penyederhanaan danggap X X +1 = 0 dan dengan mengambl x = R sn θ (2.13) b = a cos θ (2.14) Substtus Persamaan (2.13) dan (2.14) ke Persamaan (2.12), dperoleh persamaan faktor aman : II-10

11 Bab II Stud Pustaka n 1 c' b ( W ub ) tan n ' cos W sn (1 1 tan tan '/ (2.15) 1 Dmana : = faktor aman C = kohes tanah efektf (KN/m 2 ) θ = sudut gesek dalam tanah efektf (derajat) b W θ = lebar rsan ke (m) = lebar rsan tanah ke (KN) = sudut dalam Gambar 2.4 (derajat) u = tekanan ar por pada rsan ke (KN/m 2 ) nla bandng tekanan por (pore pressure rato) ddefnskan sebaga : r u = ub W u h (2.16) dmana : r u = nla bandng tekanan por u = tekan ar por (KN/m 2 ) b = lebar rsan (m) γ = berat volume tanah (KN/m 2 ) h = tngg rsan rata rata (m) dar Persamaan (2.16) ke Persamaan (2.15) bentuk lan dar persaman faktor aman untuk analss stabltas lereng cara Bshop, adalah : n 1 c' b W(1 r u ) tan n ' cos W sn (1 1 tan tan '/ (2.17) 1 Persamaan faktor aman Bshop n lebh sult pemakanya dbandngkan dengan metode llnus. Lag pula membutuhkan cara coba-coba (tral II-11

12 Bab II Stud Pustaka and error), karena nla faktor aman nampak d kedua ss persamaannya. Akan tetap, cara n telah terbukt memberkan nla faktor aman yang mendekat nla faktor aman dar htungan yang dalkukan dengan cara lan yang lebh telt. Untuk mempermudah htungan, Gambar 2.5 dapat dgunakan untuk menentukan nla fungs M, dengan M = cos θ ( 1 + tan θ tan υ / ) (2.18) Gambar 2.5 Dagram Untuk Menentukan M, (Janbu dkk., 1965) Gambar 2.6 Kontur aktor Aman II-12

13 Bab II Stud Pustaka Lokas lngkaran longsor krts dar metode bshop (1955), basanya mendekat dengan hasl pengamatan d lapangan. Karena tu, walaupun metode llnus lebh mudah, metode Bshop (1955) lebh dsuka karena menghaslkan penyesaan yang lebh telt. Dalam praktek, dperlukan untuk melakukan cara coba-coba dalam menemukan bdang longsor dengan nla factor aman yang terkecl. Jka bdang longsor danggap lngkaran, maka lebh bak kalau dbuat kotak kotak d mana tap ttk potong gars garsnya merupakan tempat kedudukan pusat lngkaran longsornya. pada ttk ttk potong gars yang merupakan pusat lngkaran longsornya dtulskan nla faktor aman terkecl pada ttk tersebut Gambar 2.6. Perlu dketahu bahwa pada tap ttk pusat lngkaran harus dlakukan pula htungan faktor aman untuk menentukan nla factor aman yang terkecl dar bdang longsor dengan pusat lngkaran pada ttk tersebut, yatu dengan mengubah jar-jar lngkarannya. Kemudan, setelah faktor aman terkecl pada tap-tap ttk pada kotaknya dperoleh, Dgambarkan gars kontur yang menunjukkan tempat kedudukan dar ttk-ttk pusat lngkaran yang mempunya faktor aman yang sama. Gambar 2.6 menunjukkan contoh kontur-kontur faktor aman yang sama. Dar kontur faktor aman tersebut dapat dtentukan letak kra-kra dar pusat lngkaran yang menghaslkan faktor aman terkecl. 2.6 Metoda Elemen Hngga Dengan menggunakan metoda kesembangan batas dmungknkan untuk melakukan evaluas lereng dengan cepat. Tetap, prosedur n meberlakukan htungan yang sama antara (1) lereng tmbunan baru, (2) lereng yang baru dgal atau (3) lereng alam. Tegangan-tegangan d dalam lereng n sangat dpergaruh oleh K o, yatu raso tegangan lateral terhadap tegangan vertkal efektf. Tetap, htungan cara konvesonal dengan metoda kesembangan batas mengabakan hal n (Chowdhury. 1981). Dalam kenyataan, dstrbus tegangan dalam ke tga lereng tersebut d atas akan berbeda, dan oleh karena tu akan mempengaruh stabltasnya. II-13

14 Bab II Stud Pustaka Metoda Elemen Hngga (nte Element Method) pertama kal dkenalkan oleh Clough dan Woodward (1967), tap penggunaanya terbatas pada struktur tanah yang komplek. Untuk kasus khusus, metoda elemen hngga dapat mengakomondas pengaruh penmbunan dan penggalan secara bertahap, sehngga pengaruh sejarah tegangan dan penggalan secara bertahap, sehngga pengaruh sejarah tegangan dalam tanah terhadap deformasnya dapat dtelusur. Akan tetap, kualtas metoda elemen hngga secara langsung bergantung pada kemampuan dar model konsttutf yang dplh yang secara realsts mensmulas kelakuan non lner dar tanah pembentukan lereng. Untuk lereng galan dan lereng alam, model konstutf hanya dapat benar-bentar dkembangkan dengan uj lapangan kualtas tngg yang ddukung dengan pengamatan lapangan. Dalam memlh program yang cocok, pengguna harus mempertmbangkan: (1) Perkakas model-model konsttutf. (2) Ketersedaan dar tpe-tpe elemen hngga yang berbeda (segtga, segempat, atau soparametrk). (3) Data laboratorum dan lapangan yang dbutuhkan untuk mendefnskan sfat-sfat tanah. Dengan program yang dplh, dapat dtentukan tegangan-tegangan dan deformas lereng yang akan dgunakan untuk mengevaluas stabltas lereng. Walaupun metoda elemen hngga sangat berguna untuk para ahl geoteknk,namun metoda n tdak selalu dapat dgunakan dengan bak dalam analss stabltas lereng. Wong (1984) menyatakan bahwa kesultannya terutama dalam htungan faktor aman saat terjadnya keruntuhan. Pada cara kesembangan batas, keruntuhan dapat dgambarkan dengan konds d mana gaya-gaya atau momen yang menggerakan melampau gaya-gaya atau momen yang menahan, dan pada konds n basanya dtunjukkan dengan faktor aman yang kurang dar satu. Dalam metoda elemen hngga, tanah dmodelkan sebaga kumpulan elemen- II-14

15 Bab II Stud Pustaka elemen yang berlanan (dscrete) dan konds keruntuhan merupakan fenomena progresf, d mana tdak setap elemen runtuh secara smultan. Jad keruntuhan merupakan kejadan yang bertahap, yatu keruntuhan dar ttk yang mengalam luluh lebh dahulu dan kemudan menuju ke kedudukan fnal d mana seluruh elemen secara efektf telah runtuh. Beberapa krtera keruntuhan yang telah dpaka pada saat n adalah (Wong, 1984) : (1) Cembungan gars lereng (bulgng of slope lne) (Sntbhan dan Chen, 1976). Krtera n dgambarkan dengan perpndahan horzontal dar permukaan lereng, dan dtunjukkan dengan cara menspesfkaskan batas perpdahan horzontal yang mash dtoleranskan (2) Geser Batas (Lmt Shear) (Duncan dan Dunlop, 1969). Dalam kasus n, tegangan dsepanjang permukaan bdang longsor yang dhrung dar metoda elemen hngga, dgunakan secara langsung untuk menghtung faktor aman. Nla faktor aman akan bergantung pada raso kuat geser terseda d sepanjang bdang longsor terhadap tegangan-tegangan yang dhtung dengan metoda elemen hngga. (3) Non konvergens Penyelesaan (Non convergence of the Soluton) (Zenkewcz. 1971). Keruntuhan dndkaskan dengan runtuhnya elemen-elemen akbat konds perbebanan yang dberkan. Bergantung pada krtera keruntuhan yang dplh, perbedaan dalam besarnya beban yang menyebabkan keruntuhan dapat sangat menonjol. Dengan lemahnya krtera keruntuhan yang jelas, nterpretas dar hasl htungan elemen hngga mash menjad masalah, dan pengguna (user) serng harus percaya pada pengalaman dan ntus untuk memaham kemampuan model numerk dalam mempredks model fsk lereng yang mendekat kenyataan. Dengan mengngat ketdaktentuan dan kelemahan metoda elemen hngga tersebut, maka cara pendekatan yang komplek basanya tdak dgunakan dalam perancangan dan analss lereng untuk jalan raya dan tmunan (Abramson et al., 1996). II-15

16 Bab II Stud Pustaka 2.7 Analss Komputer Perhtungan Stabltas lereng dapat juga dlakukan dengan menggunakan aplkas komputer. Program-program komputer yang sekarang terseda untuk menganalss stabltas lereng antara lan: 1. Program STBAL. Program-program yang dbuat dar Perdue Unversty tahun 1975 (Segel, 1975). Vers-vers sesudahnya adalah PC STABL, XSTABL dan GEOSOPE. 2. Program-program dar Unversty of Texas, Program aslnya bernama SSTAB1 dan kemudan dpublkaskan SSTAB2, UTEXAS, UTEXAS2, UTEXAS3. 3. Program-program lan yang dbuat dar Unversty of Calforna, Berkeley yatu STABR, STABGM, SLOPE8R, GEOSOT. 4. Lan-lan program: PC-SLOPE, SLOPE/W, CLARA, GALENA, GSLOPE, TSLOPE. Slope/W merupakan sub program dan Geo-Slope. Slope/W adalah salah satu produk software yang menggunakan batas kesembangan untuk menghtung faktor keamanan tanah dan lereng. Slope/W menganalss stabltas lereng menggunakan batas kesembangan, serta mempunya kemampuan untuk menganalss contoh tanah yang berbeda jens dan tpe, Iongsor dan konds tekanan ar por dalam tanah yang berubah. Beberapa permasalahan yang dapat dselesakan dan kemanpuan dar Aplkas Slope/W adalah: merupakan 1. Menghtung faktor keamanan lereng yang bertanah heterogen d atas tanah keras (bedrock), dengan lapsan lempung. D ujung lereng (lemah) merupakan genangan ar, ar tanah mengalr sampa ujung lereng dan daerah retakan berkembang pada puncak akbat gaya tegangan pada lereng. 2. Slope/W dapat menghtung faktor keamanan dan lereng dengan beban luar dan perkuatan lereng dengtm anker atau perkuatan dengan geotextl. II-16

17 Bab II Stud Pustaka 3. Konds tekanan ar por dalam tanah yang kompleks, konds ar por dbedakan dalam beberapa cara, dapat semudah sepert gars pzometk atau analss elemen batas dan tekanan por. Tekanan ar por pada tap dasar potongan lereng dtentukan dar data ttk cara nterpolas Splne. 4. Menganalss stabltas dengan tekanan batas elemen. Memasukkan data tekanan lereng dar analss batas stabltas elemen Sgma/W ke Slope/W untuk mempermudah, keuntungan lan yatu dapat menghtung faktor keamanan tap potongan, sebak perhtungan faktor keamanan keseluruhan longsor longsoran. Pada dasarnya Slope/W terdr dan tga bagan pengerjaan (langkah kerja) yatu : 1. Defens : Pendefnsan model Mengatur besar area yang akan dgunakan, Mengatur skala dan satuan yang dgunakan untuk mempermudah pengerjaan, Mengnput data materal (data-data tanah), Menentukan sketsa lereng dan permodelan bentuk lereng sesua jens tanahnya, Menentukan Tekanan Ar Por Menentukan jar-jar bdang longsor Menentukan ttk pusat bdang longsor. 2. Solve : nla dar hasl perhtungan stabltas lereng, dengan menekan Star pada tamplan kotak. 3. Contour : memperlhatkan gambaran/kontur bdang longsor. II-17

18 Bab II Stud Pustaka 2.8 Metode Perbakan Stabltas Lereng Banyak cara yang dlakukan untuk menambah stabltas lereng antara lan: pemotongan lereng, pembuatan berm, menurunkan muka ar tanah, pemasangan tang-tang dan lan-lan. Umumnya metode perbakan lereng dapat dbag menjad empat kelompok, yatu: 1. Metode Geometr, yatu perbakan lereng dengan cara merubah geometr lereng, (Gambar 2.7). Gambar 2.7 Perbakan Stabltas Lereng dengan mengubah geometr lereng 2. Metode Hdrolog, yatu dengan cara menurunkan muka ar tanah atau menurunkan kadar ar tanah pada lereng (Gambar 2.8) II-18

19 Bab II Stud Pustaka Gambar 2.8 Perbakan lereng dengan penurunan muka ar tanah 3. Metode Kma, yatu dengan cara groutng semen untuk menambah kuat geser tanah. 4. Metode Mekans, yatu dengan penambahan tang-tang d dalam tanah. (Gambar 2.9) Gambar 2.9 Perbakan lereng dengan penambahan tang-tang 2.9 Korelas Data Tanah Korelas nla-nla N-SPT dengan jens tanah tertentu dapat drujuk pada Tabel 2.1 untuk tanah pasran (sandy sols) dan Tabel 2.2 untuk tanahtanah kohesf (cohesve sols). Korelas nla N-SPT dengan Undraned Shear Strength (Cu) untuk tanah kohesf juga dberkan oleh Terzagh dan Peck sepert dperlhatkan pada Gambar II-19

20 ncreasng OCR Aged/ cemented NC Bab II Stud Pustaka Tabel 2.1 Klasfkas tanah pasran berdasarkan N-SPT (Bowles, 1988) Descrpton Very Loose Loose Medum Dense Very dense Dr SPT N 70 ne ? Medum > 40 Coarse > 45 ne Medum < 50 Coarse wet (kn/m 3 ) Tabel 2.2 Klasfkas tanah kohesf berdasarkan N-SPT (Bowles, 1988) Consstency N 70 Remarks Very soft 0-2 Squshes between fngers when squeezed Soft 3-5 Very easly deformed by squeezng Medum 6-9 Stff Hard to deform by hand squeezng Very stff Very hard to deform by hand Hard > 30 Nearly mpossble to deform by hand Gambar 2.10 Hubungan antara N-SPT dengan shear strength (Cu) II-20

21 Bab II Stud Pustaka Korelas nla N-SPT dengan Kohes ( c ) untuk tanah kohesf juga dberkan oleh Terzagh dan Peck sepert dperlhatkan pada Gambar 2.11 Gambar 2.11 Hubungan antara N-SPT dengan kohes ( c ) Korelas antara nla Indeks Plasts dan sn Ф dapat juga dverfkas dengan menggunakan grafk yang dberkan oleh Kenney (1959) dan Bjerrum dan Smmons (1960) sepert dtunjukkan pada Gambar Gambar 2.12 Korelas Indeks Plasts dan sn Ф II-21

22 Rato 100N Bab II Stud Pustaka Korelas antara nla N-SPT dan sondr dapat juga dverfkas dengan menggunakan grafk yang dberkan oleh Robertson et al. (1983) sepert dtunjukkan pada Gambar q c Mean Gran sze D 50, mm (Robertson et al., 1983) Gambar 2.13 Korelas hasl sondr dan nla N-SPT 2.10 Klasfkas Konds Struktur Clayey slts Sandy slt and slty clay and slt Slt sandy Sand N = SPT blow count q c = kpa N prmarly for E r = Pembagan kelas atau klasfkas struktur berdasarkan konds kerusakan, 6 11 No. 200 seveno. 40 tngkat deformas dan perbakan yang dbutuhkan, adalah sebaga berkut : Gambar Klasfkas konds struktur II-22

23 Bab II Stud Pustaka Kelas A : struktur sangat terpengaruh akbat kerusakan/cacat Kelas C : struktur mash berfungs secara utuh, tap terdapat kerusakan rngan Kelas B : struktur dengan tngkat kerusakan antara kelas A dan kelas C, dan berpotens mengganggu fungs struktur jka kerusakan bertambah Kelas S : tdak ada atau terdapat kerusakan mnor yang tdak mengganggu fungs struktur Struktur dengan klasfkas A harus mendapatkan perawatan rutn, dan dbag lag atas 3 kategor, berdasarkan pertmbangan kerusakan dan perlunya tndakan perbakan. Kelas AA : struktur dengan kerusakan berat sehngga tdak berfungs dengan normal dan tndakan perbakan harus segera dlakukan secepatnya Kelas A1 : struktur yang mash aman untuk dgunakan saat nspeks, namun tndakan perbakan harus segera dlakukan karena operasonal bsa terganggu oleh beban yang mungkn terjad atau kerusakan tersebut bsa mendegradas kekuatan struktur. Kelas A2 : struktur yang mash aman untuk dgunaan saat nspeks, namun harus segera dperbak karena dkhawatrkan kerusakan yang ada bsa berpengaruh d masa mendatang II-23

24

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG ROTASI. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG ROTASI. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG ROTASI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MODEL KERUNTUHAN ROTASI ANALISIS CARA KESEIMBANGAN BATAS Cara n

Lebih terperinci

BAB VII STABILITAS TEBING

BAB VII STABILITAS TEBING BAB VII STABILITAS TEBING VII - BAB VII STABILITAS TEBING 7. TINJAUAN UMUM Perhtungan stabltas lereng/tebng dgunakan untuk perhtungan keamanan tebng dss-ss sunga yang terganggu kestablannya akbat adanya

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

Interpretasi data gravitasi

Interpretasi data gravitasi Modul 7 Interpretas data gravtas Interpretas data yang dgunakan dalam metode gravtas adalah secara kualtatf dan kuanttatf. Dalam hal n nterpretas secara kuanttatf adalah pemodelan, yatu dengan pembuatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Sesua dengan tuntutan perkembangan jaman, maka pekerjaan konstruks yang ada semakn kompleks. Adanya komplekstas nlah maka tdak jarang dtemu berbaga masalah dalam

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Sesua dengan tuntutan perkembangan jaman, maka pekerjaan konstruks yang ada semakn kompleks. Adanya komplekstas nlah maka tdak jarang dtemu berbaga masalah dalam

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut.

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut. BAB III LANDASAN TEORI 3. Kuat Tekan Beton Kuat tekan beban beton adalah besarna beban per satuan luas, ang menebabkan benda uj beton hanur bla dbeban dengan gaa tekan tertentu, ang dhaslkan oleh mesn

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

2.2. SISTEM KLASIFIKASI TANAH

2.2. SISTEM KLASIFIKASI TANAH BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Tanah selalu mempunya peranan yang pentng pada suatu lokas pekerjaan konstruks. Tanah adalah pondas pendukung suatu bangunan, atau bahan konstruks dar bangunan tu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN STUDI PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI DAN STUDI PUSTAKA II-1 BAB II DASAR TEORI DAN STUDI PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Tanah merupakan materal yang terdr dar agregrat ( butran), beberapa mneral - mneral padat yang tdak tersedmentas terkat secara kma ) satu sama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

METODE NUMERIK. INTERPOLASI Interpolasi Beda Terbagi Newton Interpolasi Lagrange Interpolasi Spline.

METODE NUMERIK. INTERPOLASI Interpolasi Beda Terbagi Newton Interpolasi Lagrange Interpolasi Spline. METODE NUMERIK INTERPOLASI Interpolas Beda Terbag Newton Interpolas Lagrange Interpolas Splne http://maulana.lecture.ub.ac.d Interpolas n-derajat polnom Tujuan Interpolas berguna untuk menaksr hargaharga

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN METODE

BAB II DASAR TEORI DAN METODE BAB II DASAR TEORI DAN METODE 2.1 Teknk Pengukuran Teknolog yang dapat dgunakan untuk mengukur konsentras sedmen tersuspens yatu mekank (trap sampler, bottle sampler), optk (optcal beam transmssometer,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN MUKA AIR TANAH DAN TERASERING TERHADAP PERUBAHAN KESTABILAN LERENG

PENGARUH PERUBAHAN MUKA AIR TANAH DAN TERASERING TERHADAP PERUBAHAN KESTABILAN LERENG Jurnal Ilmah Teknk Spl Vol. 15, No. 1, Januar 2011 PENGARUH PERUBAHAN MUKA AIR TANAH DAN TERASERING TERHADAP PERUBAHAN KESTABILAN LERENG I G. N. Wardana Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode 8 III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan adalah suatu cara yang dpergunakan untuk pemecahan masalah dengan teknk dan alat tertentu sehngga dperoleh hasl yang sesua dengan tujuan peneltan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK 34 III PEMODELN MTEMTIS SISTEM FISIK Deskrps : Bab n memberkan gambaran tentang pemodelan matemats, fungs alh, dagram blok, grafk alran snyal yang berguna dalam pemodelan sstem kendal. Objektf : Memaham

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 6 BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 5.. INTEGRAL LINTASAN Msal suatu lntasan yang dnyatakan dengan : (t) = x(t) + y(t) dengan t rl dan a t b. Lntasan dsebut lntasan tutup bla (a) = (b). Lntasan tutup dsebut lntasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha dan Energ Energ Knetk Teorema Usaha Energ Knetk Energ Potensal Gravtas Usaha dan Energ Potensal Gravtas Gaya Konservatf dan Non-Konservatf

Lebih terperinci

EVALUASI KELONGSORAN PADA RUAS JALAN WELERI SUKOREJO KM. 55 KAB. KENDAL

EVALUASI KELONGSORAN PADA RUAS JALAN WELERI SUKOREJO KM. 55 KAB. KENDAL EVALUASI KELONGSORAN PADA RUAS JALAN WELERI SUKOREJO KM. 55 KAB. KENDAL Avalanches Evaluatons On Weler Sukorejo Road Secton Km. 55 Kendal Regency GALIEH ALFANTO, USNI APRIATMOKO, INDRASTONO DWI ATMANTO,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

Perancangan Perkuatan Longsoran Badan Jalan Pada Ruas Jalan Sumedang-Cijelag KM Menggunakan Tiang Bor Anna Apriliana

Perancangan Perkuatan Longsoran Badan Jalan Pada Ruas Jalan Sumedang-Cijelag KM Menggunakan Tiang Bor Anna Apriliana BAB II DASAR TEORI.1. Teor Lereng Keruntuhan geser pada tanah/batuan terjad akbat gerak relatf antar butrnya. Oleh sebab tu kekuatannya tergantung pada gaya yang bekerja antar butrnya. Dengan demkan dapat

Lebih terperinci

APLIKASI INTEGRAL TENTU

APLIKASI INTEGRAL TENTU APLIKASI INTEGRAL TENTU Aplkas Integral Tentu థ Luas dantara kurva థ Volume benda dalam bdang (dengan metode cakram dan cncn) థ Volume benda putar (dengan metode kult tabung) థ Luas permukaan benda putar

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Sesua dengan tuntutan perkembangan jaman, maka pekerjaan konstruks yang ada semakn kompleks. Adanya komplekstas nlah maka tdak jarang dtemu berbaga masalah dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

Pertemuan ke-4 Analisa Terapan: Metode Numerik. 4 Oktober 2012

Pertemuan ke-4 Analisa Terapan: Metode Numerik. 4 Oktober 2012 Pertemuan ke-4 Analsa Terapan: Metode Numerk 4 Oktober Persamaan Non Non--Lner: Metode NewtonNewton-Raphson Dr.Eng. Agus S. Muntohar Metode Newton Newton--Raphson f( f( f( + [, f(] + = α + + f( f ( Gambar

Lebih terperinci

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR Pada bab n akan dbahas konsep-konsep dasar dar fungs mayor dan fungs mnor dar suatu fungs yang terdefns pada suatu nterval tertutup. Pendefnsan fungs mayor dan mnor tersebut

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA FT UNS Sperisa Distantina

PENANGANAN BAHAN PADAT S1 TEKNIK KIMIA FT UNS Sperisa Distantina PENANGANAN BAHAN PAAT S1 TEKNIK KIMIA FT UNS Spersa stantna. SCREENING: MENENTUKAN UKURAN PARTIKEL Mater: Cara-cara menentukan ukuran partkel. Analss data ukuran partkel menggunakan screen shaker. Evaluas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ditembus dengan peralatan pengambilan contoh pada saat pengeboran.

II. TINJAUAN PUSTAKA. ditembus dengan peralatan pengambilan contoh pada saat pengeboran. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Tanah ddefnskan sebaga ssa atau produk yang dbawa dar pelapukan batuan dalam proses geolog yang dapat dgal tanpa peledakan dan dapat dtembus dengan peralatan pengamblan contoh

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha Menyatakan hubungan antara gaya dan energ Energ menyatakan kemampuan melakukan usaha Usaha,,, yang dlakukan oleh gaya konstan pada sebuah

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank ISSN 907-0500 Analss Kecepatan Dan Percepatan Mekansme Empat Batang (Four Bar ngkage Fungs Sudut Crank Nazaruddn Fak. Teknk Unverstas Rau nazaruddn.unr@yahoo.com Abstrak Pada umumnya analss knematka dan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR)

BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR BEBAN DAN TAHANAN (LOAD AND RESISTANCE FACTOR) 5.1 Umum Pada bab V n dbahas mengena hasl perhtungan faktor-faktor beban (load) atau serng dsebut dengan faktor pengal beban,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH BEBAN GEMPA DAN PONDASI TIANG BOR TERHADAP KEAMANAN LERENG DI TEGALALANG, GIANYAR-BALI

ANALISIS PENGARUH BEBAN GEMPA DAN PONDASI TIANG BOR TERHADAP KEAMANAN LERENG DI TEGALALANG, GIANYAR-BALI Konferens Nasonal Teknk Spl 11 Unverstas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 ANALISIS PENGARUH BEBAN GEMPA DAN PONDASI TIANG BOR TERHADAP KEAMANAN LERENG DI TEGALALANG, GIANYAR-BALI I Gust Ngurah Putu Dharmayasa

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

.. Kekakuan Rangka batang Bdang (Plane Truss) BAB ANAISIS STRUKTUR RANGKA BATANG BIANG Struktur plane truss merupakan suatu sstem struktur ang merupakan gabungan dar seumlah elemen (batang) d mana pada

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB III MODEL - MODEL KEAUSAN

BAB III MODEL - MODEL KEAUSAN BAB III MODEL - MODEL KEAUSAN 3.1 Model keausan Archard [15] Archard 1953 mengusulkan suatu model pendekatan untuk mendeskrpskan keausan sldng. Da berasums bahwa parameter krts dalam keausan sldng adalah

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

VLE dari Korelasi nilai K

VLE dari Korelasi nilai K VLE dar orelas nla Penggunaan utama hubungan kesetmbangan fasa, yatu dalam perancangan proses pemsahan yang bergantung pada kecenderungan zat-zat kma yang dberkan untuk mendstrbuskan dr, terutama dalam

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1 Lecture : Mxed Strategy: Graphcal Method A. Metode Campuran dengan Metode Grafk Metode grafk dapat dgunakan untuk menyelesakan kasus permanan dengan matrks pembayaran berukuran n atau n. B. Matrks berukuran

Lebih terperinci

BAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan Penelitian

BAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan Penelitian A VIII PENUTUP 8.. Kesmpulan Peneltan Dalam peneltan yang tela dlakukan, dperole nformas knerja transms dan spektrum gelombang serta stabltas terumbu ottle Reef TM sebaga peredam gelombang ambang terbenam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN.1 Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d areal IUPHHK-HA PT Mamberamo Alasmandr yatu pada hutan prmer (BLOK RKT 01), Logged Over Area (LOA) berumur tahun (Blok RKT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

UNSUR-UNSUR CUACA DAN IKLlM

UNSUR-UNSUR CUACA DAN IKLlM UNSUR-UNSUR CUACA DAN KLlM HANDOKO Jurusan Geofska dan Meteorolog, FMlPA PB Cuaca adalah gambaran konds atmosfer jangka pendek (kurang dar 24 jam) pada suatu lokas tertentu. Pernyataan sepert "har n d

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci