BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. pendapatan (factorial distribution dan income distribution), dan pengaruh dari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. pendapatan (factorial distribution dan income distribution), dan pengaruh dari"

Transkripsi

1 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kerangka Sederhana SNSE Matrks SNSE dapat menggambarkan keterkatan antar sektor, dstrbus pendapatan (factoral dstrbuton dan ncome dstrbuton), dan pengaruh dar konsums, nvestas, serta ekspor-mpor terhadap pendapatan regonal dan kesempatan kera. Dalam peralan waktu, Thorbecke (1998) mengembangkan neraca-neraca dalam SNSE sederhana menad enam tpe neraca, yakn: (1) neraca aktvtas produks, (2) neraca komodtas, (3) neraca faktor produks, (4) neraca nsttus, (5) neraca modal (kaptal), dan (6) neraca Rest of The World. Neraca aktvtas produks merupakan neraca yang berkatan dengan transaks pembelan row materal, ntermedate goods, dan sewa faktor produks untuk menghaslkan barang dan asa (komodtas). Pada bars neraca aktvtas (penermaan aktvtas) melput hasl penualan komodtas pada pasar domestk dan pasar luar neger, serta penermaan subsd ekpor dar pemerntah. Pada kolom neraca aktvtas (pengeluaran aktvtas) melput pengeluaran untuk mpor, baya-baya dar asa perdagangan, dan pembayaran paak tdak langsung. Neraca nsttus oleh Thorbecke (1998) dpecah lag menad tga neraca, yatu: (1) rumah tangga, (2) perusahaan, dan (3) pemerntah. Bars neraca rumah tangga melput penermaan atas kompensas tenaga kera, keuntungan atas modal, transfer antara rumah tangga, penermaan transfer dar perusahaan (berupa asurans), transfer dar pemerntah, dan transfer luar neger. Sedangkan kolom neraca rumah tangga melput pengeluaran konsums, transfer antar rumah tangga, transfer kepada perusahaan, pembayaran paak langsung, dan

2 87 tabungan pada neraca modal. Selanutnya, bars neraca perusahaan (penermaan perusahaan) melput laba yang dtahan, transfer dar rumah tangga, dan transfer pemerntah. Sedangkan kolom neraca perusahaan (pengeluaran perusahaan) melput transfer kepada rumah tangga, pembayaran paak, dan tabungan perusahaan pada neraca kaptal. Bars neraca pemerntah melput semua penermaan paak, yakn paak nla tambah, paak tdak langsung, paak pendapatan, paak langsung, dan paak keuntungan dar perusahaan. Sedangkan kolom neraca pemerntah melput pengeluaran subsd ekspor, belana barang dan asa, transfer kepada rumah tangga dan perusahaan, serta tabungan pemerntah. Ss penermaan dar neraca kaptal melput tabungan bruto yang terdr dar tabungan rumah tangga, tabungan perusahaan, dan tabungan pemerntah serta netborrowng dar luar neger yang merupakan sumber pembayaan nvestas rl domestk sedangkan ss pengeluarannya melput nvestas rl domestk dan netlendng ke luar neger. Secara matemats, keempat neraca tersebut dsusun dalam bentuk matrks, yang terdr atas bars dan kolom. Neraca bars menunukkan penermaan dan neraca kolom menggambarkan pengeluaran. Setap sel (perpotongan antara bars dan kolom) menggambarkan nteraks antara neraca. Secara matemats, keempat neraca tersebut dsusun dalam bentuk matrks, yang terdr atas bars dan kolom. Neraca bars menunukkan penermaan dan neraca kolom menggambarkan pengeluaran. Setap sel (perpotongan antara bars dan kolom) menggambarkan nteraks antara neraca. Makna dar setap sel terdapat d dalam Tabel 3.

3 88 Tabel 3. Kerangka Data Matrks SNSE Penermaan Pengeluaran Faktor Produks 1 Insttus 2 Sektor Produks 3 Faktor Produks Insttus Sektor Produks Neraca Eksogen Total T 12 T 13 X 14 Y 1 T T 21 T 22 T 23 T 31 X 24 Y 2 0 T 32 T 33 X 34 Y 3 0 X 41 X 42 X 43 X 44 Y 4 Neraca Eksogen 4 Y 1 Y 2 Y 3 Y 4 Total 5 Sumber: Thorbecke (1988) Dar Kerangka Data matrks SNSE Tabel 3 d atas dapat drumuskan persamaan matrks pendapatan dan pengeluaran neraca endogen secara agregat sebaga berkut: Y = T + X... (4.1) Dmana Matrks Y atau matrks permntaan akhr yang terdr atas perntaan untuk konsums rumah tangga (C), pemerntah (G), nvestas (I), dan Ekspor (X). Matrks T atau matrks transaks nput antara, dan X atau matrks nput prmer yang terdr dar atas upah/ga (W), surplus usaha (S), penyusutan (D) dan paak tdak langsung/mnus subsd (T). Jka struktur sederhana SNSE dlhat secara bars maka dapat dperoleh dstrbus pendapatan blok blok neraca endogen dan neraca eksogen dan dapat drumuskan sebaga berkut:

4 89 Y 1 = T 13 + X 14 (4.2) Y 2 = T 21 + T 22 + X 24. (4.3) Y 3 = T 32 + T 33 + X 34 (4.4) Y 4 = X 41 + X 42 + X 43 + X (4.5) Persamaan (4.2) menunukkan pendapatan blok neraca faktor produks (tenaga kera dan kaptal) atau dsebut uga sebaga dstrbus pendapatan faktoral. Sedangkan persamaan (4.3) menunukkan pendapatan blok neraca nsttus atau dsebut sebaga dstrbus pendapatan nsttusonal, persamaan (4.4) menunukkan pendapatan blok sektor atau aktvtas produks atau dstrbus pendapatan sektoral. Persamaan (4.2) sampa dengan persamaan (4.4) merupakan pendapatan dar blok neraca endogen. Selanutnya persamaan (4.5) menunukan total pendapatan blok neraca lannya sebaga neraca eksogen. Selanutnya, dstrbus pengeluaran neraca endogen dan neraca eksogen drumuskan sebaga berkut: Y 1 = T 21 + X (4.6) Y 2 = T 22 + T 32 + X (4.7) Y 3 = T 13 + T 23 + T 33 + X (4.8) Y 4 = X 14 + X 24 + X 34 + X 44 (4.9) Persamaan (4.6) menunukkan total pengeluaran blok neraca faktor-faktor produks (factoral). Sedangkan persamaan (4.7) menunukkan total pengeluaran blok neraca nsttusonal, persamaan (4.8) menunukkan total pembelanaan nput oleh blok neraca sektor-sektor produks; dan persamaan (4.9) menunukan total pengeluaran blok neraca lannya (eksogen). Sebenarnya model SNSE merupakan perluasan dar model Input-output. Namun demkan model n memlk seumlah keterbatasan yang melekat pada

5 90 asums-asums dar model. Adapun asums-asums yang dgunakan adalah: (1) seluruh produk yang dhaslkan oleh setap sektor habs dkonsums pada perode tertentu, (2) hubungan nput-output dalam kegatan produks bersfat lner atau constant return to scale, (3) tdak ada substtus antara faktor produks yang dgunakan, (4) suatu kelompok produk tdak dhaslkan bersama-sama oleh dua perusahaan atau lebh, (5) harga konstan, (6) tdak ada eksternaltas negatf, dan (7) perekonoman dalam keadaan kesembangan. Sekalpun SNSE memlk seumlah keterbatasan, namun model n telah dgunakan secara luas, yang antara lan oleh Marko Nokkala (2000) dalam peneltannya yang berkatan dengan kebakan nvestas sektor pertanan d Zamba serta oleh Iqbal dan Sddqu (2002) untuk menganalss dampak penyesuaan struktural terhadap ketdakmerataan pendapatan (ncome nequty) d Pakstan. Argumentas umum yang kemukakan dalam menggunakan model SNSE adalah bahwa model n dapat memotret keterkatan aktvtas perekonoman pada suatu regon atau nterregonal dengan dsagregas yang luas sehngga dapat dperoleh obyek yang beragam. Wagner (1998) mengemukakan tga alasan mengapa a memaka model SNSE, yatu: (1) model SNSE dapat menelaskan keterkatan antara aktvtas produks, dstrbus pendapatan, konsums barang dan asa, tabungan dan nvestas, serta perdagangan luar neger, (2) SNSE dapat memberkan suatu kerangka kera yang bsa menyatukan dan menyakan seluruh data perekonoman wlayah, dan (3) dengan SNSE dapat dhtung multpler perekonoman wlayah yang berguna untuk mengukur dampak dar ecotoursm terhadap produks, dstrbus pendapatan dan permntaan, yang menggambarkan struktur perekonoman.

6 Kerangka Analss Pengganda SNSE Analss pengganda d dalam model SNSE dapat dbag ke dalam dua kelompok besar, yatu: pengganda neraca (accountng multpler) dan pengganda harga tetap (fxed prce multpler). Analss accountng multpler pada dasarnya sama dengan pengganda dar Leontef Inverse Matrx yang terdapat dalam model Input-Output. In berart bahwa semua analss pengganda yang terdapat dalam model Input-Output sepert own multpler, other lnkage multpler dan pengganda total dapat dgunakan dalam analss SNSE. Sedangkan analss fxed prce multpler mengarah pada analss respon rumah tangga terhadap perubahan Neraca Eksogen dengan memperhtungkan expendture propensty (Isard et al., 1998). Selanutnya apabla dasumskan bahwa besarnya kecenderungan ratarata pengeluaran, A, merupakan perbandngan antara pengeluaran sektor ke- untuk sektor ke- dengan total pengeluaran ke- (Y ), maka: A = T / Y... (4.10) atau dalam bentuk matrks adalah : 0 0 A13 A = A21 A (4.11) 0 A 32 A33 Apabla persamaan (3.10) dbag dengan Y, maka dperoleh: Y/Y = T/Y + X/Y (4.12) Selanutnya persamaan (4.10) dsubstuskan ke persamaan (4.12) sehngga menad: I = A + X/Y I A = X/Y (I A)Y = X

7 92 Y = (I A) -1 X... (4.13) Jka, M a = (I A) -1 maka: Y = M a X... (4.14) Dalam hal n A adalah koefsen-koefsen yang menunukkan pengaruh langsung (drect coeffcents) dar perubahan yang terad pada suatu sektor terhadap sektor lannya. Sementara tu M a adalah pengganda neraca (accountng multpler) yang menunukkan pengaruh perubahan suatu sektor terhadap sektor lannya dar seluruh SNSE. Pyatt and Round (1985) melakukan dekomposs terhadap pengganda neraca agar mendapatkan dampak langsung dan tdaklangsung yang dalam bentuk multplkatf: M a = M a3 M a2 M a1 (4.15) atau secara adtf dapat dtuls: M a = I + M a1 - I + (M a2 - I) M a1 + (M a3 - I) M a2 M a1. (4.16) M a1 adalah transfer multpler, yang menunukkan pengaruh dar satu blok neraca terhadap drnya sendr, yang drumuskan sebaga berkut: M a1 = (I A 0 ) 1.. (4.17) dmana: A = 0 A22 0 (4.18) 0 0 A 33 sehngga: M a 1 = 0 ( 1 A22 ) 0.. (4.19) ( 1 A 33 )

8 93 Selanutnya M a2 adalah open loop multpler atau cross effect yang menunukkan pengaruh langsung dar satu blok ke blok lan. Dalam hal n M a2 dapat drumuskan: M a2 = (I + A * + A *2 ) (4.20) dmana A * = (I A 0 ) -1 (A A 0 ) Oleh karena: A * 13 = A 13 A * 21 = (I A 22 ) -1 A 21 A * 32 = (I A 33 ) -1 A 32 maka M a2 dapat dtuls sebaga berkut: * * * 1 A 13 A 32 A 13 * * * M a2 = 21 A 1 A 21A 13 (4.21) * * * A A A 1 Proses open loop multpler antara blok nampak pada Gambar 7. Gambar n menunukkan bahwa apabla neks awal terad pada penngkatan permntaan ekspor (X 3 ), maka output yang terkat dengan blok aktvtas produks (Y 3 ) akan menngkat, kemudan memberkan pengaruh berkutnya terhadap pendapatan pada blok faktor produks (Y 1 ) dengan nla pengganda sebesar A 13. Selanutnya, penngkatan pendapatan pada blok faktor produks akan memberkan pengaruh lanutan terhadap pendapatan pada blok nsttus (Y 2 ) dengan nla pengganda sebesar A * 21, dan selanutnya akan menngkatkan pendapatan blok produks dengan nla pengganda sebesar A * 32. Apabla neks awal bersumber dar penngkatan pendapatan blok faktor produks yang berasal dar luar neger (X 1 ), maka neks n akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok nsttus dengan nla pengganda sebesar A * 21 dan selanutnya akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok aktvtas produks dengan nla pengganda A * 32 (Gambar 6).

9 94 Penngkatan pendapatan pada blok aktvtas produks akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok faktor produks dengan nla pengganda sebesar A 13. Apabla neks berawal dar penngkatan pendapatan blok non faktor produks yang berasal dar luar neger (X 2 ), maka neks n akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok aktvtas produks dengan nla pengganda sebesar A * 32 dan selanutnya akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok faktor produks dengan nla pengganda A 13. Penngkatan pendapatan pada blok faktor produks akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok nsttus dengan nla pengganda sebesar A * 21. Y 3 Aktvtas Produks (I-A 33 ) -1 X 3 X 3 = permn taan ekspor A * 32=(I-A 33) - 1 A A * 13=A 13 Y 2 Dstrbus pendapatan nsttus A * 21=(I-A 22 ) - 1 A Y 1 Dstrbus pendapatan faktor (I-A 22 ) -1 X 2 X 2 = pend. non-faktor dar luar neger X 1 = pend faktor dar luar neger Sumber : Thoerbecke (1998) Gambar 6. Proses Pengganda Antara Neraca Endogen SNSE Terakhr, M a3 merupakan closed loop multpler yang menunukkan pengaruh dar satu blok ke blok lan, kemudan kembal pada blok semula. Dalam bentuk matrks M a3 dapat dtuls sebaga berkut:

10 95 M a3 = (I A* 3 ) (4.22) Persamaan (3.23) secara rnc dapat dtuls sebaga berkut: * * * 1 ( 1 A 13 A 32 A 32 ) 0 0 * * * 1 M 3 = 0 ( 1 A 13A 32 A 32 ) 0... (4.23) a * * * ( 1 A 13A 32 A 32 ) Dekomposs pengganda neraca tdak hanya dlakukan dengan pendekatan rata-rata, tetap uga dapat dlakukan dengan pendekatan marnal. Dekomposs pengganda neraca dengan pendekatan marnal memerlukan suatu matrks yang dsebut margnal expendture propenstes yang dnotaskan dengan C. Matrks C dbentuk berdasarkan asums harga tetap, sehngga pengganda yang dperoleh dengan cara n serngkal dsebut pengganda harga tetap. Secara matemats matrks C drumuskan sebaga: C = T/ Y (4.24) Secara rnc dtuls sebaga: C = C21 C22 0 (4.25) 0 C 32 C33 karena Y = T + X, maka: Y = T + X (4.26) dengan demkan: atau Y = C T + X Y = (I C) -1 X (4.27) Y = M c X (4.28) Dmana M c adalah pengganda harga tetap, yang selanutnya dapat ddekomposs ke dalam M c1 (transfer multpler), M c2 (open loop mutpler), dan M c3 (closed loop multpler), sehngga:

11 96 M c = M c3 M c2 M c1... (4.29) Bentuk matrks M c3, M c2, M c1 SNSEa sepert pada matrks dekomposs sebelumnya, hanya saa yang dgunakan dsn adalah marnal pengeluaran Metode Penyusunan SNSE Sepert telah delaskan pada bagan sebelumnya bahwa model SNSE merupakan pengembangan dar model Input-Output. Oleh karena tu tabel Input- Output Jawa Barat tahun 2010 dgunakan sebaga data dasar (benchmark) dalam penyusunan matrks SNSE Jawa Barat tahun Selan tabel Input-Output dmana umumnya data Input-Output tersebut dsusun dan dterbtkan pada nterval waktu yang panang (antara 5 tahun atau lebh), penyusunan SNSE Jawa Barat uga memerlukan data pendukung lannya untuk mengs sel sel d dalam marks yang tdak dsedakan oleh tabel Input- Output. Data data pendukung tersebut antara lan adalah data-data pendukung yang berasal dar hasl komplas yang dlakukan oleh BPS sepert data pendapatan regonal sepert PDRB menurut penggunaan dan PDRB menurut sektoral terseda setap tahun dan bahkan trwulanan. Data-data pendukung lannya dperoleh dar berbaga sumber, antara lan: sensus penduduk 2010, surve sosal ekonom nasonal (susenas) tahun 2010, sensus/surve ndustr, surve tenaga kera (Sakernas), surve dbdang sektor pertanan sepert struktur ongkos usaha tan (SOUT) pertanan, surve perkebunan, laporan keuangan pemerntah, statstk ekspor dan statstk mpor (neraca pedagangan) serta surve khusus tabungan dan nvestas rumah tangga (SKTIR). Model SNSE yang dbangun pada tngkat nasonal maupun daerah uga banyak yang mash agregat. Untuk mendapatkan SNSE per tahun dan yang ddsagregas secara lebh rnc dapat dlakukan dengan berbaga metode antara lan metoda RAS dan Cross-Entropy.

12 97 Dengan metoda RAS dapat dbangun matrks A yang baru (A 1 ) berukuran n x n dar matrks A yang lama (A 0 ) dengan mengaplkaskan multpler bars (r) dan kolom (s). Apabla T adalah matrks transaks SNSE, dmana t adalah nla sel yang memenuh konds T = t. Koefsen matrks SNSE (A), dbangun dar matrks transaks (T) dbag dengan sel-sel dalam setap kolom dar T dengan umlah total kolom, yakn: t a =... (4.65) t Pendekatan klask untuk memecahkan masalah untuk membangun suatu matrks baru (A 1 ) dar matrks lama (A 0 ) dkenal dengan operas proporsonal ganda (bproportonal) bars dan kolom, dnyatakan sebaga berkut: a 1 = r a s... (4.66) 0 Dalam notas matrks dnyatakan sebaga berkut: A 1 ~ ~ = RA 0 S... (4.67) Dmana ( ~ ) mengndkaskan elemen matrks dagonal r dan 2 s. Metoda RAS merupakan suatu algortma yang bersfat teratf dar penyesuaan proporsonal ganda. Langkah-langkah dalam operasonal metoda RAS dnyatakan sebaga berkut: Langkah ke-1 1 xˆ xˆ = x 0 = a x b = x 2 a x = b x 1 1 x 1... (4.68) Langkah ke-2

13 98 2 xˆ xˆ = x 2 = a x b = x 4 a x = b x 3 2 x 3... (4.69)... sampa dengan langkah ke-t Langkah ke-t ˆ t xˆ x t 2t 1 a = b x... (4.70) x 2t 1 t 2t 2 t 2t x = = = 2 a x b x t 2t 1 x Proses n dlakukan sampa dengan dperoleh teras yang konvergen. Langkahlangkah n dapat drngkas sebaga berkut: x 2t 1 t 1 t h = b h= 1 k= 1 a k x, untuk rank nla ganl, x, x, x, (4.71) x 2t t t h = b h= 1 k= 1 a k x , untuk rank nla genap, x, x, x, (4.72) dengan t t A = a k = 1 k dan t t B = b h= 1 h 2t 1 t t 1 0 x = A B x ; untuk rank nla ganl, x, x, x, (4.73) 2t t t x = A B x ; untuk rank nla genap, x, x, x, (4.74) Ketka ada suatu solus, metoda RAS mempunya keunggulan karena aplkasnya sederhana. Tetap, kesederhanaan n memlk banyak kelemahan, yakn: (1) memlk fondas ekonom yang lemah; (2) tdak mampu mengakomodas sumber-sumber data lannya selan total bars dan kolom. Dsebabkan oleh kelemahan tersebut, maka banyak penelt yang menggunakan metoda Cross-Entrophy untuk updatng dan balancng SNSE. Namun demkan, metoda RAS banyak dgunakan oleh penelt untuk updatng dan balancng Tabel Input-Output.

14 99 Metoda Cross-Entropy merupakan perluasan dar metoda RAS, dmana metoda Cross-Entropy lebh fleksbel dan unggul untuk mengestmas SNSE ketka data scattered (tersebar) dan tdak konssten. Sementara tu metoda RAS mengasumskan bahwa estmas dmula dar suatu SNSE terdahulu yang konssten dan hanya mengetahu tentang total bars dan kolom. Kerangka Cross- Entropy mengacu pada rentang nformas terdahulu yang lebh luas untuk dgunakan secara efsen dalam estmas (Robnson et al., 1998). Ada dua pendekatan yang dgunakan dalam penerapan model Cross- Entropy, yatu pendekatan determnstk dan pendekatan stokastk. Pendekatan determnstk dgunakan apabla terdapat ketergantungan yang bersfat fungsonal antara satu peubah dengan peubah lannya. Sedangkan pendekatan stokastk dgunakan apabla terdapat ketergantungan yang bersfat random antara satu peubah dengan peubah lannya (Robnson et al., 1998; Robnson dan El-Sad, 2000). Peneltan n menggunakan metoda Cross-Entropy dengan pendekatan determnstk, sebab estmas SNSE hanya dlakukan pada tahun tertentu, serta ketergantungan antar yang akan ddsagregas bersfat fungsonal. Langkah pertama dar metoda Cross-Entropy dengan pendekatan determnstk adalah mendefnskan matrks T sebaga suatu matrks transaks SNSE, dmana t adalah alran pengeluaran dar neraca kolom ke naraca bars yang memenuh konds: kolom ( y t... (4.75) = t = Pada suatu SNSE, setap umlah bars ( y ) harus sama dengan umlah * y ), dmana koefsen matrks A dapat dbentuk dar setap sel pada

15 100 matrks T dbag dengan umlah kolomnya. Secara matemats hal n drumuskan sebaga berkut: t A =... (4.76) y Kullback dan Lebler (1951) mengaplkaskan ukuran arak cross-entropy antara dua dstrbus probabltas dalam mengestmas SNSE. Hal n dlakukan untuk memperoleh satu set koefsen matrks yang baru (A) dengan cara memnmumkan arak cross-entropy antara koefsen matrks yang baru dengan koefsen matrks sebelumnya (A). Secara matemats dapat drumuskan sebaga berkut: mn I { A} A ln A = A Dengan kendala: ln A A ln A... (4.77) = A * * A y = y. (4.78) A = 1 dan 0 A (4.79) 4.4. Aplkas Model SNSE Jawa Barat Konstruks SNSE Jawa Barat Sebagamana telah dungkapkan pada Bab terdahulu bahwa stud n akan menggunakan model SNSE Jawa Barat (SNSE Jabar) tahun Konstruks kerangka data SNSE Jawa Barat dalam rangka penyusunan model analss n menggunakan data yang berasal dar sensus, survey, data sekunder yang bersumber dar Badan Pusat Statstk (BPS) dan sumber lan d luar BPS

16 101 yang relevan. Data utamanya adalah Tabel Input-Output Jawa Barat tahun 2010 yang terdr atas 80 sektor, Survey Sosal Ekonom Nasonal (SUSENAS) tahun 2010, Survey Angkatan Kera Nasonal (SAKERNAS) tahun 2010, dan Data Indkator Ekonom Jawa Barat lannya serta Indonesa 2010 untuk mendukung data pokok Tahapan Penyusunan SNSE Provns Jawa Barat Metode yang dpergunakan untuk mengka Analsa Dampak Investas Infrastruktur Transportas terhadap Penyerapan Tenaga Kera dan Dstrbus Pendapatan Sektor Industr d Jawa Barat adalah dengan menggunakan Model SNSE.Sepert yang delaskan d dalam Daryanto dan Hafzranda (2010), Model SNSE n dapat memotret seluruh neraca ekonom bak yang endogen maupun eksogen, bak yang ntra regon maupun nterregonal. Selan tu model n uga dapat menelaskan keterkatan antara aktvtas produks, dstrbus pendapatan, konsums barang dan asa, tabungan dan nvestas, serta perdagangan luar neger. Lebh auh lag, model n dapat pula memberkan suatu kerangka kera yang bsa menyatukan dan menyakan seluruh data perekonoman wlayah. Dengan model SNSEn uga dapat dhtung multpler perekonoman wlayah dan menelaskan pengaruh dar suatu perubahan terhadap produks, dstrbus pendapatan dan permntaan. Tabel SNSE provns Jawa Barat merupakan sebuah matrks yang merangkum neraca sosal dan ekonom d Provns Jawa Barat secara agregat.neraca SNSE Provns Jawa Barat dkategorkan menad dua kelompok neraca, yakn neraca endogen dan neraca eksogen. Neraca endogen dkelompokkan menad tga blok neraca, yatu blok neraca faktor produks, blok neraca nsttus, dan blok neraca aktvtas produks. Sedangkan neraca eksogen dapat dbag menad blok neraca pemerntah, blok neraca kaptal, blok neraca

17 102 paak tak langsung dan blok neraca luar neger (luar Provns Jawa barat dan luar neger). Dalam rangka menyusun neraca endogen dan neraca eksogen dperlukan beberapa langkah. Langkah-langkah yang dmaksud adalah : (1) pendefnsan klasfkas, khususnya untuk neraca faktor produks, neraca nsttus, dan neraca aktvtas, (2) tabulas dan dentfkas sumber data, dan (3) koreks kesalahan estmas data dan pembentukan kesembangan. Secara gars besar tahapan penyusunan SNSE Provns Jawa Barat n dapat dlhat pada Gambar 7. Pendefnsan Klasfkas Klasfkas Neraca Faktor Produks Klasfkas Neraca Insttus Klasfkas Sektor Produks Klasfkas Neraca Lannya Identfkas Sumber Data Tabulas Data Koreks Kesalahan Estmas Data Dan Pembentukan Kesembangan/konsstens Data: Tabel IO, Susenas, Sakernas, SKTIR, SKPS, SP, APBN, APBD, Satstk Industr, IKKR, Statstk Upah, Data BOP, dll Rekonslas Akhr

18 103 Gambar 7. Tahapan Penyusunan SNSE provns Jawa Barat Pendefnsan Klasfkas Ketersedaan data merupakan salah satu pertmbangan pentng dalam proses pembuatan SNSE Jawa Barat. Dengan mempertmbangkan bahwa data-data yang dbutuhkan sepertnya belum banyak terseda d Provns Jawa Barat, sementara peneltan n hanya memanfaatkan data-data sekunder, mengakbatkan klasfkas yang dtentukan khususnya dalam neraca faktor produks dan neraca nsttus, sangatlah mnm. Namun demkan, dharapkan dengan penetapan klasfkas yang mnm tersebut dapat menghaslkan output peneltan yang maksmal. Klasfkas yang dtetapkan mengkut pola SNSE provns Jawa Barat Tahun 2010 yang dbangun mengkut kebutuhan dalam melakukan analss. Konstruks model SNSE Jabar tahun 2010, dlakukan dalam dua tahap. Tahap Pertama adalah menentukan klasfkas SNSE Jabar tahun Klassfkas dmaksud adalah menetapkan unsur-unsur yang dperlukan pada setap blok neraca yatu blok neraca faktor produks, neraca nsttus, neraca sektor produks, neraca komodt, neraca kaptal serta neraca neraca lannya termasuk neraca luar neger. Pada bagan sebelumnya telah dungkapkan bahwa Tabel SNSE terdr atas empat blok neraca, yakn: tga blok neraca endogen dan satu blok neraca eksogen. Neraca endogen terdr atas : blok faktor produks, blok nsttus, dan blok sektor produks. Dalam model SNSE Jabar tahun 2010, blok neraca faktor produks terdr atas dua tpe neraca. Blok neraca nsttus sebanyak 16 tpe neraca yang terdr atas 14 tpe rumah tangga, 1 neraca perusahaan, dan 1 neraca pemerntah.

19 104 Sedangkan blok neraca sektor produks terdr atas 25 sektor. In berart bahwa, blok neraca endogen terdr atas 27 tpe neraca. Sedangkan blok neraca eksogen terdr atas 5 tpe neraca yatu neraca pemerntah, neraca kaptal, neraca subsd dan neraca paak tdak langsung dan neraca luar neger. Jumlah seluruh neraca dalam klasfkas SNSE Jabar tahun 2010 merupakan model dengan matrks 80 x 80. Tahap Kedua adalah tahap konstruks model SNSE Jabar tahun Pada tahap n dlakukan beberapa langkah. Pertama, melakukan agregas dan updatng atas Tabel Input-Output Jawa Barat tahun Perlu dketahu bahwa Tabel Input-Output regonal Jawa Barat tahun 2010 yang dkonstruks oleh BPS terdr atas 80 sektor. Tabel n dagreagas menad matrks 25x25 untuk sektoral dan komodtas, sedangkan untuk neraca luar neger (rest of Indonesa) menad matrks 25x1. Selanutnya, dlakukan updatng dengan terlebh menghtung data total output tahun 2010, fnal demand tahun 2010, dan total nput prmer tahun 2010, kemudan menggunakan metoda RAS. Proses n menghaslkan Tabel Input-Output Jawa Barat tahun 2010 dengan klasfkas sektor dan komodtas yang sudah dsesuakan dengan klasfkas SNSE Jabar Langkah Kedua dar tahap konstruks adalah mengs sel-sel (neraca transaks) SNSE Jabar tahun Dalam hal n Tabel Input-Output Jawa Barat hasl updatng yang sudah sesua dengan klasfkas yang dtentukan dalam kerangka data SNSE d masukkan ke dalam matrks SNSE Jabar pada sel-sel transaks pada blok neraca sektor produks bak dar ss bars maupun kolom yang sesua. Untuk mengs sel-sel blok neraca lannya yang merupakan sub matrks dalam kerangka SNSE Jabar yang belum ters dgunakan data-data pendukung sepert Susenas, Sakernas, Indkator Ekonom, fnal demand, nput prmer, dan total output sepert sudah delaskan d atas. Data-data n dgunakan untuk menghtung nla komponen masng-masng sub matrks neraca transaks dengan bantuan program Mcrosoft Excel. Sebelum dmasukkan dalam kerangka

20 105 SNSE Jabar, san sub matrks yang dperoleh dar beberapa data surve atau data sekunder lannya dlakukan rekonslas untuk melhat relabltas, valdtas maupun konsstens d dalam masng masng sub matrks tersebut secara parsal sebelum dmasukkan ke dalam kerangka SNSE Jabar yang utuh. Setelah masng masng sub matrks bak yang berasal dar data tabel Input-Output Jabar maupun sub matrks-sub matrks yang berasal dar data surve dan data sekunder tersebut konssten kemudan dmasukkan ke dalam kerangka matrks SNSE Jabar. Pada tahap n akan menghaslkan data SNSE Jabar yang belum konssten, umlah bars belum sama dengan umlah kolom karena masng masng sub-matrks mash dhtung secara parsal. Tahap selanutnya dlakukan konsstens dengan melakukan rekonslas dengan melhat kewaaran san bars dan kolom dengan membandngkan dengan ndkator-ndkator makro yang terseda dan melhat kekuatan data d masng-masng san dmana data yang bersumber dar sensus lebh vald dbandngkan dengan data yang bersumber dar surve, data surve lebh vald dbandngkan data dar statstk regstras dan seterusnya. Apabla seluruh bars dan kolom sudah konssten maka matrks SNSE Jabar tahun 2010 tersebut sap dgunakan untuk berbaga analss dalam peneltan n. Gambaran klasfkas SNSE Jabar tahun 2010 yang dgunakan d dalam peneltan n dapat dlhat pada Tabel 4. Langkah Ketga adalah proses pengolahan untuk mendapatkan multpler output, nla tambah, keterkatan, dan dekomposs serta SPA. Proses n menggunakan Program Exel dan MATS.

21 Tabel 4. Klasfkas SNSE Jawa Barat, Tahun

22 107 No. Neraca Keterangan 1 Desa Pertanan 2 Kota 3 Produks, Operator Alat Angkutan, Desa 4 Manual dan buruh kasar Kota Tenaga kera 5 Desa Bukan Pertanan Tata Usaha, Penualan, Jasa-Jasa 6 Kota 7 Kepemmpnan, Ketatalaksanaan, Desa 8 Mlter, Profesonal dan Tekns Kota 9 Bukan tenaga kera 10 Buruh Pertanan 11 Pengusaha Pertanan 12 RT Golongan Bawah 13 Desa RT Golongan Menengah 14 RT Golongan Atas Industr 15 RT Golongan Bawah 16 Rumah Kota RT Golongan Menengah 17 tangga RT Golongan Atas Bukan Pertanan 18 RT Golongan Bawah 19 Desa RT Golongan Menengah 20 Bukan Industr RT Golongan Atas 21 RT Golongan Bawah 22 Kota RT Golongan Menengah 23 RT Golongan Atas 24 Perusahaan 25 Pemerntah Pertanan Tanaman Pangan Pertanan Tanaman Lannya Peternakan dan Hasl-haslnya Kehutanan dan Perburuan Perkanan Pertambangan Batubara, B Logam dan Mnyak Bum Pertambangan dan Penggalan Lannya Industr Makanan, Mnuman dan Tembakau Industr Pemntalan, Tekstl, Pakaan dan Kult Industr Kayu & Barang Dar Kayu Sektor Produks Margn Perdagangan dan Pengangkutan Faktor Produks Insttus Komodt Neraca Kaptal Paak Tdak Langsung Subsd Luar Neger Sumber: BPS, dolah Industr Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dar Logam dan Industr Industr Kma, Pupuk, Hasl Dar Tanah Lat, Semen Lstrk, Gas Dan Ar Mnum Infrastruktur Transportas Infrastruktur Bukan Transportas Perdagangan Restoran Perhotelan Angkutan Darat Angkutan Udara, Ar dan Komunkas Jasa Penunang Angkutan, dan Pergudangan Bank dan Asurans Real Estate dan Jasa Perusahaan Pemerntahan dan Pertahanan, Penddkan, Kesehatan, Flm dan Jasa Sosal Lannya Jasa Perseorangan, Rumah tangga dan Jasa Lannya Pertanan Tanaman Pangan Pertanan Tanaman Lannya Peternakan dan Hasl-haslnya Kehutanan dan Perburuan Perkanan Pertambangan Batubara, B Logam dan Mnyak Bum Pertambangan dan Penggalan Lannya Industr Makanan, Mnuman dan Tembakau Industr Pemntalan, Tekstl, Pakaan dan Kult Industr Kayu & Barang Dar Kayu Industr Kertas, Percetakan, Alat Angkutan dan Barang Dar Logam dan Industr Industr Kma, Pupuk, Hasl Dar Tanah Lat, Semen Lstrk, Gas Dan Ar Mnum Konstruks Sektor Transportas Konstruks Sektor Bukan Transportas Perdagangan Restoran Perhotelan Angkutan Darat Angkutan Udara, Ar dan Komunkas Jasa Penunang Angkutan, dan Pergudangan Bank dan Asurans Real Estate dan Jasa Perusahaan Pemerntahan dan Pertahanan, Penddkan, Kesehatan, Flm dan Jasa Sosal Lannya Jasa Perseorangan, Rumah tangga dan Jasa Lannya Metoda Analss

23 108 Analss yang dlakukan dalam stud n dbag dalam tga bagan. Pertama, analss yang bersfat dskrptf dengan mengekstraks neraca-neraca dalam matrks SNSE menad tabel tabel analss sesua dengan permasalahan yang dka. Analss menggunakan nla rl (nomnal) atau dolah menad persentase atau raso dar model SNSE Jabar tahun 2010 yang selanutnya dlakukan analss terhadap msalnya struktur ekonom, serta struktur pendapatan dan pengeluaran rumah tangga berbaga golongan berdasarkan data SNSE Jabar. Kedua, menganalss potens ekonom sektoral, yang muaranya menentukan sektor-sektor unggulan. Ketga, menganalss dampak multpler yang berkatan dengan pencptaan pendapatan (ncome generatng) neraca faktor produks, sektor produks serta neraca nsttus Analss Struktur PDRB, dan Struktur pendapatan serta Pengeluaran Rumah tangga Untuk mengetahu struktur ekonom Jawa Barat danalss melalu struktur PDRB. Hal n dlakukan dengan cara mengambl nla-nla rl yang ada dalam model SNSE Jabar tahun 2010 menurut sektor. Nla-nla yang dambl adalah nla-nla dar ss kolom (ss pengeluaran). Selanutnya dhtung share setap sektor terhadap PDRB. Cara yang sama uga dlakukan untuk mendapatkan tabel struktur pendapatan dan pengeluaran rumah tangga. Struktur pendapatan nstrtus dambl dar ss bars, sedangkan struktur pengeluaran dar ss kolom. PDRB dambl dar ss kolom yang berart struktur PDRB yang akan danalss adalah PDRB dar ss pengeluaran Analss Dampak Multpler

24 109 Analss dampak multpler dmaksudkan untuk mengetahu tngkat pertumbuhan ekonom sektoral, tngkat pertumbuhan nla tambah, dan keterkatan sektor-sektor produks dalam perekonoman Jawa Barat tahun 2010 sebaga dampak perubahan neraca eksogen sepert penngkatan nvestas nfrastruktur transportas. Selanutnya menentukan potens ekonom regonal (sektor unggulan) dengan membandngkan sektor sektor menggunakan krtera pertumbuhan serta keterkatan antar sektor (keterkatan kedepan maupun keterkatan kebelakang). Selanutnya untuk melhat dampak perekonoman maupun peranan masng masng neraca endogen dan keterbandngan dantara neraca neraca endogen tersebut maka dapat danalss sepert multpler output bruto menurut sektor, multpler nla tambah menurut sektor, dan multpler keterkatan. Selan tu dlakukan uga analss. multpler pendapatan rumah tangga. Analss n dmaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang dstrbus pendapatan antar kelompok rumah tangga, serta sektor yang memberkan kontrbus pendapatan terbesar bag kelompok rumah tangga Analss Dekomposs Analss dekomposs darahkan untuk mengetahu dua hal, yakn : (1) mengetahu lebh detal terhadap global multpler dar masng masng sektor, faktor serta nsttus (2). mengetahu dampak eksternaltas terhadap pendapatan bak pendapatan faktoral maupun pendapatan nsttusonal dkatkan dengan pendapatan rumah tangga. Selan dhtung dampak total multpler dengan drnc menurut dampak transfer, open loop dan closed loop, uga ddentfkas alur transms dar adanya suatu shock varabel eksogen terhadap golongan rumah tangga dengan metode alur SPA Analss Jalur (Structural Path Analyss)

25 110 Analss n dlakukan untuk mengdentfkas seluruh transms/alur yang menghubungkan pengaruh suatu sektor terhadap sektor lannya dalam suatu Sstem Neraca Sosal Ekonom (SNSE). Karena tabel SNSE adalah data sstem yang komprehensf dan equlbrum, maka seluruh arngan dmana suatu pengaruh dtransmskan dapat ddentfkas melalu Structural Path Analyss (SPA). Menurut Thorbecke (1998), SPA memberkan alternatf lan dan lebh detl dalam dekomposs pengganda dbandngkan dengan cara tradsonal yang dlakukan oleh Stone (1985) dan Pyatt & Round (1979). D dalam SPA dkenal tga ens pengaruh, yatu: 1. Dampak langsung (DI) Ada 2 ens dampak langsung dar sektor terhadap sektor : a. Dampak langsung dar ke (DI( ) = a ) Gambar 8. Dampak langsung dar alur (, ) b. Dampak langsung sepanang alur elementer dar perubahan ke (DI( ) = DI(,x,y,) = a x a yx a y ) a yx a x x y a y Gambar 9. Dampak langsung dar alur (, x, y, )

26 Pengaruh total (TI) dar ke adalah perubahan yang dbawa dar ke bak melalu alur dasar maupun srkut yang menghubungkannya. Secara kuanttatf TI merupakan perkalan antara pengaruh langsung (TI) dengan pengganda alur atau path multpler. Pengaruh total (TI) = a x a yx a zy [I-a yx (a xy + a zy a xz )] -1 a yx a x x y a y a xy a xz z a zy Gambar 10. Pengaruh total dar alur (, x, y, ), berkut adacent srkut 3. Pengaruh global (GI) merupakan pengaruh keseluruhan dar perubahaan ke yatu total dar alur bagan atas, tengah, dan bawah. GI( ) = Ma (merupakan sel dar matrks Ma bars kolom ) a yx a x x y a y a xy a s a v a xz z s v a zy a s av a vv Gambar 11. Pengaruh global: seluruh alur utama serta srkut yang menghubungkan sektor dan Metode Smulas Smulas pada peneltan n dlakukan untuk melhat dampak dar nvestas nfrastruktur transportas sebesar Rp trlyun terhadap sektor produks dan

27 112 pendapatan rumah tangga d provns Jawa Barat Tahun 2010, serta untuk mengetahu penyerapan tenaga kera yang terad pada sektor produks akbat dar nvestas tersebut. Adapun metode smulas yang dlakukan adalah dengan mengalkan matrks pengganda (M a ) dengan vektor eksogen (nla baya yang dalokaskan dalam nvestas nfrastruktur transportas) Analss Tenaga Kera Untuk melhat dampak penyerapan tenaga kera berbaga sektor sebaga akbat dar perubahan d neraca eksogen berupa penngkatan nfrastruktur transportas maka, ka dmana: B = employment-output share matrx dan L = sectoral-employment vector, maka dengan mensubsttuskan bentuk akan dperoleh, y= Ay+ x ke persamaan d atas, Analss Dstrbus pendapatan: Dekomposs Matrk Income Multpler Dekomposs matrks ncome multpler dlakukan untuk mengura pengaruh suatu neks d suatu sektor/faktor tertentu terhadap suatu golongan rumah tangga yang terdapat pada matrks multpler (Ma). Dekomposs dmaksudkan untuk mengura pengaruh global (global effect) menad empat komponen yang lebh mkro yatu: drect-drect effect, ndrect-drect effect, drectndrect effect, dan ndrect-ndrect effect. Secara matemats proses dekomposs sel pada matrks multpler dlakukan dengan formula (Pansn, 2008), m = d Ma d = d Ma3 Ma2 Ma1 d = ( rˆ A s)

28 113 dmana d dan d adalah vektor yang elemen ke- dan ke- bernla 1 sedangkan elemen yang lannya bernla 0 (Pyatt, Round, 2006). Formula tersebut kemudan dapat dkembangkan menad: r =d Ma3, A =Ma2, dan s =Ma1d dmana Ma 3 = (I-A* 3 ) 1 Ma 2 = (I + A* + A* 2 ) Ma 1 = (I-A 0 ) 1 yang ketganya merupakan dekomposs matrks multpler. Pada kasus dekomposs terhadap pengaruh global neks pada sektor produks terhadap golongan rumah tangga (M HA ), dmana, M HA = 3 M HH 2 M HA 1 M AA M HA 3M HH 2M HA 1M AA = multpler Ma bars rumah tangga dan kolom sektor produks = multpler close loop bars dan kolom rumah tangga = multpler open loop bars rumah tangga kolom sektor produks = multpler transfer bars dan kolom sektor produks sehngga dekomposs terhadap pengaruh global neks pada sektor produks ke- terhadap golongan rumah tangga ke- (sel m pada sub matrk M HA ), adalah: m = (d 3MHH) 2MHA (1MAA d) dmana, r adalah bars ke- dar blok sub matrk 3MHH; A adalah blok sub matrk 2MHA dan s adalah kolom ke- dar blok sub matrk 1MAA. Pada kasus dekomposs terhadap pengaruh global neks pada sektor produks ke- terhadap golongan rumah tangga ke- (sel m pada matrk multpler), dekomposs yang dlakukan adalah menguranya menad:

29 Drect-drect effect, yatu pengaruh langsung dar neks pada aktftas produks d sektor ke- terhadap golongan rumah tangga ke- tanpa mempertmbangkan efek tdak langsung lannya dar kegatan sektor lan atau golongan rumah tangga lan (dar sektor ke- langsung berdampak kepada golongan rumah tangga ke-); 2. Indrect-drect effect, yatu pengaruh dar kegatan d sektor produks lannya, yang berbeda dar yang terkena neks, terhadap golongan rumah tangga ke-. Indrect-drect effect menangkap pengaruh penngkatan dalam permntaan terhadap sektor ke- terhadap sektor-sektor lan yang kemudan berdampak terhadap rumah tangga ke- (dar sektor ke- berdampak ke sektor selan ke- dan kemudan berdampak ke golongan rumah tangga ke-); 3. Drect-ndrect effect, yatu pengaruh dar sektor produks ke- terhadap golongan rumah tangga selan ke-. Drect-ndrect effect menangkap pengaruh penngkatan permntaan sektor ke- terhadap pendapatan golongan rumah tangga lan kemudan berdampak kepada golongan rumah tangga ke- (dar sektor ke- berdampak ke golongan rumah tangga selan ke dan kemudan berdampak ke golongan rumah tangga ke-); dan 4. Indrect-ndrect effect, yatu pengaruh perubahan dar sektor produks selan ke- terhadap kelompok rumah tangga lannya selan ke-. Indrect-ndrect effect menangkap pengaruh penngkatan permntaan produks sektor ke- terhadap sektor lan kemudan berdampak terhadap golongan rumah tangga selan golongan rumah tangga ke- (dar sektor ke- berdampak ke selan sektor ke- dan kemudan berdampak ke golongan rumah tangga selan ke-).

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian 33 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokas dan Waktu Peneltan Lokas peneltan adalah Kabupaten Maalengka, Provns Jawa Barat yang secara geografs terletak pada koordnat 6 0 36-7 0 03 Lntang Selatan dan 108 0 03-108

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n akan menjelaskan latar belakang pemlhan metode yang dgunakan untuk mengestmas partspas sekolah. Propns Sumatera Barat dplh sebaga daerah stud peneltan. Setap varabel yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 42 III METODE PENELITIAN 31 Kerangka Pemkran Wlayah perbatasan merupakan wlayah yang unk karena aktvtas masyarakatnya selalu dpengaruh oleh negara lannya sebagamana dkemukakan Bappenas (2005) bahwa permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

BAB IV BEBERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN WILAYAH (Lanjutan 2)

BAB IV BEBERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN WILAYAH (Lanjutan 2) BAB IV BEBERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN WILAAH (Lanjutan 2) 4.3.1 Analss Shft Share Dgunakan untuk: 1. mengetahu knerja perekonoman kabupaten (wlayah) 2. pergeseran struktur, poss relatve sector-sektor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bulan November 2011 dan direncanakan selesai pada bulan Mei 2012. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Tempat dan waktu Peneltan Peneltan dlakukan pada Perusahaan Daerah Ar Mnum Kabupaten Gorontalo yang beralamat d jalan Gunung Bolyohuto No. 390 Kelurahan Bolhuangga Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.. Konsums Rumahtangga BPS mendefnskan rumahtangga sebaga seorang atau sekelompok orang yang mendam sebagan atau seluruh bangunan fsk atau bangunan sensus, dan basanya tnggal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

Oleh : Enny Supartini Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran

Oleh : Enny Supartini Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran Abstrak MENGESTIMASI BEBERAPA DATA HILANG (MISSING DATA) DAN ANALISIS VARIANS UNTUK RANCANGAN BLOK ACAK SEMPURNA Oleh : Enny Supartn Departemen Statstka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam, Unverstas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

ANALISIS KOVARIANSI part 2

ANALISIS KOVARIANSI part 2 ANALISIS KOVARIANSI part Analss Kovarans merupakan suatu analss statstka untuk mengetahu pengaruh satu atau lebh varabel bebas terhadap varable terkat dengan memperhatkan satu atau lebh varable konkomtan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENEITIAN Peneltan n merupakan peneltan deskrptf, yang dalam penulsannya dmaksudkan untuk menjabarkan penyerapan tenaga kerja berdasarkan konds wlayah peneltan. Analss dlakukan secara kualtatf

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

III. KERANGKA TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 46 III. KERANGKA TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTEI 3.. Kerangka Teor 3... Tabel Input-Output, Perekonoman Wlayah dan Industr Tabel Input-Output (Tabel I-O) telah dkenal sejak pertengahan abad ke-8,

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES 1 ABSTRAK

SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES 1 ABSTRAK SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES Harm Sugart Jurusan Statstka FMIPA Unverstas Terbuka emal: harm@ut.ac.d ABSTRAK Adanya penympangan terhadap asums

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN (THE ANALYSIS OF ADDED VALUE AND INCOME OF HOME INDUSTRY KEMPLANG BY USING FISH AND TAPIOCA AS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.3.1 Tempat Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger Gorontalo khususnya pada sswa kelas VIII. 3.3. Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

Peranan Sektor Pariwisata dalam Pertumbuhan Ekonomi Makro Propinsi Bali dengan Pendekatan Input-Output

Peranan Sektor Pariwisata dalam Pertumbuhan Ekonomi Makro Propinsi Bali dengan Pendekatan Input-Output Peranan Sektor Parwsata dalam Pertumbuhan Ekonom Makro Propns Bal dengan Pendekatan Input-Output E. Susy Suhendra 1 Toto Sugharto 2 Teddy Oswar 3 Fakultas Ekonom, Unverstas Gunadarma, Jakarta 1 (susys@staff.gunadarma.ac.d),

Lebih terperinci

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM Tut Susant, Mashad, Sukamto Mahasswa Program S Matematka Dosen Jurusan Matematka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Masalah Transportas Jong Jek Sang (20) menelaskan bahwa masalah transportas merupakan masalah yang serng dhadap dalam pendstrbusan barang Msalkan ada m buah gudang (sumber) yang

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

Penerapan Aljabar Matrik Dalam Analisa Masukan-Keluaran Elistya Rimawati 6)

Penerapan Aljabar Matrik Dalam Analisa Masukan-Keluaran Elistya Rimawati 6) ISSN : 693 73 Penerapan Aljabar Matrk Dala Analsa Masukan-Keluaran Elstya Rawat 6) Abstrak Analsa asukan-keluaran bertolak dar anggapan bahwa suatu sste perekonoan terdr atas sector-sektor yang salng berkatan.

Lebih terperinci

ALJABAR LINIER LANJUT

ALJABAR LINIER LANJUT ALABAR LINIER LANUT Ruang Bars dan Ruang Kolom suatu Matrks Msalkan A adalah matrks mnatas lapangan F. Bars pada matrks A merentang subruang F n dsebut ruang bars A, dnotaskan dengan rs(a) dan kolom pada

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan populasi penelitian yaitu 4 III. METODE PENELITIAN A. Populas Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen dengan populas peneltan yatu seluruh sswa kelas VIII C SMP Neger Bukt Kemunng pada semester genap tahun pelajaran 01/013

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a Lecture 2: Pure Strategy A. Strategy Optmum Hal pokok yang sesungguhnya menad nt dar teor permanan adalah menentukan solus optmum bag kedua phak yang salng bersang tersebut yang bersesuaan dengan strateg

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM

ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM ANALISIS PERMINTAAN PANGAN HEWANI INDONESIA DENGAN GENERALIZED METHOD OF MOMENTS PADA MODEL QUADRATIC ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM Wahyu Dw Lesmono, Ftra Vrgantar, Hagn Wjayant Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

PENGURUTAN DATA. A. Tujuan

PENGURUTAN DATA. A. Tujuan PENGURUTAN DATA A. Tuuan Pembahasan dalam bab n adalah mengena pengurutan data pada sekumpulan data. Terdapat beberapa metode untuk melakukan pengurutan data yang secara detl akan dbahas ddalam bab n.

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci