Keadaan Sosial Ekonomi dan Kependudukan Kota Balikpapan Tahun 2015

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Keadaan Sosial Ekonomi dan Kependudukan Kota Balikpapan Tahun 2015"

Transkripsi

1

2 Keadaan Sosial Ekonomi dan Kependudukan Kota Balikpapan Tahun 2015 Nomor Katalog : Nomor Publikasi : Ukuran Buku Jumlah Halaman : 165 mm x 216 mm : 79 Halaman Penyunting : BPS Kota Balikpapan Gambar Kulit : BPS Kota Balikpapan Diterbitkan oleh : BPS Kota Balikpapan Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

3 WALIKOTA BALIKPAPAN S A M B U T A N Hakekat dilaksanakannya pembangunan di daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk, antara lain pemenuhan kebutuhan pangan, papan, sandang dan berbagai keperluan lainnya. Tujuan ini sudah tentu tidak dapat dicapai dalam jangka pendek, melainkan diperlukan tahapan kegiatan yang terarah dan sistematis. Untuk itu, informasi akurat mengenai keadaan sosial ekonomi penduduk sangat diperlukan agar program pembangunan lebih terarah sehingga meningkatkan efisiensi penggunaan dana untuk pembangunan. Saya menyambut baik atas penerbitan buku Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk Kota Balikpapan Tahun 2015 ini, yang merupakan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kota Balikpapan Tahun Saya mengharapkan di masa yang akan datang Bappeda Kota Balikpapan dan Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan dapat lebih meningkatkan isi buku ini dengan memperluas cakupan penelitian. Penghargaan setinggi-tingginya saya sampaikan pada semua pihak yang menunjukkan partisipasinya sehingga buku ini dapat diterbitkan. Mudah-mudahan buku ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Balikpapan, NOVEMBER 2015 WALIKOTA BALIKPAPAN, H. RIZAL EFFENDI, SE.

4 KATA PENGANTAR Penerbitan buku Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk Kota Balikpapan Tahun 2015 ini merupakan publikasi yang disusun atas kerja sama antara Badan Perencanaan Pembangunan (BAPPEDA) Kota Balikpapan dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Balikpapan. Dalam buku ini berbagai aspek kependudukan diulas secara rinci berdasarkan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kota Balikpapan Tahun Penulisan dilakukan secara berurutan, diawali dengan uraian umum yang berkaitan dengan kependudukan seperti komposisi penduduk, dan dinamika penduduk, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, perumahan serta konsumsi. Penyajian datanya dilakukan sedemikian rupa sehingga bersifat informatif dan diharapkan mempermudah telaah masalah bagi para pemakainya. Kami menyadari, walaupun dalam penyusunan ini telah diusahakan untuk menyajikan secara lengkap, masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, saran dan kritik guna memperbaiki publikasi ini di masa yang akan datang sangat diharapkan. Akhirnya pada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam memberikan bantuannya, kami menyampaikan terima kasih. Diharapkan buku ini dapat memberi manfaat banyak bagi pemakainya, terutama untuk penyusunan perencanaan pembangunan di masa yang akan datang. Balikpapan, November 2015 BAPPEDA KOTA BALIKPAPAN BPS KOTA BALIKPAPAN K e p a l a, K e p a l a, Ir. NINING SURTININGSIH Ir. NURWAHID

5 DAFTAR ISI SAMBUTAN PENGANTAR DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR i ii iii v viii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Sistematika Penulisan.. 2 BAB II METODOLOGI Sumber Data Metode Penarikan Sampel Pendugaan Nilai Populasi Konsep dan Definisi. 5 BAB III KEPENDUDUKAN Persebaran Penduduk Komposisi Penduduk Dinamika Penduduk. 14 BAB IV KESEHATAN Kesehatan Penduduk Fasilitas Kesehatan Tenaga Kesehatan 25

6 4.4 Kesehatan Balita.. 26 BAB V PENDIDIKAN Kemampuan Baca Tulis Partisipasi Sekolah 34 BAB VI KETENAGAKERJAAN Profil Angkatan Kerja Profil Pekerja Produktivitas Pekerja Profil Pencari Kerja. 49 BAB VII PERUMAHAN Kondisi Perumahan Fasilitas Rumah. 59 BAB VIII PENGELUARAN KONSUMSI DAN GINI RATIO Pola Konsumsi Gini Ratio.. 68 BAB IX PENUTUP 76

7 DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Tabel 3.2. Tabel 3.3. Tabel 3.4. Tabel 3.5. Tabel 3.6. Tabel 3.7. Tabel 4.1. Tabel 4.2. Tabel 4.3. Tabel 4.4. Tabel 4.5. Tabel 4.6. Tabel 4.7. Tabel 5.1. Jumlah DAN Persentase Penduduk per Kecamatan di ota Balikpapan, Tahun Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Balikpapan, Tahun Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Kota Balikpapan, Tahun Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin di Kota Balikpapan, Tahun Wanita 10 Tahun Keatas Pernah Kawin Menurut Umur Perkawinan Pertama di Kota Balikpapan, tahun Wanita Pernah Kawin Berumur Tahun Menurut Pemanfaatan Alat KB di Kota Balikpapan, Tahun Wanita Pernah Kawin Berumur Tahun Menurut Cara KB Yang Digunakan di Kota Balikpapan, Tahun Penduduk Menurut Keluhan Kesehatan Utama di Kota Balikpapan, Tahun Jumlah Puskesmas Umum dan Puskesmas Pembantu Menurut Kecamatan di Kota Balikpapan, Tahun Fasilitas Kesehatan dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Kota Balikpapan, Tahun Balita Menurut Pemberian ASI di Kota Balikpapan, Tahun Balita Menurut Lamanya Pemberian ASI di Kota Balikpapan, Tahun Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama dan Jenis Kelamin di Kota Balikpapan, Tahun Penduduk Wanita 10 Tahun Keatas Yang Pernah Kawin dan Umur Kawin Pertama, Tahun Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Kemampuan Baca Tulis dan Jenis Kelamin di Kota Balikpapan, Tahun

8 Tabel 5.2. APK dan APM Menurut Jenjang Pendidikan di Kota Balikpapan, Tahun Tabel 5.3. Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan di Kota Balikpapan, Tahun Tabel 5.4. Penduduk 5-24 Tahun Yang Masih Sekolah Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Kota Balikpapan, Tahun Tabel 5.5. Persentase Penduduk 5-24 Tahun Yang Masih Sekolah Menurut Pendidikan Sedang Dilakukan di Kota Balikpapan, Tahun Tabel 5.6. Persentase Penduduk 5-24 Tahun Menurut Partisipasi Sekolah dan Golongan Umur di Kota Balikpapan, Tahun Tabel 6.1. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatan Utama di Kota Balikpapan, Tahun Tabel 6.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut Golongan Umur di Kota Balikpapan, Tahun Tabel 6.3. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan di Kota Balikpapan, Tahun Tabel 6.4. Penduduk 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Kegiatan Formal/Informal di Kota Balikpapan, Tahun Tabel 6.5. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kota Balikpapan, Tahun Tabel 6.6. Pencari Kerja Menurut Golongan Umur di Kota Balikpapan, Tahun Tabel 6.7. Pencari Kerja Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan di Kota Balikpapan, Tahun Tabel 6.8. Penduduk 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Jam Kerja dan Jenis Kelamin di Kota Balikpapan, Tahun Tabel 7.1. Rumahtangga Menurut Luas Lantai Rumah di Kota Balikpapan, Tahun

9 Tabel 7.2. Tabel 7.3. Tabel 7.4. Tabel 7.5. Tabel 7.6. Tabel 7.7. Tabel 8.1. Tabel 8.2. Tabel 8.3. Tabel 8.4 Rumahtangga Menurut Jenis Lantai Terluas di Kota Balikpapan, Tahun Rumahtangga Menurut Jenis Dinding Terluas di Kota Balikpapan, Tahun Rumahtangga Menurut Jenias Atap Terluas di Kota Balikpapan, Tahun Rumahtangga Menurut Sumber Air Minum di Kota Balikpapan, Tahun Rumahtangga Menurut Penggunaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar di Kota Balikpapan, Tahun Rumahtangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja di Kota Balikpapan, Tahun Perkembangan Persentase Pengeluaran Per Kapita Rumahtangga Menurut Jenis Pengeluaran Tahun Pengeluaran Rata-Rata per Kapita per Bulan Menurut Kelompok Makanan di Kota Balipapan, Tahun Pengeluaran Rata-Rata per Kapita per Bulan Menurut Kelompok Bukan Makanan di Kota Balikpapan, Tahun Distribusi Pendapatan dan Gini Ratio di Kota Balikpapan, Tahun

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1. Persebaran Penduduk dan Luas Wilayah Menurut Kecamatan, Tahun Gambar 3.2. Persentase Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Menurut Kecamatan, Gambar 3.3. Piramida Penduduk Kota Balikpapan Tahun Gambar 3.4. Rasio Ketergantungan Menurut Jenis Kelamin, Gambar 3.5. Persentase Wanita 10 Tahun Keatas Pernah Kawin Menurut Umur Perkawinan Pertama, Tahun Gambar 4.1. Rasio Puskesmas per Kecamatan per Penduduk Kota Balikpapan, Tahun Gambar 4.2. Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama di Kota Balikpapan, Tahun Gambar 5.1. APK dan APM Menurut Jenjang Pendidikan Kota Balikpapan, Tahun Gambar 6.1. Diagram Ketenagakerjaan. 43 Gambar 6.2. TPAK Menurut Golongan Umur di Kota Balikpapan, Tahun Gambar 6.3. Pekerja Menurut Lapangan Usaha di Kota Balikpapan, Tahun Gambar 6.4. Batasan Kegiatan Informal Gambar 6.5. Pencari Kerja Menurut Jenjang Pendidikan di Kota Balikpapan, Tahun Gambar 7.1. Rumahtangga Menurut Luas Lantai Rumah di Kota Balikpapan, Tahun Gambar 7.2. Persentase Rumahtangga Menurut Sumber Air Minum di Kota Balikpapan, Tahun

11 Gambar 8.1. Perkembangan Persentase Pengeluaran per Kapita Rumahtangga Tahun Gambar 8.2. Kurva Lorentz dari Distribusi Pendapatan Kota Balikpapan

12 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap daerah menginginkan tercapainya kehidupan yang sejahtera dan ideal bagi masyarakatnya, hal ini dapat dicapai dengan cara melakukan pembangunan. Pembangunan adalah proses perubahan yang mencakup seluruh sistem sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan tehnologi, kelembagaan dan budaya (Alexander, 1994). Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Makna penting dari pembangunan adalah adanya kemajuan atau perbaikan, pertumbuhan dan diversifikasi. Seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 tujuan pembangunan Nasional adalah mewujudkan masyarakat adil makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan UUD Untuk mewujudkan tujuan itu, diperlukan peran serta aktif dari semua pihak tidak hanya pemerintah sebagai pelaksana kegiatan pemerintahan tetapi juga seluruh lapisan masyarakat. Kota Balikpapan yang telah lama berkembang sebagai kota pelabuhan dan industri pengilangan minyak merupakan pusat transit bagi regionnya dan kota-kota lain yang berkembang di sekitarnya. Dengan posisi yang sangat strategis tersebut, Kota Balikpapan tidak saja menunjang pengembangan ekonomi wilayah, tetapi juga tumbuh menjadi pusat kegiatan pertahanan dan keamanan wilayah Kalimantan dan juga menjadi pusat kegiatan pengendalian usaha dan produksi penting di Kalimantan Timur. Untuk membangun Kota Balikpapan yang jumlah penduduknya cukup besar dengan berbagai karakteristik penduduk, pemerintah daerah Kota SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

13 Balikpapan dihadapkan pada masalah yang sangat kompleks. Oleh karena itu diperlukan suatu langkah strategis agar dapat melaksanakan pembangunan secara optimal, dengan tetap menjaga stabilitas kesatuan dan persatuan bangsa. Sebagaimana tertuang dalam GBHN sasaran utama dari pembangunan adalah kesejahteraan penduduk. Pembangunan yang dilaksanakan adalah dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia. Untuk itu pemerintah telah melaksanakan berbagai usaha dalam rangka memecahkan masalah kependudukan. Sejalan dengan pembangunan nasional, pembangunan di daerah perlu direncanakan berdasarkan informasi yang lengkap, akurat dan tepat waktu. Bertolak dari kepentingan diatas, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Balikpapan bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Balikpapan menyusun publikasi ini yang memuat berbagai indikator untuk melihat kondisi sosial ekonomi penduduk, yang akan dipakai sebagai pendekatan utama dalam melihat keberhasilan pembangunan daerah yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan penduduknya. Publikasi ini berjudulkeadaan Sosial Ekonomi dan Kependudukan Kota Balikpapan Tahun Tujuan Penyusunan publikasi ini bertujuan untuk melihat sejauh mana tingkat pembangunan sosial ekonomi di Kota Balikpapan.Selain itu publikasi ini dapat digunakan sebagai bahan perencanaan untuk pembangunan pada tahun-tahun berikutnya. Dengan demikian diharapkan pembangunan yang akan dilaksanakan dapat tepat dan terarah sehingga pembangunan yang dihasilkan akan lebih optimal. 1.3 Sistematika Penulisan Mengingat luasnya cakupan yang dianalisis, penulisan diarahkan pada sembilan bab sebagai berikut: SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

14 Bab 1 Pendahuluan, memuat latar belakang, tujuan dan sistematika penulisan; Bab 2 Metodologi, memuat sumber data, metode penarikan sampel, pendugaan nilai populasi dan konsep definisi; Bab 3 Kependudukan, memuat data dan ulasan tentang penduduk dan karakteristiknya, keluarga berencana, dan berbagai aspek lain yang berkaitan dengan kependudukan; Bab 4 Kesehatan, memuat data dan ulasan tentang gambaran kesehatan masyarakat serta ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan; Bab 5 Pendidikan, memuat data dan ulasan yang berkaitan dengan pendidikan, seperti tingkat partisipasi sekolah, tingkat melek huruf, dan berbagai kondisi sosial ekonomi yang dipengaruhi oleh kondisi pendidikan di masyarakat; Bab 6 Ketenagakerjaan, memuat data dan ulasan tentang kondisi ketenagakerjaan, baik menurut sektor maupun secara total, dan kondisi sosial ekonomi yang berkaitan dengan ketenagakerjaan; Bab 7 Perumahan, memuat data dan ulasan tentang kondisi perumahan dan keadaan lingkungan perumahan; Bab 8 Konsumsi, memuat data dan ulasan mengenai pengeluaran dan kondisi masyarakat, termasuk distribusi pemerataan pendapatan penduduk yang dihitung berdasarkan pengeluaran; Bab 9 Penutup, memuat ikhtisar dan kesimpulan uraian dari bab sebelumnya. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

15 2 METODOLOGI 2.1 Sumber Data Data sosial ekonomi penduduk yang disajikan pada publikasi ini sebagian besar berdasarkan data hasil Suseda Kota Balikpapan Tahun Selain itu, data juga diperoleh dari survei-survei lain yang diadakan BPS. Sebagai pelengkap dan pembanding digunakan pula data sekunder yang berasal dari intansi-instansi yang berkaitan dengan topik yang dikaji dalam publikasi ini. 2.2 Metode Penarikan Sampel Metode penarikan sampel Suseda berdasarkan Kerangka Contoh Induk (KCI) BPS yang disusun dalam rangka pelaksanaan kegiatan survei-survei BPS yang dilaksanakan dalam kurun waktu KCI ini pertama kali digunakan dalam SP1990 dan terus disempurnakan untuk dapat menunjang setiap jenis survei yang dilaksanakan. Pemilihan Blok Sensus (BS) Suseda dilakukan secara acak dengan jumlah yang telah ditetapkan sesuai dengan kemampuan biaya. Alokasi BS terpilih masing-masing kecamatan dilakukan sedemikian rupa sehingga penyebarannya merata sebanding dengan size jumlah BS di tiap kecamatan. Selanjutnya dari setiap BS terpilih dilakukan updating atau pemutakhiran terhadap muatan rumah tangga dalam BS tersebut, sehingga didapatkan kondisi terbaru keberadaan rumahtangga dalam BS tersebut, yaitu apabila terjadi mutasi, perubahan alamat maupun pergantian nama kepala rumahtangga. Dari SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

16 masing-masing BS tersebut selanjutnya dipilih 10 rumah tangga dengan mempergunakan metode sistematic sampling. 2.3 Pendugaan Nilai Populasi Pendugaan nilai karakteristik populasi dilakukan dalam 2 (dua) tahap. Tahap pertama adalah memproyeksikan total penduduk dan rumah tangga keadaan tahun 2013 berdasarkan proyeksi BPS. Tahap berikutnya adalah dengan menghitung nilai relatif karakteristik sampel. Formula yang digunakan adalah : Y i = NR Si x Y i = 1,2,3,...n. Y = Nilai proyeksi total, yang diperoleh berdasarkan proyeksi BPS dan trend antar sensus NR Si = Nilai relatif dari sampel untuk karakteristik ke-i Y i = Nilai proyeksi karakteristik ke-i Metode analisis yang dipakai adalah Analisis Deskriptif (sederhana) dan agregasi. Peralatan statistik yang dipakai adalah angka relatif (%) dan absolut, rasio, dan lain sebagainya. Mengingat data sosial ekonomi yang disajikan hanya data agregasi, maka karakteristik tabel yang ditampilkan lebih beragam. Analisis kecenderungan (trend) hanya dilakukan pada angka agregasi untuk data perumahan dan distribusi pendapatan sebagai bahan perbandingan. 2.4 Konsep dan Definisi Konsep dan definisi yang dipakai dalam publikasi ini adalah konsep dan definisi yang telah dibakukan oleh BPS. Pembakuan ini dianggap penting agar data sosial ekonomi yang dihasilkan dapat dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Konsep dan definisi yang digunakan adalah: SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

17 Penduduk atau Anggota Rumah Tangga (ART), adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga. ART yang telah bepergian 6 bulan dan ART yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapidengan tujuan pindah/akan meninggalkan rumah 6 bulan atau lebih, tidak dianggap sebagai ART. Rumah tangga, adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Rasio jenis kelamin (Sex Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk pria terhadap 100 penduduk wanita. Keluhan Kesehatan, adalah keadaan seseorang yang mengalami gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik penyakit ringan, kronis, kecelakaan atau penyebab lainnya. Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan rasio antara penduduk yang mengikuti jenjang suatu pendidikan terhadap penduduk dalam suatu kelompok umur yang bersesuaian dengan jenjang pendidikan tersebut. Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan rasio penduduk suatu kelompok umur yang sedang mengikuti suatu jenjang pendidikan terhadap seluruh penduduk pada kelompok umur tersebut. Angka Beban Tanggungan (dependency ratio), adalah rasio antara penduduk usia tidak produktif (0-14 dan 65 tahun keatas) terhadap penduduk usia produktif (15-64 tahun). Penduduk usia 15 tahun ke atas adalah penduduk yang berumur 15 tahun atau lebih baik pria maupun wanita. Kelompok penduduk usia ini disebut penduduk usia kerja, yaitu penduduk yang secara potensial dapat memproduksi barang dan jasa. Angkatan Kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun keatas secara ekonomi potensial menghasilkan barang dan jasa (komoditi). Terdiri dari penduduk yang bekerja dan penduduk pencari kerja. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

18 Bukan Angkatan Kerja, adalah penduduk berumur 15 tahun keatas yang tidak aktif secara ekonomi, seperti sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Kelompok lainnya disini adalah penerima pendapatan seperti pensiunan, penerima bunga dan sebagainya. Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pula kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi. Mencari pekejaan adalah kegiatan seseorang yang tidak bekerja dan pada saat survei orang tersebut sedang mencari pekerjaan, seperti mereka : a. Yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. b. Yang sudah pernah bekerja, karena sesuatu hal berhenti atau diberhentikan dan sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan. c. Yang bekerja atau mempunyai pekerjaan, tetapi karena sesuatu hal masih berusaha untuk mendapatkan pekerjaan lain. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), adalah rasio antara angkatan kerja dengan penduduk berumur 15 tahun keatas (tenaga kerja). TPAK biasanya dinyatakan dalam persen. White Collar Job (WC) adalah jenis pekerjaan utama penduduk yang terdiri atas Tenaga Profesional/Ahli dan sejenisnya, dan Tenaga Kepemimpinan dan Ketatalaksanaan. Blue Collar Job (BC) adalah jenis pekerjaan utama yang terdiri dari Tenaga Usaha Pertanian, Produksi, Operator, Pekerja Kasar. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

19 Services (S) adalah jenis pekerjaan utama yang terdiri atas TenagaPelaksana/Tata Usaha, Tenaga Penjualan dan Tenaga Usaha Jasa. Kelompok Sektor Besar adalah penggabungan beberapa lapangan usaha sesuai dengan ciri-ciri kesamaannya. Kelompok Sektor Besar terdiri atas : Sektor A (Agriculture), adalah sektor Pertanian yang terdiri dari Tanaman Pangan, Perkebunan, Kehutanan, Perikanan dan Peternakan. Sektor M (Manufacture), yaitu penggabungan sektor-sektor Pertambangan/Penggalian, Industri, Listrik, Gas dan Air Minum serta sektor Bangunan. Sektor S (Services), yaitu penggabungan sektor-sektor Perdagangan, Restoran dan Hotel, angkutan dan Komunikasi, Bank serta sektor Jasa-Jasa. Tingkat pengangguran adalah rasio antara jumlah pencari kerja terhadap angkatan kerja. Biasanya dinyatakan dalam persen. Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan, adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan rumah tangga sebulan untuk konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga dibedakan menjadi dua yaitu konsumsi makanan dan bukan makanan tanpa memperhatikan asal barang dan terbatas pada pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga saja, tidak termasuk konsumsi/pengeluaran untuk keperluan usaha rumah tangga atau yang diberikan kepada pihak lain. Pengeluaran Per-Kapita Sebulan, adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan rumah tangga sebulan dibagi dengan banyaknya anggota rumah tangga. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

20 3 KEPENDUDUKAN Dalam demografi terdapat tiga fenomena yang saling berkaitan dan merupakan bagian penting dari kependudukan. Ketiga fenomena tersebut adalah besaran dan persebaran penduduk (size and population distribution), komposisi penduduk (population composition), dan dinamika penduduk (change in population). Dalam bab ini, ketiga fenomena akan dikemukakan disertai faktorfaktor yang memungkinkan menjadi penyebab dan akibat dari terjadinya fenomena tersebut 3.1 Persebaran Penduduk Segala sesuatu tentang kependudukan setiap saat bisa berubah baik dari segi jumlah maupun komposisi.secara alamiah, penduduk akan terkonsentrasi pada daerah-daerah yang mempunyai aktivitas ekonomi yang tinggi, tersedianya sarana dan prasarana sosial serta sarana transportasi yang memadai, dan keadaan sosial ekonomi yang lebih baik, sedangkan pada kondisi sebaliknya akan terdapat penduduk dengan tingkat kepadatan yang rendah. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Balikpapan No.7 dan No. 8 Tahun 2012 sebagai perubahan dari Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 1996, terjadi pemekaran wilayah di Kota Balikpapan yang semula terdiri dari 5 Kecamatan dan 27 Kelurahan menjadi 6 Kecamatan dan 34 Kelurahan. Kecamatan Balikpapan Kota merupakan Kecamatan baru sebagai pecahan dari Kecamatan Balikpapan Selatan. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

21 Gambar 3.1. Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Menurut Kecamatan, ,82 Balikpapan Selatan ,16 132,17 Balikpapan Timur Balikpapan Utara ,07 Balikpapan Tengah 179, Balikpapan Barat ,22 Balikpapan Kota Jumlah Penduduk (jiwa) Luas Wilayah (km2) Penduduk Kota Balikpapan pada akhir tahun 2014berjumlah orang tersebar dalam 6 kecamatan dengan persebaran yang kurang seimbang. Kecamatan Balikpapan Utara merupakan kecamatan dengan penduduk terbanyak mencapai 21,98persen dari seluruh penduduk Kota Balikpapan. Kecamatan dengan penduduk terbanyak kedua adalah Kecamatan Balikpapan Selatan yang didiami oleh 20,64 persen penduduk. Hal ini bisa dimaklumi, karena kecamatan Balikpapan Selatan merupakan pusat perekonomian, disamping itupengembangan wilayah untuk pemukiman baru memberikan andil besar terhadap pertambahan penduduk di wilayah ini. Sedangkan Balikpapan Timur yang sebagian merupakan daerah pantai dengan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang terbatas merupakan kecamatan dengan penduduk paling sedikit yaitu sekitar 11,52 persen dari seluruh penduduk Kota Balikpapan. KecamatanBalikpapan Tengah dengan luas wilayah 11,07 km 2 atau sekitar 2,18 persen dari total wilayah Balikpapan didiami oleh 16,92 persen penduduk, yang mengakibatkan kecamatan ini menjadi kecamatan terpadat penduduknya. Kondisi serupa terjadi pada Kecamatan Balikpapan Kota. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

22 ,64 Gambar 3.2. Persentase Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Menurut Kecamatan, ,44 11,52 26,98 26, , , ,18 35,40 14,80 14, Balikpapan Selatan Balikpapan Timur Balikpapan Utara Balikpapan Tengah Balikpapan Barat Balikpapan Kota % Penduduk (jiwa) % Luas Wilayah (Km2) Kepadatan 2, Komposisi Penduduk Komposisi penduduk merupakan fenomena demografi yang mengelompokkan penduduk berdasarkan aspek tertentu. Secara umum, pengelompokan penduduk dilakukan berdasarkan aspek biologis, sosial, ekonomi, dan geografis. Komponen dalam aspek biologis adalah umur dan jenis kelamin. Komponen sosial terdiri atas tingkat pendidikan, status perkawinan, dan sebagainya. Dalam aspek ekonomi dicakup penduduk yang aktif secara ekonomi, lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, dan sebagainya. Sedangkan aspek geografis berdasarkan tempat tinggal. Komposisi penduduk menurut aspek biologis, sebagaimana dikemukakan sebelumnya, terdiri atas komposisi berdasarkan jenis kelamin dan komposisi berdasarkan umur. Secara keseluruhan rasio jenis kelamin tahun 2014 adalah 106,88 yang berarti dari 100 orang wanita terdapat 107 orang pria. Dengan perkataan lain, jumlah penduduk pria sekitar7 persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk wanita. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

23 Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur mencatat bahwa kelompok usia produktif mencapai 69,87 persen dari seluruh penduduk dan merupakan kelompok terbesar. Proporsi penduduk usia lanjut secara keseluruhan hanya 2,60 persen. Sementara itu, proporsi penduduk usia muda mencapai 27,53 persen. Struktur umur penduduk seperti itu memang merupakan struktur umur yang umum terjadi di Indonesia. Dengan struktur umur seperti itu penduduk Kota Balikpapan digolongkan pada peralihan penduduk muda ke penduduk tua (Intermediate). Gambar 3.3. Piramida Penduduk Kota Balikpapan Tahun Perempuan Laki-Laki Suatu populasi digolongkan penduduk tua (old population) bila proporsi penduduk usia muda <30 persen, penduduk usia dewasa > 60 persen, dan penduduk usia lanjut >10 persen. Sedangkan penduduk muda (young population) adalah bila penduduk usia muda > 40 persen, penduduk usia dewasa < 55 persen, penduduk usia lanjut <5 persen. Penduduk yang berada diantara kedua klasifikasi tersebut disebut penduduk peralihan. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

24 Ketergantungan (Dependency Ratio) secara keseluruhan mencapai 43,13 Ini berarti, bahwa setiap 100 orang produktif menanggung 43 orang tidak produktif. Rasio ketergantungan ini merupakan perbandingan antara penduduk yang tergolong belum/tidak produktif (di bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun) dan penduduk produktif (15-64 tahun). Rasio ketergantungan anak (Young Dependency Ratio) mencapai 39,40 sedangkan rasio ketergantungan lansia (Old Dependency Ratio) sebesar3, Gambar 3.4 Rasio Ketergantungan Menurut Jenis Kelamin, ,59 43,69 43,12 39,21 39,60 39,40 3,38 4,09 3, Laki-laki Perempuan Total RK anak RK Lansia RK Total Dilihat dari aspek sosial, dikemukakan status perkawinan penduduk usia 10 tahun ke atas. Penduduk yang berstatus belum kawin 34,94 persen dari total penduduk berusia 10 tahun keatas. Dirinci menurut jenis kelamin, pria yang berstatus belum kawin 37,51 persen dari seluruh penduduk pria berusia diatas 10 tahun, sedangkan wanita yang berstatus belum kawin 32,19 persen dari seluruh penduduk wanita yang berusia diatas 10 tahun. Proporsi penduduk pria yang berstatus kawin mencapai 57,14 persen, angka ini lebih rendah dibandingkan kategori yang sama pada penduduk wanita yang mencapai 58,14 persen.sementara itu, penduduk berstatus cerai, baik cerai hidup maupun cerai mati relatif kecil. Penduduk berstatus cerai hidup secara keseluruhan hanya tercatat sebesar 3,13 persen. Penduduk pria berstatus cerai SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

25 hidup sebesar 3,04 persen dan penduduk wanita berstatus sama sebesar 3,24 persen. Angka penduduk berstatus cerai hidup ini menunjukkan angka yang tidak terlalu jauh berbeda antara pria dan wanita. Bebeda denganfenomena diatas, penduduk berstatus cerai mati jauh berbeda antara pria dan wanita. Proporsi penduduk berstatus cerai mati pada pria hanya 2,32 persen, sedangkan proporsi wanita sekitar 3 kali lebih banyak yaitu 6,43 persen. Kondisi ini dapat dijelaskan melalui fakta bahwa wanita yang mencapai usia lebih dari 70 tahun lebih banyak dibandingkan penduduk pria. Dengan angka tersebut dapat diketahui bahwa orang tua tunggal (single parent) pada wanita lebih banyak daripada pria. Hal demikian terjadi diasumsikan karena daya tahan wanita untuk hidup sendiri membesarkan anakanaknya lebih tinggi daripada pria. Selain itu, secara sosio-psikologis kemungkinan seorang wanita untuk menikah setelah ditinggalkan suaminya relatif lebih sulit, sedangkan pria lebih mudah untuk menikah lagi setelah ditinggal mati pasangannya. 3.3 Dinamika Penduduk Dinamika penduduk adalah perubahan penduduk, baik pengurangan maupun penambahannya. Faktor yang mempengaruhi dinamika penduduk adalah kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan kepindahan atau migrasi. Dalam pembahasan ini, titik berat pembahasan diutamakan pada indikator fertilitas. Selain itu, dibahas juga tentang keluarga berencana yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi fertilitas. Salah satu indikator fertilitas adalah umur perkawinan pertama. Semakin muda seseorang melakukan perkawinan semakin panjang masa reproduksinya sehingga peluang melahirkan semakin besar. Karena resiko melahirkan hanya terjadi pada wanita, maka umur yang diperhitungkan adalah umur wanita pada saat perkawinan pertamanya. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

26 Gambar 3.5 Persentase Wanita 10 Tahun ke Atas Pernah Kawin Menurut Umur Perkawinan Pertama, Tahun >= Perkawinan pertama lebih banyak dilakukan pada kelompok umur diatas 25 tahun. Hal ini sesuai dengan program penurunan fertilitas yang dicanangkan pemerintah dengan menentukan umur tahun sebagai umur ideal untuk melaksanakan perkawinan. Bila dilihat polanya tampak bahwa proposi penduduk yang melangsungkan perkawinan pertamanya pada umur 16 tahun atau kurang sekitar 0 persen dari seluruh penduduk wanita usia 10 tahun ke atas yang pernah kawin. Proporsi terbesar perkawinan pertama adalah pada kelompok umur 25 tahun keatas yang mencapai 92,69 persen. Sedangkan proporsi penduduk yang melangsungkan perkawinan pertamanya antara umur tahun mencapai 0,33 persen. Penurunan fertilitas juga banyak dipengaruhi oleh adanya program keluarga Berencana (KB). Usaha yang dilakukan pemerintah dengan membentuk badan khusus yang menangani KB tampaknya cukup berhasil. Fertilitas semakin menurun sehingga laju pertumbuhan penduduk pun bisa ditekan. Hal ini sejalan dengan salah satu konsep beyond family planning yang menyatakan bahwa apabila program KB dikelola dengan baik, fertilitas akan dapat diturunkan. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

27 Tingkat keberhasilan KB biasanya tidak hanya diukur dari penurunan fertilitas yang dicapai tetapi juga dari pencapaian target akseptor. Seseorang dikatakan sebagai akseptor KB adalah apabila ia menggunakan salah satu alat/cara KB dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dan bukan karena alasan lain seperti alasan kesehatan, serta harus mengacu pada masa berlaku atau keefektifan dari masing-masing alat/cara KB tersebut. Tingkat penggunaan alat KB cukup tinggi, tercatat dari wanita pernah kawin berumur tahun yang pernah menggunakan alat KB sebanyak 82,20 persen atau hanya 17,80persenyang tidak pernah memakai alat KB. Namun demikian, jumlah wanita usia subur yang masih atau sedang memakai alat KB termasuk rendah karena hanya mencapai 54,31 persen. Berdasarkan alat atau cara yang digunakan peserta KB aktif, masih seperti tahun-tahun sebelumnya, suntik dan Pil KB merupakan alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan, dimana gabungan keduanya mencapai 74,50 persen dari seluruh akseptor KB.Walaupun termasuk alat kontrasepsi modern dan didukung dengan kemudahan untuk memperolehnya, sebenarnya pil mempunyai risiko kegagalan cukup tinggi dibandingkan alat kontrasepsi modern lainnya, untuk itu perlu ada upaya untuk mengubah pandangan masyarakat yang lebih menyukai pil sebagai cara ber-kb dan diarahkan untuk menggunakan alat kontrasepsi yang lebih efektif. Metode KB selain pil dan suntik yang penggunanya cukup banyak adalah IUD/AKDR. Proporsi pengguna metode ini adalah 14,51 persen. Selanjutnya cara tradisional,mow/tubektomi, kondom, dan metode susuk KB/norplan/inplanon/ alwalit, masing-masing penggunanyamencapai 3,01, 2,49, 2,06 dan 2,52 persen. Sedangkan metode MOP/vasektomi dan kondom wanita merupakan metode yangpaling sedikit diminati oleh para akseptor, hal ini berhubungan dengan pendapat yang berkembang di masyarakat bahwa KB lebih menjadi tanggungjawab wanita daripada laki-laki, sementara tissue KB kurang populer dikalangan pengguna metode KB. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

28 Tabel 3.1. Jumlah dan Persentase Penduduk per Kecamatan di Kota Balikpapan, Tahun2014 Kecamatan Jumlah Persentase (1) (2) (3) Balikpapan Selatan ,64 Balikpapan Timur ,52 Balikpapan Utara ,98 Balikpapan Tengah ,92 Balikpapan Barat ,80 Balikpapan Kota ,14 Total ,00 SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

29 Tabel 3.2. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Kecamatan Luas Wilayah (km 2 ) Persentase Kepadatan (jiwa/km 2 ) (1) (2) (3) (4) Balikpapan Selatan 37,82 7, Balikpapan Timur 137,16 26, Balikpapan Utara 132,17 26, Balikpapan Tengah 11,07 2, Balikpapan Barat 179,95 35, Balikpapan Kota 10,22 2, Total 508,39 100, SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

30 Tabel 3.3. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Uraian Jumlah (Jiwa) Persentase (1) (2) (3) Laki-laki ,66 Perempuan ,34 Jumlah ,00 Sex Ratio 106,88 Anak-anak (0-14 th) ,53 Dewasa (15-64 th) ,87 Tua/Lanjut ( 65 th) ,60 Jumlah 100,00 Dependency Ratio 43,12 Tabel 3.4. Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Status Perkawinandan Jenis Kelamin di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Status Perkawinan Laki-laki Perempuan Jumlah Jumlah % Jumlah % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Belum Kawin , , ,94 Kawin , , ,62 Cerai Hidup , , ,13 Cerai Mati , , ,31 Jumlah , , ,00 SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

31 Tabel 3.5. Wanita 10 tahun Keatas Pernah Kawin Menurut Umur Perkawinan Pertama di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Umur Perkawinan Pertama Jumlah Persentase (1) (2) (3) , , , ,69 Jumlah ,00 Tabel 3.6. Wanita Pernah Kawin Berumur Tahun Menurut PemanfaatanAlat KB di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Pemanfaatan Alat KB Jumlah Persentase (1) (2) (3) Sedang Menggunakan Alat KB ,31 Tidak Menggunakan Alat KB Lagi ,89 Tidak Pernah Menggunakan Alat KB ,80 Jumlah ,00 SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

32 Tabel 3.7. Wanita Pernah Kawin Berumur Tahun Menurut Cara KB yang Digunakan di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Pemanfaatan Alat KB Jumlah Persentase (1) (2) (3) MOW/tubektomi ,49 MOP/vasektomi 426 0,60 AKDR/IUD/spiral ,51 Suntikan KB ,06 Susuk KB/norplan/inplanon/alwalit ,52 Pil KB ,44 Kondom/karet KB ,06 Intravag/tisue 210 0,30 Cara tradisional ,01 Jumlah ,00 SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

33 4 KESEHATAN Pembangunan dalam bidang kesehatan dilakukan pemerintah dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, antara lain dengan penyuluhan kesehatan agar berperilaku hidup sehat, dan penyediaan fasilitas dan tenaga kesehatan dengan tujuan agar masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan dengan mudah dan memadai. Kesehatan merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh tehadap kualitas sumber daya manusia. Kesehatan dapat juga dijadikan barometer kesejahteraan seseorang. Tubuh yang sehat memungkinkan seseorang untuk melakukan segala kegiatan sehingga mencapai hasil yang optimal. Dalam usaha pendayagunaan Sumber Daya Manusia (SDM) secara lebih efektif, peran kesehatan yang mempengaruhi kinerja produktivitas sangat menentukan. Apabila seseorang sedang menderita sesuatu penyakit, maka dapat dipastikan bahwa produktivitas dari orang tersebut akanberkurang/menurun secara signifikan. 4.1 Keluhan Kesehatan Dari hasil survei, tercatat beberapa jenis penyakit yang umum diderita oleh penduduk. Dari beberapa jenis penyakit tersebut, yang banyak dikeluhkan adalah penyakit batuk 10,20 persen dan pilek yang diderita oleh 9,42 persen penduduk, penyakit panas 5,19 persen dan penyakit lainnya dikeluhkan oleh sekitar 9,80 persen dari seluruh penduduk Kota Balikpapan. Selain jenis penyakit yang biasa diderita oleh penduduk, ada beberapa jenis keluhan kesehatan yang walaupun persentase cukup kecil, tetapi SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

34 dampaknya dapat mempengaruhi produktivitas. Diantara jenis penyakit yang perlu diperhatikan tersebut antara lain sakit kepala berulang, asma, sakit gigi, diare dan sesak napas. Keluhan sakit kepala berulang diderita oleh 2,62 persen penduduk, kondisi ini perlu mendapat perhatian karena bisa jadi hal itu merpakan indikasi dari adanya penyakit lain yang lebih serius. Penyakit asma/sesak napas, yang diderita oleh 0,66 persen penduduk, selain merupakan jenis penyakit yang disebabkan oleh masalah kelembaban udara, juga dapat mencerminkan kualitas tempat tinggal penduduk yang mungkin kurang layak huni. Keluhan sakit gigi yang mencapai 0,90 persen, sangat dipengaruhi oleh budaya hidup sehat manusianya.sedangkan penyakit diare/buang air terus menerus diderita oleh 0,66 persen penduduk yang merupakan cerminan lingkungan/sanitasi yang tidak memenuhi standar kesehatan dan penggunaan fasilitas MCK yang tidak memadai. 4.2 Fasilitas Kesehatan Untuk meningkatkan derajat kesehatan penduduk, tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai merupakan salah satu faktor utama. Tanpa mengabaikan peranan kualitas pelayanan, ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan modern merupakan hal mendasar yang sangat perlu untuk diperhatikan. Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah rumah sakit dan puskesmas. Pada bagian ini akan dikemukakan keberadaan sarana kesehatan modern dibandingkan dengan jumlah penduduk. Rasio rumah sakit terhadap sepuluh ribu penduduk pada tahun 2014 adalah sebesar 0,18 berarti setiap rumah sakit harus melayani lebih dari 55 ribu orang, sedangkan rasio tempat tidur rumah sakit per-sepuluh ribu penduduk tercatat sebesar 19,48.Tidak ada penambahan jumlah fasilitas kesehatan pada tahun ini, baik rumah sakit, puskesmas maupun puskesmas pembantu. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

35 Sarana lain yang cukup berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah puskesmas dan puskesmas pembantu. Puskesmas dan puskesmas pembantu yang berjumlah 40 di Kota Balikpapan memiliki rasio 0,66 per-sepuluh ribu penduduk. Hal ini berarti satu puskesmas harus melayani lebih dari 15 ribu penduduk. Gambar 4.1 Rasio Puskesmas per Kecamatan per Penduduk, Kota Balikpapan Tahun 2014 Balikpapan Kota 0,35 Balikpapan Barat 1,00 Balikpapan Tengah 0,58 Balikpapan Utara Balikpapan Timur 0,85 0,89 Balikpapan Selatan 0,32 0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 Dirinci menurut kecamatan, Balikpapan Barat merupakan kecamatan yang mempunyai rasio puskesmas paling tinggi, yaitu sekitar 1,00 per-sepuluh ribu penduduk. Sedangkan kecamatan dengan rasio terendah adalah Balikpapan Seltan yang hanya mencapai 0,32 per-sepuluh ribu penduduk. Dilihat dari jumlah absolut puskesmas, Balikpapan Utara merupakan kecamatan dengan puskesmas terbanyak, yaitu 12 buah. Sedangkan kecamatan yang lain memilki jumlah puskesmas antara 3-9 buah. 4.3 Tenaga Kesehatan Selain sarana kesehatan, fasilitas kesehatan lain yang tidak kalah pentingnya adalah tenaga kesehatan. Tentunya yang dibahas pada bagian ini adalah tenaga kesehatan terdidik, yaitu tenaga dokter. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

36 Rasio jumlah dokter terhadap penduduk meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dengan rasio jumlah dokter terhadap penduduk mencapai 9,68 per-sepuluh ribu penduduk. Berarti setiap dokter umum harus melayani sekitar orang. 4.4 Kesehatan Balita Keadaan kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu gambaran tingkat kesejahteraan sosial masyarakat. Dalam beberapa hal, indikator yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak merupakan indikator sangat mendasar. Angka kematian bayi maupun kematian ibu sering sekali menjadi ukuran kesejahteraan secara keseluruhan. Terlebih lagi angka kematian bayi merupakan salah satu komponen dalam perhitungan Indek Mutu Hidup (Physical Quality of Life Index). Daya tahan seseorang seringkali dipengaruhi oleh kondisinya ketika masa balita dan saat dilahirkan. Harapan hidup ibu dan bayi dalam proses persalinan juga ditentukan oleh penolong kelahiran, karena itu siapa yang menjadi penolong kelahiran sangat penting sebagai indikator kesadaran masyarakat dalam menjaga kualitas kesehatan anaknya. Penolong pertama kelahiran mencerminkan kualitas proses persalinan yang dapat berpengaruh kepada keselamatan bayi dan ibunya.penolong kelahiran ini secara garis besar dibagi menjadi tenaga medis dan tenaga non medis. Semakin tinggi proporsi persalinan yang ditolong oleh tenaga medis maka kesehatan bayi dan ibu akan semakin baik. Menurut penolong persalinan, dari jumlah balita, 93,16 persen diantaranya lahir dengan pertolongan tenaga medis. Angka ini cukup tinggi untuk ukuran Indonesia karena secara nasional penolong persalinan oleh tenaga medis pada tahun 2014sekitar 87 persen. Dengan angka ini dapat dikatakan bahwa SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

37 pelayanan kesehatan terutama pada saat persalinan di Kota Balikpapan cukup baik. Secara rinci dapat dikemukakan bahwa lebih dari separuh persalinan ditolong oleh bidan yaitu 59,07 persen. Sedangkan dokter dan tenaga paramedis masing-masing membantu persalinan 29,91 persen dan 2,97 persen dari seluruh kelahiran balita. Sementara itu, jumlah persalinan oleh tenaga non medis 8,05 persen dari jumlah balita. Gambar 4.2 Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Paramedis 2.97% Bidan 59.07% Dukun Bersalin 1.21% Famili/kelurga 6.84% Dokter 29.91% Satu hal yang perlu diperhatikan dalam kelanjutan pertumbuhan balita, adalah pemberian air susu ibu (ASI). Pemberian ASI terutama ASI Eksklusif akan mempengaruhi kualitas dan kelangsungan hidup balita. Sesuai dengan anjuran Departemen Kesehatan bahwa bayi sebaiknya diberi ASI hingga berusia 2 tahun. Sementara bayi hingga minimal berusia 6 bulan hanya diberi ASI saja tanpa makanan tambahan (ASI Eksklusif). Tercatat sebanyak 89,33 persen balita di Balikpapan pernah disusui, artinya hanya sekitar 10,67 persen balita saja yang tidak pernah mendapatkan SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

38 ASI.Jika dibagi berdasarkan jenis kelamin, balita yang tidak pernah diberi ASI pada laki-laki tercatat 12,79 persen, lebih tinggi daripada perempuan yang mencapai 8,45 persen. Berdasarkan lamanya disusui, 18,57 persen dari seluruh balita yang pernah disusui di Kota Balikpapan, disusui selama 0 sampai 5 bulan, 19,28 persen disusui 6 sampai 11 bulan, 56,51 persen disusui selama 12 sampai 24 bulan. Sedangkan balita yang disusui selama 24 bulan lebih sebanyak 5,65 persen. Secara umum rata-rata lama menyusui balita di Balikpapan adalah 12,52bulan pada laki-laki dan 15,49bulan pada perempuan. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

39 Tabel 4.1. Penduduk Menurut Keluhan Kesehatan Utama di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Jenis Keluhan Kesehatan Ada Keluhan Tidak Ada Keluhan Jumlah % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) Panas , ,81 Batuk , ,80 Pilek , ,58 Asma/napas sesak/cepat , ,34 Diare/buang air , ,34 Sakit kepala berulang , ,38 Sakit gigi , ,10 Lainnya , ,20 SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

40 Tabel 4.2. Jumlah Puskesmas Umum dan Puskesmas Pembantu Menurut Kecamatan di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Kecamatan Puskesmas Puskesmas Pembantu Jumlah Rasio Per Penduduk (1) (2) (3) (4) (5) Balikpapan Selatan ,32 Balikpapan Timur ,85 Balikpapan Utara ,89 Balikpapan Tengah 6-6 0,58 Balikpapan Barat ,00 Balikpapan Kota 3-3 0,35 Jumlah ,66 Tabel 4.3. Fasilitas Kesehatan dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Kota Balikpapan, Tahun Sarana Kesehatan (1) (2) (3) (4) (5) (6) Dokter Rumah Sakit Puskesmas dan Puskesmas Pembantu Tempat Tidur RS Per Penduduk Rasio Dokter Per Penduduk Sumber : DKK Kota Balikpapan ,59 14,40 17,04-19,48 11,40 16,13 10,16 7,72 9,68 SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

41 Tabel 4.4. Balita Menurut Pemberian ASI di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Pemberian ASI Laki-laki Perempuan Jumlah Jumlah % Jumlah % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Diberi ASI , , ,33 Tidak diberi ASI , , ,67 Jumlah , , ,00 Tabel 4.5. Balita Menurut Lamanya Pemberian ASI di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Lamanya Pemberian ASI (bulan) Laki-laki Perempuan Jumlah Jumlah % Jumlah % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) , , , , , , , , , , , ,65 Jumlah , , ,00 SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

42 Tabel 4.6. Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama dan Jenis Kelamin di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Penolong Kelahiran Pertama Laki-laki Perempuan Jumlah Jumlah % Jumlah % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Dokter , , ,91 Bidan , , ,07 Tenaga Paramedis 857 2, , ,97 Dukun 741 2,36 0 0, ,21 Famili/Lainnya , , ,84 Jumlah , , ,00 Tabel 4.7. Penduduk Wanita 10 Tahun Keatas Yang Pernah Kawin dan Umur Kawin Pertama, Tahun 2014 Umur Kawin Pertama Jumlah Persentase (1) (2) (3) , , , ,69 Jumlah ,00 SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

43 5 PENDIDIKAN Pendidikanmerupakan salah satu aspek penting dalam kehidupanmasyarakat yang berperan meningkatkan kualitas hidup yang dapat pula berarti peningkatan kesejahteraannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat, semakin baik kualitas sumber dayanya. Dalam pengertian sehari-hari pendidikan adalah upaya sadar seseorang untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, serta memperluas wawasan. Pada dasarnya pendidikan yang diupayakan bukan hanya tanggungjawab pemerintah saja tetapi juga masyarakat dan keluarga. Secara nasional pendidikan yang menekankan pengembangan sumber daya manusia menjadi tanggung jawab Kementrian Pendidikan. Strategi pembangunan pendidikan dijabarkan melalui empat sendi pokok yaitu pemerataan kesempatan, relevansi pendidikan dengan pembangunan, kualitas pendidikan dan efisiensi pengelolaan. 5.1 Kemampuan Baca Tulis Salah satu indikator keberhasilan pembangunan bidang pendidikan adalah tingkat melek huruf yaitu kemampuan baca tulis yang merupakan kemampuan mendasar bagi seseorang untuk mengembangkan wawasannya.dalam kaitan dengan pendidikan formal, kemampuan baca tulis ini merupakan syarat mutlak untuk mengikuti setiap jenjang pendidikan. Kemampuan baca tulis yang dimaksud adalah kemampuan membaca dan menulis suatu kalimat sederhana dengan suatu jenis huruf. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

44 Dampak pembangunan bidang pendidikan yang ingin dicapai adalah penurunan persentase penduduk yang buta huruf atau semakin meningkatnya persentase penduduk yang melek huruf. Hal ini menggambarkan mutu manusia yang diukur dalam aspek semakin tinggi tingkat melek huruf atau semakin rendah tingkat buta huruf maka semakin tinggi mutu sumber daya manusia. Persentase penduduk yang melek huruf di Kota Balikpapan sebesar 99,84 persen dari seluruh penduduk berumur 10 tahun ke atas. Hal ini berarti penduduk yang buta huruf hanya sekitar 0,16persen.Dirinci menurut jenis kelamin, proporsi laki-laki berumur 10 tahun ke atas mampu membaca dan menulis sebesar 99,75 persen, yang berarti tingkat buta huruf pada pria adalah hanya sebesar 0,25persen. Sedangkan angka buta huruf pada wanita yang mencapai 0,06 persen. Indikator kemajuan lainnya adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk. Proporsi tertinggi penduduk 10 tahun ke atas berdasarkan pendidikan tertinggi yang sudah ditamatkan adalah tamat SLTAyang mencapai sekitar 38,73 persen,sedangkan proporsi penduduk yang menamatkan Perguruan Tinggi sekitar 10,05 persen.proporsi yang berpendidikan rendah (memiliki ijazah SLTP ke bawah) 51,24 persen. Artinya penduduk yang sudah berpendidikan menengah ke atas kurang dari setengah. 5.2 Partisipasi Sekolah Indikator kemajuan bidang pendidikan lainnya adalah kepedulian penduduk terhadap pentingnya mengikuti pendidikan sebagai upaya memperbaiki kualitas dirinya.hal ini dapat dilihat dari angka partisipasi sekolah.angka partisipasi sekolah ini secara umum dibagi menjadi dua, yaitu Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).Angka Partisipasi Kasar disebut juga Gross Enrollment Ratio/GER, sedangkan Angka Partisipasi Murni dikenal dengan istilah Net Enrollment Ratio/NER. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

45 APK merupakan rasio antara penduduk yang mengikuti jenjang suatu pendidikan terhadap penduduk dalam suatu kelompok umur yang bersesuaian dengan jenjang pendidikan tersebut. Sedangkan APM merupakan rasio penduduk suatu kelompok umur yang sedang mengikuti suatu jenjang pendidikan terhadap seluruh penduduk pada kelompok umur tersebut. Dengan konsep tersebut, APK maksimal akan mungkin menunjukkan angka lebih dari 100 persen karena adanya penduduk yang menduduki jenjang pendidikan tertentu meskipun secara kategori umurnya berada diluar batasan jenjang umur pada pendidikan tersebut. Sedangkan APM maksimal akan menunjukkan angka 100 persen. Gambar 5.1 APK dan APM Menurut Jenjang Pendidikan Kota Balikpapan, Tahun ,24 98,13 107,31 84,71 76,14 75, ,60 24,43 SD SMP SMU Perguruan Tinggi APK APM APK SD tahun 2014 menunjukkan angka 112,85persen, sedangkan APM SD hanya mencapai 98,13 persen. Selisih sekitar 12,12 persen antara APK dan APM disebabkan oleh adanya penduduk yang seharusnya belum masuk atau sudah tidak lagi bersekolah di tingkat SD tetapi saat ini sedang bersekolah di SD. Penduduk tersebut terdiri atas penduduk yang seharusnya belum bersekolah di SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

46 SD atau usianya kurang dari 7 tahun dan penduduk yang seharusnya sudah menyelesaikan pendidikannya di SD atau penduduk yang berusia di atas 12 tahun. Besarnya proporsi ini kemungkinan disebabkan oleh adanya kecenderungan orang tua untuk menyekolahkan anaknya lebih dini, atau sebaliknya yaitu terdapat pula orang tua yang terlambat menyekolahkan anaknya, atau bisa juga disebabkanadanya murid yang mengulang/tinggal kelas karena berbagai faktor. Pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi APK dan APMnya cenderung lebih rendah dibanding tingkat SD. Angka APK pada tingkat SLTP tahun 2014 tercatat sebesar 84,71 persen dan APM sebesar 76,14 persen. Pada jenjang pendidikan SLTA, angka APK dan APM sebesar 107,31 dan 75,16 persen, sedangkan APK dan APM perguruan tinggi sebesar 26,60 dan 24,43 persen. Rendahnya APK dan APM pada jenjang perguruan tinggi selain disebabkan oleh adanya penduduk yang memilih bekerja setelah lulus pendidikan SLTA juga dimungkinkan oleh adanya migrasi keluar yang dilakukan oleh penduduk Balikpapan setelah lulus SLTA untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi yang ada di luar wilayah Kota Balikpapan sehingga berdasarkan konsep kependudukan secara defacto sudah dianggap bukan penduduk Balikpapan meskipun secara de jure mereka masih tercatat sebagai warga Kota Balikpapan. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

47 Tabel 5.1. Penduduk 10 tahun Ke Atas Menurut Kemampuan Baca Tulis dan Jenis Kelamin di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Laki-laki Perempuan Jumlah Dapat Baca Tulis Jumlah % Jumlah % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Huruf Latin, Arab dan Lainnya 623 0, , ,37 Huruf Latin dan Arab , , ,03 Huruf Latin dan Lainnya , , ,14 Huruf Latin , , ,24 Huruf Arab 0 0, , ,05 Tidak dapat Membaca 638 0, , ,16 Jumlah , , ,00 SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

48 Tabel 5.2. APK dan APM Menurut Jenjang Pendidikan di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Jenjang Pendidikan APK APM (1) (2) (3) SD 110,24 98,13 SLTP 84,71 76,14 SLTA 107,31 75,16 PT 26,60 24,43 Tabel 5.3. Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Laki Laki Perempuan Jumlah Jumlah % Jumlah % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Tidak/Belum Bersekolah & Tidak/Belum Tamat SD , , ,47 SD/Sederajat , , ,97 SLTP/Sederajat , , ,80 SLTA/Sederajat , , ,73 DI/DII/DIII/DIV/ S1/S2/S , , ,05 Jumlah , , ,00 SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

49 Tabel 5.4. Penduduk 5-24 Tahun yang Masih Sekolah Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Golongan Laki-laki Perempuan Jumlah Umur Jumlah % Jumlah % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) , , , , , , , , , , , , , , ,02 Jumlah , , ,00 Tabel 5.5. Persentase Penduduk 5-24 Tahun yang Masih Sekolah Menurut Pendidikan Sedang Dilakukan di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Golongan Umur Pendidikan yang Sedang Dilakukan SD SLTP SLTA D1-Univ. Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) , , ,42 1, , ,88 77,91 19,21-100, ,12 89,79 3,08 100, ,97 85,03 100,00 Jumlah 53,58 17,87 18,73 9, SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

50 Tabel 5.6.Persentase Penduduk 5-24 Tahun Menurut Partisipasi Sekolahdan Golongan Umur di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Golongan Umur Partisipasi Total Sekolah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Tidak/Belum Pernah Sekolah 68, ,98 Masih Sekolah 31,81 99,71 97,74 83,71 28,73 70,35 Tidak Bersekolah Lagi - 0,29 2,26 16,29 71,27 21,67 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

51 6 KETENAGAKERJAAN Definisi mengenai ketenagakerjaan yang dipergunakan dalam publikasi ini adalah definisi baku yang dipakai BPS, mengacu kepada konseplabour Force Approach (LFA) yang direkomendasikan oleh International Labour Organization (ILO) dengan sedikit penyesuaian dengan kondisi di Indonesia. Dalam publikasi ini batasan usia kerja yang digunakan adalah adalah 15 tahun keatas. Seperti pada penerbitan sebelumnya, data tenaga kerja yang digunakan dalam publikasi kali ini merupakan hasil SAKERNAS (Survei Angkatan Kerja Nasional) yang merupakan survei khusus untuk mengumpulkan data ketenagakerjaan.sakernas dilaksanakan secara triwulanan, dan dengan pertambahan jumlah sampel maka mulai tahun 2007 Sakernas yang dilaksanakan pada bulan Agustus dapat disajikan hingga tingkat kabupaten/kota. Kondisiketenagakerjaan suatu wilayah secara umum menggambarkan kehidupan sosial masyarakat pada wilayah tersebut. Berdasarkan data angkatan kerja bisa diketahui seberapa besar partisipasi penduduk dalam angkatan kerja, tingkat pengangguran dan tingkat kesempatan kerja. Idealnya, peningkatan jumlah angkatan kerja selaras dengan peningkatan kesempatan kerja sehingga tingkat pengangguran dapat ditekan. Bekerja yang dimaksud adalah bekerja yang bertujuan memperoleh penghasilan atau memperoleh pendapatan paling kurang satu jam selama seminggu yang lalu. Sedangkan pencari kerja adalah penduduk yang tidak atau belum bekerja, sedang atau ingin mencari pekerjaan. Dengan demikian, yang dimaksud dengan pencari kerja disini adalah pengangguran terbuka (open unemployment). Sedangkan setengah pengangguran (disguished unemployment SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

52 atau underemploment) merupakan bagian dari penduduk yang bekerja. Penganggur terbuka terdiri dari, mereka yang mencari pekerjaan, mereka yang mempersiapkan usaha, mereka yang tidak mancari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (putus asa), dan mereka yang sudah punya pekerjaan tapi belum mulai bekerja. 6.1 Profil Angkatan Kerja Secara umum Penduduk Usia Kerja (PUK) dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu Angkatan Kerja (AK) dan Bukan Angkatan Kerja (BAK). Yang termasuk Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja yang terlibat dalam kegiatan ekonomi yaitu penduduk yang bekerja dan penduduk yang mencari pekerjaan. Sedangkan yang termasuk Bukan Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja yang mengurus rumah tangga, sekolah dan lainnya (pensiun, penerima transfer/kiriman, penerima deposito/bunga bank, jompo atau alasan lain). Pengelompokan penduduk berdasarkan kegiatannya yang digunakan dalam analisis ketenagakerjaan seperti terlihat pada diagram berikut ini : SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

53 Gambar 6.1 SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

54 Angkatan kerja dirinci menurut jenis kelamin, menunjukkan perbedaan yang sangat besar antara laki-laki dan perempuan. Angkatan kerja laki-laki sebesar 83,76 persen dari seluruh penduduk usia kerja laki-laki, yang terdiri dari pekerja (77,68%) dan pencari kerja (6,08%).Sedangkan angkatan kerja perempuan hanya 47,23 persen dari seluruh penduduk usia kerja perempuan, yang terdiri dari pekerja (43,38%) dan pencari kerja (3,85%).Hal ini dapat dipahami karena pria umumnya diharapkan sebagai pencari nafkah baik untuk keluarga jika telah menikah ataupun untuk dirinya sendiri bila masih bujangan, sehingga tiada alternatif lain baginya selain harus bekerja. Sebaliknya, penduduk wanita mendominasi pada kelompok bukan angkatan kerja. Wanita yang termasuk bukan angkatan kerja mencapai 52,77 persen dari seluruh penduduk usia kerja wanita, jauh lebih besar dibanding penduduk pria yang hanya 16,24 persen pada kategori yang sama.proporsi terbesar wanita berada pada kategori mengurus rumah tangga yang mencapai 42,16 persen, sedangkan yang bersekolah mencapai 8,04 persen dari seluruh penduduk usia kerja wanita. Partisipasi wanita dalam kegiatan ekonomi banyak dipengaruhi oleh faktor demografis yaitu status kawin dan fertilitas. Wanita yang sudah menikah biasanya bergantung pada suaminya sedangkan bagi wanita lajang bila mereka masih muda umumnya masih bergantung pada orang tua. Sedangkan yang telah bercerai (cerai mati maupun cerai hidup) tidak ada jalan lain bagi mereka untuk dapat menghidupi diri sendiri atau anak-anaknya kecuali dengan bekerja. Sedangkan hubungannya dengan fertilitas seringkali ditunjukkan oleh hubungan negatif yaitu semakin tinggi fertilitas (banyak anak) semakin kecil tingkat partisipasi angkatan kerja wanita. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

55 Gambar 6.2 TPAK Menurut Golongan Umur di Kota Balikpapan, Tahun ,80 73,67 77,04 73,40 38,44 29, Tingkat partisipasi angkatan kerja umumnya rendah untuk usia muda karena faktor pendidikan. Fasilitas pendidikan yang meningkat membuat partisipasi angkatan kerja menurun karena mereka yang berusia muda lebih banyak berpatisipasi di dalam pendidikan. Sedangkan untuk usia tua menurunnya tingkat partisipasi angkatan kerja seringkali disebabkan karena relatif membaiknya perekonomian masyarakat karena menerima pendapatan dari pekerjaan atau usaha yang pernah dilakukan sebelumnya sehingga mereka tidak perlu bekerja lagi untuk nafkah dirinya. Tercatat partisipasi angkatan kerja pada usia tahun dan 60 tahun keatas merupakan persentase terkecil dibanding kelompok umur lainnya, sedangkan TPAK tertinggi pada usia40-49 tahun yaitu mencapai 77,04 persen. Disini terlihat bahwa, pada usia produktif, mereka berusaha untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dengan cara bekerja atau mencari pekerjaan. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

56 6.2 Profil Pekerja Sejalan dengan keadaan angkatan kerja, profil pekerja baik menurut umur maupun menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan menunjukkan fenomena yang sama. Dominasi pekerja berada pada usia yang sangat produktif dan mayoritas sudah berpendidikan sekolah menengah ke atas. Gambar 6.3 Pekerja Menurut Lapangan Usaha di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Sektor A (Agriculture) 7,77% Sektor S (Services) 72,04% Sektor M (Manufacture) 20,19% Dirinci menurut lapangan usaha, jumlah pekerja yang bergerak di sektor service (S) merupakan yang terbanyak dibandingkan sektor lainnya. Proporsi pekerja kelompok sektor (S) mencapai 72,04 persen, sedangkan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja pada kelompok ini yaitu perdagangan, restoran, hotel sebesar 30,33 persen dan jasa-jasa yang mencapai 26,22 persen. Hal ini memperkuat gambaran bahwa Kota Balikpapan adalah kota perdagangan dan jasa-jasa. Sektor manufacture (M) menyerap tenaga kerja sebanyak 20,19 persen dari seluruh pekerja. Pada kelompok ini, sektor konstruksi merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar, yaitu mencapai 7,15 persen dari seluruh penduduk yang bekerja. Sementara itu sektor pertanian yang merupakan SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

57 lapangan usaha tradisional menyerap tenaga kerja 7,77 persen. Kondisi lahan yang terbatas serta kurang suburnya tanah mempengaruhi sedikitnya pekerja yang terserap pada sektor ini. Berdasarkan status pekerjaan, buruh/karyawan/pegawai baik pada lakilaki maupun perempuan merupakan proporsi terbanyak yaitu 63,99 persen pada laki-laki dan 47,43 pada perempuan. Status pekerjaan yang memiliki perbedaan cukup besar antara pekerja laki-laki dan perempuan adalah pekerja tidak dibayar, dimana yang termasuk dalam kategori ini biasanya adalah pekerja keluarga yang membantu anggota rumahtangga yang memiliki pekerjaan/usaha. Tercatat laki-laki yang menjadi pekerja tidak dibayar hanya 1,62 persen dari seluruh pekerja laki-laki, sedangkan pada perempuan mencapai 22,56 persen. Hal ini menunjukkan kecenderungan pekerja wanita melakukan pekerjaannya hanya sebagai sambilan untuk membantu kepala rumah tangga meningkatkan hasil usahanya relatif masih tinggi.walau demikian, proporsi wanita yang berstatus berusaha sendiri cukup tinggi, yaitu mencapai 17,81 persen dari total pekerja wanita, lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki yang hanya mencapai 12,12 persen. Bila dirinci menurut sektor formal dan informal, persentase pekerja yang bekerja di sektor formal mencapai 72,21 persen dari seluruh pekerja dan sisanya sebesar 27,79 bekerja pada sektor informal. Dilihat berdasarkan jenis kelaminnya, persentase pekerja formal pada laki-laki lebih tinggi daripada pda perempuan, persentase pekerja formal laki-laki mencapai 79,42 persen, sedangkan pada perempuan mencapai 58,39. Kegiatan sektor informal terdiri dari pekerja tidak dibayar, tenaga usaha pertanian yang berstatus berusaha dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayar, dan tenaga penjualan, tenaga usaha jasa, tenaga usaha pertanian, tenaga produksi, tenaga operasional, pekerja kasar dan lainnya yang berstatus berusaha sendiri dan pekerja bebas. Berikut adalah tabel batasan kegiatan formal dan informal : SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

58 Ga mb ar 6.4 SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

59 6.3 Produktivitas Pekerja Tingkat produktivitas biasanya diukur dengan waktu yang dihabiskan untuk bekerja. Dalam hal ini ukuran lama bekerja adalah jumlah jam kerja dalam seminggu, yaitu jumlah jam kerja yang dilakukan seseorang (tidak termasuk jam kerja istirahat resmi dan jam kerja yang digunakan untuk hal-hal diluar pekerjaan) selama seminggu yang lalu. Ukuran ini memang belum memadai karena dalam kondisi tertentu, misalnya pada pekerja yang bersifat informal, waktu yang dihabiskan untuk bekerja relatif lebih lama akan tetapi tidak sebanding dengan penghasilan yang diterimanya. Walaupun demikian, sebagai pendekatan digunakan batasan jam kerja normal tanpa memperhatikan besarnya penghasilan yang diterima. Batasan jam kerja normal yang sering dipakai adalah 35 jam seminggu. Dengan enam hari kerja, rata-rata jam kerja per-hari adalah 6 jam. Pekerja dengan jam kerja kurang dari 35 jam efektif selama seminggu dikelompokan dalam jam kerja rendah yang berarti produktivitas rendah. Sedangkan jam kerja cukup adalah apabila bekerja 35 jam atau lebih. Sebesar 74,19 persen pekerja di Balikpapan mempunyai jam kerja yang cukup. Pekerja dengan jam kerja kurang dari 35 jam seminggu, terdiri dari pekerja wanita sebanyak 13,45 persen dan pekerja pria sebesar 7,83 persen. 6.4 Profil Pencari Kerja Istilah lain yang lebih banyak dikenal untuk kelompok penduduk yang mencari pekerjaan adalah penganggur. Penduduk yang dikategorikan dalam kelompok ini adalah penduduk yang berusaha mencari pekerjaan, mereka yang mempersiapkan usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, dan mereka yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Penduduk yang sudah bekerja tetapi masih mencari pekerjaan tidak dimasukkan dalam kategori ini. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

60 Pada bagian awal telah diuraikan bahwa jumlah penduduk yang mencari pekerjaan diperkirakan lebih dari 22 ribu orang atau 5,00 persen dari total penduduk usia kerja.tingkat pengangguran yang didefinisikan dengan rasio antara jumlah penduduk yang mencari pekerjaan dengan angkatan kerja sekitar 7,56 persen. Posisi Kota Balikpapan yang strategis sebagai pintu gerbang Kalimantan Timur dan ditunjang dengan kegiatan ekonominya yang mapan secara makro ekonomi sebagaimana tercermin dari tingginya angka pendapatan perkapita, dan relatif steril dari kegaduhan sosial politik, menjadi daya tarik bagi pendatang dari luar untuk mencari kerja. Berdasarkan golongan umur, pencari kerja pada kelompok umur tahun merupakan proporsi pencari kerja terbesar yaitu mencapai 32,74 persen, diikuti oleh umur tahun yang mencapai 30,46 persen dari seluruh pencari kerja. Besarnya proporsi pada kelompok umur di atas dikarenakan umumnya mereka baru lulus dari pendidikan menengah maupun dari pendidikan tinggi. Gambar 6.5 Pencari Kerja Menurut Jenjang Pendidikan di Kota Balikpapan, Tahun ,94% 3,71% 9,90% Tidak/belum pernah sekolah/tidak tamat SD SD SLTP SLTA 65,71% 18,74% DI / DII / DIII/DIV / Universitas SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

61 Dirinci menurut pendidikannya, kualifikasi pendidikan dari para pencari kerja pada umumnya lebih baik dibanding rata-rata pendidikan penduduk secara keseluruhan, yang manamereka yang termasuk penduduk pencari kerja ini pada umumnya ingin masuk pada bursa kerja di sektor formal yang biasanya mensyaratkan pendidikan minimal SLTA. Pada tahun 2014, jumlah pencari kerja dengan kategori pendidikan rendah (paling tinggi tamat SD) 13,61 persen dari seluruh pencari kerja. Sementara pendidikan menengah ke atas mencapai 86,39 persen. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

62 Tabel 6.1. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Kegiatan Utama Laki-laki Perempuan Jumlah Jumlah % Jumlah % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Angkatan Kerja , , ,12 Bekerja , , ,12 Mencari Kerja , , ,00 Bukan Angkatan Kerja , , ,88 Sekolah , , ,48 Mengurus Rumah tangga , , ,48 Lainnya , , ,92 Jumlah , , ,00 Tabel 6.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut Golongan Umur di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Golongan Umur Penduduk Angkatan Kerja TPAK (1) (2) (3) (4) , , , , , ,44 Jumlah ,12 SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

63 Tabel 6.3. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Status Pekerjaan Laki-laki Perempuan Jumlah Jumlah % Jumlah % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Berusaha sendiri , , ,07 Berusaha dibantu buruh tdk tetap/tdk bayar Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar , , , , , ,20 Buruh/karyawan/pegawai , , ,31 Pekerja bebas di pertanian Pekerja bebas di non pertanian Pekerja keluarga/ pekerja tidak dibayar , , , , , , , , ,79 Jumlah , , ,00 Tabel 6.4. Penduduk 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Kegiatan Formal/Informal di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Laki-laki Perempuan Jumlah Kegiatan Jumlah % Jumlah % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Formal , , ,21 Informal , , ,79 Jumlah , , ,00 SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

64 Tabel 6.5. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Lapangan Usaha Sektor A (Agriculture) Laki-laki Perempuan Jumlah Jumlah % Jumlah % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) , , ,77 Pertanian , , ,77 Sektor M (Manufacture) Pertambangan dan Penggalian , , , , , ,71 Industri , , ,04 Listrik, Gas dan Air Minum 704 0, , ,29 Bangunan , , ,15 Sektor S (Services) Perdagangan, Restoran dan Hotel Angkutan dan Komunikasi Bank dan Lembaga Keuangan , , , , , , , , , , , ,74 Jasa-jasa , , ,22 Jumlah , , ,00 SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

65 Tabel 6.6. Pencari Kerja Menurut Golongan Umur di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Golongan Umur Jumlah Persentase (1) (2) (3) , , , , ,99 Jumlah ,00 Tabel 6.7. Pencari Kerja Menurut Pendidikan yang Ditamatkan di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Jumlah Persen (1) (2) (3) Tidak/belum pernah sekolah/tidak tamat SD 828 3,71 Sekolah Dasar ,90 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ,74 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas ,71 DI / DII / DIII/DIV / Universitas 432 1,94 Jumlah ,00 SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

66 Tabel 6.8. Penduduk 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Jam Kerja dan Jenis Kelamin di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Laki-laki Perempuan Jumlah Jam Kerja Jumlah % Jumlah % Jumlah % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) , , , , , , , , , , , ,19 Jumlah , , ,00 SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

67 7 PERUMAHAN Kebutuhan primer manusia yang harus dipenuhi selain pangan dan sandang adalah perumahan. Dalam kehidupan sehari-hari, rumah biasanya berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.di dalam rumah, proses pendidikan dimulai sejak usia dini, sehingga semua anggota keluarga dapat dibentuk dan berkembang menjadi manusia yang mempunyai kepribadian serta perilaku yang sesuai dengan norma agama maupun norma kemasyarakatan. Dalam arti yang luas rumah diharapkan mampu menciptakan manusia yang bermental kuat, bermoral, jujur serta mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi baik terhadap diri sendiri, keluarga maupun masyarakat. Sebagai kebutuhan dasar manusia selain pangan dan sandang, maka keberadaan papan (perumahan) layak huni yang memenuhi syarat kesehatan sehingga dapat memberi suasana nyaman bagi penghuninya, merupakan salah satu dampak perubahan tingkat sosial ekonomi penduduk. 7.1 Kondisi Perumahan Rata-rata luas lantai yang dihuni rumahtangga menggambarkan kondisi tempat tinggal penduduk. Semakin besar rata-rata luas lantai yang dihuni maka semakin baik pula kondisi rumahtangga tersebut terutama kesehatannya, hal ini berpengaruh terhadap kesehatan anggota rumahtangga. Rumah yang sempit akan mempengaruhi terjadinya berbagai macam penyakit karena kebersihan rumah yang kurang, fasilitas dalam rumah untuk setiap anggota rumahtangga kurang, sehingga memudahkan terjadinya penularan penyakit. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

68 Menurut luas lantai perumahan bangunan tempat tinggal, sebagian besar rumah tangga menempati luas lantai m 2, yaitu mencapai 74,34 persen dari seluruh rumah tangga, sedangkan rumah tangga yang luas lantainya kurang dari 20 m 2 hanya8,13 persen. Gambar 7.1 Rumahtangga Menurut Luas Lantai Rumah di Kota Balikpapan, Tahun ,13% 7,56% 9,96% 36,59% 37,75% < Menurut jenis lantai, 49,17 persen rumahtangga di Balikpapan menempati rumah dengan lantai berupa marmer/keramik/granit, sementara rumah tangga yang menempati rumah berlantai tanah hanya sekitar 0,14 persen. Berdasarkan jenis dinding, persentase rumahdengan dinding tembok merupakan yang terbesar yaitu 66,74 persen danyang kedua adalah rumah berdinding kayu sebesar 31,95 persen, sedangkan rumahtangga yang menempati rumah berdinding selain tembok dan kayu hanya sekitar 1,30 persen. Dilihat dari jenis atap, seng merupakan jenis atap yang paling banyak digunakan yaitu oleh 76,47 persen rumahtangga, sedangkan genteng dan asbes masing-masing digunakan oleh sekitar 6,68 dan 12,05persen rumahtangga, SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

69 sementara jenis atap yang lain yaitubeton, sirap dan lainnya, masing-masing hanya digunakan oleh kurang dari 3 persen rumahtangga. 7.2 Fasilitas Rumah Sejak tahun 2012 terjadi pergeseran dalam penggunaan sumber air minum oleh masyarakat di Balikpapan, dimana air isi ulang merupakan yang paling banyak digunakan sebagai sumber air minum menggeser air leding meteran yang pada tahun-tahun sebelumnya merupakan sumber air minum yang paling dominan. Hal ini terkait dengan gaya hidup modern yang menuntut segala sesuatunya menjadi lebih praktis, sehingga rumahtangga yang menggunakan air isi ulang sebagai sumber air minum pada tahun 2014 tercatat sebanyak 51,18 persen, sementara yang menggunakan air minum yang berasal dari leding meteran sebanyak 29,14 persen,air kemasan bermerk sebanyak 11,29 persen. Rumahtangga yang sumber air minumnya berasal dari sumur, baik sumur bor/pompamaupun sumur terlindung,sebanyak 3,27 persen. Sedangkan rumahtangga yang menggunakan sumber air minum tidak layak (yaitu sumur tidak terlindung, mata air tidak terlindung, dan air hujan)secara keseluruhan hanya sebesar 1,07 persen. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada umumnya rumahtangga di Kota Balikpapan telah menggunakan sumber air minum yang layak. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

70 Gambar 7.2 Persentase Rumahtangga Menurut Sumber Air Minum di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Air hujan Sumur tak terlindung Sumur terlindung Sumur bor/pompa Leding eceran Leding meteran Air isi ulang Air kemasan bermerk 0,61 0,46 1,64 1,63 4,04 11,29 29,14 51,18 Indikator sosial lain sebagai petunjuk kesejahteraan rumahtangga adalah ketersediaan fasilitas buang air besar atau jamban yang mempunyai pengaruh terhadap kesehatan penghuni.tercatat rumahtangga yang menggunakan fasilitias jamban sendiri sebanyak 92,31 persen sementara yang menggunakan fasilitas jamban bersama dengan rumahtangga lain sebanyak 6,19 persen, sedangkan rumahtangga yang memakai jamban umum sekitar 0,87 persen,dan rumahtangga yang tidak memiliki jamban sekitar 0,63 persen. Berkaitan dengan sanitasi lingkungan, fasilitas tempat pembuangan akhir tinja merupakan salah satu yang harus diperhatikan.meskipun sebanyak94,43persen rumahtangga di Balikpapanfasilitas pembuangan tinjanya menggunakan tangki septik dan sistem pembuangan air limbah (SPAL) sebagai tempat pembuangan akhir tinja, tetapi masih terdapat sekitar 3,95 persen rumahtangga yang pembuangan tinjanya langsung ke sungai/danau, dan 1,62 persen sisanya pembuangan tinjanya ke kebun, kolam, dan sebagainya. Tangki adalah tempat pembuangan akhir yang berupa bak penampungan, biasanya terbuat dari pasangan bata/batu atau beton baik mempunyai bak resapan maupun tidak,spal adalah sistim pembuangan limbah cair dari rumah SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

71 tangga yang tidak ditampung dalam tangki atau wadah semacamya, tetapi langsung dialirkan ke suatu tempat pengolahan limbah cair. Di tempat pengolahan tersebut, limbah cair diolah sedemikian rupa dengan teknologi tertentu sehingga terpilah menjadi 2 bagian yaitu lumpur dan air.air hasil pengolahan ini dianggap aman untuk dibuang ke tanah atau badan air (sungai, laut, danau). SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

72 Tabel 7.1. Rumahtangga Menurut Luas Lantai Rumah di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Luas Lantai (m 2 ) Jumlah Persentase (1) (2) (3) < , , , , ,56 Jumlah ,00 Tabel 7.2. Rumahtangga Menurut Jenis Lantai Terluas di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Jenis Lantai Terluas Jumlah Persentase (1) (2) (3) Marmer/keramik/granit ,17 Tegel/teraso ,55 Semen ,89 Kayu ,25 Tanah ,56 Jumlah ,00 SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

73 Tabel 7.3. Rumahtangga Menurut Jenis DindingTerluas di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Jenis Dinding Terluas Jumlah Persentase (1) (2) (3) Tembok ,74 Kayu ,95 Bambu 411 0,27 Lainnya ,03 Jumlah ,00 Tabel 7.4. Rumahtangga Menurut Jenis AtapTerluas di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Jenis Atap Terluas Jumlah Persentase (1) (2) (3) Beton ,91 Genteng ,68 Sirap ,28 Seng ,47 Asbes ,05 Ijuk/rumbia 350 0,23 Lainnya 589 0,39 Jumlah ,00 SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

74 Tabel 7.5. Rumahtangga Menurut Sumber Air Minum di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Sumber Air Minum Jumlah Persentase (1) (2) (3) Air kemasan bermerk ,29 Air isi ulang ,18 Leding meteran ,14 Leding eceran ,04 Sumur bor/pompa ,63 Sumur terlindung ,64 Sumur tak terlindung 699 0,46 Air hujan 925 0, ,00 SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

75 Tabel 7.6. Rumahtangga Menurut Penggunaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Penggunaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar Jumlah Persentase (1) (2) (3) Sendiri ,31 Bersama ,19 Umum ,87 Tidak Ada 954 0,63 Jumlah ,00 Tabel 7.7. Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Penggunaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar Jumlah Persentase (1) (2) (3) Tangki/SPAL ,43 Kolam/sawah 383 0,25 Sungai/danau/laut ,95 Lubang tanah ,70 Pantai/tanah lapang/kebun ,67 Jumlah ,00 SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

76 8 PENGELUARAN KONSUMSI DAN GINI RATIO Indikator kesejahteraan masyarakat secara makro ekonomi selain diukur dengan pendapatan perkapita juga tingkat pemerataan atau ketimpangan distribusi atas pendapatan tersebut. Guna keperluan yang lebih luas pada skala mikro, untuk mendapatkan angka distribusi pendapatan biasanya dilakukan dengan pendekatan pengeluaran dengan asumsi bahwa hubungan antara pengeluaran dan pendapatan berbanding lurus atau dengan kata lain bahwa besarnya pengeluaran mengikuti besarnya pendapatan secara proporsional. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa data pendapatan secara mikro sangat sulit diperoleh dan cenderung rendah tingkat akurasinya sedangkan data pengeluaran relatif lebih mudah diperoleh dan tingkat akurasinya lebih baik serta labih banyak analisis dapat dilakukan pada data pengeluaran khususnya yang berkaitan dengan pengeluaran untuk konsumsi. 8.1 Pola Konsumsi Pola konsumsi masyarakat dipengaruhi banyak faktor, selain faktor pendapatan yang merupakan faktor utama, faktor sosial budaya misalnya memegang peranan cukup penting dalam penentuan pola konsumsi. Pada tahun 2014 tercatat rata-rata pengeluaran penduduk mencapai sekitar rupiah per-kapita per bulan yang terdiri dari pengeluaranuntuk konsumsi makanan sebesar rupiah per-kapita dan pengeluaran untuk SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

77 konsumsi bukan makanan sebesar rupiah.pengeluaran konsumsi untuk non makanan yang lebih besar dibandingkan pengeluaran konsumsi makanan merupakan ciri pengeluaran di wilayah perkotaan dan sekaligus merupakan indikator bahwa tingkat kesejahteraan penduduk di Kota Balikpapan semakin membaik. Hal ini sesuai dengan Hukum Engel tentang pola konsmsi yang menyatakan bahwa saat pendapatan meningkat, proporsi pendapatan yang dihabiskan untuk membeli makanan berkurangmeskipun secara nominal pengeluaran untuk makanan meningkat, atau dalam kata lain secara matematis elastisitas pendapatan konsumsi makanannilainya selalu di antara 0 dan 1. Berdasarkan golongan pengeluaran perkapita terlihat bahwa jumlah penduduk dengan pengeluaran per kapita dibawah 1 juta rupiah masih cukup tinggi, lebih dari 38 persen penduduk berada pada golongan pengeluaran ini. Sedangkan penduduk dengan pengeluran per kapita diatas 3 juta rupiah, hanya sekitar 7,40 persen. 100% Gambar 8.1 Perkembangan Persentase Pengeluaran Perkapita Rumahtangga Tahun % 60% 60,47 50,71 46,72 45,9 59,39 57,05 55,67 60,59 40% 20% 39,53 49,29 53,28 54,1 40,61 42,95 44,33 39,41 0% Makanan Non Makanan SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan. Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan. Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Penajam Paser Utara merupakan Kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten Paser dan merupakan Kabupaten urutan ke-13 dari 14 Kabupaten/ Kota di Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G / Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Katalog BPS : 4103.3375 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Kerjasama BAPPEDA KOTA PEKALONGAN Dengan BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67 RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS 2015 Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, meningkatnya derajat kesehatan penduduk di suatu wilayah, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan

INIJIKATDR RAKYAT. ~~QI!i. l~e~ejaht&raan. Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan INIJIKATDR l~e~ejaht&raan RAKYAT ~~QI!i Kerjasama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pekalongan dengan Badan Pusat Statistik Kota Pekalongan INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN 2015

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN WANITA 2014 ISSN : No. Publikasi : 5314.1420 Katalog BPS : 2104003.5314 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah Halaman : xiv + 31 halaman Naskah : BPS Kabupaten Rote Ndao Penyunting :

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN 2012 Ukuran buku : 21 cm x 29,7 cm Jumlah halaman : 60 + ix halaman Naskah : Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser Penyunting : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 INDIKATOR SOSIAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 Jumlah Halaman : ix + 77 halaman Naskah : BPS Kabupaten Pulau Morotai Diterbitkan Oleh : BAPPEDA Kabupaten Pulau

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

pareparekota.bps.go.id

pareparekota.bps.go.id INDIKATOR SOSIAL KOTA PAREPARE TAHUN 2015 ISSN : 2460-2450 Nomor Publikasi : 73720.1503 Katalog BPS : 4102004.7372 Ukuran Buku : 21 cm x 15 cm Jumlah Halaman : 87 Naskah : Seksi Statistik Sosial BPS Kota

Lebih terperinci

madiunkota.bps.go.id

madiunkota.bps.go.id Statistik Kesejahteraan Rakyat Kota Madiun Tahun 2015 Nomor Publikasi : 35770.1610 Katalog BPS : 3101001.3577 Naskah oleh : Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit oleh : Seksi Statistik Sosial Diterbitkan

Lebih terperinci

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG

BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG KatalogBPS:4102004.18 Kerjasama BadanPerencanaanPembangunanDaerahLampung dan BadanPusatStatitistikProvinsiLampung BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI LAMPUNG 2012

Lebih terperinci

Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat

Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat gambaran umum tentang keadaan kesejahteraan di Kabupaten

Lebih terperinci

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR Katalog BPS : 4103.7371 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR KATA PENGANTAR BADAN PUSAT STATISTIK KOTA MAKASSAR Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Makassar 2015 disusun sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2011 No. Publikasi : 5371.1012 Katalog BPS : 4103.5371 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman : 122 Halaman

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 Nomor ISBN : 979-599-884-6 Nomor Publikasi : 52085.11.08 Ukuran Buku : 18.2 x 25.7cm Jumlah Halaman : 50 Halaman Naskah : Dinas Komunikais

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA TANGERANG SELATAN 2 0 1 4 ISSN : 2089-4619 Katalog BPS : 4102004.3674 Ukuran Buku : 25 cm x 17,6 cm Jumlah Halaman : x + 76 Halaman / pages Naskah: Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 i PROFIL KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 ii KATA PENGANTAR Profil Kesejahteraan Rakyat Kota Palangka Raya Tahun 2013 ini adalah merupakan publikasi yang diterbitkan oleh Badan Pusat

Lebih terperinci

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2014

Indikator Kesejahteraan Rakyat 2014 Kabupaten Pinrang 1 Kabupaten Pinrang 2 Kata Pengantar I ndikator Kesejahteraan Rakyat (Inkesra) Kabupaten Pinrang tahun 2013 memuat berbagai indikator antara lain: indikator Kependudukan, Keluarga Berencana,

Lebih terperinci

Katalog :

Katalog : Katalog : 4102004.7372 KATA PENGANTAR Penyusunan buku Indikator Sosial Kota Parepare 2013 ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran tingkat kesejahteraan yang telah dicapai di Kota Parepare, dan sebagai

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA BONTANG KOTA BONTANG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA BONTANG KOTA BONTANG KATALOG BPS : 4013.6474 2012 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA BONTANG KOTA BONTANG Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bontang Badan Pusat Statistik Kota Bontang INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi oleh pemerintah pusat dan daerah dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat saat ini adalah masih tingginya angka kemiskinan dan

Lebih terperinci

Agustina Bidarti, S.P., M.Si. Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

Agustina Bidarti, S.P., M.Si. Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Agustina Bidarti, S.P., M.Si. Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya PENDAHULUAN Studi demografi menekankan tiga fenomena perubahan penduduk, yakni: 1. Dinamika Penduduk (Population

Lebih terperinci

Profile Perempuan Indonesia

Profile Perempuan Indonesia Profile Perempuan Indonesia PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebangkitan nasional sebagai awal perjuangan perempuan yang terorganisir, ditandai dengan diselenggarakannya Kongres Perempuan Indonesia tingkat

Lebih terperinci

https://rotendaokab.bps.go.id

https://rotendaokab.bps.go.id KATA PENGANTAR Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 disusun guna memenuhi kebutuhan pengguna data statistik khususnya data statistik sosial. Oleh karena itu BPS Kabupaten

Lebih terperinci

STATISTIK GENDER 2011

STATISTIK GENDER 2011 STATISTIK GENDER 211 STATISTIK GENDER 211 ISBN: 978-979 - 64-46 - 9 No. Publikasi: 421.111 Katalog BPS: 21412 Ukuran Buku: 19 cm x 11 cm Naskah: Sub Direktorat Statistik Rumah tangga Gambar Kulit: Sub

Lebih terperinci

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 merupakan survey yang berskala Nasional, sehingga untuk menganalisa tingkat propinsi perlu dilakukan suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR. Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM KOTA MAKASSAR 1. Penyebaran Penduduk Luas Kota Makassar sekitar 175,77 km 2, terletak di bagian Barat Propinsi Sulawesi Selatan dengan batas-batas

Lebih terperinci

ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013

ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 ANALISIS KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2013 No. Publikasi : 62520.1404 Katalog BPS : 4102004.62 Ukuran Buku Jumlah Halaman :15 cm x 21 cm :

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semarang, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG K e p a l a, BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG.

KATA PENGANTAR. Semarang, BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG K e p a l a, BADAN PUSAT STATISTIK KOTA SEMARANG. KATA PENGANTAR Disadari bahwa istilah kesejahteraan sebenarnya mencakup bidang - bidang kehidupan yang sangat luas yang tidak semua aspeknya dapat diukur. Isi dari publikasi ini hanya mencakup pada aspek-aspek

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 WELFARE INDICATORS OF KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KALIMANTAN TENGAH 2011/2012 WELFARE INDICATORS OF KALIMANTAN

Lebih terperinci

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN

Lebih terperinci

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 Nomor Publikasi: 16522.11.04 Katalog BPS: 3101017.16 Naskah: Seksi Statistik

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN BURU 2016 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN BURU 2016 ISBN : Nomor Publikasi : 81040.1603 Katalog BPS : 4102004.8104 Ukuran Buku : 21,5 x 15,5 cm Jumlah

Lebih terperinci

Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia

Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia Analisis Parameter Kependudukan menurut Kabupaten/Kota Oleh : Risma Mulia ==================================================================================== BAB I Pendahuluan Secara harfiah kata Demografi

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia

3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia 3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia Manusia pada hakekatnya merupakan mahluk Tuhan yang sangat kompleks, dimana secara hirarki penciptaan manusia dilatarbelakangi adanya asal usul manusia sebagai mahluk yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009

KATA PENGANTAR. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009 25 KATA PENGANTAR Struktur penduduk dunia termasuk Indonesia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan meningkatnya jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia. Meningkatnya jumlah penduduk lanjut

Lebih terperinci

Sambutan... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. iv Daftar Gambar.. iv

Sambutan... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. iv Daftar Gambar.. iv DAFTAR ISI halaman Sambutan... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Tabel.. iv Daftar Gambar.. iv BAB I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang... 1 2. Pengertian Indikator... 2 3. Indikator Kesejahteraan

Lebih terperinci

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual

Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual Katalog BPS : 4102004.8172 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MALUKU TENGGARA Indikator Kesejahteraan Rakyat Kota Tual Tahun 2012 ISSN : 0216.4769 Katalog BPS

Lebih terperinci

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010 ISSN 2087-7633 KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010 KERJASAMA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KONDISI PEREMPUAN DAN ANAK DI INDONESIA, 2010

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN GUNUNGKIDUL WELFARE INDICATORS OF GUNUNGKIDUL REGENCY 2015 No. ISBN ISBN Number : 4102004.3403 No. Publikasi Publication Number : 3403.16.066 Naskah Manuscript

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG 2 0 1 3 ISSN: 2085-6016 Katalog BPS : 4101002.3601 Ukuran Buku : 21 cm x 15 cm Jumlah Halaman : 86 + xiii Halaman Naskah: Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit:

Lebih terperinci

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013

PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013 PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI DI INDONESIA 2013 ISBN: 978-979 - 064-666 - 7 No. Publikasi: 04210.1310 Katalog BPS: 2104010 Ukuran Buku: 11 cm x 19 cm Jumlah Halaman: vii + 48 Naskah: Subdirektorat Statistik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Kor merupakan salah satu kegiatan tahunan yang diselenggarakan BPS untuk memenuhi kebutuhan data sosial ekonomi. Data yang dihasilkan Susenas Kor

Lebih terperinci

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 merupakan publikasi perdana yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan indikator keuangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN SUMBER DATA

PENDAHULUAN SUMBER DATA PENDAHULUAN Masalah penduduk sangat mempengaruhi gerak pembangunan. KB merupakan salah satu program pembangunan di bidang kependudukan. Masalah kependudukan masih tetap mendapat perhatian yang besar dari

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 merupakan publikasi yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan Indeks Demokrasi Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN Adi Setiyanto PENDAHULUAN Tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan ekonomi. Tenaga kerja sebagai sumber daya

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG 3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia Manusia adalah makhluk Tuhan yang terdiri dari ruh dan jasad yang dilengkapi dengan potensi dan kelebihan dibandingkan makhluk lainnya,

Lebih terperinci

Data dan Informasi dalam Perencanaan

Data dan Informasi dalam Perencanaan Data dan Informasi dalam Perencanaan http://en.wikipedia.org/wiki/data Data adalah sekumpulan fakta Data adalah suatu pernyataan yang diterima secara apa adanya, hasil pengukuran atau pengamatan suatu

Lebih terperinci

Profil LANSIA Jawa tengah 2014

Profil LANSIA Jawa tengah 2014 Katalog BPS : 4201003.33 Profil LANSIA Jawa tengah 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH PROFIL LANSIA JAWA TENGAH 2014 ISSN : 2407-3342 Nomor Publikasi : 33520.1511 Katalog BPS : 4104001.33

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 4102004.8104 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BURU INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN BURU TAHUN 2015 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN BURU TAHUN 2014 ISBN : Nomor Publikasi

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG 2 0 1 1 ISSN: 2085 6016 Katalog BPS : 4101002.3601 Ukuran Buku : 22 cm x 16,5 cm Jumlah Halaman : 96 + xiii Halaman Naskah: Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit:

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG 3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia Manusia adalah makhluk Tuhan yang terdiri dari ruh dan jasad yang dilengkapi dengan potensi dan kelebihan dibandingkan makhluk lainnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk lanjut usia (lansia) diprediksikan akan meningkat cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang. Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013

STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 STATISTIK PENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 i STATISTIK KEPENDUDUKAN KALIMANTAN TENGAH 2013 No. Publikasi : 62520.1401 Katalog BPS : 2101023.62 Ukuran Buku Jumlah Halaman :15 cm x 21 cm : ix + 57 halaman

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008

PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008 PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008 Kerjasama Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2008 PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 67/11/34/Th.XVII, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN Hasil Survei Angkatan Kerja

Lebih terperinci

Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: 4103.1409 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA) KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2013 No. Katalog : 4103.1409 Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah Gambar Kulit dan Setting Diterbitkan Oleh Kerjasama

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Tenaga Kerja, Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS Tenaga Kerja, Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian pengertian 2.1.1. Tenaga Kerja, Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja Banyak hal mengenai kehidupan sosial di suatu Negara / masyarakat dapat dijabarkan jika diketahui

Lebih terperinci

KERJASAMA : BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BANDUNG DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG

KERJASAMA : BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BANDUNG DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG KERJASAMA : BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA BANDUNG DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BANDUNG ISBN : 979.486.906.6 No. Publikasi : 3273.0608 Katalog BPS : 4716.3273 Ukuran Buku : 28,0 x 21,5

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Masalah Kependudukan Masalah kependudukan di Indonesia di kategorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan pemecahan segera. Hal ini mencangkup lima masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari keberhasilan pembangunan ekonomi, pendidikan dan teknologi di Indonesia adalah kecenderungan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dampak dari keberhasilan pembangunan ekonomi, pendidikan dan teknologi di Indonesia adalah kecenderungan seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu dampak dari keberhasilan pembangunan ekonomi, pendidikan dan teknologi di Indonesia adalah kecenderungan seseorang untuk menunda usia perkawinan,usia

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2011 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2011 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 91522.1205 Katalog BPS/BPS Catalogue : 4102004.9100 Ukuran

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

STATISTIK KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN BANYUMAS 2015 No. Publikasi : 33020.1658 Katalog BPS : 4101002.3302 Ukuran Buku : 14,8 cm x 21 cm Jumlah Halaman : xiii + 48 halaman Naskah : BPS Kabupaten Banyumas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Salatiga, Oktober Tim Penyusun KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan review dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Lebih terperinci

4203002 2 Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2012 PROFIL KESEHATAN ffiu DAN ANAK 2012 Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2012 ISSN: 2087-4480 No. Publikasi: 04230.1202 Katalog BPS: 4203002 Ukuran Buku: 18,2 cm x

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada 4.1. Profil Wilayah BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 49 29 Lintang Selatan dan 6 0 50 44

Lebih terperinci

Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah

Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah Penambahan Angkatan Kerja Baru di Provinsi Jawa Tengah Erisman, M.Si, Kabid Statistik Sosial, BPS Provinsi Jawa Tengah Data Penduduk Yang Digunakan Mulai tahun 2014 angka penduduk yang digunakan adalah

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Cirebon 2012 Kerjasama : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Cirebon Dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Cirebon

Lebih terperinci

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010)

TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010) TIGA PULUH DUA TAHUN PERJALANAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA NASIONAL DI PROPINSI BENGKULU (1972 SAMPAI DENGAN 2010) BAB I. PENDAHULUAN I. Latar Belakang Penduduk sebagai modal dasar dan faktor dominan pembangunan

Lebih terperinci

ht //j ak tp : s. go.b p ta ar.id / ht //j ak tp : s. go.b p ta ar.id / PROFIL KEPENDUDUKAN HASIL SUPAS2015 PROVINSI DKI JAKARTA ISBN : No Publikasi : 31520.1603 Katalog BPS : 2101014.31 Ukuran Buku :

Lebih terperinci

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU INDIKATOR KETENAGAKERJAAN KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2012 No Publikasi : 76042.1202 Katalog BPS : 2302003.7604 Ukuran

Lebih terperinci

Data dan Informasi dalam Perencanaan

Data dan Informasi dalam Perencanaan Data dan Informasi dalam Perencanaan Sensus Penduduk (SP) dan Survey Penduduk antar Sensus (Supas) Data yang dikumpulkan meliputi Demografi : fertilitas, mortalitas dan migrasi, serta riwayat kelahiran

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Pringsewu bisa dimulai dengan mengenal lebih dekat karakteristik kedua kabupaten. Sebelum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak 237.641.326 juta jiwa penduduk (BPS, 2010). Di tingkat

Lebih terperinci

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5 IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN.1. Kondisi Geografi dan Topografi Provinsi Papua Barat awalnya bernama Irian Jaya Barat, berdiri atas dasar Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang pembentukan Provinsi

Lebih terperinci

RINGKASAN DARI BLOK IV Banyaknya ART Banyaknya ART umur 0-4 th Banyaknya ART umur 10+ th

RINGKASAN DARI BLOK IV Banyaknya ART Banyaknya ART umur 0-4 th Banyaknya ART umur 10+ th NAME LABEL VALUE LABELS BLOK I KETERANGAN TEMPAT B1R1 Propinsi B1R2 Kabupaten/kota B1R3 Kecamatan B1R4 Desa/Kelurahan B1R5 Klasifikasi desa/kelurahan 1. Perkotaan 2. Perdesaan B1R6 Letak geografis desa/kelurahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relative tinggi. Esensi tugas program

Lebih terperinci

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Ketenagakerjaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Katalog BPS : 2301003.34 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Statistik BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN

PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN PENYUSUNAN PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2010 2035 Dr. Sukamdi Agus Joko Pitoyo, M.A. Eddy Kiswanto, M.Si M. Arif Fahrudin Alfana PENDAHULUAN Proyeksi penduduk merupakan cara penggambaran jumlah penduduk

Lebih terperinci

Katalog BPS : Badan Pusat Statistik Kab. Tapanuli Tengah Jl. N. Daulay, Pandan Telp. (0631)

Katalog BPS : Badan Pusat Statistik Kab. Tapanuli Tengah Jl. N. Daulay, Pandan Telp. (0631) Katalog BPS : 4101014.1204 Badan Pusat Statistik Kab. Tapanuli Tengah Jl. N. Daulay, Pandan Telp. (0631) 371082 PERKEMBANGAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN TAHUN 2010-2011 PERKEMBANGAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan bagian integral dari suatu negara. Komposisi dan distribusi penduduk karena perubahan beberapa komponen demografi seperti Kelahiran (Fertilitas),

Lebih terperinci