Matriks Massa Segitiga dan Massa Neutrino Masif dalam Model Seesaw
|
|
- Lanny Setiabudi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 4, NOMOR 2 JUNI2008 Matriks Massa Segitiga Massa Neutrino Masif dalam Model Seesaw Intan Fatimah Hizbullah" Agus Purwanto Laboratorium Fisika Teori Filsa/at Alam (LaFTIFA), Jurusan Fisika, FMIPA, Institut Teknolog; Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sulwlilo, Surabaya Intisari Kami analisa bauran neutrino dalam model seesaw melalui segitigaisasi matriks massa umum. Asumsi bahwa matriks massa Dirac quark-u serupa memberikan hubungan sederhana antara parameter neutrino massa Majorana. Dilakukan perhitungan eksplisit bagi parameter terkait masalah defisit neutrino surya sebagai implikasi dari hirarki massa Majorana. KATA KUNCI: osilasi neutrino, matrik bauran model seesaw L PENDABULUAN Salah satu perburuan paling menantang di dalam fisika partikel adalah penentuan sifat intrinsik neutrino yaitu massa sudut baur (mixing angle) neutrino. Eksperimen-eksperimen SuperKamiokande, K2K, SNO KamLAND [1] memberi bukti kuat bahwa neutrino bermassa, tidak seperti sektor quark, sudut baurannya besar. Model paling menarik untuk membangkitkan massa keeil neutrino adalah mekanisme seesaw [2] yakni dengan memperkenalkan suku tambahan berupa matriks massa Dirac Majorana. Matriks massa Dirac dapat diatasi dengan mengikuti gagasan GUT yang menyatakan bahwa matriks ini serupa dengan sektor quark. Tetapi kita tidak mempunyai pengetahuan tentang matriks massa Majorana baik orde maupun strukturnya. Di dalam artikel ini, struktur umum matriks massa seesaw akan dianalisa, tanpa harus kehilangan sifat umumnya kita akan bekerja dengan basis yang mana matriks massa diagonal bagi lepton bermuatan Majorana. Di dalam artikel ini diasumsikan bahwa matriks massa Dirac menggunakan analogi dengan matriks massa quark mempunyai nilai eigen hirarkis sudut baur kiri keeil. Meskipun demikian, di dalam kasus ini bauran "besar dapat terjadi melalui keterkaitan antara matriks Dirac Majorana. Di dalam model seesaw matriks massa neutrino efektif mv diberikan oleh hubungan Seeara umum matriks sembarang dapat didekomposisi menjadi perkalian matriks diagonal matriks bi-uniter, U o Vo intan@physics.its.ac.id Jurusan Fisika FMIPA ITS (I) (2) Untuk penyederhanaan, kita juga mengabaikan efek simpangan CP sehingga semua matriks baf", rotasi adalah riel. Selanjutnya, sesuai asumsi di dep di dalam basis matriks Majorana diagonal, " " dengan Mi = 1jWh i=l, 2, 3. Dari hubungan (1) (2) tampak bahwa v., juga mengandung kontribusi dari diagonalisasi matriks massa Majorana MN sehingga dapat saja mempunyai sudut baur besar. Meskipun demikian, kita akan membatasi diskusi pada sudut kecil di dalam Vo. Pers.(I), (2) (3) dapat ditulis ulang sebagai U;lmvUo = m~a9vomnl/2 MN1/2VoT md = N N1(4),.. ' N NT yang mana matriks N akan kita gunakan dalam evaluasi lebih lanjut Matriks Dirac diagonal pers.(2) dengan hirarki kuat ml < < m2 < < m3. Massa Dirac neutrino ini pada skala GUT (ml = mu,m2 = mc,m3 = mt) mempunyai nilai m~a9 ~ (0,001; 0,3; loo)gev [3], Hirarki ini mereduksi hasil perkaliannya dengan v., menjadi matriks segitiga (3) (5) ( m,v li m 1V 12 m,v 13 ) m2v21 m2v22 m2v23 m3vin m3y32 m3v 33 ( m,v u JJ 0 m2v21 m2v22 (6) m3v31 m3v
2 J. FIS. DAN APL., VOL. 4, No.2, JUNI 2008 INTAN FH, dkk. sehingga (7) [4]. Di sini diperlihatkan terlebih dahulu bahwa setiap matriks 3 x 3 sembarang selalu dapat dirotasi sedemikian rupa sehingga menjadi matriks segitiga. Kita berangkat dari matriks 3 x 3 riel paling umum Matriks Massa segitiga ini memungkinkan penyelesaian masalah menjadi lebih sederhana [4]. Matriks ini dapat didiagonalisasi dengan matriks bi-uniter atau matriks rotasi kiri (LH) kanan (RH) dituliskan sebagai Uraian ini memberikan N= UNdiagp = (T o m V2 o (U- 1 U;1) mv (UoU) = (N dia 9)2 Persamaan ini menyatakan bahwa sudut baur untuk Massa keeil neutrino berasal dari UUo, segkan nilai eigen dari N merupakan akar kuadrat Massa keeil neutrino ";m Vi ' Kita mempunyai data-data rentang sudut baur Massa maka kita akan mengestimasi Massa Majorana, yang terakhir ini diperlukan di antaranya dalam kalkulasi besamya lepton asimetri bagi leptogenesis. Di dalam evaluasi ini akan digunakan bentuk matriks segitiga bagi Massa neutrino. Hasil eksperimen osilasi neutrino surya memberi tiga solusi bagi masalah neutrino surya yakni sudut bauran keeil (small mixing angle, SMA) MSW (Mikheyev-Smirnov-Wolfstein), sudut bauran besar (large mixing angle, LMA) MSW osilasi vakum (VO). Orde besaran bagi neutrino surya.6m~ [5].6m~ ~ 1O-6eV 2, sin 2 2(} ~ 8 x 10-3 (SMA) (8) (9).6m~ ~ 1O-5eV 2, sin22(}~0,6(lma) (10).6m~ ~ 1O- 10 ev2, (} ~ 11"/4 (VO) Segkan osilasi atmosferik memberlkan.6m~tm ~ 1O-3eV 2 (11) Di bagian n diperlihatkan bahwa matriks 3 x 3 sembarang selalu dapat dirotasi menjadi matriks segitiga baik segitiga atas maupun segitiga bawah selanjutnya dieari nilai eigen dari matriks segitiga tersebut. Bagian ill penerapan matriks segitiga untuk matriks Massa neutrino efektif dengan input dari data neutrino surya neutrino atmosferik. Akbirnya diberikan diskusi kesimpulan pada bagian IV. n. MATRIKS MASSA SEGmGA A. Segitigaisasi Matriks Sembarang Matriks segitiga telah diterapkan untuk penyelesaian masalah eigen matriks Massa quark matriks Massa lepton (12) Untuk mengantisipasi pemakaian dalam sektor neutrino kita asumsikan (13) Matriks (12) elemen-elemennya dapat dipang sebagai kumpulan tiga vektor sembarang di dalam ruang Cartesian tiga dimensi. Matriks umum 3 x 3 dapat ditransformasi menjadi matriks segitiga atas atau matriks segitiga bawah. Matriks segitiga atas 0** ( * * *) 00* (14) tidak lain merupakan peralihan vektor basis yaitu salah satu vektor, Co diambil sebagai sumbu-z, satu vektor lainoya b berada pada big y-z vektor sisanya bebas. Seeara kuantitatif proses segitigaisasi matriks Massa 3 x 3 dilakukan dengan memperkenalkan tiga matriks rotasi seeara berurutan. Pertama, matriks rotasi (1-3) cosa 0 sin a ) R(13) = ( -sina 0 cosa (15) kalikan dari kanan dengan matriks Massa (12). Perkalian dengan elemen-elemen baris ketiga memberikan dengan c3 = vi c'f + ~ jika C'R (13) = (0 C2 c3) Cl tan a = -. C3 (16) (17) Hasil perkalian antara matriks Massa matriks rotasi (1-3) selanjutnya kalikan dari kanan dengan matriks rotasi (2-3) R(23) = (~ co~fj Si~fj) o - sinfj.cosfj Elemen-elemen baris ketiga menjadi dengan (18) C'R (13) R (23) = (0 0 C;;) (19) (20)
3 J. Fls. DAN ApL., VOL. 4, No.2, JUNI2008 jika C2 tan{3 = ~ (21) Matriks Massa (12) secara umum menjadi N' = NR(l3)R(23) = (~ ~ ~ ) = U) (22) dengan a' 1 = al cos a - a3 sin a a' 2 = -al sin a sin {3 + a2 cos {3 - a3 cos a sin {3 a~ = al sin a cos {3 + a2 sin {3 + a3 cos a cos {3 bi = bl cos a - b3 sin a (23) b' 2 = -b l sin a sin {3 + ~ cos {3 - b3 cos a sin {3 b' 3 = b l sin a cos {3 + b2 sin {3 + b3 cos a cos (3 Vektor c dirotasi sampai berimpit dengan sumbu-z. Selanjutnya, perkenalkan matriks rotasi (1-2) cos,), sin ')' 0) R (12) = -sin')' cos')' 0 ( 001 Kalikan dari kanan terhadap pers.(22) baris kedua menjadi dengan jika b'r(12) = (0 b~ b' tan l' = b} 2 b~) (24) (25) (26) Dengan demikian matriks Massa segitiga atas dari matriks Massa (12) berbentuk dengan Nll. = NR(13)R(23)R(12) (au 1 au 2 a' 3 ) = o b~ b~ (27) o 0 I I a" 1 = al cos l' - a2 sm ')' c a" 2 = ai sin l' + a~ cos 'Y (28) b" 2 = bi sin l' + b~ cos l' INTAN FH, dkk. Evaluasi terhadap komponen akhir matriks Massa memberikan a~ = al sin a cos{3 + a2 sin{3 + a3 cosacos{3 Serupa untuk b~. Cl #t +Ci C2 = al +a2- #t+ci c C C3 Vq+Ci +a3 #t +Ci c al Cl + a2c2 + a3c3 = c = ii c b~ = b c (29) (30) Segkan tiga komponen lainnya dihitung secara langsung dengan langkah cukup panjang yang akhirnya didapatkan a" 1 it (b x c) /b~ a" 2 = it (c x (b xc)) /b~ (31) b" 2 = Ibx cl Langkah serupa untuk merubah matriks umum 3 x 3 menjadi matriks segitiga bawah NR'(13)R'(12)R'(23) = (~~~ c a dengan matriks rotasi R' (13) = ( cosa' si~al o -Sina') 1 0 o cos a', R' (12) = (~:~ ~~~n}' ~) 001 R' (23) sudut-sudut = (~ c~{3' -!(3') o sin {3' cos (3' a3 tana' = al a2 tan 1" = vai+a~ (alb3 - a3bt) a tan{3' = (a + a~) b2 - a2 (albl + a3ba) o ) o 32) c.(bxj) Ibxa (33) (34) Hasil di depan memperlihatkan bahwa setiap matriks sembarang dapat ditransformasi menjadi matriks segitiga
4 , J. FIS. DAN ApL., VOL. 4, NO.2, JUNI 2008 INTAN FH, dkk.. B. Solusi Eigen Matriks Segitiga Diagonalisasi memberikan Karena matriks massa Majorana adalah matriks simetri maka diagonalisasi dilakukan dengan matriks bi-ortogonal. Untuk mendiagonalisasi matriks Nt:;. pertama diagonalisasi terlebih dahulu submatriks (2-3) dengan matriks ortogonal U L (23) UR(23) U LR (23) = (00 1 cos ~~ sin ~~R ) (35) - sin (}~R cos (}f3 R ( a~ ul (23) Nt:;.UR (23) _ NX = 0 o " (}R,. (}R a2 cos 23 - a3 sm 23 a~ sin ()~ + a~ cos ()~ ) J (b~ cos ()~ - b~ sin ()~) 2 + & sin 2 ()~ o o (36) bile (b~ cos6:a-b~ sln6:a)2 +c2 sln 2 6:a telah diambil. (}R L CSlD 23 tan (}23 = b" (}R b" (}R (37) 2cOS 23-3 sm 23 Hubungan (37) (38) memberikan hubungan lebih lanjut yakni tan 2(}f3 L 2b~c 2b C tan 2(}23 = & _ b~12-1pa = & _ b2 (39) Nilai eigen massa didapatkan dengan mensubtitusi sudut ()~ pers.(38) ke dalam suku diagonal /-L2 = J (b~ cos()~ - b~ sin(}~)2 + & sin 2 ()~ /-L3 b 2 + c2 1 / 2 1-;;012 = Y (b 2 + &) - 4 b x ci (40) b~c = -r==============~======= J (b~ cos ()~ - b~ sin ()~) 2 + & sin 2 ()~ b 2 + c2 1 / 2 1-;;012 = -2-+"2y(b 2 +&) -4 bxci (41) Selanjutnya, diagonalisasi submatriks (1-3) dengan COS (}[g 0 sin (}f3 ) Ud13) = ( - sin (}r3 0 cos (}t3 (42) sehingga Ud13)NX ~ (aj ::.~ ) o 0 /-L3 Jika sudut baur (1-3) keeil sekali tan (}f3 ~ sin (}r3 ~ (}t3 (}r3 = l3 «1 /-L3 (43) (44) Terakhir diagonalisasi submatriks (1-2) dengan matriks baur yaitu ur (12) ur (13) NX U R (12) = (1' ~ J') (46) dengan sudut baur (1-2) atau massa eigen (45) L P.2sin(}~ tan (}12 =" (}R (}R (47) a 1 cos 12 - l2 SIn 12 (48) (49) 111 = (a~cos(}~-/-l2sin(}~)2+j.i.~sin2()~ (50)
5 J. FIS. DAN APL., VOL. 4, No.2, JUNI 2008 INTAN FH, dkk. Segkan perbandingan afj.l2 J.L~ = --;=====:::::::::======:;;====:==:= (aq cos(j~ - J.L2sin(J~)2 + J.L~sin2 (J~ (51) m. DISKUSI DAN BASIL NUMERIK Di dalam ailalisa berikut ini kita akan menggunakan asumsi aya hirarki yang kuat bagi massa Majorana. Matriks bauran sektor lepton dikenal sebagai matriks bauran Pontecorvo Maki-Nakagawa-Sakata (PMNS)[6]. Hasil-hasil anal isis data eksperimen juga memperlihatkan bahwa massa neutrino surya atmosfer memperlihatkan hirarki yang kuat, matriks bauran neutrino PMNS Uei [7]mempunyai bentuk U = U23( )U13( )U12((J) S: )(52) ct/> yang mana tan ~ 1 terkait dengan bauran maksimal < < 1 terkait dengan bauran keeil [8]. Sudut baur (J dapat bernilai keeil sehingga seeara keseluruhan memberi bauran maksimal tunggal atau bernilai besar maksimal sehingga memberi bauran bi-maksimal. Kita akan mendiskusikan kedua kasus tersebut, pertama kasus < < So kedua > > So A. Kasus pertama f < < 88 Untuk kasus < < So matriks bauran U terseduksi berimplikasi bahwa b c mendekati paralel sampai orde n2/n3. Matriks (54) juga menyatakan bahwa a < < b ~ C sehingga analisis terdahulu juga dapat diterapkan pada kasus N. Matriks (54) dapat dirotasi menjadi matriks segitiga bawah (32) dengan elemen-elemen o 8 p80n2n a a 80c",n2n a a ~ ) (58) -.!! ", Orde akan menentukan suku dominan N. Kesejajaran vektor akan tetap bertahan setelah ketiga vektor dirotasi elemen-elemennya membentuk matriks segitiga bawah. Kesejajaran ini memberi pilihan natural bagi parameter yaitu «m ll2 /m lla = ~/m~ suku dominan N adalah elemen (2,2) (2,3). Dalam limit ini tan(j» ni/n2 memberikan n 1 n 2 + tan2 (J~ n 2 n2 n (53) (59) matriks N (n, 0!) N= U 0 n2 o 0 ( ~n, SOn2 ~) ~ -SOCtf>nl C(Jc",n2 St/>n 3 (54) sos",nl -C(JSt/>n 2 Ct/>n 3 Membandingkan matriks diagonal bagi N (54) (8) serta pers.(9) didapatkan bahwa massa efektif neutrino keeil Sehingga matriks N tereduksi menjadi Untuk sudut bauran maksirnal = 45, [9] (60) (61) (55) Asumsinl «n2 «n3 memberikan b 2 ~ s~n~ c2 ~ ~n~ sehiogga (56) Untuk rotasi kanan Va mendekati satuan Vii ~ 1 Vij < < 1, i =1= j maka (62)
6 J. Frs. DAN APL., VOL. 4, No.2, JUNr 2008 Kedua matriks N terakhir hubungan massa (55) memberikan 2w m m 3 m...l.1. Yl = nl = 2 = 2M3 w I m l m u 2 m Y2 = n2 = --2- = (63) 8~Ml W.2 2 2m~ m Y3 = n3 = 2m 2 = M2 Hasil di atas tidak memperlihatkan keteraturan hubungan antara massa neutrino keeil my; Mi baik dalam bentuk my; IX Mi atau m Yi IX I/Mi. Selain itu, m Y3 berskala m~ bukan m~. Hasil lainnya massa skala menengah M2 tidak bergantung pada sudut baur () hanya bergantung pada massa neutrino keeil m Y3 massa quark m~ sehingga dapat diestimasi terlebih dahulu yakni M2 = 2m~ (64) m Y3 Data-data massa neutrino dari eksperiman neutrino surya atmosfer memberikan ~m~ «~m~tm' Seeara teoritis hasil pengamatan massa kuadrat ini terkait dengan selisih massa eigen kuadrat ~m~ Asumsi hirarki kuat ni memberikan sehingga, dari data massa cham-quark, diperoleh M 2 :::::: 2m~ = 4 x 10 9 GeV J~m~tm (65) (66) (67) suatu skala yang jauh lebih keeil dari yang diharapkan. Dua massa Majorana masif lainnya bergantung pada solusi atau data neutrino surya. Analisis osilasi neutrino asumsi hirarki juga memberikan (68) segkan m Yl tidak diketahui. Akibatnya, M3 tidak dapat diketahui keeuali batas bawahnya melalui parameter T = m y2 /m Yl» 1 yaitu dari pers.(63) pertama atau Dengan kata lain, M3 = 8 9m t = 8 9m t m Y2 2m Yl 2m Y2 m Yl M3/T = (69) Segkan massa Majorana terkeeil m~ INTAN FH, dick. M 1 = (71) 8~J~m~ Selanjutnya kita estimasi kedua massa Majorana masif dengan input dari tiga solusi defisit neutrino surya yaitu osilasi vakum (VO), sudut besar MSW (LMA) sudut keeil MSW (SMA). VO Sudut baur () = 45 sehingga.lma (72) Dalam kasus ini sin 2 2() :::::: 0,6 maka sin 2 () :::::: 0, 18 seperti perhitungan kasus VO diperoleh SMA Ml = 1,85 x 106Gev, M2 = 4 x 10 9 GeV, M3 > 8,9 x 1015GeV (74) Dalam kasus ini sin 2 2fJ :::::: 8 x 10-3 maka sin 2 fj :::::: 2 x 10-3 seperti perhitungan kasus VO diperoleh Ml = 5 x 10 8 GeV, M2 = 4 x 109GeV, M3 > 1,0 x 1013GeV (75) Hasil-hasil di depan diperoleh dengan asumsi E ~ 0 tetapi jika E» n2/n3 pers.(54) tidak berlaku. Jugajika E» 89 matriks N pers.(60) tidak berlaku matriks yang relevan akan dibahas lengkap berikut. B. Kasus kedua E > > Sf) Untuk kasus E > > 89 matriks bauran U menjadi matriks N (76) (70) N:::::: (77)
7 J. FIS. DAN ApL., VOL. 4, No.2, JUNI 2008 Dalam limit ini matriks segitiga bawah bagi N diberikan oleh Membandingkan matriks segitiga ini dengan pers.(62) diperoleh J2nl = m3w3 E ~ (CB- s:) = m2w2 (79) En3 = mlw I Setelah mensubtitusi massa quark, massa neutrino surya neutrino atmosfer berturut-turut untuk m"l' m"2 m"3 serta parameter r = m"2/m"1 diperoleh massa Neutrino masif m Ml = E2.j~m~tm 2m 2 c M2 ::::: M3 = (CB - ~)2 J~m~ E2m~ 2J~m~ (80) Data solusi neutrino surya yang memenubi batasan masalah E > > s() adalah kasus sudut baur keeil SMA sin 2 2(J ::::: 8 x 10-3 atau sin 2 (J ::::: 2 x Untuk memberi angka tertentu kita ambil E = 10-1 subtitusi nilai-nilai yang relevan pada Mi diperoleb Ml = 3, 16 x 10 6 GeV M2 = 5 x lo 11 GeV M3 = 5 x GeV (81) Hasil-basil di depan menyatakan bahwa kita dapat memperoleh massa Majorana secara langsung jika parameterparameter fisis neutrino diketahui massa Dirac diidentifikasi sebagai massa quark. IV. SIMPULAN Massa keeil neutrino yang diperlihatkan oleb hasil-basil eksperimen dapat dijelaskan seeara alamiah menggunakan INTAN FH, dick. model seesaw. Model ini memberi struktur matriks massa yang cukup rumit sehingga tidak mudah memperoleh sudut baur neutrino dari komponen-komponen model seesaw seperti massa Dirac md massa Majorana Mi/. Di dalam risalah ini pertama diperlihatkan bahwa setiap matriks sembarang 3 x 3 dapat dirotasi menjadi matriks segitiga baik segitiga atas atau segitiga bawah. Matriks segitiga ini diterapkan dalam proses diagonalisasi matriks neutrino dengan langkah-iangkah berikut. Pertama. massa Dirac dituliskan sebagai md = Uom'fjagvo neutrino Majorana dipilib dalam basis diagonal sehingga MN = M')Ja g. Selanjutnya massa efektif dituliskan sebagai m" = N N7' sehingga N hanya bergantung pada komponen-komponen m'fja g, Va MN 1. Matriks N direduksi menjadi matriks segitiga bentuk matriks segitiga bawah muncul seeara alamiahjika m~iag mempunyai hirarki kuat. Matriks segitiga N memberikan hubungan sederhana antara massa keeil neutrino, massa neutrino Majorana, sudut baur matriks Dirac. Hubungan ini memungkinkan penentuan bolak-balik antar keempat kuantitas tersebut.di dalam evaluasi digunakan input berupa hasil eksperimen neutrino surya atmosferik. Kolaborasi SuperKamiokande memberi bauran maksimal bagi neutrino at~ mosferik, (J23 ::::: IT / 4. eval uasi dibedakan menjadi dua kasus (J13(= E) «sin(j12 E» sin (J12. Di dalam kasus E < < sin (J12, massa neutrino massif M2 tidak bergantung pada sudut baur (J12 berorde 10 9 GeV segkan M3 banya dapat ditentukan nilai terkecilnya. Orde M1 M3 masing-masing untuk data YO, LMA SMA adalah 10 8, 10 6, 10 8 GeV 10 17, 10 16,10 13 GeV. Orde M3 yang sangat besar untuk solusi VO (> > Ge V) membuatnya tidak diunggulkan sebagai kandidat solusi. Di dalam kajian ini tidak ditinjau renormalisasi mengingat efek persamaan grup renormalisasi (RGE) sangat keeil [10]. Untuk kasus E > > sin (J12 hanya data SMA neutrino surya yang rei evan semua massa neutrino baik neutrino keeil maupun masif bergantung pada sudut baur. Massa neutrino M3 tetap banya dapat ditentukan batas nilai terkeeilnya. Orde Mt. M2 M3 masing-masing adalah 10 6, GeV. Ucapao Terima Kasih Penulis (IFH) berterimakasih pada konsorsium fisika teori Indonesia yang memberi kesempatan mendiskusikan sebagian penelitian ini pada Workshop on Theoretical Physics Penulis (AP) menyampaikan terimakasih kepada Indonesia Center for Theoretical and Mathematical Physics (ICTMP) yang mendukung penelitian ini
8 J. FIS. DAN APL., VOL. 4, No.2, JUNl2008 INTAN FH, dkk. [1] Y. Fukuda dkk.., Phys.Rev.Lett. 81, 1158(1998); M.H. Ahn dkk..,phys.rev.lett. 90, (2003); Q.R. Ahmad dkk.., Phys.Rev.Lett 89, ; (2002); K.Eguchi dkk.., Phys.Rev.Lett. 90, (2003). [2] M. Gell-Mann, P.Ramond and R. Siansky, in Super gravity, eds. P. van Nieuwenhuizen and D. Freedman (North Hollad, Amsterdam, 1979); T.Yanagida, in Proceedings of the Workshop on Unified Theories and Baryon Number in the Universe, eds. O.Sawada and A. Sugamoto (KEK, Tsukuba, 1979). [3] H. Fusaoka and Y. Koide, Phys. Rev. DS7, 3986 (1998). [4] J. Hashida, T. Morozumi, and A. Purwanto, Prog. Theor. Phys. 103,379 (2000); T.K. Kuo, G.H. Wu and S.W. Mansour, Phys. Rev. D61, (2000; T. Morozumi, T. Satou, M.N. Rebelo, M. Tanimoto, Phys. Lett B (1997). [5] J.N. Baheal, P.I. Krastev and A. Yu. Smirnov, Phys. Rev. D58, (1998); D60, (1999). [6] B. Pontecorvo, Zh. Eksp. Teor. Fiz (1957); Z. Maki, M. Nakagawa, and S. Sakata, Prog. Theor. Phys. 28,870 (1962). [7] E. Kh. Akhmedov, Phys. Lett B467, 95 (1999). [8] M.Appolonio dkk.. [CHOOZ Collab.], Phys.Lett B420,397( 1998). [9] Y. Fukuda dkk., Phys.Rev.Lett. 81, 1562(1998). [10] K.S. Babu, C.N. Leung and J. Pantaleone, Phy. Lett B (1993)
Matriks Massa Segitiga dan Massa Neutrino Masif dalam Model Seesaw
JUAL FISIKA DA APLIKASIYA VOLUME 4, OMO JUI 008 Matriks Massa Segitiga Massa eutrino Masif dalam Model Seesaw Intan Fatimah Hizbullah Agus Purwanto Laboratorium Fisika Teori Filsafat Alam (LaFTiFA), Jurusan
Lebih terperinciKAJIAN BAURAN NEUTRINO TRI-BIMAKSIMAL- CABIBBO (TBC)
KAJIAN BAURAN NEUTRINO TRI-BIMAKSIMAL- CABIBBO (TBC) Muhammad Taufiqi Dosen Pembimbing Agus Purwanto, D.Sc JURUSAN FISIKA Laboratorium Fisika Teori dan Filsafat Alam (LaFTiFA) Fakultas Matematika dan Ilmu
Lebih terperinciMesin Carnot Kuantum Berbasis Partikel Dua Tingkat di dalam Kotak Potensial Satu Dimensi
JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 6, NOMOR 1 JANUARI,010 Mesin Carnot Kuantum Berbasis Partikel Dua Tingkat di dalam Kotak Potensial Satu Dimensi Yohanes Dwi Saputra dan Agus Purwanto Laboratorium Fisika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Telah banyak model fisika partikel yang dikembangkan oleh fisikawan untuk mencoba menjelaskan keberadaan partikel-partikel elementer serta interaksi yang menyertainya.
Lebih terperinciVEKTOR II. Tujuan Pembelajaran
Kurikulum 03 Kelas X matematika PEMINATAN VEKTOR II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.. Memahami tentang pembagian vektor.. Memahami tentang
Lebih terperinciBagian 2 Matriks dan Determinan
Bagian Matriks dan Determinan Materi mengenai fungsi, limit, dan kontinuitas akan kita pelajari dalam Bagian Fungsi dan Limit. Pada bagian Fungsi akan mempelajari tentang jenis-jenis fungsi dalam matematika
Lebih terperinciDIAGONALISASI MATRIKS KOMPLEKS
Buletin Ilmiah Mat Stat dan Terapannya (Bimaster) Volume 04, No 3 (2015), hal 337-346 DIAGONALISASI MATRIKS KOMPLEKS Heronimus Hengki, Helmi, Mariatul Kiftiah INTISARI Matriks kompleks merupakan matriks
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Matriks 1 Pengertian Matriks Definisi 21 Matriks adalah kumpulan bilangan bilangan yang disusun secara khusus dalam bentuk baris kolom sehingga membentuk empat persegi panjang
Lebih terperinciMatematika Teknik Dasar-2 4 Aljabar Vektor-1. Sebrian Mirdeklis Beselly Putra Teknik Pengairan Universitas Brawijaya
Matematika Teknik Dasar-2 4 Aljabar Vektor-1 Sebrian Mirdeklis Beselly Putra Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Kuantitas Skalar dan Vektor Kuantitas Fisis dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Kuantitas skalar:
Lebih terperinciII LANDASAN TEORI. Contoh. Ditinjau dari sistem yang didefinisikan oleh:
5 II LANDASAN TEORI 2.1 Keterkontrolan Untuk mengetahui persoalan sistem kontrol mungkin tidak ada, jika sistem yang ditinjau tidak terkontrol. Walaupun sebagian besar sistem terkontrol ada, akan tetapi
Lebih terperinciSOAL DAN SOLUSI MATEMATIKA SMA/MA IPA UNIVERSITAS GUNADARMA TAHUN 2015 PAKET SOAL A
SOAL DAN SOLUSI MATEMATIKA SMA/MA IPA UNIVERSITAS GUNADARMA TAHUN PAKET SOAL A. Diberikan premis-premis berikut : ) Politik tidak sehat atau Negara tentram dan damai ) Jika Negara tentram dan damai maka
Lebih terperinciMatriks biasanya dituliskan menggunakan kurung dan terdiri dari baris dan kolom: A =
Bab 2 cakul fi080 by khbasar; sem1 2010-2011 Matriks Dalam BAB ini akan dibahas mengenai matriks, sifat-sifatnya serta penggunaannya dalam penyelesaian persamaan linier. Matriks merupakan representasi
Lebih terperinciMATRIKS A = ; B = ; C = ; D = ( 5 )
MATRIKS A. DEFINISI MATRIKS Matriks adalah suatu susunan bilangan berbentuk segi empat dari suatu unsur-unsur pada beberapa sistem aljabar. Unsur-unsur tersebut bisa berupa bilangan dan juga suatu peubah.
Lebih terperinciBAB V DIAGONALISASI DAN DEKOMPOSISI MATRIKS. Sub bab ini membahas tentang faktorisasi matriks A berorde nxn ke dalam hasil
BAB V DIAGONALISASI DAN DEKOMPOSISI MATRIKS. Diagonalisasi Sub bab ini membahas tentang faktorisasi matriks A berorde nn ke dalam hasil kali berbentuk PDP, di mana D adalah matriks diagonal. Jika diperoleh
Lebih terperinciSOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 9/. Diberikan premis sebagai berikut : Premis : Jika harga BBM naik, maka harga bahan pokok naik. Premis : Jika harga bahan pokok naik maka
Lebih terperinciOSN Guru Matematika SMA (Olimpiade Sains Nasional)
ocsz Pembahasan Soal OSN Guru 2012 OLIMPIADE SAINS NASIONAL KHUSUS GURU MATEMATIKA SMA OSN Guru Matematika SMA (Olimpiade Sains Nasional) Disusun oleh: Pak Anang Halaman 2 dari 26 PEMBAHASAN SOAL OLIMPIADE
Lebih terperinciSoal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013
Soal-Jawab Fisika Teori OSN 0 andung, 4 September 0. (7 poin) Dua manik-manik masing-masing bermassa m dan dianggap benda titik terletak di atas lingkaran kawat licin bermassa M dan berjari-jari. Kawat
Lebih terperinciOperasi Eliminasi Gauss. Eliminasi Gauss adalah suatu cara mengoperasikan nilai-nilai di dalam
Operasi Eliminasi Gauss Eliminasi Gauss adalah suatu cara mengoperasikan nilai-nilai di dalam matriks sehingga menjadi matriks yang lebih sederhana (ditemukan oleh Carl Friedrich Gauss). Caranya adalah
Lebih terperinciALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I)
ALJABAR LINIER MAYDA WARUNI K, ST, MT ALJABAR LINIER (I) 1 MATERI ALJABAR LINIER VEKTOR DALAM R1, R2 DAN R3 ALJABAR VEKTOR SISTEM PERSAMAAN LINIER MATRIKS, DETERMINAN DAN ALJABAR MATRIKS, INVERS MATRIKS
Lebih terperinciInstitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Diagonalisasi Matrik Sistem Anxn
Institut Teknologi Seuluh Noember Surabaya Diagonalisasi Matrik Sistem Ann Materi Contoh Soal Latihan Materi Contoh Soal Eigenvalue Matrik Ann Eigenvektor Diagonalisasi Matrik Ann Latihan Materi Contoh
Lebih terperinciMATEMATIKA DASAR TAHUN 1987
MATEMATIKA DASAR TAHUN 987 MD-87-0 Garis singgung pada kurva y di titik potong nya dengan sumbu yang absisnya positif mempunyai gradien 0 MD-87-0 Titik potong garis y + dengan parabola y + ialah P (5,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembahasan mendasar mengenai matriks terutama yang berkaitan dengan matriks yang dapat didiagonalisasi telah jelas disajikan dalam referensi yang biasanya digunakan
Lebih terperinciPRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang-Waktu Schwarzschild
Analisis Lintasan Foton Dalam Ruang-Waktu Schwarzschild Urai astri lidya ningsih 1, Hasanuddin 1, Joko Sampurno 1, Azrul Azwar 1 1 Program Studi Fisika, FMIPA, Universitas Tanjungpura; e-mail: nlidya14@yahoo.com
Lebih terperinciTrihastuti Agustinah
TE 9467 Teknik Numerik Sistem Linear Trihastuti Agustinah Bidang Studi Teknik Sistem Pengaturan Jurusan Teknik Elektro - FTI Institut Teknologi Sepuluh Nopember O U T L I N E OBJEKTIF TEORI CONTOH 4 SIMPULAN
Lebih terperinciNILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN disebut vektor eigen dari matriks A =
NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN >> DEFINISI NILAI EIGEN DAN VEKTOR EIGEN Jika A adalah sebuah matriks n n, maka sebuah vektor taknol x pada R n disebut vektor eigen (vektor karakteristik) dari A jika Ax adalah
Lebih terperinciOSN MATEMATIKA SMA Hari 1 Soal 1. Buktikan bahwa untuk sebarang bilangan asli a dan b, bilangan. n = F P B(a, b) + KP K(a, b) a b
OSN MATEMATIKA SMA Hari 1 Soal 1. Buktikan bahwa untuk sebarang bilangan asli a dan b, bilangan adalah bilangan bulat genap tak negatif. n = F P B(a, b + KP K(a, b a b Solusi. Misalkan d = F P B(a, b,
Lebih terperinciSANGGAR 16 SMA JAKARTA TIMUR
SANGGAR 6 SMA JAKARTA TIMUR SOAL DAN SOLUSI TRY OUT BERSAMA Senin, 6 Pebruari 5. Ingkaran dari pernyataan : Jika semua sampah dibuang pada tempatnya maka Jakarta tidak banjir adalah A. Jika semua sampah
Lebih terperinciMatematika Proyek Perintis I Tahun 1980
Matematika Proyek Perintis I Tahun 980 MA-80-0 Di antara lima hubungan di bawah ini, yang benar adalah Jika B C dan B C, maka A C Jika A B dan C B, maka A C Jika B A dan C B, maka A C Jika A C dan C B,
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Balai Pengembangan Teknologi (BPT) Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang terletak di Jalan Darmaga Timur Bojongpicung, Cihea,
Lebih terperinciPage 1
SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 6/7. Bentuk sederhana dari ( + ) ( 5 ) adalah. A. C. 8 E. 8 + 5 B. + 5 D. 8 + ( + ) ( 5 ) ( + ) (. 5 ) ( + ) ( 5 ) + + 5 - + 8 8 - Jawabannya
Lebih terperinciOSN Guru Matematika SMA
ocsz Pembahasan Soal OLIMPIADE SAINS NASIONAL KHUSUS GURU MATEMATIKA SMA OSN Guru Matematika SMA (Olimpiade Sains Nasional) Disusun oleh: Pak Anang Halaman 2 dari 26 PEMBAHASAN SOAL OLIMPIADE GURU MATEMATIKA
Lebih terperinciREDUKSI RANK PADA MATRIKS-MATRIKS TERTENTU
J. Math. and Its Appl. ISSN: 89-65X Vol. 4, No., November 7, 8 REDUKSI RANK PADA MATRIKS-MATRIKS TERTENTU Erna Apriliani, Bandung Arry Sanjoyo Jurusan Matematika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Lebih terperinciSOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 9/. Diberikan premis sebagai berikut : Premis : Jika harga BBM naik, maka harga bahan pokok naik. Premis : Jika harga bahan pokok naik maka
Lebih terperinciANALISIS VEKTOR. Aljabar Vektor. Operasi vektor
ANALISIS VEKTOR Aljabar Vektor Operasi vektor Besaran yang memiliki nilai dan arah disebut dengan vektor. Contohnya adalah perpindahan, kecepatan, percepatan, gaya, dan momentum. Sementara itu, besaran
Lebih terperinciSOAL UN DAN PENYELESAIANNYA 2009
1. 1. Jika saya giat belajar maka saya bisa meraih juara. 2. Jika saya bisa meraih juara maka saya boleh ikut bertanding. Ingkaran dari kesimpulan kedua premis diatas adalah... A. Saya giat belajar dan
Lebih terperinciPREDIKSI UJIAN NASIONAL 2009
LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN (LPMP) PROVINSI DAERAH KHUSUS IBU KOTA JAKARTA Alamat : Jl. Nangka No. 60, Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Telp. (0) 79, 7099, 7067, Fax. (0) 7067 PREDIKSI
Lebih terperinciSoal-Soal dan Pembahasan Ujian Nasional Matematika Tahun Pelajaran 2010/2011 Program Studi IPA
Soal-Soal dan Pembahasan Ujian Nasional Matematika Tahun Pelajaran 010/011 Program Studi IPA 1. Akar-akar persamaan 3x -1x + = 0 adalah α dan β. Persamaan Kuadrat baru yang akar-akarnya (α +) dan (β +)
Lebih terperincidisesuaikan dengan soal yaitu 2 atau 3 )
SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 6/7. Bentuk sederhana dari ( + ) ( 5 ) adalah. A. C. 8 E. 8 + 5 B. + 5 D. 8 + ( + ) ( 5 ) ( + ) (. 5 ) ( + ) ( 5 ) + + 5 - + 8 8 - Jawabannya
Lebih terperinciDIKTAT MATEMATIKA II
DIKTAT MATEMATIKA II (MATRIK) Drs. A. NABABAN PURNAWAN, S.Pd.,M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2004 MATRIKS I. PENGERTIAN
Lebih terperincidimana a 1, a 2,, a n dan b adalah konstantakonstanta
Persamaan linear adalah persamaan dimana peubahnya tidak memuat eksponensial, trigonometri (seperti sin, cos, dll.), perkalian, pembagian dengan peubah lain atau dirinya sendiri. Secara umum persamaan
Lebih terperinciMatematika EBTANAS Tahun 1991
Matematika EBTANAS Tahun 99 EBT-SMA-9-0 Persamaan sumbu simetri dari parabola y = 8 x x x = 4 x = x = x = x = EBT-SMA-9-0 Salah satu akar persamaan kuadrat mx 3x + = 0 dua kali akar yang lain, maka nilai
Lebih terperinciPerbandingan Algoritma Golub Kahan dan QR Simetri untuk Dekomposisi Nilai Singular
J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-605X Vol. 3, No. 1, May 2006, 19 25 Perbandingan Algoritma Golub Kahan dan QR Simetri untuk Dekomposisi Nilai Singular Dieky Adzkiya, E. Apriliani, Bandung A.S. Jurusan
Lebih terperinciPREDIKSI UAN MATEMATIKA SESUAI KISI-KISI PEMERINTAH
PREDIKSI UAN MATEMATIKA SESUAI KISI-KISI PEMERINTAH. Apabila P dan q kalimat pernyataan, di mana ~p q kalimat bernilai salah, maka kalimat yang benar berikut ini, kecuali (d) p q (~p ~q) (~p ~q) ~ (~p
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010
PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 00 Mata Pelajaran : Matematika Kelas : XII IPA Alokasi Waktu : 0
Lebih terperinciAPLIKASI MATRIKS LESLIE UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH DAN LAJU PERTUMBUHAN SUATU POPULASI
Buletin Ilmiah Math Stat Dan Terapannya (Bimaster) Volume 02, No 3 (2013), hal 163-172 APLIKASI MATRIKS LESLIE UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH DAN LAJU PERTUMBUHAN SUATU POPULASI Yudha Pratama, Bayu Prihandono,
Lebih terperinciUjian Nasional. Tahun Pelajaran 2010/2011 IPA MATEMATIKA (D10) UTAMA. SMA / MA Program Studi
Ujian Nasional Tahun Pelajaran 00/0 UTAMA SMA / MA Program Studi IPA MATEMATIKA (D0) c Fendi Alfi Fauzi alfysta@yahoo.com Ujian Nasional Tahun Pelajaran 00/0 (Pelajaran Matematika) Tulisan ini bebas dibaca
Lebih terperinciILMU UKUR TANAH 2 PENENTUAN POSISI
ILMU UKUR TANAH 2 PENENTUAN POSISI Oleh: Andri Oktriansyah JURUSAN SURVEI DAN PEMETAAN UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI PALEMBANG 2017 1. Penentuan Posisi Penentuan posisi titik dikelompokkan dalam dua
Lebih terperinciSMA NEGERI 5 BEKASI UJIAN SEKOLAH
PEMERINTAH KOTA BEKASI DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 5 BEKASI Jl. Gamprit Jatiwaringin Asri Pondok Gede 0-86080 UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 0/05 L E M B A R S O A L Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Program
Lebih terperinciUSAHA KONVEKSI PAKAIAN JADI
P O L A P E M B I A Y A A N U S A H A K E C I L S Y A R I A H ( P P U K -S Y A R I A H ) U S A H A K O N V E K S I P A K A I A N J A D I P O L A P E M B I A Y A A N U S A H A K E C I L S Y A R I A H (
Lebih terperinciTheory Indonesian (Indonesia) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah.
Q3-1 Large Hadron Collider (10 poin) Sebelum kalian mengerjakan soal ini, bacalah terlebih dahulu Instruksi Umum yang ada pada amplop terpisah. Pada soal ini, kita akan mendiskusikan mengenai fisika dari
Lebih terperinciSOLUSI PENDEKATAN TERBAIK SISTEM PERSAMAAN LINEAR TAK KONSISTEN MENGGUNAKAN DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR
Buletin Ilmiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 03, No. 1 (2014), hal 91 98. SOLUSI PENDEKATAN TERBAIK SISTEM PERSAMAAN LINEAR TAK KONSISTEN MENGGUNAKAN DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR Febrianti,
Lebih terperinciSIFAT GELOMBANG PARTIKEL DAN PRINSIP KETIDAKPASTIAN. 39. Elektron, proton, dan elektron mempunyai sifat gelombang yang bisa
SIFAT GELOMBANG PARTIKEL DAN PRINSIP KETIDAKPASTIAN 39. Elektron, proton, dan elektron mempunyai sifat gelombang yang bisa diobservasi analog dengan foton. Panjang gelombang khas dari kebanyakan partikel
Lebih terperincif(-1) = = -7 f (4) = = 3 Dari ketiga fungsi yang didapat ternyata yang terkecil -7 dan terbesar 11. Rf = {y -7 y 11, y R}
1. Persamaan (m - 1)x 2-8x - 8m = 0 mempunyai akar-akar real, maka nilai m adalah... -2 m -1-2 m 1-1 m 2 Kunci : C D 0 b 2-4ac 0 (-8)² - 4(m - 1) 8m 0 64-32m² + 32m 0 m² - m - 2 0 (m - 2)(m + 1) 0 m -1
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari
BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Analisis Komponen Utama 211 Pengantar Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari tulisan Karl Pearson pada tahun 1901 untuk peubah non-stokastik Analisis
Lebih terperinciEigen value & Eigen vektor
Eigen value & Eigen vektor Hubungan antara vektor x (bukan nol) dengan vektor Ax yang berada di R n pada proses transformasi dapat terjadi dua kemungkinan : 1) 2) Tidak mudah untuk dibayangkan hubungan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran
24 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran San Diego Hills Visi dan Misi Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran Bauran Pemasaran Perusahaan: 1. Produk 2. Harga 3. Lokasi 4. Promosi
Lebih terperinciPEMBAHASAN DAN KUNCI JAWABAN UN MATEMATIKA SMA 2011 PAKET 12 PLUS TRIK SUPERKILAT DAN LOGIKA PRAKTIS (By Pak Anang
1. Bentuk sederhana dari A. LOGIKA PRAKTIS: PEMBAHASAN DAN KUNCI JAWABAN UN MATEMATIKA SMA 2011 PAKET 12 PLUS TRIK SUPERKILAT DAN LOGIKA PRAKTIS (By Pak Anang http://www.facebook.com/pak.anang ) Pembilang
Lebih terperinci(Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, / 66
MATRIKS Departemen Matematika FMIPA-IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA-IPB) Matriks Bogor, 2012 1 / 66 Topik Bahasan 1 Matriks 2 Operasi Matriks 3 Determinan matriks 4 Matriks Invers 5 Operasi
Lebih terperinciTrigonometri. Trigonometri
Penggunaan Rumus Sinus dan Cosinus Jumlah Dua Sudut, Selisih ; Dua Sudut, dan Sudut Ganda Rumus Jumlah dan Selisih Sinus dan Cosinus ; Menggunakan Rumus Jumlah dan Selisih Sinus dan Cosinus ; Pernahkah
Lebih terperinciBab 3 MODEL DAN ANALISIS MATEMATIKA
Bab 3 MODEL DAN ANALISIS MATEMATIKA Pada bab ini akan dimodelkan permasalahan penyebaran virus flu burung yang bergantung pada ruang dan waktu. Pada bab ini akan dibahas pula analisis dari model hingga
Lebih terperinciKONVERGENSI DAN KELENGKAPAN PADA RUANG QUASI METRIK
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol 2, No 1, (2013) 1-6 1 KONVERGENSI DAN KELENGKAPAN PADA RUANG QUASI METRIK Fikri Firdaus, Sunarsini, Sadjidon Jurusan Matematika, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam,
Lebih terperinciYang dibahas : Ortogonal Basis ortogonal Ortonormal Matrik ortogonal Komplemen ortogonal Proyeksi ortogonal Faktorisasi QR
Ortogonal Yang dibahas : Ortogonal Basis ortogonal Ortonormal Matrik ortogonal Komplemen ortogonal Proyeksi ortogonal Faktorisasi QR Ortogonal Himpunan vektor {v, v,.., v k } dalam R n disebut himpunan
Lebih terperinciPertemuan 1 Sistem Persamaan Linier dan Matriks
Matriks & Ruang Vektor Pertemuan Sistem Persamaan Linier dan Matriks Start Matriks & Ruang Vektor Outline Materi Pengenalan Sistem Persamaan Linier (SPL) SPL & Matriks Matriks & Ruang Vektor Persamaan
Lebih terperinciSOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 2008/2009
SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 008/009. Perhatikan premis premis berikut! - Jika saya giat belajar maka saya bisa meraih juara - Jika saya bisa meraih juara maka saya boleh
Lebih terperinciMata Kuliah GELOMBANG OPTIK TOPIK I OSILASI. andhysetiawan
Mata Kuliah GELOMBANG OPTIK TOPIK I OSILASI HARMONIK PENDAHULUAN Gerak dapat dikelompokan menjadi: Gerak di sekitar suatu tempat contoh: ayunan bandul, getaran senar dll. Gerak yang berpindah tempat contoh:
Lebih terperinciINDIKATOR 10 : Menyelesaikan masalah program linear 1. Pertidaksamaan yang memenuhi pada gambar di bawah ini adalah... Y
INDIKATOR : Menyelesaikan masalah program linear. Pertidaksamaan yang memenuhi pada gambar di bawah ini adalah... Y 8 8 X x + y 8; x + y ; x + y x + y 8; x + y ; x + y x + y 8; x + y ; x + y x + y 8; x
Lebih terperinciTeori Dasar Gelombang Gravitasi
Bab 2 Teori Dasar Gelombang Gravitasi 2.1 Gravitasi terlinearisasi Gravitasi terlinearisasi merupakan pendekatan yang memadai ketika metrik ruang waktu, g ab, terdeviasi sedikit dari metrik datar, η ab
Lebih terperinciInstitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Keteramatan (Observability)
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaa Keteramatan (Observabilit) Contoh Soal Ringkasan Latihan Contoh Soal Ringkasan Konsep Keteramatan Keteramatan Sistem Kontinu Sarat Keteramatan Sempurna pada
Lebih terperinciInstitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Keterkendalian (Controlability)
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Keterkendalian (Controlability) Contoh Soal Ringkasan Latihan Contoh Soal Ringkasan Latihan Vektor Bebas Linear Keterkendalian Keadaan Secara Sempurna dari
Lebih terperinciSOAL MATEMATIKA SMA/MA IPA UNIVERSITAS GUNADARMA TAHUN 2015 PAKET SOAL A
SOAL MATEMATIKA SMA/MA IPA UNIVERSITAS GUNADARMA TAHUN PAKET SOAL A. Diberikan premis-premis berikut : ) Politik tidak sehat atau Negara tentram damai ) Jika Negara tentram damai maka rakyat makmur sejahtera
Lebih terperinciNama : Diana Rahmah NIM : Kelas : Matkom 3D. Universtias Muhammadiyah Malang MATRIKS. 1. Jika B=[ b 5
Nama : Diana Rahmah NIM : 2040060355 Kelas : Matkom 3D Universtias Muhammadiyah Malang MATRIKS. Jika B=[ b 5 2b] merupakan matriks yang mempunyai invers, maka hasil kali semua nilai b yang mungkin sehingga
Lebih terperinciSOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 2004/2005
SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN /5. Keliling segitiga ABC pada gambar adalah 8 cm. Panjang sisi AB... A. cm C B. (- ) cm C. (- ) cm D. (8- ) cm E. (8- ) cm A B misal panjang
Lebih terperinciKumpulan soal-soal level Olimpiade Sains Nasional: solusi:
Kumpulan soal-soal level Olimpiade Sains Nasional: 1. Sebuah batang uniform bermassa dan panjang l, digantung pada sebuah titik A. Sebuah peluru bermassa bermassa m menumbuk ujung batang bawah, sehingga
Lebih terperinciPrestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL
SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 015 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 016 Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL BAGIAN PERTAMA Disusun oleh : Solusi Olimpiade Matematika Tk Provinsi 015
Lebih terperinciPEMBAHASAN UN SMA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 MATEMATIKA PROGRAM STUDI IPA
PEMBAHASAN UN SMA TAHUN PELAJARAN 009/00 MATEMATIKA PROGRAM STUDI IPA PEMBAHAS :. Sigit Tri Guntoro, M.Si.. Jakim Wiyoto, S.Si. 3. Marfuah, M.T. 4. Rohmitawati, S.Si. PPPPTK MATEMATIKA 00 . Perhatikan
Lebih terperinciSoal-Soal dan Pembahasan SBMPTN - SNMPTN Matematika Dasar Tahun Pelajaran 2010/2011
Soal-Soal dan Pembahasan SBMPTN - SNMPTN Matematika Dasar Tahun Pelajaran 2010/2011 Tanggal Ujian: 31 Mei 2011 1. Jika 6(3 40 ) ( 2 log a) + 3 41 ( 2 log a) = 3 43, maka nilai a adalah... A. B. C. 4 D.
Lebih terperinciSyarif Abdullah (G ) Matematika Terapan FMIPA Institut Pertanian Bogor.
Syarif Abdullah (G551150381) Matematika Terapan FMIPA Institut Pertanian Bogor e-mail: syarif_abdullah@apps.ipb.ac.id 25 Maret 2016 Ringkasan Kuliah ke-6 Analisis Numerik (16 Maret 2016) Materi : System
Lebih terperinciSoal UN 2009 Materi KISI UN 2010 Prediksi UN 2010
PREDIKSI UN 00 SMA IPA BAG. (Berdasar buku terbitan Istiyanto: Bank Soal Matematika-Gagas Media) Logika Matematika Soal UN 009 Materi KISI UN 00 Prediksi UN 00 Menentukan negasi pernyataan yang diperoleh
Lebih terperinciTE Teknik Numerik Sistem Linear
TE 9467 Teknik Numerik Sistem Linear Operator Linear Trihastuti Agustinah Bidang Studi Teknik Sistem Pengaturan Jurusan Teknik Elektro - FTI Institut Teknologi Sepuluh Nopember O U T L I N E. Objektif.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Bab II ini menjelaskan tentang teori-teori pendukung yang digunakan untuk pembahasan selanjutnya yaitu sistem persamaan linear sistem persamaan linear kompleks dekomposisi Doolittle
Lebih terperinciSwakalibrasi Kamera Menggunakan Matriks Fundamental
Swakalibrasi Kamera Menggunakan Matriks Fundamental Eza Rahmanita, Eko Mulyanto 2, Moch. Hariadi 3 Program Studi Teknik Informatika, Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang Po Bo 2 Kamal, Bangkalan
Lebih terperinciPAPER FISIKA DASAR MODUL 7 MOMEN INERSIA
PAPER FISIKA DASAR MODUL 7 MOMEN INERSIA Nama : Nova Nurfauziawati NPM : 240210100003 Tanggal / jam : 18 November 2010 / 13.00-15.00 WIB Asisten : Dicky Maulana JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN FAKULTAS
Lebih terperinciMatematika Teknik Dasar-2 5 Perkalian Antar Vektor. Sebrian Mirdeklis Beselly Putra Teknik Pengairan Universitas Brawijaya
Matematika Teknik Dasar-2 5 Perkalian Antar Vektor Sebrian Mirdeklis Beselly Putra Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Komponen-Komponen Vektor dalam Suku-Suku Vektor Satuan Artinya, OP = a (di sepanjang
Lebih terperinciPETUNJUK UMUM PETUNJUK KHUSUS
LEMBAR SOAL PERSIAPAN UJIAN NASIONAL SMA/MA Tahun Ajaran 00/009 MATEMATIKA Program Studi IPA (Berdasarkan Lampiran Permendiknas No.77 Tahun 00) Try Out UN Matematika IPA SMA/MA - Esis PETUNJUK UMUM. Tuliskan
Lebih terperinciHand-Out Geometri Transformasi. Bab I. Pendahuluan
Hand-Out Geometri Transformasi Bab I. Pendahuluan 1.1 Vektor dalam R 2 Misalkan u = (x 1,y 1 ), v = (x 2,y 2 ) dan w = (x 3,y 3 ) serta k skalar (bilangan real) Definisi 1. : Penjumlahan vektor u + v =
Lebih terperinciBAB III ANALISIS FAKTOR. berfungsi untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan variabel asal
BAB III ANALISIS FAKTOR 3.1 Definisi Analisis faktor Analisis faktor adalah suatu teknik analisis statistika multivariat yang berfungsi untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan variabel asal
Lebih terperinciSOAL DAN SOLUSI MATEMATIKA SMA/MA IPA UNIVERSITAS GUNADARMA TAHUN 2015 PAKET SOAL B
SOAL DAN SOLUSI MATEMATIKA SMA/MA IPA UNIVERSITAS GUNADARMA TAHUN PAKET SOAL B. Diberikan premis-premis seperti berikut : ) Jika kurikulum pendidikan sesuai dengan karakter bangsa maka semua anak pandai.
Lebih terperinciBab1. Sistem Bilangan
Modul Pra Kalkulus -0. Bab. Sistim Bilangan Bab. Sistem Bilangan. Sistim Bilangan Jenis bilangan berkembang sejalan dengan perkembangan peradaban dan ilmu pengetahuan. Jenis bilangan yang pertama kali
Lebih terperinciMatematika EBTANAS Tahun 1995
Matematika EBTANAS Tahun 99 EBT-SMA-9-0 Grafik fungsi kuadrat di samping (,) persamaannya y = + + y = + y = + (0,) y = + y = + EBT-SMA-9-0 Akar-akar persamaan kuadrat = 0 adalah dan. Persamaan kuadrat
Lebih terperinci2.1 Soal Matematika Dasar UM UGM c. 1 d d. 3a + b. e. 3a + b. e. b + a b a
Soal - Soal UM UGM. Soal Matematika Dasar UM UGM 00. Jika x = 3 maka + 3 log 4 x =... a. b. c. d. e.. Jika x+y log = a dan x y log 8 = b dengan 0 < y < x maka 4 log (x y ) =... a. a + 3b ab b. a + b ab
Lebih terperinciPrestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL
SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT PROVINSI 2013 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 2014 Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL BAGIAN PERTAMA Disusun oleh : BAGIAN PERTAMA 1. ABC adalah segitiga sama
Lebih terperinciBAB IV OSILATOR HARMONIS
Tinjauan Secara Mekanika Klasik BAB IV OSILATOR HARMONIS Osilator harmonis terjadi manakala sebuah partikel ditarik oleh gaya yang besarnya sebanding dengan perpindahan posisi partikel tersebut. F () =
Lebih terperinciSANGGAR 16 SMA JAKARTA TIMUR
SANGGAR 6 SMA JAKARTA TIMUR SOAL TRY OUT BERSAMA Senin, 6 Pebruari 05. Ingkaran dari pernyataan : Jika semua sampah dibuang pada tempatnya maka Jakarta tidak banjir adalah Jika semua sampah tidak dibuang
Lebih terperinci6 Sistem Persamaan Linear
6 Sistem Persamaan Linear Pada bab, kita diminta untuk mencari suatu nilai x yang memenuhi persamaan f(x) = 0. Pada bab ini, masalah tersebut diperumum dengan mencari x = (x, x,..., x n ) yang secara sekaligus
Lebih terperinciFUNGSI dan LIMIT. 1.1 Fungsi dan Grafiknya
FUNGSI dan LIMIT 1.1 Fungsi dan Grafiknya Fungsi : suatu aturan yang menghubungkan setiap elemen suatu himpunan pertama (daerah asal) tepat kepada satu elemen himpunan kedua (daerah hasil) fungsi Daerah
Lebih terperinciPAKET 4 LATIHAN UJIAN NASIONAL SMA/MA TAHUN 2009 MATA PELAJARAN MATEMATIKA
Kumpulan Soal - Soal Latihan UN Matematika IPA SMA dan MA 009. (Suprayitno) 49 PAKET 4 LATIHAN UJIAN NASIONAL SMA/MA TAHUN 009 MATA PELAJARAN MATEMATIKA PETUNJUK UMUM. Kerjakan semua soal - soal ini menurut
Lebih terperinciSOAL UTN MATEMATIKA PPG SM-3T 2013
SOAL UTN MATEMATIKA PPG SM-3T 03 PERHATIAN:. UTN adalah Ujian Tulis Nasional yang dilaksanakan secara online. Soal ini diketik berdasarkan ingatan sehingga dimungkinkan terjadi kesalahan namun tingkat
Lebih terperinciSOAL 1. Diketahui bangun persegi panjang berukuran 4 6 dengan beberapa ruas garis, seperti pada gambar.
SOAL 1. Diketahui bangun persegi panjang berukuran 4 dengan beberapa ruas garis, seperti pada gambar. Dengan menggunakan ruas garis yang sudah ada, tentukan banyak jajar genjang tanpa sudut siku-siku pada
Lebih terperinciAnalisis Matriks. Ahmad Muchlis
Analisis Matriks Ahmad Muchlis January 22, 2014 2 Notasi Pada umumnya matriks yang kita bicarakan dalam naskah ini adalah matriks kompleks. Himpunan semua matriks kompleks [real] berukuran m n dinyatakan
Lebih terperinciISTIYANTO.COM. memenuhi persamaan itu adalah B. 4 4 C. 4 1 PERBANDINGAN KISI-KISI UN 2009 DAN 2010 SMA IPA
PERBANDINGAN KISI-KISI UN 009 DAN 00 SMA IPA Materi Logika Matematika Kemampuan yang diuji UN 009 UN 00 Menentukan negasi pernyataan yang diperoleh dari penarikan kesimpulan Menentukan negasi pernyataan
Lebih terperinci