P U T U S A N NOMOR : 131 K/AG/2006 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G

Transkripsi

1 P U T U S A N NOMOR : 131 K/AG/2006 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara perdata agama dalam tingkat kasasi telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara : PEMOHON KASASI, bertempat tinggal di Jakarta Selatan; m e l a w a n : TERMOHON KASASI, bertempat tinggal di Jakarta Utara; Mahkamah Agung tersebut; Membaca surat-surat yang bersangkutan; Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa Pemohon Kasasi dahulu sebagai Pemohon telah mengajukan cerai talak terhadap Termohon Kasasi dahulu sebagai Termohon di depan persidangan Pengadilan Agama Jakarta Utara pada pokoknya atas dalil-dalil : Bahwa pada tanggal 6 Juni 1969 Pemohon dengan Termohon telah menikah dengan Kutipan Akta Nikah Nomor : 260/1969 tanggal 6 Juni 1969; Bahwa dari pernikahan tersebut telah dikaruniai anak 3 orang; Bahwa awalnya rumah tangga Pemohon dan Termohon harmonis, namun sejak tahun 1987 mulai sering tejadi perselisihan dan ketidak harmonisan, penyebabnya karena : 1. Sejak tahun 1987 Termohon suka cemburu yang tidak beralasan; 2. Termohon selalu merasa kurang dengan penghasilan Pemohon sebagai PNS; 3. Pada pertengahan 1987 cekcok lagi sampai Termohon datang ke Kantor dan menemui atasan Pemohon dengan mengatakan agar Pemohon dicopot dari jabatan dan dikelurkan dari rumah dinas; 4. Akibat perbuatan termohon tersebut Pemohon merasa malu dan tertekan, akhirnya tahun itu juga Pemohon memisahkan diri dari Termohon, akan tetapi kebutuhan Termohon dan anak-anak tetap Pemohon penuhi; Hal. 1 dari 9 Hal. Put.No. 131 K/AG/2006

2 5. Sejak 1987 itu juga antara Pemohon dengan termohon telah pisah rumah dan tidak lagi melakukan hubungan suami isteri; Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Pemohon memohon kepada Ketua Pengadilan Agama Jakarta Utara agar memutuskan sebagai berikut : 1. Mengabulkan permohonan Pemohon; 2. Menetapkan memberi izin kepada Pemohon untuk menjatuhkan ikrar talak kepada Termohon; 3. Membebankan biaya perkara menurut hukum; 4. Dan atau memberi keputusan yang seadil-adilnya; Bahwa selanjutnya terhadap permohonan tersebut, Termohon telah mengajukan gugatan balik (rekonvensi) yang pada pokoknya atas dalil-dalil Bahwa Termohon keberatan dengan permohonan ikrar talak dari Pemohon, karena Pemohonlah yang telah meninggalkan Termohon selama 14 tahun, oleh sebab itu Termohon menggugat Pemohon untuk memberikan nafkah lampau sebesar Rp perbulan untuk seluruh kebutuhan hidup termohon termasuk anak-anak; Bahwa Termohon juga meminta bila Pemohon tetap mau menceraikan Termohon, sebagai pelipur lara menuntut mut ah sebesar Rp (satu milyar rupiah); Bahwa berdasarkan hal tersebut Termohon mohon kepada Majelis Hakim agar memberikan putusan sebagai berikut : 1. Mengabulkan gugatan rekonvensi Penggugat; 2. Menyatakan Tergugat Rekonvensi telah melalaikan kewajiban sebagaii suami selama 14 tahun dari tahun 1986 sampai 2000; 3. Menghukum Tergugat Rekonvensi membayar nafkah madhiyah perbulan Rp x 12 bulan x 14 tahun = Rp (delapan ratus empat puluh juta rupiah); 4. Apabila Majelis berpendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya; Bahwa terhadap permohonan tersebut Pengadilan Agama Jakarta Utara telah menjatuhkan putusan tanggal 28 September 2000 M bertepatan dengan tanggal 29 Jumadil Akhir 1421 H Nomor : 063/Pdt.G/2000/PA.JU yang amarnya berbunyi sebagai berikut : Dalam Konvensi; Hal. 2 dari 9 Hal. Put.No. 131 K/AG/2006

3 1. Menyatakan Pemohon dalam Konvensi/Tergugt dalam Rekonvensi tidak mempunyai kualitas untuk menjatuhkan talak; 2. Mengabulkan gugatan Pemohon dalam Konvensi/Tergugat dalam Rekonvensi sebagian; 3. Menceraikan Pemohon Konvensi/Tergugat Rekonvensi dengan Termohon Konvensi/Penggugat Rekonvensi dengan fasakh nikah, dan menyatakan perkawinan Pemohon dalam Konvensi/Tergugat dalam Rekonvensi dengan Termohon dalam Konvensi/Penggugat dalam Rekonvensi putus; 4. Menolak selebihnya; Dalam Rekonvensi; 1. Mengabulkan gugat Penggugat dalam Rekonvensi/Termohon dalam Konvensi sebagian; 2. Menyatakan Tergugat dalam Rekonvensi/Pemohon dalam Konvensi selama meninggalkan rumah tangga telah melalaikan kewajibannya sebagai suami dan sebagai ayah dari tiga orang anaknya; 3. Menghukum Tergugat Konvensi/Pemohon Konvensi untuk membayar nafkah madhiyah selama meninggalkan rumah tangga sebesar Rp (tiga ratus delapan juta rupiah) kepada Penggugat Rekonvensi/Termohon Konvensi; 4. Menghukum Tergugat Konvensi/Pemohon Konvensi untuk membayar uang mut ah sebesar Rp (seratus juta rupiah) pada Penggugat Rekonvensi/Termohon Konvensi; 5. Apabila diktum tidak dijalankan secara suka rela setelah putusan ini memperoleh kekuatan hukum tetap, maka hrta-harta yang diketahui milik Tergugat Rekonvensi/Pemohon dalam Konvensi sebatas jumlah nilai yang disebut diktum dijadikan jaminan untuk eksekusi putusan; 6. Menolak selebihnya; Dalam Konvensi dan Rekonvensi; - Membebankan biaya perkara sebesar Rp ,- (seratus delapan puluh sembilan ribu lima ratus rupiah); Bahwa putusan tersebut dalam tingkat banding atas permohonan Termohon telah dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi Agama Jakarta dengan putusannya tanggal 12 Juli 2001 M bertepatan dengan tanggal 20 Rabiul Akhir 1422 H Nomor : 29/Pdt.G/2001/PTA.JK; Hal. 3 dari 9 Hal. Put.No. 131 K/AG/2006

4 Bahwa sesudah putusan terakhir ini diberitahukan kepada Pemohon/Pembanding juga Terbanding pada tanggal 1 April 2002, kemudian terhadapnya oleh Pemohon/Pembanding juga Terbanding diajukan permohonan kasasi secara lisan pada tanggal 12 April 2002 sebagaimana ternyata dari Akta permohonan kasasi Nomor : 063/Pdt.G/2000/PA.JU yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Agama Jakarta Utara, permohonan mana kemudian disusul oleh memori kasasi yang memuat alasan-alasannya yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Agama tersebut pada tanggal 24 April 2002; Bahwa setelah itu kepada Termohon/Terbanding juga Pembanding yang pada tanggal 29 April 2002 telah diberitahukan tentang memori kasasi dari Pemohon/Pembanding juga Terbanding, diajukan jawaban memori kasasi yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Agama Jakarta Utara pada tanggal 20 Mei 2002; Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya yang telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama, diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan undang-undang, maka oleh karena itu permohonan kasasi tersebut formil dapat diterima; Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh pemohon kasasi dalam memori kasasinya tersebut pada pokoknya adalah : 1. Bahwa putusan judex facti teramat tidak adil karena hanya berdasarkan pencari keadilan adalah non Muslim; 2. Bahwa secara sengaja judex facti tidak mempertimbangkan alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi, misalnya keterangan dua orang anak di hadapan sidang sangat didramatisir dan ditonjolkan dengan sangat mencolok serta dijadikan pertimbangan utama oleh Majelis Hakim, sementara keterangan saksi-saksi dari Pemohon Kasasi tidak dipertimbangkan secara proporsional dalam putusan; 3. Bahwa surat pernyataan yang ditanda tangani oleh anak-anak Pemohon Kasasi sama sekali tidak digubris oleh Majelis Hakim Pengadilan tinggi Agama Jakarta; 4. Bahwa judex facti menyatakan Pemohon Kasasi sebagai yang tidak berkwalitas menjatuhkan talak, hal tersebut merupakan arogansi yang luar biasa dari judex facti, kalaulah karena non Muslim yang jadi Hal. 4 dari 9 Hal. Put.No. 131 K/AG/2006

5 persoalan kenapa tidak dari awal majelis Hakim menolak daan memberikan alternatif ke Pengadilan negeri; 5. Bahwa Majelis Hakim sengaja mengulur-ulur waktu persidangan serta sengaja menjebak dan memojokkan Pemohon Kasasi, karena ternyata sebelum sidang digelar telah terjdi persengkokolan jahat antara ibu Ketua Majelis hakim dengan Pemohon Kasasi sebagaimana terungkap dalam surat pernyataan anak pertama Pemohon Kasasi; 6. Bahwa pada awal pendaftaran perkara, Pemohon Kasasi tidak menyadari kalau dalam permohonan ditulis beragama Islam, karena yang mengetik permohonan tesebut stap Sekretariat Pengadilan Agama Jakarta Utara, akan tetapi pada persidangan pertama Majelis Hakim sudah memeriksa KTP dan secara nyata Pemohon beragama Hindu, tapi Majelis Hakim tetap meneruskan sidang dan tidak memberi tahukan orang yang non Muslim tidak berkwalitas mengajukan cerai talak di Pengadilan Agama, sehingga hal tersebut membuat Pemohon kasasi terjebak dan tidak berdaya; 7. Bahwa lebih menyakitkan lagi bagi Pemohon Kasasi dimana putusannya sangat paradok atau kontroversial, disatu pihak dinyatakan Pemohon Kasasi tidak berkwalitas dan dicerai dengan fasakh nikah, namun dilain pihak Pemohon Kasasi dihukum membayar nafkah dengan menggunakan hukum Islam, dan sebagai PNS tidak mungkin Pemohon Kasasi mampu membayar dihukum sebesar itu; 8. Bahwa bila perkawinan Pemohon Kasasi dengan Termohon Kasasi dianggap sudah fasid, maka seharusnya tidak ada hak apapun yang bisa dituntut oleh Termohon Kasasi, baik nafkah madhiyah maupun mut ah, karena dianggap tidak ada perkawinan yang sah menurut hukum yang berlaku; 9. Bahwa Pemohon Kasasi dinyatakan telah melalaikan kewajiban sebagai suami dan ayah dari anak-anak, hal tersebut hanya didasarkan pada karena Pemohon Kasasi tidak dapat membuktikan secara tertulis tentang kewajiban yang telah Pemohon Kasasi berikan. Secara logika adalah mustahil untuk membuat pembukuan dan menyimpan semua arsip untuk setiap pengeluaran biaya yang diberikan kepada isteri dan anak-anak, kecuali dalam hubungan perkawinan ada maksudmaksud tertentu atau hal-hal khusus, karena hal seperti itu diluar kelaziman yang berlaku dalam masyarakat; Hal. 5 dari 9 Hal. Put.No. 131 K/AG/2006

6 10. Bahwa bukti-bukti tertulis yang secara kebetulan masih tersimpan dalam persidangan sudah Pemohon Kasasi sampaikan sekedar sebagai contoh, akan tetapi hal tersebut tidak dianggap sama sekali oleh Majelis Hakim kecuali hanya uang transfer sebesar Rp (enam juta lima ratus ribu rupiah), dan itupun hanya dihargai sebagai pengganti biaya hidup selama 3 bulan; 11. Bahwa dengan membuat perhitunan-perhitungan yang demikian, Majelis Hakim berusaha mengecilkan bahkan meniadakan peran Pemohon Kasasi dalam memikul biaya hidup dan biaya pendidikan anak-anak; 12. Bahwa harta yang diperoleh salama perkawinan dan ditinggalkan oleh Pemohon Kasasi telah dinikmati hasilnya selama puluhan tahun oleh Termohon Kasasi, baik hasil pengelolaan empang di Teluknaga, kandang ayam yang berkapasitas 6000 ekor di Ciherang Pondok, kontrakan rumah dan tanah di Ciherang Pondok, kontrakan rumah di Sunter, rental mobil Kijang dan lain-lain, dinyatakan oleh Majelis Hakim bukan merupakan jaminan nafkah, dan Majelis lupa bahwa dari hasil tersebut ada hak Pemohon Kasasi, namun seluruhnya dinikmati oleh Termohon Kasasi; 13. Bahwa sangat naif pertimbangan judex facti yang mengatakan selain sebagai pensiunan Pemohon juga bergerak dibidang usaha swasta sehingga dianggap mampu, hal tersebut sangatlah tidak benar, memang benar Pemohon Kasasi pernah bergerak di swasta, akan tetapi tidak berhasil dan sejak tahun 2000 terpaksa ditutup, sehingga sampai saat ini Pemohon Kasasi tetap berpenghasilan dari pensiunan; 14. Bahwa dalam suratnya tanggal 11 Mei 2000, Termohon Kasasi menyatakan bekerja di perusahaan swasta, hal tersebut menunjukkan Termohon Kasasi mempunyai kemampuan, namun dilain kesempatan menyatakan Termohon Kasasi menyatakan hidupnya susah dan menderita karena tidak dikirimi nafkah oleh Pemohon Kasasi 15. Bahwa kehadiran anak-anak dipersidangan menurut putusan pada halaman 5 dinyatakan karena panggilan Majelis Hakim, hal tersebut sama sekali tidak benar, melainkan rekayasa licik yang dilakukan oleh Ketua Majelis bersama Termohon Kasasi untuk menjebak Pemohon Kasasi, sebagaimana hal tersebut dinyatakan dalam surat pernyataan anak-anak tanggal 29 Nopember 2000 dan 2 Pebruari 2001; Hal. 6 dari 9 Hal. Put.No. 131 K/AG/2006

7 16. Bahwa kejadian sebenarnya adalah pada sidang tanggal 3 Agustus 2000 Majelis memerintahkan Termohon Kasasi untuk menghadirkan dua orang saksi pada sidang tanggal 10 Agustus 2000, akan tetapi Termohon malah menghadirkan anak-anak, lalu ditolak oleh Majelis karena anak tidak boleh jadi saksi, namun pada sidang siang harinya dengan tanpa alasan yang jelas serta dengan tanpa kehadiran Pemohon Kasasi, anak-anak kembali dipanggil untuk dijadikan saksi. Dari kejadian tersebut jelas ada rekayasa licik dari Ketua Majelis; 17. Bahwa ketidak hadiran anak ketiga sebagai saksi Pemohon Kasasi di persidangan lebih dikarenakan anak tersebut mau menghormati putusan Majelis Hakim, karena dia tahu bahwa anak tidak boleh jadi saksi, selain anak tersebut juga masih mempunyai bayi, akan tetapi anak tersebut telah memberikan surat pernyataan dalam tingkat banding, tetapi ternyata surat tersebut juga tidak ditanggapi oleh Majelis tingkat banding; 18. Bahwa pada saat Pemohon Kasasi meninggalkan rumah tahun 1986, anak-anak masih berusia 16, 15 dan 13 tahun, sehingga mereka sama sekali tidak mengetahui substansi permasalahan yang dihadapi oleh kedua orang tuanya, oleh karena itu keterangan/kesaksian anak-anak dipersidangan harus diabaikan; 19. Bahwa sangatlah tidak adil dan tidak bijaksana putusan judex facti sama sekali tidak mempertimbangkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, sebaliknya judex facti hanya menganggap Pemohon Kasasi sajalah yang bersalah dan berdosa serta menganggap Termohon Kasasi hanya seorang perempuan yang lemah; 20. Bahwa padahal sebaliknya Pemohon Kasasi selaku suami yang merasakan penderitaan atas tingkah laku isteri yang tega mempermalukan suami dihadapan umum dan dihadapan pegawai/staf di Depkes sert mengusulkan untuk dipecat dari jabatan kepada Presiden/ibu Tien Soeharto; 21. Bahwa amar putusan judex facti diktum sangat tidak masuk akal, sebab harta-harta yang dimiliki Pemohon Kasasi sampai saat ini secara fisik berada dalam kekuasaan Termohon Kasasi dan dinikmati hasilnya, selain itu dua bidang tanah di desa Citaringgul, Bogor telah dijual oleh Termohon Kasasi tanpa sepengetahuan dan tanpa seizin Pemohon Kasasi; Hal. 7 dari 9 Hal. Put.No. 131 K/AG/2006

8 22. Bahwa hal tersebut di atas jelas perbuatan dan tindakan kriminal, akan tetapi Pemohon Kasasi tidak ingin mencelakai Termohon Kasasi dan hanya ingin bercerai secara baik-baik, tapi justru Termohon Kasasi menuntut yang cenderung merupakan pemerasan; 23. Bahwa surat permohonan talak yang diajukan ke Pengadilan Agama Jakarta Utara, semata-mata karena akta perkawinan memakai cara Islam, dan karenanya sangatlah tidak fair bila diberlakukan aturan-aturan yang berlaku sekarang sementara perkawinan yang dilakukan Pemohon Kasasi dengan Termohon Kasasi jauh sebelum adanya aturan tentang perkawinan; 24. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas jelas-jelas putusan judex facti telah keliru, karenanya mohon kepada bapak Ketua Mahkamah Agung Agung cq Majelis Hakim Agung dapat mengabulkan putusan judex facti khusus tentang putusnya perkawinan dan membatalkan putusan judex facti khusus tentang mut ah dan madhiyah; Menimbang, bahwa atas alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung berpendapat : Mengenai alasan-alasan ke-1 sampai ke-24 : Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan, karena judex facti tidak salah dalam menerapkan hukum, lagi pula hal ini pada hakekatnya hanya mengenai penilaian dari hasil pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan, hal mana tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan pada tingkat kasasi, karena pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan dengan adanya kesalahan dalam penerapan hukum, adanya pelanggaran hukum yang berlaku dan adanya kelalaian dalam memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan atau Pengadilan tidak berwenang atau melampaui batas wewenangnya sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 30 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2004; Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka Mahkamah Agung berpendapat permohonan kasasi yang diajukan Pemohon Kasasi tersebut harus ditolak; Hal. 8 dari 9 Hal. Put.No. 131 K/AG/2006

9 Menimbang, bahwa oleh karena perkara ini mengenai sengketa di bidang perkawinan, sesuai Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, maka biaya perkara dalam tingkat kasasi ini dibebankan kepada Pemohon Kasasi; Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004, Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan; M E N G A D I L I Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi tersebut; Menghukum Pemohon Kasasi/Pemohon untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi sebesar Rp ; (lima ratus ribu rupiah); Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah Agung pada hari Rabu, tanggal 27 September 2006 dengan Drs. H. Andi Syamsu Alam, S.H., M.H., Hakim Agung yang ditunjuk oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis, Dr. H. Abdul Manan, S.H., S.IP., M.Hum., dan Drs. H. Habiburrahman, M.Hum., sebagai Hakim-Hakim Anggota dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari Rabu tanggal 7 Maret 2007 oleh Ketua Majelis tersebut dengan dihadiri oleh Hakim-Hakim Anggota serta dibantu oleh Drs. H. Nurul Huda, S.H., Panitera Pengganti, dengan tidak dihadiri oleh para pihak; Hakim-Hakim Anggota : K e t u a, ttd ttd Dr.H.Abdul Manan,S.H.,S.IP.,M.Hum Drs. H. Andi Syamsu Alam, S.H., M.H ttd Drs. H. Habiburrahman, M.Hum Biaya Kasasi : Panitera Pengganti, 1. M a t e r a i... Rp ; 2. Redaksi.. Rp ; ttd 3. Administrasi Kasasi...Rp ; Hal. 9 dari 9 Hal. Put.No. 131 K/AG/2006

10 Jumlah... Rp ; Drs. H. Nurul Huda, S.H Hal. 10 dari 9 Hal. Put.No. 131 K/AG/2006