IntegrasiNumerik. Bahan Kuliah IF4058 Topik Khusus Informatika I. Oleh; Rinaldi Munir(IF-STEI ITB) (Bag. 2)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IntegrasiNumerik. Bahan Kuliah IF4058 Topik Khusus Informatika I. Oleh; Rinaldi Munir(IF-STEI ITB) (Bag. 2)"

Transkripsi

1 IntegrasiNumerik (Bag. ) Bahan Kuliah IF4058 Topik Khusus Informatika I Oleh; Rinaldi Munir(IF-STEI ITB)

2 Singularitas Kita akan kesulitan melakukan menghitung integrasi numerik apabilafungsitidakterdefenisidix = t, dalamhalinia < t < b. Misalnya dalam menghitung integrasi I = 0 cos( x) dx x Fungsif(x) = cosx/ xjelastidakterdefinisidix= 0 (ujung bawahselang).

3 Begitu juga pada perhitungan integrasi I = dx x 0.5 menggunakanh = 0., titikdiskritdix= tidakdapatdihitung sebabfungsif(x)= /(x-) tidakterdefinisidix =. Fungsiyang tidakterdefinisidix = t,untuka t b, dinamakan fungsi singular. Singularitas harus dihilangkan dengan cara memanipulasi persamaanfungsisedemikiansehinggaiatidaksingular lagi. 3

4 Contoh: Ubahlah fungsi integrasi I = 0 cos( x) dx x Penyelesaian: sehingga menjadi tidak singular lagi. Fungsi f(x) = cos(x)/ x tidakterdefenisidix= 0. Misalkan x = u dx = udu Batas-batas selang integrasi juga berubah x= 0 u= x= 0 x= u= x= 4

5 maka I = 0 cos( x) dx x cos( u ) = (u) du u I = 0 cos(u ) du tidak singular lagi 0 5

6 Contohlain: Ubahlah fungsi integrasi berikut sehingga menjadi tidak singular: I = 0 dx 3 ( sin x)( x ) Penyelesaian: Fungsi f(x) = / (sin x)( - x 3 ) tidak terdefenisi di x = 0 dan x = Pecah integral I menjadi dua bagian, I dan I : I = 0 dx 3 ( sin x)( x ) = a 0 dx 3 ( sin x)( x ) + a dx 3 ( sin x)( x ) I, singular di x = 0 I, singular x = dengan 0 < a < 6

7 Misalkan x = u dx = u du Batas-batas integrasi Maka, x = a u = a x = 0 u = 0 I = a 0 u du 6 ( sin u )( u ) = a 0 u / u 6 ( sin u )( u ) u du 7

8 Mengingat lim sin( u u 0 u ) = maka I = u 0 a 6 ( ) du tidak singular lagi I = a 3 ( sin x)( x ) tidak dapat diterapkan pemisalan x = u² 8

9 Uraikan ( x 3 ) menjadi ( x)( + x + x ): I = dx + a ( sin x)( x)( + x x ) Misalkan - x = u - dx = u du Batas-batas integrasi : x = u = (- x) = 0 x = a u = (- a) 9

10 I = a 0 u du [ ( )] sin u u + ( u ) + ( u ) = a 0 u du 4 [ sin( u )] ( 3-3u u ) = a 0 du 4 [ sin( u )] ( 3-3u u ) tidak singular lagi 0

11 Penerapan Ekstrapolasi untuk Integrasi Misalkan I(h) adalah perkiraan nilai integrasi dengan jarak antaratitikdata adalah h(h< ). Dari persamangalatkaidahintegrasi(trapesium, Simpson /3, dll) yang dinyatakan dalam notasi orde: E = O(h p ) dapat dilihat bahwa galat E semakin kecil bila digunakan h yang semakinkecil, sepertiyang ditunjukkanolehdiagram garis berikut: arah h 0... h/8 h/4 h/ h

12 Nilai sejati integrasi adalah bila h = 0, tetapi pemilihanh = 0 tidakmungkinkitalakukandidalam rumus integrasi numerik sebab ia akan membuat nilaiintegrasisamadengan0. Yang dapat kita peroleh adalah perkiraan nilai integrasi yang lebih baik dengan melakukan ekstrapolasikeh= 0. Ada dua macam metode ekstrapolasi yang digunakan untuk integrasi:. Ekstrapolasi Richardson. Ekstrapoalsi Aitken

13 Ekstrapolasi Richardson Pandang kembali kaidah trapesium b a h f ( x) dx = ( f0 + n i= f i b a + f n ) - ( ) ( ) f " t h yang dapat ditulis sebagai b a f ( x) dx = I (h) + Ch dengan I(h) adalah integrasi ( dengan menggunakan kaidah trapesium dengan jarak antar b a ) f " ( t ) titik selebar h dan C =. 3

14 Secara umum, kaidah integrasi yang lain dapat kita ditulis sebagai b a f ( x) dx = I (h) + Ch q dengan C dan q adalah konstanta yang tidak bergantung pada h. Nilai q dapat ditentukan langsung dari orde galat kaidah integrasi, misalnya kaidah trapesium, O(h ) q = kaidah titik-tengah, O(h ) q = kaidah /3 Simpson, O(h 4 ) q = 4 4

15 Tujuan ekstrapolasi Richardson ialah menghitung nilai integrasiyang lebihbaik(improve) dibandingkandengani. Misalkan J adalah nilai integrasi yang lebih baik daripada I dengan jarak antar titik adalah h: J= I(h) + Ch q () Ekstrapolasikan h menjadi h, lalu hitung integrasi numeriknya J= I(h) + C(h) q () Eliminasikan C dari kedua persamaan dengan menyamakan persamaan() dan persamaan(): I(h) + Ch q = I (h) + C(h) q (3) 5

16 sehingga diperoleh C = I ( h) I( h) ( ) q h q (4) Sulihkan (4) ke dalam (3) untuk memperoleh: J = I(h) + I ( h) I( h) q yang merupakan persamaan ekstrapolasi Ricahrdson 6

17 Sebagai contoh, bila I(h) dan I(h) dihitung dengan kaidah trapesium (q = ), maka ekstrapolasi Richardson-nya adalah J = I(h) + 3 [ I(h) - I(h) ] dan bila I(h) dan I(h) dihitung dengan kaidah /3 Simpson (q = 4), maka ekstrapolasi Richardson-nya adalah J = I(h) + [ I(h) - I(h) ] 5 Perhatikanlah bahwa suku /3 [ I(h) - I(h) ] dan suku /5 [I(h) - I(h)] merupakan faktor koreksi. Artinya, nilai taksiran integrasi I(h) dapat ditingkatkan menjadi nilai yang lebih baik dengan menambahkan faktor koreksi tersebut. 7

18 Contoh: Hitung kembali integral dengan menggunakan ekstrapolasi Richardson, yang dalam halinii(h) dani(h) dihitungdengankaidahtrapesiumdanh = 0.5. Penyelesaian: dx + x 0 Jumlahupaselang: n= ( -0)/0.5 = 8 Tabel titik-titik di dalam selang[0,] dengan h = 0.5: r x r f r

19 I(h) adalah nilai integrasi dengan kaidah trapesium menggunakan h = 0.5: I(h) = dx + x 0 h/ ( f 0 + f + f + f 3 + f 4 + f 5 + f 6 + f 7 + f 8 ) 0.5/ [ + ( ) + ( ) ) I(h) adalah nilai integrasi dengan kaidah trapesium menggunakan h = 0.50: I(h) = dx (h)/ ( f 0 + f + f 4 + f 6 + f 8 ) + x / [ + ( ) + ( ) + (0.5743) )

20 Nilai integrasi yang lebih baik, J, diperoleh dengan ekstrpolasi Richardson: J = I(h) + I ( h) I( h) q yang dalam hal ini, q =, karena I(h) dan I(h) dihitung dengan kaidah trapesium (yang mempunyai orde galat = ) J = = Jadi, taksiran nilai integrasi yang lebih baik adalah Bandingkan dengan nilai integrasi sejatinya: dx + x 0 = ln(+x) x x = = ln() - ln() = = 0 yang apabila dibulatkan ke dalam 5 angka bena, f( ) = , hasilnya tepat sama dengan nilai integrasi yang dihitung dengan ekstrapolasi Richardson 0

21 Contoh: Perlihatkan bahwa bila I(h) dan I(h) dihitung dengan kaidahtrapesium, makapersamaanekstrapolasirichardson menyatakan kaidah Simpson /3. Penyelesaian: Kaidah /3 Simpson untuk sepasang upaselang adalah (lihat Gambar 6.0) adalah I = h 0 f ( x) dx I(h) dan I(h) adalah perkiraan hasil integrasi dengan kaidah trapesium menggunakan pias masing-masing selebar h dan h: I(h) = h / ( f 0 + f ) + h / ( f + f ) = h / ( f 0 + f + f ) I(h) = (h) / ( f 0 + f ) = h( f 0 + f )

22 Ekstrapolasi Richardson-nya (q = ): J = I(h) + 3 [ I(h) - I(h) ] = h / (f 0 + f + f ) + / 3 ( h / (f 0 + f + f ) - h(f 0 + f ) ) = h / (f 0 + f + f ) + h / 6 (f 0 + f + f ) - h / 3 (f 0 + f ) = h / f 0 + hf + h / f + h / 6 f 0 + h / 3 f + h / 6 f - h / 3 f 0 - h / 3 f = h / f 0 + h / 6 f 0 - h / 3 f 0 + hf + h / 3 f + h / f + h / 6 f - h / 3 f = h / 3 f 0 + 4h / 3 f + h / 3 f = h / 3 (f 0 + 4f + f ) yang merupakan kaidah Simpson /3. J

23 Persamaan ekstrapolasi Richardson memenuhi semua kaidah integrasi yang dirurunkan dengan metode pias maupun metodenewton-cotes. Kita pun dapatmenurunkankaidahintegrasinumerikyang barudenganmenerapkanekstrapolasirichardson. MisalkanbilaI(h) dani(h) dihitungdengankaidahsimpson /3, maka ekstrapolasi Richardson menyatakan kaidah Boole (buktikan!): 4h J = 0 f h ( x) dx = ( 7f0 + 3f + f + 3f 3 + 7f 4 ) 45 3

24 MetodeRomberg Metode integrasi Romberg didasarkan pada perluasan ekstrapolasi Richardson untukmemperolehnilaiintegrasiyang semakinbaik. Sebagai catatan, setiap penerapan ekstrapolasi Richardson akan menaikkan order galat pada hasil solusinya sebesar dua: O( h N ) O(h N+ ) Misalnya,bilaI(h) dani(h) dihitungdengankaidahtrapesiumyang berordegalato(h ), makaekstrapolasirichardson menghaslkan kaidahsimpson /3 yang berordeo(h 4 ). Selanjutnya, bilai(h) dani(h) dihitungdengankaidahsimpson /3, ekstrapolasi Richardson menghaslkan kaidah Boole yang berorde O(h 6 ). 4

25 Tinjau kembali persamaan ekstrapolasi Richardson: J = I(h) + I ( h) I( h) q Misalkan I adalah nilai integrasi sejati yang dinyatakan sebagai I= A k + Ch + Dh 4 + Eh yang dalamhalini h= (b-a)/n dan A k = Perkiraannilaiintegrasidengankaidahtrapesium danjumlahpiasn= k 5

26 Gunakan A 0, A,...A k pada persamaan ekstrapolasi Richardson untuk mendapatkan runtunan B, B,...,B k, yaitu B k = A k + A k A k Jadi, nilai I (yang lebih baik) sekarang adalah I = B k + D'h 4 + E'h 6 + dengan orde galat B k adalah O(h 4 ). Selanjutnya, gunakan B, B,.., B k pada persamaan ekstrapolasi Richardson untuk mendapatkan runtunan C, C 3,..., C k, yaitu C k = B k + B k B k 4 Jadi, nilai I (yang lebih baik) sekarang adalah I = C k + E " h dengan orde galat C k adalah O(h 6 ). 6

27 Selanjutnya, gunakan C, C 3,..., C k pada persamaan ekstrapolasi Richardson untuk mendapatkan runtunan D3, D4,..., D k, yaitu D k = C k + C k C k 6 Jadi, nilai I (yang lebih baik) sekarang adalah I = D k + E "' h dengan orde galat D k adalah O(h 8 ). Demikian seterusnya. 7

28 Dari runtunan tersebut, diperoleh tabel yang dinamakan tabel Romberg seperti berikut ini O(h ) O(h 4 ) O(h 6 ) O(h 8 ) O(h 0 ) O(h ) O(h 4 ) A 0 A B A B C A 3 B 3 C 3 D 3 A 4 B 4 C 4 D 4 E 4 A 5 B 5 C 5 D 5 E 5 F 5 A 6 B 6 C 6 D 6 E 6 F 6 G 6 yang lebih baik Nilai integrasi 8

29 + Contoh: Hitungintegral dx denganmetoderomberg (n= 8). Gunakan5 angkabena. x 0 Penyelesaian: Jarak antar titik: h = ( - 0)/8 = 0.5 Tabel titik-titik di dalam selang [0,] dengan h = 0.5: r x r f r

30 A 0 = h 0 / [ f 0 + f 8 ] = / ( ) = A = h / [ f 0 + f 4 + f 8 ] = 0.5/[ + ( ) ] = A = h / [ f 0 + f + f 4 + f 6 + f 8 ] = 0.50/[ + ( ) + ( ) + (0.5743) ] = A 3 = h 3 / [ f 0 + f + f + f 3 + f 4 + f 5 + f 6 + f 7 + f 8 ] = 0.5/[ + ( ) + ( ) + + ( ) ] = A A0 B = A + = (A k berorde, jadi q = ) A A B = A + = A A B 3 = A3 + = B B C = B + = (B k berorde 4, jadi q = 4) B3 B C 3 = B3 + = C3 C3 D 3 = C3 + = (C 6 k berorde 6, jadi q = 6) 30

31 Tabel Romberg: k O(h ) O(h 4 ) O(h 6 ) O(h 8 ) Jadi, dx + x (Bandingkan dengan solusi sejatie dx + x 0 = ) 3

32 EkstrapolasiAitken Mengatasi kasus pada esktrapolasi Richradosn jika q tidak diketahui. Untuk kasus ini kita gunakan tiga buah perkiraan nilai I, yaitu I(h), I(h),danI(4h). J = I ( h) I [ I( h) I( h) ] ( h) I( h) + I ( 4h) 3

33 Integral Ganda A b f ( x, y) da = [ f ( x, y) dy] dx = [ f ( x, y) dx] dy a d c d c b a Tafsiran geometri dari integral ganda adalah menghitung volume ruang di bawah permukaan kurva f(x,y) yang alasnya adalahberupabidangyang dibatasioleh garis-garisx= a, x= b, y= c, dany= d. Volume benda berdimensi tiga adalah V= luasalas tinggi 33

34 Solusi integral lipat dua diperoleh dengan melakukan integrasi duakali, pertamadalamarahx(dalamhalininilai, nilaiy tetap), selanjutnya dalam arah y(dalam hal ini, nilai x tetap), atau sebaliknya. Dalamarahxberartikitamenghitungluasalas benda, sedangkan dalam arah y berarti kita mengalikan alas dengan tinggiuntukmemperolehvolume benda. Tinggi benda dinyatakan secara tidak langsung dengan koefisien-koefisienw i pada persamaan 34

35 Misalkan integrasi dalam arah x dihitung dengan kaidah trapesium, dan integrasi dalam arah y dihitung dengan kaidah Simpson /3. Maka: d c b a m [ f ( x, y) dx] dy j= v j n i= w i f ij y [ ( f0,0 + f,0 + f, f n-,0 + f n,0 ) + 3 x x ( f0, + f, + f, f n-, + f n, ) x ( f0, + f, + f, f n-, + f n, ) 35

36 x x (f0,m- + f,m- + f,m f n-,m- + f n,m- ) x (f0,m- + f,m- + f,m f n-,m- + f n,m- ) (f0,m + f,m + f,m f n-,0 + f n,m ) ] (P.6.6) dengan x = jarak antar titik dalam arah x, y = jarak antar titik dalam arah y, n = jumlah titik diskrit dalam arah x, m = jumlah titik diskrit dalam arah y. 36

37 Contoh: Diberikan tabel f(x,y) sebagai berikut: Diberikan tabel f(x,y) sebagai berikut: x y Hitung f ( x, y) dxdy 37

38 Penyelesaian: Misalkan - dalam arah x kita gunakan kaidah trapesium - dalam arah y kita gunakan kaidah Simpson /3 Dalam arah x (y tetap): = 0. ; f ( x, y ) dx y = 0. ; ( f ( x,0.) dx.5. 5 x/ ( f 0,0 + f,0 + f,0 + f 3,0 ) 0.5/ ( )

39 3.0 y = 0.3 ; f ( x, y) dx f ( x,0.3) dx.5 x/ (f 0, + f, + f, + f 3, ) 0.5/ (.54 + ( ) y = 0.4 ; y = 0.5; f ( x, y) dx f ( x,0.4) dx f ( x, y) dx f ( x,0.5) dx y = 0.6; f ( x, y) dx f ( x,0.6) dx

40 Dalam arah y : f ( x, y) dy y/3 ( ) 0./3 ( ).6446 Jadi, f ( x, y) dxdy

41 KuadraturGauss y y = f(x) Persamaan kuadratur Gauss I = f x c f(x ) + c f(x ) ( ) dx - x x x denganc, c, x, danx adalahsembarangnilai. 4

42 Perhatikanbahwabiladipilihx = -, x =, danc = c =, maka persamaan kuadratur Gauss menjadi kaidah trapesium: I = h f ( x) dx [ f() + f(-)] f() + f(-) denganh= (-(-)) =. Jadi, kaidah trapesium memenuhi persamaan kuadratur Gauss 4

43 Persamaan kuadratur Gauss mengandung empat buah peubah yang tidak diketahui(unknown), yaitu x, x, c, danc. Kita harusmemilihx, x, c, danc sedemikian sehinggagalatintegrasinyaminimum. Karenaadaempatbuahpeubahyang tidakdiketahui, maka kita harus mempunyai empat buah persamaan simultanyang mengandungx, x, c, danc. 43

44 Di atas telah dikatakan bahwa kaidah trapesium bersesuaian dengankuadraturgauss. Dapat dilihat bahwa nilai integrasi numerik dengan kaidah trapesium akan tepat(galatnya = 0) untuk fungsi tetap dan fungsilanjar. Misalnyauntukf(x)= danf(x)= x y y y =x y = - - x x 44

45 f(x) = dx = x x = x = = - (-) = = c + c f(x) = x - xdx = / x x = x = = / () - / (-) = 0 = c x + c x Kita memerlukan dua buah persamaan lagi agar x, x, c, dan c dapat ditentukan. Dari penalaran bahwa kaidah trapesium sejati untuk fungsi tetap dan fungsi lanjar, maka penalaran ini juga kita perluas dengan menambahkan anggapan bahwa integrasinya juga sejati untuk f(x) = x dan f(x) = x 3. 45

46 f(x) = x xdx = / 3 x 3 = /3 = c x + c x x = x = f(x) = x 3 4 x = x dx = /4 x x = = 0 = c 3 3 x + c x 46

47 Sekarang, kita sudah mempunyai empat buah persamaan simultan c + c = c x + c x = 0 c x + c x = /3 c x 3 + c x 3 = 0 yang bila dipecahkan menghasilkan: c = c = x = / 3 = x = -/(3 =

48 Jadi, f ( x) dx f (/ 3) + f (-/ 3) PersamaaninidinamakankaidahGauss-Legendre -titik. Dengan kaidah ini, menghitung integral f(x) di dalam selang[-, ] cukuphanyadenganmengevaluasinilaifungsifdix =/ 3 dandix=

49 Transformasi a b f(x) dx Menjadi - f(t) dt Untuk menghitung integrasi I = f ( x) dx kita harus melakukan transformasi: a. selang [a, b] menjadi selang [-, ] b. peubah x menjadi peubah t c. diferensial dx menjadi dt Selang [a, b] dan [-, ] dilukiskan oleh diagram garis berikut: a x b - t 49

50 Dari kedua diagram garis itu kita membuat perbandingan: x b x b a a a a = = t t ( ) ( ) + x - a = (t + )(b - a) x = (t + )(b - a) + a x = = bt at + b a + a a + b + bt at a + b + b a t x = ( ) ( ) dx = b a dt 50

51 b a ( a + b) + ( b a) t ( b a) ( b a) f ( x) dx = f [ ] dt = f ( [ a + b) + ( b a) t ] dt Contoh: Hitung integral ( x + ) dx dengan kaidah Gauss-Legendre -titik 5

52 Penyelesaian: a =, b = x = ( + ) + ( ) dx = t dt = 0.5 dt = t Transformasikan f ( x ) dx menjadi f ( t ) dt : ( x + ) dx = [( t ) + ]0.5dt = 0.5 [( t ) + ] dt 5

53 Jadi, dalam hal ini maka f(t) = ( t) + f(/ 3) = ( / 3) + ) = f(-/ 3) = ( / 3) + ) = Dengan demikian ( x + ) dx = ( t) + ) dt 0.5 {f(/ 3) + f(-/ 3)} Nilai integrasi sejatinya adalah: ( x + ) dx = / 3 x 3 + x x x = = = (8/3 + ) + (/3 + ) = (7/3 + ) =

54 DibandingkandenganmetodeNewton-Cotes (trapesium, /3 Simpson, dll), kaidahgauss-legendre -titik lebih sederhana dan lebih mangkus dalam operasiaritmetika, karena Gauss-Legendre -titik hanya membutuhkan duabuahevaluasifungsi. Selain itu, ketelitiannya lebih tinggi dibandingkan denganmetodenewton-cotes. Namun, kaidah Gauss-Legendre tidak dapat digunakan jika fungsi f(x) tidak diketahui secara eksplisit 54

55 Kaidah Gauss-Legendre 3-Titik Metode Gauss-Legendre 3-Titik dapat ditulis sebagai I = f ( x) dt c f(x ) + c f(x ) + c 3 f(x 3 ) Parameter x, x, x 3, c, c, dan c 3 dapat ditemukan dengan membuat penalaran bahwa kuadratur Gauss bernilai tepat untuk 6 buah fungsi berikut: f(x) = ; f(x) = x ; f(x) = x f(x) = x 3 ; f(x) = x 4 ; f(x) = x 5 55

56 Dengan cara yang sama seperti pada penurunan kaidah Gauss-Legendre -titik, diperoleh 6 buah persaman simultan yang solusinya adalah c = 5/9 ; x = - 3/5 c = 8/9 ; x = 0 c 3 = 5/9 ; x = 3/5 Jadi, 5 8 f ( x) dx f ( 3 / 5) [ ] ( ) [ ( ) ] + f 0 f 3 / Kaidah Gauss-Legendre n-titik Penurunan kaidah Gauss-Legendre -titik dan Gauss-Legendre 3-titik dapat dirampatkan untuk menghasilkan kaidah Gauss-Legendre n-titik f ( x) dt c f(x ) + c f(x ) + + c n f(x n ) 56

57 Metode Gauss-Legendre n-titik f ( x) dt c f(x ) + c f(x ) + + c n f(x n ) n Faktor bobot Argumen fungsi Galat pemotongan c = c = c = c = c 3 = c = c = c 3 = c 3 = c = c = c 3 = c 4 = c 5 = c = c = c 3 = c 4 = c 5 = c 6 = x = x = x = x = 0 x = x = x = x 3 = x 4 = x = x = x 3 = 0 x 4 = x 5 = x = x = x 3 = x 4 = x 5 = x 6 = f (4) (c) f (6) (c) f (8) (c) f (0) (c) f () (c) 57

58 Contoh Soal Terapan Seorang penerjun payung terjun dari sebuah pesawat. Kecepatan penerjun sebagai fungsi dari waktu adalah [CHA9]: v(t) = gm ( - e - (c / m) t ) c yang dalam hal ini v = kecepatan penerjun dalam m/dt g = tetapan gravitasi = 9.8 m/dt m = massa penerjun = 68. kg c = koefisien tahanan udara =.5 kg/detik 58

59 Misalkan kita ingi mengetahui seberapa jauh penerjun telah jatuh seteleh waktu tertentu t. Karena kecepatan merupakan turunan pertama dari fungsi jarak, maka jarak penerjun dari titik terjun (t = 0) adalah : t d = 0 t gm ( c / m) t v( t) dt = ( e ) dt c 0 Hitung seberapa jauh penerjun telah jatuh setelah waktu t =0 detik dengan bermacammacam metode integrasi numerik. Penyelesaian: Persoalan kita adalah menghitung integrasi d = 0 gm ( e c 0 ( c / m) t ) dt 59

60 Nilai d dengan bermacam-macam metode integrasi numerik diringkas dalam tabel berikut: Metode Integrasi d (meter) Keterangan Trapesium n = 8 Titik-tengah n = 8 Simpson / n = 8 Simpson 3/ n = 43 Romberg n = 8 Gauss-Legendre -Titik Gauss-Legendre 3-Titik Gauss-Legendre 4-Titik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Integral Integral merupakan invers atau kebalikan dari differensial. Integral terdiri dari dua macam yakni integral tentu dan integral tak tentu. Integral

Lebih terperinci

PENGGUNAAN EKSTRAPOLASI UNTUK MENYELESAIKAN FUNGSI INTEGRAL TENTU NIRSAL

PENGGUNAAN EKSTRAPOLASI UNTUK MENYELESAIKAN FUNGSI INTEGRAL TENTU NIRSAL PENGGUNAAN EKSTRAPOLASI UNTUK MENYELESAIKAN FUNGSI INTEGRAL TENTU NIRSAL Dosen Tetap Yayasan Universitas Cokroaminoto Palopo E-Mail: nirsal_uncpftkom@yahoo.co.id Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk

Lebih terperinci

Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Padan Kata...

Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Padan Kata... Daftar Isi Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Padan Kata... iii v xi 1. Metode Numerik Secara Umum... 1 1.1 Metode Analitik versus Metode Numerik... 4 1.2 Metode Numerik dalam Bidang Rekayasa... 6

Lebih terperinci

dx = F(x) + C (P.6.1)

dx = F(x) + C (P.6.1) Bab 6 Integrasi Numerik Pelajarila jagad raya ini. Jangan kecewa karena dunia tidak mengenal anda, tetapi kecewala karena anda tidak mengenal dunia. (Kong Fu Tse - filusuf Cina) Di dalam kalkulus, integral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahap-tahap memecahkan masalah dengan metode numeric : 1. Pemodelan 2. Penyederhanaan model 3.

BAB I PENDAHULUAN. Tahap-tahap memecahkan masalah dengan metode numeric : 1. Pemodelan 2. Penyederhanaan model 3. BAB I PENDAHULUAN Tujuan Pembelajaran: Mengetahui apa yang dimaksud dengan metode numerik. Mengetahui kenapa metode numerik perlu dipelajari. Mengetahui langkah-langkah penyelesaian persoalan numerik.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sejarah Kalkulus Kalkulus integral terlahir lebih dari 2.000 tahun yang lalu pada waktu bangsa Yunani mencoba menentukan luas dengan suatu proses yang mereka sebut dengan metode

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 16 Oktober 2013

Hendra Gunawan. 16 Oktober 2013 MA1101 MATEMATIKA 1A Hendra Gunawan Semester I, 2013/2014 16 Oktober 2013 Latihan (Kuliah yang Lalu) 1. Diketahui g(x) = x 3 /3, x є [ 2,2]. Hitung nilai rata rata g pada [ 2,2] dan tentukan c є ( 2,2)

Lebih terperinci

KAIDAH SIMPSON 3/8 DAN INTEGRASI NUMERIK. Kelompok 6

KAIDAH SIMPSON 3/8 DAN INTEGRASI NUMERIK. Kelompok 6 KAIDAH SIMPSON 3/8 DAN INTEGRASI NUMERIK Kelompok 6 ANGGOTA Rian Triastuti (4101410020) Mardiyani (4101410053) Gias Atikasari (4101410060) Agil Dwijayanti (4101410074) Diah Aprilia (4101410090) Nur Khasanah

Lebih terperinci

Penerapan Integrasi Numerik pada Medan Magnet karena Arus Listrik

Penerapan Integrasi Numerik pada Medan Magnet karena Arus Listrik Penerapan Integrasi Numerik pada Medan Magnet karena Arus Listrik Rianto Fendy Kristanto - 13507036 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK

BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK BAB II PENGANTAR SOLUSI PERSOALAN FISIKA MENURUT PENDEKATAN ANALITIK DAN NUMERIK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menjelaskan cara penyelesaian soal dengan

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER METODE NUMERIS I

UJIAN AKHIR SEMESTER METODE NUMERIS I PETUNJUK UJIAN AKHIR SEMESTER METODE NUMERIS I DR. IR. ISTIARTO, M.ENG. KAMIS, 8 JUNI 017 OPEN BOOK 150 MENIT 1. Saudara tidak boleh menggunakan komputer untuk mengerjakan soal ujian ini.. Tuliskan urutan/cara/formula

Lebih terperinci

Persamaan Diferensial

Persamaan Diferensial Orde Satu Jurusan Matematika FMIPA-Unud Senin, 18 Desember 2017 Orde Satu Daftar Isi 1 Pendahuluan 2 Orde Satu Apakah Itu? Solusi Pemisahan Variabel Masalah Gerak 3 4 Orde Satu Pendahuluan Dalam subbab

Lebih terperinci

BAB I PENGERTIAN DASAR

BAB I PENGERTIAN DASAR BAB I PENGERTIAN DASAR Kompetensi Dasar: Menjelaskan pengertian dan klasifikasi dari persamaan diferensial serta beberapa hal yang terkait. Indikator: a. Menjelaskankan pengertian persamaan diferensial.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Teknik Informatika dan Statistika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2005/2006 ANALISIS PERBANDINGAN METODE ROMBERG, METODE GAUSS-LEGENDRE, METODE SIMULASI

Lebih terperinci

Distribusi Peluang Kontinu. Bahan Kuliah II2092 Probabilitas dan Statistik Oleh: Rinaldi Munir Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB

Distribusi Peluang Kontinu. Bahan Kuliah II2092 Probabilitas dan Statistik Oleh: Rinaldi Munir Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB Distribusi Peluang Kontinu Bahan Kuliah II9 Probabilitas dan Statistik Oleh: Rinaldi Munir Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB 1 Fungsi Padat Peluang Untuk peubah acak kontinu, fungsi peluangnya

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 1 - I

PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 1 - I PENYELESAIAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL ORDE 1 - I 1. Pendahuluan Pengertian Persamaan Diferensial Metoda Penyelesaian -contoh Aplikasi 1 1.1. Pengertian Persamaan Differensial Secara Garis Besar Persamaan

Lebih terperinci

Media Pembelajaran Integrasi Numerik Dengan Metode Kuadratur Gauss

Media Pembelajaran Integrasi Numerik Dengan Metode Kuadratur Gauss Media Pembelajaran Integrasi Numerik Dengan Metode Kuadratur Gauss Puji Catur Siswipraptini 1, Rifarhan 2 Jurusan Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknik PLN Jakarta JL. Lingkar Luar Barat, Menara PLN,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN SOLUSI NUMERIK INTEGRAL LIPAT DUA PADA FUNGSI FUZZY DENGAN METODE ROMBERG DAN SIMULASI MONTE CARLO

PERBANDINGAN SOLUSI NUMERIK INTEGRAL LIPAT DUA PADA FUNGSI FUZZY DENGAN METODE ROMBERG DAN SIMULASI MONTE CARLO PERBANDINGAN SOLUSI NUMERIK INTEGRAL LIPAT DUA PADA FUNGSI FUZZY DENGAN METODE ROMBERG DAN SIMULASI MONTE CARLO Ermawati i, Puji Rahayu ii,, Faihatus Zuhairoh iii i Dosen Jurusan Matematika FST UIN Alauddin

Lebih terperinci

Suku Banyak Chebyshev

Suku Banyak Chebyshev Bab 3 Suku Banyak Chebyshev Suku banyak Chebyshev, yang diberi nama oleh Pafnuty Chebyshev, merupakan suatu deret dari suku banyak ortogonal yang dapat dituliskan secara rekursif. Suku banyak ini dibedakan

Lebih terperinci

Kunci Jawaban Quis 1 (Bab 1,2 dan 3) tipe 1

Kunci Jawaban Quis 1 (Bab 1,2 dan 3) tipe 1 Kunci Jawaban Quis (Bab,2 dan 3) tipe. Tentukan representasi deret Taylor dari f(x) = ln( + x) di sekitar a =. Tuliskan sampai turunan ke 5. Kemudian estimasilah ln(.2) dengan menggunakan deret Taylor

Lebih terperinci

PERFORMANSI METODE TRAPESIUM DAN METODE GAUSS-LEGENDRE DALAM PENYELESAIAN INTEGRAL DENGAN METODE NUMERIK MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN MATLAB.

PERFORMANSI METODE TRAPESIUM DAN METODE GAUSS-LEGENDRE DALAM PENYELESAIAN INTEGRAL DENGAN METODE NUMERIK MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN MATLAB. Volume 5, Nomor, September 06 ISSN 978-660 PERFORMANSI METODE TRAPESIUM DAN METODE GAUSS-LEGENDRE DALAM PENYELESAIAN INTEGRAL DENGAN METODE NUMERIK MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN MATLAB Oleh : MEILANY

Lebih terperinci

Triyana Muliawati, S.Si., M.Si.

Triyana Muliawati, S.Si., M.Si. SI 2201 - METODE NUMERIK Triyana Muliawati, S.Si., M.Si. Prodi Matematika Institut Teknologi Sumatera Lampung Selatan 35365 Hp. +6282260066546, Email. triyana.muliawati@ma.itera.ac.id 1. Pengenalan Metode

Lebih terperinci

BANK SOAL METODE KOMPUTASI

BANK SOAL METODE KOMPUTASI BANK SOAL METODE KOMPUTASI 006 iv DAFTAR ISI Halaman Bio Data Singkat Penulis.. Kata Pengantar Daftar Isi i iii iv Pengantar... Kesalahan Bilangan Pendekatan... 6 Akar-akar Persamaan Tidak Linier.....

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 62 BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis 3.1.1 Analisis Masalah yang Dihadapi Persamaan integral merupakan persamaan yang sering muncul dalam berbagai masalah teknik, seperti untuk mencari harga

Lebih terperinci

BAB: TEKNIK PENGINTEGRALAN Topik: Metode Substitusi

BAB: TEKNIK PENGINTEGRALAN Topik: Metode Substitusi BAB: TEKNIK PENGINTEGRALAN Topik: Metode Substitusi Kompetensi yang diukur adalah kemampuan mahasiswa menghitung integral fungsi dengan metode substitusi.. UAS Kalkulus Semester Pendek no. b (kriteria:

Lebih terperinci

INTEGRASI NUMERIK DENGAN METODE KUADRATUR GAUSS-LEGENDRE MENGGUNAKAN PENDEKATAN INTERPOLASI HERMITE DAN POLINOMIAL LEGENDRE

INTEGRASI NUMERIK DENGAN METODE KUADRATUR GAUSS-LEGENDRE MENGGUNAKAN PENDEKATAN INTERPOLASI HERMITE DAN POLINOMIAL LEGENDRE Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 1 Hal. 148 153 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND INTEGRASI NUMERIK DENGAN METODE KUADRATUR GAUSS-LEGENDRE MENGGUNAKAN PENDEKATAN INTERPOLASI HERMITE DAN

Lebih terperinci

IntegrasiNumerik. Bahan Kuliah IF4058 Topik Khusus Informatika I. Oleh; Rinaldi Munir(IF-STEI ITB) (Bag. 1)

IntegrasiNumerik. Bahan Kuliah IF4058 Topik Khusus Informatika I. Oleh; Rinaldi Munir(IF-STEI ITB) (Bag. 1) IntegrasiNumerik (Bag. ) Baan Kulia IF458 Topik Kusus Informatika I Ole; Rinaldi Munir(IF-STEI ITB) IF458 Topik Kusus Informatika I: Metode PersoalanIntegrasiNumerik Hitungla nilai Integral-Tentu yang

Lebih terperinci

Senin, 18 JUNI 2001 Waktu : 2,5 jam

Senin, 18 JUNI 2001 Waktu : 2,5 jam UJIAN AKHIR SEMESTER KALKULUS I Senin, 8 JUNI Waktu :,5 jam SETIAP NOMOR MEMPUNYAI BOBOT. Tentukan (a) x + sin x dx (b) x x p x dx. Tentukan dy dx jika (a) y +) (x + ln x (b) y sin p x. Tentukan ln x p

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Teknik Informatika - Matematika Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2005/2006 PERBANDINGAN METODE INTEGRASI NUMERIK BOOLE, GAUSS- LEGENDRE, DAN ADAPTIVE

Lebih terperinci

DeretTaylor dananalisisgalat

DeretTaylor dananalisisgalat DeretTaylor dananalisisgalat Kuliah ke-2 IF4058 Topik Khusus Informatika I Oleh; Rinaldi MunirIF-STEI ITB) 1 DeretTaylor Kakastools) yang sangat penting dalam metode numerik adalah derettaylor. Deret Taylor

Lebih terperinci

Aplikasi Aljabar Lanjar pada Metode Numerik

Aplikasi Aljabar Lanjar pada Metode Numerik Aplikasi Aljabar Lanjar pada Metode Numerik IF223 Aljabar Geometri Oleh: Rinaldi Munir Program Studi Informatika, STEI-ITB Rinaldi Munir - IF223 Aljabar Geometri Apa itu Metode Numerik? Numerik: berhubungan

Lebih terperinci

Penggunaan Metode Numerik Untuk Mencari Nilai Percepatan Gravitasi

Penggunaan Metode Numerik Untuk Mencari Nilai Percepatan Gravitasi Penggunaan Metode Numerik Untuk Mencari Nilai Percepatan Gravitasi Khaidzir Muhammad Shahih (13512068) 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

Department of Mathematics FMIPAUNS

Department of Mathematics FMIPAUNS Lecture 2: Metode Operator A. Metode Operator untuk Sistem Linear dengan Koefisien Konstan Pada bagian ini akan dibicarakan cara menentukan penyelesaian sistem persamaan diferensial linear dengan menggunakan

Lebih terperinci

Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Padan Kata...

Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Padan Kata... Daftar Isi Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Padan Kata... iii v i. Metode Numerik Secara Umum.... Metode Analitik versus Metode Numerik... 4. Metode Numerik dalam Bidang Rekayasa... 6.3 Apakah Metode

Lebih terperinci

BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1.

BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. BAB III APLIKASI METODE EULER PADA KAJIAN TENTANG GERAK Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini pembaca diharapkan dapat: 1. Menentukan solusi persamaan gerak jatuh bebas berdasarkan pendekatan

Lebih terperinci

Analisis Numerik Integral Lipat Dua Fungsi Trigonometri Menggunakan Metode Romberg

Analisis Numerik Integral Lipat Dua Fungsi Trigonometri Menggunakan Metode Romberg Analisis Numerik Integral Lipat Dua Fungsi Trigonometri Menggunakan Metode Romberg Numerical Analysis of Double Integral of Trigonometric Function Using Romberg Method ABSTRAK Umumnya penyelesaian integral

Lebih terperinci

Matematika I: APLIKASI TURUNAN. Dadang Amir Hamzah. Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I / 70

Matematika I: APLIKASI TURUNAN. Dadang Amir Hamzah. Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I / 70 Matematika I: APLIKASI TURUNAN Dadang Amir Hamzah 2015 Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I 2015 1 / 70 Outline 1 Maksimum dan Minimum Dadang Amir Hamzah Matematika I Semester I 2015 2 / 70 Outline

Lebih terperinci

PERBANDINGAN SOLUSI NUMERIK METODE ROMBERG DAN SIMULASI MONTE CARLO PADA PENYELESAIAN INTEGRAL

PERBANDINGAN SOLUSI NUMERIK METODE ROMBERG DAN SIMULASI MONTE CARLO PADA PENYELESAIAN INTEGRAL PERBANDINGAN SOLUSI NUMERIK METODE ROMBERG DAN SIMULASI MONTE CARLO PADA PENYELESAIAN INTEGRAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Sains Jurusan Matematika pada Fakultas

Lebih terperinci

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1 Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB Deret Tak Hingga Pada bagian ini akan dibicarakan penjumlahan berbentuk a +a 2 + +a n + dengan a n R Sebelumnya akan dibahas terlebih dahulu pengertian barisan

Lebih terperinci

Konsep Deret & Jenis-jenis Galat

Konsep Deret & Jenis-jenis Galat Metode Numerik (IT 402) Fakultas Teknologi Informasi - Universitas Kristen Satya Wacana Bagian 2 Konsep Deret & Jenis-jenis Galat ALZ DANNY WOWOR 1. Pengatar Dalam Kalkulus, deret sering digunakan untuk

Lebih terperinci

Interpolasi. Metode Numerik POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA

Interpolasi. Metode Numerik POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA DEPARTEMEN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA Interpolasi Metode Numerik Zulhaydar Fairozal Akbar zfakbar@pens.ac.id 2017 TOPIK Pengenalan

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER GLOBAL INFORMATIKA MDP

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER GLOBAL INFORMATIKA MDP METODE NUMERIK Disusun oleh Ir. Sudiadi, M.M.A.E. Ir. Rizani Teguh, MT SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER GLOBAL INFORMATIKA MDP 2015 Metode Numerik i KATA PENGANTAR Pertama-tama penulis

Lebih terperinci

Metode Numerik - Interpolasi WILLY KRISWARDHANA

Metode Numerik - Interpolasi WILLY KRISWARDHANA Metode Numerik - Interpolasi WILLY KRISWARDHANA Interpolasi Para rekayasawan dan ahli ilmu alam sering bekerja dengan sejumlah data diskrit (yang umumnya disajikan dalam bentuk tabel). Data di dalam tabel

Lebih terperinci

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK

UJI KONVERGENSI. Januari Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK UJI KONVERGENSI Januari 208 Tim Dosen Kalkulus 2 TPB ITK Uji Integral Teorema 3 Jika + k= u k adalah deret dengan suku-suku tak negatif, dan jika ada suatu konstanta M sedemikian hingga s n = u + u 2 +

Lebih terperinci

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA

BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA BAB II PERSAMAAN DIFERENSIAL BIASA Tujuan Pembelajaran Umum: 1 Mahasiswa mampu memahami konsep dasar persamaan diferensial 2 Mahasiswa mampu menggunakan konsep dasar persamaan diferensial untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

ELIMINASI GAUSS MAKALAH. Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Metode Numerik Dosen Saluky M.Kom. Di Susun Oleh: Kelompok VII Matematika C/VII

ELIMINASI GAUSS MAKALAH. Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Metode Numerik Dosen Saluky M.Kom. Di Susun Oleh: Kelompok VII Matematika C/VII ELIMINASI GAUSS MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Metode Numerik Dosen Saluky M.Kom Di Susun Oleh: Kelompok VII Matematika C/VII Anggota : 1. Eko Kurniawan P. (59451064) 2. Siti Nurhairiyah

Lebih terperinci

Akar-Akar Persamaan. Definisi akar :

Akar-Akar Persamaan. Definisi akar : Akar-Akar Persamaan Definisi akar : Suatu akar dari persamaan f(x) = 0 adalah suatu nilai dari x yang bilamana nilai tersebut dimasukkan dalam persamaan memberikan identitas 0 = 0 pada fungsi f(x) X 1

Lebih terperinci

Keep running VEKTOR. 3/8/2007 Fisika I 1

Keep running VEKTOR. 3/8/2007 Fisika I 1 VEKTOR 3/8/007 Fisika I 1 BAB I : VEKTOR Besaran vektor adalah besaran yang terdiri dari dua variabel, yaitu besar dan arah. Sebagai contoh dari besaran vektor adalah perpindahan. Sebuah besaran vektor

Lebih terperinci

Persamaan Diferensial

Persamaan Diferensial TKS 4003 Matematika II Persamaan Diferensial Konsep Dasar dan Pembentukan (Differential : Basic Concepts and Establishment ) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Pendahuluan

Lebih terperinci

4. Dibawah ini persamaan diferensial ordo dua berderajat satu adalah

4. Dibawah ini persamaan diferensial ordo dua berderajat satu adalah Pilihlah jawaban yang benar dengan cara mencakra huruf didepan jawaban yang saudara anggap benar pada lembar jawaban 1. Dibawah ini bentuk persamaan diferensial biasa linier homogen adalah a. y + xy =

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Suatu integral dapat diselesaikan dengan 2 cara, yaitu secara analitik dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Suatu integral dapat diselesaikan dengan 2 cara, yaitu secara analitik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu integral dapat diselesaikan dengan 2 cara, yaitu secara analitik dan secara numerik. Perhitungan secara analitik dilakukan untuk menyelesaikan integral pada fungsi

Lebih terperinci

PERBANDINGAN BEBERAPA METODE NUMERIK DALAM MENGHITUNG NILAI PI

PERBANDINGAN BEBERAPA METODE NUMERIK DALAM MENGHITUNG NILAI PI PERBANDINGAN BEBERAPA METODE NUMERIK DALAM MENGHITUNG NILAI PI Perbandingan Beberapa Metode Numerik dalam Menghitung Nilai Pi Aditya Agung Putra (13510010)1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik

Lebih terperinci

MODIFIKASI METODE RUNGE-KUTTA ORDE-4 KUTTA BERDASARKAN RATA-RATA HARMONIK TUGAS AKHIR. Oleh : EKA PUTRI ARDIANTI

MODIFIKASI METODE RUNGE-KUTTA ORDE-4 KUTTA BERDASARKAN RATA-RATA HARMONIK TUGAS AKHIR. Oleh : EKA PUTRI ARDIANTI MODIFIKASI METODE RUNGE-KUTTA ORDE-4 KUTTA BERDASARKAN RATA-RATA HARMONIK TUGAS AKHIR Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Jurusan Matematika Oleh : EKA PUTRI ARDIANTI

Lebih terperinci

digunakan untuk menyelesaikan integral seperti 3

digunakan untuk menyelesaikan integral seperti 3 Bab Teknik Pengintegralan BAB TEKNIK PENGINTEGRALAN Rumus-rumus dasar integral tak tertentu yang diberikan pada bab hanya dapat digunakan untuk mengevaluasi integral dari fungsi sederhana dan tidak dapat

Lebih terperinci

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1. Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang

Ringkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1. Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang ingkasan Kalkulus 2, Untuk dipakai di ITB 1 Integral Lipat Dua Atas Daerah Persegipanjang Perhatikan fungsi z = f(x, y) pada = {(x, y) : a x b, c y d} Bentuk partisi P atas daerah berupa n buah persegipanjang

Lebih terperinci

MACLAURIN S SERIES. Ghifari Eka

MACLAURIN S SERIES. Ghifari Eka MACLAURIN S SERIES Ghifari Eka Taylor Series Sebelum membahas mengenai Maclaurin s series alangkah lebih baiknya apabila kita mengetahui terlebih dahulu mengenai Taylor series. Misalkan terdapat fungsi

Lebih terperinci

Persamaan Diferensial Biasa

Persamaan Diferensial Biasa Persamaan Diferensial Biasa Pendahuluan, Persamaan Diferensial Orde-1 Toni Bakhtiar Departemen Matematika IPB September 2012 Toni Bakhtiar (m@thipb) PDB September 2012 1 / 37 Pendahuluan Konsep Dasar Beberapa

Lebih terperinci

SolusiPersamaanDiferensialBiasa

SolusiPersamaanDiferensialBiasa SolusiPersamaanDiferensialBiasa (Bag. 2) Bahan Kuliah IF4058 Topik Khusus Informatika I Oleh; Rinaldi Munir(IF-STEI ITB) 1 MetodePredictor-Corrector Metode Heun adalah salah satu metode predictorcorrector

Lebih terperinci

INTEGRAL (ANTI DIFERENSIAL) Tito Adi Dewanto S.TP

INTEGRAL (ANTI DIFERENSIAL) Tito Adi Dewanto S.TP A. Soal dan Pembahasan. ( x ) dx... Jawaban : INTEGRAL (ANTI DIFERENSIAL) Tito Adi Dewanto S.TP ( x) dx x dx x C x C x x C. ( x 9) dx... x Jawaban : ( x 9) dx. (x x 9) dx x 9x C x x x. (x )(x + ) dx =.

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL Tujuan Instruksional: Mampu memahami definisi Persamaan Diferensial Mampu memahami klasifikasi Persamaan Diferensial Mampu memahami bentuk bentuk solusi Persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB TINJAUAN PUSTAKA.1 Model Aliran Dua-Fase Nonekulibrium pada Media Berpori Penelitian ini merupakan kajian ulang terhadap penelitian yang telah dilakukan oleh Juanes (008), dalam tulisannya yang berjudul

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL A. PENGERTIAN PERSAMAAN DIFERENSIAL Dalam pelajaran kalkulus, kita telah berkenalan dan mengkaji berbagai macam metode untuk mendiferensialkan suatu fungsi (dasar). Sebagai

Lebih terperinci

DERET FOURIER. n = bilangan asli (1,2,3,4,5,.) L = pertemuan titik. Bilangan-bilangan untuk,,,, disebut koefisien fourier dari f(x) dalam (-L,L)

DERET FOURIER. n = bilangan asli (1,2,3,4,5,.) L = pertemuan titik. Bilangan-bilangan untuk,,,, disebut koefisien fourier dari f(x) dalam (-L,L) DERET FOURIER Bila f adalah fungsi periodic yang berperioda p, maka f adalah fungsi periodic. Berperiode n, dimana n adalah bilangan asli positif (+). Untuk setiap bilangan asli positif fungsi yang didefinisikan

Lebih terperinci

Pengantar Metode Perturbasi Bab 4. Ekspansi Asimtotik pada Persamaan Diferensial Biasa

Pengantar Metode Perturbasi Bab 4. Ekspansi Asimtotik pada Persamaan Diferensial Biasa Pengantar Metode Perturbasi Bab 4. Ekspansi Asimtotik pada Persamaan Diferensial Biasa Mahdhivan Syafwan Jurusan Matematika FMIPA Universitas Andalas PAM 454 KAPITA SELEKTA MATEMATIKA TERAPAN II Semester

Lebih terperinci

SolusiPersamaanNirlanjar

SolusiPersamaanNirlanjar SolusiPersamaanNirlanjar Bahan Kuliah IF4058 Topik Khusus Informatika I Oleh; Rinaldi Munir(IF-STEI ITB) Rinaldi Munir - Topik Khusus Informatika I 1 RumusanMasalah Persoalan: Temukan nilai yang memenuhi

Lebih terperinci

MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 8: Bentuk Tak Tentu d

MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 8: Bentuk Tak Tentu d MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 8: dan Do maths and you see the world ? Pengantar Bentuk tak tentu? Bentuk apa? Bentuk tak tentu yang dimaksud adalah bentuk limit dengan nilai seolah-olah : 0 0 ; ; 0

Lebih terperinci

AB = c, AC = b dan BC = a, maka PQ =. 1

AB = c, AC = b dan BC = a, maka PQ =. 1 Soal-Soal dan Pembahasan Matematika IPA SNMPTN 9. Jika a, b, maka pernyataan di bawah ini yang benar adalah A. B. a b ab C. ab b a D. ab ab E. ab ab ab b a karena pada jawaban terdapat ab maka selesaikan

Lebih terperinci

bila limitnya ada. Dengan penggantian x = c+ h, jika x c h 0 dan x c h turunan fungsi f di c dapat dituliskan dalam bentuk: x c

bila limitnya ada. Dengan penggantian x = c+ h, jika x c h 0 dan x c h turunan fungsi f di c dapat dituliskan dalam bentuk: x c Misalkan fungsi f terdefinisi pada selang terbuka I yang memuat c. Turunan pertama dari fungsi f di titik c ditulis f '( c ) didefinisikan sebagai: ( ) ( ) f x f '( c) = lim f c x c x c bila limitnya ada.

Lebih terperinci

Mata Kuliah :: Matematika Rekayasa Lanjut Kode MK : TKS 8105 Pengampu : Achfas Zacoeb

Mata Kuliah :: Matematika Rekayasa Lanjut Kode MK : TKS 8105 Pengampu : Achfas Zacoeb Mata Kuliah :: Matematika Rekayasa Lanjut Kode MK : TKS 8105 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi XII Differensial e-mail : zacoeb@ub.ac.id www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Hp. 081233978339 PENDAHULUAN Persamaan diferensial

Lebih terperinci

MAKALAH METODE NUMERIK

MAKALAH METODE NUMERIK MAKALAH METODE NUMERIK Pemanfaatan Metode Numerik Turunan dan Integrasi Numerik dalam Bidang IT Disusun Oleh : Ismail Wibi Wicaksono NRP : 2103157011 Jurusan : Teknik Informatika POLITEKNIK ELEKTRONIKA

Lebih terperinci

Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika

Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika Integral yang berhubungan dengan kepentingan fisika 14.1 APLIKASI INTEGRAL A. Usaha Dan Energi Hampir semua ilmu mekanika ditemukan oleh Issac newton kecuali konsep energi. Energi dapat muncul dalam berbagai

Lebih terperinci

LUAS DAERAH DI BAWAH KURVA SUATU FUNGSI

LUAS DAERAH DI BAWAH KURVA SUATU FUNGSI LUAS DAERAH DI BAWAH KURVA SUATU FUNGSI Afrizal, S.Pd, M.PMat Matematika MAN Kampar Juli 2010 Afrizal, S.Pd, M.PMat (Matematika) Luas Daerah Dibawah Kurva Juli 2010 1 / 29 Outline Outline 1 Limit dan Turunan

Lebih terperinci

GERAK HARMONIK. Pembahasan Persamaan Gerak. untuk Osilator Harmonik Sederhana

GERAK HARMONIK. Pembahasan Persamaan Gerak. untuk Osilator Harmonik Sederhana GERAK HARMONIK Pembahasan Persamaan Gerak untuk Osilator Harmonik Sederhana Ilustrasi Pegas posisi setimbang, F = 0 Pegas teregang, F = - k.x Pegas tertekan, F = k.x Persamaan tsb mengandung turunan terhadap

Lebih terperinci

BAB I INTEGRAL TAK TENTU

BAB I INTEGRAL TAK TENTU BAB I INTEGRAL TAK TENTU TUJUAN PEMBELAJARAN: 1. Setelah mempelajari materi ini mahasiswa dapat menentukan pengertian integral sebagai anti turunan. 2. Setelah mempelajari materi ini mahasiswa dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

Catatan Kuliah KALKULUS II BAB V. INTEGRAL

Catatan Kuliah KALKULUS II BAB V. INTEGRAL BAB V. INTEGRAL Anti-turunan dan Integral TakTentu Persamaan Diferensial Sederhana Notasi Sigma dan Luas Daerah di Bawah Kurva Integral Tentu Teorema Dasar Kalkulus Sifat-sifat Integral Tentu Lebih Lanjut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya matematika rekayasa, yang menggunakan bilangan untuk menirukan proses

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya matematika rekayasa, yang menggunakan bilangan untuk menirukan proses BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis Numerik merupakan suatu cabang atau bidang ilmu matematika, khususnya matematika rekayasa, yang menggunakan bilangan untuk menirukan proses matematik. Proses

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 13 PENYELESAIAN PERSAMAAN ALJABAR

PRAKTIKUM 13 PENYELESAIAN PERSAMAAN ALJABAR PRAKTIKUM 13 PENYELESAIAN PERSAMAAN ALJABAR Dalam bab ini kita akan menggunakan Matlab untuk menyelesaikan persamaan aljabar. Kita akan mulai dengan menyelesaikan persamaan sederhana (persamaan dengan

Lebih terperinci

INTISARI KALKULUS 2. Penyusun: Drs. Warsoma Djohan M.Si. Open Source. Not For Commercial Use

INTISARI KALKULUS 2. Penyusun: Drs. Warsoma Djohan M.Si. Open Source. Not For Commercial Use INTISARI KALKULUS 2 Penyusun: Drs. Warsoma Djohan M.Si. Program Studi Matematika - FMIPA Institut Teknologi Bandung Januari 200 Pengantar Kalkulus & 2 merupakan matakuliah wajib tingkat pertama bagi semua

Lebih terperinci

FUNGSI-FUNGSI INVERS

FUNGSI-FUNGSI INVERS FUNGSI-FUNGSI INVERS Logaritma, Eksponen, Trigonometri Invers Departemen Matematika FMIPA IPB Bogor, 202 (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, 202 / 49 Topik Bahasan Fungsi Satu ke Satu 2

Lebih terperinci

Persamaan Diferensial

Persamaan Diferensial TKS 4003 Matematika II Persamaan Diferensial Linier Non Homogen Tk. 2 (Differential: Linier Non Homogen Orde 2) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Solusi umum merupakan jumlah

Lebih terperinci

Matematika Teknik I. Prasyarat : Kalkulus I, Kalkulus II, Aljabar Vektor & Kompleks

Matematika Teknik I. Prasyarat : Kalkulus I, Kalkulus II, Aljabar Vektor & Kompleks Kode Mata Kuliah : TE 318 SKS : 3 Matematika Teknik I Prasarat : Kalkulus I, Kalkulus II, Aljabar Vektor & Kompleks Tujuan : Mahasiswa memahami permasalahan teknik dalam bentuk PD atau integral, serta

Lebih terperinci

DIKTAT PRAKTIKUM METODE NUMERIK

DIKTAT PRAKTIKUM METODE NUMERIK DIKTAT PRAKTIKUM METODE NUMERIK LABORATORIUM KOMPUTER PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN 2014 KATA PENGANTAR Diktat ini disusun untuk pedoman dalam

Lebih terperinci

Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan

Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan Barisan dan Deret Agus Yodi Gunawan Barisan. Definisi. Barisan tak hingga adalah suatu fungsi dengan daerah asalnya himpunan bilangan bulat positif dan daerah kawannya himpunan bilangan real. Notasi untuk

Lebih terperinci

KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom

KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom KINEMATIKA Fisika Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom Sasaran Pembelajaran Indikator: Mahasiswa mampu mencari besaran

Lebih terperinci

KALKULUS MULTIVARIABEL II

KALKULUS MULTIVARIABEL II Definisi KALKULUS MULTIVARIABEL II (Minggu ke-7) Andradi Jurusan Matematika FMIPA UGM Yogyakarta, Indonesia Definisi 1 Definisi 2 ontoh Soal Definisi Integral Garis Fungsi f K R 2 R di Sepanjang Kurva

Lebih terperinci

Jurusan Matematika FMIPA-IPB

Jurusan Matematika FMIPA-IPB Jurusan Matematika FMIPA-IPB Ujian Kedua Semester Pendek T.A 4/5 KALKULUS/KALKULUS Jum at, Agustus 4 (Waktu : jam) SETIAP SOAL BERNILAI. Tentukan (a) + (b) p 4 + 5. Periksa apakah Teorema Nilai Rata-rata

Lebih terperinci

STK 203 TEORI STATISTIKA I

STK 203 TEORI STATISTIKA I STK 203 TEORI STATISTIKA I III. PEUBAH ACAK KONTINU III. Peubah Acak Kontinu 1 PEUBAH ACAK KONTINU Ingat definisi peubah acak! Definisi : Peubah acak Y adalah suatu fungsi yang memetakan seluruh anggota

Lebih terperinci

MATEMATIKA TEKNIK 2 S1-TEKNIK ELEKTRO. Mohamad Sidiq

MATEMATIKA TEKNIK 2 S1-TEKNIK ELEKTRO. Mohamad Sidiq MATEMATIKA TEKNIK 2 S1-TEKNIK ELEKTRO REFERENSI E-BOOK REFERENSI ONLINE SOS Mathematics http://www.sosmath.com/diffeq/diffeq.html Wolfram Research Math World http://mathworld.wolfram.com/ordinarydifferentialequation.h

Lebih terperinci

ISBN. PT SINAR BARU ALGENSINDO

ISBN. PT SINAR BARU ALGENSINDO Drs. HERI SUTARNO, M. T. DEWI RACHMATIN, S. Si., M. Si. METODE NUMERIK DENGAN PENDEKATAN ALGORITMIK ISBN. PT SINAR BARU ALGENSINDO PRAKATA Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT yang

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH KODE / SKS PROGRAM STUDI : REKAYASA KOMPUTASIONAL (d/h Metode Numerik) : TI / 2 SKS : TEKNIK INFORMAA Pertemu Pokok Bahasan an ke dan 1 Pendahuluan-1 Agar mahasiswa

Lebih terperinci

PAM 252 Metode Numerik Bab 5 Turunan Numerik

PAM 252 Metode Numerik Bab 5 Turunan Numerik Pendahuluan PAM 252 Metode Numerik Bab 5 Turunan Numerik Mahdhivan Syafwan Jurusan Matematika FMIPA Universitas Andalas Semester Genap 2013/2014 1 Mahdhivan Syafwan Metode Numerik: Turunan Numerik Permasalahan

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 2004/2005

SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN 2004/2005 SOAL DAN PEMBAHASAN UJIAN NASIONAL SMA/MA IPA TAHUN PELAJARAN /5. Keliling segitiga ABC pada gambar adalah 8 cm. Panjang sisi AB... A. cm C B. (- ) cm C. (- ) cm D. (8- ) cm E. (8- ) cm A B misal panjang

Lebih terperinci

Dosen Pengampu : Puji Andayani, S.Si, M.Si, M.Sc

Dosen Pengampu : Puji Andayani, S.Si, M.Si, M.Sc KALKULUS III Teorema Integral Dosen Pengampu : Puji Andayani, S.Si, M.Si, M.Sc 1 INTEGRAL GARIS Integral Garis pada Fungsi Skalar Definisi : Jika f didefinisikan pada kurva diberikan secara parametrik

Lebih terperinci

INTEGRAL TAK TENTU 1

INTEGRAL TAK TENTU 1 INTEGRAL TAK TENTU 1 Rumus umum integral b a f (x) dx F(x) =lambang integral f(x) = integran (fungsi yg diintegralkan) a dan b = batas pengintegralan a = batas bawah b = batas atas dx = faktor pengintegral

Lebih terperinci

Kalkulus 2. Teknik Pengintegralan ke - 1. Tim Pengajar Kalkulus ITK. Institut Teknologi Kalimantan. Januari 2018

Kalkulus 2. Teknik Pengintegralan ke - 1. Tim Pengajar Kalkulus ITK. Institut Teknologi Kalimantan. Januari 2018 Kalkulus 2 Teknik Pengintegralan ke - 1 Tim Pengajar Kalkulus ITK Institut Teknologi Kalimantan Januari 2018 Tim Pengajar Kalkulus ITK (Institut Teknologi Kalimantan) Kalkulus 2 Januari 2018 1 / 36 Daftar

Lebih terperinci

PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1. By : Suthami A

PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1. By : Suthami A PENGANTAR MATEMATIKA TEKNIK 1 By : Suthami A MATEMATIKA TEKNIK 1??? MATEMATIKA TEKNIK 1??? MATEMATIKA TEKNIK Matematika sebagai ilmu dasar yang digunakan sebagai alat pemecahan masalah di bidang keteknikan

Lebih terperinci

BAB IV PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM BENTUK KEDUA

BAB IV PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM BENTUK KEDUA BAB IV PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM BENTUK KEDUA Pada bab III, kita telah memandang permasalahan aliran fluida pada celah pintu air dan memodelkan persamaan integralnya. Dari situ kita memperoleh sebuah

Lebih terperinci

Persamaan Differensial Biasa

Persamaan Differensial Biasa Bab 7 cakul fi5080 by khbasar; sem1 2010-2011 Persamaan Differensial Biasa Dalam banyak persoalan fisika, suatu topik sering dinyatakan dalam bentuk perubahan (laju perubahan). Telah disinggung sebelumnya

Lebih terperinci

SANGGAR 14 SMA JAKARTA TIMUR

SANGGAR 14 SMA JAKARTA TIMUR SANGGAR 4 SMA JAKARTA TIMUR SOAL TRY OUT BERSAMA KE- Selasa, 0 Januari 05. Diketahui dua premis: Premis : Jika Romeo sakit maka Juliet menangis Premis : Juliet tersenyum-senyum Negasi dari kerimpulan yang

Lebih terperinci