III METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 42 III METODE PENELITIAN 31 Kerangka Pemkran Wlayah perbatasan merupakan wlayah yang unk karena aktvtas masyarakatnya selalu dpengaruh oleh negara lannya sebagamana dkemukakan Bappenas (2005) bahwa permasalahan pembangunan d perbatasan yang membutuhkan penanganan bukan hanya berkatan dengan aspek penetapan batas, aspek poltk, hukum dan keamanan Akan tetap uga berkatan dengan aspek kesenangan pembangunan bak dengan wlayah lannya d Indonesa maupun dengan negara tetangga Sebelum Tmor Leste merdeka nteraks spasal dengan wlayah NTT berlangsung dengan lancar karena kedekatan geogafs dan sosal budaya Hal n berdampak bak terhadap moblsas penduduk dan arus perdagangan barang dan asa antar kedua wlayah tersebut sehngga dapat menngkatkan pembangunan pada kedua wlayah Akan tetap setelah Tmor Leste merdeka, nteraks spasal antar kedua wlayah mula arang terad karena dbatas oleh berbaga aturan; kalaupun ada nteraks basanya harus mengorbankan baya transaks yang tngg Dampak selanutnya adalah hambatan terhadap pembangunan ekonom kedua wlayah, meskpun ada beberapa phak yang dapat mengambl keuntungan dar stuas n tetap pembangunan ekonom secara keseluruhan dalam art penngkatan pertumbuhan ekonom, dstrbus pendapatan dan kemudahan akses menad terhambat Pemerntah Provns NTT merespon konds tersebut dengan merumuskan permasalahan pengelolaan perbatasan negara d NTT dan Tmor Leste adalah berkatan dengan: (1) kebakan dan pendekatan pembangunan, (2) kemsknan, (3) keterbatasan sarana dan prasarana, (4) hukum dan kelembagaan, (5) pengelolaan daerah alran sunga dan keamanan, (6) kerasama ekonom yang belum teraln dengan bak Sedangkan Kabupaten TTU sebaga sebuah daerah otonom merumuskan berbaga permasalahan yang menad prortas penanganan masalah perbatasan Permasalahan tersebut mencakup: (1) terbatasnya sarana ekonom; (2) pengelolaan sumberdaya alam belum optmal; (3) kualtas SDM mash rendah; (4) keterkatan wlayah yang mash terbatas; (5)

2 43 kemsknan dan kesenangan ekonom; (6) konflk sosal d 6 lokas yang mash bermasalah; (7) permasalahan yang berkatan dengan pengungs dar Tmor Leste Meruuk pada konds wlayah perbatasan yang unk tersebut maka selayaknya memperoleh prortas pembangunan agar kesenangan pembangunan tdak mencolok bak antar wlayah dalam suatu negara maupun dengan negara lannya Kabupaten Tmor Tengah Utara merupakan salah satu kabupaten dar 20 kabupaten perbatasan yang memperoleh prortas pengembangan sesua dengan RPJM nasonal Kabupaten TTU berbatasan darat dengan negara Tmor Leste, khususnya dstrct enclave Oekus (ada 24 desa d Kabupaten TTU yang berbatasan langsung) harus dkelola dengan bak sehngga dapat menngkatkan keseahteraan masyarakat Kabupaten TTU dengan memanfaatkan potens wlayah perbatasan Selan tu, dstrct enclave Oekus uga memperoleh manfaat dengan adanya pola kemtraan yang salng melengkap Saefulhakm (2008) menyatakan bahwa perubahan ke arah kemauan merupakan salah satu kunc pentng dalam pembangunan Perubahan dapat terad karena proses alamah, mekansme pasar, proses perencanaan, kombnas antara berbaga proses tersebut Perubahan dapat dkatakan sebaga suatu pembangunan manakala proses perencanaan memberkan kontrbus pentng terhadap perubahan tersebut Pengembangan ekonom wlayah perbatasan dmaksudkan untuk memanfaatkan sumberdaya alam, sumberdaya manusa, sumberdaya sosal dan sumberdaya buatan Walaupun wlayah perbatasan Kabupaten TTU dengan dstrct enclave Oekus memlk keterbatasan sumberdaya alam tetap hal tersebut seharusnya menad tantangan tersendr bag pemerntah untuk berupaya menngkatkan keseahteraan masyarakat dan mengurang kesenangan pembangunan antar wlayah d Indonesa dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada Konds wlayah perbatasan Kabupaten Tmor Tengah Utara (TTU) dengan dstrct enclave Oekus cukup memprhatnkan Hal n dtunukkan oleh umlah penduduk mskn d wlayah perbatasan yang mash tngg (55,40%) karena keterbelakangan penddkan dan akses terhadap kesehatan yang buruk serta daya bel masyarakat yang rendah Konds n terad karena perencanaan pembangunan wlayah perbatasan selama n menggunakan pendekatan keamanan dan memperlakukan wlayah perbatasan sebaga wlayah belakang sebagamana drasakan oleh masyarakat perbatasan

3 44 Namun demkan, dalam RPJM nasonal tahun telah menadkan kawasan perbatasan sebaga prortas pembangunan dengan program pengembangan kawasan perbatasan dtuukan untuk: 1) menaga keutuhan Negara Kesatuan Republk Indonesa (NKRI) melalu penetapan hak kedaulatan NKRI yang damn oleh hukum nternasonal; 2) menngkatkan keseahteraan masyarakat kawasan perbatasan dengan menggal potens ekonom, sosal budaya serta keuntungan letak geografs yang strategs untuk berhubungan dengan negara tetangga Oleh karena tu, dharapkan terad perubahan paradgma pembangunan wlayah perbatasan yang dlakukan dengan pendekatan ekonom dan memperlakukan wlayah perbatasan sebaga halaman depan dar neger n Meruuk pada konds tersebut Pemerntah Kabupaten TTU dalam RPJM tahun telah merencanakan untuk melakukan pengembangan terhadap pasar perbatasan dengan dstrct enclave Oekus namun belum daktfkan karena pertmbangan keamanan, poltk, hukum, sosal dan ekonom Wlayah perbatasan sebaga wlayah yang selalu bernteraks dengan wlayah negara lannya dalam perumusan kebakan pembangunan dpengaruh oleh hukum nternasonal, kebakan nasonal, provns dan kabupaten yang terkadang mennggalkan kearfan lokal Hal n bermplkas pada kurang kondusfnya wlayah perbatasan karena masyarakatnya merasa kurang bertanggungawab terhadap proses pembangunan d wlayah perbatasan Dengan demkan, perencanaan pengembangan wlayah perbatasan membutuhkan pengkaan yang sstemats tentang aspek fsk, sosal, budaya dan ekonom yang dapat dmanfaatkan dalam memenuh kebutuhan masyarakat Proses perencanaan pengembangan wlayah perbatasan tersebut seharusnya lebh bersfat partspatf dengan melbatkan seluruh elemen masyarakat seak awal sehngga masyarakat lebh proaktf dalam proses pembangunan secara keseluruhan In berart memberkan kesempatan yang sama kepada seluruh stakeholder untuk terlbat dalam proses mengdentfkas masalah, membahas, menyampakan perseps mengena kebutuhan dan tuuan-tuuan pembangunan Stakeholder yang dmaksud adalah pemerntahan daerah, swasta, akadems, masyarakat madan (LSM, tokoh masyarakat dan tokoh adat) Selanutnya, karakterstk sosal ekonom masyarakat yang berada d wlayah perbatasan perlu danalss sehngga dapat ketahu perseps mereka mengena

4 45 pengembangan ekonom wlayah perbatasan terutama berkatan dengan solus untuk menngkatkan keseahteraan, perlu dlakukan penentuan prortas pembangunan dar alternatf pengembangan sumberdaya pembangunan (sumberdaya manusa, sumberdaya buatan, sumberdaya sosal, pengembangan kapasstas produks aktftas ekonom) d wlayah perbatasan yang dapat memberkan kontrbus terbesar dalam mengatas kesenangan pembangunan dan kemsknan d wlayah perbatasan Sebagamana dkemukakan Murty (2000), pembangunan wlayah yang bermbang merupakan sebuah pertumbuhan yang merata dar wlayah yang berbeda untuk menngkatkan pengembangan kapabltas dan kebutuhan mereka Hal n tdak selalu berart bahwa semua wlayah harus mempunya perkembangan, tngkat ndustr, pola ekonom atau kebutuhan ekonom yang sama; akan tetap yang lebh pentng adalah adanya pertumbuhan seoptmal mungkn dengan memanfaatkan potens yang dmlk oleh setap wlayah sesua kapastasnya Dengan demkan, membaknya knera pembangunan ekonom wlayah perbatasan secara keseluruhan merupakan sumbangan dar berbaga sumberdaya pembangunan d wlayah perbatasan Hal n perlu dtunang oleh adanya sektor unggulan dan leadng sector d wlayah perbatasan yang mampu menggerakkan perekonoman dan menngkatkan nteraks spasal antara wlayah perbatasan dengan wlayah lannya Sebagamana dkatakan oleh Rustad et al (2007) bahwa setap perencanaan pembangunan memlk keterbatasan sumberdaya sehngga perlu menetapkan skala prortas pembangunan ekonom wlayah yang ddasarkan pada pemahaman bahwa (1) setap sektor memlk sumbangan langsung dan tdak langsung yang berbeda terhadap pencapaan sasaran-sasaran pembangunan sepert penyerapan tenaga kera, pendapatan regonal, pendapatan per kapta; (2) setap sektor memlk keterkatan dengan sektor-sektor lannya dengan karakterstk yang berbeda-beda; (3) aktvtas sektoral tersebar secara tdak merata dan spesfk, beberapa sektor cenderung memlk aktvtas yang terpusat dan terkat dengan sebaran SDA, SDB, SDM dan SDS yang ada Dengan demkan, dbutuhkan revtalsas pengembangan ekonom lokal melalu perencanaan pengembangan wlayah yang memperhatkan keterpaduan dan keterkatan antar sektor, pelaku, dan wlayah Keterkatan tersebut dapat dwuudkan dengan merencanakan ekonom wlayah perbatasan dalam suatu model pengembangan ekonom

5 46 tertentu, sebagamana dkemukakan oleh Rustad et al (2007) yang dperkuat oleh Hamd dan Alkadr (2003) bahwa wlayah perbatasan dapat dkembangkan sebaga kawasan cepat tumbuh, kawasan agropoltan, kawasan transto dan kawasan wsata Kebakan ekonom semacam tu akan mencptakan struktur nsentf yang mendorong keterkatan snergs antar wlayah Perspektf pembangunan wlayah perbatasan sepert n, akan menngkatkan pertumbuhan ekonom, mencptakan pemerataan, keadlan, kebermbangan pembangunan antar wlayah dan antar generas d wlayah perbatasan Hal n akan mempermudah pengambl kebakan untuk menetapkan prortas pembangunan Kerangka pemkran tersebut dapat dlstraskan sepert Gambar 4 berkut Kemerdekaan RDTL Pengembangan wlayah perbatasan: Aspek keamanan Daerah belakang Evaluas pengembangan wlayah perbatasan Kabupaten TTU menad wlayah perbatasan negara Pertumbuhan ekonom rendah Kesenangan wlayah & tngkat kemsknan tngg Dampak terhadap aspek sosal, budaya, ekonom Masyarakat Kab TTU kehlangan potens pendapatan Keterbatasan SD pembangunan & alternatf model pengembangan ekonom wlayah Pengembangan wlayah perbatasan: Aspek ekonom Halaman depan Penetapan prortas pembangunan dan revtalsas PEL Persesps stakeholder Sektor unggulan & leadng sector Analss Penngkatan keseahteraan masyarakat dan pengurangan kesenangan Gambar 4 Bagan Kerangka Pemkran

6 47 32 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran tersebut, maka dduga masyarakat Kabupaten TTU dengan dstrct enclave Oekus memperoleh dampak negatf dalam bdang sosal, budanya dan ekonom sebaga akbat dar psahnya Tmor Leste Belum tepat menentukan prortas pengembangan ekonom wlayah perbatasan Kabupaten TTU dengan dstrct enclave Oekus terutama berkatan dengan perseps stakeholder Selan tu, Pemerntah Kabupaten TTU belum tepat menentukan sektor unggulan karena belum ddasarkan pada leadng sector 33 Kerangka Pendekatan Operasonal Wlayah perbatasan sebaga wlayah yang unk karena aktvtas ekonomnya selalu dpengaruh oleh negara lannya Oleh karena tu, perlu danalss perseps stakeholder untuk mengetahu perseps mereka mengena dampak psahnya Tmor Leste terhadap kehdupan masyarakat d Kabupaten TTU terutama yang berkatan dengan bdang sosal dan budaya serta ekonom Analss perseps n dlakukan dengan maksud untuk mengakomodr kepentngan seluruh komponen masyarakat d wlayah perbatasan agar dapat berpatspas aktf dalam setap tahapan pembangunan Tahapan selanutnya melakukan analss terhadap perseps stakeholder mengena penentuan prortas pembanguan yang dlakukan dengan analss herark proses (AHP) Herark tersebut dawal dengan konsep wlayah, dmana wlayah merupakan satuan geografs beserta komponen yang terkandung d dalamnya, komponen-komponen tersebut salng bernteraks dalam suatu sstem Komponen yang terdapat d dalam wlayah perbatasan berupa sumberdaya pembangunan yakn sumberdaya manusa, sumberdaya buatan, sumberdaya sosal, kapastas produks aktftas ekonom Setap sumberdaya pembangunan tersebut salng bernteraks sehngga penentuan prortas pengembangan sumberdaya yang tepat akan menggerakkan perekonoman d wlayah perbatasan secara menyeluruh Selanutnya menentukan prortas pembangunan dar setap krtera sumberdaya pembangunan tersebut Stakeholder yang palng berperan dalam pengembangan setap sumberdaya pembangunan uga dtentukan dalam analss n sehngga tdak terad tumpang-tndh peran

7 48 Data prmer Data Sekunder Analsa deskrptf Analss Herark Proses (AHP) Data PDRB Analss LQ dan SSA Tabel I-O KabTTU Analss I-O Data SDM, SDS, SDB Dampak terhadap bdang sosal, budaya, ekonom Prortas pembangunan Analss sektor unggulan Analss leadng sector Model agropoltan Lokas pengembangan agropoltan Analss deskrptf SD per kecamatan Gambar 5 Kerangka Pendekatan Operasonal Pengembangan sumberdaya sumberdaya tersebut akan terkesan mubazr bla tdak dkembangkan dalam suatu model pengembangan ekonom wlayah Dengan demkan tahapan berkutnya menentukan model pengembangan ekonom wlayah perbatasan Model pengembangan ekonom yang dtawarkan untuk danalss adalah sebagamana dkemukakan oleh Hamd dan Alkadr (2003) bahwa pengembangan ekonom wlayah perbatasan dapat dkembangkan menad kawasan cepat tumbuh, kawasan agropoltan, kawasan transto, dan kawasan wsata Setelah model ekonom wlayah perbatasan dketahu, analss berkutnya dlakukan untuk mengetahu sektor/sub sektor/komodt yang akan dkembangkan dalam

8 49 model ekonom wlayah perbatasan tersebut Analss yang dgunakan adalah analss LQ dan SSA untuk mengetahu sektor unggulan Sektor unggulan yang dtentukan dengan analss tersebut hanya menentukan keunggulan komparatf dan keunggulan kompettf dar suatu sektor ekonom yang belum tentu merupakan leadng sector d wlayah perbatasan karena sektor-sektor unggulan tersebut mungkn memlk keterkatan yang rendah Oleh karena tu, selanutnya dlakukan analss I-O untuk mengetahu keterkatan antar sektor sehngga dapat menentukan leadng sector Analss LQ dan SSA dan nputoutput uga dlengkap dengan analss kuadran Adapun analss kuadran dlakukan antara LQ dan dfferental shft uga antara keterkatan ke depan dan keterkatan ke belakang dar analss nput-output Analss-analss kuanttatf tersebut uga selalu dlengkap dengan analss deskrptf Tahapan berkutnya adalah melakukan analss deskrptf ketersedaan sumberdaya pembangunan per kecamatan untuk mengetahu lokas pusat pengembangan model ekonom wlayah perbatasan (agropoltan) tersebut untuk saat n Adapun sumberdaya utama yang danalss adalah kapastas produks aktvtas ekonom, sedangkan sumberdaya lannya sepert sumberdaya manusa, sumberdaya sosal dan sumberdaya buatan merupakan sumberdaya sumberdaya pendukung Secara rngkas, tahapan-tahapan peneltan dapat dlhat pada Gambar 5 34 Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d wlayah perbatasan Kabupaten TTU dengan dstrct enclave Oekus Kegatan pengumpulan data dlakukan pada bulan Jul September 2008 Adapun adwal peneltan terlampr (lampran 1) 35 Metode Penarkan Sampel Pemlhan responden dlakukan secara purposve samplng dengan pertmbang stakeholder yang dplh merupakan phak yang cukup berperan pentng dalam pengembangan wlayah perbatasan Stakeholder yang dmaksud adalah akadems, pemerntahan daerah (Bupat, Bappeda, DPRD), swasta (pengusaha dan koperas), masyarakat madan (LSM, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh perempuan, tokoh pemuda) Jumlah responden yang dwawancara sebanyak 16 orang untuk stakeholder

9 50 (adapun perncan terlampr dalam lampran 2) Sedangkan pemlhan responden masyarakat perbatasan yang dwawancara dlakukan secara purposve samplng pada 5 desa d wlayah perbatasan dar 24 desa yang berbatasan langsung dengan dstrct enclave Oekus, selanutnya responden yang dplh sebanyak 5 orang per desa sampel yang dlakukan secara purposve samplng sehngga umlah responden dar masyarakat yang berada d desa-desa yang berbatasan langsung dengan dstrct enclave Oekus berumlah 30 orang Dengan demkan, total responden sebanyak 46 orang Masng-masng responden yang terplh untuk dwawancara ddasarkan pada pertmbangan bahwa mereka dapat memberkan nformas yang relevan sesua tuuan peneltan Penarkan sampel tersebut dlakukan untuk mengetahu perseps stakeholder mengena pengaruh psahnya Tmor Leste terhadap Kabupaten TTU dan untuk mengetahu perseps stakeholder mengena penentuan prortas pembangunan d Kabupaten TTU yang berbatasan dengan dstrct enclave Oekus Responden yang dgunakan untuk mengetahu tuuan pertama merupakan stakeholder yang memlk pemahaman komprehensf mengena permasalahan perbatasan sebanyak 16 responden dan selanutnya dlakukan penelusuran mendalam terhadap masyarakat yang berada pada desa-desa yang berbatasan langsung dengan dstrct enclave Oekus sebanyak 30 responden sehngga total responden untuk tuuan pertama sebanyak 46 responden Sedangkan responden yang dgunakan untuk mengetahu tuuan kedua yakn penentuan prortas pembangunan adalah stakeholder yang terplh tersebut tanpa melbatkan masyarakat yang berada d desa-desa yang berbatasan dengan dstrct enclave Oekus sehngga responden untuk analss tuuan kedua seumlah 16 responden 36 Metode Pengumpulan Data Data yang dkumpulkan adalah berupa data prmer dan data sekunder Data prmer dperoleh melalu wawancara langsung dengan responden dan sekalgus melakukan observas lapangan Sedangkan data sekunder berupa data potens desa, data PDRB dan nput-output Provns NTT tahun 2006 serta data lan yang terkat dengan peneltan n dperoleh dar BPS, Bappenas, Bappeda NTT, Bappeda TTU, dll

10 37 Pengamatan dan Pengukuran Varabel Varabel varabel peneltan yang damat dan dukur, selanutnya danalsa dalam peneltan n dapat dlhat pada Tabel 6 berkut Tabel 6 Varabel-varabel yang damat dan danalsa Masalah Tuuan Metode Analsa Varabel Data Output yang Dharapkan Bagamana perseps stakeholder mengena pengaruh psahnya Tmor Leste terhadap KabTTU Untuk mengetahu perseps stakeholder mengena pengaruh psahnya Tmor Leste terhadap Kab TTU Analsa Deskrptf Sosal, budaya, ekonom Hubungan kekerabatan, adat-stadat, keamanan&ketertban, pengangguran, penddkan, perhatan pemerntah pusat, perdagangan, baya nteraks, pendapatan masyarakat, kepemlkan SD, nvestas, struktur ekonom Terdentfkasnya perseps stakeholder mengena pengaruh psahnya Tmor Leste terhadap Kabupaten TTU Bagamana perseps stakeholder terhadap penentuan prortas pengembangan wlayah perbatasan Kabupaten TTU dengan dstrct enclave Oekus? Sektor ekonom apa yang dapat dadkan sektor unggulan dan leadng sector d wlayah perbatasan Kabupaten TTU dengan dstrct enclave Oekus? Untuk mengetahu perseps stakeholder terhadap penentuan prortas pengembangan wlayah perbatasan KabTTU dengan dstrct enclave Oekus Untuk mengetahu sektor unggulan dan leadng sector d wlayah perbatasan Kabupaten TTU dengan dstrct enclave Oekus AHP LQ, SSA dan I O Kabupaten TTU yang dturunkan dar I O Provns NTT Sumber daya manusa, sumber daya buatan, sumber daya sosal, pengembangan kapastas produks aktftas ekonom wlayah perbatasan PDRB sektor tahun 2004 dan 2006 d Kabupaten TTU dan Provns NTT Jumlah penduduk, penddkan, kesehatan, kesempatan kera, transportas, penddkan, kesehatan, ekonom, keamanan, lstrk, meda nformas, adat-stadat, mobltas masyarakat, aturan-aturan, sektor pertanan, ndustr, perdagangan, asa,pertambangan & penggalan Interaks antar sektor ekonom d Kabupaten TTU dan nla tambah bruto sektor ekonom d Kabupaten TTU Terdentfkasnya perseps stakeholder terhadap prortas pengembangan ekonom wlayah perbatasan Kab TTU dengan dstrct Oekus Terdendfkasnya sektor unggulan dan leadng sector d wlayah perbatasan Kabupaten TTU dengan dstrct enclave Oekus 51

11 52 38 Model Analss Data 381 Analss Statstk Deskrptf Model analss data yang dgunakan untuk mengdentfkas sumberdaya yang dmlk wlayah perbatasan Kabupaten TTU dengan dstrct enclave Oekus adalah dengan melakukan analss statstk deskrptf terhadap sumberdaya pembangunan yang mencakup sumberdaya manusa, sumberdaya buatan, sumberdaya sosal, kapastas produks aktvtas ekonom Data-data sekunder tersebut selanutnya dklasfkaskan dan ddentfkas berbaga sektor dan komodt unggulan Data-data tersebut akan dtamplkan dalam bentuk tabel dan grafk sehngga dapat memberkan nformas mengena karakterstk wlayah perbatasan yang memlk potens pengembangan 382 Analss Deskrptf Perseps Stakeholder Mengena Pengaruh Psahnya Tmor Leste terhadap Kabupaten TTU Analss n dlakukan untuk mengka perseps stakeholder tentang pengaruh psahnya Tmor Leste terhadap Kabupaten TTU dan sekalgus untuk menggal nformas lebh mendalam dar masyarakat yang berada pada desa-desa d sepanang perbatasan mengena bentuk nteraks antara masyarakat d wlayah perbatasan Kabupaten TTU dengan dstrct enclave Oekus Hal n ddasarkan pada pemkran bahwa nteraks spasal suatu wlayah dpengaruh oleh aspek sosal, budaya dan ekonom Analss n uga dharapkan dapat memberkan gambaran secara kualtatf mengena pengaruh psahnya Tmor Leste terhadap aspek-aspek tersebut 383 Analyss Herarchcal Process (AHP) Selanutnya melakukan analyss herarchcal process untuk mengtahu perseps stakeholder tentang prortas pengembangan ekonom wlayah wlayah perbatasan Kabupaten TTU dengan dstrct enclave Oekus Analsys herarchcal process ddesan untuk menangkap perseps orang yang berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu melalu prosedur yang drancang untuk sampa pada skala preferens dantara berbaga alternatf Penggunaan teknk AHP dlakukan dengan cara membuat urutan komponen-komponen utama peneltan secara berhrark

12 53 kemudan dber nla (scorng) dalam angka kepada setap bagan yang menunukkan penlaan subyektf kemudan dsntesskan guna menentukan varabel yang memlk prortas tertngg Model n dtuukan untuk memodelkan masalah-masalah tak terstruktur bak dalam bdang ekonom, sosal maupun sans manaemen Penerapan AHP sedapat mungkn menghndar adanya penyederhanaan msalnya dengan membuat asumsasums agar dperoleh model-model kuanttatf, sebalknya mempertahankan model yang kompleks sepert semula Agar model n realstk, maka sebaknya memasukkan dan melakukan pengukuran terhadap semua hal pentng, bak yang nyata maupun tdak nyata yang dapat dukur secara kuanttatf maupun kualtatf AHP membuka kesempatan adanya perbedaan pendapat dan konflk sebagamana yang ada dalam kenyataan seharí-har dalam usaha mencapa konsensus Menurut Saaty (1994) penentuan tngkat kepentngan pada setap tngkat herark dlakukan dengan udgement dar narasumber yang memaham permasalahan dengan cara melakukan wawancara langsung dan menla tngkat kepentngan setap elemen dbandngkan dengan elemen lannya Penlaan dlakukan dengan pembobotan untuk masng-masng komponen dengan komparas berpasangan yang dmula dar tngkat yang palng tngg sampa dengan yang terendah Pembobotan dlakukan berdasarkan udgement para narasumber berdasarkan skala komparas 1-9 Nla skala komparas dgunakan untuk mengkuattatfkan data yang bersfat kualtatf Skala yang dgunakan tergantung dar pandangan responden sebagamana tertera pada Tabel 7 berkut Tabel 7 System urutan (rankng) Saaty untuk herarchy process Tngkat Defns Kepentngan 1 Kedua elemen Sama Pentngnya 3 Perbedaan pentng yang lemah antara yang satu dengan yang lannya 5 Sfat Lebh Pentng dar salah satu elemen kuat 7 Menunukkan sfat sangat pentng yang menonol dar salah satu elemen 9 Salah satu elemen pentng absolut terhadap elemen lannya 2,4,6,8 Nla tengah dantara nla d atas/d bawahnya

13 54 Selanutnya dkatakan bahwa tahapan analss data dalam analyss herarchcal process sebaga berkut: a) Mendefnskan masalah dan menentukan solus yang dngnkan Untuk kepentngan analss perlu dketahu terlebh dahulu faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan ekonom wlayah perbatasan Kabupaten TTU dengan dstrct enclave Oekus b) Membuat struktur herark Struktur herark dawal dengan tuuan umum, dlanutkan dengan penentuan berbaga dukungan sumberdaya pengembangan ekonom wlayah perbatasan Kabupaten TTU dengan dstrct enclave Oekus yakn sumberdaya manusa, sumberdaya buatan, sumberdaya sosal, kapastas produks aktftas ekonom Setap sumberdaya pembangunan tersebut salng bernteraks sehngga penentuan prortas pengembangan sumberdaya yang tepat akan menggerakkan perekonoman d wlayah perbatasan secara menyeluruh Selanutnya menentukan prortas pembangunan dar setap krtera sumberdaya pembangunan tersebut Stakeholder yang palng berperan dalam pengembangan setap sumberdaya pembangunan uga dtentukan dalam analsa n sehngga tdak terad tumpang-tndh peran Pengembangan sumberdaya sumberdaya tersebut akan terkesan mubazr bla tdak dkembangkan dalam suatu model pengembangan ekonom wlayah Dengan demkan tahapan berkutnya adalah menentukan model pengembangan ekonom wlayah perbatasan sebagamana tertera pada Gambar 6 c) Membuat matrks dan nla perbandngan berpasangan Pembuatan matrks dan nla perbandngan berpasangan dmaksudkan untuk menggambarkan kontrbus relatf atau pengaruh setap elemen terhadap masng-masng tuuan atau krtera yang setngkat d atasnya Jka vektor pembobotan elemen elemen kegatan A 1, A 2, A n dnyatakan sebaga vektor W=(W 1, W 2,W n ), maka ntenstas kepentngan elemen kegatan A 1 dbandngkan dengan A 2 dnyatakan sebaga perbandngan bobot elemen

14 55 kegatan A 1 terhadap A 2, dmana nla perbandngan elemen kegatan A 1 terhadap A 2 adalah 1 dbag dengan nla perbandngan elemen kegatan A 2 terhadap A 1 sehngga matrks perbandngannya sebagamana tertera pada Tabel 8 berkut Tabel 8 Tabel matrks perbandngan berpasangan A 1 A 2 A 3 A n A 1 W 1 /W 1 W 1 /W 2 W 1 /W 3 W 1 /W n A 2 W 2 /W 1 W 2 /W 2 W 2 /W 3 W 2 /W n A 3 W 3 /W 1 W 3 /W 2 W 3 /W 3 W 3 /W n A n W n /W 1 W n /W 2 W n /W 3 W n /W n Sumber: Marmn (2004) 4) Penentuan prortas Setelah setap krtera dan alternatf dtetapkan maka selanutnya dlakukan perbandngan berpasangan (par wse comparsons) Nla-nla perbandngan relatf kemudan dolah untuk menentukan perngkat relatf dar seluruh alternatf Krreta kuanttatf maupun kualtatf dapat dlakukan sesua udgement yang telah dtentukan untuk menghaslkan bobot dan prortas Perhtungan bobot atau prortas dhtung dengan manpulas matrks atau melalu penyelesaan persamaan matematk 5) Konsstens logs Semua elemen dkelompokkan secara logs dan dperngkatkan secara konssten sesua dengan suatu krtera yang logs Untuk penentuan konsstens pendapat dgunakan software expert choce 2000

15 Level I Tuuan Prortas Pengembangan Wlayah Perbatasan Kab TTU Level II Aspek Pengemb SDM Pengemb SDB Pengemb SDS Pengembangan kapastas produks aktftas ekonom Level III Krtera Jumlah Penduduk Penddkan Kesehatan Transportas Penddkan Kesehatan Ekonom Keamanan Adat - stadat Moblsas masyarakat Keamanan Pangan dan Palawa Hortkultura Perkebunan dan Kehutanan Perkanan Peternakan Penggalan Pekeraan Meda nformas Aturan- Aturan Industr Keranan Agorndustr Lstrk Perdagangan Jasa-asa Level IV Stakeholder Pemerntahan kab Akadems Swasta Masyarakat madan (LSM dan tokoh masy) Level V Model Alternatf Kawasan agropoltan Kawasan cepat tumbuh Kawasan transto Kawasan wsata Gambar 6 Struktur herark AHP wlayah perbatasan KabTTU 56

16 Analss Sektor Unggulan dan Leadng Sector Model analss data yang dgunakan untuk menawab permasalahan kedua adalah dengan melakukan analss komposs ekonom wlayah dengan metode LQ (locaton quotent) dan SSA (shft share analyss) serta dperkuat dengan analss I-O untuk mengetahu keterkatan antar sektor a) Metode Locaton Quotent (LQ) Metode LQ dgunakan untuk mengetahu keunggulan aktvtas ekonom sektor/sub sektor/komodt unggulan d suatu wlayah dbandngkan dengan wlayah yang lebh luas pada suatu waktu tertentu Secara matematk, perhtungan LQ dlakukan dengan menggunakan formulas sebaga berkut: LQ = P P / / P P Dmana: LQ = Nla LQ untuk aktvtas ke- d Kabupaten TTU P = PDRB sektor ke- d Kabupaten TTU tahun 2006 P = Total PDRB sektor d Kabupaten TTU tahun 2006 P = PDRB sektor ke- d Provns NTT tahun 2006 = Wlayah yang dtelt (Kabupaten TTU) = Aktvtas ekonom yang dlakukan d Kabupaten TTU dan Provns NTT Interpretas hasl analss LQ adalah sebaga berkut: Apabla nla LQ > 1, menunukkan bahwa sektor/komodtas tersebut merupakan sektor bass/komodtas unggul/andalan, mempunya pangsa relatf yang lebh besar dbandng sektor lannya Apabla nla LQ = 1, menunukkan bahwa sektor/komodtas tersebut d Kabupaten TTU setara dengan sektor d Provns NTT Apabla nla LQ < 1, menunukkan bahwa sektor tersebut tergolong sektor/komodtas non bass

17 58 b) Shft Share Analyss (SSA) Merupakan salah satu teknk analss untuk memaham pergeseran struktur aktvtas d suatu wlayah tertentu dbandngkan dengan cakupan wlayah yang lebh luas pada dua ttk waktu Secara matematk dapat dformulaskan sebaga berkut: SSA = X X 1 ( t1 ) + ( t 0 ) a X X ( t1 ) ( t 0 ) b X X ( t1 ) ( t 0 ) Dmana: SSA = Komponen shft share a = Komponen share b = Komponen proportonal shft c = Komponen dfferental shft X = nla total PDRB d Provns NTT X = nla total PDRB sektor tertentu d Provns NTT X = nla total PDRB sektor tertentu d Kabupaten TTU t 1 = Ttk tahun terakhr (2006) t 0 = Ttk tahun awal (2004) Intepretas hasl analss SSA sebaga berkut: X + X ( t1 ) ( t 0 ) c X X ( t1 ) ( t 0 ) Apabla nla SSA > 0, menunukkan bahwa sektor/komodtas tersebut memlk keunggulan kompettf dan pergeseran yang cepat Apabla nla SSA = 0, menunukkan bahwa sektor/komodtas tersebut dapat dkembangkan lebh lanut menad sektor/komodtas bass Apabla nla SSA < 0, menunukkan bahwa sektor/komodtas tersebut tdak memlk keunggulan kompettf dan pergeseran pertumbuhannya lambat c) Analss Keterkatan Antar Sektor Analss keterkatan antar sektor dlakukan dengan menggunakan model nputoutput Analss Input-Output dapat dcermat dar penngkatan output dar suatu sektor () membutuhkan penggunaan nput yang lebh banyak dar sektor ekonom lan yang memproduks output untuk dgunakan sebaga nput antara oleh sektor tersebut Hal tersebut dkenal uga dengan dampak demand dar sektor Sedangkan dampak yang dakbatkan oleh output dar sektor () tersebut adalah berupa penngkatan penggunaan output tersebut untuk usaha lannya atau dkenal dengan dampak supply dar sektor

18 59 Analsa Input-Output menggunakan tabel nput-output Kabupaten TTU yang dturunkan dar Tabel Input-Output Provns NTT dengan menggunakan metode RAS Adapun asums yang dgunakan dalam metode RAS adalah struktur ekonom dan keterkatan antar sektor antara wlayah Provns NTT dan wlayah Kabupaten TTU adalah sama sehngga sekalgus menunukkan kelemahan dar metode RAS tersebut Meskpun demkan, metode RAS merupakan metode yang tepat untuk dgunakan bla tdak melakukan surve secara langsung dalam rangka penyusunan tabel nput-output Secara rngkas penurunan Tabel I-O Kabupaten TTU tahun 2006 melalu tahapan berkut n: 1 Menyapkan Tabel I-O 34 sektor dar 55 sektor dengan cara agregas sektor-sektor yang memberkan kontrbus sedkt dalam perekonoman Kabupaten TTU, sedangkan sektor-sektor yang tdak ada d Kabupaten TTU dtadakan 2 Menggunakan raso PDRB penggunaan Provns NTT, kemudan dsesuakan dengan konsums rumahtangga dar data SUSENAS tahun 2000, sedangkan untuk konsums pemerntah dsesuakan dar data APBD tahun Selanutnya data PDB sektoral (34 sektor) dpecah menad 37 sektor Tabel I-O dengan menggunakan raso 209 (NTB) masng-masng sektor terhadap total NTB Tabel I-O Provns NTT Mengeluarkan nla transaks kemr dan pnang dar perkebunan lan Selanutnya nla kemr dan pnang yang dperoleh dar output kemr dan pnang dkalkan dengan harga untuk selanutnya ddstrbuskan kepada sektor-sektor yang membutuhkan Demkan pula halnya dengan tenun kat yang dkeluarkan dar ndustr lannya dan dtamplkan tersendr 4 Setelah dperoleh nla 209 (NTB) Kabupaten TTU lalu dkalkan dengan raso NTB terhadap nput (210) Tabel I-O NTT tahun 2006 sehngga ddapatkan nla nput (210) Kabupaten TTU tahun Nla Input=Output sehngga bars 210=kolom 600, caranya adalah dengan melakukan transpose bars 210 menad kolom 600 (output) 6 Selanutnya 210 dkurang 209 sehngga dperoleh nla 190 (total permntaan antara), lalu ddstrbuskan ke atas dengan menggunakan raso permntaan antara (190) Provns NTT tahun 2006 Demkan uga halnya dengan komponen NTB

19 60 ( ) dgunakan raso NTB Provns NTT tahun 2006 sehngga dperoleh nla 201 sd 205 Kabupaten TTU tahun Demkan uga halnya dengan komponen penggunaan Masng-masng komponen dperoleh menggunakan raso Provns NTT tahun 2006 Msal, komponen konsums rumahtangga Total 301 dperoleh dar publkas yang ada, strukturnya menggunakan struktur Provns NTT tahun 2006, demkan seterusnya sampa ekspor dan mpor 8 Setelah tahapan d atas dlakukan, semua kolom dan bars dumlah basanya terad ketdaksembangan (dskrepans) antara supply dan demand Oleh karena tu, perlu dlakukan rekonslas, yakn menyembangkan bars dan kolom 9 Rekonslas dengan metode RAS n harus memenuh krtera sebaga berkut: a Jumlah nput setap sekor sama dengan outputnya, dmana total output merupakan transpose dar umlah nput b Supply dperoleh dar nla output dtambah mpor barang dan asa c Input antara (ntermedate nput)=total nput nput prmer d Permntaan antara (ntermedate demand)=supply permntaan akhr e Jumlah permntaan antara dan nput antara harus sama, karena besaran nla tersebut nantnya yang akan dproses dengan metode RAS f Metode RAS adalah metode proporsonal untuk menyembangkan matrks koefsen (ndustral ntersecton) RAS method n membutuhkan teras berkal-kal sesua dengan kedekatannya dengan struktur I-O sebelumnya Setelah tabel I-O terseda maka tahapan selanutya adalah menganalss struktur ekonom Kabupaten TTU dlhat dar ss permntaan dan penawaran Kemudan mengukur besarnya tngkat keterkatan ke belakang dan ke depan serta multpler yang dakbatkan oleh aktvtas dar suatu sektor ekonom (msalnya: multpler pendapatan, output, nla tambah bruto dan paak tak langsung) Tahapan berkutnya adalah mengnterpretas hasl perhtungan tersebut Adapun rumus-rumus yang dgunakan dalam analss nput-output dapat dformulaskan sebaga berkut: (1) Katan langsung ke belakang (drect backward lnkage) (a * ): menunukkan efek langsung dar perubahan output (tngkat produks) suatu sektor terhadap total tngkat produks sektor-sektor yang menyedakan nput bag sektor tersebut

20 61 n a * = a Untuk kebutuhan mengukur secara relatf (pembandngan dengan sektor lannya), a * kemudan dnormalsaskan menad a * yang merupakan raso antara katan langsung ke belakang sektor dengan rata-rata katan langsung ke belakang untuk sektor-sektor lannya a * = a* = na* 1 n a* a * Nla a * > 1 menunukkan bahwa sektor memlk katan langsung ke belakang yang kuat dalam pengertan memlk pengaruh langsung yang kuat terhadap pertumbuhan sektor-sektor lan (2) Katan langsung ke depan (drect forward lnkage) (a * ): menunukkan efek langsung dar perubahan output (tngkat produks) suatu sektor terhadap total tngkat produks sektor-sektor yang menggunakan output sektor tersebut a * = a Untuk kebutuhan mengukur secara relatf (pembandngan dengan sektor lannya), a * kemudan dnormalsaskan menad a * yang merupakan raso antara katan langsung ke depan sektor dengan rata-rata katan langsung ke depan untuk sektor-sektor lannya a * = a* = na* 1 a n * a * (3) Katan langsung dan tdak langsung ke belakang (drect and ndrect backward lnkage) (b * ): menunukkan pengaruh langsung dan tdak langsung dar kenakan permntaan akhr terhadap satu unt output sektor tertentu, pada penngkatan total output seluruh sektor perekonoman Parameter n menunukkan kekuatan suatu sektor dalam mendorong penngkatan seluruh sektor perekonoman, secara matemats dformulaskan sebaga berkut: b * = b

21 62 dmana b adalah elemen-elemen nvers matrks Leontef B=(I-A) -1 Untuk kebutuhan mengukur secara relatf (pembandngan dengan sektor lannya), b * kemudan dnormalsaskan menad b * yang merupakan raso antara katan langsung dan tdak langsung ke depan sektor dengan rata-rata katan langsung dan tdak langsung ke depan untuk sektor-sektor lannya b * = b* = nb* 1 b n * b * (4) Katan langsung dan tak langsung ke depan (drect and ndrect forward lnkage) (b * ): b * = b Untuk kebutuhan mengukur secara relatf (pembandngan dengan sektor lannya), b * kemudan dnormalsaskan menad b * yang merupakan raso antara katan langsung dan tdak ke depan sektor dengan rata-rata katan langsung dan tdak langsung ke depan untuk sektor-sektor lannya b * = b* = nb* 1 b n * b (5) Multpler: * Berbaga ens multpler dapat dhtung dengan menggunakan rumus-rumus berkut n: (a) Output Multpler, O M, yatu dampak penngkatan permntaan akhr atas output sektor terhadap penngkatan total output seluruh sektor d wlayah peneltan Angka yang dperoleh sama dengan angka keterkatan langsung dan tdak langsung ke belakang sepert yang telah durakan d atas O M = b dmana : b adalah elemen nverse matrks Leontef (b) Income Multpler, I M, yatu dampak penngkatan permntaan akhr atas output sektor terhadap penngkatan total pendapatan rumah tangga secara keseluruhan d wlayah peneltan

22 63 I M = I 1 v I v b I v b : raso pendapatan rumahtangga dar sektor terhadap total output sektor untuk =, maka I v = I v : elemen nverse matrks Leontef (c) Total Value-Added Multpler atau multpler PDRB, GDP M, adalah dampak penngkatan permntaan akhr atas output sektor terhadap penngkatan PDRB wlayah peneltan GDP M = GDP 1 v GDP v b GDP v : raso produk domestk regonal bruto dar sektor terhadap total output sektor untuk =, maka GDP v = GDP v : elemen nverse matrks Leontef b (d) Tax Multpler, T M, yatu dampak penngkatan permntaan akhr atas output sektor terhadap penngkatan paak tak langsung netto secara keseluruhan d wlayah peneltan T M = T 1 v T v b T v : raso paak tak langsung netto dar sektor terhadap total output sektor untuk =, maka T v = T v b : elemen nverse matrks Leontef d) Analss Kuadran Setelah melakukan analss LQ dan SSA, selanutnya melakukan analss kuadran dengan mengelompokkan sektor-sektor ekonom tersebut ke dalam 4 kuadran yang dmaksudkan untuk mengetahu sektor-sektor yang merupakan sektor bass dan memlk pergeseran yang tngg (kuadran II); sektor bass namun pergeserannya lamban (kuadran I), sektor non bass namun memlk pergeseran yang tngg (kuadaran III); sektor-sektor non bass dan pergeserannya lamban (kuadran IV) Pemahaman terhadap pengelompokan sektor-sektor ke dalam 4 kuadran tersebut akan memudahkan dalam menentukan arah kebakan dalam pengembangan sektor-sektor tersebut

23 64 Selan analss kuadran yang dlakukan terhadap hasl analss LQ dan SSA, analss kuadran uga dlakukan terhadap analsa keterkatan ke depan dan ke belakang Analss n dmaksudkan untuk mengelompokkan sektor-sektor ke dalam 4 kuadran yakn untuk mengetahu sektor-sektor yang memlk keterkatan yang tngg bak ke depan maupun ke belakang (kuadran II); sektor-sektor yang memlk keterkatan ke depan yang tngg, namun keterkatan ke belakang rendah (kuadran I), selanutnya mengelompokkan sektor-sektor yang memlk keterkatan ke belakang tngg, namun keterkatan ke depan rendah (kuadran III) Sedangkan kuadran IV bers sektor-sektor yang memlk keterkatan yang rendah bak ke depan maupun ke belakang 385 Analss Deskrptf Ketersedaan Sumberdaya Analss deskrptf ketersedaan sumberdaya dlakukan per kecamatan d 8 kecamatan d Kabupaten TTU (tdak termasuk Kecamatan Kota Kefamenanu, bu kota Kabupaten TTU) dengan maksud untuk mengetahu daya dukung sumberdaya d setap kecamatan sehngga dapat menentukan lokas pengembangan agropoltan karena menurut Rustad dan Pranoto (2007) pengembangan agropoltan lebh tepat dkembangkan d kecamatan atau beberapa kecamatan Adapun sumberdaya yang danalss dkategorkan menad krtera utama yakn kapastas produks aktvtas ekonom Sedangkan sumberdaya pendukung lannya adalah sumberdaya manusa, sumberdaya buatan dan sumberdaya sosal Kapastas produks aktvtas ekonom danalsa dengan menggunakan analsa LQ dengan menggunakan data PDRB per kecamatan Analss n dlengkap dengan analsa pemetaan data potens ekonom (komodtas pertanan, ndustr, pemanfaatan fasltas kredt) per kecamatan Sedangkan data sumberdaya manusa berupa umlah penduduk, penduduk usa produktf, pengangguran, urbansas per kecamatan Sumberdaya sosal berupa regulas dar pemerntah pusat, provns dan kabupaten Selan tu, data umlah kelompok tan per kecamatan uga dtamplkan Selanutnya sumberdaya buatan berupa deskrps ketersedaan sumberdaya ekonom, penddkan dan kesehatan per kecamatan d Kabupaten TTU

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian 33 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokas dan Waktu Peneltan Lokas peneltan adalah Kabupaten Maalengka, Provns Jawa Barat yang secara geografs terletak pada koordnat 6 0 36-7 0 03 Lntang Selatan dan 108 0 03-108

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE SAW DAN TOPSIS PADA KASUS UMKM

PERBANDINGAN METODE SAW DAN TOPSIS PADA KASUS UMKM PERBANINGAN METOE SAW AN TOPSIS PAA KASUS UMKM Muh. Alyazd Mude al.mude@yahoo.com Teknk Informatka Unverstas Muslm Indonesa Abstrak alam pengamblan keputusan terhadap masalah berdasarkan sebuah analsa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Masalah Transportas Jong Jek Sang (20) menelaskan bahwa masalah transportas merupakan masalah yang serng dhadap dalam pendstrbusan barang Msalkan ada m buah gudang (sumber) yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Bangktan perjalanan (Trp generaton model ) adalah suatu tahapan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Menurut Arkunto (00:3) peneltan ekspermen adalah suatu peneltan yang selalu dlakukan dengan maksud untuk melhat akbat dar suatu perlakuan. Metode yang penuls

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

Pengembangan Wilayah Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) Kota Pagar Alam. Development of Strategic Area Growing Fast (KSCT) Pagar Alam City

Pengembangan Wilayah Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) Kota Pagar Alam. Development of Strategic Area Growing Fast (KSCT) Pagar Alam City Pengembangan Wlayah Kawasan Strategs Cepat Tumbuh (KSCT) Kota Pagar Alam Development of Strategc Area Growng Fast (KSCT) Pagar Alam Cty Dw Wdarsh *) Fakultas Ekonom dan Bsns, Unverstas Muhammadyah Rau,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Preferensi untuk alternatif A i diberikan Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK BAB IV PEMBAASAN ASIL PENELITIAN PENGARU PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK TERADAP ASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI POKOK KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA A. Deskrps Data asl Peneltan.

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN Jurnal Ilmah Wdya Teknk Volume 16 Nomor 1 2017 ISSN 1412-7350 PEMODELAN MATEMATIKA UNTUK PERANCANGAN PRODUK LEMARI KABINET Rcky Yulanton Prhandaa, Dan Retno Sar Dew * Jurusan Teknk Industr, Fakultas Teknk,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n membahas tentang prosedur pengembangan pembelajaran dan mplementas model Problem Based Learnng dalam pembelajaran Konsep Dasar Matematka, Subjek Peneltan, Teknk dan Instrumen

Lebih terperinci

BAB IV APLIKASI. Pada bagian ini akan dibahas bagaimana contoh mengestimasi. parameter model yang diasumsikan memiliki karateristik spasial lag

BAB IV APLIKASI. Pada bagian ini akan dibahas bagaimana contoh mengestimasi. parameter model yang diasumsikan memiliki karateristik spasial lag BAB IV APLIKASI Pada bagan n akan dbahas bagamana contoh mengestmas parameter model yang dasumskan memlk karaterstk spasal lag sekalgus spasal error. Estmas dlakukan dengan menggunakan software Evews 3

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam 1 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMPN 8 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 01/013 yang terdr

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

III. METODE PENELITIAN. bersifat statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. 3 III. METDE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode peneltan merupakan langkah atau aturan yang dgunakan dalam melaksanakan peneltan. Metode pada peneltan n bersfat kuanttatf yatu metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen,

BAB III METODE PENELITIAN. hasil penelitian. Walaupun penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode peneltan n adalah quas ekspermen karena terdapat unsur manpulas, yatu mengubah keadaan basa secara sstemats ke keadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah,

III. METODELOGI PENELITIAN. Suatu penelitian dapat berhasil dengan baik dan sesuai dengan prosedur ilmiah, III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Suatu peneltan dapat berhasl dengan bak dan sesua dengan prosedur lmah, apabla peneltan tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kualitas Dosen

TINJAUAN PUSTAKA Kualitas Dosen 4 TINJAUAN PUSTAKA Kualtas Dosen Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesa (KBBI) tahun 2002, kualtas dartkan sebaga : (1) tngkat bak buruknya sesuatu atau kadar; (2) derajat atau taraf (kepandaan, kecakapan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n akan menjelaskan latar belakang pemlhan metode yang dgunakan untuk mengestmas partspas sekolah. Propns Sumatera Barat dplh sebaga daerah stud peneltan. Setap varabel yang

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. pendapatan (factorial distribution dan income distribution), dan pengaruh dari

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. pendapatan (factorial distribution dan income distribution), dan pengaruh dari BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kerangka Sederhana SNSE Matrks SNSE dapat menggambarkan keterkatan antar sektor, dstrbus pendapatan (factoral dstrbuton dan ncome dstrbuton), dan pengaruh dar konsums,

Lebih terperinci

Untuk memperoleh buku ini hubungi:

Untuk memperoleh buku ini hubungi: 2004 Badan Perencanaan Pembangunan Nasonal Untuk memperoleh buku n hubung: Pusat Data dan Informas Perencanaan Pembangunan Jl. Taman Suropat No. 2, Jakarta Pusat 10310 Telepon/Fax: 021-31934973 atau Webste:

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENEITIAN Peneltan n merupakan peneltan deskrptf, yang dalam penulsannya dmaksudkan untuk menjabarkan penyerapan tenaga kerja berdasarkan konds wlayah peneltan. Analss dlakukan secara kualtatf

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Berpkr Secara umum kebjakan pembangunan daerah dapat memberkan kontrbus terhadap fenomena-fenomena yang bersfat aktual dan mendasar. Fenomenafenomena tersebut akan mempengaruh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

VI. PEMODELAN SISTEM

VI. PEMODELAN SISTEM VI. PEMODELN SISTEM 6. Konfguras Model Model strateg pengembangan klaster agrondustr unggulan daerah drancang dalam bentuk perangkat lunak Sstem P enunjang Keputusan (SPK berbass komputer yang dber nama

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

METODE OPTIMASI 11/13/2015. Capaian Pembelajaran

METODE OPTIMASI 11/13/2015. Capaian Pembelajaran 2 Capaan Pembelajaran METODE OPTIMASI N. Tr Suswanto Saptad Mahasswa dapat memaham dan mampu mengaplkaskan beberapa metode untuk menyelesakan masalah dengan alternatfalternatf dalam jumlah yang relatf

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

Optimasi Pemilihan Paket Internet Dengan Menggunakan Metode AHP

Optimasi Pemilihan Paket Internet Dengan Menggunakan Metode AHP Optmas Pemlhan Paket Internet Dengan Menggunakan Metode HP Wwek Katrna 1, Solkhun 2, M.Saf, Sumarno 1,2,, Jurusan Sstem Informas, STIKOM Tunas Bangsa, Pematangsantar Sumatera Utara 1 Mahasswa STIKOM Tunas

Lebih terperinci

Peranan Sektor Pariwisata dalam Pertumbuhan Ekonomi Makro Propinsi Bali dengan Pendekatan Input-Output

Peranan Sektor Pariwisata dalam Pertumbuhan Ekonomi Makro Propinsi Bali dengan Pendekatan Input-Output Peranan Sektor Parwsata dalam Pertumbuhan Ekonom Makro Propns Bal dengan Pendekatan Input-Output E. Susy Suhendra 1 Toto Sugharto 2 Teddy Oswar 3 Fakultas Ekonom, Unverstas Gunadarma, Jakarta 1 (susys@staff.gunadarma.ac.d),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN (THE ANALYSIS OF ADDED VALUE AND INCOME OF HOME INDUSTRY KEMPLANG BY USING FISH AND TAPIOCA AS

Lebih terperinci