Katalog BPS:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Katalog BPS:"

Transkripsi

1 Katalog BPS:

2 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT (INKESRA) KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2013 No. Katalog : Ukuran Buku Jumlah Halaman Naskah Gambar Kulit dan Setting Diterbitkan Oleh Kerjasama Dengan : 29,7 Cm x 21 Cm : 39 + vi Halaman : Seksi Statistik Sosial : Seksi Statistik Sosial : BPS Kabupaten Rokan Hilir : Bappeda Kabupaten Rokan Hilir Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya

3 PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HILIR BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KATA SAMBUTAN Saya menyambut gembira dengan diterbitkannya Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 ini yang merupakan kerjasama antara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Rokan Hilir. Bappeda membutuhkan data dan informasi yang sangat beragam guna mengevaluasi dan merencanakan pembangunan di Kabupaten Rokan Hilir. Keberadaan data sangat strategis agar evaluasi dan perencanaan yang dibuat lebih tepat sasaran. Berkaitan dengan Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013 ini Bappeda bisa melakukan evaluasi terhadap tingkat kesejahteraan rakyat. Setelah mengevaluasi kita juga mampu melakukan perencanaan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan rakyat kita ke depan. Saya berharap kerjasama ini lebih dapat ditingkatkan intensitas dan kualitasnya di masa datang sehingga pembangunan yang kita rencakan dan kita rancang lebih tepat sasaran dan dapat menjawab persoalan yang ada terutama pembangunan di bidang kesejahteraan rakyat. Akhirnya kepada BPS Kabupaten Rokan Hilir beserta jajarannya yang telah mewujudkan publikasi ini, kami ucapkan terima kasih, dan diharapkan terus berupaya meningkatkan kualitas data dan penyajiannya di masa mendatang. Bagansiapiapi, Agustus 2014 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN ROKAN HILIR K e p a l a, M. JOB KURNIAWAN, A.P., MSi. NIP Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir 2013 i

4 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN ROKAN HILIR KATA PENGANTAR Publikasi ini merupakan hasil kerjasama antara Badan Pusat Statistik (BPS) bersama Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Rokan Hilir dengan judul Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir Publikasi ini dirasakan sangat penting, terutama dalam mendukung serta memantau program pembangunan yang telah dan akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir. Beberapa indikator yang disajikan dalam publikasi ini sangat berguna untuk mengevaluasi keberhasilan pembangunan khususnya dibidang kesejahteraan rakyat, serta menyusun perencanaan untuk pembangunan di masa mendatang. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada BPS Provinsi Riau yang telah membantu dan melakukan supervisi dalam penyusunan publikasi ini. Akhirnya, untuk kelengkapan dan kesempurnaan buku ini saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Bagansiapiapi, Agustus 2014 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN ROKAN HILIR K e p a l a, GUSWANDI, SST. NIP Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir 2013 ii

5 DAFTAR ISI Sambutan Kepala Bappeda Kabupaten Rokan Hilir... Kata Pengantar Kepala BPS Kabupaten Rokan Hilir... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i ii iii v vi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maksud dan Tujuan Sumber Data dan Sistematika Penyajian... 2 BAB II KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA 2.1. Letak Geografis Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Komposisi Penduduk Komposisi menurut Umur dan Jenis Kelamin Angka Beban Tanggungan... 5 BAB III PENDIDIKAN 3.1. Partisipasi Sekolah Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Angka Melek Huruf (AMH). 9 BAB IV KESEHATAN 4.1. Keluhan Kesehatan Penduduk Penolong Persalinan Pemberian ASI BAB V KETENAGAKERJAAN 5.1. Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Tingkat Pengangguran. 18 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir 2013 iii

6 5.4. Lapangan Usaha.. 18 BAB VI PERUMAHAN 6.1. Fasilitas Perumahan Fasilitas Penerangan Fasilitas Air Minum.. 23 BAB VII BAB VIII POLA KONSUMSI DAN DISTRIBUSI PENGELUARAN 7.1. Pola Pengeluaran INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN Umum Tahapan Penghitungan IPM Tingkatan Status Pembangunan Manusia IPM Kabupaten Rokan Hilir Perbandingan Antar Kabupaten/Kota Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir 2013 iv

7 DAFTAR TABEL NO. TABEL Tabel 2.1 Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Tahun Tabel 2.2 Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Tahun Tabel 3.1 Persentase Penduduk Berusia 10 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin, Partisipasi Sekolah dan Status Pendidikan Tahun Tabel 3.2 Persentase Penduduk Berusia 10 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin dan Ijazah Tertinggi yang Dimiliki Tahun Tabel 3.3 Persentase Penduduk Berusia 10 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin dan Kemampuan Membaca dan Menulis Tahun Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Usia Kerja (15 Tahun Keatas) Menurut Jenis Kelamin dan Kegiatan Utama Tahun Tabel 5.2 TPAK, TPT, dan TKK Menurut Jenis Kelamin Tahun Tabel 6.1 Persentase Rumahtangga Menurut Jenis Lantai Terluas Tahun Tabel 6.2 Persentase Rumahtangga Menurut Jenis Dinding Terluas Tahun Tabel 6.3 Persentase Rumahtangga Menurut Sumber Penerangan Utama Tahun Tabel 6.4 Persentase Rumahtangga Menurut Sumber Air Minum Tahun Tabel 6.5 Persentase Rumahtangga Menurut Fasilitas Air Minum Tahun Tabel 8.1 Nilai Maksimum dan Minimum dari Setiap Komponen IPM Tabel 8.2 Tahun Konversi dari Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tabel 8.3 Paket Komoditas yang Digunakan dalam Penghitungan PPP Tabel 8.4 Perkembangan IPM Kabupaten Rokan Hilir Tahun Tabel 8.5 Perkembangan Komponen IPM Kabupaten Rokan Hilir Tahun Tabel 8.6 IPM Kabupaten/Kota Se-Provinsi Riau Tahun Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir 2013 v

8 DAFTAR GAMBAR NO. GAMBAR Gambar 2.1 Piramida Penduduk Kabupaten Rokan Hilir Tahun Gambar 3.1 Perkembangan Angka Melek Huruf di Kabupaten Rokan Hilir Tahun Gambar 4.1 Persentase Penduduk Menurut Keluhan Kesehatan Tahun Gambar 4.2 Jenis Keluhan Kesehatan Penduduk Tahun Gambar 4.3 Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut Jenis Kelamin Tahun Gambar 4.4 Penolong Persalinan Pertama Tahun Gambar 4.5 Persentase Balita yang Diberi ASIdi Kabupaten Rokan Hilir Tahun Gambar 5.1 Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun Gambar 6.1 Persentase Rumahtangga Menurut Luas Lantai Tahun Gambar 6.2 Persentase Rumahtangga Menurut Kebersihan Sumber Air Minum Tahun Gambar 7.1 Pengeluaran Rata-rata Perkapita Sebulan Untuk Kelompok Makanan Dan Bukan Makanan Tahun 2012 dan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir 2013 vi

9 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan derajat kesejahteraan rakyat merupakan salah satu tujuan utama dari suatu program perekonomian suatu daerah. Dalam kaitan tersebut akan diperlukan suatu perencanaan program yang matang dan dapat mengakomodasikan tingkat kesejahteraan bagaimana yang seharusnya dicapai, apa yang perlu diperhatikan terlebih dahulu, bagaimana prosedur pelaksanaannya dan terakhir bagaimana memantau hasil yang telah dicapai untuk mengetahui apakah sesuai dengan sasaran (target) yang diinginkan atau tidak. Untuk hal itulah, peran data dan statistik semakin dirasakan penting pada akhir-akhir ini, terutama yang secara spesifik berkaitan erat dengan permasalahan kesejahteraan rakyat. Hal ini dikaitkan adanya kebutuhan untuk perencanaan suatu program pembangunan yang rasional dan sistematis serta perencanaan yang mempunyai kualifikasi baik. Dalam suatu pengertian, bahwa data tersebut mempunyai sifat akurat, obyektif, mewakili dan up to date. Dan di pihak lain, pada era sekarang data tersebut diubah menjadi suatu informasi oleh para pengguna data; sehingga dapat mengungkapkan suatu permasalahan, membantu menyelesaikan suatu permasalahan atau memunculkan permasalahan yang baru. Dengan demikian, bagi aparatur pemerintah, swasta ataupun peneliti di bidang kesejahteraan rakyat, data tersebut akan menjadi bahan mentah bagi informasi. Dimana dalam era sekarang setiap data yang ada, hanya akan menjadi suatu informasi bila diubah dengan menggunakan bantuan statistika dan berguna untuk para pengguna spesifik di masing-masing bidang. Sedangkan bagi kalangan di luar tersebut akan tetap bersifat sebagai data. Indikator Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 merupakan salah satu wahana yang dapat membantu memberikan berbagai data output dan input kesejahteraan rakyat yang ada di masyarakat sebagai hasil dari berbagai proses pembangunan. Data yang disajikan merupakan hasil dari suatu proses pengukuran berbagai fenomena yang terjadi dari berbagai hasil proses program pembangunan. Sehingga dengan mengamati berbagai data yang disajikan tersebut, dapat diantisipasi lebih dini mana yang harus diprioritaskan, mana yang harus diperbaiki programnya dan mana yang harus ditunda pelaksanaannya. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

10 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari penulisan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 adalah untuk mengukur keberhasilan (output) setiap program yang dilakukan oleh pemerintah, swasta dan masyarakat yang berdomisili di Kabupaten Rokan Hilir. Selain itu, hasil penelitian ini akan dapat digunakan sebagai alat dalam perencanaan berbagai program, alat pemantau dan penilaian kebijaksanaan berbagai program pembangunan yang dilakukan di Kabupaten Rokan Hilir. Dengan demikian tujuan penulisan publikasi ini ialah untuk melihat sejauh mana keberhasilan pembangunan kesejahteraan rakyat di Kabupaten Rokan Hilir Sumber Data dan Sistematika Penyajian Data yang digunakan dalam publikasi ini adalah hasil dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2013 dan Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) 2013 yang dilakukan di Kabupaten Rokan Hilir. Selain itu untuk perbandingan digunakan berbagai data lainnya yang bersumberkan pada hasil sensus dan berbagai survei lainnya. Penyajian publikasi ini diuraikan dalam delapan bab. Pada Bab I diuraikan pendahuluan yang berisikan latar belakang, maksud dan tujuan, sumber data dan sistematika penyajian. Bab II menyajikan tentang kependudukan, yang mencakup mengenai letak geografis Kabupaten Rokan Hilir, jumlah dan pertumbuhan penduduk, dan komposisi penduduk. Bab III menguraikan kondisi bidang pendidikan di Kabupaten Rokan Hilir, yang mencakup partisipasi sekolah, tingkat pendidikan yang ditamatkan, dan angka melek huruf. Lebih jauh pada Bab IV diuraikan mengenai keluhan kesehatan, penolong kelahiran dan pemberian ASI. Ketenagakerjaan disajikan pada Bab V, yaitu mencakup angkatan kerja dan bukan angkatan kerja, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), tingkat pengangguran dan lapangan usaha serta status pekerjaan. Pada Bab VI diuraikan kondisi perumahan penduduk Kabupaten Rokan Hilir mencakup perihal fasilitas perumahan, penerangan, air minum dan jamban. Bab VII menguraikan pola konsumsi dan distribusi pengeluaran yang mencakup pola pengeluaran untuk kelompok makanan serta bukan makanan. Pada Bab VIII diuraikan mengenai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Rokan Hilir. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

11 2.1. Letak Geografis BAB II KEPENDUDUKAN Kabupaten Rokan Hilir terletak di bagian pesisir timur Pulau Sumatera yang secara astronomis terletak pada koordinat 1 o 14 2 o 30 Lintang Utara dan 100 o o 21 Bujur Timur. Kabupaten Rokan Hilir sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Riau, mempunyai luas wilayah sekitar 8.881,59 Km 2. Wilayah Kabupaten Rokan Hilir berbatasan dengan tiga kabupaten dan satu provinsi. Secara lengkap wilayah ini mempunyai batas-batas sebagai berikut: a. Sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara dan Selat Malaka b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Rokan Hulu c. Sebelah timur berbatasan dengan Kota Dumai d. Sebelah barat berbatasan Provinsi Sumatera Utara 2.2. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Gambaran suatu wilayah memiliki berbagai potensi sumber daya, dapat dilihat dari salah satu sisi, yaitu sumber daya manusia. Seperti diketahui, sumber daya manusia (SDM) sebagai salah satu faktor strategis. Karena disadari posisi mereka bukan hanya sebagai sasaran dari berbagai program pembangunan akan tetapi juga SDM akan berfungsi sebagai pemikir, perencana, sekaligus pelaksana dari berbagai program pembangunan. Atas dasar pemikiran ini pembangunan manusia dititik beratkan pada peningkatan kualitas SDM yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Penitikberatan pada kualitas SDM diperlukan karena penduduk yang besar hanya akan dapat merupakan asset pembangunan jika kualitasnya baik (dilihat dari derajat kesehatan dan atau tingkat pendidikan). Jumlah penduduk yang besar hanya merupakan beban pembangunan jika berkualitas rendah. Berdasarkan hasil pendataan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2013, jumlah penduduk Kabupaten Rokan Hilir pada tahun 2013 adalah jiwa, atau mengalami pertumbuhan sekitar 3,32 persen dari tahun sebelumnya. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

12 Tabel 2.1 Penduduk Kabupaten Rokan Hilir Menurut Jenis Kelamin Tahun Tahun Jenis Kelamin Sex Laju Jumlah Pertumbuhan Laki-laki Perempuan Ratio Penduduk (1) (2) (3) (4) (5) (6) , ,84 1, ,87 1, ,10 3, ,86 5, ,61 3,32 Sumber : BPS Kabupaten Rokan Hilir Laju pertumbuhan yang cukup tinggi ini masih harus diantisipasi oleh Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir dalam penyediaan berbagai fasilitas pelayanan umum yang diperlukan seperti fasilitas kesehatan, pendidikan, maupun dalam pemenuhan kebutuhan pokok seperti pangan dan papan Komposisi Penduduk Komposisi Menurut Umur dan Jenis Kelamin Jumlah penduduk Kabupaten Rokan Hilir pada tahun 2013 adalah jiwa, yang terdiri dari jiwa atau 51,36 persen adalah laki-laki dan jiwa atau 48,64 persen adalah perempuan, dengan rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar 105,61. Hal ini berarti, dari 100 penduduk perempuan, terdapat 106 penduduk laki-laki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1. Lebih dari separuh (53,87 persen) penduduk Kabupaten Rokan Hilir berada pada kelompok 0-24 tahun, 36,56 persen berada pada kelompok tahun, dan 2,08 persen pada kelompok 65 tahun keatas. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

13 Gambar 2.1 Piramida Penduduk Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 Sumber : Susenas Angka Beban Tanggungan ( Dependency Ratio) Berdasarkan komposisi penduduk menurut kelompok umur seperti yang disajikan pada Tabel 2.2, dapat diturunkan indikator yang dapat digunakan sebagai salah satu indikator ekonomi yaitu Angka Beban Tanggungan yang merupakan perbandingan atau rasio antara penduduk usia belum produktif (0-14 tahun) dan usia 65 tahun keatas dengan penduduk usia produktif (15-64 tahun). Besarnya Angka Beban Tanggungan ini menunjukkan beban tanggungan ekonomi penduduk usia produktif. Semakin mengecil angka beban ketergantungan akan semakin baik kondisi perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Pada tahun 2013, Angka Beban Ketergantungan (Dependency Ratio) Kabupaten Rokan Hilir sebesar 63,37 persen, dengan kata lain setiap 100 penduduk usia produktif (Usia tahun) harus menanggung sebanyak 63 orang penduduk yang tidak produktif (Usia dibawah 15 tahun dan di atas 65 tahun). Semakin tinggi Angka Beban Ketergantungan menunjukkan penduduk di suatu wilayah semakin mundur karena beban ekonomi penduduk usia produktif semakin berat. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

14 Tabel 2.2. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Di Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah (1) (2) (3) (4) JUMLAH Sumber : Susenas 2013 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

15 BAB III PENDIDIKAN 3.1. Partisipasi Sekolah Pendidikan merupakan suatu proses berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia. Dan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ditempuh melalui pelaksanaan berbagai program pendidikan dan keterampilan. Mereka yang mempunyai tingkat pendidikan dan keterampilan yang tinggi mempunyai kemungkinan/peluang lebih besar untuk memperoleh pendapatan yang tinggi. Sebaliknya, mereka yang mempunyai pendapatan rendah, kecil kemungkinannya untuk mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Dengan demikian dari sudut sosial ekonomi, tingkat pendidikan seseorang merefleksikan tingkat kesejahteraannya. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia sehingga kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat, semakin baik kualitas sumber dayanya. Pada asarnya pendidikan yang diupayakan bukan hanya tanggungjawab pemerintah tetapi juga masyarakat dan keluarga. Kerjasama yang erat telah dijalin dalam upaya meningkatkan derajat pendidikan masyarakat melalui Program Wajib Belajar Sembilan Tahun (Wajar 9 tahun). Dengan demikian apa yang tersirat dalam gagasan dasar Pembukaan UUD-45; yaitu mencerdaskan bangsa dapat diwujudkan secara konsekuen. Banyaknya penduduk yang mendapatkan pendidikan di sekolah merupakan indikator tersedianya tenaga terdidik atau sumber daya manusia terdidik yang tersedia saat ini. Besaran ini ditunjukkan oleh angka partisipasi sekolah. Tabel 3.1 menyajikan persentase partisipasi bersekolah dan status pendidikan di Kabupaten Rokan Hilir. Dari penduduk yang berusia 10 tahun keatas di Kabupaten Rokan Hilir dapat kita kelompokkan kedalam tiga kelompok besar, yaitu: penduduk yang tidak/belum pernah sekolah, masih sekolah, dan tidak bersekolah lagi. Penduduk di Kabupaten Rokan Hilir yang tidak/belum pernah sekolah 2,63 persen dengan rincian 1,31 persen untuk laki-laki dan 4,02 persen untuk perempuan. Dari angka ini kita dapat melihat bahwa untuk perempuan persentasenya lebih besar daripada laki-laki, hal ini menunjukkan bahwa kesempatan anak perempuan untuk mengenyam pendidikan lebih buruk daripada anak laki-laki. Hal ini tentu terjadi karena sudah merupakan kebiasaan untuk mengutamakan pendidikan anak laki- laki Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

16 daripada anak perempuan. Jumlah penduduk yang masih sekolah di Kabupaten Rokan Hilir untuk usia 10 tahun keatas sebesar 22,91 persen, yaitu 22,81 persen untuk laki-laki dan 23,02 persen untuk perempuan. Dari angka ini kita dapat melihat bahwa persentase untuk perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Banyaknya penduduk yang tidak bersekolah lagi di Kabupaten Rokan Hilir sebesar 74,46 persen, dengan rincian 75,88 persen untuk laki-laki dan 72,96 persen untuk perempuan. Tabel 3.1. Persentase Penduduk Berusia 10 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin, Partisipasi Sekolah dan Status Pendidikan Partisipasi Sekolah/ Status Pendidikan Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan (1) (2) (3) (4) Tidak/Belum Pernah Sekolah 1,31 4,02 2,63 Jumlah yang masih sekolah 22,81 23,02 22,91 Tidak Bersekolah lagi 75,88 72,96 74,46 J U M L A H 100,00 100,00 100,00 Sumber : Susenas Indikator lain yang dapat diamati untuk melihat tingkat kesejahteraan penduduk di bidang pendidikan, ialah dengan mengukur atau melihat persentase tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk di wilayah yang bersangkutan Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan Pendidikan yang ditamatkan merupakan indikator pokok kualitas pendidikan formal. Tingginya tingkat pendidikan yang dapat dicapai oleh rata-rata penduduk suatu wilayah akan mencerminkan taraf intelektualitas wilayah yang bersangkutan. Tabel 3.2. menunjukkan bahwa penduduk 10 tahun keatas yang tidak punya ijazah adalah sebesar 23,32 persen, tamat SD/MI/Sederajat 34,03 persen, tamat SLTP/MTs/ Sederajat sebesar 21,64 persen, tamat SMU/SM Kejuruan 17,61 persen dan tamat Diploma I sampai dengan Universitas sebesar 3,41 persen. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

17 Tabel 3.2. Persentase Penduduk Berusia 10 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin dan Ijazah Tertinggi Yang Dimiliki, Tahun 2013 Tingkat Pendidikan Yang Ditamatkan Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan (1) (2) (3) (4) Tidak Punya Ijazah 22,01 24,70 23,32 Tamat SD/MI/Sederajat 34,01 34,05 34,03 Tamat SLTP/MTs/Sederajat 22,63 20,60 21,64 Tamat SMU/MA/SMK/Sederajat 18,35 16,81 17,61 Tamat Diploma (DI/DII/DIII) 0,64 1,62 1,12 Tamat Universitas (DIV/S1/S2/S3) 2,35 2,22 2,29 J U M L A H 100,00 100,00 100,00 Sumber : Susenas 2013 Selanjutnya dapat dilihat bahwa persentase perempuan yang masuk dalam kelompok tidak punya ijazah SD lebih besar bila dibandingkan dengan laki-laki, yaitu sebesar 24,70 persen dan untuk laki-laki sekitar 22,01 persen. Dari tabel diatas juga dapat dilihat bahwa adanya kecendrungan semakin tinggi tingkat pendidikan, persentase perempuan lebih kecil bila dibandingkan dengan laki-laki Angka Melek Huruf (AMH) Salah satu kebutuhan dasar penduduk untuk berkomunikasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Dimana hal ini merupakan keterampilan minimum yang dibutuhkan penduduk dalam proses bermasyarakat, sehingga penduduk dapat berperan lebih aktif dalam pembangunan ekonomi yang berkesinambungan di Kabupaten Rokan Hilir ini. Karena mempunyai peranan yang sangat penting, kemampuan membaca ini dijadikan salah satu indikator penting untuk mengukur output pendidikan. Secara matematis, angka ini memperlihatkan rasio antara yang dapat membaca/menulis dengan jumlah penduduk diatas usia lima belas tahun dalam satuan ratusan. Kemampuan membaca dan menulis terus meningkat sejalan dengan keberhasilan program pemerintah di bidang pendidikan. Pada tahun 2007 angka melek huruf baru sekitar 97,37 persen meningkat menjadi 98,20 pada tahun Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3.1. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

18 Gambar 3.1 Perkembangan Angka Melek Huruf di Kabupaten Rokan Hilir Tahun Angka Melek Huruf Angka Melek Huruf Sumber : Susenas Tabel 3.3 menyajikan persentase penduduk di Kabupaten Rokan Hilir pada tahun 2013 yang mempunyai kemampuan membaca dan menulis. Jumlah penduduk yang bisa membaca dan menulis sekitar 98,20 persen dari jumlah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas. Persentase penduduk laki-laki yang bisa membaca dan menulis sebesar 99,64 persen, sedangkan untuk perempuan adalah sebesar 96,67 persen. Persentase perempuan untuk melek huruf ini lebih rendah dari laki-laki, perlu penekanan lebih bagi perempuan untuk meningkatkan kemampuan diri, karena perempuan mempunyai peranan yang lebih dominan dalam mendidik anak-anak di dalam keluarga. Peranan ini sangat penting, karena keberhasilan generasi yang akan datang sangat ditentukan oleh kemampuan ibu untuk dapat mendidik anak-anaknya. Tentunya hal ini juga tidak lepas dari peranan penting sang ayah sebagai kepala keluarga. Tabel 3.3 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kelamin dan Kemampuan Membaca/Menulis Di Kabupaten Rokan Hilir Kemampuan Membaca/Menulis Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan (1) (2) (3) (4) Huruf Latin 97,45 93,39 95,45 Huruf Arab 65,15 68,29 66,69 Huruf Lainnya 1,75 1,20 1,48 Sumber: Susenas Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

19 BAB IV KESEHATAN Pembangunan di bidang kesehatan antara lain bertujuan untuk memperbaiki derajat kesehatan masyarakat secara efektif dan efisien, agar semua lapisan masyarakat memperoleh layanan kesehatan secara mudah dan murah, karena kesehatan menyentuh hampir semua aspek kehidupan masyarakat. Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini dianggap telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan. Dalam upaya meningkatkan kesehatan, dengan terbatasnya dana, sarana dan prasarana maka pembangunan kesehatan diutamakan atau diprioritaskan pada kelompok yang paling rentan terhadap gangguan kesehatan dan gizi, yaitu anak bayi, anak usia balita, ibu hamil dan ibu menyusui. Kesehatan dan gizi ibu hamil sangat berpengaruh terhadap kesehatan dan gizi dari bayi yang dilahirkan. Demikian juga kesehatan dan gizi ibu menyusui akan mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak, baik kelangsungan hidup maupun pertumbuhan fisik dan intelektualnya. Walaupun mempunyai keterbatasan di sana sini, upaya pelayanan kesehatan masyarakat perlu terus ditingkatkan agar semua lapisan masyarakat dapat memperolehnya secara merata dan murah. Dengan upaya tersebut diharapkan derajat kesehatan masyarakat akan semakin baik. Derajat kesehatan dapat ditunjukkan antara lain dari data mengenai kesakitan (keluhan kesehatan), penolong persalinan, dan balita yang pernah disusui. 4.1 Keluhan Kesehatan Penduduk Sekitar 21,93 persen penduduk di Kabupaten Rokan Hilir mengalami keluhan kesehatan (lihat Gambar 4.1). Penduduk di daerah perkotaan lebih banyak mengalami keluhan kesehatan jika dibandingkan dengan penduduk di daerah pedesaan, yakni sekitar 22,28 persen di perkotaan dibandingkan 21,83 persen di pedesaan. Kondisi kesehatan lingkungan, seperti polusi, merupakan salah satu penyebab keluhan kesehatan di daerah perkotaan lebih tinggi. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

20 Gambar 4.1 Persentase Penduduk Menurut Keluhan Kesehatan Keluhan Kesehatan 78.07% 21.93% Ada Keluhan Tidak Ada Keluhan Sumber: Susenas Keluhan kesehatan yang paling banyak dialami penduduk adalah panas, pilek, dan batuk. Sebanyak 9,23 persen penduduk menderita panas, 8,30 persen penduduk menderita pilek dan 7,70 persen penduduk menderita batuk (Gambar 4.2). Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

21 Gambar 4.2 Jenis Keluhan Kesehatan Penduduk Tahun 2013 Jenis Keluhan Kesehatan Batuk Pilek Panas Lainnya Sakit kepala berulang Sakit gigi Diare Asma Sumber: Susenas 2013 Perbedaan jenis kelamin mempunyai pengaruh berbeda terhadap jenis keluhan yang dialami penduduk. Penduduk perempuan cenderung lebih rentan mengalami keluhan kesehatan dibandingkan penduduk laki-laki (Gambar 4.3). Gambar 4.3 Persentase Penduduk yang Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut Jenis Kelamin 24.64% 21.93% Laki-laki Perempuan Sumber: Susenas Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

22 4.2 Penolong Persalinan Angka kematian bayi sangat dipengaruhi oleh tenaga penolong kelahiran, pemberian ASI dan makanan bayi serta pemberian imunisasi. Penolong persalinan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kesehatan ibu yang melahirkan dan bayinya. Persalinan oleh dokter, bidan atau tenaga medis lainnya secara umum lebih aman dibandingkan persalinan oleh dukun atau tenaga non medis lainnya. Berdasarkan hasil Susenas 2013, penolong persalinan pertama di Rokan Hilir sebagian besar ditolong oleh dokter, bidan, dan paramedis yakni 84,02 persen, sedangkan sisanya sebanyak 15,98 persen ditolong oleh dukun. Pola ini juga berlaku untuk daerah perkotaan maupun perdesaan dimana penolong persalinan pertama untuk daerah perkotaan sebagian besar ditolong oleh dokter, bidan dan paramedis yaitu sebesar 92,51 persen. Sedangkan untuk daerah perdesaan, 81,16 persen bayi yang lahir ditolong oleh dokter, bidan dan tenaga paramedis (Gambar 4.4). Gambar 4.4 Penolong Persalinan Pertama Tahun Dokter, Bidan dan Paramedis Dukun bersalin dan lainnya Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan Sumber: Susenas 2013 Peningkatan persentase penolong persalinan oleh tenaga medis menunjukkan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya peran penolong persalinan. Hal ini juga menunjukkan ketersediaan tenaga medis semakin merata. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

23 4.3 Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan makanan bergizi pada anak-anak khususnya usia balita akan sangat menentukan tingkat kekebalan tubuh, intelektualitas, kreativitas maupun produktivitas anak-anak di kemudian hari. Agar pemberian ASI efektif, seorang ibu harus mempunyai cadangan zat gizi yang memadai selama hamil dan mengkonsumsi makanan bergizi selama menyusui, karena ASI merupakan makanan paling baik bagi bayi. Berdasarkan hasil Susenas 2013, di Rokan Hilir sebagian besar bayi (91,23 persen) telah diberikan ASI, baik itu untuk daerah perkotaan (97,56 persen) maupun daerah perdesaan (89,10 persen). Perbedaan tempat tinggal tidaklah terlalu berpengaruh pada pemberian ASI. Hal ini menunjukkan kesadaran pentingnya pemberian ASI telah merata di perkotaan dan di pedesaan (Selengkapnya lihat Gambar 4.5) Gambar 4.5 Persentase Balita yang Pernah Diberi ASI di Rokan Hilir Tahun 2013 Pemberian ASI Balita Ya Tidak Sumber: Susenas 2013 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

24 BAB V KETENAGAKERJAAN 5.1. Angkatan Kerja Data ketenagakerjaan dewasa ini semakin diperlukan, terutama untuk evaluasi dan perencanaan pembangunan dibidang ketenagakerjaan seperti peningkatan keterampilan tenaga kerja, perluasan kesempatan kerja dan berusaha serta produktifitas tenaga kerja. Sangat masuk akal jika analisis mengenai kualitas sumber daya manusia biasanya menempatkan faktor ketenagakerjaan sebagai salah satu dimensi yang vital. Bila diamati, status penduduk dibagi kedalam dua kelompok besar: yaitu penduduk usia kerja dan bukan usia kerja. Secara definitif penduduk usia kerja di Indonesia adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas. Dimana penduduk usia kerja terbagi atas penduduk yang termasuk dalam Angkatan Kerja, yaitu penduduk yang bekerja dan mencari pekerjaan dan bukan angkatan kerja, yaitu mereka yang mengurus rumah tangga, sekolah, pensiunan dan lainnya. Definisi yang dikeluarkan oleh Badan Dunia PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa/United Nation) tentang Angkatan Kerja adalah penduduk yang aktif secara ekonomi sebagai penduduk yang memproduksi barang dan jasa secara ekonomi, yang juga mencakup mereka yang tidak bekerja tetapi bersedia bekerja. Tabel 5.1 menunjukkan bahwa penduduk Kabupaten Rokan Hilir yang termasuk kedalam angkatan kerja sekitar orang. Dari jumlah tersebut, orang yang bekerja. Dengan demikian masih ada yang belum mendapat kesempatan kerja, yaitu sebanyak orang. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

25 Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Usia Kerja (15 Tahun Keatas) Menurut Jenis Kelamin Dan Kegiatan Utama Tahun 2013 Kegiatan Penduduk Usia 15 + Utama (1) (2) Angkatan Kerja a. Bekerja b. Pengangguran Sumber : Sakernas Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Untuk mengukur kerja di suatu daerah, ukuran umum dipakai adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yaitu suatu ukuran yang menggambarkan proporsi penduduk yang telah bekerja dan sedang dalam proses mencari pekerjaan terhadap seluruh penduduk usia 15 tahun keatas. Dengan demikian indikator tersebut cukup penting dalam menerangkan kecenderungan penduduk yang terlibat secara langsung dalam kegiatan ekonomi. Tabel 5.2. TPAK, TPT dan TKK Menurut Jenis kelamin Tahun 2013 Kegiatan Penduduk (1) (2) TPAK (%) 61,20 TPT (%) 6,09 TKK (%) 93,91 Sumber: Sakernas 2012 Catatan : TPAK TPT TKK = Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja = Tingkat Pengangguran Terbuka = Tingkat Kesempatan Kerja Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

26 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada tahun 2013 sebesar 61,20 persen ini dapat diinterpretasikan, bahwa untuk setiap seratus orang penduduk usia kerja yang berdomisili di Kabupaten Rokan Hilir, sekitar 61 orang memasuki pasar kerja Tingkat Pengangguran Salah satu informasi penting lain yang didapat dari kegiatan Sakernas 2013 adalah diperolehnya angka pengangguran penduduk. Informasi ini vital, terutama berkenaan dengan kemampuan sektor-sektor ekonomi yang ada untuk menyerap tenaga kerja kedalam aktivitas ekonomi produktif. Secara teoritis ada dua istilah pengangguran yang agak banyak digunakan yaitu: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan Tingkat Setengah Pengangguran Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indikator Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) secara tidak langsung dapat menggambarkan kondisi ekonomi suatu wilayah. Angka ini merupakan proporsi penduduk yang mencari pekerjaan terhadap seluruh angkatan kerja. Tinggi rendahnya angka ini memiliki kepekaan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat maupun keamanan dan stabilitas regional. Oleh karenanya informasi mengenai pengangguran ini merupakan hal yang strategis agar upaya untuk mengantisipasi dampak dari tinggi atau rendahnya angka pengangguran ini dapat segera diagendakan. Dari Tabel 5.2 secara umum tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Rokan Hilir pada tahun 2013 sebesar 6,09 persen. Hal ini juga berarti Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) di Kabupaten Rokan Hilir sebesar 93,91 persen Lapangan Usaha Lapangan usaha dapat dibedakan atas 9 (sembilan) sektor ekonomi, yaitu: a. Sektor Pertanian b. Sektor Pertambangan dan Penggalian c. Sektor Industri d. Sektor Listrik, Gas dan Air e. Sektor Konstruksi f. Sektor Perdagangan g. Sektor Angkutan dan Komunikasi h. Sektor Keuangan i. Jasa-jasa Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

27 Dalam penyajian Grafik 5.1 di bawah ini tidak dirinci ke dalam 9 sektor ekonomi, tetapi dikelompokkan kedalam 3 kelompok lapangan usaha, yaitu sebagai berikut: Kelompok pertama adalah pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan Kelompok kedua adalah industri pengolahan/manufaktur Kelompok ketiga adalah jasa Jika dilihat penyerapan tenaga kerja pada sektor-sektor yang ada, maka tampak pada Grafik 5.1. bahwa mayoritas penduduk di Kabupaten Rokan Hilir pada tahun 2013 yang bekerja di sektor pertanian, yakni sebesar 56,02 persen, disusul kemudian sektor jasa sebesar 36,17 persen, dan di sektor manufakur 7,80 persen. Grafik 5.1 Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2013 Lapangan Pekerjaan Utama Sumber: Sakernas 2013 Pertanian Manufaktur Jasa Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

28 BAB VI PERUMAHAN Rumah merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia atau suatu rumahtangga, disamping kebutuhan akan sandang (pakaian) dan pangan (makan). Berbagai kondisi fasilitas perumahan seperti fasilitas penerangan, air minum, jamban dan lain-lain merupakan aspek yang perlu untuk diperhatikan apabila mengamati tingkat kesejahteraan rakyat. Dalam kaitan dengan inilah, berbagai fasilitas perumahan tersebut digunakan sebagai indikator kesejahteraan rakyat. Pada bagian ini akan dibahas mengenai fasilitas perumahan, penerangan, air minum dan jamban Fasilitas Perumahan Salah satu ukuran dari tingkat kenyamanan rumah, ialah adanya fasilitas perumahan yang memadai. Hal ini berkaitan erat dengan fungsi rumah sebagai tempat bernaung/ berteduh dan berkreasi. Salah satu fasilitas dasar perumahan, ialah luas lantai yang memadai untuk kebutuhan pengaturan hidup sehari-hari. Luas lantai hunian sangat penting sebagai salah satu indikator kesejahteraan. Semakin sempit luas lantai rumah cenderung dianggap kurang sehat. Beberapa jenis penyakit mudah saling tertularkan diantara sesama anggota rumahtangga pada keluarga yang menghuni luas lantai yang sempit. Gambar 6.1 memperlihatkan pada tahun 2013 sebagian besar (83,92 persen) rumahtangga di Kabupaten Rokan Hilir tinggal dirumah dengan luas lantai antara m 2, sekitar 15,04 persen rumahtangga menempati rumah dengan luas lantai lebih dari 100 m 2, dan sebagian kecil sisanya (1,04 persen) rumah tangga menempati rumah dengan luas lantai kurang dari 20 m 2. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

29 Gambar 6.1 Persentase Rumahtangga Menurut Luas Lantai Tahun 2013 Luas Lantai < 20 m m m m m2 Sumber: Susenas 2013 Selain ukuran luas lantai, variabel lain yang perlu diperhatikan adalah jenis lantai terluas. Pada Tabel 6.1 terlihat bahwa sebagian besar rumahtangga di Kabupaten Rokan Hilir telah memiliki lantai bukan tanah, yakni sebanyak 97,84 persen. Hanya sekitar 2,16 persen rumahtangga yang berlantai tanah, dimana sebagian besarnya berada di perdesaan. Tabel 6.1 Persentase Rumahtangga menurut Jenis Lantai Terluas Tahun 2013 Perkotaan Wilayah Jenis Lantai Terluas + Perkotaan Perdesaan Perdesaan (1) (2) (3) (4) 1. Marmer/Keramik/Granit 17,96 17,74 17,79 2. Tegel/Teraso 1,72 0,97 1,13 3. Semen 41,98 46,74 45,72 4. Kayu 37,61 32,00 33,21 5. Tanah 0,72 2,55 2,16 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber: Susenas 2013 Pengamatan lain dari fasilitas rumah ialah jenis dinding yang digunakan. Pada tabel 6.2 disajikan jenis dinding yang digunakan pada setiap rumah yang ada di Kabupaten Rokan Hilir. Pada tahun 2013, sebanyak 28,87 persen rumah di Rokan Hilir berdinding tembok, 69,92 persen berdinding kayu, dan sisanya 1,21 persen berdinding bambu dan lainnya. Dari Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

30 aspek kesehatan, fasilitas perumahan yang ideal ialah yang dapat memberikan kemungkinan peningkatan derajat kesehatan penghuninya. Salah satu fasilitas perumahan yang harus diperhatikan adalah jenis dinding yang baik, sehingga dapat melindungi penghuninya dari kelembaban tinggi dan hujan ataupun angin kencang. Tabel 6.2 Persentase Rumahtangga Menurut Jenis Dinding Terluas Tahun 2013 Jenis Dinding Wilayah Perkotaan + Terluas Perdesaan Perkotaan Perdesaan (1) (2) (3) (4) Tembok 29,21 28,28 28,87 Kayu 70,56 69,75 69,92 Bambu 0 1,09 0,86 Lainnya 0,23 0,38 0,35 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber: Susenas Fasilitas Penerangan Perkembangan kesejahteraan rumahtangga di Kabupaten Rokan Hilir dapat dilihat dari fasilitas penerangan yang dapat dinikmati oleh rumahtangga. Sebagian besar rumahtangga di Kabupaten Rokan Hilir telah menggunakan listrik sebagai sumber penerangan. Tabel 6.3 menunjukkan persentase rumahtangga yang memanfaatkan listrik PLN untuk sumber penerangan di rumahtangga. Tahun 2013 rumah tangga yang menggunakan listrik PLN sebanyak 75,29 persen. Kemudian, jika dirinci menurut wilayah, di daerah perkotaan sebagian besar rumah tangga yang menggunakan listrik PLN, yakni sebesar 94,64 persen. Sedangkan di daerah pedesaan, rumahtangga pengguna listrik PLN mencapai 70 persen, sisanya menggunakan listrik non PLN (19,23 persen), petromak/pelita dan lainnya (5,47 persen). Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

31 Tabel 6.3 Persentase Rumahtangga Menurut Sumber Penerangan Utama Tahun 2013 Sumber Wilayah Perkotaan + Penerangan Perkotaan Perdesaan Perdesaan (1) (2) (3) (4) Listrik PLN 94,64 70,00 75,29 Listrik Non PLN 5,36 23,02 19,23 Petromak/Aladin/ Pelita/Lainnya 0,00 6,98 5,48 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber: Susenas Fasilitas Air Minum Air merupakan kebutuhan dasar yang paling penting bagi kehidupan manusia, tanpa adanya air merupakan suatu bencana bagi kelangsungan hidup manusia. Didasari akan urgensinya fungsi air ini, maka salah satu perhatian pemerintah adalah penyediaan fasilitas air minum. Jenis sumber air minum merupakan salah satu indikator kesejahteraan penduduk, baik dilihat dari segi kesehatan ataupun segi ekonomi. Dalam hal ini, peningkatan penggunaan sumber air bersih (air dalam kemasan, air isi ulang, leding, pompa/sumur terlindung, dan mata air terlindung) dapat dijadikan petunjuk adanya perbaikan kesejahteraan masyarakat. Rumahtangga yang menggunakan air bersih sebagai sumber air minum sebanyak 53,52 persen. Sumber air minum rumahtangga di wilayah perkotaan relatif lebih baik daripada mereka yang di perdesaan, yakni sebesar 55,41 persen untuk daerah perkotaan menggunakan air bersih, sedangkan daerah perdesaan 53 persen, gambaran selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 6.2. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

32 Gambar 6.2 Persentase Rumahtangga Menurut Kebersihan Sumber Air Minum Tahun Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan Air Bersih Air Tidak Bersih Sumber: Susenas 2013 Kemudian jika kita perhatikan sumber air minum rumahtangga di Kabupaten Rokan Hilir, sekitar 30,49 persen bersumber dari air isi ulang dan khusus untuk masyarakat perkotaan sebanyak 33,27 persen sumber air minum rumahtangga adalah air isi ulang. Harga yang relatif murah dan mudah untuk didapatkan menjadi salah satu pertimbangan penggunaan sumber air minum ini. Dari Gambar 6.2 kita dapat mengetahui bahwa di Rokan Hilir masih ada rumahtangga yang menggunakan air minum dari sumber air minum yang tidak bersih, yaitu sebanyak 46,48 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa masih dibutuhkan perhatian yang sangat serius dari pemerintah daerah dalam pemenuhan kebutuhan air bersih di Kabupaten Rokan Hilir tercinta ini. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

33 Tabel 6.4 Persentase Rumahtangga Menurut Sumber Air Minum Tahun 2013 Sumber Wilayah Perkotaan + Air Minum Perkotaan Perdesaan Perdesaan (1) (2) (3) (4) Air Kemasan 1,47 2,39 2,19 Air Isi Ulang 33,27 29,73 30,49 Sumur Bor/Pompa 14,19 5,72 7,54 Sumur Terlindung 5,56 14,98 12,96 Sumur Tak Terlindung 7,98 16,62 14,76 Mata Air Terlindung 0,92 0 0,20 Air Sungai 0,00 1,84 1,44 Air Hujan 35,94 28,54 30,13 Lainnya 0,67 0 0,14 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber: Susenas 2013 Dari tabel 6.5 di bawah ini kita dapat melihat keadaan rumahtangga di Rokan Hilir menurut fasilitas air minum. Pada tahun 2013 persentase rumahtangga yang mempunyai fasilitas air minum sendiri dari 88,37 persen, fasilitas bersama 7,92 persen, fasilitas umum 1,48 persen dan sisanya tidak ada fasilitas sebanyak 2,23 persen. Di Rokan Hilir masih cukup banyak rumah tangga yang menggunakan fasilitas air minum bersama, seperti sumur bersama, karena sumur dimanfaatkan secara bersama oleh beberapa rumahtangga. Tabel 6.5 Persentase Rumahtangga Menurut Fasilitas Air Minum Tahun 2013 Fasilitas Wilayah Perkotaan + Air Minum Perkotaan Perdesaan Perdesaan (1) (2) (3) (4) Sendiri 82,76 89,85 88,37 Bersama 17,24 5,47 7,92 Umum 0,00 1,87 1,48 Tidak ada 0,00 2,81 2,23 Jumlah 100,00 100,00 100,00 Sumber: Susenas 2013 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

34 BAB VII POLA KONSUMSI DAN DISTRIBUSI PENGELUARAN 7.1. Pola Pengeluaran Ukuran kesejahteraan masyarakat di suatu daerah dapat dilihat dengan menggunakan tingkat pendapatan masyarakat di wilayah tersebut. Sesungguhnya tingkat pendapatan dapat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Pendapatan yang rendah, tentunya mempersempit pilihan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sehingga pada kelompok masyarakat dengan penghasilan terbatas, pemenuhan konsumsi yang bersifat primer (makanan) menjadi pilihan alternatif yang utama. Sulit bagi mereka untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat sekunder seperti: rekreasi, membeli barang-barang penunjang hobby. Dengan keterbatasan penghasilan itu pula yang dapat mempengaruhi rendahnya tingkat kesehatan dan pendidikan masyarakat. Pada umumnya data yang menunjukkan pendapatan masyarakat sangat sulit untuk diperoleh. Sehingga pengeluaran, dalam hal ini pengeluaran rumahtangga merupakan proxy (pendekatan) dari pendapatan. Pengeluaran rumahtangga dibedakan menjadi dua yaitu: pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan (Non Makanan). Biasanya pengeluaran makanan dapat mencapai titik jenuh, sementara pengeluaran untuk non makanan hampir tidak terbatas. Tarik-menarik antara dua pengeluaran tersebut, dapat mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Semakin besar pengeluaran untuk non makanan, berarti tingkat kesejahteraan semakin baik. Argumentasi ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pendapatan maka akan semakin kecil porsi pendapatan yang dibelanjakan untuk makanan. Menurut literatur, tingkat kesejahteraan dikatakan meningkat bila pengeluaran untuk non makanan sudah lebih dari 60 persen. Sehingga pola pengeluaran rumahtangga dapat mencerminkan besar dan kecilnya daya beli masyarakat. Hasil Susenas menunjukkan pola konsumsi penduduk Kabupaten Rokan Hilir, seperti pada Gambar 7.1. Pada tahun 2013, persentase pengeluaran untuk makanan sebesar 56,30 persen. Sedangkan persentase untuk bukan makanan 43,70 persen. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

35 Gambar 7.1 Pengeluaran Rata-rata Perkapita Sebulan Untuk Kelompok Makanan dan Bukan Makanan Tahun 2013 Pengeluaran Per Kapita Makanan Non Makanan Sumber: Susenas 2013 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

36 BAB VIII INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) 8.1 Umum Manusia yang berkualitas adalah manusia yang memiliki tiga ciri; (1) sehat dan berumur panjang; (2) cerdas, kreatif dan terampil, terdidik dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (3) mandiri dan memiliki akses untuk hidup layak. Begitu pentingnya dimensi manusia dalam pembangunan, pembangunan manusia menjadi prioritas utama melalui penerapan berbagai strategi pembangunan yang penekanannya tidak hanya pada pertumbuhan ekonomi tetapi juga pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan manusia menurut UNDP (1990), adalah proses memperluas pilihanpilihan penduduk (enlarging the choices of people). Terdapat tiga pilihan dari sekian banyak pilihan yang dianggap relevan, yaitu sehat dan berumur panjang, berpendidikan, dan berkemampuan untuk akse ke sumber daya yang dapat memenuhi standar hidup layak. Dengan demikian jelas bahwa pertumbuhan ekonomi (peningkatan pendapatan) bukan satusatunya pilihan agar manusia dapat hidup sejahtera dan menjadi manusia yang berkualitas. Untuk mengukur ketiga pilihan utama tersebut, digunakan indeks komposit berdasarkan tiga parameter. Ketiga parameter tersebut adalah: Pertama, derajat kesehatan dan berumur panjang yang diukur dengan angka harapan hidup (life expectancy rate), mengukur keadaan sehat dan berumur panjang. Kedua, pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, mengukur manusia yang cerdas, terampil, terdidik dan bertaqwa. Ketiga, standar hidup layak yang diukur dengan daya beli masyarakat (purchasing power parity); mengukur manusia yang mandiri dan memiliki akses untuk hidup layak. 8.2 Tahapan Penghitungan IPM IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari indeks harapan hidup (e 0 ), indeks pendidikan (melek huruf dan rata-rata lama sekolah), dan indeks standar hidup layak. Diagram di bawah ini menyajikan gambaran indeks-indeks yang disajikan pada Indeks Pembangunan Manusia dan memperlihatkan secara jelas persamaan dan perbedaan antara masing-masing indeks. Penjelasan lebih rinci tentang penghitungan indeks ini disajikan pada halaman berikutnya. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

37 IPM Umur panjang Pengetahuan Kehidupan yang DIMENSI dan sehat layak Angka harapan Angka Melek Rata-rata lama Pengeluaran per hidup pada saat Huruf (Lit) sekolah (MYS) kapita riil yang INDIKATOR lahir disesuaikan (PPP Rupiah) Indeks Lit Indeks MYS INDEKS Indeks harapan Indeks pendidikan Indeks pendapatan DIMENSI hidup INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) Indeks Pembangunan Manusia IPM disusun dari tiga komponen: lamanya hidup, diukur dengan harapan hidup pada saat lahir; tingkat pendidikan diukur dengan kombinasi antara angka melek huruf pada penduduk dewasa (dengan bobot dua per tiga) dan rata-rata lama sekolah (dengan bobot sepertiga): dan tingkat kehidupan yang layak, diukur dengan pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan (PPP Rupiah). Indeks ini merupakan rata-rata sederhana dari ketiga komponen tersebut di atas: IPM = 1/3 (Indeks X1 + Indeks X2 + Indeks X3), dimana X1, X2 dan X3 adalah lamanya hidup, tingkat pendidikan dan tingkat kehidupan yang layak. Index X(i,j) = (X(i,j) - X(i-min))/(X(i-max) - X(i-min)) dimana: X(i,j) : indikator ke i dari daerah j X(i-min) : nilai minimum dari Xi X(i-max) : nilai maksimum dari Xi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

38 8.2.2 Lamanya Hidup (Longevity) Kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama diukur dengan indi- kator harapan hidup pada saat lahir life expectancy at birth (e o ). Angka harapan hidup dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan tak langsung (indirect estimation). Ada dua jenis data masukan yang digunakan untuk menghitung angka umur harapan hidup; yaitu Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup (AMH). Paket program Mortpack digunakan untuk menghitung angka harapan hidup dengan input data ALH dan AMH. Selanjutnya menggunakan program Mortpack ini, dipilih metode Trussel dengan model West, yang sesuai dengan dengan histori kependudukan dan kondisi Indonesia dan Negara-negara Asia Tenggara umumnya (Preston, 2004). Tabel 8.1 Nilai Maksimum dan Minimum dari Setiap Komponen IPM a) proyeksi dari daya beli tertinggi yang dicapai Jakarta pada tahun 2018 (akhir dari PJP II) setelah disesuaikan dengan formula Atkinson. Proyeksi ini didasarkan pada asumsi tingkat pertumbuhan daya beli sebesar 6,5 persen per tahun selama periode b) Sama dengan dua kali garis kemiskinan di propinsi yang memiliki tingkat konsumsi per kapita terendah pada tahun 1990 (daerah perdesaan di Sulawesi Selatan). Untuk tahun 1999, nilai minimum disesuaikan menjadi Rp ,-. Penyesuaian ini dilakukan karena krisis ekonomi telah menyebabkan penurunan daya beli masyarakat secara drastis sebagaimana terlihat dari peningkatan angka kemiskinan dan penurunan upah riil. Penambahan sebesar Rp60.000,- didasarkan pada perbedaan antara garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru yang jumlahnya Rp5000,- per bulan (=Rp per tahun) Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

39 Besarnya nilai maksimum dan nilai minimum untuk masing-masing komponen ini merupakan nilai besaran yang telah disepakati oleh semua negara (175 negara di dunia). Pada komponen angka umur harapan hidup, angka tertinggi sebagai batas atas untuk penghitungan indeks dipakai 85 tahun dan terendah adalah 25 tahun. Angka ini merupakan angka rata-rata umur terpanjang penduduk Swedia dan terpendek dari negara Siera Leon di Afrika Tingkat Pendidikan Untuk mengukur dimensi pengetahuan penduduk digunakan dua indi-kator, yaitu ratarata lama sekolah (means years schooling) dan angka melek huruf. Selanjutnya rata-rata lama sekolah menggambarkan jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Sedangkan angka melek huruf adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan atau huruf lainnya. Proses penghitungannya, kedua indikator tersebut digabung setelah masing-masing diberikan bobot. Rata-rata lama sekolah diberi bobot sepertiga dan angka melek huruf diberi bobot dua pertiga. Rata-rata lama sekolah dihitung dari variabel pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang diduduki, yang ditanyakan pada kuesioner Susenas. Tabel 8.2 menyajikan faktor konversi dari tiap-tiap jenjang pendidikan yang ditamatkan. Untuk yang tidak menamatkan suatu jenjang pendidikan, lama sekolah (YS) dihitung berdasarkan formula di bawah: YS = Tahun konversi + kelas tertinggi yang pernah diduduki 1 Contohnya, seseorang yang bersekolah sampai kelas 2 SMU, maka YS =9+2-1=10 (tahun). Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

40 Tabel 8. 2 Tahun Konversi dari Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Standar Hidup Standar hidup, dalam laporan ini, didekati dari pengeluaran riil per kapita yang telah disesuaikan. Untuk menjamin keterbandingan antar daerah dan antar waktu, dilakukan penyesuaian sebagai berikut: 1. Menghitung pengeluaran per kapita dari data modul Susenas [=Y]; 2. Menaikan nilai Y sebesar 20,00 persen [=Y1], karena dari berbagai studi diperkirakan bahwa data dari Susenas cenderung lebih rendah sekitar 20,00 persen. 3. Menghitung nilai riil Y1 dengan mendeflasi Y1 dengan indeks harga konsumen (CPI) [=Y2]; 4. Menghitung nilai daya beli Purchasing Power Parity (PPP)- untuk tiap daerah yang merupakan harga suatu kelompok barang, relatif terhadap harga kelompok barang yang sama di daerah yang ditetapkan sebagai standar, yaitu Jakarta Selatan; 5. Membagi Y2 dengan PPP untuk memperoleh nilai Rupiah yang sudah disetarakan antar daerah [=Y3]; 6. Mengurangi nilai Y3 dengan menggunakan formula Atkinson untuk mendapatkan Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

41 estimasi daya beli [=Y4]. Langkah ini ditempuh berdasarkan prinsip penurunan manfaat marginal dari pendapatan. Indeks Harga Konsumen (IHK) Indeks harga konsumen Consumer Price Index (CPI)- hanya dipantau di 82 kota di seluruh Indonesia. Untuk daerah dimana dilakukan pemantauan CPI, penghitungan daya beli pada tingkat kabupaten/kota dilakukan dengan menggunakan CPI di masing-masing lokasi. Sedangkan untuk daerah selain ke 82 kota tersebut, digunakan nilai CPI provinsi, yaitu nilai rata-rata CPI yang diukur di propinsi tersebut. Paritas Daya Beli Paritas daya beli Purchasing Power Parity (PPP)- dihitung dengan metode yang juga digunakan oleh International Comparison Project dalam menstandardisasi PDB untuk perbandingan antar negara. Penghitungan didasarkan pada harga 27 komoditas yang ditanyakan pada modul konsumsi Susenas. Harga di Jakarta Selatan digunakan sebagai standar harga. Formula penghitungan PPP adalah sebagai berikut: dimana: E(ij) P(9,j) Q(i,j) : pengeluaran untuk komoditi j di propinsi i : harga komoditi j di Jakarta Selatan : volume komoditi j (unit) yang dikonsumsi di propinsi Unit Kuantitas sewa rumah ditentukan berdasarkan Indeks Kualitas Rumah yang dibentuk dari tujuh komponen kualitas rumah yang diperoleh dari modul Susenas. Nilai dari masing-masing komponen adalah: 1. Lantai: keramik, marmer atau granit = 1, lainnya = 0, 2. Luas lantai per orang 3 10 m 2 = 1, lainnya=0, 3. Dinding: tembok = 1, lainnya = 0, 4. Atap: kayu/sirap, beton = 1, lainnya = 0, 5. Fasilitas penerangan: listrik = 1, lainnya = 0 6. Fasilitas air minum: ledeng = 1, lainnya = 0, 7. Jamban: milik sendiri = 1, lainnya = 0, 8. Skor awal untuk setiap rumah = 1. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

42 Indeks kualitas rumah merupakan penjumlahan dari skor yang dimiliki oleh suatu rumah tinggal dan bernilai sampai dengan 8. Kuantitas dari rumah yang dikonsumsi oleh suatu rumah tangga adalah Indeks Kualitas Rumah=6, maka kuantitas rumah yang dikonsumsi oleh rumah tangga tersebut adalah 6/8 atau 0,75 unit. Tabel 8.3 Daftar Paket Komoditas yang Digunakan dalam Penghitungan PPP Komoditi Unit Proporsi dari total konsumsi 1. Beras lokal Kg 7,25 2. Tepung terigu Kg 0,10 3. Singkong Kg 0,22 4. Tuna/cakalang Kg 0,50 5. Teri Ons 0,32 6. Daging sapi Kg 0,78 7. Ayam Kg 0,65 8. Telur Butir 1,48 9. Susu kental manis 397 gram 0, Bayam Kg 0, Kacang panjang Kg 0, Kacang tanah Kg 0, Tempe Kg 0, Jeruk Kg 0, Pepaya Kg 0, Kelapa Butir 0, Gula Ons 1, Kopi Ons 0, Garam Ons 1, Merica Ons 0, Mie instans 80 gram 0, Rokok kretek 10 btng 2, Listrik Kwh 2, Air minum M3 0, Bensin Liter 1, Minyak tanah Liter 1, Sewa rumah Unit 11,56 Total 37,52 Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

43 Formula Atkinson Formula Atkinson yang digunakan untuk menyesuaikan nilai Y3 adalah: C(i)* =C(i) = Z + 2 (C(i)-Z)( 1/2), jika C(i)<Z = Z + 2(Z) (1/2) +3(C(i)-2Z) (1/3), jika Z<C(i)<2Z = Z + 2(Z) (1/2) +3(Z) (1/3) +4(C(i) 3Z) (1/4), jika 3Z<C(i)<4Z dimana: C(i) : PPP dari nilai riil pengeluaran per kapita Z : batas tingkat pengeluaran yang ditetapkan secara arbiter sebesar Rp ,-per kapita per tahun atau Rp1.500,- per kapita per hari Reduksi Shortfall Perbedaan laju perubahan IPM selama periode waktu tertentu dapat diukur dengan ratarata reduksi shortfall per tahun. Nilai shortfall mengukur keberhasilan dipandang dari segi jarak antara apa yang telah dicapai dengan apa yang harus dicapai, yaitu jarak dengan nilai maksimum. Kondisi ideal yang dapat dicapai adalah IPM sama dengan 100. Nilai reduksi shortfall yang lebih besar menandakan peningkatan IPM yang lebih cepat. Pengukuran ini didasarkan pada asumsi bahwa laju perubahan tidak bersifat linier, tetapi laju perubahan cenderung melambat pada tingkat IPM yang lebih tinggi. Formula penghitungan reduksi shortfall adalah: Dimana: IPM(t) adalah IPM tahun ke t IPM(ideal) adalah 100 n = tahun Nilai reduksi shortfall juga dapat dihitung untuk masing-masing komponen IPM. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

44 8.3 Tingkatan Status Pembangunan Manusia Dengan menggunakan IPM, UNDP membagi tingkatan status pemba-ngunan manusia suatu negara atau wilayah ke dalam tiga golongan, yaitu rendah (kurang dari 50), sedang atau menengah (antara 50 dan 80), dan tinggi (80 ke atas). Untuk keperluan perbandingan antar kabupaten/kota tingkatan status menengah dipecah menjadi dua, yaitu menengah bawah dan menengah atas, dengan kriteria sebagai berikut: IPM Status Pembangunan Manusia Tinggi Menengah atas Menengah bawah Rendah IPM Kabupaten Rokan Hilir Secara umum pembangunan manusia di Kabupaten Rokan Hilir selama periode mengalami peningkatan. Hal ini erat kaitannya dengan situasi perekonomian Kabupaten Rokan Hilir yang secara keseluruhan cenderung membaik. Membaiknya situasi perekonomian ini ditandai dengan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi per tahun yang secara rata-rata tumbuh sekitar 7 persen selama 5 (lima) tahun terakhir. Harus diakui, bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan syarat perlu dalam pembangunan manusia yang secara langsung maupun tidak langsung akan membawa dampak perbaikan terhadap peningkatan kapasitas dasar penduduk. Namun demikian masih ada persyaratan lain yang harus dilaksanakan secara konsisten, yakni pemerataan distribusi pendapatan dan alokasi belanja publik yang memadai. Dengan melakukan dua hal ini maka kapabilitas dasar penduduk secara bertahap akan dapat ditingkatkan yang kesemuanya akan terangkum dalam nilai IPM. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

45 Tabel 8.4 Perkembangan IPM Kabupaten Rokan Hilir Tahun Tahun IPM Reduction Shortfall , ,06 0, ,98 3, ,43 1, , ,17 1, ,45 1,03 Sumber : BPS Kabupaten Rokan Hilir Pada tahun 2012, IPM Kabupaten Rokan Hilir tercatat sebesar 73,17 Angka IPM ini kemudian meningkat menjadi 73,45 pada tahun IPM Kabupaten Rokan Hilir selama periode mengalami pengurangan jarak (reduction shortfall) IPM terhadap IPM Ideal (100) mencapai 1,03. Menurut kategori IPM Kabupaten Rokan Hilir masuk dalam status rendah. Meningkatnya status pembangunan manusia untuk Kabupaten Rokan Hilir tidak lepas dari meningkatnya indikator-indikator yang digunakan dalam penghitungan IPM. Angka harapan hidup yang selalu meningkat dari tahun ke tahun disertai dengan peningkatan rata-rata pengeluaran riil per kapita serta peningkatan angka melek huruf, yang akhirnya membawa pengaruh terhadap peningkatan status pembangunan manusia Kabupaten Rokan Hilir (lihat Tabel 8.5). Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

46 Tabel 8.5 Perkembangan Komponen IPM Kabupaten Rokan Hilir, Tahun Angka Harapan Hidup (Tahun) Angka Melek Huruf Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Riil Disesuaikan (Rp 000) IPM ,01 97,37 7,20 629,32 71, ,04 97,37 7,20 634,96 71, ,11 97,80 7,48 636,69 71, ,18 97,99 7,87 637,78 72, ,25 98,15 7,89 641,77 72, ,32 98,18 7,90 645,54 73, ,41 98,20 7,90 648,34 73,45 Sumber : BPS Kabupaten Rokan Hilir 8.5 Status Pembangunan Manusia: Perbandingan Antar Kabupaten/Kota Peringkat IPM menyatakan posisi relatif kemajuan suatu daerah dibandingkan daerah lain. Dengan IPM sebesar 73,45 pada tahun 2013 masih menempatkan Kabupaten Rokan Hilir pada posisi ke-11 di Provinsi Riau. Kabupaten Rokan Hilir selama ini masih belum bisa menggeser posisinya untuk naik di atas Kabupaten/kota lain di Provinsi Riau. Jika dilihat dari besarannya, angka IPM Kabupaten Rokan Hilir termasuk kelompok menengah atas. Jika ditelusuri lebih jauh penyebab cukup rendahnya IPM Kabupaten Rokan Hilir dibanding IPM kabupaten/kota lainnya karena rendahnya angka pada beberapa komponen seperti Dari keempat komponen IPM pada tahun 2013, angka harapan hidup di Kabupaten Rokan Hlir hanya lebih baik dari Kabupaten Rokan Hulu. Angka Harapan Hidup di Kabupaten Rokan Hilir 67,41 tahun, sedangkan di Kabupaten Rokan Hulu 67,28 tahun. Untuk rata-rata lama sekolah Kabupaten Rokan Hilir lebih baik dari Kabupaten Indragiri Hilir dan Kabupaten Kepulauan Meranti. Sedangkan angka melek huruf di Kabupaten Rokan Hilir mengalami peningkatan dan telah lebih baik dari Kabupaten Kuantan Singingi, Kabupaten Kepulauan Meranti bahkan Kabupaten Bengkalis, yaitu sebesar 98,20 persen. Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

47 Tabel 8.6 IPM Kabupaten/Kota Se-Provinsi Riau Tahun 2013 Tahun Angka Harapan Hidup (Tahun) Angka Melek Huruf Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) Rata-rata Pengeluaran Per Kapita Riil Disesuaikan (Rp 000) IPM Reduksi Shortfall Kuantan Singingi 68,61 98,12 8,17 654,50 74,77 1,05 Indragiri Hulu 69,03 98,23 8,14 657,21 75,21 1,25 Indragiri Hilir 71,95 99,20 7,66 653,45 76,41 1,10 Pelalawan 69,17 98,53 8,37 640,80 74,27 1,31 Siak 72,07 98,69 9,16 652,96 77,44 0,72 Kampar 68,92 98,64 8,97 656,90 75,83 1,22 Rokan Hulu 67,28 98,44 7,96 653,49 73,87 0,94 Bengkalis 70,61 98,18 9,22 647,40 76,12 1,07 Rokan Hilir 67,41 98,20 7,90 648,34 73,45 1,03 Kepulauan Meranti 69,00 90,57 7,41 642,18 71,80 1,13 Pekanbaru 71,94 99,90 11,42 655,07 79,47 1,48 Dumai 72,29 99,43 9,76 663,70 78,99 1,23 Provinsi Riau 71,73 98,48 8,78 657,26 77,25 1,51 Sumber: Badan Pusat Statistik Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Rokan Hilir

48

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK

KABUPATEN ACEH UTARA. Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 4102004.1111 Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Utara Jl. T. Chik Di Tiro No. 5 Telp/Faks. (0645) 43441 Lhokseumawe 24351 e-mail : bpsacehutara@yahoo.co.id, bps1111@bps.go.id BADAN PUSAT

Lebih terperinci

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya

Boleh dikutip dengan mencantumkan sumbernya INDIKATOR KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI ACEH 2016 Nomor Publikasi : 11522.1605 Katalog BPS : 4102004.11 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : xvii + 115 Halaman Naskah Gambar Kulit Diterbitkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA TANGERANG SELATAN 2 0 1 4 ISSN : 2089-4619 Katalog BPS : 4102004.3674 Ukuran Buku : 25 cm x 17,6 cm Jumlah Halaman : x + 76 Halaman / pages Naskah: Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN : Bappeda Kabupaten Paser bekerjasama dengan. Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN PASER TAHUN 2012 Ukuran buku : 21 cm x 29,7 cm Jumlah halaman : 60 + ix halaman Naskah : Badan Pusat Statistik Kabupaten Paser Penyunting : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR BUPATI KABUPATEN BANYUASIN... KATA PENGANTAR BAPPEDA KABUPATEN BANYUASIN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii iv ix BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS Jumlah (1) (2) (3) (4) Penduduk yang Mengalami keluhan Sakit. Angka Kesakitan 23,93 21,38 22,67 RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENDATAAN SUSENAS 2015 Dalam kaitan dengan upaya peningkatan kesejahteraan, meningkatnya derajat kesehatan penduduk di suatu wilayah, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG

KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SEMARANG KATALOG BPS : 4102004.3322 KERJASAMA BAPPEDA KABUPATEN SEMARANG BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN

Lebih terperinci

3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia

3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia 3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia Manusia pada hakekatnya merupakan mahluk Tuhan yang sangat kompleks, dimana secara hirarki penciptaan manusia dilatarbelakangi adanya asal usul manusia sebagai mahluk yang

Lebih terperinci

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013

Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 Indikator Sosial Kabupaten Pulau Morotai 2013 INDIKATOR SOSIAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 Jumlah Halaman : ix + 77 halaman Naskah : BPS Kabupaten Pulau Morotai Diterbitkan Oleh : BAPPEDA Kabupaten Pulau

Lebih terperinci

Katalog BPS : KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN

Katalog BPS : KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN Katalog BPS : 4102002.1404 KERJASAMA BADAN PUSAT STATISTIK DENGAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pelalawan Tahun 2008 ISBN : 979 484 930 8

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN WANITA 2014 ISSN : No. Publikasi : 5314.1420 Katalog BPS : 2104003.5314 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah Halaman : xiv + 31 halaman Naskah : BPS Kabupaten Rote Ndao Penyunting :

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, September 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Statistik Sosial Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2014 merupakan publikasi yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kesehatan, kemiskinan, dan Indeks Demokrasi Indonesia

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2014 SEBESAR 6,56 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2014 SEBESAR 6,56 PERSEN No. 59/11/14/Th. XV, 5 November 2014 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2014 SEBESAR 6,56 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2014 mencapai 2.695.247 orang.

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G /

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G / Katalog BPS : 4103.5371 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT K O T A K U P A N G 2 0 0 5 / 2 0 0 6 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA KUPANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA KUPANG 2005/2006 No. Publikasi : 5371.0612

Lebih terperinci

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017

KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 KATALOG DALAM TERBITAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT TAHUN 2017 Nomor ISBN : 979-599-884-6 Nomor Publikasi : 52085.11.08 Ukuran Buku : 18.2 x 25.7cm Jumlah Halaman : 50 Halaman Naskah : Dinas Komunikais

Lebih terperinci

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber

(Sakernas), Proyeksi Penduduk Indonesia, hasil Sensus Penduduk (SP), Pendataan Potensi Desa/Kelurahan, Survei Industri Mikro dan Kecil serta sumber I. Pendahuluan Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015 No. 60/11/14/Th. XVI, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,83 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2015 mencapai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG 3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia Manusia adalah makhluk Tuhan yang terdiri dari ruh dan jasad yang dilengkapi dengan potensi dan kelebihan dibandingkan makhluk lainnya,

Lebih terperinci

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012

Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2012 merupakan publikasi perdana yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi dan indikator keuangan

Lebih terperinci

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau

Kata pengantar. Tanjungpinang, Oktober 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kepulauan Riau Kata pengantar Publikasi Data Sosial Ekonomi Kepulauan Riau 2013 merupakan publikasi kedua yang berisi data penduduk, ketenagakerjaan, pendidikan, kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan indikator keuangan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN SORONG TAHUN 2010 Nomor Publikasi : 9107.11.03 Katalog BPS : 1413.9107 Ukuran Buku : 16,5 x 21,5 cm Jumlah Halaman : v rumawi + 111 halaman Naskah : Seksi Statistik

Lebih terperinci

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.7 April 2013 ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERIODE 2007-2011 H. Syamsuddin. HM ABSTRACT

Lebih terperinci

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN

BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 BUKU SAKU DATA DAN INDIKATOR SOSIAL SUMATERA SELATAN 2006 2010 Nomor Publikasi: 16522.11.04 Katalog BPS: 3101017.16 Naskah: Seksi Statistik

Lebih terperinci

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN

INDIKATOR KETENAGAKERJAAN INDIKATOR KETENAGAKERJAAN KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU INDIKATOR KETENAGAKERJAAN KABUPATEN MAMUJU TAHUN 2012 No Publikasi : 76042.1202 Katalog BPS : 2302003.7604 Ukuran

Lebih terperinci

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal KOMPONEN IPM Pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki manusia (masyarakat). Di antara berbagai pilihan, yang terpenting yaitu berumur panjang dan sehat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesejahteraan masyarakat merupakan hal yang harus dicapai dalam pembangunan. Adapun salah satu indikator untuk mengukur keberhasilan dalam pembangunan adalah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU

GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU IV. GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Provinsi Riau terdiri dari daratan dan perairan, dengan luas lebih kurang 329.867,61 km 2 sebesar 235.306 km 2 (71,33

Lebih terperinci

Profile Perempuan Indonesia

Profile Perempuan Indonesia Profile Perempuan Indonesia PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebangkitan nasional sebagai awal perjuangan perempuan yang terorganisir, ditandai dengan diselenggarakannya Kongres Perempuan Indonesia tingkat

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 No. 06/05/53/Th. XVI, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,59% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Februari 2016 mencapai 3,59

Lebih terperinci

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju

Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju Katalog BPS: 4102002.7604 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Mamuju Human Development Index of Mamuju Regency 2012 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAMUJU Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Mamuju

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014 i ii INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA METODE BARU KABUPATEN SORONG TAHUN 2014 Katalog BPS/ BPS Catalogue : 1413.9107 ISSN : 2302-1535 Nomor Publikasi/ Publication Number : 9107.15.03 Ukuran Buku/ Book size :

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 1,97% Angkatan kerja NTT pada Februari 2014 mencapai 2.383.116 orang, bertambah

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2012 SEBESAR 4,30 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2012 SEBESAR 4,30 PERSEN No 56/11/14/Tahun XIII, 5 November 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2012 SEBESAR 4,30 PERSEN Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Riau sebesar 4,30 persen, yang berarti

Lebih terperinci

No. Katalog :

No. Katalog : No. Katalog : 23303003.3375 No. Katalog: 2303003.3375 PROFIL KETENAGAKERJAAN KOTA PEKALONGAN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN PROFIL KETENAGAKERJAAN KOTA PEKALONGAN 2014 ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014

GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014 GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN 2013 Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014 Statistik Dasar UU NO. 16 TAHUN 1997 (TENTANG STATISTIK) Statistik yang pemanfaatannya

Lebih terperinci

Bupati Kepulauan Anambas

Bupati Kepulauan Anambas Bupati Kepulauan Anambas KATA SAMBUTAN Assalammulaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera Untuk Kita Semua Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya kepada kita semua dan tak lupa dihaturkan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 No. 06/05/53/Th. XV, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015 FEBRUARI 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,12% Angkatan kerja NTT pada Februari 2015 mencapai 2.405.644 orang, bertambah

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016 No. 06/11/53/Th. XIX, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,25 % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2016 mencapai

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN SUBANG 3.1. Kualitas Sumberdaya Manusia Manusia adalah makhluk Tuhan yang terdiri dari ruh dan jasad yang dilengkapi dengan potensi dan kelebihan dibandingkan makhluk lainnya,

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 1 Halaman Daftar Isi Daftar Isi... 2 Kata Pengantar... 3 Indikator Makro Pembangunan Ekonomi... 4 Laju Pertumbuhan Penduduk...

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang

Bab I. Pendahuluan. Analisis Pembangunan Sosial Kabupaten Bandung Latar Belakang Bab I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Informasi statistik merupakan salah satu bahan evaluasi pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah, serta sebagai bahan masukan dalam proses perumusan kebijakan perencanaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i ii v viii I. PENDAHULUAN 1 7 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rasional 4 1.3. Perumusan Masalah 5 1.4. Tujuan dan Manfaat Studi 5 1.4.1.

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS 2016 No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei 2014 No. 65/11/82/Th XV, 07 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS Jumlah angkatan kerja di Maluku Utara pada mencapai 524,5 ribu orang bertambah 10,9 ribu orang

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PANDEGLANG 2 0 1 3 ISSN: 2085-6016 Katalog BPS : 4101002.3601 Ukuran Buku : 21 cm x 15 cm Jumlah Halaman : 86 + xiii Halaman Naskah: Seksi Statistik Sosial Gambar Kulit:

Lebih terperinci

DISTRIBUSI PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYA 2014

DISTRIBUSI PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYA 2014 DISTRIBUSI PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYA 2014 ISSN : No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : iii + 20 halaman Naskah: Penanggung Jawab Umum : Sindai M.O Sea, SE Penulis

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perencanaan pembangunan dewasa ini, pembangunan manusia senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development) dirumuskan sebagai perluasan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA BARAT AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA BARAT AGUSTUS 2014 No. 66/11/13/Th XVII, 5 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA BARAT Jumlah angkatan kerja di Sumatera Barat pada Agustus mencapai 2,33 juta orang, naik 110 ribu orang dibandingkan dengan jumlah angkatan

Lebih terperinci

A. Keadaan Geografis Dan Topografi

A. Keadaan Geografis Dan Topografi BAB II GAMBARAN UMUM PROVINSI GORONTALO Profil Kesehatan Provinsi Gorontalo Provinsi Gorontalo di bentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 tahun 2000, maka secara administratif sudah terpisah dari Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah masalah yang penting dalam perekonomian suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh suatu negara bertujuan untuk

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

pareparekota.bps.go.id

pareparekota.bps.go.id INDIKATOR SOSIAL KOTA PAREPARE TAHUN 2015 ISSN : 2460-2450 Nomor Publikasi : 73720.1503 Katalog BPS : 4102004.7372 Ukuran Buku : 21 cm x 15 cm Jumlah Halaman : 87 Naskah : Seksi Statistik Sosial BPS Kota

Lebih terperinci

2.1. Konsep dan Definisi

2.1. Konsep dan Definisi 2.1. Konsep dan Definisi Angka Harapan Hidup 0 [AHHo] Perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir (0 tahun) yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk. Angka Kematian Bayi (AKB) Banyaknya kematian bayi

Lebih terperinci

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii DAFTAR ISI HALAMAN KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Tujuan dan Sasaran... 3 I.3 Sumber Data... 4 I.4 Sistematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi oleh pemerintah pusat dan daerah dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat saat ini adalah masih tingginya angka kemiskinan dan

Lebih terperinci

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas izin dan pertolongan-nya sehingga Publikasi Data Basis Pembangunan Manusia Kota Bandung Tahun 2014 ini dapat terselesaikan.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 49 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis dan Administratif Pulau Jawa merupakan salah satu dari lima pulau besar di Indonesia, yang terletak di bagian Selatan Nusantara yang dikenal sebagai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Kor merupakan salah satu kegiatan tahunan yang diselenggarakan BPS untuk memenuhi kebutuhan data sosial ekonomi. Data yang dihasilkan Susenas Kor

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2017 No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei 2014 30/05/82/Th XVI, 05 Mei KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI Jumlah angkatan kerja di Maluku Utara pada mencapai 557,1 ribu orang bertambah 32,6 ribu orang dibanding

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

No. 03/05/81/Th.XVIII, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU 2017 Jumlah Angkatan Kerja di Provinsi Maluku pada Februari 2017 mencapai 769.108 orang, bertambah sebanyak 35.771 orang dibanding angkatan

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI MALUKU UTARA Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Maluku Utara sebesar 5,33 persen. Angkatan kerja pada Agustus

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Katalog BPS : 4103.3375 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN TAHUN 2008 Kerjasama BAPPEDA KOTA PEKALONGAN Dengan BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PEKALONGAN INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KOTA PEKALONGAN

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017 AGUSTUS 2017 TINGKAT PENGANGGUR- AN TERBUKA SEBESAR 4,33 PERSEN Penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 berkurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan suatu negara secara terus menerus dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI No. xxx/05/21/th. V, 10 Mei 2010 KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN FEBRUARI 2010 TINGKAT PENGANGGURAN KEPRI TERENDAH DALAM EMPAT TAHUN

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016 No. 056/11/14/Th. XVII, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016, TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 7,43 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Riau pada Agustus 2016

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Lokasi 1. Kondisi Fisik Nusa Tenggara Barat a. Peta wilayah Sumber : Pemda NTB Gambar 4. 1 Peta Provinsi Nusa Tenggara Barat b. Konsisi geografis wilayah Letak dan

Lebih terperinci

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA

DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA 1. Gambaran Umum Demografi DEMOGRAFI KOTA TASIKMALAYA Kondisi demografi mempunyai peranan penting terhadap perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah karena faktor demografi ikut mempengaruhi pemerintah

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2009 No. Katalog BPS : 4102002.05 Ukuran Buku : 21 cm x 28 cm Jumlah Halaman : x + 70 Naskah : Badan Pusat Statistik Propinsi Kepulauan Riau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT PROVINSI PAPUA BARAT 2011 WELFARE INDICATORS OF PAPUA BARAT PROVINCE 2011 ISSN : No. Publikasi/Publication Number : 91522.1205 Katalog BPS/BPS Catalogue : 4102004.9100 Ukuran

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 No. 103/11/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 A. KEADAAN KETENAGAKERJAAN Agustus 2017: Tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian di setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau berkembang adalah

Lebih terperinci

Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat

Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat Publikasi Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Mamuju merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan BPS Kabupaten Mamuju. Publikasi ini memuat gambaran umum tentang keadaan kesejahteraan di Kabupaten

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015 No. 06/11/53/Th. XV, 5 November 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015 AGUSTUS 2015: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA NTT SEBESAR 3,83 % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) NTT Agustus 2015 mencapai

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2014 No.66 /11/ 63 / Th XVIII / 05 November 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN AGUSTUS 2014 Pada bulan Agustus 2014, jumlah angkatan kerja mencapai 1,94 juta orang atau terjadi penambahan sebesar

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii

DAFTAR TABEL HALAMAN. iii i DAFTAR ISI HALAMAN KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Tujuan dan Sasaran... 3 I.3 Sumber Data... 4 I.4 Sistematika Penulisan... 5 BAB II Metodologi...

Lebih terperinci

VII. KEMISKINAN DI TINGKAT RUMAHTANGGA

VII. KEMISKINAN DI TINGKAT RUMAHTANGGA VII. KEMISKINAN DI TINGKAT RUMAHTANGGA Sensus kemiskinan rumahtangga di wilayah desa merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota setempat atas dasar kebutuhan dan desakan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 35/05/21/Th. VIII, 6 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2013 FEBRUARI 2013: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 6,39 PERSEN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM Pada bab IV ini penulis akan menyajikan gambaran umum obyek/subyek yang meliputi kondisi geografis, sosial ekonomi dan kependudukan Provinsi Jawa Tengah A. Kondisi Geografis Provinsi

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 4102004.8104 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BURU INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN BURU TAHUN 2015 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT KABUPATEN BURU TAHUN 2014 ISBN : Nomor Publikasi

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2013 No. 26/05/14/Th. XIV, 6 Mei 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2013 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Riau pada Februari 2013 sebesar 4,13 persen Jumlah angkatan kerja di Riau pada Februari 2013

Lebih terperinci

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI RIAU PADA AGUSTUS 2010 SEBESAR 8,72 PERSEN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI RIAU PADA AGUSTUS 2010 SEBESAR 8,72 PERSEN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI RIAU PADA AGUSTUS 2010 SEBESAR 8,72 PERSEN No.49/12/14/Th. XI, 1 Desember 2010 Jumlah angkatan kerja di Riau pada 2010 mencapai 2.377.494 orang atau bertambah 116.632 orang

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015 No. 27/05/82/Th. XI, 06 Mei No. 67/11/82/Th XIV, 05 November KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS : Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas (penduduk usia kerja) mencapai 773,18 ribu orang. Naik

Lebih terperinci

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN Adi Setiyanto PENDAHULUAN Tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan ekonomi. Tenaga kerja sebagai sumber daya

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017 No.29 /05/17/XI, 5 Mei 2017 FEBRUARI 2017: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 2,81 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Provinsi Bengkulu pada Februari 2017 sebanyak

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008

PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008 PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008 Kerjasama Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2008 PENYUSUNAN DATA SOSIAL EKONOMI DAERAH PROVINSI JAWA

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Buku Distribusi Pendapatan Penduduk Kota Palangka Raya Tahun 2013

Lebih terperinci