BAB 2 SALURAN TRANSMISI SISTEM TENAGA LISTRIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 SALURAN TRANSMISI SISTEM TENAGA LISTRIK"

Transkripsi

1 BAB ALUAN TANM TEM TENAGA LTK.1 Pengetian Umum aluan Tansmisi Pusat pembangkit tenaga listik biasanya letaknya jauh dai tempat-tempat dimana tenaga listik itu digunakan. Kaena itu, tenaga listik yang dibangkitkan disalukan melaui penghanta-penghanta dai pusat pembangkit tenaga listik ke pusat-pusat beban, baik langsung maupun melalui saluan penghubung, yaitu G. aluan tansimi dapat dibedakan menjadi dua kategoi, yaitu : saluan udaa (ovehead line) dan saluan bawah tanah (undegound). istem saluan udaa menyalukan tenaga listik melalui penghanta-penghanta yang digantung pada tiang-tiang tansmisi dengan peantaaan isolato-isolato, sedangkan sistem saluan bawah tanah meyalukan tenaga listik melalui kabel-kabel bawah tanah. Tenaga listik ini dapat disalukan dengan bebeapa tegangan nominal. Bedasakan dokumen E (ntenational Electotechnical ommission) 60038, tegangan tansmisi dapat dikelompokkan menjadi : tegangan menengah (1k- 35k), tegangan tinggi (35k 30 k) dan tegangan eksta tinggi (30k 800k) dan tegangan ulta tinggi (di atas 800k). Menuut jenis aus yang dialikan, saluan tansmisi dapat dibedakan menjadi (dua) jenis, yaitu sistem aus bolak-balik (A../altenating cuent) dan sistem aus seaah (D../diect cuent). Di dalam sistem A.. penaikan dan penuunan tegangan mudah dilakukan yaitu dengan menggunakan tansfomato. Pada sistem ini tedapat A.. satu fasa dan tiga fasa. istem tiga fasa mempunyai kelebihan dibandingkan dengan sistem satu fasa kaena daya yang disalukan lebih besa, nilai sesaatnya konstan dan medan magnet putanya mudah 6

2 diabaikan. Behubungan dengan keuntungan-keuntugannya, sistem A.. paling banyak digunakan. Namun, sejak bebeapa tahun teakhi ini penyaluan aus seaoah mulai dikembangkan kaena, isolasinya lebih sedehana, daya-guna yang tinggi seta tidak ada masalah stabilitas, sehingga dimungkinkan penyaluan jaak jauh. Penyaluan tenaga listik dengan sistem D.. bau dianggap ekonomis bila jaak saluan udaa lebih dai 640 km atau saluan bawah tanah lebih panjang dai 50 km [1].. Kaakteistik Listik dai aluan Tansmisi aluan tansmisi listik mempunyai empat paamete yang mempengauhi kemampuannya untuk befungsi sebagai bagian dai suatu sistem tenaga, yaitu esistansi, induktansi, kapasitansi dan konduktansi []. Paamete-paamete ini meupakan salah satu petimbangan utama dalam peencanaan saluan tansmisi. mpedansi sei dibentuk oleh esistansi dan induktansi yang tebagi ata disepanjang saluan. edangkan konduktansi dan kapasitansi yang tedapat diantaa penghanta-penghanta dai suatu saluan fasa-tunggal atau di antaa sebuah penghanta dan netal dai suatu saluan tiga-fasa membentuk admitansi paalel. Dalam pehitungan, angkaian saluan ekivalen yang dibentuk dai paamete-paamete dijadikan satu meskipun esistansi, induktansi dan kapasitansi tesebut tebagi meata di sepanjang saluan...1 esistansi esistansi efektif ( ) dai suatu penghanta adalah [] 7

3 ( ) (.1) P dimana P = ugi daya pada penghanta (Watt) = aus yang mengali (Ampee) esistansi efektif sama dengan esistansi dai saluan jika tedapat distibusi aus yang meata (unifom) di seluuh penghanta. Distibusi aus yang meata di seluuh penampang suatu penghanta hanya tedapat pada aus seaah, sedangkan tidak pada aus bolak-balik (ac). esistansi dc dapat dihitung dengan pesamaan di bawah ini l 0 ( ) A (.) dimana = esistivitas penghanta (Ω.m) l = panjang penghanta (m) A = luas penampang (m ) Dengan meningkatnya fekuensi aus bolak-balik, distibusi aus makin tidak meata (nonunifom). Peningkatan fekuensi ini juga mengakibatkan tidak meatanya keapatan aus (cuent density), disebut juga efek kulit (skin effect). Untuk penghanta dengan jai-jai yang cukup besa ada kemungkinan tejadi keapatan aus yang beisolasi tehadap jaak adial dai titik-tengah penampang penghanta. Fluks bolak-balik mengimbaskan tegangan yang lebih tinggi pada seat-seat di bagian dalam daipada di sekita pemukaan penghanta, kaena fluks yang meliputi seat dekat pemukaan penghanta lebih sedikit daipada fluks yang meliputi seat di bagian dalam penghanta. Bedasakan hukum Lenz, tegangan yang diimbaskan akan melawan peubahan aus yang menyebabkannya, dan meningkatnya tegangan imbas pada seat-seat di bagian 8

4 dalam menyebabkan meningkatnya keapatan aus pada seat-seat yang lebih dekat ke pemukaan penghanta dan kaena itu esistansi efektifnya meningkat. ehingga dapat dikatakan pada aus bolak-balik aus cendeung mengali melalui pemukaan penghanta. Pehitungan esistansi total suatu saluan tansmisi ditentukan oleh jenis penghanta pabikan, biasanya pabikan akan membeikan tabel kaakteistik listik dai penghanta yang dibuatnya, temasuk diantaanya nilai esistansi ac penghanta dalam satuan Ω/km (tanda ntenasional) atau Ω/mi (Ameican tandat). beikut [1] Nilai esistansi juga dipengauhi oleh suhu, ditunjukkan oleh pesamaan 1[ 1 ( T 1)] (.3) T dimana 1 dan adalah esistansi pada suhu T 1 dan T, dan adalah koefisien suhu dai esistansi, yang nilainya tegantung dai bahan kondukto... nduktansi nduktansi adalah sifat angkaian yang menghubungkan tegangan yang diimbaskan oleh peubahan fluks dengan kecepatan peubahan aus []. Pesamaan awal yang dapat menjelaskan induktansi adalah menghubungkan tegangan imbas dengan kecepatan peubahan fluks yang meliputi suatu angkaian. Tegangan imbas adalah d e (.4) dt Dimana e = tegangan imbas (volt) 9

5 = banyaknya fluks gandeng angkaian (webe-tuns) Banyaknya webe-tuns adalah hasil pekalian masing-masing webe dai fluks dan jumlah lilitan dai angkaian yang digandengkannya. Jika aus pada angkaian beubah-ubah, medan magnet yang ditimbulkannya akan tuut beubah-ubah. Jika dimisalkan bahwa media di mana medan magnet ditimbulkan mempunyai pemeabilitas yang konstan, banyaknya fluks gandeng bebanding luus dengan aus, dan kaena itu tegangan imbasnya sebanding dengan kecepatan peubahan aus [], di e L (.5) dt Dimana L = konstanta kesebandingan = induktansi (H) di = kecepatan peubahan aus (A/s) dt Dai Pesamaan.3 dan.4 maka didapat pesamaan umum induktansi saluan dalam satuan Heny, yaitu [] L (.6) i dengan i adalah aus yang mengali pada saluan tansmisi dalam satuan ampee (A). nduktansi timbal-balik antaa dua angkaian didefenisikan sebagai fluks gandeng pada angkaian petama yang disebabkan oleh aus pada angkaian kedua pe ampee aus yang mengali di angkaian kedua. Jika aus menghasilkan fluks gandeng dengan angkaian 1 sebanyak 1, maka induktansi timbalbaliknya adalah 10

6 M 1 ( ) (.7) 1 H Dimana 1 = fluks gandeng yang dihasilkan tehadap angkaian 1 (Wbt) = aus yang mengali pada angkaian kedua. Pada saluan tiga fasa induktansi ata-ata satu penghanta pada suatu saluan ditentukan dengan pesamaan [] L L a a D 7 eq 10 ln ( H / m) untuk penghanta tunggal, D s D 7 eq 10 ln ( H / m) untuk penghanta bekas. b D s dengan D 3 eq D D dan Ds 1 3D31 adalah GM penghanta tunggal dan b D s adalah GM penghanta bekas. Nilai b D s akan beubah sesuai dengan jumlah lilitan dalam suatu bekas. Untuk suatu bekas dua-lilitan c D b s 4 ( d) d Untuk suatu bekas tiga-lilitan c D b s ( d d) d Untuk suatu bekas empat-lilitan c D b s ( d d d ) 1,09 d 4 3 Pesamaan di atas meupakan pesamaan untuk saluan yang telah ditansposisikan, yaitu suatu metode pengembalian keseimbangan ketiga fasa dengan mempetukakan posisi-posisi penghanta pada selang jaak yang teatu 11

7 di sepanjang saluan sedemikian upa sehingga setiap penghanta akan menduduki posisi semula penghanta yang lain pada suatu jaak yang sama, lihat Gamba.1 Posisi 1 a c b D 1 D 31 Posisi b a c D 3 Posisi 3 c b a Gamba.1 iklus Tansposisi Pesamaan ini juga dapat dapat digunakan untuk saluan tiga fasa dengan jaak pemisah tidak simetis kaena ketidaksimetisan antaa fasa-fasanya adalah kecil saja sehingga dapat diabaikan pada kebanyakan pehitungan induktansi []...3 Kapasitansi Kapasitansi suatu saluan tansmisi adalah akibat beda potensial antaa penghanta, baik antaa penghanta-penghanta maupun antaa penghanta-tanah. Kapasitansi menyebabkan penghanta tesebut bemuatan sepeti yang tejadi pada pelat kapasito bila tejadi beda potensial di antaanya. Untuk menentukan nilai kapasitansi antaa penghanta-penghanta ditentukan dengan pesamaan [] k ab ( F / m). (.8) D ln( ) Jika saluan dicatu oleh suatu tansfomato yang mempunyai sadapan tengah yang ditanahkan, beda potensial antaa kedua penghanta tesebut dan 1

8 kapasitansi ke tanah (kapasitansi ke netal), adalah muatan pada penghanta pe satuan beda potensial antaa penghanta dengan tanah. Jadi kapasitansi ke netal untuk saluan dan kawat adalah dua kali kapasitansi antaa penghanta-penghanta []. k an ( F / m). (.9) D ln( ) Dimana ab = kapasitansi antaa penghanta a-b (F/m) an = kapasitansi antaa penghanta-tanah (F/m) k D = pemeabilitan bahan dielektik = jaak antaa penghanta (m) = jai-jai antaa penghanta (m) Pesamaan (.9) juga dapat digunakan untuk menentukakan kapasitansi saluan tiga-fasa dengan jaak pemisah yang sama. Jika penghanta pada saluan tiga-fasa tidak tepisah dengan jaak yang sama, kapasitansi masing-masing fasa ke netal tidak sama. Namun untuk susunan penghanta yang biasa, ketidaksimetisan saluan yang tidak ditasnposisikan adalah sangat kecil, sehingga pehitungan kapasitansi dapat dilakukakan seakan-akan semua saluan itu ditansposisikan. Untuk saluan tiga fasa yang ditansposisikan, nilai kapasitansi fasa ke netal ditentukan dengan pesamaan [] n n k ( F / m) untuk penghanta tunggal, Deq ln( ) k ( F / m) untuk penghanta bekas. Deq ln( ) b D c s 13

9 Dengan D eq adalah GM penghanta, adalah jai-jai penghanta dan D b s c adalah GM penghanta bekas. Nilai D b s c akan beubah sesuai dengan jumlah lilitan dalam suatu bekas. Untuk suatu bekas dua-lilitan c D b s 4 ( d) d Untuk suatu bekas tiga-lilitan c D b s ( d d) d Untuk suatu bekas empat-lilitan c D b s ( d d d ) 1,09 d 4 3 Untuk menghitung kapasitansi saluan kabel ke tanah pelu menggunakan metode muatan bayangan, lihat Gamba.1. Pada metode ini bumi dapat diumpamakan dengan suatu penghanta khayal yang bemuatan di bawah pemukaan bumi pada jaak yang sama dengan penghanta asli di atas bumi. Penghanta semacam itu mempunyai muatan yang sama tetapi belawanan tanda dengan penghanta aslinya dan disebut penghanta bayangan. Jika ditempatkan satu penghanta bayangan untuk setiap penghanta atas-tiang, fluks antaa penghanta asli dengan bayangannya adalah tegak luus pada bidang yang menggantikan bumi, dan bidang itu adalah suatu pemukaan ekipotensial. Fluks di atas bidang itu adalah sama sepeti bila bumi ada tanpa adanya penghanta bayangan. Pesamaan untuk menentukan kapasitansi saluan kabel ke tanah adalah [] : n k D 3 eq H1' H 3' H ln( ) ln( b D c 3 H H H s ' ) (.10) 14

10 Dimana n = kapasitansi saluan kabel ke tanah (F/m) H 1' = jaak antaa penghanta 1 dengan penghanta bayangan (m) H 3' = jaak antaa penghanta dengan penghanta bayangan 3 (m) H 31' = jaak antaa penghanta 3 dengan penghanta bayangan 1 (m) H 1 = jaak antaa penghanta 1 dengan pemukaan bumi (m) H = jaak antaa penghanta dengan pemukaan bumi (m) H 3 = jaak antaa penghanta 3 dengan pemukaan bumi (m) 1 3 H3 H H1 Pemukaan bumi H1' H3' H31' 1' ' 3' Gamba. Metode Muatan Bayangan 15

11 .3 Kaakteistik Penyaluan Daya Dalam mempelajai kaakteistik penyaluan daya dalam keadaan nomal, lazim diandaikan saluan tansmisi dengan angkaian yang konstantanya didistibusikan atau angkaian yang konstantanya dikonsentasikan, yaitu bila saluannya pendek..3.1 aluan Tansmisi Jaak Pendek Oleh kaena pengauh kapasitansi dan konduktansi boco dapat diabaikan pada saluan tansmisi pendek (kuang dai 80 km), maka saluan tesebut dapat dianggap sebagai angkaian impedansi yang tedii dai tahanan dan induktansi, sepeti yang ditunjukkan pada Gamba.3. Dengan demikian maka impedansi dan admitansinya Y dinyatakan oleh [1] : zl ( jx) jx Y yl ( g jb) G jb (.11) Dimana tahanan kawat (Ω/km) x eaktansi kawat = fl (Ω/km) g konduktansi kawat (mho/km) b suseptansi kawat = f (mho/km) X E E Ujung Pengiiman Ujung Peneimaan Gamba.3 angkaian Ekivalen untuk aluan Tansmisi Jaak Pendek 16

12 Bila kondisi pada ujung peneima diketahui, maka hubungan antaa tegangan dan aus dinyatakan oleh pesamaan beikut [1] : E E cos X (.1) Dengan egulasi tegangan E E E E ( cos X sin ) (.13) ebaliknya bila kondisi pada titik pengiim diketahui maka Dimana E E E E cos X sin ) (.14) ( tegangan pada ujung pengiim tegangan pada ujung peneima aus pada ujung peneima jumlah tahanan saluan (Ω) X jumlah eaktansi saluan (Ω) cos sin fakto daya pada ujung peneima fakto daya-buta pada ujung peneima.3. aluan Tansmisi Jaak Mengengah aluan tansmisi jaak-menengah dapat dianggap sebagai angkaian T atau angkaian [1], pehatikan Gamba.4. Dengan meupakan aus yang mengali pada ujung pengiim, untuk angkaian T pesamaannya adalah [1] : 17

13 E Y E (1 ) (1 Y (1 ) E Y Y ) 4 (.15) dan angkaian pesamaannya adalah : E Y E (1 ) Y (1 ) E Y (1 Y ) 4 X X E Y E Beban Ujung Pengiiman (a) Ujung Peneimaan X E Y Y E Beban Ujung Pengiiman (b) Ujung Peneimaan Gamba.4 angkaian Ekivalen untuk aluan Tansmisi Jaak-Menengah, angkaian T, (b) angkaian 18

14 .3.3 aluan Tansmisi Jaak Jauh Untuk saluan tansmisi jaak jauh, konstantanya didistibusikan sehingga pesamaannya menjadi [1] : E cosh l 0 sinh l E cosh l sinh l 0 (.16) Dimana impedansi kaakteistik = 0 y z = konstanta ambatan = z y.4 tudi Alian Daya istem Tenaga Alian daya pada setiap titik di sepanjang saluan tansmisi dapat dituunkan dengan pesamaan konstanta ABD saluan tansmisi beikut []. A B (.17) A (.18) B Dengan membuat A A 0 A0 B B A (.19) Didapatkan A. ( ) ( ) (.0) B B Maka daya kompleks * pada ujung peneima adalah. A. P jq ( ) ( ) (.1) B B Dan daya nyata dan eaktif pada ujung peneima adalah 19

15 . A. P cos( ) cos( ) (.) B B. A. Q sin( ) sin( ) (.3) B B umusan untuk daya kompleks P jq meupakan hasil gabungan dua faso yang dinyatakan dalam bentuk pola dan dapat diepesentasikan dalam bidang kompleks yang kodinat-kodinat mendata dan tegaknya adalah dalam satuan daya. Gamba.5 menunjukkan kedua besaan kompleks tesebut dan selisihnya. va P jq A. B. B ( ) ( ) watt Gamba.5 Faso-faso Pesamaan (.0) dilukis dalam bidang kompleks Gamba.6 menunjukkan faso-faso yang sama dengan titik asal sumbusumbu koodinat yang telah digese. Gamba ini meupakan suatu diagam daya dengan hasil yang besanya adalah P jq atau. dengan sudut tehadap sumbu mendata. Komponen-komponen nyata dan khayal dai P jq adalah [] 0

16 P cos (.4) Q sin (.5) Dimana adalah sudut fasa dengan mana mendahului. Pada Gamba.6 posisi n tidak tegantung pada aus dan tidak akan beubah selama nilai konstan. Kemudian jaak antaa n dan k adalah konstan untuk dan yang tetap. Kaena itu, dengan beubahnya jaak antaa O dan k dengan peubahan beban, titik k yang haus tetap beada pada jaak yang konstan dai titik n yang tetap, dibatasi geaknya di sekeliling lingkaan yang bepusat pada n. etiap peubahan pada P akan memelukan suatu peubahan pula pada Q untuk menjaga k tetap pada lingkaan. Jika suatu nilai untuk nilai lain dibuat konstan yang sama, letak titik n tidak beubah tetapi akan didapatkan suatu lingkaan bau dengan jai-jai nk. Dengan menganalisis Gamba.6, telihat bahwa ada suatu limit bagi daya yang dapat dikiimkan ke ujung peneima saluan untuk tegangan ujung pengiim dan ujung peneima yang sudah ditentukan besanya. uatu penambahan dai daya yang dikiim beati bahwa titik k akan begese sepanjang lingkaan sehingga sudut sama dengan nol; yang beati, lebih banyak daya yang akan dikiimkan sehingga sama dengan. 1

17 va watt ( ) O. k A. B. B ( ) n Gamba.6 Diagam daya yang dipeoleh dengan menggese titik-asal sumbu koodinat pada Gamba.5 Peningkatan yang lebih lanjut akan beakibat bekuangnya daya yang diteima. Daya maksimum yang dapat ditansmisikan dapat ditentukan dengan pesamaan [] : A P, max cos( ) (.6) B B Jika tegangan ujung peneima dipetahankan konstan dan lingkaan ujung peneima digamba untuk bebagai nilai tegangan ujung pengiim, lingkaan yang dihasilkan akan konsentis kaena letak pusat lingkaan daya ujung peneima tidak tegantung pada tegangan ujung pengiim.

18 .5 Pofil Aus dan Tegangan aluan Tansmisi pada aat Beban Nol Apabila suatu saluan tansmisi diasumsikan telah ditansposisi, maka paamete saluan dapat ditunjukkan pesamaan beikut z jl (.7) y G j (.8) Dimana z meupakan impedansi sei pe unit panjang/fasa dan y meupakan adimitansi paalel pe unit panjang/fasa. Pada saluan tanmisi yang mempehitungkan efek kapasitansi dan induktansi pada saluan, nilai aus dan tegangan pada sisi peneima ditentukan dengan pesamaan beikut, untuk x meupakan jaak dai ujung peneima [1]: e e x x (.9) / e / e x x (.30) dimana Konstanta z / y (.31) zy j (.3) disebut dengan kaakteistik impedansi dan disebut dengan konstanta peambatan (popagation constant). Bilangan eal pada konstanta peambatan disebut dengan koefisien pelemahan (attenuation constant), dan bilangan imajine disebut konstanta fasa (phase constant). Ketika ujung sisi peneima tebuka, 0, maka 3

19 e e x x (.33) e x x e (.34) Dengan mengabaikan ugi-ugi saluan, j j L, Pesamaan (.3) dan (.33) dapat disedehanakan menjadi [1] cos( x) (.35) j( )sin( x) (.36) Aus dan tegangan pada ujung pengiim dipeoleh dengan mensubsitusi panjang l untuk x. E E cos( l) cos (.37) dan j( E j( )sin ) tan (.38) Dimana l. udut disebut dengan panjang elektik (electic length) atau sudut saluan. sudut saluan yang dinyatakan dalam satuan adian. Bedasakan pesamaan di atas, aus dan tegangan saluan dapat dinyatakan dalam bentuk tegangan pengiim E, cos x E (.39) cos E sin x j (.40) cos 4

20 Bedasakan Pesamaan (.39) dan (.40) nilai dan bebanding luus dengan nilai x dan. emakin besa nilai nilai x dan maka semakin besa pula tengangan pada ujung sisi peneima. Kenaikaan tegangan pada ujung sisi peneima ini disebabkan kaena adanya aus pengisian yang mengali melalui saluan induktansi. Fenomena ini disebut dengan efek feanti. Fenomena ini petama kali diketahui oleh Feanti pada saluan udaa yang menyuplai konsumen bebedan endah..6 Hubungan Daya eaktif dengan Pofil Tegangan Pesamaan yang menunjukkan hubungan antaa daya eaktif dan tegangan pada suatu saluan tansmisi adalah [3], E Dengan demikian, maka cos E cos ( Q / E ) sin (.41) Q E ( E s cos E sin ) (.4) sin Daya eaktif pada ujung sisi pengiim ditentukan dengan pesamaan : Q E ( E s cos E sin ) (.43) sin Jika tegangan pada ujung sisi pengiim dan peneima adalah sama, maka Q E (cos cos ) Q (.44) sin Dimana = sudut beban Q = daya eaktif sisi pengiim Q = daya eaktif sisi peneima 5

21 .7 Tegangan Lebih Pada istem Tenaga Listik Adakalanya suatu sistem tenaga listik mengalami tegangan lebih impuls kaena adanya opeasi hubung-buka (switching opeation) atau kaena tansmisi sistem tenaga listik disamba peti [4]. Tegangan lebih impuls yang diakibatkan oleh adanya opeasi hubung-buka disebut tegangan impuls hubung-buka, sedangkan tegangan lebih impuls yang diakibatkan oleh sambaan peti pada tansmisi sistem tenaga listik disebut tegangan lebih impuls peti..7.1 Analisi Tansien : Gelombang Bejalan Gejala tegangan lebih tansien pada saluan tansmisi dapat diselesaikan dengan membuat angkaian ekivalen satu fase, sehingga tiga fase saluan tansmisi diasumsikan sebagai satu fasa tunggal. tudi tentang suja hubung pada saluan tansmisi adalah sangat kompleks, sehingga pada penelitian ini hanya mempelajai kasus suatu saluan yang tanpa ugi-ugi. uatu saluan tanpa ugiugi adalah epesentasi yang baik dai saluan-saluan fekuensi tinggi di mana L dan menjadi sangat besa dibandingkan dengan dan G. Pendekatan yang dipilih untuk pesoalan ini sama sepeti yang telah digunakan untuk menuunkan hubungan-hubungan tegangan dan aus dalam keadaan steady state untuk yang saluan panjang dengan konstanta-konstanta yang tesebea meata [5]. Tegangan dan adalah fungsi-fungsi x dan t besama-sama, sehingga pelu menggunakan tuunan sabagaian. Pesamaan jatuh tegangan sei di sepanjang elemen saluan adalah : x i x ( i L ) x (.45) t 6

22 Demikian pula halnya : x x ( Gv ) x (.46) t Pesamaan di atas dapat dibagi dengan x, dan kaena hanya membahas suatu saluan tanpa ugi-ugi, maka dan G akan sama dengan nol sehingga didapatkan : x i L t (.47) Dan i x t (.48) ekaang vaiable dapat dihilangkan dengan menghitung tuunan sebagian kedua suku dalam pesamaan 3 tehadap x dan tuunan sebagian kedua suku dalam pesamaan 4 tehadap t. Posedu ini menghasilkan i / xt pada kedua pesamaan yang dihasilkan, dan dengan mengelimini tuunan sebagian kedua dai vaiable i dai kedua pesamaan tesebut, didapatkan : 1 (.49) L x t Pesamaan 5 ini adalah yang dinamakan pesamaan gelombang bejalan suatu saluan tanpa ugi-ugi. Penyelesaian pesamaan ini adalah fungsi dai (x-vt) dan tegangannya dinyatakan dengan : f1( x vt) f( x vt) (.50) Yang meupakan suatu penyelesaian untuk tejadinya komponen-komponen ke depan dan kebelakang sebuah gelombang bejalan secaa besamaan pada sebuah saluan tanpa ugi-ugi. aiabel v yang menyatakan kecepatan gelombang bejalan dapat dinyatakan dengan : 7

23 1 v (.51) L Dengan : v kecepatan ambat gelombang (m/s) L induktansi saluan (H/m) kapasitansi saluan (F/m) Jika gelombang yang bejalan ke depan yang disebut juga dengan gelombang datang, dinyatakan dengan : f1( x vt) (.5) Maka gelombang aus akan ditimbulkan oleh muatan-muatan yang begeak dapat dinyatakan dengan : i 1 L f1( x vt) (.53) Dai Pesamaan (.37) dan Pesamaan (.38) didapatkan bahwa : i L (.54) Pebandingan antaa dan dinamakan impedansi kaakteistik atau impedansi suja (c) dai saluan tanpa ugi-ugi. Pada saaat suatu tegangan v(t) diteapkan pada salah satu ujung saluan tansmisi tanpa ugi-ugi, maka unit kapasitansi petama dimuati pada tegangan v(t). Kapasitansi ini kemudian meluah kedalam unit kapasitansi beikutnya melalui induktansi L. Poses bemuatan-peluahan ini belajut hingga ujung saluan dan enegi gelombang dialihkan dai bentuk elektonik (dalam kapasitansi) ke bentuk magnetic (dalam induktansi). Jadi, gelombang tegangan begeak maju secaa gadual ke ujung suatu saluan dengan menimbulkna gelombang aus 8

24 ekivalen juga. Popagasi gelombang tegangan dan aus ini disebut gelombang bejalan (tavelling wave) dan gelombang ini kelihatan seolah-olah tegangan dan aus bejalan sepanjang saluan dengan kecepatan yang dibeikan oleh pesamaan 7. aat gelombang yang bejalan pada suatu saluan tansmisi mencapai titik tansisi, sepeti suatu angkaian tebuka, angkaian hubungan singkat, suatu sambungan dengan saluan lain atau kabel, belitan mesin dan lain-lain, maka pada titik itu tejadi peubahan paamete saluan. Akibatnya sebagian dai gelombang bejalan begeak melewati bagian lain dai angkaian. Pada titik tansisi, tegangan atau aus dapat behaga nol sampai dua kali haga semula tegantung pada kaakteistik teminalnya. Gelombang bejalan asal (impinging wave) disebut gelombang datang (incident wave) dan dua macama gelombang lain yang muncul pada titik tansmisi dissebut dengan gelombang pantul (eflected wave) dan gelombang maju (tansmitted wave)..7. Analisis Tansien : Gelombang Pantul Jika tegangan dihubungkan pada ujung pengiim suatu saluan tansmisi yang ditutup dengan suatu impedansi. Pada saat sakla ditutup dan suatu tegangan tehubung pada suatu saluan, maka suatu gelombang tegangan mulai bejalan sepanjang saluan diikuti oleh suatu gelombang aus i. Pebandingan antaa dan i di ujung saluan pada setiap saat haus sama dengan esistansi penutup Oleh kaena itu kedatangan adalah dan dan i di ujung peneima di mana nilai-nilainya i haus menimbulkan gelombang-gelombang yang bejalan ke 9

25 belakang atau gelombang-gelombang pantulan dan i yang nilai-nilainya di ujung adalah dan i sedemikian sehingga [5], i i i (.55) Dengan dan ujung peneima. i adalah gelombang-gelombang dan i yang diuku pada Jika dibuat L / didapat : i (.56) dan i (.57) Kemudian dengan memasukkan nilai dihasilkan pesamaan : i dan i ke dalam Pesamaan (.55) (.58) Koefisien pantulan untuk tegangan pada ujung peneima saluan didefenisikan sebagai /, jadi [5]: (.59) dengan : = koefisien pantulan pada ujung peneima = impedansi ujung peneima = impedanis kaakteistik (impedansi suja) 30

26 Pada saluan yang ditutup dengan impedansi kaakteistik, telihat bahwa koefisien pantulan sama dengan nol, sehingga tidak ada gelombang pantulan dan saluan belaku seakan-akan panjangnya tidak tehingga. Pada saat ujung saluan yang meupakan suatu angkaian tebuka adalah tak tehingga akan didapatkan haga sama dengan 1 (satu). Dengan demikian tegangan yang tejadi pada ujung peneima menjadi kalinya tegangan sumbe (ujung pengiim). Dai uaian di atas bisa disimpulkan bahwa besa tegangan lebih tansien sangat tegantung pada impedansi kaakteistik ( L / ), dimana impedansi kaakteistik tesenut sangat bepengauh tehadap koefisien panulan. Gelombang-gelombang yang bejalan kembali kea ah ujung pengiim akan menyebabkan pantulan-pantulan bau yang ditentukan oleh koefisien pantulan pada ujung pengiim dan impedansi ujung pengiim. (.60) Dengan : = koefisien pantulan pada ujung pengiim = impedansi ujung pengiim = impedansi kaakteistik.8 Efek Feanti pada aluan Tansmisi Efek feanti adalah gejala yang timbul akibat dai keadaan pembebanan pada ujung peneima, yang mengakibatkan tegangan pada titik atau lokasi yang jauh dai ujung pengiim menjadi lebih besa pada tegangan ujung kiimnya [3]. 31

27 Hubungan antaa tegangan dan aus pada saluan tansmisi panjang telah diumuskan pada pesamaan tedahulu yaitu [3] : cosh l sinh l sinh l cosh l (.61) Dimana : impedansi kaakteistik Y j Y konstanta popagasi konstanta edaman konstanta pegesean fasa Apabila ugi-ugi daya diabaikan ( 0) maka l jl, sehingga hubungan tegangan dan aus dapat ditulis [3]: Dimana : cos l j sin l (.6) j sin l cos l (.63) l sudut kaakteistik powe angle, sudut antaa dan = sudut antaa aus dan = sudut powe facto pada ujung Kaena ugi-ugi diabaikan maka l jl j j XY f L f v (.64) 3

28 Dengan v 1 L kecepatan popagasi Untuk sistem dengan fekuensi 50 Hz dan.50 ( o / Km) 0,06 o v Km/s, maka : / Km 6 o /100Km Jadi secaa umum haga l didapat 6 o / 100 Km, sehingga dalam menghitung tegangan efek Feanti cukup menggunakan haga l tesebut..9 Aus Pengisian Pada saluan tansmisi admitansi shuntnya tedii dai konduktansi (G) dan eaktansi kapasitif (). Konduktansinya seing diabaikan kaena pengauhnya pada admitansi shunt sangat kecil [6]. Kapasitansi saluan tansmisi meupakan akibata beda potensial anta penghanta. Kapasitansi antaa penghanta-penghanta sejaja besanta konstan tegantung pada ukuan dan jaak pemisiah anta penghanta. uatu tegangan bolak-balik yang dipasang pada saluan tansmisi akan menyebabkan muatan pada penghanta di suatu titik beubah sesuai dengan peubahan nilai tegangan sesaat anta penghanta pada titik itu. Pebedaan ini menyebabkan muatan mengali. Aus yang disebabkan oleh alian muatan kaena tegangan bolak-balik disebut aus pengisian (chaging cuent). Aus ini mengali dalam saluan tansmisi meskipun saluan ini dalam keadaan tebuka. 33

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER BAB II MDAN ISTRIK DI SKITAR KONDUKTOR SIINDR II. 1 Hukum Coulomb Chales Augustin Coulomb (1736-1806), adalah oang yang petama kali yang melakukan pecobaan tentang muatan listik statis. Dai hasil pecobaannya,

Lebih terperinci

Listrik statis (electrostatic) mempelajari muatan listrik yang berada dalam keadaan diam.

Listrik statis (electrostatic) mempelajari muatan listrik yang berada dalam keadaan diam. LISTRIK STATIS Listik statis (electostatic) mempelajai muatan listik yang beada dalam keadaan diam. A. Hukum Coulomb Hukum Coulomb menyatakan bahwa, Gaya taik atau tolak antaa dua muatan listik sebanding

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2 LISTIK STATIS A. Hukum Coulomb Jika tedapat dua muatan listik atau lebih, maka muatan-muatan listik tesebut akan mengalami gaya. Muatan yang sejenis akan tolak menolak sedangkan muatan yang tidak sejenis

Lebih terperinci

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK DFTR ISI DFTR ISI... 7. POTENSIL LISTRIK... 7. Potensial dan eda Potensial... 7. Dipole Listik...6 7.3 Kapasitansi Listik...9 7.4 Dielektikum... 7.5 Penyimpanan Enegi Listik...5 7.6 Pealatan : Tabung Sina

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB II Tinjauan Teoritis BAB II Tinjauan Teoitis BAB II Tinjauan Teoitis 2.1 Antena Mikostip 2.1.1 Kaakteistik Dasa Antena mikostip tedii dai suatu lapisan logam yang sangat tipis ( t

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis LISTIK STATIS * HUKUM COULOM. ila dua buah muatan listik dengan haga q dan q, saling didekatkan, dengan jaak pisah, maka keduanya akan taik-menaik atau tolak-menolak menuut hukum Coulomb adalah: ebanding

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 1 BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 4.1 Hukum Coulomb Dua muatan listik yang sejenis tolak-menolak dan tidak sejenis taik menaik. Ini beati bahwa antaa dua muatan tejadi gaya listik. Bagaimanakah pengauh

Lebih terperinci

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity).

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity). Hand Out Fisika 6 (lihat di http:).1. Pengetian Medan Listik. Medan Listik meupakan daeah atau uang disekita benda yang bemuatan listik dimana jika sebuah benda bemuatan lainnya diletakkan pada daeah itu

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. Gambar. Saling tarik menarik. Saling tolak-menolak. Listrik Statis * MUATAN LISTRIK.

LISTRIK STATIS. F k q q 1. Gambar. Saling tarik menarik. Saling tolak-menolak. Listrik Statis * MUATAN LISTRIK. * MUATAN LISTRIK. LISTRIK STATIS Suatu pengamatan dapat mempelihatkan bahwa bila sebatang gelas digosok dengan kain wool atau bulu domba; batang gelas tesebut mampu menaik sobekan-sobekan ketas. Ini menunjukkan

Lebih terperinci

FISIKA DASAR 2 PERTEMUAN 2 MATERI : POTENSIAL LISTRIK

FISIKA DASAR 2 PERTEMUAN 2 MATERI : POTENSIAL LISTRIK UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG Teknik Industi FISIKA DASAR PERTEMUAN MATERI : POTENSIAL LISTRIK SILABI FISIKA DASAR Muatan dan Medan Listik Potensial Listik Kapasito dan Dielektik Aus dan Resistansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Moto Induksi [1] Moto induksi meupakan moto listik aus bolak balik (ac) yang paling luas digunakan, Penamaannya beasal dai kenyataan bahwa moto ini bekeja bedasakan

Lebih terperinci

VDC Variabel. P in I = 12 R AC

VDC Variabel. P in I = 12 R AC SUDI EBAIKAN OSI DAN EFISIENSI MOO INDUKSI IGA FASA DENGAN MEMEBAIKI FAKO DAYA MOO INDUKSI Muhammad Fahmi Syawali izki, A.achman Hasibuan Konsentasi eknik Enegi Listik, Depatemen eknik Elekto Fakultas

Lebih terperinci

Torsi Rotor Motor Induksi 3. Perbaikan Faktor Daya

Torsi Rotor Motor Induksi 3. Perbaikan Faktor Daya SUDI EBAIKAN OSI DAN EFISIENSI MOO INDUKSI IGA FASA DENGAN MEMEBAIKI FAKO DAYA MOO INDUKSI Muhammad Fahmi Syawali izki, A.achman Hasibuan Konsentasi eknik Enegi Listik, Depatemen eknik Elekto Fakultas

Lebih terperinci

SUMBER MEDAN MAGNET. Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd. Ke Menu Utama

SUMBER MEDAN MAGNET. Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd. Ke Menu Utama SUMER MEDAN MAGNET Oleh : Saba Nuohman,M.Pd Ke Menu Utama Medan Magnetik Sebuah Muatan yang egeak Hasil-hasil ekspeimen menunjukan bahwa besanya medan magnet () akibat adanya patikel bemuatan yang begeak

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB ISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 04 Sesi NGAN LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB Jika tedapat dua atau lebih patikel bemuatan, maka antaa patikel tesebut akan tejadi gaya taik-menaik atau tolak-menolak

Lebih terperinci

MEDAN LISTRIK STATIS

MEDAN LISTRIK STATIS Listik Statis 1 * MUATAN LISTRIK. MEDAN LISTRIK STATIS Suatu pengamatan dapat mempelihatkan bahwa bila sebatang gelas digosok dengan kain wool atau bulu domba; batang gelas tesebut mampu menaik sobekan-sobekan

Lebih terperinci

Bahan Ajar Listrik Statis Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd SMA Negeri 1 Maja LISTRIK STATIS

Bahan Ajar Listrik Statis Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd SMA Negeri 1 Maja LISTRIK STATIS SMA Negei Maja LISTRIK STATIS KLISTRIKAN Fisikawan Du Fay menunjukkan adanya dua macam pelistikan (eletifikasi). Bebeapa isolato tetentu, bila digosok dalam keadaan tetentu, menyebabkan gaya tolak. Hasil

Lebih terperinci

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON 1 BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON Sebelumnya telah dipelajai tentang hukum Newton: hukum I tentang kelembaban benda, yang dinyatakan oleh pesamaan F = 0; hukum II tentang hubungan gaya dan geak, yang

Lebih terperinci

FISIKA 2 (PHYSICS 2) 2 SKS

FISIKA 2 (PHYSICS 2) 2 SKS Lab Elektonika Industi isika SILABI a. Konsep Listik b. Sumbe Daya Listik c. Resistansi dan Resisto d. Kapasistansi dan Kapasito e. Rangkaian Listik Seaah f. Konsep Elekto-Magnetik g. Induktansi dan Indukto

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge

BAB 2 DASAR TEORI. on maka S 1. akan off. Hal yang sama terjadi pada S 2. dan S 2. Gambar 2.1 Topologi inverter full-bridge BAB 2 DASAR EORI 2. Pendahuluan Konvete dc-ac atau biasa disebut invete adalah suatu alat elektonik yang befungsi untuk menghasilkan keluaan ac sinusoidal dai masukan dc dimana magnitudo dan fekuensinya

Lebih terperinci

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11 GRAFITASI Si Isaac Newton yang tekenal dengan hukum-hukum Newton I, II dan III, juga tekenal dengan hukum Gafitasi Umum. Didasakan pada patikel-patikel bemassa senantiasa mengadakan gaya taik menaik sepanjang

Lebih terperinci

Gelombang Elektromagnetik

Gelombang Elektromagnetik Gelombang Miko 5 Gelombang Miko 6 Gelombang lektomagnetik Gelombang elektomagnetik (em) tedii dai gelombang medan listik dan medan magnit ang menjala besama dengan kecepatan sama dengan kecepatan cahaa.

Lebih terperinci

1 Sistem Koordinat Polar

1 Sistem Koordinat Polar 1 Sistem Koodinat ola ada kuliah sebelumna, kita selalu menggunakan sistem koodinat Katesius untuk menggambakan lintasan patikel ang begeak. Koodinat Katesius mudah digunakan saat menggambakan geak linea

Lebih terperinci

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK INDUKSI ELEKTROMAGNETIK Oleh : Saba Nuohman,M.Pd Ke Menu Utama Pehatikan Tampilan eikut agaimana Listik dipoduksi dalam skala besa? Apakah batu bateai atau Aki saja bisa memenuhi kebutuhan listik manusia?

Lebih terperinci

BAB 2 ANTENA MIKROSTRIP ARRAY

BAB 2 ANTENA MIKROSTRIP ARRAY BAB ANTENA MIKROSTRIP ARRAY. ANTENA Antena meupakan suatu alat yang dapat meubah besaan listik dai saluan tansmisi menjadi suatu gelombang elektomagnetik (GEM) untuk diadiasikan ke udaa bebas [8]. Sebaliknya

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com Geak Melingka Gavitasi Kinematika Geak Melingka Beatuan Sebuah benda yang begeak membentuk suatu lingkaan dengan laju konstan v dikatakan mengalami geak melingka beatuan. Besa kecapatan dalam hal ini tetap

Lebih terperinci

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu).

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu). 7.3. Tansmisi Suaa Melalui Celah 7.3.1. Integal Kichhoff Cukup akses yang bebeda untuk tik-tik difaksi disediakan oleh difaksi yang tepisahkan dapat dituunkan dai teoema Geen dalam analisis vekto. Hal

Lebih terperinci

Gambar 4.3. Gambar 44

Gambar 4.3. Gambar 44 1 BAB HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Pada bab kita telah membahas sifat-sifat geak yang behubungan dengan kecepatan dan peceaptan benda. Pembahasan pada Bab tesesbut menjawab petanyaan Bagaimana sebuah benda

Lebih terperinci

II. KINEMATIKA PARTIKEL

II. KINEMATIKA PARTIKEL II. KINEMATIKA PARTIKEL Kinematika adalah bagian dai mekanika ang mempelajai tentang geak tanpa mempehatikan apa/siapa ang menggeakkan benda tesebut. Bila gaa penggeak ikut dipehatikan, maka apa ang dipelajai

Lebih terperinci

Sejarah. Charles Augustin de Coulomb ( )

Sejarah. Charles Augustin de Coulomb ( ) Medan Listik Sejaah Fisikawan Peancis Piestley yang tosi balance asumsi muatan listik Gaya (F) bebanding tebalik kuadat Pengukuan secaa matematis bedasakan ekspeimen Coulomb Chales Augustin de Coulomb

Lebih terperinci

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1 BAB 11 GRAVITASI Hukum gavitasi univesal yang diumuskan oleh Newton, diawali dengan bebeapa pemahaman dan pengamatan empiis yang telah dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan sebelumnya. Mula-mula Copenicus membeikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan Kebisingan yang belebihan akan sangat bepengauh tehadap indea pendengaan. Seseoang yang telalu seing beada pada kawasan dengan kebisingan yang tinggi setiap hainya dapat mengalami gangguan pendengaan sementaa

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : FISIKA Satuan Pendidikan : SMA. Jumlah Soal : 40 Bentuk Soal : Pilihan Ganda

Mata Pelajaran : FISIKA Satuan Pendidikan : SMA. Jumlah Soal : 40 Bentuk Soal : Pilihan Ganda F 1 F Mata Pelajaan : FISIKA Satuan Pendidikan : SMA Pogam : IPA Jumlah Soal : 40 Bentuk Soal : Pilihan Ganda 1. Posisi skala utama dan skala nonius sebuah jangka soong ditunjukkan sepeti pada gamba beikut

Lebih terperinci

Peninjauan Kembali Desain Transformator Untuk Meningkatkan Ketahanan Terhadap Gangguan Penyulang

Peninjauan Kembali Desain Transformator Untuk Meningkatkan Ketahanan Terhadap Gangguan Penyulang Peninjauan Kembali Desain Tansfomato Untuk Meningkatkan Ketahanan Tehadap Gangguan Penyulang Abstak: Seingnya tansfomato mengalami keusakan akibat gangguan penyulang memelukan pehatian khusus untuk mengetahui

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Penempatan Dan Perubahan Kapasitor Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3-Fasa Bercatu 1-Fasa

Analisis Pengaruh Penempatan Dan Perubahan Kapasitor Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi 3-Fasa Bercatu 1-Fasa 27 Analisis Pengauh Penempatan Dan Peubahan Kapasito Tehadap Unjuk Keja Moto Induksi 3-Fasa Becatu 1-Fasa Hey Punomo Abstak Moto induksi 3 fasa dalam beopeasi secaa nomal mendapat catu daya 3 fasa yang

Lebih terperinci

MEDAN LIST S RIK O eh : S b a a b r a Nu N r u oh o m h an a, n M. M Pd

MEDAN LIST S RIK O eh : S b a a b r a Nu N r u oh o m h an a, n M. M Pd MEDAN LISTRIK Oleh : Saba Nuohman, M.Pd Ke Menu Utama Pehatikan Video Beikut: Mengapa itu bisa tejadi? Muatan Listik Penjelasan seputa atom : Diamete inti atom Massa potonmassa neton Massa elekton Muatan

Lebih terperinci

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK MATA KULIAH KOD MK Dosen : FISIKA DASAR II : L-1 : D. Budi Mulyanti, MSi Petemuan ke- CAKUPAN MATRI 1. MDAN LISTRIK. INTNSITAS/ KUAT MDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK SUMBR-SUMBR: 1. Fedeick

Lebih terperinci

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Pengatuan Footpint Antena Gound Penetating Rada Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Ande Eka Saputa (1324243) Jalu Pilihan Teknik Telekomunikasi Sekolah Teknik Elekto dan Infomatika Institut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN BAB IV Hasil Simulasi Dan Analisa Pengukuan BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN 4.1. Pehitungan Saluan Pencatu Saluan pencatu yang digunakan pada Tugas Akhi ini menggunakan mikostip feedline.

Lebih terperinci

Komponen Struktur Tekan

Komponen Struktur Tekan Mata Kuliah : Peancangan Stuktu Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Komponen Stuktu Tekan Petemuan 4, 5 Sub Pokok Bahasan : Panjang Tekuk Tekuk Lokal Tekuk Batang Desain Batang Tekan Batang batang tekan yang

Lebih terperinci

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q MEDAN LISTRIK 1 2.1 Medan Listik Gaya Coulomb di sekita suatu muatan listik akan membentuk medan listik. Dalam membahas medan listik, digunakan pengetian kuat medan. Untuk medan gaya Coulomb, kuat medan

Lebih terperinci

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik HKM CMB Muatan istik Gaya Coulomb untuk Muatan Gaya Coulomb untuk > Muatan Medan istik untuk Muatan Titik FISIKA A Semeste Genap 6/7 Pogam Studi S Teknik Telekomunikasi nivesitas Telkom M A T A N Pengamatan

Lebih terperinci

Teori Dasar Medan Gravitasi

Teori Dasar Medan Gravitasi Modul Teoi Dasa Medan Gavitasi Teoi medan gavitasi didasakan pada hukum Newton tentang medan gavitasi jagat aya. Hukum medan gavitasi Newton ini menyatakan bahwa gaya taik antaa dua titik massa m dan m

Lebih terperinci

Konsep energi potensial elektrostatika muatan titik : Muatan q dipindahkan dari r = ke r = r A Seperti digambarkan sbb :

Konsep energi potensial elektrostatika muatan titik : Muatan q dipindahkan dari r = ke r = r A Seperti digambarkan sbb : Knsep enegi ptensial elektstatika muatan titik : Muatan q dipindahkan dai = ke = A Sepeti digambakan sbb : q + Enegi ptensial muatan q yang tepisah pada jaak A dai Q U( A ) = - A Fc d Fc = 4 Q q ˆ = -

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Haga Tahanan Jenis Teoi yang mendasai metode tahanan jenis atau metode geolistik adalah hukum Ohm [7] yang mempunyai pesamaan : V I = (2.) R Dengan V menyatakan tegangan (volt),

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-31) Topik hai ini (minggu ) Geak dalam Satu Dimensi (Kinematika) Keangka Acuan & Sistem Koodinat Posisi dan Pepindahan Kecepatan Pecepatan GLB dan GLBB Geak Jatuh Bebas Mekanika Bagian

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. S 12 Gambar 2-1. Jaringan Dua Port dan Parameter-S

BAB II DASAR TEORI. S 12 Gambar 2-1. Jaringan Dua Port dan Parameter-S BAB II DAAR TEORI. PARAMETER Paamete digunakan untuk mempeole kaakteistik dai suatu jaingan dua pot yang beopeasi pada fekuensi tinggi. Paamete lain sepeti H, Y, dan tidak bisa meepesentasikan jaingan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS KARAKTERISTIK SALURAN TRANSMISI MIKROSTRIP

TUGAS AKHIR ANALISIS KARAKTERISTIK SALURAN TRANSMISI MIKROSTRIP TUGAS AKHIR ANALISIS KARAKTERISTIK SALURAN TRANSMISI MIKROSTRIP O L E H LEMUEL ARTIOS L. TOBING 05 0402 053 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 ABSTRAK Saluan

Lebih terperinci

trigonometri 4.1 Perbandingan Trigonometri

trigonometri 4.1 Perbandingan Trigonometri tigonometi 4.1 Pebandingan Tigonometi 0 Y x P(x,y) y X x disebut absis y disebut odinat jai-jai sudut positif diuku dai sumbu X belawanan aah putaan jaum jam Definisi : = x + y sin = y cos = x tan = y

Lebih terperinci

ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK

ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASA II : EL-22 : D. Budi Mulyanti, MSi Petemuan ke-5 CAKUPAN MATEI. ESISTANSI DAN HUKUM OHM 2. ANGKAIAN LISTIK SEDEHANA 3. DAYA LISTIK DAN EFISIENSI JAINGAN SUMBE-SUMBE:.

Lebih terperinci

Metoda Voltmeter-Amperemeter

Metoda Voltmeter-Amperemeter Pengukuan esistansi (Tahanan) PENGUKUAN L-C (esistansi, Induktansi, Kapasitansi) Klasifikasi Tahanan : Tahanan Kecil (< Ω) Tahanan Sedang ( 00 k Ω) Tahanan Besa (>00 kω) Lab Sistem Elektonika IT Telkom

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA Hingga sejauh ini kita sudah mempelajai tentang momentum, gaya-gaya pada fluida statik, dan ihwal fluida begeak dalam hal neaca massa dan neaca enegi.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA. Bahan Ajar 2: Potensial Listrik dan Kapasitor (Minggu ke 3 dan 4)

UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA. Bahan Ajar 2: Potensial Listrik dan Kapasitor (Minggu ke 3 dan 4) UNIVERSITS GDJH MD PROGRM STUDI FISIK FMIP Bahan ja : Potensial Listik dan Kapasito (Minggu ke 3 dan 4) FISIK DSR II Semeste /3 sks/mff 0 Oleh Muhammad Fachani Rosyid Dengan dana BOPTN P3-UGM tahun anggaan

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan B a b 4 Geak Melingka Sumbe: www.ealcoastes.com Pada bab ini, Anda akan diajak untuk dapat meneapkan konsep dan pinsip kinematika dan dinamika benda titik dengan caa menganalisis besaan Fisika pada geak

Lebih terperinci

MAKALAH SABUK ELEMEN MESIN

MAKALAH SABUK ELEMEN MESIN MAKALAH SABUK ELEMEN MESIN Disusun Oleh : IWAN APRIYAN SYAM SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUSA PUTRA KATA PENGANTAR Puji syuku kami panjatkan kehadiat Tuhan yang Maha Esa atas limpahan ahmat dan kaunia-nya,sehingga

Lebih terperinci

Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK. Medan listrik akibat muatan titik Medan listrik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listrik

Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK. Medan listrik akibat muatan titik Medan listrik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listrik MDAN LISTRIK Medan listik akibat muatan titik Medan listik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listik Mach 7 Definisi Medan Listik () Medan listik pada muatan uji q didefinisikan sebagai gaya listik pada

Lebih terperinci

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. KORELASI Tedapat tiga macam bentuk hubungan anta vaiabel, yaitu hubungan simetis, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Inteaktif (saling mempengauhi). Untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel atau

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. aliran listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan bumi.

III. TEORI DASAR. aliran listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan bumi. . TEOR DSR 3.. Konsep Umum Geolistik ialah suatu metode dalam geofisika yang mempelajai sifat alian listik di dalam bumi dan caa mendeteksinya di pemukaan bumi. Pendeteksian ini meliputi pengukuan beda

Lebih terperinci

Rancang Bangun Antena Mikrostrip 900 MHz

Rancang Bangun Antena Mikrostrip 900 MHz Rancang Bangun Antena Mikostip 900 MHz Siska Novita Posma 1, M. Yanua Haiyawan 2, Adiyan Khabzli 3 1,2,3 Juusan Teknik Elekto Politeknik Caltex Riau Tel : (0761-53939) Fax : (0761-554224) siska@pc.ac.id

Lebih terperinci

Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Listrik Statis. membahas. Muatan Listrik. ditinjau menurut.

Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Listrik Statis. membahas. Muatan Listrik. ditinjau menurut. Bab 7 Listik Statis Pada minggu yang ceah, Icha menyetika baju seagamnya. Sambil menunggu panasnya setika, ia menggosok-gosokkan setika pada bajunya yang tipis. Tenyata Icha melihat dan measakan seakan-akan

Lebih terperinci

BAB - X SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

BAB - X SIFAT KEMAGNETAN BAHAN A - X SIFA KEAGNEAN AHAN ujuan: enghitung momen dipol dan suseptibilitas magnet untuk logam diamagnetik. engklasifikasikan logam paamagnetik. A. OEN DIPOL DAN SUSEPIILIAS AGNE Kemagnetan tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab II : Kajian Pustaka 3 BAB II KAJIAN PUSTAKA Mateial bedasakan sifat popetinya dibagi menjadi bebeapa jenis, yaitu:. Isotopik : mateial yang sifat popetinya sama ke segala aah, misalnya baja.. Othotopik

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan BAB II METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Bentuk penelitian yang dipegunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian koelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan umus

Lebih terperinci

BAB 13 LISTRIK STATIS DAN DINAMIS

BAB 13 LISTRIK STATIS DAN DINAMIS 397 BAB 3 LISTRIK STATIS DAN DINAMIS Penahkah anda melihat peti? atau penahkah anda tekejut kaena sengatan pada tangan anda ketika tangan menyentuh laya TV atau monito kompute? Peti meupakan peistiwa alam

Lebih terperinci

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran)

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran) 9 Geometi nalitik idang Lingkaan) li Mahmudi Juusan Pendidikan Matematika FMIP UNY) KOMPETENSI Kompetensi ang dihaapkan dikuasai mahasiswa setelah mempelajai ab ini adalah sebagai beikut. Menjelaskan pengetian

Lebih terperinci

IR. STEVANUS ARIANTO 1

IR. STEVANUS ARIANTO 1 8/7/07 MUTN LISTRIK HUKUM OULOM MEDN LISTRIK LINTSN PRTIKEL KUT MEDN LISTRIK OL KONDUKTOR KUT MEDN LISTRIK LEMPENG ERMUTN GRIS GY HUKUM GUSS ENERGI POTENSIL LISTRIK POTENSIL LISTRIK POTENSIL LISTRIK OL

Lebih terperinci

Bab. Garis Singgung Lingkaran. A. Pengertian Garis Singgung Lingkaran B. Garis Singgung Dua Lingkaran C. Lingkaran Luar dan Lingkaran Dalam Segitiga

Bab. Garis Singgung Lingkaran. A. Pengertian Garis Singgung Lingkaran B. Garis Singgung Dua Lingkaran C. Lingkaran Luar dan Lingkaran Dalam Segitiga ab 7 Sumbe: www.homepages.tesco Gais Singgung Lingkaan Lingkaan mungkin meupakan salah satu bentuk bangun data yang paling tekenal. Konsep lingkaan yang meliputi unsu-unsu lingkaan, luas lingkaan, dan

Lebih terperinci

r, sistem (gas) telah melakukan usaha dw, yang menurut ilmu mekanika adalah : r r

r, sistem (gas) telah melakukan usaha dw, yang menurut ilmu mekanika adalah : r r 4. USH 4.1 System yang beada dalam keadaan setimbang akan tetap mempetahanan keadan itu. Untuk mengubah keadaan seimbang ini dipelukan pengauh-pengauh dai lua; sistem haus beinteaksi dengan lingkungannya.

Lebih terperinci

BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG

BUKU TEKNIK ELEKTRONIKA TERBITAN PPPPTK/VEDC MALANG 247 2.8. PENGUAT 2.8.. Pendahuluan Pada paagap sebelumnya telah dijelaskan bagaimana semikondukto sambungan NPN atau PNP tebentuk menjadi sebuah tansisto. Pada bebeapa angkaian elektonik tansisto seing

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK Contoh. Soal pemahaman konsep Anda mungkin mempehatikan bahwa pemukaan vetikal laya televisi anda sangat bedebu? Pengumpulan debu pada pemukaan vetikal televisi mungkin

Lebih terperinci

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 MODIFIKASI DISTIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETI BOLA Yuant Tiandho Juusan Fisika, Univesitas Bangka Belitung Email: yuanttiandho@gmail.com Abstak Umumnya, untuk menggambakan

Lebih terperinci

6. Soal Ujian Nasional Fisika 2015/2016 UJIAN NASIONAL

6. Soal Ujian Nasional Fisika 2015/2016 UJIAN NASIONAL 6. Soal Ujian Nasional Fisika 015/016 UJIAN NASIONAL Mata Pelajaan : Fisika Jenjang : SMA/MA Pogam Studi : IPA Hai/Tanggal : Rabu, 6 Apil 016 Jam : 10.30 1.30 PETUNJUK UMUM 1. Isikan nomo ujian, nama peseta,

Lebih terperinci

FISIKA DASAR II. Kode MK : FI SKS : 3 Program Studi : Fisika Instrumentasi (S-1) Kelas : Reguler MATERI 1

FISIKA DASAR II. Kode MK : FI SKS : 3 Program Studi : Fisika Instrumentasi (S-1) Kelas : Reguler MATERI 1 FISIKA DASAR II Kode MK : FI 0 SKS : 3 Pogam Studi : Fisika Instumentasi (S-) Kelas : Regule MATERI TA 00/0 KRITERIA PENILAIAN Jika kehadian melampaui 75 %, Nilai Akhi mahasiswa ditentukan dai komponen

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS SEMESTER GENAP 008/009 TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS Alian dalam anulus adalah alian di antaa dua pipa yang segais pusat. Jadi ada pipa besa dan ada pipa kecil. Pipa kecil beada dalam pipa besa.

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saluran Transmisi Saluran transmisi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berperan menyalurkan daya listrik dari pusat-pusat pembangkit listrik ke gardu induk.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai uaian dan analisis data-data yang dipeoleh dai data pime dan sekunde penelitian. Data pime penelitian ini adalah hasil kuesione yang disebakan kepada

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. ini meliputi pengukuran beda potensial, arus, dan elektromagnetik yang terjadi

III. TEORI DASAR. ini meliputi pengukuran beda potensial, arus, dan elektromagnetik yang terjadi III. TEORI DASAR A. Konsep Umum Geolistik ialah suatu metode dalam geofisika yang mempelajai sifat alian listik di dalam bumi dan caa mendeteksinya di pemukaan bumi. Pendeteksian ini meliputi pengukuan

Lebih terperinci

Bab 2 Gravitasi Planet dalam Sistem Tata Surya

Bab 2 Gravitasi Planet dalam Sistem Tata Surya PEA KONSEP Bab Gavitasi Planet dalam Sistem ata Suya Gavitasi Gavitasi planet Hukum Gavitasi Newton Hukum Keple Menentukan massa bumi Obit satelit bumi Hukum I Keple Hukum II Keple Hukum III Keple 0 Fisika

Lebih terperinci

Medan Listrik. Medan : Besaran yang terdefinisi di dalam ruang dan waktu, dengan sifat-sifat tertentu.

Medan Listrik. Medan : Besaran yang terdefinisi di dalam ruang dan waktu, dengan sifat-sifat tertentu. Medan Listik Pev. Medan : Besaan yang tedefinisi di dalam uang dan waktu, dengan sifat-sifat tetentu. Medan ada macam : Medan skala Cnthnya : - tempeatu dai sebuah waktu - apat massa Medan vekt Cnthnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Pendahuluan Bedasakan tujuan penelitian ini, yaitu mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen listik moto yang akan diganti bedasakan Renewing Fee Replacement Waanty dua dimensi,

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

Pendahuluan Elektromagnetika

Pendahuluan Elektromagnetika Revisi Febuai 2002 Modul 1 EE 2323 Elektomagnetika Telekomunikasi Pendahuluan Elektomagnetika Oleh : Nachwan Mufti Adiansyah, ST Oganisasi Modul 1 Pendahuluan Elektomagnetika A. Lata Belakang Sejaah page

Lebih terperinci

Gerak melingkar beraturan

Gerak melingkar beraturan 13/10/01 Geak melingka beatuan geak melingka beatuan adalah geak dimensi dengan laju tetap, Aahnya beubah kecepatan beubah v i = vekto kecepatan awal v f = vekto kecepatan akhi θ = pepindahan sudut Gamba

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. Metoda gayaberat menggunakan hukum dasar, yaitu Hukum Newton tentang

III. TEORI DASAR. Metoda gayaberat menggunakan hukum dasar, yaitu Hukum Newton tentang 14 III. TEORI DASAR A. Hukum Newton Metoda gayabeat menggunakan hukum dasa, yaitu Hukum Newton tentang gavitasi dan teoi medan potensial. Newton menyatakan bahwa besa gaya taik menaik antaa dua buah patikel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

Fisika I. Gerak Dalam 2D/3D. Koefisien x, y dan z merupakan lokasi parikel dalam koordinat. Posisi partikel dalam koordinat kartesian diungkapkan sbb:

Fisika I. Gerak Dalam 2D/3D. Koefisien x, y dan z merupakan lokasi parikel dalam koordinat. Posisi partikel dalam koordinat kartesian diungkapkan sbb: Posisi dan Pepindahan Geak Dalam D/3D Posisi patikel dalam koodinat katesian diungkapkan sbb: xi ˆ + yj ˆ + zk ˆ :57:35 Koefisien x, y dan z meupakan lokasi paikel dalam koodinat katesian elatif tehadap

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Pengertian Umum

BAB II DASAR TEORI 2.1. Pengertian Umum BAB II DASAR TEORI.1. Pengetian Umum Gokat meupakan salah satu poduk yang saat dengan teknologi dan pekembangan. Ditinjau dai segi komponen, Gokat mempunyai beagam komponen didalamnya, namun secaa gais

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM PENGONTROLAN TEGANGAN DAN FREKUENSI GENERATOR INDUKSI TIPE DOUBLY FED APLIKASI PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN

PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM PENGONTROLAN TEGANGAN DAN FREKUENSI GENERATOR INDUKSI TIPE DOUBLY FED APLIKASI PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN PEMODELAN DAN SIMULASI SISTEM PENGONTROLAN TEGANGAN DAN FREKUENSI GENERATOR INDUKSI TIPE DOUBLY FED APLIKASI PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN 1).Novizon ) Uyung Gatot S Dinata. Fakultas Teknik Univesitas

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-321) Topik hai ini (minggu 7) Geak Rotasi Kinematika Rotasi Dinamika Rotasi Kekekalan Momentum Sudut Geak Menggelinding Kinematika Rotasi Pepindahan Sudut Riview geak linea: Pepindahan,

Lebih terperinci

LISTRIK MAGNET. potensil listrik dan energi potensial listrik

LISTRIK MAGNET. potensil listrik dan energi potensial listrik LISTRIK MGNET potensil listik dan enegi potensial listik OLEH NM : 1.Feli Mikael asablolon(101057034).salveius Jagom(10105709) 3. Vinsensius Y Sengko (101057045) PROGRM STUDI PENDIDIKN FISIK JURUSN PENDIDIKN

Lebih terperinci

Hukum Coulomb Dan Medan Listrik

Hukum Coulomb Dan Medan Listrik BAB Hukum Coulomb Dan Medan Listik Pendahuluan Istilah kelistikan sudah seing di gunakan dalam kehidupan sehai-hai. Akan tetapi oang tidak banyak yang memikikan tentang hal itu. Pengamatan tentang gaya

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI K-13. A. Hukum Gravitasi Newton

FISIKA. Kelas X HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI K-13. A. Hukum Gravitasi Newton K- Kelas X ISIKA HUKUM NEWON ENANG GAVIASI UJUAN PEMELAJAAN Setelah mempelajai matei ini, kamu dihaapkan memiliki kemampuan beikut.. Menjelaskan hukum gavitasi Newton.. Memahami konsep gaya gavitasi dan

Lebih terperinci

MICROSTRIP ANTENA PADA FREQUENSI 9GH FREQUENSI APLIKASI RADAR

MICROSTRIP ANTENA PADA FREQUENSI 9GH FREQUENSI APLIKASI RADAR JTEUNPAK 5 Ditebitkan di Bogo Junal Teknik Elekto Univesitas Pakuan MICROSTRIP ANTENA PADA FREQUENSI 9GH FREQUENSI APLIKASI RADAR I Hey Satia Utama,MT Abstak Indonesia adalah Negaa kepulauan yang tesusun

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-321) Topik hai ini (minggu 7) Geak Rotasi Kinematika Rotasi Dinamika Rotasi Kekekalan Momentum Sudut Geak Menggelinding Kinematika Rotasi RIVIEW Riview geak linea: Pepindahan, kecepatan,

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS (3) Potensial Listrik BAB 1 Fisika Dasar II 44

LISTRIK STATIS (3) Potensial Listrik BAB 1 Fisika Dasar II 44 LISTRIK STTIS (3) Potensial Listik BB 1 Fisika Dasa II 44 1. PENDHULUN ds G 3.1 Muatan positif egeak sejauh ds ke aah negatif kaena adanya enegi potensial listik Dalam pemahasan tedahulu kita telah menganalisis

Lebih terperinci

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS Yahya Ahmadi Bata, Ali Hanafiah Rambe Konsentasi Teknik Telekomunikasi, Depatemen

Lebih terperinci

Kata. Kunci. E ureka. A Gerak Melingkar Beraturan

Kata. Kunci. E ureka. A Gerak Melingkar Beraturan Kata Kunci Geak melingka GM (Geak Melingka eatuan) GM (Geak Melingka eubah eatuan) Hubungan oda-oda Pada bab sebelumnya, kita sudah mempelajai geak luus. Di bab ini, kita akan mempelajai geak dengan lintasan

Lebih terperinci

BAB II METODA GEOLISTRIK

BAB II METODA GEOLISTRIK BB METOD GEOLSTRK. Pendahuluan Metode Geolistik Metoda geolistik adalah salah satu metoda dalam geofisika yang memanfaatkan sifat kelistikan untuk mempelajai keadaan bawah pemukaan bumi. Metoda geolistik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. 8 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Suatu penelitian dapat behasil dengan baik dan sesuai dengan posedu ilmiah, apabila penelitian tesebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 7 Difraksi dan Hamburan

BAB 7 Difraksi dan Hamburan BAB 7 Difaksi dan Hambuan Bedasakan bab sebelumnya yang menjelaskan tentang sebuah gelombang yang datang di pantulkan oleh suatu bidang pembatas meupakan gelombang data dan tidak behingga. Jika sebuah

Lebih terperinci