Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan & Penerapan MIPA, Hotel Sahid Raya Yogyakarta, 8 Februari 2005

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan & Penerapan MIPA, Hotel Sahid Raya Yogyakarta, 8 Februari 2005"

Transkripsi

1 Prosiing Seminar Nasional Penelitian, Peniikan & Penerapan MIPA, Hotel Sahi Raya Yogyakarta, 8 Februari 2005 KAJIAN INDEKS BIAS KACA YANG MENGALAMI PROSES ANNEALING (The Stuy of Refraction Inex of Glass That is Anneale) Oleh: Ei Istiyono FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh temperatur an waktu anil terhaap ineks bias kaca. Di samping itu juga iharapkan iperoleh kaca yang optimal itinjau ari ineks biasnya. Sampel alam penelitian ini aalah kaca soa lime yang ianil paa temperatur anil 300 o C engan waktu anil 30 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit, 150 menit, 180 menit, an 240 menit. Di samping itu juga sampel ianil itahan selama 30 menit paa temperatur 100 o C, 200 o C, 300 o C, 400 o C, 500 o C, an 600 o C. Teknik analisis ata yang igunakan aalah analisis grafik. Hasil yang iperoleh untuk pengaruh temperatur anil terhaap ineks bias kaca paa waktu tetap 30 menit memiliki kecenerungan semakin tinggi temperatur anil, ineks bias kaca semakin meningkat secara linear. Diperoleh pula pengaruh waktu anil terhaap ineks bias kaca paa temperatur tetap 300 o C bahwa semakin tinggi waktu anil, ineks bias kaca cenerung menurun secara kuaratik. Jika ibaningkan engan sebelum annealing, maka ineks bias optimum paa waktu anil 30 menit. Kata kunci: temperatur anil, waktu anil, an ineks bias kaca ABSTRACT The experiment purposes to observe of the influence of temperature an anneal time to the refraction inex of glass. Sample of the experiment is soa lime glass that are anneale on temperature of C, C, C, C, C, an C for 30 minutes. Besies, the glass are anneale on temperature C for 30, 60, 90, 120, , an 240 minutes. The ata is analyse by graph metho. Base on analysing of ata is conclue that there are influence of temperature an anneal time to the refraction inex of glass. Increasing of the anneal temperature causes increasing of the refraction inex of the glass linearly an increasing of the anneal time causes quaratic ecreasing of the refraction inex of the glass. If it is compere initial refraction inex, optimal refraction inex at anneal time is 30 minutes. Key wors: anneal temperature, anneal time, an refraction inex of glass F-31

2 Ei Istiyono Kajian Ineks Bias PENDAHULUAN Latar belakang Masalah Dengan meningkatnya peraaban manusia, maka kebutuhan primer atau kebutuhan sekuner lainnya semakin kompleks. Kebutuhan primer misalnya kebutuhan pangan, sanang, an papan. Kebutuhan sekuner misalnya kebutuhan peralatan sehari-hari. Baik untuk keperluan primer, misalnya pembuatan rumah, khususnya kaca jenela atau kaca pintu, maupun kebutuhan sekuner banyak menggunakan bahan ari kaca. Kaca sebagai suatu bahan tentunya memiliki beberapa sifat mekanik an optik. Sifat-sifat mekanik antara lain: kekerasan an keuletan, seangkan yang termasuk sifat optik aalah kemampuan menyerap, memantulkan atau membiaskan. Dengan asar itu karakteristik optik irepresentasikan oleh ineks bias, koefisien reflektansi an koefisien transmitansi. Dalam penggunaan kaca, sebaiknya isesuaikan engan sifat kaca tersebut agar apat optimal. Penggunaan kaca, misalnya: kaca jenela paa mobil, jenela rumah, pintu kantor, atau yang lain. Bahan kaca yang suah memiliki bentuk biasanya memiliki seperangkat sifat-sifat kekuatan, kekerasan, warna, ineks bias an sebagainya (Van Vlack, 1992 : 5). Pemanfaatan bahan optik untuk keperluan filter frekuensi, kopling arah, an untuk keperluan komersial (misalnya: kaca bangunan, jenela mobil, kaca mata, gelas kimia an lain-lain) terus ikaji an ikembangkan (Ohring, 1992). Menurut asar-asar ilmu bahan bahwa setiap sifat bahan berkaitan erat sekali engan struktur intern bahan itu seniri. Struktur intern (alam) bahan mencakup atomatom an susunannya ia alam suatu struktur mikro (Van Vlack, 1991 : 4). Apabila bahan mengalami perubahan struktur intern, sifat an perilakunya akan berubah. Perubahan tersebut apat terjai akibat aanya penrgaruh ari luar yang ialami bahan. Laku panas yang biasa ilakukan aa tiga macam, yakni: quenching, annealing, an temper. Namun alam penelitian ini laku panas yang ipilih aalah annealing. Annealing aalah laku panas engan cara memanaskan bahan secara menaak itahan paa temperatur tertentu an waktu tertentu kemuian iinginkan secara perlahan-lahan sampai temperatur kamar. Setelah mengalami proses annealing imungkinkan struktur intern kaca soa lime berubah secara permanen, sehingga imungkinkan bahan memiliki karakteristik yang berbea. Karakteristik bahan yang merupakan sifat optis aalah ineks bias. F-32

3 Prosiing Seminar Nasional Penelitian, Peniikan & Penerapan MIPA, Hotel Sahi Raya Yogyakarta, 8 Februari 2005 Oleh karena itu, perlu penelitian pengaruh proses annealing yang meliputi temperatur an waktu anneal terhaap sifat optik kaca soa lime. Sifat optik kaca soa lime akan irepresentasikan oleh ineks biasnya. Perumusan Masalah Berasarkan uraian i atas maka apat irumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh waktu annealing terhaap ineks bias kaca? 2. Bagaimana pengaruh temperatur annealing terhaap ineks bias kaca? Tujuan Penelitian Berasarkan uraian i atas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh waktu annealing terhaap ineks bias kaca? 2. Untuk mengetahui temperatur annealing terhaap ineks bias kaca? TINJAUAN PUSTAKA Annealing Laku panas yang biasa ilakukan aa tiga macam, yakni: quenching, annealing, an temper. Berikut akan ibahas perlakuan panas yang igunakan alam pelitian ini, yakni annealing. Proses termal sangat berpengaruh paa sifat bahan logam (Van Vlack, 1991 : 210). Salah satu proses termal ini aalah proses pemanasan menaak ilanjutkan engan peninginan pelan-pelan sampai suhu kamar. Proses annealing aalah proses laku panas engan bahan mengalami pemanasan yang menaak isusul engan peninginan secara pelan-pelan pula (Van Vlack, 1991 : 437). Aa ua macam annealing, yakni: annealing isotermal an annealing isokronal. Annealing isotermal jika annealing ilakukan paa suhu yang sama seangkan waktunya berubah-ubah. Annealing isokronal aalah annealing yang ilakukan paa suhu yang berubah-ubah namun waktunya tetap (Ei Istiyono, 2003 ). Paa suhu yang tinggi atom-atom akan bergerak kemuian apat mengatur iri kembali, membentuk kristal-kristal baru yang lebih sempurna. Proses tersebut isebut rekristalisasi (Van Vlack, 1991: 225). Penyusunan kristal-kristal paa posisi baru ini merupakan perubahan struktur intern logam yang akan mengubah sifat-sifat atau karakteristik logam. Penekatan secara kasar menyatakan bahwa suhu rekristalisasi (T R ) beraa i antara 0,3 Tm an 0,6 Tm, engan Tm aalah titik cair alam Kelvin (Van Vlack, 1991 : 228). F-33

4 Ei Istiyono Kajian Ineks Bias Ineks Bias Kaca Soalime Ineks bias suatu meium merupakan angka yang menyatakan perbaningan laju sinar i hampa atau uara engan laju sinar i meium, sehingga secara matemtis inyatakan: v c n = 1 21 = (1) v v 2 Ineks bias meium bergantung paa kerapatan meium tersebut, seangkan nilai kuantitatifnya bergantung paa panjang gelombang sinar yang atang. Bahan kaca sebagain besar teriri ari silikat yang merupakan material amorf engan kerapatan an faktor tumpukan kecil, sehingga masih memiliki banayak ruang kosong i antara atom-atom penyusunnya (Callister, 1991). Silikat ini termasuk ielektrik, namun juga apat mengalami polarisasi elektronik isotropik (Smith, 1990). Ineks bias suatu meium termasuk kaca, itentukan oleh kerapatan material tersebut. Kerapatan material terjkait engan polarisasi P an polarisabilitas partikel γ, yang inyatakan oleh Persamaan (2) (Guenther, 1990) : P = ργe 0 (2) engan ρ kerapatan partikel material an E 0 mean listrik luar yang bekerja paa material. Perlu iketahui bahwa kerapatan an polarisabilitas partikel sangat mempengaruhi ineks bias suatu meium atau matrial. Pengaruh kerapatan an polarisabilitas terhaap ineks bias meium inyatakan engan Persamaan (3) (Guenter, 1990): 2 3ε0( n 1) γ = (3) 2 ρ( n + 2) engan ε0 aalah permitivitas listrik alam hampa. Persamaan (3) i atas biasa inamakan formula Lorenz-Lorentz engan γ isebut refraktivitas atom atau refraktivitas molar. Pengukuran Ineks Bias Kaca Plan Paralel Jika berkas sinar atang paa permukaan kaca plan parelal, maka akan mengalami pembiasan ua kali, yakni paa permukaan pertama antar meium uara-kaca an permukaan keua antara meium kaca-uara. Perjalanan sinar apat inyatakan seperti Gambar 2. Perhatikan Gambar 2, segitiga ABC: F-34

5 Prosiing Seminar Nasional Penelitian, Peniikan & Penerapan MIPA, Hotel Sahi Raya Yogyakarta, 8 Februari 2005 sinα = sin( θ AC BC θb) = AC BC Perhatikan segitiga BCD: CD cosθb = BC CD BC = cosθ b Dari Persamaan (4) an (5), pergeseran sinar aalah: sin( θ t θb) = (6) cosθ b (4) (5) θ C A θ b α t D B Gambar 1. Pergeseran sinar paa kaca plan paralel Dengan memperhatikan ineks bias suatu meium menentukan suut bias (Persamaan 1), maka: θ b sinθ = arcsin (7) n Menurut trigonometri tentang sinus yang argumennya merupakan selisih aalah : sin( θ θ ) = sinθ cosθ cosθ sinθ (8) b b Jika Persamaan (7) an (8) isubstitusikan ke Persamaan (6) iapatkan: sinθ n = sinθ sin arctan cosθ t F-35 b (9)

6 Ei Istiyono Kajian Ineks Bias Jika suut atang, tebal kaca an pergeseran apat terukur, maka engan menggunakan Persamaan (9), ineks bias kaca apat ihitung. Kaca Soalime Kaca ikenal sebagai bahan yang keras tetapi tiak, biasanya jernih an tembus cahaya. Kaca apat ianggap sebagai zat paat amorf, namun sebenarnya cairan lewat ingin engan kekentalan yang sangat tinggi. Bahan ini cukup murah, muah membentuknya, an tahan akan bahan kimia. Kaca tersusun ari tiga komponen, yakni silika, oksia logam alkali, an oksia alkali tanah. Sifat berbagai jenis kaca memiliki kesamaan, yakni keras, kenyal, getas (muah patah), tiak menghantarkan arus listrik, an tahan bahan kimia. Bila ipanaskan kaca berangsur melunak kemuian mencair. Kaca leleh bila iinginkan akan berangsur mengental kemuian mengeras. Kaca tak memiliki titik leleh yang tajam, karena ikatan kimia antar atom berangka an ikatan putus paa suhu an waktu yang berlainan, seperti yang itunjukkan paa gambar (2.3.1). Temperatur penekatan lunak untuk kaca soa lime (termasuk kaca jenela) aalah 700 C (Michael B. Bever, 1986:1951). Gambar. 2.(1) Struktur gelas B 2 O 3. (2) Mekanisme ifusi atom setelah pemanasan Gambar. 2.(1) Struktur gelas B 2 O 3 terapat tata kristalin jangkau penek. Setiap atom boron ikelilingi tiga atom oksigen. (2) Mekanisme ifusi atom setelah pemanasan. Sifat termal kaca, yakni makin renah koefisien muai termalnya, makin mampu kaca itu menghaapi suhu tinggi maupun perubahan suhu secara menaak. Aa kaca yang praktis tak memuai bila ipanasi. Koefisien mulai termal kaca lebih renah aripaa baja. Bila iperlukan penyalutan suatu logam engan kaca, henaknya ipilih kaca yang koefisien muai termal kaca lebih renah ari paa baja. Bila iperlukan penyalutan suatu logam engan kaca, henaknya ipilih kaca yang koefisien muai termal sama engan F-36

7 Prosiing Seminar Nasional Penelitian, Peniikan & Penerapan MIPA, Hotel Sahi Raya Yogyakarta, 8 Februari 2005 koefisien logam tersebut, agar perubahan suhu tiak menimbulkan tegangan paa antarmuka kaca-logam. Daya hantar panas kaca renah, tetapi emisitasnya tinggi (kaca meneruskan raiasi) Kaca jenela, lampu an botol, termasuk kaca Soa lime yang terbuat ari silika (SiO 2 ) 72%, (Na 2 O) 14%, an stabilisator lime (tanah kapur) (CaO) 11%, engan megnesia MgO 2%, an seikit alumina Al 2 O 3 1%. Kaca silika lebur atau kuarsa lebur seniri ari 99,9% silika mempunyai titik leleh o C, koefisien muai renah, tembus raiasi ultranya an inframerah (Hasan Shaily, 1982:1614). METODOLOGI PENELITIAN Alat an Bahan Alat an bahan yang igunakan alam penelitian ini sebagai berikut: a. Alat anneal (Furnice) b. Mistar c. Kaca plan paralel. Set alat untuk mengukur ineks bias: (1) Busur erajat (2) Sumber sinar laser (3) Tempat bahan uji (kaca) (4) Kertas milimeter Desain Alat Ukur Ineks Bias Keterangan: 1. Sumber laser 2. Duukan bena uji 3. Busur erajat 4. Bena uji Gambar 3. Set alat untuk mengukur ineks bias F-37

8 Ei Istiyono Kajian Ineks Bias Teknik Pengumpulan Data Annealing yang ilakukan alam penelitian aa ua macam, yakni annealing isotermal paa temperatur C selama 30, 60, 90, 120, 150, 180, 210, an 240 menit. Annealing isokronal yang ilakukan paa temperatur C, C, C, C, C, an C. Pengujian Ineks Bias Untuk melakukan uji ineks bias ilakukan engan lengkah-langkah sebagai berikut: 1) Menyalakan sinar laser menanai lintasan sinar tersebut setelah keluar ari tempat bahan uji 2) Setelah iperoleh lintasan sinar laser, kemuian mematikan sinar laser. 3) Memasanag kaca plan paralel paa tempat bahan uji alam set alat uji ineks bias 4) Menyalakan sinar laser iarahkan paa permukaan epan kaca an ukur suut atang sinar, usahakan suut atang ) Ukur pergeseran sinar yang masuk kaca engan yang keluar kaca. 6) Ulangi langkah 3) sampai 5) untuk sampel yang waktu an temperatur annealing yang berbea. 7) Ulangi langkah 3) sampai 5) untuk sampel yang waktu an temperatur quenching yang berbea. Teknik Analisis Data atang sinar ( θ Analisis ata paa penelitian ini meliputi: (1) pengukuran: tebal kaca (t), suut ), an pergeseran sinar (); (2) perhitungan: ineks bias kaca (n) engan Persamaan (10); (3) analisis grafik: membaca grafik hubungan antara temperatur annealing engan ineks bias, grafik hubungan antara waktu quenching engan ineks bias, grafik hubungan antara temperatur quenching engan ineks bias, grafik hubungan antara waktu quenching engan ineks bias an (4) analisis numerik: untuk menapatkan hubungan antara temperatur annealing an waktu annealing engan ineks bias serta untuk menapatkan hubungan antara temperatur quenching an waktu quenching engan ineks bias. F-38

9 Prosiing Seminar Nasional Penelitian, Peniikan & Penerapan MIPA, Hotel Sahi Raya Yogyakarta, 8 Februari 2005 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bahan penelitiannya aalah kaca soa lime engan komposisi unsur Silikon Oksia (SiO 2 ) 73%, Boron Oksia (B 2 O 3 ) 1%, Alumina (Al 2 O 3 ) 2%, Kalsium Oksia (CaO) 5%, Magnesium Oksia (MgO) 4%, an Natrium Oksia (Na 2 O) 15%. Masing-masing kaca ikenai proses annealing selama 60 menit, 90 menit, 120 menit, 150 menit, 180 menit, 210 menit, an 240 menit. Temperatur annealing yang ipakai aalah 300 o C, 400 o C, 500 o C, an 600 o C. Hal ini karena kaca soa lime memiliki titik leleh ±700 o C, sehingga ipilih temperatur i bawahnya. Sinar laser yang igunakan engan panjang gelombang aalah 653,72 nm engan suut atang aalah 60 o. Pengaruh Waktu Anil terhaap Ineks Bias Untuk menyeliiki pengaruh waktu anil terhaap ineks bias igunakan temperatur anil 300 C engan waktu anil 30, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240 menit. Sinar laser yang igunakan memiliki panjang gelombang 653,72 nm engan suut atang sinar sebesar 60. Ineks bias kaca sebelum ianil 1,48, hal ini sesuai engan ineks bias kaca kaca silika gabungan 1,458 paa panjang gelombang 589,3 nm an 1,457 paa panjang gelombang 656,3 nm (van Vlack, 1991). Hal ini apat ikatakan relatif menekati kebenaran engan kesesuaian engan teori. Dari Gambar 4 apat iketahui bahwa ineks bias kaca setelah proses anil mengalami kenaikan 13,5 %. Jika iamati selama proses anil, maka semakin tinggi waktu anil semakin renah ineks bianya secara linear. Ineks bias maksimum icapai paa waktu anil 30 menit. Hai ini sesuai engan penapat Eberle (2000), bahwa rentang waktu anil selama 15 menit hingga 60 menit. Proses anil ini apat menghilangkan tegangan sisa paa kaca an untuk menyempurnakan hasil akhir kaca setelah proses pembentukan. Paa fase anil ini harus ijaga besar waktu anilnya agar tiak lebih ari 60 menit, karena bila waktu anil terlalu panjang maka perubahan paa kaca tiak lagi apat ikontrol. Paa saat inilah atom-atom alam kaca saat peninginan apat mengalami efisiensi susunan engan baik. Hal ini imungkinkan karena energi yang imiliki atom untuk melakukan efisiensi susunan atom terlalu besar ari yang ibutuhkan, sehingga saat susunan atom terefisien tercapai, energi alam atom masih tersisa sehingga atom masih terus bergerak an membentuk susunan atom baru engan ruang-ruang berisi gas (bubble) iantaranya, sehingga susunan atom alam kaca setelah proses anil tiak serapat susunan atom paa waktu anil 30 menit. F-39

10 Ei Istiyono Kajian Ineks Bias Kaca sebagai meium tak memiliki titik leleh yang tajam, karena ikatan kimia antar atom berangka an ikatan putus paa suhu yang berlainan. Ikatan kimia antar atom berkaitan engan rapat optis kaca soa lime. Semakin besar rapat optisnya maka ineks biasnya semakin besar (Sulastimi, 1999:21). Demikian halnya ineks bias paa kaca soa lime, semakin lama waktu quenching akan menyebabkan ikatan antar atom alam kaca soa lime putus (rapat optis semakin kecil) sehingga ineks biasnya akan semakin kecil. Titik terbawah untuk grafik pertambahan nilai ineks bias aalah paa waktu anil 240 menit. Paa waktu anil ini, nilai ineks bias kaca menurun sebesar 6,1 % ari nilai ineks bias kaca sebelum mengalami proses anil. Nilai ineks bias kaca ini menunjukkan bahwa susunan atom alam kaca setelah proses anil yang cukup lama mengalami efisiensi atau komposisi gas (bubble) alam kaca semakin besar. Hal ini ikarenakan proses pemanasan yang cukup lama melebihi batas waktu yang ibutuhkan untuk efisiensi susunan atom (15~60 menit), sehingga saat temperatur peninginan kaca sampai paa suhu yang kaca tiak lagi berubah susunan atomnya, susunan atom tersebut seang alam konisi tiak efisien atau susunannya kurang rapat. Teori mengenai efisiensi susunan atom ini iungkapkan oleh Fraser (2000: 13-19). Fraser melakukan penelitian engan kaca yang kanungan lime atau kapurnya iatas 15 % serta tambahan zirconia, zircon an magnesia. Ineks bias Waktu anil (menit) Gambar 4. Grafik hubungan waktu anil engan ineks bias F-40

11 Prosiing Seminar Nasional Penelitian, Peniikan & Penerapan MIPA, Hotel Sahi Raya Yogyakarta, 8 Februari 2005 Pengaruh Temperatur Anil terhaap Ineks Bias Penelitian paa pengaruh temperatur anil terhaap ineks bias sampel ianil paa temperatur 100 o C, 200 o C, 300 o C, 400 o C, 500 o C, an 600 o C yang itahan paa waktu anil 30 menit. Setelah mengalami proses annealing kaca mengalami perubahan ineks bias kaca. Paa suhu anil 100 C ineks bias kaca masih sama engan sebelum proses annealing. Ini berarti bahwa paa suhu 100 C struktur bahan kaca belum mengalami perubahan. Suhu anil mulai 200 C ineks bias kaca mulai naik. Hal ini isebabkan aanya perubahan struktur bahan kaca. Terlihat bahwa untuk setiap kenaikan temperatur annealing maka nilai ineks bias kaca akan mengalami kenaikan. Berasarkan analisis ata, maka tren grafik hubungan antara temperatur annealing engan ineks bias aalah berbaning secara linear. Hal ini menunjukkan bahwa variabel temperatur annealing (T) memberi pengaruh yang signifikan terhaap ineks bias kaca (n) engan pola linear. Secara fisis apat ijelaskan bahwa perubahan temperatur anil menyebabkan kenaikan ineks bias kaca. Ini berarti bahwa kaca yang mempunyai struktur bahan mengalami perubahan paa saat proses pemanasan berlangsung, paa proses peninginan kaca tiak mampu untuk membentuk struktur bahan seperti semula. Hal ini yang menyebabkan ineks bias kaca soalime berubah. Kenaikan nilai ineks bias ini memperlihatkan bahwa proses annealing menyebabkan perubahan struktur bahan paa kaca. Semakin besar temperatur annealing maka semakin besar pula ineks biasnya. Kenaikan ineks bias mencapai 9,5 % sampai temperatur anil 600 o C Ineks bias Temperatur anil ( o C) Gambar 5. Grafik hubungan temperatur anil engan ineks bias F-41

12 Ei Istiyono Kajian Ineks Bias SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berasarkan paa analisis ata serta pembahasan an tentang pengaruh temperatur anil terhaap ineks bias kaca Soalime, iperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Kenaikan waktu anil menyebabkan terjainya kenaikan ineks bias kaca secara linear 2. Kenaikan temperatur anil menyebabkan terjainya penurunan ineks bias kaca secara kuaratik Saran Untuk mengembangkan pengetahuan tentang sifat optis kaca, perlu ilakukan penelitian tentang pengaruh quenching terhaap ineks bias kaca, koefisen transmitans an reflektans. DAFTAR PUSTAKA Callister, WD,Jr Materials Science an Engineering, secon eition, New York: John Wiley & Sons. Guenter, R.D Moern Optics. New York: John Wiley & Sons. Halliay, D an Resnick, R Fisika Jili 1I (Terjemahan oleh: Pantur Silaban an ErwinSucipto). Jakarta: Penerbit Erlangga. Ohring, M The Materials Science of Thin Films. Lonon: Acaemic Press. Smith, W.F Principles of Materials Sciences an Engineering (secon eition). New York: McGraw-Hill Int. Vlack, V Ilmu an Teknologi Bahan (Trans: Sriati Djuprie). Jakarta: Penerbit Erlangga Ei Istiyono, Kajian Sifat Mekanik Bahan Yang Mengalami Proses Anilisasi (Laporan Penelitian). Yogyakarta: FMIPA UNY. F-42

ANALISAPERHITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI

ANALISAPERHITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI ANALISAPERITUNGANWAKTU PENGALIRAN AIR DAN SOLAR PADA TANGKI Nurnilam Oemiati Staf Pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammaiyah Palembang Email: nurnilamoemiatie@yahoo.com Abstrak paa

Lebih terperinci

VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP

VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP VIII. ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP 8.. Penahuluan Lubang aalah bukaan paa ining atau asar tangki imana zat cair mengalir melaluinya. Lubang tersebut bisa berbentuk segi empat, segi tiga, ataupun lingkaran.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. II.1 Saham

BAB II DASAR TEORI. II.1 Saham BAB II DASAR TEORI Paa bab ini akan ijelaskan asar teori yang igunakan selama pelaksanaan Tugas Akhir ini: saham, analisis funamental, analisis teknis, moving average, oscillator, an metoe Relative Strength

Lebih terperinci

11/4/2011 KOHERENSI. koheren : memiliki θ yang tetap (tidak berubah terhadap waktu) y 1 y 2

11/4/2011 KOHERENSI. koheren : memiliki θ yang tetap (tidak berubah terhadap waktu) y 1 y 2 11/4/011 1 11/4/011 KOHERENSI koheren : memiliki θ yang tetap (tiak berubah terhaap waktu) θ = π y 1 y θ = 0 y 1 y 11/4/011 INTERFERENSI CELAH GANDA G G T 4 T 3 T G T 1 T pusat T 1 G T T 3 T 4 Cahaya bersifat

Lebih terperinci

KAPASITOR. Pengertian Kapasitor

KAPASITOR. Pengertian Kapasitor 7/3/3 KAPASITOR Pengertian Kapasitor Dua penghantar berekatan yang imaksukan untuk iberi muatan sama tetapi berlawanan jenis isebut kapasitor. Sifat menyimpan energi listrik / muatan listrik. Kapasitas

Lebih terperinci

Cahaya. Cermin. A. 5 cm B. 10 cm C. 20 cm D. 30 cm E. 40 cm

Cahaya. Cermin. A. 5 cm B. 10 cm C. 20 cm D. 30 cm E. 40 cm Cahaya Cermin 0. EBTANAS-0- Bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung ari sebuah bena setinggi h yang itempatkan paa jarak lebih kecil ari f (f = jarak fokus cermin) bersifat A. maya, tegak, iperkecil

Lebih terperinci

PERSAMAAN DIFFERENSIAL. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika

PERSAMAAN DIFFERENSIAL. Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika PERSAMAAN DIFFERENSIAL Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika Disusun oleh: Aurey Devina B 1211041005 Irul Mauliia 1211041007 Anhy Ramahan 1211041021 Azhar Fuai P 1211041025 Murni Mariatus

Lebih terperinci

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH

BAB 3 MODEL DASAR DINAMIKA VIRUS HIV DALAM TUBUH BAB 3 MODEL DASA DINAMIKA VIUS HIV DALAM TUBUH 3.1 Moel Dasar Moel asar inamika virus HIV alam tubuh menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut: Mula-mula tubuh alam keaaan tiak terinfeksi virus atau

Lebih terperinci

F = M a Oleh karena diameter pipa adalah konstan, maka kecepatan aliran di sepanjang pipa adalah konstan, sehingga percepatan adalah nol, d dr.

F = M a Oleh karena diameter pipa adalah konstan, maka kecepatan aliran di sepanjang pipa adalah konstan, sehingga percepatan adalah nol, d dr. Hukum Newton II : F = M a Oleh karena iameter pipa aalah konstan, maka kecepatan aliran i sepanjang pipa aalah konstan, sehingga percepatan aalah nol, rr rr( s) rs rs( r r) rrs sin o Bentuk tersebut apat

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR. Analisis Teknik Penyambungan Secara Fusi Pada Serat Optik Ragam Tunggal. Oleh : Nama : Agus Setiyawan Nim : L2F

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR. Analisis Teknik Penyambungan Secara Fusi Pada Serat Optik Ragam Tunggal. Oleh : Nama : Agus Setiyawan Nim : L2F MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR Analisis Teknik Penyambungan Secara Fusi Paa Serat Optik Ragam Tunggal Oleh : Nama : Agus Setiyaan Nim : LF 31 419 Kebutuhan akan serat optik yang tinggi serta kompleksitas

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH MEDAN LISTRIK TERHADAP TINGKAT PENGUAPAN AIR

ANALISIS PENGARUH MEDAN LISTRIK TERHADAP TINGKAT PENGUAPAN AIR J. Sains MIPA, Agustus 8, Vol. 14, No., Hal.: 17-113 ISSN 1978-1873 ANALISIS PENGARUH MEDAN LISTRIK TERHADAP TINGKAT PENGUAPAN AIR Roniyus Jurusan Fisika FMIPA Universitas Lampung Banar Lampung 35145 Inonesia

Lebih terperinci

3. Kegiatan Belajar Medan listrik

3. Kegiatan Belajar Medan listrik 3. Kegiatan Belajar Mean listrik a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar 3, iharapkan Ana apat: Menjelaskan hubungan antara kuat mean listrik i suatu titik, gaya interaksi,

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN BB III PROSES PERNCNGN DN PERHITUNGN 3.1 Diagram alir penelitian MULI material ie an material aluminium yang iekstrusi Perancangan ie Proses pembuatan ie : 1. Pemotongan bahan 2. Pembuatan lubang port

Lebih terperinci

ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT

ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT ANALISIS KLASTER UNTUK PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH BERDASARKAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT 1 Safa at Yulianto, Kishera Hilya Hiayatullah 1, Ak. Statistika Muhammaiyah Semarang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton dan baja. Kombinasi

BAB III LANDASAN TEORI. Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton dan baja. Kombinasi 16 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Umum Beton bertulang merupakan kombinasi antara beton an baja. Kombinasi keuanya membentuk suatu elemen struktur imana ua macam komponen saling bekerjasama alam menahan beban

Lebih terperinci

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 GHz DAN 3,3 GHz

PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 GHz DAN 3,3 GHz PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP PATCH SEGI EMPAT SLOTS DUAL-BAND PADA FREKUENSI 2,4 DAN 3,3 Zul Hariansyah Hutasuhut, Ali Hanafiah Rambe Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

, serta notasi turunan total ρ

, serta notasi turunan total ρ LANDASAN TEORI Lanasan teori ini berasarkan rujukan Jaharuin (4 an Groesen et al (99, berisi penurunan persamaan asar fluia ieal, sarat batas fluia ua lapisan an sistem Hamiltonian Penentuan karakteristik

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TEKNIK FEATURE MORPHING PADA CITRA DUA DIMENSI

IMPLEMENTASI TEKNIK FEATURE MORPHING PADA CITRA DUA DIMENSI IMPLEMENTSI TEKNIK FETURE MORPHING PD CITR DU DIMENSI Luciana benego an Nico Saputro Jurusan Intisari Pemanfaatan teknologi animasi semakin meluas seiring engan semakin muah an murahnya penggunaan teknologi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK TEGANGAN DAN ARUS SISI DC

BAB 4 ANALISIS DAN MINIMISASI RIAK TEGANGAN DAN ARUS SISI DC BAB ANAL DAN MNMA RAK EGANGAN DAN ARU DC. Penahuluan ampai saat ini, penelitian mengenai riak sisi DC paa inverter PWM lima-fasa paa ggl beban sinusoial belum pernah ilakukan. Analisis yang ilakukan terutama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama yaitu isolator. Struktur amorf pada gelas juga disebut dengan istilah keteraturan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama yaitu isolator. Struktur amorf pada gelas juga disebut dengan istilah keteraturan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Material Amorf Salah satu jenis material ini adalah gelas atau kaca. Berbeda dengan jenis atau ragam material seperti keramik, yang juga dikelompokan dalam satu definisi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Data Langkah-Langkah Penelitian

METODE PENELITIAN Data Langkah-Langkah Penelitian METODE PENELITIAN Data Inonesia merupakan salah satu negara yang tiak mempunyai ata vital statistik yang lengkap. Dengan memperhatikan hal tersebut, sangat tepat menggunakan Moel CPA untuk mengukur tingkat

Lebih terperinci

Hukum Coulomb. a. Uraian Materi

Hukum Coulomb. a. Uraian Materi Hukum oulomb a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan belajar, iharapkan ana apat: - menjelaskan hubungan antara gaya interaksi ua muatan listrik, besar muatan-muatan, an jarak pisah

Lebih terperinci

PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU

PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU PERSAMAAN SCHRODINGER YANG BERGANTUNG WAKTU Perbeaan pokok antara mekanika newton an mekanika kuantum aalah cara menggambarkannya. Dalam mekanika newton, masa epan partikel telah itentukan oleh keuukan

Lebih terperinci

Ax b Cx d dan dua persamaan linier yang dapat ditentukan solusinya x Ax b dan Ax b. Pada sistem Ax b Cx d solusi akan

Ax b Cx d dan dua persamaan linier yang dapat ditentukan solusinya x Ax b dan Ax b. Pada sistem Ax b Cx d solusi akan SOLUSI SISTEM PERSAMAAN LINIER PADA ALJABAR MAX-PLUS Bui Cahyono Peniikan Matematika, FSAINSTEK, Universitas Walisongo Semarang bui_oplang@yahoo.com Abstrak Dalam kehiupan sehari-hari seringkali kita menapatkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 34 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hirarki Pusat-Pusat Pelayanan i Kecamatan Leuwiliang Analisis hirarki pusat-pusat pelayanan i Kecamatan Leuwiliang ilakukan engan menggunakan metoe skalogram berbobot berasarkan

Lebih terperinci

PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA

PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA Penentuan Frekuensi Maksimum Komunikasi Raio an Suut..(Jiyo) PENENTUAN FREKUENSI MAKSIMUM KOMUNIKASI RADIO DAN SUDUT ELEVASI ANTENA J i y o Peneliti iang Ionosfer an Telekomunikasi, LAPAN ASTRACT In this

Lebih terperinci

BAB III INTERFERENSI SEL

BAB III INTERFERENSI SEL BAB NTEFEENS SEL Kinerja sistem raio seluler sangat ipengaruhi oleh faktor interferensi. Sumber-sumber interferensi apat berasal ari ponsel lainya ialam sel yang sama an percakapan yang seang berlangsung

Lebih terperinci

dan E 3 = 3 Tetapi integral garis dari keping A ke keping D harus nol, karena keduanya memiliki potensial yang sama akibat dihubungkan oleh kawat.

dan E 3 = 3 Tetapi integral garis dari keping A ke keping D harus nol, karena keduanya memiliki potensial yang sama akibat dihubungkan oleh kawat. E 3 E 1 -σ 3 σ 3 σ 1 1 a Namakan keping paling atas aalah keping A, keping keua ari atas aalah keping B, keping ketiga ari atas aalah keping C an keping paling bawah aalah keping D E 2 muatan bawah keping

Lebih terperinci

BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA

BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA BAB III UJICOBA KALIBRASI KAMERA 3.1 Spesifikasi kamera Kamera yang igunakan alam percobaan paa tugas akhir ini aalah kamera NIKON Coolpix 7900, engan spesifikasi sebagai berikut : Resolusi maksimum :

Lebih terperinci

BAB V KAPASITOR. (b) Beda potensial V= 6 volt. Muatan kapasitor, q, dihitung dengan persamaan q V = ( )(6) = 35, C = 35,4 nc

BAB V KAPASITOR. (b) Beda potensial V= 6 volt. Muatan kapasitor, q, dihitung dengan persamaan q V = ( )(6) = 35, C = 35,4 nc BAB KAPASITOR ontoh 5. Definisi kapasitas Sebuah kapasitor 0,4 imuati oleh baterai volt. Berapa muatan yang tersimpan alam kapasitor itu? Jawab : Kapasitas 0,4 4 0-7 ; bea potensial volt. Muatan alam kapasitor,,

Lebih terperinci

PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN. Abstrak

PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN. Abstrak PROGRAM KOMPUTER UNTUK PEMODELAN SEBARAN PERGERAKAN Ruy Setiawan, ST., MT. Sukanto Tejokusuma, Ir., M.Sc. Jenny Purwonegoro, ST. Staf Pengajar Fakultas Staf Pengajar Fakultas Alumni Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA

PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI BERDASARKAN METODE PENMAN DI KEBUN STROBERI PURBALINGGA Nurhayati Fakultas Sains an Teknologi, UIN Ar-Raniry Bana Aceh nurhayati.fst@ar-raniry.ac.i Jamru

Lebih terperinci

IV. ANALISA RANCANGAN

IV. ANALISA RANCANGAN IV. ANALISA RANCANGAN A. Rancangan Fungsional Dalam penelitian ini, telah irancang suatu perontok pai yang mempunyai bentuk an konstruksi seerhana an igerakkan engan menggunakan tenaga manusia. Secara

Lebih terperinci

1 Kapasitor Lempeng Sejajar

1 Kapasitor Lempeng Sejajar FI1201 Fisika Dasar IIA Kapasitor 1 Kapasitor Lempeng Sejajar Dosen: Agus Suroso Paa bab sebelumnya, telah ibahas mean listrik i sekitar lempeng-yang-sangat-luas yang bermuatan, E = σ 2ε 0 ˆn, (1) engan

Lebih terperinci

Perbaikan Kualitas Arus Output pada Buck-Boost Inverter yang Terhubung Grid dengan Menggunakan Metode Feed-Forward Compensation (FFC)

Perbaikan Kualitas Arus Output pada Buck-Boost Inverter yang Terhubung Grid dengan Menggunakan Metode Feed-Forward Compensation (FFC) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (01) 1-6 1 Perbaikan Kualitas Arus Output paa Buck-Boost Inverter yang Terhubung Gri engan Menggunakan Metoe Fee-Forwar Compensation (FFC) Faraisyah Nugrahani, Deet

Lebih terperinci

KAJIAN SIFAT MEKANIK BAHAN YANG MENGALAMI ANILISASI

KAJIAN SIFAT MEKANIK BAHAN YANG MENGALAMI ANILISASI KAJIAN SIFAT MEKANIK BAHAN YANG MENGALAMI ANILISASI Oleh : Edi Istiyono Staf Pengajar Jurdik Fisika FMIPA UNY Tanty Wijayanti, Rini Budi L, Sri Wigati, dan Muawamah Alumni Jurdik Fisika FMIPA UNY Abstract

Lebih terperinci

1 Kapasitor Lempeng Sejajar

1 Kapasitor Lempeng Sejajar FI1201 Fisika Dasar IIA Kapasitor 1 Kapasitor Lempeng Sejajar Dosen: Agus Suroso Paa bab sebelumnya, telah ibahas mean listrik i sekitar lempeng-yang-sangat-luas yang bermuatan, E = σ 2ε 0 ˆn, (1) engan

Lebih terperinci

( ) P = P T. RT a. 1 v. b v c

( ) P = P T. RT a. 1 v. b v c Bab X 10.1 Zat murni aalah zat yang teriri atas sutau senyawa kimia tertentu, misalnya CO alam bentuk gas, cairan atau paatan, atau campuran aripaya, tetapi tiak merupakan campuran engan zat murni lain

Lebih terperinci

MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n

MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n MAKALAH TUGAS AKHIR DIMENSI METRIK PADA PENGEMBANGAN GRAPH KINCIR DENGAN POLA K 1 + mk n Oleh : JOHANES ARIF PURWONO 105 100 00 Pembimbing : Drs. Suhu Wahyui, MSi 131 651 47 ABSTRAK Graph aalah suatu sistem

Lebih terperinci

( ) ANALISA KONDISI FISIS ATMOSFER PADA SAAT HUJAN EKSTRIM DAN TERJADINYA BANJIR BULAN FEBRUARI 2006 DI MANADO

( ) ANALISA KONDISI FISIS ATMOSFER PADA SAAT HUJAN EKSTRIM DAN TERJADINYA BANJIR BULAN FEBRUARI 2006 DI MANADO (0612225223) ANALISA KONDISI FISIS ATMOSFER PADA SAAT HUJAN EKSTRIM DAN TERJADINYA BANJIR BULAN FEBRUARI 2006 DI MANADO Jurnal Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Fisika OLEH WAN

Lebih terperinci

Metode Nonparametrik untuk Menaksir Koefisien Korelasi Parsial

Metode Nonparametrik untuk Menaksir Koefisien Korelasi Parsial Prosiing Statistika ISSN 46-6456 Metoe Nonparametrik untuk Menaksir Koeisien Korelasi Parsial 1 Silmi Kaah, Anneke Iswani Ahma, 3 Lisnur Wachiah 1,,3 Statistika, Fakultas MIPA, Universitas Islam Banung,

Lebih terperinci

Arus Melingkar (Circular Flow) dalam Perekonomian 2 Sektor

Arus Melingkar (Circular Flow) dalam Perekonomian 2 Sektor Perekonomian suatu negara igerakkan oleh pelaku-pelaku kegiatan ekonomi. Pelaku kegiatan ekonomi secara umum ikelompokkan kepaa empat pelaku, yaitu rumah tangga, perusahaan (swasta), pemerintah an ekspor-impor.

Lebih terperinci

BESARNYA KOEFISIEN HAMBAT (CD) SILT SCREEN AKIBAT GAYA ARUS DENGAN MODEL PELAMPUNG PARALON DAN KAYU

BESARNYA KOEFISIEN HAMBAT (CD) SILT SCREEN AKIBAT GAYA ARUS DENGAN MODEL PELAMPUNG PARALON DAN KAYU BESARNYA KOEFISIEN HAMBAT (CD) SILT SCREEN AKIBAT GAYA ARUS DENGAN MODEL PELAMPUNG PARALON DAN KAYU Davi S. V. L Bangguna 1) 1) Staff Pengajar Program Stui Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sintuwu

Lebih terperinci

PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES

PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES PENALAAN KENDALI PID UNTUK PENGENDALI PROSES Raita.Arinya Universitas Satyagama Jakarta Email: raitatech@yahoo.com Abstrak Penalaan parameter kontroller PID selalu iasari atas tinjauan terhaap karakteristik

Lebih terperinci

Mursyidah Pratiwi, Yuni Yulida*, Faisal Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat *

Mursyidah Pratiwi, Yuni Yulida*, Faisal Program Studi Matematika Fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat * Jurnal Matematika Murni an Terapan εpsilon ANALISIS MODEL PREDATOR-PREY TERHADAP EFEK PERPINDAHAN PREDASI PADA SPESIES PREY YANG BERJUMLAH BESAR DENGAN ADANYA PERTAHANAN KELOMPOK Mursyiah Pratiwi, Yuni

Lebih terperinci

Kombinasi Gaya Tekan dan Lentur

Kombinasi Gaya Tekan dan Lentur Mata Kuliah Koe SKS : Perancangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Kombinasi Gaya Tekan an Lentur Pertemuan 9,10,11 Sub Pokok Bahasan : Analisis an Desain Kolom Penek Kolom aalah salah satu komponen struktur

Lebih terperinci

BAB 6 P E G A S M E K A N I S

BAB 6 P E G A S M E K A N I S BAB 6 P E G A S M E K A N I S Pegas, aalah suatu elemen mesin yang memperoleh gaya bila iberi perubahan bentuk. Pegas mekanis ipakai paa Mesin untuk menesakan gaya, untuk menyeiakan lenturan an untuk menyimpan

Lebih terperinci

MACAM-MACAM SAMBUNGAN BAJA

MACAM-MACAM SAMBUNGAN BAJA MACAM-MACAM SAMBUNGAN BAJA 1. PENGETAHUAN DASAR a. Fungsi / Tujuan Sambungan Baja Suatu konstruksi bangunan baja aalah tersusun atas batang-batang baja yang igabung membentuk satu kesatuan bentuk konstruksi

Lebih terperinci

UN SMA IPA 2009 Matematika

UN SMA IPA 2009 Matematika UN SMA IPA 009 Matematika Koe Soal P88 Doc. Name: UNSMAIPA009MATP88 Doc. Version : 0-0 halaman 0. Perhatikan premis-premis berikut ini : :Jika Ai muri rajin maka Ai muri panai :Jika Ai muri panai maka

Lebih terperinci

DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB

DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB ISSN: 1693-6930 17 DETEKSI API REAL-TIME DENGAN METODE THRESHOLDING RERATA RGB Kartika Firausy, Yusron Saui, Tole Sutikno Program Stui Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Inustri, Universitas Ahma Dahlan

Lebih terperinci

Solusi Tutorial 6 Matematika 1A

Solusi Tutorial 6 Matematika 1A Solusi Tutorial 6 Matematika A Arif Nurwahi ) Pernyataan benar atau salah. a) Salah, sebab ln tiak terefinisi untuk 0. b) Betul. Seerhananya, titik belok apat ikatakan sebagai lokasi perubahan kecekungan.

Lebih terperinci

Analisis Stabilitas Lereng

Analisis Stabilitas Lereng Analisis Stabilitas Lereng Lereng Slope Stability Dr.Eng.. Agus Setyo Muntohar, S.T.,M.Eng.Sc. Faktor Keamanan (Factor of Safety) Faktor aman (FS): nilai baning antara gaya yang menahan an gaya yang menggerakkan.

Lebih terperinci

Penentuan Parameter Bandul Matematis untuk Memperoleh Energi Maksimum dengan Gelombang dalam Tangki

Penentuan Parameter Bandul Matematis untuk Memperoleh Energi Maksimum dengan Gelombang dalam Tangki JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (3) ISSN: 337-3539 (3-97 Prin B- Penentuan Parameter Banul Matematis untuk Memperoleh Energi Maksimum engan Gelombang alam Tangki Eky Novianarenti, Yerri Susatio, Riho Hantoro

Lebih terperinci

ISNN WAHANA Volume 68, Nomer 1, 1 Juni 2017 HUBUNGAN ANTARA DAERAH IDEAL UTAMA, DAERAH FAKTORISASI TUNGGAL, DAN DAERAH DEDEKIND

ISNN WAHANA Volume 68, Nomer 1, 1 Juni 2017 HUBUNGAN ANTARA DAERAH IDEAL UTAMA, DAERAH FAKTORISASI TUNGGAL, DAN DAERAH DEDEKIND HUBUNGAN ANTARA AERAH IEAL UTAMA, AERAH FATORISASI TUNGGAL, AN AERAH EEIN Eka Susilowati Fakultas eguruan an Ilmu Peniikan, Universitas PGRI Aibuana Surabaya eka50@gmailcom Abstrak Setiap aerah ieal utama

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN SIMPLIFIED BISHOP METHOD dan JANBU MENGGUNAKAN PROGRAM MATHCAD

ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN SIMPLIFIED BISHOP METHOD dan JANBU MENGGUNAKAN PROGRAM MATHCAD ANALISIS STABILITAS LERENG DENGAN SIMPLIFIED BISHOP METHOD an JANBU MENGGUNAKAN PROGRAM MATHCAD YOSEPHINA NOVALIA NRP : 0521034 Pembimbing : Ir. Ibrahim Surya, M.Eng. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

TIN107 - Material Teknik #11 - Keramik #1 KERAMIK #1. TIN107 Material Teknik

TIN107 - Material Teknik #11 - Keramik #1 KERAMIK #1. TIN107 Material Teknik TIN107 - Material Teknik #11 - Keramik #1 1 KERAMIK #1 TIN107 Material Teknik Definisi Keramik 2 Sebuah klasifikasi dari material yang berbahan dasar tanah liat (clays), pasir (sands) dan feldspar. Tanah

Lebih terperinci

PENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR

PENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR PENGERASAN PERMUKAAN BAJA ST 40 DENGAN METODE CARBURIZING PLASMA LUCUTAN PIJAR BANGUN PRIBADI *, SUPRAPTO **, DWI PRIYANTORO* *Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN Jl. Babarsari Kotak Pos 1008, DIY 55010

Lebih terperinci

BAB III BAHAN KERAMIK. Bahan keramik merupakan senyawa inorganik dan merupakan logam (non metallic material). Keramik tersusun dari unsur logam

BAB III BAHAN KERAMIK. Bahan keramik merupakan senyawa inorganik dan merupakan logam (non metallic material). Keramik tersusun dari unsur logam BAB III BAHAN KERAMIK Bahan keramik merupakan senyawa inorganik dan merupakan bahan bukan logam (non metallic material). Keramik tersusun dari unsur logam (metallic) dan non logam (non metallic) dengan

Lebih terperinci

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut :

Proses Annealing terdiri dari beberapa tipe yang diterapkan untuk mencapai sifat-sifat tertentu sebagai berikut : PERLAKUAN PANAS Perlakuan panasadalah suatu metode yang digunakan untuk mengubah sifat logam dengan cara mengubah struktur mikro melalui proses pemanasan dan pengaturan kecepatan pendinginan dengan atau

Lebih terperinci

PENENTUAN RUMUS KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN UJI KEKERASAN VICKERS

PENENTUAN RUMUS KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN UJI KEKERASAN VICKERS 3 ISSN 016-318 PENENTUAN RUMUS KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN UJI KEKERASAN VICKERS Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN Serpong. ABSTRAK PENENTUAN RUMUS KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN UJI KEKERASAN VICKERS.

Lebih terperinci

METODE PERSAMAAN DIOPHANTINE LINEAR DALAM PENENTUAN SOLUSI PROGRAM LINEAR INTEGER

METODE PERSAMAAN DIOPHANTINE LINEAR DALAM PENENTUAN SOLUSI PROGRAM LINEAR INTEGER METODE PERSAMAAN DIOPHANTINE LINEAR DALAM PENENTUAN SOLUSI PROGRAM LINEAR INTEGER Asrul Syam Program Stui Teknik Informatika, STMIK Dipanegara, Makassar e-mail: assyams03@gmail.com Abstrak Masalah optimasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENULANGAN LENTUR DAN GESER BALOK PERSEGI MENURUT SNI 03-847-00 Slamet Wioo Staf Pengajar Peniikan Teknik Sipil an Perenanaan FT UNY Balok merupakan elemen struktur yang menanggung beban layan

Lebih terperinci

JUDUL PENUH MENGGUNAKAN HURUF KAPITAL

JUDUL PENUH MENGGUNAKAN HURUF KAPITAL Saintia Matematika Vol. XX, No. XX (XXXX), pp. 17 24. JUDUL PENUH MENGGUNAKAN HURUF KAPITAL Penulis Abstrak. Ketikkan Abstrak Ana i sini. Sebaiknya tiak lebih ari 250 kata. Abstrak sebaiknya menjelaskan

Lebih terperinci

DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA

DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA Salah satu metoe yang cukup penting alam matematika aalah turunan (iferensial). Sejalan engan perkembangannya aplikasi turunan telah banyak igunakan untuk biang-biang rekayasa

Lebih terperinci

PEMBERIAN ENERGI AWAL PADA DROPLET BIODIESEL UNTUK MENURUNKAN TITIK NYALA DENGAN INSTRUMENTASI KAWAT BERTEGANGAN

PEMBERIAN ENERGI AWAL PADA DROPLET BIODIESEL UNTUK MENURUNKAN TITIK NYALA DENGAN INSTRUMENTASI KAWAT BERTEGANGAN PEMBERIAN ENERGI AWAL PADA DROPLET BIODIESEL UNTUK MENURUNKAN TITIK NYALA DENGAN INSTRUMENTASI KAWAT BERTEGANGAN Luchis Rubianto T.Kimia, Politekmik Negeri Malang, luchis@yahoo.com ABSTRAK Bioiesel merupakan

Lebih terperinci

PANJANG PENYALURAN TULANGAN

PANJANG PENYALURAN TULANGAN 131 6 PANJANG PENYALURAN TULANGAN Penyauran gaya seara sempurna ari baja tuangan ke beton yang aa i sekeiingnya merupakan syarat yang muthak harus ipenuhi agar beton bertuang apat berfungsi engan baik

Lebih terperinci

BAKING TIME HYDROGEN EMBRITTLEMENT PADA MATERIAL BATANG BAJA KARBON RENDAH

BAKING TIME HYDROGEN EMBRITTLEMENT PADA MATERIAL BATANG BAJA KARBON RENDAH BAKING TIME HYDROGEN EMBRITTLEMENT PADA MATERIAL BATANG BAJA KARBON RENDAH Yuli Yetri (1) (1) Staf Pengajar Politeknik Universitas Analas Paang ABSTRACT Effect of baking time on hyrogen embrittlement of

Lebih terperinci

Relasi Dispersi dalam Pandu Gelombang Planar Nonlinear Kerr

Relasi Dispersi dalam Pandu Gelombang Planar Nonlinear Kerr Kontribusi Fisika Inonesia Vol. 13 No.3, Juli 00 Relasi Dispersi alam Panu Gelombang Planar Nonlinear Kerr Abstrak Hengki Tasman 1) an E Soewono 1,) 1) Pusat Penelitian Pengembangan an Penerapan Matematika,

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045

ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045 ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045 Willyanto Anggono Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra,

Lebih terperinci

Studi Perbandingan antara Gaya Menggantung dengan Gaya Jalan Di Udara terhadap Perestasi Lompat Jauh Pada Siswa putra Kelas VIII Putra SMPN 1 Sape

Studi Perbandingan antara Gaya Menggantung dengan Gaya Jalan Di Udara terhadap Perestasi Lompat Jauh Pada Siswa putra Kelas VIII Putra SMPN 1 Sape Stui Perbaningan antara Gaya Menggantung engan Gaya Jalan Di Uara terhaap Perestasi Lompat Jauh Paa Siswa putra Kelas VIII Putra SMPN 1 Sape Irfan., M.Or. Program Stui Penjaskesrek STKIP Taman Siswa Bima

Lebih terperinci

Penerapan Aljabar Max-Plus Pada Sistem Produksi Meubel Rotan

Penerapan Aljabar Max-Plus Pada Sistem Produksi Meubel Rotan Jurnal Graien Vol 8 No 1 Januari 2012:775-779 Penerapan Aljabar Max-Plus Paa Sistem Prouksi Meubel Rotan Ulfasari Rafflesia Jurusan Matematika, Fakultas Matematika an Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

Penggunaan Metode Multi-criteria Decision Aid dalam Proses Pemilihan Supplier

Penggunaan Metode Multi-criteria Decision Aid dalam Proses Pemilihan Supplier Performa (24) Vol. 3, No.2: 62-7 Penggunaan Metoe Multi-criteria Decision Ai alam Proses Pemilihan Supplier Inra Cahyai Jurusan Teknik an Manajemen Inustri, Universitas Trunojoyo Maura Abstract Noways,

Lebih terperinci

CAHAYA SEBAGAI GELOMBANG

CAHAYA SEBAGAI GELOMBANG CAHAYA SEBAGAI GELOMBANG Stanar Kompetensi : 1. Menerapkan konsep an prinsip gejala gelombang alam menyelesaikan masalah. Kompetensi Dasar : 1. Meneskripsikan gejala an cirri-ciri gelombang bunyi an cahaya

Lebih terperinci

BAB 7 P A S A K. Gambar 1. Jenis-Jenis Pasak

BAB 7 P A S A K. Gambar 1. Jenis-Jenis Pasak BAB 7 P A S A K Pasak atau keys merupakan elemen mesin yang igunakan untuk menetapkan atau mengunci bagian-bagian mesin seperti : roa gigi, puli, kopling an sprocket paa poros, sehingga bagian-bagian tersebut

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT UKUR UJI TEKANAN DAN LAJU ALIRAN FLUIDA MENGGUNAKAN POMPA CENTRIFUGAL

RANCANG BANGUN ALAT UKUR UJI TEKANAN DAN LAJU ALIRAN FLUIDA MENGGUNAKAN POMPA CENTRIFUGAL Jurnal J-Ensitec: Vol 0 No. 0, Mei 06 RANCANG BANGUN ALAT UKUR UJI TEKANAN DAN LAJU ALIRAN FLUIDA MENGGUNAKAN POMPA CENTRIFUGAL Gugun Gunai, Asep Rachmat, Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Majalengka

Lebih terperinci

ESTIMASI WAKTU DAN SUDUT PEMUTUS KRITIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE LUAS SAMA

ESTIMASI WAKTU DAN SUDUT PEMUTUS KRITIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE LUAS SAMA Vol. 9 No. 1 Juni 1 : 53 6 ISSN 1978-365 ESTIMASI WAKTU DAN SUDUT PEMUTUS KRITIS PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE LUAS SAMA Slamet Pusat Penelitian an Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan an

Lebih terperinci

NAMA : FAISHAL AGUNG ROHELMY NIM:

NAMA : FAISHAL AGUNG ROHELMY NIM: FUNGSI PERMINTAAN, PENAWARAN, & KESEIMBANGAN PASAR NAMA : FAISHAL AGUNG ROHELMY NIM: 115030207113012 FUNGSI PERMINTAAN, PENAWARAN, & EKUILIBRIUM PASAR Fungsi Permintaan Pasar Fungsi permintaan pasar untuk

Lebih terperinci

Praktikum Total Quality Management

Praktikum Total Quality Management Moul ke: 09 Dr. Fakultas Praktikum Total Quality Management Aries Susanty, ST. MT Program Stui Acceptance Sampling Abstract Memberikan pemahaman tentang rencana penerimaan sampel, baik satu tingkat atau

Lebih terperinci

BAB III KONTROL PADA STRUKTUR

BAB III KONTROL PADA STRUKTUR BAB III KONROL PADA SRUKUR III. Klasifikasi Kontrol paa Struktur Sistem kontrol aktif aalah suatu sistem yang menggunakan tambahan energi luar. Sistem kontrol aktif ioperasikan engan sistem kalang-terbuka

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES

TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES TUGAS MATA KULIAH ILMU MATERIAL UMUM THERMAL PROPERTIES Nama Kelompok: 1. Diah Ayu Suci Kinasih (24040115130099) 2. Alfiyan Hernowo (24040115140114) Mata Kuliah Dosen Pengampu : Ilmu Material Umum : Dr.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KENDALI PID DALAM MENINGKATKAN KINERJA POWER SYSTEM STABILIZER

IMPLEMENTASI KENDALI PID DALAM MENINGKATKAN KINERJA POWER SYSTEM STABILIZER Sujito, Implementasi Kenali PID alam Meningkatkan Kinerja Power System Stabilizer IMPLEMENTASI KENDALI PID DALAM MENINGKATKAN KINERJA POWER SYSTEM STABILIZER SUJITO Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS CLUSTER PSIKOGRAFIS KONSUMEN KEDIRI TOWN SQUARE (CLUSTER ANALYSIS PSYCHOGRAPHIC CONSUMERS KEDIRI TOWN SQUARE)

ANALISIS CLUSTER PSIKOGRAFIS KONSUMEN KEDIRI TOWN SQUARE (CLUSTER ANALYSIS PSYCHOGRAPHIC CONSUMERS KEDIRI TOWN SQUARE) ANALISIS CLUSTER PSIKOGRAFIS KONSUMEN KEDIRI TOWN SQUARE (CLUSTER ANALYSIS PSYCHOGRAPHIC CONSUMERS KEDIRI TOWN SQUARE) Amin Tohari Universitas Nusantara PGRI Keiri, amin.tohari@unpkeiri.ac.i Abstrak Perkembangan

Lebih terperinci

SNMPTN 2011 Fisika KODE: 559

SNMPTN 2011 Fisika KODE: 559 SNMPTN 2011 Fisika KODE: 559 SOAL PEMBAHASAN 1. Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. 1. Jawaban: DDD Percepatan ketika mobil bergerak semakin cepat adalah. (A) 0,5

Lebih terperinci

PERANCANGAN WEBSITE DEKRANASDA KOTA SURABAYA DENGAN KONSEP MY SECOND CRAFT WORKBENCH

PERANCANGAN WEBSITE DEKRANASDA KOTA SURABAYA DENGAN KONSEP MY SECOND CRAFT WORKBENCH Tugas Akhir PERANCANGAN WEBSITE DEKRANASDA KOTA SURABAYA DENGAN KONSEP MY SECOND CRAFT WORKBENCH Mirza Ali : 3407100047 Ientifikasi Masalah 1. Jumlah anggota Dekranasa saat ini berjumlah 236, namun 164

Lebih terperinci

METODE MATRIK APLIKASI METODE MATRIK UNTUK ANALISA STRUKTUR BALOK

METODE MATRIK APLIKASI METODE MATRIK UNTUK ANALISA STRUKTUR BALOK METOE MATRIK APIKASI METOE MATRIK UNTUK ANAISA STRUKTUR BAOK PENGERTIAN UMUM Metoe matrik aalah suatu pemikiran baru paa analisa struktur, yang berkembang bersamaan engan populernya penggunaan computer

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN BANDENG DI DUA TAMBAK SILVOFISHERY YANG BERBEDA UMUR DI KAWASAN MANGROVE PANTAI UTARA KABUPATEN REMBANG

PERTUMBUHAN BANDENG DI DUA TAMBAK SILVOFISHERY YANG BERBEDA UMUR DI KAWASAN MANGROVE PANTAI UTARA KABUPATEN REMBANG PERTUMBUHAN BANDENG DI DUA TAMBAK SILVOFISHERY YANG BERBEDA UMUR DI KAWASAN MANGROVE PANTAI UTARA KABUPATEN REMBANG Growth of Milkfish in Two Different Age Silvofishery Fishpons in Mangrove Area in North

Lebih terperinci

Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Multiple Intelligences dengan Kooperatif Tipe STAD

Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Multiple Intelligences dengan Kooperatif Tipe STAD Perbaningan Moel Pembelajaran Kooperatif Berbasis Multiple Intelligences engan Kooperatif Tipe STAD Perbaningan Moel Pembelajaran Kooperatif Berbasis Multiple Intelligences engan Kooperatif Tipe STAD terhaap

Lebih terperinci

PENGUKURAN UNTUK MENDETEKSI DEFORMASI BANGUNAN SIPIL

PENGUKURAN UNTUK MENDETEKSI DEFORMASI BANGUNAN SIPIL Pengukuran untuk Meneteksi Deformasi angunan Sipil PENGUKURAN UNUK MENDEEKSI DEFORMASI ANGUNAN SIPIL Sutomo Kahar 1 ASRAC Deformation for territory will impact to above the builing stability an also will

Lebih terperinci

Gaya Antarmolekul dan Cairan dan Padatan

Gaya Antarmolekul dan Cairan dan Padatan Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi dimodifikasi oleh Dr. Indriana Kartini Bab V Gaya Antarmolekul dan Cairan dan Padatan Fasa merupakan bagian homogen suatu sistem

Lebih terperinci

STUDI KESTABILAN TRANSIENT SISTEM TENAGA LISTRIK MULTIMESIN (MODEL IEEE 9 BUS 3 MESIN)

STUDI KESTABILAN TRANSIENT SISTEM TENAGA LISTRIK MULTIMESIN (MODEL IEEE 9 BUS 3 MESIN) No. ol. Thn. X November 8 SSN: 854-847 STUD KSTABLAN TANSNT SSTM TNAGA LSTK MULTMSN (MODL 9 BUS MSN) Heru Dibyo Laksono Jurusan Teknik lektro, Universitas Analas Paang, Kampus Limau Manis Paang, Sumatera

Lebih terperinci

Gangguan Frekuensi fof2 Ionofser dari Matahari dan Geomagnetik

Gangguan Frekuensi fof2 Ionofser dari Matahari dan Geomagnetik 166 Slamet Syamsuin /Gangguan Frekuensi fof2 Ionofser ari Matahari an Geomagnetik Gangguan Frekuensi fof2 Ionofser ari Matahari an Geomagnetik Slamet Syamsuin Pusat Sains Antarksa LAPAN Jl. Dr. Junjunan

Lebih terperinci

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1 MATERI DAN PERUBAHANNYA Kimia Kelas X semester 1 SKKD STANDAR KOMPETENSI Memahami konsep penulisan lambang unsur dan persamaan reaksi. KOMPETENSI DASAR Mengelompokkan sifat materi Mengelompokkan perubahan

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 BIDANG ILMU FISIKA

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 BIDANG ILMU FISIKA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 BIDANG ILMU FISIKA SELEKSI TIM OLIMPIADE FISIKA INDONESIA 2011 SOAL TES EKSPERIMEN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2010 Olimpiade Sains Nasional Eksperimen Fisika Agustus

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN : Uji Kualitas Minyak Goreng Berdasarkan Perubahan Sudut Polarisasi Cahaya Menggunakan Alat Semiautomatic Polarymeter Nuraniza 1], Boni Pahlanop Lapanporo 1], Yudha Arman 1] 1]Program Studi Fisika, FMIPA,

Lebih terperinci

3. Turunan Fungsi Trigonometri, Trigonometri Inversi, Logaritmik, Eksponensial

3. Turunan Fungsi Trigonometri, Trigonometri Inversi, Logaritmik, Eksponensial Darpublic Nopember 03.arpublic.com 3. Turunan Fungsi Trigonometri, Trigonometri Inversi, Logaritmik, Eksponensial 3.. Turunan Fungsi Trigonometri Jika sin maka sin sin( + ) sin sin cos + cos sin sin Untuk

Lebih terperinci

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang?

3 TEORI KONGRUENSI. Contoh 3.1. Misalkan hari ini adalah Sabtu, hari apa setelah 100 hari dari sekarang? Paa bab ini ipelajari aritmatika moular yaitu aritmatika tentang kelas-kelas ekuivalensi, imana permasalahan alam teori bilangan iseerhanakan engan cara mengganti setiap bilangan bulat engan sisanya bila

Lebih terperinci

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja Heat Treatment Pada Logam Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma Proses Perlakuan Panas Pada Baja Proses perlakuan panas adalah suatu proses mengubah sifat logam dengan cara mengubah struktur mikro

Lebih terperinci

diramabti gelombang dengan kecepatan lebih besar dan berapa kali lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan gelombang pada batang yang lain?

diramabti gelombang dengan kecepatan lebih besar dan berapa kali lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan gelombang pada batang yang lain? iramabti gelombang engan kecepatan lebih besar an berapa kali lebih cepat ibaningkan engan kecepatan gelombang paa batang yang lain? Jawab v Y ρ Untuk Y yang sama maka v ρ Karena kecepatan gelombang berbaning

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN SISWA BARU DENGAN METODE PROMETHEE (STUDI KASUS SD PLUS NURUL HIKMAH PAMEKASAN)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN SISWA BARU DENGAN METODE PROMETHEE (STUDI KASUS SD PLUS NURUL HIKMAH PAMEKASAN) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN SISWA BARU DENGAN METODE PROMETHEE (STUDI KASUS SD PLUS NURUL HIKMAH PAMEKASAN) Ubaii Teknik Informatika Universitas Maura ube_gvc@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1 Planetary Gearbox Untuk pengertian secara umumnya sistem roa gigi planet aalah sebuah sistem roa gigi yang teriri ari sun gear, carrier gear an ring gear atau internal gear Satu

Lebih terperinci