Bab 2 Tinjauan Pustaka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 2 Tinjauan Pustaka"

Transkripsi

1 Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1. Konsep dasar penjadwalan Permasalahan yang menyebabkan dbutuhkannya penjadwalan adalah bla terdapat berbaga macam tugas (job) atau proses yang harus dlakukan, sedangkan sumber daya (waktu, bahan baku, tenaga kerja, mesn, modal, dan sebaganya) yang dbutuhkan untuk menyelesakan tugas-tugas atau proses tersebut terbatas sehngga dperlukan suatu pengaturan atas pelaksanaan tugas-tugas atau prosesproses tersebut. Conway (1967) mendefnskan penjadwalan sebaga berkut: Schedulng s the task of assgnng each operaton to a specfc poston or the tme scale of the specfc machne. Sedangkan Fogarty (1991) mengatakan bahwa penjadwalan mencakup dua hal, yatu schedulng dan sequencng yang masng-masng ddefnsskan sebaga berkut: Schedulng s the assgnng of startng and completon tmes orders (job) and frequently ncludes the tmes when orders are to arrve and leave each department. Schedulng (penjadwalan) merupakan proses penugasan kapan pekerjaan harus dmula dan dselesakan, sedangkan sequencng (pengurutan) merupakan proses pengaturan urutan atas pekerjaan-pekerjaan yang harus dselesakan tersebut. Karena eratnya hubungan dantara kedua stlah n, maka basanya dalam penggunaan kata schedulng (penjadwalan), pengertan sequencng sudah tercakup ddalamnya Pengertan dan Tujuan Penjadwalan Secara umum masalah penjadwalan menurut French (1982) dapat djelaskan sebaga berkut. Jka ada n job {j 1, j 2, j 3,..., j n } harus dproses pada m mesn {m 1, m 2, m 3,..., m n } Proses pengerjaan job J 1 dsebut dengan operas O j. Waktu yang dperlukan untuk memproses operas O j pada mesn M j adalah t j. Beberapa job mungkn memlk saat pengerjaan palng awal atau saat kedatangan job ke shop 5

2 6 yang dsebut release date, r j yang mungkn tdak sama dengan 0, dan juga batas saat penyelesaan yang dsebut due date, d j. Permasalahan penjadwalan adalah menentukan urutan produks yang memberkan solus terbak dengan krtera sebaga berkut: 1. Memenuh technologcal constrant yang ada, dengan kata lan merupakan jadwal yang feasble. 2. Memenuh beberapa krtera pengukuran performans, sepert mnmas makespan, mnmas banyaknya job yang terlambat, dan sebaganya Defns Penjadwalan Pejadwalan produks memlk berbaga defns, antara lan sebaga berkut: 1. Menurut Morton dan Pentco (1993) penjadwalan yatu proses pengorgansasan, pemlhan, dan pemberan waktu dalam penggunaan sumber daya untuk melaksanakan aktvtas yang dperlukan dalam menghaslkan output yang dngnkan, dengan memenuh waktu yang dtetapkan dan kendala-kendala hubungan antara waktu dan aktvtas. 2. Menurut Conway (1967) penjadwalan merupakan proses pengurutan pembuatan produk secara menyeluruh pada sejumlah mesn tertentu dan pengurutan ddevnskan sebaga proses pembuatan produk pada suatu mesn tertentu. 3. Menurut Baker (1974) penjadwalan yatu proses pengalokasan sumbersumber untuk memlh sekumpulan tugas dalam jangka waktu tertentu. Defns yang dberkan Baker (1974) mengandung dua art, yatu: Penjadwalan merupakan fungs pengamblan keputusan yatu menentukan jadwal (nla prakts). Penjadwalan merupakan suatu teor, yatu sekumpulan prnsp-prnsp dasar, model-model, teknk-teknk, dan kesmpulan-kesmpulan logs dalam proses pengamblan keputusan yang memberkan pengertan dalam fungs penjadwalan (nla konseptual).

3 7 Keputusan yang dbuat dalam penjadwalan melput: Pengurutan pekerjaan (sequencng) Waktu mula dan selesa pekerjaan (tmng) Urutan proses suatu pekerjaan (routng) Persoalan penjadwalan tmbul apabla beberapa pekerjaan akan dkerjakan secara bersamaan, sedangkan sumber yang dmlk terbatas. Input dar suatu penjadwalan mencakup jens dan banyaknya part yang akan doperas, urutan ketergantungan antar operas, waktu proses untuk masng-masng operas, serta fasltas yang dbutuhkan oleh setap operas. Sedangkan output dar penjadawalan melput dspatch lst, yatu daftar yang menyatakan urutan pemrosesan part serta waktu mula dan selesa dar pemrosesan part Tujuan Penjadwalan Tujuan penjadwalan, adalah sebaga berkut: 1. Menurut Baker (1974), tujuan penjadawalan umumnya adalah sebaga berkut: Menngkatkan produktftas mesn, yatu dengan mengurang waktu mesn menganggur. Mengurang persedaan barang setengah jad dengan jalan mengurang jumlah rata-rata pekerjaan yang menunggu dalam antran suatu mesn karena mesn tersebut sbuk. Mengurang keterlambatan suatu pekerjaan. Setap pekerjaan mempunya batas waktu (due date) penyelesaan, jka pekerjaan tersebut dselesakan melewat batas waktu yang dtentukan maka pekerjaan tersebut dnyatakan terlambat. Dengan metoda penjadwalan maka keterlambatan n dapat dkurang, bak waktu maupun frekuens. 2. Menurut Narasmhan (1985), penjadwalan yang bak seharusnya smpel, mudah dmengert dan dapat dlaksanakan oleh phak manajemen dan oleh sapapun yang menggunakannya. Aturan-aturan penjadwalan seharusnya cukup kuat tetap mempunya tujuan yang realsts sehngga cukup flexbel untuk memecahkan masalah yang tdak terpredks sebelumnya dan membolehkan satu perencanaan ulang.

4 8 3. Bedworth (1987) mengdentfkaskan beberapa tujuan dar aktvtas penjadwalan, adalah sebaga berkut: Menngkatkan penggunaan sumber daya atau mengurang waktu tunggunya, sehngga total waktu proses dapat berkurang dan produktvtas dapat menngkat. Mengurang persedaan barang setengah jad atau mengurang sejumlah pekerjaan menunggu dalam antran ketka sumber daya yang ada mash mengerjakan tugas yang lan. Teor Baker mengatakan, jka alran kerja suatu jadwal konstan, maka antran yang mengurang rata-rata waktu alr akan mengurang rata-rata persedaan barang setengah jad. Mengurang beberapa kelambatan pada pekerjaan yang menpunya batas waktu penyelesaan sehngga akan memnmalsas penalty cost (baya kelambatan). Membantu pengamblan keputusan mengena perencanaan kapastas pabrk dan jens kapastas yang dbutuhkan sehngga penambahan baya yang mahal dapat dhndarkan. Pada saat merencanakan suatu jadwal produks, yang harus dpertmbangkan adalah ketersedaan sumber daya yang dmlk, bak berupa tenaga kerja, peralatan ataupun bahan baku. Karena sumber daya yang dmlk dapat berubahubah (terutama operator dan bahan baku), maka penjadwalan dapat kta lhat merupakan proses yang dnams. Masalah penjadwalan muncul karena keterbatasan: Waktu Tenaga kerja Jumlah mesn Sfat dan syarat pekerjaan Dua permasalahan utama yang hendak dselesakan dengan menggunakan penjadwalan: Penentuan mesn yang akan dgunakan (pengalokasan mesn) untuk menyelesakan suatu proses produks. Penentuan waktu pemakaan mesn tersebut (pengurutan).

5 Element penjadwalan Penjadwalan mempunya element-element pentng yang harus dperhatkan sepert job, operas, mesn, serta hubungan yang terjad dantaranya: 1. Job Job dapat ddefnskan sebaga suatu pekerjaan yang harus dselesakan untuk mendapatkan suatu produk. Job basanya terdr dar beberapa operas yang harus dkerjakan (mnmal 1 operas). Manajemen melalu perencanaan yang telah dbuat/berdasarkan pesanan dar pelanggan yang memberkan job kepada lanta kerja pabrk untuk dkerjakan. Informas yang dpunya oleh suatu job ketka datang ke lanta kerja pabrk basanya adalah operas-operas yang harus dlakukan ddalamnya (dar bagan engneerng) saat job harus dselesakan dan pada saat job mula dapat dkerjakan. 2. Operas Operas adalah hmpunan bagan dar job. Untuk menyelesakan suatu job, operas dalam job durutkan dalam suatu urutan pengerjaan tertentu. Urutan tersebut dtentukan pada saat perencanaan proses. Suatu operas baru dapat dkerjakan apabla operas atau proses yang mendahulunya sudah dkerjakan terlebh dahulu. Matrks routng berskan nformas mengena urutan pengerjaan dan jens mesn yang dgunakan dalam setap operas. Setap opers mempunya waktu proses. 3. Mesn Mesn adalah sumber daya yang dperlukan untuk mengerjakan proses penyelesaan suatu job. Setap mesn hanya dapat memproses satu tugas pada saat tertentu Output dan Input Sstem Penjadwalan Output Sstem Penjadwalan Untuk memastkan bahwa suatu alran kerja yang lancar melalu tahapan produks, maka sstem penjadwalan harus membentuk aktvtas-aktvtas output sebaga berkut: a. Pembebanan (loadng), Pembebanan melbatkan penyesuaan kebutuhan kapastas untuk order-order yang dterma atau dperkrakan dengan kapastas

6 10 yang terseda. Pembebanan dlakukan dengan menugaskan order-order pada fasltas-fasltas, operator-operator, dan peralatan tertentu. b. Pengurutan (sequencng) Pengurutan n merupakan penugasan tentang order-order mana yang dprortaskan untuk dproses dahulu bla suatu fasltas harus memproses banyak job. c. Prortas Job (dspatchng) Prortas job merupakan prortas kerja tentang job-job mana yang dseleks dan dprortaskan untuk dproses. d. Pengendalan knerja penjadwaan, dlakukan dengan: Mennjau kembal status order-order pada saat melalu sstem tertentu. Mengatur kembal urutan-urutan. e. Up-datng Jadwal, dlakukan sebaga refleks konds operas yang terjad dengan merevs prortas-prortas Input Sstem Penjadwalan Pekerjaan-pekerjaan yang berupa alokas kapastas untuk order-order, penugasan prortas job, dan pengendalan jadwal produks membutuhkan nformas terpernc, dalam nformas-nformas tersebut akan menyatakan nput dar sstem penjadwalan. Pada bagan n, kta harus menentukan kebutuhan-kebutuhan kapastas dar order-order yang djadwalkan dalam hal macam dan jumlah sumber daya yang dgunakan. Untuk produk-produk tertentu, nformas n dperoleh dar lembar kerja operas (bers ketramplan dan peralatan yang dbutuhkan, waktu standar, dll) dan BOM (bers kebutuhan-kebutuhan akan komponen, sub komponen, dan bahan pendukung). Kualtas dar keputusan-keputusan penjadwalan sangat dpengaruh oleh ketepatan estmas nput-nput datas. Oleh karena tu, pemelharaan catatan terbaru tentang status tenaga kerja dan peralatan yang terseda dan perubahan kebutuhan kapastas yang dakbatkan perubahan desan produk atau proses menjad sangat pentng.

7 11 Bla dgambarkan. Maka elemen-elemen output nput, prortas-prortas dan ukuran knerja dar sstem penjadwalan akan tampak sepert pada gambar dbawah n: Pembatasan 1. Ketersedaan kapastas jangka pendek 2. Ketersedaan persedaan pengaman 3. Kebutuhan perawatan 4. Pembatasan urut-urutan Varable Keputusan 1. Ukuran workforce haran 2. Tngkat produks haran 3. Penugasan pesanan 4. Prrtas urut-urutan Input { Ketramplan Kebutuhan kapastas dar: Peralatan 1. Pesan yang dterma 2. Permntaan jangka pendek Bahan baku Dll. Output Jadwal terpernc tentang: Pembebanan pesanan Urut-urutan pesanan Expedtng pesanan Updatng dan kontrol Mnmas Ukuran Knerja penjadwalan) Baya menganggur ( Baya karena ) karena rendahnya pengrman yang (utlsas kapastas) (Baya tetap = + + terlambat ( Baya karena ) penyesuaan jadwal Gambar 2.1. Prortas-Prortas dan Ukuran Knerja Dar Sstem Penjadwalan 2.5. Ukuran keberhaslan dalam Aktvtas Penjadwalan Ukuran keberhaslan dar suatu pelaksanaan aktvtas penjadwalan khususnya penjadwalan job shop adalah memnmas krtera-krtera keberhaslan sebaga berkut: Rata-rata waktu alr (mean flow tme), akan mengurang persedaan barang setengah jad. Makespan, yatu total waktu proses yang dbutuhkan untuk menyelesakan suatu kumpulan job. Dmaksudkan untuk merah utlsas yang tngg dar peralatan dan sumber daya dengan cara menyelesakan seluruh job secepatnya. Rata-rata kelambatan (mean tardness). Jumlah job yang terlambat, akan memnmas nla dar maksmum ukuran kelambatan. Jumlah mesn yang menggur. Jumlah persedaan.

8 Istlah-stlah Umum Dalam Penjadwalan Berbaga stlah yang umum dgunakan dalam penjadwalan adalah sebaga berkut: Waktu proses (processng tme), t Waktu proses merupakan estmas lamanya waktu yang dbutuhkan mesn ke-k untuk menyelesakan operas ke-j dar pekerjaan (job) ke-, yang kadangkadang ddalamnya sudah tercakup waktu yang dbutuhkan untuk persapan dan pengaturan mesn (waktu set up). Waktu sap (ready tme), R Menunjukkan saat pekerjaan ke- dapat dkerjakan (sap djadwalkan) Batas waktu penyelesaan (due date), d Batas waktu yang dperbolehkan untuk menyelesakan suatu pekerjaan. Waktu menunggu (watng tme), W Adalah waktu tunggu pekerjaan dar saat pekerjaan sap dkerjakan sampa saat operas pendahulu selesa. Waktu penyelesaan (completon tme), c Adalah rentang waktu mula dar awal (t=0) sampa pekerjaan selesa dkerjakan. Waktu tunggal (flow tme), F Adalah waktu antara saat dmana pekerjaan telah sap untuk dkerjakan sampa pekerjaan selesa. Makespan ( Ms ) Adalah jangka penyelesaan suatu penjadwalan (penjumlahan seluruh waktu proses). M s = Cmax Keterlambatan (lateness), L Adalah perbedaan antara completon tme dengan due date, sehngga bsa (+) atau (-). L c d < 0 ( negatf ) = : saat penyelesaan memenuh batas L c d > 0 ( postf ) = : saat penyelesaan melampau batas (tardy job)

9 13 Kelambatan (tardness), T Adalah keterlambatan penyelesaan suatu pekerjaan dar saat due date. T = max {0, L }: hanya melhat L yang > 0, dengan 1 N Slack Tme ( SL ) Adalah waktu ssa yang terseda bag suatu pekerjaan (waktu proses due date). S = d Set up Tme ( S ) t. Adalah waktu yang dbutuhkan untuk kegatan persapan sebelum pemrosesan job dlaksanakan. Arrval Tme ( a ) Adalah saat job mula berada d shop floor. Delvery Date ( d ) Adalah saat pengrman job dar shop floor ke proses berkutnya atau ke konsumen. Gant Chart Merupakan peta vsual yang menggambarkan loadlng (menggambarkan beban mesn) dan schedulng (menggambarkan urutan pemrosesan job dan menggambarkan saat mula dan saat selesa suatu job). Contoh Gantt Chart, sepert gambar dbawah n: Gambar 2.2. Contoh Gantt Chart Hubungan Penjadwalan Dengan Fungs P-A-P Penjadwalan sebaga proses penugasan prortas kerja (waktu dan urutan produks) untuk order manufaktur dan pengalokasan beban kerja pada pusat-pusat kerja tertentu sangat erat hubungannya dengan kontrol kemajuan produks. Kontrol

10 14 kemajuan produks memastkan apakah materal dan perkakas-perkakas terseda ketka dbutuhkan, pembuatan penyesuaan-penyesuaan untuk keterbatasan kapastas jangka pendek, ketersedaan WIP, pengawasan kerja, pemndahan mesn-mesn yang rusak, expedtng (mempercepat) order-order yang tba-tba menngkat tajam, pengontrolan kualtas output, dan membantu penyelesaan masalah kualtas. Penjadwalan dan kontrol kemajuan produks merupakan bass dar fungs Produks Aktvtas Pengendalan (P A P) yang terdr atas komponenkomponen sepert pada gambar dbawah n: 2.8. Penjadwalan N Job M Mesn Pada model pertama klasfkas masalah penjadwalan, terdapat penjadwalan untuk mesn ganda atau penjadwalan n job m mesn. Model n terbag lag untuk mesn ser dan paralel, untuk mesn ser pekerjaan harus dkerjakan pada beberapa mesn secara berurutan, sedangkan mesn paralel tap pekerjaan hanya dkerjakan pada satu mesn. - Menggunakan mesn ser. Gambar 2.4. n job m mesn pada mesn ser.

11 15 - Menggunakan mesn paralel. Gambar 2.5. n job m mesn pada mesn paralel Penjadwalan Dalam Sstem Produks Job Shop Penjadwalan mempunya metoda yang berbeda-beda untuk setap tpe sstem produks karena setap sstem mempunya karakterstk yang berbeda satu dengan yang lannya. Demkan pula dengan sstem produks job shop. Cr khas persoalan job shop adalah alran pekerjaan dalam shop tdak searah (non undrectonal). Waktu proses dan routng dar jumlah job yang akan djadwalkan kedalam suatu tabel matrks yang dsebut matrks waktu proses dan matrks routng, kemudan hasl penjadwalan dgambarkan dalam gant chart. Penjadwalan job shop adalah pengurutan pekerjaan untuk lntas produk yang tdak beraturan (tata letak pabrk berdasarkan proses). Penjadwalan pada proses produks tpe job shop lebh sult dbandngkan penjadwalan flow shop. Hal n dsebabkan oleh 3 alasan, yatu: 1. Job shop menangan varas produk yang sangat banyak, dengan pola alran yang berbeda-beda melalu work center. 2. Peralatan pada job shop dgunakan secara bersama-sama oleh bermacammacam order dalam prosesnya, sedangkan peralatan pada flow shop dgunakan khususnya hanya untuk satu jens produk. 3. Job-job yang berbeda mungkn dtentukan oleh prortas yang berbeda pula. Hal n mengakbatkan order tertentu yang dplh harus dproses seketka pada saat order tertentu yang dplh harus dproses seketka pada saat order

12 16 tersebut dtugaskan pada suatu work center. Sedangkan pada flow shop tdak terjad permasalahan sepert datas karena keseragaman output yang dproduks untuk persedaan. Prortas order pada flow shop dpengaruh terutama pada pengrmannya dbandngkan tanggal pemrosesan. Faktor-faktor tersebut datas menghaslkan sangat banyak kemungknan kombnas dar pembebanan (loadlng) dan urutan-urutan (sequencng). Perhtungan dar dentfkas dan evaluas jadwal-jadwal yang mungkn menjad sangat sult sehngga banyak perhatan darahkan pada rset penjadwalan job shop. Selan tu, persapan suatu penjadwalan job shop, penyesuaan dan pembaharuannya membutuhkan nfestas yang sangat besar Sstem Pengendalan Stuas Produks Sstem pengendalan produks amat bergantung pada stuas yang dhadap. Terdapat berbaga klasfkas terhadap stuas produks, namun secara umum memlk anggapan sebaga berkut: - Tujuan pengklasfkasan adalah untuk memsahkan antara berbaga stuas kontrol produks yang berbeda. - Perbedaan dalam sstem kontrol dapat djelaskan oleh karakterstk stuas produks dalam hubungannya dengan lngkungan. - Pemsahan ddasarkan pada sfat order pelanggan dan aturan yang dmankan dalam proses produks. Perbedaan yang mendasar antara stuas-stuas produks pada perusahaan adalah saat menerma order pelanggan relatf terhadap produks produk akhr. Faktor penentu suatu stuas produks adalah lead tme. Jka kesedan waktu menunggu konsumen lebh kecl dar lead tme, maka organsas tersebut harus memelhara persedan produk jad. Jka konsumen mentolelr menunggu beberapa har, organsas akan lebh memlh strateg merakt untuk dpesan atau memproduks untuk dpesan.

13 17 Secara umum pembagan klasfkas stuas produks menurutt Fogarty (1991) adalah sebaga berkut: a. Make to stok Mengubah komponen tngkat rendah dan bahan mentah keseluruhan menjad produk akhr untuk mengantspas order pelanggan. b. Assemle to order Mengubah komponen tngkat rendah dan bahan mentah menjad level manufaktur tertentu dan membentuk order pelanggan bla menerma pesanan. c. Make to order Sangat sedkt atau sama sekal tdak memlk materal tngkat rendah hngga pesanan pelanggan dterma. d. Engneer to order Sangat sedkt mengetahu tentang apa yang akan dproduks hngga pesanan dterma dan membuat spesfkas engneerng-nya. Dalam stuas produks terakhr, pesanan pelanggan memankan peranan pentng dalam sstem produks dan sstem kontrol produks: seluruh aktvtas dkendalkan oleh pesanan pelanggan Klasfkas Penjadwalan Job Shop Dalam penjadwalan job shop, jadwal yang layak akan dperoleh jka hasl penjadwalan memenuh krtera sebaga berkut: - Seluruh operas dar semua job telah dkerjakan. - Ketentuan pengurutan pekerjaan sepert dalam routng sudah dpenuh dan tdak ada operas yang tumpang tndh (over lap). Berdasarkan ketentuan tersebut, jumlah kombnas penjadwalan yang mungkn dbuat tak hngga oleh karena waktu menganggur dapat dsspkan dantara operas sebanyak mungkn tanpa melanggar syarat presedens. Dengan demkan perlu dpertmbangkan suatu jadwal yang mendekat ukuran performans yang telah dplh.

14 18 Menurut Baker (1974), Jadwal yang layak (fsble) dapat d klasfkaskan sebaga berkut: 1. Set Jadwal Semaktf Kumpulan jadwal dengan tdak satupun operas dapat dkerjakan lebh awal tanpa mengubah susunan beberapa operas pada mesn. 2. Set Jadwal Aktf Suatu set jadwal yang tdak memungknkan lag untuk melakukan geser kr global (suatu operas dmula lebh cepat tanpa menyebabkan delay pada operas lan, pada geser kr global urutan dapat berubah). 3. Set Jadwal Non Delay Kumpulan jadwal dengan tdak satupun mesn dbarkan menganggur jka pada saat yang sama terdapat operas yang membutuhkan operas tersebut. 4. Set Jadwal Optmal Kumpulan jadwal dengan tdak terdapat jadwal yang memlk tngkat preferens lebh tngg dar kumpulan jadwal optmal Karakterstk Dan Asums Dalam Penjadwalan Job Shop Baker (1974), mengemukakan beberapa karakterstk dan asums penjadwalan dar sstem produks job shop, karakterstk dan asums tpe n akan dgunakan untuk keperluan smulas dar job shop yang dnams, yatu sebaga berkut: a. Job terdr dar urutan operas yang telah dtentukan. b. Suatu operas hanya bsa dkerjakan pada suatu mesn. c. Hanya ada satu mesn dar tap mesn dalam shop. d. Waktu proses dketahu dengan past sepert halnya due date. e. Untuk waktu set up bersfat ndependent dan waktu transportas antar mesn dapat dabakan. f. Opers yang sedang dkerjakan pada suatu mesn tdak dapat d nterups. g. Suatu operas tdak dapat dmula sampa operas pendahulunya dselesakan. h. Setap mesn hanya dapat memproses suatu operas pada suatu waktu.. Setap part hanya dapat dproses dsuatu mesn pada suatu waktu.

15 19 Asums mengena pekerjaan, yatu sebaga berkut: a. Setap pekerjaan dselesakan menurut jadwal yang telah dsusun. b. Setap pekerjaan merupakan satu kesatuan. c. Setap pekerjaan yang telah dmula harus dselesakan tanpa menyspkan pekerjaan lan dantaranya. d. Setap pekerjaan tdak boleh dproses pada lebh dar satu mesn, pada saat yang bersamaan. e. Setap pekerjaan hanya mempunya satu operas dan dapat dkerjakan pada mesn yang mana saja. Karakterstk mesn a. Setap mesn dapat mengerjakan pekerjaan manapun yang dbebankan kepadanya. b. Setap mesn secara kontnyu, sap untuk dbebankan pekerjaan selama peroda penjadwalan, tanpa mengalam nterups oleh kerusakan atau pemelharaan mesn. c. Setap mesn hanya dapat melakukan suatu operas dar suatu pekerjaan atau job dalam satu waktu tertentu. d. Operator yang menangan mesn selalu terseda Teknk-teknk Pemecahan Masalah Penjadwalan Job Shop Dalam memecahkan masalah penjadwalan dalam sstem produks yang bersfat job shop dapat dgunakan beberapa teknk. Teknk-teknk dalam melakukan penjadwalan dapat dbedakan dalam dua metoda, yatu: Teknk pendekatan optmal, teknk n dapat dlakukan dengan beberapa cara, dantaranya: - Teknk Integer Programmng - Teknk Branch and Bound Teknk pendekatan heurstc, teknk n dapat dlakukan dengan beberapa cara, dantaranya: - Prorty Dspatchng - Samplng - Probablstc Dspatchng

16 20 Dengan menggunakan pendekatan optmas, dapat dperoleh hasl penjadwalan yang optmal sesua dengan fungs tujuannya. Sementara dengan menggunakan pendekatan heurstc, belum tentu dperoleh hasl penjadwalan yang optmal. Namun pendekatan optmas dapat dkatakan tdak layak untuk masalah penjadwalan besar karena memerlukan waktu yang cukup lama untuk mencar solusnya, sedangkan pendekatan heurstc hanya memerlukan waktu yang sngkat. Oleh karena tu pendekatan heurstc banyak dgunakan terutama masalah penjadwalan yang besar dengan n job m mesn Teknk Prorty Dspatchng Dspatchng adalah salah satu jens metoda pejadwalan dmana waktu sap dar setap mesn dtentukan sedemkan rupa sehngga berurutan nak. Keputusan pemlhan produk yang akan d proses dapat dlakukan pada saat mesn sap menerma produk (mesn kosong). Pada teknk prorty dspatchng dtentukan aturan prortas untuk memllh satu operas dantara operas-operas yang mengalam konflk pada mesn m* pada setap tahap. Aturan prortas n harus dapat menjamn agar tdak terjad dua operas atau lebh yang mempunya skala prortas yang sama. Untuk tu basanya dpaka dua buah aturan prortas yatu aturan prortas yang pertama dan aturan prortas kedua Pemlhan Aturan Prortas Penjadwalan dengan pendekatan heurstc menggunakan aturan pengurutan atau prorty dspatchng, pada prorty dspatchng dtentukan aturan prortasnya untuk memlh suatu operas dantara operas-operas yang mengalam gangguan. Penentuan prortas bergantung pada tujuan yang ngn dcapa. Beberapa aturan prortas menutur Fogarty (1991), adalah: 1. Random (R) Pemlhan operas secara random artnya setap pekerjaan yang akan dkerjakan durutkan secara random (tap job mempunya kemungknan yang sama untuk dplh)

17 21 2. Most Workng Remanng (MWR) Prortas tertngg dberkan pada operas dengan ssa waktu proses terlama. Aturan prortas n cocok dgunakan untuk menghaslkan jadwal dengan makespan terpendek. 3. Least Workng Remanng (LWR) Prortas tertngg dberkan pada operas dengan ssa waktu proses terpendek. Aturan n basanya memnmas flow tme rata-rata. 4. Most Operaton Remanng (MOR) Prortas tertngg dberkan pada operas dengan successor terbanyak. 5. Fewest Operaton (FO) Prortas tertngg dberkan pada produk dengan ssa operas palng sedkt. Aturan n basanya mengurang WIP, waktu penyelesaan produk, dan ratarata waktu keterlambatan. 6. Shortest Processng Tme (SPT) Prortas tertngg dberkan pada operas dengan waktu proses terpendek, aturan n basanya memnmas WIP, rata-rata keterlambatan (mean latenes) dan waktu penyelesaan rata-rata (mean flow tme) produk. 7. Frst Come Frst Serve (FCFS) Prortas tertngg dberkan pada operas yang masuk S t (stasun ke-t) lebh dahulu. Aturan n cocok untuk tpe organsas dmana konsumen mementngkan waktu pelayanan. 8. Earlest Due Date (EDD) Prortas tertngg dberkan pada produk dengan due date (batas waktu penyelesaan) terpendek. Aturan n berjalan dengan bak bla waktu proses job-job relatf sama. 9. Crtcal Rato (CR) Urutkan job berdasarkan CR terkecl (mengurang lateness) CR = Due date Now Remanng lead tme 10. Slack Tme (ST) Merupakan varas dar EDD. ST = Remanng tme Setup Run tme

18 Slack Per Remanng Operaton (S/OPN) Merupakan varas dar ST, urutkan job berdasarkan S/OPN terkecl (aturan n mengurang lateness). S/OPN = ( Due date Present date) Remanng processng tme Remanng number of operatons 12. Least Setup (LSU) Urutkan job berdasarkan waktu setup terkecl (aturan n mengurang makespan) Pendekatan penjadwalan Operas manufakturng harus djadwalkan agar tem-tem dproduks tepat waktu. Kapan suatu pesanan harus dselesakan. Pekerjaan apa yang seharusnya dselesakan atau djalankan berkut pada work center tertentu?. Itu semua merupakan pertanyaan nt yang berkatan dengan pengendalan prortas (prorty control). Pengendalan prortas adalah proses komunkas start and completon dates ke departement manufakturng agar melaksanakan suatu rencana. The dspatch lst adalah alat yang secara normal dgunakan untuk memberkan nformas waktu dan prortas berdasarkan pada rencana sekarang dan status dar semua open orders. Pengendalan prortas menggunakan sejumlah teknk penjadwalan. Pemlhan teknk penjadwalan yang tepat tergantung pada lngkungan manufakturng. Untuk mengendalkan proses produks, jadwal harus up-to-date. Varabel-varabel dalam pengendalan prortas adalah kebutuhan pelanggan, status peralatan, ketersedaan materal, dan berbaga pertmbangan lan. Pada dasarnya terdapat dua metode pendekatan dasar yang dgunakan dalam membuat penjadwalan, yatu: 1. Penjadwalan Mundur (backward schedulng) Backward schedulng, dmula dengan tanggal atau waktu dmana suatu pesanan yang dbutuhkan tu harus dselesakan yang dtetapkan oleh MRP kemudan menghtung mundur (backward) guna menentukan waktu yang tepat

19 23 untuk pertama kal mengeluarkan pesanan tu. Penggunaan backward schedulng mengasumskan bahwa fnshed date dketahu dan start date dngnkan. Backward schedulng basanya dgunakan apabla komponenkomponen yang sedang dbuat menuju ke suatu assemble product memlk waktu tunggu yang berbeda. Adapun kelebhan yang dmlk oleh penjadwalan backward schedulng adalah hasl penjadwalannya tdak menghaslkan pekerjaan yang terlambat, atau dengan kata lan due date dapat selalu dpenuh, sedangkan kelemahan penjadwalan backward schedulng adalah penjadwalannya terkadang menghaslkan jadwal yang tdak feasble, yatu waktu proses pertama mempunya waktu mula proses sebelum waktu sekarang. 2. Penjadwalan Maju (forward schedulng) Forward schedulng, dmula dar start date pada operas pertama kemudan menghtung schedule date ke depan (forward) untuk setap operas (sampa operas terakhr) guna untuk menentukan completon date. Berdasarkan perhtungan n akan dketahu operaton start dates untuk setap langkah. Perlu dperhatkan dsn, bahwa forward schedulng menggunakan data waktu atau tanggal yang djanjkan untuk pelanggan serta berfokus pada operasoperas krts dan penjadwalan melalu subsekuens operas. Forward schedulng palng serng dgunakan dalam perusahaan-perusahaan sepert Paper and Steel Mlls dmana produk bersfat besar (bulky) dengan sedkt komponen. Forward schedulng akan jelek apabla dterapkan untuk truktur produk yang kompleks dengan banyak komponen. Bagamanapun forward schedulng dapat melengkap backward schedulng untuk menyelesakan permasalahan yang berkatan dengan kebutuhan pelanggan. Tujuan pendekatan forward schedulng adalah menjadwalkan suatu produk apabla ttk waktu mulanya telah dtentukan sebelumnya dan tdak dberkan batas waktu penyelesaan keseluruhan produk yang drencanakan. Kelebhan dar penjadwalan maju adalah dalam penjadwalan dapat dsusun secara SPT

20 24 sehngga ddapatkan suatu penjadwalan produk dengan rata-rata flowtme yang mnmum. Kelemahan dar penjadwalan maju adalah ada kemungknan waktu penyelesaan produk melewat batas waktu (due date) yang dtetapkan konsumen. Dsampng dua metode utama penjadwalan datas, terdapat varas lan yang pada dasarnya mengacu pada kedua teknk penjadwalan yang dkemukakan d atas. Varas lan tu adalah operatons schedulng dan block scheduulng. - Operatons schedulng, menetapkan operaton start and completon dates dengan mempertmbangkan waktu-waktu setup, pelaksanaan, bergerak, menunggu atau antr. Proses n menentukan kapan setap operas seharusnya dmula dan berakhr guna menyelesakan pesanan tepat waktu dan mengjnkan capacty requrements plannng (CRP) melakukan tme-phased loads. Pada dasarnya langkah-langkah operatons schedulng, secara umum adalah sebaga berkut: 1. Memberkan data berupa sekuens operas (routng). 2. Mengembangkan sstem sepert: schedulng rules. 3. Memlh metode penjadwalan. 4. Melakukan penjadwalan (schedule). Beberapa alasan mengapa job shop manufacturng membutuhkan operatonby-operaton schedulng adalah adanya beban yang tdak merata pada orang maupun peralatan, terdaapat multple routng dan jalur-jalur yang kompleks melalu pabrk, adanya ketdakpastan berkatan dengan waktu kedatangan pada pusat-pusat kerja (work center), terdapat varas dalam waktu antara memula dan mengakhr pekerjaan dar parts yang berbeda, dan beban kerja untuk setap mnggu harus dperkrakan agar menjamn kecakupan kapastas. - Block Schedulng, adalah smplfed verson dar backward schedulng. Block schedulng dgunakan apabla operas harus djadwalkan secara manual. Block schedulng kurang akurat dbandngkan detaled schedulng dan akan menngkatkan waktu tunggu. Banyak perusahaan menggunakan block

21 25 schedulng untuk menduga banyaknya waktu yang dbutuhkan untuk setap part. Hal n akan menghemat waktu perhtungan, tetap basanya menngkatkan waktu tunggu sehngga menjad bertambah panjang. Bagamanapun juga telah dkemukakan bahwa pemlhan teknk penjadwalan akan tergantung pada lngkungan manufakturng. Untuk lngkungan flow manufacturng, perlu dkembangkan flow control capacty plannng yang memberkan kemudahan penjadwalan untuk flow producton karena proses dbuat sembang, produks dbuat stabl, dan alran materal dbuat mulus atau lancar. Terdapat beberapa perbedaan mendasar antara job shop schedulng dan flow control schedulng, antara lan: 1. Detaled operaton-by-operaton schedulng tdak dperlukan dalam flow control producton. 2. Waktu tunggu dalam flow control producton adalah stabl dan lebh pendek, sehngga operaton schedule date tdak dperlukan. 3. Waktu antr dan bergerak telah dhlangkan atau dmnmumkan dalam flow producton. 4. Tngkat produks dalam flow producton telah dsesuakan terhadap permntaan total. 5. Alran dar materal pendukung dalam flow producton adalah konssten dan dapat dandalkan. 6. Dspachng tdak dperlukan dalam flow producton, karena parts dkerjakan sesua dengan urutankebutuhan atau kedatangan. Flow control capacty plannng bertujuan memberkan jamnan terhadap tercapanya nput rates, membuat kuanttas produks menjad lnear, menemukan masalah-masalah dan menyelesakan secara tepat, merencanakan perubahan-perubahan flow rate secara keseluruhan dan melaksanakan perubahan-perubahan tu dengan bak.

22 26 - Pemlhan Teknk Penjadwalan Yang Tepat Teknk penjadwalan seharusnya dplh agar sesua dengan lngkungan manufakturng, antara lan: 1. Untuk job shop manufakturng wth complex routngs, gunakan detaled backward schedulng, dspachng system to sequence work. 2. Untuk make-to-order and assemble-to-order manufakturng, gunakan forward schedulng untuk membuat janj penyelesaan pesanan kepada pelanggan. 3. Untuk flow producton, gunakan sstem sgnal sepert kanban dan flow control. Dengan volume yang cukup dan permntaan yang konssten, mxed-model schedulng dan rate base schedulng dapat dgunakan. 4. Untuk custom-bult products and specal projects, gunakan CPM, PERT, atau network plannng and control technques yang lan Dspatchng System Dspatch lst dapat dcptakan untuk job shop manufakturng, guna menunjukkan sekuens dar kerja yang akan dlakukan oleh setap pusat kerja. Dspatch lst adalah dokumen kerja yang basanya drevs setap har atau untuk setap shft. Beberapa pertmbangan yang perlu mendapat perhatan dalam dspatchng system, adalah: 1. Supervsor mungkn merasa bahwa mereka akan kehlangan kontrol dar departemen mereka. 2. Masalah-masalah serng muncul karena beberapa faktor pentng. 3. Ada kemungknan untuk tdak mengkut peraturan secara ketat karena terjad kekurangan materal atau masalah-masalah yang berkatan dengan peralatan. 4. Peraturan yang bak akan memberkan kesembangan dspln jadwal dengan fleksbltas operasonal. Perlu mempertmbangkan hal-hal berkut: - Menyelesakan pesanan-pesanan yang terlambat, sebelum memula mengerjakan pesanan-pesanan yang lan. - Jka tdak terdapat keterlambatan, lakukan pengelompokan pesanan guna mengurang waktu setup.

23 27 - Mengdentfkas masalah untuk dperhatkan oleh bagan penjadwalan produks. - Melath tenaga kerja sesua dengan kebutuhan, agar tetap konssten dan menjad lebh terampl dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab. - Menyelesakan masalah dan mendefnskan aturan-aturan prortas, serta menjamn kesesuaan dar aturan-aturan tu. - Menghlangkan prortas-prortas nformal. - Memasukkan kebutuhan prortas kedalam sstem formal Metode Yang Dgunakan Pengolahan data yang dlakukan pada Bab 4 menggunakan aturan prortas (prorty dspathng rules) dengan menggunakan 5 (lma) metode yatu: 1. Shortest Processng Tme (SPT) 2. Longest Processng Tme (LPT) 3. Earlest Due Date (EDD) 4. Earlest Due Date Wth Hodgson Algortm 5. Weght Shortest Processng Tme (WSPT) Shortest Processng Tme (SPT) Pada pekerjaan yang mempunya batas waktu, penjadwalan dtujukan untuk memnmalkan rata-rata keterlambatan yang mungkn terjad. Aturan n dapat memnmalkan rata-rata kelambatan. Langkah penjadwalan dengan pendekatan SPT, adalah: - Urutkan pekerjaan berdasarkan waktu proses terkecl - Htung waktu penyelesaan pekerjaan tersebut (completon tme), yatu total proses sebelum pekerjaan dtambah dengan waktu proses pekerjaan tu sendr. - Htung kelambatan masng-masng pekerjaan. - Htung rata-rata kelambatan.

24 Longest Processng Tme (LPT) Proses pengerjaan job pada Longest Processng Tme, adalah tugas-tugas yang mempunya waktu proses terpanjang dplh terlebh dahulu. Adapun langkah penjadwalannya adalah: - Urutkan n pekerjaan berdasarkan waktu proses terpanjang. - Buat penjadwalan sesua hasl LPT, berurutan pada masng-masng mesn. - Sesudah selesa djadwalkan, bentuk penjadwalan akhr pada masngmasng prosesor dengan aturan SPT Earlest Due Date (EDD) Proses pengerjaan job pada Earlest Due Date, dlakukan dengan mengerjakan job dengan due date yang palng awal (kecl) djadwalkan pada urutan yang pertama. Adapun langkah penjadwalannya adalah: - Urutkan pekerjaan berdasarkan EDD (Earlest Due Date) atau batas waktu terawal/pendek. - Terapkan hasl EDD pada masng-masng prosesor secara berurutan Earlest Due Date Wth Hodgson Algortm Aturan Algortma Hodgson membantu untuk mencar jumlah mnmal pekerjaan yang terlambat pada operas dengan satu prosesor. Prosedurnya: (Algortma Hodgson) - Bertujuan untuk mengurang jumlah job yang terlambat. Tahap I : Urutkan job berdasarkan EDD, nyatakan sebaga set job E. Tahap II : Jka tdak ada job yang terlambat pada E, penjadwalan tersebut sudah optmal, jka tdak, job yang pertama terlambat, nyatakan sebaga job ke k. Tahap III : Plh job yang memlk processng tme yang terpanjang dantara k job dan pndahkan job tersebut ke set T, sesualan waktu penyelesaan untuk semua job, kembal ke tahap II.

25 29 Dagram dar Algortma Hodgson dgambarkan berkut n: Gambar 2.6. Dagram Algortma Hodgson.

26 Weght Shortest Processng Tme (WSPT) - Bertujuan untuk memnmalkan rata-rata kelambatan pada satu prosessor. - Pendekatan WSPT dgunakan karena mungkn saja terjad masng-masng pekerjaan mempunya art pentng yang berbeda. (msalnya dengan nla penalt yang berbeda), sehngga dgunakan pembobotan pada masng-masng pekerjaan untuk membantu penjadwalannya. - Langkah penjadwalan dengan pendekatan WSPT: 1. Ber bobot pada masng-masng pekerjaan ( W ) 2. Htung nla t W 3. Urutkan pekerjaan berdasarkan nla no.2 mula dar yang terkecl ke nla terbesar. 4. Htung waktu alr rata-rata pembobotan Rumus-rumus Yang Dgunakan Untuk menghtung nla Completon Tme (C ), Flow Tme (f ), Lateness (L) - Completon Tme (C ), merupakan rentang waktu antara saat pekerjaan dmula (t=0) sampa dengan pekerjaan tu selesa. Drumuskan dengan : C merupakan komulatf dar t - Flow Tme (f ), merupakan rentang waktu antara saat pekerjaan terseda (dapat dmula) dan saat pekerjaan selesa. Waktu alr sama dengan waktu proses dtambah waktu tunggu sebelum pekerjaan dproses. Drumuskan dengan : Flow Tme ( f ) = C R - Lateness (L), adalah perbedaan antara completon tme dengan due date, sehngga bsa (+) atau (-). ( negatf ) L = c d < 0 : saat penyelesaan memenuh batas. ( postf ) L = c d > 0 : saat penyelesaan melampau batas (tardy job).

27 31 Untuk menghtung/mengukur efektvtas dar metode yang dgunakan. Average Completon Tme = Utlzato n = Total Job Work Sum of Total Flow Tme Sum of Total Flow Tme Number of Jobs Average Number of Jobs n the System = Sum Of Total Flow Tme Total Job Work Total Late Days Average Job Lateness = Number of Jobs

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Prosdng Semnar Nasonal Manajemen Teknolog III Program Stud MMTITS, Surabaya 4 Pebruar 2006 PENJADWALAN PRODUKSI d PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Mohammad Khusnu Mlad, Bobby Oedy P. Soepangkat, Nurhad Sswanto

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 II TINJUN PUSTK 2.1 Manaemen Proyek 2.1.1 Pengertan Manaemen Proyek Sebelum mengemukakan apa art dar Manaemen Proyek, terlebh dahulu akan mengetahu art dar Manaemen dan Proyek tu. Menurut Hamng dan Nurnaamuddn

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Negosas Negosas dapat dkategorkan dengan banyak cara, yatu berdasarkan sesuatu yang dnegosaskan, karakter dar orang yang melakukan negosas, protokol negosas, karakterstk dar nformas,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Masalah Transportas Jong Jek Sang (20) menelaskan bahwa masalah transportas merupakan masalah yang serng dhadap dalam pendstrbusan barang Msalkan ada m buah gudang (sumber) yang

Lebih terperinci

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Sebuah jarngan terdr dar sekelompok node yang dhubungkan oleh busur atau cabang. Suatu jens arus tertentu berkatan dengan setap busur. Notas standart untuk menggambarkan sebuah jarngan

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Penjadwalan.1.1 Art Penjadwalan Penjadwalan (Schedulng) menurut Kenneth R. Baker (Baker. p) yatu proses pengalokasan sumber untuk memlh sekumpulan tugas dalam jangka waktu tertentu.

Lebih terperinci

Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kerja dengan Teknik Shojinka di Sistem Make To Order Kendala Penyisipan Job dalam On-going Schedule

Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kerja dengan Teknik Shojinka di Sistem Make To Order Kendala Penyisipan Job dalam On-going Schedule Prosdng Semnar asonal Teknon 01 ISB o. 978-979-96964-3-9 Perencanaan Kebutuhan Tenaga Kerja dengan Teknk Shojnka d Sstem Make To Order Kendala Penyspan Job dalam On-gong Schedule Arf Rahman 1) Purnomo

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Penjadwalan Penjadwalan menurut Baker (1993, p) adalah alat bantu yang pentng dalam proses produks d suatu ndustr bak tu berupa barang maupun jasa. Dmana penjadwalan memlk pengaruh

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT Har Prasetyo Jurusan Teknk Industr Unverstas Muhammadyah Surakarta Jl. A. Yan Tromol Pos Pabelan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tnjauan Pustaka Dar peneltan yang dlakukan Her Sulstyo (2010) telah dbuat suatu sstem perangkat lunak untuk mendukung dalam pengamblan keputusan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Untuk menjawab permasalahan yatu tentang peranan pelathan yang dapat menngkatkan knerja karyawan, dgunakan metode analss eksplanatf kuanttatf. Pengertan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUWARSA DAN FAKTOR UNIT DISKON

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUWARSA DAN FAKTOR UNIT DISKON PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUWARSA DAN FAKTOR UNIT DISKON Har Prasetyo Jurusan Teknk Industr Unverstas Muhammadyah Surakarta Jl. A. Yan Tromol Pos 1, Pabelan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia) PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Stud Kasus pada Data Inflas Indonesa) Putr Noorwan Effendy, Amar Sumarsa, Embay Rohaet Program Stud Matematka Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Meda Informatka, Vol. 2, No. 2, Desember 2004, 57-64 ISSN: 0854-4743 PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Sr Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas

Lebih terperinci

UKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a

UKURAN S A S MPE P L P of o. D r D. r H. H Al A ma m s a d s i d Sy S a y h a z h a, SE S. E, M P E ai a l i : l as a y s a y h a UKURAN SAMPEL Prof. Dr. H. Almasd Syahza, SE., MP Emal: asyahza@yahoo.co.d Webste: http://almasd. almasd.staff. staff.unr.ac.d Penelt Senor Unverstas Rau Penentuan Sampel Peneltan lmah hampr selalu hanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam memlh sesuatu, mula yang memlh yang sederhana sampa ke hal yang sangat rumt yang dbutuhkan bukanlah berpkr yang rumt, tetap bagaman berpkr secara sederhana. AHP

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Preferensi untuk alternatif A i diberikan Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

Bab V Aliran Daya Optimal

Bab V Aliran Daya Optimal Bab V Alran Daya Optmal Permasalahan alran daya optmal (Optmal Power Flow/OPF) telah menjad bahan pembcaraan sejak dperkenalkan pertama kal oleh Carpenter pada tahun 196. Karena mater pembahasan tentang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK

BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK BAB VI MODEL-MODEL DETERMINISTIK 6. Masalah Penyaluran Daya Lstrk Andakan seorang perencana sstem kelstrkan merencakan penyaluran daya lstrk dar beberapa pembangkt yang ternterkoneks dan terhubung dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

MODEL HEURISTIK PENENTUAN RUTE KENDARAAN DENGAN BATASAN WAKTU PENGIRIMAN

MODEL HEURISTIK PENENTUAN RUTE KENDARAAN DENGAN BATASAN WAKTU PENGIRIMAN MODEL HEURISTIK PENENTUAN RUTE KENDARAAN DENGAN BATASAN WAKTU PENGIRIMAN Tjutju T. Dmyat Jurusan Teknk Industr Unverstas Pasundan E-mal : admyat@bdg.centrn.net.d ABSTRAK Penentuan rute kendaraan (Vehcle

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BABY. S!MPULAN DA:"i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan

BABY. S!MPULAN DA:i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan BABY S!MPULAN DA:" SARAN A. Smpulan Rumah sakt adalah bentuk organsas pengelolaan jasa pelayanan kesehatan ndvdual secara menyeluruh oleh karena tu dperlukan penerapan vs. ms. dan strateg seara tepat oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Uj Normaltas Llefors D dalam pengendalan persedaan, perumusan lmu statstk dgunakan untuk menentukan pola dstrbus, dmana pola dstrbus tersebut dapat dhtung dengan menguj kenormalan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM 1) Membuat dstrbus frekuens. 2) Mengetahu apa yang dmaksud dengan Medan, Modus dan Mean. 3) Mengetahu cara mencar Nla rata-rata (Mean). TEORI PENUNJANG

Lebih terperinci

Performa (2007) Vol. 6, No.2: 41-52

Performa (2007) Vol. 6, No.2: 41-52 Performa (2007) Vol. 6, No.2: 41-52 Penjadwalan Batch Dnams Flow Shop Untuk Memnmas Rata-Rata Keterlambatan Penyelesaan Order (Mean Tardness) dan Jumlah Scrap Tuang d CV. Kembar Jaya Azzah Asyat, Yunarstanto

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

MODEL OPTIMAL SISTEM TRANSPORTASI ANGKUTAN KOTA

MODEL OPTIMAL SISTEM TRANSPORTASI ANGKUTAN KOTA ODEL OPTIAL SISTE TRANSPORTASI ANGKUTAN KOTA PRAPTO TRI SUPRIYO Departemen atematka Fakultas atematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Insttut Pertanan Bogor Jl erant, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 Indonesa

Lebih terperinci

Penyelesaian Masalah Transshipmen Dengan Metoda Primal-Dual Wawan Laksito YS 2)

Penyelesaian Masalah Transshipmen Dengan Metoda Primal-Dual Wawan Laksito YS 2) ISSN : 69 7 Penyelesaan Masalah Transshpmen Dengan Metoda Prmal-Dual Wawan Laksto YS ) Abstrak Masalah Pemndahan Muatan adalah masalah transportas yang melbatkan sambungan yang harus dlewat. Obektnya adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory BAB II DASAR TEORI Perkembangan zaman telah membuat hubungan manusa semakn kompleks. Interaks antar kelompok-kelompok yang mempunya kepentngan berbeda kemudan melahrkan konflk untuk mempertahankan kepentngan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara BAB V KESMPULAN, MPLKAS DAN REKOMENDAS A. Kesmpulan Berdasarkan hasl peneltan yang telah durakan sebelumnya kesmpulan yang dsajkan d bawah n dtark dar pembahasan hasl peneltan yang memjuk pada tujuan peneltan

Lebih terperinci

untuk mencapai durasi 30 bulan banyak aktivitas yang harus dijalankan dengan

untuk mencapai durasi 30 bulan banyak aktivitas yang harus dijalankan dengan BAB V PEMBAHASAN Bab n bens mengena skema nsentf terhadap waktu, skema nsentf terhadap baya. dan akuras dstrbus-dstrbus vang dsmulas. 5.1 Skema Insentf Waktu Phak pemlk menghendak target waktu penyelesaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci