EFEK IMPLANTASI NITROGEN TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN KERAK OKSIDA PADA PADUAN DI LINGKUNGAN OKSIGEN TEMPERATUR TINGGI.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEK IMPLANTASI NITROGEN TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN KERAK OKSIDA PADA PADUAN DI LINGKUNGAN OKSIGEN TEMPERATUR TINGGI."

Transkripsi

1 M. Munawir Zulkarnain, dkk. ISSN EFEK IMPLANTASI NITROGEN TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN KERAK OKSIDA PADA PADUAN DI LINGKUNGAN OKSIGEN TEMPERATUR TINGGI. M. Munawir Zulkarnain Pusa Pengembangan Perangka Nuklir -Baan Tjipo.S Puslibang Teknologi Maju-Baan Pudji Unoro Puslibang Sisem Reakor Maju - Baan ABSTRAK EFEK IMPLANTASI NITROGEN TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN KERAK OKSIDA PADA PADUAN DI LINGKUNGAN OKSIGEN TEMPERATUR TINGGI. Efek implanasi nirogen erhadap laju perumbuhan kerak oksida pada paduan di lingkungan oksigen emperaur inggi Implanasi Ion Nirogen elah digunakan unuk meningkakan keahanan korosi bahan rekayasa emperaur inggi. Implanasi dilakukan menggunakan akseleraor ion enaga rendah pada energi 00 kev. Paduan sebagai bahan uji coba dipilih SS 304, SS 36 dan Fe Ni Cr yang biasa dipakai di lingkungan emperaur di aas 400 C sebagai lingkungan korosi panas. Bahan uji di coaing dengan Yrium, kemudian di implanasi dengan Nirogen pada dosis O (anpa implanasi). 0 7 ion/cm, ion/cm dan ion/cm. Uji korosi dilakukan di lingkungan oksigen emperaur inggi secara hermociclyc, selang waku jam pemanasan dan pendinginan jam selama 64 jam. Laju korosi diukur menggunakan imbangan mikro, hasilnya menunjukkan bahwa pada paduan yang elah dicoaing Yrium dan diimplanasi Nirogen akan menaikkan laju perumbuhan kerak, dan pada kondisi erenu dapa menaikkan sabilias lapisan kerak oksida, kondisi ini selain meningkakan sabilias kerak oksida juga meningkakan keahanan erhadap aus dan erosi. ABSTRACT EFFECT OF NITROGEN ION IMPLANTATION ON THE OXIDE SCALE GROWTH RATE ON ALLOYS IN HIGH TEMPERATURE OXIGEN ENVIRONMENT. Effec of nirogen ion implanaion on he oxide scale in high emperaure oxygen environmen for improving he corrosion resisance has been applied on alloys implaned yrium. Ion implanaion has been carried ou using low energi ion acceleraor a energy 00 kev. Samples were examined a his experimen were SS 304, SS 36 and FeNiCr which usually used > 400 o C. Before implaned wih nirogen, samples were coaed wih yrium. Coaed samples were han implaned wih nirogen for various of ion dose, namely 0 7 ion/cm, ion/cm, and ion/cm. Thermocyclic experimen has been carried ou in high emperaure oxygen environmen for 64 hours, hours for oxidaion and hour for cooling ime. Oxidaion rae were measured using microbalancing. I s found ha for samples coaed wih yrium and implaned wih nirogen ion shows an increasing in oxidaion rae. And a deermined value, i can improve he oxide scale. Beside his, i can also improve is wear and eroion. PENDAHULUAN E fisiensi suau proses indusri, dapa diingkakan melalui emperaur operasi, Namun bila pendekaan ini yang dipilih, hambaan yang akan dihadapi adalah keersediaan bahan logam/paduan logam emperaur inggi yang harganya selain mahal juga serangan korosi semakin inggi, sedang bila digunakan bahan yang ada dan lebih murah sera ersedia banyak dipasaran seperi paduan SS 36, SS 304, SS 36 L dan lain sebagainya, meski kondisi operasi erpenuhi, kemampuan menghadapi korosi emperaur inggi diragukan, eruama bila lingkungan gas sanga agresif, dan kondisi emperaur inggi bersifa hermocyclic. Kare na pada emperaur inggi korosi erjadi melalui difusi aom/molekul dari gas lingkungan ke dalam marik, bereaksi dengan unsur P3TM-BATAN Yogyakara, 7-8 Agusus 00

2 44 ISSN M. Munawir Zulkarnain, dkk. logam membenuk reaksi korosi di dalam marik aau aom dari dalam marik keluar bereaksi dengan gas dipermukaan membenuk oksida logam aau reaksi korosi sebagai kerak oksida (scale). Menginga pada emperaur semakin inggi, difusi semakin besar, maka proses korosi juga semakin cepa. Proses difusi ini dapa dikurangi, bila dipermukaan erbenuk lapisan oksida yang cukup rapa sehingga dapa menghalangi proses ranspor lebih lanju. Unuk mengaasi hal ini, perlu dilakukan proses modifikasi bahan, misalnya dengan menambah unsur pengua, unuk penghemaan biaya, modifikasi hanya dilakukan dipermukaan keunungannya selain jumlah unsur bisa lebih sediki, perlakuan modifikasi bisa dilakukan pada komponen yang sudah jadi. Modifikasi permukaan dengan menggunakan meode surface reamen seperi Coaing, Implanasi aaupun spuering elah banyak dipakai berbagai kepeningan, unuk peningkaan kualias bahan, seperi penambahan nirogen unuk peningkaan keahanan aus [], kekerasan [] sifa mekanik paduan besi [3] aau penambahan elemen Reakif Ce,Y, Zr, Ca aau aom lain Ti unuk peningkaan keahanan korosi. [4-9] Dalam laporan ini disajikan hasil peneliian pengaruh penambahan nirogen dengan eknik implanasi erhadap bahan yang elah diberi elemen reakif Yrium erhadap keahanan korosi emperaur inggi di lingkungan hermocyclis. Implanasi nirogen dimaksudkan unuk meningkakan efekifias Coaing Yrium yang punya kelemahan pengelupasan (spalasi) bersamaan dengan bila lapisan kerak yang erbenuk dipermukaan pengelupasan (spalasi) lapisan kerak korosi saa menghadapi serangan hermocyclis pada emperaur cukup inggi. Selain iu implanasi nirogen diharapkan juga menambah kemampuan dalam menghadapi serangan aliran gas dengan kecepaan cukup inggi dilingkungan emperaur inggi ersebu karena sifa penambahan nirogen pada bahan punya efek meningkakan kekerasan, keahanan aus dan serangan abrasi eknik modifikasi ini diharapkan, selain menjadikan bahan ahan korosi diberbagai lingkungan, juga ahan erhadap serangan gesekan mekanis dalam lingkungan cairan dan gas maupun benda pada. LATAR BELAKANG TEORI DAN HIPOTESA Coaing Yrium dilaksanakan dengan meode evaporasi, oleh beberapa parameer pening yang mempengaruhi proses coaing meode ini adalah : Jenis maerial yang akan dilapiskan (Zi, Mi) dan yang akan dilapisi (Zs, Ms) [] ekanan uap (p) [3] emperaur proses kondisi sisem (kebersihan) [6] geeomeri dimana jenis maerial yang akan dilapiskan akan berkaian dengan energi proses, yang diperlukan unuk penguapan, sedang maerial yang akan dilapisi berhubungan dengan kekuaan aom yang erdeposi dianara aom-aom sasaran. Tekanan uap berkaian dengan jumlah za sisa (residu) yang enu saja berkaian dengan jejak parikel aom yang akan erdeposi, sedang empe-raur eruama berhubungan dengan penguapan maerial yang akan diuapkan dan mempengaruhi ekanan uap jenuh anara P & T saling erkai. Goeneomeri sisem akan mempengaruhi jejak parikel dan disribusi keebalan sedang kebersihan akan mempengaruhi kemurnian hasil Coaing secara eori besarnya parikel yang akan erlapiskan yang mengikui hubungan [8] : Ni = Po ( π M KT) = Ps( MT ) dengan Ps : ekanan uap jenuh (orr) T : emperaur ( K) M : Bera molekul marial yang dilapisi (SMA) Bila sumber berbenuk iik (poin like) maka benuk disribusi dilakuka n mengikui hubungan : dengan o x 0 x = + h 3 = Tebal lapisan maksimum pada pusa x = Tebal lapisan pada jarak x dari poin V h = Jarak dari pusa umpu = Jarak sumber dengan subra. Sehingga benuk disribusi sejauh seperi erliha pada Gambar. Sedang bila sumber berbenuk pla dengan sasaran benuk pla maka disribusi ebal lapisan akan mengikui hubungan maemais : x 0 x = + h Sedang ebal lapisan yang diperoleh mengikui hubungan : = W ( π ph ) dengan W : Bera bahan yang diuapkan p : Masa jenis bahan yang akan dilapiskan (g/cm ) P3TM-BATAN Yogyakara, 7-8 Agusus 00

3 M. Munawir Zulkarnain, dkk. ISSN h : Jauh sumber ke subra Gambar. Benuk disribusi ebal lapisan hasil evaporasi sumber iik. Dari uraian di aas erliha bahwa Coaing Yrium hanya akan melapisi permukaan bahan pada keebalan aau o dengan kadar erganung waku oprasinya. Implanasi ion bera diharapkan dapa mendesak Yrium ke dalam bahan, melalui proses umbukan anara ion bera dan Yrium. Dalam hal ini dipakai nirogen dengan harapan, selain memperbaiki kedalaman penerasi Yrium, sekaligus membanu memperbaiki sifa bahan seperi kekerasan, keahanan erhadap aus, sifa kekerasan dan lain sebagainya. Menuru LSS jangkau kedalaman penerasi implanasi dengan idak melibakan fakor difusi adalah : R( A ) =. 0 o 6 i s Dengan penyebaran : ( R ( A )) = m + m 3 zi Z + No( 3mi + ms) Zi Zs 3m + m mi ( m + m ) 4 m o i s dengan E = Energi kineik raa-raa ion (KeV) mi I = Masa dan nomor aom ion ms zs = Masa dan nomor aom arge = Rapa aom sasaran No i = ρ N A m s dan ρ = Rapa masa NA = Bilangan avogadro ( ) am/ gra dengan mengabaikan fakor difusi. Implanasi ion akan diperoleh diribusi konsenrasi yang mengikui hubungan : s s R 3 s E D N ( x) = exp π R dengan D = Dosis ion x R R Sedang bila efek difusi dimasukkan, maka disri-busi konsenrasi mengikui hubungan D ( Rp x N( x) = exp D Rp + D 4 + R ρ dengan D = Koefisien difusi ion dalam subra Selain disribusi ion adanya difusi, juga akan menggeser posisi ion lebih kedalam mengikui hubungan : x = D dengan : waku pemanasan akiba implanasi Dari kedua pendekaan rumus diaas penggabungan anara Coaing Yrium dan implanasi nirogen ini selain akan memperbaiki disribusi Yrium dan kedalaman penerasi juga dapa meningkakan kualias bahan seperi keahanan erhadap serangan korosi, kekerasan, keahanan aus, keahanan erosi dan abrasi melalui ambahan Yrium dan nirogen. Permasalahannya apakah penambahan nirogen yang lebih banyak dan memperbaiki sifa mekanik bahan, apakah idak mempengaruhi keahanan korosi yang berari mengurangi efek elemen reakif dari Yrium sehingga menjadi kurang efekif. PELAKSANAAN PERCOBAAN Percobaan dilakukan dengan menggunakan sampel berbenuk cakram (disk) dengan diameer,5 cm, ebal mm, dengan erlebih dahulu di polish P3TM-BATAN Yogyakara, 7-8 Agusus 00

4 46 ISSN M. Munawir Zulkarnain, dkk. sampai mengkila dan dibersihkan dengan bahan kimia. Langkah ini unuk menjamin idak ada lagi kooran yang mengganggu proses modifikasi. Selanjunya bahan di Caoing dengan menggunakan Yrium, unuk mendapakan lapisan Yrium dengan disribusi cukup raa. Bahan-bahan yang elah di Caoing, selanjunya diimplanasi dengan nirogen, menggunakan akseleraor ion pada arus dan egangan eap, dan waku yang berbeda-beda. Dalam peneliian ini elah dilakukan pada 3 macam bahan yakni Fe Ni Cr, SS 304, dan SS 36 yang di Coaing dengan Yrium pada kondisi operasi sama. Sedang implanasi N dilakukan pada arus 0 µa dan egangan 00 kev waku oprasi berbeda-beda. Uji korosi emperaur inggi secara hermocyclis dilakukan pada emperaur 800 C, dilingkungan oksigen,7 bar waku korosi 8 jam dan pendinginan jam. Uji coba dilakukan selama 7 jam secara nonsop. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasar pengamaan dengan menggunakan imbangan mikro, pada saa sampel di arik keluar sekaligus sebagai proses pendinginan diperoleh hasil seperi erliha pada Gambar,, 3. Gambar. Grafik penambahan bera FeNiCr hasil pengamaan dengan imbangan mikro, yang di oksidasi di lingkungan emperaur inggi 800 o C, ekanan,7 bar, selama 7 jam secara hermocyclis waku oksidasi 8 jam dan pendinginan jam. Gambar 3. Grafik penambahan bera SS 304 hasil pengamaan dengan imbangan mikro, yang di oksidasi dilingkungan empereaur inggi 800 o C, P3TM-BATAN Yogyakara, 7-8 Agusus 00

5 M. Munawir Zulkarnain, dkk. ISSN ekanan,7 bar, selama 7 jam secara hermocyclis waku oksida 8 jam dan pendinginan jam. Gambar 4. Grafik penambah bera SS 36 hasil pengamaan dengan im-bangan mikro, yang di oksidasi dilingkungan sehingga empe-raur inggi 800 o C, ekanan,7 bar, selama 7 jam secara hermocyclis waku oksida 8 jam dan pendinginan jam. Dari Gambar, 3, dan 4 erliha bahwa implanasi nirogen akan menaikkan laju korosi.. Semakin inggi dosis implanasi semakin cepa pembenukan lapisan kerak oksida proses ini erjadi selama 6 jam. Selanjunya dioksidasi idak lagi erjadi dengan diandai idak adanya perambahan bera pada bahan bahkan cenderung erjadi pengelupasan kerak oksida, erkecuali pada bahan FeNiCr yang di Coaing Yrium dan dimplanasi pada dosis ion/cm. Sedang pada bahan lain seperi SS 304 dan SS 36 proses pengelupasan kerak oksida erjadi sanga cepa, bahkan pada SS 36 yang diimplanasi pada dosis ion/cm pengelupasan erjadi idak saja pada lapisan karakerisasi beriku marik bahannya. Sehingga bera bahan menjadi lebih rendah dari bera sebelum mengalami proses oksidasi ini erjadi seelah oksidasi selama 4 jam, dengan pendinginan 3. Dari daa d iaas diliha dari sudu pandang keahanan korosi, implanasi nirogen idak selalu menguungkan erkecuali pada dosis dibawah ion/cm aau diaas 0 7 ion/cm. Dari Gambar Coaing Yrium cukup memberi pengaruh erhadap sabilias lapisan oksigen ini berbeda dengan bahan gas idak diberi ambahan Yrium seperi erliha pada Gambar 4. Dalam peneliian ini belum dilakukan karakerisasi mikro srukur erhadap sampel, maupun proses pemben-ukan lapisan oksida jenis oksida yang selama proses oksidasi dan pengelupasan (spalasi). Dengan karakerisasi ini sebenarnya akan bisa diamai aom apa yang bereaksi dari waku kewaku sehingga erjadi penambahan bera, hal ini belum bisa penulis lakukan. Selain biayanya mahal, eruama karena idak punya peralaan sendiri, demikian juga uji kekerasan dan keahanan aus belum bisa dilakukan. KESIMPULAN DAN SARAN Dari uraian dan daa diaas, dapa disimpulkan bahwa :. Coaing Yrium akan dapa menaikan sabilias lapisan oksida.. Implanasi nirogen akan menaikkan laju korosi dan pembenukan lapisan oksida manap namun implanasi nirogen idak selalu mengunungkan erhadap keahanan erhadap serangan spalasi. 3. Unuk penyempurnaan peneliian ini masih erbuka peluang peneliian karakerisasi mikro - srukur erhadap proses oksidasi dan sifa fisis dari penambahan nirogen erhadap bahan yang di Coaing Yrium. DAFTAR PUSTAKA. H HERMAN, Modificaion of he Surface Mechanical Properies of Ferrous Alloys by Nirogen Ion Implanaion, Ion Implanaion ino Meal Procceding of he 3 rd Inernaional Conference Modificaion of Surface Propories of Meals, ( 3 6 Juni 98). P3TM-BATAN Yogyakara, 7-8 Agusus 00

6 48 ISSN M. Munawir Zulkarnain, dkk.. E. B. HALE, e. al, Effecs Of Nirogen Ion Implanaion On The Wear Properies of Seel, Ion Implanaion ino Meods Procceding of he 3 rd Inernaional Conference Modificaion of Surface Propories of Meals (3 6 Juni 98). 3. S. G ROBERTS ET AL, The Effecs of N + Ion Implaaion on he Hardnes and Wear Behavior of Briele Maerials, Ion Implaaion ino Meals Procceding of he 3 rd Inernaional Conference Modificaion of Surface Propories of Meals (3 6 Juni 98). 4. F. S PETTIT e al., Oxidaion Corrosion Erosion Mechanisme of Environmenal Degra-daion of High Temperaure Maerials, Coaing of High Temperaure Aplicaions, Applied Science Publisher. 5. M. MUNAWIR, Z UNTORO P., Penambahan Elemen Reakif Unuk Peningkaan Keahanan Korosi Temperaur Tinggi Bahan Rekayasa, Proseding Seminar Sains dan Teknologi Nuklir PPTN Bandung. (8-9 Mare 998). 6. M. MUNAWIR, CIPTO S, P.UNTORO, Pengaruh Dosis Ion Implanasi Yrium Terahadap Srukur Bahan SS 36 L Pada Energi Ion 80 KeV & 00 KeV, Proseding. Seminar Nasional Maerial dan Lingkungan Dalam Indusri (Bandung 9 Okober 998 ) 7. M.MUNAWIR, Z. CIPTO S, P.UNTORO, Opimasi Dosis Implanasi Yrium Terhadap Kekerasan Bahan Pada Paduan Ni5Cr, Proseding AAPPS Seminar. on Physics of. Maerials. (Yogya. 8-0 Desember 998.) 8. M. MUNAWIR, TJIPTO S, P. UNTORO, S. SIMBOLON, Aplikasi Implanasi Ion Unuk Peningkaan Efek Elemen Reakif dan Penga-ruhnya Terhadap Kualias Bahan, (Sipegan Lapan 997). 9. P. UNTORO, M. MUNAWIR, F. NETSHE, The Role of Reacive Elemen Effec in Seels, and Their Microsrucure invesigaion Proseding The 0 ahun Asia Pasific Corrosion Conrol Conference (Bali, Ocober, 997). Dengan imbangan mikro dalam variasi waku pada emperaur yang berubah-ubah secara eksrim. Ada model maemais laju korosi berbagai kondisi, namun seperi pada umumnya korosi suau yang kejadiannya suli dipasikan, maka model maemais ersebu hanya pendekaan. Lely Susia R.M. Mengapa nirogen menaikkan laju korosi, semenara dari beberapa acuan, juga yang pernah kami elii, nirogen jusru meningkakan kekerasan baja SS 36 L maupun SS 304. Dan dikeahui pula bahwa semakin keras bahan enunya. Mohon penjelasan. Memang benar ambahan nirogen bisa menaikkan keahanan aus dan kekerasan. Namun pada emperaur inggi nirogen sanga agresif erhadap oksigen dalam berbagai benuk senyawa N-O (NO, NO3, NO5, NO, ds) ini mempercepa laju korosi erkecuali bila difusi oksigen bisa erhamba melalui oksid puih. Trimardji Amono Tadi dijelaskan bahwa ujuan polishing adalah agar bagus/mengkilap. Apakah hanya ini ujuannya aau ada ujuan yang lebih pening? Yrium ermasuk golongan logam anah jarang yang harganya idak murah. Mengapa idak menggunakan bahan lain (unuk coaing) yang lebih murah diinjau dari segi ekonomis. Tujuannya menyempurnakan proses reamen. Proses penambahan unsur harus selalu dikaikan ujuannya. Yrium aau elemen reakif lain sanga cocok unuk penanganan korosi emperaur inggi. Belum dicoba bahan lain. TANYA JAWAB Anwar Budiano Apa meode yang digunakan dalam menenukan ingka korosi lapisan oksida ersebu? Apa ada parameer suhu dan waku? Apakah ada modelisasi ingka korosi suau bahan erhadap lingkungan (asam, basa, redukor, oksidaor)? Yunano Pada kondisi erenu dapa menaikkan sabilias lapisan kerak. Kondisi ini berapa dosis dan enaga io n. Apa pada kondisi ini erjadi senyawa anara Yrium dan nirogen. P3TM-BATAN Yogyakara, 7-8 Agusus 00

7 M. Munawir Zulkarnain, dkk. ISSN Kondisi erbaik seelah di coaing adalah dosis 0 7 ion/cm ion/cm. Namun anpa coaing Yrium semua kondisi kurang baik. Terus erang benuk senyawa korosinya belum kami elii, mohon maaf belum bisa dijawab. P3TM-BATAN Yogyakara, 7-8 Agusus 00

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR

RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR RINGKASAN MATERI KALOR, PERUBAHN WUJUD DAN PERPINDAHAN KALOR A. KALOR (PANAS) Tanpa disadari, konsep kalor sering kia alami dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya kia mencampur yang erlalu panas dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam kehidupan sehari hari kia biasa menjumpai produk makanan yang sifanya kenal. Sebagai conoh produk mayonaisse yang diambahkan pada salad. Viskosias (kekenalan)

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN KOMPOSIT SERAT DAUN NENAS-POLYESTER DITINJAU DARI FRAKSI MASSA DAN ORIENTASI SERAT

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN KOMPOSIT SERAT DAUN NENAS-POLYESTER DITINJAU DARI FRAKSI MASSA DAN ORIENTASI SERAT PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN KOMPOSIT SERAT DAUN NENAS-POLYESTER DITINJAU DARI FRAKSI MASSA DAN ORIENTASI SERAT Delni Sriwia, Asui Jurusan Fisika FMIPA Universias Andalas Kampus Unand,

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

KINETIKA KIMIA LAJU DAN MEKANISME DALAM REAKSI KIMIA. Disampaikan oleh : Dr. Sri Handayani 2013

KINETIKA KIMIA LAJU DAN MEKANISME DALAM REAKSI KIMIA. Disampaikan oleh : Dr. Sri Handayani 2013 KINETIK KIMI LJU DN MEKNISME DLM REKSI KIMI Disampaikan oleh : Dr. Sri Handayani 03 Pendahuluan Perubahan kimia secara sederhana diulis dalam persamaan reaksi dengan koefisien seimbang Namun persamaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

*Corresponding Author:

*Corresponding Author: Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA UNMUL 5 Periode Mare 6, Samarinda, Indonesia ISBN: 978-6-7658--3 Penerapan Model Neuro-Garch Pada Peramalan (Sudi Kasus: Reurn Indeks Harga Saham Gabungan) Applicaion

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Kecepatan Fluidisasi Terhadap Unjuk Kerja Swirling Fluidized Bed Coal Dryer

Studi Eksperimen Pengaruh Kecepatan Fluidisasi Terhadap Unjuk Kerja Swirling Fluidized Bed Coal Dryer JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) B-300 Sudi Eksperimen Pengaruh Kecepaan Fluidisasi Terhadap Unjuk Kerja Swirling Fluidized Bed Coal Dryer Alim Jabbar Ibrahim dan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI

FIsika KTSP & K-13 KINEMATIKA. K e l a s A. VEKTOR POSISI KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan mampu menjelaskan hubungan anara vekor posisi, vekor kecepaan, dan vekor percepaan unuk gerak

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB)

FISIKA. Kelas X GLB DAN GLBB K13 A. GERAK LURUS BERATURAN (GLB) K3 Kelas X FISIKA GLB DAN GLBB TUJUAN PEMBELAJARAN Seelah mempelajari maeri ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan beriku.. Memahami konsep gerak lurus berauran dan gerak lurus berubah berauran.. Menganalisis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 engerian Bejana Tekan Bejana ekan adalah abung aau angki yang digunakan unuk menyimpan media yang berekanan. Media yang disimpan dapa berupa za cair, uap, gas aau udara. Jika

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk) Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 1, Hal. 15-0 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X ERHITUNGAN VAUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMUASI MONTE CARO (STUDI KASUS SAHAM T. X ACIATA.Tbk) Sii Alfiaur Rohmaniah 1 1 Universias

Lebih terperinci

HEAT EXCHANGER. (Indra Wibawa Dwi S.Teknik Kimia.Universitas Lampung)

HEAT EXCHANGER. (Indra Wibawa Dwi S.Teknik Kimia.Universitas Lampung) HEAT EXCHANGER Mekanisme perpindahan panas : Konduksi : perpindahan panas melalui suau benda oleh perpindahan momenum dari molekul aau aom anpa proses pencampuran. Conoh : aliran panas melalui dinding

Lebih terperinci

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai BAB III PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM PAA SEKTOR INUSTRI BATUBARA ENGAN MENGGUNAKAN TRINOMIAL IVIEN ISCOUNT MOEL 3.. Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ahapan perhiungan unuk menilai harga

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perawaan (Mainenance) Mainenance adalah akivias agar komponen aau sisem yang rusak akan dikembalikan aau diperbaiki dalam suau kondisi erenu pada periode waku erenu (Ebeling,

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode:

Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri. SAINTEK Fisika Kode: Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri SAINTEK Fisika 2013 Kode: 131 TKD SAINTEK FISIKA www.bimbinganalumniui.com 1. Gerak sebuah benda dinyaakan dalam sebuah grafik kecepaan erhadap waku beriku

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan

Kontrol Optimal pada Model Economic Order Quantity dengan Inisiatif Tim Penjualan Jurnal Teknik Indusri, Vol. 19, No. 1, Juni 17, 1- ISSN 111-5 prin / ISSN 7-739 online DOI: 1.97/ji.19.1.1- Konrol Opimal pada Model Economic Order Quaniy Inisiaif Tim Penjualan Abdul Laif Al Fauzi 1*,

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH VARIASI ARUS DAN SUDUT KAMPUH PENGELASAN SMAW TERHADAP TEGANGAN SISA PENGELASAN DANKEKUATAN MEKANIS SAMBUNGAN BAJA KARBON RENDAH

ANALISA PENGARUH VARIASI ARUS DAN SUDUT KAMPUH PENGELASAN SMAW TERHADAP TEGANGAN SISA PENGELASAN DANKEKUATAN MEKANIS SAMBUNGAN BAJA KARBON RENDAH ANALISA PENGARUH VARIASI ARUS DAN SUDUT KAMPUH PENGELASAN SMAW TERHADAP TEGANGAN SISA PENGELASAN DANKEKUATAN MEKANIS SAMBUNGAN BAJA KARBON RENDAH Nurul Widyano Jurusan Teknik Mesin Fakulas Teknologi Indusri

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN REAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN PERSAMAAN LIAPUNOV. Hasan, Didi Gayani, Sudjatmi, Deden *

ANALISIS KESTABILAN REAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN PERSAMAAN LIAPUNOV. Hasan, Didi Gayani, Sudjatmi, Deden * ANALISIS KESTABILAN REAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN PERSAMAAN LIAPUNOV Hasan, Didi Gayani, Sudjami, Deden * ABSTRAK ANALISIS KESTABILAN REAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN PERSAMAAN LIAPUNOV. Telah dilakukan analisis

Lebih terperinci

Berdasarkan hasil penelitian W.C Rontgen, Henry Becquerel pada tahun 1896 bermaksud menyelidiki sinar X, tetapi secara kebetulan ia menemukan gejala

Berdasarkan hasil penelitian W.C Rontgen, Henry Becquerel pada tahun 1896 bermaksud menyelidiki sinar X, tetapi secara kebetulan ia menemukan gejala Berdasarkan hasil peneliian W.C Rongen, Henry Becquerel pada ahun 1896 bermaksud menyelidiki sinar X, eapi secara kebeulan ia menemukan gejala keradioakifan. Pada peneliiannya ia menemukan bahwa garam-garam

Lebih terperinci

PERAMALAN FUNGSI TRANSFER SINGLE INPUT INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN TERHADAP SAHAM NEGARA TERDEKAT

PERAMALAN FUNGSI TRANSFER SINGLE INPUT INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN TERHADAP SAHAM NEGARA TERDEKAT Saisika, Vol. 2, No. 2, November 24 PERAMALAN FUNGSI TRANSFER SINGLE INPUT INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN TERHADAP SAHAM NEGARA TERDEKAT Sri Wahyuni, 2 Farikhin, Iswahyudi Joko Suprayino Program Sudi Saisika

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Pendekaan Peneliiaan Peneliian sudi kasus ini menggunakan peneliian pendekaan kualiaif. menuru (Sugiono, 2009:15), meode peneliian kualiaif adalah meode peneliian ang berlandaskan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku,

Lebih terperinci

PRAKTIKUM TEGANGAN TRANSIEN BERBASIS KOMPUTER

PRAKTIKUM TEGANGAN TRANSIEN BERBASIS KOMPUTER PRAKTIKUM TEGANGAN TRANSIEN BERBASIS KOMPUTER W. Kurniawan * Jurusan Pendidikan Fisika, IKIP PGRI SEMARANG Jl. Lonar no Semarang, Indonesia Tel: 8...88 ; Email: wawan.hiam@gmail.com ABSTRAK Arikel ini

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci