Peranan Sektor Pariwisata dalam Pertumbuhan Ekonomi Makro Propinsi Bali dengan Pendekatan Input-Output

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Peranan Sektor Pariwisata dalam Pertumbuhan Ekonomi Makro Propinsi Bali dengan Pendekatan Input-Output"

Transkripsi

1 Peranan Sektor Parwsata dalam Pertumbuhan Ekonom Makro Propns Bal dengan Pendekatan Input-Output E. Susy Suhendra 1 Toto Sugharto 2 Teddy Oswar 3 Fakultas Ekonom, Unverstas Gunadarma, Jakarta 1 (susys@staff.gunadarma.ac.d), 2 (tsharto@staff.gundarma.ac.d), 3 (toswar@staff.gunadarma.ac.d) Abstrak Krss moneter yang berkelanutan hngga sekarang telah melanda Indonesa dan berbaga aks terorsme khususnya d Bal menad pelaaran berharga bag pemerntah dalam menentukan kebakan pembangunan nasonal. Propns Bal, yang dkenal sebaga kantong devsa bag perekonoman Indonesa karena kegatan parwsatanya. Hal tersebut menandakan bahwa sektor parwsata perlu mendapatkan perhatan sebaga sektor yang utama dalam mendukung perekonoman makro Bal dan perekonoman Indonesa pada umumnya. Kegatan-kegatan ekonom yang memlk kontrbus domnan bag suatu perekonoman makro perlu mendapatkan perhatan yang lebh sehngga dapat doptmalkan. Analss nput-output dterapkan dalam peneltan n. Jumlah sektor yang dgunakan dalam analss tersebut adalah 68 sektor sebagaman tercantum dalam tabel Input-Output Indonesa Model n dgunakan untuk menganalss secara terntegras peranan sektor parwsata dalam pembangunan ekonom Bal secara menyeluruh serta untuk mengetahu proyeks nvestas d sektor parwsata. Model nput-output danggap sebaga model yang palng komprehensf dan sstemats karena model n merupakan pengembangan konsep nputoutput yang mengntegraskan unsur ruang secara "smple" dan "elegan" (West et.al., 1989). Model n akan membag ekonom nasonal berdasarkan sektor dan daerah kegatan (Hulu, 1990) Hasl peneltan menunukkan bahwa peranan sektor parwsata dalam pertumbuhan ekonom Propns Bal mash cukup besar. Peranan suatu sektor dalam perekonoman selan dapat dlhat dar kontrbus sektor tersebut dalam pencptaan output, uga dapat dlhat dar besaran nla tambah yang dhaslkan. Nla tambah yang dhaslkan tdak hanya dpengaruh oleh kemampuan suatu sektor dalam mencptakan output namun uga oleh baya yang dkeluarkan dalam mencptakan output tersebut. Peranan sektor hotel berbntang dan sektor perdagangan dalam menghaslkan nla tambah bag Propns Bal masng-masng sebesar 12,32 persen dan 12,11 persen, sementara sektor restoran menyumbang 8,14 persen. Sub-sektor yang berpotens untuk dadkan subsektor unggulan, adalah sub-sektor yang mempunya daya penyebaran dan deraat kepekaan yang bak. Sub-sektor tersebut adalah perdagangan, pemotongan ternak, ndustr makanan dan mnuman. Hasl peneltan n uga dapat dpaka untuk menentukan umlah nvestas yang dharapkan untuk memenuh atau mengmbang ekses permntaan yang ada. Kata kunc: model nput-output, sektor parwsata, nvestas 1. Pendahuluan Provns Bal yang dkenal sebaga pulau Dewata atau Pulau Serbu Pura mempunya peran yang strategs dalam pembangunan Indonesa, khususnya sektor parwsata. Industr parwsata yang dharapkan dapat menad salah satu penggerak roda perekonoman nasonal, sebagan besar dhaslkan dar pulau Bal. Tdak pelak lag, segala upaya dlakukan untuk mempertahankan keberadaan pulau Bal dalam menarng wsatawan untuk berbondong- 1

2 bondong datang ke pulau yang sarat dengan budaya dan sen n. Namun saat n parwsata pulau Bal dapat dlukskan dalam konds sekarat, tepatnya setelah traged bom Kuta dan Jmbaran, 1 Oktober 2005 yang lalu. Wsatawan yang berkunung ke Bal terus merosot, dkut dengan pembatalan rencana bepergan ke Bal dalam umlah yang sgnfkan. Kemunduran parwsata d pulau Bal, dapat dndkaskan dengan teradnya penurunan tngkat hunan hotel sektar 70 persen, kebangkrutan dar perusahaan penerbangan Ar Paradse yang beroperas tahun 2003 dengan tuuan khusus mendukung parwsata Bal. Hal n dakbatkan teradnya pembatalan bepergan ke Bal. Pada awalnya perusahaan n dapat mengangkut penumpang per bulan, namun seak traged bom tersebut mengalam penurunan umlah penumpang yang mencapa 80 persen. Berdasarkan konds tersebut, perlu dgal dan doptmalkan potens lan yang ada d pulau Bal untuk tetap atau bahkan menngkatkan keseahteraan masyarakat Bal. Berkatan dengan hal tu, maka untuk mengetahu poss masng-masng sektor ekonom dan kontrbusnya terhadap pembangunan perekonoman Bal perlu dka lebh auh. Menurut pasal 1 Undang-Undang No. 9 tahun 1990 tentang keparwsataan, yang dmaksud dengan parwsata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wsata termasuk pengusahaan obek dan daya tark wsata serta usaha-usaha yang terkat d bdang tersebut. Sedangkan parwsata budaya adalah satu ens keparwsataan yang dkembangkan berdasarkan pada tnggnya nla-nla budaya suatu daerah yang dharapkan dapat menark banyak wsatawan. Dengan demkan maka segala aspek yang terkat dengan keparwsataan sepert promos, atraks, arstektur, etka, pola manaemen, perkembangan parwsata yang pesat dharpakan dapat memberkan dampak ganda terhadap kegatan-kegatan d sektor lannya. Selama n ukuran atau ndkator yang dgunakan untuk mengetahu peranan masngmasng sektor ekonom mash terbatas pada sektor-sektor yang ada pada klasfkas lapangan usaha Indonesa (KLUI). Secara gars besar, berdasarkan pengklasfkasan yang dlakukan dalam System of Natonal Accounts (SNA), kegatan ekonom dbag dalam semblan sektor utama yang basa dgunakan. Masng-masng sektor tersebut adalah : (1) sektor pertanan, (2) sektor pertambangan dan penggalan, (3) sektor Industr Pengolahan, (4) Lstrk, Gas dan Ar Mnum, (5) Bangunan, (6) Perdagangan Hotel dan Restoran, (7) Pengangkutan dan Komunkas, (8) Keuangan Persewaan dan Jasa Perusahaan dan (9) Sektor Jasa Lannya. Semua kegatan ekonom habs dbag dalam semblan sektor tersebut. Sektor parwsata dalam klasfkas SNA tdak secara explst mencantumkan hal tersebut, namun tdak berart bahwa sektor parwsata tdak terdapat dalam klasfkas yang dbuat. Sektor parwsata merupakan kegatan yang terdr dar berbaga sektor kegatan. Kegatan parwsata dapat mencakup semua kegatan ekonom terutama sektor hotel, restoran, sektor asa, maupun sektor ndustr. Sehngga peranan parwsata dalam perekonoman dapat tercakup d semua kegatan ekonom. Peranan parwsata dalam berekonoman Bal perlu dposskan untuk melhat bagamana parwsata memberkan kontrbus dalam perekonoman dan dampak pengembagan parwsata terhadap sektor-sektor ekonom yang secara langsung maupun tdak langsung merupakan komodt yang dperlukan dalam kegatan parwsata. Salah satu alat analss yang dapat mengungkapkan secara menyeluruh hubungan tmbal balk dan salng keterkatan antara unt ekonom d Bal khususnya keterkatan unt-unt ekonom yang berhubungan dengan kegatan d bdang keparwsataan dengan unt-unt ekonom yang secara langsung maupun tdak langsung menopang kegatan parwsata adalah dengan analss Input-Output. Tuuan peneltan n adalah untuk menganalss peranan sektor parwsata dan subsektor unggulan, menganalss tngkat kebutuhan nvestas d sektor parwsata yang dapat memacu pertumbuhan ekonom daerah. 2

3 2. Metodolog Secara sederhana model IO menyakan nformas tentang transaks barang dan asa serta salng keterkatan antarsatuan kegatan ekonom untuk suatu waktu tertentu yang dsakan dalam bentuk tabel. Isan sepanang bars menunukkan alokas output dan san menurut kolom menunukkan pemakaan nput dalam proses produks (Bro Pusat Statstk, 2000). Sebaga model kuanttatf, tabel IO mampu member gambaran menyeluruh tentang: (1) struktur perekonoman yang mencakup struktur output dan nla tambah masng-masng kegatan ekonom d suatu daerah, (2) struktur nput antara (ntermedate nput), yatu penggunaan barang dan asa oleh kegatan produks d suatu daerah, (3) struktur penyedaan barang dan asa bak yang berupa produks dalam neger maupun barang-barang yang berasal dar mpor, dan (4) struktur permntaan barang dan asa, bak permntaan oleh kegatan produks maupun permntaan akhr untuk konsums, nvestas dan ekspor Jens dan Metode Pengumpulan Data Data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data tersebut dperoleh langsung Table Input-Output Bal 2000 yang dterbtkan Badan Pusat Statstk Propns Bal. Tabel tersebut terdr atas 68 x 68 sektor. Data sekunder lan yang dgunakan dalam peneltan n dambl dar pelbaga laporan dan/atau publkas dar Badan Pusat Statstk dan dar pelbaga laporan dan/atau publkas Departemen Parwsata Analss Peranan Sektor Parwsata Peneltan n menggunakan pendekatan nput output, dengan analss keterkatan bak kedepan maupun ke belakang yang dgunakan untuk mengetahu sturktur dalam subsektor parwsata Indonesa berdasarkan data nput-output tahun Backward lnkages (katan ke belakang) dan forward lnkages (katan ke depan) adalah alat analss yang dgunakan untuk mengetahu tngkat keterkatan suatu sektor terhadap sektor / sub-sub sektor lannya dalam suatu perekonoman. Katan ke belakang merupakan alat analss untuk mengetahu deraat keterkatan suatu sektor terhadap sektor-sektor lan yang menyumbangkan nput kepadanya. Katan ke depan merupakan alat analss untuk mengetahu deraat keterkatan antara suatu sektor yang menghaslkan output, untuk dgunakan sebaga nput bag sektor-sektor yang lan. Pendekatan Input-Output menggunakan analss antar sektor. Model n dbangun berdasarkan neraca komodtas sebaga berkut : Q dmana : Q F n = n = 1 + F = Nla output sektor = Nla output sektor yang dgunakan dalam proses produks sector = Nla permntaan akhr terhadap sector = Banyaknya sektor dalam perekonoman. tak lan alah permntaan nput langsung sektor yang merupakan output dar sektor. Dengan demkan = adalah permntaan total antar sektor terhadap output sektor. Oleh karena tu persamaan 3.1. tak lan alah dekomposs permntaan terhadap output sektor Q ) menad dua komponen yatu permntaan antar sektor ( ) dan permntaan akhr ( ( F ). Asums selanutnya adalah, koefsen nput-output adalah tetap : (1) = 3

4 a = / Q (2) a = nla output sector yang dgunakan untuk menghaslkan setap satu rupah nla produks sector. Apabla persamaan (2) dmasukkan ke dalam persamaan (1) maka akan dperoleh : Q = a Q + F (3) Persamaan 3. adalah sstem persamaan yang terdr dar n persamaan, d mana n adalah umlah sektor dalam perekonoman. Sepert yang telah dsebutkan, adalah permntaan nput langsung sektor yang merupakan output dar sektor. Dengan demkan merupakan smpul pengkat langsung sektor dengan sektor. Oleh karena tu a tak lan alah pengganda langsung sector terhadap sector. Oleh karena tu = = aq adalah total permntaan nput langsung sector dar seluruh sector-sektor lannya. Oleh karena katan antar sector tersebut muncul melalu kebutuhan nput sector dar sector-sektor lannya, maka dsebut pula katan antar sektor langsung ke belakang (Panchamukh, 1975). Dalam bentuk ndeks katan langsung ke belakang (drect backward lngkage) tersebut dapat dtuls sebaga berkut : U = = a (4) Q U = 1 = katan langsung ke belakang. Dengan cara yang sama, ddapat bahwa = adalah total produk I yang langsung dgunakan sebaga nput bag seluruh sector dalam perekonoman. Oleh karena tu, serngkal dsebut sebaga katan langsung ke depan. Dalam ukuran ndeks, katan langsung ke depan sector I (drect forward lngkage) dhtung sebaga berkut. W = = a (5) Q W = 1 = katan langsung ke depan (drect backward lnkage) 3. Hasl dan Pembahasan 3.1. Peranan Sektoral dalam Perekonoman Untuk mengetahu sektor-sektor unggulan dalam suatu wlayah, dengan mengetahu nla output yang dhaslkan oleh suatu sektor maupun melalu peranan nla tambah yang dhaslkan. Besaran output merupakan nla produks suatu sektor dalam menghaslkan barang maupun asa. Besarnya output yang dhaslkan suatu sektor menunukkan peranan atau sumbangan sektor tersebut dalam pembentukan otuput Bal secara keseluruhan. Berkut adalah tabel sepuluh sektor terbesar menurut perngkat output. 4

5 Tabel 1. Peranan Sepuluh Sektor Terbesar berdasarkan Nla Output No. Kode Sektor Sektor Peranan (persen) 1 48 Hotel berbntang 11, Perdagangan 10, Resotran, R. Makan, Warung 9, Bangunan tempat tnggal 6, Angkutan Udara 5, Jasa perorangan dan R.T. lannya 4, Jasa pemotongan ternak 4, Jasa Pemerntahan umum 4, Pengglngan Pad, Penyosohan beras 4, Pad 3,65 Jumlah 63,73 Sektor Lannya 36,27 Jumlah output 100,00 Peranan suatu sektor dalam perekonoman selan dapat dlhat dar kontrbus sektor tersebut dalam pencptaan output, uga dapat dlhat dar besaran nla tambah yang dhaslkan. Nla tambah yang dhaslkan oleh suatu sektor tdak hanya dpengaruh oleh kemampuan suatu sektor dalam mencptakan output namun uga oleh baya yang dkeluarkan dalam mencptakan output tersebut. Dengan kata lan, nla tambah suatu sektor merupakan nput prmer yang dperlukan dalam pencptaan output sektor tersebut, sehngga suatu sektor yang besar kontrbusnya dalam pencptaan output belum tentu memberkan kontrbus yang besar pula dalam menghaslkan nla tambah sepert sektor asa pemotongan ternak. Nla output asa pemotongan ternak sebagan besar merupakan nput antara asa tersebut yang berupa hewan ternak yang dpotong. Tabel 2. Peranan Sepuluh Sektor terbesar berdasarkan Nla Tambah No. Kode Sektor Sektor Peranan (persen) 1 48 Hotel berbntang 12, Perdagangan 12, Resotran, R. Makan, Warung 8, Jasa pemerntahan umum 6, Jasa perorangan dan RT lannya 5, Pad 5, Angkutan udara 4, Bangunan tempat tnggal 4, Persewaan bangunan dan tanah 2, Ternak kecl 2,39 Jumlah 64,68 Sektor Lannya 35,32 Jumlah output 100,00 Peranan sektor hotel berbntang dan sektor perdagangan dalam menghaslkan nla tambah bag propns Bal masng-masng sebesar 12,32 persen dan 12,11 persen. Sementara tu sektor restoran dan rumah makan, warung menyumbang 8,14 persen. Jasa pemerntahan umum, asa perorangan dan lannya, pad, angkutan udara serta bangunan tempat tnggal selan 5

6 menempat urutan sepuluh besar dalam perngkat output, uga merupakan sepuluh besar dalam pencptaan nla tambah. Sementara tu, sektor persewaan bangunan dan ternak kecl yang tdak masuk sepuluh besar dalam pencptaan output, ternyata merupakan penyumbang sepuluh besar dalam pencptaan nla tambah, hal tersebut dsebabkan karena sektor persewaan bangunan dan ternak kecl mempunya komponen baya antara yang relatf kecl Analss Keterkatan Antar Sektor Keterkatan ke depan serng dsebut uga sebaga deraat kepekaan dan keterkatan ke belakang sebaga daya penyebaran. Sektor yang mempunya deraat kepekaan tngg memberkan ndkas bahwa sektor tersebut mempunya keterkatan ke depan atau daya dorong yang cukup kuat dbandngkan terhadap sektor lannya, sedangkan sektor yang mempunya daya penyebaran tngg berart sektor tersebut mempunya ketergantungan yang tngg terhadap sektor lannya. Indeks daya penyebaran memberkan ndkas bahwa sektor-sektor yang mempunya ndeks daya penyebaran lebh besar dar 1, menunukkan daya penyebarannya d atas rata-rata daya penyebaran secara keseluruhan. Pengertan yang sama uga berlaku untuk ndeks deraat kepekaan. Berdasarkan Tabel 3. terlhat sektor asa pemotongan ternak mempunya daya penyebaran tertngg dengan nla 2,36767, Angka tersebut mempunya art bahwa kenakan satu unt output sektor asa pemotongan ternak akan membutuhkan output sektor lannya sebaga nput sebesar 2,36767unt. Selanutnya sektor ndustr makanan, mnuman dantembakau, ndustr tenun, ndustr pakaan ad, pengglngan pad dan penyosohan beras, ndustr kertas dan barang kertas, ndustr kma barang dar kma karet dan plastk, ndustr kayu lannya dan banunguan tempat tnggal uga termasuk sepuluh sektor dengan daya penyebaran tertngg. Tabel 3. Indeks Daya Penyebaran Sektor Pertanan d Indonesa, 2000 Daya Penyebaran No. Kode Sektor Jumlah Indeks 1 15 Jasa pemotongan ternak 2, , Industr makanan, mnuman, tembakau 2, , Industr tenun / tekstl 2, , Industr pakaan ad 2, , Pengglngan pad 2, , Industr kertas dan barang kertas 2, , Industr kma barang dar karet, plastc 2, , Industr kayu lannya 2, , Bangunan tempat tnggal 2, , Travel Bro 2, ,28284 Sumber : Tabel Input-Output 2000 (dolah) Selanutnya, sepuluh sektor yang mempunya deraat kepekaan tertngg dapat dlhat pada table berkut. Sektor perdagangan, bahan bakar mnyak, asa perorangan dan RT lannya, ndustr kma, barang dar kma termasuk karet dan plastk, ndustr kertas, barang dar kertas, penggergaan kayu, ndustr tenun dan tektl, pad, bangunan tempat tnggal, ndustr makanan mnuman dan temabkau merupakan sepuluh sektor utama dengan deraat kepekaan yang tngg. Sektor yang mempunya daya penyebaran tngg memberkan ndkas bahwa sektor tersebut mempunya keterkatan ke depan atau daya dorong yan cukup kuat dbandngkan sektor 6

7 lannya. Sebalknya sektor yang mempunya keraat kepekaan tngg berart sektor tersebut mempunya ketergantungan / kepekaan backward yang tngg terhadap sektor lannya. Tabel 4. Indeks Deraat Kepekaan Sektor Pertanan d Indonesa, Deraat Kepekaan No. Kode Sektor Jumlah Indeks 1 46 Perdagangan 6, , Bahan Bakar mnyak 4, , Jasa perorangan, RT lannya 3, , Industr kma, karet, plastk 2, , Industr kertas, barang dar kertas 2, , Penggergaan kayu 2, , Industr tenun/tekstl 2, , Pad 2, , Bangunan tempat tnggal 2, , Industr makanan mnuman tembakau 2, ,32825 Sumber : Tabel Input-Output 2000 (dolah) Berdasarkan hasl pengolahan data I-O tahun 2000, dapat dsusun suatu matrks 4 dmens, dengan klasfkas sebaga berkut: (1) mempunya daya penyebaran dan deraat kepekaan yang tngg; (2) mempunya daya penyebaran tngg dan deraat kepekaan yang rendah; (3) mempunya daya penyebaran rendah dan deraat kepekaan yang tngg; (4) mempunya daya penyebaran dan deraat kepekaan yang rendah. Klasfkas tngg berdasarkan angka sektoralnya melebh angka rata-rata keseluruhan sub-sektor keseluruhan dalam perekonoman. Klasfkas rendah apabla angka katan sektoralnya lebh rendah dbandng angka rata-rata keseluruhan subsektor dalam perekonoman. Tabel 5. Matrks sektor berdasarkan Daya Penyebaran dan Deraat Kepekaan d Propns Bal, 2000 Deraat Kepekaan Tngg Rendah Daya Penyebaran Tngg Ternak kecl, ndustr makanan mnuman, ndustr tenun tekstl, penggergaan kayu, ndustr kertas, ndustr kma, bangunan tempat tnggal, perdagangan, restoran, angkutan umum darat, angkutan udara Kelapa, ternak besar, asa pemotongan ternak, unggas, pengerngan penggaraman kan, pengglngan pad, ndustr kopra, ndustr kop, ndustr garmen, ndustr barang dar kult, ndustr keranan kayu, ndustr barang kayu lannya, ndustr keranan dan bahan galan, ndustr bahan bangunan, ndustr karoser, ndustr perhasan, ndustr pengolahan lannya, ar mnum, hotel bntang, hotel non bntang, angkutan carter darat, travel bro, lembaga keuangan lannya Rendah Pad, tembakau, bahan bakar Jagung, umb-umban, sayuran, 7

8 mnyak, ndustr logam, lstrk, asa penunang angkutan, komunkas pos gro, perbankan, asa perorangan/ rumah tangga buahan, kacang tanah, kacang kedela, tanaman bahan pangan lan, kop, tanaman perkebunan lan, kehutanan, kan laut, kan darat, batu padas, barang galan, pertambangan, angkutan laut antar pulau, angkutan wsata, angkutan penyeberangan, money changer, persewaan bangunan dan tanah, asa perusahaan, asa sosal kemasyarakatan, atraks budaya, asa hburan lannya. Sumber : Tabel Input-Output 2000 (dolah) Matrks tersebut dsakan pada tabel 5. Dar tabel tersebut dapat dtark suatu pola keterkatan sebaga berkut : 1. Sektor yang mempunya deraat kepekaan dan daya penyebaran yang tngg mengndkaskan bahwa penngkatan nvestas d subsektor-subsektor n akan memberkan dampak yang luas tdak hanya terhadap sektor nput namun uga sektor outputnya. Tnggnya daya penyebaran menunukkan tnggnya penyebaran dampak perubahan dar subsektor tersebut terhadap subsektor lannya, yang berada dalam ndustr yang lebh hulu (subsektor nput). Output dar subsektor-subsektor n akan menad nput bag subsektor lan yang lebh hlr. 2. Sektor yang mempunya deraat kepekaan tngg namun daya penyebaran yang rendah mengndkaskan bahwa yang termasuk klasfkas n adalah sektor prmer, yang umumnya mash dolah lebh lanut oleh sektor ndustr manufaktur, khususnya ndustr pengolah hasl pertanan. Dengan demkan, subsektor-subsektor n peka terhadap perubahan subsektor lannya sebaga akbat perubahan permntaan akhr terhadap masngmasng subsektor tersebut. Sementara tu perubahan permntaan akhr terhadap subsektorsubsektor n tdak banyak dampaknya terhadap subsektor lannya karena daya penyebaran yang rendah. 3. Sub sektor yang mempunya daya penyebaran yang tngg dan deraat kepekaan yang rendah mengndkaskan bahwa dengan nla daya penyebaran yang tngg, subsektor n dharapkan dapat dadkan prortas dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonom. Investas d sektor n akan menumbuhkan subsektor hulu, khususnya sektor pertanan. 4. Sub sektor yang mempunya daya penyebaran yang rendah dan deraat kepekaan yang rendah mengndkaskan bahwa subsektor-subsektor n tdak peka terhadap perubahan subsektor lannya sehngga sult dandalkan untuk menumbuhkan subsektor lannya ka nvestas dtanamkan d subsektor-subsektor n, namun perlu dketahu penyebabnya dan dapat dpecahkan dengan berbaga solus yang cocok dengan ens sektor dan kondsnya 4. Kesmpulan Dar hasl analss struktur sektor perekonoman d propns Bal dapat dtark penemuan utama dar peneltan n sebaga berkut : Konds kesembangan antara sektor parwsata dan non parwsata harus ada, sehngga adanya goncangan akbat ancaman terors tdak mematkan semua sudut perekonoman dar propns Bal. Peranan Sektor berdasarkan Nla Output, dan nla tambah terbesar memang mash ddomnas oleh sektor-sektor parwsata. Namun dar deraat kepekaan dan daya 8

9 penyebaran yang bernla cukup tngg dar sektor-sektor yang bukan parwsata, memberkan ndkas dapatnya dlakukan pengembangan sektor-sektor tersebut d atas menad lebh bak. Dar matrx deraat kepekaan dan daya penyebaran yang telah d buat, dapat dpredks sektor-sektor yang dapat terus dkembangkan dan sektor yang menad sektor hulu dan sektor yang menad sektor hlr dar suatu perekonoman, sehngga pengembangan yang ada dapat menad suatu proyeks yang sesua dengan tuntutan pertumbuhan ekonom yang ada. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statstk, 1995, Kerangka Teor dan Analss Tabel Input-Output, Badan Pusat Statstka, Jakarta. Bulmer, T., 1982, Input Output Analyss n Developng Countres: Sources, Methods and Applcatons, John Wesley & Sons Ltd., New York., NY, USA. El-Sad, M., H. Lofgren, Sherman Robnson, 2001, The Impact of Alternatve Development Strateges on Growth and Dstrbuton Smulatons wth a Dynamc Model for Egypt, Workng Paper, Trade and Macroeconomcs Dvson Research Insttute, Washngton DC., USA. Jhngan, M. L., 2003, Ekonom Pembangunan dan Perencanaan, PT. Raa Grafndo Persada, Jakarta, Indonesa. Roberts Bran. and Robert J. Stmson, 1998, Mult Sectoral Qualtatve Analyss: a Tool for Assessng The Compettveness of regons and Formulatng Strateges for Economc Development, The Annals of Regonal Scence 1998, Vol. 32, pp Sadoulet, de Janvry, 1995, Accountng for the Lnkages of Agrculture n Hawa s Economy wth An Input-output Model: a Fnal Demand Base Approach, Department of Agrcultural and Resource Economc, Unversty of Hawa USA, 9

ANALISIS STRUKTUR SEKTOR PERTANIAN INDONESIA: ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

ANALISIS STRUKTUR SEKTOR PERTANIAN INDONESIA: ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT ANALISIS STRUKTUR SEKTOR PERTANIAN INDONESIA: ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT Euphrasa Susy Suhendra Unverstas Gundarma Jl. Margonda Raya 100, Depok Emal : susys@staff.gunadarma.ac.d ABSTRAK Dalam tga dekade

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian 33 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokas dan Waktu Peneltan Lokas peneltan adalah Kabupaten Maalengka, Provns Jawa Barat yang secara geografs terletak pada koordnat 6 0 36-7 0 03 Lntang Selatan dan 108 0 03-108

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. pendapatan (factorial distribution dan income distribution), dan pengaruh dari

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. pendapatan (factorial distribution dan income distribution), dan pengaruh dari BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kerangka Sederhana SNSE Matrks SNSE dapat menggambarkan keterkatan antar sektor, dstrbus pendapatan (factoral dstrbuton dan ncome dstrbuton), dan pengaruh dar konsums,

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

DINAMIKA KETERKAITAN SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA, : Pendekatan Rasmussen's Dual Criterion ABSTRAK

DINAMIKA KETERKAITAN SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA, : Pendekatan Rasmussen's Dual Criterion ABSTRAK J. Bak dan Rset Sosek KP. Vol.5 No.1, 2010 97 DINAMIKA KETERKAITAN SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA, 1995-2005: Pendekatan Rasmussen's Dual Crteron 1 Taern, Manadyanto dan Sastrawdaa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

KONTRIBUSI EKSPOR SEKTOR PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL: ANALISIS INPUT OUTPUT. Oleh: Risna Yusuf dan Tajerin *

KONTRIBUSI EKSPOR SEKTOR PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL: ANALISIS INPUT OUTPUT. Oleh: Risna Yusuf dan Tajerin * J. Bjak dan Rset Sosek KP. Vol.2 No.1, 2007 35 KONTRIBUSI EKSPOR SEKTOR PERIKANAN DALAM PEREKONOMIAN NASIONAL: ANALISIS INPUT OUTPUT Oleh: Rsna Yusuf dan Tajern * ABSTRACT Kajan n bertujuan mengetahu sejauhmana

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

BAB IV BEBERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN WILAYAH (Lanjutan 2)

BAB IV BEBERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN WILAYAH (Lanjutan 2) BAB IV BEBERAPA PENDEKATAN DALAM PERENCANAAN WILAAH (Lanjutan 2) 4.3.1 Analss Shft Share Dgunakan untuk: 1. mengetahu knerja perekonoman kabupaten (wlayah) 2. pergeseran struktur, poss relatve sector-sektor

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL EXPORT COMPETITIVENESS ANALYSIS OF NATURAL RUBBER INDONESIA IN THE INTERNATIONAL MARKET Yog Rahmad Syahputra 1, Suard

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN USAHA INDUSTRI KEMPLANG RUMAH TANGGA BERBAHAN BAKU UTAMA SAGU DAN IKAN (THE ANALYSIS OF ADDED VALUE AND INCOME OF HOME INDUSTRY KEMPLANG BY USING FISH AND TAPIOCA AS

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 42 III METODE PENELITIAN 31 Kerangka Pemkran Wlayah perbatasan merupakan wlayah yang unk karena aktvtas masyarakatnya selalu dpengaruh oleh negara lannya sebagamana dkemukakan Bappenas (2005) bahwa permasalahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 0 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB V STATISTIKA Dra.Hj.Rosdah Salam, M.Pd. Dra. Nurfazah, M.Hum. Drs. Latr S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Wdya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n akan menjelaskan latar belakang pemlhan metode yang dgunakan untuk mengestmas partspas sekolah. Propns Sumatera Barat dplh sebaga daerah stud peneltan. Setap varabel yang

Lebih terperinci

(Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta) Kata kunci: upah minimum, kesempatan kerja, pendapatan, Input-Output

(Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta) Kata kunci: upah minimum, kesempatan kerja, pendapatan, Input-Output Jurnal Ekonom & Penddkan, Volume 2 Nomor 2, Desember 2005 DAMPAK KENAIKAN UPAH MINIMUM PROPINSI TERHADAP KESEMPATAN KERJA (STUDI KASUS PROPINSI JAWA TENGAH) Oleh: Mamun Sholeh (Staf Pengajar Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

PEMILIHAN LAHAN TERBAIK UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING

PEMILIHAN LAHAN TERBAIK UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING Semnar Nasonal Inovas Dan Aplkas Teknolog D Industr 2017 ISSN 2085-4218 ITN Malang, 4 Pebruar 2017 PEMILIHAN LAHAN TERBAIK UNTUK TANAMAN KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING Helza

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JAYAPURA Sensus Penduduk 2010 merupakan sebuah kegatan besar bangsa Badan Pusat Statstk (BPS) berdasarkan Undang-undang Nomor 16

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Mutu sekolah merupakan hasl yang dcapa oleh knera sekolah. Dalam bdang akademk, mutu sekolah dkatkan dengan mutu lulusan sekolah. Indkator mutu lulusan sekolah umumnya menggunakan

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a Lecture 2: Pure Strategy A. Strategy Optmum Hal pokok yang sesungguhnya menad nt dar teor permanan adalah menentukan solus optmum bag kedua phak yang salng bersang tersebut yang bersesuaan dengan strateg

Lebih terperinci

OPTIMASI MASALAH PENUGASAN. Siti Maslihah

OPTIMASI MASALAH PENUGASAN. Siti Maslihah JPM IIN ntasar Vol. 01 No. 2 Januar Jun 2014, h. 95-106 OPTIMSI MSLH PNUGSN St Maslhah bstrak Pemrograman lner merupakan salah satu lmu matematka terapan yang bertuuan untuk mencar nla optmum dar suatu

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemodelan persamaan struktural atau Structural Equation Modeling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemodelan persamaan struktural atau Structural Equation Modeling BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pemodelan Persamaan Struktural Pemodelan persamaan struktural atau Structural Equaton Modelng (SEM) merupakan analss multvarat yang dapat menganalss hubungan varabel secara

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa

BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I. Kesulitan ekonomi yang tengah terjadi akhir-akhir ini, memaksa BAB IV CONTOH PENGGUNAAN MODEL REGRESI GENERALIZED POISSON I 4. LATAR BELAKANG Kesultan ekonom yang tengah terjad akhr-akhr n, memaksa masyarakat memutar otak untuk mencar uang guna memenuh kebutuhan hdup

Lebih terperinci

PowerPoint Slides by Yana Rohmana Education University of Indonesian

PowerPoint Slides by Yana Rohmana Education University of Indonesian SIFAT-SIFAT ANALISIS REGRESI PowerPont Sldes by Yana Rohmana Educaton Unversty of Indonesan 2007 Laboratorum Ekonom & Koperas Publshng Jl. Dr. Setabud 229 Bandung, Telp. 022 2013163-2523 Hal-hal yang akan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMASTER PERTAMA DENGAN MOTODE REGRESI LOGISTIK BINER

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMASTER PERTAMA DENGAN MOTODE REGRESI LOGISTIK BINER UNIVERSITAS DIPONEGORO 013 ISBN: 978-60-14387-0-1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PRESTASI MAHASISWA FSM UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMASTER PERTAMA DENGAN MOTODE REGRESI LOGISTIK BINER Saftr Daruyan

Lebih terperinci

Perbandingan Fase Bulan dan Jarak Bulan ke Bumi Pada Kejadian Erupsi Gunung Berapi di Indonesia dengan Menggunakan Uji Kruskal Wallis

Perbandingan Fase Bulan dan Jarak Bulan ke Bumi Pada Kejadian Erupsi Gunung Berapi di Indonesia dengan Menggunakan Uji Kruskal Wallis PROSIDING SNIPS 016 Perbandngan Fase Bulan dan Jarak Bulan ke Bum Pada Keadan Erups Gunung Berap d Indonesa dengan Menggunakan U Kruskal Walls Dwma Rndy Atka 1a dan RB. Farya Hakm b Departement of Statstcs

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Prosdng Semnar Nasonal Manajemen Teknolog III Program Stud MMTITS, Surabaya 4 Pebruar 2006 PENJADWALAN PRODUKSI d PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Mohammad Khusnu Mlad, Bobby Oedy P. Soepangkat, Nurhad Sswanto

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

III. KERANGKA TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 46 III. KERANGKA TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTEI 3.. Kerangka Teor 3... Tabel Input-Output, Perekonoman Wlayah dan Industr Tabel Input-Output (Tabel I-O) telah dkenal sejak pertengahan abad ke-8,

Lebih terperinci

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM 1) Membuat dstrbus frekuens. 2) Mengetahu apa yang dmaksud dengan Medan, Modus dan Mean. 3) Mengetahu cara mencar Nla rata-rata (Mean). TEORI PENUNJANG

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tnjauan Teorts 2.1.1 Saham Menurut Anoraga (2006:58) saham adalah surat berharga bukt penyertaan atau pemlkan ndvdu maupun nsttus dalam suatu perusahaan. Saham berwujud selembar

Lebih terperinci

Seemingly Unrelated Regression (SUR) Penderita Penyakit DBD RS. Wahidin Sudirohusodo Dan RS. Stella Maris Makassar

Seemingly Unrelated Regression (SUR) Penderita Penyakit DBD RS. Wahidin Sudirohusodo Dan RS. Stella Maris Makassar Vol. 3, o., -5, Jul 6 Seemngl Unrelated Regresson Penderta Penakt DBD RS. Wahdn Sudrohusodo Dan RS. Stella ars akassar A n s a Abstrak Hubungan antar varabel adalah salah satu hal ang selalu menark dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pengujian pada BAB 5 ASIL DAN PEMBAASAN 5. asl Peneltan asl peneltan akan membahas secara lebh lengkap mengena penyajan data peneltan dan analss data. 5.. Penyajan Data Peneltan Sampel yang dgunakan dalam peneltan n

Lebih terperinci

Penerapan Aljabar Matrik Dalam Analisa Masukan-Keluaran Elistya Rimawati 6)

Penerapan Aljabar Matrik Dalam Analisa Masukan-Keluaran Elistya Rimawati 6) ISSN : 693 73 Penerapan Aljabar Matrk Dala Analsa Masukan-Keluaran Elstya Rawat 6) Abstrak Analsa asukan-keluaran bertolak dar anggapan bahwa suatu sste perekonoan terdr atas sector-sektor yang salng berkatan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bntaro Sektor 7, Bntaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Bangktan perjalanan (Trp generaton model ) adalah suatu tahapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Untuk memperoleh buku ini hubungi:

Untuk memperoleh buku ini hubungi: 2004 Badan Perencanaan Pembangunan Nasonal Untuk memperoleh buku n hubung: Pusat Data dan Informas Perencanaan Pembangunan Jl. Taman Suropat No. 2, Jakarta Pusat 10310 Telepon/Fax: 021-31934973 atau Webste:

Lebih terperinci

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya

Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga di Provinsi Sulawesi Selatan dengan Elastisitasnya Vol. 8, No., 9-101, Januar 01 Hubungan Model Kurva Pengeluaran Konsums Rumah Tangga d Provns Sulawes Selatan dengan Elaststasnya Adawayat Rangkut Abstrak Seleks kurva pengeluaran konsums masyarakat Sulawes

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

PENELUSURAN KERAGAMAN DALAM BLOK PADA RANCANGAN ACAK KELOMPOK DENGAN INTERGRADIEN. Rita Rahmawati Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

PENELUSURAN KERAGAMAN DALAM BLOK PADA RANCANGAN ACAK KELOMPOK DENGAN INTERGRADIEN. Rita Rahmawati Program Studi Statistika FMIPA UNDIP PENELUSURAN KERAGAMAN DALAM BLOK PADA RANCANGAN ACAK KELOMPOK DENGAN INTERGRADIEN Rta Rahmawat Program Stud Statstka FMIPA UNDIP Abstrak Dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL), asums terpentng adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci