Laporan akhir fenomena dasar mesin BAB I PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan akhir fenomena dasar mesin BAB I PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dala bidang konstruksi sifat aterial yang dapat terdefleksi erupakan suatu hal yantg sangat enakutkan karena bila saja hal tersebut terjadi aka struktur yang dibangun baik itu struktur statis aupun dinais akan roboh atau engalai kegagalan. Hal tersebut tentu saja akan ebahayakan jika itu erupakan alat yang berfungsi untuk engangkut orang atu ditepati banyak orang, oleh karena itu perlu perencanaan yang sangat atang untuk ebangun suatu struktur tertentu. Begitu juga dengan poros, seperti poros turbin pada pebangkit daya (power plant) pada saat operasi dengan putaran tertentu poros akan terdefleksi akibat berat rotor ataupun berat dia sendiri. Defleksi yang paling besar terjadi pada putaran operasi itulah yang disebut dengan putaran kritis, yang dapat ebuat struktur poros tersebut gagal sehingga dala operasi dihindari kecepatan putar yang deikian. Oleh karena itu perlu pengetahuan yang dala engenai putaran kritis ini Tujuan 1. Untuk engetahui karakteristik poros dengan ebuat grafik yang enyatakan hubungan defleksi yang terjadi dengan posisi rotor untuk berbagai tegangan. 2. Untuk encari fenoena yang terjadi dengan berputarnya poros pada tegangan yang telah ditentukan Manfaat Dengan adanya praktiku putaran kritis ini kita dapat elihat fenoena yang terjadi pada putaran yang diberikan defleksi paling besar dan engetahui besarnya sehingga bisa dihindari dala operasi suatu syste. Kelopok V 29

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Dasar 1. definisi Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenapang bulat diana terpasang eleen-eleen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol, sprocket dan eleen peindah lainnya. Poros bisa eneria beban lenturan, beban tarikan, beban tekan atau beban puntiran yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa gabungan satu dengan lainnya. (Josep Edward Shigley, 1983) 2. aca-aca poros Poros untuk eneruskan daya diklasifikasikan enurut pebebanannya sebagai berikut : a.poros transisi (transission shafts)poros transisi lebih dikenal dengan sebutan shaft. Shaft akan engalai beban puntir berulang, beban lentur berganti ataupun kedua-duanya. Pada shaft, daya dapat ditransisikan elalui gear, belt pulley, sprocket rantai, dll. b.gandar Poros gandar erupakan poros yang dipasang diantara roda-roda kereta barang. Poros gandar tidak eneria beban puntir dan hanya endapat beban lentur. Bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar. c.poros spindle erupakan poros transisi yang relatip pendek, seperti poros utaa esin perkakas diana beban utaanya berupa beban puntiran. Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deforasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya harus teliti. 3. Klasifikasi Poros Berdasarkan bentuk a.poros Lurus. Poros ini dapat digolongkan atas poros lurus uu. b.poros Engkol. Poros ini berbeda dengna poros diatas, poros ini digunakan sebagai poros utaa pada esin torak. 4. Hal-hal penting dala perencanaan poros a. Kekuatan Poros. Suatu poros transisi akan eneria beban puntir (twisting oent), beban lentur (bending oent) ataupun gabungan antara beban puntir dan lentur. Juga ada poros yang endapat beban tarik atau tekan seperti poros baling-baling kapal atau turbin, dll.dala perancangan poros perlu eperhatikan beberapa faktor, isalnya : kelelahan, tubukan dan Kelopok V 30

3 pengaruh konsentrasi tegangan bila enggunakan poros bertangga ataupun penggunaan alur pasak pada poros tersebut. Poros yang dirancang tersebut harus cukup aan untuk enahan beban-beban tersebut. b. Kekakuan Poros. Meskipun sebuah poros epunyai kekuatan yang cukup aan dala enahan pebebanan tetapi adanya lenturan atau defleksi yang terlalu besar akan engakibatkan ketidaktelitian (pada esin perkakas), getaran esin (vibration) dan suara (noise) isalnya pada turbin dan gear box. Oleh karena itu disaping eperhatikan kekuatan poros, kekakuan poros juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan jenis esin yang akan ditransisikan dayanya dengan poros tersebut. c. Korosi. Bahan bahan tahan korosi (terasuk plastik) harus dipilih untuk poros propeler dan popa bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif dan poros-poros yang berhenti laa. d. Material poros Poros yang biasa digunakan untuk putaran tinggi dan beban yang berat pada uunya dibuat dari baja paduan (alloy steel) dengan proses pengerasan kulit (case hardening) sehingga tahan terhadap keausan. Beberapa diantaranya adalah baja khro nikel, baja khro nikel olebdenu, baja khro, baja khro olibden, dll. Sekalipun deikian, baja paduan khusus tidak selalu dianjurkan jika alasannya hanya karena putaran tinggi dan pebebanan yang berat saja. Dengan deikian perlu dipertibangkan dala peilihan jenis proses heat treatent yang tepat sehingga akan diperoleh kekuatan yang sesuai. e.. Bila putaran esin dinaikan aka akan enibulkan getaran (vibration) pada esin tersebut. Batas antara putaran esin yang epunyai julah putaran noral dengan putaran esin yang enibulkan getaran yang tinggi disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, otor bakar, otor listrik, dll. Selain itu, tibulnya getaran yang tinggi dapat engakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya. Jadi dala perancangan poros perlu epertibangkan putaran kerja dari poros tersebut agar lebih rendah dari putaran kritisnya. Suatu fenoena yang terjadi dengan berputarnya poros pada kecepatankecepatan tertentu adalah getaran yang sangat besar, eskipun poros dapat berputar dengan sangat ulus pada kecepatan-kecepatan lainnya. Pada Kelopok V 31

4 kecepatan-kecepatan seaca ini diana getaran enjadi sangat besar, dapat terjadi kegagalan diporos atau bantalan-bantalan. Atau getaran dapat engakibatkan kegagalan karena tidak bekerjanya koponen-koponen sesuai dengan fungsinya, seperti yang terdapat pada sebuah turbin uap diana ruang bebas antara rotor dan ruah sangat kecil. Getaran seaca ini dapat engakibatkan apa yang disebut dengan olakan poros atau ungkin engakibatkan suatu osilasi puntir pada suatu poros, atau kobinasi keduanya. Mungkin kedua peristiwa tersebut berbeda, naun akan dapat ditunjukkan bahwa asing-asing dapat ditangani dengan cara serupa dengan eperhatikan frekuensi-frekuensi pribadi dari osilasi. Karena poros-poros pada dasarnya elastic, dan enunjukkan karakteristik-karakteristik pegas, aka untuk engilustrasikan pendekatan dan untuk enjelaskan konsep-konsep dari suku-suku dasar yang dipakai dan digunakan analisa sebuah syste assa dan pegas yang sederhana. a. Massa bergerak di bidang horizontal Gabar dibawah eperlihatkan suatu assa dengan berat W pound yang dia atas suatu perukaan licin tanpa gesekan dan diikatkan ke rangka stationer elalui sebuah pegas. Dala analisa, assa pegas akan diabaikan. Massa dipindahkan sejauh x dari posisi keseiangannya, dan keudian dilepaskan. Ingin ditentukan tipe dari gerakan aa dapat enggunkan persaaan-persaaan Newton dengan persaaan energi. b. Massa bergetar di suatu bidang vertical Gabar dibawah eperlihatkan assa yang digantung dengan sebuah pegas vertical. Bobot enyebabkan pegas elendut sejauh x o. Bayangkan assa ditarik kebawah pada suatu jarak x o dari posisi Kelopok V 32

5 keseibangannya dan keudian dilepaskan dan ingin diketahui garaknya sebagai efek gravitasi. Massa yang bergetar secara vertical epunyai frekuansi yang saa seperti assa yang bergetar secara horizontal, dengan osilasi yang terjadi disekitar posisi keseibangan c. Olakan Poros Akan dibahas olakan poros untuk engilustrasikan engapa porosporos ebunjukkan lendutan yang sangat besar pada suatu kecepatan dari operasi, eskipun poros dapat berputar secara ulus pada kecepatankecepatan yang lebih rendah atau lebih tinggi. Gabar dibawah enunjukkan sebuah poros dengan panjang L c ditupu oleh bantalan pada ujung-ujungnya, sebuah piringan yang dipandang sebagai sebuah assa terpusat dan beratnya W Newton, aksi giroskop dari assa akan diabaikan, dan selanjutnya akan diasuksikan poros bergerak elalui sebuah kopling yang bekerja tanpa enahan lendutan poros. Poros dipandang vertical sehingga gravitasi dapat diabaikan, eskipun hasil-hasil yang didapatkan akan saa apakah poros vertikal atau horizontal. Apabila titik berat dari assa ada disubu punter, aka tidak akan ada ketakseibangan aca apapun yang dapt enyebabkan poros berputar Kelopok V 33

6 disuatu subu lain diluar subu poros. Naun dala prakteknya, kondisi seaca ini tidak dapat dicapai, dan titik berat piringan ada disuatu jarak e yang boleh dikatakan kecil, dari pusat geoetri piringan. Dengan titik berat yang diluar subu putar atau subu bantalan, terdapat suatu gaya inersia yang engakibatkan poros elendut, diana lendutan pusat poros dinyatakan dengan r pada gabar dibawah : Pusat geoetri dari piringan, O adalah saa dengan pusat poros pada piringan. Ketika poros berputar, titik tinggi T akan berputar terhadap subu bantalan S. Gaya inersia piringan diseibangkan oleh apa yang dapat Kelopok V 34

7 disebut dengan gaya pegas dari poros ketika poros berputar. Gaya inersia, untuk sebuah assa yang berpuatr terhadap satu pusat tetap, adalah : W + g 2 ( r e) ω Gaya pegas dari poros dapat dinyatakan dengan Kr, diana k adalah laju pegas poros, yakni gaya yang diperlukan per c lendutan poros pada piringan. Dengan enyaakan julah gaya-gaya pada gabar dengan nol, dengan terasuk gaya inersia, aka didapatkan W g 2 ( r + e) ω kr 0 Dengan enata kebali suku-sukunya r e W 2 ω g W 2 k ω g Kecepatan berbahaya dari operasi suatu poros tertentu dinyatakan dengan kecepatan putaran kriyis atau kecepatan olakan, yakni kecepatan diana perbandingan r/e adalah tah hingga. Operasi pada suatu kecepatan yang endekati kecepatan kritis juga tak dikehendaki karena besarnya perpindahan pusat piringan dari subu putar. Kecepatan kritis dapat diperoleh untuk kondisi diana persaaan diatas saa dengan nol : W g 2 k ω orω 0 ( kg / W ) 0.5 Konstanta k dapat dinyatakan dala beraca cara, isalnya seperti konstanta yang diperoleh dari persaaan lendutan sebuah poros dengan tupuan sederhana dibawah aksi suatu beban P Pab r 6LEI ( L 2 a 2 b 2 ) Perbandingan P/r endefinisikan laju pegas k enjadi k P r 6PLEI 2 2 ab( L a b 2 ) Khusus untuk poros yang sedang dibahas ini, kecepatan kritis dapat dinyatakan dengan ω 6PLEI g. rad ab( L a b ) W / det Kelopok V 35

8 Sebuah etode alternative adalah dengan enulis laju pegas k dala suku-suku suatu beban spesifik dan lendutan spesifik, beban yang saa dengan berat piringan, yaitu PW. Lendutan resultane akan berupa lendutan static dari poros horizontal, dibawah aksi beban piringan, lendutan static tersebut dinaakan x st- Jadi, P W k r x atau 1 W g 2 ω ( kg / W ) ( g / x ) rad / det st st xst W d. Efek gesekan terhadap kecepatn kritis Meskipun persaaan teoritik yang diturunkan sebelunya enunjukkan suatu putaran dengan jari-jari yang besarnya tak hingga pada kecepatan kritis, naun kondisi seaca ini secara praktek tidak ungkin. Menurut hasil-hasil yang diperoleh dari persaaan teoritik, poros yang berputar pada putaran kritis tentu saja akan patah atau terdistorsi. Tetapi, kita tahu bahwa poros-poros yang berjalan pada kecepatan kritis tidak perlu patah, dan ungkin berjalan dengan sangat kasar tetapi tanpa distorsi peranent. 1 2 Dari analisa didapatkan hubungan perbandingan aksiu dari r/e tidak tak hingga apabila gesekan diperhitungkan. Tetapi terdapat satu daerah pada suatu kecepatan yang tidak jauh dari kecepatan yang dihitung dengan Kelopok V 36

9 tanpa gesekan. Juga, harga r/e pada kecepatan-kecepatan yang agak jauh dari kecepatan olakan tidak terlalu banyak berbeda dengan atau tanpa gesekan. Dala praktek, biasanya gesekan diabaikan dan kecepatan olakan dihitung dengan tanpa gesekan, dengan kesalahan yang sangat kecil Teori Alat Ukur Alat ukur yang digunakan pada praktiku ini adalah : a. Tachoeter Alat ini digunakan untuk enghitung kecepatan sudut dari assa yang berada pada poros yang akan diuji. Pada percobaan yang dilakukan kai enggunakan tachoeter digital dengan satuan rp. b. Mistar Digunakan untuk engukur jarak agar evariasikan posisi assa rotor. KRITIS BAB III Kelopok V 37

10 3.1. Perangkat Percobaan METODOLOGI otor kopling poros rotor 3.2. Prosedur 1. Periksalah seua peralatan seperti pengatur rotor, otor, bantalan, dan peralatan lain dala keadaan baik. 2. Posisikan letak rotor 3. Hidupkan otor dan atur tegangan dengan slide regulator 4. Hitung putaran (rp) rotor 5. Ulangi kebali percobaan diatas untuk posisi rotor yang berbeda 3.3. Asusi-asusi 1. Percepatan Gravitasi 9,81 /s 2 BAB IV Kelopok V 38

11 PENGOLAHAN DATA 4.1. Tabel Data No L () (kg) a() b() N c (rp) , , , Contoh Perhitungan 1. Perhitungan untuk a 500 b putaran kritis teoritis untuk (N c ) percobaan 1010 rp n c 2π k F * g 2.5kg * 9.81 /s 2 I δ πd 64 4 p * l 3 48* EI k δ F N 3.14 (12) (1000) N N/ Nc teoritis 2π k rp Perhitungan untuk a 300 b 700 n c 2π k F * g 2.5kg * 9.81 /s 2 Kelopok V 39

12 24.53 N I πd (12) δ p * a * b (L 2 -a 2 -b 2 ) 6* EIL ((1000) 2 - (300) 2 (700) 2 ) k δ F 24.53N N/ Nc teoritis 2π k rp 3. Perhitungan untuk a 700 b 300 n c 2π k F * g 2.5kg * 9.81 /s N I πd (12) δ p * a * b (L 2 -a 2 -b 2 ) 6* EIL ((1000) 2 - (300) 2 (700) 2 ) k δ F 24.53N N/ Nc teoritis 2π k rp Kelopok V 40

13 4.3. Tabel Perhitungan No L () (kg) a() b() δ() n c Percobaan (rp) n c Teoritis (rp) 2, , , , , ,621 2, , ,621 2, , , , , ,35 2, , ,35 2, , , , , ,35 2, , , Grafiik Perhitungan Kelopok V 41

14 Grafik Perbandingan Defleksi Dengan Posisi Rotor 3 Defleksi () pengijian 1,4,7 pengujian 2,5,8 pengujian 3,6, : : :300 Posisi Rotor () Grafik Perbandingan Nc Percobaan dengan Posisi Rotor Nc Percobaan (rp) : : :300 pengujian 1,4,7 pengujian 2,5,8 pengujian 3,6,9 Posisi Rotor () Kelopok V 42

15 Grafik Perbandingan Nc Teoritis dengan Posisi Rotor Nc Teoritis (rp) Pengujian 1,4,7 Pengujian 2,5,8 Pengujian 3,6, : : :300 Posisi Rotor () 4.5. Analisa dan Pebahasan Pada percobaan yang telah dilakukan dapat dilihat fenoena-fenoena yang terjadi dengan berputarnya poros pada kecepatan tertentu. Pada kecepatan ula-ula poros berputar dengan stabil dan engeluarkan getaran dan suara yang kecil. Keudian kecepatan terus ditingkatkan secara perlahan dari 10 rp, 20 rp, 100 rp hingga 900 rp sehingga poros berputar seakin kencang, setelah encapai pada kecepatan tertentu yaitu pada kecepatan 1000 rp ke atas aka poros enunjukan fenoena-fenoena yang terjadi dengan berputarnya poros, poros berputar secara tak stabil dan enunjukan getaran yang hebat dan suara yang kencang aka dapat disipulkan bahwagetaran ini adalah getaran kritis. Adapun data-data atau nilai-nilai pada peralatan percobaan adalah : Diaeter poros 12 E stanless steel N/ 2 2,5 kg beban 2,5 kg adalah eban poros yang ditabah denagn beban rotor. Panjang poros adalah 1 dengan rotor yang bisa dipindah-pindahkan posisinya. Putaran kritis pada poros tidak hanya dipengaruhi oleh kecepatan putarnya saja, tetapi juga dipengaruhi oleh posisi rotor pada batang poros, ini dikarenakan rotor eiliki beban yang epengaruhi batang poros : putaran kritis : N c 2π k - nilai kekakuan dari k Kelopok V 43

16 F - k δ - δ defleksi Dari ruus diatas dapat diketahui bahwa posisi rotor epengaruhi kekakuan poros yaitu posisi rotor dapat epengaruhi defleksi poros. Jadi untuk posisi rotor yang berbeda eiliki nilai defleksi yang berbeda pula. Pada percobaan ini diabil tiga posisi rotor yaitu : rotor a b Dan dicoba tiga kali 1 percobaan untuk satu posisi. Pada percobaan kai didapat kecepatan untuk putaran kritis aksiu adalah pada kecepatan 1366 rp pada a300 dan b700. dan untuk putaran kritis iniu adalah pada kecepatan 1010 rp pada a500 dan b500. pada putaran kritis teoritis kai endapatkan : - Untuk a 500 b 500 δ 2,27 N c teoritis 586,621 - Untuk a 300 b 700 δ 1,8365 N c teoritis 698,35 - Untuk a 700 b 300 δ 1,8365 N c teoritis 586,621 Pada putaran kritis teoritis kai dapatkan bahwa nilai kecepatan kritis yang terbesar adalah pada a 300, b 700 dan a 700, b 300. Jadi nilai kecepatan teoritis seakin besar bila posisi rotor seakin jauh dari posisi tengahnya, ini disebabkan karena bila posisi rotor tak ditengah aka defleksi akan seakin besar dan putaran seakin tak ibang. Untuk lebih jelasnya, dari hasil perhitungan kai endapatkan beberapa perbandingan grafik diantaranya : a. Grafik posisi rotor dan defleksi Kelopok V 44

17 Pada grafik ynag ditunjukan, kita dapat engabil analisa bahwa seakin jauh posisi rotor dari tupuan aka defleksi yang dihasilkan akan seakin besar. Hubungan defleksi dengan posisi rotor berbanding lurus, deikian juga posisi rotor denagn putaran kritis. Diana N c aksiu sebesar 698,35 rp dan N c iniu sebesar 586,621 rp. Sedangkan defleksi yang terbesar adalah 1,8365 dan defleksi yang paling iniu sebesar 2,27. b. Grafik posisi rotor dan putaran kritis percobaan Putaran kritis terbesar terletak pada posisi rotor terdekat pada otor. Putaran kritis aksiu terjadi pada a 300, b 700 denagn N c 1366 rp. Ini dikarenakan dari segi kekakuan, kekakuan eningkat pada posisi pebebanan yang endekati tupuan otor. c. Grafik posisi rotor dan putaran kritis teoritis Pada grafik putaran kritis yang terbesar berada pada posisirotor terjauh dari tupuan. Hal ini disebabkan karena pada posisi terjauh dari otor oen puntir dari batang akan seakin kecil, ini yang eungkinkan putaran kritis seakin laa seakin besar. Grafik yang ditunjukan berbanding lurus, seakin besar putaran kritis, aka posisi rotor juga seakin besar. Kelopok V 45

18 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesipulan - Frekuensi pribadi pada pebebanan yang jauh dari frekuensi pribadi pada pebebanan pada tengah-tengah batang - Putaran kritis aksiu terjadi pada saat rotor berada pada posisi terjauh dari rotor - Defleksi aksiu terjadi pada saat rotor berada pada posisi terjauh dari otor dan tupuan - Kekakuan aksiu terjadi pada saat pebebanan terletak di dekat otor 5.2. Saran - Perhatikan otor apabila sudah sapai pada putaran kritis, jangan terlalu laa perputaran tersebut terjadi karena akan enyebabkan alat jadi rusak - Aati hasil yang ditunjukan oleh alat ukur dengan teliti sehingga hasil yang diperoleh akurat Kelopok V 46

19 DAFTAR PUSTAKA Tea Asisten LKM Panduan Praktiku Fenoena Dasar Mesin Bid. Konstruksi Mesin dan Perancangan. Jurusan Mesin FT-UA : Padang Willia T. Thosun Thori of Vibration with Application Practice. Hall int : London Kelopok V 47

20 TUGAS 1. W Wp 2π n n c 2. Frekuensi Pribadi 2π k k Frekuensi yang diiliki oleh suatu siste atau benda diana benda tersebut epunyai kekakuan dan assa baik pada waktu dia ataupun bergerak. K δ F F *g δ defleksi W W otor Wp Frekuensi Pribadi 0 sudut kecepatan pada otor k kekakuan assa g F frekuensi pribadi Wn k Kelopok V 48

21 Kelopok V 49

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL Waris Wibowo Staf Pengajar Akadei Mariti Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk endapatkan

Lebih terperinci

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya BAB 5 POROS (SHAFT) Definisi. Poros adalah suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol, sprocket dan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA TEORETIK

BAB III ANALISA TEORETIK BAB III ANALISA TEORETIK Pada bab ini, akan dibahas apakah ide awal layak untuk direalisasikan dengan enggunakan perhitungan dan analisa teoretik. Analisa ini diperlukan agar percobaan yang dilakukan keudian

Lebih terperinci

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL 1 GETARAN PEGAS SERI-PARALEL I. Tujuan Percobaan 1. Menentukan konstanta pegas seri, paralel dan seri-paralel (gabungan). 2. Mebuktikan Huku Hooke. 3. Mengetahui hubungan antara periode pegas dan assa

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

Tujuan Pembelajaran:

Tujuan Pembelajaran: P.O.R.O.S Tujuan Pembelajaran: 1. Mahasiswa dapat memahami pengertian poros dan fungsinya 2. Mahasiswa dapat memahami macam-macam poros 3. Mahasiswa dapat memahami hal-hal penting dalam merancang poros

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 013 TINGKAT PROPINSI FISIKA Waktu : 3,5 ja KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III METODE ANALISIS 3.1 Penyajian Laporan Dala penyajian bab ini dibuat kerangka agar eudahkan dala pengerjaan laporan. Berikut ini adalah diagra alir tersebut : Studi Pustaka Model-odel Eleen Struktur

Lebih terperinci

Solusi Treefy Tryout OSK 2018

Solusi Treefy Tryout OSK 2018 Solusi Treefy Tryout OSK 218 Bagian 1a Misalkan ketika kelereng encapai detektor bawah untuk pertaa kalinya, kecepatan subu vertikalnya adalah v 1y. Maka syarat agar kelereng encapai titik tertinggi (ketika

Lebih terperinci

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan 2.1.2. Pengertian Getaran Getaran adalah gerakan bolak-balik dala suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan dengan gerak tersebut. Seua benda

Lebih terperinci

Soal Seleksi Provinsi 2009 Bidang studi Fisika Waktu: 3 jam

Soal Seleksi Provinsi 2009 Bidang studi Fisika Waktu: 3 jam Soal Seleksi Provinsi 2009 Bidang studi Fisika Waktu: 3 ja 1 (Nilai 15) Sebuah bola pada ketinggian h dari perukaan lantai, ditebakkan secara horizontal dengan kecepatan v 0. Bola engenai lantai dan eantul

Lebih terperinci

Soal Latihan Mekanika I. (3-11 November 2011)

Soal Latihan Mekanika I. (3-11 November 2011) Soal Latihan (3-11 Noveber 2011) Kerjakan soal-soal berikut selaa 1 inggu untuk elatih keapuan Anda. Kerjakan 2-3 soal per hari. Sebelu engerjakan soal-soal tersebut, sebaiknya Anda engerjakan soalsoal

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Copetititon Tingkat SMA 1. Ujian Eksperien berupa Naskah soal beserta lebar jawaban dan kertas grafik. 2. Waktu keseluruhan dala eksperien dan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Skema Dinamometer (Martyr & Plint, 2007)

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Skema Dinamometer (Martyr & Plint, 2007) 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Dinamometer Dinamometer adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengukur torsi (torque) dan daya (power) yang diproduksi oleh suatu mesin motor atau penggerak berputar

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN 43 MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : MATERI KULIAH: Mekanika klasik, Huku Newton I, Gaya, Siste Satuan Mekanika, Berat dan assa, Cara statik engukur gaya.. POKOK BAHASAN: DINAMIKA PARTIKEL 6.1 MEKANIKA

Lebih terperinci

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam Dapatkan soal-soal lainnya di http://foru.pelatihan-osn.co SOAL OLIPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SA Waktu : 4 ja 1. (nilai 0) A. Sebuah obil bergerak enuruni suatu jalan

Lebih terperinci

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA Di sekitar kita banyak benda yang bergetar atau berosilasi, isalnya assa yang terikat di ujung pegas, garpu tala, gerigi pada ja ekanis, penggaris elastis yang salah satu

Lebih terperinci

VIII. TORSI Definisi Torsi. (couples) yang menghasilkan perputaran terhadap sumbu longitudinalnya. [Torsi]

VIII. TORSI Definisi Torsi. (couples) yang menghasilkan perputaran terhadap sumbu longitudinalnya. [Torsi] [orsi] VIII. OSI 8.1. Definisi orsi orsi adah suatu peuntiran sebuah batang yang diakibatkan oleh kopelkopel (couples) yang enghasilkan perputaran terhadap subu longitudinnya. Kopel-kopel yang enghasilkan

Lebih terperinci

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISA KEGAGALAN POROS DENGAN PENDEKATAN METODE ELEMEN HINGGA Jatmoko Awali, Asroni Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Metro Jl. Ki Hjar Dewantara No. 116 Kota Metro E-mail : asroni49@yahoo.com

Lebih terperinci

BAHAN KUIS PRA-UTS MEKANIKA, Oktober 2011

BAHAN KUIS PRA-UTS MEKANIKA, Oktober 2011 tosi-ipb.blogspot.co ekanika I BAHAN KUIS PRA-UTS EKANIKA, 3-4 Oktober 0 Untuk kalangan sendiri Tidak diperjualbelikan Silakan kerjakan soal-soal berikut, pahai dengan baik. Soal Kuis akan diabil dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Alat Pencacah plastik Alat pencacah plastik polipropelen ( PP ) merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini memiliki

Lebih terperinci

BAB VI POROS DAN PASAK

BAB VI POROS DAN PASAK BAB VI POROS DAN PASAK Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersamasama dengan putaran. Peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. Uu Transforator erupakan suatu alat listrik yang engubah tegangan arus bolak balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain elalui suatu gandengan agnet dan berdasarkan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1)

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1) RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM Oleh : Aprizal (1) 1) Dosen Progra Studi Teknik Mesin. Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian Eail. ijalupp@gail.co

Lebih terperinci

Perhitungan Tahanan Kapal dengan Metode Froude

Perhitungan Tahanan Kapal dengan Metode Froude 9/0/0 Perhitungan Tahanan Kapal dengan etode Froude Froude enganggap bahwa tahanan suatu kapal atau odel dapat dipisahkan ke dala dua bagian: () tahanan gesek dan () tahanan sisa. Tahanan sisa ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA TEKNIK II

TERMODINAMIKA TEKNIK II DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 2005 i DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pebekuan Pebekuan berarti peindahan panas dari bahan yang disertai dengan perubahan fase dari cair ke padat dan erupakan salah satu proses pengawetan yang uu dilakukan untuk penanganan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN 35 BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN Skripsi ini bertujuan untuk elihat perbedaan hasil pengukuran yang didapat dengan enjulahkan hasil pengukuran enggunakan kwh-eter satu fasa pada jalur fasa-fasa dengan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL JAHARUDDIN Departeen Mateatika Fakultas Mateatika Ilu Pengetahuan Ala Institut Pertanian Bogor Jl Meranti, Kapus IPB Daraga, Bogor

Lebih terperinci

Gerak Harmonik Sederhana Pada Ayunan

Gerak Harmonik Sederhana Pada Ayunan Gerak Haronik Sederhana Pada Ayunan Setiap gerak yang terjadi secara berulang dala selang waktu yang saa disebut gerak periodik. Karena gerak ini terjadi secara teratur aka disebut juga sebagai gerak haronik/haronis.

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

KESETIMBANGAN BENDA TEGAR 1 KESEIMNGN END EGR (Soal abahan Persiapan Ujian Perbaikan) 1. n enyusun 5 buah batang ebentuk huruf R seperti pada gabar. entukanlah Koordinat titik berat tersebut! 2. Ru enyusun 4 buah batang ebentuk

Lebih terperinci

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.460-919) Volue 1, No., Maret 016 MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI 1 Suraidin, Islahudin, 3 M. Firan Raadhan 1 Mahasiswa Sarjana

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT 31 Kriteria rancangan plant Diensi plant yang dirancang berukuran 40cx60cx50c, dinding terbuat dari acrylic tebus pandang Saluran asukan udara panas ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip Kerja Mesin Perajang Singkong. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai beberapa komponen, diantaranya adalah piringan, pisau pengiris, poros,

Lebih terperinci

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL. PENDAHULUAN Pada bab sebelunya telah dibahas rangkaian resistif dengan tegangan dan arus dc. Bab ini akan eperkenalkan analisis rangkaian ac diana isyarat listriknya berubah

Lebih terperinci

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik 1 1. POLA RADIASI Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena : pernyataan grafis yang enggabarkan sifat radiasi suatu antena pada edan jauh sebagai fungsi arah. pola edan (field pattern) apabila yang

Lebih terperinci

= mv Momentum akhir setelah tumbukan pertama:

= mv Momentum akhir setelah tumbukan pertama: 1.79. Sebuah bola baja berassa = 50 g jatuh dari ketinggian h = 1,0 pada perukaan horisontal sebuah papan tebal. Tentukan oentu total yang diberikan bola pada papan setelah terpental beberapa kali, bila

Lebih terperinci

MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI

MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI Muhaad Aldo Aditiya Nugroho (13213108) Asisten: Dede Irawan (23214031) Tanggal Percobaan: 29/03/16 EL3215 Praktiku Siste Kendali Laboratoriu Siste Kendali dan Koputer - Sekolah

Lebih terperinci

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/16/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus

Dinamika 3 TIM FISIKA FTP UB. Fisika-TEP FTP UB 10/16/2013. Contoh PUSAT MASSA. Titik pusat massa / centroid suatu benda ditentukan dengan rumus Fisika-TEP FTP UB /6/3 Dinaika 3 TIM FISIKA FTP UB PUSAT MASSA Titik pusat assa / centroid suatu benda ditentukan dengan ruus ~ x x ~ y y ~ z z Diana: x, y, z adalah koordinat titik pusat assa benda koposit.

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY 3.1 Analisis Dinaika Model Hodgkin Huxley Persaaan Hodgkin-Huxley berisi epat persaaan ODE terkopel dengan derajat nonlinear yang tinggi dan sangat sulit

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Beberapa Defenisi Pada analisa keputusan, si pebuat keputusan selalu doinan terhadap penjabaran seluruh alternatif yang terbuka, eperkirakan konsequensi yang perlu dihadapi pada setiap

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa pelat lantai gedung rawat inap RSUD Surodinawan Kota Mojokerto dengan enggunakan teori garis leleh ebutuhkan beberapa tahap perhitungan dan analsis aitu perhitungan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut: BAB II DASAR TEORI 2.1 Daya Penggerak Secara umum daya diartikan sebagai suatu kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah kerja, yang dinyatakan dalam satuan Watt ataupun HP. Penentuan besar daya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graph Sebelu sapai pada pendefinisian asalah network flow, terlebih dahulu pada bagian ini akan diuraikan engenai konsep-konsep dasar dari odel graph dan representasinya

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang digunakan untuk pembuatan mesin pemotong kerupuk rambak kulit adalah sistem transmisi. Berikut ini adalah pengertian-pengertian dari suatu sistem transmisi dan penjelasannya.

Lebih terperinci

BAB 4 KAJI PARAMETRIK

BAB 4 KAJI PARAMETRIK Bab 4 Kaji Paraetrik BAB 4 Kaji paraetrik ini dilakukan untuk endapatkan suatu grafik yang dapat digunakan dala enentukan ukuran geoetri tabung bujursangkar yang dibutuhkan, sehingga didapatkan harga P

Lebih terperinci

dimana p = massa jenis zat (kg/m 3 ) m= massa zat (kg) V= Volume zat (m 3 ) Satuan massa jenis berdasarkan Sistem Internasional(SI) adalah kg/m 3

dimana p = massa jenis zat (kg/m 3 ) m= massa zat (kg) V= Volume zat (m 3 ) Satuan massa jenis berdasarkan Sistem Internasional(SI) adalah kg/m 3 Zat dan Wujudnya Massa Jenis Jika kau elihat kapas yang berassa 1 kg dan batu berassa 1 kg, apa ada di benaku? Massa Jenis adalah perbandingan antara assa benda dengan volue benda Massa jenis zat tidak

Lebih terperinci

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup

Bab III S, TORUS, Sebelum mempelajari perbedaan pada grup fundamental., dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup GRUP FUNDAMENTAL PADA Bab III S, TORUS, P dan FIGURE EIGHT Sebelu epelajari perbedaan pada grup fundaental S, Torus, P, dan figure eight terlebih dahulu akan dipelajari sifat dari grup fundaental asing-asing

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GLOMBANG LKTROMAGNTIK Contoh. Hubungan dan B dari gelobang bidang elektroagnetik Suatu gelobang bidang elektroagnetik sinusoidal dengan frekuensi 5 MHz berjalan di angkasa dala arah X, seperti ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Desain Produk Desain produk adalah suatu bidang keahlian desain yang mempelajari dan merencanakan benda pakai, yang di produksikan secara industri. Ruang lingkup

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Alur Permukaan Sirip pada Sistem Pendingin Mesin Kendaraan Bermotor

Studi Eksperimen Pengaruh Alur Permukaan Sirip pada Sistem Pendingin Mesin Kendaraan Bermotor Jurnal Kopetensi Teknik Vol. 1, No. 1, Noveber 009 1 Studi Eksperien Pengaruh Alur Perukaan Sirip pada Siste Pendingin Mesin Kendaraan Berotor Sasudin Anis 1 dan Aris Budiyono 1, Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA FASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU FASA

ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA FASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU FASA ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA ASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU ASA Maulana Ardiansyah, Teguh Yuwono, Dedet Candra Riawan Jurusan Teknik Elektro TI - ITS Abstrak Generator induksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

PERANCANGAN POROS PADA KINCIR ANGIN SUMBU HORIZONTAL UNTUK POMPA AIR

PERANCANGAN POROS PADA KINCIR ANGIN SUMBU HORIZONTAL UNTUK POMPA AIR PERACAGA POROS PADA KICIR AGI SUMBU HORIZOTAL UTUK POMPA AIR Diajukan sebagai salah satu syarat endapatkan gelar Sarjana Strata Satu Bidang Ilu Teknik Jurusan Teknik Mesin. Disusun Oleh aa : Slaet Riyanto

Lebih terperinci

Bab IV. Pemodelan, Pengujian dan Analisa. Sistem Steel Ball Magnetic Levitation

Bab IV. Pemodelan, Pengujian dan Analisa. Sistem Steel Ball Magnetic Levitation Bab IV Peodelan, Pengujian dan Analisa Siste Steel Ball Magnetic Levitation Pada bab IV ini akan dijelaskan engenai peodelan, pengujian dari siste yang tela dibuat dan penganalisaan asil pengujian tersebut.

Lebih terperinci

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 ja 1. (nilai 0) A. Sebuah obil bergerak enuruni suatu jalan yang iring (dengan sudut θ terhadap bidang horizontal)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Poros Poros merupakan suatu bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat, dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulley, flywheel, engkol,

Lebih terperinci

BAB 2 PEMODELAN PUTARAN TURBIN GENERATOR PLTN

BAB 2 PEMODELAN PUTARAN TURBIN GENERATOR PLTN 5 BAB PEMODELAN PUTARAN TURBIN GENERATOR PLTN Kebutuhan akan penabahan pebangkit listrik saat ini sangat diperlukan engingat Indonesia diprediksi dala keadaan krisis energi listrik diasa endatang. Saat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai Mesin penghancur kedelai dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp, mengapa lebih memilih memekai motor listrik 0,5 Hp karena industri yang di

Lebih terperinci

ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG

ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG Jurnal Iliah MEDIA ENGINEERING Vol. 3, No. 2, Juli 2013 ISSN 2087-9334 (94-98) ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG Octaviani Litwina Ada Aluni

Lebih terperinci

PERANCANGAN MEKANISME BACK LIFT

PERANCANGAN MEKANISME BACK LIFT Seinar Nasional - IX Rekayasa dan Aplikasi Mesin di Industri Kapus ITENAS - Bandung, 9-10 Noveber 2010 PERANCANGAN MEKANISME BACK LIFT Tito Shantika dan Encu Saefudin Jurusan esin, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. korosi dan hantaran listrik yang baik dan sifat-sifat yang baik lainnya sebagai sifat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. korosi dan hantaran listrik yang baik dan sifat-sifat yang baik lainnya sebagai sifat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Material aluminium Aluminium banyak digunakan dalam industri cor seperti pembuatan komponen otomotif dan komponen yang lainnya, karena aluminium mempunyai banyak sifat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air erupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan anusia. Manusia tidak dapat elanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup dala segi kuantitas dan kualitasnya.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data dan Variabel 2.1.1 Data Pengertian data enurut Webster New World Dictionary adalah things known or assued, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Poros Poros merupakan bagian yang terpenting dari suatu mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga dan putarannya melalui poros. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti roda

Lebih terperinci

PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES

PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES I. TUJUAN PERCOBAAN a. Mengukur distribusi tegangan pada kondisi diterinasi 60 oh, ujung saluran terbuka dan Short circuit b. Mengukur distribusi λ/4, λ/2 pada

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM

PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM 25 PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM Budi Hartono Fakultas Teknik, Universitas Ibnu Chaldun, Jl. Raya Serang Cilegon K.5, Serang Banten. Telp. 254-82357 / Fax. 254-82358

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL

PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL Diajukan untuk eenuhi persyaratan eperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1)

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1) JURNAL TEKNIK MESIN Vol 4, No 2, Oktober 2002: 94 98 Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Perforansi Mesin Pendingin ) Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Mekanika 02

Xpedia Fisika. Mekanika 02 Xpedia Fisika Mekanika 02 Doc. Nae: XPFIS0102 Version: 2012-07 halaan 1 01. Gaya yan dibutuhkan untuk enerakan bola hoki berassa 0,1 k konstan pada kecepatan 5 /s di atas perukaan licin adalah... (A) Nol

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Energi atahari sebagai suber energi pengganti tidak bersifat polutif, tak dapat habis, serta gratis dan epunyai prospek yang cukup baik untuk dikebangkan. Apalagi letak geografis

Lebih terperinci

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis JURNAL TEKNIK ITS Vol., (Sept, ) ISSN: 3-97 G-59 Prediksi Uur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunai dengan Metode Spectral Fatigue Analysis Angga Yustiawan dan Ketut Suastika Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mempunyai banyak manfaat adalah daging buah (Palungkung, 2004). Berikut komposisi. Tabel.1 Komposisi Buah Kelapa

BAB II LANDASAN TEORI. mempunyai banyak manfaat adalah daging buah (Palungkung, 2004). Berikut komposisi. Tabel.1 Komposisi Buah Kelapa BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mengenai Kelapa Tanaman kelapa merupakan tanaman yang sangat berguna dalam kehidupan ekonomi pedesaan di Indonesia. Karena semua bagian dari pohon kelapa dapat dimanfaatkan untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan dibawah sinar matahari dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan dibawah sinar matahari dan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kerupuk Kerupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung tapioka dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan. Kerupuk dibuat dengan mengukus adonan sebelum

Lebih terperinci

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT PENJUMAHAN MOMENTUM SUDUT A. Penjulahan Moentu Sudut = + Gabar.9. Penjulahan oentu angular secara klasik. Dua vektor oentu angular dan dijulahkan enghasilkan Jika oentu angular elektron pertaa adalah dan

Lebih terperinci

Kecepatan atom gas dengan distribusi Maxwell-Boltzmann (1) Oleh: Purwadi Raharjo

Kecepatan atom gas dengan distribusi Maxwell-Boltzmann (1) Oleh: Purwadi Raharjo Kecepatan ato gas dengan distribusi Mawell-Boltzann () Oleh: Purwadi Raharjo Dala proses odifikasi perukaan bahan, kita ungkin sering endengar teknologi pelapisan tipis (thin fil). Selain pelapisan tipis,

Lebih terperinci

ANALISA KELELAHAN RANTAI JANGKAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KELELAHAN RANTAI JANGKAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISA KELELAHAN RANTAI JANGKAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Muhaad Hizrian Hutaa, Hartono Yudo, Muhaad Iqbal 1) 1) Progra Studi S1 Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING. Puji Saksono 1) ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING. Puji Saksono 1) ABSTRAK ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING Puji Saksono 1) ABSTRAK Kondensor erupakan alat penukar kalor pada sisti refrigerasi yang berfungsi untuk elepaskan

Lebih terperinci

B C D E... 2h g. =v 2h g T AB. B, y. = 2 v' =2e v 2h T BC

B C D E... 2h g. =v 2h g T AB. B, y. = 2 v' =2e v 2h T BC 1. Gerak benda di antara tubukan erupakan erak parabola. Sebut posisi ula-ula benda adalah titik A, posisi terjadinya tubukan pertaa kali adalah titik B, posisi terjadi tubukan kedua kalinya adalah titik

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian 39 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini terasuk tipe penelitian dengan pendekatan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis ini dipergunakan untuk enggabarkan tentang

Lebih terperinci

RUMUS-RUMUS FISIKA SMP (diurutkan berdasarkan SKL 2008)

RUMUS-RUMUS FISIKA SMP (diurutkan berdasarkan SKL 2008) RUMUSRUMUS FISIK SMP (diurutkan berdasarkan SKL 008) M : KELS / O : Design by Denny 008 SMPK 4 BPK PEBUR O RUMUS SIMBOL STU (SI) Massa Jenis ρ = V Peuaian panjang zat padat 3 Kalor o.. T t o a. Kalor untuk

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN TEKNIS RINCI

BAB V PERENCANAAN TEKNIS RINCI BAB V PERENCANAAN TEKNIS RINCI 5. PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN 5.. Perhitungan Diensi Saluran Tersier Saluran tersier tidak direncanakan sebagai jalur navigasi sehingga perhitungan diensi untuk salutan

Lebih terperinci

Diketik ulang oleh : Copyright Bank Soal OLIMPIADE IPA, MATEMATIKA, FISIKA, BIOLOGI, KIMIA, ASTRONOMI, INFORMATIKA, dll UNTUK

Diketik ulang oleh : Copyright  Bank Soal OLIMPIADE IPA, MATEMATIKA, FISIKA, BIOLOGI, KIMIA, ASTRONOMI, INFORMATIKA, dll UNTUK Copyright http://serbiserbi.co/ Bank Soal OLIMPIADE IPA, MATEMATIKA, FISIKA, BIOLOGI, 1 2 SOAL PILIHAN GANDA 1. Tahukah kalian, salah satu keunikan dari laba-laba pelopat adalah keistiewaan penglihatannya.

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Sistem Fuzzy

Perancangan Sistem Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Sistem Fuzzy JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-58 Perancangan Siste Tracking Quadrotor untuk Sebuah Target Bergerak di Darat Menggunakan Siste Fuzzy Mochaad Raa Raadhan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Proses produksi di bidang pertanian secara umum merupakan kegiatan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Proses produksi di bidang pertanian secara umum merupakan kegiatan 2 III. KERANGKA PEMIKIRAN Proses produksi di bidang pertanian secara uu erupakan kegiatan dala enciptakan dan enabah utilitas barang atau jasa dengan eanfaatkan lahan, tenaga kerja, sarana produksi (bibit,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tanah Lempung Tanah lempung dan mineral lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Bagian-bagian Buah Kelapa

Gambar 2.1. Bagian-bagian Buah Kelapa 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batok Kelapa Batok Kelapa (endocrap) merupakan bagian buah kelapa yang bersifat keras yang diselimuti sabut kelapa, yaitu sekitar 35 persen dari bobot buah kelapa (Lit.5 diunduh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Serabut Kelapa Sebagai Negara kepulauan dan berada di daerah tropis dan kondisi agroklimat yang mendukung, Indonesia merupakan Negara penghasil kelapa terbesar di dunia. Menurut

Lebih terperinci

ANTIREMED KELAS 11 FISIKA

ANTIREMED KELAS 11 FISIKA ANTIREED KELAS 11 FISIKA UTS Fisika Latihan Doc. Nae: AR11FIS01UTS Version : 014-10 halaan 1 01. erak sebuah benda eiliki persaaan posisi r = (-6-3t)i + (8 + 4t) Seua besaran enggunakan satuan dasar SI.

Lebih terperinci

Kendalian Pada Sistem Suspensi Kendaraan Dengan Metoda Pole Placement dan Linier Quadratic Optimal Control.

Kendalian Pada Sistem Suspensi Kendaraan Dengan Metoda Pole Placement dan Linier Quadratic Optimal Control. Kendalian Pada Siste Suspensi Kendaraan Dengan Metoda Pole Placeent dan Linier Quadratic Optial Control. Ade Elbani Jurusan eknik Elektro Fakultas eknik, Universitas anjungpura Pontianak eail : adeelbani@yahoo.co

Lebih terperinci

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb Perbandingan Bilangan Doinasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Cob Reni Uilasari 1) 1) Jurusan Teknik Inforatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhaadiyah Jeber Eail : 1) reniuilasari@gailco ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan daerah sebagai bagian yang integral dari pebangunan nasional dilaksanakan berdasakan prinsip otonoi daerah dan pengaturan suber daya nasional yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kerupuk Kerupuk memang bagian yang tidak dapat dilepaskan dari tradisi masyarakat Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang enak harganya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN PENGUAT COMMON SOURCE

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN PENGUAT COMMON SOURCE PERCOBAAN 3 RANGKAIAN PENGUAT COMMON OURCE 3.1 Tujuan : 1) Mendeonstrasikan prinsip kerja dan karakteristik dari rangkaian penguat coon source sinyal kecil. 2) Investigasi pengaruh dari penguatan tegangan.

Lebih terperinci

PENGERTIAN POROS MACAM-MACAM POROS

PENGERTIAN POROS MACAM-MACAM POROS PENGERTIAN POROS Poros merupakan satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran.peranan utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Proses Produksi Teh Hitam di PT. Perkebunan Nusantara XII Unit Sirah Kencong

Pengendalian Kualitas Proses Produksi Teh Hitam di PT. Perkebunan Nusantara XII Unit Sirah Kencong JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. (016) 337-350 (301-98X Print) D-37 Pengendalian Kualitas Proses Produksi Teh Hita di PT. Perkebunan Nusantara XII Unit Sirah Kencong Qulsu Dwi Anggraini, Haryono, Diaz

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Tirta Ala Seesta. Perusahaan tersebut berlokasi di Desa Ciburayut, Kecaatan Cigobong, Kabupaten Bogor. Peilihan objek

Lebih terperinci