ANALISIS KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK PENYULANG JEMBER KOTA DAN KALISAT DI PT. PLN APJ JEMBER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK PENYULANG JEMBER KOTA DAN KALISAT DI PT. PLN APJ JEMBER"

Transkripsi

1 NLISIS KENDLN SISTEM DISTRIBSI TENG LISTRIK PENYLNG JEMBER KOT DN KLIST DI PT. PLN PJ JEMBER Matha Yudistya Pedana¹, I. Teguh tomo, MT.², D. I. Hay Soekotjo D., M.Sc.³ ¹Mahasiswa Teknik Elekto, ² ³Dosen Teknik Elekto, nivesitas Bawijaya Jalan MT. Hayono 167, Malang 65145, Indonesia BSTRK PT. PLN Jembe mempunyai 3 gadu induk (GI), yaitu GI Jembe, Tanggul dan Lumajang. Penyulang Jembe Kota dan Kalisat disuplai tenaga dai satu gadu induk (GI) yaitu GI Jembe. Penyulang Jembe Kota mempunyai jumlah pelanggan sebanyak 197 pelanggan. Penyulang ini mempunyai dua jenis kabel, yaitu kabel bawah tanah dan kabel saluan udaa dengan panjang kabel bawah tanah 0.15 kms kabel saluan udaa 172 kms. Penyulang Kalisat mempunyai jumlah pelanggan sebanyak pelanggan. Penyulang ini mempunya dua jenis kabel, yaitu kabel bawah tanah dan kabel saluan udaa dengan panjang kabel bawah tanah adalah adalah 0.9 kms dan kabel saluan udaa adalah 137,5 km. Keapnya PMT tip di Penyulang Jembe Kota dan Penyulang Kalisat menyebabkan Keandalan Sistem Distibusi Tenaga Listik yang endah, sehingga cita PLN menjadi tidak baik dihadapan pelanggannya. Sejalan dengan itu pelu dikembangkan suatu caa penilaian tehadap keandalan penyulang yang bekaitan eat dengan tingkat mutu pelayanan PLN. Keandalan Sistem Distibusi Tenaga Listik antaa lain disebabkan oleh banyaknya gangguan, lamanya pemadaman yang diakibatkan oleh tip-nya penyulang, kondisi jaingan penyulang, dan juga jenis penghanta yang digunakan. Pada penyulang Jembe Kota dan Kalisat, seingkali tejadi pemadaman yang mengakibatkna keandalan system menjadi endah. ntuk menguku ineks keandalan tesebut biasanya digunakan indicato SIDI (Sistem veage Inteuption Duation Index) yaitu ata-ata duasi pemadaman sistem dan indicato SIFI (Sistem veage Inteuption Fequency Index) yaitu ata-ata fekwensi padamnya system. Penyulang Jembe Kota mempunyai nilai ealisasi SIDI pe tahunsebesa 3,987 jam/tahun, dan SIFI pe tahun sebesa 8,343 pemadaman/tahun, dalam ati bahwa SIDI-SIFI di penyulang Jembe Kota elatif sedikit dai nilai ealisasi yang ditagetkan. Hal ini menunjukkan bahwa penyulang Jembe Kota mempunyai tingkat keandalan yang tinggi. Penyulang Kalisat mempunyai nilai ealisasi SIDI pe tahun sebesa 8,345 jam/tahun, dan SIFI pe tahun sebesa 7,085 pemadaman/tahun, dalam ati bahwa SIDI-SIFI di penyulang Kalisat elatif sedikit dai nilai ealisasi yang ditagetkan. Hal ini menunjukkan bahwa penyulang Kalisat mempunyai tingkat keandalan yang tinggi Kata kunci : keandalan laju kegagalan, laju pebaikan, nilai SIDI-SIFI. I. PENDHLN Kualitas enegi listik yang diteima konsumen sangat dipengauhi oleh keandalan sistem pendistibusiannya. Keandalan menggambakan suatu ukuan tingkat ketesediaan/pelayanan penyediaan tenaga listik dai sistem ke pemakai/pelanggan. Keandalan sistem distibusi tenaga listik sangat dipengauhi oleh konfiguasi sistem, alat pengaman yang dipasang, dan sistem poteksinya. Konfiguasi yang tepat, pealatan yang handal seta pengopeasian sistem yang otomatis akan membeikan unjuk keja sistem distibusi yang baik. Indeks keadalan yang ditentukan dai laju kegagalan, laju pebaikan, analisis nilai SIDI-SIFI untuk tiap penyulang. Bebeapa vaiabel lain yang mempengauhi indeks keandalan adalah panjang gelombang dan keapatan beban (banyaknya pengguna), konfiguasi saluan. (Shot, 1966). Salah satu metode untuk meningkatkan keandalan adalah dengan menambahkan fuse, sectionalize, atau eclose. (Shot, 1966). Makalah ini membahas analisis keandalan sistem distibusi pada 2 penyulang yaitu penyulang Jembe Kota dan penyulang Kalisat yang keduanya menggunakan jaingan distibusi tipe adial Gadu Induk Jembe. II. DSR TEORI. Keandalan Sistem Distibusi Keandalan adalah kemungkinan dai sistem untuk dapat bekeja optimal untuk waktu yang telah ditentukan dalam bebagai kondisi. Keandalan sistem distibusi eat kaitannya dengan masalah pemutusan beban yang meupakan akibat adanya gangguan pada sistem. Keandalan sistem distibusi bebanding tebalik dengan tingkat pemutusan beban sistem. Semakin tinggi fekwensi 1

2 pemutusan beban pada sistem, maka keandalan sistem semakin bekuang, begitu juga sebaliknya. Pelayanan tenga listik sangat menentukan efektifitas kegiatan masyaakat. ntuk dapat mengetahui dai mutu pelayanan tesebut, maka kita pelu mengetahui keandalan dai sistem tesebut dalam menanggapi atau melayani konsumen. Pengetian keandalan itu sendii menuut sudut pandang kelistikan adalah kemungkinan dai suatu atau kumpulan benda akan memuaskan keja pada keadaan tetentu dan peiode waktu yang telah ditentukan. ntuk mengetahui keandalan dai suatu distibusi diantaanya dapat dilakukan dengan menghitung ataata duasi fekwensi gangguan (inteuptions) yang seing tejadi pada beban (custome) atau seing kita sebut dengan pehitungan SIDI SIFI. Tentu saja sistem dengan tingkat keandalan yang endah bisa meugikan pihak konsumen dan pihak podusen juga, apalagi pelanggan dengan konsumsi daya yang tinggi untuk poduksi, padamnya sistem bisa bepengauh pada poses poduksi. Oleh kaena itu dibutuhkan data-data dai setiap gangguan yang tejadi pada pelanggan, untuk menunjukkan tingkat keandalan sistemnya, selanjutnya data tesebut bisa dianalisis untuk meningkatkan keandalan dai sistem yang ada. Datadata keandalan antaa lain sebagai beikut : 1) Laju kegagalan ( λ ) Laju kegagalan adalah banyaknya kegagalan opeasi yang tejadi pada suatu alat dalam suatu peiode tetentu. Bila dimisalkan (f) adalah jumlah kegagalan selama selang waktu pecobaan dan total waktu pecobaannya adalah (T), maka laju kegagalannya adalah : λ = f T Dimana: λ = ngka kegagalan F = Jumlah kegagalan selama selang waktu pecobaan T = Jumlah lamanya selang waktu Dalam pehitungannya dapat dengan caa pe tahun, pe bulan, dll. Pada sistem distibusi biasanya dipakai pehitungan pe tahun. Dengan pehitungan angka kegagalan ata - ata : λ = λ SIFI = = 2) Laju pebaikan () Laju pebaikan adalah waktu yang dibutuhkan suatu alat yang gagal atau kelua untuk beopeasi kembali dengan caa diganti atau dipebaiki, dengan satuan jam. Dalam pehitungannya untuk mendapatkan waktu kegagalan ata-ata yang dialami oleh sebuah alat, maka : = = = Waktu kegagalan pe tahu (Jam. λ = ngka kegagalan pe tahun (Gangguan = Waktu kegagalan (Jam) 3) Laju pebaikan pe tahun ( ) Laju pebaikan pe tahun adalah banyaknya waktu pebaikan ata - ata pe tahun pada suatu alat. Dipeoleh dengan caa mengalikan angka kegagalan dan waktu kelua alat tesebut, maka : = λ = Waktu kegagalan pe tahun (Jam. λ = ngka kegagalan pe tahun (Gangguan = Waktu kegagalan (Jam) SIDI = = i = Waktu kelua pe tahun pada bagian i N i = Jumlah pelanggan pada bagian i 4) Laju pebaikan (), laju kegagalan (λ), Laju pebaikan pe tahun () pada penyulang sistem adial Sistem Jaingan distibusi adial Gamba di atas meupakan diagam satu jaingan distibusi adial. Caa pehitungan laju pebaikan (), laju kegagalan (λ), laju pebaikan pe tahun () pada penyulang sistem adial adalah sebagai beikut : Laju kegagalan (λ) penyulang pecabangan λ = λ + λ + λ Laju Kegagalan(λ) penyulang total λ = λ + λ + λ + λ + λ + λ Cabang Laju pebaikan () penyulang total = Cabang Laju pebaikan pe tahun () penyulang pecabangan = λ. 2

3 Laju pebaikan pe tahun () penyulang total = Cabang 5) SIDI (Sistem veage Inteuption Duation Index) SIDI atau Sistem veage Inteuption Duation Index meupakan indekx ata - ata dai jumlah duasi gangguan pada pelanggan selama 1 tahun. Indeks ini ditentukan dengan membagi jumlah seluuh duasi gangguan pada pelanggan tiap tahun dengan total jumlah pelnggan yang dilayani dengan hasil jam/pelanggan, dengan umus : SIDI = Jam / tahun m = Jumlah pemadaman dalam satu tahun t i = Lamanya tiap - tiap pemadaman C i = Jumlah konsumen yang mengalami pemadaman N = Jumlah konsumen yang dilayani 6) SIFI (Sistem veage Inteuption Fequncy Indeks) SIFI atau Sistem veage Inteuption Fequency Index meupakan indeks ata - ata dai jumlah gangguan pe tahun. Indeks ini ditentukan dengan caa membagi jumlah gangguan pe tahun yang tejadi pada pelanggan yang dilayani dengan jumlah total keseluuhan pelanggan yang dilayani. SIFI = Pemadaman / tahun m = Jumlah pemadaman dalam satu tahun N = Jumlah konsumen yang dilayani Tabel 1. Opeasi Keja dan Pemulihan Pelayanan Index Opeasi keja Waktu/jam Meneima panggialn adanya pemadaman dan waktu yang 0,5 B B C D E F G H I J K L M dibutuhkan untuk pejalanan ke G.1 Meneima panggilan adanya pemadaman dan waktu yang dibutuhkan untuk pejalanan ke alat penutup kembali sampai dai satu gadu ke gadu beikutnya sampai dai satu gadu ke gadu beikutnya untuk sistem spot netwod memeiksa indicato gangguan (untuk sistem spindle) membuka/menutup sakela beban/sakela pisah membuka/menutup sakela beban/sakela pisah mencai lokasi gangguan pada kabel bawah tanah mempebaiki kabel saluan bawah tanah mempebaiki kabel saluan bawah tanah mengganti atau mempebaiki pemutus tenaga, sakela beban, penutup kembali, atau sakela pisah mengganti penyambung kabel (bulusan) untuk kabel yang beisolasi ketas mengganti tafo distibusi mengganti pelindung jaingan mengganti/mempebaiki bus tegangan endah (Sumbe : SPLN 59, 1985 : 8) 1 0,16 0,2 0,083 0,25 0, Tabel 2. Standaisasi nilai SIFI dan SIDI (Shot, 1966) SIFI, No. of SIDI, No. of Inteuotion/Yea Inteuotion/Yea 25% 50% 75% 25% 50% 75% IEE Std ,90 1, 1,45 0,89 1,50 2,30 EEI (1999) (Excludes stoms) 0,92 1,32 1,71 1,16 1,16 2,23 EEI (1999) (with stoms) 1,11 1,33 2,15 1,36 1,36 4,38 CE (2001) (with stoms) 1,03 1,95 3,16 0,73 0,73 3,28 P Consulting (2001) [with stoms] 1,55 1,55 8,35 IP&L Lage City Compaison 0,72 0,95 1,15 1,02 1,02 2,41 Indianapolis Powe & Light, 2000) Keteangan : 25% is the lowe quatile, 50% is the median, 75% is the uppe quatile 3

4 B. Jaingan Tegangan Menengah (JTM) Jaingan Pada Sistem Distibusi tegangan menengah (Pime 20kV) dapat dikelompokkan menjadi lima model, yaitu Jaingan Radial, Jaingan Lingkaan (Loop), dan Jaingan Spindel. Penyulang Jembe Kota dan penyulang Kalisat sama-sama menggunakan system distibusi pime adial. Sistem pime adial meupakan sistem yang paling sedehana dibandingkan dengan sistem lainnya dan banyak sekali digunakan, seta luas pemakaiannya. Teutama untuk mensuplai daeah beban yang mempunyai keapatan beban yang endah atau medium. Sistem ini di supply melalui satu jalu saja tanpa adanya jalu cadangan, jadi apabila tejadi gangguan pada salah satu beban yang menyebabkan pengaman bekeja, maka secaa otomatis seluuh supply ke beban yang ada akan mati secaa keseluuhan. Sistem ini dipegunakan untuk jaingan yang tidak membutuhkan tingkat keandalan yang tinggi, kaena sistem ini mempunyai tingkat keandalan yang endah seta mempunyai keugian jaingan yang sangat besa, namun sistem ini sangat mudah untuk diopeasikan. Sistem ini mempunyai 2 bentuk sistem yaitu bentuk bintang (sta netwok) dan bentuk pecabangan (banch netwok). Gamba 1 Sistem pime adial bentuk bintang Keteangan : GI : Gadu Induk GH : Gadu Hubung GT : Gadu Gamba 2 Sistem pime adial bentuk pecabangan Keteangan : GI : Gadu Induk GT : Gadu C. Poteksi Distibusi Tenaga Listik Dalam distibusi, pembangkitan, dan tansmisi enegi listik, gangguan selalu tejadi. Pada umumnya gangguan tesebut meupakan hubung singkat, baik hubung singkat anta fasa atau fasa dengan tanah atau keduanya. Gan gguan itu menimbulkan aus yang besa dan dapat meusak pealatan sehinga dipelukan pengaman untuk mengamankan pealatan sehingga dipelukan pengaman untuk mengamankan pealatan dan sistem yang ada. Bebeapa pengaman yang seing digunakan antaa lain: 1. Fuse Cut out/pelebu. 2. este. 3. Pemisah (PMS) 4. Pemutus Tenaga (PMT). 5. Reclose. 1) Fuse Cut Out/Pelebu Fungsi umum pelebu dalam suatu angkaian listik adalah setiap saat menjaga atau mengamankan angkaian beikut pealatan atau pelengkapan yang tesambung padanya dai keusakan, dalam batas nilai pengenalnya. Kesempunaan keja pelebu tidak hanya tegantung ketelitian pembuatnya, tetapi juga pada ketepatan penggunaannya dan pehatian atau peawatan yang dibeikan padanya setelah dilakukan pemasangan. Jika pelebu tidak secaa tepat digunakan dan dipelihaa, dapat menimbulkan keusakan beati pada pealatan yang dilindungi. Pengaman ini banyak digunakan pada sistem jaingan distibusi 20 kv kaena disamping haganya muah juga mudah dalam pemasangannya dan dalam pengopeasiannya. Kelemahan dan fuse ialah penggunaannya tebatas pada daya yang kecil. Fuse ini dilengkapi pemadam busu api yang timbul pada saat tejadi gangguan. 2) este este adalah alat poteksi bagi pealatan listik tehadap tegangan lebih, yang disebabkan oleh suja atau peti atau suja hubung (switch suge). lat ini besifat sebagai by-pass di sekita isolasi yang membentuk jalan dan mudah dilalui oleh aus kilat sistem pentanahan sehingga tidak menimbulkan tegangan lebih tinggi dan tidak meusak isolasi pealatan listik. Jadi, pada keadaan nomal aeste belaku sebagai isolato, bila timbul tegangan suja, alat ini besifat sebagai kondukto yang tahannya elative endah. Sehingga dapat melewatkan aus yang tinggi ke tanah. Setelah suja hilang, aeste haus cepat kembali menjadi isolato. 4

5 3) Pemisah (PMS) atau Disconnecting Switch (DS) PMS adalah nama lain dai Insulating (disconnecting) switch. OMS ini hanya boleh diopeasikan dalam keadaan tidak bebeban. Posisi pisau-pisau (ujung kontak) PMS haus dapat dilihat secaa visual kedudukannya, baik dalam kondisi menutup atau tebuka. Hal ini dilakukan untuk keselamatan pengopeasian. Pemisah (PMS) atau Dsiconnecting Switch (DS), adalah pealatan hubung yang befungsi untuk memisahkan satu angkaian dengan angkaian yang lain pada konisi tidak bebeban. Pada PMS tidak ada poses peedaman busu api listik. Dalam pelaksanaan penggunaan pada angkaian sistem bahwa PMT dan PMS daling bepasangan sesuai dengan peanannya. pabila menghubungkan dai jaingan (el) ke beban maka PMS dahulu yang diopeasikan, kemudian beiktunya PMT diopeasikan. Demikian sebaliknya apabila akan melepas dai jaingan ke beban, maka PMT dimatikan (off) telebih dahulu, dan kemudian PMS dimatikan. utan opeasi antaa PMT dan PMS tidak boleh salah. Hal ini beakibat tebakanya PMS, kaena PMS befungsi memisahkan angkaian pada kondisi tanpa beban (tidak ada aus). 4) Pemutus Tenaga (PMT) PMT digunakan memutus tenaga listik, semakin tinggi tegangan yang digunakan, maka semakin sulit poes pemutusan angkaian listiknya. Hal ini disebabkan kaena semakin tinggi pula tegangan tansient yang tejadi pada waktu angkaian teputus. Dalam pakteknya, sebuah PMT umumnya dikombinasikan dengan 3 PMS yaitu 2 PMS di depan dan di blakang PMT dan 1 buah PMS tanah yang dugunakan untuk mentanahkan bagian instalasi yang akan dibebaskan dai tegangan yang selanjutnya disentuh aga aman untuk diopeasikan. 5) Reclose Reclose adalah pealatan poteksi aus lebih secaa otomatis membuka menutup kembali dan membuka teus (lock out) setelah bebeapa kali untuk menghilangkan gangguan sementaa atau kegagalan isolasi pemanen. Reclose dapat bekeja secaa otomatis untuk mengamankan sistem dai aus lebih yang diakibatkan adanya gangguan hubung singkat. Bekejanya untuk menutup balik dan membuka secaa otomatis dan dapat diatu selang waktunya. Gangguan yang besifat tempoe tidak menyebabkan eclose sampai lock out. pabila gangguan besifat pemanen, maka setelah membuka dan menutup balik sebanyak setting yang ditentukan sebelumnya, eclose akan lock out sehingga seksi yang dianggap masih ada gangguan akan teisolasi. III. METODOLOGI Metode yang digunakan dalam pembuatan atikel ini dimulai dengan suvey lapangan, identifikasi masalah, seta studi liteatue. Sumbe beasal dai data pime yang didapat dai sumbe petama baik dai instansi ataupun peoangan, seta data sekunde meuapakan data pime yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan. Pengumpulan data pada masing-masing penyulang yang bekaitan dengan indeks keandalan, antaa lain enegi beban, beban, lama padam, jumlah dan duasi pelanggan padam, dan penyebab ganguan. Kemudian melakukan pengamatan dan pengambilan data Gadu Induk Jembe. Metodologi yang digunakan ditunjukkan pada gamba 3. Gamba 3 Diagam ali pehitungan 5

6 IV. HSIL Penyulang JBRK mempunyai dua jenis kabel, yaitu kabel bawah tanah dan kabel saluan udaa. Kabel bawah tanah yaitu XLPE dan kabel saluan udaa 3C, BC, 3Cs. Penyulang KLST mempunya dua jenis kabel, yaitu kabel bawah tanah dan kabel saluan udaa. Kabel bawah tanah yaitu XLPE dan kabel saluan udaa 3C. Tabel 4. Data jenis dan panjang penghanta Penyulang Jenis Penghanta Panjang (kms) JBRK XLPE CS C. 2x C BC Penyulang Jenis Penghanta Panjang (kms) KLST XLPE C C C Penyulang Jembe Kota Panjang SKTM penyulang = 0.15 kms Panjang STM penyulang = Total panjang penyulang = 172, 15 kms B. Penyulang Kalisat Panjang SKTM penyulang = 0.90 kms Panjang STM penyulang = Total panjang penyulang = 138, 40 kms. Pehitungan Laju Kegagalan (λ) dan Laju pebaikan () pada tiap penyulang. 1) Jembe Kota Tabel 5. Keandalan penyulang JBRK cabang 1 Km/ nit STM 1,396 0,2 0, ,8376 Distibusi 2 0,005 0,0 0,1 Rel T.R 2 0,001 0,002 0,02 Total 0, ,885 0,9576 Tabel 6. Keandalan penyulang JBRK cabang 1 Km/ nit STM 1,905 0,2 0, ,143 Distibusi 4 0,005 0,02 0,2 Rel T.R 4 0,001 0,004 0,04 Total 0,405 34,148 1,383 Tabel 7. Keandalan penyulang JBRK bag 1 Km/ nit R STM 5,971 0,2 11, ,826 Distibusi 13 0,005 0,065 0,65 Rel T.R 13 0,001 0,0013 0,013 LBS 1 0,003 0,003 0,03 Total 12,635 33,839 42,756 Laju kegagalan (λ) Bedasakan tabel 7 dan tabel 5, maka dapat dihitung λ 1 (laju kegagalan pecabangan 1) yaitu: λ 1 = λ BG I + λ CB I = 1, ,2912 = 1,5547 gangguan/tahun Bedasakan tabel 7 dan tabel 6, maka dapat dihitung λ 2 (laju kegagalan pecabangan 2) yaitu: λ 2 = λ BG 1 + λ CB 2 = 1, ,405 = 1,6685 gangguan/tahun λλ λ penyulang = =,, = 1,6116 gangguan/tahun Laju pebaikan () Bedasakan tabel 7 dan tabel 5, maka dapat dihitung 1 (laju pebaikan pecabangan 1) yaitu: λ λ = 1 λ (,,) (,,) =, = 3,3661 Jam 6

7 Bedasakan tabel 7 dan tabel 6, maka dapat dihitung 2 (laju pebaikan pecabangan 2 ) yaitu: 2 = λ λ λ = (,,) (,,), = 3,6396 Jam. sistem = =,, = 3,5029 Jam Laju pebaikan pe tahun () Bedasakan tabel 7 dan tabel 5, maka dapat dihitung, (laju pebaikan pe tahun pecabangan 1) yaitu : 1 = λ 1 1 = 1,5547 x 3,3661 = 5,2333 Jam/tahun Bedasakan tabel 7 dan tabel 6, maka dapat dihitung 2 (laju pebaikan pe tahun pecabangan 2) yaitu : 2 = λ 2 2 = 1,6685 x 3,66396 = 6,0726 Jam/tahun penyulang = =,, = 5,653 Jam/tahun = 5,653 Jam/tahun 2) Kalisat Tabel 8. Keandalan penyulang KLST cabang 1 Km /nit STM 1,282 0,2 0, ,7692 Distibusi 3 0,005 0,015 0,15 Rel T.R 3 0,001 0,003 0,03 Total 0, ,592 0,9492 Tabel 9. Keandalan penyulang KLST cabang 2 Km /nit STM , Distibusi 8 0,005 0,04 0,4 Rel T.R 8 0,001 0,008 0,08 Total Tabel. Keandalan penyulang KLST cabang 3 Km /nit STM 2,425 0,2 0, ,455 Distibusi 3 0,005 0,015 0,15 Rel T.R 3 0,001 0,003 0,03 Kompon en Total 0,503 32,505 1,635 Tabel 11. Keandalan penyulang KLST bag 1 Pekia Km an (ganggu /nit an a b axb c /tahun ) (axb)x c STM , Distibus i 8 0,005 0,015 0,15 Rel T.R 8 0,001 0,003 0,03 LBS 1 0,003 0,003 0,03 Total Laju kegagalan (λ) Bedasakan tabel 11 dan tabel 8, maka dapat dihitung λ 1 (laju kegagalan pecabangan 1) yaitu : λ 1 = λbg 1 + λcb 1 = 1,749 +0,274 = 2,023 gangguan/tahun Bedasakan tabel 11 dan tabel 9, maka dapat dihitung λ 2 (laju pebaikan pecabangan 2) yaitu : λ2 = λbg 1 + λcb 2 = 1,749 +1,311 = 3,06 gangguan/tahun Bedasakan tabel 11 dan tabel, maka dapat dihitung 3 (laju kegagalan pecabangan 3) yaitu : λ3 = λbg 1 + λcb 3 = 1, ,503 7

8 = 2,252 gangguan/tahun. λ penyulang = =,,, = 2,445 gangguan/tahun Laju pebaikan () Bedasakan tabel 11 dan tabel 8, maka dapat dihitung 1 (laju pebaikan pe tahun pecabangan 1) yaitu : 1 = = (,,)(,,, = 3,0554 jam. Bedasakan tabel 11 dan tabel 9, maka dapat dihitung 2 (laju pebaikan pe tahun pecabangan 2) yaitu : 2 = = (,,)(,,, = 4,6967 Jam. Bedasakan tabel 11 dan tabel, maka dapat dihitung 3 (laju pebaikan pe tahun pecabangan 3) yaitu : 3 = = (,,)(,,, = 3,3944 Jam. sistem = =,,, = 3,7155 Jam Bedasakan tabel 11 dan tabel 8, maka dapat dihitung 1 (laju pebaikan pe tahun pecabangan 1) yaitu : 1 = λ11 = 2,023 x 3,0554 = 6,181 Jam/tahun Bedasakan tabel 11 dan tabel 9, maka dapat dihitung 2 (laju pebaikan pe tahun pecabangan 2) yaitu : 2 = λ22 = 3,06 x 4,6967 = 14,3719 Jam/tahun Bedasakan tabel 11 dan tabel, maka dapat dihitung 3 (laju pebaikan pe tahun pecabangan 3) yaitu : 3 = λ33 = 2,252 x 3,3944 = 7,6442 Jam/tahun Tanggal Pehitungan SIDI - SIFI Penyulang Kalisat Data PMT tip bulan Juli 2012 lama padam enegi hilang beban () (kwh) 6-Juli Juli Juli TOTL Tanggal 06-Juli Juli Juli 2012 Data gangguan bulan Juli 2012 Lama Beban Padam () (a) Enegi Hilang (kwh) penyebab gangguan Pelanggan Padam (b) Jam Pelanggan (a)x(b) , , ,76 Total ,28 Pehitungan nilai ealisasi SIDI dan SIFI pada bulan Juli adalah : SIDI =, = 0,12 jam/pelanggan/bulan SIFI = = 3 pemadaman/pelanggan/bulan nalisis : kibat gangguan yang tejadi pada penyulang Kalisat pada bulan Juli adalah : Enegi Hilang sebesa = 871 kwh Jumlah total pelanggan padam adalah = pelanggan Gangguan yang tejadi pada bulan ini semuanya besifat tempoe yaitu elai bekeja tanpa penyebab yang jelas, PMT dapat masuk kembali. No Penyulang Indikato Realisasi 1 JBRK 2 KLS Lokasi Taget PLN SIDI 3,987 4,515 SIFI 8,343 14,6 SIDI 8,345 4,515 SIFI 7,850 14,6 Penyebab Gangguan ditemukan ditemukan ditemukan 8

9 V. KESIMPLN DN SRN Bedasakan pehitungan dan analisis yang dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai beikut : 1. Bedasakan hasil pehitungan, nilai SIDI penyulang Jembe Kota pe tahun sebesa 3,897 jam/tahun, dan SIFI pe tahun sebesa 8,343 pemadaman/tahun. Sedangkan standat PLN untuk SIDI 4,515 jam / tahun dan SIFI 14,6 pemadaman / tahun. 2. Bedasakan pehitungan dai SPLN pada penyulang Jembe Kota, laju kegagalan pe tahun (λ) sebesa 1,6116 gangguan/tahun dengan ata ata laju pebaikan pe tahun () 5,653 jam / tahun. Sedangkan pesentase jumlah gangguan tempoe pada penyulang Jembe Kota sebesa 80,95% dan gangguan pemanen sebesa 19,05% dai total gangguan. 3. Bedasakan hasil pehitungan, nilai SIDI penyulang Kalisat pe tahun sebesa 8,345 jam/tahun, dan SIFI pe tahun sebesa 7,850 pemadaman/tahun. Sedangkan standat PLN untuk SIDI 4,515 jam/tahun dan SIFI 14,6 pemadaman / tahun. 4. Bedasakan pehitungan dai SPLN pada penyulang Kalisat, laju kegagalan pe tahun (λ) sebesa 2,445 gangguan/tahun dengan ata ata laju pebaikan pe tahun () 9,399 jam/tahun. Sedangkan pesentase jumlah gangguan tempoe pada penyulang Jembe Kota sebesa 74,16% dan gangguan pemanen sebesa 25,84% dai total gangguan. 5. Pada penyulang Jembe Kota nilai ealisasi SIDI sebesa 3,897 jam/tahun sedangkan SIFI sebesa 8,343 pemadaman/tahun, nilai tesebut lebih kecil dibandingkan dengan taget dai PLN PJ Jembe untuk SIDI sebesa SIDI 4,515 jam/tahun dan SIFI 14,6 pemadaman/tahun, hal ini menunjukkan bahwa penyulang Jembe Kota mempunyai tingkat keandalan yang tinggi. 6. Sedangkan Pada penyulang Kalisat nilai ealisasi SIDI sebesa 8,345 jam/tahun sedangkan SIFI sebesa 7,850 pemadaman/tahun, nilai tesebut lebih besa dibandingkan dengan taget dai PLN PJ Jembe untuk SIDI sebesa SIDI 4,515 jam/tahun dan SIFI 14,6 pemadaman/tahun dan tejadi penyimpangan nilai ealisasi SIDI sebesa 4,515 jam/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa penyulang Jembe Kota mempunyai tingkat keandalan yang endah. 7. Diadakannya penelitian lebih lanjut khususnya mengenai penyulang dengan mempehatikan fakto fakto lain yang mempengauhi dai keandalan itu sendii. DFTR PSTK [1] Gonen, Tuan Electic Powe Distibution System Engineeing, McGaw-Hill Intenational Edition. [3] Pabla S, bdul Hadi, Sistem Distibusi Daya Listik, Penebit Elangga, Jakata, [4] Pabla, S & bdul Hadi, I Sistem Distibusi Daya Listik, Jakata,: Elangga. [5] Sudiham, Sudayatno nalisis Sistem Tenaga. Bandung: Dapublic. [6] Sulasno, Teknik dan Sistem Distibusi Tenaga Listik, Badan Penebit nivesitas Diponegoo Semaang [7] Standa PLN (SPLN) No Keandalan Pada Sistem Distibusi 20kV dan 6kV.Jakata : Depatemen Petambangan dan Enegi. [8] Standa PLN (SPLN) No Tingkat Jaminan Sistem Tenaga Listik (bagian dua: Sistem Distibusi).Jakata : Depatemen Petambangan dan Enegi. [9] William D Stevenson, nalisis Sistem Tenaga Listik ediisi IV, Penebit Elangga Bandung,

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Bedasakan pemasalahan, maka penelitian ini temasuk penelitian koelasional yang besifat deskiptif, kaena tujuan utama dai penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2 LISTIK STATIS A. Hukum Coulomb Jika tedapat dua muatan listik atau lebih, maka muatan-muatan listik tesebut akan mengalami gaya. Muatan yang sejenis akan tolak menolak sedangkan muatan yang tidak sejenis

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge BAB 2 DASAR EORI 2. Pendahuluan Konvete dc-ac atau biasa disebut invete adalah suatu alat elektonik yang befungsi untuk menghasilkan keluaan ac sinusoidal dai masukan dc dimana magnitudo dan fekuensinya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB PENDAHULUAN Lata Belakang Pada zaman moden sepeti saat sekaang ini, enegi listik meupakan kebutuhan pime bagi manusia, baik masyaakat yang tinggal di pekotaan maupun masyaakat yang tinggal di pedesaan

Lebih terperinci

Listrik statis (electrostatic) mempelajari muatan listrik yang berada dalam keadaan diam.

Listrik statis (electrostatic) mempelajari muatan listrik yang berada dalam keadaan diam. LISTRIK STATIS Listik statis (electostatic) mempelajai muatan listik yang beada dalam keadaan diam. A. Hukum Coulomb Hukum Coulomb menyatakan bahwa, Gaya taik atau tolak antaa dua muatan listik sebanding

Lebih terperinci

Peninjauan Kembali Desain Transformator Untuk Meningkatkan Ketahanan Terhadap Gangguan Penyulang

Peninjauan Kembali Desain Transformator Untuk Meningkatkan Ketahanan Terhadap Gangguan Penyulang Peninjauan Kembali Desain Tansfomato Untuk Meningkatkan Ketahanan Tehadap Gangguan Penyulang Abstak: Seingnya tansfomato mengalami keusakan akibat gangguan penyulang memelukan pehatian khusus untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 1 BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 4.1 Hukum Coulomb Dua muatan listik yang sejenis tolak-menolak dan tidak sejenis taik menaik. Ini beati bahwa antaa dua muatan tejadi gaya listik. Bagaimanakah pengauh

Lebih terperinci

VDC Variabel. P in I = 12 R AC

VDC Variabel. P in I = 12 R AC SUDI EBAIKAN OSI DAN EFISIENSI MOO INDUKSI IGA FASA DENGAN MEMEBAIKI FAKO DAYA MOO INDUKSI Muhammad Fahmi Syawali izki, A.achman Hasibuan Konsentasi eknik Enegi Listik, Depatemen eknik Elekto Fakultas

Lebih terperinci

Torsi Rotor Motor Induksi 3. Perbaikan Faktor Daya

Torsi Rotor Motor Induksi 3. Perbaikan Faktor Daya SUDI EBAIKAN OSI DAN EFISIENSI MOO INDUKSI IGA FASA DENGAN MEMEBAIKI FAKO DAYA MOO INDUKSI Muhammad Fahmi Syawali izki, A.achman Hasibuan Konsentasi eknik Enegi Listik, Depatemen eknik Elekto Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Keangka Pemikian Konseptual Setiap oganisasi apapun jenisnya baik oganisasi non pofit maupun oganisasi yang mencai keuntungan memiliki visi dan misi yang menjadi uh dalam setiap

Lebih terperinci

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER BAB II MDAN ISTRIK DI SKITAR KONDUKTOR SIINDR II. 1 Hukum Coulomb Chales Augustin Coulomb (1736-1806), adalah oang yang petama kali yang melakukan pecobaan tentang muatan listik statis. Dai hasil pecobaannya,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguaikan mengenai Identifikasi Vaiabel Penelitian, Definisi Vaiabel Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Moto Induksi [1] Moto induksi meupakan moto listik aus bolak balik (ac) yang paling luas digunakan, Penamaannya beasal dai kenyataan bahwa moto ini bekeja bedasakan

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB II Tinjauan Teoritis BAB II Tinjauan Teoitis BAB II Tinjauan Teoitis 2.1 Antena Mikostip 2.1.1 Kaakteistik Dasa Antena mikostip tedii dai suatu lapisan logam yang sangat tipis ( t

Lebih terperinci

Contoh Proposal Skripsi Makalahmudah.blogspot.com

Contoh Proposal Skripsi Makalahmudah.blogspot.com BAB I PENDAHULUAN.. Lata Belakang Masalah Peanan pemasaan dalam kebehasilan peusahaan telah diakui di kalangan pengusaha untuk mempetahankan kebeadaanya dalam mengembangkan usaha dan mendapatkan keuntungan.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena 35 III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskiptif. Kaena penelitian ini mengkaji tentang Pengauh Kontol Dii dan Lingkungan Keluaga Tehadap

Lebih terperinci

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB. III METODE PENELITIAN. A.Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB. III METODE PEELITIA A.Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB ISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 04 Sesi NGAN LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB Jika tedapat dua atau lebih patikel bemuatan, maka antaa patikel tesebut akan tejadi gaya taik-menaik atau tolak-menolak

Lebih terperinci

Gambar 4.3. Gambar 44

Gambar 4.3. Gambar 44 1 BAB HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Pada bab kita telah membahas sifat-sifat geak yang behubungan dengan kecepatan dan peceaptan benda. Pembahasan pada Bab tesesbut menjawab petanyaan Bagaimana sebuah benda

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai uaian dan analisis data-data yang dipeoleh dai data pime dan sekunde penelitian. Data pime penelitian ini adalah hasil kuesione yang disebakan kepada

Lebih terperinci

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity).

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity). Hand Out Fisika 6 (lihat di http:).1. Pengetian Medan Listik. Medan Listik meupakan daeah atau uang disekita benda yang bemuatan listik dimana jika sebuah benda bemuatan lainnya diletakkan pada daeah itu

Lebih terperinci

ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK

ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASA II : EL-22 : D. Budi Mulyanti, MSi Petemuan ke-5 CAKUPAN MATEI. ESISTANSI DAN HUKUM OHM 2. ANGKAIAN LISTIK SEDEHANA 3. DAYA LISTIK DAN EFISIENSI JAINGAN SUMBE-SUMBE:.

Lebih terperinci

PERCOBAAN 14 RANGKAIAN BAND-PASS FILTER AKTIF

PERCOBAAN 14 RANGKAIAN BAND-PASS FILTER AKTIF EOBAAN 4 ANGKAIAN BAND-ASS FILTE AKTIF 4. Tujuan : ) Mendemonstasikan pinsip keja dan kaakteistik dai suatu angkaian akti band-pass ilte dengan menggunakan op-amp 74. ) Band-pass ilte melewatkan semua

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA)

ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA) ANALISA PENGARUH SISTEM MANAJEMEN TQC TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN PRODUK (STUDI KASUS PADA PT. SINAR KAYU ABADI SURABAYA) Da.Heny Mahmudah Dosen unisla ABSTRAK Pada hakekatnya suatu peusahaan didiikan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK

HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK KASUS (k) SAMPEL BERHUBUNGAN Oleh : Aief Sudajat, S. Ant, M.Si PRODI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 006 KASUS (k) SAMPEL BERHUBUNGAN Pada bagian

Lebih terperinci

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK DFTR ISI DFTR ISI... 7. POTENSIL LISTRIK... 7. Potensial dan eda Potensial... 7. Dipole Listik...6 7.3 Kapasitansi Listik...9 7.4 Dielektikum... 7.5 Penyimpanan Enegi Listik...5 7.6 Pealatan : Tabung Sina

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. analisis paired sample T-test yaitu Ada atau tidaknya Pengaruh Terapi Rational

BAB IV ANALISIS DATA. analisis paired sample T-test yaitu Ada atau tidaknya Pengaruh Terapi Rational BAB IV ANALISIS DATA Analisis data meupakan hasil kegiatan setelah data dai seluuh esponden atau sumbe data lainnya tekumpul. Hal ini betujuan untuk mengetahui tingkat kebenaan hipotesis-hipotesis penelitian

Lebih terperinci

LISTRIK MAGNET. potensil listrik dan energi potensial listrik

LISTRIK MAGNET. potensil listrik dan energi potensial listrik LISTRIK MGNET potensil listik dan enegi potensial listik OLEH NM : 1.Feli Mikael asablolon(101057034).salveius Jagom(10105709) 3. Vinsensius Y Sengko (101057045) PROGRM STUDI PENDIDIKN FISIK JURUSN PENDIDIKN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Lokasi Penelitian 3.. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian ekspeimen semu (quasi ekspeimental eseach, kaena penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Deskiptif Asosiatif dengan pendekatan ex post facto. Metode deskiptif dapat diatikan sebagai penelitian yang

Lebih terperinci

FISIKA 2 (PHYSICS 2) 2 SKS

FISIKA 2 (PHYSICS 2) 2 SKS Lab Elektonika Industi isika SILABI a. Konsep Listik b. Sumbe Daya Listik c. Resistansi dan Resisto d. Kapasistansi dan Kapasito e. Rangkaian Listik Seaah f. Konsep Elekto-Magnetik g. Induktansi dan Indukto

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan BAB II METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Bentuk penelitian yang dipegunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian koelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan umus

Lebih terperinci

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu).

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu). 7.3. Tansmisi Suaa Melalui Celah 7.3.1. Integal Kichhoff Cukup akses yang bebeda untuk tik-tik difaksi disediakan oleh difaksi yang tepisahkan dapat dituunkan dai teoema Geen dalam analisis vekto. Hal

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. Gambar. Saling tarik menarik. Saling tolak-menolak. Listrik Statis * MUATAN LISTRIK.

LISTRIK STATIS. F k q q 1. Gambar. Saling tarik menarik. Saling tolak-menolak. Listrik Statis * MUATAN LISTRIK. * MUATAN LISTRIK. LISTRIK STATIS Suatu pengamatan dapat mempelihatkan bahwa bila sebatang gelas digosok dengan kain wool atau bulu domba; batang gelas tesebut mampu menaik sobekan-sobekan ketas. Ini menunjukkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY ISSN 085-05 Junal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 0(): 6 -, 04 HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY Dedek Suhendo dan Kistian Juusan Pendidikan

Lebih terperinci

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. KORELASI Tedapat tiga macam bentuk hubungan anta vaiabel, yaitu hubungan simetis, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Inteaktif (saling mempengauhi). Untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel atau

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai teknik pokok. Penelitian yang bersifat

III. METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner sebagai teknik pokok. Penelitian yang bersifat III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, kaena dalam pengumpulan data, penulis menghimpun infomasi dai paa esponden menggunakan kuesione sebagai

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR Lenty Mawani, Nico Demus Rive Fiman Hutabaat Juusan Teknik Elektomedik, Univesitas Sai mutiaa Indonesia Fakultas Sain Teknologi

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor

Analisis Pengaruh Marketing Mix Terhadap Kepuasan Konsumen Sepeda Motor 34 Analisis Pengauh Maketing Mix Tehadap Kepuasan Konsumen Sepeda Moto Ti Wahyudi 1), Yopa Eka Pawatya 2) 1,2) Pogam Studi Teknik Industi Juusan Teknik Elekto Fakultas Teknik Univesitas Tanjungpua. e-mail

Lebih terperinci

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa Hubungan Layanan Infomasi Dengan Keativitas Belaja Siswa Si Rahayu (090154) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Vetean Semaang ABSTRAK Keativitas meupakan bakat yang secaa potensial dimiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Obyek dan Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memilih obyek penelitian UD. Usaha Mandii Semaang, yang betempat di Jalan Semaang Indah C-VI No 20. UD. Usaha

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode meupakan caa keja yang digunakan untuk memahami, mengeti, segala sesuatu yang behubungan dengan penelitian aga tujuan yang dihaapkan dapat tecapai. Sesuai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif.

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskiptif dan veifikatif. Menuut Sugiyono (005: 13), penelitian deskiptif adalah jenis penelitian yang menggambakan

Lebih terperinci

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut:

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut: Koelasi Pasial Koelasi Pasial beupa koelasi antaa sebuah peubah tak bebas dengan sebuah peubah bebas sementaa sejumlah peubah bebas lainnya yang ada atau diduga ada petautan dengannya, sifatnya tetentu

Lebih terperinci

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH?

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? KONSEP DASAR Path analysis meupakan salah satu alat analisis yang dikembangkan oleh Sewall Wight (Dillon and Goldstein, 1984 1 ). Wight mengembangkan metode

Lebih terperinci

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Pengatuan Footpint Antena Gound Penetating Rada Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Ande Eka Saputa (1324243) Jalu Pilihan Teknik Telekomunikasi Sekolah Teknik Elekto dan Infomatika Institut

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian meupakan stategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisis data yang dipelukan, guna menjawab pesoalan yang dihadapi. Metode

Lebih terperinci

Medan Listrik. Medan : Besaran yang terdefinisi di dalam ruang dan waktu, dengan sifat-sifat tertentu.

Medan Listrik. Medan : Besaran yang terdefinisi di dalam ruang dan waktu, dengan sifat-sifat tertentu. Medan Listik Pev. Medan : Besaan yang tedefinisi di dalam uang dan waktu, dengan sifat-sifat tetentu. Medan ada macam : Medan skala Cnthnya : - tempeatu dai sebuah waktu - apat massa Medan vekt Cnthnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan Kebisingan yang belebihan akan sangat bepengauh tehadap indea pendengaan. Seseoang yang telalu seing beada pada kawasan dengan kebisingan yang tinggi setiap hainya dapat mengalami gangguan pendengaan sementaa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN BAB IV Hasil Simulasi Dan Analisa Pengukuan BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN 4.1. Pehitungan Saluan Pencatu Saluan pencatu yang digunakan pada Tugas Akhi ini menggunakan mikostip feedline.

Lebih terperinci

Bahan Ajar Listrik Statis Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd SMA Negeri 1 Maja LISTRIK STATIS

Bahan Ajar Listrik Statis Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd SMA Negeri 1 Maja LISTRIK STATIS SMA Negei Maja LISTRIK STATIS KLISTRIKAN Fisikawan Du Fay menunjukkan adanya dua macam pelistikan (eletifikasi). Bebeapa isolato tetentu, bila digosok dalam keadaan tetentu, menyebabkan gaya tolak. Hasil

Lebih terperinci

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON 1 BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON Sebelumnya telah dipelajai tentang hukum Newton: hukum I tentang kelembaban benda, yang dinyatakan oleh pesamaan F = 0; hukum II tentang hubungan gaya dan geak, yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Pengetian Pestasi Belaja Pestasi belaja meupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dai lua dii seseoang mahasiswa yang sedang belaja, pestasi belaja tidak dapat diketahui

Lebih terperinci

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q MEDAN LISTRIK 1 2.1 Medan Listik Gaya Coulomb di sekita suatu muatan listik akan membentuk medan listik. Dalam membahas medan listik, digunakan pengetian kuat medan. Untuk medan gaya Coulomb, kuat medan

Lebih terperinci

BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI

BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI 3. Pendahuluan Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM AZHAR, SYARIFAH LIES FUAIDAH DAN M. NASIR ABDUSSAMAD Juusan Sosial Ekonomi Petanian, Fakultas Petanian Univesitas Syiah Kuala -

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini betujuan untuk mendeskipsikan dan menganalisis pengauh evaluasi dii dan pengembangan pofesi tehadap kompetensi pedadogik

Lebih terperinci

EFISIENSI RELATIF DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (STUDI KASUS : Bank BRI Syariah DI JAWA)

EFISIENSI RELATIF DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (STUDI KASUS : Bank BRI Syariah DI JAWA) EFISIENSI RELATIF DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA) (STUDI KASUS : Bank BRI Syaiah DI JAWA) Enny Aiyani Podi Teknik Industi FTI-UPNV Jawa Timu ABSTRAK Pemasalahan dalam penelitian ini bahwa

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. hasil. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) metode penelitian

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. hasil. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) metode penelitian 7 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode adalah suatu caa atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu hasil. Sedangkan menuut Suhasimi Aikunto (00:36) metode penelitian adalah caa

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1 Pehitungan Pegeakan Robot Dai analisis geakan langkah manusia yang dibahas pada bab dua, maka dapat diambil bebeapa analisis untuk membuat ancangan geakan langkah

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian meupakan sesuatu yang menjadi pehatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaan dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak Pengauh Kualitas Tingkat Peneangan Lampu (I Wayan Teesna dkk.) PENGARUH KUALITAS TINGKAT PENERANGAN LAMPU, LINGKUNGAN KERJA DAN PERALATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA TEKNISI REPARASI ELEKTRONIK DI WILAYAH

Lebih terperinci

pekerjaan atap (rangka kuda-kuda dan penutup atap). Atap adalah bagian

pekerjaan atap (rangka kuda-kuda dan penutup atap). Atap adalah bagian BAB IV RANGKA KUDA-KUDA DAN PENUTUP ATAP 4.1. Pengetian Atap Dalam studi analisis nilai pada tugas akhi ini, obyek yang diambil adalah pekejaan atap (angka kuda-kuda dan penutup atap). Atap adalah bagian

Lebih terperinci

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2)

Liston Hasiholan 1) dan Sudradjat 2) EVALUASI KINERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE PEMROGRAMAN LINEAR FUY *) Liston Hasiholan 1) dan Sudadjat 2) ABSTRAK Pengukuan kineja kayawan meupakan satu hal yang mutlak dilakukan secaa peiodik oleh suatu

Lebih terperinci

II. KINEMATIKA PARTIKEL

II. KINEMATIKA PARTIKEL II. KINEMATIKA PARTIKEL Kinematika adalah bagian dai mekanika ang mempelajai tentang geak tanpa mempehatikan apa/siapa ang menggeakkan benda tesebut. Bila gaa penggeak ikut dipehatikan, maka apa ang dipelajai

Lebih terperinci

Rancang Bangun Antena Mikrostrip 900 MHz

Rancang Bangun Antena Mikrostrip 900 MHz Rancang Bangun Antena Mikostip 900 MHz Siska Novita Posma 1, M. Yanua Haiyawan 2, Adiyan Khabzli 3 1,2,3 Juusan Teknik Elekto Politeknik Caltex Riau Tel : (0761-53939) Fax : (0761-554224) siska@pc.ac.id

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Haga Tahanan Jenis Teoi yang mendasai metode tahanan jenis atau metode geolistik adalah hukum Ohm [7] yang mempunyai pesamaan : V I = (2.) R Dengan V menyatakan tegangan (volt),

Lebih terperinci

MAKALAH SABUK ELEMEN MESIN

MAKALAH SABUK ELEMEN MESIN MAKALAH SABUK ELEMEN MESIN Disusun Oleh : IWAN APRIYAN SYAM SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUSA PUTRA KATA PENGANTAR Puji syuku kami panjatkan kehadiat Tuhan yang Maha Esa atas limpahan ahmat dan kaunia-nya,sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif analitik, dengan menggunakan teknik analisis egesi dan koelasi. Metode ini digunakan

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis LISTIK STATIS * HUKUM COULOM. ila dua buah muatan listik dengan haga q dan q, saling didekatkan, dengan jaak pisah, maka keduanya akan taik-menaik atau tolak-menolak menuut hukum Coulomb adalah: ebanding

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya guna menentukan batasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya guna menentukan batasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Berdasarkan topik skripsi yang diambil, terdapat beberapa referensi dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya guna menentukan

Lebih terperinci

APLIKASI KONFIGURASI JARINGAN SPINDEL PADA PLN CABANG MEDAN RAYON MEDAN KOTA

APLIKASI KONFIGURASI JARINGAN SPINDEL PADA PLN CABANG MEDAN RAYON MEDAN KOTA APLIKASI KONFIGURASI JARINGAN SPINEL PAA PLN CABANG MEAN RAYON MEAN KOTA Virgilius Robert H. Rumapea 13203146 Laboratorium Tegangan Tinggi dan Arus Tinggi Sekolah Teknik Elektro dan Informatika - Institut

Lebih terperinci

Jenuh AC dan Putus AC

Jenuh AC dan Putus AC Penguat Daya Gais beban D dan A dai Penguat Emite Sekutu Kaena kapasito dianggap hubung-singkat untuk sinyal A maka tahanan beban yang dilihat oleh tansisto adalah : = R // R L Oleh kaena itu gais beban

Lebih terperinci

Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Listrik Statis. membahas. Muatan Listrik. ditinjau menurut.

Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Listrik Statis. membahas. Muatan Listrik. ditinjau menurut. Bab 7 Listik Statis Pada minggu yang ceah, Icha menyetika baju seagamnya. Sambil menunggu panasnya setika, ia menggosok-gosokkan setika pada bajunya yang tipis. Tenyata Icha melihat dan measakan seakan-akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan asosiatif simetris, yaitu hubungan yang bersifat sebab-akibat yang

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan asosiatif simetris, yaitu hubungan yang bersifat sebab-akibat yang 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif pendekatan asosiatif simetis, yaitu hubungan yang besifat sebab-akibat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Penyaluran Tenaga Listrik Ke Konsumen Didalam dunia kelistrikan sering timbul persoalan teknis, dimana tenaga listrik dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu, sedangkan

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. aliran listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan bumi.

III. TEORI DASAR. aliran listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan bumi. . TEOR DSR 3.. Konsep Umum Geolistik ialah suatu metode dalam geofisika yang mempelajai sifat alian listik di dalam bumi dan caa mendeteksinya di pemukaan bumi. Pendeteksian ini meliputi pengukuan beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga penyaluran energi listrik ke konsumen berjalan lancar dengan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. sehingga penyaluran energi listrik ke konsumen berjalan lancar dengan kualitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan energi listrik selama ini selalu meningkat dari tahun ke tahun. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pokok yang harus diperhatikan yaitu dilaksanakan secara sistematis,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pokok yang harus diperhatikan yaitu dilaksanakan secara sistematis, 8 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Suatu penelitian yang dilakukan dengan baik pada dasanya ada tiga hal pokok yang haus dipehatikan yaitu dilaksanakan secaa sistematis, beencana dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian ekspeimental. Pada penelitian ini akan ada kelompok ekspeimen dan kelompok

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG

ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG Junal Agibisnis, Vol. 9, No. 2, Desembe 2015, [ 137-148 ] ISSN : 1979-0058 ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH 48 Lampian ANGKET PERSEPSI SISWA TERHADAP PERANAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 MEDAN Nama : Kelas : A. Petunjuk Pengisian. Bacalah

Lebih terperinci

BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG

BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG 247 2.8. PENGUAT 2.8.. Pendahuluan Pada paagap sebelumnya telah dijelaskan bagaimana semikondukto sambungan NPN atau PNP tebentuk menjadi sebuah tansisto. Pada bebeapa angkaian elektonik tansisto seing

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 016 PM -7 Hubungan Fasilitas, Kemandiian, dan Kecemasan Belaja tehadap Pestasi Belaja Matematika pada Siswa Kelas VIII SMP di Kecamatan Puing Tahun

Lebih terperinci

MEDAN LISTRIK STATIS

MEDAN LISTRIK STATIS Listik Statis 1 * MUATAN LISTRIK. MEDAN LISTRIK STATIS Suatu pengamatan dapat mempelihatkan bahwa bila sebatang gelas digosok dengan kain wool atau bulu domba; batang gelas tesebut mampu menaik sobekan-sobekan

Lebih terperinci

BAB 2 SALURAN TRANSMISI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB 2 SALURAN TRANSMISI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB ALUAN TANM TEM TENAGA LTK.1 Pengetian Umum aluan Tansmisi Pusat pembangkit tenaga listik biasanya letaknya jauh dai tempat-tempat dimana tenaga listik itu digunakan. Kaena itu, tenaga listik yang dibangkitkan

Lebih terperinci

FISIKA DASAR 2 PERTEMUAN 2 MATERI : POTENSIAL LISTRIK

FISIKA DASAR 2 PERTEMUAN 2 MATERI : POTENSIAL LISTRIK UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG Teknik Industi FISIKA DASAR PERTEMUAN MATERI : POTENSIAL LISTRIK SILABI FISIKA DASAR Muatan dan Medan Listik Potensial Listik Kapasito dan Dielektik Aus dan Resistansi

Lebih terperinci

langsung dilokasi obyek penelitian yang berkaitan dengan kegiatan yang Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data tentang jumlah karyawan di

langsung dilokasi obyek penelitian yang berkaitan dengan kegiatan yang Teknik ini dipergunakan untuk memperoleh data tentang jumlah karyawan di III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengumpulan Data Dalam peneltian ini akan digunakan bebeapa teknik dalam pengumpulan data yaitu: 1. Obsevasi Yaitu caa pengumpulan data melalui pencatatan secaa cemat

Lebih terperinci

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11 GRAFITASI Si Isaac Newton yang tekenal dengan hukum-hukum Newton I, II dan III, juga tekenal dengan hukum Gafitasi Umum. Didasakan pada patikel-patikel bemassa senantiasa mengadakan gaya taik menaik sepanjang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. 8 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Suatu penelitian dapat behasil dengan baik dan sesuai dengan posedu ilmiah, apabila penelitian tesebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com Geak Melingka Gavitasi Kinematika Geak Melingka Beatuan Sebuah benda yang begeak membentuk suatu lingkaan dengan laju konstan v dikatakan mengalami geak melingka beatuan. Besa kecapatan dalam hal ini tetap

Lebih terperinci

Sejarah. Charles Augustin de Coulomb ( )

Sejarah. Charles Augustin de Coulomb ( ) Medan Listik Sejaah Fisikawan Peancis Piestley yang tosi balance asumsi muatan listik Gaya (F) bebanding tebalik kuadat Pengukuan secaa matematis bedasakan ekspeimen Coulomb Chales Augustin de Coulomb

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi listrik selama ini selalu meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi listrik selama ini selalu meningkat dari tahun ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi listrik selama ini selalu meningkat dari tahun ke tahun. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG

BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG BAB IV ANALISIS HUBUNGAN UMPAN BALIK DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SMP NEGERI 9 BATANG Setelah data dai kedua vaiabel yaitu vaiabel X dan vaiabel Y tekumpul seta adanya teoi yang

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa .1. Bentuk Penelitian BAB II METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa kuantitatif, dengan maksud untuk mencai maksud dan pengauh antaa vaiable independen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN. Data Identitas Responden Fekuensi identitas esponden dalam penelitian ini tedii dai jenis kelamin dan pendidikan guu yang dapat dijelaskan sebagai

Lebih terperinci

BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

BANGUN RUANG SISI LENGKUNG MGMP MATEMATIKA SMP KOTA MALANG BANGUN RUANG SISI LENGKUNG MODUL/BAHAN AJAR KELAS 9 PENYUSUN Ds.WIJANARKO EDITOR ANIK SUJIATI,S.Pd. MM BANGUN RUANG SISI LENGKUNG BAB 2BANGUN RUANG SISI LENGKUNG Setelah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. S 12 Gambar 2-1. Jaringan Dua Port dan Parameter-S

BAB II DASAR TEORI. S 12 Gambar 2-1. Jaringan Dua Port dan Parameter-S BAB II DAAR TEORI. PARAMETER Paamete digunakan untuk mempeole kaakteistik dai suatu jaingan dua pot yang beopeasi pada fekuensi tinggi. Paamete lain sepeti H, Y, dan tidak bisa meepesentasikan jaingan

Lebih terperinci