Halaman ini sengaja dikosongkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Halaman ini sengaja dikosongkan"

Transkripsi

1 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III Tahun 2009 Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Bank Indonesia Semarang, untuk menganalisis perkembangan ekonomi Jawa Tengah secara komprehensif. Isi kajian dalam buku ini mencakup perkembangan ekonomi makro, inflasi, moneter, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, dan prospek ekonomi Jawa Tengah. Penerbitan buku ini bertujuan untuk: (1) melaporkan kondisi perkembangan ekonomi dan keuangan di Jawa Tengah kepada Kantor Pusat Bank Indonesia sebagai masukan pengambilan kebijakan, dan (2) menyampaikan informasi kepada external stakeholders di daerah mengenai perkembangan ekonomi dan keuangan terkini. Kantor Bank Indonesia Semarang M. Zaeni Aboe Amin Pemimpin Mahdi Mahmudy Deputi Pemimpin Bidang Ekonomi Moneter H. Yunnokusumo Deputi Pemimpin Bidang Perbankan Mohamad M. Toha Deputi Pemimpin Bidang Manajemen Intern dan Sistem Pembayaran Herdiana A.W. Analis Madya Senior Imam Fauzy Pengawas Bank Madya Senior Imam Mustiantoko Kepala Bidang Manajemen Intern Softcopy buku ini dapat di-download dari DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) di website Bank Indonesia dengan alamat KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2009 i

2 Halaman ini sengaja dikosongkan KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2009 ii

3 Kata Pengantar Kondisi perekonomian Jawa Tengah pada triwulan III-2009 telah memperlihatkan indikasi penguatan pemulihan dari dampak krisis keuangan global. Indikasi pemulihan tersebut terlihat sejak triwulan II-2009 dan pada triwulan ini mengalami penguatan. Hal ini tercermin pada beberapa indikator ekonomi makro yang mengalami peningkatan, serta mulai tumbuhnya beberapa sektor yang sempat melambat bahkan mengalami kontraksi pada beberapa triwulan sebelumnya. Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 5,54% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2009 yang sebesar 4,53%. Sementara itu, laju inflasi Jawa Tengah dalam triwulan III-2009 tercatat sebesar 3,20% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan II-2009 sebesar 3,95%. Namun demikian laju inflasi Jawa Tengah tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan laju inflasi nasional triwulan III-2009 sebesar 2,83% (yoy). Walaupun relatif tidak terlalu tinggi, laju inflasi di Jawa Tengah jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya terlihat jauh lebih rendah. Kinerja perbankan (Bank Umum dan BPR) di Provinsi Jawa Tengah pada triwulan III-2009 mengalami perlambatan namun masih tumbuh positif baik secara triwulan maupun tahunan. Hal tersebut tercermin dari perkembangan indikator-indikator utama kinerja perbankan yaitu total aset, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun, dan kredit yang diberikan, serta Loan to Deposits Ratio (LDR). Sementara itu kualitas kredit yang disalurkan perbankan menunjukkan sedikit peningkatan kualitas dan masih berada dalam batas yang dihimbau oleh Bank Indonesia. Perkembangan ekonomi makro regional tersebut di atas menuntut Bank Indonesia untuk meningkatkan kualitas kajiannya. Kajian yang dihasilkan oleh Kantor Bank Indonesia Semarang ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia dalam pengambilan kebijakan moneter dan perbankan secara nasional, dan diharapkan juga menjadi masukan bagi pemerintah daerah dan external stakeholders lainnya di Jawa Tengah. Akhir kata, kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan buku ini khususnya Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah, kalangan perbankan, akademisi, dan instansi pemerintah lainnya di Jawa Tengah serta pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebut satu persatu kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Semarang, November 2009 KANTOR BANK INDONESIA SEMARANG Ttd M. Zaeni Aboe Amin Pemimpin KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2009 iii

4 Halaman ini sengaja dikosongkan KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2009 iv

5 Daftar Isi KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK iii v vii ix RINGKASAN EKSEKUTIF 1 BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Analisis PDRB dari Sisi Permintaan Konsumsi Investasi Perdagangan Luar Negeri Analisis PDRB dari Sisi Penawaran/ Sektoral Sektor Pertanian Sektor Industri Pengolahan Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran Sektor Jasa Sektor Lainnya 17 BOKS Dampak El-Nino Terhadap Produksi Pertanian dan Inflasi 19 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Berdasarkan Kelompok Inflasi Kuartalan Inflasi Tahunan Inflasi Empat Kota di Jawa Tengah Inflasi Kuartalan Inflasi Tahunan Perkembangan Tim Pemantauan dan Pengendalian Harga (TPPH) Provinsi Jawa Tengah 36 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN Intermediasi Bank Umum Penghimpunan Dana Masyarakat Penyaluran Kredit Risiko Kredit Risiko Likuiditas Perkembangan Bank Umum Yang Berkantor Pusat di Jawa Tengah Perkembangan Kondisi Bank Umum di Enam eks Karesidenan di Jawa 51 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2009 v

6 Tengah Perkembangan Kondisi Bank Umum di eks Karesidenan Semarang Perkembangan Kondisi Bank Umum di eks Karesidenan Pekalongan Perkembangan Kondisi Bank Umum di eks Karesidenan Pati Perkembangan Kondisi Bank Umum di eks Karesidenan Banyumas Perkembangan Kondisi Bank Umum di eks Karesidenan Kedu Perkembangan Kondisi Bank Umum di eks Karesidenan Surakarta 3.6 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Perkembangan BPR di Enam eks Karesidenan di Jawa Tengah Perkembangan BPR di eks Karesidenan Semarang Perkembangan BPR di eks Karesidenan Pekalongan Perkembangan BPR di eks Karesidenan Pati Perkembangan BPR di eks Karesidenan Banyumas Perkembangan BPR di eks Karesidenan Kedu Perkembangan BPR di eks Karesidenan Surakarta Perkembangan Perbankan Syariah Kredit UMKM 67 BOKS Pembiayaan Oleh Lembaga Keuangan Bukan Bank 70 BOKS Program Pengembangan Desa Produktif Klaster Bordir dan Konveksi 72 Padurenan, Kudus Melalui Pendekatan Diamond Cluster BOKS Penelitian Dasar Potensi Ekonomi Daerah Dalam Rangka Pengembangan Komoditi Unggulan UMKM di Wilayah eks Karesidenan Pati BAB 4 KEUANGAN DAERAH Realisasi Pendapatan Daerah Realisasi Belanja Daerah 82 BOKS Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan (APBD-P) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai Aliran Uang kartal masuk/ Keluar (Inflow/Outflow) Penyediaan Uang Kartal Layak Edar / Penyediaan Tanda Tidak Berharga (PTTB) Uang Kartal Uang Palsu Transaksi Keuangan Secara Non Tunai Transaksi Kliring Transaksi RTGS BAB 6 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Ketenagakerjaan 93 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2009 vi

7 6.2 Tingkat Kemiskinan Kemiskinan Kesejahteraan Petani 97 BAB 7 PROSPEK PEREKONOMIAN Pertumbuhan Ekonomi Kajian Sektoral Kajian Sisi Penggunaan Inflasi 103 DAFTAR ISTILAH 107 LAMPIRAN INDIKATOR PEREKONOMIAN DAN PERBANKAN JAWA TENGAH 109 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2009 vii

8 Daftar Tabel TABEL 1.1 TABEL 1.2 Pertumbuhan PDRB Jawa Tengah Menurut Jenis Penggunaan (yoy, Persen) Perkembangan PDRB Jawa Tengah Menurut Lapangan Usaha (yoy, Persen) 8 13 TABEL 1.3 Perkembangan Kegiatan Bank (Rp miliar) 17 TABEL 2.1 Inflasi Jawa Tengah Dibandingkan Nasional Tahun TABEL 2.2 Inflasi Jawa Tengah Kuartalan Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa (Persen; qtq) 26 TABEL 2.3 Sub Kelompok Barang dan Jasa dengan Kenaikan Harga Kuartalan (qtq) Tertinggi (Persen) TABEL 2.4 Kondisi Harga Beberapa Komoditas Penting TABEL 2.5 TABEL 2.6 Inflasi Jawa Tengah Tahunan Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa (Persen; yoy) Sub Kelompok Barang dan Jasa dengan Kenaikan Harga Tahunan (yoy) Tertinggi TABEL 2.7 Beberapa Komoditas Penyebab Inflasi Tiap Bulan Pada Triwulan III TABEL 2.8 TABEL 2.9 TABEL 2.10 TABEL 3.1 Beberapa Komoditas Yang Mengalami Penurunan IHK (Deflasi) Pada Triwulan III-2009 Inflasi Kuartalan Empat Kota di Jawa Tengah Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa (persen, qtq) Inflasi Tahunan Empat Kota di Jawa Tengah Menurut Kelompok Barang dan Jasa (persen, qtq) Perkembangan Indikator Perbankan (Bank Umum & BPR) Di Provinsi Jawa Tengah (Miliar Rp) TABEL 3.2 Penyaluran Kredit Modal Kerja Bank Umum Per Sektor Ekonomi 45 TABEL 3.3 Rasio NPLs Per Sektor Ekonomi 47 TABEL 3.4 Rasio NPLs Jenis Kredit Modal Kerja Per Sektor Ekonomi 48 TABEL 3.5 Perkembangan Bank Umum Yang Berkantor Pusat Di Jawa Tengah 51 TABEL 3.6 Perkembangan Bank Umum di Enam eks Karesidenan Jawa Tengah 54 TABEL 3.7 Perkembangan Indikator BPR di Jawa Tengah 55 TABEL 3.8 Perkembangan Linkage Program BPR di Jawa Tengah 58 TABEL 3.9 Perkembangan Indikator BPR di Enam eks Karesidenan Jawa Tengah 65 TABEL 3.10 Perkembangan Indikator Bank Umum dan BPR Syariah di Jawa Tengah 67 TABEL 3.11 Perkembangan Kredit UMKM Jawa Tengah 69 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2009 viii

9 TABEL 4.1 Realisasi Pendapatan Daerah APBD Triwulan III TABEL 4.2 Realisasi Belanja Daerah APBD Triwulan III TABEL 5.1 Temuan Uang Palsu KBI Semarang 90 TABEL 5.2 Perkembangan Transaksi Kliring Lokal di Jawa Tengah 91 TABEL 6.1 Penggunaan Tenaga Kerja Sektoral di Jawa Tengah TW III TABEL 6.2 Indikator Tenaga Kerja Jawa Tengah TABEL 6.3 Penduduk Miskin Jawa Tengah TABEL 6.4 Nilai Tukar Petani di Jawa Tengah TW II TABEL 7.1 Estimasi Laju Inflasi Jawa Tengah Menurut Kelompok Barang dan Jasa (yoy, Persen) 106 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2009 ix

10 Daftar Grafik GRAFIK 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi 7 GRAFIK 1.2 Perkembangan Indeks Kepercayaan Konsumen 9 GRAFIK 1.3 Perkembangan Kredit Konsumsi, NPL Jenis Kredit Konsumsi dan 10 Pertumbuhan qtq Kredit Konsumsi Bank Umum di Jawa Tengah GRAFIK 1.4 Perkembangan Posisi Giro Milik Pemerintah pada Bank Umum di 10 Wilayah Jawa Tengah GRAFIK 1.5 Penjualan Semen di Jawa Tengah 11 GRAFIK 1.6 Perkembangan Ekspor Jawa Tengah Bulanan 12 GRAFIK 1.7 Perkembangan Ekspor Jawa Tengah Triwulanan 12 GRAFIK 1.8 Perkiraan Produksi Tabama di Jawa Tengah 14 GRAFIK 1.9 Indeks Produksi Industri Pengolahan Minyak di Jawa Tengah 15 GRAFIK 1.10 Perkiraan Penjualan Listrik PLN di Jawa Tengah 15 GRAFIK 1.11 Perkembangan Indeks Riil Penjualan Eceran 16 GRAFIK 1.12 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektor Jasa oleh Bank Umum di 17 Jawa Tengah GRAFIK 1.13 Indeks Produksi Air Bersih di Wilayah Jawa Tengah 18 GRAFIK 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Jawa Tengah dan Nasional 24 GRAFIK 2.2 Perkembangan Inflasi Jawa Tengah Secara Kuartalan (qtq) dan 24 Tahunan (yoy) GRAFIK 2.3 Beberapa Komoditas Hasil SPH di KBI Semarang 27 GRAFIK 2.4 Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Strategis Hasil Survei 32 Pemantauan Harga (SPH) Mingguan di Kota Semarang GRAFIK 2.5 Perkembangan Ekspektasi Inflasi Hasil Survei Konsumen dan Inflasi 33 Tahunan Aktual di Jawa Tengah GRAFIK 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum 41 GRAFIK 3.2 Perkembangan Aset Bank Umum Menurut Kelompok Bank 41 GRAFIK 3.3 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum 42 GRAFIK 3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum menurut Kelompok 42 Bank GRAFIK 3.5 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Perbankan Bank Umum 42 GRAFIK 3.6 Perkembangan Komposisi Kepemilikan Dana Pihak Ketiga 42 GRAFIK 3.7. Perkembangan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan 43 GRAFIK 3.8. Perkembangan Kredit Bank Umum Menurut Kelompok Bank 43 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2009 x

11 Pemerintah, Swasta dan Asing GRAFIK 3.9. Perkembangan Suku Bunga Kredit Bank Umum Menurut Jenis 44 Penggunaan GRAFIK Perkembangan Kredit Bank Umum dan Rasio NPLs 47 GRAFIK Perkembangan Rasio NPLs Kredit Berdasar Jenis Penggunaan 47 GRAFIK Perkembangan Cash Ratio Bank Umum di Jawa Tengah 49 GRAFIK Komposisi DPK Bank Umum Triwulan III GRAFIK Perkembangan Produk BPR di Jawa Tengah TW III GRAFIK Kredit BPR Berdasarkan Penggunaan Jawa Tengah TW III GRAFIK Kredit BPR Berdasarkan Sektor Jawa Tengah TW III GRAFIK Kredit BPR Berdasarkan Plafon Jawa Tengah TW III GRAFIK Kinerja BPR di Jawa Tengah TW III GRAFIK Status Kredit BPR di Jawa Tengah TW III GRAFIK Komposisi Aset BPR di eks Karesidenan Semarang TW III GRAFIK Komposisi DPK BPR di eks Karesidenan Semarang TW III GRAFIK Komposisi Kredit BPR di eks Karesidenan Semarang TW III GRAFIK Komposisi Aset BPR di eks Karesidenan Pekalongan TW III GRAFIK Komposisi DPK BPR di eks Karesidenan Pekalongan TW III GRAFIK Komposisi Kredit BPR di eks Karesidenan Pekalongan TW III GRAFIK Komposisi Aset BPR di eks Karesidenan Pati TW III GRAFIK Komposisi DPK BPR di eks Karesidenan Pati TW III GRAFIK Komposisi Kredit BPR di eks Karesidenan Pati TW III GRAFIK Komposisi Aset BPR di eks Karesidenan Kedu TW III GRAFIK Komposisi DPK BPR di eks Karesidenan Kedu TW III GRAFIK Komposisi Kredit BPR di eks Karesidenan Kedu TW III GRAFIK Komposisi Aset BPR di eks Karesidenan Surakarta TW III GRAFIK Komposisi DPK BPR di eks Karesidenan Surakarta TW III GRAFIK Komposisi Kredit BPR di eks Karesidenan Surakarta TW III GRAFIK Komposisi Aset BPR di eks Karesidenan Banyumas TW III GRAFIK Komposisi DPK BPR di eks Karesidenan Banyumas TW III GRAFIK Komposisi Kredit BPR di eks Karesidenan Banyumas TW III GRAFIK Perkembangan Indikator Perbankan Syariah di Jawa Tengah TW III KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2009 xi

12 GRAFIK Kinerja Bank Syariah di Jawa Tengah TW III-2009 Berdasarkan LDR 66 dan NPLs GRAFIK Perkembangan Kredit UMKM dan Total Kredit 68 GRAFIK Perkembangan Kredit UMKM Menurut Jenis Penggunaan 68 GRAFIK Komposisi Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Ekonomi Triwulan III GRAFIK Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan Skala Usaha 68 GRAFIK 4.1 Proporsi Pendapatan APBD GRAFIK 4.2 Proporsi Belanja APBD GRAFIK 4.3 Komposisi PAD APBD-P GRAFIK 4.4 Komposisi Dana Perimbangan APBD-P GRAFIK 4.5 Komposisi Belanja Tidak Langsung APBD-P GRAFIK 4.6 Komposisi Belanja Langsung APBD-P GRAFIK 5.1 Perkembangan Inflow dan Outflow Uang Kartal di Jawa Tengah 88 GRAFIK 5.2 Perkembangan PTTB di Jawa Tengah 89 GRAFIK 5.3 Perkembangan Cash Inflow dan PTTB di Jawa Tengah 90 GRAFIK 5.4 Perkembangan Transaksi RTGS di Jawa Tengah 92 GRAFIK 6.1 Penggunaan Tenaga Kerja di Jawa Tengah Triwulan III GRAFIK 7.1 GRAFIK 7.2 GRAFIK 7.3 Prakiraan Inflasi Hasil Survei Konsumen dan Laju Inflasi IHK Aktual (yoy) Ekspektasi Masyarakat Enam Bulan Ke Depan Berdasarkan Survei Konsumen Ekspektasi Pedagang Enam Bulan Ke Depan Berdasarkan Survei Penjalan Eceran KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2009 xii

13 Halaman ini sengaja dikosongkan KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2009 xiii

14 Ringkasan Eksekutif A. GAMBARAN UMUM Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan ini mengalami pertumbuhan yang terus meningkat, di tengah-tengah dampak krisis keuangan global Pertumbuhan ekonomi tahun 2009 mengalami perlambatan berkisar 4,5-5,5% (yoy) Kondisi perekonomian Jawa Tengah pada triwulan III-2009 masih menunjukkan tren pertumbuhan positif dan terus meningkat. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan III-2009 diperkirakan lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Tekanan inflasi menunjukkan kecenderungan penurunan yang cukup signifikan. Sumber tekanan inflasi secara tahunan pada triwulan laporan berasal dari kelompok makanan jadi, kelompok sandang dan kelompok kesehatan. Sedangkan faktor yang mempengaruhi penurunan laju inflasi tahunan dalam triwulan ini adalah kelompok transpor yang mengalami penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) cukup signifikan (-6,90%). Kinerja perbankan (Bank Umum dan BPR) di Provinsi Jawa Tengah pada triwulan III-2009 masih mengalami pertumbuhan walaupun melambat. Secara tahunan, perkembangan indikatorindikator utama kinerja perbankan yaitu total aset, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun, dan kredit yang diberikan, serta Loan to Deposits Ratio (LDR) tumbuh positif. Sementara itu kualitas kredit yang disalurkan perbankan menunjukkan penurunan kualitas walaupun masih berada dalam batas yang dihimbau oleh Bank Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2009 diperkirakan akan mengalami perlambatan dibandingkan tahun 2008, yaitu dalam kisaran 4,5%-5,5%. Semantara itu, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan IV-2009 diperkirakan akan berada dalam kisaran 5,0%-5,5% (yoy), atau sedikit meningkat dari triwulan laporan. B. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH Secara tahunan pada triwulan III-2009, perekonomian Jawa Tengah diperkirakan tumbuh sebesar 5,54% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2009 sebesar 4,53% (yoy). Dari sisi penawaran, pertumbuhan pada triwulan ini terutama didorong oleh pertumbuhan pada sektor Industri Pengolahan, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) serta sektor Jasa. Masa liburan dan proses pemilihan umum merupakan salah satu pendorong KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

15 Kinerja ekspor Jawa Tengah menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan Dari sisi penawaran, sektor pertanian dan PHR memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan pertumbuhan pada sektor-sektor tersebut. Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini, sementara investasi tumbuh relatif stabil serta ekspor juga masih menunjukkan trend pertumbuhan. Konsumsi rumah tangga pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 5,84%, meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II-2009 sebesar 5,25% (yoy). Peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga ini disebabkan oleh faktor musiman yang terjadi pada triwulan III-2009 seperti tahun ajaran baru dan liburan sekolah, bulan puasa dan hari besar keagamaan. Konsumsi pemerintah pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 7,45% (yoy). Kondisi tersebut disebabkan pada triwulan III-2009 telah memasuki paruh kedua tahun anggaran 2009, sehingga realisasi belanja pemerintah pun mulai meningkat. Pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang merupakan cerminan pertumbuhan investasi pada triwulan III-2009 diperkirakan mencapai 5,2% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan angka pertumbuhan investasi pada triwulan II-2009 sebesar 5% (yoy). Peningkatan ini disebabkan oleh beberapa perusahaan telah mulai melakukan investasi dan realisasi belanja modal dari pemerintah terutama untuk pembangunan infrastruktur. Perkembangan ekspor pada PDRB Jawa Tengah triwulan III menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan sebesar 8,44% (yoy), meningkat dibandingkan angka pertumbuhan pada triwulan II-2009 yang mengalami kontraksi sebesar -0,7% (yoy). Kinerja ekspor non migas Jawa Tengah pada triwulan III-2009 tercatat sebesar USD 590,43 juta. Trend peningkatan terlihat dari periode bulanan, nilai dan volume ekspor Jawa Tengah. Secara sektoral, pada triwulan III-2009 sebagian besar sektor perekonomian mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan II Sektor yang memiliki sumbangan terbesar terhadap pertumbuhan diberikan oleh sektor pertanian, sektor PHR serta sektor jasa. Sedangkan secara proporsi, tiga sektor ekonomi utama pembentuk PDRB Jawa Tengah adalah sektor industri pengolahan, sektor PHR serta sektor pertanian yang memiliki pangsa sekitar 70% dari total PDRB Jawa Tengah. Sektor pertanian dalam triwulan III-2009 mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, yaitu sebesar 9,25% (yoy), jauh KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

16 Peningkatan sektor pertanian terutama didukung oleh faktor cuaca lebih tinggi dibandingkan posisi triwulan II-2009 sebesar 4,74% (yoy). Peningkatan ini disebabkan adanya pergeseran musim tanam di awal tahun Sektor Industri pengolahan pada triwulan III-2009 diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 1,73% (yoy). Angka ini mengalami peningkatan dibanding triwulan II-2009 sebesar 1,09%. Kondisi tersebut diantaranya disebabkan oleh mulai membaiknya permintaan luar negeri terutama untuk produk Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) yang menyebabkan kapasitas produksi mengalami peningkatan. Pada triwulan III-2009 sektor PHR diperkirakan tumbuh sebesar 5,95% (yoy), mengalami peningkatan apabila dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2009 yang tercatat sebesar 5,82% (yoy). Peningkatan pertumbuhan ini diperkirakan didorong oleh peningkatan perdagangan ritel karena musim liburan sekolah, efek dari pilpres di awal triwulan III-2009 serta faktor mudik lebaran di akhir triwulan III Inflasi (qtq) dan Inflasi (yoy) menurun cukup signifikan Kinerja perbankan Jawa Tengah menunjukkan perkembangan positif C. PERKEMBANGAN INFLASI Secara tahunan (yoy), tekanan terhadap harga-harga di Jawa Tengah pada triwulan III-2009 mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan II Inflasi tahunan pada triwulan ini tercatat sebesar 3,20% (yoy), menurun dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 3,95%. Sementara itu, secara kuartalan (qtq), inflasi di Jawa Tengah pada triwulan III-2009 adalah sebesar 1,87% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,26%. Sumber tekanan inflasi secara tahunan pada triwulan laporan berasal dari kelompok makanan jadi, kelompok sandang dan kelompok kesehatan. Sementara itu, faktor yang mempengaruhi penurunan laju inflasi tahunan dalam triwulan ini adalah kelompok transpor yang mengalami penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) cukup signifikan (-6,90%). Sementara itu, peningkatan inflasi kuartalan di triwulan laporan disebabkan oleh peningkatan IHK kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi dan kelompok pendidikan. D. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kinerja perbankan (Bank Umum dan BPR) di Provinsi Jawa Tengah pada triwulan III-2009 (posisi Agustus 2009) mengalami pertumbuhan positif baik secara triwulanan maupun secara tahunan. Namun secara KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

17 tahunan, pertumbuhan pada triwulan III-2009 tercatat melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II Indikatorindikator utama kinerja perbankan yaitu total aset, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun, dan kredit yang diberikan mengalami pertumbuhan positif, masing-masing sebesar 2,49%, 0,21%, dan 2,91% (qtq) atau 10,75%, 13,41% dan 10,43% (yoy). Sementara itu kualitas kredit yang diberikan sedikit membaik, yang tercermin dari menurunnya Non Performing Loans-Gross (NPLs) menjadi 3,73%. Sementara itu, LDR perbankan Jawa Tengah secara triwulanan mengalami peningkatan sebesar 2,8% (qtq), namun secara tahunan LDR mengalami penurunan sebesar -2,49% (yoy). Penyebab penurunan LDR secara tahunan diduga karena perbankan lebih selektif dalam menyalurkan kredit sebagai dampak krisis keuangan global. BPR di Jawa Tengah tumbuh sejalan dengan pertumbuhan bank umum walaupun relatif lambat. Hal ini tercermin dari peningkatan indikator-indikator kinerja perbankan yaitu aset, DPK dan kredit yang masing-masing meningkat sebesar 7,59%, 7,07% dan 6,35% (qtq) atau 19,39%, 22,18% dan 17,80% (yoy). Namun LDR BPR pada triwulan ini mengalami sedikit penurunan sebesar -0,82% (qtq) dan - 4,44% (yoy) menjadi 121,20 %. Demikian juga dengan kualitas kredit BPR di Jawa Tengah pada triwulan III-2009 mengalami sedikit penurunan dimana tingkat NPLs pada triwulan III-2009 (9,31%) sedikit naik jika dibandingkan triwulan II-2009 (8,75%). Perkembangan perbankan syariah di Jawa Tengah pada triwulan III-2009 menunjukkan pertumbuhan yang positif walaupun melambat. Beberapa Indikator utama perbankan syariah seperti Aset dan Pembiayaan yang mengalami peningkatan, masing-masing sebesar 2,5% dan 4,93% (qtq) atau 44% dan 37,71% (yoy). Peningkatan ini salah satunya dikarenakan oleh semakin banyaknya kantor perbankan syariah di wilayah Jawa Tengah yang hingga triwulan III-2009 terdapat 41 unit atau bertambah sebanyak 6 unit. Kinerja perbankan syariah pada triwulan III-2009 masih cukup baik, terlihat dari Financing to Deposit Ratio (FDR) yang meningkat menjadi 127,67% serta Non Performing Financing (NPF) perbankan syariah sebesar 3,27 %. Sedangkan DPK perbankan syariah pada triwulan III-2009 mengalami penurunan sebesar -3,30% (qtq). Penurunan DPK tersebut salah satunya dikarenakan adanya penarikan uang tunai milik nasabah untuk menghadapi bulan puasa dan hari raya Lebaran. Pada triwulan III-2009, perkembangan umum sistem KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

18 pembayaran tunai di Jawa Tengah secara tahunan (yoy) mengalami net inflow. Jumlah aliran keluar (outflow) ke KBI-KBI di wilayah Jawa Tengah secara total mengalami peningkatan yang cukup signifikan, namun masih lebih rendah dibandingkan dengan jumlah aliran uang masuk (inflow). Sementara itu, nilai dan volume transaksi pembayaran non tunai melalui Bank Indonesia, yaitu Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS), untuk wilayah Jawa Tengah pada triwulan II 2009 ini mengalami penurunan. E. PROSPEK PEREKONOMIAN Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2009 diperkirakan akan mengalami peningkatan yang cukup signifikan Tekanan inflasi triwulan IV-2009 diperkirakan sedikit menurun Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada tahun 2009 diperkirakan akan mengalami sedikit perlambatan dibandingkan tahun 2008, yaitu dalam kisaran 4,5%-5,5%. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan IV-2009 diperkirakan akan berada dalam kisaran 5%-5,5% (yoy). Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah triwulan III-2009 diperkirakan akan didorong oleh sektor industri pengolahan, sektor PHR, sektor jasa dan sektor bangunan. Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan tetap didorong oleh konsumsi rumah tangga (RT), Konsumsi Pemerintah. Tekanan inflasi Jawa Tengah triwulan IV-2009 diperkirakan akan mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya, dan laju inflasi diproyeksikan akan berada dalam kisaran 2,8% 3,2% (yoy). Perkiraan optimis akan berada dalam angka kisaran 2,8% - 3,0%, sedangkan perkiraan pesimis berada dalam kisaran 3,0% - 3,2%. Tekanan inflasi triwulan IV-2009 diperkirakan akan semakin menurun sejalan dengan menurunnya tekanan harga komoditas volatile foods, tidak adanya tekanan dari sisi permintaan, dan stabilnya nilai tukar rupiah. Meskipun demikian, perlu diantisipasi adanya sedikit tekanan harga dari imported inflation dan komoditas adminitered prices. Faktor potensial yang diperkirakan dapat menjadi pemicu tekanan inflasi triwulan IV-2009 adalah harga gula pasir yang diperkirakan akan mengalami peningkatan hingga akhir tahun, disebabkan oleh berakhirnya masa giling pada bulan November Selain itu, masuknya musim hujan pada triwulan IV dengan curah hujan yang cukup tinggi dikhawatirkan dapat mengganggu pasokan beberapa komoditas penting, khususnya komoditas bahan makanan dan makanan jadi. Tekanan inflasi dari ekspektasi masyarakat diperkirakan juga mengalami penurunan hingga akhir tahun. Dengan demikian, di tengah aktivitas ekonomi yang cenderung melambat dari tahun sebelumnya, laju inflasi hingga akhir tahun 2009 diperkirakan KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

19 akan mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan inflasi tahun 2008, yaitu dari 9,55% menjadi sektar 2,8%-3,20%. Beberapa faktor positif yang diharapkan dapat menyebabkan berkurangnya tekanan harga secara umum antara lain berupa: (a) tetap stabilnya harga BBM dalam negeri meskipun harga minyak internasional meningkat, (b) ketersediaan stok barang kebutuhan pokok yang masih mencukupi, misalnya stok beras di Perum Bulog Jawa Tengah mencukupi hingga 12 bulan ke depan, (c) kurs rupiah yang relatif stabil, (d) relatif rendahnya tekanan dari sisi permintaan, dan (e) ekspektasi masyarakat terhadap perkembangan harga yang cenderung positif hingga enam bulan ke depan. KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

20 Perekonomian Jawa Tengah triwulan III-2009 diperkirakan masih melanjutkan tren pertumbuhan dari triwulan sebelumnya, bahkan pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah diperkirakan mencapai 5,54% (yoy), meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 4,53% (yoy). Kondisi ekonomi nasional yang relatif kondusif, juga sentimen positif perkembangan ekonomi global merupakan salah satu pendorong utama pertumbuhan perekonomian Jawa Tengah pada triwulan ini. Optimisme masyarakat dan ekspektasi positif dunia usaha terhadap kondisi perekonomian, yang diantaranya disebabkan oleh lancarnya proses pemilihan presiden menjadi penyebab pula peningkatan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah ini diperkirakan akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan juga akan tumbuh sebesar 4,4% (yoy). 7 6,5 6 5,5 5 4,5 4 3,5 Jateng Nasional 3 I-04 II-04 III-0 4 IV-04 I-05 II-05 III-0 5 IV-05 I-06 II-06 III-0 6 IV-06 I-07 II-07 III-0 7 IV-07 I-08 II-08 III-0 8 IV-08 I-09 II-09 III-09* Sumber : BPS dan BI, diolah Keterangan : angka pertumbuhan Tw III-09 merupakan angka proyeksi Grafik 1.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

21 Dari sisi sektoral, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan ini. Hal tersebut diantaranya disebabkan oleh mulai membaiknya permintaan luar negeri dan faktor hari besar keagamaan. Sementara itu dari sisi permintaan, pertumbuhan pada triwulan ini terutama didorong oleh pertumbuhan sektor konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah. TABEL 1.1 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH MENURUT JENIS PENGGUNAAN (YOY, PERSEN) No Lapangan Usaha I-08 II-08 III-08 IV-08 I-09 II-09* III-09** Pertumbuhan Year on Year 1 Kons. Rumah Tangga 5,13% 5,11% 6,51% 4,95% 4,92% 5,25% 5,84% a. Makanan 2,37% 2,37% 2,97% 2,77% 2,31% 2,09% 1,98% b. Non Makanan 9,11% 9,02% 11,54% 7,96% 8,44% 9,48% 10,92% 2 Kons. LNP 2,65% 2,12% 6,77% 10,27% 11,89% 10,53% 6,28% 3 Kons. Pemerintah 14,71% 9,32% 8,88% 8,23% 7,86% 6,85% 7,45% 4 P M T B 6,18% 6,14% 7,16% 7,24% 5,34% 5,00% 5,20% 5 Ekspor 2,60% -5,75% 1,52% 2,31% -10,17% -0,70% 8,44% 6 Impor 16,06% -6,28% -12,51% 13,03% -12,90% 6,47% 17,85% PDRB 5,49% 5,96% 6,39% 3,94% 4,21% 4,53% 5,54% Sumber : KBI Semarang dan BPS Provinsi Jawa Tengah (data PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000) Keterangan : *) angka sementara * *) angka sangat sementara (poyeksi KBI Semarang) 1. Analisis PDRB Jawa Tengah dari Sisi Permintaan Dari sisi permintaan, hampir semua komponen permintaan agregat menunjukkan peningkatan pertumbuhan pada triwulan ini dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini, sementara investasi tumbuh relatif stabil serta ekspor juga masih menunjukkan trend pertumbuhan Konsumsi Konsumsi rumah tangga pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 5,84%, meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II-2009 sebesar 5,25% (yoy). Peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga ini disebabkan pada triwulan III-2009 terdapat beberapa kejadian yang menyebabkan peningkatan konsumsi secara signifikan, yaitu tahun ajaran baru dan liburan sekolah, bulan puasa dan hari besar keagamaan. Ketiga faktor tersebut diperkirakan memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap peningkatan konsumsi rumah tangga. Di sisi lain, terjadi peningkatan daya beli masyarakat, yang tercermin dari KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

22 mulai berkurangnya angka pemutusan hubungan kerja (PHK) dan kembali dipekerjakannya pegawai perusahaan/ buruh terutama di sektor industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dan furniture. Peningkatan daya beli masyarakat juga sebagai akibat adanya gaji ke-13 bagi pegawai negeri sipil serta adanya insentif Tunjangan Hari Raya pada pertengahan triwulan III-2009 sehingga mendorong peningkatan konsumsi rumah tangga. Kondisi politik dan kemanan yang cukup stabil, baik di level regional maupun nasional menciptakan optimisme dan ekspektasi positif masyarakat terhadap kondisi rumah tangga, sehingga secara tidak langsung dapat pula meningkatkan konsumsi. 160,0 140,0 120,0 100,0 80,0 60,0 40,0 20,0 0,0 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Ekspektasi Konsumen (IEK) Optimis Pesimis Jan Fe b Mar Apr Mei Jun Jul Agt Se p Okt Nop Des Jan Fe b Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sept Sumber : Survey Konsumen, Bank Indonesia Grafik 1.2. Perkembangan Indeks Kepercayaan Konsumen Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut tergambar dari hasil Survei Konsumen yang diselenggarakan oleh Kantor Bank Indonesia Semarang pada triwulan III Pada periode tersebut tercatat angka Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) cukup tinggi, bahkan merupakan angka yang tertinggi selama kurun waktu beberapa tahun terakhir. Angka IKK berada di atas 110 selama triwulan III-2009 yang berarti berada pada level yang cukup optimis (optimis bila berada di atas 100 dan pesimis bila angka indeks di bawah 100). Lancarnya proses pemilu presiden, sentimen positif perkembangan indikator perekonomian regional seperti indeks harga saham gabungan, angka inflasi yang terus menunjukkan tren penurunan, nilai tukar yang relatif stabil bahkan cenderung menguat serta berbagai berita positif seputar perbaikan perekonomian global, diperkirakan menjadi penyebab tingginya angka IKK tersebut. KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

23 Peningkatan konsumsi rumah tangga juga tercermin dari pertumbuhan kredit secara triwulanan untuk jenis kredit konsumsi bank umum di Jawa Tengah (Grafik 1.4). Walaupun secara nominal pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi terlihat tidak terlalu signifikan, namun tetap mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan ini antara lain disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan konsumsi masyarakat terhadap barangbarang kebutuhan rumah tangga untuk menghadapi lebaran sehingga sebagian masyarakat menggunakan opsi pembiayaan dari perbankan. Namun demikian, pertumbuhannya tidak terlalu tinggi karena terdapat beberapa tambahan pendapatan bagi masyarakat seperti gaji ke-13 dan Tunjangan Hari Raya Keagamaan. R p T r i l y u n Kredit NPL Pertumb.QtQ 14% 12% 10% 8% 6% R p - T r i ly u n I I I I V I I I I I I I V I I I I I I I V I I I I I I % 2% 0% Sumber : Bank Indonesia Grafik 1.3. Perkembangan Kredit Konsumsi, NPL Jenis Kredit Konsumsi dan Pertumbuhan qtq Kredit Konsumsi Bank Umum di Wilayah Jawa Tengah Sumber : Bank Indonesia Grafik 1.4. Perkembangan Posisi Giro Milik Pemerintah pada Bank Umum di Wilayah Jawa Tengah Konsumsi pemerintah pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 7,45% (yoy), meningkat dibandingkan angka pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut disebabkan pada triwulan III-2009 telah memasuki paruh kedua tahun anggaran 2009, sehingga realisasi belanja pemerintah pun mulai meningkat, walau secara umum belum terlalu tinggi. Berdasarkan hasil penelusuran informasi melalui Focus Group Discussion dan forum lainnya, faktor lain yang mendorong pertumbuhan konsumsi pemerintah adalah mulai berjalannya beberapa program stimulus fiskal yang telah ditetapkan pemerintah pusat. Pada triwulan sebelumnya, program-program stimulus fiskal yang ditetapkan masih belum berjalan dengan baik, diantaranya disebabkan oleh belum adanya petunjuk pelaksanaan yang jelas serta pelaksana program masih dalam tahap mempelajari dan mempersiapkan detail program yang akan dilaksanakan. KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

24 Salah satu indikator yang dapat dipergunakan untuk melihat perkembangan konsumsi pemerintah adalah posisi giro milik pemerintah yang disimpan pada perbankan di Jawa Tengah. Pada Grafik 1.4 terlihat bahwa posisi giro milik pemerintah pada triwulan III-2009 sudah mulai menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan tersebut merupakan indikasi adanya realisasi belanja pemerintah pada triwulan laporan Investasi Pertumbuhan investasi atau pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada triwulan III-2009 diperkirakan mencapai 5,2% (yoy), meningkat dibandingkan angka pertumbuhan investasi pada triwulan II-2009 sebesar 5% (yoy). Berdasarkan hasil liaison yang dilakukan oleh Kantor Bank Indonesia Semarang diperoleh informasi bahwa beberapa perusahaan telah mulai melakukan investasi terutama ditujukan untuk antisipasi peningkatan penjualan di masa mendatang dan pengadaan mesin untuk menunjang produktivitas operasional. Selain itu pada triwulan ini terdapat pula realisasi belanja modal dari pemerintah seperti misalnya mulai berjalannya pembangunan jalan tol Semarang-Solo, permbangunan beberapa sarana infrastruktur lain seperti gedung/ bangunan. Salah satu informasi yang dapat menjadi indikator pertumbuhan investasi diantaranya adalah pertumbuhan konsumsi semen di Jawa Tengah, yang menunjukkan adanya tren peningkatan hingga pertengahan triwulan III-2009 yang mencapai 457 ribu ton. 500 Perkembangan Konsumsi Semen Jawa Tengah Ribuan Ton Jan-0 8 Mar-08 Feb-08 May-08 Apr-0 8 Jun-08 Jul-08 Sep-08 Aug-08 Nov-08 Oct-08 Dec-08 Feb-09 Jan-0 9 Mar-09 May-09 Apr-0 9 Jul-09 Jun-09 Aug-09 Sep-09 Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Grafik 1.5. Penjualan Semen di Jawa Tengah KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

25 1.3. Perdagangan Luar Negeri Perdagangan luar negeri (ekspor-impor dan perdagangan antar pulau) di wilayah Jawa Tengah pada triwulan III-2009 diperkirakan mulai mengalami peningkatan. Perkembangan ekspor 1 pada PDRB Jawa Tengah triwulan III-2009 menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan sebesar 8,44% (yoy), meningkat dibandingkan angka pertumbuhan pada triwulan II-2009 yang mengalami kontraksi sebesar -0,7% (yoy). Sementara itu impor diperkirakan tumbuh sebesar 17,85% (yoy), meningkat cukup signifikan dibandingkan triwulan II-2009 yang tercatat sebesar 6,47% (yoy). Berdasarkan data ekspor dan impor yang diolah dari Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter (DSM) Bank Indonesia, kinerja ekspor non migas Jawa Tengah, yang dalam hal ini hanya merupakan perdagangan luar negeri (tidak termasuk perdagangan antar daerah/pulau), pada triwulan III-2009 (data sampai dengan posisi Agustus 2009) tercatat sebesar USD 590,43 juta. Dari grafik 1.7 dan 1.8, terlihat bahwa secara bulanan dan berdasarkan nilai maupun volume, ekspor Jawa Tengah mulai menunjukkan adanya trend peningkatan setelah beberapa periode sebelumnya mengalami trend penurunan. Hal ini sejalan dengan hasil liaison Bank Indonesia yang menyatakan bahwa mulai terjadi peningkatan permintaan terutama untuk produk Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). N i l a i E k s p o r - Ju t a U S D Nilai Vol V o l u m e e k s p o r - Ju t a a n t o n N i la i I m p o r - J u t a U S D Nilai Vol J a n ' 0 8 F e b '0 8 M r t' 0 8 A p r ' 0 8 M e i' 0 8 J u n ' 0 8 J u l' 0 8 A g s t' 0 8 S e p '0 8 O k t' 0 8 N o v ' 0 8 D e s '0 8 J a n ' 0 9 F e b '0 9 M r t' 0 9 A p r ' 0 9 M e i' 0 9 J u n ' 0 9 J u l' 0 9 A g s t' 0 9 J a n ' 0 8 F e b ' 0 8 M rt ' 0 8 A p r ' 0 8 M e i '0 8 J u n ' 0 8 J u l ' 0 8 A g s t ' 0 8 V o l u m e i m p o r - J u t a a n t o n S e p ' 0 8 O k t ' 0 8 N o v ' 0 8 D e s ' 0 8 J a n ' 0 9 F e b ' 0 9 M rt ' 0 9 A p r ' 0 9 M e i '0 9 J u n ' 0 9 J u l ' 0 9 A g s t ' 0 9 Sumber : DSM Bank Indonesia Grafik 1.6. Perkembangan Ekspor Jawa Tengah Bulanan Sumber : DSM Bank Indonesia *Tw I-2009 s.d. posisi Mei 2009 Grafik 1.7. Perkembangan Ekspor Jawa Tengah Triwulanan Berdasarkan komoditasnya, ekspor unggulan Jawa Tengah adalah pakaian jadi, perabot dan penerangan rumah, kayu dan barang dari kayu serta serat stafel. Komoditas-komoditas tersebut selama beberapa periode terakhir selalu menempati 1 Pengertian ekspor dan impor dalam konteks PDRB adalah mencakup perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar provinsi KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

26 urutan teratas dari nilai ekspor Jawa Tengah. Sementara itu berdasarkan klasifikasi Harmonized System (HS), komoditi impor non migas terbesar di Jawa Tengah adalah kapas, mesin/ pesawat mekanik, serta gandum. 2. Analisis PDRB Sisi Penawaran/ Sektoral Dilihat dari sisi sektoral, pada triwulan III-2009 sebagian besar sektor perekonomian mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan II Berdasarkan kontribusi terhadap pertumbuhan, sektor yang memiliki sumbangan terbesar terhadap pertumbuhan pada triwulan ini adalah sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restauran (PHR) dan sektor jasa. Sedangkan sektor penyumbang terbesar PDRB Jawa Tengah adalah sektor industri pengolahan, sektor perdagangan hotel dan restoran (PHR) serta sektor pertanian. Ketiga sektor tersebut memiliki pangsa sekitar 70% dari total PDRB Jawa Tengah, sehingga apabila terjadi perubahan pada ketiga sektor tersebut akan menimbulkan pengaruh yang cukup signifikan pada arah PDRB Jawa Tengah secara keseluruhan. TABEL 1.2 PERTUMBUHAN PDRB JAWATENGAH MENURUT LAPANGAN USAHA (YOY, PERSEN) No Lapangan Usaha Pertumbuhan Year on Year I-08 II-08 III-08 IV-08 I-09 II-09*) III-09**) 1 Pertanian -3,43% 5,89% 7,09% 13,36% 9,74% 4,74% 9,25% 2 Pertambangan & Penggalian 1,46% 2,03% 5,54% 5,70% 4,96% 5,40% 3,86% 3 Industri Pengolahan 9,51% 5,03% 6,39% -2,37% -2,38% 1,09% 1,73% 4 Listrik, Gas & Air Bersih 5,35% 4,83% 4,86% 4,04% 2,60% 6,39% 5,43% 5 Bangunan 5,45% 6,04% 6,08% 8,44% 7,61% 6,58% 6,66% 6 Perdagangan, Hotel & Restaura 5,46% 5,76% 4,95% 4,26% 4,57% 5,82% 5,95% 7 Pengangkutan & Komunikasi 7,10% 6,67% 9,65% 6,67% 7,11% 7,35% 6,41% 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Pe11,49% 8,32% 6,77% 4,96% 10,01% 8,80% 7,28% 9 Jasa-Jasa 11,20% 8,80% 6,69% 4,46% 7,47% 7,72% 7,74% Total PDRB 5,49% 5,96% 6,39% 3,94% 4,21% 4,53% 5,54% Sumber : BI Semarang dan BPS Provinsi Jawa Tengah (data PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000) Keterangan : *) angka sementara **) angka sangat sementara (proyeksi BI Semarang) 2.1. Sektor Pertanian Sektor pertanian pada triwulan III-2009 mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, yaitu sebesar 9,25% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2009 sebesar 4,74% (yoy). Peningkatan ini diperkirakan karena adanya pergeseran musim tanam di Indonesia sehingga pada triwulan III-2009 panen sudah mulai terjadi di sebagian wilayah Jawa Tengah. Kondisi tersebut tercermin dari prompt indicator perkiraan produksi tanaman bahan makanan Provinsi Jawa Tengah dari Badan Pusat Statistik. Dari data tersebut, terlihat bahwa beberapa jenis hasil tabama mengalami peningkatan produksi KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

27 dibandingkan triwulan II Peningkatan harga komoditas di tingkat nasional maupun internasional sedikit banyak turut pula mendorong peningkatan produksi dan produktivitas sektor pertanian. Laju pertumbuhan yang cukup signifikan ini di luar prediksi Bank Indonesia, hal tersebut diantaranya disebabkan dampak El Nino yang diperkirakan akan berdampak cukup signifikan ternyata tidak terbukti. (lihat boks) Jutaan Ton Perkiraan Produksi Tabama Jawa Tengah IV-07 I-08 II-08 III-08 IV-08 I-09 II-09 III-09**) Sb Kiri- Kedelai Sb Kiri- Kacang Tanah Sb Kiri- Kacang Hijau Sb Kanan- Padi Sb Kanan- Jagung Sb Kanan- Ubi kayu Sumber : BPS, diolah Grafik 1.8. Perkiraan Produksi Tabama Jawa Tengah Ribuan Ton Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup dominan dalam perekonomian Jawa Tengah, selain itu sektor ini juga menyerap jumlah tenaga kerja yang cukup besar. Kondisi tersebut menyebabkan sektor pertanian memiliki posisi yang cukup strategis. Namun demikian, masih terdapat beberapa permasalahan klasik di sektor ini diantaranya seperti masalah suplai bahan pendukung pertanian (pupuk, pestisida dan lain-lain), masalah penyusutan lahan, resiko cuaca yang sulit ditebak dan lain-lain. Kondisi tersebut menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua hingga saat ini, khususnya pemerintah daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani Sektor Industri Pengolahan Sektor Industri pengolahan pada triwulan III-2009 diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 1,73% (yoy). Angka ini mengalami peningkatan dibanding triwulan II-2009 sebesar 1,09%. Setelah beberapa periode yang lalu terjadi kontraksi pada sektor ini yang mengakibatkan kapasitas produksi pada beberapa industri mengalami penurunan, pada triwulan ini diperkirakan kapasitas produksi mulai meningkat. Kondisi tersebut diantaranya disebabkan oleh mulai membaiknya permintaan luar negeri terutama untuk produk TPT. KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

28 Salah satu prompt indicator dari perkembangan sektor industri adalah perkembangan indeks produksi industri pengolahan minyak di Jawa Tengah (Grafik 1.14). Terlihat bahwa indeks mengalami trend peningkatan/ rebound setelah sekitar tiga triwulan sebelumnya mengalami trend penurunan. Peningkatan pada produksi hasil olahan minyak bumi merupakan salah satu indikasi peningkatan aktivitas pada sektor industri. 160,00 150,00 140,00 130,00 120,00 110,00 100,00 Indeks Produksi Industri Pengolahan Minyak di Jawa Tengah 140,52 141,70 141,69 121,27 119,86 131,99 I-08 II-08 III-08 IV-08 I-09 II-09 III-09 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah 140,41 Jutaan KWh I-07 Perkiraan Penjualan Listrik 2.862,61 II , , , ,76 II I -07 IV -07 I-08 II , , ,47 II I -08 IV -08 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah I ,87 II -09* 3.407, ,35 II I -09** Grafik 1.9 Indeks Produksi Industri Pengolahan Minyak di Jawa Tengah Grafik 1.10 Prakiraan Penjualan Listrik PLN di Jawa Tengah Prompt indicator lain dari perkembangan sektor industri pengolahan adalah perkiraan penjualan listrik di Jawa Tengah. Data perkiraan penjualan listrik dari PLN Jawa Tengah menunjukkan trend peningkatan pada triwulan ini, mencapai 3.407,66 Juta KWh seperti terlihat pada grafik Listrik merupakan salah satu input utama yang dipergunakan oleh sebagian besar industri di Jawa Tengah. Sehingga dengan adanya trend peningkatan penjualan listrik tersebut merupakan indikasi pula adanya perkembangan positif pada sektor industri Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) Pada triwulan III-2009 sektor PHR diperkirakan tumbuh sebesar 5,95% (yoy), mengalami peningkatan apabila dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2009 yang tercatat sebesar 5,82% (yoy). Peningkatan pertumbuhan ini diperkirakan didorong oleh peningkatan perdagangan ritel karena efek dari pilpres dan musim liburan sekolah di awal triwulan III-2009, serta faktor mudik lebaran di akhir triwulan III Indikator lain yang menunjukkan peningkatan sektor PHR dapat dilihat dari hasil Survei Perdagangan Eceran (SPE) yang menunjukkan pula tren peningkatan indeks penjualan eceran. Peningkatan indeks penjualan eceran terjadi pada semua kelompok komoditas, terutama kelompok transpor dan komunikasi, kelompok KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

29 sandang dan kelompok bahan makanan. Hal tersebut selaras dengan penyebab peningkatan konsumsi pada triwulan III-2009 yang disebabkan faktor liburan tahun ajaran baru serta faktor hari besar keagamaan Jan-08 Feb-0 8 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Jun-08 Ju l-08 Agust-08 Sep-0 8 Okt-08 Nop-08 De s-0 8 Jan-09 Feb-0 9 Mar-09 Apr-09 Mei-09 Jun-09 Ju l-09 Agust-09 Sep-0 9 Bhn Makanan Mknan Jadi Rumah & Bhn Bakar Sandang Transpor & Kom. Total - sb kanan Sumber : SPE Bank Indonesia Semarang Grafik Perkembangan Indeks Riil Penjualan Eceran 2.4. Sektor Jasa Sektor jasa-jasa pada triwulan ini diperkirakan tumbuh sebesar 7,74% (yoy), meningkat tipis dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2009 yang tercatat sebesar 7,72% (yoy). Peningkatan ini diperkirakan didorong oleh perkembangan sub sektor jasa swasta terutama untuk belanja pemerintah daerah terkait dengan meningkatnya realisasi belanja daerah. Selain itu faktor libur tahun ajaran baru diperkirakan juga turut mendorong pertumbuhan sektor jasa. Salah satu prompt indicator pertumbuhan sektor ini dapat dilihat dari perkembangan kredit sektor jasa oleh bank umum di Jawa Tengah. KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

30 Kredit - TriyunRp 4,5 4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 - II-06 III-06 IV-06 I-07 Kred Jasa NPL Kred Jasa Pertumb QtQ II-07 III-07 ' IV-07 I-08 II-08 III-08 IV-08 I-09 II-09 III-09* 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0-5,0-10,0 NPL& Pertumb Kredit - % Grafik 1.12 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektor Jasa oleh Bank Umum di Jawa Tengah 2.5. Sektor lainnya Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan III diperkirakan tumbuh melambat sebesar 7,28% (yoy). Angka ini mengalami perlambatan dibandingkan dengan angka pertumbuhan pada triwulan II yang tercatat sebesar 8,80% (yoy). Kondisi tersebut diperkirakan disebabkan oleh adanya perlambatan pada sub sektor perbankan, seperti misalnya perlambatan pertumbuhan penyaluran kredit perbankan. Pertumbuhan kredit perbankan pada triwulan III-2009 tercatat sebesar 10,04% (yoy), menurun cukup signifikan dibandingkan pertumbuhan kredit pada triwulan II-2009 yang mencapai sebesar 17,1% (yoy). Perlambatan pertumbuhan kredit ini diduga karena pihak perbankan cukup berhati-hati dalam menyalurkan kreditnya sebagai akibat dari dampak krisis keuangan global. Namun demikian, secara umum kinerja sektor perbankan masih tumbuh cukup baik dan stabil. Walaupun mengalami sedikit perlambatan, beberapa indikator kinerja perbankan, seperti dana pihak ketiga, outstanding kredit, LDR (loan to deposit ratio) serta kualitas kredit yang tercermin dari rasio NPL (non performing loans) masih relatif cukup baik (Tabel 1.3). TABEL 1.3 PERKEMBANGAN KEGIATAN BANK (RP MILIAR) Indikator Usaha Growth Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III* yoy qtq Aset 107,49 111,81 113,26 116,05 118,55 10,30% 2,16% DPK 81,24 86,14 90,14 92,26 91,79 12,99% -0,51% - Giro 11,79 12,30 14,03 14,36 14,44 22,50% 0,59% - Deposito 32,91 33,74 36,98 37,22 36,93 12,22% -0,78% - Tabungan 36,54 40,10 39,13 40,68 40,42 10,60% -0,65% Kredit 77,11 79,33 79,84 82,67 84,85 10,04% 2,64% LDR 94,92% 92,10% 88,57% 89,61% 92,44% - - NPLs 3,40% 3,15% 2,96% 4,02% 4,05% - - Sumber : LBU dan LBPR, Bank Indonesia Keterangan: data masih bersifat sementara KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

31 Pada periode triwulan III-2009, sektor bangunan diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 6,66% (yoy), meningkat dibandingkan angka pertumbuhan triwulan II-2009 sebesar 6,58% (yoy). Kondisi ini diperkirakan didorong oleh mulai terealisirnya proyek-proyek pembangunan fisik pemerintah, misalnya pembangunan jalan tol Semarang Solo seksi I (Semarang- Bawen), pemeliharaan jalan dan beberapa bangunan sarana publik lainnya. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan III-2009 diperkirakan tumbuh sebesar 6,41% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan II Perlambatan ini kemungkinan disebabkan oleh banyaknya program promosi dari berbagai operator telekomunikasi yang menyebabkan pendapatan operator menjadi berkurang. Namun diperkirakan pada triwulan IV-2009 angka pertumbuhan sektor ini akan mengalami peningkatan. Sektor listrik, gas dan air (LGA) diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 5,43% (yoy), sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan II-2009 sebesar 6,39%. Kenaikan tarif PDAM, di Kota Semarang, diperkirakan menjadi salah satu penyebab perlambatan sektor ini. Prompt indicator dari pertumbuhan sub sektor air bersih terlihat dari indeks produksi air bersih di wilayah Jawa Tengah yang menunjukkan adanya perlambatan. (Grafik 1.21 ) ,32 Indeks Produksi Air Bersih 158,98 154,83 152,2 149,27 149,64 145,83 146,89 161,49 162,83 160, I-07 II-07 III-07 IV-07 I-08 II-08 III-08 IV-08 I-09 II-09* III- 09** Sumber : BPS, diolah Grafik 1.13 Indeks Produksi Air Bersih Wilayah Jawa Tengah KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

32 BOKS Dampak El-Nino Terhadap Produksi Pertanian Pemanasan global yang terjadi dewasa ini mengakibatkan perubahan iklim yang cukup drastis pada beberapa tahun terakhir. Untuk wilayah tropis, dampak yang dirasakan adalah perubahan pola cuaca antara musim penghujan dan musim kemarau yang salah satunya berlangsung lebih lama serta meledaknya populasi hama dan penyakit pada tanaman. El-nino adalah penyimpangan iklim yang mengakibatkan musim kemarau berlangsung lebih lama. Berdasarkan informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) provinsi Jawa Tengah, El-nino terjadi ketika massa uap air di perairan wilayah Indonesia bergerak ke arah Pasifik ekuator bagian tengah/timur, sehingga curah hujan di wilayah Indonesia berkurang. Apalagi bila didukung dengan anomali suhu di perairan wilayah Indonesia yang lebih dingin maka tekanan Udara wilayah Indonesia lebih kuat dari tekanan Pasifik sehingga terjadi dorongan massa uap air dari wilayah Indonesia ke Pasifik dan Indonesia mengalami kemarau panjang. Kondisi ini tentu saja akan mempengaruhi produktivitas pertanian dan sosial ekonomi masyarakat karena semakin berkurangnya pasokan air. Berdasarkan data historis BMKG, terdapat 4 periode terjadinya fenomena El-nino terkuat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir yaitu pada tahun 1982/1983, 1986/1987, 1991/1995, dan 1997/1998. Dimana pada tahun 1997/1998 terjadi penurunan produktivitas padi yang cukup signifikan di Jawa Tengah sebagai dampak dari El-nino (Grafik 1). 56,00 55,00 54,00 53,00 52,00 51,00 50,00 49,00 48,00 47,00 46,00 Sumber : BPS El Nino 1997/1998 Produktivitas Padi Jawa Tengah (Ku/Ha) El Nino Grafik 1.1. Produktivitas Padi Jawa Tengah Menurut BMKG, besarnya dampak El-Nino yang dirasakan pada tahun 1997/1998 dikarenakan anomali suhu perairan Indonesia ( C) lebih dingin dari perairan Pasifik ( C) dan tekanan Udara wilayah Indonesia lebih kuat dari KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

33 tekanan Pasifik sehingga terjadi dorongan massa uap air dari wilayah Indonesia ke Pasifik dan Indonesia mengalami kemarau panjang. Untuk triwulan III-2009, prediksi BMKG selama bulan Agustus 2009 menunjukkan bahwa El-Nino yang terjadi di Jawa Tengah dalam skala Lemah. Untuk bulan September 2009 skala El-Nino di Jawa Tengah yang terjadi adalah Moderate, dikarenakan terjadi penurunan suhu perairan di wilayah Jawa Tengah namun masih dalam batas normal. Sedangkan untuk bulan Oktober 2009 hingga Januari 2010, El- Nino terjadi dalam skala Moderate-Kuat, namun pada bulan-bulan tersebut di wilayah Jawa Tengah sudah memasuki musim penghujan sehingga diperkirakan terjadi kemunduran awal musim hujan. Relatif tidak berpengaruhnya El-Nino pada triwulan III-2009 dikarenakan oleh suhu perairan Indonesia khususnya Jawa Tengah sama dengan suhu perairan Pasifik Tengah. Sehingga tekanan udara di wilayah Jawa Tengah, sama dengan tekanan udara Pasifik Tengah. Oleh karenanya tidak terjadi aliran massa uap air ke Pasifik Tengah. Selain itu terjadi juga fenomena lain yaitu Dipole Mode yang juga berperan mempengaruhi kondisi kering di wilayah Jawa Tengah. Sumber : BMKG Grafik 1.2. Suhu Perairan Indonesia dan Pasifik 1997 Sumber : BMKG Grafik 1.3. Suhu Perairan Indonesia dan Pasifik 2009 Selain itu, data Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) provinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa kebutuhan air di wilayah Jawa Tengah masih dapat tercukupi. Terlihat dari persentase realisasi waduk kecil dan besar yang mencapai lebih dari 100% (Tabel 1). KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

34 Tabel 1 Volume Waduk di Jawa Tengah Minggu II Oktober 2009 Waduk Volume ( juta m3 ) Rencana Realisasi % Realisasi Besar ,8% Kecil ,3% Sumber : Dinas PSDA Berdasarkan berbagai data dan informasi yang disampaikan, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum El-Nino tidak berdampak signifikan di wilayah Jawa Tengah terutama pada sektor pertanian. Namun sebagai langkah antisipasi, beberapa upaya telah dilakukan oleh instansi dan dinas terkait di wilayah provinsi Jawa Tengah yang diantaranya : (1) Sosialisasi/informasi dini mengenai kondisi cuaca, prakiraan musim kemarau tahun 2009 oleh BMKG melalui berbagai media massa. (2) Optimalisasi/pemberdayaan Perkumpulan Petani Pengguna Air (P3A). (3) Menerapkan pola tanam padi-padi-palawija (daerah irigasi), padi-palawija-palawija (daerah tadah hujan) dan penerapan budidaya padi hemat air seperti SRI dan PTT. (4) Sosialisasi Gerakan Hemat Air melalui optimalisasi irigasi sawah sesuai kebutuhan tanaman dan perbaikan infrastruktur irigasi di tingkat usaha tani. (5) Optimalisasi pemanfaatan bendung, waduk, embung, jaringan irigasi (jides, jitut), air irigasi permukaan, sumur pantek, dan pompa air. KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

35 Halaman ini sengaja dikosongkan KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

36 Secara tahunan (yoy), tekanan terhadap harga-harga di Jawa Tengah pada triwulan III-2009 mengalami penurunan cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan II Inflasi tahunan pada triwulan laporan tercatat sebesar 3,20% (yoy), menurun dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya sebesar 3,95%. Sementara itu, apabila dihitung secara kuartalan (qtq), inflasi di Jawa Tengah pada triwulan III-2009 adalah sebesar 1,87% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,26%. Sumber tekanan inflasi secara tahunan pada triwulan laporan berasal dari kelompok makanan jadi, kelompok sandang dan kelompok kesehatan. Sementara itu, faktor yang mempengaruhi penurunan laju inflasi tahunan pada triwulan ini adalah kelompok transpor yang mengalami penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) cukup signifikan (-6,90%). Sementara itu, peningkatan inflasi kuartalan di triwulan laporan disebabkan oleh meningkatnya IHK kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi dan kelompok pendidikan. Dalam triwulan ini, inflasi kuartalan (qtq) di Jawa Tengah tercatat lebih rendah dari inflasi kuartalan nasional yang tercatat sebesar 2,07% (qtq). Apabila dilihat secara tahunan (yoy), inflasi Jawa Tengah tercatat lebih tinggi dari angka inflasi nasional yang mencapai 2,83% (yoy). Perkembangan ini memberi sinyal kepada pengambil kebijakan ekonomi di Jawa Tengah agar lebih memperhatikan stabilitas harga barang dan jasa. Sebagai perbandingan, laju inflasi Jateng dalam lima tahun terakhir ( ) selalu berada di bawah inflasi nasional. Oleh karena itu, pengendalian inflasi di Jawa Tengah perlu menjadi salah satu program prioritas pemerintah daerah, Bank Indonesia dan instansi terkait yang tergabung dalam Tim Pemantauan dan Pengendalian Harga (TPPH). TABEL 2.1 INFLASI JAWA TENGAH DIBANDINGKAN NASIONAL TAHUN WILAYAH Jateng 4,45 5,75 15,97 6,50 6,24 9,55 Nasional 5,16 6,40 17,11 6,60 6,59 11,06 Sumber: BPS KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

37 Jateng Nasional Sumber: BPS, diolah GRAFIK 2.1. PERKEMBANGAN INFLASI TAHUNAN (YOY) JAWA TENGAH DAN NASIONAL qtq yoy Sumber: BPS, diolah GRAFIK 2.2. PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH SECARA KUARTLAN (QTQ) DAN TAHUNAN (YOY) 2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok Inflasi berdasarkan kelompok barang secara kuartalan menunjukkan peningkatan pada triwulan III Peningkatan inflasi kuartalan pada triwulan laporan ini disebabkan oleh peningkatan permintaan masyarakat pada saat bulan puasa dan hari raya Lebaran, pesta Pilpres pada bulan Juli 2009, dan masuknya tahun ajaran baru pada Juli-Agustus Hal ini terlihat dari penyebab utama inflasi kuartalan Jawa Tengah triwulan ini yang berasal dari komoditas kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi dan kelompok pendidikan. KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

38 Inflasi Kuartalan (qtq) Secara kuartalan, kenaikan harga tertinggi pada triwulan ini terjadi pada kelompok bahan makanan (3,94%), diikuti oleh kelompok makanan jadi (2,49%) dan kelompok pendidikan (2,27%). Dilihat dari sumbangannya terhadap laju inflasi, kelompok bahan makanan memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,84%, diikuti oleh kelompok makanan jadi dan kelompok pendidikan masing-masing sebesar 0,50% dan 0,17%. Berikut ini adalah uraian tiga kelompok barang dan jasa yang mengalami inflasi kuartalan tertinggi tersebut. a. Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan mengalami perubahan IHK yang meningkat pada triwulan ini dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan IHK kelompok bahan makanan terutama disebabkan oleh peningkatan IHK subkelompok bumbu-bumbuan (24,28%), subkelompok daging dan hasil-hasilnya (8,84%), dan subkelompok buahbuahan (5,41%). Sementara itu, subkelompok yang mengalami penurunan IHK adalah subkelompok lemak dan minyak (-3,13%) dan subkelompok ikan diawetkan (- 0,05%). Beberapa komoditas yang memberikan sumbangan inflasi dalam kelompok bahan makanan antara lain adalah telur ayam ras, bawang merah, bawang putih, daging ayam ras, bandeng, udang basah, bayam, pisang, ikan bawal, kentang, susu, wortel, alpukat, minyak goreng, dan ikan kembung. Sedangkan komoditas yang dominan memberikan sumbangan deflasi dalam triwulan ini antara lain adalah beras, apel, cabe rawit, sawi hijau, jeruk, ikan asin belah, kacang panjang, tempe, dan tahu mentah. Sementara itu, pasokan bahan makanan khususnya beras pada triwulan III tercatat mengalami kenaikan. Berdasarkan data Perum Bulog Divisi Regional (Divre) Jawa Tengah, pengadaan stok pangan khususnya beras oleh Bulog mengalami peningkatan. Stok bahan pangan (khususnya beras) yang dimiliki Bulog Jateng sampai dengan September 2009 mencapai sekitar ton atau cukup aman untuk memenuhi konsumsi masyarakat kelas bawah selama 12 bulan ke depan. Total pengadaan beras oleh Bulog Jateng tersebut sudah mencapai sekitar 92% dari prognosa tahun 2009 sebesar ton. b. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Pada kelompok makanan jadi, kenaikan IHK tertinggi terjadi pada subkelompok minuman yang tidak beralkohol (8,72%) dan subkelompok tembakau dan minumal beralkohol (1,84%). Kenaikan ini lebih dipicu oleh tingginya kenaikan harga komoditas gula pasir, rokok kretek, nasi, mie, dan soto. Peningkatan IHK KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

39 kelompok komoditas ini disebabkan oleh kenaikan permintaan masyarakat pada saat bulan puasa dan hari raya Lebaran. c. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kenaikan IHK kelompok pendidikan pada triwulan ini disebabkan oleh peningkatan IHK subkelompok jasa pendidikan (3,18%) dan subkelompok perlengkapan/peralatan pendidikan (1,97%). Komoditas penyumbang inflasi terbesar dalam kelompok ini adalah biaya pendidikan TK, SD, SLTP, SLTA dan Akademi/ Perguruan Tinggi, serta peralatan pendidikan seperti tas sekolah, buku pelajaran, buku tulis dan baju seragam. TABEL 2.2. INFLASI JAWA TENGAH KUARTALAN BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA (PERSEN; QTQ) NO KELOMPOK Sep-08 Des-08 Mar-09 Jun-09 Jul-09 Agt-09 Sep-09 UMUM / TOTAL 2,89 0,28 0,77 0,26 0,72 0,91 1,87 1 BAHAN MAKANAN 3,24 0,07 1,73-1,12 0,76 1,52 3,94 2 MAKANAN JADI 4,63 0,92 1,80 1,86 1,26 1,43 2,49 3 PERUMAHAN 3,32 1,77 1,83 0,28 0,45 0,28 0,35 4 SANDANG 1,71 1,76 3,34-0,53 0,28 0,65 1,28 5 KESEHATAN 0,81 2,56 1,90 0,66 0,46 0,29 0,16 6 PENDIDIKAN 2,66 0,84 0,12 0,05 1,34 1,75 2,27 7 TRANSPOR 0,65-3,92-4,56 0,37 0,34 0,23 1,15 Sumber : BPS, diolah TABEL 2.3. SUBKELOMPOK BARANG DAN JASA DENGAN KENAIKAN HARGA KUARTALAN (QTQ) TERTINGGI (PERSEN) NO KELOMPOK Jun-08 Sep-08 Jun-09 Sep-09 UMUM / TOTAL 3,91 2,89 0,26 1,87 1 BAHAN MAKANAN 2,53 3,24-1,12 3,94 BUMBU-BUMBUAN -0,49-17,58-6,48 24,28 DAGING-DAN HASIL-HASILNYA 7,19 19,07 0,86 8,84 2 MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 1,61 4,63 1,86 2,49 MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL 0,60 0,77 3,81 8,72 TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL 3,02 8,78 0,87 1,84 3 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 4,76 3,32 0,28 0,35 BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR 7,97 6,31 1,17 0,96 PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA 2,11 2,34 0,69 0,49 4 SANDANG 0,12 1,71-0,53 1,28 SANDANG ANAK-ANAK 1,91 1,21 0,66 2,28 SANDANG LAKI-LAKI 0,97 3,20 0,58 1,58 5 KESEHATAN 1,54 0,81 0,66 0,16 PERAWATAN JASMANI DAN KOSMETIKA 2,99 1,27 1,17 0,24 OBAT-OBATAN 0,98 0,29 0,46 0,16 6 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 1,30 2,66 0,05 2,27 JASA PENDIDIKAN 0,05 3,56 0,09 3,18 PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN 2,41 30,84-0,41 1,97 7 TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 10,42 0,65 0,37 1,15 TRANSPOR 17,02 0,76 0,57 1,71 JASA KEUANGAN 0,00 6,57 0,00 0,77 Sumber : BPS, diolah KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

40 Perkembangan harga beberapa komoditas di pasar tradisional dan pasar modern yang menjadi tempat Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh KBI Semarang pada bulan Juli-September 2009 secara umum menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan SPH pada bulan September 2009, peningkatan harga tertinggi dialami oleh bawang putih (16,37%), diikuti oleh gula pasir (13,65%), minyak goreng curah (11,50%), daging ayam ras (10,78%), dan cabe merah (10,72%). Peningkatan harga berbagai komoditas penting yang terpantau dalam SPH KBI Semarang pada triwulan III-2009, searah dengan laju inflasi kuartalan pada triwulan ini yang mengalami peningkatan. Perkembangan harga beberapa komoditas hasil SPH KBI Semarang dapat dilihat dalam Grafik Beras Bawang Merah & Bawang Putih BerasMedium I (IR 64I) BerasMedium I (IR 64II) Beras Super I (Rojolele) Beras Super II (Sentra Ramos) I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V Bawang Merah Bawang Putih I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V Mei-09 Jun-09 Jul -09 Agt-09 Sep-09 Mei-09 Jun-09 Jul -09 Agt-09 Sep Minyak Goreng Gula Pasir Curah Kemasan isi ulang_1 Kemasan isi ulang_2 I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V SHS Putih SHS Kuning Merk I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V Mei -09 Jun-09 Jul-09 Agt-09 Sep-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Agt-09 Sep Daging Sapi Sabun Detergen Bistik Kwalitas biasa I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V Merk_1 Merk_2 I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V Mei-09 Jun-09 Jul-09 Agt-09 Sep-09 Mei-09 Jun-09 Jul-09 Agt-09 Sep-09 Sumber : data mingguan SPH KBI Semarang, diolah GRAFIK 2.3. GRAFIK BEBERAPA KOMODITAS HASIL SPH KBI SEMARANG KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

41 Berdasarkan SPH KBI Semarang tersebut, dapat diperoleh informasi terkait dengan kondisi harga beberapa komoditas penting pada triwulan III-2009 yang dapat dilihat dalam Tabel 2.4. Beras TABEL 2.4. KONDISI HARGA BEBERAPA KOMODITAS PENTING Komoditi Kondisi Harga Faktor Penyebab Keterangan Relatif Stabil dgn kecenderungan menurun - Di beberapa daerah mulai masuk masa panen tahap II, - Stok beras masih cukup - Stok beras di gudang Bulog Jateng mampu memenuhi kebutuhan hingga 10 bulan ke depan Daging sapi Relatif stabil - Permintaan stabiil - Stok daging sapi mencukupi Daging ayam Cenderung - Permintaan - Stok daging ayam meningkat cenderung naik mencukupi Telur ayam ras Relatif stabil - Permintaan stabil - Stok telur mencukupi Minyak goreng Relatif stabil - Stok memadai, permintaan relatif stabil - Pengaruh harga CPO internasional Bawang merah Cenderung - Pasokan memadai menurun - Permintaan stabil Gula pasir Cenderung naik - Belum memasuki masa giling Emas perhiasan Relatif stabil - Pengaruh harga internasional - - Masih panen di daerah pemasok (Brebes, dll) - Kenaikan harga diperkirakan sampai dengan akhir Juni Dilihat dari sumbangannya terhadap laju inflasi kuartalan pada triwulan ini, kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi memberikan sumbangan inflasi terbesar yaitu masing-masing sebesar 0,84% dan 0,50%. Oleh karena itu, pergerakan harga komoditas dalam dua kelompok tersebut perlu dipantau, dicermati dan dikendalikan untuk dapat mengendalikan laju inflasi ke depan. Beberapa komoditas yang perlu terus dipantau dan dikendalikan harganya antara lain beras, minyak goreng, gula pasir, daging ayam ras, telur ayam ras, daging sapi, cabe merah, bawang putih, bawang merah dan kambing. Sumbangan nilai konsumsi beberapa komoditas tersebut sekitar 12% dari total nilai konsumsi yang digunakan untuk menghitung inflasi Jawa Tengah Inflasi Tahunan (yoy) Secara tahunan, inflasi Jawa Tengah pada triwulan III-2009 tercatat sebesar 3,20% (yoy), mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya sebesar 3,95% (yoy). Tekanan harga tertinggi terjadi pada kelompok makanan jadi (7,25%), diikuti oleh kelompok sandang (5,94%), dan kelompok kesehatan (5,37%). Sementara itu, KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

42 kelompok transpor mengalami deflasi sebesar -6,90% (lihat Tabel 2.5.). Pembahasan selanjutnya akan diuraikan 3 (tiga) kelompok barang dan jasa yang mengalami inflasi tahunan tertinggi pada triwulan ini. a. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kenaikan harga pada kelompok makanan jadi bersumber dari kenaikan harga pada subkelompok minuman yang tidak beralkohol (19,57%), serta subkelompok tembakau dan minuman beralkohol (7,06%). Kenaikan pada kelompok ini disebabkan oleh naiknya permintaan masyarakat pada bulan puasa dan hari raya lebaran, serta naiknya harga beberapa bahan baku seperti gandum dan kedelai. Kenaikan IHK subkelompok tembakau dan minuman beralkohol terutama dipicu oleh naiknya harga rokok kretek dan rokok kretek filter. Selain itu, tingginya harga gula pasir, nasi dan mie selama triwulan III-2009 juga menjadi salah satu penyebab kenaikan IHK kelompok makanan jadi. b. Kelompok Sandang Kenaikan IHK pada kelompok sandang terutama bersumber dari kenaikan harga di subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya (16,58%), serta sandang anak-anak sebesar 3,84% (lihat Tabel 2.6). Kenaikan harga barang pribadi dan sandang lainnya terutama disebabkan oleh kenaikan harga emas perhiasan pada periode bulan Agustus-September 2009, sejalan dengan perkembangan harga emas internasional. Sementara kenaikan harga sandang anak-anak disebabkan oleh kenaikan harga baju kaos, celana panjang jeans, sepatu, dan seragam sekolah anak. c Kelompok Kesehatan Kenaikan IHK pada kelompok kesehatan disebabkan oleh kenaikan harga di subkelompok jasa kesehatan (9,80%) dan subkelompok obat-obatan (3,49%). Kenaikan IHK subkelompok jasa kesehatan terutama masih adanya pengaruh dari kenaikan IHK subkelompok jasa kesehatan di Purwokerto (44,19%) karena naiknya tarif rumah sakit dan jasa dokter pada triwulan II Selain itu, kenaikan jasa dokter di kota Semarang dan Surakarta juga mengalami peningkatan pada triwulan III Sementara kenaikan IHK subkelompok perawatan obat-obatan disebabkan oleh kenaikan harga obat dengan resep. KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

43 TABEL 2.5. INFLASI JAWA TENGAH TAHUNAN BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA (PERSEN; YOY) NO KELOMPOK Sep-08 Des-08 Mar-09 Jun-09 Jul-09 Agt-09 Sep-09 UMUM / TOTAL 10,21 9,55 6,94 3,95 2,83 2,80 3,20 1 BAHAN MAKANAN 16,71 12,91 7,76 3,92 2,53 3,22 4,63 2 MAKANAN JADI 13,17 12,90 9,22 9,49 6,83 7,02 7,25 3 PERUMAHAN 12,77 13,46 12,17 7,38 5,20 4,88 4,29 4 SANDANG 8,78 7,06 7,08 6,38 5,80 5,55 5,94 5 KESEHATAN 6,13 7,68 6,97 6,05 5,75 5,56 5,37 6 PENDIDIKAN 4,44 4,93 4,99 3,69 4,40 2,80 3,30 7 TRANSPOR 11,92 7,14 1,92-7,36-7,56-7,67-6,90 Sumber : BPS, diolah Keterangan : angka inflasi per kelompok adalah hasil olahan KBI Semarang berdasarkan data IHK yang diperoleh dari BPS TABEL 2.6. SUBKELOMPOK BARANG DAN JASA DENGAN KENAIKAN HARGA TAHUNAN (YOY) TERTINGGI NO KELOMPOK Jun-08 Sep-08 Jun-09 Sep-09 UMUM / TOTAL 9,01 10,21 3,95 3,20 1 BAHAN MAKANAN 17,33 16,71 3,92 4,63 BUMBU-BUMBUAN 19,51 4,09-12,89 31,34 BUAH-BUAHAN 9,23 12,27 8,76 8,15 2 MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 9,74 13,17 9,49 7,25 MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL 0,87 2,65 10,83 19,57 TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL 11,48 16,89 14,34 7,06 3 PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BHN BAKAR 9,73 12,77 7,38 4,29 BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR 9,50 16,31 10,78 5,20 BIAYA TEMPAT TINGGAL 10,75 12,95 6,34 3,92 4 SANDANG 9,13 8,78 6,38 5,94 BARANG PRIBADI DAN SANDANG LAINNYA 21,78 16,86 16,42 16,58 SANDANG ANAK-ANAK 6,59 5,56 2,76 3,84 5 KESEHATAN 6,40 6,13 6,05 5,37 JASA KESEHATAN 1,45 1,34 9,79 9,80 OBAT-OBATAN 12,78 12,04 3,62 3,49 6 PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA 8,54 4,44 3,69 3,30 JASA PENDIDIKAN 10,01 4,14 4,44 4,06 PERLENGKAPAN / PERALATAN PENDIDIKAN 6,98 34,32 32,29 3,10 7 TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 11,20 11,92-7,36-6,90 JASA KEUANGAN 9,01 16,16 6,69 0,89 SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR 2,10 1,97 0,80 0,57 Sumber : BPS, diolah Keterangan : angka inflasi per kelompok adalah hasil olahan KBI Semarang berdasarkan data IHK yang diperoleh dari BPS Apabila dilihat komoditas penyebab inflasi setiap bulannya, BPS mencatat beberapa komoditas yang menjadi pemicu utama inflasi triwulan ini. Beberapa komoditas yang tercatat sebagai pemicu inflasi dalam kelompok bahan makanan antara lain adalah daging ayam ras, cabe merah, beras, bawang putih, susu, telur ayam ras dan buah-buahan. Dalam kelompok makanan jadi, komoditas yang menjadi pemicu utama inflasi triwulan ini di antaranya gula pasir, rokok kretek, makanan KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

44 ringan, nasi dan mie. Sementara itu, komoditas yang menyumbang inflasi dalam kelompok perumahan antara lain tarif air minum PDAM, bahan bakar rumah tangga, dan upah pembantu rumah tangga. Komoditas yang menyumbang inflasi kelompok pendidikan adalah biaya pendidikan (TK s.d. Perguruan Tinggi) dan perlengkapan pendidikan. Terkait dengan hal tersebut, pemerintah dan pihak terkait perlu hati-hati dalam melakukan perubahan harga komoditas administered prices yang termasuk dalam kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, antara lain tarif air minum PDAM dan bahan bakar rumah tangga (elpiji). Adapun sumbangan nilai konsumsi dua komoditas tersebut sekitar 4,3% dari total nilai konsumsi yang digunakan untuk menghitung inflasi Jawa Tengah. Beberapa komoditas penyebab inflasi Jawa Tengah pada triwulan III-2009 secara lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 2.7. TABEL 2.7. BEBERAPA KOMODITAS PENYEBAB INFLASI TIAP BULAN PADA TRIWULAN III-2009 No Juli Agustus September 1. Kelompok Bahan Makanan Telur ayam ras Bawang merah Bawang putih Daging ayam ras Bandeng Bawal Susu untuk tulang/manula Wortel Alpukat Bawang putih Daging ayam ras Minyak goreng Apel Jeruk 2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan tembakau Ayam goreng Gula pasir Makanan ringan/snack 3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Tarif air minum PAM Tarif air minum PAM Upah pembantu RT Cabe merah Daging ayam ras Jeruk Beras Mie Gula pasir Rokok kretek Nasi Tarif air minum PAM Bahan bakar RT 4. Kelompok Sandang Emas perhiasan 5. Kelompok Kesehatan Pembersih/penyegar 6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Biaya pendidikan TK, SD, SLTP, SLTA Buku pelajaran Tabloid Biaya pendidikan SD, SLTP, SLTA 7. Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Bensin (pertamax / pertamax plus) Sumber : BPS, diolah Perlengkapan pendidikan Namun demikian, BPS juga mencatat beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga atau memberikan andil deflasi pada triwulan ini, antara lain minyak goreng, telur ayam ras, wortel, cabe rawit, dan bayam. Beberapa komoditas yang KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

45 memberikan andil penurunan harga (deflasi) Jawa Tengah pada triwulan III-2009 secara lebih lengkap dapat dilihat dalam Tabel 2.8. TABEL 2.8. BEBERAPA KOMODITAS YANG MENGALAMI PENURUNAN IHK (DEFLASI) PADA TRIWULAN III-2009 Juli Agustus September Minyak goreng Beras Cabe merah Cabe rawit Sawi hijau Ikan asin belah Kacang panjang Tempe Gula pasir Sumber : BPS Bawang merah Bandeng Bayam Wortel Cabe rawit Minyak goreng Bawang merah Telur ayam ras Petai Perkembangan harga beberapa komoditas tersebut sesuai dengan hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan KBI Semarang setiap minggu di beberapa pasar tradisional dan pasar modern di kota Semarang, yang secara umum menunjukkan peningkatan harga selama triwulan III Perkembangan harga beberapa komoditas strategis hasil SPH yang dilakukan KBI Semarang setiap minggu di beberapa pasar tradisional dan pasar modern di kota Semarang dapat dilihat pada Grafik Daging Ayam Ras Ayam Goreng I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V Mei -09 Jun-09 Jul-09 Agt-09 Sep-09 Mei-09 Jun-09 Jul -09 Agt-09 Sep Telur AyamRas Gas Elpiji Ukuran3 kg (axis kiri) Ukuran12 kg (axis kanan) I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V Mei-09 Jun-09 Jul-09 Agt-09 Sep-09 Mei-09 Jun-09 Jul -09 Agt-09 Sep Cabe Merah Besar Cabe Merah Rokok Kretek & Rokok Kretek Filter Cabe Merah Keriting Rokok Kretek_1 Rokok Kretek_ I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V Rokok Kretek Filter I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V Mei-09 Jun-09 Jul -09 Agt-09 Sep-09 Mei-09 Jun-09 Jul -09 Agt-09 Sep-09 GRAFIK 2.4 PERKEMBANGAN HARGA BEBERAPA KOMODITAS STRATEGIS HASIL SURVEI PEMANTAUAN HARGA (SPH) MINGGUAN DI KOTA SEMARANG KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

46 Berdasarkan Survei Konsumen, sebagian besar responden memperkirakan dalam triwulan ini akan terjadi inflasi tahunan yang sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Menurut responden, kenaikan harga diperkirakan akan terjadi pada semua kelompok barang, dengan kenaikan harga tertinggi diperkirakan terjadi pada kelompok kesehatan, disusul oleh kelompok bahan makanan dan kelompok pendidikan. Perkembangan ekspektasi inflasi hasil Survei Konsumen dibandingkan dengan inflasi tahunan Jawa Tengah aktual setiap bulan dapat dilihat pada grafik 2.5. Inflasi Aktual (%) Ekspektasi Inflasi Inflasi Aktual (yoy, %) Ekspektasi Inflasi (indeks) Sumber: KBI Semarang dan BPS Keterangan: indeks = (%turun - % naik) GRAFIK 2.5 PERKEMBANGAN EKSPEKTASI INFLASI HASIL SURVEI KONSUMEN DAN INFLASI TAHUNAN AKTUAL DI JAWA TENGAH 2.2. Inflasi Empat Kota di Jawa Tengah Inflasi kuartalan (qtq) di empat kota di Jawa Tengah (Semarang, Surakarta, Purwokerto, Tegal) pada triwulan ini mengalami peningkatan di semua kota. Sementara itu, laju inflasi tahunan (yoy) di empat kota tersebut pada triwulan ini mengalami penurunan di tiga kota (Semarang, Surakarta dan Purwokerto). Adapun inflasi tahunan satu kota lainnya, yaitu kota Tegal, mengalami peningkatan. Analisis mengenai inflasi empat kota tersebut akan diuraikan di bawah ini Inflasi Kuartalan (qtq) Berdasarkan penghitungan BPS, laju inflasi kuartalan (qtq) empat kota di Jawa Tengah yaitu di kota Semarang, Surakarta, Purwokerto, dan Tegal pada triwulan III masing-masing sebesar 1,96%, 1,21%, 1,17% dan 1,20%. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, BPS mencatat bahwa laju inflasi kuartalan di empat kota tersebut mengalami peningkatan. Hal itu menggambarkan bahwa tekanan harga yang cukup tinggi selama triwulan III-2009 terjadi di semua kota. Berdasarkan kelompok barang dan jasa, BPS mencatat bahwa di kota Semarang, Surakarta dan Tegal, laju inflasi kuartalan pada triwulan III-2009 terutama KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

47 dipicu oleh kelompok bahan makanan, diikuti oleh kelompok makanan jadi dan kelompok pendidikan. Komoditas kelompok bahan makanan yang memberikan sumbangan inflasi cukup nyata adalah yang termasuk pada subkelompok bumbubumbuan. Komoditas dalam kelompok makanan jadi yang mengalami kenaikan harga cukup signifikan terutama yang termasuk dalam subkelompok minuman yang tidak beralkohol. Adapun kenaikan harga dalam kelompok pendidikan terutama disumbang oleh komoditas dalam subkelompok perlengkapan pendidikan. Sementara di kota Purwokerto, laju inflasi kuartalan pada triwulan III-2009 terutama dipicu oleh kelompok pendidikan, diikuti oleh bahan makanan dan kelompok transpor. Kenaikan IHK kelompok pendidikan terutama dipicu oleh subkelompok jasa pendidikan. Kenaikan IHK kelompok bahan makanan terutama disumbang oleh kenaikan harga komoditas dalam subkelompok buah-buahan, yang mengalami peningkatan IHK sebesar 10,61% (qtq). Perkembangan inflasi kuartalan empat kota di Jawa Tengah berdasarkan kelompok barang dan jasa dapat dilihat pada Tabel 2.9. TABEL 2.9. INFLASI KUARTALAN EMPAT KOTA DI JAWA TENGAH BERDASARKAN KELOMPOK BARANG DAN JASA (PERSEN; QTQ) No KELOMPOK Jun-08 Sep-08 Dec-08 Mar-09 Jun-09 Jul-09 Agt-09 Sep-09 SEMARANG UMUM / TOTAL 4,10 2,83 0,18 0,72 0,06 0,69 0,93 1,96 1 BAHAN MAKANAN 1,89 4,25 0,36 1,34-1,78 0,62 1,77 4,41 2 MAKANAN JADI 1,93 3,94 0,98 1,76 1,38 0,98 1,20 2,27 3 PERUMAHAN 5,72 2,19 1,33 2,32 0,40 0,58 0,43 0,47 4 SANDANG 0,37 2,71 1,64 4,02 0,02 0,74 1,06 1,90 5 KESEHATAN 1,28 0,71 2,64 0,79 0,42 0,37 0,36 0,10 6 PENDIDIKAN 1,81 3,58 0,6 0,15-0,08 1,08 1,05 1,84 7 TRANSPOR 9,91 1,02-4,07-4,82 0,57 0,46 0,26 1,34 SURAKARTA UMUM / TOTAL 3,7 1,74 0,13 0,78 0,47 0,65 0,75 1,21 1 BAHAN MAKANAN 2,35 2,06-0,85 3,35 0,92 1,67 1,34 2,05 2 MAKANAN JADI 0,39 0,94 0,29 1,65 0,96 0,82 1,10 2,22 3 PERUMAHAN 3,58 3,98 3,34 0,76 0,03 0,03 0,24 0,30 4 SANDANG -0,06 0,81 0,93 0,67-0,42-0,42-0,08-0,17 5 KESEHATAN 1,54 0,58 3,95 0,01 1,07 0,53 0,03 0,16 6 PENDIDIKAN 0,10 1,56 0,03-4,70 0,19 0,68 1,52 1,58 7 TRANSPOR 12,87-0,22-4,44 0,78 0,10 0,27 0,33 0,68 PURWOKERTO UMUM / TOTAL 4,11 3,53 1,16 0,78 0,11 0,34 0,63 1,17 1 BAHAN MAKANAN 5,02 0,81 2,42 0,97-1,67-0,36 0,14 2,12 2 MAKANAN JADI 2,11 4,79 2,20 1,35 2,52 1,95 1,08 0,65 3 PERUMAHAN 3,41 8,68 1,69-0,30-0,01 0,00 0,54 0,64 4 SANDANG -0,22 0,77 1,26 5,88-1,30-0,28 0,08-0,22 5 KESEHATAN 1,67 1,21 0,24 14,6 1,08 0,73 0,59 0,06 6 PENDIDIKAN 0,39 1,19 2,86 0,14 0,14 0,13 3,08 3,32 7 TRANSPOR 10,66 0,77-4,07-4,33 0,14-0,06-0,07 1,02 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

48 LANJUTAN TABEL 2.9. No KELOMPOK Jun-08 Sep-08 Dec-08 Mar-09 Jun-09 Jul-09 Agt-09 Sep-09 TEGAL UMUM / TOTAL 3,15 5,16 0,45 1,05 1,05 0,71 0,97 1,20 1 BAHAN MAKANAN 4,15 1,94-1,52 1,31-1,06 1,25 3,55 3,18 2 MAKANAN JADI 1,63 16,53 0,86 2,62 5,63 0,81 0,14 1,07 3 PERUMAHAN 2,68 4,55 1,16 1,06 0,35 0,63 0,07 0,01 4 SANDANG -0,58-1,58 4,56 2,61-3,41 1,29 1,07-0,24 5 KESEHATAN 2,78 1,48 1,08 1,09 0,85 0,27 0,25 0,34 6 PENDIDIKAN 0,77 0,82 2,28 0,15 0,42-0,10 1,40 4,33 7 TRANSPOR 8,14 0,30-1,84-2,99 0,05 0,01 0,11 0,31 Sumber : BPS, diolah Keterangan : angka inflasi per kelompok adalah hasil olahan KBI Semarang berdasarkan data IHK yang diperoleh dari BPS Inflasi Tahunan (yoy) Berdasarkan penghitungan BPS, laju inflasi tahunan (yoy) empat kota di Jawa Tengah yaitu di kota Semarang, Surakarta, Purwokerto, dan Tegal pada triwulan III masing-masing sebesar 2,94%, 2,61%, 3,26% dan 5,80%. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, BPS mencatat bahwa laju inflasi di keempat kota tersebut mengalami penurunan, kecuali kota Tegal yang mengalami peningkatan. Berdasarkan kelompok barang dan jasa, BPS mencatat bahwa laju inflasi tahunan di Kota Semarang pada triwulan III-2009 terutama dipicu oleh kenaikan IHK kelompok sandang, kelompok makanan jadi, dan kelompok perumahan dengan kenaikan IHK masing-masing sebesar 8,61%, 8,27% dan 6,38% (lihat Tabel 2.10.). Di kota Surakarta, inflasi tahunan pada triwulan ini terutama dipicu oleh kenaikan IHK kelompok kesehatan (5,94%), diikuti oleh kelompok bahan makanan (5,52%) dan kelompok perumahan (5,40%). Inflasi tahunan kota Purwokerto dalam triwulan laporan terutama disebabkan oleh kenaikan IHK pada kelompok kesehatan sebesar 16,19%, diikuti oleh kelompok makanan jadi (6,88%) dan kelompok pendidikan (6,57%). Sementara itu, kota Tegal dicatat oleh BPS sebagai kota yang memiliki inflasi tahunan tertinggi dibandingkan dengan 3 kota lainnya dalam triwulan ini, yaitu sebesar 5,80%. Dari ketujuh kelompok komoditas, kelompok makanan jadi mengalami kenaikan IHK paling tinggi yaitu mencapai 15,24% (yoy), diikuti oleh kelompok pendidikan dan kelompok bahan makanan masing-masing sebesar 8,19% dan 5,23%. Perkembangan inflasi tahunan kota Tegal yang menjadi inflasi tahunan tertinggi di Jawa Tengah, perlu dicermati dan diantisipasi dengan baik. Posisi kota Tegal sebagai jalur utama lalu lintas barang dari DKI Jakarta, Jabar dan Banten menuju Jawa Tengah maupun sebaliknya, menjadi semakin strategis dalam mempengaruhi pergerakan harga komoditas di kota Tegal dan kota lain di Jawa Tengah.Perkembangan laju inflasi tahunan di empat kota di Jawa Tengah terlihat pada tabel KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

49 TABEL LAJU INFLASI TAHUNAN EMPAT KOTA DI JAWA TENGAH MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA (PERSEN, YOY) No KELOMPOK Jun-08 Sep-08 Dec-08 Mar-09 Jun-09 Jul-09 Agt-09 Sep-09 SEMARANG UMUM / TOTAL 12,50 13,43 10,34 7,20 3,81 3,04 2,76 2,94 1 BAHAN MAKANAN 17,23 17,33 13,83 8,04 4,15 3,08 3,50 4,31 2 MAKANAN JADI 11,48 14,35 14,10 8,86 8,27 7,21 6,90 6,53 3 PERUMAHAN 11,67 13,62 13,58 12,01 6,38 5,14 5,07 4,59 4 SANDANG 11,96 12,38 8,89 9,00 8,61 8,05 7,54 7,75 5 KESEHATAN 7,15 6,85 8,60 5,52 4,63 4,43 4,18 3,99 6 PENDIDIKAN 9,78 5,56 6,09 6,24 4,26 4,66 1,69 2,51 7 TRANSPOR 10,36 11,46 6,69 1,38-7,24-7,44-7,68-6,95 SURAKARTA UMUM / TOTAL 9,13 9,94 6,96 5,53 3,15 1,76 2,15 2,61 1 BAHAN MAKANAN 14,5 14,11 9,34 7,04 5,54 3,16 4,50 5,52 2 MAKANAN JADI 3,28 3,98 4,30 3,29 3,88 3,12 4,00 5,20 3 PERUMAHAN 7,44 11,12 13,65 13,16 9,27 6,12 5,79 5,40 4 SANDANG 4,62 4,55 3,47 2,45 2,09 1,71 0,89 1,09 5 KESEHATAN 4,28 4,35 7,42 6,88 6,39 6,25 6,11 5,94 6 PENDIDIKAN 2,38 1,86 1,89 1,70 1,79 1,79 1,82 1,82 7 TRANSPOR 14,04 13,96 8,22 2,56-9,04-8,93-8,74-8,22 PURWOKERTO UMUM / TOTAL 10,53 11,96 12,06 9,48 5,67 3,02 3,33 3,26 1 BAHAN MAKANAN 21,67 17,01 20,01 9,48 2,51 1,74 1,81 3,84 2 MAKANAN JADI 5,20 10,34 12,40 10,83 11,28 7,30 7,66 6,88 3 PERUMAHAN 5,70 13,84 15,12 13,93 10,17 4,33 4,19 2,02 4 SANDANG 0,25-0,78 3,39 7,80 6,63 6,02 6,72 5,59 5 KESEHATAN 7,10 5,32 3,15 18,22 17,53 17,16 17,09 16,19 6 PENDIDIKAN 9,15 1,96 4,55 4,64 4,37 3,61 6,83 6,57 7 TRANSPOR 12,50 13,40 7,87 2,35-7,38-8,66-8,52-7,15 TEGAL UMUM / TOTAL 12,11 14,63 8,52 6,38 4,99 3,65 3,90 5,80 1 BAHAN MAKANAN 19,49 17,66 8,72 5,92 0,62-1,09 0,21 5,23 2 MAKANAN JADI 14,61 26,71 23,67 22,58 27,41 11,37 12,83 15,24 3 PERUMAHAN 6,60 10,66 11,15 9,75 7,25 4,31 2,51 2,10 4 SANDANG 8,20 3,92 6,13 4,98 1,99 0,85 2,48 5,18 5 KESEHATAN 5,88 6,52 6,87 6,58 4,57 3,44 3,40 3,63 6 PENDIDIKAN 10,82 4,70 4,00 4,08 3,71 8,60 8,02 8,19 7 TRANSPOR 9,08 9,19 6,92 3,29-4,43-4,48-4,63-3,63 Sumber: BPS, diolah Keterangan : angka inflasi per kelompok adalah hasil olahan KBI Semarang berdasarkan data IHK yang diperoleh dari BPS 2.3. Perkembangan Tim Pemantauan dan Pengendalian Harga (TPPH) Provinsi Jawa Tengah Inflasi memegang peranan yang penting bagi perekonomian karena melalui inflasi yang rendah dan stabil maka perekonomian dapat tumbuh berkesinambungan. Pengendalian Inflasi tidak hanya menjadi tugas Bank Indonesia semata, namun juga membutuhkan kerjasama dari dinas dan institusi terkait mengingat Bank Indonesia hanya mampu mengendalikan inflasi dari sisi permintaan, sementara dari sisi penawaran peran pemerintah KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

50 daerah mutlak diperlukan untuk mengendalikan sumber tekanan inflasi yang dipengaruhi oleh komoditas dan karakteristik ekonomi di tiap daerah. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka Bank Indonesia Semarang berinisiatif untuk membentuk suatu forum yang berfungsi untuk saling tukar menukar informasi serta memberikan usulan rekomendasi terkait dengan inflasi kepada Gubernur Jawa Tengah. Tim Pemantau dan Pengendalian Harga (TPPH) merupakan wujud nyata dari forum yang dimaksud. Pembentukan TPPH wilayah provinsi Jawa Tengah diawali oleh penandatanganan nota kesepahaman antara Gubernur Jawa Tengah, Ali Mufiz, dengan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Hartadi A. Sarwono, pada bulan Maret Tujuan dari penandatanganan nota kesepahaman ini adalah untuk mensinergikan pelaksanaan kebijakan perekonomian daerah melalui koordinasi dan rekomendasi serta langkah aktif lain yang memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Jawa Tengah. Kemudian dilanjutkan dengan penetapan peraturan bersama antara Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah dan Pemimpin Bank Indonesia Semarang mengenai pembentukan Forum Koordinasi Pengembangan Ekonomi Jawa Tengah. Pertemuan TPPH provinsi Jawa Tengah diagendakan untuk dilakukan setiap bulan dan mulai dilaksanakan pada Februari Hingga Oktober 2009, pertemuan TPPH provinsi Jawa Tengah telah dilaksanakan sebanyak 9 kali. Secara umum, rekomendasi yang diusulkan kepada Gubernur Jawa Tengah melalui TPPH mengarah kepada langkah-langkah nyata yang berkaitan dengan pengendalian harga beberapa komoditas kebutuhan pokok dengan tingkat fluktuasi yang tinggi, seperti melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai kenaikan tarif pelayanan publik dan ketersediaan pasokan komoditas kebutuhan pokok, antisipasi pengamanan selama masa kampanye pemilu, pelaksanaan pasar murah selama bulan puasa dan menjelang lebaran, dll. Melihat tantangan ke depan yang semakin berat terkait dengan sumber tekanan inflasi baik dari sisi komoditas maupun karakteristik ekonomi maka penguatan TPPH sangat diperlukan. Diharapkan dengan peran TPPH yang semakin kuat maka stabilitas harga komoditas dapat tercapai dan inflasi dapat terkendali dan untuk jangka panjang dapat memberikan manfaat secara luas bagi masyarakat. KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

51 Halaman ini sengaja dikosongkan KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

52 Kinerja perbankan (Bank Umum dan BPR) di Provinsi Jawa Tengah pada triwulan III-2009 (posisi Agustus 2009) mengalami pertumbuhan positif baik secara triwulanan maupun secara tahunan. Namun secara tahunan, pertumbuhan pada triwulan III-2009 tercatat melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II Indikator-indikator utama kinerja perbankan yaitu total aset, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun, dan kredit yang diberikan, serta Loan to Deposits Ratio (LDR) mengalami pertumbuhan positif. Sementara itu kualitas kredit yang diberikan sedikit membaik, yang tercermin dari menurunnya Non Performing Loans-Gross (NPLs). TABEL 3.1. PERKEMBANGAN INDIKATOR PERBANKAN (BANK UMUM & BPR) DI PROVINSI JAWA TENGAH (MILIAR RP) Indikator Usaha 2008 ` 2009 Growth Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III* yoy qtq Aset ,75% 2,49% DPK ,41% -0,21% - Giro ,50% 0,59% - Tabungan ,08% -0,31% - Deposito ,74% -0,40% Kredit ,43% 2,91% LDR (%) 85,62 90,64 94,90 92,16 88,63 89,61 92, NPLs (%) 4,04 3,67 3,23 2,20 4,16 3,87 3, Sumber: LBU dan LBPR, Bank Indonesia *) BPR, Data sementara Secara triwulanan (qtq), aset dan kredit pada triwulan III-2009 tumbuh masing-masing sebesar 2,49% dan 2,91%. Pertumbuhan tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II-2009 yang masing-masing tumbuh 2,56% dan 3,55%. Sementara itu, DPK mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 0,21%, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat positif sebesar 2,43%. Pada triwulan III-2009 ini, kinerja perbankan Jawa tengah relatif mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun demikian, kualitas kredit yang disalurkan pada triwulan ini KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

53 mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan penurunan rasio NPLs dari 3,87% pada triwulan II-2009 menjadi sebesar 3,73%. Krisis keuangan global masih berpengaruh terhadap kinerja perbankan Jawa Tengah khususnya dalam penyaluran kredit. Hal ini ditunjukkan oleh penerapan prudential banking yang lebih ketat, sehingga pertumbuhan penyaluran kredit relatif melambat. Melambatnya penyaluran kredit perbankan yang mempunyai peranan cukup besar dalam pembiayaan sektor riil turut mempengaruhi dunia usaha secara keseluruhan dalam melakukan kegiatan ekonomi. Secara tahunan, aset perbankan di Jawa Tengah (bank umum dan BPR) pada triwulan III-2009 dibandingkan dengan triwulan III-2008 tumbuh sebesar 10,75%. Di sisi lain DPK yang dihimpun meningkat sebesar 13,41% (yoy) sehingga menjadi Rp92,06 triliun. Sementara itu kredit tetap tumbuh walaupun mengalami perlambatan yaitu sebesar 10,43% dari Rp77,04 triliun pada triwulan III-2008 menjadi Rp85,07 triliun pada triwulan III Melambatnya pertumbuhan kredit dibanding DPK menjadikan LDR perbankan Jawa Tengah mengalami penurunan dari 94,90% pada triwulan III-2008 menjadi 92,41% pada triwulan III Namun demikian, LDR perbankan sudah mulai merangkak naik sejak awal tahun 2009 lalu, yaitu pada posisi 88,57% pada triwulan I-2009, meningkat menjadi 89,61% pada triwulan II-2009 dan pada triwulan ini menjadi 92,44%. Penyebab penurunan LDR secara tahunan diduga dikarenakan pembatasan penyaluran kredit oleh industri perbankan Jawa Tengah akibat dampak krisis keuangan global yang masih dirasakan di dunia usaha di Jawa Tengah, sehingga perbankan lebih ketat dalam menerapkan prinsip prudential banking. 3.1 Intermediasi Bank Umum Secara tahunan, aset bank umum di Jawa Tengah pada triwulan III (posisi Agustus 2009) tumbuh sebesar 16,81% menjadi Rp110,10 triliun (Grafik 3.1). Pertumbuhan aset tersebut lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan II-2009 yang sebesar 17,45% (yoy). Secara triwulanan aset perbankan tumbuh sebesar 2,10%, lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan II-09 sebesar 2,55%. Kompisisi aset terbesar bank umum masih disumbang oleh bank pemerintah yaitu sebesar 56,47%. Sedangkan bank swasta nasional dan swasta asing masingmasing memiliki pangsa aset sebesar 40,56% dan 2,97% (Grafik 3.2). KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

54 Triliun R p Total Aset III IV I II III IV I II III* Rp Triliun Pemerintah Swasta Asing Sumber : LBU, Bank Indonesia Total Aset Grafik 3.1. Perkembangan Asset Bank Umum 0 III IV I II III IV I II III Sumber : LBU, Bank Indonesia Grafik 3.2. Perkembangan Asset Bank Umum Menurut Kelompok Bank Penghimpunan Dana Masyarakat Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun bank umum di Jawa Tengah tumbuh positif namun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara tahunan, posisi DPK yang berhasil dihimpun bank umum di Jawa Tengah pada triwulan III-2009 mengalami pertumbuhan sebesar 15,69% sehingga menjadi Rp85,87 triliun. Secara triwulanan, DPK mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 0,69%. Melambatnya pertumbuhan DPK pada triwulan III ini diindikasikan disebabkan oleh penurunan suku bunga simpanan dari kisaran 1,2%-6,8% pada triwulan II-2009 menjadi 1,1%-6,5% pada triwulan III Hal ini mengakibatkan sebagian pemilik dana memindahkan dananya kepada aset yang menawarkan yield yang lebih besar. Selain itu, penurunan pertumbuhan DPK ini juga sebagai akibat adanya penarikan dana oleh sebagian masyarakat untuk menyambut hari raya keagamaan, pendaftaraan sekolah pada tahun ajaran baru. Komposisi DPK terbesar bank umum di Jawa Tengah masih ditempati simpanan tabungan, selanjutnya simpanan deposito, dan simpanan giro (Grafik 3.3.). Simpanan dalam bentuk tabungan tercatat sebesar Rp38,021 triliun (44,28%), diikuti simpanan deposito dan simpanan giro masing-masing sebesar Rp33,40 triliun (38,90%) dan Rp14,44 triliun (16,82%). Low cost deposits atau dana murah (Tabungan dan Giro) masih mendominasi komposisi penghimpunan DPK Perbankan Jawa Tengah yaitu sebesar 61,10% dari keseluruhan komposisi DPK Jawa Tengah. Imbal hasil yang diberikan untuk jenis simpanan Giro dan Tabungan yang dinilai dari tingkat suku bunga yang diberikan relatif rendah, yaitu dalam kisaran 1%-2,5%. Sementara itu, suku bunga deposito dipatok pada kisaran 6,5% (Grafik 3.5). Hal ini sesuai dengan kesepakatan 14 bank besar yang akan mematok suku bunga simpanan tertinggi 150 basis points diatas BI rate. Dari grafik tersebut dapat terlihat KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

55 kecenderungan penurunan suku bunga simpanan dari bulan ke bulan, terutama suku bunga untuk high cost deposits (deposito). Kecenderungan penurunan suku bunga simpanan ini untuk kedepannya diharapkan akan dapat menurunkan suku bunga kredit. Dilihat dari kepemilikannya, nasabah perorangan mempunyai peranan yang dominan terhadap DPK. Pada posisi Agustus 2009, DPK yang dimiliki nasabah perorangan tercatat sebesar Rp65,15 triliun atau memiliki porsi 75,83%, diikuti nasabah sektor swasta lainnya sebesar Rp7,36 triliun atau dengan porsi sebesar 8,58%, perusahaan swasta sebesar Rp7,16 triliun atau 8,35%, dan nasabah Pemerintah Daerah sebesar Rp6,22 triliun atau 7,25%. (lihat Grafik 3.6). Rp Triliun Giro Tabungan Deposito III IV I II III IV I II III Rp Triliun Bank Pemerintah Bank Swasta Bank Asing III IV I II III IV I II III Sumber : LBU, Bank Indonesia Grafik 3.3. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 - SEPT DES MAR JUN SEPT DES MAR JUN AGT Giro Tabungan Deposito 1Bln Sumber : LBU, Bank Indonesia Grafik 3.5. Perkembangan Suku Bunga Simpanan Perbankan Bank Umum Sumber : LBU, Bank Indonesia Grafik 3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Menurut Kelompok Bank 100% 80% 60% 40% 20% 0% III IV I II III IV I II III Pemda Perush. Swasta Perorangan Lainnya Sumber : LBU, Bank Indonesia Grafik 3.6. Perkembangan Komposisi Kepemilikan Dana Pihak Ketiga Bank Umum KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

56 3.1.2 Penyaluran Kredit Kredit yang disalurkan bank umum di Jawa Tengah pada triwulan III tumbuh cukup baik. Secara tahunan, pertumbuhan kredit pada triwulan III mencapai 13,73%, melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan kredit pada triwulan II-2009 dan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang masingmasing sebesar 15,60% dan 29,63%. Pertumbuhan kredit pada triwulan III-2009 merata di semua jenis penggunaan kredit. Kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumsi masing-masing tumbuh sebesar 13,51%, 15,97%, dan 13,60%. Pertumbuhan kredit pada triwulan III-2009 ini disebabkan oleh dorongan kebutuhan konsumsi masyarakat pada bulan Puasa dan Hari Raya Lebaran yang berimbas pada peningkatan realisasi kredit. Selain itu, juga disebabkan oleh adanya beberapa megaproyek yang direalisasikan pada bulan Juli yang salah satunya adalah pemberian kredit sindikasi untuk pembangunan Jalan tol. (Grafik 3.7). Secara triwulanan, kredit pada triwulan III-2009 tumbuh sebesar 2,59%, melambat jika dibandingkan pertumbuhan kredit pada triwulan sebelumnya yang sebesar 3,43%. Berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD) Perbankan Triwulan III-2009 yang diselenggarakan oleh KBI Semarang, melambatnya pertumbuhan kredit di wilayah Jawa Tengah disebabkan oleh beberapa hal antara lain yaitu: (1). Perbankan lebih menerapkan prinsip prudential banking didalam kebijakan penyaluran kreditnya mengingat risiko kredit yang semakin meningkat; (2). Penarikan DPK oleh Pemerintah Daerah untuk merealisasikan proyek di akhir tahun; dan (3). Masih relatif tingginya suku bunga kredit III IV I II III IV I II III Rp T rili un Pemerintah Swasta Nasional Asing III IV I II III IV I II III Modal Kerja - axis kiri Konsumsi - axis kiri Investasi - axis kiri Total kredit - axis kanan Sumber : LBU, Bank Indonesia Grafik 3.7 Perkembangan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan Sumber : LBU, Bank Indonesia Grafik 3.8. Perkembangan Kredit bank Umum Menurut Kelompok Bank Pemerintah, Swasta dan Asing KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

57 Berdasarkan jenis penggunaannya, kredit yang disalurkan perbankan Jawa Tengah masih didominasi oleh kredit modal kerja (Grafik 3.7). Pada triwulan II-2009, komposisi kredit modal kerja (KMK) terhadap penyaluran kredit bank umum di Jawa Tengah masih dominan yaitu sebesar Rp43,64 triliun (56,26%), diikuti kredit konsumsi (KK) sebesar Rp27,86 triliun (35,93%). Sementara itu kredit investasi (KI) hanya sebesar Rp6,05 triliun (7,81%). Dominannya penyaluran kredit modal kerja dibandingkan dengan jenis kredit lainnya cukup menggembirakan, mengingat hal tersebut mengindikasikan adanya perkembangan sektor usaha. Namun demikian, seyogyanya kredit investasi diharapkan dapat tumbuh lebih tinggi daripada jenis kredit lainnya mengingat efek dalam pemberian kredit investasi tidak habis dalam satu cycle usaha. Selain itu, untuk mendapatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta penciptaan lapangan kerja, investasi sangat dibutuhkan. Kecilnya komposisi realisasi kredit investasi terhadap keseluruhan kredit sebagai akibat kredit jenis ini mempunyai jangka waktu yang lebih panjang, sehingga menuntut perbankan mencurahkan perhatian ekstra dalam pengelolaannya. Mengingat karakteristiknya yang berisiko, maka tingkat bunga yang dipatok oleh perbankan untuk kredit investasi lebih tinggi dibandingkan dengan kredit konsumsi. Hal ini juga yang menyebabkan semakin rendahnya realisasi kredit investasi (Grafik 3.9). 30,00 25,00 Persen(%) 20,00 15,00 10,00 5,00 - III IV I II III IV I II III KMK KI KK Sumber : LBU, Bank Indonesia Grafik 3.9. Perkembangan Suku Bunga Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan Kelompok Bank Pemerintah masih mengambil porsi terbesar dalam penyaluran kredit bank umum di Jawa Tengah yaitu sebesar 60,08%, sementara itu, bank swasta nasional dan bank swasta asing hanya mempunyai pangsa masing-masing sebesar 38,26% dan 1,66%. (Grafik 3.8). Hal yang perlu mendapat perhatian adalah kecilnya peranan penyaluran kredit bank swasta nasional dan bank swasta asing yang ditunjukkan oleh nilai Loan to Deposit Ratio (LDR) yang KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

58 pada triwulan III-2009 ini masing-masing hanya sebesar 81,44% dan 42,69%. LDR tersebut relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan LDR bank pemerintah yang mencapai 98,93%. Secara sektoral kredit yang disalurkan terkonsentrasi pada sektor lainnya (konsumtif), sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR), dan sektor industri pengolahan masing-masing dengan pangsa sebesar 36,88%, 33,62%, dan 18,86%. Outstanding kredit pada masing-masing sektor di atas pada triwulan III-2009 adalah Rp28,60 triliun untuk sektor lainnya (konsumsi), Rp26,08 triliun untuk sektor PHR, dan Rp14,63 triliun untuk sektor industri pengolahan. Secara tahunan, kredit seluruh sektor mengalami pertumbuhan dengan pertumbuhan tertinggi dari masing-masing sektor dicapai oleh Sektor Listrik, Gas, dan Air, Sektor Pengangkutan, Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, Sektor Lainnya (konsumtif), dan Sektor Industri Pengolahan. Sektor-sektor inilah yang menjadi sektor andalan perbankan dalam menyalurkan kreditnya dikarenakan tingkat pengembalian yang cukup baik dan return yang cukup tinggi dari ketiga sektor tersebut. Namun demikian, terdapat fenomena yang menarik yang perlu menjadi perhatian kita bersama yaitu kecenderungan perbankan untuk lebih membiayai sektor lainnya (konsumtif) daripada sektor produktif (PHR dan Industri Pengolahan). Pada triwulan III-2009, porsi terbesar kredit modal kerja masih tersalur pada sektor PHR khususnya perdagangan. Secara triwulan, kredit modal kerja tumbuh sebesar 1,78%. Secara sektoral, lebih dari 83,65% KMK tersalur ke dua sektor ekonomi yaitu sektor PHR sebesar Rp23,76 triliun (54,42%) dan sektor industri Rp13,10 triliun (29,23%). Non Performing Loans (NPLs) kedua sektor tersebut masing-masing 3,90% dan 6,33%. NPL KMK sektor industri yang mengalami tren kenaikan cukup tinggi sejak periode Februari 2009 diduga akibat dampak krisis keungan global yang sangat memukul kinerja sektor industri, sehingga menyebabkan kegagalan pembayaran kewajiban angsuran kredit oleh para debitur yang bergerak di sektor industri. TABEL 3.2. PENYALURAN KREDIT MODAL KERJA BANK UMUM PER SEKTOR EKONOMI (RP TRILIUN) Sektor Ekonomi TW III-08 TW IV-08 TW I-09 TW II-09 TW III-09* Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas, &Air Konstruksi PHR Pengangkutan Jasa dunia usaha Jasa sosial masy Lainnya Total KMK Sumber : LBU, Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

59 Rasio kredit terhadap DPK (Loan to Deposit Ratio LDR) mengalami peningkatan. Pada triwulan III-2009, LDR bank umum meningkat dari 87,44% pada triwulan II-2009 menjadi 90,33%. Namun demikian, secara tahunan LDR bank umum pada Agustus 2009 mengalami penurunan dibandingkan dengan posisi triwulan III yaitu dari 91,89% menjadi 90,33%. Hal ini dikarenakan pada Triwulan III-2008 belum terjadi krisis finansial global yang mempengaruhi kinerja perekonomian Indonesia. Dari sisi jenis bank, diharapkan penyaluran kredit bank swasta nasional dan swasta Asing yang selama ini rata-rata nilai LDR masing-masing sebesar 81% dan 42% untuk lebih ditingkatkan, nilai tersebut relatif rendah jika dibandingkan dengan LDR bank Pemerintah yang rata-rata dalam kisaran 98%. Peningkatan penyaluran kredit tersebut juga diharapkan lebih ke arah kredit investasi, mengingat peranannya yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi jangka panjang Risiko Kredit Risiko kredit bank umum di Jawa Tengah mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya, namun mengalami peningkatan dari triwulan III Pada triwulan III-2009 ini risiko kredit bank umum yang salah satunya diukur dari rasio Non Performing Loans (NPLs)-gross mulai mengalami penurunan dan masih berada pada level aman di bawah 5% sesuai himbauan Bank Indonesia. Pada Triwulan III-2008 NPLs bank umum berada di angka 2,64%, dan pada triwulan IV turun menjadi 2,39%, namun pada triwulan III-2009 meningkat menjadi 3,19%. Kondisi NPLs bank umum pada triwulan III-2009 ini mulai membaik dibanding triwulan sebelumnya dengan NPLs sebesar 3,41% (Grafik 3.10). Berdasarkan Focus Group Discussion (FGD) Perbankan yang diselenggarakan oleh KBI Semarang, faktor krisis keuangan global yang mulai terasa sejak triwulan IV masih ditengarai menjadi pemicu meningkatnya kredit non lancar (lihat Boks). Kredit korporasi di Jawa Tengah yang disalurkan kepada para debitur yang mempunyai usaha berorientasi ekspor menjadi kontributor dalam pembentukan NPLs. Selain itu, pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Tengah juga menjadi kontributor pembentuk NPLs. Hal itu dikarenakan para calon legislatif yang bertarung dalam Pilkada menggunakan kredit bank untuk membiayai kampanyenya. NPLs sebagian besar timbul dari debitur calon legislatif yang kalah dalam Pilkada tersebut. Namun demikian, pada triwulan III-2009 ini NPLs bank umum sudah menunjukkan tren yang menurun. Hal ini diindikasikan karena membaiknya kondisi perekonomian secara makro, sehingga prospek usaha mulai membaik. Pada triwulan III-2009, kredit modal kerja menyumbang kredit non lancar terbesar. Apabila dilihat dari jenis penggunaan, kredit modal kerja memiliki NPLs tertinggi, diikuti kredit investasi dan kredit konsumsi. NPLs kredit modal kerja KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

60 bank umum di Jawa Tengah pada triwulan II-2009 sebesar 4,46%, diikuti oleh kredit investasi dan kredit konsumsi masing-masing dengan NPLs sebesar 3,11% dan 1,24% (Grafik 3.11). T o tal K re d it - R p T rili u n III IV I II III IV I II III Sumber : LBU, Bank Indonesia Total kredit Rasio NPL (%) R a si o N P L - p ers e n Pe rse n 7 Modal kerja Investasi Konsumsi III IV I II III IV I II III Sumber : LBU, Bank Indonesia Grafik 3.10 Perkembangan Kredit Bank Umum dan Rasio NPLs Grafik Perkembangan Rasio NPLs Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan TABEL 3.3. RASIO NPLs PER SEKTOR EKONOMI (PERSEN) Sektor Ekonomi TW III-08 TW IV-08 TW I-09 TW II-09 TW III-09* Pertanian 2,96 2,53 2,59 2,67 2,33 Pertambangan 0,65 0,56 19,82 0,74 0,63 Industri 3,72 3,26 7,91 7,27 6,00 Listrik, Gas, &Air 5,64 0,34 0,24 0,08 0,47 Konstruksi 3,42 1,79 2,94 2,82 2,88 PHR 3,69 2,69 3,36 3,70 3,83 Pengangkutan 3,26 2,53 3,02 2,80 2,99 Jasa dunia usaha 2,31 7,21 7,40 2,66 2,84 Jasa sosial masy. 1,91 1,10 1,19 1,02 1,07 Lainnya 1,16 1,09 1,27 1,32 1,37 Total NPLs Kredit 2,64 2,39 3,70 3,41 3,19 Sumber : LBU, Bank Indonesia Sektor Industri mempunyai NPLs tertinggi. (Tabel 3.3.). Secara sektoral, NPLs terbesar didominasi oleh sektor industri, yang nilainya sebesar 6,00%. Sektor Industri di Jawa Tengah merupakan sektor yang paling terimbas krisis finansial global. Selain itu komposisi kredit perbankan umum Jawa Tengah memiliki jumlah kredit yang cukup besar, dan nasabah sektor ini juga merupakan nasabah besar sehingga apabila terdapat beberapa nasabah yang terganggu kemampuan membayar cicilan bunganya, akan sangat berpengaruh terhadap NPLs. Selain sektor industri, sektor lain yang juga mempunyai NPLs cukup tinggi adalah sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) dan sektor Pengangkutan masing-masing sebesar 3,83% dan 2,99%. Kalangan perbankan di Jawa Tengah telah melakukan beberapa upaya dalam KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

61 menekan laju NPLs dengan melakukan penyelamatan kredit melalui 3 R (rescheduling, reconditioning, dan restructuring). TABEL 3.4. RASIO NPLs JENIS KREDIT MODAL KERJA PER SEKTOR EKONOMI (PERSEN) Sektor Ekonomi TW III-08 TW IV-08 TW I-09 TW II-09 TW III-09* Pertanian 2,82 2,41 2,52 2,60 2,33 Pertambangan 0,85 0,71 24,67 0,85 0,69 Industri 3,77 3,22 7,73 7,04 6,33 Listrik, Gas, &Air 1,51 0,35 0,38 0,14 0,99 Konstruksi 3,66 1,94 3,20 2,95 2,99 PHR 3,80 2,71 3,37 3,77 3,90 Pengangkutan 5,29 4,08 3,71 5,37 3,59 Jasa dunia usaha 1,69 4,97 4,73 2,36 2,69 Jasa sosial masy. 1,59 1,44 1,48 1,21 1,38 Lainnya 1,77 2,88 5,32 6,48 6,49 Total NPLs KMK 3,56 2,97 4,87 4,64 2,41 Sumber : LBU, Bank Indonesia Kinerja penyaluran kredit di Jawa Tengah mengalami peningkatan kualitas, dan secara umum risiko kredit bank umum di Jawa Tengah masih cukup rendah. NPLs bank umum Jawa Tengah sampai dengan saat ini masih di bawah level aman menurut Bank Indonesia yaitu pada kisaran 3,41%. Pada triwulan ini kredit tetap tumbuh walaupun melambat, yaitu pada kisaran 15,60% (yoy) dan 3,43% (qtq) dan industri perbankan tetap mampu mengamankan eksposur kreditnya terlihat dari penurunan NPLs triwulan laporan dari triwulan sebelumnya yang sebesar 3,70%. Penerapan sistem manajemen risiko industri perbankan yang lebih responsif dapat menurunkan potensi munculnya risiko kredit. Dari hasil FGD Perbankan yang diselenggarakan KBI Semarang, beberapa bank di Jawa Tengah akan mulai membatasi ekspansi kreditnya dan memfokuskan diri untuk memperbaiki kualitas penyaluran kreditnya. Krisis keuangan global yang terjadi pada triwulan IV-2008 masih harus diwaspadai dampaknya walaupun pada triwulan laporan sudah menunjukkan tren pemulihan. Risiko kegagalan debitur besar dalam memenuhi kewajiban membayar hutang tampaknya masih menjadi salah satu sumber peningkatan rasio NPLs. Selain pemberian kredit, risiko kredit juga dapat bersumber dari berbagai aktivitas Bank, antara lain penyaluran kredit yang terkonsentrasi pada sektor-sektor yang memiliki nasabah besar yang berisiko tinggi terhadap fluktuasi perekonomian nasional dan internasional. KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

62 3.3. Risiko Likuiditas Risiko likuiditas bank umum di Jawa Tengah masih dalam batas aman dan terkendali. Hal ini terlihat dari mulai meningkatnya cash ratio yang mengindikasikan kemampuan industri perbankan Jawa Tengah untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya masih cukup baik. Pada triwulan ini cash ratio perbankan sebesar 9,45%, meningkat dibandingkan triwulan II-2009 yang sebesar 8,05%. Hal ini menjadi perhatian karena selama tiga triwulan sebelumnya, cash ratio perbankan cenderung mengalami penurunan. Industri perbankan harus dapat menjaga keseimbangan antara sisi aset dan sisi liabilitis melalui manajemen likuiditas yang baik. Alat Likuid yang dimiliki Bank umum Jawa Tengah pada Triwulan III-2009 adalah sebesar Rp8,11 triliun. Komposisi aset likuid perbankan pada Triwulan III-2009 ini terbesar dalam bentuk kas sebesar 49,61%, penempatan pada Bank Indonesia sebesar 27,87%, dan penempatan pada bank lain sebesar 22,52% (Grafik 3.12). Penempatan alat likuid bank di Bank Indonesia dalam bentuk SBI mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 86,11% (yoy). Hal ini menjadi ironis disaat kondisi perbankan mengalami keketatan likuiditas yang disebabkan bukan karena dananya disalurkan dalam bentuk kredit produktif, namun disimpan dalam bentuk SBI. 12,00 10,00 Persen (%) 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 I II III IV I II III cash ratio Sumber: LBU, Bank Indonesia Grafik Perkembangan Cash Ratio Bank Umum di Jawa Tengah Apabila dilihat dari jangka waktu penyimpanan, hampir seluruh DPK bank umum di Jawa Tengah adalah low cost deposit (dana murah) dan berjangka pendek. Komposisi DPK secara berurutan dari terbesar adalah simpanan tabungan (44,28%), simpanan deposito (38,89%), dan simpanan giro (16,82%). Bila dirinci lagi, simpanan deposito dengan jangka waktu kurang dari 6 bulan sebesar 35,27% dari total DPK atau 90,68% dari deposito. Struktur DPK perbankan Jawa Tengah yang didominasi oleh dana jangka pendek membuat perbankan di Jawa Tengah berfikir ulang untuk menyalurkan kreditnya di sektor produktif (Kredit Modal Kerja dan Kredit Investasi) yang biasanya berjangka menengah atau panjang. Jika dana yang tersedia KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

63 diperkirakan tidak akan mencukupi, perbankan sebaiknya mulai menahan ekspansi kreditnya karena dikhawatirkan akan terjadi missmatch. Deposito < 6 bln; 35,27% Deposito > 6 bln; 3,62% Giro; 16,82% Tab; 44,28% Giro Tab Deposito < 6 bln Deposito > 6 bln Grafik Komposisi DPK Bank Umum Triwulan III Perkembangan Bank Umum Yang Berkantor Pusat Di Jawa Tengah Perkembangan bank umum yang berkantor pusat di Jawa Tengah pada triwulan III-2009 mengalami pertumbuhan yang melambat. Total aset kedua bank tersebut tercatat sebesar Rp15,58 triliun atau meningkat sebesar 9,88% (yoy), namun peningkatan tersebut tercatat lebih rendah daripada triwulan sebelumnya yang sebesar 15,42% (yoy). Namun demikian, kondisi ini malah meningkatkan porsi bank umum yang ber kantor pusat di Jawa Tengah terhadap total aset bank umum di Jawa Tengah dari 13,81% pada triwulan II-2009 menjadi 14,15 %pada triwulan III Hal ini dikarenakan perlambatan pertumbuhan tersebut sejalan dengan melambatnya kondisi perbankan secara umum di Jawa Tengah. Secara tahunan DPK yang berhasil dihimpun pada Agustus 2009 tercatat sebesar Rp13,59 triliun, atau meningkat sebesar 22,00% dibanding dengan Agustus Secara triwulanan, DPK mengalami peningkatan yang cukup baikl yaitu 4,41%. Secara tahunan, Kredit yang disalurkan oleh bank umum yang berkantor pusat di Jawa Tengah mengalami pertumbuhan sebesar 9,28 % (yoy) dan 2,78% (qtq), walaupun mengalami penurunan dari triwulan II-2009 yang sebesar 12,96% (yoy) dan 4,27% (qtq). Secara triwulanan, pertumbuhan kredit yang tumbuh melambat daripada pertumbuhan DPK menjadikan LDR bank mengalami penurunan dari 80,34% pada triwulan II-2009 menjadi 79,09% pada triwulan III KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

64 TABEL 3.5. PERKEMBANGAN BANK UMUM YANG BERKANTOR PUSAT DI JAWA TENGAH (RP MILIAR) Pert. AGT ' INDIKATOR USAHA (%) Tw.III Tw.IV Tw.I Tw.II Tw.III yoy qtq Aset ,88% 4,61% Share thd BU Jateng (%) 14,18 13,02 14,13 13,8 14,15 - DPK ,00% 4,41% Giro ,40% -3,91% Tabungan ,91% 2,03% Deposito ,23% 12,77% Share thd BU Jateng (%) 14,57 11,90 15,16 15,29 15, Kredit ,28% 2,78% Share thd BU Jateng (%) 13,85 13,54 13,66 13,77 13, LDR (%) 88,29 102,84 77,98 80,34 79, NPL (%) 0,47 0,26 0,25 0,36 0, Sumber : LBU, Bank Indonesia 3.5. Perkembangan Kondisi Bank Umum di 6 Eks. Karisidenan di Jawa Tengah Perkembangan Kondisi Bank Umum di Eks. Karisidenan Semarang Eks. Karisidenan Semarang mendominasi komposisi Aset, penghimpunan DPK, dan penyaluran kredit di wilayah Jawa Tengah dengan pangsa masing-masing sebesar 43,97%, 44,02% dan 39,19% terhadap total kinerja perbankan di Jawa Tengah. Dominasi ini dikarenakan Eks. Karisidenan Semarang mencakup Kodya dan Kabupaten Semarang yang merupakan ibukota provinsi Jawa Tengah sebagai center of economics dari berbagai kegiatan dunia usaha di Jawa Tengah. Dominasi ini mengindikasikan bahwa kinerja perbankan yang akan mendorong geliat pembangunan perekonomian masih terpusat pada ibukota provinsi Jawa Tengah dan belum merata ke seluruh wilayah Jawa Tengah. Pada triwulan III-2009 ini, penghimpunan DPK perbanakan umum di Eks. Karisidenan Semarang tercatat sebesar Rp37,80 triliun, dimana penghimpunan DPK tertinggi terletak di Kodya Semarang yang sebesar Rp34,32 triliun. Sementara itu, penyaluran kredit sebesar Rp30,40 triliun, dengan penyaluran tertinggi di Kodya Semarang yang sebesar Rp26,66 triliun. Fungsi intermediasi perbankan di Eks. Karisidenan Semarang cukup bagus yang diindikasikan dengan nilai Loan to Deposit Ratio yang sebesar 80,41%. Kinerja penyaluran kredit di Eks. Karisidenan Semarang cukup bagus yang diindikasikan dengan rendahnya rasio kredit bermasalah yang hanya sebesar 3,33%. KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

65 Perkembangan Kondisi Bank Umum di Eks. Karisidenan Pekalongan Eks. Karisidenan Pekalongan memiliki komposisi Aset, penghimpunan DPK, dan penyaluran kredit di wilayah Jawa Tengah dengan pangsa masing-masing sebesar 9,40%, 9,55% dan 10,29% terhadap total kinerja perbankan di Jawa Tengah. Pada triwulan III-2009 ini, penghimpunan DPK perbanakan umum di Eks. Karisidenan Pekalongan tercatat sebesar Rp8,20 triliun, dimana penghimpunan DPK tertinggi terletak di Kodya Tegal yang sebesar Rp3,30 triliun. Sementara itu, penyaluran kredit sebesar Rp7,98 triliun, dengan penyaluran tertinggi di Kodya Tegal yang sebesar Rp2,97 triliun. Penyaluran kredit perbankan di Eks. Karisidenan Pekalongan didominasi oleh penyaluran kredit sektor Listrik, Gas, dan Air di Kodya Tegal dengan pangsa sebesar 6,98% dari total kredit sektoral perbankan Jawa Tengah. Fungsi intermediasi perbankan di Eks. Karisidenan Pekalongan cukup tinggi yang diindikasikan dengan nilai Loan to Deposit Ratio yang sebesar 97,33%. Kinerja penyaluran kredit di Eks. Karisidenan Pekalongan cukup bagus yang diindikasikan dengan rendahnya rasio kredit bermasalah yang hanya sebesar 2,24% Perkembangan Kondisi Bank Umum di Eks. Karisidenan Pati Eks. Karisidenan Pati memiliki komposisi Aset, penghimpunan DPK, dan penyaluran kredit di wilayah Jawa Tengah dengan pangsa masing-masing sebesar 9,96%, 8,58% dan 11,75% terhadap total kinerja perbankan di Jawa Tengah. Pada triwulan III-2009 ini, penghimpunan DPK perbanakan umum di Eks. Karisidenan Pati tercatat sebesar Rp7,37 triliun, dimana penghimpunan DPK tertinggi terletak di Kabupaten Kudus yang sebesar Rp4,11 triliun. Sementara itu, penyaluran kredit sebesar Rp9,12 triliun, dengan penyaluran tertinggi di Kabupaten Kudus yang sebesar Rp5,45 triliun. Penyaluran kredit perbankan di Eks. Karisidenan Pati didominasi oleh penyaluran kredit sektor Industri Pengolahan di Kabupaten Kudus dengan pangsa sebesar 22,09% dari total kredit sektoral perbankan. Kabupaten Kudus dikenal dengan kawasan industri dengan industri rokok sebagai salah satu penyumbang terbesar PDRB di Kabupaten ini. Fungsi intermediasi perbankan di Eks. Karisidenan Pati sangat tinggi yang diindikasikan dengan nilai Loan to Deposit Ratio yang sebesar 123,78%. Kinerja penyaluran kredit di Eks. Karisidenan Pati cukup bagus yang diindikasikan dengan rendahnya rasio kredit bermasalah yang hanya sebesar 2,42%, namun demikian NPLs tertinggi di Jawa Tengah terletak di Eks. Karisidenan Pati tepatnya di Kabupaten Jepara. Hal ini dididuga karena imbas krisis finansial global yang mempengaruhi kinerja ekpor Indonesia, yang sampai saat ini masih dirasakan oleh dunia usaha Jawa Tengah. Seperti kita ketahui, Kab. Jepara sebagai daerah yang mempunyai NPLs tertinggi, sektor ekonomi unggulannya adalah KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

66 produk meubel yang berorientasi ekspor. Dimana pada periode krisis Triwulan IV dan Triwulan I-2009, sektor Industri Pengolahan khususnya industri mebel merupakan salah satu sektor yang performanya paling terpukul dampak krisis global Perkembangan Kondisi Bank Umum di Eks. Karisidenan Banyumas Eks. Karisidenan Banyumas memiliki komposisi Aset, penghimpunan DPK, dan penyaluran kredit di wilayah Jawa Tengah dengan pangsa masing-masing sebesar 8,49%, 9,15% dan 9,13% terhadap total kinerja perbankan di Jawa Tengah. Pada triwulan III-2009 ini, penghimpunan DPK perbankan umum di Eks. Karisidenan Banyumas tercatat sebesar Rp7,85 triliun, dimana penghimpunan DPK tertinggi terletak di Kabupaten Banyumas yang sebesar Rp4,28 triliun. Sementara itu, penyaluran kredit sebesar Rp7,08 triliun, dengan penyaluran tertinggi di Kabupaten Banyumas yang sebesar Rp4,05 triliun. Penyaluran kredit perbankan di Eks. Karisidenan Banyumas didominasi oleh penyaluran kredit sektor Konstruksi, sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, dan sektor Jasa di Kabupaten Banyumas. Fungsi intermediasi perbankan di Eks. Karisidenan Banyumas cukup tinggi yang diindikasikan dengan nilai Loan to Deposit Ratio yang sebesar 90,19%. Kinerja penyaluran kredit di Eks. Karisidenan Pekalongan cukup bagus yang diindikasikan dengan rendahnya rasio kredit bermasalah yang hanya sebesar 2,71% Perkembangan Kondisi Bank Umum di Eks. Karisidenan Kedu Eks. Karisidenan Kedu memiliki komposisi Aset, penghimpunan DPK, dan penyaluran kredit di wilayah Jawa Tengah dengan pangsa masing-masing sebesar 7,12%, 7,94% dan 7,70% terhadap total kinerja perbankan di Jawa Tengah. Pada triwulan III-2009 ini, penghimpunan DPK perbankan umum di Eks. Karisidenan Kedu tercatat sebesar Rp6,82 triliun, dimana penghimpunan DPK tertinggi terletak di Kodya Magelang yang sebesar Rp3,87 triliun. Sementara itu, penyaluran kredit sebesar Rp2,70 triliun, dengan penyaluran tertinggi di Kodya Magelang yang sebesar Rp4,05 triliun. Penyaluran kredit perbankan di Eks. Karisidenan Kedu didominasi oleh penyaluran kredit sektor Pertanian dan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran. Fungsi intermediasi perbankan di Eks. Karisidenan Kedu cukup tinggi yang diindikasikan dengan nilai Loan to Deposit Ratio yang sebesar 81,88%. Kinerja penyaluran kredit di Eks. Karisidenan Pekalongan cukup bagus yang diindikasikan dengan rendahnya rasio kredit bermasalah yang hanya sebesar 2,51%. KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

67 Perkembangan Kondisi Bank Umum di Eks. Karisidenan Surakarta Eks. Karisidenan Surakarta merupakan Eks. Karisidenan terbesar kedua setelah Eks. Karisidenan Semarang. Eks. Karisidenan Surakarta memiliki komposisi Aset, penghimpunan DPK, dan penyaluran kredit di wilayah Jawa Tengah dengan pangsa masing-masing sebesar 20,60%, 20,76% dan 22,44% terhadap total kinerja perbankan di Jawa Tengah. Pada triwulan III-2009 ini, penghimpunan DPK perbankan umum di Eks. Karisidenan Surakarta tercatat sebesar Rp17,83 triliun, dimana penghimpunan DPK tertinggi terletak di Kodya Surakarta yang sebesar Rp13,86 triliun. Sementara itu, penyaluran kredit sebesar Rp17,41 triliun, dengan penyaluran tertinggi di Kodya Surakarta yang sebesar Rp12,20 triliun. Penyaluran kredit perbankan di Eks. Karisidenan Surakarta didominasi oleh penyaluran kredit sektor Pertambangan, Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, dan sektor Jasa Dunia Usaha. Fungsi intermediasi perbankan di Eks. Karisidenan Surakarta cukup tinggi yang diindikasikan dengan nilai Loan to Deposit Ratio yang sebesar 97,61%. Kinerja penyaluran kredit di Eks. Karisidenan Surakarta cukup bagus yang diindikasikan dengan rendahnya rasio kredit bermasalah yang sebesar 4,22%. TABEL 3.6. PERKEMBANGAN BANK UMUM DI 6 EKS. KARISIDENAN JAWA TENGAH (RP TRILIUN) Indikator Umum Kinerja Perbankan (Triliun Rp) Pangsa di Jawa Tengah (%) No Kab/Kota Aset DPK Kredit LDR NPL Aset DPK Kredit Eks Karisidenan Semarang 1 Kab. Semarang 0,76 0,54 0,72 133,62% 1,46% 0,69% 0,63% 0,93% 2 Kab. Kendal 0,74 0,62 0,69 111,82% 1,24% 0,67% 0,72% 0,89% 3 Kab. Demak 0,63 0,52 0,62 117,68% 3,81% 0,57% 0,61% 0,79% 4 Kab. Grobogan 1,27 0,89 1,09 122,90% 3,48% 1,15% 1,04% 1,41% 5 Kodya Semarang 44,01 34,32 26,66 77,68% 3,44% 39,97% 39,96% 34,36% 6 Kodya Salatiga 1,01 0,91 0,62 67,37% 2,19% 0,92% 1,06% 0,79% Jumlah 48,42 37,80 30,40 80,41% 3,33% 43,97% 44,02% 39,19% Eks. Karisidenan Pekalongan 1 Kab. Tegal 0,33 0,27 0,31 112,42% 2,34% 0,30% 0,32% 0,40% 2 Kab. Brebes 1,25 0,86 1,12 130,41% 1,43% 1,14% 1,00% 1,44% 3 Kodya Pekalongan 3,31 2,75 2,23 80,97% 2,21% 3,01% 3,21% 2,87% 4 Kodya Tegal 4,03 3,30 2,97 90,10% 2,70% 3,66% 3,84% 3,83% 5 Kab. Batang 0,62 0,41 0,59 143,59% 1,49% 0,56% 0,48% 0,76% 6 Kab. Pemalang 0,81 0,61 0,76 126,24% 2,23% 0,73% 0,71% 0,99% Jumlah 10,35 8,20 7,98 97,33% 2,24% 9,40% 9,55% 10,29% Eks. Karisidenan Pati 1 Kab. Pati 1,45 1,27 1,34 105,45% 4,68% 1,32% 1,47% 1,72% 2 Kab. Kudus 6,81 4,11 5,45 132,52% 1,36% 6,18% 4,79% 7,03% 3 Kab. Jepara 0,88 0,72 0,80 110,14% 6,13% 0,80% 0,84% 1,03% 4 Kab. Rembang 0,62 0,34 0,59 174,95% 2,33% 0,56% 0,39% 0,76% 5 Kab. Blora 1,21 0,93 0,94 101,95% 2,28% 1,10% 1,08% 1,22% Jumlah 10,96 7,37 9,12 123,78% 2,42% 9,96% 8,58% 11,75% Eks. Karisidenan Banyumas 1 Kab. Banyumas 5,58 4,28 4,05 94,72% 2,75% 5,06% 4,98% 5,23% 2 Kab. Cilacap 2,85 2,59 1,68 64,64% 3,17% 2,59% 3,02% 2,16% 3 Kab. Purbalingga 0,65 0,44 0,63 144,59% 2,64% 0,59% 0,51% 0,81% 4 Kab. Banjarnegara 0,77 0,55 0,72 132,40% 1,53% 0,70% 0,64% 0,93% Jumlah 9,85 7,85 7,08 90,19% 2,71% 8,94% 9,15% 9,13% Eks. Karisidenan Kedu 1 Kab. Magelang 0,19 0,18 0,18 98,78% 3,09% 0,18% 0,21% 0,23% 2 Kab. Temanggung 0,59 0,45 0,53 119,62% 1,39% 0,54% 0,52% 0,69% 3 Kab. Wonosobo 0,54 0,39 0,50 130,00% 1,52% 0,49% 0,45% 0,65% 4 Kab. Purworejo 0,96 0,90 0,75 83,62% 3,50% 0,87% 1,05% 0,97% 5 Kab. Kebumen 1,17 1,03 0,91 88,36% 1,61% 1,06% 1,20% 1,17% 6 Kodya Magelang 4,39 3,87 2,70 69,80% 2,90% 3,99% 4,51% 3,48% Jumlah 7,84 6,82 5,58 81,88% 2,51% 7,12% 7,94% 7,20% Eks. Karisidenan Surakarta 1 Kab. Klaten 1,09 0,96 0,98 101,81% 2,05% 0,99% 1,12% 1,26% 2 Kab. Boyolali 0,77 0,59 0,75 126,44% 3,43% 0,70% 0,69% 0,96% 3 Kab. Sragen 1,02 0,57 0,99 173,59% 2,16% 0,93% 0,66% 1,27% 4 Kab. Sukoharjo 0,90 0,69 0,85 123,24% 2,24% 0,82% 0,80% 1,09% 5 Kab. Karanganyar 0,83 0,53 0,80 150,15% 2,23% 0,75% 0,62% 1,03% 6 Kab. Wonogiri 0,89 0,63 0,85 135,34% 1,76% 0,81% 0,73% 1,10% 7 Kodya Surakarta 17,19 13,86 12,20 87,99% 5,05% 15,61% 16,14% 15,73% Jumlah 22,69 17,83 17,41 97,61% 4,22% 20,60% 20,76% 22,44% Jumlah Jawa Tengah 110,11 85,87 77,57 90,33% 3,20% 100% 100% 100% Sumber : LBU, Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

68 3.6. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Pada triwulan III-2009, perkembangan BPR di Jawa Tengah menunjukkan adanya pertumbuhan positif, baik secara triwulanan maupun tahunan. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya indikator- indikator utama kinerja perbankan yaitu total aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun, dan kredit yang diberikan. Namun dari sisi fungsi intermediasi, tingkat Loan to Deposits Ratio (LDR) mengalami sedikit penurunan, demikian juga dengan kualitas kredit yang diberikan mengalami penurunan, tercermin dari meningkatnya Non Performing Loans (NPLs) (Tabel 3.7.). TABEL 3.7. PERKEMBANGAN INDIKATOR BPR DI JAWA TENGAH (Rp. MILIAR) Indikator Usaha Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III* Aset DPK Tabungan Deposito Kredit Sektoral Pertanian Perindustrian Perdagangan Jasa-jasa Lain-lain Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumsi Kolektabilitas Lancar Kurang Lancar Diragukan Macet LDR (%) 113,64 118,60 125,64 117,66 119,86 122,02 121,20 NPLs (%) 11,46 10,40 9,78 9,26 9,30 8,75 9,31 Sumber : LBPR Bank Indonesia *) Agustus 2009 Total aset BPR pada triwulan III-2009 tercatat sebesar Rp miliar, meningkat sebesar 19,39% (yoy) dibanding dengan triwulan III-2008, atau meningkat 7,59% (qtq) dibanding triwulan II Peningkatan aset tersebut didorong oleh peningkatan DPK sebesar 22,18% (yoy) dan 7,07% (qtq) menjadi Rp miliar. Berdasarkan jenis produk, sebagian besar DPK ditanamkan dalam bentuk deposito yang hingga triwulan III-2009 mengalami pertumbuhan sebesar 21,62% (yoy) atau 7,27% (qtq) mencapai Rp miliar. Untuk tabungan KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

69 walaupun secara nominal pada triwulan III-2009 masih berada dibawah nilai deposito, yaitu sebesar Rp miliar, namun masih menunjukkan adanya kecenderungan pertumbuhan yang positif. Hal tersebut tercermin dari tingkat pertumbuhan tabungan sebesar 23,01 % (yoy) atau 6,77% (Grafik 3.14.). Tingginya tingkat pertumbuhan deposito dikarenakan bunga deposito yang ditawarkan relatif lebih besar sehingga masyarakat cenderung menempatkan dana mereka di deposito Rp. Miliar % Growth 14% % 10% 8% 6% % 500 2% - Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III* Tabungan Deposito g Tabungan g Deposito 0% Sumber : LBPR, diolah *) Agustus 2009 Grafik Perkembangan Produk BPR di Jawa Tengah TW III-2009 Penyaluran kredit BPR pada triwulan III-2009 mengalami peningkatan sebesar 17,80% (yoy) dan 6,35% (qtq). Dari sisi penggunaan, kredit yang disalurkan masih didominasi oleh kredit modal kerja sebesar 51,85%. Sedangkan dari sisi sektoral, kredit perdagangan dan Lain-lain masih mendominasi kredit yang disalurkan, masingmasing sebesar 37,73% dan 44,68%. Namun demikian kredit yang disalurkan tersebut masih terkonsentrasi pada skala usaha mikro (79,07%). (Grafik 3.15, 3.16 dan 3.17) Modal Kerja 50,47% Pertanian 6,93% Perindustrian 1,35% Perdagangan 36,56% Konsumsi 44,12% Investasi 5,40% Lain-lain 46,34% Jasa-jasa 8,82% Sumber : LBPR, diolah Grafik Kredit BPR Berdasarkan Penggunaan Jawa Tengah TW III-2009 Sumber : LBPR, diolah Grafik Kredit BPR Berdasarkan Sektor Jawa Tengah TW III-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

70 Kecil 19,13% Menengah 1,81% Mikro 79,07% Sumber : LBPR, diolah Grafik Kredit BPR Berdasarkan Plafon di Jawa Tengah TW III-2009 Berdasarkan data triwulanan maupun tahunan, peningkatan kredit lebih kecil jika dibandingkan dengan peningkatan DPK sehingga tingkat LDR pada triwulan ini mengalami sedikit penurunan sebesar -0,82% (qtq) dan -4,44% (yoy) menjadi 121,20 % (Grafik 3.18). Penurunan LDR salah satunya disebabkan adanya persaingan di dunia perbankan yang semakin ketat dimana BPR semakin sulit bersaing dengan bank umum, asing dan campuran dalam memperoleh pasar, terutama untuk pasar Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) baik dalam hal mencari nasabah maupun pendanaan. Hingga triwulan III-2009, pangsa kredit UMKM yang disalurkan oleh BPR sebesar 10,40 % dari total kredit UMKM perbankan. Sedangkan kredit UMKM bank umum memiliki pangsa terhadap kredit UMKM perbankan sebesar 89,60% (Tabel 3.8). Dari sisi kinerja, perkembangan BPR di Jawa Tengah pada triwulan III-2009 mengalami sedikit penurunan. Terlihat dari tingkat NPLs yang sedikit naik jika dibandingkan triwulan II Tercatat NPLs pada triwulan III-2009 sebesar 9,31%, naik dari triwulan sebelumnya yang tercatat 8,75%. Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan semakin kecilnya pangsa pasar yang mampu diserap, membuat BPR sedikit mengabaikan prinsip prudential demi mengejar target pasar. Berdasarkan proporsi kolektabilitas kredit yang disalurkan BPR hingga triwulan III-2009, dapat diketahui bahwa proporsi kredit lancar sebesar 91,11%. Sedangkan proporsi kredit macet sebesar 5,3%. Walaupun tingkat NPLs mengalami kenaikan jika dibandingkan triwulan II-2009, namun melihat proporsi kredit lancar yang masih dominan maka tingkat kesehatan BPR masih dalam kondisi baik. (Grafik 3.19) KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

71 % NPLs 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 Tw-I Tw-II Tw-III Tw-IV Tw-I Tw-II Tw-III* LDR (%) NPLs (%) % LDR 128,00 126,00 124,00 122,00 120,00 118,00 116,00 114,00 112,00 110,00 108,00 106,00 Sumber : LBPR, diolah Grafik Kinerja BPR di Jawa Tengah TW III-2009 Diragukan 1,54% Kurang Lancar 2,29% Macet 5,48% Lancar 90,69% Sumber : LBPR, diolah Grafik Status Kredit BPR di Jawa Tengah TW III-2009 Permasalahan utama yang dihadapi oleh BPR adalah persaingan dengan bank umum. Salah satu upaya untuk menjembatani persaingan antara BPR dan bank umum adalah dengan menggunakan linkage program. Bank umum memiliki keterbatasan jaringan dan infrastruktur dalam menjangkau usaha mikro dan kecil (UMK) yang umumnya beroperasi di daerah, sedangkan BPR dan lembaga keuangan mikro banyak beroperasi di daerah, sehingga lebih dekat dengan segmen UMK namun BPR dan lembaga keuangan mikro memiliki keterbatasan dana dalam penyaluran kredit. Dengan linkage program maka bank umum dapat menyalurkan kredit kepada UMKM melalui BPR sehingga diharapkan akses pembiayaan bagi UMKM dapat lebih mudah dan meningkatkan kapasitas pembiayaan BPR dan lembaga keuangan mikro. Hingga bulan Agustus 2009, perkembangan linkage program di Jawa Tengah mengalami penurunan yang cukup signifikan. Terlihat dari jumlah saldo yang turun sebesar -52,36% (yoy) menjadi Rp. 273 miliar serta penurunan jumlah BPR yang melakukan kerjasama linkage program sebesar -30,53% (yoy) menjadi 198 BPR (Tabel 3.8). Penurunan ini dikarenakan antara lain masih relatif tingginya suku bunga linkage program yang ditetapkan oleh bank umum kepada BPR mencapai 16-18%. Melihat fungsi dan manfaat linkage program, maka diharapkan bank umum dapat bekerja sama secara kooperatif dengan BPR misalnya dengan menurunkan tingkat suku bunga tingkat linkage program. TABEL 3.8. PERKEMBANGAN LINKAGE PROGRAM BPR DI JAWA TENGAH (Rp. MILIAR) I N D I K A T O R Agst- 08 Des.-08 Agst- 09 Pertb % Pertb.% ytd yoy 1 Jumlah Bank Umum (unit) ,00 0,00 2 Jumlah BPR (unit) ,94-30,53 3 Jumlah Plafon Kredit (miliar) ,01 0,78 4 Jumlah Saldo Debet (miliar) ,32-52,36 Sumber : LBPR, diolah KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

72 Perkembangan BPR 6 eks-karesidenan di Jawa Tengah Perkembangan BPR di Eks. Karesidenan Semarang Pada triwulan III-2009, porsi aset, DPK dan Kredit BPR di wilayah eks karesidenan Semarang masing-masing sebesar 24 %, 25%, dan 22% dari total indikator kinerja BPR Jawa Tengah. Total aset yang dimiliki oleh BPR di wilayah eks Karesidenan Semarang pada triwulan laporan sebesar Rp. 2,076 triliun. Dimana aset terbesar di wilayah ini berada di Kota Semarang (30%). Untuk DPK, pada triwulan ini mencapai Rp. 1,491 triliun dengan wilayah penghimpunan DPK terbesar berada di Kota Semarang (33%). Sedangkan kredit yang disalurkan hingga triwulan III-2009 sebesar Rp. 1,753 triliun. Kota Semarang menjadi daerah penyaluran kredit BPR terbesar di wilayah eks karesidenan Semarang dengan porsi sebesar 31% (Grafik 3.20, 3.21 dan 3.22). Secara umum tingkat LDR di wilayah eks karesidenan Semarang sangat tinggi mencapai 117,63%, namun tingkat NPLs di wilayah ini juga cukup tinggi mencapai 9,87%. Hal ini mengindikasikan bahwa kinerja BPR dari sisi intermediasi di wilayah eks karesidenan Semarang sudah cukup baik namun dari sisi kualitas masih perlu ditingkatkan lagi terutama untuk wilayah kabupaten Grobogan dan kabupaten Kendal dimana masing-masing NPLs mencapai 12,58% dan 11,48%. Kota Salatiga 23% Kab. Demak 8% Kab. Grobogan 11% Kota Salatiga 24% Kab. Demak 7% Kab. Grobogan 11% Kota Semarang 30% Kab. Kendal 15% Kota Semarang 33% Kab. Kendal 12% Kab. Semarang 13% Sumber : LBPR, diolah Grafik Komposisi Aset BPR di eks Karesidenan Semarang TW III Kota Salatiga 23% Kab. Semarang 13% Sumber : LBPR, diolah Grafik Komposisi DPK BPR di eks Karesidenan Semarang TW III-2009 Kab. Demak 8% Kab. Grobogan 11% Kab. Kendal 13% Kota Semarang 31% Kab. Semarang 14% Sumber : LBPR, diolah Grafik Komposisi Kredit BPR di eks Karesidenan Semarang TW III-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

73 Perkembangan BPR di Eks. Karesidenan Pekalongan Porsi indikator kinerja BPR seperti aset, DPK dan kredit di wilayah eks karesidenan Pekalongan pada triwulan III-2009 mencapai 9% dari keseluruhan indikator kinerja BPR di Jawa Tengah. Aset BPR di wilayah eks karesidenan Pekalongan pada triwulan III-2009 sebesar Rp. 808 miliar, sedangkan DPK mencapai Rp. 586 miliar dan kredit yang disalurkan sebesar Rp. 677 miliar. Ketiga indikator tersebut terpusat di wilayah kabupaten Tegal, dimana porsi aset dan DPK BPR di kabupaten Tegal sebesar 30% dari total aset dan DPK BPR wilayah eks karesidenan Pekalongan. Sedangkan porsi kredit BPR kabupaten Tegal sebesar 28% dari total kredit BPR wilayah eks karesidenan Pekalongan. Secara umum tingkat LDR di wilayah eks karesidenan Pekalongan sangat baik mencapai 115,56%, namun tingkat NPLs di wilayah ini sangat tinggi jika dibandingkan daerah lain di Jawa Tengah yang mencapai 11,62%. Hal ini menuntut kerja keras berbagai pihak dalam upaya meningkatkan kinerja BPR di wilayah ini. Kab. Tegal 30% Kota Tegal 2% Kota Pekalongan 6% Kab. Batang 15% Kab. Brebes 10% Kab. Tegal 30% Kota Tegal 2% Kota Pekalongan 5% Kab. Batang 12% Kab. Brebes 9% Kab. Pemalang 18% Kab. Pekalongan 19% Sumber : LBPR, diolah Grafik Komposisi Aset BPR di eks Karesidenan Pekalongan TW III-2009 Kab. Pemalang 20% Sumber : LBPR, diolah Kab. Pekalongan 22% Grafik Komposisi DPK BPR di eks Karesidenan Pekalongan TW III-2009 Kab. Tegal 28% Kota Tegal 2% Kota Pekalongan 6% Kab. Batang 16% Kab. Brebes 10% Kab. Pemalang 17% Kab. Pekalongan 21% Sumber : LBPR, diolah Grafik Komposisi Kredit BPR di eks Karesidenan Pekalongan TW III-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN III

Halaman ini sengaja dikosongkan

Halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan IV Tahun 2009 Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Bank Indonesia Semarang, untuk menganalisis

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan

Halaman ini sengaja dikosongkan Ka jia n Ek o n o m i Re gio n a l Pro v in s i Ja w a Te n ga h Triw u la n II Ta h u n 2 0 0 9 B u k u Ka jia n Ek o n o m i Re gio n a l Pro v in si Ja w a Te n ga h d ip u b lik a sik a n se c a ra

Lebih terperinci

Halaman Ini sengaja dikosongkan

Halaman Ini sengaja dikosongkan Ka jia n Ek o n o m i Re g io n a l Pro v in s i Ja w a Te n g a h Triw u la n I Ta h u n 2 0 0 9 B u k u Ka jia n Ek o n o m i Re g io n a l Pro v in si Ja w a Te n g a h d ip u b lik a sik a n se c a

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KER Jawa Tengah TW II Kantor Bank Indonesia Semarang

KER Jawa Tengah TW II Kantor Bank Indonesia Semarang KER Jawa Tengah TW II-21 Kantor Bank Indonesia Semarang Jl. Imam Bardjo SH No.4 Semarang, Telp. (24) 831246, Fax. (24) 8417791 http://www.bi.go.id Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Semarang Jl. Imam Bardjo SH No.4 Semarang, Telp. (24) 831246, Fax. (24) 8417791 http://www.bi.go.id Kajian Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah Triwulan III-21 Kantor Bank Indonesia Semarang Jl. Imam Bardjo SH No.4 Semarang, Telp. (24) 831246, Fax. (24) 8417791 http://www.bi.go.id Kajian Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

(This page is intentionally blank)

(This page is intentionally blank) Ka jia n Ek o n o m i Re g io n a l Pro v in s i Ja w a Te n g a h Triw u la n IV Ta h u n 2 0 0 8 B u k u Ka jia n Ek o n o m i Re g io n a l Pro v in si Ja w a Te n g a h d ip u b lik a sik a n se c

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Visi, Misi Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung i Visi, Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2009 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan IV - 2008 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan PDRB SEKTORAL Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar) No. Sektor 2006 2007 1 Pertanian 431.31 447.38 465.09 459.18 462.01 491.83 511.76 547.49 521.88 537.38 2 Pertambangan dan Penggalian 11.48 11.44 11.80

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-29 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN II

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN II KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II 2009 VISI BANK INDONESIA : Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan I-212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Triwulan IV iii

Triwulan IV iii ii Triwulan IV 2012 iii iv Triwulan IV 2012 v vi Triwulan IV 2012 vii viii Triwulan IV 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total I II III IV Total I II III IV Total Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2010 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 ( dalam arti luas) pada ember mengalami peningkatan. Posisi M2 pada ember tercatat sebesar Rp4.076,3 T, atau tumbuh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah Triwulan I-2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V (Jateng-DIY) Jl. Imam Bardjo SH No.4 Semarang, Telp. (024) 8310246, Fax. (024) 8417791 http://www.bi.go.id

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah Triwulan III-211 Kantor Bank Indonesia Semarang Jl. Imam Bardjo SH No.4 Semarang, Telp. (24) 831246, Fax. (24) 8417791 http://www.bi.go.id Kajian Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

(This page is intentionally blank)

(This page is intentionally blank) Ka jia n Ek o n o m i Re g io n a l Pro v in s i Ja w a Te n g a h Triw u la n Ta h u n 2 0 0 8 Bu k u Ka jia n Ek o n o m i Re g io n a l Pro v in si Ja w a Te n g a h d ip u b lik a sik a n se c a ra

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 29 Kantor Ringkasan Eksekutif KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah-nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KANTOR BANK INDONESIA SOLO

KANTOR BANK INDONESIA SOLO KAJIAN EKONOMI REGIONAL WILAYAH EKS KARESIDENAN SURAKARTA Semester II Tahun 29 Buku Kajian Ekonomi Regional Eks Karesidenan Surakarta di publikasikan secara semesteran oleh Kantor Bank Indonesia Solo untuk

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan I-9 Secara tahunan (yoy) perekonomian Indonesia triwulan I-9 tumbuh 4,37%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,18%). Sementara secara triwulanan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan I - 213 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci