BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB LANDASAN TEORI. Beberapa Defenisi Pada analisa keputusan, si pebuat keputusan selalu doinan terhadap penjabaran seluruh alternatif yang terbuka, eperkirakan konsequensi yang perlu dihadapi pada setiap alternatif yang akan eberi arah keputusan yang terbaik. Kita perhatikan betapapun elebarnya alternatif yang dapat ditetapkan aupun betapapun terperincinya penjajagan nilai keungkinannya, keterbatasan tetap elingkupi. Tidak seua asalah dapat dipecahkan dala keterbatasan ini, bahkan napaknya hapir seua asalah besar perlu easukkan unsur perbandingan lain selain kriteria dala bentuk nilai rupiah. Masalah seaca ini yang biasa disebut sebagai asalah keputusan yang kopleks, yang akan elibatkan kriteria lebih dari satu atau ajeuk. Misalnya: Peilihan lokasi untuk kantor cabang suatu perusahaan Apakah lokasi A lebih disukai daripada lokasi B, tergantung pada beberapa hal: biaya untuk pengadaan tanah dan pendirian bangunan, jarak dari pusat kota dan keudahankeudahan lainnya. Untuk enghadapi kriteria yang lebih dari satu aka beberapa konsep dasar peilihan diuraikan... Doinasi Dala peilihan lokasi untuk kantor cabang, ada 3 alternatif lokasi A, B dan C dan proses peilihannya enggunakan 3 kriteria. Tabel. Menunjukkan ketiga alternatif ini, beserta nilainya untuk asing-asing kriteria

2 Tabel. Kriteria Penilaian Lokasi Loksi kriteria A B C.Harga tanah dan bangunan (juta Rp Jarak (k Luas area ( Kita lihat alternatif B, alternatif ini epunyai nilai terbaik untuk tiap kriteria, biaya terendah, jarak terdekat dan luas daerah saa dengan A tapi lebih dari C. Dengan deikian alternatif B endoinasi alternatif lainnya, karena B lebih baik dari dua kriteria dan saa baiknya untuk satu kriteria, dibandingkan dengan alternatif lainnya... Posedur TRADE OFF (Pertukaran Pada contoh di bawah ini terlihat bahwa tak ada alternatif yang endoinasi alternatif lain. Tabel. Kriteria Penilaian Lokasi Loksi kriteria A B C.Biaya (juta Rp Jarak (k Luas area ( Dari contoh di atas kita dapat erasakan bahwa tidaklah udah untuk elakukan proses peilihan bila terdapat beberapa kriteria penilaian eskipun dala peilihan tersebut tidak terdapat unsur ketidakpastian. Kesulitan ini dibedakan karena pada uunya antara satu kriteria dengan kriteria lainnya sifatnya saling bertentangan. Misalnya kita enginginkan utu yang baik, aka biayanya akan tinggi, atau sebaliknya. Jadi persoalannya seberapa jauh kita bersedia elakukan pertukaran antara utu dan biaya (trade off.

3 Pada contoh peilihan lokasi, isalnya kita hanya enghasilkan dua kriteria yaitu biaya dan jarak. Kita dapat enanyakan berapakah kita bersedia ebayar lebih untuk eperoleh lokasi dengan jarak yang lebih kecil?. Bila kita eperhatikan alternative A dan B pada table. di depan aka dapatlah dituliskan: Alternatif A : (biaya = 00, jarak = 0 Alternatif B : (biaya = 50, jarak = Tapak bahwa alternative A epunyai biaya yang lebih tinggi tetapi jaraknya lebih dekat dan sebaliknya. Untuk enentukan ana alternatif yang terbaik aka kita perlu engetahui bagaiana pertukaran nilai antar kriteria tersebut. Misalkan untuk alternatif B, berapakah kita bersedia ebayar lebih untuk eperoleh lokasi yang lebih dekat, dari enjadi 0 k?. Bila kita eutuskan bahwa untuk perubahan jarak dari enjadi 0 k bagi lokasi B kita bersedia untuk enabah Rp 30 juta. Maka kita engetahui bahwa: Alternatif B : (biaya = 50, jarak = ~ Alternatif B ' : (biaya = = 80, jarak = 0 Kini kita dapat ebandingkan alternatif A dan B ' dengan udah karena kedua alternative tersebut saa-saa epunyai jarak 0 k. Alternatif B ' = (biaya 80, jarak 0 Alernatif A = (biaya 00, jarak 0. Dengan deikian dapatlah kita ketahui bahwa alternative B adalah lebih baik dari alternatif A, karena kita ketahui bahwa alternative B ' yang tak berbeda dengan alternative B, adalah lebih baik dari alternative A. Catatan: Notasi: Menyatakan lebih disukai ~ Menyatakan tidak berbeda Menyatakan kurang disukai Ada beberapa etode yang digunakan untuk elihat proses trade off yaitu:

4 A. Kurva Tak Berbeda Dari prosedur pertukaran ini kita telah eperoleh kenyataan bahwa: (biaya = 50, jarak = ~ (biaya = 80, jarak = 0. Keadaan ini digabarkan pada gabar. sebagai titik X dan X, yang disebut titik tak bebeda. 4 x x x x 3 ( ( Jarak (K 6 4 x ~ 4 x x x Biaya (Rp x ~ x adalah 4 x x adalah 4 Gabar. Kurva Tak Berbeda x tidak berbeda dengan x x tidak lebih disukai dari x Kupulan titik-titik tak berbeda ini sebagai satu kesatuan akan ebentuk sebuah kurva dan disebut kurva tak berbeda. Jadi bagi pengabil keputusan, seua titik pada satu kurva tak berbeda akan epunyai nilai yang saa. Pada gabar di atas, diana kurva ( enyatakan kurva tak berbeda, aka titik-titik yang tak berbeda adalah: X (50,, ~ X (80,0 ~ (00,9 4 Sedangkan titik X. (00, terletak pada kurva tak berbeda (. Untuk persoalan ini aka biaya yang akin tinggi dan jarak yang akin jauh 4 erupakan hal yang tak disukai karena itu X X.

5 B. Julah Kriteria Lebih dari Dua Bila kriteria penilaiannya lebih dari dua, aka persoalannya enjadi lebih kopleks dan prosedur pertukaran harus dilakukan secara bertahap, sepasang dei sepasang. Sebagai contoh, isalkan kriteria luas tanah kini diperhatikan lagi sebagai kriteria peilihan lokasi, aka gabarannya adalah sebagai berikut: Alternatif A : (biaya = 00, jarak = 0, luas =.000 Alternatif B : (biaya = 50, jarak =, luas =.600 Bila kita isalkan bahwa hasil pertukaran di depan dibuat untuk kondisi luas =.600, aka: Alternatif B : (50,,.600 ~ Alternatif B ' = (80, 0,.600 Kini alternatif B ' kriteria jarak kita tetapkan pada 0, aka perlu dijajagi berapakah kita bersedia ebayar lebih untuk eperoleh tanah yang lebih luas, dari.600 enjadi.000? Bila kita eutuskan bahwa untuk perubahan tersebut kita bersedia enabah Rp 5 juta, aka kesipulan kita adalah bahwa: Alternatif B ' : '' (80, 0,.600 ~ Alternatif B : (05, 0,.000 '' Alternatif B kini dapat langsung diperbandingkan dengan alternatif A karena kedua alternatif tersebut kini epunyai jarak dan luas yang saa. Perbandingan tersebut enunjukkan bahwa: '' Alternatif A = (00, 0,.000 (Alternatif B : (05, 0,.000 Maka kesipulan: Alternatif A Alternatif B Dari proses napak bahwa bila julah kriterianya akin banyak aka proses penukaran yang diperlukan akan akin banyak.. Hasil Keputusan Yang Kualitatif Seperti halnya, kebanyakan dari soal keputusan diukur dengan pay of berupa angka seperti laba yang dicapai dala satuan ata uang (SMU seperti rupiah, dollar, yen banyaknya bahan bakar inyak (liter/gallon yang diasusi, banyaknya waktu (ja, hari, bulan, tahun yang diperlukan dala suatu proyek. Akan tetapi ada keputusan yang sifatnya kualitatif (tidak dinyatakan dala angka dan sebagai pengabil

6 keputusan kita harus apu eilih nilai/harga relatif (relatif worth hasil keputusan yang deikan itu. Hapir untuk seua keputusan, diungkinkan untuk enentukan preferesi, akan tetapi tugas ini seringkali tidak udah. Sesungguhnya nilai berdasarkan pendapat atau pertibangan (value judgent erupakan hal yang paling sukar di dala enganalisis suatu keputusan. Bayangkan seorang karyawan akan eutuskan ebawa payung atau tidak karena takut kehujanan, seorang lulusan SLTA harus eilih beberapa PTS yang top. Di dala beberapa hal, hasil keputusan yang kualitatif berupa keputusan, kekecewaan, perasaan aan terjain, kebahagiaan, kesedihan, kegebiraan, yang seuanya itu epunyai tingkatan yang sangat berbeda dari orang yang satu dengan yang lainnya, sebab sikapnya subjektif bukan objektif. Apabila kita beranggapan apu untuk ebuat peringkat (rangking engenai konsekuensi, kita dapat eperluas penggunaan pengertian utilitas, sehingga pay off (pebayaran berupa angka dapat dibuat untuk hasil keputusan yang sebetulnya tak bisa atau sukar diukur (intangible outcoes..3 Aksioa Perilaku Rasional Ada 5 asusi atau aksioa perilaku rasional, yang enjain terdapatnya suatu set preferensi atau utility, sedeikian sehingga pengabil keputusan akan eilih alternatif dengan ekspektasi utility yang tertinggi. Aksioa. Menghadapi dua aca pilihan, pengabilan keputusan dapat enyatakan preferensinya yaitu pilihan ana yang lebih ia sukai atau ungkin juga kedua pilihan saa-saa disukainya. Sehingga untuk pilihan A dan A, urutan yang ungkin terjadi adalah: A A, A A, atau A ~ A. Dan pengurutan ini harus bersifat transitif, yaitu bila A A dan A, aka A. A3 A 3

7 Bagian pertaa dari aksioa ini enjelaskan bahwa pengabil keputusanlah yang harus enentukan preferensinya. Sedangkan bagian kedua (sifat transitif enjain sifat konsisten preferensi pengabil keputusan. Aksioa. Pengabil keputusan akan bersikap tak berbeda enghadapi suatu lotery ajeuk atau suatu lotery standard yang pada dasarnya erupakan penyederhanaan dari lotere seula. Misalnya dala enghadapi lotere L dan L (yang erupakan penyederhanaan L. Maka pengabil keputusan akan erasa tidak berbeda antara kedua lotere tersebut. P A P (-P P. P A A L ~ L (-P P (-P +(-P A A Gabar. Lotere Tak Berbeda Aksioa 3 Suatu nilai A A, pengabil keputusan akan dapat enentukan lotere dengan A hasil A dan A dengan keungkinan p u ntuk endapatkan A, sedeikian hingga ia akan bersikap tidak berbeda antara eneria lotere tersebut atau eneria A.

8 Jadi dala enghadapi keadaan seperti di bawah ini: P=? A L ~ A Diana: A A, A (-p A Pengabil keputusan dapat enentukan besarnya nilai keungkinan p yang enyebabkan L ~ A. Aksioa 4. Bila pengabil keputusan telah enyatakan ekivalen tetap suatu lotere, aka dia harus benar-benar erasa tak berbeda antara keduanya. Artinya lotere dan ekivalen tetap tersebut dipertukarkan tanpa engakibatkan perubahan pada preferensinya. Jadi bila seula pengabil keputusan telah enyatakan : P A L ~ A (-P A

9 Maka lotere L dapat diubah enjadi L tanpa engubah preferensinya, sebagai berikut: P A P (-P P A A L P 3 L P 3 A 3 A 3 P 4 P 4 A 4 A 4 Gabar.3 Lotere Tak Berbeda Aksioa 5 Untuk dua lotere L dan L : P P A A L L (-P (-P A A Diana A > A Maka L L jika dan hanya jika p > p Iplikasi dari seluruh aksioa tersebut diatas adalah sebagai berikut: Menghadapi keadaan tak pasti, bila kelia aksioa tersebut dipenuhi, aka akan terdapat besaran u,...yang encerinkan preferensi (utility untuk tiap hasil, u

10 yang uncul, sehingga preferensi keseluruhan dengan nilai ekspektasi dari utility untuk setiap kejadian..4 Utility Utilitas adalah angka yang engekspresikan nilai pay off sebenarnya sesuai dengan konsekuensi keputusan, atau dapat dikatakan sebagai tingkat keputusan atau daya guna sipebuat keputusan dala suatu asalah yang dihadapi. Utility dapat juga dikatakan preferensi pebuat keputusan terhadap suatu nilai dengan epertibangkan faktor risiko. Untuk suatu hipunan hasil (set of outcoes yang sudah dibuat peringkatnya berdasarkan preferensi. Kita dapat enentukan nilai utilitasnya yang enjelaskan preferensi tersebut. Utilitas terbesar untuk hasil yang paling disukai, berarti akin kecil nilai utilitas yang tidak disukai. Pada uunya setiap orang epunyai preferensi tersendiri dala enghadapi risiko. Preferensi ini dapat dituangkan terhadap sebuah kurva yang disebut kurva utilitas..4. Kurva Utilitas Kurva utilitas diperoleh berdasarkan penjajagan preferensi pengabil keputusan, enggabarkan bagaiana utilitas suatu nilai atau keadaan tertentu bagi pengabil keputusan. Pada uunya skala utilitas dinyatakan antara 0 dan; diana skala utilitas enyatakan keadaan atau nilai yang paling disukai dan 0 enyatakan keadaan atau nilai yang tidak disukai.

11 - Penghindar resiko - Netral - Penggear resiko U(X 0 X Gabar.4 Tiga Bentuk Berbeda dari Kurva Utiliti Dengan U(x = utility atau ekspektasi utility X = nilai ekuivalen tetap dengan kurva utilitas kita dapat encari julah rupiah yang sesuai dengan utiliti yang diketahui..4. Persaaan Fungsi Utilitas Fungsi utilitas secara ateatis dapat dinyatakan dala bentuk eksponensial, yang secara uu dapat dinyatakan sebagai berikut 0 k ( x x e U ( x =. o k ( x x e Diana U (x = nilai fungsi utilitas untuk nilai x terentu o x = batas bawah nilai fungsi utilitas x = batas atas nilai fungsi utilitas k = sutatu bilangan konstanta Untuk persaaan di atas enggabarkan fungsi utilitas bagi sifat penghindar risiko dan sifat pencari risiko yang asing-asing targantung pada nilai k yang enunjukkan tingkatan (level untuk enghindari atau encari risiko. Bagi ereka yang bersikap netral, nilai utilitasnya dinyatakan dengan suatu garis lurus, seperti dala persaaan berikut:

12 Dan sebagian enyatakan dala bentuk.5 Sikap Menghadapi Resiko U U ( x ( x = X X X + i 0 X x x = x 0 x nilai terburuk = nilai terbaik nilai terburuk i xi Sikap seseorang dala enghadapi suatu persoalan yang engandung risiko pada dasarnya dapat dibedakan enjadi 3 yaitu: sikap enghindar risiko, netral atau enggear risiko..5. Sikap Penghindar Risiko Bila seseorang enetapkan nilai ekivalen tetap dari suatu kejadian tak pasti lebih rendah dari nilai ekspektasi kejadian tersebut aka disebut sebagai penghindar risiko. Sebagai contoh, seseorang telah eiliki lotere 0.5 Rp Naun orang enanyakan bahwa dia bersedia enjual lotery tersebut dengan harga Rp ini berarti eskipun dia tahu bahwa nilai ekspektasi lotery tersebut Rp Tetapi bagi dia napaknya adalah lebih baik untuk eneria Rp dengan pasti daripada berain risiko berain lotere, eskipun nilai ekspektasi lotery tersebut lebih tinggi. Napak bahwa orang ini eiliki sifat sebagai penghindar risiko. Pada contoh di atas, prei resikonya adalah sebesar Rp ini berarti pengabil keputusan bersedia eneria Rp kurang dari ekspektasi letere, dei enghindarkan ketidakpastian yang ada pada lotery tersebut. Bila seseorang

13 bersifat sebagai penghindar risiko aka prei risikonya selalu positif. Dan akin besar prei risiko tersebut, aka sifat penghindar risiko orang tersebut akan akin besar pula. Kurva utility yang dibentuk oleh kurvanya adalah terletak di sebelah kiri atas dari garis netral, dengan kata lain kurva utilitynya terbentuk concave. UTILITY ET 500 RUPIAH 000 Gabar.5 Kurva Utility bagi Penghindar Risiko.5. Sikap Penggear Risiko Seseorang yang eiliki sifat sebagai penggear risiko, aka ekuivalen tetap atas suatu kejadian tak pastinya akan lebih besar dari pada nilai ekspektasi dari kejadian tersabut. Untuk orang ini aka prei risikonya adalah negatif, artinya dia engharapkan suatu tabahan dari nilai ekspektasi, agar bersedia elepaskan lotery tersebut. Bagi orang ini aka kurva utility-nya akan berbentuk convex. UTILITY ET RUPIAH 000 Gabar.6 Kurva Utility bagi Penggear Risiko

14 .5.3 Sikap Netral Di lain pihak bila seseorang enyatakan bahwa ekuivalen tetap sebuah lotery saa dengan nilai ekspektasinya. Maka dia epunyai sikap yang netral dala enghadapi risiko, dala hal ini prei risikonya adalah nol, dan kurva utilitinya digabarkan sebagai garis lurus. UTILITY RUPIAH 000 Gabar.7 Kurva Utility bagi Sikap Netral Bagaiana sikap seseorang enghadapi risiko adalah tergantung pada bebera hal. Antara lain, sifat dasar orang tersebut, persoalan yang dihadapi, situasi saat ini dan sebagainya. Jadi dala enghadapi persoalan yang berbeda, orang saa ungkin epunyai sikap yang berbeda pula, atau persoalan saa tetapi dala periode waktu yang berbeda akan ungkin eunculkan sikap yang berbeda. Untuk kejadian tak pasti relatif kecil dan berulang; seseorang cenderung untuk bersikap netral. Sebagai contoh, dala suatu perusahaan, kebijaksanaan pengendalian kualitas atau pengendalian barang pada uunya ditetepkan dengan enggunakan kriteria nilai ekspektasi oneter. Ini enunjukkan adanya sikap netral, diana ekuivalen tetap akan selalu saa dengan nilai ekspektasi..6 Penaksiran Bobot Salah satu pendekatan yang dilakukan untuk penyelesaian dala asalah ultipleobject adalah dengan elakukan subsitusi ulti-object ke dala satu object tunggal dengan enggunakan skala bobot yang encerinkan derajat kepercayaan relatif antar kriteria, akin penting suatu kriteria, aka akin besar pula nilai konstanta

15 skalanya, atau lebih tepatnya encerinkan bagaiana perubahan nilai pada satu kriteria lebih diinginkan daripada perubahan nilai pada kriteria yang lain. Dala penaksiran bobot ada dua etode yang digunakan yaitu:.6. Pricing Out Metode pricing out adalah untuk enaksir bobot yang intisari prosedurnya adalah enentukan subsitusi angka arginal antara satu atribut (biasa dala bentuk uang dan atribut lainnya. Penaksiran subsitusi angka arginal erupakan sebuah konsep yang tidak berbeda. Intisarinya adalah eneukan titik diana anda tidak berada dala posisi tidak berbeda antara dala pebayaran dengan pertabahan setiap unit. Pricing out sangatlah tepat dala penentuan langsung subsitusi angka argianal dari satu skala atribut ke yang lainnya dala fungsi utility additive yang enunjukkan konstanta subsitusi angka arginal. Pricing out terdiri dari pendugaan dala nilai proporsional yang seibang. f dan Subsitusi angka arginal atau perbandingan perubahan rasio antara objectiv U f f pada nilai yang diberikan ( ( U f, di sini fungsi u enyatakan utility (struktur peilihan pebuat keputusan yang ditentukan dala bentuk fungsi f dan U f f. Arti rasio di sini adalah ketika ( ( U f = r pada sebuah nilai, yang enjelaskan bahwa pebuat keputusan tidak berbeda setiap penabahan r unit dala f selaa f terjadi pengurangan yang saa. Rasio pada uunya erupakan tingkat kepercayaan f dan f dan juga untuk object lainnya..6. Landaian Bobot (Swing Weighting Pebobotan ini dapat digunakan dala situasi segala penaksiran bobot dan ebutuhkan proses yang cukup untuk elakukan perbandingan attribut dengan enciptakan hasil hipotesis seperti:

16 a. Langah pertaa: enuliskan sebuah tabel diana baris pertaa untuk pasangan konsekuensi keungkinan terburuk (dengan level terburuk dala setiap atribut dan diikuti sapai pada yang terbaik. b. Langkah kedua: elakukan perangkingan setiap pasangan. c. Langkah ke tiga: nilai rating pada asing-asing pasangan konsekuensi. d. Langkah keepat: enghitung bobot dari nilai rating..7 Fungsi Utility Additive Fungsi utility additive adalah bentuk penyelesaian dua atau lebih jenis eleen dala nilai skala dan bobot atribut indifidual untuk object atau tujuan yang saling berhubungan atau berkorespondensi. Banyak etode yang berbeda yang digunakan untuk enaksir nilai dan suatu bobot. Pada dasarnya jika berhubungan dengan pengabilan keputusan kita selalu enggunakan criteria uang sebagai alat ukur. Dala hal ini kita akan ebandingkan setiap atribut dan juga elakukan suatu yang disebut rank untuk setiap atribut. Dala hal ini kita akan engasusikan bahwa kita eiliki fungsi utility U ( x,..., U ( x n diana adalah atribut yang berbeda dari x sapai x, dan setiap fungsi utility diberi nilai 0 dan untuk level yang terburuk dan yang terbaik pada bagian objective atau tujuan. Fungsi utility additive adalah penyederhanaan sebuah rata-rata bobot dengan fungsi utility yang berbeda. Hasil pada level x,, x dala object kita akan enghitung hasil utilitynya dengan U x,..., x = k u ( x k ( v ( x Dengan bobot k,..., i= k u( x i k. Seua bobot adalah positive, dan harus saa dengan satu. Dala hal lain juga dapat dinyatakan bahwa level terburuk ( x object, aka [ ( x = 0] + + terbaik setiap object ( x aka [ U ( x ] harga utilitynya enjadi untuk setiap U dan harga utilitynya adalah 0, dan untuk keungkinan nilai =

17 U ( x +,..., x = k = k = + U ( x k k U ( x + Range skala atribut dapat dari 0 dan 00, diana telah ditentukan fungsi utility dari 0 ke..8 Rasio Pada dasarnya untuk encari bobot attribut adalah baik elihatnya dari bobot yang terbesar ke terkecil dengan cara ebandingkannya, dengan enentukan konstantakonstanta yang diperlukan. Adapun forulasi perbandingannya adalah dengan elihat skap seorang individu terhadap risiko, aka Jika sikap seorang penghindar risiko konstan, dengan r > 0 U rx ( x = a be jika sikap seorang netral terhadap risiko konstan ( x = a by U + jika seorang adalah penggear risiko diana r < 0 U rx ( x = a + be dengan a dan b adalah skala konstanta.9 Nilai Ekivalen Tetap Untuk enetukan pilihan dengan easukkan faktor risiko adalah dengan enggunakan nilai ekivalen tetap. Nilai ekivalen tetap (NET dari suatu kejadian tak pasti adalah suatu nilai tertentu diana pebuat keputusan erasa tidak berbeda antara eneria hasil yang dicerinkan dala ketidakpastian tersebut, atau dengan eneria dengan kepastian skala hasil dengan nilai tertentu. Besar inilah yang disebut dengan nilai ekivalen tetap, secara singkat dapat dikatakan bahwa nilai ekivalen tetap adalah nilai batas diana pebuat keputusan bersedia enukar alternatif yang di pilih

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data dan Variabel 2.1.1 Data Pengertian data enurut Webster New World Dictionary adalah things known or assued, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT PENJUMAHAN MOMENTUM SUDUT A. Penjulahan Moentu Sudut = + Gabar.9. Penjulahan oentu angular secara klasik. Dua vektor oentu angular dan dijulahkan enghasilkan Jika oentu angular elektron pertaa adalah dan

Lebih terperinci

Definisi 3.3: RUANG SAMPEL KONTINU Ruang sampel kontinu adalah ruang sampel yang anggotanya merupakan interval pada garis bilangan real.

Definisi 3.3: RUANG SAMPEL KONTINU Ruang sampel kontinu adalah ruang sampel yang anggotanya merupakan interval pada garis bilangan real. 0 RUANG SAMPEL Kita akan eperoleh ruang sapel, jika kita elakukan suatu eksperien atau percobaan. Eksperien disini erupakan eksperien acak. Misalnya kita elakukan suatu eksperien yang diulang beberapa

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Proses produksi di bidang pertanian secara umum merupakan kegiatan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Proses produksi di bidang pertanian secara umum merupakan kegiatan 2 III. KERANGKA PEMIKIRAN Proses produksi di bidang pertanian secara uu erupakan kegiatan dala enciptakan dan enabah utilitas barang atau jasa dengan eanfaatkan lahan, tenaga kerja, sarana produksi (bibit,

Lebih terperinci

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb Perbandingan Bilangan Doinasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Cob Reni Uilasari 1) 1) Jurusan Teknik Inforatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhaadiyah Jeber Eail : 1) reniuilasari@gailco ABSTRAK

Lebih terperinci

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA Jurnal Mateatika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 160 167 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graph Sebelu sapai pada pendefinisian asalah network flow, terlebih dahulu pada bagian ini akan diuraikan engenai konsep-konsep dasar dari odel graph dan representasinya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Tirta Ala Seesta. Perusahaan tersebut berlokasi di Desa Ciburayut, Kecaatan Cigobong, Kabupaten Bogor. Peilihan objek

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK

DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK 0 DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK Dala hal ini akan dibahas aca-aca fungsi peluang atau fungsi densitas ang berkaitan dengan dua peubah acak, aitu distribusi gabungan, distribusi arginal, distribusi bersarat,

Lebih terperinci

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik 1 1. POLA RADIASI Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena : pernyataan grafis yang enggabarkan sifat radiasi suatu antena pada edan jauh sebagai fungsi arah. pola edan (field pattern) apabila yang

Lebih terperinci

BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mengonstruksi field GF(3 )

BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam mengonstruksi field GF(3 ) BAB IV BAHASAN ALGORITME ARITMETIK GF(3 ) Telah dijelaskan sebelunya bahwa dala engonstruksi field GF(3 ) diperoleh dari perluasan field 3 dengan eilih polinoial priitif berderajat atas 3 yang dala hal

Lebih terperinci

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM (CUSUM) DAN EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE () DALAM MENDETEKSI PERGESERAN RATARATA PROSES Oleh: Nurul Hidayah 06 0 05 Desen pebibing:

Lebih terperinci

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup GRUP FUNDAMENTAL PADA Bab III S, TORUS, P dan FIGURE EIGHT Sebelu epelajari perbedaan pada grup fundaental S, Torus, P, dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup fundaental asing-asing

Lebih terperinci

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL. PENDAHULUAN Pada bab sebelunya telah dibahas rangkaian resistif dengan tegangan dan arus dc. Bab ini akan eperkenalkan analisis rangkaian ac diana isyarat listriknya berubah

Lebih terperinci

Diberikan sebarang relasi R dari himpunan A ke B. Invers dari R yang dinotasikan dengan R adalah relasi dari B ke A sedemikian sehingga

Diberikan sebarang relasi R dari himpunan A ke B. Invers dari R yang dinotasikan dengan R adalah relasi dari B ke A sedemikian sehingga Departent of Matheatics FMIPA UNS Lecture 3: Relation C A. Universal, Epty, and Equality Relations Diberikan sebarang hipunan A. Maka A A dan erupakan subset dari A A dan berturut-turut disebut relasi

Lebih terperinci

Kecepatan atom gas dengan distribusi Maxwell-Boltzmann (1) Oleh: Purwadi Raharjo

Kecepatan atom gas dengan distribusi Maxwell-Boltzmann (1) Oleh: Purwadi Raharjo Kecepatan ato gas dengan distribusi Mawell-Boltzann () Oleh: Purwadi Raharjo Dala proses odifikasi perukaan bahan, kita ungkin sering endengar teknologi pelapisan tipis (thin fil). Selain pelapisan tipis,

Lebih terperinci

( A) 1 BAB 2 LANDASAN TEORI Beberapa Definisi

( A) 1 BAB 2 LANDASAN TEORI Beberapa Definisi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Beberapa Definisi Kejadian tak pasti adalah kejadian yang munculnya tidak pasti sehingga tidak bisa diduga terlebih dahulu. Contohnya pada seperti pelemparan sebuah dadu, orang

Lebih terperinci

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (03) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) Ipleentasi Histogra Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segentasi Citra Berwarna Risky Agnesta Kusua Wati, Diana Purwitasari, Rully Soelaian

Lebih terperinci

MAKALAH SISTEM BASIS DATA

MAKALAH SISTEM BASIS DATA MAKALAH SISTEM BASIS DATA (Entity Relationship Diagra (ERD) Reservasi Hotel) Disusun Oleh : Yulius Dona Hipa (16101055) Agustina Dau (15101635) Arsenia Weni (16101648) PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMARIKA

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL JAHARUDDIN Departeen Mateatika Fakultas Mateatika Ilu Pengetahuan Ala Institut Pertanian Bogor Jl Meranti, Kapus IPB Daraga, Bogor

Lebih terperinci

Penerapan Metode Simpleks Untuk Optimalisasi Produksi Pada UKM Gerabah

Penerapan Metode Simpleks Untuk Optimalisasi Produksi Pada UKM Gerabah Konferensi Nasional Siste & Inforatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Penerapan Metode Sipleks Untuk Optialisasi Produksi Pada UKM Gerabah Ni Luh Gede Pivin Suwirayanti STMIK STIKOM Bali Jl. Raya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan daerah sebagai bagian yang integral dari pebangunan nasional dilaksanakan berdasakan prinsip otonoi daerah dan pengaturan suber daya nasional yang

Lebih terperinci

Penggunaan Media Manik-Manik Untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Matematika Anak Tunagrahita. Maman Abdurahman SR dan Hayatin Nufus

Penggunaan Media Manik-Manik Untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Matematika Anak Tunagrahita. Maman Abdurahman SR dan Hayatin Nufus Riset PenggunaanMedia Manik-Manik* Maan Abdurahan SR HayatinNufus Penggunaan Media Manik-Manik Untuk Meningkatkan Keapuan Belajar Mateatika Anak Tunagrahita Maan Abdurahan SR Hayatin Nufus Universitas

Lebih terperinci

MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan

MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan Kristal no.12/april/1995 1 MATRIKS DALAM LABORATORIUM oleh : Sugata Pikatan Di dala ateatika anda pasti sudah pernah berhadapan dengan sebuah siste persaaan linier. Cacah persaaan yang berada di dala siste

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III METODE ANALISIS 3.1 Penyajian Laporan Dala penyajian bab ini dibuat kerangka agar eudahkan dala pengerjaan laporan. Berikut ini adalah diagra alir tersebut : Studi Pustaka Model-odel Eleen Struktur

Lebih terperinci

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.460-919) Volue 1, No., Maret 016 MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI 1 Suraidin, Islahudin, 3 M. Firan Raadhan 1 Mahasiswa Sarjana

Lebih terperinci

Penyelesaian Algortima Pattern Generation dengan Model Arc-Flow pada Cutting Stock Problem (CSP) Satu Dimensi

Penyelesaian Algortima Pattern Generation dengan Model Arc-Flow pada Cutting Stock Problem (CSP) Satu Dimensi Penyelesaian Algortia Pattern Generation dengan Model Arc-Flow pada Cutting Stock Proble (CSP) Satu Diensi Putra BJ Bangun, Sisca Octarina, Rika Apriani Jurusan Mateatika Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian 39 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini terasuk tipe penelitian dengan pendekatan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis ini dipergunakan untuk enggabarkan tentang

Lebih terperinci

ISSN WAHANA Volume 67, Nomer 2, 1 Desember 2016

ISSN WAHANA Volume 67, Nomer 2, 1 Desember 2016 ISSN 0853 4403 WAHANA Volue 67, Noer 2, Deseber 206 PERBANDINGAN LATIHAN BOLA DIGANTUNG DAN BOLA DILAMBUNGKAN TERHADAP HASIL BELAJAR SEPAK MULA DALAM PERMAINAN SEPAK TAKRAW PADA SISWA PUTRA KELAS X-IS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air erupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan anusia. Manusia tidak dapat elanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup dala segi kuantitas dan kualitasnya.

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1)

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1) RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM Oleh : Aprizal (1) 1) Dosen Progra Studi Teknik Mesin. Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian Eail. ijalupp@gail.co

Lebih terperinci

THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA

THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA Juli Biantoro 1, Didit Purnoo 2 1,2 Fakultas Ekonoi dan Bisnis, Universitas Muhaadiyah Surakarta dp274@us.ac.id Abstrak Ketahanan

Lebih terperinci

Gambar 1. Skema proses komunikasi dalam pembelajaran

Gambar 1. Skema proses komunikasi dalam pembelajaran 2 kurang tertarik epelajari pelajaran ilu pengetahuan ala karena etode pebelajaran yang diterapkan guru. Jadi etode pengajaran guru sangat epengaruhi inat belajar siswa dala epelajari ilu pengetahuan ala.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss,

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss, I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Konsep teori graf diperkenalkan pertaa kali oleh seorang ateatikawan Swiss, Leonard Euler pada tahun 736, dala perasalahan jebatan Konigsberg. Teori graf erupakan salah satu

Lebih terperinci

PENENTUAN BESAR CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERSAMA DWIGUNA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ILLINOIS

PENENTUAN BESAR CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERSAMA DWIGUNA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ILLINOIS Jurnal Mateatika UNAND Vol. 5 No. 3 Hal. 85 91 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND PENENTUAN BESAR CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERSAMA DWIGUNA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ILLINOIS FERDY NOVRI

Lebih terperinci

matematika K-13 PEMBAGIAN HORNER DAN TEOREMA SISA K e l a s

matematika K-13 PEMBAGIAN HORNER DAN TEOREMA SISA K e l a s i K- ateatika K e l a s XI PEMBAGIAN HORNER DAN TEOREMA SISA Tujuan Peelajaran Setelah epelajari ateri ini, kau diharapkan eiliki keapuan erikut.. Menguasai konsep peagian suku anyak dengan etode Horner..

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber untuk membiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber untuk membiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upah bagi para pekerja erupakan faktor penting karena erupakan suber untuk ebiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang berpendidikan upah erupakan hasil

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL Waris Wibowo Staf Pengajar Akadei Mariti Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk endapatkan

Lebih terperinci

BAB III m BAHASAN KONSTRUKSI GF(3 ) dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan mengacu pada konsep perluasan filed pada Bab II bagian 2.8.

BAB III m BAHASAN KONSTRUKSI GF(3 ) dalam penelitian ini dapat dilakukan dengan mengacu pada konsep perluasan filed pada Bab II bagian 2.8. BAB III BAHASAN KONSTRUKSI GF( ) Untuk engonstruksi GF( ) dala penelitian ini dapat dilakukan dengan engacu pada konsep perluasan filed pada Bab II bagian 28 Karena adalah bilangan pria, aka berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN 35 BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN Skripsi ini bertujuan untuk elihat perbedaan hasil pengukuran yang didapat dengan enjulahkan hasil pengukuran enggunakan kwh-eter satu fasa pada jalur fasa-fasa dengan

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI PAKET WAVELET Rosanita Listyaningrum*, Imam Santoso**, R.

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI PAKET WAVELET Rosanita Listyaningrum*, Imam Santoso**, R. 1 MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS TEKSTUR MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI PAKET WAVELET Rosanita Listyaningru*, Ia Santoso**, R.Rizal Isnanto** Abstrak - Tekstur adalah karakteristik yang penting

Lebih terperinci

Rumus : Ekspektasi keuntungan = pay o * probabilitas.

Rumus : Ekspektasi keuntungan = pay o * probabilitas. 1 KRITERIA EKSPEKTASI KEUNTUNGAN Rumus : Ekspektasi keuntungan = pay o * probabilitas. Kelemahan : - probabilitas bersifat subjektif - belum mencakup faktor resiko 2 Contoh Si A mendapat tawaran untuk

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT OPERASI ARITMATIKA, DETERMINAN DAN INVERS PADA MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR. Oleh : NURSUKAISIH

SIFAT-SIFAT OPERASI ARITMATIKA, DETERMINAN DAN INVERS PADA MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR. Oleh : NURSUKAISIH SIFAT-SIFAT OPERASI ARITMATIKA DETERMINAN DAN INVERS PADA MATRIKS INTERVAL TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meperoleh Gelar Sarjana Sains pada Jurusan Mateatika Oleh : NURSUKAISIH 0854003938

Lebih terperinci

Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil

Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil Vol. 2, 2017 Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil Widiarti 1*, Rifa Raha Pertiwi 2, & Agus Sutrisno 3 Jurusan Mateatika, Fakultas Mateatika

Lebih terperinci

PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU

PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU PERHITUNGAN INTEGRAL FUNGSI REAL MENGGUNAKAN TEKNIK RESIDU Warsito (warsito@ail.ut.ac.id) Universitas Terbuka ABSTRAT A function f ( x) ( is bounded and continuous in (, ), so the iproper integral of rational

Lebih terperinci

BILANGAN PRIMA : PERKEMBANGAN DAN APLIKASINYA

BILANGAN PRIMA : PERKEMBANGAN DAN APLIKASINYA J. J. Siang BILANGAN PRIMA : PERKEMBANGAN DAN APLIKASINYA Intisari Dala tulisan ini dipaparkan engenai sejarah peneuan bilangan pria, pengujian bilangan pria besar, serta salah satu aplikasinya dala kriptografi

Lebih terperinci

(R.4) PENGUJIAN DAN PEMODELAN ASOSIASI DUA VARIABEL KATEGORIK MULTI-RESPON DENGAN METODE BOOTSTRAP DAN ALGORITMA GANGE

(R.4) PENGUJIAN DAN PEMODELAN ASOSIASI DUA VARIABEL KATEGORIK MULTI-RESPON DENGAN METODE BOOTSTRAP DAN ALGORITMA GANGE (R.4) PENGUJIAN DAN PEMODELAN ASOSIASI DUA VARIABEL KATEGORIK MULTI-RESPON DENGAN METODE BOOTSTRAP DAN ALGORITMA GANGE Giat Sudrajat Saruda, 2 Septiadi Padadisastra, 3 I Gede Nyoan Mindra Jaya Mahasiswa

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka 5 Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Definisi Penjadwalan Penjadwalan adalah kegiatan pengalokasian suber-suber atau esin-esin yang ada untuk enjalankan sekupulan tugas dala jangka waktu tertentu. (Baker,1974).

Lebih terperinci

Persamaan Schrödinger dalam Matriks dan Uraian Fungsi Basis

Persamaan Schrödinger dalam Matriks dan Uraian Fungsi Basis Bab 2 Persaaan Schrödinger dala Matriks dan Uraian Fungsi Basis 2.1 Matriks Hailtonian dan Fungsi Basis Tingkat-tingkat energi yang diizinkan untuk sebuah elektron dala pengaruh operator Hailtonian Ĥ dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2. Graf Graf G= (V G,E G ) adalah suatu siste yang terdiri dari hipunan berhingga tak kosong V G dari objek yang dinaakan titik (ertex) dan hipunan E G, pasangan tak berurut dari

Lebih terperinci

Laporan akhir fenomena dasar mesin BAB I PENDAHULUAN

Laporan akhir fenomena dasar mesin BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dala bidang konstruksi sifat aterial yang dapat terdefleksi erupakan suatu hal yantg sangat enakutkan karena bila saja hal tersebut terjadi aka struktur yang dibangun

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN SEL-SEL MESIN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN JARAK DAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN METODE HEURISTIK DI PT. BENGKEL COKRO BERSAUDARA

PEMBENTUKAN SEL-SEL MESIN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN JARAK DAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN METODE HEURISTIK DI PT. BENGKEL COKRO BERSAUDARA PEMBENTUKAN SEL-SEL MESIN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN JARAK DAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN METODE HEURISTIK DI PT. BENGKEL COKRO BERSAUDARA Babang Purwanggono, Andre Sugiyono Progra Studi Teknik

Lebih terperinci

MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH

MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH MODEL SKEDUL MIGRASI DAN APLIKASINYA DALAM PROYEKSI PENDUDUK MULTIREGIONAL MUSLIMAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BERAT SEMEN PT. SEMEN PADANG DENGAN BAGAN KENDALI SHEWHART DAN ROBUST

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BERAT SEMEN PT. SEMEN PADANG DENGAN BAGAN KENDALI SHEWHART DAN ROBUST Jurnal Mateatika UNAND Vol. 5 No. 1 Hal. 74 81 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI BERAT SEMEN PT. SEMEN PADANG DENGAN BAGAN KENDALI SHEWHART DAN ROBUST RELIGEA

Lebih terperinci

Konstruksi Kode Cross Bifix Bebas Ternair Untuk Panjang Ganjil

Konstruksi Kode Cross Bifix Bebas Ternair Untuk Panjang Ganjil Prosiding SI MaNIs (Seinar Nasional Integrasi Mateatika dan Nilai Islai) Vol.1, No.1, Juli 017, Hal. 1-5 p-issn: 580-4596; e-issn: 580-460X Halaan 1 Konstruksi Kode Cross Bifix Bebas Ternair Untuk Panjang

Lebih terperinci

KEBERADAAN SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTIN MATRIKS POLINOMIAL DAN PENYELESAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLASI

KEBERADAAN SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTIN MATRIKS POLINOMIAL DAN PENYELESAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLASI KEBERADAAN SOLUSI PERSAMAAN DIOPHANTIN MATRIKS POLINOMIAL DAN PENYELESAIANNYA MENGGUNAKAN TITIK-TITIK INTERPOLASI Laila Istiani R. Heri Soelistyo Utoo 2, 2 Progra Studi Mateatika Jurusan Mateatika FMIPA

Lebih terperinci

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA Di sekitar kita banyak benda yang bergetar atau berosilasi, isalnya assa yang terikat di ujung pegas, garpu tala, gerigi pada ja ekanis, penggaris elastis yang salah satu

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Proses Produksi Teh Hitam di PT. Perkebunan Nusantara XII Unit Sirah Kencong

Pengendalian Kualitas Proses Produksi Teh Hitam di PT. Perkebunan Nusantara XII Unit Sirah Kencong JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (016) 337-350 (301-98X Print) D-37 Pengendalian Kualitas Proses Produksi Teh Hita di PT. Perkebunan Nusantara XII Unit Sirah Kencong Qulsu Dwi Anggraini, Haryono, Diaz

Lebih terperinci

Pelabelan Total Super (a,d) - Sisi Antimagic Pada Graf Crown String (Super (a,d)-edge Antimagic Total Labeling of Crown String Graph )

Pelabelan Total Super (a,d) - Sisi Antimagic Pada Graf Crown String (Super (a,d)-edge Antimagic Total Labeling of Crown String Graph ) 1 Pelabelan Total Super (a,d) - Sisi Antiagic Pada Graf Crown String (Super (a,d)-edge Antiagic Total Labeling of Crown String Graph ) Enin Lutfi Sundari, Dafik, Slain Pendidikan Mateatika, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa pelat lantai gedung rawat inap RSUD Surodinawan Kota Mojokerto dengan enggunakan teori garis leleh ebutuhkan beberapa tahap perhitungan dan analsis aitu perhitungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pebekuan Pebekuan berarti peindahan panas dari bahan yang disertai dengan perubahan fase dari cair ke padat dan erupakan salah satu proses pengawetan yang uu dilakukan untuk penanganan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PEMETAAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DI KOTA PONTIANAK BERBASIS WEB

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PEMETAAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DI KOTA PONTIANAK BERBASIS WEB PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PEMETAAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DI KOTA PONTIANAK BERBASIS WEB Aey Indah Pratiwi Progra Studi Teknik Inforatika Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

Hukum II Newton. Untuk SMA kelas X. (Modul ini telah disesuaikan dengan KTSP)

Hukum II Newton. Untuk SMA kelas X. (Modul ini telah disesuaikan dengan KTSP) Huku II Newton Untuk SMA kelas X (Modul ini telah disesuaikan dengan KTSP) Lisensi Dokuen: Copyright 008 009 GuruMuda.Co Seluruh dokuen di GuruMuda.Co dapat digunakan dan disebarkan secara bebas untuk

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN 43 MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : MATERI KULIAH: Mekanika klasik, Huku Newton I, Gaya, Siste Satuan Mekanika, Berat dan assa, Cara statik engukur gaya.. POKOK BAHASAN: DINAMIKA PARTIKEL 6.1 MEKANIKA

Lebih terperinci

INSTANTON. Casmika Saputra Institut Teknologi Bandung

INSTANTON. Casmika Saputra Institut Teknologi Bandung INSTANTON Casika Saputra 02200 Institut Teknologi Bandung Abstrak. Solusi klasik pada kasus Double Well Potential dala ekanika kuantu dala iaginary tie Euclidian eberikan dua buah solusi yaitu solusi trivial

Lebih terperinci

KONSTRUKSI KODE CROSS BIFIX BEBAS TERNAIR BERPANJANG GENAP UNTUK MENGATASI MASALAH SINKRONISASI FRAME

KONSTRUKSI KODE CROSS BIFIX BEBAS TERNAIR BERPANJANG GENAP UNTUK MENGATASI MASALAH SINKRONISASI FRAME KONSTRUKSI KODE CROSS BIFIX BEBAS TERNAIR BERPANJANG GENAP UNTUK MENGATASI MASALAH SINKRONISASI FRAME Moh. Affaf 1, Zaiful Ulu 1, STKIP PGRI Bangkalan, ohaffaf@stkippgri-bkl.ac.id, zaifululu@stkippgri-bkl.ac.id

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN POSTEST PEMBINAAN GURU OLIMPIADE MADRASAH ALIYAH (MA) NARASUMBER: DODDY FERYANTO

SOAL DAN PEMBAHASAN POSTEST PEMBINAAN GURU OLIMPIADE MADRASAH ALIYAH (MA) NARASUMBER: DODDY FERYANTO SOAL DAN PEMBAHASAN POSTEST PEMBINAAN GURU OLIMPIADE MADRASAH ALIYAH (MA) NARASUMBER: DODDY FERYANTO 31 Juli-1 Agustus 2016 KAMPUS PUSDIKLAT TENAGA TEKNIS PENDIDIKAN DAN KEAGAMAAN POSTTEST PEMBINAAN GURU

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Sistem Fuzzy

Perancangan Sistem Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Sistem Fuzzy JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-58 Perancangan Siste Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Siste Fuzzy Mochaad Raa Raadhan,

Lebih terperinci

PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES

PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES I. TUJUAN PERCOBAAN a. Mengukur distribusi tegangan pada kondisi diterinasi 60 oh, ujung saluran terbuka dan Short circuit b. Mengukur distribusi λ/4, λ/2 pada

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT 31 Kriteria rancangan plant Diensi plant yang dirancang berukuran 40cx60cx50c, dinding terbuat dari acrylic tebus pandang Saluran asukan udara panas ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA TEORETIK

BAB III ANALISA TEORETIK BAB III ANALISA TEORETIK Pada bab ini, akan dibahas apakah ide awal layak untuk direalisasikan dengan enggunakan perhitungan dan analisa teoretik. Analisa ini diperlukan agar percobaan yang dilakukan keudian

Lebih terperinci

BAB II KLASIFIKASI TAYANGAN ACARA TELEVISI TERHADAP ANAK

BAB II KLASIFIKASI TAYANGAN ACARA TELEVISI TERHADAP ANAK BAB II KLASIFIKASI TAYANGAN ACARA TELEVISI TERHADAP ANAK II.1 Pengertian Televisi Menurut Soerjokanto (2003, h.24) televisi erupakan siste elektronik yang engirikan gabar dia dan gabar hidup bersaa suara

Lebih terperinci

Membelajarkan Geometri dengan Program GeoGebra

Membelajarkan Geometri dengan Program GeoGebra Mebelajarkan Geoetri dengan Progra GeoGebra Oleh : Jurusan Pendidikan Mateatika FMIPA UNY Yogyakarta Eail: ali_uny73@yahoo.co ABSTRAK Peanfaatan teknologi koputer dengan berbagai progranya dala pebelajaran

Lebih terperinci

BAB II PENYEARAH DAYA

BAB II PENYEARAH DAYA BAB II PENYEARAH DAYA KOMPETENSI DASAR Setelah engikuti ateri ini diharapkan ahasiswa eiliki kopetensi: Menguasai karakteristik penyearah setengah-gelobang dan gelobang-penuh satu fasa dan tiga fasa Menguasai

Lebih terperinci

PENGARUH DISTRIBUSI PEMBOBOTAN TERHADAP POLA ARRAY PADA DELAY AND SUM BEAMFORMING

PENGARUH DISTRIBUSI PEMBOBOTAN TERHADAP POLA ARRAY PADA DELAY AND SUM BEAMFORMING INDEPT, Vol., No., Juni 0 ISSN 087 945 PENGARUH DISTRIBUSI PEBOBOTAN TERHADAP POLA ARRAY PADA DELAY AND SU BEAFORING Ananto E. Prasetiadi Dosen Tetap Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia APLIKASI KENDALI ADAPTIF PADA SISTEM PENGATURAN TEMPERATUR CAIRAN DENGAN TIPOLOGI KENDALI MODEL REFERENCE ADAPTIVE CONTROLLER (MRAC) Ferry Rusawan, Iwan Setiawan, ST. MT., Wahyudi, ST. MT. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

User-Based Collaborative Filtering Dengan Memanfaatkan Pearson- Correlation Untuk Mencari Neighbors Terdekat Dalam Sistem Rekomendasi

User-Based Collaborative Filtering Dengan Memanfaatkan Pearson- Correlation Untuk Mencari Neighbors Terdekat Dalam Sistem Rekomendasi User-Based Collaborative Filtering Dengan Meanfaatkan Pearson- Correlation Untuk Mencari Neighbors Terdekat Dala Siste Rekoendasi Arvid Theodorus 1, Djoko Budiyanto Setyohadi 2, Ernawati 3 Magister Teknologi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Halaan i iii I PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN 11 Latar Belakang 1 12 Fungsi Pengawas dan Peeriksa 2 13 Pengawasan 2 14 Peeriksaan 3 II PEMERIKSAAN ISIAN DAFTAR VIMK14-L2

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1)

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1) JURNAL TEKNIK MESIN Vol 4, No 2, Oktober 2002: 94 98 Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Perforansi Mesin Pendingin ) Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini enjelaskan engenai berbagai teori yang digunakan untuk elakukan penelitian ini. Bab ini terdiri dari penjelasan engenai penghitung pengunjung, lalu penjelasan engenai

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017 Peran Pendidikan, Sains, dan Teknologi untuk Mengebangkan Budaya Iliah dan Inovasi terbarukan dala endukung Sustainable Developent Goals (SDGs) 2030 ANALISIS INTENSITAS MEDAN MAGNET EXTREMELY LOW FREQUENCY

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2005 TENTANG PENGANGKATAN TENAGA HONORER MENJADI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menibang

Lebih terperinci

BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM

BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM BAB IV GENERATOR BILANGAN RANDOM 4.1. Generator Bilangan Rando dan Fungsi Distribusi Pada siulasi seringkali dibutuhkan bilangan-bilangan yang ewakili keadaan siste yang disiulasikan. Biasanya, kegiatan

Lebih terperinci

PEMILIHAN KRITERIA DALAM PEMBUATAN KARTU KREDIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY AHP

PEMILIHAN KRITERIA DALAM PEMBUATAN KARTU KREDIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY AHP E-Jurnal Mateatika Vol. 3, No. Januari 204, 25-32 ISSN: 2303-75 PEMILIHAN KRITERIA DALAM PEMBUATAN KARTU KREDIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY AHP JOKO HADI APRIANTO, G. K. GANDHIADI 2, DESAK PUTU EKA

Lebih terperinci

Gerak Harmonik Sederhana Pada Ayunan

Gerak Harmonik Sederhana Pada Ayunan Gerak Haronik Sederhana Pada Ayunan Setiap gerak yang terjadi secara berulang dala selang waktu yang saa disebut gerak periodik. Karena gerak ini terjadi secara teratur aka disebut juga sebagai gerak haronik/haronis.

Lebih terperinci

ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR

ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR JAHARUDDIN Departeen Mateatika, Fakultas Mateatika dan Iu Pengetahuan Ala, Institut Pertanian Bogor Jln. Meranti, Kapus IPB Draaga, Bogor 1668,

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 013 TINGKAT PROPINSI FISIKA Waktu : 3,5 ja KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB III METODE BEDA HINGGA CRANK-NICOLSON

BAB III METODE BEDA HINGGA CRANK-NICOLSON BAB III METODE BEDA HINGGA CRANK-NICOLSON 3. Metode Beda Hingga Crank-Nicolson (C-N) Metode Crank-Nicolson dikebangkan oleh Crank John dan Phyllips Nicholson pada pertengahan abad ke-, etode ini erupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penulis melakukan penelitian serta pengambilan data-data pada lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. penulis melakukan penelitian serta pengambilan data-data pada lokasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Guna eperoleh data-data yang dibutuhkan dala penelitian ini, penulis elakukan penelitian serta pengabilan data-data pada lokasi penelitian. Penelitian ini

Lebih terperinci

LEMBAR SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2008/2009

LEMBAR SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2008/2009 DOKUMEN NEGARA SANGAT RAHASIA P-01 PEMERINTAH DAERAH PROPINSI DKI JAKARTA DINAS PENDIDIKAN MENENGAH DAN TINGGI SUB DINAS PENDIDIKAN SMK LEMBAR SOAL UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 008/009 Mata Diklat : MATEMATIKA

Lebih terperinci

III HASIL DAN PEMBAHASAN

III HASIL DAN PEMBAHASAN 7 III HASIL DAN PEMBAHASAN 3. Analisis Metode Dala penelitian ini akan digunakan etode hootopi untuk enyelesaikan persaaan Whitha-Broer-Koup (WBK), yaitu persaaan gerak bagi perabatan gelobang pada perairan

Lebih terperinci

Aplikasi Information Retrieval (IR) CATA Dengan Metode Generalized Vector Space Model

Aplikasi Information Retrieval (IR) CATA Dengan Metode Generalized Vector Space Model Aplikasi Inforation Retrieval (IR) CATA Dengan Metode Generalized Vetor Spae Model Hendra Bunyain, Chathalea Puspa Negara Jurusan Teknik Inforatika Fakultas Teknologi Inforasi, Universitas Kristen Maranatha.

Lebih terperinci

karya yang terampil, ahli, dan memiliki motivasi yang tinggi serta bermental ideologi

karya yang terampil, ahli, dan memiliki motivasi yang tinggi serta bermental ideologi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini pengebangan suber daya anusia (huan resources) telah enjadi fokus perhatian utaa dan upaya terpenting dari langkahlangkah pebangunan di negara kita yang sekarang

Lebih terperinci

ANALISIS EMPIRICAL ORTHOGONAL FUNCTION (EOF) BERBASIS EIGEN VALUE PROBLEM (EVP) PADA DATASET SUHU PERMUKAAN LAUT INDONESIA

ANALISIS EMPIRICAL ORTHOGONAL FUNCTION (EOF) BERBASIS EIGEN VALUE PROBLEM (EVP) PADA DATASET SUHU PERMUKAAN LAUT INDONESIA ANALISIS EMPIRICAL ORTHOGONAL FUNCTION (EOF) BERBASIS EIGEN VALUE PROBLEM (EVP) PADA DATASET SUHU PERMUKAAN LAUT INDONESIA S. M. ROBIAL 1, S. NURDIATI 2, A. SOPAHELUWAKAN 3 Abstrak Data global Suhu Perukaan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN

LAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN LAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN NAMA PRAKTIKAN : Raadhan Bestari T. Barlian GRUP PRAKTIKAN : Grup Pagi (08.00-11.00) KELOMPOK : 2 HARI/TGL. PRAKTIKUM : Kais, 17

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN INTERNET SERVICE PROVIDER MENERAPKAN METODE ELIMINATION AND CHOICE TRANSLATION REALITY (ELECTRE)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN INTERNET SERVICE PROVIDER MENERAPKAN METODE ELIMINATION AND CHOICE TRANSLATION REALITY (ELECTRE) KOMIK (Konferensi Nasional Teknologi Inforasi dan Koputer) Volue I, Noor, Oktober 27 ISSN 259765 (edia online) ISSN 25976 (edia cetak) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN INTERNET SERVICE PROVIDER MENERAPKAN

Lebih terperinci

Solusi Treefy Tryout OSK 2018

Solusi Treefy Tryout OSK 2018 Solusi Treefy Tryout OSK 218 Bagian 1a Misalkan ketika kelereng encapai detektor bawah untuk pertaa kalinya, kecepatan subu vertikalnya adalah v 1y. Maka syarat agar kelereng encapai titik tertinggi (ketika

Lebih terperinci

Kriptografi Visual Menggunakan Algoritma Berbasiskan XOR dengan Menyisipkan pada K-bit LSB Gambar Sampul

Kriptografi Visual Menggunakan Algoritma Berbasiskan XOR dengan Menyisipkan pada K-bit LSB Gambar Sampul Kriptografi Visual Menggunakan Algorita Berbasiskan XOR dengan Menyisipkan pada K-bit LSB Gabar Sapul Yusuf Rahatullah Progra Studi Teknik Inforatika Institut Teknologi Bandung Bandung, Indonesia 13512040@std.stei.itb.a.id

Lebih terperinci