BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial Neural Networks)

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

BAB II LANDASAN TEORI

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RANCANGAN PROSES TRAINING UNTUK MENDUKUNG PENENTUAN KUALITAS AIR MINUM KEMASAN

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

PRAKTIKUM 6 Penyelesaian Persamaan Non Linier Metode Newton Raphson Dengan Modifikasi Tabel

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

PENGURUTAN DATA. A. Tujuan

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory

Analitik Data Tingkat Lanjut (Regresi)

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 59-70, Agustus 2003, ISSN :

Pertemuan ke-4 Analisa Terapan: Metode Numerik. 4 Oktober 2012

SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM

Bab 1 Ruang Vektor. R. Leni Murzaini/

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Dekomposisi Nilai Singular dan Aplikasinya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang peranan pelatihan yang dapat

PENGENALAN HURUF BRAILLE BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN METODA HEBBRULE

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS

Nama : Crishadi Juliantoro NPM :

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

IDENTIFIKASI POLA SIDIK JARI DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BIDIRECTIONAL ASSOCIATIVE MEMORY

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

3 METODE HEURISTIK UNTUK VRPTW

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

PENERAPAN METODE MAMDANI DALAM MENGHITUNG TINGKAT INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITI (Studi Kasus pada Data Inflasi Indonesia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Bab III Analisis Rantai Markov

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi

TINJAUAN PUSTAKA. Node. Edge. Gambar 1 Directed Acyclic Graph

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

TEORI KESALAHAN (GALAT)

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

PERANCANGAN JARINGAN AKSES KABEL (DTG3E3)

VLE dari Korelasi nilai K

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE GALLERY WALK

BAB 2 LANDASAN TEORI

PEMAHAMAN METODE NUMERIK MENGGUNAKAN PEMPROGRMAN MATLAB (Studi Kasus : Metode Secant)

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

METODE NUMERIK. INTERPOLASI Interpolasi Beda Terbagi Newton Interpolasi Lagrange Interpolasi Spline.

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB II PENDEKATAN PROBABILITAS DAN MODEL TRAFIK

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

KONSEP DASAR PROBABILITAS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

ALGORITMA UMUM PENCARIAN INFORMASI DALAM SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI BERBASIS METODE VEKTORISASI KATA DAN DOKUMEN

Pengenalan Tanda Tangan Dengan Metode Principal Component Analysis (PCA) Dan Jaringan Syaraf Tiruan (JST)

KAJIAN DAN ALGORITMA PELABELAN PSEUDO EDGE-MAGIC. memiliki derajat maksimum dan tidak ada titik yang terisolasi. Jika n i adalah

III. METODE PENELITIAN

APLIKASI PERKONGRUENAN DALAM MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA PEUBAH. Yuni Yulida dan Muhammad Ahsar K

Interpretasi data gravitasi

MENCERMATI BERBAGAI JENIS PERMASALAHAN DALAM PROGRAM LINIER KABUR. Mohammad Asikin Jurusan Matematika FMIPA UNNES. Abstrak

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

UKURAN GEJALA PUSAT &

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

Transkripsi:

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur Jarngan Arstektur jarngan perseptron mrp dengan arstektur jarngan Hebban Jarngan terdr dar beberapa unt masukan dan sebuah bas, dan memlk sebuah unt keluaran. Hanya saja fungs aktvasnya bukan merupakan fungs bner atau bpolar, tetap memlk kemungknan nla -1, 0 dan 1: Untuk suatu harga threshold θ yang dtentukan : 1 jka net > θ f(net) = 0 jka θ net θ 1 jka net < θ Secara geometrs, fungs aktvas membentuk 2 gars sekalgus (memsahkan daerah postf dan daerah negatf. Gars pemsah antara daerah postf dan daerah nol memlk pertdaksamaan : x 1 w 1 +...+ x n w n + b > θ Gars pemsah antara daerah negatf dan daerah nol memlk pertdaksamaan : x 1 w 1 +...+ x n w n + b < - θ

5B.2 Algortma Pelathan Perseptron Msalkan : s vektor masukan dan t adalah target keluaran α adalah laju pembelajaran/pemahaman (learnng rate) yang dtentukan θ adalah threshold yang dtentukan Algortma sbb: 0. Insalsas semua bobot dan bas (umumnya w = b =0 ) Set laju pembelajaran α ( 0 < α 1) (untuk penyederhanaan set α =1) 1. Selama konds berhent benla FALSE atau selama ada elemen vektor masukan yang respon unt keluarannya tdak sama dengan target (y t), lakukan langkah-langkah 2 6 2. Untuk setap pasangan (s,t), kerjakan langkah 3 5: 3. Set aktvas unt masukan x = s ( = 1,..., n) 4. Htung respon untuk unt output: net = x w + b 1 jka net > θ f(net) = 0 jka θ net θ 1 jka net < θ 5. Perbak bobot dan bas pola jka terjad kesalahan Jka y t, maka: w (baru) = w (lama) + w ( = 1...n); dengan w = α t x b (baru) = b (lama) + b dengan b = α t Jka y = t maka: w (baru) = w (lama) b (baru) = b (lama) 6. Test konds berhent: jka tdak terjad perubahan bobot pada () maka konds berhent TRUE, namun jka mash terjad perubahan maka konds berhent FALSE

Ada beberapa hal yang perlu dperhatkan dalam algortma tersebut: a. Interas terus dlakukan hngga semua pola memlk keluaran jarngan yang sama dengan targetnya (jarngan sudah memaham pola). Iteras TIDAK berhent setelah semua pola dmasukan sepert yang terjad pada model Hebban b. Pada langkah 5, perubahan bobot hanya dlakukan pada pola yang mengandung kesalahan (keluaran jarngan target). Perubahan tersebut merupakan hasl kal unt masukan dengan target dan laju pembelajaran. Perubahan bobot hanya akan terjad jka unt masukan 0 c. Kecepatan teras dtentukan oleh laju pembelajaran α ( dengan 0 < α 1) yang dpaka. Semakn besar α, semakn sedkt teras yang dperlukan. Akan tetap jka α terlalu besar, maka akan merusak pola yang sudah benar sehngga pembelajaran menjad lambat Algortma pelathan perseptron lebh bak dbandngkan model Hebban karena: a. Setap kal pola dmasukkan, hasl keluaran jarngan dbandngkan dengan target yang sesungguhnya. Jka terdapat perbedaan, maka bobot akan dmodfkas. Jad tdak semua bobot selalu dmodfkas dalam setap terasnya b. Modfkas bobot tdak hanya dtentukan oleh perkala antara target dan masukan, tetap juga melbatkan suatu laju pembelajaran yang besar dapat datur. c. Pelathan dlakukan berulang-ulang untuk semua kemungknan pola yang ada hngga jarngan dapat mengert polanya (dtanda dengan samanya semua keluaran jarngan dengan target keluaran yang dngnkan). Satu sklus pelathan yang melbatkan semua pola dsebut Epoch. Dalam jarngan Hebban, pelathan hanya dlakukan dalam satu Epoch saja. d. Teorema konvergens perseptron menyatakan bahwa apabla ada bobot yang tepat, maka proses pelathan akan konvergen ke bobot yang tepat tersebut

Contoh 1: Buatlah perseptron untuk mengenal fungs logka AND dengan masukan dan keluaran bpolar. Untuk nsalsas, gunakan bobot dan bas awal = 0, α = 1, dan threshold θ = 0 Penyelesaan Tabel masukan dan target fungs logka AND dengan masukan dan keluaran bpolar Masukan Target x 1 x 2 1 t 1 1 1 1 1-1 1-1 -1 1 1-1 -1-1 1-1 Untuk threshold θ = 0, maka fungs aktvasnya: 1 f(net) = 0 1 jka jka jka net > 0 net = 0 net < 0 Iteras untuk seluruh pola yang ada dsebut EPOCH. Tabel berkut menunjukan hasl pada epoch pertama Masukan target Perubahan Bobot Baru bobot ( x 1 x 2 1) t net y = f(net) ( w 1 w 2 b) ( w 1 w 2 b) Insalsas (0 0 0) (1 1 1) 1 0 0 (1 1 1) (1 1 1) (1-1 1) -1 1 1 (-1 1-1) (0 2 0) (-1 1 1) -1 2 1 (1-1 -1) (1 1-1) (-1-1 1) -1-3 -1 (0 0 0) (1 1-1)

Pada nput pertama ( x 1 x 2 1) = ( 1 1 1). Nla net dhtung berdasarkan bobot yang sudah ada sebelumnya yatu ( w 1 w 2 b) = ( 0 0 0 ). Maka net = xw + b = 1 (0) + 1(0) + 0 = 0, sehngga f(net) = f(0) = 0. Keluaran jarngan (f(net)=0) TIDAK SAMA dengan target yang dngnkan (dalam teras n target = 1), maka bobot harus dubah menggunakan rumus: w = α t x = t x ( karena α = 1). Bobot baru = bobot (lama) + w Input pola kedua dan seterusnya dhtung dengan cara yang sama. Pada pola terakhr ( x 1 x 2 1) = ( -1-1 1), nla f(net) = -1 yang sama dengan targetnya. Maka bobot tdak dubah. Hal n dnyatakan dengan konds w = 0 Gars pemsah pola terbentuk dar persamaan: x 1 w 1 + x 2 w 2 + b = 0 (karena θ = 0), jad terbentuk sebuah gars saja Persamaan gars pemsah untuk setap pola hasl teras: Masukan Bobot baru Persamaan ( x 1 x 2 1) ( w 1 w 2 b) gars (1 1 1) (1 1 1) x 1 + x 2 = -1 (1-1 1) (0 2 0) x 2 = 0 (-1 1 1) (1 1-1) x 1 + x 2 = 1 (-1-1 1) (1 1-1) x 1 + x 2 = 1 Mengngat tdak semua f(net) pada tabel d atas sama dengan t, maka teras dlanjutkan pada epoch kedua. Semua pola kembal dmasukkan ke jarngan dengan menggunakan bobot terakhr yang dperoleh sebaga bobot awalnya. Dperoleh hasl teras pada tabel d bawah berkut:

Masukan target Perubahan Bobot Baru bobot ( x 1 x 2 1) t net y = f(net) ( w 1 w 2 b) ( w 1 w 2 b) Bobot yang dperoleh dar epoch pertama (1 1-1) (1 1 1) 1 1 1 (0 0 0) (1 1-1) (1-1 1) -1-1 -1 (0 0 0) (1 1-1) (-1 1 1) -1-1 -1 (0 0 0) (1 1-1) (-1-1 1) -1-3 -1 (0 0 0) (1 1-1) Dalam teras d atas, untuk semua pola nla f(net) = t, sehngga tdak dlakukan perubahan terhadap bobot. Karena f(net) = t untuk semua pola maka jarngan sudah mengenal semua pola sehngga teras dhentkan Lathan: 1. Ulang contoh d atas, tap menggunakan masukan bner dan keluaran bpolar. Gunakan α = 1 dan threshold θ = 0,2. 2. Dketahu perseptron dengan 3 masukan x 1, x 2, x 3, sebuah bas dan sebuah keluaran bpolar. Carlah bobot yang akan mengenal pola sebaga berkut: target keluaran bernla 1 apabla semua masukan bernla 1, dan target bernla -1 apabla tepat salah satu dar masukan bernla 0 (tdak dketahu bagaman target apabla ada dua atau lebh masukan yang bernla 0). Gunakan bobot awal dan bas = 0, α = 1 dan threshold θ = 0,1. 5B.3 Pengenalan Pola Karakter Perseptron dapat pula dgunakan untuk mengenal pola karakter. Dengan berbaga pola masukan yang menyerupa huruf-huruf alfabet, perseptron dapat dlath untuk mengenalnya.

5B.3.1 Pengenalan Sebuah Pola karakter Algortma untuk mengenal apakah pola masukan yang dberkan menyerupa sebuah sebuah karakter tertentu (msal huruf A ) atau tdak adalah sebaga berkut: 1. Nyatakan tap pola masukan sebaga vektor bpolar yang elemennya adalah tap ttk dalam pola tersebut 2. Berkan nla target = +1 jka pola masukan menyerupa huruf yang dngnkan. Jka sebalknya, berkan nla target = -1 3. Berkan nsalsas bobot, bas, laju pembelajaran dan threshold 4. Lakukan proses pelathan perseptron sepert contoh 1 d atas Contoh 2: Dketahu 6 buah pola sepert tampak pada gambar bekut: Pola 1 Pola 2 Pola 3 Pola 4 Pola 5 Pola 6 Penyelesaan: Untuk menentukan vektor masukan, tap ttk dalam pola dambl sebaga komponen vektor. Jad tap vektor masukan memlk 9*7 = 63 komponen. Ttk dalam pola yang bertanda # dberkan nla = 1, dan ttk dalam pola bertanda. dberkan nla = -1. Pembacaan dmula dar kr ke kanan, dmula dar bars palng atas

Vektor masukan pola 1 adalah -1-1 1 1-1 -1-1 -1-1 -1 1-1 -1-1 -1-1 1 1-1 -1-1 -1-1 1-1 1-1 -1-1 -1 1-1 1-1 -1-1 1 1 1 1 1-1 -1 1-1 -1-1 1-1 -1 1-1 -1-1 1-1 1 1 1-1 1 1 1 dst. untuk pola 2 pola 6 Arssktur jarngan perseptron dengan n = 63 Target bernla = 1 jka pola masukan menyerupa huruf A. Jka tdak maka target bernla = -1. Pola yang menyerupa huruf A adalah pola 1 dan pola 4. Kedua pola memlk target = 1. Pola yang lan memlk target = 0 Maka perseptron yang dpaka untuk mengenal huruf A (atau bukan A ) memlk 63 unt masukan, sebuah bas dan sebuah unt keluaran. Msalkan semua bobot awal dan bas dambl = 0, α = 1 dan threshold θ = 0,5. Pelathan dlakukan dengan cara memasukan 63 unt masukan (atau sebuah pola huruf). Htung net = x w + b ; 63 = 1 Htung fungs aktvas dengan persamaan:

1 jka net > 0, 5 f(net) = 0 jka 0, 5 net 0, 5 1 jka net < 0, 5 Jka f(net) tdak sama dengan target, bobot dubah Proses pelathan dlakukan terus hngga semua keluaran jarngan sama dengan targetnya 5B.3.2 Pengenalan Beberapa Pola karakter Pengenalan beberapa pola karakter sekalgus (msal huruf A, bukan A, B, bukan B, dst) dlakukan dengan cara menggabungkan beberapa model perseptron pada bab 5B.3.1. Jad ada beberapa unt keluaran sekalgus. Setap unt masukan dhubungkan dengan setap unt target. Bobot penghubung dar unt x ke y adalah w j (perhatkan bagamana ndeks dbuat). Demkan juga dengan bas dhubungkan dengan semua unt keluaran dengan bobot masngmasng b 1, b 2,...b m Algortma pelathannya sbb: 1. Nyatakan tap pola masukan sebaga vektor bpolar yang elemennya adalah tap ttk dalam pola tersebut 2. Berkan nla target t j = 1 jka pola masukan menyerupa huruf yang dngnkan. Jka sebalknya, berkan nla target t j = -1 (j = 1,..., m) 3. Berkan nsalsas bobot, bas, laju pembelajaran dan threshold 4. Lakukan proses pelathan perseptron sepert contoh 1 d atas a. Htung repson unt keluaran ke-j : net j = xw y j = f(net j 1 ) = 0 1 jka jka jka net > θ θ net θ net < θ b. Perbak bobot pola yang mengandung kesalahan (y j t j ) menurut persamaan: w j (baru) = w j (lama) + α t j x b j (baru)= b j (lama) + α t j 63 = 1 j + b c. Lakukan langkah 4a b terus menerus hngga y j = t j (j = 1...m) j

Contoh 3: Dketahu 6 buah pola masukan sepert pada gambar contoh 2 Buatlah model perseptron untuk mengenal pola A, B dan C. Penyelesaan: Mula-mula dbuat 6 buah vektor masukan sepert contoh 2 d atas. Ada 3 buah vektor keluaran yang masng-masng menyatakan bahwa pola menyerupa huruf A, B dan C. Vektor target tampak pada tabel berkut: Pola masukan t 1 t 2 t 3 Pola 1 1-1 -1 Pola 2-1 1-1 Pola 3-1 -1 1 Pola 4 1-1 -1 Pola 5-1 1-1 Pola 6-1 -1 1 Selanjutnya teras dapat dbuat sepert pada contoh-contoh d atas, dengan beberapa perubahan sbb: 1. Vektor masukan terdr dar 63 elemen x 1... x 63 dan sebuah bas 2. Ada 3 target t 1, t 2 dan t 3 3. Ada 3 kolom net yatu net 1, net 2, net 3 masng-masng merupakan hasl kal bobot dengan vektor masukan 4. Ada 3 buah y yang merupakan fungs aktvas ketga kolom net. y 1 = f(net 1 ), y 2 = f(net 2 ), y 3 = f(net 3 ) 5. Ada 3 * 63 buah kolom perubahan bobot yatu w 1,1,.. w 1,63 ; w 2,1,.. w 2,63 ; w 3,1,.. w 3,63 6. Ada 3*63 bobot w 1,1,.. w 1,63 ; w 2,1,.. w 2,63 ; w 3,1,.. w 3,63